Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM POSING DALAM SETTING COOPERATIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X 2 SMA NEGERI 10 BANJARMASIN Intan Rias Rindang Sari, Zainuddin, Abdul Salam, M. Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin Abstract: Students less active for learning because the learning just centered on the teacher so resulted in the low the results of learning and student activities. So the result done to improve student learning outcomes and activities with method of problem posing in setting the model of cooperative learning to electricity dynamic materials. This research was an action research such us: planning, acting, observing, reflection. The techniques of collected data used test, observations, and documentation. Data were analyzed by descriptive quantitative and qualitative. The result showed: (1) the implementation of lesson plan the first cycle is 97,36% and second cycle is 99,08% (2) student activities include be a good listener, want to ask, contribute ideas, and willing to work in the first and second cycle in well criteria, (3) learning outcomes of student in cycle I and II respectively , 66,66% ( not completed), 83,33% (completed). Obtained summary that method of problem posing in setting cooperative learning can improve student learning outcomes and activities. Key words: Learning outcomes, activities, cooperative learning, problem posing, electricity dynamic. merupakan dua konsep yang tidak bisa
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
dipisahkan satu sama lain. Belajar
suatu
kebutuhan pokok bagi kelangsungan
menunjuk
suatu
suatu
dilakukan seseorang sebagai subjek
negara sangat ditentukan oleh kemajuan
yang menerima pelajaran, sedangkan
pendidikan
tersebut.
mengajar menunjuk pada apa yang harus
Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu
dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
pendidikan
pendidikan
Belajar bukan menghafal dan bukan pula
nonformal. Pendidikan formal dapat
mengingat. Belajar adalah suatu proses
diperoleh melalui sekolah dari tingkatan
yang ditandai dengan adanya perubahan
dasar
tinggi.
pada diri seseorang. Perubahan sebagai
Sedangkan pendidikan nonformal dapat
hasil proses belajar dapat ditunjukkan
diperoleh
dalam
negara.
Perkembangan di
negara
formal
hingga dari
dan
perguruan lingkungan
keluarga
pada
berbagai
perubahan
ataupun lingkungan tempat tinggal.
pemahamannya,
Belajar merupakan tindakan dan
apa
yang
bentuk
harus
seperti
pengetahuannya, sikap
dan
tingkah
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
lakunya, keterampilannya, kecakapan
tindakan, maka belajar hanya dialami
dan kemampuannya, daya reaksinya,
oleh siswa sendiri. Belajar dan mengajar
104
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
daya penerimaannya dan lain-lain yang
materi, waktu, karakteristik, dan jumlah
ada pada individu (Sudjana, 2011).
siswa di kelas. Guru aktif menjelaskan
Seorang
guru
sebagai
tenaga
di
depan
kelas
dan
memberikan
pengajar memiliki peran penting dalam
penugasan kepada siswa. Siswa lebih
perkembangan pendidikan. Guru tidak
banyak pasif, bahkan tidak jarang siswa
hanya
yang
bosan mengikuti proses pembelajaran,
dimilikinya begitu saja kepada peserta
hal ini bisa terlihat dari banyaknya siswa
didik,
harus
yang mengantuk dan berbicara kepada
memahami proses belajar mengajar.
temannya pada saat guru menjelaskan
Proses pembelajaran dikatakan baik, jika
materi. Ketika pelajaran berlangsung,
peserta didik mengalami perubahan
sikap kritis dan kreatif siswa dinilai
perilaku sebagai hasil dari pembelajaran
masih kurang, hanya sebagian kecil
itu (Jauhar, 2011).
siswa
mentransfer namun
ilmu
seorang
guru
Hasil observasi di kelas X 2 SMA Negeri
10
pendapatnya
berani saat
mengemukaan
guru
melakukan
diperoleh
umpan balik materi yang disampaikan.
informasi bahwa hasil belajar siswa
Kepasifan siswa dalam belajar fisika
masih lemah, hal ini ditunjukkan dari
membawa
hasil ulangan sebanyak 55,55% dari 36
belajarnya.
siswa
Banjarmasin
yang
memperoleh
nilai
terhadap
hasil
bawah
Model pembelajaran merupakan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
kerangka dasar pembelajaran yang dapat
yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar
diisi oleh beragam mata pelajaran,
75. Rendahnya hasil belajar siswa
sesuai dengan karakteristik kerangka
dikarenakan kondisi pembelajaran yang
dasarnya. Model pembelajaran dapat
berlangsung
muncul dalam beragam bentuk dan
selama
ini
di
dampak
dilakukan
dengan metode ceramah atau lebih
variasinya
didominasi oleh guru. Sebagian besar
filosofis dan pedagogis yang melatar
guru kurang memberikan kesempatan
belakanginya (Majid, 2013).
kepada siswa untuk menyampaikan ideide
yang
ada
padanya.
sesuai
dengan
landasan
Salah satu pembelajaran yang
Guru
berbasis
konstruktivisme
adalah
menjelaskan konsep fisika, memberikan
pembelajaran model kooperatif dengan
contoh
pendekatan problem posing dimana
soal,
penyelesaian rangkuman, latihan.
mendemontrasikan soal,
dan
memberikan
memberikan
Penggunaan
metode
pembelajaran
soal
ini
berorientasi
pada
keterlibatan siswa secara aktif dalam
yang
memahami
digunakan harus disesuaikan dengan
materi
pembelajaran,
mengembangkan kemampuan berpikir
105
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
dalam menyelesaikan masalah serta
cooperative
menimbulkan sikap positif terhadap
meningkatkan hasil belajar siswa, maka
fisika (Suryosubroto, 2009).
peneliti akan melakukan penelitian yang
Model kooperatif dengan metode problem
posing
menggunakan
learning
dapat
berjudul “Meningkatkan hasil belajar
pola
melalui metode problem posing dalam
belajar kelompok yang sangat efektif
setting
membiasakan siswa dalam merumuskan,
pembelajaran fisika di kelas X 2 SMA
menghadapi, menyelesaikan soal-soal,
Negeri 10 Banjarmasin”. Dari rumusan
serta mengembangkan aktivitas untuk
masalah di atas, dapat diidentifikasi
menjalin
beberapa pertanyaan penelitian sebagai
kerjasama
dan
saling
cooperative
learning
pada
ketergantungan dalam struktur tugas,
berikut:
tujuan, dan penghargaan.
a. Bagaimana keterlaksanaan Rencana
Beberapa kelebihan metode ini antara
lain;
berpikir,
mendidik siswa
siswa
aktif
selama
proses
belajar
mengajar
dalam
melalui metode problem posing
pembelajaran, perbedaan pendapat siswa
dalam setting cooperative learning
dapat
pada pembelajaran fisika dikelas X
diketahui
aktif
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sehingga
mudah
diarahkan pada diskusi yang sehat,
2 SMA Negeri 10 Banjarmasin?
belajar menganalisis suatu masalah dan
b. Bagaimana
hasil
belajar
siswa
mendidik siswa percaya pada diri sendiri
melalui metode problem posing
(Shoimin,
metode
dalam setting cooperative learning
semacam ini, kreativitas siswa dapat
pada pembelajaran fisika dikelas X
tumbuh,
2 SMA Negeri 10 Banjarmasin?
2014). sehingga
Dengan diharapkan
hasil
belajar siswa meningkat. Septina (2014)
c. Bagaimana aktivitas siswa melalui
menyatakan bahwa dengan menerapkan
metode
pembelajaran
dengan
setting cooperative learning pada
untuk
pembelajaran fisika dikelas X 2
pendekatan
kooperatif problem
posing
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
problem
posing
dalam
SMA Negeri 10 Banjarmasin?
siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
akan
melakukan
KAJIAN PUSTAKA
penelitian
Metode Problem Posing
tindakan kelas. Peneliti berkeyakinan dengan didukungnya beberapa penelitian relavan problem
bahwa posing
penerapan
metode
dalam
setting
Problem metode mengharuskan
106
posing pembelajaran siswa
merupakan yang menyusun
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal
menjadi
yang
lebih
Dalam
pertanyaan-pertanyaan sederhana.
belajar
pelaksanaan
mengajar,
kegiatan
guru
hendaknya
Diharapkan
memilih strategi yang melibatkan siswa
pembelajaran dengan metode problem
aktif dalam belajar, baik secara mental,
posing dapat meningkatkan motivasi
fisik, maupun sosial. Pengajuan soal
siswa
sehingga
merupakan tugas yang mengarah pada
pembelajaran yang aktif akan tercipta,
sikap kritis dan kreatif sebab siswa
siswa tidak akan bosan dan akan lebih
diminta untuk membuat pertanyan dari
tanggap.
akan
informasi
mempengaruhi hasil belajarnya dan akan
dikaitkan
dengan
menjadi lebih baik.
kemampuan
siswa,
untuk
belajar
Dengan
Problem
begitu
posing
beberapa
pengertian.
perumusan
soal
yang
diberikan.
