PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERTANIAN TERPADU DI KAMPUNG KARANGSARI, DESA SINDANGASIH, KECAMATAN KARANG TENGAH, CIANJUR
PERTHY ASTRIA HARYANDHES
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
RINGKASAN
PERTHY ASTRIA HARYANDHES. Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Cianjur. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH dan SITI NURISJAH.
Kampung Karangsari merupakan bagian dari Desa Sindangasih, salah satu desa penghasil utama komoditas pertanian di Kabupaten Cianjur. Komoditas pertanian utama yang dihasilkan berupa padi sawah, tanaman sayuran, dan perikanan. Pada saat ini, pertanian di Kampung Karangsari hanya berpusat pada kegiatan produksi. Agrowisata merupakan suatu jenis wisata yang berbasis pertanian, mulai dari penanaman hingga pengolahan produk pertanian. Agrowisata dapat menjadi wadah untuk mengenalkan pertanian kepada masyarakat, termasuk sistem pertanian terpadu. Pertanian terpadu adalah suatu teknik pertanian yang menggabungkan beberapa jenis komoditas untuk diproduksi berdasarkan LEISA, sistem pertanian berkelanjutan bermasukan eksternal rendah. Sistem ini belum dikenal luas oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan konsep agrowisata yang berdasarkan pertanian terpadu di Kampung Karangsari melalui proses-proses perencanaan. Perencanaan kawasan agrowisata terpadu dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala tapak serta merencanakan pengembangan kawasan wisata pertanian terpadu dengan menyediakan ruang wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur sirkulasi. Metode yang digunakan adalah metode perencanaan kawasan rekreasi oleh Gold (1980) meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Pengumpulan data dilakukan pada Agustus 2010 – Februari 2011 dengan cara survei lapang, wawancara, dan studi pustaka. Peta dasar dan batas tapak didapatkan dari peta yang diunduh dari Google Earth, disesuaikan dengan peta yang didapatkan dari institusi desa, kemudian diproses menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.5, AutoCAD 2010, dan Adobe Photoshop CS5. Analisis dilakukan menggunakan metode deskriptif dan spasial. Metode deskriptif
digunakan untuk data mikroklimat, kemiringan lahan, hidrologi, dan sosial, ekonomi, dan budaya. Sedangkan metode spasial digunakan untuk data tata guna lahan, objek dan atraksi wisata, serta orientasi dan aksesibilitas. Data spasial yang dihasilkan akan melalui proses overlay menjadi peta zonasi ruang yang dialokasikan untuk pengembangan agrowisata, sedangkan hasil analisis deskriptif digunakan untuk menentukan solusi dari kendala dan pemanfaatan dari potensi yang ada di tapak. Kendala di tapak dalam membangun kawasan agrowisata umumnya adalah keadaan infrastruktur dan fasilitas umum yang tidak terawat, serta curah hujan dan intensitas penyinaran yang tinggi pada bulan-bulan tertentu yang dapat mempengaruhi kenyamanan pengunjung selama berwisata. Sedangkan potensi yang telah ada di tapak berupa lahan pertanian yang beragam sehingga dapat disusun aktivitas agrowisata yang beragam pula, lokasi tapak yang dekat dengan jalan utama dan pusat kota serta dikelilingi oleh view perbukitan, area yang relatif datar sehingga memudahkan mengelola area pertanian, serta iklim yang umumnya cocok untuk makhluk hidup pada daerah tropis. Kampung Karangsari direncanakan dibagi menjadi dua ruang, yaitu ruang utama agrowisata dan ruang pendukung agrowisata. Ruang utama agrowisata merupakan ruang yang memanfaatkan dan mengembangkan potensi lahan sebagai objek utama wisata pertanian dan dibagi sesuai dengan potensi objek dan atraksi yang tersedia, yaitu subruang agrowisata sawah, subruang agrowisata kebun sayuran, subruang agrowisata perikanan, subruang agrowisata peternakan, dan subruang agrowisata teknologi pertanian. Ruang pendukung agrowisata bertujuan memberikan pelayanan kelengkapan, kemudahan, dan kenyamanan pengunjung selama melakukan aktivitas wisata dibagi menjadi subruang penerimaan, subruang transisi, subruang pelayanan, dan subruang masyarakat. Aktivitas dan fasilitas
yang
direncanakan
akan
disusun
sesuai
dengan
ruang
yang
dikembangkan. Untuk mengakses ruang-ruang ini direncanakan sebuah jalur wisata untuk kepentingan pengunjung dan pengelola dalam mengakses kawasan agrowisata, dibagi berdasarkan jenis kendaraan yang dapat melalui jalur tersebut, yaitu jalur primer, sekunder, dan tersier. Target pengunjung untuk kawasan agrowisata ini adalah bebas untuk segala usia dan jenis kelamin, oleh karena itu akan disediakan kendaraan mini yang dapat digunakan untuk mengangkut
pengunjung yang lebih muda atau tua. Dalam melakukan aktivitas agrowisata, pengunjung ditawarkan paket-paket tur wisata berdasarkan panjang waktu yang tersedia, di antaranya, paket tur satu hari dan paket tur dua hari. Pada perjalanan paket wisata satu hari, aktivitas wisata yang ditawarkan lebih bersifat rekreatif, tetapi masih memiliki nilai edukasi dan mencakup seluruh objek dan atraksi pertanian. Pada paket wisata dua hari, wisatawan akan ditawarkan paket lengkap aktivitas edukasi dan wisata pertanian terpadu, serta interaksi dengan masyarakat setempat. Keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian lebih lengkap pada paket tur dua hari, selain itu waktu yang tersedia lebih banyak sehingga wisatawan dapat lebih santai dalam mengikuti aktivitas agrowisata. Selain dua paket tur tersebut, pengunjung juga dapat mengambil paket tur setengah hari, yaitu tur yang lebih bersifat interpretatif karena pengunjung bebas mengakses seluruh tapak agrowisata, namun tidak dapat berpartisipasi langsung dalam kegiatan pertanian. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa dari segi fisik dan visual Kampung Karangsari memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata, dan kendala utama adalah berupa karakter lahan yang berfokus pada kegiatan produksi dan jalur sirkulasi yang belum tertata. Penelitian ini merupakan perencanaan lanskap secara garis bersar dengan memanfaatkan potensi ruang pertanian yang telah ada di tapak, dapat dilanjutkan dengan desain pada setiap ruang yang telah direncanakan dengan konsep pertanian terpadu yang lebih detail.
Kata kunci: perencanaan lanskap, agrowisata, pertanian terpadu.
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERTANIAN TERPADU DI KAMPUNG KARANGSARI, DESA SINDANGASIH, KECAMATAN KARANG TENGAH, CIANJUR
PERTHY ASTRIA HARYANDHES
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur
Nama
: Perthy Astria Haryandhes
NRP
: A44061242
Program studi : Arsitektur Lanskap
Disetujui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M.Agr. NIP. 19491105 197403 1 001
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur” ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Kedua orangtua, Bapak Djoko Harsono dan Ibu Eka Sartika yang telah membesarkan, mendukung baik moral maupun material, serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga; 2. Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing pertama penelitian dan skripsi yang telah membimbing, memberi dukungan dan arahan selama penyelesaian skripsi; 3. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah memberi bimbingan dan masukan serta dukungan selama penyelesaian skripsi; 4. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr selaku dosen penguji, atas kritik, saran, dan masukannya; 5. Dr. Ir. Nurhayati, M.S selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan pengarahan selama perkuliahan; 6. teman-teman dan sahabat Arsitektur Lanskap 43 yang telah berbagi segala waktu suka maupun duka bersama penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Kritik dan saran diharapkan dari semua pihak untuk penyempurnaan penulisanpenulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Mei 2013
Perthy Astria Haryandhes
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1989 di Jakarta, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Djoko Harsono (bapak) dan Eka Sartika (ibu). Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri Sarua 06. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 96 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 70 Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu, penulis diterima di IPB (Institut Pertanian Bogor) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun kedua kuliah diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xiv
I.
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Tujuan ...................................................................................................
2
1.3 Manfaat ...................................................................................................
2
1.4 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
5
2.1 Perencanaan Lanskap .............................................................................
5
2.2 Proses Perencanaan Lanskap .................................................................
5
2.3 Rekreasi dan Wisata................................................................................
6
2.4 Perencanaan Kawasan Rekreasi ............................................................
7
2.5 Agrowisata..............................................................................................
10
2.6 Perencanaan Agrowisata ........................................................................
12
2.7 Pertanian Terpadu ..................................................................................
13
III. METODE PENELITIAN ...........................................................................
16
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................
16
3.3 Batasan Studi .........................................................................................
17
3.4 Metode Perencanaan Lanskap Agrowisata ...........................................
17
3.4.1 Persiapan .......................................................................................
19
3.4.2 Inventarisasi .................................................................................
19
3.4.3 Analisis ........................................................................................
20
3.4.4 Sintesis ......................................................................................
21
3.4.5 Perencanaan Lanskap ................................................................
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
23
4.1 Data dan Analisis ...................................................................................
23
4.1.1
Aspek Biofisik............................................................................
23
4.1.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak ............................................
23
4.1.1.2 Tata Guna Lahan.................................................................
23
4.1.1.3 Tanah dan Kemiringan .......................................................
26
4.1.1.4 Aksesibilitas ........................................................................
28
4.1.1.5 Mikroklimat ........................................................................
32
4.1.1.6 Hidrologi .............................................................................
36
4.1.1.7 Aspek Visual .......................................................................
37
4.1.2
Fasilitas dan Utilitas ...................................................................
39
4.1.3
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ........................................
41
4.1.4
Obyek dan Atraksi Wisata .........................................................
44
4.2 Sintesis .....................................................................................................
51
4.3 Konsep Perencanaan Lanskap ................................................................
60
4.3.1
Pengembangan Konsep .............................................................
60
4.3.1.1 Konsep Ruang ....................................................................
60
4.3.1.2 Konsep Aktivitas dan fasilitas............................................
61
4.3.1.3 Konsep Sirkulasi.................................................................
62
4.4 Perencanaan Lanskap Agrowisata ..........................................................
64
4.4.1
Rencana Ruang dan Aktivitas ...................................................
64
4.4.1.1 Ruang Utama Agrowisata ..................................................
64
4.4.1.2 Ruang Pendukung Agrowisata...........................................
68
4.4.2
Rencana Jalur Agrowisata .........................................................
74
4.4.3
Rencana Tur Agrowisata ...........................................................
75
4.4.4
Daya Dukung Agrowisata .........................................................
80
V. SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
84
5.1 Simpulan ..................................................................................................
84
5.2 Saran ........................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
85
LAMPIRAN ........................................................................................................
87
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .............................................................................
4
2. Proses Perancangan Tapak (Gold, 1980) ......................................................
9
3. Lokasi Penelitian (Sumber: BAPPEDA Cianjur dan Google Earth, 2009) ..............................................................................................................
16
4. Proses Perencanaan Lanskap Wisata Pertanian Terpadu .............................
17
5. Pola Penggunaan Lahan ................................................................................
24
6. Lahan Peternakan dan Perikanan ..................................................................
25
7. Sketsa Pembagian Kolam ..............................................................................
26
8. Peta Ketinggian Tanah Kecamatan Karangtengah .......................................
27
9. Aksesibilitas...................................................................................................
29
10. Kondisi Jalan (a) Desa Hegarmanah (b) Jln. Kyai Haji Opo Mustofa ..........................................................................................................
30
11. Jln. Kyai Haji Saleh .......................................................................................
30
12. Kondisi Gerbang Penanda Desa yang Tidak Terawat ..................................
31
13. Tanaman Peneduh untuk Mereduksi Sinar Matahari (Brooks, 1998) .........
35
14. Pemantulan Sinar Matahari pada Berbagai Permukaan Material (Brooks, 1998) ...............................................................................................
35
15. Saluran Air (a) Terbangun (b) Tidak Terbangun .........................................
36
16. Bad View dan Good View di Tapak (a) Vandalisme (b) View ke Area Persawahan ...........................................................................................
37
17. Pekarangan Area Perumahan ........................................................................
38
18. View Penyebaran Vegetasi ...........................................................................
39
19. Fasiliats Umum yang Tidak Terawat ............................................................
39
20. Fasilitas dan Utilitas di Sekitar Tapak ..........................................................
40
21. Industri Sangkar Burung di Kampung Karangsari .......................................
44
22. Aktivitas Penggunaan Limbah Pertanian......................................................
45
23. Kebun Sayuran di Kampung Karangsari ......................................................
46
24. Aktivitas Pasca Panen ...................................................................................
47
25. Hewan Ternak di Kampung Karangsari .......................................................
48
26. Aktivitas di Area Perikanan ..........................................................................
49
27. Objek dan Atraksi Perikanan ........................................................................
49
28. Diagram Pembagian Ruang ..........................................................................
51
29. Sintesis ...........................................................................................................
59
30. Diagram Pembagian Konsep Ruang .............................................................
60
31. Diagram Pembagian Konsep Aktivitas .........................................................
62
32. Pengembangan Konsep .................................................................................
63
33. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Sawah .....................
65
34. Ilustrasi Packing House di Ruang Agrowisata Kebun Sayuran...................
66
35. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Teknologi Pertanian ...................
66
36. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Perikanan ................
67
37. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Peternakan ..............
68
38. Ilustrasi Ruang Penerimaan Utama ...............................................................
69
39. Ilustrasi Ruang Pelayanan .............................................................................
70
40. Ilustrasi Jalur (a) Sekunder (b) Tersier .........................................................
75
41. Rencana Tapak ..............................................................................................
81
42. Rencana Tur Satu Hari .................................................................................
82
43. Rencana Tur Dua Hari...................................................................................
83
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Sumber Bahan Organik yang Umum Dimanfaatkan sebagai Pupuk (Sutanto, 2002). .............................................................................................
14
2. Kandungan Zat Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang ...................
15
3. Jenis Data, Bentuk, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Hasil yang Didapatkan. ...........................................................................................
18
4. Pola Penggunaan Lahan ................................................................................
25
5. Analisis Aksesibilitas Kampung Karangsari ................................................
32
6. Data Mikroklimat Kampung Karangsari Tahun 2009 dan 2010 ................
33
7. Nilai THI Kampung Karangsari Berdasarkan Data Tahun 2009 – 2010................................................................................................................
34
8. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sindangasih ...............................
42
9. Tingkat Pendidikan Tertinggi Penduduk Desa Sindangasih ........................
43
10. Jenis Vegetasi Pertanian di Kampung Karangsari........................................
47
11. Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Pertanian Kampung Karangsari ...........
50
12. Pengembangan Potensi Aktivitas ..................................................................
53
13. Analisis dan Sintesis ......................................................................................
55
14. Perencanaan Ruang dan Aktivitas ................................................................
72
15. Alokasi Ruang Wisata ...................................................................................
74
16. Vegetasi Tepi Jalan........................................................................................
76
17. Perencanaan Rute Wisata ..............................................................................
77
18. Daya Dukung Berdasarkan Fasilitas Wisata ................................................
80
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah (Pemda) Cianjur memiliki visi sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata di daerah Jawa Barat. Salah satu cara untuk merealisasikan visi Pemda tersebut adalah dengan membangun suatu kawasan wisata pertanian terpadu. Lahan pertanian yang menggunakan sistem pertanian terpadu dapat digunakan sebagai atraksi. Untuk itu, diperlukan suatu pengkajian terhadap potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk membangun kawasan agrowisata. Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi yang ada di bidang pertanian dan peluang-peluang yang ada di bidang pariwisata. Menurut Alikodra (1989), prospek pengembangan agrowisata di Indonesia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu keadaan atau potensi objek agrowisata, potensi pasar, dan kondisi serta perkembangan sarana pendukung. Sarana dan prasarana pendukung meliputi jaringan jalan, sarana transportasi serta kondisi perhubungan lainnya, akomodasi penginapan dan rumah makan, aksesibilitas, dan jaminan keamanan. Kampung Karangsari terletak di Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur. Kampung ini memiliki suasana lanskap perdesaan dan pertanian yang dominan. Sebagian besar lahan pada tapak digunakan sebagai area persawahan. Selain itu, terdapat kolam ikan dan kandang hewan ternak. Di sekitar area pertanian, terdapat pemukiman penduduk yang bernuansa perdesaan atau kampung. Beberapa petani setempat menggunakan sistem pertanian terpadu pada lahannya. Sistem pertanian terpadu merupakan suatu sistem pertanian yang mengintegrasikan beberapa jenis komoditas untuk dikembangkan bersama-sama sehingga membentuk suatu hubungan yang saling melengkapi. Sistem ini mengacu
pada
konsep
pertanian
berkelanjutan
dengan
meminimalisasi
penggunaan input dari luar sistem. Teknik bertani seperti ini belum banyak dikenal oleh masyarakat luas, padahal sistem ini memberikan hasil yang produktif dan berkelanjutan.
2
Kondisi lanskap perdesaan yang suasananya masih alami berpotensi digunakan sebagai area rekreasi, sedangkan kegiatan pertanian yang berupa pertanian terpadu dapat dijadikan sebagai atraksi wisata dan sarana pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan untuk membuat tapak pada desa Karangsari menjadi sebuah kawasan agrowisata yang berbasis pertanian terpadu yang dapat menambah pendapatan daerah serta menambah kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
1.2. Tujuan Tujuan umum studi ini adalah menata lanskap Kampung Karangsari sehingga dapat berfungsi sebagai kawasan wisata pertanian terpadu. Tujuan khusus dari studi ini adalah 1.
mengidentifikasi kondisi awal dan potensi yang ada di tapak,
2.
menganalisis potensi dan kendala tapak untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata, dan
3.
merencanakan kawasan agrowisata pertanian terpadu dengan menyediakan ruang wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur wisata.
1.3. Manfaat Manfaat studi ini adalah 1. memberikan alternatif penataan lanskap Kampung Karangsari sebagai kawasan agrowisata dan 2. memberikan alternatif rencana pengembangan tapak sebagai kawasan agrowisata.
1.4. Kerangka Pikir Penelitian Studi dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa kondisi awal Kampung Karangsari yang berupa lanskap pertanian dan perdesaan merupakan suatu potensi lanskap dan sumber daya yang baru berfokus pada kegiatan produksi dan belum memanfaatkan jasa lingkungan sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi objek dan daya tarik wisata. Objek wisata yang ada berupa sawah, kolam,
3
kandang, dan kebun, sedangkan daya tarik wisata di Kampung Karangsari berupa aktivitas pertanian terpadu dan kegiatan sosial dan budaya masyarakat.
Kondisi Lanskap Kampung Karangsari
Lanskap Pertanian dan Perdesaan
Objek dan Atraksi Pertanian
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Potensi Lanskap dan Sumber Daya yang Belum Dikembangkan untuk Wisata
Objek Wisata: 1. Sawah 2. Kolam 3. Kandang 4. Kebun
Daya Tarik Wisata: 1. Aktivitas Pertanian 2. Kegiatan Sosial dan Budaya Masyarakat
Analisis Sumber Daya Kawasan Agrowisata Pertanian Terpadu
Zonasi Kawasan Agrowisata Konsep Agrowisata Pertanian Terpadu: 1. Ruang 2. Aktivitas dan Fasilitas 3. Jalur Wisata
Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis sumber daya kawasan wisata pertanian terpadu. Dari pemanfaatan potensi pada tapak dapat ditentukan sebuah zonasi kawasan agrowisata, kemudian disusun sebuah konsep wisata pertanian terpadu yang berupa konsep ruang, aktivitas, fasilitas, dan jalur wisata. Konsep
4
tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu perencanaan lanskap wisata pertanian terpadu berupa rencana ruang, aktivitas, fasilitas dan rencana sirkulasi. Hasil akhir penelitian adalah laporan tertulis berupa deskripsi rencana lanskap ruang dan aktivitas pendukung agrowisata, rencana jalur sirkulasi, dan rencana tur. Selain itu, hasil akhir juga berupa laporan spasial yakni rencana lanskap kawasan agrowisata yang terdiri atas rencana tapak beserta ilustrasi dari objek, atraksi, dan fasilitas agrowisata yang direncanakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan Lanskap Menurut Laurie (1984), perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), perencanaan merupakan proses pemikiran dari suatu ide ke arah suatu bentuk nyata. Perencanaan dapat diartikan pula sebagai suatu tindakan mengatur dan menyatukan berbagai tata guna lahan dalam suatu proses berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa perencanaan adalah pemilihan, pembuatan, atau penggunaan dari fakta-fakta tersedia dan anggapan-anggapan yang berkenaan dengan pandangan ke masa depan serta perumusan aktivitas yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Lynch (1981) mengungkapkan bahwa perencanaan tapak adalah seni menciptakan lingkungan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, yang dalam proses perencanaannya dimulai dengan memahami orang-orang yang akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada.
