PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN DANA (FUNDRAISING)WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : RISCHA ASTUTY HANDAYANI NIM. 1070 4630 2306
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Mei 2011 M Jumadil1432 H
Penulis
iv
MOTTO Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halamannya tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan, berlelah lelahlah manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan, jika mengalir jernih, jika tidak akan keruh menggenang, Singa jika tak tinggalkan sarangnya maka ia tak akan mendapatkan mangsanya, Anak panah jika tak tinggalkan busurnya maka tak akan kena sasaran, Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang, Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang, Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan. (Imam Syafi‟i)
PERSEMBAHAN 1) Kedua orangtuaku, yang telah membesarkan dan mendidik dengan cinta, kesabaran dan pengorbanannya. 2) Adikk-adikku tercinta, Rifa Nuraini H, Rafif dan Ramlan yang selalu memberikan semangat dan dukungan pada setiap langkahku. 3) Kekasihku Azis Ariyanto, yang dengan kesabaran memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
v
ABSTRACT Waqf is an Islamic economic instruments that have not been empowered optimally in Indonesia. Whereas in some other countries, like Egypt and Bangladesh, endowments have been developed in such a way that a funding source inexhaustible for the economic development race. In conditions such as the middle of the economic slump experienced by Indonesia at this time, it would be nice if we consider the development of this waqf instrument. The core teachings contained in the deeds themselves waqf waqf property requires that it should not be simply buried with no results that will be enjoyed by people in need. More and more the result of waqf property that can be enjoyed by people, the greater the rewards that will flow to the wakif. Funds can be raised through Cash Waqf Certificate this will be managed by an investment management. Investment management in this case acts as Nadzhir (waqf fund manager) who will be responsible for managing waqf property. The issue is now how to model and mechanism for implementation of Cash Waqf Certificate can be applied in Indonesia, involving pre-existing infrastructure and adapt them to the structure of Indonesian society and culture itself. With the weigh and accommodate the group objected to the legal status of cash waqf as the Shafi'i madhhab that alarming ending principal endowments, it is very urgent to be formulated and formulated a model and a kind of early warning mechanisms to control and avoid the risk reduction of capital endowments in the context of risk management, although funds played in the real sector investment, as well as alternative uses conventional methods and underwriting of Islamic insurance. Tergalinya tremendous potential of waqf funds is expected through Cash Waqf Certificate impelemntasi the welfare of society as a terkoordinatif, synergetic, systematically and professionally. In addition to professionalism, integrity challenge trust and confidence (trust) for the management of social funds (volunteer). This research approach using Empirical Legal namely a method or procedures used to solve the problem by first examining the existing secondary data and then proceed with a study of the primary data in the field. The data used are primary data that is data obtained directly from the field by using questionnaires or interviews, as well as secondary data obtained by literature study method. Analysis of the data used is a qualitative analysis drawing conclusions deductively. Based on the research, can know how the system Endowment Money-raising conducted by the state Endowments Institute (BWI) and Private Endowments Institute (Wallet Dhuafa Republika), comparing the advantages and disadvantages of the system of raising money waqf endowments in both institutions, as well as to identify the opportunity and challenges faced in conducting fund raising and development of waqf waqf money on Wallets Dhuafa Indonesia Republika and the National Endowments Keywords: Fund Raising Waqf, Endowments Money, Nazhir.
vi
ْسين الَّلي ِبَ ا َّلل ْس َموي ِبي ا َّلل ِب ِبين ِب ِب KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah SWT, dan didorong oleh keinginan yang luhur, Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul “PERBANDINGAN
SISTEM
PENGHIMPUNAN
DANA
(FUNDRAISING)WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA”. Sebagai suatu syarat untuk mendapatkan derajat sarjana S1 pada Program Studi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penulisan skripsi ini sejak penyusunan rancangan penelitian, studi kepustakaan, pengumpulan data di lapangan serta pengolahan hasil penelitian sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik sumbangan pemikiran maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenakanlah penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas
vii
Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat penyelesaian tugas akhir. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat dalam mengikuti perkuliahan. 3. Bapak Dr. Alimin Mesra, M.Ag., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah sangat banyak meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi. 4. Bapak Afwan Faizin, sebagai Pembimbing Akademik yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Segenap pihak Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini khusunya kepadaBapak Hendra Djatnika dan Bapak Sigit Indra Priantoyang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia. 6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. viii
7. Orang Tua ku Tercinta Bapak Lugimin Hadi Sugianto dan Ibu Iis Handayani, AdikuTersayang Rifa Nur‟aini Hadi, Rafif Izhar Hadi dan Ramlan Haidar Hadidan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Kekasihku Azis Ariyanto, yang dengan kesabaran memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Untuk teman-temanku di Jurusan Ziswaf‟07 (Nova, Marni, Faiz, Afifah, Putri, Sifa, Ratih, Ela, Diah, Winda, Sela, Rikat, Riyan Sanjaya dan teman- teman seperjuangan dari awal hingga akhir dalam perkuliahan dan penulisan skripsi terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 10. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Jurusan Manajemen Zakat dan Wakaf angkatan 2007. Penulis hanya mampu berharap semoga bantuan yang telah diberikan dalam bentuk apapun dapat menjadi amal baik yang diterima disisi Allah SWT. Semoga skripsi yang sederhana dan masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Jakarta, 26 Mei 2011 M Jumadil 1432 H
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
iii
LEMBAR PERNYATAAN
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
x
BAB I : PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
7
D. Review Studi Terdahulu
7
E. Kerangka Teori
9
F. Metode Penelitian
12
G. Sistematika Penulisan
16
BAB II : LANDASAAN TEORI TENTANG WAKAF UANG
18
A. Tinjauan Wakaf Secara Umum
18
B. Wakaf Uang
22
C. Nazhir
39
D. Sertifikat Wakaf Tunai
40
E. Pengertian Sistem
41
F. Penghimpunan Dana (Fundraising)
43
x
BAB III : PROFIL DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA
51
A. Dompet Dhuafa Republika
51
1. Sejarah Pendirian
50
2. Struktur Organisasi
55
3. Visi, Misi dan Strategi
56
B. Badan Wakaf Indonesia
64
1. Sejarah Pendirian
57
2. Struktur Organisasi
62
3. Visi, Misi dan Strategi
66
BAB IV : ANALISIS PERBANDINGAN PENGHIMPUNAN DANA WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA
69
A. Mekanisme fundraising wakaf uang 1. Dompet Dhuafa Republika
69
2. Badan Wakaf Indonesia
79
B. Peluang dan Tantangan Fundraising Wakaf uang
BAB V :
69
89
1. Dompet Dhuafa Republika
89
2. BadanWakaf Indonesia
91
PENUTUP
94
A. Kesimpulan
94
B. Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
97
LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Wakaf telah dikenal dan dilaksanakan umat Islam sejak lama. Tetapi selama
ini kebanyakan umat Islam, khususnya di Indonesia, memahami wakaf hanya sebatas pemberian berbentuk barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Karena itu, wakaf di Indonesia pada umumnya digunakan untuk membangun masjid, musholla, kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu, dan madrasah. Pemanfaatan benda wakaf masih berkisar pada hal-hal bersifat fisik, sehingga tidak memberikan dampak ekonomi secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Wakaf belum banyak dieksplorasi semaksimal mungkin, padahal wakaf sangat potensial sebagai salah satu instrumen untuk pemberdayaan ekonomi umat Islam. Karena itu, institusi wakaf menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Apalagi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus, walau yang memberi wakaf telah meninggal dunia. 1 Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi yang sangat potensial untuk menopang kesejahteraan masyarakat banyak. Namun, sampai saat ini, peran wakaf belum dirasakan manfaatnya oleh kepentingan umum.
1
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 39.
1
Jika melihat data Kementrian Agama RI, sebenarnya kesadaran umat Islam di Indonesia untuk memberikan tanah wakaf cukup tinggi, berdasarkan data Kementerian Agama RI tahun 2010, jumlah tanah wakaf di Indonesia sebanyak 3.312.883.317,83 meter persegi (3,3 miliar m²) dan tersebar di 454,635 lokasi di perkotaan dan perdesaan.2 Namun karena wakaf masih berorientasi pembangunan fisik yang tidak produktif, maka tanah seluas itu tidak memberikan perubahan ekonomi yang lebih baik kepada masyarakat. Padahal, jika tanah seluas itu dikelola secara produktif, maka berpotensi menjadi instrumen yang positif bagi upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ternyata, sebagian besar aset wakaf tidak produktif, karena belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu adanya paradigma baru dan terobosan untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia. Salah satunya adalah melalui wakaf uang. Ide untuk mengimplementasikan wakaf uang baru muncul kembali pada abad 15 Hijriyah. Hal itu
ditandai
dengan
munculnya
tindakan
operasional
wakaf
uang
yang
diimplementasikan oleh Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang dipelopori oleh M.A.Mannan. Di Indonesia, gagasan untuk mengimplementasikan wakaf uang , mulai populer setelah sejumlah ekonomi syariah Indonesia mempelajari SIBL tersebut. Pada tahun 2002, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa dibolehkannya wakaf uang pada tanggal 11 Mei 2002, sehingga masyarakat lebih tertarik dengan adanya wakaf 2
Rahmat Hidayat, Alumni PhD Ekonomi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia dan bekerja di Kementerian Perumahan Rakyat RI, “ Tanah Wakaf Untuk Rakyat”, artikel diakses pada tanggal 27 Februari 2011 http://ekonomiislami.wordpress.com/2011/02/27/tanah-wakaf-untuk-rakyat.
2
uang karena besaran nominal untuk berwakaf dapat menyesuaikan kemampuan waqif. Dalam kondisi keterpurukan ekonomi seperti yang tengah dialami Indonesia saat ini, alangkah baiknya bila kita mempertimbangkan pengembangan instrumen wakaf ini. Pengelolaan dan pengembangan harta wakaf yang ada di Indonesia memerlukan komitmen bersama antara pemerintah, ulama, dan masyarakat. Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Tentang Wakaf Uang sebagai berikut :3 1.
Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
2.
Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3.
Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh)
4.
Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar' i
5.
Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Namun karena implementasi wakaf uang tersebut memerlukan regulasi, maka
muncullah keinginan untuk membuat regulasi yang berupa peraturan perundangundangan. Sehingga, pada tahun 2004 lahirlah Undang-Undang Nomor 41 Tahun
3
Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang wakaf uang.
3
2004 Tentang Wakaf dan kemudian pada tahun 2006 menyusul disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaannya. Wakaf uang merupakan salah satu usaha yang tengah dikembangkan dalam rangka meningkatkan peran wakaf dalam bidang ekonomi, karena wakaf uang memiliki kekuatan yang bersifat umum dimana setiap orang dapat menyumbangkan harta tanpa batas-batas tertentu. Model wakaf uang sangat tepat memberikan jawaban yang menjanjikan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi krisis ekonomi Indonesia kontemporer. Wakaf uang harus mendapat perhatian lebih untuk membiayai berbagai proyek sosial malalui pemberdayaan sebagai salah satu upaya agar penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan produktif. 4 Sejak disahkannya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, maka dasar hukum wakaf uang bertambah semakin kuat. Dalam Undang-Undang tersebut juga mengamanatkan bahwa untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan wakaf pemerintah akan membentuk lembaga independen yang disebut Badan Wakaf Indonesia. 5 Untuk itu upaya-upaya pengembangan wakaf terus dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari Pemerintah (dalam hal ini Departemen Agama), LSM maupun lembaga-lembaga kenazhiran seperti Dompet Dhuafa Republika dengan menerbitkan Sertifikat Wakaf Tunai (SWT) dan Sertifikat Wakaf Investasi (SWI),
4
Achmad Junaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif (Jakarta: Mitra Abadi Press), h. 78-79. 5 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 48.
4
dan lain-lain. 6 Lembaga nirlaba berbeda dari lembaga lainnya terutama karena tujuannya bukan untuk mencari keuntungan pribadi namun lebih pada upaya memberi manfaat bagi orang lain. Umumnya lembaga akan mencantumkan misi organisasi yang menjelaskan secara spesifik kontribusi apa yang akan diberikan, apakah mendukung peningkatan pendidikan, kesehatan, lingkungan, lapangan kerja, kesadaran hukum, hak asasi manusia dan sebagainya. Program yang akan dijalankan memerlukan dana. Kegiatan menghimpun dana dan sumber lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.7 Penghimpunan dana (fundraising) merupakan kegiatan yang sangat penting bagi lembaga atau organisasi sosial dalam upaya mendukung jalannya program dan menjalankan roda operasional lembaga atau organisasi sosial tersebut dapat mencapai maksud dan tujuan yang telah digariskan. Kegiatan penghimpunan dana (fundraising) di awali dari sumber dana yang jelas yang mempunyai target sumber dana yang potensial dan terjadwalkan dalam proses pencapaiannya. Lembaga nirlaba baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta memiliki sistem penghimpunan yang berbeda-beda, karena suatu lembaga mempunyai perbedaan misi. 6
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 6-7. 7 Hendra Sutisna, Fundraising Database (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1.
5
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana Praktek Penghimpunan Dana (Fundraising)Wakaf Uang, sehingga penulis tertarik mengambil judul : ” PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN DANA (FUNDRAISING) WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup sistem penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang Pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia. 2.
Perumusan Masalah Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut : a.
Bagaimana mekanisme penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia?
b.
Apa peluang dan tantangan fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk menjelaskan mekanisme fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
b.
Untuk menjelaskan peluang dan tantangan fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
2.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin
agar penelitian ini bisa memberikan manfaat: a.
Secara Akademis, dapat dijadikan pedoman atau referensi untuk bahan perkuliahan
b.
Secara Praktis, merupakan saran, informasi dan referensi kepada pemegang
kebijakan
untuk
memperbaiki
dan
mendorong
sistem
penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang. D.
Review Studi Terdahulu Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa
peneliti
sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok penelitian ini tampaknya terkait subyek peneliti di antaranya sebagai penelitian terdahulu yang ditulis oleh, di antaranya:
7
Ikhsanuddin Fadhilah,8 dengan judul skripsi “Strategi Penghimpunan, Pengelolaan dan Pengembangan Harta Wakaf di Majelis Wakaf dan ZIS Pimpinan Cabang Muhammmadiyah Jakarta” pada tahun 2007. Hasil penelitiannya adalah bahwa dalam penghimpunan wakaf, selain menunggu masyarakat mewakafkan, Nazhir wakaf melakukan langkah-langkah sosialisasi dalam menghimpun wakaf, kemudian dalam pengelolaan dapat dibagi menjadi pengelolaan wakaf secara tradisional dan secara profesional. Majelis Wakaf dan ZIS Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jakarta menghimpun dana wakaf secara kolektif dari masyarakat. Anita Chairani, 9 dengan judul skripsi “Peluang dan Tantangan Pengelolaan Wakaf Uang pada Perbankan Syariah Pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf” pada tahun 2008. Hasil penelitiannya adalah bahwa nazhir boleh menginvestasikan dana wakaf dalam bentuk mudharabah, musyarakah, ijarah dan murabahah. Selain itu dana wakaf uang juga dapat ditempatkan pada reksadana syariah, obligasi syariah dan deposito syariah. Melky Wahyudi, 10 dengan judul skripsi “Efektifitas Pelaksanaan UndangUndang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tunai pada Lembaga Tabung Wakaf Indonesia” pada tahun 2010.
Hasil penelitiannya adalah Pelaksanaan Undang-
Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tunai wakaf oleh TWI telah dilakukan
8
Skripsi ini ditulis oleh Ikhsanuddin Fadhilah, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. 9 Skripsi ini ditulis oleh Anita Chairani, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 10 Skripsi ini ditulis oleh Melky Wahyudi, Jurusan Peradilan Agama Program Studi Akhwal Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
8
secara efektif. Pengelolaan wakaf yang dijalankan oleh Tabung Wakaf Indonesia memberikan kepercayaan baik kepada masyarakat. Sedangkan dalam penelitian skripsi ini membahas tentang ” Perbandingan Sistem Penghimpunan Dana (Fundraising) Wakaf Uang Pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia. Yang mana dalam hal ini membahas mengenai bagaimana mekanisme penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang serta melakukan studi perbandingan yaitu pada Dompet Dhuafa Republika yaitu lembaga kenazhiran dan Badan Wakaf Indonesia yaitu lembaga independen yang dibentuk pemerintah. E.
Kerangka Teori Kata ”wakaf” atau ”waqf” berasal dari bahasa Arab ”Waqafa”. Asal kata
”Waqafa” berarti ”menahan” atau ”berhenti” atau ”diam di tempat” atau ”tetap berdiri”.
11
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang
eksplisit dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan).12 Dasarnya adalah firman Allah, sebagai berikut:
11
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bima Islam Departemen Agama RI, 2003), h. 1-2. 12 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 7.
9
“ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”(QS.AlHajj [22] : 77). Dalam hadis dikatakan bahwa wakaf disebut sedekah jariyah. Dalam perspektif ini, wakaf dijadikan sebagai bagian dari sedekah. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabda: ص َد َ ٍة َ ،ٍَم تَ ْن ُ َ َد َ إ ْنن َق َط َع َ َم َ ُ ِالَّن ِم ْن َثالَث
ِ َذ:َ ْن َ ِ ْن ُ َ ْن َ َ َ َّن َ ُ ْن َا ُ َ َ ْن ِ َ َ َّن َ َ َا ) ص ل ٍِح َ ْند ُ ْن َل ُ ( ه م َ َ ْن ِ ْن ٍ ُ ْنن َت َف ُع ِ ِ َ ْن َ لَ ٌد،ٍَج ِ َ ة ”Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, keculai tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orangtuanya”. (HR.Muslim). Wakaf sebagai suatu lembaga mempunyai unsur-unsur pembentuknya. Tanpa unsur itu, wakaf tidak dapat berdiri. Unsur-unsur pembentuk yang merupakan rukun wakaf itu adalah (1) orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya) atau waqif, (2) harta yang diwakafkan atau mauquf, (3) tujuan wakaf atau yang berhak menerima hasil wakaf, disebut mauquf ‟alaih, dan (4) pernyataan wakaf dari waqif, yang disebut sighat atau ikrar wakaf. Pengembangan wakaf selalu dikembangkan diantaranya tentang wakaf uang, sudah dipertegas dengan lahirnya fatwa MUI tentang wakaf uang selanjutnya dalam peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf terdapat klausul mengenai obyek wakaf berupa uang dan surat berharga. 13
13
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 121.
10
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 14 Metode penghimpunan dana (fundrising) yaitu bagaimana wakaf uang itu dimobilisasikan. Dalam hal ini, sertifikasi merupakan salah satu cara paling mudah, yaitu bagaimana dengan menerbitkan sertifikat dengan nilai nominal yang berbeda-beda untuk kelompok sasaran yang berbeda. Aspek inilah yang merupakan keunggulan wakaf uang dibandingkan wakaf harta lainnya, karena besarannya dapat menyesuaikan kemampuan calon waqif. Lembaga perlu membangun etika fundrising dengan mengacu pada misi lembaga, secara mudah etika fundrising ini merupakan ketentuan tentang sumber dana mana yang dapat diterima karena sejalan dengan misi lembaga dan sumber daya mana yang tidak dapat diterima karena bertentangan dengan misi lembaga. Etika ini mencegah lembaga terjebak dalam benturan kepentingan (conflict of interests). Etika fundrising juga mengarah pada terbentuknya dukungan konstituen yang memiliki misi yang sama. 15 Definisi sistem adalah sebuah cara, proses atau prosedur yang teratur. Definisi sistem lebih menekankan pada prosedur adalah suatu jaringan kerja dan prosedurprosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
14
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam, Departemen Agama RI, 2005), h. 1. 15 Darwina Widjajanti, Rencana Strategis Fundrising (Jakarta: PIRAMEDIA, 2006), Cet 1, h.4
11
kegiatan atau menyelesaikan sasaran tertentu.16 Jadi yang dimaksud sistem adalah sebuah kesatuan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan dalam prosedur kerja tertentu untuk mencapai tujuan dalam mengolah masukan untuk menghasilkan keluaran. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah perpaduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pegumpulan data dengan cara
observasi.
Deskriptif
menurut
pengertiannya adalah: 17 Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi. Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
16
Syopiansyah jaya Putra dan A‟ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 24 17 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 2002), h.18-19.
12
tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”18. 2.
Pendekatan Penelitian Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
berupa penelitian langsung pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia dalam rangka Mengetahui Perbandingan sistem penghimpunan dana wakaf uang yang dilaksanakan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen. 3.
Jenis Data dan Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data
kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angkaangka sifatnya hanya sebagai penunjang 19. Serta menggunakan dua sumber data yaitu: a. Sumber Data Primer Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia
yang kompeten dan ahli
mengenai sistem penghimpunan dana (Fundraising) wakaf uang. b. Sumber Data Sekunder 18
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 22. 19 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), h. 51.
13
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a) Arsip Dokumen Arsip dokumen yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalakan atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini. b) Wawancara Penulis menggunakan teknik wawancara atau interview ini dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas.
14
c) Observasi (penelitian lapangan) Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai metode pengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik. Dalam hal ini penulis mengamati secara lansung analisis perbandingan sistem penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia. 20 5. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai sistem penghimpunan dana wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia. 6. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
20
Sugiono, Metodologi Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 130.
15
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan, penulis mengurai beberapa hal yang berkaitan dengan
penelitian, bagian awal diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori, metode penelitian serta sistematika penulisan. BAB II
Landasan teori, yang dikemukakan tentang pengertian sistem fundraising
wakaf uang. Penulis juga menguraikan mengenai pengertian wakaf secara umum, tentang wakaf uang, nazhir atau pengelola wakaf, dan pengertian sistem serta penghimpunan dana (fundraising). BAB III
Profil Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Indonesia, dalam bab ini penulis
memaparkan gambaran secara umum mengenai Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia dari sejarah berdirinya, visi, misi dan strategi, serta struktur organisasi. BAB IV
Analisis perbandingan Fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa
Republika dan Badan Wakaf Indonesia, penulis akan membandingkan sistem penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia, dan peluang serta tantangan fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
16
BAB V
Penutup,
merupakan
bagian
terakhir
penulisan
yang
akan
menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.
17
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Wakaf Secara Umum Kata “Wakaf” atau “Waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata
“Waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau tetap berdiri”. Kata “Waqafa-Yaqifu-Waqfan” artinya dengan “Habasa-Yahbisu-Tahbisan.” 21
Kata al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian Artinya:
ﺍﻠﻭﻗﻑ ﺒﻤﻌﻨﻰ ﺍﻠﺘﺤﺒﻴﺱ ﻭﺍﻠﺘﺴﺒﻴﻝ Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan Definisi wakaf yang dibuat oleh para ahli fiqih pada umumnya memasukan syarat-syarat wakaf sesuai dengan madzhab yang dianutnya. Al-Manawi misalnya mendefinisikan wakaf sebagaimana berikut: “menahan harta benda yang dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan keabadiaannya yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta maksiat semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT”.22
21
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 1. 22 Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 340.
18
Sedangkan Al-Kabisi dalam kitab Anis Al‟Fuqaha mendefinisikan wakaf sebagaimana berikut: “menyedahkan manfaatnya kepada orang-orang miskin dengan tetap menjaga keutuhan bendanya”.23 Berdasarkan definisi tersebut ditemukan bahwa Al-Munawi yang bermazhab Syafi‟i dalam definisinya mempertegas makna keabadian sebagaimana mazhab Hanafi yang mempertegas makna “masih berlanjut kepemilikan waqif”. Namun AlKabasi mengemukakan definisi alternatif dan mengatakan bahwa wakaf yaitu menahan harta yang secara hukum menjadi milik Allah SWT. Sementara menurut pendapat Mazhab Maliki, sebagaimana disampaikan oleh Al-Kattab dalam kitabnya Al-jalil menyebutkan definisi Ibnu Arafah dan mengatakan bahwa wakaf adalah: “memberikan manfaat sesuatu ketika sesuatu itu ada dan bersifat lazim dalam kepemilikan pemberinya sekalipun harta bersifat simbolis.24 Jika kita perhatikan definisi di atas, maka akan tampak bahwa setiap definisi itu mencantumkan syarat yang ditetapkan oleh madzhabnya masing-masing. Pengikut madzhab Maliki misalnya menyebutkan bahwa wakaf itu tetap menjadi milik waqif dan adanya syarat tertentu ketika benda itu ada untuk memperjelas arti penahanan manfaat wakaf dan diperbolehkannya batasan waktu wakaf. Sedangkan pengikut madzhab Syafi‟i menekankan pada kalimat “ terlepas dari campur tangan wakif dan tetap menjaga keutuhan wakaf untuk menjelaskan bahwa yang boleh diwakafkan
23 24
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 47. Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 48.
19
adalah harta benda dan tidak termasuk manfaat barang serta bergantinya kepemilikan wakaf yang secara hokum menjadi milik Allah SWT.25 Adapun pengikut madzhab Hanafi mengatakan bahwa wakaf tetap menjadi milik
waqif
untuk
menjelaskan
bahwa
wakaf tidak
bersifat
harus
dan
diperbolehkannya waqif untuk mencabut wakaf kembali. Disini Abdul Hadi tidak mengomentari definisi Al-Muqanna karena tidak menyebutkan syarat-syarat yang ada pada madzhab Hambali. 26
Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi benda (al-„ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya. Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut:
Menurut Hanafiyah, mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al„ain) milik waqif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan waqif itu sendiri. Dengan pengertian, waqif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk aset hartanya.
25
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif, (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 48.
20
Menurut Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan waqif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja. Menurut Syafi„iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-„ain) dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi bendanya (al-„ain) dengan pengertian bahwa harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara terus menerus.
Menurut Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu menurut para ulama ahli fiqih. Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan perbuatan hukum waqif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut syariah. 27
27
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf (Jakarta: Iman, 2009), h. 8.
21
Dengan demikian yang dimaksud wakaf adalah suatu hal kebajikan (sosial) berupa sedekah jariyah yang kepemilikannya tetap, yang dirasakan manfaat dari pemanfaatan benda tersebut atau kepemilikan tersebut yang diberikan kepada mauquf „alaih. Wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
B. Wakaf Uang Munculnya pemikiran wakaf uang yang dipelopori oleh M.A. Mannan, seorang ekonom yang berasal dari Bangladesh pada dekade ini merupakan momen yang sangat
tepat
untuk
mengembangkan
instrumen
wakaf
untuk
membangun
kesejahteraan umat. Sebelum Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf ada, pada tanggal 11 Mei 2002 Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang membolehkan wakaf uang (cash wakaf/waqf al nuqud) dengan syarat nilai pokok wakaf harus dijamin kelestariannya. Beberapa pendapat ulama yang menjadi rujukan komisi fatwa MUI dalam wakaf uang yaitu:
22
1.
Pendapat ulama Imam Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan kepada mauquf alaih.
2.
Muttaqaddimin dari ulama madzhab Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian atas dasar istihsan bi Al-Urfi, bahwa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dipandang baik juga dalam pandangan Allah SWT dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin maka dalam pandangan Allahpun buruk.
3.
Pendapat sebagian ulama madzhab Syafi‟i meriwayatkan bahwasannya Imam Syafi‟i memperbolehkan wakaf dinar dan dirham (uang). 28 Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia dikemukakan yang dimaksud dengan
wakaf uang (cash wakaf/waqf al_Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.29 Termasuk ke dalam pengertian uang tersebut adalah surat-surat berharga. Selain itu, dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia tersebut dikemukakan rumusan definisi wakaf sebagaimana pendapat rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 11 Mei 2002. Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa tentang wakaf uang sebagai berikut :30
28
Rahmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h.109. Rahmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h.106. 30 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang Wakaf Uang. 29
23
6. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 7. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 8. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). 9. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar' i. 10. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Pengertian wakaf sebagaimana dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, diperluas lagi berkaitan dengan harta benda wakaf (obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan harta benda wakaf meliputi: a. Harta benda wakaf terdiri atas benda tidak bergerak dan benda bergerak; b. Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a adalah 1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; 2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a; 3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; 4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku; 24
5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundangan yang berlaku; c. Benda bergerak sebagaimana yang dimaksud pada Ayat 1 huruf b adalah harta benda yang tidak habis karena dikonsumsi, meliputi uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, serta benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundangan yang berlaku. Pengertian wakaf sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, berkaitan dengan harta benda wakaf (obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan harta benda wakaf adalah: Kemudian wakaf benda bergerak berupa uang dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 ayat 16 tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Bagian Kesepuluh Pasal 28,29,30 dan 31.31 Pasal 28 Waqif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui Lembaga Keuangan Syariah yang ditunjuk oleh Menteri. Pasal 29
31
Direktorat Pengembangan Zakat dan wakaf , Peraturan Perundangan Perwakafan (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 14-15.
25
(1)
Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dilaksanakan oleh waqif dengan pernyataan kehendak waqif yang dilakukan secara tertulis.
(2)
Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.
(3)
Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada Waqif dan Nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf. Dengan adanya Undang-Undang ini maka semakin jelaslah bahwa perwakafan
di indonesia tidak sahnya berupa benda tidak bergerak saja, tetapi dapat juga berupa benda bergerak yang boleh diwakafkan termasuk uang tunai. Dengan demikian yang dimaksud wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham, cek, dan lainnya. Selintas wakaf uang ini memang tampak seperti instrumen keuangan Islam lainnya seperti zakat, infaq, sedekah (ZIS). Padahal ada perbedaan antara instrumeninstrumen keuangan tersebut. Berbeda dengan wakaf tunai, ZIS bisa saja dibagibagikan langsung dana pokoknya kepada pihak yang berhak. Sementara pada wakaf uang, uang pokoknya akan diinvestasikan terus menerus, sehingga umat memiliki dana yang selalu ada dan Insya Allah bertambah terus seiring dengan bertambahnya jumlah waqif yang beramal, baru kemudian keuntungan investasi dari pokok itulah 26
yang akan mendanai kebutuhan rakyat miskin. Oleh karena itu, instrumen wakaf tunai dapat melengkapi ZIS sebagai instrumen penggalangan dana masyarakat. Dasar Hukum Wakaf Uang Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan).32 Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari ayat AlQur‟an dan sunnah Rasulullah SAW.
a).
Ayat Al-Qur‟an
Dasarnya adalah firman Allah, sebagai berikut:
)٧٧ : ( لحج “ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. AlHajj [22] : 77) Dalam Surat Al-Hajj ayat 77, menjelaskan bahwa yang menguraikan mengenai wakaf terletak pada kata “kebajikan”. Ayat ini memerintahkan agar semua umat Islam berbuat kebaikan, sebab amalan-amalan wakaf pun termasuk salah satu macam perbuatan yang baik dan terpuji. Selanjutnya dalam surat Ali-Imran ayat 92,
32
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 7.
27
menguraikan mengenai perintah untuk berbuat kebajikan dengan menafkahkan sebagian harta, sebab obyek wakaf adalah harta. Dasarnya adalah firman Allah, sebagai berikut: :
( ا م )٩٢
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-Imran [3] : 92) Menurut keumuman dua ayat ini menunjukkan di antara cara mendapatkan kebaikan itu adalah dengan menginfaqkan sebagian harta yang dimiliki seseorang diantaranya melalui sarana wakaf. b). Sunnah Rasulullah saw. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabda: ِب َمذ َمه تَم ْسيُه َم َمد َمم ِب ْسًقَمطَم َمع َم ْسٌَُه َم َمولَمَُه:ُه َم لَم ْس ِبَ َمّ َم لَّل َمن َم َما
َٔم لَّل
َم َّلى َم ُهْْس َما,َمّ ْسَمي َم ِب ْس ُُه َمل ْس َمل َم َم ِب َم ُه َم َم اَمٔ َم ْسٌَُه .)ح َم ْس ُه ْْس اَمَُه ( َم َمّ ٍُه ُهه ْس ِبل ْسن َمّْس َمّاَم ٍث َم ِبا ٍث.َ َمّْس ِب ْسل ٍثن َم ْسٌ َم َم ُهع ِب ِب, َم ِب َم ٍث, ِب اّل ِبه ْسي َم َم ٍث َم َم َم ٍث Dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Apabila ada orang yang meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya. (HR. Muslim).33 Dalam hadis ini dikatakan sebagai wakaf disebut dengan sedekah jariyah. ِب
Pahala yang diperoleh manusia setelah meninggal dunia ada sedekah yang pahalanya senantiasa mengalir selamanya yaitu sedekah jariyah. 33
Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h.393.
28
Adapun hadis Nabi yang lebih tegas mengambarkan dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar: : فَمقَم َما, ا ُه َمو َمل َم ِب َم ُه َم ْسٌَُه َم ْس ًض ِب َم ْس َم َمل فَمأ َم َمٔ اٌَّل ِبٔ َم لَّلٔ ُه َم لَم ْس ِبَ َمّ َم لَّل َمن َم ْس َمأْس ِبه ُهلٍُه فِب ْسَِم َم َم ق ص َّل َم َم َما ِب ْسى ِبش ْسئ َم َم َم ْس َم َم ْس لَمَِم َمّ َم َم:ُه َم ْس ًض ِب َم ْس ًضل اَم ْسن ُه ِب ْس َمه ًض َم ُّط ُُه َمْ َم ْسً َم ُه ِب ْسٌ ِب ٓ ِبه ْسٌَُه َمًَّلَُه َم ُه َم ُه,ُه َمو َمل ٔف ص َّل َم فَم َم َم, َمّ َم ُهْْس َُم ُه, َمّ َم ُهْْس َم ُه, ع َم ْس لُهَِم َمّ ِب,ٔفٔ ْساقُهلْس َم ق ِبَِم ف ِب ْسا ُهقَم َمل ِبا َمّ ِب َمّ ْس, ل ْس ِب َم ُهٌ َم َم َمل َمٔ َمه ْسي َمّاِب َمِ َم َم ْسى َمأْس ُه َم ِبه ْسٌِ َم ِب ْسا َمو ْس لُهّْس ِب ُهط ِب َمن َم ِب َم ًضق َمّ ا َّل, َمّ ْس ِبي ا َّل ِب ْس ِب,ِب
َم:َمّ َم ِبي ْس ِبي ُه َمو َمل َم َما َم َم ُهْْس َما ُه ِبًِّنٔ َم َم ْس ص َّل َم ق ِبَِم َم َما فَم َم َم: ِبَِم
الِّن َم ِب فٔ َم ِب ْس ِب َمّ ِب,ا ) َمّ الَّل ْس ُه ِبا ُهو ْس ِبل ٍثن,َ ( ُهه َم َم ٌق َم لَم ْس ِب.َم َمْسل ُهه َم َمو ِّنْ ٍثا َمه ًض
Dari Ibnu Umar dia berkata: Umar penah mendapatkan sebidang tanah di khaibar, lalu datang kepada nabi mohon perintah beliau tentang pengelolaannya serta berkata: wahai rasulullah, saya mendapatkan tanah yang lebih baik daripada tanah tersebut. Beliau bersabda: kalau engkau mau mewakafkan pohonnya dan buahnya kau sedekahkan. Perawi hadist berkata: lalu Umar mewakafkannya dengan syarat pohonnya tidak boleh dijual, tidak boleh diwaris, dan tidak boleh diberikan. Hasilnya dia sedekahkan kepada kaum fakir, kerabat-kerabat, para budak, orang orang yang membela agama Allah, musyafir yang kehabisan bekal, tamu, bagi pengurusnya boleh makan hasilnya dengan baik, dan memberi makan temantemannya yang tidak mempunyai uang. (Muttafaq Alaih. Lafadh hadist riwayat Muslim).34 Dalam hadis ini dikatakan sebagai menjelaskan bahwa Umar Ibn al-Khatab datang kepada Nabi saw, meminta petunjuk pemanfaatan tanah miliknya di Khaibar. Wakaf yang berarti menyedekahkan dari harta yang kita miliki. Obyek wakaf tersebut adalah tanah. Pada Keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang wakaf uang menyebutkan beberapa pendapat, diantaranya: 35
34
Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h.394. 35 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang Wakaf Uang.
29
1.
Pendapat Imam Al-Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara
menjadikan
dinar
tersebut
sebagai
modal
usaha,
kemudian
keuntungannya disalurkan kepada mauquf „alaih; 2.
Mutaqiddimin dari ulama mazhab Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bi al-„urfi, berdasarkan atas Abdullah bin Mas‟ud ra., bahwa “apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah pun buruk;
3.
Pendapat sebagian ulama mazhab Asy-Syafi‟i, di mana “Abu Tsyar meriwayatkan dari Imam Asy-Syafi‟i tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang)”.
4.
Pendangan dan pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2002, antara lain tentang perlunya dilakukan peninjuaan dan penyempurnaan (pengembangan) definisi wakaf yang telah umum diketahui, dengan memperhatikan hadis, antara lain, riwayat Ibnu Umar.
5.
Pandangan rapat Komis Fatwa MUI pada hari Sabtu, tanggal 11 Mei 2002 tentang rumusan definisi wakaf sebagai berikut: Yakni “ menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memeberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada”
30
6.
Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Depag, (terakhir) nomor Dt, 1.III/5/BA.03.2/2772/2002, tanggal 26 April 2002.
Sejarah Wakaf Uang Sebenarnya praktik wakaf produktif sudah dimulai sejak zaman sahabat nabi Muhammad SAW. Sahabat mewakafkan tanah pertanian untuk dikelola dan diambil hasilnya, guna dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat. Nabi Muhammad SAW pada tahun ketiga Hijriah juga mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah.36 Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ada tiga perbuatan yang tak putus pahalanya kendati orang itu sudah meninggal dunia yakni anak sholeh, ilmu yang bermanfaat, dan sedekah jariyah. Wakaf adalah sedekah jariyah yang dimaksud. Pada masa dinasti Ayyubiah di Mesir perkembangan wakaf sangat menggembirakan. Pada masa ini, wakaf tidak hanya sebatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Selain memanfaatkan wakaf untuk kesejahteraan masyarakat seperti para ulama, dinasti Ayyubiah juga memanffatkan wakaf untuk kepentingan politiknya dan misi alirannya. Sejarah mencatat wakaf uang (cash wakaf) telah dijalankan sejak awal awal abad kedua Hijriah. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Imam Az-Zuhri (124 H) salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al hadits telah menetapkan fatwa. Masyarakat Muslim dianjurkan menunaikan wakaf menggunakan dinar dan 36
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 6-7.
31
dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, serta pendidikan umat Islam. Caranya menjadikan uang itu sebagai usaha produktif kemudian hasil keuntungannya untuk wakaf. Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) telah lama dipraktikkan di berbagai negara seperti Malaysia, Bangladesh, Mesir, Kuwait, dan negara-negara Islam di Timur Tengah lainnya. Di luar negeri, sebenarnya wakaf uang sudah lama dipraktikkan. Misalnya di Mesir, Universitas Al-Azhar menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan wakaf. Di Kuwait, dana wakaf uang sudah berbentuk bangunan perkantoran. Areal tersebut disewakan dan hasilnya digunakan untuk kegiatan umat Islam. Dalam konteks Indonesia, wakaf uang digagas oleh Mannan direspon secara positif oleh beberapa lembaga sosial keagamaan seperti Dompet Dhuafa Republika (DDR), Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), UII Yogyakarta dan beberapa lembaga lainnya. Di Indonesia praktik wakaf uang baru mendapat dukungan Majelis Ulama Indonesia pada tahun 2002 seiring dengan di keluarkan Keputusan Fatwa Komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang tanggal 28 Shafar 1423 Hijriah/11 Mei 2002 guna menjawab Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Departemen Agama Nomor Dt.1.III/5/BA.03.2/2772/2002 tanggal 26 April 2002 yang berisi tentang permohonan fatwa tentang wakaf uang. Wakaf tunai bagi umat islam di Indonesia memang masih relatif baru. Hal ini bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya MUI baru memberikan fatwanya pada 32
pertengahan Mei 2002, sedangkan Undang-Undang Tentang Wakaf No. 41 Tahun 2004 disahkan Pada Tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang selanjutnya disusul oleh kelahiran Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006. Dengan demikian, wakaf uang telah diakui dalam hukum positif di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf diarahkan untuk memberdayakan wakaf yang merupakan salah satu instrumen dalam membangun kehidupan sosial ekonomi umat Islam. Kehadiran Undang-Undang wakaf ini menjadi momentum pemberdayaan wakaf secara produktif, sebab di dalamnya terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen pemberdayaan potensi wakaf secara modern.
Rukun dan Syarat Wakaf Uang Pada dasarnya rukun dan syarat wakaf uang adalah sama dengan rukun dan syarat wakaf tanah. Adapun rukun wakaf uang, yaitu:37 1. Al-Wakif atau orang yang melakukan perbuatan wakaf, hendaklah dalam keadaan sehat rohaninya dan tidak dalam keadaan terpaksa atau dalam keadaan dimana jiwanya tertekan; 2. Al-Mauquf atau harta benda yang akan diwakafkan harus jelas wujudnya atau zatnya dan bersifat abadi. Artinya, bahwa harta itu tidak habis sekali pakai dan dapat diambil manfaatnya untuk jangka waktu yang lama;
37
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1998),
h. 84.
33
3. Al-Mauquf alaih atau sasaran yang berhak menerima hasil atau manfaat wakaf, dapat dibagi menjadi dua macam: wakaf khairy dan wakaf dzurry; 4. Sighat atau pernyataan pemberian wakaf, baik dengan lafadz, tulisan maupun isyarat. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 terdapat tambahan rukun wakaf, yaitu: 1. Ada orang yang menerima harta yang diwakafkan dari waqif sebagai pengelola wakaf; 2. Ada jangka waktu wakaf (wakaf tertentu). Rukun wakaf tersebut harus memenuhi syaratnya masing-masing sebagaimana pada wakaf tanah. Adapun yang menjadi syarat umum sahnya wakaf uang adalah: 1. Wakaf harus kekal (abadi) dan terus menerus; 2. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan terjadinya sesuatu peristiwa di masa akan datang, sebab pernyataan wakaf berakibat lepasnya hak milik seketika setelah waqif menyatakan berwakaf; 3. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu disebutkan dengan terang kepada siapa diwakafkan; 4.
Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya tidak boleh membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan untuk selamanya.
34
Sebagai upaya yang konkrit agar wakaf tunai dapat diserap dan dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat yang perlu diperhatikan adalah: 38 1.
Metode penghimpunan dana (fundrising), yaitu bagaimana wakaf tunai itu dimobilisasikan. Dalam hal ini, sertifikat merupakan salah satu cara yang paling mudah, yaitu dengan menerbitkan sertifikat dengan nilai yang berbeda-beda untuk kelompok sasaran yang berbeda. Aspek inilah yang merupakan keunggulan wakaf uang dibandingkan wakaf harta tetap lainnya, karena besarannya dapat menyesuaikan kemampuan calon waqif.
2.
Pengelolaan dana yang berhasil dihimpun. Orientasi dalam mengelola dana tersebut adalah bagaimana pengelolaan tersebut mampu memberikan hasil yang semaksimal mungkin (income generating orientation). Implikasinya adalah bahwa dana-dana tersebut mesti diinvestasikan pada usaha-usaha produktif.
3.
Distribusi hasil yang dapat diciptakan kepada para penerima manfaat (beneficiaries). Dalam mendistribusikan hasil ini yang perlu diperhatikan adalah tujuan atau orientasi dari distribusi tersebut, yang dapa berupa penyantunan (charity), pemberdayaan (empowerment), investasi sumber daya insani (human investment), maupun investasi infrastruktur (infrastructure investment).
38
Direktorat Pengembangan Zakat dan wakaf, Proses Lahirnya Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 7.
35
Macam-Macam Wakaf Adapun macam-macam wakaf yang dijelaskan di bawah ini adalah wakaf segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1.
Wakaf Ahli Wakaf ahli adalah wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang
atau lebih, keluarga si waqif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf Dzurri. Wakaf ahli juga disebut wakaf khusus, maksudnya adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seseorang atau lebih baik ia keluarga waqif maupun orang lain. Wakaf ahli atau dzurri jenis ini kadang-kadang juga disebut wakaf „alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerabat sendiri. 39 Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengabil manfaatnya adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. 2.
Wakaf Khairi Wakaf khairi adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) maupun dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan seperti untuk kemaslahatan (kebajikan umum).40 Seperti wakaf yang diserahkan untuk
39 40
Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah (Lebanon: Dar al-„Arabi, 1971), h. 378. Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah (Lebanon: Dar al-„Arabi, 1971), h. 378.
36
keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya. Secara substansinya, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari membelanjakan harta (memanfaatkan) harta di jalan Allah SWT. dan bila dilihat dari manfaat kegunaannya merupakan salah satu sarana pembangunan, baik di bidang keagamaan,
khususnya
peribadatan,
perekonomian,
kebudayaan,
kesehatan,
keamanan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, benda wakaf tersebut benar-benar terasa manfaatnya untuk kepentingan kemanusiaan (umum), tidak hanya untuk kepentingan keluarga atau kerabat terbatas.
Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang Dibandingkan dengan wakaf tanah dan benda lainnya, peruntukkan wakaf uang jauh lebih fleksibilitas (keluwesan) dan memiliki kemaslahatan lebih besar yang tidak dimiliki oleh benda lainnya. Selain itu ada 4 (empat) manfaat sekaligus keunggulan wakaf uang dibandingkan dengan wakaf benda tetap yang lain, yaitu: 41 1.
Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu.
41
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 114.
37
2.
Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah lahan pertanian.
3.
Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cash flow-nya terkadang kembang-kempis dan menggaji civitas akademik ala kadarnya.
4.
Pada gilirannya, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran pendidikan Negara yang semakin lama terbatas.
Adapun tujuan wakaf uang adalah: 1.
Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf uang yang berupa sertifkat berdominasi yang diberikan kepada para waqif sebagai bukti keikutsertaan;
2.
Membantu penggalangan tabungan sosial melalui Sertifikat Wakaf Tunai yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sehingga dapat memperkuat integrasi kekeluargaan di antara umat,
3.
Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar modal sosial;
4.
Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga keamanan dan keadilan sosial dapat tercapai.
38
C.
Nazhir (Pengelola Wakaf) Nazhir adalah salah satu unsur penting dalam perwakafan, berfungsi atau
tidaknya wakaf sangat tergantung pada kemampuan nazhir. Nazhir adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap harta wakaf yang dipegangnya, baik terhadap
harta
wakaf
itu
sendiri
maupun
terhadap
hasil
upaya-upaya
pengembangannya. Setiap kegiatan Nazhir terhadap harta wakaf harus dalam pertimbangan kesinambungan harta wakaf untuk mengalirkan manfaatnya untuk kepentingan al-mawquf „alaih.42 Dalam pengelolaan harta wakaf produktif, pihak yang paling berperan berhasil tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nazhir wakaf. untuk itulah profesionalisme nazhir menjadi ukuran penting dalam pengelolaan jenis wakaf apapun. 43 Di berbagai Negara yang wakafnya dapat berkembang dan berfungsi untuk memberdayakan umat, wakaf dikelola oleh nazhir yang profesional. Wakaf uang memberikan manfaat yang riil terhadap masyarakat luas, seyogyanyalah lembaga pengelola wakaf uang menngunakan manajemen yang professional. Manajemen wakaf uang melibatkan tiga pihak, yaitu (1) pemberi wakaf (waqif), (2) pengelola wakaf (nazhir). Nazhir ini, nantinya juga bertindak sebagai manajer investasi, dan (3) Beneficiary (mauquf „alaih/masyarakat yang diberi wakaf). Dan Waqif akan
42
Mustafa Edwin Nasution dan Dr. Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam (Jakarta: PSTTI-UI, 2006), h. 95. 43 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan dan Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 93.
39
memberikan uangnya sebagai wakaf kepada lembaga pengelola wakaf dan keuntungannya didistribusikan kepada masyarakat luas yang membutuhkan. Karena itu, lembaga pengelola wakaf uang harus memenuhi kriteria adalah memiliki akses yang baik kepada calon waqif, memiliki kemampuan untuk menginvestasikan dana wakaf, mampu mendistribusikan hasil atau keuntungan dari investasi dana wakaf, memiliki kemampuan untuk mencatat atau membukukan segala hal yang berkaitan dengan beneficiary, misalkan rekening dan peruntukannya, lembaga pengelola wakaf uang hendaknya di percaya oleh masyarakat dan kinerjanya di kontrol sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap lembaga pengelola dana publik. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, nazhir wakaf yang selama ini tradisional terdapat perbedaan mengarah pada nazhir professional yang terdiri dari perorangan, organisasi, atau badan hukum. Adapun tugas-tugas nazhir adalah:
a.
Melakukan pengadministrasian;
b.
Mengelola
dan
mengembangkan
sesuai
dengan
tujuan,
fungsi
peruntukannya; c.
Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
d.
Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI).
40
dan
D.
Sertifikat Wakaf Tunai Peluncuran sertifikat wakaf tunai yang dipelopori M. A. Mannan dengan
Social Investment Bank Limited (SIBL). SIBL merupakan sebuah model perbankan tiga sektor di luar perbankan konvensional dan beroperasi secara bersama-sama dengan tujuan menghapuskan kemiskinan dan memberdayakan keluarga melalui investasi sosial berlandaskan sistem ekonomi partisipatif. 44 Berbagai macam kegiatan bank dilakukan melalui sektor formal, non formal dan voluntary. Dalam proses pengorganisasian operasi pasar modal sosial pada sektor voluntary, pengenalan Sertifikat Wakaf Tunai merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah perbankan. Sertifikat Wakaf Tunai ini dimaksudkan sebagai intrumen pemberdayaan keluarga kaya dalam memupuk investasi sosial sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial. Wakaf tunai membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi dbidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Tujuan dari produk Sertifikat Wakaf Tunai (SWT) adalah: 45 1.
Penggalangan tabungan sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu mengembangkan pasar modal sosial;
2.
Meningkatkan investasi sosial;
44
M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai (Jakarta : CIBER PKTTI – UI, 2001), h.136. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 13. 45
41
3.
Menyisihkan
sebagian
keuntungan
dari
sumber
daya
orang
kaya
(berkecukupan) mengenai tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya; 4.
Menciptakan integrasi antara keagamaan sosial dan kedamaian sosial serta meningkatkan kesejahteraan umat.
E.
Pengertian Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai sebuah cara, proses, atau prosedur yang teratur. kita dapat mendefinisikan sistem dengan dua pendekatan yaitu penekanan pada prosedur dan penekanan pada komponen.46 Prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakannya, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Jadi, definisi sistem yang lebih menekankan pada prosedur adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.47
Dari penjelasan di atas tentang sistem dan dua pendekatan dengan penekanan pada prosedur dan komponennya, kita dapat mendefinisikan sistem adalah sebuah kesatuan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan dalam prosedur kerja
46
Syopiansyah Jaya Putra dan A‟ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h 24. 47 Syopiansyah Jaya Putra dan A‟ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 25.
42
tertentu untuk mencapai tujuan dalam mengolah masukan untuk menghasilkan keluaran.
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang di kenal sebagai saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan, atau sasaran. 48
F.
Penghimpunan Dana (Fundraising)
Salah satu hal penting dalam sebuah organisasi nirlaba adalah sistem fundraising yang merupakan tulang punggung sebuah organisasi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal fundraising membutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat yaitu strategi menggalang dana. Strategi penggalangan dana adalah tulang punggung kegiatan menggalang dana.49 Oleh karena itu langkah awal organisasi saat melakukan penggalangan dana harus menentukan arahan yang benar demi keberlanjutan langkah berikutnya.50 Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan
48
Gordon B. Davis, Manajemen Sistem Informasi. Penerjemah Andreas S. Adiwardana (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 2002), h. 67. 49 Norton Michael, Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga Swadaya masyarakat dan Organisasi Sukarela di Negara-negara Selatan. Penerjemah Masri Maris (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia atas bantuan, 2002), h. 51. 50 Mustaine, “Fundraising yang Efektif”, artikel diakses pada tanggal 25 April 2011 dari http://www.dompetdhuafa.org/?p=5945.
43
kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.51
Komponen
lembaga
atau
organisasi
memiliki
komitmen
untuk
mengimplementasikan program yang telah dirancang sebelumnya oleh lembaga maupun organisasi. 52 Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum. Begitu penting peran fundraising itu sendiri dapat dikatakan sebagai faktor pendukung lembaga dalam membiayai program dan membiayai kegiatan operasional lembaga adalah ketersediaan dana yang cukup. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat. 53
Aktivitas menggalang dana (fundraising) adalah aktivitas proaktif dan meyakinkan, imajinasi dan kreativitas, juga pertemanan dan kepercayaan. 54 Dalam hal ini, lembaga perlu membangun etika fundraising dengan mengacu pada misi lembaga. 55 Dalam fundraising, selalu ada proses mempengaruhi. Proses ini meliputi kegiatan memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu termasuk juga melakukan penguatan stressing, jika hal tersebut memungkinkan atau diperbolehkan. Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,
51
Hendra Sutisna, Fundraising Database (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1. Setiyo Iswoyo dan Hamid Abidin, In Kind Fundraising,Cet I, (Depok: PIRAMEDIA, 2006), h. 23. 53 Hendrakholid.net dan Redaksi, “ Fundraising VS Marketing”, artikel diakses Pada Tanggal 25 Februari 2011 dari http://hendrakholid.net/blog. 54 Herri Setaiawan, Membership Fundraising,Cet I, (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1. 55 Darwina Widjajanti, Rencana Strategis Fundraising, Cet I, (Jakarta: PIRAMEDIA, 2006), h. 4. 52
44
organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga nenimbulkan kesadaran dan kepedulian.
Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam, pengaruhnya sangat berarti bagi eksistensi dan pertumbuhan lembaga. Oleh karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang lingkup fundraising. Dengan usaha-usaha inilah kita dapat memenuhi biaya operasional lembaga dan program-program sosial yang kita tangani.
56
Untuk
memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang substansi dari pada fundraising tersebut. Adapun subtansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas kepada tiga hal, yaitu motivasi, program, dan metode.
Motivasi adalah serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan dan alasanalasan yang mendorong donator untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Dalam kerangka fundraising, Nazhir harus terus melakukan edukasi, sosialisasi, promosi dan transfer informasi sehingga menciptakan kesadaran dan kebutuhan pada calon waqif.
Program adalaah kegiatan pemberdayaan implementasi visi dan misi lembaga perwakafan (nazhir) yang jelas sehingga masyarakat yang mampu tergerak untuk melakukan perbuatan wakaf.
56
Zaim Saidi, dkk, Strategi dan Pola Penggalangan Dana Sosial di Indonesia, Cet I, (Jakarta: Piramedia dengan dukungan Ford Foundation, 2003), h. 48.
45
Metode Fundraising adalah pola bentuk atau cara-cara yang dilakukan oleh sebuah lembaga dalam rangka menggalang dana dari dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan distribusi barang dan jasa yang dapat memuaskan keinginan pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.57 Dari definisi diatas, maka terlihat bahwa pemasaran merupakan suatu sarana perencanaan, penciptaan, serta pengembangan suatu produk dalam hal ini produk wakaf guna masyarakat. Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi masyarakat donatur. Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu metode langsung (direct fundraising) dan metode tidak langsung (indirect fundraising).
a.
Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Metode fundraising adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau caracara yang melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon waqif bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode ini apabila dalam diri waqif muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh
57
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, Cet I, (Jakarta: Piramedia, 2005),
h. 8-9.
46
dari metode ini yaitu, direct mail, direct advertising, Telefundraising dan presentasi langsung.
b.
Metode
Fundraising
Tidak
langsung
(Indirect
Fundraising).
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau caracara yang tidak melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon waqif seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini adalah: advertorial, image compaign dan penyelenggaraan event, melalui perantara, menjalin relasi,
melalui
referensi,
dan
mediasi
para
tokoh,
dll.
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising ini baik langsung maupun tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan tujuannya sendiri-sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan karena tanpa metode langsung, waqif akan kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka tampak akan menjadi kaku, terbatas daya tembus lingkungan calon waqif dan berpotensi menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara fleksibel dan semua
47
lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua metode tersebut. Aktivitas fundraising memiliki tujuan, adapun tujuan pokok fundraising yaitu:58
1.
Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang paling mendasar. Dana dimaksudkan adalah dana wakaf maupun dana operasi pengelolaan wakaf. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan wakaf dan ini pula yang menyebabkan mengapa dalam pengelolaan wakaf fundraising harus dilakukan. Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola wakaf akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya, maka lembaga akan menghilangkan kemampuan untuk terus menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan melemah.
2.
Tujuan kedua dari fundraising adalah menambah calon waqif, menambah populasi waqif. Nazhir yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donator atau waqif-nya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap waqif atau menambah jumlah waqif baru. Di antara kedua pilihan tersebut, maka 58
I Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, Cet I, (Jakarta: Piramedia, 2005), h. 5-7.
48
menambah waqif adalah cara yang relatif lebih mudah dari pada menaikan jumlah donasi dari setiap waqif. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari waktu ke waktu juga harus berorientasi dan berkonsentrasi penuh untuk terus manambah jumlah wakif memperbanyak donator atau waqif. 3.
Meningkatkan atau membangun citra lembaga, bahwa aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan dampak positif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga dan pada akhirnya menunjukan sikap atau perilaku terhadap lembaga. Jika yang ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga. Dengan demikian demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari waqif, karena dengan sendirinya donasi akan memberikan kepada lembaga, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga.
4.
Menghimpun relasi dan pendukung, kadang kala ada seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Organisasi Pengelola Wakaf atau Lembaga Swadaya 49
Masyarakat. Mereka punya kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan tetapi pada saat itu mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan dana kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidakmampuan mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi relasi dan pendukung lembaga meskipun tidak menjadi waqif. Kelompok seperti ini harus diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka tidak mempunyai donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia menjadi promotor atau informasi positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini sangat diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informasi kepada orang yang memerlukan. Dengan adanya kelompok ini, maka kita telah memiliki jaringan informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas fundraising. 5.
Meningkatkan kepuasan donatur, tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan wakif. Tujuan ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari. Kemudian, mereka akan mendonasikan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secara positif kepada orang lain. Disamping itu, waqif yang puas akan menjadi tenaga fundraiser alami (tanpa diminta, tanpa dilantik dan tanpa dibayar). Dengan cara ini secara bersamaan lembaga mendapat dua 50
keuntungan. Oleh karenanya dalam hal ini benar-benar diperhatikan, karena fungsi pekerjaan fundraising lebih banyak berinteraksi dengan waqif, maka secara otomatis kegiatan fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskan waqif.
51
BAB III PROFIL LEMBAGA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA
A. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA 1. Sejarah Pendirian Dompet Dhuafa Republika (DDR) adalah lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah, wakaf), serta dana lainya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok,perusahaan/lembaga. Berdirinya Dompet Dhuafa berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin yang sekaligus sering berinteraksi dengan kaum kaya. Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul, sebuah terpencil di Yogyakarta, pada saat musibah kelaparan menimpa daerah tersebut, telah menarik perhatian beberapa pejabat senior berhasil Republika pada saat itu. Para wartawan menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai mahasiswa. Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat miskin. Aktivitas sosial yang telah dilakukan sambilan di lingkungan republika pun terdorong untuk dikembangkan. Kemudian digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasib dhuafa. Maka dimulailah
52
upaya penggalangan dana bagi masyarakat Gunung Kidul itu dengan mengumpulkan sumbangan dari karyawan Republika. Masing-masing karyawan di himbau untuk menyerahkan 2,5 persen dari penghasilan bulanan. Dana tersebut disalurkan langsung kepada dhuafa yang kerap dijumpai saat mereka bertugas. Dengan manajemen dana yang dilakukan pada waktu itu sia-sia, tentu saja penghimpinaan maupun pendayagunaan dana tidak dapat maksimal dan dana yang terkumpul tidak mencukupi untuk membantu korban bencana. Akhirnya pada 2 juli 1993 manajemen Republika memutuskan untuk memberi ruang menggalang dana dari pembaca. 59 Kolom penggalangan dananya dinamakan Dompet Dhuafa, yang berarti sumbangan buat kaum lemah. Inisiatif ini terbukti efektif karena tiap hari kolom dipenuhi sumbamngan dari pembencana. Dompet Dhuafa, sejak berdiri 1993 dan kemudian dikukuhkan sebagai lembaga sosial terbuka berbentuk yayasan di tahun 1994 telah menorehkan jejak tebal dalam dunia layanan sosial, khususnya pada lingkup dunia perzakatan nasional. Bergerak dari sebuah kesadaran akan aktivitas peduli yang diinisiasi oleh segenap awak Harian Umum Republika pimpinan Parni Hadi, pada tahuntahun awal DD mampu menunjukkan inovasi dan mencatat berbagai pencapaian penting dalam aktivitas sosial kemasyarakatan berbasis pengumpulan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf, dan Donasi). Dan semenjak dikukuhkan
59
Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2009, h. 24.
53
sebagai lembaga Amil Zakat nasional Pertama, 2001, Kiprah Dompet Dhuafa di dunia lembaga makin kuat.60 Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk yayasan, yang dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, S.H. tanggal 14 September 1994 dan terdaftar dengan dengan SP No. 300/DD/Sk-Bp/v1/2000 (H. Abu Yusuf SH/ YN 41, No.163/A) Yay /HKM/ 1996 PN jaksel. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, DD meripikan institusi pengolaan zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 oktober 2001, Mentri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional. Seawal pendirnya DD, maka digaraplah visi dan misi lembaga sebagai garis besar tujuan DD, sebagai sebuah LAZ yang diakui. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A. YAY. HKM/1996/ PNJAKSEL.
60
Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2008.
54
Dompet Dhuafa Republika (DD) beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 50 Ciputat Indah Permai C 28-29 Ciputat Jakarta 15419. Email: dompetdhuafa.org Telp: (021) 7416050 Fax: (021) 7426070.
Dompet Dhuafa mulai mengumpulkan wakaf uang sejak 9 tahun lalu sejak disahkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang. Menurut Hendra
Djatnika
wakaf uang
ini
digunakan sebagai alternatif untuk
mensejahterakan umat.61 Sebagian besar masyarakat menilai wakaf yang selama ini dikenal adalah wakaf tanah. Pada saat ini, wakaf uang menjadi alternatif dalam berwakaf. Dengan mengusung program “Wakaf Terbaik” yaitu berupa wakaf produktif yang akan menjadi sumber-sumber keuangan bagi umat di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi. Potensi wakaf uang ini sangat besar karena wakaf uang ini digunakan untuk wakaf dalam kegiatan produktif. Wakaf uang ini digunakan untuk membiayai aset-aset wakaf yang digunakan untuk program-program wakaf yang produktif seperti halnya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, dan lain-lain. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) adalah obyek wakaf uang yang efektif, memberi cerah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Dengan adanya lembaga layanan kesehatan ini, golongan masyarakat dhuafa bisa memperoleh haknya tanpa perlu dibebankan biaya-biaya seperti halnya rumah sakit. 61
Wawancara Pribadi dengan Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising). Jakarta, 4
April 2011.
55
Dengan dikeluarkannya Fatwa MUI Tentang Wakaf Uang, terlihat jelas bahwa wakaf uang ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan wakaf tanah. Keberadaan wakaf uang, wakaf uang dapat menyesuaikan kemampuan calon si waqif untuk berwakaf dan mendapatkan Sertifikat Wakaf Uang yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa. Berdasarkan pengertian wakaf itu sendiri haruslah kekal oleh karena itu kepemilikannya tidak boleh habis, hanya boleh dimanfaatkan atau dikelola, setelah dikelola dan memperoleh hasil atas pemnafaatannya itu kemudian disalurkan kepada sasaran wakaf (mauquf „alaih). Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Dompet Dhuafa mengoptimalkan peran Lembaga Keuangan Syariah. Lembaga ini telah bekerja sama dengan beberapa bank syariah sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf uang (LKS-PWU) di antaranya yaitu BCA, bank Muamalat, bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BII Syariah dan bank Danamon Syariah. Dalam hali ini, LKS-PWU hanya bertindak sebagai kasir dalam melakukan fundraising wakaf uang. 2. Struktur Organisasi Dompet Dhuafa Republika Dewan Wali Amanah Ketua Dewan Wali Amanah
: Chairman
Anggota Dewan Wali Amanah 1. Houtman Z.Arifin 2. Eri Sudewo
56
3. Rahmat Riyadi 4. S. Sinansari Ecip 5. Haidar Bagir Dewan Direksi Presiden Direktur Dompet Dhuafa
: Ismail A. Said
Direktur Eksekutif
: Ahmad Juwaini
Direktur Komunikasi
: M.Arifin Purwakadanta
Direktur Program
: Yuli Pujihardi
Direktur Keuangan
: Rini Suprihartini
Direktur Pengembangan Bisnis
: Kusnandar
Dewan Syariah Ketua Dewan Syariah
: Prof. KH. Muhammad Amin Suma
Anggota Dewan Syariah
:
1. Izzudin Abdul Manaf, Lc. 2. Bobby Herwibowo 3. Visi, Misi dan Strategi Dompet Dhuafa Republika
Visi ”Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan”.
57
Misi
1. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian 2. Melakukan optimalisasi penggalangan sumber daya masyarakat 3. Mendorong
sinergi
program dan
jaringan
organisasi
pemberdayaan
masyarakat global 4. Mengembangkan zakat sebagai pilihan alternatif dalam pengentasan kemiskinan 5. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan asset masyarakat melalui ekonomi berkeadilan
Strategi Utama
1. Penguatan Kelembagaan 2. Inovasi 3. kemitraan 4. Aliansi 5. Transformasi Nilai
58
B. BADAN WAKAF INDONESIA
1. Sejarah Pendirian Badan Wakaf Indonesia
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk pertama kali, Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007. 62 Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.
Badan Wakaf Indonesia (BWI) beralamat di Gedung laboratorium Halal, Jl. Pondok Gede, Pinang Ranti, Jakarta Timur 13560. Email: bwi.or.id Telp: (021)-80884988, (021) 80877955 Fax: (021) 80877955. BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kebutuhan.
Dalam kepengurusan, Badan Wakaf Indonesia terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua
62
Web Master, “Profil Badan Wakaf Indonesia”, Sabtu 12 Juni 2004, artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari http://www.bwi.or.id.
59
dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU No.41/2004).
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri. Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57, UU No.41/2004).
Untuk berjalannya tugas Badan Wakaf Indonesia, pemerintah wajib membantu opearsional. Adapun Badan Wakaf Indonesia memiliki tugas dan wewenang sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan:
60
a) Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. b) Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional. c) Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf. d) Memberhentikan dan mengganti nazhir. e) Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf. f) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.
Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugasnya Badan Wakaf Indonesia dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak lain yang dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu BWI memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia, seperti tercermin dalam pasal 50. Terkait dengan tugas dalam membina nazhir, BWI melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam PP No.4/2006 pasal 53, meliputi:
1) Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional nazhir wakaf baik perseorangan, organisasi dan badan hukum.
61
2) Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengkoordinasian, pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda wakaf. 3) Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf. 4) Penyiapan dan pengadaanmisalnya blanko-blanko Akta Ikrar Wakif (AIW), baik wakaf benda tidak bergerak dan benda bergerak. 5) Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan wakaf kepada nazhir sesuai dengan lingkupnya. 6) Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf.
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, Badan Wakaf Indonesia mempunyai 5 divisi, yakni divisi pembinaan nazhir, divisi pengelolaan dan pemberdayaan wakaf, divisi kelembagaan, divisi hubungan masyarakat, dan divisi peneltian dan pengembangan wakaf.
Pembentukan Badan wakaf Indonesia (BWI) merupakan campur tangan pemerintah dalam melakukan pengaturan dan pengawasan pelaksanaan wakaf di Indonesia. Hal ini di karenakan, semua nazhir yang ada di daerah harus melaporkan segala hal yang berkaitan dengan wakaf yang dikelolanya kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI). Keberadaan Badan Wakaf Indonesia (BWI), yang dibentuk berdasarkan amanat UU No. 41 tahun 2004 untuk mengembangkan perwakafan, baik skala nasional maupun internasional, belum banyak diketahui khalayak. Saat ini,
62
berwakaf bagi sebagian besar orang dipahami hanya bisa dilakukan dengan memberikan “benda mati” seperti tanah atau bangunan. Padahal, wakaf juga bisa berupa benda bergerak, seperti uang. 63 Wakaf uang, pada kenyataannya, kurang dikenal oleh masyarakat. Masyarakat lebih kenal dengan zakat, infak, dan shadaqah. Sosialisasi ini tak sekedar pengenalan, tapi juga berorientasi pada penghimpunan wakaf uang. Mensosialisasikan BWI dan program wakaf produktif, khususnya wakaf uang, kepada masyarakat.adapun tujuan wakaf uang antara lain: memberikan informasi kepada masyarakat tentang tatacara berwakaf uang, bersama-sama Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) menghimpun “wakaf uang” untuk kesejahteraan, menanam “brand image” BWI yang kuat di masyarakat, sebagai bagian dari lembaga filantropi yang punya kekuatan besar untuk membangun perekonomian masyarakat.
63
Wawancara pribadi dengan Sigit Indra Prianto. Tanggal 8 Mei 2011
63
2.
Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia
Dewan Pertimbangan
Ketua
: Dr. H.M. Anwar Ibrahim
Wakil Ketua
: Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA : Drs. H. Ahmad Djunaidi
Anggota
: Dr. Mulya E. Siregar : H. Muhammad Abbas Aula, Lc. MHI
Badan Pelaksana Ketua
: Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan
Wakil Ketua I
: H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D
Wakil Ketua II
: Drs. KH. A. Hafizh Utsman
Sekretaris
: Dr.Sumuran Harahap, M.Ag.MM.MH
Wakil Sekretaris
: H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D
Bendahara
: Drs. H. Siradjul Munir (alm.)
Wakil Bendahara
: Prof. Dr. Suparman, MSc
64
Divisi-divisi 1. Pembinaan Nazhir: Dr. KH. Maghfur Usman Dr. H. Jafril Khalil, MCL. Drs. FIIS 2. Pengelolaan Wakaf: Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Ir. Suhaji Lestiadi 3. Hubungan Masyarakat: Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS 4. Kelembagaan: Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA 5.
Penelitian dan Pengembangan: Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA Dian Masyita, SE. MT Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi, Badan Wakaf Indonesia
mempunyai lima Divisi yaitu Divisi Pembinaan Nazhir (Nazhir Training Division), Divisi Pengelolaan Wakaf (Waqf Management and Empowerment Division), Divisi 65
Hubungan Masyarakat (Public Relation Division), Divisi Kelembagaan (Institutional Division) dan Divisi Penelitian dan Pengembangan (Waqf Research and Development Division).
1.
Pembinaan Nazhir
Hal-hal yang terkait dengan tugas Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai pembina nazhir, akan diimplementasikan melalui divisi pembinaan nazhir. Pembinaan ini diarahkan untuk membentuk nazhir professional, baik perseorangan, organisasi, atau badan hukum. Adapun program dari divisi ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kurikulum dan modul untuk pelatihan nazhir. 2. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk nazhir. 3. Menyusun standar etika dan profesionalitas nazhir. 4.
Mendata dan memetakan nazhir
2.
Divisi Pengelolaan Wakaf
Sesuai
dengan
namanya,
divisi
ini
berperan
untuk
mengelola
dan
mengembangkan harta benda wakaf ke arah produktif. Program-programnya adalah sebagian berikut:
1.
Memetakan tanah wakaf untuk tujuan produktif
2.
Mengatur dan mengembangkan wakaf uang
66
3.
Membangun Gedung Wakaf Centre
4.
Mengembangkan program investasi harta benda wakaf
3.
Divisi Hubungan Masyarakat
Divisi Humas berperan sebagai pusat informasi Badan Wakaf Indonesia, baik dari dalam ke luar atau sebaliknya. Kebijakan-kebijakan serta program-program BWI harus dapat tersosialisasikan dengan baik melalui divisi ini. Program-programnya meliputi:
1.
Sosialisasi Badan Wakaf Indonesia
2.
Sosialisasi Wakaf Uang
3.
Publikasi dan Edukasi Publik tentang perwakafan, khususnya BWI, melalui berbagai media, antara lain: konferensi pers, seminar, talkshow, penerbitan, dan website.
4.
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Divisi-divisi ini berperan penting sebagai sentral riset Badan Wakaf Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan keupayaan divisi-divisi lain. Riset ini juga dilakukan dengan bersinergi dan berkoordinasi dengan divisi-divisi yang berkaitan dengan bidang yang diteliti, dan program-program yang dikembangkan. Adapun program kerja Divisi Penelitian dan Pengembangan adalah sebagai berikut:
67
1.
Inventarisasi dan pemetaan aset-aset wakaf di seluruh Indonesia
2.
Pemetaan dan analisis potensi ekonomi aset-aset wakaf
3.
Publikasi ilmiah dan populer terkait dengan perwakafan
4.
Studi banding
3.
Visi, Misi dan Strategi Badan Wakaf Indonesia
VISI “Terwujudnya lembaga Independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”.
MISI “Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda untuk kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”.
STRATEGI
Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan wakaf Indonesia adalah sebagai berikut:64
64
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan gerakan nasional wakaf uang oleh presiden RI di Istana Negara, Jumat 8 Januari 2010 (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2010), hal. 45-46.
68
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan wakaf Indonesia, baik nasional maupun internasional. 2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan. 3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf. 4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf. 5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf. 6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf. 7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. 8.
Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang berskala nasional dan internasional.
69
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PELAKSANAAN FUNDRAISING WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF INDONESIA A. Mekanisme Fundraising Wakaf Uang 1.
Dompet Dhuafa Republika Bagi Dompet Dhuafa Republika dalam melakukan aktivitas fundraising
wakaf uang harus mempunyai perencanaan fundraising untuk menjalankan misi Dompet Dhuafa Republika. Dalam tahap perencanaan ini, DD menentukan program wakaf produktif yang akan dilaksanakan, karena bagi DD wakaf uang untuk membiayai kegiatan produktif. Program wakaf produktif DD yang akan dibiayai dari surplus wakaf, diantaranya bidang pendidikan yaitu Sekolah Menengah Unggulan Bebas Biaya (SMART
Ekselensia)
Indonesia,
beasiswa
mahasiswa,
serta
program
peningkatan kualitas guru, bidang kesehatan yaitu Layanan Kesehatan CumaCuma (LKC) dan Rumah Sehat Terpadu (RST) adalah sebuah rumah sakit gratis untuk masyarakat kurang mampu yang memadukan sistem pengobatan medis barat dan timur dan bidang sosial ekonomi yaitu ekonomi mikro, kecil dan menengah pasa sektor riil dan bantuan sosial yaitu kebutuhan infrastruktur jalan, jembatan, taman, kota, lahan terbuka hijau, penyediaan air bersih, jalan desa, drainase, rumah susun, dapur umum, ataupun dana penanggulangan bencana. 70
Dalam menghimpun dan menginvestasikan wakaf uang, Dompet Dhuafa Republika membuat program investasi wakaf uang yang digunakan untuk membiayai wakaf produktif antara lain:
1. Depok Waqf Junction (DWJ)
Depok Waqf Junction (DWJ) terletak di Jl. Keadilan No. 13 Bakti Jaya Sukmajaya Depok. Bangunan seluas 378 m/2 ini, 2 lantai. Lantai 1 terdiri dari 3 toko, satu menghadap Jl. Keadilan Raya dan 2 menghadap jalan Musi Raya. Keriga took disewakan per tahun sementara lantai 2 digunakan untuk Rumah Baca.
2. Ciputat Waqf Junction (CWJ)
Ciputat Waqf Junction adalah program investasiwakaf berbentuk 4 lokal toko, 2 kafe, 1 kantin dan lapangan futsal. CWJ berlokasi di Jl. Menjangan raya Pondok Ranji Ciputat. Saat ini CWJ sedang dalam tahap pembangunan dan direncanakan akan rampung pada Juli 2011.
3. Wakala Al wakif
Wakala Al Wakif adalah outlet pembelian dinar emas dan dirham perak. Masyarakat bisa membeli dinar dan dirham melalui Wakala Al Wakif untuk kpeerluan transaksi dan investasi.
71
4. Saham
Dompet Dhuafa menerima dan mengelola wakaf Saham dari donatur, saat ini, jumlah saham yang dikelola telah mencapai nilai lebih dari 500 juta rupiah. Deviden saham-saham tersebut lansgung diterima oleh Dompet Dhuafa dan disalurkan sesuai amanah donatur.
5. Gedung Institut Kemandirian (Wardah)
Dompet Dhuafa memiliki amanah asset wakaf berupa Gedung Wardah di Islamic di Islamic Village Karawaci banten. Gedung ini disewakan untuk berbagai acara pelatihan dan seminar. Fasilitas Gedung yang bisa disewa terdiri atas 4 ruangan. Satu ruangan di lantai satu berkapasitas 50 orang dan 3 ruangan di lantai 2 yang maisng-masing berkapasitas 20 orang. Selain disewakan, gedung ini juga digunakan untuk kegiatan kursus-kursus gratis yang digawangi Institut Kemandirian Dompet Dhuafa.
6. Zamrud Waqf Junction (Zawaf)
Zawaf adalah aset wakaf berupa food court yang terdiri dari 6 kios untuk disewakan kepada para pedagang. Selain bisa menyewa tempat untuk berusaha, para pedagang merasa senang karena uang sewa yang mereka bayarkan digunakan untuk membantu sesama yang kurang mampu.
72
7. Ruko
Ruko Mekarsari dan Graha Harapan adalah 2 ruko yang dikelola oleh Dompet Dhuafa dengan skema sewa (ijarah). Ruko-ruko ini berlokasi di samping RS Mekarsari Kodya Bekasi dan Komplek Garaha Harapan Bekasi Timur.
8. Kebun Karet
Dompet Dhuafa bekerjasama dengan masyarakat Lubuk Tuba Lahat Sumatera Selatan menanam karet seluas 20 hektar sejak tahun 2007. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta berperan dalam upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan di kawasan Lahat yang sudah mulai gundul.
