PELAKSANAAN INTEGRASI PESANTREN SALAF (TRADISIONAL) DAN KHALAF (MODERN) DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh Sandy Meylaz 109011000134
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Sandy Meylaz, NIM 109011000134. “Pelaksanaan Integrasi Pesantren Salaf dan Khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan Islam di dalam pesantren sangat menarik untuk dikaji, dikarenakan pertama, banyaknya anggapan terhadap kualitas pendidikan Islam di pesantren yang menyatakan bahwa pesantren adalah pendidikan Islam yang kolot tidak selaras dengan perkembangan era modern saat ini, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang strategis dan urgent dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam di dalam pesantren, misalnya dengan cara melakukan kolaborasi pendidikan pesantren tradisional dengan pesantren modern, kedua, pesantren perlu mengadakan pengembangan agar dapat memenuhi harapan masyarakat, ketiga, pada era globalisasi yang ditandai dalam kemajuan IPTEK, sehingga pendidikan di dalam pesantren melakukan penyesuaian dengan cara pengembangan, agar pendidikan Islam dan pesantren tetap eksis dan diminati masyarakat di era modern ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menganalisis mengenai pelaksanaan kolaborasi Pendidikan salafy dan modern di Pondok Pesantren Qotrun nada Depok. Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara atau pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan atau dokumentasi lainnya, kemudian data tersebut dibaca, dipelajari secara cermat dan didiskripsikan memberikan gambaran, penafsiran dan uraian. Dari penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan Pendidikan di Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah dalam pelaksanaan pendidikan Islam ada dua hal yang penulis tuliskan dalam skripsi ini yaitu 1. pelaksanaan yang dilakukan di Pesantren Qotrun Nada dengan asal merespon perkembangan zaman pada saat ini 2. hasil waancara dengan pengasuh Pondok Pesantren yang menjadi perhatian didalam pelaksanaannya pelaksanaan kolaborasi 2 pendidikan tersebut. Ketika wawancara dengan penulis beliau menyebutkan bahwa yang menjadi dasar dan tetap survivenya lembaga pesantren dalam menerapkan sistem tersebut adalah faktor keistiqomahan dan keikhlasan serta SDM yang cukup memadai. Adapun pengembangan sistem pendidikan di dalam pesantren meliputi pengembangan aspek kependidikan dengan memasukan pelajaran umum di pesantren, tidak hanya disitu saja, melainkan dengan memadukan dua sistem pendidikan tradisional dan modern, begitu juga dalam manajemen pesantren, sehinnga mengetahui inti dari tujuan pesantren khususnya.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan cinta dan tadzim terhaturkan kepada baginda Muhammad saw. Puncak kecintaan kita kepada baginda Rasul semoga menghatarkan kita menjadi hamba yang istiqomah menjalankan sunah dan ajarannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Abdul Majid Khon, MA Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Marhamah Shaleh, MA, Lc, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Dimyati, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi ini
iv
5. Kedua Orangtuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Zawawi dan Ibunda Suanah yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, doa, dan dukungan moril, spiritual maupun material yang tiada henti. Terima kasih semua atas jasamu, semoga apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin. 6. Drs. K.H. Burhanuddin Marzuki, sebagai pengasuh pondok pesantren Qotrun Nada, beserta staf pondok pesantren Qotrun Nada yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti. 7. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 9. Teman-teman PAI angkatan 2009, terutama PAI D yang sama-sama telah memberikan doa’a, saran dan krtik dalam penulisan skripsi ini. Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih dari penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.
Jakarta, 18 Februari 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ i SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv DAFTAR ISI ........................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ..................................................................... vii LAMPIRAN ............................................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi masalah ................................................................................. 7 C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8 D. Perumusan Masalah ................................................................................ 8 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Pondok Pesantren ................................................................................ 10 1. Pengertian Pondok Pesantren ............................................................. 10 2. Tujuan Pondok Pesantren................................................................... 14 3. Elemen-elemen Pondok Pesantren .................................................... 15 4. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren ......................................... 19 5. Pengembangan Kurikulum Pesantren ............................................... 20 6. Metode Pembelajaran Pesantren ........................................................ 27 B. Pesantren Salaf dan Khalaf (Modern)................................................ 27 1. Pengertian Pesantren Salaf ................................................................ 27 2. Ciri khas dan kurikulum Pesantren Salaf........................................... 28
vi
3. Pengertian Pesantren khalaf (Modern) .............................................. 34 4. Ciri khas dan kurikulum pesantren modern ...................................... 38 C. Kajian Yang Relevan ........................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 42 B. Metode Penelitian .................................................................................. 42 C. Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................... 43 D. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 46 E. Analisis Data ........................................................................................... 47 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Qotrun Nada ........................ 48 1. Letak Geografis Pondok Pesantren Qotrun Nada .............................. 48 2. Sejarah Singkat.................................................................................. 48 3. Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada ............................................... 52 B. Struktur Organisasi .............................................................................. 54 C. Tugas dan Fungsi Organisasi .............................................................. 55 D. Dasar dan Tujuan ................................................................................. 60 E. Kolaborasi Pendidikan Salaf dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun nada .......................................................................................... 64 F. Sistem Pengajaran,Kurikulum, Evaluasi dan Managemen Administrasi .......................................................................................... 72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ 85 B. Implikasi................................................................................................. 86 C. Saran ……..…………………………………………………………… 86 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 88 LAMPIRAN-LAMPIRA
vii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN No 4.1
Judul JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH TSANAWIYAH
Hal 77
JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH ALIYAH 4.2
79
4.3 JADWAL PELAJARAN IDHOFI KELAS TAKHASUS
80
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Surat Permohonan izin Penelitian
Lampiran II
Surat keterangan telah melakukan Penelitian/Observasi
Lampiran III
Hasil Wawancara
Lampiran IV
Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada
Lampiran V
Surat keterangan uji referensi
Lampiran VI
Surat Pernyataan Jurusan
Lampiran VII
Surat Bimbingan Skripsi
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena pendidikan
merupakan
proses
usaha
melestarikan,
mengalihkan,
serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada
generasi
penerus.1
Demikian
pula
dengan
pendidikan
Islam,
keberadaannya merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam yang bisa melestarikan, mempertahankan serta mengembangkan nilai-nilai Islam kepada generasi penerus sehingga kultural religius tetap dapat berfungsi pada generasi pendidikan Islam khususnya dan masyarakat umumnya. Berbicara pendidikan Islam tersebut, di Indonesia memang terdapat banyak jenis dan bentuknya. Seperti: Sekolah, Masjid, Majlis taklim, dan Pondok Pesantren. Akan tetapi dalam skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang pendidikan Islam yang berada di Pondok Pesantren. Membicarakan Pesantren atau Pondok Pesantren sebagai lembaga Pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Karena Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional telah lama tumbuh dan berkembang di Indonesia jauh sebelum sekolah-sekolah umum memasuki wilayah pedesaan, jauh sebelum sekolah-sekolah umum atau madrasah-madrasah berdiri.2 Pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam Tradisional tertua di Jawa, sudah sering menjadi objek penelitian, khususnya mereka yang berminat mendalami sejarah perkembangan Islam di Jawa, Brumund telah menulis sebuah buku tentang sistem pendidikan Islam di Jawa pada tahun 1875, kemudian diikuti oleh sejumlah sarjana lain seperti Clifford Ceetz, Karl Steenbrink, Martin Van Bruineesen dan zamarkhsyari Dhofier dengan masing-masing karyanya. Namun, menurut professor Johns sebagaimana dikutip oleh Dhofier bahwa penelitian yang 1
H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2009), hal.8 2 Syafi’i Noor, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional, (Jakarta:Prenada, 2009), hal.15
1
2
dilakukan oleh para sarjana kebanyakan mereka menggambarkan tentang kehidupan Pesantren hanya menyentuh aspek kesederhanaan bangunan-bangunan dalam lingkungan pesantren, kesederhanaan cara hidup para Santri, kepatuhan mutlak para Santri kepada kyainya dan dalam beberapa hal, pelajaran-pelajaran dasar mengenai kitab-kitab Islam klasik.3 Dalam hal pembinaan dan pengembangan suatu bentuk kehidupan keagamaan yang bernuansa tradisional ditengah-tengah masyarakat. Dan dengan visi dan misi berdirinya sebuah Pesantren yang menyebarluaskan produk para ulama terdahulu. Dalam operasional pengajarannya menganut sistem tertentu yang unik, yang sudah mentradisi secara turun menurun. Dengan demikian kondisi seperti ini menjadikan peran pesantren menjadi amat penting dalam menumbuhkan nilainilai keagamaan tradisional dalam berbagai perilaku sosial dan moral masyarakat. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional dalam fungsinya sebagai tempat pengajaran ilmu pengetahuan, pembentukan watak, dan pelestarian tradisi keagamaan, memang dihadapkan pada tantangan yang amat serius. Bahkan fungsi tradisionalnya seperti transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, pemeliharaan tradisi Islam, dan reproduksi ulama harus diupayakan pengembangannya. Ini dimaksud agar pesantren tetap survive dalam menghadapi modernisasi, khususnya dalam sstem pendidikan modern.4 Pesantren atau Pondok Pesantren merupakan instusi Pendidikan Islam tradisonal yang dewasa ini banyak mendapatkan perhatian baik dari kalangan swasta maupun pemerintah. Banyak kajian dan penelitian di fokuskan kepada Pesantren dalam rangka mencoba menggali lebih dalam tentang apa yang “sebenarnya” terjadi dengan Pesantren, seperti sistem dan kurikulum pendidikan yang diterapkan, adat kebiasaan santri, pengaruh pesantren terhadap Masyarakat sekelilingnya, juga keterlibatan kyai sebagai pemegang otoritas Pesantren.5
3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta:LP3ES,2011) Cet. IX, h.38 4 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 10 5 Ahmad Munjin, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, (Kediri: P.P Lirboyo, 2002), h. 1.
3
Sebagai bagian dari pendidikan, Pesantren mempunyai watak utama yaitu sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kekhasan tersendiri. Pesantren memiliki tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan yang ada pada lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti Madrasah atau sekolah. Salah satu ciri utama Pesantren yang membedakan dengan lembaga pendidikan Islam lainnya adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai kurikulumnya. Kitab kuning dapat dikatakan menempati posisi yang istimewa dalam tubuh kurikulum di Pesantren, Karena keberadaannya menjadi unsur utama dalam diri Pesantren, maka sekaligus sebagai ciri pembeda Pesantren dari pendidikan Islam lainnya..6 Pada mulanya Pesantren memiliki sistem pendidikan sendiri yang bersifat independen.
Akan
tetapi
dewasa
ini
pesantren
menghadapi
tantangan
pembangunan, kemajuan, pembaharuan, seta tantangan keterbukaan dan globalisasi. Pesantren diharapkan mampu bertahan, mengembangkan diri dan menempatkan diri dalam sistem pendidikan Nasional Indonesia secara keseluruhan. akhirnya pesantren berusaha mengadopsi sistem pendidikan modern.7 ada banyak pesantren di Indonesia ini yang yang mengadopsi pendidikan formal seperti yang diselenggarakan pemerintah, hinnga saat ini banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistep pesantren atau boarding school. Fenomena ini menunjukkan adanya pengaruh timbal balik antara sistem pendidikan nasional dengan sistem pendidikan pesantren. Dalam menapaki dinamika perubahan yang terjadi, pengembangan sistem Pesantren yang efektif dan efesien mutlak di butuhkan, sebagaimana pendapat Abdurrahman Wahid bahwa kurikulum Pesantren harus dikemas secara mandiri, karena perbedaannya dengan lembaga pendidikan konvensional pada umumnya. Untuk
kepentingan
tersebut,
tulisan
ini
akan
mengurai
bagaimana
mengembangkan pendidikan pesantren dalam rangka mengapresiasi, mensiasati perkembangan dan perubahan zaman yang mampu menjaga karakter dan keunikan pesantren salafi sebagai ciri khas sistem pendidikan pribumi. Dengan demikian, 6
Zamakhsyari Dhofir, op. Cit., h.86 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga,t.t), hal. 166 7
4
tulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan (contribution of knowledge) dalam mengembangkan sistem Pesantren yang contextual, sehingga Pesantren mampu menancapkan pengaruhnya di tengah masyarakat. Pada pertengahan abad XX, lembaga pendidikan Islam tradisional ini banyak melakukan ekspresi dari wilayah pedesaan ke berbagai wilayah perkotaan. Fenomena ini bertentangan dengan tradisi berdirinya Pesantren yang umumnya dirintis di daerah pedesaan.8 Masyarakat kota dengan pola kehidupan dan kultur yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, jelas menuntut pada lembaga Pesantren untuk mengupayakan berbagai pembaharuan dengan tidak sepenuhnya meninggalkan ciri tradisionalnya. Dalam perkembangan terakhir, akibat persentuhan dengan pola-pola pendidikan modern, banyak Pesantren tradisional/salafiah yang memperlihatkan perubahan-perubahan model. Perubahan itu dilakukan pesantren sebagai respon terhadap perkembangan dunia pendidikan dan perubahan sosial, yang tercangkup diantaranya: (1) pembaharuan substansi atau isi pendidikan Pesantren, yaitu dengan memasukkan subjek umum dan vocational, (2) pembaharuan metodologi seperti klasikal dan penjenjangan.9 Seiring perjalanan waktu membawa kesadaran baru bagi pemimpin pesantren. Tuntutan sosial-kultural, sosio-ekonomi, dan sosio-politik yang selalu berubahubah membuka tabir yang menghalangi wawasan kiai dan ustadz serta memaksa mereka untuk segera mengadakan pengembangan pendidikan di Pesantren.10 Termasuk didalamnya mengenai metode dan kurikulum yang dipandang kurang relevan dengan tuntutan zaman. Dan akhirnya, semua penjelasan diatas dapat dikategorikan sebagai potensi Pesantren yang bisa dikembangkan secara optimal, sehingga menjadi instuisi yang berperan aktif dalam memperdayakan generasi Bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan Islam sehingga dapat memberikan gairah ataupun semangat bagi santri dalam belajar. Dalam upaya untuk mempertahankan eksistensinya, tidak hanya 8
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), hlm. 21 A. Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 172 10 Mujamil Qomar, ibid, hlm. 148 9
5
dalam bekal ilmu agama yang harus dimiliki santri melainkan ilmu yang menjadi tuntutan kekinian yang semakin mengglobal. Dan juga
yang menjadi dasar
masalah yang harus dikaji karena ada beberapa pesantren yang masih ttap mempertahankan model salafnya, contohnya Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, begitupun ada Pesantren yang telah melaksanakan modernisasi dengan menyatukan antara pesantren salaf dan modern, akan tetapi berjalannya waktu, tidak mampu bertahan lama. Dengan adanya peristiwa seperti itu, penulis mencoba menganalisis pelaksanaan Integrasi Pesantren Salaf dan khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada, yang sampai saat ini masih tetap suvive dalam mengintegrasikan pesantren Salaf dan Modern. Tentunya ini merupakan strategi Pendikan Islam di dalam Pesantren dengan menekankan kepada anak didik tidak hanya ilmu ukhrawi yang dituntut begitupun ilmu duniawi. Tetapi harus memadukan antara tafaqquh fi al-din dan penguasaan ilmu pengetahuan umum. Seperti yang ditujukan Allah dalam firmanNya dalam surat Al-Qoshos ayat 77 antara lain. :
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
6
Untuk mengungkapkan berbagai hal diatas dilakukan penelitian pustaka dan lapangan ke Pondok Pesantren Qotrun Nada, Depok, Jawa Barat. Sehubungan dengan
ini
penulis
mengambil
judul.
“PELAKSANAAN
INTEGRASI
PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA” Pesantren Qotrun Nada termasuk Pesantren yang boleh dikatakan ternama di kota Depok. Di dalam skripsi ini tentang sejarah Pesantren Qotrun Nada disebutkan, bahwa diseluruh daerah depok terdapat kurang lebih 83 buah Pesantren besar dan kecil. dan Pesantren Qotrun Nada adalah Pesantren yang dilihat dari segi jumlah Santrinya termasuk Pesantren yang mempunyai Santri yang banyak mencapai 1600 Santri, dan santri semuanya wajib mukim berasal dari daerah sekitar, juga datang dari berbagai daerah di Indonesia.11 Pondok Pesantren Qotrun Nada didirikan pada tahun 1996 oleh K.H Burhanuddin Marzuki setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di berbagai pesantren dan gelar sarjana S 1. Dengan pendidikan agama yang di perolehnya, beliau bersikap optimis untuk mendirikan Pondok Pesantren yang pada saat itu terbilang umur beliau masih muda, tentunya dibantu dengan 3 orang sahabat beliau yang sama-sama lulusan pesantren Darurrahman Jakarta asuhan K.H Syukron Ma’mun. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sebenarnya sudah tua sekali usianya, boleh dikatakan ada sejak permulaan penyebaran Islam di Indonesia. Pada lembaga ini inti pokok materi yang dipelajari adalah ilmu-ilmu diniyah (keagamaan) dari sumber aslinya yang berbahasa arab atau lebih popular dengan istilah kitab kuning. Berdasarkan tujuan kurikuler yang hendak dicapai di Pesantren tentu menguasai ilmu-ilmu keagamaan, dan juga santri menguasai sama ilmu-ilmu pengetahuan umum yang lain.
11
Achyanuddin Syakier., Wakil Direktur, wawancara Pribadi, Depok,09 Oktober 2013
7
Dapat diambil kesimpulan bahwa Pesantren Qotrun Nada didirikan dan dikembangkan atas dasar dorongan rasa tanggung jawabnya terhadap Agama dan tradisi, juga sebagai respon dari masyarakat yang ingin putra putrinya ingin mendalami ilmu agama dengan sistem mukim dengan dimasukkan system modern atau madrasah. Inilah antara lain yang akan diteliti oleh penulis pelaksanaan pengkolabarasian pendidikan salafy atau tradisional dengan pendidikan modern serta sistem yang diterapkan oleh lembaga tersebut. Integrasi antara dua dua model Pesantren yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada secara sekilas kelihatan sekali tidak menghilangkan satu elemen penting dalam tradisi pendidikan Pesantren, yaitu kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning. Kenyataan kesan dan asumsi itu benar tepat, karena yang dilakukan oleh Qotrun Nada pelajaran kitab kuning itu dikemas sedemikian rupa di sesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri. Dalam usianya yang cukup dewasa Pondok Pesantren Qotrun Nada tetap konsisten memegang tujuan Pendidikan Islam yaitu untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah dan juga muslim yang dapat menyiarkan ajaran Islam kepada muslim lainnya. Dengan demikian Qotrun Nada adalah termasuk salah satu dari pesantren-pesantren yang lain didalam menerapkan dua sistem pendidikan yaitu menggabungkan antara sistem pendidikan salafy dan modern dan mengatur serta menata seluruh kegiatan-kegiatan Pondok dalam organisasi-organisasi yang rapi dan terlaksana dengan baik.
B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Masih adanya Pesantren yang tetap mempertahankan model Pesantren salaf/tradisional. 2. Adanya Pesantren yang tidak bertahan lama dalam menerapkan integrasi antara Pesantren Salaf dan modern.
8
C. Pembatasan Masalah Agar penyusun skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN INTEGRASI PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA” mudah dipahami dan dimengerti, maka penulis perlu membatasi masalah mengenai: 1. Integrasi Pesantren salaf dan khalaf yang ada di Pondok Pesantren Qotrun Nada 2. sistem kurikulum, metode pengajaran, dan sistem evaluasi yang digunakan berhubung dengan diterapkannya kedua model tersebut di Qotrun Nada
D. Perumusan Masalah Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana permulaan terbentuknya integrasi Pesantren Salaf dan Khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada? 2. Bagaimana kurikulum dan metode yang di terapkan di Pondok Pesantren Qotrun Nada dalam integrasi tersebut? 3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi yang dilakukan lembaga dalam pelaksanaan integrasi tersebut?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Integrasi pesantren salaf dan modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada? 2. Mendapatkan gambaran mengenai integrasi pesantren salaf dan modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada. 3. Mengetahui rahasia yang membuat pesantren tetap survive sampai saat ini. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat menambah kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.
9
2. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat di tindak lanjuti oleh penulis berikutnya. 3. Memberikan
sumbangsih
karya
ilmiah
yang
bermanfaat
untuk
dipersembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
10
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pondok Pesantren 1.
Pengertian Pondok Pesantren Pengertian atau definisi pesantren telah banyak disampaikan oleh tokoh-
tokoh atau orang-orang dalam mengartikan pesantren. Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri.12 Dengan nada yang sama Soegarda Poerbakawatja, seperti yang dikutip Haidar Putra Daulay menjelaskan “pesantren asal katanya adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam”. “Prof Jhons dikutip Haidar Putra Daulay juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti mengaji”, “sedang CC Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah Shastri yang dalam bahasa India orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab agama suci agama Hindu”.13 Dalam pandangan Nurcholish Madjid seperti yang dikutip Yasmadi asal usul kata “santri” dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang menganggap bahwa “santri” berasal dari kata “sastri”, kata “sastri” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini dalam pandangan Nurcholish Madjid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang mendalami agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa yatitu dari kata”cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru tersebut pergi menetap.14 Dari asal-usul kata santri juga banyak orang yang mengartikan bahwa lembaga pendidikan Pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendididkan 12
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta; LP3ES, 1982), h. 18. Haidar Putra Daulay, Sejarah pertumbuhan dan Pembahruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: kencana, 2009), h. 4. 14 Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. 1, h. 62 13
11
keagamaan bangsa Indonesia ketika masih menganut agama Hindu-Budha yang bernama “mandala” yang kemudian diIslamkan oleh para kyai. Terlepas dari mana asal-usul kata tersebut, yang jelas ciri-ciri umum yang dimiliki pesantren adalah lembaga pendidikan yang asli Indonesia.15 Meskipun pendapat di atas berbeda-beda, tetapi mengandung makna yang saling berdekatan. Santri yang berarti “guru mengaji”, terdapat kedekatan arti dengan fenomena santri, yaitu santri adalah orang-orang yang menadalami ilmu agama, kemudian mengajarkan kepada masyarakat Islam. Begitu juga dengan pendapat Berg, sastri yang berarti buku suci mempunyai kedekatan dengan makna santri karna santri adalah orang-orang yang menuntut ilmu agama baik dari kitab suci Islam maupun kitab-kitab agama yang ditulis oleh ulama-ulama salaf.16 H.M Arifin mendefiniskan pondok pesantren sebagai “suatu lembaga pendidikan agama Isam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership sesorang atau beberapa kyai dengan ciri-ciri yang khas yang bersifat karismatis serta indepnden dalam segala hal”.17 Sementara itu, KH Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok pesantren sebagai”lembaga pendidikan Islam dengan sisitem asrama atau pondok, kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam sebagai kegiatan utamanya yang diikuti santri di bawah bimbingan kyai”.18. Menurut Manfred Ziemek, sebagaimana dikutip oleh Wahjoetomo menyebutkan bahwa pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu; “pondok” dan “pesantren”. kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang berarti ruang 15
Zamakhsyari Dofier, Tradisi pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 41. 16 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 60. 17 HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta Bumi Aksara, 2000), Cet. 4, h. 240. 18 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 4.
12
tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pedan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.19 Di Indonesia pondok pesantren lebih dikenal dengan istilah Kutab merupakan suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.20 Dari beberapa pengertian pesantren di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki sistem asrama atau pondok sebagai tempat tinggal santri, figur kyai sebagai tokoh sentralnya, masjid sebagai sarana pendidikan, pengajarannya berorientasi pada pengajaran agama Islam ciri-ciri umum yang dimiliki pesantren adalah lembaga pendidikan yang asli Indonesia . Ciri khas pesantren adalah terletak pada orientasinya untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Hal ini secara historis sangat berkaitan dengan peran yang dimainkan oleh lembaga pesantren ini sejak mengalami Islamisasi yaitu selain sebagai lembaga pendidikan ia juga sebagai lembaga dakwah dan sosial keagamaan serta pusat gerakan pengembangan agama Islam. 21 Secara historis pesantren ditempatkan pada posisi yang cukup istimewa dalam 19
Wahjoetmo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 70. 20
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1995), Cet. 1, h. 24. 21 Rofiq Nurhadi, Sistem Pendidikan Pesantren di Tengah Arus Demokratisasi, dalam jurnal studi An-Nur vol. II, No. 3, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an An-Nur,, 2005), h. 51.
13
khazanah perkembangan sosial-budaya masyarakat. Abdurrahman Wahid menganggap pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai buktinya dalam pandangan Abdurrahman Wahid, lima ribu pondok pesantren yang tersebar di enam puluh desa sebagai bukti bahwa pesantren sebagai sebuah subkultur.22 Dalam pandangan ilmu sosiologis, sebuah subkultur harus memiliki keunikan-keunikan tersendiri dalam beberapa aspek yaitu, cara hidup yang dianut, pandangan hidup dan tata nilai yang diikuti, serta hierarki kekuasaan intern tersendiri yang ditaati sepenuhnya. Ketiga aspek ini terdapat dalam pesantren sehingga pesantren dirasa cukup untuk mengenakan predikat subkultur pada kehidupan.23 Pesantren dianggap sebagai subkultur sebenarnya belum merata dimilki oleh pesantren sendiri. Terdapat kesulitan untuk melakukan identifikasi terhadap pesantren secara keseluruhan sebagai sebuah unit subkultur, karena tidak semua aspek kehidupan yang dimiliki pesantren berwatak subkultur. Bahkan beberapa aspek utama dari pesantren yang dianggap memiliki watak subkultur hanya dalam rangka ideal belaka , dan tidak ada pada kenyataannya.24 Setidaknya ada dua tujuan terbentuknya pondok pesantren, yakni dapat dilihat dari tujuan umum, dan tujuan khusus. Tujuan umum pesantren adalah membimbing anak didik agar memiliki kepribadian sesuai dengan ajaran Islam dan mampu menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan amalnya. Sedangkan tujuan khusus pesantren adalah membimbing dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia yang alim dalam ilmu agamanya dan mampu mengamalkan ilmunya
22
Sulthon Masyhud,dkk, Manajemen Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), Cet.2, h.
10. 23
Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: PT LKis, 2001), Cet. 1, h. 10. 24 Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta: CV Dharma Bhakti, 1987), h 9-10.
14
dalam kehidupan masyarakat.25 Melihat dari tujuan tersebut, sangat jelas bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berusaha membentuk kader-kader muballigh yang dapat meneruskan misinya dalam dakwah Islam, di samping itu diharapkan setelah santri belajar di pesantren dapat menguasai ilmu-ilmu keIslaman yang telah diajarkan oleh kyai dan dapat mengamalkan ilmunya dalam masyarakat. 2.
Tujuan Pondok Pesantren Sekalipun tujuan pendidikan di Pesantren belum secara rinci di jabarkan
dalam suatu sistem pendidikan yang lengkap dan konsisten, tetapi secara sistematis tujuan-tujuan pendidikan di Pesantren jelas menghendaki produk lulusan yang mandiri dan berakhlak baik serta bertaqwa. Menurut Nurcholis Madjid, tujuan pendidikan pesantren adalah : "Membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan weltanschauung yang bersifat menyeluruh. Selain itu produk pesantren diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk mengadakan responsi terhadap tantangan dan tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada ( Indonesia dan dunia abad sekarang)."26 Walaupun tujuan pendidikan Pesantren kemungkinan ada perbedaan, tapi sebenarnya secara asasi sama. Pada dasarnya tujuan pendidikan haruslah komprehensif yang mencakup pendidikan intelektual, jasmani, dan yang terutama adalah akhlak sehingga harapan menjadikan manusia paripurna dapat terwujud dengan baik. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat merealisasikan harapan ini. Pada dasarnya pendidikan Pesantren bukanlah upaya untuk mewariskan paham atau pola keagamaan tertentu kepada anak didik, tetapi lebih di tekankan kapada proses agar Santri memperoleh kemampuan metodelogis dalam memahami pesan-pesan dasar agama. Kedua, pendidikan Pesantren tidak boleh lagi terpaku kepada romantisme yang berlebihan, melihat 25
HM Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 3, h. 248. 26 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, (Jakarta : Paramadina, 1997 ), Cet. Ke-1, h.18.
15
kebelakang penuh emosional akan tetapi di arahkan kepada pembentukan kemampuan berfikir objektif dalam menyikapi tantangan kehidupan. Ketiga, bahan-bahan pengajaran agama diusahakan dapat diintegrasikan dengan penumbuhan sikap kepedulian sosial, sehingga para Santri akan menjadi terlatih untuk mempersepsi realitas berdasarkan pemahaman teologi yang normatif. Keempat, perlunya pengembangan wawasan emansipatoris dalam penyelenggaraan pendidikan di Pesantren, sehingga para Santri memperoleh kesempatan
berpartisipasi
dalam
rangka
menumbuhkan
kemampuan
metodelogis dalam mempelajari substansi atau materi agama. Kelima, pendidikan Pesantren di arahkan kepada penanaman emosi keagamaan, kebiasaan-kebiasaan berprilaku yang baik, dan sikap-sikap terpuji dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, sehingga Santri mempunyai kemampuan
menggunakan
agama
sebagai
sistem
makna
untuk
mendefinisikan setiap keadaan dari sudut refleksi iman dan pengetahuan 3.
Elemen-elemen Pondok Pesantren Kendatipun demikian, bagaimanapun perkembangannya, tampaknya ciri
khas yang terdapat dalam pesantren itu sendiri selalu tampak pada lembaga pendidikan tersebut. Adapun ciri-ciri khas pondok pesantren yang sekaligus menunjukan unsur-unsur pokoknya, serta membedakan dengan lembagalembaga pendidikan lainnya adalah sebagai berikut. Pertama, pondok. Pondok adalah bangunan yang menjadi tempat tinggal santri dan belajar di bawah bimbingan kyai. Di dalam pondok juga santri menetap, belajarm beribadah, dan bergaul bersama.27 Santri mukim dan tinggal di pondok, hal ini dimaksudkan agar santri dapat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh kyai dengan baik, di samping itu agar santri mampu hidup mandiri dalam masyarakat.28 Ada beberapa alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok untuk tempat tinggal para santri. Alasan itu antara lain: 27
Amin Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Apek Kependidikan, Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDIS & Media Nusantara, 2006), Cet. 1, h. 88. 28 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 47.
16
1. Kemasyhuran dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dimliki kyai merupakan daya tarik para santri jauh untuk memperoleh ilmu dari kyai secara terus menerus diperlukan waktu yang sangat lama, sehingga dengan begitu santri harus menetap, maka perlu adanya pondok sebagai tempat tinggal santri. 2. Kebanyakan pesantren berada di daerah-daerah terpencil yang jauh dari keramaian dan tidak tersedia perumahan sebagai tempat tinggal, dengan demikian diperlukan pondok khusus 3. Adanya timbal balik antara santri dengan kyai. Kyai menganggap santri sebagai anaknya sendiri, begitu juga santri menganggap kyai sebagai bapaknya sendiri.29 Kedua, Masjid, Masjid mempunyai fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya, juga tempat pengajian terutama yang masih memakai metode sorogan dan wetonan (bandongan). Posisi masjid dikalangan pesantren memiliki makna sendiri. Menurut Abdurrahman Wahid, Masjid tempat mendidik dan menggembleng santri agar lepas dari hawa nafsu, berada ditengah-tengah komplek pesantren adalah mengikuti model wayang. Di tengah-tengah ada gunungan. Hal ini sebagai indikasi bahwa nilai-nilai kultural dari masyarakat menjadi perimbangan bagi pesantren untuk tetap dilestarikan.30 Masjid adalah juga merupakan pusat sebenarnya pesantren untuk pengajaran Islam tradisional dan dengan demikian merupakan komponenkomponen dasar lembaga ini. Namun pada umumnya pelajaran diberikan di sini pada tingkatan yang lebih tinggi, meski tak tertutup adanya pendidikan Islam tingkat dasar pada beberapa pesantren.31
29
Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), Cet. 1, h. 31. 30 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, tt), h. 21. 31 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, terjemah: Butche B. Soendjojo, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986), Cet. 1, h. 115.
17
Hubungan masjid dan pendidikan Islam sangat dekat dan erat dalam tradisi Islam. Kaum muslimin menggunakan masjid bukan untuk tempat beribadah atau shalat saja, akan tetapi masjid dimanfaatkan juga sebagai tempat lembaga pendidikan Islam. Dalam konteks pesantren masjid dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik santri, terutama dalam hal praktik shalat lima waktu, khutbah, shalat jum’at, dan pengajian atau pengajaran kitab-kitab Islam klasik.32 Upaya menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pengkajian dan pendidikan Islam memiliki dampak terhadap tiga hal. 1) Mendidik anak untuk selalu beribadah dan mengingat Allah 2) Menanamkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan menumbuhkan rasa solidaritas sosial yang tinggi sehingga bisa menyadarkan hak-hak dan kewajiban manusia 3) Memberikan ketentraman, kedamaian, kemakmuran, dan potensi-potensi positif melalui pendidikan kesabaran, keberanian, dan semangat dalam hidup beragama. 33 Ketiga, Kyai, keberadaan kyai dalam pesantren merupakan hal yang mutlak bagi sebuah pesantren, sebab kyai adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran, karena seorang kyai adalah unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren.34 Dalam bahasa Jawa, pekataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat (kyai garuda kencana dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di kraton Yogyakarta), gelar kehormatan yang diperuntukan bagi orang-orang tua pada umumnya, gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang
32
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 52-53. 33 Amin Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), Cet. 4, h. 34. 34 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 49.
18
ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.35 Keempat, Santri, santri dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti orang yang mendalami agama Islam.36 Santri adalah nama untuk siapa saja yang telah memilih pondok pesantren sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Secara umum santri di pesantren dapat dikategorikan pada dua kelompok, yaitu santri mukim dan santri tidak mukim atau santri kalong.37 Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap atau tinggal dalam pondok pesantren. Sedangkan santri kalong adalah santri-santri yang berasal dari sekitar pesantren, mereka tidak menetap di pesantren, mereka pulang ke rumah masing-masing setelah selesai mengikuti pelajaran di sebuah pesantren.38 Ada beberapa alasan mengapa santri tinggal dan menetap di pesantren. 1.
Dikarenakan santri ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara mendalanm di bawah bimbingan kyai
2.
Santri ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren
3.
Santri ingin fokus dalam studinya di pesantren tanpa disibukan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.39 Kelima, Kitab-kitab Islam klasik, ciri penting dari pesantren adalah
pengajian yang disampaikan oleh kiai kepada para santrinya. Yaitu pengajian tentang agama yang terdapat dalam kitab kuning yang dikarang oleh para ulama. Yang menjadi tujuan dari pengajian kitab kuning ini adalah mendidik
35
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), Cet. 1, h. 55. 36 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 997. 37 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006), h. 17. 38 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 49. 39 Zamakhsyari Dofier, Tradisi pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 89-90.
19
dan mempersiapkan calon-calon ulama, yang akan melanjutkan estafet dalam menegakan agama Islam.40 Menurut Dofier, “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan di lingkungan pesantren”.41 Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai bagian yang juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajian dan pengajaran kitab-kitab klasik masih menjadi prioritas tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam. Tingkatan suatu pesantren dapat diketahui dari jenis-jenis kitab yang diajarkan.42 Kelima elemen atau unsur pondok pesantren di atas merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya. Meskipun kelima elemen tersebut saling menunjang keberadaan pesantren, namun posisi kiai dalam praktiknya memegang peranan sentral dalam dunia pesantren.43. Dengan demikian kyai merupakan unsur yang sangat penting dalam kemajuan sebuah pesantren, karena kiai merupakan key person, kunci perkembangan pondok pesantren. Bahkan banyak orang yang melihat sosok kiai sebagai alasan untuk menitipkan putra-putrinya pada sebuah pesantren. 4.
Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Berbicara kurikulum pesantren tidak akan pernah terlepas dari dinamika
ilmu pengetahuan maupun sosial budaya masyarakat selama pesantren masih hidup dan berkembang. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai
40
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006),
h. 12. 41
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Study tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 50. 42 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 2, h. 144. 43 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurkholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 63.
20
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikanOleh
karena
itu,
pesantren
sebagai
lembaga
pendidikan
membutuhkan kurikulum yang dinamis, demokratis, fleksibel, terbuka dan sesuai dengan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Di bawah ini akan dibahas kedudukan kurikulum dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum. 5.
Pengembangan Kurikulum Pesantren Sebagai bagian dari pendidikan, pesantren mempunyai watak utama yaitu
sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kehkasan tersendiri. Pesantren memiliki tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan yang ada pada lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti madrasah atau sekolah. Salah satu ciri utama pesantren yang membedakan dengan lembaga pendidikan Islam lainnya adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai kurikulumnya. Kitab kuning dapat dikatakan menempati posisi yang istimewa dalam tubuh kurikulum di pesantren. Karena keberadaannya menjadi unsur utama dalam diri pesantren, maka sekaligus sebagai ciri pembeda pesantren dari pendidikan Islam lainnya. Dari segi materi, secara umum isi kitab kuning yang dijadikan ruju’an sebagai kurikulum pesantren dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, kelompok ajaran dasar sebagaimana terdapat pada al-Qur’an dan al-Hadits, sedang ajaran yang timbul sebagai hasil penafsiran para ulama-ulama Islam terhadap ajaran-ajaran dasar yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits tersebut. Kedua, kelompok kitab kuning yang tidak termasuk kelompok ajaran agama Islam, tetapi kajian yang masuk ke dalam Islam sebagai hasil perkembangan Islam dalam sejarah, seperti kitab yang membahas lembaga-lembaga kemasyarakatan, kebudayaan, dan metode keilmuan. Sementara metode yang digunakan dalam memproses materi kitab kuning, secara global dapat dipetakan ke dalam metode deduktif, induktif, dan dialektif.
21
Keseluruhan kitab kuning yang diajarkan (kurikulum pesantren) di berbagai pesantren dapat dikelompokkan dalam delapan bidang kajian, yaitu nahwu dan sharaf (gramatika dan morfologi), fiqh, usul fiqh, tasawuf dan etika, tafsir, hadits, tauhid, dan cabang-cabang ilmu lainnya seperti tarikh (sejarah) dan balagah (sastra). Di samping itu, kitab-kitab kuning yang beredar di pesantren-pesantren dapat juga digolongkan ke dalam tiga tingkat, yaitu kitab dasar, kitab tigkat menengah, dan kitab besar, yang dalam pengajarannya pun disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan kelasnya. Pesantren dan kitab kuning adalah dua sisi yang tak terpisahkan dalam keping pendidikan Islam di Indonesia. Sejak sejarah awal berdirinya, pesantren tidak dapat dipisahkan dari literatur kitab buah pemikiran para ulama salaf yang dimulai sekitar abad ke-9 itu. Boleh dibilang, tanpa keberadaan dan pengajaran kitab kuning, suatu lembaga pendidikan tak absah disebut
pesantren. Begitulah fakta
yang mengemuka di
lapangan.
Abdurrahman Wahid dalam konteks ini meneguhkan dengan menyatakan, kitab kuning telah menjadi salah satu sistem nilai dalam kehidupan pesantren. Namun realitanya perubahan dan perkembangan pesantren mengisyaratkan tambahnya beban belajar para santri pesantren, yang semula hanya mempejari kurikulum pesantren dituntut menguasai kurikulum pendidikan formal, akibatnya
kurikulum
pesantren
makin
tergerus
dan
santri
lebih
mengutamakan penguasaan kurikulum pendidikan formalnya. Untuk itu, pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren kholaf (pesantren yang menyelenggarakan
pendidikan
formal)
sebagai
upaya
menjaga
dan
melestariakan ciri khas pesantren merupakan konsekuensi logis dari dinamika kebutuhan masyarakat yang menjadi kekuatan utama kelangsungan pesanten, baik pada lingkup lokal, nasional, dan global. Pengembangan kurikulum pesantren dapat dipahami sebagai upaya pembaharuan pesantren di bidang kurikulum sebagai akibat kehidupan masyarakat yang berubah dalam rangka mendukung keberadaan pesantren yang dapat memenuhi kebutuhan santri (peserta didik). Mengingat
22
kompleksitas yang dihadapi pesantren, maka pengembangan kurikulum pesantren dapat menggunakan strategi-strategi yang tidak merusak ciri khas pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang tradisional. Di antara strategi yang patut dipertimbangkan sebagai lembaga pendidikan non formal dan mengelola pendidikan formal, maka pengembangan kurikulum pesantren hendaknya tetap berada dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Maksudnya kitab-kitab yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik pada pendidikan formal yang dikelolanya. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan oleh pesantren terintegrasi dengan pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan formal, sehingga ciri khas pesantren tetap terpelihara. Di samping itu, pengembangan kurikulum pesantren sebagai bagian peningkatan mutu pendidikan nasional harus dilakukan secara komprehensif, cermat dan menyeluruh (kafah), terutama terkait dengan mutu pendidikan pesantren, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja dengan tetap menggunakan kitab kuning sebagai referensinya. Dipertahankannya kitab kuning dijadikan referensi kurikulum, karena kandungannya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi tentang isi maupun kedalaman kajian keislamannya. Bagi pesantren, kitab kuning sangatlah penting untuk memfasilitasi proses
pemahaman
keagamaan
yang
mendalam
sehingga
mampu
merumuskan penjelasan yang segar tetapi tidak ahistoris mengenai ajaran Islam (al-Quran, dan Hadits Nabi). Kitab kuning mencerminkan pemikiran keagamaan yang lahir dan berkembang sepanjang sejarah peradaban Islam. Untuk menjadikan pesantren tetap sebagai pusat kajian keislaman, maka pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren modern dengan tetap memelihara dan mempertahankan kitab kuning yang terintegasi dengan kurikulum pendidikan formal disesuaikan dengan kebutuh santri, yaitu kurikulum pesantren yang dicirikan semata-mata mengajarkan ilmu agama bersumber pada kitab kuning (kitab klasik), menyeimbangkan antara ilmu agama dengan ilmu umum (yang diajarkan pada pendidikan formal),
23
memberikan
ilmu
keterampilan
dengan
tekanan
ilmu
agama,
dan
melaksanakan pengajian kitab-kitab klasik, pendidikan pada madrasah, dan pendidikan pada sekolah umum. Untuk menjadikan pesantren tidak pergeseran dari kitab kuning ke kitab putih pada pesantren kholaf, maka dalam pengelolaan kurikulum pesantren di samping masih ketat mempertahankan tradisi pesantren, namun terbuka dengan membuka pendidikan formal melalui kurikulum yang dikembangkan dengan tetap berpijak pada prinsip “pemapanan tradisi pesantren sembari mengadaptasi tradisi yang lebih baik” agar akar tradisi pesantren tetap terawat, dan pada saat yang sama kekurangan pesantren dapat dibenahi. Dengan demikian, karakter dan keunikan pesantren salafi masih terpelihara sebagai ciri khas sistem pendidikan pribumi, dan semangat kholafi terakomodir. Di samping itu, kurikulum pesantren harus dikemas secara mandiri, karena perbedaannya dengan lembaga pendidikan konvensional pada umumnya. Pengelolaan pendidikan pada pesantren menuntut inovatif dalam pengembangan kurikulumnya agar pesantren tetap eksis sebagaimana sejarah lahirnya namun tetap apresiatip terhadap perkembangan zaman, karena tranformasi dari eksistensi menjadi keharusan dan merupakan keistimewaan dan resiko yang unik bagi pesantren. Dalam tataran praktis, dapat diartikan bahwa pengembangan kurikulum pesantren harus memperhatikan perbedaan yang ada, sehingga karakter dan keunikan yang dimiliki pesantren tetap terjaga, karena mengabaikan keunikan dan karakter pesantren berarti menghilangkan cita-cita pesantren itu sendiri. Oleh karena itu, pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan tradisional khas Islam tidak bisa dipaksanakan untuk sepenuhnya mengikuti kurikulum yang digunakan secara luas. Sebagaimana pendapat Abdurrahman Wahid bahwa kurikulum pesantren harus dikemas secara mandiri, karena perbedaannya dengan lembaga pendidikan konvensional pada umumnya. Sehingga proses pengembangannya tidak boleh bertentangan dengan kerangka penyelenggaraan pesantren yang dikenal khas, baik dalam isi dan
24
pendekatan yang digunakan sehingga dengan penguasaan kitab kuning, kreasi dan dinamika pemikiran Islam pesantren yang serius di Indonesia tidak akan berhenti. Kurikulum adalah hal yang berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran.44 Kosakata kurikulum telah masuk
kedalam kosakata bahasa Indonesia,
dengan arti susunan rencana pengajaran. Kosakata tersebut menurut sebagian ahli, berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran, dan ada pula yang mengatakan, berasal dari bahasa prancis, courier yang berarti berlari.45 Dalam bahasa Arab, ada yang menggunakan kosakata al manhaj untuk kosakata kurikulum. Dalam hubungan ini, Mohamad al Toumy al Syaibani mengemukakan sebagai berikut. Kurikulum sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran yang di siapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang di tetapkan. Sedangkan kurikulum dalam arti modern adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah.46 Menurut Nurcholis Madjid dalam aspek kurikulum terlihat bahwa “pelajaran agama masih dominan di lingkungan Pesantren, bahwa materinya hanya khusus yang disajikan dalam berbahasa Arab. Mata pelajarannya
44
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum Teori da Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010), cet.XIII h.5 45 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005), cet. Ke-1,hlm. 175 46 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), cet. Ke-2,hlm. 124
25
meliputi : fiqih, aqoid, nahwu-shorof, dan lain-lain. Sedangkan tasauf dan semangat serta rasa agama yang merupakan inti dari kurikulum "keagamaan" cenderung terabaikan. Nurcholis Madjid membedakan istilah materi pelajaran "agama" dan "keagamaan". Perkataan "agama" lebih tertuju pada segi formil dan ilmunya saja. Sedangkan perkataan "keagamaan" lebih mengenai semangat dan rasa agama. Menurut Nurcholis Madjid, materi "keagamaan" ini hanya dipelajari sambil lalu saja tidak secara sungguh-sungguh. Padahal justru inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern. Bukan fiqih atau ilmu kalamnya apalagi nahwu-shorofnya serta bahasa Arabnya. Di sisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih dilaksanakan secara setengahsetengah, sehingga kemampuan santri biasanya sangat terbatas dan kurang mendapat pengakuan dari masyarakat umum”.47 Meskipun demikian, kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan, pendidikan tetap memiliki peran yang penting, setidaknya, dalam mewarnai kepribadian seseorang. Oleh karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan baik. Pemikir pendidikan Islam mungkin pernah berfikir kurikulum atau manajemen kurikulum seperti apakah yang diterapkan di dunia Islam pada masa kejayaannya dahulu sehingga mampu melahirkan filosof dan ilmuwan Islam yang sangat potensial. Demikian juga mengapa kurikulum Pesantren pada masa lalu yang sederhana mampu melahirkan kiai-kiai besar, sementara kurikulum pesantren masa kini justru tidak mampu melahirkan kiai-kiai besar.48 Dua kenyataan ini jika diperhatikan dari sisi kesadaran akan mudah dijawab, tetapi apabila diperhatikan dari segi kurikulum, lebih sulit dijelaskan. Layaknya ada misteri dalam permasalahan kurikulum yang belum terpecahkan. Kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri tersebut sebagai berikut. 1. 47
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan,
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), Cet Ke-1, hlm72. 48 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,2009) hlm.150
26
kandungan, metode, alat dan tekniknya. 2.
Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh.
3.
Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan seni, kemestian, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang beragam.
4.
Berkecendrungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan dan bahasa asing untuk perorangan maupun bagi mereka yang memiliki kesediaan, bakat, dan keinginan.
5.
Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat, kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan perorangan diantara mereka.49
Disamping ciri-ciri pendidikan Islam, selanjutnya dikemukakan prinsipprinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut. 1.
Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya.
2.
Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungankandungan kurikulum
3.
Keseimbangan yang relative antara tujuan-tujuan dan kandungankandungan kurikulum
4.
Ada pertautan antara bakat, minat kemampuan dan kebutuhan pelajar
5.
Pemeliharaan perbedaan individual diantara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya serta memelihara perbedaan di antara alam sekitar dan masyarakat
6.
Prinsip perkembangan dan perubahan
7.
Prinsip pertautan antar mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.50
49
Ibid., h.151 Omar Muhammad Al-Tommy al –Syaibany,Falsafah Pendidikan Islam,alih bahasa: Hasan Galunggung, (Jakarta:Bulan Bintang,1979), hal.519 50
27
6.
Metode Pembelajaran Pesantren Dalam pandangan kyai zarkasy, pendiri PP gontor, metode pembelajaran
di Pesantren merupakan hal yang setiap kali mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan penemuan metode yang lebih efektif dan efesien untuk mengajarkan masing-masing cabang ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, dalam rentang waktu yang panjang pesantren secara seragam mempergunakan metode pengajaran yang telah lazim disebut dengan sorogan dan bandongan. Seperti telah disinggung diatas bahwa sistem pengajaran di Pesantren khususnya di Jawa dan Madura rata-rata menggunakan metode sorogan dan bandongan. Kedua sistem ini digunakan setelah para santri dianggap telah mampu membaca dengan lancar dan menguasai al qur’an. Pada awalnya sistem tradisional ini banyak dilakukan di masjid,langgar, atau rumah-rumah kyai. Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan bebrapa kitab berbahasa arab dan menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Setelah itu, murid atau santri mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang dilakukan oleh seorang guru/kyai.\ Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para santri diharapkan mengetahui dengan baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa arab langsung melalui kitab-kitab tersebut.
Telah diakui
bahwa sistem pembelajaran di pesantren yang paling sering diterapkan adalah sistem bandongan atau seringkali disebut sistem weton.
B. Pesantren Salaf dan Khalaf 1. Pengertian Pesantren Salaf Salaf adalah sesuatu atau orang yang terdahulu. Pendidikan salafy adalah sistem pendidikan yang tetap mempertahankan materi pelajaran yang bersumber dari kitab-kitab Islam klasik, meskipun sekali waktu sistem madrasah dipraktekan juga, sekedar untuk kemudahan pelaksanaan sistem
28
sorogan yang merupakan sendi utama. Pesantren yang menerapkan pendidikan salafy tidak mengajarkan pengetahuan non agama. Istilah salaf biasa disebut juga dengan tradisional yang selalu dihadapkan dengan kata modern. Kata modern menggambarkan sesuatu yang maju, dinamis, selalu bergerak sesuai perkembangan zaman, tidak terikat dengan adat istiadat (tradisi) dan bila dikaitkan dengan teknologi, maka modern berarti canggih. Sedangkan istilah salafy atauradisional menggambarkan keadaan sebaliknya, yakni keterbelakangan, terbelenggu dengan ikatan tradisi kuno statis, sukar dan enggan mengikuti perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kaitan ini memang banyak orang menyangka pesantren adalah sarang kekolotan, pesantren adalah sarang konservatisme dan merek-merek keterbelakangan lain. Akan tetapi apabila direnungkan secara mendalam, tidakmungkin dapat ditemukan suatu masyarakat yang benar-benar statis, diam ditempat atau tidak bergerak maju. Soeyono Soekanto menjelaskan tentang teori proses-proses sosial, yaitu bahwa masyarakat manusia bersifat dinamis, selalu bergerak, mengalami perubahan dan perkembangan, selalu mewujudkan segi dinamikanya disebabkan kontak dengan dunia luar dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.51 2. Ciri-ciri Khas dan Kurikulum Pesantren Salaf Ciri-ciri pendidikan di lembaga pendidikan salaf yaitu metode sorogan,wetonan dan hafalan dan juga materi pelajaran adalah terpusat pada kitab-kitab
klasik.
Tinggi
rendahnya
ilmu
seseorang
diukur
dari
penguasaannya kepad kitab-kitab tersebut.52 Adapun beberapa pola umum pendidikan Islam tradisional sebagai berikut:
51
a.
Adanya hubungan yang akrab antara kyai dan santri
b.
Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kyai
c.
Pola hidup sederhana
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV.Rajawali,1992). Cet.XV
h. 71 52
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.50
29
d.
Kemandirian atau independensi
e.
Berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong dan suasana persaudaraan
f.
Disiplin ketat
g.
Berani menderita untuk mencapai tujuan
h.
Kehidupan dengan tingkat regiusitas yang tinggi.53
Keterikatan kepada para ulama, khusunya para ulama madzhab fiqih adalah sebagai cirri lembaga pendidikan Islam tradisional. Di lingkungan Pesantren, fiqih agaknya menjadi semacam ratu dari ilmu-ilmu Islam, fiqih nampaknya dipandang oleh mereka sebagai acuan bagi segenap tingkah laku kaum muslimin. Secara lebih rinci, pola umum pendidikan tradisional meliputi beberapa dua aspek utama kehidupan di Pesantren. Pertama, pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam sebuah struktur, metode, dan bahkan literature yang bersifat tradisional, baik dalam pendidikan non formal seperti halaqoh maupun pendidikan foemal seperti Madrasah dengan ragam tingkatannya. Adapun yang menjadi cirri utama dari pendidikan dan pengajaran salafi atau tradisional adalah stressing pengajaran lebih kepada pemahaman tekstual (letterlijk atau harfiah), pendekatan yang digunakan lebih berorientasi pada penyelesaian pembacaan terhadap sebuah kitab atau buku untuk untuk kemudian beralih kepada kitab berikutnya. Kedua, pola umum pendidikan Islam tradisisonal selalu memelihara sub kultur(tata nilai) pesantren yang berdiri atas landasan ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk ketundukan mutlak kepada ulama, mengutamakan Ibadah sebagai wujud pengabdian, serta memuliakan ustadz demi memperoleh pengetahuan agama yang hakiki. Dari pola umum inilah kemudian muncul kecendrungan untuk berterikat demi mencapai keluhuran jiwa, ikhlas dalam melaksanakan apa saja yang menjadi kepentinga ustadz atau kyai, dan bahkan sampai pada titik yang disebut loyalitas keislaman yang 53
Ubay Mashudi A, Metamorfosa Pesantren, Tradisi, Modernitas dan Postradisionalisme, Mozaik Pesantren,2005, h.13
30
mengabaikan penerapan ukuran-ukuran duniawi dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Santri.54 Sebagai cirri utama, pola umum pendidikan Islam tradisional juga mempunyai kelebihan, meski terkandung juga beragam kekurangan. Berikut ini adalah beberapa kelebihan pola umum pendidikan tradisional yang diterapkan di Pesantren. a.
Mampu menanamkan sikap hidup universal secara merata dengan tata nilai
b.
Mampu memelihara tata nilai pesantren hingga terus teraplikasikan dalam segala aspek kehidupan di sepanjang kehidupan seorang Santri.
Sedangkan kelemahan pola umum pendidikan Islam tradisional di pesantren adalah: a.
Tidak mempunyai perencanaan yang rinci dan rasional bagi jalannya proses pengajaran dan pendidikan
b.
Tidak mempunyai kurikulum yang terarah sehingga diharapkan dapat mempermudah santri dalam memahami pelajaran yang akan disampaikan
c.
Tidak mempunyai standard khusus yang membedakan secara jelas hal-hal yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam sebuah jenjang pendidikan. Pedoman yang digunakan hanyalah mengajarkan bagaimana penerapan hukum-hukum syara’ dalam kehidupan.
Diantara yang menjadi kelemahan pendidikan salafiayah Pesantren adalah pada managemen esantren tersebut. Kenyataan ini menggambarkan bahwa kebanyakan pesantren tradisional dikelola berdasarkan tradisi, bukan profesionalisme berdasarkan keahlian skill, baik human skill, conceptual skill, maupun technical skill secara terpadu, akibatnya, tidak ada perencanaan yang matang, distribusi kekuasaan atau kewenangan yang baik, dan sebagainya.
54
Ibid., h. 25.
31
Tradisi ini merupakan salah satu kelemahan pesantren meskipun dalam batas-batas tertentu dapat menumbuhkan kelebihan. Dalam perspektif manajerial, landasan tradisi dalam mengelola suatu lembaga, termasuk Pesantren menyebabkan produk pengelolaan itu asl jadi, tidak memiliki fokus strategi yang terarah, domonasi personal terlalu besar, dan cendrung eksklusif dalam pengembangannya. Di sisi lain Hamdan Farchan dan Syarifuddin melaporkan “banyak pesantren yang masih melakukan sakralisasi sehingga apapun yang bersifat pembaharuan dianggap menyimpang dari tradisi salafiyah”.55 Sikap yang demikian berarti menghadapkam tradisi dan modernisasi dalam posisi berbenturan. Semestinya Pesantren mampu mengintegrasikan tradisi dan modernisasi menjadi salah satu watak khas pesantren. Bukankah slogan yang selama ini di gemborkan berusaha memadukan tradisi dengan modernisasi, meskipun tradisi ini terkesan lbih kuat slogan tersebut berbunyi “Al muhafadhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah (memelihara hal-hal lama dan mengimplementasikan hal-hal baru yang lebih baik).56 Ternyata slogan tersebut tidak selamanya diterapkan dalam kehidupan Pesantren. Anggapan yang memandang bahwa pembaharuan sebagai sesuatu yang menyimpang dari tradisi salafiyah membuktikan adanya sikap yang tidak konsisten terhadap slogan yang selalul didendangkan kalangan pesantren selama ini integrasi antara tradisi dan modernisasi hanya dipraktekan dalam kasus tertentu yang masih sangat terbatas, tetapi dalam hal lainnya justru berusaha di pertentangkan. Anggapan tersebut mengandung konsekuensi bahwa pertimbanganpertimbangan rasional kurang di perhatikan oleh Pesantren. Mengolah konsep apapun tentang Pesantren ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Tidak ada konsep yang mutlak rasional dan paling tepat jika diterapkan di pesantren, baik karena factor historis pertumbuhannya yang unik maupun ketertinggalan 55
Hamdhan Farhan dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masyarakat Pesantren,(Yogyakarta:Pilar Religia,2005, hlm.68-69 56 Mujamil Qomar, …., hlm.62
32
dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dalam melakukan kegiatankegiatan teknis. Pesantren belum mampu mengolah dan melaksanakan konsep yang disusun berdasarkan pertimbangan rasional.57 Pendidikan salafy dapat dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya tersebut kepada generasi berikutnya. Guru atau para pendidik tidak perlu susah-susah mencari dan menciptakan pengetahuan, konsep dan nilai-nilai baru, sebab semuanya telah tersedia, tinggal menguasai dan mengajarkannya kepada anak. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan atau materi ilmu tersebut diambil dari khazanah ilmu pengetahuan, berupa disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan dan di kembangkan oleh para ahli tempo dulu. Materi ilmu pengetahuan yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu tersebut telah tersusun secara logis dan sistematis.58 Tugas seorang guru dan para pengembang kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi ilmu tersebut di sesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan pesarta didik. Sebelum dapat menyampaikan materi ilmu pengetahuan tersebut secara sempurna, para pendidik atau calon pendidik terlebih dahulu harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Tugas para pendidik atau guru bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai. Kurikulum pendidikan ini lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil
dari
disiplin-disiplin
ilmu,
disusun oleh
para
ahli
tanpa
mengikutsertakan guru-guru apalagi siswa. Guru mempunyai peranan yang sangat besar dan dominan. Dalam pengajaran, ia menentukan isi, metode, dan evaluasi. Dialah yang aktif dan bertanggung jawab dalam segala aspek 57
Moh. Ali Aziz, Makna Manajemen dan Komunikasi bagi Pengembangan Pesantren,( Yogtakarta: Pustaka Pesantren,2005), hlm.67 58 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2010), hlm.8.
33
pengajaran. Siswa mempunyai peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari guru. Oleh karena itu, pengolahan pendidikan salafiyah Pesantren acapkali tidak mengikuti kaidah-kaidah manajerial yang lazim berlaku diberbagai lembaga, termasuk lembaga pendidiakan. Masih banyak Pesantren yang belum memiliki misi dan budaya kerja yang siap menghadapi persaingan langsung. Karakter ini berdampak apada cara melakukan perubahan pada pesantren.. Contoh Pesantren yang menerapkan sistem pendidikan salafy atau tradisional adalah pondok pesantren Lirboyo, Kediri : Berdirinya pesantren “Lirboyo” bermula dari kehadiran seorang kyai bernama Kyai Manab (Nama asli kyai Abdul Karim) dalam struktur keluarga K.H Sholeh dari Banjar Melati yang letaknya berdekatan dengan desa Lirboyo. Berdiri pesantern ini pada tahun 1910 M. Dengan kyai Manab sebagai pendidrinya.59 Sebagaimana lazimnya Pesantren-Pesantren salaf, Pesantren Lirboyo dalam hal metode pengajaran mengacu pada pola pendidikan lama. Yakni dengan menggunakan sistem sorogan. Dalam metode ini yang dilakukan Santri adalah mereka membawa kitab tertentu kepada sang kyai dan membacanya di hadapan kyai. Selanjutnya kyai mendengarkan bacaan Santri dan kalau di rasa perlu dia membenarkan apa yang dibaca Santri bila terjadi kesalahan. Selain metode sorogan Pesantren Lirboyo juga menggunakan sistem bandongan yakni kyai terlebih dahulu membacakan suatu kitab lengkap dengan atribut penerjemahan ala jawa. Dalam metode ini kyai membacakan suatu kitab secara harfiah dengan symbol-simbol yang telah baku dipakai, seperti utawi, iku, apane, ing dalem, ing yento, dan lain-lain. Kemudian setelah itu kyai melanjutkannya dengan menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut. System pembelajaran bandongan ini bila di bandingkan dengan system pengajaran yang lain terkesan sangat liberal. 59
Ahmad Munjin N, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, tudi Kasus PP. Lirboyo Kediri(Kediri: t.p, t.t), h.62
34
Artinya Santri tidak dikenakan tuntutan apapun dalam proses belajar mengajar sebagaimana layaknya sebuah proses pendidikan formal.60 3. Pengertian Pesantren Khalaf (Modern) Pesantren Khalaf atau yang disebut juga pesantren modern Yaitu pendidikan memberikan
yang menerapkan sistem pengajaran klasikal
(madrasah),
ilmu umum dan agama, serta juga memberikan pendidikan
keterampilan. pesantren yang telah melakukan pembaharuan (modernisasi) dalam sistem pendidikan,kelembagaan, pemikiran dan fungsi. Pesantren modern tidak berarti merubah dan memodernisir sistem asuhnya yang berlandaskan kepada jiwa keimanan, ketaqwaan, keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah, dan kebebasan.61Ciri khas pesantren modern adalah adanya sistem klasikal, tahun ajaran, dengan agama serta satuan pendidikan. Perubahan metode pembelajaran dari bentuk halaqah kepada sistem klasikal merupakan konsekuensi dari perubahan kelembagaan pendidikan Islam yang menuntut penyesuaian metode pembelajaran. Perubahan tersebut mengakibatkan berubahnya bentuk hubungan guru dan murid yang bersifat personal.62 Pendidikan sekolah dengan mengadaptasi sistem klasikal, penggunaan bangku dan meja dan memasukkan pengetahuan umum sebagai bagian dari kurikulumnya, dikategorikan sebagai pendidikan modern. Pendidikan keagamaan dengan sistem sekolah, umumnya disebut dengan istilah madrasah. Kata madrasah dari bahasa Arab yang berarti sekolah. Dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata madrasah merupakan isim makan dari akar dorasa yang berarti tempat duduk untuk belajar. Dan istilah madarasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan tinggi.63
60
Ibid., hlm. 66. 61 Sholeh Rosyad, Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren Di Banten,(Banten:LPPM La Tansa), h.249 62 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009) h.204 63 W.J.S Poerdarminto,…. Hlm.618
35
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa pendidikan Islam di Indonesia sebelum tumbuhnya sistem pendidikan madrasah, dilaksanakan secara tradisional dan non klasikal. Ada yang dilaksanakan secara di surau-surau atau di masjid-masjid, di rumah-rumah kiai atau di pondok-pondok pesantren dengan duduk bersila, beralaskan tikar mengelilingi guru. Dan materi pelajarannya sepenuhnya bersifat keagamaan. Penggunaan istilah madrasah nampaknya digunakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan modernisasi pendidikan Islam dengan mengintrodusir sistem klasikal, penjenjangan, penggunaan bangku dan meja yang terasa secara teratur dan rapih dan sekaligus
memasukkan
pengetahuan
umum
sebagai
bagian
dari
kurikulumnya. Hanun Asrohah di dalam bukunya menyebutkan, bahwa penggunaan istilah madrasah di Indonesia adalah untuk membedakan dengan system tradisional dan sekaligus untuk membedakan dengan system pendidikan Belanda yang sekuler. Organisasi-organisasi pembaharuan Islam kemudian berlomba-lomba mendidrikan madarasah sebagai sarana untuk menyebarkan ide-ide pembaharuan agama.64 Menurut Syekh Sajjad dan Syekh Ali Ashraf, sistem pendidikan Islam yang dinamis, termasuk didalamnya madarasah, memiliki dua ciri pokok. Pertama dia mempunyai ciri-ciri dasar yang tidak berubah, yang membedakannua dengan sistem-sistem yang lain. Jika ciri-ciri dasar ini hilang, maka hilang pula system tersebut. Kedua, ia mempunyai satu mekanisme untuk menambah ciri-ciri yang tidak mendasar, jika mekanisme mengambil itu tidak terdapat, maka system itu tidak akan dapat menyesuikan dirinya dengan perubahan waktu dan ruang. Jika demikian, system akan terhambat dan kemudian menghilang.65 Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa untuk kepentingan ini, diperlukan dua kemampuan sekaligus. Pertama, kemampuan menangkap essensi terdalam dari eksistensi pendidikan Islam yang mungkin tidak bias digantikan oleh peran lembaga-lembaga lain. Kedua, 64
Hanon Asrohah, …., hal.193 Syeikh Sajjad dan Syeikh Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam, (Bandung: Risalah Press, 1993),hlm.65 65
36
kemampuan dan kejelian membaca situasi yang berkembang yang menuntut perubahan pendidikan Islam secara konstruktif, sebagai adaptif dan antisipatif. Bila kita renungkan secara lebih mendalam, kebutuhan terhadap dua kemampuan di atas jelas mencerminkan adanya suatu interaksi antara aspek teoritis dan aspek empiris (realita). Ketika misalnya, aspek teoritis pendidikan Islam dirumuskan dalam batas minimal, dalam arti sebagai upaya menanamkan dan memupuk keimanan dan kesalehan, maka jelas peluang perubahan zaman sangat terbuka. Akan tetapi jika pendidikan Islam yang secara teoritis dirumuskan kedalam batas maksimal, yang dalam pengertian tradisional sepenuhnya harus mengerjakan mata pelajarannya secara tradisional pula bertumpu pada kajian kitab-kitab kuning atau kitab-kitab klasik, tanpa memasukkan mata pelajaran umum seperti yang diberikan di sekolah, maka peluang perubahan dan penyesuaian diri terhadap keadaan dan perubahan zaman sangat tertutup, meskipun elemen-elemen modern itu sendiri telah masuk kedalamnya Dan seperti yang dijelaskan oleh H.Maksum diatas, yaitu bahwa secara evaluative pendidikan Islam dalam bentuk madrasah di Indonesia adalh dianggap sebagai perkembangan lanjut atau pembaharuan dari lembaga pendidikan Islam system pesantren, surau masjid dan lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa jauh sebelum tumbuh dan berkembang jenis pendidikan madrasah, pendidikan Islam di Indonesia telah berkembang dan berlangsung di masjid-masjid atau surau, dan di pondok-pondok pesantren. Dan karena eksistensi madrasah dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia tergolong fenomena modern yaitu dimulai sekitar awal abad ke-20 M. Maka jelas sebelum masa itu, baik dalam buku-buku sejarah pendidikan Islam di Indonesia ataupun tradisi lisan, sejauh ini tidak pernah terdengar yang menginformasikan adanya lembaga pendidikan Islam sistem sekolah, yang disebut madrasah pada masa awal-awal pentebaran dan perkembangan Islam di Indonesia.
