JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK, KEBISINGAN DAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN KELELAHAN PEKERJA BAGIAN WEAVING PT. X BATANG Nidya Triyunita1, Ekawati SKM, M.Sc2, dr. Daru Lestantyo, M.Si2 1.
Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
ABSTRACT Fatigue is a condition that leads to loss of efficiency and a reduction in work capacity and body endurance. More than 65% workers in Indonesia that experienced fatigue complaint. Fatigue can reduce work productivity that can lead to errors in the work accident. Factor related with fatigue in the industry is so varies. The purpose of this research was to analyze the relations of the physical workload, noise and individual factors with worker fatigue on weaving part PT. X Batang. This research uses a survey research type with cross sectional analytic design, with a population is all morning shift workers on weaving part PT. X Batang.Sample as much as 51 people with sampling method using proportionate stratified sampling with purposive sampling technic. Data analysis used the correlation test. The results showed that workers that experienced mild fatigue as much as 54.9%. The relations between noise (p = 0.0001) and age (p = 0.0001) with worker fatigue. There was no significant relations between physical workload (p = 0,356) and nutritional status (p = 0,129) with worker fatigue.
Keywords : physical workload, noise, age, nutrional status, fatigue
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
yang redup atau terlalu silau dan
Peranan manusia dalam industri
terjadi pada lingkungan kerja yang
tidak dapat diabaikan karena sampai
terlalu bising.3
saat ini dalam proses produksi masih
Kelelahan
terdapat antara
adanya alat-alat
ketergantungan
kerja
atau
mesin
adalah
suatu
mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih
dengan manusia, atau dengan kata
lanjut
lain adanya interaksi antara manusia,
setelah
alat dan bahan serta lingkungan kerja.1
menunjukan kondisi yang berbeda-
Interaksi antara manusia, alat dan bahan,
serta
menimbulkan terhadap
lingkungan beberapa
tenaga
kerja.
kerja
beda
sehingga
terjadi
pemulihan
Istilah
kelelahan
isirahat.
dari
setiap
semuanya
individu,
bermuara
tetapi kepada
pengaruh
kehilangan efisensi dan penurunan
Pengaruh
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
tersebut dapat menjadi beban kerja
Kelelahan
bagi pekerja dengan adanya tuntutan
penurunan kesiagaan dan perasaan
kerja seperti penyesuaian manusia
lelah
dengan alat yang tidak sesuai dengan nilai ergonomi.
2,3
kerja
yang
ditandai
merupakan
oleh
gejala
4
subyektif. Laporan survei di negara maju
diketahui
bahwa
10-50%
Pengaruh atau dampak negatif
penduduk mengalami kelelahan akibat
sebagai hasil samping proses industri
kerja. Hal tersebut dapat ditunjukkan
merupakan
dengan adanya prevalensi kelelahan
beban
tambahan
bagi
tenaga kerja, yang bisa menimbulkan
sekitar
kelelahan. Ada beberapa faktor yang
membutuhkan perawatan.5 Sedangkan
menyebabkan
di Indonesia lebih dari 65% pekerja
tambahan
adanya yang
berasal
beban dari
lingkungan kerja salah satunya yaitu faktor fisik. Faktor fisik tersebut akan
datang
20%
ke
pasien
poliklinik
yang
perusahaan
dengan keluhan kelelahan kerja.6 Faktor
penyebab
terjadinya
merugikan tenaga kerja apabila terjadi
kelelahan di industri sangat bervariasi,
ketidakseimbangan
dan
tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas
ketidaknyamanan pada saat bekerja.
dan lamanya kerja fisik dan mental
Hal ini biasanya terjadi pada kondisi
atau beban kerja, lingkungan kerja,
seperti lingkungan kerja yang panas
problem fisik, dan kondisi kesehatan
ataupun terlalu dingin, pencahayaan
tapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
individu
seperti
:
umur,
status
kesehatan, status gizi, pola makan, jenis kelamin dan kondisi psikologi. Risiko yang akibat
4,7
shift.
