UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (PSAK 109) PADA YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
LAPORAN MAGANG
ENGGAR ESTIKO HANDOKO 0906525131
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (PSAK 109) PADA YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
ENGGAR ESTIKO HANDOKO 0906525131
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis
yang
sangat berlimpah
seakan-akan
jika
pepohonan menjadi pena dan air laut sebagai tintanya niscaya tidak akan cukup
untuk menuliskannya. Atas semua
menyelesaikan laporan magang ini
itulah, akhirnya penulis dapat
sebagai
salah
satu
syarat
untuk
menyelesaikan studi di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Teriring sholawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Semoga keteladanan Rasulullah SAW dalam semua aspek kehidupan selalu menjadi panutan bagi kita. Saya menyadari bahwa laporan magang ini dapat saya selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis, yakni Ibu Wantini dan Bapak Marsahit, yang telah mencurahkan segenap perhatian,
dukungan
moral-material,
dan
kasih
sayang dengan penuh keikhlasan. Tidak lupa kepada adik penulis, Efan Ferdianto Wibowo. Penulis
akan
berusaha
untuk
selalu
mampu
memberikan keteladanan yang baik baginya. 2. Ibu Sri Nurhayati, selaku dosen pembimbing terima kasih atas bimbingan dan perhatian yang tulus ikhlas kepada penulis demi selesainya
laporan
magang ini. Mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan penulis selama ini. 3. Pihak Yayasan Dompet Dhuafa Republika yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan program magang, khususnya kepada Mbak Anna, Mas Dhoni, Mas Sarwani, Mbak Dian, Mbak Ai, Mbak Lia, Mbak Wina, Mbak Irna, Bang Wadi dan rekan lainnya. Kebersamaan yang relatif singkat telah memberikan penulis kesan mendalam.
v Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
4. Semua Dosen dan Asisten Dosen di FEUI yang telah tulus ikhlas mentransfer ilmunya kepada penulis. InsyaAllah ilmu yang bermanfaat ini akan menjadi amal jariyah yang return-nya takkan pernah putus. 5. Teman-teman Kos : Akbar, Deni, Ony, Yudha, Nugroho, Bangun, Fariz, Zidny, Yogi, Vandy. Kebersamaan bersama kalianlah yang membuat hari-hari penulis selalu penuh warna. 6. Bapak Kos, Pak Hamzah dan Bu Hamzah serta keluarga, terima kasih atas “tumpangan”nya selama 3 tahun ini, mohon maaf apabila penulis sering merepotkan. 7. Teman-teman Rumah Ukhuwah FSI FEUI, Arif, Ridha, Sidiq, serta semua teman dan kakak yang pernah bersama FSI. Semoga ukhuwah islamiyah yang terjalin di antara kita akan tetap terjaga dan tetap istiqamah dalam menegakkan agama Allah. 8. Konco-konco UI asal Jogja, khususnya angkatan 2009: Muti, Winahyu, Dewi, Nufa, Ryan, Rezky, Bagas, Imam, dan lainnya . Bersama kalian, penulis merasa bangga menjadi putra daerah, mari berkontribusi untuk Jogja tercinta mulai saat ini hingga nanti tanpa mengenal henti. 9. Partner Travelling: Hilmi, Ruri, Windu, Bangun, Edwin, Nunu, Mas Bayu. Juga untuk mentor traveling Bang Teguh. Kalianlah yang telah membersamai penulis dalam menapaki kepingan tanah surga di bumi Allah ini. Semoga serangkaian perjalanan yang telah kita lakukan akan semakin menyadarkan kita untuk terus mensyukuri nikmat-Nya. 10. Mentor penulis : Bang Ilman, Bang Rully, Bang Banu, dan teman mentor, Thanthowy, kalian semua sangat menginspirasi. Semoga penulis bisa mengikuti jejak kesuksesan kalian. 11. Kepada segala pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan penulis selama magang serta selama penyelesaian laporan magang ini. Teriring doa yang tulus dari penulis untuk kalian semua, semoga Allah senantiasa memberika balasan yang lebih baik. Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin. Depok, 5 Juli 2013
Penulis vi Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Enggar Estiko Handoko Program Studi : Akuntansi Judul : Analisis Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109) pada Yayasan Dompet Dhuafa Republika Laporan magang ini membahas tentang pencatatan dan pelaporan akuntansi yang diterapkan oleh Yayasan Dompet Dhuafa Republika (DD). Kewajiban Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang telah terdaftar untuk menerapkan PSAK 109 menimbulkan konsekuensi perubahan perlakuan akuntansi yang selama ini menggunakan PSAK 45 dan panduan dari Forum Zakat (FOZ). Pada laporan magang ini secara lebih lanjut akan digambarkan mengenai siklus penerimaan dan pengeluaran dana, metode pencatatan akuntansi, dan pelaporan keuangan di DD, lalu penulis menganalisa dan membandingkan dengan apa yang ditetapkan oleh PSAK 109. Tujuan laporan magang ini adalah untuk melihat seberapa jauh penerapan PSAK 109 di DD. Metode yang digunakan adalah pengalaman penulis selama magang dan wawancara dengan manajer akuntansi DD. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam penerapan PSAK 109 di DD. Kata kunci : Zakat, PSAK 109, Dompet Dhuafa, Organisasi Pengelola Zakat.
viii Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Enggar Estiko Handoko : Accounting : Analysis of Zakat and Infaq/Shodaqoh Accounting Standard (PSAK 109) Implementation in Yayasan Dompet Dhuafa Republika
This internship report discusses about accounting and financial reporting implemented by the Yayasan Dhuafa Republika Republika (DD). The obligation of registered Zakat Management Organization (OPZ) to apply PSAK 109 impact the changes in accounting and reporting which was guided by PSAK 45 and Forum Zakat (FOZ) before. This internship report will further illustrated the cycle of income and expenditure, accounting method, and financial reporting in DD, and the analysis and comparation with PSAK 109. This internship report goal was to see how far the application of PSAK 109 in DD. The method used is the author's experience during internships and interviews with DD accounting manager. The analysis showed that there were no significant differences in the implementation of PSAK 109 in DD.
Keywords : Zakat, PSAK 109, Dompet Dhuafa, Zakat Management Organization.
ix Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG.................................iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv 1.
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ...................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan Laporan ....................................................................... 2 1.3 Waktu, Tempat, dan Aktivitas Pelaksanaan Magang Secara Umum ........ 2 1.4 Latar Belakang Analisis dan Pembahasan ............................................... 6 1.5 Ruang Lingkup Analisis dan Pembahasan ............................................... 6 1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 7
2.
LANDASAN TEORI .................................................................................. 9 2.1 Organisasi Sektor Publik ........................................................................ 9 2.1.1 Definisi Organisasi Sektor Publik ............................................... 9 2.1.2 Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik ......................................... 10 2.2 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) ........................................................ 11 2.2.1 Pengertian OPZ......................................................................... 11 2.2.2 Bentuk OPZ .............................................................................. 11 2.2.3 Syarat OPZ ............................................................................... 13 2.2.4 Tugas Organisasi Pengelola Zakat ............................................. 15 2.3 Penerimaan OPZ ................................................................................... 16 2.3.1 Zakat ........................................................................................ 16 2.3.1.1 Zakat Fitrah ..................................................................... 21 2.3.1.2 Zakat Maal ...................................................................... 22 2.3.1.3 Zakat Profesi ................................................................... 24 2.3.2 Infak ........................................................................................ 24 2.3.3 Sedekah ................................................................................... 25 2.3.4 Wakaf ...................................................................................... 27 2.4 Perlakuan Akuntansi OPZ ..................................................................... 28 2.4.1 Pentingnya Akuntansi bagi OPZ............................................ 28 2.4.2 Akuntansi OPZ ..................................................................... 28 2.4.2.1 PSAK 109 (2011) : Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah .. 29 2.4.2.2 Fatwa MUI tentang Pengelolaan Zakat, Infak/Sedekah .... 36
x Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
3
PROFIL YAYASAN ................................................................................. 37 3.1 Sejarah dan Profil Dompet Dhuafa ...................................................... 37 3.2 Struktur Yayasan Dompet Dhuafa ........................................................ 39 3.3 Pembagian Divisi Yayasan ................................................................... 40 3.4 Jejaring dan Cabang Dompet Dhuafa .................................................... 43 3.4.1 Cabang DD ............................................................................... 43 3.4.2 Jejaring DD .............................................................................. 44
4
PEMBAHASAN ....................................................................................... 48 4.1 Keuangan dan Operasi DD .................................................................. 48 4.1.1 Sistem Informasi Akuntansi DD ............................................... 48 4.1.2 Proses Penerimaan ZIS ............................................................. 49 4.1.2.1 Siklus Penerimaan DD ....................................................... 52 4.1.2.2 Kebijakan Rekening DD .................................................... 54 4.1.2.3 Dana Amil ......................................................................... 55 4.1.3 Proses Pengeluaran Dana .......................................................... 56 4.1.3.1 Siklus Pengeluaran Dana.................................................... 56 4.1.3.2 Dasar Penyaluran ............................................................... 59 4.2 Perlakuan Akuntansi ............................................................................ 60 4.2.1 Akuntansi Aktiva DD ............................................................... 61 4.2.2 Akuntansi Kewajiban DD ........................................................ 79 4.2.3 Akuntansi Penerimaan Dana ..................................................... 83 4.2.4 Akuntansi Pengeluaran Dana .................................................... 87 4.2.4.1 Dana Zakat ........................................................................ 87 4.2.4.2 Dana Infak ......................................................................... 90 4.2.4.3 Dana Amil ......................................................................... 91 4.3 Pelaporan Keuangan Dompet Dhuafa .................................................. 92 4.3.1 Laporan Posisi Keuangan......................................................... .94 4.3.2 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana .................................... 96 4.3.3 Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan ......................................... 99 4.3.4 Laporan Arus Kas ................................................................... 101 4.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan ............................................. 101 4.4 Analisis Penerapan PSAK 109 pada DD ............................................. 102 4.5 Analisis Penerapan Fatwa MUI No 8,13,14, dan 15 tahun 2011 .......... 112
5
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 116 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 116 5.2 Saran ................................................................................................. 117
DAFTAR REFERENSI .................................................................................. 119 LAMPIRAN ................................................................................................... 121
xi Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Dompet Dhuafa ............................................ 39
Gambar 3.2
Hubungan penyaluran ZIS antara DD, cabang, dan jejaring ........ 46
Gambar 4.1
Flowchart penerimaan setoran konter ZIS DD ............................. 52
Gambar 4.2
Jenis Rekening yang dimiliki oleh DD ........................................ 54
Gambar 4.3
Flowchart Proses Pengeluaran Dana ............................................ 57
Gambar 4.4
Format Laporan Posisi Keuangan Dompet Dhuafa ...................... 94
Gambar 4.5
Format Laporan Posisi Keuangan LAZ Dompet Dhuafa .............. 95
Gambar 4.6
Format Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Dompet Dhuafa . 97
Gambar 4.7
Format Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan LAZ DD .............. 100
Gambar 4.8
Format Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan Yayasan DD......... 100
xii Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbedaan Wakaf dengan Infak/Sedekah/Hibah ........................... 27
Tabel 4.1
Perbandingan antara LSPD Dompet Dhuafa dan PSAK 109 ........ 98
Tabel 4.2
Penerapan PSAK 109 pada Yayasan Dompet Dhuafa ................ 103
Tabel 4.3
Penerapan PSAK 109 tentang pengungkapan ............................ 109
xiii Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Format Laporan Posisi Keuangan dalam PSAK 109 .................. 121
Lampiran 2
Format Laporan Perubahan Dana dalam PSAK 109................... 122
Lampiran 3
Format Laporan Perubahan Aset Kelolaan dalam PSAK 109 ..... 123
Lampiran 4
Kebijakan Akuntansi Dompet Dhuafa ....................................... 124
xiv Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Pada zaman globalisasi seperti saat ini, dunia bisnis menjadi sangat dinamis dan berkembang pesat. Arus informasi dan perkembangan teknologi semakin terasa cepat. Hal tersebut menuntut kompetensi sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap orang harus selalu belajar dan meningkatkan kemampuan dan skill yang dimilikinya agar bisa bersaing. Dunia bisnis yang semakin maju, saat ini tidak hanya memerlukan lulusan yang pintar dalam dunia akademis saja, tetapi juga memerlukan individu-individu yang mempunyai soft skills lainnya yang akan berguna ketika mereka sudah terjun langsung ke dalam dunia kerja. Universitas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi kepada masyarakat dituntut untuk memberikan lebih dari sekedar kemampuan akademis kepada para mahasiswanya. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) sebagai salah satu institusi pendidikan terbaik di Indonesia menyadari akan pentingnya peningkatan kompetensi mahasiswa, baik secara akademis dan juga softskill lainnya. FEUI selalu mengikuti perkembangan kebutuhan lulusan universitas, sehingga dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang sudah di depan mata, FEUI menerapkan program magang menjadi salah satu pilihan untuk tugas akhir para mahasiswanya sebagai syarat kelulusan. Program magang bertujuan untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa mengaplikasikan teori dan pengetahuan yang diterima di bangku perkuliahan ke dalam kehidupan kerja sesungguhnya. Program ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal teknis, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja dalam tim dan kemampuan memecahkan masalah.
Dalam program magang tersebut para
mahasiswa dituntut untuk terjun langsung ke lapangan untuk memahami realita dunia
kerja. Dengan adanya program ini
lulusan FEUI diharapkan dapat
mengenal dunia kerja lebih baik, dimana mereka nantinya akan mendapatkan pengalaman kerja dan menambah jaringan karir.
1 Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
2
1.2 Tujuan Penulisan Laporan Laporan magang ini adalah persyaratan dari program magang yang dibuka oleh Departemen Akuntansi FEUI. Laporan magang ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis selama magang dengan mengangkat satu tema yang dianggap menarik dan dituangkan menjadi sebuah tulisan yang sistematis dalam bentuk laporan magang. Laporan magang ini mengangkat judul “Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109) pada Yayasan Dompet Dhuafa Republika”. Tujuan ditulisnya laporan magang ini adalah agar bisa memberikan gambaran mengenai : 1. Pengukuran dan Pengakuan dana zakat dan infak/sedekah yang dikelola oleh Dompet Dhuafa 2. Penghimpunan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah 3. Pencatatan akuntansi dan kebijakan-kebijakan pencatatannya 4. Sejauh mana penerapan PSAK 109 diterapkan di Dompet Dhuafa 5. Pelaporan Keuangan Yayasan Dompet Dhuafa
1.3 Waktu, Tempat, dan Aktivitas Pelaksanaan Magang Secara Umum Yayasan Dompet Dhuafa (DD) adalah salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) terbesar di Indonesia yang memiliki kantor pusat di Perkantoran Ciputat Indah, Ciputat, Tangerang. Penulis berkesempatan magang di kantor pusat DD selama kurang lebih 3 bulan, yaitu dari 4 Februari 2013 sampai dengan 3 Mei 2013. Selama mengikuti program magang di DD, penulis ditempatkan dalam divisi Accounting selama menjalani program magang. Penulis mendapat perlakuan sama seperti amil tetap DD dan mempunyai kewajiban yang sama untuk mengikuti peraturan yang berlaku di DD. Sebelum tahun anggaran 2013, divisi Finance dan Accounting adalah satu divisi bernama divisi Accounting & Finance. Namun sejak 1 Januari 2013, divisi tersebut dipisah menjadi dua, yaitu divisi Finance dan divisi Accounting. Posisi penulis di Divisi Accounting adalah untuk membantu pekerjaan General Manager (GM) Akuntansi. Akan tetapi pada masa awal program magang, divisi Finance kekurangan pegawai karena adanya rotasi amil dan pegawai yang resign, sehingga penulis diperbantukan menjalankan pekerjaan di divisi Finance untuk satu bulan
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
3
pertama. Selama membantu pekerjaan di divisi Finance, penulis melaksanakan pekerjaan sebagai controller yang tugas utamanya mengurusi pelaporan penggunaan uang muka kegiatan. Sedangkan di divisi Accounting, penulis membantu pekerjaan GM Accounting yaitu membantu menyusun laporan konsolidasi jejaring DD yang baru akan dikonsolidasikan di tahun ini. Selain itu penulis juga membantu pekerjaan harian staf accounting seperti rekap harian setoran konter, menjurnal transaksi pembayaran, serta pendokumentasian bukti transaksi. Secara detail, beberapa tugas yang dikerjakan penulis selama menjalani program magang di yayasan DD adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman flow chart keuangan yayasan Sebelum masuk ke bagian keuangan, penulis harus memahami flow chart keuangan yayasan. Alurnya dimulai dari pencatatan atas penerimaan dana Zakat dan Infak/Sedekah (ZIS) dari para donatur/ muzaki, hingga pengeluaran dana yang diajukan melalui PPD (Permintaan Pengeluaran Dana) yang harus diotorisasi menggunakan layer berdasarkan jumlah uang yang diajukan. Otorisasi tersebut mensyaratkan form PPD harus ditandatangani oleh manajer sampai presiden direktur, tergantung dari jumlah dana yang diajukan. 2. Controller bagian penerimaan dan verifikasi Laporan Uang Muka DD menggunakan sistem Uang Muka untuk pengeluaran dana lebih dari Rp 500.000,00. Dalam pengajuan Uang Muka, ditulis perkiraan pengeluaran. Setelah program atau kegiatan tersebut selesai, penanggung jawab diwajibkan untuk
membuat
laporan
penggunaan
uang
muka
sebagai
pertanggungjawabannya. Penanggung jawab harus menyerahkan laporan penggunaan uang muka maksimal 14 hari setelah program tersebut selesai. Semua bukti transaksi pengeluaran uang dicantumkan dalam laporan tersebut. Penulis bertugas untuk menerima laporan uang muka tersebut dan membuatkan tanda terima. Setelah itu laporan diverifikasi dan apabila menemukan kejanggalan atau pengeluaran yang tidak sesuai platform anggaran maka harus dikonfirmasi pada yang bersangkutan. Apabila verifikasi sudah selesai, laporan uang muka tersebut ditandatangani oleh manajer keuangan, lalu dijurnal ke dalam accurate.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
4
3. Pendokumentasian file transaksi (filing) Bukti-bukti transaksi keuangan yang dilakukan oleh DD harus disimpan dan disusun secara rapi ke dalam database, baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy. Bukti-bukti transaksi tersebut harus didokumentasikan untuk
keperluan
administratif
sesuai
dengan
peraturan
yang
ada.
Pendokumentasian ini harus tersusun secara rapi agar mempermudah pencarian bukti transaksi apabila suatu saat dibutuhkan. 4. Input data setoran konter harian Bagian fundraising DD mempunyai program jemput muzakki melalui pendirian konter-konter penerimaan di mal-mal dan tempat strategis lainnya di Jabodetabek. Program ini cukup sukses karena dapat menaikkan kesadaran muzakki untuk mengeluarkan zakat untuk disalurkan lewat DD. Uang yang terkumpul di masing-masing konter disetor ke bank tiap hari. Bukti rekap penerimaan dan bukti setor bank dikirim ke DD pusat untuk diinput ke dalam sistem kasir dan accurate. 5. Rekapitulasi bukti transaksi Bukti transaksi yang ada diklasifikasikan menjadi bukti pembayaran, bukti penerimaan, dan bukti jurnal. Dengan disahkannya Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan juga diterapkannya PSAK 109, DD membuat kebijakan untuk mengklasifikasikan semua transaksi sesuai dengan bidang yang melakukan transaksi tersebut, yakni DD selaku Yayasan atau selaku LAZ. Dengan Rekapitulasi bukti transaksi ini, DD dapat mempertanggung jawabkan kegiatan operasinya terhadap para stakeholders. 6. Membantu GM Akuntansi Mengkonsolidasikan Jejaring DD Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan(entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas individual tersebut merupakan satu entitas. Dalam laporan keuangan konsolidasi, entitas menghilangkan transaksi intern antar induk dan anak perusahaan.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
5
Sebagai konsekuensi penerapan Jejaring Multi Koridor (JMK), DD mempunyai jejaring-jejaring yang dibentuk untuk membantu DD dalam menyalurkan dana zakat dan infak. Pada awalnya, jejaring-jejaring DD diproyeksikan untuk menjadi sebuah lembaga yang mandiri. Namun seiring berjalannya waktu, jejaring DD tidak jadi dipisahka dan tetap dibawah Yayasan DD. Sebelum tahun 2012, laporan jejaring DD tidak dimasukkan kedalam laporan keuangan DD pusat, sehingga laporan DD belum bisa dikatakan komprehensif. Oleh karena itu, mulai tahun 2012 GM Akuntansi ingin mengkonsolidasikan laporan jejaring kedalam laporan keuangan DD. Dengan demikian DD bisa menyajikan laporan keuangan yang terkonsolidasi dan komprehensif. 7. Membuat rekonsiliasi bank Rekonsiliasi bank adalah mencocokkan saldo yang tercantum pada laporan rekening koran bank dengan saldo yang tercatat di dalam pembukuan yayasan. Seharusnya keduanya menunjukkan jumlah saldo yang sama. Namun kenyataannya dua saldo tersebut mungkin berbeda, perbedaan ini bisa disebabkan beberapa hal, yaitu: a) Setoran dalam perjalanan (deposit in transit) b) Cek yang masih beredar (outstanding check) c) Biaya bank (service charge) d) Cek kosong (non-sufficient fund check) e) Jasa giro bank f) Kesalahan pencatatan Rekonsiliasi bank di Yayasan DD sangat penting karena sebagian besar operasi DD melalui bank. Penerimaan atas sumbangan dana ZIS masuk via rekening bank yang dimiliki yayasan DD, baik itu setoran via konter maupun transfer langsung dari muzakki. Kebijakan keuangan yayasan mensyaratkan pencairan pengeluaran dana yang memiliki nominal lebih dari
Rp
2.500.000,00 harus menggunakan cek, sehingga dibutuhkan rekonsiliasi bank yang dilakukan setiap akhir bulan.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
6
1.4 Latar Belakang Analisis dan Pembahasan Semenjak disahkannya UU No 38 Tahun 1999, perkembangan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat. Hal tersebut, selain memberikan dampak positif bagi pengelolaan zakat di Indonesia, juga memicu timbulnya permasalahan. Masalah tersebut berkaitan dengan tata kelola, transparansi, dan akuntabilitas OPZ. Hal ini disebabkan karena UU No 38 Tahun 1999 belum mengatur dengan jelas permasalahan tersebut. Akibatnya, kepercayaan masyarakat terhadap OPZ menjadi rendah. (IMZ, 2010) Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas OPZ, penerapan akuntansi menjadi sangat dibutuhkan. Sebelum tahun 2012, OPZ menggunakan PSAK 45 tentang organisasi nirlaba untuk menjalankan operasinya karena belum adanya peraturan standar akuntansi yang jelas. Saat ini, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah membuat peraturan mengenai sistem pelaporan standar akuntansi keuangan dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah di Indonesia. IAI telah mengeluarkan PSAK 109 (2011) sebagai pedoman bagi amil zakat untuk pencatatan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. PSAK 109 ini telah mulai efektif diterapkan sejak 1 Januari 2012. Dengan adanya PSAK 109 ini, OPZ, yang sebelumnya menggunakan dasar PSAK 45 dan pedoman dari FOZ, harus menyesuaikan kembali kebijakan pencatatan akuntansi yang selama ini telah mereka terapkan. Oleh karena itu, di dalam laporan magang ini penulis mencoba mendeskripsikan dan menganalisis metode pencatatan akuntansi, kebijakankebijakan akuntansi, dan pelaporan keuangan setelah diterapkannya PSAK 109.
1.5 Ruang Lingkup Analisis dan Pembahasan Dalam laporan magang ini, penulis membatasi analisis dan pembahasan pada penerapan PSAK 109 terhadap aspek pengelolaan dan pencatatan keuangan DD . Di dalamnya termasuk pengaruh PSAK 109 pada pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan DD. Analisis penulis berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti magang di DD, wawancara, dan bertanya langsung dengan GM dan karyawan DD. Penulis membatasi pembahasan dan analisis pada pencatatan akuntansi DD yang sekarang dilakukan dan pelaporan akuntansi DD tahun 2012. Karena PSAK 109 oleh DD baru diberlakukan secara efektif mulai 1 Januari 2012,
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
7
format laporan keuangan DD masih mencari bentuk yang sesuai dengan bentuk DD dan PSAK 109. Oleh karena itu DD masih memerlukan banyak perbaikan dan saran untuk menyempurnakan pencatatan dan pelaporan agar sesuai PSAK 109. DD mempunyai banyak cabang dan jejaring, sehingga pembatasan penulis dalam laporan magang ini hanya terbatas pada pencatatan dan pelaporan DD pusat, tidak dibahas bagaimana laporan dan pencatatan jejaring DD dan DD cabang. PSAK 109 tidak mengatur tentang wakaf, sehingga penulis membatasi penulisan pada zakat dan infak/sedekah dan tidak membahas mengenai wakaf.
1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini bertujuan untuk memberi gambaran umum mengenai isi keseluruhan dari laporan magang ini. Bab ini menguraikan latar belakang pelaksanaan magang, tujuan magang, waktu, tempat dan aktivitas program magang, tujuan dan ruang lingkup analisis pembahasan serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang melandasi penelitian, yaitu mengenai zakat, infak, sedekah, konsep organisasi pengelola zakat, dan perlakuan akuntansi dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah. Teori yang ditulis di bab II ini akan menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan analisis dan pembahasan. Landasan teori disusun dengan menggunakan berbagai referensi seperti buku teks kuliah, buku umum, standar akuntansi, dan sumbersumber lain yang relevan. BAB III PROFIL YAYASAN Bab ini menjelaskan mengenai profil Dompet Dhuafa, sejarah Dompet Dhuafa, struktur organisasinya, dan kegiatan yang dilakukan oleh DD seharihari dimana penulis melaksanakan magang. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas secara komprehensif perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah pada Dompet Dhuafa, serta analisis penerapannya terhadap PSAK 109 .
