PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA ANTARA STRATEGI KOOPERATIF METODE PROBLEM POSING DENGAN STRATEGI EKSPOSITORI PADA KELAS X SMA NEGERI 1 HILIRAN GUMANTI
Oleh WILDAYATI BP/NIM: 2008/05640
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013
PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA ANTARA STRATEGI KOOPERATIF METODE PROBLEM POSING DENGAN STRATEGI EKSPOSITORI PADA KELAS X SMA NEGERI 1 HILIRAN GUMANTI Wildayati Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (
[email protected]) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan strategi kooperatif metode problem posing dan yang menggunakan strategi ekspositori. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan Pretest-posttest group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA N 1 Hiliran Gumanti. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling dimana kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Data diperoleh dari tes yang diberikan kepada siswa yaitu tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji T. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan strategi kooperatif metode problem posing dengan strategi ekspositori. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi kooperatif metode problem posing lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori. Kata kunci: hasil belajar, strategi kooperatif, metode problem posing, strategi ekspositori ABSTRACT This study purposes to analyzed the differences between in learning outcomes of students who use cooperative strategy problem posing method and using expository strategy. The type of this study is quasi experimental with pretest-posttest group design. Population of this study was a class X students SMA N 1 Hiliran Gumanti. Sample in this study was determined by purposive sampling technique that X-1 class as an experiment class and X-2 class as a control class. Data were obtained from test that have given for students there were pre test and post test. Data were analyzed by using independent-sample T test. The result of this study showed that there were differences between in learning outcomes of students who use cooperative strategy problem posing method and using expository strategy. Students learning outcomes was taught using cooperative strategy problem posing method higher than the results of students learning that was taught by the expository strategy. Keywords: learning outcomes, cooperative strategy, problem posing method, expository strategy
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu manusia yang beriman, mandiri, maju, cerdas, aktif, kreatif, terampil, bertanggung jawab, serta produktif. Sebagaimana fungsi pendidikan pada Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB II Pasal 3 adalah sebagai berikut “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting, artinya berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Keberhasilan proses belajar ditandai dengan tercapainya tujuan pengajaran serta prestasi belajar yang optimal. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Tu’u (2004:75), “Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah”. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai komponen, diantaranya guru yang dianggap sebagai faktor penyebab paling berpengaruh terhadap hasil belajar. Disinilah pentingnya penguasaan guru terhadap berbagai kompetensi yang diperlukan untuk mendukung keberhasilannya dalam melaksanakan pembelajaran. Satu diantara beberapa kompetensi yang harus dikuasai guru adalah kemampuan
merancang dan menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Slameto (2003:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar salah satunya adalah metode mengajar guru. Guru hendaknya menerapkan metode pembelajaran yang mampu menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dengan motivasi tinggi. Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup sulit untuk dipahami oleh siswa. Mata pelajaran ekonomi mengandung konsep-konsep yang memerlukan pemahaman yang baik. Guru ekonomi harus tepat dalam menggunakan dan mengkombinasikan strategi, metode serta teknik dalam mengajar, sehingga siswa akan mudah memahami konsep-konsep tersebut. Pada saat sekarang ini kita lihat guru ekonomi cenderung hanya menggunakan strategi ekspositori dalam mengajar. Menurut Sanjaya (2009:179) strategi pembelajaran ekspositori adalah “strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal”. Dalam strategi pembelajaran ekspositori, pembelajaran lebih terpusat pada guru dimana guru langsung menyampaikan materi yang telah jadi kepada siswa dan siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2009:78) menjelaskan: “Strategi pembelajaran ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan lainnya dalam pembelajaran ini”. Jadi dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pada pembelajaran ekspositori yang aktif adalah guru dan siswa hanya sebagai penerima pasif. Karena dalam pembelajaran ini guru yang mengelola dan mempersiapkan bahan pelajaran secara tuntas, sedangkan siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan bahan,
karena menerima bahan ajaran dari guru. Pembelajaran ekspositori disebut juga belajar secara konvensinal seperti metode ceramah maupun demonstrasi. Dalam strategi ekspositori menurut Syamsudin dalam Sagala (2009:79) mengemukakan bahwa ”guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib” sehingga siswa kurang memahami pelajaran akibatnya sebagian siswa tidak memperoleh ketuntasan dalam belajar. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti, dapat dilihat hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar ekonomi siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian tengah semester ganjil berikut ini: Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ujian Ekonomi Tengah Semester 1 Rata% %tidak N Jumlah Kelas rata tuntas tuntas o siswa nilai 1 X-1 15.38 84.62 22 53.33 2 X-2 22 55.30 22.22 77.78 3 X-3 20 59.52 25.00 75.00 4 X-4 20 47.20 12.11 87.89 Sumber: guru ekonomi SMAN 1 Hiliran Gumanti Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti, diperoleh gambaran bahwa rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang tidak bervariasi atau cenderung monoton dan kurang menunjang kreatifitas siswa. Guru lebih menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga pembelajaran hanya terpusat kepada guru dan siswa kurang tertarik dan termotivasi dalam belajar. Siswa banyak yang beranggapan bahwa pelajaran ekonomi adalah pelajaran yang membosankan.
