EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.sy)
Oleh:
MUHAMMAD APRIADI NIM: 202046101238
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.sy)
Oleh
Muhammad Apriadi NIM: 202046101238
Di Bawah Bimbingan
Dr. Hendra Kholid, MA
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) telah diajukan dalam siding Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.sy) pada program studi Perbankan Syariah (Muamalat). Jakarta, 23 September 2010 Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 195510151979031002
( …………………… )
Sekretaris
( …………………… )
: Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag NIP. 196404121994031004
Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, MA
( …………………… )
Penguji I
: Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA NIP. 195703121985031003
( …………………… )
Penguji II
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 195510151979031002
( …………………… )
ABSTRAK Muhammad Apriadi Efektifitas Penghimpunan Dan Pengelolaan Wakaf Uang Pada Baitulmaal Muamalat (BMM) Perkembangan dan pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnnya lembaga pengelolaan wakaf yang menghimpun dan mengelola wakaf uang cukup mengembirakan, apalagi setelah diputuskannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 11 Mei Tahun 2002 dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Tapi ironisnya, penghimpunan dan pengelolan wakaf uang di Indonesia belum begitu maksimal, faktanya wakaf uang yang terhimpun oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan lembaga-lembaga wakaf lainnya belum sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Berdasarkan beberapa fakta diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang penghimpunan dan pengelolaan lembaga wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan metode deskriftif, yaitu dengan mengumpulkan data-data aktual dengan melaksanakan studi kepustakaan dan beberapa literature tertulis. Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, Penghimpunan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya, kenaikan jumlah dana wakaf uang yang terhimpun tidak terjadi secara terus menerus bahkan cendrung menurun, yakni pada tahun 2008 dana wakaf uang yang terhimpun sebesar Rp.42.431.091.- dan tahun 2009 dana wakaf uang yang terhimpun hanya sebesar Rp.13.129.595.- Kedua, Pengelolaan wakaf uang Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya, penambahan hasil pengelolaan dana wakaf yang dikelola relatif masih kecil dan tidak terjadi kenaikan secara siknifikan. Yaitu tahun 2008 penambahan hasil wakaf sebesar Rp. 9.395.275,- dan tahun 2009 penambahan hasil wakaf hanya sebesar Rp. 2.253.769,-.
ii
Kata Pengantar
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Al-hamdulillah segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagai ragam kenikmatan dan kekuatan, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada sang pejuang Islam dan suri tauladan umat manusia, yaitu baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk mempertahankan agama Allah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa ridho dari Allah SWT serta bantuan tenaga maupun Do'a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ayahanda Aswan (Alm) dan Ibunda Juriyah tercinta yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam mengarungi pahit getirnya perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan penulis dan juga yang telah memberikan Do'a restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Amin Suma, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. 4. DR. Euis Amelia, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini.
iii
5. H. AH, Azharuddin Latif, MA, MH, selaku Sekertaris Jurusan Jurusan Perbankan Syariah yang selalu memberikan dukungan untuk penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Hendra Kholid, MA selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya, kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 7. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH. MA selaku Ketua Program Non Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. selaku Sekretaris Program Non Reguler beserta staf Program Non Reguler
Fida dan Fi’i yang telah memberikan
pelayanan akademik serta membina penulis selama melaksanakan pendidikan di Program Non Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syahid Jakarta. 8. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya Jurusan Perbankan Syariah yang dengan ketulusan dan kesabaran telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman yang berharga kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 9. Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Harun Asfar Selaku mantan Dekan Fakultas Dakwah, Ibu An Aliyah, Mas Fadil, Mas Laling, Ka Leni, Danial Vanderas dan Sarif (Udin) yang telah sabar membimbing, memberikan arahan motivasi dan meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Direktur BMM (Bapak. Bambang Kusnadi), Ibu.Yayan selaku Bag.Administrasi dan Keuangan. Ibu. Narti selaku Staf Muamalat Institut dan Bapak Yayan
iv
Daryunanti selaku Manajer Administrasi, yang baik hati telah memberikan suport dan memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. 11. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Muamalat Institut yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman Jurusan Perbankan Syariah Program Non Reguler Ade, Romi, Orkhan Thorik, Jamal, Fuad, Ojie, Randi, Musadad, fuji yang telah bersama-sama dalam berjuang menuntut ilmu dan tak lupa pula, seluruh teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum Program Non Reguler angkatan 2002, Apip, Komeng, Nurul dan semuanya... 13. Teman-teman SEMARI Banten dan IKAPDH cab Jakarta, Ilham Syaputra, Erdiansyah, Supriyadi, Heri Damhudi, Herika Marlinda, Afifah Aini, Harianto Arbi, Wahyu, Hafidz, Karyono, Sukasih Nur. Serta teman-teman angkringan Ulum, Fery, Hendrik, Rohib, Feni, Ely, Halsa, Fi’i, Nandar dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini, yang tidak akan pernah penulis lupakan. 14. Tambatan hatiku Susanti dan seluruh keluarga besar, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas ketulusan hatinya, kesabaran dalam
v
Untuk semuanya penulis hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terimakasih karena tanpa kalian semua mustahil bagi penulis untuk bisa melewati hambatan dan tantangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT akan selalu melindungi, meridhoi dan memberikan balasan yang lebih besar kepada kalian semua. Akhirnya semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat buat kita semua.
Ciputat,
September 2010
Muhammad Apriadi
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR....................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................
9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...............................................
9
D. Metode Penelilitian .................................................................
11
E. Kerangka Teori.........................................................................
9
F. Tinjauan Pustaka………………… ..........................................
13
G. Sistematika Penulisan ..............................................................
15
BAB II : LANDASAN TEORI A. Penghimpunan Wakaf Uang .......................................................
17
1. Pengertian Penghimpunan.....................................................
17
2. Metode Penghimpunan .........................................................
18
3. Unsur-Unsur Penghimpunan.................................................
20
B. Pengelolaan Wakaf Uang...........................................................
22
1. Pengertian Pengelolaan .........................................................
22
2. Pengelolaan Wakaf Secara Profesional.................................
23
vii
C. Wakaf Uang ................................................................................
27
1. Pengertian Wakaf Uang ........................................................
27
2. Sejarah Wakaf Uang .............................................................
28
3. Dasar Hukum Wakaf Uang ...................................................
32
4. Rukun dan Syarat Wakaf Uang.............................................
34
5. Tujuan dan Manfaat Wakaf Uang .........................................
36
BAB III : MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG BAITULMAL MUAMALAT A. Sejarah Berdirinya Baitul Mal Muamalat ...................................
38
B. Struktur dan Mekanisme Kerja Baitul Mal Muamalat................
41
C. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang Pada Baitulmal Muamalat ....................................................................................
48
D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitul Mal Muamalat. ................................................................................... BAB IV : ANALISA PENGHIMPUNAN DAN
49
PENGELOLAAN
WAKAF UANG BAITULMAL MUAMALAT A. Efektifitas Penghimpunan Wakaf Uang Terhadap Penambahan Jumlah Dana Wakaf pada Baitulmal Muamalat.........................
54
B. Efektifitas Pengelolaan Terhadap Penambahan hasil Wakaf pada Baitulmaal Muamalat .........................................................
viii
58
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
65
B. Saran-Saran .................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak terjadinya krisis multi dimensi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, peranan wakaf menjadi semakin penting sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesadaran berwakaf menjadi perekat sosial bangsa Indonesia. 1 Karena itu institusi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus, wakaf sangat berperan penting dalam pengembangan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat seperti telah banyak mempasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah. 2 Perkataan waqf, yang menjadi wakaf di dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam. 3 Secara teknis syariah, wakaf sering kali diartikan sebagai aset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat di
1
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf “Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam”, 2006), ed ke-3, h.1 2 Ibid., h.39 3 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1988), h. 80
1
2
mana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum. 4 Secara administratif wakaf dikelola oleh nadzir orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya, Contoh yang paling klasik dari wakaf adalah tanah yang mana tanah itu atau benda itu tidak boleh dijual atau dialih tangankan selain untuk kepentingan umat, yang diamanahkan oleh waqif kepada nadzir waqaf. 5 Wakaf sangat dianjurkan dalam Islam, karena sangat potensial untuk lebih dikembangkan guna membantu orang-orang fakir dan miskin bahkan wakaf menjadi
modal
untuk
membangun
lembaga
pendidikan,
membangun
perpustakaan dan membayar gaji para stafnya. Praktik wakaf dikenal sejak awal Islam, bahkan masyarakat sebelum Islam telah mempraktikan sejenis wakaf, tapi dengan nama lain bukan wakaf antara lain ialah praktik-praktik sosial seperti halnya praktik menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan umum. Karena praktik sejenis wakaf telah ada pada masyarakat sebelum Islam, tidak terlalu menyimpang kalau wakaf dikatakan sebagi kelanjutan dari praktik masyarakat sebelum Islam. Sedang wakaf tunai mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir. 6
4
Efri Syamsul Bahri, “Peranan Wakaf Tunai Dalam Pembangunan,” Artikel Diakses pada tanggal 11 Maret 2009 dari (http.gratis45.com). 5 Mohammad Daud Ali, System Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, h.91 6 Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h.4
3
Wakaf merupakan amalan yang terkandung dalam Islam yang menghendaki agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang akan dinikmati oleh mauquf ‘alaih. Semakin banyak hasil harta wakaf yang dapat dinikmati orang, akan semakin besar pula pahala yang akan mengalir kepada pihak waqif. Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fiqih, pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengelola (nadzir). 7 Di Indonesia, peraktek wakaf uang mulai dikenal setelah dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 11 Mei 2002 tentang wakaf dan diperkuat dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Padahal didalam catatan sejarah Islam wakaf uang telah diamalkan sejak abad kedua Hijrah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Imam Al Zuhri (wafat 124 H) menganjurkan wakaf dinar atau dirham (uang) untuk pembangunan dakwah sosial dan pendidikan umat. Caranya adalah dengan menjadikan uang wakaf tersebut sebagai modal usaha dan investasi yang abadi dan menyalurkan keuntungan yang dihasilkan sebagai dana wakaf. 8 Bahkan, pada abad kedelapan H, pernah dilaporkan oleh Muhammad, yaitu putera dari Abdullah Al Ansari, yang merupakan sahabat zufar, bahwa dirham (uang) boleh diwakafkan dengan memutarkan uang wakaf tersebut
7
Mustofa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi FinanSial Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia Press),h.95 8 Beik, Is, Wakaf Tunai dan Pengentasan Kemiskinan, 2007, h.37
4
sebagai modal abadi dalam bentuk investasi. Hasilnya boleh diwakafkan untuk tujuan amal. Perlu diketahui potensi wakaf di Indonesia saat ini sungguh sangat luar biasa, oleh karena itu banyak lembaga-lembaga wakaf melakukan Inovasi atau terobosan yang konsen atau fokus dalam penghimpunan dan pendistribusian wakaf diantaranya adalah Baitulmal Muamalat (BMM). Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, shadaqah dan wakaf. Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi / unit Lembaga Keuangan Syairiah (LKS) ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin membahas apakah efektif penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana pada baitulmaal muamalat dan apakah efektif pengelolaan wakaf uang terhadap penambahan hasil wakaf di baitulmaal muamalat (BMM).
5
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis sangat tertarik dan ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan, oleh sebab itu skripsi ini penulis beri judul: “EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN
DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah : Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasanbatasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi, faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian. 9 Dalam penelitian ini, karena masalah yang akan diteliti cukup luas oleh karena itu penulis memberi batasan yaitu, efektifitas penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat (BMM). 2. Perumusan Masalah : Agar mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka perlu kiranya dirumuskan beberapa permasalah sebagi berikut : a. Bagaimana efektif penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana wakaf di Baitulmaal Muamalat? 9
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.23
6
b. Bagaimana efektif pengelolaan wakaf uang terhadap penambahan hasil wakaf di Baitulmaal Muamalat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian sudah barang tentu memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui efektifitas penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana wakaf di Baitulmaal Muamalat. 2. Mengetahui efektifitas pengelolaan wakaf uang terhadap penambahan hasil wakaf di Baitulmaal Muamalat. Adapun manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu : 1. Manfaat bagi Praktisi. a. Sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan di Baitulmaal Muamalat (BMM) khususnya dan badan-badan yang lain yang mengelola dana wakaf pada umumnya. b. Sebagai tambahan literatur terutama yang berkaitan dengan masalah wakaf uang pada baitulmal muamalat. c. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai wakaf uang. 2. Manfaat bagi Akademisi. a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca pada umumnya, dan khususnya bagi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi bagi masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya kelembaga pengelolaan wakaf. c. Sebagai kontribusi pemikiran bagi jurusan Perbankan Syariah Muamalat.
