PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN BERDASARKAN VARIASI JUMLAH KONSUMSI AIR MINUM PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI PT. BINTANG 1 KABUPATEN CIAMIS Heri Yuldan Faturahman dan Andik Setiyono Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) (
[email protected])
ABSTRAK Kelelahan merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa menyerang siapa saja termasuk para pekerja. Kelelahan yang tidak bisa ditanggulangi bisa berdampak buruk terhadap kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian. Kelelahan disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi kesehatan, umur, beban kerja, keadaan lingkungan kerja serta asupan air yang dikonsumsi, sebab pada saat bekerja banyak cairan tubuh yang hilang lewat urin ataupun keringat. Asupan air yang tepat secara tidak langsung meminimalisir kejadian kelelahan yang berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air minum pada pekerja produski PT. Bintang 1 Kabupaten Ciamis. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan metode cross-sectional pada 34 sampel. Pengumpulan data dengan responden untuk selanjutnya dilakukan analisa dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dengan uji Man-Whitney . Hasil uji statistik menunjukan ada perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan variasi asupan air minum yang dikonsumsi pada pekerja (P value = 0,000). Untuk itu disarankan untuk disarankan mengkonsumsi air minum sebanyak-banyaknya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dehidrasi serta meminimalisir kejadian kelelahan yang dirasakan.
Kata kunci
: Kelelahan,Variasi Jumlah Konsumsi Air Minum.
Kepustakaan
: (1972-2012)
DIFFERENCE OF FATIGUE UNDER WATER CONSUMPTION TOTAL VARIATION IN LABOR PART OF PRODUCTION PT. STAR 1 DISTRICT CIAMIS Heri Yuldan Faturahman and Andik Setiyono Students of the Faculty of Health Sciences Health Specialisation Safety Siliwangi University (
[email protected]) Supervisor Occupational Safety and Health Division of Health Sciences Faculty of the University of Siliwangi (
[email protected]) (
[email protected])
ABSTRACT Fatigue is one of the health problems that can affect anyone, including workers. Fatigue that can not be addressed could adversely affect health can even cause death. Fatigue is caused by several factors such as health condition, age, workload cross-sectional, work environment and the state of water intake consumed, because at work many body fluids are lost through urine or sweat. Proper water intake indirectly minimize the occurrence of excessive fatigue. This study aims to determine the differences in the level of fatigue by varying the amount of water consumption in the manufacture of the workers of PT. 1 Kudat district. This study uses a survey approach to the method on 34 samples. Collecting data by respondents for further analysis using SPSS version 16.0 with Man-Whitney test. Statistical test results showed no difference in levels of fatigue based on variations in the intake of drinking water consumed in workers (P value = 0.000). It is recommended to consume the recommended drinking water as much as possible to reduce the possibility of dehydration and minimize the incidence of fatigue is felt. Keywords : Fatigue, Variation Total Water Consumption. Bibliography : (1972-2012)
PENDAHULUAN Air merupakan komponen utama protoplasma dan berperan penting dalam metabolisme sel. Sejumlah 70% berat badan (setelah dikurangi lemak tubuh) terdiri dari air, kebutuhan air bagi manusia dewasa adalah rata-rata 1,5 liter per hari, yang diperoleh dari air yang terkandung dalam makanan dan minum. Orang mengabaikan pentingnya minum karena memandang tidak ada gunanya, kecuali kita sedang merasa haus. Jumlah air dalam tubuh kurang lebih mencapai dua pertiga berat badan, dan merupakan komponen penting bila ditinjau dari segi anatomi dan fisologis. Air merupakan komponen penting kedua setelah oksigen. Seseorang bisa bertahan hidup tanpa makan untuk beberapa minggu, tetapi hanya dapat bertahan hidup beberapa hari saja tanpa minum. Dehidrasi akan lebih cepat menyebabkan kematian dari pada kelaparan (Poejadi, 1994 : 423). Air sangat penting bagi kesehatan dan kekurangan air lebih cepat menjadi parah daripada kekurangan bahan makanan lain. Air merupakan bagian yang besar dari jaringan yang melarutkan berbagai zat dan demikian membuat
perubahan
kimiawi
didalam
alat-alat
pencernaaan¸
mempertahankan konsentrasi normal garam dalam jaringan, dan dengan demikian mengatur berbagai proses dalam tubuh dan memungkinkan terjadinya proses osmosis. Air masuk dalam bentuk makanan cair dan minuman. Makanan padat juga terdiri atas air, khususnya buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung lebih dari 85% air,dan bahkan semangka mengandung 95% lebih. Sejumlah air dalam tubuh juga diperoleh dari hasil oksidasi makanan. Oksigen penting bagi tubuh guna oksidasi bahan makanan. Terlebih lagi oksigen diperlukan untuk hampir semua kegiatan metabolisme yang
berlangsung
di
dalam
tubuh
dan
untuk
kelangsungan
hidup.(Pearce,1988 : 171). Pekerjaan di tempat-tempat yang bersuhu tinggi
(> 30ºC) harus
memperhatikan secara khusus kebutuhan air sebagai pengganti cairan akibat penguapan. Lingkungan kerja panas dan jenis pekerjaan berat diperlukan
sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum bagi seorang tenaga kerja, sedangkan untuk kerja ringan dianjurkan 1,9 liter. (Budiono, dkk, 2003 :159) Hasil penelitian Indah Wahyuni, di PT. X menyatakan pengeluaran keringat yang banyak tanpa diimbangi dengan asupan cairan yang cukup akan mengakibatkan dehidrasi yang juga bisa berakibat pada timbulnya kelelahan. Tuiuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi cairan dan sodium dengan kelelahan pada pekerja wanita bagian pengepakan PT. X Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji korelasi Kendall's Tau dengan taraf signifikansi (ά=0,05), menuniukkan ada hubungan antara konsumsi cairan dengan kelelahan (p=0,001), dan ada hubungan antar akonsumsi Sodium dengan kelelahan (p=0,005) PT. Bintang 1 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan katel yang berada di Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. Katel ini terbuat dari bahan dasar alumunim dengan proses peleburan, pencetakan,dan penghalusan. Jumlah seluruh tenaga kerja di bagian produksi sebanyak 41 orang dan masuk kerja di mulai pukul 6.30 -14.30. Berdasarkan hasil survei awal bahwa kondisi lingkungan kerja (suhu) di bagian produksi melebihi nilai ambang batas (NAB) yaitu 36ºC dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 27ºC - 30ºC dan suhu nyaman untuk orang Indonesia 25ºC. Hasil wawancara dengan 6 orang
tenaga kerja yang
mempunyai kebiasaan minum air putih sebanyak 3 liter mengatakan keluhan seperti lelah berbicara, lelah seluruh badan, tidak bisa konsentrasi dan merasa bertindak lamban. Berdasarkan kondisi diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbedaan Tingkat Kelelahan Berdasarkan Variasi Jumlah Konsumsi Air Minum Pada Tenaga Kerja Bintang 1 Kabupaten Ciamis”
Bagian Produksi PT.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja bagian produksi PT. bintang 1 Kabupaten Ciamis yaitu sebanyak 41 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dengan kriteria umur, kondisi kesehatan dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan berbagai tahap meliputi editing, koding dan tabulating. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program program SPSS 16.00. Untuk melihat perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air minum dengan kelelahan. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika p<0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. HASIL 1. Analisis Univariat Variasi jumlah asupan air minum yang dikonsumsi pekerja Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dari responden yang berjumlah 34 orang yang diperoleh dalam waktu selama 7 hari di PT. Bintang 1 didapatkan variasi jumlah asupan air minum yang dikonsumsi pekerja dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Air Pada Pekerja di PT. Bintang 1 Kabupaten Ciamis Tahun 2014 Frekuensi No Jumlah Asupan Air F Persentase (%) 1 ≥ 5400 ml 10 29,4 2 < 5400 ml 24 70,6 Jumlah 34 100,0
Berdasarkan
tabel
1
diketahui
bahwa
responden
yang
mengkonsumsi air ≥ 5400 ml sebanyak 10 orang (29,4%) sedangkan yang mengkonsumsi air < 5400 ml sebanyak 24 orang (70,6%). 2. Analisis Bivariat Perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air minum pada tenaga kerja Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu perbedaan variasi asupan air terhadap tingkat kelelahan pada pekerja. Hasil pengukuran tingkat kelelahan berdasarkan pengukuran tingkat kelelahan dengan menggunakan reaction timer adalah sebagai berikut : Tabel 2 Tingkat Kelelahan Berdasarkan Variasi Air Minum Pada Pekerja di PT. Bintang 1 Kabupaten Ciamis Tahun 2014 Asupan Air Total Tingkat No ≥ 5400 ml < 5400 ml Kelelahan F % F % N % 1 Ringan 7 70 7 20,6 2 Sedang 3 30 18 75 21 61,8 3 Berat 6 25 6 17,6 Jumlah 10 100 24 100 34 100.0 p value = 0,000 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa hasil pengkuran dengan menggunakan reaction timer pada kelompok responden pekerja yang mengkonsumsi air ≥ 5400 ml dinyatakan pekerja mengalami kelelahan ringan sebanyak 7 orang (70%) dan 3 orang (30%) mengalami kelelahan sedang sementara pada kelompok responden yang mengkonsumsi air < 5400 ml pekerja yang mengalami tingkat kelelahan sedang berjumlah 18 orang (75%) dan 6 orang (25%) memiliki tingkat kelelahan berat Dari hasil uji normalitas data didapatkan hasil bahwa data berdistribusi tidak normal sehingga uji statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney dengan didapatkan nilai p value = 0,000 dengan α = 0,05. Nilai probabilitas kurang dari α maka dapat disimpulkan ada perbedaan
tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air minum pada tenaga kerja di bagian produksi PT. Bintang 1 Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. PEMBAHASAN Hasil dari pengukuran
tingkat kelelahan dengan menggunakan
reaction timer pada pekerja yang mengkonsumsi air minum cukup (≥5400) yaitu 7 (70%) orang mengalami kelelahan ringan dan 3 (30%) orang mengalami kelelahan ringan sedangkan yang mengkonsumsi air kurang (<5400) yaitu 18 (75%) orang mengalami kelelahan ringan dan 6 (25%) orang mengalami kelelahan berat. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan didapatkan nilai p value = 0,000 dengan α = 0,05. Nilai probabilitas kurang dari α maka dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air minum pada tenaga kerja di bagian produksi PT. Bintang 1 Kecamatan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Indah Wahyuni tahun 2012, di PT. X menyatakan pengeluaran keringat yang banyak tanpa diimbangi dengan asupan cairan yang cukup akan mengakibatkan dehidrasi yang juga bisa berakibat pada timbulnya kelelahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi cairan dan sodium dengan kelelahan pada pekerja wanita bagian pengepakan PT. X Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji korelasi Kendall's Tau dengan taraf signifikansi (ά=0,05) menuniukkan ada hubungan antara konsumsi cairan dengan kelelahan (p=0,001), dan ada hubungan antar konsumsi Sodium dengan kelelahan (p=0,005). Adanya perbedaan tingkat kelelahan yang terjadi pada pekerja diakibatkan oleh adanya berbagai variasi jumlah konsumsi air minum yang diminum. Hasil penelitian yang langsung didapatkan di lapangan ternyata tingkat kelelahan berat banyak terjadi pada pekerja yang bekerja di bagian
pencetakan hal tersebut diakibatkan karena pekerja berada dekat dengan tungku karena pekerja dalam lingkungan panas dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas dalam lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Kondisi panas di sekeliling akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kesetabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja (Nurmianto, 2008). Hal tersebut dapat dilihat pada kelompok pekerja yang mengkonsumsi air kurang, rata-rata pekerja mengalami kelelahan sedang sedangkan untuk kelompok pekerja yang mengkonsumsi air cukup rata-rata pekerja mengalami tingkat kelelahan ringan. Ramandhani dalam Budiono dkk (2002 : 86) mengatakan bahwa kelelahan adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan seharihari yang mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan kegiatan. Konsumsi air diatur oleh rasa haus dan kenyang, hal ini terjadi melalui perubahan yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak yang mengontrol pemeliharaan keseimbangan air dan suhu tubuh) dan perut. Konsentrasi bahan-bahan didalam darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan ini akan menarik air dari kelenjar ludah. Mulut menjadi kering dan timbul keinginan untuk minum guna membasahi mulut. Hipotalamus mengetahui bahwa konsentrasi darah terlalu tinggi, maka timbul rangsangan untuk minum. Pengaturan minum dilakukan pula oleh syaraf lambung. Rasa haus dapat mengatur konsumsi air, dalam kehilangan air yang sangat cepat, mekanisme ini sering tidak dapat pada waktunya mengganti air yang diperlukan, misalnya kehilangan cairan yang terjadi cepat pada seorang pekerja yang bekerja dipanas matahari atau seorang pelari jarak jauh. Air minum seringkali tidak dapat segera mengembalikan kehilangan cairan yang dialaminya, sebagai akibatnya terjadi dehidrasi (Almatsier, 2007 : 224).
Berdasarkan penelitian Almuktabar dari UPI tahun 2012, dehidrasi dapat menyebabkan kelelahan di pusat dan perifer. Kelelahan pusat adalah kelelahan yang berlokasi di sistem saraf pusat dan disebabkan terjadinya hypersosmolarity yang menyebabkan penurunan kemampuan recruitment jumlah motor unit dan frekuensi pengaktifan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot. Kelelahan perifer adalah kelelahan yang berlokasi di luar sistem saraf pusat dan disebabkan oleh hyperteremia yang mengganggu perambatan impuls dan kerusakan enzim yang membantu dalam proses metabolisme dan hypovolemia menyebabkan menurunnya kesediaan oksigen dan energi untuk kontraksi otot. Bagimana kita bisa mengatasi keadaan diatas, jawabannya sangatlah mudah, yakni dengan minum, bila cairan tubuh yang keluar dari dalam tubuh senilai X point, maka cairan yang masuk dalam tubuh juga haruslah sebesar X point. Tidak sembarangan air yang bisa diminum, bila seseorang hanya mengalami dehidrasi ringan dan merasa haus tapi tidak mengalami penurunan jumlah elektrolit tubuh, maka penanganan cukup dengan meminum air segar/air putih saja. Cara yang paling mudah adalah saat kita merasa haus, kita langsung minum air putih. Cairan yang hilang dari dalam tubuh langsung bisa tergantikan dan tidak terjadi dehidrasi karena jaringan tubuh tetap basah dilumasi oleh cairan air putih tersebut. Berapa jumlahnya? cukup 1 gelas setara dengan air 240 ml setiap 20 menit. Suhu air sebesar 10-15˚C, nilai ini tidak terlalu dingin dan terasa hangat sehingga ini sangat sesuai dengan tubuh manusia (Almuktabar, 2012).
PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Hasil pengukuran lingkungan kerja diantaranya meliputi intensitas kebisingan dengan intensitas bising 90,8 dB (> NAB 85 dB), dan suhu lingkungan kerja yaitu 36ºC (> NAB 25-30ºC) 2. Hasil pengukuran tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air pada pekerja yang mengkonsumsi air ≥ 5400 ml dinyatakan pekerja mengalami kelelahan ringan sebanyak 7 orang
(70%) dan 3 orang (30%) mengalami kelelahan sedang sementara pada kelompok responden yang mengkonsumsi air < 5400 ml pekerja yang mengalami tingkat kelelahan sedang berjumlah 18 orang (75%) dan 6 orang (25%) memiliki tingkat kelelahan berat. 3. Ada perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan variasi jumlah konsumsi air minum pada tenaga kerja di bagian produksi PT. Bintang 1 Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. B. SARAN 1. Perlu diperhatikan untuk pekerja jumlah konsumsi air yang dikonsumsi yang bekerja pada ruangan panas sebaiknya banyak minum (240 ml per 20 menit). 2. Bagi Perusahaan a. Diharapkan perusahaan menyediakan kipas angin setidaknya untuk mengurangi suhu ruangan yang cukup panas. b. Diharapkan perusahaan lebih menekan pegawai supaya memakai APD (Alat Pelindung Diri) ear muff guna melindungi pekerja dari kebisingan yang bisa mempercepat proses terjadinya kelelahan. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharappkan dalam melakukan pengukuran kelelahan dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2001. Ardiningsari, Pratiwi, Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Pada Penegemudi Travel X-Trans Jakarta (Skripsi).,2009. Budiono, Sugeng, A.M dkk, Bunga Rampai Hiperkes Dan Kesehatan Kerja Edisi Dua, Universitas diponegoro, Semarang 2003. Indah Wahyuni,hubungan antara konsumsi cairan dan sodium dengan kelelahan
pada
pekerja
Semarang.(abstrak) 2012.
wanita
bagian
pengepakan
PT.
X
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Peearce, C, Everlyn, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Garmedia, Jakarta,1998 Poeijiadi, Ana, Dasar-Dasar Biokimia, Bina Rupa Aksara, Jakarta 1995 Suma’mur P, K, Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, CV Haji Mas Agung Jakarta,1989, Suma’mur P, K, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja PT. Toko Gunung Agung Jakarta !996 Tarwaka, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNISBA PRESS, Surakarta 2004. Tarwaka, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNISBA PRESS, Surakarta 2011