106 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DAN MODERN Dyah Aji Jaya Hidayat Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Abstract Living in borading school disciplin and strict activity schedules, demanding that students should be able to adapt to survive in the environment. In while, the student are also required to be independent living separately from parents Dhofier (1985) divided into two types of boarding schools: traditional (salafi) and modern (khalafi). The differences in the two lies in how to teach, the pattern relations between student and teachers, as well as learning level. The aimed of this study was to determine whether there are difference in adjustments to the traditional boarding school students and modern. Subjects in this study are a members of boarding school students amount 96 persons. Purposive Random Sampling was used to measuring a scale of adjustment and then analyzed by ANAVA 2 ways. The data analysis showed that F score between A said 42,082 (p = 0,000 or p < 0,01). Mean that there is a significantly differences in adjustments to the traditional boarding school students shows better adjustment than the modern ones. It showed from the adjustments average level for traditional boarding school students (A1) = 138,413 and the modern ones average level (A2) = 116,860. The empirical mean for adjustments variabel is 127,188 and hypothetical mean is 115. It is also showed that both traditional or modern ways are in medium adjusments level.
Keywords : Adjusment, Type of Boarding School, Education
107 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Abstrak Pola kehidupan pondok pesantren yang serba disiplin serta padatnya jadwal kegiatan, menuntut santri harus bisa menyesuaikan diri agar bisa bertahan di lingkungan tersebut. Sementara itu santri juga dituntut untuk hidup mandiri terpisah dari orang tua. Secara garis besar, Dhofier (1985) membagi pondok pesantren menjadi dua macam yakni pondok pesantren tradisional (salafi) dan modern (khalafi). Perbedaan keduanya terletak pada cara pengajaran, pola hubungan santri-kiai, serta penjenjangan belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penyesuaian diri santri di pondok pesantren tradisional dan modern. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan penyesuaian diri antara santri di pondok pesantren tradisional dan modern. Subjek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren An-Naim Ajisoko Sragen, Salamah Wa Barokah Sragen dan Al-Muayyad Surakarta dengan jumlah 96 orang. Pengambilan sampel yakni purposive random sampling dengan alat ukur skala penyesuaian diri, lalu dianalisis dengan anava 2 jalur. Hasil analisis data menunjukkan nilai F antar A sebesar 42,082 dengan p = 0,000 atau p < 0,01. Artinya, ada perbedaan penyesuaian diri yang sangat signifikan antara santri di pondok pesantren tradisional dan modern. Penyesuaian diri santri di pondok pesantren tradisional lebih baik dibandingkan santri di pondok pesantren modern. Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata penyesuaian diri pada santri pondok pesantren tradisional (A1) sebesar 138,413 dan nilai rerata penyesuaian diri pada santri pondok pesantren modern (A2) sebesar 116,860. Mean empirik penyesuaian diri sebesar 127,188 dan mean hipotetik penyesuaian diri sebesar 115. Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri santri di pondok pesantren tradisional maupun modern tergolong sedang.
Kata kunci: Penyesuaian diri, Tipe Pondok Pesantren, Pendidikan.
108 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
pemerintah. PENDAHULUAN
mampu
sepenuhnya
tujuan Pendidikan merupakan suatu untuk
sistem
pendidikan di sekolah formal belum
A. Latar Belakang Masalah
aktivitas
Namun,
mengembangkan
mewujudkan
pendidikan
nasional.
Pasalnya, pendidikan konvensional lebih
fokus
pada
pendidikan
seluruh aspek kepribadian manusia
akademis,
sementara
pendidikan
yang berlangsung seumur hidup
keagamaan
yang
berpengaruh
sesuai dengan nilai-nilai di dalam
terhadap budi pekerti dan pembinaan
masyarakat dan kebudayaan.
karakter hanya diberikan sebagai
Dalam
Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa sistem pendidikan dibagi ke dalam jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jalur pendidikan meliputi
pendidikan
formal,
nonformal dan informal. Jenjang pendidikan
meliputi
pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan
mata
meliputi
tambahan
saja.
Alhasil, banyak terjadi kerusakan moral
di
masyarakat
akibat
kurangnya pendidikan keagamaan baik di rumah maupun di sekolah. Melihat
hal
tersebut,
tumbuh
kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka pada lembaga
pendidikan
keagamaan,
salah satunya pondok pesantren.
pendidikan tinggi. Sedangkan jenis pendidikan
pelajaran
Pesantren yaitu suatu tempat
pendidikan
pendidikan dan pengajaran yang
umum, kejuruan, akademik, profesi,
menekankan pelajaran agama islam
vokasi, keagamaan dan pendidikan
dan didukung asrama sebagai tempat
khusus.
tinggal santri yang bersifat permanen
Pendidikan formal dibagi ke dalam jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah
dan
pendidikan tinggi dengan kurikulum yang
telah
ditetapkan
oleh
(Qomar, 2006). Pondok pesantren dikenal
sebagai
suatu
lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia dan menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta
109 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
mencerdaskan bangsa. Banyaknya
bentuk dari pendidikan keagamaan
jumlah pesantren di Indonesia, serta
yang
besarnya jumlah santri pada tiap
pemerintah
pesantren menjadikan lembaga ini
masyarakat dari pemeluk agama,
layak
sesuai dengan peraturan perundang-
diperhitungkan
kaitannya
dengan
dalam
pembangunan
diselenggarakan dan/atau
undangan (ayat
1),
oleh kelompok
serta dapat
bangsa di bidang pendidikan dan
diselenggarakan pada jalur formal,
moral.
nonformal dan informal (ayat 3). Sedangkan Keberadaan
pesantren
dengan
kehidupan
dan
memiliki
nilai
membina
insan
pondok segala
aspek
perjuangannya strategis yang
dalam
dibuktikan
sistem
pendidikan pesantren dengan yang lainnya yaitu di pondok pesantren selama 24 jam para siswa/santri wajib tinggal di asrama.
memiliki
kualitas iman, ilmu dan amal. Hal ini dapat
perbedaan
dalam
Dalam pesantren, santri hidup
sejarah
dalam suatu komunitas khas, dengan
bangsa Indonesia dimana darinya
kyai, ustadz, santri dan pengurus
bermunculan para ilmuwan, politikus
pesantren, berlandaskan nilai-nilai
dan cendekiawan yang memasuki
agama Islam lengkap dengan norma-
berbagai kancah percaturan di segala
norma dan kebiasannya tersendiri,
bidang sesuai dengan disiplin ilmu
yang tidak jarang berbeda dengan
yang mereka miliki, baik dalam taraf
masyarakat
lokal, regional maupun nasional
mengitarinya (Bashori, 2003).
umum
yang
bahkan sampai ke taraf internasional Kehidupan
(Nasir, 2005).
pesantren Kedudukan pondok pesantren
yang
di
pondok
sangat
berbeda
dengan kehidupan anak sebelumnya
dalam sistem pendidikan Indonesia
membuat
telah diatur dalam UU Sisdiknas No.
penyesuaian diri agar bisa bertahan
20 Tahun 2003 tentang pendidikan
hingga
keagamaan pasal 30. Bahwa pondok
pendidikannya di pondok pesantren
pesantren
tersebut.
merupakan
salah
satu
ia
harus
melakukan
menyelesaikan
Padatnya
jadwal
yang
110 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
diterima
para
memberi
santri
dampak
kemudian lain
pada
perubahan-perubahan
situasi,
sehingga sudah memiliki kesiapan
kehidupannya. Setiap hari santri
mental
dibebani oleh kegiatan-kegiatan yang
tersebut.
tidak ringan, mulai dari bangun tidur
situasi yang akan dihadapi individu
hingga
antara
tidur
kembali
diatur
untuk
menghadapi
hal
Perubahan-perubahan
lain:
bertambahnya
sedemikian rupa sehingga tidak ada
perpindahan
waktu yang terbuang percuma. Yang
perubahan iklim, perubahan pelajar
kemudian menjadi masalah adalah
menjadi
adanya santri yang tidak mampu
tempat tinggal semula di rumah
menyesuaikan diri dengan kehidupan
menjadi
sistem asrama tersebut. Tak jarang
sebagainya.
pula
santri
keluar
dari
tempat
usia,
mahasiswa,
tinggal
tahun pertama di pondok pesantren.
Penyesuaian sebagai
proses
Ada peribahasa ”tal kenal sayang”,
mencerminkan
asrama dan
hal
itu
keinginan yang
ada
diri
diartikan
individu
keseimbangan tak
di
perubahan
pondok
pesantren sebelum lulus atau bahkan
maka
tinggal,
antara
diri,
menuju
keinginan-
stimulus-stimulus dan
kesempatan-
kemampuan
kesempatan yang ditawarkan oleh
penyesuaian diri. Jika seseorang
lingkungan (Gilmer, 1984). Untuk
ingin pergi ke suatu tempat baru
mencapai keseimbangan tersebut ada
harusnya sudah mencari informasi
faktor-faktor yang mempengaruhi,
tentang keadaan lingkungan baru itu,
antara lain: (a) kondisi dan konstitusi
keadaan masyarakat yang tinggal
fisik,
disana. Saat orang tersebut berada di
pertumbuhan dan perkembangan, (c)
lingkungan baru diharapkan tidak
determinan psikologis, (d) kondisi
merasa terlalu kaget dan terlalu
lingkungan sekitar, dan (e) faktor
asing, karena sudah mempelajari
adat istiadat, norma-norma sosial,
lingkungan tersebut. Seseorang perlu
religi dan kebudayaan (Kartono,
memahami
1989).
bahwa
di
sepanjang
hidupnya akan banyak mengalami
(b)
kematangan
taraf
111 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Hasil penelitian Yuniar dkk
mengenalkan
(2005) menunjukkan bahwa setiap
pengetahuan
tahunnya 5-10% dari santri baru di
pengajaran
di
Pondok Pesantren Modern Islam
tradisional
menggunakan
(PPMI)
Surakarta
bandongan (kelompok) dan sorogan
dalam
(individual). Sedangkan pesantren
Assalam
mengalami
masalah
melakukan proses penyesuaian diri,
modern
seperti
pengajaran
tidak
mampu
mengikuti
pengajaran umum.
Metode
pondok
pesantren
telah
sistem
memasukkan
pengetahuan
umum
pelajaran, tidak bisa tinggal di
dalam
asrama karena tidak bisa hidup
dikembangkan atau membuka tipe-
terpisah
tipe
dengan
orang
tua,
madrasah-madrasah
sekolah
umum
di
dalam
melakukan tindakan-tindakan yang
lingkungan
melanggar
metode pembelajaran menggunakan
aturan
pondok
dan
sebagainya.
pesantren,
yang
dengan
sistem klasikal.