2.2. Proses Perencanaan Lanskap Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis digunakan untuk menentukan saat awal dan keadaan yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan (Simonds, 1983). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), proses perencanaan lanskap merupakan suatu kegiatan berurutan yang saling terkait, tidak hanya tahapannya, tetapi juga pada produk perencanaan lanskap yang dihasilkan. Pengumpulan data dan informasi awal yang kurang lengkap atau salah akan berdampak terhadap hasil-hasil pada kegiatan lanjutannya dan juga hasil perencanaan. Menurut Gold (1980), proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Untuk itu, diperlukan berbagai pendekatan dalam proses perencanaan untuk menghasilkan
6
hal tersebut. Proses perencanaan terdiri atas lima tahap, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan. Persiapan merupakan tahapan perumusan tujuan, program, dan informasi lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai (Gold, 1980). Pada awal proses, perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan, dan menjawab berbagai kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari tapak dengan melakukan survei lapangan, wawancara, pengamatan, perekaman, dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), data yang dikumpulkan meliputi data fisik, sosial, dan ekonomi. Analisis adalah tahap untuk mengidentifikasi potensi, masalah, dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak berdasarkan data yang didapat. Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan pada tapak sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi, dan berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan lanskap (Nurisjah dan Pramukanto, 2009). Sintesis merupakan tahap menentukan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi dengan menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan (Gold, 1980). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), hasil perencanaan lanskap dapat disajikan dalam bentuk gambar praperencanaan, terdiri dari gambar situasi awal dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis, serta gambar rencana lanskap yang terdiri dari konsep perencanaan, rencana penggunaan lahan, rencana penggunaan ruang, rencana pengembangan tapak, rencana induk lanskap, rencana tapak, rencana penanaman, dan berbagai bentuk gambar dan ilustrasi lainnya sesuai kebutuhan perencanaan. Menurut Laurie (1984), pendekatan perencanaan yang baik pada hakekatnya didekatkan pada lima komponen utama, yaitu pendekatan terhadap faktor alami, sosial, teknologi, metodologi, serta nilai-nilai.
2.3. Rekreasi dan Wisata Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), rekreasi merupakan aktivitas penggunaan waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar ruangan. Rekreasi direncanakan tidak hanya untuk berbagai
7
bentuk
aktivitas
yang
menyenangkan,
tetapi
juga
untuk
memperkaya,
memperluas, dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan yang lebih memuaskan. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik (olahraga, berjalan-jalan) dan juga rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan kenyamanan. Menurut Gold (1980),
rekreasi adalah apa yang terjadi di dalam
hubungannya dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat dikatakan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyegarkan sikap mentalnya. Rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok, baik yang aktif maupun yang pasif. Aktivitas rekreasi juga ditentukan oleh elemen waktu, kondisi, dan sikap manusia serta lingkungan. Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap (Nurisjah dan Pramukanto, 2009).
2.4. Perencanaan Kawasan Rekreasi Menurut Gold (1980), perencanaan kawasan rekreasi merupakan proses yang menghubungkan antara sumber daya rekreasi dan kebutuhan manusia untuk berekreasi tanpa mengakibatkan kerusakan. Tujuan umum dari perencanaan kawasan rekreasi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kualitas lingkungan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat, menyenangkan, dan menarik. Perencanaan rekreasi menggambarkan apa yang orang inginkan, imajinatif dalam merencanakan apa yang akan dibuat, dan realistis apakah perencanaan tersebut memungkinkan. Hal ini berdasarkan pernyataan bahwa perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi atau bereaksi terhadap perubahan-perubahan. Langkah pertama yang diambil dalam merencanakan rekreasi adalah menentukan sumber daya yang akan diselidiki, yaitu data sumber daya apa saja
8
yang harus diambil (Simonds, 1983). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), untuk meghasilkan suatu rencana areal rekreasi yang baik, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dianalisis. Hal tersebut adalah 1. potensi dan kendala sumber daya yang tersedia, 2. potensi pengunjung, 3. kebijakan dan peraturan yang terkait dengan sumber daya dan penggunaannya, dan 4. alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Gold (1980) mengemukakan beberapa prinsip umum perencanaan, khususnya perencanaan untuk kawasan rekreasi. Prinsip-psinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas dan fasilitas rekreasi harus dapat digunakan oleh semua orang. 2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi lain yang sama untuk menghindari duplikasi. 3. Rekreasi harus berintergrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi. 4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang. 5. Fasilitas dan program-programnya secara finansial harus dapat dikerjakan. 6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan. 7. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi. 8. Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi. 9. Fasilitas-fasilitas dibuat seefektif mungkin untuk menyediakan waktu sebaikbaiknya demi kesehatan, keamanan, dan kebahagiaan penggunanya, selain menjadi contoh desain yang positif serta bentuk kepedulian terhadap manusia. Menurut Gold (1980), perencanaan rekreasi merupakan suatu cara yang sistematis untuk mengantisipasi, menyediakan, mencegah, atau mengawasi perubahan yang berhubungan dengan keinginan masyarakat dan kesempatan waktu luang. Proses perencanaan yang diambil dari proses perancangan dapat digambarkan dengan gambar tahapan (Gambar 2). Pendekatan yang dipakai dalam perencanaan kawasan rekreasi adalah (1) pendekatan sumber daya, (2) pendekatan
9
aktivitas, (3) pendekatan ekonomi, serta (4) pendekatan tingkah laku. 1. Pendekatan sumber daya mempertimbangkan situasi dan kondisi sumber daya untuk menentukan bentuk serta kemungkinan aktivitas rekreasi. Sumber daya yang diselidiki harus relevan dengan fungsi yang akan dikembangkan. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan adalah geologi, hidrologi, iklim, biologi, konfirmasi lahan, bentukan alami, dan bentukan buatan (Simonds, 1983). 2. Pendekatan aktivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan aktivitas pengguna dengan tujuan agar kepuasan pengguna dapat tercapai. 3. Pendekatan ekonomi menggunakan sumber daya ekonomi dari masyarakat untuk menentukan jumlah, tipe, dan lokasi dari kawasan rekreasi. 4. Pendekatan tingkah laku menentukan bentuk rekreasi berdasarkan kebiasaan atau tingkah laku manusia dalam mempergunakan waktu senggangnya. Pendekatan ini difokuskan pada pengalaman rekreasi dengan melihat alasan seseorang berekreasi, apa saja aktivitas yang dilakukan, serta manfaat yang diinginkan dari aktivitas yang digunakan. Program Rekreasi Sementara Tapak
Inventarisasi Karakter Alami Tapak
Kondisi Saat Ini Iklim
Penelitian, Percobaan, Fleksibilitas
Analisis Potensi Pengembangan
Pembatasan dan Peluang
Sintesis
Rencana Induk
Alternatif Pengembangan
Detil Desain Tapak dan Arsitektural
Konsep
1 2
Topografi Fisiografi dan Hidrologi
Perkembangan Spesifik Program Rekreasi
Penggunaan Potensi Area
3
Kemiringan Klasifikasi Kemiringan Tanah
Kesesuaian Pengembangan Area
Vegetasi Survei Visual
Gambar 2. Proses Perencanan Tapak untuk Rekreasi (Gold, 1980)
10
Menurut metode Gold (1980) terdapat lima tahap dalam proses perencanaan kawasan rekreasi (Gambar 2). Tahap pertama adalah inventarisasi, yaitu pendataan karakter alami berupa kondisi umum tapak, data iklim, topografi, hidrologi, kemiringan dan ketinggian lahan, jenis dan sifat tanah, vegetasi, dan survei visual. Data ini digunakan pada tahap kedua, yaitu tahap analisis. Analisis merupakan langkah untuk mendapatkan pengembangan potensi yang tepat untuk tapak, untuk itu perlu dianalisis hambatan dan peluang untuk membangun kawasan rekreasi, potensi penggunaan area, dan kesesuaiam pengembangan area agar rekreasi dapat terealisasi dengan baik. Tahap selanjutnya adalah sintesis. Pada tahap ini disusun alternatif pengembangan area berdasarkan pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi dari hasil analisis yang sudah dibuat. Dari alternatif pengembangan tersebut dapat disusun konsep yang sesuai untuk perencanaan kawasan rekreasi. Tahap terakhir dalam perencanaan adalah penyusunan rencana induk (site plan). Dalam rencana induk terdapat detil desain tapak dan arsitektural yang berhubungan dengan perkembangan spesifik program rekreasi.
2.5. Agrowisata Menurut Nurisjah (2001), agrowisata atau wisata pertanian didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai produk pertanian dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian. Agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya meliputi persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dengan bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Kegiatan agrowisata dilakukan pada lanskap pertanian dan salah satu obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian (Arifin, 1992). Nurisjah (2001) menyatakan bahwa agrowisata merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Aktivitas wisata pertanian merupakan kegiatan seseorang berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup
11
pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimilikinya. Aktivitas pertanian yang dimaksud merupakan istilah pertanian dalam arti luas, yang merupakan aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan). Pengembangan
aktivitas
agrowisata
secara
tidak
langsung
akan
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitar akan pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata akan menciptakan lapangan pekerjaan karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat perdesaan sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat. Selain itu, pengembangan kegiatan agrowisata dapat melestarikan sumber daya, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata (Subowo, 2002). Tirtawinata dan Fachruddin (1999) mengemukakan beberapa manfaat agrowisata, yaitu 1. meningkatkan konservasi lingkungan melalui kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem, 2. mempertahankan fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air serta pelestarian plasma nutfah tanaman budi daya, 3. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, melalui topografi, jenis flora dan fauna, serta warna dan arsitektur bangunan yang tersusun dalam suatu tata ruang yang serasi dengan alam, 4. memberikan nilai rekreasi, melalui penyediaan fasilitas penunjang serta aktivitas yang dapat menimbulkan kegembiraan di tengah alam, 5. meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, melalui sarana penelitian, informasi tentang pembibitan, budi daya sampai pemeliharaannya, dan 6. mendapatkan keuntungan ekonomi baik bagi daerah maupun masyarakat.
12
2.6. Perencanaan Agrowisata Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), terdapat beberapa prinsip yang diperlukan untuk merencanakan agrowisata, yaitu 1. sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu, 2. dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, 3. mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, 4. selaras dengan sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, dan 5. perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada. Identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan obyek agrowisata perlu dipertimbangkan secara matang. Kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri merupakan faktor yang dapat dijadikan pertimbangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999). Agrowisata sebagai obyek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999). Fasilitas pelayanan tersebut ditempatkan pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal. Dalam menyediakan fasilitas, hendaknya dilakukan dua pendekatan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999). Pendekatan pertama dilakukan dengan memanfaatkan semua obyek, yaitu prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik, dan melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua adalah dengan membangun prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan fasilitas yang diperlukan meliputi 1. jalan menuju lokasi, 2. pintu gerbang, 3. tempat parkir, 4. pusat informasi, 5. papan informasi, 6. sirkulasi dalam kawasan agrowisata, 7. shelter, 8. tempat beribadah (musala),
13
9. toilet, dan 10. tempat sampah. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan obyek wisata, antara lain, pengelolaan obyek
yang
ditawarkan,
pengelolaan
pengunjung,
pengelolaan
fasilitas
pendukung, keamanan (untuk melindungi obyek dan fasilitas, serta keselamatan pengunjung), dan pengelolaan kelembagaan. Pengelolaan diperlukan untuk menjamin keberlanjutan dari aktivitas agrowisata pada tapak.
2.7. Pertanian Terpadu Sistem pertanian terpadu merupakan konsep LEISA (low-external-input and sustainable agriculture, pertanian berkelanjutan yang bermasukan eksternal rendah), sistem buatan yang meniru alam. Pada sistem terdapat upaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal yang tersedia dengan mengombinasikan komponen berbeda, antara lain, tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusianya (Tim dosen IPB, 2006). Menurut Reijntjes et al. (1999), LEISA adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, disesuaikan dengan budaya, dan adil secara sosial. Sistem pertanian modern yang belum menggunakan sistem pertanian terpadu mengandalkan input dari luar sistem, seperti pupuk kimia, varietas unggul, dan pestisida, yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan mengganggu ekosistem. Untuk menekan laju kerusakan lingkungan, penggunaan masukan luar yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan ditekan dan diarahkan agar sesuai dengan kondisi lingkungan. Untuk menjaga kondisi lingkungan, diperlukan sistem pertanian yang berupaya meminimalkan penggunaan masukan (benih, pupuk kimia, pertisida, dan bahan bakar) dari luar ekosistem, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup pertanian (Salikin, 2003).
14
Model
LEISA
mengacu
pada
bentuk-bentuk
pertanian
yang
memperhatikan hal-hal berikut: 1. optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal (Tabel 1) yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, ternak, ikan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar; 2. pemanfaatan input luar yang dilakukan hanya jika diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan manusia, serta dalam pemanfaatannya perhatian utama diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan (Reijntjes et al, 1999). Tabel 1. Sumber Bahan Organik yang Umum Dimanfaatkan sebagai Pupuk (Sutanto, 2002) Sumber Bahan Organik Pertanian
Industri
Limbah Rumah Tangga
Jenis Bahan Organik Limbah dan residu
Contoh Pemanfaatan Bahan Organik
Jerami dan sekam padi, gulma, daun, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa Limbah dan residu Kotoran padat, limbah ternak cair, ternak limbah pakan ternak, tepung tulang, cairan proses biogas Pupuk hijau Gliriside, terrano, mukuna, turi, lamtoro, centrosema, albisia Tanaman air Azola, ganggang biru, rumput laut, eceng gondok, dan gulma air lainnya Penambat nitorgen Mikroorganisme, mikoriza, rhizobium, biogas Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, kelapa sawit, pengalengan makanan, pemotongan hewan Limbah cair Alkohol, kertas, bumbu masak (MSG), kelapa sawit (POME) Sampah Tinja, kencing, sampah dapur
Setiap ekor kambing dewasa dapat menghasilkan feses 300-500 gr/hari (Sutama dan Budiarsana, 2009). Feses ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang maupun penyubur tanah melalui proses pengomposan karena feses ternak mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Pemberian pupuk kandang
15
pada tanah dapat memberikan dampak positif berupa memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan air tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, serta merupakan sumber unsur hara tanaman (Setiawan, 2002). Tabel 2. Kandungan Zat Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang Jenis Ternak Sapi - padat - cair Kambing - padat - cair Domba - padat - cair Ayam
Nitrogen
Kadar Zat hara dan Air (%) Fosfor Kalium
Air
0,40 1,00
0,20 0,50
0,10 1,50
85 92
0,60 1,50
0,30 0,13
0,17 1,80
60 85
0,75 1,35 1,00
0,50 0,05 0,80
0,45 2,10 0,40
60 85 55
Sumber: Pinus Lingga, 1992 dalam Setiawan, 2002 Metode LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, melainkan untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. LEISA berupaya mempertahankan dan sedapat mungkin meningkatkan potensi sumber daya alam serta memanfaatkannya secara optimal. Pada prinsipnya, hasil produksi yang keluar dari sistem atau dipasarkan harus diimbangi dengan tambahan unsur hara yang dimasukkan ke dalam sistem tersebut (Tim dosen IPB, 2006). Zamora (1995) dalam Salikin (2003) memberikan lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian menjadi berkelanjutan, yaitu 1. kelayakan ekonomis, 2. bernuansa dan bersahabat dengan ekologi, 3. keberterimaan secara sosial, 4. kepantasan secara budaya, dan 5. pendekatan sistem dan holistik.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 4). Luas total tapak adalah 4,7 Ha dengan batasan fisik berupa area pertanian, perumahan penduduk, dan jalan. Penelitian mencakup survei kondisi tapak, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan hasil studi. Pengambilan data dilakukan pada Agustus 2010 – Oktober 2010 kemudian dilanjutkan pada Februari 2011.
Gambar 3. Lokasi Penelitian (Sumber: BAPPEDA Cianjur dan Google Earth, 2009)
3.2. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah kamera digital untuk data visual tapak saat ini, alat perekam suara untuk merekam hasil
17
wawancara dengan petani dan penduduk setempat, kuisioner, dan komputer untuk mengolah data dengan perangkat lunak Microsoft Word dan Excel, ArcView 3.2, Google Earth, AutoCAD 2010, dan Adobe Photoshop CS5. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berupa studi pustaka, data spasial, dan data deskriptif (Tabel 3).
3.3. Batasan Studi Penelitian ini dibatasi oleh penataan lanskap Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur yang termasuk di dalamnya badan jalan, ruang terbuka, dan ruang terbagun sehingga dapat digunakan sebagai kawasan agrowisata melalui perencanaan ruang dan aktivitas, jalur sirkulasi wisata, dan fasilitas wisata. Penelitian ini dilaksanakan hingga hasil akhir berupa rencana tapak sebagai kawasan agrowisata yang menitikberatkan pada kegiatan wisata berbasis pertanian terpadu dan sosial masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
3.4. Metode Perencanaan Lanskap Agrowisata Metode perencanaan yang digunakan adalah metode survei yang mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang dimodifikasi. Proses perencanaan ini meliputi (1) persiapan, (2) inventarisari, (3) analisis, (4) sintesis, dan (5) perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui proses-proses seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Pertanian Terpadu
Tabel 3. Jenis, Bentuk, Sumber, Cara Pengambilan dan Hasil Bentuk Data yang Didapatkan No 1
Jenis Data Aspek biofisik Letak dan luas
Bentuk
Sumber
Cara Pengambilan
Hasil
Sekunder
BAPPEDA, Institusi desa Institusi desa, Google earth BAPPEDA Tapak BMKG Tapak Tapak
Studi pustaka
Peta, Deskripsi
Studi pustaka
Peta
Studi pustaka Pengamatan lapang Studi pustaka Pengamatan lapang Pengamatan lapang, wawancara Studi pustaka, pengamatan lapang Pengamatan lapang, wawancara
Deskripsi, Peta Deskripsi Deskripsi Deskripsi Deskripsi
Tata guna lahan
Sekunder
2
Tanah dan kemiringan Hidrologi Mikroklimat Potensi visual Objek dan atraksi wisata
Sekunder Primer Sekunder Primer Primer
3
Aksesibilitas
Institusi desa, Tapak
4
Infrastruktur wisata
Primer, Sekunder Primer
5
Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
Primer, Sekunder
Tapak, Institusi Desa Studi pustaka, Wawancara
Tapak
Peta Deskripsi
Deskripsi
18
19
3.4.1. Persiapan Pada tahap ini dilakukan penetapan lokasi dan batasan penelitian, persiapan alat, dan pengurusan perijinan. Pengurusan perijinan dilakukan ke Kantor Kesatuan Bangsa Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur untuk dapat melakukan penelitian di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih. Selanjutnya perijinan diteruskan ke Kantor Kecamatan Karang Tengah dan Balai Desa Sindangasih.
3.4.2. Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi awal tapak. Data yang dikumpulkan berupa data fisik dan sosial. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi lapang) dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang berhubungan dengan kawasan agrowisata dan dibutuhkan dalam proses perencanaan. Observasi lapang merupakan survei ke dalam tapak secara langsung untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi area pertanian terpadu, dan aspek wisata berupa fasilitas dan utilitas yang tersedia pada tapak sebagai kawasan agrowisata. Wawancara dilakukan kepada masyarakat sekitar, termasuk petani, aparat pemerintah, pengusaha, dan tokoh-tokoh penting desa untuk mengetahui kebijakan dan peraturan yang berlaku pada tapak. Selain itu, wawancara juga untuk mendapatkan data sosial berupa persepsi dan dukungan masyarakat terhadap kawasan agrowisata, kepemilikan lahan, potensi atraksi yang berasal dari masyarakat, dan pengelolaan lahan. Wawancara dengan kuisioner dilakukan kepada 15 orang petani di sekitar kampung Karangsari yang diambil secara acak. Selain observasi lapang dan wawancara, juga dilakukan studi pustaka mengenai agrowisata dan pertanian terpadu untuk mengetahui standar-standar dan metode perencanaan agrowisata. Data ini diperlukan sebagai standar dan pedoman dalam perencanaan untuk menciptakan suatu kawasan agrowisata yang aman, nyaman, dan indah.
20
Pengambilan data batasan tapak dan tata guna lahan menggunakan citra yang diambil dari Google Earth, digabungkan dengan peta yang didapatkan dari institusi desa, kemudian diproses menggunakan perangkat lunak ArcView GIS dan AutoCAD. Data mengenai aksesibilitas tapak didapatkan dari hasil pengamatan lapang dan dari institusi desa yang hasilnya berupa peta jalur sirkulasi. Data mengenai topografi, ketinggian, dan kemiringan lahan didapatkan dari BAPPEDA Cianjur. Data iklim diambil dari BMKG yang diambil dari stasiun PT. Fasung, hal ini dikarenakan stasiun terdekat dari tapak sudah tidak berfungsi. Untuk menentukan penempatan dan jenis atraksi-atraksi wisata, diperlukan data potensi objek wisata yang ada. Objek-objek yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata didapatkan dengan pengamatan langsung dan disusun dalam bentuk spasial dan deskriptif. Objek wisata yang diutamakan berupa kegiatan pertanian, sedangkan objek nonpertanian dapat berupa kesenian dan budaya dari kehidupan setempat. Informasi mengenai nilai budaya setempat didapatkan melalui wawancara langsung dengan penduduk dan studi literatur.
3.4.3. Analisis Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan spasial dari data yang diperoleh pada tahap inventarisasi untuk menentukan potensi dan kendala pada tapak, dan kesesuaian area sebagai area wisata pertanian terpadu. Potensi dan kendala yang ada dikembangkan dan ditingkatkan sehingga dapat mendukung kawasan lanskap agrowisata. Sebaliknya, kendala dihilangkan atau dikurangi dengan dicari cara pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Hasil dari tahap inventarisasi yang berupa peta orientasi, penutupan lahan, hidrologi, potensi akustik dan visual, dan aksesibilitas digunakan dalam tahap ini. Selain itu, digunakan juga grafik dari data mikroklimat dan foto-foto untuk interpretasi kondisi tapak pada saat ini. Beberapa data diuraikan secara deskriptif, demikian juga dengan peta, grafik, dan foto yang didapatkan. Untuk analisis suhu dan kelembaban, digunakan standar kesesuaian iklim untuk pertanian menggunakan klasifikasi berdasarkan jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) yang dibatasi oleh peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman menurut konsep yang dikemukakan oleh Oldeman
21
(Koesmaryono dalam Handoko, 1995). Bulan basah (BB) merupakan bulan dengan curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan lembab (BL) memiliki curah hujan 100 – 200 mm. Bulan kering (BK) merupakan bulan dengan curah hujan < 100 mm. Menurut Schmidht – Ferguson, BK merupakan bulan dengan CH < 60 mm, BL memiliki CH antara 60 – 100 mm, dan BB adalah bulan dengan CH > 100 mm. Selain itu, untuk kenyamanan pengguna tapak dilakukan perhitungan THI (Temperature Humidity Index). Untuk daerah tropis, apabila nilai THI antara 21 27, iklim tergolong nyaman (Fandeli, 2009). Rumus yang digunakan adalah THI = 0,8 T + [Rh x (T/500)] dengan T = suhu rata-rata Rh = kelembaban relatif (%). Analisis tanah dilakukan menggunakan studi pustaka sifat fisik dan kimia tanah. Kedua aspek tersebut mempengaruhi kesesuaian tumbuh tanaman pertanian. Selain itu, juga dapat diketahui tanaman yang cocok sehingga dapat dipertahankan atau ditambahkan di tapak. Untuk aksesibilitas, dilakukan pemetaan jalur dan pintu masuk dan keluar, keefektifan, dan keefisienan jalur yang akan disesuaikan dengan aktivitas. Tapak akan dibagi berdasarkan pola penggunaan lahan. Pada tiap zonasi akan dilakukan analisis untuk mendapatkan objek dan atraksi yang dapat digunakan untuk kegiatan agrowisata. Objek dan atraksi berasal dari aktivitas pertanian dan sumber daya pertanian yang ada. Selain itu dilakukan analisis untuk mengetahui daya dukung yang akan dikembangkan. Daya dukung yang dihitung adalah daya dukung pengunjung berdasarkan rata-rata dalam m2 per orang (Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003). DD = A / S Keterangan: DD = Daya dukung (orang) A = Area yang digunakan (m2) S = Standar kebutuhan per orang (m2/orang)
22
3.4.4. Sintesis Hasil analisis yang telah didapatkan kemudian digabungkan pada tahap ini. Data spasial yang dihasilkan pada tahap analisis melalui proses overlay menjadi peta zonasi ruang yang dialokasikan untuk pengembangan agrowisata. Sedangkan hasil analisis deskriptif akan dijabarkan secara lebih rinci dan digunakan untuk menentukan solusi dari kendala dan pemanfaatan dari potensi yang ada di tapak.
3.4.5. Perencanaan Lanskap Tahap perencanaan lanskap merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini. Dari proses sebelumnya dapat ditentukan konsep dasar tapak berdasarkan objek dan atraksi wisata yang akan dikembangkan. Konsep yang disusun meliputi ruang, aktivitas, fasilitas, sirkulasi dan touring plan. Konsep tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk spasial berupa blok ruang agrowisata. Hasil yang diperoleh dari tahapan akan dikembangkan untuk perencanaan lanskap. Dalam tahap ini konsep yang telah disusun di tahap sintesis diterapkan ke tapak dan dituangkan dalam bentuk spasial. Selain itu, juga dikembangkan lebih lanjut berupa rencana ruang dan aktivitas, rencana jalur wisata, dan rencana fasilitas. Hasil akhir dari tahap perencanaan adalah berupa site plan beserta paket wisata yang ditawarkan di kawasan wisata pertanian terpadu. a. Rencana Ruang dan Aktivitas Rencana ini meliputi perencanaan alokasi ruang wisata dan aktivitas yang sesuai di dalamnya. Selain itu, ditentukan objek dan atraksi utama pada tiap ruang wisata. b. Rencana Jalur Wisata Rencana jalur wisata adalah merencanakan jalur dan paket wisata yang dapat diambil wisatawan. Pada tahap ini juga direncanakan jalur sirkulasi yang dapat menunjang kemudahan aktivitas antarruang wisata. c. Rencana Fasilitas Untuk menunjang kelancaran dan kenyamanan kegiatan agrowisata, diperlukan penempatan fasilitas dan utilitas yang efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan perencanaan penempatan fasilitas dan utilitas di tahap ini.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data dan Analisis 4.1.1. Aspek Biofisik 4.1.1.1. Letak, Luas, dan Batas Tapak Lokasi penelitian terletak di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat seluas 4,7 ha. Letak geografis berada pada 107°9'52" - 107°10'34" BT dan 6°49'31" 6°49'55" LS. Tapak dikelilingi oleh bentang alam pertanian dan perbukitan yang menciptakan suasana perdesaan. Sebelah utara tapak berbatasan dengan lahan-lahan pertanian penduduk yang merupakan bagian dari Desa Maleber. Demikian pula, di sebelah timur tapak berbatasan dengan area pertanian dari Kampung Kandang Sapi. Sebelah barat berbatasan dengan area permukiman yang merupakan perbatasan dengan Kampung Kabandungan. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Kyai Haji Saleh. Desa Sindangasih terdiri dari 5 kampung yang dibagi berdasarkan kompleks RW atau Rukun Warga, yaitu Kampung Pandan Jaya, Kampung Kandang Sapi, Kampung Karangsari, Kampung Kabandungan, dan Kampung Hegarmanah. Di antara kampung tidak terdapat pagar atau pembatas yang jelas. Untuk membangun suatu area wisata diperlukan batas kawasan yang jelas agar tidak membingungkan pengunjung.
4.1.1.2. Tata Guna Lahan Sebanyak ± 88% dari luas tapak digunakan sebagai lahan pertanian berupa sawah, kebun, kolam ikan, dan kandang ternak. Persentase paling besar adalah untuk sawah dan kebun sebanyak 83%, perikanan sebanyak 4%, dan peternakan sebanyak kurang dari 1% (Tabel 3). Pemanfaatan area budi daya yang bervariasi merupakan potensi utama dalam pengembangan agrowisata, terdiri dari lahan sawah dan ladang, kandang, dan kolam. Ketiga lahan tersebut berada dalam kondisi baik yang memungkinkan untuk pengembangan wisata pertanian terpadu, tetapi perlu ditata agar dapat menarik dan nyaman untuk pengunjung.
24
25
Tapak didominasi oleh lanskap sawah dan lahan kering, dapat dilihat dari pola penggunaan lahan yang sebagian besar digunakan untuk area pertanian (Gambar 5). Di area ini terdapat berbagai macam aktivitas pertanian, mulai dari menyiapkan lahan, pemanenan, hingga pascapanen. Area peternakan umumnya tertutup, jarang terlihat peternak yang menggembala ternaknya di luar (untuk peternak sapi, kambing, dan domba). Untuk dapat melihat area ini, pengunjung harus masuk ke tapak dan berinteraksi langsung dengan petani. Tabel 4. Pola Penggunaan Lahan No
Jenis Penggunaan
1
Lahan Pertanian a. Area pertanian b. Area perikanan c. Area peternakan Lahan Non Pertanian a. Badan jalan b. Permukiman
2
Luas Ha
%
3,9479 0,193 0,019
83,82 4,09 0,41
0,1424 0,4073 4,7096
3,02 8,64 100
Gambar 6. Lahan Peternakan dan Perikanan Untuk kolam ikan, biasanya petani membagi-bagi kolam ikan sesuai dengan fungsinya, yaitu terdapat kolam pemeliharaan induk, pemeliharaan burayak, kolam pembenihan, dan kolam pembesaran seperti dapat dilihat pada salah satu lahan milik warga (Gambar 6). Induk ikan ditempatkan di kolam pemeliharaan induk hingga mengalami pematangan sel telur, setelah itu dipindahkan di kolam pemeliharaan untuk pemijahan dan menetaskan telurnya. Apabila induk ikan sudah mengalami pemijahan, induk tersebut dipindahkan
26
kembali ke k kolam pemeliharaann induk hin ngga mengaalami pemaatangan sel telur kembali. Setelah S itu, anak ikan ddijual sebag gai benih ataau dilanjutkkan pemelih haraan di kolam pembenihan. Beberappa petani melokasikan m kolam pem meliharaan ini di ungsi sebaggai kolam untuk u sawah (sistem mina--padi). Kollam pembesaran berfu menggemuukan ikan hingga h sesuuai dengan keinginan konsumen. k Beberapa petani p memiliki kolam yan ng berdekataan dengan kandang teernak. Hal ini dikaren nakan m kan limbahh peternak kan berupa kotoran mereka menggunak
ternak untuk u
menyuburrkan kolam sehingga ikkan yang ada di kolam m dapat tum mbuh lebih besar dan lebih cepat. c
Gambarr 7. Sketsa Pembagian P Kolam Teerdapat beb berapa areaa perumahan yang terletak meenyebar di area pertanian. Area perm mukiman beerpotensi sebagai saraana pendukkung agrow wisata, yaitu mennjadi tempaat penginapaan atau berristirahat baagi pengunj njung yang ingin bermalam m. Kegiatan pertanian baru bertu ujuan untuk k produksi dan pemb bagian lahan peteernakan dan n perikanan jjauh lebih sedikit s darip pada lahan ssawah dan kebun k sayuran. Perencanaaan ruang aagrowisata akan men ngutamakann penataan pola penggunaaan lahan yang ada diisesuaikan dengan d kon nsep agrow wisata yang akan diterapkann.
4.1.1.3. Taanah dan Kemiringan K n Meenurut Petaa Ketinggiaan Lahan (Bappeda ( Cianjur, C 20004), Kecam matan Karang Teengah berad da pada kettinggian 294 4 – 453 m dpl (Gambaar 8), sedan ngkan
27
menurut Balai B Desa Sindangasiih, Kampun ng Karangssari berada pada ketinggian 295 m dpll. Secara um mum, tapakk termasuk datar dengaan tingkat kkemiringan 0-3% ke arah tim mur. Tapak yang relatiff datar cuku up baik untu uk pertaniann dan perikaanan.
(m ddpl) :
Gambar 8. 8 Peta Ketin nggian Tanaah Kecamattan Karang Tengah, Kaabupaten Ciianjur Jennis tanah yaang terdapaat di Desa Sindangasih S h termasuk dalam kom mpleks latosol merah m keku uningan, lattosol coklaat, dan po odsolik meerah kekuningan berdasarkaan peta tan nah Kabuppaten Cianjjur yang bersumber b ddari BAPP PEDA Kabupatenn Cianjur. Menurut H Hardjowigeeno (2007),, tanah lato tosol merup pakan tanah dengan kadar liat l lebih daari 60%, strruktur remaah sampai ggumpal, gem mbur, b warna tanah seraggam dengan batas-batass horison yaang kabur, solum s drainase baik, dalam (leebih dari 150 1 cm), kkejenuhan basa < 50 0%, umumnnya mempunyai epidendron umbrik dan d horisonn kambrik. Tanah lattosol berasaal dari berrbagai batuan, abbu vulkan, dan vulkannik basa, dan d terdapatt di daerahh bukit. Pod dsolik merupakann tanah den ngan horisonn penimbun nan liat (horison argilikk), dan kejen nuhan basa kuraang dari 50 0%, tidak memiliki horison h albik. Horisonn argilik adalah a horison penimbunan p n liat, yangg merupak kan Horison B, yangg paling seedikit menganduung 1,2 kalii lebih banyyak daripad da liat di attasnya dan terdapat seelaput liat (Hardjjowigeno, 2007). 2 Jennis tanah latosol sesuaii untuk tanaaman yang mempunyai m i perakaran yang dalam sepperti tanamaan perkebuunan dan bu uah-buahan. Selain ituu, tanah jen nis ini
28
juga sesuai untuk tanaman palawija, sayuran, dan padi karena memiliki solum yang dalam dan sesuai untuk tanaman perkebunan dan buah-buahan. Tanah ini juga cukup subur dan memiliki produktivitas yang baik, tetapi karena KTK rendah, masih perlu pengolahan lebih lanjut berupa pemberian pupuk untuk meningkatkan produksi. Cara memperbaiki sifat fisik tanah di Kampung Karangsari adalah dengan penambahan bahan organik dan mulsa serta perbaikan sistem drainase dan kadar asam. Bahan organik yang digunakan dapat berupa jerami, pupuk kandang, kompos, atau pupuk kimia.
4.1.1.4. Aksesibilitas Terdapat empat arah masuk menuju tapak (Gambar 9). Jalan yang dilalui titik-titik tersebut semuanya sudah dalam kondisi diaspal. Di bagian selatan tapak terdapat Jln. Kyai Haji Saleh yang merupakan jalur akses utama kendaraan di tapak dengan lebar 6 - 7 meter. Jalan ini merupakan jalur dua arah yang dilalui oleh berbagai kendaraan, di antaranya, angkutan umum, mobil pribadi, motor, delman, sepeda, truk, dan bus. Kendaraan bermotor yang melalui jalan ini menggunakan kecepatan tinggi karena jalanan cukup sepi dan tidak terdapat persimpangan. Sebelah kiri dan kanan jalan berbatasan langsung dengan parit selebar 30 – 50 cm. Kendaraan yang melalui jalan ini umumnya berasal dari kota Cianjur atau Terminal Maleber. Jalan di area permukiman yang merupakan belokan dari Jln. Kyai Haji Saleh juga sudah diaspal. Jalan ini jarang dilalui mobil, hanya sedikit warga yang memiliki mobil pribadi. Kendaraan pribadi yang umum dimiliki warga Kampung Karangsari adalah sepeda motor. Jalan dari arah utara merupakan jalan yang tidak dapat dilalui mobil, yaitu jalan dari arah perumahan Desa Hegarmanah dengan lebar jalan 2,5 – 3 meter. Kendaraan yang melewati jalan ini berupa kendaraan beroda dua seperti motor dan sepeda. Jalan ini sudah diaspal, tetapi tidak terawat. Terlihat beberapa lubang pada jalan dan sampah di pinggir jalan yang akhirnya tercecer memenuhi jalan (Gambar 10). Jalan ini perlu diperbaiki dan diperlebar serta diberi penerangan yang cukup untuk malam hari.
29
30
(a) (b) Gambar 10. Kondisi Jalan: (a) Desa Hegarmanah (b) Jln. Kyai Haji Opo Mustofa Jalan dari arah timur berasal dari Jln. Kyai Haji Opo Mustofa yang merupakan akses dari arah Terminal Rawabango, Maleber (Gambar 11). Jln. Kyai Haji Opo Mustofa dilalui oleh bus, truk, motor, dan mobil pribadi. Terdapat fasilitas angkutan umum seperti angkot, ojek, dan delman. Tapak juga sering dilalui bus yang berasal dari Terminal Rawabango Maleber. Di sepanjang jalan ini belum terdapat jalan pedestrian. Jalan raya langsung berbatasan dengan sawah atau pemukiman.
Gambar 11. Jln. Kyai Haji Saleh Kampung Karangsari berjarak 75 km dari Kampus IPB Dramaga dengan waktu tempuh selama 2,5 – 3,5 jam. Dari arah kampus IPB Dramaga menuju Jalan Puncak Raya, setelah itu melewati Cipanas menuju Jln. Ir. Haji Juanda. Dari Jln. Ir. Haji Juanda, belok kanan ke Jln. Otto Iskandardinata menuju Jln. Mochammad Ali. Setelah itu menuju Jln. Profesor Mohammad Yamin ke Jln. Kyai Haji Saleh, kemudian lurus terus masuk ke tapak melalui arah barat. Dari arah Jakarta, Kampung Karangsari dapat dikunjungi dengan melewati Tol
31
Jagorawi menuju Puncak. Dari arah Terminal Lebak Bulus (Jakarta Selatan) berjarak 104 km dengan waktu tempuh selama ± 2,5 jam. Kondisi lalu-lintas jalan di daerah Cianjur Kecamatan Karang Tengah cukup teratur, jarang atau hampir tidak pernah terjadi macet karena penduduknya jarang ada yang memiliki mobil pribadi dan angkutan umum memiliki pangkalan tersendiri, tidak sembarangan berhenti menunggu di pinggir jalan. Sarana transportasi utama di daerah ini berupa angkot atau angkutan umum yang memiliki tarif rata-rata Rp. 2.000,00 untuk semua trayek. Kendaraan yang berasal dari Terminal Maleber banyak yang melewati Kampung Karangsari. Letak tapak tidak begitu jauh dari pusat kota yang memiliki beberapa terminal. Oleh karena itu, mudah diakses dengan kendaraan umum berupa angkot, ojek, dan delman dengan jumlah unit yang memadai untuk para pengunjung. Di Jln. Kyai Haji Saleh yang berbatasan dengan sawah, belum terdapat cukup penerangan. Selain itu, belum terdapat rambu jalan atau penanda yang cukup untuk menunjukkan bahwa pengunjung telah memasuki Kampung Karangsari (Gambar 12).
Gambar .12 Kondisi Gerbang Penanda Desa yang Tidak Terawat Beberapa jalan di dalam Kampung Karangsari sulit atau tidak mungkin dilalui kendaraan dari dua arah karena lebarnya tidak cukup, bahkan ada yang tidak dapat dilalui mobil. Pemda setempat sudah melakukan pemeliharaan jalan secara berkala, tetapi pada musim hujan kondisi jalan banyak yang rusak terutama jalan di area permukiman. Di sepanjang jalan Jln. Kyai Haji Saleh dan Jln. Kyai Haji Opo Mustofa belum terdapat jalan pedestrian. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakamanan bagi pejalan kaki. Untuk akses di dalam areal persawahan sudah terdapat beberapa jalan berupa pematang sawah, tetapi
32
belum kokoh karena terbuat dari tanah. Untuk lebih jelasnya, analisis aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Aksesibilitas Kampung Karangsari Kondisi Jalan 1. Akses masuk dan keluar
2. Badan Jalan
Potensi dan Kendala 1. Berbatasan dengan jalan raya utama 2. Kendaraan umum yang melintasi tapak cukup banyak dan berasal dari terminal 1. Jalan raya masih kurang aman untuk dilalui dua mobil 2. Belum terdapat pedestrian 3. Jalan utama yang lurus tanpa persimpangan menyebabkan kendaraan yang melalui jalan berkecepatan tinggi
4. Vegetasi jalan
Vegetasi di pinggiran jalan umumnya berupa rumput liar dan alang-alang
5. Fasilitas jalan
1. Belum tersedia pemberhentian khusus angkutan umum di sekitar tapak 2. Keberadaan rambu dan pengarah jalan masih kurang 3. Kurang pencahayaan di malam hari
Solusi Memanfaatkan jalan utama sebagai pintu masuk dan keluar pengguna kawasan wisata
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dengan cara memperbaiki jalan yang rusak dan melakukan pelebaran jalan 2. Membuat pedestrian di sekitar jalan utama 3. Membuat rambu, pembatas jalan untuk meningkatkan keamanan kendaraan bermotor dan pejalan kaki Menggunakan vegetasi yang dapat dimanfaatkan sebagai peneduh, pengarah jalan, maupun berfungsi estetik di sisi jalan seperti pohon buah atau tanaman hias yang mendukung konsep agrowisata 1. Menyediakan pemberhentian khusus untuk angkutan umum untuk memudahkan pengunjung dan mencegah kemacetan 2. Menambahkan rambu, pengarah jalan, dan lampu di area yang diperlukan sehingga tapak lebih aman untuk dilalui
4.1.1.5. Mikroklimat Data iklim Kecamatan Karangtengah, Cianjur, diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melalui stasiun terdekat dari Cianjur, yaitu PT. Fasung dengan letak geografis 6°50'49" LS dan 107°37'6" BT. Data iklim yang diperoleh merupakan data tahunan tahun 2009 - 2010 (Tabel 6).
33
Tabel 6. Data Mikroklimat Kampung Karangsari Rata-rata Tahun 2009 - 2010 Parameter Suhu udara rata-rata (0C) Suhu udara maks. (0C) Suhu udara min. (0C) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm) Lama penyinaran (%)
Jan
Feb
Mar
Tahun 2009 - 2010 Apr Mei Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
21,2
20,3
21,8
22,2
22,4
22,1
21,7
23,5
22,3
22,4
21,7
21,7
23,7
24,1
25,2
25,9
25,8
25,5
25,4
25,7
26,0
25,5
25,3
24,5
19,9
20,1
20,3
21,0
20,7
19,8
18,9
19,0
20,3
20,8
21,2
20,3
90,5
90,5
89,0
87,0
87,5
87,5
84,5
83,5
83,5
85,0
86,5
89,0
308
519
624
286
227
172
100
135
209
241
239
219
30,8
33,55
57,8
54,5
51,3
55,9
65,7
63,4
63,2
57,8
44,6
26,3
Berdasarkan data tersebut, diperoleh gambaran kondisi iklim Kampung Karangsari (2009 - 2010), yaitu suhu rata-rata tahunan 21,8 0C, kelembaban udara rata-rata tahunan 87 %, dan curah hujan tahunan 3.281,5 mm/th. Suhu udara terendah setiap harinya adalah saat pagi hari sekitar pukul 07.00, sedangkan suhu udara tertinggi adalah saat tengah hari atau sekitar pukul 13.00. Suhu rata-rata tahunan tapak adalah 21,8 0C dengan suhu terendah rata-rata pada bulan Februari dan suhu tertinggi rata-rata pada bulan Agustus. Kelembaban udara rata-rata tahunan adalah 87% dengan kelembaban bulanan terendah pada bulan Agustus dan September, yaitu 83,5% dan kelembaban bulanan tertinggi pada bulan Januari dan Februari, yaitu 90,5%. Suhu di Kampung Karangsari sudah cukup sesuai untuk pengembangan tanaman palawija dan perkebunan. Selain itu, suhu yang cukup rendah merupakan potensi tapak untuk menawarkan suasana dingin dan sejuk perdesaan sehingga dapat menarik wisatawan dari luar kota yang berhawa panas, seperti Jakarta. Untuk daerah tropis, nilai THI yang tergolong nyaman adalah < 27. Perhitungan THI untuk Kampung Karangsari berdasarkan data tahun 2009 – 2010 (Tabel 7) adalah antara 19,96 – 21,88, menunjukkan bahwa tapak cukup nyaman untuk manusia melakukan aktivitas. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kampung Karangsari termasuk ke dalam Tipe Af, yaitu suhu bulan terdingin > 18o C dan selalu basah dengan curah hujan setiap bulan rata-rata > 60 mm. Menurut Schmidth – Ferguson, iklim
34
Kampung Karangsari termasuk ke dalam Tipe B, yaitu daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika dengan perhitungan rata-rata bulan basah sebanyak 10 bulan dan bulan kering sebanyak 1 bulan (Handoko, 1995). Tabel 7. Nilai THI Kampung Karangsari Berdasarkan Data Tahun 2009 – 2010 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
T (o C) 21,25 20,35 21,85 22,25 22,45 22,15 21,70 23,50 22,30 22,40 21,70 21,70
RH (%) 90,50 90,50 89,00 87,00 87,50 87,50 84,50 83,50 83,50 85,00 86,50 89,00
THI 20,84 19,96 21,36 21,67 21,88 21,59 21,02 22,27 21,56 21,72 21,11 21,27
Menurut klasifikasi Oldeman, iklim Kampung Karangsari termasuk ke dalam Tipe C2, dengan jumlah bulan basah berturut-turut rata-rata 5 dan jumlah bulan kering berturut-turut rata-rata sebanyak 3. Daerah yang memiliki tipe iklim C2 ideal untuk menanam padi sekali dalam setahun dan dapat dua kali menanam palawija, selagi penanaman yang kedua kali sebaiknya tidak jatuh pada bulan kering (Handoko, 1995). Tanaman padi sawah umumnya memerlukan curah hujan sebanyak ± 200 mm per bulan, sedangkan palawija umumnya memerlukan curah hujan sebanyak ± 100 mm per bulan (Handoko, 1995). Berdasarkan data rata-rata (Tabel 5) bulan Juni – Agustus memiliki jumlah curah hujan terendah hingga di bawah 200 mm, yang menunjukkan bahwa penanaman padi kurang sesuai pada bulan tersebut, sedangkan untuk menanam palawija masih dapat dilakukan. Curah hujan yang tinggi di daerah pertanian dapat menjamin kebutuhan air untuk tanaman dan kolam ikan. Namun, hal ini juga menyebabkan gulma tumbuh subur, termasuk di saluran drainase yang masih berdinding tanah, yang menyebabkan saluran sering tertutup. Untuk area wisata, curah hujan yang tinggi dapat mengganggu kenyamanan pengunjung ketika berwisata karena jalan menjadi licin dan becek. Diperlukan pembuatan fasilitas berupa shelter atau saung sebagai tempat berteduh wisatawan dan jalan yang dibangun dengan struktur yang
35
baik. Jalan yang rusak di area permukiman yang jarang dilalui mobil menunjukkan material atau struktur yang digunakan masih kurang baik sehingga air hujan tergenang di jalan dan tidak mengalir ke saluran drainase. Intensitas penyinaran merupakan lamanya matahari bersinar dalam satu hari dan mempengaruhi suhu tapak dan pertumbuhan vegetasi. Intensitas penyinaran rata-rata Kampung Karangsari adalah 50,4% dengan intensitas terendah 26,3% pada bulan Desember dan tertinggi 65,7% pada bulan Juli. Radiasi matahari berpengaruh pada kenyamanan dalam beraktivitas karena dapat menghangatkan tubuh secara langsung melalui kulit atau pakaian atu secara tidak langsung melalui pantulan atau penyerapan dari objek sekitarnya (Miller, 1991). Tanaman dapat mengurangi intensitas sinar matahari dengan cara menghalangi radiasi mencapai permukaan tanah dan mengubah energi surya menjadi energi kimia melalui fotosintesis (Robinette, 1972 dalam Miller, 1991) seperti dilihat ilustrasinya pada Gambar 13. .
Gambar 13. Ilustrasi Tanaman Peneduh untuk Mereduksi Sinar Matahari (Miller, 1991) Penggunaan material juga dapat mempengaruhi radiasi sinar matahari di sekitar area. Menurut Brooks (1988), permukaan material yang terang dan halus dapat memantulkan cahaya matahari lebih banyak (Gambar 14). Oleh karena itu, sebaiknya digunakan material yang berwarna gelap seperti hitam, biru, atau merah tua, atau menggunakan permukaan kasar seperti bebatuan.
Gambar 14. Pemantulan Sinar Matahari pada Berbagai Permukaan Material (Brooks, 1998)
36
Kelembaban rata-rata tapak adalah 87% dengan kelembaban terendah 83% pada bulan Agustus dan September, dan tertinggi 90,5% pada bulan Januari dan Februari. Kelembaban udara yang cukup tinggi menyebabkan tapak kurang nyaman untuk aktivitas wisata karena panas tubuh dapat meningkat. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan vegetasi yang berfungsi mengurangi kelembaban dengan penutupan dari kanopi.
4.1.1.6. Hidrologi Saluran air di Kampung Karangsari umumnya merupakan buatan penduduk dan airnya bersumber dari sungai dan anak sungai di sekitar Desa. Penduduk secara bergotong-royong membentuk saluran air utama yang bersumber langsung dari sungai kemudian saluran tersebut dibuat cabang untuk mengairi sawah dan kebun. Warga memilih saluran drainase dan irigasi yang paling dekat dengan lahan yang digarap, lebar saluran bervariasi 0,3 – 1,5 meter untuk memenuhi kebutuhan air untuk dikonsumsi (minum dan MCK) masyarakat menggunakan jet-pump atau membuat sumur galian untuk mengambil air tanah. Saluran air yang lebih lebar dibangun menggunakan semen dan batu bata. Saluran yang lebih kecil umumnya tidak dibangun (Gambar 15).
(a)
(b)
Gambar 15. Saluran Air (a) Terbangun (b) Tidak Dibangun Seringkali terjadi erosi pada sisi dinding saluran yang tidak dibangun dan menyebabkan pendangkalan saluran. Banyak rumput dan vegetasi liar yang tumbuh hingga menutupi saluran tersebut. Selain itu, pada saluran banyak terdapat sampah yang tidak sedap dipandang dan menyebabkan aliran air macet.
37
Secara umum, air sudah didistribusi dan dimanfaatkan dengan baik oleh warga. Menurut penduduk Kampung Karangsari, air cukup mudah didapat. Warga bekerja sama membangun saluran air agar pembagiannya merata ke seluruh sawah. Walaupun terdapat beberapa saluran air yang tersumbat sampah, di Kampung Karangsari belum pernah terjadi banjir atau genangan air besar.
4.1.1.7. Aspek Visual Aspek visual yang terdapat di tapak digolongkan menjadi dua, yaitu good view dan bad view. Good view berupa hamparan lahan pertanian dan perikanan dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya, disertai dengan panorama perbukitan di sekitar desa (Gambar 21). Di sawah yang berseberangan dengan Balai Desa, terdapat titik pandang yang menyajikan pemandangan luas di sekitar tapak. Dari area ini dapat terlihat perumahan penduduk, area persawahan, kolam, dan pemandangan perbukitan. Bad view yang ada di tapak adalah sampah yang berserakan atau mengambang dan macet pada saluran air, warna air pada beberapa saluran tidak sedap dipandang, beberapa rumah dan warung di pinggir jalan yang terlihat kumuh dan tidak beraturan, adanya beberapa warga yang melakukan MCK di pinggir jalan, kondisi jalan yang rusak, dan kondisi jembatan yang dicorat-coret (Gambar 16).
.
(b) (a) Gambar 16. Bad View dan Good View di Tapak (a) Vandalisme (b) View ke Area Persawahan Diperlukan penyediaan tempat sampah umum di sekitar tapak. Saluran drainase dapat diberi penutup untuk mencegah pembuangan sampah ke saluran. Penutup dapat berupa beton atau grill besi untuk menciptakan suatu kesan visual
38
sekaligus keamanan bagi pejalan kaki. Kerja sama dengan Pemda setempat juga diperlukan untuk mencegah adanya MCK liar. Warga yang membuka usaha kios atau warung di sekitar area agrowisata selayaknya dimobilisasi dan diatur sehingga tidak terkesan kumuh dan berantakan. Kawasan permukiman umumnya didominasi oleh bangunan modern yang terbuat dari material semen, batu bata, atau beton. Walaupun demikian, terdapat juga beberapa rumah yang terbuat dari kayu atau bambu. Rumah yang bermaterial alami memberikan suatu kesan perdesaan pada tapak. Beberapa rumah belum memanfaatkan pekarangan secara optimal (Gambar 17). Tanaman pekarangan dapat ditambahkan untuk menyajikan lanskap pemukiman yang indah dan mendukung suasana pedesaan dan menghindari permukiman dari kesan kumuh. Selain itu, titik yang juga menyajikan pemandangan yang indah terdapat di sepanjang jalan yang merupakan belokan dari Jln. Kyai Haji Opo Mustofa, melintasi Kampung Karangsari menuju Kampung Kabandungan. Vegetasi rumput liar dan alang-alang di pinggir jalan dapat diganti dengan tanaman yang memberikan efek visual yang baik, tetapi juga tetap terkesan alami.
(b) (a) Gambar 17. Pekarangan Area Perumahan: (a) Tidak Memanfaatkan Pekarangan (b) Memanfaatkan Pekarangan Di Kampung Karangsari, pola penyebaran vegetasi di tapak terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyebaran liniar, geometris, dan alami. Penyebaran linear mengikuti jalur jalan yang memberi kesan membentuk sebuah koridor dan batas. Penyebaran ini didominasi oleh vegetasi nonpertanian yang tumbuh di tepian jalan. Tipe penyebaran geometris membentuk suatu bidang lahan yang memiliki pola tertentu dan membentuk pandangan yang menyebar. Vegetasi pertanian di lahan kering dan sawah terlihat tersebar dengan pola tersebut. Pola ini
39
menciptakan suatu view atau pemandangan yang cukup menarik. Pola penyebaran alami dapat dilihat di lahan-lahan tidak terawat, mengikuti bentukan lahan dan membentuk suatu lanskap yang hijau (Gambar 18), menciptakan suatu view yang alami, tetapi juga terlihat berantakan dan liar karena tidak tertata rapi.
(a)
(b) Gambar 18. Pola Penyebaran Vegetasi (a) Geometris (b) Alami 4.1.2. Fasilitas dan Utilitas Fasilitas umum yang terdapat di tapak umumnya fasilitas yang menunjang aktivitas sosial masyarakat seperti posyandu, masjid, musala, balai desa, dan balai penelitian. Sebagian besar fasilitas tidak terawat dengan baik dan tidak terurus (Gambar 19). Halaman masjid dan musala yang ada di sekitar desa ditumbuhi rumput liar dan sampah daun. Kran air juga tidak berfungsi dengan baik, sedangkan untuk puskesmas dan balai desa kondisinya cukup baik karena sering digunakan oleh warga setempat.
Gambar 19. Kondisi Fasilitas Umum yang Tidak Terawat Di Kampung Kandangsapi, terdapat beberapa penginapan yang disediakan warga untuk pengunjung. Kondisi rumah penginapan ini cukup baik dan fasilitasnya cukup memadai. Selain itu, letaknya bersebrangan dengan sawah
40
sehingga menyajikan pemandangan yang bagus. Penginapan dapat digunakan sebagai salah satu fasilitas wisata. Untuk fasilitas pertanian, terdapat petak-petak sawah, kebun sayur, ladang jagung, kandang sapi, kandang domba, kandang kambing, serta kolam ikan. Kolam ikan yang terdapat di tapak umumnya terbagi menjadi kolam pemeliharaan induk, pemeliharaan burayak, kolam pembenihan, dan kolam pembesaran. Jenis ikan yang diternakkan, diantaranya adalah nila, mas, gurame, lele, dan mujair. Kondisi utilitas pertanian seperti inlet, outlet, dan sumber air di tapak sudah cukup baik karena menurut para petani, pembagiannya ke sawah, kolam, dan rumah-rumah warga cukup lancar. Di tapak juga jarang terjadi banjir karena banyak terdapat saluran air besar yang langsung menuju sungai. Kondisi saluran irigasi dan drainase tergolong baik dan masih fungsional, tetapi kurang terawat dengan tertutupnya saluran air oleh vegetasi liar dan sampah.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 20. Fasilitas dan Utilitas di Sekitar Tapak (a) Musala (b) Posyandu (c) Jembatan (d) Puskesmas
41
Jumlah fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata di Kampung Karangsari sudah cukup memadai, tetapi kondisi beberapa WC Umum, musala, dan balai desa masih kurang terawat, beberapa musala bahkan sudah tidak diurus dan dibiarkan begitu saja. Ketersediaan tempat sampah masih tergolong kurang. Tempat sampah umum belum tersedia di jalan-jalan. Para warga banyak yang masih membuang sampah sembarangan di selokan atau saluran air. Hal ini selain tidak baik untuk kenyamanan, juga dapat menyumbat aliran air dan menimbulkan bibit penyakit. Namun, sebagian warga yang memiliki lahan pertanian menggunakan sampah rumah tangganya untuk dijadikan kompos, terutama sampah dapur. Dalam mengembangkan ruang agrowisata dengan aktivitas yang beragam, diperlukan penempatan fasilitas dan utilitas yang tepat didasarkan pada fungsi ruang tersebut dan aktivitas pengguna. Selain itu, juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan material yang digunakan. Penempatan fasilitas dan utilitas yang kurang tepat akan menyebabkan fasilitas dan utilitas tersebut menjadi tidak terpakai.
4.1.3. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Pengguna tapak umumnya merupakan penduduk setempat dan beberapa pengunjung yang datang dengan keperluan tertentu dalam jangka waktu yang bervariasi. Para petani biasanya melakukan aktivitas bertani pada pukul 07.00 pagi hingga pukul 16.00 sore. Umumnya aktivitas dimulai dengan memberi makan hewan ternak, setelah itu baru pergi ke sawah untuk melakukan kegiatan menyiangi gulma, membajak sawah, menebar benih, dan sebagainya. Beberapa petani yang memiliki kolam pergi memberi makan ikan setelah selesai menggarap sawah. Para pengguna tapak (86,67%) umumnya setuju jika Kampung Karangsari dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Warga mengharapkan dengan adanya agrowisata dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka. Selain itu, para petani juga berharap bahwa dengan adanya kawasan agrowisata pemerintah menjadi lebih memperhatikan masalah pertanian di Kampung Karangsari.
42
Para pengunjung yang datang ke tapak biasanya untuk melakukan transaksi jual beli dengan para petani. Menurut hasil wawancara dengan petani, tapak pernah dikunjungi beberapa kali oleh pelajar dan mahasiswa yang melakukan praktik lapang. Ada juga pengunjung yang datang dari kota untuk menikmati suasana perdesaan di kampung ini, biasanya pengunjung merupakan anggota keluarga penduduk setempat yang tinggal di kota. Namun, belum ada pengunjung dalam jumlah besar karena tapak belum menjadi kawasan wisata. Dalam bertani, petani tidak memiliki suatu ritual kepercayaan khusus. Menurut warga, dulu memang ada beberapa adat seperti meletakkan sangkar burung berisi telur di sawah, tetapi seiring dengan perkembangan jaman kebiasaan tersebut sudah tidak dilakukan. Tradisi yang ada sekarang adalah berupa syukuran hasil panen yang dilakukan oleh sesama petani. Petani yang menggarap lahan milik sendiri menjual hasil panennya sendiri langsung ke pasar dan biasanya sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Ada juga yang mempekerjakan orang untuk menjual atau mengirim ke kota hasil panen tersebut. Petani yang berladang di lahan garapan dan sewaan biasanya menjual hasil panen ke tengkulak atau ke pemilik lahan. Untuk membangun sebuah kawasan agrowisata terpadu, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil untuk mengenalkan pertanian terpadu kepada pengunjung. Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sindangasih, termasuk di dalamnya Kampung Karangsari, memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Setiap keluarga umumnya memiliki sawah atau ladang yang digarap. Sebagian besar sudah berpengalaman dan bersedia untuk membantu pengunjung dalam kegiatan agrowisata. Menurut hasil wawancara dengan penduduk setempat, para petani di Desa Sindangasih yang mengelola sawah umumnya sudah memiliki pengalaman bertani lebih dari 10 tahun. Hal ini disebabkan mereka sudah memulai pekerjaan bertani sejak kecil dan sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli. Terdapat tiga jenis kepemilikan lahan di Kampung Karangsari, yaitu lahan milik sendiri, lahan garapan, dan lahan sewaan. Sebagian besar lahan pertanian di tapak merupakan lahan garapan, yaitu para petani bekerja sebagai buruh tani untuk menggarap lahan milik orang lain. Pemilik lahan umumnya adalah orang
43
kota yang membeli lahan di Kampung Karangsari. Petani pada lahan garapan dan sewaan bekerja pada lahan yang lebih luas dari 1 hektar. Lahan sewaan merupakan lahan yang disewa oleh petani untuk digarap. Pemilik lahan merupakan orang kota atau warga setempat. Para petani membayar sewa lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan, yaitu dengan membagi hasil pertanian atau dengan uang sewa per tahun. Kebanyakan pemilik lahan meminta bayaran berupa berbagi hasil pertanian dengan petani. Tabel 8. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sindangasih Mata Pencaharian Pokok Petani Buruh tani Pengrajin Industri Rumah Tangga Buruh migran Pedagang keliling Bidan swasta Pensiunan PNS/TNI/POLRI PNS (Guru) Pengusaha kecil dan menengah Karyawan perusahaan swasta POLRI Pengusaha besar Total
Laki-laki
Perempuan
433 306 167 60 54 21 17 19 27 15 6 5 1130
125 225 143 164 21 20 21 16 4 14 753
Total 558 531 310 224 75 41 38 35 31 29 6 5 1883
% 29,63 28,20 16,46 11,90 3,98 2,18 2,02 1,86 1,65 1,54 0,32 0,27 100
Hanya sedikit warga Kampung Karangsari yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena pada umumnya mereka lebih memilih untuk bekerja setelah lulus sekolah (Tabel 9). Hal ini menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Untuk membangun area agrowisata diperlukan tenaga kerja yang terampil. Berdasarkan data yang ada, petani sudah cukup berpengalaman, tetapi masih perlu bimbingan mengenai pertanian terpadu dan untuk mengambil tenaga kerja selain petani masih memerlukan pelatihan. Untuk menunjang perekonomian, beberapa warga membuat industri sangkar burung di samping bertani (Gambar 21). Industri sangkar burung di Desa Sindangasih berpusat di Kampung Karangsari dan Kampung Kabandungan. Hal ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisata nonpertanian di Kampung Karangsari. Wisatawan dapat ikut membuat sangkar burung atau membelinya sebagai oleh-oleh.
44
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Tertinggi Penduduk Desa Sindangasih Tingkat Pendidikan Tertinggi Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tidak tamat SD Tamat Perguruan Tinggi Total
Jumlah Laki-laki Perempuan (orang) (orang) 412 398 320 319 124 123 20 21 13 18 889 879
Total Orang 886 639 247 41 41 1854
% 47,79 34,47 13,32 2,21 2,21 100
Gambar 21. Industri Sangkar Burung di Kampung Karangsari 4.1.4. Objek dan Atraksi Wisata Untuk merencanakan suatu kawasan wisata, tersedianya objek dan atraksi wisata yang dapat dinikmati pengunjung merupakan aspek yang penting. Suatu daerah tujuan wisata harus memiliki objek dan atraksi yang dapat dijual kepada wisatawan (Yoeti, 1997). Terdapat tiga kondisi yang harus diperhatikan, yaitu sesuatu yang dapat dilihat, sesuatu yang dapat dilakukan, dan sesuatu yang dapat dibeli. Kampung Karangsari memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan menjadi wisata pertanian terpadu, mulai dari tersedianya lanskap pertanian yang bervariasi, lanskap perdesaan, kondisi sosial masyarakat, hingga seluruh aktivitas pertanian yang ada di tapak. Objek yang dimiliki berupa sawah, ladang, kolam, dan ternak. Pemandangan alam perbukitan yang mengelilingi Kampung Karangsari mendukung potensi Kampung Karangsari sebagai kawasan wisata.
45
4.1.4.1 Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Persawahan dan Kebun Sayuran Sebagian besar lahan Kampung Karangsari digunakan sebagai areal persawahan. Sejauh mata memandang ditemukan hamparan hijau yang didominasi petakan sawah. Waktu penanaman yang tidak serentak menyebabkan suatu variasi view yang menarik, petak sawah yang baru ditanam berwarna kehijauan, sedangkan padi yang telah memasuki masa panen akan berwarna kekuningan. Aktivitas petani yang dimulai pada pagi hari hingga sore hari merupakan suatu pemandangan yang menarik. Mulai dari membajak sawah, menanam padi, memanen padi, membuat orang-orangan sawah, bersantai di saung, hingga menggiling dan mengemas padi yang telah menjadi beras. Wisatawan yang mengunjungi area ini dapat diharapkan melihat-lihat kegiatan bertani dan juga ikut serta mencoba berbagai pekerjaan petani. Petani yang menerapkan sistem pertanian terpadu biasanya adalah yang bertani dengan lahan sewaan atau lahan sendiri, petani tersebut juga memiliki kandang atau kolam. Saat mengolah tanah setelah panen, biasanya jerami dibiarkan begitu saja, atau disusun sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai mulsa dan penyubur tanah (Gambar 22). Untuk sawah dan kebun digunakan pupuk kompos yang berasal dari limbah saat panen ditambah beberapa sampah organik rumah tangga. Kotoran ternak didaur ulang untuk kolam ikan dan pupuk kompos. Beberapa petani juga menggunakan sistem mina-padi, yaitu memelihara ikan di lahan sawah. Membuat pupuk kompos dan menangkap ikan di sawah dapat dijadikan sebagai salah satu atraksi wisata.
(a)
(b)
Gambar 22. Aktivitas Penggunaan Limbah Pertanian: (a) Menggunakan Jerami untuk Menyuburkan Tanah (b) Membuat Kompos
46
Terdapat dua cara yang digunakan petani dalam mengolah jerami, yaitu dengan membakarnya terlebih dahulu kemudian abunya disebar di lahan atau dengan menimbun di pinggiran sawah hingga terdekomposisi dan siap digunakan. Cara yang pertama, yaitu dengan dibakar, berisiko menghilangkan beberapa unsur hara penting dan menyebabkan pencemaran udara yang kurang nyaman apabila tapak akan dikembangkan sebagai area agrowisata. Cara yang kedua, yaitu dengan menimbun, dapat menyebabkan tumpukan jerami sebagai sarang tikus. Di Kampung Karangsari, hama tikus merupakan masalah yang cukup merugikan petani. Menurut Sutanto (2002), salah satu solusi penggunaan jerami adalah dengan cara jerami langsung ditinggal di lahan, kemudian jerami tersebut dibenamkan dengan cara menggaru dan membalik tanah pada saat pengolahan tanah. Di beberapa petak sawah terletak saung sebagai tempat berteduh petani. Beberapa petak sawah menggunakan orang-orangan sawah untuk menangkal serangan hama burung. Petani yang menanam padi lahan sendiri akan melakukan pengeringan dan penumbukan padi di halaman atau teras rumah, sedangkan padi milik perusahaan akan diolah di gudang penyimpanan, seperti tempat pengolahan padi milik PB Sindang Asih yang ada di Kampung Pandan Jaya, di sebelah selatan Kampung Karangsari. Padi yang selesai diolah di sini biasanya langsung dikemas dalam karung dan dijual. Selain sawah, terdapat area kebun sayuran tetap ataupun yang merupakan peralihan penggunaan sementara dari sawah (Gambar 23). Berbagai varietas ditanam di area kebun sayuran, seperti terung, cabai, dan kangkung. Tanaman yang digunakan untuk mengganti padi biasanya adalah kacang dan jagung. Area perkebunan dominan terletak di sebelah timur dan utara tapak. Tapak sebelah utara menyajikan suatu view persawahan dan perkebunan yang menarik sehingga berpotensi untuk kegiatan santai sambil menikmati pemandangan. Vegetasi pertanian yang ditanam di tapak umumnya adalah tanaman palawija dan sayuran, dengan komoditi utama berupa padi sawah (Tabel 9). Komoditas lainnya adalah jagung, terung, kacang panjang, kangkung, kacang tanah, dan bawang daun. Di pinggiran sawah dan ladang biasanya para petani menanam pohon kelapa, pisang, atau singkong.
47
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 23. Kebun Sayuran di Kampung Karangsari: (a) Jagung (b) Bawang Daun (c) Kacang Panjang (d) Kemangi (e) Kacang Tanah (f) Terung Ungu Tabel 9. Jenis Vegetasi Pertanian di Kampung Karangsari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Ilmiah Oryza sativa Zea mays Allium fistulosum Capsinum annum Vigna sinensis Ocimum basilicum Arachis hypogaea Solanum melongenae Ipomoea aquatica
(a)
Nama Lokal Padi Jagung Daun bawang Cabai Kacang panjang Kemangi Kacang tanah Terung Kangkung
(b) Gambar 24. Aktivitas pascapanen: (a) Menyortir hasil panen (b) Menjemur padi
48
Aktivitas yang dapat dikembangkan kurang lebih sama dengan bertani, mulai dari mengolah tanah, menanam bibit atau benih, menyiangi gulma, menyiram dan memupuk tanaman, memetik hasil panen, memilih hasil panen, hingga pengolahan pascapanen (Gambar 24). Bentuk olahan tanaman perkebunan yang dilakukan warga adalah dijual sebagai jus segar atau keripik.
4.1.4.2. Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Peternakan Jenis satwa ternak yang ada di kampung Karangsari adalah ikan, sapi, domba, kambing, dan berbagai unggas (Gambar 25). Di tapak dapat ditemukan peternakan sapi dan domba dalam skala sedang. Sapi dan domba yang dipelihara dimaksudkan untuk dijual dan diproduksi secara berkala, tetapi dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Selain itu, juga terdapat beberapa warga yang beternak kambing, bebek, dan ayam dalam skala kecil atau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di tapak tidak terlihat peternak yang menggembala hewan ternaknya, biasanya ternak dipelihara di dalam kandang.
(a) (c) (b) Gambar 25. Hewan Ternak di Kampung Karangsari: (a) Sapi potong (b) Kambing (c) Bebek Perbedaan fisik yang mendasar antara kambing dan domba adalah bulu domba yang umumnya lebih panjang daripada bulu kambing. Selain itu, menurut para peternak, kambing lebih suka diberi pakan berupa daun, sedangkan domba lebih menyukai rumput. Kambing merupakan pemakan semak (browser), sementara domba adalah pemakan rumput (grazier). Domba kurang selektif dan memanfaatkan rumput lebih efisien daripada kambing (Sutama dan Budiarsana, 2009). Peternakan berpotensi dijadikan sebagai area agrowisata, para pengunjung atau wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas dan pengamatan. Pengamatan yang dapat dilakukan meliputi tingkah laku hewan ternak, bagian-bagian tubuh
49
atau anatomi, hingga melihat aktivitas peternak yang tidak dapat dilakukan wisatawan (seperti memberi vaksin dan membersihkan kotoran). Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan, di antaranya, memberi makan ternak, memandikan ternak, memerah susu, hingga bermain dengan hewan ternak (Gambar 26). Selain itu, dapat juga melihat proses pascapanen yang tersedia. Aspek pertanian terpadu yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi agrowisata, di antaranya, adalah pembuatan pupuk kandang dan pemberian pakan dari limbah hasil panen yang dilakukan wisatawan. Pupuk kandang dapat digunakan di lahan pertanian dan perikanan.
(a)
(b)
Gambar 26. Aktivitas di Area Peternakan: (a) Memerah Susu Sapi (b) Bermain dengan Hewan Ternak 4.1.4.3. Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Perikanan Selain sebagai penghasil padi, jagung, dan sayuran, Kampung Karangsari juga cukup banyak memproduksi ikan air tawar. Dapat terlihat beberapa kolam milik warga yang digunakan untuk produksi ikan dalam jumlah besar. Jenis ikan yang dibudidayakan cukup beragam, diantaranya adalah nila, koi, mas, lele, dan mujair. Kondisi kolam di tapak dalam jumlah yang cukup memadai dan dalam kondisi baik. Namun, kebanyakan letaknya berada di antara pematang sawah yang relatif sempit, dan berbahaya apabila ada wisatawan yang terjatuh, terutama anakanak. Penggunaan kotoran ternak untuk kolam ikan bertujuan memunculkan mikroorganisme yang menyediakan oksigen berlebih pada air sehingga ikan-ikan menjadi lebih lincah dan bernafsu makan. Hal ini menyebabkan budi daya ikan
50
menjadi lebih menguntungkan karena ikan cepat bereproduksi dan menjadi lebih cepat gemuk.
(a)
(b)
(c)
Gambar 27. Objek dan Atraksi Perikanan: (a) Kolam Ikan (b) Memberi Makan Ikan (c) Memilih Bibit Ikan Tidak banyak aktivitas peternak ikan yang dapat diamati karena pemeliharaan kolam tidak dilakukan setiap hari dan pemberian pakan ikan kebanyakan memakai alat yang dipasang di tengah kolam. Peternak ikan biasanya hanya datang untuk memantau kondisi kolam dan ikan. Walaupun demikian, sesekali dapat terlihat aktivitas peternak ikan berupa pemindahan ikan, pengisian kantung pakan, dan penambahan kotoran ternak ke kolam. Selain itu, dapat juga terlihat aktivitas memancing yang dilakukan warga sekitar. Aktivitas langsung yang dapat dilakukan wisatawan di area perikanan, di antaranya, adalah memberi makan ikan, menangkap ikan dengan tangan kosong, memindahkan ikan ke sawah, dan memancing. Aktivitas pengamatan yang dapat dilakukan, diantaranya, adalah mengamati aktivitas peternak ikan, mengenali jenis-jenis ikan, dan mengamati anatomi tubuh ikan. Dari penjelasan seluruh objek dan atraksi wisata di atas, dapat disusun Tabel
11. Untuk menciptakan suatu jalur wisata yang nyaman dan aman,
diperlukan penataan ruang dan sirkulasi yang baik. Variasi objek dan atraksi yang disediakan akan berpengaruh besar pada lamanya wisatawan tinggal, dan selanjutnya akan memperbesar pendapatan (Yoeti, 1997). Perencanaan diperlukan untuk memanfaatkan dan mengembangkan objek wisata potensial yang telah ada untuk menjadikan Kampung Karangsari sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai potensi pertanian yang dapat dikembangkan di tapak. Pembagian subruang di tapak berdasarkan potensi komoditi yang tersedia. Selanjutnya, untuk mendukung
51
kegiatan agrowisata pada setiap subruang ini akan dikembangkan fasilitas dan aktivitas yang memungkinkan. Sajian agrowisata yang diberikan kepada wisatawan tidak sebatas pemandangan yang panoramik dan kenyamanan alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi yang khas digunakan di lahan pertanian. Wisatawan dapat mengikuti aktivitas dan kegiatan tertentu, menikmati ketersediaan produk segar pertanian, nilai arsitektur, budaya pertanian yang khas, dan melakukan kombinasi dari berbagai aspek tersebut (Nurisjah, 2001). Aktivitas pertanian termasuk di dalamnya penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan hasil panen. Untuk menciptakan suatu rute kunjungan yang nyaman dan menyenangkan, perlu diperhatikan penataan lanskap dan jalur sirkulasi. Tabel 11. Potensi Objek dan Atraksi Wisata Pertanian Kampung Karangsari Ruang Atraksi Utama 1. Pertanian a. Sawah
b. Kebun Sayuran
2. Peternakan
3. Perikanan
Komoditi
Padi
Berbagai tanaman sayuran Sapi, domba, kambing
Ikan air tawar
Sesuatu untuk Dilakukan Pengamatan, ikut berpartisipasi, bersantai Pengamatan, ikut berpartisipasi Pengamatan, ikut berpartisipasi Pengamatan, ikut berpartisipasi
Objek/ Aktivitas Wisata Sesuatu untuk Sesuatu untuk Dilihat Dibeli Hamparan sawah yang luas, aktivitas bertani
Beras yang sudah dikemas
Lanskap perkebunan yang tertata rapi Aktivitas peternakan, tingkah laku hewan Aktivitas peternakan, tingkah laku hewan
Sayuran segar dan olahan Produk peternakan segar dan olahan Hasil perikanan segar dan olahan
4.2. Sintesis Berdasarkan hasil analisis dari berbagai
aspek seperti biofisik,
aksesibilitas, infrastruktur wisata, potensi objek dan atraksi agrowisata, serta sosial ekonomi dan budaya, dapat diperoleh potensi serta kendala dari masingmasing aspek. Hasil analisis yang dilakukan di tapak diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala untuk menyusun suatu pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi dalam perencanaan tapak (Tabel 13).
52
Beerdasarkan hasil h analissis, tapak dapat d dibagii menjadi ddua ruang, yaitu ruang utam ma agrowissata dan ruuang penduk kung agrow wisata (Gam mbar 28). Ruang R utama agrrowisata merupakan m rruang yang memanfaaatkan dan m mengemban ngkan potensi laahan yang dominan ddi tapak seebagai objeek utama w wisata pertaanian. Intensitas penggunaaan ruang inii cukup tin nggi oleh peengunjung yyang melak kukan aktivitas wisata. w Ruan ng ini terdirri dari lahan n pertanian, kebun sayuuran, petern nakan, dan perikaanan.
Gambar 288. Diagram Pembagian n Ruang Ruuang pendu ukung agrrowisata merupakan m ruang deengan inten nsitas penggunaaan wisatawaan sedang. R Ruang ini bertujuan b meemberikan kkelengkapaan dan kemudahaan selama melakukaan aktivitass wisata serta mend ndukung ko onsep agrowisataa. Ruang in ni akan dibbagi menjadi ruang pendukung ppusat dan ruang r pendukungg satelit. Ru uang pendukkung pusat akan diletak kkan di baggian depan tapak, t sedangkann ruang pen ndukung saatelit akan diletakkan d di antara ru ruang agrow wisata utama. Ruuang ini akaan dibagi m menjadi subru uang peneriimaan, subrruang pelay yanan, dan subruuang masyaarakat. Akttivitas wisaata pertanian di Kamppung Karan ngsari akan dikem mbangkan berdasarkan b n potensi yaang ada (Tab bel 12). Haasil sintesiss kawasan wisata perttanian terpadu pada llokasi peneelitian setelah melalui m tahaap analisis menghasillkan peta blok penggembangan pada Gambar 29. 2 Dapat dilihat d bahw wa pengemb bangan areaa utama agrrowisata terrletak pada bagiian tengah dan utaraa tapak. Hal H ini berd dasarkan ppersebaran lahan pertanian yang ada seerta potensii view dan akses a saat ini. Ruang di sebelah timur didominassi oleh peermukiman sehingga akan dijad dikan sebag agai blok ruang r masyarakaat yang dalam pengem mbangan ag growisata tid dak akan teerlalu signiffikan. Area terdeekat dengan n kawasan aagrowisata utama u yang akan dimannfaatkan seebagai area penddukung. Ak kses masuk utama ke kawasan agrowisata aadalah darii arah selatan yaang berbatassan dengan Jalan Kyai Haji Saleh karena jalaan ini merup pakan jalan utam ma yang dilaalui kendaraaan dari berb bagai arah.
