PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
Oleh: Anggi Mardiyanto A34204037
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN Anggi Mardiyanto. A34204037. Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu Dibimbing oleh Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M., M. Si. dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. Dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
pangan
dengan
semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkurangnya lahan pertanian, dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sejalan dengan kemajuan teknologi, munculah penggunaan varietas unggul, pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia lainnya serta mesin-mesin pertanian sebagai usaha untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan. Usaha yang dilakukan ini dikenal dengan sistem pertanian modern. Dalam perjalanannya sistem pertanian modern tidak dapat menjamin keberlanjutan pertanian
karena
tidak
ramah
lingkungan.
Sistem
pertanian
modern
mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam. Untuk menjaga pertanian tetap berkelanjutan dan ramah lingkungan diperlukan suatu sistem pertanian yang memanfaatkan penggunaan sumber daya lokal secara optimal serta penggunaan masukan seperti pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan. Selain itu, untuk mengurangi penggunaan masukan luar dilakukan usaha pemanfaatan limbah dari tanaman, ternak, dan ikan menjadi masukan bagi produksi pertanian. Namun, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat diperlukan produksi pertanian yang berkelanjutan dan mempunyai produktivitas optimal. Padahal, untuk mendapatkan produksi yang optimal sering kali petani dihadapkan pada kepemilikan lahan yang sempit sehingga diperlukan usaha mengoptimalkan lahan pertanian yang sempit sebagai lahan pertanian yang produktif dengan sistem pertanian yang ramah lingkungan. Sistem pertanian yang ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA (low-external-input and sustainable agriculture). LEISA merupakan sistem pertanian terpadu yang memanfaatkan limbah produksi pertanian sebagai
masukan sehingga mengurangi penggunaan masukan luar. Limbah dari produksi pertanian meliputi kotoran ternak serta limbah organik dari tanaman. Dusun Teluk Waru mempunyai penduduk yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani, tetapi sebagian besar mempunyai lahan pertanian yang sempit, yaitu kurang dari 0,5 ha. Untuk memenuhi kebutuhan bulanan, warga tidak dapat mengandalkan dari produksi lahan pertaniannya sehingga mereka masih mempunyai pekerjaan sampingan. Pekarangan menjadi lahan potensial untuk diusahakan sebagai lahan pertanian yang produktif karena lokasinya yang dekat dengan rumah sehingga mudah dalam pengelolaannya. Warga Dusun Teluk Waru belum memanfaatkan pekarangan secara optimal. Untuk mengoptimalkan pekarangan dibuatlah rencana lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA yang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan bulanan warga Dusun Teluk Waru. Dalam usaha mengoptimalkan pekarangan direncanakan dua alternatif usaha tani. Alternatif 1 mengusahakan jagung (172 m2), kacang merah (172 m2), kacang panjang (172 m2), cabai merah (172 m2), talas (24 m2), ubi jalar (24 m2), sengon (172 m2), kambing (5 ekor), ayam kampung (50 ekor), dan ikan lele (1250 ekor). Alternatif 2 mengusahakan jagung (100 m2), kacang merah (100 m2), kacang panjang (100 m2), cabai merah (100 m2), talas (42 m2), ubi jalar (42 m2), pisang (24 pohon), singkong (42 m2), kambing (5 ekor), ayam kampung (100 ekor), dan ikan lele (1250 ekor). Dari hasil perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu pada pekarangan warga di Dusun Teluk Waru dengan luas lahan 350 m2 diperoleh hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 1 dengan NPV sebesar Rp 45.261.784,00, IRR sebesar 111%, dan Net B/C 3,49. Usaha tani Alternatif 1 layak untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20%, dan Net B/C>1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 2 diperoleh NPV sebesar Rp 72.128.612,00, IRR sebesar 137%, dan Net B/C 4,28. Usaha tani Alternatif 2 layak pula untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20%, dan Net B/C>1. Nilai produksi dari usaha tani Aternatif 1 dan Alternatif 2 masingmasing sebesar Rp 34.059.280,00 dan Rp 47.990.994,00 per tahun. Keuntungan
usaha tani di pekarangan Alternatif 1 dan Alternatif 2 masing-masing adalah Rp 27.393.751,00 dan Rp 38.841.848,00 per tahun atau Rp Rp 2.282.816,00 dan Rp 3.236.821,00 per bulan. Keuntungan yang diperoleh dari produksi pekarangan dapat mencukupi kebutuhan keluarga petani karena masih di atas kebutuhan bulanan keluarga petani sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup bulanan petani usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 masing-masing membutuhkan luas lahan minimum 175,57 m2 dan 123,83 m2. Luas lahan ini lebih kecil daripada luas kepemilikan lahan ratarata petani setempat.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu
Mahasiswa
: Anggi Mardiyanto
NRP
: A34204037
Menyetujui, Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Ir. Qodarian Pramukanto, M. Si.
Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M. Agr.
NIP 19620214 198703 1 002
NIP 19491105 197403 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP 19571222 198203 1 002
Tanggal disetujui :
PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh: Anggi Mardiyanto A34204037
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, pada tanggal 7 Juni 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Sehat Suparlan dan Ibu Martuti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri Pagentan 1. Sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Negeri 1 Jatilawang. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Purwokerto dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa. Tahun 2004-2005 penulis aktif di DPM TPB IPB sebagai sekretaris komisi luar negeri. Penulis aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian IPB (FKRD A)
sebagai
anggota departemen Ar-Raudah pada tahun 2005-2006. Tahun 2006 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) IPB sebagai anggota divisi keprofesian. Pada tahun 2007 penulis aktif di HIMASKAP IPB sebagai ketua. Pengalaman bekerja yang pernah dijalankan, yaitu magang di PT Panca Arga Agung Purwokerto pada tahun 2005 dan sebagai asisten dosen mata kuliah Komputer Grafik di Departemen Arsitektur Lanskap IPB pada tahun 2008. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) IPB di Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Swt. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada suri teladan Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir mahasiswa program sarjana. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M., M. Si. dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan nasihat, arahan, dukungan, dan doa; 2. Dr. Ir. Afra D. N. Makalew, M. Sc. selaku dosen penguji atas saran dan nasihat yang diberikan; 3. Bapak, ibu, adik, dan keluarga tercinta atas nasihat, doa, dan dukungannya; 4. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor atas izin yang diberikan; 5. Bapak Ubeng Sasmita dan keluarga atas izin, tempat tinggal, doa, bantuan, dan dukungannya; 6. Bapak Atma dan keluarga atas doa, dukungan, dan bantuannya; 7. Bapak Kepala Dusun Teluk Waru atas doa, dukungan, dan bantuannya; 8. Teman-teman tercinta atas doa, dukungan, dan bantuannya. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat dan menjadi amal saleh yang diterima oleh Allah Swt., amin.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvii PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 Latar Belakang ................................................................................ 1 Tujuan............................................................................................. 2 Manfaat........................................................................................... 3 Kerangka Pikir ................................................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5 Perencanaan Lanskap ...................................................................... 5 Pertanian Berkonsep LEISA............................................................ 5 Konsep Sistem Pertanian Terpadu ................................................... 8 Konsep Zero Waste (Bebas Limbah) ............................................... 10 METODOLOGI............................................................................................ 12 Lokasi dan Waktu ........................................................................... 12 Metode............................................................................................ 13 Inventarisasi........................................................................... 14 Analisis.................................................................................. 18 Sintesis .................................................................................. 20 Perencanaan........................................................................... 21
x
INVENTARISASI ........................................................................................ 22 Aspek Biofisik................................................................................ 22 Aspek Sosial Ekonomi.................................................................... 33 Aspek Pendidikan........................................................................... 37 Aspek Budaya ................................................................................ 37 Aspek Usaha Tani .......................................................................... 38 Fasilitas .......................................................................................... 39 Infrastruktur ................................................................................... 39 Utilitas ........................................................................................... 40 ANALISIS.................................................................................................... 42 Analisis Penetapan Lokasi dan Penilaian Potensi Lahan ................. 42 Analisis Penetapan Peruntukan Lahan dan Jenis Komoditinya ........ 45 Analisis Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA ............. 46 Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial ......................................... 48 Analisis Kecukupan Hidup Layak................................................... 58 SINTESIS..................................................................................................... 66 Konsep Dasar ................................................................................. 66 Konsep Tata Ruang ........................................................................ 66 Pola Tanam dan Pemilharaan Ternak dan Ikan ............................... 69 Konsep Tata Hijau.......................................................................... 70 Konsep Utilitas dan Fasilitas .......................................................... 71 Konsep Sirkulasi dan Daur Energi .................................................. 71
xi
PERENCANAAN......................................................................................... 72 Rencana Lanskap............................................................................ 72 Rencana Tata Hijau ........................................................................ 72 Rencanan Tata Fasilitas dan Utilitas ............................................... 76 Rencana Tata Sirkulasi dan Daur Energi......................................... 76 SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 80 Simpulan ........................................................................................ 80 Saran .............................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 82 LAMPIRAN ................................................................................................. 84
DAFTAR GAMBAR
No. 1.
Teks
Halaman
Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu .................................................................................... 4
2.
Daur Energi dalam Agribisnis dengan Sistem LEISA.............................
7
3.
Model Sistem Pertanian Terpadu.............................................................
9
4.
Model Pertanian Terpadu yang Diadopsi dan Dimodifikasi dari Model Pertanian Terpadu Biosumber Daya di Vietnam......................................
10
5.
Peta Lokasi Penelitian..............................................................................
12
6.
Proses Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu ....................................................................................................
17
7.
Topografi Dusun Teluk Waru................................................................... 22
8.
Curah Hujan Tahun 2007 dan Tahun 2008……………………………..
23
9.
Peta Jenis Tanah Kabupaten Bogor……………………………………..
24
10.
Hidrologi Dusun Teluk Waru...................................................................
25
11.
Penyebaran Suhu Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun 2008.......
26
12.
Penyebaran Kelembaban Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun 2008..........................................................................................................
27
13.
Penyebaran Lama Penyinaran Tahun 2007 dan Tahun 2008...................
27
14.
Penyebaran Kecepatan Angin Tahun 2007 dan Tahun 2008...................
28
15.
Jenis Vegetasi Pekarangan.......................................................................
32
16.
Jenis Hewan Ternak Warga Teluk Waru.................................................
33
xiii
17.
Tanaman Pertanian Utama…………………………………………….... 34
18.
Pengelolaan Sumber Daya Alam oleh Warga Dusun Teluk Waru........... 38
19.
Pola Tanam di Lahan Kering.................................................................... 39
20.
Kolam Ikan dan Kandang Hewan Ternak................................................
39
21.
Kondisi Jalan dari Kecamatan Nanggung Menuju Dusun Teluk Waru...
40
22.
Jalan dalam Dusun Teluk Waru................................................................ 40
23.
Tempat Sampah........................................................................................
41
24.
Pipa Air Bersih.........................................................................................
41
25.
Penggunaan Lahan Pekarangan secara Tidak Efisien…………………..
43
26.
Air Limbah Rumah Tangga…………………………………………….. 44
27.
Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 1………….. 54
28.
Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 2………….. 55
29.
Zonasi I……………………………………………………………….
67
30.
Zonasi II………………………………………………………………
68
31.
Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak dan Ikan………………………..
67
32.
Konsep Sirkulasi dan Daur Energi……………………………………...
68
33.
Site Plan Alternatif 1……………………………………………………
73
34.
Site Plan Alternatif 2……………………………………………………
74
35.
Site Plan Alternatif 3……………………………………………………
75
36.
Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 1 Sistem Pertanian dengan Konsep LEISA di Pekarangan………………………………………….. 78
37.
Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 2 Sistem Pertanian dengan
xiv
Konsep LEISA di Pekarangan………………………………………….. 79
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Halaman
1. Jenis Pengambilan Informasi dan Data………………………………....
15
2. Kualitas Air Dusun Teluk Waru………………………………………...
25
3. Jenis Tanaman di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru……………...
29
4. Distribusi Mata Pencaharian Responden..................................................
34
5. Distribusi Anggota Keluarga Responden……………………………….
35
6. Rata-Rata Luas Lahan Pertanian Seluruh Responden..............................
35
7. Rata-Rata Pengeluaran Responden per Bulan………………………......
36
8. Rata-Rata Produksi Lahan Pertanian Responden……………………….
37
9. Alternatif 1 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan dengan Konsep LEISA...
46
10. Alternatif 2 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan dengan Konsep LEISA...
47
11. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Alternatif 1…………………………………………………………………………
49
12. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Alternatif 2…………………………………………………………………………
50
13. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha Tani LEISA Alternatif 1 di Dusun Teluk Waru………………………...
51
14. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha Tani LEISA Alternatif 2 di Dusun Teluk Waru………………………...
51
15. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1……………
52
xv
16. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2……………
53
17. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Altrnatif 1………...
56
18. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Altrnatif 2………...
57
19. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1……………………….
60
20. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2……………………….
61
21. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Biaya Naik 10%........... 62 22. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Harga Produk Turun 10%............................................................................................................ 63 23. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Biaya Naik 10%........... 64 24. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Harga Produk Turun 10%............................................................................................................ 65 25. Hubungan antara Fungsi dan Zona……………………………………… 66
No. 1.
Lampiran
Halaman
Jumlah dan Rata-Rata Kebutuhan Biaya Setiap Variabel per Responden (KK) di Dusun Teluk Waru…………………………….....
138
xvi
2.
Asumsi Teknis Pengusahaan Tanaman, Ternak, dan Ikan Alternatif 1..
139
3.
Asumsi Teknis Pengusahaan Tanaman, Ternak, dan Ikan Alternatif 2.
140
4.
Produksi Tanaman, Ternak dan Ikan di Pekarangan Dusun Teluk Waru per Responden (KK)……………………………………………
5.
141
Rekapitulasi Jenis Tanaman di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru. 142
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
1.
Kuisioner.................................................................................................
2.
Teknis Budi Daya Tanaman, Ternak, dan Ikan Terkait Perencanaan
84
Lanskap...................................................................................................
92
3.
Sketsa Kondisi Pekarangan Saat Ini........................................................
119
4.
Analisis Usaha Tani.................................................................................
127
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
pangan
dengan
semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkurangnya lahan pertanian, dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sejalan dengan kemajuan teknologi, muncullah penggunaan varietas unggul, pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia lainnya serta mesin-mesin pertanian sebagai usaha untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan. Usaha yang dilakukan ini dikenal dengan sistem pertanian modern. Dengan adanya sistem pertanian modern, dalam jangka waktu yang singkat produksi pertanian mengalami peningkatan. Akan tetapi, sistem pertanian tersebut tidak dapat menjamin peningkatan produksi pertanian secara berkelanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya kualitas lahan akibat pemakaian pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal. Pemakaian masukan luar yang tidak memperhatikan keseimbangan ekologi berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Menurut Saleh (2003), dampak negatif sistem pertanian modern terhadap kesehatan manusia adalah akibat penggunaan pestisida/insektisida kimia yang tidak tepat dosis, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat aturan. Dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain, berupa keracunan yang bersifat mendadak dan keracunan yang berat (Saleh, 2003). Sistem pertanian modern mengakibatkan terganggunya keseimbangan sebagai indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam (Salikin, 2003). Sistem pertanian tersebut mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati seperti varietas lokal akibat penggunaan varietas unggul dan hilangnya organisme nonhama atau musuh alami hama yang sebenarnya bermanfaat. Sistem pertanian modern sangat bergantung pada bahan bakar minyak yang digunakan dalam memproduksi pupuk dan pestisida. Bahan bakar minyak
2
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang jumlahnya terbatas dan suatu saat dapat habis. Oleh karena itu, perlu efisiensi dalam menggunakan bahan bakar tersebut. Harga minyak dunia yang meningkat mempengaruhi peningkatan biaya produksi pupuk dan pestisida sehingga harga jualnya menjadi mahal. Varietas unggul yang digunakan sangat responsif terhadap unsur hara. Dalam hal ini, semakin tinggi pemberian pupuk, semakin tinggi produksi yang dihasilkan dan semakin tinggi pula biaya produksi yang diperlukan. Bagi petani kecil hal ini sangat memberatkan dan menjadikan mereka semakin miskin ditambah dengan kepemilikan lahan yang sempit yang mengakibatkan produksi mereka sedikit. Dengan, disatu sisi, lahan pertanian yang semakin berkurang, keanekaragaman hayati yang menyusut, dan permasalahan pertanian yang ada, maka di sisi lainnya sumber daya alam yang melimpah diperlukan pemanfaatan secara optimal sumber daya yang ada melalui perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA (low-external-input and sustainable agriculture). Pekarangan merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal sehingga mudah dalam pengelolaannya. Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem yang menggunakan kembali dan mendaur ulang, menggunakan binatang dan tumbuhan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem buatan yang sesuai, serta meniru bekerjanya prosesproses alam (http://utafoundation.org diakses tanggal 26 Januari 2008). Menurut Reijntjes, Haverkort, dan Waters-Bayer (1999), LEISA adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan yang secara ekonomis layak, secara ekologis mantap, sesuai menurut budaya, dan secara sosial adil.
1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan merencanakan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA melalui pemanfaatkan secara optimal sumber daya yang tersedia dengan memperhatikan fungsi-fungsi ekologi,
3
ekonomi, dan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) petani sehingga didapatkan luas lahan minimum untuk kelayakan usaha tani. 1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi petani, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan instansi-instansi terkait serta masyarakat umum dalam menciptakan pertanian terpadu yang berwawasan lingkungan.
1.4. Kerangka Pikir Sistem pertanian modern yang memakai masukan luar seperti pupuk kimia, pestisida, dan varietas unggul mempunyai dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang melebihi batas normal menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, di antaranya, organisme yang bermanfaat atau musuh alami hama. Residu pupuk kimia dan pestisida membahayakan kesehatan manuasia yang mengkonsumsi hasil pertanian. Produksi pupuk kimia dan pestisida bergantung pada bahan bakar minyak. Tingginya harga minyak mempengaruhi tingginya biaya produksi pupuk kimia dan pestisida serta mahalnya harga jual. Mahalnya harga jual pupuk kimia serta pestisida berpengaruh terhadap biaya produksi pertanian. Varietas unggul yang sangat responsif terhadap unsur hara memerlukan pupuk kimia dalam jumlah yang banyak untuk meningkatkan hasil produksi. Peningkatan hasil tidak dirasakan manfaatnya karena biaya produksi yang tinggi. Kepemilikan lahan petani yang sempit dengan sistem pertanian tersebut menyebabkan taraf kehidupan petani menjadi tidak layak. Dalam upaya meningkatkan taraf kehidupan petani dan menjaga kelestarian lingkungan, diperlukan usaha agar kebutuhan hidup layak petani terpenuhi serta kondisi ekologi terjaga. Dalam konteks itu, perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA perlu diusahakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, yaitu dengan mengintegrasikan interaksi sumber daya yang terdapat di dalam lingkungan seperti tumbuhan,
4
hewan, dan energi serta meminimalkan masukan dari luar yang mengganggu kelangsungan proses-proses ekosistem. Sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang di dalamnya terdapat hubungan saling terkait dan kebergantungan antarelemen yang ada di dalam sistem tersebut. Komponen dalam sistem tersebut meliputi tumbuhan, ternak, dan manusia. Keluaran yang dihasilkan oleh satu elemen menjadi masukan bagi elemen yang lain. Dalam sistem tersebut terdapat perputaran energi, yaitu energi yang berasal dari dalam sistem itu sendiri. Dalam sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA digunakan masukan dari luar seperti pupuk inorganik dan pestsida buatan digunakan dalam jumlah yang terbatas. Sistem pertanian terpadu dengan konsep LEISA menggunakan masukan luar rendah sehingga tidak memerlukan biaya yang mahal. Produk dari sistem pertanian tersebut aman dari racun karena masukan berasal dari sistem itu sendiri. Sistem pertanian terpadu berusaha memperbaiki kondisi dari tiap-tiap komponen sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Dalam perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA akan didapatkan luas lahan minimum untuk memenuhi kebutuhan hidup layak petani. Kebutuhan hidup layak petani dapat terpenuhi dengan optimalisasi praktik usaha tani sesuai dengan ketersediaan lahan yang ada melalui pertimbangan ekonomi (kelayakan finansial), ekologi, dan sosial usaha tani dengan menciptakan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu berkonsep LEISA (Gambar 1). Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Ketersediaan Lahan Usaha Tani
Praktik Usaha Tani
Pertimbangan Ekonomi
Pertimbangan Sosial
Pertimbangan Ekologi
Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu Berkonsep LEISA
Gambar 1. Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu (Sumber: diadopsi dan dimodifikasi dari LPPM Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan BAPPEDA Kabupaten Serang, 2004)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan Lanskap Perencanaan merupakan bagian yang utama dalam menciptakan suatu lanskap. Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal dan keadaan yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut (Simonds, 1983). Menurut Gold (1980), proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Untuk menghasilkan hal tersebut, dibutuhkan berbagai pendekatan dalam proses perencanaan. Pendekatan yang baik menurut Laurie (1990), pada hakekatnya didasarkan pada lima komponen utama, yaitu pendekatan terhadap faktor alami, sosial, teknologi, metodologi, serta nilai-nilai. Dalam menciptakan suatu lanskap yang berkelanjutan, perencana hendaknya memperhatikan kelima pendekatan tersebut. Lanskap yang berkelanjutan merupakan suatu lanskap yang fungsi-fungsi di dalamnya saling terkait. Ekologi merupakan hal yang utama dalam merencanakan
suatu
lanskap
yang
berkelanjutan.
