PERBEDAAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA YANG DIAJAR MELALUI METODE PRAKTIKUM DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KONSEP JAMUR (Kuasi Eksperimen Di SMA Negeri 4 Kota Bekasi)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
TINA YUNI ASTUTI NIM 108016100034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
: : : :
FITK-FR-AKD-089 5 Januari 2009 00 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Tina Yuni Astuti
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta / 19 Juni 1990 NIM
: 108016100034
Jurusan / Prodi
: Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi
Judul Skripsi
: “Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Jamur”
Dosen Pembimbing
: 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. 2. Nengsih Juanengsih, M.Pd.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 28 Mei 2013 Mahasiswa Ybs.
TinaYuni Astuti NIM. 108016100034
ABSTRAK Tina Yuni Astuti. 108016100034. Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Jamur. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Bekasi pada kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 45 orang untuk kelas eksperimen I dan 45 orang untuk kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode praktikum dan kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes essay. Berdasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t’ (α = 0,05) diperoleh thitung (3.79) > ttabel (2,02). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains antara siswa yang diajar melaluimetode praktikum dengan metode demonstrasi. Keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum lebih unggul dibandingkan dengan metode demonstrasi. Kata Kunci: Metode Praktikum, Metode Demonstrasi, Keterampilan Generik Sains
i
ABSTRACT Tina Yuni Astuti. 108016100034. The Differences of Science Generic Skills In Student Who Has Learn By Practical Method With Demonstration Method In Fungi Concept. Skripsi, Biology Education Study Program, Natural Science Education Department, The Faculty of Tarbiyah and Teaching Learning, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. This research aim to know the difference of. student’s science generic skills which has learn by practical method with demonstration method. This research was done in SMAN 4 Bekasi on the 10th grade. The method used in this research was quasi experiment, technique sampling of this research is purposive sampling. The amount of students are 45 as the firstexperimented class and 45 students as the second experimented class. The first experimented class has learn with practical method, and the second experimented class has learn with demonstration method. The instrument used for collecting data in this research is essai form. The result from the calculation of t’ test (α = 0.05), obtained that score (3.79)>t table (2.02). Finally, it can be concluded that there is a significant difference in student’s science generic skill which has learn by practical methodwithdemonstration method. Student’s science generic skill which has learn by practical method is greater compared to the demonstration method. Key Word : The Practical Method, The Demonstration Method, Science Generic Skill
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi pada Konsep Jamur” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
penulisan
skripsi
ini
dapat
terealisasikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan berupa moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, dosen pembimbing I dan Nengsih Juanengsih, M.Pd., dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran dan arahan yang bermanfaat, serta nasehat yang berguna bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.
iii
6. Seluruh dosen jurusan pendidikan IPA beserta staffnya yang telah banyak membantu. 7. Drs. Ardin, M.Pd., Kepala SMA Negeri 4 Bekasi yang telah memberikan izin melakukan penelitian. Emi Sutitah, S.Pd, guru pamong yang telah membimbing, memberikan saran dan arahan, serta nasehat yang berguna bagi penulis selama melakukan penelitian. 8. Kedua orangtuaku tercinta yang telah melimpahkan kasih sayang dan do’a tulus yang tiada henti. Kakak dan adikku tersayang Septi Haryati dan Erni Setyani dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi, dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. 9. Semua teman seperjuangan jurusan pendidikan IPA maupun pendidikan Biologi angkatan 2008, untuk sahabatku Dwi Anti Prapti Siwi, Erni Aprilia, Hila Lailatul dan Trisuwarno. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a dan dukungannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis sendiri serta para pembaca sekalian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, April 2013
Penulis
Tina Yuni Astuti
iv
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 7 D. Perumusan Masalah ....................................................................... 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik............................................................................... 9 1. Pengertian Metode Pembelajaran ............................................ 9 2. Hakikat Metode Praktikum ...................................................... 13 3. Hakikat Metode Demonstrasi ................................................... 17 4. Hakikat Kegiatan Laboratorium .............................................. 21 a. Pengertian Laboratorium .................................................... 21 b. Fungsi Laboratorium .......................................................... 21 c. Karakterisitik Lab. Sains Biologi ........................................ 22 5. Hakikat Keterampilan Generik ............................................... 24 a. Pengertian Keterampilan Generik ...................................... 24 b. Keterampilan Generik pada Materi Kimia dan Fisika ........ 27 v
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 30 C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 32 D. Hipotesis Penelitian........................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 34 B. Metode Penelitian........................................................................... 34 C. Desain Penelitian ........................................................................... 34 D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 36 E. Variabel Penelitian ........................................................................ 36 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 36 G. Instrumen Penelitian....................................................................... 37 1. Instrumen Tes .......................................................................... 37 2. Lembar Observasi ................................................................... 38 H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 39 I. Kalibrasi Instrumen ........................................................................ 40 1. Validitas .................................................................................... 40 2. Reliabilitas ................................................................................ 41 3. TingkatKesukaran ..................................................................... 42 4. Daya Beda ................................................................................. 43 J. Teknik Analisis Data ...................................................................... 44 1. Uji Persyaratan Analisis Data ................................................... 44 a. Uji Normalitas ...................................................................... 44 b. Uji Homogenitas................................................................... 45 2. N-Gain ...................................................................................... 45 3. Teknik Analisis Lembar Observasi .......................................... 46 4. Teknik Analisis Kemampuan KGS .......................................... 46 5. Pengujian Hipotesis Penelitian.................................................. 47 K. Hipotesis Statistik .......................................................................... 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................. 50
vi
1. Data Hasil Belajar ……………………………………………. 50 a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen I dan II .......………… 50 b.Hasil Postest Kelompok Eksperimen I dan II ......…………. 52 2. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................... 53 a. Uji Normalitas........................................................................ 53 b. Uji Homogenitas ................................................................... 54 3. Uji Normal gain ......................................................................... 55 4. Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................... 56 B. Pembahasan .................................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 61 B. Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................. 66
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Desain Penelitian ........................................................................... 35
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Generik Sains ......................... 38
Tabel 3.3
Kriteria Koefisien Korelasi ............................................................ 42
Tabel 3.4
Kriteria Tingkat Kesukaran ........................................................... 42
Tabel 3.5
Kriteria Daya Beda......................................................................... 43
Tabel 3.6
Kriteria N-Gain .............................................................................. 46
Tabel 3.7
Kriteria Keterampilan Generik Sains ............................................ 47
Tabel 4.1
Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ............ 50
Tabel 4.2
Persentase KGS Data Pretes .......................................................... 51
Tabel 4.3
Data Hasil Posttes Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ........... 52
Tabel 4.4
Persentase KGS Data Posttes......................................................... 52
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data Pretest, Posttest, dan N-Gain .............. 54
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest, Posttest, dan N-Gain .......... 55
Tabel 4.7
Perbandingan Persentase N-Gain ................................................... 56
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest, Posttest, dan N-Gain ................. 57
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Prosedur Penelitian ............................................................. 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen II ............................................................ 66 Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen I ............................................................. 77 Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa .................................................................... 89 Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Praktikum....................................... 97 Lampiran 5. Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Essai / Uraian ..................... 99 Lampiran 6. Rekapitulasi Analisis Butir Soal .................................................. 103 Lampiran 7. Instrumen Penelitian ................................................................... 104 Lampiran 8. Skor Penilaian Butir Soal Essai ................................................... 107 Lampiran 9. Kisi-kisi Instrumen ..................................................................... 109 Lampiran 10. Data Skor Pretes Kelas Eksperimen I ......................................... 115 Lampiran 11. Data Skor Postes Kelas Eksperimen I ......................................... 116 Lampiran 12. Data Skor Pretes Kelas Eksperimen II ........................................ 117 Lampiran 13. Data Skor Postes Kelas Eksperimen II ........................................ 118 Lampiran 14. Ketercapaian Indikator KGS ...................................................... 119 Lampiran 15. Rekapitulasi Data N-Gain ............................................................ 120 Lampiran 16. Perhitungan Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi .......... 123 Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Pretes ......................................................... 128 Lampiran 18. Distribusi Frekuensi Posttes ........................................................ 132 Lampiran 19. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen I.................................. 136 Lampiran 20. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen II ................................ 137 Lampiran 21. Uji Normalitas Posttes Kelas Eksperimen I ................................ 138 Lampiran 22. Uji Normalitas Posttes Kelas Eksperimen II ............................... 139 Lampiran 23. Uji Normalitas Data N-Gain ........................................................ 140 Lampiran 24. Penghitungan Uji Homogenitas ................................................... 144 Lampiran 25. Pengujian Hipotesis Data Pretes ................................................. 147 Lampiran 26. Pengujian Hipotesis Data Posttes ................................................ 149 Lampiran 27. Pengujian Hipotesis Data N-Gain ............................................... 151 Lampiran 28. Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 152 Lampiran 29. Lembar Uji Referensi .................................................................. 153
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika dilahirkan, setiap manusia hadir dengan membawa berbagai potensi yang dimilikinya. Potensi-potensi tersebut diperlukan sebagai modal awal dalam menjalani kehidupan di dunia. Dinamika kehidupan dengan beragam interaksi di dalamnya membuat potensi-potensi yang ada itu berkembang sedemikian rupa dan mempengaruhi perkembangan pola pikir, sikap maupun tingkah lakunya. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda ketika mereka”terjun”kedalam lingkungan masyarakat. Pendidikan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak berasal dari masyarakat, mereka mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan bagi kehidupan dalam masyarakat pula. Kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, menjadi landasan sekaligus acuan bagi pendidikan.
1
Kegiatan pendidikan dilakukan sebagai upaya untuk
mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa. Pendidikan harus berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan dan masyarakat serta diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat pula. Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan menyediakan berbagai kegiatan yang membantu siswa dalam mengembangkan potensipotensi mereka. Potensi yang sudah berkembang dapat dilihat melalui keterampilannya dalam mengerjakan sesuatu sehingga munculah bakat. Sebagai contoh, sejak lahir siswa telah diberikan potensi untuk berbicara, melalui pendidikan dan latihan yang ada di dalamnya, ia memiliki 1
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum ; Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 58.
1
2
keterampilan untuk berbicara di hadapan banyak pendengar (public speaking). Keterampilan yang selalu dilatih akan menimbulkan suatu bakat. Bahkan, adanya keterampilan yang baik dalam bidang tertentu dapat menjadi suatu hal yang membantu karir seseorang. ”Generic skill are known as skill, qualities and trait that an individual has to master in order to succeed in their studies and carrier.”2Berdasarkan
kutipan
diatas,
keterampilan
generik
merupakansalah satu keterampilan, kualitas, dan pembawaan seorang individu yang telah memiliki keahlian dalam mencapai kesuksesan belajar dan karir. Dengan penguasaan keterampilan generik yang optimal, seseorang dapat mencapai masa depan yang cerah. Keterampilan / kemahiran generik dapat dikatakan sebagai hal ”baru” yang belum banyak dikembangkan atau diklasifikasi oleh para ahli.Hal tersebut dikarenakan hingga saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemampuan generik, khususnya dalam bidang biologi. Yang ada adalah pada materi kimia dan fisika, 3sehingga pengembangan keterampilan generik sains dalam bidang biologi dapat disesuaikan dengan keterampilan generik sains yang ada pada materi kimia maupun fisika. Untuk mengembangkan keterampilan generik, perlu penyesuaian antara metode pembelajaran yang digunakan dengan keterampilan generik yang akan dikembangkan.Terdapat banyak metode dalam pembelajaran IPA seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, praktikum, dan demonstrasi. Metode yang tepat dan menarik bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan generik sains. Metode pembelajaran memiliki andil yang besar dalam kegiatan belajar-mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. 2
Mohd. Sahandri Gani Hamzah dan Saifuddin Kumar Abdullah, Generic Skill in Personel Development, European Journal of Social Sciences Vol.11, No. 4, 2009, pp. 684. 3 Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.1
3
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan keputusan Depdiknas adalah sebagai berikut : 1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi 4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.4 Salah satu tujuan IPA yaitu mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.Proses pembelajaran IPA mengharapkan aspek tersebut dikuasai sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh. Dengan adanya pemahaman yang baik, siswa akan mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pemahaman yang baik tentunya ditunjang dengan penggunaan metode yang tepat dalam setiap pembelajaran sebab bila metode yang digunakan kurang tepat, dapat menimbulkan kebosanan, atau bahkan siswa menjadi kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Telah kita ketahui bahwa biologi merupakan sebuah ilmu yang sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan. Biologi adalah suatu ilmu yang mempelajari seluruhmakhluk hidup baik yang berukuran makroskopis maupun mikroskopis. Pada konsep jamur misalnya siswa akan menemukan banyak istilah biologi dan bahasa latin yang harus dipahamisehingga diperlukan kemampuan guru untuk menjadikan objek yang berukuran mikroskopis itu menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami. Pembelajaran sains hendaknya dilakukan dengan metodemetode yang unik dan menarik agar siswa dapat memahami materi dengan mudah dan dapat merasakan manfaat yang diperoleh setelah mempelajari sains. 4
Trianto, Model PembelajaranTerpadu; Konsep, Strategi dan Implementasinya Dalam KTSP, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2010), h.138
4
Namun waktu yang relatif singkat, sarana prasarana yang belum memadai dan keterbatasan biaya terkadang membuat metode yang dipilih tidak sesuai dengan konsep yang hendak dipelajari. Pada konsep jamur misalnya, kegiatan praktikum dan demonstrasi ini jarang dilaksanakan di sekolah. Padahal berdasarkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan konsep Jamur yang meliputi karakteristik umum jamur, divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota, kedua metode inilah yang lebih tepat untuk digunakan. Abdul Hadis menyatakan bahwa mutu pendidikan dipengaruhi oleh aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa baik di dalam kelas, di laboratorium, di bengkel kerja, dan di kancah belajar lainnya yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang dicapai oleh peserta didik berupa nilai rata-rata dari semua mata pelajaran dalam satu semester. Hasil wawancara dengan guru IPA SMP di Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa 40 % hasil belajar siswa, yaitu nilai ulangan harian, berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang efektif.5 Berdasarkan kondisi belajar tersebut, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya suatu metode yang dapat menarik siswa untuk mempelajari ilmu biologi. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan. Metode praktikum dan demonstrasi dilakukan agar siswa tidak hanya belajar menghapal konsep jamur melainkan juga menguasai konsep tersebut sehingga belajar biologi menjadi bermakna dengan terbentuk konstruksi konsep biologi yang benar. Terkait dengan Keterampilan Generik Sains (KGS), berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa KGS yang diperoleh siswa masih tergolong rendah. Peneliti juga menjumpai bahwa keterampilan tersebut merupakan hal yang baru bagi guru. Hal ini dapat dimaklumi 5
Nur Raina Novianti, Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran”, Jurnal Edisi khusus No.1, Agustus 2011, h. 158-159
5
sebab belum ditemukan penelitian yang spesifik tentangkemampuan generik khususnya yang berkaitan dengan praktikum, walaupun ”didalam praktikum itu sendiri banyak terkait kemampuan generik”.6 In a recent international study surveying student perception of science, researchers found that the position of science and technology in a society change with time. The researchers pointed to a lack relevance in the science curriculum as one of the barriers leading to students’ low interest in science courses. This research indicated that youth in nearly all countries expressed a positive views of science and technology, but the students offered mixed views when asked how they felt about carriers in science and technology, or what they thought of the science course they had taken in school.7 Menurut kutipan tersebut, dalam sebuah studi internasional yang mensurvei persepsi siswa tentang sains, ditemukan bahwa posisi sains dan teknologi dalam suatu masyarakat, berubah sejalan dengan waktu. Peneliti mengungkapkan bahwa kurangnya aspek relevansi dalam kurikulum sains menjadi salah satu faktor yang membuat rendahnya minat siswa untuk mempelajari
sains.
Penelitian
ini
diindikasikan
dengan
adanya
kecenderungan positif generasi muda terhadap sains dan teknologi yang mencakup pada hampir seluruh negara, namun para siswa yang mempelajari sains memberikan pandangan yang beragam ketika ditanya mengenai karir di bidang sains dan teknologi. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat menjadikan sains sebagai sebuah ilmu yang menarik dan relevan denganaktifitas ilmiah dalam kehidupan sehari-hari sekaligus bermanfaat bagi pekerjaan di bidang sains. Kegiatan
praktikum
dan
demonstrasi
diharapkan
dapat
meningkatkan pemahaman, hasil belajar, keterampilan, dan motivasi belajar siswa. Praktikum dan demonstrasi adalah dua metode pengajaran yang memusatkan perhatian siswapada kegiatan pembelajaran yang
6
Taufik Rahman dkk., loc.cit. Jack Hassard dan Michael Dias, The Art of Teaching Science; Inquiry and Innovation in Middle School and High School, (New York: Routledge, 2009), p.136 7
6
dilakukan.8 Dengan diterapkannya kedua metode ini, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari karena mereka tidak sekedar menghafal konsep-konsep dalam biologi tetapi juga mampu memahami dan menjelaskan konsep-konsep tersebut. Kedua metode ini memiliki persamaan yaitu membutuhkan alat dan bahan-bahan tertentu dalam pelaksanaannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains antara siswa yang diajar menggunakan metode praktikum dan metode demonstrasi. Oleh karena itu, penulis menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul ”Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa yang Diajar Menggunakan Metode Praktikum dengan Metode Demonstrasi pada Konsep Jamur”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. 40 % hasil belajar siswa, yaitu nilai ulangan harian pelajaran IPA di kabupaten Kuningan, berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 2. Beberapa siswa menganggap bahwa pelajaran biologi pada konsep jamur itu sulit, karena banyak istilah biologi dan bahasa ilmiah yang harus dipahami. 3.
Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa masih tergolong rendah sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkan KGS
8
Zulfiani dkk. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 104
7
C. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang muncul dan adanya keterbatasan dalam kemampuan pemecahan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada : 1. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini dibatasi pada dua metode yaitu metode praktikum dan demonstrasi, karena peneliti mengharapkan dengan kedua metode tersebut keterampilan generik sains siswa dapat meningkat. 2. Konsep yang diberikan kepada masing-masing kelompok selama penelitian adalah konsep jamur yang diajarkan pada semester ganjil kelas X 3. Keterampilan generik sains yang dikembangkan selama pembelajaran adalah pengamatan langsung, kesadaran tentang skala, dan pemodelan
D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Bagaimana perbedaan keterampilan generik sains antara siswa yang diajar dengan metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur ? ”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi.
Kegunaan penelitian ini diantaranya : 1. Secara teoritis, menambah wawasan tentang keterampilan generik sains untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik dalam menentukan alternatif penilaian hasil belajar serta menjadi masukandalam memilih metode pembelajaran yang paling
8
tepat agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik 1. Pengertian Metode Pembelajaran Secara harfiah,metode berarti ‟cara‟. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.Salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.1 Metode yang dipilih dan digunakan hendaknya dapat meningkatkan bakat dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 yang menjelaskan sejumlah
prinsip
diselenggarakan
yaitu secara
bahwa interaktif,
proses
pembelajaran
inspiratif,
harus
menyenangkan,
menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.2 Begitu pula halnya ketika mengajar pada bidang sains, metode pembelajaran menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam mempelajari sains. 1
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno,Strategi Belajar Mengajar ; Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2007), h. 55. 2 Kemdikbud, Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (http://www.paudni.kemdikbud.go.id), diakses pada 17 Februari 2013
9
10
Pada prinsipnya, tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi karena setiap metode memiliki karakteristik masing-masing. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode antara lain : a. tujuan yang hendak dicapai b. perbedaan karakteristik peserta didik seperti minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depannya c. situasi
kegiatan
belajar
mengajar
(setting
lingkungan
pembelajaran) d. keberadaan fasilitas (sarana dan prasarana pendidikan); e. kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman mengajar dari seorang guru;3 f. materi pelajaran yaitu berbagai aspek seperti: konsep, prinsip, fakta, proses, nilai, dan keterampilan bahkan juga terdapat sejumlah masalah-masalah
yang ada kaitannya dengan
kehidupan masyarakat.4 Berbagai faktor yang disebutkan di atas menjadi acuan bagi guru dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode yangtepat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran sebab metode memudahkan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.5Dalam menyampaikan materi kepada siswa, guru dapat menggunakan lebih dari satu metode. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga
3
dalam memilih
PupuhFathurrohman,op.cit., h. 60 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), h. 220 5 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h. 75. 4
11
metode, guru merujuk pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Beberapa jenis metode pengajaran diantaranya sebagai berikut : a. Metode ceramah, yaitu metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan. Dalam pembelajaran IPA, metode ini dianggap kurang efektif karena IPA tidak hanya menekankan pada aspek produk tetapi juga pada aspek proses. b. Metode tanya jawab,yaitumetode mengajar yang menyajikan bahan ajar dengan cara tanya jawab dengan memposisikan guru sebagai penanya dan siswa yang menjawab. c. Metode kerja kelompok, yaitu metode mengajar yang menyampaikan bahan ajar dengan cara membentuk kelompok belajar. d. Metode demonstrasiyaitu metode mengajar dengan cara mendemokan/memperlihatkan
suatu
proses.
Metode
demonstrasi dalam praktiknya memerlukan sejumlah alat peraga. e. Metode eksperimen/praktikumyaitu metode mengajar dengan cara mempraktikan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsepkonsep sains karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. 6 Selain metode, juga terdapat beberapa komponen pengajaran lainnya seperti, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator serta tujuan pembelajaran. Dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa. Melalui rumusan tujuan, guru dapat memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan 6
Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 97
12
pembelajaran, tugas guru adalah menjabarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) menjadi indikator hasil belajar.7 Tujuan pembelajaran menjadi arahan bagi guru dalam penyusunan metode pembelajaran. Tujuan pengajaran dapat dibuat dengan berdasarkan pada lingkungan masyarakat dimana siswa tinggal dan membantu siswa dalam menghadapi segala tantangan yang ada di lingkungan masyarakatnya. Sejalan dengan hal ini, para pembuat kurikulum menghendaki agar sekolah dapat menjadikan peserta didik memiliki kesiapan dalam hidup dan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah hendaknya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari.8 Sehingga bekal pengetahuan yang telah diperolehnya di sekolah dapat menjadikan siswa mampu menghadapi segala tantangan yang akan dihadapinya. The goal of the National Science Education Standards is to educate all students “to experience the richness and excitement of knowing about and understanding the natural world; use appropriate scientific processes and principles in making personal decisions; engage intelligently in public discourse and debate about matters of scientific and technological concern; and increase their economic productivity through the use of the knowledge, understanding, and skills of the scientifically literate person in their careers”.9 Sesuaidenganpernyataandiatas, tujuanpembelajaransainsmenurutStandarPendidikanSainsNasionaladal ahuntukmendidikseluruhsiswa
“memberikanpengalaman
yang
menyenangkantentangduniaalam; penggunaan proses-proses sains yang
tepatdanprinsip-prinsipdalammembuatkeputusan
personal;
memilikikemahirandalampidatoumumdandebattentangmasalahmasalah
7
yang
berhubungandengansainsdanteknologi;
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 60 8 David Jacobson et al., Methods For Teaching; A Skill Aproach,(Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company, 1985), p.22 9 Joseph S.K, Charlene M.C., dan Carl F.B., Teaching Science in Elementary and MiddleSchool Classroom ; A Project Based Approach, (New York: McGraw-Hill Companies, Inc., 2003), p.22
13
danpeningkatanproduktifitasekonomimelaluipenggunaanpengetahuan, pemahaman, danpenggunaanketerampilanilmiahdalamduniakerja”. Salah
satutujuanutamadarisainssebagaimana
dikatakanoleh
James
yang
P.
adalahuntukmenjelaskanadanyahubungansebabakibat
Byrnes (kausatif)
dalamkehidupan.Ketika kita telah memahami hubungan tersebut, kita dapat melakukan hal-hal yang diinginkan oleh alam dan menghindari sejauh
mungkin
hal-hal
yang
tidak
diinginkan
oleh
alam.
Sehinggasains membantu siswa untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang terbaik.10Pembelajaran sains akan semakin bermanfaat karena kemampuan siswa yang dikembangkan tidak hanya meliputi aspek kognif melainkan juga pada aspek afektif. Berdasarkan penjabaran tentang pengertian metode, dapat disimpulkan bahwa guru dapat memilih satu bahkan beberapa metode yang akan ia gunakan dalam pembelajaran di kelas. Tujuan pembelajaran serta jenis materi dapat menjadi dasar dalam pemilihan metode. Metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran dapat membantu pengembangan keterampilan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan pembelajaran juga akan tercapai dengan maksimal.
2. HakikatMetode Praktikum Pengertian eksperimen dan praktikum sering dipertukarkan. Baik praktikum maupun eksperimen, keduanya melibatkan kegiatan pengamatan dan penggunaan alat. Perbedaan di antara keduanya adalah pada kegiatan eksperimen digunakan kontrol atau pembanding dan dilakukan pengendalian variabel, sedangkan pada praktikum tidak.11
10
James P. Byrnes, Cognitive Development and Learning In Instructional Context, (New York: Pearson Education, Inc., 2009), p.299 11 Nuryani Y. Rustaman et.al, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.6
14
Dalam pendidikan sains, kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya biologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan sains.12 Kegiatan praktikum memberikan kebebasan pada siswa untuk menjelajahi materi pelajaran secara mandiri sehingga dirinya lebih mampu mengingat dan memahami suatu konsep. Praktikum adalah salah satu bentuk pengajaran yang dianggap cukup efektif karena sekaligus dapat meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Praktikum akan benar-benar efektif jika dalam desain kegiatannya disusun secara terstruktur dan eksplisit adanya pelatihan dari ketiga ranah tersebut.
13
Pada ranah kognitif
siswa dilatih untuk membuktikan teori yang diperoleh sebelumnya dengan kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Pada ranah psikomotor, siswa dilatih untuk menggunakan peralatan laboratorium seperti mikroskop, jarum preparat, kaca objek, dan kaca penutup dengan benar. Kemudian pada ranah afektif siswa dilatih untuk bekerja sama dalam kelompok. Metode praktikum ini jika dikombinasikan dengan metode lain akan membuat pembelajaran semakin berkualitas. Saat pelaksanaan praktikum misalnya, guru dapat menerapkan metode kerja kelompok. Jumlah siswa per kelompok disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki laboratorium sekolah. Dengan adanya pembentukan kelompok ini, diharapkan tercipta suasana belajar yang penuh semangat kebersamaan. Kerjasama yang baik dalam kelompok akan memudahkan siswa dalam membuktikan kebenaran suatu konsep. Praktikum
merupakan
suatu
metode
yang
umumnya
dilaksanakan pada setiap lembaga atau sekolah. Praktikum dapat dilaksanakan di laboratorium dan dapat dilaksanakan di lapangan. 12
Nuryani Y. Rustaman et.al, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : Universitas Negeri Malang Press, 2005), h.136 13 M. Zainuddin, Praktikum, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001), h.17
15
Kegiatan praktikum tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan kurikulum. Hamalik menyebutkan beberapa manfaat dari pelaksanaan praktikum yakni sebagai berikut 1) Praktikum bertujuan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempraktikan teori, konsep, prinsip-prinsip yang telah dipelajari selama proses belajar mengajar di kelas. 2) Praktikum memberikan pengalaman praktik kepada siswa sebagai usaha untuk meningkatkan kualifikasi kejuaraannya yang tidak mungkin diperoleh melalui tatap muka di kelas. 3) Praktikum juga bermanfaat sebagai kesempatan untuk melakukan survey dan evaluasi atau uji coba dengan maksud untuk mencobakan suatu teori baru dalam situasi dan kondisi aktual. 4) Membantu siswa menilai dan meneliti suatu masalah, membuktikan suatu teori atau hukum berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan praktik itu. Kegiatan praktikum diawali dengan menyusun suatu rencana dan persiapan, kemudian melatih para siswa melakukan praktik secara teliti, rapi, efisien, dan dipahami oleh siswa, memberikan bimbingan secara kontinu dan terarah, dan diakhiri dengan melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan dan keberhasilan praktikum.
14
Berdasarkan adanya manfaat dan langkah-
langkah tersebut, maka kegiatan praktikum merupakan salah satu metode yang tepat dalam mempelajari sains. Teaching students about microorganisms can be challenging, and learning about microorganisms can be boring to students. Without enjoyable, engaging, and relevant lessons and labs, students will lose interest in the subject very fast. As a follow-up to a lessons on the different types of microorganisms—bacteria, protozoa, fungi, algae, and virus—I conduct a lab activity that all students seem to enjoy, the entire class is engaged, and the students have a sincere interest in the outcome of the lab. 15
14
Astri Novita dan Zainuddin Muchtar, Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Rekasi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 3 No. 1, 2008, h. 32 15 Randi Stone, Best Practices for Teaching Science; What Award-Winning Classroom Teachers Do, (California: Corwin Press, 2007), p.25
16
Menurut
kutipan
diatas,
mengajarkan
siswa
tentang
mikroorganisme—bakteri, protozoa, fungi, algae, dan virus—dapat menjadi sebuah tantangan sekaligus kejenuhan bagi siswa. Tanpa adanya kegembiraan, motivasi, dan keterkaitan pelajaran dengan aktifitas lab, siswa tidak akan memahami materi tersebut. Sehingga guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan laboratorium agar mereka merasakan kegembiraan dan memiliki sikap jujur dalam melaporkan hasil praktikum. Seperti metode pembelajaran lainnya, metode eksperimen juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode praktikum diantaranya sebagai berikut: a. Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif b. Siswa belajar secara konstruktif dan tidak bersifat hafalan c. Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan sehingga tidak mudah bosan d. Konsentrasi siswa terarahkan pada kegiatan pembelajaran e. Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak Sedangkan kelemahandari metode praktikum antara lain: a. Memerlukan waktu yang relatif lama b. Memerlukan alat dan bahan yang terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya c. Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang d. Siswa dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu tujuan melakukan eksperimen dan kesimpulan e. Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium)16
16
Zulfianidkk., op.cit., h. 104-105
17
Bentuk
praktikum
bisa
berupa
latihan,
investigasi
(penyelidikan) atau bersifat pengalaman. Bentuk praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan aspek tujuan dari praktikum yang diinginkan. Macam-macam bentuk praktikum sebagaimana yang dikemukakan oleh Woolnough dalam Nuryani Rustaman antara lain: a. Bentuk praktikum latihan digunakan untuk mendukung aspek tujuan mengembangkan keterampilan dasar. Keterampilan dikembangkan melalui latihan-latihan menggunakan alat, mengobservasi, mengukur dan kegiatan lainnya. b. Bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelidikan) digunakan untuk aspek tujuan kemampuan memecahkan masalah. Dalam bentuk ini, kemampuan kerja siswa dikembangkan seperti seorang scientist. c. Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman digunakan untuk aspek tujuan peningkatan pemahaman materi pelajaran. Pengalaman langsung siswa terhadap fenomena alam menjadi prasyarat penting untuk mendalami dan memahami materi pelajaran. 17
3. Hakikat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan / memperlihatkan suatu proses. Metode ini biasanya cocok digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan, suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode demonstrasi dalam praktiknya memerlukan sejumlah alat peraga.18Sriyono dalam Elzar mengemukakan bahwa metode ini lebih baik jika dibandingkan dengan metode ceramah, sebab penyajiannya lebih konkrit dan menarik serta bersumber dari pengalaman. Dengan penggunaan metode demonstrasi, siswa dapat mengembangkan 17
Nuryani Y. Rustaman et.al, op cit., h.137 Zulfianidkk.op.cit., h. 103
18
18
kemampuan dalam mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.19 Metode demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya sebagai berikut: a. Siswa
akan
terpusat
perhatiannya
terhadap
kegiatan
demonstrasi yang dilakukan b. Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa c. Siswa terangsang untuk berpikir kritis d. Memberikan pengalaman yang bersifat praktis e. Siswa dapat langsung memperoleh jawaban dari guru terhadap pertanyaan-pertanyaannya yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu materi Sedangkan, kelemahan metode demonstrasi antara lain : a. Memerlukan waktu yang relatif lama b. Memerlukan alat peraga yang terkadang tidak mudah dijumpai atau relatif mahal c. Terkadang
terdapat
sejumlah
alat
peraga
yang
tidak
memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas atau laboratorium sekolah d. Metode ini sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami dasar teorinya e. Metode ini menyulitkan guru dalam mengontrol siswa yang acuh atau pasif karena guru sibuk memperagakan alat peraga f. Metode
ini
menuntut
guru
memiliki
keterampilan
mendemonstrasikan alat-alat peraga dan menguasai materi yang mendalam 20 19
Elzar, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi di Kelas XI IPA-1 pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol.1 No.2, 2012, h. 96 20 Zulfiani., dkk. op cit., h.103
19
Langkah-langkah
menggunakan
metode
demonstrasi
sebagaimana yang dikatakan oleh Wina Sanjaya adalah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan : 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir 2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan 3) Lakukan uji coba demonstrasi b. Tahap Pelaksanaan 1) Langkah Pembukaan Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya : i. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan ii. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa iii. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat halhal
yang
dianggap
penting
dari
pelaksanaan
demonstrasi 2) Langkah pelaksanaan demonstrasi i. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi ii. Ciptakan
suasana
yang
menyejukkan
menghindari suasana yang menegangkan
dengan
20
iii. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa iv. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu
3) Langkah mengakhiri demonstrasi Apabila demonstrasi telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugastugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. 21 Dalam kegiatan demonstrasi, guru berperan sebagai model. Guru menjelaskan suatu konsep di hadapan para siswa. Bersamaan dengan itu, guru melakukan kegiatan demonstrasi sebagai pembuktian kebenaran konsep tersebut. Pelaksanaan kegiatan demonstrasi harus dapat memusatkan perhatian seluruh siswa dengan menyajikan kegiatan yang menarik dan memungkinkan siswa melihat pelaksanaan demonstrasi. Agar terlaksana lebih efektif, sebelum melakukan pengajaran guru perlu melakukan uji coba demonstrasi. Panduan demonstrasi juga diperlukan sebagai acuan bagi guru dan siswa dalam melakukan kegiatan.
21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008a), h. 153-154
21
4. Hakikat Kegiatan Laboratorium a. Pengertian Laboratorium Menurut
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Depdikbud), laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan/eksperimen dan penelitian dilakukan.22 Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasarana penting untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah, hal ini dikemukakan pada PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2). 23Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajarmengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.24 Dengan adanya sarana dan prasarana laboratorium yang lengkap maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien sehingga materi pelajaran dapat dipahami secara menyeluruh.
b. Fungsi Laboratorium Sebelum kegiatan percobaan dilakukan, guru terlebih dahulu memperkenalkan materi kepada siswa dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas diisi dengan penjabaran konsep yang akan dipelajari. Setelah pengenalan konsep, siswa melakukan pembuktikan melalui kegiatan praktikum dalam laboratorium. Kegiatan 22
pembuktian
menjadi
penunjang
penting
dalam
Mamat Supriatna, Studi Penelusuran Pengelolaan Laboratorium Sains SMA Sebagai Analisis Kebutuhan Untuk Program Diklat Pengelolaan Laboratorium, Vol.VI No.6, 2008, h. 48 23 Nur Raina Novianti, Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran, Edisi khusus No.1, Agustus 2011, h. 160 24 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 170
22
pembelajaran biologi kelas sebab dengan kegiatan ini, daya ingat dan pemahaman siswa akan lebih meningkat. Fungsi laboratorium sebagaimana yang dikemukakan oleh Mamat Supriatna antara lain : 1) Tempat siswa bereksperimen 2) Tempat siswa mendiskusikan eksperimen 3) Tempat siswa melihat demonstrasi 4) Tempat siswa mendengarkan penjelasan konsep-konsep sains dari guru 25 Berdasarkan fungsi tersebut, baik kelompok eksperimen I yang
menerapkan
metode
praktikum
maupun
kelompok
eksperimen II yang menerapkan metode demonstrasi, dapat menggunakan laboratorium sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran.
Penggunaan
sarana
dan
prasarana
laboratorium yang optimal akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Karakteristik Laboratorium Sains Biologi Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktik yang memerlukan peralatan khusus. Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu rombongan belajar. Rasio minimum ruang
laboratorium
biologi
2,4
m2/peserta
didik.
Ruang
laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.26 Dengan adanya pencahayaan yang maksimal, maka penggunaan mikroskop cahaya sebagai alat bantu untuk mengamati objek biologi akan lebih efektif.
25
Mamat Supriatna, loc.cit. Abdul Rozak dkk., Standar Sarana Prasarana dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 63. 26
23
Obyek kajian dalam ilmu biologi dapat berupa hewan maupun
tumbuhan.
Proses
pengkajian
makhluk
hidup
membutuhkan berbagai jenis alat dan bahan. Agar terpelihara dengan baik, alat dan bahan tersebut memerlukan aturan pemeliharaan yang tepat. Hal ini dilakukan supaya bahan dan alat tidak mengalami kerusakan, tidak membahayakan pemakai, dan mudah ditemukan saat akan digunakan. Berikut ini adalah pengelompokkan alat-alat laboratorium biologi berdasarkan jenisnya : 1) Alat-alat
optik
seperi
lup
dan
mikroskop
dengan
perlengkapannya. 2) Alat-alat dan wadah dari kaca, porselin atau plastik yang tidak mudah terkorosi 3) Alat-alat bantu seperti sumbat karet, sumbat gabus, pelubang gabus, spatula, sikat tabung reaksi, sikat buret. 4) Alat-alat bedah dan pengerat seperti jarum, panci bedah, gunting, pinset, pisau, dan mikrotom. 5) Alat-alat peraga dan model seperi mikroslaid, slaid 35 mm, model-model (kerangka, torso, kotak genetika) dan carta 6) Alat-alat ukur seperti neraca, termometer, higrometer, jam henti (stopwatch), dan respirometer. 7) Alat-alat penopang/penumpu seperti statif dan alasnya, klem, bosshead, kaki tiga, kasa, rak tabung reaksi, dan mikrotom 8) Alat pemanas seperti pembakar spirtus, pembakar bunsen, dan kompor gas 9) Alat-alat untuk kegiatan lapangan seperti kuadrat, jala platon, komparator lingkungan, dan vaskulum 10) Bahan-bahan kimia untuk biologi jika perlu diletakkan di laboratorium biologi. 27
27
Zulfiani dkk., op.cit., h. 170-171
24
5. Hakikat Keterampilan Generik a. Pengertian Keterampilan Generik Berdasarkan Gibb, keterampilan atau kemampuan generik dikenal pula dengan sebutan kemampuan kunci, kemampuan inti (core ability), kemampuan essensial dan kemampuan dasar. Kemampuan generik ada yang secara spesifik berhubungan dengan pekerjaan.
Keterampilan
generik
pada
umumnya
meliputi
keterampilan komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah, inisiatif dan usaha, merencanakan dan mengorganisasi, manajemen diri,
keterampilan
belajar,
keterampilan
teknologi
dan
sebagainya.28Keterampilan generik yang berhubungan dengan bidang pekerjaan sains seperti, laboran, guru sains, peneliti sains, kedokteran dan sebagainya tentunya membutuhkan keterampilan generik yang sesuai dengan bidang tersebut, sehingga munculah istilah Keterampilan Generik Sains (KGS). Berdasarkan aspekaspek yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
generik
merupakan
suatu
keterampilan
yang
diperlukan pada berbagai pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. By linking learning and work experience, academic knowledge and skills are immediatelly applied in an ”adult world”context. Combining classroom instruction with work-based learning experiences provide opportunities for students to apply and learn both theoretical and practical knowledge. In addition, they learn and develop skill—such as decision-making, written and oral communication, teamwork and the ability to use technology— that have been identified as important and essential for success in postsecondary education and world of work. 29 Berdasarkan kutipan tersebut, dengan menghubungkan kegiatan pembelajaran dan pengalaman kerja, pengetahuan 28
Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.2 29 Dennis Evans, Taking Sides;Clashing Views on Controversial Issues in Teaching and Educational Practice, (Lowa : McGraw-Hill Companies, Inc., 2005), p.160
25
akademik dan keterampilan yang sudah dipelajari dapat segera diaplikasikan pada konteks „dunia dewasa‟. Mengombinasikan kegiatan di kelas dengan pengalaman pembelajaran berbasis dunia kerja
akan
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengaplikasikan pengetahuannya mengenai teori yang telah dipelajari. Misalnya, siswa mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan, keterampilan dalam komunikasi melalui tulisan,
kerjasama
menggunakan
dalam
teknologi,
tim,
dan
kemampuan
keterampilan-keterampilan
dalam tersebut
merupakan keterampilan yang diperlukan untuk meraih kesuksesan dalam dunia kerja. Berryman et al.,dalam Cathleen Staszmengatakan”in the educational community, the notion of generic skill has received the most
attention
from
school
reformers”.30Kutipan
tersebut
menjelaskan bahwa dalam komunitas pendidikan, pengertian keterampilan generik telah mendapatkan perhatian dari para pembuat konsep kurikulum. Mereka khawatir akan adanya ketidaksesuaian antara kurikulum dan pendidikan dari sekolah formal dengan sekolah non formal.Mereka mengatakan bahwa sekolah formal lebih dapat menghasilkan siswa yang lebih kreatif, berdaya guna, dinamis, proaktif, dan mampu memecahkan masalah dengan baik.Padahal,baik sekolah kejuruan maupun non kejuruan keduanya mengatakan bahwa sebagian besar lembaga pendidikan tidak mengajarkan keterampilan-keterampilan tersebut secara eksplisit. Mohd.SahandridanSaifuddin Kumarmenyatakanbahwa“teachers can familiarize students with the term „generic skills‟ in their class.” 30
31
Berdasarkan kutipan
Cathleen Stasz et al., Teaching and Learning Generic Skills for the Workplace, (California: National Center for Research in Vocational Education, 1990), p.5 31 Mohd.SahandridanSaifuddin, Generic Skill in Personel Development, European Journal of Social Sciences Vol.11, No. 4, 2009, p. 684
26
tersebut, guru dapat memperkenalkan keterampilan generik siswa di kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran.Pada konteks ini, yang dimaksud dengan memperkenalkan adalah mengembangkan keterampilan
generik
siswa.
Pada
konsep
tertentu
yang
menerapkan kegiatan diskusi kelompok, siswa dapat dilatih untuk mengembangkan
keterampilan
bekerjasama
dalam
tim,
memecahkan masalah, juga keterampilan dalam numerik (angkaangka). Dengan cara ini, siswa memperoleh pemahaman konsep yang
dipelajari
sekaligus
merasakan
pembelajaran
yang
menyenangkan. Keterampilan generik harus diperkenalkan kepada siswa sejak dini sebagai tahap awal agar terbentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja dan berdaya guna tinggi. Upaya pengembangan keterampilan generik dapat dilakukan dalam dunia pendidikan dengan mengombinasikan materi pembelajaran dengan keterampilan-keterampilan tertentu yang sesuai dengan konten materi.Khususnya dalam pembelajaran sains, guru dapat melatih keterampilan
siswauntuk
melakukan
pengamatan
objek
menggunakan mikroskop, lup, dan sebagainya. Menurut Gibb, dalam pembelajaran sains kemampuan generik sains merupakan kemampuan dasar yang dapat diterapkan pada
berbagai
bidang
sains.
Selanjutnya
Brotosiswoyo
menambahkan bahwa kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajariberbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Oleh karena itu,kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagaikerja ilmiah, dan dapat dijadikan
sebagai
landasan
dalam
melakukan
kegiatan
laboratorium.32 Pengembangan keterampilan generik sains siswa 32
Ni Made Pujiani, Liliasari dan Dhani Herdiwijaya. ”Pembekalan Keterampilan Laboratorium Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains ....”, Prosiding Seminar Nasional
27
melalui kegiatan praktikum dapat dilakukan dengan melatih siswa untuk terampil dalam mengamati, mengukur, serta menarik kesimpulan terhadap suatu objek tertentu. Berbagai keterampilan yang dikembangkan selama praktikum akan membantu siswa dalam mempersiapkan diri di jenjang yang lebih tinggi. Hingga saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemampuan generik, khususnya dalam bidang biologi. Yang ada adalah pada materi kimia dan fisika,
33
sehingga pengembangan keterampilan generik
sains dalam bidang biologi dapat disesuaikan dengan keterampilan generik sains yang ada pada materi kimia maupun fisika.
b. Beberapa Keterampilan Generik Pada Materi Fisika dan Kimia Menurut Brotosiswoyo, keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical selfconsistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep.34 Liliasari menjelaskan makna dari kedelapan keterampilan generik sains diatas yaitu: Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. Dalam melakukan pengamatan Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 14 Mei 2011, h.178 33 Taufik Rahman dkk., op.cit., h.1 34 TaufikandKetangWiyono, “The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student‟s Science Generic Skill On Rigid Body….”, Procedding The 3th International Seminar On Science Education, 17 Oktober 2009 h. 643
28
langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterabatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Misalnya untuk mengetahui sifat-sifat larutan diperlukan indikator. Cara ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung. Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron. Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, perasamaan reaksi, simbolsimbol untuk reaksisearah, reaksi kesetimbangan, resonansi dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut. Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat assas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains. Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat.Untuk menjelaskan hubunganhubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik agar dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam. Tidak semua fenomena alam dapat difahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut diperlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep ini diuji keterterapannya.35 Berdasarkan penjelasan mengenai makna keterampilan generik sains diatas, semakin terlihat jelas bahwa keterampilan 35
Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrolisis Garam Dan Sifat Koligatif Larutan, Artikel pada Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung, 2007
29
generik sains merupakan keterampilan yang sangat menarik untuk dikembangan dalam pembelajaran sains. Dalam kaitannya dengan konsep-konsep yang terdapat pada pembelajaran sains, hubungan antara keterampilan generik sains dengan jenis-jenis konsep dalam sains sebagaimana yang dikemukakanLiliasari, yaitu : 1) Pengamatan langsung terkait dengan konsep yang bersifat konkrit (rill), misalnya air, pegas, dan bunga 2) Pengamatan tidak langsung terkait dengan konsep yang bersifat abstrak, misalnya konsep atom, gelombang, dan reproduksi 3) Inferensi logika dan hukum sebab akibat, terkait dengan konsep yang memerlukan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip, misalnya konsep campuran, kekerabatan, dan persamaan gerak. 4) Kerangka logika taat azas hukum alam terkait dengan konsep yang bersifat abstrak, konsep dengan atribut kritis yang tidak mudah dimengerti tetapi contohnya dapat dipahami, misalnya konsep unsur, logam dan serangga. Atribut kritis menyatakan ciri-ciri utama suatu konsep yang merupakan penjabaran dari definisi konsep. 5) Pemodelan matematik dan bahasa simbolik, terkait dengan konsep yang membutuhkan representasi simbolis, misalnya konsep rumus kimia, kuat arus, dan bahasa simbolik dalam bidang biologi seperti lambang spesies jantan (♂) dan betina (♀)36 Pembelajaran biologi dengan metode pengamatan langsung dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang dipelajari, misalnya mengamati fungsi dan struktur sel dengan menggunakan mikroskop atau melakukan pengamatan/pengukuran terhadap hasil dari suatu proses. Metode 36
Liliasari, Science Concepts And Generic Science Skills Relatoionship In The 21st Century Science Education (http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/ 194909271978032-LILIASARI/PRESENTASI_INT-07.pdf) diaksestanggal 7 Mei 2013
30
demonstrasi dapat pula digunakan dalam pembelajaran biologi, misalnya menggunakan preparat awetan untuk membahas topik Dasar Seluler Reproduksi. Pembelajaran biologi dengan metode pengamatan tidak langsung juga diperlukan untuk membahas topik-topik tertentu, misalnya pada topik Sifat Kimia Gen dapat menggunakan model DNA, dan pada topik Evolusi dapat memanfaatkan program dokumenter dalam bentuk video. 37 Dalam kaitannya dengan praktikum pada konsep jamur, keterampilan generik tersebut di atas merupakan objek penelitian yang akan dicari keterlibatannya. Banyak tidaknya kemampuan generik yang terlibat bergantung kepada indikator pembelajaran yang telah dibuat. Berdasarkan Gibb, kemampuan generik tersebut dapat dinilai dalam konteks tugas ”kerja keseluruhan” atau dalam unit-unit kompetensi yang terpisah.38
B. Hasil Penelitian Yang Relevan: Elizar (2012) dalam jurnal yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Di Kelas XI IPA-1 pada Pelajaran Biologi” mengemukakan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.39Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus pertama sebesar 65,02dan pada siklus kedua menjadi 74,65 dengan kriteria ketuntasan minimal 65,00. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus pertama sebanyak 18 orang (66,67%)dan pada siklus kedua sebanyak 24 orang (88,89%). Peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan jumlah siswa yang tuntas sudah melebihi target yang ditetapkan (65,00%).
37
Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001) 38 Taufik Rahman dkk. op.cit., h.3 39 Elizar, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Di Kelas XI IPA-1 pada Pelajaran Biologi,Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol.1 No.2, 2012, h. 96
31
Astri Novita Simalango dan Zainuddin Muchtar (2008) dalam jurnal yang berjudul ”Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi” mengemukakan bahwa pemakaian metode praktikum berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
40
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada kelas ekpserimen mengalami peningkatan dari 5,78 menjadi 6,38 sedangkan pada kelas kontrol terjadi peningkatan dari 0.97 menjadi 1,16, hal ini menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar dengan pemakaian metode praktikum lebih baik daripada hasil belajar siswa yang tidak memakai metode praktikum. Retno Dwi Suyanti dan Sudarmin (2006) dalam jurnal yang berjudul “Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Kimia” mengemukakan bahwa kemampuan generik sains pengamatan calon guru kimia dalam percobaan praktikum kimia masih kategori sedang, sehingga kemampuan ini
masih
bisa
berkembang
dalam
upaya
peningkatan
kualitas
pembelajaran kimia.41 Hasil penelitian untuk percobaan destilasi, kelarutan, rekristalisasi menunjukkan bahwa subjek telah mencapai ratarata N-Gain sebesar 0,462. Sedangkan pada percobaan susunan rantai hidrokarbon, alkohol phenol, dan aldehida keton diperoleh rata-rata NGain sebesar 0,468. Dengan demikian disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan generik sains pengamatan mencapai N-Gain antara 0,30 sampai dengan 0,69 yang termasuk dalam kategori sedang. Taufik Rahman, Nuryani Rustaman, Nana Syaodih S. dan Anna Poedjiadi (2008) dalam jurnal yang berjudul ”Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru dalam Membuat Perencanaan pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan” menyatakan bahwa kemampuan generik pemodelan yang
40
Astri N.S dan Zainuddin M., Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol 3 No.1, 2008 41 Retno Dwi Suyanti dan Sudarmin, Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia dan Implikasinya Pada Pembelajaran Kimia, h. 40
32
dicapaimahasiswa calon guru tergolong kategori rendah (rerata = 54,0), kemampuan ini meliputi membuat tabulasi danspesifikasi alat serta bahan, juga membuat prosedur praktikum dalam bentuk diagram panah dilengkapi gambar dan label. Kemampuan generik inferensi logika yang dicapai
mahasiswa
termasuk
pada
kategori
rendah
(rerata
=40,7).Kemampuan generik ini meliputi kemampuan menggali prinsip dan konsep yang melandasi suatu praktikum.Kemampuangenerik sebab akibat yang dicapi mahasiswa calon guru tergolong pada kategori rendah (rerata =45,0). Kemampuangenerik ini meliputi kemampuan membuat judul, menentukan variabel bebas dan terikat, menentukan masalah, membuat pertanyaan masalah, dan membuat hipotesis untuk praktikum.Secara umum, mahasiswa calon guru LPTK semester lima awal, telah memiliki kemampuan generik merencanakan percobaan dalam fisiologi tumbuhan, namun masih tergolong rendah (rerata =46,3).42
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran konvensional biasanya dilakukan dengan metode ceramah, guru secara aktif menjelaskan materi di hadapan para siswa. Sedangkan siswa hanya duduk terdiam mendengarkan penjelasan guru. Dalam pembelajaran, siswa dibebani untuk menghapal beragam konsep yang belum ia pahami. Banyak siswa yang merasa jenuh dan akhirnya tidak mampu menguasai materi yang dipelajari. Dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode pembelajaran. Guru dipersilahkan memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tanpa mengurangi keterlibatan aktif siswa di dalam penyelenggaraan kegiatan belajar. Keterlibatan siswa dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sebab keikutsertaan siswa akan meningkatkan pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Siswa akan lebih memahami konsep bila dirinya sendiri yang menemukan konsep tersebut. Hal ini sesuai dengan unsur dalam pembelajaran IPA. 42
Taufik Rahman dkk. op.cit., h.4
33
Salah satu unsur yang terpenting dalam pembelajaran IPA adalah proses. Kegiatan pembelajaran IPA dilakukan melalui proses yang terangkum melalui kegiatan praktikum. Praktikum merupakan bentuk pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam membuktian konsepkonsep yang telah dipelajari. Melalui kegiatan praktikum,perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran. Siswa terlatih melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam memperoleh sebuah konsep melalui kegiatan praktikum. Praktikum dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajardan mengembangkan kompetensi siswa dalam memahami alam sekitar secara ilmiah.Sedangkan melalui kegiatan demonstrasi, guru mendemokan / memperlihatkan suatu objek atau proses dihadapan seluruh siswa dengan menggunakan alat peraga. Pengalaman belajar yang diberikan selama praktikum dan demonstrasi tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep melainkan juga mengasah berbagai keterampilan generik sains. Kegiatan praktikum dan demonstrasi pada konsep jamur bertujuan untuk mengamati karakteristik jamur Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Dengan demikian selama pembelajaran siswa dilatih untuk terampil dalam melakukan pengamatan langsung melalui mikroskop, serta keterampilan dalam menentukan besaran/ukuran pada skala mikroskopis ataupun makroskopis. Dengan menguasai keterampilan-keterampilan generik sains siswa mencapai hasil belajar yang maksimal. Kegiatan praktikum dan demonstrasi dapatdilakukan di dalam kelas maupun di laboratorium. Pengelola laboratorium seperti kepala sekolah, guru sains, dan petugas laboratorium turut berperan dalam mendukung kelancaran kegiatan praktikum dan demonstrasi. Pengelolaan yang tepat pada laboratorium beserta jenis peralatannya akan mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang kondusif. Berdasarkan hal tersebut, jika metode praktikum dan demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran berlangsung secara efektif maka penguasaan keterampilan
34
generik sains pada siswa akan meningkat sejalan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
D. Hipotesis Statistik Sebagai upaya untuk menemukan jawaban dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan, yaitu: ”Keterampilan generik sains siswa yang diajar dengan metode praktikum lebih baik dari pada metode demonstrasi.”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri 4 kota Bekasi. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan November – Desember 2012.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi eksperimental. Metode quasi eksperimen berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek dalam kelompok yang dibandingkan dalam quasi eksperimen tidak dilakukan secara acak. Individu subjek telah berada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum adanya penelitian yang tidak dimaksudkan untuk tujuan eksperimen, misalnya siswa yang berada di dalam kelas. Penelitian ini membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kelompok eksperimen I diberi perlakuan dengan metode praktikum sedangkan kelompok eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan metode demonstrasi. Setelah diberi perlakuan, peneliti membandingkan hasil belajar (keterampilan) yang diperoleh dari masing-masing kelompok dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar (keterampilan) yang didapatkan siswa setelah dilakukannya perlakuan.
C. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan control group pretest-posttest design, yaitu desain penelitian yang hanya terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode praktikum (kelompok eksperimen I) dan kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi (kelompok eksperimen II). Sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu diadakan pretes kemudian setelah perlakuan diberi posttest. 34
35
Tes awal sering dikenal dengan istilah pretest. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Sedangkan tes akhir sering dikenal istilah posttest. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.1 Pretes (tes awal) ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep serta keterampilan generik yang akan dilatihkan selama kegiatan belajar mengajar, sedangkan posttes (tes akhir) dilaksanakan setelah pemberian perlakuan selesai untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep serta keterampilan generik yang telah dikuasai oleh siswa.
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelas
Pretest
X
Posttest
Eksperimen I
O1
XI
O2
Eksperimen II
O1
XII
O2
Ket. O1 :Pretes yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen I dan eksperimen II). X
:Pemberian proses belajar mengajar pada kelompok eksperimen I dengan menggunakan metode praktikum (XI) dan kelompok eksperimen II dengan menggunakan metode demonstrasi (XII)
O2 :Posttes yang diberikan setelah proses belajar mengajar berlangsung dan diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen I dan eksperimen II).
1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), h.69
36
D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa yang ada di SMAN 4 Bekasi. Sedangkan populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil sampel kelas X-5 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X-7 sebagai kelas eksperimen II. Sampel ditentukan dengan pertimbangan kesamaan jenjang pendidikan, guru, kurikulum dan materi ajar.
E. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) danvariabel terikat (Y), variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut. 1. Variabel bebas / independent (X), yaitu metode praktikum dan metode demonstrasi 2. Variabel terikat / dependent (Y), yaitu Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil akhir dari penelitian. Untuk pengumpulan data yang lebih konkrit, peneliti melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Tes Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
dengan
maksud
untuk
mendapatkan
jawaban
yang
dapatdijadikan dasar bagi penetapan skor angka.3Tes diberikan kepada 2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2011), h. 80. 3 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h. 170
37
seluruh siswa yang terdapat di kelas eksperimen I dan eksperimen II baik sebelum perlakuan (pretes) maupun setelah perlakuan (posttest).
2. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa disebut juga observasi langsung.4 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati keterlaksanaan metode pembelajaran praktikum pada kelas eksperimen I.
G. Instrumen Penelitian Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu tes Keterampilan Generik Sains (KGS) dan non tes berupa lembar observasi. 1. Tes Keterampilan Generik Sains (KGS) Tes
ini
digunakan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
perbedaanketerampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Insrumen tes yang akan diujicobakan berbentuk uraian singkat sebanyak 7 soal yang disusun berdasarkan pada 3 indikator sub aspek keterampilan generik sains yang meliputi pengamatan langsung, kesadaran tentang skala, dan pemodelan. Tes disusun berdasarkan indikator keterampilan generik sains yang disesuaikan dengan indikator dalam kurikulum. Skala yang digunakan pada instrumen tes adalah berskala 0 s/d 5. Tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (posttes). Soal-soal yang digunakan pada pretes dan posttest merupakan soal yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan keterampilan generik sains yang terjadi. Sebelum digunakan, instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu 4
Ibid., h. 158
38
kepada siswa pada jenjang yang lebih tinggi untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Tabel. 3.2. Instrumen Keterampilan Generik Sains
No.
Jenis Keterampilan
Indikator
No. Soal
a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati Pengamatan 1
10
percobaan/fenomena alam
Langsung b. Mencari perbedaan dan persamaan
4
Menyadari obyek-obyek alam dan 2
Kesadaran
kepekaan terhadap skala numerik
tentang skala
sebagai besaran/ukuran skala
8
mikroskopis ataupun makoskopis a. Mengungkapkan fenomena/masalah 3
dalam bentuk sketsa gambar
11
Pemodelan b. Mengungkap fenomena dalam bentuk rumusan Jumlah
12
5
2. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan metode pembelajaran praktikum. Pengamatan yang dilakukan dimulai dari kegiatan persiapan hingga kegiatan akhir praktikum. Observer dalam kegiatan ini adalah guru bidang studi Biologi.
39
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir penelitian. Berikut adalah penjabaran dari ketiga tahap tersebut.
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Survei ke sekolah Mengajukan Surat Izin Penelitian Membuat Instrumen Menyusun RPP Melakukan Uji Coba Instrumen Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Menentukan Dua Kelompok Penelitian
Kelompok Eksperimen I
Pretes
Perlakuan (Treatment) : Metode Praktikum
Posttes
Tahap Akhir Penelitian
Kelompok Eksperimen II
Pretes
Perlakuan (Treatment) : Metode Demonstrasi
Posttes
Analisis Data Pretes dan Posttes
Menarik Kesimpulan
40
I. Kalibrasi Instrumen Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data harus ditingkatkan kualitasnya melalui suatu langkah yang disebut uji coba. Dari hasil uji coba perangkat tes dipilih butir soal yang memenuhi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Uji Validitas Instrumen Tes Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilai terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur.5 Uji validitas dilakukan untuk menetapkan butir tes yang valid berdasarkan uji coba. Pengujian validitas instrumen penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment :6
𝑟𝑋𝑌 =
𝑁 𝑁
𝑋𝑌 −
𝑋2 −
𝑋
2
𝑋 𝑁
𝑌 𝑌2 −
𝑌
2
Ket : 𝑟𝑋𝑌 =koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan 𝑋𝑌
=jumlah perkalian X dengan Y
𝑋
= skor item
𝑌
=skor total
𝑁 = jumlah siswa Valid
atau
tidaknya
butir
soal
dapat
diketahui
dengan
membandingkan rxy dengan rtabelproduct moment pada taraf nyata (α) 0.05 dengan ketentuan bahwa jika rxy sama atau lebih besar dari r
tabel
maka
butir soal tersebut dinyatakan valid. Hasil uji validitas tes essay dengan
5
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 137 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,1999), h.77
41
menggunakan software Anates diperoleh soal valid sebanyak 7 butir soal dari 13 butir soal yang diuji cobakan yaitu nomor 1, 3, 4, 8, 10, 11, 12 7
2. Uji Validitas Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan generik sains siswa pada proses pembelajaran di kelas. Uji validitas untuk lembar observasi menggunakan validitas isi (content validity) oleh praktisi pendidikan (dosen).
3. Uji Reliabilitas Keandalan (reliabel) adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif.8 Pengujian reliabilitas instrumen
penelitian
yang
berbentuk
essay
dilakukan
menggunakan rumus Alpha Cronbach :9
𝑟11
=
𝑛 𝑛 −1
1−
𝜎2 𝑖 𝜎2 𝑡
dengan varians𝜎 2 =
Ket : r11 𝜎𝑖2
= reliabilitas yang dicari = jumlah varians skor tiap item
𝜎𝑡2
= varians total
n
= jumlah butir soal atau item yang valid
X
= skor tiap item
N
= jumlah siswa
7
Lampiran 6, h. 105 M. Ngalim Purwanto, op.cit.,h. 139 9 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 109 8
𝑋2− 𝑁
𝑋 2 𝑁
dengan
42
Tabel 3.3. Kriteria Koefisien Korelasi(rxy)10 Rentang 0.00 – 0.20
Kriteria Koefisien Korelasi Sangat rendah
0.20 – 0.40
Rendah
0.40 – 0.70
Cukup
0.70 – 0.90
Tinggi
0.90 – 1.00
Sangat tinggi
Pengujian
reliabilitas
instrumen
tes
dalam
penelitian
ini
menggunakan software Anates. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh diperoleh reliabilitas tes sebesar 0.84 dengan kriteria tinggi.
4. Tingkat Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah, sedang, atau sukar, digunakan rumus11 :
P=
𝐵 𝑁
Ket : P = proporsi / indeks kesukaran untuk setiap butir soal B = banyaknya siswa yang menjawab benar N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud Tabel 3.4 Kriteria Taraf Kesukaran Tes
10
Rentang
Kriteria
0.00 – 0.25
Sukar
0.26 – 0.75
Sedang
0.75 – 1.00
Mudah
Ibid, h. 77 Ahmad Sofyan dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 103 11
43
Taraf kesukaran tiap butir soal dihitung dengan menggunakan sofware Anates. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh soal dengan kriteria sukar berjumlah 4 yaitu nomor 5, 6, 9, dan 13, soal dengan kriteria sedang berjumlah 8 butir soal yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 8, 10, 11, dan 12, soal dengan kriteria mudah berjumlah 1 yaitu nomor 7.
5. Pengujian Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. 12Rumus perhitungan daya pembeda yaitu : D = (Ba – Bb) / 0.5 N Ket : D = indeks diskriminasi Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar Bb= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Rentang
Kriteria
0.00 – 0.20
Jelek
0.20 – 0.40
Cukup
0.40 – 0.70
Baik
0.70 – 1.00
Baik Sekali
Pengujian daya pembeda instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan softwareAnates. Hasil perhitungan daya pembeda instrumen dapat dilihat pada Tabel.13
12
Ibid., h. 104 Lampiran 6, h. 105
13
44
J. Teknik Analisis Data 1. Uji prasyarat analisis data a. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors dengan rumus :14 Lo = |F (Zi) – S (Zi)| Langkah-langkah melakukan uji Liliefors adalah sebagai berikut: 1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar 2) Tentukan nilai Zidari tiap-tiap data dengan rumus berikut :
Z= Dengan
𝑋 𝑖 −𝑋 𝑆
: Zi= skor baku
Xi = skor data
𝑋 = nilai rata-rata
S = simpangan baku
3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi dan sebut dengan F(Zi). 4) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, .....Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
S(Zi) =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑍1 ,𝑍2 ,………..𝑍𝑛 ≤ 𝑍𝑖 𝑛
5) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya 6) Ambil nilai terbesar dimana harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai tersebut dinamakan dengan L hitung (Lo) 7) Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan L tabel (Lt), Lt adalah harga yang diambil dari tabel kritis Liliefors 8) Membuat kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah diperoleh, apabila Lo ≤ Lt maka sampel tersebut berdistribusi normal
14
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), h. 466
45
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Apabila L hitung < L tabel dengan taraf signifikansi (α) 0.05maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal b) Apabila L hitung > L tabel dengan taraf signifikansi (α) 0.05maka sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher dengan rumus sebagai berikut : 15 𝑆1 2 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 F= 2= 𝑆2 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Apabila Fhitung
Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen
2. Menentukan indeks N-Gain (Normalized Gain) Gain adalah selisih antara nilai posttes dan pretes. Perhitungan indeks n-gain dilakukan terhadap skor keterampilan generik sains siswa dari kelompok eksperimen I dan eksperimen II. Perhitungan menggunakan normalized gain menurut Hake dilakukan untuk menghindari adanya bias penelitian yang disebabkan perbedaan indeks gain akibat nilai pretes yang berbeda dari kelas eksperimen I dan eksperimen II. Normalized
15
Ibid., h. 250
46
gaindianalisis berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut.16
g=
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 −𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 −𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
Tabel 3.6. Kriteria N-Gain17 Rentang
Kriteria
g ≥0.7
Tinggi
0.30 ≤ g < 0.7
Sedang
g <0.30
Rendah
3. Teknik Analisis Lembar Observasi Lembar
observasi
digunakan
untuk
mengetahui
gambaran
keterampilan generik sains siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahapan analisisnya sebagai berikut : a) Menentukan jumlah kelompok yang mampu mencapai indikator b) Menghitung presentase pencapaian indikator dalam setiap praktikum dengan menggunakan rumus :
Presentase =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘𝑦𝑎𝑛𝑔𝑀𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100 %
4. Teknik Analisis Kemampuan Keterampilan Generik Sains Setiap
aspek
keterampilan
generik
sains
diukur
dengan
menggunakan 1 – 2 butir soal. Untuk mengetahui persentase ketercapaian kemampuan keterampilan generik sains, digunakan rumus berikut :
16
David.E. Meltzer, Normalized Learning Gain: A Key Measure of Student Learning, Addendum to Meltzer, 2002, p.3, (http://physicseducation.net) 17 Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores,1999, p.1,(www.physics.indiana.edu)
47
Persentase KGS =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝐾𝐺𝑆 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝐾𝐺𝑆 ×𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
× 100%
Persentase Keterampilan Generik Sains siswa dikelompokkan dalam tiga kriteria. Kriteria Keterampilan Generik Sains dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Kriteria Keterampilan Generik Sains18 Rentang
Kriteria
> 80 %
Tinggi
60 % − 80%
Sedang
< 60 %
Rendah
5. Uji Hipotesis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus t-test untuk mengetahui adanya perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajarkan melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi. Uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil penelitian. Langkah-langkah pengujian hipotesisnya adalah : a. Rumus hipotesis Ho : 𝜇 1= 𝜇 2 Ha : 𝜇 1 ≠ 𝜇 2 Ket : H0 = tidak terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar menggunakan metode praktikum dengan metode demonstrasi Ha = terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar menggunakan metode praktikum dengan metode demonstrasi
18
Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.3
48
b. Tentukan uji statistik 1) Untuk data berdistribusi normal dan homogen, uji hipotesis yang digunakan memiliki rumus sebagai berikut :19
𝑡 =
𝑋1 −𝑋2 1
1
𝑑𝑠𝑔 𝑛 +𝑛 1 2
𝑛 1 − 1 𝑠12 + 𝑛 2 − 1 𝑠22
dengan dsg=
𝑛 1 +𝑛 2 − 2
Ket : 𝑋1
= Rata-rata kelas eksperimen I
𝑋2
= Rata-rata kelas eksperimen II
dsg
= deviasi standar gabungan
S12
= Variansi kelas eksperimen I
S22
= Variansi kelas eksperimen II
n1
= jumlah siswa kelas eksperimen I
n2
= jumlah siswa kelas eksperimen II
2) Untuk data berdistribusi normal namun tidak homogen, uji hipotesis yang digunakan memiliki rumus sebagai berikut :20
t′ =
X1 − X 2 S 21 n1
+
S 22 n2
c. Tentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan derajat keyakinan 95% dengan taraf signifikansi α = 5% serta dk = n1+n2-2 jika varians homogen dan dk = n1-1atau n2-1 jika varians tidak homogen. 19
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005),h. 239 Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta : Rosemata Sampurna, 2010), h. 200 20
49
d. Tentukan kriteria pengujian. Kriteria pengujian untuk uji t ini adalah sebagai berikut : Terima H0 jika thitung< ttabel Tolak H0 jika thitung> ttabel e. Lakukan pengambilan kesimpulan jika t hitung dan t tabel sudah diperoleh.
K. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ho : 𝜇 1= 𝜇 2 Ha : 𝜇 1≠ 𝜇2
Ket : H0 = tidak terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar menggunakan metode praktikum dengan metode demonstrasi Ha = terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar menggunakan metode praktikum dengan metode demonstrasi
𝜇1 = rata-rataketerampilan generik sains siswa yang menggunakan metode praktikum
𝜇2= rata-rata keterampilan generik sains siswa yang menggunakan metode demonstrasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
perbedaan
keterampilan generik sains antara siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Data yang diperoleh pada akhir penelitian berupa nilai tes awal (pretes), tes akhir (posttes), ketercapaian indikator keterampilan generik sains dan persentase normalized gain (n-gain) pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II. 1.
Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II a.
Hasil Perhitungan Pretes Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Hasil perhitungan pretes keterampilan generik sains pada kelompok eksperimen I1 dan eksperimen II2 dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1.Hasil Pretes Keterampilan Generik Sains Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Data Statistik Skor Tertinggi SkorTerendah Rata-rata Median Modus Varians St. Deviasi
Kelompok Eksperimen I Eksperimen II 72 78 0 0 28 34 30 28 14 31 298 444 17 21
Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, terlihat perbedaan rata-rata nilai pretes pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II. 1 2
Lampiran 10, h. 115 Lampiran 12, h. 117
50
51
Rata-rata pretes pada kelompok eksperimen I lebih rendah daripada kelompok eksperimen II. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep yang akan diajarkan. Tabel. 4.2. Persentase Pretes Keterampilan Generik Sains Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Pretes No.
Indikator KGS
Eksperimen I
Kriteria
Eksperimen II
Kriteria
1.
Pengamatan
8,33
Rendah
18,33
Rendah
2.
Pengetahuan tentang skala
54,44
Rendah
31,11
Rendah
3.
Pemodelan
20,95
Rendah
27,94
Rendah
27,91
Rendah
25,79
Rendah
Rata-rata
Tabel
4.2
menunjukkan
persentase
pencapaian
Keterampilan Generik Sains (KGS) dalam setiap indikator berdasarkan data pretes. Rata-rata pencapaian indikator KGS pada kelompok ekperimen I lebih tinggi dari kelompok eksperimen II. Rata-rata persentase KGS pada kelompok eksperimen
I sebesar
27,91
sedangkan
pada
kelompok
eksperimen II sebesar 25,79. Walaupun rata-rata persentase KGS kelompok eksperimen I lebih besar dibandingkan eksperimen II namun kedua skor tersebut masih dalam kriteria rendah. Pencapaian indikator keterampilan generik sains yang paling tinggi pada kelompok eksperimen I adalah pengetahuan tentang skala (54,44), begitu pula pada kelompok eksperimen II (31,11). Indikator keterampilan generik sains yang paling rendah pada kelompok eksperimen I adalah pengamatan (8,33), sama halnya pada kelompok eksperimen II dengan persentase 18,33.3
3
Lampiran 14, h.119
52
b. Hasil Perhitungan Posttes Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Hasil perhitungan posttes keterampilan generik sains pada kelompok eksperimen I4 dan eksperimen II5 dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Hasil Posttes Keterampilan Generik Sains Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Data Statistik
Kelompok Eksperimen I
Eksperimen II
Skor Tertinggi
100
94
Skor Terendah
44
6
Rata-rata
68
56
Median
65
69
Modus
59
77
Varians
235
523
St. Deviasi
15
23
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas, terlihat perbedaan rata-rata posttes pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II. Skor posttes pada kelompok eksperimen I lebih unggul dibandingkan kelompok eksperimen II. Hal ini disebabkan meningkatnya keterampilan generik sains serta pemahaman siswa mengenai konsep yang diajarkan. Tabel. 4.4. Persentase Posttes Keterampilan Generik Sains Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Posttes No.
1.
4 5
Indikator KGS
Pengamatan
Lampiran 11, h.116. Lampiran 13, h.118.
Eksperimen I
Kriteria
Eksperimen II
Kriteria
30,28
Rendah
26,11
Rendah
53
2.
Pengetahuan tentang skala
68,89
Sedang
62,22
Sedang
3.
Pemodelan
66,35
Sedang
49,84
Rendah
55,17
Rendah
46,06
Rendah
Rata-rata
Tabel
4.4.
menunjukkan
persentase
pencapaian
Keterampilan Generik Sains (KGS) dalam setiap indikator berdasarkan data posttes. Rata-rata pencapaian indikator KGS pada kelompok ekperimen I lebih tinggi dari kelompok eksperimen II. Rata-rata persentase KGS pada kelompok eksperimen
I sebesar
55,17
sedangkan
pada
kelompok
eksperimen II sebesar 46,06. Walaupun rata-rata persentase KGS kelompok eksperimen I lebih besar dibandingkan eksperimen II namun kedua skor tersebut masih dalam kriteria rendah. Pencapaian indikator keterampilan generik sains yang paling tinggi pada kelompok eksperimen I adalah pengetahuan tentang skala (68,89), begitu pula pada kelompok eksperimen II (62,22). Indikator keterampilan generik sains yang paling rendah pada kelompok eksperimen I adalah pengamatan (30,28), sama halnya pada kelompok eksperimen II dengan persentase 46,06.6
2.
Uji Prasyarat Analisis Data a.
Uji Normalitas Data Pretes dan Posttes Uji normalitas dilakukan terhadap data pretes, posttes dan N-gain dari kelompok eksperimen I dan eksperimen II. Dalam penelitian
ini,
uji
normalitas
data
dilakukan
dengan
menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi 6
Lampiran 14, h. 119
54
kriteria Lhitung
Data
Eksperimen II
Statistik
Pretes
Posttes
N-gain
Pretes
Posttes
N-gain
L hitung
0,131
0,122
0,109
0,120
0,122
0,106
L tabel
0,132
0,132
0,132
0,132
0,132
0,132
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Berdasarkan Tabel 4.5. pada kelompok eksperimen I untuk skor pretes menunjukkan bahwa L
hitung
sebesar 0,131 dan L
sebesar 0,132, skor posttes menunjukkan L dan L hitung
tabel
hitung
tabel
sebesar 0,122
sebesar 0,132 dan skor N-gain menunjukkan bahwa L
sebesar 0,109 dan L
tabel
sebesar 0,132. Pada kelompok
eksperimen II untuk skor pretes menunjukkan bahwa L
hitung
sebesar 0,120 dan L tabel sebesar 0,132, skor posttes menunjukkan L
hitung
sebesar 0,122 dan L
menunjukkan bahwa L
tabel
hitung
sebesar 0,132 dan skor N-gain
sebesar 0,106 dan L
tabel
sebesar
0,132. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Lhitung < L
tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Setelah uji normalitas dilakukan pada kedua kelompok penelitian,
langkah
berikutnya
adalah
mencari
nilai
homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas
7
Lampiran 19, h. 136
55
diperoleh dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi α = 0,05. Sampel dinyatakan homogen apabila F
hitung
tabel.
Hasil uji homogenitas kedua kelompok penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.8 Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretes, Posttes, dan N-gain Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Data
Kelompok
N
S2
Eksperimen I
45
298,11
Eksperimen II
45
444,16
Eksperimen I
45
234,51
Eksperimen II
45
523,23
Eksperimen I
45
0,03
Eksperimen II
45
0.07
Pretes
Posttes
N-gain
F hitung
F tabel
Kesimpulan
1,49
1,64
Homogen
2,23
1,64
2,33
1,64
Tidak Homogen Tidak Homogen
Berdasarkan Tabel 4.6., uji homogenitas data pretes menunjukkan bahwa F
hitung
sebesar 1,49 dan F
data posttes menunjukkan F
hitung
tabel
sebesar 1,64,
sebesar 2,23 dan F
tabel
sebesar
1,64 dan data N-gain menunjukkan F hitung sebesar 2,33 dan F tabel sebesar 1,64. Hasil perhitungan data pretes menunjukkan bahwa FhitungFtabel, maka dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok memiliki variansi populasi yang tidak homogen.
3.
Data Normalized Gain (N-Gain) Untuk mengetahui kategorisasi gain yang diperoleh pada kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II, maka
8
Lampiran 24, h. 144
56
dilakukan analisis n-gain. Kategori tersebut diketahui dengan cara menghitung
gain
yang
dinormalisasikan
(n-gain)
kemudian
menginterpretasikannya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh Hake. Perbandingan persentase N-gain pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.7.9 Tabel 4.7. Perbandingan Persentase N-Gain Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II
Tinggi
Kelompok Eksperimen I 𝐗 = 𝟎, 𝟓𝟕 9 orang (20 %)
Kelompok Eksperimen II 𝐗 = 𝟎, 𝟑𝟓 5 orang (11,11 %)
Sedang
33 orang (73,33 %)
17 orang (37,78 %)
Rendah
3 orang (6,67 %)
23 orang (51,11 %)
Kategori N-gain
Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa n-gain pada kedua kelompok penelitian tergolong sedang. Siswa yang dikategorikan memiliki n-gain tinggi lebih banyak terdapat pada kelompok eksperimen I dengan jumlah 9 orang. Jika jumlah tersebut diubah dalam bentuk persen, maka akan diperoleh 20 %. Kategori n-gain sedang di kelompok eksperimen I terdapat 33 orang ( 73,33 %), sedangkan kategori tinggi di kelompok eksperimen II hanya terdapat 5 orang (11,11 %), kategori sedang di kelompok eksperimen II terdapat 17 orang (37,78 %). Kategori n-gain rendah yang terdapat pada kelompok eksperimen I sebanyak 3 orang (6,67 %), sedangkan pada kelompok eksperimen II sebanyak 23 orang dengan persentase 51,11 %. 4.
Uji Hipotesis Uji
hipotesis
dilakukan
untuk
mengetahui
ada/tidaknya
perbedaan pada data pretes dan posttes siswa dari kelompok eskperimen I dan kelompok eksperimen II. Uji hipotesis yang 9
Lampiran 15, h. 120
57
digunakan adalah Uji-t’ karena berdasarkan hasil perhitungan secara statistik data pretes dan posttes memiliki distribusi frekuensi yang normal namun variansinya tidak homogen. Hasil perhitungan uji hipotesis data pretes, posttes, dan N-gain dapat dilihat pada Tabel 4.8.10 Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretes, Posttes dan N-Gain Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II Data Pretes
Posttes
N-gain
Kelompok
N
Mean
Eksperimen I
45
28
Eksperimen II
45
34
Eksperimen I
45
68
Eksperimen II
45
56
Eksperimen I
45
0,57
Eksperimen II
45
0,35
t’
t tabel
-1,60
2,02
2,83
2,02
4,40
2,02
Kesimpulan (Ho diterima) (Ha ditolak) (Ho ditolak) (Ha diterima) (Ho ditolak) (Ha diterima)
Berdasarkan Tabel 4.8., pengujian hipotesis data pretes menunjukkan bahwa t hitung < t tabel sehingga hipotesis nol (Ho) diterima,
artinya
tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
keterampilan generik sains siswa pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II. Sedangkan pengujian hipotesis data posttes dan N-gain menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains siswa pada kelompok eksperimen I yang diajar melalui metode praktikum dan kelompok eksperimen II dengan metode demonstrasi.
10
Lampiran 25, h. 147
58
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat dikemukakan kembali bahwa rata-rata hasil pretes keterampilan generik sains siswa pada kelompok eksperimen I lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen II, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan awal siswa mengenai konsep yang akan dipelajari. Pengetahuan awal ini diperoleh berdasarkan pengalaman belajar yang terjadi di luar sekolah. Walaupun kelompok eksperimen II memiliki ratarata yang lebih besar dari kelompok eksperimen I namun kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Setelah masing-masing kelompok diberi latihan keterampilan generik sains melalui penggunaan metode praktikum dan metode demonstrasi, diperoleh skor rata-rata kelompok eksperimen I lebih besar dibandingkan kelompok eksperimen II. Selain itu kedua kelompok juga menunjukkan perbedaan keterampilan generik sains yang berarti. Dengan kata lain, terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Sesuai dengan prinsip bahwa metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.11 Siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari dengan mengamati suatu objek secara langsung, menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu untuk membantu pengamatan objek, menggambarkan hasil pengamatan
objek,
menjelaskan
karakteristik
objek,
kemudian
menyimpulkan hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan. Data posttes menunjukkan keterampilan generik sains yang paling tinggi pada kelompok eksperimen I adalah keterampilan pengetahuan tentang skala. Hal ini disebabkan karena siswa telah memiliki kemampuan untuk menentukan perbesaran mikroskop yang digunakan ketika 11
Nuryani Rustaman et.al, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta Universitas Terbuka, 2007), h. 9.6
59
mengamati karakteristik morfologi jamur Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Pada kelompok eksperimen II, keterampilan pengetahuan tentang skala tergolong dalam kategori sedang. Kelompok eksperimen II menggunakan metode demonstrasi dimana siswa tidak terlibat langsung dalam pengamatan suatu objek, siswa hanya melihat objek berdasarkan kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga kemampuan dalam menentukan perbesaran mikroskop masih rendah. Berdasarkan perhitungan diperoleh rata-rata N-Gain kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II termasuk kategori sedang. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi secara penuh dalam kegiatan praktikum maupun demonstrasi. Kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran menjadi kurang mendalam dan akibatnya siswa tidak memahami materi secara utuh, padahal pemahaman yang benar dalam sains menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan agar siswa tidak hanya sekedar tahu tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pada kelompok eksperimen II yang menggunakan metode demonstrasi, siswa tidak terlibat langsung dalam pengamatan suatu objek, siswa hanya melihat kegiatan pengamatan objek serta hasil pengamatan yang diperagakan oleh guru, sehingga pemahamannya pun kurang mendalam. Walaupun terdapat peningkatan dalam keterampilan generik sains pada kedua kelompok, namun masih dalam kriteria rendah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Drury bahwa keterampilan atau kemampuan generik merupakan keterampilan yang dapat diterapkan pada beragam bidang studi dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang relatif lama.12 Sehingga diperlukan ketelatenan dan kesabaran untuk melatih keterampilan tersebut. Peran guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan
12
Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.2
60
penggunaan metode praktikum sangat besar peranannya bagi peningkatan keterampilan generik sains. Hasil perbandingan posttesantara siswa yang diajar dengan metode praktikum dengan siswa diajar dengan metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa kelompok yang menerapkan metode praktikum lebih unggul dibandingkan kelompok yang menggunakan metode demonstrasi. Artinya terdapat perbedaan dalam keterampilan generik sains antara siswa yang diajar dengan metode praktikum dengan siswa diajar dengan metode demonstrasi pada konsep jamur.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum lebih unggul dibandingkan dengan metode demonstrasi.Perbedaan ini terlihat pada data hasil posttest dari kedua kelompok dengan perolehan nilai rata-rata posttes untuk kelompok eksperimen I sebesar 73,8 dan untuk kelompok ekperimen II sebesar 60,6. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t’ pada taraf signifikansi 5 % diperoleh harga t hitung > t tabel (3.79 > 2.02) sehingga dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
B. Saran Untuk penelitian selanjutnya ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, diantaranya sebagai berikut. 1. Dalam menerapkan metode praktikum dan demonstrasi hendaknya dilakukan persiapan yang lebih matang agar diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan. 2. Kepada para guru sains, khususnya guru biologi dapat menggunakan metode
praktikum
dalam
pembelajaran
guna
meningkatkan
keterampilan generik sains siswa. 3. Untuk para peneliti berikutnya agar mengimplementasikan metode praktikum dalam rangka menjaring keterampilan generik sains pada level kelas yang lebih tinggi.
61
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Byrnes, James P. (2009). Cognitive Development and Learning In Instructional Context. New York: Pearson Education, Inc. Elizar. (2012). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi di Kelas XI IPA-1 pada Pealajaran Biologi. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol.1 No.2 Evans, Dennis. (2005). Taking Sides: Clashing Views on Controversial Issues in Teaching and Educational Practice. Lowa : McGraw-Hill Companies, Inc. Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. (2009). Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung : PT. Refika Aditama. Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Hassard, Jack and Dias, Michael. (2009). The Art of Teaching Science: Inquiry and Innovation in Middle School and High School. New York: Routledge Ikhsanuddin dan Widhiyanti, Tuszie. (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrolisis Garam Dan Sifat Koligatif Larutan, Artikel. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI Jacobson, David et al. (1985). Methods For Teaching: A Skill Aproach. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company Kadir. (2010). Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Rosemata Sampurna Kemdikbud, ”Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan”, http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/PP-no-19-th-2005-ttg-standar-nasional pendidikan.pdf [17 Februari 2013] Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta
62
Meltzer, David E. (2002). “Normalized Learning Gain: A Key Measure of Student Learning”http://physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_ gain.pdf [21 Desember 2012] Novita, Astri dan Muchtar, Zainuddin. (2008). Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Rekasi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains,Vol. 3 No. 1 Pujiani, Ni Made dkk. (2011). ”Pembekalan Keterampilan Laboratorium Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains ....”, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 Purwanto, M. Ngalim. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Rahman, Taufik dkk. (2008). ”Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan”. http://educare.e-fkipunla.net, 23 Juni 2012 Raina Novianti, Nur. (2011). Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran. Edisi Khusus No.1 R. Hake, Richard. “Analyzing Change/Gain Scores”. Tersedia Online : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [21 Desember 2012] Rozak, Abdul et.al. (2010). Standar Sarana Prasarana dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : FITK Press UIN Jakarta Rustaman, Nuryani dkk. (2007). Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Universitas Terbuka ----------------------------------. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang Press Sahandri, Mohd. dan Kumar, Saifuddin. (2009). Generic Skills in Personnel Development. European Journal Of Social Sciences Vol. 11 No. 4 Sanjaya, Wina. 2008a. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. ---------------------. 2008b. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana. S.K, Joseph et.al., (2003). Teaching Science in Elementary and Middle School Classroom: A Project Based Approach, New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 63
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sofyan, Ahmad dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : UIN Jakarta Press Stasz, Cathleen et al. (1990). Teaching and Learning Generic Skills for the Workplace, California: National Center for Research in Vocational Education Stone, Randi. (2007). Best Practices for Teaching Science: What Award-Winning Classroom Teachers Do. California: Corwin Press. Sudarmin dan Dwi, Retno. (2006). “Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Kimia”. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11093541.pdf [24 Februari 2012] Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito, Cet. 1. Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers -------------------- (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. ALFABETA, Cet.12 Supriatna, Mamat. (2008). Studi Penelusuran Pengelolaan Laboratorium Sains SMA Sebagai Analisis Kebutuhan Untuk Program Diklat Pengelola Laboratorium”. Jurnal. Vol. VI No. 6 Syaodih, Nana. (2010). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Taufiq dan Wiyono, Ketang. (2009). ”The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student’s Science Generic Skill On Rigid Body Equilibrium” Proceedings The 3th International Seminar On Science Education. 17 Oktober. Bandung : UPI. Tim Penulis PEKERTI Bidang MIPA. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi. Jakarta : Universitas Terbuka Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : PT. Bumi Aksara
64
Wiyono, Ketang. (2009). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. III No. 1 Zainuddin, M. (2001). Praktikum. Jakarta : Universitas Terbuka Zulfiani dkk. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
65
65
LAMPIRAN
66
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelompok Eksperimen II
Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi
: IPA (Biologi) :X/1 :1 : 2 x 45 menit : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup Kompetensi Dasar :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan Indikator : 2.5.1 Menjelaskan karakteristik jamur secara umum 2.5.2 Mendeskripsikan karakteristik divisi Zygomycota dan Ascomycota (morfologi, anatomi, cara hidup dan peranan) Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat : 1. Menjelaskan struktur tubuh, cara hidup, dan reproduksi jamur pada umumnya 2. Mengetahui struktur morfologi dan anatomi Zygomycota dan Ascomycota 3. Menjelaskan cara hidup dan peranan Zygomycota dan Ascomycota berdasarkan fakta dan kajian literatur 4. Mengetahui perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek dengan mikroskop
67
Materi Ajar
: Karakteristik jamur meliputi
Struktur Tubuh a. b. c. d.
Bersifat eukariotik Bersifat heterotrof Multiseluler atau uniseluler Tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium) e. Terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat (asepta) / senositik f. Tidak memiliki akar dan daun sejati g. Hidup pada kondisi lingkungan yang lembab
Sifat hidup
Reproduksi
a. Parasit b. Saprofit c. Bersimbiosis dengan organisme lain
a. Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium, atau membentuk spora b. Secara seksual dilakukan dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual
Karakteristik Divisi Zygomycota dan Ascomycota meliputi :
No.
Karakteristik Struktur tubuh
1
Zygomycota
Ascomycota
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat reproduksi saja. Struktur tubuh Rhizopus stoloniferus terdiri atas stolon, hifa, sporangiofor, dan sporangium (kotak spora).
Tubuh jamur Ascomycota tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Di antara Ascomycota ada yang bersel tunggal (ex: Saccharomyces cerevisiae),bersel banyak membentuk miselium (ex: Aspergillus oryzae, A. wentii, Penicillium notatum, P.chrysogeum, dan Neurospora crassa), dan ada pula yang membentuk tubuh buah (ex: Xylaria dan Nectaria). Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk konidiospora
68
2
Reproduksi
3
Peranan a. Menguntungkan Rhizopus stoloniferus ada yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) dan asamasam organik yang berguna bagi kita.
b. Merugikan
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan cara membentuk spora di dalam sporangium. Reproduksi ini lebih sering terjadi. Reproduksi secara seksual jamur ini dilakukan dengan cara konjugasi. Proses konjugasi terjadi di ujungujung hifa yang berlainan jenis, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Reproduksi ini akan menghasilkan spora yang disebut zigospora.
Rhizopus stoloniferus hidup sebagai pengurai sisa organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. Ada pula yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti roti, nasi, wortel, jambu dan lain-lain.
Reproduksi secara seksual terjadi dengan cara membentuk askospora, yaitu spora seksual yang terbentuk di dalam askus.
Saccharomyces cerevisiae, dikenal sebagai ragi atau yeast. Aspergillus oryzae, untuk melunakkan adonan roti. A. wentii, bermanfaat dalam pembuatan kecap. Penicillium notatum, P.chrysogeum menghasilkan antibiotic penisilin. Neurospora crassa, diperoleh dari oncom merah atau tongkol jagung rebus, digunakan untuk penelitian sitogenetika. Aspergillus flavus, menghasilkan racun aflatoksin Þ hidup pada biji-bijian. Aflatoksin salah satu penyebab kanker hati. Aspergillus fumigatus, parasit paru-paru burung. Aspergillus nidulans, penyebab automikosis/penyakit telinga.
69
Metode Pembelajaran
: demonstrasi, diskusi dan tanya jawab
Langkah-langkah Pembelajaran No. I
Langkah-langkah KEGIATAN AWAL (10 menit) Apersepsi
Motivasi
II
Kegiatan Guru Guru bertanya pada siswa ”Organisme apa yang berperan dalam proses pembuatan tempe dan oncom? ”
Kegiatan Siswa
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
Untuk memotivasi siswa, guru bertanya, ”Bagaimana bentuk jamur? Apa yang membedakan jamur dengan organisme lainnya?”
KEGIATAN INTI a. Eksplorasi (15 menit)
Agar siswa lebih memahami materi, guru memerintahkan kepada seluruh siswa untuk membentuk kelompok (5 siswa per kelompok) dan berdiskusi terkait karakteristik jamur secara umum, ciri-ciri divisi Zygomycota, dan divisi Ascomycota. Selain itu, setiap kelompok diperintahkan untuk membuat 1 buah pertanyaan singkat.
Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menemukan struktur tubuh, sifat hidup, dan peranan jamur. Kemudian setiap kelompok membuat 1 buah pertanyaan.
b. Elaborasi (15 menit)
Guru mengumpulkan pertanyaan dari siswa kemudian secara acak guru menawarkannya kepada seluruh siswa. Bagi siswa yang telah berani menjawab dengan benar maka akan diberikan poin.
Siswa menjawab pertanyaan yang ditawarkan oleh guru. Demikian seterusnya hingga seluruh pertanyaan terjawab.
70
c. Konfirmasi (40 menit)
III
KEGIATAN PENUTUP (10 menit)
Guru menampilkan slide materi yang akan dipelajari, memperagakan cara penggunaan mikroskop dengan perbesaran tertentu, mengevaluasi setiap pertanyaan yang telah dijawab oleh siswa serta penjelasan tambahan dan penguatan konsep mengenai karakteristik jamur divisi Zygomycota dan Ascomycota. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya.
Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru.
Siswa menanyakan hal yang belum dipahaminya. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
Alat dan Sumber Belajar
: 1. Buku Paket Biologi kelas X 2. Alat peraga demonstrasi dan LCD
Penilaian
: sikap, dan tes tertulis (evaluasi)
Pertanyaan Evaluasi : 1) Sebutkan 6 karakteristik umum jamur ! 2) Sebutkan tiga peranan divisi Ascomycota yang menguntungkan ! 3) Bagaimana bentuk tubuh buah dari divisi Ascomycota ? 4) Pada divisi Zygomycota, dimanakah tempat terbentuknya spora ? 5) Pada divisi Ascomycota, dimanakah tempat terbentuknya konidiospora ? 6) Apa nama spora seksual dan aseksual dari : a. Divisi Zygomycota b. Divisi Ascomycota
71
Jawaban : 1) a.Bersifat eukariotik b.Bersifat heterotrof c.Dinding sel terbuat dari bahan kitin d.Multiseluler atau uniseluler e.Tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium) f.Terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat (asepta) / senositik g.Tidak memiliki akar dan daun sejati h.Hidup pada kondisi lingkungan yang lemb 2) a.Neurospora crassa berperan dalam pembuatan oncom b.Penicillium notatum berperan dalam pembuatan antibiotik penisilin c.Aspergillus wentii berperan dalam pembuatan kecap, tauco 3) seperti mangkuk / botol 4) kotak spora (sporangium) 5) ujung hifa khusus yang tumbuh tegak (konidiofor) 6) zygospora, askospora
72
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelompok Eksperimen II
Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
: IPA (Biologi) :X/1 :2 : 2 x 45 menit : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi
kehidupan Indikator : 2.5.3 Mendeskripsikan karakteristik morfologi divisi Basidiomycota, misalnya struktur tubuh, cara hidup, dan peranan 2.5.4 Menjelaskan ciri-ciri dan peranan divisi Deuteromycota bagi kehidupan 2.5.5 Menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat : 1. Mengetahui struktur tubuh Basidiomycota beserta bagian-bagiannya 2. Menjelaskan cara hidup dan peranan Basidiomycota berdasarkan fakta dan kajian literatur 3. Menjelaskan hal yang menyebabkan terbaginya jamur menjadi 4 divisi (Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota, Deuteroycota) 4. Menjelaskan alasan divisi Deuteromycota disebut fungi imperfecti 5. Menjelaskan cara hidup dan peranan Deuteromycota berdasarkan fakta yang ada dan kajian literatur 6. Menjelaskan bentuk simbiosis yang terjadi pada lumut kerak (lichen)
73
Materi Ajar
:
Karakteristik Divisi Basidiomycota meliputi
Struktur tubuh
Reproduksi
Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti gada. Pada umumnya jamur ini merupakan saproba yang penting. Ciri umum jamur ini adalah hifa bersepta
Fase aseksual Basidiomycota ditandai dengan pembentukan konidium, sedangkan fase seksualnya ditandai dengan membentuk basidiospora. Spora pada konidium maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai tumbuh membentuk hifa bersekat melintang yang berinti satu (monokariotik). Selanjutnya , hifa akan tumbuh membentuk miselium.
Peranan Beberapa contoh Basidiomycota yang penting adalah sebagai berikut. 1) Volvariella volvacea dan Agaricus bisporus, jamur yang dibudidayakan untuk dimasak sebagai bahan makanan. Jamur ini ditanam pada medium yang mengandung selulosa (misalnya jerami) dengan kelembapan tinggi. 2) Auricularia polytrica (jamur kuping), jamur ini enak dimakan, hidup pada batang tumbuhan yang telah mati. Beberapa contoh Basidiomycota yang merugikan adalah sebagai berikut. 1) Puccinia graminis, jamur ini hidup parasit pada rumput. 2) Ustilago maydis, jamur ini parasit pada tanaman jagung, menyerang sukam daun , tongkol, jumbai dan tangkai. 3) Ganoderma pseudoferreum, jamur ini penyebab busuk akar pada tanaman coklat, kopi, teh, karet dan tanaman perkebunan lain. 4) Ganoderma applanatum, jamur ini menyebabkan kerusakan pada kayu.
74
Karakteristik Divisi Deuteromycota meliputi Reproduksi
Peranan
Disebut juga Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif (seksual). Reproduksi jamur ini secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut konidiofor.
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik, sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Contoh : 1. Alternaria, penyebab busuk pada tanaman budidaya, tomat dan kentang. 2. Curvularia, parasit pada rerumputan. 3. Epidermophyton, penyebab penyakit kurap. 4. Fusarium, menyerang tanaman kubis, tomat, padi, pisang, dll. 5. Helminthosporium oryzae, merusak kecambah dan menyerang buah-buahan sehingga menimbulkan noda-noda pada daun inang dan buah yang terserang berwarna hitam.
Simbiosis Jamur dengan Organisme Lain meliputi Simbiosis antara jamur Ascomycota, Basidiomycota atau Zygomycota dengan akar tumbuhan membentuk hubungan yang disebut Mikoriza dibedakan menjadi Ektomikoriza
Endomikoriza
Simbiosis mutualisme antara jamur Ascomycota dan Basidiomycota dengan ganggang membentuk struktur yang disebut Lumut Kerak atau liken (Lichen)
75
Metode pembelajaran
: demonstrasi, diskusi, dan tanyajawab
Langkah-langkah pengajaran No.
I
Langkahlangkah
Motivasi
III
Kegiatan Siswa
KEGIATAN AWAL (10 menit) Apersepsi
II
Kegiatan Guru
Pada pertemuan sebelumnya kalian telah mempelajari jamur pada divisi Zygomycota dan Ascomycota. Apa nama divisi jamur yang struktur tubuhnya bersifat makroskopis ?
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Guru bertanya pada siswa, apa saja contoh jamur yang termasuk dalam divisi Basidiomycota ?
KEGIATAN INTI a. Eksplorasi (15 menit)
Agar lebih memahami materi, guru memerintahkan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang karakteristik jamur Basidiomycota (struktur tubuh dan peranan)
Siswa melakukan diskusi untuk menggambarkan struktur tubuh, reproduksi dan peranan jamur Basidiomycota.
b. Elaborasi (15 menit)
Guru memerintahkan kepada perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya
Secara bergiliran, siswa membacakan hasil diskusinya.
c. Konfirmasi (40 menit)
Guru menampilkan slide materi yang dipelajari, serta memperlihatkan bentuk jamur Basidiomycota, memberikan penguatan konsep dan penjelasan mengenai kegiatan demonstrasi yang telah dilakukan.
Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru.
KEGIATAN PENUTUP (10
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa menanyakan hal yang belum dipahaminya
76
menit)
Guru memberikan pertanyaan Siswa menjawab pertanyaan yang kepada siswa mengenai materi diberikan oleh guru yang telah dipelajari. Guru memberikan penjelasan awal . mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya. Alat dan Sumber Belajar : 1. Buku Paket Biologi kelas X 2. Alat peraga demonstrasi dan LCD Penilaian : sikap, dan tes tertulis (evaluasi) Pertanyaan Evaluasi : 1) Apa nama spora seksual dan aseksual pada Basidiomycota ? 2) Sebutkan 3 bagian dari stuktur tubuh Basidiomycota ! 3) Sebutkan 2 peranan divisi Basidiomycota yang merugikan ! 4) Apakah hal yang menyebabkan terbaginya jamur menjadi divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota ? 5) Apakah peranan dari jamur dan ganggang pada simbiosis lumut kerak (liken) ! 6) Mengapa Deuteromycota disebut sebagai fungi imperfecti (jamur tidak sempurna) ? Jawaban : 1) basidiospora, konidiospora 2) tudung (cap), lamela/bilah (gills), dan misellium (jamak : misellia) 3) a. Ustilago maydis bersifat parasit pada tanaman jagung b.Puccinia graminis bersifat parasit pada rumput 4) reproduksi seksual dan bentuk tubuh buah 5) ganggang menyerap cahaya matahari untuk membuat makanan melalui proses fotosintesis, sedangkan jamur melalui hifa-hifanya berperan dalam menyerap air serta ion-ion mineral 6) karena Deuteromycota belum diketahui reproduksi seksualnya, jika suatu anggota jamur ini sudah diketahui cara reproduksi seksualnya, ia dimasukkan dalam divisi yang berbeda
77
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelompok Eksperimen I
Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
: IPA (Biologi) :X/1 :1 : 2 x 45 menit : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan
Indikator : 2.5.1 Menjelaskan karakteristik jamur secara umum 2.5.2 Mendeskripsikan karakteristik divisi Zygomycota dan Ascomycota (morfologi, anatomi, cara hidup dan peranan) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat : 1. Menjelaskan struktur tubuh, cara hidup, dan reproduksi jamur pada umumnya 2. Menggambarkan struktur morfologi dan anatomi Zygomycota dan Ascomycota 3. Menjelaskan cara hidup dan peranan Zygomycota dan Ascomycota berdasarkan fakta dan kajian literatur 4. Menentukan perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek dengan mikroskop
78
Materi Ajar
: Karakteristik meliputijamur meliputi
Struktur Tubuh
Sifat hidup
Reproduksi
a. Bersifat eukariotik b. Bersifat heterotrof c. Dinding sel terbuat dari bahan kitin d. Multiseluler atau uniseluler e. Tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium) f. Terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat (asepta) / senositik g. Tidak memiliki akar dan daun sejati h. Hidup pada kondisi lingkungan yang lembab
a. Parasit b. Saprofit c. Bersimbiosis dengan organisme lain
a. Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium, atau membentuk spora b. Secara seksual dilakukan dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual
Karakteristik Divisi Zygomycota dan Ascomycota meliputi : No.
Karakteristik Struktur tubuh
1
Zygomycota
Ascomycota
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat reproduksi saja. Struktur tubuh Rhizopus stoloniferus terdiri atas stolon, hifa, sporangiofor, dan sporangium (kotak spora).
Tubuh jamur Ascomycota tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Di antara Ascomycota ada yang bersel tunggal (ex: Saccharomyces cerevisiae),bersel banyak membentuk miselium (ex: Aspergillus oryzae, A. wentii, Penicillium notatum, P.chrysogeum, dan Neurospora crassa), dan ada pula yang membentuk tubuh buah (ex: Peziza dan Nectaria).
79
2
3
Reproduksi
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan cara membentuk spora di dalam sporangium. Reproduksi ini lebih sering terjadi.
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk konidiospora yang ditunjang oleh konidiofor
Reproduksi secara seksual jamur ini dilakukan dengan cara konjugasi. Proses konjugasi terjadi di ujung-ujung hifa yang berlainan jenis, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Reproduksi ini akan menghasilkan spora yang disebut zigospora.
Reproduksi secara seksual terjadi dengan cara membentuk askospora, yaitu spora seksual yang terbentuk di dalam askus. Askus terdapat di dalam tubuh buah yang disebut askokarp
Peranan a. Menguntungkan Rhizopus stoloniferus ada yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) dan asam-asam organik yang berguna bagi kita.
b. Merugikan
Rhizopus stoloniferus hidup sebagai pengurai sisa organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. Ada pula yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti roti, nasi, wortel, jambu dan lain-lain.
Saccharomyces cerevisiae, dikenal sebagai ragi atau yeast. Aspergillus oryzae, untuk melunakkan adonan roti. A. wentii, bermanfaat dalam pembuatan kecap. Penicillium notatum, P.chrysogeum menghasilkan antibiotic penisilin. Neurospora crassa, diperoleh dari oncom merah atau tongkol jagung rebus, digunakan untuk penelitian sitogenetika. Aspergillus flavus, menghasilkan racun aflatoksin Þ hidup pada bijibijian. Aflatoksin salah satu penyebab kanker hati. Aspergillus fumigatus, parasit paru-paru burung. Aspergillus nidulans, penyebab automikosis/penyakit telinga.
Metode Pembelajaran
: praktikum, diskusi dan tanyajawab
Model Pembelajaran
: inkuiri terbimbing (guided inquiry)
80
Langkah-langkah Pembelajaran No. I
Langkah-langkah
Kegiatan Siswa
Jenis Keterampilan Generik
KEGIATAN AWAL (10 menit) Apersepsi
Motivasi
II
Kegiatan Guru
Guru bertanya pada siswa ”Apa nama organisme yang berperan dalam proses pembuatan tempe dan oncom? ”
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
Untuk memotivasi siswa, guru bertanya, ”Bagaimana bentuk jamur? Apa yang membedakan jamur dengan organisme lainnya?”
KEGIATAN INTI a. Eksplorasi (40 menit)
Guru membagikan LKS yang berisi panduan praktikum pengamatan morfologi jamur. Setelah selesai, guru memberikan LKS berisi panduan pengamatan anatomi jamur. Selama praktikum berlangsung, guru memberikan bimbingan kepada siswa dan melakukan penilaian terhadap kinerja siswa.
Siswa melakukan pengamatan serta identifikasi mengenai karakteristik morfologi jamur Zygomycota dan Ascomycota. Kemudian, dengan perintah dari guru siswa melakukan pengamatan pada anatomi jamur dengan menggunakan mikroskop.
1. Pengamatan langsung 2. Kesadaran tentang skala
81
b. Elaborasi (15 menit)
c. Konfirmasi (15 menit)
III
KEGIATAN PENUTUP (10 menit)
Guru menentukan salah satu kelompok yang akan mempresentasikan hasil praktikumnya.
Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan (reinforcement) konsep mengenai karakteristik divisi Zygomycota dan Ascomycota serta pengelompokkan jamur menjadi 4 divisi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian secara bergiliran guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari.
Salah satu kelompok yang terpilih, mempresentasikan karakteristik Ascomycota dan Zygomycota berdasarkan hasil praktikum. Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru.
Siswa menanyakan hal yang belum dipahaminya. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
Siswa mencatat alat dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan praktikum berikutnya
Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya. Alat dan Sumber Belajar : 1. Buku Paket Biologi kelas X 2. LKS 3. Internet 4. Alat dan bahan praktikum Penilaian : sikap, laporan praktikum, dan tes tertulis(evaluasi) Pertanyaan Evaluasi : 1) Sebutkan 6 karakteristik umum jamur ! 2) Sebutkan tiga peranan divisi Ascomycota yang menguntungkan ! 3) Bagaimana bentuk tubuh buah dari divisi Ascomycota ?
82
4) Pada divisi Zygomycota, dimanakah tempat terbentuknya spora ? 5) Pada divisi Ascomycota, dimanakah tempat terbentuknya konidiospora ? 6) Apa nama spora seksual dan aseksual dari : a. Divisi Zygomycota b. Divisi Ascomycota
Jawaban : 1) a. b. c. d. e. f.
Bersifat eukariotik Bersifat heterotrof Dinding sel terbuat dari bahan kitin Multiseluler atau uniseluler Tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium) Terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat (asepta) / senositik g. Tidak memiliki akar dan daun sejati h. Hidup pada kondisi lingkungan yang lembab 2) a. Neurospora crassa berperan dalam pembuatan oncom b. Penicillium notatum berperan dalam pembuatan antibiotik penisilin c. Aspergillus wentii berperan dalam pembuatan kecap, tauco 3) seperti mangkuk / botol 4) kotak spora (sporangium) 5) ujung hifa khusus yang tumbuh tegak (konidiofor) 6) zygospora, askospora
83
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelompok Eksperimen I
Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
: IPA (Biologi) :X/1 :2 : 2 x 45 menit : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan
Indikator : 2.5.3 Mendeskripsikan karakteristik morfologi divisi Basidiomycota, misalnya struktur tubuh, cara hidup, dan peranan 2.5.4 Menjelaskan ciri-ciri dan peranan divisi Deuteromycota bagi kehidupan 2.5.5 Menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat : 1. Menggambarkan struktur tubuh Basidiomycota beserta bagian-bagiannya 2. Menjelaskan cara hidup dan peranan Basidiomycota berdasarkan fakta dan kajian literatur 3. Menjelaskan hal yang menyebabkan terbaginya jamur menjadi 4 divisi (Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota, Deuteroycota) 4. Menjelaskan alasan divisi Deuteromycota disebut fungi imperfecti 5. Menjelaskan cara hidup dan peranan Deuteromycota berdasarkan fakta yang ada dan kajian literatur 6. Menjelaskan bentuk simbiosis yang terjadi pada lumut kerak (lichen)
84
Materi Ajar
:
Karakteristik Divisi Basidiomycota meliputi
Struktur tubuh Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti gada. Pada umumnya jamur ini merupakan saproba yang penting. Ciri umum jamur ini adalah hifa bersepta
Reproduksi Fase aseksual Basidiomycota ditandai dengan pembentukan konidium, sedangkan fase seksualnya ditandai dengan membentuk basidiospora. Spora pada konidium maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai tumbuh membentuk hifa bersekat melintang yang berinti satu (monokariotik). Selanjutnya , hifa akan tumbuh membentuk miselium.
Peranan Beberapa contoh Basidiomycota yang penting adalah sebagai berikut. 1) Volvariella volvacea dan Agaricus bisporus, jamur yang dibudidayakan untuk dimasak sebagai bahan makanan. Jamur ini ditanam pada medium yang mengandung selulosa (misalnya jerami) dengan kelembapan tinggi. 2) Auricularia polytrica (jamur kuping), jamur ini enak dimakan, hidup pada batang tumbuhan yang telah mati. Beberapa contoh Basidiomycota yang merugikan adalah sebagai berikut. 1) Puccinia graminis, jamur ini hidup parasit pada rumput. 2) Ustilago maydis, jamur ini parasit pada tanaman jagung, menyerang sukam daun, tongkol, jumbai dan tangkai. 3) Ganoderma pseudoferreum, jamur ini penyebab busuk akar pada tanaman coklat, kopi, teh, karet dan tanaman perkebunan lain. 4) Ganoderma applanatum, jamur ini menyebabkan kerusakan pada kayu.
85
Karakteristik Divisi Deuteromycota meliputi Reproduksi
Peranan
Disebut juga Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif (seksual). Reproduksi jamur ini secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut konidiofor.
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik, sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Contoh : 1. Alternaria, penyebab busuk pada tanaman budidaya, tomat dan kentang. 2. Curvularia, parasit pada rerumputan. 3. Epidermophyton, penyebab penyakit kurap. 4. Fusarium, menyerang tanaman kubis, tomat, padi, pisang, dll. 5. Helminthosporium oryzae, merusak kecambah dan menyerang buah-buahan sehingga menimbulkan noda-noda pada daun inang dan buah yang terserang berwarna hitam.
Simbiosis Jamur dengan Organisme Lain meliputi Simbiosis antara jamur Ascomycota, Basidiomycota atau Zygomycota dengan akar tumbuhan membentuk hubungan yang disebut Mikoriza dibedakan menjadi Ektomikoriza
Endomikoriza
Simbiosis mutualisme antara jamur Ascomycota dan Basidiomycota dengan ganggang membentuk struktur yang disebut Lumut Kerak atau liken (Lichen)
86
Metode pembelajaran
: praktikum, tanyajawab dan diskusi
Model Pembelajaran
: inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Langkah-langkah pengajaran No. Langkah-langkah
I
II
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Jenis Keterampilan Generik
KEGIATAN AWAL (10 menit) Apersepsi
Pada pertemuan Siswa menjawab sebelumnya kalian telah pertanyaan yang belajar tentang jamur yang diberikan oleh guru ada pada divisi Zygomycota dan Ascomycota. Apa nama divisi jamur yang struktur tubuhnya bersifat makroskopis ?
Motivasi
Guru bertanya pada siswa, apa saja contoh jamur yang termasuk dalam divisi Basidiomycota ?
KEGIATAN INTI a. Eksplorasi (40 menit)
Guru memberikan LKS yang berisi panduan praktikum dan menjelaskannya. ”Anakanak, lakukanlah pengamatan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota dengan alat dan bahan yang telah kalian siapkan, gunakan LKS sebagai panduan dalam melakukan praktikum. Setelah selesai
Siswa mendengarkan penjelasan guru serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum.
Secara berkelompok, siswa mengamati morfologi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota
1. pengamatan langsung 2. pemodelan
87
b. Elaborasi (15 menit)
c. Konfirmasi (15 menit)
III
KEGIATAN PENUTUP (10 menit)
dikerjakan, LKS dikumpulkan kembali untuk diberikan penilaian.” Guru menentukan salah satu kelompok yang akan mendeskripsikan hasil praktikumnya.
Guru memberikan penguatan mengenai karakteristik jamur Basidiomycota dan Deuteromycota (struktur tubuh, cara hidup, dan peranan). Guru juga menjelaskan tentang bentuk-bentuk simbiosis jamur dengan organisme lain Guru me-review pembelajaran pada pertemuan sebelumnya mengenai karakteristik divisi Zygomycota dan Ascomycota. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian secara bergiliran, guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari.
Alat dan Sumber Belajar
Siswa menggambar hasil pengamatannya (membuat sketsa) Salah satu kelompok yang terpilih, mendeskripsikan karakteristik divisi Basidiomycota dan Deuteromycota. Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru.
Siswa menanyakan hal yang belum dipahaminya
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
: 1. Buku Paket Biologi kelas X 2. LKS
88
Penilaian
3. Internet 4. Alat dan bahan praktikum : sikap, laporan praktikum, dan tes tertulis(evaluasi)
Pertanyaan Evaluasi : 1) Apa nama spora seksual dan aseksual pada Basidiomycota ? 2) Sebutkan 3 bagian dari stuktur tubuh Basidiomycota ! 3) Sebutkan 2 peranan divisi Basidiomycota yang merugikan ! 4) Apakah hal yang menyebabkan terbaginya jamur menjadi divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota ? 5) Apakah peranan dari jamur dan ganggang pada simbiosis lumut kerak (liken) ! 6) Mengapa Deuteromycota disebut sebagai fungi imperfecti (jamur tidak sempurna) ? Jawaban : 1) basidiospora, konidiospora 2) tudung (cap), lamela/bilah (gills), dan misellium (jamak : misellia) 3) a. Ustilago maydis bersifat parasit pada tanaman jagung b. Puccinia graminis bersifat parasit pada rumput 4) reproduksi seksual dan bentuk tubuh buah 5) ganggang menyerap cahaya matahari untuk membuat makanan melalui proses fotosintesis, sedangkan jamur melalui hifa-hifanya berperan dalam menyerap air serta ion-ion mineral 6) karena Deuteromycota belum diketahui reproduksi seksualnya, jika suatu anggota jamur ini sudah diketahui cara reproduksi seksualnya, ia dimasukkan dalam divisi yang berbeda
89
LEMBAR KERJA SISWA Praktikum ke-1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. 2. 3. 4. 5.
: 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan
Kelompok : ................................... .................................. ................................... ................................... ................................... dst.
A. Pengamatan Morfologi ”Bagaimana Morfologi Jamur Zygomycota dan Ascomycota? ” Apa tujuan dari praktikum ini ? Mengamati dan mengetahui bentuk serta ciri-ciri morfologi jamur Zygomycota dan Ascomycota Alat dan bahan apa saja yang diperlukan ? Untuk melakukan pengamatan morfologi jamur diperlukan alat dan bahan berikut: Lup, tempe mentah, dan oncom.
90
Apa saja yang harus Anda lakukan ? 1. Amatilah struktur dari hifa jamur menggunakan lup 2. Gambarlah hasil pengamatan yang Anda lakukan 3. Lakukan identifikasi pada sifat hidup serta peranan yang dimiliki oleh jamurjamur tersebut
No.
Jamur ..................
Tabel. Pengamatan Morfologi Jamur Ciri-ciri Morfologi Struktur Tubuh
1 Divisi : .........................
Cara Hidup : ....................................
Peranan yang Menguntungkan : a. ................................. b. ................................
Peranan yang Merugikan : a. ............................................ b. ............................................ c. ............................................
Ket :
91
..................
Struktur Tubuh
Ket :
2 Divisi : ...........................
Cara Hidup : ......................................
Peranan yang Menguntungkan : a. ............................................... b. ............................................... c. ............................................... d. ..............................................
Peranan yang Merugikan : a. .......................................... b. .......................................... c. .......................................... d. ..........................................
92
B. Pengamatan Anatomi ”Bagaimana Bentuk dan Ciri-ciri Anatomi Jamur Zygomycota dan Ascomycota ?” Apa tujuan dari praktikum ini ? Mengamati dan mengetahui bentuk serta ciri-ciri anatomi jamur Zygomycotadan Ascomycota. Alat dan bahan apa saja yang diperlukan ? Jarum preparat atau pinset, kaca objek, kaca penutup, pipet, mikroskop, cairan laktofenol atau air, tempe mentah, dan oncom. Apa saja yang harus Anda lakukan ? Untuk mengamati anatomi jamur ikuti langkah-langkah berikut : 1. Teteskan air atau laktofenol pada kaca objek 2. Ambillah hifa jamur tempe atau roti yang berjamur dengan menggunakan jarum preparat atau pinset. Kemudian, letakkan hifa tersebut di atas kaca objek dan uraikan hifa yang mengumpul. Tutuplah dengan kaca penutup. 3. Amatilah dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali, kemudian 400 kali. 4. Gambarlah hasil pengamatan itu di buku kerja Anda dan berilah keterangan. Apa saja yang terlihat ? 5. Buatlah laporan hasil pengamatan Anda
Tabel. Pengamatan Anatomi Jamur No. 1.
Hasil Pengamatan
Keterangan
93
2
Pertanyaan 1. Bagaimana cara jamur memperoleh nutrisi (makanan) ? 2. Apakah struktur hifa Zygomycota sama dengan Ascomycota, dimanakah letak perbedaannya ? 3. Jika kita menginginkan pengamatan objek dengan perbesaran 400 kali, berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler ? Jawaban
:
Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, apa yang dapat anda simpulkan ? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ................................
94
LEMBAR KERJA SISWA Praktikum Ke-2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. 2. 3. 4. 5.
: 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan
Kelompok : ................................... .................................. ................................... ................................... ................................... dst.
A. Pengamatan Morfologi ”Bagaimana Morfologi Jamur Basidiomycota dan Deuteromycota ? ” Apa tujuan dari praktikum ini ? Mengamati dan mengetahui bentuk serta ciri-ciri morfologi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota Alat dan bahan apa saja yang diperlukan ? Untuk melakukan pengamatan morfologi jamur diperlukan alat dan bahan berikut:
95
Lup, jamur merang dan Culvularia sp. (jamur Deuteromycota yang parasit pada rumput-rumputan)
Apa saja yang harus Anda lakukan ? 1. Amatilah struktur tubuh jamur menggunakan lup 2. Gambarlah hasil pengamatan yang Anda lakukan 3. Lakukan identifikasi pada sifat hidup serta peranan yang dimiliki oleh jamur-jamur tersebut
No.
Jamur
1
..................
Tabel. Pengamatan Morfologi Jamur Ciri-ciri Morfologi Struktur Tubuh
Ket : 1. .....................
Divisi :
2. .....................
.........................
3.
Cara Hidup : ...........................................
Peranan yang Menguntungkan : a. ............................................ b. ............................................ c. ............................................ d. ............................................
96
Peranan yang Merugikan: a. ............................................ b. ............................................ c. ........................................... d. ...........................................
Pertanyaan 1. Sebutkan 6 karakteristik jamur (fungi) ! 2. Bagaimana cara membedakan antara tubuh buah pada Ascomycota dengan tubuh buah pada Basidiomycota ? 3. Berdasarkan ciri-ciri spora seksual dan struktur tubuh buahnya, jamur dibagi menjadi 3 divisi, apa saja divisi yang dimaksud ? Jawaban
:
Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, apa yang dapat anda simpulkan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................
97
98
99
100
101
102
103
Lampiran 6
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Reliabilitas Tes No. Soal
: 0.84
Tingkat Kesukaran Indeks Kategori
Daya Beda Indeks Kategori
Validitas Indeks Kategori
Ket.
1
0.64
Sedang
0.54
Baik
0.63
Valid
Digunakan
2
0.31
Sedang
0.47
Baik
0.53
Valid
Digunakan
3
0.53
Sedang
0.46
Baik
0.59
Valid
Digunakan
4
0.47
Sedang
0.44
Baik
0.49
Valid
Digunakan
5
0.25
Sukar
0.22
Cukup
0.34
Tidak Valid
Tidak digunakan
6
0.05
Sukar
0.06
Jelek
0.16
Tidak Valid
Tidak digunakan
7
0.77
Mudah
0.21
Cukup
0.47
Tidak Valid
Tidak digunakan
8
0.28
Sedang
0.56
Baik
0.58
Valid
Digunakan
9
0.10
Sukar
0.21
Cukup
0.39
Tidak Valid
Tidak digunakan
10
0.44
Sedang
0.90
Baik Sekali
0.83
Valid
Digunakan
11
0.35
Sedang
0.70
Baik
0.75
Valid
Digunakan
12
0.47
Sedang
0.78
Baik Sekali
0.67
Valid
Digunakan
13
0.04
Sukar
0.08
Jelek
0.38
Tidak Valid
Tidak digunakan
104
Lampiran 7 Lembar Instrumen Keterampilan Generik Sains Siswa Pada Konsep Jamur (Fungi) Petunjuk Pengisian Soal 1. 2. 3. 4. 5. 1.
Berdo’alah sebelum dan setelah mengerjakan soal Kerjakan setiap nomor dan pastikan tidak ada soal yang terlewatkan Jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan pemahaman Anda sendiri Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan Atas bantuan dan perhatiannya, saya mengucapkan terimakasih Waktu Mengerjakan : 20 menit
1. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data sebagai berikut. No.
Ciri-ciri
1 2 3 4 5
Hifa bersekat Hifa tidak bersekat Spora dibentuk di dalam askus Spora dibentuk di dalam basidium Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora)
Jenis Jamur A B + + + +
Berdasarkan tabel tersebut, Jamur A termasuk ke dalam divisi ........ Jamur B termasuk ke dalam divisi ........ Jamur C termasuk ke dalam divisi ........ Untuk soal no.2 lengkapi jawabanmu dengan perhitungan matematisnya ! 2. Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan jamur dengan menggunakan mikroskop. Gambar berikut adalah bagian dari mikroskop tersebut. Tentukan perbesaran dari mikroskop sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini. Perbesaran No. Gambar A Gambar B Mikroskop 1 .......................
5X
10 X
C + + -
105
2 ......................
10 X
40 X
3. Berikut ini adalah struktur mikroskopis dari jamur, berilah keterangan pada gambar secara berurutan !
4. Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti payung. Struktur tubuh Basidiomycota memiliki bagian-bagian yang meliputi tudung (cap), lamela/bilah (gills) dan miselium (jamak : miselia). Berdasarkan pernyataan tersebut, gambarkan struktur tubuh jamur Basidiomycota beserta bagianbagiannya ! 5. Perhatikan tabel berikut. No.
Divisi
Ciri-ciri
1
Ascomycota
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan membentuk askospora, sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan dengan membentuk konidiospora, tubuh buah berbentuk mangkuk / botol
2
Basidiomycota
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan membentuk basidiospora, sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan dengan membentuk
106
konidiospora, tubuh buah berbentuk payung 3
Zygomycota
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan membentuk zigospora, sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan dengan membentuk sporangiospora (spora) saja, tidak memiliki tubuh buah
4
Deuteromycota Reproduksi secara seksualnya belum diketahui, sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan dengan membentuk konidiospora
Berdasarkan tabel tersebut, jelaskan 2 hal paling mendasar yang menyebabkan terbaginya jamur menjadi 4 divisi di atas !
107
Lampiran 8
No. 1
Rubrik Penilaian Instrumen Keterampilan Generik Sains Jawaban
Skor
Jamur A, B, dan C secara berurutan adalah : Ascomycota, Zygomycota, dan Basidiomycota
2
Dapat menjawab 3 point dengan benar
3
Hanya dapat menjawab 2 point yang benar
2
Hanya dapat menjawab 1 point yang benar
1
Jawaban salah / tidak dijawab
0
a. Perbesaran mikroskop = 5X10 = 50 kali b. Perbesaran mikrosop = 10X40 = 400 kali 2 point benar, dengan perhitungan matematik
4
2 point benar, 1 point dengan perhitungan matematik dan point
3
yang lain tanpa perhitungan matematik
3
2 point benar, tanpa perhitungan matematik
2
Hanya 1 point yang benar, tanpa perhitungan matematik
1
Jawaban salah / tidak dijawab
0
a. Sporangium (kotak spora) b. Sporangiofor c. Rizoid (akar) d. Stolon
Dapat menjawab 4 point diatas dengan benar
4
Hanya dapat menjawab 3 point yang benar
3
Hanya dapat menjawab 2 point yang benar
2
Hanya dapat menjawab 1 point yang benar
1
Jawaban salah / tidak dijawab
0
108
4
5
Gambar dibuat, 3 keterangan pada gambar terjawab dengan benar
4
Gambar dibuat, 2 keterangan pada gambar terjawab dengan benar
3
Gambar dibuat, 1 keterangan pada gambar terjawab dengan benar
2
Hanya gambar saja
1
Jawaban salah / tidak dijawab
0
a. Ciri spora seksual dan aseksual b. Struktur tubuh buah
Dapat menjawab 2 point diatas dengan benar
3
Hanya 1 point yang terjawab dengan benar
2
Reproduksi dan tubuh buah
1
Jawaban salah / tidak dijawab
0
109
110
111
112
113
114
115
Lampiran 10 Data Pretes Kelas Eksperimen I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 3 3 2 1 1 3 3 1 1 3 3 3 2 3 3 -
2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 4 2 2
Butir No. 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 Jumlah Rata-rata
4 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 -
5 2 2 2 1 1 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 3 1 1
Skor
Nilai
5 8 5 8 6 2 2 6 2 2 2 11 3 2 9 2 4 2 5 8 4 3 8 9 2 7 2 9 10 9 3 6 5 5 13 2 9 5 2 3 4 5 5
28 44 28 44 33 11 11 33 11 11 11 61 17 11 50 11 22 11 28 44 22 17 44 50 11 39 11 50 56 50 17 33 28 28 72 11 50 28 11 17 22 28 28 1244 27.7
116
Lampiran 11 Data Posttes Kelas Eksperimen I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 1 1 3
2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 4 2 2 2 2 4 2 2 4 4 2 4 2 2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 4
Butir No. 3 2 4 1 3 3 1 3 1 1 4 3 3 2 4 2 1 3 4 3 3 3 1 3 3 4 3 2 3 4 4 2 4 2 3 2 3 2 Jumlah Rata-rata
4 3 4 3 2 2 4 1 1 1 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3
5 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1
Skor
Nilai
12 17 11 11 8 11 12 12 9 11 11 17 8 15 15 10 13 9 10 9 15 13 13 16 15 10 13 11 13 15 14 15 9 17 15 18 12 14 9 8 13 8 10 11 13
67 94 61 61 44 61 67 67 50 61 61 94 44 83 83 56 72 50 56 50 83 72 72 89 83 56 72 61 72 83 78 83 50 94 83 100 67 78 50 44 72 44 56 61 72 3061 68
117
Lampiran 12 Data Pretes Kelas Eksperimen II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 1 3 3 1 3 1 3 3 1 1 3 3 3
2 4 4 2 2 4 2 2 4 4 2 4 2 4 2 2 2 2 4 2 2
Butir No. 3 1 4 3 1 4 1 1 4 4 1 2 1 3 1 1 1 3 3 1 3 4 1 3 Jumlah Rata-rata
4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 2 1 2 3 2 2 3 1 1 1 1 3 2 1 -
5 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2
Skor
Nilai
11 5 6 9 1 1 12 3 3 10 7 5 3 10 14 14 3 6 7 9 6 5 1 8 4 2 7 6 1 12 10 5 7 6 1 5 10 4 12 5 6 4 10
61 28 33 50 6 6 67 17 17 56 39 28 17 56 78 78 17 33 39 50 33 28 6 44 22 11 39 33 6 67 56 28 39 33 6 28 56 22 67 28 33 22 56 1533.33 34.07
118
Lampiran 13 Data Posttes Kelas Eksperimen II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 3 1 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3
2 4 2 4 2 2 2 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 4 2 4 2 4
Butir No. 3 1 4 4 1 4 1 4 1 1 2 2 4 4 4 2 3 4 4 2 1 4 4 4 1 4 4 1 4 2 4 Jumlah Rata-rata
4 3 4 1 3 3 3 3 1 4 3 4 2 4 4 4 3 2 3 1 3 2 4 2 1 2 2 4 1 4 1 1 1 3 1 4 4 1 3 3
5 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2
Skor
Nilai
10 7 12 16 6 4 6 14 7 13 12 10 13 11 13 17 17 13 13 9 13 13 5 3 10 16 8 3 10 8 5 12 12 1 11 14 6 7 15 4 13 8 12 9 16
56 39 67 89 33 22 33 78 39 72 67 56 72 61 72 94 94 72 72 50 72 72 28 17 56 89 44 17 56 44 28 67 67 6 61 78 33 39 83 22 72 44 67 50 89 2538.9 56.42
119
Lampiran 14 Perhitungan Skor Ketercapaian Indikator KGS Kelompok Eksperimen I Aspek KGS
Pretes Jmlh Skor Item Persentase KGS 60 8.33
Pengamatan Pengetahuan Skala Pemodelan Rata-rata
Posttes Jmlh Skor Item Presentase KGS 218 30.28
98
54.44
124
68.89
66
20.95 27.91
209
66.35 55.17
Kelompok Eksperimen II Aspek KGS
Pretes Jmlh Skor Item Persentase KGS 132 18.33
Pengamatan Pengetahuan Skala Pemodelan Rata-rata
Persentase KGS =
Posttes Jmlh Skor Item Persentase KGS 188 26.11
56
31.11
112
62.22
88
27.94 25.79
157
49.84 46.06
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝐾𝐺𝑆
× 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝐾𝐺𝑆 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
120
Lampiran 15
Rekapitulasi Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Pretes 28 44 28 44 33 11 11 33 11 11 11 61 17 11 50 11 22 11 0 28 44 22 17 44 50 11 39 11 50 56 50 17 33 28 28 72 11 50 28 11 17 22 0 28 28 Jumlah Rata-rata
Posttes 67 94 61 61 44 61 67 67 50 61 61 94 44 83 83 56 72 50 56 50 83 72 72 89 83 56 72 61 72 83 78 83 50 94 83 100 67 78 50 44 72 44 56 61 72
N-Gain 0.54 0.89 0.46 0.30 0.16 0.56 0.63 0.51 0.44 0.56 0.56 0.85 0.33 0.81 0.66 0.51 0.64 0.44 0.56 0.31 0.70 0.64 0.66 0.80 0.66 0.51 0.54 0.56 0.44 0.61 0.56 0.80 0.25 0.92 0.76 1.00 0.63 0.56 0.31 0.37 0.66 0.28 0.56 0.46 0.61 25.57 0.57
121
Rekapitulasi Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Pretes 61 28 33 50 0 6 6 67 17 17 56 39 28 17 56 78 78 17 33 39 50 33 28 0 6 44 22 11 39 33 6 67 56 28 39 33 6 28 56 22 67 28 33 22 56 Jumlah Rata-rata
Posttes 56 39 67 89 33 22 33 78 39 72 67 56 72 61 72 94 94 72 72 50 72 72 28 17 56 89 44 17 56 44 28 67 67 6 61 78 33 39 83 22 72 44 67 50 89
N-Gain -0.13 0.15 0.51 0.78 0.33 0.17 0.29 0.33 0.27 0.66 0.25 0.28 0.61 0.53 0.36 0.73 0.73 0.66 0.58 0.18 0.44 0.58 0.00 0.17 0.53 0.80 0.28 0.07 0.28 0.16 0.23 0.00 0.25 -0.31 0.36 0.67 0.29 0.15 0.61 0.00 0.15 0.22 0.51 0.36 0.75 15.85 0.35
122
Perhitungan N-Gain N-gain =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
a. Kelas Ekperimen I Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 1) Mean N-Gain sebesar 0.57 yang tergolong kategori sedang. Mean =
𝐹𝑋 𝐹
=
25.57 45
= 0.57
2) Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 9 orang. 9
Persentase = 45 × 100% = 20 % 3) Siswa yang termasuk kategori sedang terdapat 33 orang 33
Persentase = 45 × 100% = 73.33 % 4) Siswa yang termasuk kategori rendah terdapat 3 orang 3
Persentase = 45 × 100% = 6.67 % b. Kelas Eksperimen II Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 1) Mean N-Gain sebesar 0.35 yang tergolong kategori sedang. Mean =
𝐹𝑋 𝐹
=
15.85 45
= 0.35
2) Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 5 orang. 5
Persentase = 45 × 100% = 11.11 % 3) Siswa yang termasuk kategori sedang terdapat 17 orang 17
Persentase = 45 × 100% = 37.78 % 4) Siswa yang termasuk kategori rendah terdapat 23 orang 23
Persentase = 45 × 100% = 51.11 %
123
Lampiran 16 Perhitungan Mean, Median, dan Modus a. Perhitungan mean dengan menggunakan rumus1 : fx Mx = N Keterangan : Mx : Mean ∑ fx : Jumlah dari hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah N : Number of cases b. Perhitungan median dengan menggunakan rumus2 : Median (Mdn)= ℓ +
1 N−fk b 2
fi
×i
Keterangan : ℓ : Batas bawah nyata (lower limit) dari interval yang mengandung median fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak dibawah interval yang mengandung median fi : Frekuensi dari interval yang mengandung median i : Interval kelas N : Number of cases c. Perhitungan modus dengan menggunakan rumus3 : fa Modus (M0) = ℓ + f +f ×i a
b
Keterangan : ℓ : Batas bawah nyata (lower limit) dari interval yang mengandung modus fa : Frekuensi yang terletak diatas interval yang mengandung modus fb : Frekuensi yang terletak dibawah interval yang mengandung modus i : Intervalkelas d. Perhitungan standar deviasi (simpangan baku) dengan menggunakan rumus4 : Standar Deviasi (SD)=
x−x 2 n−1
Keterangan SD : Standar Deviasi ∑(x − x)2 : Jumlah dari hasil pengkuadratan selisih butir benar setiap responden dengan rata-rata n : Jumlah responden 1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.85 2 Ibid, h. 101 3 Ibid, h. 106 4 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : PT. Tarsito, 2005), h.93
124
PERHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS, DAN STANDAR DEVIASI DATA PRETES KELAS EKPERIMEN I fx
a. Mean / rata-rata (Mx) = b. Median (Mdn) = ℓ +
=
N
1 N−fk b 2
= 21.5 +
45
= 27.7
×i
fi 45 2
1244
−14
× 11
11
= 21.5 +
22.5−14
= 21.5 +
8.5
11
× 11
× 11
11
= 21.5 + 8.5 = 30 c. Modus (M0)
=ℓ+
fa
×i
f a +f b
= 10.5 +
5 5+11
× 11
5 × 11 16 = 10.5 + 0.31 × 11 = 10.5 + 3.43 = 13.93 = 10.5 +
=
d. Standar Deviasi (SD)
= =
x−x 2 𝑛−1 13116 .69 45−1
13116.69 44
= 298.10
= 17.26 2
e. Varians (S )
2
= SD = (17.26)2 = 298.10
125
PERHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS, DAN STANDAR DEVIASI DATA POSTTES KELAS EKSPERIMEN I fx
a. Mean / rata-rata (Mx) =
b. Median (Mdn) = ℓ +
=
N
1 N−fk b 2 45 2
45
−21 4
×9
22.5−21
= 61.5 +
4
×9
1.5 ×9 4 = 61.5 + 0.38 × 9 = 61.5 + 3.38 = 64.88 = 61.5 +
c. Modus (M0)
=ℓ+
fa
×i
f a +f b
= 52.5 +
9 9+4
×9
9 ×9 13 = 52.5 + 0.69 × 9 = 52.5 + 6.23 = 58.73 = 52.5 +
d. Standar Deviasi (SD)
= = =
x−x 2 𝑛−1 10318 .27 45−1
10318.27 44
= 234.51
= 15.31 e. Varians (S2)
= SD2 = (15.31)2 = 234.51
= 68
×i
fi
= 61.5 +
3060
126
PERHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS, DAN STANDAR DEVIASI DATA PRETES KELAS EKSPERIMEN II a. Mean / rata-rata (Mx) =
b. Median (Mdn)
=ℓ+
fx
=
N
1520 45
1 N−fk b 2
×i
fi 45 2
= 23.5 + = 23.5 + = 23.5 +
= 33.8
−18 12
× 12
22.5−18 12 4.5
× 12
× 12
12
= 23.5 + 4.5 = 28 c. Modus (M0)
=ℓ+
fa
×i
f a +f b
= 23.5 + = 23.5 +
7 7+5 7 12
× 12 × 12
= 23.5 + 7 = 30.5
d. Standar Deviasi (SD)
=
x−x 2 𝑛−1
=
19543.21
=
19543.21
45−1
44
= 444.16 = 21.07 e. Varians (S2)
= SD2 = (21.07)2 = 444.16
127
PERHITUNGAN MEAN, MEDIAN, MODUS, DAN STANDAR DEVIASI DATA POSTTES KELAS EKSPERIMEN II a. Mean / rata-rata (Mx) =
b. Median (Mdn) = ℓ +
fx
2536
=
N
1 N−fk b 2
×i
fi
= 56.5 + = 56.5 +
45 2
= 56.35
45
−16 7
× 13
22.5−16 7
× 13
6.5 × 13 7 = 56.5 + 0.93 × 13 = 56.5 + (12.07) = 68.57 = 56.5 +
c. Modus (M0)
=ℓ+
fa
×i
f a +f b
= 69.5 +
7 7+6
× 13
7 × 13 13 = 69.5 + 7 = 76.5 = 69.5 +
d. Standar Deviasi (SD)
= = =
x−x 2 𝑛−1 23021.95 45−1
23021.95 44
= 523.23 = 22.87 e. Varians (S2)
= SD2 = (22.87)2 = 523.23
128
Lampiran 17
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETES KELAS EKSPERIMEN I 1. Banyak data (n) = 45 2. Distribusi frekuensi 0
0
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
17
17
17
17
22
22
22
28
28
28
28
28
28
28
28
33
33
33
39
44
44
44
44
50
50
50
50
50
56
61
72
3. Rentang data (r)
= data terbesar – data terkecil = 72 - 0 = 72
4. Banyak kelas interval (k)
= 1+ 3.3 Log n = 1 + 3.3 log 45 = 1 + 3.3 x 1.65 = 1 + 5.45 = 6.45
5. Panjang kelas interval (i)
= =
R k 72 7
= 10.28
129
Tabel Distribusi Frekuensi Interval Kelas
f
0-10
5
5
25
11-21
15
16
22-32
11
33-43
x
fx
x2
Batas Nyata fkb
fka
Frekuensi relatif
Bawah
Atas
25
0
10.5
45
5
11.1
240
256
10.5
21.5
40
20
33.3
27
297
729
21.5
32.5
25
31
24.4
8
38
304
1444
32.5
43.5
14
39
17.8
44-54
1
49
49
2401
43.5
54.5
6
40
2.2
55-65
4
60
240
3600
54.5
65.5
5
44
8.9
66-76
1
71
71
5041
65.5
76.5
1
45
2.2
Ʃ
45
Keterangan f x fx x2 fkb fka
1226
:
: Frekuensi yang mengandung median : Titik tengah : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah : Hasil dari pengkuadratan titik tengah : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
130
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETES KELAS EKSPERIMEN II 1. Banyak data (n) = 45 2. Distribusi frekuensi 0
0
6
6
6
6
6
11
17
17
17
17
22
22
22
28
28
28
28
28
28
33
33
33
33
33
33
39
39
39
39
44
50
50
56
56
56
56
56
61
67
67
67
78
78
3. Rentang data (r)
= data terbesar – data terkecil = 78 – 0 = 78
4. Banyak kelas interval (k)
= 1+ 3.3 Log n = 1 + 3.3 log 45 = 1 + 3.3 x 1.65 = 1 + 5.45 = 6.45
5. Panjang kelas interval (i)
= =
R k 78 7
= 11.14
131
Tabel Distribusi Frekuensi Interval kelas
f
0-11
8
5.5
44.0
12-23
7
17.5
24-35
12
36-47
x
fx
x2
Batas Nyata fkb
fka
Frekuensi relatif
Bawah
Atas
30.25
0
11.5
45
8
17.8
122.5
306.25
11.5
23.5
37
15
15.6
29.5
354.0
870.25
23.5
35.5
30
27
26.7
5
41.5
207.5
1722.25
35.5
47.5
18
32
11.1
48-59
7
53.5
374.5
2862.25
47.5
59.5
13
39
15.6
60-71
4
65.5
262.0
4290.25
59.5
71.5
6
43
8.9
72-83
2
77.5
155.0
6006.25
71.5
83.5
2
45
4.4
Ʃ
45
Keterangan f x fx x2 fkb fka
1520
:
: Frekuensi yang mengandung median : Titik tengah : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah : Hasil dari pengkuadratan titik tengah : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
132
Lampiran 18
DISTRIBUSI FREKUENSI POSTTES KELAS EKSPERIMEN I 1. Banyak data (n) = 45 2. Distribusi frekuensi 44
44
44
44
50
50
50
50
50
56
56
56
56
61
61
61
61
61
61
61
67
67
67
67
72
72
72
72
72
72
72
78
78
83
83
83
83
83
83
83
89
94
94
94
100
3. Rentang data (r)
= data terbesar – data terkecil = 100 – 44 = 56
4. Banyak kelas interval (k)
= 1+ 3.3 Log n = 1 + 3.3 log 45 = 1 + 3.3 x 1.65 = 1 + 5.45 = 6.45
5. Panjang kelas interval (i)
= =
R k 56 7
=8
133
Tabel Distribusi Frekuensi Interval kelas
f
44-52
9
48
432
53-61
11
57
62-70
4
71-79
x
fx
x2
Batas Nyata fkb
fka
Frekuensi relatif
Bawah
Atas
2304
43.5
52.5
45
9
20.0
627
3249
52.5
61.5
36
20
24.4
66
264
4356
61.5
70.5
25
24
8.9
9
75
675
5625
70.5
79.5
21
33
20.0
80-88
7
84
588
7056
79.5
88.5
12
40
15.6
89-97
4
93
372
8649
88.5
97.5
5
44
8.9
98-106
1
102
102
10404
97.5
106.5
1
45
2.2
45
Keterangan f x fx x2 fkb fka
3060
:
: Frekuensi yang mengandung median : Titik tengah : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah : Hasil dari pengkuadratan titik tengah : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
134
DISTRIBUSI FREKUENSI POSTTES KELAS EKSPERIMEN II 1. Banyak data (n) = 45 2. Distribusi frekuensi 6
17
17
22
22
28
28
33
33
33
39
39
39
44
44
44
50
50
56
56
56
56
61
61
67
67
67
67
67
72
72
72
72
72
72
72
72
78
78
83
89
89
89
94
94
3. Rentang data (r)
= data terbesar – data terkecil = 94 – 6 = 88
4. Banyak kelas interval (k)
= 1+ 3.3 Log n = 1 + 3.3 log 45 = 1 + 3.3 x 1.65 = 1 + 5.45 = 6.45
5. Panjang kelas interval (i)
= =
R k 88 7
= 12.57
135
Tabel Distribusi Frekuensi Interval kelas
f
5-17
3
11
33
18-30
4
24
31-43
6
44-56
x
Fx
x2
Batas Nyata fkb
fka
Frekuensi relatif
Bawah
Atas
121
4.5
17.5
45
3
6.7
96
576
17.5
30.5
42
7
8.9
37
222
1369
30.5
43.5
38
13
13.3
9
50
450
2500
43.5
56.5
32
22
20.0
57-69
7
63
441
3969
56.5
69.5
23
29
15.6
70-82
10
76
760
5776
69.5
82.5
16
39
22.2
83-95
6
89
534
7921
82.5
95.5
6
45
13.3
Ʃ
45
Keterangan
:
f x fx x2 fkb fka
2536
: Frekuensi yang mengandung median : Titik tengah : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik tengah : Hasil dari pengkuadratan titik tengah : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
136
UJI NORMALITAS DATA PRETES KELAS EKSPERIMEN I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Xi 0 0 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 17 17 17 17 22 22 22 28 28 28 28 28 28 28 28 33 33 33 39 44 44 44 44 50 50 50 50 50 56 61 72
Xi-𝐗 -27.6 -27.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -16.6 -10.6 -10.6 -10.6 -10.6 -5.6 -5.6 -5.6 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 5.4 5.4 5.4 11.4 16.4 16.4 16.4 16.4 22.4 22.4 22.4 22.4 22.4 28.4 33.4 44.4
Zi -1.60 -1.60 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.96 -0.62 -0.62 -0.62 -0.62 -0.33 -0.33 -0.33 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.31 0.31 0.31 0.66 0.95 0.95 0.95 0.95 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.64 1.93 2.57
Luas Zi 0.4452 0.4452 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.3019 0.2309 0.2309 0.2309 0.2309 0.1293 0.1293 0.1293 0.0140 0.0140 0.0140 0.0140 0.0140 0.0140 0.0140 0.0140 0.1217 0.1217 0.1217 0.2454 0.3289 0.3289 0.3289 0.3289 0.4032 0.4032 0.4032 0.4032 0.4032 0.4495 0.4732 0.4949
F(Zi) 0.05 0.05 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.27 0.27 0.27 0.27 0.37 0.37 0.37 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.62 0.62 0.62 0.75 0.83 0.83 0.83 0.83 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 0.95 0.97 0.99
S(Zi) 0.02 0.04 0.07 0.09 0.11 0.13 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 0.27 0.29 0.31 0.33 0.36 0.38 0.40 0.42 0.44 0.47 0.49 0.51 0.53 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.67 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 0.87 0.89 0.91 0.93 0.96 0.98 1.00
|F(Zi)-S(Zi)| 0.033 0.010 0.131 0.109 0.087 0.065 0.043 0.020 0.002 0.024 0.046 0.069 0.091 0.113 0.064 0.086 0.109 0.131 0.052 0.074 0.096 0.025 0.003 0.019 0.042 0.064 0.086 0.108 0.130 0.045 0.067 0.089 0.012 0.073 0.051 0.029 0.007 0.059 0.037 0.014 0.008 0.030 0.006 0.005 0.005
137
UJI NORMALITAS DATA PRETES KELAS EKSPERIMEN II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Xi 0 0 6 6 6 6 6 11 17 17 17 17 22 22 22 28 28 28 28 28 28 33 33 33 33 33 33 39 39 39 39 44 50 50 56 56 56 56 56 61 67 67 67 78 78
Xi-𝐗 -34.1 -34.1 -28.1 -28.1 -28.1 -28.1 -28.1 -23.1 -17.1 -17.1 -17.1 -17.1 -12.1 -12.1 -12.1 -6.1 -6.1 -6.1 -6.1 -6.1 -6.1 -1.1 -1.1 -1.1 -1.1 -1.1 -1.1 4.9 4.9 4.9 4.9 9.9 15.9 15.9 21.9 21.9 21.9 21.9 21.9 26.9 32.9 32.9 32.9 43.9 43.9
Zi -1.62 -1.62 -1.33 -1.33 -1.33 -1.33 -1.33 -1.10 -0.81 -0.81 -0.81 -0.81 -0.57 -0.57 -0.57 -0.29 -0.29 -0.29 -0.29 -0.29 -0.29 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 0.23 0.23 0.23 0.23 0.47 0.75 0.75 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.28 1.56 1.56 1.56 2.08 2.08
Luas Zi 0.4474 0.4474 0.4082 0.4082 0.4082 0.4082 0.4082 0.3643 0.2910 0.2910 0.2910 0.2910 0.2157 0.2157 0.2157 0.1171 0.1171 0.1171 0.1171 0.1171 0.1171 0.0199 0.0199 0.0199 0.0199 0.0199 0.0199 0.0910 0.0910 0.0910 0.0910 0.1808 0.2734 0.2734 0.3508 0.3508 0.3508 0.3508 0.3508 0.3997 0.4406 0.4406 0.4406 0.4812 0.4812
F(Zi) 0.05 0.05 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.14 0.21 0.21 0.21 0.21 0.28 0.28 0.28 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.59 0.59 0.59 0.59 0.68 0.77 0.77 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.90 0.94 0.94 0.94 0.98 0.98
S(Zi) 0.02 0.04 0.07 0.09 0.11 0.13 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 0.27 0.29 0.31 0.33 0.36 0.38 0.40 0.42 0.44 0.47 0.49 0.51 0.53 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.67 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 0.87 0.89 0.91 0.93 0.96 0.98 1.00
|F(Zi)-S(Zi)| 0.030 0.008 0.025 0.003 0.019 0.042 0.064 0.042 0.009 0.013 0.035 0.058 0.005 0.027 0.049 0.027 0.005 0.017 0.039 0.062 0.084 0.009 0.031 0.053 0.075 0.098 0.120 0.031 0.053 0.076 0.098 0.030 0.040 0.018 0.073 0.051 0.029 0.006 0.016 0.011 0.029 0.007 0.015 0.003 0.019
138
UJI NORMALITAS DATA POSTTES KELAS EKSPERIMEN I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Xi 44 44 44 44 50 50 50 50 50 56 56 56 56 61 61 61 61 61 61 61 67 67 67 67 72 72 72 72 72 72 72 78 78 83 83 83 83 83 83 83 89 94 94 94 100
Xi-𝐗 -24 -24 -24 -24 -18 -18 -18 -18 -18 -12 -12 -12 -12 -7 -7 -7 -7 -7 -7 -7 -1 -1 -1 -1 4 4 4 4 4 4 4 10 10 15 15 15 15 15 15 15 21 26 26 26 32
Zi -1.57 -1.57 -1.57 -1.57 -1.18 -1.18 -1.18 -1.18 -1.18 -0.79 -0.79 -0.79 -0.79 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46 -0.46 -0.07 -0.07 -0.07 -0.07 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.65 0.65 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 1.37 1.70 1.70 1.70 2.09
Luas Zi 0.4418 0.4418 0.4418 0.4418 0.3810 0.3810 0.3810 0.3810 0.3810 0.2852 0.2852 0.2852 0.2852 0.1772 0.1772 0.1772 0.1772 0.1772 0.1772 0.1772 0.0279 0.0279 0.0279 0.0279 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.2422 0.2422 0.3365 0.3365 0.3365 0.3365 0.3365 0.3365 0.3365 0.4147 0.4554 0.4554 0.4554 0.4817
F(Zi) 0.06 0.06 0.06 0.06 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.21 0.21 0.21 0.21 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.47 0.47 0.47 0.47 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.74 0.74 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84 0.91 0.96 0.96 0.96 0.98
S(Zi) 0.02 0.04 0.07 0.09 0.11 0.13 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 0.27 0.29 0.31 0.33 0.36 0.38 0.40 0.42 0.44 0.47 0.49 0.51 0.53 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.67 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 0.87 0.89 0.91 0.93 0.96 0.98 1.00
|F(Zi)-S(Zi)| 0.036 0.014 0.008 0.031 0.008 0.014 0.037 0.059 0.081 0.007 0.030 0.052 0.074 0.012 0.011 0.033 0.055 0.077 0.099 0.122 0.005 0.017 0.039 0.061 0.047 0.025 0.003 0.020 0.042 0.064 0.086 0.031 0.009 0.081 0.059 0.037 0.014 0.008 0.030 0.052 0.004 0.022 0.000 0.022 0.018
139
UJI NORMALITAS DATA POSTTES KELAS EKSPERIMEN II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Xi 6 17 17 22 22 28 28 33 33 33 39 39 39 44 44 44 50 50 56 56 56 56 61 61 67 67 67 67 67 72 72 72 72 72 72 72 72 78 78 83 89 89 89 94 94
Xi-𝐗 -50.4 -39.4 -39.4 -34.4 -34.4 -28.4 -28.4 -23.4 -23.4 -23.4 -17.4 -17.4 -17.4 -12.4 -12.4 -12.4 -6.4 -6.4 -0.4 -0.4 -0.4 -0.4 4.6 4.6 10.6 10.6 10.6 10.6 10.6 15.6 15.6 15.6 15.6 15.6 15.6 15.6 15.6 21.6 21.6 26.6 32.6 32.6 32.6 37.6 37.6
Zi -2.20 -1.72 -1.72 -1.50 -1.50 -1.24 -1.24 -1.02 -1.02 -1.02 -0.76 -0.76 -0.76 -0.54 -0.54 -0.54 -0.28 -0.28 -0.02 -0.02 -0.02 -0.02 0.20 0.20 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.94 0.94 1.16 1.42 1.42 1.42 1.64 1.64
Luas Zi 0.4861 0.4573 0.4573 0.4332 0.4332 0.3925 0.3925 0.3461 0.3461 0.3461 0.2764 0.2764 0.2764 0.2054 0.2054 0.2054 0.1103 0.1103 0.0080 0.0080 0.0080 0.0080 0.0793 0.0793 0.1772 0.1772 0.1772 0.1772 0.1772 0.2517 0.2517 0.2517 0.2517 0.2517 0.2517 0.2517 0.2517 0.3264 0.3264 0.3770 0.4222 0.4222 0.4222 0.4495 0.4495
F(Zi) 0.01 0.04 0.04 0.07 0.07 0.11 0.11 0.15 0.15 0.15 0.22 0.22 0.22 0.29 0.29 0.29 0.39 0.39 0.49 0.49 0.49 0.49 0.58 0.58 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.83 0.83 0.88 0.92 0.92 0.92 0.95 0.95
S(Zi) 0.02 0.04 0.07 0.09 0.11 0.13 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 0.27 0.29 0.31 0.33 0.36 0.38 0.40 0.42 0.44 0.47 0.49 0.51 0.53 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.67 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 0.87 0.89 0.91 0.93 0.96 0.98 1.00
|F(Zi)-S(Zi)| 0.008 0.002 0.024 0.022 0.044 0.026 0.048 0.024 0.046 0.068 0.021 0.043 0.065 0.017 0.039 0.061 0.012 0.010 0.070 0.048 0.025 0.003 0.068 0.046 0.122 0.099 0.077 0.055 0.033 0.085 0.063 0.041 0.018 0.004 0.026 0.048 0.071 0.018 0.040 0.012 0.011 0.011 0.033 0.028 0.051
140
Lampiran 23 UJI NORMALITAS DATA N-GAIN KELAS EKSPERIMEN I No.
Xi
Xi-𝐗
Zi
Luas Zi
F(Zi)
S(Zi)
|F(Zi)-S(Zi)|
1
0.16
-0.41
-2.19
0.4857
0.01
0.02
0.0079
2
0.25
-0.32
-1.71
0.4564
0.04
0.04
0.0008
3
0.28
-0.29
-1.56
0.4406
0.06
0.07
0.0073
4
0.30
-0.27
-1.44
0.4251
0.07
0.09
0.0140
5
0.31
-0.26
-1.43
0.4236
0.08
0.11
0.0347
6
0.31
-0.26
-1.43
0.4236
0.08
0.13
0.0569
7
0.33
-0.24
-1.32
0.4066
0.09
0.16
0.0622
8
0.37
-0.20
-1.08
0.3599
0.14
0.18
0.0377
9
0.44
-0.13
-0.71
0.2611
0.24
0.20
0.0389
10
0.44
-0.13
-0.71
0.2611
0.24
0.22
0.0167
11
0.44
-0.13
-0.70
0.2580
0.24
0.24
0.0024
12
0.46
-0.11
-0.60
0.2257
0.27
0.27
0.0076
13
0.46
-0.11
-0.60
0.2257
0.27
0.29
0.0146
14
0.51
-0.06
-0.35
0.1368
0.36
0.31
0.0521
15
0.51
-0.06
-0.35
0.1368
0.36
0.33
0.0299
16
0.51
-0.06
-0.34
0.1331
0.37
0.36
0.0113
17
0.54
-0.03
-0.16
0.0636
0.44
0.38
0.0586
18
0.54
-0.03
-0.15
0.0596
0.44
0.40
0.0404
19
0.56
-0.01
-0.05
0.0199
0.48
0.42
0.0579
20
0.56
-0.01
-0.05
0.0199
0.48
0.44
0.0357
21
0.56
-0.01
-0.05
0.0199
0.48
0.47
0.0134
22
0.56
-0.01
-0.05
0.0199
0.48
0.49
0.0088
23
0.56
-0.01
-0.04
0.0160
0.48
0.51
0.0271
24
0.56
-0.01
-0.04
0.0160
0.48
0.53
0.0493
25
0.56
-0.01
-0.04
0.0160
0.48
0.56
0.0716
26
0.56
-0.01
-0.04
0.0160
0.48
0.58
0.0938
27
0.61
0.04
0.22
0.0871
0.59
0.60
0.0129
28
0.61
0.04
0.24
0.0948
0.59
0.62
0.0274
29
0.63
0.06
0.32
0.1255
0.63
0.64
0.0189
30
0.63
0.06
0.32
0.1255
0.63
0.67
0.0412
31
0.64
0.07
0.38
0.1480
0.65
0.69
0.0409
32
0.64
0.07
0.38
0.1480
0.65
0.71
0.0631
33
0.66
0.09
0.49
0.1879
0.69
0.73
0.0454
34
0.66
0.09
0.49
0.1879
0.69
0.76
0.0677
35
0.66
0.09
0.50
0.1915
0.69
0.78
0.0863
36
0.66
0.09
0.50
0.1915
0.69
0.80
0.1085
141
37
0.70
0.13
0.68
0.2517
0.75
0.82
0.0705
38
0.76
0.19
1.05
0.3531
0.85
0.84
0.0087
39
0.80
0.23
1.22
0.3888
0.89
0.87
0.0221
40
0.80
0.23
1.26
0.3962
0.90
0.89
0.0073
41
0.81
0.24
1.29
0.4015
0.90
0.91
0.0096
42
0.85
0.28
1.49
0.4319
0.93
0.93
0.0014
43
0.89
0.32
1.75
0.4599
0.96
0.96
0.0043
44
0.92
0.35
1.87
0.4693
0.97
0.98
0.0085
45
1.00
0.43
2.33
0.4901
0.99
1.00
0.0099
142
UJI NORMALITAS DATA N-GAIN KELAS EKSPERIMEN II No.
Xi
Xi-𝐗
Zi
Luas Zi
F(Zi)
S(Zi)
|F(Zi)-S(Zi)|
1
-0.31
-0.66
-2.54
0.4945
0.01
0.02
0.0167
2
-0.13
-0.48
-1.85
0.4678
0.03
0.04
0.0122
3
0.00
-0.35
-1.36
0.4131
0.09
0.07
0.0202
4
0.00
-0.35
-1.36
0.4131
0.09
0.09
0.0020
5
0.00
-0.35
-1.36
0.4131
0.09
0.11
0.0242
6
0.07
-0.28
-1.09
0.3621
0.14
0.13
0.0046
7
0.15
-0.20
-0.77
0.2794
0.22
0.16
0.0650
8
0.15
-0.20
-0.76
0.2764
0.22
0.18
0.0458
9
0.15
-0.20
-0.76
0.2764
0.22
0.20
0.0236
10
0.16
-0.19
-0.72
0.2642
0.24
0.22
0.0136
11
0.17
-0.18
-0.70
0.2580
0.24
0.24
0.0024
12
0.17
-0.18
-0.70
0.2580
0.24
0.27
0.0247
13
0.18
-0.17
-0.66
0.2454
0.25
0.29
0.0343
14
0.22
-0.13
-0.49
0.1879
0.31
0.31
0.0010
15
0.23
-0.12
-0.45
0.1736
0.33
0.33
0.0069
16
0.25
-0.10
-0.39
0.1517
0.35
0.36
0.0073
17
0.25
-0.10
-0.39
0.1517
0.35
0.38
0.0295
18
0.27
-0.08
-0.33
0.1293
0.37
0.40
0.0293
19
0.28
-0.07
-0.28
0.1103
0.39
0.42
0.0325
20
0.28
-0.07
-0.28
0.1103
0.39
0.44
0.0547
21
0.28
-0.07
-0.26
0.1026
0.40
0.47
0.0693
22
0.29
-0.06
-0.24
0.0948
0.41
0.49
0.0837
23
0.29
-0.06
-0.24
0.0948
0.41
0.51
0.1059
24
0.33
-0.02
-0.08
0.0319
0.47
0.53
0.0652
25
0.33
-0.02
-0.06
0.0239
0.48
0.56
0.0795
26
0.36
0.01
0.03
0.0120
0.51
0.58
0.0658
27
0.36
0.01
0.04
0.0160
0.52
0.60
0.0840
28
0.36
0.01
0.05
0.0199
0.52
0.62
0.1023
29
0.44
0.09
0.35
0.1368
0.64
0.64
0.0076
30
0.51
0.16
0.61
0.2291
0.73
0.67
0.0624
31
0.51
0.16
0.61
0.2291
0.73
0.69
0.0402
32
0.53
0.18
0.70
0.2580
0.76
0.71
0.0469
33
0.53
0.18
0.70
0.2580
0.76
0.73
0.0247
34
0.58
0.23
0.90
0.3159
0.82
0.76
0.0603
35
0.58
0.23
0.90
0.3159
0.82
0.78
0.0381
36
0.61
0.26
1.01
0.3438
0.84
0.80
0.0438
37
0.61
0.26
1.02
0.3461
0.85
0.82
0.0239
38
0.66
0.31
1.21
0.3869
0.89
0.84
0.0425
143
39
0.66
0.31
1.21
0.3869
0.89
0.87
0.0202
40
0.67
0.32
1.25
0.3944
0.89
0.89
0.0055
41
0.73
0.38
1.46
0.4279
0.93
0.91
0.0168
42
0.73
0.38
1.46
0.4279
0.93
0.93
0.0054
43
0.75
0.40
1.55
0.4394
0.94
0.96
0.0162
44
0.78
0.43
1.67
0.4525
0.95
0.98
0.0253
45
0.80
0.45
1.76
0.4608
0.96
1.00
0.0392
144
Lampiran 24 UJI HOMOGENITAS 1. Uji homogenitas pretes dua kelas Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah : S12 F= 2 S2 Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil. Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut : a. Hipotesis Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen b. Kriteria pengujian 1) Jika F hitungF tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians antara kelas eksperimen I dan eksperimen II tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1 = n-1 = 45-1 = 44 db2 = n-1 = 45-1 = 44 d. Menentukan nilai F hitung Berdasarkan perhitungan data pretes kedua kelompok diperoleh S12 = 444.16 dan S22 = 298.11 F hitung =
444.16 298.11
= 1.49
e. F tabel Untuk db pembilang dan penyebut (44 dan 44) pada taraf signifikansi 𝛼 = 0.05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi (45 dan 45) sehingga diperoleh F tabel sebesar 1.64 dengan demikian F hitung
145
2. Uji homogenitas posttes dua kelas Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah : S12 F= 2 S2 Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil. Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut : a. Hipotesis Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen b. Kriteria pengujian 1) Jika F hitungF tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians antara kelas eksperimen I dan eksperimen II tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1 = n-1 = 45-1 = 44 db2 = n-1 = 45-1 = 44 d. Menentukan nilai F hitung Berdasarkan perhitungan data pretes kedua kelompok diperoleh S12 = 523.23 dan S22 = 234.51 F hitung =
523.23 234.51
= 2.23
e. F tabel Untuk db pembilang dan penyebut (44 dan 44) pada taraf signifikansi 𝛼 = 0.05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi (45 dan 45) sehingga diperoleh F tabel sebesar 1.64 dengan demikian F hitung >F tabel ( 2.23 >1.64) ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen.
146
3. Uji homogenitas data N-Gain Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah : S12 F= 2 S2 Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil. Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut : a. Hipotesis Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen b. Kriteria pengujian 1) Jika F hitungF tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians data n-gain antara kelas eksperimen I dan eksperimen II tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1 = n-1 = 45-1 = 44 db2 = n-1 = 45-1 = 44 d. Menentukan nilai F hitung Berdasarkan perhitungan data pretes kedua kelompok diperoleh S12 = 0.06 dan S22 = 0.03 F hitung =
0.06 0.03
=2
e. F tabel Untuk db pembilang dan penyebut (44 dan 44) pada taraf signifikansi 𝛼 = 0.05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi (45 dan 45) sehingga diperoleh F tabel sebesar 1.64 dengan demikian F hitung > F tabel ( 2> 1.64) ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen.
147
Lampiran 25 PENGUJIAN HIPOTESIS DATA PRETES Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ho : 𝜇 1= 𝜇 2 Ha : 𝜇 1 ≠𝜇 2 Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut : 1. Terima H0 jika thitung< ttabel 2. Tolak H0 jika thitung> ttabel Pada taraf signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 45- 1 = 44, diperoleh t tabel = 2.021 Rumus Uji t’ :
t′ =
X1 − X 2 S12 S22 n1 + n2
Langkah Pengujian : S 21
1. Menentukan nilai dari S 21 n1
+
S 22 n2
= =
298.1 45
n1
+
742.27 45
= 4.06 2. Menentukan nilai t’
t′ =
X1 − X 2 S12 S22 + n1 n2
+
S 22 n2
444.2 45
148
=
27.6 − 34.1 4.06
= −1.60 Kriteria pengujian t
′
(∝)
(t1 S12 )/n1 + (t 2 S22 )/n2 = S12 S22 n1 + n2
t ′ (0.05) =
(2.021 × 298.1)/45 + (2.021 × 444.2)/45 4.062
=
(602.4)/45 + (897.6)/45 16.48
=
13.38 + 19.94 16.48
=
33.32 16.48
= 2.021
Setelah t’ diperoleh, dibandingkan denganharga t ′ (∝) = t ′ (0.05) = 2.021.
Kesimpulan : Karena t’
149
Lampiran 26 PENGUJIAN HIPOTESIS DATA POSTTES Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ho : 𝜇 1= 𝜇 2 Ha : 𝜇 1 ≠𝜇 2 Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut : 1. Terima H0 jika thitung< ttabel 2. Tolak H0 jika thitung> ttabel Pada taraf signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 45- 1 = 44, diperoleh t tabel = 2.021 Rumus Uji t’ :
t′ =
X1 − X 2 S12 S22 n1 + n2
Langkah Pengujian : S 21
1. Menentukan nilai dari
S 21 n1
+
S 22 n2
= =
234.5 45
n1
+
757.7 45
= 4.10 2. Menentukan nilai t’
t′ =
X1 − X 2 S12 S22 + n1 n2
+
S 22 n2
523.2 45
150
=
68.0 − 56.4 4.10
= 2.83 Kriteria pengujian t
′
(∝)
(t1 S12 )/n1 + (t 2 S22 )/n2 = S12 S22 n1 + n2
t ′ (0.05) =
(2.021 × 234.5)/45 + (2.021 × 523.2)/45 4.102
=
(473.9)/45 + (1057.4)/45 16.81
=
10.53 + 23.49 16.81
=
33.97 16.81
= 2.021
Setelah t’ diperoleh, dibandingkan denganharga t ′ (∝) = t ′ (0.05) = 2.021.
Kesimpulan : Karena t’>t tabel (2.83>2.021), maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, kedua kelas memiliki nilai rata –rata yang berbeda.
151
Lampiran 27 PENGUJIAN HIPOTESIS DATA N-GAIN Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ho : 𝜇 1= 𝜇 2 Ha : 𝜇 1 ≠𝜇 2 Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut : 1. Terima H0 jika thitung< ttabel 2. Tolak H0 jika thitung> ttabel Pada taraf signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 45- 1 = 44, diperoleh t tabel = 2.021 Rumus Uji t’ :
t′ =
X1 − X 2 S12 S22 n1 + n2
Langkah Pengujian : S 21
1. Menentukan nilai dari
S 21 n1
+
S 22 n2
= =
0.03 45
n1
+
0.10 45
= 0.05 2. Menentukan nilai t’
t′ =
X1 − X 2 S12 S22 + n1 n2
+
0.07 45
S 22 n2
152
=
0.57 − 0.35 0.05
= 4.4 Kriteria pengujian t
′
(∝)
(t1 S12 )/n1 + (t 2 S22 )/n2 = S12 S22 n1 + n2
t ′ (0.05) = =
(2.021 × 0.03)/45 + (2.021 × 0.06)/45 4.42 (0.06)/45 + (0.12)/45 19.36
1.33 × 10−3 + 2.58 × 10−3 = 19.36 =
3.91 × 10−3 19.36
= 2.021
Setelah t’ diperoleh, dibandingkan denganharga t ′ (∝) = t ′ (0.05) = 2.021.
Kesimpulan : Karena t’>t tabel (4.4>2.021), maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, kedua kelas memiliki nilai rata –rata yang berbeda.