PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING SECARA KELOMPOK DAN INDIVIDU (Quasi Eksperimen di SMAN 4 Tangerang Selatan)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh RISKA HARYATI NIM : 106016200630
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011
ABSTRAK
Riska Haryati Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar dengan Metode Problem Solving Secara Kelompok dan Individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu. Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Tangerang Selatan pada bulan Oktober 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 64 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah pretest-postest control group design. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen (rata-rata = 72,5 dan standar deviasi = 8,13) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (rata-rata = 63,38 dan standar deviasi = 6,34) dan setelah dilakukan uji “t” diperoleh nilai thitung sebesar 5,01 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima, yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu pada konsep ikatan kimia. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving secara kelompok dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa daripada penggunaan metode problem solving secara individu. Kata Kunci : Metode Problem Solving, Hasil Belajar Siswa, Ikatan Kimia
i
ABSTRACT
Riska Haryati Differences In Learning Outcomes Between Students Who Are Taught With Methods Of Problem Solving In Groups And Individuals. This study aims to determine differences in outcomes between students who are taught learning by problem solving methods in groups and individually. This research was conducted in South Tangerang SMAN 4 in October 2010. The research method used was a quasi experiment, the sample was collected by purposive sampling of 64 students divided into 2 groups, experimental and control groups. Design research in this study was pretest-posttest design control group. The instrument used were the instrument of learning outcomes tests. Student learning outcomes of the experimental group (mean = 72.5 and standard deviation = 8.13) higher than in the control group (mean = 63.38 and standard deviation = 6.34) and after the test "t" obtained value of 5,01 whereas tcount, ttable at the 0.05 significance level of 1.99 or tcount> ttable. Then it can be concluded Ho refused and H1 accepted, stating there were significant differences studying the results of chemistry students who are taught with methods of problem solving in groups and individuals on the concept of chemical bonding. This shows that the use of methods of problem solving in groups can improve student learning outcomes than the use of chemical methods of problem solving individually. Key Word : Problem Solving Methods, Student Learning Outcomes, The Consept of Chemical bonding .
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya serta salawat juga salam penulis ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar S1 pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar dengan Metode Problem Solving Secara Kelompok dan Individu”. ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis lakukan di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan yang terletak di Jl. WR.Supratman, Komplek PERTAMINA. Pd. Ranji, Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2010. Penulis sangat menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati. Penulis ingin mengucapkan terima kasih, khususnya kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4.
Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku dosen pembimbing I.
5.
Bapak Tonih Feronika, M.Pd selaku dosen pembimbing II.
6.
Ibu Astuti Murtiningsih, M.Pd. selaku guru pamong yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengajar di kelasnya dan pengarahannya selama penelitian.
iii
7.
Kedua orangtuaku Bapak H. Sobri dan Mama Hj. Sopiah, serta kakakkakakku yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa yang tulus bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
8.
Kekasih tersayangku Effendie, SH. yang selalu memberikan semangat serta dukunganya dalam kehidupan penulis.
9.
Teman-temanku semua, khususnya Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2006 yang selalu memberikan informasi dan semangat. Sukses selalu buat kalian semua.
10. Adik-adikku di kelas X-3 dan X- 4 SMAN 4 Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terimakasih dan hormat penulis. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, April 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4 D. Perumusan Masalah .................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II
LANDASAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ........................................................................ 7 1.
Hakikat Metode Pembelajaran ............................................. 7 a. Pengertian Metode Pembelajaran .................................. 7 b. Faktor-Faktor Pemilihan dan Penentuan Metode ......... 9
2.
Pengertian Metode Problem Solving .................................... 10 a. Metode Problem solving Secara Kelompok dan Individu ........................................................................ 12 b. Langkah-Langkah Metode Problem Solving ................ 13 c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving Secara Kelompok dan Individu .................................... 15
3.
Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ...................................... 17 a. Definisi Belajar ............................................................ 17 b. Hasil Belajar .................................................................. 19
v
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ........ 20 4. Ilmu Kimia .......................................................................... 21 5. Ikatan Kimia ........................................................................ 22 a. Kestabilan Atom ........................................................... 22 b. Ikatan Ion ...................................................................... 23 c. Ikatan Kovalen ............................................................. 23 d. Ikatan Logam ................................................................ 25 B. Penelitian Relevan ....................................................................... 26 C. Kerangka Berpikir........................................................................ 28 D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 31
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 32 B. Metode Penelitian ........................................................................ 32 C. Desain Penelitian ......................................................................... 32 D. Populasi dan Sampel .................................................................... 34 E. Variabel Penelitian ....................................................................... 34 F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 36 1. Tes................................................................................................. 36 a. Uji Validitas ............................................................................. 37 b. Uji Reliabilitas .......................................................................... 38 c. Tingkat Kesukaran .................................................................... 39 d. Daya Beda ................................................................................ 40 G. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 41 H . Teknik Analisis Data ................................................................... 41 1. Pengujian Prasyarat Analisis ..................................................... 41 2. Uji Hipotesis .............................................................................. 43 I. Hipotesis Statistik........................................................................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................... 46
vi
1. Hasil Uji Data Pretest .............................................................. 46 a. Data Pretest Kelompok Eksperimen..................................... 46 b. Data Pretest Kelompok Kontrol .......................................... 47 2. Hasil Uji Data Posttest .............................................................. 48 a. Data Posttest Kelompok Eksperimen ................................... 48 b. Data Posttest Kelompok Kontrol .......................................... 49 B. Pengujian Prasyarat Analisis ......................................................... 50 1. Uji Normalitas ........................................................................... 50 a. Uji Normalitas Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen............................................................................ 50 b. Uji Normalitas Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol.................................................................................. 51 2. Uji Homogenitas........................................................................ 52 a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol........................................................................... 52 b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol........................................................................... 53 3. Uji Hipotesis.............................................................................. 54 a. Uji Hipotesis Pretes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol................................................................ 54 b. Uji Hipotesis Postes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol................................................................ 55 C. Pembahasan ................................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 59 B. Saran .............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 60
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Desain Penelitian ............................................................................... 33 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen ............................................................................ 37 Tabel 3.3. Tingkat Kesukaran …........................................................................ 39 Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Beda........................................................................ 40 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Eksperimen.................. 47 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Kontrol........................ 48 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Skor Postest Kelompok Eksperimen................. 49 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Skor Postest Kelompok Kontrol......................... 50 Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen......................................................................... 51 Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelompok Kontrol............................................................................... 52 Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol .................................................... 53 Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol................................................... 53 Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ......... 54 Tabel 4.10. Hasil Uji Hipotesis Postes Kelompok Kontrol .................................. 55
viii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir.............................................................................. 30
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ................................................................... 62 Lampiran 2 LKS Kelas Eksperimen .................................................................. 73 Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ......................................................................... 82 Lampiran 4 LKS Kelas Kontrol ......................................................................... 92 Lampiran 5 Instrumen Penelitian .......................................................................101 Lampiran 6 Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................................105 Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 112 Lampiran 8 Validitas Instrumen .........................................................................125 Lampiran 9 Hasil Data Pretest Kel. Eksperimen ...............................................143 Lampiran 10 Uji Normalitas Pretest Kel. Eksperimen .......................................145 Lampiran 11 Hasil Data Pretest Kel. Kontrol .....................................................146 Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest Kel. Kontrol .............................................148 Lampiran 13 Uji Homogenitas Pretest Kel. Eksperimen dan Kontrol ................149 Lampiran 14 Uji Hipotesis Pretest Kel. Eksperimen dan Kontrol ......................150 Lampiran 15 Hasil Data Postest Kel. Eksperimen .............................................152 Lampiran 16 Uji Normalitas Postest Kel. Eksperimen ......................................154 Lampiran 17 Hasil Data Postest Kel. Kontrol.....................................................155 Lampiran 18 Uji Normalitas Postest Kel. Kontrol .............................................157 Lampiran 19 Uji Homogenitas Postest Kel. Eksperimen dan Kontrol ...............158 Lampiran 20 Uji Hipotesis Postest Kel. Eksperimen dan Kontrol .....................159
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan adalah masalah yang selalu berpusat pada manusia, tujuan pendidikan terarah kepada manusia dan oleh karena itu bergantung pada aspirasi masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga berorientasi pada keterlibatan sosial supaya manusia sebagai makhluk sosial dapat mengadaptasi diri dengan lingkungan sosialnya, bahkan dapat memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Pendidikan pada akhirnya terarah pada pengembangan manusia sempurna. Ini berarti intelektual, sosial, emosional, etik dan religi dikembangkan secara terpadu, seimbang dan serasi. Dengan demikian, tujuan pendidikan di dalam suatu negara atau bangsa berbeda antara yang satu dengan yang lain. Bahkan di dalam negara sendiri tujuan pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan yang menjadi acuan dasarnya. Oleh karena itu, sukar bagi kita untuk melihat tujuan pendidikan yang berlaku bagi semua umat manusia didalam negara yang berbeda-beda. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sama,1
siapa pun tidak akan pernah menyangka bahwa
kegiatan belajar mengajar berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
1
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Grasindo. Cet.pertama. hal. 40-
41
1
2
Sebagai guru sudah sepatutnya menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengatarkan anak didik kedalam tujuan pembelajaran. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang mengairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang kurang mengairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masingmasing. Anak didik cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh atas apa yang disampaikan guru, sementara guru memberikan pelajaran, anak didik juga melakukan kegiatan lain yang terlepas dari masalah pelajaran. Guru mengajar sendiri, anak didik juga melakukan kegiatan sendiri dengan topik bahasan masingmasing. Guru yang hanya mengajar dan tanpa memperhatikan mengerti tidaknya anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan akan mendapatkan reaksi negatif dari anak didik, anak didik kurang senang. Umpan balik dari anak didik pun tidak terjadi. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus.2 Pada pendidikan IPA khususnya kimia, dengan standar kompetensinya (SK) yaitu memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia, dan kompetensi dasarnya (KD) yaitu membandingkan proses pembentukkan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.3 Menuntut kemampuan guru yang tinggi untuk memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk memotivasi anak didik agar terdorong dan mampu 2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal. 3- 4. 3 Unggul Sudarmo. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal.vi.
3
berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Rendahnya hasil belajar kimia siswa disebabkan karena guru lebih sering menyampaikan materi kepada peserta didik dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada peserta didik, namun membuat sebaliknya, yaitu peserta didik tidak melibatkan secara aktif dalam proses belajar, tetapi hanya sekedar memperhatikan dan mencatat tanpa ada keinginan untuk mau mengerti materi itu dan sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pemberian tugas yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa terbebani dalam belajar kimia. Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar.4 Berdasarkan kondisi belajar tersebut, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya suatu metode yang dapat menarik siswa untuk mempelajari ilmu kimia. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan. Kurang tepatnya menggunakan metode pembelajaran, dapat menimbulkan kebosanan, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep kimia khususnya pada konsep ikatan kimia ini, diperlukan adanya suatu strategi belajar yang tepat yang didalamnya tercakup metode pembelajaran yang mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar-mengajar. Saat ini banyak sekali metode-metode pembelajaran bermunculan, metodemetode tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar. Suatu variasi dimana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi di dalam kelompokkelompok kecil sehingga siswa dapat saling bekerjasama, saling membantu berdiskusi dalam memahami materi pembelajaran maupun mengerjakan tugas secara individu maupun kelompok. Salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan soal-soal yang dibuat oleh guru, kemudian soal tersebut dijawab secara individu maupun kelompok dengan mencari alternatif
pemecahan
masalahnya. Metode yang dimaksud adalah metode problem solving
4
Anissatul Mufarokah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.79
4
Dengan metode problem solving, siswa diharapkan dapat berpartisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu maupun kelompok dan termotivasi untuk belajar serta mampu menggiatkan siswa untuk berpikir kritis sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif serta melakukan seleksi berdasarkan hasil evaluasi. Dan dapat menjadikan siswa aktif, kreatif, dan inovatif dalam mencari dan memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak dengan cara memvisualisasikannya, khususnya pada konsep ikatan kimia. Serta tercipta dialog antara siswa dan guru sehingga proses pembelajaran lebih bermakna. Dari latar belakang itulah, maka peneliti akan meneliti tentang “Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Diajar dengan Metode Problem Solving Secara Kelompok dan Individu”.
B. Identifikasi Masalah Berbagai macam latar belakang masalah yang mendasari terhadap hasil belajar yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain : 1.
Hasil belajar siswa yang masih rendah.
2.
Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
3.
suasana belajar yang kurang mengairahkan dan menyenangkan
4.
Minimnya pemahaman guru tentang metode pembelajaran.
5.
Guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
6.
Tidak sesuainya pemilihan metode dengan konsep ikatan kimia.
C. Pembatasan Masalah Dari berbagai permasalah yang telah diidentifikasikan, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti hanya pada masalah perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan secara kelompok dan individu melalui metode problem solving.
5
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah pada skripsi ini dan agar pembahasanya lebih terarah lagi, maka peneliti berusaha untuk memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut : 1.
Adapun hasil belajar yang akan di bahas disini adalah hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan metode problem solving pada konsep Ikatan Kimia.
2.
Perlakuan berupa penggunaan metode problem solving yang diajar secara individu pada kelompok kontrol dan metode Problem solving yang diajar secara kelompok pada kelompok eksperimen.
3.
Adapun Konsep yang akan dibahas adalah konsep ikatan kimia yang meliputi kestabilan ion, ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah yang akan diteliti yaitu: ”Bagaimana perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu?”.
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode problem solving secara kelompok dengan menggunakan metode problem solving secara individu.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1.
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran
2.
Diharapkan skripsi ini menjadi bahan masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang paling tepat agar proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
6
3.
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk dibangku kuliah.
4.
Sebagai panduan bagi calon guru untuk memulai mengajar disekolah-sekolah.
BAB II LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Metode Pembelajaran a. Pengertian metode pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum
pengajaran
dilakukan.
Guru
dengan
sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan manfaat segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Maka siapapun yang telah menjadi guru harus mengenal, memahaminya dan mempedomaninya ketika akan melaksanakan pemilihan metode. Bila ada para ahli yang mengatakan bahwa makin baik metode itu, maka makin efektif pula pencapaian tujuannya.1 Metode adalah tehnik/cara mengajar. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan/sasaran. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efisien untuk mencapai tujuan.2 Dalam hal ini metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan atau alat untuk mengoperasionalkan apa yang direncanakan dalam strategi. Metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar.3
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.1 dan 78. 2 Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.80 3 W. Golu. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Grasindo. Cet.pertama. hal. 4.
7
8
Dalam strategi pembelajaran terdapat beberapa metode yang digunakan, 4seperti berikut : 1) Ceramah, metode pembelajaran dengan cara memberikan penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. 2) Tanya Jawab, metode pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan sebagai stimulasi dan jawaban-jawabannya sebagai pengarahan aktivitas belajar. 3) Diskusi, metode pembelajaran dengan cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan
perbincangan
ilmiah
tentang
suatu
topik
guna
mengumpulkan/ mengemukakan pendapat. 4) Demonstrasi, metode pembelajaran dengan jalan guru atau siswa sendiri memperlihatkan gerakan-gerakan, suatu proses dengan prosedur yang benar disertai dengan keterengan-keterangan kepada seluruh siswa. 5) Discovery, metode pembelajaran dengan melakukan penemuan atau pendapatan definisi-definisi dan kesimpulan-kesimpulan. 6) Simulasi, metode pembelajaran dalam bentuk permainan yang diatur, yang dilakukan oleh siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar untuk memperoleh pemahaman tentang hakekat suatu konsep prinsip. 7) Bermain peran, metode pembelajaran dengan cara interaksi siswa dengan siswa dengan memerankan peranan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. 8) Pemecahan
masalah
(Problem
solving),
bertujuan
untuk
mengembangkan proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan.5
4
Anissatul Mufarokah, M.Pd.I. 2009. Strategi Belajar-Mengajar. Yogyakarta : Teras.
hal.86-97 5
Mulyati Arifin.1994. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga University Press. hal. 115.
9
Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, dikarenakan adanya pengaruh atau perangsang dari luar. Oleh karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar seseorang.6
b.
Faktor-Faktor Pemilihan dan Penentuan Metode Untuk memilih metode mengajar yang akan dilakukan dalam rangka
perencanaan pengajaran, perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar, yaitu : 1) Kemampuan atau keterampilan guru, yaitu bagaimana kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan metode yang ditetapkan. 2) Kebutuhan peserta didik, diruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. 3) Fasilitas, lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi belajar anak didik disekolah. 4) Tujuan pembelajaran, dalam arti apakah metode yang dipilih dan akan dipakai cukup baik untuk membantu tercapainya tujuan belajar. 5) Situasi kegiatan, guru menciptakan situasi belajar mengajar yang berbeda. 6) Bidang studi/mata pelajaran, setiap mata pelajaran atau bidang studi memiliki karakteristik tersendiri baik obyek dan ruang lingkupnya.7
6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar(edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.73. 7 Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.82-84.
10
2. Pengertian Metode Problem Solving metode Problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa dalam menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.8 belajar memecahkan masalah bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. Tergantung dari sifat masalah yang dibawa kedalam kelas, teknik pemecahanya dapat dilaksanakan secara berkelompok atau secara individu. Dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari, metode problem solving banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu, tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya.9 Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, seorang individu tidak akan mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya. Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar pemecahan masalah merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi.10 Kerena metode ini menuntut siswa untuk berpikir secara logis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat.
8
Iif khoiru Ahmadi, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. hal. 55 9 Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga University Press. hal. 115. 10 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. hal. 47
11
Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah problem solving dalam pembelajaran IPA yaitu :11 a. Problem solving sebagai tujuan. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode. Anggapan yang penting dalam
hal
ini
adalah
bahwa
pembelajaran
tentang
bagaimana
menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar. b. Problem solving sebagai proses. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. c. Problem solving sebagai keterampilan dasar terakhir. Pengertian problem solving sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan. Apa itu problem solving? Dalam pembelajaran, pemecahan masalah menjadi semakin penting, dikarenakan IPA merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuankemampuan dasar dalam pemecahan masalah, seperti berpikir logis, berpikir strategik. Selain itu secara timbal balik maka dengan mempelajari IPA, siswa terasah kemampuannya dalam memecahkan masalah. Menurut Jhon Dewey, masalah adalah sesuatu yang belum pasti. Menurut pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan memiliki 2 kriteria yaitu :12
11
Sumardyono. Pengertian Dasar Problem Solvinghttp://problemsolving.p4tkmatematika.org/ . diakses tanggal 27 juli 2010. Pukul 11: 05 WIB. 12 Mulyati Arifin. 1994. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga University Press. hal. 99.
12
1.
Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting untuk masyrakat dan perkembangan kebudayaan.
2.
Masalah yang dipelajari adalah suatu yang penting dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi siswa.
a.
Metode Problem Solving Secara Kelompok Dan Individu. 1) Problem Solving Secara Kelompok Problem solving secara kelompok adalah suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.13 Hal ini dapat melatih siswa untuk dapat menyelesaikan soal-soal secara bersama dan tepat, sehingga siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang kemampuannya rendah dalam memahami konsep dan memecahkan masalah. Tiap-tiap kelompok memiliki kemampuan yang berbeda sehingga terjadi saling bantu-membantu satu dengan lainnya. Keuntungan lainnya murid memiliki kesempatan untuk bisa berbicara banyak, lebih nyaman untuk ambil resiko dalam menguji coba pemikirannya selama aktivitas problem solving. Oleh karena itu, perlu merubah posisi tempat duduk siswa agar memungkinkan mereka aktif berpartisipasi dalam diskusi.
2) Problem Solving Secara Individu Sedangkan problem solving secara individu adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru dan kehadiran teman 13
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal. 183.
13
sekolah. hal yang terpenting adalah peningkatan kemauan dan keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya, kalau mendapat kesulitan barulah bertanya dengan guru.14 Siswa mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Metode ini dapat membuat siswa mempertajam analisis, memupuk tanggung jawab, mengembangkan daya tahan mental, memecahkan masalah, berpikir kreatif, kritis dan dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri tentang apa yang dipelajarinya.15
b. Langkah-Langkah Metode Problem Solving. 1) Langkah-Langkah Metode Problem Solving Secara Kelompok Penyelesaian masalah menurut David Johnson dan Johnson dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan
dalam
pembelajaran
diberikan
kepada
siswa
untuk
diselesaikan. David Johnson dan Johnson mengemukakan lima langkah, yaitu :16 a) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang dikaji. b) Mendiagnosis
masalah,
yaitu
membentuk
kelompok
kecil.
Kelompok ini mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah serta
14
Martinis Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. hal. 107. 15 Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal. 96. 16 W. Gulo. 2002 .Strategi belajar-mengajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. hal. 116.
14
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun factor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. c) Merumuskan alternative strategi, yaitu pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai alternative tentang cara menyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir secara divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide dan memiliki daya temu yang tinggi. d) Menemukan dan menerapkan strategi, yaitu mengambil keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. e) Mengevaluasi keberhasilan strategi, yaitu dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari tentang evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
2) Langkah-Langkah Metode Problem Solving Secara Individu banyak para ahli yang menjelaskan tentang bentuk penerapan strategi pembelajaran problem solving. Salah satunya adalah John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan enam langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode Problem Solving, yaitu : 17 a)
Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c)
Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
17
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : kencana. hal.217.
15
d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan
sesuai
dengan
penerimaan
dan
penolakkan hipotesis yang diajukan. e)
Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan
sesuai
dengan
penerimaan
dan
penolakkan hipotesis yang diajukan. f)
Merumuskan rekomendasi, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
c.
Kelebihan Dan Kekekurangan Metode Problem Solving Secara Kelompok Dan Individu. 1)
Kelebihan metode problem solving a) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh. b) Proses belajar mengajar melalaui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.18 c) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. d) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. e) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa f)
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.19
18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar(edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.92.
16
2) Kekurangan metode problem solving a) Sulit untuk memuat kelompok yang homogen. b) Pengetahuan guru tentang pengelompokkan ini kadang-kadang masih belum mencukupi. c) Anggota kelompok tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok. d) Dalam belajar bersama kadang-kadang tidak terkendali, sehingga menyimpang dari rencana dan berlarut-larut.20 e) Interaksi antar anggota kelompok dapat juga terhambat karena ada anggota yang ragu-ragu mengemukkan pendapatnya. f)
Status sosial anggota, ada anggota yang statusnya lebih tinggi dan kurang mampu mengintegrasikan diri dengan anggotaanggota lain. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba21.
g) Proses
belajar
mengajar
melalui
pemecahan
masalah
memerlukan waktu yang cukup lama dan sering terpakasa mengambil waktu pelajaran lain. h) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang
memerlukan
berbagai
sumber
belajar,
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.22
19
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : kencana. hal.220. 20 Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.93. 21 W. Gulo. 2002.. Strategi belajar-mengajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. hal. 130 – 131. 22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar(edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.93.
17
i)
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.23
3. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar a. Definisi Belajar Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.24 Sedangkan belajar kimia dapat diartikan sebagai hasil perubahan tingkah laku yang disengaja sebagai hasil belajar kimia yang dapat ditunjukkan oleh adanya perubahan dari tak biasa atau peningkatan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri siswa yang bersangkutan setelah menerima pembelajaran. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepajang kehidupan manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapai. Ada empat pilar pendidikan universal yang dirumuskan UNESCO (1996),25 yaitu : 1) Learning to know atau learning to learn, belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. 2) Learning to do, bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir pengusaan kompetensi yang sanagt diperlukan dalam era persaingan globalisasi.
23
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal.221 24 Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal.110. 25 Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal. 110-111.
18
3) Learning to be, bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri” dengan kpribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. 4) Learning to live together, adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat
diperlukan
sesuai
dengan
tuntutan
kebutuhan
dalam
masyarakat global di mana manusia baik secara individual maupun kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam
interaksi
belajar-mengajar
terjadi
proses
saling
mempengaruhi satu sama lain. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif. Siswa mempunyai peran yang lebih besar karena, mereka sebagai subyek yang berinteraksi bukan hanya guru tetapi dengan sesama siswa, dengan bukubuku serta medinya. Seorang guru perlu menyadari dan memahami bahwa prinsipprinsip belajar sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Beberapa prinsip yang perlu diketahui oleh seorang guru adalah sebagai berikut : 1) Prinsip perkembangan, sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia berbeda dan tingkat kelas berbeda-beda. Guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. 2) Prinsip perbedaan individu, guru perlu mengarti benar tentang adanya keragaman ciri-ciri siswa, baik didalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tuigas-tugas. 3) Minat dan kebutuhan anak, pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan. Kareana, setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. 4) Aktivitas siswa, guru hendaknya merencakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar.
19
5) Motivasi, motif disebut dorongan atau kebutuhan merupakan suatu tenaga
yang
ada
pada
diri
individu
atau
siswa
yang
mendorongnyauntuk mencapai suatu tujuan.26 Dari uraian diatas kita ketahui, bahwa proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
b. Hasil belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tidak mengajar. hal ini dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat kemampuan mental yang lebih baik sedangkan dari sisi guru merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran.27 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. 1) Ranah Kognitif, siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan mengevaluasi. 2) Ranah Afektif, siswa dapat melakukan penerimaan, partisipatif, menentukan sikap, mengorganisasi, dan membentuk pola hidup. 3) Ranah Psikomotor, siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerak-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.28
26
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta .hal.24-27. 27 Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Mengajar Jakarta : Rineka Cipta. hal. 3-4. 28 Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. hal. 25.
20
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku individu melalui interaksi yang lebih baik lagi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen (guru, siswa, tujuan, bahan, metode dan lain-lain). masingmasing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. melalui materi pembelajaran yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu menjadikan siswa untuk berpikir secara logis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat, serta bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan berdiri sendiri tentang apa yang dipelajarinya. berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yaitu :29
29
hal.26-29.
Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar-Mengajar. Yogyakarta : Sukses Offset.
21
1) Bahan atau hal yang dipelajari siswa. Bahan yang dipelajari akan menentukan metode belajar yang akan ditempuh dan waktu yang digunakan. 2) Fakto-faktor lingkungan. Dibagi dua : lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara yang sejuk dan lingkungan sosial; baik yang berwujud manusia maupun yang berwujud hal-hal lain yang mempengaruhi hasil belajar. 3) Faktor-faktor instrumental. Adalah faktor yang adanya pengaruhnya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, faktor ini beerupa : gedung sekolah, ruang belajar dan perlengkapan, program belajar-mengajar dan sebagainya. 4) Kondisi individu si pelajar. Merupakan salah satu faktor pemegang peranan paling menentukkan. Kondisi si pelajar dibedakan menjadi : kondisi fisiologis ; kondisi fisik dan panca indra. Kondisi psikologis; bakat, minat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif.
4. Ilmu kimia Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengatuhan alam yang mempelajari tentang sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan dan energi yang menyertai perubahan materi.30 Pemahaman ilmu kimia tercermin dalam materi sains yang diberikan, yang dapat diterangkan dan dipahami baik-baik jika dilengkapi dengan landasan-landasan ilmu kimia dan bahasa sebagai alat berpikir. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang membantu untuk memahami bagaimana bangunan sains itu dibuat. Dengan mempelajari ilmu kimia, siswa yang diharapkan : 1) Dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebebasan serta kekuasaan tuhan yang maha esa. 2) Memahami konsep-konsep Kimia dan saling keterkaitan. 30
Unggul Sudarmo. 2007. Kimia SMA Untuk Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal.2
22
3) Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangakan keterampilan proses untuk memperoleh konsepkonsep Kimia dan menumbuhkan sikap dan sifat ilmiah. 5) Menerapkan konsep-konsep Kimia untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. 5. Ikatan Kimia31 Ikatan kimia adalah gaya yang bekerja pada gabungan atom atau ion. Atom-atom di alam cenderung bergabung dengan atom yang lain membentuk molekul unsur atau senyawa, atau membentuk senyawa ion. Pada proses penggabungan atom-atom tersebut dapat terikat satu sama lain. Atom-atom yang sukar mengalami perubahan disebut sebagai atom stabil. Oleh karena itu, untuk bergabung atom akan berubah dahulu, maka atom-atom yang stabil sukar bergabung dengan atom yang lain. Pada saat atom-atom yang lain bergabung, yang berubah hanyalah elektronelektronnya. Kestabilan Atom 32
a.
Atom-atom dari unsur yang tidak stabil mempunyai kecendrungan bergabung dengan atom-atom lain (atom yang sama maupun yang berbeda). Atom-atom tersebut bergabung melalui suatu ikatan kimia. Kossel dan Lewis membuat kesimpulan bahwa atom-atom akan stabil bila konfigurasi elektron terluarnya dua (duplet) atau delapan (oktet). Untuk membentuk keadaan stabil seperti gas mulia, dengan cara membentuk ikatan ion atau ikatan elektron bersama.
31 32
Unggul Sudarmo. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal.42 Sudarmo Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal.42
23
1)
Ikatan Ion Ikatan ion (ikatan elektrokovalen) adalah jenis ikatan kimia yang
dapat terbentuk antara ion-ion logam dengan non-logam (atau ion poliatomik seperti amonium) melalui gaya tarik-menarik elektrostatik. Dengan kata lain, ikatan ion terbentuk dari gaya tarik-menarik antara dua ion yang berbeda muatan. Unsur-unsur logam umumnya mempunyai energi ionisasi rendah, sedangkan unsur-unsur nonlogam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara unsur-unsur logam dengan unsur-unsur nonlogam umumnya akan membentuk ikatan ion.33 Contoh : NaCl merupakan contoh yang mudah untuk memahami terjadinya ikatan ion. Disini terjadi pelepasan dan penangkapan elektron, yaitu atom Natrium melepaskan sebuah elektron valensinya sehingga terjadi ion natrium, Na+ dan elektron ini ditangkap oleh atom Klor sehingga terjadi ion klorida, Cl- .
Na (2, 8, 1)
→
Cl (2, 8, 7) + e →
Na(2, 8) + e Cl(2, 8, 8)
Selanjutnya ion klorida dan ion natrium saling tarik menarik dengan gaya elektrostatis sehingga terjadi ikatan ion.34
2)
Ikatan Kovalen Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk karena pemakaian
pasangan elektron bersama atau Ikatan yang terjadi karena atom-atom yang berikatan memiliki kelektronegatifan yang setara dan tidak
33
Sudarmo Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal. 45 Ikatan ion. www.wikipedia.org/wiki/ikatan_ion. diakses 23 juli 2010
34
24
memiliki kelebihan orbital kosong yang berenergi rendah.35dan ikatanya disebut ikatan kovalen, sedangkan bila pasangan elektron yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan disebut ikatan kovalen koordinasi atau kovalen dativ.36 Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa pasangan elektron, seperti tunggal contohnya F2 atau H2, namun dapat pula terjadi rangkap dua seperti pada molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen C2H2. Contoh pembentukkan ikatan kovalen tunggal, ikatan ganda dan ikatan rangkap tiga.
35
Ikatan kovalen. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ikatankimia/ikatan-kovalen-2/. Diakses 23 juli 2010. 36 Unggul Sudarmo. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal. 45
25
Contoh pembentukkan ikatan kovalen koordinasi: Reaksi proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi,(a) pembentukan ion H+ dari atom H dan (b) NH3 menyumbang elektron bebasnya membentuk ion amonium (NH4+).37
3)
Ikatan Logam38 Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya
tarik-menarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilat, dapat menghantarkan listrik, dan kalor dengan baik, mudah dan dapat diulur menjadi kawat. Gaya tarik ion positif atom-atom logam dengan lautan elektron mengakibatkan terjadinya ikatan logam.39
37
Ikatan kovalen. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ikatankimia/ikatan-kovalen-2/. Diakses 23 juli 2010 38 Unggul Sudarmo. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal. 53
26
ion positif
B.
awan elektron
Penelitian Relevan Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian
yang peneliti ambil adalah: 1. Penelitianyang dilakukan oleh Muhammad Adim dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Malang Tahun Ajaran 2007/2008”. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar swiswa yang diajar dengan problem solving dan model konvensional. Pembelajaran dengan problem solving dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas siswa dari 85,1 menjadi 89,1, sedangkan pembelajaran model konvensional menurunkan rata-rata kelas kelas dari 85,5 menjadi 84,7. Siswa yang diajar dengan problem solving memiliki rata-rata efektif yang lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model konvensional.40 2. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Yuningsih dengan judul “Pengaruh Pendekatan Metode Belajar Problem Solving Dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelajaran Ekonomi Kelasa VIII SMP Negeri 2
40
Diakses 25 juli 2010Skripsi Muhammad Adim. 2008. “Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas Xi Sman 2 Malang Tahun Ajaran 2007/2008”. Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Kimia FMIPA. http://mulok.library.um.ac.id/home.php?s_data=skripsi&id=36759... Diakses 25 juli 2010.
27
Kertasura”. Menunjukkan bahwa metode problem solving dan minat belajar terhadap hasil belajar ekonomi diperoleh persamaan regresi : Y = 11,684 + 0,840X1 + 0,322X2. Uji regresi diperoleh Fhitung > Ftabel atau 31,226 > 3,12 (taraf signifikan 5%). Berarti
antara metode problem
solving dan minat belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi. Uji t untuk variabel metode problem solving diperoleh thitung > dari ttabel atau 5,865 > 1,99 dan untuk variabel minat belajar diperoleh thitung > ttabel atau 3, 412 > 1,99(taraf signifikan 5%). Kedua variabel menunjukkan bahwa variabel metode problem solving dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi sebesar 44, 8% sedangkan sisanya sebesar 55,2 % dipengaruhi oleh variabel lain.41 3. Penelitian yang dilakukan oleh Fachru Rizal Fatoni dengan judul “Pengembangan Metode Problem Solving Dengan Menggunakan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa
Kelas
X
SMA
Negeri
Malang”.
Menunjukkan
bahwa
pengembangan metode problem solving dengan menggunakan mind mapping meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada mata pelajaran ekonomi. Diketahui nilai aktivitas belajar siswa pada tiap-tiap siswa dan dipeoleh rata-rata 53,9 dan dari hasil analisis ketuntasan belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif pada siklus I, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 16 siswa atau 50 % dari jumlah siswa dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sama sebanyak 16 siswa atau 50% dari jumlah siswa. Pada siklus II dilakukan koreksi dan perbaikan dengan bertolak dari hasil refleksi pada siklus I. Bila dilihat dari aktivitas belajar siswa dapat diketahui nilai aktivitas belajar siswa dan diperoleh rata-rata 78,2
dan dari ketuntasan hasil belajar pada siklus II terjadi
kenaikan ketuntasan belajar, bahkan semua siswa mencapai ketuntasan 41
Skripsi Retno Yuningsih . 2008. Pengaruh Pendekatan Metode Belajar Problem Solving Dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelajaran Ekonomi Kelasa VIII SMP Negeri 2 Kertasura”Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/651/. Diakses 25 juli 2010.
28
belajar yaitu 32 siswa atau 100% dari jumlah siswa, sehingga terjadi kenaikkan 50%.42 4. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Yuni Astuti dengan judul “Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Pengusaan Konsep Getaran Dan Gelombang Bernuasan Nilai”. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pengusaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode problem solving pada pokok bahasan getaran dan gelombang bernuansa nilai dengan yang memperoleh pembelajaran getaran dan gelombang tidak bernuansa nilai. Dengan kata lain, penerapan metode problem solving memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep getaran dan gelombang bernuansa nilai. Hasil rata Ngain untukl pengusaan konsep kelas eksperimen 0,78 dan kelas kontrol sebesar 0, 56 dengan hasil uji hipotesis thitung= 3,7263 yang berada diluar ttabel ± 1, 6723.43
C.
Kerangka Berpikir Pada dasarnya pengajaran Kimia merupakan hasil dari proses belajar yang
mengarahkan peserta didik kepada cara berpikir ilmiah dengan mengupayakan supaya kondisi belajar dapat berlangsung secara efektif guna menimbulkan kesadaran
pada
diri
masing-masing
untuk
memelihara
dan
menjaga
keseimbangan, dan keharmonisan termasuk sikap saling menghargai sesama makhluk hidup. Oleh karena itu, dalam mempelajari Kimia siswa dituntut untuk lebih peka terhadap permasalahan yang ada dan berusaha untuk menyelesaikannya sehingga siswa tersebut dapat mengerti apa yang sedang ia pelajari. Dan dengan membiarkan siswa dihadapkan pada belajar dari masalah, maka kelak nantinya ia
42
Skripsi Fachru Rizal Fatoni . 2010.“Pengembangan Metode Problem Solving Dengan Menggunakan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri Malang”. Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Negeri Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/.. diakses 25 juli 2010. 43 Widya yuni astuti. 2009. Skripsi “Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Pengusaan Konsep Getaran Dan Gelombang Bernuasan Nilai”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
29
juga akan terbiasa memecahkan masalah sendiri dengan baik dan dalam kaitanya dengan Kimia. Dengan latar belakang dan siafat pembawaan individu yang berbeda-beda, mengakibatkan adanya perbedaan kemampuan dari setiap siswa dalam menerima dan memahami suatu materi pelajaran, ada siswa yang kemampuannya rendah, sedang dan cepat dalam menerima materi. Dan biasanya seorang siswa akan merasa senang dengan sesuatu hal yang baru, jika ia tahu langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya. Salah satu tolak ukur kepandaian siswa adalah di tentukan dari kemampuan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dalam proses belajarmengajar siswa perlu diberi soal-soal yang menjadi masalah agar siswa nantinya lebih peka terhadap masalah yang akan dihadapi. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran disekolah tergantung pada strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Cara guru dalam menciptakan suasana kelas akan mempengaruhi pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus mampu menggunakan metode yang bisa melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan secara sendiri atau secara bersama-sama. Metode pembelajaran yang dengan kondisi tersebut adalah metode problem solving, dengan metode ini siswa akan lebih semangat dalam belajar. Dengan demikian hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode problem solving secara kelompok diharapkan akan lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode problem solving secara individu pada materi ikatan kimia.
30
Oleh karena itu, dapat dibuat kerangka berpikirnya, sebagai berikut : Proses Belajar-Mengajar
Metode problem solving
Metode problem solving
kelompok
Individu
Hasil Belajar Kimia
a) Siswa terbiasa untuk berpikir kritis, sistematis dan logis. b) Siswa memperoleh pengalaman lebih banyak dalam upaya menemukan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah. c) Siswa merasa memiliki keberanian untuk aktivitas-aktivitas belajar semacam itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
1. Bahan atau hal yang dipelajari 2. Faktor-faktor lingkungan 3. Faktor-faktor instrumental 4. Kondisi individu si pelajar Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
31
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini yaitu: Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode Problem solving secara kelompok dan individu.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Tangerang Selatan yang beralamat di Jln. Pd. Ranji. Komp. Pertamina. Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 29 Oktober, tahun ajaran 2010-2011.
B. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen atau preeksperimental yaitu eksperimen yang belum baik.1 karena pengontrolannya hanya dilakukan tehadap satu variabel saja. Jadi sesuai dengan tujuan peneliti yang hanya ingin melihat sejauhmana perkembangan suatu hasil pada kelompok eksperimen selama diberi perlakuan.
C. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan pretest-postest contol group design, desain ini merupakan pengembangan desain pretest-posttest group dengan desain static group comparison.2 Perbedaanya terletak pada baik kelompok pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran didepan (pretest).3 Sebelum diberi perlakukan pada kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada konsep ikatan kimia, kemudian diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok yang satu menggunakan metode problem solving secara kelompok, sedangkan kelompok yang lain menggunakan metode problem solving secara individu dan terakhir diberikan postest untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa tentang konsep ikatan kimia.
Berikut
adalah urutan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti : 1
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. hal.123. 2 Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. hal.125 3 Jhonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Luantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal.87.
32
33
1.
Menentukan kelas-kelas yang akan dijadikan kelompok subjek penelitian serta menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu kelas yang akan diberi perlakuan problem solving secara kelompok dan yang akan diberi perlakuan problem solving secara individu.
2.
Memberikan tes kemampuan awal (pretes) tentang konsep ikatan kimia pada kedua kelas tersebut.
3.
Memberikan treatment (perlakuan) kepada kelas yang dijadikan subjek penelitian pada konsep ikatan kimia, dengan perlakuan problem solving secara kelompok dan problem solving secara individu.
4.
Memberikan tes kemampuan akhir (postes) tentang konsep ikatan kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal-soal yang sama.
5.
Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan, yaitu: kelompok atau kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan yang akan diberi perlakuan problem solving secara individu.
6.
Untuk selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk membuat laporan penelitian. Selanjtnya Desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok E(kel) E(indv)
Pretes
Perlakuan
Postes
O1
X1
O2
O1
X2
O2
Keterangan : E(kel)
= Kelompok eksperimen secara kelompok
E(indv) = Kelompok Kontrol secara individu O1
= Pretes untuk kelompok eksperimen
O1
= Pretes untuk kelompok kontrol
34
X1
= Perlakukan dengan menggunakan metode Problem solving secara kelompok
X2
= Perlakukan dengan menggunkan metode Problem solving secara individu
O2
= Postes untuk kelompok eksperimen
O2
= Postes untuk kelompok kontrol
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar yang akan dijadikan generalisasi temuan penelitian.4 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa- siswi SMAN 4 Tangerang Selatan. Dan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswasiswi SMAN 4 Tangerang Selatan kelas X tahun pelajaran 2010-2011. Sedangkan sampel adalah kelompok kecil yang diselidiki dalam proses penelitian.5 Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.6 Di SMAN 4 Tangerang Selatan jumlah kelas X ada 10 kelas. 8 kelas regular dan 2 kelas bilingual dengan jumlah masing-masing sebanyak 32 siswa/kelas. Tetapi peneliti hanya mengambil dua kelas saja sebagai sampelnya yang memiliki karakteristik yang hampir sama, yaitu kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-4 sebagai kelompok kontrol.
E. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.7
4
Susilo. 2009. Prinsip-Prinsip Dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta : Poliyama Widya Pustaka. hal. 69. 5 Susilo. 2009. Prinsip-Prinsip Dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta : Poliyama Widya Pustaka hal.69. 6 Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. hal.183. 7 Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. hal.2.
35
Dalam penelitian ini, varibel penelitiannya terdiri dari varibel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu metode problem solving secara kelompok dan metode problem solving secara individu, dan varibel terikat yaitu hasil belajar kimia siswa.
1.
Variabel bebas (Metode problem solving secara kelompok dan individu) a. Definisi konseptual Problem solving adalah belajar memecahkan masalah yang bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. Tergantung dari sifat masalah yang dibawa kedalam
kelas,
teknik
pemecahanya
dapat
dilaksanakan
secara
berkelompok atau secara individu. b. Definisi operasional Problem solving secara kelompok adalah suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang
paling
utama.
Dimana
siswa
dikelompokkan
berdasarkan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras, yang didalamnya mereka saling bekerja sama agar memahami materi pelajaran sehingga kelompok mereka dapat menjadi kelompok terbaik dan materi yang disampaikan menggunakan LKS sebagai media pembelajarannya sehingga pemahaman akan lebih mudah.
2.
Variabel terikat (Hasil balajar) a. Definisi konseptual Hasil belajar adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian, atau kemampuan seseorang dimana proses perubahan itu terjadi secara bertahap. b. Definisi operasional Hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai oleh siswa yang dapat dillihat dari hasil tes yang dilakukan setelah proses belajar mengajar dilaksanakan.
36
F. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunkan oleh peneliti untuk mengukur hasil belajar siswa atau alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode.8 penelitian yang digunakan berupa tes obyektif (pilihan ganda) sebanyak 29 soal. Tes digunakan untuk mengukur ketuntasan dan kemampuan individu dalam bidang pengetahuan tertentu dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan yang mengukur ranah kognitif.9 Sebelum instrumen digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu harus memenuhi uji prasyarat yaitu uji validitas, uji reliabilitas, selain itu juga di cari taraf kesukaran dan daya beda dengan rumus-rumus dibawah ini.
1.
Tes Tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dengan lima
alternatif jawaban. Tes dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap suatu konsep sebelum dan setelah pembelajaran dilakukan. Kisi-kisi untuk soal disesuaikan dengan materi yang diajarkan, yaitu ikatan kimia.
8
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. hal. 192. 9 Susilo. 2009. Prinsip-Prinsip Dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta : Poliyama Widya Pustaka hal. 48.
37
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian No 1.