D. Metode Penelitian Adapun metode penelitian ini terbagi dalam beberapa cara, diantaranya adalah: 1. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif, yaitu metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian. Teknik pengumpulan datanya dengan cara, Penelitian Lapangan/ Survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : a. Observasi. Observasi adalah pengamatan langsung yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejalagejala dan subjek yang diteliti. 10
10
h.162
Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980),Cet Ke-7,
8
b.
Wawancara (Interview) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara penanya dengan responden, dan diharapkan dapat memberikan informasi yang benar yang berkaitan dengan topik penelitian.
c. Dokumentasi Untuk melengkapi data-data yang ingin diperoleh, penulis melakukan penelitian dokumentasi yaitu dengan cara meneliti berbagai literatur baik itu berupa buku, majalah dan sumber yang lain seperti hasil laporan dari penelitian Baitulmaal Muamalat. 2. Waktu Dan Tempat Penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di BaitulMaal Muamalat yang bertempat di JL. Letjend S. Parman Kav. 56 Jakarta 11410, Telp.(021) 5326744 Fax.(021) 5326731. Gd. Dana Pension Telkom Lt.2. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai dari bulan Januari 2009 sampai selesai. 3.
Teknik Analisis Data. Dalam menganalisis data, penulis mengunakan metode deskriptif analisi, yaitu suatu teknik data dimana penulis lebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu diklasifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
9
4. Sumber Data. Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan mengambil data yang akan dijadikan subyek penelitian sebagi berikut : a. Data primer adalah data lapangan yang didapat dari sumber pertama, seperti hasil wawancara dan observasi. Dalam data primer, peneliti atau observer melakukan sendiri observasi dilapangan. Pelaksanaan dapat berupa survey. 11 b. Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk dokumendokumen yang menjadi data skunder dalam penelitian ini adalah bukubuku, brosur, majalah dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan penunjang penelitian.
E. Kerangka Teori Untuk mempermudah tulisan ini ada beberapa hal yang perlu dijelaskan: Pertama: Pengertian efektifitas, menurut Siagian, efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dana jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankanya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semangkin mendekati sasaran, berarti semangkin
11
Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syraif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Prees, 2006), h.45
10
tinggi efektifitasnya. 12 Sementara itu menurut Fathoni “Efektifitas adalah pemanfaatan sumberdaya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”. 13 Kedua:
Pengertian penghimpunan, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, pengerahan. 14
Menghimpun dana
merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan sekedar meminta uang akan tetapi menjual ide dan meyakinkan pemberi, bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian pemberi akan menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan masyarakat luas. 15 Ketiga: Pengertian pengelolaan, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata "kelola" yaitu mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus. 16 Dan didefinisikan juga pengelolaan adalah langkah-langkah yang dilakukan dengan cara apapun yang
12
Siagian, Sondang P, Kiat Meningkatkat Produktivitas Kerja, 2006, h.24 Fathoni, Analisa Efektifitas Kerja dalam sebuah Organisasi, 2003, h.92 14 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-9, hal. 13
612. 15
Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dan Kemitraan Untuk Perubahan Tata Pemerintahan Di Indonesia,2002), ed Pertama, h. 15 16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 623
11
mungkin, guna untuk membuat data yang dapat dipergunakan bagi suatu maksud tertentu. 17 Keempat: Pengertian wakaf Uang, wakaf uang dalam definisi Departemen Agama 18 adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. Dengan demikian, wakaf uang merupakan salah satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh seorang wakif kepada nadzir dalam bentuk uang kontan. Hal ini selaras dengan definisi wakaf yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (2003: 85) tanggal 11 Mei 2002 saat merilis fatwa tentang wakaf uang. Kelima:
Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang
lingkup
kegiatannya
meliputi
pemberdayaan
terhadap
masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, shadaqah dan wakaf. Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi / unit Lembaga Keuangan Syairiah (LKS) ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia.
17
Aliminsyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Bandung: CV Yrama Widya,2004). h. 232 18 Djunaidi, Achmad (et.al.) 2007a, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI.
12
Dari beberapa penjelasan dan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini sangat mempengaruhi sistem penghimpunan dan pengolahan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat (BMM).
F. Tinjauan Pustaka Adapun setelah penulis mengadakan kajian kepustakaan, penulis tidak menemukan judul yang sama. Namun ada beberapa penelitian yang hampir sama, diantaranya: 1. Skripsi berjudul ”Strategi Penghimpunan, Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Wakaf Di Majlis Wakaf Dan ZIS Pimpinan Cabang Muhammadiyah Rawamangun Pulo Gadung” yang ditulis oleh Ikhsanuddin Fadhillah, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Muamalat ( Ekonomi Islam), NIM 203046101708. Pada skripsi ini membahas tentang, Analisis Terhadap Strategi Penghimpunan, Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Wakaf Pada Majlis Wakaf Pimpinan Cabang Muhammadiyah Rawamagun Pulo Gadung. 2. Skripsi berjudul ”Tinjauan Hukum Islam Pola Penghimpunan Dan Pengelolaan Wakaf Uang Dompet Dhuafa Dan Pos Keadilan Peduli Umat” yang ditulis oleh Wardah Ganita, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), NIM 19946117208. Pada skripsi ini
13
membahas tentang, Landasan Hukum Wakaf Uang Dan Menganalisa Aplikasi Wakaf Uang Di Lembaga Amil Zakat Dhompet Dhuafa Dan Pos Kepedulian Peduli Umat. 3. Skripsi berjudul ”Efektivitas Pengelolaan Dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI)” yang ditulis oleh Idik Komarudin, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, NIM 103044228110. Pada skripsi ini membahas tentang, Pengelolaan Dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia Dengan Ketentuan Yang Diatur Oleh Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Berbeda dengan Karya ilmiah di atas, bahwa penelitian yang akan penulis lakukan dengan judul “Efektifitas Penghimpunan Dan Penegelolaan
Wakaf Uang Pada Baitulmaal Muamalat (BMM)”.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya secara rinci adalah sebagi berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang diawalai dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
14
penelitian, metodelogi penelitian , kerangka teori, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II
: LANDASAN TEORI Menjelaskan kerangka teoritis mengenai :A. Penghimpunan yang terdiri
dari:
Pengertian,
Penghimpunan,
Metode-metode
Penghimpunan, Unsur-unsur Penghimpunan B. Pengelolaan yang terdiri dari: Pengertian Pengelolaan, Pengelolaan Wakaf Secara Profesional C. Wakaf Uang yang terdiri dari: Pengertian Wakaf Uang, Sejarah Wakaf Uang, Dasar-dasar wakaf uang, Rukun dan Syarat Wakaf Uang. BAB III
: MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAL MUAMALAT Sejarah berdirinya Baitulmaal Muamalat, Struktur dan mekanisme Kerja Baitulmal Muamalat, Mekanisme Penghimpunan dan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat, Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat.
BAB IV
: ANALISA PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAL MUAMALAT Bab ini membahas tentang Efektifitas Penghimpunan Wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana wakaf pada Baitulmaal Muamalat, Efektifitas pengelolaan terhadap penambahan hasil wakaf pada Baitulmaal Muamalat.
15
BAB V
: PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari skripsi, yang di dalamnya menguraikan tentang. Kesimpulan dari pembahasan dan analisis. Saran-Saran yang sifatnya membangun lembaga tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penghimpunan Wakaf Uang 1.
Pengertian Penghimpunan Penghimpunan dana dalam kamus Indonesia-Inggris adalah FundRaising, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut Fand-Raiser. 1 Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, pengerahan. 2 Menghimpun dana merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan sekedar meminta uang akan tetapi menjual ide dan meyakinkan pemberi, bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian pemberi akan menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan masyarakat luas. 3 Dalam prinsip penghimpunan dalam Perbankan Syariah yang dikenal dengan perinsip Wadiah, dan prinsip Mudharabah, dari hasil penghimpunan itu pengelola dana mempunyai tanggung jawab penuh sehingga pemilik dana
20 612.
1
Peter Salim, Salim’s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Erlangga), h.
2
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-9, hal.
3
Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dan Kemitraan Untuk Perubahan Tata Pemerintahan Di Indonesia,2002), ed Pertama, h. 15
16
17
tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan dana, sehinga yang mengetahui hasil usaha penghimpunan dana adalah penghimpun atau yang dikenal dengan Fand-Reiser . 4 Sebagai lembaga Financial Intermediary, salah satu kegiatan utamanya
adalah
penghimpunan
dana
melakukan dapat
penghimpunan
diartikan
sebagai
dana.
Secara
aktivitas
umum
perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian terhadap dana yang diperoleh dari masyarakat. 5 2. Metode Penghimpunan Melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, banyak metode dan teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat. 6 Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung “mudharabah”(Direct Fundraising) dan tidak langsung“wadiah”(Indirect). Diantaranya adalah: a. Metode Penghimpunan Langsung “mudharabah” (Direct Fundraising) Metode ini merupakan perjanjian atas suatu jenis dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan. 7
4
Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.Grasindo, 2005), h. 19-20 5 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transakasi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Zikrul Hikam, 2003), h. 93 6 Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, h.137 7 Ibid., h.33
18
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi wakif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk penghimpunan
dimana
proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon wakif bisa seketika (langsung) dilakukan. 8 b. Metode Penghimpunan Tidak Langsung “wadiah” (Indirect fundraising) Metode ini diartikan sebagai titipan dari satu pihak kepihak lain. 9 Suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi wakif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon wakif seketika, sebagai contoh dari metode ini adalah: advertorial, image compain dan penyelenggaraan Event, melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi. 10 Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising (langsung atau tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan serta tujuannya sendiri. Metode fundraising langsung sangat diperlukan, karena tanpa metode langsung, wakif akan kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka
8
Ibid., h.134 Ibid., h.20 10 Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 2), Artikel diakses pada tanggal 5 April 2009 dari (http.bwindonesia.net) 9
19
tampak akan menjadi kaku dan fleksibel, oleh karena itu semua lembaga harus pandai-pandai mengkombinasikan metode tersebut. 11 3. Unsur-Unsur Penghimpunan Penghimpunan adalah proses mempengaruhi masyarakat untuk berwakaf dan dalam pelaksanaannya meliputi unsur-unsur berikut: Analisis kebutuhan, segmentasi, identifikasi profil wakif, produk, harga biaya transaksi, dan promosi. 12 a. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan meliputi: Kesesuaian dengan syariat, Laporan dan pertanggung jawaban, Manfaat bagi kesejahteraan umat, Pelayanan yang berkualitas\ Silaturrahmi dan komunikasi b. Segmentasi Calon Wakif/ Donatur Segmentasi wakif sesuai undang-undang adalah perorangan, organisasi, dan lembaga berbadan hukum. Tetapi di lihat dari sudut pandang geografis juga dapat dilakukan misalnya dengan sigmentasi lokal, regional, nasional, dan internasional. Di lihat dari sudut pandang demografis misalnya menurut jenis kelamin, kelompok usia, status
11
Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 2), Artikel diakses pada tanggal 5 April 2009 dari (http.bwindonesia.net) 12
Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 1), Artikel diakses pada tanggal 3 April 2009 dari (http.bwindonesia.net)
20
perkawinan, dan ukuran keluarga, Selanjutnya secara psikologis misalnya status ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, hoby, dll. c. Identifikasi Profil Donatur/ calon wakif Dalam hal ini sangat penting untuk mengetahui profil calon wakif maupun calon donator serta biaya operasional pengelolaan harta benda wakaf. Profil calon wakif perseorangan dapat berbentuk biodata atau CV, untuk calon wakif organisasi atau lembaga hukum dalam bentuk company profile lembaga. d. Produk Nazhir seyogyanya mempunyai satu atau beberapa produk wakaf sesui perundangan yang akan ditawarkan kepada para calon wakif. Produk ini mengacu kepada peruntunan wakaf sesuai perundang-undangan yang berlaku. 13 Berdasarkan uraian diatas nazhir yang akan melakukan penghimpunan mengajak masyarakat untuk berwakaf, kemudian dana wakaf yang terhimpun akan dikelola oleh Manajer Investasi Syariah, seperti deposito, reksadana, obligasi yang manfaatnya akan digunakan untuk aktivitas pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan. 14
13
Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 2), Artikel diakses pada tanggal 5 April 2009 dari (http.bwindonesia.net) 14
Brosur Waqtumu, Alternative Pilihan Investasi Akhirat Anda, Jakarta, 29 April 2009
21
e. Harga Harga dimaksudkan besaran nilai harta benda yang akan diwakafkan atau kemampuan nazhir untuk mengelolanya. Misalnya untuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai nazhir, dalam wakaf tunai dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di empat Bank Syariah telah disepakati minimal dengan harga/ nilai dua ratus lima puluh ribu rupiah sampai satu juta rupiah dan seterusnya calon wakif dapat melaksanakan ikrar wakaf uang. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian penghimpunan sudah dilakukan secara benar dengan melibatkan semua unsur-unsur yang berkaitan dengan tata cara penghipunan dana wakaf uang.
