Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
STRES KERJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO KELELAHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA UNIT WEAVING LOOM PT. X Yulia Dwi Andarini1 1
Universitas Darussalam Gontor
[email protected] Abstrak Salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kelelahan kerja cukup tinggi adalah pada industri tekstil. Keterlibatan wanita dalam sektor industri tekstil di Indonesia semakin besar. Seorang tenaga kerja wanita yang menjalankan pekerjaan pada sektor domestik dan publik akan lebih cenderung mengalami kelelahan kerja. Kelelahan subyektif merupakan permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita bagian produksi unit weaving loom PT. X. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel stres kerja sebagai faktor risiko penyebab terjadinya kelelahan subyektif pada tenaga kerja wanita bagian produksi unit weaving loom PT. X. Jenis penelitian ini merupakan observasional analitik, menggunakan desain Cross Sectional. Subjek penelitian sebanyak 95 orang. Variabel bebas yaitu stres kerja. Variabel terikat adalah kelelahan subyektif. Pengukuran stres kerja menggunakan kuesioner stres kerja metode skoring. Pengukuran kelelahan subyektif menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test. Kuat hubungan digambarkan dengan nilai OR yang didapatkan melalui analisis bivariat dengan uji regresi logistik multinomial sedangkan uji chi square digunakan untuk uji kemaknaan statistik. Keseluruhan uji menggunakan Confidence Interval 95% dan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa stres kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan subyektif. Operator wanita mesin weaving yang mengalami stres kerja kategori sedang mempunyai risiko kelelahan kerja lebih tinggi dibanding stres kerja kategori rendah, secara signifikan memiliki OR (berturutturut 4,22 dan 9,65; 95% CI; p value 0,00). Kesimpulan penelitian ini adalah stres kerja merupakan faktor risiko terjadinya kelelahan subyektif pada tenaga kerja wanita bagian produksi unit weaving loom PT. X.
Kata Kunci: Faktor risiko; kelelahan subyektif; stres kerja; tenaga kerja wanita; unit weaving loom.
OCCUPATIONAL STRESS AS RISK FACTORS OF SUBJECTIVE FATIGUE FOR WORKERS IN WEAVING LOOM UNIT PT. X Abstract An occupation with a high risk of work fatigue is an occupation in textile industry. The involvement of women in the textile industry sector in Indonesia is dominant. Women labors who run work on domestic and public sector will be less inclined a work fatigue. Subjective fatigue is the problem faced by women workers at production division weaving loom unit of PT. X. This study aimed to determine occupational stress that could cause subjective fatigue in weaving loom unit PT. X. Type of this observational analytic study was using a cross sectional design. The number of research subject were 95 people. An occupational stress is independent variable. The dependent variable is a subjective fatigue. Occupational stress measurement was using job stress indicator questionnaire. Subjective fatigue measurement was using Subjective Self Rating Test questionnaires. The effect of strength is calculated by using Odds Ratio (OR) from bivariate analysis. Chi square test used as significance test. All test used 95% confidence interval and significance level of p 0,05. Result: Chi square test result showed that occupational stress has significant association with subjective fatigue. Women workers with moderate occupational stress has higher risk of subjective fatigue more than low occupational stress, significantly had greater odds ratio (respectively 4,22 and 9,65; 95 % CI; p-value 0,00).
134
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
Conclusion : An occupational stress is risk factors of subjective fatigue women workers in weaving loom unit PT. X.
Keywords: Risk factor; subjective fatigue; occupational stress; women workers; weaving loom unit.
kelelahan
Latar Belakang Suma’mur
(2014)
sebelum
bekerja.
Hal
ini
menyatakan
disebabkan karena jenis pekerjaan pada
bahwa industri tekstil ditinjau dari aspek
industri tekstil membutuhkan ketelitian,
higiene perusahaan dan kesehatan kerja,
kerajinan,
memiliki aspek-aspek khusus yang tidak
konsentrasi tinggi, serta keterampilan yang
ditemui dalam industri lain dan kelelahan
baik, selain itu pekerjaan ini juga termasuk
merupakan aspek yang harus mendapat
jenis pekerjaan yang monoton.
perhatian dalam industri tekstil.
PT.
ketekunan,
X
kesabaran,
merupakan
salah
satu
Kelelahan adalah keadaan yang
perusahaan tekstil yang memproduksi kain
disertai penurunan efisiensi dan ketahanan
sebagai bahan baku pembuatan batik. Sifat
dalam bekerja dengan sumber utama yaitu
produksinya adalah padat karya dengan
kelelahan visual, kelelahan fisik, kelelahan
mayoritas
saraf,
lingkungan
Keterlibatan wanita sekaligus dalam sektor
monoton, serta kelelahan oleh lingkungan
domestik (wanita sebagai istri, ibu, serta
kronis sebagai faktor tetap. Kelelahan
pengelola rumah tangga) dan sektor publik
menjadi faktor yang dapat menyebabkan
(wanita sebagai tenaga kerja, anggota
turunnya produktivitas kerja, hilangnya
masyarakat, serta manusia pembangunan)
jam kerja, tingginya biaya pengobatan dan
disebut
material, serta rendahnya kualitas kerja.
(Sudarwati, 2003).
kelelahan
akibat
pekerja
sebagai
peran
yaitu
ganda
wanita.
wanita
Salah satu pekerjaan yang memiliki
Seorang tenaga kerja wanita yang
risiko kelelahan kerja cukup tinggi adalah
menjalankan peran ganda akan lebih
pada industri tekstil. Penelitian Silastuti
cenderung mengalami
(2006) pada sebuah industri tekstil, PT.
karena menanggung beban yang lebih
Bengawan Solo Indonesia, menyebutkan
besar. Hasil penelitian Setyawati (1995)
bahwa kelelahan setelah kerja memiliki
menunjukkan bahwa stres kerja lebih
nilai
banyak diderita oleh wanita dengan status
rata-rata
dibandingkan
lebih
dengan
besar nilai
jika
rata-rata
135
kelelahan kerja
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
menikah dibanding wanita dengan status
produksi yang beroperasi selama 24 jam,
tidak menikah.
sehingga tenaga kerja wanita harus turut
Studi yang dilakukan oleh Sumarni
andil dalam pelaksanaan shift kerja. Unit
(1998) di Daerah Istimewa Yogyakarta
weaving loom PT. X merupakan satu-
menunjukkan bahwa 96,4% tenaga kerja
satunya unit yang menjalankan proses
wanita industri tekstil mengalami stres
produksi penenunan secara terus-menerus
psikososial
antaranya
selama 24 jam selama satu minggu penuh.
mengalami gangguan depresi. Jika stres
Sistem kerja bergilir (shift kerja) yang
psikososial terus meningkat maka tenaga
diterapkan oleh PT. X terbagi dalam empat
kerja akan mengalami berbagai gejala stres
shift yaitu: shift A (pagi) mulai pukul
yang berpengaruh terhadap kinerja dan
06.00-14.00, shift B (sore) mulai pukul
kesehatannya.
14.00-22.00, shift C (malam) mulai pukul
dan
47,5%
di
Pada industri tekstil, tenaga kerja
22.00-06.00, dan shift D mendapat giliran
wanita lebih diunggulkan dibandingkan
libur.
dengan tenaga kerja laki-laki, karena lebih
Penerapan sistem shift tersebut
teliti, tekun, loyal, dan tidak banyak
dapat memicu terjadinya stres tenaga kerja
menuntut. Sudarwati (2003) menyatakan
hingga berujung pada kelelahan kerja.
bahwa tenaga kerja wanita seringkali
Trisnawati
diperlakukan sebagai manusia inferior,
kelelahan kerja dipengaruhi oleh shift
yang sangat rentan terhadap perlakuan
kerja. Pekerja shift memiliki waktu tidur
diskriminatif
bawah
yang lebih sedikit dan memiliki gangguan
dominasi dari majikan, pengawas, mandor
tidur bila dibandingkan dengan tenaga
laki-laki, maupun teman sekerja laki-laki.
kerja non shift. Hal tersebut mempengaruhi
Sumarni dan Setyawati (1999) menyatakan
timbulnya
bahwa
gangguan siklus sirkardian.
dan
tenaga
mendapatkan
berada
kerja
perlakuan
di
wanita
sering
yang
bersifat
Hasil
(2010)
gejala
studi
menyatakan
kelelahan
pendahuluan
bahwa
karena
yang
melecehkan dan merendahkan, baik di
dilakukan terhadap sepuluh tenaga kerja
tempat kerja maupun ketika berada dalam
wanita bagian operator mesin weaving PT.
perjalanan menuju dan sepulang dari
X dan diambil secara acak, didapatkan
tempat kerja.
bahwa seluruh tenaga kerja wanita tersebut
Permasalahan kesehatan kerja pada
mengeluhkan lelah pada saat bekerja dan
tenaga kerja wanita semakin kompleks,
setelah bekerja dengan gejala seperti sakit
karena adanya tuntutan pencapaian target
di kepala, lelah pada mata, nyeri di 136
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
punggung, kekakuan di bahu, tangan, dan
tekanan baik dari dalam maupun dari luar
kaki,
yang
menurunnya
konsentrasi,
dapat
menimbulkan
stres
bagi
menurunnya kecepatan bergerak, serta
pekerjanya. Stres adalah segala rangsangan
sering menguap. Hasil wawancara yang
atau aksi dari tubuh manusia baik yang
dilakukan kepada petugas poliklinik PT. X
berasal dari luar maupun dari dalam tubuh
menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita
sendiri, dapat menimbulkan bermacam-
pada unit weaving loom yang mengeluhkan
macam dampak yang merugikan mulai dari
lelah sebanyak 35%.
menurunnya
kesehatan
dideritanya
suatu
penyakit.
Dalam
dengan
pekerjaan,
semua
Berdasarkan permasalahan
beberapa
tersebut,
maka
peneliti
kaitannya
sampai
pada
tertarik untuk memfokuskan penelitian
dampak dari stres tersebut akan menjurus
pada tenaga kerja wanita bagian produksi
kepada menurunnya performasi, efisiensi
unit weaving loom PT. X, dengan tujuan
dan produktifitas kerja (Suma’mur, 2009).
untuk mengetahui faktor risiko terjadinya
Stres
kerja
merupakan
suatu
kelelahan kerja berdasarkan kajian stres
kondisi dari hasil interaksi antara tenaga
kerja.
dan
kerja dan lingkungan kerja yang dapat
bentuk
mengancam dan memberi tekanan secara
Variabel
outputnya
tersebut
digunakan
diteliti
sebagai
dukungan keluarga, perusahaan, maupun
fisiologis,
pekerja sendiri dalam upaya mengatasi
perilaku tenaga kerja (Tarwaka dkk, 2004).
masalah kelelahan agar tidak menjadi
Gibson dkk (1996), menyatakan bahwa
kelelahan yang sifatnya kronis, sehingga
stres
tenaga kerja wanita tersebut memiliki
penyesuaian diperantarai oleh perbedaan-
kapasitas
perbedaan
individu
psikologis
yang
kerja
yang
tinggi
dalam
melaksanakan pekerjaannya.
kerja
psikologis,
adalah
maupun
suatu
dan
sikap/
tanggapan
atau
proses
merupakan
suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang
Tinjauan Teoritis Seorang tenaga kerja tidak dapat
menetapkan permintaan psikologis dan
terlepas dari stres dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Semakin
atau fisik berlebihan kepada seseorang.
bertambahnya
Bultmann dkk (2002), menyatakan
tuntutan dalam pekerjaan maka semakin
bahwa
besar kemungkinan seorang tenaga kerja
mengalami stres kerja jika: a) Stres yang
mengalami
dialami melibatkan pihak organisasi atau
stres
kerja,
setiap
jenis
pekerjaan tidak terlepas dari tekanan-
seseorang
perusahaan 137
tempat
dapat
dikategorikan
individu
bekerja,
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
namun penyebabnya tidak hanya di dalam
pendekatan individu/ pribadi menggunakan
perusahaan, karena masalah rumah tangga
strategi psikologis (peningkatan kesadaran
yang terbawa ke pekerjaan dan masalah
diri, dan konseling) dan strategi latihan
pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat
fisiologis
(mengatur
juga menjadi penyebab stres kerja; b) Stres
bijaksana,
berhenti
mengakibatkan
bagi
berolahraga), dan pendekatan organisasi
perusahaan dan juga individu, sehingga
(komunikasi, sistem penilaian, prestasi
dibutuhkan kerjasama antara kedua belah
kerja,
pihak untuk menyelesaikan persoalan stres
(Tarwaka dkk, 2004).
dampak
negatif
tersebut.
serta
makan merokok,
meningkatkan
secara dan
partisipasi)
Kelelahan kerja yang berhubungan
Faktor penyebab stres di tempat
dengan stres kerja dapat dilihat melalui
kerja adalah faktor internal pekerjaan
faktor: (1) Keadaan monoton; (2) Beban
(lingkungan kerja, shift kerja, beban kerja,
dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun
kepastian
antar
mental; (3) Keadaan lingkungan seperti
iklim
iklim kerja, penerangan dan kebisingan;
organisasi), dan faktor di luar pekerjaan
(4) Keadaan kejiwaan seperti tanggung
yang
(tipe
jawab, beban kerja, kekhawatiran, konflik,
kepribadian, dukungan sosial, harga diri,
penyakit, perasaan sakit; serta (5) Keadaan
kemampuan, lingkungan tetangga, dan
gizi. Selain itu, kelelahan juga dipengaruhi
komunitas), serta faktor di luar pekerjaan
oleh kapasitas kerja yang meliputi: jenis
yang
kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan
tenaga
pekerjaan, kerja,
hubungan
struktur,
menyangkut
dan
individu
hubungannya
dengan
sosial,
ekonomi, dan politik (Tarwaka dkk, 2004). Gejala stres
kerja
masa/ lama kerja.
antara lain
Beberapa kasus stres pekerjaan dan
berbagai faktor yang menunjukkan adanya
menyimpulkan tiga faktor gejala yang
perubahan baik secara fisiologis (merasa
dapat terjadi akibat stres kerja yang
lelah, kehabisan tenaga, pusing, dan
dialami oleh individu, yaitu terganggunya
gangguan pencernaan), psikologis (merasa
kesehatan
cemas berlarut-larut, sulit tidur, dan napas
faktor perilaku. Faktor kesehatan psikologi
tersengal-sengal),
yang meliputi Kecemasan, ketegangan,
dan
sikap/
perilaku
fisik,
mudah
psikologis,
(keras kepala, mudah marah, dan tidak
kebingungan
puas terhadap apa yang dicapai). Upaya
Perasaan frustrasi, rasa marah, sensitif dan
yang perlu dilakukan untuk mencegah dan
dendam (kebencian). Gejala fisiologis
mengendalikan stres kerja yaitu dengan
Meningkatnya denyut jantung, tekanan 138
dan
kesehatan
tersinggung,
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
darah, meningkatnya sekresi hormon stres
PT. X. Populasi penelitian ini adalah
(contoh
noradrenalin),
seluruh pekerja wanita bagian produksi
adrenalin
dan
gangguan
gastrointestinal
(misalnya
unit weaving loom PT. X. Pengambilan
gangguan
lambung).
Menunda,
sampel dilakukan menggunakan teknik
menghindari pekerjaan, dan absen dari
simple
pekerjaan.
mempertimbangkan 11 kriteria inklusi dan
Faktor
perilaku
meliputi
menurunnya prestasi (performance) dan
random
sampling
dengan
1 kriteria eksklusi.
produktivitas, perilaku sabotase dalam
Kriteria inklusi dalam penelitian
pekerjaan, perilaku makan yang tidak
ini, antara lain: subyek penelitian adalah
normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan
tenaga kerja wanita bagian operator mesin
mengarah ke obesitas. Kelelahan kerja
weaving di unit weaving loom PT. X,
biasanya disebabkan oleh beban kerja yang
hanya bekerja di PT. X, umur responden ≥
berlebih
dengan
15-45 tahun, masa kerja ≥ 1 tahun sebagai
kapasitas kerja. kelelahan biasanya terjadi
operator mesin weaving di unit weaving
pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh
loom PT. X, tingkat pendidikan minimal
karena beberapa faktor, seperti monotoni,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang
sederajat, status menikah, sehat, tidak
tidak
antropometri
sedang cuti, tidak sedang hamil, dan tidak
pemakainya, sikap paksa dan pengaturan
sedang menyusui, bukan perokok dan
waktu kerja istirahat yang tidak tepat. Dari
peminum
sekian banyak jenis kelelahan seperti yang
responden dalam penelitian ini. Kriteria
telah diuraikan maka timbulnya rasa lelah
eksklusi yaitu subyek penelitian tidak
dalam diri manusia merupakan proses yang
berada
terakumulasi dari berbagai faktor penyebab
penelitian berlangsung.
yang
sesuai
tidak
sesuai
dengan
dan mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami
oleh
tubuh
alkohol,
di
lokasi
bersedia
penelitian
menjadi
ketika
Variabel penelitian yang diteliti
manusia
adalah kelelahan kerja berdasarkan faktor
(Wignjosoebroto, 2008).
stres kerja. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kuesioner identitas responden, kuesioner
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah
observational
analytic
penilaian stres kerja metode scoring serta
study,
kuesioner Subjective Self Rating Test.
dengan desain penelitiannya adalah cross
Analisis
sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
dilakukan
dengan
uji
kemaknaan chi square. Keseluruhan uji 139
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
menggunakan Confidence Interval 95%
pekerja mengalami stres kerja rendah
dengan
0,05.
(69,5%). Distribusi frekuensi kelelahan
Program Stata versi 12 digunakan dalam
subyektif yang dialami oleh tenaga kerja
analisis data.
wanita unit weaving loom PT. X adalah
tingkat
kemaknaan
p
Hasil Penelitian Analisis deskripsi yang ditunjukkan
52,6%
pekerja
ringan,
28,4%
mengalami pekerja
kelelahan mengalami
kelelahan sedang, serta 19% pekerja
pada tabel 1 menjelaskan bahwa mayoritas
mengalami
kelelahan
berat.
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian operator wanita mesin weaving PT. X Karakteristik Stres Kerja Ringan Sedang Total Kelelahan Subyektif Ringan Sedang Berat Total
Tabel
2
%
66 29 95
69.5 30.5 100
50 27 18 95
52.6 28.4 19 100
bahwa
dianalisis menggunakan uji regresi logistik
signifikansi terjadi antara variabel stres
multinomial dengan Confident Interval
kerja terhadap variabel kelelahan subyektif
(CI) 95% (Dahlan, 2010). Besar nilai OR
pada operator wanita mesin weaving PT.
akan
X. Jika dilihat dari nilai OR, variabel stres
kelelahan, yaitu kelelahan ringan menjadi
kerja bersifat risiko. Analisis bivariat yang
kelelahan sedang (kategori sedang-ringan)
dilakukan bertujuan untuk mengetahui
dan kelelahan ringan menjadi kelelahan
hubungan
berat (kategori berat-ringan).
antara
menunjukkan
n (jumlah)
stres
kerja
sebagai
terbagi
menjadi
dua
proporsi
variabel bebas dengan variabel terikat
Pada variabel stres kerja terhadap
yaitu kelelahan subyektif. Dalam analisis
variabel kelelahan subyektif, nilai p-value
bivariat ini, uji chi-square dilakukan untuk
yang
uji signifikansi dengan Confidence Interval
sebesar 0,00 (p-value<0,05). Hal tersebut
(CI) 95% dan tingkat kemaknaan p 0,05.
menunjukkan hubungan yang signifikan
Besarnya faktor risiko kelelahan
didapatkan
antara
subyektif berdasarkan stres kerja akan
variabel
dilihat melalui nilai Odds Ratio (OR),
140
variabel
dari
stres
kelelahan
uji
kerja
chi-square
terhadap subyektif.
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
Tabel 2. Hasil uji chi-square hubungan stres kerja terhadap kelelahan subyektif Ringan Variabel
Stres kerja Ringan Sedang
Kelelahan subyektif Sedang Berat ( ( n % n % n ) ) 4 3 7
( 6 5 ) ( 2 4 )
1 6 1 1
( 2 4 ) ( 3 8 )
p-value* ( % ) 0 ( . 1 0 1 0 ) ( 3 8 )
7 1 1
Keterangan: n= jumlah responden; *Signifikan (p-value<0,05), dihitung menggunakan uji chisquare.
Tabel 3. Perhitungan odds ratio stres kerja terhadap kelelahan subyektif Variabel Stres kerja Ringan Sedang
SedangRingan OR (95% CI)
BeratRingan OR (95% CI)
1 4.22 (1.3912.79)*
1 9.65 (2.8033.34)*
Keterangan: OR=Odds Ratio; CI=Confidence Interval; *Signifikan (p-value<0,05) dihitung menggunakan uji regresi logistik multinomial.
Hasil
perhitungan
OR
antara
sebesar 4,22 kali lebih besar dan 9,65 kali
variabel stres kerja dengan kelelahan
lebih besar akan mengalami kelelahan
subyektif menunjukkan bahwa seorang
berat-ringan dibandingkan dengan seorang
operator wanita mesin weaving yang
pekerja wanita yang mengalami stres kerja
mengalami stres kerja sedang mempunyai
ringan (tabel 3).
risiko mengalami kelelahan sedang-ringan
lama, jelas akan menimbulkan kelelahan
Pembahasan Observasi
menunjukan
bahwa
dan mengakibatkan pekerja mengalami
bekerja sebagai operator mesin weaving
gangguan kesehatan. Rasa lelah yang
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi,
timbul lebih cepat, disertai gangguan sakit
monotoni dalam bekerja, serta sikap kerja
pinggang, sakit punggung, leher dan bahu
berdiri yang dapat menyebabkan kelelahan
yang
pada pekerja. Sikap kerja yang statis pada
kemampuan
pekerja yang dilakukan dalam waktu yang
produktivitas kerja. Hal terpenting adalah
141
akhirnya kerja
akan serta
mengurangi menurunnya
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750 bagaimana menangani kelelahan dengan
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686 Berdasarkan hasil penelitian pada
tepat agar tidak menjadi kronis.
operator wanita mesin weaving di PT. X
Stres kerja merupakan respon fisik
menyebutkan
bahwa
sebagian
besar
dan emosional berbahaya yang timbul bila
pekerja hanya mengalami stres kerja
tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan
rendah,
kemampuan
pekerja
mereka adalah melakukan aktivitas fisik
(Bultmann dkk, 2002). Grandjean (1998)
berupa pengontrolan proses penenunan
menjelaskan situasi kerja yang penuh
tanpa banyak melakukan aktivitas psikis
dengan
seperti
atau
kebutuhan
tekanan
pekerjaan
sangat
perasaan
tidak
menghitung. Faktor lain penyebab stres
kecemasan,
kerja yang dikeluhkan oleh pekerja yaitu
ketegangan, kehilangan semangat, mudah
dalam melaksanakan sistem shift kerja,
marah, tidak giat bekerja, dan kelelahan.
terutama pada pekerja wanita dengan shift
Sumarni
dengan
menyenangkan,
seperti
(1998)
berpikir,
bahwa
stres
berhubungan
atau
mengingat
mengingat-ingat,
memaparkan
bahwa
malam.
Kurangnya
kehidupan
yang
jabatan
serta
peristiwa-peristiwa
promosi
kenaikan
dan
kenaikan
upah
juga
dihadapi oleh tenaga kerja wanita dalam
dikeluhkan oleh beberapa pekerja wanita
bentuk tekanan-tekanan yang muncul dan
tersebut.
mengarah
pada
dirinya
secara
Pekerja wanita juga mengeluhkan
langsung maupun tidak langsung sampai
masalah monotoni pekerjaan, kebosanan,
tingkat
mempengaruhi
dan ketegangan dalam bekerja karena
keseimbangan mentalnya. Dalam bahasa
terlalu sering diawasi oleh supervisor.
psikiatri,
yang
Pengoperasian 6-8 mesin tenun dengan
muncul dalam lingkungan seseorang baik
sekali istirahat, serta posisi bekerja yang
dalam
tertentu
akan
baik
fenomena-fenomena
lingkungan
kerja,
lingkungan
berdiri dan berjalan untuk memantau
maupun
lingkungan
kondisi mesin agar tetap beroperasi dengan
menyebabkan
baik juga dikeluhkan oleh pekerja wanita
perubahan dalam kehidupan seseorang
tersebut. Tarwaka (2011) menjelaskan
sehingga orang tersebut harus melakukan
bahwa
adaptasi disebut dengan stres psikososial.
berhadapan dengan satu mesin karena
Stres psikososial merupakan salah satu
ingatan dan kemampuan manusia berbeda
penyebab
dan terbatas serta dalam pekerjaan perlu
tempat
tinggal,
masyarakat
yang
dapat
munculnya
kelelahan
kerja
(Setyawati, 1994).
idealnya
pengambilan
seorang
keputusan
yang
operator
sifatnya
segera, oleh karena itu pengoperasian 6-8 142
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
mesin tenun sudah melebihi standar yang
mengemukakan bahwa faktor psikososial
seharusnya.
berhubungan dengan stres kerja yang
Hasil analisis bivariat antara stres kerja
dengan
kelelahan
mengakibatkan terjadinya kelelahan.
subyektif
Banyaknya
tenaga
kerja
yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
mengalami stres kerja dikarenakan beban
positif yang bermakna secara statistik (p-
kerja yang berlebih dan menyebabkan
value = 0,00; OR = 4,22 dan 9,65).
kelelahan kerja pada tenaga kerja. Menurut
Hubungan positif memiliki arti bahwa
Ubaidilah
semakin tinggi stres kerja seorang pekerja
dipahami sebagai suatu keadaan dimana
wanita,
seseorang
maka
semakin
berat
tingkat
(2007),
stres
menghadapi
kerja
tugas
dapat
atau
kelelahan subyektif yang dialami oleh
pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa
pekerja wanita tersebut.
dijangkau oleh kemampuannya. Menurut
Begitu pula
sebaliknya. Variabel stres kerja dapat
Novitasari,
(2009)
stres
juga
biasa
memprediksi 8,3% terhadap kelelahan
diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau
subyektif pada pada tenaga kerja wanita
gangguan yang tidak menyenangkan yang
unit weaving loom PT. X.
berasal dari luar diri seseorang. Menurut
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Soewondo (1992) penyebab stres berasal
penelitian yang dilakukan oleh Wambrauw
dari Kondisi dan situasi pekerjaan, beban
(2010) yang menyebutkan bahwa stres
kerja,
kerja memberikan peran terhadap kejadian
pekerjaan dan karir yang tidak jelas,
kelelahan pekerja wanita di PT. GE
hubungan interpersonal. Dari beberapa
Lighting Indonesia Yogyakarta. Tingkat
teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kelelahan lebih berat akan dirasakan oleh
stres kerja merupakan bentuk respon
pekerja wanita status menikah dengan
psikologis dari tubuh terhadap tekanan-
tanggung
yaitu
tekanan, tuntutan-tuntutan pekerjaan yang
bertambahnya stressor psikososial selain
melebihi kemampuan yang dimiliki, baik
stressor di tempat kerja (Sumarni dan
berupa tuntutaan fisik atau lingkungan dan
Setyawati, 1999). Hasil penelitian Sumarni
situasi
(1996) pada industri tekstil Kusumatex
pelaksanaan tugas, yang muncul dari
Yogyakarta
interaksi
prevalensi
jawab
ganda,
menunjukkan tenaga
kerja
wanita
bahwa yang
Nieuwenhuijsen
dkk
requirement
sosial
antara
yang
seperti
status
mengganggu
individu
dengan
pekerjaanya, sehingga dapat menyebabkan
menghadapi stressor psikososial mencapai 87,3%.
job
stres kerja.
(2010) 143
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750 Stres kerja merupakan respon fisik
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686
monotoni
pekerjaan,
kebosanan,
dan
dan emosional berbahaya yang timbul bila
ketegangan dalam bekerja karena terlalu
tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan
sering
kemampuan
pekerja.
pengoperasian 6-8 mesin tenun dengan
Situasi kerja yang penuh dengan tekanan
sekali istirahat, serta posisi bekerja yang
atau stres sangat berhubungan dengan
berdiri dan berjalan untuk memantau
perasaan tidak menyenangkan, seperti
kondisi mesin agar tetap beroperasi dengan
kecemasan,
kehilangan
baik juga dikeluhkan oleh pekerja wanita
tidak
tersebut.
semangat,
atau
kebutuhan
ketegangan, mudah
marah,
giat
diawasi
oleh
Idealnya
supervisor,
seorang
operator
bekerja, dan kelelahan. Peristiwa-peristiwa
berhadapan dengan satu mesin karena
kehidupan yang dihadapi oleh tenaga kerja
ingatan dan kemampuan manusia berbeda
wanita dalam bentuk stressor yang muncul
dan terbatas serta dalam pekerjaan perlu
dan mengarah pada dirinya baik secara
pengambilan
langsung maupun tidak langsung sampai
segera, oleh karena itu pengoperasian 6-8
tingkat
mempengaruhi
mesin tenun sudah melebihi standar yang
yang
seharusnya.
tertentu
keseimbangan
akan mental
dapat
mengakibatkan terjadinya stres psikososial.
keputusan
yang
sifatnya
Hasil analisis bivariat antara stres
Stres psikososial merupakan salah satu
kerja
penyebab munculnya kelelahan kerja.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Hasil
penelitian
dengan
kelelahan
subyektif
menyebutkan
positif yang bermakna secara statistik (p-
bahwa sebagian besar pekerja hanya
value = 0,00; OR = 4,22 dan 9,65).
mengalami stres kerja rendah, mengingat
Hubungan positif memiliki arti bahwa
bahwa
pekerjaan
mereka
adalah
semakin tinggi stres kerja seorang pekerja wanita,
melakukan
aktivitas
fisik
berupa
pengontrolan
proses
penenunan
tanpa
maka
semakin
berat
tingkat
kelelahan subyektif yang dialami oleh
banyak melakukan aktivitas psikis seperti
pekerja wanita tersebut.
berpikir,
dan
sebaliknya. Variabel stres kerja dapat
menghitung. Faktor lain penyebab stres
memprediksi 8,3% terhadap kelelahan
kerja yang dikeluhkan oleh pekerja yaitu
subyektif pada pada tenaga kerja wanita
dalam melaksanakan sistem shift kerja,
unit weaving loom PT. X.
mengingat-ingat,
terutama pada pekerja wanita dengan shift malam,
kurangnya
promosi
kenaikan
jabatan serta kenaikan upah, masalah 144
Begitu pula
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686 From The Maastricht Cohort Study.
Kesimpulan Stres kerja merupakan faktor risiko
J.
terjadinya kelelahan subyektif pada tenaga
Occup.
and
Dahlan, M.S. (2010). Mendiagnosis dan
loom PT. X.
Menata
Laksana
Statistik:
Saran yang dapat diberikan kepada antara
Mempertimbangkan
lain:
promosi
13
Penyakit
Disertai
Program
Saran
perusahaan
Med.
(JOEM). 44 (2): 116-124.
kerja wanita bagian produksi unit weaving
pihak
Envrn.
Stata.
Aplikasi
Penerbit
CV.
Agung Seto. Jakarta.
(1)
Gibson,
J.L.,
Ivanevich,
J.M.,
dan
kenaikan
Donnely, J.H. (1996). Organisasi,
jabatan; (2) Melakukan rotasi kerja bagi
Perilaku, Struktur dan Organisasi,
pekerja dengan masa kerja panjang; (3)
Editor: Lindon Saputra. Penerbit
Penambahan
Binarupa Aksara. Jakarta.
Sumber
Daya
Manusia
(SDM) sebagai operator mesin weaving;
Grandjean, E. (1998). General Fatigue.
