PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING DAN METODE TANYA JAWAB (Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi)
Disusun oleh: IIS NURAISIYYAH NIM: 102016023897
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara, karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, isinya
yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.1 Diharapkan dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina, dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh. Kualitas pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.2 Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang menentukan, karena bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung pada guru dalam memanfaatkan kemampuan yang ada. Dalam hal ini guru mempunyai peranan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didik agar mencapai tujuan yang diharapkan.3 Semua hal tersebut sangat menentukan terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pembelajaran.. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.4 Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya 1 Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung: Fermana, 2006), h. 65 2 Nancy Susianna, Jurnal Pendidikan: Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan siswa SLTP (Bandung: Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h. 1 3 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.53 4 Nuryani R, Srategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005), h. 7
situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Mengajar pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin agar terjadi proses belajar mengajar yang selalu kondusif.5 Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru mengajar dan siswa belajar. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan belajar siswa diantaranya faktor eksternal dan internal siswa6. Salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan
penggunaan metode mengajar.7 Metode mengajar dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu guru hendaknya mampu menerapkan metode yang sesuai dan tepat sebagai upaya mancapai keberhasilan pembelajaran. Banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru, namun pada prinsipnya tidak ada satu pun metode pembelajaran yang lebih baik daripada metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan tidak dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang diajarkan.8 Untuk itu, sebaiknya guru memilih metode pembelajaran yang tepat yang akan digunakan untuk suatu pokok bahasan. Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.9 Dalam hal ini, pemilihannya harus mengacu pada kriteria: menunjang pencapaian tujuan khusus pembelajaran, sesuai dengan peristiwa pembelajaran yang akan dilaksanakan, karakteristik materi yang akan disajikan, karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia, sarana dan prasarananya memungkinkan, besar kecilnya kelas, dan kemampuan guru.10
5
Albertus Sinaga, Jurnal Pendidikan :Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU, (Jakarta:Gema Pendidikan, Maret 1997), h.17 6 Laila Hayati, dan Nani Kurniati, Jurnal Kependidikan: Tingkat Penguasaan siswa Pada Pokok Bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas I F SMUN 2 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No.1, Mei 2005), h.71 7 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 85 8 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag, 2001), h. 91 9 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit., h. 88 10 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda Dalam Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kewiraan, (Jakarta: Ilmu Pendidikan, Tahun 27, No. 1, Januari 2000), h. 110
Disamping Faktor metode, faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan pencapaian keberhasilan belajar. Pada umumnya siswa cenderung enggan untuk mengikuti pelajaran karena cara penyajian yang terkadang berkesan membosankan. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat membuat anak tertarik untuk belajar atau dengan istilah lain penggunaan metode yang kurang tepat. Dewasa ini, masalah pembaruan pendidikan seperti perubahan kurikulum merupakan masalah bagi setiap disiplin ilmu atau bidang studi yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Biologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu tersebut juga ikut menanggung masalah tersebut, yang berarti pendidikan biologi harus mampu mengarahkan subyek belajar menjadi manusia-manusia yang berpribadi utuh. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan guru dapat memberi dorongan yang lebih
berarti
dalam
penguasaan
konsep
siswa.
Perbedaan
strategi
mengajar
mengakibatkan perbedaan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa. Sebenarnya seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak akan kesulitan dalam menentukan metode mengajar, walaupun fasilitas sekolah kurang memadai, namun bukanlah suatu hambatan yang besar bagi terlaksananya proses pembelajaran. Pemilihan
metode
pembelajaran
yang
sesuai
akan
menciptakan
suasana
pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud ialah agar apa yang diajarkan kepada siswa bukan hanya dapat diserap atau dihapal saja untuk beberapa saat, tetapi harus dapat dikembangkan juga melalui daya pikirnya. Penerapan suatu strategi dan metode dalam pembelajaran biologi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan mengarah pada penguasaan materi.11 Dalam pengajaran disekolah, materi pelajaran dapat disampaikan dengan memberi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan siswa dan dapat pula dengan meminta pendapat-pendapat dari hal yang telah diketahui siswa. Diantara berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.
11
Frida Maryati. H. Yusuf, Jurnal Penelitian dan Pendidikan: Upaya Pengingkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, (Gorontalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Tahun IV, Edisi 8, Maret 2003 ), h. 92
Metode Brainstorming atau curah pendapat adalah proses penyampaian sebanyakbanyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.12 Pemberian pendapat dalam pemecahan masalah dapat dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi. Dalam brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja yang muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena adanya kritik dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat disimpulkan suatu jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu kelemahan metode brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup untuk berpikir dengan baik. 13 Adapun metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya ; baik secara lisan maupun tulisan.14 Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan
dalam
proses
pembelajaran
sebelumnya.
Metode
ini
lebih
menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang sedang atau telah dipelajari. Salah
satu
kelemahan
metode
tanya jawab adalah dapat menimbulkan
penyimpangan dari persoalan pokok. Lebih-lebih, jika siswa-siswa memberi jawaban atau mengajukan masalah yang dapat mengundang keributan teman lainnya yang menyimpang dari pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.15 Dengan membandingkan kedua metode yaitu metode brainstorming dan metode tanya jawab, diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena metode brainstorming adalah metode yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui daya pikir kreatifnya terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mereka akan
12
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 13 Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 75 14 Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 106 15 Albertus Sinaga, op. cit., h. 18
memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik, namun tidak semua siswa mampu mengemukakan pendapat sehingga kadang-kadang dalam berbicara hanya di monopoli oleh siswa yang pandai saja, selain itu keterbatasan waktu terkadang menjadi kendala dalam mengemukakan pendapat. Sedangkan metode tanya jawab membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran. Metode ini menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasi konsep yang diajarkan, namun dalam metode tanya jawab siswa terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal, selain itu sukar untuk membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman siswa. Dengan membandingkan kedua metode di atas terhadap
penguasaan
konsep,
seorang guru diharapkan dapat menggunakan metode yang tepat, yaitu metode brainstorming atau tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk memudahkan penguasan konsep siswa.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi? 2. Metode pembelajaran apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi? 3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab? 4. Apakah metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi? 5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan
penguasan
konsep siswa
yang
menggunakan metode brainstorming, dengan metode tanya jawab? 6. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming dengan metode tanya jawab?
C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam skripsi ini dan luasnya permasalahan yang hendak dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh metode mengajar brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasan konsep siswa
kelas II MTs Darul Abror
Bekasi. Penguasaan konsep siswa dibatasi pada nilai ulangan kelas II semester 2 konsep sistem indera pada manusia.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“ Apakah terdapat perbedaan penguasaan
konsep
siswa yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada siswa MTs Darul Abror Bekasi ? ”.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait langsung dalam dunia pendidikan, terutama bagi: 1. Kepala sekolah, sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan biologi. 2. Guru-guru biologi, informasi ini dapat dijadikan suatu referensi dan masukan dalam memilih dan memberlakukan metode mengajar yang lebih efektif dalam pelajaran biologi, terutama pada konsep sistem indera. 3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemikiran intelektual siswa, untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya didalam kehidupan bermasyarakat serta dapat bersosialisasi dengan baik di dalam kehidupan sosialnya sebagai wujud dalam pembangunan bangsa dan negara di segala aspek kehidupan.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi teoretis 1. Hakikat Metode Mengajar Metode mengajar berasal dari dua kata yaitu metode dan mengajar, metode dapat diartikan Sebagai cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.17 Sedangkan mengajar menurut Alvin W. Howard yang dikutip Roestiyah adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-cita, appreciation atau penghargaan dan knowledge.18 Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyampaikan informasi karena minat, taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka guru harus dapat menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana.19 Metode mengajar menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.20 Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Ilmu Praktik Mengajar mengatakan, metode mengajar adalah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan materi pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran, dimana murid-murid dapat merasa mudah menerima/mengerti sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka. Kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa, pendidikan, sosiologi dan sebagainya.21
16
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.149 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2, h.. 652 18 Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.15 19 Penggunaan metode Mengajar yang Berbeda, http://www.sabda.org/ pepak/pustaka/ 020163, 2002. 12 Maret 2007 20 JJ. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), Cet-3, h.3 21 Tayar Yusuf, Ilmu Praktik Mengajar, (Bandung: PT Alma’arif, 1986), Cet-1, h.50 17
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran adalah cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks transfer of knowledge dan transfer of values.22 Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, Ahmadi dan Prasetya mengatakan, metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal, agar palajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.23 Dalam hal ini metode mengajar adalah sebagai alat untuk pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin berhasillah pencapaian tujuan belajar mengajar. Menurut Slameto metode mengajar adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan, terbuka kemungkinan memilih berbagai metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru yang bersangkutan.24 Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan,
metode
mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang menciptakan interaksi edukatif antara guru dan siswa, suasana belajar dan pelajar yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
a. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar Penggunanan metode belajar harus dipilih dan digunakan dengan tepat agar dapat terjadi interaksi aktif dari warga belajar.25 Menurut Winarno Surakhmad seperti dikutip
Bahri Djamarah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
mengajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya; 2) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3) Situasi dengan
22
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Kependidikan, keislaman dan Kebudayaan, (Jakarta: Didaktika Islamika, 2000, Vol. VI), h.119 23 Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 52 24 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 90 25 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multimetode dan Metode Ganda Dalam Proses Pembelajaran Matakuliah Kewiraan, (Surabaya: Ftp Universitas Negeri Surabaya 2000, Th. 27, No. I,),h. 110
berbagai keadaannya; 4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5) Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.26
a. Metode Brainstorming 1) Pengertian Metode Brainstorming Brainstorming atau curah pendapat atau sumbang saran merupakan teknik yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan suatu masalah dalam kelompok kecil (sekitar 8 sampai 10 orang) dengan menggali gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok.
27
Dalam kelompok
kecil ini seorang anak dipilih untuk berperan sebagai ketua dan siswa lain bertugas mencatat semua gagasan yang muncul. Dasar penggunaan metode curah gagasan atau brainstorming adalah bahwa kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak dibandingkan anggota secara individual.28 Teknik ini terdiri dari dua tahap , yaitu tahap identifikasi gagasan dan tahap evaluasi gagasan.29 Menurut Martinis, metode brainstorming adalah metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan yang rasional.30 Roestiyah dalam bukunya mengatakan, brainstorming adalah suatu teknik atau cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.31
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 184 27 . C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999), h.103 28 Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag, 2001), h. 128 29 Atwi Suparman (ed), Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA LAN press, 2003), h.153 30 Martinis Yamin, Startegi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003), h. 74 31 Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)., h. 73
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran brainstormig atau curah gagasan merupakan langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.32 Prinsip yang dianut oleh metode brainstorming adalah menunda memberi penilaian sampai semua gagasan selesai dilontarkan. 33 Setelah semua ide-ide kreatif itu selesai dikemukakan, kemudian diadakann suatu evaluasi untuk melihat ide-ide kretif mana yang nilai paling sesuai dalam rangka penyelesaian permasalahan. Senada dengan hal diatas menurut pendapat Ratu dalam tulisannya pada jurnal kejuruan teknik mesin mengatakan bahwa brainstorming adalah proses penyampaian sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.34 Dengan menunda adanya kritik diharapkan dapat menggali gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari semua siswa. Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya pemikiran-pemikiran
kreatif terutama dalam
usaha pemecahan masalah.
Selanjutnya menurut Ratu teknik kreatif ini dilaksanakan dengan memberikan rangsangan (stimulus) untuk memberikan kondisi yang membangkitkan tanggapan (respon) berupa ide-ide kreatif. Rangsangan yang diberikan dapat berupa pertanyaan untuk tugas pemecahan masalah atau tugas melakukan kegiatan.35 Dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Sujana mengatakan curah pendapat atau brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.36 Menurut Slameto Brainstorming ialah semacam cara pemecahan masalah dimana siswa mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Tidak ada kritik, Evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.37
32
Wahdi Sayuti, Op. cit., h.122 Atwi Suparman, Op. cit., h. 154 34 Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 35 Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 36 H. D. Sujana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h. 86 37 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit., h. 106 33
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai brainstorming, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
brainstorming atau
curah gagasan adalah
pemberian materi pelajaran dengan memperoleh pendapat atau ide-ide dari siswa dengan bebas tanpa seleksi yang akan menunjang daya pikir kreatifnya dan
akan
lebih
memperkaya
pengalaman siswa, dalam hal ini dapat
menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhasil, siswa tidak hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.
2) Tujuan Metode Brainstorming Menurut Roestiyah, tujuan brainstorming adalah untuk mengurus habis, apa yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas tersebut.38 Sedangkan menurut Ratu, tujuan brainstorming adalah untuk menghasilkan kuantitas ide yang sebesar-besarnya, tanpa harus memeperhatikan kualitasnya. Dalam kurun waktu tertentu diharapkan ide-ide akan muncul.39 Bagi setiap jumlah ide yang diungkapkan pada satu kurun waktu tersebut berbeda-beda. Selain jumlah ide berbeda kualitas ide pun berbeda. Menurut
Slameto,
metode
brainstorming
digunakan
untuk:
a)
Mengembangkan pikiran yang kreatif; b) merangsang partisipasi siswa; c) Pada waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah; d)
Berhubungan dengan
metode lainnya; e) Untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru; f) Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.40 Dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Interaktif Afwi Suparman mengatakan bahwa metode Brainstorming diharapkan dapat melatih peserta untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir peserta.41 3) Tahapan Metode Brainstorming Brainstorming mempunyai tahapan atau langkah-langkah pokok, yaitu: 38
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.74 Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 40 Slameto, Op. cit., h. 106 41 Atwi Suparman, Op. cit., h. 154 39
1) Guru menentukan topik bahasan. Sebelum menentukan topik, terlebih dahulu guru menjelaskan pokokpokok penting materi pelajaran. 2) Ajaklah siswa umtuk mengungkapkan pandangan atau ide mereka yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas. Guru memberi masalah pada siswa sesuai dengan topik atau materi yang diajarkan dan siswa diberi waktu memikirkan pemecahan masalah tersebut dan memberikan pendapatrnya bila diminta oleh guru. 3) Catat semua respon siswa yang muncul. Guru turut membimbing dalam memperoleh jawaban dari siswa, namun selama berlangsung pencetusan gagasan, kritik tidak dibenarkan dan siswa tidak perlu mempersoalkan timbulnya ide yang tampak sama, karena menghambat spontanitas pencetusan ide. 4) Setelah itu guru membahas satu persatu respon yang muncul.42 Guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban pada kegiatan tersebut dengan ceramah. 4) Kelebihan dan kekurangan metode brainstorming 1) Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa kelebihan seperti: a) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat. b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis. c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan
masalah yang diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran. e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru. f) Terjadi persaingan yang sehat. g) Anak-anak merasa bebas dan gembira. h) Suasana demokrasi dan disiplin ditumbuhkan.43
42 43
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 122. Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 74
2) Adapun kekurangan dari metode brainstorming yang perlu diatasi adalah: a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik. b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan. c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja. d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan. e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah. f) Tidak menjamin pemecahan masalah. g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan .44
b. Metode Tanya Jawab 1) Pengertian Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dengan meksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau berupa tindakan sebagai terhadap peertanyaan yang diajukan guru atau instruktur kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran.45 Metode tanya jawab menurut Roestiyah adalah suatu teknik untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab.46 Selanjutnya menurut Roestiyah Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya
perhatian
siswa
terhadap
pelajaran,
serta
mengembangkan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga pengetahuannya menjadi fungsional.47 Menurut Lalu Muhammad Metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau
44
Ibid.., h. 75 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit.., h.113 46 Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.129 47 Ibid., h.130
45
sebaliknya, baik secara lisan maupun tulisan. 48 Metode tanya jawab juga memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa pula pelajar bertanya dan guru mrnjawab. Hunungan antara guru dan pelajar merupakan hubungan timbal balik secara langsung.49 Sedangkan Wahdi Sayuti mengemukakan bahwa metode pembelajaran tanya jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dugunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Secara umum, metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. 50 Dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya mengatakan, metode tanya jawab adalah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.51 Sedangkan menurut Syaiful Bahri metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan mengamati, interprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.52 Dari berbagai pendapat para ahli tentang metode tanya jawab, maka penulis menyimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan, dari atau kepada siswa, sehingga terjadi komunikasi langsung dua arah antara guru dan murid. Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan 2) Tujuan Metode Tanya Jawab Menurut Lalu Muhammad, tujuan dari metode tanya jawab adalah: 1) Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan perasaan dan sikap siswa.
48
h. 106
49
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit, h. 107 Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 121 51 Abu Ahmadi, dan joko Tri Prasetya, Op. cit., h. 56 52 Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 50
2) Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematus, logis dan menuju pemecahan masalah. 3) Untuk memberi tekanan perhatian bagian-bagian penting dari materi pelajaran. 4) Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya. 5) Membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang benar atau tepat dalam rangjka kelanjutan belajarnya.53 Menurut Roestiyah penggunaan metode tanya jawab baik untuk maksudmaksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau apa yang dibaca, dengan dibantu Tanya jawab siswa akan tersusun jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat, membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, meneliti kemampuan atau daya tangkap siswa untuk dapat memahami bacaan, dan mengetahui juga apakah siswa mendengarkan dengan baik.54
Sedangkan menurut Slameto, metode tanya jawab digunakan bila: 1) Mengulangi pelajaran yang lalu untuk mengaitkan dengan pelajaran yang baru. 2) Anda ingin mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pengajaran. 3) Anda ingin menuntun pengamatan dan pemmikiran siswa. 4) Materi pelajaran berupa fakta dan informasi yang umum dan mudah diacak melalui berbagai sumber.55 Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan berpikir siswa. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang berlangsung.
Pertanyaan juga dapat berfungsi
sebagai pengatur, pertanyaan mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang berlangsung. Selain itu pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur, pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau demontrasi dimulai dapat
53
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.106 Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 130 55 Slameto Op. cit, h. 113 54
membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting.56 Oleh karena itu aspek tehnik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar.
3) Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono, dalam buku Proses Belajar Mengajar. Menggolongkan tiga jenis pertanyaan sebagai berikut: 1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya a) Pertanyaan permintaan (compliance question) b) Pertanyaan retorik (rhetorical question) c) Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question) d) Pertanyaan menggali (probing question) 2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom a) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question) b) Pertanyaan pemahaman (comprehension question) c) Pertanyaan penerapan (application question) e) Pertanyaan analisis (analysis question) f) Pertanyaan sintesis (synthesis question) g) Pertanyaan evaluasi (evaluation question) 3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran (1) Pertanyaan sempit (narrow question) (a) Pertanyaan sempit informasi langsung: (b) Pertanyaan sempit memusat: (2) Pertanyaan Luas (broad question) (a) Pertanyaan luas terbuka (b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question) .57
4) Tahapan Metode Tanya Jawab Adapun tahapan atau langkah-langkah metode tanya jawab adalah sebagai berikut: 56
W. James Popham, Eva L. Baker (Amirul Hadi, dkk), Teknik Mengajar secara sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) h. 89 57 JJ. Hasibuan, Moedjiono, Op. cit., h. 15
1) Persiapan. a) Menentukan topik b) Merumuskan tujuan ( TIK ) c) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tepat sesuai dengan TIK d) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan diajukan siswa. 2) Pelaksanaan a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai b) Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (murid tidak hanya bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa yamg lain). c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan persepsi. d) Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. e) Guru memberikan limit waktu (tempo) yng cukup untuk siswa menyusun/ memikirkan jawaban yang sistematis. f) Memelihara ketenangan suasana tanya jawab. g) Guru mengusahakan pemerataan giliran bertanya/ menjawab.58
5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya jawab Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab memiliki kelebihan
dan
kekurangan. 1) Adapun kelebihannya adalah: a) Lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah. b) Anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas/ dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali. c) Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan memebawa kearah suatu diskusi. d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik. 2) Sedangkan kelemahan dari metode tanya jawab adalah: a) Mudah menyimpang dari pokok persoalan. b) Dapat menimbulkan beberapa masah baru. 58
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.108
c) Anak didik terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. d) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman anak didik.59 2.Hakikat Penguasaan Konsep Sistem Indera a. Penguasaan konsep Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep. Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).60 Sedangkan konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.61 Menurut Amien yang dikutip Yuni dan Adi konsep adalah suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadannya dialam nyata.62 Menurut Rosser yang dikutip Dahar, dikatakan bahwa, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatankegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.63 Selanjutnya Dahar menjelaskan pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif, yang melibatkian proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif,
abstaksi,
diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan generalisasi.64 Sedangkan menurut Bell yang dikutip Abidin Konsep adalah suatu ide atau gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan obyek-
59
Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h.534 61 Nuryani. R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: UM Press,2005 ), h.51 62 Yuni Tri Hewindati, dan Adi Suryanto, Jurnal Pendidikan: Pemahaman Murid Sekolah Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis BIologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi,, (Universitas Terbuka: Jurnal pendidikan. Vol, No. I, Maret 2004), hal.63 63 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.80 64 Ibid, h.81 60
obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan pula untuk menentukan apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut.65 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep merupakan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.66 Tafsiran atau pengertian seseorang terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain, semua konsep tersebut bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia. Semakin lengkap jaringan konsep tersebut dalam struktur kognitif seseorang semakin besar kemungkinannya dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan.67 Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Dalam proses ini seseorang mengabstraksikan atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus yang diberikan . Stimulus – stimulus tersebut dapat berupa pemberian contoh-contoh dari sesuatu yang dikonsepkan. Sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif. 68 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh individu dengan baik diharapkan individu akan lebih mudah mememori dan memunculkan kembali rangsangan tersebut dalam bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain.69 Adapun manfaat konsep menurut S. Nasution adalah membebaskan individu dari pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu.70 Selanjutnya menurut Nasution mempelajari konsep berbeda dengan belajar hubungan stimulus dan respon karena yang terakhir ini bertalian erat dengan bentuk fisik tertentu, sedangkan konsep sudah lepas sama sekali dari bentuk atau kesamaan
65
Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Pemahaman Konseptual dan Proses Dalam Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 17, No. 2, 2 Agustus 2004), h. 59 66 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h. 520 67 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 86 68 Zainal Abidin, Op. cit., h. 60 69 Sutarto, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan: Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 11, No. 54, Mei 2005), h. 332 70 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164
fisik. Misalnya konsep “sudut “ tidak terikat pada sudut obyek tertentu, akan tetapi dikenal dalam setiap benda.71 Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.72 Sesuai dengan taksonomi Bloom dalam ranah kognitif yang meliputi 6 tingkat, yaitu: 1) Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi bahan pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan. 2) Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya. 3) Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi yang khusus dan konkret. 4) Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas. 5) Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan, unsurunsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur tertentu. 6) Evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan patokan atau tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan sendiri oleh siswa.73 Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana konsep-konsep itu disajikan dalam stuktur kognitif.74 Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang penguasaan konsep, maka penulis menyimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah pemahaman atau 71
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164 72 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 91 73 S. C. Utami Munandar, Op. cit., h.120 74 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 84
kesanggupan siswa terhadap suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan dan diukur melalui tingkat perkembangan kognitif siswa sesuai dengan klasifikasi Bloom. b. Sistem Indera Sistem dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan fungsi tubuh.75 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.76 Sedangkan indera merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapat diartikan sebagai alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif).77 Macam indera sesuai dengan macam stiumulus di alam: raba fisik, raba suhu panas/dingin, raba arus angin/air, bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya.78 Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat
indera
mempunyai lima indera yang dikenal dengan panca indera, alat indera pada manusia dilengkapi dengan bagian –bagian yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ). Alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna apabila: 1. Saraf –saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja dengan baik. 2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna. 3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya. Adapun lima alat indera manusia tersebut adalah: 1) Mata (indera penglihat), peka terhadap cahaya. Bagian-bagian mata yaitu: a) Bagian depan bola mata
75
Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1999), Edisi I, h. 793 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h 950 77 Ibid., h. 377 78 Ibid, h. 470 76
Terdiri atas: alis, kelopak mata, dan kelenjar air mata. Bola mata direkatkan pada dinding sebelah dalam rongga mata oleh tiga pasang otot, yang juga berfungsi menggerakan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu: (1) Otot yang menggerakan bola mata lurus atas dan lurus bawah. (2) Otot yang menggerakan bola mata lurus dalam dan lurus luar. (3) Otot yang menggerakan bola mata miring atas dan miring bawah. b) Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu: (1) Lapiasan luar (Sklera), berwarna putih. Bagian sklera memebentuk kornea, yan berfungsi untuk memerima cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi selaput tipis yamg disebut konjungtiva. (2) Lapisan tengah, berwarna gelap banyak mengandung pembuluh darah, dan berfungsi untuk menyerap cahaya serta mengurangi cahaya yang memantul disekitar mata bagian dalam. Dibagian ini juga terdapat iris, pupil, dan lensa mata. (3) Lapisan dalam (Retina) atau selaput jala. Retina mengandung reseptor yang peka terhadap cahaya. Pada retina terdapat bintik kuning dan bintik buta. Proses Melihat Suatu benda dapat dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan benda→ mata→
Kornea→
Pupil→
Lensa
mata→
Retina→
Saraf
mata→
Diterjemahkan oleh pusat penglihatan di otak→ Melihat. Gangguan-gangguan pada Mata Gangguan atau kelainan pada mata diantaranya adalah: Rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh dan dekat (presbiopi), Astigmatisme (silindris), rabun senja, katarak, dan buta warna. 2) Telinga (indera pendengar) Telinga manusia terdiri atas: a. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga. Telinga luar berfungsi untuk menangkap dan tempat masuknya gelombang bunyi
b. Telinga tengah terdiri dari pembuluh Eustachius dan tulang-tulang pendengaran yaitu tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi. Telinga tengah berfungsi dalam menghantarkan getaran ke telinga bagian dalam c. Telinga dalam terdiri dari rumah siput atau koklea,dua lubang berselaput yaitu tingkap jorong dan tingkap bundar, dan alat keseimbangan berupa tiga buah saluran setengah lingkaran. Proses Mendengar Gelombang bunyi ditangkap dan dikumpulkan oleh daun telinga→ Saluran telinga→
Menggetarkan
gendang telinga→
Tulang martil→
Tulang
landasan→ Tulang sanggurdi→ Tingkap jorong→ Cairan limfa didalam rumah siput bergetar→ Merangsang ujung-ujung urat saraf→ Saraf pendengaran→ Pusat pendengaran di otak→ Mendengar. Gangguan-gangguan pada Telinga Gangguan pada telinga
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu gangguan
penghantaran bunyi dan gangguan saraf. Gangguan atuau kelainan pada telinga diantaranya adalah: Otosklerosis yaitu kelainan pada tulang sanggurdi dan Presbikus yaitu gangguan yang disebabkan oleh.penuaan yang mengakibatkan rusaknya sel saraf pada telinga. 3) Lidah (indera pengecap) Zat yang dapat dikecap lidah adalah zat kimia yang berupa larutan. Ujungujung saraf pengecap berkelompok membentuk kuncup pengecap. Ada kuncup pengecap yang peka terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit. Kuncup-kuncup pengecap berkumpul pada bagian tertentu dari lidah. Ujung lidah peka terhadap rasa manis dan asin, tepi lidah peka terhadap rasa asam dan pangkal lidah peka terhadap rasa pahit. Gangguan pada indera pengecap dapat bersifat sementara, misalnya pada saat makan atau minum sesuatu yang panas atau dingin lidah akan mati rasa beberapa saat dan bersifat permanen misalnya rusaknya jaringan saraf yang berhubungan dengan indera pengecap di otak. 4) Hidung (indera pencium)
Dalam rongga hidung bagian atas terdapat serabut-serabut saraf pembau dengan sel-sel pembau di ujungnya. Serabut-serabut saraf itu bergabung menjadi urat saraf pembau yang menuju kepusat pembau di otak. Sel-sel pembau menuju rambut-rambut halus di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab. Sel-sel pembau peka terhadap zat kimia beruapa gas. Sewaktu menarik napas, udara masuk kedalam rongga hidung. Zat kimia yang ada didalam udara akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke otak, sehingga rangsangan bau dapat diterima.
5) Kulit (indera peraba) Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seliruh tubuh. Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat menyimpan cadangan makanan/lemak, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat kimia, dan kuman, juga berfungsi sebagau indera peraba. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai alat pengeluaran Sel-sel saraf peraba tersebar diseluruh permukan kulit, bagian tubuh yang peka terhadap sentuhan adalah ujung jari, telapak tangan dan telapak kaki. Saraf peraba dapat merasakan permukaan halus dan kasar. Kulit terdiri dari lapisan epidermis (kulit ari) dan lapisan dermis (kulit jangat).
3. Penelitian yang Relevan Dari hasil penelitian yang relevan tentang brainstorming dan tanya jawab dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Ratu Amelia, menunjukkan bahwa pertumbuhan
kreativitas
terdapat
siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode brainstrorming. Pertumbuhan kreativitas dimulai dengan pertumbuhan unsur kelancaran dan keluwesan berpikir diikuti dengan pertumbuhan unsur kepekaan terhadap masalalah. Hasil penelitian Syahrudin, menunjukkan bahwa brainstorming sebagai tekhnik untuk pelatihan berfikir divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan pengalaman dan pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam mencoba menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Wiwik, menunjukkan
metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Sedangkan hasil penelitian mengenai tanya jawab yang dilakukan oleh Albertus sinaga menunjukkan metode tanya jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara karena waktu siswa bertanya guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa untuk menyampaikan permasalahan nya, dengan demikian guru terus-menerus memantau perkembangan berbicara siswa. Jika terdapat kesalahan dan kejanggalan guru dapat memperbaikinya . Metode barainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keterampilan berbicara siswa karena metode brainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keberanian berpikir, menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasai konsep yang diajarkan sehingga dapat memudahkan penguasaan konsep siswa dalam proses belajar mengajar.
B. Kerangka Berpikir Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Banyak sekali metode-metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab. Biologi merupakan ilmu moderat dan strategis yang terletak diantara ilmu-ilmu sosial, psikologi, dan ilmu-ilmu alam. Melalui mata pelajaran ini, peserta didik dikembangkan sikap ilmiahnya. Dengan belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan, mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup, dan diharapkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kelulushidupan manusia dan lingkungannya. Secara umum, tujuan pengajaran adalah pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian, mengajar yang baik itu dapat terjadi jika terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa. Hal itu dapat dipenuhi salah satunya dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang menimbulkan perbedaan hasil belajar yang berarti bagi proses pembelajaran tersebut. Brainstorming adalah salah satu metode pengajaran yang menekankan kepada siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu tujuan metode ini
adalah melatih siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir siswa. Salah satu kelemahan dari metode ini adalah kurangnya waktu yang diberikan untuk siswa memikirkan pemecahan masalah yang diberikan. Sedangkan metode tanya jawab adalah metode yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan siswa, sehingga guru dapat melakukan penilaian langsung sejauh mana perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa. Metode tanya jawab memiliki kelemahan diantaranya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan. Dalam metode brainstorming, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan logis terutama dalam usaha pemecahan masalah dari konsep yang diajarkan. Siswa di rangsang untuk mengemukakan pendapat sehingga mereka memperoleh pengalaman langsung dari daya pikir kreatifnya yang akibatnya akan meningkatkan siswa dalam menerima pelajaran. Dengan demikian, wajarlah bila mereka akan memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik. Sedangkan dalam metode tanya jawab lebih mengedepankan aspek ingatan, selain itu terkadang siswa merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal. Dengan demikian metode brainstorming diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasan konsep siswa di bandingkan dengan metode tanya jawab. Berdasarkan teori maupun pendapat mengenai metode belajar brainstorming, metode tanya jawab dan penguasaan konsep, maka dapat dikatakan bahwa dalam belajar khususnya biologi diperlukan penggunaan metode belajar yang tepat. Salah satu cara untuk memilih metode yang tepat adalah dengan membandingkan metode yang ada terhadap peningkatan penguasaan konsep yang diperoleh siswa. Metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat digunakan dalam upaya pencapaian penguasaan konsep siswa yang dapat diukur melalui 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang menyenangkan dan membawa peserta didik kearah pembelajaran yang kreatif serta hasil pembelajaran yang optimal.
Pada kegiatan brainstorming siswa berperan aktif untuk mengemukakan pendapatnya dari konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya, metode ini merangsang siswa untuk berpikir kreatif dengan aktifnya siswa dalam kegiatan brainstrorming dan tanya jawa maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga diharapkan akan terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming dengan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming lebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang mnggunakan metode tanya jawab
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Ho: Tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab. Ha: Terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode tanya jawab. Adapun pengujian hipotesis struktural yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : µA = µB H1 : µA > µB Keterangan :
µA = Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode brainstorming.
µB = Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode tanya jawab. Apabila µA > µB maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti hipotesis diterima.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2007.
Sedangkan
sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah MTs Darul Abror Jatiraden, Bekasi.
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi experiment (eksperimen semu), karena kelompok-kelompok yang terpilih masih dapat berhubungan dan berada pada keadaan apa adanya, sehingga peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua variabel yaitu: 1. Variabel terikat adalah penguasaan konsep sistem indera. 2. Variabel bebas adalah pengajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab. Eksperimen dilakukan pada dua kelompok, terhadap keduanya diberi tes awal (pre test), kemudian kelompok A diberi pengajaran dengan metode brainstorming dan kelompok B diberi pengajaran dengan metode tanya jawab. Setelah itu diberi tes akhir (post test). Hasil dari tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok diperbandingkan. Desain yang digunakan adalah pre test post control group design, dengan mempetimbangkan bahwa melakukan penelitian murni pada
penelitian lapangan hampir tidak mungkin dan sulit untuk memenuhi kriteria alokasi perlakuan subjek secara random. Desain penelitian dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Tabel I Desain penelitian
Kelompok
Pre test
Perlakuan
Post test
A
O1
Xa
O2
B
O3
Xb
O4
Keterangan: O1: Adalah tes awal pada kelompok A O3: Adalah tes awal pada kelompok B Xa: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar brainstorming Xb: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar tanya jawab O2: Tes akhir pada kelompok A O4: Tes akhir pada kelompok B
D. Populasi Dan Sampel Dalam penelitian ini populasi adalah siswa MTs Darul Abror Jati Raden Bekasi. Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas II. Adapun teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan kelas yang akan dijadikan penelitian berdasarkan kebijakan dan kemudahan pihak sekolah serta dukungan dari guru mata pelajaran biologi kelas II.
E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian diartikan sebagai alat untuk mengukur variabel-variabel pelelitian. Dan selanjutnya dijadikan alat bantu didalam metode pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sebelum dan sesudah penerapan pengajaran dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada kedua kelas eksperimen. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 alternatif jawaban. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah dalam penyusunan instrumen yaitu: 1. Penyusunan Soal Penyusunan soal untuk menentukan penguasaan konsep siswa yang dilakukan berdasarkan pada Kurikulum KBK. Soal dalam bentuk objektif (pilihan ganda) dengan jumlah option sebanyak 4 option yaitu a, b, c, dan d. Dengan konsep sistem indera.
Pada penelitian ini, ranah yang diukur adalah ranah kognitif yang meliputi aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam pemberian skor akan mendapatkan nilai 1 jika benar dan 0 jika salah. 2. Uji Coba Soal yang telah dibuat akan diujicobakan pada siswa diluar objek penelitian. 44 siswa sebagai sampel acak dengan mengerjakan tes sebanyak 40 soal, agar dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya.
F. Variabel Penelitian Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian, variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.79 1. Variabel Penguasaan konsep (Y) a. Definisi Konseptual Penguasaan konsep adalah pemahaman pengetahuan yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.
b. Definisi Operasional Penguasaan konsep dapat diukur melalui penguasaan kurikulum materi sistem indera
yang
sesuai
dengan
standar
kompetensi,
yaitu
siswa
mampu
mendeskripsikan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan yang meliputi : 1) Menunjukan bagian-bagian alat indera dan fungsinya. 2) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Penguasaan konsep biologi untuk SLTP diukur berdasarkan pada domain kognitif melalui 3 ranah yaitu pengetahuan (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3). c. Kisi-kisi Penguasaan Konsep
Tabel 2 Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif 79
Moh Nasir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999) h. 149
Konsep (PB/SPB)
Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir C1
C2
C3
Jumlah JMLH
%
Sistem Indera Pada Manusia a. Alat indera
2
b. Mata
15, 19
c. Telinga
12, 17, 32
d. Hidung
35
e. Lidah
1
2
8,7%
8, 10, 26
6, 9
7
30,4%
25, 28
22
6
26,1%
2
8,7%
3
13%
34 24, 31, 36
f. Kulit
38
37
40
3
13%
Total & Persen
8
11
4
23
100%
17,4%
100%
34,8%
47,8%
d. Kalibrasi instrumen 1). Analisis Validitas Sebuah tes disebut valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri ataupun pendapat beberapa orang lain.80 Tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengujian validitas instrumen ini menggunakan uji validitas butir, dengan menggunakan point biserial corelation, yaitu teknik analisis yang biasa dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel.81 Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
80 81
Moh. Nasir, Op. cit., h.175 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2004), h. 257
rpbi =
Mp − Mt
Dimana Mt =
SD t
∑ Xt N
dan
P Q
SD t =
∑ Xt
2
N
∑ Xt − N
2
Sedangkan dalam menentukan mean peserta tes yang menjawab benar, maka digunakan persamaan:
Mp =
jumlah skor total peserta yang menjawab benar jumlah skor tertinggi peserta tes yang menjawab benar
Keterangan: rpbi
: koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee Mt : skor rata-rata dari skor total (mean total) SDt : deviasi standar dari skor total P
: proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
q
: proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya. Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai validitas dengan
mengkonsultasikan pada tabel korelasi product momen yaitu dengan melihat derajat kebebasannya (n - nr). Jika r hitung > r tabel maka item soal tersebut
bersifat valid, dan jika r hitung < r tabel maka item soal tersebut bersifat tidak valid. Dari hasil uji coba yang akan dilaksanakan soal-soal yang tidak baik disesuaikan dengan butir-butir soal yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus (TIK). Setelah dilakukan penyesuaian ternyata seluruh TIK telah terwakili oleh soal-soal tersebut sehingga soal-soal tersebut telah memenuhi validitas isi. Instrumen penguasaan konsep ini terdiri dari 40 soal terdapat 23 soal (57,5%) soal dengan validitas baik dengan nomor 1, 2, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 19, 22, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 37,38, 40 dan 17 soal (42,5%) yaitu dengan nomor 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29, 30, 33, 39 dengan validitas buruk.82 2). Analisis Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas sangat dibutuhkan untuk mendukung terbentuknya validitas sebuah tes reliabel, tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Untuk menentukan reliabilitas instrumen digunakan rumus KuderRichardson (KR-20), yaitu: 2 n St − ∑ p i ⋅ q i r11 = St 2 n - 1
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas tes
n
: banyaknya butir soal
St2
: varian total
∑pi.qi : jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi
Dimana St2 adalah:
82
Perhitungan lengkap pada lampiran 4 hal. 89
St
2
∑
=
xt
2
N
∑ Xt 2 2 dan ∑xt2 adalah: ∑ xt = ∑ Xt − N
2
Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut: 0,91 – 1,00
: sangat tinggi
0,71 – 0,90
: tinggi
0,41 – 0,70
: cukup
0,21 – 0,40
: rendah
< 0,20
: sangat rendah.
Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan, telah diketahui tingkat reliabilitas dari soal yang tersebut yaitu sebesar 0,75. Nilai tersebut telah memenuhi syarat reliabilitas yang tinggi.83 2. Variabel Metode Pembelajaran (X) a. Metode Brainstorming 1) Definisi Konseptual Metode
brainstorming
diartikan
sebagai
metode
mengajar
yang
memungkinkan siswa menyampaikan sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasangagasan yang muncul. 2) Definisi Operasional Dalam metode brainstorming langkah pertama guru memberikan materi pelajaran kemudian siswa diberi masalah dan waktu untuk memikirkan pemecahan masalah tersebut dan memberikan pendapatnya bila diminta oleh guru, setelah semua siswa selesai mengemukakan pendapatnya kemudian guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban siswa dan membahasnya dengan ceramah. b. Metode tanya jawab 1) Definisi Konseptual Metode tanya jawab diartikan sebagai metode penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa 83
Lampiran 5 hal 91
memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. 2) Definisi Operasional Dalam metode tanya jawab guru memulai dengan memberikan materi pelajaran kemudian siswa dipersilahkan bertanya atau sebaliknya guru yang bertanya dan siswa menjawab. Dengan tanya jawab guru dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabilitas maka peneliti melakukan beberapa hal dalam melakukan pengumpulan data yang mendukung, diantaranya: 1. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengadakan kajian terhadap buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 2. Penelitian lapangan, yaitu dengan memberi soal biologi di Mts Darul Abror, Jatiraden, Bekasi dengan tes objektif pilihan ganda dengan pokok bahasan sistem indera pada manusia. Dilakukan untuk mengetahui hasil penguasaan konsep sebagai variabel yang akan diteliti.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis Analisis data yang digunakan ,meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut : A. Uji Normalitas Untuk uji normalitas, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas chi kuadrat (x2). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi distribusi normal atau tidak, dengan taraf signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut: xo2<xt2
= Data berdisrtibusi normal
xo2>xt2
= Data berdistribusi tidak normal
Adapun rumus chi kuadrat untuk uji normalitas adalah: X2 = ∑ Keterangan:
( Oi− Ei ) Ei
Oi : Frekuensi pada sampel Ei : Frekuensi teoritik
B. Uji Homogenitas Untuk uji homogenitas, analisa data dilakukan dengan menguji homogenitas dua varians. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak, terhadap dua kelompok perlakuan, dengan taraf signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut: -
F hitung < F tabel = Variabel data homogen
-
F hitung > F tabel = Variabel data tidak homogen
Adapun rumusnya sebagai berikut: 2
F=
SA 2 SB
Keterangan: SA2 : varians terbesar SB2 : varians terkecil 2. Uji Hipotesis Data yang didapat yaitu hasil belajar masing-masing sampel berdasarkan tes yang dilakukan akan diuji hipotesis dengan uji “t” yaitu salah satu tes yang dipergunakan untuk menguji kebenaran hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.84 supaya diketahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar dengan metode brainstorming dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode tanya jawab. Adapun rumus uji “t” adalah:
t=
84
X −Y [1 + 1] (n − 1) sx + (n − 1) sy nx + ny − 2
Ibid., h. 278
Keterangan: X
: Nilai rata-rata kelas eksperimen
Y
: Nilai rata-rata kelas kontrol
Sx : Simpangan baku kelas eksperimen Sy : Simpangan baku kelas kontrol nx
:
Jumlah sample kelas eksperimen
ny : Jumlah sample kelas kontrol
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pembelajaran dengan konsep sistem indera pada manusia. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda di dua kelas Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Abror Bekasi dengan sampel kelas II. Penulis mengambil sampel dua kelas yaitu kelas II A berjumlah 39 orang dan kelas II B berjumlah
39
orang. Sampel diambil dengan
menggunakan
tekhnik
purposive
sampling
(pengambilan sampel nonrandom berdasarkan tujuan). Penulis mengajar
langsung di kedua kelas tersebut dengan perlakuan/penerapan metode berbeda dan diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Adapun konsep yang dipelajari adalah konsep sistem indera pada manusia. Perlakuan yang diberikan pada kedua kelas eksperimen berupa
perbedaan
penggunaan metode pembelajaran. Pada kelas II A sebagai kelas eksperimen dengan penggunaan metode brainstorming dan kelas II B sebagai kelas eksperimen dengan penggunaan metode tanya jawab. Pada pengumpulan data penguasaan konsep, penulis menggunakan tes biologi pada konsep sistem indera pada manusia. Tes ini mencakup pemberian pre-test dan post-test yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada kurikulum yang berbasis kompetensi. Sebelum pemberian perlakukan pada kedua kelas, penulis memberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang konsep sistem indera pada manusia. Soal terdiri atas 23 butir pilihan ganda dengan 4 (empat) alternatif jawaban. Setelah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas. Penulis memberikan tes (posttest ) dengan soal yang sama pada pretest. Soal yang diberikan, sebelumnya telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Jadi, tes yang diberikan kepada kedua sampel merupakan tes dengan soal-soal yang valid dan reliabel. Dalam penelitian ini penulis memberikan pre-test dan post-test dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem indera pada menusia sebelun dan sesudah penggunaan metode brainstorming dan metode tanya jawab
Berikut ini disajikan data dari dua kelompok subyek penelitian yang diambil dari pretest dan posttest
1. Nilai Pre-test Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok Brainstorming dan Tanya Jawab a. Nilai Pre-test Pada Kelompok Brainstorming
Berdasarkan hasil Pre-test kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran brainstorming pada konsep sistem indera
pada manusia diperoleh data sebagai
berikut : Tabel 3 Deskrpsi Data Pre-test Kelompok Brainstorming Deskripsi
Nilai
Nilai minimum
25
Nilai maksimum
60
Range
35
Rata-rata
49,51
Median
51,86
Modus
53,7
Simpangan baku
9,09
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa pada pretest ini sebesar 60 dan skor terendah diperoleh 25 sehingga diperoleh rentang 35. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 49,51, nilai tengah sebesar 51,86 dan skor dengan frekuensi terbesar 53,7. Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan panjang kelas interval 6, maka tabel distribusi frekuensai pretest kelompok brainstorming adalah sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Brainstorming
Interval
F
X
fX
X2
Batas
Batas
Nyata
Nyata
Bawah
Atas
Frekuensi Fka
Fkb
Relatif (%)
25-30
3
27,5 82,5
756,25
24,5
34,5
39
3
5,13
31-36
0
33,5 0
1122,25
30,5
37,5
36
3
0
37-42
6
39,5 237
1560,25
36,5
43,5
36
9
17,95
43-48
2
45,5 91
2070,25
42,5
49,5
30-
0
5,13
49-54
15
51,5 772,5
2652,25
48,5
54,5
28
26
38,46
55-60
13
57,5 747,5
3306,25
54,5
60,5
13
39
7,69
39
1930,5
100%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut : 16 14 12 10
Bb
8
Frekuensi relatif
6 4 2 0
24,5 30,5 36,5 42,5 48,5 54,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Brainstorming
Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai biologi antara 49-54 yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 38,46 %. Nilai tertinggi antara 55-60 sebanyak 13 siswa atau sebesar 7,69 %. Sedangkan nilai terendah terletak antara 25-30 sebanyak 3 siswa atau sebesar 5,13 % b. Nilai Pre-test Pada Kelompok Tanya Jawab
Dari Perhitungan, data penelitian ini data nilai pre-test kelompok eksperimen kelompok tanya jawab dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7 Deskripsi Data Pretest Kelompok Tanya Jawab Deskripsi
Nilai
Nilai minimum
25
Nilai maksimum
65
Range
40
Rata-rata
44,12
Median
48,75
Modus
36,5
Simpangan Baku
11,23
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 65 dan skor terendah diperoleh 25 sehingga diperoleh rentang 40. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 44,12 nilai tengah sebesar 48,75 dan skor dengan frekuensi terbesar 36,5. Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai pretest ditunjukkan dalam tabel frekuensi dan gambar dibawah ini :
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab Interval
f
X
fX
X2
Batas
Batas
Frekuensi
Nyata
Nyata fka fkb Relatif
Bawah Atas
(% )
25-30
6
27,5 165
756,25
24,5
30,5
39
6
15,38 %
31-36
0
33,5 0
0
30,5
36,5
33
6
0%
37-42
13 39,5 513,5
1560,25
36,5
42,5
33
19
33,3 %
43-48
0
0
42,5
48,5
20
19
0%
45,5 0
49-54
12 51,5 618
2625,25
48,5
54,5
20
31
30,7 %7
55-60
4
57,5 230
3306,25
54,5
60,5
8
35
10,26 %
61-66
4
48,5 194
2352,25
60,5
66,5
4
39
10,26 %
36
1720,5 10600,25
100 %
14 12 10
Batas Nyata baw ah
8 6
Frekuensi Absolut
4 2 0 24,5 30,5 36,5 42,548,554,560,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab
Berdasarkan grafik histogram diatas terlihat, bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai biologi antara 37 - 42 yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 33,33 %. Nilai tertinggi terletak antara 61 - 66 sebanyak 4 siswa atau sebesar 10,26 %, sedangkan nilai terendah terletak antara 25-30 sebanyak 6 siswa atau sebesar 15,38 %. 2. Nilai Post-testt Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok Brainstorming dan Tanya Jawab a. Nilai Post-test pada Kelompok Brainstorming
Dari perhitungan dalam penelitian ini data nilai post-test kelompok eksperimen brainstorming dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5 Deskripsi Post-test Kelompok Brainstorming Deskripsi
Nilai
Nilai minimum
45
Nilai maksimum
80
Range
35
Rata-rata
67,35
Median
70,95
Modus
72,7
Simpangan baku
7,18
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 80 dan skor terendah diperoleh 45 sehingga diperoleh rentang 35. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,35, nilai tengah sebesar 70,95 dan skor dengan frekuensi terbesar 72,7. Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan panjang kelas interval 6, maka untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai post-test ditunjukkan dalam tabel frekuensi dan gambar dibawah ini:
Tabel 6 Distribus Frekuensi Kelompok Post-test Kelompok Brainstorming Interval
F
X
45-50
3
47,5 142,5
2256,25 44,5
50,5
39
3
7,69 %
51-56
1
53,5 53,5
2862,25 50,5
56,5
36
4
2,56 %
57-62
8
59,5 476
3540,25 56,5
62,5
35
12
20,51 %
63-68
3
65,5 196,5
4290,25 62,5
68,5
27
15
7,69 %
69-74
17 71,5 1215,5 1215,5
68,5
74,5
24
32
43,59 %
75-80
7
74,5
80,5
7
39
17,95 %
39
fX
77,5 542,5
X2
Batas Batas Frekuensi Nyata Nyata Fka fkb Relatif Bawah Atas (% )
542,5
2626,5 24067,5
100 %
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut :
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Batas Nyata Bawah Frekuensi Absolut
44,5 50,5 56,562,5 68,5 74,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Brainstorming
Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai biologi antara 69-74 yaitu sebanyak 17 siswa atau sebesar 43,59% . Nilai tertinggi terletak antara 75-80 sebanyak 7 siswa atau sebesar 17,95%. Sedangkan nilai terendah terletak antara 45-50 sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,69%.
b. Nilai Post-test pada Kelompok Tanya Jawab
Dari data hasil/nilai siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode tanya jawab pada konsep sistem indera diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 9 Deskripsi Post-test Kelompok Tanya Jawab Deskripsi
Nilai
Nilai minimum
30
Nilai maksimum
80
Range
50
Rata-rata
65,9
Median
77
Modus
71,68
Simpangan baku
9,96
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa pada post-test ini sebesar 80 dan skor terendah diperoleh 30 sehingga diperoleh rentang 50. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,9, nilai tengah sebesar 77 dan skor dengan frekuensi terbesar (modus) 71,68. Setelah diperoleh rentang skor sebesar 50 dengan banyaknya kelas interval 7 dan panjang kelas interval 8, maka tabel distribusi frekuensi hasil belajar kelompok tanya jawab adalah sebagai berikut :
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Tanya Jawab Interval f
X
fX
X
2
Batas
Batas
Frekuensi
Nyata
Nyata fka
fkb
Bawah Atas
Relatif (%)
30-37
1
33,5
33,5
1122,25
29,5
37,5
39
1
2,56 %
38-45
1
41,5
41,5
1722,25
37,5
45,5
38
2
2,56 %
46-53
3
49,5
148,5
2450,25
45,5
53,5
37
5
7,69 %
54-61
7
57,5
402,5
3306,25
53,5
61,5
34
12
17,95 %
62-69
8
65,5
402,5
4290,25
61,5
69,5
27
20
20,51 %
70-77
16
73,5
524
5402,25
69,5
77,5
19
36
41,03 %
78-85
3
81,5
1176
6642,25
77,5
85,5
3
39
7,69 %
2445
24935,25
100%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas , dapat dibuat histogram sebagai berikut :
16 14 12 Batas Nyata Baw ah
10 8
Frekuensi Absolut
6 4 2 0
29,5 37,545,553,5 61,5 69,5 77,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Tanya Jawab
Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai Biologi sebesar 70-77 yaitu msebanyak 16 siswa atau sebesar 41,03%. Nilai tertinggi terletak antara 75-85 sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,69%, sedangkan nilai terendah terletak antara 30-77 sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,56%.
Tabel 11 Resume Dua Kelompok Pre-test dan Post-test Jumlah
Metode Brainstorming
Metode Tanya Jawab
Pretest
1910
1815
Posttest
2610
2500
Gain
700
760
B. Pengujian Prasyarat Analisis 1.
Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas skor hasil belajar dilakukan dengan uji Liliefors. Hasil yang diperoleh dari perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada kelompok brainstorming adalah sebagai berikut: Lo ( Lhitung ) pre-test
= 0,0300
Lo ( Lhitung ) post-test
= 0,02833
Ltabel pada ά =0,05
= 0,1419
N (jumlah sample )
= 39
Dari data di atas diketahui bahwa Lo pretes dan posttest < Ltabel maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok brainstorming berdistribusi normal.
Sedangkan hasil yang diperoleh dari perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada kelompok tanya jawab adalah sebagai berikut :
Lo ( Lhitung ) pre-test
= 0,0006
Lo (Lhitung) post-test
= 0,0183
Ltabel pada ά =0,05
= 0,1419
N (jumlah sample)
= 39
Oleh karena itu Lo pretest dan posttest < L
tabel.,
dapat disimpulkan bahwa data
sampel kelompok tanya jawab berdistribusi normal.
Tabel 12 Hasil uji Normalitas dengan uji Lielifors Lo ( Lhitung) db
Kelompok
Ltabel
Kesimpulan
Kelompok Tanya
brainstorming
Jawab
0,05 Pretest
Posttest
pretest
posttest
0,0300
0,02833
0,0006
0,0183
0,1419 Ho diterima
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas kedua kelompok dilakukan dengan uji Fisher. Hasil Yang diperoleh dari perhitungan Uji homogenitas data sebagai berikut : Fhitung pretest kedua kelompok
= 1,5267
Fhitung posttest kedua kelompok
= 1,4931
F0,05 (38:38)
= 1,71
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel bersifat homogen.
Tabel 13 Perhitungan Uji Homogenitas
Ά
0,05
Kelompok
Fhitung
Pretest
1,5267
Posttest
1,4931
Ftabel
Keputusan
1,71
Data berdistribusi normal
Sedangkan hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan uji homogenitas pre-test dan post-test brainstorming dan tanya jawab adalah sebagai berikut : Fhitung pre-test brainstorming
= 1,089
Fhitung post-test tanya jawab
= 1,27
F0,05 (38:38)
= 1,71
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Tabel 14 Hasil Uji Homogenitas Kelompok
N Pre-test
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1,71
Kedua data homogen
1,089
Brainstorming Post-test Pre-test
Tanya jawab
1,27
Post-test
C. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis (normalitas dan homogenitas), diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan bersifat homogen. Karena kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan “t” test. “t” test yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasaan konsep sistem indera pada manusia dengan membandingkan hasil pretest dan posttest pada masing-masing kelompok.
Dari hasil perhitungan, diperoleh t hitung untuk membandingkan pretest dan posttest pada kelompok Brainstorming
sebesar 11,58. Sedangkan t hitung
untuk
membandingkan pretest dan posttest pada kelompok tanya jawab sebesar 11,398. Dengan db sebesar 38 dan taraf signifikansi 0,05, maka t tabel diperoleh sebesar 2,02. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan terdapat peningkatan penguasaan konsep sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan pada kedua kelompok. Pengujian hipotesis selanjutnya adalah membandingkan hasil posttest kedua kelompok. Berdasarkan perhitungan uji “t” test dapat dilihat bahwa t
hitung
tabel ,
untuk
posttest kedua kelompok. Karena t hitung sebesar 1,29 sedangkan pada taraf signifikan
0,05 dengan derajat kebebasan (dk)= 76 (39+39-2) maka didapat harga t tabel sebesar 1,99. Karena t hitung lebih kecil daripada t
tabel
(1,29 < 1,99) berarti hipotesis penelitian
(Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep sistem indera siswa yang menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab. Tabel 15 Pengujian Hipotesis dengan “t”test Kelompok
Jumlah
Df
X
Brainstorming
NA =39
76
XA= 66,79
Tanya Jawab
NB =39
thitung
1,29
ttabel
1,99
Keputusan
Ha ditolak
XB = 64,62
D. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas dari kelompok brainstorming dan kelompok tanya jawab dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut dalam sebaran normal dan homogen. Uji normalitas diperlukan peneliti untuk melihat penyebaran data, sedangkan uji homogenitas diperlukan untuk beberapa sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dari hasil perhitungan gain diketahui bahwa peningkatan penguasaan konsep sistem indera siswa pre-test dan post-test kelompok eksperimen yang menggunakan metode brainstorming memiliki skor 11,58, sedangkan kelompok eksperimen yang menggunakan
metode tanya jawab memiliki skor 11,398 setelah dibandingkan dengan jumlah siswa masing-masing kelompok yaitu 39, maka db = 38 sehingga t
tabel
(0,05) = 2,02. Dengan
demikian dapat disimpulkan adanya peningkatan yang signifikan antara pre-test dan posttest masing-masing kelompok, namun hal tersebut belum dapat membuktikan adanya
perbedaan penguasaan konsep siswa. Kemudian perbedaan yang ada dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dari hasil perhitungan didapat harga t Setelah harga t
hitung
hitung
sebesar 1,29 sedangkan harga t
dibandingkan dengan harga t
dapat diketahui bahwa t
hitung
< t
tabel ,
tabel
tabel
sebesar 1,99.
pada taraf signifikan 5% maka
(1,29< 1,99), sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis Ha ditolak. Dengan ditolaknya hipotesis Ha dan diterimanya hipotesis nol (Ho) dari hasil pengujian hipotesis “t” tes pada taraf signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep sistem indera siswa yang menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Penulis telah membahas sebelumnya bahwa penulis terjun langsung ke kelas dalam menerapkan metode pembelajaran dan diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Berdasarkan pengamatan guru bidang studi biologi, penulis telah menerapkan metode pembelajaran di kedua kelas dengan perlakuan/perhatian yang sama sesuai dengan metode pembelajarannya masing-masing. Jadi, hasil/penguasaan konsep siswa pada konsep sistem indera pada manusia bukan karena perlakuan/perhatian yang berbeda dari peneliti tetapi karena perbedaan penerapan metode pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata kedua kelompok siswa pada konsep sistem indera pada manusia, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab meskipun terjadi perbedaan perlakuan. Tidak berhasilnya pengujian hipotesis disebabkan karena pada kedua kelas dilaksanakan pembelajaran dengan metode yang mengutamakan kemampuan berbicara, dimana, pada kelompok I diberikan metode brainstrorming dan pada kelompok II diberikan metode tanya jawab. Pada kedua metode ini, siswa sama-sama dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Pada metode brainstrorming siswa dilibatkan secara aktif untuk menyatakan pendapatnya, berfikir cepat dan tersusun logis. Sedangkan pada metode tanya jawab
siswa dilibatkan secara aktif untuk menyusun dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan konsep yang telah diberikan. Tetapi hal ini tidak membuat siswa terampil dalam berbicara karena siswa yang kurang selalu ketinggalan, bahkan terkadang berbicara hanya dimonopoli oleh siswa yang pandai saja. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah kemampuan awal siswa yang tidak merata bahkan cenderung kurang yang dapat dilihat dari hasil pre-test yang masih sangat rendah, selain itu keterbatasan waktu yang hanya 4 kali pertemuan tidak mencukupi untuk siswa mengemukakan pendapat dalam brainstorming dan tanya jawab. Hal lain yang berpengaruh adalah siswa sulit mendisiplinkan diri dalam waktu belajar, mereka lebih suka bercanda sehingga siswa sulit berkonsentrasi dalam belajar. Menurut Mardiyati (2001) Brainstorming sebagai teknik untuk pelatihan berfikir divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan pengalaman dan pengembangan
pemikiran
bagi
individu
yang
bersangkutan
dalam
mencoba
menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Norlita (2002), menunjukkan metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Sedangkan mengenai metode tanya jawab menurut Sinaga (1997) Metode tanya jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara karena waktu siswa bertanya guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa mendengarkan permasalahannya. Kemudian menurut Gangel (2006) Pengajaran dalam bentuk tanya jawab akan memberi kesempatan kepada murid-murid untuk mereflesikan keingintahuan dan kebutuhan akan informasi yang lebih lengkap. Pada saat yang sama dengan meminta jawaban atas kunci pertanyaan, guru bisa mengetahui kemajuan kelas tersebut. Kedua metode ini dapat memotivasi siswa untuk berfikir aktif dan mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga pengetahuan menjadi lebih fungsional. Pada metode brainstrorming dan tanya jawab kedua-duannya (guru dan murid) menjadi lebih berminat dalam sains. Mereka mampu berpartisipasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Metode ini mengajak siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sasaran utama dari metode ini adalah agar siswa aktif berpartisipasi, menemukan atau membangun gagasan konsep dalam sains. Dengan metode brainstrorming dan tanya jawab diharapkan siswa dapat menambah cakrawala pemikirannya, mengarahkan dan memperluas minat, dan dapat menghargai
pendapat orang lain. Dengan melaksanakan kedua metode ini akan lebih memahami konsep yang mereka pelajari sehingga akan menghasilkan penguasaan konsep yang baik pada siswa. Harapan awal bahwa dengan metode brainstrorming siswa lebih berminat dalam kegiatan belajar mengajar dan mempunyai hasil belajar yang lebih baik dari siswa yang menggunakan metode tanya jawab ternyata belum terwujud dalam penelitian ini. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
F. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 1 bulan, penulis mengakui bahwa ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu diperhatikan diantaranya: 1. Kemampuan siswa yang tidak merata dalam mengemukakan pemikiranya, sehingga dalam berbicara banyak dimonopoli oleh siswa yang pandai saja 2. Keterbatasan waktu yang diberikan pihak sekolah, sehingga dalam proses curah gagasan dan tanya jawab tidak lebih rinci. 3. Terkadang masalah berkembang ke arah yang tidak diharapkan, sehingga menyimpang dari pokok pembahasan 4. Keterbatasan peneliti dalam mengkondisikan siswa didalam kelas. 5. Tidak dibuatnya lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan hasil perhitungan post-test, kelompok yang menggunakan metode brainstorming memberikan hasil yang lebih baik, terbukti dengan rata-rata sebesar
66,79 dibanding dengan kelompok yang menggunakan metode tanya jawab dengan rata-rata 64,10 meskipun perbedaan tersebut tidaklah terlalu besar. 2. Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji-t, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep siswa pada kelompok yang menggunakan metode brainstorming dan kelompok yang menggunakan metode tanya jawab. 3. Terdapat pengaruh yang positif antara pembelajaran yang menggunakan metode Brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasaan konsep siswa pada
konsep sistem indera pada manusia meskipun tidak signifikan .
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut : 1.
Memiliki waktu untuk penelitian lebih panjang
2. Menerapkan pembelajaran dengan metode brainstorming dan tanya jawab tidak hanya pada konsep sistem indera pada manusia tapi pada konsep-konsep biologi lain. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan pengembangan instrumen, sehingga instrumen tidak hanya mengukur pada domain kognitif tingkat pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, tetapi dilanjutkan pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal, Pemahaman Konseptual dan proses dalam belajar Matematika. Jurnal : Pendidikan dan Pembelajaran, 2004. Ahmadi, Abu, H dan Prasetia, Tri Joko, Strategi Belajar Mengajar,.Bandung: Pustaka Setia, 1997. Avianti, Amilia, Ratu, Proses Penumbuhan Kretifitas Pembuatan program CNC Metode Brainstormin, Jurnal Kejuruan Tehnik Mesin. Vol. 1.Jakarta: FT- UNJ, 2003.
dengan
Dj Jamarah, Bahri, Syaiful,Guru dan Anak Didik dalam Instraksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Dahar, Wilis, Ratna, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga Dekdikbud, 1995. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia . Edisi Ke – 2. Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama islam., Jakarta: Depag, 2001. Dwijosumarto, Suharjo. 2000, Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda dalam Proses Pembalajaran Mata Kuliah Kewiraan, Jurnal Ilmu Pendidikan, Tahun 27, No. 1. Moedjiono, Hasibuan, JJ, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda kary Karya,1998. Hayati, Laila, dan Kurniati, Nani. 2005, Tingkat Penguasaan Pada Pokok bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas 1F SMUN 2 Mataram. Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 1. Http\\ www//.sabda.org / pepak / pustaka / 020163
Maryati, Frida dan Yusuf, H. 2003, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, Jurnal penelitian Pendidikan.Gororntalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, tahun IV, Edisi 8.
dan
Muhaemin. 2006, Upaya Meningkatkan pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al- Kautsar TP 2004\ 2005 MelaluiPendekatan PetaKonsep , Jurnal Pendidikan Vol. 4, No. 1. Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran. Muhammad, Lalu, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Usaha Nasional,1993 Munandar, Utami, S. C, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,Jakarta: Gramedia, 1999 Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Nasir. Moh, Metodologi Penelitian , Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999 N. K. Roestiyah., Didaktika Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1986 N. K. Roestuyah, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1986 N. K roestiyah, Strategi Belajar Mengajar., Jakarta: Rineka Cipta,1998. Popham, James, W, Tehnik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. R. Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, . Malang: UM. Press. Sayuti, Wahdi, Model Pembalajaran Konstrukativisme. Jurnal Kependidikan, Keislaman dan Kebudayan. Jakarta: Didaktika Islamika, 2000. Sinaga, Albertus, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU, No .3. Jurnal Pendidikan. Jakarta: Gema Pendidikan, 1997. Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS)., Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Sujana, H. D., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production, 2001. Suryosubroto, B., Proses Belajar mengajar di Sekolah.,Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Sutarto. Buku Ajar Fisika (BAF ) dengan Tugas Analisis Foto denganKejadianFisika .(AFKF ) sebagai Alat Bantu Penguasaan konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Tahun 11, No. 54. Sabri, Alisuf, H. M, Pengantar Ilmu pendidikan, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.
Suparman, Atwi, Model-Model Pembelajaran Interaktif, Jakarta : STIA LAN Press, 2003.
Susianna, Nancy, Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Sebagai Wahana pendidikan Siswa SLTP.Jurnal pendidikan. Bandung : Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA,2004. Tri, Yuni. dan Suryanto, Adi. 2004. Pemahaman murid Sekolah Dasar Terhadap konsep IPA Berbasis Biologi. Junal Pendidikan. Universitas Terbuka : Jurnal Pendidikan . Vol, No. 1. Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, Jakarta : Gaung Persada Press, 2003. Yatim, Wildan, Kamus Biologi, Jakarta : Yayasan obor Indonesia, 1999. Yusuf, Tayar, Ilmu Praktik Mengajar, Bandung : PT Alma’arif, 1986.