B. Pengelolaan Wakaf Uang 1. Pengertian Pengelolaan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata "kelola"
yaitu
mengendalikan,
menyelenggarakan,
mengurus. 15
Dan
didefinisikan juga pengelolaan adalah langkah-langkah yang dilakukan dengan cara apapun yang mungkin, guna untuk membuat data yang dapat
15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 623
22
dipergunakan bagi suatu maksud tertentu. 16 Dan pengelolaan mempunyai arti:
a. Proses, cara, perbuatan mengelola. b. Poses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain. c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi. d. Proses yang membalikkan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. 17 Oleh karena itu untuk mencapai pengelolaan dana wakaf yang efektif, tidak akan tercipta tanpa adanya pengelolaan atau manajemen yang baik. Suatu pengelolaan atu manajemen yang baik dapat dilaksanakan dengan mengatur dan mengerahkan berbagi sumber daya yang sudah dirumuskan menjadi 6M: Men (Manusia), Money (Uang), Material (Barang), Machine (Mesin), Method (Metode), Market (Pasar) demi tercapainya suatu tujuan. 18 2. Pengelolaan Wakaf Secara Profesional
16
Aliminsyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Bandung: CV Yrama Widya,2004). h. 232 17 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 625 18 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA,1996), h. 42-43
23
Pengeloaan wakaf secara profesional ditandai dengan pemberdayaan potensi wakaf di masyarakat secara produktif yang meliputi beberapa aspek, diantaranya : a. Manajemen Aspek manajemen merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Pengelolaan wakaf memerlukan sistem manajemen yang terorganisir dengan baik untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemberdayaan harta wakaf agar lebih produktif dan memperoleh hasil yang baik. Dari
segi
corak
kepemimpinannya,
Mempunyai
Standar
operasional wakaf yang jelas, Sistem keuangan yang baik, baik dalam segi akuntansi, maupun auditing, Kehumasan (pemasaran) wakaf, Pola pemanfaatan hasil wakaf yang bersifat produktif, sistem kontrol dan pertanggungjawaban yang kuat. 19 b. Sumberdaya Manusia Kenazhiran Kualifikasi profesiaonalisme nazhir secara umum menurut hukum fiqih, yaitu beragama Islam, mukallaf (memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum), baligh (dewasa), aqil (berakal sehat),
19
106-113
Sumuran Harahap, Nasaruddin Umar, Paradigma Baru Wakaf Di Indonesa, cet ke-5, h.
24
memiliki kemampuan dalam mengelola wakaf (profesional), memiliki sifat amanah, jujur, dan adil. 20 c. Bentuk Wakaf Benda Bergerak Langkah pengembangan bentuk wakaf benda bergerak merupakan sebuah trobosan yang cukup signifikan dalam dunia perwakafan. Karena wakaf benda bergerak seperti uang, saham atau surat berharga lainnya merupakan variabel penting dalam pengembangan ekonomi. d. Pola Kemitraan Usaha Untuk mendukung keberhasilan pengelolaan wakaf secara produktif. Salah satunya adalah dengan membentuk dan menjalin kerjasama (networking) dengan lembaga-lembaga usah yang memiliki reputasi baik dalam perekonomian, seperti : 1) Perusahaan Modal Ventura. 2) Lembaga Perbankan Syariah atau Lembaga Keuangan Syariah lainnya sebagai pihak yang memiliki dana pinjaman. 3) Lembaga investasi usaha yang berbentuk badan usaha non lembaga jasa keuangan. 4) Investasi perseorangan yang memiliki modal cukup. 5) Lembaga Perbankan Internasional yang cukup peduli dengan pengembangn wakaf di Indonesia.
20
Achmad Djunaidi dan Thobib Al-Asyahar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: Mitra Abadi Press,2006), cet. ke III h.84
25
6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yeng peduli terhadap pemberdayaan ekonomi umat, baik dalam atau luar negeri. Jalinan kerjasama ini tentunya memiliki komitmen bersama agar harta wakaf yang strategis dapat diberdayakan untuk kepentingan peningkatan keuntungan ekonomi. 21 e. Undang-Undang Perwakafan. Perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia telah menjadi persoalan yang cukup lama karena belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur masalah wakaf. Pada awalnya, perwakafan di Indonesia diatur dalam PP No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik dan sedikit disinggung dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok agraria. Namun karena keterbatasan cakupanya, kedua peraturan perundang-undangan tersebut belum memberikan peluang yang maksimal bagi pemberdayaan harta benda wakaf secara produktif dan profesional. 22 Pada tanggal 27 0ktober 2004, muncul Undang-Undang No. 41 tentang wakaf. Undang-undang ini memiliki beberapa substansi tentang wakaf yang sifatnya lebih menyeluruh dan merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan perundang-undangan wakaf yang sudah ada,
21
Ibid.,h.104 Mustofa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi FinanSial Islam, Jakata: UI Press.h.102-103 22
26
dengan melengkapi hal-hal baru sebagi upaya pemberdayaan wakaf secara produktif dan profesional. 23 Kemudian keberadaan peraturan perundang-undangan wakaf semakin dilengkapi dengan adanya peraturan pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang memperjelas dan memperinci berbagai aspek dan tata cara yang berkaitan dengan pelaksanaan wakaf. 24
C. Wakaf Uang 1. Pengertian Wakaf Uang Wakaf uang merupakan terjemahan langsung dari istilah Cash Waqf yang populer di Bangladesh, tempat A. Mannan menggagas idenya. Dalam beberapa literatur lain, Cash Waqf juga dimaknai sebagai wakaf tunai. Hanya saja, makna tunai ini sering disalahartikan sebagai lawan kata dari kredit, sehingga pemaknaan cash waqf sebagai wakaf tunai menjadi kurang pas. Untuk itu, dalam tulisan ini, cash waqf akan diterjemahkan sebagai wakaf uang, kecuali jika sudah termaktub dalam hukum positif dan penamaan produk, seperti Sertifikat Wakaf Tunai.
23
Achmad Djunaidi dan Thobib Al-Asyahar, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: mitra abadi perss, 2006, h.89 24 Ibid., h.91
27
Selanjutnya, wakaf uang dalam definisi Departemen Agama 25 adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. Dengan demikian, wakaf uang merupakan salah satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh seorang wakif kepada nadzir dalam bentuk uang kontan. Hal ini selaras dengan definisi wakaf yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (2003: 85) tanggal 11 Mei 2002 saat merilis fatwa tentang wakaf uang. Dalam definisi di atas, wakaf tidak lagi terbatas pada benda yang tetap wujudnya, melainkan wakaf dapat berupa benda yang tetap nilainya atau pokoknya. Uang masuk dalam kategori benda yang tetap pokoknya. Dengan demikian, definisi MUI di atas memberikan legitimasi kebolehan wakaf uang. 2. Sejarah Wakaf Uang Praktik wakaf telah dikenal sejak awal Islam. Bahkan, masyarakat sebelum Islam pun telah mempraktikkan sejenis wakaf, tapi dengan nama lain, bukan wakaf. Karena praktik sejenis wakaf telah ada sebelum Islam, tidak terlalu menyimpang kalau kemudian dikatakan bahwa wakaf adalah kelanjutan dari praktik masyarakat sebelum Islam. 26 Dalam catatan sejarah Islam, wakaf tunai sudah dipraktikkan sejak awal abad kedua hijriyah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (t.th./IX: 330),[4] bahwa imam al-Zuhri (w. 124 H) salah satu ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al-hadis 25
Djunaidi, Achmad (et.al.) 2007a, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI. 26 Ilchman, Warren F, (et.al.), Filantropi di Berbagai Tradisi Dunia, Jakarta: CSRC.
28
memfatwakan, dianjurkannya wakaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana sosial, dakwah, dan pendidikan umat Islam. Adapun caranya adalah dengan menjadikannya uang tersebut sebagai modal usaha kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. Wakaf uang juga dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir. Pada masa itu, perkembangan wakaf sangat menggembirakan. Wakaf tidak hanya sebatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf uang. Tahun 1178, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi madhab Sunni, Salahuddin al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandaria untuk berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandaria itu membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang. Namun lazimnya, bea cukai dibayar dalam bentuk uang. Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para keturunannya. 27 Selain memanfaatkan wakaf untuk kesejahteraan masyarakat seperti para ulama, dinasti Ayyubiyyah juga memanfaatkan wakaf untuk kepentingan politiknya dan misi alirannya, yaitu madhab Sunni, dan mempertahankan kekuasaannya. Dinasti Ayyubiyah juga menjadikan harta milik negara yang berada di baitul mal sebagai modal untuk diwakafkan demi perkembangan
27
Ibid
29
madhab Sunni untuk menggantikan madhab Syi’ah yang di bawah dinasti sebelumnya, yaitu Fatimiyah 28 . Salahuddin al-Ayyubi juga banyak mewakafkan lahan milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti mewakafkan beberapa desa untuk pengembangan madrasah mazhab asy-Syafi’i, madrasah madhab Maliki, dan mazhab Hanafi dengan dana melalui model mewakafkan kebun dan lahan pertanian, seperti pembangunan madrasah mazhab Syafi’i dan kuburan Imam Syafi’i dengan cara mewakafkan kebun pertanian dan pulau al-Fil. 29 Di era modern ini, wakaf uang yang menjadi populer berkat sentuhan piawai dengan berdirinya sebuah lembaga yang ia sebut Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Tunai untuk yang pertama kali di dunia. SIBL mengumpulkan dana dari para aghniya’ (orang kaya) untuk dikelola secara profesional sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat disalurkan kepada para Mustadh’afin (orang fakir miskin). 30 Melihat Perkembangan pengelolaan wakaf di Indonesia mulai diperhatikan secara serius oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) karena melihat potensi wakaf uang yang sangat besar. 31 Di Indonesi, kontroversi wakaf uang ini telah dijawab oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI), Pada Tanggal 11 Mei 28
Ibid Ibid 30 Ibid 31 Pengajar UMSU (Universitas Muhammadiah Sumatra Utara), Artikel di akses 16 Maret 2009 dari,(http:suhrawardilubis.multiply.com) 29
30
2002 M, Bertepatan dengan Tanggal 28 Shafar 1423 H. Majlis Ulam Indonesia (MUI) menetapkan fatwa tentang wakaf uang yang meliputi : a. Wakaf uang (Cash Wakaf) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. c. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh). d. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i. e. Nilai pokok Wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. 32 Fatwa uang tersebut ditetapkan setelah memperhatikan
:
a. Pendapat Imam Az-Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan kepada mauquf’alaih. b. Mutaqaddimin darai ulama mazhab hanafi yang membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bil ‘urf. c. Pendapat sebagian ulama mazhab Syafii : Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafii tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang).
32
Nasaruddin Umar dan Sumuran Harahap, Pedoman Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dan Direktorat Jendral Masyarakat Islam, 2006), cet ke-2, h.169-170
31
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang sekelompok, sekelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 33
3. Dasar Hukum Wakaf Uang Secara umum dasar hukum wakaf uang adalah bagian dari dasar hukum wakaf yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist : a. Al-Qur’an Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari:
1) Ayat Al-Quran, antara lain:
(77 :22/)اﻟﺤﺞ “Hai orarang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”(Qs. Al-Haji(22):77) Dan diayat lain dikatakan :
33
h.1
Sumuran Harahap, Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakrta: 2006,
32
☺ ⌧
92: 3 / )ال ﻋﻤﺮان ( “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(Qs.Ali-Imran(3):92) Kemudian dikuatkan dengan ayat berikut, sebagai landasan hukum wakaf uang :
☺⌧ ☺ (261 :2/)اﻟﺒﻘﺮة “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(QS. Al-Baqarah(2)261). Dalam ayat tersebut Allah SWT menyerukan kepada manusia untuk berbuat kebajikan yaitu mewakafkan harta miliknya yang didasarkan pada hati yang ikhlas semata-mata karena Allah, dan kasih sayang antara sesama. 34 b. Al-Hadist
34
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesi, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dan Direktorat Jendral Masyarakat Islam.2006),cet ke-2, h.17-18
33
Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik untuk kebaikan orang lain dengan membelanjakan (menyedekahkan) hartanya tersebut diatas, menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim berasal dari Abu Hurairah :
ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ُ ﺻَﻠﻰ اﷲ َ ﻲ ﻋﻨْ ُﻪ َأنْ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ ﻲ اﷲ َﺿ ِ ﻋﻦْ َأ ِﺑﻰ ُه َﺮﻳْ َﺮ َة َر َ ْﺟِﺎر َﻳﺔٌ َأو َ ٌﺻ َﺪ َﻗﺔ َ ث ٍ ﻼ َ ﻻ ِﻣﻦْ َﺛ ﻋ َﻤُﻠ ُﻪ ِأ ﱠ َ ﻄ َﻊ َ ﻦ َأ َد َم اﻧْ َﻘ ِ ْت اﺑ َ ِإ َذا َﻣﺎ: َ ٌﻋﻠْﻢٌ َﻳﻨْ َﺘ َﻔ ُﻊ ِﺑ ِﻪ َأوْ َوَﻟﺪ ِ (ﺻﺎِﻟﺢٌ َﻳﺪْ ُﻋﻮَْﻟ ُﻪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Apabila seseorang manusia telah meninggal, putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (H.R. Muslim) 35 Adapun hadist yang lain menyebutkan :
(ﺠ ﱠﻨ ِﺔ )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ َ ْﷲ َﻟ ُﻪ َﺑﻴْﺘًﺎ ِﻓﻰ اﻟ ُ َﺑ َﻨﻰ ا,ﺠ ًﺪا ِ ْﷲ َﻣﺴ ُ ﻰا َ َﻣﻦْ َﺑﻨ Artinya : “Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka akan membangun tempat tinggal baginya di surga” (HR. Ibnu Majah) 36 Kemudian dikuatkan dengan hadist berikut :
ﻰ ُ َواﺑْ ُﺘ ِﻐ,ن َﻟ ُﻪ ﺧَﺎِﻟﺼًﺎ َ ﻻ َﻣﺎ َآﺎ ل ِا ﱠ ِ ﻦ اﻟ َﻤ َﻤﺎ َ ﻞ ِﻣ ُ ﻻ َﻳﻘْ َﺒ َ ﷲ َﺗ َﻌﺎَﻟﻰ َ نا ِا ﱠ (ِﺑ ِﻪ َوﺟْ ُﻬ ُﻪ )رواﻩ اﻟﻨﺴﺎئ ﻋﻦ اﺑﻰ ﻣﺎﻣﺔ Artinya : “ Sesungguhnya Allah tidak menerima perbuatan seseorang tanpa dilandasi dengan keikhlasan” (HR. Imam Nasaai dari Abi Mamah) 37
35
Imam Abu Al-Husaini Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Sahih Muslim, (Beirut Dar Al-Fikri,1988), Cet Ke-1.h.75 36 As-Syahid Ahmad Al-Hasyim Baek, Mukhatarul Ahaist Annabawiyyah, Darul Ikhya Almaktab Al-Arabiyah. Cet ke-6 1948. Hal.166 37 Ibid, h.39
34
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw diatas maka dapat dijalankan legalitas hukum dalam wakaf uang, yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada dan dapat mengacu pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan diperkuat dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 11 Mei Tahun 2002. 4. Rukun Dan Syarat Wakaf Uang a. Rukun Wakaf Uang Rukun artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu tidak akan tegak berdiri. Tanpa unsur itu, wakaf tidak dapat berdiri. Oleh karena itu menurut jumhur, Mazhab Syafi’i dan Maliki serta Hambali,rukun wakaf ada empat,yaitu : 38 1) Wakif (orang yang mewakafkan hartanya) 2) Mauquf (harta yang diwakafkan) 3) Mauquf Alaih (tujuan wakaf) 4) Sighat Wakaf (pernyataan) b. Syarat Wakaf Uang Masing-masing rukun wakaf mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu: 1. Syarat Waqif (orang yang mewakafkan)
38
Muhammad Khatib al-Sarbini, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut: Dar Ihya Al-Turas AlArabi,t.t.).JuzII, h, 376
35
Ulama menetapkan syarat-syarat perwakafan (waqif) sebagai berikut: a) Berakal yaitu orang yang mempunyai akal sehat, oleh sebab itu tidaklah sah wakaf yang diberikan oleh orang gila. b) Dewasa (balig), tidak akan sah perwakafan apabila wakaf diberikan oleh anak kecil yang belum balig. c) Tidak dalam tanggungan, karena boros dan bodoh. d) Kemauan sendiri, bukan atas tekanan atau paksaan dari pihak manapun. e) Merdeka. 39 2. Syarat Mauquf (benda yang diwakafkan) Para fuqaha sepakat bahwa barang atau harta yang diwakafkan itu harus berupa barang yang kongkrit dan pasti, diketahui dan betulbetul milik penuh bagi orang yang mewakafkannya. 40 Adapun syarat sahnya suatu perwakafan benda atau harta seseorang, adalah sebagi berikut : a) Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi untuk selama-lamanya. b) Tujuannya,seperti
disebutkan
diatas,
harus
jelas,
tanpa
menyebutkan tujuannya secara jelas perwakafan tidak sah. 39 40
h. 184
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: IIMA,2003), h. 219 Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqih Al-Islam Wa Adillatahu, (Beirut: Dar Al-Fikri, 1989), Juz 8,
36
c) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh waqif tanpa menggatungkan pelaksanaanya pada suatu peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. d) Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang dinyatakan oleh waqif berlaku seketika dan untuk selamalamnya. 41 5. Tujuan Dan Manfaat Wakaf Uang a. Tujuan Wakaf Uang Tujuan dari penggalangan wakaf uang dari masyarakat antara lain sebagi berikut. 42 1) Membantu pihak yang miskin, baik miskin dalam arti ekonomi maupun miskin tenaga. 2) Bertujuan untuk meningkatkan pembangunan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah, sarana pendidikan dan sarana sosial lainnya. 3) Membentuk jiwa sosial ditengah-tengah masyarakat. 4) Mendidik manusia agar manusia mempunyai tenggang rasa terhadap sesamanya. 43 b. Manfaat Wakaf Uang
41
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, h. 84-87 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), Ed ke-2, h. 264 43 Taufik Ridho, Panduan Wakaf Praktis, (Jakrta: Tabung Wakaf Indonesia, 2006), h. 52 42
37
Agar wakaf uang memberikan manfaat yang riil terhadap masyarakat
luas,
seyogyannya
lembaga
pengelola
wakaf
uang
menggunakan manajemen yang profesional. Dengan demikian manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakat akan terasa adanya. 44 Diantaranya manfaat wakaf uang: 1) Menunjukan kepedulian dan tanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat. 2) Keuntungan moril bagi wakif dengan mendapatkan pahala yang akan mengalir terus menerus di dunia dan Akhirat. 3) Memperbanyak aset-aset yang digunakan untuk kepentingan umum yang sesuai dengan ajaran islam. 4) Merupakan sumber dana potensial bagi kepentingan peningkatan kualitas umat, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahtraan ekonomi, dakwah dan lain sebagainya. 5) Sebagai peluang amal sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 6) Sebagai instrumen penting dalam membangkitkan sistem ekonomi umat Islam di Indonesi. 45
44 45
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h. 49 Taufik Ridho, Panduan Wakaf Praktis, Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, 2006, h. 53
BAB III MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)
A. Sejarah Berdirinya Baitulmaal Muamalat Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, dan shadaqah. Lembaga ini berkedudukan di Gedung Dana Pensiun Telkom Jl. Letjen S. Parman Kavling 55 Slipi Jakarta Barat. Baitulmaal Muamalat mulai dirintis oleh Bank Muamalat Indonesia sejak tahun 1994. Berawal dari keresahan beberapa orang yang peduli dengan Kondisi umat yang semakin terpuruk secara ekonomi. Kemudian tanggal 16 Juni 2000 Baitulmaal Muamalat diresmikan oleh Menteri Agama RI. Bapak Tolcha Hasan. Sesuai dengan Akta Yayasan Baitulmaal Muamalat No. 76 tanggal 22 Desember 2000 pasal 4 bahwa maksud dan tujuan yayasan adalah membantu pemerintah dalam usaha mensejahterakan kehidupan bangsa dengan memajukan bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. 1 Dukungan dari pemerintah semakin nyata setelah Baitulmaal Muamalat dikukuhkan legalitasnya oleh Menteri Agama RI Kabinet Presiden Megawati Soekarno Putri, KH. Dr. Said Agil Munawar, sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 481/2001. 1
Baitulmaal Muamalat. Standar Operasional Perusahaan, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat)
37
38
Hal ini semakin mendorong, memotivasi Baitulmaal Muamalat untuk terus melakukan pemberdayaan secara lebih komprehensif dan berkelanjutan kepada masyarakat, terutama pada saat ini masyarakat sangat membutuhkan peran serta semua pihak untuk mengembalikan kondisi perekonomian kearah yang lebih baik. 2 Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi / unit Lembaga Keuangan Syairiah (LKS) ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia. Proses berdirinya Baitulmaal Muamalat hampir mirip dengan Muamalat Institute (MI). Keduanya merupakan lembaga yang dibentuk oleh Yayasan Penelitian, pengembangan dan penerapan Keuangan Syariah (YP3KS) yang juga dibentuk Bank Muamalat. Jika Muamalat Institute lebih berkonsentrasi pada bidang pendidikan dan penelitian serta pengembangan lembaga syariah, Baitulmaal Muamalat lebih kepada peran sosial. 3 Berdirinya Baitulmaal Muamalat didorong oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pertimbangan pengurusan masalah sosial dan juga perlunya pengelolaan zakat secara indepeden. Sedangkan faktor eksternal adalah karena adanya UU No. 38 Tahun
2 3
Baitulmaal Muamalat, Empowering & Caring Sociey, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat) Baitulmaal Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat (Jakarta, DIKTAT t.p., t.th.), h. 1
39
1999. Maka beberapa pimpinan Bank Muamalat Indonesia dan Divisi LKS Bank Muamalat Indonesia Yakni Bapak A. Riawan Amin, Ir. Suhaji Lestiadi, Wahyu Dwi Agung yang kemudian mendirikan Lembaga Zakat yang dinamakan Baitulmaal Muamalat. Baitulmaal Muamalat berhasil memperoleh pengakuan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 481 / 20 - 01. Setelah menjalani proses awal sebagai Lembaga Amil Zakat, Tahun 2001 pun dicanangkan sebagai Tahun Baitumaal Muamalat. Hal ini merupakan motivasi untuk menjadikan Tahun 2001 sebagai tonggak eksistensi Baitulmaal Muamalat di masyarakat.4 Baitulmaal Muamalat memiliki landasan kerja yang menjadi pedomannya dalam menjalankan aktivitas, yaitu : a. Profesionalisme Zakat dikelola dengan manajemen yang profesional dan transparan serta memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. b. Independen Independen dalam membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat serta mandiri dalam membangun dan mengembangkan organisasi c. Amanah Dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai Lembaga Amil Zakat, setiap insan Baitulmaal Muamalat akan menjunjung tinggi amanah yang diemban dengan penuh dedikasi dalam kerja serta memiliki integritas. 4
Baitul Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat).
40
d. Sesuai Kaidah Sesuai kaidah maksudnya adalah Baitulmaal Muamalat dalam beroperasinya berusaha sesuai dengan syariat Islam. 5 Pada awal berdirinya Baitulmal Muamalat (BMM) lembaga ini melaksanakan program diantaranya dana Zakat, Infaq, Shodaqoh serta dana Wakaf. Dalam hal ini Baitulmal Muamalat belum memfokuskan kepada program wakaf uang, namun pelaksanaannya telah dilakukan sejak awal berdirinya lembaga ini. Sejak disahkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 11 Mei Tahun 2002 telah menetapkan Fatwa tentang Wakaf Uang dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Baitulmal Muamalat sendiri telah menghimpun dana wakaf sejak awal berdirinya lembaga ini. Akan tetapi perkembangannya belum menunjukkan kemaksimalan seperti lembaga-lembaga lainnya yang memfokuskan pada penghimpunan dana wakaf. . B. Struktur Dan Mekanisme Kerja Baitulmaal Muamalat Struktur organisasi pada Baitulmaal Muamalat diciptakan menurut perkembangan kebutuhan setiap tahunnya. Oleh karena itu struktur organisasinya dapat berubah jika kebutuhan juga berubah. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat kita ketahui bahwa struktur organisasi Baitulmaal Muamalat adalah
5
Baitulmaal Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat ( Jakarta, Diktat, T.P., T.Th.), h.5-7
41
fleksibel, karena dapat berubah menurut perkembangan serta pengaruh dari pihak-pihak tertentu yang membutuhkannya. Jadi kebutuhan dalam menentukan struktur organisasi adalah mutlak dan fleksibel demi pelaksanaan kebutunan itu sendiri, khususnya dalam bidang usaha yang memerlukan tanggung jawab besar. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka akan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara efisien. Struktur organisasi Baitulmaal Muamalat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Dewan Pengawas, Direktur, General manajer, penghimpunan dan pendayagunaan, Administrasi, Jejaring dan pengembangan. Baitulmaal Muamalat tidak memiliki struktur organisasi dibawah Bank Muamalat Indonesia karena Baitulmaal Muamalat telah menjadi Yayasan/ Lembaga Amil Zakat Nasional yang telah dikukuhkan oleh Menteri Agama RI, melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI .No. 481/2001.
42
STRUKTUR ORGANISASI 6 BAITULMAAL MUAMALAT DEWAN PERTIMBANGAN
DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR
GENERAL MANAJER
PENGHIMPUNAN & PENDAYAGUNAAN
ADMINISTRASI & KEUANGAN
PENGHIMPUNAN
Personalia
JEJARING & PENGEMBANGAN
PENDAYAGUNAAN
Pengembangan Produk
Pengembangan Pendayagunaan
Costumer Service
Pendayagunaan Internal
Marketing Support
Pendayagunaan Eksternal
Keuangan
Pengembangan Jaringan
Pengembangan LKMS
Pengembangan Kelembagaan Usaha
IT
Biro Syariah Marketing
Publikasi
6
Baitulmaal Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat ( Jakarta, Diktat, T.P., T.Th.), h.137
43
Pembenahan dibidang struktur atau kelembagaan (organisasi) merupakan syarat mutlak atas keberhasilan dalam segala urusan. Lebih-lebih urusan yang berkaitan dengan masalah pengumpulan dan pendayagunaan dana, seperti halnya urusan zakat, infak/sedekah, dan wakaf. Karena itu sangat wajar apabila pengurusan memperoleh perhatian secara khusus, mengingat tugas ini tidak hanya menyangkut pertanggungjawaban yang bersifat duniawi, tetapi juga pertanggungjawaban ukhrowi, karena terkait langsung dengan salah satu rukun agama. Salah dalam mengambil kebijaksanaan, berarti harus siap-siap mempertanggungjawabkan langsung kepada Allah SWT, di hari akhir nanti dalam menghadapi Pengadilan Agung. Adapun tugas dan wewenang pengurus dalam melaksanakan operasionalnya adalah: 1.
Dewan Pertimbangan, mereka yang memberikan pembinaan dan masukanmasukan untuk pelaksanaan program.
2.
Dewan Pengawas, mereka yang mengawasi jalannya program yang dilakukan oleh lembaga.
3.
Direktur, mengetahui dewan pelaksanaan untuk merencanakan dan membagi tugas kepada setiap koordinator untuk - melaksanakan program yang telah ditetapkan.
4.
General Manager / Kantor Pusat Operasional, tugasnya adalah: a. Bersama-sama bidang perhimpunan dan pendayagunaan menyiapkan program kerja, schedul kegiatan dan rencana keuangan (budget) masingmasing bidang.
44
b. Menetapkan program pendayagunaan dan penghimpunan yang telah disesuikan dan masing-masing bidang untuk diusulkan kepada direksi. c. Mengawasi pelaksanaan program pendayagunaan dan penghimpunan yang menjadi tanggung jawabnya. 5.
Administrasi Program, tugasnya adalah: a. Merencanakan dan membuat program-program pendayagunaan yang memiliki nilai jual Baitulmaal Muamalat dan bersifat Nasional. b. Mengkonsep dan membuat petunjuk pelaksanaan program tersebut ke perwakilan BMM Selindo. c. Mengkoordinasikan atau mencatat seluruh pendayagunaan dan data mustahik BMM. Wewenangnya adalah: a. Mengajukan usulan program. b. Merekomendasikan pihak lain dalam rangka membantu kelancaran tugas.
6.
Sistem dan Teknologi, tugasnya adalah: a. Membuat dan mengembangkan sistem informasi yang diperlukan guna menunjang profesionalisme operasional kerja BMM. b. Membuat dan mengembangkan sistem informasi muzaki sebagai data base pendayagunaan dana ZIS BMM. c. Membuat dan mengembangkan sistem informasi B-BMT. Wewenangnya adalah: Mengajukan
usulan
fasilitas
yang
diperlukan
guna menunjang
45
tugas-tugas yang sedang berjalan. 7.
Penghimpunan dan Pendayagunaan, tugasnya adalah: a. Kelancaran pelaksanaan program Penghimpunan dan Pendayagunaan sesuai target dan rencana yang telah ditetapkan. b. Ketepatan waktu pelaporan dari masing-masing bidang Penghinlpunan dan Pendayagunaan. c. Kelancaran laporan dan koordinasi kegiatan kepada Direksi. Wewenangnya adalah: a.
Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan Penghinpunan maupun Pendayagunaan atas persetujuan Direktur.
b.
Menyetujui dan menolak usulan dan kegiatan dari masing-masing bidang, baik Penghimpunan dan Pendayagunaan.
c. 8.
Mengembangkan potensi fungsi operasional.
Customer Care, tugasnya adalah: a. Bersama-sama bidang pemasaran
dan
pendayagunaan
KPO
menyiapkan program kerja, jadwal kegiatan dan rencana keuangan (budget) masing-masing bidang kepada GIM. b. Mengawasi perhimpunan yang diperoleh melalai rekanan di wilayah kerja Jakarta seperti BCA dan counter-counter BMI. c. Mengusulkan dan mengawasi pengembangan sistem informasi muzaki dan mustahik (SIMM).
46
Wewenangnya adalah: a. Meminta rekapitulasi penghimpunan dan pendayagunaan secara berkala. b. Mengusulkan format pelaporan berkala. c. Mengajukan usulan materi publikasi yang berkaitan dengan pelaporan kepada muzaki yang berada di wilayah kerja Jakarta. 9.
Administrasi, Keuangan dan Personalia, tugasnya adalah: a.
Administrasi Keuangan 1) Mengatur
dalam
pelaksanaan
dan
penyelesaian
tugas-tugas
administrasi dan keuangan BMM unfuk mencapai kelancaran dan pertumbuhan kegiatan yang optimal. 2) Membuat
dan
melaksanakan
rencana
anggaran
yang
telah
disetujui direksi. 3) Membuat anggaran. b.
Administrasi Personali 1) Bertanggung jawab terhadap proses rekrutmen karyawan. 2) Bertanggung jawab atas kontrak kerja karyawan. 3) Bertanggung jawab atas kelengkapan file karyawan
Wewenangnya adalah: a. Mengusulkan kenaikan grade, gaji dan tunjangan berdasarkan persetujuan Direktur. b. Memberikan dan mengeluarkan surat peringatan kepada karyawan sesuai peraturan perusahaan atas persetujuan Direktur.
47
c. Memberikan informasi dan mengusulkan pengaturan penggunaan biaya-biaya di masing-masing wilayah kerja BMM. Dari penjelasan diatas, struktur organisasi Baitulmaal Muamalat (BMM) sudah sangat memenuhi persyaratan yang baik, karna pada dasarnya struktur organisasi Baitulmaal Muamalat ini tidak dibawah Bank Muamalat Indonesia dan Baitulmaal Muamalat ini hanya sebuah Yayasan/ Lembaga Amil Zakat Nasional yang telah dikukuhkan oleh Menteri Agama RI, melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI .No. 481/2001.
C. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat Menghimpun dana merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan sekedar meminta uang akan tetapi menjual ide dan meyakinkan pemberi, bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian pemberi akan menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan masyarakat luas. Dalam prinsip penghimpunan dalam Perbankan Syariah yang dikenal dengan perinsip Wadiah, dan prinsip Mudharabah, dari hasil penghimpunan itu pengelola dana mempunyai tanggung jawab penuh sehingga pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan dana, sehinga yang mengetahui hasil usaha penghimpunan dana adalah penghimpun atau yang dikenal dengan Fand-Reiser. Pada dasarnya penghimpunan dapat dibagi dua jenis, pertama: langsung “Mudhorobah” (Direct Fundrasing)
adalah akad perjanjian atas suatu jenis
48
dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan, kedua: tidak langsung “Wadiah” (Indirect Fundrasing) yang diartikan sebagai titipan dari satu pihak kepihak lain. Adapun dana yang digunakan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) di dalam melaksanakan program dan aktivitasnya antara laian: 1. Dana Zakat,Infaq, dan Shodaqah serta dana wakaf uang dari masyarakat perseorangan maupun lembaga. 2. Bantuan bersyarat dari intansi pemerintah, swasta dalam dan luar negeri. 3. Dana kemanusiaan, perseorangan ataupun perusahaan. 4. Dana sosial perusahaan, seperti dana sosial dari perusahaan Hutama Karya. 5. Proyek, seperti Program Peningkatan Kemandirian Ekonomi Rakyat (P2KER) dan Dana Bergulir Syariah (DBS) dari kantor kementrian Negara koperasi dan UKM. 7
D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat. Dalam melaksanakan kewajibannya selaku Nazhir, Baitulmal Muamalat harus melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya dengan prinsipprinsip syariah Islam. Ada dua cara mekanisme pengelolaan dana wakaf di Baitulmal Muamalat dia antaranya:
7
Baitulmaal Muamalat, Rencana Kerja Dan Anggaran 2008, (Jakarta: Baitulmaal Muamalat).
49
1. Program Baitulmaal Muamalat a. B-BMT Program penguat Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), sebagai bagian dari penguat institusi keuangan syariah. Garis program terdiri atas penguatan SDM, permodalan, dan sistem keuangan. b. B-Community Program pengembangan, komunitas dengan upaya pengembangan potensi ekonomi lokal. Pengembangan potensi ekonomi dengan memperhatikan Keunggulan kompetitif terdiri atas permodalan, pelatihan, penguatiin SDM. tunjangan kesehatan, pendidikan anak, hingga supervisi aspek pemasaran. Target akhir dari program ini adalah perubahan status dari mustahik menjadi muzakki. c. B-Smart Program beasisiwa bagi mahasiswa berprestasi yang dilengkapi dengan kurikulum pemberdayaan. Mahasiswa peserta program dilibatkan dalam program pemberdayaan Baitulmaal Muamalat. Melalui program ini diharapkan jarak interaksi antara kampus dan masyarakat dapat dikurangi sehingga muncul sense ofisicial responsibility. d. B-Healt Program pelayanan kesehatan bagi komunitas mustahik yang berada diluar jangkauan institusi kesehatan pemerintah. Program ini juga merupakan program penunjang B-Community. Sistem keanggotaan program yang
50
bersifat subsidi diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian terhadap muzaki/wakif. e. B-Share Program anak asuh dengan santunan manajemem. Berupa penanggungan biaya pendidikan dan kebutuhan belajar untuk siswa sekolah dasar hingga menengah umum. Baitulmaal berperan sebagai manager pendidikan dan mediator bagi anak asuh peserta program. Nilai lebih dari program ini adalah secara perlahan memindahkan ketergantungan anak asuh, dari individu kepada lembaga. f. B-Care Program penanggungan masalah sosial yang timbul sebagai dampak musibah dan bencana alam. Titik tekan pada pemulihan ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan
mendasar,
dengan
memancing
partisipasi
masyarakat. Program yang dimaksudkan sebagai pelengkap atas program sosial sejenis yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat. 2. Produk a. IB-Dinar Keping emas Baitulmaal Muamalat yang menginspirasikan wacana pemurnian ekonomi dan kestabilan nilai tukar, berfungsi sebagai Collecting Hem dan berguna nilai wakaf tunai pada program Waqtumu. BDinar diluncurkan dalam edisi yang terbatas dan semangat sosialisasi, sehingga kepemilikan perorangan diatasi maksimal dua koin.
51
b. Waqtumu Wakaf Tunai Muamalat, sebuah ijtihad untuk memlasilitasi keinginan masyarakat berwakaf. Pilihan wakaf tunai tersedia dalam beberapa pecahan rupiah sperti contoh, RP.250,000,- sampai RP.1000,000 dan seterusnya. Dana tersebut disimpan pada Bank Muamalat, sementara Baitulmaal Muamalat berperan sebagai manager investasi. c. B-Care Kartu apresiasi bagi muzakki yang menyalurkan zakatnya secara rutin melalui Baitulmaal Muamalat. B-Care memiliki beberapa kelebihan seperti cover asuransi, merchant, dan sebagi kartu ATM yang dapat dipergunakan pada seluruh jaringan BMI dan BCA. kartunya bisa sebagai ATM ), sebagai kartu diskon. d. B-Rice Beras berkualitas produksi petani di wilayah pemberdayaan Baitulmaal Muamalat. Program B-Rice dimaksudkan sebagai bagian dari komitmen Baitulmaal Muamalat memperkuat posisi tawar petani, salah satu komunitas mustahik. Selain dipasarkan secara bebas, B-Rice juga diperuntukkan sebagai santunan dalam-program B-Care.
52
e. B-Fresh Air minum mineral yang diproduksi oleh Baitulmaal Muamalat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain sebagai investasi berskala mikro dalam sektor strategis, air minum tersebut merupakan bagian dari BCommunity. f. B-Family Majalah keluarga yang berisi informasi seputar rumah tangga, pendidikan anak, kesehatan dan hobi. Dilengkapi pula dengar berita pemberdayaan dan laporan keuangan Baitulmaal Muamalat. B-Familiy tesrbit dengan oplah 5000 ekslemplar, tersebar (pemasaran) di 6 kota Jawa dan Sumatera 8 .
8
Baitul Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat).
BAB IV ANALISA PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAL MUAMALAT
A. Efektifitas Penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana wakaf pada Baitulmaal Muamalat
Menghimpun dana merupakan sebuah proses atau ide untuk meyakinkan orang lain agar mau memberikan sebagian hartanya kepada penghimpun dana. Untuk meyakinkan waqif (orang yang berwakaf) bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian waqif akan menerima ide dan mau mewakafkan hartanya untuk kepentingan masyarakat luas. 1 Sebagai lembaga yang menghimpun dana wakaf, Baitul Maal Muaamalat (BMM) harus mampu memberikan kepercayaan kepada wakif (orang yang berwakaf) agar mau berwakaf, melihat kenyataan tersebut saat ini, lembaga-lembaga wakaf mulai meningkatkan pelayanan yang maksimal agar produk baru berupa wakaf uang lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Melihat jumlahnya masih sedikit dan belum meyakinkan kepada masyarakat luas akan manfaat wakaf uang, sehingga apabila
1
Michael Norton, Menggalang Dana, ed Pertama, h. 15
53
54
dikelola dengan sebaik-baiknya maka akan menimbulkan rangsangan yang sangat baik bagi waqif (orang yang berwakaf). 2 Oleh karena itu, wakaf produktif dalam bentuk uang tunai dan suratsurat berharga merupakan instrument yang pantas untuk dikelola untuk kemaslahatan umat dan hukumnya boleh sesuai dengan Fatwa MUI (Majlis Ulama Indonesia) tanggal 11 Mei Tahun 2002, karena memiliki nilai-nilai yang sangat besar apabila dihimpun, dikelola dan didistribusikan dengan professional. Fasilitas yang diberikan Baitulmalaal Muamalat untuk mempermudah proses penghimpunan antara lain melalui : 1. Akad Tunai di kantor Baitulmaal Muamalat (mengisi data selengkaplengkapnya) 2. Tranfer melalui Bank yang telah ditentukan lembaga (rekening) 3. Dana Wakaf dijemput oleh Karyawan. 4. Konsultasi melalui mail atau on-line langsung Proses akad wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) cukup mudah, hanya dengan pengucapan niat dan mengisi sertifikat wakaf tunai dihadapan nadzir, tanpa dihadiri Pejabat pembuat akta ikrar wakaf seperti yang telah ditetapkan oleh PP No. 28 tahun 1977. Bahkan, pengisian sertifikat wakaf tunai di Baitulmaal Muamalat dan dapat diwakilkan kepada orang lain. Selain itu, wakif tidak perlu mengajukan permohonan kepada camat untuk 2
Wawancara Pribadi Dengan Yayan Daryunanti. Jakarta,8 Mei 2009
55
mendaftarkan perwakafan aset tersebut. Hal ini dilatarbelakangi oleh peraturan wakaf uang yang belum diterbitkan pemerintah sehingga nadzir bebas berinovasi sesuai dengan syariat Islam. 3 Promosi
yang
dilakukan
oleh
Baitulmaal
Muamalat
dalam
menghimpun dana wakaf dengan melakukan beberapa cara diantranya: melakukan promosi melalui brosur, iklan cetak, direct mail, lauching bringin life dan bekerjasama dengan Perbankan Syariah. 4 Kondisi
tersebut
tidak
menyurutkan
langkah
nadzir,
dalam
menghimpun dana wakaf walaupun produk WAQTUMU ini terbilang masih baru. Berdasarkan data dari Baitulmaal Muamalat (BMM), dana wakaf yang terkumpul sejak tahun 2002-2009, sebesar Rp. 356.747.158.-. Gambar Dana Waqif 2002-2009 Data Waqif tahun 2002-2009 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 Waqif
20000000 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
3
Nirka, Devisi Penghimpunan Dan Pendayagunakan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 April
4
Wawancara Pribadi Dengan Yayan Daryunanti.Jakarta,1 Mei 2009
2009
56
Dilihat dari gambar diatas menunjukan bahwa setiap tahunnya dari tahun 2002 sampai dengan 2009 mengalami penurunan dan kenaikan dalam pendanaan wakaf. Pada bulan Mei sampai desember tahun 2002 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.16.688.917,-. Tahun 2003 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.18.723.009,- ditahun ini mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit saja. Tahun 2004 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.19.931.613,- tahun ini juga mengalami peningkatan. Tahun 2005 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.101.350.352,- ditahun ini mengalami peningkatan yang sangat tinggi, disebabkan karena telah disahkannya UU No.41 Tahun 2004. Tahun 2006 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.60.334.967,- tahun ini mengalami penurunan cukup jauh, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ini merupakan prestasi yang cukup bagus. Tahun 2007 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.84.157.614,- kembali tahun ini menunjukkan peningkatan. Tahun 2008 terhimpun dana wakaf sebesar Rp.42.431.091,- tahun ini mengalami penurunan yang sangat jauh. Tahun 2009 dari bulan Januari - April terhimpun dana wakaf sebesar Rp.13.129.595,- tahun ini belum bisa disimpulkan apakah grafiknya mengalami peningkatan atau penurunan.
57
Tabel Penghimpunan Dana Wakaf No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan Mei – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – April
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Total
Jumlah Dana Wakaf Rp. 16.688.917,18.723.009,19.931.613,101.350.352,60.334.967,84.157.614,42.431.091,13.129.595,Rp. 356.747.158,-
Dari data diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa penghimpunan dana wakaf uang Baitulmal Muamalat (BMM) sesungguhnya sudah sangat bagus, hanya saja perlu ada perbaikan dan kerja keras didalam penghimpunan dan sosialisasi yang langsung ditujukan pada masyarakat atau wakif.
B. Efktifitas Pengelolaan Terhadap Penambahan Hasil Wakaf Pada Baitulmaal Muamalat (BMM). Dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya kelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri. 5 Jadi pokok dari harta yang diwakafkan oleh waqif tidak boleh berkurang, dijual, diwarisi atau dihibahkan.
5
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Paradigma Baru Wakaf Di Indonesa ,(Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf,Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam,2006),cet ke-5,h.105
58
Hal ini sesuai dengan yang diperintahkan oleh Rasullallah Saw kepada Umar bin Khattab ketika ia mewakafkan tananya di khaibar. Rasulullah memerintahkan kepada Umar untuk menahan (pokoknya), lalu menyedekahkan hasilnya. Mundzir Qahaf dalam bukunya edisi Indonesia Manajemen Wakaf Produktif menyatakan tentang harta wakaf, baik wakaf langsung (konsumtif) maupun wakaf tidak langsung (produktif) yang mana manfaat dan hasilnya dapat merealisasikan terhadap tujuan yang sudah ditentukan oleh wakif. 6 Selain itu di dalam wakaf, bertujuan untuk menciptakan sumber keuangan abadi yang terus berlangsung bagi kepentingan sosial dan ekonomi umat, oleh karena itu keabadian wakaf juga menekankan pada tujuan ekonomi yang sangat penting bagi pengembangan masyarakat madani dan beraqidah. 7 Dalam pengelolaan wakaf produktif harta wakaf harus diinvestasikan berdasarkan prinsip Baitulmaal itu sendiri, meningkatkan keuntungan, dimana nazhir harus mencari lahan proyek yang halal dari berbagai proyek yang keuntungannya menjanjikan, demi besarnya keuntungan yang akan didapat dari proyek tersebut. 8 Menurut Yayan Daryunanti, Manajer Administrasi Keuangan Baitulmaal Muamalat (BMM), mengatakan bahwasanya pengelolaan wakaf yang terdapat di
6
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: KHALIFA,2005), Cet.1,h.221 Ibid,h.100 8 Ibid,h.239 7
59
Baitulmaal Muamalat mengacu kepada UU No. 41 Tahun 2004, yang secara umum terbagi menjadi dua macam : 9 1. Dalam Bentuk Investasi Investasi bisa menjadi alternatif kebutuhan pengelolaan harta wakaf. Artinya pemanfaatan yang selama ini terkesan “jalan ditempat” bisa dilalui. Pengelolaan model ini cukuf menarik karena bersifat benefit atas investasi tersebut akan dapat dinikmati oleh semua masyarakat yang membutuhkan. Bentuk investasi yang dilibatkan dalam pengelolaan wakaf uang haruslah investasi yang menguntungkan dan beresiko kecil, agar pokok wakaf tidak berkurang dan benefit atas investasi tersebut dapat lebih besar dari pokok wakafnya. Adapun jenis investasi yang harus digalang hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariah Islam dan tidak mengandung unsur riba. 2. Dalam Bentuk Pinjaman Modal Kerja Pemberian bantuan pinjaman modal kerja cukup mendidik bagi masyarakat. Mengapa demikian, karena dengan adanya pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan akan lebih menumbuhkan sikap kemandirian kepada masyarakat yang hanya mengandalkan subsidi dari pemerintah yang sekarang sedang marak-maraknya dana BLT (Bantuan Langsung Tunai). Oleh karena itu hal ini diharapkan mampu menumbuhkan kemandirian. Pinjaman ini diberikan tanpa bagi hasil, artinya yang diberi pinjaman modal kerja tidak 9
Wawancara Pribadi dengan Yayan Daryunanti, Jakarta,16 April 2009
60
perlu berbagi keuntungan kepada yang memberi modal, mereka cukup berinfak saja dan ini tidak dibatasi nominalnya. Modal yang diberikan harus dikembalikan pokok pinjamannya dalam kurun waktu yang ditentukan. Secara lebih jelas, model pengelolaan wakaf uang menurut UU No.41 Tahun 2004 tentang perwakafan, dan bisa dilihat pada BAB V UU No.41 Tahun 2004 tentang pengelolaan dan pengembangan harta wakaf, tepatnya pada pasal 43 ayat (1) yang berbunyi “pengelolaan dan pengembangan harta wakaf
oleh nazhir sebagimana yang dimaksud pada pasal 42 yang
dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah” kemudian pasal ini dijelaskan dalam PP No.42 tahun 2006 pasal 45 ayat (2) yang berbunyi” dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
untuk memajukan
kesejahtraan umum, nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip syariah”. Untuk mendukung keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf, oleh karena itu perlu diarahkan dari pada model pengelolaan dana wakaf tersebut kepada sector usaha yang produktif dengan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik. Salah satunya adalah dengan membentuk dan menjalin kerjasama (networking) dengan perusahaan modal ventura. 10 Perusahaan Modal ventura sangat sesuai dengan model pembiayaan dalam
10
h.55
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Strategi Pengembangan Wakaf Di Indonesia,
61
sistem keuangan Islami yang berbentuk seperti penerapan pembiayaan mudharabah maupun musyarakah. 11 Dalam rangka mengembangkan harta wakaf tunai di Indonesia, masing-masing lembaga pengelola wakaf tunai telah melakukan berbagai cara sebagai contoh pengelolaan wakaf tunai di Baitulmaal Muamalat (BMM). Sejak Tahun 2004 telah mengeluarkan produk wakaf uang dengan nama WAQTUMU (waqaf tunnai muamalat). Pola pengelolaan wakaf uang di Baitulmaal Muamalat diawali dengan pembuatan kontrak kerjasama pengelolaan dana wakaf antara PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sebagai pelaksana administrasi dengan Baitulmaal Muamalat (BMM) sebagai manajer, dimana kedua belah pihak secara bersama-sama sepakat untuk menjadi
nazhir.
Pelaksana
administrasi
bertugas
melakukan
pengadministrasian penerimaan dana wakaf dan pencatatan aktivitas pengelolaan dana investasi berikut penyaluranya. Sedangkan manajer bertugas untuk melakukan pemilihan jenis-jenis investasi sesuai dengan amanah wakif dan mengelolanya secara professional. Manajer dan pelaksana administrasi secara bersama-sama bertanggung jawab atas penerimaan dan pengelolaan dana wakaf, serta melaporkannya kepada para wakif.
11
Muhammad Syafi’I Antonoi, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) , h. 80
62
Secara teknis, wakif (orang yang berwakaf) yang ingin mewakafkan hartanya dapat datang ke Bank Muamalat Indonesia, kemudian mengisi pendaftaran wakaf tunai. Setelah wakif menyerahkan dana wakaf maka wakif akan menerima sertifikat sebagi bukti bahwa orang tersebut sudah berwakaf, sertifikat ini diterbitkan oleh nazhir, yang dalam hal ini adalah pihak Baitulmaal Muamalat (BMM). Dana wakaf yang terhimpun akan didayagunakan oleh nazhir dalam bentuk investasi usaha untuk mempertahankan nilai dana wakaf dan untuk memperoleh keuntungan. Jenis investasi dana wakaf yang dilakukan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM), yaitu deposito di Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS) juga menginvestasikan dana wakaf tersebut pada Portopolio yang berprinsip syariah dan beresiko rendah seperti: Dalam bentuk saham, obligasi maupun reksadana syariah dan sebagainya. Keuntungan dari investasi tersebut didayagunakan untuk tujuan bina sosial,bina pendidikan, bina kesehatan, dan bina ekonomi walaupun sekarang masih tergolong sedikit dalam pendistribusiannya yaitu masih dalam dalam ruang lingkup bina pendidikan. 12 Untuk memudahkan masyarakat yang ingin berwakaf dengan uang tunai, Baitulmaal Muamalat (BMM) telah mengeluarkan fasilitas IZI tuni. IZI tunai ini adalah layanan penerimaan wakaf uang melalui SMS. IZI tunai ini memiliki keunggulan diantranya wakif dapat mewakafkan uangnya kapan saja 12
Wawancara Pribadi dengan Yayan Daryunanti, Jakarta,16 April 2009
63
dan dimana mereka berada, serta wakif dapat mewakafkan uangnya, dengan uang yang bervariasi wakif bisa berwakaf diantaranya, Rp.250.000 (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) untuk Silver, Rp.500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah) untuk Gold dan Rp.1000.000 (Satu Juta Rupiah) untuk Platinum yang penting, ketika dikelola, dananya tidak berkurang. 13 Oleh karena itu siapapun dapat mewakafkan hartanya di Baitulmaal Muamalat (BMM), berdasarkan data dana wakaf yang terkumpul sejak tahun 2002-2009, sebesar Rp. 356.747.158,- dijelaskan bahwa penghimpunan dana wakaf uang Baitulmal Muamalat (BMM) sesungguhnya sudah sangat bagus, hanya saja perlu ada sedikit perbaikan dan kerja keras didalam mengelola dana wakaf tersebut. Agar nantinya penambahan hasil wakaf per tahunnya dapat meningkat dengan baik. Dari penghimpunan dana wakaf terdapat penambahan hasil wakaf yang dikelola melalui berbagai macam cara, diantaranya adalah keuntunagan dari investasi berupa Deposito di Bank Umum Syariah dan Bank Perkereditan Rakyat Syariah (BPRS). Dari hasil keuntungan ini Baitulmaal Muamalat mempergunakan untuk tujuan bina sosial, bina pendidikan, bina kesehatan dan bina ekonomi.
13
Brosur Waqtumu, Alternativ Pilihan Investasi Akhirat Anda. Jakarta,29 Januari 2009.
64
Tabel Penambahan Hasil Wakaf No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan Mei – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – Desember Januari – April Total
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Penambahan Hasil Wakaf Rp. 3.787.650,3.978.525,5.095.057,25.234.500,10.756.755,13.594.707,9.395.275,2.253.769,Rp. 74.096.238,-
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penambahan hasil wakaf pada Baitulmaal Muamalat menunjukkan keuntungan yang belum maksimal. Ini disebabkan karena masih banyaknya program yang belum dijalankan secara optimal.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Penghimpunan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya, kenaikan jumlah dana wakaf uang yang terhimpun tidak terjadi secara terus menerus bahkan cendrung menurun, yakni pada tahun 2008 dana wakaf uang yang terhimpun sebesar Rp.42.431.091.- dan tahun 2009 dana wakaf uang yang terhimpun hanya sebesar Rp.13.129.595.2. Pengelolaan wakaf uang Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya, penambahan hasil pengelolaan dana wakaf yang dikelola relatif masih kecil dan tidak terjadi kenaikan secara siknifikan. Yaitu tahun 2008 penambahan hasil wakaf sebesar Rp. 9.395.275,- dan tahun 2009 penambahan hasil wakaf hanya sebesar Rp. 2.253.769,-.
B. Saran Adapun saran penulis untuk Baitulmal Muamalat (BMM) adalah: 1. Mengembangkan pola pemanfaatan wakaf uang dengan menginvestasikannya pada sektor-sektor yang produktif. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kenazhiran melalui program edukasi wakaf untuk mengembangkan pemahaman dan pemikiran mengenai pengelolaan harta wakaf.
65
66
3. Baitulmaal Muamalat harus mampu menemukan strategi alternatif untuk menghadapi resiko investasi yang harus ditanggung ketika mengelola wakaf tunai, supaya dana shadaqah dan infak yang dikeluarkna untuk memenuhi keperluan operasional aset lancar dan biaya pemeliharaan aktiva tetap, program wakaf dapat dialokasikan untuk kegiatan sosial lainnya yang sama pentingnya sehingga maukuf alaih senantiasa merasakan manfaat dari aset tersebut, sesuai dengan visi Baitulmaal Muamalat ”menjadi motor penggerak program kemandirian rakyat menuju terwujudnya tatanan masyarakat yang peduli” sehingga sangat efektif untuk di kembangkan dan akan menjadi aset berharga untuk pengentasan kemiskinan di Indoensia. 4. Menggembangkan sosialisasi dan promosi wakaf kepada masyarakat secara berkesinambung dengan menambah beberapa perangkat promosi yang dapat digunakan dalam menghimpun harta wakaf, seperti publikasi dan periklanan media cetak atau media elektronik. 5. Menambah SDM kenazhiran di Baitulmaal Muamalat agar program kegiatan yang
terdapat di Baitulmaal Muamalat bisa berjalan dengan efektiv dan
efesien. Dengan
demikian
diharapkan
Baitulmal
Muamalat
(BMM)
mampu
menghimpun dan mengelola dana wakaf uang tersebut untuk menyalurkan tepat pada sasran terutama kepada masyarakat yang membutuhkannya.
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Al Karim Aliminsyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Bandung: CV Yrama Widya,2004). Ali, Mohammad, Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1988). Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, (Jakarta: IIMA,2003). Al-Naisaburi, Imam Abu Al-Husaini Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi, Sahih Muslim, (Beirut Dar Al-Fikri,1988), Cet Ke-1. Al-Sarbini, Muhammad Khatib, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut: Dar Ihya Al-Turas AlArabi,t.t.).Juz II. Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqih Al-Islam Wa Adillatahu, (Beirut: Dar Al-Fikri, 1989), Juz 8. Agustianto, “Wakaf Tunai Dan Pemberdayaan Ekonomi Umat,” Artikel diakses tanggal 27 Februari 2009 dari (http.agustianto.niriah.com). Amirin, Tatang, M., Pokok-Pokok Teori Sistem, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada 2001). Atrader, As Muhammad Afzalurrahman, Terj. Nurjalianti Dewi, ”Muhammad Seorang Pedagang”, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997), cet ke-2 Bahri Syamsul Efri, “Peranan Wakaf Tunai Dalam Pembangunan,” Artikel Diakses pada tanggal 11 Maret 2009 dari (http.gratis45.com). Baitulmaal Muamalat. Standar Operasional Perusahaan, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat) Baitulmaal Muamalat, Empowering & Caring Sociey, Muamalat)
(Jakarta, Baitulmaal
Baitul Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat). Brosur Waqtumu, Alternative Pilihan Investasi Akhirat Anda, (Jakarta, 29 April 2009)
66
67
Brosur Waqtumu, Alternative Pilihan Investasi Akhirat Anda, (Jakarta, 29 Januari 2009). Djunaidi, Ahmad dan Al-Asyahar,Thobib, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: Mitra Abadi Press,2006), cet. ke III. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1991). Djunaidi, Achmad, Menuju Era Wakaf Produktif (Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahtraan Umat), (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), cet.III Davis, B.Gordon, Kerangka Dasar Sistem Imformasi Manajemen, (Yogyakarta: PPM,1999), Cet ke-11. Dani, Irwan, “Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Usaha Anda”, (Jakarta: Grafika Desa Putera, 1999). Effendi, Onong, Uchyana, Human Relation Dan Publick Relation, (Bandung: PT.Mandar Maju, 1993). Farihah, Ipah, Buku Panduan Penelitian UIN Syraif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Prees, 2006). Harahap Sumuran dan Umar, Nasaruddin, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesi, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dan Direktorat Jendral Masyarakat Islam.2006),cet ke-2. Harahap, Sumuran dan Umar, Nasaruddin, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf “Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam”, 2006), ed ke-3. Harahap, Sumuran dan Umar, Nasaruddin, Strategi Pengembangan Wakaf Di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dan Direktorat Jendral Masyarakat Islam, 2006), cet, ke-2. Harahap, Sumuran dan Umar, Nasaruddin, Fiqih Wakaf, , (Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf “Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam”, 2006), cet ke-3. Harahap, Sumuran dan Umar, Nasaruddin, Paradigma Baru Wakaf Di Indonesa ,(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf,Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam, 2006), cet ke-5.