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
8
BAB V KESIMPULAN & SARAN Bagian akhir dalam laporan magang ini berisi kesimpulan dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dan pencatatan akuntansi DD di masa mendatang.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yang telah memenuhi syarat wajib zakat. Zakat sebenarnya adalah salah satu bentuk sedekah. Dalam melaksanakan ibadah berzakat dan berinfak, diperlukan suatu media untuk menjembatani antara orang yang memberi dengan orang yang menerima. Saat ini, pengelolaan zakat, infak dan sedekah dilakukan oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Dengan adanya OPZ, kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infak, dan sedekah semakin optimal. OPZ dalam undang-undang dikategorikan sebagai organisasi sektor publik, yang orientasinya bukan untuk mencari keuntungan (non profit) Dalam Bab II ini akan dibahas landasan teori mengenai OPZ, konsep dan definisi zakat infak sedekah, serta ketentuan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Landasan teori ini akan dijadikan referensi bagi penulis untuk membuat pembahasan dan analisa di bab selanjutnya. 2.1 Organisasi Sektor Publik 2.1.1 Definisi Organisasi Sektor Publik Organisasi
Sektor
Publik
adalah
sebuah
entitas
ekonomi
yang
menyediakan barang/jasa publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari keuntungan finansial (Nordiawan dan Hertianti, 2010). Walaupun demikian, bukan berarti organisasi nirlaba tidak diperbolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan dari setiap aktivitasnya. Namun, keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya operasional atau kembali disalurkan untuk kegiatan utamanya lagi. Berdasarkan definisi tersebut, bisa disimpulkan bahwa organisasi sektor publik berbeda dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dimiliki secara kolektif oleh publik 2) Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial 3) Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan pada konsensus
9 Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
10
4) Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan. 2.1.2 Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik Organisasi Sektor Publik secara umum dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1) Instansi pemerintah Instansi pemerintah merupakan bagian dari Organisasi Sektor Publik yang berbentuk institusi pemerintah sebagai berikut: a) Pemerintah pusat, termasuk didalamnya : i. Kementerian seperti Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan lain lain. ii. Lembaga dan badan negara seperti KPK, KPU, Komnasham dan lain-lain. b) Pemerintah Daerah, termasuk didalamnya Satuan Perangkat Kerja Daerah seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,Dinas Perhubungan, dan lain-lain. 2) Organisasi nirlaba milik pemerintah Organisasi nirlaba milik pemerintah merupakan bagian Organisasi Sektor Publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah namun dimiliki oleh pemerintah, seperti : a) Yayasan-yayasan pemerintah b) Perguruan Tinggi BHMN c) Rumah sakit pemerintah seperti RSCM, RSUD, RSUP 3) Organisasi nirlaba milik swasta Organisasi nirlaba milik swasta termasuk bagian organisasi sektor publik yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. Contoh dari organisasi nirlaba milik swasta adalah yayasan seperti Dompet Dhuafa Republika, Sampoerna Foundation, sekolah dan universitas swasta. Dari jenis organisasi nirlaba tersebut, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) termasuk salah satu di dalamnya. OPZ dibentuk tidak untuk mencari keuntungan, namun dibentuk
untuk
bergerak
dibidang
pengelolaan zakat,
menjadi
intermediaris antara pemberi zakat dan penerima zakat.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
11
2.2 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) 2.2.1 Pengertian OPZ OPZ merupakan istilah lain dari amil zakat. Bedanya, jika amil zakat dapat dibentuk oleh perorangan, OPZ dibentuk oleh sekelompok orang. Amil zakat adalah salah satu golongan dari tujuh golongan yang berhak menerima zakat. Menurut Hafidhuddin (2007), amil zakat merupakan seseorang atau kelompok orang yang bertugas melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan, pendistribusian, serta proses pencatatan keluar masuknya dana zakat. Fatwa MUI nomor 9 Tahun 2011 mendefinisikan amil zakat adalah: 1) Seseorang atau kelompok orang yang diangkat oleh pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat, atau 2) Seseorang atau kelompok orang yang dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat. Widodo dan Kustiawan (2001) mendefinisikan OPZ sebagai institusi yang bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah. Pengelolaan zakat yang dimaksud di sini adalah merujuk pada apa yang didefinisikan UU nomor 23 Tahun 2011, yaitu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dalam Al-Quran Surat At Taubah:60 tertulis bahwa amil zakat merupakan golongan penerima zakat ketiga setelah golongan fakir dan miskin. Asy-Syaibani berpendapat, yang termasuk kedalam kategori amil zakat adalah pencatat, petugas distribusi, penghimpun, referensi, akuntan, dan bendaharawan serta para pekerja yang sifat pekerjaannya operasional seperti supir, kurir, dan sekuriti (Hafidhudin, 2007). Fatwa MUI No 8 tahun 2011 menegaskan bahwa amil zakat yang tidak dibiayai oleh pemerintah berhak mendapat bagian zakat dengan batas kewajaran. Hak amil atas dana zakat tersebut digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional sehari-hari amil zakat dalam mengelola zakat.
2.2.2 Bentuk OPZ Undang-undang nomor 38 tahun 1999 menjadi dasar bagi organisasiorganisasi pengelola zakat dalam menjalankan operasinya. Seiring dengan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
12
berkembangnya zakat, maka muncul undang-undang no 23 tahun 2011 yang menyempurnakan UU no 38 tahun 1999 tersebut. Dalam undang-undang itu dijelaskan bahwa tugas pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dan lembaga pengelola zakat. Berdasarkan undang-undang tersebut, OPZ terbagi menjadi dua jenis: 1) Badan Amil Zakat Badan Amil Zakat (BAZ) adalah lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Menurut UU no 23 tahun 2011, pengelolaan zakat nasional dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Badan Amil Zakat dibentuk di tingkat nasional dengan nama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Selain itu, dibentuk pula BAZ tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan. 2) Lembaga Amil Zakat Lembaga Amil Zakat adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam. Lembaga Amil Zakat kemudian akan dikukuhkan dan dibina oleh pemerintah setelah memenuhi syarat yang disebutkan UU No 23 Tahun 2011 pasal 18, yaitu (1) terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, (2) berbentuk lembaga berbadan hukum,(3) mendapat rekomendasi dari BAZNAS,(4) memiliki pengawas syariat, (5) memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya, (6) bersifat nirlaba, (7) memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat, dan (8) bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. Dompet Dhuafa menjadi pelopor dari lembaga amil zakat, karena sejak didirikannya menjadi dikenal secara luas. Dompet Dhuafa dikenal sebagai organisasi yang dibentuk oleh masyarakat yang melakukan kegiatan pengelolaan zakat dan mengembangkan perekonomian masyarakat lemah (Idris,1997 dalam Sudewo,2003).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
13
Berdasarkan kriteria di atas, Dompet Dhuafa digolongkan ke dalam LAZ karena dibentuk atas inisiatif masyarakat dan bukan dibentuk oleh pemerintah. Sebagai LAZ, DD harus patuh terhadap UU No 23 Tahun 2011, salah satunya bersedia untuk diaudit.
2.2.3 Syarat OPZ Qardawi (2004) menjelaskan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh amil zakat atau OPZ. Persyaratan tersebut diantaranya adalah: 1) Pengelola zakat harus beragama Islam. Keharusan beragama islam tersebut terutama untuk posisi yang memiliki kepentingan atau kewenangan yang signifikan pada suatu OPZ. Pengelola zakat boleh untuk orang yang nonmuslim untuk beberapa pekerjaan yang tidak berkaitan langsung dengan pengelolaan zakat seperti supir atau satpam. Namun demikian, Qardawi menambahkan beberapa ulama seperti Ibnu Qudamah beranggapan untuk suatu OPZ akan sangat baik apabila seluruh pekerjanya adalah muslim. Hal ini didasari pemikiran bahwa pengelolaan zakat sangat menuntut kejujuran dan sangat berkaitan dengan kehidupan umat muslim. 2) Pengelola zakat harus terdiri dari orang orang yang berakal sehat dan dewasa sesuai dengan ketentuan syariat. 3) Sikap kejujuran pengelola zakat. OPZ akan menangani dana zakat dan infak dari publik, sehingga kejujuran dalam bekerja harus diutamakan dalam pengelolaan zakat. . 4) Pengelola zakat harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai zakat, mulai dari peraturan, hukum, sampai ketentuan zakat. Hal ini diharuskan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat oleh pengelola. 5) OPZ harus dapat bekerja secara efisien dan memiliki kinerja yang baik agar target zakat dapat terpenuhi. 6) Para pengelola zakat tidak boleh dari keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim yang menceritakan suatu kejadian dimana sepupu Nabi Muhammad SAW bertanya apakah mereka dapat bekerja membagikan sedekah dan mendapat
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
14
bayaran dari pekerjaan tersebut seperti yang lainnya. Atas pertanyaan itu Rasulullah menjawab bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, sebab sedekah sesungguhnya bukan untuk Rasulullah SAW dan keluarganya.
Persyaratan OPZ di atas harus dipenuhi oleh semua lembaga yang kegiatannya menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat. Namun, selain dari syarat diatas, Fatwa MUI nomor 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat juga telah mengatur syarat OPZ. Dalam fatwa tersebut disebutkan syarat amil zakat antara lain : 1) Muslim 2) Mukallah (Berakal dan Baligh) 3) Amanah 4) Memiliki ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum zakat dan hal lain yang berkaitan dengan amil zakat Apabila semua syarat tersebut telah dipenuhi maka seseorang atau kelompok orang, baik yang dibentuk oleh pemerintah ataupun masyarakat dapat menjadi amil zakat atau mendirikan OPZ. Namun demikian, UU nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di Indonesia menambahkan beberapa persyaratan tentang pembentukan amil zakat. Untuk badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah, pembentukannya harus berdasarkan usulan dari pimpinan sesuai dengan tingkatan pembentukan, yaitu sebagai berikut: 1) Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional oleh presiden atas usulan menteri. 2) Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Provinsi oleh gubernur atas usulan kepala kantor wilayah departemen agama. 3) Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kota atau Kabupaten oleh Walikota atau bupati atas usulan kantor departemen agama kota atau kabupaten 4) Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kecamatan oleh camat atas usulan kepala kantor urusan agama kecamatan. Sedangkan untuk Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat, pembentukannya harus memenuhi persyaratan lebih lanjut yang diatur oleh
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
15
menteri. Lembaga Amil Zakat bentukan pemerintah ini selanjutnya akan dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah.
2.2.4 Tugas OPZ Tugas dari OPZ antara lain adalah mengumpulkan zakat, melakukan pencatatan, mengumpulkan informasi, dan mendistribusikan zakat (Qardawi, 2004). Secara garis besar tugas tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu mengumpulkan zakat dan mendistribusikan zakat. Dalam UU No 23 Tahun 2011,
disebutkan
bahwa
tugas
pokok
pengelola
zakat
adalah
mengumpulkan zakat, mendistribusikan zakat, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan syariat. Fatwa MUI No. 8 Tahun 2011 juga menyebutkan bahwa
tugas
pokok
amil
zakat
adalam
mengumpulkan,
memelihara,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat. 1) Mengumpulkan zakat Di dalam UU No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dijelaskan bahwa dalam upaya mengumpulkan zakat, amil zakat harus melakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada para muzakki. Selain itu, muzakki juga harus melakukan perhitungan sendiri zakat mereka. Muzakki meminta bantuan kepada amil zakat apabila menemui kesulitan. Selain zakat, OPZ juga dapat menerima harta seperti infak, sedekah, wakaf, wasiat, waris, dan kafarat. 2) Memelihara zakat Setelah zakat dari para muzakki terkumpul, tugas selanjutnya yang harus dilakukan OPZ adalah memelihara zakat tersebut. Pemeliharaan zakat ini termasuk inventarisasi harta, pemeliharaan harta zakat, dan pengamanan harta zakat. 3) Mendistribusikan zakat Al Nawawi (n.d.) dalam Qardawi (2004) menyatakan bahwa dalam upaya pendistribusian zakat, pengelola zakat harus menentukan siapa saja penerima zakat, apa yang mereka butuhkan, dan memastikan zakat tersebut segera diterima oleh para mustahiq. Dalam fatwa MUI no 8 tahun
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
16
2011 tentang amil zakat, pelaporan harta zakat yang telah disalurkan kepada mustahiq juga menjadi poin penting dalam pendistribusian zakat. 4) Mendayagunakan zakat Sesuai dengan UU no 23 tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat, OPZ bertugas mendayagunakan dana yang berhasil dihimpun kepada mustahiq sesuai dengan ketentuan syariat agama. Pendayagunaan dilakukan melalui berbagai program atau kegiatan yang produktif, berkesinambungan, dan berdasarkan skala prioritas. Hasil penerimaan infak, sedekah, wasiat, wakaf, dan waris, juga bisa didayagunakan untuk usaha yang bersifat produktif. (Sari, 2012) Dalam menjalankan keempat tugas OPZ di atas, semua OPZ di Indonesia yang telah diakui dan terdaftar oleh pemerintah, harus mentaati undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Salah satu aturan yang harus ditaati oleh OPZ yang telah terdaftar di pemerintah adalah bersedia untuk diaudit oleh auditor independen. DD sebagai LAZ terbesar di Indonesia juga melaksanakan peraturan yang ada dan telah diaudit setiap tahun oleh auditor independen.
2.3 Penerimaan OPZ Laporan magang ini mengambil studi kasus Dompet Dhuafa, tempat dimana penulis mengikuti magang. Dompet dhuafa sendiri dikategorikan sebagai lembaga amil zakat sesuai dengan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika. Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2011, lembaga amil zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dalam undang-undang tersebut pula disebutkan bahwa lembaga amil zakat selain menerima dan menyalurkan zakat, dapat pula menerima harta selain zakat seperti infak, shadaqah, wakaf, wasiat, waris dan kafarat. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai harta yang dapat diterima dan disalurkan oleh lembaga amil zakat. 2.3.1 Zakat Zakat adalah salah satu rukun Islam yang hukumnya wajib bagi setiap muslim yang merdeka dan memiliki harta kekayaan sampai dengan jumlah
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
17
tertentu yang telah memenuhi nisab. Zakat dinyatakan secara tegas dan jelas dalam Al-Quran, As Sunah, dan Ijmak (konsensus) para ulama. Pengertian zakat telah banyak dijelaskan di berbagai literatur mulai dari kitab-kitab fiqih klasik-modern, kamus-kamus bahasa, hingga literatur ilmiah modern yang membahas mengenai zakat. Dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, suci, bersih, dan baik. Menurut Ash Shiddieqy (1996), arti zakat secara etimologi adalah “membersihkan”, yaitu membersihkan harta baik hasil dari usaha maupun dari pertanian dengan membayarkan hak orang lain dari harta tersebut. Zakat adalah kewajiban muslim yang harus dikerjakan dan bukan merupakan hak, sehingga kita tidak dapat memilih untuk membayarnya atau tidak. Zakat di dalam Al Quran disebutkan sebanyak tiga puluh kali dan dua puluh tujuh kalinya mengikuti kata shalat (Qardawi, 2004). Zakat pada hakikatnya adalah kewajiban finansial seorang muslim untuk membayarkan sebagian kekayaannya (yang telah bersih dari utang), atau harta pertanian juka kekayaan tersebut telah memenuhi nishab sebagai kewajiban relijius yang harus dilaksanakan. Sehingga dari berbagai pendapat pendapat dan penjelasan yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu yang berhak menerimanya
Syarat dan Wajib Zakat Zakat, sebagaimana bentuk ibadah lainnya di dalam Islam, memiliki persyaratan tertentu di dalam pelaksanaannya. Seseorang wajib untuk berzakat apabila telah memenuhi seluruh persyaratan, yaitu sebagai berikut: a) Islam: berarti mereka yang beragama islam baik anak anak atau sudah dewasa. b) Merdeka: artinya mereka yang bukan budak dan memiliki kebebasan untuk melaksanakan dan menjalankan seluruh syariat islam. c) Memiliki satu nisab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan zakat dan cukup haul (Nurhayati dan Wasilah, 2009)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
18
Seorang muslim yang telah memenuhi semua persyaratan di atas, wajib hukumnya untuk membayar zakat. Dalam membayarkan zakat, terdapat syarat yang wajib dipenuhi oleh muzaki atas harta kekayaan yang akan mereka zakatkan. Syarat harta kekayaan yang wajib dizakatkan atau objek zakat adalah sebagai berikut: 1) Kepemilikan penuh. Maksudnya, penguasaan seseorang terhadap harta kekayaan sehingga bisa menggunakannya secara khusus. Arti kepemilikan penuh disini juga berarti bahwa harta tersebut diperoleh secara halal. Tidak wajib zakat pada harta haram, yaitu harta yang diperoleh manusia dengan cara haram 2) Berkembang. Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang berkembang aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang lazimnya memberi keuntungan kepada pemilik. 3) Mencapai nishab Nishab adalah batas minimal yang jika harta sudah melebihi batas itu, wajib mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib zakat. 4) Telah mencapai Haul Haul adalah jangka waktu kepemilikan harta di tangan si pemilik sudah melampaui dua belas bulan Qamariah sejak cukup nisab. 5) Bebas dari hutang Dalam menghitung nisab, harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus bersih dari utang. Apabila masih memiliki utang maka utang tersebut harus disegerakan untuk dibayar dulu sebelum mengeluarkan zakat. 6) Lebih dari kebutuhan pokok Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan pokok yang benarbenar diperlukan untuk hidup rutin sehari-hari, bukan kebutuhan nonpokok.
Kebutuhan ini akan berbeda untuk setiap orang karena
tergantung situasi, keadaan, dan jumlah tanggungan. (Qardawi, 2004).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
19
Berbeda dengan infak dan sedekah, Zakat mempunyai aturan dalam penyalurannya. Allah SWT telah berfirman dalam QS 9:60 yang isinya sebagai berikut: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu Sabil), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Berdasarkann firman diatas, maka bisa disebutkan terdapat delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat, yaitu: 1) Fakir dan Miskin `Qardawi (2004) mengungkapkan bahwa yang dimaksud fakir adalah mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi keperluannya: sandang, pangan, tempat tinggal dan segala kebutuhan pokok lainnya, baik untuk diri sendiri maupun bagi mereka yang menjadi tanggungannya. Sedangkan kategori miskin adalah mereka yang mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi keperluannya dan orang yang menjadi tanggungannya, tapi tidak sepenuhnya tercukupi. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk fakir miskin adalah: a) Mereka yang tidak punya harta dan penghasilan sama sekali b) Mereka yang punya harta atau penghasilan tetapi tidak mencukupi untuk diri sendiri dan keluarganya, batasannya adalah tidak bisa memenuhi separuh atau kurang dari kebutuhannya c) Mereka yang punya harta atau usaha yang hanya dapat mencukupi separuh atau lebih kebutuhan dirinya sendiri dan tanggungannya tetapi tidak untuk seluruh kebutuhannya. 2) Amil Zakat Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan pengaturan administrasi dan keuangan zakat. Pekerjaan tersebut antara lain mendata orang-orang yang wajib berzakat
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
20
dan jenis zakat yang diwajibkan kepadanya, dan besarnya. Kemudian mengetahui besarnya para mustahiq (penerima zakat), jumlahnya, berapa kebutuhan mereka, serta besar biaya yang dapat mencukupi mereka. Selain itu hal-hal lain yang perlu ditangani seperti masalah administrasi dan pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat. 3) Mualaf Mualaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah pada islam atau menghalangi niat jahat mereka atas kaum muslimin atau harapan akan ada manfaatnya mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh (Qardawi, 2004) 4) Orang yang belum merdeka (Riqab) Budak yang tidak memiliki harta dan ingin memerdekakan dirinya, berhak mendapat kan zakat sebagai uang tebusan. Dalam konteks yang lebih luas, budak zaman sekarang seperti tenaga kerja yang dianiaya dan diperlakukan tidak manusiawi. 5) Orang yang berhutang (Gharimin) Menurut Imam Maliki, Syafi’i dan Hambali dalam Qardawi (2004), orang yang memiliki utang terbagi kedalam dua golongan, yaitu: a) Orang yang mempunyai utang untuk kemashlahatan dirinya sendiri, Seperti orang yang mengalami bencana baik banjir, hartanya terbakar dan orang yang berutang untuk menafkahi keluarganya. b) Orang yang mempunyai utang untuk kemashlahat an masyarakat; Seperti
orang
yang
berutang
untuk
meramaikan
masjid,
membebaskan tawanan, menghormati tamu hendaknya diberi bagian zakat walaupun ia kaya; jika ia hanya memiliki benda tidak bergerak dan tidak memiliki uang. 6) Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi sabilillah) Fi sabilillah adalah orang yang melakukan kegiatan di jalan Allah SWT, termasuk semua perbuatan saleh, baik yang bersifat pribadi maupun kemasyarakatan seperti berperang atau menuntut ilmu
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
21
7) Orang yang melakukan perjalanan menuju Allah (Ibnu Sabil) Dijelaskan dalam Nurhayati dan Wasilah (2009), Ibnu Sabil merupakan musafir (baik kaya ataupun miskin) yang melakukan perjalanan menuju jalan Allah SWT. Yang termasuk kedalam golongan Ibnu Sabil adalah seseorag yang bepergian untuk mencari rezeki, menuntuk ilmu, beribadah, atau berperang di jalan Allah SWT. Dalam menyalurkan dana zakat, OPZ harus menyalurkannya kepada delapan asnaf yang berhak menerima dana zakat seperti yang telah disebutkan dalam Al Quran. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan UU No 23 Tahun 2011 yang mengatur tentang penerima zakat. MUI memperkuat dengan menerbitkan fatwa MUI No 15 Tahun 2011 yang mengatur tentang penarikan dan penyaluran zakat. Oleh karena itu, dengan adanya aturan yang ketat mengenai golongan penerima zakat, OPZ harus taat dan berhati-hati dalam menyalurkan zakatnya agar penerimanya tergolong dari delapan asnaf tersebut.
2.3.1.1 Zakat Fitrah Berdasarkan bahasa, kata fitrah bermakna suci. Zakat fitrah diwajibkan kepada setiap muslim setelah matahari terbenam akhir bulan ramadhan. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan dari kekayaan untuk mensucikan diri baik untuk muslim baik dewasa, orang tua, maupun anak-anak. Zakat fitrah tidak mengenal nisab. Menurut jumhur ulama, syarat kewajiban zakat fitrah bagi fakir adalah apabila ia memiliki kelebihan makanan pokok bagi dirinya dan orang yang menjadi tanggung jawabnya di malam dan pada hari rayanya. Zakat fitrah dibayar sebesar satu sha’ makanan pokok suatu masyarakat setempat, atau dibayar dengan uang yang setara dengan harga satu dha’ makanan pokok tersebut. Menurut Imam Abu Hanifah, membayar zakat fitrah dengan uang diperbolehkan, walaupun sebaiknya yang diberikan adalah makanan. Dasar pelaksanaan zakat fitrah adalah sabda Rasulullah yang berbunyi : “ Telah diwajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari omongan yang tidak ada manfaatnya dan omongan kotor serta memberi makanan pada orang-orang miskin” (HR Ibnu Abbas)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
22
(Nurhayati dan Wasilah, 2009) Zakat fitrah di Indonesia telah dikenal secara luas oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat indonesia yang muslim telah mempunyai kesadaran untuk membayarkan zakat fitrah setiap akhir ramadhan. Namun walaupun hampir semua umat muslim di Indonesia telah membayarkan zakat fitrah setiap tahun, belum berbanding lurus dengan kesadaran membayar zakat maal dan zakat profesi.
2.3.1.2 Zakat Maal Kekayaan atau amwal (kata jamak dari maal) menurut bahasa arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya (Qardawi, 2004). Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa setiap benda berwujud yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimilikinya setelah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya. Zakat harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu tertentu, mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas, dan perak, serta hasil kerja profesi yang masing-masing memiliki perhitungannya sendiri. Al Faridy dan Amrullah dalam Chairunnisa, 2010, menuliskan mengenai harta (maal) yang wajid dizakati, Nisab, dan Jumlah Zakatnya. 1) Binatang ternak Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau) dan hewan kecil (kambing, domba, ayam, itik, burung) Nisab : Kambing atau sejenis mencapai nisab pada saat 40 ekor atau lebih wajib dikeluarkan zakatnya satu ekor per tahun, kerbau dan sapi atau sejenisnya nisab 30 ekor wajib dikeluarkan zakatnya satu ekor per tahun 2) Emas dan Perak Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang potensial berkembang. Oleh karena syara’ mewajibkan zakat atas keduanya, baik uang maupun leburan logam,
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
23
bejana, souvenir, ukiran, dan lainnya. Termasuk kedalam kategori emas dan perak adalah uang yang berlaku pada mata uang suatu negara. Oleh karena itu segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham, atau surat berharga lainnya termasuk kedalam kategori emas dan perak sehingga penentuan nisab dan
besarnya zakat disetarakan
dengan emas dan perak Nisab : emas atau logam mulia dan uang mencapai nisab senilai 94 gram dan telah disimpan selama setahun, wajib dikeluarkan zakat sebesar 2,5% per tahun. Perak nisabnya 672 gram, telah disimpan selama setahun. Wajib dikeluarkan zakatnya zebesar 2,5%. 3) Hasil Pertanian Hasil pertanuan adalah hasil tumbuh-tumbuhan dan tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain lain. Nisab : Hasil pertanian yang telah mencapai nisab 5 wasaq, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 5% setiap panen yang diolah secara intensif dan 10% setiap panen bila dikerjakan secara tradisional. 4) Harta Perniagaan Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut diusahakan perseorangan atau persekutuan seperti VV, PT, Koperasi, dan lainnya. Nisab : Keuntungan usaha mencapai nisab saat keuntungannya senilai 94 gram emas setahun, dan wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% per tahun. 5) Ma-din dan Kekayaan Laut Ma’din adalah hasil tambang yang terdapat dari perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti perak, emas, timah, tembaga, minya bumi, dan lain lain. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari dalam laut seperti mutiara, ambar, marjan, dan lain lain. Nisab: senilai 94 gram dan wajib dikeluarkan 2,5% setiap temuan atau setiap produksi.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
24
6) Rikaz Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya adalah barang temuan yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Nisab : Rikaz yang telah mencapai nisab senilai 94 gram emas dikeluarkan zakat sebesar 20% setiap penemuan. Zakat maal sekarang banyak dikeluarkan oleh muzaki dalam bentuk uang. Hal ini karena sifat dari uang yang lebih fleksibel dan praktis dalam penyalurannya. Masyarakat menggunakan harga wajar atau harga pasar dalam menghitung jumlah zakat maal yang mereka keluarkan dari harta mereka.
2.3.1.3 Zakat Profesi Zakat Profesi / zakat penghasilan adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Hasil profesi (pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter, notaris, dll) merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal di masa salaf (generasi terdahulu), oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak dibahas di kitab fiqih zakat terdahulu. Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapatkan dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin diantra mereka (sesuai dengan ketentuan syara’). Dengan demikian apabila seseorang dengan hasil profesinya ia menjadi kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarganya), maka ia menjadi mustahiq (penerima zakat). (Al Faridy dan Amrullah dalam Chairunnisa, 2010)
2.3.2 Infak Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan oleh seseorang sebanyak yang ia kehendaki ketika ia memperoleh rezeki.Menurut bahasa, infak berasal dari kata “anfaqa” yang artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan tertentu. Sedangkan menurut istilah, infak adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam (Chairunnisa, 2010).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
25
Berbeda dengan zakat, infak tidak memiliki persyaratan khusus mengenai kondisi harta yang harus dikeluarkan infaknya. Sesuai dengan forman Allah SWT dalam surat Ali Imran : 134, infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi ataupun rendah, disaat lapang ataupun sempit. Infak juga tidak terikat pada delapan asnaf seperti ketentuan penerima zakat, infak dapat diberikan kepada siapapun. Di dalam surat Al Baqarah: 215, infak dapat diberikan kepada siapa pun, seperti orang tua, anak yatim, dan sebagainya. Secara umum terdapat dua jenis infak; 1) Infak wajib, terdiri dari zakat dan nadzar. Bentuk dan jumlah pemberiannya telah ditentukan. Nadzar adalah sumpah atau janji untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Menurut Qardawi, nadzar hukumnya makruh, namun demikian apabila telah diucapkan maka wajib untuk dilakukan sepanjang hal itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak menjauhi laranganNya. 2) Infak Sunah, yaitu infak yang dilakukan oleh seorang muslim untuk mencari ridha Allah SWT, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk. (Nurhayati dan Wasilah, 2009) Penerimaan infak dalam OPZ dapat berbentuk uang dan barang. Penerimaan infak dalam bentuk uang lebih fleksibel bagi OPZ karena uang tersebut dapat dimanfaatkan dan disalurkan ke dalam berbagai jenis barang, dan bisa disalurkan juga untuk membiayai suatu kegiatan. DD menerima infak berbentuk uang dan bukan uang. Infak tersebut disalurkan DD ke berbagai program dan sebagian dimasukkan ke dalam dana amil untuk membiayai operasional amil.
2.3.3 Sedekah Sedekah dapat bermakna infak, zakat, dan kebaikan non materi. Pengertian sedekah secara bahasa berasal dari kata “shadaqa” yang berarti “benar”. Dari kata ini, tersurat bahwa yang bersedekah adalah orang yang benar imannya. Pengertian Shadaqah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
26
usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum. Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak dan sama juga hukum dan ketentuannya. Perbedaannya adalah infak hanya berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti yang lebih luas tercakup juga hal yang bersifat non materi. Dalam hadits riwayat Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa orang yang tidak mampu bersedekah dengan harta, sedekah bisa dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil amal ma’ruf, nahi munkar, bahkan berhubungan suami istri. Dalam hadits lainnya dikatakan bahwa senyum juga merupakan sedekah. Sedekah adalah segala pemberian/kegiatan untuk mengharap pahala dari Allah SWT. Sedekah memiliki dimendi yang lebih luas daripada infak karena sedekah memiliki tiga pengertian utama : 1) Sedekah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam hal ini sedekah bersifat sunnah. 2) Sedekah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks Al Qur’an dan As Sunnah ada yang tertulis dengan sedekah padahal yang dimaksud adalah zakat. Seperti: “Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat …” (QS 9: 60) Pada ayat tersebut, “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafazh “ash shadaqaat”. Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Mu’adz bin Jabal RA ketika dia diutus Nabi ke Yaman :“…beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka…” (HR. Bukhari dan Muslim). Pada hadits tersebut, “zakat” diungkapkan dengan lafazh “ash shadaqaat”. 3) Sedekah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syari’ah). Pengertian ini yang membuat definisi atas sedekah menjadi luas, hal ini sesuai hadits Nabi Muhammad SAW ”Setiap kebajikan, adalah sedekah” (HR Muslim). Dari pengertian tersebut, maka sedekah memiliki dimensi yang sangat luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta tetapi juga dapat berupa berbuat kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. (Nurhayati dan Wasilah, 2009)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
27
2.3.4 Wakaf Berdasarkan Sabiq, kata “wakaf” berasal dari bahasa arab waqaf. Asal kata waqafa berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau “tetap berdiri”. Kata al-waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian, yaitu menahan, menahan harta untuk diwakafkan. Secara syariah, wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Menurut Sabiq, pendapat yang kuat dari Imam Syafi’i yaitu kepemilikan berpindah kepada Allah SWT, maka ia bukan milik pewakaf dan juga bukan milik penerima wakaf, sehingga atas harga wakaf tidak dapat dijual, dihibahkan, diwariskan, atau apapun yang dapat menghilangkan kewakafannya. Dr. Khalid Al Musyaqih juga menguatkan pendapat dari Imam Syafi’i karena lebih menyeluruh dan lengkap (Nurhayati dan Wasilah, 2009). Wakaf berbeda dengan infak/sedekah/hibah. Perbedaan tersebut dilihat dari karateristik wakaf dari aspek penerimanya, hak milik, pengalihan, objek, pengelolaan, dan pemanfaatan wakaf. Karim Business Consulting merangkum perbedaan wakaf dengan infak/sedekah/hibah dalam tabel sederhana di bawah ini: Tabel 2.1. Perbedaan Wakaf dengan Infak/Sedekah/Hibah Aspek Penerima Hak milik Pengalihan
Objek Pengelolaan
Pemanfaatan
Wakaf Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada orang lain Hak milik atas barang dikembalikan kepada Allah Obyek wakaf tidak boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain Obyek wakaf biasanya kekal zatnya Pengelolaan obyek wakaf diserahkan kepada administratur yang disebut nadzir/mutawalli Manfaat barang biasanya dinikmati untuk kepentingan sosial sosial
Infak/Sedekah/Hibah Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada pihak lain Hak milik atas barang diberikan kepada penerima sedekah/hibah Obyek sedekah/hibah boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain Obyek sedekah/hibah tidak harus kekal zatnya Pengelolaan obyek sedekah/hibah diserahkan kepada sipenerima Manfaat barang dinikmati oleh penerima sedekah/hibah.
Sumber : Karim Business Consulting dalam Nurhayati dan Wasilah (2009).
Dari tabel diatas, dapat dibedakan jelas antara wakaf dan infak/sedekah. Dalam mengelola dana wakaf, DD mengikuti aturan-aturan yang ada di dalam syariah Islam dan panduan yang dikeluarkan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
28
DD membentuk satu organ yayasan, yaitu divisi Tabung Wakaf Indonesia yang mengurusi penerimaan dan pengelolaan wakaf.
2.4. Perlakuan Akuntansi OPZ 2.4.1 Pentingnya Pencatatan Akuntansi bagi OPZ Allah SWT berfirman di dalam surat Al Baqarah:282, yang menyebutkan bahwa dalam berurusan dengan hal yang bersifat muamalah, orang-orang yang beriman jika melakukan transaksi utang piutang hendaklah melakukan pencatatan yang benar. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa pencatatan akuntansi dalam setiap kegiatan muamalah termasuk dalam pengelolaan zakat harus dilakukan (Yusanto dan Widjajakusuma, 2003). Oleh karena itu, bagi amil zakat atau OPZ mutlak harus melakukan pencatatan dalam pengelolaan zakat karena telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al Quran. Selain terikat pada ketentuan syariah, OPZ juga terikat pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu UU no 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Disebutkan di dalam undang-undang tersebut bahwa OPZ baik Badan Amil Zakat (BAZ) disemua tingkatan maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ), harus melakukan pencatatan dengan benar pengelolaan harta zakat, infak, sedekah, wasiat, hibah, waris, wakaf dan kafarat yang telah dipercayakan. Apabila OPZ terbukti tidak melakukan pencatatan dengan benar maka akan dikenakan sanksi. Oleh karena itu diwajibkan bagi OPZ untuk melakukan pencatatan dana zakat yang dihimpun sesuai dengan UU no 23 tahun 2011 tersebut. Dalam rangka menerapkan tata kelola organisasi yang baik, pencatatan akuntansi harus dilakukan oleh OPZ (Wibisana,2009). Adanya pencatatan akuntansi merupakan salah satu wujud dari transparansi dan akuntabilitas OPZ kepada masyarakat (IMZ, 2010).
2.4.2. Akuntansi OPZ Undang-undang No 38 Tahun 1999 yang telah diganti oleh UU No. 23 Tahun 2011 mewajibkan LAZ dan BAZ yang telah terdaftar untuk membuat laporan keuangan dan bersedia untuk diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
29
independen. Akan tetapi, KAP mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses audit terhadap LAZ dan BAZ karena saat itu belum ada standar akuntansi yang khusus mengatur tentang pengelolaan zakat. Pada saat itu yang ada hanyalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba secara umum yang secara karakteristik memang mirip dengan OPZ. Walaupun secara karakteristik hampir sama, tetapi secara operasional terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara organisasi nirlaba secara umum dan OPZ, karena dana yang dikelola OPZ adalah dana ZIS yang aturan pengumpulan dan penggunaannya berbeda dari organisasi nirlaba yang lain. Hal itulah yang mendorong Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk memulai menyusun standar akuntansi zakat. Pada tahun 2008, IAI mengeluarkan exposure draft PSAK 109 yang mengatur tentang akuntansi zakat, infaq, dan sedekah. Pada tahun 2011, PSAK 109 disahkan dan mulai berlaku efektif sejak 1 januari 2012. Sebelum PSAK 109 (2011) resmi berlaku dan ditetapkan, OPZ di Indonesia menggunakan teknik akuntansi dana yang tertuang dalam PSAK 45 (1998) untuk pelaporan kegiatannya. PSAK 45 merupakan pernyataan standar akuntansi keuangan yang disusun untuk organisasi nirlaba secara umum. Penggunaan PSAK 45 untuk
pelaporan kegiatan OPZ didasarkan pada
karakteristik OPZ yang serupa dengan karakteristik organisasi nirlaba, seperti yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya. Walaupun karakteristik OPZ dapat digolongkan sebagai organisasi nirlaba, dalam melakukan tugasnya OPZ juga harus sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Terkait dengan hal ini , Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah menyusuun PSAK 109 (2011) untuk mengatur pengakuan, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat, infak, dan sedekah. Hal ini dilakukan karena PSAK 45 dipandang tidak sepenuhnya sesuai untuk OPZ yang tidak hanya berkedudukan sebagai organisasi nirlaba, tetapi juga organisasi yang berlandaskan syariat Islam.
2.4.2.1 PSAK 109 (2011) : Akuntansi Zakat dan Infak / Sedekah PSAK 109 adalah pernyataan standar akuntansi keuangan yang disusun dengan tujuan untuk mengatur pengakuan, penyajian, pengungkapan, dan pelaporan keuangan transaksi zakat, infak, dan sedekah. Pernyataan ini berlaku
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
30
bagi amil yang menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah. Namun, pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah tetapi hal tersrbut bukan kegiatan utamanya. PSAK 109 dibuat atas kerjasama Forum Zakat (FOZ), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dan Komisi Fatwa MUI. PSAK 109 sebelumnya berbentuk Exposure Draft PSAK 109 yang diperkenalkan sejak tahun 2008. Setelah disosialisasikan dan mendapat berbagai masukan, PSAK 109 disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah pada tanggal 6 April 2010 dan mulai berlaku efektif pada 1 Januari 2012. PSAK 109 wajib diterapkan oleh amil zakat yang telah memenuhi kriteria dan memiliki izin dari pemerintah. Untuk amil zakat yang tidak memiliki izin regulator juga dapat menerapkan PSAK 109 ini. PSAK 109 (2011) mengatur bagaimana pengakuan dan pengukuran dana ZIS, penyajian, pengungkapan, dan pelaporan keuangan amil zakat. A. Pengakuan dan Pengukuran 1) Zakat 1) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau nonkas diterima. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar jumlah yang diterima jika dalam bentuk kas dan diakui sebesar nilai wajar jika dalam bentuk nonkas. 2) Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Namun jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang relevan. 3) Apabila muzakki menentukan mustahiq yang menerima zakat, maka amil tidak berhak atas bagian zakat tersebut. Namun, amil memperoleh ujrah atas kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil. 4) Untuk penurunan nilai aset zakat, diakui sebagai pengurang dana zakat jika tidak disebabkan oleh kelalaian amil. Namun, jika penurunan nilai aset zakat tersebut terjadi karena kelalaian amil, maka diakui sebagai kerugian atau pengurang dana amil. 5) Zakat yang disalurkan kepada mustahiq termasuk amil diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar jumlah yang diserahkan apabila dana
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
31
bentuk kas dan sebesar jumlah tercatat apabila dalam bentuk aset nonkas. 6) Amil berhal mengambil bagian dana dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan prinsip
syariah
dan
tatakelola
organisasi
yang
baik.
Beban
penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. 7) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil. 8) Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain namun belum diterima mustahik nonamil belum termasuk zakat yang sudah tersalurkan. Amil lain tersebut tidak berhal mengambil bagian dari dana zakat, namun boleh menerima ujrah dari amil pertama. 9) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap diakui sebagai penyaluran zakat seluruhnya apabila dikelola pihak lain yang tidak dikendalikan amil. Namun, apabila aset tersebut dikelola oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, pengakuiannya dilakukan secara bertahap. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut dengan pola pemanfaatannya. 2) Infak dan Sedekah 1) Infak/Sedekah
yang
infak/sedekah terikat
diterima
diakui
sebagai
atau tidak terikat
penambah
dana
sesuai dengan tujuan
pemberiannya. Dana tersebut diakui sebagai jumlah yang diterima jika dalam bentuk kas dan diakui sebagai nilai wajar jika dalam bentuk nonkas. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar, jika tidak tersedia, metode penentuan nilai wajar menggunakan metode lainnya sesuai SAK yang berlaku. 2) Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar maupun tidak lancar. 3) Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan aset tersebut diperlakukan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
32
sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat jika penggunaannya sudah ditentukan oleh pemberi. 4) Amil dapat pula untuk menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehannua, sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajarnya sesuai SAK yang relevan. 5) Untuk penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar, diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah jika bukan disebabkan amil. Namun akan menjadi pengurang dana amil apabila penurunan nilai aset tersebut disebabkan oleh amil. 6) Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah. 7) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas. Apabila dalam bentuk nonkas diakui sebagai nilai tercatat. 8) Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil. 9) Penentuan persentase bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, dan etika. 10) Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah jika amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut. 11) Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah. B. Penyajian Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara terpisah dalam laporan posisi keuangan. C. Pengungkapan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
33
1) Zakat Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat (namun tidak terbatas pada poin poin yang dijabarkan ) : a) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan mustahiq nonamil b) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahiq nonamil seperti persentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan. c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas. d) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahiq e) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan oleh amil. Jumlah dan persentase penyaluran dana zakat atas aset kelolaan tersebut harus diungkapkan dan juga disertakan alasannya. f) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahiq yang meliputi: sifat hubungan, jumlah dan jenis aset yang disalurkan, serta persentase aset yang disalurkan tersebut terhadap total penyaluran zakat keseluruhan selama periode. 2) Infak dan Sedekah Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak dan sedekah (namun tidak terbatas hanya pada poin-poin yang dijabarkan ) : a) Kebijakan penyaluran infak dan sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran infak dan sedekah serta penerima infak dan sedekah. b) Kebijakan penyaluran infak dan sedekah untuk amil dan nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan. c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak dan sedekah berupa aset nonkas. d) Keberadaan dana infak dan sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu. Jumlah dan persentase penyaluran dana infak dan sedekah atas aset kelolaan tersebut harus diungkapkan dan juga disertai alasannya.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
34
e) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana infak dan sedekah diungkapkan secara terpisah. f) Penggunaan dana infak dan sedekah dalam bentuk aset kelolaan, jika ada, diungkapkan jumlah dan persentasenya terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya. g) Rincian dana infak dan sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat h) Hubungan pihak-pihak yang berelasi antara amil dan penerima infak dan sedekah yang meliputi: sifat hubungan, jumlah, dan jenis aset yang disalurkan, serta persentase aset yang disalurkan tersebut terhadap total penyaluran infak dan sedekah keseluruhan selama periode. Selain hal-hal tersebut, amil juga harus mengungkapkan keberadaan dana non halal dan kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah. Untuk dana non halal, amil harus mengungkapkan bagaimana kebijakan penerimaan dan penyaluran dana tersebut beserta jumlah dan alasannya. D. Laporan Keuangan Amil Komponen laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. 1) Laporan Posisi Keuangan Entitas amil menyajikan pos-pos dalam laporan posisis keuangan dengan memperhatikan ketentuan pada PSAK terkait, yang mencakup, namun tidak terbatas pada : a) Aset Kas dan setara kas, instrumen keuangan, piutang, aktiva tetap dan akumulasi penyusutan. b) Kewajiban Biaya yang masih harus dibayar, kewajiban imbalan kerja. c) Saldo Dana Dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil. 2) Laporan Sumber dan Perubahan Dana
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
35
Amil menyajikan laporan sumber dan perubahan dana zakat, dana infak, dana sedekah, dan dana amil. Penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut: a) Dana Zakat Penerimaan dana zakat, penyaluran dana zakat (amil dan mustahiq nonamil), saldo awal dana zakat, saldo akhir dana zakat. b) Dana Infak dan Sedekah Penerimaan dana infak dan sedekah (terikat dan tidak terikat), penyaluran dana infak dan sedekah (terikat dan tidak terikat), saldo awal dana infak dan sedekah, saldo akhir dana infak dan sedekah. c) Dana Amil Penerimaan dana amil (dari dana zakat, dana infak/sedekah, dan penerimaan lainnya), penggunaan dana amil, saldo awal dana amil, saldo akhir dana amil. 3) Laporan Perubahan Aset Kelolaan Entitas amil menyajukan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup: a) Aset kelolaan yang ternasuk aset lancar dan akumulasi penyisihan. b) Aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan. c) Penambahan dan pengurangan. d) Saldo awal. e) Saldo akhir. 4) Laporan Arus Kas Amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2 tentang laporan Arus Kas dan SAK lain yang relavan. 5) Catatan Atas Laporan Keuangan Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101 tentang Penyajuan Laporan Keuangan Syariah dan SAK lain yang relevan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
36
2.4.2.2 Fatwa MUI tentang Pengelolaan Zakat dan Infak/Sedekah 1) Fatwa MUI No 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat Fatwa ini mengatur mengenai syarat untuk menjadi Amil Zakat, kewajibn, hak, dan tugas Amil Zakat. Dalam fatwa ini juga dijelaskan mengenai ketentuan dalam mempergunakan biaya operasional Lembaga Amil Zakat yang diperbolehkan mengambil dari bagian dana zakat secukupnya. 2) Fatwa MUI No 13 Tahun 2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram Berisi mengenai ketentuan hukum atas harta yang menjadi objek wajib zakat maupun jenis-jenis harta yang digolongkan sebagai harta haram sehingga hilang sifatnya sebagai objek wajib zakat. 3) Fatwa MUI No 14 Tahun 2011 tentang Penyaluran Harta Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan Fatwa ini berisi mengenai ketentuan hukum zakat yang disalurkan dalam bentuk aset kelolaan dimana manfaatnya akan diberikan kepada mustahik. 4) Fatwa MUI No 15 Tahun 2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan Penyaluran Harta Zakat Berisi mengenai ketentuan hukum kewajiban amil dalam melakukan penarikan zakat, pemeliharaan zakat, distribusi zakat, serta ketentuan penyaluran zakat muqayyadah.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
BAB 3 PROFIL YAYASAN 3.1 Sejarah dan Profil Dompet Dhuafa Dimulai dari kepedulian Koran Republika terhadap masyarakat miskin, lahirlah Dompet Dhuafa Republika. Pada 2 Juli 1993, dibuka sebuah rubrik di halaman muka Harian Umum Republika dengan tajuk “Dompet Dhuafa”. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Umum Republika. Akhirnya tanggal 2 Juli 1993 kemudian dijadikan sebagai hari jadi Dompet Dhuafa Republika. Tanggapan masyarakat terhadap kolom tersebut luar biasa, pengumpulan dana masyarakat naik signifikan. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo bersama-sama membentuk dan bertindak sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. Erie Sudewo ditunjuk untuk memimpin Yayasan Dompet Dhuafa untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa. Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa Republika dikukuhkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, DD merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Pada tahun 2003, Dompet Dhuafa mengembangkan organisasinya menjadi Jejaring Multi Koridor (JMK). JMK merupakan struktur
organisasi sejenis
konsorsium dimana masing-masing lembaga atau divisi diberikan kesempatan yang luas untuk mandiri dan mengembangkan lembaga sesuai dengan aktivitas utamanya. Struktur ini dibentuk agar
lembaga, unit usaha dan divisi
tidak
menjadi beban Dompet Dhuafa tetapi mereka menjadi lembaga yang mandiri.
37 Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
38
Konsep tersebut diwujudkan dalam tiga tahapan yang disebut IOM (Independen, Otonom dan Mandiri). Dalam tahapan membantu
awal
proses
Independen, DD
dalam pembangunan manajemen lembaganya, membatu biaya
operasional serta mengarahkan berbagai kebijakan lembaga. Segala bantuan itu mulai dikurangi dalam tahapan otonom, dimana Dompet Dhuafa hanya membantu mensubsidi kekurangan dana dan membantu memecahkan masalah belum bisa
dipecahkan
oleh
lembaga.
Konsep
JMK
ini
yang untuk
pengembangan organisasi serta memaksimalkan potensi SDM. Dalam perkembangannya, jejaring DD berkembang lebih besar dan sekarang mencapai 17 jejaring. Jejaring DD tersebut tetap dalam satu atap, yaitu Yayasan Dompet Dhuafa. Laporan keuangan jejaring DD terkonsolidasikan di laporan keuangan Yayasan Dompet Dhuafa. Pada tahun 2012 DD juga telah mempunyai cabang yang luas di Indonesia dan luar negeri. DD cabang tersebut menghimpun dan menyalurkan dana zakat dari masyarakat sekitar DD cabang, sehingga pada saat ini DD menjadi yang terdepan di Indonesia dalam penghimpunan, pengelolaan, dan penyaluran dana ZISWAF. Dilatarbelakangi dengan keinginan kuat untuk maju dan menjadi lembaga pengelola ZISWAF dan mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa, profesionalitas DD kian terasah seiring meluasnya program kepedulian dari yang semula hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Dalam perkembangannya, Dompet Dhuafa tidak hanya fokus pada bantuan dana bagi kalangan kurang mampu dalam bentuk tunai, DD juga mengembangkan bentuk program yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bantuan bencana. Terkait dengan akuntansi, sebelum PSAK 109 diberlakukan, DD menggunakan panduan pencatatan dan pelaporan PSAK 45 tentang organisasi nirlaba ditambah dengan panduan dari FOZ yang dikeluarkan pada tahun 2005. Sebelum tahun 2010, DD menggunakan kalender hijriah dalam pencatatan dan pelaporannya. Namun mulai tahun 2010 terjadi pergantian kebijakan untuk menggunakan kalender masehi dengan alasan untuk memudahkan pembaca laporan keuangan. Tahun 2012 merupakan lembaran baru bagi kebijakan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
39
akuntansi DD. Mulai 1 Januari 2012 DD resmi mengadopsi pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan sesuai dengan yang digariskan dalam PSAK 109.
3.2 Struktur Yayasan Dompet Dhuafa Dalam mendukung penyelenggaraan kegiatan operasional maupun progam dari organisasi wajib dibutuhkan struktur organisasi yang memadai, sesuai bentuk usaha, ukuran dan kebutuhan. Struktur organisasi menggambarkan arah tanggungjawab dan span of control dalam suatu organisasi, termasuk didalamnya yayasan. Dengan tahu peran masing-masing, setiap elemen yang ada diharapkan paham dan tahu betul akan tugas dan tanggungjawab, sehingga didapatkan suatu organisasi yang bisa berjalan dengan sendiri dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Di bawah ini adalah struktur Yayasan DD:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dompet Dhuafa Sumber: Dompet Dhuafa (2012)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
40
3.3 Pembagian Divisi Yayasan Pembagian divisi yayasan sebagai spesialisasi kerja dari para pengurus yayasan berdasarkan fungsi dan peranan masing-masing dalam yayasan. Pembagian divisi tersebut antara lain: 3.3.1 Direktorat Program a) Divisi Program Ekonomi Membuat program program bantuan kepada masyarakat miskin dalam usaha pemberdayaan taraf hidup serta ekonomi kaum dhuafa dalam bentuk pemberian modal kerja, akses pasar dan pengembangan usaha. b) Divisi Program Relief Divisi Program Relief bertanggung jawab mengelola kemiskinan pada aspek yang paling dasar yaitu aspek pelayanan. Aspek pelayanan dalam program Dompet Dhuafa bersifat memberikan bantuan langsung, melayani keperluan pragmatis masyarakat miskin/mustahik, dan menyelesaikan permasalahan yang dialami secara cepat dan efektif. Sedangkan untuk kegiatan di luar negeri, Divisi Relief mengemban misi sebagai ujung tombak Diplomasi Kemanusiaan c) Divisi Program Kesehatan Mempunyai program-program di bidang kesehatan. Bertugas untuk menyalurkan dana zakat, infak, dan wakaf di bidang kesehatan dengan program-programnya antara lain Rumah Sehat Terpadu (RST), Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC), dan program kesehatan lain yang ditujukan untuk masyarakat miskin yang sakit. d) Divisi Program Pendidikan Mempunyai cakupan kerja dibidang pendidikan Beberapa programnya berupa Beasiswa Etos (beasiswa skripsi, aktivis, Sekolah desa produktif), bidang pusat pembelajaran, Bidang sekolah formal (SCC Cibinong, ,dan lainnya. e) Bagian Khusus Zona Madina DD membuat proyek daerah yang terintegrasi. Bertugas untuk membuat program dan melakukan pendampingan terhadap program-program
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
41
pemberdayaan masyarakat serta menguatkan karakter masyarakat dengan sentuhan-sentuhan islami. DD membuat proyek zona f) Controller Divisi Program Bertugas untuk memverifikasi dan memastikan bahwa penyaluran dana yang diajukan telah sesuai dengan RKAT yang ditetapkan, nilainya wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. 3.3.2 Direktorat Communication & Resources Mobilization a) Divisi Resources Mobilization Bertugas untuk menangani fundrising dana ZIS DD. b) Divisi Corporate Secretary Divisi
Corporate
Secretary
bertugas
untuk
mengurusi
bagian
kesekretariatan dari Yayasan DD. c) Divisi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Membawahi langsung LAZ DD. Sejak adanya pemisahan antara Yayasan dengan LAZ, divisi LAZ dibentuk. Divisi LAZ bertugas untuk mengatur fundrising LAZ. d) Divisi Corporate Communication Bertugas untuk menjaga hubungan masyarakat dengan Yayasan DD. Berperan dalam menjaga image DD di mata masyarakat. 3.3.3 Direktorat Finance & Operation a) Divisi Human Resources & Development Divisi HRD bertugas untuk memastikan karyawan / amil DD dapat bekerja dengan baik, dengan cara menyediakan training dan pelatihan. Divisi HRD juga mengatur penggajian amil. b) Divisi General Affair Divisi yang bertugas untuk mengatur dan memastikan kebutuhan operasional kantor tersedia. Lingkup kerjanya adalah membeli peralatan kantor, memastikan persediaan alat-alat kantor tersedia, memastikan kantor dapat dipakai untuk bekerja dengan nyaman. c) Divisi Information & Technology
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
42
Divisi IT adalah divisi baru yang dibentuk untuk mengawasi dan memastikan IT yang ada di DD berjalan dengan baik. Bertugas untuk memaintenance website, komputer, jaringan, dan tugas-tugas IT lainnya. d) Divisi Quality & Management System Divisi yang bertugas untuk menjaga kualitas sistem DD. Divisi QMS juga bertanggung jawab terhadap terhadap Standar Operasional Prosedur yang ada di DD. e) Divisi Finance Ruang lingkup kerja Divisi Finance adalah untuk mengatur keuangan DD, mengurusi penerimaan dan penyaluran uang ZIS f) Divisi Accounting Ruang lingkup pekerjaan Divisi Accounting adalah melakukan pencatatan dan membuat pelaporan keuangan yayasan. 3.3.4 Organ Khusus Lembaga a) Dewan Direksi Dewan direksi berisikan presiden direktur dan direktur eksekutif. Bertugas untuk memimpin Yayasan DD dan menetapkan kebijakan strategis untuk lebih mengefektifkan yayasan DD sebagai LAZ nasional. b) Internal Auditor Berisi auditor internal yang bertugas untuk mengawasi operasional organisasi dan memastikan berjalan dengan baik sesuai prinsip good corporate governance. c) Pengembangan Jaringan Organ khusus untuk mengawasi dan mengembangkan jaringan DD. Termasuk di dalamnya mengawasi kinerja jejaring yang ada, bekerjasama dengan pihak luar dalam mengembangkan jaringan DD baik kota-kota di Indonesia maupun di luar negeri. d) Tabungan Wakaf Indonesia Membawahi bidang khusus pengumpulan dan penyaluran wakaf. Mengumpulkan wakaf dari masyarakat untuk kemudian dijadikan objek wakaf yang bermanfaat bagi masyarakat luas. e) Dewan Pembina
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
43
Dewan pembina adalah organ khusus yang berisikan orang-orang yang ahli dalam bidang syariah. Dewan pembina mengawasi jalannya operasional DD secara umum, memastikan DD berjalan sesuai koridor syariah,
memberikan
saran
dan
kritik
mengenai
penghimpunan,
pengelolaan, dan penyaluran ZISWAF.
3.4 Jejaring dan Cabang Dompet Dhuafa Untuk mencapai visi dan misi yang telah dirumuskan, DD membuat kebijakan Jejaring Multi Koridor (JMK) dan cabang-cabang DD. Secara struktural, Yayasan Dompet Dhuafa berperan sebagai induk holding, mempunyai cabang dan jejaring sebagai anak yayasan. Dalam Yayasan Dompet Dhuafa, terdapat lagi cabang, yaitu LAZ DD yang berfungsi untuk mengatur penerimaan dan penyaluran zakat. 3.4.1 Cabang DD Saat ini DD mempunyai 5 kantor perwakilan di Jabodetabek, 12 cabang DD di luar provinsi, dan 3 cabang DD di luar negeri. 5 kantor perwakilan DD di Jabodetabek tersebut adalah Dompet Dhuafa Republika Kantor Sudirman, Kantor Warung Buncit, Kantor Radio Dalam, Kantor Rawamangun, dan Kantor Karawaci. Sedangkan 12 cabang DD tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, antara lain adalah DD Singgalang, DD Banten, DD Jabar, DD Jogja, DD Jatim, DD Jateng, DD Kaltim, DD Kalbar, DD Sulsel, DD Sumatera Selatan, dan DD Riau. DD juga mempunyai cabang di luar negeri, yaitu DD Hong Kong, DD Japan, dan DD Australia. Selain dari cabang DD diatas, ada pula lembagalembaga non-DD yang bekerjasama dengan DD dalam penghimpunan dan penyaluran zakat seperti Rumah Sosial Insan Madani Riau, Dana Sosial Nurul Islam (DSNI) Amanah Batam, Dompet Sosial Madani (DSM) Bali, Lampung Peduli, Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas (DASI) NTB, Indonesian Muslim Society in Korea (IMUSKA), dan lain lain.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
44
3.4.2 Jejaring DD Jejaring DD adalah struktur masing-masing
organisasi sejenis konsorsium dimana
lembaga atau divisi diberikan kesempatan yang luas untuk
mandiri dan mengembangkan lembaga sesuai dengan aktivitas utamanya. Pada awalnya, jejaring DD dibuat dengan tujuan agar tidak membebani Yayasan DD dan bisa beroperasi secara mandiri. Dalam tahapan independen, DD membantu
awal
proses menjadi
dalam pembangunan manajemen lembaganya,
membatu biaya operasional serta mengarahkan berbagai kebijakan Segala bantuan
lembaga.
itu mulai dikurangi dalam tahapan otonom, dimana Dompet
Dhuafa hanya membantu mensubsidi kekurangan dana dan
membantu
memcahkan masalah yang belum bisa dipecahkan oleh lembaga. Pada tahun 2012, terdapat perubahan kebijakan bahwa jejaring DD tetap berada di bawah struktur Yayasan Dompet Dhuafa. Jejaring DD dibentuk dengan tujuan untuk membantu DD menyalurkan dana ZIS dalam bentuk program-program yang berguna bagi mustahik. Jejaring DD walaupun secara struktur di bawah Yayasan DD, namun tidak dianggap sebagai bagian dari amil. Jejaring DD diperlakukan sebagai mitra DD dalam menyalurkan dana ZIS. Oleh karena diperlakukan sebagai vendor, jejaring DD bisa memanfaatkan dana zakat untuk melaksanakan tugas pokoknya dan bisa mengambil bagian dari dana amil untuk operasional jejaring tersebut. Jejaring DD dibagi menjadi dua, yaitu jejaring sosial dan jejaring ekonomi. Jejaring sosial dibuat dengan maksud hanya sebagai penyaluran ZIS melalui program-programnya, sifatnya non profit, dan tidak mempunyai bentuk badan hukum. Jejaring sosial hanya berstatus sebagai sub-divisi program. Contoh dari jejaring sosial adalah Disaster Management Centre, Smart Ekselensia, dan LKC. Sedangkan jejaring ekonomi adalah jejaring yang dibentuk untuk tujuan mencari profit dan menambah dana amil bagi DD. Jejaring ekonomi sejak awal didirikan dalam bentuk badan hukum, yaitu PT. Walaupun berbentuk PT, jejaring ekonomi tersebut tidak bertujuan hanya untuk mencari profit, tetapi juga berfungsi untuk melayani masyarakat. Jejaring ekonomi tersebut antara lain PT Pertanian Sehat Indonesia,
DD Travel, dan PT KMM.
Semua jejaring DD memiliki
struktur dan manajemen organisasi sendiri.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
45
Jejaring DD juga berhak untuk mencari dan menghimpun dana infak masyarakat sepanjang dana tersebut dimanfaatkan untuk membiayai program jejaring yang bersangkutan. Untuk saat ini, DD setidaknya telah mempunyai 17 jejaring. Dari 17 jejaring tersebut, hanya tiga jejaring yang dikelompokkan sebagai jejaring ekonomi, yaitu DD Travel, PT Karya Masyarakat Mandiri, dan PT Pertanian Sehat Indonesia. Selain dari tiga jejaring tersebut, digolongkan sebagai jejaring sosial, antara lain: 1) SMART Ekselensia Indonesia 2) FIS Filial SMART Ekselensia Indonesia 3) Institut Kemandirian 4) Kampoeng Ternak Nusantara 5) Tebar Hewan Kurban 6) Tabung Wakaf Indonesia 7) Lembaga Pelayan Masyarakat 8) Layanan Kesehatan Cuma-Cuma 9) IMZ 10) Disaster Management Centre 11) Beastudi Indonesia 12) Makmal Pendidikan 13) Guru Indonesia 14) RS. Rumah Sehat Terpadu Terdapat perbedaan dalam pengelolaan dan pembinaan antara Yayasan DD dengan jejaring DD. Dalam kaitannya dengan penghimpunan dan penyaluran ZIS Yayasan DD, DD cabang, dan jejaring DD dapat digambarkan dalam gambar berikut:
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
46
Gambar 3.2 Hubungan penyaluran ZIS antara Yayasan DD, cabang, dan jejaring Sumber: wawancara dengan GM Accounting DD
Dompet Dhuafa pusat berperan sebagai induk perusahaan yang membina dan mengawasi anak perusahaan. Di bawah DD terdapat DD cabang dan jejaring DD. Dalam struktur kelembagaan, DD cabang dan jejaring DD masih di bawah satu atap, yaitu Yayasan Dompet Dhuafa. Dompet dhuafa pusat mempunyai cabang yang tersebar di berbagai daerah. DD cabang tersebut berhak untuk melakukan aktivitas penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana ZISWAF, sehingga dana zakat dan infak yang terkumpul bisa dikelola sendiri tanpa melalui Yayasan DD. Apabila penerimaan zakat dan infak/sedekahnya telah besar dan stabil, DD cabang tersebut bisa berdiri sendiri. Namun, untuk DD cabang yang masih baru dan belum bisa mandiri, maka Yayasan DD memberikan bantuan biaya operasional dari dana amil, karena hasil dari penghimpunan DD cabang yang baru tersebut masih kecil sehingga dana amil yang didapat masih belum bisa menutupi biaya operasional. Hasil penghimpunan DD cabang tidak disetor kepada Yayasan DD melainkan bisa dikelola sendiri untuk kemaslahatan masyarakat sekitar DD cabang tersebut. Namun, dalam DD cabang bisa juga bisa menyetorkan sebagian dari penghimpunannya kepada Yayasan DD untuk
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
47
disalurkan ke daerah lain apabila daerah disekitar DD cabang tersebut tidak ada mustahik 8 asnaf yang berhak menerima zakat (seperti di cabang DD di luar negeri). Jejaring DD yang terdiri dari jejaring ekonomi dan jejaring sosial berhak menerima dana dari masyarakat dalam bentuk infak/sedekah. Jejaring DD tidak diperkenankan menerima dana zakat. Namun apabila ada yang memberikan uang zakat kepada jejaring, maka uang zakat tersebut harus disetor kepada Yayasan DD. Uang infak yang diterima oleh jejaring digunakan untuk operasional dan program jejaring tersebut. Untuk jejaring sosial, mereka akan mendapatkan dana reguler untuk operasional program tersebut. Karena posisi jejaring sosial tersebut yang dianggap vendor, maka uang yang diterima jejaring sosial tersebut bisa dimanfaatkan untuk biaya program dan biaya operasional untuk membuat program tersebut. Dana reguler tersebut diberikan setiap bulan sesuai dengan pengajuan anggaran pada bulan sebelumnya. Contohnya adalah setiap bulan LKC yang bergerak di bidang pemberian fasilitas kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat dhuafa mendapatkan dana reguler untuk mengoperasikan beberapa klinik dan gerai sehat mereka. Dana reguler LKC dari dana zakat bisa dimanfaatkan untuk membeli obat, membayar dokter, dan membayar biaya operasional kantor. Sedangkan untuk jejaring ekonomi, karena bentuk mereka yang berbadan hukum, DD tidak memberikan dana untuk operasionalnya, dana yang diberikan DD sifatnya non reguler dan sebagai penambah modal untuk jejaring ekonomi tersebut. Tujuan Yayasan DD mempunyai DD cabang dan jejaring DD adalah untuk membantu dalam menyalurkan dana zakat dan infak, oleh karena itu cabang dan jejaring adalah kepanjangan tangan dari DD. DD bisa memanfaatkan keberadaan jejaring dan cabang untuk membantu melaksanakan program mereka. Oleh karena itu DD bisa menyalurkan dana ZIS kepada jejaring dan cabang selain dari membuat program sendiri yang non-jejaring dan cabang.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN
Dompet Dhuafa (DD) sebagai OPZ terbesar se-Indonesia dalam penghimpunan dana ZIS mempunyai operasional yang rumit. Untuk tetap bisa menjaga akuntabilitasnya, DD harus mempunyai sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Di dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai keuangan dan operasi DD, perlakuan akuntansi DD yang mencakup pencatatan aktiva, kewajiban, penerimaan dan pengeluaran dana ZIS, dan pelaporan keuangan DD. Dalam Bab 4 ini juga akan dianalisa mengenai cara pencatatan dan pelaporan yang telah diterapkan oleh DD dengan PSAK 109.
4.1 Keuangan dan Operasi DD Siklus bisnis OPZ berawal dari penerimaan dana ZIS, penyaluran, sampai dengan pembuatan laporan keuangan untuk stakeholder. Sistem informasi akuntansi memegang peranan penting dalam memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Berikut akan dijelaskan sistem informasi akuntansi, proses penerimaan, dan proses pengeluaran ZIS pada DD. 4.1.1 Sistem Informasi Akuntansi DD Dalam
proses penerimaan dan pengeluaran dana, dibutuhkan sebuah
sistem informasi akuntansi yang handal. Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermafaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis. Sistem informasi dapat memudahkan karyawan dalam mencatat transaksi dan pelaporan keuangan. DD menggunakan sistem informasi akuntansi yang dinilai cukup handal. Untuk pencatatan akuntansi,
sebelum tahun 2012 DD telah
mengembangkan sebuah software akuntansi sendiri yang bisa memenuhi kebutuhan pencatatan DD. Akan tetapi karena mulai 1 Januari 2012 DD wajib menerapkan PSAK 109, software akuntansi yang dikembangkan tersebut menjadi tidak relevan lagi dengan cara pencatatan yang baru. Oleh karena itu diputuskan untuk menggunakan software accurate selama masa transisi, dan untuk ke
48 Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
49
depannya DD akan mengembangkan software akuntansi sendiri yang lebih sesuai dengan bentuk dan kebutuhan DD. Karena penggunaan software accurate yang kurang sesuai dengan kebutuhan yayasan, DD harus mensiasati pencatatan dengan struktur DD yang sekarang. Oleh karena itu, pencatatan LAZ DD, Yayasan DD, dan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dipisah dalam file yang berbeda. Untuk sistem informasi Enterprise Resource Planning (ERP), DD mengembangkan software sistem informasi akuntansi sendiri, yaitu SisKA dan Sandra. SisKA adalah software ERP yang dikembangkan oleh programmer internal DD sendiri untuk mengakomodir kebutuhan pencatatan DD dengan sistem Permintaan Pengeluaran Dana (PPD). Sementara Sandra adalah software ERP untuk mengakomodir pencatatan fundraising, yaitu berhubungan dengan penerimaan dana ZIS. Dengan adanya SisKA dan Sandra, data-data yang ada dapat diolah dan dijadikan suatu informasi yang bermanfaat.
4.1.2 Proses Penerimaan ZIS Penerimaan DD dibedakan menjadi 5, yaitu penerimaan zakat, penerimaan infak bebas, penerimaan infak terikat (CSR), penerimaan dana kemanusiaan, dan penerimaan wakaf. Kelima jenis penerimaan tersebut berbeda sifat dan penggunaannya. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai kelima penerimaan tersebut: a) Zakat Penerimaan zakat adalah jenis penerimaan yang terbesar dibandingkan dengan jenis penerimaan dana lain di DD. Penerimaan jenis ini mencapai 60% dari penerimaan dana lain. Dana zakat sangat dibatasi penggunaannya dalam koridor syariah, yaitu hanya boleh disalurkan kepada 8 asnaf yang tersebut di dalam Al Quran, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu sabil. b) Infak Bebas Infak bebas di sini dibedakan menjadi dua, yaitu infak bebas dan infak tematik. Infak bebas termasuk infak mutlaqah. Infak bebas peruntukannya lebih bebas dan tidak dibatasi kepada pengeluaran tertentu. Infak tematik adalah infak yang dihimpun dari masyarakat untuk tujuan pengeluaran
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
50
tertentu. Infak tematik ini mempunyai karakteristik yang mirip dengan infak terikat, karena dalam penghimpunannya pemberi infak memilih tujuan penggunaan infak tersebut. Infak tematik sebenarnya dapat digolongkan ke dalam infak muqayyadah. Contoh dari infak tematik adalah infak untuk zona madina, infak sekolah tinggi umar usman, dan infak dompet amerika. c) Infak terikat Yang digolongkan ke dalam infak terikat di sini lebih mengarah kepada dana infak yang diterima dari program kerjasama penyaluran dana infak atau dana CSR perusahaan. Setiap tahun DD menerima banyak penerimaan infak terikat. Dalam klausul kerjasama, DD berkewajiban untuk menyelenggarakan program sosial yang diinginkan oleh perusahaan. DD akan mendapatkan ujrah atas kerjasama penyelenggaraan program tersebut. d) Dana kemanusiaan Dana kemanusiaan dibedakan dengan dana infak dan zakat karena peruntukan dana kemanusiaan yang hanya untuk bantuan langsung yang bersifat kemanusiaan, bukan dalam bentuk program. Bantuan langsung tersebut bisa dirasakan
masyarakat
yang
membutuhkan
secara
langsung.
Dalam
penyalurannya, DD dapat berperan aktif dengan mencari penerima yang berhak, atau bersikap pasif dengan menunggu masyarakat yang membutuhkan datang ke DD. Contoh penggunaan dana kemanusiaan adalah untuk bantuan bencana alam atau bantuan finansial dari orang miskin yang datang langsung ke DD. Dalam hal penyaluran dana kemanusiaan ini, DD mempunyai jejaring sosial yang membantu menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang membutuhkan, yaitu Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM). e) Wakaf Penerimaan wakaf di DD dimasukkan ke dalam bagian organ khusus dalam struktur DD, yaitu Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Wakaf yang diterima bisa dalam bentuk wakaf uang, wakaf barang, ataupun wakaf tanah.
Dalam menghimpun kelima jenis dana di atas, DD mempunyai beberapa saluran. Saluran penerimaan tersebut secara umum berasal dari penerimaan kas setoran konter, transfer langsung di bank, setoran melalui jejaring, dan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
51
penjemputan. DD mempunyai divisi khusus yang menangani bagian penerimaan, yaitu divisi fundraising. Berikut dijelaskan mengenai ketiga jenis saluran penerimaan tersebut a) Setoran Konter ZIS Setoran konter DD dibagi menjadi dua, yaitu konter tetap dan konter tidak tetap. Konter tetap didirikan di tempat-tempat strategis. Salah satunya adalah DD membuka konter-konter di mall-mall besar Jabodetabek untuk meningkatkan kesadaran berzakat dan memudahkan muzaki menyalurkan ZIS-nya. Strategi ini cukup efektif untuk menjaring masyarakat umum yang sedang berjalan-jalan di mall. Konter tetap juga didirikan di beberapa kantor jejaring. Selain konter tetap, DD juga membuka konter tidak tetap. DD aktif mengikuti pameran atau kegiatan lainnya yang sekiranya terdapat muzaki potensial. Di sana DD selain mendirikan stand DD, juga mendirikan konter yang menerima setoran ZIS. b) Transfer Bank Saluran penerimaan yang terbesar adalah penerimaan langsung melalui bank. Di sini DD membuat rekening penghimpunan di beberapa bank, baik bank syariah maupun bank konvensional, untuk menjaring dana ZIS dari masyarakat. Para muzaki bisa langsung transfer di ATM atau melakukan setoran langsung ke rekening penghimpunan DD. Perkembangan teknologi yang cepat membuat orang sekarang bisa mengakses rekening bank mereka dimana saja. Untuk memudahkan muzaki berzakat, DD bekerjasama dengan bank untuk membuat fitur autodebet dan channel zakat. Selain itu, terdapat fitur e-payment di website DD sehingga muzaki bisa berzakat melalui channel tersebut, dengan syarat memiliki internet banking atau kartu kredit. c) Setoran ZIS Melalui Jejaring Jejaring yang dimiliki DD boleh menerima dana infak dari masyarakat. Dana infak tersebut boleh digunakan oleh jejaring tersebut untuk biaya operasional. Untuk dana zakat, apabila ada muzaki yang menyetorkan lewat jejaring diperbolehkan, namun dana zakat tersebut oleh jejaring akan disetorkan kepada DD pusat dan tidak boleh dipergunakan oleh jejaring secara langsung.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
52
d) Jemput Zakat Untuk memudahkan muzaki yang ingin berzakat, DD membuat program jemput zakat. Muzaki bisa meminta untuk dijemput ZIS-nya ke rumah mereka. Namun demi alasan efisiensi, muzaki yang ingin menggunakan program ini harus minimal menyetor ZIS sebesar satu juta rupiah.
4.1.2.1 Siklus Penerimaan DD Bagian Penerimaan Individu / Institusi
Bagian Akuntansi A
Zakat / Infak
3 Tanda Terima
Penerimaan Dana Setoran Konter
Transfer
Menerima bukti transfer
C
D
Bukti Setor Bank
Rekapan Harian Penerimaan ZIS
Bukti Transfer
Bukti Transfer
D Mencatat dan membuat rekap penerimaan
Cash
B
Rekapan Harian Penerimaan ZIS
verifikasi rekap harian penerimaan dan bukti setoran bank
Menjurnal Penerimaan ZIS
Membuat tanda terima
Menyetor ke bank
Bukti Jurnal
1 Bukti Setor Bank
Tanda 1 Terima
Tanda 2 Terima
Individu / Institusi
Database Penerima an
Database Penerima an
B
Memberi Tanda Terima ZIS
C
Tanda 3 Terima
Database Penerimaan
2
A
Gambar 4.1 Flowchart penerimaan setoran konter ZIS DD Sumber: wawancara GM accounting DD (data diolah)
DD menghimpun dana ZISWAF melalui keempat saluran tersebut. Untuk saluran jemput zakat dan setoran kas konter, muzaki mengisi form setoran ZIS rangkap tiga yang berisi nama, nominal donasi, dan jenis donasi apakah itu zakat, infak bebas, infak terikat, dana kemanusiaan, atau wakaf. Form pertama diberikan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
53
kepada donatur, form kedua dan ketiga disimpan untuk selanjutnya diberikan kepada bagian penerimaan di DD. Uang hasil setoran konter disetor ke bank menurut jenis penerimaannya setiap hari. Untuk konter yang penerimaannya sedikit (dibawah Rp 50.000 ) bisa menyetorkan ke bank setiap 2 atau 3 hari. Karena letak konter ada yang jauh dari kantor DD, maka form donasi beserta bukti setoran bank beserta bukti penerimaannya tidak setiap hari disetorkan ke DD, namun bisa setiap minggu baru disetor kepada bagian penerimaan DD. Setelah diterima oleh bagian penerimaan dan dibuatkan bukti rekap, lalu diserahkan kepada bagian keuangan untuk diverifikasi antara uang yang masuk dan buktinya. Apabila
telah
selesai,
maka
bagian
akuntansi
akan
mencatat
jurnal
penerimaannya. Dalam setiap menjurnal penerimaan, dibuat bukti jurnal dan dimasukkan ke dalam arsip DD. Untuk penerimaan yang melalui transfer bank, bagian penerimaan DD akan membuat rekapan penerimaan setiap harinya. Bagian penerimaan DD bisa mengecek dana yang masuk ke dalam rekening melalui internet banking. Setiap muzaki yang menyetorkan dana ZIS-nya melalui bank seharusnya melapor ke DD untuk konfirmasi setoran, baik lewat telepon atau form di web DD. Apabila muzaki melapor, maka bagian penerimaan akan membuatkan bukti setoran ZIS. Bukti tersebut bisa digunakan untuk menjadi pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP). Setelah dibuat rekap penerimaan bank, bagian penerimaan menyetorkan ke bagian keuangan untuk diverifikasi untuk selanjutnya dijurnal oleh bagian akuntansi. Siklus penerimaan melalui penjemputan hampir sama dengan penerimaan melalui konter. Petugas penjemput ZIS melakukan penjemputan ke rumah atau kantor muzaki, lalu petugas membuatkan tanda terima setoran ZIS. Petugas kemudian menyetorkan uang ke bank, kemudian bukti setoran bank dan tanda terima setoran ZIS diberikan kepada bagian penerimaan untuk dibuatkan rekap penerimaan via penjemputan. Rekap penerimaan tersebut kemudian diberikan kepada bagian akuntansi untuk diverifikasi dan dijurnal.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
54
4.1.2.2 Kebijakan Rekening DD DD mempunyai banyak rekening di berbagai bank. Rekening tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu rekening penghimpunan dan rekening operasional. Rekening penghimpunan berfungsi sebagai rekening penampung dana ZIS dari masyarakat. Satu rekening penghimpunan dikhususkan untuk satu jenis dana, misalkan rekening BCA 127.001.xxx khusus untuk menghimpun dana zakat. Karena kebijakan itulah DD mempunyai rekening di banyak bank dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat melakukan transfer. Rekening operasional dibagi menjadi rekening operasional program dan rekening operasional amil. Rekening operasional program difungsikan sebagai rekening untuk penyaluran program. Rekening operasional program dibagi lagi menjadi rekening operasional program yang berasal dari dana zakat dan rekening operasional program yang berasal dari dana infak/sedekah. Sedangkan rekening operasional amil adalah rekening khusus yang dipergunakan amil untuk membiayai biaya operasional dan gaji amil. Berikut di bawah ini gambar tentang jenis rekening di DD: Rekening Penghimpunan P
B
P
Z B
P
P I
W B P
a
e
a a
e
e n
a a r
R
n
n
k n
n
n f
k n o
e
e
k
g
a
It
Ph a I
k g
Ph kI
g
B
Ph
k
g
g a
k
n
B
B P r
ei
ei f n
ei n ar
e
A a n D a
C a
h
Rekening Operasional n
n
m n
f n
m n f
m n Tf
n m o
i
i
n
p
g
R e k e u O n p a e n r
a
n
s
i
i
n
o
g
n
a
k
Aa B n k B A a n k B huO in p ma e pn r u a O n s p a i e no r n a a s l i a P k r o g r P a r m o g - r a Z ma
gp
k
gp a
gp ea
m
k g
hu k
in
hu rk
in
A r
i
a
B
D
ma B O
pn Be p
ma pn kT ae m
u ab e
n na r
u tr
i
B
n
a ks a
k
a
n s
a
n
C
t
Gambar 4.2 Jenis Rekening yang dimiliki oleh DD Sumber: wawancara GM accounting DD (data diolah)
Dana ZIS dari masyarakat ditransfer ataupun disetor ke dalam rekening penghimpunan DD. Setiap seminggu sekali, bagian keuangan melakukan pinbuk /
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
i
o
n
o
a
55
pemindahbukuan dari rekening penampungan ke dalam rekening operasional program. Dalam pinbuk tersebut, dialokasikan 12,5% untuk ditransfer ke rekening operasional amil dan diakui sebagai dana amil. Karena selalu dilakukan pemindahbukuan dari rekening penghimpunan ke rekening operasional, maka saldo rekening penghimpunan selalu kecil. Terkait dengan kebijakan rekening bank, penulis berpendapat bahwa sebaiknya DD mulai mengurangi penggunaan rekening bank konvensional dan berhijrah ke bank syariah. Kebijakan DD yang mempunyai banyak rekening penghimpunan di berbagai bank konvensional memperlihatkan bahwa DD kurang mendorong masyarakat untuk pindah ke bank syariah. Walaupun alasan penggunaan rekening bank konvensional adalah agar masyarakat mudah dalam menyetor uang zakat dan infak/sedekah, penulis melihat bahwa hal ini tidak beralasan, karena sekarang transfer online antar bank sudah sangat mudah. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada DD untuk mengurangi rekening bank konvensional dan menggunakan bank syariah sebagai rekening utama dalam operasionalnya.
4.1.2.3 Dana Amil Dana amil adalah jenis dana yang peruntukannya untuk operasional amil. Biaya operasional amil harus dibedakan dari penyaluran ZIS karena biaya amil hanya terkait dengan operasional amil itu sendiri dan tugas amil untuk menyelenggarakan penghimpunan penyaluran dana ZIS. DD memberlakukan kebijakan dana amil dari dana berikut: a) Bagian dari dana zakat Amil merupakan salah satu dari delapan asnaf yang berhak atas dana amil. PSAK 109 dan Fatwa MUI No 8 Tahun 2011 menyatakan bahwa dana amil boleh diambil dari sebagian dana zakat. Kebijakan DD menyatakan bahwa maksimal dana amil yang boleh diambil dari dana zakat adalah sebesar 12,5%. b) Ujrah kerjasama infak terikat
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
56
Dalam pelaksanaan infak terikat CSR perusahaan, biasanya DD meminta ujrah untuk pelaksanaan program tersebut. Ujrah yang didapat dimasukkan ke dalam dana amil. c) Sebagian dana infak bebas Ketika bagian dana amil dari zakat belum bisa menutupi operasional, maka diambilkan dari dana infak untuk menutupi operasional DD. Dana infak yang diambil maksimal 40% dari dana infak bebas. d) Pendapatan/bagi hasil usaha & penempatan dana amil Yayasan Dompet Dhuafa memiliki jejaring ekonomi yang menghasilkan laba seperti DD travel dan DD corpora. Selain jejaring ekonomi, dompet dhuafa juga menempatkan dana amil di deposito bank. Bagi hasil dari laba jejaring ekonomi dan penempatan dana amil tersebut dimasukkan ke dalam dana amil. e) Bagian dari dana kemanusiaan DD mengambil bagian 5% dari dana kemanusiaan untuk dijadikan dana amil.
4.1.3 Proses Pengeluaran Dana 4.1.3.1 Siklus Pengeluaran Dana Sebagai Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), DD harus selektif dan ketat dalam melakukan pengeluaran dana, karena dana yang dikelola merupakan dana umat yang harus dipertanggungjawabkan setiap rupiah yang dikeluarkan. Penggunaan dana DD harus sesuai dengan koridor syariah. Oleh karena itu, DD membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur tentang pengeluaran dana.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
57
Bagian Keuangan dan Akuntansi Penanggungjawab Pengeluaran Dana
A
Penanggungjawab Pengeluaran Dana
Form UMK/CA kosong Form UMK/CA Terotorisasi
2 Form UMK/CA Terisi
Mengisi form UMK atau CA
Meminta otorisasi Manager terkait
2 Form UMK/CA Terotorisasi
Membayar pengeluaran dana
Bukti Bayar Pengeluaran Dana
Menerima Form UMK/CA
Memverifikasi dan menyetujui UMK/ CA
1 2 BuktiBukti Penerimaan Penerimaan UMK/CA UMK/CA
Database Pengeluaran Dana
Penanggungjawab
Menjurnal Pengeluaran Dana
Bukti Jurnal Pengeluaran Dana
A
Pertanggungjawaban UMK Penanggungjawab Pengeluaran Dana
Otorisasi Manajer terkait
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
B
LPJ Terotorisasi
Menerima LPJ
Penanggungjawab Pengeluaran Dana
1 2 Tanda Tanda Terima Terima LPJLPJ
B
Database Pengeluaran Dana
LPJ Terotorisasi
Pertanggungjawaban Pengeluaran Dana
Memverifikasi Laporan
Menjurnal Pengakuan beban/penyaluran
Bukti Jurnal
Gambar 4.3 Flowchart Proses Pengeluaran Dana (Semua Jenis Dana) Sumber: Wawancara dengan GM accounting DD (data diolah)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
58
Dalam proses pengeluaran dana, DD menggunakan sistem Permintaan Penggunaan Dana (PPD). Semua pengeluaran dana, baik itu untuk penyaluran ZIS, pembelian, maupun pembayaran beban-beban amil harus menggunakan PPD. Sistem PPD mengharuskan setiap pengeluaran harus ada penanggungjawabnya. Dengan demikian apabila ada kesalahan atau penyelewengan dana akan diketahui siapa yang bertanggung jawab. Setiap pengajuan PPD harus mendapat otorisasi dari atasan, minimal manajer divisi. Namun otorisasi mempunyai jenjang tergantung dari jumlah pengajuan. PPD mempunyai dua jenis, yaitu PPD yang menggunakan sistem UMK/CA, dan PPD langsung. PPD UMK/CA menyerahkan uang kepada penanggungjawab kegiatan/program, sehingga setelah program tersebut selesai dilaksanakan wajib dilaporkan dan setelah laporan diverifikasi baru dijurnal sebagai penyaluran dana zakat atau infak. Pada PPD langsung, biasanya digunakan untuk program reguler jejaring seperti dana reguler LKC dan smart ekselensia, bagian keuangan langsung mentransfer dana sesuai jumlah yang diajukan ke rekening jejaring dan langsung mencatatnya sebagai penyaluran. Dalam pencatatan jejaring, uang yang diterima dari DD tersebut dicatat sebagai penerimaan dan baru akan diakui sebagai penyaluran ketika uang tersebut telah dipakai. Dengan sistem ini, ketika proses konsolidasi DD akan menghapus transaksi intern antara DD dan jejaring, sehingga dana zakat tersalurkan hanya dihitung dari jumlah dana yang telah terpakai oleh jejaring. Dalam PPD sistem UMK/CA, penanggung jawab pengeluaran dana harus mengisi form UMK/CA dan mengajukannya ke bagian keuangan. Proses PPD dengan CA bisa selesai dalam satu hari, dan proses PPD dengan UMK selesai dalam 2-3 hari, kecuali untuk keperluan mendesak. Selesai kegiatan, penanggung jawab program harus membuat laporan pertanggungjawaban yang lengkap disertai bukti transaksi. Laporan tersebut harus dibuat dan dilaporkan kepada bagian keuangan maksimal dua minggu setelah program selesai dilaksanakan. Penanggung jawab akan mendapatkan sms notifikasi otomatis dari sistem SISKA, dan apabila setelah dua minggu belum ada laporan maka bagian keuangan akan menghubungi penanggung jawab tersebut secara langsung.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
59
Pembayaran PPD bisa menggunakan tiga cara, yaitu menggunakan uang kas kecil, uang kas besar, dan uang di bank. PPD dengan nominal dibawa Rp 500.000 boleh menggunakan form Cash Advance (CA) yang uangnya diambil dari petty cash (kas kecil). Sedangkan untuk pengeluaran di atas Rp 500.000 harus menggunakan form UMK. Pengambilan UMK dibawah Rp 2.500.000 bisa diambilkan dari uang kas besar. Apabila uang yang dikeluarkan lebih dari Rp 2.500.000 maka uang tersebut harus diambil dari uang yang berada di bank melalui sistem cek. Petugas keuangan membuat cek, lalu datang ke bank untuk mengambil uang cash atau langsung mentransfer ke rekening penanggung jawab.
4.1.3.2 Dasar Penyaluran Setiap pengeluaran dana harus ditentukan sumbernya. Dalam form UMK/CA terdapat isian sumber dana yang digunakan. Dana zakat sudah jelas penggunaannya harus diantara 8 asnaf. Penyaluran dana zakat diutamakan untuk asnaf fakir/miskin, pengelola dan fii sabilillah. Prioritas selanjutnya untuk asnaf lainnya. Mekanisme penyaluran zakat adalah dari Dompet Dhuafa kepada jejaring yang sudah ada melalui pendekatan program-program yang dibuat dengan tetap mempertimbangkan pendekatan asnaf. Selain itu, DD juga melakukan kerjasama dengan mitra-mitra lain yang dinilai layak ditunjuk sebagai mitra kerjasama penyaluran zakat. Program-program seperti SMART Ekselensia dan LKC adalah contoh dari program reguler yang memakai dana zakat. Dana infak bebas lebih bebas dalam penggunaannya dan tidak terbatasi oleh satu tujuan saja. Dana infak bisa digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak termasuk dalam delapan asnaf tetapi masih berkaitan secara tidak langsung dengan kegiatan sosial. Dana infak juga bisa disalurkan melalui jejaring. Untuk infak tematik, pengeluarannya harus sesuai dengan tujuan infak tematik tersebut. Contohnya adalah infak tematik untuk sekolah tinggi umar usman, maka infak tersebut hanya boleh digunakan untuk segala hal yang berhubungan dengan pembangunan dan operasional sekolah tinggi umar usman. Selain disalurkan melalui program sosial, dana infak (infak bebas) maksimum 40% juga digunakan untuk membiayai operasional amil dan indirect cost program zakat. Hal ini
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
60
diperbolehkan, karena tanpa menggunakan dana infak, program zakat tersebut tidak bisa berjalan karena dana operasional amil yang terbatas. Dalam penyalurkan dana ZIS, DD membaginya ke dalam 9 pos, yaitu:
Program Pendidikan
Operasional Kantor
Program Kesehatan
Program Sosial Masyarakat
Program Sosialisasi Ziswaf
Program Ekonomi
Program Kemanusiaan
Program Advokasi
Pengembangan Jaringan Pembagian pos penyaluran dana ZIS ke dalam 9 bagian adalah
berdasarkan tujuan dari DD yang fokus pada manfaat yang akan diterima oleh mustahik. Program ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial masyarakat, dan advokasi adalah program-program yang dikembangkan dengan sasaran kaum fakir miskin. Walaupun dalam penyalurannya DD membagi dalam 9 pos utama, namun klasifikasi pos tersebut berdasarkan delapan asnaf seperti yang telah tertera di dalam Al Quran.
4.2 Perlakuan Akuntansi Dompet Dhuafa sebagai OPZ yang menghimpun dan mengelola dana ZIS terbesar di Indonesia harus mempunyai sistem pencatatan akuntansi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini perlakuan akuntansi DD, yaitu pencatatan dan pelaporan, harus merujuk kepada PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah. PSAK 109 ini wajib diterapkan bagi semua lembaga yang mengelola dana ZIS yang sudah mendapatkan izin dari regulator. DD termasuk ke dalam salah satu OPZ yang sudah mendapatkan izin dari regulator untuk menghimpun dana ZIS dari masyarakat sehingga wajib menerapkan PSAK 109. Dengan penerapan PSAK 109 ini, OPZ bisa diaudit oleh KAP independen sehingga laporan keuangannya dapat lebih dipercaya.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
61
Sebelum diterapkannya PSAK 109, pencatatan dan pelaporan DD mengacu kepada PSAK 45 dan panduan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan OPZ yang dikeluarkan oleh Forum Zakat (FOZ). Namun setelah penerapan PSAK 109, DD harus mengubah beberapa kebijakan mengenai pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang selama ini mereka pakai. Pemisahan antara Yayasan dan LAZ memberi dampak dalam pencatatan akuntansi DD. Dalam melakukan pencatatan akuntansi, DD membedakan pencatatannya antara aktivitas Yayasan, LAZ, dan TWI. Karena masih memakai software accurate, DD mensiasatinya dengan menggunakan file yang berbeda untuk masing-masing aktivitas, sehingga terdapat tiga file accurate. Dalam pencatatan LAZ, hanya dicatat transaksi yang menggunakan dana zakat, seperti penghimpunan dan penyaluran dana zakat. Oleh karena itu, dalam laporan LAZ tidak ada transaksi infak/sedekah. Dalam pencatatan yayasan, terdapat transaksi yang menggunakan dana infak/sedekah dan dana amil. Sementara pencatatan TWI khusus untuk transaksi menggunakan dana wakaf saja. Berikut ini akan dibahas mengenai pencatatan akuntansi aktiva, kewajiban, penerimaan dana, pengeluaran dana, dan pelaporan DD. Pembahasan di sini terkait dengan penerapan PSAK 109 dan berdasarkan apa yang telah diterapkan oleh DD.
4.2.1 Akuntansi Aktiva DD Aktiva adalah sumber daya atau harta yang dapat diukur dengan handal, dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu, dan mempunyai manfaat ekonomis di masa depan yang dapat dimanfaatkan oleh entitas. Pengakuan merupakan proses pembentukan pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam Laporan Posisi Keuangan maupun Laporan Sumber dan Penggunaan Dana. DD mengklasifikasikan aktiva menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar pada DD terdiri dari kas dan setara kas, piutang, biaya dibayar dimuka, barang berharga, dana bergulir, dan investasi. Sedangkan aktiva tetap terdiri dari tanah, bangunan, kendaraan, dan peralatan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
62
1. Kas dan Setara Kas Dalam laporan Posisi Keuangan DD, yang dimaksud Kas dan Setara Kas adalah aktiva paling lancar yang siap digunakan untuk pembayaran dan pengeluaran kegiatan program DD. Kas dan setara kas terdiri dari uang kas dan uang yang ada di bank serta deposito berjangka waktu tiga bulan atau kurang serta tidak dijadikan sebagai jaminan. Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan DD, dirinci lebih lanjut apa saja yang termasuk di dalam Kas dan Setara Kas, yaitu kas besar, kas Kecil, kas konter, Kas Asing, kas saldo UMK, deposito, savecash DMC, cash transfer (silang), dan kas di bank. Kas di Bank adalah kas yang terkumpul dari zakat / infak / wakaf yang tersimpan di rekening bank yang dimiliki oleh DD. Kas di Bank ini terdiri dari giro dan rekening biasa yang tersimpan baik di rekening bank syariah maupun bank konvensional. Sedangkan Deposito adalah sejumlah uang DD yang disimpan di bank dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad yang telah dibuat oleh DD dan bank. Penempatan deposito dari dana infak akan mendapatkan bagi hasil. Di dalam kebijakan DD, penempatan deposito dana infak diperbolehkan dengan syarat dana tersebut adalah dana idle yang tidak mendesak penggunaannya dan ditempatkan dalam deposito jangka pendek berdurasi tiga bulan atau kurang, dengan harapan deposito tersebut lebih likuid apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. a. Pengakuan dan pencatatan kas dan setara kas Pencatatan kas masuk dan kas keluar dilakukan pada saat terjadi transaksi penerimaan dan pengeluaran. Apabila transaksi menggunakan kas asing maka dicatat pada saat penerimaan atau pengeluaran kas dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari tersebut. Di akhir periode, DD melakukan translasi, persediaan mata uang asing apabila terdapat perbedaan kurs maka selisih nilai tukar lebih dicatat sebagai penambah dana zakat/infak tersebut, sedangkan selisih nilai tukar kurang dari historical value, dicatat sebagai pengurang dana zakat/infak tersebut. Terkait dengan kas dan setara kas, secara umum DD mencatat jurnal sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
63
1) Penerimaan kas
Dr. Kas/Bank (zakat atau infak) Cr.
Penerimaan (Zakat atau Infak)
Penerimaan kas berasal dari penerimaan zakat atau infak/sedekah setoran konter, transfer bank, dan bisa juga hasil dari penjemputan zakat/infak. Setelah bagian penerimaan DD membuat rekap setoran konter dan diverifikasi oleh bagian keuangan, staf akuntansi mencatat penerimaan tersebut. 2) Setoran kas ke bank Dr. Bank (rekening penghimpunan zakat atau infak) Cr.
Kas (zakat atau infak)
Setiap hari hasil dari penerimaan setoran konter dan penjemputan ZIS disetorkan ke bank. Petugas yang menyetorkan uang ke bank memberikan bukti setoran ke kasir untuk kemudian dicatat jurnal setoran kas ke bank. Penyetoran uang ke bank dilakukan berdasarkan jenis penerimaan, apabila uang tersebut adalah uang zakat maka akan disetorkan ke dalam rekening penghimpunan zakat, apabila uang infak bebas ke dalam rekening penghimpunan infak bebas, dan apabila uang infak terikat maka akan dimasukkan ke dalam rekening infak terikat. 3) Pengeluaran kas Sistem UMK : Dr. UMK Cr.
Kas / Bank ( dana amil)
Dr. Beban Amil
Cr.
UMK
Dr. UMK Cr.
Kas / Bank (zakat atau infak)
Dr. Penyaluran ZIS Cr.
UMK
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
64
Sistem PPD langsung : Dr. Penyaluran ZIS Cr.
Kas / Bank (zakat atau infak)
Terdapat dua sistem pengeluaran, yaitu sistem PPD langsung dan sistem UMK. PPD sistem UMK menyerahkan uang kepada penanggungjawab kegiatan/program, sehingga setelah program tersebut selesai dilaksanakan wajib dilaporkan dan setelah laporan diverifikasi baru dijurnal sebagai penyaluran dana zakat atau infak. Pada PPD langsung, biasanya digunakan untuk program reguler jejaring seperti dana reguler LKC dan smart ekselensia, bagian keuangan langsung mentransfer dana sesuai jumlah yang diajukan ke rekening jejaring dan langsung mencatatnya sebagai penyaluran. Pengeluaran kas oleh DD secara garis besar bisa dibedakan untuk pembayaran pengeluaran kas untuk penyaluran ZIS dan beban amil dalam melaksanakan tugasnya. Beban operasional menggunakan kas dana amil, sedangkan penyaluran ZIS menggunakan kas zakat atau infak. Karena sistem pengeluaran dana DD yang menggunakan PPD, maka akan ada akun UMK terlebih dahulu sebelum didebetkan pada penyaluran ZIS atau beban amil. Akun penyaluran ZIS atau beban amil
akan
didebet
apabila
sudah
ada
pertanggungjawaban
pengeluaran. 4) Penarikan uang dari bank Dr. Kas Besar Cr.
Bank (dana amil)
Dr. UMK Cr.
Bank (zakat atau infak)
Setelah dipertanggungjawabkan : Dr. Penyaluran ZIS Cr.
UMK
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
65
Penarikan uang di bank digunakan untuk menambah kas besar DD maupun penarikan uang untuk penyaluran ZIS. Setiap hari, treasurer membuat cek untuk penarikan uang di bank. Cek tersebut bisa berupa penarikan tunai ataupun slip transfer untuk penyaluran program. Sistem cek digunakan untuk pengambilan uang di atas Rp 2.500.000. 5) Pemindahbukuan rekening Dr. Bank A Cr.
Bank B
Setiap minggu pada saat pemindahbukuan, DD akan mencatat jurnal seperti di atas. Pemindahbukuan dilakukan setiap minggu dari rekening penghimpunan ke rekening operasional, baik operasional program maupun operasional amil. 6) Penerimaan dalam bentuk mata uang asing Dr. Kas zakat/infak (kurs tengah) Cr.
Penerimaan Zakat/Infak
Penerimaan mata uang asing bisa berasal dari donasi atau dari sisa pemakaian mata uang asing. Pencatatan penerimaan mata uang asing menggunakan kurs tengah BI pada saat penerimaan mata uang asing tersebut. 7) Selisih nilai tukar mata uang asing dalam translasi Dr. Kas (zakat/infak) Cr.
Penerimaan Zakat/Infak (bila ada keuntungan nilai tukar)
Dr. Pengeluaran Zakat/Infak (bila ada kerugian nilai tukar)
Cr.
Kas (zakat/infak)
DD memiliki aset kas atau setara kas berupa kas asing. Apabila uang yang diterima dalam mata uang asing, dicatat sebesar kurs saat penerimaan (historical value). Apabila ada transaksi kurs yang
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
66
menggunakan kas dalam bentuk mata uang asing, maka digunakan kurs tengah BI pada saat transaksi. Setiap akhir bulan, dalam pembuatan laporan keuangan bulanan DD dilakukan translasi mata uang asing. Apabila ada keuntungan nilai tukar maka langsung akan dicatat sebagai penambah uang zakat/infak, dan bila ada kerugian kurs maka akan dicatat langsung sebagai pengurang dana zakat/infak. b. Pengukuran kas dan setara kas Kas dan setara kas dinilai sebesar jumlah yang diterima dan dikeluarkan pada saat terjadi transaksi. Kas asing dinilai sebesar kurs pada saat diterima dan saat dikeluarkan menggunakan kurs tengah BI, dan dilakukan translasi pada saaat laporan bulanan. c. Pengungkapan kas dan setara kas Kas dan setara kas disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar nilai fisik kas dan setara kas per tanggal laporan. Detail dari kas dan setara kas serta hal lain yang dianggap perlu diungkapkan disajikan dalam Catatan atas Laporan keuangan. 2. Piutang Piutang adalah semua hak atau klaim pada pihak lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu. Piutang DD terdiri dari piutang ke jejaring, karyawan, dan pihak ketiga. Yang dimaksud dengan piutang juga termasuk Uang Muka Kegiatan dan Cash Advance. Piutang kepada pihak ketiga adalah piutang untuk pihak ketiga diluar DD dan jejaring. Nilai dari piutang kepada pihak ketiga dalam laporan keuangan DD tahun 2012 tidak signifikan. Untuk piutang kepada karyawan, DD menggunakan dana yang bersumber dari dana amil. Dompet Dhuafa tidak melakukan penyisihan atas piutang ragu-ragu. Apabila terdapat piutang yang benar-benar tak tertagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada laporan keuangan tahun berjalan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
67
Terdapat perubahan kebijakan di tahun 2012 dimana sebelumnya Uang Muka Kegiatan (UMK) digolongkan sebagai Biaya Dibayar Dimuka, tetapi di tahun 2012 UMK dimasukkan sebagai bagian dari akun piutang. Yang dimaksud dengan UMK adalah persekot yang diberikan DD kepada penanggung jawab kegiatan untuk melaksanakan kegiatan. UMK tersebut akan diakui sebagai beban kegiatan apabila penanggung jawab kegiatan telah melaporkan hasil kegiatannya. UMK adalah salah satu bentuk pelaksanaan PSAK 109 poin 21 dimana ketika uang ZIS belum sampai ke tangan mustahik maka belum boleh diakui sebagai penyaluran zakat. UMK diberlakukan untuk pengeluaran di atas Rp 500.000. Sedangkan untuk pengeluaran dibawah Rp 500.000 digunakan sistem Cash Advance (CA), dimana sistem CA lebih simpel dan tidak memerlukan otorisasi yang panjang. Dalam PSAK 109, diatur mengenai penyaluran dana zakat melalui amil lain. Dana zakat belum dianggap telah disalurkan apabila dana tersebut belum diterima oleh mustahik, sehingga apabila suatu amil menyalurkan dana zakat melalui amil lainnya maka belum boleh dicatat sebagai penyaluran zakat. DD melakukan praktik demikian, yaitu menyalurkan zakat melalui DD cabang. DD cabang dianggap sebagai amil lain, sehingga DD cabang tidak boleh mengambil bagian dari dana zakat untuk biaya penyalurannya. DD pusat memberikan ujrah atas penyaluran tersebut. Lain halnya dengan penyaluran zakat melalui jejaring. DD tidak menganggap jejaring sosial sebagai amil, namun dianggap sebagai vendor atau pihak ketiga. Oleh karena itu, dalam menjalankan operasionalnya, jejaring sosial tersebut bisa mengambil dana dari dana zakat sebatas kewajaran. a. Pengakuan dan pencatatan piutang 1) Pengakuan piutang Dr. Piutang (amil/pihak ketiga/jejaring)
Cr.
Kas (dana amil/zakat/infak)
Piutang diakui pada saat terjadi transaksi pemberian piutang. 2) Penerimaan piutang
Dr. Kas (dana amil/zakat/infak) Cr.
Piutang (amil/pihak ketiga/jejaring)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
68
Pencatatan penerimaan piutang dilakukan ketika uang diterima. Piutang yang diterima sebesar nilai dari pemberian piutang, tidak terdapat tambahan nilai dalam penerimaan piutang karena sifatnya qardhul hasan dan bebas riba. 3) Penghapusan piutang Dr. Beban piutang tak tertagih (infak/dana amil) Cr.
Piutang (amil/pihak ketiga/jejaring)
Kebijakan DD tidak membuat akun penyisihan piutang ragu-ragu dan menghapus langsung piutang ketika piutang tersebut benar-benar tidak dapat ditagih. Dalam pencatatannya, DD mencatat debit beban piutang tak tertagih dan kredit piutang. Beban piutang tak tertagih dibebankan kepada dana infak (bila piutang infak atau zakat) atau dana amil (bila piutang amil). 4) Pembayaran UMK Dr. UMK Cr.
Kas / Bank (zakat/infak/ dana amil)
Untuk mengajukan UMK, diperlukan proposal atau form pengajuan UMK yang harus menuliskan tujuan dari penggunaan UMK tersebut secara detail. Setelah dianalisa dan disetujui oleh staf keuangan, UMK tersebut dibayarkan kepada penanggung jawab kegiatan dan dicatat oleh kasir. Kas yang dibayarkan berdasarkan jenis pengajuan, bila pengeluaran dana adalah penyaluran zakat maka yang dikeluarkan adalah kas zakat, dan seterusnya. 5) Pertanggungjawaban UMK Dr. Beban Amil / Penyaluran ZIS Dr. Kas (bila pengeluaran aktual kurang dari UMK) Cr.
UMK
Cr.
Kas (bila pengeluaran aktual lebih dari UMK)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
69
Pada saat pertanggungjawaban UMK, penanggung jawab kegiatan harus menyerahkan laporan kegiatan. Setelah laporan kegiatan diverifikasi oleh staf keuangan, bagian akuntansi mengkreditkan UMK tersebut sesuai dengan jumlah pengeluaran. Apabila ada kelebihan pengeluaran dari UMK yang diberikan di awal, maka akan dibayarkan sisanya dan dicatat sebagai beban amil atau penyaluran ZIS tergantung jenis UMK-nya. b. Pengukuran piutang Piutang diukur sebesar nilai transaksi. Untuk piutang tak tertagih, diukur sesuai dengan jumlah piutang yang tidak dapat ditagih tersebut. c. Pengungkapan piutang Piutang disajikan sebesar jumlah kotor (gross amount) karena tidak ada penyisihan piutang tidak tertagih. Apabila ada piutang yang tidak tertagih, piutang tersebut baru dihapuskan dan dibebankan pada laporan keuangan tahun berjalan. Untuk piutang tidak tertagih akan diungkap pada catatan atas laporan keuangan. 3. Biaya Dibayar Dimuka Pos aktiva lancar selanjutnya adalah pos biaya dibayar dimuka. Yang dimaksud biaya dibayar dimuka di sini adalah biaya yang sudah dibayar tetapi manfaatnya belum dinikmati dan akan dinikmati di waktu mendatang dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Yang termasuk biaya dibayar dimuka di DD antara lain sewa dibayar dimuka dan asuransi dibayar dimuka. DD memiliki sewa dibayar dimuka yang cukup besar karena banyak gedung yang dipakai oleh DD dengan cara menyewa. DD juga memiliki banyak mobil operasional dan gedung yang perlu diasuransikan. Apabila biaya yang dibayarkan dimuka nantinya merupakan biaya direct cost operasional amil maka akan dibebankan kepada dana amil. a. Pengakuan dan pencatatan biaya dibayar dimuka 1) Pembayaran biaya dibayar dimuka Dr. UMK
Cr.
Kas (infak/dana amil)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
70
Dr. Biaya dibayar dimuka
Cr.
UMK
Biaya dibayar dimuka dicatat ketika terjadi transaksi pengeluaran uang. Kebijakan DD menyatakan bahwa ketika ada beban seperti sewa dan asuransi, pencatatan beban diakui sebagai biaya dibayar dimuka dan tidak langsung diakui sebagai beban secara penuh. 2) Pengakuan biaya dibayar dimuka yang menjadi beban Dr. Beban (infak/dana amil) Cr.
Biaya dibayar dimuka
Biaya dibayar dimuka yang sudah saatnya diakui sebagai beban dicatat dengan mendebetkan beban dan menkreditkan biaya dibayar dimuka. Pengakuan beban seperti sewa gedung dilakukan setiap bulan. b. Pengukuran biaya dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka diukur sebesar beban yang diakui. c. Pengungkapan biaya dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Penjelasan mengenai biaya dibayar dimuka diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. 4. Dana Bergulir Dana bergulir merupakan penempatan dana yang dilakukan oleh DD yang diarahkan
kepada
usaha
produktif
yang
berorientasi
menggantikan
ketergantungan mustahik kepada pihak pemodal besar, dan usaha yang berorientasi bottom up, local source, ramah lingkungan, menguntungkan dan berkesinambungan. Bentuk dana bergulir adalah penyaluran dana kepada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di daerah yang berkomitmen untuk membantu dan menyalurkan dana kepada masyarakat kecil yang membutuhkan. Dana bergulir bersumber dari dana zakat. Dana bergulir dari dana zakat yang disalurkan melalui Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan kerjasama penempatan dana likuiditas. DD mempunyai tujuh BMT rekanan dalam
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
71
menyalurkan dana bergulir. Selain melalui BMT, dana bergulir juga disalurkan kepada jejaring DD untuk melaksanakan program membantu petani dan peternak. Dana bergulir diperbolehkan menurut PSAK 109 paragraf 37. Dalam paragraf tersebut, penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah dan tidak mengurangi dana infak/sedekah. Penggunaan dana bergulir dari dana zakat juga diberbolehkan, asalkan penerima manfaat dari dana bergulir adalah golongan delapan asnaf. a. Pengakuan dan pencatatan dana bergulir Saat terjadi transaksi yang berkaitan dengan dana bergulir, DD mencatat jurnal sebagai berikut: 1) Penyaluran dana bergulir Dr. UMK Cr.
Kas / Bank (zakat/infak )
Dr. Dana Bergulir (zakat/infak) Cr.
UMK
Pencatatan dana bergulir dilakukan ketika terjadi transaksi pengeluaran dana bergulir dan laporan penggunaan UMK sudah diserahkan. 2) Penerimaan kembali dana bergulir Dr. Kas / Bank (zakat/infak) Cr.
Dana Bergulir (zakat/infak)
Dana bergulir memang tidak diharapkan adanya bagi hasil. Namun, tujuan awal dana bergulir adalah untuk membantu masyarakat miskin dalam menyediakan likuiditas untuk usaha produktif mereka. Apabila DD telah menganggap daerah tersebut sudah bisa mandiri dan mempunyai likuiditas cukup maka dana bergulir tersebut ditarik dan disalurkan kepada daerah lainnya. b. Pengukuran dana bergulir Dana bergulir dinilai sebesar nilai transaksi.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
72
c. Pengungkapan dana bergulir Dana bergulir disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Penjelasan mengenai dana bergulir diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan atas dana tersebut. DD tidak hanya menempatkan dana investasi yang berorientasikan keuntungan, tetapi DD mengutamakan manfaat kepada masyarakat luas dari dana investasi tersebut. Dana investasi yang berasal dari dana infak, dana amil, dan wakaf. Investasi DD dari dana infak antara lain digunakan untuk membentuk BMT dan pembentukan jejaring ekonomi DD. Dana infak yang digunakan untuk investasi adalah penempatan modal untuk jejaring sosial dan ekonomi, seperti IMZ, Kampoeng Ternak, dan BMT rekanan DD. Hasil investasi dari dana infak, 40% akan dicatat sebagai penerimaan dana amil dan 60% untuk menambah dana infak. Penempatan deposito tidak digolongkan ke dalam investasi karena penempatan deposito hanya berdurasi tiga bulanan dan dianggap sebagai aset kas dan setara kas. Dana investasi juga bisa berasal dari dana amil. Untuk investasi yang memberikan manfaat bagi amil sendiri, seperti investasi pada pendirian perumahan amil, digunakan dana amil. Apabila investasi menggunakan dana amil, maka 100% akan dicatat sebagai penerimaan dana amil. Dana investasi boleh diambil dari dana infak/sedekah menurut PSAK 109 paragraf 32. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal dan hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah. Dalam PSAK 109 paragraf 9 juga disebutkan bahwa dana zakat bisa dikelola/ diinvestasikan oleh amil, namun dengan syarat mustahik sudah tidak ada yang memerlukan dana zakat lagi. Dengan keadaan sekarang ini, syarat tersebut sulit untuk dipenuhi, sehingga kebijakan DD adalah untuk investasi tidak boleh diambilkan dari dana zakat.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
73
a. Pengakuan dan pencatatan investasi Saat terjadi transaksi yang berkaitan dengan investasi, DD mencatat jurnal sebagai berikut: a. Penanaman investasi dalam bentuk usaha Dr. Investasi pada XX
Cr.
Kas / Bank (infak / dana amil/wakaf)
Pengeluaran untuk investasi diakui dan dicatat ketika uang sudah dikeluarkan. b. Pendapatan investasi
Dr. Kas / Bank (infak/dana amil/wakaf) Cr.
Pendapatan investasi
Investasi yang dilakukan oleh DD tidak setiap tahun mendapatkan hasil (return) karena sifat penanaman investasi yang bukan berorientasikan pada profit. Apabila usaha yang diinvestasikan tersebut mendapatkan laba, kecenderungannya adalah laba tersebut ditahan untuk dijadikan modal tambahan. Namun bila usaha tersebut mendapatkan laba dan disetor ke DD, maka akan diakui sebagai pendapatan investasi. b. Pengukuran investasi Investasi diukur sebesar jumlah uang yang dikeluarkan DD untuk berinvestasi. Investasi yang berupa tanah wakaf diukur sebesar harga pasar (menggunakan appraisal) atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Apabila investasi tersebut dibangun/dibeli, maka dihitung berdasarkan historical value. Dompet dhuafa selama ini tidak mengakui gain/loss dari kenaikan/penurunan nilai investasi. c. Pengungkapan investasi Investasi disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Detail dan penjelasan lebih lanjut tentang akun investasi dijelaskan di dalam catatan atas laporan keuangan. Selama ini investasi yang berupa tanah belum pernah di-restate sehingga masih menggunakan historical value.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
74
6. Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, yang digunakan untuk menunjang operasi DD dan tidak dimaksudkan untuk dijual. Di dalam laporan keuangan DD, yang termasuk aktiva tetap adalah tanah, bangunan, kendaraan, dan peralatan. Aktiva tetap dinyatakan dengan biaya perolehan, dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan aktiva tetap dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa
manfaat
ekonomisnya.
Tanah
dinyatakan
berdasarkan
biaya
perolehannya dan tidak disusutkan. Kebijakan DD menetapkan masa manfaat ekonomis adalah sebagai berikut: Tahun Peralatan kantor Kendaraan Bangunan
3-5 tahun 5 tahun 20 tahun
Sebagaimana dijelaskan dalam PSAK no. 16 mengenai Aset Tetap, Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada saat terjadinya pemeliharaan dan perbaikan tersebut. Apabila terjadi penambahaan nilai aset dalam jumlah besar karena perbaikan, maka penambahan tersebut dikapitalisasi. Untuk aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat beserta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dilaporkan dalam operasi tahun berjalan. a. Pengakuan dan pencatatan aktiva tetap Aktiva tetap diakui apabila memenuhi dua syarat, yaitu aktiva tersebut akan memberikan manfaat di masa yang akan datang dan biaya perolehannya dapat diukur secara handal. Dapat diukur secara handal artinya bahwa aktiva tersebut bisa diketahui nilainya, baik berdasarkan harga beli ataupun dari nilai pasar. Pencatatan DD saat terjadi transaksi yang berhubungan dengan aktiva tetap adalah sebagai berikut: 1) Pembelian aktiva tetap
Dr. UMK Cr.
Kas (zakat/infak/dana amil)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
75
Dr. Aktiva tetap Cr.
UMK
Pembelian aktiva tetap DD dimaksudkan untuk menunjang operasi dari DD atau jejaring. Pembelian aktiva tersebut bisa berupa mobil operasional, bangunan, dan peralatan kantor seperti komputer dan meja. Dana yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap yang berhubungan langsung dengan pekerjaan amil seperti komputer, meja kursi, dan mobil adalah dana amil. Jejaring DD bisa membeli aktiva tetap dalam menjalankan tugasnya. Aktiva tetap yang dibeli jejaring menggunakan dana infak bisa berupa alat yang dibutuhkan langsung oleh mustahik seperti pembelian alat-alat pertanian. Aktiva tetap juga bisa dibeli menggunakan dana wakaf apabila aktiva tetap tersebut tahan lama dan nilainya tidak mudah turun seperti tanah. Pencatatan nilai aktiva tetap sebesar harga pembeliannya ditambah biaya lain-lain yang berhubungan dengan pembelian tersebut sampai aktiva tetap siap digunakan. 2) Penerimaan donasi berupa aktiva tetap Dr. Aktiva tetap Cr.
Penerimaan donasi aktiva tetap
DD menerima donasi berupa aktiva tetap. Pendonor donasi bisa dari perusahaan/lembaga pemerintahan maupun dari perseorangan. Contoh donasi aktiva tetap di DD adalah donasi mobil ambulan, donasi tanah, maupun donasi peralatan kantor. Penerimaan donasi aktiva tetap berbentuk penerimaan infak terikat yang peruntukannya sudah ditentukan di awal atau berbentuk wakaf. 3) Penyusutan aktiva tetap Dr. Biaya penyusutan aktiva tetap (zakat/infak/dana amil) DD penyusutan aktiva tetap Cr.mencatat Akumulasi penyusutan aktivasetiap tetap akhir periode.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
76
Penyusutan aktiva tetap dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Biaya penyusutan dibebankan pada jenis dana yang dipakai pada awal pembelian. Contohnya apabila aktiva tetap tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan dari program penyaluran tersebut dan dulu dibeli menggunakan dana zakat, seperti pembelian alat kedokteran, maka biaya penyusutan akan dibebankan menggunakan dana zakat. Biaya penyusutan dibebankan kepada dana amil bila aktiva tetap tersebut dibeli menggunakan dana amil dan terkait langsung dengan operasional amil seperti komputer. 4) Penjualan aktiva tetap Dr. Kas Dr. Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Dr. Kerugian Penjualan Aktiva Tetap (bila rugi)
Cr.
Aktiva Tetap
Cr.
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap (bila untung)
Ada kalanya aktiva tetap DD dijual atau dilepas. Hal ini terjadi jika aktiva tetap tersebut telah hampir habis masa manfaatnya dan dinilai sudah layak untuk diganti dengan yang baru, atau apabila masa manfaatnya sudah habis. b. Pengukuran aktiva tetap Dasar dari pengukuran aktiva tetap adalah PSAK 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain. c. Pengungkapan aktiva tetap Aktiva tetap disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan dengan menyajikan pula akumulasi penyusutannya. Detail dan penjelasan lebih lanjut serta perhitungan penyusutan aktiva tetap dilampirkan dalam dokumen terlampir yang merupakan bagian dari catatan atas laporan keuangan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
77
7. Aset Kelolaan Menurut Fatwa MUI No 14 Tahun 2011 tentang penyaluran zakat untuk aset kelolaan, yang dimaksud dengan aset kelolaan adalah sarana dan/atau prasarana yang diadakan dari harta zakat dan secara fisik berada di dalam pengelolaan pengelola sebagai wakil mustahik zakat, sementara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahik zakat. Aset kelolaan yang berasal dari dana zakat harus diperuntukkan dan dimanfaatkan oleh mustahik. DD mempunyai banyak aset kelolaan. Aset kelolaan tersebut dibeli dari dana zakat, dana infak, maupun dana amil. Aset yang dibeli dari dana zakat harus bermanfaat bagi mustahik. Contoh aset kelolaan yang berasal dari dana zakat adalah pembelian peralatan medis untuk LKC dan pembelian proyektor untuk sekolah Smart Ekselensia. Karakteristik dari aset kelolaan yang menggunakan dana zakat adalah nilainya yang tidak terlalu besar dan bermanfaat bagi mustahik. Untuk aset kelolaan yang nilainya besar, seperti pembangunan rumah sehat terpadu dan pembangunan gedung sekolah menggunakan dana wakaf dan infak. Hampir semua aset kelolaan yang dibeli dari dana zakat berada di jejaring. Penyaluran zakat DD yang melalui jejaring, ketika DD mentransfer uang ke jejaring, DD mencatatnya sebagai penyaluran zakat. Oleh jejaring dicatat sebagai penerimaan. Dari dana zakat tersebut, sebagian besar dipakai untuk biaya program tersebut, namun ada juga yang dibelikan aset tetap untuk diakui sebagai aset kelolaan. Dalam proses konsolidasi di akhir tahun, DD mengakui penyaluran sebesar biaya program tersebut, dan aset kelolaan tersebut
belum diakui
sebagai penyaluran.
Contohnya
adalah
DD
menyalurkan dana zakat Rp 100.000.000 kepada LKC. DD langsung mencatatnya sebagai penyaluran. Dari Rp 100.000.000 tersebut, LKC menggunakan Rp 80.000.000 untuk biaya pengobatan seperti biaya beli obat, biaya dokter, dan biaya lain-lain. Uang Rp 20.000.000 dibelikan alat rontgen. LKC mencatat penyaluran zakat sebesar Rp 80.000.000 dan aset kelolaan sebesar Rp 20.000.000. Aset kelolaan tersebut akan berkurang dan dianggap sebagai penyaluran seiring dengan depresiasi aset kelolaan. Misalkan alat rontgen tersebut didepresiasikan selama 5 tahun tanpa nilai sisa, maka setiap
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
78
tahun akan dibebankan Rp 4.000.000 pada dana zakat dan dicatat sebagai penyaluran. Dalam contoh di atas, jurnal yang dibuat oleh DD dan LKC adalah sebagai berikut: 1) Pencatatan DD: Penyaluran Zakat dari DD ke LKC Dr. Penyaluran zakat Cr.
Kas / Bank (zakat)
Ketika DD mentransfer uang untuk dana reguler LKC, DD mencatat sebesar uang yang dikeluarkan dan dicatat sebagai penyaluran zakat. 2) Pencatatan LKC: Penerimaan dana zakat DD Dr. Kas / Bank Cr.
Penerimaan dana reguler zakat
3) Pencatatan LKC: Pembelian aset tetap
Dr. Aset tetap (aset kelolaan) Cr.
Kas / Bank
4) Pencatatan LKC: Pembayaran biaya program Dr. Biaya Obat Dr. Gaji Doktor Dr. Operasional Kantor Cr.
Kas / Bank
5) Pencatatan LKC: Pencatatan depresiasi di tahun berikutnya Dr. Beban Penyusutan aset tetap Cr.
Akumulasi Penyusutan aset tetap
LKC mencatat beban penyusutan, dan mengakuinya sebagai penyaluran zakat. Aset kelolaan DD ada juga yang berasal dari dana infak, dana amil, dan dana wakaf. Pencatatan aset kelolaan tersebut sama dengan pencatatan aset
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
79
kelolaan dari dana zakat. Setiap aset kelolaan dicatat berdasarkan sumber dana yang dipakai.
4.2.2 Akuntansi Kewajiban DD Kewajiban adalah pengorbanan sumber daya organisasi (aset) di masa yang akan datang yang timbul akibat peristiwa di masa lalu. DD membagi kewajiban menjadi dua, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Sedangkan kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu lebih dari setahun. Kebijakan manajemen mengatur bahwa DD menghindari kewajiban jangka panjang dan hanya transaksi khusus yang disetujui oleh direktur eksekutif DD saja yang boleh dibiayai menggunakan kewajiban jangka panjang. Oleh karena itu, di laporan keuangan DD tahun 2011 dan 2012 tidak ditemukan kewajiban jangka panjang. Berikut adalah akun-akun kewajiban yang ada di DD. 1. Utang kepada jejaring Utang DD kepada jejaring adalah kewajiban yang muncul kepada jejaring karena jejaring dianggap sebagai entitas terpisah. Batasan akun utang kepada jejaring adalah DD mempunyai kewajiban kepada jejaring tersebut atas uang yang masih berada di DD. Dalam hal ini DD tidak berhak untuk mengelola uang tersebut. Akun utang kepada jejaring akan hilang ketika proses konsolidasi atau utang tersebut telah ditransfer ke jejaring. Contoh dari utang kepada jejaring adalah titipan hewan kurban dari donatur yang seharusnya dimasukkan ke dalam jejaring Tebar Hewan Kurban namun dana masih tertahan di DD dan belum disalurkan. a. Pengakuan dan pencatatan utang kepada jejaring Saat menerima uang titipan untuk jejaring, DD mencatat jurnal sebagai berikut: Dr. Kas / Bank Cr.
Utang kepada jejaring
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
80
Nilai terbesar dari utang kepada jejaring adalah dari pos titipan hewan kurban. Nilai ini akan membesar menjelang hari raya Idul Adha. Pada saat uang dari titipan tersebut dibayarkan kepada jejaring, maka DD akan menjurnal: Dr. Utang kepada jejaring Cr.
Kas / Bank
b. Pengukuran utang kepada jejaring Utang yang diakui adalah senilai uang yang diterima DD. c. Pengungkapan utang kepada jejaring Utang kepada jejaring ini akan diungkapkan pada laporan posisi keuangan dan perinciannya ada pada catatan atas laporan keuangan.
2. Utang jasa giro DD mepunyai banyak rekening di bank, baik itu bank syariah maupun bank konvensional. DD membuat kebijakan bahwa penerimaan bagi hasil dari bank syariah boleh dimasukkan ke dalam penerimaan lain-lain. Akan tetapi untuk penerimaan bunga dari bank konvensional harus dimasukkan ke dalam hutang jasa giro. Kebijakan ini didasari pemikiran bahwa pendapatan dari bunga bank adalah tidak boleh dimasukkan ke dalam penerimaan dan merupakan kewajiban yang harus segera dikeluarkan.
DD tidak mempunyai akun
pendapatan non halal. Uang dari akun utang jasa giro akan dimanfaatkan untuk dana kebajikan yang bermanfaat untuk umum, seperti pembangunan jembatan dan perbaikan jalan. a. Pengakuan dan pencatatan utang jasa giro 1) Penerimaan jasa giro Dr. Kas/Bank
Cr.
Utang jasa giro
Pencatatan penerimaan jasa giro dilakukan di akhir bulan ketika dilakukan rekonsiliasi antara pencatatan DD dan pencatatan bank.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
81
2) Penyaluran utang jasa giro
Dr. Utang jasa giro Cr.
Penyaluran dana kebajikan
Penyaluran dana kebajikan dari utang jasa giro dilakukan apabila ada permintaan dari divisi program untuk pembangunan sarana dan prasarana umum. b. Pengukuran utang jasa giro Nilai yang tercantum pada utang jasa giro adalah sebesar jumlah bunga yang diterima dari bank setelah dikurangi dengan pajak bunga. c. Pengungkapan utang jasa giro Di dalam laporan posisi keuangan utang jasa giro dimasukkan ke dalam kewajiban lain-lain. Utang jasa giro dapat dilihat secara detail jumlah dan penyalurannya dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Kewajiban employment benefit ( Imbalan Pasca Kerja) Pengakuan utang employment benefit didasarkan pada UU No 13 tahun 2003 tentang, “Ketenagakerjaan” yang mengatur hubungan antara pekerja dan pemberi kerja. Imbalan pasca kerja terdiri dari pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak menjadi bersifat pasti (defined benefit). DD mencadangkan dana amil untuk memberikan imbalan pasca kerja. Sesuai dengan PSAK No. 24 yang telah direvisi tahun 2004, besarnya cadangan atas kewajiban tersebut dihitung oleh aktuaris independen. DD menggunakan jasa PT Dayamandiri Dharmakonsilindo untuk menghitung besarnya cadangan kewajiban tersebut. a. Pengakuan dan pencatatan kewajiban employment benefit 1) Pengakuan penyisihan utang employment benefit Dr. Beban employment benefit
Cr.
Kewajiban employment benefit
Pencatatan dan pengakuan penyisihan kewajiban employment benefit dilakukan di akhir periode ketika dilakukan jurnal penyesuaian. 2) Pembayaran kewajiban employment benefit
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
82
Dr. Kewajiban employment benefit
Cr.
Kas/Bank (dana amil)
b. Pengukuran utang employment benefit Besarnya cadangan atas kewajiban employment benefit
dihitung oleh
aktuaris independen dan dicatat sebesar nilai cadangan tersebut. c. Pengungkapan utang employment benefit DD yang laporan keuangannya diaudit oleh Kantor Akuntan publik, dipersyaratkan untuk menghitung imbalan kerja sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 24 ( revisi 2010) tentang Imbalan kerja. Catatan dan perhitungan tersebut diungkap di dalam catatan atas laporan keuangan. Total utang employment benefit dilaporkan dalam laporan posisi keuangan.
4. Utang pembayaran Dalam membeli barang, terkadang DD tidak membeli secara tunai. Pembelian secara kredit ini tetap di dalam koridor syariah, yaitu tidak boleh terdapat riba di dalamnya. Utang pembayaran DD juga berasal dari utang-utang jejaring terhadap vendor, contohnya adalah jejaring LKC membeli obat sebagai persediaan dengan sistem konsinyasi dan obat-obatnya sudah dipakai tetapi belum dibayarkan ke vendor. a. Pengakuan dan pencatatan utang pembayaran 1) Pengakuan utang pembayaran Dr. Aktiva / Beban Cr.
Utang pembayaran (vendor)
Pengakuan utang pembayaran dilakukan ketika DD telah menerima suatu aktiva baik berupa aktiva yang berwujud maupun menerima jasa dari vendor tetapi DD belum mengeluarkan uang untuk pembayarannya. 2) Pelunasan utang pembayaran Dr. Utang pembayaran Cr.
Kas
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
83
Pada saat dilakukan pelunasan terhadap utang pembayaran, DD melakukan pencatatan dengan mendebitkan utang pembayaran dan mencatat kredit pada kas/bank sebesar uang yang dikeluarkan untuk membayar utang tersebut. b. Pengukuran utang pembayaran Utang pembayaran diukur sebesar nilai dari jasa atau aktiva yang kita terima dan belum dibayarkan. c. Pengungkapan aktiva tetap Utang pembayaran diungkapkan dalam laporan posisi keuangan dan diperinci dalam catatan atas laporan keuangan.
4.2.3 Akuntansi Penerimaan Dana Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam pengklasifikasian penerimaan dana antara PSAK 109 (2011) dan PSAK 45 (1998). Dalam PSAK 45, penerimaan bersumber dari sumbangan dan penghasilan. Sedangkan di PSAK 109, penerimaan bersumber dari penghimpunan dan pengelolaan. Klasifikasi penerimaan dana pada PSAK 45 dibedakan menurut sifat dana, yaitu tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen. PSAK 109 mengklasifikasian dana OPZ setidaknya menjadi tiga pos utama, yaitu dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil. Secara garis besar, penerimaan DD dapat digolongkan menjadi lima bagian, yaitu zakat, infak bebas, infak terikat, dana kemanusiaan, dan wakaf. 1. Zakat Penerimaan zakat DD berasal dari aktivitas penghimpunan zakat. DD menghimpun dana dengan tiga cara, yaitu penerimaan secara transfer langsung ke bank, penerimaan melalui penjemputan, dan setoran ke konterkonter DD yang tersebar di tempat-tempat strategis. DD mencatat semua yang terkait dengan penerimaan zakat di pencatatan LAZ. 1) Penerimaan zakat berupa transfer langsung
Dr. Bank (zakat) Cr.
Penerimaan zakat - transfer Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
84
Uang yang masuk melalui transfer rekening akan dicatat sebesar penerimaan tersebut. Pencatatan dilakukan oleh bagian akuntansi apabila telah menerima rekap penerimaan zakat via bank oleh bagain penerimaan. 2) Penerimaan zakat berupa setoran kas konter Dr. Kas (zakat) Cr.
Penerimaan zakat – setoran konter
Penerimaan zakat berupa uang kas ke konter-konter DD dicatat sebesar uang yang diterima. Setiap hari dibuat rekap konter harian untuk memeriksa dan mencatat penerimaan. Pencatatan dilakukan oleh bagian akuntansi setelah rekap konter harian diverifikasi oleh bagian keuangan. 3) Penerimaan zakat terikat berupa kas Dr. Kas (zakat) Cr.
Penerimaan - zakat terikat
Cr.
Penerimaan - dana amil (ujrah)
DD menerima zakat dari muzaki yang meminta untuk menyalurkan zakatnya kepada pihak tertentu. Dalam hal biaya biaya penyaluran program, DD diperbolehkan untuk menerima fee / ujrah atas penyelenggaraan program penyaluran zakat tersebut. DD tidak boleh mengambil bagian dana amil dari zakat terikat tersebut.
2. Infak Penerimaan dana infak DD bisa berasal dari aktivitas penghimpunan infak dan pengelolaan aset kelolaan. Penerimaan infak dibagi menjadi dua menurut sifat dari dana infak, yaitu infak bebas dan infak terikat. Penerimaan infak dari aktivitas pengelolaan bisa berasal dari laba jejaring ekonomi yang dimiliki DD maupun penerimaan dari penempatan deposito di bank. Untuk
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
85
penerimaan dari aktivitas pengelolaan, DD akan mencatat sebagai infak bebas yang penggunaannya tidak dibatasi untuk keperluan tertentu. Untuk penerimaan dari aktivitas penghimpunan, DD mencatat menurut akad dari pendonor. Dalam form setoran infak, pendonor akan diberi opsi apakah uang yang mereka infakkan dimasukkan ke infak bebas atau ke infak tematik. Dalam infak tematik, ada beberapa program yang bisa dipilih, diantaranya adalah infak zona madina, infak pendidikan, infak kesehatan, infak Rumah Sehat Terpadu (RST), dan lain-lain. Sedangkan istilah infak terikat di DD lebih condong kepada penerimaan infak terikat hasil dari kerjasama dengan perusahaan dalam menyalurkan CSR atau dana infaknya. Penerimaan infak, baik infak bebas maupun infak terikat dicatat dalam pencatatan yayasan. Saat terjadi penerimaan infak, DD mencatat jurnal sebagai berikut: 1) Penerimaan infak bebas berupa kas Dr. Kas (infak)
Cr.
Penerimaan infak bebas - setoran konter
Dr. Bank (infak) Cr.
Penerimaan infak bebas– transfer
Sama seperti penerimaan zakat, DD menghimpun infak/sedekah dengan cara transfer dan setoran konter. Pada saat penerimaan infak/sedekah yang berupa kas maka akan dicatat sebagai penambah dana infak/sedekah sebesar jumlah kas yang diterima. 2) Penerimaan infak terikat berupa kas Dr. Kas / Bank (infak) Cr.
Penerimaan infak terikat– transfer / setoran konter
Cr.
Penerimaan dana amil (bila ada ujrah)
Pencatatan penerimaan infak terikat sama dengan penerimaan infak bebas. Pada infak terikat, dana yang diterima harus dipergunakan sesuai dengan akad awal. Apabila ada kerjasama dengan perusahaan dalam penyaluran CSR, DD mengadakan perjanjian di awal tentang ujrah untuk pelaksanaan penyaluran tersebut.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
86
3) Penerimaan infak/sedekah berupa nonkas
Dr. Aktiva tetap / Barang berharga Cr.
Penerimaan infak - nonkas
Pada penerimaan infak/sedekah yang berupa nonkas, maka akan dicatat debit sebesar nilai wajar aktiva nonkas tersebut dan menambah penerimaan infak/sedekah. 4) Penerimaan infak/sedekah dari bagi hasil deposito / investasi Dr. Bank (infak) Cr.
Penerimaan infak –bagi hasil
Uang infak boleh ditempatkan sebagai deposito dengan syarat uang tersebut adalah uang idle yang tidak mendesak untuk segera digunakan. Uang infak tersebut wajib ditempatkan pada deposito bank syariah dan tidak boleh ditempatkan pada bank konvensional. Pada saat penerimaan bagi hasil dari dana infak tersebut, akan dicatat sebagai penambah dana infak sebesar nilai yang diterima.
3. Dana kemanusiaan Dana kemanusiaan di sini adalah jenis penerimaan yang dipisahkan dari penerimaan zakat dan sedekah. Dana kemanusiaan lebih dikhususkan untuk penerimaan dari masyarakat yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan, seperti bantuan bencana alam dan bantuan sosial lainnya. Dana kemanusiaan dikhususkan untuk penyaluran yang langsung dapat dirasakan oleh penerimanya. Penerima dana kemanusiaan terdiri dari korban bencana alam atau fakir miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan. Penerimaan dana kemanusiaan bisa menjadi sangat besar apabila sedang ada bencana alam nasional. Dana kemanusiaan terdiri dari dana kemanusiaan umum dan dana kemanusiaan khusus untuk suatu bencana. Contohnya ketika ada bencana gempa bumi di Jogja, dana kemanusiaan yang terkumpul khusus untuk bencana gempa tersebut harus tersalurkan untuk korban bencana gempa itu saja. Oleh karena itu, apabila dana kemanusiaan untuk suatu bencana
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
87
masih sisa, maka akan dipakai untuk membuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar, dengan program yang bernama Social Trust Fund dan koperasi. Divisi di DD yang menangani dana kemanusiaan adalah divisi relief dengan jejaringnya bernama Disaster Management Centre. Saat terjadi penerimaan dana kemanusiaan, DD mencatat jurnal sebagai berikut: Dr. Kas / Bank dana kemanusiaan Cr.
Penerimaan dana kemanusiaan
Pencatatan dan proses penerimaan dana kemanusiaan sama dengan pencatatan dan proses penerimaan infak, yang membedakan hanya akunnya saja.
4.2.4 Akuntansi Pengeluaran Dana Penggunaan dana adalah pengurangan sumber daya organisasi baik berupa kas maupun nonkas dalam rangka penyaluran, pembayaran hutang, atau pembayaran beban. Dalam proses pengeluaran dana, DD menggunakan sistem Permintaan Penggunaan Dana (PPD). Pengklasifikasian sumber dana yang digunakan (dana zakat atau infak/sedekah) tergantung dari sifat PPD tersebut dan persetujuan dari manajer keuangan. Dengan adanya sistem PPD, DD mencatat debet akun UMK dalam pengeluaran dana dan akun UMK tersebut akan dicatat kredit apabila pengeluaran dana tersebut telah dipertanggungjawabkan. 4.2.4.1 Dana zakat Dana zakat secara syariah sudah jelas peruntukannya, yaitu untuk mustahik delapan asnaf. Dana zakat hasil dari proses penghimpunan DD digunakan untuk aktivitas penyaluran dan pengelolaan. Dana zakat disalurkan kepada delapan asnaf menurut kebijakan proporsi penyaluran yang telah ditetapkan oleh manajemen DD di awal tahun pada RKAT. Saat ini pengeluaran DD lebih cenderung kepada pengeluaran dana berdasarkan pendekatan program. Alasannya adalah dengan pendekatan delapan asnaf, maka akan terjadi ketidakmerataan antar asnaf, karena dana zakat sebagian besar hanya akan tersalurkan melalui asnaf fakir miskin, fi sabilillah, dan amil. Selain itu, para pembaca laporan keuangan DD lebih tertarik untuk melihat proporsi penyaluran
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
88
per sektor program. Untuk itu dibuatlah pendekatan program. Dana zakat tersebut disalurkan kepada program pendidikan, program kesehatan, program sosial masyarakat, program ekonomi, program kemanusiaan, program advokasi, dan pengembangan jaringan. Program-program penyaluran dana zakat telah dibuat sedemikian rupa sehingga program tersebut tepat sasaran. Setiap pelaksanaan program selalu diikuti dengan pertanggungjawaban oleh pelaksana program. Salah satu isi pertanggungjawaban itu adalah laporan mengenai kinerja program apakah sudah efektif dan tepat sasaran atau belum. Walaupun menggunakan pendekatan program, bukan berarti DD melanggar syariah. Target dari programprogram yang dibuat oleh DD tetap pada delapan asnaf seperti yang telah diperintahkan dalam Al Quran. Dana zakat disalurkan melalui program-program dan jejaring-jejaring yang dimiliki DD. Masing-masing jejaring memiliki aktivitas utama yang berkaitan dengan minimal salah satu asnaf. Contohnya adalah jejaring Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) yang aktivitas utamanya menyediakan pengobatan secara cuma-cuma, digolongkan ke dalam program penyaluran asnaf fakir miskin karena yang bisa berobat di LKC hanya kaum fakir miskin. Dalam penyaluran dana zakat kepada mustahik, DD memprioritaskan penyaluran yang bersifat produktif. Dengan penyaluran yang bersifat produktif, program penyaluran DD diharapkan dapat memberdayakan kemampuan masyarakat miskin untuk bangkit dan bisa mandiri secara ekonomi sehingga ke depannya masyarakat miskin tersebut bisa keluar dari kemiskinan dan bahkan bisa menjadi muzaki. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses penyaluran dana zakat bisa melalui dua cara, yaitu PPD langsung dan PPD dengan sistem UMK. Dalam PPD langsung, DD mencatat debet pengeluaran dan kredit kas/bank ketika uang tersebut dikeluarkan. Sistem PPD langsung biasanya dipakai untuk pengeluaran dana reguler jejaring. Sedangkan dalam sistem UMK,
DD belum mengakui
penyaluran dana zakat apabila dana tersebut belum sampai ke tangan mustahik. DD baru akan mencatat penyaluran dana zakat apabila laporan kegiatan program telah diterima dan diverifikasi kebenarannya. DD menganggap apabila program tersebut telah dilaporkan maka uang zakat telah sampai ke tangan mustahik.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
89
Berikut transaksi dan pencatatan yang sering terjadi terkait dengan pengeluaran dana zakat: 1) Permintaan Pengeluaran Dana untuk penyaluran zakat Dr. UMK Cr.
Kas / Bank (zakat)
Pada saat permintaan dana untuk penyaluran program, bagian akuntansi akan mencatat jurnal akun UMK di debit dan kas/bank di kredit. Dalam catatan atas jurnalnya, dijelaskan nama program dan penanggung jawabnya. Nilai dari UMK berasal dari isian PPD dan proposal yang diajukan. Bagian keuangan berhak untuk mengurangi atau menambah nilai UMK bila anggaran yang diajukan dinilai tidak realistis. 2) Pengakuan penyaluran zakat Dr. Penyaluran Zakat
Dr. Kas – Zakat (bila pengeluaran aktual kurang dari UMK) Cr.
UMK
Cr.
Kas – Zakat (bila pengeluaran aktual lebih dari UMK)
Setelah laporan pelaksanaan program diterima dan telah diverifikasi oleh bagian keuangan, bagian akuntansi mencatat jurnal seperti di atas. Apabila ada kelebihan dana dari platform UMK maka penanggung jawab harus mengembalikan bersama dengan laporan tersebut. Namun apabila pengeluaran program ternyata lebih besar daripada platform UMK, kasir akan membayarkan kekurangannya kepada penanggung jawab. 3) Pemindahan dana zakat untuk bagian amil Dr. Kas / Bank (Dana Amil) Cr.
Kas / Bank (zakat)
Dari 8 asnaf yang berhak menerima zakat, amil menjadi salah satunya. DD mengambil 12,5% dana zakat untuk dimasukkan ke dalam dana amil. Setiap minggu ketika pemindahbukuan dari rekening penghimpunan ke
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
90
rekening operasional, bagian keuangan langsung mengalokasikan 12,5% ditransfer ke rekening bank dana amil.
4.2.4.2 Dana Infak Sifat penggunaan dana infak lebih fleksibel daripada dana zakat. Dana infak DD digunakan untuk aktivitas penyaluran dan kegiatan pengelolaan lain yang tidak boleh menggunakan dana zakat. Dana infak bebas boleh digunakan untuk membiayai kegiatan apapun asalkan masih dalam koridor syariah dan tidak menimbulkan mudhorot. Untuk dana infak tematik dan terikat, penggunaan dana harus sesuai dengan akad penerimaan infak tersebut. Contohnya adalah bila dana infak tersebut merupakan infak tematik untuk Smart Ekselensia, maka penggunaan dana tersebut harus disalurkan melalui Smart Ekselensia, dan Smart Ekselensia boleh menggunakan untuk dana operasionalnya. Sama seperti pengeluaran dana zakat, pengeluaran dana infak bisa menggunakan sistem UMK dan sistem PPD langsung. Saat terjadi transaksi, DD membuat jurnal sebagai berikut: 1) Permintaan Pengeluaran Dana untuk penyaluran infak Dr. UMK
Cr.
Kas / Bank (infak)
2) Pengakuan penyaluran infak Dr. Penyaluran infak Dr. Kas – infak (bila pengeluaran aktual kurang dari UMK) Cr.
UMK
Cr.
Kas – infak (bila pengeluaran aktual lebih dari UMK)
3) Pemindahan dana infak untuk bagian amil
Dr. Kas / Bank (Dana Amil) Cr.
Kas / Bank (infak bebas)
Dalam kebijakan DD, Dana amil boleh diambilkan dari dana infak bebas. Pengambilan bagian dana amil tersebut maksimal 40% dari infak bebas.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
91
4.2.4.3. Dana Amil Dana amil digunakan untuk pengeluaran dana yang berhubungan dengan aktivitas operasional amil dalam menjalankan tugasnya sebagai penghimpun, pengelola, dan penyalur dana ZIS. Saat terjadi transaksi, DD membuat jurnal sebagai berikut: 1) Pembayaran gaji amil Dr. Beban gaji – dana amil Cr.
Bank (dana amil)
Pembayaran gaji amil dilakukan pada tanggal 25 setiap bulannya. Pada tanggal tersebut bagian akuntansi mencatat jurnal di atas bersamaan dengan transfer uang dari rekening DD ke rekening masing-masing karyawan. 2) Pembayaran beban operasional kantor
Dr. UMK Cr.
Kas / Bank (dana amil)
Dr. Beban operasional kantor – dana amil Cr.
UMK
Pembayaran beban operasional kantor memakai dana amil. Pencatatan dilakukan ketika terjadi pengeluaran uang dengan sistem uang muka. 3) Pengeluaran dana untuk iklan kesadaran berzakat Dr. UMK Cr.
Kas / Bank (dana amil)
Dr. Biaya iklan Cr.
UMK
Dalam membuat iklan untuk meningkatkan kesadaran berzakat, DD mengambil dari dana amil.
Pencatatan dilakukan ketika terjadi
pengeluaran uang dengan sistem uang muka. 4) Pemberian piutang kepada karyawan
Dr. Piutang kepada amil Cr.
Kas / Bank (dana amil) Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
92
Piutang karyawan memakai dana amil dan dicatat sebesar dana yang dikeluarkan amil. Saat ini piutang karyawan sudah mulai dikurangi seiring dengan meningkatnya pemakaian dana amil sehingga tidak cukup apabila harus memberikan piutang kepada amil. Namun sekarang apabila ada amil yang membutuhkan bantuan uang, bisa meminjam di koperasi karyawan.
4.3 Pelaporan Keuangan Dompet Dhuafa Dompet Dhuafa mulai 1 Januari 2012 telah menggunakan PSAK 109 sebagai pedoman dalam membuat laporan keuangan. Sebelumnya, DD menggunakan PSAK 45 dalam pelaporan keuangan. Perbedaan utama perlakuan akuntansi
dan pelaporan keuangan antara PSAK 109 dan PSAK 45 adalah
perlakuan terhadap penerimaan dan penyaluran dana ZISWAF yang diperoleh OPZ. Pada OPZ, penerimaannya terdiri dari zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang penggunaannya sudah diatur oleh syariat. Sedangkan PSAK 45 yang sebenarnya ditujukan untuk lembaga nirlaba secara umum, penerimaan organisasi terdiri dari bermacam-macam yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Oleh karena PSAK 109 telah secara spesifik dibentuk untuk OPZ, maka DD sebagai OPZ menerapkannya. Seperti yang telah dijelaskan di awal Bab 4, Dompet Dhuafa menggolongkan setiap transaksi berdasarkan jenis aktivitasnya ke dalam aktivitas LAZ, Yayasan, dan TWI. Aktivitas tersebut dicatat dalam pencatatan yang berbeda dan pada akhir periode akan disatukan menjadi laporan keuangan yang komprehensif. Penggolongan pencatatan transaksi ke dalam tiga aktivitas tadi adalah karena sistem pencatatan DD yang menggunaan software accurate. Untuk ke depannya, DD akan membuat sistem pencatatan akuntansi sendiri, sehingga lebih fleksibel dan memudahkan DD dalam melakukan pencatatan dan pelaporan. Dompet Dhuafa membuat laporan keuangan untuk LAZ, Yayasan, dan TWI dalam laporan keuangan tahunannya. Dalam laporan tahunan, DD membuat laporan antara LAZ, Yayasan, dan TWI secara detail serta laporan komprehensif gabungan dari ketiga bagian tersebut. Dengan demikian para stakeholder bisa
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
93
melihat aktivitas pada masing-masing bagian. Dalam analisis ini, analisa kesesuaian laporan DD dengan PSAK 109 menggunakan laporan tahunan Yayasan DD dan laporan khusus aktivitas LAZ DD. Hal ini karena apabila hanya menggunakan laporan Yayasan DD maka ada beberapa poin yang tidak sesuai karena laporan Yayasan DD pada prinsipnya adalah laporan yayasan dan menggunakan PSAK 45, sedangkan dalam laporan khusus aktivitas LAZ, tidak terdapat aktivitas infak/sedekah. Oleh karena itu penulis menggabungkan laporan Yayasan DD dan laporan LAZ DD dalam menganalisis kesesuaian PSAK 109. DD mempunyai banyak jejaring dan cabang. Masing-masing jejaring dan cabang mempunyai pencatatan akuntansinya sendiri. Jejaring DD yang terdiri dari jejaring ekonomi dan jejaring sosial diwajibkan untuk melakukan pencatatan akuntansi. Laporan keuangan DD pusat saat ini belum terkonsolidasi dengan laporan keuangan jejaring secara sempurna. Hal ini karena pada awalnya, jejaring DD dimaksudkan untuk berdiri sendiri dan lepas dari DD. Namun karena adanya perubahan kebijakan pada tahun 2012, jejaring DD tetap berada di bawah Yayasan Dompet Dhuafa. Oleh karena itu, pencatatan yang dulunya sudah terpisah saat ini perlu dikonsolidasikan kembali. Laporan keuangan DD saat ini sudah mencerminkan sebagian besar posisi keuangan dan aktivitas jejaring, namun belum 100%. DD Cabang memiliki hak untuk menghimpun dan menyalurkan dana ZIS sendiri. Setiap DD cabang wajib untuk membuat laporan keuangan bulanan yang harus disetorkan kepada DD pusat untuk konsolidasi. Karena kebijakan untuk menyetorkan laporan keuangan bulanan DD cabang ke DD pusat baru dimulai tahun 2013, maka sampai saat ini laporan DD masih belum terkonsolidasi dengan cabang DD. Oleh karena itu, laporan keuangan DD saat ini belum mencerminkan penerimaan, pengeluaran, dan aktivitas DD cabang. Dalam
menganalisa
laporan
keuangan
DD,
penulis
mempunyai
keterbatasan. Karena penerapan PSAK 109 baru dilaksanakan efektif mulai 1 Januari 2012,
maka laporan keuangan DD masih mencari format pelaporan
keuangan yang cocok dan sesuai dengan PSAK 109. Oleh karena itu, GM Akuntansi mengatakan bahwa mungkin format laporan keuangan DD masih ada yang belum sesuai dengan PSAK 109. Keterbatasan lainnya adalah laporan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
94
keuangan DD tahun 2012 yang belum final dan belum diaudit, sehingga laporan keuangan yang penulis analisis mungkin saja ada perbedaan dengan laporan keuangan DD yang akan diaudit. 4.3.1 Laporan Posisi Keuangan Di dalam Laporan Posisi Keuangan, DD menyajikan posisi aset, kewajiban, dan saldo dana per tanggal laporan. Penyajian aset dan kewajiban tidak terlalu berbeda dengan laporan posisi keuangan organisasi lainnya. Namun, pada laporan posisi keuangan OPZ bagian modal diganti dengan saldo dana. Saldo dana mencerminkan aktiva kelolaan (baik lancar maupun tidak lancar) yang dimiliki oleh OPZ. Untuk transparansi dan memenuhi tuntutan para stakeholder, DD membuat laporan posisi keuangan secara bulanan. Karena telah memiliki sistem informasi akuntansi dan pencatatan yang bagus, DD tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam membuat laporan bulanan. Format laporan posisi keuangan bulanan dan tahunan Yayasan Dompet Dhuafa secara parsial adalah sebagai berikut: YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA Laporan Posisi Keuangan (Konsolidasi) Per 31 Desember 20XX LAZ
YAYASAN
TWI
KONSOLIDASI
Aktiva Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas Piutang Biaya Dibayar Dimuka Barang Berharga Dana Bergulir Investasi Aktiva Tetap (Nilai Buku) Jumlah Aktiva Kewajiban dan Ekuitas Kewajiban & Saldo Dana Kewajiban Jumlah Kewajiban Saldo Dana Saldo Dana Jumlah Saldo Dana Jumlah Kewajiban dan saldo Dana
Gambar 4.4 Format Laporan Posisi Keuangan Yayasan Dompet Dhuafa Sumber: laporan keuangan Dompet Dhuafa
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
95
Format laporan di atas adalah laporan Yayasan Dompet Dhuafa secara umum. Dalam format ini, terdapat empat kolom yang berbeda, dimana posisi keuangan LAZ, Yayasan, dan TWI disajikan secara terpisah dan digabung dalam kolom konsolidasi. Penyajian secara terpisah ini memudahkan pembaca laporan keuangan untuk melihat seberapa besar posisi keuangan masing-masing pihak. Menurut analisa penulis, format laporan posisi keuangan Yayasan Dompet Dhuafa sebagai laporan utama DD tidak sesuai dengan yang diatur pada lampiran PSAK 109. Hal ini karena laporan tersebut masih mengakomodasi PSAK 45 tentang laporan keuangan yayasan. Seperti yang telah penulis sampaikan sebelumnya, secara pencatatan, DD memisahkan LAZ dari yayasan DD. Oleh karena itu penerapan PSAK 109 tidak dapat dilihat 100% dalam laporan posisi keuangan di atas. Untuk melihat kepatuhan DD terhadap PSAK 109, harus dilihat pula laporan DD yang khusus untuk aktivitas LAZ. Di bawah ini adalah laporan posisi keuangan LAZ DD. LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 20XX LAZ Aktiva Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas Piutang Biaya Dibayar Dimuka Dana Bergulir Investasi Aktiva Tetap (Nilai Buku) Jumlah Aktiva Kewajiban dan Ekuitas Kewajiban & Saldo Dana Kewajiban Lancar Kewajiban Jangka Panjang Jumlah Kewajiban Saldo Dana Saldo Dana Saldo dana Zakat Saldo dana Infak/Sedekah Saldo dana Amil
Jumlah Saldo Dana Jumlah Kewajiban dan saldo Dana
Gambar 4.5 Format Laporan Posisi Keuangan LAZ Dompet Dhuafa Sumber: laporan keuangan Dompet Dhuafa
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
96
Dalam laporan keuangan khusus LAZ, DD merinci saldo dana yang terdiri dari saldo dana zakat, infak/sedekah, dan saldo dana amil. Biaya yang masih harus dibayar termasuk dalam kewajiban lancar. Kewajiban employment benefit masuk dalam kewajiban jangka panjang. Dalam laporan khusus LAZ, hanya dilaporkan aktivitas yang bersumber dari dana zakat dan aktivitas LAZ DD pusat saja, dan tidak dikonsolidasikan dengan DD cabang. 1) Aktiva dan Kewajiban Dalam penyajian laporan posisi keuangan, DD menyajikan akun-akun aktiva sesuai dengan urutan likuiditasnya, dari yang paling likuid yaitu kas dan setara kas, sampai yang paling tidak likuid, yaitu aset tetap. Untuk kewajiban, akun disajikan dari kewajiban jangka pendek ke kewajiban jangka panjang. Hal ini sudah sesuai dengan contoh format laporan posisi keuangan pada PSAK 109. Aktiva tetap disajikan dalam nilai buku, penjelasan dari aktiva tetap dan akumulasi penyusutannya bisa dibaca dari catatan atas laporan keuangan. 2) Saldo Dana Saldo dana dalam PSAK 109 adalah selisih dari aktiva dan kewajiban. Saldo dana terdiri dari dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil. Pengklasifikasian saldo dana tersebut dilakukan sesuai dengan sumber penerimaan dana pada OPZ. Dalam laporan LAZ DD, disajikan saldo dana dari dana zakat, infak/sedekah, dan dana amil. Hal ini telah sesuai dengan PSAK 109.
4.3.2 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Laporan
sumber
dan
penggunaan
dana
adalah
laporan
yang
menggambarkan kinerja organisasi, yang meliputi penerimaan dan penggunaan dana pada suatu periode tertentu. Dalam PSAK 109, laporan ini bernama Laporan Perubahan Dana.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
97
YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Periode 1 Januari 20XX – 31 Desember 20XX
PENERIMAAN Penerimaan Masyarakat Zakat Infak Infak Terikat Dana Kemanusiaan Wakaf Penerimaan Dan Masyarakat Bagi Hasil Penerimaan Lain-lain Total Penerimaan PENGGUNAAN Program Pendidikan Program Kesehatan Program Sosial Masyarakat Program Ekonomi Program Kemanusiaan Program Advokasi Pengembangan Jaringan Total Penyaluran Program Program Sosialisasi Ziswaf Operasional Kantor Total Penggunaan Surplus (Defisit) Transfer antar dana Saldo Awal SALDO AKHIR
Gambar 4.6 Format Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Yayasan DD Sumber: laporan keuangan Dompet Dhuafa
Laporan sumber dan penggunaan dana (LSPD) di atas adalah LSPD Yayasan DD secara umum dan tidak hanya mencerminkan aktitas LAZ saja. Selain menyajikan LSPD Yayasan, DD juga melaporkan LSPD LAZ dan TWI secara terpisah.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
98
Tabel 4.1 Perbandingan antara LSPD Dompet Dhuafa dan PSAK 109 PSAK 109
Dompet Dhuafa
Penyajian laporan Digabung menjadi satu
Laporan utama menyajikan LSPD
dana zakat,
laporan utama yang
dari semua jenis dana dalam satu
infak/sedekah,
menyajikan LSPD dari
laporan dan tidak dibedakan
dan dana amil
dana zakat,
antara dana zakat, infak/sedekah,
infak/sedekah, dan amil.
dan amil. Laporan per jenis dana dilaporkan secara terpisah di lampiran.
Dasar penyaluran
Dasar penyaluran
Dasar penyaluran berdasarkan
berdasarkan jenis asnaf
program
Sumber : data diolah
Penerimaan ZISWAF bisa berasal dari penerimaan masyarakat langsung yaitu dana zakat, infak, infak terikat, dana kemanusiaan, dan dana wakaf, atau penerimaan dari bagi hasil investasi dan penerimaan lain-lain. Dana untuk program sosialisasi ZISWAF dan Operasional kantor berasal dari dana amil. Akun transfer antar dana adalah transfer sementara antar dana, seperti dana infak ke dana amil, atau dana zakat ke dana amil. Dalam PSAK 109 paragraf 19, amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka penghimpunan zakat asalkan tidak boleh melebihi satu periode. DD juga melakukan praktik demikian, ketika dana amil belum mencukupi maka bisa diambilkan dari dana infak/zakat. LSPD yang diatur dalam PSAK 109 menggariskan bahwa OPZ perlu melaporkan penggunaan dana kepada delapan asnaf. Namun DD mulai tahun 2012 menggunakan pendekatan program dalam melaporkan LSPD. DD beralasan bahwa pelaporan penggunaan dana memakai pendekatan sektor program lebih relevan bagi pembaca laporan. Walaupun demikian, DD tidak sepenuhnya meninggalkan pendekatan asnaf, karena dalam penyusunan pendekatan program, DD membobotkan program tersebut kepada asnaf. DD melampirkan hasil pembobotan program tersebut dalam lampiran laporan tahunan. Dalam lampiran laporan tahunan juga dilampirkan penjelasan mengenai penyaluran, dasar penyaluran, dan persentasenya terhadap pendekatan asnaf.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
99
Penulis berpendapat walaupun DD tidak membuat LSPD sesuai dengan format yang tertera di lampiran PSAK 109, namun bukan berarti dalam penyaluran zakat DD melanggar koridor syariah. Dalam membuat program, DD selalu melihat siapa target dan penerima program tersebut. Contohnya adalah program LKC. Program LKC adalah layanan berobat cuma-cuma bagi masyarakat miskin. DD melakukan seleksi terhadap pasien yang berobat dengan cara mensurvey rumah pasien. Hanya pasien yang benar-benar tidak mampu saja yang boleh berobat di LKC. Contoh lainnya adalah program Smart Ekselensia. Smart Ekselensia adalah sekolah yang dikhususkan bagi anak yang kurang mampu dan berprestasi.
Seleksi
untuk
masuk
sekolah
ini
sangat
ketat
dengan
mempertimbangkan bahwa orang tua mereka tidak mampu dan anaknya berprestasi. Oleh karena itu, proragm smart ekselensia dan LKC bisa digolongkan pada penyaluran asnaf fakir miskin
4.3.3 Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan Dalam mengelola dana ZIS, DD diperbolehkan untuk mempunyai aktiva kelolaan. Aktiva kelolaan mencerminkan aktiva bersih yang didapat dari aktiva selain kas dan setara kas dikurangi dengan kewajiban. Aktiva kelolaan mencerminkan aktiva yang dimiliki oleh DD, baik lancar maupun tidak lancar, yang masih berada di pencatatan DD dan belum tersalurkan. Dalam membuat laporan perubahan aktiva kelolaan, DD menyajikan dalam dua laporan, yaitu laporan perubahan aktiva kelolaan dari aktivitas LAZ dan dari aktivitas Yayasan. Aktiva kelolaan LAZ hanya aktiva yang berasal dari dana zakat.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
100
Gambar 4.7 Format Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan LAZ Dompet Dhuafa Sumber: laporan keuangan Dompet Dhuafa 2012
Gambar 4.8 Format Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan Yayasan DD Sumber: laporan keuangan Dompet Dhuafa 2012
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
101
DD melaporkan perubahan aktiva kelolaannya dalam dua laporan, yaitu laporan perubahan aktiva kelolaan untuk Yayasan dan untuk LAZ. Laporan perubahan aktiva kelolaan untuk LAZ hanya menyajikan laporan aktiva kelolaan dari dana zakat saja. Perincian dari saldo masing-masing akun di laporan perubahan aktiva kelolaan ada di catatan atas laporan keuangan. Laporan perubahan aktiva kelolaan DD telah memisahkan antara laporan LAZ dan laporan yayasan. Dengan demikian, bisa dilihat berapa aset kelolaan yang berasal dari dana zakat dan infak/sedekah yang masih ada di DD dan belum dianggap penyaluran. Dalam laporan perubahan aktiva kelolaan di atas, aktiva kelolaan terdiri dari aktiva kelolaan lancar dan tidak lancar. Aktiva kelolaan lancar terdiri dari piutang, biaya dibayar dimuka, dana bergulir, barang berharga, dan investasi. Sedangkankan aktiva kelolaan tidak lancar terdiri dari aktiva tetap.
4.3.4 Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan keluar pada suatu periode tertentu. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas organisasi pada suatu periode tertentu. Laporan arus kas DD disusun dengan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Dalam pembuatan laporan arus kas, DD berpedoman kepada PSAK 2 tentang laporan arus kas, sehingga laporan arus kas DD sudah sesuai dengan PSAK 109.
4.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan
merupakan rincian atau penjelasan
detail dari laporan keuangan sebelumnya yang dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan DD diterangkan berbagai catatan dan penjelasan dari laporan keuangan yang disajikan. Catatan Atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan DD secara utuh. Catatan Atas Laporan Keuangan juga merupakan salah satu bentuk pengungkapan DD terhadap kebijakan, aktivitas, dan keuangannya.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
102
Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan DD menyesuaikan dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah. Catatan Atas Laporan Keuangan DD menjelaskan mengenai penjelasan umum, yang berisi sejarah singkat DD,
struktur organisasi, dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipakai oleh DD. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang dijelaskan berisi dasar-dasar penyusunan laporan keuangan dan pengakuan pospos aktiva dan pasiva. Selain itu, dijelaskan perincian angka-angka dari laporan posisi keuangan seperti menjelaskan saldo di semua bank yang dimiliki DD, piutang, sewa dibayar dimuka, dana bergulir, dan akun-akun lain yang perlu diungkapkan. Dari analisa penulis, CALK yang dibuat oleh DD sudah cukup informatif dan bisa menjelaskan dari laporan secara keseluruhan. Namun, menurut penulis DD kurang menjelaskan mengenai kebijakan-kebijakan yang diambil dan alasannya, padahal informasi tersebut dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk bisa membaca laporan secara komprehensif.
4.4 Analisis Penerapan PSAK 109 pada DD Pencatatan akuntansi dan pelaporan DD telah menerapkan aturan-aturan yang terdapat dalam PSAK 109 sejak tahun 2012. Pada laporan magang ini penulis akan menganalisis penerapan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan di DD dengan paragraf yang ada di PSAK 109 berdasarkan pengetahuan dan hasil wawancara penulis selama mengikuti program magang di DD. Tabel di bawah ini menjelaskan penerapan PSAK 109 pada Yayasan Dompet Dhuafa.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
103
Tabel 4.2 Penerapan PSAK 109 pada Yayasan Dompet Dhuafa Kesesua
Para
PSAK 109
graf
Dompet Dhuafa
ian
ZAKAT
10
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset non Pencatatan dilakukan pada saat uang atau aset non kas dari muzaki Sesuai kas diterima.
11
diterima.
Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai Pengakuan penerimaan dana zakat diukur sebesar jumlah yang Sesuai penambah dana zakat sebesar jumlah yang diterima diterima dalam bentuk uang atau sebesar nilai wajar bila nonkas. jika dalam bentuk kas dan diakui sebesar nilai wajar DD sangat jarang menerima zakat berupa nonkas. jika dalam bentuk nonkas.
12
Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima Nilai wajar dihitung berdasarkan harga pasar. Bila tidak ada harga Sesuai menggunakan harga pasar , jika tidak tersedia harga pasar maka menggunakan harga taksiran. Pengukuran taksiran pasar maka memakai penentuan harga pasar dilakukan oleh amil DD, namun apabila nilai aset nonkas besar memakai SAK yang relevan.
13
maka digunakan appraisal.
Jika muzaki menentukan mustahik yang menerima Dalam menyalurkan zakat terikat, DD tidak mengambil bagian Sesuai penyaluran zakat melalui amil, maka amil tidak untuk dana amil. DD meminta ujrah atas penyaluran zakat apabila memiliki bagian atas zakat tersebut, namun boleh penyaluran zakat tersebut tidak sesuai dengan pola penyaluran menerima ujrah. Ujrah sebagai penambah dana zakat DD sehingga memerlukan tenaga dan waktu tambahan. amil.
Contoh: Zakat terikat untuk LKC, DD tidak meminta ujrah. Zakat
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
104
terikat untuk membuat program pengentasan kemiskinan di suatu tempat, DD meminta ujrah. 15
Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai pengurang Untuk aset berbentuk kas, bila pengeluaran dana zakat tidak dapat Sesuai dana zakat
bila
bukan kelalaian amil, dan dipertanggung-jawabkan oleh amil, maka tidak dicatat sebagai
pengurang dana amil jika karena kelalaian amil.
pengurang dana zakat, namun dicatat sebagai kerugian amil dan dikurangkan dari dana amil
16
Zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui DD mencatat penyaluran dana zakat sebesar uang yang Sesuai sebagai pengurang dana zakat sebesar jumlah yang dikeluarkan atau sebesar nilai tercatat. Bila yang dikeluarkan diserahkan bila berbentuk kas dan jumlah tercatat berbentuk nonkas seperti baju, beras, alat kerja, maka dicatat bila berbentuk nonkas.
19
sejumlah nilai tercatat.
Beban pengimpunan dan penyaluran zakat harus Semua beban operasional yang terkait dengan penghimpunan dan Sesuai diambil dari porsi amil. Amil dimungkinkan untuk penyaluran zakat diambil dari dana amil DD. Termasuk di meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun dalamnya beban operasional kantor dan karyawan. Dana Amil DD dana. Sifat pinjaman adalah jangka pendek.
bersumber dari bagian dana zakat, infak, dan sumber lainnya yang telah dijelaskan di bagian awal Bab 4.
20
Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil DD melakukan transfer dana dari dana zakat ke dana amil setiap Sesuai diakui sebagai penambah dana amil
21
minggu sebesar 12,5%.
Zakat telah disalurkan kepada mustahik jika sudah DD sebagian besar menyalurkan dana zakat melalui jejaring. DD Sesuai diterima oleh mustahik tersebut. Zakat yang menerapkan sistem uang muka (UMK) sebagai bentuk penerapan
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
105
disalurkan melalui amil lain belum dianggap aturan
tersebut.
Dengan
UMK,
bila
belum
ada
sebagai penyaluran sampai zakat tersebut diterima pertanggungjawaban laporan masih dianggap sebagai piutang dan mustahik. Amil lain tidak berhak mengambil dana baru
dianggap
sebagai
penyaluran
bila
sudah
amil dari zakat, namun boleh meminta kepada amil dipertanggungjawabkan. pertama. 22
Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik DD mempunyai akun dana bergulir yang berasal dari dana zakat. Sesuai dengan keharusan untuk mengembalikan kepada Penyaluran dana bergulir tersebut tidak dicatat sebagai penyaluran amil belum diakui sebagai penyaluran.
zakat, namun masih dicatat sebagai aktiva DD sebagai akun dana bergulir.
23
Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk aset Dana zakat yang disalurkan DD melalui jejaring untuk dibelikan Sesuai kelolaan
diakui
sebagai
penyaluran
zakat aset tetap dianggap sebagai aset kelolaan dan belum dianggap
seluruhnya jika aset tetap tersebut diserahkan untuk sebagai penyaluran, diakui penyaluran zakat secara bertahap dikelola kepada pihak lain yang tidak dikendalikan sebesar penyusutan aset tersebut. amil, atau diakui sebagai penyaluran zakat secara bertahap jika masih dalam pengendalian amil. INFAK 24
Infak/Sedekah yang diterima diakui sebagai DD mencatat penerimaan infak sebagai penambah dana infak, dan Sesuai penambah dana infak/sedekah terikat atau tidak menggolongkan infak menjadi infak bebas dan infak terikat. terikat sesuai dengan tujuan pemberiannya. Dana Penerimaan infak dicatat sebesar nilai yang diterima jika berbentuk
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
106
tersebut diakui sebagai jumlah yang diterima jika kas, dan sebesar nilai wajar jika berbentuk nonkas. Nilai wajar dalam bentuk kas dan diakui sebagai nilai wajar dinilai menggunakan harga pasar, jika tidak tersedia menggunakan jika dalam bentuk nonkas. 27
harga taksiran.
Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan Infak nonkas yang berbentuk tidak lancar di DD biasanya berupa Sesuai untuk dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar aset nonkas yang diberikan oleh donatur untuk program-program saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak DD, seperti Ambulans untuk LKC, atau komputer untuk Smart lancar infak/sedekah.
Ekselensia. Diukur menggunakan harga pasar, bila tidak terdapat harga pasar maka digunakan nilai taksiran.
30
Untuk penurunan nilai aset infak/sedekah tidak Untuk aset berbentuk kas, bila pengeluaran dana zakat tidak dapat Sesuai lancar,
diakui
sebagai
pengurang
dana dipertanggung-jawabkan oleh amil, maka tidak dicatat sebagai
infak/sedekah jika bukan disebabkan amil. Namun pengurang dana zakat, namun dicatat sebagai kerugian amil dan akan menjadi pengurang dana amil apabila dikurangkan dari dana amil. Untuk penurunan aset infak tidak penurunan nilai aset tersebut disebabkan oleh lancar yang bukan disebabkan oleh amil, dikurangkan dari dana amil. 32
infak.
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat DD boleh menempatkan deposito 1-3 bulanan di bank syariah dari Sesuai dikelola dalam jangka waktu sementara untuk dana infak yang idle. Bagi hasil yang diperoleh menambah dana mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana infak. DD juga mengambil dana infak untuk ditempatkan pada pengelolaan diakui infak/sedekah.
sebagai
penambah dana jejaring
ekonomi
mereka,
namun
40%
dari
bagi
hasil
keuntungannya dimasukkan ke dalam dana amil dan 60% dari bagi
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
107
hasil ditambahkan kembali ke dana infak. 33
Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai DD mencatat dana infak yang dikeluarkan sebesar jumlah yang Sesuai pengurang dana infak/sedekah sebesar jumlah dikeluarkan bila dalam bentuk kas dan jumlah tercatat bila dalam yang diserahkan jika dalam bentuk kas. Apabila bentuk nonkas. dalam bentuk nonkas diakui sebagai nilai tercatat.
34
Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk DD mengambil dana amil dari bagian dana infak bebas. Selama ini Sesuai amil diakui sebagai penambah dana amil.
rata-rata dana infak bebas yang diambil untuk dana amil adalah sekitar 40%.
36
Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil Selain melalui jejaring, DD juga menyalurkan infak/sedekah Sesuai lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana melalui DD cabang. Penyaluran infak melalui DD cabang bisa infak/sedekah jika amil tidak akan menerima disamakan dengan penyaluran melalui amil lain, sehingga ketika kembali aset tersebut.
37
infak/sedekah yang disalurkan dilakukan penyaluran ke DD cabang maka akan dicatat sebagai penyaluran.
Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir DD menggunakan sistem UMK. Dengan UMK, bila belum ada Sesuai dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang pertanggungjawaban laporan masih dianggap sebagai piutang dan infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana baru dianggap sebagai penyaluran bila sudah dipertanggunginfak/sedekah.
jawabkan.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
108
Sebagai
OPZ
terbesar
se-Indonesia,
baik
dalam
penghimpunan,
penyaluran, maupun aset kelolaan, DD memegang teguh prinsip efektivitas dan efisiensi dalam bekerja. Oleh karena itu dalam rapat bulanan DD selalu mengadakan evaluasi mengenai kinerja yayasan dalam satu bulan tersebut. Untuk bisa membuat program yang tepat sasaran, DD membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengharuskan penanggung jawab penyaluran untuk membuat laporan kegiatan. DD selalu berinovasi dalam membuat programprogram penyaluran untuk disesuaikan dengan kebutuhan mustahik. Dalam menyusun pelaporan keuangan, DD mengacu pada PSAK 109. Laporan keuangan DD diterbitkan bulanan dan tahunan. Laporan bulanan bisa diakses oleh masyarakat luas namun lebih terbatas pada laporan posisi keuangan dan laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan bulanan lebih ditujukan kepada manajemen untuk menjadi bahan evaluasi kinerja DD. Laporan tahunan mengungkapkan laporan keuangan lebih lengkap yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Tabel 4.3 berikut menjelaskan penerapan PSAK 109 tentang pengungkapan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
109
Tabel 4.3 Penerapan PSAK 109 tentang pengungkapan PSAK 109
Kesesuaian
Dompet Dhuafa ZAKAT
Amil menyajikan dana zakat, dana infak, dan Dalam laporan DD yang khusus LAZ, laporan posisi keuangan Sesuai dana amil secara terpisah dalam laporan posisi menyajikan dana zakat, dana infak, dan dana amil secara terpisah. keuangan
Laporan LAZ dikhususkan untuk pencatatan yang bersumber dari dana zakat, sehingga dana infak tidak ada saldonya. Dana infak akan dilaporkan dalam laporan utama Yayasan Dompet Dhuafa.
Kebijakan penyaluran zakat seperti penentuan Setiap awal tahun DD membuat skala prioritas penyaluran yang Sesuai skala prioritas penyaluran zakat dan mustahik tertuang dalam RKAT. Skala prioritas ditentukan menggunakan nonamil.
pendekatan program, lalu dibobotkan ke pendekatan asnaf. Namun alasan pembobotannya tidak diungkap di CALK.
Metode penentuan nilai wajar yang digunakan Metode penentuannya menggunakan nilai pasar, kalau tidak tersedia Sesuai untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas.
baru menggunakan taksiran. Metode penentuan nilai wajar ini diungkap dalam CALK.
Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk Dalam CALK dirinci jumlah penyaluran dana zakat, namun Sesuai masing-masing mustahik.
menggunakan pendekatan program, bukan pendekatan asnaf. Namun dalam lampiran laporan tahunan, diungkap mengenai penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik dalam bentuk persentase
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
110
pembobotan dari pendekatan program ke asnaf. Penggunaan dana zakat/infak dalam bentuk aset Penjelasan mengenai aset kelolaan dapat dilihat di dalam laporan Sesuai kelolaan.
Diungkapkan
jumlah
persentase keuangan tahunan DD.
terhadap seluruh penyaluran dana zakat dan alasannya. Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan DD menjelaskan di CALK mengenai jejaring yang digunakan untuk Sesuai mustahik yang meliputi sifat hubungan, jumlah menyalurkan zakat, jumlah dan jenis dan jenis aset yang disalurkan, dan presentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran zakat selama periode. INFAK Kebijakan
penyaluran
infak/sedekah
seperti Dalam CALK diungkapkan skala prioritas penyaluran dan penerimaan Sesuai
penentuan skala prioritas penyaluran infak/ infak/sedekah. sedekah dan penerima infak/sedekah Kebijakan penyaluran infak dan sedekah untuk Dalam CALK diungkapkan mengenai kebijakan penyaluran untuk amil Sesuai amil dan nonamil, seperti persentase pembagian, dan nonamil, persentase pembagiannya. alasan, dan konsistensi kebijakan. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan Metode penentuannya menggunakan nilai pasar, kalau tidak tersedia Sesuai
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
111
untuk penerimaan infak dan sedekah berupa aset baru menggunakan taksiran. Metode penentuan nilai wajar ini nonkas.
diungkap dalam CALK.
Keberadaan dana infak dan sedekah yang tidak Pengungkapan dana infak yang dikelola terlebih dahulu ada di laporan Sesuai langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih keuangan tahunan, jumlah dan persentase penyaluran dana infak atas dahulu. Jumlah dan persentase penyaluran dana dana infak yang dikelola juga diungkapkan. infak/sedekah atas aset kelolaan tersebut harus diungkapkan dan juga disertai alasannya. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana infak Dalam laporan keuangan tahunan yang lengkap diungkap hasil Sesuai dan sedekah diungkapkan secara terpisah.
pengelolaan dana infak/sedekah.
Penggunaan dana infak dan sedekah dalam bentuk Penggunaan dana infak/sedekah dalam bentuk aset ada di laporan Kurang aset kelolaan, jika ada, diungkapkan jumlah dan keuangan tahunan, jumlah dan persentase penyaluran dana infak atas sesuai persentasenya terhadap seluruh penggunaan dana aset kelolaan juga diungkapkan. Namun alasan penyaluran dana infak infak/sedekah serta alasannya. Rincian
dana
menjadi aset kelolaan tidak diungkapkan.
infak/sedekah
berdasarkan DD mengungkapkan rincian peruntukan dana infak baik infak bebas Sesuai
peruntukannya, terikat dan tidak terikat. Keberadaan mengenai
dana kebijakan
nonhalal, atas
maupun infak terikat.
diungkapkan DD menggunakan akun hutang jasa giro untuk dana nonhalal yang Kurang
penerimaan
penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya.
dan berasal dari jasa giro bank konvensional. Jumlahnya diungkap dalam sesuai CALK, namun penyaluran dananya tidak diungkap di CALK.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
112
Pelaporan keuangan DD sudah sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam PSAK 109. Namun ada beberapa poin yang masih kurang sesuai dengan pengungkapan yang disyaratkan dalam PSAK 109, seperti tidak adanya pengungkapan alasan dalam penyaluran zakat, infak/sedekah, dan dana nonhalal. Adanya pemisahan antara Yayasan DD dan LAZ DD membuat perubahan dalam menyajikan laporan keuangan. DD memilih untuk menyajikan laporan keuangan Yayasan DD secara komprehensif. Penyajian laporan keuangan Yayasan DD ini membuat dilema, karena penyajiannya dilandasi dalam dua PSAK, yaitu PSAK 45 karena pelaporan Yayasan DD sebagai Holding, dan PSAK 109 untuk pelaporan LAZ DD. Oleh karena itu, ada beberapa poin tentang pengungkapan laporan keuangan DD yang kurang sesuai dengan PSAK 109. Dalam laporan keuangan yang sekarang, penyaluran dana ZIS tidak digolongkan lagi menjadi 8 asnaf seperti yang dicontohkan dalam PSAK 109, namun saat ini DD menggunakan pendekatan sektor program. Dengan pendekatan sektor program tersebut, orang yang membaca laporan keuangan DD tidak bisa melihat secara langsung target asnaf apa dalam suatu sektor program. Dalam hal ini, manajemen DD berpendapat bahwa contoh format laporan dalam PSAK 109 hanya merupakan panduan dan tidak mengikat secara utuh. Menurut penulis, pembuatan laporan keuangan DD yang sekarang sudah baik dan informatif bagi pembaca laporan keuangan. Namun, bila dilihat dari kepatuhan terhadap PSAK 109, masih perlu diperbaiki, terutama dalam pemakaian format laporan keuangan dan pengungkapannya. Ada beberapa hal yang diisyaratkan dalam PSAK 109 yang belum diungkapkan DD di laporan keuangannya.
4.5 Analisis Penerapan Fatwa MUI No 8,13,14, dan 15 tahun 2011 pada DD Fatwa MUI Nomor 8,13,14, dan 15 tahun 2011 memiliki hubungan yang erat terhadap pengelolaan lembaga amil zakat. Berikut analisa penulis tentang penerapan fatwa tersebut di DD. 1) Fatwa MUI No 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat Dalam fatwa ini, disebutkan bahwa syarat amil zakat adalah beragama Islam, mukallaf, amanah, dan memiliki ilmu tentang hukum-hukum zakat dan ilmu
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
113
yang berkaitan dengan tugas amil. DD selalu melakukan seleksi penerimaan karyawan/amil baru secara terbuka. DD menetapkan syarat calon amil seperti yang disebutkan di dalam fatwa tersebut. Setelah dinyatakan diterima, amil memperoleh orientasi dan training. Dalam masa tersebut, dimasukkan pengetahuan dan ilmu yang berkaitan dengan tugas amil. Selama bekerja di DD penulis melihat bahwa DD sangat memperhatikan amilnya, setiap minggu sekali diadakan bimbingan tahsin dan Bahasa Inggris. Untuk menambah pengetahuan agama, setiap Rabu pagi diadakan pengajian, dan ba’da dzuhur / ashar diadakan kultum serta pembacaan kitab terkenal seperti kitab fiqih sunnah dan Riyadusshalihin. Fatwa MUI No 8 ini menyebutkan bahwa DD sebagai LAZ yang tidak dibiayai oleh negara, boleh mengambil bagian dari dana zakat untuk biaya operasionalnya. Dalam hal ini DD mengambil dana 12,5% untuk dimasukkan ke dalam dana amil. Di DD, Amil secara perseorangan tidak boleh menerima hadiah dari pihak luar, serta tidak boleh memberikan hadiah. Apabila ada pihak luar yang hendak memberikan hadiah, maka akan diarahkan kepada Dompet Dhuafa sebagai yayasan, sehingga hadiah tersebut dimasukkan ke dalam penerimaan hibah DD. Menurut penulis, penerapan Fatwa MUI No 8 di DD telah sesuai. 2) Fatwa MUI No 13 Tahun 2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram Fatwa ini mengatur mengenai harta zakat yang berasal dari harta haram. Zakat wajib ditunaikan dari harta yang halal, baik cara perolehannya maupun bentuk hartanya. Harta haram tidak menjadi objek zakat. Dalam penerimaan zakat, DD tidak bertanya kepada muzaki mengenai sumber harta dan kehalalan harta. Hal ini karena DD beranggapan bahwa muzaki tahu bahwa harta yang dizakatkan harus harta halal sehingga dalam penerimaan dana zakat DD tidak bertanya secara langsung tentang halal atau tidaknya harta yang dizakatkan tersebut. Menurut penulis, DD tidak menerapkan Fatwa MUI No 13, karena DD tidak terlalu memperhatikan kehalalan sumber zakat dan menganggap bahwa semua dana zakat yang masuk adalah halal. Dalam praktiknya memang sulit
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
114
untuk menanyakan secara langsung sumber dana zakat. Namun menurut penulis, DD bisa memulainya dengan menambahkan satu kolom kecil di dalam form setoran zakat yang menanyakan tentang kehalalan dana zakat yang diterima. 3) Fatwa MUI No 14 Tahun 2011 tentang Penyaluran Harta Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan Dalam fatwa ini, disebutkan bahwa dana zakat boleh dipakai dalam bentuk aset kelolaan apabila dana zakat tersebut tidak mendesak digunakan oleh mustahik dan aset kelolaan tersebut hanya diperuntukkan bagi para mustahik. Dalam praktiknya, DD sangat jarang menggunakan dana zakat untuk disalurkan dalam bentuk aset kelolaan. Selama ini, kebanyakan aset kelolaan dibeli / dibangun menggunakan dana infak atau wakaf. Namun ada beberapa aset kelolaan yang dibeli menggunakan uang zakat, seperti peralatan medis yang digunakan langsung dalam penanganan pasien LKC/RST, atau pembelian proyektor pada sekolah smart ekselensia. Namun pada dasarnya, pembelian aset tetap sebisa mungkin menggunakan dana infak atau dana wakaf. Menurut penulis, praktik yang dilakukan oleh DD sudah tepat, karena dalam fatwa MUI No 14 tersebut disebutkan bahwa penggunaan dana zakat untuk aset kelolaan diperbolehkan namun dengan syarat bahwa aset kelolaan tersebut tidak mendesak bagi mustahik untuk menerimaanya dan manfaat aset kelolaan hanya diperuntukkan untuk mustahik. DD memprioritaskan dana infak dan wakaf untuk aset kelolaan karena dana infak dan wakaf tidak harus terikat
peruntukannya
untuk
mustahik,
sehingga
dana
zakat
bisa
diprioritaskan penggunaannya untuk disalurkan kepada mustahik. 4) Fatwa MUI No 15 Tahun 2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan Penyaluran Harta Zakat Dalam fatwa ini, disebutkan bahwa zakat belum tersalurkan apabila zakat tersebut masih berada di amil zakat lain sehingga zakat tersebut belum sampai kepada mustahik. DD membuat kebijakan pengeluaran dana menggunakan sistem uang muka, sehingga dana tersebut belum dicatatat sebagai penyaluran apabila dana tersebut belum dipertanggungjawabkan. Selain itu, kebijakan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
115
konsolidasi DD dengan jejaring akan membawa manfaat dengan diketahuinya berapa dana zakat dan infak/sedekah yang telah tersalurkan jejaring dan yang belum tersalurkan, sehingga dalam laporan konsolidasi DD, penyaluran melalui jejaring hanya dihitung sesuai dengan dana yang telah disalurkan oleh jejaring. Dengan demikian, DD telah menerapkan aturan di atas. Dalam penyaluran zakat, dana zakat yang diambil untuk dana amil hanya dilakukan sekali, sehingga apabila amil menyalurkan zakat melalui amil lainnya, amil lainnya itu hanya boleh meminta bagian dana amil dari amil pertama. DD terkadang menyalurkan zakat melalui DD cabang. DD cabang tersebut meminta dana operasional dari DD dan tidak mengambil dana amil dari dana zakat. DD tidak menganggap jejaring sebagai amil lain, namun dianggap sebagai vendor. Dengan dianggap sebagai vendor, jejaring bisa mengambil dana zakat untuk keperluan operasionalnya sepanjang nilainya wajar dan bisa dipertanggungjawabkan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Akuntanbilitas merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh DD. Sebagai organisasi yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat dalam jumlah yang mencapai angka ratusan miliar, DD dituntut untuk selalu memperhatikan aspek transparansi dan akuntabilitas. Akuntansi adalah cara untuk mempertanggungjawabkan aktivitas operasi DD sehari-hari. Dengan adanya PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak, DD menjadi punya landasan yang kuat dalam sistem pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Laporan magang ini membahas mengenai aktivitas pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangannya dalam kaitannya dengan penerapan PSAK 109. Berdasarkan pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh penulis di bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. DD menghimpun dana masyarakat melalui setoran konter, transfer bank, dan jemput zakat. Dana yang dihimpun tersebut dikelola dan dialokasikan untuk program-program yang telah disusun. 2. Penyaluran dana ZIS yang dilakukan oleh DD menggunakan berbagai macam saluran, yaitu bisa melewati jejaring, cabang, ataupun bantuan langsung. Penyaluran dana ZIS lebih menitikberatkan pada penyaluran berbasis program. Dengan adanya penyaluran melalui program, maka dana ZIS yang disalurkan tersebut lebih tepat sasaran dan menjangkau banyak masyarakat kurang mampu. Program-program penyaluran tersebut telah dirancang dan diimplementasikan dengan baik. 3. Pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh DD sudah didukung dengan sistem informasi akuntansi yang baik. Pencatatan akuntansi DD juga telah sesuai dengan aturan PSAK 109. 4. Secara keseluruhan, PSAK 109 telah diterapkan oleh DD dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan analisis penulis dari paragraf yang ada di PSAK 109 dalam pencatatan dan pelaporan DD. 5. Laporan keuangan DD terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan, Laporan
116 Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
117
Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pembuatan laporan keuangan DD yang sekarang sudah baik dan informatif bagi pembaca laporan keuangan. Namun, bila dilihat dari kepatuhan terhadap PSAK 109, masih perlu diperbaiki, terutama dalam pemakaian format laporan keuangan dan pengungkapannya. Ada beberapa hal yang diisyaratkan dalam PSAK 109 yang belum diungkapkan DD di laporan keuangannya.
5.2 Saran Pada dasarnya proses pencatatan dan pelaporan keuangan yayasan DD sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan PSAK 109. Namun dalam pencatatan dan pelaporan keuangan, penulis mengamati ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki. Terkait hal ini, penulis ingin memberikan beberapa saran kepada yayasan DD, khususnya terkait dengan pencatatan dan pelaporan keuangannya, yaitu: 1. DD sebaiknya segera menyelesaikan pembuatan software pencatatan akuntansinya sendiri. Sejak tahun 2012 bersamaan dengan penerapan PSAK 109, DD menggunakan software accurate. Menurut penulis, software accurate ini kurang bisa mengakomodasi kebutuhan pencatatan DD. Ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan kebutuhan pencatatan dan pelaporan DD seperti format laporan keuangan yang dihasilkan dan sistem pencatatan jurnal. 2. Terkait dengan kebijakan rekening bank, penulis berpendapat bahwa sebaiknya DD mulai mengurangi penggunaan rekening bank konvensional dan berhijrah ke bank syariah. 3. Terkait dengan pelaporan keuangan, dalam laporan Yayasan DD sebaiknya mengungkap nilai penyaluran dana zakat kepada 8 asnaf. Semenjak tahun 2012 DD mengubah penyaluran dana zakat menjadi pendekatan program. Pengungkapan laporan melalui pendekatan sektor program memang lebih relevan
bagi pembaca laporan keuangan, namun DD tidak boleh
mengabaikan apa yang telah dipandu dalam PSAK 109. Selama ini pelaporan nilai penyaluran dana zakat kepada 8 asnaf hanya diungkapkan apabila ada stakeholder yang menanyakan langsung kepada DD.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
118
4. DD sebaiknya lebih memperhatikan aspek efektivitas dan efisiensi dalam penyaluran dana zakat dan infak/sedekah. Walaupun sistem yang sekarang sudah
cukup
baik,
namun
menurut
penulis
masih
belum
begitu
memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Dalam penyaluran program, penulis melihat bahwa ada biaya-biaya yang masih bisa ditekan ataupun dihilangkan. 5. DD lebih menguatkan brand image lagi sebagai OPZ yang terpercaya. Akhirakhir ini penulis melihat, walaupun penerimaan penghimpunan ZIS naik, namun potensi penerimaan pengimpunan ZIS sebenarnya masih sangat besar. Setelah penerapan PSAK 109, DD mengurangi biaya iklan karena sekarang biaya iklan hanya boleh diambil dari dana amil sehingga iklan DD sekarang jarang muncul di media TV dan majalah. Sebaiknya DD lebih mengembangkan jejaring dan cabang lagi untuk lebih mengoptimalkan penerimaan ZIS di daerah dan meningkatkan kualitas penyaluran dana ZIS. 6. Penulis melihat bahwa masih ada beberapa paragraf tentang pengungkapan di di PSAK 109 yang belum diterapkan oleh DD sepenuhnya. Catatan atas laporan keuangan DD masih kurang informatif, sehingga pengungkapan dan informasi yang diisyaratkan oleh PSAK masih belum diungkap oleh DD semua. 7. Staf bagian akuntansi dan keuangan sebaiknya ditambah. Selama mengikuti program magang penulis melihat bahwa beban kerja bagian akuntansi dan keuangan sudah melebihi beban. Staf akuntansi dan keuangan sering bekerja lembur sampai pukul 19.00, padahal jam kantor yang seharusnya selesai pukul 17.00. Apalagi untuk sekarang ini ditambah dengan rencana mengkonsolidasikan semua laporan keuangan cabang dan jejaring secara penuh, sehingga diperlukan staf yang lebih banyak.
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Chairunnisa. (2010). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengalokasian Dana Masjid At-Tauhid Arief Rahman Hakim Universitas Indonesia. Depok : FEUI David, Fred R. 2009. Strategic Manajemen: Concepts and Cases. New Jersey : Prentice Hall. Hafidhuddin, Didin. (2007). Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, dan Sedekah. Jakarta : Gema Insani. Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 Akuntansi Organisasi Nirlaba. Jakarta :IAI Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. Jakarta :IAI Laporan Keuangan Dompet Dhuafa 2011 Laporan Keuangan Dompet Dhuafa 2012 Majelis Ulama Indonesia. (2011). Fatwa No 8 Tentang Amil Zakat. Jakarta Majelis Ulama Indonesia. (2011). Fatwa No 14 Tentang Penyaluran Zakat untuk Aset Kelolaan. Jakarta Nordiawan, Deddi dan Hertianti, Ayuningtyas. (2010). Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat. Nurhayati, Sri, & Wasilah. (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. PEBS-FEUI, & IMZ. (2011). Kajian Empiris Peran Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan. Indonesia Zakat & Development Report 2011. Jakarta : IMZ Qardawi, Yusuf. (2004 cetakan ketujuh). Hukum Zakat. Jakarta : Lintera Antar Nusa 119
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
120
Sari, Olfita. (2012). Analisis Perlakuan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dalam Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional dan Perbandingannya dengan Ketentuan PSAK 45 (1998) dan PSAK 109 (2011). Depok: FEUI. Sudewo, Erry. (2003). Memulai penerapan balanced scorecard pada lembaga amil zakat melihat pada dompet dhuafa Republika. Depok : FEUI Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Wahyuni, Sri. (2012). Laporan Magang pada Divisi Customer Relationship Management (CRM) di Dompet Dhuafa Republika . Bogor : STEI Tazkia. Wibisono, Jusuf. (2006, September 8). Cara Islam Mengatasi Kemiskinan. Republika. Widodo, Hertanto., & Kustiawan, Teten. (2001). Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta : IMZ
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
121
Lampiran 1. Format Laporan Posisi Keuangan dalam PSAK 109
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
122
Lampiran 2. Format Laporan Perubahan Dana dalam PSAK 109
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
123
Lampiran 3. Format Laporan Perubahan Aset Kelolaan dalam PSAK 109
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
124
Lampiran 4. Kebijakan Akuntansi Dompet Dhuafa
KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan
arus
kas
disusun
dengan
metode
langsung
dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. B. Kas dan Setara Kas Kas dan setara kas terdiri dari uang kas dan uang yang ada di bank serta deposito berjangka waktu tiga bulan atau kurang serta tidak dijadikan sebagai jaminan. C. Barang Berharga Barang berharga terdiri dari surat-surat berharga seperti saham, wesel dan traveller cheque serta barang berharga lainnya yang diterima dari muzaki untuk zakat, wakaf, infaq atau sedekah. Surat berharga dinilai sebesar nilai nominalnya,
barang
berharga
lainnya
dinilai
berdasarkan
nilai
perolehannya. D. Piutang Piutang dinyatakan berdasarkan jumlah kotor (gross amount). Yayasan tidak melakukan penyisihan atas piutang ragu-ragu. Apabila terdapat piutang yang benar-benar tak tertagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada laporan keuangan tahun berjalan. E. Aset Tetap Aset tetap dinyatakan dengan biaya perolehan, dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan aset tetap dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap masing-masing sebagai berikut : F. G. Peralatan kantor Kendaraan Bangunan
Tahun 3-5 tahun 5 tahun 20 tahun
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
125
(lanjutan) Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada operasi saat terjadinya pemugaran dan penambahaan dalam jumlah besar, sebagaimana dijelaskan dalam PSAK no. 16 mengenai "Aset Tetap", dikapitalisasi. Aset yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat beserta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dilaporkan dalam operasi tahun yang bersangkutan. Yayasan mengakui rugi penurunan nilai aset apabila taksiran yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) dari suatu aset lebih rendah dari nilai tercatatnya. Yayasan melakukan penelahaan untuk menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai atau pemulihan nilai. Setiap rugi penurunan nilai atau pemulihan nilai diakui pada laporan laba rugi periode berjalan.
F. Pengakuan Beban Beban diakui berdasarkan metode akrual.
G. Sumber dan Penggunaan Dana
Sumber dana dinyatakan sebesar dana yang diterima pada saat itu, sedangkan penggunaan dana diakui pada saat dikeluarkannya.
H. Dana Pengelola Dana pengelola terdiri dari : i.
Bagian dari dana zakat
ii.
Kebijakan DD menyatakan bahwa maksimal dana amil yang boleh diambil dari dana zakat adalah sebesar 12,5%.
iii.
Ujrah kerjasama infak terikat
iv.
Sebagian dana infak bebas
v.
Dana infak yang diambil maksimal 40% dari dana infak bebas.
vi.
Pendapatan/bagi hasil usaha & penempatan dana amil
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013
126
vii.
Bagian dari dana kemanusiaan
I. Dana nonhalal Yang termasuk dalam dana nonhalal adalah pendapatan jasa giro yang diterima dari bank konvensional dan pendapatan nonhalal dari sumber lainnya. Dana nonhalal dari (lanjutan) penerimaan jasa giro dimasukkan ke dalam akun utang jasa giro dan akan dikeluarkan sesegera mungkin.
J. Saldo dan Transaksi dalam Mata Uang Asing Pembukuan Yayasan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang berlaku pada tanggal tersebut.
K. Imbalan Pasca Kerja Yayasan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang Undang Ketenagakerjaan No.13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Yayasan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013