Weaving
preparation
merupakan persiapan benang untuk digunakan pada proses weaving loom.
dapat ditimbulkan
kelelahan
satu
diantaranya
Pada proses preparation ini pekerja bekerja
dalam
posisi
berdiri
penurunan motivasi kerja, performansi
melakukan
rendah,
rendahnya
kerja,
benang yang digulung menjadi benang
banyak
terjadi
dalam
pakan maupun benang lusi. Pekerja
bekerja, rendahnya produktivitas kerja,
juga mengangkat dan mendorong troli
menyebabkan stres kerja, penyakit
tumpukan benang yang akan dibawa
akibat
ke unit weaving loom.
kerja,
kualitas
kesalahan
cedera,
dan
terjadi
kecelakaan akibat kerja. Oleh karena itu
dibutuhkan
tindakan
pengecekan
dan
terhadap
Pekerjaan di bagian weaving loom
preventif,
memanfaatkan tenaga manusia dalam
kuratif, dan tindakan rehabilitatif dalam
pengontrolan pada proses penenunan.
mengatasi risiko tersebut.
3
Pekerja di unit weaving loom ini juga
PT. X Batang merupakan salah satu
industri
tekstil
yang
ada
bekerja
dalam
posisi
berdiri
saat
di
melakukan perbaikan pada benang
Indonesia Produksi PT. X Batang
jika terjadi kesalahan seperti benang
dibagi menjadi beberapa bagian salah
putus
satunya
manual.
.
yaitu
bagian
weaving
harus
disambung
Selain
itu
pekerja
juga
(penenunan) yang merupakan proses
berkeliling
penenunan
pengecekan pada mesin yang berhenti
benang
Produksi
menjadi
dilakukan
kain.
dengan
memaksimalkan mesin produksi yang
untuk
secara
melakukan
akibat kesalahan pemrosesan. Pada
weaving
inspection
bekerja selama 24 jam dengan sumber
pekerjaan dibagi menjadi beberapa
tenaga listrik.
bagian yaitu pengecekan kelayakan
Pada
bagian
weaving
PT.
X
kain, pengecekan proses pelipatan
Batang dibagi menjadi 3 unit yaitu
kain dan proses pengepresan kain.
Weaving Preparation, Weaving Loom,
Pekerja di unit weaving inspection juga
dan Weaving Inspection dengan tiga
bekerja
kali pergantian shift kerja yaitu shift
melakukan pengangkatan tumpukan
pagi, shift siang dan shift malam
kain.
kecuali weaving inspection yang hanya
bekerja dalam keadaan berdiri selama
dalam
Pekerja
posisi
di
berdiri
bagian
dan
weaving
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
8 jam kerja dengan waktu istrahat 1 jam.
Pekerjaan
ini
mengharuskan
BAHAN DAN METODE Penelitian
ini
merupakan
pekerja dalam keadaan konsentrasi
penelitian analitik dengan pendekatan
dan siaga agar tidak terjadi kesalahan
cross sectional dimana pengambilan
dalam proses penenunan kain yang
data dilakukan dalam waktu yang
merupakan tuntutan tugas.
sama.
Proses produksi di bagian weaving
Populasi
dalam
penelitian
ini
menerapkan moderenisasi teknologi
adalah semua pekerja di 3 unit bagian
yang ditandai dengan penggunaan
weaving
mesin-mesin atau alat mekanis yang
preparation,
dijalankan dengan motor. Peralatan
weaving inspection) pada shift pagi.
produksi tersebut menimbulkan suara
Perhitungan
bising dengan intensitas kebisingan di
proportionate stratifed sampling dan
bagian weaving loom mencapai 100,3
pengambilan
dBA,
purposive sampling. Jumlah sampel
sedangkan
unit
weaving
preparation dan weaving inspection intensitas kebisingannya yaitu 75,5 dBA dan 79,7 dBA. Berdasarkan
PT.
X
Batang
weaving
(weaving
loom
sampel
dan
menggunakan
sampel
dengan
yang diambil sebanyak 51 orang. Alat-alat
serta instrumen yang
akan digunakan pada saat penelitian hasil
wawancara
dalam pengumpulan data adalah (1)
pada survei awal terhadap 12 orang
Kuesioner
pekerja dengan umur 21 tahun – 52
responden (nama, usia, lama kerja) (2)
tahun di bagian weaving didapatkan
Reaction
keluhan
bekerja
reaction timer untuk mengukur tingkat
merasakan
kelelahan (3) Pulse meter digunakan
seperti,
setelah 66,7%
mereka pekerja
mengenai
timer
dan
lembar
data
penurunan konsentrasi, 83,3% pekerja
untuk
merasakan sakit di bagian kepala,
responden
66,7% pekerja merasa ada beban
mengetahui
dibagian
pekerja
responden (4) Sound level meter
pada
digunakan untuk mengukur tingkat
mengalami
mata,
75%
ketidaknyamanan
mengukur
identitas
denyut
nadi
data
untuk
sebagai beban
fisik
bahu dan 91,7% pekerja mengalami
kebisingan
ketidaknyamanan
bagian
bekerja (5) Timbangan injak untuk
punggung. Hal tersebut merupakan
mengukur berat badan responden (6)
sebagian dari tanda-tanda kelelahan.
Microtoise
pada
ditempat
kerja
untuk
responden
mengukut
tinggi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
badan responden (7) Alat tulis (8)
cahaya,
Kamera
untuk
pengukuran denyut nadi,pengukuran
mendokumentasikan kegiatan dalam
indeks masa tubuh untuk mengetahui
penelitian.
staus gizi melalui pengukuran berat
digital
Cara
digunakan
pengukuran
beban
kerja fisik
melalui
dan
badan dan tinggi badan, pengukuran
pengumpulan data (1) Wawancara
keisingan. Analisis data menggunakan
dengan
uji korelasi.
menggunakan
kuisioner.(2)
observasi dengan melihat langsung kondisi
pekerja
dalam
melakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja
Berdasarkan
(3)
hasil sebagai berikut
Pengukuran
kelelahan
penelitian
didapatkan
menggunakan reaction timer rangsang
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakterisktik, Tingkat Kelelahan, Beban Kerja dan Satus Gizi Pekerja Bagian Weaving PT.X Batang pada bulan November 2012
No 1.
2.
3
4.
Variabel
Jumlah
Persentase
Laki-laki
26
51,0 %
Perempuan
25
49,0 %
21-25
16
31,3 %
26-30
9
17,7 %
31-35
20
39,2 %
36-40
2
3,9 %
>41
4
7,9 %
Normal (150-240)
23
45,1 %
Ringan (>240 - 410)
28
54,9 %
Jenis Kelamin Responden
Umur Responden (tahun)
Tingkat kelelahan (milidetik)
Beban Kerja Fisik (Kali/menit)
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
5.
Sangat rigan (< 75/menit)
9
17,6 %
Ringan (75-100/menit )
32
62,8 %
Agak berat (100-125/menit)
10
19,6
Kurus (< 18,5 kg/m2)
13
25,5 %
Normal (18,5-25,0 kg/m2)
27
52,9 %
Gemuk (>25,0 kg/m2)
11
21,6 %
Status Gizi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kebisingan pada Pekerja bagian Weaving di PT. X Batang pada bulan November 2012
No
Unit
Min (dBA)
Max (dBA)
Leq (dBA)
1.
Weaving Preparation
68.5
77.3
75.5
2.
Weaving Loom
97.5
101.2
100.3
3.
Weaving Inspection
75.5
81.8
79.7
Analisis
bivariat
dilakukan
dengan variable terikat yaitu kelelahan
untuk mengetahui hubungan antara
kerja pada pekerja bagian weaving
variabel bebas (beban kerja fisik,
PT.X.
kebisingan, umur dan status gizi)
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan, Umur, dan Status Gizi dengan Kelelahan
No
Variabel
Variabel
terikat
bebas Beban kerja
Sig (p-value)
r hitung
0.356
0.132
Kesimpulan Tidak ada
1.
Kelelahan
2
Kelelahan
Kebisingan
0.0001
0.626
Ada hubungan
3
Kelelahan
Umur
0.0001
0.501
Ada hubungan
4
Kelelahan
Status gizi
0.129
0.216
fisik
hubungan
Tidak ada hubungan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Hasil bahwa
penelitian
54,9%
menunjukkan
pekerja
mengalami
tambahan
yang
lingkungan
berasal
kerja
dari
yang
dapat
kelelahan.8
Karena
kelelahan kerja tingkat ringan dengan
menyebabkan
62,8% mengalami beban kerja ringan
kebisingan dapat menyebabkan detak
dan berstatus gizi normal sebanyak
jantung semakin cepat, meningkatnya
52,9%. Sedangkan umur terbanyak
tekanan darah dan penyempitan nadi
(39,2%)
yang menunjukkan adanya perubahan
berada pada rentang 31-35
tahun Hasil
fungsi faal sebagai indikator adanya analisis
statistik
dalam
penelitian menyatakan bahwa dari 4 variabel bebas yang dianalisis, ada 2 variabel
yang
hubungan
menyatakan
antara
menjadi penyebab kelelahan.3,9 . Umur pekerja menunjukan bahwa terdapat
kecendrungan
hubungan
bebas
umur dengan tingkat kelelahan kerja.
dengan kelelahan pada pekerja bagian
Terdapat 7,9% pekerja yang berusia >
weaving.
yaitu
40 tahun dan semua pekerja tersebut
kebisingan dan umur. Sedangkan 2
mengalami kelelahan kerja. Hal ini
variabel bebas lainnya yang dianalisis
menunjukkan
semakin
menunjukkan
umur
kecepatan
Variabel
tidak
variabel
ada
beban kerja bagi pekerja yang dapat
tersebut
ada
hubungan
maka
bertambah rangsang
beban kerja fisik dan status gizi
terhadap cahaya semakin menurun
dengan kelelahan, namun jika dilihat
yang menunjukkan tingkat kosentrasi
dari korelasi (r hitung) menunjukkan
menurun
adanya hubungan yang positif yaitu
subjektif. Perlambatan waktu reaksi
jika semakin bertambah beban kerja
dipengaruhi oleh faktor usia yang
maka kelelahan kerja dapat meningkat
dapat dikarenaan adanya perlambatan
dan jika status gizi semakin tidak
pada faal syaraf dan otot, seperti yang
normal maka
ditunjukkan
pekerja akan cepat
mengalami kelelahan. Pada
penelitian
sebagai
hasil
tanda
kelelahan
penelitian
bahwa
pekerja dengan umur > 40 tahun kebisingan
memiliki waktu reaksi yang lebih lama
memiliki pengaruh tehadap kelelahan,
dibandingan pekerja dengan umur <
hal ini berarti sesuai dengan teori yang
40 tahun. Hal ini membuktikan bahwa
menyatakan
umur
bahwa
ini
kebisingan
merupakan salah satu dari beban
mempengaruhi
fungsi
faal
karena adanya degenerasi organ. Hal
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
ini
menurut
peneliti
dapat
terjadi
dapat
dikarenakan
adanya
dikarenakan umur berkaitan dengan
penyesuaian
kinerja
yang
terhadap pembebanan sehingga tubuh
meningkat akan diikuti dengan proses
telah terbiasa dalam menerima beban
degenerasi dari organ sehingga dalam
kerja. Pekerja yang telah terbiasa dan
hal
terlatih dalam melakukan pekerjaan
karena
ini
pada
kemampuan
umur
organ
akan
tubuh
atau
proses
menurun. Dengan adanya penurunan
memungkinkan
kemampuan organ, maka hal ini akan
terkontrol dan tubuh dapat kembali
menyebabkan
akan
normal. Seseorang yang melakukan
semakin mudah mengalami kelelahan.
latihan, maka dalam tubuhnya akan
10
terjadi
tenaga
kerja
beban
adaptasi
kerja
peningkatan
dapat
kekuatan,
Menurut peneliti tidak terdapatnya
ketahanan dan terdapat perubahan
hubungan antara beban kerja dengan
dalam mekanisme otot, serta organ
kelelahan
tubuh11, sehingga kondisi tubuh tidak
dapat
disebabkan
oleh
perbedaan volume pekerjaan yang dilakukan
pekerja,
sebagai
mudah lelah.