37
Dalam pengembangan Islam ke seluruh Nusantara, peran pesantren tak diragukan lagi bahwa berdasarkan kajian sejarah tentang perkembangan pondok pesantren di Indonesia, lembaga ini menghasilkan tamatan atau lulusan yang sangat hidup mandiri. Para santri yang tamat dari pondok pesantren ini kemudian kembali hidup berbaur dalam masyarakat, banyak di antara mereka yang kemudian mendirikan pondok pesantren.66 Tetapi dengan perkembangan zaman, peranan pesantren masa kini, lebihlebih masa dating, adalh benar-benar peranan dalam menjawab tantangan. Peranan pesantren dalm menjawab tantanagan inilah yang membuatnya semacam berada di persimpangan jalan yaitu persimpangan antara meneruskan peran ideal yang telah diembannya selama ini atau justru harus menempuh jalan menyesuaikan diri dengan keadaan. Yaitu keikutsertaan sepenuhnya dalam arus pengembangan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sebagai cirri utama kehidupan abad ini. Dunia pesantren sebagai lembaga Islam tradisional telah terbuka untuk pembaharuan. Sifat terbuka adalah model penting bagi penyesuaian diri terhadap perkembangan zaman. disebutkan bahwa organisasi pondok pesantren dewasa ini meskipun tidak seluruhnya selalu cendrung bersifat adaptif terhadap modernisasi, terutama modernisasi di bidang pendidikan. Dan dengan diberlakukan surat keputusan bersama (SKB) Tiga Mentri dan Keputusan mentri agama dengan sekolah umum, mengakibatkan perhatian masyarakat terhadap pondok pesantren sangat menurun. Para santripn berorientasi
dan
lebih
mementingkan
ijazah,
akhirnya
para
kiai
mengembangkan pendidikan sekolah, baik sekolah umum atau sekolah agama (madrasah) yang menggunakan kurikulum pemerintah menjadi bagian dari sistem pendidikan pesantren.67
66 67
hlm.188
Ibid.,Syafi’i Noer,…., 72 Sukamto,Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, (Jakarta:Pustaka, LP3ES 1999), Cet.I,
38
4.
Ciri Khas dan Kurikulum Pesantren Salaf Seiring dinamika zaman, banyak pesantren yang sistem pendidikan
asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak wajib diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan keNU-annya seperti tahlilan, qunut, yasinan, dll. Pondok pesantren Modern memiliki konotasi yang bermacam-macam. Tidak ada definisi dan kriteria pasti tentang ponpes seperti apa yang memenuhi atau patut disebut dengan pesantren 'modern'. Namun demikian, beberapa unsur yang menjadi ciri khas pondok pesantren modern adalah sebagai berikut:
1. Penekanan pada bahasa Arab percakapan 2.
Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan klasik/kitab kuning)
3.
Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag
4.
Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti sorogan, wetonan, dan bandongan.
Kriteria-kriteria di atas belum tentu terpenuhi semua pada sebuah pesantren yang mengklaim modern. Pondok modern Gontor, inventor dari istilah pondok modern, umpamanya, yang ciri modern-nya terletak pada penggunaan bahasa Arab kontemporer (percakapan) secara aktif dan cara berpakaian yang meniru Barat. Tapi, tidak memiliki sekolah formal yang kurikulumnya diakui pemerintah.
39
Pada era 1970-an, pesantren mengalami perubahan yang sangat signifikan yang tampak dalam beberapa hal. Pertama, peningkatan secara kuantitas terhadap jumlah pesantren. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977, ada 4.195 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 667.384 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 5.661 pesantren dengan 938.397 orang santri pada tahun 1981. kemudian jumlah tersebut menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 5,9 juta orang pada tahun 1985. Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan bentuk-bentuk pendidikan di pesantren tersebut diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: 1.
Pesantren
yang
menyelenggarakan
pendidikan
formal
dengan
menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun yang juga memiliki sekolah umum. 2.
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dalam bentuk Madrasah Diniyah
3.
Pesantren yang hanya sekedar manjadi tempat pengajian
4.
Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk Madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional. Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa beberapa pesantren
ada yang tetap berjalan meneruskan segala tradisi yang diwarisinya secara turun temurun, tanpa ada perubahan dan improvisasi yang berarti, kecuali sekedar bertahan. Namun ada juga pesantren yang mencoba mencari jalan sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu singkat. Pesantren semacam ini adalah pesantren yang kurikulumnya berdasarkan pemikiran akan kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya. Meskipun demikian, semua perubahan itu, sama sekali tidak mencabut pesantren dari akar kulturnya. Secara umum pesantren tetap memiliki fungsifungsi sebagai: (1) Lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu pengetahuan agama (tafaqquh fi addin) dan nilai-nilai islam (Islamic values).
40
(2) Lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial (social control). (3) Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (Social engineering). Perbedaan-perbedaan tipe pesantren di atas hanya berpengaruh pada bentuk aktualisasi peran-peran ini. Modernisasi atau inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai upaya untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang , baik berupa hasil penemuan (invention) maupun discovery, yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren. Miles mencontohkan inovasi (modernisasi) pendidikan adalah sebagai berikut 1. Bidang personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial, tentu menentukan personel sebagai komponen system. 2. Fasilitas fisik. 3. Pengaturan waktu. Menurut Nur Cholis Majid, yang paling penting untuk direvisi adalah kurikulum pesantren yang biasanya mengalami penyempitan orientasi kurikulum. Maksudnya, dalam pesantren terlihat materinya hanya khusus yang disajikan dalam bahasa Arab. Mata pelajarannya meliputi fiqh, aqa’id, nahwu-sharf, dan lain-lain. Sedangkan tasawuf dan semangat keagamaan yang merupakan inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan. Tasawuf hanya dipelajari sambil lalu saja, tidak secara sungguh-sungguh. Padahal justru inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern. Disisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih dilaksanakan secara setengah-setengah, sehingga kemampuan santri biasanya samgat terbatas dan kurang mendapat pengakuan dari masyarakat umum. Maka dari itu, Cak Nur menawarkan kurikulum Pesantren Modern Gontor sebagai model modernisasi pendidikan pesantren.
41
C. Kajian yang Relevan Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas Pondok Pesantren Qotrun Nada. Terdapat dalam jurnal dan juga terdapat dalam artikel dan Skripsi,tesis diantaranya tesis yang ditulis oleh Hendra Hidayat,S.H.I “Efektivitas penerapan metode Amtsilati terhadap Siswa MA Pondok Pesantren Qotrun Nada”. Di dalam tesis ini Hendra Hidayat memaparkan Mengenai Pelaksanaan metode amtsilati (cara cepat membaca kitab kuning) karangan kyai Taufiqul Hakim Jepara di Pondok Pesantren Qotrun Nada.68 Artikel yang ditulis oleh Achyanudin Syakier dengan judul “All About Qotun nada”. Dalam artikel ini dimuat sejarah Qotrun Nada sampai dengan harapan dan cita-cita yang diharapkan kedepannya.
68
Hendra Hidayat, “Efektivitas penerapan metode Amtsilati terhadap Siswa MA Pondok Pesantren Qotrun Nada, Tesis pada Pasca Sarjana UIK Bogor.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat yang menjadi lapangan penelitian adalah Pondok Pesantren Qotrun Nada yang berlokasi di RT.02/03, Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok. 2. waktu penelitian ini dilaksanakan Tanggal 29 September 2013 s/d 25 Desember 2013
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dan metode yang digunakan Metode Deskriptif. Yaitu penelitian yang datanya berbentuk katakata atau gambar daripada angka-angka, sehingga tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.69 Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam melakukan penelitian lapangan ini, digunakan beberapa teknik mengumpulkan data-data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu: 1.
Penelitian Kepustakaan (Library Receach) Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari
berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. 2.
Penelitian Lapangan (field research) Penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke objek
penelitian yaitu Pondok Pesantren Qotrun Nada, penulis juga berusaha mencari dan menemukan jawaban dari penulisan skripsi ini, yakni sumber
69
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 3.
43
dan profil dan juga alasan pihak pesantren dalam menerapkan kedua sistem tersebut. C. Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam proses menemukan dan mengumpulkan data tentunya harus tercipta sebuah harmonisasi hubungan peneliti dengan informan sehingga tercipta hubungan yang baik diantara keduanya. Menurut Sparadley ada beberapa tahapan untuk menciptakan harmonisasi yang baik antara peneliti dan informan, tahapantahapan itu adalah Apprehenssion, ekploration, cooperation, dan participation. 1) Apprehenssion. Pada tahap ini antara peneliti dan objek penelitian atau informan belum saling mengenal. Untuk melewati tahap ini dengan memuaskan, maka peneliti harus melakukan upaya secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi cara berfikir dan minat objek penelitian atau informan. Untuk selanjutnya juga selalu berupaya agar kontak personal setiap saat terjadi dengan informan. 2) Eksplorasi. Pada tahap ini antara peneliti dan informan lebih jauh saling melacak latar belakang keduanya, sehingga tidak jarang muncul interaksi saling uji, saling lacak kemampuan, jalan pikiran, kepercayaan, serta asal-usul. Dalam menghadapi kondisi ini, peneliti harus menciptakan kondisi yang amat menguntungkan terhadap tujuan peneliti berada di tempat penelitian 3) Cooperation. Pada tahap ini antara peneliti dan informan saling percaya, saling menerima, sehingga informan bersedia bekerjasama dengan peneliti untuk membantu jalannya tugas peneliti. 4) Participation. Pada tahap ini setelah informan bersedia bekerjasama biasanya dilanjutkan dengan upaya-upaya konkret untuk berpartisipasi membantu peneliti menghimpun informasi yang dibutuhkan.70 Dengan tahapan prosedur pengumpulan data tersebut dapat dikatakan bahwa studi tokoh pada umumnya menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi. 70
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 137-138.
44
a.
Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek atau informan penelitian untuk mendapatkan jawaban.71 Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai.72 Wawancara tidak hanya sekedar percakapan biasa, dalam wawancara diperlukan kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam, halus, dan tepat, dan kemampuan untuk mendapatkan pokok pikiran orang lain dengan cepat.73 Metode wawancara yang yang digunakan dalam studi tokoh dapat dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara tidak terstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, pandangan, perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.74 Sedangkan wawancara secara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, sehingga kekhasan wawancara mendalam keterlibatannya dalam kehidupan informan.75
71
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 1270. 72 Masri Singarimbun, Sofian Efendi (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 192. 73 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. 6, h. 114. 74 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), h. 72. 75
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 108.
45
Adapun informan yang akan diwawancarai dalam skripsi ini adalah Pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada Bapak.K.H.Drs.Burhanudin Marzuki, serta pihak-pihak lain yang besangkutan dengan penulisan skripsi ini, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan, sehingga kemudian data yang diperoleh peneiti adalah data yang valid atau bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. b.
Dokumentasi Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, laporan, artefak dan foto. Sifat yang utama pada data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi pada waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flasdisk, dan data yang tersimpan di web site.76 c.
Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.77 Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks dimana kegiatan itu terjadi. Data itu diperoleh berkat adanya peneliti di lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung.78 Adapun teknik pengolahan data, setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang
76
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. 1, h. 141. 77 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3,h. 116. 78 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 59.
46
mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
D. Pemeriksaan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: 1.
Kredibilitas data Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif
adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian
tersebut.
Strateginya
meliputi
perpanjangan
pengamatan,
ketekunan penelitian, triangulasi (mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber dari luar data sebagi bahan perbandingan), diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheking. 2.
Transferabilitas. Dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua orang
untuk membaca laporan penelitian sementara yang telah dihasilkan oleh peneliti, kemudian pembaca diminta untuk menilai substansi penelitian tersebut
dalam
meningkatkan
kaitannya
dengan
trransferabilitas
fokus
dengan
penelitian.
melakukan
Peneliti suatu
dapat
pekerjaan
mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut. Dengan kata lain apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. 3.
Dependabilitas Data Apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Artinya apakah peneliti akan memperoleh hasil yang sama jika peneliti melakukan pengamatan yang sama untuk kedua kalinya.79 4.
Konfirmabilitas
79
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 79-80.
47
Apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.80
E. Analisa Data Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah ditemukannya kepada orang lain.81 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content analysis) dalam bentuk deskriptif yaitu berupa catatan informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan.82
80
Ibid., Emzir, ... h. 81. Ibid., Emzir, ... h. 85. 82 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 155-159. 81
48
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Qotrun Nada 1.
Letak Geografis Pondok Pesantren Qotrun Nada
Pondok Pesantren Qotrun Nada terletak di kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Menurut letaknya kelurahan Cipayung Jaya dibatasi oleh daerah-daerah sebagai berikut : Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Pabuaran. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Cipayung. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pasir Putih. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bojong Pondok Terong. Adapun jarak Pondok Pesantren Qotrun Nada dengan Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor + 18 KM, jarak dengan Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat + 120 Km., jarak dengan pusat kota Depok + 3 Km. Sedangkan jarak dengan Ibukota Negara + 16 Km. 2.
Sejarah Singkat Pembahasan tentang Pesantren Qotrun Nada ini akan difokuskan
terutama
pada
pembahasan
mengenai
latar
belakang,
sejarah
perkembangan dan tujuan serta visi dan misi dari pengembangan sistem pesantren dengan mengkolaborasikan pendidikan salafy dan modern atau pengembangan pendidikan klasikal secara terpadu. Kemudian sistem pengajaran, administrasi dan hasil yang dicapai serta permasalahan da solusinya. Bahan-bahan pembahasan pada bab ini seluruhnya berasal dari dokumen-dokumen mengenai pasantren Qotrun Nada, akta yayasan, dokumen pengurus di lembaga pesantren termasuk hal wawancara. Qotrun Nada, sekilas memang masih asing ditelinga kita untuk nama sebuah lembaga keagamaan atau pondok pesantren karena memang terkesan unik dan aneh akan tetapi ini adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa Qotrun Nada adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang terletak di daerah Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan
49
Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Meskipun terletak didaerah yang agak terdalam dan berada persis ditepi sungai namun tidak meruntuhkan niat para santri untuk menuntut ilmu disini, dengan keyakinan yang kuat itulah yang membuat ratusan santri berkumpul dalam sebuah wadah yang selalu
dinantikan
hasilnya.Meskipun
mereka
terdiri
dari
keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah Jawa, Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh dan Jambi, namun mereka semua dengan teguh memegang prinsip “Bhineeka Tunggal Ika” sampai mereka akhirnya bersatu dalam kesatuan yang kokoh bak sebuah bangunan yang mana antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan.83 Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang hanya digunakan oleh masyarakat Cipayung untuk kegiatan mengajarkan Al Qur’an namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini semakin diminati oleh masyarakat Cipayung dan sekitarnya, sampai akhirnya atas dorongan dan keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995 mulailah diadakan penerapan pendidikan islam yang dikembangkan melalui pengajian kitab pada luar jam sekolah
atau pada bahasa
masyarakat cipayung adalah santri kalong.Santri kalong adalah santri yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian kitab salafi pada waktuwaktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah masing-masing. Dikarenakan peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan dari para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakn agarlebih dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk bermukim di majlis ta’lim,khusus putra bermukim disebelah kediaman kyai sedangkan khusus putri bermukim dikediaman orang tua sang kyai, yaitu al-walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat yang memadai untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, 83
Qotrun Nada, Sejarah singkat Qotrun Nada,(Bogor:Qotrun Nada,2004)
50
dan tahun berganti tahun.Seiring dengan dukungan para masyarakat maka tepat pada tanggal 09 September 1996 dimulailah pelaksanaan peletakan batu pertama diatas tanah seluas 1500 M dan sejak itu pula majlis ta’lim tersebut dinamai oleh salah seorang kyai yang merupakan guru dari sang pimpinan yang bernama KH. Ahmad Zaini dengan nama “Qotrun Nada” yang memiliki arti “Tetesan Embun Pagi”, Dengan nama Qotrun Nada-lah kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran Kreatif, Inovatif, serta Positif dan dengan landasan yang berdasarkan atas Al Qur’an dan Hadits, seperti halnya tetesan embun yang senantiasa Allah turunkan
dari
langit
yang
membawa
pencerahan
untuk
alam
disekelilingnya. Dan akhirnya tepat pada tahun 1997 dimulai secara resmi penerimaan santri baru dengan jumlah santri yang
pada saat itu
berjumlah 52 orang itu pun belum semuanya bermukim dikarenakan masih banyaknya kekurangan disana sini, walaupun terkesan begitu miris namun inilah yang dapat kami sampaikan sangat apa adanya, tanpa mengurangi atupun menambahkan dan alhamdulillah seiring dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang hingga detik ini atas do’a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat ini pula kami telah memiliki sekitar 1200 santri dan seluruhnya bermukim dipondok. Program pendidikan yang dikembangkan oleh pendiri Pondok Pesantren Qotrun Nada (The Family Fathors) yang terdiri dari : KH. Drs. Burhanuddin Marzuki, Ust. Syamwari, Ust. Achyanuddin Syakier. Secara perlahan-lahan dan dengan penuh kesabaran diiringi dengan dedikasi yang tinggi Beliau telah berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Qotrun Nada menjadi suatu lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kaderisasi seorang yang berjiwa keagamaan. Program yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah program terpadu yaitu panduan belajar selama enam tahun yang meliputi
51
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun Pondok Pesantren Qotrun Nada ini juga membuka program pendidikan yang agak singkat meliputi program Takhassus/Intensif yang setingkat dengan Aliyah yaitu hanya tiga tahun bagi para lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau SLTP yang ingin melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Qotrun Nada ini. Pondok
Pesantren
Qotrun
Nada
sangat
terkenal
dengan
kedisiplinannya, mulai dari disiplin waktu sampai dengan disiplin akan peraturan yang telah ditetapkan. Dan QotrunNada sendiri terdiri dari berbagai macam organisasi, baik organisasi dalam lingkup yang besar(Majlis Guru) maupun yang masih dalam lingkup yang masih kecil/ISQN (Ikatan Santri Qotrun Nada) yang mana seluruh organisasiorganisasi
tersebut
saling
bekerja
sama
dalam
melaksanakan
kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang senantiasa dijaga oleh para santrinya. Upaya pengembangan Pondok Pesantren tidak cukup jika hanya dari banyaknya prestasi saja, tapi juga jasa dari pengasuh dan pimpinan yang senantiasa selalu mensyiarkan tentang Pondok Pesantren kehadapan publik sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang apa itu sebuah pondok pesantren dan bagaimana cara memilih pondok pesantren yang benar sehingga tidak menimbulkan kesalahan nantinya.selain itu juga ada kegiatan akhir tahun yang dilaksanakan oleh para calon alumni setelah mereka mengikuti Ujian Akhir (UN) yaitu kegiatan pembelajaran atau yang biasa kami sebut dengan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat) hasil dari kegiatan tersebutlah yang sedikit banyaknya mampu mengambil perhatian masyarakat yang menjadi tuan rumah dari kegiatan tersebut dan Alhamdulillah semuanya yang dilakukan oleh para santri kami semuanya dapat mereka terima dan dipandang dengan pandangan yang baik.
52
3.
4.
Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada a.
Nama
: Pondok Pesantren Qotrun Nada
b.
Nomor Statistik Madrasah
: 510032760035
c.
Akreditasi Madrasah
:A
d.
Alamat Lengkap Madrasah
: Jl. Pon-Pes Qotrun Nada No. 1
1) RT
: 02/03
2) Kelurahan
: Cipayung Jaya
3) Kecamatan
: Cipayung
4) Kota
: Depok
5) Provinsi
: Jawa Barat
e.
NPWP
: 21.087.764.3-412.001
f.
Nama Pimpinan
: Drs. H. Burhanuddin Marzuki
g.
No Telp. Hp
: 021-7764063
h.
Nama Yayasan
: Qotrun Nada
i.
Alamat Yayasan
: Jl. Pon-Pes Qotrun Nada No. 1
1) RT
: 02/03
2) Kelurahan
: Cipayung Jaya
3) Kecamatan
: Cipayung
4) Kota
: Depok
5) Provinsi
: Jawa Barat
j.
Telp Yayasan
: 021-7764063
k.
No. Akte Pendirian Yayasan
: 01/1 Oktober2001
l.
Kepemilikan Tanah
:
1) Status Tanah
: Yayasan
2) Luas Tanah
: 15000 M2
m. Status Bangunan
: Yayasan
n.
: 10000 M2
Luas Bangunan
Panca Jiwa Pondok Pesantren Qotrun Nada a.
Keikhlasan
b. Kesederhanaan c.
Kemandirian
53
d. Ukhuwah Islamiyah e. 5.
6.
Kebebasan
Motto Pondok Pesantren Qotrun Nada a.
Berakhlakul Karimah
b.
Berbadan Sehat
c.
Berpengetahuan Luas
d.
Berpikiran Bebas
Visi Pondok Pesantren Qotrun Nada
المـحافظة على القديم الصالح واألخذ بالـجديد األصلح 7.
8.
Misi Pondok Pesantren Qotrun Nada a.
Mencipatakan Generasi Yang Berakhlakul Karimah
b.
Berilmu Amaliyah, Beramal Ilmiyah
c.
Mampu Menjalankan Perintah & Menjauhi Larangan Allah SWT
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Qotrun Nada Sarana-sarana yang terdapat di Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah sebagai
berikut : a.
Gedung sekolah permanen 3 lantai.
b.
Masjid pesantren
c.
Sarana Olahraga
d.
Asrama santri putra/i
e.
Koperasi santri
f.
Posketren (Pos Kesehatan Pesantren)
g.
Lab Komputer
h.
Lab Bahasa Arab dan Inggris
i.
Lapangan Olah raga
j.
Ruang Organisasi
k.
Kantor majlis guru
l.
Asrama guru
54
B. STRUKTUR ORGANISASI Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Qotrun Nada
55
C. TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI 1.
Qotrun Nada dan Kurikulumnya Perpaduaan antara kurikulum dari kementrian agama (MTs dan MA sesuai dengan Sisdiknak dengan kurikulum pondok modern dan pesantren Salafiyah yang diselaraskan dengan satu kesatuan utuh menjadi kurikulum Pondok Pesantren Qotrun Nada (KPPQN) Meteri pelajaran yang terdapat dikurikulum MTs dan MA dalam Sisdiknas Materi pembelajaran yang terdapat di Pondok Modern terutama penguasaan dua bahasa asing (Arab dan Inggris) Meteri pengkajian Kitab-Kitab Kuning yang biasa dikaji di beberapa pesantren Salafiyah
2.
Qotrun Nada dan Metode Pembelajaran Klasikal yang terpisah antara santri laki-laki dan perempuan Klasikal pararel dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 dan kelas tak khusus 1 sampai dengan tak khusus 3 (untuk santri lulusan MTs ataupun SMP) Bandongan, Sorogan, diskusi, teori dan praktek pembacaan kitab klasik Pendamping proses Bimbingan dan Konseling
3.
Qotrun Nada dan Personil Yang terlibat didalamnya Dalam mengelola jalannya seluruh kegiatan pesantren, adminstrasi dan
proses pendidikan dan pengajaran kami didukung oleh tenaga-tenaga yang terdiri dari sarjana S1 maupu S2 dari PTN, PTS dalam negri maupun luar negri seperti Universitas Madinah, Al-Azhar Cairo, Universitas Malaya, Alumnus Pondok Modern dan Salafiyah. Disamping itu pula didukung penuh oleh tenaga Alumni “Qotrun Nada” baik yang telah menyelesaikan sarjananya atau yang sedang berstatus mahasiswa pada tingkat pelaksanaan teknis kegiatan, adminstrasi, dan penunjang KBM.
56
4.
Qotrun Nada dan tupoksi struktur organisasinya. a. Pengasuh, menentukan kebijakan umum,langkah strategis dan pengambil keputusan yang dikoordinasikan dengan direktur, serta menyusun rencanainduk pengembangan PP Qotrun Nada. b. Direktur, melaksanakan kebijakan khusus dan keputusan yang telah dikoordinasikan dengan pengasuh , menyusun rencana strategis serta menjadi rujukan untuk konsultasi bagi seluruh perangkat organisasi dibawahnya. c. Kepala sekolah,menentukan kebijakan yang berkaitan dengan KBM selama jam sekolah serta mengadakan kordinasi dengan lembaga pemerintah. d. Sekretaris dan staf administrasi, menyusun agenda pendidikan yang berkaitan dengan kegiatan khusus PPQN dan menjadi penanggung jawab ketertiban administrasi. e. Bendahara dan Staf keuangan, menyusun rencana anggaran dan pendapatan PPQN, dan menjadi penanggung jawab sirkulasi keuangan dan adiminstrasinya. f. Wali kelas, menyusun kegiatan KBM,penanggung jawab bimbingan dan murid terkait dan penanggung jawab administrasi kelas. g. Pembina Bahasa, menyusun program pengembangan kemampuan bahasa arab dan inggris santri,,penanggung jawab lab.bahasa. h. Pembina ISQN, menyusun agenda kegiatan ISQN, penanggung jawab pengasuhan dan perizinan santri. i. Pembina Pramuka,menyusun agenda kegiatan kepramukaan dan penanggung jawab kegiatan dan administrasinya. j. Koordinator
computer,
menyusun
KBM
computer
berserta
pengadministrasiannya, menyusun rencana pengembangan pengajaran computer dan penanggung jawab laboratorium computer. k. Kordinator tahsin tahfidz, Menyusun program pendidikan dan pengajaran baca tulis Al Qur an, penanggung jawab kegiatan
57
pendalaman kemampuan membaca Al Qur an serta penghapalan AlQur an santri. l. Kordinator Sarana dan prasarana, penanggung jawab penyediaan dan pemeliharaan sarana pesantren, penanggung jawab kebutuhan asrama dan dapur umum. m. Kordinator Kutubutturats, menyusun KBM khusus pengajian kitab klasik dan pengadministrasian kegiatannya, menyusun metodologi pengajaran kitab klasik dan bertanggung jawab pada rencana pengembangan kegiatan pengajian kitab klasik. 5.
Qotrun Nada dan Kegiatan Santrinya Dalam melaksanakan kegiatan keseharian santri di Qotrun Nada diatur
dengan alokasi waktu berdasarkan bentuk kegiatanya. Kegiatan tersebut dibagi menjadi: Kegiatan harian Pukul 03.30 – 04.30
: Bangun pagi, shalat tahajud dan pembacaan Wiridul Latif
Pukul 04.30 – 05.00
: Shalat Subuh berjamaah dan pembacaan Ratibul At-Thas
Pukul 05.00 – 06.00
: Pengkajian kitab kuning sesuai dengan kelasnya
Pukul 06.00 – 07.00
: Mandi dan Sarapan Pagi
Pukul 07.00 – 07.20
: Latiahan percakapan Bahasa Arab/Inggris (Muhadatsah)
Pukul 07.20 – 12.20
: Belajar dikelas
Pukul 12.20 – 13.30
: Shalat
Dzuhur
berjamaah
pembacaan
Asmaul Husna Pukul 13.30 – 15.00
: Makan siang dan istirahat
Pukul 15.00 – 16.00
: Shalat Ashar berjamaah dan pembacaan Wirdul latif
58
Pukul 16.00 – 17.00
: Pengkajian Kitab kuning sesuai dengan kelasnya
Pukul 17.00 – 18.00
: Mandi Makan Sore Dan Persiapan Shalat Magrib
Pukul 18.00 – 18.30
: Shalat Magrib berjamaah dan pembacaan Ratibul Hadad
Pukul 18.30 – 19.30
: Kegiatan Tahsin dan Tahfidz Qur’an
Pukul 19.30 – 20.00
: Shalat Isya berjamaah dan pembacaan Surat Al-Waqi’ah
Pukul 20.00 – 21.00
: Tahsin/Tahfidz Qur’an, pengajian Kitab Kuning, Amtsilaty
Pukul 21.00 – 22.00
: Mudzakarah / belajar malam
Pukul 22.00 – 22.15
: Pengulangan Muhadatsah
Pukul 22.15 – 03.30
: Istirahat/Tidur malam
Kegiatan Mingguan Setiap hari Rabu pagi
: Kegiatan olahraga untuk santri putra dan pengajian umum untuk santri putrid
Setiap hari Jum’at Pagi
: Kegiatan olahraga untuk santri putrid dan pengajian umum untuk santri putra
Setiap malam Jum’at
: Pembacaan Dzikir, Tahlil, Ratib dan Maulid
Setiap sabtu siang
: Kegiatan ke-Pramukaan
Setiap malam minggu
: Latihan Muhadloroh 3 bahasa
Setiap minggu pagi
: Kegiatan olahraga seluruh Santri
Setiap minggu siang
: Kegiatan ekstra Kurikuler Santri
Kegiatan Bulanan Setiap minggu pertama
: Pengajian bulanan dan waktu kunjungan
59
Santri
6.
Setiap tanggal 17 pagi
: Upacara Bendera
Waktu Terprogram
: Kegiatan Organisasi Santri
Qotrun Nada dan Program Khasnya Program khas yang ada pada Qotrun Nada adalah: a.
Praktek Mengajar (Amaliyah Tadris) Khusus santri tingkat akhir
b.
Praktek pengabdian masyarakat (PPM) khusus santri tingkat akhir
c.
Program pemberdayaan alumni dalam manajemen PP Qotrun Nada
d.
Program beasiswa kuliah bagi alumni berprestasi
e.
Program cepat penguasaan Kitab Kuning metode Amtsilaty
f.
Program Pengalaman Organisasi santri
g.
Penempatan alumni dalam masa pengabdianya pada tenaga teknis dan penunjang di beberapa pesantren lain.
h.
Dan lain sebagainya yang terumuskan dalam rencana strategis pengembangan Qotrun Nada.
7.
Qotrun Nada dan alumninya Alumni bagi qotrun nada adalah asset yang tidak ternilai.Melalui
merekalah siklus perkembangan qotrun nada terus berputar. Lewat mereka jualah eksistensi qotrun nada dikenal masyarakat luas.Iklan berjalan lewat jaringan kegiatan alumni baik individu dan kelompok menjadikan qotrun nada menyebar kedaerah dimana alumninya berkiprah.perjuangan mereka selama 6 tahun masa pendidikan di Qotrun Nada adalah bekal yang berharga dalam mengarungi perjalanan hidup mereka. Menurut data yang telah dihimpun oleh manajemen, alumni qotrun nada berjumlah : 1.
Angkatan pertama tahun 2003 berjumlah
: 19 orang
2.
Angkatan kedua tahun 2004 berjumlah
: 22 orang
3.
Angkatan ketiga tahun 2005 berjumlah
: 25 orang
4.
Angkatan keempat tahun 2006 berjumlah
: 39 orang
5.
Angkatan kelima tahun 2007 berjumlah
: 50 orang
6.
Angkatan keenam tahun 2008 berjumlah
: 99 orang
60
7.
Angkatan ketujuh tahun 2009 berjumlah
: 66 orang
8.
Angkatan kedelapan tahun 2010 berjumlah
: 110 orang
9.
Angkatan kesembilan tahun 2011 berjumlah : 90 orang
10. Angkatan kesepuluh tahun 2012 berjumlah Total keseluuruhannya adalah
: 118 orang : 638 orang.
Kelanjutan pendidikan para alumni tersebar dibeberapa perguruan tinggi negri dan swasta serta pondok pesantren lanjutan. Sedangkan profesi yang digelauti alumni pasca pendidikannya antara lain,pegawai negeri,pegawai swasta, wiraswasta, pengabdian dimasyarakat dengan mengajar dibeberapa lembaga pendidikan dan majlis taklim. Namun demikian ada beberapa alumni yang diminta mengabdi di almamaternya sambil meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi. Alumni inilah yang kemudian diikutsertakan dalam program pemberdayaan di manajemen PP Qotrun Nada. Alumni Qotrun Nada tergabung dalam organisasi alumni yang diberi nama
AN
NADA
yang
selalu
mengupayakan
perkembanagn
dan
pemberdayaan alumni dengan terus berkoordinasi derngan almamaternya.
D. Dasar dan Tujuan Sebagaimana yang telah kita ketahui mengenai dasar dan tujuan pendidikan Islam tradisional,sangat sulit menemukan rumusan tujuan secara terulis tentang tujuan pendidikan pesantren tradisional secara umum. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, pertama karena setiap pesantren sering memiliki arah perkembangan yang berbeda. Perbedaan waktu berdirinya sebuah pesantren, misalnya ada sebutan pesantren salaf (pesantren tradisional) dan pesantren khalaf (pesantren moderen) atau bahkan sebuah pesantren yang sekaligus merupakan gabungan antara sistem salaf dan khalaf, contohnya adalah pesantren Qotrun Nada. Kedua, bahwa boleh jadi lembaga-lembaga pendidikan pesantren mempunyai dasar-dasar ideologi keagamaan yang sama, namun kedudukan tiap-tiap pesantren itu umumnya bersifat personal dan individual. Berbeda dengan sistem sekolah
61
yang menginduk kepada satu sistem kurikulum dan tujuan yang sama, kedudukan tiap-tiap pesantren sangat bersifat personal, berdiri sendiri-sendiri sangat tergantung pada kualitas yang dimiliki oleh Kiai. Dan karena umumnya sebuah pesantren didirikan secara indiwidual oleh seorang kiai, sebagai figur sentral yang berdaulat penuh menetapkan tujuan pesantrennya, maka setiap pesantren mempunyai tujuan tidak tertulis yang berbeda-beda. Jika antara pesantren salaf itu sendiri mempunyai tujuan tidak tertulis yang berbeda-beda, yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kualitas kiai itu sendiri, tentu berbeda pula dengan tujuan pesantren khalaf yang mengembangkan pendidikan dengan sistem klasikal. San akan berbeda pula dengan pesantren yang merupakan koaborasi antara sistem salafi dan khalaf.meskipun demikian, dapat ditarik kesimpulan, yang menggambarkan adanya suatu keagamaan tujuan berdirinya suatu lembaga pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional. Yaitu kita harus mengingat kembali latar belakang historis berdirinya pesantren, oleh karena itu tujuan pendidikan tentu tidak dapat terlepasdari hal itu semua. Berdirinya sebuah pesantren biasanya tidak dapat dipisahkan dari keadaan sosial
dan
budaya
masyarakat
setempat.
Meskipun
belim
ada
data
tertulismengenai keberadaan awal berdirinya pesantren secara pasti namun informasi lisan sering menceritakan bahwa lingkungan yang didirikan pesantren merupakan lingkingan yang lemar akan ajaran Islam. Inilah yang dilakukan oleh kiai Burhanudi Marzuki dan teman-teman membuka pengajian secara sederhana yang diawali dengan membukan pengajian Al qur’an. Adapun dasar dan tujuan beliau mendrikan lembaga pendidikan pesantren adalah untuk mempertahankan tradisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan tujuan lain didasarkan pada ucapan beliau yang sering diungkapkan secara lisan pada setiap kesempatan. Pemikiran K.H Burhanudin didasarkan pada wahyu Allah SWT. K.H Burhanudin di dalam ungkapannya tidak menghendaki santri menjadi seorang muslim yang semata-mata hanya mengejar kenikmatan akhirat atau sebaliknya, hanya menikmati kenikmatan dunia saja. Dia menghendaki agar
62
seorang muslim itu seimbang hidupnya dalam mengejar kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Ungkapan beliau yang didasarkan atas wahyu Allah tersebut lebih lanjut dijabarkan bahwa untuk menjalani hidup ini, manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi harus dapat menciptakan, membina dan menjalani tiga derajat hubungan secara harmonis. Yaitu hablun minallah (hubungan dengan Allah) hablun minannaas (hubungan dengan manusia) dan hablun minal’alam (hubungan dengan alam).84 Ketiga komponen hubungan tersebut harus terintegrasi dalam kesatuan yang sangat utuh . hal tersebut berartibahwa setiap anak didik dalam konsep pendidikan Islam harus dipersiapkan dan diarahkan untuk mencapai tiga komponen tersebut. Ketiga komponen tersebut bila diuraikan dalam subyek mata pelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: komponen hablun minallah, adalah subyek–subyek yang mengukapkan pengenalan
kepada Allah melalui ayat-ayat tanziliyah.
Penjabarannya dalam bentuk mata pelajaran meliputi tauhid, fiqih, tafsir, hadits, akhlaq dan tasawuf. Adapun komponen hablun minannaas adalah subyek-subyek yang masuk kedalam kelompok ilmu-ilmu social. Sedangkan komponen hablun minal’alam adalah subyek-subyek mata pelajaran yang menguraikan hubungan manusia dengan alam. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah: fisika, kimia, biologi, matematika. Begitu juga tujuan yang ditanamkan adalah tertuang didalam panca jiwa Pondok Pesantren Qotrun Nada 1) Keikhlasan Jiwa ini berarti melakukan segala perbuatan tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan imbalan sesuatu dari manusia. Segala pekerjaan dilakukan 84
K.H Burhanudin Marzuki, Pengasuh Pon Pes Qotrun Nada, wawancara pribadi, cipayung jaya Depok,09 Oktober 2013.
63
semata-mata dengan niat ibadah,Lillah. Guru ikhlas dalam mendidik, murid ikhlas dididik, orang tua ikhlas menitipkan anaknya di pesantren. Faktor keikhlasanlah yang menjdi salah satu wasilah ilmu mudah untuk disampaiakan. 2) Kesederhanaan Kehidupan didalam Pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif tidak juga miskin. Kesederhanaan itu berarti sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran. Kesederhanaan mengandung nilainilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. 3) Berdikari Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri tidak saja dalamarti bahwa santri sanggup belajardan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, secara tidak langsung Qotrun Nada melatih para santri untuk lebih mandiri sehingga tidak menyandarkan hidupnya kepada bantuan dari orang lain. 4) Ukhuwah Islamiyah Kehidupan di Pondok diliputi suasana persaudaraan yang akrab, segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan sebagai sesama muslim. 5) Berjiwa Bebas Bebas di dalam berfikir dan berbuat selama semua itu tidak menyalahi koridor kesopanan dan keagamaan. Yakni bebas dalam menentukanmasa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negative dari luar.kebebasan ini tidak boleh disalahgunakan menjadi terlalu bebas sehingga kehilangan arah dan tujuan atau prinsip.
64
E. Kolaborasi Pendidikan Salaf dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun nada Keberadaan pesantren yang tetap survive sampai sekarang tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam, ditengah arus globalisasi, individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian mengental, pesantren masih konsisten menyuguhkan pengajaran kitab-kitab klasik dan sistem pendidikan yang oleh sebagian orang dianggap telah ketinggalan zaman. Hal ini justru membuktikan bahwa pesantren lahir dan berkembang seiring dengan derap langkah perubahan di dalam masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang muncul dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat, pesantren pada hakikatnya merupakan bagian dari bentuk kultur keagamaan yang ada dimasyarakat. Karena bagaimanapun, proses alih pengetahuan nilai-nilai budaya suatu masyarakat pada hakikatnya merupakan bagian dari budaya mereka. Perkembangan pemahaman ajaran agama serta proses sosialisasi nilai-nilai agama menghadirkanpola budaya yang sangat beragam. Karena mudah dipahami bila muncul sejumlah model pendidikan Islam yang orientasi, metode dan sistemnya beraneka ragam. Dunia pesantren kini nampaknya ikut mengalami perubahan katergorisasi sistem pesantren tradisional dan modern atau kategorisasi sistem pembelajaran pesantren salfi dan khalafi tentunya
tetap
bertahan
dan
terus
mengalami
perkembangan
dalam
mengkolaborasikan pendidikan salafi dan modern. Diantara banyak pesantren yang melakukan kolaborasi dua sistem tersebut Pondok Pesantren Qotrun Nada merupakan salah satu contoh dari banyak pesantren Pondok Pesantren Qotrun Nada sudah menginjak 17 tahun ini memberikan pembinaan dan pengembangan pendidikan agama, dan telah melahirkan banyak alumni yang tersebar diberbagai daerah,terutama diwilayah Depok bahkan ada juga yang ada diluar wilayah. Semua itu dapat dijadikan bahwa kajian historis yang mengembangkan bahwa pesantren Qotrun Nada telah berperan penting dalam pengembangan pendidikan agama Islam.
65
Pondok Pesantren Qotrun Nada seperti telah disebutan diawal, berdiri pada tahun 1997 didirikan oleh santri yang yang baru menyelesaikan pendidikan agamanya di pesantren dan gelar sarjana yaitu K.H Burhanudin Marzuki. Berjalannya Pondok Pesantren Qotrun Nada tidak hanya mengembangkan pengajaran sistem pendidikan salafi, yaitu metode pengajaran secara tradisional dengan metode sorogan dan bandongannya, tetapi juga sekaligus mengembangkan sistem pendidikan atau pengajaran khalaf yaitu metode pengajaran dengan sistem klasikal. Dalam sistem salaf tidak ada pembagian kedalam kelas-kelas dan tidak ada tingkatan. Dan dalam sistem klasikal yang sudah dikenal sejak tahun 1907 di Sumatera Barat dan baru kemudian di pesantren-pesantren Jawa, didasarkan pada pembagian kelas dan tingkatan-tingkatan pendidikan dan belajar di dalam kelas, setiap tingkatan kelas dapat ditempuh dalam waktu satu tahun dengan pembagian dua semester pada kurikulum sekarang,dan untuk menaiki tingkatan berikutnya harus ditempuh melalui proses evaluasi dengan bentuk ujian selam 1 tahun belajar. Pesantren Qotrun Nada sama hal dengan pesantren lainnya, pada tahap awal berdinya pesantren hanya menerapkan system salafi (metodologi pendidikan tradisional), yang melestarikan pesantren dahulu. Namun
seiring berjalannya
setelah santri atau siswa yang belajar setiap tahunnya mengalami peningkatan, pesantren Qotrun Nada dalam waktu singkat sudah mulai menerapkan sistem modernisasi atau klasikal. para santri belajar di kelas-kelas menurut tingkatan pendidikannya. Adapun faktor-faktor
yang mendorong K.H Burhanudin Marzuki
mengembangkan pesantren dengan mengkolaborasikan pendidikan salafi dan modern: 1. Seperti telah diungkapkan yaitu disamping didorong oleh rasa kewajiban menanamkan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan masyarakat juga didorong oleh rasa kewajiban untuk melestarikan dan menyebarkan ajaran-
66
ajaran Islam sekaligus didorong oleh rasa keyakinan atau keimanan pengabdian (ibadah) kepada Allah. 2. Merespon keinginan orang tua yang ingin lebih mendalami pendidikan Islam untuk putra putrinya 3. K.H Burhanudin Marzuki, pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada bukan hanya sebagai seorang ulama yang berlatar belakang pendidikan pesantren yang terfokus pada kitab kuning saja, tetapi juga beliau pernah mengikuti dan lulus berijazah madrash dan perguruan tinggi. oleh karena itu dengan mudah beliau merespon dan cepat beradaptasi dalam mengembangkan pondok pesantren dan juga terdorong oleh motivasi untuk memperahankan tradisi Ahlussunnah wal Jamaah. Sedangkan K.H Burhanudin selain sebagai seorang ulama beliau juga sudah dua periode dari tahun 2005 sampai sekarang beliau adalah ketua PCNU kota Depok, sebagaimana kita ketahui ulama-ulama di kalangan Nahdlatul Ulama, dikenal sangat kuat berpegang kepada para imam mazhab, khususnya mazhab Imam Syafi’i. hal ini disadari bahwa tama jika ijtihad tidak dilakukan olehorangorang yang memenuhi syarat justru akan merusak ajaran Islam itu sendiri. Kedua pra Imam Mazhab lebih dekat denga Rsulullah SAW. Bagaimanapun mereka lebih tahu dan lebih mengerti maksud dari ayat-ayat dan hadits. Dan ketiga kejujuran, keikhlasan dan ketaqwaan para imam mazhab itu tidak diragukan lagi. Jadi pesantren Qotrun Nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi dan modern disatu sisi sebagai respon terhadap perkembangan zaman dan juga mempunyai tujuan untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan ide-ide ulama terdahulu. Tradisi kajian kitab-kitab kuning, karya para ulama adalah satu sisi yang harus dipertahankan. Dari apa yang telah dipaparkan diatas mengenai respon Pesantren Qotrun Nada, jelas bahwa apa yang dilakukannya adalah menjaga generasi bangsa dengan paham agama yang benar, tidak membiarkan mereka terjerumus oleh paham-
67
paham agama yang tanpa disadari pemahaman itu merusak dan menggoyahkan aqidah. Didalam Pesantren, K.H Burhanudin Marzuki merintis sebuah lembaga pendidikan madrasah, madrash inilah yang merupakan sistem dari modernnya. Dengan mengikuti system dari Pesantren beliau yaitu Darurrahman Jakarta dan juga pada awal perintisannya ditompang oleh para sahabat satu alumni bahkan sampai saat ini. Akan tetapi status pesantren yang didirikan bukan sebagai cabang dari pesantren Daruurahman Jakarta. Setelah berjalan 3 tahun yakni tahun 2000 setelah beliau selalu mendapatkan bimbingan dari guru-gurunya maka dengn keyakinan yang kuat. Dari yang tadinya sama sistem pesantren dengan Darurrahman, kemudian melaksanakan dan mengelola pendidikan madrasah secara mandiri. Mata pelajaran yang diberikan umumnya pelajaran agama seperti tafsi, hadits, iman tauhid, ilmu fiqih, praktek ibadah, bahasa arab dengan segala alatnya (Nahwu shorof) dan lain-lainnya.. Disamping itu diberikan pula ilmu yang tidak ada dibangku sekolah dengan harapan para santri dapat menerapkannya dimasyarakat ketika lulus nanti.85 Tingkatan kelas yang ada dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan tingkatan Mts dan MA. Dan juga program Takhasus, kelas takhsus ini merupakan tingkatan kelas bagi mereka yang lulusan dari SMP kemudian masuk pesantren selama 3 tahun. Tahun ajaran dimulai pada bulan sy’ban sebagaimana kebiasaan sekolah agama. Setiap kelas diasuh oleh seorang guru dan dibantu oleh beberapa guru pembantu. Guru yang menjadi guru kelas tersebut sifatnya permanen dan berkesinambungan, artinya seorang guru mengasuh dari kelas satu terus melanjutkan asuhannya ke kelas 2 dan seterusnya. Sistem ini diterapkan dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan materi yang disampaikan serta untuk memudahkan pengawasan dan pembinaan para santri atau siswa secara lebih baik. Dan sekaligus untuk memudahkan pengontrolan tingkat kemajuan santri. 85
Qotrun Nada, Sejarah berdiri beserta fungsinya,
68
Para santri untuk melanjutkan ke tingkatan berikutnya atau kenaikan kelas dilaksanakan melalui ujian, istilah pesantren dikenal dengan imtihan yang diambil dari bahasa arab. Ujian di pesantren dilaksanakan kurang lebih selama tiga minggu, diawali dengan pemeriksaan buku, dengan tujuan mengetahui kelengkapan catatan santri dan kitab yang dipelajari. Dilanjutkan dengan ujian lisan selama 1 minggu, pertama santri diwajibkan menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru, materi ujian lisan adalah, bahasa arab, bahasa inggris dan alqur’an. Konon untuk menjaga objektivitas penilaian hasil ujian, maka ujian dilakukan dengan cara santri maju untuk ujian maksimal 2 orang. Diantara materi yang diuji lisankan: MATERI AL-QUR’AN 1. Al-Qur’an a. Tajwid b. Qira’atul Kutub 1. Kelas I
: Bab Whudu(Safinah)
2. Kelas II
: Bab Whudu (Taqrib)
3. Kelas III
: Bab Whudu (Fathul Qarib)
4. Kelas IV
: Bab Whudu (Fathul Qarib)
5. Kelas V
: Bab Shalat (Fathul Mu’in)
6. Kelas VI
: Bab Haji (I’anatutthalibin)
7. Kelas THS I
: Bab Whudu (Taqrib)
8. Kelas THS II
: Bab Whudu (FathulQarib)
9. Kelas THS III
: Bab Haji (I’anatutthalibin)
c. HafalanDo’a-Do’a 1. Kelas I
: Do’a Harian, Qunut
2. Kelas II
: Do’a Harian, AnggotaWudhu
3. Kelas III
: Do’a Harian, Duha, Tahajud, dll
4. Kelas IV
: Do’a SholatDuha, Tahajud, dll
5. Kelas V
: Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had
6. Kelas VI
: Do’a Ma`had, Tahlil, Kamilin
69
7. Kelas THS I
: Do’a Harian, Qunut, Setelahbaca Al Qur`an
8. Kelas THS II
: Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had
9. Kelas THS III
: Do’a Ma`had, Tahlil, Kamilin
d. HafalanJuz’Amma 1. Kelas I
: An-Naas Al-Humazah
2. Kelas II
: Al-Lail
3. Kelas III
: Al-Buruj
4. Kelas IV
: An NajiyatAl-Insan
5. Kelas V
: Al Muzammil Al Ma`arij
6. Kelas VI
: Al Muzammil Al Ma`arij
7. Kelas THS I
: An-Naas Al-Humazah
8. Kelas THS II
: Al-LailAl-Fajr
9. Kelas THS III
: Juz 30
Al-Fajr Al-Muthofifin
e. Praktek Ibadah a. Kelas I
: WudhudanDo`anya
b. Kelas II
: Thaharah (MandiWajib&Tayamum)
c. Kelas III
: Sholat Lima Waktu & Bacaannya
d. Kelas IV
: Sholat Ghaib & Bacaannya
e. Kelas V
: Mengurusi Mayit
f. Kelas VI
: Praktek Haji &MengurusiMayit
g. Kelas THS I
: Thaharah (MandiWajib&Tayamum)
h. Kelas THS II
: MengurusiMayit
i. Kelas THS III
: Praktek Haji & Mengurusi Mayit
2. BAHASA ARAB a.
Muhawarah(Percakapan)
b. Mahfudzot 1. Kelas I
: Man Jaddawa Jada s/d KhoirulUmuri
2. Kelas II
: Al-HassuAlatta`allumi s/d Attawaddo`u
3. Kelas III
: ImtihazulFursoti
4. Kelas IV
: Fimadi Safar s/d FilHikami
5. Kelas V
: Risalatul Kitabati s/d Min AhadiRasulillah
70
c.
6. Kelas VI
:-
7. Kelas THS I
: Man JaddaWa Jada s/d Latu`akhirAmalaka
8. Kelas THS II
: Al AdabulMujalasati s/d Al-Hikamu
9. Kelas THS III
:-
Muthola’ah 1. Kelas I
: AyamulUsbu`I s/d Manafi`ulA`doi
2. Kelas II
: Al-Hariku s/d Al-AsadduWalFa`ru
3. Kelas III
: Al HammatuAnnamlatu
4. Kelas IV
:AnniatuTiflin s/d Al-Tu`ahiduni
5. Kelas V
: Ayulwafa s/d NukronulJamilu
6. Kelas VI
:-
7. Kelas THS I
: Al- Adabu s/d MalabisulJismi
8. Kelas THS II
: Al-Harikuywa Al-Asaddu
9. Kelas THS III
:-
d. Nahwu
e.
1. Kelas II
: Jumlah Mufidah s/d Fail
2. Kelas III
: Isim Mu`tal Akhir
3. Kelas IV
: MubtdaKhobar s/d FiilMudhore
4. Kelas V
: Mubtada wa Khobar s/d Jumlah Fi`liyah
5. Kelas VI
: Materi dari kelas dua
6. Kelas THS I
: Jumlah Mufidah s/d Isim, Fiil, Huruf
7. Kelas THS II
: MubtadaKhobar s/d FiilMudore
8. Kelas THS III
: materi dari kelas Ths 1
Shorof 1. Kelas II
: IlmuShorof s/d Sigot
2. Kelas III
: FiiTasrifil Af``alulMadi
3. Kelas IV
:-
4. Kelas V
:-
5. Kelas VI
: materi dari kelas 2
6. Kelas THS I
: IlmuShorof s/d Al-Fi`lu
7. Kelas THS II
: ShohihWaMu`tal
71
8. Kelas THS III f.
: materi dari keals 1
Mufrodat (Kosa Kata) Kosakata yang telah diberikan pada waktu pemberian kosakata di
pagi hari dan kosa kata yang biasa diucapkan.86 Qotrun Nada hanya ada tingkatan Mts dan MA, karena materi pelajaran hampir seluruhnya keagamaan dan system pengajaran yang menekankan metode menghafal seperti telah dijelaskan, pada dasarnya sulit untuk membedakannya. Pelaksanaan waktu belajar yang dimulai dari santri setelah shalat subuh sampai malam hari adalah jelas merupakan cikal bakal pelembagaan madrasah dan pesantren seperti yang ada sekarang ini. Madrasah dilakukan pada pagi hari dan pesantren sore dan malam hari. Dengan demikian apa yang dipaparkan di atas, bahwa meskipun pesantren Qotrun Nada telah menyesuaikan diri dengan perubahan zaman pendidikan madrasah namun masih terbatas pada klasika, sedangkan dari segi materi pelajaran maupun system pengajaran pada tahap awal ini masih bersifat traqdisional. Dari segi materi belum memasukkan pengetahuan umum secara maksimal ke dalmnya kecuali sedikit mengenai ilmu pengetahuan social yang diberikan guna melengkapi pengetahuan ssosial yang diberikan guna melengkapi pengetahuan santri dalam bermasyarakat, dan itupun masih dalam bentuk yang sederhana. Dan dari system pengajaran masih menekankan pada metode tradisional, yakni menekankan metode hafalan. Dari masa ke masa pesantren Qotrun Nada terus mengalami perkembangan kearah yang lebih maju dan lebih modern, baik dari sarana dan prasarana. Maupun dari segi sistem pendidikan dan pengajarannya. Terbukti minat masyarakat untuk menitip putra putrinya di pesantren semakin meningkat. Dengan dikembangkannya pelaaksanaan kolaborasi pendidikan salafi dan moderan yaitu perpaduan antara system persekolahan dan system pesantren, terjadi perubahan orientasi yaitu diarahkan kepada pemahaman dan penguasaan disiplin ilmu secara menyeluruh yaitu ilmu agama dan ilmu umum. 86
Fitriyadi, ketua panitia ujian, Wawancara Pribadi,13 Oktober 2013
72
Dengan dikembangkannya kolaborasi pendidikan ini, telah menjadikan pesantren Qotrun Nada tetap istiqomah. Pendidikan di sekolah terus berkembang dan lembaga pesantren dengan kajian kitab-kitab kuningnya tetap berjalan. Dan pesantren tetap mampu bertahan. Para santripun dengan dengan bebas dan mempunyai hak sama dengan sekolah-sekolah umum yang lain untuk memasuki perguruan-perguruan tinggi umum maupun perguruan tinggi keagamaan, negeri ataupun swasta. Dengan dikembangkannya kolaborasi ini jumlah santri dari tahun ke tahun terus meningkat. Minat masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka di lingkungan pesantren yang terus meningkat ini membuktikan bahwa perhatian dan respon masyarakat tetap tinggi. Masyarakat masih mengharapkan bahwa dengan sekolah di lingkungan pesantren, anak-anak mereka dapat dibina dengan lebih baik, baik dari segi ibadah ataupun akhlaknya.
F. Sistem Pengajaran, Kurikulum, Evaluasi dan
Managemen
Administrasi 1. Sistem pendidikan dan pengajaran di Pesantren Qotrun Nada dibagi kedalam kelompok atau tingkatan, yaitu: a.
Tingkatan Tsanawiyah diperuntukkan bagi santriyang belajar di tsanawiyah. Setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), bagi lulusan madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
b.
Tingkat Aliyah diperuntukkan bagi santri yang lulus Madrasah Tsanawiyah atau SLTP. Kebanyakan santri Aliyah di pondok pesantren Qotrun Nada mereka yang asalnya dari Mts Qotrun Nada.
c.
Tingkat Takhasus. Diperuntukkan bagi mereka yang lulusan dari SLTP ataupun Tsanawiyah dari luar kemudian masuk kepesantren Qotrun Nada. Dalam kelompok ini sama halnya dengan Aliyah.
d.
Tingkat atau kelompok Pesantren, yaitu pengajian tradisional yang diperuntukkan bagi seluruh santri untuk mengaji kitab-kitab kuning yang disesuaikan dengan tingkatan sekolah.87
87
Anwar zainudin, sekretaris Qotrun Nada, Wawancara Pribadi,13 Oktober 2013
73
b.
Mengenai kurikulum madrasah tidak sepenuhnya menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.banyak didalam materi pelajaran ditambah dengan pelajaran pesantren atau materi muatan lokal. Komposisi materi pelajaran dari kurikulum tidak terlalu berbeda jauh antara materi pelajaran umum dan untuk materi pelajaran agama. Mata pelajaran tambahan pada tingkatan madrasah Tsanawiyah
adalah: a.
Nahwu Sharof. Mata pelajaran ini mulai deberikan pada kelas 2 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran. Penekanan pelajaran ini terletak pada pengenalan gramatikal bahasa arab dengan menggunakan pendekatan metode tradisional dan metode modern pengajaran bahasa Arab.
b.
Mahfuzhot dan Mutholaah. Mata pelajaran ini diberikan pada kelas 1 sampai dengan kelas 6.pelajaran mahfudzat mengkaji tentang kata-kata mutiara dan motivasi dengan menggunakan bahasa arab dan juga syair-syair arab sedangkan mutholaah mempelajari tentang kisah-kisah dengan bahasa arab,dalam pelajaran
ini
diharapkan
santri
mampu
menmbah
pembendaharaan kosakata dan uslub-uslub yang ada materi yang dipelajarkan. c.
Tajwid (tentang aturan dan cara-cara membaca Alqur’an dengan baik dan benar). Tajwid ini sebenarnya merupakan salahsatu pokok bahasan mata pelajaran Al qur’an. Pelajaran ini diberikan dari kelas 1.
d.
Imla, materi pelajaran ini melatih santri agar dapatmenulis arab dengan baik, benar, indah sesuai dengan qoidah arab dan juga agar
murid
mendengarkan
bahasa
arab
yang
kemudian
diwujudkan dalam bentuk tulisan.alokasi waktu dua jam pelajaran dan deberikan dari kelas 1.
74
Madrasah Aliyah diberi materipelajaran tambahan sebanyak 5 pelajaran a.
Nahwu Shorof
b.
Mutholaah dan Mahfudzat
c.
Keterampilan agama, pelajaran ini mamuat tentang praktek ibadah
dan
yang
berkaitan
dengan
kehidupan
agama
dimasyarakat. d.
Balagah
e.
Fara’id
Untuk tingkatan Takhasus diberikan materi pelajaran tambahan sama halnya dengan tingkat Tsanawiyah, dikarenakan mayoritas mereka belum mengetahui dasar dari pelajaran bahasa arab disamping itu kebanyakan dari mereka lulusan SLTP. Disamping
pemberian
materi
pelajaran
muatan
local
yang
dilaksanakan pada jam sekolah pada setiap jenjangnya para santri juga diharuskan melaksanakan kegiatan pengajian dipesantren diluar jam sekolah. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya mempertahankan tradisi pesantren, khususnya tradisi kajian kitab-kitab kuning yang dianggap sebagai sumberpengetahuan keagamaan Islam. Upaya ini pun dilakukan agar keberadaan dan peran pesantren tradisional yang justru pertama didirikan sebelum mendirikan sekolah-sekolah agar tetap eksis dan berjalan. Sehingga para santri dapat mengkaji pengetahuan-pengetahuan keagamaan dari sumber aslinya, serta mampu menjadi sarjana yang ulama dan ulama yang sarjana. Adapun pengaturan pelaksanaan pengajian atau disebut dengan darsul idhofi kitab kuning dipesantren adalah sebagai berikut: Tingkatan pengajian dibagi kepada beberapa kelas, yaitu dari kelas tsanawiyah sampai dengan Aliyah, waktu pelaksanaan pengajian diatur sebagai berikut :
75
a.
Setelah shalat Shubuh, alokasi waktu 60 menit
b.
Setelah shalat ashar, alokasi waktu 60 menit
c.
Setelah shalat maghrib, alokasi waktu 45 menit
d.
Setelah shalat isya, alokasi waktu 60 menit
Kitab-kitab kajian untuk tingkat tsanawiyah kelas 1 : a.
Hidayatussibyan (kitab tajwid)
b.
Safinatunnaja
c.
Alqur’an
d.
praktek ibadah
e.
Akhlaqul lil banin/banat
Kitab-kitab kajian untuktingkat tsanawiyah kelas 2 : a.
Alqur’an dan tajwid
b.
Alghoyah wataqrib
c.
Kitabussa’adah
d.
Hadits mukhtarot
e.
Ayatul mukhtarot
f.
Nahwu shorof
g.
Amtsilati (kitab yang mempelajar cara cepat membaca kitab kuning karangan kiyai Tafiqul haqim)
Kitab-kitab kajian untuk tingkat tsanawiyah kelas 3: a.
Alqur’an dan tajwid
b.
Qotrul goits
c.
Kailani
d.
Jurumiyah
e.
Fathul qorib
Kitab-kitab kajian untuk tingkat aliyah kelas 1 a.
Al qur’an dan tajwid
b.
Tijan darori
c.
Fathul mu’in
76
d.
Imrithi
Kitab-kitab kajian untuk tingkat aliyah kelas 2 a.
Alqur’an dan tajwid
b.
Fathul mu’in dan albajuri
c.
Fathul majid
d.
Amtsilati
Kitab-kitab kajian untuk tingkat aliyah kelas 3 a.
Alqur’an dan tajwid
b.
I’anathutthalbin
c.
Nashoihuddiniyah
d.
Alfiyah ibnu malik
e.
Faroidh
Untuk kitab ta’lim muta’alim dan mukhtarul ahadits itu untuk semua santri yaitu pengajian gabungan seminggu sekali pada setiap jum’at shubuh di pimpin langsung oleh kiai. Dan kitab seperti Ushfuriyah, hadits arbain,jauhirul kalamiyah minhajul abiding dikaji pada bulan ramadhan dengan bimbingan para ustad.88 Berikut ini susunan jadwal, dikutip dari jadwal pengajian idhofah Pondok Pesantren Qotrun Nada: Tabel 4.1 JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH TSANAWIYAH JADWAL PELAJARAN IDHOFI TSANAWIYAH KELAS 1 Waktu
Senin
Ba’da
Safinatun
shubuh
naja
Ba’da Alqur’an
Ashar
88
Selasa rabu Akhlaqul banin/ban
-
at
kamis
Jum’at
Safinatu
Ta’limul
nnaja
muta’alim
Praktek
Alqur’
Praktek
English
ibadah
an
ibadah
lesson
Ayub Sholihin, coordinator kutubutthurots,Wawancara Pribadi,15 Oktober 2013
sabtu
Minggu
Akhlaqul lilbanin/b
-
anat
-
-
77
Ba’da Tahsin wa
Maghrib
tahfidz Alqur’an
Ba’da Isya
Hidayatussi byan
Tahsin wa tahfidz Alqur’an
Alqur’an
Tahsin wa tahfidz Alqur’ an Alqur’ an
Tahsin wa tahfidz Alqur’an
Tahsin wa tahfidz Alqur’an
Maulid simtudurr
Alqur’an
or
Jami’atul Qura
Hidayatu ssibyan
-
Alqur’an
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TSANAWIYAH KELAS 2 Waktu
senin
Ba’da Taqrib
shubuh Ba’da
Al hadits al muhtharot
Ashar Ba’da
Tahsin wa
Maghrib
tahfidz Alqur’an
Ba’da Isya
Amtsilati
Selasa rabu Washoya
kamis
-
Taqrib
Amtsilatu
Kitabu
Ayat
At
ssaada
Almuhth
tasrifiyah
h
arot
lil abna
Tahsin wa tahfidz Alqur’an
Amtsilati
Jum’at
sabtu
Talim
Washoya
Muta’alim
lil abna
Grammar
-
Minggu -
-
Tahsin wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an Amtsil ati
-
Amtsilati
-
Amtsilati
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TSANAWIYAH KELAS 3 Waktu Ba’da shubuh
senin
Selasa rabu
kamis
Jum’at
sabtu
Fathul
Fathul
Fathul
Talim
Fathul
Qorib
Qorib
Qorib
Muta’alim
Qorib
Grammar
-
Ba’da Kailani
Ashar Ba’da Tahsin wa
Maghrib
tahfidz Alqur’an
Ba’da Isya
jurumiah
Qothrul Goits
Tahsin wa tahfidz Alqur’an
jurumiah
-
Kailani
Qothrul Goits
Minggu -
-
Tahsin wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an jurumi ah
-
Jurumiah
-
Jurumiah
78
Tabel 4.2 JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH ALIYAH JADWAL PELAJARAN IDHOFI ALIYAH KELAS IV Waktu
senin
Selasa rabu
kamis
Jum’at
Sabtu
Ba’da shubuh
Fathul
Fathul
Fathul
Talim
Fathul
mu’in
mu’in
mu’in
muta’alim
mu’in
Ba’da Ashar
Tijan Darori
Ba’da Maghrib
Ba’da Isya
Diyanah
Tahsin
Tahsin
wa
wa
tahfidz
tahfidz
Alqur’an
Alqur’an
imrithi
Imrithi
Gramm
Tijan
ar 3
Darori
Minggu -
Diyanah
Tahsin wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an imrithi
-
Imrithi
-
Imrithi
JADWAL PELAJARAN IDHOFI ALIYAH KELAS V Jum’at
Sabtu
Fathul
Talim
Fathul
mu’in
muta’alim
mu’in
grammar
-
senin
selasa
Ba’da shubuh
Fathul
Fathul
mu’in
mu’in
Fathul
Nahwu
balagh
Fathul
majid
wadhih
oh
majid
Tahsin
Tahsin
wa
wa
tahfidz
tahfidz
Alqur’an
Alqur’an
Amtsilati
Amtsilati
Ba’da Ashar Ba’da Maghrib
Ba’da Isya
rabu
kamis
Waktu
-
Minggu -
-
Tahsin wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an Amtsil ati
-
Amtsilati
-
Amtsilati
JADWAL PELAJARAN IDHOFI ALIYAH KELAS VI Waktu
senin
selasa
I’anathutt
I’anathutt
holibin
holibin
Ba’da shubuh
kamis
Jum’at
Sabtu
tul
I’anathutt
I’anathutth
I’anathutt
Mujtah
holibin
olibin
holibin
Nshoihul
Tarikh
ibad
tasyri’
rabu
minggu
Bidaya -
id
Ba’da Ashar
Nashoihu ddiniyah
Ba’da Maghrib
Nashoi Mantiq
huddini yah
Tahsin
Tahsin
Tahsin
wa
wa
wa
tahfidz
tahfidz
tahfidz
Alqur’an
Alqur’an
Alqur’
Tahsin wa -
tahfidz Alqur’an
Tahsin wa -
tahfidz Alqur’an
79
an
Ba’da Isya
Alfiyah
Alfiyah
Alfiyah
ibnu
ibnu
ibnu
malik
malik
malik
-
Alfiyah ibnu malik
-
Alfiyah ibnu malik
Tabel. 4.3 JADWAL PELAJARAN IDHOFI KELAS TAKHASUS JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 1 Waktu
senin
selasa
rabu
kamis
Ba’da shubuh
taqrib
Taqrib
-
taqrib
Jawahirul
amtsila
Jawahirul
kalamiya
tuattasr
kalamiya
h
ifiyah
h
Ba’da Ashar
Qawaidul imla
Ba’da Maghrib
Ba’da Isya
Jum’at Talim muta’alim amtsilatuatt asrifiyah
Sabtu
Minggu
Taqrib
-
-
-
Tahsin
Tahsin
Tahsin
wa
wa
tahfidz
tahfidz
Alqur’an
Alqur’an
jurumiya
Jurumiya
jurumi
jurumiya
h
h
yah
h
wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an jurumiyah
Jurumiya h
Jurumiyah
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 2 Waktu
senin
selasa
Ba’da shubuh
Fahul
Fahul
Qorib
Qorib
Fathul
Tadbiqus
majid
shorfi
Tahsin
Tahsin
wa
wa
tahfidz
tahfidz
Alqur’an
Alqur’an
amtsilati
amtsilati
Ba’da Ashar Ba’da Maghrib
Ba’da Isya
kamis
Jum’at
sabtu
Fahul
Ta’lim
Fahul
Qorib
muta’alim
Qorib
Fathul
tadbiquss
Fathul
majid
horfi
majid
rabu -
-
Minggu -
-
Tahsin wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an amtsila ti
-
amtsilati
-
amtsilati
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 3 Waktu
senin
selasa
I’anathutt
I’anathutt
holibin
holibin
Ba’da shubuh
kamis
Jum’at
sabtu
tul
I’anathutt
I’anathutth
I’anathutt
Mujtah
holibin
olibin
holibin
rabu
minggu
Bidaya
id
-
80
Ba’da Ashar
Nashoihu ddiniyah
Ba’da Maghrib
Ba’da Isya
Nashoi Balghoh
huddini yah
Nshoihul
English
ibad
structure
Tahsin
Tahsin
Tahsin
wa
wa
tahfidz
tahfidz
Alqur’an
Alqur’an
Alfiyah
Alfiyah
Alfiyah
ibnu
ibnu
ibnu
malik
malik
malik
wa tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’
tahfidz
Tahsin wa -
Alqur’an
tahfidz Alqur’an
an
-
Alfiyah ibnu malik
-
Alfiyah ibnu malik
Kitab-kitab yang disebutkan diatas, disampaikan dengan metode bandongan atau halaqoh dan jenis kitab-kitab tersebut dilaksanakan oleh kiai dan ustadatau ustadzah yang diberi tanggung jawab untuk mengajar. Disampaikan pertama, guru membaca kitab, menerjemahkan, kemudian santri membaca secara individual lantas guru memberikan penjelasan dan keterangan baik kajian tentang taqrib maupun maksud dari isi kitab. Disamping itu metode yang digunakan yaitu sorogan. Pada metode ini santri sendiri yang menentukan kitabnya untuk dibaca dihadapan guru kemudian guru menegur apabila ada kesalahan dalam pembacaan. Khusus bulan ramadhan,sebagaimana penulis sampaikan, dalam satu bulan itu harus menamatkan satu kitab, karena waktu yang digunakan lebih luas Karena jadwal pengajian yang biasanya diisi dengan pelajaran yang terjadwalkan itu diganti dengan kitab khusus untuk pengajian pasaran dibulan ramadhan. Tidak diditu saja ditambah jadwal pengajian setelah habis shalat yang langsunh di asuh oleh kiai kitab yang dikaji adalah kitab hadits. Tidak hanya materi pelajaran yang bersifat formal saja yang di evaluasi, kitab-kitab yang dikaji yang bersifat tambahan juga dievaluasi, akan tetapi kitab yang dievaluasi hanya yang berkaitan dengan fiqih, qa’idah arobiyah (nahwu shorof) dan alqur’an. Untuk kitab tauhid yang dikaji pada waktu setelah shalat asar tidak diujikan melainkan hanya guru bidang studi saja yang mengevaluasi tidak menjadi penilaian khusus.
81
Dari apa yang dijelaskan diatas, pengajian di pesantren tidak mengembangkan daya hafal. Dan ukuran untuk dapat naik kelas atau tidaknya, santri cukup menghafal materi yang diajarkan sesuai dengan apa yang ditulis di dalam kitab. Santri tidak sepenhnya dituntut untuk mengerti apa yang dihafalkannya itu. Kenaikan tingkat dalam pengajian tersebut memang diakui oleh pengajarnya sendiri cukup ketat. Dan hal tersebutbagi pengajar tidak menjadi persoalan, karena baik dari segi waktu maupun dari segi tuntutan kirikulum tidak terlalu mengikut, berbeda dengan tuntutan kurikulum sekolah. Dewasa ini sangat berbeda, ketika ditanyakan tentang sejauh mana penguasaan para santri terhadap kitab kuning telah terjadi pendangkalan penguasaan kitab-kitab dari para santri, baik dari segi kemampuan membanca, memberikan kedudukan bacaan, menghafal maupun pemahaman. Boleh diakui diantara santri, Karena padatnya jam belajar dan tugas para santri di pesantren. Dari penjelasan diatas terlihat dengan jelas bahwa para santri lebih terikat kepada pendidikan sekolah, mereka merasa lebih baiktidak naik kelas dalam pengajian daripada tidak naik kelas dari pendidikan sekolah.orientasi ijazah formal jauh lebih penting bagi para santri. Disinilah kemudian pengajian kitab menjadi tanggung jawab lembaga untuk peran aktif dalam menjadikan santri untuk lebih memahami kedua pendidikan tersebut baik pendidikan salafi yang memuat pelajaran kitab-kitab kuning dan pendidikan modern yang ada di sekolah. c.
Management Administrasi Adapun hal yang terpenting adalah aspek yang berkaitan dengan
manajemen administrasi pendidikan. Catatan ini penting dilakukan mengingat modus keberhasilan suatu system pendidikan sangat dipengaruhi oleh penataan managemennya, terlebih pesantren qotrun nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi dan modern dengan system persekolahan,
82
dimanakeadaan semakin kompleks dan secara kuantitas jumlah santri dari tahun ke tahun semakin bertambah. Pesantren Qotrun Nada secara relative telah mengalami keberhasilan. Diantaranya banyak alumni yang berkipalah di dunia pendidikan, seperti memimpin majlis ta’lim dan juga mampu bersaing dengan yang lain, terbukti jelas ada alumni yang mendapatkan beasiswa untuk meneruskan pendidikan di universitas di luar negeri walaupun tidak semuanya. Namun demikian proses administrasi dan manajemen di pesantren belum sepenuhnya dilakukan secara propesional. Menurut pengamatan penulis dapat dikatakan, bahwa manajemen dan administrasi pendidikan di qotrun nada belum dilakukan secara professional karena masih adanya kecendrungan dilakukan secara alamiah yaitu pola manejerial yang tepat hampir sama dari tahun ke tahun. Perubahan yang mendasar dalam pendidikan agaknya belum terlihat secara lebih jelas. Misalnya proses penerimaan santri baru dari tahun ke tahun masih dilakukan dengan pola yang sama sebagaimana umumnya yang dilakukan yang lainnya yaitu masih dilakukan secara terbuka dalam artian terbuka untuk siapa saja yang mendaftarkan diri ke pesantren yang mempunyai latar belakang dan kemampuan yang berbeda tanpa mengadakan usaha seleksi calon santri baru secara kualitatif, setiap calon santri yang ingin mendaftarkan diterima dengan syarat yaitu bersedia mengikuti pengajian dan berkeinginan untuk memperdalam ilmu agama. Didalam berjalannya pesantren Qotrun Nada dengan jumlah santri yang bertambah banyak tentunya dihadapkan dengan berbagai kendala. Secara umum kendala-kendala yang dihadapi didalam pendidikan qotrun Nada adalah sma halnya yang dihadapi sebagian pesantren yang lain.Anwar Zainuddin dalam wawancara menyebutkan beeberapa factor yang menjadi kendala dalam pengembangan pendidikan, yaitu pelaksanaan kolaborasi pendidikan salafi dan modern.. pertama adalah masalah klasik yaitu masalah kesulitan dana, termasuk didalamnya sarana prasarana. Kedua, kurikulum
83
yang senantiasa berubah-ubah, termasuk didalamnya tenaga pengajar atau guru yang belum memadai. Dan ketiga, tidak seimbangnya kemampuan santri yang masuk. Menyangkut masalah sarana dan prasarana, terutama yang menyangkut gedung asrama, ruang belajar dan alat-alat
serta ruang laboratorium di
pesantren qotrun nada memang sudah tersedia dengan baik. Tetapi seiring dengan semakin meningkatnya jumlah santri semua itu menjadi kurang memadai. Jelas masalah ini terkait dengan masalah dana. Sekarang sedang direncanakan penambahan gedung asrama dan ruang belajar. Yang kedua, kurikulum yang senantiasa berubah-ubah dan kualifikasi tenaga pengajar yang belum memadai. Menyangkut tenaga pengajar baik untuk tingkatTsanawiyah dan Aliyah, sampai saat ini belum memenuhi standar yang diharapkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Guru yang berttugas baik di Tsanawiyah dan Aliyah dengan pendidikan beragam. Kebanyakan berkualifikasi pendidikan S1 dan masih ada juga guru yang lulusan MA mereka adalah alumni pesantren Qotrun Nada sendiri yang di pinta bantuan utuk mengabdi di pesantren. Untuk meningkatkan mutu guru, khusus bagi mereka yang lulusan Madrasah Aliyah yang di angkat sebagai pengajar di pesantren, pihak penyelenggara pendidikan tepatnya kiai dan pimpinan pesantren mengambil kebijakan baru sebatas anjuran, yakni menganjurkan mereka untuk melanjutkan kuliah ke jenjang SI. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan tidak ada lagi guru yang mengajar di madrasah Qotrun Nada tidak mempunyai kualifikasi dan kompetensi keguruan. Tidak hanya sampai disitu saja bentuk peningkatan mutu guru, tepatnya tidak hanya mutu guru dalam pendidikan sekolah, banyak juga dari alumni yang dikirim ke pesantren-pesantren salaf yang mendalami kitab kuning diantaranya, di pesantren Lirboyo,ploso dan kudus, yang kemudian mereka akan kembali ke Pesantren ketika mereka lulus. Dengan harapan tidak hanya
84
pendidikan sekolah yang diutamakan akan tetapi pendidikan salafi yang mempelajari kitab kuning.sehingga kedua sistem pendidikan tersebut berjalan dengan sejalan. Masalah yang terakhir adalah tidak seimbangnya kemampuan santri yang masuk. Dan hal ini jelas berdampak kepada mutu lulusan yang semakin menurun. Tidak seimbangnya kemampuan santri tersebut karena memang selama ini tidak pernah diadakan seleksi calon santri. Yang dipentingkan selama ini adalah kemauan bagi santri yang mondok untuk mendalami ilmu agama. Rencana yang dilakukan untuk menjelang penerimaan santri baru ajaran 2014/2015 akan diadakan penyeleksian, minimal calon santri dapat membaca dan menulis Alqur’an.
85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari
apa
yang
dijelaskan
diatas,
pengajian
di
pesantren
tidak
mengembangkan daya hafal. Dan ukuran untuk dapat naik kelas atau tidaknya, santri cukup menghafal materi yang diajarkan sesuai dengan apa yang ditulis di dalam kitab. Santri tidak sepenuhnya dituntut untuk mengerti apa yang dihafalkannya itu. Kenaikan tingkat dalam pengajian tersebut memang diakui oleh pengajarnya sendiri cukup ketat. Dan hal tersebut bagi pengajar tidak menjadi persoalan, karena baik dari segi waktu maupun dari segi tuntutan kurikulum tidak terlalu mengikut, berbeda dengan tuntutan kurikulum sekolah. Dewasa ini sangat berbeda, ketika ditanyakan tentang sejauh mana penguasaan para santri terhadap kitab kuning telah terjadi pendangkalan penguasaan kitab-kitab dari para santri, baik dari segi kemampuan membanca, memberikan kedudukan bacaan, menghafal maupun pemahaman. Boleh diakui diantara santri, Karena padatnya jam belajar dan tugas para santri di pesantren. Dari penjelasan diatas terlihat dengan jelas bahwa para santri lebih terikat kepada pendidikan sekolah, mereka merasa lebih baiktidak naik kelas dalam pengajian daripada tidak naik kelas dari pendidikan sekolah.orientasi ijazah formal jauh lebih penting bagi para santri. Disinilah kemudian pengajian kitab menjadi tanggung jawab lembaga untuk peran aktif dalam menjadikan santri untuk lebih memahami kedua pendidikan tersebut baik pendidikan salafi yang memuat pelajaran kitab-kitab kuning dan pendidikan modern yang ada di sekolah. Setelah mencermati pembahasan pada bab-bab di atas, dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa pada umumnya sejarah pertumbuhan dan perkembangan pesantren, sebagai
lembaga pendidikan tradisional
Islam
serta
sejarah
pertumbuhan dan perkembangan Islam dengan mengkolaborasikan antara pendidikan salafi dan pendidikan modern yang banyak pada saat ini pesantren
86
pesantren di Indonesia menerapkan sistem ini, pendidikan salafi dengan mengkaji kitab-kitab kuning dengan sistem sorogan, bandongan, dan halaqoh sedangkan pendidikan modernnya dengan sistem sekolah atau madrasah dengan jadwal dan materi pelajaran yang sudah diatur oleh lembaga. Ternyata semua itu bukan hanya semata-mata didasari oleh motif dan tujuan menggali ajaran-ajaran Islam dari sumber aslinya, tetapi juga tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial. Demikian juga mengenai sejarah kelahiran Pondok Pesantren Qotrun Nada pada tahun 1996 diawali dengan pengajian majlis ta’lim dan santri kalong, seiring berjalannya waktu, dalam perkembangannya menerapkan pengkolaborasian antara pendidikan salafi dan modern.sejarahnya berdirinya pesantren didasari oleh motif dakwah, mengembangkan ajaran-ajaran Islam dan menggali ajaran-ajaran Islam dari sumber aslinya dan juga keinginan yang sangat dari para orang tua yang ingin mendalami ilmu agama dan juga untuk mempertahankan Aqidah Ahlus Sunah Wal Jamaah. Tidak dapat dipungkiri dengan adanya pengkolabaorasian antara pendidikan salafy dan modern, secara relatif mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Antara lain secara sosiologis minat dari masyarakat yang begitu banyak untuk memasukaan anaknya ke Pesantren Qotrun Nada dengan harapan menjadi manusia yang mampu mengamalkan syari’at Islam secara lebih baik, disamping itu santri tidak hanya mampu didalam menguasai kitab kuning saja akan tetapi mampu juga menguasai ilmu umum, terbukti dari alumni yang mampu bersaing dengan pesantren lain khususnya di kota Depok.
B. Implikasi Dari kesimpulan di atas, adapun implikasinya adalah bahwa pendidikan Islam dan pesantren sudah seharusnya melakukan pengembangan baik secara metode, kurikulum, maupun kelimuwan. Pesantren juga harus sadar, bahwa fungsi tidak hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi lembaga sosial kemayarakatan yang tentunya bersinergi dengan masyarakat. Dengan demikian pesantren dapat memposisikan dirinya sebagai lembaga yang mampu mengembangkan sistem keilmuwan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu pentingnya pendidikan pesantren yang mengkolaborasikan antara sistem pendidikan salafi
87
dan modern
bagi kehidupan generasi Islam sekaran sehingga tidak hanya
bersandar dari sumber Islam aslinya tetapi terhadap kehidupan sosial.
C. Saran Demikianlah sejumlah pokok pikiran yang dapat penulis sajikan berkaitan dengan pengembangan pendidikan agama Islam dengan sistem kolaborasi pendidikan salafi dan modern.yakni dengan sistem madrasah di pesantren. Diharapkan model pesantren ini mampu menjadi lembaga pendidikan yang terus eksis untuk masa depan pendidikan Islam. Tulisan ini diharapkan bias merangsang pengelola pesnatren untuk terus mengembangkan pendidikan dengan kolabaorasi dua model pendidikan yakni slafi dan modern dengan bentuk nadrasah di pesantren, apabila memungkinkan mampu membentuk perguruan tinggi Islam yang yang menjadi model pendidikan yang banyak diminati oleh masyarakat muslim. Harapan ini tentu tidaklah dibangun tanpa dasar. Dewasa ini sistem pendidikan di sekolah hamper kehilangan nilai-nilai spiritual, yang disebabkan oleh pengaruh ekonomi matrialisme dan globalisasi, sehingga minat siswa hanya memburu nilai dan mampu mendapatkan pekerjaan setelah lulus, tanpa dilandasi dengan nilai keagamaan dan menuntt ilmu karena realisasi dari ibadah. Sementara itu, lembaga pendidikan pesantren itu mempunyai kelebihan dalam hal pembinaan mental spiritual dan penanaman moral keagamaan, kolaborasi pendidikan salafi dan modern ini diharapkan mampu saling melengkapi satu sama lainnya yaitu adanya sistem madrasah atau sekolah dengan pendidikan sistem pesantren.
88
Daftar Pustaka Ali Aziz, Moh. Makna Manajemen dan Komunikasi bagi Pengembangan Pesantren. Yogtakarta: Pustaka Pesantren,2005. Ali, Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali, 1987. Al-Tommy al –Syaibany, Omar Muhammad,Falsafah Pendidikan Islam,alih bahasa: Hasan Galunggung, Jakarta:Bulan Bintang,1979. Aly, Abdullah, Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam.Bandung : Pustaka Setia, 1998. AN Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:Gema Insani,1995. Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009. Arifin, H.M. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum.Jakarta:Bumi Aksara, 1995. Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos, 1999. Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008. Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai Masa Depan Indonesia.Jakarta:LP3ES,2011. Dirjosanyoto, Pradjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren Kiai Langgar di Jawa. Yogyakarta: LKIS,1999. Djamas, Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009) h.20
89
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011. Fadjar, A.Malik, Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005. Faiz, Ahmas, Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat. Solo:Naashirussunnah, 2012. Farhan, Hamdhan, Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masyarakat Pesantren. Yogyakarta:Pilar Religia, 2005. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:LSIK,1996. Hidayat, Hendra, Efektivitas penerapan metode Amtsilati terhadap Siswa MA Pondok Pesantren Qotrun Nada, Tesis pada Pasca Sarjana UIK Bogor. Horikhosi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial. Jakarta:P3M,1987. Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, 1997. M.Dian Nafi,dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren.Yogyakarta:LkIS Pelangi Aksara,2007. Madjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren.Jakarta : Paramadina, 1997 . Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Mashudi A, Ubay, Metamorfosa Pesantren, Tradisi, Modernitas dan Postradisionalisme, Mozaik Pesantren,2005 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren.Jakarta: INIS, 1994. Mujib, Abdul, Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, kajian Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Tiga Karya,1993. Munjin N, Ahmad, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, tudi Kasus PP. Lirboyo Kediri. Kediri: t.p, t.t. Munjin, Ahmad, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail.Kediri: P.P Lirboyo, 2002.
90
Nasir, Sahilun A. Pendidikan Agama (Sejarah Dasar Hukum dan Masalahnya). Surabaya : Yayasan MPA, 1981. Nasution, Harun, Islam Ditinjau Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, 1979. Nasution,S. Metode Research. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,2010. Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,2005. Qomar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi.Jakarta: Erlangga,t.t. Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga,2009. Rahardjo, Madrasah Sebagai the Centre of Excellence. Yogyakarta:kerja sama Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dengan pustaka pelajar Yogyakarta,2002. Rahim, Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.logos Wacana Ilmu,2001. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994. Rosyad, Sholeh, Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren Di Banten. Banten:LPPM La Tansa. S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988. Sajjad, Syeikh ,Syeikh Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam. Bandung: Risalah Press, 1993. Shihab, Quraish, Tafsir Al amanah. Jakarta,Pustaka Kartini, 1992. Singarimbun, Masri, Sofian Efendi (Penyunting), Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989. Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV.Rajawali,1992. Sukamto,Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta:Pustaka, LP3ES 1999. Syafi’ie Noor, Ahmad, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional. Jakarta:Prenada Media Group, 2009. Syakier, Achyanuddin., Wakil Direktur, wawancara Pribadi, Depok,09 Oktober 2013 Syaodih S, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori da Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010.
91
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. WJS, Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1991. Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta : Ciputat Press, 2002. Zamiek, Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986.
lI : I
,ffii:. _si";, iryr:l:: : il*'
6,"#iii$fi
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen Tgl.Terbit
FORM(FR)
: :
FITK-FR-AKD-082 1 Maret 20'10
No. Revisi:
Jl. h'. H. JLtatlda l\lo 95 Ciputat 1t4 | 2 lndonesia
Hal
S U R A TP E R M O H O N AIN Z I NP E N E L I T I A N N o r r r o: rU ' n . 01/ F ,I i l ( M . 01. 31. . . . . . . . D103 Latrp. : Otttl irte/Prolto.su I Hal : PcnnohonanIzin Penelitian
Jakafta,I 5 Septernb er 2013
I(epaclaYth. Pimpinan Pondok PesantrenQotr-unNacia di Tempat Assa I ttnttt' crI ui h rnr yvr".tt,b. Dengan hormat karni sampaikanbahrva,
Nama
: SandyMeylaz
NIM
: 1 0 9 0110 0 0 1 3 4
Jurusan
: Pendidikan Aganra Islarr
Semester
: iX (Senibilan)
.ludul Skripsi : Pelnksunctatt Kolabot"ct.:-i PenclitlikonSulafi,dunModern r.liponcJok P e.stt t t tret t Qotn rrt N u tlct
at-lalah benarmahasiswa/iFakultasIlrnu TarbiyahclanKeguruanuIN Iakafta yang seclaug rrenyllsun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekol ah/rradrasahyangSaudara pirnpin. Untuk itu kami tnohon Saudara dapat rner,gizinkan mahasiswa tersebut rnelaksanakanpetrelitiandimaksud. Atas pelhatiandan kerja samaSaudara,karri ucapkanterima kasih. II,1r.s.s u I u ntrr' u I ui kttnr t,r,r.u,b. a.n.Dekair
I(aju1
idikanAgamaIslam
lI,
;,NIP Ternbusan: L DekanFITK 2. Penrbantu Dekanf3iclatig Akademik 3. lVlahasisr,va vangbcrsangkutan
.Ag
80r 071998031 002
!o' !
g#ru@&mm Wffiffiffiffiffiffi NoHal.
ffi
ilIIIR |l||TNUil
r4 a23/ ro.22IPPQN/rV/20 Surat Keteransan Penelitian
SURAT KETERANGAN Yang bertandatangandi bawahini : Nama Jabatan
: Drs. KH. BurhanuddinMarzuki : Pengasuh Pon-PesQotrunNada
Denganini menerangkanbahwa,yangtersebutdi bawahini : Nama NIM Jurusan Fakultas
SandyMeylaz 10901 1000134 PendidikanAgamaIslam Ilmu TarbiyahdanKeguruan UIN Syarif HidayatullahJakarta
Adatah benar telah melalarkan Penelitian pada Pondok Pesantren Qohun Nada Depok sebagai bahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul 'Pelaksanaan Kolaborasi Pendidikan Salafy dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada", terhitung sejak bulan Oktober s.d. Desember 2013 dan yang bersangkutantelah melaksanakantuga-mya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan benar, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Depok, 2 1pnl20l4
,r:iiiltr:rtii
,: ,:ai :ll :ll:' '::r' :li:i ',.:it:r..
.,:a:.i:,a... '::l': l1l .,i:,:
iii
,
:1.
r,rr]]ir'""r'l:,
]:,, '''t:..
'i:r
1,,
i:
/
1
Pedoman Wawaneara Nama
: K.H Burhanudin Marzuki
Jabatan
: Pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada
Tempat Wawancara
: Pondok Pesantren Qotrun Nada (dikediaman-
Tanggal
:25 Oktober}Al3
l
beliau)
Menrrut bapak kyai bagaimana kondisi objektif mengenai pesantren dan pendidikan lslam? Pendidikan Islam saat ini sudah mengalami perkembangan, tebukti dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti halnya pesantren, kalaupun adanya rintangan itu tugas daripada orang yang didalarn lernbaga itu yang harus menghadapinya dan diselesaikan. Pesantren sekarang ini sangat rnenjadi sasaran tepat bagi masyarakat, melihat sekmang banyaknya tawuran pelajman, obat terlarang bahkan pergaulan bebas, dan pesantren merupakan solusi yang tepat menurut saya.
2. Kenapadisebut nama QotrunNada? QotrunNada ini adalah pemberian namadui guru saya Alm.KH. Ahmd Zaimyang pada saat itu saya ingin rnendirikan pesantren dan sowan kenrmah beliau."Qotrun Nada" yang memiliki arti'Tetesan Embnn Pagr', Dengan ftlma Qotrun Nadalatr kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran Kreatif, Inovatif, serta Positif dan dengan landasan yang berdasarkan atas Al Qur'an dan Hadits, seperti halnya tetesan embun yang senantiasa Allah turunkan dari langit yang mernbawa pencerahan untuk alarn
T I
disekelilingnya.
3 . Apa Alasan Pak Kyai dalam menerapkankolaborasi pendidikan sala$' dan modern? Pada awalnya saya tidak menyangka pada kemudian mendirikan pesantren,jelasnya pesanben Qotrun Nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi dan modern disatu sisi sebagai respon terhadap perkembangan zaman dan juga mempunyai tujuan unhrk dapat mempertahankan dan mengembangkan ide-ide ulama terdahulu. Tradisi kajian kitab-kitab kuning, karya para ulama adalah satu sisi yang har,us dipertahankan
4. Apa yang menjadi problem utama dari pengembanganpesantren? Masalah yang dihadapi adalah tentu saya sadari pembiayaan, karena maaf saya termasuk orang yang gak mau mudah membuat proposal untuk pembangunan pesantren. Saya yakin dengan prinsip keberkahan yang diajarkan oleh guru-guru saya, dan juga dalam Alqur'an dijelaskan siapa yang menolong agaf,naAllah Allah akan menolonnya,jadi itu yang sayapegangsecaraistiqomah.
5 . Menurut bapak Kyai, apa yang menjadi rahasia sehingga pesantren tetap survive dalam menerapkan sistem tersebut? Itu yang tadi saya bilan kberkahan dan juga saya tanamkan kepada guru-guru disini untuk menanamkan keikhlasan dalam menanamkan ilmu, tetapi bukan berarti kami mengabaikmr apa yang menjadi hak guru, dan juga sya yakin bekah ari doa orang tua saya dan guru-guru saya
6. Ide atau hal apa saja yang bapak lalnrkan dalam upaya mengembangkanpesantren? Terus mningkatkan kualitas guru-guru dan menyalurkan para alumni kepadajenjang pendidikan selanjutna, karena besarnya pesantren juga dipegang oleh pata alumninya. Menggabungkan dua kurikulum yang digunakan di pesantren, yakni kurikulum dinas dan kurikulum pesantreaitu sendiri
/
1I
7. Menurut bapak metode apayangperlu digrrnakan dalam proses pembelajaran? Selarnaini rnetode yang diterapkan adalah sesuai dengan pendidikannya baik salaff dan modern 8. Bagaimana minat belajar santri dengan adanya dua kolaborasi pendidikan tersebut? Alhamdulillah yang saya perhatikan sanhi merasasenang dan nyama, walaupun ada saja rnereka yang merasa pusing pada awalnya terutanra bagi rnereka yang dari SMP. 9. Menunrt Pak kyai lebih dominan mana kemampuan santri dalarn penguasaan pelajaran, agamakahatau umum? Banyaknya santri dominan kepada pendidikan pesantren 10. Metode apa saja yang diterapkandi pesanftenini? Biasanya pesantren menerapkan metode yang sering dipakai atau dikenal adalah metode sorogan, wetonan atau bandongan. Tetapi yang saya terapkan selain beberapa metode tersebut, saya juga menerapkan rnetode keteladanan. Ini adalalt metode yang paling efektif dan efisien 11. Apa harapandan dan prospek kedepanQotrun Nada ini? Harapan saya sampai kapanpun Qotrun Nada harus tetap exist dan terus mengalami perkembangan, rencana 2 tahun kedepan hasil ari diskusi para pimpinan akan mendirikan Sekolah tinggi agarrLaIslam.mohon doanya saja.
,'{
/i t
PedomanWawancara Nama
UstadzAnwar Zainudin
Jabatan
SekretarisPondokPesantrenQotrun Nada
Tempat
Kantor Pondok PesantrenQotrun Nada
Tanggal PesantrenQotrunNada? 1. Apa yangandaketahuitentangPondok Saya disini sebagai alumni yang kebetulan diangkat oleh pimpinan, Qotrun nadayangsya ketahui adalah pondok yang menerapkanpendidikan salafy dan modernjuga dengankedidiplinannya. penerapanyang dilakukan Qotrun Nada salafy 2. BagaimanapandanganandaTerhadap dan Modern? Pandangansaya penerapanini bagus sekali buat santri, karena tidak hanya egama yang mereka ketahui begitu juga umum. Sehinngamereka dapat menerapkannya dalamkehidupanbermasyarakat 3. BerapaJumlahsantripadasaatini? Jumlah santri pada saat ini berjumlah 1600 santri putra putri denganunit Mts dan MA 4. Apa yang bapak
ketahui tentang upaya Kyai
Burhanudin dalamupaya
pengembanganpendidikanIslam dan pesantren? Beliau istiqomah dalam melakukannyadan secarasabarbeliau melakukannya,dan juga beliau sukamelakukandakwar-dakwah. 5. Menurut ustad bagaimanacara mengetahui,gambarandan rahasia agar pesantren tetap survive kaloborasipendidikansalaf dan modern? Dengan cara kurikulum pendidikan yang bisa dilihat dari muatan mata pelajaran yang tidak hanya menekankandari mata pelajaran nasional, akan tetapi terdapat
r )
muatan pelajaran-pelajaransalafi seperti kitab-kitab kur,r,ing,sedangkangambarandi pesantren tidak rnengembangkandaya llafal. Dan ukuran untuk dapat naik kelas atau tidaknya, santric ukup menghaf'al materi yang diajarkan sesuai dengan apa yang ditulis di dalarn kitab. Sehinggadengan adarryaintegrasi antara pendidikans alafu dan modern, s€cararelatif marnpu rnencapai tujLlan yang dihar4pkan. Antara lain secarasosiologis rninat dari rnasyarakatyang begitu banyak untuk mernasuka ananaknya kePesantren Qotrun Nada dengan harapan menjadi manusia yang rnarnpu mengarnalkansyari'at Islarn secaralebih baik, disarnping itu santr itidak hanya rnampu di dalam rnenguasaikitab kunings aja akan tetapi rnampu .iuga menguasai ilmu umum, terbukti dari alulnni yang bisa bersaing dipesantren pesantrenlain ktrusunyadi kota depok.
i
IJ
I
P*ofit- Po{{Ixil( RCsdtilTf,€il : PondokPesantren QotrunNada :5-1S3?7€OO35 Jl.Pon.Pes QotrunNadaNo.1 RT.02/03 Jaya Cipayung Kelurahan Gpayung Kecarnatan KotaDepok ProvinsiJawaBarat 21.A87.764.3-412.001 Marzuki Drs.KH.Burhanuddin o21-VVW3 Yayasan QotrunNada : Jl.PonPes QotrunNadaNo.1 RT.02/03 : KelurahanGpayunglaya Cipayung : Kecamatan : KotaDepok Barat : ProvinsiJawa :O2t-7764463 : O3./!. Gktotrer 2O01 : Yayasan
1 Nama 2 {krprStatisti* 3 AlamatLengkap
5 NPWP 5 NamaPirnpinan 7 NomorTelp. 8 NamaYayasan 9 AlamatYayasan
10 Telp.Yayasan 13.{h- Alde eadirian Yayasan Tanah 12 Kepemilikan a.StatusTanah b, LuasTanah L3 StatusBangunan t4 LuasBangunan 15 DataSantridalam3 TahunTerakhir Tahtm Aiarati
nLLl2012 2012/2Ot3 2073/2DL4 Tahun Ajaran
zOtU2Ot2
|(dasl
293 332 357
JrffiHl
I 9
182 237
17
265
6
169
8 I
t7t
6 6
2r7
7
74C 839
20 23 2E
Jumlah
KelasVl
KelasV
644
Jml.Santri Jml.Rombel Jml.Santri Jml. Rombel Jml.Santri Jml. RombelJml.SantriJml.Rombel 195
2OL3/2OL4
224
zo12r20t3
l(e*as lll
l(ehs ll
KelaslV
2L0
z0tu2O!Z
: !200QMz
Jml, Santri Jml, Rombel Jml. Santri Jml. Rombel Jml. Santri Jml. Rombel Iml. Santri Jml. Rombel
20a2/2s13
Tshrill Aiaran
: 150ffi M2 : Yayasan
6 7 7
139
T€;1 172
Jrnnlahiltsclsnrltrr Jml.Rombel JmLSantri 35 1095 4t t;24
5 6 5
4
451
15
i31
5
508
18
156
6
552
19
Lt7
I
I
t
16 Data Sarana dan Prasarana
No
JenisPrasarana
Jml. R. Jml. Ruang Enn&si8p.dlt
I RuangKelas
45
2 RuangPerpustakaan
30
1
Jml.R. Kondisi Rusa* t5 1
KategoriKerusakan Rusak Rusak ninsan Sadang RusakSerat 15 L
3 R.Lab.IPA 4 5 6 7
R.Lab.Biolosi R.tsb.fisib R. Lab.Kimia
R.Lab.Komputer 8 R.Lab.Bahasa
4 1
4 I
9 R. Pimpinan
1 I
t I
u
R Gur-u 11 R.TataUsaha L2 R.Konselins 13 Iernpat lbadah t4 R.UKS 15 WC 16 Gudang t7 R.Sirkulasi 18 TernpatOlahnaga 19 R.Osis 20 R.Lainnya L7 ffi
fen#*kdan
No Pendidik
1 1
L 1 L
2
2
1 100
3
90 3
t
7
2
2
1 10
TenagatGper+didi*an
Keterangan 1 GuruPNSDiperbantukan Tetap
2 GuruTetapYayasan 3 GuruHonorer 4 GuruTidakTetap Teraga(ependiditan
lumlah 10 50 40
1 Pimpinan
1
2 WakilPimpinan 3 ru 4 Pustakawan 5 Laboran
2 I 1 1
Pergg:+*, 't ,l "t
7
10
I
I
UJI REFERENSI
Nama
:SandyMeylaz
NIM
: 109011000134
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul skripsi
SALAF'Y PEFIDIDIKAI\ :PELAKSANAAFI KOLABORASI DAI\ MODERN DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
DosenPembimbing : Bapak.Dr.Dimyati,M.Ag
No I
2
Paraf Pembimbing .IudulBuku A.MalikFadj a4 HolistikaPemikiranPendidikan,Jakarta:PTRaja GrafindoPersada2005. Abdurrahman AN Nahlawi, Pendidiknn Islam di RumahS koIahdanMasyaraknt,I akarta:GemaInsani, 1995.
J
4 5
AbudinNata"F il safutPendidikanI slam, Jakarta:Gaya Media Pratama2005. cet.Ke-I. AbudinNata llmuP endidikanIslam, Jakarta:Kencan420l0, cet.Ke-2. Problem,aiko Atas MiSasono,dkk, Solusi Islam Umat,Jakarta:GemalnsaniPress,1998.
6
Ahmad Munjin, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, Kediri: P.PLirboyo,2002.
7
Ahmad Syafi'ie Noor, Orientasi PengembanganPendidikan Media Group, 2009. PesantrenTradisional,Jakarta:Prenada
I
AhmasFaiz, Pendidikanlslam, Basis PernbangunanUmat. 12. Solo:Naashirussunnah.20
9
Amir Dalen Indnrkusuma, PengantarllmuPendidikan,Surabaya : UsahaNasional,1997,cet.Ke-2.
1 0 AzyamafiiAzru Pendidikan Islam Tradisidan Modernisasi Menuju Miliniem Barat, Ciputat: PT.LogosWacanaIslam, cet, L.
"{
\
\ (rhr
\V"
.E 1
unilwsi' Epanomi' Jakarta:Kencana' Kebijakan Publih dan llmu SosiolLainnya' 2008.
Kqita Uammadin datr Abdullah AIY'
*A
rvtu-ttutwtr
Islarn,Bandmg:PustakaSeti41998,cet' Ke-1' ArulisisData' Iakafia: RajaGrafindoPersada20 I t " ngnn,Ya' Jakarta : LogosWacanallmu,1999,cet' Ke-2' H.l/l ffi,
Il*"
Pendidikan Islam' Jal
ifo"
a: PT'BmiAlisara'
Islam danUmumn
I 995. Jakarta:BumiAksara" dan Pembaruan
Media PendiditrnnIslam di Indonesia,Jakarta:KencanaPrenada
Resolusi Konflik
tfasyarakat
Tengkar Pesantre.n: Pesantren'Yogyakarta:Pilar
AsPekttYa'Jakarta: m' Jakarta:PT Raja di
ttam Indonesia,Iakarta:LSlK,I 996'
ffiairsn
ol'on
Sosial'
d iI n d o nsei a ' Islam
llmu,?0q] Jakarta:PT.logosWacana
SfuiPsi' Tesis' "t Media Disertasi, dan KaryaI lmiah, Iakerta" KecanaPrenada Group,201l,Cet.1. mbelajaran
Yogyakarta:LkiSPelangiAksara,2007'
1 I
Pesan*en
vI
27 Manfred Zarniek, Pesantren Dalam PerubahanSosial,l akarta: P3M, 1986),Cet.Ke-1
28 Mastuhu, Dimmika Sistem Pendidiknn Pesantren,lakafia: INIS. I994.
29 Moh. Ali Azu, Maldnn Manajemen dan Komuniknsi bagi P engembangan P esantren Yogtakarta:Pustaka Pesantren,2005.
30 MozaikPesantren,MetamodosisPesantren(Iradisi, Modernitas Bandung:2005 dan Postradisionalisme), Islam,kajian 3 1 MuhaimindanAbdul Muj ib, PemikiranPendidikan Filosofi dan Kerangka Dasm Operasionalisasiny4Bandung: Tiga Karya,1993.
32 MuhibbinSyah,Psilcologi Pendidikan denganpendekatan Baru, Bandung PT RemajaRosdakary4 2006.
JJ
MujamilQomar, Manojemen Pendidikan Islam, Jakarta:
L\U
Erlangga,2009.
34 Nana SyaodihSukmadinat4 PengembanganKurikulum Teori dan Prah ek, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,20 | 0.
3 5 Nasution,Metode Research,Jakarta:PT BumiAksarq 2003, Cet.6,
36 Nurcholis Madj id, Bil ihB ili kPesantren, Jakarta:Paramadin4 1997. Cet.Ke-l. 3 7 Nurhayati Djamas,Diramikn PendidikonIslam Di Indonesia PascaKemerdekaaaJakarta:Raja GrafindoPersada,2009.
3 8 OmarMuhammadAl-Tommy al -Syaibany,Falsafah PendidikanIslam,alihbahasa:HasanGalunggung,Jakarta:Bulan Bintane,1979. 3 9 PradjotoDirjosanyoto,Memelihara Umat Kiai PesantrenKiai Langgardi Jawa, Yogyakarta:LKlS,I 999.
40 Purwadarminta,WJS, Kamus UmumBahasaIndonesia, Jakarta :BalaiPustaka 1991.cet.Ke-12. 4 1 QuraishShihab, Tafsir Al amanah, Jakarta,PustakaKartini, 1992.
42 Ramayulis, IImuPendidikan Islam, Jakarta :KalamMulii)Dq4,
,q
/
I
F I
I
cet.Ke4.
43 SahilunA. Nasir, Pendidikan Agama (Seiarah Dasar Huhtm dan Masalahnya),Surabaya:YayasanMPAe 1981, 44 45
SholehRosyad SebuahPembaharusnDunia PesantrenDi Banten,{Banten:LPPM La Tansa), SoerjonoScekanto, Sosialogi Suatu Pengontar, lakarta:
Ap
CV.Rajawali,lgBZ. 47
Syeikh Sajiaddan Syeikh Ali Ashrat Menyongsong KeruntuhanPendidikanIslam, Bandung:RisalahPress,1993.
48
W.J.S. Poerwadaminta Kamus Urnutn Bahasa Indonesia edisikctiga, Jakarta:BalaiPustaka"200T
49
Yasmadi,Modemisasi PesantrenKritik Nurcholis Madi id TerhadapPendidikm Islam Tradisional, Jakafia:Ciputat Press, 2002.Cet Ke-I.
50
ZamakhsyariDhofir,
Tradisi
Pesantren:
Studi
Tentang
Pandangan Hidup Kyai,Cetnl
,t
I
(
\
--j:--'--::--:=-
UJI REFERENSI '?elaksanaan Seluruh refenensi yang digunakan dalam peflulisan skripsi yang berjudul Kolaborasi Fendidikan Sala$ dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada" yarig disusunolehSandy Meylaz, NIM 109011000134JurusanPendidikanAgarnaIslam Fakultas Ilnru Tarbiydr dan KeguruanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannyaoleh dose'npembitnbingskripsi padatanggal 17 }.{arct2014
,.
I
. ;I
.1
"l
I
r9
I I
AGAMA KEMENTERIAN UINJAKARTA fITK Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FoRM (FR)
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: FITK-FR-AKD-0BB : 5 Januari2009 : 00 : 111
JURUSAN SUNNTPERNYATAAN Islam rogran StudiPendidikanAg.ama Ketua/Sekretaris Jurusan/P menyatakanbahwa, Nama
: SandyMeylaz
NIM
: 1 0 9 0110 0 0 1 3 4
Jurusan/ Prodi
:P AI /Fiqih
Semester
: 10(Sepuluh)
Benar telahmenyelesaikansemuaprogramakademiksesuaiketentuanyang berlaku dan berhakuntuk menempuhUjian Skripsi(Munaqasah).
Iakuta, 17 Marct2}l4
Mengetahui,
Ketua/SekretarisJurusan/Prodi
PenasehatAkade
,rr44*z!r2l00r NrP. 194709021967
Drs. SaPiudinShidiq.M4
I ool 2oooo3 /NIP.1967o32s
i,/ j
KEMENTERIAN AGAMA UINJAKARTA FITK
FORM(FR)
Jl. lr. H. Juanda t'lo 95 Cipuaat15412 lndonesia
SURATBIMBINGANSKRIPSI Nomor : Un.O1/F. 1/KM.01.3t........t2013
Jakarta,13 Februari2013
L a m p .: Hal
: BimbinganSkripsi KepadaYth. Dr. Dimyati,M.Ag Pembimbing Skripsi Fakultasllmu Tarbiyahdan Keguruan UlN SyarifHidayatuttah Jakarta.
Assalamu'alaikum wr.wb. Denganini diharapkankesediaanSaudarauntukmenjadipembimbing| (materi/teknis) penulisanskripsimahasiswa:
Nama NIM Jurusan Semester JudulSkripsi
SandyMeylaz 109011000134 PendidikanAgamalslam Vlll (Delapan) Kolaborasi Pendidikan Salafi dan Modern di pondok pesantren
Qotrun NadaDalam MeningkatkanBelajar Siswa Judultersebuttelah disetujuioleh Jurusanyang bersangkutanpadatanggal13 Januari 2013,abstraksiloutline terlampir.Saudaradapat melakukanperubahanredaksionalpadajudul tersebut.Apabila perubahansubstansialdianggapperlu, mohon pembimbingmenghubungi Jurusanterlebihdahulu. Bimbinganskripsiini diharapkanselesaidalam waktu 6 (enam) bulan,dan dapat diperpanjang selama6 (enam)bulanberikutnyatanpasuratperpanjangan. Atas perhatiandan kerjasamaSaudara,kamiucapkanterimakasih. Wassalamu'alaikum wr.wb.
q,Pendidikan Agamalslam
96803071998031 002 Tembusan: 1. DekanFITK 2. Mahasiswaybs.