Indikator
C1
Menjelaskan proses terjadinya
1,3,9*,
6*,7,8,
10*,11*,
12*,13*,14*,
pembentukkan
C4
Jumlah
16*
16
30*,33*,36
20
15
Menjelaskan proses
C3
2*,4*,5,
ikatan ion
2.
C2
17*,21,27*,
18*,19*,26,
20*,22,23,
28,32,34,
24*,25,29*,
35
31,
ikatan kovalen
3.
Membedakan senyawa polar dan nonpolar 38*,39*,40, berdasarkan
41*
42*,43,44, 45*
37*
9
data percobaan 4.
Menjelaskan proses terjadinya
46*,47*,48,
5
49*,50*
ikatan logam Jumlah
17
21
8
4
*Soal yang valid
a.
Uji Validitas Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauhmana ketepatan dan
kecermatan suaru alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.10 Artinya bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat tersebut 10
Ahmad Sofyan, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : Uin Jakarta Press. hal.105.
50
38
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Pengujian validitas dapat dilakukan secara rasional maupun empiris. Validitas rasional diperoleh atas dasar hasil pemikiran secara logis. Sedangkan validitas empiris diperoleh berdasarkan hasil analisis yang bersifat empirik. Adapun cara pengujian validitas tes hasil belajar dapat ditentukan dengan menggunakan rumus.11
𝒓𝒃𝒊𝒔 =
𝑿𝒊− 𝑿𝒕
𝑷𝒊
𝑺𝒕
𝒒𝒊
Keterangan : rbis
= Koefisien korelasi point biserial
Xi
= Skor rata-rata hitung yang dijawab benar bagi item yang dicari validitasnya
Xt
= Rerata skor total
P
= Proporsi siswa yang menjawab benar
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah q = 1- p
St
= Standar deviasi dari skor total
b. Uji Reliabilitas Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki reliabilitas. Reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui keandalan, kepercayaan, keajegkan. Dapat diartikan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.12 Untuk uji reliabilitas ini menggunakan rumus Kuder-Richardon.
11
Ahmad Sofyan, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : Uin Jakarta Press. hal. 109 12 Ahmad Sofyan, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : Uin Jakarta Press. hal.105
39
Keterangan : rii
= Reliabilitas tes
n
= Banyaknya butir soal
St2
= Varians total
pi
= Proporsi siswa menjawab benar
qi
= Proporsi siswa menjawab salah
c.
Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Soal yang baik tidak hanya didasarkan pada validitas dan reliabilitasnya saja. Tetapi juga perlu dilakukan tes taraf kesukaran. Untuk menghitung indeks kesukaran tiap soal digunakan rumus.13
Keterangan : P
= Indeks kesukaran
B
= Banyaknya siswa yang menjawab benar
N
= Jumlah seluruh siswa peserta tes Tingkat kesukaran soal dapat dibagi menjadi tiga, yaitu mudah, sedang,
dan sukar. Dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Mudah Sedang Sukar 13
Nilai P 0,00 – 0.25 0,26 – 0,75 0,75 – 1,00
Ahmad Sofyan, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : Uin Jakarta Press. hal.103
40
d. Daya Beda daya beda soal mengkaji soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (lemah prestasinya). Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut 14:
𝑫=
(𝑩𝒂 − 𝑩𝒃) 𝟎, 𝟓 𝑵
Keterangan : D
= indeks daya beda
Ba = banyaknya siswa kelas atas menjawab benar Bb = banyaknya siswa kelas bawah menjawab benar N
= jumlah siswa peserta tes Adapun klasifikasi daya beda, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Beda Klasifikasi Daya beda
Indeks Daya beda Jelek Cukup Baik Baik Sekali Tidak baik (soal dibuang)
14
Ahmad Sofyan, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : Uin Jakarta Press. hal.104
41
G. Teknik Pengumpulan Data Pada pelaksanaanya peneliti terlibat langsung dalam pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari tes yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Tes ini adalah untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang akan dilakukan berupa pretest dan postest, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan mendapatkan tes yang sama.
H. Teknik Analisis Data Analisis data diawali dengan pengujian prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji tersebut sebagai syarat analisis data yang dilakukan sebelum analisis statistik. 1.
Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas data ini untuk mengetahui sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji liliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut :15 1) Urutkan data sampel dari yang paling kecil sampai yang terbesar 2) Tentukan Zi dari masing-masing data dengan rumus :
Dengan : Xi = Skor data X = Skor rata-rata
Zi = Skor baku S = Simpangan baku
3) Tentukan besar peluang proporsi untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi sebut dengan F(Zi) dengan aturan : Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0,5 + nilai tabel, dan Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 0,5 – nilai tabel
15
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.hal.466.
42
4) Selanjutnya hitung proporsi Z1,Z2,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi) maka :
5) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlak. 6) Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini kita namakan Lo. Kita bisa lihat pada tabel harga Lo = 0,0989. 7) Memberikan interprestasi Lo dengan membandingkannya dengan dengan Lt, Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors. 8) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji fisher. Dengan langkahlangkah sebagai berikut: 16 1) Tentukan hipotesis Ho = data tidak memiliki varians homogen Ha = data memiliki varians homogen 2) Bagi data menjadi dua kelompok 3) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok 4) Tentukan Fhitung dengan rumus :
5) Tentukan taraf nyata yang akan digunakan 6) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil).
16
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. hal. 250.
43
7) Tentukan kriteria pengujian : a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima yang berarti varians kedua populasi homogen. b) Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.
2. Uji Hipotesis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus t-test untuk menguji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dengan metode problem solving secara individu. Langkah-langkah pengujian hipotesisnya adalah : a. Rumus hipotesis17 Ho : μ1 = μ2 Ha : μ1 ≠ μ2 Keterangan : Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode Problem solving secara kelompok dan individu. Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode Problem solving secara kelompok dan individu.
b. Tentukan uji statistik 1) Jika varians populasi homogen.18
𝑡=
17 18
𝑋1 − 𝑋2 𝑠
1 1 + 𝑛1 𝑛2
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : alfabeta. hal.121 Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.hal. 239.
44
Keterangan : X1 = rata-rata hasil belajar kimia siswa dari kelompok eksperimen X2 = rata-rata hasil belajar kimia siswa dari kelompok control S = standar deviasi n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah sampel kelompok kontrol 2) Jika varians heterogen19
𝑡=
𝑋1 −𝑋2 2 𝑆2 1 +𝑆 2 𝑛1 𝑛2
c. Tentukan tingkat signifikan Tingkat signifikan yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan derajat keyakinan 95% dan taraf signifikan α = 5% serta dk = n1 + n2 – 2 rumus t (α) (dk). d. Tentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat perbandingan antara thitung dengan ttabel. Dengan kriteria : Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima. Jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak e. Lakukan pengambilan kesimpulan, jika thitung dan ttabel sudah didapat.
19
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. hal.138.
45
I.
Hipotesis Statistik Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Ho: μ1 = μ2 Ha : μ1 ≠ μ2 Keterangan : Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode Problem solving secara kelompok dan individu. Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode Problem solving secara kelompok dan individu.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Sebelum menerapkan pembelajaran kimia dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok
pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran kimia dengan menggunakan metode problem solving secara individu pada kelompok kontrol, kedua kelompok masing-masing diberikan pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai konsep ikatan kimia. Setelah masing-masing kelompok melakukan proses belajar-mengajar dengan perlakuan yang berbeda, setelah itu pada masingmasing kelompok dilakukan posttest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan tujuan yang telah dirumusksn di atas, data yang telah terkumpul meliputi data skor pretest dan skor posttest dari sebanyak 32 siswa kelompok eksperimen dan 32 siswa kelompok kontrol. Pada data-data tersebut selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut:
1.
Hasil Uji Data Pretest a. Data Pretest Kelompok Eksperimen Hasil perhitungan data pretest kelompok eksperimen diperoleh dari tes kognitif pilihan ganda sebanyak 29 soal yang diberikan kepada siswa sebelum perlakuan, Instrumen tes pilihan ganda ini sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada kelas XI IPA 5 SMAN 4 Tangerang Selatan, butir soal juga telah diuji tingkat kesukaran dan daya bedanya sehingga instrumen ini layak digunakan dalam penelitian ini. data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini :
46
47
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen Nilai Tengah
No
Interval
Batas Kelas
1
24 – 28
23,5
26
9
28,13
2
29 – 33
28,5
31
2
6,25
3
34 – 38
33,5
36
10
31,25
4
39 – 43
38,5
41
3
9,34
5
44 – 48
43,5
46
5
15,63
6
49 – 53
48,5
51
3
9,38
32
100
Jumlah (∑)
(xi)
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat, bahwa skor pada interval merupakan skor
34-38
yang paling banyak diperoleh oleh siswa yaitu sebesar
31,25% dan siswa yang mendapat skor tertinggi yaitu siswa pada interval 49–53 sebesar 9,38% sedangkan siswa yang mendapat skor terendah yaitu pada interval 24–28 sebesar 28,13%. Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, diketahui hasil perhitungan data penelitian pada kelompok eksperimen didapat skor terendah 24 dan skor tertinggi 52, nilai rata-rata (mean) sebesar 36,31, nilai tengah (median) sebesar 36, modus sebesar 36,17 dan standar deviasi sebesar 8,42. Untuk hasil perhitungan pretest kelompok eksperimen dapat dilihat pada lampiran 9.
b. Data Pretest Kelompok Kontrol Hasil perhitungan data pretest kelompok kontrol diperoleh dari tes kognitif pilihan ganda sebanyak 29 soal yang diberikan kepada siswa sebelum perlakuan, data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini :
48
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol Nilai Tengah
No
Interval
Batas Kelas
1
21 – 25
20,5
23
5
15,63
2
26 – 30
25,5
28
2
6,25
3
31 – 35
30,5
33
13
40,63
4
36 – 40
35,5
38
2
6,25
5
41 – 45
40,5
43
6
18,75
6
46 – 50
45,5
48
4
12,5
32
100
Jumlah (∑)
(xi)
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat, bahwa skor pada interval 31-35 merupakan skor yang paling banyak diperoleh oleh siswa yaitu sebesar 40,63% dan siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 46– 50 sebesar 12,5% sedangkan siswa yang mendapat skor terendah yaitu pada interval 21– 25 sebesar 15,63%. Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, diketahui hasil perhitungan data penelitian pada kelompok kontrol didapat skor terendah 21 dan skor tertinggi 48, nilai rata-rata (mean) sebesar 35,19, nilai tengah (median) sebesar 33,96, modus sebesar 33 dan standar deviasi 7,92. Untuk hasil perhitungan pretest kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 11.
2.
Hasil Uji Data Posttest a. Data Posttest Kelompok Eksperimen Hasil perhitungan data posstest kelompok eksperimen diperoleh dari tes kognitif pilihan ganda sebanyak 29 soal yang diberikan kepada siswa setelah dilakukan perlakuan, data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini :
49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen Nilai Tengah
No
Interval
Batas Kelas
1
58 – 62
57,5
60
6
18,75
2
63 – 67
62,5
65
2
6,25
3
68 – 72
67,5
70
7
21,88
4
73 – 77
72,5
75
8
25
5
78 – 82
77,5
80
5
15,63
6
83 – 87
82,5
85
4
12,5
32
100
Jumlah (∑)
(xi)
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat, bahwa skor pada interval 73-77 merupakan skor yang paling banyak diperoleh oleh siswa yaitu sebesar 25%. dan siswa yang mendapat skor tertinggi sebanyak 12,5% yaitu siswa pada interval 83–87, sedangkan siswa yang mendapat skor terendah sebesar 18,75%, yaitu pada interval 58-62. Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, diketahui hasil perhitungan data penelitian pada kelompok eksperimen didapat skor terendah 58 dan skor tertinggi 86, nilai rata-rata (mean) sebesar 72,5, nilai tengah (median) sebesar 73,13, modus sebesar 73,75 dan standar deviasi 8,13. Untuk hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada lampiran 15.
b. Data Posstest Kelompok Kontrol Hasil perhitungan data posstest kelompok kontrol diperoleh dari tes kognitif pilihan ganda sebanyak 29 soal yang diberikan kepada siswa setelah dilakukan perlakuan, data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini :
50
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol Nilai Tengah No
Interval
Batas Kelas
1
48 – 51
47,5
49,5
1
3,13
2
52 – 55
51,5
53,5
2
6,25
3
56 – 59
55,5
57,5
8
25
4
60 – 63
59,5
61,5
4
12,5
5
64 – 67
63,5
65,5
6
18,75
6
68 – 71
67,5
69,5
9
28,13
7
72 – 75
71,5
73,5
2
6,25
32
100
Jumlah (∑)
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat, bahwa skor pada interval 68-71 merupakan skor yang paling banyak diperoleh oleh siswa yaitu sebesar 28,13% dan siswa yang mendapat skor tertinggi sebesar 6,25% yaitu siswa pada interval 72–75, sedangkan siswa yang mendapat skor terendah sebesar 3,13% yaitu pada interval 48–51. Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, diketahui hasil perhitungan data penelitian pada kelompok kontrol didapat skor terendah 48 dan skor tertinggi 72, nilai rata-rata (mean) sebesar 63,38, nilai tengah (median) sebesar 70,17, modus sebesar 68,7 dan standar deviasi 6,34. Untuk hasil perhitungan posttest kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 17.
B. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas a. Uji Normalitas Pretest Dan Posttest Kelompok Eksperimen Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, maka diperlukan pengujian persyaratan analisis, uji prasyarat ini menggunakan data pretest dan posttest untuk menentukan normalitas, homogenitas dan uji hipotesis.
51
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji liliefors pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 yang bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. dengan syarat jika Lhitung < Ltabel maka data tersebut berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lhitung > Ltabel maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas pretest dan posttest siswa kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Dan Posstest Kelompok Eksperimen Keterangan
Tes
Kelompok
Pretest
Eksperimen
Posttest
Sampel
32
Lhitung 0,11015 0,1448
Ltabel
Kesimpulan
0,157
Data Normal Normal
Dari tabel diatas diketahui Lhitung pretest adalah 0,11015 dan Lhitung posttest adalah 0.1448, sedangkan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0.05 dengan jumlah sebanyak 32 siswa adalah 0,157. Karena Lhitung pretest dan posttest lebih kecil dari Ltabel, maka dapat dikatakan data hasil belajar kimia baik pretest, maupun posttest kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10 dan 16.
b. Uji Normalitas Pretest Dan Posttest Kelompok Kontrol Hasil uji normalitas pretest dan posttest siswa kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.
52
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Dan Posttest Kelompok Kontrol Keterangan
Tes
Kelompok
Pretest
Kontrol
Posttest
Sampel
32
Lhitung 0,15025 0,1086
Ltabel
0,157
Kesimpulan Data Normal Normal
Berdasarkan tabel uji normalitas pretest dan posttest kelompok kontrol, diketahui Lhitung pretest adalah 0,15025 dan Lhitung posttest adalah 0,1086, sedangkan Ltabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan jumlah sampel sebanyak 32 siswa adalah sebesar 0,157. Karena Lhitung pretest dan posttest lebih kecil daripada Ltabel, maka dapat dikatakan data hasil belajar kimia baik pretest, maupun posttest kelompok kontrol berdistribusi normal. Untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 12 dan 18.
2. Uji Homogenitas a.
Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal. Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan ujiF(fischer) dengan syarat jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen.
53
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol. Statistik S12
70,87
S22
62,80
Fhitung
1,13
Ftabel
1,795
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,13 dan Ftabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 31 dan derajat kebebasan penyebut 31 diperoleh nilai 1,795. Karena Fhitung < Ftabel maka varians kedua kelas adalah homogen. Untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13.
b. Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan ujiF(fischer) dengan syarat jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol. Statistik S12
66,13
S22
40,24
Fhitung
1,64
Ftabel
1,795
54
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,64 dan Ftabel pada taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 31 dan derajat kebebasan penyebut 31 diperoleh nilai 1,795. Karena Fhitung < Ftabel maka varians kedua kelas adalah homogen. Untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 19.
3. Uji Hipotesis Selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Uji ini dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji-t, untuk pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 62, adapun kritrerianya adalah, jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
a.
Uji Hipotesis Pretest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Hasil perhitungan uji-t pretest kelompok eksperimen dan kontrol
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.9 Hasil pretest uji-t Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Kelompok
Sampel
Eksperimen
32
thitung
32
Kesimpulan Ha ditolak
0,55 Kontrol
ttabel
1,99
dan Ho diterima
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa thitung = 0,55 dan merujuk pada tabel nilai-t dengan taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2, diperoleh ttabel sebesar = 1,99. Apabila thitung dan ttabel dibandingkan maka diketahui bahwa thitung < ttabel (0,55 < 1,99). Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Sehingga
55
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Jadi, ke-dua kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang sama dan dapat diberi perlakuan yang berbeda dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok pada kelas eksperimen dan menggunakan metode problem solving secara individu pada kelas kontrol. Untuk hasil perhitungan uji hipotesis pretest kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 14.
b. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Hasil perhitungan uji-t posttest kelompok eksperimen dan kontrol disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.10 Hasil Belajar posttest uji-t Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Kelompok
Sampel
Eksperimen
32
thitung
32
Kesimpulan Ha diterima
5,01 Kontrol
ttabel
1,99
dan Ho ditolak
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa thitung = 5,01 dan merujuk pada tabel nilai-t dengan taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2, diperoleh ttabel sebesar = 1,99. Apabila thitung dan ttabel dibandingkan maka diketahui bahwa thitung > ttabel (5,01 > 1,99). Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu pada konsep ikatan kimia. Pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
56
kimia siswa daripada menggunakan metode problem solving secara individu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 20.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen sebesar 72,5 dengan standar deviasi 8,13, kelompok kontrol sebesar 63,38 dengan standar seviasi 6,34. Pada data tersebut dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas serta uji-t dengan taraf kepercayaan 95% dan α = 0.05 terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa antara yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu dengan thitung = 5,01 dan ttabel = 1,99 dari data posttest ternyata Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, bahwa kelas eksperimen lebih tinggi peningkatan hasil belajarnya dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penggunaan metode problem solving secara kelompok yang diterapkan pada kelas eksperimen dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving secara individu pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar dari kedua kelompok ini merupakan efek dari perlakuan. Pemberian metode problem solving secara kelompok memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan secara individu, karena dalam problem solving secara kelompok merupakan suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok adalah yang paling utama. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah1 dan dalam problem solving secara kelompok memiliki beberapa keunggulan, yaitu : problem solving secara kelompok dapat melatih siswa menerima pendapat orang lain dan berkerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk 1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.183.
57
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Sedangkan problem solving secara individu adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru dan kehadiran teman sekolah, sehingga pada akhirnya peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya, kalau mendapat kesulitan barulah bertanya dengan guru.2 hal ini membuat siswa menjadi kesulitan untuk menyelesaikan soal sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan siswa cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh atas apa yang disampaikan oleh guru, dan siswa pasif selama proses pembelajaran berlangsung serta sulitnya siswa untuk mengubah kebiasaan belajar dari yang hanya mendengarkan dan menerima informasi menjadi belajar dengan banyak berpikir dalam memecahkan masalah sendiri. Belajar pemecahan masalah merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena metode ini mencoba melihat dan memecahkan masalah yang cukup kompleks dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi.3 Sehingga metode ini lebih tepat dilaksanakan secara kelompok. Pada pembelajaran IPA khususnya kimia, pemecahan masalah menjadi semakin penting, dikarenakan kimia merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuan-kemampuan dasar dalam memecahkan masalah, sehingga siswa terasah kemampuannya dalam memecahkan masalah. Jika metode ini diterapkan didalam kelas, maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru, khususnya pada materi ikatan kimia ini.
2
Martinis Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. hal. 107. 3 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. hal. 47.
58
Pada pembahasan diatas telah cukup jelas bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dengan metode problem solving secara individu. Kelompok eksperimen yang menggunakan metode problem solving secara kelompok memiliki nilai atau hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode problem solving secara individu.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu. Perbedaan ini terlihat pada hasil data posttest pada kedua kelompok dengan perolehan nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen sebesar 72,5, standar deviasi 8,13 dan untuk kelompok kontrol sebesar 63,38, standar deviasi 6,34. Pada data tersebut dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas serta uji-t dengan taraf kepercayaan 95% dan α = 0.05, dengan thitung = 5,01 dan ttabel = 1,99 dari data posttest ternyata Ho ditolak dan Ha diterima. B. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang, yaitu : 1.
Pembelajaran dengan metode problem solving umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena metode ini juga membutuhkan bimbingan dari guru yang bersangkutan. Untuk mengatasinya, sebaiknya sebelum melakukan pembelajaran, siswa diberi tugas untuk meringkas atau membaca materi yang ingin dipelajari dirumah.
2.
Hendaknya diperhatikan pengaturan jadwal pelajaran agar peserta didik tetap merasa nyaman dan tidak bosan. Disarankan pelajaran-pelajaran eksakta jangan diberikan pada hari yang sama dan berurutan. Hal ini akan menjadikan siswa merasa jenuh. Disamping itu, hendaknya pelajaran eksakta terutama kimia tidak ditempatkan pada jam-jam terakhir.
3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian sejenis dalam pembelajaran lainnya pada tingkat dan kelas yang berbeda.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adim, Muhammad. 2008. Skripsi Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Malang Tahun Ajaran 2007/2008” . Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Kimia FMIPA. http://mulok.library.um.ac.id/home.php?s_data=skripsi&id=36759. Arifin, Mulyati. 1994. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Bandung : Airlangga University Press. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah Bahri, Syaiful dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. Fatoni Rizal, Fachru. 2010. Skripsi Pengembangan Metode Problem Solving Dengan Menggunakan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri Malan. Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Negeri Malang. Gulo, W. 2002. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jhonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Sukses Offset. Sarwono, Jhonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sanjaya, wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : kencana. Sofyan, Ahmad. Dkk. 2006. Evaluasi Pembalajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : UIN Jakarta Press. Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Surakarta. PT. Gelora Aksara Pratama.
60
61
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. Sumardyono. 2010. Pengertian Dasar Problem Solving. Diakses tanggal 27 juli 2010. Pukul 11: 05 WIB. http://problemsolving.p4tkmatematika.org/. Susilo. 2009. Prinsip-Prinsip Dan Teori Dasar Penelitian pendidikan. Jakarta : Poliyama Widya Pustaka. Widya Yuni Astuti. 2009. skripsi “Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Pengusaan Konsep Getaran Dan Gelombang Bernuasan Nilai”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wikipedia. 2010. Ikatan Ion. www.wikipedia.org/wiki/ikatan_ion.
Diakses
23
juli
2010.
Yuningsih, Retno. 2008. Skripsi Pengaruh Pendekatan Metode Belajar Problem Solving Dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelajaran Ekonomi Kelasa VIII SMP Negeri 2 Kertasura” . Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/651/. Zulfikar. 2010. Ikatan Kovalen. Diakses 23 juli 2010. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ikatan-kimia/ikatan-kovalen-2/.
62 Lampiran 1 : RPP EKSPERIMEN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMAN 4 TANGERANG SELATAN Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1 Pertemuan : Ke-I, 2, 3 dan 4 Alokasi waktu : 4 X 90 Menit Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan ion. 2. Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan ikatan kovalen. 3. Siswa dapat membedakan senyawa polar dan nonpolar melalui data percobaan. 4. Siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan logam.
A. Materi Ajar 1. Materi Prasyarat 2. Materi Inti
: Sistem Periodik Unsur : Ikatan Kimia
B. Metode Pembelajaran 1. Problem Solving kelompok C. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan konseptual dan kontekstual D. Media Papan tulis, spidol dan penghapus, LCD *jika memungkinkan. E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran.
63
PERTEMUAN PERTAMA Kegiatan Awal
(Stimulus dan apersepsi)
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa - Guru memberi salam dan - Menjawab salam mengkondisikan kelas - Guru menjelaskan tujuan - Siswa menyimak penjelasan pembelajaran yang akan guru dicapai dari materi yang akan dibahas. - Siswa menanggapi - Guru memberikan apersepsi dan motivasi dari apersepsi dan motivasi guru mengenai beberapa kepada siswa, dengan contoh dari ikatan kimia memberikan contoh yang yang ada dalam kehidupan ada dalam kehidupan sehari-hari dan menjawab sehari-hari yang berkaitan pertanyaan guru dengan dengan materi. benar. 1. Tahukah kalian, bahwa o Kapur merupakan senyawa manusia itu saling non logam yang biasanya berikatan satu sama lain. rapuh dan mudah patah bila Seperti : ikatan antar dibengkokan atau diulur. teman, ikatan keluarga dan ikatan suami-istri.
2. Tahukah kalian, mengapa logam dapat dibengkokan dan diulur, sedangkan kapur tidak dapat..? - Guru membenarkan jawaban dari siswa - Guru memberikan penjelasan tentang metode problem solving dengan menggunakan langkahlangkah yang dikemukakan oleh David JohnsonJohnson.
-
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
Waktu 15 menit
64 Inti
- Guru mempersiapkan siswa - Siswa mempersiapkan untuk belajar. peralatan untuk belajar.
Tahap 1: masalah
Mendefinisikan
- Guru memberikan PPT yang - Siswa menyimak PPT tersebut berkaitan dengan materi dengan memanfaatkan pelajaran yaitu tentang pengetahuannya untuk ikatan kimia meliputi : merumuskan (mengkaji) Kestabilan atom, masalah sehingga pada Pembentukkan ikatan ion, akhirnya muncul rumusan yang Proses terjadinya ikatan jelas dan dapat dipecahkan kovalen dan Pembentukkan mengenai : ikatan logam. Kemudian - Kestabilan atom guru meminta kepada siswa - Ikatan ion untuk merumuskan masalah - Ikatan kovalen dan yang terdapat pada PPT - Ikatan logam. tersebut. - Guru memberikan - Siswa bertanya jika ada yang kesempatan kepada siswa tidak dimengerti untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti.
Tahap 2 : Mendiagnosis masalah secara beraturan - Guru membentuk siswa - Siswa membentuk kelompok. kedalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang. - Guru membagikan LKS - Masing-masing kelompok tentang pembentukan ikatan menerima LKS dan secara ion dan ikatan kovalen berkelompok siswa kepada masing-masing berdiskusi mengerjakan kelompok untuk dikerjakan masalah tentang konfigurasi secara berdiskusi dengan elektron, struktur lewis, kelompoknya masingrumus struktur(kimia), serta masing untuk menyelesaikan pembentukkan ikatan ion, masalah yang ada pada LKS.
dan ikatan kovalen. Dari beberapa senyawa seperti: HF, C2H4, Na2O, SO3, H3PO4, CCl4, C3H4, PCl5,
65 menit
65 MgO, BF3. Dan menjawab serta menyimpulkan tentang proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen dengan memerinci masalah dan mencari sebab-sebab terjadinya masalah sesuai dengan permasalahan yang ada pada LKS. - Guru memberikan - siswa bertanya jika ada yang kesempatan kepada siswa belum dimengerti. untuk bertanya
Penutup
- Guru memerintahkan kepada setiap kelompok untuk mengumpulkan LKS.
- Masing-masing kelompok melaksanakan perintah guru dan kembali ketempatnya masing-masing.
- Guru bertanya kepada - Siswa diharapkan menjawab pertanyaan dengan benar. siswa tentang bagaimana proses pembentukkan o Ikatan ion Terjadi antara ion positif dan ion negative. ikatan ion dan ikatan Kedua ion tersebut kovalen. kemudian saling berikatan dengan gaya elektrostatis (sesuai hukum Coulomb). Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur non logam o Ikatan kovalen Adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron
10 menit
66 (terjadi pada atom-atom non logam). Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron tersebut harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah 2 elektron). - Guru membenarkan jawaban siswa.
Kegiatan Awal
Inti
- Guru menugaskan kepada siswa untuk mambaca buku dan merangkum semua materi tentang kepolaran suatu senyawa dan ikatan logam dengan browsing diinternet.
- Siswa memperhatikan penjelasan guru.
- Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
- Siswa menjawab salam.
PERTEMUAN KEDUA Aktivitas Guru Aktivitas Siswa - Guru mengkondisikan - Siswa mengkondisikan kelas kelas dan meminta kepada dan mengumpulkan tugas. siswa untuk - Siswa melaksanakan mengumpulkan tugas. perintah guru. - Guru meminta kepada siswa untuk mereview materi sebelumnya. - Guru memerintahkan - Siswa melaksanakan perintah guru. kepada siswa untuk duduk
Waktu 10 menit
65 menit
67 dengan kelompoknya masing-masing yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya.
- Guru memberikan simulasi tentang kepolaran suatu senyawa dan membagikan LKS yang berkenaan tentang simulasi tersebut kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan dan membuat kesimpulan sementara mengenai penyelasaian masalah dari setiap pertanyaan yang ada pada LKS.
Penutup
Tahap 3: Merumuskan alternatif strategi. - Secara berkelompok siswa berdiskusi dan membuat kesimpulan sementara tentang simulasi yang diberikan oleh guru yang tertera pada LKS mengenai kepolaran suatu senyawa dan memberikan alasan mengapa senyawa polar dapat tertarik oleh medan magnet, dengan mengemukakan pendapat dan argumennya tentang
kemungkinan penyelesaian masalah dari setiap pertanyaan yang ada pada LKS.
- Guru membimbing siswa - Siswa berdiskusi dengan guru untuk mencari untuk mencari dan alternatif jawaban menemukan berbagai alternatif jawaban melalui diskusi kelas. - Guru memerintahkan - Masing-masing kelompok kepada setiap kelompok melaksanakan perintah untuk mengumpulkan guru dan kembali ketempat LKS. masing-masing. - Guru bertanya kepada siswa, bagaimanakah cara membedakan senyawa polar dan non polar..? o
Siswa diharapkan menjawab pertanyaan dengan benar. Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke
15 menit
68 salah satu atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan.
- Guru membenarkan jawabab siswa.
Kegiatan Awal
- Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan praktikum kepolaran suatu senyawa pada pertemuan berikutnya.
- Siswa memperhatikan penjelasan guru.
- Guru menutup pelajaran dengan menguncapkan salam
- Siswa menjawab salam.
PERTEMUAN KETIGA Aktivitas Guru Aktivitas Siswa - Guru mengkondisikan kelas - Siswa mengkondisikan dengan mengabsen siswa. kelas.
- Guru memerintahkan kepada
Inti
-
siswa untuk mengecek alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan praktikum. Praktikum dilaksanakan untuk menentukan kepolaran suatu senyawa. - Sebelum praktikum dimulai guru memberikan sedikit penjelasan tentang proses terjadinya ikatan logam.
Waktu 10 menit
Siswa melaksanakan perintah guru.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Tahap 4 : Menentukan dan menerapkan strategi pilihan. - Guru membagikan lembar kerja - Masing-masing kelompok praktikum kepada masingmenerima lembar kerja masing kelompok. praktikum.
70 menit
69
- Guru memerintahkan kepada siswa untuk membawa buku atau berbagai sumber yang berkaitan dengan tujuan praktikum sebagai panduan lengkap dalam menyelesaikan uji coba praktikum.
- Siswa melaksanakan perintah guru.
- Siswa - Guru memerintahkan kepada siswa untuk ke Lab. Dan melaksankan praktikum untuk menguji hipotesis yang benar tentang kepolaran suatu senyawa.
Penutup
melaksanakan uji praktikum yang bertujuan untuk menentukan kepolaran suatu senyawa untuk menentukan hipotesis jawaban dari LKS yang diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk mengambil keputusan akhir.
- Guru memerintahkan kepada siswa untuk mengumpulkan laporan praktikum.
- Siswa melaksanakan perintah guru.
- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa, bagaimana proses terjadinya ikatan logam..?
- Siswa diharapkan menjawab pertanyaan dengan benar. o Ikatan logam terbentuk akibat adanya gaya tarikmenarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektronelektron yang bebas bergerak. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain.
10 menit
70 - Guru membenarkan jawaban dari siswa. - Guru memerintahkan siswa untuk mempelajari semua materi untuk evaluasi hasil belajar pada pertemuan selanjutnya.
-
- Guru menutup pelajaran dengan menguncapkan salam
- Siswa menjawab salam
Siswa memprhatikan penjelasan guru.
PERTEMUAN KEEMPAT Kegiatan Awal
Aktivitas Guru - Guru mengkondisikan kelas dengan mengabsen siswa. - Guru mereview semua materi yang telah dipelajari.
Inti
Aktivitas Siswa - Siswa mengkondisikan kelas
Alokasi waktu 15 menit
- Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Tahap 5: Melakukan evaluasi. - Siswa menjawab tes hasil belajar yang mencakup tentang evaluasi proses dan evaluasi hasil selama proses pembelajaran berlangsung. - Guru meminta kepada siswa - Siswa melaksanakan perintah untuk mengumpulkan tes hasil guru. belajar.
60 menit
- Guru memberikan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui pengetahuan siswa mengenai ikatan kimia. Penutup
- Guru mengucapkan salam
F. Sumber Belajar Buku Kimia SMA kelas X. - Penerbit phibeta - Penerbit yudhistira - Media internet - Lembar kerja praktikum.
- Siswa menjawab salam
15 menit
71 G. Penilaian pembelajaran -
Kognitif dan afektif saat proses pembelajaran berlangsung
-
Jenis tagihan : tugas kelompok
-
Bentuk instrumen : laporan tertulis, performance dan tes tertulis
Penilaian Praktikum a. Tes tertulis (essay) b. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran. c. Kognitif : tugas kelompok (laporan praktikum) d. Afektif : No 1 2 3
Aspek yang dinilai Tanggung Jawab Kerjasama Disiplin Jumlah Skor
Skor
e. Psikomotor No 1 2 3 4 5
Aspek yang dinilai Persiapan alat dan bahan Keterampilan merangkai alat Kesesuaian prosedur percobaan Kebersihan Ketelitian menggunakan alat Jumlah Skor
Rentang skor : 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
Skor
72
Nilai rata-rata = ( jumlah skor / 20) x 100
Nilai afektif : A = 80 – 100 B = 68-79 C = 56-67 D = ≤ 55
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Jakarta,..................... 2010 Praktikan Kimia
Astuti Murtiningsih. S.Pd NIP : 19670429199002002
Riska Haryati NIM : 106016200630
Kepala Sekolah SMAN 4 TANGSEL
Drs. H. A. Nana Mahmur M. M.Pd NIP : 196010301984031005
73 Lampiran 2 : LKS EKSPERIMEN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS 1) Nama Kelompok : .................................. Hari/Tanggal : ..................................... Anggota : Kelas : ..................................... 1. ......................................... 5. ..................................... 2. ......................................... 6. ..................................... 3. ........................................ 7. ..................................... 4. ........................................ 8. .....................................
Kompetensi Dasar
: 1.2 Membadingkan proses pembentukkan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubunganya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
tujuan
: Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen.
Materi Pokok
: Ikatan Kimia
Definisi Ikatan Kimia Ikatan kima adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut : a) atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron) b) penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan c) penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan 1. Ikatan ion Sebagai contoh pada pembentukan senyawa LiF : Li dengan konfigurasi elektron 2 1, maka akan stabil ingin stabil dengan melepaskan elektron - elektron membentuk Li+ Elektron yang dilepas oleh logam Li ditangkap atom F dengan konfigurasi 2 7. Agar stabil atom F membutuhkan 1 elektron membentuk F-, sehingga 1 atom F membutuhkan 1 atom Li. Pembentukan senyawa LiF dapat digambarkan seperti berikut ini :
74
Contoh lain dalam kehidupan sehari – hari adalah garam dapur yang disebut Natrium Klorida, NaCl merupakan contoh yang mudah untuk memahami terjadinya ikatan ion. 2. Ikatan kovalen Panggambaran ikatan kovalen didasari pada kaidah oktet (delapan) atau octet rule, menurut kaidah ini elektron valensi berjumlah delapan (s2 dan p6) sebagai bentuk kestabilan dari konfigurasi gas mulia, sehingga jumlah 8 (delapan) elektron merupakan jumlah yang harus dipenuhi untuk membentuk ikatan kovalen, kecuali untuk hidrogen hanya dua elektron. Lewis memperkenalkan cara penulisan ikatan dan senyawa kovalen, pasangan elektron yang dipergunakan bersama digambarkan sebagai garis lurus. Gambar 5.8, menjelaskan dan menyederhanakan cara penulisan dan penggambaran senyawa kovalen untuk beberapa senyawa kovalen yang dibentuk dari atom yang berbeda.
Gambar 5.8. Ikatan molekul dengan atom penyusun yang berbeda atom H dan O, membentuk senyawa air Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa pasangan elektron, seperti tunggal contohnya F2 atau H2, namun dapat pula terjadi rangkap dua seperti pada molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen C2H2.
75
Gambar 5.9. Ikatan kovalen rangkap dua pada senyawa CO2 dan rangkap tiga pada senyawa N2 3. Ikatan kovalen koordinasi : Ikatan kovalen koordinasi Berdasarkan asal elektron yang digunakan untuk berikatan, dikenal adanya ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi. Ikatan kovalen terjadi apabila elektron yang digunakan untuk berikatan masing-masing berasal dari dua atom yang berikatan sedangkan ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi apabila elektron ikatan hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan. Contoh: Terbentuknya senyawa BF3 NH 3 .
**
* F* * * **
*o
** ** F **
*o
**
*o
*o
H
*o
H
o*
N
o*
+
** * F* * ** H o B N
*o
*o
* F * * * **
H
*o
** ** F **
* **F * * * *o B
H
Ikatan kov.koordinasi.
H
76 Pembentukan Ikatan Ion dan Kovalen Gambarkan proses terjadinya ikatan kovalen antara unsur-unsur berikut: Kekurangan Struktur Proses Konfigurasi electron / Molekul Lewis terbentuknya Jenis Ikatan electron electron yang dari atom ikatan disumbangkan H∙ 1 ∙∙ ∙∙ Ikatan Kovalen 1H :..……… ∙∙ H∙ + ∙ F ∙∙→ H∙∙F∙∙ Tunggal HCl ∙ F ∙∙ 1 ∙∙ ∙∙ F ∙∙ 17 :……….. ................. .................... .............................. ....................... 9C :............. C2H4
1H
:...........
.................
...................
..............................
......................
:..........
.................
..................
.............................
......................
8O
:.............
.................
..................
.............................
......................
16S
: ...........
................
................
............................
......................
8O
:............
................
................
.............................
......................
1H
:...........
.................
...................
................................ ........................
15P:...........
.................
..................
...............................
8O
:............ 6C :............
................ ................
.................. .................
................................ ....................... ............................... .......................
17Cl:..........
................
..................
................................ ......................
...................
................
..................
...............................
.....................
..................
................
..................
...............................
......................
..................
..................
..................
.............................
........................
.................
.................
..................
.............................
.......................
.................
..................
...................
..............................
.........................
................. ...................
.................. .................. ................... ....................
............................. .............................
........................ ........................
...................
................... ....................
.............................
........................
11Na
Na2O
SO3
H3PO4
.......................
CCl4
C3H4
MgO
PCl5 BF3
77 Pertanyaan : 1. Buatlah perumusan masalah berdasarkan tabel kegiatan di atas, sesuai dengan jenis ikatan yang terbentuk ?
2. Tentukan hipotesis dari tabel kegiatan di atas, ditinjau dari jumlah elektron valensinya unsur-unsur apakah yang membentuk ikatan kovalen dan ikatan ion ?
3. Buatlah perumusan alternative strategi dari tabel kegiatan di atas, ditinjau jumlah pasangan elektron yang dipakai bersama, sebutkan jenis ikatan kovalen!
4. Berdasarkan tabel kegiatan di atas, tentukan manakah yang menyimpang dari aturan kaidah oktet!
5. Buatlah kesimpulan sesuai dengan tabel kegiatan di atas:
78 Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) Nama kelompok : Anggota : -
Hari/Tanggal : kelas :
……………………. ……………………. ……………………. .................................
-
…………………………… …………………………… ............................................ ............................................
A. Kegiatan : Simulasi kepolaran suatu senyawa B. Teori : Senyawa Kovalen Polar dan Non-polar 1. Senyawa kovalen polar Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1 atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan. Contohnya molekul HCl. Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl). 2. Senyawa kovalen non-polar Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom. Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub. Contohnya: H2,Cl2,N2,O2.
79 C. SOAL 1. Isilah kolom dibawah ini, sesuai dengan simulasi yang telah diberikan ! Pengamatan No Zat Cair Kesimpulan Berbelok Tidak berbelok 1 H2 O 2 HCl 3 C2H5OH 4 CH3COOH 5 CCl4 2. Diantara zat cair diatas manakah yang bersifat polar dan nonpolar ? ………………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………………
3. Mengapa senyawa polar dapat tertarik oleh medan listrik yang terdapat pada batang penggaris ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Dapatkah kalian menerangkan apakah yang menyebabkan kepolaran suatu zat ? …………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………...
80 Lembar Kerja Praktikum (LKS 3)
Kegiatan Tujuan
: Menentukan kepolaran suatu senyawa : Siswa dapat membedakan senyawa polar dan nonpolar melalui data percobaan.
Kelompok
:
Anggota
: 1…………………
2…………………..
: 3………………....
4…………………..
: 5…………………
6...............................
: 7............................
8..............................
A. Tujuan praktikum Untuk menentukan kepolaran suatu senyawa B. Dasar Teori Molekul-molekul senyawa polar dapat dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet, sehingga molekul-molekul polar akan menyimpang (membelok) ketika dilewatkan melalui medan listrik dan medan magnet. Sementara itu, untuk zat yang tersusun oleh senyawasenyawa nonpolar tidak mengalami pembelokkan ketika dilewatkan melalui medan listrik dan medan magnet.
C. Alat dan Bahan Alat : - Buret - Gelas kimia - Penggaris plastik/magnet batang - Kain wol/nilon - Statif - Klem
Bahan : - H2O - C2H5OH - HCl - CH3COOH - CCl4
81 1. Buatlah perumusan masalah berdasarkan judul dan kegiatan praktikum a. ____________________________________________________________________________ b. ____________________________________________________________________________
2. Tentukan hipotesis (jawaban sementara) dari masalah tersebut a. _____________________________________________________________________________ b. _____________________________________________________________________________
3. Buktikan hipotesis tersebut melalui kegiatan praktikum dibawah ini ! Pengamatan No Aktivitas 1 Masukkan air kedalam buret. 2 Kemudian Gosokkan penggaris plastik/magnet batang pada kain wol/nilon. 3
Alirkan zat cair pada buret dan dekatkan batang penggaris pada aliran tersebut. amati aliran cairan yang keluar dari buret.
4
Ulangi kegiatan tersebut dengan zat cair yang lain : CCl4, asam cuka, alkohol, dan HCl.
4. Analisis data _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________
5.
Kesimpulan
____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________
82 Lampiran 3 : RPP KONTROL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMAN 4 TANGERANG SELATAN Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1 Pertemuan : Ke-I, 2, 3 dan 4 Alokasi waktu : 4 X 90 Menit Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan ion. 2. Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan ikatan kovalen. 3. Siswa dapat membedakan senyawa polar dan nonpolar melalui data percobaan. 4. Siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan logam.
A. Materi Ajar 1. Materi Prasyarat
: Sistem Periodik Unsur
2. Materi Inti
: Ikatan Kimia
B. Metode Pembelajaran 1. Problem Solving individu
C. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan konseptual dan kontekstual
D. Media Papan tulis, spidol dan penghapus, LCD *jika memungkinkan.
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
83 PERTEMUAN PERTAMA Kegiatan Awal
Aktivitas Guru
- Guru memberi salam mengkondisikan kelas
Aktivitas Siswa
dan -
Menjawab salam
Waktu 15 menit
- Guru menjelaskan tujuan - Siswa menyimak pembelajaran yang akan dicapai penjelasan guru dari materi yang akan dibahas. (Stimulus dan apersepsi)
- Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, dengan memberikan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi. 1. Tahukah kalian, bahwa manusia
Siswa menanggapi apersepsi dan motivasi dari guru mengenai beberapa contoh dari ikatan kimia yang ada dalam kehidupan itu saling berikatan satu sama sehari-hari dan lain. Seperti : ikatan antar teman, menjawab pertanyaan ikatan keluarga dan ikatan suamiguru dengan benar. istri. o Kapur merupakan 2. Tahukah kalian, mengapa senyawa non logam logam dapat dibengkokan dan yang biasanya rapuh diulur, sedangkan kapur tidak dan mudah patah bila dapat..? dibengkokan atau diulur. - Guru membenarkan jawaban dari siswa. - Guru
Inti
memberikan penjelasan tentang metode problem solving dengan menggunakan langkahlangkah yang dikemukakan oleh John Dewey. - Guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
- Guru memberikan PPT yang berkenaan dengan materi pelajaran, yaitu tentang ikatan kimia, meliputi : kestabilan atom, pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam, kemudian guru meminta siswa untuk merumuskan
Siswa mempehatikan penjelasan guru.
Siswa mempersiapkan peralatan untuk belajar.
Tahap 1: Merumuskan masalah - Siswa melaksanakan perintah guru dengan merumuskan (mengkaji) masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan yang jelas dan dapat dipecahkan yang ada pada
70 menit
84 masalah yang ada dalam PPT tersebut.
PPT tersebut mengenai : - Kestabilan atom - Ikatan ion - Ikatan kovalen dan ikatan logam.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
- Siswa bertanya jika ada yang kurang dimengerti.
- Guru membagikan LKS tentang proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen kepada setiap siswa untuk dikerjakan dan mencari penyelesaian masalahnya dari berbagai sumber.
Tahap 2: Menganalisis masalah - Siswa menerima dan menjawab LKS tentang konfigurasi elektron, struktur lewis, rumus struktur(kimia), serta ikatan ion, dan ikatan kovalen dari beberapa senyawa seperti: HF,
C2H4, Na2O, SO3, H3PO4, CCl4, C3H4, PCl5, MgO, BF3. Dan menyimpulkan tentang proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen dengan menganalisis masalah yang ada pada LKS dengan membaca dari berbagai sumber buku dan meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. - Guru memberikan kesempatan - Siswa bertanya kepada guru jika ada yang belum kepada siswa untuk bertanya jika dimengerti. ada yang belum dimengerti
Penutup
- Guru memerintahkan kepada siswa untuk mengumpulkan LKS.
- Siswa melaksanakan perintah guru.
- Guru bertanya kepada siswa - Siswa diharapkan menjawab pertanyaan tentang bagaimana proses dengan benar. pembentukkan ikatan ion dan o Ikatan ion Terjadi ikatan kovalen.
15 menit
85 antara ion positif dan ion negative. Kedua ion tersebut kemudian saling berikatan dengan gaya elektrostatis (sesuai hukum Coulomb). Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur non logam o Ikatan kovalen Adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam). Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron tersebut harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah 2 elektron). - Guru membenarkan siswa.
jawaban
- Guru menugaskan kepada siswa untuk merangkum materi tentang kepolaran suatu senyawa dan
- Siswa memperhatikan penjelasan guru.
86 proses pembentukan ikatan logam dengan membaca buku dan mencari web yang berkaitan dengan materi tersebut, kemudian membuat kesimpulan tentang semua materi. - Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
- Siswa menjawab salam.
PERTEMUAN KEDUA Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa - Guru mengkondisikan kelas dan - Siswa mengkondisikan Awal meminta kepada siswa untuk kelas dan mengumpulkan tugas. mengumpulkan tugas
Waktu 10 menit
- Guru meminta kepada salah satu siswa untuk mereview pelajaran - Siswa melaksanakan pada pertemuan sebelumnya. perintah guru. Inti
- Guru memberikan simulasi tentang kepolaran suatu senyawa dan membagikan LKS yang berkenaan tentang simulasi tersebut kepada masing-masing siswa dan membuat kesimpulan sementara mengenai penyelasaian masalah dari setiap pertanyaan yang ada pada LKS.
Tahap 3: Merumuskan hipotesis - Siswa membuat kesimpulan sementara tentang simulasi yang diberikan oleh guru yang tertera pada LKS mengenai kepolaran suatu senyawa dan memberikan alasan mengapa senyawa polar dapat tertarik oleh medan magnet, dengan menganalisis kemungkinan penyelesaian masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimiliknya.
- Guru membimbing siswa untuk mencari dan menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah yang - Siswa berdiskusi dengan ada pada LKS. guru tentang masalah yang ada pada LKS.
- Guru meminta kepada siswa untuk mencari sumber data yang relevan untuk mengumpulkan data-data Tahap 4: Mengumpulkan dalam menjawab masalah yang ada data.
70 menit
87 pada LKS.
- Siswa mengumpulkan datadata yang sesuai dengan hipotesis yang dibutuhkan untuk diajukan dalam penyelesaian masalah pada LKS tentang simulasi kepolaran suatu senyawa.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Penutup
- Siswa bertanya jika ada yang belum dimengerti. - Guru memerintahkan kepada siswa - Siswa memperhatikan untuk membawa buku atau berbagai guru. sumber yang berkaitan untuk melakukan demonstrasi uji hipotesis tentang kepolaran suatu senyawa.
- Guru bertanya kepada siswa, - Siswa diharapkan bagaimanakah cara membedakan menjawab pertanyaan senyawa polar dan non polar..? dengan benar. o Ikatan logam terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektronelektron yang bebas bergerak. Atom logam
- Guru membenarkan jawaban dari siswa.
mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain.
- Guru menutup pelajaran dengan - Siswa menjawab salam mengucapkan salam.
10 menit
88
Kegiatan Awal
Inti
PERTEMUAN KETIGA Aktivitas Guru Aktivitas Siswa - Guru mengkondisikan kelas dengan mengabsen siswa.
- Siswa mengkondisikan kelas.
- Guru memberikan quis yang berkaitan tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. - Sebelum demonstrasi dimulai, Guru memberikan sedikit penjelasan tentang proses terjadinya ikatan logam.
- Siswa melaksanakan perintah guru.
- Guru memerintahkan kepada siswa untuk menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan demonstrasi kepolaran suatu senayawa.
- Guru melakukan demontrasi kepolaran suatu senyawa untuk uji hipotesis yang berkaitan dengan LKS yang dibagikan kepada setiap siswa pada pertemuan sebelumnya.
Penutup
- Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
Waktu 10 menit
70 menit
- Siswa melaksanakan perintah guru.
Tahap 5: Pengujian hipotesis - Siswa memperhatikan demonstrasi kepolaran suatu senyawa dengan seksama untuk merumuskan, memberikan hipotesis, menganalisis dan memberikan kesimpulan tentang simulasi tersebut dengan menguji kebenaran penyelesaian masalah yang terdapat pada LKS yang telah dibagikan pada pertemuan sebelumnya.
- Guru membimbing siswa dengan melakukan diskusi kelas untuk mengambil keputusan dan kesimpulan akhir. - Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS.
- Siswa berdiskusi dengan guru dan mengambil keputusan serta membuat kesimpulan akhir. - Siswa mengumpulkan LKS
- Guru memerintahkan kepada siswa untuk mempelajari semua materi untuk evaluasi hasil belajar pada pertemuan selanjutnya.
- Siswa memperhatikan penjelasan guru.
10 menit
89
- Guru menutup pelajaran dengan menguncapkan salam.
- Siswa menjawab salam.
PERTEMUAN KEEMPAT Kegiatan Awal
Inti
Penutup
Aktivitas Guru - Guru mengkondisikan kelas dengan mengabsen siswa.
Aktivitas Siswa - Siswa mengkondisikan kelas
- Guru mereview semua materi yang - Siswa memperhatikan telah dipelajari. penjelasan guru. - Guru memberikan evaluasi hasil Tahap 6 : Menentukan belajar untuk mengetahui pilihan penyelesaian. pengetahuan siswa mengenai ikatan - Siswa menjawab soal kimia. dengan memilih alternatif jawaban yang dipilihnya. Termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. - Guru meminta kepada siswa untuk - Siswa melaksanakan mengumpulkan tes hasil belajar. perintah guru. - Guru mengucapkan salam - Siswa menjawab salam.
F. Sumber Belajar Buku Kimia SMA kelas X. - Penerbit phibeta - Penerbit yudhistira - Media internet - Lembar kerja praktikum
G. Penilaian pembelajaran 1. Kognitif dan afektif saat proses pembelajaran berlangsung 3. Jenis tagihan : tugas individu 4. bentuk instrumen : laporan tertulis, performance dan tes tertulis.
Waktu 15 menit
60 menit
15 menit
90 I. Penilaian Praktikum a. Tes tertulis (essay) b. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran. c. Kognitif : tugas individu (laporan praktikum) d. Afektif : No 1 2 3
Aspek yang dinilai Tanggung Jawab Ketelitian Disiplin Jumlah Skor
Skor
e. Psikomotor No 1 2 3 4 5
Aspek yang dinilai Persiapan alat dan bahan Keterampilan menggunakan alat Kesesuaian prosedur percobaan Kebersihan Ketelitian menggunakan alat Jumlah Skor
Skor
Rentang skor : 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
Nilai rata-rata = ( jumlah skor / 20) x 100
Nilai afektif : A = 80 – 100 B = 65-79 C = 56-67 D = ≤ 55
91 Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Jakarta,..................... 2010 Praktikan Kimia
Astuti Murtiningsih. S.Pd NIP : 19670429199002002
Riska Haryati NIM : 106016200630
Kepala Sekolah SMAN 4 TANGSEL
Drs. H. A. Nana Mahmur M. M.Pd NIP : 196010301984031005
92 Lampiran 4 : LKS KONTROL LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) Nama Kelompok Kelas Kompetensi Dasar
: .................................... : .....................................
Hari/Tanggal : ..............................
: 1.2 Membadingkan proses pembentukkan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubunganya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
tujuan
Materi Pokok
: Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen. : Ikatan Kimia
Definisi Ikatan Kimia Ikatan kima adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut : a) atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron) b) penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan c) penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan
1.
Ikatan ion Sebagai contoh pada pembentukan senyawa LiF : Li dengan konfigurasi elektron 2 1, maka akan stabil ingin stabil dengan melepaskan 1 elektron - elektron membentuk Li+ Elektron yang dilepas oleh logam Li ditangkap atom F dengan konfigurasi 2 7. Agar stabil atom F membutuhkan 1 elektron membentuk F-, sehingga 1 atom F membutuhkan 1 atom Li. Pembentukan senyawa LiF dapat digambarkan seperti berikut ini :
93
Contoh lain dalam kehidupan sehari – hari adalah garam dapur yang disebut Natrium Klorida, NaCl merupakan contoh yang mudah untuk memahami terjadinya ikatan ion. 2. Ikatan kovalen Panggambaran ikatan kovalen didasari pada kaidah oktet (delapan) atau octet rule, menurut kaidah ini elektron valensi berjumlah delapan (s2 dan p6) sebagai bentuk kestabilan dari konfigurasi gas mulia, sehingga jumlah 8 (delapan) elektron merupakan jumlah yang harus dipenuhi untuk membentuk ikatan kovalen, kecuali untuk hidrogen hanya dua elektron. Lewis memperkenalkan cara penulisan ikatan dan senyawa kovalen, pasangan elektron yang dipergunakan bersama digambarkan sebagai garis lurus. Gambar 5.8, menjelaskan dan menyederhanakan cara penulisan dan penggambaran senyawa kovalen untuk beberapa senyawa kovalen yang dibentuk dari atom yang berbeda.
Gambar 5.8. Ikatan molekul dengan atom penyusun yang berbeda atom H dan O, membentuk senyawa air Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa pasangan elektron, seperti tunggal contohnya F2 atau H2, namun dapat pula terjadi rangkap dua seperti pada molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen C2H2.
94
Gambar 5.9. Ikatan kovalen rangkap dua pada senyawa CO2 dan rangkap tiga pada senyawa N2 3. Ikatan kovalen koordinasi : Ikatan kovalen koordinasi Berdasarkan asal elektron yang digunakan untuk berikatan, dikenal adanya ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi. Ikatan kovalen terjadi apabila elektron yang digunakan untuk berikatan masing-masing berasal dari dua atom yang berikatan sedangkan ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi apabila elektron ikatan hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan. Contoh: Terbentuknya senyawa BF3 NH 3 .
**
* F* * * **
*o
** ** F **
*o
**
*o
*o
H
*o
H
o*
N
o*
+
** * F* * ** H o B N
*o
*o
* F * * * **
H
*o
** ** F **
* **F * * * *o B
H
Ikatan kov.koordinasi.
H
95
Pembentukan Ikatan Ion dan Kovalen Gambarkan proses terjadinya ikatan kovalen antara unsur-unsur berikut: Konfigurasi electron
Molekul
HCl
C2H4
Na2O
SO3
H3PO4
CCl4
C3H4
MgO
PCl5
BF3
1H
:..………
17F
:………..
Struktur Lewis dari atom
Kekurangan electron / electron yang disumbangkan
Jenis Ikatan
9C
:.............
H∙ ∙∙ ∙ F ∙∙ ∙∙ .................
1H
:...........
.................
...................
..............................
......................
:..........
.................
..................
.............................
......................
8O
:.............
.................
..................
.............................
......................
16S
: ...........
................
................
............................
......................
8O
:............
................
................
.............................
......................
1H
:...........
.................
...................
................................
........................
15P:...........
.................
..................
...............................
.......................
8O
:............
................
..................
................................
.......................
6C
:............
................
.................
...............................
.......................
17Cl:..........
................
..................
................................
......................
...................
................
..................
...............................
.....................
..................
................
..................
...............................
......................
..................
..................
..................
.............................
........................
.................
.................
..................
.............................
.......................
.................
..................
...................
..............................
.........................
.................
..................
..................
.............................
........................
...................
...................
....................
.............................
........................
...................
...................
....................
.............................
........................
11Na
1
Proses terbentuknya ikatan
Ikatan Kovalen Tunggal
1
∙∙ ∙∙ H∙ + ∙ F ∙∙→ H∙∙F∙∙ ∙∙ ∙∙
....................
..............................
.......................
96 Pertanyaan : 1. Buatlah perumusan masalah berdasarkan tabel kegiatan di atas, sesuai dengan jenis ikatan yang terbentuk ?
2. Tentukan hipotesis dari tabel kegiatan di atas, ditinjau dari jumlah elektron valensinya unsur-unsur apakah yang membentuk ikatan kovalen dan ikatan ion ?
3. Buatlah perumusan alternative strategi dari tabel kegiatan di atas, ditinjau jumlah pasangan elektron yang dipakai bersama, sebutkan jenis ikatan kovalen!
4. Berdasarkan tabel kegiatan di atas, tentukan manakah yang menyimpang dari aturan kaidah oktet!
5. Buatlah kesimpulan sesuai dengan tabel kegiatan di atas:
97 Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) Nama/No kelas
: ......................... : .........................
Hari/Tanggal : .........................
A. Kegiatan : Simulasi kepolaran suatu senyawa B. Teori : Senyawa Kovalen Polar dan Non-polar 1. Senyawa kovalen polar Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1 atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan. Contohnya molekul HCl. Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl). 2. Senyawa kovalen non-polar Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom. Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub. Contohnya: H2,Cl2,N2,O2.
98 C. SOAL 1. Isilah kolom dibawah ini, sesuai dengan simulasi yang telah diberikan ! Pengamatan No Zat Cair Kesimpulan Berbelok Tidak berbelok 1 H2O 2 HCl 3 C2H5OH 4 CH3COOH 5 CCl4 2. Diantara zat cair diatas manakah yang bersifat polar dan nonpolar ? ………………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………………
3. Mengapa senyawa polar dapat tertarik oleh medan listrik yang terdapat pada batang penggaris ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Dapatkah kalian menerangkan apakah yang menyebabkan kepolaran suatu zat ? …………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………...
99 Lembar Kerja Praktikum (LKS 3) Nama/No kelas
Kegiatan Tujuan
: ......................... : .........................
Hari/Tanggal : .........................
: Menentukan kepolaran suatu senyawa : Siswa dapat membedakan senyawa polar dan nonpolar melalui data percobaan.
A. Tujuan praktikum Untuk menentukan kepolaran suatu senyawa
B. Dasar Teori Molekul-molekul senyawa polar dapat dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet, sehingga molekul-molekul polar akan menyimpang (membelok) ketika dilewatkan melalui medan listrik dan medan magnet. Sementara itu, untuk zat yang tersusun oleh senyawa-senyawa nonpolar tidak mengalami pembelokkan ketika dilewatkan melalui medan listrik dan medan magnet.
C. Alat dan Bahan Alat : - Buret - Gelas kimia - Penggaris plastik/magnet batang - Kain wol/nilon - Statif - Klem
Bahan : - H2O - C2H5OH - HCl - CH3COOH - CCl4
100 1.
Buatlah perumusan masalah berdasarkan judul dan kegiatan praktikum a. ____________________________________________________________________________ b. ____________________________________________________________________________
2.
Tentukan hipotesis (jawaban sementara) dari masalah tersebut a.____________________________________________________________________________ b.____________________________________________________________________________
3.
Buktikan hipotesis tersebut melalui kegiatan praktikum dibawah ini ! No
Aktivitas
1
Masukkan air kedalam buret.
2
Kemudian Gosokkan penggaris
Pengamatan
plastik/magnet batang pada kain wol/nilon.
3
Alirkan zat cair pada buret dan dekatkan batang penggaris pada aliran tersebut. amati aliran cairan yang keluar dari buret.
4
Ulangi kegiatan tersebut dengan zat cair yang lain : CCl4, asam cuka, alkohol, dan HCl.
4. Analisis data ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ 5.
Kesimpulan
__________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________
101 Lampiran 5 : Instrumen Penelitian UJI KOMPETENSI (Pilihan Ganda) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pokok Bahasan Waktu Nama Kelas
: Kimia : X/Ganjil : Ikatan Kimia : 2 x 45 menit : :
4. Ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif disebut ikatan…. A. Kovalen D. ion B. Semipolar E. rangkap C. koordinasi
1. Diantara unsur-unsur berikut ini yang bersifat stabil adalah…. A. 13 Al D. 20Ca B. 16S E. 35Br C. 18Ar
5. Diantara sifat berikut ini yang bukan merupakan sifat senyawa ion adalah…. A. rapuh B. titik leleh tinggi C. berupa padatan pada suhu ruang D. larutannya dapat menghantarkan listrik E. padatanya dapat menghantarkan listrik
2. Konfigurasi elektron untuk beberapa unsur sebagai berikut dibawah ini: P=2 Q = 2. 8. 2 R = 2. 8. 4 S = 2. 8 T = 2. 2 Unsur-unsur berikut yang paling stabil adalah…. A. P dan T D. P dan S B. Q dan S E. S dan T C. S dan R
6. Salah satu persyaratan adanya ikatan ion adalah…. A. titik didih dan titik lelehnya relatif rendah B. dalam keadaan cair tidak dapat menghantarkan arus listrik C. dalam keadaan padatan dapat menghantarkan arus listrik D. dalam air membentuk larutan yang dapat menghantarkan arus listrik E. umumnya merupakan gas-gas bimolekuler
3. Atom 38X memiliki ciri…. A. mempunyai elektron valensi 4 B. cenderung melepaskan 4 elektron C. cenderung memasangkan 4 elektronnya D. terdapat 2 eletron pada kulit terluarnya E. cenderung menyerap 4 elektron.
7. Elektron valensi gas mulia dibawah ini adalah duplet…. A. 54Xe D. 18Ar B. 86Rn E. 36Kr C. 2He 8. Dari unsur-unsur dibawah ini yang elektron valensinya oktet adalah…. A. 11Na D. 18Ar B. 17Cl E. 16S C. 20Ca
102
9. Struktur lewis dari senyawa H2O2 adalah…. A. H – O – O – H B. O – H – O – H C. O – H – O – O D. H – O – H – O E. O – O – H – H
13. Ikatan kovalen terjadi antara atomatom unsur…. A. golongan IA dan golongan VIIA B. non logam dan non logam C. logam dan nonlogam D. dalam satu golongan E. golongan IA dan IIA
10. Nomor atom unsur P, Q, R, S adalah 6, 9, 11 dan 18. Pasangan unsur-unsur yang diharapkan dapat membentuk ikatan ion adalah…. A. P dan Q D. S dan R B. R dan Q E. P dan S C. Q dan S
14. Di antara molekul-molekul dibawah ini yang mempunyai ikatan kovalen rangkap dua adalah…. A. N2 ( nomor atom N= 7) B. H2 (nomor atom H= 1) C. O2 (nomor atom O= 8) D. H2O E. NH3
11. Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah …. A. terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain pada atom-atom yang berikatan B. adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang saling berikatan C. pemakaian pasangan elektron bersama yang berasal dari salah satu atom yang berikatan D. terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama-sama yang mengakibatkan terjadinya dislokalisasi elektron E. inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan. 12. Ikatan yang terbentuk pada molekul NH3 adalah ikatan…. A. Ion D. kovalen B. Hidrogen E. logam C. Kovalen koordinasi
15. Senyawa dengan rumus molekul dibawah ini yang memiliki ikatan rangkap dua adalah…. A. Cl2 D. CH4 B. N2 E. C2H4 C. NH3 16. Pernyatan yang benar tentang ikatan kovalen koordinasi adalah…. A. melibatkan sepasang elektron untuk dipakai bersama B. ikatan kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron C. ikatan yang tidak digunakan bersama oleh kedua atom yang berikatan D. ikatan yang terbentuk karena adanya gaya tarik E. ikatan yang terbentuk bila pasangan elektron yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan.
103 17. Dari struktur lewis berikut yang menggambarkan ikatan kovalen koordinasi adalah pasangan elektron nomor… A. 1
21. Pasangan molekul dibawah ini yang berikatan kovalen polar adalah…. A. Cl2 dan N2 D. H2O dan CO2 B. Cl2 dan HCl E. CO2 dan SO2 C. HCl dan H2O
B. 2 C. 3 D. 4 E. 5 18. Diketahui susunan elektron dari unsur P=281;R=284 Q=287;S=2882 Pasangan yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah…. A. P dan Q D. P dan R B. Q dan R E. Q dan S C. S dan R 19. Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. pasangan unsur tersebut yang berikatan kovalen adalah…. A. A dan B D. A dan D B. B dan D E. C dan A C. C dan E
20. Diketahui beberapa senyawa 1. Karbon dioksida 2. Karbon monoksida 3. Amonia 4. Air 5. Boron triflourida Diantara senyawa diatas yang bersifat polar adalah…. A. 1 dan 2 D. 4 dan 5 B. 2 dan 3 E. 2 dan 4 C. 3 dan 4
22. Molekul senyawa berikut merupakan molekul senyawa kovalen non polar, kecuali…. A. H2 D. N2 B. HCl E. O2 C. Cl2 23. Keelektronegatifan suatu atom adalah sifat yang menyatakan…. A. besarnya energi yang dilepaskan apabila atom menangkap sebuah elektron dan menjadi ion positif B. besarnya kecenderungan untuk menarik elektron dalam pembentukan ion negatif C. besarnya kecenderungan satu atom untuk menarik elektron D. besarnya kecenderungan untuk melepaskan sebuah elektron dalam pembentukan ion positif E. besarnya enegi yang dipelukan apabila atom melepaskan sebuah elektron dan menjadi ion positif 24. Diketahui harga keelektronegatifan unsur-unsur H, F, Cl, Br, dan I berturut-turut 2,1 ; 4,0 ; 3,5 ; 2,8 ;2,5. Molekul yang paling polar adalah…. A. HF D. HI B. HCl E. IF C. HBr
104 25. Senyawa berikut ini, yang paling polar adalah…. A. CH4 D. BCl3 B. NH3 E. H2O C. Cl2 26. Berikut ini merupakan sifat logam yang berkenaan dengan ikatan yang terjadi pada logam, yaitu : A. daya hantar listrik dan panas dari logam sangat lemah B. massa jenis logam sangat besar dan keras C. logam mudah melepaskan elektron valensinya D. mudah membentuk ikatan ion dengan unsur nonlogam E. titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi Dalam menjelaskan ikatan logam, 27. Kedudukan elektron-elektron dari atom-atom logam dalam membentuk ikatan logam adalah…. A. selalu berada di antara dua atom logam yang berikatan dan dipergunakan secara bersama B. masing-masing atom logam memberikan elektron valensinya kepada atom lain C. tidak terikat pada salah satu ion positif atom, tetapi dapat bergerak bebas sebagai awan elektron D. masing-masing elaktron valensi berada di antara ion positif atom logam yang saling berdekatan satu sama lain E. terikat pada ion positif atom logam tertentu sesuai dengan jumlah proton dari atom logam yang bersangkutan
28. Sifat mengkilap pada logam disebabkan…. A. elektron valensi pada logam sulit untuk bergerak B. elektron valensi pada logam mudah bergerak C. pada logam elektron valensinya sedikit. D. pada logam terjadi ikatan kovalen E. pada logam terjadi ikatan ion 29. Berikut ini merupakan sifat-sifat logam. Kecuali…. A. penghantar panas yang baik B. konduktor yang baik C. dapat ditempa membentuk lempengan D. dapat dijadikan kawat E. berwujud cair pada suhu kamar.
105 Lampiran 6 : Uji Coba Instrumen Penelitian UJI INSTRUMEN PENELITIAN
4. Nomor atom unsur P, Q, R, S adalah 6, 9,
(Pilihan Ganda)
11 dan 18. Pasangan unsur-unsur yang
Mata Pelajaran : Kimia
diharapkan dapat membentuk ikatan ion
Pokok Bahasan: Ikatan Kimia
adalah….
Waktu : 2 x 45 menit
A. P dan Q
D. S dan R
Nama :
B. R dan Q
E. P dan S
Kelas :
C. Q dan S
1. Ikatan kimia antara unsur-unsur dapat
5. Dari unsur-unsur dibawah ini yang elektron
terjadi dikarenakan setiap unsur
valensinya oktet adalah….
memiliki….
A. 11Na
D. 18Ar
A. Lintasan elektron yang banyak
B. 17Cl
E. 16S
B. Neutron dalam inti atom
C. 20Ca
C. Jumlah proton dan elektron D. Massa atom
6. Salah satu persyaratan adanya ikatan ion
E. Kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron pada gas mulia
adalah…. A. Titik didih dan titik lelehnya relatif rendah
2. Diantara unsur-unsur berikut ini yang bersifat stabil adalah…. A.
13
Al
B. 16S
B. Dalam keadaan cair tidak dapat menghantarkan arus listrik
D. 20Ca
C. Dalam keadaan padatan dapat
E. 35Br
menghantarkan arus listrik
C. 18Ar
D. Dalam air membentuk larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
3. Konfigurasi elektron untuk beberapa unsur sebagai berikut dibawah ini:
E. Umumnya merupakan gas-gas bimolekuler
P=2 Q = 2. 8. 2
7. Gas mulia mempunyai konfigurasi elektron
R = 2. 8. 4
paling stabil, pernyataan berikut yang tidak
S = 2. 8
sesuai dengan keadaan gas mulia tersebut
T = 2. 2
adalah….
Unsur-unsur berikut yang paling stabil
A. Di alam sesalu dalam keadaan bebas
adalah….
B. Semua gas mulia tidak dibuat
A. P dan T
D. P dan S
B. Q dan S
E. S dan T
C. S dan R
senyawanya C. Energi ionisasinya terbesar dalam susunan periodenya.
106 D. Makin besar nomor atomnya, maka
12. Unsur Stronsium dengan nomor atom 38 memiliki konfigurasi elektron….
makin reaktif E. Semua elektron gas mulia telah berpasangan
A. 2, 8, 18, 8, 2
D. 2, 8, 18, 10
B. 2, 8, 18, 2
E. 2, 8, 18, 9
C. 2, 8, 8, 18, 10 8. Ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif disebut ikatan….
13. Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah …. A. Terjadi akibat perpindahan elektron
A. Kovalen
dari atom yang satu ke atom yang lain
B. Semipolar
pada atom-atom yang berikatan
C. Koordinasi
B. Adanya pemakaian bersama pasangan
D. Ion
elektron yang berasal dari masing-
E. Rangkap
masing atom yang saling berikatan C. Pemakaian pasangan elektron bersama
9. Elektron valensi gas mulia dibawah ini adalah duplet….
berikatan
A. 54Xe
D. 18Ar
B.
E.
86Rn
yang berasal dari salah satu atom yang
36Kr
C. 2He
D. Terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama-sama yang mengakibatkan terjadinya dislokalisasi elektron
10. Atom 38X memiliki ciri….
E. Inti atom dari atom-atom yang
A. mempunyai elektron valensi 4
berikatan dikelilingi oleh elektron dari
B. cenderung melepaskan 4 elektron
semua atom yang berikatan
C. cenderung memasangkan 4 elektronnya D. terdapat 2 eletron pada kulit terluarnya E. cenderung menyerap 4 elektron.
14. Ikatan kovalen terjadi antara atom-atom unsur…. A. golongan IA dan golongan VIIA
11. Struktur lewis dari senyawa H2O2 adalah….
B. non logam dan non logam C. logam dan nonlogam
A. H – O – O – H
D. dalam satu golongan
B. O – H – O – H
E. golongan IA dan IIA
C. O – H – O – O D. H – O – H – O E. O – O – H – H
107 15. Pada atom unsur 19K akan menjadi stabil apabila... A. mengikat sebuah elektron dan
A. H2
D. N2
B. HCl
E. O2
C. Cl2
membentuk ion KB. mengikat sebuah elektron dan membentuk ion K
19. Senyawa berikut ini, yang paling polar adalah….
+
C. melepaskan sebuah elektron dan membentuk ion KD. melepaskan sebuah elektron dan membentuk ion K
A. CH4
D. BCl3
B. NH3
E. H2O
C. Cl2
+
E. membentuk pasangan elektron
20. Berikut ini merupakan sifat-sifat logam. Kecuali….
bersama
A. penghantar panas yang baik 16. Dari rumus lewis berikut yang
B. konduktor yang baik
menggambarkan ikatan kovalen koordinasi
C. dapat ditempa membentuk lempengan
adalah pasangan nomor….
D. dapat dijadikan kawat 1
A. B. C. D. E.
1 2 3 4 5
E. berwujud cair pada suhu kamar.
3 21. Sifat mengkilap pada logam disebabkan…. 4 4
A. elektron valensi pada logam sulit 5
5
4 17. Diketahui beberapa senyawa 1. Karbon dioksida 4
untuk bergerak 2
B. elektron valensi pada logam mudah bergerak C. pada logam elektron valensinya
2. Karbon monoksida
sedikit.
3. Amonia 4. Air
D. pada logam terjadi ikatan kovalen
5. Boron triflourida
E. pada logam terjadi ikatan ion
Diantara senyawa diatas yang bersifat 22. Suatu unsur bernomor atom 11 berikatan
polar adalah…. A. 1 dan 2
D. 4 dan 5
dengan unsur bernomor atom 17, maka
B. 2 dan 3
E. 2 dan 4
ikatannya terjadi karena….
C. 3 dan 4
18. Molekul senyawa berikut merupakan molekul senyawa kovalen non polar, kecuali….
A. Ikatan logam
D. Ikatan hidrogen
B. Ikatan ion
E. Ikatan kovalen
C. Ikatan kovalen koordinasi
108 23. Diketahui susunan elektron dari unsur
27. Pasangan molekul dibawah ini yang berikatan kovalen polar adalah….
P=281;R=284 Q=287;S=2882
A. Cl2 dan N2
D. H2O dan CO2
Pasangan yang dapat membentuk ikatan
B. Cl2 dan HCl
E. CO2 dan SO2
kovalen adalah….
C. HCl dan H2O
A. P dan Q
D. P dan R
B. Q dan R
E. Q dan S
C. S dan R
28. ikatan yang terbentuk antara unsur karbon dengan unsur khlor dalam senyawa karbon tetrakhlorida adalah ikatan...
24. Ikatan yang terbentuk pada molekul NH3 adalah ikatan…. A. Ion
A. ion
D. kovalen koordinasi
B. logam
E. van der walls
C. kovalen
B. Hidrogen C. Logam D. Kovalen E. Kovalen koordinasi
29. Keelektronegatifan suatu atom adalah sifat yang menyatakan…. A. besarnya energi yang dilepaskan apabila atom menangkap sebuah
25. Atom 21A dan atom 9B akan membentuk senyawa yang….
elektron dan menjadi ion positif B. besarnya kecenderungan untuk
A. berikatan ion dengan rumus kimia A2B
menarik elektron dalam pembentukan
B. berikatan ion dengan rumus kimia AB2
ion negatif
C. berikatan ion dengan rumus kimia AB D. berikatan kovaelen dengan rumus kimia AB2 E. berikatan kovalen dengan rumus kima A2B
C. besarnya kecenderungan satu atom untuk menarik elektron D. besarnya kecenderungan untuk melepaskan sebuah elektron dalam pembentukan ion positif E. besarnya enegi yang diperlukan
26. Ikatan antara dua atom berdasarkan pemakaian elektron bersama disebut
apabila atom melepaskan sebuah elektron dan menjadi ion positif
ikatan…. A. Kovalen koordinasi
30. Diketahui harga keelektronegatifan unsur-
B. Hidrogen
unsur H, F, Cl, Br, dan I berturut-turut 2,1
C. Kovalen
; 4,0 ; 3,5 ; 2,8 ;2,5. Molekul yang paling
D. Ion
polar adalah….
E. Logam
A. HF
D. HI
B. HCl
E. IF
C. HBr
109 D. mudah membentuk ikatan ion dengan 31. Molekul unsur dibawah ini yang memiliki ikatan kovalen rangkap tiga adalah…. A. H2
D. I2
B. Cl2
E. N2
C. O2
unsur nonlogam E. titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi
36. Pada senyawa SO3 terjadi ikatan... A. ikatan ion dan ikatan kovalen rangkap
32. Atom Cl pada molekul Cl2 masing-masing menyumbangkan elektron terluarnya untuk berikatan sebanyak….
dua B. ikatan koordinasi dan ikatan kovalen rangkap tiga
A. 5 elektron
D. 2 elektron
C. ikatan ion dan ikatan logam
B. 4 elektron
E. 1 elektron
D. ikatan ion dan ikatan koordinasi
C. 3 elektron
E. ikatan koordinasi dan ikatan kovalen rangkap dua
33. Senyawa dengan rumus molekul dibawah ini yang memiliki ikatan rangkap dua adalah….
37. Ikatan kovalen koordinasi terdapat pada…. A. H2O +
A. Cl2
D. CH4
B. NH4
B. N2
E. C2H4
C. CH4
D. H2C2O4 E. H2CO3
C. NH3 38. Pernyatan yang benar tentang ikatan 34. Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. pasangan unsur tersebut yang berikatan kovalen adalah…. A. A dan B
D. A dan D
B. B dan D
E. C dan A
C. C dan E
kovalen koordinasi adalah…. A. melibatkan sepasang elektron untuk dipakai bersama B. ikatan kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron C. ikatan yang tidak digunakan bersama oleh kedua atom yang berikatan
35. Berikut ini merupakan sifat logam yang berkaitan dengan ikatan yang terjadi pada logam, yaitu : A. daya hantar listrik dan panas dari logam sangat lemah B. massa jenis logam sangat besar dan keras C. logam mudah melepaskan elektron valensinya
D. ikatan yang terbentuk karena adanya gaya tarik E. ikatan yang terbentuk bila pasangan elektron yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan.
110 39. Unsur P dengan konfigurasi 2 8 5 dan dan unsur R dengan konfigurasi 2 8 7. jika bersenyawa akan membentuk senyawa dengan rumus kimia...
44. Polar atau nonpolar suatu molekul tergantung dari…. A. Bulat atau lonjong posisi antar atom
A. PR
D. P5R7
B. Simetris atau tidaknya posisi antar
B. P3R
E. P3R7
atom
C. PR3
C. Bulat atau tidak posisi antar atom D. Lonjong atau tidak posisi antar atom
40. Pada molekul N2, jumlah pasangan
E. Tumpang tindih atau tidak posisi atom
elektron yang digunakan bersama adalah....
45. Diketahui beberapa unsur yaitu 9F, 17Cl,
A. 1
D. 5
20Ca, 33As, 36Kr.
B. 2
E. 3
keelektronegatifan yang paling besar
Unsur yang memiliki
adalah….
C. 4
41. Dari senyawa-senyawa berikut 1. NaCl 2. NH3
4. H2O
A. Cl
D. As
B. F
E. Ca
C. Kr
5. PCl5
+
3. NH4
46. Diantara sifat berikut ini yang bukan
Yang mempunyai ikatan ion dan ikatan kovalen koordinat adalah….
merupakan sifat senyawa ion adalah…. A. Rapuh
A. 1 dan 2
D. 2 dan 5
B. Titik leleh tinggi
B. 1 dan 3
E. 4 dan 5
C. Berupa padatan pada suhu ruang
C. 2 dan 4
D. Larutannya dapat menghantarkan listrik
42. Senyawa dibawah ini yang menyimpang
E. Padatanya dapat menghantarkan listrik
dari kaidah oktet adalah… A. NaCl
D. NH3
B. CaCl
E. SO3
47. Di antara molekul-molekul dibawah ini yang mempunyai ikatan kovalen rangkap dua adalah….
C. BF3
A. N2 ( nomor atom N= 7) 43. Diketahui nomor atom H=1, C=6, N=7,
B. O2 (nomor atom O= 8)
O=8, P=15, Cl=17. Senyawa berikut
C. H2 (nomor atom H= 1)
mengikuti aturan oktet, kecuali….
D. H2O
A. CHCl3
D. PCl5
B. H2O
E. CH4
C. NH3
E. NH3
111 48. Kedudukan elektron-elektron dari atom-
50. Dalam menjelaskan ikatan logam,
atom logam dalam membentuk ikatan
digunakan teori awan elektron yang
logam adalah….
dikemukakan oleh….
A. selalu berada di antara dua atom logam
A. Druce dan lorenz
D. Langmuir
yang berikatan dan dipergunakan
B. Kossel
E. Lavoiser
secara bersama
C. Dalton
B. masing-masing atom logam memberikan elektron valensinya kepada atom lain C. tidak terikat pada salah satu ion positif atom, tetapi dapat bergerak bebas sebagai awan elektron D. terikat pada ion positif atom logam tertentu sesuai dengan jumlah proton
dari atom logam yang bersangkutan. E. masing-masing elaktron valensi berada di antara ion positif atom logam yang saling berdekatan satu sama lain
49. Unsur A dan B berturut-turut memiliki keelektronegatifan 2,1 ; 3,0. Manakah yang mewakili dari pernyataan tersebut…. A. unsur A lebih mudah menarik elektron B. unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen polar C. pada senyawa AB elektron ikatan akan lebih tertarik kearah atom A D. pada senyawa AB, atom a relatif bermuatan positif dan atom B relatif bermuatan negatif elektron E. unsur A dan B dapat membentuk ikatan ion
122 Lampiran 7 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN “Perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan secara individu pada konsep ikatan kimia”
Jenis pendidikan Mata pelajaran Kelas/semester Konsep bahasan Sub konsep bahasan Jumlah soal Bentuk soal Standar Kompetensi
: SMA : Kimia : X/Ganjil : Ikatan Kimia : Kestabilan atom, ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam. : 50 Soal : Pilihan Ganda : Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Tujuan Pembelajaran : 1. siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan ion 2. siswa dapat menjelaskan proses pembentukkan ikatan kovalen 3. siswa dapat menentukan kepolaran suatu senyawa melalui data percobaan 4. siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan logam.
113
Indikator Pembelajaran 1. Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion
Kunci Indikator Soal
Tingkat kognitif
Ket
E
C1
Invalid
C
C2
Valid
2
D
C1
Invalid
7
D
C2
Valid
3
Soal jawaban
1. Disajikan beberapa sifat unsur, siswa dapat menyebutkan sifat unsur ikatan kimia.
2. Disajikan beberapa unsur, siswa dapat menentukan kestabilan unsur. 3. Disajikan beberapa sifat gas mulia. Siswa dapat menyebutkan definisi yang bukan sifat gas mulia.
4. Disajikan beberapa konfigurasi elektron, siswa dapat menentukan kestabilan elektron.
Ikatan kimia antara unsur-unsur dapat terjadi dikarenakan setiap unsur memiliki…. A. lintasan elektron yang banyak B. neutron dalam inti atom C. jumlah proton dan elektron D. massa atom E. kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron pada gas mulia Diantara unsur-unsur berikut ini yang bersifat stabil adalah…. A. 13 Al D. 20Ca B. 16S E. 35Br C. 18Ar Gas mulia mempunyai konfigurasi elektron paling stabil, pernyataan berikut yang tidak sesuai dengan keadaan gas mulia tersebut adalah…. A. di alam sesalu dalam keadaan bebas B. semua gas mulia tidak dibuat senyawanya C. energi ionisasinya terbesar dalam susunan periodenya. D. makin besar nomor atomnya, maka makin reaktif E. semua elektron gas mulia telah berpasangan Konfigurasi elektron untuk beberapa unsur sebagai berikut dibawah ini: P=2 Q = 2. 8. 2 R = 2. 8. 4 S = 2. 8
No. Uji Coba Instrumen
1
114
5. Disajikan beberapa konfigurasi elektron, siswa dapat menentukan konfigurasi elektron Stonsium. 6. Disajikan ciri-ciri atom X. siswa dapat menentukan ciri-ciri atom X.
7. disajikan beberapa pernyataan tentang kestabilan ion, siswa dapat memahami proses pembentukkan ikatan ion
8. Disajika beberapa jenis ikatan, siswa dapat menentukan ikatan ion berdasarkan nomor atom 9. Disajikan beberapa istilah, siswa dapat menyebutkan definisi
T = 2. 2 Unsur-unsur berikut yang paling stabil adalah…. A. P dan T D. P dan S B. Q dan S E. S dan T C. S dan R Unsur Stronsium dengan nomor atom 38 memiliki konfigurasi elektron…. A. 2, 8, 18, 8, 2 D. 2, 8, 18, 10 B. 2, 8, 18, 2 E. 2, 8, 18, 9 C. 2, 8, 8, 18, 10 Atom 38X memiliki ciri…. A. mempunyai elektron valensi 4 B. cenderung melepaskan 4 elektron C. cenderung memasangkan 4 elektronnya D. terdapat 2 eletron pada kulit terluarnya E. cenderung menyerap 4 elektron. Pada atom unsur 19K akan menjadi stabil apabila... A. mengikat sebuah elektron dan membentuk ion K B. mengikat sebuah elektron dan membentuk ion K+ C. melepaskan sebuah elektron dan membentuk ion K D. melepaskan sebuah elektron dan membentuk ion K+ E. membentuk pasangan elektron bersama Suatu unsur bernomor atom 11 berikatan dengan unsur bernomor atom 17, maka ikatannya terjadi karena…. A. Ikatan logam D. Ikatan hidrogen B. Ikatan ion E. Ikatan kovalen C. Ikatan kovalen koordinasi Ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif disebut ikatan….
A
C2
D
C2
D
Invalid
12
Valid
10
C2
Invalid
15
B
C2
Invalid
22
D
C1
Valid
8
115
ikatan ion.
10. disajikan beberapa sifat fisis senyawa ion, siswa dapat menyebutkan sifat fisis senyawa ion
11. Disajikan syarat-syarat ikatan ion, siswa dapat menyebutkan syarat dari ikatan ion.
12. Disajikan beberapa unsur, siswa dapat menentukan elektron valensi duplet 13.Disajikan beberapa unsur, siswa dapat menentukan elektron valensi oktet. 14. Disajikan beberapa struktur, siswa dapat
A. Kovalen B. Semipolar C. Koordinasi D. Ion E. Rangkap Diantara sifat berikut ini yang bukan merupakan sifat senyawa ion adalah…. A. Rapuh B. Titik leleh tinggi C. Berupa padatan pada suhu ruang D. Larutannya dapat menghantarkan listrik E. Padatanya dapat menghantarkan listrik Salah satu persyaratan adanya ikatan ion adalah…. A. titik didih dan titik lelehnya relatif rendah B. dalam keadaan cair tidak dapat menghantarkan arus listrik C. dalam keadaan padatan dapat menghantarkan arus listrik D. dalam air membentuk larutan yang dapat menghantarkan arus listrik E. umumnya merupakan gas-gas bimolekuler Elektron valensi gas mulia dibawah ini adalah duplet…. A. 54Xe D. 18Ar B. 86Rn E. 36Kr C. 2He Dari unsur-unsur dibawah ini yang elektron valensinya oktet adalah…. A. 11Na D. 18Ar B. 17Cl E. 16S C. 20Ca Struktur lewis dari senyawa H2O2 adalah…. A. H – O – O – H B. O – H – O – H
E
C1
Valid
46
D
C1
Valid
6
C
C2
Valid
9
D
C2
Valid
5
A
C2
Valid
11
116
menuliskan strukutur lewis. 15.Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan ikatan suatu senyawa.
16.Disajikan beberapa nomor atom unsur, siswa dapat membentuk ikatan ion.
2.
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga.
17.Disajikan beberapa definisi ikatan kovalen, siswa dapat menyebutkan definisi ikatan kovalen.
18.Disajikan beberapa jenis ikatan, siswa
C. O – H – O – O D. H – O – H – O E. O – O – H – H Atom 21A dan atom 9B akan membentuk senyawa yang…. A. berikatan ion dengan rumus kimia A2B B. berikatan ion dengan rumus kimia AB2 C. berikatan ion dengan rumus kimia AB D. berikatan kovaelen dengan rumus kimia AB2 E. berikatan kovalen dengan rumus kima A2B Nomor atom unsur P, Q, R, S adalah 6, 9, 11 dan 18. Pasangan unsur-unsur yang diharapkan dapat membentuk ikatan ion adalah…. A. P dan Q D. S dan R B. R dan Q E. P dan S C. Q dan S Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah …. A. terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain pada atom-atom yang berikatan B. adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang saling berikatan C. pemakaian pasangan elektron bersama yang berasal dari salah satu atom yang berikatan D. terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama-sama yang mengakibatkan terjadinya dislokalisasi elektron E. inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan Ikatan yang terbentuk pada molekul NH3 adalah ikatan….
B
C2
B
C4
B
C1
D
C2
Invalid
25
Valid
4
Valid
13
Valid
24
117
dapat menentukan ikatan kovalen.
19.Disajikan proses terjadinya ikatan kovalen, siswa dapat menentukan terjadinya ikatan kovalen 20. Disajikan beberapa molekul, siswa dapat menentukan ikatan kovalen rangkap dua
21. Disajikan beberapa istilah, siswa dapat menyebutkan definisi ikatan kovalen.
22. Disajikan beberapa nama ikatan kimia, siswa dapat menentukan ikatan kimia pada CCl4 23.Disajikan beberapa unsur, siswa dapat menentukan ikatan
A. Ion B. Hidrogen C. Logam D. Kovalen E. Kovalen koordinasi Ikatan kovalen terjadi antara atom-atom unsur…. A. golongan IA dan golongan VIIA B. non logam dan non logam C. logam dan nonlogam D. dalam satu golongan E. golongan IA dan IIA Di antara molekul-molekul dibawah ini yang mempunyai ikatan kovalen rangkap dua adalah…. A. N2 ( nomor atom N= 7) B. O2 (nomor atom O = 8) C. H2 (nomor atom H= 1) D. H2O E. NH3 Ikatan antara dua atom berdasarkan pemakaian elektron bersama disebut ikatan…. A. Kovalen koordinasi B. Hidrogen C. Kovalen D. Ion E. Logam ikatan yang terbentuk antara unsur karbon dengan unsur khlor dalam senyawa karbon tetrakhlorida adalah ikatan... a. ion d. kovalen koordinasi b. logam e. van der walls c. kovalen Molekul unsur dibawah ini yang memiliki ikatan kovalen rangkap tiga adalah…. A. H2 D. I2
B
C2
B
Valid
14
C3
Valid
47
C
C1
Invalid
26
C
C3
Invalid
28
E
C3
Invalid
31
118
kovalen rangkap tiga. 24.Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan ikatan rangkap dua. 25. Disajikan beberapa elektron, siswa dapat Menentukan jumlah elektron dalam suatu molekul 26. Disajikan beberapa jenis ikatan, siswa dapat menentukan ikatan yang terjadi pada senyawa SO3
27.Disajikan beberapa definisi, siswa dapat menentukan definisi ikatan kovelen koordinasi.
B. Cl2 E. N2 C. O2 Senyawa dengan rumus molekul dibawah ini yang memiliki ikatan rangkap dua adalah…. A. Cl2 D. CH4 B. N2 E. C2H4 C. NH3 Atom Cl pada molekul Cl2 masing-masing menyumbangkan elektron terluarnya untuk berikatan sebanyak…. a. 5 elektron c. 2 elektron b. 4 elektron d. 1 elektron c. 3 elektron Pada senyawa SO3 terjadi ikatan... a. ikatan ion dan ikatan kovalen rangkap dua b. ikatan koordinasi dan ikatan kovalen rangkap tiga c. ikatan ion dan ikatan logam d. ikatan ion dan ikatan koordinasi e. ikatan koordinasi dan ikatan kovalen rangkap dua Pernyatan yang benar tentang ikatan kovalen koordinasi adalah…. A. melibatkan sepasang elektron untuk dipakai bersama B. ikatan kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron C. ikatan yang tidak digunakan bersama oleh kedua atom yang berikatan D. ikatan yang terbentuk karena adanya gaya tarik E. ikatan yang terbentuk bila pasangan elektron yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan.
E
C3
E
C3
E
C2
E
C1
Valid
33
Invalid
32
Invalid
36
Valid
38
119
28 .Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan ikatan kovalen koordinasi. 29. Disajikan suatu senyawa, siswa dapat menentukan ikatan kovalen koordinasi dalam suatu senyawa.
Ikatan kovalen koordinasi terdapat pada…. A. H2O d. H2C2O4 + B. NH4 e. H2CO3 C. CH4 Dari rumus lewis berikut yang menggambarkan ikatan kovalen koordinasi adalah pasangan nomor…
B
C2
B
C3
B
C4
C
C3
E
C2
Invalid
37
Valid
16
Valid
23
Invalid
39
Invalid
40
1
1
A. 1 2
B. 2
1 1
C. 3 D. 4
E. 5
4 5
30. Disajikan beberapa konfigurasi elektron, siswa dapat menentukan ikatan kovalen
31. Disajikan konfigurasi elektron, siswa dapat menentukan rumus kimia yang terbentuk
32. Disajikan beberapa jumlah elektron, siswa dapat menentukan
2
Diketahui susunan elektron dari unsur P=281;R=284 Q=287;S=3882 Pasangan yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah…. A. P dan Q D. P dan R B. Q dan R E. Q dan S C. S dan R Unsur P dengan konfigurasi 2 8 5 dan dan unsur R dengan konfigurasi 2 8 7. jika bersenyawa akan membentuk senyawa dengan rumus kimia... a. PR d. P 5R7 b. P3R e. P3R7 c. PR3 Pada molekul N2, jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama adalah.... A. 1 D. 5
120
pasangan elektron N2 33. Disajikan beberapa unsur, siswa dapat menentukan ikatan kovalen
34. Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan ikatan ion dan ikatan kovalen.
35. Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat memahami tentang penyimpangan kaidah oktet. 36. Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menganalisis kestabilan suatu senyawa 3.
Menentukan kepolaran suatu senyawa melalui data percobaan
37. Disajikan beberapa data senyawa, siswa dapat menentukan kepolaran suatu senyawa berdasarkan
B. 2 E. 3 C. 4 Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. pasangan unsur tersebut yang berikatan kovalen adalah…. A. A dan B D. A dan D B. B dan D E. C dan A C. C dan E Dari senyawa-senyawa berikut 1. NaCl 4. H2O 2. NH3 5. PCl5 3. NH4+ Yang mempunyai ikatan ion dan ikatan kovalen koordinat adalah…. A. 1 dan 2 D. 2 dan 5 B. 1 dan 3 E. 4 dan 5 C. 2 dan 4 Senyawa dibawah ini yang menyimpang dari kaidah oktet adalah… A. NaCl D. NH3 B. CaCl 2 E. SO3 C. BF3 Diketahui nomor atom H=1, C=6, N=7, O=8, P=15, Cl=17. Senyawa berikut mengikuti aturan oktet, kecuali…. A. CHCl3 D. PCl5 B. H2O E. CH4 C. NH3 Diketahui beberapa senyawa 1. Karbon dioksida 2. Karbon monoksida 3. Amonia 4. Air
D
C4
B
C2
C
C2
D
C4
C
C3
Valid
34
Invalid
41
Invalid
42
Invalid
43
121
percobaan.
38. Disajikan beberapa pasangan molekul, siswa dapat menyebutkan ikatan kovalen polar 39. Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menyebutkan senyawa kovalen non polar 40. Disajikan beberapa sifat kepolaran, siswa dapat menentukan kepolaran suatu senyawa.
5. Boron triflourida Diantara senyawa diatas yang bersifat polar adalah…. A. 1 dan 2 D. 4 dan 5 B. 2 dan 3 E. 2 dan 4 C. 3 dan 4 Pasangan molekul dibawah ini yang berikatan kovalen polar adalah…. A. Cl2 dan N2 D. H2O dan CO2 B. Cl2 dan HCl E. CO2 dan SO2 C. HCl dan H2O Molekul senyawa berikut merupakan molekul senyawa kovalen non polar, kecuali…. A. H2 D. N2 B. HCl E. O 2 C. Cl2 Polar atau nonpolar suatu molekul tergantung dari….
Valid
17
C
C1
Valid
27
B
C1
Valid
18
B
C1
Invalid
44
Valid
29
a. Bulat atau lonjong posisi antar atom b. Simetris atau tidaknya posisi antar atom c. Bulat atau tidak posisi antar atom d. Lonjong atau tidak posisi antar atom e. Tumpang tindih atau tidak posisi atom
41. Disajikan beberpa definisi, siswa dapat menyebutkan definisi keelektronegatifan suatu atom
Keelektronegatifan suatu atom adalah sifat yang menyatakan…. A. besarnya energi yang dilepaskan apabila atom menangkap sebuah elektron dan menjadi ion positif B. besarnya kecenderungan suatu atom untuk menarik elektronnya C. besarnya kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron dalam pembentukkan ion negatif D. besarnya kecenderungan untuk melepaskan
B
C1
122
42. Disajikan beberapa harga keelektronegatifan, siswa dapat menentukan kepolaran suatu senyawa. 43. Disajikan beberapa unsur, siswa dapat menentukan keelektronegatifan suatu unsur. 44. Disajikan beberapa sifat, siswa dapat menyebutkan sifat keelektronegatifan suatu unsur
4.
Menjelaskan proses
45. Disajikan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan senyawa kovalen polar 46. Disajikan beberapa sifat logam, siswa
sebuah elektron dalam pembentukan ion positif E. besarnya enegi yang dipelukan apabila atom melepaskan sebuah elektron dan menjadi ion positif Diketahui harga keelektronegatifan unsur-unsur H, F, Cl, Br, dan I berturut-turut 2,1 ; 4,0 ; 3,5 ; 2,8 ;2,5. Molekul yang paling polar adalah…. A. HF D. HI B. HCl E. IF C. HBr Diketahui beberapa unsur yaitu 9F, 17Cl, 20Ca, 33As, 36Kr. Unsur yang memiliki keelektronegatifan yang paling besar adalah…. A. Cl D. As B. F E. Ca C. Kr Unsur A dan B berturut-turut memiliki keelektronegatifan 2,1 ; 3,0. Manakah yang mewakili dari pernyataan tersebut…. A. unsur A lebih mudah menarik elektron B. unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen polar C. pada senyawa AB elektron ikatan akan lebih tertarik kearah atom A D. pada senyawa AB, atom A relatif bermuatan positif dan atom B relatif bermuatan negatif elektron E. unsur A dan B dapat membentuk ikatan ion Senyawa berikut ini, yang paling polar adalah…. A. CH4 D. BCl3 B. NH3 E. H2O C. Cl2 Berikut ini merupakan sifat logam yang berkaitan dengan ikatan yang terjadi pada logam, yaitu :
A
C2
B
C2
D
C2
E
C2
D
C1
Valid
30
Invalid
45
Invalid
49
Valid
19
123
terjadinya ikatan logam
dapat menyebutkan sifat logam
47. Disajikan terjadinya ikatan logam, siswa dapat menyebutkan proses terbentuknya ikatan logam
48. Disajikan beberapa nama, siswa dapat menyebutkan penemu teori awan elektron. 49. Disajikan sifat logam, siswa dapat menyebutkan terjadinya sifat logam.
A. daya hantar listrik dan panas dari logam sangat lemah B. massa jenis logam sangat besar dan keras C. logam mudah melepaskan elektron valensinya D. mudah membentuk ikatan ion dengan unsur nonlogam E. titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi Kedudukan elektron-elektron dari atom-atom logam dalam membentuk ikatan logam adalah…. A. selalu berada di antara dua atom logam yang berikatan dan dipergunakan secara bersama B. masing-masing atom logam memberikan elektron valensinya kepada atom lain C. tidak terikat pada salah satu ion positif atom, tetapi dapat bergerak bebas sebagai awan elektron D. terikat pada ion positif atom logam tertentu sesuai dengan jumlah proton dari atom logam yang bersangkutan. E. masing-masing elaktron valensi berada di antara ion positif atom logam yang saling berdekatan satu sama lain. Dalam menjelaskan ikatan logam, digunakan teori awan elektron yang dikemukakan oleh…. A. Druce dan lorenz D. Langmuir B. Kossel E. Lavoiser C. Dalton Sifat mengkilap pada logam disebabkan…. A. elektron valensi pada logam sulit untuk bergerak B. elektron valensi pada logam mudah bergerak C. pada logam elektron valensinya sedikit. D. pada logam terjadi ikatan kovalen E. pada logam terjadi ikatan ion
Valid
35
E
C1
Valid
48
A
C1
Invalid
50
Valid
21
B
C1
124
50. Disajikan sifat-sifat logam, siswa dapat menyebutkan yang bukan sifat logam
Berikut ini merupakan sifat-sifat logam. Kecuali…. A. penghantar panas yang baik B. konduktor yang baik C. dapat ditempa membentuk lempengan D. dapat dijadikan kawat E. berwujud cair pada suhu kamar.
E
C1
Valid
20
SKOR DATA DIBOBOT 125 =================
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN LAMPIRAN 8 : VALIDITAS INSTRUMEN
Jumlah Subyek = 38 Butir soal = 50 Bobot utk jwban benar = 1 Bobot utk jwban salah = 0 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No Urt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
No Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kode/Nama C01 C02 C03 C04 C05 C06 C07 C08 C09 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 C33 C34 C35 C36 C37 C38
Benar 31 15 25 9 26 26 23 25 22 23 6 25 6 23 26 28 6 29 6 17 26 28 25 24 30 26 24 30 11 29 6 26 30 27 17 23 5 17
Salah 19 35 25 41 24 24 27 25 28 27 44 25 44 27 24 22 44 21 44 33 24 22 25 26 20 24 26 20 39 21 44 24 20 23 33 27 45 33
Kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skr Asli 31 15 25 9 26 26 23 25 22 23 6 25 6 23 26 28 6 29 6 17 26 28 25 24 30 26 24 30 11 29 6 26 30 27 17 23 5 17
Skr Bobot 31 15 25 9 26 26 23 25 22 23 6 25 6 23 26 28 6 29 6 17 26 28 25 24 30 26 24 30 11 29 6 26 30 27 17 23 5 17
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 21,08 Simpang Baku= 8,32 KorelasiXY= 0,86 Reliabilitas Tes= 0,92 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No.Urut 1 2 3 4
No. Subyek 1 2 3 4
Kode/Nama Subyek Skor Ganjil C01 14 C02 9 C03 12 C04 4 Page 1
Skor Genap 17 6 13 5
Skor Total 31 15 25 9
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN 12 12 11 12 9 11 1 12 4 11 12 13 2 13 1 10 13 12 12 13 16 14 13 15 7 14 1 15 14 12 8 11 2 10
C05 C06 C07 C08 C09 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 C33 C34 C35 C36 C37 C38
14 14 12 13 13 12 5 13 2 12 14 15 4 16 5 7 13 16 13 11 14 12 11 15 4 15 5 11 16 15 9 12 3 7
26 26 23 25 22 23 6 25 6 23 26 28 6 29 6 17 26 28 25 24 30 26 24 30 11 29 6 26 30 27 17 23 5 17
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16
Kode/Nama Subyek C01 C25 C28 C33 C18 C30 C16 C22 C34 C05
Skor 31 30 30 30 29 29 28 28 27 26
Kode/Nama Subyek Skor C01 31 C25 30 C28 30 C33 30 C18 29 C30 29 C16 28 Page 2
1 1 0
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
6 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
7 7 1 1 2
8 8 1 1 1 1 1 1 1
9 9 1 1 1 1 1 1 1
10 10 1 1 1 1 1 1
11 11 1 1 1 1 1
12 12 1 1 1 1 1 1
13 13 1 1 1 1 1 1 1
14 14 1 1 1 1 1 1
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN C22 28 1 1 C34 27 1 1 C05 26 1 1 10 10
8 9 10
22 34 5 Jml Jwb Benar
1 1 1 9
5
1 1 8
1 1 1 10
1 1 1 9
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C01 C25 C28 C33 C18 C30 C16 C22 C34 C05
Skor 31 30 30 30 29 29 28 28 27 26
15 15 0
16 16 1 1 1 1 1 1 1 7
17 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
18 18 1 1 1 1 1 1 1 1 8
19 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
20 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
21 21 1 1 1 1 1 1 6
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C01 C25 C28 C33 C18 C30 C16 C22 C34 C05
Skor 31 30 30 30 29 29 28 28 27 26
22 22 1 1 1 1 1 1 1 7
23 23 1 1 1 1 1 1 1 1 8
24 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
25 25 1 1 1 1 4
26 26 1 1 2
27 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
28 28 1 1 1 1 1 5
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C01 C25 C28 C33 C18 C30 C16 C22 C34 C05
Skor 31 30 30 30 29 29 28 28 27 26
29 29 1 1 1 1 1 1 1 1 8
30 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
31 31 0
32 32 1 1 2
33 33 1 1 1 1 1 1 1 7
34 34 1 1 1 3
35 35 1 1 1 3
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C01 C25 C28 C33 C18 C30 C16 C22 C34 C05
Skor 31 30 30 30 29 29 28 28 27 26
36 36 0
37 37 1 1 1 1 4
38 38 1 1 1 1 1 5
39 39 0
40 40 1 1
41 41 1 1
42 42 1 1 2
No.Urut
No Subyek
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
Kode/Nama Subyek Skor Page 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 1 25 28 33 18 30 16 22 34 5 Jml Jwb Benar
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN C01 31 1 C25 30 C28 30 C33 30 C18 29 C30 29 1 C16 28 1 C22 28 1 C34 27 1 C05 26 1 4 2
Kode/Nama Subyek C01 C25 C28 C33 C18 C30 C16 C22 C34 C05
Skor 31 30 30 30 29 29 28 28 27 26
1 1 1 1 1 5
1 1 1 1 1 1 6
1 1 1 1 1 1 6
1 1 1 1 1 1 6
1 1 1 1 4
50 50 1 1 1 1 4
Kelompok Asor Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
1 1 0
2 2 1 1 2
3 3 1 1
4 4 1 1 2
5 5 1 1 2
6 6 0
7 7 1 1 1 1 1 5
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
8 8 1 1
9 9 1 1 2
10 10 1 1 1 1 4
11 11 0
12 12 1 1 1 1 4
13 13 1 1
14 14 1 1 2
No.Urut 1 2 3
No Subyek 38 2 29
15 15 -
16 16 1 -
17 17 -
18 18 -
19 19 1 -
20 20 -
21 21 1 -
Kode/Nama Subyek Skor C38 17 C02 15 C29 11 Page 4
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN C04 9 C11 6 C13 6 C17 6 C19 6 C31 6 C37 5 0 1
4 5 6 7 8 9 10
4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
0
0
1
0
1 1 3
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
22 22 1 1 1 1 4
23 23 1 1 2
24 24 1 1 2
25 25 1 1 1 1 1 5
26 26 1 1 2
27 27 1 1
28 28 1 1 1 1 4
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
29 29 0
30 30 1 1 2
31 31 1 1
32 32 1 1 1 1 4
33 33 1 1 2
34 34 0
35 35 0
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
36 36 0
37 37 1 1 2
38 38 1 1 2
39 39 1 1
40 40 1 1 2
41 41 1 1 2
42 42 1 1
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
43 43 1 1 1 1 4
44 44 1 1 1 3
45 45 1 1 1 1 4
46 46 0
47 47 1 1
48 48 0
49 49 1 1
Page 5
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN
No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Subyek 38 2 29 4 11 13 17 19 31 37 Jml Jwb Benar
Kode/Nama Subyek C38 C02 C29 C04 C11 C13 C17 C19 C31 C37
Skor 17 15 11 9 6 6 6 6 6 5
50 50 1 1 1 1 4
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 38 Klp atas/bawah(n)= 10 Butir Soal= 50 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kel. Atas Kel. Bawah 0 0 10 2 9 1 10 2 10 2 9 0 2 5 10 1 10 2 9 4 5 0 8 4 10 1 9 2 0 0 7 1 10 0 8 0 10 1 10 0 6 3 7 4 8 2 9 2 4 5 2 2 9 1 5 4 8 0 9 2 0 1 2 4 7 2 3 0 3 0 0 0 4 2 5 2 0 1 1 2 Page 6
Beda 0 8 8 8 8 9 -3 9 8 5 5 4 9 7 0 6 10 8 9 10 3 3 6 7 -1 0 8 1 8 7 -1 -2 5 3 3 0 2 3 -1 -1
Indeks DP (%) 0,00 80,00 80,00 80,00 80,00 90,00 -30,00 90,00 80,00 50,00 50,00 40,00 90,00 70,00 0,00 60,00 100,00 80,00 90,00 100,00 30,00 30,00 60,00 70,00 -10,00 0,00 80,00 10,00 80,00 70,00 -10,00 -20,00 50,00 30,00 30,00 0,00 20,00 30,00 -10,00 -10,00
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN 41 1 2 42 2 1 43 4 4 44 2 3 45 5 4 46 6 0 47 6 1 48 6 0 49 4 1 50 4 4
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
-1 1 0 -1 1 6 5 6 3 0
-10,00 10,00 0,00 -10,00 10,00 60,00 50,00 60,00 30,00 0,00
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 38 Butir Soal= 50 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) 0 0,00 29 76,32 23 60,53 28 73,68 29 76,32 24 63,16 16 42,11 24 63,16 29 76,32 30 78,95 11 28,95 22 57,89 27 71,05 27 71,05 1 2,63 20 52,63 26 68,42 20 52,63 26 68,42 26 68,42 19 50,00 17 44,74 19 50,00 24 63,16 19 50,00 5 13,16 24 63,16 11 28,95 17 44,74 24 63,16 2 5,26 13 34,21 21 55,26 7 18,42 7 18,42 1 2,63 11 28,95 13 34,21 1 2,63 5 13,16 6 15,79 4 10,53 12 31,58 8 21,05 18 47,37 10 26,32 Page 7
Tafsiran Sangat Sukar Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar Sedang Mudah Mudah Sangat Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sangat Sukar Sukar Sedang Sangat Sukar Sangat Sukar Sukar Sangat Sukar Sedang Sukar Sedang Sukar
47 48 49 50
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN 47 9 23,68 48 8 21,05 49 14 36,84 50 14 36,84
Sukar Sukar Sedang Sedang
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 38 Butir Soal= 50 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Korelasi NAN 0,887 0,604 0,799 0,842 0,798 -0,028 0,778 0,819 0,547 0,474 0,209 0,903 0,578 0,099 0,523 0,910 0,664 0,854 0,910 0,304 0,088 0,407 0,539 0,016 -0,089 0,698 -0,098 0,546 0,585 -0,275 -0,156 0,479 0,367 0,367 0,038 0,220 0,304 -0,242 -0,203 0,031 0,038 -0,020 -0,123 0,081 0,424 0,356 0,404 0,245 0,066 Page 8
Signifikansi NAN Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan -
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) 10 15 20 25 30 40 50
P=0,05 0,576 0,482 0,423 0,381 0,349 0,304 0,273
P=0,01 0,708 0,606 0,549 0,496 0,449 0,393 0,354
Bila koefisien = 0,000
df (N-2) 60 70 80 90 100 125 >150
P=0,05 0,250 0,233 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159
P=0,01 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208
berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH ================= Jumlah Subyek= 38 Butir Soal= 50 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
a 0** 15+ 10-13+ 0-0-111** 22** 2+ 2+ 13+ 0-3++ 1-10-210-20-1-7++ 2+ 0-5++ 24** 5+ 0-0-0-30-1-0-7++ 0-0-0-0-14--
b 37--3++ 28** 3+ 9--12--3++ 6--2++ 4+ 4++ 27** 27** 1-20** 520** 2+ 2+ 19** 17** 19** 4++ 19** 16-624--17** 10--13+ 34++ 4+ 19--12+ 11** 5++ 13+ 5+ 6** 7++ 5++ 8** Page 9
c 8++ 29** 0-9--5--4++ 7+ 629** 3+ 22--11--8--6--8++ 3+ 26** 28--6-16--11--13--5+ 5++ 5** 24** 11** 16--4++ 315--10--21--9++ 1625--13--1** 17--31--4** 8++ 14--
d 7+ 123** 0-29** 24** 16** 24** 3+ 30** 1-1-12+ 1** 8-4+ 14--14+ 1-0-3+ 24** 13--8++ 5+ 20-0-157++ 3+ 7** 7** 9++ 1-7++ 2-11+ 0-18--12** 2-
e 20--0-7-0-10-0-5+ 0-2++ 0-0-0-11570-1-26** 26** 0-0-1-5+ 0-2-11-0-0-2** 13** 21** 6++ 0-1** 0-13** 155** 1-9++ 13-0--
* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN 45 7+ 18** 11--0-46 0-4+ 5+ 19--47 39** 17--8++ 48 7++ 18--3249 1-3- 15--14** 50 14** 9+ 8+ 3-
45 46 47 48 49 50
210** 1-8** 5++ 4+
0 0 0 0 0 0
Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik + : Baik - : Kurang Baik -- : Buruk ---: Sangat Buruk REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 21,08 Simpang Baku= 8,32 KorelasiXY= 0,86 Reliabilitas Tes= 0,92 Butir Soal= 50 Jumlah Subyek= 38 Nama berkas: C:\USERS\COMPAQ\DOCUMENTS\BARU SEMUA SKRIPSI FC\RISKA DAN EFFENDIE.ANA Btr Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Btr Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
D.Pembeda(%) 0,00 80,00 80,00 80,00 80,00 90,00 -30,00 90,00 80,00 50,00 50,00 40,00 90,00 70,00 0,00 60,00 100,00 80,00 90,00 100,00 30,00 30,00 60,00 70,00 -10,00 0,00 80,00 10,00 80,00 70,00 -10,00 -20,00 50,00 30,00 30,00 0,00 20,00 30,00
T. Kesukaran Sangat Sukar Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar Sedang Mudah Mudah Sangat Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sangat Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sangat Sukar Sukar Sedang Page 10
Korelasi NAN 0,887 0,604 0,799 0,842 0,798 -0,028 0,778 0,819 0,547 0,474 0,209 0,903 0,578 0,099 0,523 0,910 0,664 0,854 0,910 0,304 0,088 0,407 0,539 0,016 -0,089 0,698 -0,098 0,546 0,585 -0,275 -0,156 0,479 0,367 0,367 0,038 0,220 0,304
Sign. Korelasi NAN Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Signifikan
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Lampiran 8 VALIDITAS INSTRUMEN -10,00 Sangat Sukar -0,242 -10,00 Sangat Sukar -0,203 -10,00 Sukar 0,031 10,00 Sangat Sukar 0,038 0,00 Sedang -0,020 -10,00 Sukar -0,123 10,00 Sedang 0,081 60,00 Sukar 0,424 50,00 Sukar 0,356 60,00 Sukar 0,404 30,00 Sedang 0,245 0,00 Sedang 0,066
Page 11
Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan -
143 Lampiran 9 : Hasil Data Pretest Eksperimen
A. HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN 1.
Data Pretest Kelas Eksperimen 24 28 31 38 38 45 52
2.
24 28 34 38 41 45 52
24 28 34 38 41 48
24 28 34 38 41 48
24 31 38 38 45 52
Menentukan Skor Maksimum dan Minimum - Skor Maksimum = 52 - Skor Minimum = 24
3.
Menentukan Rentangan Kelas (R) R = Skor Maksimum – Skor Minimum = 52 ─ 24 = 28
4. Menentukan Banyaknya Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (32) = 5,967 ∽ 6
5.
Menentukan Interval Kelas ( I) I=
𝑅 𝐾
28 = 6
= 4,7 ∽ 5
144 6.
Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
a.
𝒇𝒊 9 2 10 3 5 3 32
Interval 24 – 28 29 – 33 34 – 38 39 – 43 44 – 48 49 – 53 ∑
𝒙𝒊 26 31 36 41 46 51
𝒇𝒊. 𝒙𝒊 234 62 360 123 230 153 1162
𝒙𝒊𝟐 676 961 1296 1681 2116 2601
𝒇𝒊. 𝒙𝒊𝟐 6084 1922 12960 5043 10580 7803 44392
Mean 𝒙ˉ ∑𝑓𝑖𝑥𝑖
χˉ =
𝑛
=
1162 32
= 36,31 b. Median 𝑴𝒆 𝑀𝑒 = 𝐿 + 𝐶
0,5 𝑛 – 𝑓2 𝑓1
= 33,5 + 5
0,5 32 − 11 10
= 36 c.
Modus 𝑴𝒐 𝑑1 𝑑1 + 𝑑2 8 = 33,5 + 5 8+7
𝑀𝑜 = 𝐿 + 𝐶
= 36,17 d. Nilai Deviasi Standar S2 = = =
𝑛 ∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖2 −(∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖 )2 𝑛 𝑛 −1 32 44392 −(1162 )2 32(32−1)
1420544 −1350244 992
=
70300 992
= 70,87
S = 𝑆2 = 70,87 SD = 8,42
145 Lampiran 10 : Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
B.
Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
No 1 2 3 3 4 5 6 7 8
Xi 24 28 31 34 38 41 45 48 52 ∑
*Ltab = =
Fi 5 4 2 3 7 3 3 2 3 32
Zn 5 9 11 14 21 24 27 29 32
Zi -1,42 -1,95 -0,59 -0,24 0,24 0,59 1,07 1,43 1,90
Zt 0,4222 0,3289 0,2224 0,0948 0,0948 0,2224 0,3577 0,4236 0,4713
Fz 0,0778 0,1711 0,2776 0,4052 0,5958 0,7224 0,8577 0,9236 0,9713
𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝒏 𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝟑𝟐
= 𝟎, 𝟏𝟓𝟕
Kesimpulan : Ltab ≤ Lhit = 0,11015 ≤ 0,157 Data Berdistribusi Normal
Sz │Fz-Sz│ 0,15625 0,07845 0,28125 0,11015 0,34375 0,06615 0,4375 0,0323 0,65625 0,03145 0,75 0,0276 0,84375 0,01395 0,90625 0,01735 1 0,0287
146
Lampiran 11 : Data Pretest Kelompok Kontrol
A. HASIL PRETEST KELAS KONTROL
1.
Data pretest Kelas Kontrol 21 28 31 34 38 45 48
2.
21 28 31 34 38 45 48
21 31 31 34 41 45
24 31 31 34 41 48
24 31 31 34 45 48
Menentukan Skor Maksimum dan Minimum - Skor Maksimum = 48 - Skor Minimum = 21
3.
Menentukan Rentangan Kelas (R) R = Skor Maksimum – Skor Minimum = 48 ─ 21 = 27
4. Menentukan Banyaknya Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (32) = 5,967 ∽ 6
5. Menentukan Interval Kelas ( I) I=
𝑅 𝐾
27 = 6
= 4,5 ∽ 5
147
6.
Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
a.
𝒇𝒊 5 2 13 2 6 4 32
Interval 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 ∑
𝒙𝒊 23 28 33 38 43 48
𝒇𝒊. 𝒙𝒊 115 56 429 76 258 192 1126
𝒙𝒊𝟐 529 784 1089 1444 1849 2304
𝒇𝒊. 𝒙𝒊𝟐 2645 1568 14157 2888 11094 9216 41568
Mean 𝒙ˉ ∑𝑓𝑖𝑥𝑖
χˉ =
𝑛
=
1126 32
= 35,19 b. Median 𝑴𝒆 𝑀𝑒 = 𝐿 + 𝐶
0,5 𝑛 – 𝑓2 𝑓1
= 30,5 + 5
0,5 32 − 7 13
= 33,96 c.
Modus 𝑴𝒐 𝑑1 𝑑1 + 𝑑2 11 = 30,5 + 5 11 + 11
𝑀𝑜 = 𝐿 + 𝐶
= 33 d. Nilai Deviasi Standar 𝑛 ∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖2 −(∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖 )2 𝑛 𝑛 −1
S2 = = =
32 41568 −(1126 )2 32(32−1)
1330176 −1267876 992
=
62300 992
= 62,80
S = 𝑆2 = 62,80 SD = 7,92
148 Lampiran 12 : Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
B.
Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Xi 21 24 28 31 34 38 41 45 48 ∑
*Ltab = =
Fi 3 2 2 8 5 2 2 4 4 32
Zn 3 5 7 15 20 22 24 28 32
Zi -1,77 -1,39 -0,88 -0,50 -0,14 0,38 0,76 1,26 1,64
Zt 0,4616 0,4177 0,3106 0,1915 0,0557 0,1480 0,2764 0,3962 0,4495
Fz 0,0384 0,0823 0,1894 0,3085 0,4483 0,648 0,7764 0,8962 0,9495
𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝒏 𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝟑𝟐
= 𝟎, 𝟏𝟓𝟕
Kesimpulan : Ltab ≤ Lhit = 0,15025 ≤ 0,157 Data Berdistribusi Normal
Sz │Fz-Sz│ 0,09375 0,05535 0,15625 0,07395 0,21875 0,02935 0,45875 0,15025 0,562 0,1086 0,6875 0,0395 0,75 0,0264 0,875 0,0212 1 0,0505
149
Lampiran 13 : Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
A. Menentukan Fhitung dan Uji Hipotesis Homogenitas Prestest 1.
Berdasarkan nilai standar deviasi kedua data, maka nilai Fhit-nya adalah : Fhit =
𝑉1 𝑉2
= =
(𝑆1)2 (𝑆2)2 70,87 62,80
= 1,13 Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhit dengan Ftab. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah : dk pembilang = n-1 = 32 -1 = 31 dk penyebut = n-1 = 32 -1 = 31 F(30,32)
= 1,82
F(30,40)
= 1,79
F(31,31)
=
= =
2 1,82 + 10 (1,79) 12 3,64+17,9 12 21,54 12
= 1,795 Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, maka kedua data memiliki varians yang homogen.
150 Lampiran 14 : Uji Hipotesis Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
B. UJI HIPOTESIS PRETEST
1. Menentukan nilai–nilai yang telah diketahui dari nilai pretest diperoleh : 𝑥1 ˉ = 36,31 𝑥2 ˉ = 35,19 𝑉1 = S1 2 = 70,87 𝑉2 = S22 = 62,80 2. Menentukan nilai standar deviasi gabungan (dsg) dengan rumus berikut : (𝑛 1 − 1) 𝑠12 + 𝑛 2 − 1 𝑠22 𝑛1 + 𝑛2− 2
dsg =
32−1 70,87 +32−1(62,80)
=
32+32−2
2196,97+1946,8
=
62
= 66,84 = 8,18
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh : thitung =
𝑋1ˉ−𝑋2ˉ 1
1
𝑑𝑠𝑔 𝑛 +𝑛 2 1
=
36,31−35,19 1
1
= =
8,18 32 +32
=
1,12 8,18 0,03125 +0,03125
thit=
1,12 8,18 0,0625 1,12 8,18.0,25
1,12 2,04
=0,55
151 4. Menentukan nilai ttabel derajat kebebasan untuk mencari ttabel adalah : dk = n1 + n2 -2 = 62 pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60) = 2,000 t(0,95)(120) = 1,980 selisih antara ttab (60) dengan dk adalah 2, jadi ttabel untuk 62 adalah : 2
t(0,95)(62) = 2,000 – 62 2 − 1,980 = 2 – 0,0006 = 1,99
5. Menguji hipotesis Pada taraf signifikansi 5% nilai thitung < ttabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
6. Memberikan interprestasi Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Jadi, kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang sama dan dapat diberi perlakuan yang berbeda.
152 Lampiran 15 : Hasil Data Postest Eksperimen
A. HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
1. Data Posttest Kelas Eksperimen 58 59 69 76 76 79 86
59 66 72 76 76 79 86
59 66 72 76 76 79
59 69 72 76 79 86
59 69 72 76 79 86
2. Menentukan Skor Maksimum dan Minimum - Skor Maksimum = 86 - Skor Minimum = 58
3. Menentukan Rentangan Kelas (R) R = Skor Maksimum – Skor Minimum = 86 - 58 = 28
4. Menentukan Banyaknya Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (32) = 5,967 ∽ 6
5. Menentukan Interval Kelas ( I) I=
𝑅 𝐾
28 = 6
= 4,67 ∽ 5
153 6. Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
𝒇𝒊 6 2 7 8 5 4 32
Interval 58 – 62 63 – 67 68 – 72 73 - 77 78 – 82 83 - 87 ∑
𝒙𝒊 60 65 70 75 80 85
𝒇𝒊. 𝒙𝒊 360 130 490 600 400 340 2320
𝒙𝒊𝟐 3600 4225 4900 5625 6400 7225
a. Rata-rata 𝒙ˉ ∑𝑓𝑖𝑥𝑖
χˉ =
𝑛 2320
=
32
= 72,5 b. Median 𝑴𝒆 𝑀𝑒 = 𝐿 + 𝐶
0,5 𝑛 – 𝑓2
= 72,5 + 4
𝑓1
0,5 32 − 15 8
= 73,13 c. Modus 𝑴𝒐 𝑑1 𝑑1 + 𝑑2 1 = 72,5 + 5 1+3
𝑀𝑜 = 𝐿 + 𝐶
= 73,75 d. Nilai Deviasi Standar S2 = = =
𝑛 ∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖2 −(∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖 )2 𝑛 𝑛 −1
32 170250 −(2320 )2 32(32−1)
5448000 −5382400 992
=
65600 992
= 66,13
S = 𝑆2 = 66,13 SD = 8,13
𝒇𝒊. 𝒙𝒊𝟐 21600 8450 34300 45000 32000 28900 170250
154
Lampiran 16 : Uji Normalitas Postest Kelompok Eksperimen
B.
Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Xi 58 59 66 69 72 76 79 86 ∑
*Ltab = =
Fi 1 5 2 3 4 8 5 4 32
Zn 1 6 8 11 25 23 28 32
Zi -1,85 -1,72 -0,86 -0,49 -0,12 0,37 0,74 1,59
Zt 0,4678 0,4573 0,3051 0,1879 0,0478 0,1443 0,2703 0,4441
Fz 0,0322 0,0427 0,1949 0,3121 0,4522 0,6443 0,7703 0,9441
𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝒏
𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝟑𝟐
= 𝟎, 𝟏𝟓𝟕
Kesimpulan : Ltab ≤ Lhit = 0,1448 ≤ 0,157 Data Berdistribusi Normal
Sz 0,03125 0,1875 0,25 0,34375 0,46875 0,71875 0,875 1
│Fz-Sz│ 0,00095 0,1448 0,0551 0,03165 0,01655 0,07445 0,1047 0,0559
155
Lampiran 17 : Hasil Data Postest Kontrol
A. HASIL POSTTEST KELAS KONTROL
1.
Data Posttest Kelas Kontrol 48 59 59 62 66 69 72
2.
52 59 59 66 66 69 72
55 59 62 66 69 69
59 59 62 66 69 69
59 59 62 66 69 69
Menentukan Skor Maksimum dan Minimum - Skor Maksimum = 72 - Skor Minimum = 48
3.
Menentukan Rentangan Kelas (R) R = Skor Maksimum – Skor Minimum = 72 - 48 = 24
4. Menentukan Banyaknya Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (32) = 5,967 ∽ 6
5. Menentukan Interval Kelas ( I) I=
𝑅 𝐾
24 = 6
=4
156 6. Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6 7
𝒇𝒊 1 2 8 4 6 9 2 32
Interval 48 – 51 52 – 55 56 – 59 60 – 63 64 – 67 68 - 71 72 – 75 ∑
𝒙𝒊 49,5 53,5 57,5 61,5 65,5 69,5 73,5
𝒇𝒊. 𝒙𝒊 49,5 107 460 246 393 625,5 147 2028
𝒙𝒊𝟐 2450,25 2862,25 3306,25 3782,25 4290,25 4830,25 5402,25
𝒇𝒊. 𝒙𝒊𝟐 2450,25 5724,5 26450 15129 25741,5 43472,25 10804,5 129772
a. Mean 𝒙ˉ χˉ = =
∑𝑓𝑖𝑥𝑖 𝑛
2028 32
= 63,38 b. Median 𝑴𝒆 𝑀𝑒 = 𝐿 + 𝐶
0,5 𝑛 – 𝑓2 𝑓1
= 67,5 + 4
0,5 32 − 10 9
= 70,17 c. Modus 𝑴𝒐 𝑑1 𝑑1 + 𝑑2 3 = 67,5 + 4 3+7
𝑀𝑜 = 𝐿 + 𝐶
= 68,7 d. Nilai Deviasi Standar Si2 = = =
𝑛 ∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖2 −(∑ 𝑓 𝑖 𝑥 𝑖 )2 𝑛 𝑛 −1 32 129772 −(2028 )2 32(32−1) 4152704 −4112784 992
=
39920 992
= 40,24
S = 𝑆2 = 40,24 SD = 6,34
157
Lampiran 18 : Uji Normalitas Postest Kelompok Kontrol
B. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8
Xi 48 52 55 59 62 66 69 72 ∑
*Ltab = =
Fi 1 1 1 8 4 6 9 2 32
Zn 1 2 3 11 15 21 30 32
Zi -2,36 -1,72 -1,26 -0,63 -0,16 0,47 0,95 1,42
Zt 0,4909 0,4582 0,3962 0,2357 0,0636 0,1808 0,3289 0,4222
Fz 0,0091 0,0418 0,1038 0,2643 0,4364 0,6808 0,8289 0,9222
𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝒏 𝟎,𝟖𝟖𝟔 𝟑𝟐
= 𝟎, 𝟏𝟓𝟕
Kesimpulan : Ltab ≤ Lhit = 0,1086 ≤ 0,157 Data Berdistribusi Normal
Sz 0,03125 0,0625 0,09375 0,34375 0,46876 0,65625 0,9375 1
│Fz-Sz│ 0,02215 0,0207 0,01005 0,07945 0,03235 0,02455 0,1086 0,0778
158
Lampiran 19 : Uji Homogenitas Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
A. Menentukan Fhitung dan uji Hipotesis Homogenitas Posttest 1.
Berdasarkan nilai standar deviasi kedua data, maka nilai Fhit-nya adalah : Fhit =
𝑉1 𝑉2
= =
(𝑆1)2 (𝑆2)2 66,13 40,24
= 1,64 Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhit dengan Ftab. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah : dk pembilang = n-1 = 32 -1 = 31 dk penyebut = n-1 = 32 -1 = 31 F(30,32)
= 1,82
F(30,40)
= 1,79
F(31,31)
=
= =
2 1,82 + 10 (1,79) 12 3,64+17,9 12 21,54 12
= 1,795 Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, maka kedua data memiliki varians yang homogen
159
Lampiran 20 : Uji Hipotesis Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
B. UJI HIPOTESIS POSTTEST
1. Menentukan nilai–nilai yang telah diketahui dari nilai posttest diperoleh : 𝑥1 ˉ = 72,5 𝑥2 ˉ = 63,38 𝑉1 = S1 2 = 66,13 𝑉2 = S22 = 40,24 2. Menentukan nilai standar deviasi gabungan (dsg) dengan rumus berikut : (𝑛 1 − 1) 𝑠12 + 𝑛 2 − 1 𝑠22 𝑛1 + 𝑛2− 2
dsg =
32−1 66,13 +32−1(40,24)
=
32+32−2
2050 ,05+1247 ,44
=
62
= 53,19 = 7,29
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh : thitung =
𝑋1ˉ−𝑋2ˉ 1
1
𝑑𝑠𝑔 𝑛 +𝑛 2 1
=
72,5−63,38 1
1
7,29 32 +32
= 7,29
9,12 0,03125 +0,03125
= 7,29
=
9,12 0,0625
9,12 7,29 .0,25
thit=
9,12 1,82
= 5,01
160
4. Menentukan nilai ttabel derajat kebebasan untuk mencari ttabel adalah : dk = n1 + n2 -2 = 62 pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60) = 2,000 t(0,95)(120) = 1,980 selisih antara ttab (60) dengan dk adalah 2, jadi ttabel untuk 62 adalah : 2
t(0,95)(62) = 2,000 – 62 2 − 1,980 = 2 – 0,0006 = 1,99
5. Menguji hipotesis Pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
6. Memberikan interprestasi Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem solving secara kelompok dengan metode problem solving secara individu.