Lampiran 7 Distribusi frekuensi pretest
Kelompok Brainstorming
1. Banyaknya Data (n)
= 39
2. Distribusi Frekuensi
=
25
30
30
40
40
40
40
40
40
45
45
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
55
55
55
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
3. Rentang Data (R)
= data terbesar – data terkecil = 60 - 25 = 35
4. Banyaknya Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 6,250 6
5. Panjang Kelas Interval (i)
=R K = 35 6,250 = 5,6 6
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Brainstorming
Interval
f
X
FX
X
2
Batas Nyata Bawah
Batas Nyata Atas
fKa
fKb
Frekuensi Absolut Relatif (%)
25-30
3
27,5 82,5
756,25
24,5
34,5
39
3
3
7,69 %
31-36
0
33,5 0
1122,25
30,5
37,5
36
3
0
0%
37-42
6
39,5 237
1560,25
36,5
43,5
36
9
6
15,38 %
43-48
2
45,5 91
2070,25
42,5
49,5
30
11
2
5,13 %
49-54
15
51,5 772,5
2652,25
48,5
54,5
28
26
15
38,46 %
55-60
13
57,5 747,5
3306,25
54,5
60,5
13
39
13
33,33 %
36
100 %
36
6. Mean
7. Modus
Median
1930,5
=
11467,5
∑fX ∑f
= 1930,5 39 = 49 fa =L xi fa + fb 13 = 48,5 x6 13 + 2 = 48,5 + 5,2 = 53,7 1 2 N − fkb = L+( ) xi fi (1 2 .39 − 11) = 48,5 + x6 15 = 51,86
Kelompok Tanya Jawab
1. Banyaknya Data (n)
= 39
2. Distribusi Frekuensi
=
25
25
30
30
30
30
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
60
60
60
60
65
65
65
65
3. Rentang Data (R)
= data terbesar – data terkecil = 65-25 = 40
4. Banyaknya Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 6,250 7
5. Panjang Kelas Interval (i)
=R K = 40 6,250 = 6,4 6
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab
Interval
f
X
X2
fX
Batas
fKa
fKb
Frekuensi
Nyata
Nyata
Bawah
Atas
24,25
30,5
39
6
6
15,38
30,5
36,5
33
6
0
0
36,5
42,5
33
19
13
33,33
42,5
48,5
20
19
0
0
Absolut
Relatif (%)
25-30
6
27,5
165
31-36
0
33,5
0
37-42
13 39,5
513,5
43-48
0
0
49-54
12 51,5
618
2625,25
48,5
54,5
20
31
12
30,77
55-60
4
57,5
230
3306,25
54,5
60,5
8
35
4
10,26
61-66
4
48,5
194
2352,25
60,5
66,5
4
39
4
10,26
1720,5
10600,25
45,5
36
8. Mean
756,25
Batas
0 1560,25 0
=
∑fX ∑f
= 1720 39 = 44,12
9. Modus
= L+
fa ×i fa + fb
= 36,5 +
0 ×6 0+0
= 36,5
10. Median
= L + (1/2. N – Fkb ) x i Fi = 48,5 + (1/2.39 – 19 ) x 6 12 = 48,5 + 0,25 =48,75
100 %
Lampiran 8 Distribusi frekuensi Posttest
Kelompok Brainstorming
11. Banyaknya Data (n)
= 39
12. Distribusi Frekuensi
=
45
50
50
55
60
60
60
60
60
60
60
60
65
65
65
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70 75
75
75
75
80
80
80
13. Rentang Data (R)
= data terbesar – data terkecil = 80 - 45 = 35
14. Banyaknya Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 6,250 6
15. Panjang Kelas Interval (i)
=R K = 35 6,250 =5,6 6
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Brainstorming
Interval
f
X
fX
X
2
Batas
Batas
Nyata
Nyata
Bawah
Atas
fKa
fKb
Frekuensi Absolut
Relatif (%)
45-50
3
47,5
142,5
2256,25
44,5
50,5
39
3
3
7,69 %
51-56
1
53,5
53,5
2862,25
50,5
56,5
36
4
1
2,56 %
57-62
8
59,5
476
3540,25
56,5
62,5
35
12
8
20,51 %
63-68
3
65,5
196,5
4290,25
62,5
68,5
27
15
3
7,69 %
69-74
17
71,5 1215,5
5112,25
68,5
74,5
24
32
17
43,59 %
75-80
7
77,5
542,5
6006,25
74,5
80,5
7
39
7
17,95 %
2626,5
24067,5
39
100 %
39
16. Mean
=
∑fX ∑f
= 2626,5 39 = 67,35 17. Modus
= L+
fa ×i fa + fb
= 68,5 + 7 x 6 7+3 = 72,7 18. Median
L + (1/2. N – Fkb ) x i Fi = 69,5 + ( ½.39 – 16 ) x 16 16 = 69,5 + 1,45 = 70,95
Kelompok Tanya Jawab
6. Banyaknya Data (n)
= 39
7. Distribusi Frekuensi
=
30
40
50
50
50
60
60
60
60
60
60
60
65
65
65
65
65
65
65
65
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
80
80
80
8. Rentang Data (R)
= data terbesar – data terkecil = 80 - 30 = 50
9. Banyaknya Kelas Interval (K)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 6,250 7
10. Panjang Kelas Interval (i)
=R K = 50 6,250 =8
Tabel 19 Distribusi Frekuensi Posttestt Kelompok Tanya Jawab 2
Interval
f
X
fX
X
30-37 38-45 46-53 54-61 62-69 70-77 78-85
1 1 3 7 8 16 3
33,5 41,5 49,5 57,5 65,5 73,5 81,5
33,5 41,5 148,5 402,5 524 1176 2445
1122,25 1722,25 2450,25 3306,25 4290,25 5402,25 6642,25
2570,5
24935,75
39
19. Mean
=
Batas Nyata Bawah 29,5 37,5 45,5 53,5 61,5 69,5 77,5
∑fX ∑f
= 2570,5 39 = 65,9 20. Modus
= L+
fa ×i fa + fb
= 69,5 + 3
x8
3+8 = 69,5 + 2,18 = 71,68 21. Median
= L+
fa ×i fa + fb
= 69,5 + ( ½. 39 – 12 ) x 8 8 = 69,5 + 7,5 = 77
Batas Nyata Atas 37,5 45,5 53,5 61,5 69,5 77,5 85,5
fKa
fKb
39 38 37 34 27 19 3
1 2 5 12 20 36 39
Frekuensi Absolut Relatif (%) 1 2,56 % 1 2,56 % 3 7,69 % 7 17,95 % 8 20,51 % 16 41,03 % 3 7,69 % 39
100 %
Lampiran 9 Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Brainstorming Tabel 20 Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest X 35 30 40 45 50 55 60
Rerata (X)
x i2 625 900 1600 2025 2500 3025 3600
f 1 2 6 2 15 3 10 39
=
∑ fxi ∑ fi
= 1930 39 = 49,49 Varians S12
=N.∑fx i 2 - (∑ f.xi)2 n ( n-1 ) = 39 x 98650 – ( 1930 )2 39 ( 38 )
= 3847350- 3724900
1482 = 122450
1482 S1
= 82,624831
= 9,0898
f.x i 25 60 240 90 750 165 600 1930
f.x i2 625 1800 9600 4050 37500 9075 3600 98650
Tabel 21 Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest xi
f
x i2
f.x i
f.x i2
45
1
2025
45
2025
50
2
2500
100
5000
55
1
3025
55
3025
60
8
3600
480
28800
65
3
4225
195
12675
70
17
4900
1190
83300
75
4
5625
300
22500
80
3
6400
240
19200
2605
176525
39
Rerata (X)
=
∑ fxi ∑ fi
= 2605 39 = 66,79 Varians S1
2
= N.∑fx i 2 -(∑ f.xi)2 n ( n -1 ) = 39 x 176525 - ( 2605 )2 39 ( 38 ) = 6884475 - 6786025
1482 = 98450 1482 S1
= 66,430499
= 8,15
Lampiran 11 Uji Normalitas Kelas Brainstorming Tabel 22 Uji Normalitas pretest xi
f
Zn
Z
Z Tabel
F(Z)
S(Z)
F (Z ) – S ( Z )
25
1
1
- 2,69
0,4964
0,0036
0,0256
- 0,022
30
2
3
- 2,14
0,4838
0,0162
0,0769
- 0,0607
40
6
9
- 1,04
0,3508
0,1492
0,2308
- 0,0816
45
2
11
- 0,49
0,1879
0,3121
0,2821
0,0300
50
15
26
0,056
0,0239
0,50234
0,6667
- 0,161431
55
3
29
0,606
0,2291
0,7491
0,7436
- 0,0145
60
10
39
1,16
0,3770
0,8770
1,000
- 0,12300 Lo = 0,0300
Z
=
x−x S
30 − 49,49 9,09 = −2,14
=
F (Z)
= Apabila Zi < 0 = 0,5 – Z tabel Apabila Zi > 0 = 0,5 + Z tabel
S (Z)
= Zn = 3 n 39
Ltabel
==
0,886 = 0,1419 39
Karena Lo ≤ L (0,0300 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.
Tabel 23 Uji Normalitas Posttest xi
f
Zn
Z
Z Tabel
F(Z)
S(Z)
F (Z ) – S ( Z )
45
1
1
- 2,67
0,4962
0,0038
0,0256
- 0,0218
50
2
3
- 2,06
0,4808
0,0192
0,0769
- 0,0577
55
1
4
- 1,45
0,4265
0,0735
0,1026
- 0,291
60
8
12
- 0,83
0,2967
0,2033
0,3077
-0,1044
65
3
15
- 0,22
0,0871
0,4129
0,3846
0,0283
70
17
32
0,39
0,1517
0,6517
0,8205
- 0,1688
75
4
36
1,01
0,3438
0,8438
0,9231
- 0,0793
80
3
39
1,62
0,4474
0,9474
1,0000
-0,0526 Lo= 0,0283
39
Z
=
x−x S
45 − 66,79 8,15 = −2,67
=
F (Z)
= Apabila Zi < 0 = 0,5 – Z tabel Apabila Zi > 0 = 0,5 + Z tabel
S (Z)
= Zn = 1 n 39
Ltabel
=
0,886 = 0,1419 39
Karena Lo ≤ L (0,0283 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.
Lampiran 10 Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Tanya Jawab Tabel 24 Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest x
f
Xi 2
f.x i
f.x i2
25
2
625
50
1250
30
4
900
120
3600
40
13
1600
520
20800
50
12
2500
600
30000
60
4
3600
240
14400
65
4
4225
260
16900
1760
86950
39
Rerata (X)
=
∑ fxi ∑ fi
=
1790 39
= 45,897 Varians S12
= N.∑fx i 2 -(∑ f.xi)2 n ( n -1 ) = 39x86950- ( 1790 )2 39 (38) = 3391050- 3204100 1482
S1
= 126,14709
= 11,23
Tabel 25 Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest xi
f
Xi2
f.x i
f.xi2
30
1
900
30
900
40
1
1600
40
1600
50
3
2500
150
7500
60
7
3600
420
25200
65
8
4225
520
33800
70
16
4900
1120
78400
80
3
6400
240
19200
2520
166600
39
Rerata (X)
=
∑ fxi ∑ fi
=
2520 39
=64,62 Varians S12
= N.∑fx i 2 -(∑ f.xi)2 n ( n -1 ) = 39. 166600 – (2520)2 39(39-1) = 6497400 - 6350400 1482 = 99,190283
S1
= 99,190283
= 9,96
Uji Normalitas Kelas Tanya Jawab Tabel 26 Uji Normalitas pretest xi
F
Zn
Z
Z tabel
F(Z)
S(Z)
25
2
30
2
-1,84
0,4671
0,0329
0,0512
-00183
4
6
-1,397
0,4756
0,0244
0 1538
-0,1294
40
13
19
-0,51
0,1915
0,3085
0,4872
-0,1787
50
12
31
0,38
0,1480
0,6480
0,7940
-0,0969
60
4
35
1,27
0,3980
0,8980
0,8974
0,0006
65
4
39
1,72
0,4564
0,9564
1,0000
-0,0436
36
Z
=
Lo = 0,0006
x−x S
= 25 - 45,897 11,23 = - 1,84 F (Z)
F (Z ) – S ( Z )
= Apabila Zi < 0 maka; 0,5 – Z tabel Apabila Zi > 0 maka ; 0,5 + Z tabel
S (Z)
= Zn = 1 n 39
Ltabel
=
0,886 = 0,1419 39
Karena Lo ≤ L (0,0006 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.
Tabel 27 Uji Normalitas Posttest xi
f
Zn
Z
Z Tabel
F(Z)
S(Z)
F (Z ) – S ( Z )
30
1
1
- 3,48
0,4997
0,0003
0,0256
- 0,0253
40
1
2
- 2,47
0,4939
0,0066
0,0512
- 0,0446
50
3
5
- 1,47
0,4292
0,0708
0,1282
- 0,0574
60
7
12
- 0,46
0,1772
0,3228
0,3077
0,0151
65
8
20
0,04
0,0160
0,5160
0,5128
0,0032
70
16
36
0,54
0,2054
0,7054
0,9230
- 0,2176
39
1,54
0,4382
0,9382
1,0000
- 0,0618
80
3
Lo = 0,0151
Z
=
x− x S
30 − 64,62 9,96 = −3,48
=
F (Z)
= Apabila Zi < 0 maka; 0,5 – Z tabel Apabila Zi > 0 maka ; 0,5 + Z tabel
S (Z)
= Zn = 1 n 39
Ltabel
=
0,886 = 0,1419 39
Karena Lo ≤ L (0,0151 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal
Tabel 28 Perhitungan “t “ test pada kelompok kontrol Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Pre-test
30 40 65 65 50 30 25 40 30 50 50 60 30 25 40 40 60 60 70 40 40 40 50 50 50 60 50 40 65 40 40 65 50 40 40 50 50 40 50
Post-test
70 80 70 65 70 60 70 50 70 60 70 60 50 30 80 65 60 65 40 50 65 70 70 65 60 70 60 80 70 70 70 70 65 60 50 65 70 65 70
Gain (d ) (post-testPre-test 40 40 15 0 20 30 45 10 40 10 20 0 20 5 40 25 0 5 30 10 25 30 20 15 10 10 10 0 5 30 30 5 15 20 10 15 20 25 20
Xd
Xd2
(d-Md ) 20,52 20,52 -4,48 0 0,52 10,52 -4,48 -9,48 20,52 -9,48 0,52 0,52 -14,48 20,52 5,52 0 -14,48 10,52 -9,48 5,52 10,52 0,52 -4,48 -9,48 -9,48 -9,48 20,52 -14,48 10,52 10,52 14,48 14,48 -4,48 0,52 -9,48 -4,48 0,52 5,52 0,52
421,0704 421,0704 20,0704 0 0,2704 110,6704 20,0704 89,8704 421,0704 89,8704 0,2704 0 0,2704 209,6704 421,0704 30,4704 0 209,6704 110,6704 89,8704 30,4704 110,6704 0,2704 20,0704 -89,8704 -89,0704 -89,0704 421,0704 -209,6704 110,6704 110,6704 209,6704 -20,0704 0,2704 -89,8704 -20,0704 0,2704 30,4704 0,2704
N = 39
1815 X=46,54
Md = ∑ d = 760 N 39 T= Md_______√ ∑ Xd2 N (N-1 ) T = 19,48 √ 4314,73 39 (39-1 )
2500 X=64,10
760
∑Xd2=4314,7344
Subyek
Pre-test
Post-test
Gain (d) ( Posttest- Pre-test
Xd (d-Md )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 28 10 29 11 30 12 31 13 32 14 33 15 34 16 35 17 36 18 37 19 38 20 39 21 22 23 24 25 26 27
Lampiran 14 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok
Xd2
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S12 = terbesar terkecil S12 Dimana :
S2 =
n∑ fx1 − ( fx1) n(n −1)
1. Hipotesis Ho : Data memiliki varians homogen Ha : Data tidak memiliki varians homogen 2. Kriteria Pengujian a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen b. Jika F
hitung
> F
tabel
maka Ha diterima, yang berarti varians kedua populasi tidak
homogen 3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1
= n - 1 = 39 – 1 = 38
db2
= n – 1 = 39 – 1 = 38
4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh
S12 = 126,14709 dan diperoleh S22 =
82,624831 sehingga dengan menggunakan rumus diatas diperoleh : F hitung = S12 = 126,14709 = 1,5267 S12 82,624831
5. Tentukan nilai F tabel
Untuk db penyebut 38 dan db pembilang 38 (0,05:38:38) tidak terdapat pada F tabel, maka digunakan db pembilang dan penyebut yang terdekat, yaitu db penyebut 38 dan db pembilang 40 (0,05: 38,40) adapun F tabel dengan db penyebut 38 dan db pembilang 40 pada taraf signifikan 5 % adalah 1,71. Karena F
hitung
< Ftabel (1,5267<1,71), ini artinya Ho diterima, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S12 = terbesar terkecil S12 Dimana :
S2 =
n∑ fx1 − ( fx1) n(n −1)
1. Hipotesis Ho : Data memiliki varians homogen Ha : Data tidak memiliki varians homogen 2. Kriteria Pengujian a. Jika F
hitung
< F
tabel
maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen 3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1
= n - 1 = 39 – 1 = 38
db2
= n – 1 = 39 – 1 = 38
4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh
S12 = 126,14709 dan diperoleh S22 =
82,624831 sehingga dengan menggunakan rumus diatas diperoleh : F hitung = S12 = 99,190283 = 1,4931 S12 66,430499
5. Tentukan nilai F tabel
Untuk db penyebut 38 dan db pembilang 38 (0,05:38:38) tidak terdapat pada F tabel, maka digunakan db pembilang dan penyebut yang terdekat, yaitu db penyebut 38
dan
db pembilang 40 pada taraf signifikan 5 % adalah 1,71. Karena F
hitung
< Ftabel (1,5267 < 1,71), ini artinya Ho diterima, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
Lampiran 14 Tabel 28
Perhitungan “t “ test pada kelompok Tanya Jawab Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 N = 39
Pre-test
30 40 65 65 50 30 25 40 30 50 50 60 30 25 40 40 60 60 70 40 40 40 50 50 50 60 50 40 65 40 40 65 50 40 40 50 50 40 50 1815 X=46,54
Post-test
70 80 70 65 70 60 70 50 70 60 70 60 50 30 80 65 60 65 40 50 65 70 70 65 60 70 60 80 70 70 70 70 65 60 50 65 70 65 70 2500 X=64,10
Gain (d ) (post-testPre-test 40 40 15 0 20 30 45 10 40 10 20 0 20 5 40 25 0 5 30 10 25 30 20 15 10 10 10 0 5 30 30 5 15 20 10 15 20 25 20 760
Xd (d-Md ) 20,52 20,52 -4,48 0 0,52 10,52 -4,48 -9,48 20,52 -9,48 0,52 0,52 -14,48 20,52 5,52 0 -14,48 10,52 -9,48 5,52 10,52 0,52 -4,48 -9,48 -9,48 -9,48 20,52 -14,48 10,52 10,52 14,48 14,48 -4,48 0,52 -9,48 -4,48 0,52 5,52 0,52
Xd2
421,0704 421,0704 20,0704 0 0,2704 110,6704 20,0704 89,8704 421,0704 89,8704 0,2704 0 0,2704 209,6704 421,0704 30,4704 0 209,6704 110,6704 89,8704 30,4704 110,6704 0,2704 20,0704 -89,8704 -89,0704 -89,0704 421,0704 -209,6704 110,6704 110,6704 209,6704 -20,0704 0,2704 -89,8704 -20,0704 0,2704 30,4704 0,2704 ∑Xd2=4314,7344
Md =
t =
∑d N
=
760 = 19,49 39
Md
∑ Xd
19,49 4314,7344 1482
t =
N ( N − 1)
t =
19,49
∑ 4314,7344
t =
19,49 2,911
39(39 − 1) t =
19,49 4314,7344 39(38)
t =
19,49 = 11,398 1,71
db = 39 -1 = 38 t tabel (ά = 0,05) = 2,02 Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran yang signifikan.
Lampiran 15 Tabel 29
Perhitungan “t “ test pada kelompok Brainstorming
Subyek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 N = 39
Pre-test
60 50 50 50 50 40 55 30 40 60 60 60 25 40 50 50 60 60 55 50 60 50 50 50 30 40 50 60 50 50 50 60 40 55 40 45 40 50 45 1910
Post-test
65 80 70 70 60 70 75 70 70 70 70 70 70 50 75 70 60 75 70 60 75 60 70 60 55 70 75 80 70 60 65 65 50 70 60 70 45 60 80 2610
Gain (d ) (post-testPre-test
5 30 20 20 10 30 20 40 30 10 10 10 45 10 25 20 0 15 15 10 15 10 20 10 25 30 25 20 20 10 15 5 10 15 20 25 5 10 35 700
Xd (d-Md ) -12,95 12,05 2,05 2,05 -7,95 12,05 2,05 22,05 12,05 -7,95 -7,95 -7,95 27,05 -7,95 7,05 2,05 0 -2,95 -2,95 -7,95 -2,95 -7,95 2,05 -7,95 7,05 12,05 7,05 2,05 2,05 -7,95 -2,95 -12,95 -7,95 -2,95 2,05 7,05 -12,95 -7,95 17,05
Xd2
167,7025 145,2025 4,2025 4,2025 63,2025 145,2025 4,2025 486,2025 145,2025 63,2025 63,2025 63,2025 731,7025 63,2025 49,7025 4,2025 0 8,7025 8,7025 63,2025 8,7025 63,2025 4,2025 63,2025 49,7025 145,2025 49,7025 4,2025 4,2025 63,2025 8,7025 167,7025 63,2025 8,7025 4,2025 49,7025 167,7025 63,2025 290,7025 ∑Xd2= 3561,7425
X=49,49
Md =
t =
∑d N
=
X=66,79
700 = 17,95 39
Md
∑ Xd
t =
N ( N − 1)
t =
17,95
∑ 3561,7425
t =
17,95 3561,7425 1482
17,95 2,4033
39(39 − 1)
t =
17,95
∑ 3561,7425
t =
17,95 = 11,58 1,5502
39(38)
db = 39 -1 = 38 t tabel (ά = 0,05) = 2,02 Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran yang signifikan.
Lampiran 16
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam perhitungan ini menggunakan “t” test, berikut langkah-langkah perhitungannya : a. Merumuskan hipotesis
Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 b. Menentukan kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel,, maka terima Ho Jika thitung > ttabel,, maka tolak Ho c. Menentukan uji statistik
S2 total = (n1-1) S12 + (n2-1) S22 (n1 + n2 - 2) (39 − 1)66,430499 + (39 − 1)99,190283 (39 + 39 − 1) 2524,35896 + 3769,23075 = 76 6293,58971 = 76 = 82,8103909
=
= 82,8103909
S
= 9,10
t=
X1 − X 2 1 1 S + n1 n2
66,79 − 64,10 1 1 9,10 + 39 39 2,69 = 2 9,10 39 2,69 = 9,10(0,23) 2,69 = 2,093 = 1,29
=
Setelah thitung diperoleh, kemudian menentukan ttabel dengan berkonsultasi pada tabel “t”. Dengan df sebesar 76 maka diperoleh t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 1,99. d. Melakukan pengambilan kesimpulan
Karena didapat thitung < ttabel (1,29 < 1,99 ) , maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis alternatif ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran brainstorming dan metode pembelajaran tanya jawab terhadap penguasaan konsep siswa.
Lampiran 13 Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Brainstorming A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia X
F
(X - X)
(X - X)2
F(X - X)2
35
1
-14,49
209,9601
209,9601
30
2
-19,49
379,8601
759,7202
40
6
-9,49
90,0601
540,3606
45
2
-4,49
20,1601
40,3202
50
15
0,51
0,2601
3,9015
55
3
5,51
30,3601
91,0803
60
10
10,51
110,4601
1104,601
Jumlah
S2 =
2749,9439
f ( X − X )2 (n - 1)
2749,9439 (39 - 1) = 72,39 =
B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia
X
F
(X - X)
(X - X)2
F(X - X)2
45
1
-21,79
474,8041
474,8041
50
2
-16,79
281,9041
563,8082
55
1
-11,78
139,0041
139,0041
60
8
-6,79
46,1041
368,8328
65
3
-1,79
3,2041
9,6123
70
17
3,21
10,3041
175,1697
75
4
8,21
67,4041
269,6164
80
3
13,21
174,5041
523,5123
Jumlah
S2 =
f ( X − X )2 (n - 1)
2524,3599 (39 - 1) = 66,43 =
1. Ho Ha
= Variansi populasi homogen = variansi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel
2524,3599
na
= 39
nb
= 39
3. Derajat kebebasan Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38 Penyebut dk
= n – 1 = 39 – 1 = 38
4. F hitung 2
F=
SA Varianterbesar = 2 Varianterkecil SB = 72,37 66,43 = 1,089
5. Dengan demikian = 1,089 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40. Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71 Diketahui harga Fhit = 1,089 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama.
Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Tanya Jawab A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia
X
F
(X - X)
(X - X)2
F(X - X)2
25
2
-20,897
436,684609
873,369218
30
4
-15,897
252,714609
1010,85844
40
13
-5,897
34,774609
452, 069917
50
12
4,103
16,834069
202, 015309
60
4
14,103
198,894609
795,578436
65
4
19,103
364,924609
1459,69844
Jumlah
4793,58977
S2 =
f ( X − X )2 (n - 1)
4793,58977 (39 - 1) = 126,15 =
B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia X
F
(X - X)
(X - X)2
F(X - X)2
30
1
-34,62
1198,5444
1198,5444
40
1
-24,62
606,1444
606,1444
50
3
-14,62
213,7444
641,2332
60
7
4,62
21,3444
149,4108
65
8
0,38
0,1444
1,1552
70
16
5,38
28,9444
463,1104
80
3
15,38
236,5444
709,6332
Jumlah
S2 =
f ( X − X )2 (n - 1)
3769,2316 (39 - 1) = 99,19 =
1. Ho Ha
= Variansi populasi homogen = variansi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel na
= 39
3769,2316
nb
= 39
3. Derajat kebebasan Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38 Penyebut dk
= n – 1 = 39 – 1 = 38
4. F hitung 2
F=
SA Varianterbesar = 2 Varianterkecil SB = 126,14709 99,19 = 1,27
5. Dengan demikian = 1,27 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40. Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71 Diketahui harga Fhit = 1,27 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama