PERBEDAAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA AWAL DI TINJAU DARI PERNIKAHAN ORANGTUA DAN UPANYA SOLUSINYA ( Studi pada Masayarakat Muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen ) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Disusun Oleh AGUS NUGROHO NIM. 1103115
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
ABSTRAK
Penelitian ini berujudul “PERBEDAAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA AWAL DITINJAU DARI PERNIKAHAN ORANGTUA DAN UPANYA SOLUSINYA (Studi pada Masyarakat Muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen). Dengan tujuan untuk mengetahui adakah perbedaan Perilaku Keagamaan Remaja Awal dari segi pernikahan Orangtua Lewat KUA dengan Perilaku Keagamaam Anak Remaja Awal dari dari Segi Pernikahan Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif di mana lebih menekankan analisanya dengan menggunakan data-data angka yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini merupakan penelitian sampel dengan jumlah responden 60. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik interview/wawancara dan angket/kuesioner. Setelah data terkumpul dilakukan penskoran terhadap variabel X dan variabel Y. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis statistik. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan rumus Uji T. Dalam penelitian ini hasil penelitian menunjukkan bahwa: “ada perbedaan yang signifikan antara Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal dari Pernikahan Orangtua lewat KUA dengan Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal dari Pernikahan Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen”. Dari graup statistics T- Tes dari Segi Pernikahan Orangtua Lewat KUA Antara Sirri Mempunyai Pengaruh Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal. Status Penikahan Orangtua pengaruhnya kepada Anak Remaja Awal ada nilai atau skor. Pernikahan orangtua Sirri di ambil anaknya yang remaja awal sebagai responden 30 mempunyai nilai mean 47.60, dan nilai Standar Deviation 3.719 dan kalau lewat KUA dari responden 30 nilai mean 70.67 dan standar Deviation 3.986. maka dapat simpulkan ada perbedaan perilaku keagamaan anak remaja awal dari berbagai Segi pernikahan antara KUA dan pernikahan orangtua Sirri. Hal ini ditunjukkan pada analisis taraf signifikansi 445 lebih tinggi dari signifikasi .000 dan nila t - 23.175. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang status pernikahan orangtua dalam pengaruhnya perilaku keagamaan anak. Juga bahan masukkan kepada orangtua dan orang yang ingin melangsungkan pernikahan diharapkan pernikahan melalui jalur yang ditetapkan oleh Undang-undang Perkawinan di Indonesia karena tanpa pernikahan yang ditetapkan UU Perkawinan banyak konsukensi terhadap terhadap pertahanan rumah tangga atau pernikahan maupun pengurusan terhadap anak.
vii
SKRIPSI PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA AWAL DI TINJAU DARI PERNIKAHAN ORANGTUA DAN UPANYAN SOLUSINYA (Studi pada Masyarakat Muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh: AGUS NUGROHO 1103115
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 29 Januari 2009 Dan dinyatakan telah lulus memenuhi sarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Komarudin, M. Ag NIP. 150299489
Drs. H. M. Zain Yusuf, MM NIP. 150 207 768 Penguji I,
Penguji II, Drs. H. Solihan M. Ag NIP. 150271978
Dra. H. Djasadi . M. Pd NIP. 150057618
viii
NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 (lima) eksemplar. Hal
: Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada Yth Bapak Dekan Fakultas Da’wah. IAIN Walisongo
di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa Naskah Skripsi saudari : Nama
: AGUS NUGROHO
NIM
: 1103115
Fak./Jur
: Dakwah/BPI (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Judul
: PERBADAAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA AWAL DITINJAU DARI PERNIKAHAN ORANGTUA DAN UPANYA SOLUSINYA (Studi Pada Masyarakat Muslim Di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen)
Dengan ini telah kami setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, 23 Januari 2009 Pembimbing Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Ali Murtadlo, M. PD NIP.150274618
Komarudin, M. Ag NIP. 150 299489
ix
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari penerbit maupun yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka. Semarang, 23 Januari 2009 Tanda tangan,
AGUS NUGROHO NIM: 1103115
x
PERSEMBAHAN Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat: Bapak dan Ibuku yang tercinta (Bapak Sugi Turyadi dan Ibu Sri kartini), Yang memberi motivasi dan semangat dalam hidupku. Ridlamu adalah semangat hidup ku . Kakak-Kakakku semua yang aku sayangi Embk Enik, Embk Tatik ,Mas Iwan, Mas Indrak yang telah memberi semangat untuk segera menuntaskan skripsi ini. Sahabat-sahabatku Fatur, Amal, Ali, Ida, Himatul Aliyah dan yang tak dapat kusebutkan satu persatu yang selalu bersama dalam canda dan tawa yang senasib seperjuangan. Kakak-kakak yang telah memberi semangat dan dorongan selama menyusun skripsi kepada mas slamet, kang jumadi mas, kakak rudi.
Penulis
AGUS NUGROHO
xi
MOTTO
ﺎﺀ ﱢﻟﻤ ﻡ ِﻭﺸِﻔ َﺂ ﹸﻜﺒﻥ ﺭ ﻅ ﹲﺔ ِﻤ ﻋﹶ ِ ﻭ ﻤ ﻡ ﺀ ﹾﺘ ﹸﻜ ﺂﺩ ﺠ ﺱ ﹶﻗ ﻬ ﹶﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺂﹶﺍﻴﻴ ﻲ ﻤ ْﺅ ِﻤ ِﻨ ﻤ ﹲﺔ ﱢﻟ ﹾﻠ ﺤ ﺭ ﻭ ﻯﻫﺩ ﻭ ﻭ ِﺭ ﺩ ﺼ ﻓِﻰ ﺍﻟ “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. ( Q.S. Yunus: 57)
xii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan seru sekalian alam, yang memberi kekuatan dan hidayah-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulallah SAW. Berkat taufiq, hidayah dan inayah-Nya akhirnya penulis mampu menyelesaikan KEAGAMAAN
skripsi
ini
dengan
judul:
PERBEDAAN
PERILAKU
REMAJA AWAL DITINJAU DARI PERNIKAHAN
ORANGTUA DAN UPANYA SOLUSINYA (Studi pada Masyarakat Muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen). Yang diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) pada Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Tentunya, skripsi ini tidak akan hadir dihadapan pembaca tanpa adanya kritik serta wacana dari skripsi ini. Dengan demikian patut kiranya penulis ungkapkan terimaksih yang tulus dari kebeningan hati pada semua pihak yang telah ikhlas membantu, yaitu kepada: 1. Bapak Rektor IAIN Walisongo, yang telah memimpin lembaga tersebut dengan baik 2. Bapak Drs. H. M. Zain Yusuf, MM. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 3.
Terima kasih Kepada Wali Studi Bapak Abdul Sattar. S. Ag yang banyak memberikakan masukkan dalam perkuliahan dan motivasi kuliah hingga saya dapat menyelesaikan kuliah.
4. Bapak Drs.Ali Murtadlo, M.Pd. selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Komarudi, M. Ag. selaku Dosen pembimbing II yang telah berkenan membimbing dengan keikhlasan dan kebijaksanaannya meluangkan waktu, waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan-pengarahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
xiii
5. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan civitas akademik Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan pelayanan yang baik serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini. 6. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang serta pengelola perpustakaan Fakultas Dakwah yang telah memberikan pelayanan kepustakaan dengan baik. 7. Bapak Camat Djoko Daroso, S,Sos dan bapak kepala KUA Abdullah terima kasih telah memberikan kemudahan penelitian dan memberikan informasi sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian. 8. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, Kel. Besar Sugi Turyadi, dan kakanda. 9. Teman-temanku mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, khususnya kepada mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Terutama ditujukan kepada teman-temanku di jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Semoga kebaikan dan keikhlasan meraka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dan berlipat ganda dari Allah SWT. Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan ini, akan tetapi sudah barang tentu dalam penulisannya masih banyak kekurangan mengingat kemampuan dan keterbatasan penulis. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, penulis senantiasa mengharap kritik konstruktif dan saran inovatif demi kesempurnaan skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri maupun para pembaca. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Semarang, 23 Januari 2009
Penulis
xiv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i NOTA PEMBIMBING ............................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v PERNYATAAN ........................................................................................................ vi ABSTRAKSI ............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR............................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................................. x BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah.................................................................... 10 1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ......................................... 10 1.4. manfaat Penelitian ...................................................................... 11 1.5.Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11 1.6 sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II
LANDASAN TEORITIK PERNIKAHAN
DAN PERILAKU
KEAGAMAAN REMAJA AWAL 2.1. Pernikahan Melalui KUA. ......................................................... 17 2.1.1. Pengertian Pernikahan Melalui KUA ............................ 17 2.1.2. Tujuan Pernikahan .......................................................... 18
2.1.3. Rukun Nikah dan Syarat Sahnya Pernikahan .................. 19 2.1.3.1. Rukun Nikah ........................................................ 19 2.1.3.2. Syarat-Syarat Nikah ............................................. 20 2.2. Pengertian Pernikahan sirri ........................................................ 24 2.2.1. Pengertian Pernikahan Sirri ............................................ 24 2.2.2. Akibat Pernikahan sirri ................................................... 25 2.3. Perilaku Keagamaan .................................................................. 28 2.4. Remaja Awal .............................................................................. 31 2.5. Perilaku Keagamaan Remaja Awal dari Pernikahan Orang Tua Sirri dengan Pernikahan Orang Tua Lewat KUA .................... 33 2.6. Arti Penting Dakwah Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Awal .......................................................................................... 37 2.7. Hipotesis .................................................................................... 40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian .................................................................... 41 3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ....................................... 41 3.2.1. Definisi Konseptual ....................................................... 41 3.2.2. Definisi Operasional ...................................................... 43 3.3. Sumber Data atau Jenis Data ..................................................... 45 3.3.1. Data Primer ..................................................................... 45 3.3.2. Data Sekunder ................................................................ 45 3.3.3. Sumber Data Primer ....................................................... 46 3.4.4. Sumber Sekunder ............................................................ 46
ii
3.4. Populasi dan Sampel.................................................................. 46 3.5. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 49 3.6. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 49 3.6.1. Angket Atau Kuesioner ................................................. 50 3.6.2. Teknik Analisis .............................................................. 51 3.6.3. Analisis Lanjut ............................................................... 52 BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 4.1. Kondisi Letak Geografi ............................................................. 54 4.2. Kondisi Masyarakat ................................................................... 54 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat ................................................ 57 4.4. Kondisi Sosial-Ekonomi. ........................................................... 59 4.5. Kondisi Umum Hubungan Status Pernikahan Orangtua di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen ............................... 62
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Pendahuluan................................................................. 67 5.1.1. Data Hasil Angket Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal dari Pernikahan Orangtua Melalui KUA .............. 68 5.1.2. Data Hasil Angket Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal dari Pernikahan Orangtua Sirri ............................ 73 5.2. Analisis Uji Hipotesis ............................................................... 78 5.3. Analisis Lanjut ........................................................................... 82
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan................................................................................. 86
iii
6.2. Saran-saran ................................................................................. 87 6.3. Penutup ....................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENELITI
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, pernikahan dan keluarga merupakan institusi yang sangat penting. Melalui
pernikahan biasanya menimbulkan
berbagai konsekuensi, karena itu diaturlah prosedur guna menghindari kemungkinan-kemungkinan negatif yang merugikan. Di antara prosedur dan aturan yang
dibuat bagi masyarakat Islam di Indonesia adalah bahwa
pernikahan harus dicatat secara resmi dan dipublikasikan. Pencatat resmi biasanya dilakukan oleh Petugas Pencatat Nikah (PPN) atau di Kantor Urusan Agama sebagai lembaga resmi pemerintah, sedangkan publikasi secara formal biasanya dilakukan dalam bentuk acara walimahan atau resepsi. Namun, kenyataannya tidak semua masyarakat Islam di Indonesia mengikuti prosedur atau aturan yang berlaku. Pada sebagian masyarakat Islam di Indonesia berkembang term dan praktek nikah yang tidak tercatat secara resmi dan tidak dipublikasikan. Terlepas dari praktek nikah sirri pun dapat menimbulkan implikasi negatif bagi para pelakunya. di antara implikasi itu adalah jika pernikahannya tidak tercatat secara resmi yang dibuktikan dengan adanya akta atau surat resmi nikah, maka pihak pengadilan di Indonesia tidak mau memproses perkara-perkara yang berhubungan dengan nikah sirnikah
2
tanpa pencatatan di KUA. Karena pernikahannya dilakukan secara rahasia, maka dapat memungkinkan terjadinya berbagai penyimpangan dan kerugian bagi para pelakunya. Sebagai contoh, jika seorang istri atau perempuan yang melakukan nikah tanpa KUA suatu saat dilantarkan oleh suaminya, maka perempuan itu tidak ada bukti tertulis, untuk menggugat suaminya. Dalam contoh ini, yang menjadi korban dari praktek nikah tanpa KUA adalah pihak istri atau perempuan (Nurhaedi, 2003: 25-30). Konsep nikah secara agama pada umumnya di anggaap sah. Hal itu dapat dipahami karena secara fikih Islam semua rukun nikah yang merupakan keniscayaan pada akad atau transaksi nikah terpenuhi. Rukun nikah yang dimaksud, sebagaimana lazim diketahui, ada lima yaitu, calon suami dan calon istri, wali, yang menikahankan, para saksi, akad (ijab-qabul), maskawin. Jadi, tidak adanya pencatatan secara resmi dan publikasi, menurt fikih Islam, memamg tidak dapat mengakibatkan batal atau tidak sahnya suatu perkawinan. Pencatatan resmi sebagaimana diatur dalam undang-undang nomer 1 tahun 1974 memang bersifat administratif. Pencatatan dalam bentuk akta nikah dimaksudkan untuk membantu menjaga dan memencahkan berbagai persoalan yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pernikahan. demikian pula dengan adanya publikasi sangat berguna agar masyarakat umum mengetahui bahwa laki-laki dan perempuan telah sah menjadi suami-istri, disamping untuk menghindari fitnah (Nurhaedi, 2003: 17-18). Bahkan nikah sirri atau nikah tanpa melalui KUA membawa impilikasi negatif bagi pihak perempuan
3
sekaligus bagi anak hasil nikah tersebut baik secara hukum maupun sosial. Secara hukum positif, si istri tidak dianggap sebagai istri yang sah, tidak berhak atas nafkah dan warisan suami jika meninggal dunia. Secara sosial, istri sulit bersosialisasi dengan masyarakat sekitar karena dianggap pihak istri adalah wanita simpanan, bagi status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah (anak di luar nikah) dan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu, dan anak tidak berhak atas nafkah dan warisan orangtuanya dan juga sulit anak bersosialisasi terhadap lingkungan lingkungan masyarakat apalagi sulitnya anak mendaftarkan pendidikan negeri (Nurhaedi, 2003: 5-7) Dalam konteks kekinian, khususnya di Indonesia, aturan bagi pria dan wanita yang melangsungkan perkawinan mempunyai kewajiban untuk mencatatkan pernikahan itu di Kantor Urusan Agama (KUA), dengan maksud agar kedua pasangan itu mendapat ”payung hukum” jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Apabila dalam mengarungi kehidupan berrumah tangga terdapat persoalan, mereka mendapat bantuan dari hukum yang berlaku ( Ahmad , 2008: 33). Tujuan pernikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera artinya terciptanya ketenangan batin, sehingga timbul kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota keluarga (Ghazali Rahman, 2003: 22). Dan Menurut Undang-Undang Perkawinan pasal 1 tujuan pernikahan
4
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( UU Perkawinan, 2004: 8). Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang ada di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan wanita, yang dibentuk dengan tujuan memberikan keturunan dan membesarkan anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri suami, istri, dan anakanak. Status keluarga yang utuh adalah kedudukan keluarga yang dilengkapi dengan anggota-anggota keluarga ialah ayah, ibu, dan anak. Sebaliknya keluarga yang pecah atau broken home terjadi di mana tidak hadirnya salah satu orang tua karena kematian atau perceraian, atau tidak hadirnya kedua-duanya. Antara keluarga yang utuh dan pecah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan anak. Keluarga yang utuh tidak sekedar utuh dalam arti berkumpulnya ayah dan ibu tetapi dalam arti sebenar-benarnya yaitu disamping utuh dalam fisik maupun psikis. Keluarga yang utuh memiliki perhatian yang penuh atas tugas-tugas sebagai orang tua (Ahmadi 2000: 239-248). Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ialah faktor keutuhan keluarga. Yang dimaksudkan dengan keutuhan keluarga ialah, keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di keluarga ada ayah, ibu, dan anak. Apabila tidak ada ayah dan ibu atau kedua-duanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi dan juga apabila ayah atau ibunya jarang
5
pulang ke rumah dan berbulan-bulan meninggalkan anaknya karena pekerjaan kantor yang terjadi secara berulang-ulang, maka struktur keluarga itu tidaklah utuh lagi. (Gerungan, 2000: 185). Keluarga adalah salah satu kebutuhan yang pokok dalam pertumbuhan jiwa dan sosial, terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak. Sebagian orangtua kadang-kadang melakukan pola perilaku yang menyebabkan anaknya merasa kurang
disayangi, diabaikan, dan tidak diterima. Semakin
banyak terulang perilaku seperti itu, terutama pada tahap pertama dari kehidupan anak, akan mempunyai pengaruh buruk dalam pembinaan jiwanya, karena pada tahap itu pertumbuhan anak sedang bergantung penuh kepada orang tuanya, ia memerlukan kasih sayang dan pemeliharaan. Akan tetapi jika perlakuan itu terjadi pada tahap kemudian, misalnya pada masa remaja, maka pengaruh akan terbatas, sebab remaja pada umur itu telah mencapai tahap dari pertumbuhan dan kematangan emosi (Fahmi, 1999: 67 ). Pada
umumnya
agama
seseorang
ditentukan
oleh
pendidikan,
pengalaman dan, latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidup. Orang yang diberikan pendidikan agama dan latihanlatihan di masa kecilnya dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan larangan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut
6
melakukan larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama ( Daradjat, 2005: 43 ). Pendidikan agama harus diberikan sedini mungkin kepada anak-anak untuk membentuk mental dan kepribadian mereka. Anak mulai menerima pendidikan dan perlakuan dari ibu-bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain. Banyak proses yang harus diperhatikan oleh orangtua terhadap anaknya baik sejak lahir sampai dewasa, satu langkah saja keliru dalam melakukan proses tersebut, maka akan berakibat fatal bagi kebahagiaan dan keberhasilan sianak kelak. Dari sinilah kekuatan terbesar yang dapat membentuk karakter meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan pendidikannya. Sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat bergantung bagaimana keluarga yang ada di dalamnya menjalankan fungsinya sebagai anggota masyarakat. Ayah berperan sebagaimana layaknya seorang ayah dan ibu berperan sebagaimana layaknya seorang ibu. Untuk itu diharapkan di antara ayah, ibu dan anak terdapat ada keseimbangan atau saling kerja sama, sehingga tertanam kesadaran akan kewajiban bagi kedua belah pihak. Hubungan suami istri yang tak dapat mengantarkan tercapainya keharmonisan akan mempengaruhi kehidupan anak dalam berperlaku seharihari di karenakan kedua orangtua tidak ada rasa cinta lagi telantar tanpa perhatian orangtua (Kartono, 1989: 168).