9. Baitul Mal Watamwil (BMT)
Dompet Dhuafa bekerjasma dengan BMT Kopontren Ibnu Syakur (Nusya) Tuban Jawa Timur menghimpun dan menginvestasikan Wakaf Uang untuk permodalan di sektor mikro (micro finance).
Untuk merealisasikan program wakaf produktif, Dompet Dhuafa mempunyai tim kerja fundraising wakaf uang agar pengumpulan dana menjadi lebih efektif
73
dan efisien. 65 Adapun struktur organisai fundraising wakaf uang Dompet Dhuafa meliputi:
Gambar 1.1 Struktur organisasi fundraising wakaf uang Wakaf Departement Manager
Head of Productive Wakaf Raising
Head of Wakaf RST
Wakaf Raising Officer
Wakaf raising Officer
Sumber : Dompet Dhuafa Republika Dari bagan di atas menjelaskan bahwa Dompet Dhuafa Republika mempunyai organisasi tersendiri untuk melaksanakan job-job fundraising. Pertama, wakaf departement manager bertanggungjawab atas penentuan strategi fundraising yang akan dilaksanakan kemudian head of productive wakaf raising bertanggungjawab atas pelaksanaan strategi dan mengkomunikasikan kepada wakaf raising officer untuk melaksanakan fundraising.
65
Wawancara Pribadi dengan Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising). Jakarta, 4
April 2011
74
Strategi fundraising yang dilaksanakan oleh fundraiser Dompet Dhuafa meliputi, direct mail yaitu strategi penghimpunan dan dengan mengirimkan surat kepada calon donatur yang potensial; media campaign yaitu suatu strategi untuk menggalang dana dengan mengkampanyekan suatu program di media massa; membership yaitu suatu strategi penggalangan dana dengan merekrut dan membuat kenggotaan donatur; special event yaitu salah satu strategi penggalangan dana dengan membuat event-event atau memanfaatkan event-event tertentu; dan corporate fund yaitu Dompet Dhuafa melakukan kerja sama dengan perusahaan lain. Untuk melaksanakan strategi fundraising tersebut digunakan metode fundraising antara lain, pertama metode fundraising above the line misalnya televisi, radio, media cetak (koran, majalah, tabloid, buletin) dan media online. Kedua, metode fundraising below the line (BTL) misalnya billboard, spanduk, umbul-umbul, poster, flyer, brosur dan sticker.
Mekanisme pembayaran wakaf uang pada yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa dapat melalui cash berupa waqif dapat membayar wakaf di kantor dan gerai penerimaan wakaf Dompet Dhuafa serta penjemputan wakaf untuk nominal 1 juta Rupiah ke rumah waqif Dompet Dhuafa. Selain itu, Dompet Dhuafa melakukan kerjasama dengan pihak bank yang bertugas sebagaik kasir, yang ditunjuk oleh DD dalam menghimpun wakaf uang antara lain, bank Muamalat,
75
BCA, bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BII Syariah dan bank Danamon Syariah. Adapun yang skema penghimpunan wakaf uang pada Dompet Dhuafa sebagai berikut: Gambar 1.2 Skema Penghimpunan Wakaf Uang Dompet Dhuafa Republika
Wakif
Bank
Wakaf Officer Dompet Dhuafa
Investasi
Mauquf „alaih
Sumber : Dompet Dhuafa Republika Dalam skema di atas dapat digambarkan bahwa, waqif dapat mewakafkan dananya dengan memilih melalui perantara Bank yang ditunjuk oleh Dompet Dhuafa dalam menghimpun dana wakaf dan dapat melalui wakaf officer Dompet Dhuafa. Waqif mengisi formulir keikutsertaan wakaf. Selanjutnya waqif menentukan kemana arah program wakaf produktif yang diminati, misalnya bidang pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial. Dan kemudian waqif akan mendapatkan Sertifikat Wakaf Uang apabila jumlah dana yang diwakafkan mencapai Rp. 1.000.000,00-. 76
Prosedur yang dilaksanakan Dompet Dhuafa Republika dalam fundraising wakaf uang, antara lain, bukti pembayaran wakaf; kwitansi
pembayaran
diberikan kepada waqif untuk pembayaran wakaf secara tunai sesuai mauquf „alaih yang diinginkan oleh waqif; kemudian bukti transfer sebagai bukti pembayaran via bank misalnya waqif dapat mentransfer wakaf uangnya melalui rekening wakaf Dompet Dhuafa dan waqif dapat menggunakan standing instruction untuk wakaf rutin bulanan. Kemudian, waqif melakukan konfirmasi dengan mengirimkan bukti transfer berikut formulir wakaf dan Dompet Dhuafa akan mengirimkan laporan konsolidasi sebagai konfirmasi penerimaan wakaf dari setiap waqif, laporan ini dikirimkan setiap bulan. Untuk
pendistribusian
dana
wakaf
dilaksanakan
melalui
program
pemberdayaan wakaf yaitu Tabung Wakaf Indonesia yang didirikan oleh Dompet Dhuafa pada tanggal 14 Juli 2005. Tabung Wakaf Indonesia membantu pelaksanaan program wakaf produktif berdasarkan hasil dana wakaf uang yang dihimpun oleh tim fundraising Dompet Dhuafa. Selain bentuk wakaf bergerak seperti uang, wakif dapat juga berwakaf dengan aset natura (tanah, bangunan, dan lain-lain). 66
Berdasarkan penerimaan wakaf uang pada tahun 2010 Dompet Dhuafa Republika menerima penerimaan wakaf uang sebesar Rp. 10. 531.797.254.
66
Berita TWI Properti, diakses pada tanggal 12 April 2011, (http://www.tabungwakaf.com/index.php?option=com_content&view=article&id=53:katalog-alihwakaf-rumah-dan-tanah&catid=4:news&Itemid=2)
77
bentuk program wakaf produktif, berdasarkan data KPAI 2009 menyebutkan jumlah anak putus sekolah di 33 Provinsi di Indonesia berjumlah 11,7 juta anak pada tahun 2009. Lebih dari 155 ribu siswa diantaranya berkeliaran di jalan dan sekitar 2,1 juta menjadi pekerja di bawah umur. Dompet Dhuafa berusaha menjawab permasalahan ini dengan menggulirkan program wakaf produktif untuk pendidikan, dengan beberapa program pendidikan Dompet Dhuafa yang akan dibiayai dari surplus wakaf produktif diantaranya adalah Sekolah Menengah Unggulan Bebas Biaya (SMART) Ekselensia Indonesia, beasiswa mahasiswa, serta program peningkatan kualitas guru, yang telah memberikan manfaat langsung kepada 11.792 orang guru dan siswa. Dompet Dhuafa menggulirkan
pula
program
wakaf
produktif
untuk
Kesehatan
guna
mengoptimalkan fungsi wakaf dalam membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat kurang mampu. Program Dompet Dhuafa yang akan dibiayai dari surplus wakaf produktif yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yaitu klinik untuk masyarakat kurang mampu, yang telah melayani 544.538 pasien. Perlu adanya pengembangan dan peningkatan pada akses layanan kesehatan bagi masyrakat miskin, DD mendirikan Rumah Sehat Terpadu (RST) yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan cuma-cuma berbentuk rumah sakit. Kebutuhan infrastruktur jalan, jembatan, taman, kota, lahan terbuka hijau, penyediaan air bersih, jalan desa, drainase, rumah susun, dapur umum, ataupun dana penanggulangan bencana yang menjadi prioritas dan mengoptimalkan pendayagunaan dana wakaf produktif untuk bantuan sosial. 78
2.
Badan Wakaf Indonesia Dalam mekanisme penghimpunan wakaf uang Badan Wakaf Indonesia
membangun rencana strategi penggalangan dana untuk mendukung terlaksananya program. Awal perencanaan yang dilakukan Badan Wakaf Indonesia adalah menginvestasikan dana wakaf untuk proyek pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Komersial di Serang Banten, di bidang pendidikan, BWI akan menginvestasikan proyek mengembangkan Universitas UNINDRA, di bidang perekonomian rakyat BWI akan menginvestasikan dana wakaf dalam usaha kecil menengah dengan mendirikan sharia micro bank, di bidang peternakan, BWI akan menginvestasikan agribisnis kambing dengan melibatkan petani, dan di bidang pertambangan BWI melakukan kerjasama dengan PT. Gamai Mineral Persada (GMP) yang bermaksud untuk menawarkan investor nasional maupun internasional berpartisipasi pada penambangan emas di nabire, Irian Barat. Untuk menjalankan program yang dilaksanakan, Badan Wakaf Indonesia mempunyai tim kerja fundraising wakaf. Tahap berikutnya Tim fundraising wakaf pada BWI bergerak untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan kepada masyarakat banyak. Adapun tim fundraising wakaf pada Badan Wakaf Indonesia sebagai berikut :
79
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Fundraising Badan Wakaf Indonesia
Manager Marketing
Marketing Communication
Customer Relationship Management
Sumber : Badan Wakaf Indonesia Dari bagan di atas menjelaskan bahwa Badan Wakaf Indonesia memiliki tim fundraising yang bertugas mengkomunikasikan atau mencari donatur agar berwakaf uang. BWI merekrut relawan dari kalangan mahasiswa untuk mensosialisasikan wakaf uang. Tim fundraising ini dikelola di bawah penanganan Divisi Pengelolaan dan Pengembangan Badan Wakaf Indonesia. Tahap selanjutnya BWI memiliki pola penghimpunan dana wakaf uang antara lain penghimpunan pola umum dan penghimpunan pola khusus. 1.
Penghimpunan pola umum ( general cash waqaf ) Penghimpunan pola umum adalah suatu program penghimpunan dana wakaf yang di lakukan BWI secara umum tanpa dikaitkan atas suatu projek investasi tertentu. Dalam melakukan penghimpunan dana wakaf uang ini, maka BWI bekerja sama dengan Bank Syariah , dimana BWI akan membuka rekening di Bank Syariah tersebut, dan para waqif (yang 80
memenuhi syarat untuk menyerahkan wakaf kepada BWI) dapat menyerahkan ke BWI melalui kantor-kantor layanan Bank Syariah di maksud. Dana wakaf yang diperoleh dari program ini akan di kumpulkan dalam suatu rekening penempungan investasi sebagai bentuk pool of found, untuk selanjutnya akan diinvestasikan dalam projek investasi harta wakaf yang sesuai dengan kriteria investasi.
2.
Penghimpunan pola khusus ( special / restricted cash waqf )
Penghimpunan pola khusus yakni terkait pada project investasi harta wakaf yang akan dilaksanakan BWI dan atau terkait pada aspek peruntukan harta wakaf, misalnya project pemberdayaan ekonomi masyarakat dan atau masalah sosial di satu tempat. Melalui pola ini waqif dapat menetapkan jenis investasi wakaf atau bahkan ikut serta mengelola investasi tersebut dan atau terlibat pada penyaluran peruntukan harta wakaf. Strategi fundraising yang dilakukan oleh BWI meliputi, melalui media cetak dan online
misalnya
kerjasama
rubrik,
iklan sosial
via
media
dan
penghimpunan dan peliputan kegiatan, melalui via televisi dan radio misalnya talkshow wakaf uang dan melalui roadshow wakaf uang misalnya seminar dan talkshow serta pelatihan nazhir. Adapun metode fundraising yang direncanakan meliputi metode fundraising langsung dan metode
81
fundraising tidak langsung. Metode fundraising langsung meliputi, antara lain: Program kampanye, yang dilakukan dengan berbagai kegiatan yang fungsinya memberi informasi langsung dan mengajak sasaran untuk berdonasi. Kampanye dilakukan dengan komunikasi promosi dengan media out door, demo, sampling, pameran, kunjungan, kuis, hadiah, penjualan produk fundrasing, lelang fundraising, kupon, malam amal, dan lain-lain. Iklan respon yaitu pesan dengan bermacam media dapat dibuat agar mampu memudahkan pembacanya dengan untuk memberi tanggapan langsung. Pesan ini dapat berbentuk iklan koran, iklan sms, poster, kartu balasan dan lain-lain. Direct mail dengan mengirimkan surat secara langsung dengan menyertakan brosur, profil, prospek, investasi, formulir donasi, dan sebagainya. Telemarketing adalah salah satu bentuk direct marketing yang efektif terutama untuk donasi berulang. Telemarketing mampu memberikan kesan dekat dan interaktif. Cara ini mahal dibanding media cetak. Pengembangan telemarketing adalah contact center. Penggunaan mesin bicara dapat meringankan biaya namun menurunkan efek interaktif dan kedekatan manusia. Dapat melalui media elektronik, antara lain, faxmail, email, voicemail dan mobile mail seperti SMS, MMS.
82
Konter adalah alat fundrasing langsung yang cukup baik. Konter akan memberikan interaktifitas yang terbaik kepada donatur. Konter harus mudah dikenali dan layanan yang diberikan memiliki standar. Konter bergerak dapat dilakukan untuk menjangkau wilayah tertentu. Konter dapat bekerjasama dengan outlet produk lainnya melalui kerjasama. Pengurus Masjid Pondok Indah sudah siap dijadikan konter wakaf uang BWI, pembukaan konter atau gerai yang menyatu dengan LKS PWU.
Metode fundraising tidak langsung, menggunakan pula metode fundraising tidak langsung diantaranya: pemotongan penjualan, kegiatan ini terlaksana dengan kerjasama lembaga dengan produsen penjual produk tertentu untuk waktu tertentu; pengumpulan donasi dilakukan dengan kompensasi donasi tertentu untuk setiap pembelian produk; produk campuran, mix product untuk fundrasing dilakukan dengan kerjasama dengan produk pembayaran tertentu. Contohnya adalah mix produk investasi dengan produk wakaf dan setiap dana yang disetor adalah 90% investasi dan 10% wakaf uang. Mix Product ini dapat dikembangkan ke berbagai produk pembayaran lainnya seperti asuransi, iuran, pembayaran sekolah dan lainlain. Ada pula dengan kerjasama promo charity, kegiatan ini berupa kerjasama kampanye charity dengan lembaga atau perusahaan lain. Kegiatan ini berupa aktifitas komunikasi promo bersama suatu program untuk menghasilkan respon donasi bagi sebuah kegiatan charity tertentu,
83
atau dengan kesepakatan dana yang terkumpul dibagi menjadi dua bagian. Selanjutnya, event fundraising adalah event biasa yang diselenggarakan dengan maksud sosial. Kegiatan ini dapat bersifat masal dengan pendaftaran dengan biaya yang terjangkau. Biaya penyelenggaraan harus dapat ditutup oleh pendapatan sponsor.
Setelah penentuan strategi dilakukan untuk menghimpun dana dari para donatur, adapun mekanisme pembayaran wakaf uang pada yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dapat melalui gerai penerimaan wakaf seperti konter yang menyatu dengan LKS PWU dan melalui bankbank syariah. Adapun praktik wakaf uang yang benar itu dilakukan melalui Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS PWU). UU No 41/2004 tentang Wakaf Pasal 28 menyebutkan bahwa waqif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri (agama). Setelah menyerahkan wakaf uangnya kemudian LKS akan menerbitkan dan menyampaikan sertifikat wakaf uang kepada waqif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf (Pasal 29 ayat 3).
Dalam pergerakan wakaf uang, BWI telah bekerjasama dengan lima Lembaga Keuangan Syariah penerima wakaf uang (LKS-PWU) antara lain:
84
bank Muamalat, bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, bank Mega Syariah, bank DKI Syariah yang ruang lingkup perjanjiannya berupa kerjasama: a)
Penerima setoran wakaf uang kepada pihak pertama.
b)
Pencairan dana wakaf uang kepada pihak pertama.
c)
Pelaporan wakaf uang kepada pihak kedua. Adapun tujuan dilakukannya perjanjian ini adalah untuk mendorong
pengembangan implementasi Wakaf Uang di Indonesia dengan cara memberikan kemudahan bagi waqif untuk menyalurkan dana wakafnya, memberi kemudahan bagi waqif untuk menarik dana wakafnya dalam hal wakaf uang dengan jangka waktu tertentu, memberikan kemudahan bagi para pihak dalam hal melakukan pelaporan kepada pihak terkait sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan.
Adapun
gambar
dalam
penghimpunan wakaf uang sebagai berikut :
Gambar 1.4 Skema Penghimpunan Wakaf Uang Badan Wakaf Indonesia Wakif
LKS PWU
Wadiah Deposito/Tabungan
Program Umum
Mudharabah Muqayyadah
Tanah Wakaf
85
Sumber : Badan Wakaf Indonesia
Dalam
skema
diatas,
waqif
mewakafkan
dananya
dengan
menempatkan dana pada account Nazhir (BWI) yang ada di LKS PWU, yang pada awalnya berbetuk deposito/tabungan. 67 Waqif akan mendapatkan Sertifikat Wakaf Uang apabila jumlah dana yang diwakafkan mencapai Rp. 1.000.000,-. Sertifikat Wakaf Tunai tersebut diterbitkan oleh BWI dan dititipkan di bank Syariah. Sertifikat Wakaf Tunai tersebut akan diadministrasikan secara terpisah dari kekayaan bank. Karena bank Syariah hanya berfungsi sebagai kustodi maka tanggung jawab terhadap waqif terletak pada BWI. Dana wakaf yang ada di rekening BWI kemudian akan dikelola oleh Badan Wakaf Indonesia dan hasil pengelolaan dana untuk almauquf „alaih (sasaran) juga akan disalurkan oleh BWI. 68
Selanjutnya, waqif akan dapat menempatkan program yang telah dirancang oleh BWI. Kemudian nazhir meminta LKS PWU untuk mencarikan pihak ketiga atau investor bermudharabah muqayyadah dengan nazhir dalam rangka membangung ruko di atas tanah wakaf. Adapaun cara wakaf uang melalui Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf uang (LKS_PWU) adalah sebagai berikut :
67
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan gerakan nasional wakaf uang oleh presiden RI di Istana Negara, Jumat 8 Januari 2010 (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2010), h. 35. 68 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Strategi Pengembangan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI,2005), h. 43.
86
1.
Waqif datang ke Lembaga keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU).
2.
Mengisi akta ikrar wakaf ( AIW ) dan melampirkan foto kopi kartu identitas yang berlaku.
3.
Waqif menyetor nominal wakaf dan secara otomatis dana akan masuk ke rekening BWI.
4.
Waqif mengucapkan shighat wakaf dan menandatangani Akta Ikrar Wakaf (AIW) bersama dengan 2 orang saksi dan 1 pejabat bank sebagai pejabat pembuat AIW.
5.
Lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang mencetak sertifikat wakaf uang dan menyerahkan kepada waqif.
Pada rekapitulasi penerimaan wakaf uang BWI pada tahun 2010 mencapai Rp. 2.177.621.238. Pada bulan Juni tahun 2010 rekapitulasi pengelolaan dan pengembangan wakaf meliputi dari giro 5 LKS PWU untuk investasi sebesar Rp. 426.505.238 dengan hasil investasi sebesar Rp. 2.169.490, dari deposito bank syariah mandiri untuk investasi sebesar Rp. 500.000 dengan hasil investasi sebesar Rp. 6.543.812 dan pembiayaan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) sebesar Rp. 500.000. dan untuk rekapitulasi Pemanfaatan hasil investasi wakaf
diperuntukkan dalam bidang pendidikan berupa bantuan
sarana pendidikan santri pesantren Nurul Huda di Bekasi, Jawa Barat sebesar Rp. 5.000.000 untuk mauquf‟alaih.
87
Dari uraian di atas dapat dilihat, persamaan mekanisme fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Indonesia adalah bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta memberikan pelayanan yang berkualitas dalam rangka penggalangan dana (fundraising) dengan memanfaatkan kemudahan teknologi yang ada dan dapat menjangkau oleh masyarakat untuk berwakaf. Meskipun demikian, tetap saja antara DD dan BWI terdapat perbedaan dalam hal fundraising, diantaranya, dari pelaksanaan Dompet Dhuafa hanya dapat melakukan kerjasama dengan pihak bank untuk menghimpun dana wakaf uang, bank hanya sebagai kasir dan dalam hal pengelolaan wakaf uang DD lebih menekankan pada promosi fundraising melalui pengemasan program wakaf produktif dengan berbagai bentuk pengelolaan produktif yang hasil dari pemanfaatan tersebut diberikan untuk membiayai program produktif DD. Maka BWI dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf mengandalkan pihak bank.
B. Peluang dan Tantangan Fundraising Wakaf Uang
1. Dompet Dhuafa Republika
Berdasarkan analisis swot, dapat dilihat kelebihan maupun kekurangan kedua lembaga. Hasil analisis swot tersebut adalah sebagai berikut:
88
a.
Kekuatan (strength)
Dompet Dhuafa Republika sebagai institusi yang cukup berpengalaman dalam pengelolaan filantropi Islam sering disebut sebagai pionir dalam penggalangan dan pemberdayaan dana umat, khususnya wakaf uang. Dompet Dhuafa memiliki citra yang positif dalam membangun trust karena didukung dengan beberapa program wakaf produktif, diantaranya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial. Dalam mengembangkan strategi fundraising wakaf uang, Dompet Dhuafa memiliki kekuatan terbesar yaitu “penjemputan wakaf”.
b. Kelemahan (weaknes)
Sesuai dengan jaringan Dompet Dhuafa merupakan LAZ tingkat nasional. Untuk memaksimalkan pelaksanaan fundraising DD belum mempunyai media massa dengan tujuan untuk lebih meningkatkan sosialisasi penghimpunan wakaf uang.
c.
Peluang (opportunity)
Melihat potensinya, wakaf memiliki peluang yang besar, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergama Islam dan banyak orang kaya. Hingga saat ini belum begitu banyak lembaga-lembaga independen yang khusus menangani wakaf, apalagi wakaf tunai uang. Sementara ini fenomena yang berkembang adalah dibukanya unit-unit usaha yang menerima wakaf tunai tetapi belum
89
berdiri sendiri. Wakaf Tunai Muamalat, misalnya, merupakan salah satu produk dari bank Muamalat, bukan lembaga khusus yang menangani permasalahan wakaf. Begitu pula unit wakaf di Baitul Mal Hidayatullah, sub kerja ini adalah salah satu bagian kecil dari kerja baitul mal untuk mengumpulkan dana umat. Dengan demikian, berpeluang menjadi pioneer lembaga pengelola wakaf, khususnya wakaf tunai.
d. Tantangan (Threath)
Tantangan yang saat ini sedang menghadang Dompet Dhuafa adalah adanya hukum positif mengurangi peran nazhir dalam mengimpun wakaf uang yang tertulis pada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 28, Undang-Undang ini menyebutkan bahwa wakif mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri. Munculnya kebijakan bahwa penyerahan dana wakaf uang melalui LKS-PWU merupakan bagian dari skenario pemusatan uang ke Bank.
2. Badan Wakaf Indonesia
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan terbesar yang dimiliki adalah Badan Wakaf Indonesia melakukan kerjasama dengan LKS PWU dalam investasi wakaf uang. Pihak LKS PWU akan melakukan kerjasama dalam rangka pembinaan terhadap kegiatan perwakafan di
90
Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Bab VII Pasal 55. BWI adalah lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah.
b. Kelemahan ( Weakness)
Badan Wakaf Indonesia dalam mengembangkan pengelolaan wakaf secara produktif masih dalam masa pertumbuhan. Padahal, seharusnya BWI memberikan percontohan pengembangan wakaf secara baik.
c. Peluang (Oppurtinity)
Badan Wakaf Indonesia dalam menginvestasikan wakaf uang sebagimana pada Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengeloaan dan Pengembangan Wakaf uang Pasal 10 bahwa investasi wakaf uang dapat dilakukan melalui deposito di bank syariah dan ekspetasi bagi hasil yang menguntungkan dan investasi wakaf uang secara langsung sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui produk dengan akad mudharabah muqayyadah di LKS.
d. Tantangan (Threat)
Telah banyak lembaga Nazhir wakaf yang lebih maju dalam hal kesiapan mengembangkan wakaf uang, dan peran sdm yang lebih mengandalkan pada
91
relawan yaitu dari kalangan mahasiswa untuk melaksanakan fundraising wakaf uang.
Dari uraian di atas, Dompet Dhuafa memiliki keunggulan, yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya DD lebih menekankan citra postif sehingga adanya kepercayaan (trust), sistem fundarising yang baik terletak pada “penjemputan wakaf” sehingga memudahkan wakif. Dan didukung dengan program investasi wakaf yang banyak, dan berpeluang menjadi pioneer lembaga pengelola wakaf, khususnya wakaf tunai. Bagi Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen yang dibentuk pemerintah yang memiliki kerjasama yang kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu
pihak bank dalam mengelola
pengembangan wakaf uang itu sendiri. Namun, program pengembangan wakaf tersebut masih dalam tahap proses.
92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1.
Dalam aktivitas fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa digunakan untuk membiayai kegiatan produktif seperti bidang pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi yang diperoleh dari surplus wakaf. Dompet Dhuafa memiliki khusus tim kerja fundraising wakaf uang dengan menggunakan strategi fundraising diantaranya, direct mail, media campaign, membership, special event dan corporate fund dengan metode-metode fundraising yaitu above the line dan below the line. Mekanisme pembayaran wakaf dapat dilakukan melalui bank yang ditunjuk oleh Dompet Dhuafa dan penjemputan wakaf. sedangkan, Badan Wakaf Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk menghimpun “wakaf uang” untuk kesejahteraan dan menanam “brand image” BWI yang kuat di masyarakat. Untuk pengelolaan dan pengembangan wakaf BWI melakukan kerjasama dengan pihak bank untuk mencarikan investor.
2.
Dari analisis swot dapat disimpulkan bahwa Dompet Dhuafa memiliki keunggulan bahwa Dompet Dhuafa memiliki citra yang positif sehingga trust pun tercipta, keunggulan pada sistem fundraising terletak pada sistem
93
organisasi yang cukup profesional terlihat pada jumlah penerimaan wakaf uang pada tahun 2010, namun disamping itu, DD memiliki kelemahan yaitu DD tidak melaksanakan aturan perundang-undangan yang berlaku sebagimana dalam penetapan bank sebagai penerima wakaf uang harus berdasarkan keputusan menteri. Badan Wakaf Indonsia memiliki keunggulan, hal ini disebabkan oleh kerjasama yang kuat dengan pihak bank syariah, selain menghimpun dana wakaf uang, bank menjalin kerjasama pengelolaan dan pengembangan wakaf uang seperti deposito dan mudharabah muqayyadah. Namun, pengembangan wakaf uang yang dilakukan BWI masih tahap proses pembangunan, contohnya RSIA di Serang, Banten.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari kajian dan pembahasan ini maka, ada beberapa yang perlu penulis sarankan yaitu sebagai berikut: 1.
Memperhatikan perekonomian
betapa umat
berperannya
dan
kemajuan
wakaf
tunai
bagi
duani
Islam
itu
perkembangan sendiri,
maka
direkomendasikan, agar wakaf tunai disosialisasikan, supaya masyarakat Islam memahami
akan
arti
pentingnya
wakaf
tunai
dan
selanjutnya
mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Bila perlu disinergikan dengan perda yang ada di setiap daerah agar peran wakaf itu bisa berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan syariat agama.
94
2.
Perlu adanya usaha memberikan penerangan kepada masyarakat tentang wakaf uang, yang saat ini masih terbatas pada cara-cara yang lazim saja.
3.
Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan lagi masalah perwakafan di Indonesia. Khususnya yang berkaitan dengan wakaf uang. Karena wakaf ini masih tergolong baru. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan lembagalembaga yang ditunjuk untuk mengelola dan mengembangkan perwakafan tersebut. Karena sampai saat ini lembaga-lembaga yang telah mendapat rekomendasi untuk mengelola dan mengembangkan wakaf tunai masih ada yang awam dengan wacana tersebut.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abid, Muhammad. Hukum Wakaf. Jakarta: Iman, 2009. Al-Bukhari, Shahih Bukhari. Jilid III Beirut: Dar Al-Fikr, 1992. Ali, Daud Muhammad. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press, 1998. Antonio, Muhammad Syafi‟i. Pengelolaan wakaf Secara Produktif, dalam Achmad Junaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006 Badan Wakaf Indonesia. Pencanangan gerakan nasional wakaf uang oleh presiden RI di Istana Negara. Jumat 8 Januari 2010 Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2010. Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. Davis, Gordon. Manajemen Sistem Informasi. Penerjemah Andreas S.Adiwaedana. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 2002. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Fiqih Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2003. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Pedoman pengelolaan wakaf tunai Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Pedoman Pengelolaan
dan
Pengembangan Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Peraturan Perundangan Perwakafan. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005. 96
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Proses lahirnya Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2006. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005. Ibnu, Al-Hafidh. Terjemah Bulughul Maram. Jakarta: Mutiara Ilmi, 1995. Ibnu Hajar al-„Asqalani, Fath al Bari Bi Syarthi Shahihi al Bukhari. Jilid V Beirut Daar al-Fikr, 1996. Iswoyo, Setiyo dan Hamid Abidin. In Kind Fundraising,cet I. Depok: PIRAMEDIA, 2006. Junaidi, Achmad dan Thobieb Al-Asyhar. Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2007. Juwaini, Ahmad. Panduan Direct Mail untuk Fundraising, cet.I. Jakarta: Piramedia, 2005 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI Tentang wakaf Uang Mannan, M.A. Sertifikat Wakaf Tunai. Jakarta : CIBER PKTTI – UI, 2001. Michael, Norton. Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Sukarela di Negara-negara Selatan. Penerjemah: Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia atas bantuan, 2002. Mubarok, Jaih. Wakaf Produktif. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008. Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah. Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam. Jakarta: PSTTI-UI, 2006.
97
Putra, Syopiansyah dan Subiyakto, A‟ang. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Qahaf, Munzir. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa, 2007. Sabiq, Sayyid. Fiqh as-Sunnah. Lebanon: dar al-„Arabi, 1971 Saidi, Zaim dkk. Strategi dan Pola Penggalangan Dana Sosial di Indonesi,cet I. Jakarta: Piramedia dengan dukungan Ford Foundation, 2003. Setiawan, Herri. Membership Fundraising, cet.I. Jakarta: Piramedia, 2006. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2008. Sugiono. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, CV, 2007. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 2002. Sutisna, Hendra. Fundraising Database. Jakarta: Piramedia, 2006. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Press, 2004. Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Widjajanti, Darwina. Rencana Strategis Fundrising, cet.I. Jakarta: Piramedia, 2006. Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2008 Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2009
Wawancara Wawancara pribadi dengan Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising). Jakarta. 4 April 2011.
98
Wawancara pribadi dengan Sigit Indra Prianto (Staf Divisi Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf). Jakarta. 8 Mei 2011.
Dokumen Dari Media Internet Berita
TWI
Properti,
diakses
pada
tanggal
12
April
2011
dari
http://www.tabungwakaf.com/index.php?option_content&view=article&id=5 3:katalog-wakaf-rumah-dan –tanah&catid=4:news&Itemed=2. Hendrakholid.net dan redaksi. Fundraising VS Marketing, artikel diakses pada tanggal 25 Februari 2011 dari http://hendrakholid.net/blog. Hidayat, Rahmat. Alumni PhD Ekonomi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia dan bekerja di Kementrian Perumahan Rakyat RI, “Tanah Wakaf Untuk Rakyat”,
artikel
diakses
pada
tanggal
27
Februari
2011
dari
http://ekonomiislami.wordpress.com/2011/02/27/tanah-wakaf-untuk-rakyat. Mustaine. Fundraising yang Efektif, artikel diakses pada tanggal 25 April 2011 dari http://www.dompetdhuafa.org/?p=5945 Web Master. Profil Badan Wakaf Indonesia, artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari http://www.bwi.or.id.
99
100
Badan Wakaf Indonesia Sumber : Sigit Indra Prianto (Staf Divisi Pengelolaan dan Pengembangan) Tanggal : 08 Mei 2011
Hasil Wawancara
1.
Apa latar belakang serta tujuan Badan Wakaf Indonesia menghimpun dana wakaf uang? Jawab : Keberadaan Badan Wakaf Indonesia (BWI), yang dibentuk berdasarkan amanat UU No. 41 tahun 2004 untuk mengembangkan perwakafan, baik skala nasional maupun international, belum banyak diketahui khalayak. Saat ini, berwakaf bagi sebagian besar orang dipahami hanya bisa dilakukan dengan memberikan “benda mati” seperti tanah atau bangunan. Padahal, wakaf juga bisa berupa benda bergerak, seperti uang. Wakaf uang, pada kenyataannya, kurang dikenal oleh masyarakat. Masyarakat lebih kenal dengan zakat, infak, dan shadaqah. Sosialisasi ini tak sekedar pengenalan, tapi juga berorientasi pada penghimpunan wakaf uang. Tujuan antara lain: a. Mensosialisasikan BWI dan program wakaf produktif, khususnya wakaf uang, kepada masyarakat.
101
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tatacara berwakaf uang. c. Bersama-sama Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU) menghimpun “wakaf uang” untuk kesejahteraan. d. Menanam “brand image” BWI yang kuat di masyarakat, sebagai bagian dari lembaga
filantropi yang punya kekuatan besar
untuk
membangun
perekonomian masyarakat. 2. Bagaimana sistem peghimpunan dana (Fundraising) wakaf uang yang dilaksanakan Badan Wakaf Indonesia? Jawab : Salah satu kegiatan BWI selain mengelola dana wakaf, juga melakukan penghimpunan dana wakaf. Pada awal bulan Januari 2011 BWI mencanangkan gerakan wakaf uangyang dilakukan oleh Presiden RI yaitu Presiden Bambang Susilo Yudhoyono, artinya titik point pertama kali fundraising secara massif. Fundraising saat ini dibawahi Divisi Pengelolaan dan Pengembangan Investasi Wakaf. Fundraising BWI belum memiliki pola fundraising . oleh karena itu BWI merekrut dari mahasiswa untuk menjadi relawan fundraising, itu diambil dari 7 sampai 10 mahasiswa. Pola kerja sama yang dilakukan oleh BWI dengan mahasiwa itu adalah part time, artinya pendapatan relawan berdasarkan target yang dicapai. Mengenai bentuk-bentuk fundraising wakaf uang ini pada tahun 2010 dilihat dari sisi teori dan pasar cukup baik. Bisa dengan telemarketing, media massa, direct/langsung,
102
membuka konter-konter tempat publik yang diharapkan akan berjalan massif dari segi pendapatannya. Bisa juga melalui direct mail (surat), BWI mengirimkan surat kepada yang bersifat corporate atau kelembagaan, setelah itu BWI mengadakan audience (pertemuan). BWI juga bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) yang telah ditunjuk yaitu Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat, Bank DKI Syariah dan bank Mega Syariah. Kelima bank syariah ini dapat menghimpun dana wakaf uang atas nazhir Badan Wakaf Indonesia. LKS PWU sebagai kasir, BWI yang pertama kali mebuka rekening Deposito untuk hal sosialisasinya seperti banner, leaflet itu pihak LKS PWU yang mengcreate itu semua. BWI melaksanakan project yang berskala nasional. LKS PWU lebih
berkompeten,
lebih
maksimal
dalam
melakukan
instrument
pengelolaanya yaitu “mudharabah muqayyadah”. Wakif akan mendapatkan Sertifikat Wakaf uang setelah berwakaf minimal sebesar Rp. 1.000.00,-, setelah itu wakif akan medapatkan Sertifikat Wakaf Uang yang akan dikeluarkan oleh pihak LKS PWU dan yang diberi gambaran format oleh BWI. Tetapi sejauh ini yang saya ketahui bahwa meskipun LKS PWU ada sistem pengelolaan “mudharabah muqayyadah” namun realitanya belu dipakai. Yang ada BWI mencari investor sendiri tanpa adanya perantara LKS PWU. Idealnya sebenarnya instrument dari LKS PWU itu sendiri lebih baik. Karena selain mencari dana wakaf, BWI juga mencari investor untuk dapat mengelola tanah wakaf.
Untuk saat ini, BWI membuat rencana dengan 103
membuat “wakaf sms” yang akan bekerja sama dengan pihak bakrie Telkom dan Telkomsel namun masih negosiasi. Artinya, kalau kita ingin berwakaf, kita bisa dengan cara pemotongan pulsa untuk berwakaf uang dengan nominal berapa saja. BWI memiliki proram fundraising, dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Direct fundraising a.
Kampanye
b.
Iklan respon
c.
Direct mail (Biasa dan Elektronik)
d.
Telemarketing
e.
Direct dialogue
f.
Konter
2. Indirect Fundraising a.
Pemotongan penjualan
b.
Produk Campuran
c.
Kerjasama Promo Charity
d.
Event Fundraising
3. Tahap-tahap apa saja yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dalam melaksanakan fundraising wakaf uang? Jawab : Awalnya adalah membuat perencanaan program terlebih dahulu kemudian membuat anggaran serta jangka waktu, jika melalui pihak LKSPWU, Bank Syariah akan mencreate atau membuat inovasi-inovasi agar wakif 104
lebih tertarik untuk dapat membantu berjalannya program tersebut. Dari program ini akan lebih memudahkan wakif atau masyarakat. BWI melaksanakan project yang berskala nasional, sebenarnya peran LKS PWU lebih banyak dalam menghimpun dana wakaf uang ini karena BWI lebih banyak untuk membina. Karena BWI yang memayungi semua Nazhir tetapi akuntabilitasnya masih belum maksimal. BWI
mempunyai program
Sosialisasi Penghimpunan Wakaf Uang diantaranya Kerjasama Rubrik, Iklan Sosialisasi Via Media dan Penghimpunan Peliputan Kegiatan, Seminar dan talkshow,
Pelatihan Nazhir Penganugrahan “BWI Award” untuk “Nazhir
Profesional.
4. Bagaimana potensi dan peluang wakaf uang itu sendiri dalam memberdayakan kesejahteraan masyarakat? Jawab : Wakaf uang sangat berpotensi baik untuk investasi dan hasil dari pemanfaatannya akan diberikan kepada sasaran yang tepat. Dan dilihat pada saat ini, wakaf masih berorientasi pembangunan fisik yang tidak produktif, maka tanah seluas itu tidak memberikan perubahan ekonomi yang lebih baik kepada masyarakat. Padahal, jika tanah seluas itu dikelola secara produktif, maka berpotensi menjadi instrumen yang positif bagi upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ternyata, mayoritas asset wakaf tidak produktif, karena belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya, 20 juta penduduk Indonesia mau mewakafkan hartanya masing-masing sebesar Rp. 1.000.000,105
per tahun, maka akan terkumpul dana sebesar Rp. 20 triliun. Dan jika 50 juta orang yang berwakaf, akan terkumpul uang sebesar Rp. 60 triliun. Jumlah yang luar biasa ini akan sangat bermanfaat jika dikelola secara produktif dan hasilnya dapatdimanfaatkan untuk pembangunan sarana ibadah, dakwah dan social, pendidikan, perekonomian, kesehatan, pemberantasan kemiskina , dan lain-lain. Akumulasi capital dari pembangunan wakaf tidak bergerak (tanah) dan wakaf bergerak (uang) yang sukses itu, pasti akan memberikan kontribusi besar dalam memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat.
5. Apa yang menjadi hambatan/ tantangan dalam proses penghimpunan dana wakaf uang yang dilaksanakan oleh Badan wakaf Indonesia? Jawab : BWI masih membangun dan membenahi sistem yang ada, minimnya Sumber Daya Manusia (SDM), sistem fundraisingnya masih tergolong sederhana. Fundraising yang dilaksanakan BWI masih professional atau individu, BWI mendapat kesulitan terkait dengan paradigma masyarakat akan kurangnya pemahaman tentang konsep wakaf itu sendiri. Karena wakaf ini tidak boleh dipaksakan. Seharusnya adanya dukungan
PEMDA ikut
membantu dalam melakukan penghimpunan wakaf uang ini, karena bisa membantu masyarakat. Untuk melakukan pengelolaan wakaf itu sendiri, BWI mencari investor artinya bagaimana cara membuat tanah itu dikelola secara produktif yang pastinya akan berpotensi baik. Karena keterbatasan dana
106
wakaf itu sehingga menjadi hambatan dalam BWI melakukan pengelolaan tanah wakaf agar dikelola secara produktif.
Jakarta, 08 Mei 2011 Hormat saya,
(Sigit Indra Prianto)
107
Dompet Dhuafa Republika Narasumber
: Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising)
Tanggal
: 04 April 2011 Hasil Wawancara
1. Apa latar belakang serta tujuan dikeluarkannya wakaf uang? Jawab: Wakaf uang untuk mencari alternatif mensejahterakan umat yang selama ini wakaf yang hanya dikenal yaitu wakaf tanah. Alternatifnya yaitu sekarang wakaf uang, yang dimana potensinya sangat besar karena wakaf uang ini digunakan untuk wakaf produktif. Wakaf uang ini digunakan untuk membiayai asset-aset wakaf yang digunakan untuk program-program wkaf yang produktif. Apalagi sudah didukung dengan adanya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang wakaf uang. Terlihat jelas bahwa wakaf uang ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan wakaf tanah. Dengan adanya wakaf uang, orang yang mampu untuk berwakaf, tidak harus menunggu menjadi tuan tanah dulu untuk berwakaf. Sekarang dengan uang pun dapat berwakaf dan dapat menyesuaikan kemampuan si waqif-nya dan juga waqif akan mendapat Sertifikat Wakaf Tunai yang diberikan langsung dari Dompet Dhuafa, tapi hanya untuk waqif yang berwakaf sebesar Rp. 1.000.000,- baru mendapat Sertifikat Wakaf Tunai. Kalau di wakaf uang ini si waqif bisa memilih uangnya diwakafkan itu untuk program apa saja, disini ada program 108
untuk pendidikan “Smart Ekselensia”, kesehatan ada “LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma), sekarang juga lagi dibangun Rumah Sehat Terpadu (RST) yang ada di wilayah Parung-Bogor, jadi orang-orang yang sakit membutuhkan biaya bisa datang ke sana, ada juga investasi, dan lain-lain. Karena arti wakaf itu sendiri haruslah kekal oleh karena itu kepemilikannya tidak boleh habis, hanya boleh dimanfaatkan atau dikelola, nah apabila sudah ada hasilnya dari pemanfaatan wakaf tersebut itu diberikan kepada mauquf „alaih. Dana wakaf uang ini tidak hanya dana dari waqif yang diberikan langsung ke Dompet Dhuafa yang melalui bank maupun penjemputan wakaf, namun diperoleh melalui investasi wakaf uang di antaranya, Depok Waqf Junction (DWJ), Ciputat Waqf Junction (CWJ), Wakala al Waqif, saham, Gedung Institut Kemandirian (Wardah), Zamrud Waqf Junction (Zawaf), ruko, kebun karet dan BMT.
2. Bagaimana sistem penghimpunan wakaf uang yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa? Jawab : Hal pertama yang dilakukan adalah alurnya buat program pemberayaan
wakaf,
kemudian
tugas
“Fundraising”
untuk
mengkomunikasikan dan mensosialisasikannya kepada masyarakat banyak. Sistemnya untuk berwakaf uang minimal Rp. 1.000.000,- baru mendapat Sertifikat Wakaf Tunai. Sistemnya Tabung Wakaf Indonesia itu sendiri yang
109
menerbitkan Sertifikat Wakaf Tunai. Bentuk cara untuk menghimpun dana wakaf uang ini bisa melalui bank, layanan jemput, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain : 1. Sosialisasi Upaya memasyarakatkan pentingnya wakaf uang yang dikelola secara professional, dengan berbagai media, Dompet Dhuafa berusaha menjembatani kesenjangan informasi wakaf uang. Stasiun-stasiun televisi, radio, harian umum nasional, mingguan berita, majalah profesi, berpadu bersama DD. 2. Kerjasama Lembaga Dompet Dhuafa melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang mengaktualisasikan kepeduliannya. 3. Event Setiap event yang diselenggarakan Dompet Dhuafa bermuara untuk penguatan program bagi keberdayaan dhuafa. Payment Channel meliputi : yang berhubungan dengan Bank, DD melakukan kerja sama dengan pihak bank dalam menghimpun dana wakaf uang. Pola dan Strategi Penghimpunan Dana a. Direct mail Direct mail adalah strategi penghimpunan dan dengan mengirimkan surat (direct mail) kepada calon donatur yang potensial. b. Media campaign
110
Media campaign adalah suatu strategi untuk menggalang dana dengan mengkampanyekan suatu program di media massa. c. Membership Membership adalah suatu strategi penggalangan dana dengan merekrut, membuat kenggotaan donatur. d. Special event Special event adalah salah satu strategi penggalangan dana dengan membuat event-event atau memanfaatkan event-event tertentu. e. Corporate Fund Dompet Dhuafa melakukan kerja sama dengan perusahaan lain. Di Dompet Dhuafa ada 3 divisi yaitu: a. Divisi Fundraising (menghimpun dana) b.
Divisi Asset Management (pengelolaan)
c.
Divisi Grand Management (penyaluran) Di bagian fundraising wakaf uang ada tim fundraising-nya antara lain:
Wakaf Departement Manger ini tugasnya buat menentukan strategi fundraising apa yang akan dilakukan, lalu Head of Productive Waqfraising yang bertugas bertanggung jawab atas pelaksanaan strategi fundraising yang dilaksanakan oleh lembaga dan bergabung dengan Head of Rumah Sehat Terpadu yang sama tanggung jawabnya, RST ini sedang dalam tahap pembangunan yang digunakan untuk membantu para kaum dhuafa, kemudian Wakaf
Raising
Officer
yang
bertanggung
untuk
menjalankan
mensosialisasikan dan mengkomunikasikan kepada masyarakat. Wakaf uang
111
tidak hanya uang saja, bisa emas, perak, dinar dirham, surat berharga, saham, kekayaan inteketual, dan sebagainya.
4.
Bagaimana potensi dan peluang wakaf uang itu sendiri dalam memberdayakan kesejahteraan masyarakat? Jawab : a. potensinya sangat besar untuk masyarakat penduduk islam b. memudahkan masyarakat membayar wakaf uang tanpa terlebih dahulu menjadi tuan tanah c. hasil dari pemanfaatan wakaf uang itu dapat digunakan untuk kepentingan umum seperti pendidikan, kesehatan, investasi, dan lain-lain. Strategi pengembangan: a. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat b. Meningkatkan pelayanan kepada layanan berwakaf c. Terfokus pada segmentasi orang-orang kaya d. Menyusun segmentasi yang kuat untuk berwakaf
5.
Apa yang menjadi hambatan/ tantangan dalam proses penhimpunan dana wakaf uang dari aspek teknis dan aspek SDM? Jawab : Aspek Teknis : a. Lembaga belum mempunyai media massa 112
b. Dana sosialisasi terbatas Aspek SDM a. Perlu adanya peningkatan dan profesionalisme divisi Fundraising b. Ada pelatihan yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas Nazhir
Jakarta, 04 April 2011 Hormat Saya,
(Hendra Djatnika)
113
114