Berdasarkan hasil diskusi penulis dengan guru Ekonomi kelas X SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti tentang proses pembelajaran, tergambar fenomena kurang baik dalam belajar, dimana kegiatan siswa hanya mendengar, menyaksikan dan mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis, sehingga materi yang diajarkan sulit mereka pahami. Kemudian pada pertemuan berikutnya, siswa cenderung melupakan materi yang telah diajarkan sebelumnya dan ketika guru menjelaskan, siswa kebanyakan berbicara dengan teman sebangkunya. Hal ini diperkirakan karena mereka tidak paham dengan materi yang diajarkan. Apabila siswa diberikan beberapa pertanyaan atau latihan, kebanyakan siswa belum mampu menyelesaikan dan mereka lebih memilih menyalin atau mencontoh yang dibuat temannya. Untuk itu perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan pemahaman siswa terhadap konsep ekonomi. Salah satunya adalah metode Problem Posing. metode problem posing mulai dikembangkan ditahun 1997 oleh Lyn D. English dalam Handayani (2008:3). Problem posing merupakan istilah dalam bahasa inggris, dalam bahasa Indonesia adalah pembentukan masalah atau pembentukan soal. Sejalan dengan pendapat Silver dalam Irwan (2011:3) “Problem posing merupakan aktifitas yang meliputi merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalahmasalah yang diketahui tersebut serta menentukan penyelesaiannya”. Menurut Brown&Walter (2005:1) problem posing dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih dalam terhadap suatu topik dan juga dapat mendorong siswa menciptakan ideide baru dari topik yang sudah disediakan. Metode problem posing merupakan suatu metode pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri (Handayani, 2008:3). Metode ini dapat dikembangkan oleh guru dengan memberikan pengarahan kepada siswa bahwa siswa dapat mengajukan soal-soal sendiri dan mengerjakannya. Soal yang telah
disusun dapat diajukan sebagai bahan berdiskusi bersama teman sekelompoknya dan hasil yang telah dikerjakan dapat dijadikan sebagai kunci jawaban dari soal-soal yang telah diajukan tersebut. Apabila menemukan permasalahan di dalam menyelesaikan soal tersebut dapat ditanyakan kepada guru pengajar dan dibahas kembali di dalam kelas secara bersama agar memperoleh penyelesaian masalah tersebut. Metode problem posing merupakan salah satu pembelajaran non konvensional yang dalam proses kegiatannya membangun kemampuan berfikir siswa, siswa diberi kesempatan secara luas untuk mengembangkan kreativitasnya. Cara belajar sendiri biasanya sering menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Untuk mengatasinya dapat divariasikan dengan cara belajar bersama dengan teman yang paling dekat atau belajar kelompok (kooperatif). Menurut Lie (2010:13) pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran gotong royong atau kelompok, merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dan menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran Kooperatif siswa bekerja sama untuk mempelajari dan mengerjakan tugas tertentu yang diberikan guru dalam suatu kelompok kecil. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31) agar pembelajaran mencapai hasil yang diinginkan ada lima unsur yang perlu diterapkan dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu (1) Saling Ketergantungan Positif (2) Tanggung Jawab Perseorangan (3) Tatap Muka (4) Komunikasi Antar Anggota (5) Evaluasi Proses Kelompok. Belajar bersama atau belajar kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pemikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang. Diskusi atau belajar kelompok merupakan cara yang lebih baik dalam belajar bersama. Melalui penerapan strategi kooperatif metode problem posing, diharapkan dapat mendidik siswa untuk belajar mandiri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2008), rata-rata prestasi belajar akuntansi pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode problem posing lebih tinggi daripada rata-rata kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional (ceramah). Hal ini yang mendasari peneliti untuk mencoba menerapkan metode Problem Posing pada mata pelajaran Ekonomi. Peneliti ingin melihat apakah metode problem posing juga bisa meningkatkan rata-rata hasil belajar ekonomi. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa menggunakan strategi kooperatif metode Problem Posing dengan strategi pembelajaran Ekspositori. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilaksanakan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilakukan strategi kooperatif metode problem posing, sedangkan pada kelas kontrol dengan strategi ekspositori.Penelitian ini dilakukan di kelas X pada SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti pada tahun ajaran 2012/2013, sedangkan sampelnya adalah kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Variabel dari penelitian ini adalah variabel bebas yaitu penggunaan strategi kooperatif metode problem posing dan variabel terikat yaitu hasil belajar. Sedangkan data penelitian adalah data primer yaitu hasil belajar ekonomi yang diperoleh dari tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Prosedur pengumpulan data yang telah ditetapkan perlu disusun prosedur yang sistematis, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Setelah itu dilakukanlah uji coba instrument penelitian untuk melihat validitas tes, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda soal. Untuk menguji kebenaran hipotesis
yang diajukan dalam penelitian dilakukan uji hipotesis dengan uji T.
ini,
maka
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah proses penelitian selesai dilakukan maka diperoleh nilai hasil belajar siswa berupa nilai pre-test dan post-test. Selisih antara nilai pre-test dan post-test (peningkatan) dapat dijadikan sebagai bahan untuk melihat perkembangan nilai siswa. Berikut ini disajikan nilai pre test siswa kedua kelas sampel: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pretest NO
INTERVAL
PRE TEST KELAS KELAS EKSPERIMEN KONTROL
% Fi % 9.1 0 0.0 27.3 4 18.2 27.3 9 40.9 0.0 1 4.5 22.7 5 22.7 13.6 3 13.6 100.0 22 100.0 Mean 47,27 44.36 Maximum 72 60 Minimum 24 20 standar Deviasi 14.32 11.96 Sumber : Pengolahan Data tahun 2012 1 2 3 4 5 6
73-65 64-56 55-47 46-38 37-29 28-20
Fi 2 6 6 0 5 3 22
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pre-test siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 47,27, nilai maksimum kelas eksperimen yaitu 72, sedangkan nilai terendahnya adalah 24. Jika dilihat dari standar deviasinya, kelas eksperimen memiliki standar deviasi sebesar 14,32 , hal ini berarti rata-rata penyimpangan setiap nilai dengan rata-rata hitung 14,32. Sedangkan nilai rata-rata pre-test siswa kelas kontrol sebesar 44,36, nilai maksimumnya yaitu 60, sedangkan nilai terendah pada kelas kelas kontrol adalah 20. Standar deviasi kelas kontrol sebesar 11,96 artinya rata-rata penyimpangan setiap nilai dengan rata-rata hitung adalah 11,96.
Bila dibandingkan nilai rata-rata kelas, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi yang diperoleh kelas ekperimen dan kelas kontrol diketahui bahwa hasil belajar kelas eksperimen dan kelas control relatif tidak jauh berbeda. Hal ini berarti kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan adalah sama. Diakhir pertemuan dilaksanakan post-test, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PostTest NO
INTERVAL
KELAS EKSPERIMEN
Fi 2 12 4 3 0 1 22
% 1 100-94 9.1 2 93-88 54.5 3 87-82 18.2 4 81-76 13.6 5 75-70 0.0 6 69-64 4.5 100.0 Mean 87.45 Maximum 96 Minimum 68 standar Deviasi 6.90 Sumber : Pengolahan data tahun 2012
KELAS KONTROL
Fi % 0 0.0 1 4.5 0 0.0 9 40.9 6 27.3 6 27.3 22 100 73.64 88 64 5.47
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai rata-rata post-test siswa kelas eksperimen adalah sebesar 87,45, nilai maksimum sebesar 96, dan nilai minimumnya sebesar 68. Standar deviasi untuk kelas ekperimen yaitu 6,91 artinya rata-rata penyimpangan setiap nilai dengan rata-rata nilai hitungnya yaitu 6,91. Sedangkan nilai rata-rata post-test siswa kelas kontrol sebesar 73,64, nilai maksimum sebesar 88, sedangkan nilai minimumnya adalah 64. Standar deviasi kelas kontrol yaitu 5,47 artinya artinya rata-rata penyimpangan setiap nilai dengan rata-rata nilai hitungnya yaitu 5,47. Dilihat dari nilai mean, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasinya menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar dimana nilai mean, nilai maksimum, nilai
minimum dan standar deviasi kelas eksperimen lebih tinggi disbanding kelas control. Berdasarkan perhitungan nilai pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peningkatan Hasil Belajar KELAS EKSPERIMEN NO INTERVAL
KELAS KONTROL
Fi 2 5 3 6 3 3 22
% Fi % 1 71-62 9.09 0 0 2 61-52 22.73 3 13.64 3 51-42 13.64 1 4.55 4 41-32 27.27 4 18.18 5 31-22 13.64 6 27.27 6 21-12 13.64 8 36.36 100 22 100 Mean 40.18 29.27 Maximum 68 56 Minimum 12 12 Standard deviasi 15.39 13.60 Sumber : Pengolahan Data tahun 2012 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ratarata peningkatan nilai pretest ke postest pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata- rata peningkatan nilai pretest ke posttest pada kelas kontrol. Dimana selisih peningkatan kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah 10,91 (40,18-29,27). Uji Hipotesis Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut diketahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas tes kedua sampel dapat diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki varians yang
homogen. Selanjutnya untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa menggunakan strategi kooperatif metode Problem Posing dengan strategi pembelajaran Ekspositori digunakan Uji t. Uji t ini digunakan apabila memiliki jumlah sampel kurang dari 30. Tabel 8. Uji Hipotesis Kelas thit ttab Kesimpulan Pre Test 0,73117 2,017 H0 diterima Post Test 7,35539 2,017 H0 ditolak Gain score 2,49116 2,017 H0 ditolak Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012 Berdasarkan perhitungan uji t dengan = 0,05, untuk pre-test diperoleh thit = 0,73117 dan ttab = 2,017 sehingga thit < ttab artinya tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pre-test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan diberikan kemampuan kedua kelas sampel adalah relatif sama. Berdasarkan perhitungan uji t pada posttest diperoleh thit = 7,35539 dan ttab = 2,017 sehingga thit ttab maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar ekonomi post-test antara kelas eksperimen dengan kelas Kontrol. Sedangkan uji t dengan menggunakan peningkatan Hasil belajar (Gain Score) diperoleh thit = 2,49116 dan ttab = 2,017 sehingga thit ttab maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara rata-rata peningkatan hasil belajar ekonomi post-test antara kelas eksperimen dengan rata-rata peningkatan hasil belajar ekonomi kelas Kontrol. Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan strategi kooperatif metode Problem Posing dengan strategi pembelajaran ekspositori.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, bahwa perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa menggunakan strategi kooperatif metode Problem Posing dengan strategi pembelajaran Ekspositori. Berdasarkan data peningkatan nilai (gain) dari pre test ke post test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji t. Hasil analisis data rata-rata peningkatan hasil belajar kedua kelas sampel menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pembelajaran dengan strategi kooperatif metode problem posing telah menuntut siswa untuk aktif dan mandiri. Sejalan dengan pendapat Handayani (2008), bahwa pada prinsipnya metode problem posing adalah suatu metode pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Peneliti hanya memberi pengarahan, fasilitas dan mendorong siswa dalam belajar sehingga pembelajaran dengan strategi kooperatif metode problem posing ini dapat memberikan masukan yang berarti dalam upaya meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa, meskipun dalam pelaksanaannya dibutuhkan usaha bersama antara siswa dan guru, tanpa adanya kemauan atau motivasi dari siswa dalam belajar dengan metode pembelajaran ini, maka metode pembelajaran ini tidak akan efektif untuk digunakan. Berdasarkan pengamatan peneliti, tingginya hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan strategi kooperatif metode Problem Posing dari pada kelas kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori disebabkan karena pada kelas eksperimen siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran kooperatif metode Problem Posing, pertama peneliti meminta siswa atau anggota kelompok untuk membaca buku sumber, kemudian selesai membaca siswa bersama anggota kelompoknya membentuk soal dan mencari penyelesaian dari soal tersebut. Terakhir,
anggota kelompok yang mewakili kelompoknya mempresentasikan soal yang yang dibuat beserta jawabannya ke depan kelas. Dimana anggota kelompok yang mempresentasikan adalah siswa yang ditunjuk oleh peneliti. Jadi yang menjadi kelebihan dari strategi kooperatif metode Problem Posing dibanding dengan strategi ekspositori adalah (a) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (b) Mendidik siswa berfikir sistematis (c) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan (d) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi (e) Mendatangkan kepuasaan tersendiri bagi siswa jika soal yang dibuat tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain (f) Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan (g) Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya pada kelompok lain (h) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori dan kesimpulan. Jadi, siswa tidak hanya mendengar dan mencatat materi pelajaran tetapi juga melihat, membaca dan mengajukan pertanyaan dan membahasnya dengan teman yang lain sehingga siswa dapat lebih cepat memahami materi pelajaran. Kelebihan lain dari strategi kooperatif metode Problem Posing yaitu lebih menekankan pada pembelajaran kelompok, jadi siswa disini tidak hanya belajar sendiri tetapi juga dapat berdiskusi dengan kelompoknya. Sedangkan pada kelas kontrol peneliti menggunakan strategi pembelajaran ekspositori, dimana peneliti memulai dengan memberikan penjelasan mengenai materi pelajaran kepada siswa secara langsung dengan menggunakan metode ceramah kemudian peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa. Kelemahan dari strategi pembelajaran ekspositori ini adalah siswa tidak dituntut untuk menemukan dan mengolah sendiri materi pelajaran tetapi siswa hanya mengikuti materi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. sebagaimana menurut Syamsudin dalam Sagala (2009: 179) mengemukakan bahwa dalam strategi pembelajaran ekspositori “guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan dengan rapi, sistematik dan lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib”. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru akan berpengaruh terhadap kualitas dan hasil dari proses belajar. Penggunaan Strategi kooperatif metode Problem Posing mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran karena ini berkaitan dengan proses ingatan dan juga menjadikan belajar lebih efisien dan mendorong keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya tidak ada aturan baku dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dalam mempelajari suatu materi. Namun juga tidak ada masalah apabila seorang guru menggunakan beberapa metode pembelajaran yang berbeda, bahwa tidak ada satu metode, teknik, model pembelajaran yang efektif untuk semua jenis materi yang akan diajarkan, melainkan dibutuhkan keterampilan guru dalam memberi variasi dan gabungan dari beberapa jenis, teknik, metode, dan model yang pada akhirnya siswa benar–benar mampu menerima materi dan dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Strategi Kooperatif metode Problem Posing ternyata lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar di kelas X pada mata pelajaran Ekonomi khususnya dalam pokok bahasan permintaan, penawaran, harga keseimbangan dan pasar. Selama penelitian ada beberapa hambatan yang ditemukan. Hal ini terjadi karena peneliti belum memiliki banyak pengalaman mengajar dan Strategi kooperatif metode Problem Posing merupakan pengalaman baru bagi peneliti dan siswa di SMA Negeri 1 Hiliran Gumanti Hambatan yang ditemukan adalah: 1. Kendala utama yaitu penggunaan waktu yang kurang efisien dan efektif, hal ini disebabkan oleh waktu yang tersita karena
2.
3.
4.
penataan kelas sebelum proses pembelajaran dimulai Pada pertemuan pertama siswa kebanyakan bingung dengan metode yang akan digunakan selama proses pembelajaran, sehingga timbul banyak pertanyaan dari siswa Sulitnya menertibkan siswa ketika diskusi kelompok sedang berlangsung yang mengakibatkan suasana kelas menjadi gaduh Adanya siswa yang tidak memiliki buku sumber, sehingga pada saat belajar ada yang memakai buku secara bersama
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa menggunakan strategi kooperatif metode Problem Posing dengan strategi pembelajaran Ekspositori. hasil belajar yang menggunakan strategi kooperatif metode problem posing lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan strategi ekspositori. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan jalan keluar bagi suatu permasalahan rendahnya hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran ekonomi. Jika biasanya guru mata pelajaran hanya menggunakan strategi pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, maka mulai sekarang sebaiknya memperhatikan strategi pembelajaran yang lain. Salah satunya adalah Strategi Kooperatif metode Problem Posing. Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, S., & Walter, M. I. 2005. The art of problem posing Third Edition. Lawrence Erlbaum Associates: London Dimyati dan Mudjiono 2006. Belajar dan Pebelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Handayani, Bestari Dwi. 2008. Efektifitas Penerapan Metode Problem Posing dan Tugas Terstruktur terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Forum Kependidikan Volume 28, Nomor 1 Irianto, Agus. 2007. Statistik, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Irwan. 2011. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, And Share (SSCS) Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning, Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo