perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN KERJA MONOTONI DENGAN KEJENUHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SPINNING PT. TYFOUNTEX INDONESIA SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Janti Alinuari R. 0208026
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Janti Alinuari, R.0208026, 2012. Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja Pada Pekerja Bagian Spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Skripsi. Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Bagian spinning adalah bagian yang memintal serat-serat benang menjadi gulungan benang sebagai bahan baku kain. Dalam kerjanya pekerja mengawasi mesin pemintal serat-serat benang selama 8 jam. Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah ada hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja di bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 pekerja di bagian spinning menggunakan teknik Purposive Sampling. Data kerja monotoni diperoleh dengan pengamatan dan kuesioner kerja monotoni. Data kejenuhan kerja diperoleh dengan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI). Analisis data yang digunakan adalah uji Spearman Rho dengan menggunakan program computer SPSS versi 16.0. Hasil: Hasil penelitian kerja monotoni menunjukkan pekerja mengalami kerja monoton adalah 23 pekerja (54,76 %) dan pekerja tidak mengalami kerja monoton adalah 19 pekerja (45,23 %). Hasil penelitian terhadap kejenuhan kerja menunjukan pekerja yang mengalami kejenuhan kerja ringan ada 14 pekerja (33,33%), sedang 8 pekerja (19,05 %), berat 17 pekerja (40,48%) dan sangat berat 3 pekerja (7,14%). Hasil uji statistik antara kedua variabel menunjukan nilai p < 0,05 yang berarti ada korelasi bermakna antara kedua variabel tersebut. Simpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Kata Kunci: Kerja Monotoni, Kejenuhan Kerja, Spinning
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Janti Alinuari, R.0208026, 2012. Correlation Monotony With Job Burnout In Spinning Employees at PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Thesis. Diploma IV Occupational Safety and Healthy. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: The spinning is to spin the yarn fibers into yarn as raw material for cloth. Supervise his workers in the spinning machine yarn fibers for 8 hours. This research aims to prove whether there is a monotony of work with job burnout in workers in the spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo Methods: This research is an observational cross sectional analytic approach. The sample in this study amounted to 42 workers in the spinning using purposive sampling techniques. The data obtained by observation of monotonous work and monotony of work questionnaire. Job burnout data obtained by questionnaire Maslach Burnout Inventory (MBI). Analysis of the data used is Spearman Rho test using SPSS version 16.0 computer program. Results: The results showed workers who work monotony of work experience is 23 workers (54.76%) and workers who do not experience the monotony of work are 19 workers (45.23%). The results of research on job burnout showed that workers experiencing job burnout light, there were 14 workers (33.33%), while 8 workers (19.05%), weight of 17 workers (40.48%) and very heavy 3 workers (7.14 %). The results of statistical tests between the two variables indicate the value of p < 0.05 which means there is a significant correlation between two variables. Conclusion: It can be concluded that there is a correlation between the monotony of work with job burnout in spinning employees at PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Keywords: Monotony Work, Job burnout, Spinning
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi degan judul “Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja pada Pekerja Bagian Spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo”. Skripsi ini bisa selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan, dr.Sp.Pd-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ipop Sjarifah, Dra.,M.Si., selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Tarwaka, PGDip.,Sc.,M.Erg., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 4. Sigit Fajar Suryanto,S.ST, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 5. Istar Yuliadi, dr.,M.Si., selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 6. Kartono Bsc, selaku Kepala Bagian Personalia PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo yang telah memberikan banyak bantuan selama proses penelitian. 7. Kedua orang tua dan saudara-saudara yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan kepada penulis. 8. Sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak terutama bagi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Juli 2012
commit to user vi
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
ABSTRACT ....................................................................................................
v
PRAKATA .......................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
3
C. Tujuan penelitian .........................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
3
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
5
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................
21
C. Hipotesis .....................................................................................
22
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................
23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
23
C. Populasi Penelitian ......................................................................
23
D. Teknik Sampling .........................................................................
23
E. Sampel Penelitian ........................................................................
24
F. Desain Penelitian ........................................................................
25
G. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................
25
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... commit to user I. Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................
26
vii
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman J. Cara Kerja Penelitian ..................................................................
29
K. Teknik Analisis Data ...................................................................
30
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum .......................................................................
31
B. Karakteristik Subjek Penelitian ...................................................
32
C. Hasil Pengukuran Kerja Monotoni .............................................
35
D. Hasil Pengukuran Kejenuhan Kerja ............................................
37
E. Uji Univariat................................................................................
39
BAB V. PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian ...................................................
42
B. Analisis Univariat........................................................................
44
C. Analisis Bivariat Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja ..........................................................................................
46
BAB VI.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ....................................................................................
48
B. Saran ............................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
49
LAMPIRAN
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Data umur subjek ..........................................................................
32
Tabel 2.
Distribusi umur responden bagian spinning .................................
33
Tabel 3.
Data masa kerja subjek ..................................................................
34
Tabel 4.
Distribusi masa kerja responden bagian spinning .........................
35
Tabel 5.
Data kerja monoton subjek ............................................................
35
Tabel 6.
Distribusi kerja monoton responden bagian spinning ...................
37
Tabel 7.
Data kejenuhan kerja subjek .........................................................
37
Tabel 8.
Distribusi kejenuhan kerja responden bagian spinning .................
39
Tabel 9.
Korelasi umur dengan kejenuhan kerja .........................................
39
Tabel 10. Korelasi masa kerja dengan kejenuhan kerja ................................
40
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 2.
Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3.
Kuesioner Kerja Monoton
Lampiran 4.
Kuesioner Kejenuhan Kerja
Lampiran 5.
Uji normalitas umur responden
Lampiran 6.
Uji normalitas masa kerja responden
Lampiran 7.
Uji normalitas kerja monotoni responden
Lsmpiran 8.
Uji normalitas kejenuhan kerja responden
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan ditempat kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penggerak roda pembangunan nasional khususnya yang berkaitan dengan sektor industri. Disamping itu tenaga kerja adalah unsur yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kegiatan industri, sehingga sudah seharusnya kepada tenaga kerja diberikan perlindungan dan pemeliharaan kesehatan (Budiono, 2003). Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir separuh dari berat tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain dengan bekerja, berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental (Tarwaka, 2010). commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984) dalam Tarwaka (2010) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan pada pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo didapatkan bahwa tenaga kerja bekerja selama 6 hari yaitu hari Senin sampai Sabtu. Setiap harinya harus bekerja selama 8 jam dengan 1 jam istirahat. Tenaga kerja bagian spinning dalam pabrik tekstil PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo adalah bagian yang memintal serat-serat benang menjadi gulungan benang sebagai bahan baku kain. Dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 orang pekerja dengan cara memberikan kuesioner tentang kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara kondisi karyawan dengan pekerjaannya (Gunarsa, 2004). Dari hasil kuesioner tersebut diketahui bahwa pekerja mengalami kejenuhan karena pekerjaan monoton yang hanya mengawasi mesin pemintal serat-serat benang. Berdasarkan gambaran tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian apakah memang ada hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja di bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
B. Rumusan Masalah Adakah hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui gambaran kerja monotoni bagian spinning.
b.