contoh
Jenis kelamin dibagian weaving
pekerjaan mendorong /menarik troly
juga kebanyakan laki-laki sehingga
tumpukan benang
secara
dan kain
yang
fisik
memiliki
ukuran
dan
disaat bersamaan pekerja yang lain
kekutan otot yang lebih besar jika
bisa mendapatkan jumlah benang atau
dibandingkan
kain yang berbeda tergantung dari
sehingga aktivitas fisik yang dilakukan
hasil proses sebelumnya. Hal tersebut
masih
dikarenakan selain faktor beban kerja
pekerja yang memungkinkan sebagian
yang dapat menjadi indikator tingkat
besar pekerja dalam kondisi beban
kelelahan terdapat faktor lain seperti
kerja ringan dan tidak mengalami
lingkungan kerja, salah satunya yaitu
kelelahan.
kebisingan yang intensitasnya di atas
bagian weaving bekerja selama 7 jam
nilai
dapat
kerja dan istirahat selama 1 jam yang
kelelahan
digunakan untuk makan, beribadah
ambang
batas
mempengaruhi
yang
timbulnya
pada pekerja.
beban
ringan kerja
batas
Setiap
kemampuan
harinya
pekerja
dan istirahat diruang istirahat. Selain
Kelelahan pekerja masih dalam kategori
dalam
wanita10
pekerja
meskipun
yang
adanya
mempengaruhi
waktu istirahat yang sudah ditetapkan, ada
juga
spontan
istirahat yang
pendek
sering
secara
dilakukan,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
misalnya menunggu tumpukan benang
tenaga kerja dengan asupan gizi yang
ataupun kain yang datang dari proses
memadai.
sebelumnya dan menunggu proses
Hasil
pelipatan
kain,
yang
menjadikan
penelitian
menununjukan
pekerja lebih banyak yang berstatus
pekerja mendapatkan waktu untuk
gizi
penyegaran
(recovery).
memiliki status gizi yang baik sehingga
Adanya tenggang atau jeda waktu
pekerja memiliki imunitas yang baik13
untuk mengurangi kelelahan dapat
yang menjadikan pekerja tidak mudah
mengakibatkan
adanya
mengalami kelelahan. PT. X telah
seperti
menyediakan
hubungan
kembali
tidak
yang
bermakna
normal
yang
air
berarti
pekerja
mineral
untuk
adanya pengaturan waktu istirahat
pekerjanya
yang baik, sehingga berakibat positif
kekurangan cairan dalam tubuh saat
bagi kondisi tenaga kerja baik fisik
bekerja, bila air minum tidak tersedia
maupun psikis. Dalam menunjukkan
12
sehingga pekerja tidak
dan pekerja tidak cukup minum maka
penelitian
ini
52,9%
juga
pekerjanya
akan terjadi penurunan berat badan pekerja14
sehingga
akan
memiliki status gizi normal dan 25,5%
mempengaruhi indeks masa tubuh
kurang dari normal itu berarti sebagian
pekerja.
besar pekerja berstatus gizi baik.
merupakan salah
Sehingga status gizi pekerja weaving
memantau
tidak berpengaruh terhadap kelelahan.
berkaitan
Status gizi normal sangat membantu
kelebihan berat badan. Pemantauan
tenaga kerja dalam melaksanakan
terhadap masalah kekurangan dan
pekerjaannya. Kebutuhan gizi yang
kelebihan gizi sangat penting karena
tercukupi akan menghasilkan energi
selain mempunyai risiko penyakit juga
sehingga tenaga kerja tidak akan
dapat
kekurangan
dapat
kerja. Sehingga salah satu caranya
kelelahan.
adalah memepertahankan berat badan
Apabila asupan kalori tidak sesuai
ideal atau normal.15 Kekurangan berat
dengan kebutuhannya maka tenaga
badan (kurus) dapat mengakibatkan
kerja tersebut akan merasakan lebih
seseorang mudah lelah.16 Dari hasil
cepat
penelitian
menyebabkan
lelah,
energi
yang
terjadinya
dibandingkan
dengan
Indeks
status
masa satu
tubuh
alat
gizi
khususnya
dengan kekurangan
mempengaruhi
untuk
dan
produktifitas
menunujukkan
rata-rata
berat badan pekerja normal sehingga
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
dapat mempertahankan produktifitas
UCAPAN TERIMAKASIH
kerja dan pekerja tidak mudah lelah.
Terimakasih disampaikan kepada seluruh
KESIMPULAN
pihak
perusahaan,
bagian
HRD dan pihak SDM weaving PT.X
Berdasarkan hasil penelitian yang
Batang
beserta
karyawan
dan
telah dilakukan, dapat disimpulkan
responden, Terimakasih atas izin dan
bahwa sebagian besar pekerja (54,9
kesediaannya
%) mengalami kelelahan kerja ringan.
melakukan penelitian di PT. X Batang.
Pekerja dengan beban kerja ringan
Dan terimakasih pula pada rekan –
sebesar
rekan yang telah membantu selama
62,8
%,
pekerja
dengan
beban kerja berat sebanyak 19,6 %. Intensitas
kebisingan
di
bagi
peneliti
untuk
proses penelitian.
bagian
weaving loom berada di atas Nilai
DAFTAR PUSTAKA
Ambang Batas (NAB) dengan nilai
1.
Sutaryono.
Hubungan
antara
rata-rata kebisingan (Leq) sebesar
Tekanan Panas, Kebisingan dan
100,3
Penerangan
dBA,
sedangkan
weaving
dengan
Kelelahan
preparation dan weaving inspection
pada Tenaga Kerja di PT. Aneka
memiliki intensitas kebisingan dibawah
Adho Logam Karya Ceper Klaten.
nilai ambang batas. Faktor individu
Skripsi. Semarang : UNDIP, 2002.
pada penelitian ini meliputi umur dan status
gizi
yang
diketahui
2.
bahwa
Depnaker. Keselamatan
Training Dan
Material Kesehatan
sebagian besar umur pekerja (39,2%)
Kerja Bidang Keselamatan Kerja.
berkisar antara 31-35 tahun. Sebagian
Jakarta: Depnaker, 2004.
besar pekerja (52,9%) memiliki status
3.
Tarwaka.
Ergonomi
Industri.
gizi normal. Ada hubungan kebisingan
Dasar-dasar
(p-value = 0,0001) dan umur (p-value
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
= 0,0001) dengan kelelahan. Tidak ada
Kerja. Surakarta : Harapan Press,
hubungan beban kerja fisik (p-value =
2011.
0,356) dan status gizi (p-value = 0,129)
4.
dengan kelelahan.
Pengetahuan
Grandjean, E. Fitting the Task to the Human, 4th edt. Taylor & Francis Routledge. London.1993
5.
Santoso. Ergonomi. D3 Hiperkes dan KK. UNS.1985
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
6.
Suma’
mur,
Perusahaan Kerja.
7.
dan
Jakarta
Higiene
Keselamatan :
CV
Haji
(http.staff.uny.ac.id.sites.default.fil e.132308484.Adaptasi_sistem_Pe rnapasan_terhadap_Latihan.pdf.
Lientje, Setyawati Kusumaharta
Diakses tanggal Maret 2013)
Tentang
12. Suma’mur, P.K. Ergonomi Untuk
Kelelahan Kerja.. Yogyakarta :
Produktivitas Kerja. Jakarta : CV
Amara Books, 2010
Haji Mas Agung, 1999
Selintas
Rasjid,
Rizeddin
dan
13. Budiono
Haryati,Siswanto. Ergonomi dan
Rampai
Bahan Kimia. Surabaya : Balai
Semarang: UNDIP, 2003
Hiperkes & KK Jawa Timur,1989 9.
Latihan.
Masagung, 1996
Maurits.
8.
P.K.
A.M.
Sugeng.
Hiperkes
14. Grandjean.
Bunga
dan
Encyclopedia
KK.
of
Anizar. Teknik Keselamatan dan
Occupational Health and Safety.
Kesehtan
ILO. Geneva.1991
Kerja
di
Industri.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009 10. Hurlock,Elizabeth.
Psikologi
Perkembangan Suatu Penelitian Sepanjang
Rentang
Kehidupan.Jakarta:1980
Pernapasan
Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC,2001 16. Departemen Pedoman
11. Prasetyo, Yudik, S.Or. Adaptasi Sistem
15. I Dewa N., Ibnu F.& Bachyar B.
Terhadap
Kesehatan Praktis
RI.
Memantau
Status Gizi Orang Dewasa.Jakarta : Depkes RI, 1994