Rachman
(1984)
mengemukakan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu perencanaan yang berpijak kuat pada dasar ilmu lingkungan/ekologi dan pengetahuan alam yang bergerak dalam kegiatan penilaian atas lahan yang luas, dalam mencari ketepatan tata guna lahan di masa mendatang.
2.2. Pertanian Berkonsep LEISA Kerusakan
lingkungan
akibat
sistem
pertanian
modern
yang
mengandalkan masukan luar yang tinggi seperti pupuk kimia, varietas unggul, dan pestisida menyebabkan ekosistem rusak dan terganggu. Dalam menekan laju kerusakan lingkungan, penggunaan masukan luar yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan ditekan dan diarahkan agar sesuai dengan kondisi lingkungan.
6
Untuk menjaga kondisi lingkungan diperlukan sistem pertanian yang berupaya meminimalkan penggunaan masukan (benih, pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar) dari luar ekosistem, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup pertanian (Salikin, 2003). Pertanian dengan masukan luar rendah dikenal dengan istilah LEISA (low-external-input and sustainable agriculture). Menurut Reijntjes et al. (1999), LEISA adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan yang layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, disesuaikan menurut budaya, dan adil secara sosial. Zamora (1995) (dalam Salikin, 2003) memberikan lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian menjadi berkelanjutan, yaitu (1) kelayakan ekonomis (economic viability); (2) bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (ecologically sound and friendly); (3) diterima secara sosial (socially just); (3) kepantasan secara budaya (culturally approriate); (5) pendekatan sistem dan holistik (systems and holistic approach). Dalam memanfaatkan sumber daya untuk keberlanjutan pertanian hendaknya dengan bijaksana. Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber
daya
pertanian
untuk
memenuhi
kebutuhan
manusia
sambil
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam (Reintjes et al., 1999). Salikin (2003) menjelaskan bahwa dengan model LEISA, kekhawatiran penurunan produksi secara drastis dapat dihindari sebab penggunaan masukan luar masih diperkenankan, sebatas hal tersebut sungguh-sungguh penting atau mendesak dan tidak ada pilihan. Salikin (2003) menambahkan bahwa model LEISA masih menjaga toleransi keseimbangan antara pemakaian masukan internal dan masukan eksternal, misalnya penggunaan pupuk organik diimbangi dengan pupuk TSP, pemakaian pestisida hayati dilakukan bersama-sama dengan pestisida sintetik, teknologi spesifik lokasi disandingkan dengan teknologi canggih dan sebagainya. Mugnisjah (2000) menyatakan bahwa sistem pengusahaan tanaman dan ternak akan memanfaatkan masukan internal semaksimal mungkin. Sarana produksi pertanian yang didatangkan dari luar, khususnya masukan eksternal berupa pupuk inorganik dan
7
pestisida buatan dalam jumlah yang terbatas, diupayakan dari toko sarana produksi tanaman/ternak terdekat (Mugnisjah, 2000). Gambar 2 menunjukkan daur energi dalam agribisnis dengan sistem LEISA menurut Mugnisjah (2000).
Arus energi yang membangun sistem tertutup karena mampu menghasilkan masukan internal Arus energi yang memungkinkan sistem terbuka sehingga mendatangkan masukan eksternal
Gambar 2. Daur Energi dalam Agribisnis dengan Sistem LEISA (Mugnisjah, 2000) Reijntjes et al. (1999) mengemukakan bahwa terdapat lima prinsip ekologi dari sistem LEISA yang perlu dijalankan dalam praktek bertani. Kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengamankan kondisi tanah agar sesuai untuk tanaman, terutama dengan mengelola bahan organik dan merangsang kehidupan jasad hidup di dalam tanah; (2) mengoptimumkan ketersediaan hara dan menyeimbangkan arus hara, terutama dengan mengintroduksi tanaman penambat nitrogen, mendaurulangkan hara, dan menggunakan pupuk eksternal secara komplementer; (3) meminimumkan kehilangan akibat radiasi matahari, udara, dan air (misalnya penguapan air berlebihan, kekeringan, kebanjiran, dan rebah) dengan cara mengelola mikroklimat, mengelola air, dan mengendalikan erosi; (4) meminimumkan kehilangan hasil oleh hama dan penyakit dengan mengendalikannya secara terpadu; (5) menggali potensi kegunaan sumber daya genetik secara komplementer dan sinergik dengan mempertahankan biodiversitas yang tinggi.
8
2.3. Konsep Sistem Pertanian Terpadu Kekuatan utama sistem pertanian terletak pada integrasi fungsional dari beragam sumber daya dan teknik pertanian (Reijntjes, et al., 1999). Reintjes et al. (1999)
menambahkan bahwa dengan
mengintegrasikan beragam
fungsi
pemanfaatan lahan (misalnya memproduksi bahan pangan, kayu, dan sebagainya; mengkonservasi tanah dan air; melindungi tanaman; mempertahankan kesuburan tanah) serta memanfaatkan beragam komponen biologis (ternak besar dan ternak kecil, tanaman pangan, hijauan makanan ternak, padang rumput alami, pohon, rempah-rempah, pupuk hijau, dan sebagainya), stabilitas dan produktivitas sistem usaha tani sebagai suatu keseluruhan dapat ditingkatkan dan basis sumber daya alam dapat dikonservasi. Untuk mengintegarsikan fungsi-fungsi sumber daya yang terdapat dalam pertanian diperlukan suatu sistem yang dikenal dengan sistem pertanian terpadu. Sistem pertanian terpadu atau sistem pertanian dan pengelolaan limbah terpadu adalah suatu sistem yang mengkombinasikan ternak, budi daya ikan, dan agroindustri dalam sebuah simbiosis yang luas atau dalam sistem yang saling bersinergi sehingga limbah dari salah satu proses menjadi masukan bagi prosesproses yang lain, dengan atau tanpa perlakuan, untuk menyediakan sarana produksi seperti energi, pupuk, dan pakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan biaya minimal (http://www.onevillagefoundation.org/ovf/ downloads/pdfs/IF&WMS_Packet/IF& WMS_overview.pdf diakses tanggal 30 Januari 2009). Menurut Najiyati et al. (2005), sistem pertanian terpadu merupakan sistem budi daya dua jenis komoditas pertanian atau lebih dalam satu siklus yang saling berkaitan (Gambar 3). Prinsip dari
pertanian terpadu melibatkan tiga
komponen utama: tumbuhan (dapat menangkap dan menyimpan energi dari matahari), ternak (menggunakan nutrisi pada tumbuhan untuk produksi protein hewani dan memberi makanan kepada tumbuhan dengan pupuk kotorannya), dan energi (http://www.mekarn.org/msc 2003-05/theses05/phallalr.pdf diakses tanggal 26 Januari 2008). Gambar 4 menunjukkan model pertanian terpadu yang diadopsi dan dimodifikasi dari model pertanian terpadu biosumber daya di Vietnam (sumber: Lightfool dan Minnick (1990) dalam Reijntjes, et al. (1999)). Salikin
9
(2003) menjelaskan bahwa dengan sistem terpadu, terdapat siklus yang tidak terputus dan saling menguntungkan dari subbidang budi daya tanaman, perkebunan, peternakan, dan perikanan untuk jangka waktu yang panjang tanpa kekhawatiran terjadinya pencemaran zat beracun karena semua masukan berasal dari dalam ekosistem sendiri. Hubungan saling terkait dan interaksi antarelemen yang terdapat dalam pertanian terpadu merupakan suatu konsep ekosistem yang antarkomponennya saling mempengaruhi. Pengintegrasian antarkomponen dalam pertanian terpadu bertujuan mencapai
efisiensi penggunaan energi
agar
pertanian dapat
berkelanjutan. Energi yang dibutuhkan dalam sistem sesuai dengan
konsep
permanent agriculture. Menurut Mollison dan Slay (1991), dalam semua pertanian permanen atau secara umum, budi daya oleh manusia yang berkelanjutan membutuhkan energi yang berasal dari sistem tersebut.
Arus energi sebagai masukan internal Gambar 3. Model Sistem Pertanian Terpadu (Najiyati et al., 2005)
10
Arus energi sebagai masukan internal Gambar 4. Model Pertanian Terpadu yang Diadopsi dan Dimodifikasi dari Model Pertanian Terpau Biosumber Daya di Vietnam (Sumber: Lightfool dan Minnick (1990) dalam Reijntjes et al. (1999)) 2.4. Konsep Zero Waste (Bebas Limbah) Dalam sistem pertanian yang terintegrasi, limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Limbah dari tanaman dimanfaatkan kembali sebagai pupuk bagi tanaman atau sebagai pakan ternak dan ikan. Kotoran ternak menjadi pupuk bagi ikan dan tanaman. Air dari kolam ikan dapat menjadi sumber hari bagi tanaman apabila digunakan untuk mengairi tanaman karena mengandung bahan organik dari kotoran ikan. Sistem tersebut berperan dalam rangka menciptakan keadaan yang zero waste (bebas limbah). Zero waste adalah suatu filosofi yang bertujuan untuk memandu orang di dalam mendesain kembali sistem penggunaan sumber daya mereka dengan tujuan mengurangi sampah menjadi nol (http://en.wikipedia.org/wiki/Zero_waste diakses tanggal 30 Januari 2008). Strategi zero waste akan memutar keluaran dari tiap-tiap penggunaan sumber daya ke dalam masukan untuk penggunaan yang lain, atau dengan kata lain keluaran menjadi masukan (http://en.wikipedia.org/wiki/Zero_waste diakses tanggal 30
11
Januari 2008). Konsep zero waste juga dapat mengurangi limbah rumah tangga dengan memanfaatkan limbah organik sebagai pupuk bagi tanaman.
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian terletak di Dusun Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor (Gambar 5). Penelitian berlangsung pada bulan Maret sampai Oktober 2009.
Sumber : Budidarsono et. al.( 2006)
Sumber : Peta Rupabumi Digital Indonesia Cihiris (BAKOSURTANAL, (2000))
Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian
3.2. Metode Metode penelitian ini menggunakan tahapan yang terdiri dari tahap inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan (Gambar 6).
Gambar 6. Proses Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian Terpadu (sumber: diadopsi dan dimodifikasi dari Mugnisjah, 2000)
3.2.1. Inventarisasi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengambilan data dan informasi mengenai lahan untuk usaha tani. Kegiatan evaluasi lahan diperlukan untuk menduga potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non-pertanian (Sitorus, 2004). Evaluasi lahan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai aspek biofisik, sosial ekonomi, dan budaya. Data dan informasi lain yang dikumpulkan adalah mengenai usaha tani, teknis budi daya, biaya dan pendapatan usaha tani, utilitas, fasilitas, dan infrastuktur. Data dan informasi didapat melalui wawancara dengan kepala keluarga dengan bantuan kuisioner Lampiran 1, pengamatan langsung, dan dari data sekunder. Informasi dan data yang diambil terdapat dalam Tabel 1. Dalam tahap ini ditetapkan sampel 30 kepala keluarga (KK) petani yang diambil secara acak per kelas dari selang sebagai berikut: memiliki pekarangan seluas 120 m2 - 400 m2, tetapi tidak memiliki lahan lain; memiliki pekarangan seluas 120 m2 – 400 m2 dan lahan lain seluas < 1000 m2; memiliki pekarangan seluas 120 m2 – 400 m2 serta lahan lain seluas ≥ 1000 m2.
Tabel 1. Jenis Pengambilan Informasi dan Data No. 1
Jenis Data
Parameter
Satuan
Sumber
Bentuk
Interpretasi
Letak
koordinat
Institusi desa,
Deskripsi,
Mengetahui orientasi tapak,
Luas
ha
survei lapang,
peta, foto
kepekaan terhadap erosi
Puslitanak
Deskripsi, peta
Analisis kesesuaian tanah untuk
Biofisik a. Tapak
Batas Aksesibilitas Topografi Kemiringan
%
Layout b. Tanah
Sifat fisik Sifat kimia
jenis tanaman pertanian,
Daya dukung tanah
analisis kesuburan
Jenis Tanah c. Hidrologi
d. Iklim
e. Vegetasi
Peta hidrologi
BMG
Kualitas air
mg/l
Curah hujan
mm/th
Distribusi Air
m3/l
Suhu
0
Kelembaban udara
%
C
Kecepatan angin
km/jam
Lama penyinaran
%
Jenis
Deskripsi, foto
Analisis kesesuaian air untuk kegiatan bertani secara terpadu
BMG
Data Statistik
Pengaruh iklim terhadap sumber daya tapak
Survei lapang, literatur
Deskripsi, foto
Penggunaan jenis tanaman
untuk pengembangan f. Satwa
Jenis
survei lapang,
Deskripsi, foto
literatur 2
Analisis potensi fungsi satwa untuk pengembangan
Sosial ekonomi a. Kebutuhan hidup petani dan
Rp
Survei lapang
Deskripsi
kelayakan usaha tani b. Sumber daya manusia petani
Analisis biaya, analisis kelayakan finansial
Usia Jumlah anggota keluarga
tahun
Deskripsi
orang
Analisis biaya, ketersediaan kerja, analisis kelayakan finansial
Pendidikan 3
Budaya
4
Usaha tani
Pengalaman bertani Kearifan lokal dalam bertani Kearifan lokal dalam memelihara sumber daya alam
tahun
Jenis lahan
Survei lapang
Deskripsi
Mengetahui cara bertani dan memelihara sumber daya alam
Deskripsi, foto
Penetapan lahan
2
Luas kepemilikan
m ; ha
Jenis komoditi Lokasi lahan dari jalan raya
m2; ha km
dan komoditi untuk LEISA
Sumber pengairan Pola tanam 5
Teknis budi daya
Pengolahan tanah Pemupukan Hasil panen
liter; kg; g; ml; Rp kg
Survei lapang, literatur
Deskripsi
Analisis budi daya pertanian
Pemanfaatan limbah Kendala usaha tani 6
7
Biaya dan pendapatan usaha tani
Fasilitas
Tenaga kerja Penggunaan masukan
HOK; Rp liter; kg; g; ml; Rp
Biaya lain Penyusutan alat dan bangunan
Rp Rp
Produksi dan nilainya Produksi limbah dan nilainya
kg; Rp kg; Rp
Kandang ternak
m2
Kolam
Survei lapang, literatur
Deskripsi
Analisis biaya, analisis kelayakan finansial
Survei lapang
Deskripsi, foto
Penetapan lahan untuk LEISA
2
m
8
Infrastruktur
Jalan
Survei lapang
Deskripsi, foto
Penetapan lahan untuk LEISA
9
Utilitas
Tempat sampah
Survei lapang
Deskripsi, foto
Penetapan lahan untuk LEISA
Irigasi
Survei lapang
Deskripsi, foto
Drainase
3.2.2. Analisis Pada kegiatan analisis dilakukan tahapan-tahapan yang diadopsi dan dimodifikasi dari Mugnisjah, Suwarto, dan Solihin (2000) yang terdiri dari beberapa tahap: (1) penetapan lokasi dan penilaian potensi lahan, (2) penetapan peruntukan lahan dan jenis komoditinya, (3) pemilihan dan penetapan komoditi untuk LEISA (4) analisis biaya produksi (5) analisis kelayakan finansial. Kelima langkah ini dilanjutkan dengan penetapan status pemenuhan kebutuhan hidup layak keluarga petani. Uraian tentang langkah-langkah analisis dijelaskan sebagai berikut: 1. Penetapan Lokasi dan Penilaian Potensi Lahan Dalam penetapan lahan diperlukan pertimbangan dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial. Pertimbangan ekonomik yang diambil meliputi (1) kemungkinan usaha tani yang kini dilaksanakan masih dapat ditingkatkan efisiensinya dengan sistem LEISA; (2) lokasi lahan beraksesibilitas baik, tidak terlalu jauh dari pasar sarana produksi dan produk usaha tani; (3) tidak ada kendala ketersediaan tenaga kerja. Pertimbangan ekologik yang diambil mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) lahan dapat ditanami sepanjang tahun (tiga musim tanam); (2) lahan khususnya sawah, biasanya diusahakan dengan teknologi pertanian konvensional; (3) terdapat saluran air untuk memasok keperluan lahan, khususnya kolam, sepanjang tahun. Pertimbangan sosialnya adalah pemilik lahan tidak keberatan jika lahannya dikelola dengan sistem LEISA. Pertimbangan teknisnya adalah tersedianya fasilitas dan utilitas yang mendukung sumber daya usaha tani. 2. Penetapan Peruntukan Lahan dan Jenis Komoditinya Peruntukan lahan ditetapkan dengan memperhatikan kelayakannya sebagai tempat kegiatan pertanian berpendekatan LEISA, yang terdiri dari satu kesatuan pengelolaan usaha tani tanaman, ternak, dan ikan. 3. Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA Biodiversitas dan daur energi yang tinggi mendapatkan penekanan dalam sistem pertanian yang dibangun. Pendaurulangan hara di dalam sistem diusahakan dengan tanaman dan ternak sehingga dapat mengurangi penggunaan masukan
usaha tani dari luar sistem. Tanaman, ternak, dan ikan yang diusahakan menghasilkan produk utama kebutuhan manusia (khususnya pangan) dan produk ikutan untuk kebutuhan proses produksi tanaman dan hewan (sebagai sumber masukan internal). 4. Analisis Biaya Produksi Kegiatan ini merupakan kegiatan menghitung seluruh biaya sarana produksi dan biaya operasional usaha tani, terdiri dari biaya investasi dan modal kerja (biaya tetap dan biaya tidak tetap). 5. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha tani dengan asumsi seluruh hasil usaha tani dijual dengan harga pasar (Priandono, 2006). Analisis yang digunakan meliputi analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). NPV merupakan nilai sekarang selisih antara nilai sekarang dari benefit (manfaat atau penerimaan) dengan cost (biaya) pada tingkat suku bunga tertentu. Dari NPV dapat diketahui bahwa suatu proyek dikatakan layak jika perencanaan investasi menghasilkan NPV lebih besar daripada nol. Apabila nilai NPV lebih kecil daripada nol, perencanaan tersebut tidak layak. Rumus perhitungan NPV (Gittinger, 1986) adalah sebgai berikut: n B − Ct NPV = ∑ t t i =1 (1 + i )
dengan
Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = biaya pada tahun t t = 1, 2, 3, …, n n = umur proyek i = tingkat diskonto. IRR merupakan tingkat diskonto yang dapat menyebabkan NPV sama
dengan nol. Untuk menghitung nilai IRR dilakukan dengan coba-coba sedemikian sehingga ditemukan tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV sama dengan nol (Tjakrawiralaksana, 1985). Lebih lanjut Tjakrawiralaksana (1985) menyatakan bahwa biasanya tidak ditemukan secara tepat, tetapi dapat dicari dengan cara interpolasi dengan menggunakan rumus di bawah ini:
IRR = i ' +
(
NPV ' i " − i' ' " NPV − NPV
dengan
)
NPV’ = NPV negatif
i’ = diskonto untuk NPV’
NPV” = NPV positif
i” = diskonto untuk NPV”.
Selanjutnya, cara lain untuk menilai kelayakan suatu proyek adalah dengan Net B/C, yaitu diperoleh dengan membagi jumlah present value (PV) yang positif dengan PV yang negatif (Priandono, 2006). Selanjutnya, jika Net B/C lebih besar daripada satu, proyek tersebut dikatakan layak. Jika Net B/C lebih kecil daripada satu, proyek tersebut dikatakan tidak layak. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger, 1986): n
Net B/C =
Bt − C t
∑ (1 + i ) t =1 n
n
t
C t − Bt
∑ (1 + i )
t
t =1
=
∑ (B t =1 n
∑ (C t =1
t
− C t )(DF )
t
− Bt )(DF )
n
=
∑ (NetBenefitPlus )( DF ) t =1 n
∑ (NetBenefitMinus )( DF ) t =1
Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun t
dengan
Ct = biaya pada tahun t t = 1, 2, 3, …, n n = umur proyek i
= tingkat diskonto
DF = discount factor. 6. Analisis Kecukupan Hidup Layak Dalam analisis ini, keuntungan usaha tani terpadu dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak petani yang didapatkan dari data survei. Dengan cara demikian status kecukupan hidup layak petani tersebut dapat diketahui. 3.2.3. Sintesis Pada tahap ini ditentukan penetapan pola tanam, ternak, dan ikan, konsep tata ruang, tata hijau, utilitas, dan fasilitas, serta sirkulasi dan daur energi yang mengintegrasikan sumber daya pertanian yang terdapat di dalam tapak. Menurut Mugnisjah et al. (2000) dalam penetapan pola tanam, ternak, dan ikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) pola tanam dan pola pengusahaan ternak dan ikan mempertimbangkan prinsip intensitas penggunaan lahan yang tinggi, baik dari aspek ekonomi maupun aspek ekologi (pendaurulangan unsur hara); (2) pertanaman ganda dilakukan untuk mengurangi risiko ekonomi jika
terjadi kegagalan pertanaman atau harga produk suatu jenis tanaman rendah; (3) rotasi tanaman semusim dilakukan dengan mempertimbangkan perlunya inkorporasi kompos biomassa hasil sampingan ke dalam tanah. Konsep tata ruang ditentukan dengan memperhatikan aspek biofisik dan komoditi (tanaman, ternak, dan ikan). Konsep tata hijau ditentukan dengan memperhatikan aspek estetika dan aspek ekologi. Konsep sirkulasi dan daur energi memperhatikan hubungan penyediaan masukan internal. Konsep utilitas dan fasilitas memperhatikan keberadaan sumber daya. 3.2.4. Perencanaan Dalam tahap perencanaan, konsep yang sudah ditentukan dikembangkan dalam bentuk tata hijau, tata fasilitas dan utilitas serta tata sirkulasi dan daur energi. Bentuk dari perencanaan lanskap berupa rencana tapak (site plan) yang menggambarkan penataan tanaman, penataan ruang, jalur sirkulasi yang direncanakan, serta utilitas dan fasilitas yang mendukung keberadaan sumber daya usaha tani.
