PERBEDAAN STRES KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PADA PEKERJA BAGIAN ELECTRICAL FIELD SERVICE DI PT. BAKER HUGHES INDONESIA DURI-RIAU TAHUN 2013 1
Mayan Sari Hasibuan1, Kalsum2, Halinda Sari Lubis3 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2,3 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRACT
The differences in work stress based on working shifts at Electrical Field Service workers in PT. Baker Hughes Indonesia Duri – Riau 2013. Job stress disorder is the negative reaction that arising caused by work performed. A variety of factors can contribute to a person feeling stressed at work including the work shift, where workers will experience a different work situations between the day shift and night shift. This research is aimed to look the differences work related stress that occurred due to the work shift on electrical field service workers at PT. Baker Hughes Indonesia Duri-Riau, 2013. This research is an analytical survey using cros sectional design. The population in this research was 27 electrical field service workers and the sample was the total population. The measurement of job stress using a questionnaire and analyzed using the Wilcoxon test with significance level (α) of 5%. Wilcoxon test results obtained using a significance value of 0.02 (p <0.05), in order to obtain the result that there is a significant difference in job stress based on working shift, and the most experienced high job stress is when the night shift as many as 13 workers (48.15%). Suggested to the company to pay attention and listen to the grievances of the workers, especially in night shift workers, and for workers are advised to always used the waiting time for positive activities. Ker Words: Work Stress, Shift Work, Electrical Field Service
Pendahuluan Stres di tempat kerja bukanlah fenomena baru, akan tetapi dewasa ini telah menjadi masalah manajemen yang sangat penting di dunia bisnis. Manajer, perusahaan dan penyedia pabrik mengakui bahwa stres telah mewabah. Tiga dari lima orang menyatakan bahwa stres kerja berhubungan langsung dengan masalah kesehatan akut dan kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat di tahun 1992, stres kerja dijuluki sebagai penyakit abad ke 20. (National Safety Council, 2003).
Penelitian Monk dan Tepas yang dikutip oleh Munandar (2001) menunjukkan bahwa shift kerja malam merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Hal ini menyebabkan pekerja akan mengalami gangguan tidur yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythm akibat shift kerja. PT Baker Hughes merupakan perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi minyak dan gas yang dikontrak oleh PT. X. PT Baker Hughes mulai beroperasi di Kota
Duri sejak tahun 1998 dengan nama PT Baker Hughes Indonesia (PT BHI) yang bergerak sebagai kontraktor yang menyediakan jasa pemasangan pompa . PT BHI ini memiliki tiga bagian pekerjaan yaitu office (kantoran) yang menangani administrasi perusahaan, workshop yang menangani bagian gudang peralatan dan bengkel dan yang ketiga field service yang menangani pekerjaan dilapangan. Bagian field service ini mempunyai dua bagian pekerjaan yang berbeda, yang pertama adalah installation yaitu pekerjaan memasang ataupun merakit pompa minyak dan yang kedua adalah bagian electrical field service yang menangani masalah elelektrik pompa minyak.
lingkungan kerja yang terpencil jauh dari keramaian dan terkadang harus masuk kepedalaman hutan. Gangguan kerja shift malam yang dirasakan pekerja rasa kantuk yang hebat saat bekerja karena paling banyak pekerjaan muncul diatas jam 11 malam dan suasana lingkungan kerja yang remang-remang. Dampak yang mereka rasakan adalah kurangnya waktu istirahat tidur siang yang terganggu oleh aktivitas lain, mudah capek, sakit kepala dan konsumsi rokok lebih meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan stres kerja berdasarkan shift kerja pada pekerja bagian electrical field service di PT. Baker Hughes Indonesia.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis, sistem kerja yang diterapakan adalah dengan rotasi shift kerja. Pekerja dibagi menjadi 3 shift kerja dimana masing-masing shift bekerja dengan waktu 5 hari kerja pagi, 5 hari kerja malam , dan 5 hari istirahat. Pada saat pergantian shift kerja dari pagi ke malam diberikan waktu istirahat 24 jam. Waktu kerja yang diterapkan untuk pagi hari dimulai dari pukul 07.00-19.00 WIB, dan pekerja shift malam dimulai dari pukul 19.00-07.00 WIB, dengan demikian lamanya waktu kerja selama 12 jam sehari. Ada atau tidaknya pekerjaan, pekerja harus tetap hadir kekantor sambil menunggu jika terdapat panggilan kerja dari PT. X. Jika terdapat panggilan pekerjaan maksimal pekerja yang turun kelapangan hanya berjumlah 2 orang saja.
Metode Penelitian
Berdasarkan wawancara kepada pekerja, terdapat keluhan pekerja mengenai shift kerja. Pekerjaan shift dipagi hari terkadang lebih terasa berat dari pada malam hari karena kuantitas pekerjaan terkadang lebih banyak pada saat pagi hari, pekerja juga dapat pulang lebih lama dari 12 jam jika ada hambatan dalam perjalanan seperti macet dan kerusakan jalan, waktu interaksi dengan keluarga juga berkurang, cuaca yang panas dan
Penelitian ini dilakukan di PT. BHI bersifat survey analitik dengan desain cros sectional. Jumlah sampel adalah keseluruhan populasi yaitu sebanyak 27 pekerja. Pekerja akan diukur sebanyak dua kali, yaitu pada hari ketiga shift pagi dan pada hari ketiga shift malam. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner Data yang diperoleh diuji kenormalannya dengan uji Shapiro wilk, jika berdistribusi normal maka akan diuji dengan T-Paired, dan jika tidak berdistribusi normal akan diuji menggunakan uji wilcoxon untuk melihat adanya perbedaan stres kerja pada shift pagi dan shift malam. Hasil dan Pembahasan Electrical field service merupakan bagian pekerjaan untuk menangani masalah listrik pompa agar pompa minyak dapat hidup dan tetap bekerja selama 24 jam. PT. BHI ini sendiri dikontark oleh PT. X yang menangani atau wilayah kerjanya sebanyak 1450 pompa minyak. Pekerjaan seorang electrician dilakukan dilapangan terbuka tempat kilang-kilang pompa minyak berada. Dalam proses kerjanya, seorang electrician harus menunggu panggilan kerja dari PT. X.
Tabel 1. Distribusi frekuensi penilaian stres kerja berdasarkan shift kerja pada pekerja bagian electrical field service di PT. Baker Hughes Indonesia Duri-Riau. Ya No
Pernyataan
1
Saya menderita sakit kepala sebelah atau migraine
2
Saya merasa letih atau lelah
3
Tidur gelisah
4
Bila bangun saya mengalami kesulitan tidur kembali
5
Jarang berolahraga
6
Tubuh merasakan panas dingin/flu
7
Minum lebih dari 4 gelas the/kopi
8
minum pil tidur/penenang
9
Meminum obat penambah semangat /ingatan
10
Tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan dengan baik Mendapatkan perlakuan yang kurang baik ditempat kerja
11 12 13
Tidak diberikan umpan balik yang positif pada pekerjaan yang dikerjakan Terdapat konflik ataupun gesekan di tempat kerja
14
tidak dapat beristirahat secara cukup
15 16
Tidak dapat berbicara dengan manajer tentang segala sesuatu yang dapat mengganggu pekerjaan Merasa sendiri/kesepian ditempat kerja
17
Takut jika harus bekerja kelapangan
18
Adanya rekan kerja yang membesar-besarkan masalah
19
Interaksi dengan keluarga berkurang
20
Sulit berkonsentrasi dalam bekerja
21
23
Sering mengalami kecelakaan kerja (seperti tersetrum, tangan luka/tergores) Kurangnya pengawasan dan perhatian dari atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan Penugasan kerja yang terlampau banyak
24
Informasi dari atasan kurang/tidak jelas
25
Merasa jenuh, bosan ketika menunggu panggilan kerja
26
Konsumsi rokok/tembakau meningkat (bagi perokok)
22
Tidak
Pagi
Malam
Pagi
Malam
(%)
(%)
(%)
(%)
8 (29,63) 9 (33,33)
11 (40,74) 4 (14,81) 10 (37,03)
10 (37,03) 10 (37,03) 12 (44,44) 4 (14,81) 14 (51,85) 3 (11,11) 12 (44,44) 4 (14,81) 7 (25,92)
8 (29,63) 18 (66,67) 20 (74,08) 23 (85,19) 17 (62,97) 27 (100) 16 (59,26)
0
0
10 (37,03) 11 (40,74) 9 (33,33) 9 (33,33) 11 (40,74) 6 (22,22) 5 (18,52) 9 (33,33) 9 (33,33) 9 (33,33) 6 (22,22) 11 (40,74) 17 (62,96) 13 (48,15) 10 (37,03) 8 (29,63)
13 (48,15) 8 (29,62) 14 (51,85) 16 (59,26) 12 (44,44) 8 (29,62) 7 (25,92) 8 (29,62) 13 (48,15) 13 (48,15) 6 (22,22) 14 (51,85) 10 (37,03) 12 (44,44) 15 (55,56) 11 (40,74)
10 (37,03) 17 (62,96) 15 (55,56) 23 (85,19) 13 (48,15) 24 (88,89) 15 (55,56) 23 (85,19) 20 (74,08) 27 (100) 14 (51,85) 19 (70,38) 13 (48,15) 11 (40,74) 15 (55,56) 19 (70,38) 20 (74,08) 19 (70,38) 14 (51,85) 14 (51,85) 21 (77,73) 13 (48,15) 17 (62,96) 15 (55,56) 12 (44,44) 16 (59,26)
7(25,92) 4 (14,81) 10 (37,03) 0
23(85,19) 17 (62,97) 27 (100) 17 (62,97) 16 (59,26) 18 (66,67) 18 (66,67) 16 (59,26) 21 (77,78) 22 (81,48) 18 (66,67) 18 (66,67) 18 (66,67) 21 (77,78) 16 (59,26) 10 (37,04) 14 (51,85) 17 (62,97) 19 (70,37)
Berdasarkan table. 1 diatas dapat diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak pada shift pagi hari adalah penugasan kerja yang terlampau banyak yaitu sebanyak 17 orang (62,96%) dan pada shift malam hari paling banyak menyatakan tidak dapat beristirahat dengan cukup 16 orang (59,26%).
lebih dari 4 gelas teh/kopi sehari lebih banyak dijumpai pada pekerja shift malam. Pekerja yang minum lebih dari 4 gelas the/kopi terjadi karena pada saat menunggu kerja, pekerja berkumpul sambil bercerita, ataupun jika setelah bekerja mereka mampir ke warung kopi sambil menunggu pekerjaan selanjutnya.
Tabel 2. Distribusi perbedaan stres kerja berdasarkan shift kerja
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada penelitian Balatif (2002) pada industri Soft Drink di kota Medan diperoleh hasil bahwa shift malam paling berpengaruh terhadap terjadinya stres kerja yang kemudian diikuti oleh shift pagi dan siang. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Firdaus (2005) yang melakukan penelitian di pabrik kelapa sawit diperoleh hasil stres kerja lebih banyak terjadi pada pekerja yang menjalani shift malam hari begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) yang menemukan bahwa pekerja malam lebih banyak mengalami stres kerja pada pekerja warung kopi.
Kategori Stres Rendah Stres Tinggi Total
Shift Pagi f (Orang) % 18 66,67
Shift Malam f (Orang) % 14 51,85
9
33,33
13
48,15
27
100
27
100
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap 27 responden terdapat perbedaan terjadinya stres kerja pada masing-masing shift dimana pada shift pagi ditemukan 9 orang (33,33%) mengalami tingkat stres kerja tinggi sedangkan pada shift malam ditemukan 13 orang (48,15) yang mengalami tingkat stres tinggi. Hasil uji Shapiro Wilk diperoleh bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga kemudian data dianalisis menggunakan uji wilcoxon yang dilakukan dengan derajat kepercayaan (α) 5% diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,02 (p<0,05) maka hasil uji statistik menyatakan ada perbedaan terjadinya stres kerja berdasarkan shift kerja pada pekerja bagian electrical field service di PT. Baker Hughes Indonesia Duri-Riau tahun 2013. Keadaan ini dapat terjadi karena masingmasing pekerja mempunyai kemampuan tubuh ataupun respon yang berbeda-beda dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Gejala-gejala stres kerja yang muncul seperti jarang berolah raga, tubuh sering merasakan panas dingin/flu, minum
Josling dalam Nurmianto, (2004) dalam artikelnya yang berjudul Shift Work and III-Health dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Circadian Learning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para pekerja shift, terutama yang bekerja di malam hari, dapat terkena beberapa permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan ini antara lain: gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Segala gangguan kesehatan tersebut, ditambah dengan tekanan stres yang besar dapat secara otomatis meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja shift malam. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada pekerja shift malam bagian electrical field service dimana pada pekerja terdapat peningkatan jumlah pekerja yang
menderita sakit kepala sebelah atau migraine, merasa letih atau lelah, tidur gelisah, dan kesulitan untuk tidur kembali yang dapat dilihat pada tabel 4.3.. Berdasarkan pengakuan pekerja sakit kepala yang dialami masih terasa wajar, hanya sebentar dan belum pernah diperiksa, perasaan letih/lelah masih terasa saat setelah bekerja dan kembali kerumah, sementara tidur gelisah dan kesulitan tidur kembali juga dialami oleh beberapa pekerja dan lebih banyak ditemui pada pekerja shift malam. Hal ini dikarenakan orang yang bekerja shift malam atau bekerja hingga larut malam sering menderita insomnia. Bekerja dimalam hari dapat membuat tubuh stres, karena secara biologi tubuh dirancang untuk menjadi aktif pada siang hari dan istirahat pada malam hari, sehingga terdapat beberapa pekerja yang mengkonsumsi obat penambah stamina agar tetap semangat dan mengkonsumsi pil tidur agar bisa tertidur dengan tenang dan lelap keluhan dari pekerja yang bekerja pada malam hari adalah rasa takut ketika bekerja paling banyak pada malam hari dibandingkan dengan pagi hari. Rasa takut yang mereka alami merupakan rasa takut terhadap lingkungan kerja, berhadapan dengan hewan buas, pencuri ataupun masyarakat setempat yang menghambat