Untuk menilai keadaan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning.
c.
Untuk mengetahui hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning.
D. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Diharapkan
sebagai
pembuktian
bahwa
kerja
monotoni
dapat
mempengaruhi kejenuhan kerja pada pekerja. 2.
Manfaat Aplikatif a.
Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah wacana kepustakaan keilmuan tentang teori-teori kerja monotoni dan kejenuhan pekerja khususnya tentang hubungan kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
monotoni dengan kejenuhan pekerja di bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. b.
Bagi Peneliti Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan kerja monotoni dan kejenuhan tenaga kerja.
c.
Bagi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menambah referensi, data dan informasi di kepustakan Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
d.
Bagi perusahaan Menambah pengetahuan dan pengertian hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Manfaat bagi pekerja agar mereka tidak mengalami kejenuhan akibat kerja monotoni yang mereka kerjakan. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan itu sendiri untuk mengambil langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dan perusahaan dapat melakukan pencegahan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi perkembangan penyakitpenyakit yang telah terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Kerja Monotoni a.
Pengertian Monoton adalah sesuatu yang kita lakukan setiap hari dan terus menerus (Hanjani, 2010). Kerja monoton adalah suatu pekerjaan yang sifatnya rutin tanpa variasi yang akan menimbulkan rasa bosan dan berkurangnya motivasi kerja (Mangkunegara, 2005). Kerja monoton adalah suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam jangka waktu lama. Di Indonesia dimana sebagian industri dilakukan dalam kapasitas yang besar dan menengah, jenis pekerjaan monotoni banyak ditemukan. Namun tidak menutup kemungkinan juga ditemukan pekerjaan monoton di industri kecil (Budiono dkk., 2003). Menurut Papu (2002), para pekerja yang setiap hari hanya melakukan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang serta berada dalam lingkungan kerja yang relatif sama akan sangat mudah menjadi bosan setelah menjalani pekerjaan tersebut dalam waktu tertentu. Selain itu pekerjaan yang dianggap terlalu mudah atau tidak sesuai
dengan
tingkatan pengetahuan, commit to user 5
kemampuan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang juga akan cenderung membuatnya mengalami kebosanan. Menurut Djui & Setiasih (2001), kerja monoton adalah kerja yang hanya kadang-kadang saja memerlukan perhatian dan tanpa keterampilan akan menjurus kepada kebosanan, yang selalu bersifat
berulang-ulang,
yang
harus
dilaksanakan
tanpa
menenggang. Menurut Djui & Setiasih (2001), saat mengerjakan tugas yang sifatnya monoton, pada umumnya karyawan mengalami penurunan semangat kerja dibandingkan pada jenis pekerjaan yang bervariasi, oleh karena itu pekerjaan yang monoton secara tidak disadari akan menimbulkan masalah kejenuhan, karyawan menjadi malas dan merasa cepat lelah. b.
Penyebab Kerja Monotoni Keadaan monotoni dapat berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja. Pekerjaan monoton bersifat berulang-ulang, rutin, hanya kadang-kadang saja memerlukan perhatian dan lingkungan kerja tidak menyenangkan baik dari penghuni maupun dari dekorasi dan penataan ruangan (Papu, 2002).
c.
Cara Mengatasi Kerja Monotoni Menurut Papu (2002), cara mengatasi kerja monotoni dapat dilakukan dengan : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
1) Rotasi pekerjaan Untuk
memberikan
kesempatan
pada
karyawan
untuk
menambah kemampuan dan keahliannya. 2) Pembinaan dan pemeliharan semangat karyawan yang pada akhirnya
mempengaruhi komitmen karyawan itu terhadap
perusahaan. 3) Pekerja diberi tanggung jawab untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan sebelumnya. 4) Job enlargement atau perluasan kerja Yaitu desain pekerjaan teknik di mana jumlah tugas yang terkait dengan pekerjaan meningkat dan pelatihan sesuai yang disediakan untuk menambahkan variasi yang lebih besar untuk kegiatan, sehingga mengurangi monoton. 5) Pemberian musik saat bekerja Pada pekerjaan yang monotoni, musik dapat mempunyai efek yang merangsang dan meningkatkan prestasi. Irama musik yang terarah dapat juga mempengaruhi otak untuk kerja bersemangat dan meningkatkan prestasi. d.
Pengukuran Kerja Monotoni Pengukuran kerja monotoni dilakukan dengan menggunakan kuesioner kerja monotoni. Terdapat 10 rangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden. Skoring kuesioner kerja monotoni adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
1) Pertanyaan 1 – 5 : jika jawaban Ya, maka bernilai 2 dan jika jawaban tidak, maka bernilai 1. 2) Pertanyaan 6 – 10 : jika jawaban Ya, maka bernilai 1 dan jika jawaban tidak maka bernilai 2. Dari hasil penilaian tersebut maka kerja monotoni dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 1) Jika jumlah skor 10 – 15
= responden tidak mengalami kerja
monotoni 2) Jika jumlah skor 16 – 20
=
responden
mengalami
kerja
monotoni
2.
Job Burnout (Kejenuhan Kerja) a.
Pengertian Ketidaknyamanan kerja dan tugas rutin berhubungan dengan kebosanan. Kebosanan yang terjadi di dalam lingkup pekerjaan disebut juga dengan kebosanan kerja (Simamora, 2004). Job Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara kondisi karyawan dengan pekerjaannya (Gunarsa, 2004). Maslach & Leiter (1997), mendefinisikan job burnout
sebagai
keletihan fisik dan mental secara perlahan yang diiringi dengan hilangnya komitmen kerja serta munculnya sikap sinis kepada rekan kerja mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Pines dan Aronson (1989) seperti dikutip oleh Sutjipto (2002) dalam artikelnya yang mendefinisikan job burnout sebagai kelelahan secara fisik, mental dan emosional. Job Burnout dialami oleh
seseorang
yang
bekerja
menghadapi
tuntutan
dari
klien/pelanggan, tingkat keberhasilan dari pekerjaan rendah dan kurangnya penghargaan yang memadai terhadap kinerjanya. Situasi menghadapi klien ini menggambarkan keadaan yang menuntut secara emosional (emotionally demanding). Pada akhirnya dalam jangka panjang seseorang akan mengalami kelelahan, karena ia berusaha memberikan sesuatu secara maksimal, namun memperoleh apresiasi yang minimal. Burnout merupakan sindrom berhubungan dengan kerja yang paling sering mempengaruhi profesional pelayanan publik (Togia, 2005). Menurut Poerwandari (2010), job burnout adalah kondisi seseorang yang terkuras habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik. Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental dan emosional yang terus menerus. Seorang tenaga kerja yang merasa sangat bosan atau jenuh dengan pekerjaanya akan dapat muncul suatu ketegangan, rasa lemah, cepat marah, sulit berkonsentrasi maupun sulit bekerja secara efektif (Anoraga, 1998). Suatu pekerjaan agar tidak menimbulkan kebosanan, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
oleh pekerja atau karyawan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur kerja, uraian kerja (job description) yang jelas, persyaratan jabatan (job specification) yang jelas untuk mendukung uraian jabatan tersebut, peralatan yang tepat atau sesuai lingkungan kerja dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Papu (2002), banyak perusahaan yang melakukan tindakan pencegahan kebosanan kerja untuk membuat para pekerja tidak merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari, dengan cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan, melaksanakan company gathering, memberikan kesempatan untuk melakukan cuti dan masih banyak lagi hal lainnya. b.
Proses Terjadinya Job Burnout Proses job burnout dimulai dari adanya ketidakcocokan antara karakteristik karyawan dengan lingkungan dan desain pekerjaan ataupun kebijakan organisasi. Kondisi seperti ini mengakibatkan terjadinya erosi dalam keterlibatan kerja. Tugastugas yang semula tampak menyenangkan dan memberi makna penting kini mulai dirasakan tidak menyenangkan dan tidak berarti. Terjadinya erosi dalam keterlibatan kerja biasanya diiringi oleh munculnya perasaan yang tidak nyaman. Pada tahap ini, perasaan antusias, dedikasi, kenikmatan bekerja mulai hilang dan berganti dengan kemarahan dan kecemasan. Pada akhirnya, kondisi tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
menurunkan efisensi dan efektivitas pelaksanaan tugas (Gunarsa, 2004). c.
Gejala Job Burnout Gejala-gejala job burnout adalah gejala yang tidak biasa dan sulit untuk dijelaskan (Potter, 2005). Job Burnout adalah hilangnya gairah dalam bekerja sehingga yang terkena burnout menjadi tidak mampu bekerja. Job Burnout tidak terjadi dalam waktu singkat. Ini adalah proses kumulatif, dimulai dengan tanda peringatan kecil, yang ketika diabaikan bisa berkembang menjadi kondisi yang serius. Potter (2005) menjelaskan gejala job burnout meliputi : 1) Emosi Negatif. Terkadang perasaan marah, depresi, frustasi, ketidakpuasan dan kegelisahan merupakan bagian normal dari kehidupan dan bekerja. Akan tetapi pada orang yang terperangkap dalam siklus burnout emosi negatif ini lebih sering terjadi sehingga lamakelamaan menjadi kronis. Dalam tahap-tahap selanjutnya terlihat kecemasan, rasa bersalah, ketakutan yang kemudian menjadi depresi. 2) Frustasi Perasaan frustasi di dunia kerja dalam sebagian besar waktu bekerja dan dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaan merupakan gejala awal job burnout. Namun banyak korban commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
burnout menyalahkan diri dengan menunjukkan mereka frustasi atas kegagalan mereka sendiri. 3) Depresi Perasaan depresi mendalam hampir sama dengan kelelahan emosional dan spiritual dimana individu merasa seperti kehabisan energi. Depresi terjadi sebagai respon terhadap situasi pekerjaan, hal itu dapat menjadi masalah dalam diri individu yang menyebabkan gangguan kesehatan. Maslach dan Leiter (1997) mengungkapkan bahwa gejala burnout dapat dikategorikan dalam tiga gejala, yaitu : 1) Exhaustion Exhaustion merupakan gejala job burnout yang ditandai oleh perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik, mental dan emosional. Ketika seseorang mengalami exhaustion, mereka merasakan energinya seperti terkuras habis dan perasaan "kosong" yang tidak dapat diatasi lagi. 2) Cynicism Cynicism mencerminkan adanya sikap yang sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkungan pekerjaan dan kecenderungan menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya untuk melindungi diri dari perasaan kecewa, penderitanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
menganggap dengan berperilaku tersebut akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan. 3)
Ineffectiveness Ineffectiveness mencerminkan adanya perasaan tidak berdaya, tidak mampu melakukan tugas dan menganggap tugas yang dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang baru. Seiring dengan hal tersebut penderitanya juga merasakan kehilangan kepercayaan terhadap orang lain. Mereka merasa ide-idenya tidak memperoleh tempat lagi sehingga timbul perasaan tidak berguna.
d.
Pengukuran Job Burnout Maslach dan Leiter (1997) mengatakan bahwa job burnout dapat diukur dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory (MBI). Maslach Burnout Inventory dapat digunakan untuk mengukur level job burnout pada pekerja unit spinning di PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo dengan meminta mereka memilih jawaban yang paling mendekati dengan apa yang mereka rasakan dengan skala 1 – 10 yang berisi tingkat Tidak Setuju (=0) sampai Setuju (=10). Rangkaian dua puluh pertanyaan ini diajukan kepada responden untuk mengetahui frekuensi terjadinya tiga aspek dari sindrom Burnout sebagaimana yang diidentifikasi oleh Maslach yaitu kejenuhan fisik, kejenuhan emosional atau Depersonalisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dan Pencapaian Diri/Personal. Berdasarkan perhitungan jumlah nilai keseluruhan dibagi 20, maka pengukuran tingkat burnout dibagi menjadi 4 (empat) kategori berdasarkan jumlah angka yang dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan diatas, sebagai berikut : 1) 0 – 2 (Tingkat kejenuhan ringan) Tingkatan ini menunjukan bahwa seseorang merasa cukup bahagia. Skor yang rendah adalah skor yang bagus yang menunjukan bahwa seseorang dapat mengatasi stress dengan baik. Walaupun seseorang mengalami stress tetapi ia dapat mengelola stress dengan baik dan dapat membuat hidupnya berimbang. Orang-orang pada tingkatan skor ini tidak akan mudah naik pitam dan akan menerima stress yang dialami dalam perjalanan hidup. 2) 3 – 5 (Tingkat kejenuhan sedang) Tingkatan ini menunjukan perlunya memonitor situasi yang dihadapi dan pengambilan tindakan jika keadaan yang dihadapi menjadi lebih buruk. Walaupun tidak perlu diberi peringatan, namun orang pada tingkatan ini perlu meluangkan waktu untuk merefleksi tindakan yang telah diambil untuk mempertimbangkan penyebab stress yang dihadapi, apakah semakin mudah atau semakin sukar ditangani.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
3) 6 – 8 Sinyal Kuning (Tingkat kejenuhan berat) Orang-orang pada tingkatan ini cenderung mudah terkena burnout. Sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan-kegiatannya untuk
menentukan
prioritas
kegiatan
dan
menghilangkan
beberapa penyebab stress. Orang pada tingkatan ini perlu memeriksakan kesehatan, meninjau kembali tujuan hidup, keseimbangan antara kerja dan hiburan dan sistem dukungan sosial yang dimilikinya (keluarga, teman dan jaringan sosial lainnya). 4) 9 – 10 Sinyal Merah (Tingkat kejenuhan sangat berat) Mereka yang mendapatkan skor pada tingkatan ini sebaiknya berhenti untuk istirahat. Mereka membutuhkan konsultasi dan nasihat, baik medis maupun psikologis agar terhindar dari kondisi kehilangan kendali. Ia memerlukan istirahat serta menilai kembali hidup dan pekerjaannya. Perolehan skor di tingkatan ini menunjukkan bahwa ia sedang dalam tekanan stres berlebihan dalam waktu yang menerus dan sudah cukup lama.
Perlu
diwaspadai bahwa manusia mempunyai batas toleransi fisik dan mental.
Diperlukan
langkah-langkah
konkrit
menanggulangi sinyal-sinyal bahaya yang timbul, dengan
berkonsultasi
intensif
dengan
untuk misalnya
profesional
dan
mendapatkan dukungan penuh berkesinambungan dari keluarga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
dan jaringan sosial yang dimilikinya untuk mendapatkan masukan dan kemudian menentukan arahan masa depan hidup selanjutnya. 3.
Kinerja Tenaga Kerja Mangkunegara (2004) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah (2003) menyatakan kinerja seseorang
merupakan
kombinasi
dari
kemampuan,
usaha,
dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif Bernandin dan Russell (1993) dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006). Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Moh As’ad, 2003). Kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatanperbuatannya (Moh As’ad, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Menurut Rivai dan Basri (2005),
pengertian kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Menurut Bambang dan Waridin (2005), kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin dan Waridin, 2006). Sedangkan pengertian dari penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan (Hasibuan, 2005). Sikula (1998) dalam Hasibuan (2005) juga menyatakan penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk
pengembangan.
Yoder
(1999)
dalam
Hasibuan
(2005)
mendefinisikan penilaian kinerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. Penilaian Kinerja menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Sastrohadiwiryo
(2003)
adalah
suatu
kegiatan
yang
dilakukan
manajemen atau penyelia. Faktor penyebab menurunnya kinerja menurut Nitisemito (2000) yaitu : a.
Pencapaian target pekerjaan (Quantity of work)
b.
Ketepatan dan ketelitian (Quality of work)
c.
Keterampilan pegawai (Job knowledge)
d.
Ide atau gagasan pegawai pegawai (Creativeness)
e.
Kerjasama pegawai (Cooperation)
f.
Dapat dipercaya (Dependability)
g.
Semangat dalam mengerjakan tugas
& bertanggung jawab
(Initiative) h.
4.
Kepribadian dan keramahtamahan (Personal qualities)
Hubungan antara Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja Pekerjaan yang monoton dapat menimbulkan kejenuhan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja (Widajati, 2006). Kerja monotoni mempengaruhi kejenuhan kerja secara mental dan fisik antara lain semangat kerja menurun, kurang fokus dalam bekerja, penurunan kekuatan kerja dan kelelahan otot (Papu, 2002). Faktor-faktor penyebab burnout secara lebih rinci, Maslach dan Leiter (1997) mengungkapkan bahwa sumber atau penyebab terjadinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
burnout dapat ditelusuri kedalam lima macam bentuk ketidaksesuaian antara orang dan pekerjaannya, yaitu : a.
Kelebihan beban kerja
b.
Kurangnya kontrol
c.
Terganggunya komunikasi dengan pekerja lain dalam pekerjaan
d.
Hilangnya keadilan dalam organisasi pekerjaan
e.
Konflik antar pekerja Sedangkan faktor-faktor internal penyebab terjadinya burnout
menurut Maslach dan Leiter (1997) antara lain: a.
Umur
b.
Jenis kelamin
c.
Masa kerja Menurut Nurjayadi (2004) ada tiga faktor penyebab kejenuhan
kerja secara eksternal : a.
Beban kerja
b.
Lingkungan
c.
Organisasi Selain faktor eksternal tersebut, Nurjayadi (2004) juga
mengungkapkan ada tiga kelompok faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan burnout, yaitu : d.
Faktor situasional atau karakteristik pekerjaan Ada beberapa faktor situasi kerja yang terbukti berpengaruh, yaitu : 1) Beban kerja fisik secara kuantitatif dan kualitatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2) Kurangnya
sumber-sumber
pemenuhan
tugas
(miskinnya
fasilitas kerja) 3) Minimnya dukungan sosial terutama dari atasan e.
Faktor organisasional Faktor ini menyangkut perlakuan organisasi, proses atau mekanisme pekerjaan, hierarki posisi dan nilai-nilai organisasi. Schaufeli dan Buunk (2003) mengungkapkan bahwa ketidakpuasan kerja secara konsisten memperlihatkan hubungan yang positif dengan kejenuhan kerja. Tampaknya kepuasan kerja merupakan faktor yang sangat relevan untuk memprediksi kejenuhan kerja.
f.
Faktor individual/ kepribadian Schaufeli dan Buunk (2003) mengemukakan bahwa faktor kepribadian yang terkait dengan kejenuhan kerja antara lain adalah : 1) Kurangnya ketangguhan (lack of hardiness) 2) Penempatan kontrol diri yang berorientasi eksternal 3) Perilaku tipe A (cepat, tergesa-gesa dan tidak dapat bekerja secara pelan) 4) Kurangnya kontrol diri 5) Harga diri yang rendah. Di samping faktor kepribadian, Schaufeli dan Buunk (2003) menyatakan bahwa kejenuhan kerja juga dipengaruhi oleh faktor demografi. Keduanya menyatakan bahwa sindrom burnout
di
Amerika banyak dialami oleh mereka yang berada pada usia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
produktif (30-40 tahun) dengan pengalaman kerja yang relatif sedikit, namun Schaufeli dan Buunk sendiri merasa belum yakin dengan temuan tersebut. Pembagian distribusi umur pekerja spinning pada umur lebih dari 40 tahun, kekuatan fisik biasanya telah menurun
sehingga
kegiatan
yang
dilakukan
juga
menurun
(Horrington, 2005 dalam Pertiwi, 2010). Sementara jenis kelamin masih dianggap sebagai prediktor yang bias. Pada awalnya diasumsikan bahwa burnout akan lebih banyak dialami oleh wanita mengingat gejala utamanya berkaitan dengan aspek emosi. Pernyataan ini didukung oleh Ivancevich, dkk (2005), yang menyatakan bahwa wanita cenderung mengalami burnout
daripada pria, dan pekerja yang tidak menikah lebih
mungkin untuk mengalami burnout daripada pekerja yang menikah.
B. Kerangka Pemikiran Kerja monoton Secara Psikologis : 1. Semangat kerja menurun 2. Kurang fokus dalam bekerja 3. Faktor penyebab eksternal : 1. Beban kerja 2. Lingkungan kerja 3. Organisasi
Secara fisiologis : 1. Penurunan kekuatan kerja 2. Kelelahan otot 3.
Kejenuhan kerja
Faktor penyebab internal : 1. Jenis Kelamin 2. Umur 3. Masa kerja
Keterangan : commit to user
: Diteliti : Tidak diteliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
C. Hipotesis Ada hubungan antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning di PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang mencari hubungan antar variabel kemudian dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul. Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat secara bersamaan (Chandra, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo bagian spinning dimulai pada bulan Mei-Juni 2012. Estimasi durasi penelitian selama 1 bulan bergantung pada keadaan dan situasi pekerja (kondisional).
C. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek yang diteliti (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo yang berjumlah 153 pekerja.
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu commit to user berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu. 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
E. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian individu atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi digunakan rumus :
(
)
Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 5% (Notoatmodjo, 2002) n =
153
1 + 153 (0,12) = 60 Sampel penelitian yang didapatkan yaitu pekerja sebanyak 60. Kemudian dilakukan inklusi dengan hasil 42 pekerja, dengan kriteria sebagai berikut : 1.
Kriteria inklusi ialah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini sebagai sampel, dengan kriteria sebagai berikut :
2.
a.
Jenis kelamin
: perempuan
b.
Umur
: 20 – 40 tahun
c.
Masa kerja
: < 5 tahun dan > 5 tahun
Kriteria eksklusi ialah subjek dimana peneliti tidak menjadikan subjek ini kedalam sampel. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
F. Desain Penelitian Populasi
Purposive Sampling Sampel
Kerja Monotoni 1. Kategori Monoton 2. Kategori Tidak Monoton Spearman Rho Kejenuhan Kerja 1. 2. 3. 4.
Kategori Ringan Kategori Sedang Kategori Berat Kategori Sangat Berat
G. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah sebagai berikut : 1.
Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terhadap segala sesuatu gejala. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kerja monoton.
2.
Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian commit to user ini adalah kejenuhan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
3.
Variabel pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang tidak dipakai atau tidak diteliti. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu: a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, umur dan masa kerja. b. Variabel pengganggu tidak terkendali : beban kerja, lingkungan kerja dan organisasi.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.
Kerja Monotoni Kerja monotoni adalah pekerjaan yang dilakukan setiap hari dan terus menerus oleh tenaga kerja pada bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Alat ukur
: Kuesioner kerja monotoni
Cara pengukuran
: Membagikan kuesioner pada pekerja yang telah terpilih.
2.
Kategori
:
a. Monotoni
: skor 16 - 20
b. Tidak monotoni
: skor 10 – 15
Skala pengukuran
: Interval
Kejenuhan kerja Kejenuhan kerja adalah kondisi kelelahan fisik, mental dan emosional yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara kondisi karyawan dengan pekerjaannya pada pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Alat ukur
: Kuesioner MBI
Cara Pengukuran
: Membagikan kuesioner pada pekerja yang telah terpilih secara acak
3.
Kategori
:
c. Ringan
:0-2
d. Sedang
:3-5
e. Berat
:6-8
f. Sangat Berat
: 9 - 10
Skala pengukuran
: Interval
Jenis kelamin Jenis kelamin adalah identitas seseorang, laki-laki atau perempuan yang dapat kita lihat secara visual Alat ukur
: kuesioner identitas diri pekerja
Cara pengukuran
: pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri tenaga kerja
4.
Kategori
: perempuan
Skala pengukuran
: nominal
Umur Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Alat ukur
: kuesioner identitas diri pekerja
Cara pengukuran
: pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri tenaga kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
5.
Kategori
: 20 - 40
Skala pengukuran
: nominal
Masa kerja Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama tenaga kerja mulai bekerja hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Alat ukur
: kuesioner identitas diri pekerja
Cara pengukuran
: pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri tenaga kerja
I.
Kategori
: < 5 tahun dan > 5 tahun
Skala pengukuran
: nominal
Alat dan Bahan Penelitian 1.
Lembar Observasi Lembar observasi
untuk
melakukan pengamatan dalam rangka
mendapatkan data atau fakta yang terjadi di lapangan, berkaitan dengan pekerjaan monotoni pada karyawan bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. 2.
Kuesioner kerja monotoni
3.
Kuesioner kejenuhan kerja yaitu Maslach Burnout Inventory (MBI)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
J.
Cara Kerja Penelitian 1.
Tahap Persiapan Pembuatan surat ijin dari program studi untuk melakukan penelitian, melakukan survey awal di perusahaan, pembuatan kuesioner kerja monotoni dan kejenuhan kerja yaitu Maslach Burnout Inventory (MBI). Menyusun proposal skripsi dan melaksanakan ujian proposal skripsi.
2.
Tahap Pelaksanaan a.
Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ke pihak perusahaan.
b.
Menyerahkan surat ijin untuk melakukan survey awal penelitian pada perusahaan.
c.
Mendapatkan ijin dari perusahaan
d.
Melakukan survey awal dengan mengambil sampel 5 orang untuk mengisi kuesioner penelitian dan wawancara.
e.
Dengan mengetahui hasil kuesioner dari sampel penelitian saat survey awal, maka penelitian dilanjutkan.
f.
Menyebarkan kuesioner ke 60 responden
g.
Melakukan pengamatan selama proses kerja, yaitu mengamati responden selama bekerja.
3.
Tahap Akhir a.
Pengumpulan kuesioner kemudian memberi skor dan memasukkan hasil skoring ke dalam kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
b.
Setelah ditentukan skoring masing-masing responden, selanjutnya dilakukan pengolahan data
c.
Analisa data dengan Spearman Rho.
d.
Penyusunan laporan skripsi.
K. Teknik Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Spearman Rho dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0, dengan interpretasi hasil menurut Sopiyudin (2011) adalah sebagai berikut : 1.
Jika p value < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
2.
Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
Uji korelasi menunjukan arah korelasi : 1.
Jika nilai r bertanda + (positif), berarti korelasi searah, maka semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel yang lain.
2.
Jika nilai r bertanda – (negatif), berarti korelasi berlawanan arah, maka semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel yang lain.
Untuk mengetahui kekuatan hubungan (korelasi) antar kedua variabel dapat digunakan dasar sebagai berikut : 1. Jika nilai r antara 0,00 – 0, 199
: sangat lemah
2. Jika nilai r antara 0,20 – 0,399
: lemah
3. Jika nilai r antara 0,40 – 0,599
: sedang
4. Jika nilai r antara 0,60 – 0,799
: kuat
5. Jika nilai r antara 0,80 – 1, 000
: sangat kuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo didirikan pada tahun 1973 dengan alamat Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo merupakan industri tekstil integrated (pabrik tekstil terpadu) yang memproduksi mulai dari spinning (pemintalan), weaving (penenunan), dying (pencelupan), sampai garment (pakaian jadi). Untuk meningkatkan produktivitas kerja, PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo telah melakukan upaya seperti memperbaiki kinerja pekerja melalui rotasi kerja pada saat bekerja agar pekerjaan tidak monotonI dan menyebabkan kejenuhan, tetapi ditemukan sebagian besar pekerja pada bagian spinning yang masih mengalami kerja monoton yang pada akhirnya mengalami kejenuhan kerja. Pekerjaan yang dirasakan monotonI yang harus dikerjakan setiap hari dalam bentuk yang sama, berulang–ulang, serta pelaksanaan kegiatan yang tidak menarik dapat menyebabkan seorang pekerja atau karyawan bersikap bosan, acuh, dan tidak bergairah melakukan pekerjaannya. Kebosanan memiliki dampak terhadap produktivitas atau kinerja karyawan, yang pada akhirnya juga merupakan masalah bagi perusahaan ataupun organisasi. Apabila tidak ditanggulangi dengan segera, pada awalnya kebosanan dapat commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
mengurangi produktivitas, tetapi lama kelamaan juga dapat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.
B. Karakteristik Subjek Penelitian 1.
Umur Hasil penelitian terhadap pekerja spinning PT.Tyfountex Indonesia Sukoharjo diperoleh data umur sebagai berikut : Tabel 1. Data umur subjek No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Kode Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AB AC AD commit to user AE
Umur (Tahun) 32 29 39 21 22 40 38 32 24 22 33 20 22 27 35 39 40 28 40 24 25 37 27 26 25 40 30 22 34 37 Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Sambungan 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Rata-rata Standar Deviasi Range Sumber : Data Primer, 2012
AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ
32 37 31 33 32 40 39 36 34 34 31 38 32 6,35 20 – 40
Tabel 2. Distribusi Umur Responden Bagian Spinnning P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012 Umur (th) 20 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 Jumlah Sumber : Data Primer, 2012 2.
Bagian Spinning Frekuensi Persentase (%) 10 23,8 5 11,9 13 31 14 33,3 42 100
Jenis Kelamin Seluruh sampel jenis kelamin dalam penelitian ini adalah perempuan.
3.
Masa Kerja Hasil penelitian terhadap pekerja spinning PT.Tyfountex Indonesia Sukoharjo diperoleh data masa kerja sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Tabel 3. Data masa kerja subjek No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Kode Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ commit to user
Masa kerja (Tahun) 11 7 10 2 2 15 12 15 3 1 8 1 3 6 15 14 15 8 14 2 6 13 6 5 5 15 9 2 12 14 15 11 10 11 13 13 12 14 7 13 8 12 Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Sambungan Rata-rata Standar deviasi Range Sumber : Data Primer, 2012
9 4,67 2 - 15
Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Responden Bagian Spinnning P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012 Bagian Spinning Masa Kerja (th) Frekuensi Persentase (%) <5 9 21,42 >5 33 78,57 Jumlah 42 100 Sumber : Data Primer, 2012
C. Hasil Pengukuran Kerja Monotoni Pengukuran kerja monotoni dilakukan dengan menggunakan kuesioner kerja monotoni dengan penilaian : a.
10 – 15 : Subjek tidak merasakan adanya kerja monoton
b.
16 – 20 : Subjek merasakan adanya kerja monoton
Dari penilain tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Data kerja monotoni subjek No.
Kode Subjek
Skor Kerja Monoton 17 19 18 11 13 20 16 19 16 14 commit to user 18 12
Kategori
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
A B C D E F G H I J K L
Monoton Monoton Monoton Tidak monoton Tidak monoton Monoton Monoton Monoton Monoton Tidak monoton Monoton Tidak monoton Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Sambungan 13. M 14. N 15. O 16. P 17. Q 18. R 19. S 20. T 21. U 22. V 23. W 24. X 25. Y 26. Z 27. AB 28. AC 29. AD 30. AE 31. AF 32. AG 33. AH 34. AI 35. AJ 36. AK 37. AL 38. AM 39. AN 40. AO 41. AP 42. AQ Rata-rata Standar deviasi Range Sumber : Data Primer, 2012
10 15 17 19 16 18 19 12 13 17 11 19 14 20 14 12 13 11 12 12 14 17 16 13 18 16 12 16 18 19 15 2,99 10 – 20
commit to user
Tidak monoton Tidak monoton Monoton Monoton Monoton Monoton Monoton Tidak monoton Tidak monoton Monoton Tidak monoton Monoton Tidak monoton Monoton Tidak monoton Tidak monoton Tidak monoton Tidak monoton Tidak monoton Tidak monoton Tidak monoton Monoton Monoton Tidak monoton Monoton Monoton Tidak monoton Monoton Monoton Monoton
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Tabel 6. Distribusi Kerja Monoton Responden Bagian Spinnning P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012 Kategori Pekerjaan Monoton Tidak monoton
Bagian Spinning Frekuensi Persentase (%) 23 54,76 19 45,23
Jumlah 42 Sumber : Data Primer, 2012
100
D. Hasil Pengukuran Kejenuhan Kerja Pengukuran
kejenuhan
kerja
dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner dengan penilaian sebagai berikut : 1.
0–2
= Kategori kejenuhan kerja ringan
2.
3–5
= Kategori kejenuhan kerja sedang
3.
6–8
= Kategori kejenuhan kerja berat
4.
9 – 10
= Kategori kejenuhan kerja sangat berat
Dari hasil penilaian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 1.
Responden yang mengalami kejenuhan ringan
: 14 orang
2.
Responden yang mengalami kejenuhan sedang
: 8 orang
3.
Responden yang mengalami kejenuhan berat
: 17 orang
4.
Responden yang mengalami kejenuhan sangat berat
: 3 orang
Dari penilaian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 7. Data kejenuhan kerja subjek No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kode Subjek Total Skor A 126 B 28 C 160 D 40 commit to user E 30
Kategori Berat Ringan Berat Ringan Ringan Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Sambungan 6. F 7. G 8. H 9. I 10. J 11. K 12. L 13. M 14. N 15. O 16. P 17. Q 18. R 19. S 20. T 21. U 22. V 23. W 24. X 25. Y 26. Z 27. AB 28. AC 29. AD 30. AE 31. AF 32. AG 33. AH 34. AI 35. AJ 36. AK 37. AL 38. AM 39. AN 40. AO 41. AP 42. AQ Rata-rata Standar deviasi Range Sumber : Data Primer, 2012
commit to user
145 136 185 140 35 87 35 40 82 143 65 140 80 125 25 40 160 23 60 120 145 135 20 25 40 25 85 100 160 143 63 126 140 180 190 125 160 98 54,43 20 - 190
Berat Berat Sangat Berat Ringan Ringan Sedang Ringan Ringan Sedang Berat Sedang Berat Sedang Berat Ringan Ringan Berat Ringan Sedang Berat Berat Berat Ringan Ringan Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Berat Sedang Berat Berat Sangat berat Sangat Berat Berat Berat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 8. Distribusi Kejenuhan Kerja Responden Bagian Spinnning P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012 Kategori Kejenuhan Kerja Ringan Sedang
Bagian Spinning Frekuensi Persentase (%) 14 8
33,33 19,05
Berat
17
40,48
Sangat berat
3
7,14
Jumlah 42 Sumber : Data Primer, 2012
100
E. Uji Univariat 1.
Hubungan Masa Kerja terhadap Kejenuhan Kerja di Bagian Spinning Tabel 9. Korelasi masa kerja dengan kejenuhan kerja Correlations kejenuhan masa kerja Spearman's
masa kerja
rho
Correlation Coefficient
kerja
1.000
Sig. (2-tailed) N kejenuhan kerja
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.521
**
.
.000
42
42
**
1.000
.000
.
42
42
.521
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan analisa dengan menggunakan uji statistik Pearson product moment diperoleh bahwa hubungan antara umur dengan kejenuhan kerja adalah signifikan dengan nilai p = 0,000. Sedangkan untuk kekuatan korelasinya adalah sedang yaitu dengan nilai r = 0,521 dan arah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
korelasinya adalah positif (+) yang berarti searah yaitu semakin lama masa kerja maka semakin kejenuhan kerja semakin meningkat. 2.
Uji Hubungan Kerja Monoton Terhadap Kejenuhan Kerja di Bagian Spinning Skala pengukuran dan analisa yang digunakan pada variabel kerja monotoni maupun variabel kejenuhan kerja adalah interval. Setelah dilakukan uji normalitas data dengan uji Saphiro Wilk pada variabel kerja monoton diperoleh nilai p = 0,015, yang berarti < 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi tidak normal. Dan pada uji normalitas data pada variabel kejenuhan kerja dengan menggunakan uji Saphiro Wilk diperoleh nilai 0,002. Sehingga data berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji korelasi Non Parametrik yaitu uji Spearman Rho. Berdasarkan uji korelasi antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja menggunakan uji korelasi Spearman Rho diperoleh data sebagai berikut : Correlations kerja monoton
Spearman's
kerja monoton
rho
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N kejenuhan kerja
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
commit to user
kejenuhan kerja .544
**
.
.000
42
42
**
1.000
.000
.
42
42
.544
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Dari tabel hasil uji korelasi kerja monotoni terhadap kejenuhan kerja di atas diketahui nilai p = 0.000 kurang dari 0.05 (<0.05), hasil uji dinyatakan signifikan. Nilai r = 0,544 pada hasil uji tersebut terletak pada kategori 0,40 – 0,599, oleh karena itu hubungan antara kerja monoton dengan kejenuhan kerja termasuk kategori sedang. Nilai r bertanda positif menunjukan korelasi searah sehingga semakin meningkat kerja monotoni maka semakin meningkat kejenuhan kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1.
Umur Subjek penelitian atau sampel yang diambil dalam penelitian di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo ini berjumlah 42 orang yang berusia 20 sampai 40 tahun. Dengan rerata (X) SD adalah 32 6,35. Dari hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi distribusi umur subjek yang berumur 20 – 25 sebanyak 10 orang atau 23,8 %, umur 26 – 30 tahun sebanyak 5 orang atau 11,9 %, umur 31 - 35 sebanyak 13 orang atau 31 %, dan umur 36 – 40 sebanyak 14 orang atau 33,3 %. Pembagian distribusi umur pekerja spinning pada umur lebih dari 40 tahun, kekuatan fisik biasanya telah menurun sehingga kegiatan yang dilakukan juga menurun (Horrington, 2005 dalam Pertiwi, 2010). PT.
Tyfountex
Indonesia
Sukoharjo
bertujuan
untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang profesional, serta mampu meningkatkan pertumbuhan kompetensi karyawan, produktifitas dan peningkatan kesejahteraan, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perusahaan kepada pemegang polis sehingga usia yang produktif dapat lebih berperan dalam tujuan tersebut. 2.
Masa Kerja Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini dengan masa kerja kurang dari 5commit tahun to danuser lebih dari 5 tahun. Dengan maksud
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
untuk membandingkan tingkat kejenuhan kerja pada pekerja yang bekerja kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Dengan rerata (X) SD adalah 9 4,67. Dari hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi distribusi masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 21,42 % dan frekuensi distribusi masa kerja lebih dari 5 tahun tahun sebanyak 33 orang dengan persentase 78,57 %. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun cenderung mengalami kejenuhan kerja Hal ini sesuai dengan faktor-faktor internal penyebab terjadinya burnout menurut Maslach dan Leiter (1997). Berdasarkan persentase tersebut pekerja di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo sering mengalami kejenuhan kerja karena pekerjaan monotoni yang sering mereka kerjakan setiap hari dalam kurun waktu yang lama. 3.
Jenis Kelamin Jenis kelamin responden yang diambil di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo adalah perempuan, karena perempuan lebih mudah merasakan kejenuhan kerja. Pernyataan ini didukung oleh Ivancevich, dkk (2005), yang berpendapat bahwa wanita cenderung mengalami burnout daripada pria dari aspek emosi. Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi cara seseorang dalam menyikapi masalah di lingkungan kerja. Hal itu terjadi karena lakilaki dan perempuan tumbuh dantodibesarkan dengan cara yang berbeda. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Laki-laki diajarkan untuk bertindak tegas, tegar dan tanpa emosional, sedangkan perempuan diajarkan untuk berperilaku lemah lembut. Pekerja yang tidak dapat mengatasi tekanan akan rentan terkena burnout.
B. Analisis Univariat Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini adalah : 1.
Jenis Kelamin terhadap Kejenuhan Kerja Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah 100 % perempuan. Wanita cenderung mengalami burnout daripada pria. Hal ini sesuai dengan pendapat oleh Ivancevich, dkk (2005).
2.
Masa Kerja terhadap Kejenuhan Kerja Masa kerja pada penelitian dibagi menjadi 2 yaitu masa kerja < 5 tahun dan > 5 tahun. Dengan persentase < 5 tahun sebanyak 21,42 % dan persentase masa kerja > 5 tahun sebanyak 78,57 %. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun cenderung mengalami kejenuhan kerja. Berdasarkan analisa dengan menggunakan uji statistik Spearman Rho diperoleh bahwa hubungan antara umur dengan kejenuhan kerja adalah signifikan dengan nilai p = 0,000. Sedangkan untuk kekuatan korelasinya adalah sedang yaitu dengan nilai r = 0,521 dan arah korelasinya adalah positif (+) yang berarti searah yaitu semakin lama commit to user masa kerja maka semakin kejenuhan kerja semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
3.
Kerja Monotoni Dari hasil penelitian kerja monotoni dengan menggunakan kuesioner kerja monotoni diperoleh hasil rerata 15 yang berarti pekerja mengalami kerja monoton dalam pekerjaannya. 23 pekerja mengalami kerja monoton dan 19 pekerja tidak mengalami kerja monoton. Dengan frekuensi distribusi responden yang mengalami kerja monoton adalah 54,76 % dan frekuensi distribusi responden yang tidak mengalami kerja monoton yaitu 45,23 %. Maka sesuai dengan pendapat Djui & Setiasih (2001), saat mengerjakan tugas yang sifatnya monoton, pada umumnya karyawan mengalami penurunan semangat kerja dibandingkan pada jenis pekerjaan yang bervariasi, oleh karena itu pekerjaan yang monotoni secara tidak disadari akan menimbulkan masalah kejenuhan, karyawan menjadi malas dan merasa cepat lelah. Tidak adanya variasi dalam pekerjaan akan menimbulkan kejenuhan kerja. Kejenuhan ini dapat terjadi karena pekerja melakukan pekerjaan yang sama setiap harinya. Pekerjaan yang monotoni cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan kerja. Kebosanan adalah kelelahan yang bersifat mental yang merupakan komponen penting dalam psikologis lingkungan kerja yang dikarenakan menghadapi pekerjaan yang berulang-ulang (repetitive), monotoni dan aktifitas yang tidak menyenangkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
4.
Kejenuhan Kerja Dari hasil penelitian kejenuhan kerja dengan menggunakan kuesioner kejenuhan kerja diperoleh hasil rerata 5,27 yang berarti pekerja mengalami kejenuhan tingkat sedang. 11 pekerja mengalami kejenuhan kerja ringan, 8 pekerja mengalami kejenuhan kerja sedang, 18 pekerja mengalami kejenuhan kerja berta dan 5 pekerja mengalami kejenuhan kerja sangat berat. Dengan frekuensi distribusi responden yang mengalami kejenuhan ringan adalah 30,95%, frekuensi distribusi responden yang mengalami kejenuhan sedang adalah 21,42%, frekuensi distribusi responden yang mengalami kejenuhan berat adalah 33,33% dan frekuensi distribusi responden yang mengalami kejenuhan sangat berat adalah 14,28%. Responden yang mengalami kejenuhan berat memiliki persentase paling besar dapat dikarenakan faktor-faktor penyebab burnout yaitu : Kelebihan beban kerja, kurangnya kontrol, terganggunya komunikasi dengan pekerja lain dalam pekerjaan, hilangnya keadilan dalam organisasi pekerjaan dan konflik antar pekerja. Hal ini sesuai dengan faktor-faktor penyebab burnout menurut Maslach dan Leiter (1997).
C. Analisis Bivariat Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas dan terikat. Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang bekerja monoton dengan mengalami kejenuhan ringan sebanyak 2 orang (8,69%), mengalami kejenuhan sedang sebanyak 4 orang (17,39%), mengalami kejenuhan berat sebanyak 15 orang (65,21%) dan yang mengalami kejenuhan sangat berat sebanyak 2 orang (8,69%). Sedangkan responden yang bekerja tidak monoton yang mengalami kejenuhan ringan sebanyak 12 orang (28,57%), mengalami kejenuhan sedang sebanyak 4 orang (21,05%), mengalami kejenuhan berat sebanyak 2 orang (8,69%) dan mengalami kejenuhan sangat berat sebanyak 1 orang (2,38%). Berdasarkan hasil uji korelasi kerja monoton terhadap kejenuhan kerja diketahui nilai p = 0.000 kurang dari 0.05 (<0.05), hasil uji dinyatakan signifikan. Nilai r = 0,544 pada hasil uji tersebut terletak pada kategori 0,40 – 0,599, oleh karena itu hubungan antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja termasuk kategori sedang. Nilai r bertanda positif menunjukan korelasi searah sehingga semakin meningkat kerja monotoni maka semakin meningkat kejenuhan kerja. Sesuai dengan pernyataan bahwa pekerjaan yang monoton dapat menimbulkan kejenuhan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja (Widajati, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
B. Saran 1.
Sebaiknya perusahaan melakukan rotasi kerja seperti pergantian tempat kerja atau area kerja pada pekerja bagian spinning untuk memberikan kesempatan pada pekerja untuk menambah kemampuan dan keahliannya.
2.
Sebaiknya perusahaan memberikan musik yang tidak terlalu keras dan jenis musik disesuaikan dengan jam kerja untuk meningkatkan gairah kerja.
3.
Sebaiknya perusahaan menciptakan lingkungan kerja dalam perusahaan yang nyaman, baik tempat bekerja, maupun hubungan antar pekerja dan hubungan pekerja dengan atasan.
commit to user 48