BAB IV INVENTARISASI
4.1. Aspek Biofisik 4.1.1. Tapak Lokasi penelitian terletak di Dusun Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dusun Teluk Waru terletak pada koordinat 6o40’00” – 6o38’30” LS dan 106 o30’00” – 106 o32’30” BT. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Nyangkoek; sebelah timur berbatasan dengan Desa Cisarua; sebelah barat berbatasan dengan Desa Kiarapandak; sebelah selatan berbatasan dengan desa Kiarasari. Luas Dusun Teluk Waru adalah ± 323,7 ha. Kemiringan dusun Teluk Waru terdiri dari relatif datar 2-15%, bergelombang 1540%, dan curam >40%. Secara umum, topografi Dusun Teluk Waru bergelombang dengan ketinggian antara 743 dan 1056 mdpl (Gambar 7).
Gambar 7. Topografi dusun Teluk Waru
23
4.1.2. Tanah Berdasarkan peta tanah Kabupaten Bogor yang bersumber dari BAPPEDA Kabupaten Bogor, Dusun Teluk Waru mempunyai jenis tanah latosol coklat kemerah-merahan, latosol merah kekuning-kuningan, dan litosol yang masuk dalam ordo Inceptisols. Tanah inceptisols adalah tanah yang mempunyai tanah yang mempunyai sedikit horison atau horison yang tidak jelas. Rejim kelembaban tanah ini tergolong baik sampai cukup baik, memiliki mineral yang mudah lapuk. Sifat fisik tanah inceptisols yaitu bertekstur lebih halus dari pasir berlempung halus dengan fraksi liat beraktivitas sedang sampai tinggi (Abdullah, 1999). Tanah ini mempunyai subhorison kambik dengan KTK sedang. Kesuburan tanah ini rendah sampai tinggi. Tanah di dusun Teluk Waru ini mempunyai pH tinggi antara 7 - 8,5 (Gambar 9).
4.1.3. Hidrologi Di Dusun Teluk Waru terdapat aliran sungai Ci Durian yang dimanfaatkan warga untuk air minum dan irigasi lahan pertanian. Dusun Teluk Waru memiliki curah hujan sepanjang tahun 2007 sebesar 5441 mm/tahun dengan curah hujan bulanan berkisar dari 119-635 mm dengan rata-rata curah hujan 453 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Agustus dan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan April. Pada tahun 2008 curah hujan sebesar 6235,3 mm/tahun dengan curah hujan bulanan berkisar 156-1035 mm dengan rata-rata curah hujan 519,6 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juli dan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Oktober. Penyebaran data curah hujan sepanjang tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 8. Data curah hujan sepanjang tahun 2007 dan 2008 ditakar di Perkebunan Cianten.
Gambar 8. Curah Hujan Tahun 2007 dan Tahun 2008
24
Gambar 9. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bogor (BAPPEDA Kabupaten Bogor, 2009)
25
Sumber air yang digunakan oleh warga berasal dari mata air Gunung Halimun. Air tersebut digunakan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari dan untuk mengairi sawah. Berdasarkan hasil analisis laboratorium Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor sumber air yang digunakan mempunyai kandungan pH 6,75, kandungan total amoniak (NH3-N) sebesar 0,02 mg/l, dan kadar DO 2 mg/l (Tabel 2). Gambar 10 memperlihatkan kondisi hidrologi Dusun Teluk Waru. Tabel 2. Kualitas Air Dusun Teluk Waru No. 1 2 3
Parameter pH Total Amoniak (NH3-N) DO
Satuan mg/l mg/l
Nilai 6,75 0,02 2
Sumber: Analisis Laboratorium Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan, IPB
Penampungan air
Air irigasi
Pipa saluran air untuk rumah tangga
Kolam ikan
Gambar 10. Hidrologi Dusun Teluk Waru 4.1.4. Iklim Data iklim yang diperoleh dari stasiun Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor. Data iklim yang didapat meliputi suhu, kelembaban, lama
26
penyinaran, dan kecepatan angin. Data iklim yang didapat merupakan data pada tahun 2007 dan 2008. a. Suhu Suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2007 dan 2008 tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan setiap bulannya. Sepanjang tahun 2007 suhu rata-rata bulanan berkisar dari 25.1 hingga 26.1 0C. Suhu rata-rata bulanan terendah terdapat pada bulan Februari dengan suhu maksimum 29.7 0C dan minimum 22.6 0C, sedangkan suhu rata-rata bulanan tertinggi pada terdapat pada bulan Januari dengan suhu maksimum 31.7 0C dan minimum 22.4 0C. Sepanjang tahun 2008 suhu rata-rata bulanan berkisar 25.1-25.9 0C. Suhu rata-rata bulanan terendah terdapat pada bulan Maret dengan suhu maksimum 30.9 0C dan minimum 22 0C, sedangkan suhu rata-rata bulanan tertinggi terdapat pada bulan September dengan suhu maksimum 32.8
0
C dan
minimum 21.7 0C. Penyebaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Penyebaran Suhu Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun 2008 b. Kelembaban Udara atmosfer merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terdapat di udara (Tjasjono, 1999). Sepanjang tahun 2007 stasiun meteorologi dan geofisika Darmaga mencatat kelembaban tertinggi pada bulan Februari, yaitu 90%. Kelembaban terendah terjadi pada bulan September, yaitu 77%. Rata-rata kelembaban udara sepanjang tahun 2007 adalah 83.3%. Sepanjang tahun 2008 tercatat kelembaban tertinggi pada bulan Februari, yaitu 90%. Kelembaban terendah pada bulan Juli yaitu 77%.
27
Rata-rata kelembaban udara sepanjang tahun 2008 adalah 84.2%. Data tentang penyebaran kelembaban sepanjang tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Penyebaran Kelembaban Rata-Rata Bulanan Tahun 2007 dan Tahun 2008 c. Lama Penyinaran Lama penyinaran yang tercartat sepanjang tahun 2007 rata-rata 66.3%. Lama penyinaran tertinggi terdapat pada bulan September, yaitu 90%. Lama penyinaran terendah terdapat pada bulan Desember, yaitu 39%. Lama penyinaran yang tercartat sepanjang tahun 2008 rata-rata 6.6%. Lama penyinaran tertinggi terdapat pada bulan Juli, yaitu 93%. Lama penyinaran terendah terdapat pada bulan Februari, yaitu 18%. Penyebaran data lama penyinaran sepanjang tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Penyebaran Lama Penyinaran Tahun 2007 dan Tahun 2008
28
d. Kecepatan Angin Kecepatan angin yang tercatat sepanjang tahun 2007 rata-rata adalah 2.6 km/jam. Kecepatan tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar 3,7 km/jam. Kecepatan terendah terdapat pada bulan Mei sebesar 1.9 km/jam. Kecepatan angin yang tercatat sepanjang tahun 2008 rata-rata adalah 2.5 km/jam. Kecepatan tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 3.2 km/jam. Kecepatan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 2 km/jam. Penyebaran data mengenai kecepatan angin sepanjang tahun 2007 dan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Penyebaran Kecepatan Angin Tahun 2007 dan Tahun 2008 4.1.5. Vegetasi Vegetasi yang terdapat dalam tapak yang akan direncanakan didominasi oleh pepohonan dan semak belukar. Vegetasi yang terdapat pada pekarangan masyarakat Dusun Teluk Waru sangat beragam mulai dari tanaman hias, sayursayuran, musiman, bumbu-bumbuan, industri, dan kayu-kayuan (Tabel 3). Tananaman hias yang ditanam adalah, antara lain, mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii), adam hawa (Rhoeo discolor), kaktus (Opuntia spp.), bayam-bayaman (Coleus sp. Salmon Lace), lolipop (Pachystachys lutea), peacy lily (Spathiphyllum wallisii) dan kuping gajah (Anthurium crystallinum). Tanaman musiman yang ditemukan seperti durian (Durio zibethinus), singkong (Manihot utilissima Pohl), pepaya (Carica papaya), talas (Colocasia esculenta), dan pisang (Musa spp.). Tanaman tahunan yang ditemukan adalah sengon (Paraserianthes falcateria L. Nielsen), afrika (Maesopsis eminii Engl). Pada lahan pertanian kering warga terdapat tanaman padi gogo (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kacang panjang (Vigna sinensis), kacang merah (Vigna umbellate), sengon (Paraserianthes falcateria L. Nielsen), dan afrika (Maesopsis eminii Engl). Lahan pertanian basah
29
ditanami padi (Oryza sativa) sepanjang tahun. Gambar 15 memperlihatkan beberapa jenis vegetasi yang dapat ditemui di pekarangan warga Dusun Teluk Waru.
Tabel 3. Jenis Tanaman di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru A. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 B. No. 1 2 3 4 5
Tanaman Buah-Buahan Nama Lokal Alpukat Aren Belimbing Cengkeh Duku Durian Jambu air Jambu biji Jengkol Jeruk Jeruk nipis Kakao Kedondong Kelapa Kopi Mangga Manggis Markisa Melinjo Nanas Nangka Pepaya Petai Pinang Pisang Rambutan Salak Sirsak Tanaman Bumbu-Bumbuan Nama Lokal Kemangi Lada Lengkuas Pandan wangi Serai wangi
Nama Latin Persea americana Arenga pinnata Averrhoa carambola Eugenia aromatica Lansium domesticum Durio zibethinus Syzygium semarangens Psidium pumilum Pithecelobium jiringa Citrus sp. Citrus lemon Thebroma cacao Spondia spinnota Cocos nucifera Coffea robusta Mangifera indica Garcinia mangostama Passiflora edulis Gnetum gnemon Ananas comosus Artocarpus heterophyllus Carica papaya Parkia speciosa Areca catechu Musa spp. Nephelium lappaceum Salacca edulis Annona muricata Nama Latin Ocimum basilicum Piper nigrum Languas galanga Pandanus amaryllfolium Cymbopogon citratus
30
C. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Tanaman Hias Nama Lokal Adam hawa Aglonema Bambu pagar Bayam-bayaman Beras tumpah Beringin Bunga kertas Bunga matahari Bunga pukul empat Bunga sepatu Cemara kipas Daun beludru Drasaena hijau Drasena Enceng gondok Euphorbia Hanjuang hijau Hanjuang merah Kacapiring Kaki laba-laba Kaktus Kana Kastuba Kecapi Keladi-keladian Krokot Kucai Kuping gajah Lidah buaya Lidah mertua Lili paris Lolipop Marantha Melati costa Mona lavender Paku sarang burung Paku tanduk rusa Palem raja Palem weregu Palisota Pandan pohon Pandanus amaryllifolius Roxh. Pangkas kuning Peace lily Puring
Nama Latin Rhoeo discolor Aglonema sp. Bambusa multiplex Coleus sp. Salmon Lace Aglonema sp. Ficus benjamina Zinia elegan Helianthus anuus Zypherantus rosea Hibiscus rosa sinensis Casuarina equisetifolia Episcia cupreata Dracaena fragrans Dracaena reflexa Variegata Eichornia crassipes Eiphorbia milii Dracaena fragrans Cordyline terminalis Gardenia jasminoides Osmoxylum lineare Opuntia spp. Canna sp. Euphorbia pulcherrima Sandoricum kcetjapie Caladium bicolor Althernantera ficoides Carex marrowi Anthurium crystallinum Aloe vera Sansevieria trifasciata Chlorophytum comosum Pachystachys lutea Marantha leuconeura Kerchoviana Brunfelsia calycina Benth. Salvia splendens Asplenium nidus Platycerium bifurcatum Roystonea regia Rhapis excelsa Palisota barteri Pandanus tectorius Pandanus amaryllifolius Roxh. Duranta sp. Spathiphyllum wallisii Codiaeum sp. Golden finger
31
46 47 48 49 50 51 52 53 D. No. 1 2 E. No. 1 2 3 4 5 6 F. No. 1 2 G. No. 1 2 3 4 5 6 7 H. No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Puring Sambang colok Serunai rambat Simbang darah Sutra bombay Teh-tehan Walisongo Yellow walking Tanaman Industri Nama Lokal Bambu Pandanus amaryllifolius Roxh. Tanaman Kayu-kayuan Nama Lokal Afrika Jati Mahoni Meranti Mindi Sengon Tanaman Obat-Obat Nama Lokal Jahe Kunyit Tanaman Palawija Nama Lokal Jagung Kacang Merah Kacang Tanah Singkong Talas Tebu Ubi jalar Tanaman Sayur-Sayuran Nama Lokal Cabai merah Cabe rawit Kacang panjang Katuk Labu siam Suji Terong Tomat
Codiaeum variegatum Aerva sanguinolenta Widelia biflora Iresine herbstii Aureoreticulata Portulaca grandiflora Acalypha macrophylla Schlefflera arboricola Samoa snow Neomarica longifolia Nama Latin Gigantochloa verticillata Pandanus amaryllifolius Roxh. Nama Latin Maesopsis eminii Engl. Tectona grandis Swietenia mahagoni Shorea sp. Melia azedarach Paraserianthes falcateria L. Nielsen Nama Latin Zingiber officinale Curcuma domestica Nama Latin Zea mays Vigna umbellata Arachis hypogaea Manihot utilissima Pohl. Colocasia esculenta Saccharum officinale Ipomoea batatas Nama Latin Capsicum annum Capsicum frutescens Vigna sinensis Sauropus androginus Sechium edule Pleomele angustifolia Solanum melongenae Lycopersicon esculentum
32
Sansevieria trifasciata Laurentii
Pachystachys lutea
Coleus sp. Salmon Lace
Spathiphyllum wallisii
Colocasia esculenta
Musa spp.
Manihot utilissima Pohl.
Carica papaya
Gambar 15. Jenis Vegetasi Pekarangan
33
4.1.6. Satwa Peliharaan Satwa peliharaan yang ditemukan berupa hewan ternak yang berfungsi untuk konsumsi ataupun produksi, meliputi ayam ras, ayam buras, itik, kambing, kerbau, ikan nila, ikan lele, ikan mas, dan ikan gurami. Satwa lain yang ditemukan sebagai ornamental adalah burung beo, burung pented, dan anjing. Gambar 16 memperlihatkan beberapa jenis hewan ternak warga Dusun Teluk Waru.
Ayam Buras
Kambing
Domba
Itik
Gambar 16. Jenis Hewan Ternak Warga Teluk Waru 4.2. Aspek Sosial Ekonomi Mayoritas penduduk Dusun Teluk Waru adalah warga asli Dusun Teluk Waru dan masih dalam satu ikatan darah. Sebagian besar warganya bermatapencaharian sebagai petani (Tabel 4). Mereka menggarap lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ada beberapa yang berprofesi sebagai tukang ojeg, tukang kayu, guru, dan pedagang. Selain membudidayakan tanaman, warga juga beternak kambing, ayam buras, dan ikan air tawar. Ikan yang banyak dipelihara meliputi ikan lele, ikan mas, ikan gurami, dan ikan nila.
34
Tanaman utama yang dibudidayakan di lahan pertanian adalah sengon dan padi (Gambar 17). Tabel 4. Distribusi Mata Pencaharian Responden Mata pencaharian utama 1. Buruh 2. Guru 3. Pedagang 4. Petani 5. Peternak 6. Sopir 7. Tukang Ojeg 8. Wiraswasta Total Mata pencaharian sampingan 1. Buruh 2. Pedagang 3. Petani Total
Nilai (%) 3,33 6,67 3,33 70,00 3,33 3,33 3,33 6,67 100 16,67 10,00 16,67 43,33
Paraserianthes falcateria L. Nielsen
Oryza sativa
Gambar 17. Tanaman Pertanian Utama Jumlah anggota dalam satu rumah tangga dari hasil wawancara sebesar 2 sampai 14 orang (Tabel 5). Kebutuhan hidup warga sebagian besar disokong dari hasil pertanian. Rata-rata kepemilikan pekarangan 477,97 m2 (Tabel 6). Rata-rata pengeluaran per bulan, nilai produksi rata-rata dari lahan pertanian yang meliputi lahan basah dan lahan kering, dan nilai produksi rata-rata pekarangan yang diambil dari 10 responden masing-masing sebesar Rp 1.284.450,00 (Tabel 7), Rp 977.100,00 (Tabel 8), dan Rp 622.206,00 (Tabel Lampiran 2). Nilai produksi pekarangan diperoleh melalui penggalian informasi penjualan dan konsumsi
35
komoditi tanaman, ternak, dan ikan pada pekarangan selama satu bulan sebelum wawancara dilakukan. Penggunaan data 10 responden disebabkan karena responden tidak menjawab dengan lengkap kuisioner yang diberikan. Nilai hasil rata-rata produksi pekarangan tidak mencukupi kebutuhan hidup bulanan warga. Warga yang mempunyai pengeluaran tinggi memiliki lahan pertanian yang relatif luas atau mempunyai penghasilan lain selain bertani.
Tabel 5. Distribusi Anggota Keluarga Responden No. 1 2 3 4
Anggota Keluarga Total anggota keluarga (orang) Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga (orang) Rata-rata ukuran rumah tangga (orang) Ukuran rumah tangga (jumlah anggota keluarga) 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang 6 orang 7 orang 8 orang 14 orang
Total 144 2 - 14
%
5 1 7 7 9 2 2 1 1
3,33 23,33 23,33 30,00 6,67 6,67 3,33 3,33
Tabel 6. Rata-Rata Luas Lahan Pertanian Seluruh Responden No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Luas Rumah dan Pekarangan (m²) 300 150 1.600 360 300 400 400 500 1.450 500 600 300 500 350
Luas Pekarangan (m²) 284 100 1.300 160 170 352 330 400 1.400 383 572 260 350 320
Luas Lahan Basah (m²) 0 5.000 0 100 2.000 500 0 0 1.100 0 1.000 100 1.000
Luas Lahan Kering (m²) 0 3.000 10.000 0 10.000 1.000 800 0 500 1.200 0 0 10.000 500
Total Luas Lahan Basah dan Kering (m²) 0 8.000 10.000 100 10.000 3.000 1.300 0 500 2.300 0 1.000 10.100 1.500
36
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-Rata
490 500 1.640 1.000 550 256 500 300 150 1.200 1.000 192 200 350 400 211 554,97
394 442 1.540 895 500 156 472 200 110 1.119 900 256 144 290 365 175 477,97
7.500 400 1.000 5.000 10.000 3.000 1.000 0 6.000 1.500 2.000 2.500 1.500 0 1.000 2.000 1.903,45
10.000 500 0 0 2.600 1.000 500 0 10.000 500 3.000 3.500 2.000 500 200 1.500 2.426,67
Tabel 7. Rata-Rata Pengeluaran Responden per Bulan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pos Pengeluaran Beras Lauk pauk Gas Listrik HP Transportasi Keamanan Perayaan hari raya Kesehatan Pendidikan Bacaan Baju Baju muslim Sajadah Sepatu Sandal Bolam Rehabilitasi rumah Mudik Rekreasi/wisata Menabung Zakat Sumbangan/infak Total
Nilai Rata-rata (Rp) 111.110,00 324.000,00 44.166,67 49.444,44 42.500,00 177.777,78 2.000,00 76.666,30 32.500 151.388,67 10.583,00 98.699,80 73.749,80 20.981,57 12.314,44 64.033,20 14.333,30 24.491,57 54.166,40 20.333,00 81.666,67 4.875,00 25.333,30 1.284.414,40
17.500 900 1.000 5.000 12.600 4.000 1.500 0 16.000 2.000 5.000 6.000 3.500 500 1.200 3.500 4.266,67
37
Total dibulatkan/bulan Total/tahun
1.284.450,00 13.742.045,00
Tabel 8. Rata-Rata Produksi Lahan Pertanian Responden No. Responden
Produksi Lahan Basah per Bulan (Rp) 15.000,00 525.000,00 315.000,00 26.250,00 437.500,00
Produksi Lahan Kering per Bulan (Rp)
4 6 12.500,00 7 465.250,00 13 2.287.500,00 26 1.887.500,00 28 280.208,00 29 262.500,00 375.000,00 Rata-rata 263.541,67 884.659,67 Sebagian besar warga adalah warga asli
Total Produksi Lahan Basah dan Kering per Bulan (Rp) 15.000,00 537.000,00 731.250,00 2.313.750,00 2.325.000,00 280.208,00 637.500,00 977.101,14 dusun Teluk Waru. Sebagian
kecil saja dari warga Dusun Teluk Waru yang merupakan warga pendatang. Kegiatan rekreasi atau wisata sangat jarang dilakukan warga bahkan tidak pernah selama setahun.