68
Harahap, Sumuran Dan Umar, Nasaruddin, Proses Lahirnya UU No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,( Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dan Direktorat Jendral Masyarakat Islam, 2006) Hasan Tolhah, ”Perkembangan Kebijakan Wakaf Di Indonesia”,Arsip Baitulmaal Muamalat. Herman Budianto, “Pemerintah Diminta Mengoptimalkan Sosialisasi Wakaf Tunai Kepada Masyarakat,” Artikel diakses pada tanggal 10 Maret 2009 dari (http.www.pesantrenalam.org). Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKMD, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005), Cet ke-1. Jannati, Muhammad, Ibrahim , Fiqih Perbandingan Lima Majhab, (Jakarta: CAHAYA,2007), cet ke-1, jilid II. John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, (PT Gramedia Pustaka Utama, 1997). Joyowasito, S.Dan Wasito, Tito, Kamus Lengkaf, (Bandung: Hasta,1980). Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia, (Bandung : Yayasan Piara, 1995). Latif, AH. Azharudin, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),cet ke-1 Matindas, R, Manajemen S.D.M Lewat Konsep AKU, (Jakarta: Pustaka Utama Garafiti, 2002). Mannan, Sertipikat Wakaf Tunai Sebuah Inovasi Instrument Keuangan Islam,( CYBER dan PKTTI). Muchtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA,1996). Muhammad Arifin,”Wakaf sebagai Kegiatan Investasi,” Artikel diakses pada 17 maret 2009 dari,(http.www.mail.archive.com). Nasution, Mustofa, Edwin dan Hasanah, Uswatun, Wakaf Tunai Inovasi FinanSial Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia Press).
69
Norton, Michael, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dan Kemitraan Untuk Perubahan Tata Pemerintahan Di Indonesia,2002), ed Pertama. Pengajar UMSU (Universitas Muhammadiah Sumatra Utara), Artikel di akses 16 Maret 2009 dari,(http:suhrawardilubis.multiply.com) Poerwadaminta, W. H. S, Kamus Umum Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991) cet. Ke-7. Qahaf, Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif,(Jakarta: KHALIFA,2005), Cet.1. Rafieq, Yunus, Wakaf Tunai (Cash Waqf) Menuju Pengembangan Wakaf Produktif. (Medan : Ar-Raudhatul Hasanah, 2003),Vol 1. Raharja, Prathama Dan Mandah Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar, (Jakarta: FEU). Ridho, Taufik, Panduan Wakaf Praktis, (Jakrta: Tabung Wakaf Indonesia, 2006). Salim, Peter, Salim’s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Erlangga). Sudarsono, Heri, Bank Dan Lembga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), Ed ke-2. Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002). Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 1), Artikel diakses pada tanggal 3 April 2009 dari (http.bw-indonesia.net). Surakhmad, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980),Cet Ke-7. Susanto, Philosof, Astrid, Komunikasi Kotemporer, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet.2. Tomo, Wahyudi, Kumoro Dan Agus, Subando, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: UGM Press, 2001).Cet ke-4. Usman, Husaini dan Akbar Purnomo Setiady, Metodologi penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006).
70
Umar, Nasaruddin dan Harahap, Sumuran, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dan Direktorat Jendral Masyarakat Islam.2006), cet,ke-2. Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.Grasindo, 2005). Yahya, Harun “Infaq Adalah Budaya Seorang Muslim Sejati”, (Jakarta : Majalah Rhamadhan, Sepecial Edition Magazine). Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transakasi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Zikrul Hikam, 2003).
LAMPIRAN 1 PANDUAN WAWANCARA
Nama
: Yayan Daryunanti
Jabatan
: Manajer Administrasi
Tempat
: Kantor BMM Slipi Jakarta Barat
Tanggal
: 8 Mei 2009
T= Tanya J= Jawab DAFTAR HASIL WAWANCARA
T.
Kapan BMM didirikan?
J.
BMM didirikan tepatnya pada tanggal 16 juni tahun 2000
T.
Bagaimana sejarah berdirinya bmm?
J.
Awalnya pada tahun 1997, BMM adalah sebuah divisi dalam struktur Bank Muamalat Indonesia. Divisi ini bernama lembaga keuangan syariah (LKS) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) Muamalat. Sebagi lembaga LAZ maka BMM dapat menghimpun dana ZIS dilingkungan kerja Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan mendistribusikan kepada masyarakat miskin. Karena ketentuan Bank Indonesia bahwa perbankan tidak boleh menangani bidang social maka dibentuklah yang namanya Yayasan pendidikan, Pengembangan
perbankan dan keuangan Syariah (YP3KS) pada tahun 2000, yang membawahi dua badan yaitu Muamalat Institute dan Baitulmaal Muamalat. memasuki tahun 2000, beberapa pimpinan Bank Muamalat Indonesia dan divisi LKS Bank Muamalat Indonesia yakni Bapak A. Riawan Amin, Ir. Suhaji lestiadi, Wahyu Dwi Agung membentuk BaitulMaal Muamalat (BMM) yang independen dan terpisah dari struktur BMI dengan Filosofi dasar mereka mengembangkan keuangan mikro syariah dan biasa disebut juga BMM itu berbasis perbankan. Berikutnya pada tahun 2000 BMM secara resmi mendapatkan pengekuan hokum dari Departemen Agama Republik Indonesia. Sejak saat itu BMM berdiri pada tanggal 16 juni tahun 2000. T.
Struktur organisasi BMM terdiri atas berapa divisi?
J.
Terdiri dari dewan pengawas, dewan pertimbangan, direktur, general manajer, penghimpunan dan pendayagunaan, administrasi, jejaring dan pengembangan.
T.
Menurut anda bagaimana latar belakang lahirnya produk WAQTUMU BMM?
J.
Ketika Tahun 2002-2003 terlihat bahwa perkembangan wakaf tunai sangat besar potensinya apabila dikelola dengan baik dan signifikan adanya, karena wakaf tunai merupkan salah satu alternativ dalam mengembangkan dana wakaf dan sumber dana social yang abadi. Wakaf tuani merupakan salah satu asset wakaf yang fleksibel, dimana setiap orang dapat ikut berwakaf melalui dana yang tidak terlalu besar.
T.
Kendala apa yang dihadapi anda di dalam mengembangkan WAQTUMU BMM?
J.
Kendalanya terletak pada sosialisasi, banyak orang yang belum memahami tentang wakaf tunai.
T.
Untuk saat ini langkah sosialisasi apa yang sudah dilakukan BMM dalam mengembangkan WAQTUMU?
J.
Untuk saat ini BMM Sedang Mengembangkan WAQTUMU Yaitu Bekerjasama Dengan Bringin Life Syariah Dengan Produk Tawadhu (Tabung Wakaf Asuransi Di Dunia Maupun Akhirat) dimana dari premi yang dibayarkan oleh nasabah beberapa persennya diakadkan untuk wakaf tunai.
T.
Apa nama lembaga yang khusus mengelola wakaf tunai BMM?
J.
Untuk saat ini belum ada, karena nazhir wakaf BMM masih dalam satu kesatuan holding di BMM, butuh waktu dan proses yang panjang untuk dapat membuat satu badan tersendiri yang mengurus wakaf.
T.
Bagaimana alokasi penetapan dana wakaf tunai di BMM?
J.
Untuk
saat
ini
masih
dialokasikan
kepada
biaya
pendidikan
dan
pengembangan usaha mikro. T.
Bagaimana pengawasan yang dilakukan BMM?
J.
Pengawasan yang dilakukan cukup ketat dan pengawasan dilakukan oleh Direktur dan Dewan Syariah.
T.
Bagaimana penerapan sistem penghimpunan wakaf tunai di Baitulmaal Muamalat?
J.
Sistem yang diterapkan di dalam penghimpunan wakaf tunai di BMM
Demi tercipta sistem penghimpunan wakaf
tunai yang baik, Baitulmaal
Muamlat menggunakan sistem kekeluargaan karena dalam penghimpunannya melibatkan karyawan, nasabah dan masyarakat umum yang ingin berwakaf. Kemudian dalam segi promosi Baitulmaal Muamalat melakukannya dengan beberapa cara diantranya: BMM melakukan promosi melalui brosur,iklan cetak,direet mail, Lauching Bringin Live. bekerjasama dengan perusahaanperusahaan perbankan syariah.. T.
Bagaimana bentuk sistem pengelolaan wakaf tunai di Baitulmaal Muamalat ?
J.
Dana wakaf yang terhimpun akan didayagunakan oleh nazhir dalam bentuk investasi usaha untuk mempertahankan nilai dana wakaf dan untuk memperoleh keuntungan. Jenis investasi dana wakaf yang dilakukan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM), yaitu deposito di Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS) juga mengimvestasikan dana wakaf tersebut pada portopolio yang berprinsip syariah dan beresiko rendah seperti: Dalam bentuk saham, obligasi maupun reksadana syariah dan sebagainya. Keuntungan dari investasi tersebut didayagunakan untuk tujuan bina sosial,bina pendidikan, bina kesehatan, dan bina ekonomi.
T.
Pola apa saja yang dilakukan Baitulmaal Muamalat di dalam pendistribusian dana wakaf ?
J.
Dalam pendistribusian dana wakaf tunai baitulmaal muamalat melalui program pendayagunaan, secara garis besar meliputi 4 bina, yaitu: 1. Bina Ekonomi Yaitu program yang dilakukan untuk untuk mengembangkan jiwa wira usaha mustahik sehingga dapat mandiri. Baitulmaal Muamalat telah melakukan berbagai usaha pemberdayaan kepada Maukif Alaih dan masyarakat ekonomi lemah, dengan jenis usaha yang bergam. Bina ekonomi dilandaskan pada prinsip ekonomi produktif. 2. Bina Pendidikan Yaitu program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani dalam bidang pendidikan/pelatihan dan dakwah. 3.
Bina Kesehatan Yaitu
program
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat khususnya bagi kalangan masyarakat tidak mampu. 4.
Bina Sosial (kemanusiaan) Yaitu
program
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
kualitas
hidup pokok (sandang pangan) bagi masyarakat yang tidak mampu atau masyarakat yang tertimpa musibah. Musibah bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, serta bencana lainnya kini sering terjadi. Bencana alam merupakan suatu hal diluar kendali dan kekuasaan manusia itu sendiri.
Kemudian
Prosedur
pendistribusian
dan
pendayagunaan
hasil
pengumpulan dana wakaf bagi pemohon bantuan konsumtif dan pemberdayaannya
adalah
melalui,
Pengajuan
Surat
Permohonan/Proposal, Wawancara Awal, Verifikasi Dokumen + Survey Lapangan, Pengadministrasian, Rekomendasi, Dewan Komite, Pencairan Bantuan Dana.
Jakarta, 8 Mei 2009
Mengetahui,
Interviewer
Muhammad Apriadi
Interviewe
Yayan Daryunanti