perjalanan menuju ke lokasi kerja. Adapun beberapa penyebab stres kerja yang terdapat pada pekerja adalah beban kerja yang berlebihan atau terlalu sedikit, demikian juga pada pekerja electrical field service dimana beban kerja terlampau banyak ataupun beban berlebihan dirasakan pada saat shift pagi, hal ini dikarenakan pengecekan yang dilakukan oleh seorang pumper (pengecek pompa) lebih sering dilakukan pada pagi hari, sehingga banyaknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan pada malam hari menjadi bertumpuk pada pagi hari. Beban kerja yang terlalu sedikit pada malam hari menimbulkan kebosanan karena pekerja hanya menunggu jika ada panggilan kerja,
dan ketika menunggu panggilan kerja banyak pekerja yang menghabiskan waktu dengan merokok. (Munandar, 2011) Sistem menunggu pada saat bekerja dapat mengakibatkan kebosanan dan stres kerja, dapat dilihat dalam sebuah studi yang dikutip oleh Zainudin (2011) menunjukkan bahwa menunggu layanan informasi lewat call center selama lebih 5 menit mengakibatkan stres dan peningkatan tekanan darah. Sebanyak 64 persen peserta survei mengatakan bahwa kekesalan memuncak saat diminta menunggu sembari diperdengarkan musik. Padahal, pemasangan musik otomatis ini awalnya justru bertujuan untuk menenangkan konsumen. Sebanyak empat dari setiap lima responden mengaku stres dan langsung menutup telepon saat musik mulai terdengar. Penelitian lain juga menunjukka dimana diketahui faktorfaktor yang menimbulkan stres kerja pada kru sinetron adalah waktu kerja yang tidak jelas, banyak menunggu seperti menunggu pemain, menunggu scenario, dan menunggu set yang belum selesai. (Nursofa dan Putri, 2009) Stres kerja yang dialami oleh pekerja bagian electrical field service juga dikondisikan oleh sistem manajerial dari atasan, beberapa pekerja menyatakan bahwa kurangnya perhatian dari atasan yang terlihat dari pekerja terkadang harus sendirian ke lokasi kerja tanpa didampingi oleh rekan kerja, pekerja juga terkadang mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari pekerja PT X, seperti mengulur-ulur waktu, tidak mau menandatangani ataupun mempersulit izin kerja dan sistem informasi yang tidak jelas dan kurangnya umpan balik yang positif dari perusahaan atas pekerjaan yang telah dilakukan seperti terhadap masalah gaji yang diberikan, pekerja merasa bahwa gaji yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga akibatnya 3 pekerja di PHK karena melakukan demonstrasi menuntut kenaikan gaji dan 4
pekerja mengundurkan diri. Hal ini diungkapkan oleh Wijono (2011) bahwa komunikasi antara penyelia dan pegawai dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan stres kerja, selain itu Infantio dan Gordon yang dikutip oleh Wijono (2011) mendapati bahwa pegawai yang mempunyai persepsi positif terhadap penyelianya akan merasa puas dengan penyelianya, sehingga dengan kata lain tingkat stres kerjanya juga akan menjadi rendah. Stres kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Faktor manusia memiliki peranan penting dimana manusia sebagai pelaku pekerjaan memiliki banyak kekurangan, seperti kurangnya pengetahuan, kurang keterampilan, motivasi yang kurang baik, stres fisik dan mental menyebabkan kecelakaan kerja terjadi. (Suma’mur,2009). Menurut penelitian Baker yang dikutip oleh Putri (2008) stres kerja dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung sering dan mudah terserang penyakit sehingga kurang berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Menurut Mustar (Anonim, 2013) menyatakan risiko kecelakaan pada pekerja shift malam hampir 50% lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja shift normal (pagi). Pekerja yang sulit berkonsentrasi pada saat bekerja lebih banyak pada shift malam hari, hal ini dikarenakan berbagai faktor seperti situasi lingkungan kerja, rasa ngantuk ataupun rasa takut saat bekerja kelapangan, yang dapat mengakibatkan pekerja mengalami kecelakaan kerja akibat rasa kantuk pada malam hari, dan terlalu capek dan letih pada saat bekerja. Stres sebenarnya positif bagi manusia, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak. Namun stres yang lebih berat dapat menyebabkan kondisi yang rentan terhadap penyakit
serta dapat memicu terjadinya penyakit nyeri lambung, darah tinggi, asma maupun migrein. Menurut Cooper seorang psikolog yang telah melancarkan suatu kampanye untuk mempersingkat waktu kerja, khussnya waktu kerja yang lebih sedikit pada hari Jum’at. Orang juga merasa kalau hubungan personal mereka akan membaik jika mereka memiliki akhir pekan yang lebih lama. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Amerika Serikat diperoleh 55% responden merasa tidak dapat tenang di akhir pekan dan yang paling terkena dampaknya adalah tenaga kerja yang bekerja lebih dari 60 jam perminggu. Cooper juga mengatakan bahwa tenaga kerja tidak akan produktif apabila mereka tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, sehingga dapat menimbulkan stres (Balatif, 2002). Penelitian lain juga dilakukan oleh Dhania (2010) yang menemukan penyebab utama dalam stres kerja pada buruh rokok di Kota Kudus adalah jam kerja buruh yaitu sebesar 63% dari penyebab lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi pada pekerja bagian electrical field service di PT. BHI yang bekerja dengan jam kerja lebih besar dari 60 jam perminggu, sehingga pekerja tidak dapat beristirahat ataupun menikmati hari libur bersama keluaga, emosi juga terkadang tidak terkontrol dengan baik.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian pada pekerja maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pekerja yang mengalami stres kerja tinggi sebanyak 9 orang (33,33%), stres rendah 18 orang (66,67%) pada shift pagi hari sedangkan pada shift malam
13 orang (48,15%) mengalami stres tinggi dan 14 orang (51,85%) yang mengalami stres rendah. 2. Uji signifikansi dengan uji wilcoxon diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan stres kerja berdasarkan shift kerja pada pekerja bagian electrical field service di PT. Baker Hughes Indonesia Duri Riau tahun 2013. Saran 1. Bagi perusahaan disarankan: a. Memperpendek shift malam, agar tubuh pekerja tidak terlalu lama beradaptasi dengan shift malam seperti menggunakan rotasi shift kerja 2-2-2. b. Memperjelas sistem informasi seperti informasi dari PT.X kepada operator PT. Baker Hughes Indonesia dan mendengarkan serta menindak lanjuti keluhan ataupun masukan dari para pekerja c. Menyesuaikan jumlah pekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan d. Pada proses rekrutmen menjelaskan kepada pekerja situasi kerja yang akan dihadapi, sehingga pekerja siap bekerja baik fisik maupun mental e. Memberikan reward kepada pekerja yang bekerja dengan baik 2. Bagi pekerja disarankan: a. Menggunakan waktu menunggu pekerjaan dan mengalihkan keinginan merokok dengan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan bisa menghilangkan kebosanan seperti menggunakan fasilitas olah raga, computer dan kegiatan lain yang berfungsi sebagai refreshing. b. Memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan dengan sebaikbaiknya, agar tubuh dapat
beristirahat, stamina dan irama sirkadian tubuh tetap terjaga.
Daftar Pustaka Anonim. 5 Ancaman Kesehatan Pekerja Shift Malam. http://obat-traditionalmedicine.blogspot.com. Di akses Tanggal 16 Maret 2013 Balatif, F, 2002. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Terjadinya Stres Pada Tenaga Kerja Industri Soft Drink Di PT X. Skripsi FKM USU. Dhania, R.D. 2010. Stres Kerja Buruh Rokok di Kota Kudus. Jurnal Universitas Muria Kudus Firdaus, H. 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres Pada Tenaga Kerja Di Bagian Poduksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Tebing Tinggi. Skripsi FKM USU. Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia National Safety Council. 2003. Manajemen Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Edisi II. Penerbit Guna Widya: Surabaya Putri, P.H.S. 2008. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Resiko Kecelakaan Kerja Pada Karyawan. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto Wijono, S. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi, Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Zainudin, 2011. Pekerjaan Menunggu Bisa Perburuk Kesehatan, www. Majanews.com diakses tgl 19 april 2013