4.3. Aspek Pendidikan Pengalaman bertani warga berkisar dari usia 10 tahun sampai 15 tahun. Pendidikan keluarga tani sebagian besar hanya sampai pada jenjang sekolah dasar (SD). Hanya beberapa orang dari warga yang berpendidikan sampai dengan sekolah menengah umum (SMU) atau perguruan tinggi.
4.4. Aspek Budaya Warga memanfaatkan pekarangan untuk memelihara ternak dan memenuhi kebutuhan pangan seperti sayuran dan palawija. Dalam bertani masyarakat sudah melakukan sistem tumpang sari pada lahan kering. Tanaman yang dipakai dalam tumpang sari seperti padi, jagung, talas, singkong, dan sengon. Sebelum sengon tumbuh besar biasaya diselingi dengan tanaman palawija seperti jagung, talas, dan kacang-kacangan. Pada lahan basah masyarakat hanya menanaminya dengan tanaman padi. Kearifan lokal dalam bertani adalah larangan menanam dan menggiling padi pada hari Senin dan Jumat. Kearifan lokal dalam mengelola sumber daya
38
alam, yaitu kotoran dari ternak kambing ada yang dipisah dengan sampah rumah tangga kemudian digunakan sebagai pupuk, beberapa warga menempatkan kandang ayam di atas kolam ikan, dan sampah rumah tangga dibuang dalam satu tempat dengan kotoran kambing kemudian dibakar (Gambar 18). Setelah dibakar, warga menggunakan sampah tersebut sebagai pupuk.
Sampah Rumah Tangga dan Kotoran Kambing
Balong dengan Ayam
Gambar 18. Pengelolaan Sumber Daya Alam oleh Warga Dusun Teluk Waru
4.5. Aspek Usaha Tani Kepemilikan lahan warga rata-rata kurang dari 1 ha. Lahan yang dimiliki oleh warga meliputi lahan basah dan lahan kering. Lahan pertanian sebagian besar jauh dari jalan besar dengan jarak antara 2-3 km. Lahan kering ditanami tanaman palawija, padi, dan tamanan kayu-kayuan seperti sengon. Pada lahan basah warga menanaminya dengan tanaman padi sepanjang tahun. Lahan basah dialiri air sepanjang tahun dari sumber mata air gunung. Dalam bertani warga menanami lahan kering secara bergantian dengan tanaman yang berbeda (Gambar 19). Setelah menanam padi biasanya ditanam dengan palawija seperti jagung, ubi jalar, dan kacang-kacangan seperti kacang panjang dan kacang merah. Namun, dalam pola penanamannya tidak ada jadwal yang baku. Warga menanami lahan basah dengan tanaman padi sepanjang tahun.
39
Jagung (2 daur)
Bera
Bera 1
2
3
Kacang Merah 4
5
Padi Bera
6
Kacang Panjang
7
8
Jagung
9
10
11
12
Bulan
Gambar 19. Pola Tanam di Lahan Kering Dari hasil wawancara diperoleh 53,33% responden memanfaatkan pekarangan untuk produksi tanaman dan ternak, 33,33% untuk produksi tanaman, ternak, dan ikan, 6,67% untuk produksi tanaman, 3,33% untuk produksi ternak, dan 3,33% untuk produksi tanaman dan ikan. Bentuk pekarangan warga Dusun Teluk Waru 56,67% berkontur dan 43,33% relatif datar. 100% responden bersedia apabila pekarangan dijadikan tapak pertanian terpadu. Dalam pengusahaan pekarangan menjadi tapak pertanian terpadu, 3,33% responden bersedia jika pekarangannya digabung dengan pekarangan tetangga dan 96,67% tidak bersedia.
4.6. Fasilitas Warga umumnya mempunyai kandang untuk memelihara ternaknya. Kandang tersebut biasanya diletakkan di samping atau di belakang rumah (Gambar 20). Pemeliharaan ikan ditempatkan pada kolam yang umumnya berbentuk segi empat.
.
Kandang Ayam
Kolam Ikan
Kandang Kambing
Gambar 20. Kolam Ikan dan Kandang Hewan Ternak
4.7. Infrastruktur Jalan menuju Dusun Teluk Waru dari Kecamatan Nanggung mempunyai lebar 5 meter. Kondisi jalan saat sebagian bagus dan sebagian terdapat kerusakan. Jalan menuju dusun Teluk Waru berkelok-kelok dan terdapat banyak tanjakan dan
40
turunan. Jalan yang mendekati dusun kondisinya berbatu. Apabila turun hujan, kondisinya becek dan licin (Gambar 21). Di dalam dusun terdapat jalan yang cukup lebar, sekitar 4 meter (Gambar 22).
Gambar 21. Kondisi Jalan dari Kecamatan Nanggung Menuju Dusun Teluk Waru
Gambar 22. Jalan dalam Dusun Teluk Waru 4.8. Utilitas Sebelum dibuang di pekarangan, sampah ditempatkan pada tempat sampah yang terdapat di dalam rumah (Gambar 23). Ada beberapa keluarga yang tidak mempunyai tempat sampah di dalam rumah. Belum terdapat pemisahan antara sampah organik dan sampah inorganik.
41
Tempat Sampah di Dalam Rumah
Tempat Sampah di Pekarangan
Gambar 23. Tempat Sampah Sumber air warga berasal dari mata air gunung yang dialirkan melalui pipa menuju rumah (Gambar 24). Kondisi air masih bagus. Warga mengalirkan air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mengairi kolam ikan.
Gambar 24. Pipa Air Bersih
BAB V ANALISIS
5.1. Analisis Penetapan Lokasi dan Penilaian Potensi Lahan Lokasi yang dipilih untuk direncanakan sebagai tapak pertanian terpadu dengan konsep LEISA ditujukan terhadap pekarangan yang mempunyai cukup air sebagai pasokan untuk kolam dan mempunyai luasan yang cukup untuk budi daya tanaman, ternak, dan ikan. 5.1.1. Tapak Bentuk topografi secara umum dusun Teluk Waru bergelombang. Beberapa Tempat mempunyai topografi relatif datar dan curam. Untuk keperluan pertanaman, daerah yang miring memerlukan pengolahan tanah yang baik agar tidak terjadi erosi. Permukaan tanah hendaknya tertutup oleh oleh tanaman agar tidak terjadi erosi. Kepemilikan lahan sebagian besar penduduk kurang dari 1 ha meliputi rumah, pekarangan, lahan basah, dan lahan kering. Lahan basah dan kering yang dimiliki letaknya terfragmentasi dan jauh sehingga sulit dalam melakukan pengelolaan usaha tani. Untuk sampai di lahan pertaniannya, warga harus berjalan kaki karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan. Lahan yang terfragmentasi tersebut menjadikan pengelolaan tidak efisien. Sebagian besar pekarangan yang dimiliki warga relatif sempit. Warga belum memanfaatkan pekarangan secara optimal untuk budi daya tanaman, ternak, dan ikan. Tanaman, ternak, dan ikan yang berada di pekarangan masih dipelihara secara ekstinsif. Selain untuk budidaya pekarangan juga digunakan sebagai tempat membuang sampah rumah tangga.
Gambar 25. Penggunaan Lahan Pekarangan secara Tidak Efisien
5.1.2. Utilitas a. Tempat Sampah Di beberapa pekarangan warga masih terlihat sampah yang berceceran. Sampah organik belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pupuk. Sampah dibuang ke pekarangan kemudian dibakar. Pada pekarangan warga tidak terdapat tempat sampah khusus organik dan inorganik. Tempat sampah di pekarangan ada yang di tempatkan di bawah kandang kambing dan ada yang terpisah. b. Irigasi dan Drainase Untuk keperluan air bersih dan kolam warga mendapatkannya dari mata air pegunungan yang disalurkan melalui pipa. Air buangan dari rumah tangga dibuang ke pekarangan. Air buangan tersebut tidak mempunyai penampungan khusus. Untuk mengaliri kolam beberapa warga juga memakai air limbah rumah tangga. Hal tersebut membahayakan ikan apabila air limbah tersebut tercampur dengan sabun.
Gambar 26. Air Limbah Rumah Tangga 5.1.3. Tanah Jenis tanah latosol atau Inceptisols mengandung kadar liat ≥60% dan mempunyai kedalaman solum >150 cm. Karena mempunyai solum yang dalam, tanah ini sesuai untuk tanaman yang mempunyai perakaran dalam seperti tanaman perkebunan dan buah-buahan. Selain itu, tanah latosol juga sesuai untuk tanaman palawija, sayuran, dan padi. Tanah ini mempunyai KB <30% dan relatif kurang subur. KTK tanah yang sedang masih memerlukan pupuk untuk meningkatkan produksi tanaman. pH tanah yang tinggi sesuai untuk tanaman jagung, singkong dan sengon. Untuk menanam cabai, kacang panjang, kacang merah, pisang, dan talas diperlukan penambahan pupuk organik untuk meningkatkan produksi.
5.1.4. Iklim Berdasarkan data iklim pada tahun tahun 2007 dan tahun 2008, Dusun Teluk Waru menurut klasifikasi iklim Koppen termasuk ke dalam daerah beriklim tipe Af, yaitu suhu bulan terdingin lebih dari 18o dan selalu basah dengan curah hujan setiap bulan lebih dari 60 mm. Menurut klasifikasi iklim Oldeman, data iklim pada tahun 2007 adalah tipe A1/A2, yaitu bulan lembab (BL) sebanyak satu dan bulan basah (BB) sebanyak sebelas. Data iklim pada tahun 2008 merupakan tipe A1, yaitu bulan lembab (BL) sebanyak dua dan bulan basah (BB) sebanyak
sepuluh. Dalam tipe iklim A1 dan A2 tersedia air sepanjang tahun karena hujan terjadi hampir sepanjang tahun. 5.1.5. Hidrologi Kondisi air yang ada cukup baik dan belum tercemar. Kondisi air yang ada memungkinkan untuk memelihara ikan terutama ikan lele karena memiliki kadar DO yang relatif rendah. Air di Dusun Teluk Waru mempunyai pH yang kurang tinggi untuk pemeliharaan ikan lele sehingga untuk menurunkan pH diperlukan penambahan kapur
5.2. Analisis Penetapan Peruntukan Lahan dan Jenis Komoditinya 5.2.1. Vegetasi Vegetasi yang terdapat di pekarangan warga bermacam-macam, yaitu tanaman buah-buahan, tanaman hias, sayur-sayuran, tanaman kayu-kayuan, tanaman obat, tanaman bumbu, dan tanaman industi. Beberapa vegetasi yang diinginkan warga untuk ditanam di pekarangan adalah tanaman bunga-bungaan, durian, mangga, sawo, tomat, jahe, kunyit, jagung, kayu afrika, kayu sengon, kacang panjang, singkong, dan talas. Warga memanfaatkan tanaman untuk kebutuhan rumah tangga dengan mengkonsumsi atau menjualnya dan untuk pakan ternak. Pekarangan belum dimanfaatkan warga secara maksimal. Tanaman yang terdapat di pekarangan sebagian besar dikelola secara ekstensif. Tanaman yang terdapat di pekarangan sebagian besar belum tertata dengan baik yang berakibat pada penggunaan lahan yang tidak efisien dan produktivitasnya yang rendah. Warga belum memanfaatkan pekarangan secara optimal. Beberapa warga sudah menyadari akan keindahan tempat tinggal, yaitu dengan menanami pekarangannya dengan tanaman-tanaman hias baik dengan pot maupun ditanam secara langsung di pekarangan.
5.2.2. Satwa Satwa yang dipelihara warga meliputi kerbau, burung, ayam, kambing, domba, ikan, dan itik. Domba dan kambing dipelihara warga untuk dijual. Ayam dipelihara untuk sesekali diambil telur, disembelih atau dijual. Satwa sebagian besar masih dipelihara secara semi intensif. Beberapa satwa yang diinginkan
warga untuk dipelihara adalah ayam kampung, kambing, ikan gurami, ikan lele, dan ikan mas. Kandang kambing disekat untuk membatasi masing-masing kambing. Ukuran sekat yang dibuat berukuran 1 x 2 meter untuk setiap kambing atau domba. Dalam memelihara ayam warga tidak mempunyai ukuran kandang khusus. Ikan yang ditanam di kolam tidak memperhatikan luas kolam. Dalam memelihara ternak ada yang memadukan antara ayam dan ikan atau longyam. Ikan yang banyak dijumpai adalah ikan lele.
5.3. Analisis Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA Komoditi yang dipilih untuk sistem LEISA diupayakan agar petani mendapatkan sesering mungkin hasil dari lahan yang diusahakan. Biodiversitas juga ditekankan untuk mengurangi gangguan dari hama dan penyakit. Komoditi yang dipilih meliputi tanaman, ternak, dan ikan. Pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan memungkinkan untuk pendaurulangan energi. Ketersediaan benih dan permintaan komoditi juga menjadi pertimbangan. Komoditi yang dipilih selain untuk diambil manfaatnya secara ekonomi juga untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Tanaman menghasilkan produk ikutan berupa pakan ternak dan sumber kayu bakar. Ternak menghasilkan kotoran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman ataupun ikan. Jenis tanaman yang dipilih adalah jagung, kacang merah, kacang panjang, cabai merah, talas, ubi jalar, pisang, singkong, dan sengon. Dalam pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan terdapat dua alternatif yang terdapat dalam Tabel 9 dan Tabel 10 dengan mengubah luas lahan dan jumlah komoditi yang diusahakan. Luas pekarangan yang akan diusahakan adalah 350 m2. Tabel 9. Alternatif 1 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan dengan Konsep LEISA No.
A. 1. 2. 3. 4.
Komoditi
Tanaman Jagung Kacang Panjang Kacang Merah Talas
Luas Lahan (m2)
100 100 100 42
Luas Kandang (m2)
Jarak Tanam (m) 0,7 x 0,7 0,3 x 0,3 0,3 x 0,3 1x1
Jumlah (ekor)(pohon)
5. 6. 7. 8. B. 1. 2. 3.
Ubi Jalar Cabai Merah Pisang Singkong Ternak Kambing Ayam Kampung Ikan Lele (3 daur)
42 100
0,2 x 0,3 0,3 x 0,3 3x3 1x1
42 12,5 4 25
24
5 50 1250
Tabel 10. Alternatif 2 Jenis Tanaman, Ternak, dan Ikan Dengan Konsep LEISA No.
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. 1. 2. 3.
Komoditi
Tanaman Jagung Kacang Panjang Kacang Merah Talas Ubi Jalar Cabai Merah Sengon Ternak Kambing Ayam Kampung Ikan Lele(3 daur)
Luas Lahan (m2)
Jumlah Luas Jarak Kandang Tanam (m) (ekor) (m2)
172 172 172 24 24 172 172
0,7 x 0,7 0,3 x 0,3 0,3 x 0,3 1x1 0,2 x 0,3 0,3 x 0,3 4x2 12,5 8 25
5 100 1250
Pada Tabel 9 luas tanaman yang akan diproduksi adalah sebagai berikut: jagung 100 m2, kacang panjang 100 m2, kacang merah 100 m2, cabai merah 100 m2, talas 42 m2, ubi jalar 42 m2, dan singkong 42 m2. Jumlah hewan yang akan dipelihara adalah kambing 5 ekor, ayam kampung 50 ekor, dan ikan lele 1250 ekor/daur. Tampak dalam Tabel 10 luas tanaman yang akan diproduksi, yaitu jagung 172m2, kacang panjang 172 m2, kacang merah 172 m2, cabai merah 172 m2, sengon 172 m2, talas 24 m2, ubi jalar 24 m2, dan singkong 24 m2. Jumlah hewan yang akan dipelihara adalah kambing 5 ekor, ayam kampung 100 ekor, dan ikan lele 1250 ekor/daur.
5.4. Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial 5.4.1. Asumsi Teknis Produksi Asumsi teknis dari pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4 dan 5. Hasil yang akan didapat dari pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan pada Tabel Lampiran 4 (Alternatif 1) adalah jagung 20 kg, cabai merah 50 kg, kacang panjang 40 kg, kacang merah 20 ikat, talas 168 batang, ubi jalar 68, 57 kg, pisang 24 tandan, dan singkong 231 kg. Jagung dirotasikan dengan cabai merah, kacang panjang, dan kacang merah per tahun masing-masing satu kali tanam. Pisang ditanam selama satu tahun untuk diambil buahnya. Talas dirotasikan dengan ubi jalar per tahun masing-masing satu kali tanam. Hasil ternak terdiri dari induk kambing 5 ekor, anak kambing 8 ekor, ayam afkir 47 ekor, telur ayam 4275 butir, dan ikan lele 148,44 kg/daur. Ternak kambing diusahakan dengan pembesaran selama satu tahun dengan asumsi menghasilkan anak kambing sejumlah 8 ekor. Ayam diusahakan selama satu tahun dengan asumsi hanya diambil telurnya. Ikan lele diusahakan per tahun tiga kali tanam. Hasil sampingan berupa kotoran, yaitu 14 karung kotoran ayam dan 22 karung kotoran kambing. Hasil yang akan didapat dari pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan pada Tabel Lampiran 5 (Alternatif 2) adalah jagung 34,37 kg, cabai merah 65,29 kg, kacang panjang 85,92 kg, kacang merah 68,7 ikat, talas 96 batang, ubi jalar 39,18 kg, dan sengon 27 pohon. Jagung dirotasikan dengan cabai merah, kacang panjang, dan kacang merah per tahun masing-masing satu kali tanam. Talas dan ubi jalar dirotasikan per tahun masing-masing satu kali tanam. Sengon diusahakan mencapai umur 5 tahun. Hasil ternak terdiri dari induk kambing 5 ekor, anak kambing 8 ekor, ayam afkir 95 ekor, telur ayam 8550 butir, dan ikan lele 148,44 kg/daur. Ternak kambing diusahakan dengan pembesaran selama satu tahun dengan asumsi menghasilkan anak kambing sejumlah 8 ekor. Ayam diusahakan selama satu tahun dengan asumsi hanya diambil telurnya. Ikan lele diusahakan per tahun tiga kali tanam. Hasil sampingan berupa kotoran, yaitu 28 karung kotoran ayam dan 22 karung kotoran kambing.
5.4.2.Struktur dan Sumber Biaya Produksi 5.4.2.1. Biaya Usaha dan Penyusutan Biaya usaha tani terdiri dari biaya investasi dan modal kerja. Biaya investasi meliputi biaya pembuatan kandang ayam, kandang kambing, pembelian alat-alat dan pajak tanah serta bibit ayam kampung, bibit kambing, dan bibit ikan lele. Tabel 11 menunjukkan struktur biaya usaha tani di pekarangan Alternatif 1. Biaya modal kerja terdiri dari biaya produksi jagung, kacang panjang, kacang merah, cabai merah, talas, ubi jalar, pisang, singkong, ayam kampung, kambing dan ikan lele. Biaya investasi sebesar Rp 11.367.000,00 dan modal kerja sebesar Rp 6.785.502,00 sehingga total biaya usaha menjadi Rp 18.152.502,00. Tabel 12 menunjukkan struktur biaya usaha tani di pekarangan Alternatif 2. Biaya modal kerja terdiri dari biaya produksi jagung, kacang panjang, kacang merah, cabai merah, talas, ubi jalar, sengon, ayam kampung, kambing, dan ikan lele. Biaya investasi sebesar Rp 12.867.000,00 dan modal kerja sebesar Rp 9.149.146,00 sehingga total biaya usaha menjadi Rp 22.016.146,00.
Tabel 11. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Alternatif 1 Besar Biaya Komponen Biaya (Rp) Investasi: Pajak lahan 17.000,00 Alat-alat produksi tanaman 375.000,00 Bibit dan kandang ayam kampung 2.000.000,00 Bibit dan alat-alat produksi ikan lele 475.000,00 Bibit dan kandang kambing 8.500.000,00 Total Investasi 11.367.000,00 Modal Kerja: Biaya produksi jagung, 1 tahun 51.700,00 Biaya produksi kacang panjang, 1 tahun 102.125,00 Biaya produksi kacang merah, 1 tahun 98.875,00 Biaya produksi cabai merah, 1 tahun 104.423,00 Biaya produksi talas, 1 tahun 39.620,00 Biaya produksi ubi jalar, 1 tahun 24.634,00 Biaya produksi pisang, 1 tahun 60.000,00 Biaya produksi singkong, 1 tahun 120.000,00 Biaya produksi ayam kampung, 1 tahun 1.800.000,00 Biaya produksi ikan lele, 1 tahun (3 daur) 4.384.125,00
Total Modal Kerja 1 tahun Total Biaya (Investasi + Modal Kerja)
6.785.502,00 18.152.502,00
Tabel 12. Biaya Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Alternatif 2 Besar Biaya Komponen Biaya (Rp) Investasi: Pajak lahan 17.000,00 Alat-alat produksi tanaman 375.000,00 Bibit dan kandang ayam kampung 3.500.000,00 Bibit dan alat-alat produksi ikan lele 475.000,00 Bibit dan kandang kambing 8.500.000,00 Total Investasi 12.867.000,00 Modal Kerja: Biaya produksi jagung, 1 tahun 88.924,00 Biaya produksi kacang panjang, 1 tahun 175.655,00 Biaya produksi kacang merah, 1 tahun 170.065,00 Biaya produksi cabai merah, 1 tahun 472.140,00 Biaya produksi talas, 1 tahun 22.680,00 Biaya produksi ubi jalar, 1 tahun 14.077,00 Biaya produksi sengon, 1 tahun 221.480,00 Biaya produksi ayam kampung, 1 tahun 3.600.000,00 Biaya produksi ikan lele, 1 tahun (3 daur) 4.384.125,00 Total Modal Kerja 1 tahun 9.149.146,00 Total Biaya (Investasi + Modal Kerja)
22.016.146,00
Penyusutan dihitung dengan menyebarkan secara merata total pinjaman dalam 5 tahun. Pada usaha tani di pekarangan Alternatif 1 sebesar Rp 3.946.957,00, sedangkan pada usaha tani di pekarangan Alternatif 2 sebesar Rp 4.403.229,00. Nilai penyusutan merupakan komponen biaya tetap karena dibayarkan secara periodik dalam jumlah yang tetap selama proses produksi. Biaya variabel dalam kegiatan usaha tani ini terdiri dari biaya produksi tanaman, ternak, dan ikan, yaitu dibayarkan selama proses produksi berlangsung yang jumlahnya tidak tetap. Biaya variabel tersebut meliputi pembelian benih, pupuk, pestida dan pakan serta upah tenaga kerja untuk pengolahan tanah, pemeliharaan, dan panen.
5.4.2.2. Pinjaman ke Bank dan Pengembaliannya Sumber biaya usaha tani di Dusun Teluk Waru diasumsikan berasal dari bank dengan suku bunga 20% per tahun serta waktu tunggu bayar (grace period) 4 bulan (musim tanam pertama). Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukkan perhitungan pengembalian pinjaman dan bunganya serta angsuran pokoknya dalam jangka waktu pengembalian 5 tahun. Pada Tabel 13 (Alternatif 1) total pinjaman Rp 18.152.202,00 dan angsuran setiap tahunnya Rp 3.630.440,00 atau Rp 302.537,00 per bulan. Total bunga yang harus dibayar adalah Rp 10.891.321,00 sehingga pengembalian hutang ke bank mencapai Rp 29.043.523,00. Pada Tabel 14 (Alternatif 2) terlihat total pinjaman Rp 22.016.146,00 dan angsuran setiap tahunnya Rp 4.403.229,00 atau Rp 366.936,00 per bulan. Total bunga yang harus dibayar adalah Rp 13.209.687,00 sehingga pengembalian hutang ke bank mencapai Rp 35.225.833,00.
Tabel 13. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha Tani LEISA Alternatif 1 di Dusun Teluk Waru Total Kredit Sisa Kredit Angsuran Pembayaran Tahun (Rp) (Rp) Pokok (Rp) Bunga 20% (Rp) 0 1 2 3 4 5
18.152.202,00 18.152.202,00 14.521.762,00 10.891.321,00 7.260.881,00 3.630.440,00 0
0 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00
0 3.630.440,00 2.904.352,00 2.178.264,00 1.452.176,00 726.088,00
Tabel 14. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya Selama 5 Tahun Proyek Usaha Tani LEISA Alternatif 2 di dusun Teluk Waru Total Kredit Sisa Kredit Angsuran Pembayaran Tahun (Rp) (Rp) Pokok (Rp) Bunga 20% (Rp) 0 1 2 3 4 5
22.016.146,00 22.016.146,00 17.612.917,00 13.209.687,00 8.806.458,00 4.403.229,00 0
0 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00
0 4.403.229,00 3.522.583,00 2.641.937,00 1.761.292,00 880.646,00
5.4.3. Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani Pendapatan dari usaha tani merupakan hasil dari kegiatan usaha tani berupa tanaman, ternak, dan ikan. Pendapatan atau penerimaan merupakan hasil kali dari produksi dengan harga pasar masing-masing komoditi. Pendapatan dari usaha tani berupa penjualan produk utama dan produk ikutan (limbah). Tabel 15 menyajikan pendapatan dari produksi pekarangan Alternatif 1, yaitu tanaman sebesar Rp 2.082.630,00 per tahun, ayam kampung beserta limbahnya sebesar Rp 9.753.000,00 per tahun, kambing beserta limbahnya sebesar Rp 15.544.000,00 per tahun, dan ikan lele dengan 3 daur sebesar Rp 6.679.650,00 per tahun. Total dari penerimaan pada usaha tani di pekarangan Alternatif 1 mencapai Rp 34.059.280,00. Tabel 16 menyajikan pendapatan dari produksi pekarangan Alternatif 2, yaitu tanaman sebesar Rp 6.236.344,00 per tahun, ayam kampung beserta limbahnya sebesar Rp 19.531.000,00 per tahun, kambing beserta limbahnya sebesar Rp 15.544.000,00 per tahun, dan ikan lele dengan 3 daur sebesar Rp 6.679.650,00 per tahun. Total dari penerimaan pada usaha tani di pekarangan Alternatif 2 mencapai Rp 47.990.994,00. Penyebaran pendapatan usaha tani Alternatif 1 dapat dilihat pada Gambar 27. Penyebaran pendapatan usaha tani Alternatif 2 dapat dilihat pada Gambar 28.
Tabel 15. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1 Komponen Pendapatan Nilai Pendapatan Waktu Perolehan (bulan) (per tahun) (Rp) 1. Tanaman a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Pisang h. Singkong Total
60.000,00 200.000,00 100.000,00 570.000,00 420.000,00 137.130,00 480.000,00 115.500,00 2.082.630,00
2. Ayam kampung a. Telur b. Ayam kampung afkir
8.550.000,00 Setiap hari 1.175.000,00 Desember
Juli Oktober Desember April Desember Mei Desember Desember
c. Kotoran Total
28.000,00 Setiap hari 9.753.000,00
3. Ikan lele
6.679.650,00 Maret, Juli, November
4.Kambing a. Induk b. Kambing muda c. Kotoran Total
7.500.000,00 Desember 8.000.000,00 Desember 44.000,00 Setiap hari 15.544.000,00
Total Pendapatan (1 tahun)
34.059.280,00
Tabel 16. Pendapatan per Tahun (Benefit) Usaha Tani Tanaman, Ternak dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2 Komponen Pendapatan Nilai Pendapatan Waktu Perolehan (bulan) (per tahun) (Rp) 1. Tanaman a. Jagung 103.104,00 Juli b. Kacang panjang 343.680,00 Oktober c. Kacang merah 171.850,00 Desember d. Cabai merah 979.350,00 April e. Talas 240.000,00 Desember f. Ubi jalar 78.360,00 Mei g. Sengon 4.320.000,00 Desember tahun ke-5 Total 6.236.344,00 2. Ayam kampung a. Telur b. Ayam kampung afkir c. Kotoran Total 3. Ikan lele
17.100.000,00 Setiap hari 2.375.000,00 Desember 56.000,00 Setiap hari 19.531.000,00 6.679.650,00 Maret, Juli, November
4. Kambing a. Induk b. Kambing muda c. Kotoran Total
7.500.000,00 Desember 8.000.000,00 Desember 44.000,00 Setiap hari 15.544.000,00
Total Pendapatan (1 tahun)
47.990.994,00
Bulan 1
2
3
4
5
Cabai merah 38 kg (Rp 570.000,00)
6
7
Jagung 20 kg (Rp 60.000,00)
Ubi Jalar 68,57 kg (Rp 137.130,00)
8
Bera
9
10
Kacang panjang 50 kg (Rp 200.000,00)
11
12
Kacang merah 40 ikat (Rp 100.000,00)
Talas 168 batang (Rp 420.000,00)
Bera Pisang 24 tandan (Rp 480.000,00) Singkong 231 kg (Rp 115.500,00)
Ikan lele 148.44 kg (Rp 2.226.600,00)
Bera
Ikan lele 148.44 kg (Rp 2.226.600,00)
Bera
Ikan lele 148.44 kg (Rp 2.226.600,00)
Ayam kampung 12-13 butir per hari (Rp 24.000,00); 4275 butir per tahun (Rp 8.550.000,00); ayam afkir 47 ekor (Rp 1.175.000,00) Kambing 5 ekor induk (Rp 7.500.000); 8 ekor kambing muda (Rp 8.000.000,00)
Gambar 27. Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 1
Bera
Bulan 1
2
3
4
Cabai merah 65,29 kg (Rp 979.350,00)
5
6
Jagung 34,37 kg (Rp 103.104,00)
Ubi Jalar 39,18 kg (Rp 78.360,00)
7
8
Bera
9
10
Kacang panjang 85,92 kg (Rp 343.680,00)
11
12
Kacang merah 68,74 ikat (Rp 171.850,00)
Talas 96 batang (Rp 240.000,00)
Bera
Sengon (tahun ke -5 bulan 12) 27 batang (Rp 21.600.000,00) Ikan lele 148,44 kg (Rp 2.226.600,00)
Bera
Ikan lele 148,44 kg (Rp 2.226.600,00)
Bera
Ikan lele 148,44 kg (Rp 2.226.600,00)
Ayam kampung 25 butir per hari (Rp 50.000,00); 8550 butir per tahun (Rp 17.100.000,00); ayam kampung afkir 95 ekor (Rp 2.375.000,00) Kambing 5 ekor induk (Rp 7.500.000); 8 ekor kambing muda (Rp 8.000.000,00)
Gambar 28. Penyebaran Pendapatan Usaha Tani Pekarangan Alternatif 2
Bera
Keuntungan usaha tani di pekarangan didapat dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi masing-masing komoditi. Pada Tabel 17 terlihat keuntungan dari usaha tanaman per tahun sebesar Rp 1.601.226,00. Keuntungan per tahun dari ayam kampung sebesar Rp 7.953.000,00. Keuntungan per tahun dari ikan lele Rp 2.295.525,00. Keuntunngan per tahun dari kambing sebesar Rp 15.544.000,00. Total keuntungan usaha tani per tahun di pekarangan warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1 adalah Rp 27.393.751,00. Pada Tabel 18 terlihat keuntungan dari usaha tanaman per tahun sebesar Rp 5.072.682,00. Keuntungan per tahun dari ayam kampung sebesar Rp 15.931.000,00. Keuntungan per tahun dari ikan lele Rp 2.295.525,00. Keuntungan per tahun dari kambing sebesar Rp 15.544.000,00. Total keuntungan usaha tani per tahun di pekarangan warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2 adalah Rp 38.841.848,00.
Tabel 17. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1 Komponen Keuntungan (per tahun) Keuntungan (Rp) 1. Tanaman a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Pisang h. Singkong Total
8.300,00 97.875,00 1.125,00 465.550,00 380.380,00 112.496,00 480.000,00 55.500,00 1.601.226,00
2. Ayam kampung
7.953.000,00
3. Ikan lele
2.295.525,00
4. Kambing
15.544.000,00
Total Keuntungan (1 tahun)
27.393.751,00
Tabel 18. Keuntungan (Net Benefit) per Tahun Usaha Tani di Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Altrnatif 2 Komponen Keuntungan (per tahun) Keuntungan (Rp) 1. Tanaman a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Sengon Total
14.180,00 168.188,00 1.943,00 507.649,00 217.320,00 64.283,00 4.098.520,00 5.072.682,00
2. Ayam kampung
15.931.000,00
3. Ikan lele
2.295.525,00
4. Kambing
15.544.000,00
Total Keuntungan (1 tahun)
38.841.848,00
5.4.4. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dibuat untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tani di pekarangan warga Dusun Teluk Waru untuk diusahakan. Analisis kelayakan dilakukan dengan asumsi seluruh hasil produksi dari pekarangan dijual dengan harga pasar. Analisis dilakukan selama 5 tahun periode produksi. Pada Tabel 19 terlihat nilai NPV dari usaha tani Alternatif 1 sebesar Rp 45.261.784,00, ini menunjukkan bahwa usaha tani yang dilakukan layak karena nilai NPV>0 atau positif. Nilai IRR yang diperoleh dari usaha tani adalah 111%, hal ini juga berarti usaha tani layak karena berada di atas suku bungan yang berlaku, yaitu 20%. Demikian juga dengan Net B/C yang menunjukkan usaha tani tersebut layak karena nilainya lebih dari 1 yaitu 3,49. Net B/C 3,49 dapat diartikan bahwa untuk setiap satu rupiah dari usaha tani akan memberikan manfaat 3,49 kali biaya yang dikeluarkan. Tabel 20 memperlihatkan nilai NPV dari usaha tani sebesar Rp 72.128.612,00, ini menunjukkan bahwa usaha tani Alternatif 2 yang dilakukan layak karena nilai NPV>0 atau positif. Nilai IRR yang diperoleh dari usaha tani adalah 137%, hal ini juga berarti usaha tani layak karena berada di atas suku bunga yang berlaku, yaitu 20%. Demikian juga dengan Net B/C yang menunjukkan usaha tani tersebut layak karena
nilainya lebih dari 1, yaitu 4,28. Net B/C 4,28 dapat diartikan bahwa untuk setiap satu rupiah dari usaha tani akan memberikan manfaat 4,28 kali biaya yang dikeluarkan.
5.4.5. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Dalam suatu usaha tani mungkin terjadi suatu perubahan yang tidak dapat dipastikan. Perubahan yang terjadi terdiri dari beberapa hal seperti biaya produksi dan harga produksi. Untuk mengatasi perubahan tersebut dilakukan analisis sensitivitas dengan perubahan pada pendataan berupa harga produk turun 10% serta biaya produksi naik 10%. Usaha tani yang akan dibuat dikatakan layak apabila mempunyai NPV>0, IRR>20%, dan net B/C>1. Hasil dari analisis dari usaha tani Alternatif 1 dengan biaya naik 10% diperoleh NPV sebesar Rp 43.232.593,70, IRR sebesar 107% dan net B/C sebesar 3,38 (Tabel 21). Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih layak untuk dijalankan. Nilai NPV, IRR dan net B/C masing-masing bila harga turun 10% adalah Rp 49.736.177,00, 91% dan 2,93 (Tabel 22). Hasil dari analisis kelayakan finansial dengan harga turun 10% menunjukkan bahwa usaha tani tersebut layak pula untuk dijalankan. Hasil dari analisis dari usaha tani Alternatif 2 dengan biaya naik 10% diperoleh NPV sebesar Rp 69.392.457,00, IRR sebesar 133% dan net B/C sebesar 4,15 (Tabel 23). Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih layak untuk dijalankan. Nilai NPV, IRR dan net B/C masing-masing bila harga turun 10% adalah Rp 57.776.367,00, 115% dan 3,62 (Tabel 24). Hasil dari analisis kelayakan finansial dengan harga turun 10% menunjukkan bahwa usaha tani tersebut layak pula untuk dijalankan.
5.5. Analisis Kecukupan Hidup Layak Net benefit atau keuntungan dari usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 dengan luas lahan 350 m2 masing-masing setiap tahun adalah Rp 27.393.751,00 dan Rp 38.841.848,00 per tahun atau Rp 2.282.816,00 dan Rp 3.236.821,00 per bulan. Dari hasil wawancara dengan keluarga petani, uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup setiap bulan sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per tahun. Dengan demikian, kebutuhan bulanan keluarga tani dapat tercukupi dengan kedua alternatif usaha tani tersebut. Usaha tani Alternatif 1 memberikan pendapatan bersih setiap 1 m2 setiap tahun sebesar Rp 78.268,00, sedangkan usaha Alternatif 2 sebesar Rp 110.976,00.
Berdasarkan pendapatan bersih (Ni) setiap 1 m2 setiap tahun, didapatkan luas lahan minimum (Llm) = KHL/Ni sehingga usaha tani alternatif 1 dan alternatif 2 masingmasing membutuhkan lahan minimum seluas 175,57 m2 dan 123,83 m2.
Tabel 19. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 No.
Komponen Analisis
Inflows 1. Pendapatan 2. Kredit II Total Inflows III Outflows 1. Biaya Investasi Proyek 2. Biaya Produksi 3. Angsuran Pokok 4. Pembayaran Bunga IV Total Outflows V Net benefit VI DF (20%) VII Present Value VIII NPV IX IRR X PV Positif XI PV Negatif XII Net B/C XIII Payback Periods (tahun)
Tahun ke- (Rp) 0
1
2
3
4
5
I
0 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 18.152.202,00 0 0 0 0 0 18.152.202,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 18.152.202,00 0 0 0 0 0 0 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 6.785.202,00 0 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 0 3.630.440,00 2.904.352,00 2.178.264,00 1.452.176,00 726.088,00 18.152.202,00 14.046.083,00 13.319.995,00 12.593.907,00 11.867.819,00 11.141.731,00 -18.152.202,00 20.013.197,00 20.739.285,00 21.465.373,00 22.191.461,00 22.917.549,00 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40 -18.152.202,00 16.677.664,00 14.402.281,00 12.422.091,00 10.701.901,00 9.210.049,00 45.261.784,00 111% 63.413.986,00 -18.152.202,00 3,49 0,53
Tabel 20. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 No. Komponen Analisis I Inflows 1. Pendapatan 2. Kredit II Total Inflows III Outflows 1. Biaya Investasi Proyek 2. Biaya Produksi 3. Angsuran Pokok 4. Pembayaran Bunga IV Total Outflows V Net benefit VI DF (20%) VII Present Value VIII NPV IX IRR X PV Positif XI PV Negatif XII Net B/C XIII Payback Periods (tahun)
Tahun ke- (Rp) 0
1
2
3
4
5
0 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 22.016.146,00 0 0 0 0 0 22.016.146,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 22.016.146,00 0 0 0 0 0 0 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 0 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 0 4.403.229,00 3.522.583,00 2.641.937,00 1.761.292,00 880.646,00 22.016.146,00 17.955.604,00 17.074.958,00 16.194.312,00 15.313.667,00 14.433.021,00 -22.016.146,00 30.035.390,00 30.916.036,00 31.796.682,00 32.677.327,00 33.557.973,00 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40 -22.016.146,00 25.029.492,00 21.469.469,00 18.400.857,00 15.758.742,00 13.486.197,00 72.128.612,00 137% 94.144.757,00 -22.016.146,00 4,28 0,46
Tabel 21. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Biaya Naik 10% No. Komponen Analisis I Inflows 1. Pendapatan 2. Kredit II Total Inflows III Outflows 1. Biaya Investasi Proyek 2. Biaya Produksi 3. Angsuran Pokok 4. Pembayaran Bunga IV Total Outflows V Net benefit VI DF (20%) VII Present Value VIII NPV IX IRR X PV Positif XI PV Negatif XII Net B/C XIII Payback Periods (tahun)
Tahun ke- (Rp) 0
1
2
3
4
5
0 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 18.152.202,00 0 0 0 0 0 18.152.202,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 34.059.280,00 18.152.202,00 0 0 0 0 0 0 7.463.722,00 7.463.722,00 7.463.722,00 7.463.722,00 7.463.722,00 0 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 3.630.440,00 0 3.630.440,00 2.904.352,00 2.178.264,00 1.452.176,00 726.088,00 18.152.202,00 14.724.603,00 13.998.515,00 13.272.427,00 12.546.339,00 11.820.251,00 -18.152.202,00 19.334.677,00 20.060.765,00 20.786.853,00 21.512.941,00 22.239.029,00 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40 -18.152.202,00 16.112.231,00 13.931.087,00 12.029.429,00 10.374.682,00 8.937.367,00 43.232.593,70 107% 61.384.795,70 -18.152.202,00 3,38 0,53
Tabel 22. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 1 Harga Turun 10% No. Komponen Analisis I Inflows 1. Pendapatan 2. Kredit II Total Inflows III Outflows 1. Biaya Investasi Proyek 2. Biaya Produksi 3. Angsuran Pokok 4. Pembayaran Bunga IV Total Outflows V Net benefit VI DF (20%) VII Present Value VIII NPV IX IRR X PV Positif XI PV Negatif XII Net B/C XIII Payback Periods (tahun)
Tahun ke- (Rp) 0
1
2
0 18.152.202,00 18.152.202,00
30.653.352,00 0 30.653.352,00
18.152.202,00 0 0 0 18.152.202,00 -18.152.202,00 1 -18.152.202,00 49.736.177,00 91% 53.228.176,87 -18.152.202,00 2,93 0,59
0 6.785.202,00 3.630.440,00 3.630.440,00 14.046.083,00 16.607.269,00 0,83 13.839.391,00
3
4
5
30.653.352,00 0 30.653.352,00
30.653.352,00 30.653.352,00 0 0 30.653.352,00 30.653.352,00
30.653.352,00 0 30.653.352,00
0 6.785.202,00 3.630.440,00 2.904.352,00 13.319.995,00 17.333.357,00 0,69 12.037.054,00
0 0 6.785.202,00 6.785.202,00 3.630.440,00 3.630.440,00 2.178.264,00 1.452.176,00 12.593.907,00 11.867.819,00 18.059.445,00 18.785.533,00 0,58 0,48 10.451.068,00 9.059.381,00
0 6.785.202,00 3.630.440,00 726.088,00 11.141.731,00 19.511.621,00 0,40 7.841.283,00
Tabel 23. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Biaya Naik 10% No.
Komponen Analisis
I Inflows 1. Pendapatan 2. Kredit II Total Inflows III Outflows 1. Biaya Investasi Proyek 2. Biaya Produksi 3. Angsuran Pokok 4. Pembayaran Bunga IV Total Outflows V Net benefit VI DF (20%) VII Present Value VIII NPV IX IRR X PV Positif XI PV Negatif XII Net B/C XIII Payback Periods (tahun)
Tahun ke- (Rp) 0 0 22.016.146,00 22.016.146,00 22.016.146,00 0 0 0 22.016.146,00 -22.016.146,00 1 -22.016.146,00 69.392.457,00 133% 91.408.603,00 -22.016.146,00 4,15 0,46
1
2
3
4
5
47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 0 0 0 0 0 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 47.990.994,00 0 10.064.060,00 4.403.229,00 4.403.229,00 18.870.519,00 29.120.475,00 0,83 24.267.063,00
0 10.064.060,00 4.403.229,00 3.522.583,00 17.989.873,00 30.001.121,00 0,69 20.834.112,00
0 10.064.060,00 4.403.229,00 2.641.937,00 17.109.227,00 30.881.767,00 0,58 17.871.393,00
0 10.064.060,00 4.403.229,00 1.761.292,00 16.228.581,00 31.762.413,00 0,48 15.317.522,00
0 10.064.060,00 4.403.229,00 880.646,00 15.347.935,00 32.643.059,00 0,40 13.118.513,00
Tabel 24. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru dengan Konsep LEISA Alternatif 2 Harga Turun 10% No.
Komponen Analisis
I Inflows 1. Pendapatan 2. Kredit II Total Inflows III Outflows 1. Biaya Investasi Proyek 2. Biaya Produksi 3. Angsuran Pokok 4. Pembayaran Bunga IV Total Outflows V Net benefit VI DF (20%) VII Present Value VIII NPV IX IRR X PV Positif XI PV Negatif XII Net B/C XIII Payback Periods (tahun)
Tahun ke-(Rp) 0
1
2
3
4
5
0 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 22.016.146,00 0 0 0 0 0 22.016.146,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 43.191.895,00 22.016.146,00 0 0 0 0 0 0 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 9.149.146,00 0 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 4.403.229,00 0 4.403.229,00 3.522.583,00 2.641.937,00 1.761.292,00 880.646,00 22.016.146,00 17.955.604,00 17.074.958,00 16.194.312,00 15.313.667,00 14.433.021,00 -22.016.146,00 25.236.291,00 26.116.936,00 26.997.582,00 27.878.228,00 28.758.874,00 1 0,83 0,69 0,58 0,48 0,40 -22.016.146,00 21.030.242,00 18.136.761,00 15.623.601,00 13.444.362,00 11.557.546,00 57.776.367,00 115% 79.792.512,00 -22.016.146,00 3,62 0,51
BAB VI SINTESIS
6.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perencanaan lanskap adalah menjadikan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian yang produktif dengan sistem pertanian terpadu, yaitu memadukan unsur tanaman, ternak, dan ikan dengan konsep LEISA dan penekanan pada biodiversitas sebagaimana diuraikan dalam analisis usaha tani berdasarkan KHL (BAB V). Nilai produksi dari pekarangan rumah tersebut mampu untuk mencukupi kebutuhan bulanan rumah tangga petani. Keluaran dari suatu unsur menjadi masukan dari unsur yang lain.
6.2. Konsep Tata Ruang Analisis usaha tani (KHL) tersebut di atas menjadi dasar dalam konsep pengembangan tata ruang pekarangan. Konsep tata ruang dibagi menjadi zona publik, zona keluarga, zona privat, zona pelayanan, dan zona produksi. Diusulkan dua alternatif zonasi, yaitu Zonasi I untuk Alternatif 1 dan Alternatif 2 dan Zonasi II untuk Alternatif 3 (Gambar 29 dan Gambar 30). Setiap zonasi mempunyai fungsi (ekologi, ekonomi, estetika, dan sosial). Hubungan antara zona dan fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hubungan antara Fungsi dan Zona Zona Fungsi Publik Ekologi
Keluarga
√
Privat
Pelayanan
Produksi
√
√
√
Ekonomi
√
Sosial
√
Estetika
√
√
√ √
67
68
69
6.2.1. Zona Publik Zona ini meliputi jalan, halaman depan rumah, dan ruang tamu. Zona publik merupakan zona yang orang lain bisa menikmati dan untuk menerima tamu. 6.2.2 Zona Keluarga Zona ini meliputi ruang keluarga dan ruang makan. Ruang keluarga merupakan tempat keluarga untuk saling bercengkrama dan tempat bermain bagi anak-anak. 6.2.3. Zona Privat Zona privat merupakan tempat anggota keluarga melakukan aktivitas masing-masing. Zona ini meliputi kamar tidur dan kamar mandi. 6.2.4. Zona Pelayanan Pada zona pelayanan terdapat aktivitas memasak, mencuci, dan menjemur. 6.2.5. Zona Produksi Zona produksi merupakan zona untuk pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan serta tempat pembuangan limbah rumah tangga, tanaman, dan ternak. Ternak yang diusahakan adalah ayam dan kambing. Ternak yang dipelihara merupakan ternak yang biasa dipelihara warga, yaitu ayam kampung dan kambing yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Ikan yang ditanam di kolam adalah ikan lele karena ikan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
6.3. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak dan Ikan Tanaman ditanam dengan cara merotasi untuk mengurangi gangguan akibat hama dan penyakit. Tanaman, ternak, dan ikan yang diusahakan adalah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman yang dibudidayakan di pekarangan adalah jagung, kacang panjang, kacang merah, cabi merah, pisang, singkong, dan sengon. Beberapa jenis ternak yang diusahakan adalah ayam kampung dan kambing. Selain mempunyai nilai ekonomi tinggi, ayam kampung dan kambing diusahakan karena sesuai dengan keadaan sosial masyarakat yang mempunyai kebiasaan memeliharanya dan sesuai dengan keinginan masyarakat.
70
Pola tanam disesuaikan dengan rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2007 dan 2008 (Gambar 31). Cabai Merah
Jagung
Pekarangan Alternatif 1
Ubi Jalar
Bera
Kacang Panjang
Bera
Kacang Merah
Talas
Singkong Pisang Ikan lele
Bera
Ikan lele
Bera
Ikan lele
Bera
Ayam kampung Kambing 1
2
3
4
Pekarangan Alternatif 2
Cabai Merah
5
6
7
Jagung
Ubi Jalar
8 Bera
9
10
Kacang Panjang
11
12
Kacang Merah
Talas
Bera Sengon (5 tahun)
Ikan lele
Bera
Ikan lele
Bera
Ikan lele
Bera
Ayam kampung Kambing
mm/tahun
1000 800 600 400 200 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES Bulan
Gambar 31. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak dan Ikan
6.4. Konsep Tata Hijau Tanaman digunakan untuk produksi dan sebagai elemen estetis. Komoditas tanaman produksi yang diprioritaskan adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sedangkan sebagai elemen estetis adalah penanaman tanaman hias. Tanaman ditempatkan sesuai dengan fungsi ekologis seperti memberikan naungan, menumpangsarikan tanaman, mengurangi erosi, dan memberikan masukan bagi unsur lain. Rotasi penanaman dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah.
71
6.5. Konsep Utilitas dan Fasilitas Di pekarangan warga terdapat tempat sampah untuk sampah organik dan inorganik. Untuk pembuangan air limbah rumah tangga disediakan tempat penampungan air limbah. Kolam ikan dan kandang ternak digunakan secara optimum sesuai dengan luasan yang ada.
6.6. Konsep Sirkulasi dan Daur Energi Kebutuhan bulanan rumah tangga petani dipenuhi dari hasil produksi pekarangan. Kotoran ayam dan kotoran kambing dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman dan ikan. Sebagian produk dari tanaman dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk. Air kolam dimanfaatkan untuk irigasi tanaman. Limbah cair rumah tangga digunakan untuk irigasi kolam, tetapi dipisahkan antara limbah yang tercampur sabun dengan yang tidak karena air sabun berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Limbah padat rumah tangga berupa bahan organik dapat menjadi pupuk bagi tanaman (Gambar 32).
Tanaman
Pasar
Rumah Tangga
Ternak
Masukan Eksternal
Keterangan: : Aliran hasil produksi : Aliran limbah : Aliran masukan Gambar 32. Konsep Sirkulasi dan Daur Energi
Ikan
BAB VII PERENCANAAN
7.1. Rencana Lanskap Rencana Lanskap yang dikembangkan berupa site plan, yaitu Alternatif 1, Alternatif 2, dan Alternatif 3 (Gambar 33, Gambar 34, dan Gambar 35).
7.2. Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau disesuaikan dengan fungsi yang ingin didapatkan yaitu fungsi produksi, fungsi konservasi, fungsi konsumsi, fungsi obat-obatan dan fungsi bumbu-bumbuan, dan fungsi estetis. Untuk memenuhi fungsi produksi ditekankan pada tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman yang digunakan untuk fungsi produksi adalah jagung (Zea mays), kacang panjang (Vigna sinensis), kacang merah (Vigna umbellate), cabai merah (Capsicum annum), singkong (Manihot utilissima Pohl), talas (Colocasia esculenta), ubi jalar (Ipomoea batatas), sengon (Paraserianthes falcateria L. Nielsen), dan pisang (Musa spp.). Tanaman yang digunakan untuk fungsi konsumsi, penghasilan tambahan, vitamin, dan cadangan makanan bagi keluarga petani adalah tanaman buah-buahan seperti mangga, pepaya, durian, rambutan, dan kelapa. Tanaman yang digunakan untuk obat-obatan adalah jahe dan kunyit, sedangkan untuk bumbu-bumbuan adalah kemangi, lada, lengkuas, pandan wangi, dan serai wangi. Fungsi konservasi pada tanaman adalah dengan merotasi tanaman produksi serta sistem penanaman bertingkat dan tumpang sari. Menurut Reijntjes et al. (1999), penanaman dengan budi daya ganda atau tumpang sari dapat meminimalkan kerugian karena penyakit dan hama. Penanaman bertingkat akan memberikan naungan sehingga dapat mengurangi erosi tanah karena percikan air hujan. Tanaman yang dapat berfungsi sebagai konservasi adalah talas, ubi jalar, rumput, dan sengon. Tanaman yang ditanam di sekitar kolam berupa talas dan ubi jalar dapat memberikan naungan bagi ikan, menstabilkan suhu kolam, dan mengurangi erosi tanah. Pada tepi tapak pengusahaan tanaman ditanam rumput yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sekaligus mengurangi erosi tanah.
Pada lahan yang miring penanaman dilakukan sejajar dengan kontur. Pada lahan yang miring sesuai untuk sengon karena dapat mencegah erosi dan longsor (Warsino dan Dahana, 2009) Fungsi estetis tanaman adalah sebagai fungsi keindahan dengan menanam alternatif tanaman hias seperti pangkas kuning (Duranta sp.), krokot (Althernantera ficoides), lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii), beras tumpah (Aglonema sp.), adam hawa (Rhoeo discolor), dan hanjuang (Dracaena fragrans).
7.3. Rencanan Tata Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang terdapat di pekarangan meliputi tempat sampah, tempat pembuangan air limbah rumah tangga, kandang ternak, dan kolam ikan. Kandang ternak dan kolam ikan dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan ukurannya. Di bawah kandang ternak terdapat tempat penampungan kotoran ternak. Tempat sampah terdiri dari dua jenis, yaitu tempat sampah organik dan inorganik. Sampah organik memungkinkan untuk dijadikan pupuk bagi tanaman. Air limbah rumah tangga ditampung pada tempat penampungan khusus serta dipisah antara air yang mengandung sabun dengan yang tidak. Air limbah rumah tangga dari tempat penampungan limbah
yang tidak tercampur dengan sabun selanjutnya dapat
digunakan untuk mengairi kolam.
7.4. Rencana Tata Sirkulasi dan Daur Energi Penggunaan masukan-masukan dari luar diperlukan dalam kegiatan produksi tanaman, ternak, dan ikan. Masukan-masukan dari luar diperlukan untuk menjaga keberlanjutan usaha tani. Kebutuhan bulanan keluarga petani dipenuhi dengan asumsi menjual seluruh hasil produksi pekarangan. Hasil dari produksi pekarangan juga digunakan untuk pengadaan masukan seperti pupuk, benih, pakan, dan pestisida. Gambar 36 dan 37 merupakan alternatif dari pengusahaan pekarangan dengan konsep LEISA. Hasil sampingan dari pengusahaan tanaman, ternak, dan ikan seperti limbah hijauan dan kototan ternak dapat dipergunakan kembali sebagai masukan organik (pupuk kandang dan pupuk kompos). Hasil sampingan
yang dimanfaatkan kembali dapat mengurangi penggunaan masukan luar. Air kolam dapat digunakan untuk menyiram tanaman karena mengandung unsur hara. Limbah dari tanaman jagung, ubi jalar, pisang, singkong dan sengon dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Daun talas dapat digunakan sebagai pakan ikan sehingga dapat mengurangi biaya pembelian pakan. Ayam menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk bagi kolam dan tanaman. Ayam kampung menghasilkan 25 gram setiap hari (http://www.warintek.ristek.go.id. 1 Maret 2009). Dari usaha tani Alternatif 1 diperoleh 14 karung atau 420 kg kotoran ayam per tahun dengan asumsi 1 karung sama dengan 30 kg, sedangkan usaha tani Alternatif 2 menghasilkan 30 karung atau 900 kg kotoran ayam per tahun. Kotoran ayam dan kotoran kambing yang digunakan sebagai pupuk pada usaha tani Alternatif 1 dan 2 dapat menghemat biaya produksi karena mengurangi penggunaan pupuk kimia. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (1992) dalam Susanto dan Widayati (2007), kolam ikan membutuhkan pupuk dari kotoran ayam sebanyak 8,57 gram/m2/hari sehingga untuk pemeliharaan ikan pada usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 dibutuhkan 57,85 kg atau 2 karung kotoran ayam per tahun untuk 3 daur. Saswono (2002) menyebutkan kambing menghasilkan kotoran sebanyak 200 gram setiap hari. Usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 menghasilkan kotoran kambing 22 karung atau 648 kg dengan asumsi 1 karung sama dengan 30 kg per tahun. Penggunaan kotoran kambing dan kotoran ayam pada pengusahaan tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga mengurangi biaya produksi. Abdoellah dan Nurkholis (1994) dalam Priandono (2006) menyebutkan bahwa sebanyak 10.000 kg murni kotoran ayam diolah menjadi pupuk kandang, hasilnya akan setara dengan 266,67 kg urea, 1.022,22 kg SP-36, dan 200,83 kg KCL. Maka untuk 1 kg kotoran ayam setara dengan 0,03 kg urea, 0,10 kg SP-36, dan 0,02 kg KCl. Usaha tani Alternatif 1 menghemat total biaya produksi sebesar 0,7% dengan penggunaan pupuk dari kotoran ayam dan kambing, sedangkan saha tani Alternatif 2 menghemat total biaya produksi sebesar 1%.
Keterangan : : Aliran hasil produksi : Aliran masukan
: Aliran limbah
Gambar 36. Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 1 Sistem Pertanian dengan Konsep LEISA di Pekarangan
Keterangan : : Aliran hasil produksi : Aliran masukan
: Aliran limbah
Gambar 37. Sirkulasi dan Daur Energi Alternatif 2 Sistem Pertanian dengan Konsep LEISA di Pekarangan
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN
8.1. Simpulan Dari hasil perencanaan lanskap sistem pertanian terpadu pada pekarangan warga di Dusun Teluk Waru dengan luas lahan 350 m2 diperoleh hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 1 memperoleh NPV sebesar Rp 45.261.784,00, IRR sebesar 111%, dan Net B/C 3,49. Usaha tani Alternatif 1 layak untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20% dan Net B/C>1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha tani Alternatif 2 diperoleh NPV sebesar Rp 72.128.612,00, IRR sebesar 137%, dan Net B/C 4,28. Usaha tani Alternatif 2 layak pula untuk dijalankan karena mempunyai NPV>0, IRR di atas suku bunga 20% dan Net B/C>1. Nilai produksi dari usaha tani Aternatif 1 dan Alternatif 2 masingmasing sebesar Rp 34.059.280,00 dan Rp 47.990.994,00 per tahun. Keuntungan usaha tani di pekarangan alternatif 1 dan alternatif 2 masing-masing adalah Rp 27.393.751,00 dan Rp 38.841.848,00 per tahun atau Rp Rp 2.282.816,00 dan Rp 3.236.821,00 per bulan. Keuntungan yang diperoleh dari produksi pekarangan dapat mencukupi kebutuhan keluarga petani karena masih di atas kebutuhan bulanan keluarga petani sebesar Rp 1.284.450,00 atau Rp 13.742.045,00 per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup bulanan petani, usaha tani Alternatif 1 dan Alternatif 2 masing-masing membutuhkan luas lahan minimum 175,57 m2 dan 123,83 m2. Berdasarkan hasil analisis usaha tani tersebut disusun rencana lanskap pekarangan dengan sistem pertanian terpadu. Terdapat dua zonasi yang dikembangkan yang masing-masing terdiri dari zona publik, zona keluarga, zona privat, zona pelayanan, dan zona produksi. Kedua zonasi tersebut selanjutnya mengakomodir fungsi produksi yang dihasilkan dari analisis usaha tani, fungsi ekologi, fungsi ekonomi, fungsi estetika, dan fungsi sosial.
81
8.2. Saran Dalam kegiatan penelitian ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah limbah dan produk ikutan dari masing-masing komoditi tanaman untuk mengetahui jumlah pupuk organik yang dapat diproduksi. Kajian tentang sistem pertanian terpadu serupa, perlu dilakukan dengan menggunakan acuan teknik budi daya pada Lampiran 2.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. S. 1999. Survai Tanah dan Taksonomi Tanah Terapan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. BAKOSURTANAL. 2000. Peta Rupabumi Digital Indonesia Cihiris. Bogor Budidarsono, W., K. Wijaya, dan J. Roshetko. 2006. Farm and Household Economic Study of Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Indonesia: A Socio-economic base line study ofAgroforestry Innovations and Livelihood Enhancement. ICRAF Southeast Asia. Bogor. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (terjemahan), edisi kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Gold, S.1980. Recreational Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. http://en.wikipedia.org/wiki/Zero_waste. 30 Januari 2008. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10. 16 Mei 2009 http://utafoundation.org. 26 Januari 2008. http://www.onevillagefoundation.org/ovf/downloads/pdfs/IF&WMS_Packet/IF& WMS_overview.pdf. 30 Januari 2009 http://www.mekarn.org/msc2003-05/theses05/phallalr.pdf . 26 Januari 2008. http://www.warintek.ristek.go.id. 1 Maret 2009 Laurie, M.1990. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Intermedia. Bandung. LPPM Institut Pertanian Bogor Bekerja Sama dengan BAPPEDA KABUPATEN SERANG. 2004. Usaha Tani Tanaman Semusim Berskala Komersil Kabupaten Serang: Kasus Padi dan Kacang Tanah dan Upaya Optimalisasi Pemanfaatan Lahannya dengan Sistem Pertanian Terpadu. Institut Pertanian Bogor. Mollison, B.,dan R. M. Slay. 1991. Introduction to Permaculture. Atagari Publication. Australia. Mugnisjah, W. Q. 2000. LEISA: Agribisnis potensial yang belum mendapat perhatian secara luas. Bogor. Mugnisjah, W. Q., Suwarto, dan A. S. Solihin. 2000. Agribisnis terpadu berbasis LEISA di lahan basah: model hipotetik. Buletin Agronomi, XXVIII (2): 4961.
83
Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan – Proyek Climate Change, Forest and Peatlands on Indonesia. Weatlands International – Indonesia Programme and Wildlife Habitat Canada. Bogor. Priandono, A. 2006. Perancangan Kebun Produksi Berbasis LEISA untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Rachman, Z.1984. Proses berfikir lengkap merencana dan melaksana dalam Arsitektur Pertamanan. Makalah Diskusi pada Festival Tanaman Himagron. IPB. Bogor (tidak dipublikasikan). Reijntjes, C., B. Haverkort, dan A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan: Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (terjemahan). Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Saleh. 2003. Pemerintah Perlu Perhatikan Pertanian Ramah Lingkungan. Jakarta. Kompas Cyber Media. http://www.kompas.co.id/. [11 Januari 2008]. Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Saswono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York. Sitorus, S. R. P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Subandi, M. M. 2006. Panduan Menghitung Biaya Usaha Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, K. dan R. Widayati. 2007. Memelihara Ikan bersama Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Tjakrawiralaksana, A. 1985. Usaha Tani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tjasjono, B. 1995. Klimatologi Umum. Penerbit ITB. Bandung. Warsino dan K. Dahana. 2009. Investasi Sengon. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
85
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU DUSUN TELUK WARU, DESA CURUG BITUNG KECAMATAN NANGGUNG
kategori responden
[ ] kepala keluarga dengan kepemilikan pekarangan 120 – 400 m2 tidak mempunyai lahan lain [ ] kepala keluarga dengan kepemilikan pekarangan 120 – 400 m2 mempunyai lahan lain < 1000 m2 [ ] kepala keluarga dengan kepemilikan pekarangan 120 – 400 m2 mempunyai lahan lain > 1000 m2
86
I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden : ……………… Nama Jenis Kelamin Agama Jenjang Pendidikan
Pekerjaan Utama
Tinggal di desa ini sejak tahun Pengalaman sebagai petani sejak tahun Pekerjaan Sampingan
Status Responden
………………….. ………………….. ………………….. 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMU 5. Akademi 6. PT 7. Lainnya (sebutkan) ………………… 1. Petani 2. Buruh 3. Pedagang 4. Guru 5. PNS 6. Tukang 7. Karyawan 8. Dosen 9. Lainnya (sebutkan) ………………… ………….. ………………… …………. dengan penghasilan sebesar … …………. dengan penghasilan sebesar … …………. dengan penghasilan sebesar … 1. Belum menikah 2. Menikah 3. Duda
4. Janda
II. SOSIAL DAN EKONOMI A. Status Hubungan Keluarga Nama
Agama
Hubungan
Jenis Kelamin
Tempat tinggal BersaManma diri Responden
Menjadi tanggungan responden
Status Pernikahan
Umur
B. Kebutuhan Hidup 1. Pendapatan kotor tiap bulan? (a) < Rp 600.000 (b) Rp 500.000 – Rp 600.000 (c) Rp 600.000 – Rp 700.000 (d) Rp 700.000 – Rp 800.000 (e) Rp 800.000 – Rp 900.000 (f) > Rp 900.000 2. Kebutuhan beras per bulan per orang ? ………… kg (a) < 4 (b) 4 – 6 (c) 6 – 8 (d) 8 – 10 3. Kebutuhan lauk pauk per bulan ? Rp ……………. (a) < Rp 10.000 (b) Rp 10.000 – Rp 15.000 (c) Rp 15.000 – Rp 20.000 (d) Rp 20.000 – Rp 25.000 (e) > Rp 25.000 4. Apa bahan bakar yang digunakan untuk memasak (jawaban bisa lebih dari satu)? (a) kayu bakar
Pendidikan
87
(b) minyak tanah : ……………. liter/bulan (c) gas : ……………. tabung/bulan 5. Sumber penerangan: (a) Listrik PLN (b) Listrik non PLN (c) Lampu minyak tanah : …………….liter/bulan (d) Lainnya (sebutkan) …………….. 6. Berapakah Watt daya listrik yang Anda gunakan dan berapa biaya listrik per bulan? (a) 450 : Rp ……………/bulan (b) 900 : Rp ……………/bulan (c) 1500 : Rp ……………/bulan (d) Lainnya (sebutkan) ………….. : Rp ……………/bulan 7. Dari mana kebutuhan air berasal? (a) Sumur (b) PAM : Rp ………….. /bulan (c) Air sungai (d) Lainnya (sebutkan) ……….. 8. Apa alat komunikasi yang Anda pakai? (a) Telpon rumah : Rp …………… /bulan (b) HP : Rp ……………./orang/bulan 9. Berapa biaya transportasi setiap bulan? Rp …………… (a) < Rp 500.000 (b) Rp 500.000 – Rp 600.000 (c) Rp 600.000 – Rp 700.000 (d) Rp 700.000 – Rp 800.000 (e) Rp 800.000 – Rp 900.000 (f) > Rp 900.000 10. Apakah ada iuran keamanan setiap bulan? (a) Ya, Rp …………… (b) Tidak 11. Berapa hari besar yang anda rayakan setiap bulan? (a) 1 : Rp …………. (b) 2 : Rp …………. (c) 3 : Rp …………. (d) 4 : Rp …………. (e) Lainnya, (sebutkan) ……………… : Rp ………….. 12. Berapa kali Anda cek kesehatan/berobat setiap bulan? (a) 1 : Rp …………. /orang (b) 2 : Rp …………. /orang (c) 3 : Rp …………. /orang (d) 4 : Rp …………. /orang (e) Lainnya, (sebutkan) ……………… : Rp …………. /orang 13. Apa pendidikan anak Anda saat ini dan berapa biayanya dalam setahun (jawaban bisa lebih dari satu)? (a) TK : Rp …………… /orang (b) SD : Rp …………… /orang (c) SMP : Rp …………… /orang (d) SMA : Rp …………… /orang (e) PT : Rp …………… /orang (f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp …………… /orang 14. Berapa kebutuhan bacaan (majalah, buku, koran dll) per bulan? Rp …………………. 15. Berapa kali Anda membeli baju (pakaian) dalam setahun? (a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun (b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun (c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun (d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun (e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun
88
(f) Lainnya (sebutkan) ………….
: Rp ………………. /orang/tahun
16. Berapa kali Anda membeli baju (pakaian) muslim dalam setahun? (a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun (b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun (c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun (d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun (e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun (f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun 17. Berapa kali dalam setahun Anda membeli sajadah? (a) 1 : Rp ………………. (b) 2 : Rp ………………. (c) 3 : Rp ………………. (d) 4 : Rp ………………. (e) 5 : Rp ………………. (f) Lainnya (sebutkan) ……….. : Rp ………………. 18. Berapa kali Anda membeli sepatu dalam setahun? (a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun (b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun (c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun (d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun (e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun (f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun 19. Berapa kali Anda membeli sandal dalam setahun? (a) 1 : Rp ………………. /orang/tahun (b) 2 : Rp ………………. /orang/tahun (c) 3 : Rp ………………. /orang/tahun (d) 4 : Rp ………………. /orang/tahun (e) 5 : Rp ………………. /orang/tahun (f) Lainnya (sebutkan) …………. : Rp ………………. /orang/tahun 20. Berapa kali Anda mengganti bohlam dalam sebulan? (a) 1 (b) 2 (c) 3 (d) 4 (e) 5 (f) Lainnya (sebutkan) ………….. 21. Berapakah biaya Anda merehabilitasi (memperbaiki) rumah dan berapa selang waktunya? Rp …………/……bulan/tahun 22. Berapa kali dalam setahun Anda mudik dan berapa biayanya? (a) 1 : Rp ………………. (b) 2 : Rp ………………. (c) 3 : Rp ………………. (d) 4 : Rp ………………. (e) 5 : Rp ………………. (f) Lainnya (sebutkan) ……….. : Rp ………………. 23. Berapa kali dalam setahun Anda melakukan wisata (rekreasi) dan berapa biayanya? (a) 1 : Rp ………………. (b) 2 : Rp ………………. (c) 3 : Rp ………………. (d) 4 : Rp ………………. (e) 5 : Rp ………………. (f) Lainnya (sebutkan) ……….. : Rp ………………. 24. Apakah Anda menabung? (a) Ya, Rp ………….. /bulan (b) Tidak 25. Berapa uang yang dikeluarkan untuk zakat per tahun? Rp ……………. 26. Berapa uang yang dikeluarkan untuk sumbangan per bulan? Rp …………….
89
III. BUDAYA 1. Apa kearifan lokal yang Anda lakukan dalam bertani? Sebutkan! No. Kegiatan Bertani
2.
Apa kearifan lokal yang Anda lakukan dalam mengelola sumber daya alam? Sebutkan! No. Kegiatan Bertani
IV. DATA USAHA TANI 1. Berapakah total luas rumah (termasuk pekarangan) Anda?..............m2 2. Berapakah luas pekarangan Anda?...........m2 3. Apakah bentuk pekarangan Anda? (a) Berkontur (b) Datar (c) Lainnya (sebutkan) ……………… 4. Pekarangan Anda berfungsi sebagai apa saja (jawaban boleh lebih dari satu)? (a) Produksi tanaman : …………… m2 (b) Pemeliharaan ternak : …………… m2 (c) Kolam : …………… m2 (d) Lainnya (sebutkan) ……………. : …………… m2 5. Jenis komoditi (tanaman, ternak, dan ikan) apa saja yang ada di pekarangan Anda? No.
6.
Jenis Komoditi
Luas (m2)
Tempat sampah: (a) Di dalam rumah (b) Di pekarangan (c) Di luar pekarangan yang berjarak ……… m dari rumah (d) Tidak ada (e) Lainnya (sebutkan) ……………….
Jumlah (ekor) (kg)
90
7.
8.
9.
10.
11. 12. 13.
14. 15.
Cara penanganan sampah rumah tangga oleh rumah tangga itu sendiri: (a) Adanya pemisahan sampah organik dengan inorganik (b) Sampah organik dan inorganik dicampur jadi satu (c) Pembuatan kompos dari sampah organik (d) Tidak ada (e) Lainnya (sebutkan) ……………. Apakah Anda bersedia jika pekarangan Anda dijadikan tapak pertanian terpadu? (a) Ya (b) Tidak Apakah Anda bersedia jika bersedia jika pekarangan Anda digabungkan dengan pekarangan tetangga untuk dijadikan lanskap pertanian terpadu? (a) Ya (b) Tidak Jika Anda bersedia pekarangan Anda dijadikan pertanian terpadu, apa saja komoditiya berikut luas/jumlahnya? (a) Tanaman (b) Ternak (c) Ikan Sketsa tata letak tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan? Apakah Anda mempunyai lahan lain? (a) Ya (b) Tidak Apa jenis lahan yang Anda miliki (jawaban bisa lebih dari satu)? (a) Basah : ……………. m2 (b) Kering : ……………. m2 Berapakah luas total lahan lain yang anda miliki?............m2 Jenis tanaman tahunan apa saja yang ada di lahan Anda? No.
Jenis Tanaman Tahunan
Jumlah
Luas (m2)
16. Apakah bentuk lahan Anda? (a) Bergelombang (berkontur) (b) Datar (c) Lainnya (sebutkan) ……………… 17. Pola tanam dan varietas apa saja yang terdapat pada lahan Anda? Nyatakan! ……….. à ………….. à …………. 18. Jadwal pola tanam? Tahun 2007/2008 Musim Tanam 10 11 12 1 2 3 4 5 MH 2007/2008 MK 2008 MH 2008
6
7
8
9
91
V. DATA TEKNIS BUDI DAYA 1. Apakah Anda menggunakan jenis pupuk oraganik? (a) Ya (b) Tidak 2.
Hasil Panen : ……………. kg/………… bata = ………… t/ha
3.
Pemanfaatan Hasil Sampingan Limbah apa saja yang dihasilkan dari usaha ini, sebutkan (jawaban boleh lebih dari satu)? (a) Limbah padat : ……………………………………………………………… (b) Limbah cair : ……………………………………………………………… (c) Limbah gas : ……………………………………………………………… Dimana limbah itu dibuang dan adakah pengolahan untuk masing-masing jenis limbah itu? Jenis Limbah Tempat Pembuangan Cara Penanganan
92
Lampiran 2
TEKNIS BUDI DAYA TANAMAN, TERNAK DAN IKAN TERKAIT PERENCANAAN LANSKAP
93
1. Teknis Budi Daya Jagung (Zea mays L.)
Varietas
: • Hibrida C-1, Hibidra C-2, Hibidra Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula, CPI-1, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1, dan Semar 2.
Syarat Tumbuh
: • Tanaman jagung tumbuh di daerah tropis/subtropics pada 0-50O LU sampai 0-40O LS. • Curah hujan 85-200 mm/bulan dan merata. • Penyinaran matahari penuh, sebaiknya tanpa naungan. • Suhu optimum yang dikehendaki tanaman jagung antara 23-30O C. • Tanah harus gembur, subur, dan kaya humus dengan pH 5,6-7,5. • Ketinggian tempat yang optimum antara 0-600 m dpl.
Penanaman
: • Kebutuhan benih 20-30 kg/hektar. • Kedalaman lubang tugalan 10-15 cm. • Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%. • Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida seperti Benlate apabila diduga ada serangan jamur. • Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furudan 3G.
Jarak Tanam
: • Jarak tanam 75 cm x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman dan 75 cm x 50 cm dengan dua tanaman setiap lubangnya.
Dosis dan Aplikasi Pupuk
: • Pupuk kandang 2 ton/ha • Dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, SP-36=75100 kg/ha dan KCl=50-100kg/ha.
94
• Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan waktu tanam. • Pupuk susulan 1 diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. • Pupuk susulan II diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar. Umur Panen
: • 90-100 Hari setelah tanam
Produktivitas
: • Rata-rata 5-9 ton/ha
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
95
2. Teknis Budi Daya Cabai (Capsicum annum L.)
Varietas
: • Hot Beauty, Hero, long Chilli, Arimbi, Hibrid TM-999, Hybrid TM-888
Syarat Tumbuh
: • Curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun. • Intensitas cahaya cukup tinggi. • Suhu optimum yang dikehendaki antara 24-28O C. • RH 80%. • Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah merembeskan air dengan pH 5,5-6,8. • Tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.400 m dpl.
Pembibitan
: • Kebutuhan benih 1-2 benih/lubang, ditutup tanah tipistipis. • Kedalaman lubang tugalan 10-15 cm. • Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%. • Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida seperti Benlate apabila diduga ada serangan jamur. • Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furudan 3G.
Jarak Tanam Penanaman
: • Jarak tanam 40 cm x 60 cm. • Bibit dipindahtanamkan pada umur 30-45 hari. • Diberi mulsa plastic berwarna hitam-perak atau sisa tanaman yang telah mati. • Kedalaman lubang 15 cm dan diameter 7-8 cm. • Pengairan teratur
Dosis dan Aplikasi Pupuk
: • Pupuk kandang 10 ton/ha atau 0.2-1 kg/lubang tanam. • Pupuk dasar: urea= 5 g/tanaman, SP-36= 20 g/tanaman. • Pupuk susulan I (3 MST) : urea= 5 g/tanaman, KCl= 5
96
g/tanaman. • Pupuk susulan II (6 MST) : urea= 5 g/tanaman, KCl= 5 g/tanaman. Umur Panen
: • 75-85 Hari setelah tanam
Produktivitas
: • 18-28 ton/ha
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
97
3. Teknis Budi Daya Ayam Buras (Gallus domesticus)
Bibit
: • Ayam Jantan: Badan kuat dan panjang, tulang supit rapat, sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih, paruh bersih, mata jernih, kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur, terdapat taji. • Ayam Betina: Kepala halus, matanya terang/jernih, mukanya sedang (tidak terlalu lebar), paruh pendek dan kuat, jengger dan pial halus, badannya cukup besar dan perutnya luas, jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari, jarak antara tulang pubis ± 3 jari.
Pemeliharaan
:
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan a. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri). b. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan). c. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan). Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan. b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu. c. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (± 2 tahun). Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan
untuk
menghasilkan
pejantan tidak diperlukan.
telur
konsumsi,
98
Perkandangan
:
Syarat kandang yang baik a. Cukup mendapat sinar matahari. b. Cukup mendapat angin atau udara segar. c. Jauh dari kediaman rumah sendiri. d. Bersih. e. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya). f. Kepadatan yang sesuai. g. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama. Kepadatan kandang a. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 – 2 induk. b. Ayam dara 1 m2 untuk 14 - 16 ekor. c. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.
Pakan
Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari protein, energi, vitamin, mineral dan air.
Adapun konsumsi
pakan adalah sebagai berikut: - Anak ayam dara 15 gram/hari - Minggu I-III 30 gram/hari - Minggu III-V 60 gram/hari - Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari - Induk 100 gram/hari Penyakit dan Pencegahan
: 1. ND = Necastle Desease = Tetelo Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali. 2. Cacingan Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional. 3. CRD (pernafasan) Pengobatan: Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
99
4. Berak Darah Pengobatan:
Prepara
Sulfa
atau
anyrolium
dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5 hari. 5. Pilek Pengobatan:
sulfadimetoxine
0,05%
dilarutkan
dalam air minum selama 5 - 7 hari. 6. Cacar Pencegahannya: vaksinasi 1 kali setelah lepas induk. Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
100
4. Teknis Budi Daya Pisang (Musa spp.)
Varietas
: • Pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan, mas, nangka, tanduk, kapok, batu klutuk, dan manila (abaca).
Syarat Tumbuh
: • Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. • Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. • Ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. • Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. • Tanah harus mudah meresapkan air. • Umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
Pembibitan
: • Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunastunas (anakan). • Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. • Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam.
Pengolahan Media Tanam
• Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. • Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). • Pembuatan Saluran Pembuangan Air.
Lubang tanam
: • Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat
dan Jarak
dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm untuk tanah-
Tanam
tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
Pemeliharaan
• Penjarangan.
101
Tanaman
Satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. • Penyiangan. Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. • Perempalan Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. • Pengairan dan Penyiraman Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi paritparit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang. • Pemberian Mulsa Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. • Pemeliharaan Buah Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat.
Dosis dan Aplikasi Pupuk
: • Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. • Memerlukan 207 kg/ha urea, 138 kg/ha super fosfat, 608 kg/ha KCl dan 200 kg/ha batu kapur sebagai sumber kalsium.
Umur Panen
: • Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
Produktivitas
: • Rata-rata 46 ton/ha/tahun
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
102
5. Teknis Budi Daya Singkong (Manihot utilissima Pohl.)
Varietas
: • Valenca Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4
Syarat Tumbuh
: • Tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. • Jenis tanah aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol • pH berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. • Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl.
Pembibitan
: • Persyaratan Bibit • Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan), Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta • Seragam, Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus, Belum tumbuh tunas-tunas baru. • Penyiapan Bibit • Bibit berupa stek batang, Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah, setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
Pengolahan Media Tanam
• Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan
dari
segala
macam
gulma
(tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. • Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Jarak Tanam
: • Sistem monokultur dengan jarak tanam 100 x 100 cm, 100 x 60 cm atau 100 x 40 cm. Bila pola tanam dengan
103
sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 x 100 cm atau 300 x 150 cm. Penanaman
• penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun
tanah.
Bila
tanahnya
keras/berat
dan
berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Pemeliharaan tanaman
• Penyulaman Untuk bibit yang mati/abnormal. • Penyiangan Untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu
(gulma)
yang
hidup
di sekitar
tanaman. Satu musim dilakukan 2 kali. • Pembubunan Dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. • Perempelan/Pemangkasa Minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. • Pengairan dan Penyiraman Sistem yang baik digunakan adalah system genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan. • Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Dosis dan Aplikasi Pupuk
: • Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 12,5 ton/ha.
104
• Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3. Umur Panen
: • Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
Produktivitas
: • Rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
105
6. Teknis Budi Daya Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)
Varietas
: • Talas Sutera, Talas Bentul dan Talas Ketan.
Syarat Tumbuh
: • tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang. • Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih. • Suhu 25-30 derajat C dan kelembaban tinggi. • menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan organik atau humus. • Harus tumbuh di tanah drainase baik dan PH 5,5– 6,5. • Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl.
Pembibitan
: • Persyaratan Bibit • Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas. • Teknik Penyemaian Bibit • Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telah berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu disemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai gembur, • Pemindahan bibit
106
• Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang telah berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari umbi, yaitu setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm. Jarak Tanam
: • Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm atau 50 x 70 cm.
Penanaman
• Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila curah hujan merata sepanjang tahun. • Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit talas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.
Pemeliharaan tanaman
: • Penyiangan dan Pembubunan Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah
tanam.Pembubunan
Pembubunan
perlu
dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akarakar bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin. • Pengairan dan Penyiraman Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Dosis dan Aplikasi Pupuk
: • Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. • Pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan menggunakan sebanyak 100
107
kg urea dan 50 kg TSP per hektar. • Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3 bulan dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg per hektar. • Aplikasi pemupukan yaitu dengan cara membuat lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan disamping baris tanaman sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada pemupukan umur 5 bulan. Umur Panen
: • Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan.
Produktivitas
: • Rata-rata mencapai 120.000 batang/ha.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
108
7. Teknis Budi Daya Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Syarat Tumbuh
: • Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. • Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun, dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.
Pembibitan
: • Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut: penampilan
bernas/kusam,
daya
kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama, dan penyakit. • Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg. • Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan. Jarak Tanam
: • Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
Penanaman
• Waktu
tanam
yang
baik
adalah
awal
musim
kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai. • Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama 0,5 jam lalu tiriskan. • Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur. Pemeliharaan tanaman
: • Penyulaman Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam. • Penyiangan Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-
109
3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored. • Pemangkasan/Perempelan Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga. • Pengairan Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim. Dosis dan Aplikasi Pupuk Umur Panen
: • Pupuk dasar 50 kg Urea, 75 kg SP-36, dan 25 kg KCl. • Umur 45 hari 50 kg Urea, 25 kg SP-36, dan 75 kg KCl. : • Pemanen dilakukan setelah tanaman berumur 3,5-4 bulan.
Sumber: Disarikan dari http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10
110
8. Teknis Budi Daya Sengon (Paraserianthes falcateria L. Nielsen)
Syarat Tumbuh
: • Sengon dapat tumbuh pada curah hujan 1.500 – 4.500 mm/tahun. Namun, curah hujan yang paling baik untuk tanaman sengon adalah 2.000 – 2.700 mm/tahun. • Suhu 10-36 oC dan suhu optimal 22 – 34 oC • Sinar matahari 80%. • Sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tekstur tanah. Namun tekstur tanah yang ideal adalah lempung berpasir atau pasir berlempung. • Struktur tanah remah dan memiliki porositas yang sedang. • Kedalaman tanah minimal 40 cm. • pH tanah 5 – 7,2 dan pH tanah ideal 6,5 – 7. • Ketinggian 0 – 1.600 m dpl dan ketinggian ideal 0 – 800 m dpl.
Pembibitan
: • Benih
berasal
dari
pohon
yang
sehat,
pertumbuhannya baik, serta tidak terserang hama dan penyakit. • Benih berasal dari tanaman sengon yang berumur minimal 7 tahun. • Benih harus benar-benar telah masak, ditandai dengan polong yang berwarna kuning kecoklatan. Jarak Tanam
: Jarak tanam sengon adalah 1 x 3 m, 1 x 4 m, 2 x 2 m, dan 1 x 5 m.