55
Tabel 12. Pengembangan Potensi Aktivitas No 1
Tujuan Mengenal berbagai jenis varietas padi, mengamati dan mempelajari proses pertanian
Sub Ruang
2
Ruang Agrowisata Kebun Sayuran
Mengenal keragaman tanaman sayuran, mengamati dan mempelajari proses pertanian tanaman perkebunan
a. Kebun sayuran b. Ruang budi daya c. Ruang pascapanen dan pengolahan produk
a. Pengamatan terhadap berbagai jenis tanaman dan hama sayuran b. Ikut serta dalam proses pertanian dari pengolahan tanah hingga panen, serta pengolahan produk c. Jalan santai menikmati panorama alam dan perdesaan, istirahat, berfoto, mencoba hasil olahan
3
Ruang Teknologi Pertanian
Mengenal alat-alat dan teknik teknologi pertanian
a. Ruang display b. Ruang produksi
a. Pengamatan terhadap berbagai jenis alat-alat, produk, serta kemajuan teknologi pertanian b. Memperhatikan dan ikut serta dalam proses pembuatan pembuatan pupuk kandang, pupuk kompos, dan mulsa. c. Membeli produk pupuk yang sudah dikemas
a. Sawah b. Ruang budi daya c. Ruang pascapanen dan pengolahan produk
Aktivitas a. Pengamatan terhadap keragaman jenis varietas padi, hama pertanian, dan alat-alat pertanian b. Ikut serta dalam proses pertanian dari pengolahan tanah hingga panen, pembuatan bahan, serta pengolahan produk c. Jalan santai menikmati panorama alam dan perdesaan, berfoto, istirahat di saung
53
Ruang Aktivitas Ruang Agrowisata Persawahan
56
4
Ruang Agrowisata Peternakan
Mengenal jenis hewan ternak, mengamati dan mempelajari proses dan aktivitas peternakan
a. Padang penggembalaan b. Ruang budi daya (kandang ternak) c. Ruang penyambutan
a. Pengamatan terhadap jenis hewan ternak b. Mencoba melakukan proses beternak (memerah susu, memberi makan, memandikan hewan ternak) c. Mempelajari pola dan cara budi daya hewan ternak d. Bermain dengan hewan ternak, berfoto, istirahat, mencoba hasil olahan (susu)
5
Ruang Agrowisata Perikanan
Mengenal dan mengidentifikasi berbagai jenis ikan air tawar dan mempelajari proses dan aktivitas peternakan
a. Kolam ikan b. Ruang budi daya c. Ruang penyambutan
a. Pengamatan terhadap perbedaan jenis dan pakan ikan b. Memberi makan ikan, menangkap ikan dengan tangan kosong, memancing c. Mempelajari pola dan cara budi daya ikan air tawar d. Jalan-jalan, istirahat, berfoto
54
57
Tabel 13. Analisis dan Sintesis Hasil Analisis
Data 1. Letak, Luas, dan Aksesibilitas
a. b. c. d.
Potensi Tapak cukup luas dengan hasil pertanian yang beragam Letak dekat dengan pusat kota yang memiliki terminal Banyak angkutan umum yang melintasi tapak Jalan utama sudah diaspal dan dalam kondisi baik, dilakukan perbaikan secara berkala
a. b. c. d.
e.
2. Tata Guna Lahan
a. Tapak didominasi lahan budi daya b. Pemukiman penduduk dekat dengan area budi daya
Permasalahan Lebar jalan termasuk jalan utama termasuk kurang lebar Belum tersedia pedestrian Jalan raya berbatasan langsung dengan parit atau sawah Belum terdapat penanda yang membuat pengunjung mengenali tapak serta belum terdapat batas tapak yang jelas Kurangnya penerangan di malam hari
a. Lahan baru digunakan untuk kegiatan produksi pertanian belum untuk kegiatan wisata b. Pola lahan pertanian masih tersebar belum teratur
Sintesis a. Membangun gerbang atau penanda sebagai penciri tapak dan informasi dengan membuat rambu jalan, penunjuk jalan, dan papan informasi b. Pengembangan potensi sumberdaya menjadi objek dan prasarana agrowisata c. Melakukan pelebaran jalan pada jalan yang masih sempit d. Membangun pedestrian jalan dan lampu jalan pada titik tertentu
55
a. Mengoptimalkan tata guna lahan menjadi ruang objek agrowisata sesuai dengan fungsi, kebutuhan, dan ketersediaan lahan b. Lahan budi daya sebagai ruang agrowisata utama c. Pengembangan objek dan atraksi wisata berbasis kehidupan sosial masyarakat setempat
58
a. Latosol merupakan tanah yang baik untuk pertanian karena produktivitas baik b. Area relatif datar, kemiringan sekitar 0-3%, kemungkinan erosi cukup kecil dan cocok untuk perikanan
a.
Tanah latosol memiliki KTK rendah
a. Penambahan bahan organik dan mulsa untuk memperbaiki KTK tanah b. Pemanfaatan area yang lebih tinggi untuk menciptakan view
4. Hidrologi
a. Sumber air cukup memadai dan sudah didistribusikan dengan baik, tidak terdapat banjir atau genangan air b. Penggunaan air untuk sawah dan kebutuhan sehari-hari sudah terpisah, beberapa warga menggunakan jet pump c. Kualitas air cukup baik
a. Terdapat beberapa saluran air yang tersumbat sampah dan tidak terawat, tertutup tanaman liar, belum terbangun dan masih berdiding tanah. Hal ini berisiko erosi dinding saluran dan mengakibatkan pendangkalan b. Beberapa warga terlihat MCK di pinggir saluran air yang digunakan untuk mengairi sawah
a. Pembangunan saluran air permanen dan perbaikan saluran yang tersumbat b. Bekerja sama dengan pemda setempat menghimbau warga untuk tidak buang sampah sembarangan ke saluran air c. Membongkar MCK liar serta membangun WC Umum
5. Mikroklimat
a. Suhu sesuai untuk pertumbuhan tanaman tropis dan pekembangan ternak, terutama sapi b. Curah hujan cukup memadai untuk pertanian c. Iklim pada tapak tergolong nyaman untuk manusia beraktivitas (THI <27)
a. Curah hujan pada bulan tertentu cukup rendah untuk bertani b. Penyinaran tinggi mempengaruhi suhu pada area terbuka seperti hamparan sawah dan kolam menjadi tinggi c. Kelembaban cukup tinggi
a. THI menciptakan suasana yang nyaman di tapak b. Penggunaan tanaman yang dapat mengurangi intensitas sinar matahari dan kelembaban serta membuat shelter atau tempat berteduh yang melindungi dari panas dan hujan
56
3. Tanah dan Kemiringan
59
d. Curah hujan tinggi pada musim hujan kurang nyaman bagi pengunjung dan dapat menyebabkan aliran permukaan serta merusak jalan
c. Membuat fasilitas berupa shelter/ tempat berteduh di titik tertentu d. Menggunakan material yang aman dan nyaman e. Mengoptimalkan penggunaan drainase dan material yang kuat
a. Tapak dikelilingi oleh lanskap perbukitan dengan berbagai aktivitas petani b. Terdapat beberapa titik pandang yang memungkinkan melihat tapak secara luas dan menuju good view c. Satwa liar seperti capung, burung, kupu-kupu terlihat banyak berkeliaran di sekitar tapak
a. Area pemukiman banyak yang tidak tertata rapi dan terkesan kumuh b. Terdapat vandalisme pada beberapa fasilitas dan utilitas umum c. Di beberapa titik terdapat sampah yang berserakan dan dibiarkan begitu saja
a. Memanfaatkan good view secara optimal dengan pengembangan ruang b. Menambah soft element pada beberapa pekarangan warga sehingga terlihat lebih alami c. Memperbaiki fasilitas dan sarana sehingga lebih enak dipandang d. Menyediakan tempat sampah setiap jarak tertentu e. Menyediakan tempat untuk menikmati good view
7. Fasiliatas dan Utilitas Umum
a. Terdapat beberapa fasilitas umum yang dapat digunakan untuk fasilitas wisata b. Kondisi jalan sudah cukup baik c. Fasilitas dan utilitas pertanian dalam kondisi baik
a. Fasilitas yang sudah tersedia banyak yang tidak terurus b. Belum tersedia fasilitas pengolahan air kotor / limbah c. Pada malam hari jalan tampak gelap karena kurang penerangan, terutama jalan yang berbatasan dengan sawah d. Tingkat keamanan jalan bagi
a. Memanfaatkan fasilitas wisata yang sudah ada dan memperbaiki kondisinya sehingga layak digunakan b. Menyediakan fasilitas wisata dan diletakkan sesuai kebutuhan ruang yang akan dikembangkan c. Membangun pedestrian jalan
57
6. Potensi Visual
60
8. Aspek sosial, Ekonomi, dan Budaya
a. Terdapat industri sangkar burung yang yang menjadi ciri khas Kampung Karangsari b. Petani yang bekerja di sawah kebanyakan sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun
pejalan kaki masih sangat rendah
yang aman d. Menambah penerangan jalan pada titik tertentu e. Menyediakan tempat sampat pada titik tertentu dan tempat pembuangan sampah sementara
a. Tidak terdapat suatu budaya atau ritual khusus dalam bertani
a. Merekrut tenaga kerja dari Kampung Karangsari b. Memanfaatkan industri sangkar burung sebagai objek wisata non pertanian
58
61
y
59
4.3. Konsep Perencanaan Lanskap Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah mengangkat aktivitas pertanian terpadu di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan untuk dikembangkan pada perencanaan kawasan wisata pertanian terpadu. Perencanaan diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan ruang masyarakat untuk wisata dan budi daya, serta menonjolkan karakter lanskap tapak.
4.3.1. Pengembangan Konsep Konsep yang akan dikembangkan adalah berupa konsep tata ruang, sirkulasi wisata, aktivitas dan fasilitas wisata yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk blok plan konsep (Gambar 32).
4.3.1.1. Konsep Ruang Ruang di tapak akan dibagi menjadi dua, yaitu ruang utama agrowisata dan ruang pendukung agrowisata. Ruang utama agrowisata akan dibagi berdasarkan objek dan atraksi yang tersedia. Ruang ini merupakan tempat berlangsungnya aktivitas agrowisata yang memanfaatkan sumber daya dan lanskap pertanian dan perdesaan di tapak sebagai objek yang dapat dinikmati, serta atraksi untuk wisatawan turut serta dalam aktivitas pertanian. Ruang pendukung
agrowisata
bertujuan
memberikan
pelayanan
kelengkapan,
kemudahan, dan kenyamanan pengunjung selama melakukan aktivitas wisata serta mendukung konsep agrowisata yang diterapkan. Ruang utama agrowisata akan dibagi menjadi lima subruang, yaitu ruang agrowisata sawah, ruang agrowisata kebun sayuran, ruang agrowisata perikanan, ruang agrowisata peternakan, dan ruang agrowisata teknologi pertanian. Masingmasing ruang ini akan memiliki subruang berupa ruang display, pelayanan, dan pascapanen. Ruang pendukung akan dibagi menjadi subruang penerimaan, subruang transisi, subruang pelayanan, dan subruang masyarakat. Subruang masyarakat merupakan ruang untuk kehidupan masyarakat yang ada di tapak, kehidupan masyarakat dapat dikembangkan sebagai salah satu objek wisata dan menyediakan fasilitas pendukung agrowisata. Subruang penerimaan merupakan ruang yang pertama kali akan dijumpai pengunjung. Ruang ini berfungsi sebagai
61
area penyambutan dan jalan masuk dan keluar utama kawasan agrowisata sekaligus sebagai ciri atau identitas pengenal kawasan wisata pertanian terpadu Kampung Karangsari. Subruang transisi adalah ruang pengantar untuk wisatawan sebelum memasuki ruang wisata utama. Di ruang ini akan berlangsung aktivitas produksi bagi pemilik lahan dan pengelola sehingga kepada wisatawan akan ditunjukkan pemandangan aktivitas pertanian. Ruang pelayanan berfungsi sebagai ruang yang bertujuan memberikan pelayanan kemudahan dan kenyamanan untuk wisatawan dalam melakukan aktivitas agrowisata, baik berupa fasilitas maupun jasa. Ruang ini akan diletakkan setelah ruang penerimaan sebagai ruang pelayanan utama, sedangkan ruang pelayanan penunjang akan diletakkan di antara beberapa subruang wisata sebagai rest area (tempat beristirahat). Diagram pembagian ruang ditunjukkan pada gambar 30.
Gambar 30. Diagram Pembagian Konsep Ruang 4.3.1.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas wisata yang akan diterapkan dibagi berdasarkan partisipasi wisatawan dalam kegiatan pertanian, yaitu menjadi aktivitas aktif dan aktivitas pasif (Gambar 31). Aktivitas aktif adalah aktivitas yang melibatkan wisatawan ke dalam aktivitas pertanian secara langsung. Wisatawan secara aktif turut serta dalam mengikuti proses bertani, mulai dari persiapan lahan hingga pemanenan. Pendidikan pertanian yang diperoleh berasal dari proses pengalaman langsung wisatawan melalui pemahaman dan penyampaian nilai pendidikan wisata. Aktivitas pasif merupakan aktivitas agrowisata yang lebih berfungsi rekreasi dan dikembangkan tanpa melibatkan partisipasi langsung wisatawan ke dalam proses
62
dan aktivitas bertani. Nilai pendidikan yang diperoleh merupakan hasil pemahaman dan pengamatan yang dilakukan sendiri oleh wisatawan.
Gambar 31. Diagram Pembagian Konsep Aktivitas Fasilitas akan dikembangkan sebagai penunjang aktivitas wisata berdasarkan fungsi ruang wisata serta aktivitas yang akan dikembangkan di dalam tapak. Fasilitas akan dibuat dengan bentuk, peletakan, pemeliharaan, dan nilai estetik yang sesuai dengan konsep agrowisata dan karakter tapak. Tujuan dari penyediaan fasilitas ini adalah untuk memberikan kemudahan, kelengkapan, serta kenyamanan untuk pengguna tapak dalam melakukan aktivitas agrowisata.
4.3.1.3. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi wisata pada tapak akan dibuat sebagai jalur singkat yang dapat mencapai seluruh kawasan agrowisata. Jalur sirkulasi berperan penting dalam menghubungkan antaruang pada tapak dan memudahkan akses pengunjung mencapai fasilitas wisata. Jalur sirkulasi akan dibagi menjadi jalur agrowisata dan jalur masyarakat. Jalur agrowisata merupakan jalur yang digunakan oleh wisatawan dan pengelola kawasan agrowisata, sedangkan jalur masyarakat adalah jalur yang disediakan untuk masyarakat untuk mengakses tapak dalam kegiatan sehari-hari. Dalam penggunaannya akan terjadi beberapa interaksi dengan pengunjung dan pengelola. Jalur agrowisata dibagi menjadi jalur primer dan jalur sekunder. Jalur primer merupakan jalan yang dapat dilalui pejalan kaki dan kendaraan kecil seperti sepeda, sepeda motor, dan kereta mini. Jalur sekunder merupakan jalur yang dapat dilalui pengguna kendaraan bermotor beroda empat seperti mobil dan pick-up. Jalur agrowisata primer yang menghubungkan antarsubruang agrowisata utama akan diutamakan untuk penggunaan oleh pengunjung atau wisatawan, sedangkan jalur sekunder disediakan untuk kemudahan dalam mengelola kawasan agrowisata, seperti mengantar bahan-bahan atau hasil pertanian.
63 63
64
4.4. Perencanaan Lanskap Agrowisata Dari blok pengembangan konsep yang telah disusun, dapat dikembangkan suatu rencana ruang, pengembangan terhadap aktivitas dan fasilitas serta pembentukan jalur sirkulasi agrowisata sehingga menghasilkan suatu rencana lanskap (landscape plan) dan rencana tur (touring plan).
4.4.1. Rencana Ruang dan Aktivitas 4.4.1.1. Ruang Utama Agrowisata Ruang ini merupakan ruang yang menyajikan objek dan atraksi utama dari kawasan agrowisata, terbagi atas jenis aktivitas budi daya pertanian di lahan, yaitu menjadi ruang agrowisata sawah, ruang agrowisata kebun sayuran, ruang agrowisata peternakan, ruang agrowisata perikanan, dan ruang teknologi pertanian.
Ruang Agrowisata Sawah Ruang agrowisata sawah merupakan ruang yang disediakan untuk petani melakukan budi daya padi sawah dan wisatawan dapat mengenal keragaman jenis varietas palawija (terutama padi) serta mengetahui teknik budi daya hingga pemeliharaannya. Subruang yang akan dikembangkan adalah subruang sawah, subruang budi daya, dan subruang pascapanen. Subruang sawah merupakan area display yang berfungsi untuk para petani melakukan aktivitas budi daya yang sekaligus sebagai obyek dan atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung untuk mengamati proses budi daya. Aktivitas yang akan dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan jenis-jenis tanaman palawija, pengenalan alat-alat pertanian, pengamatan jenis-jenis hama pertanian, berjalan santai, dan berfoto. Subruang budi daya merupakan ruang yang disediakan untuk pengunjung untuk dapat terlibat secara langsung dalam melakukan proses budi daya, mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan. Wisatawan dapat melakukan kegiatan seperti membajak sawah, menanam padi, memberi pupuk, menyiangi gulma, hingga memanen padi. Pada subruang pascapanen pengunjung dapat mengamati dan ikut
65
serta dalam proses pascapanen, seperti menjemur padi, menggiling padi hingga menjadi beras, dan mengemas beras hingga siap dijual. Untuk menunjang seluruh kegiatan agrowisata tersebut akan disediakan fasilitas berupa lahan sawah sebagai tempat berlangsungnya proses bertani, rumah penggilingan padi untuk pengolahan pascapanen, musium palawija, gudang peralatan untuk menyimpan alat-alat dan bahan bertani, papan informasi sebagai petunjuk untuk pengunjung, tempat duduk, tempat sampah, saung atau shelter, dan jalan setapak.
Gambar 33. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Sawah Ruang Agrowisata Kebun Sayuran Ruang agrowisata perkebunan merupakan ruang atraksi agrowisata dengan komoditas tanaman sayuran, di ruang ini wisatawan akan mempelajari teknik budi daya sayuran. Subruang yang akan dikembangkan adalah subruang kebun sayuran, subruang budi daya, dan subruang pascapanen. Subruang kebun sayuran merupakan sebuah ruang display yang dapat dinikmati wisatawan sebagai pengamatan komoditas dan aktivitas berkebun. Aktivitas di ruang ini merupakan aktivitas pasif berupa pengamatan jenis sayuran, mengenal alat-alat perkebunan, pengamatan aktivitas petani, dan berjalan-jalan santai. Subruang budi daya merupakan ruang untuk wisatawan terlibat secara langsung melakukan proses budi daya, mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan, seperti menyiapkan media tanam, menanam bibit, memupuk tanaman, menyiangi gulma, dan memanen tanaman. Di subruang pascapanen wisatawan dapat mengikuti proses seperti penyortiran hasil panen, pengemasan produk segar, pengolahan hasil panen, serta pengemasan produk hasil olahan. Selain itu, pengunjung juga dapat mencicipi langsung hasil produk
66
olahan tersebut. Fasilitas yang akan disediakan di ruang ini, di antaranya, lahan kebun sayuran, gudang peralatan untuk menyimpan alat-alat dan bahan berkebun, ruang pengepakan, papan informasi sebagai petunjuk untuk pengunjung, tempat duduk, saung atau shelter, tempat sampah, dan jalan setapak.
Gambar 34. Ilustrasi Packing House (Rumah Pengepakan) Ruang Agrowisata Kebun Ruang Teknologi Pertanian Ruang ini merupakan ruang yang disediakan untuk pembuatan bahanbahan yang dibutuhkan dalam proses pertanian, seperti pupuk kandang, pupuk kompos, laboratorium teknologi pertanian, rumah kaca, pembibitan (nursery), hingga pembuatan pakan ternak. Pembuatan kompos dan mulsa merupakan salah satu bentuk daur ulang dari limbah pertanian. Pengunjung dapat mengamati atau ikut serta dalam proses pembuatan bahan-bahan tersebut. Subruang yang akan dikembangkan adalah subruang display dan subruang produksi. Pada subruang display, akan disajikan contoh produk yang sudah jadi dan dikemas. Pada ruang ini aktivitas bersifat pasif, seperti pengamatan, istirahat, dan berfoto. Subruang produksi merupakan ruang tempat terjadinya pengolahan produk, mulai dari bentuk bahan mentah hingga pengemasan. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung diantaranya membuat pupuk kompos dari limbah kebun, membuat pupuk kandang dari limbah peternakan, budi daya perbanyakan tanaman, membuat alat untuk memberi makan ikan, dan membuat konsentrat untuk pakan. Untuk mendukung aktivitas pada ruang ini akan disediakan fasilitas berupa papan informasi, ruang display berupa laboratorium, rumah kaca, rumah kompos, nursery, lahan teknik dan budi daya, tempat duduk, dan tempat sampah.
67
Gambar 35. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Teknologi Pertanian Ruang Agrowisata Perikanan Pada ruang ini, wisata yang akan dikembangkan adalah agrowisata ikan air tawar. Ruang akan dibagi menjadi subruang akuarium air tawar, subruang budi daya, dan subruang pascapanen. Subruang akuarium air tawar merupakan ruang untuk peternak melakukan aktivitas budi daya sehingga wisatawan dapat melakukan pengamatan terhadap segala proses budi daya ikan serta mengamati jenis-jenis ikan. Wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas pasif diantaranya mengenal jenis-jenis ikan, mengenal peralatan beternak ikan, memancing, menangkap ikan, berjalan-jalan santai, dan beristirahat. Subruang budi daya adalah ruang yang disediakan untuk pegunjung secara langsung terlibat melakukan aktivitas beternak ikan, seperti persiapan kolam, pemupukan kolam, memilih induk, pemijahan, penetasan telur, pendederan, memberi makan ikan, dan pemanenan hasil. Sedangkan subruang pascapanen pengunjung dapat mengikuti proses penyortiran dan pengemasan hasil panen. Untuk menunjang seluruh aktivitas agrowisata tersebut disediakan fasilitas berupa musium air tawar, kolam budi daya, kolam pemancingan, saung pemancingan, gudang peralatan, papan informasi, tempat duduk, tempat sampah, kios makanan kecil, dan saung.
Gambar 36. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Perikanan
68
Ruang Agrowisata Peternakan Ruang ini merupakan ruang atraksi agrowisata dengan daya tarik perternakan sebagai sumber daya utama yang dikembangkan. Pada ruang agrowisata peternakan subruang yang akan dikembangkan adalah subruang padang penggembalaan, subruang kandang ternak, dan subruang pengolahan. Subruang padang penggembalaan merupakan tempat hewan ternak dilepas pada halaman rumput berpagar. Kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan di ruang ini adalah aktivitas pasif diantaranya dapat mengamati tingkah laku hewan ternak, mengamati perbedaan jenis hewan ternak, memandikan ternak, dan berfoto. Subruang budi daya merupakan kandang ternak yang bertujuan untuk kegiatan atau proses beternak. Di ruang ini, pengunjung dapat melakukan kegiatan memberi makan hewan ternak, memerah susu, dan mengetahui teknik peternakan yang dilakukan petani.
Hasil peternakan yang berupa susu kemudian akan
disimpan di subruang pengolahan. Wisatawan dapat mengetahui proses pengemasan susu sehingga siap dijual, serta mencicipi hasil produk yang sudah diolah. Di ruang agrowisata peternakan akan diletakkan fasilitas berupa padang penggembalaan, kandang ternak, gudang peralatan, rumah pengolahan susu dan wol, papan informasi, tempat duduk, dan tempat sampah.
Gambar 37. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Agrowisata Peternakan 4.4.1.2. Ruang Pendukung Agrowisata Ruang pendukung agrowisata dibagi menjadi ruang penerimaan, ruang transisi, ruang pelayanan, dan ruang masyarakat. Ruang ini berfungsi memberi kemudahan dan kenyamanan untuk wisatawan selama di kawasan agrowisata.
69
Ruang Penerimaan Ruang ini merupakan ruang akses utama keluar-masuk tapak yang pertama kali akan dijumpai wisatawan saat memasuki kawasan agrowisata terpadu. Selain itu juga berfungsi sebagai penunjuk identitas tapak sebagai kawasan agrowisata. Ruang penerimaan akan diletakkan dekat dengan jalan utama untuk kemudahan akses, selain itu juga pada setiap subruang wisata sebagai area penyambutan. Area penyambutan bertujuan untuk menunjukkan bahwa wisawatan telah memasuki subruang agrowisata tertentu. Aktivitas yang ada di area ini dalah aktivits pasif seperti mengamati dan mengakses informasi sehingga pengunjung mendapatkan identitas dan kesan tapak.
Gambar 38. Ilustrasi Ruang Penerimaan Utama Fasilitas yang disediakan dia area ini diantaranya gerbang masuk, papan dan sign penanda kawasan agrowisata Kampung Karangsari, dan pos keamanan yang diletakkan di area gerbang masuk. Untuk area penyambutan di setiap subruang wisata akan diletakkan papan atau sign yang menunjukkan identitas subruang. Fasilitas lain yang disediakan berupa penunjuk arah dan papan informasi.
Ruang Pelayanan Ruang pelayanan utama akan diletakkan setelah ruang penerimaan. Ruang ini berfungsi memberikan kemudahan untuk pengunjung selama berada di kawasan wisata pertanian terpadu, berupa fasilitas dan jasa. Untuk calon pengunjung yang ingin mengetahui tentang produk dan fasilitas yang ditawarkan di tapak juga mendapatkan informasi dari area ini. Sebelum memasuki area agrowisata, pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk dan memilih paket
70
agrowisata yang ditawarkan. Sebelum memilih pengunjung akan diberikan brosur dan penjelasan oleh pihak informasi. Setelah itu wisatawan sebelum memulai kegiatan agrowisata dapat bersiap-siap dan berkumpul di area ini, dan juga sebagai tempat melepas lelah setelah berwisata. Aktivitas yang dapat dilakukan diantaranya memperoleh informasi, membeli karcis dan memilih paket wisata, bersiap-siap, beristirahat, makan dan minum hasil olahan produk pertanian, berbelanja, dan memarkir kendaraan. Ruang pelayanan satelit diletakkan di antara subruang wisata untuk kemudahan wisatawan saat di tengah perjalanan wisata. Fasilitas yang disediakan diantaranya kantor pelayanan dan informasi, ticket box, area parkir, toilet umum, musholla, kios oleh-oleh, saung, kedai makanan, telepon umum, saung, tempat duduk, dan tempat sampah.
Ruang Transisi Ruang transisi berfungsi sebagai ruang peralihan yang mengarahkan dan mengenalkan wisatawan ke ruang agrowisata utama yang dituju. Ruang ini berupa hamparan lanskap pertanian yang luas di tapak dan dikelilingi oleh lanskap perbukitan, sehingga wisatawan dapat merasakan suasana pertanian. Selain itu, ruang ini juga memiliki fungsi produksi bagi pengelola. Aktivitas yang dilakukan wisatawan di area ini adalah aktivitas pasif berjalan menikmati pemandangan pertanian dan berfoto. Fasilitas yang disediakan adalah berupa jalan setapak dan tempat duduk dengan pemandangan lahan pertanian yang menarik.
Ruang Masyarakat Kehidupan masyarakat perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik non pertanian yang ada di tapak. Ruang ini juga dapat berfungsi sebagai ruang yang dapat memberikan pengalaman dan suasana perdesaan bagi wisatawan yang ingin berlibur dari kesibukan kota. Dalam pengembangannya sebagai ruang pendukung agrowisata, ruang masyarakat tetap diperhatikan sebagai ruang pribadi masyarakat sehingga dalam pengembangannya tidak terlalu signifikan. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan diantaranya melihat-lihat, berinteraksi langsung,
71
mengunjuungi pabrik k sangkar burung, dan d melaku ukan homeestay di rumah penduduk ataupun meenyewa kam mar penginaapan yang disediakan. d
(a)
(b)
(c) Gambar 39. Ilustrasii Fasilitas R Ruang Pelay yanan (a) Kedai K Makannan (b) Park kir Motor (c)) Halte Ang gkutan Umu um
Tabel 14. Perencanaan Ruang dan Akivitas Ruang Agrowisata 1. Ruang Utama a. Sawah
Subruang
- display
- budi daya - pascapanen
Aktivitas
Pasif : mengamati proses budi daya dan jenis-jenis palawija serta hama pertanian, membuat caping, membuat orang-orangan sawah, jalan santai, berfoto Aktif : membajak sawah, menanam padi, memanen padi Aktif : menjemur padi, menggiling, mengemas beras
b. Perkebunan - display - budi daya - pascapanen
Pasif : mengamati jenis-jenis sayuran dan proses budi daya, jalan santai, istirahat, berfoto Aktif : menyiapkan media tanam, menanam bibit, memupuk, memanen Aktif : menyortir hasil panen, mengemas, mengolah hasil panen, mencicipi hasil olahan
c. Peternakan - padang penggembala - kandang - pengolahan
Pasif : mengamati tingkah laku dan jenis hewan, memandikan hewan ternak, duduk-duduk, berfoto Aktif : memberi makan, memerah susu Pasif : mengamati teknik beternak Aktif : penyortiran dan pengemasan hasil peternakan, mencicipi susu yang sudah diolah
d. Perikanan Pasif : mengenal jenis-jenis ikan dan alat-alat
Sawah, museum palawija, rumah penggilingan padi, gudang peralatan, papan informasi, tempat duduk, tempat sampah, saung
Lahan kebun sayuran, gudang peralatan, packing house, papan informasi, saung, tempat duduk, tempat sampah
Padang gembala, kandang ternak, gudang peralatan, rumah pengolahan, papan informasi, tempat duduk, tempat sampah
Museum air tawar, kolam pemancingan, saung pemancingan, gudang peralatan, papan
72
- Akuarium air tawar
Fasilitas
73
- budi daya
- pascapanen
perikanan, memancing, menangkap ikan dengan tangan, berjalan santai, beristirahat Aktif : persiapan kolam, memilih induk, pemijahan, menetaskan telur ikan, memberi makan ikan, pemanenan hasil Aktif : penyortiran dan pengemasan hasil panen
e. Teknologi Pertanian - display - produksi
2. Ruang Pendukung a. Penerimaan
Pasif : mengamati jenis-jenis bahan pertanian dan kemajuan teknologi pertanian, beristirahat, berfoto Aktif : membuat kompos, pupuk kandang, budidaya perbanyakan tanaman, membuat mulsa
informasi, tempat duduk, tempat sampah, kios makanan kecil, saung
Laboratorium, nursery, papan informasi, ruang display, rumah kaca, rumah kompos, tempat duduk, tempat sampah
Pasif : akses keluar dan masuk utama tapak, mendapat informasi, memarkir kendaraan
Penanda kawasan agrowisata, pos keamanan, lahan parkir
b. Pelayanan
Pasif : membeli tiket dan memilih paket tur, istirahat, makan dan minum, mencoba hasil panen olahan, berbelanja
Kantor pelayanan dan informasi, toilet umum, kios oleh-oleh, saung, rumah makan, telepon umum, tempat duduk
c. Transisi
Pasif : menikmati pemandangan alam pertanian dan perdesaan
Hamparan lanskap pertanian, gazebo atau saung
Pasif : mengenal kehidupan sosial masyarakat setempat, homestay, menikmati suasana perdesaan
Rumah penginapan, jalan setapak, pabrik sangkar burung
d.
Masyarakat
73
74
Alokasi ruang terluas adalah pada ruang agrowisata utama sebanyak 55% dan ruang pendukung agrowisata sebanyak 28,25% (tabel 15). Untuk lebih jelasnya rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas disajikan dalam bentuk tabel 14. Tabel 15. Alokasi Ruang Wisata No 1
Persentase (%) 15 14 8,5 9 8,5 55
Luas (m2) 7155 6678 4056 4293 4052 26234
Total
1 2,25 10 15 28,25
477 1073 4767 7157 13474
Badan Jalan
16,75
7992
100
47700
Ruang Agrowisata Utama
a. b. c. d. e.
Subruang Persawahan Perkebunan Perikanan Peternakan Teknologi Pertanian
a. b. c. d.
Penerimaan Pelayanan Transisi Masyarakat
Total 2
3
Pendukung
Total Keseluruhan
4.4.2. Rencana Jalur Agrowisata Berdasarkan fungsinya, jalur yang direncanakan dibagi menjadi dua, yaitu jalur sirkulasi wisata dan jalur masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur yang dibuat untuk menunjang kegiatan agrowisata yang menghubungkan antara sub-subruang agrowisata, dibagi menjadi jalur primer, sekunder, dan tersier. Jalur sekunder merupakan jalan yang dapat diakses kendaraan ukuran sedang seperti mobil, pick-up, sepeda, dan sepeda motor. Kendaraan pengunjung dapat mengakses jalur ini hingga area parkir. Untuk jalur sekunder yang ada di tapak lebih bertujuan sebagai jalur untuk pengelola dalam mengangkut hasil pertanian atau mengantar bahan-bahan pertanian. Jalan yang direncanakan memiliki lebar 4 - 5 meter sepanjang 705 m. Jalur primer merupakan jalur wisata yang dibuat khusus untuk pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan wisata berukuran kecil, bertujuan untuk pengguna dalam mengakses tiap subruang agrowisata utama. Jalan ini bermula dari ruang pelayanan dan menghubungkan setiap subruang agrowisata, memiliki lebar 3 meter sepanjang 1090 m. Jalur tersier merupakan jalur yang menghubungkan
75
setiap obyyek dan atrraksi yang aada di dalaam subruang g agrowisat ata, direncan nakan memiliki lebar l ±1,2 meter dan hhanya dapaat dialui pejaalan kaki. JJalan tersier yang menghubuungkan petaak-petak kebbun atau saw wah akan menggunaka m an material tanah yang dipadatkan sehiingga menjaaga kesan alami dan tid dak merusak ak area pertaanian. Akan tetappi pada beb berapa titik terdapat jaalan tersier yang y diaspaal sepanjang g 415 m. Jalur sirkulasi masyarakat m merupakan n jalur unttuk masyarrakat melak kukan s dan d penghuubung antar ruang kehidupan masyyarakat. Jalur ini aktivitas sehari-hari menggunaakan jalan eksisting yang telah ada den ngan melakkukan beb berapa perbaikan dan pelebaaran pada faasilitas jalan n. Unntuk vegetaasi pinggiraan jalan daapat dilihatt pada Tabbel 16. Veg getasi umumnyaa berfungsii sebagai tanaman peneduh p dan pengara rah jalan untuk u pengunjunng, selain ittu juga berttujuan untuk k menambaah estetika ddan kenyam manan selama meelakukan ak ktivitas agroowisata.
(a)
(b)
(c) Gambar 40. 4 Ilustrasi Jalur (a) Prrimer (b) Seekunder (c) Tersier
76
Tabel 16. Vegetasi Tepi Jalan No 1
Jalur Wisata Primer
Fungsi Vegetasi a. Peneduh b. Pengarah jalan
Jenis Vegetasi Bixa arborea (kesumba) Cananga odorata (kenanga) Cinnamomun burmanii (kayu manis) Eucalyptus camaldulensis (kayu putih) Eugenia caryophyllata Thunb. (cengkih) Helianthus annuus (bunga matahari) Michelia champaca L. (cempaka)
2
Sekunder
Pengarah jalan
Areca catechu (pinang) Erythrina cristagali (dadap merah) Gmelina arborea (jati putih) Manilkara kauki (sawo kecik) Swietenia mahogani (mahoni) Terminalia catapa L. (ketapang)
3
Tersier
a. Peneduh b. Tanaman buah
Artocarpus communis (sukun) Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) Citrus sp. (jeruk) Cocos nucifera (kelapa) Morinda citrifolia L. (mengkudu) Myristica fragrans (pala) Psidium guajava (jambu biji) Tamarindus indica (asam)
4.4.3. Rencana Tur Agrowisata Rencana tur yang disediakan merupakan rencana perjalanan wisata di dalam tapak yang dituangkan ke dalam paket-paket agrowisata. Paket perjalanan agrowisata dibagi berdasarkan panjang waktu yang tersedia, yaitu perjalanan agrowisata satu hari dan perjalanan agrowisata dua hari (menginap). Pada perjalanan paket wisata satu hari, aktivitas wisata yang ditawarkan lebih bersifat rekreatif, namun masih memiliki nilai edukasi dan mencakup seluruh obyek dan atraksi pertanian. Pada paket wisata dua hari, wisatawan akan ditawarkan paket lengkap aktivitas edukasi dan wisata pertanian terpadu serta interaksi dengan masyarakat setempat. Keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian lebih menonjol pada paket dua hari. Untuk lebih jelasnya paket wisata disuguhkan pada Tabel 17.
76
Tabel 17. Perencanaan Rute Wisata Paket Paket I (±7 jam)
Ruang Area penerimaan Pelayanan pusat Transisi Perkebunan
Pertanian
Pelayanan satelit (rest area) Perikanan Peternakan
Teknologi Pertanian
Pelayanan pusat Total Paket I Paket II Hari I (± 6 jam)
Waktu (menit)
Masuk ke tapak, parkir Pemberian informasi, memilih paket wisata, ticketing, persiapan Jalan santai menuju area wisata utama, berfoto, duduk-duduk menikmari view Mendapatkan penjelasan dari tour guide Jalan santai sambil mengamati jenis sayuran, berkeliling kebun, memetik sayuran Kunjungan ke packing house Berjalan santai sambil mengamati lahan pertanian, mendengarkan penjelasan dari tour guide Mengunjungi museum palawija Membajak sawah, menumbuk dan menjemur padi Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih
10 15 10 10 20 25 10
Mendengarkan dan mengamati tour guide, mengunjungi akuarium air tawar Menangkap ikan, memberi makan ikan, memindahkan ikan ke sawah Melihat-lihat ternak di padang gembala, mendengarkan informasi dari tour guide, memandikan ternak, bermain dengan hewan ternak Memberi makan ternak, memerah susu atau mencukur domba Kunjungan ke rumah pengolahan susu dan wol Mengamati proses pembuatan kompos Berkunjung ke rumah kaca Berkunjung ke laboratorium dan nursery Istirahat, menikmati view, berbelanja produk pertanian, sholat, makan dan minum
30 20 30
Masuk ke tapak, parkir Pemberian informasi, memilih paket wisata, ticketing, persiapan Jalan santai menuju area wisata utama, duduk-duduk menikmati view Mendapatkan penjelasan dari tour guide, berkeliling kebun
30 30 35
25 20 15 15 25 30 405
10 60 15 15
77
Area penerimaan Pelayanan pusat Transisi Perkebunan
Rute Wisata
77
Pertanian
Pelayanan satelit (rest area) Ruang Masyarakat
Mempersiapkan media tanam, menanam, dan memetik sayur Kunjungan ke packing house Mengunjungi museum palawija Membajak sawah, menanam padi, memanen padi Kunjungan ke rumah penggilingan padi (menjemur padi, menggiling padi, mengemas) Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih Mengunjungi ruang masyarakat Menginap, aktivitas bebas
Total Hari I Hari II (± 7 jam)
Ruang Masyarakat Perikanan
Pelayanan satelit (rest area) Peternakan
Teknologi Pertanian
40 30 40 40 20 25 30 (hingga hari berikutnya) 325
Mengunjungi industri sangkar burung Mengunjungi akuarium air tawar Memperhatikan dan mengikuti teknik budi daya ikan (pemijahan, pemilihan induk, penetasan telur, penyortiran) Menangkap ikan, memberi makan ikan, memindahkan ikan ke sawah Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih
30 30 30
Melihat-lihat ternak di padang gembala, mendengarkan informasi dari tour guide, memandikan ternak, bermain dengan hewan ternak Memperhatikan teknik-teknik budi daya ternak (memberi vaksin, teknik mengawinkan, mencukur bulu domba) Memberi makan ternak, memerah susu, mencukur bulu domba Kunjungan ke rumah pengolahan hasil peternakan Mengamati dan mengikuti proses pembuatan kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau Mengunjungi rumah kaca Mengamati percontohan lahan pertanian terpadu Mengunjungi laboratorium dan nursery
30
25 25
30 30 30 20 30 15 40
78
78
Pelayanan pusat Total Hari II Total Hari I & II
Istirahat, berbelanja produk pertanian, sholat, makan dan minum Check out
30 50 455 780
79
80
4.4.4. Daya Dukung Agrowisata Berdasarkan fasilitas ruang wisata yang direncanakan, dapat ditentukan daya dukung ruang terhadap pengunjung. Daya dukung didapatkan dari perhitungan membagi rencana luasan ruang dengan kebutuhan ruang per orang sehingga didapatkan jumlah pengguna yang dapat ditampung suatu ruang. Hal ini dilakukan agar penyebaran pengunjung sesuai dengan kapasitas suatu ruang wisata, sehingga tidak terjadi over capacity (kelebihan muatan) yang membuat kualitas fasilitas wisata menurun dan ketidaknyamanan pengunjung. Dari Tabel 17, diketahui bahwa Kampung Karangsari dapat menampung maksimal sebanyak 1.698 orang dengan berbagai kegiatan. Tabel 17. Daya Dukung Pengunjung Berdasarkan Fasilitas Wisata No 1
Fasilitas Wisata Area parkir
Rencana Luasan (m2) 496 65
2 3 4
Toko suvenir Restoran / kedai makanan Jalur sepeda
110 100 1390
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Lahan sawah (aktivitas aktif) Packing house Lahan kering (aktivitas aktif) Museum pertanian Rumah penggilingan padi Akuarium air tawar Pemancingan Pabrik sangkar burung Kolam budidaya Homestay Padang gembala Kandang ternak Rumah pengolahan ternak Rumah kaca (dua) Rumah kompos Laboratorium dan nurseri TOTAL
1717 200 834 100 100 100 327 104 165 500 152 119 100 50 30 150
*) Sebayang, 1996 dalam Pratiwi, 2011
Standar Aktivitas* 15 m2 / mobil 2 m2 / motor 2 m2 / org 1,5 m2 / org 8 m2 / sepeda 4 m2 / org 2 m2 / org 4 m2 / org 2 m2 / org 2 m2 / org 2 m2 / org 8 m2 / org 3 m2 / org 3 m2 / org 8 m2 / org 4 m2 / org 3 m2 / org 2 m2 / org 2 m2 / org 2 m2 / org 4 m2 / org
Daya Dukung 33 mobil 32 motor 55 orang 66 orang 173 sepeda 429 orang 100 orang 208 orang 50 orang 50 orang 50 orang 40 orang 35 orang 55 orang 65 orang 38 orang 40 orang 50 orang 25 orang 15 orang 75 orang 1.698 orang
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan Kampung Karangsari memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata secara fisik dan visual, terutama dari dominasi penggunaan lahan pertanian yang bervariasi. Kendala yang ada berupa karakter lahan yang berfokus pada kegiatan produksi dan jalur sirkulasi yang belum tertata untuk wisata. Dari potensi dan kendala tersebut direncanakan suatu kawasan wisata pertanian terpadu yang menyediakan ruang dan fasilitas untuk kegiatan agrowisata. Ruang yang direncanakan diantaranya ruang agrowisata utama seluas 26.234 m2, terdiri dari subruang sawah (lahan sawah, museum pertanian, rumah penggilingan) 7.155 m2, subruang kebun sayuran (lahan kering, packing house) 6.678 m2, subruang peternakan (padang gembala, kandang ternak) 4.293 m2, subruang perikanan (kolam ikan, akuarium air tawar, pemancingan) 4.056 m2, dan subruang teknologi pertanian (nurseri, rumah kaca, rumah kompos, laboratorium) 4.052 m2. Untuk ruang agrowisata pendukung seluas 13.474 m2 terdiri dari subruang penerimaan 477 m2, subruang
pelayanan (rest area, shelter sepeda, dan kantor
pelayanan) 1.073 m2, subruang transisi 4.767 m2, dan subruang masyarakat 7.157 m2 dengan ruang dimanfaatkan sebagai homestay dan wisata nonpertanian seluas 1.244 m2. Jalur wisata yang direncanakan terdiri jalur primer dengan lebar 3 m sepanjang 1090 m, jalur sekunder dengan lebar 6 m sepanjang 705 m, dan jalur tersier selebar 1,2 m dengan jalan yang diaspal sepanjang 415 m. Dengan adanya perencanaan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan kawasan Kampung Karangsari.
5.2. Saran Studi perencanaan pada kawasan ini merupakan perencanaan lanskap secara garis besar dengan memanfaatkan potensi ruang pertanian yang telah ada di tapak. Perencanaan dapat dilanjutkan dengan desain pada setiap ruang yang telah direncanakan dengan konsep pertanian terpadu yang lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1989. Prospek dan kendala pengembangan wisata agro di Indonesia. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor. Arifin HS. 1992. Beberapa pemikiran pengembangan agrowisata pada kawasan cagar budaya betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor. Brooks RG. 1988. Site Planning Environment, Process, and Development. United States: Pretice-Hall, Inc. Fandeli C dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gold SM. 1980. Recreation and Planning Design. New York: McGraw-Hill Book co. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Hardjowigeno S, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Laurie. 1984. Pengantar Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermedia. Lynch K. 1981. Site Planning. London: The MIT Press Cambridge. Miller RW. 1991. Urban Forestry: Planning and Managing Urban Greenspaces. New York: John Wiley & Sons Inc. Nurisjah S. 2001. Pengembangan kawasan wisata agro (agrotourism). Buletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001. Bogor. Nurisjah S dan Q. Pramukanto. 2009. Penuntun Perencanaan Lanskap. Bogor. Nurisjah S, Q. Pramukanto dan S. Wibowo. 2003. Daya Dukung Dalam Perencanaan Tapak. Bahan Praktikum Analisis dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Pratiwi V. 2011. Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian, Departemen Arsitektur Lanskap.
86
Reijntjes C, B. Haverkort, dan A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan: Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Rubatzky VE dan M Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi. Bandung: Penerbit ITB. Rukmana R. 1995. Bawang Daun. Jakarta: Penerbit Kanisius. Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Setiawan AI. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Life Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book co. Subowo.
2002.
Agrowisata
meningkatkan
pendapatan
petani.
http://database.deptan.go.id/agrowisata. [27 Januari 2010] Sutama IK dan IGM. Budiarsana. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Jakarta: Penebar Swadaya. Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Tim Dosen. 2006. Modul Interaktif Kuliah Pertanian Terpadu. Bogor. Tirtawinata MR dan I. Fachruddin. 1999. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata. Bogor: Penebar Swadaya. Yoeti OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
87
Lampiran 1. Lembar Kuisioner Petani KUISIONER PENELITIAN “PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA TERPADU DI KAMPUNG KARANGSARI, DESA SINDANGASIH, KECAMATAN KARANG TENGAH, KABUPATEN CIANJUR” Oleh: Perthy Astria Haryandhes (Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Dalam rangka penelitian saya yang berjudul Perencanaan Lanskap Agrowisata Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur sebagai syarat memperoleh gelar sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuisioner ini dalam rangka memperoleh informasi lebih lanjut mengenai lanskap pertanian terpadu yang ada di Kampung Karangsari RT01/RW03 ini. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan tapak di Kampung Karangsari menjadi kawasan lanskap agrowisata terpadu dengan menyediakan ruang wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur sirkulasi. Kuisioner ini akan digunakan sebagai data untuk analisis potensi dan kendala lebih lanjut. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terima kasih. I. Latar Belakang Responden 1. 2. 3. 4. 5.
Umur: a. 15-24 th (remaja) b. 25-55 th (dewasa) Jenis kelamin: a. laki-laki b. perempuan Pendidikan terakhir: a. SD b. SLTP-SMU d. Tidak sekolah e. lainnya (sebutkan)… Mata pencaharian utama: a. PNS b. Swasta d. Petani e. lainnya (sebutkan) … Lama tinggal di Cianjur: a. <1 th b. 1-5 th c. 5-10 th
c. >55 th (manula)
c.
Akademi-PT
c. TNI d. >10 th
II. Potensi Lanskap Pertanian Terpadu a. 1.
Potensi Lahan dan Produk: Luasan total lahan yang dimiliki/digarap: a. <100 m2 b. 100-300 m2 c. 300-500 m2 d. 500-1000 2 e. >1000 m 2. Jenis penggunaan lahan yang dimiliki (bisa lebih dari satu): a. lahan pertanian (sawah, tegal, pekarangan, kebun dalam m2) b. lahan perikanan (kolam, tambak dalam m2) c. lahan peternakan (padang gembala, kandang dalam m2) d. lainnya (sebutkan) … 3. Kepemilikan lahan: a. lahan sendiri b. sewaan c. garapan
m2
88
4. Keterkaitan terhadap lahan: a. lahan bebas b. lahan warisan 5. Lama kepemilikan: a. <1 th b. 1-2 th c. 2-4 th d. >4 th 6. Jenis komoditas yang ditanam/dibudidayakan: a. pertanian (pangan, buah, sayuran, industri) … b. perikanan (sebutkan komoditasnya) … c. peternakan (sebutkan komoditasnya) … d. lainnya (sebutkan) … 7. Untuk lahan pertanian, pola pertanaman tanaman yang digunakan: a. tanaman musiman b. tanaman dwi musim c. tanaman tahunan 8. Untuk komoditas pertanian kebun, lamanya panen mulai dari tanam sampai panen: a. <2 th b. 2-4 th c. 4-8 th d. >8 th b. Potensi ekonomi 1. Banyaknya panen dilakukan per tahun: a. <2 kali per tahun b. 2-4 kali per tahun c. 4-6 kali per tahun d. >6 kali per tahun 2. Apakah produk yang dihasilkan untuk dijual atau dikonsumsi sendiri? a. dijual b. dikonsumsi 3. Jika dijual, keuntungan yang diperoleh setiap kali panen: a. <500ribu b. 500ribu-1juta c. 1-2 juta d. >2juta 4. Apakah ada kegiatan pengolahan produk setelah panen/langsung dijual (segar)? a. ada b. tidak 5. Tenaga kerja yang digunakan: a. sendiri b. tenaga kerja bayaran c. Potensi aksesibilitas: 1. Relativitas kemudahan dalam memasarkan produk pertanian: a. mudah b. sulit 2. Relativitas letak lahan terhadap jalan utama: a. jauh b. dekat 3. Ada/tidaknya alternatif akses pemasaran produk pertanian: a. ada (sebutkan) … b. tidak ada d. Potensi aktivitas adat dan budaya: 1. Adakah upacara adat/keagamaan yang dilakukan berhubungan dengan lahan: a. ada b. tidak 2. Jika ada, apa saja? (sebutkan) … 3. Adakah atraksi (membajak, memanen, menggembala, dsb) yang dapat ditunjukkan sehubungan dengan kegiatan produksi? a. ya b. tidak 4. Jika ya, apa saja? (sebutkan) …
89
5. Jenis aktivitas apa saja yang dilakukan selama proses produksi? (sebutkan) ………………………………………………………………………………… ……………….................................................................................................... 6. Apakah dalam aktivitas produksi terkait dengan organisasi adat? a. terkait b. tidak 7. Jika ya, apakah dalam aktivitas produksi, kegiatan produksi (musim memulai tanam, pengairan, mulai beternak, mulai menebar benih, dsb) ditentukan adat? a. ya b. tidak 8. Sebelumnya, apakah anda pernah mendengar istilah wisata agro? …. Jika ya, menurut Anda, apakah pengertian wisata agro tersebut? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 9. Apakah Anda setuju jika lahan dan aktivitas pertanian di Kampung Karangsari dikembangkan sebagai kawasan wisata agro? a. ya b. tidak Alasan …………………………………………………………………………………… ……...…………………………………………………………………………… ………………………… 10. Apakah harapan Bapak/Ibu/Saudara jika lahan pertanian di Kampung Karangsari ini nantinya dikembangkan sebagai wisata agro? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….... Terima Kasih Atas Partisipasinya
90
Lampiran 2. Hasil Kuisioner: Kondisi Petani No 1
2
3
4
5
4
5
6
Jumlah
%
Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan
Variabel
11 4
73,33 26,67
Jumlah
15
100
Jenjang Pendidikan a. SD b. SMP c. SMU d. Akademi e. PT f. Tidak sekolah
1 9 5 -
6,67 60 33,33 0 0 0
Jumlah
15
100
Pekerjaan Utama a. Petani b. Pedagang c. Wiraswasta d. Rumah Tangga
8 1 4 2
53,33 6,67 26,67 13,33
Jumlah
15
100
Luasan Total Lahan yang Digarap a. <100 m2 b. 100-300 m2 c. 300-500 m2 d. 500-1000 m2 e. >1000 m2
1 2 12
6,67 13,33 80
Jumlah
15
100
Jenis Penggunaan Lahan yang Dimiliki (bisa lebih dari satu) a. Lahan Pertanian b. Lahan Perikanan c. Lahan Peternakan
13 4 3
65 20 15
Jumlah
20
100
Kepemilikan Lahan a. Lahan Sendiri b. Lahan Sewaan c. Lahan Garapan
5 2 8
33,33 13,33 53,33
Jumlah
15
100
Lama Kepemilikan a. <1 th b. 1-2 th c. 2-4 th d. >4 th
3 12
0 0 20 80
Jumlah
15
100
Kesediaan Lahan untuk Menjadi Kawasan Wisata a. Ya b. Tidak
13 2
86,67 13,33
Jumlah
15
100
91 7
8
9
10
11
Banyaknya Panen per Tahun a. <2 kali b. 2-4 kali c. 4-6 kali d. >6 kali
9 6
0 60 0 40
Jumlah
15
100
Kegiatan Pengolahan Produk Pasca Panen a. Ada b. Tidak ada
1 14
6,67 93,33
Jumlah
15
100
Upacara Adat atau Keagamaan yang Dilakukan Berhubungan dengan Kegiatan Bertani a. Ada b. Tidak Ada
15
0 100
Jumlah
15
100
Apakah Pernah Mendengar Istilah Agrowisata a. Pernah b. Belum Pernah
3 12
20 80
Jumlah
15
100
Penggunaan Pupuk Organik a. Ya b. Tidak
13 2
86,67 13,33
Jumlah
15
100
92
Lampiran 3. Hasil Kuisioner: Tabel Jenis Komoditi No 1
Jenis Lahan Pertanian (Pangan, Buah, Sayuran)
-
Jenis Komoditi Padi Jagung Daun bawang Cabai Kacang panjang Kacang tanah Terung
2
Perikanan
-
Nila Koi Mas Lele Mujair
3
Peternakan
-
Sapi Kambing Domba Bebek
93
Lampiran 4. Hasil Kuisioner: Tabel Lama Penanaman Komoditas Padi Jagung Daun bawang Cabai Kacang Panjang Kacang Tanah Terung
Keterangan:
1 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
2 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
3 ○ ○ ● ○ ● ○ ○
4 ● ● ● ● ● ●
5 ○ ● ●
Bulan 6 7 ○ ○ ○ ○ ○ ● ● ● ○ ○ ○ ○ ○
○ Masa Penanaman dan Pemeliharaan ● Masa Panen - Masa Pemulihan dan Pengolahan Tanah
8 ○ ○ ● ● ○ ○
9 ● ● ○ ● ● ● ○
10 ○ ● ●
11 ○ ○ ● ● ○ ○ ●
12 ○ ○ ○ ○ -
92
Lampiran 5. Keterangan Komoditas Tanaman Pertanian di Kampung Karangsari No
Jenis Tanaman
Syarat Tumbuh Tanah a. 0 – 1500 m dpl b. pH 4-7
Iklim a. Suhu 190 – 270 C b. Intensitas penyinaran matahari penuh dan tanpa naungan a. Suhu 230 – 300 C b. Intensitas penyinaran matahari penuh dan tanpa naungan c. CH 85 – 200 mm per bulan a. Suhu 190 – 240 C b. Kelembaban 80 – 90% a. Suhu 160 – 320 C dengan suhu optimum 270 C b. CH 90 – 1200 mm per bulan a. Suhu 200 - 300 C b. CH 600 – 1500 mm per tahun
1
Padi (Oryza sativa)
2
Jagung (Zea mays)
a. b. c. d.
3
Bawang daun (Allium fistulosum)
a. 900 – 1700 m dpl b. pH 6,5 – 7,5
4
Cabai rawit (Capsinum annum)
a. 0 – 1500 m dpl b. pH 5,5 – 6,5 c. Drainase dan aerasi baik
5
Kacang panjang (Vigna sinensis)
a. < 800 m dpl b. pH 5,5 – 6,5 c. Lempung berpasir
50 – 600 m dpl pH 5,5 – 7,5 Kemiringan < 8% Drainase dan aerasi baik
Keterangan a. Panen dilakukan bila butir gabah sudah menguning dan tangkai menunduk sebanyak 80% dari seluruh sawah b. Di Kampung Karangsari, terdapat masalah hama tikus yang menyerang batang muda dan buah padi, menimbulkan gejala tanaman padi yang roboh pada petak sawah a. Jagung muda dipanen ketika diameter tongkol 1-2 cm dan biji belum terisi penuh b. Petani di Kampung Karangsari memproduksi jagung muda dan jagung besar c. Jagung digunakan sebagai tanaman selingan untuk mengembalikan produktivitas tanah
a. Bila sudah mencapai usia panen, dapat dipanen setiap 5 -7 hari sebanyak 30 – 40 kali b. Di Kampung Karangsari, selain ditanam di lahan khusus juga ditanam pada pinggiran sawah dan ladang
94
93
Lampiran 5. Keterangan Komoditas Tanaman Pertanian di Kampung Karangsari
6
Kemangi (Ocinum basulicum)
7
Kacang tanah (Arachis hypogaea)
8
Terung (Solanum melongenae)
yang kaya bahan organik (seperti latosol) a. Dapat tumbuh pada tanah asam maupun basa
a. 0 – 1500 m dpl dengan pertumbuhan optimum pada 50 – 500 m dpl b. pH 6,0 – 6,5 c. Berstruktur ringan (seperti regosol, andosol, latosol, dan alluvial) a. 0 – 2000 m dpl b. pH 5,5 – 7,5 c. Drainase baik
a. Suhu 250 – 320 C b. Intensitas penyinaran matahari penuh dan tanpa naungan c. CH 800 – 1300 mm per tahun
a. Suhu 220 – 300 C b. Intensitas penyinaran matahari tinggi
a. Tidak memiliki terlalu banyak persyaratan untuk tumbuh b. Bentuk fisik dipengaruhi oleh suhu, suhu dingin menyebabkan daun lebar dan lebih hijau dibandingkan dengan di daerah panas membuat daunnya kecil, tipis, dan berwarna hijau pucat c. Di Karangsari, kondisi lahan kemangi kurang terawat dan bercampur dengan tanaman liar a. Bakteri Rhizobium pada akar kacang tanah dapat menyuburkan tanah b. Ditanam untuk mengembalikan kesuburan tanah maupun melalui sistem tumpangsari
a. Usia produktif tanaman mencapai 6 bulan sejak masa panen dengan interval pemanenan setiap 3 – 7 hari sekali b. Terdapat dua jenis terung yang diproduksi di Kampung Karansgari, yaitu terung ungu dan terung hijau 95
94
Lampiran 5. Komoditas Tanaman Pertanian di Kampung Karangsari (lanjutan) 9
Kangkung (Ipomoea aquatic)
a. 0 – 1500 m dpl a. Intensitas a. Jenis kangkung yang ditanam di Kampung b. Kangkung air penyinaran matahari Karangsari adalah kangkung air harus ditanam pada sedang dan penuh tanah yang tanpa naungan tergenang, b. CH 500 – 5000 mm berkebalikan per tahun dengan kangkung darat Sumber: Prabowo (2007), Rubatzky (1999), Rukmana (1995), dan Susila (2006)
96
96 97
Lampiran 6. Grafik Data D Mikrokklimat Kamp pung Karan ngsari
Suhu Udaraa Rata-rata Tahun 2009 9 - 2010
Kellembaban U Udara Rata-rrata Tahun2 2009 - 20100
Curaah Hujan Buulanan Rata-rata Tahun n 2009 - 20110
Peny yinaran Maatahari Rata-rata Tahun n 2009 – 20110