Apabila
peningkatan pengajuan
soal
memiliki
merupakan sarana untuk merangsang
Pertama,
kemampuan tersebut. Hal ini karena
sederhana
atau
siswa perlu membaca suatu informasi
perumusan ulang soal yang ada dengan
yang diberikan dan menginformasikan
beberapa
pertanyaan
perubahan
agar
lebih
sederhana dan dapat dipahami dalam
secara
verbal
maupun
tertulis.
memecahkan soal yang rumit. Kedua,
Dalam
problem posing
siswa
perumusan soal yang berkaitan dengan
tidak hanya diminta untuk membuat soal
syarat-syarat pada soal yang telah
atau
diselesaikan untuk mencari alternatif
tetapi
pemecahan lain. Ketiga, perumusan soal
Penyelesaian dari soal yang mereka buat
dari informasi atau situasi yang tersedia,
bisa dikerjakan sendiri, meminta tolong
baik dilakukan sebelum, ketika atau
teman, atau dikerjakan secara kelompok.
setelah penyelesaian suatu soal.
Dengan mengerjakan secara kooperatif
Pembelajaran
mencari
suatu
pertanyaan,
penyelesaiannya.
model
akan memudahkan pekerjaan karena
soal
dipikirkan bersama-sama. Selain itu,
(problem posing) pada intinya meminta
dengan belajar kelompok suatu soal atau
siswa untuk mengajukan soal atau
masalah
masalah. Permasalahan yang diajukan
banyak cara dan banyak penyelesaian.
dapat berdasarkan pada topik yang luas,
Hal ini sesuai dengan Harisantoso
masalah yang sudah dikerjakan, atau
(2002) bahwa pengajuan soal juga
informasi tertentu yang diberikan oleh
memberikan kesempatan kepada siswa
guru.
untuk aktif secara mental, fisik, dan
pemberian
tugas
dengan
mengajukan
pengajuan
dapat
diselesaikan
dengan
sosial, di samping memberi kesempatan
107
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
kepada peserta didik untuk menyelidiki
Cooperative Learning (CL)
dan membuat jawaban yang divergen
Belajar merupakan proses untuk
(Shoimin, 2014).
mencapai hasil belajar. Hasil belajar
Langkah-langkah problem posing
diperoleh
(Shoimin, 2014), sebagai berikut:
latihan
memahami suatu bahan yang telah
soal
diajarkan. Dimyati dan Mudjiono (2006)
secukupnya
menyatakan
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah
soal
dan
bersangkutan
siswa
harus
Tindakan
sisi
guru
itu, hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang
untuk menyajikan soal temuannya di
dimiliki
depan kelas. Dalam hal ini, guru
siswa
setelah
mendapat
perlakuan dari pengajar (guru).
secara
Pembelajaran
selektif berdasarkan bobot soal yang
learning
diajukan. tugas
dari
merupakan puncak belajar. Oleh karena
d. Secara acak, guru menyuruh siswa
memberikan
mengajar
belajar dan dari sisi siswa hasil belajar
heterogen.
e. Guru
belajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil
dengan membentuk kelompok yang
siswa
hasil
tindak belajar dan tindak mengajar.
mampu
pula dilakukan secara kelompok
menentukan
bahwa
merupakan hasil dari suatu interaksi
yang
menyelesaikannya. Tugas ini dapat
dapat
proses
kemampuan siswa dalam menyerap atau
kepada para siswa memberikan
akhir
pembelajaran dan berkaitan dengan
a. Guru menjelaskan materi pelajaran b. Guru
pada
adalah
pembelajaran
rumah
cooperative salah
dimana
satu
model
siswa
belajar
dalam kelompok-kelompok heterogen
secara individual.
untuk
Kelebihan metode problem posing
mencapai
hasil
belajar
pengetahuan akademik dan keterampilan
(Shoimin, 2014):
sosial. Landasan teoritik pembelajaran
a. Mendidik murid aktif berpikir
CL
b. Siswa aktif dalam pembelajaran c. Perbedaan pendapat antara siswa
adalah
teori
belajar
kognitif-
konstruktivis
oleh
Vygotsky
yang
menekankan pada hakikat sosiokultural
dapat diketahui sehingga mudah
dari pembelajaran. Hasil belajar siswa
diarahkan pada diskusi yang sehat
melalui
d. Belajar menganalisis suatu masalah
pembelajaran
pengetahuan
e. Mendidik anak percaya pada diri
akademi
CL
adalah
dan
sosial.
Keterampilan kooperatif tingkat dasar
sendiri
meliputi
menggunakan
menghargai
108
konstribusi,
kesepakatan, mengambil
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
giliran. Keterampilan kooperatif tingkat
jumlah siswa sebanyak 36 orang yang
menengah
umurnya berada dalam kisaran 15-16
meliputi
penghargaan,
menunjukkan
mendengarkan
secara
tahun. Objek penelitian adalah hasil
aktif, bertanya. Keterampilan kooperatif
belajar pada pembelajaran fisika melalui
tingkat mahir meliputi, menanyakan
metode problem posing dalam setting
kebenaran,
cooperative learning.
menetapkan
berkompromi.
Lingkungan
tujuan, Belajar
Pembelajaran CL yaitu demokratis dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
berpusat pada siswa. Pembelajaran CL sesuai
dengan
Analisis keterlaksanaan RPP metode problem posing dalam setting cooperative learning Keterlaksanaan RPP metode
prinsip-prinsip
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), terutama Learning
problem
Community. Keunggulan Pembelajaran
dengan
serta siswa dapat membantu teman.
rata-rata
penilaian
keterlaksanaan RPP oleh dua orang pengamat
METODE
yang
selanjutnya
dikategorikan dengan kriteria sangat
Jenis penelitian yang digunakan
kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
baik.
yang bertujuan untuk meningkatkan
Pada pertemuan pertama guru
hasil belajar siswa kelas X 2 SMA
belum semua kegiatan mendapat kriteria
Negeri 10 Banajrmasin. Model-model
sangat baik. Hal ini dikarenakan guru
penelitian tindakan kelas dikemukakan
yang masih canggung dan pengunaan
oleh beberapa orang ahli dengan bagan
waktu yang belum efisien. Pada kegiatan
yang berbeda. Namun secara garis besar
membuat
terdapat empat tahapan yang lazim pelaksanaan,
setting
lembar pengamatan dan dinyatakan
konsep sulit, siswa dapat berpikir kriti,
yaitu
dalam
cooperative learning diukur dengan
CL adalah siswa dapat memahami
dilalui,
posing
(1) (3)
perencanaan,
(2)
pengamatan,
(4)
pertanyaan
berdasarkan
demonstrasi (problem posing) siswa masih mengalami kebingungan karena belum terbiasa dengan metode yang
refleksi.
diterapkan oleh guru. Namun pada
Subjek penelitian tindakan ini
pertemuan kedua guru sudah terbiasa
adalah siswa kelas X 2 SMAN 10
dengan keadaan kelas dan mampu
Banjarmasin semester genap (semester
menggunakan waktu dengan efisien
2) tahun pelajaran 2015/2016 dengan
sehingga
109
keterlaksanaan
RPP
pada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
siklus
I
secara
keseluruhan
sudah
Ketuntasan individual pada siklus
terlaksana dengan sangat baik dengan
II
reliabilitas 97,36%.
ketuntasan individual sudah tercapai
belum tuntas, sedangkan 30 siswa
guru. Siswa sudah mampu berdiskusi
lainnya sudah mencapai ketuntasan.
dengan baik untuk membuat pertanyaan
Hasil yang diperoleh telah melebihi
berdasarkan demonstrasi yang dilakukan
batas indikator ketuntasan individual
oleh guru. Kegiatan pada pertemuan
siswa sebesar 80 %. Hal ini dikarenakan
pertama maupun kedua sudah rata-rata sangat
guru melakukan tindakan perbaikan
baik.
untuk
Keterlaksanaan RPP pada siklus II
siklus
II
mengalami
RPP
dengan metode problem posing dalam
pada
setting
peningkatan
refleksi pada siklus I.
Aktivitas siswa adalah keaktifan siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa
yang
yang diukur menggunakan tes hasil pembelajaran
didapatkan
pembelajaran
baik,
bertanya,
memberikan
anggota kelompok yang diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang
cooperative learning. Hasil belajar siswa skor
proses
pendapat, dan saling bekerja sama antar
dengan
metode problem posing dalam setting jika
selama
berlangsung meliputi menjadi pendengar
adalah tingkatan ketercapaian idikator,
tuntas
dapat
Aktivitas siswa
Hasil belajar siswa
dikatakan
learning
materi listrik dinamis.
guru melakukan perbaikan berdasarkan
pada
cooperative
meningkatkan hasil belajar siswa pada
dibandingkan pada siklus I, dikarenakan
belajar
pencapaian
demikian, terlihat bahwa pembelajaran
dengan sangat baik dengan reliabilitas Keterlaksanaan
meningkatkan
ketuntasan individual siswa. Dengan
secara keseluruhan sudah terlaksana 99,08%.
dimana
orang siswa hanya 6 orang siswa yang
memahami metode yang diterapkan oleh
kriteria
peningkatan
sebesar 83,33 % yang artinya dari 36
Pada siklus II siswa sudah mulai
mendapatkan
mengalami
didapat dari hasil diskusi antara dua
yang
pengamat kemudian ditentukan rata-rata
75. Ketuntasan individual
aktivitas
pada siklus I adalah sebesar 66,66%
siswa
selama
pengajaran.
Aktivitas siswa pada siklus I belum
yang artinya dari 36 siswa ada 12 orang
mencapai
siswa yang masih belum tuntas dan 24
kriteria
yang
diinginkan.
Siswa terlihat sangat pasif dalam proses
siswa lainnya sudah tuntas. Hasil yang
pembelajaran. Pada aktivitas menjadi
diperoleh belum mencapai indikator
pendengar yang baik dan saling bekerja
ketuntasan individual sebesar 80%.
sama sudah baik, namun masih ada
110
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
beberapa
siswa
yang
terlihat
10
mementingkan diri sendiri.
peningkatan.
listrik dinamis dengan cara:
Aktivitas
(1) Menyampaikan memotivasi
baik. Aktivitas menjadi pendengar yang juga
salah
mengalami
cara
peristiwa sehari
dalam
hari
yang
informasi
berupa
pokok pokok materi tentang materi
berpusat pada siswa, sehingga dapat
yang
menimbulkan keaktifan siswa.
disampaikan
serta
memberikan kesempatan kepada
Berdasarkan peningkatan aktivitas
siswa untuk menanyakan materi
dengan
yang belum dipahami.
metode problem posing dalam setting learning
satu
(2) Menyajikan
siklusnya agar proses pembelajaran
cooperative
dengan
disampaikan.
dianggap masih kurang pada setiap
pembelajaran
dan
berkaitan dengan materi yang akan
karena adanya perbaikan-perbaikan yang
maka
siswa
kehidupan
peningkatan. Peningkatan ini terjadi
siswa,
tujuan
menyampaikan informasi berupa
baik, memberikan pendapat, dan saling sama
ditingkatkan
setting cooperative learning pada materi
bertanya meningkat menjadi dan sudah
bekerja
dapat
melalui metode problem posing dalam
Pada siklus II aktivitas siswa mengalami
Banjarmasin
(3) Mengorganisasikan siswa kepada
efektif
kelompok-kelompok belajar dengan
meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini
cara
sejalan dengan pendapat Suryosubroto
kelompok
(2009) yang mengatakan bahwa model
terdiri dari 6 orang anak serta
pembelajaran dengan metode problem
membagikan lembar kerja siswa ke
posing
tiap-tiap kelompok.
dalam
setting
cooperative
learning berorientasi pada aktivitas dan
membagi
siswa
kecil,
(4) Membimbing
kedalam
masing-masing
kelompok
bekerja
keterlibatan siswa secara aktif dalam
dan belajar dengan cara melakukan
memahami
demonstrasi
materi
pembelajaran,
pengetahuan
dan
mengembangkan kemampuan berfikir
keterampilan menggunakan media
dalam menyelesaikan masalah serta
untuk menjelaskan penerapan maeri
menimbulkan sikap positif terhadap
yang
fisika.
membimbing
diajarkan
serta
siswa
untuk
berdiskusi mengajuka pertanyaan
SIMPULAN Berdasarkan
akan
temuan
dari informasi yang disajikan dan
hasil
mencari penyelesaiannya.
penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri
111
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
(5) Evaluasi dengan cara membimbing
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
siswa untuk berdiskusi membahas penyelesaian dari LKS.
Septina, Herda., Sri Hartini, & Suiydno. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Promblem Posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 2(1), 88-97
(6) Memberikan penghargaan dengan mengajak siswa untuk memberikan tepuk
tangan
untuk
siswaatau
kelompok lain yang berprestasi yaitu
jika
menyelesaikan membimbing
benar
dalam
LKS
serta
siswa
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:ArRuzz Media.
untuk
menyimpulkan pembelajaran pada hari ini.
Sudjana, N. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
DAFTAR PUSTAKA
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati, dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
112