Penanaman
Langkah-langkah penanaman bibit adalah • Lubang tanam dipersiapkan dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan dibiarkan selama seminggu. • Separuh tanah galian lubang dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1 hingga merata.
111
Sepertiga dari tanah campuran dimasukkan ke lubang. • Polybag tempat bibit disilet kanan dan kiri, kemudian ditarik hati-hati dari atas ke bawah hingga terlepas. Pastikan tanah tidak terlepas dari bibit. • Masukkan bibit ke dalam lubang, kemudian isi lubang dengan campuran tanah. Tekan-tekan hingga agak memadat kemudian siram dengan air. Pemeliharaan tanaman
: • Penyiangan dan Pembubunan Penyiangan
dilakukan
secara
rutin.
Beberapa
herbisida yang diperbolehkan adalah Round Up 486 SL, Polaris 200/8 SL, Spark 130/5 SL, Wallop 240/110 SL, dan herbisida lain yang sesuai. • Pengairan dan Penyiraman Tanaman muda memerlukan penyiraman yang cukup karena perakarannya belum cukup kuat dan panjang. Penyiraman dilakukan pada
pagi dan
sore.
Penyiraman atau irigasi dilakukan apabila benarbenar diperlukan. • Pemangkasan Cabang Air Pemangkasan
cabang
air
dilakukan
dengan
memotong cabang air sekitar 10 – 20 cm dari batang (tidak
perlu
memotong
pangkal
cabang
air).
Pemangkasan dilakukan 1 – 2 bulan sekali. • Penjarangan tanaman Penjarangan pertama dilakukan saat umur tanaman 2 – 3 tahun denga diameter batang sekitar 10 – 15 cm. Penjarangan kedua dilakukan pada tahun ke-4 dan ke5, atau diameter batang sekitar 15 – 20 cm. Penjarangan terakhir pada saat tanaman berumur di atas 5 tahun dengan diameter 20 cm. Tanaman sengon yang perlu mendapat penjarangan adalah
112
a. Tanaman yang berada di tengah tanamantanaman yang lain. b. Penjarangan juga dilakukan terhadap tanamantanaman yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau terserang hama dan penyakit. Dosis dan Aplikasi Pupuk
: • Pemupukan dilakukan setiap tahun. Pemupukan dilakukan pagi dan sore. Dosis pupuk berdasarkan umur dan jumlah tanaman per hektar adalah Jumlah Tahun
Dosis Pupuk per Hektar (kg)
Tanaman
NPK
per Hektar
Umur Panen
Pupuk Organik
0
2.000
300 - 400
400 – 500
1
2.000
400 - 500
400 – 500
2
1.000
400 - 500
400 – 500
3
1.000
300 - 400
400 – 500
4
500
300 - 400
250 – 375
5
500
400 - 500
250 – 375
≥6
250
250 – 400
185 - 250
: Pemanen sengom dilakukan setelah tanaman berumur 5-8 tahun.
Produktivitas
: Produktivitas sengon 50 m3 per pohon per tahun.
Sumber: Disarikan dari Warisno dan Dahana (2009).
113
9. Teknis Budi Daya Kambing (Capra aegagrus hircus)
Bibit
:
Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu, bersih dan mengkilat, dan daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Ciri untuk calon induk a. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk. b. Jinak dan sorot matanya ramah. c. Kaki lurus dan tumit tinggi. d. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata. e. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda. f. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah. Ciri untuk calon pejantan a. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif, dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi. b. Kaki lurus dan kuat. c. Dari keturunan kembar. d. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
Pemeliharaan
:
Pengelolaan reproduksi Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 -
114
60 kg. b. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari. c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki. d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10 Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah a. Masa bunting 144 - 156 hari (± 5 bulan). b. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. Perkandangan
:
Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal erjarak 5 meter dari rumah). Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah a. Kandang beranak 20 cm x 120 cm /ekor. b. Kandang induk 100 cm x 125 cm /ekor. c. Kandang anak 100 cm x 125 cm /ekor. d. Kandang pejantan 110 cm x 125 cm /ekor. e. Kandang dara/dewasa 100 cm x 125 cm /ekor.
Pakan
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin, mineral, mudah dicerna, tidak beracun, disukai ternak, murah, dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). Cara pemberiannya a. Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan
115
juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya. b. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari. Penyakit dan Pencegahan
:
Pengendalian Penyakit a. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. b. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.
Sumber : Disarikan dari http://www.ristek.go.id
116
10. Teknis Budi Daya Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Bibit
: Induk jantan mempunyai tanda a. Tulang kepala berbentuk pipih. b. Warna lebih gelap. c. Gerakannya lebih lincah. d. Perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung. e. Alat kelaminnya berbentuk runcing. Induk betina bertanda a. Tulang kepala berbentuk cembung. b. Warna badan lebih cerah. c. Gerakan lamban. d. Perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
Syarat Tumbuh
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik a. Air harus bersih. b. Berwarna hijau cerah. c. Kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm). Ukuran kualitas air secara kimia a. Bebas senyawa beracun seperti amoniak. b. Mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C). c. pH 7,5 - 8,5.
Pemeliharaan
: Pemijahan. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele. Pemindahan.
117
Cara pemindahan a. Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm. b. Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang. c. Samakan suhu pada kedua kolam. d. Pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring. e. Pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air. Pendederan. Pendederan adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda.
Kolam
pendederan
permukaannya
diberi
pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini. Kolam
:
Kedalaman air yang ideal adalah 15 – 20 cm. Ukuran kerapatan yang ideal adalah 50 ekor/m2.
Pakan
Jadwal pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pukul 08.00 - 09.00, 16.00 – 17.00, dan 21.00 – 22.00. Jumlah pakan yang diberikan berdasarkan kelompok umur (hari) adalah 3 – 7: telur ayam 0,01 g/ekor/hari 8 – 20: kutu air 0,1 g/ekor/hari 21 – 40: pelet 0,5 mm 0,32 g/ekor/hari 41 – 60: pelet 1 mm 0,62 g/ekor/hari 61 – 80: pelet 2 mm 0,96 g/ekor/hari 81 – 100: pelet 2 mm 1,95 g/ekor/hari
118
101 - 120: pelet 2 mm 2,79 g/ekor/hari 121 – 140: pelet 2 mm 3,33 g/ekor/hari 141 – 160: pelet 2 mm 3,60 g/ekor/hari Sumber: Disarikan dari http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10 dan Subandi (2006)
122
Lampiran 4.
ANALISIS USAHA TANI TANAMAN, TERNAK, DAN IKAN DI PEKARANGAN WARGA DUSUN TELUK WARU
123
Analisis Usaha Tani Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 1 (Luas 350 m2) No.
Uraian Kegiatan
A.
Investasi (Peralatan) Lahan (pajak) Tanaman Cangkul Golok Parang Kored Garpu Linggis Sepatu lapang Ayam kampung Kandang Bibit Ikan lele Benih Ember plastik Jaring Kambing Kandang Bibit Total Investasi (A)
1 2
3
4
5
B. 1 a
Modal Kerja = biaya operasional Biaya pekarangan Produksi Jagung (1 daur), 1000 m² Benih Urea Furadan Pupuk kandang Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Panen Total biaya produksi jagung, 1 daur Total biaya produksi jagung, 1 tahun Total biaya prodsuksi jagung, 100 m²
Volume
Harga Satuan (Rp)
350 m²
Biaya (Rp)
48.57
17000
buah buah buah buah buah buah buah
25000 50000 20000 20000 25000 20000 50000
50000 100000 40000 40000 25000 20000 100000
1 buah 50 ekor
500000 30000
500000 1500000
1250 ekor 2 buah 1 buah
300 20000 60000
375000 40000 60000
1 buah 5 ekor
1000000 1500000
1000000 7500000 11367000
70000 2000 100000 2000 30000 15000 30000 15000 30000 15000
7000 10000 25000 10000 300000 30000 30000 60000 30000 15000 517000
2 2 2 2 1 1 2
0.1 5 0.25 5 10 2 1 4 1 1
kg kg kg karung HOP HOW HOP HOW HOP HOW
517000 51700
124
b
Produksi Kacang panjang (1 daur), 1000 m² Benih Urea Pupuk kandang Pupuk TSP Zat perangsang tumbuh Furadan Pembasmi serangga Pengolahan lahan Menanam Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Panen
0.25 10 5 15 1 0.25 2 7 2 3 2 1 3 5 5
kg kg karung kg kaleng kg kaleng HOP HOW HOP HOP HOW HOP HOP HOW
70000 2000 2000 2500 15000 25000 7500 30000 15000 30000 30000 15000 30000 30000 15000
Total biaya produksi kacang panjang, 1 daur Total biaya produksi kacang panjang, 1 tahun Total biaya produksi kacang panjang, 100 m²
c
Produksi Kacang merah (1 daur), 1000 m² Benih Urea Pupuk kandang Pupuk TSP Zat perangsang tumbuh Furadan Pembasmi serangga Pengolahan lahan Menanam Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Panen Total biaya produksi kacang panjang, 1 daur Total biaya produksi kacang panjang, 1 tahun
17500 200000 10000 37500 15000 6250 15000 210000 30000 90000 60000 15000 90000 150000 75000 1021250 1021250 102125
0.25 10 5 15 1 0.25 2 7 2 4 2 1 1 5 5
kg kg karung kg kaleng kg kaleng HOP HOW HOP HOP HOW HOP HOP HOW
60000 2000 2000 2500 15000 25000 7500 30000 15000 30000 30000 15000 30000 30000 15000
15000 200000 10000 37500 15000 6250 15000 210000 30000 120000 60000 15000 30000 150000 75000 988750 988750
125
Total biaya produksi kacang panjang, 100 m² d
Cabai Merah (1 daur), 1000 m² Benih Urea TSP KCL NPK Pupuk kandang Pembasmi serangga Pengolahan lahan dan penyemaian Penanaman Penyiangan Penyemprotan Panen
98875
1 50 50 50 50 15 5 14 14 6 6 7 14 5 8 8
plastik kg kg kg kg karung kaleng HOP HOW HOP HOW HOP HOW HOP HOP HOW
150000 2500 2200 3000 5000 2000 20000 30000 15000 30000 15000 30000 15000 30000 30000 15000
Total biaya produksi cabai merah, 1 daur Total biaya produksi cabai merah, 1 tahun Total biaya produksi cabai merah, 100 m² e
f
Talas (1 daur), 1000 m² Benih Urea Pupuk kandang Pembasmi serangga Pengolahan lahan Menanam Penyiangan Panen Total biaya produksi talas, 1 daur Total biaya produksi talas, 1 tahun Total biaya produksi talas, 42 m² Ubi jalar (1 daur), 1000 m² Benih Urea KCL Pengolahan tanah dan pengguludan Penyiapan bibit
150000 125000 110000 150000 250000 30000 100000 420000 210000 180000 90000 210000 210000 150000 240000 120000 2745000 2745000 104423.07
4000 0.25 1 1 2 5 2 2
batang kg karung botol HOP HOP HOP HOP
150 2000 2000 12500 30000 30000 30000 30000
3265 15 5 5 1
stek kg kg HOP HOP
2000 5000 30000 30000
600000 500 2000 12500 60000 150000 60000 60000 945000 945000 39620
6530 30000 25000 150000 30000
126
Penanaman Pembongkaran guludan dan penyiangan Pupuk, balik batang dan pengguludan Panen
4 HKW
15000
60000
3 HOP
30000
90000
2 HOP 3 HOP 3 HOW
30000 30000 15000
60000 90000 45000
Total biaya produksi ubi jalar, 1 daur Total biaya produksi ubi jalar, 1 tahun Total biaya produksi jalar, 42 m² g
h
i
2 HOP
30000
60000 60000
Singkong Tanam Total biaya produksi singkong, 1 tahun
2 HOP
30000
60000
Ikan lele (3 daur) Pelet Pupuk kandang Kapur Total biaya produksi ikan lele, 1 daur Total biaya produksi ikan lele, 3 daur, 1 tahun (A) Total Biaya Investasi (B) Total Modal Kerja 1 tahun Total Biaya (Investasi A + Modal Kerja B)
C. 1
586530 24634
Pisang (1 daur) Tanam Total biaya produksi pisang, 1 tahun
Ayam kampung (1 daur) Pakan Total biaya produksi ayam kampung, 1 daur Total biaya produksi ayam kampung, 1 tahun
j
586530
Pendapatan Tanaman
120000
1800 kg
1000
1800000 1800000 1800000
291.75 kg 1 karung 1.25 kg
5000 2000 500
1458750 2000 625 1461375 4384125 11367000 6785502
18152502
127
a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Pisang h. Singkong Total 2
Ayam kampung Telur Ayam kampung afkir Kotoran Total
3
Ikan lele
4
Kambing Induk Kambing muda Kotoran Total
D. 1
Keuntungan (Net Benefit) Tanaman a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Pisang h. Singkong
20 50 40 38 168 68.565 24 231
kg kg ikat kg batang kg tandan kg
3000 4000 2500 15000 2500 2000 20000 500
60000 200000 100000 570000 420000 137130 480000 115500 2082630
4275 butir 47 ekor 14 karung
2000 25000 2000
8550000 1175000 28000 9753000
15000
6679650
1500000 1000000 2000
7500000 8000000 44000 15544000
445.31 kg
5 ekor 8 ekor 22 karung
8300 97875 1125 465550 380380 112496 480000 55500
2
Ayam kampung
7953000
3
Ikan lele
2295525
4
Kambing Total
15544000 27393751
128
Analisis Usaha Tani Tanaman, Ternak dan Ikan di Pekarangan Warga Dusun Teluk Waru Alternatif 2 (Luas 350 m2) No.
Uraian Kegiatan
A.
Investasi (Peralatan) Lahan (pajak) Tanaman Cangkul Golok Parang Kored Garpu Linggis Sepatu lapang Ayam kampung Kandang Bibit Ikan lele Benih Ember plastik Jaring Kambing Kandang Bibit Total Investasi (A)
1 2
3
4
5
B. 1 a
Modal Kerja = biaya operasional Biaya pekarangan Produksi Jagung (1 daur) Benih Urea Furadan Pupuk kandang Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Panen Total biaya produksi jagung, 1 daur
Volume
Harga Satuan (Rp)
350 m²
Biaya (Rp)
48.57
17000
buah buah buah buah buah buah buah
25000 50000 20000 20000 25000 20000 50000
50000 100000 40000 40000 25000 20000 100000
1 buah 100 ekor
500000 30000
500000 3000000
1250 ekor 2 buah 1 buah
300 20000 60000
375000 40000 60000
1 buah 5 ekor
1000000 1500000
1000000 7500000 12867000
70000 2000 100000 2000 30000 15000 30000 15000 30000 15000
7000 10000 25000 10000 300000 30000 30000 60000 30000 15000 517000
2 2 2 2 1 1 2
0.1 5 0.25 5 10 2 1 4 1 1
kg kg kg karung HOP HOW HOP HOW HOP HOW
129
Total biaya produksi jagung, 1 tahun Total biaya prodsuksi jagung, 172 m² b
Produksi Kacang panjang (1 daur) Benih Urea Pupuk kandang Pupuk TSP Zat perangsang tumbuh Furadan Pembasmi serangga Pengolahan lahan Menanam Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Panen
517000 88924
0.25 10 5 15 1 0.25 2 7 2 3 2 1 3 5 5
kg kg karung kg kaleng kg kaleng HOP HOW HOP HOP HOW HOP HOP HOW
70000 2000 2000 2500 15000 25000 7500 30000 15000 30000 30000 15000 30000 30000 15000
Total biaya produksi kacang panjang, 1 daur Total biaya produksi kacang panjang, 1 tahun Total biaya produksi kacang panjang, 172 m² c
Produksi Kacang merah (1 daur) Benih Urea Pupuk kandang Pupuk TSP Zat perangsang tumbuh Furadan Pembasmi serangga Pengolahan lahan Menanam Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Panen Total biaya produksi kacang panjang, 1 daur
17500 200000 10000 37500 15000 6250 15000 210000 30000 90000 60000 15000 90000 150000 75000 1021250 1021250 175655
0.25 10 5 15 1 0.25 2 7 2 4 2 1 1 5 5
kg kg karung kg kaleng kg kaleng HOP HOW HOP HOP HOW HOP HOP HOW
60000 2000 2000 2500 15000 25000 7500 30000 15000 30000 30000 15000 30000 30000 15000
15000 200000 10000 37500 15000 6250 15000 210000 30000 120000 60000 15000 30000 150000 75000 988750
130
Total biaya produksi kacang panjang, 1 tahun Total biaya produksi kacang panjang, 172 m² d
Cabai Merah (1 daur) Benih Urea TSP KCL NPK Pupuk kandang Pembasmi serangga Pengolahan lahan dan penyemaian Penanaman Penyiangan Penyemprotan Panen
988750 170065
1 50 50 50 50 15 5 14 14 6 6 7 14 5 8 8
plastik kg kg kg kg karung kaleng HOP HOW HOP HOW HOP HOW HOP HOP HOW
150000 2500 2200 3000 5000 2000 20000 30000 15000 30000 15000 30000 15000 30000 30000 15000
Total biaya produksi cabai merah, 1 daur Total biaya produksi cabai merah, 1 tahun Total biaya produksi cabai merah, 172 m² e
f
Talas (1 daur) Benih Urea Pupuk kandang Pembasmi serangga Pengolahan lahan Menanam Penyiangan Panen Total biaya produksi talas, 1 daur Total biaya produksi talas, 1 tahun Total biaya produksi talas, 24 m² Ubi jalar (1 daur) Benih Urea KCL
150000 125000 110000 150000 250000 30000 100000 420000 210000 180000 90000 210000 210000 150000 240000 120000 2745000 2745000 472140
4000 0.25 1 1 2 5 2 2
batang kg karung botol HOP HOP HOP HOP
3265 stek 15 kg 5 kg
150 2000 2000 12500 30000 30000 30000 30000
2000 5000
600000 500 2000 12500 60000 150000 60000 60000 945000 945000 22680
6530 30000 25000
131
Pengolahan tanah dan pengguludan Penyiapan bibit Penanaman Pembongkaran guludan dan penyiangan Pupuk, balik batang dan pengguludan Panen
5 HOP 1 HOP 4 HKW
30000 30000 15000
150000 30000 60000
3 HOP
30000
90000
2 HOP 3 HOP 3 HOW
30000 30000 15000
60000 90000 45000
Total biaya produksi ubi jalar, 1 daur Total biaya produksi ubi jalar, 1 tahun Total biaya produksi jalar, 24 m² g
h
i
Sengon Bibit Pestisida Penyiapan lahan Penanaman Penyiangan dan penyemprotan Panen Total biaya produksi, 1 daur Total biaya produksi, 1 tahun Ayam kampung (1 daur) Pakan Total biaya produksi ayam kampung, 1 daur Total biaya produksi ayam kampung, 1 tahun Ikan lele (3 daur) Pelet Pupuk kandang Kapur Total biaya produksi ikan lele, 1 daur Total biaya produksi ikan lele, 3 daur, 1 tahun (A) Total Biaya Investasi (B) Total Modal Kerja 1 tahun Total Biaya (Investasi A + Modal Kerja B)
586530 586530 14076.72
27 1 2 2 20 10
batang kaleng HOP HOP HOP HOP
3600 kg
1200 55000 30000 30000 30000 30000
32400 55000 60000 60000 600000 300000 1107400 221480
1000
3600000 3600000 3600000
291.75 kg 1 karung 1.25 kg
5000 2000 500
1458750 2000 625 1461375 4384125 12867000 9149146
22016146
132
C. 1
2
Pendapatan Tanaman a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Sengon Per daur Per tahun Total Ayam kampung Telur Ayam kampung afkir Kotoran Total
3
Ikan lele
4
Kambing Induk Kambing muda Kotoran Total
D. 1
Keuntungan (Net Benefit) Tanaman a. Jagung b. Kacang panjang c. Kacang merah d. Cabai merah e. Talas f. Ubi jalar g. Sengon
34.37 85.92 68.74 65.29 96 39.18
kg kg ikat kg batang kg
3000 4000 2500 15000 2500 2000
103104 343680 171850 979350 240000 78360
27 batang
800000 21600000 4320000 6236344
8550 butir 95 ekor 28 karung
2000 17100000 25000 2375000 2000 56000 19531000
445.31 kg
5 ekor 8 ekor 22 karung
15000
6679650
1500000 1000000 2000
7500000 8000000 44000 15544000
14180 168025 1785 507210 217320 64283 4098520
2
Ayam kampung
3
Ikan lele
2295525
4
Kambing Total
15544000 38841848
15931000
142
Tabel Lampiran 4. Produksi Tanaman, Ternak, dan Ikan di Pekarangan Dusun Teluk Waru Per Responden (KK) Jenis Komoditi
No. 1 2 3 Total Rata-Rata
Tanaman Ternak Ikan
Nilai Produksi (Rp) / Responden 1
4
6
7
12
13
22
26
28
29
18000 6000 0 24000 379940
52600 4000 0 56600 419488.89
414000 260000 0 674000 464850
249200 250000 15000 514200 434971.43
21000 62500 0 83500 421766.67
226600 240000 0 466600 489420
46500 6000 80000 132500 495125
40000 125000 0 165000 616000
24000 0 0 24000 841500
1439000 220000 0 1659000 1659000
Rata-Rata 253090 117350 9500 379940 622206.20