akhirnya anak
7
Anak tidak bisa menikmati indahnya keluarga yang bahagia. Apabila bapak dan ibu tidak ada hubungan cinta kasih lagi dalam rumah tangga. Keluarga yang bahagia apabila diikat dengan tali pernikahan dan disuburkan oleh hubungan antara suami istri, anak-anak dan ibu bapak para anggota yang serasi akan dapat membuat suasana keluarga itu nyaman, tentram atas dasar mawaddah dan rahmah (kasih sayang) dan rasa tanggung jawab (Natsir, 1994: 71). Keluarga sebagai objek dakwah untuk memwujudkan keluarga yang harmonis, haruslah agama ditanamkan dalam keluarga melalui kedua orangtua sebagai dakwah kepada anak. Keagamaan yang bersifat pembinaan, bagi anak yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk mempertahankan, dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya, artinya bahwa, bagaimana anak tersebut tetap beriman kepada Allah dengan menjalankan syari’at-Nya sehingga mereka menjadi anak yang berilaku
baik yang mengikuti ajaran
agama untuk
memwujudkan hidup bahagia sejahtera di dunia maupun di akhirat (Syukir, 1983: 20). Sesui dengan firman Allah agar keluarga menati perintah dan mejaga keluarga dari api neraka:
ﻣﻠﹶﺎِﺋ ﹶﻜ ﹲﺔ ﺎﻴﻬﻋﹶﻠ ﺭ ﹸﺓ ﺎﺤﺠ ِ ﺍﹾﻟﺱ ﻭ ﺎﺎ ﺍﻟﻨﺩﻫ ﻭﻗﹸﻮ ﺍﺎﺭﻢ ﻧ ﻫﻠِﻴ ﹸﻜ ﻭﹶﺃ ﻢ ﺴﻜﹸ ﻧﻔﹸﻮﺍ ﻗﹸﻮﺍ ﹶﺃﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ ﻭ ﹶﻥﻣﺮ ﺆ ﻳ ﺎﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻣ ﻳ ﹾﻔﻭ ﻢ ﺮﻫ ﻣ ﺎ ﹶﺃﻪ ﻣ ﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﻠﱠﻌﺼ ﻳ ﺩ ﻟﹶﺎ ﺍﻅ ِﺷﺪ ِﻏﻠﹶﺎ ﹲ Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
8
penjaganya malikat-malikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada
mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-nya kapada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.’’( QS. AtTahrim (66): 6 ) (Dep. Agama RI, 2000: 644).
Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan sejak anak masih kecil, yang biasa ditentukan melalui latihan-latihan, atau kebiasaankebiasaan di rumah tangga seperti kebiasaan shalat, membaca Al Qur’an, mengucapkan salam, membaca basmalah dan hamdalah, serta doa-doa tertentu. Paling penting lagi ialah membiasakan perbuatan yang terpuji seperti kasih sayang kepada saudara dan orang lain sesama manusia, sopan santun, jujur tak berbohong, takwa, sabar, tawakal dan sebagainya. Semua itu adalah aplikasi dari keyakinan beragama ( Willis Sofyan, 2005: 67-68). Lingkungan keluarga sangat besar mempengaruhi perilaku remaja. Pengaruh itu tidaklah terbatas kepada waktu ia telah menjadi remaja, telah dimulai sejak usia bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterimanya waktu kecil itu, jauh
lebih besar dan lebih
menentukan dalam kehidupan anak dikemudian hari. Pengalaman di waktu kecil, ikut membentuk kepribadiannya apa yang dilihat, didengar dirasakan dalam pembinaan kepribadian (Daradjat, 1975 : 19). Terwujudnya kerukunan diantara keluarga adalah sangat penting dalam mewujudkan satu cara hidup bermasyarakat dan bahagia. Pengaruh perilaku keagamaan anak yang baik tidak
9
lain adalah terciptanya pernikahan yang diakui oleh masyarakat, negara dan keluarga yang harmonis
berdasarkan landasan agama, dengan memberikan
pendidikan kepada anak tentang agama maka perilaku keagamaan anak akan baik. Dan apabila keluraga tidak harmonis maka sebaliknya perilaku anak akan menyimpang dari kaidah agama. Disebabkan orangtua melupakan pendidikan agama anak hanya memikirkan peribadi dan, mencari kesalahan suami, istri saling jatuh menjatuhkan, apalagi perilaku orangtua itu dilihat oleh anak, didengarkan akan membentuk kepribadiannya anak kelak kemudian hari. Satu citra yang telah begitu melekat dengan Kota Sragen adalah predikatnya sebagai “ Sragen ASRI (Aman Sehat Rapi Indah) ” yang dimana penghidupan rata-rata warga Mondokan adalah kaum buruh tani, dan petani, karena secara geografis kota Sragen wilayahnya rata-rata persawahan. Sehingga secara kuantitatif kehidupan ekonomi masyarakat Sragen adalah sangat bervariatif ada yang cukup dan ada yang kurang. Hal tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat di Kecamatan Mondokan menjalani pernikahan tidak melalui KUA, berdasarkan pengamatan dilapangan pernikahan itu terjadi disebabakan empat hal (1) yang bersifat normatif, yaitu untuk mengatasi kekhawatiran berbuat dosa dan mencari legalisasi agama (2) yang bersifat psikologis, yaitu untuk mengatasi perasaan cemas, resah, dan gelisah, atau mencari ketenteraman. (3) yang bersifat sosial-ekonomis, yaitu sebagai respon atas kondisi yang seringkali menghambat untuk menikah secara wajar sebagaimana pernikahan pada umumnya, di antaranya adalah hambatan dari
10
masyarakat, orang tua, belum bekerja, belum mandiri secara ekonomi (4) yang bersifat biologis, yaitu untuk memperoleh penyaluran dan kepuasan seksual. Dari latar belakang di atas penulis,
tertarik untuk lebih jauh ingin
mengetahui perbedaan dari segi pernikahan orangtua yang lewat KUA dengan pernikahan tanpa KUA
pengaruhnya Perilaku Keagamaan anak di Kecamatan
Mondokan Kabupaten Sragen 1.2 Perumusan Masalah Dalam kaitannya dengan judul dan latar belakang permasalahan di atas penulis merumuskan yaitu: 1. Adakah perbedaan perilaku keagamaan remaja awal dari segi pernikahan orangtua Sirri dan pernikahan lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang akan penulis capai dalam penelitian ini adalah. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peilaku keagamaan remaja awal dari segi pernikahan orangtua Sirri dan pernikahan orang lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen.
11
1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat dalam kajiankajian: 1. Secara teritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan ilmu dakwah terutama dalam pelaksanaan dakwah di bidang bimbingan dan penyuluhan tentang persoalan yang ada dalam pernikahan berdasarkan ajaran agama dan Undang-undang perkawinan di Indonesia. 2. Secara pragmatis, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan memberikan kontribusi yang bernilai bagi para mahasiswa jurusan bimbingan konseling Islam dan para pengambil kebijakan di Institusi Kantor Urusan Agama ( KUA). Selain itu peneliti ini diharapkan memberikan tambahan pemahaman bagi masyarakat.
1.5 Tinjauan Pustaka Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang, baik bentuk buku/skripsi dan dalam bentuk tulisan lainnya yang relevan dengan obyek yang penulis teliti, maka penulis akan memaparkan beberapa tinjauan pustaka yang sudah ada. Dari hasil temuan ini nantinya akan penulis jadikan sebagai sandaran teori dan sebagai perbandingan dalam mengupas permasalahan tersebut. Dari beberapa peneliti yang hampir sama membahas dengan tema yang penulis angkat antara lain:
12
Peneliti yang ada relevansinya dengan perilaku keagamaan remaja awal dari segi pernikahan orangtua dan upanya solusinya studi pada masyarakat muslim. Dalam hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Fitri Eryanti (2004) dengan judul “Kesehatan Mental Dalam Keluarga Menurut Dr. Kartini Kartono dan dr. Jenny Andari dalam buku Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam (Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam)”. Penelitian ini mencoba untuk mendiskripsikan pemikiran Dr. Kartini Kartono dan dr. Jenny Andari tentang kesehatan mental dalam keluarga mengenai tingkah laku, fikiran dan sugesti ayah ibu itu dapat mencetak pola yang hampir sama pada anggota keluarga lainnya dan sangat besar sekali pengaruhnya dalam proses membentuk tingkah laku terutama anak-anak. Apabila orangtua sering cekcok dan mengatakan sikap yang saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif. Maka dapat menimbulkan suasana keluarga menjadi keruh (penuh konflik). Semua itu biasanya
menjadi sumber yang subur bagi munculnya
delikuensi remaja dan ketidak kesehatan anak-anak untuk menuju keluarga yang sehat mentalnya maka diperlukannya bantuan konseling dari orang lain untuk turut serta mengatasinya. Penelitian yang berjudul “Dampak Perceraian terhadap Perilaku Negatif Anak dan Penanganannya (Studi Kasus di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
Tahun 2003 dengan pendekatan Konseling Islam) ditulis Nur
Wakhidah
(1998)”.
Penulis
menyimpulkan
akibat
perceraian
orangtua
mempunyai pengaruh perilaku anak yang menyimpang. Di karenakan orangtua
13
tidak meperdulikan kepada anak dengan baik dan kurangnya kasih sayang. Akhirnya sianak mencari perhatian dunia luar yang bisa mengahargai dirinya dampaknya dia bergaul dengan arah yang negatif. Peneliti yang berjudul Pengaruh, Pernikahan Dini, Pendidikan, Agama Petunjungan, Kecematan Bulakamba Brebes ditulis oleh Nikmah Mardianti Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang penulis menyimpulkan pernikahan dini adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri menurut aturan syari’at sebagai pemenuhan kebutuhan hidup sehingga terjadi hak dan kewajiban antara kedua orang. Dia juga menyimpulkan orangtua dalam pernikahan dini mengakibatkan pendidikan agama anak kurang baik juga pengasuhan anak kurang diperhatikan. Karena orangtua belum belum siap mejadi orangtua disebabkan usia belum cukup berkeluarga. Penelitan yang berjudul ’’Nikah di Bawah Tangan dan Faktornya Penyebabnya (Studi Kasus di Desa Tambaharjo Kecamatan Pati Kabupaten Pati) yang di tulis Khofid Tahtayani (299198) Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang peneliti menyimpulkan dalam syari’at Islam, aturan tentang adanya pencatatan nikah baik dalam Al-Quran maupun Al Sunnah pada mulai tidak diatur secara konkrit. Lain halnya dengan ayat mu’amalat (mudayanah) yang dalam
situasi tertentu diperintahkan untuk mencatatkan. Namun, sesuai
perkembangan zaman dengan berbagai pertimbangan kemasalahatan, Islam di Indonesia mengatur percatatan perkawinan melalui perundang-undang dengan tujuan mewujudkan keteriban perkawinan dalam masyarakat. Apabila ada
14
perselisihan atau salah satu pihak bertanggung jawab, maka suami atau istri dapat melakukan upanya hukum Selanjutnya adalah “Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak di Kecamatan Semarang Barat (Analisis Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam)” yang diteliti oleh Nur Alimah pada tahun 2005-2006. Peneliti menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orangtua. Orangtua sebagai pemimpin keluarga, mempunyai peran dan tanggung jawab yang menentukan dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orangtuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orangtua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. BKI pada dasarnya merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan Allah SWT sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selanjutnya penelitan tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dari Perkawinan Sirri Setelah Berlakunya Di Kabupaten Jember yang ditulis Inayatul Anisah, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada 2004 Yogyakarta. Membahas mengenai perlindungan hukum terhadap anak dari perkawinan Sirri setelah berlakunya undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Kabupaten Jember merupakan penelitian yuridis normatif yang bertujuan untuk mengetahui status perkawinan Sirri setelah berlakunya undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan perlindungan hukum terhadap anak
15
dari perkawinan sirri setelah berlakunya hukum anak dari perkawinan Sirri setelah berlakunya undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 di Kabupaten Jember. Dari hasil tinjauan pustaka tersebut, belum ada yang membahas tentang perilaku keagamaan ramaja awal ditinjau dari pernikahan orangtua dan upanaya solisinya studi pada masyarakat muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Dari sinilah penelitian berbeda dengan karya-karya yang ada sebelumnya. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi Salah satu ciri penelitian ilmiah adalah karya tersebut tersusun secara sistematis, supaya pembahasan masalah terarah dan mudah dipahami secara keseluruhan. Pada halaman formalitas berisi halaman judul, nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan, kata pengantar, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, abstraksi/intisari dan daftar isi. Untuk memperjelas masalah skripsi ini penulis membagi dalam lima bab yaitu: Bab Pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka. Bab Kedua, bab ini menerangkan kerangka dasar pemikiran teoritik yaitu paparan kajian pernikahan dan perilaku keagamaan anak. Pada bab ini berdasarkan bentuk narasi yang berisi pandangan pernikahan, tujuan
16
pernikahan, pentingnya pencatatan pernikahan bagi pria dan wanita yang melaksanakan pernikahan, tanggapan para tokoh menanggapi pernikahan dari sisi Islam dan sisi hukum perkawinan di Indonesia,
pengertian perilaku
keagamaan dan pengertian remaja juga paparan perhatian islam tentang penting pernikahan, peran dakwah
keluaraga terhadap anak juga pengaruhnya
pernikahan terhadap keluarga dan anak. Bab Ketiga, bab ini terdiri dari dua sub bab, pertama tentang metodologi penelitian yang meliputi; jenis dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber dan jenis data, populasi dan sampel, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisis data. Bab keempat kedua berisi tentang gambaran secara garis besar mengenai daerah peneliti/objek peneliti yang meliputi, kondisi letak geografis, kondisi masyarakat, kondisi penpendidikan, kondisi sosial-ekonomi dan kondisi umum di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Bab lima, pada bab ini akan dibahas uji coba, hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi;
Perbedaan perilaku keagamaan
ramaja awal
ditinjau dari pernikahan orangtua upanya solusinya (Studi pada masyarakat muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen). Bab enam, bab ini berisi penutup yang meliputi; kesimpulan, saran dan penutup.
17
BAB II LANDASAN TEORITIK PERNIKAHAN DAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA AWAL
2.1. Pernikahan Melalui KUA Setiap warga negara Indonesia beragama Islam yang hendak melangsungkan pernikahan, ia berkewajiban melakukan pencatatan di KUA. Hal ini sesuai dengan pasal 2 UU 1/1974 yang menyatakan bahwa pernikahan sah, apabila dilakukan menurut masing-masing agamanya atau kepercayaan. Juga tiap-tiap pernikahan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Juga di pertegas bahwa, pernikahan dilaksanakan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi (Undang-undang perkawinan, 2004: 8). 2.1.1. Pengertian Pernikahan mamelalui KUA Pengertian pernikahan menurut UU perkawinan yang dikutip oleh Dadang Hawari, pernikahan bagi orang-orang yang beragama Islam yang tinggal negara Indonesia telah diatur dalam UU perkawinan No 1 tahun 1974 yang didalamnya mengatur peraturan negara tentang pernikahan dan juga mengatur peraturan pernikahan sesuai syari’at Islam. Undang-undang perkawinan berlaku bagi seluruh warga Indonesia yang beragama Islam. Setiap pernikahan harus dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) sehingga pernikahan mendapatkan surat
18
nikah sebagai bukti sahnya pernikahannya (Fauzi Ahmadi, 2008 : 24). Sedangkan Menurut Nazar Bakry pernikahan sah ada dua pernikahan dilakukan menurut hukum Islam khusus orang Islam dan pernikahan yang dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan dengan mencatatkan pernikahan di Kantor Urusan Agama (Ghazali Rahman 2003: 45-54). Pernikahan menurut hukum agama Islam adalah Menurut hukum Islam pernikahan haruslah memenuhi rukun nikah dan syarat apabila di katakan sah pernikahannya. Tentang jumlah rukun nikah, para Ulama berbeda pendapat. Menurut
Imam Malik mengatakan
bahwa rukun nikah itu ada lima macam yaitu wali dari pihak perempuan, mahar (maskawin), calon pengantin laki-laki, dan calon pengantin perempuan, sighat akad nikah. Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian
pernikahan yaitu harus memenuhi
hukum
Islam dan
Undang-Undang perkawinan di Indonesia melalui pencatatan Kantor Urusan Agama (KUA). 2.1.2. Tujuan Pernikahan Pernikahan keagamaan
merupakan
seseorang,
salah
sekalipun
satu
seseorang
syarat
penyempurna
dikatakan
memiliki
keshalihan tingkat tinggi, namun bila belum menikah, maka dirinya di
19
katakan baru menjalani separuh kewajiban agama, Ali Qaimi (2007 : 27) merumuskan tujuan perkawinan adalah : a.
Memperoleh ketengan dalam keadaan jasmani, ruhani, dan pola pikiran seseorang akan mengalami perubahan ketika mencapai usia balig. Dan semua itu memenculkan kebutuhan terhadap pernikahan.
b. Saling mengisi takkala mencapai usia balig, para jejaka dan gadis pasti merasakan adanya kekurangan. Perasaan untuk bersama, dan saling mengisi satu sama lain. c. Memelihara agama dengan pernikahan akan menjauhkan seseorang dari dosa. d. Kelangsungan keturunan untuk menumbuhkan keinginan dalam diri seseorang untuk melanjutkan keturunan 2.1.3.
Rukun dan Syarat Sahnya Pernikahan 2.1.3.1. Rukun Nikah Menurut Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam yaitu calon pengantin laki-laki, calon pengantin perempuan, wali, dua orang saksi, sighat akad nikah. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun itu hanya ijab dan qabul saja (yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki) sedangkan menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat yaitu sighat (ijab dan qabul), calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki, wali dan
20
pihak calon pengantin perempuan. ada pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena calon pengantin perempuan digabung menjadi satu rukun. Dua orang yang saling melakukan akad pernikahan, yakni mempelai lakilaki dan pempelai perempuan. Adanya wali, adanya dua orang saksi, dilakukan sighat tertentu. 2.1.3.2. Syarat-Syarat Nikah Dalam pasal 14 KHI untuk melaksanakan pernikahan harus ada calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi serta ijab dan kabul. (Libertus Jehani, 2008 : 67). Syarat-syarat sahnya pernikahan itu ada dua: Calon mempelai perempuannya halal di kawini oleh laki-laki yang ingin menjadikan istri. Jadi perempuannya itu bukan merupakan orang haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun untuk selama-lamanya. Akad nikahnya dihadiri para saksi, secara rinci, masing-masing rukun. Syarat-syarat pengatin ada dua yaitu: bagi pengantin pria ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para Ulama yaitu calon suami beragama Islam terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki, orang diketahui, calon mempelai laki-laki itu jelas halal nikah
21
dengan calon istri, calon mempelai laki-laki tahu atau kenal pada calon istri, tahu betul calon istrinya halal baginya, calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan pernikahan. Tidak sedang melakukan ihram, tidak sedang mempunyai istri empat. Syarat-syarat calon pengantin perempuan yaitu beragama Islam atau Ahli Kitab, terang bahwa ia wanita, bukan banci, wanita itu halal bagi calon suami, wanita itu tidak dalam iktan pernikahan dan tidak masih dalam” iddah, tidak dipaksa, tidak dalam ihram haji atau umrah ( Ghazali Rahman 2003: 45-54). Sedangkan menurut pasal 15 KHI untuk kemashalatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan oleh calon mempelai yang telah mencapai umur, yaitu calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapat izin dari: 1. Kedua orangtua 2. Orang tua yang masih hidup
atau dari orangtua yang
mampu menyatakan kehendaknya 3. Wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keterunan lurus
22
keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya. 4. Pengadilan dalam daerah hukum tempat orang yang akan melangsungkan pernikahan atas permintaan orang tersebut. Menurut para Ulama tentang pernikahan sah dan tidak sah mempunyai pendapat yang berbeda-beda diantaranya. Menurut Imam Malik, kehadiran saksi pada saat akad nikah, tidak wajib (fardu), tetapi cukup dengan pemberitahuan (diumumkan) kepada orang banyak, bahwa akad nikah itu telah berlangsung seperti mengadakan resepsi pernikahan. Menurut pendapat yang Mu’tamad di kalangan Malikiyah saksi menjadi syarat sah suatu pernikahan. Sebagai landasan kehadiran saksi dalam akad nikah adalah hadits Aisyah, Nabi bersabda:
ﺪ ٍﻝ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﲎ ﻭﺍﰉ ﻋ ﻯﺎ ِﻫﺪﻭ ﺷ ﻮ ِﻟ ٍّﻰ ﺡ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑ ﹶﻻِﻧ ﹶﻜﺎ (ﻣﺎﺟﻪ Artinya: “Tidak sah nikah tanpa wali dan dua orang saksi yang adil” (HR. Dara Quthny dan Hibban) (Hasan. M. Ali, 2000: 146). Sabda Rasulullah:
23
ﻦ َﺤ ْ اْﻟ َﺒﻐَﺎﻳَﺎ َا ﱠﻻﺗِﻰ َﻳ ْﻨ ِﻜ:ﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗَﺎ َل ِ ﺳ ْﻮ ُل ا ُ ن َر َأ ﱠ (ﻨ ٍﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯﻴﺑ ﻴ ِﺮ ﻐ ﻦ ِﺑ ﺴﻬ ﻧﻔﹸﹶﺍ Artinya: “Pelacur yaitu wanita-wanita yang mengawinkan dirinya tanpa saksi”( HR. Tirmidzi ) (Hasan. M. Ali, 2000: 146).
Kehadiran saksi pada akad nikah amat penting artinya, karena menyangkut kepentingan kerukunan berrumah tangga, terutama menyangkut kepentingan istri dan anak, sehingga tidak ada kemungkinan suami mengingkari anaknya yang lahir dari istrinya itu. Juga supaya suami tidak menyiamenyiakan.
Keturunannya
(nasabnya)
dan
tidak
kalah
pentingnya adalah menghindari fitnah dan tuhmah (persangka jelek) seperti kumpul kebo. Menurut Hanabilah, akad nikah itu tidak menjadi batal bila dirahasiakan oleh wali, saksi dan kedua suami istri. Namun mereka memandang akad nikah semacam itu hukumnya makruh. Abu Hanifah mempunyai pandangan, bahwa akad nikah dianggap sah, walaupun dihadiri oleh dua orang saksi yang fasik, sebab tujuan saksi itu dihadirkan untuk memberitahukan
pernikahan
itu
telah
dilangsungkan.
Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat, saksi itu harus orang yang adil, tidak boleh fasik (Hasan. M. Ali, 2000: 145-147).
24
Penetapan aturan pencatatan pernikahan di KUA sangat penting dalam perkawinan untuk mendapat keabsahan agar terjaminya ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam. Dengan demikian setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai pencatat nikah. Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak memempunyai kekuatan hukum (Jehani, 2008: 63-64). Pegawai pencatat nikah harus menanyakan terlebih dahulu persetujuan calon mempelai dihadapan dua saksi nikah sebelum pernikahan dilangsungkan. Jika salah seorang calon mempelai
tidak
menyetujui
pernikahan
tersebut
maka
pernikahan itu tidak dapat dilangsungkan. 2.2. Pernikahan Sirri 2.2.1. Pengertian Pernikahan Sirri. Sirri yaitu suatu pernikahan yang dilakukan hanya cara-cara agama Islam maupun adat-istiadat, tanpa melalui dicatat oleh petugas resmi pemerintah, baik oleh petugas pencatat nikah (PPN) atau di Kantor Urusan Agama (KUA) (Nurhaedi, 2003:5). Pernikahan Sirri berdampak kepada status anak, pembagian harta gono gini, dan cara perceraian yang tidak melalui pengadilan dikarenakan pernikahan
25
yang tidak tercatat sehingga merugikan salah satu pihak karena tidak bisa menuntut dan mempertahankan hak-haknya. 2.2.2. Akibat Pernikahan Sirri Dampak yang nyata dirasakan secara langsung oleh anak yang dilahirkan, menurut Dodi Ahmad Fauzi anak yang dilahirkan dari pernikahan Sirri akan berpengaruh kepada anak yaitu kurang memperoleh kebahagian hidup dalam jiwanya. Dalam sisi perilaku keagamanan, anak akan menyimpang dari ajaran agama dikarenakan ketidaktahuan anak tentang soal agama. Anak tidak memiliki akta kelahiran, anak sulit diterima secara sosial. Anak diacuhkan di lingkunganya dan anak sulit mendaftar kesekolah negeri karena tidak memiliki akta kelahiran. Akibatnya anak jadi terlantar. Menurut Siti Lestari aktivis lembaga bantuan hukum Asosiasi Perempuan dari LBH APIK, yang dikutif dari bukunya Dodi Ahmad Fauzi ia telah mengatakan pernikahan Sirri memberikan kerugian terhadap anak. Pernikahan
tidak memlalui KUA secara otomatis
berkaitan dengan hubungan ibu dan anak. Dalam banyak keluarga ibu biasanya lebih mengetahui kondisi anak karena lebih mengurus dan mengasuhnya. Maka ketika kewajiban nafkah si bapak hilang, maka kewajiban untuk anak, hak waris dan lain sebagai hilang, anak akan
26
terlantar. Maka nikah ini menurutnya sangat tergantung pada moral sibapak atau komitmen kedua pasangan ( Fauzi Ahmad, 2008 : 83-95). Menurut Dodi Ahmad Fauzi dalam bukunya Nikah Sirri dari dampak pernikahan Sirri ada dua terhadap istri dan anak. Dari pihak pernikahan tanpa KUA berdampak sangat merugikan bagi istri dan perempuan umumnya, baik secara hukum maupun sosial. Secara hukum -pihak istri di tidak anggap sebagai istri yang sah, tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika ia meninggal dunia, tidak berhak atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum pernikahan dianggap tidak pernah terjadi. Secara sosial sulit bersosialisasi karena pihak perempuan melakukan pernikahan Sirri dianggap telah tinggal serumah dengan laki-laki tanpa ikatan parnikahan. Dari pihak anak menurut hukum negara memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, yakni status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah, ketidakjelasan status si anak dimata hukum, mengakibatkan hubungan antara ayah dan anak tidak kuat, sehingga bisa saja, suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak tersebut bukanlah anaknya ( Fauzi Ahmad, 2008: 72-74). Dengan pencatatan pernikahan akan memperkokoh ikatan pernikahan membuat keluarga lebih harmonis. Kedua orangtua lebih mempunyai tanggung jawab terhadap anak dalam memberikan apa harus yang diberikan kepada anak diantranya kasih sayang, memberikan
27
pendidikan anak dalam berbuat yang baik, dan juga memberikan nafkah. Hal itu sesuai dengan tujuan pernikahan pentingnya sebuah pernikahan untuk dicatatkan di KUA supanya pernikahan lebih jelas. Menurut Libertus Jehani pernikahan tidak hanya menyatukan seorang pria dan wanita dalam sebuah rumah tangga. Pernikahan selalu membawa konsekuensi hukum baik bagi sang istri maupun suami yang telah menikah sah mrmlalui KUA. Hukum pernikahan yang berlaku di Indonesia, berbagai konsekuensi hukum antara lain menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak selama pernikahan berlangsung yaitu tanggung jawab terhadap anak-anak dan konsekuensi yang lain terhadap harta kekayaan baik kekayaan bersama maupun kekayaan masingmasing. Hal itu untuk mencegah timbulnya permasalahan dalam suatu pernikahan ( Libertus Jehani, 2008:1). Menurut
Dadang
Hawari
nikah
Sirri
selain
berpotensi
menimbulkan fitnah, juga secara hukum sangat merugikan kaum wanita. Hawari menyebutkan pernikahan sebagi akal-akalan. Karena itu dengan tegas. Hawari menyatakan bahwa pernikahan apapun selain yang tak tercatat secara resmi di negara hukum adalah tidak sah. Nikah tidak melalui KUA dinyatakan tak sah menurut Undang-undang perkawinan di Indonesia.
28
Menurut Hawari, riwayat pernikahan Sirri zaman dahulu berbeda dengan sekarang. Dahulu belum ada negara dan belum ada administrasi yang harus tercatat secara resmi. Pentingnya pencatatan secara resmi suatu pernikahan, baik bukan hanya untuk kepentingan negara melainkan juga demi menjaga kehormatan wanita. Apa pun alasannya, nikah Sirri membuat tergoncangan kejiwaan anak. Karena kurang jelas pengakuan orangtua (Fauzi Ahmad, 2008 : 25). Melihat besarnya dampak yang timbul dari pernikahan orangtua Sirri memrugikan bagi masa depan anak-anak sebagaimana tersebut diatas, maka hal tersebut menjadi agenda kegitan dakwah Islam. Pernikahan yang memlalui hukum Islam terrasa belumlah untuk menjamin hubungan suami istri. Maka perlulah ada tambahan hukum untuk menjamin hubungan suami istri dalam tanggung jawab berrumah tangga dengan mencatatkan pernikahan di Kantor Urusan Agama supanya untuk mendapat legalitas pernikahan. 2.3. Perilaku Keagamaan Sebelum membahas perilaku keagamaan pada ramaja terlebih dahulu penulis kemukan pengertian tentang perilaku Dari segi bahasa ’’ Perilaku ’’ adalah tanggapan atau reaksi induvidu terhadap rangsangan atau lingkunngan (Departemen pendidikan kebudayaan, 1999: 756)
29
Sedangkan secara istilah ada beberapa pendapat mengenai perilaku: Menurut Hasan Langgulung Perilaku adalah segala aktifitas seseorang yang dapat diamati (Hasan Langgulung, 1995 : 139). Menurut Bloom disebutkan bahwa perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat di ukur dari pengetahuan, efektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor di ukur melalui tindakan (praktek) yang di lakukan. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar induvidu. Faktor dalam induvidu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah rasanagan dari luar. Faktor dari luar induvidu meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonami, budaya dan sebagaianya (Tinuk Istiarti, 200 :23) Sedangkan secara istilah mengenai agama; Menurut Dr Syamsu Yusuf, L. N mengartikan agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikakan tuntunan bagi manusia, dan untuk kestabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menutut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Shalat dan doa merupakan medium dalam agama untuk menuju kearah kehidupan yang berarti ( symsu yusuf, 2005: 140) Menurut Glock dan stark mengartikan agama suatu sistem simbol, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu pusat
30
pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang maknawi. (Djamludin ancok 1995: 76) Keberagamaan atau reliligiuslitas diwujudkan dalam kehidupan manusia. Akitifitas beragama bukan hanya terjadi ketika seorang melakukan perilaku ritual (beribadah ), tapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan superuntual bukan hanya yang berkaitan dengan akitifitas yang nampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktifitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati, seseorang karena keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau demensi. Menurut Glock dan Stark perilaku keagamaan adalah sebuah sistem yang berdemensi banyak meliputi demensi demensi keyakinan, demensi praktek agama, demensi pegalamaan, demensi pengetahuan agama, demensi pengalaman atau konsekuensi. Menurut Endang Saifudin Ansahari (1980) perilaku keagamaan dapat dilihat dari tiga demensi, pertama demensi keyakinan atau akidah Islam menujuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap ajaran-ajaran Islam. Kedua demensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariah menujuk pada tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegitan ritual sebagaimana dan di anjurkan agama yang ketiga demensi pengalaman atau akhlak menujuk pada seberapa tingkatan muslim berilaku di motivasi oleh ajaran-ajaran agama. (Djamludin 1994: 76-77) Maka dapat disimpulkan perilaku keagamaan dapat lihat reaksi induvidu terhadap rasanagan atau lingkungan yang dapat amati melalui tiga bagian
31
penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat di ukur dari demensi keyakinan, demensi praktek agama, demensi pegalamaan, demensi pengetahuan agama, demensi pengalaman atau konsekuensi. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku keagamaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar induvidu. 2.4. Masa Remaja awal Masa remaja adalah suatu masa transisi atau peralihan dari masa anakanak kemasa dewasa. Remaja bukan anak-anak lagi tetapi belum mampu memgang tugas sebagai orang dewasa. Masa anak-anak adalah masa kebergatungan (Dependency). Tingkah laku remaja labil dan tidak mampu menyesuaikan diri secara baik terhadap lingkungannya. Remaja merasakan bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi belum mampu megang tanggung jawab seperti orang dewasa. Karena itu pada masa remaja ini terdapat kegoncangan pada induvidu remaja itu terutama di dalam melepaskan nilai-nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan. Hal ini tampak dalam tingkah laku remaja itu sehari-hari, baik dirumah, di sekolah maupun di dalam masyarakat. Ada berapa ciri utama dari pada masa remaja atau pubertas yaitu: Pertama, ciri primer, yaitu matangnya organ seksual yang ditandai dengan adanya menstruasi (Menarche) pertama pada anak wanita dan produksi cairan sprema perama (Nocturnal Seminal Emission ) pada anak laki-laki.
32
Kedua ciri sekunder meliputi perubahan pada bentuk tubuh pada keda jenis kelamin itu. Anak wanita mulai tumbuh buah dada, pinggul membesar, paha membesar karena tumpukan zat lemak dan tumbuh bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak. Pada anak laki-laki terjadi perubahan otot, bahu melebar , suara mulai berubah, tumbuh bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak serta kumis pada bibir, dsemping itu terjadi pula pertambahan berat pada kedau jenis kelamin . Ketiga, ciri tertiaer: yang dimaksud dengan ciri teriar ialah ciri-ciri yang tampak pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu erat juga sangkut pautnya dengan perubahan psikis, yaitu perubahan tingkah laku yang tampak seperti perubahan minat, antara lain minat belajar berkurang, timbul minat terhadap jenis kelamin, juga minat terhadap kerja turun. Dalam hal ini Dr. Zakiah Daradjat (1978) remaja adalah suatu masa dari umum manusia yang paling banyak mengalami perubahan sehingga membawa pindah dari masa anak-anak menuju dewasa, perubahan-perubahan yang terjadi meliputi segala kehidupan manusia yaitu jasmani, ruhani, pikiran, perasaan dan sosial (Sofyan 2005:1923). Masa remaja yang ingin berusaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson menamakan proses tersebut sebagai proses mencari idenitas ego. Sudah barang tentu pembentukan idenditas, yaitu perkembangan ke arah individualitas yang mantap, merupakan
33
aspek yang penting dalam perkembangan berdiri-sendiri. ( Monks, Siti Rahayu 2002: 279) Menurut ny.Y. Singgih Gunarsa, dalam psikologi remaja adalah sebagai berikut ’’masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa meliputi semua perkembangan yang yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa ( Ny, Y Singgih Gunarso 1989 hlm 6). 2.5. Perilaku Keagamaan Ramaja Awal dari Pernikahan Lewat KUA dan Pernikahan Sirri. Dari segi pernikahan orangtua melalui KUA dan pernikahan orangtua Sirri
dapat
mempengaruhi
kehidupan
remaja
awal
dalam
perilaku
keagamaannya diantara lain: Pernikahan Sirri banyak memunculkan konsekuensi kekarasan dalam keluarga, di mungkinkan suami tidak mempunyai tanggung jawab lebih dalam keluarga. Dari pihak anakpun jadi korban kerasan oleh orangtua akhirnya anak terkena gangguan psikologis, juga perilaku keagamaan anak kurang baik dapat dilihat dari segi sikap, kercayaan, beribadah, tata krama. Pernikahan orangtua Sirri biasanya Anak kurang mendapat kasih sayang semestinya maka masa dewasa menjadi sifat keras, pendendam, soal agama merasa tidak penting dalam hidupnya (Fauzi Ahmad, 2008: 21). Berbada dengan pernikahan memlalui KUA peran orangtua lebih mempunyai tanggung jawab lebih karena ikatan yang resmi dalam
34
pernikahannya. Pihak orangtua lebih oktimal memwujudkan keluarga hormonis. Dalam kehidupan anaknya lebih diperhatikan dalam segi perilaku anak yang berdasarkan ajaran agama Islam. Sehingga di masa remajanya dia sangat butuh sekali agama dengan melaksanakan ajaran agama dan meninggalkan larangannya perilaku keagamaan akan baik dari segi perilaku yang terwujud pada keyakinan, praktek agama, pegamalan, pengetahuan agama, pengalaman, (Fauzi Ahmad, 2008: 88). Keluaraga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab perilaku keagamaan remaja awal. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orangtua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama. Dari perwujudan dalam perilaku keagamaan anak (Sofyan 200: 99). 2.6. Perhatian Islam Tentang Arti Pentingnya Pernikahan Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdikan diri kepada Khaliq penciptanya dengan segala aktivitas hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain keperluan biologisnya termasuk aktivitas hidup agar manusia menuruti tujuan kejadiannya, Allah mengatur hidup manusia dengan aturan pernikahan
35
Jadi aturan pernikahan menurut Islam merupakan tuntunan yang mendapat perhatian, sehingga tujuan melangsungkan pernikahan ditujukan untuk memenuhi pentujuk agama (Ghazali Rahman 2003: 45-54). Pernikahan adalah kebutuhan induvidual dan sosial. Ketika dapat memastikakan bahwa kebanyakan manusia, pada waktunya, akan menjadi suami/istri dan membentuk keluarga, yang merupakan batu pertama dalam bangunan sebuah masyarakat. Jika pernikahan ini, dibangun diatas pondesi yang kuat, ia akan menemui sukses. Masyarakat yang sukses pun pasti tercipta karena masyarakat yang sukses adalah buah dari pernikahan yang sukses. Sebaliknya, pernikahan yang gagal dan berantakan pasti menimbulkan kerugian material dan mental yang besar. Perspektif Islam tentang pernikahan sebenarnya jauh lebih intergral dan komprehensif dari pada itu, karena Allah telah menjadikan penenang dan penenteram. Allah Subhaahu wa Ta,ala berfirman,
ﻢ ﻨ ﹸﻜﻴ ﺑ ﻌ ﹶﻞ ﺟ ﻭ ﺎﻴﻬ ﻮﺍ ِﺇﹶﻟﺴﻜﹸﻨ ﺘﺎ ِﻟﻭﺍﺟ ﺯ ﻢ ﹶﺃ ﺴﻜﹸ ِ ﻧﻔﹸﻦ ﹶﺃ ﻢ ِﻣ ﻖ ﹶﻟ ﹸﻜ ﺧ ﹶﻠ ﺎِﺗ ِﻪ ﹶﺃ ﹾﻥﻦ َﺁﻳ ﻭ ِﻣ ﻭ ﹶﻥﺘ ﹶﻔ ﱠﻜﺮﻳ ﻮ ٍﻡ ﺕ ِﻟ ﹶﻘ ٍ ﺎﻚ ﹶﻟ َﺂﻳ ﻤ ﹰﺔ ِﺇ ﱠﻥ ﻓِﻲ ﹶﺫِﻟ ﺣ ﺭ ﻭ ﺩ ﹰﺓ ﻮ ﻣ Artinya :”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir ( Q.S. Arum : 21 )
36
Pernikahan adalah pondasi masyarakat. Lewat pernikahan, akan membentuk keluarga yang dapat melindungi mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak, mengahasilkan anggota masyarakat yang baik, dan mengalirkan darah baru keurat-urat masyarakat sehingga menjadi lebih segar, kuat, maju dan berkembang (Syaikh Fuad Shalih, 2007: 5-6) Untuk mengkuatkan pernikahan kedalam pondasi yang kuat. Pernikahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat, rukun agama dan pencatatan pernikahan melalui KUA yang ditetapkan oleh pemerintah pada pasal 2 No 1 tahun 1984. Untuk memwujudkan semua itu maka perlu ada sulisi bagi masyarakat untuk mengatasi pernikahan tanpa lewat KUA dan pencagahan dini terjadi pernikahan tanpa lewat KUA diantara lain: Pertama, untuk kepentingan masa depan bagi masyarakat yang terlanjur menikah tanpa KUA perlu mengadakan program pemutihan Itsbat nikah departemen agama (DEPAG). DEPAG punya program untuk mendata seluruh masyarakat yang tidak memiliki Akta nikah, kemudian diisbatkan oleh pengadilan dengan biaya yang di tanggung oleh pemerintah. Kedua, bagi pasangan yang baru terlanjur melakukan nikah tidak melalui KUA dan belum mempunyai anak, maka pngesahan pernikahannya dengan cara mengulang pernikahan atau dicatat di Kantor Urusan Agama setempat. Ketiga, bagi para remaja dan calon pasangan yang belum menikah, atau akan menikah perlu adanya penyeluhan supanya sadar pentingnya pernikahan
37
lewat KUA. Dengan memberikan sosialisasi ke masyarakat akibat dan kerugian dari pernikahan tanpa melalui KUA membangun kesadaran hukum. Tujuannya agar pernikahan tanpa memlalui KUA tidak terjadi lagi di masyarakat secara terus-menerus. Keempat, memperdayakan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk melakukan fungsi pengawasan. KUA perlu menyebarkan pengawas guna memantau pasangan yang menikah agar memiliki surat nikah. Apabila tidak ada surat, maka istri dihimbau segera minta surat nikah. Dengan begitu mereka datang mengrusnya ke KUA. Pengawasan ini dilakukan dengan menggerakkan penghulu di desa-desa dan kepala desa, agar setiap pernikahan harus melalui sepengetahuan RT dan RW cara ini layak diterapkan untuk memantau warga yang menikah supanya tercatat di kantor KUA (Dodi Ahmad 97-98). Apabila pernikahan niat untuk membentuk keluarga yang bahagia, sejahtra tidak perlu takut untuk mencatatkan pernikahan itu di Kantor Urusan Agama. Dengan pencatatan maka terjaminnya hak dan kewajiban sebagai suami istri dan anak terjamin untuk mendapat hak pengasuhan sebagai seorang anak hingga anak bisa menemukan jati dirinya. 2.3. Arti Pentingnya Dakwah Bagi Perilaku Keagamaan Remaja Awal Pengaruh keluarga sangat besar terhadap tingkah laku anak. Situasi pendidikan terhadap dalam keluarga akan terwujud dengan baik berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh-mempengaruhi secara timbal balik anatara
38
orangtua dengan anak. Suasana keluarga yang telah membiasakan diri melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan meninggalkan yang tercela anggotanya akan tumbuh dengan wajar dan akan tercipta keserasian dalam keluarga. Dengan demikian pengaruh keluarga akan membekas sekali bukan hanya dalam pribadi anggotanya juga dalam sikap dan perilaku keagamaan anggotnya (Arifin, 2000: 127). sesuai firman Allah supanya orangtua lebih memperhatikan keluarga juga untuk melindungi anak.
ﻣﻠﹶﺎِﺋ ﹶﻜ ﹲﺔ ﺎﻴﻬﻋﹶﻠ ﺭ ﹸﺓ ﺎﺤﺠ ِ ﺍﹾﻟﺱ ﻭ ﺎﺎ ﺍﻟﻨﺩﻫ ﻭﻗﹸﻮ ﺍﺎﺭﻢ ﻧ ﻫﻠِﻴ ﹸﻜ ﻭﹶﺃ ﻢ ﺴ ﹸﻜ ﻧﻔﹸﻮﺍ ﻗﹸﻮﺍ ﹶﺃﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ .ﻭ ﹶﻥﻣﺮ ﺆ ﻳ ﺎﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻣ ﻳ ﹾﻔﻭ ﻢ ﺮﻫ ﻣ ﺎ ﹶﺃﻪ ﻣ ﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﻠﱠﻌﺼ ﻳ ﺩ ﻟﹶﺎ ﺍﻅ ِﺷﺪ ِﻏﻠﹶﺎ ﹲ Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malikat-malikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-nya kapada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.’’( QS. At- Tahrim (66): 6 ) Menurut Quraish Shihab proses dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat diatas menegaskan kewajiban kedua orangtua untuk membimbing, mengajari, membina, dan menjaga anak-anak hasil pernikahannya, agar terhindar dari api neraka, kewajiban tersebut tidak cukup bila hanya dibebankan kepada salah satu pihak saja, ayah atau ibu. Agar
pelaksanaan kewajiban
tersebut bisa berjalan dengan baik, maka ikatan pernikahan yang dibangun oleh kedua orangtua sianak, benar-benar harus kuat, yakni bukan saja sah menurut hukum agama, tertapi juga dengan memiliki kekuatan hukum positif. Dasar
39
status pernikahan yang jelas dan kuat seperti itulah akan berpengaruh positif bagi anak-anak yang dilahirkannya. Mereka akan lebih nyaman (Quraish Shihab, 2004: 327) Dalam segi dakwah kehidupan, manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, khususnya lingkungan keluarga. Jika orangtua mengajarkan dan mencontohkan nila-nilai kebaikan, maka akan sangat mempengaruhi perilaku seorang anak. Hal ini diungkapkan oleh nabi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Abi Hurairah:
ﻲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ آ ّﻞ ﻋﻦ ﺁﺑﻲ هﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل اﻟﻨﱠﺒ ﱡ ﻣﻮﻟﻮد ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة ﻓﺂ ﺑﻮاﻩ ﻳﻬﻮﱢداﻧﻪ ﺁو ﻳﻨﺼﱢﺮﺁﻧﻪ ﻳﻤﻤﺠﱢﺴﺎﻧﻪ آﻤﺜﻞ اﻟﺒﻬﻴﻤﺔ ﺗﻨﺘﺞ اﻟﺒﻬﻴﻤﺔ هﻞ ﺗﺮى ﻓﻴﻬﺎ ﺟﺪﻋﺎء Artinya’’Dari Adi Hurairh Radiallahu’ Anhu berkata, nabi muhammad shalallahu’alahiwasallam bersabda,’’ setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orangtuanyalah yang akan menjdikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi, seperti binatang ternak melahirkan bintang ternak apakah kamu melihat ia dapat melahirkan unta’’. Hadis tersebut merupakan sebuah penegasan bahwa setiap manusia diwarnai oleh lingkungannya ketika seorang bayi manusia lahir, dia tidak memiliki pengetahuan apa pun, anak memperoleh pengetahuan
melalui
intraksinya dengan ibu, bapak, dan keluarga. Pada fase-fase pertumbuhan selanjutnya ia banyak tergantung dari apa yang didengar dan dilihat, yang pada proses selanjutnya akan mempengaruhi keperibadian (Faizah, Effendi, 2006: 190-191).
40
Sedangkan menurut Imam Ghozali ”anak adalah amanat dan hatinya yang suci merupakn mutiara, jika dididik dan dibiasakan melakukan
hal-hal
yang baik, ia pasti tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang saleh. Tetapi, bila diajarkan hal-hal yang tidak baik maka anak akan menjadi kurang baik maupun tidak baik, maka peliharalah anak kamu dengan mengajarkan dan mendidik mereka budi pekerti yang luhur dan akhlaq yang mulia. (Abdul Muhith Abd Fattah, 2005: 145). 2.4. Hipotesis Hipotesa merupakan dugaan sementara (belum tentu teruji) yang rumusannya dapat didasarkan pada observasi pendahuluan, teori, atau penelitian terdahulu, yang harus diuji dengan alat analisa yang akan digunakan. Berdasarkan latar belakang kajian dapat disusun hipotesa sebagai berikut: 1. Ada perbedaan yang signifikan perilaku keagamaan remaja awal dari segi pernikahan orangtua lewat KUA dengan pernikahan orangtua Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.3. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitan yang menguji sebuah teori, metode yang digunakan adalah metode penelitian lapangan, yakni bertujuan untuk mempelajari secara intensif suatu unit sosial (individu, kelompok, lembaga atau masyarakat) (Suryabrata, 2003: 71). Dalam hal ini unit sosial yang akan teliti adalah Perbadaan Perilaku Remaja Awal Ditinjau dari Segi Pernikahan Orangtua Masyarakat Muslim di Mondokan Kabupaten Sragen ( Remaja awal yang umur 12 samapai 15 tahun).
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka dijelaskan masing-masing definisi konseptual dan operasional dari variabel penelitian. 3.2.1. Definisi Konseptual. 1. Pernikahan orangtua secara etimologi terdiri dari dua kata, pernikahan dan orangtua. Pernikahan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami dan istri berdasarkan hukum (UU), hukum agama atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan Allah pria dan wanita, antara keduanya saling tertarik dan lalu menikah (Hawari,1996: 248).
42
Sedangkan orangtua adalah sebagai pendidikan yang utama bertanggung jawab mendidik anak-anaknya. Wujud pertanggung jawaban tersebut agar anak-anaknya kelak dapat menjadi orang dewasa yaitu orang yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. (Abu Ahmadi, 1991: 176). Jadi dari segi pernikahan orangtua dapat diartikan menjadi dua pernikahan orangtua melalui pencatatan KUA dan pernikahan orangtua Sirri dan orangtua adalah suami dan istri yang mengahasilkan anak dengan mendewasakan sampai bisa mandiri (Nurhaedi, 2003:5). 2. Sedangkan Perilaku keagamaan adalah integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini di menunjukkan bahwa sikap keagamaan berhubungan erat dengan gejala kejiwaan (Jalauddin, 1995:199). Menurut Solita (1993)
perilaku adalah hasil dari segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan. Sedangkan Notoatmodjo mengatakan perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang
43
secara terrinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, kenyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyrakat (Tinuk Istiarti, 2000: 23). 3. Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja dibagi menjadi 2 yaitu masa remaja awal (12-15 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).( Monks, Siti Rahayu, 2002: 43). 3.2.2. Definisi Operasional 1.
Pernikahan Sirri yaitu suatu pernikahan yang dilakukan berdasarkan cara-cara agama Islam, tetapi tidak dicatat oleh petugas resmi pemerintah, baik oleh petugas pencatat nikah (PPN) atau di Kantor Urusan Agama (KUA) (Nurhaedi, 2003:5). Yang kedua pernikahan lewat KUA apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaan dan juga tiap-tiap pernikahan dicatat menurut peraturan perundang-undang yang berlaku di Indonesia ( UU Perkawinan, 2004:8 ). Pernikahan orangtua dapat di bagi menjadi dua indokator pernikahan Sirri menurut hukum agama Islam tanpa melalui pencatatan petugas pencatatan nikah (PPN) dan
yang kedua
pernikahan menurut hukum agama Islam di sertai pencatatan di Kantor Urasan Agama (KUA).
44
2. Perilaku keagamaan adalah suatu aktifitas keagamaan dalam diri seseorang yang meliputi hati, aspek pikiran, sikap, maupun tindakan nyata. Keagamaan memuat lima dimensi, meliputi dimensi kenyakinan (Ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (Ritualistik),
dimensi
penghayatan
pengamalan
(Konsekuensial),
(Eksperiensia),
dimensi
pengetahuan
dimensi agama
(Intelektual) (Djamaludin dan Fuad,1994 : 74). Menurut Notoatmodjo dan Blodm disebutkan bahwa perilaku seseorang terdiri tiga bagian penting yaitu kognitif, efektif dan psikomotor. kongnetif dapat diukur dari pengetahuan, efektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktek) yang dilakukan. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam induvidu dan luar induvidu (Tinuk Istiarti, 2000: 23). Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan indokator perilaku keagamaan yaitu Pengetahuan yang terdiri dari dimensi pengetahuan agama dan kenyakinan. Sikap terdiri dari dimensi penghayatan dan pengamalan. Sedangkan praktek atau tindakan meliputi dimensi peribadatan dan penghayatan 3. Mengenai aspek perkembangan dalam masa remaja, secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-
45
21 tahun masa remaja akhir ( Monks, Siti Rahayu, 2002: 262). Dari umur remaja di atas saya mengambil umur 12 -15 tahun masa remaja awal. 3.3. Sumber atau Jenis Data 3.3.1. Data Primer Yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2005: 122). Adalah data pokok dalam penelitian yang langsung diperoleh melalui data lapangan yaitu data status pernikahan orangtua yang sah dengan data pernikahan tidak sah melalui (KUA), Kecamatan, Kelurahan dan
dari pernikahan yang
mempunyai anak usia remaja awal dari umur 12 sampai 15 tahun. 3.3.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat fihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian (Azwar, 1998: 91) Kecamatan Mondokan jumlah penduduknya 968,963 yang terdiri dari 9 Desa. Jumlah penduduk pernikahan tanpa melalui KUA dari tahun 1992 sampai 1997 adalah 48 penduduk, yang adalah 2171 penduduk.
melalui KUA
46
3.3.3. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh melalui respoenden pasangan pernikahan dari data KUA, keluarahan dan data melalui Kantor Kecamatan untuk mengetahui jumlah penduduk di Kecamatan
Mondokan,
dan
jumlah
pernikahan
memlalui
dan
pernikahan tanpa Kantor Urusan Agama melalui kepala KUA 3.3.4. Sumber Sekunder Sumber data Sekunder adalah data yang berwujud dokumentasi yang telah tersedia (Azwar, 1998: 91). Data ini diperoleh dari bukubuku atau tulisan yang berkaitan dengan penelitian dan Melalui dokumen KUA yaitu data pernikahan orangtua dan dokumen Kecamatan
3.4. Populasi dan Sampel Suharsimi
Arikunto
mengatakan
bahwa
populasi
merupakan
keseluruhan dari subyek penelitian. (Arikunto, 1979 : 152) Sedangkan menurut Sutrisno Hadi Populasi merupakan keseluruhan individu yang digeneralisasikan dan
sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi yang
mewakilinya. (Sutrisno Hadi, 2001 : 70) Berkaitan dengan hal tersebut, Suharsimi Arikunto memberikan pedoman yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
47
subyeknya besar (lebih dari 100 orang) dapat menggunakan sampel. Menurutnya sampel diambil antara 10 % - 15 % hingga 20 % - 25 % atau bahkan boleh lebih dari 25 % dari jumlah populasi yang ada.
Tabel 1 Tabel jumlah penduduk keseluruhan dan jumlah penduduk pernikahan di KUA Dan pernikahan Sirri 1992-1997
No Wilayah Desa
Jumlah penduduk
Nikah yang
Nikah yang
di Kecamatan
dicatat di
Sirri tahun
Pernikahan
Mondokan
KUA tahun
1992-1997
orangtua yang
Kabupaten Sragen 1992-1997
Jumlah anak dari Jumlah anak dari pernikahan orangtua Sirri
lewat KUA
1
Tempelrejo
3345
287
11
40
10
2
Sono
2451
206
7
40
10
3
Kedawung
4899
240
6
68
12
4
Jambangan
3481
226
9
300
6
5
Gemantar
5096
248
8
227
5
6
Sumberejo
2725
222
5
290
6
7
Pare
4108
240
4
260
5
8
Trombol
3354
231
8
276
6
48
9
Jekani
4223
271
7
290
5
Jumlah
968,963
2171
65
1116
41
Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi 3 desa yaitu desa Tempelrejo, Sono dan Kedawung yang jumlah keseluruhannya adalah 180 remaja, mengutip pendapat Sukarsimi Arikunto, apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil persentase dari jumlah populasi yang kemudian di sebut dengan sampel sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2002: 109). dalam hal ini peneliti mengambil 33% sama dengan 59,4 dibulatkan menjadi 60 remaja. dengan menggunakan teknik proporsional random sampling (yaitu pengambilan sampel dengan perimbangan masing-masing strata) sebagai berikut: Subjek penelitian yang dimaksud adalah remaja awal dalam artian berbagai status pernikahan orangtua. Pernikahan melalui pencatatan KUA dan pernikahan Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Dalam hal ini peneliti mengambil awal remaja yang berumur 11-15 tahun dari anak yang orangtua dalam perkawinan KUA dan Sirri sebagai Sampel. Sampel tersebut terdiri dari pernikahan orangtua melalui pencatatan KUA dan tidak melalui pencatatan KUA dalam artian Sirri dengan perincian sebagi berikut:
49
3.5. Tehnik Pengambilan Sampel Mengingat waktu dan dana yang terbatas mengenai desa yang diambil sebagai sampel. Oleh karena itu, mengambil sampel dalam penelitian dibatasi tiga untuk mewakili Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dari status pernikahan orangtua. Adapun penentuan sampelnya menggunakan teknik purposive random sampling yaitu pengambilan sampel atas ciri-ciri dan sifat atau karakteristik ditinjau dari pernikahan orangtua dalam melangsungkan pernikahan dengan melalui pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama dan pernikahan Sirri dalam mempengaruhi perilaku keagamaan remaja awal merupakan ciri-ciri pokok populasi. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (Arikunto, 2002: 128). Adapun jumlah responden yang diteliti adalah sebanyak 60 dengan Dari tabel di atas peneliti mengambil tiga desa antara lain Tempelrejo, Sono, Kedawung untuk mewakili desa-desa di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dari beberapa keluarga untuk penelitian perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA dan pernikahan orangtua Sirri dengan rincian sebagai berikut :
50
Tabel 2 Jumlah Responden yang di Teliti
No
Wilayah
Jumlah remaja yang
Jumlah remaja yang
Desa
diamabil sebagai sampel
diambil sebagai sampel
dari pernikahan
dari pernikahan orangtua
JUMLAH
orangtua yang tercatat di tanpa melalui KUA (Sirri) KUA
1
Tempelrejo
10
10
20
2
Sono
10
10
20
3
Kedawung
10
10
20
Jumlah
30
30
60
3.6. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, baik yang menyangkut data primer maupun data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan teknik angket atau kuesioner terhadap anak dari segi pernikahan orangtua. Adapun lebih jelasnya sebagai berikut: 3.6.1. Angket atau Kuesioner Suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang atau anak yang akan diselidiki responden
51
(Walgito, 1989 : 60). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan dari segi pernikahan orangtua yang berpengaruh perilaku keagamaan anak di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Pengukuran
skala
menggunakan
skala
likert
dengan
menggunakan empat alternatif jawaban: Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut: untuk aitem Favorable ‘’Sangat Sesuai’’(SS) memperoleh nilai 4, ‘’Sesuai’’ (S) memperoleh nilai 3,’’Tidak Sesuai’’(TS) memperoleh nilai 2 dan ‘’Sangat Tidak Sesuai’’(STS) memperoleh nilai 1. Sedang
untuk
jawaban
aitem
Unfavorable
‘’Sangat
Sesuai’’(SS) memperoleh nilai 1,’’Sesuai’’(S) memperoleh nilai 2, ‘’Tidak Sesuai’’(TS) memperoleh nilai 3,’’Sangat Tidak Sesuai’’(TS) memperoleh nilai 4. Setelah seluruh angket diberi skor masing-masing, langkah selanjutnya masukkan data tersebut ke dalam tabel distribusi untuk mempermudah perhitungan (Saifuddin azwar,1999: 178-179). 3.6.2.
Teknik Analisis Untuk menganalisis hipotesa yang telah diajukan mengenai perilaku keagamaan remaja awal ditinjau dari pernikahan orangtua study
52
pada masayarakat muslim, digunakan analisis, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Analisis Pendahuluan Sebelum angket digunakan untuk menggali data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitasnya. Tujuannya untuk memilih jawaban yang memiliki validitas dan relibialitas yang valid. 2. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Adapun jalan analisisnya adalah melalui pengolahan data yang akan mencari pengaruh antara variabel (x) dan variabel (y) yang dicari melalui rumus Uji T. Dalam analisis ini penulis mengadakan perhitungan lebih lanjut melalui tabel distribusi frekwensi yang ada dari hasil analisis pendahuluan. Selanjutnya dimasukkan rumus ’’ Uji T ’’, yaitu: th =
r n−2 1− r 2
r = Koefisien korelasi determinasi n = Responden th= tes 3. Analisis Lanjut
53
Dalam analisis lanjut ini sekaligus untuk membuat interpretasi lebih lanjut dengan membandingkan harga r table dengan r yang diteliti dengan kemungkinan : a. Jika r table (level 1% atau 5%) lebih kecil dari r hasil penelitian maka nilai menunjukkan signifikan (hipotesis diterima). b. Jika r table (level 1% atau 5%) lebih besar dari r hasil penelitian maka nilai menunjukkan non signifikan (hipotesis ditolak) (Arikunto,1997: 258)
45
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1. Kondisi Letak Geografi Kecamatan Mondokan terletak jauh dari pusat Ibu Kota Kabupaten Sragen, Sebelah selatan Mondokan, berbatasan dengan Kecamatan Tanon, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukdono dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan sumberlawang. Karena letak geografis ini, Mondokan memiliki persawahan, perkebunan yang luas membentang dari perbatasan kecamatan Tanon disebelah Timur dan selatan hingga perbatasan kecamatan Suberlawang disebelah utara, sepanjang 30 Km. 4.2. Kondisi Masyarakat di Kecamatan Kabupaten Sragen Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen memiliki jumlah penduduk sebanyak 968,963 orang, dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Agama - Islam - Kristen
Jumlah 793,963 122
46
- Hindu
9
- Katolik
2
- Budha
42 Jumlah
968,963
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa, jumlah penduduk yang beragama Islam 33777 Katolik 2, Budha/Khong Hu 42 , khatolik 2 dan Hindu 9. Dengan demikian, lebih dari 90 % penduduk Kecamatan Mondokan kabupaten Sragen menganut Agama Islam. Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
ternyata
untuk
mendukung
perkembangan umat beragama di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen telah tersedia sarana dan prasarana tempat peribadatan yang dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut: Tabel 4 Banyaknya Tempat Ibadah Desa
Masjid
Surau/Musholla
Gereja
Tempelrejo
6
12
-
Sono
4
13
1
Kedawung
9
12
-
Jambangan
8
12
1
47
Gemantar
10
17
1
Sumberejo
6
9
-
Pare
6
23
-
Jekani
11
12
-
Trombol
8
17
-
Jumlah
28
23
3
Oleh karena sampel yang peneliti ambil terdiri tiga desa tempelrejo, sono, kedawung, maka diskrpsi mengenai kondisi ketiga desa tersebut penting untuk didampaikan pula. Jumlah tempat ibadah ketiga desa dapat terlihat dalam tabel dibawah: Tabel 5
Banyaknya Tempat Ibadah Ketiga Desa Desa
Masjid
Musholla
Gereja
Tempelrejo
6
12
-
Sono
4
13
1
Kedawung
9
12
-
Jumlah
19
37
1
48
Tabel di atas adalah sarana- prasarana tempat ibadah ketiga desa antara lain Tempelrejo, Kedawung, Sono dapat dilihat tabel diatas. 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Sebagai gambaran umum, bahwa pendidikan adalah suatu proses penyelamatan kehidupan sosial. Penyelamatan lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan, Adapun menurut tingkat pendidikan formal bagi umur 5 tahun ke atas adalah sebagai berikut: Tabel 6 Penduduk Menurut Pendidikan Bagi Umur 5 Tahun ke Atas
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Tamat Akademik/PT
516 orang
2.
Tamat SMA/MA
3008 orang
3.
Tamat SMP/MTs
2220 orang
4.
Tamat SD
2190 orang
5.
Belum/Tidak Tamat SD
3924 orang
6.
Tidak Sekolah
840 orang
Jumlah
12698 orang
49
Dari data di atas bahwa prosentase pendidikan di Kecamatan Mondokan Kabupaten
Sragen
mencapai
15%.
Hal
ini
mencerminkan
bahwa
putra/putrinyah menunjukkan tingkat yang kurang baik. Dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan masyarakat di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen baik secara pendidikan umum maupun pendidikan secara pendidikan agama antara lain:
Tabel 7 Banyaknya Sekolah, Negeri/Swasta No
Sekolah
Jumlah
1
TK Swasta
18
2
SD Negeri
19
3
SMK N Mondokan
1
4
SLTP Negeri
2
5
MI
9
6
MTs Muhammadiyah (Swasta)
2
7
SMP Islam Al Ma’ arif
1
Jumlah
42
Oleh karena sampel yang peneliti ambil terdiri tiga desa Tempelrejo, Sono, Kedawung, maka diskrpsi mengenai kondisi ketiga desa tersebut penting untuk
50
disampaikan pula. Jumlah pendidikan dari ketiga desa dapat terlihat dalam tabel dibawah:
Tabel 8 Banyaknya Sekolah, Negeri/Swasta No
Sekolah
SD
MI
SLTP NEGERI
MTS
SMP
MUHMADIYAH
SMK
ISLAM NEGERI
1
Tempelrejo
2
1
-
-
-
-
2
Kedawung
2
1
2
-
1
1
3
Sono
1
1
-
-
-
-
Jumlah
5
3
2
-
1
1
Adapun jumlah sarana- prasarana tempat pendidikan ketiga desa antara lain Tempelrejo, Kedawung, Sono dapat dilihat tabel diatas
4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Ekonomi Dilihat dari segi perekonomian masyarakat Kecamatan Mondokan sebagian besar masyarakatnya masih tergolong ekonomi kelas menengah ke bawah. Pekerjaan masyarakat Kecamatan Mondokan petani, pedagang, guru dan sopir. Ada juga yang bekerja
buruh tani, buruh pabrik, dan buruh
bangunan.
dikenal
Kecamatan
Mondokan
Sebagaimana tabel dibawah ini:
akan
tempatnya
pertanian
51
Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kecamatan Mondokan Jenis Pekerjaan
No.
Jumlah
1.
Guru
335
2.
Petani
6.234
3.
Industri Pengelolaan (Pengusaha)
55
4.
Air Minum (Pengusaha)
4
5.
Bangunan (Pengusaha)
56
6.
Perdagangan,
784
7.
Pengangkutan barang dan Komunikasi
356
(Pengusaha) 8.
Keuangan dan Persewaan (Pengusaha)
41
9.
Jasa-jasa (Pengusaha)
112
10.
Buruh
24.090
Tabel 7 di atas adalah hasil sumber kecamatan Keadaan sosial ekonomi masyarakat Mondokan pada umumnya sektor pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi masyarakat, baik bidang perkebunan, pertanian, maupun sektor peternakan.
52
Oleh karena sampel yang peneliti ambil terdiri tiga desa Tempelrejo, Sono, Kedawung, maka diskrpsi mengenai kondisi ketiga desa tersebut penting untuk disampaikan pula. Keidupan ekonomi ketiga desa dapat terlihat dalam tabel dibawah: Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kecamatan Mondokan No
pekerjaan
Tempelrejo Kedawung
Sono
1
Guru
10
15
9
2
Petani
1115
2122
1112
3
Industri Pengelolaan
23
31
26
0
2
0
(Pengusaha) 4
Air Minum (Pengusaha)
5
Bangunan (Pengusaha)
37
49
30
6
Perdagangan,
261
289
147
7
Pengangkutan barang
26
40
21
4
3
3
dan Komunikasi (Pengusaha) 8
Keuangan dan
53
Persewaan (Pengusaha) 9
Jasa-jasa (Pengusaha)
10
Buruh
6
7
4
1253
1252
1162
Adapun kehidupan ekonomi ketiga desa antara lain tempelrejo, kedawung, sono dapat dilihat tabel diatas
4.5. Kondisi Umum Kasus Status Pernikahan orangtua di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen Secara kuantitatif kehidupan ekonomi masyarakat Sragen adalah sangat bervariatif ada yang cukup dan ada yang kurang, kategori cukup adalah mereka yang berpenghasilan sehari di atas Rp. 10.000,- sedangkan ketagori dibawah itu termasuk kurang. Perekonomian masyarakat kecamatan Mondokan dalam hal ini bisa dikatagorikan kurang karena rata-rata masyarakatnya buruh yang berpenghasilan perhari kurang dari Rp. 10.000,-. Hal inilah mengakibatkan sebagian masyarakat di Kecamatan Mondokan menjalani pernikahan tidak melalui KUA, berdasarkan pengamatan dilapangan pernikahan itu terjadi disebabakan empat hal (1) yang bersifat normatif, yaitu untuk mengatasi kekhawatiran berbuat dosa dan mencari legalisasi agama (2) yang bersifat psikologis, yaitu untuk mengatasi perasaan cemas, resah, dan gelisah, atau mencari ketenteraman. (3) yang bersifat sosial-ekonomis, yaitu sebagai respon atas kondisi yang seringkali menghambat untuk menikah secara wajar
54
sebagaimana pernikahan pada umumnya, di antaranya adalah hambatan dari masyarakat, orang tua, belum bekerja, belum mandiri secara ekonomi (4) yang bersifat biologis, yaitu untuk memperoleh penyaluran dan kepuasan seksual. Adapun data anak-anak dari status pernikahan orangtua lewat KUA dan Sirri dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 8 Tabel Nama-nama Anak Remaja Awal Dari Pernikahan Orangtua Yang Lewat KUA (Sah) No
Nama Anak Remaja
Usia Anak
Awal
Remaja Awal
Jenis Alamat
1.
David Cahyono Muhammad
Kelamin
12
Tempelrejo
Laki-laki
12
Tempelrejo
Laki-laki
Rahoul
2. Muslim 3.
Isa Kusuma
14
Tempelrejo
Laki-laki
4.
Muhammad Asfandi
14
Tempelrejo
Laki-laki
12
Tempelrejo
Perempuan
Ningrum 5.
Ayu
Setyaningsih 6.
Siti Solekah
13
Tempelrejo
Perempuan
7.
Syaiful Anam
12
Tempelrejo
Laki-laki
8.
Supriyadi
14
Tempelrejo
Laki-laki
55
9.
Sri Wahyuni
13
Tempelrejo
Perempuan
10.
Zaenal Arifin
12
Tempelrejo
Laki-laki
11.
Wahyu Lestari
12
Kedawung
Perempuan
12.
Eka Nurkholiq
12
Kedawung
Perempuan
13.
Dwi Purwanti
12
Kedawung
Perempuan
14.
Iriyanti
12
Kedawung
Perempuan
15.
Nurjanah
13
Kedawung
Perempuan
16
Eni Suwandari
12
Kedawung
Perempuan
17
Muhammad Syamsul 13
Kedawung
Laki-laki
Arifin 18
Fito Ardianto
12
Kedawung
Laki-laki
19
Ahmad Ali Imrom
12
Kedawung
Laki-laki
20
Uun Hartuti
12
Kadawung
Perempuan
21
Andi Setiawan
13
Sono
Laki-laki
22
Atri Yuli Mustika S
12
Sono
Perempuan
23
Baharudin Yusuf S
12
Sono
Laki-laki
24
Dani Setiawan
13
Sono
Laki-laki
25
Edi Cahyono
12
Sono
Laki-laki
26
Ika Utami Istikarah
13
Sono
Perempuan
27
Joko Supriyanto
13
Sono
Laki-laki
28
Nur Islamiyah
12
Sono
Perempuan
56
29
Putri Rahayu
12
Sono
Perempuan
30
Rita wahyu s
12
Sono
Perempuan
Tabel 9 Tabel Nama-nama Anak Remaja Awal Dari Pernikahan Orangtua Tanpa Lewat KUA
No
Nama Anak Remaja Awal
Usia Anak Remaja Awal
Alamat
Jenis Kelamin
1.
Ngadiyo
12
Tempelrejo
Laki-laki
2.
Repto
13
Tempelrejo
Laki-laki
3.
Eko Purwato
14
Tempelrejo
Laki-laki
4.
Siti Nurjanah
12
Tempelrejo
Perempuan
5.
Nurhuda
12
Tempelrejo
Laki-laki
6.
Yuli Endriyani
13
Tempelrejo
Perempuan
7.
Tono Supriyanto
13
Tempelrejo
Laki-laki
8.
Novitasari
12
Tempelrejo
Perempuan
9.
Lisnawati
13
Tempelrejo
Permpuan
10.
Romanto
15
Tempelrejo
Laki-laki
11.
Atik Setyowati
12
Kedawung
Perempuan
12.
Sugiyanto
12
Kedawung
Perempuan
13.
Sri Wahyuningsih
12
Kedawung
Perempuan
57
14.
Suwarni Muhyaningsih
12
Kedawung
Perempuan
15.
Tholib Hidayah
13
Kedawung
Perempuan
16.
Joko Muriyanto
12
Kedawung
Perempuan
17.
Dwi Saputra
13
Kedawung
Laki-laki
18.
Suyityono
12
Kedawung
Laki-laki
19.
Choirul Anam
12
Kedawung
Laki-laki
20.
Bayu Suadrmaji
13
kedawung
Laki-laki
21.
Eko Dedi Priyanto
12
Sono
Laki-laki
22.
Ratno
12
Sono
Perempuan
23.
Sri handoko
13
Sono
Laki-laki
24.
Sugino
14
Sono
Laki-laki
25.
Wahyusujati
13
Sono
Laki-laki
26.
Yulianti
13
Sono
Perempuan
27.
Ahmad Zainuri
12
Sono
Laki-laki
28.
Widodo
12
Sono
Laki-laki
29.
Solehan
13
Sono
Laki-Laki
30.
Ali Mashudi
13
Sono
Laki-laki
67
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah data-data yang diperlukan telah dapat dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut guna memperoleh kesimpulan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan dan sekaligus untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan dalam skripsi ini. Dalam menganalisis digunakan analisis data kuantitatif atau analisis statistik, dengan tujuan untuk mencari kesesuaian antara kenyataan yang ada di lapangan dengan teori. Dalam menganalisis data ini digunakan tiga tahapan, yaitu: analisis pendahuluan, analisis uji hipotesa dan analisis lanjut. Dari tiga tahap tersebut jika diurutkan secara linear membentuk langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memberi skoring pada jawaban angket dan menjumlahnya 2. Membuat tabel distribusi frekuensi. 3. Memprosentasekan nilai dalam tabel distribusi 4. Mencari nilai rata-rata dari tiap variabel 5. Mengkonsultasikan nilai rata-rata dengan tabel katagori/kualitas 6. Mencari taraf signifikan dengan rumus uji t. 5.1. Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan adalah tahap pengelompokan data yang ada dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi dengan pengolahan seperlunya. Pada analisis pendahuluan ini penulis menyusun data tentang Perilaku Keagamaan Remaja Awal Ditinjau Dari Pernikahan Orangtua (Studi
68 masyarakat muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen) dan sekaligus memberikan kategori nilai pada data yang telah masuk 5.1.1
Data Hasil Angket Perilaku Keagamaan Remaja Awal Dari Pernikahan Orangtua Melalui KUA Untuk mengetahui tentang perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua yang melalui KUA yang disebarkan kepada 30 remaja di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Untuk menentukan nilai kuantitatif angket tentang perilaku keagamaan remaja awal
dari pernikahan orangtua melalui KUA adalah
menjumlahkan skor jawaban. Angket tentang perilaku berjumlah 20 untuk pengukuran skala menggunakan skala likert. Dan masingmasing pertanyaan terdiri dari 4 anternatif jawaban: Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan, Sangat Tidak Sesuai, dengan skor 4,3,2, dan 1, untuk semua item. Jika tidak dijawab 0 (kosong), agar lebih jelas maka dapat dilihat pada tabel berikut :
69
Tabel 13 Nilai Angket Skala Perilaku Keagamaan Remaja Awal dari Pernikahan Orangtua melalui KUA Kriteria
Jumlah
Resp.
Item
SS
S
R_1
Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorabl Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable
7 6 8 7 7 9 7 6 10 6 10 6 6 7 1 10 7 8 8 6 6 5 6 4 8 9 8 7 7 8 10 6 5 7 8 9 7
1 3 1 0 0 0 1 3 0 2 0 2 3 3 2 0 3 0 0 0 1 1 3 6 0 0 0 0 3 2 0 2 3 1 1 1 1
R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19
TS STS 1 0 1 2 2 1 1 0 0 1 0 1 1 0 3 0 0 2 0 2 2 3 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 2
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 2 1 1 0 0 1 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 0 0
4
3
2
1
Jumlah
28 24 32 28 28 36 28 24 40 24 40 24 24 28 20 40 28 32 32 24 24 20 24 16 32 36 32 28 28 32 40 24 20 28 32 36 28
3 9 3 0 0 0 3 9 0 6 0 6 9 9 6 0 9 0 0 0 3 3 6 18 0 0 0 0 9 6 0 6 9 3 3 3 3
2 0 2 4 4 2 2 0 0 2 0 2 2 0 6 0 0 4 0 4 4 6 2 0 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 2 0 4
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 2 1 1 0 0 1 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 0 0
34 34 37 33 33 38 34 34 40 33 40 33 35 37 32 40 37 36 34 30 32 30 32 34 35 37 35 32 37 38 40 33 31 34 37 39 35
Total 68 70 71 68 73 73 72 73 73 64 62 66 72 67 75 73 65 76 76
70
R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30
Unfavorable 1 Favorable 7 Unfavorable 9 Favorable 7 Unfavorable 8 Favorable 7 Unfavorable 3 Favorable 8 Unfavorable 9 Favorable 7 Unfavorable 8 Favorable 8 Unfavorable 7 Favorable 5 Unfavorable 6 Favorable 8 Unfavorable 7 Favorable 6 Unfavorable 4 Favorable 8 Unfavorable 10 Favorable 8 Unfavorable 9
2 0 0 3 2 1 3 1 1 3 2 0 0 3 3 1 0 3 6 0 0 0 0
3 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 2 0 1 2 1 0 2 0 1 0
0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
20 28 36 28 32 28 24 32 36 28 32 32 28 20 24 32 28 24 16 32 40 32 36
6 0 0 9 6 3 9 3 3 9 6 0 0 9 9 3 0 6 18 0 0 0 0
6 4 2 0 0 2 0 2 0 0 0 2 2 4 0 2 4 2 0 4 0 2 0
0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
32 33 38 37 38 34 34 37 39 37 38 35 32 33 34 37 33 32 34 36 40 35 37
71 75 68 76 75 67 67 70 66 76 72
jumlah 2178
Untuk mengetahui rata-rata dan kualitas variabel perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan Range Untuk menentukan range variabel perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R=H-L Dimana:
71 R = Selisih H = Nilai Tertinggi L = Nilai Terendah Range variabel perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: R=
H-L
= 76-62 R=
14 Dari perhitungan range di atas, dapat diketahui bahwa
renge verabel perilaku keagamaan remaja dipengaruhi oleh status pernikahan orangtua lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen, Sebesar 14. b. Menentukan Interval kelas Untuk menentukan Interval kelas adalah dengan cara membagi nilai range dengan alternatif jawaban 4 sebagai berikut: i = R+l K Di mana: i =
Interval kelas
R =
range
K =
Alternatif Jawaban
l =
Bilangan konstanta
72 Interval kelas variabel perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA adalah sebagai berikut: i= R +1 4 i= 14+ 1 4 i= 3.75 Dari perhitungan di atas dapat diketahui, bahwa interval kelas perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen adalah 3.75. Setelah diketahui range dan menentukan interval kelas, maka hasil tersebut digunakan untuk membuat tabel distribusi guna mencari rata-rata dan kualitas veriabel perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua lewat KUA, Selanjutnya dari daftar nilai-nilai angket tersebut di atas untuk memudahkan cara membacanya maka penulis akan menyajikannya dalam tabel distribusi frekuensi sebagaimana berikut:
73
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Perilaku Keagamaan Remaja Awal dari Pernikahan Orangtua melalui KUA
No
X
Frequency
FX
Percent
1
62
1
62
3.33
2
64
1
64
3.33
3
65
1
65
3.33
4
66
2
132
6.67
5
67
3
201
10
5
68
3
204
10
6
70
2
140
6.66
7
71
2
142
6.67
8
72
3
216
10
9
73
3
219
10
10
75
3
225
10
11
76
3
228
10
30
1898
122
Σ=
5.1.2. Analisis Hasil Angket Tentang perilaku keagamaan remaja awal dari Pernikahan Orangtua Sirri Untuk mengetahui kualitas perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri disebarkan kepada 30 remaja di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Untuk menentukan nilai kuantitatif angket tentang perilaku keagamaan anak remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri adalah menjumlahkan
skor jawaban.
Angket tentang perilaku berjumlah 10 untuk pengukuran skala
74 menggunakan skala likert. Dan masing-masing pertanyaan terdiri dari 4 anternatif jawaban : Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan, Sangat Tidak Sesuai, dengan skor 4,3,2, dan 1, untuk semua item jika tidak dijawab 0 (kosong), agar lebih jelas maka dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15 Nilai Angket Skala Perilaku Keagamaan Remaja Awal Dari Pernikahan Orangtua Sirri
Resp. R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14
Kriteria Item Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable
SS 1 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 0 1 0 0 0 1 0 2 2 1 0 3 3 2 2
S 2 2 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 5 5 6 6 3 3 1 0 5 5 1 0 0 0
TS STS 1 6 1 4 6 1 4 5 3 4 5 3 8 2 5 8 3 4 12 5 2 8 5 2 8 9 0 4 9 0 4 7 0 8 7 0 8 8 0 4 8 1 0 2 2 4 2 3 0 4 0 0 4 0 0 6 0 4 6 1 0 6 1 8 6 2 8 4 0 4 4 1 0 6 0 12 7 0 12 8 0 8 8 0 0
2 6 6 3 0 3 0 3 3 0 0 3 3 3 3 15 15 18 18 9 9 3 0 15 15 3 0 0 0
3 12 12 10 10 4 6 10 10 18 18 14 14 16 16 4 4 8 8 12 12 12 12 8 8 12 14 16 16
4 1 1 3 3 5 4 2 23 0 0 0 0 0 1 2 3 0 0 0 1 1 2 0 1 0 0 0 0
Jumlah 23 23 20 21 20 22 23 23 22 22 25 25 23 20 25 22 26 26 25 22 24 22 27 24 27 26 24 24
Jumlah Total 46 41 42 46 44 50 43 47 52 47 46 51 53 48
75
R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30 jumlah
Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable
1 0 1 0 4 4 1 1 2 1 2 2 0 0 1 2 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 1 1 1 1 0
2 2 2 2 0 0 3 2 0 0 1 1 3 2 6 3 0 0 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2
7 7 7 8 3 3 5 6 8 9 7 6 8 7 3 5 8 7 6 5 4 5 5 5 5 5 6 6 8 8 6 7
0 7 0 0 3 3 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 1 1 0 0 1 1
4 0 4 0 16 16 4 4 8 4 8 8 0 0 4 8 4 12 8 12 12 12 8 4 8 8 4 4 4 4 4 0
6 6 6 2 0 0 9 6 0 0 3 3 9 6 9 6 0 0 6 3 9 6 6 6 9 9 6 6 3 3 6 6
14 14 14 16 6 6 10 12 16 18 14 12 16 14 10 10 16 14 12 12 8 10 10 10 10 10 12 12 16 16 12 14
0 1 0 0 3 3 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 1 1 0 0 1 1
24 21 24 22 25 25 24 23 24 22 25 24 25 20 28 24 20 15 26 27 29 28 26 21 27 27 23 23 23 23 23 21
45 46 50 47 46 49 45 51 46 53 57 47 54 46 46 44
Langkah kedua ialah membuat distribusi frekuensi untuk memudahkan membaca data bagi para pembaca yang disajikan dalam tabel berikut dibawah ini
76
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Perilaku Keagamaan Remaja Awal dari Pernikahan Orangtua Sirri
No
X
Frequency
FX
Percent
1
41
1
41
3.33
2
42
1
42
3.33
3
44
2
88
6.67
4
43
1
43
3.33
5
45
2
90
6.67
6
46
8
384
26.67
7
47
4
188
13.33
8
48
1
48
3.33
9
49
1
48
3.33
10
50
2
100
6.67
11
51
2
102
6.67
12
52
1
52
3.33
13
53
2
106
6.67
14
54
1
54
3.33
15
57 Jumlah
1
57
3.33
30
1443
100%
Rata-rata kualitas veriabel perilaku keagamaan k remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri. a.
Menentukan Range Untuk
mengetahui rata-rata dan kualitas
perilaku
keagamaan anak remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri di
77 Kecamatan
Mondokan
Kabupaten
Sragen,
menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut R=H-L Dimana R = Selisih H = Nilai Tertinggi L = Nilai terendah Range variabel perilaku keagamaan
remaja awal dari
pernikahan orangtua Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: R = H-L R = 57-41 R = 16 Dari perhitungan range di atas, dapat diketahui bahwa range perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen, sebesar 16. b.
Menentukan interval Kelas Untuk
menentukan
interval
kelas
range
perilaku
keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri adalah dengan cara membagi nilai range dengan alternatif jawaban sebagai berikut: i=
R K i= 16 4
78 i= 4 Dari perhitungan di atas dapat di ketahui bahwa interval kelas variabel perilaku keagamaan remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen adalah 4.
5.2. Analisis Uji Hipotesis Analisis dipergunakan untuk mengetahui atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang diajukan, maka perlu dianalisis dengan menggunakan metode statistik dengan rumus uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah-langkah ini akan peneliti paparkan sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara kriterium Korelasi antara Prediktor (X) dengan kriterium (Y) dapat dicari melalui tehnik korelasi momen tangkar dari Person, dengan rumus sebagai berikut:
rxy =
∑ xy (∑ x )(∑ y ) 2
2
Diketahui bahwa :
∑ xy = ∑ XY − ∑x =∑X 2
(∑ X )(∑ Y ) N
(∑ X ) −
2
2
N
(∑ Y ) dan∑ y = ∑ Y − N
2
2
2
79 Untuk mencari nilai korelasi di atas, maka dibantu dengan tabel koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 17 Tabel Kerja Regresi Satu Prediktorl Perilaku Keagamaan Remaja Awal di tinjau dari Pernikahan Orangtua Lewat KUA dan Pernikahan Orangtua Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen
Resp.
X
Y
X²
Y²
XY
R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30
68 70 71 68 73 73 72 73 73 64 62 66 72 67 75 73 65 76 76 71 75 68 76 75 67 67 70 66 76 72
46 41 42 46 44 50 43 47 52 47 46 51 53 48 45 46 50 47 46 49 45 51 46 53 57 47 54 46 46 44
4624 4900 5041 4624 5329 5329 5184 5329 5329 4096 3844 4356 5184 4489 5625 5329 4225 5776 5776 5041 5625 4624 5776 5625 4489 4489 4900 4356 5776 5184
2116 1681 1764 2116 1936 2500 1849 2209 2704 2209 2116 2601 2809 2304 2025 2116 2500 2209 2116 2401 2025 2601 2116 2809 3249 2209 2916 2116 2116 1936
3128 2870 2982 3128 3212 3650 3384 3431 3796 3008 2852 3366 3816 3551 3375 3358 3250 3572 3496 3479 3375 3468 3496 3975 3819 3149 3780 3036 3496 3168
80
30
1428
2120
150274
68374
101466
N=30 ΣX=2120 ΣY=1428 ΣX2 =150274 ΣY2 =68374 ΣXY = 101466
Untuk membuktikan hipotesa tersebut maka penelitian ini akan melakukan uji hipotesis satu persatu dengan menggunakan analisis regresi satu prediktor. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara prediktor (X) dan kriterium (Y)dengan menggunakan teknik korelasi tangkar dari Pearson dengan rumus sebagai berikut: rxy =
∑ xy , dimana: (∑ x ). (∑ y ) 2
2
( X )( Y ) ∑ xy = ∑ XY − ∑ N ∑ ∑ x2 = ∑ X 2 −
(∑ X )
2
N
dan∑ y 2 = ∑ Y 2 −
(∑ Y )
2
N
Hasil dari masing-masing rumus di atas adalah sebagai berikut:
∑ xy (∑ x ). (∑ y ) −
a. Mencari harga skor deviasi
∑ xy = ∑ xy
2
N
=101466 - (2120)(1428) 30
81 = 101466 – (3027360) 30 = 101466 – 100912 = 554 b. Mencari harga skor deviasi
∑x
2
(∑ X ) −
2
∑x
2
=∑X
2
N
= 150274 – (2120)² 30 = 150274 – 149813.33 = 460.67 c. Mencari harga skor deviasi
∑y
2
(∑ Y ) −
2
∑y
2
= ∑Y
2
N
= 68374 – (1428)² 30 = 68374 – 2039184 30 = 68374 – 679728 = 401,2 Dari perhitungan di atas, dapat diketahui nilai-nilai sebagai berikut:
ΣX2 =460.67 ΣY2 =401.2 ΣXY = 554
Sehingga harga rxy adalah sebagai berikut:
82
rxy =
∑ xy (∑ x ). (∑ y ) , maka: 2
2
= 554 √(460.67)(401.2) = 554 13.59 = 40.76 Jadi Koefisien korelasi determinasi r²=40.76=1.654 2. Uji Signifikasi Korelasi Dengan Melalui Uji t
th =
r n−2 1− r 2
= 40.76√30-2 √1 – 1.654 = 40.76 x 5.29 √- 0654 = 215.62 0.80 = 269.5 Hasil uji t diperoleh hasil nilai signifikan 445< 269.5 artinya ada perbedaan di tinjau dari pernikahan orangtua yang melalui KUA dengan nikah tanpa KUA terhadap perilaku keagamaan anak semakin baik pernikahan orangtua mempengaruhi perilaku keagamaan remaja awal.
5.3. Analisis Lanjut
Sebagai langkah akhir dalam menganalisis data dari penelitian lapangan ini adalah untuk menguji hipotesis perilaku keagamaan remaja awal ditinjau dari pernikahan orangtua ke signifikan
perilaku keagamaan
83 remaja awal ditinjau dari pernikahan orangtua study masyaraka muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Analisis ini menguji kebenaran hipotesis tersebut, sehingga apabila data lapangan dapat menjawab hipotesis yang diajukan tersebut maka diterima (signifikan), tetapi apabila data lapangan tidak dapat menjawab berarti hipotesis yang diajukan ditolak (non signifikan). Tabel 18 Independent Sampel Test
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Skor
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.591
Sig. .445
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-23.175
58
.000
-23.07
.995
-25.059
-21.074
-23.175
57.725
.000
-23.07
.995
-25.059
-21.074
Tabel menggambarkan hasil uji t diperoleh nilai signicancy 445 artinya’’ terdapat perbedaan nilai IK95% adalah -25.059 s/d-21.074 Berdasarkan hasil analisis lanjut di atas membuktikan bahwa baik dalam Hasil uji t diperoleh hasil nilai signifikan 445< 269.5 demikian hipotesis (+) yang penulis ajukan bahwa Pernikahan Orangtua lewat KUA pengaruh positif terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Awal
diterima. Sedangkan
hipotesis (-) yang penulis ajukan bahwa Status Pernikahan Orangtua Sirri mempunyai pengaruh terhadap Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal yang mempunyai nilai kurang.
84 Jadi artinya semakin baik pernikahan orangtua maka semakin baik perilaku keagamaan remaja awal di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Dalam memwujudkan akhlak remaja awal yang baik dari sudut pernikahan orangtua yang melalui KUA antra lain: 1. Adanya perhatian orangtua terhadap anak dalam wujud kasih sayang. 2. Memwujudkan keluarga yang demokartis dari anak-anak sampai suami dan istri 3. Orangtua
harus
memberikan
pendidikan
agama
anak
semenjak kecil sehingga dewasanya mempunyai kesadaran dalam beragama. 4. Orangtua mengajarkan anaknya tentang ibadah yang benar kepada Allah 5. Orangtua harus mengajarkan etika yang baik dalam berpelaku baik terhadap orangtua maupun orang lain. Dalam memwujudkan akhlak remaja awal yang baik dari sudut pernikahan orangtua Sirri antra lain: 1. Orangtua yang menikahnya sirri pasti mempengaruhi kehidupan perilaku anak di lingkungan masyarakat. Orangtua yang masih utuh dalam artian ada ada ayah, ibu. Orangtua harus memberikan pemahaman anak atas pernikahannya, lalu
85 secepatnya orangtua melakukan pernikahan lagi dengan pernikahan secara resmi di KUA. 2. Memelalui pendekatian anak yang di mungkinkan orangtua tak memperhatikan anaknya dalam artian dilantarkan. Dengan pendekatan secara halus atau lembut dengan memerubah sikap yang pelan-pelan dalam artian hati ke hati. 3. Anak yang di lantarkan dan tanpa di perhatiakan agamanya oleh orangtua. Maka kita harus mendekati anak dengan mengajak untuk mau belajar TPA (Tempat pendidikan Al Qur’an) di situ bukan hanya belajar tentang Al Qu’an saja tapi di ajari tentang doa-doa, etika terhadap orangtua maupun orang lain. 4. Pendekatan orangtua baik pihak ibu, bapak dengan mengajak pengajian rutinan. Dalam hal ini pembicara pandai memilih mantri diantaranya pentingnya perhatian orangtua terhadap anak menjadi yang baik dalam agama dan di masyarakat sehingga pihak orangtu pernikahan Sirri mau memperhatikan anak lebih baik lagi. 5. Menyamakan anak pernikahan orangtua Sirri dengan anakanak bisa dilikungannya. Yang sama-sama ingin bermain bersama-sama teman sepermainan. Menjauhkan rasa benci kepada anak dari pernikahan orangtua Sirri
86
86
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan perilaku keagamaan remaja awal dari segi pernikahan orang tua (studi masyarakat muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen) yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Ada hubungan positif yang signifikan antara status pernikahan orangtua dengan perilaku keagamaan anak remaja awal di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Semakin baik perilaku keagamaan anak remaja awal maka semakin baik pula status pernikahan orangtua. Dengan demikian perilaku keagamaan anak remaja awal dapat dikatakan prediktif terhadap status pernikahan orangtua. Status pernikahan yang baik dan sesuai dengan Undang-undang perkawinan di Indonesia dan berdasarkan hukum Islam. Dengan pernikahan orangtua secara hukum anak mendapat menjamin hukum untuk mendapat kasih sayang dari orangtua juga pendidikan. Adapun hasil penelitian membuktikan, bahwa rata-rata perilaku keagamaan anak remaja awal dari pernikahan orangtua yang lewat KUA di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen menujukkan bahwa nilai rata-ratanya frekuensi yang sangat baik ada 4 dari 30 responden
87
dan presentase 13.3 sehingga dalam kategori’’ sangat baik” dan nilai baik adalah 13 frekuensi dari perse 43.3. Sementara itu, hasil perhitungan rata-rata perilaku keagamaan anak remaja awal dari pernikahan orangtua Sirri di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dapat di ketahui, frekensinya 30 dan nilai 100.0 dalam kategori “ kurang”. Hasil penelitian penulis di Kecamatan Mondokan Kabupeten Sragen membuktikan bahwa” ada nilai beda yang signifikan antara Status Pernikahan Orangtua dengan Perilaku Keagamaan Anak Remaja Awal di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragan. 6.2. Solusi
Mengatasi Perilaku Remaja Awal Masalah Keagamaannya dari
Segi Pernikahan Orangtua Dalam memwujudkan perilaku remaja awal yang baik dari sudut pernikahan orangtua segi pernikahan orangtua sirri maupun lewat KUA Pertama lewat keluarga dengan memperhatikan oktimal baik dari perhatian anak sampai tentang keagamaan anak Kedua lewat masyarakat harus mau menerima orangtua yang melalukan pernikahan Sirri di tengah-tengah masyarakat, dimungkinkan penyadaran orangtua.jauhkan rasa benci terhadap anaknya. Ketiga melalui pendekatan anak yang kurang baik dalam perilaku keagamaan. Melalui hati kehati baik berbincang-bincang atau dengan cara lain
88
Melalui pendidikan anak. Anak yang perilaku keagamaan kurang baik, dengan mengajak belajar TPA (Tempat pendidikan Al Qur’an) bukan belajar hanya membaca al qu’an tapi masalah perilaku baik etika terhadap orangtua maupun orang lain dan yang kaitan ahlak sesuai aturan agama. 6.3. Saran-saran. Masa remaja adalah masa yang sedang berkembang tetapi seseorang yang berada dalam perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa. Dengan demikian orangtua harus mendidik, membimbing dan menjalin interaksi dalam keluarga yang baik dan tak kalah penting mempunyai status pernikahan yang lebih jelas yaitu pernikahan berdasarkan Undang-undang perkawinan dan hukum Islam. Berapa saran yang dapat penulis kemukan disini adalah sebagai berikut: 1. Kepada setiap pemuda dan pemudi yang ingin menikah haruslah melakukan pernikahan yang berdasarkan Undang-undang perkawinan di Indonesia dan hukum pernikahan Islam untuk menjamin suami, istri dan anak secara hukum juga secara tanggung jawab keluarga. 2. Orangtua adalah salah satu basic anak dalam mendapatkan pengalaman, dalam membentuk perilaku keagamaan anak seperti kepercayaan kepada Allah, sikap, praktek dan tindakan.
89
3. Kepada para anak remaja mengingat begitu berat perjuangan orangtua yang tiada lain adalah demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak baik di dunia maupun di akhirat hendak para anak semakin meningkatkan kebaktiannya kepada orangtua sebagai ungkapan rasa syukur
kepada
Allah SWT.
6.4. Penutup Puji syukur Alhamdulillahirrobbil’alamin, dengan limpahan rahmat dan hidayah dari Allah SWT, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis dan pembahasan skripsi ini, masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, penulisan, penyajian, sistematika, pembahasan maupun analisisnya. Akhirnya dengan memanjatkan do’a, mudahmudahan skripsi ini membawa manfaat bagi pembaca dan diri penulis, selain itu juga mampu memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang positif bagi keilmuan BPI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 2002, Psikologi Sosial, Jakarta, Reneka Cipta. Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmat Safei, 2003, Metode Penelitian Dakwah, Bandung, Pustaka Setia Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta. Ahmadi, Abu, 1988, Ilmu Jiwa Anak, Semarang, Amriko. Bungin, 2005, Meoologi Kualitatif, Jakarta Raja Grafindo Persada Daradjat, 2005, Ilmu jiwa agama, Jakarta, Bulan Bintang. ______,1976, problema ramaja di indonesia, Bulan Bintang Departemen Agama RI, Wicaksana.
2000, Al Qur’an dan Terjemahan, Semarang, CV
Dadi Nurhaedi, Djiwandon Sri, 2005, Mencegah Masalah Tingkah Laku Masyarakat, Jakarta, Grasindo. Djamaludin dan Fuat,1994 ,Psikologi Islam,Yogyakarta,Pustaka Pelajar Fahmi.Musthafa, 1999, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga dan Masyrakat, Jakarta Bulan Bintang. Gerungan, 2000, Psikologi Sosial, Bandung, PT Refika Aditama. Fauzi Ahmad, 2008, Nikah Srri, Jakarta, Pulisher. Faizah,Effendi, 2006, psikulogi dakwah, jakarta, rahmat semesta. Ghazali Rahman, 2003, Fiqih muakat, Jakarta, Prenada media. Gymnastiar, 2005,Keluarga Kaya Hati, Bandung, Khas. Idris, 1987, Dasar-Dasar Pendidikan, Padang, Angkasa Raya. Kamal Libertus Jahani, 2008, Perkawinan apa risioko hukumnya, Jakarta, Forum Muhtar, 2005, Asa-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta, Bulan Bintang.
Kartono,1989, Hygine Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, Bandung, Mandar Maju. Natsir, 1994, Fiqhud Dakwah (Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dakwah), Semarang, Yayasan Kesejahteraan Pemuda Islam dan Ramadhani Nazar, Bakry, 1994, Porblematika Pelaksana Fiqih Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persanda. Nurhaedi, 2003, Nikah di Bawah Tanga, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media. Suharso dan Retnoningsih, Kamus Buku Besar Bahasa Indonesia, Semarang, CV. Widya Karya Syamsul Yusuf 2005, Psikologi perkembangan anak dan remaja, Bandung, Rosda, Saifuddin azwar, 2003, Skala psikologi, Jakarta, Pelajar Offset. Suryabrata, 2003, Metodologi peneltian. Jakarta, PT Raja Grafindo persada Syukir,1983, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya. Al-Ikhlas. M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, 2004, Teknik Menulis Skripsi Dan Thesis, Yogyakarta, Zentith. Hawari, H. Dadang, 1996, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa Hasan. M.Ali, 2000, Perbandingan Mazhab Fiqih, Jakara, Pt Raja Grafindo Persada. Quraish Shihab, 2004, Tafsir Al- Mishibah, jakarta, lentera hati Wahyuning, Ett. All, 2003, Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak, Jakarta. Gramedia. Willis, S. Sofyan, 2005, Remaja dan masalahnya, AL FABETA, Bandung. Yusuf, Juntika ,2005, Landasan bimbingan dan konseling, Rosda, Bandung.
BIODATA PENULIS
Nama
: Agus Nugroho
Tempat / Tanggal lahir
: Sragen, 30 September, 1984
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Tempelrejo, Rt 02 Rw 6, Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Alamat Kost
: Jrakah
Pendidikan Formal : 1. MI Tempelrejo lulus tahun 1997 2. MTs Trombol lulus tahun 2000 3. MAN Sragen lulus tahun 2003 4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Pendidikan Non Formal: 1. Pondok Pesantren Darun Najjah Semarang.
Pengalaman Organisasi: 1. Anggota RISMA Masjid Agung Jawa Tengah. 2. Anggota dalam diskusi kegiatan Bimbingan Penyuluhan Islam . 3. Anggota HMI IAIN Walisongo Semarang. 4. Anggota Risma Masjid Tempelrejo. 5.
Anggota Organisasi PRADIKMA di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
6. Anggota KORDAIS ( Kesatuan Organisasi Dakwah Islam) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Lampiran IDENTITAS DIRI
1. NAMA
: AGUS NUGROHO
2. NIM
: 1 1 0 3 115
3. USIA
: 24 Tahun
4. Fak / Jur
: Dakwah / BPI
5. Judul Skripsi
: PERBEDAAN
PERILAKU
KEAGAMAAN
REMAJA AWAL DARI SEGI PERNIKAHAN ORANG TUA (Studi Masyarakat Muslim di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen)
IDENTITAS DIRI 1. 2. 3.
Nama : …………………… Usia : …………………… Jenis Kelamin : …………………… PETUNJUK
Kami bermaksud meminta bantuan kepada anda dengan cara mengisi dua macam skala. Mohon anda membaca petunjuk-petunjuk yang ada di bawah ini: 1. Dalam skala-skala ini terdapat sejumlah pernyataan. Setelah membaca dengan seksama anda diminta memilih salah satu dari 4 (empat) pilihan tanggapan yang telah tersedia dengan memberi tanda ( √ ) pada pilihan yang disediakan, yaitu: SS
: Bila anda “Sangat Sesuai” dengan pernyataan.
S
: Bila anda “Sesuai” dengan pernyataan.
TS
: Bila anda “Tidak Sesuai” dengan pernyataan.
STS
: Bila anda “Sangat Tidak Sesuai” dengan pernyataan.
2. Pilihan alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan keadaan/kenyataan diri anda dengan apa yang seharusnya. 3. Seumpama ada pernyataan yang secara kenyataan anda belum mengalaminya, anda dapat membanyangkan bila status saat anda mengalaminya dan memperkirakan reaksi anda terhadap hal tersebut. 4. Dalam menjawab skala ini anda tidak perlu takut salah, karena semua jawaban dapat diterima. 5. Kerahasiaan identitas dan jawaban anda akan kami jamin. 6. Kesungguhan dan kejujuran anda sangat menentukan kualitas hasil penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan tarima kasih. Semarang, ….., ………….2009
AGUS NUGROHO NIM: 1 1 0 3 115
No
ASPEK
SS
Pengetahuan Agama Dan Keyakinan 1
Saya menyakini tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusannya
2
Saya kurang tahu makna shalat lima waktu dalam sehari
3
Saya mempercayai bahwa Al Qur’an adalah wahyu dari Allah
4
Saya
kurang
menyakini
kalau
shalat
berjama,ah pahalanya lebih besar dari pada shalat sendirian 5
Saya
mengetahui
bahwa
islam
itu
mengajarkannya umatnya untuk melaksanakan shalat lima waktu. 6 7
Saya kurang paham artinya iman kepada allah Praktek dan Tindakan Dalam
melaksanakan
shalat
wajib
saya
membiasakan berjama’ah. 8
Setiap
sehabis
mendoakan
shalat,
orangtua
saya maupun
tak
pernah
dari
saya
sendiri. 9
Kalau saya melihat duri dijalan, saya akan secara
langsung
atau
langsung
menyikirkanannya 10
Saya jarang pernah melakukan shalat sunnah, karena menurut saya shalat sunnah tidak penting
S
TS
STS
11
Saya sehabis shalat selalu membaca al Qur’an
12
Saya jarang melaksanakan puasa sunnah karena tidak wajib untuk dilaksanakannya SIKAP
13
Ketika saya tahu bahwa teman say ada yang sakit, saya akan menengok dan mendoakan supanya dia cepat sembuh 14
Saya
akan
melaksanakan
shalat
apabila
orangtua, memnyruh untuk shalat 15
Agar semangat keagamaan saya tetap terjaga, saya selalu mengikuti acara-acara keagamaan meskipun lewat televisi
16
Kalau ada teman bertengkar maka saya biarkan tanpa memperdulikan.
17
Saya selalu berdoa, pada saat melakukan suatu pekerja yang membuat saya percaya diri untuk beraktifitas
18
Saya selalu mengikuti ajakan teman saya untuk menunjukkan kesolidritas kebersamaan meskipun ajakan itu menyimpang dari nilainilai agama
19
Saya menghargai pendapat orang lain tanpa harus menyalahkan.
20
Saya
suka
marah-marah
melakukan puasa
walaupun
saya