Salah
satu
mempengaruhi
faktor
yang
penyesuaian
diri
Dalam
pondok
pesantren
tradisional tidak mengenal sistem
adalah kondisi lingkungan sekitar,
kelas.
baik lingkungan fisik maupun sosial.
dilihat dari kelas berapa, tapi dilihat
Kondisi lingkungan yang berbeda
dari kitab apa yang ia baca. Tidak
dalam masing-masing tipe pesantren
ada
bisa
permasalahan
belajar. Mana santri yang lama dan
penyesuaian diri yang berbeda pula.
baru tidak jelas, mereka hanya
Menurut
memunculkan
aturan
siswa
penjenjangan
tidak
dalam
(1985),
secara
ditandai oleh waktu (Qomar, 2006).
pesantren
dibagi
Selain itu, di pondok pesantren
menjadi dua yaitu pondok pesantren
tradisional kiai memiliki otoritas
tradisional
yang sangat besar dalam menentukan
umum
Dhofier
Kemampuan
pondok
pesantren
(salafi) modern
dan
pondok (khalafi).
kebijakan,
sistem
pendidikan
Pesantren tradisional mengajarkan
tergantung selera kiai serta tidak
pengajaran kitab-kitab islam klasik
adanya
sebagai inti pendidikannya, tanpa
menyangkut
sebuah
aturan
baik
manajerial,
112 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
administrasi,
birokrasi,
struktur,
penulis mengambil judul “Perbedaan
budaya
kurikulum
(Wahid,
Penyesuaian Diri Santri di Pondok
dan
Pesantren Tradisional dan Modern“.
2001). Dalam kehidupan sehari-hari, di
pondok
pesantren
tradisional
kharisma dan kepribadian kiai sangat berpengaruh terhadap santri. Sikap hormat,
takzim
B. Tujuan Penelitian
dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
kepatuhan
1. Perbedaan penyesuaian diri santri
mutlak kepada kiai adalah salah satu
di pondok pesantren tradisional
nilai pertama yang ditanamkan pada
dan modern
setiap santri (Bruinessen, 1994). Sedangkan modern,
di
pondok
hubungan
pesantren
antara
santri
dengan kiai lebih bersifat fungsional.
2. Perbedaan
penyesuaian
diri
antara santri putra dan putri C. Manfaat Penelitian
Pengelolaan pesantren diserahkan kepada pengurus dan para santrinya lebih terbuka terhadap dunia luar. Berdasarkan
uraian
yang
telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
perbedaan
penyesuaian
diri santri di pondok pesantren tradisional
dan
modern
serta
menggunakan faktor jenis kelamin sebagai variabel moderator. Dari hal tersebut
dapat
ditarik
rumusan
permasalahan “apakah ada perbedaan
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Pimpinan dan Pengelola Pondok Pesantren Memberikan tentang
informasi permasalahan
penyesuaian diri yang dihadapi para santri di pondok pesantren serta faktor yang terkait yang mempengaruhinya. 2. Bagi Santri Di Pondok Pesantren
perbedaan penyesuaian diri santri di pondok pesantren tradisional dan modern?“ Maka dalam penelitian ini
Memberikan pandangan baru bagi
santri
untuk
113 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
mengembangkan
pola
TINJAUAN PUSTAKA
penyesuaian diri yang tepat di A. Penyesuaian Diri
pondok pesantren 3. Bagi
Departemen
Agama
1. Pengertian Penyesuaian Diri
(Depag)
Dalam
Dapat
dijadikan
referensi
untuk mengembangkan formulasi yang
tepat
mengenai
pengembangan kualitas pondok
jiwa,
penyesuaian diri diartikan sebagai proses
dinamika
yang bertujuan
untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara
pesantren
ilmu
dirinya
dan
lingkungan.
Penyesuaian diri dalam pengertian 4. Bagi Bidang Psikologi
ini disebut sebagai penyelarasan (adjustment) agar individu dapat
Dapat menambah khasanah pengetahuan psikologi psikologi
dalam
bidang
pendidikan islami
diterima
di
dalam
lingkungan
tertentu (Fahmy, 1999).
dan
khususnya
Gilmer
(1984)
mengenai perbedaan penyesuaian
mendefinisikan
penyesuaian
diri santri di pondok pesantren
sebagai
individu
tradisional dan modern
keseimbangan
proses
keinginan 5. Bagi Peneliti Lain Dapat
dijadikan
yang referensi
diri,
ada
antara
diri
menuju
keinginan-
stimulus-stimulus dan
kesempatan-
kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan.
Demi
mencapai
sejenis atau mengembangkan lagi
keseimbangan,
individu
berusaha
penelitian
untuk
untuk
mengadakan
ini
penelitian
sehingga
memenuhi
keinginan-
menambah wacana yang sudah
keinginannya dengan cara mengatasi
ada sebelumnya.
hambatan-hambatan
yang muncul
baik dari dalam maupun dari luar individu
dan
mencocokkan
diri
dengan keadaan yang ada. Pengertian
114 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
penyesuaian
diri
ini
berarti
menganalisis dua hal yaitu faktor dari
dalam
hubungan
diri
individu
interpersonal
ini dapat dilihat dari dua cara: (a)
Menurut
mendekati
(1983)
dari: a. Keaharmonisan diri pribadi, yaitu kemampuan
individu
menyesuaikan
lingkungannya, (b) individu tetap
pribadi
memenuhi
Kartono
aspek-aspek penyesuaian diri terdiri
keseimbangan antar inividu dengan
berusaha
yang
dimilikinya.
individu
dengan orang lain. Penyesuaian diri
yang
konsep
dan
yang merupakan hasil dari interaksi
proses
mengubah
untuk
dengan
diri
keinginanb. Keharmonisan
keinginan yang dimiliki.
dengan
lingkungan, yaitu kemampuan Piaget
(dalam
Santrock,
individu
untuk
2003) menyatakan ada dua cara
dengan
lingkungan
untuk menyesuaikan diri, yaitu:
individu tersebut tinggal, baik
a. Asimilasi. Hal ini terjadi ketika individu
menggabungkan
informasi
baru
pengetahuan
ke
dalam
yang
dimilikinya.
sudah Individu
menggabungkan perilakunya ke dalam suatu kerangka konseptual yang sudah ia miliki sebelumnya. b. Akomodasi. Hal ini terjadi ketika individu menyesuaikan dirinya terhadap informasi baru. Individu menunjukkan adanya
kesadaran
kebutuhan
akan untuk
lingkungan
menyesuaikan tempat
fisik
mupun
lingkungan sosial, konformitas positif dengan lingkungan sosial, mampu
membuat
hubungan
dengan orang lain dan menerima orang lain apa adanya c. Kemampuan ketegangan
menghadapi dan
frustasi,
termasuk
di
kemampuan
individu
melakukan pertahanan untuk
dalamnya untuk
mekanisme diri,
membuat
kemampuan rencana dan
mengorganisir respon sehingga bisa mengatasi konflik dengan
115 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
cara yang efisien, kemampuan
pelajaran agama islam dan didukung
untuk menurunkan dorongan dan
asrama sebagai tempat tinggal santri
tekanan batin dan kemampuan
yang bersifat permanen.
mengontrol emosi negatif Menurut tujuan
B. Pondok Pesantren
pendidikan
bukanlah Pondok
pesantren
adalah
gabungan dari kata pondok dan pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab yaitu kata funduk yang berarti penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia,
Dhofier
(1985), pesantren
untuk
mengejar
kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan
duniawi,
tetapi
ditanamkan kepada mereka bahwa belajar
adalah
semata-mata
kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.
khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan
pemondokan
dalam
Dalam skala nasional belum
yaitu
ada penyeragaman tentang bentuk
perumahan sederhana yang dipetak-
pesantren. Setiap pesantren memiliki
petakkan dalam bentuk kamar-kamar
ciri khusus akibat perbedaan selera
yang merupakan asrama bagi santri.
kiai dan keadaan sosial budaya
Sedangkan istilah pesantren secara
maupun
etimologis asalnya pe-santri-an yang
mengelilinginya (Qomar, 2006).
lingkungan
berarti
padepokan,
tempat
santri.
pesantren
adalah
keagamaan
yang
memberikan
mengembangkan dan menyebarkan
dari perspektif keterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, lalu membagi pesantren menjadi dua kategori yaitu pesantren tradisional
ilmu agama Islam (Nasir, 2005).
(salafi) Qomar
suatu
(2006)
tempat
pengajaran
sebagai
pendidikan
yang
yang
Dhofier (1985) memandang
lembaga
pesantren
geografis
Pondok
pendidikan dan pengajaran serta
mendefinisikan
sosial
dan
modern tradisional
pondok
(khalafi). (salafi)
pesantren Pesantren
mengajarkan
dan
pengajaran kitab-kitab islam klasik
menekankan
sebagai inti pendidikannya, tanpa
116 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
mengajarkan Sistem
pengetahuan
pendidikannya
umum.
ada
aturan
baik
menyangkut
dijalankan
manajerial, administrasi, birokrasi,
sorogan,
struktur, budaya dan kurikulum.
secara
Selain itu, kiai merupakan pemimpin
individual dari kyai kepada santri,
yang kharismatik sehingga santri
diberikan kepada santri yang telah
akan selalu memandang kiai sebagai
menguasai pembacaan Al-qur’an; (b)
orang
sistem
dihormati (Zakiah, 2004).
melalui:
(a)
pengajaran
sistem dilakukan
bandongan
atau
weton,
sekelompok
santri
mendengarkan
seorang
kyai
membaca,
menerjemahkan, menerangkan dan seringkali
mengulas
buku-buku
Islam dalam bahasa Arab. Setiap santri membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang katakata atau buah pikiran yang sulit. Selain itu, menurut Bashori (2003) dalam
kebanyakan
pesantren
tradisional tidak memberikan ijazah sebagai tanda keberhasilan belajar, melainkan ditandai oleh prestasi kerja yang diakui oleh masyarakat, kemudian direstui oleh kyai pondok
pesantren
modern kitab kuning tidak lagi menjadi referensi utama. Sehingga peranan kiai menjadi berkurang. Hubungan antara santri dengan kiai lebih
bersifat
fungsional.
Pengelolaan pesantren diserahkan kepada pengurus dan para santrinya lebih terbuka terhadap dunia luar. Dalam pondok pesantren modern (khalafi)
telah
pengajaran
pengetahuan
memasukkan umum
madrasah-madrasah
yang
dikembangkan atau membuka tipe-
kelas.
lingkungan
tidak
dan
adalah hal yang wajib, di pesantren
tipe
siswa
ditaati
tradisional pengajaran kitab kuning
tradisional tidak mengenal sistem Kemampuan
mutlak
Jika di pondok pesantren
dalam Dalam
yang
sekolah
umum
pesantren.
di
dalam
Pengajaran
dilihat dari kelas berapa, tapi dilihat
diberikan secara klasikal (dibagi ke
dari kitab apa yang ia baca (Qomar,
dalam
2006). Menurut Wahid (2001) di
sekolah umum (Bashori, 2003).
pondok pesantren tradisional tidak
kelas)
seperti
halnya
di
117 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Ali
(2006)
bahwa
saat
pengembangan (sekolah
mengatakan ini
banyak
pendidikan
lama
menjadi
model
umum)
sehingga sudah memiliki kesiapan mental
untuk
tersebut.
menghadapi
hal
Perubahan-perubahan
situasi yang akan dihadapi individu
pendidikan baru yang merupakan
antara
hasil
antara
perpindahan
tradisi
perubahan iklim, perubahan pelajar
perkawinan
sekolah/madrasah pesantren.
dengan
Sebagaimana
sekolah
lain:
menjadi
bertambahnya tempat
usia,
tinggal,
mahasiswa,
perubahan
umum, pada siang hari anak-anak
tempat tinggal semula di rumah
bersekolah.
Selepas
itu,
menjadi
melakukan
kegiatan
sebagaimana
kehidupan
di
dunia
mereka
tinggal
sebagainya.
di
asrama dan
Oleh
karena
itu,
pesantren.
dibutuhkan kemampuan penyesuaian
Pesantren model baru tersebut tentu
diri yang baik dalam menghadapi
saja berbeda dengan model pesantren
berbagai perubahan tersebut.
tradisional yang secara ideologis Penyesuaian
lebih dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Pesantren tradisional, menurut Dhofier (1985), digunakan untuk memelihara
dan
ideologi
Islam
mengembangkan tradisional.
Sedangkan pesantren model baru ini digunakan untuk mendorong dan menyemarakkan
tradisi
ijtihad
proses
keinginan ada
menuju
antara
diri,
adalah
keinginan-
stimulus-stimulus dan
kesempatan-
kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan.
Demi
mencapai
keseimbangan,
individu
berusaha
untuk
(pembaharuan) Islam.
individu
keseimbangan
yang
diri
memenuhi
keinginan-
keinginannya dengan cara mengatasi C. Perbedaan Penyesuaian Diri
hambatan-hambatan
yang muncul
Santri di Pondok Pesantren
baik dari dalam maupun dari luar
Tradisional dan Modern
individu
dan
mencocokkan
diri
dengan keadaan yang ada. Pengertian Di
sepanjang
hidupnya
individu akan banyak mengalami perubahan-perubahan
situasi,
penyesuaian
diri
ini
berarti
menganalisis dua hal yaitu faktor
118 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
dari
dalam
hubungan
diri
individu
interpersonal
dan
mengikuti
kegiatan-kegiatan
di
individu
pondok pesantren, mulai bangun
yang merupakan hasil dari interaksi
tidur hingga tidur kembali diatur
dengan orang lain. Penyesuaian diri
sedemikian rupa sehingga tidak ada
ini dapat dilihat dari dua cara: (a)
waktu yang terbuang percuma. Yang
proses
mendekati
kemudian menjadi masalah adalah
keseimbangan antar individu dengan
adanya santri yang tidak mampu
lingkungannya, (b) individu tetap
menyesuaikn
berusaha
pesantren.
yang
memenuhi
keinginan-
diri
di
pondok
keinginan yang dimiliki (Gilmer, Permasalahan
1984).
penyesuaian
diri santri di pondok pesantren Ada berbagai faktor yang mempengaruhi
penyesuaian
pernah diteliti oleh Yuniar (2005) di
diri
Pondok Pesantren Modern Islam
individu, antara lain: (a) kondisi dan
(PPMI) Assalam Surakarta. Bahwa
konstitusi fisik, (b) kematangan taraf
setiap tahunnya 5-10% dari santri
pertumbuhan dan perkembangan, (c)
baru di PPMI Assalam Surakarta
determinan psikologis, (d) kondisi
mengalami
lingkungan sekitar, dan (e) faktor
melakukan proses penyesuaian diri,
adat istiadat, norma-norma sosial,
seperti
religi dan kebudayaan (Kartono,
pelajaran, tidak bisa tinggal di
2003).
asrama karena tidak bisa hidup
tidak
terpisah Ketika individu masuk ke dalam lingkungan baru, ada sejumlah norma atau aturan yang harus ia taati.
masalah
dalam
mampu
dengan
mengikuti
orang
tua,
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar
aturan
pondok
dan
sebagainya.
Seperti halnya di pondok pesantren, pada tahun pertama santri akan
Dari hasil penelitian Yuniar
mengalami proses penyesuaian diri
tersebut
dengan
mempengaruhi
kehidupan
yang
sangat
faktor-faktor penyesuaian
yang diri
berbeda dengan kehidupannya di
santri antara lain: (1) motif yang
rumah. Setiap hari santri wajib
melandasi
masuknya
santri
ke
119 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
pesantren;
(2)
persiapan;
(3)
(individual). Sedangkan pesantren
pengetahuan dan pengalaman; (4)
modern
latar belakang budaya; (5) pengaruh
pengajaran
lingkungan pesantren: (a) fasilitas,
dalam
(b) peran ustadz ustadzah, (c) kontrol
dikembangkan atau membuka tipe-
terhadap pelaksanaan peraturan, (d)
tipe
pemahaman
lingkungan
dan
penguasaan
telah
memasukkan
pengetahuan
umum
madrasah-madrasah
sekolah
umum
di
pesantren,
yang
dalam dengan
pelajaran, (e) kegiatan, dan (f)
metode pembelajaran menggunakan
pergaulan dengan teman-teman.
sistem klasikal.
Salah
satu
mempengaruhi
faktor
yang
penyesuaian
diri
Dalam kehidupan sehari-hari, di
pondok
pesantren
tradisional
adalah kondisi lingkungan sekitar,
kharisma dan kepribadian kiai sangat
baik lingkungan fisik maupun sosial.
berpengaruh terhadap santri. Sikap
Kondisi lingkungan yang berbeda
hormat,
dalam masing-masing tipe pesantren
mutlak kepada kiai adalah salah satu
bisa
permasalahan
nilai pertama yang ditanamkan pada
penyesuaian diri yang berbeda pula.
setiap santri (Bruinessen, 1994).
Menurut umum
memunculkan
Dhofier pondok
takzim
(1985),
secara
Sedangkan
pesantren
dibagi
modern,
di
dan
pondok
hubungan
kepatuhan
pesantren
antara
santri
menjadi dua yaitu pondok pesantren
dengan kiai lebih bersifat fungsional.
tradisional
pondok
Pengelolaan pesantren diserahkan
(khalafi).
kepada pengurus dan para santrinya
pesantren
(salafi)
dan
modern
Pesantren tradisional mengajarkan
lebih terbuka terhadap dunia luar.
pengajaran kitab-kitab islam klasik Secara kodrat laki-laki dan
sebagai inti pendidikannya dan tanpa mengenalkan
pengajaran
pengetahuan
umum.
Metode
pondok
pesantren
pengajaran
di
tradisional
menggunakan
sistem
bandongan (kelompok) dan sorogan
perempuan
berbeda
dari
fisik
maupun psikologis. Hal ini bisa menyebabkan
perbedaan
kemampuan penyesuaian diri pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hawari
(1997),
perempuan
120 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
mempunyai
kemampuan
penyesuaian diri yang lebih baik
penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
daripada laki-laki. Hal senada juga diungkapkan Kartono (1992), bahwa pada hakikatnya perempuan lebih bersifat
heterosentris
dan
lebih
sosial, karena itu lebih ditonjolkan sifat sosialnya. Perempuan lebih
1. Ada perbedaan penyesuaian diri santri pada pondok pesantren tradisional dan modern 2. Ada perbedaan penyesuaian diri antara santri putra dan putri
tertarik pada kehidupan orang lain terutama pada penderitaan orang lain.
Sedangkan
laki-laki
lebih
tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak, lebih egosentris atau self oriented, lebih suka berpikir objektif dan esensial.
laki-laki berpegang pada prinsipprinsip yang lebih rasional daripada emosional. Sedangkan perempuan sering
menggunakan
penyaluran emosi dan cenderung cara-cara
tidak
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe pondok pesantren (tradisional dan modern) sebagai variabel bebas, penyesuaian diri sebagai variabel tergantung serta
Dalam menghadapi masalah
lebih
METODE
langsung
dalam
penyelesaian masalah dengan cara
jenis
kelamin
sebagai
variabel
moderator. Subjek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren AlMuayyad
Surakarta,
Pondok
Pesantren An-Na’im Ajisoko Sragen dan Pondok Pesantren Salamah Wa Barakah Sragen.
menghindarinya (Hawari, 1997). Penelitian ini menggunakan D. Hipotesis
metode angket yakni berupa skala
Berdasarkan
pembahasan
penyesuaian diri yang disusun dan
telah
diujicobakan oleh Ulfah (2006).
dikemukakan di atas, maka dalam
Skala tersebut berdasarkan pada teori
kerangka
teori
yang
aspek-aspek penyesuaian diri yang
121 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
dikemukakan oleh Kartono (1983), yaitu:
1. Laki-laki
a. Penyesuaian pribadi
2. Perempuan
b. Penyesuaian sosial c. Kemampuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menghadapi
ketegangan
analisis
Hasil
anava
dua
jalur
diperoleh nilai F A = 42,082 dengan p
Analisis data yang digunakan adalah
B : Jenis kelamin
statistik
dengan
analisis varian (anava) dua jalur. Adapun rancangannya dapat dilihat
= 0,001 atau p < 0,01. Hal ini berarti ada perbedaan yang sangat signifikan pada penyesuaian diri antara santri di pondok pesantren tradisional dan modern. Nilai rerata penyesuaian diri
pada Tabel 1:
pada
tipe
pondok
pesantren
Tabel 1. Rancangan Anava Dua
tradisional (A1) sebesar 138,413
Jalur
(tinggi) dan nilai rerata pada tipe
Variabel (Y)
A A1
pondok A2
pesantren
modern
(A2)
sebesar 116,860 (sedang). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
B
B1 B2
penyesuaian diri pada santri di pondok pesantren tradisional lebih baik daripada santri di pondok modern.
Keterangan: Y : Penyesuaian diri
Salah mempengaruhi
satu
faktor
penyesuaian
yang diri
adalah adat istiadat dan norma sosial A : Tipe pondok pesantren 1. Pondok pesantren tradisional 2. Pondok pesantren modern
(Kartono, 1983). Berdasarkan teori tersebut, ada perbedaan yang cukup tajam
antara
pondok
pesantren
tradisional dan modern. Perbedaan
122 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
tersebut dapat dilihat dari hubungan
2005). Kedua hal tersebut dapat
antara kiai dengan santri. Di pondok
dilihat pada metode pembelajaran
pesantren tradisional, kharisma dan
yang
kepribadian kiai sangat berpengaruh
pesantren tradisional dan modern. Di
terhadap santri. Sikap hormat, takzim
pondok pesantren tradisional, jumlah
dan kepatuhan mutlak kepada kiai
santri yang sedikit serta metode
adalah salah satu nilai pertama yang
pembelajaran
ditanamkan
santri
sorogan dan bandongan semakin
(Bruinessen, 1994). Hal itu juga
memudahkan kiai untuk mengontrol
diperkuat oleh Zakiah (2004), bahwa
santri satu persatu, baik pengontrolan
kiai
dalam
pada
merupakan
setiap
pemimpin
yang
berbeda
hal
antara
pondok
individual
peningkatan
yakni
belajar
kharismatik sehingga santri akan
maupun perilaku santri. Sedangkan
selalu memandang kiai sebagai orang
di pondok pesantren modern jumlah
yang mutlak ditaati dan dihormati.
santri terlalu banyak dengan sistem
Oleh karena itu, penyesuaian diri
klasikal menyulitkan pengontrolan
santri
terhadap
di
pondok
tradisional
pesantren
dilandasi
oleh
masing-masing
Pengontrolan
terhadap
santri.
santri
di
internalisasi nilai yang cukup kuat
pondok pesantren modern diserahkan
dari kiai, sehingga muncul kesadaran
kepada pengurus pondok pesantren.
yang besar pula dalam diri santri untuk
mematuhi
aturan
Banyaknya santri di pondok
pondok
pesantren. Sedangkan di pondok pesantren modern hubungan antara santri dengan kiai lebih bersifat fungsional dan para santrinya lebih
pesantren tradisional yang berasal dari
daerah
sekitar
pondok,
menyebabkan santri lebih mudah menyesuaikan
diri
di
pondok
pesantren. Hal itu karena sebelum
terbuka terhadap dunia luar.
masuk pondok pesantren santri sudah Peran ustadz/ustadzah serta kontrol
terhadap
peraturan penyesuaian
dapat diri
mengenal daerah lingkungan pondok
pelaksanaan
yang tidak terlalu jauh dengan
mempengaruhi
rumahnya, baik lingkungan fisik,
santri
(Yuniar,
sosial serta adat istiadat masyarakat
123 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
sekitar pondok yang tidak jauh
Hasil selanjutnya diperoleh
berbeda dengan latar belakang santri.
nilai F B = 12,252 dengan p = 0,001
Dengan kata lain, penyesuaian diri
atau p < 0,01. Hal ini berarti ada
mereka menggunakan cara asimilasi
perbedaan penyesuaian diri yang
yakni
sangat signifikan antara santri putra
individu
informasi
menggabungkan
baru
ke
dalam
dan putri. Nilai rerata penyesuaian
pengetahuan yang sudah dimilikinya.
diri pada santri putra (B1) sebesar
Individu
menggabungkan
132,876 dan nilai rerata penyesuaian
perilakunya ke dalam suatu kerangka
diri pada santri putri (B2) sebesar
konseptual yang sudah ia miliki
121,255.
sebelumnya (Piaget dalam Santrock,
disimpulkan bahwa penyesuaian diri
2003).
pada santri putra lebih baik daripada Santri di pondok pesantren
modern yang kebanyakan dari luar Surakarta
harus
belajar
Sehingga
dapat
santri putri. Dari hasil analisis tersebut diketahui
bahwa
kemampuan
menyesuaikan diri dengan daerah
penyesuaian diri santri putra lebih
sekitar
tinggi daripada santri putri. Hal ini
pondok
pesantren,
baik
penyesuaian dalam hal lingkungan
tidak sesuai dengan teori
fisik, lingkungan sosial serta adat
dikemukakan Hawari (1997) bahwa
istiadat
yang
perempuan mempunyai kemampuan
belum mereka kenal. Dalam hal ini,
penyesuaian diri yang lebih baik
mereka
cara
daripada laki-laki. Selain itu, pada
individu
hakikatnya perempuan lebih bersifat
terhadap
heterosentris dan lebih sosial, karena
Individu
itu lebih ditonjolkan sifat sosialnya
masyarakat
sekitar
menggunakan
akomodasi menyesuaikan informasi
yakni dirinya baru.
menunjukkan kesadaran akan adanya
yang
(Kartono, 1992).
kebutuhan untuk mengubah konsep yang
dimilikinya
Santrock, 2003).
(Piaget
dalam
Adanya
ketidaksesuaian
antara hasil penelitian dengan teori karena faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri lebih dipengaruhi
124 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
oleh diri santri sendiri yang meliputi:
tradisional dikarenakan tidak aturan
(1) motif yang melandasi masuknya
yang jelas tentang administrasi dan
santri ke pesantren; (2) persiapan; (3)
birokrasi (Wahid, 2001). Artinya,
pengetahuan dan pengalaman; (4)
pihak
latar belakang budaya. Selain itu dari
menyediakan waktu khusus dalam
faktor lingkungan pondok pesantren
hal
yang meliputi (1) fasilitas, (2) peran
melainkan
ustadz ustadzah, (3) kontrol terhadap
pesantren menerima santri baru.
pelaksanaan
(4)
Dalam penelitian ini, santri tinggal di
penguasaan
pondok pesantren berkisar antara 1
pelajaran, (5) kegiatan, dan (6)
bulan hingga 1 tahun. Santri putra
pergaulan
yang sudah 1 tahun tinggal di
peraturan,
pemahaman
dan
dengan
teman-teman
(Yuniar, 2005).
pondok
pendaftaran setiap
pesantren
santri saat
tidak
baru, pondok
pondok pesantren sebanyak 66,7%, lebih banyak dibandingkan santri
1
Hasil analisis uji-t antar A 1 B
putri sebanyak 45,5%. Sedangkan
-A 1 B 2 sebesar 3,022 dengan p =
yang tinggal 10 bulan dan yang
0,004 atau p < 0,01. Hal ini berarti
lainnya lebih banyak santri putri.
ada perbedaan penyesuaian diri yang
Hasil analisis uji-t antar A 2 B
sangat signifikan antara santri putra 1
dan
putri
di
pondok
pesantren
tradisional. Dalam penelitian ini penyesuaian diri santri putra lebih baik daripada santri putri. Hal ini dapat dilihat dari mean empirik santri putra sebesar 145,208 dan mean empirik santri putri sebesar 131,000. Berdasarkan tersebut,
adanya
hasil
-A 2 B 2 sebesar 1,778 dengan p =
0,075 atau p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan penyesuaian diri antara santri putra dan putri di pondok pesantren modern. Mean empirik santri putra sebesar 121,040 dan mean empirik santri putri sebesar 112,680.
analisis
perbedaan
penyesuaian diri antara santri putra dan putri karena di pondok pesantren
Di pondok pesantren modern, sudah
ada
kejelasan
mengenai
administrasi dan birokrasi. Jika di pondok pesantren tradisional setiap
125 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
saat santri bisa mendaftar, di pondok
pesantren
pesantren modern ada waktu tertentu
motivasi yang cukup kuat bahwa
penerimaan santri baru, yakni saat
mereka ingin mendalami agama dan
pergantian tahun pelajaran. Oleh
tanpa ada paksaan dari orang lain.
karena itu, tidak adanya perbedaan
Selain itu, adanya upaya dari pihak
penyesuaian diri antara santri putra
pondok
dan
menciptakan
putri
di
modern,
pondok
pesantren
disebabkan
adanya
waktu
masuk
keseragaman
saat
pondok pesantren antara santri putra
mereka
sudah
pesantren suasana
punya
dalam lingkungan
yang kondusif bagi para santrinya. SIMPULAN
dan putri. Di samping itu, semua
Berdasarkan
data
yang
santri baik putra maupun putri
diperoleh dan hasil analisis data
bersekolah di SMP maupun SMA
dapat
yang sama sehingga semua santri
perbedaan penyesuaian diri yang
berada pada lingkungan yang sama
sangat signifikan antara santri di
dan dengan peraturan yang sama
pondok pesantren tradisional dan
pula.
modern. Penyesuaian diri santri di Mean empirik penyesuaian
diri sebesar 127,188 dan mean hipotetik sebesar 115. Berdasarkan hal
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa penyesuaian diri santri di pondok pesantren tradisional maupun
data
tersebut
dapat dikatakan bahwa santri sudah merasa cukup nyaman tinggal di pondok
pesantren
(1)
Ada
pondok pesantren tradisional lebih baik daripada santri di pondok pesantren
modern.
(2)
Ada
perbedaan penyesuaian diri yang snagat signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Penyesuaian diri pada santri putra lebih baik daripada santri putri.
modern tergolong sedang. Berdasarkan
disimpulkan:
tanpa
ada
permasalahan yang berarti. Hal itu karena dari awal masuk pondok
DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad. Juni 2006. Ketika Muhammadiyah Melirik Pesantren. Suara Muhammadiyah. Bashori, Khoirudin. 2003. Problem Psikologis Kaum Santri:
126 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Resiko Insekuritas Kelekatan. Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama. Bruinessen, Martin Van. 1994. NU: Tradisi Relasi-Relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru. Yogyakarta: LKIS. Dhofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiyai. Jakarta: LP3ES. Gilmer. 1984. Applied Psychology: Adjusment in Living and Work (2nd edition). New Delhi: Tata Mc Braw Hill Publishing Company Ltd. Kartono, K. 1983. Psikologi Umum. Jakarta: Mandar Maju. Nasir,
Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Qomar, Mujamil. 2006. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. 2003. Adollescence: Perkembangan Remaja (diterjemahkan oleh Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.
Ulfah, Nurtika. 2006. Kemampuan Adaptasi Santri Ditinjau dari Pola Attachment. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Wahid, 2001. Menggerakkan Tradisi Pesantren. Yogyakarta: LkiS. Yuniar, Mizar, Zaenal Abidin dan Tri Puji A. 2005. Penyesuaian Diri Santri Putri Terhadap Kehidupan Pesantren (Studi Kualitatif pada Madrasah Takhasusiyah Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta). Jurnal Psikologi UNDIP vol.2, no.1, hal.10-17. Zakiah, Loubna dan Faturochman. 2004. Kepercayaan Santri pada Kiai. Buletin Psikologi Tahun XII, No. 1, Hal. 33-43.