(4) Melakukan pemeriksaan kesehatan
Encyclopedia
berkala dan khusus, serta (5) Melakukan
Health and Safety 4th Edition
promosi kesehatan kepada seluruh tenaga
Volume
kerja wanita PT. X secara aktif. Bagi
Organization. Geneva.
peneliti selanjutnya, diharapkan untuk
I.
of
Occupational
International
Labor
Nieuwenhuijsen, K., Bruinvels, D., dan
melakukan pengukuran kelelahan secara
Frings-Dresen,
M.
(2010).
fisiologis dan psikologis sehingga dapat
Psychosocial Work Environment
melihat kelelahan secara komprehensif,
And Stress-Related Disorders, A
serta perlu mempertimbangkan variabel
Systematic Review. Occupational
lain yakni faktor lingkungan.
Medicine. 60: 277–286. Saito, K. (1999). Measurement of Fatigue
Daftar Referensi
in Industries. Industrial Health 37
Bultmann, U., Kant, I., Kasl, S.V.,
page
Schroer, K.A.P., Swaen, G.M.H., van
den
University. Sapporo. Silastuti, A. (2006). Hubungan antara
Lifestyle Factors As Risk Factors
Kelelahan dengan Produktivitas
For Fatigue And Psychological
Tenaga Kerja di bagian Penjahitan
Distress
PT.
In
P.A.
Hokkaido
(2002).
Population:
Brant,
134-142.
The
Working
Prospective
Results 145
Bengawan
Solo
Garment
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750 Indonesia.
Tesis.
Universitas
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686 Penelitian.
Negeri Semarang. Semarang.
DPP
Fakultas
Kedokteran UGM. Yogyakarta.
Setyawati, L. (1995). Stres Psikososial dan
Sumarni,
D.W.
(1998).
Rekreasi,
Status Kawin pada Pekerja Wanita.
Pengaruhnya
Makalah pada Kongres I dan
Psikososial dan Kelelahan Kerja.
Pertemuan Ilmiah Ikatan Dokter
Tesis.
Kesehatan Kerja Indonesia. Jawa
UGM. Yogyakarta.
Timur.
terhadap
Program
Stres
Pascasarjana.
Sumarni, D.W., dan Setyawati, L. (1999).
Setyawati, L. (2010). Selintas tentang
Pelecehan
Tenaga
Kelelahan Kerja. Penerbit Amara
Perempuan.
Books. Yogyakarta.
Foundation dengan Pusat Penelitian
Statacorp.
(2011).
Software:
Stata
Release
Statistical 12.
College
Tarwaka.
Analisis
(1999).
Produktivitas
Pemanfaatan
Sudarwati, L. (2003). Wanita dan Struktur (Suatu
Sama
Ford
Kependudukan, UGM. Yogyakarta.
Station, TX: Statacorp LP.
Sosial
Kerja
Kerja
Sumber
dan Daya
Manusia. Majalah Hiperkes dan
tentang
Keselamatan Kerja edisi XXI (4)
Peran Ganda Wanita Indonesia).
dan XXII (1): 29–32. Jakarta.
Makalah. USU Digital Library.
Tarwaka, Bakri, S.H.A., dan Sudiajeng, L.
FISIP. Universitas Sumatera Utara.
(2004).
Medan.
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Suma'mur,
P.K.
Perusahaan Kerja.
(1995). dan
Cetakan
Higiene
produktivitas.
Keselamatan ke-12.
P.K.
(2014).
untuk
UNIPRESS.
Surakarta.
Toko
Tarwaka.
Gunung Agung. Jakarta. Suma'mur,
Ergonomi
(2011).
Ergonomi
Dasar-Dasar
Industri:
Pengetahuan
Higiene
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
Kerja. Penerbit Harapan Press.
(Hiperkes)
Surakarta.
Edisi
2.
Penerbit
Sagung Seto. Jakarta.
Trisnawati, E. (2010). Kualitas Tidur,
Sumarni, D.W. (1996). Pengaruh Stressor
Status Gizi, dan Kelelahan Kerja
Psikososial terhadap Depresi dan
pada
Produktivitas Kerja pada Tenaga
Tekstil: Kajian Shift Kerja pada
Kerja
Pekerja Wanita Status Menikah di
Wanita
Industri
di
Kotamadya Yogyakarta. Laporan
Bagian 146
Pekerja
Tenun
Wanita
PT.
Industri
Kusuma
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.750 Sandang Mekarjaya Yogyakarta. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wambrauw,
A.
(2010).
Stres
Kerja
Ditinjau dari Shift Kerja dan Beban Kerja pada Pekerja Wanita di PT. GE Lighting Indonesia Yogyakarta.
Tesis.
UGM.
Yogyakarta. Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi, Studi Gerak, dan Waktu Teknik Analisis
untuk
Peningkatan
Produktivitas Kerja. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
147
Vol. 1, No. 2, April 2017 No.ISSN online : 2541-5727 No. ISSN cetak : 2527-4686