EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) DALAM PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN WAKAF
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh :
FITRA MIZAN NIM : 103046128332
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA NIP: 150165267
Hendra Kholid, MA
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2008
PEGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) DALAM PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN WAKAF telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, Maret 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (……………….) NIP.150 210 422
2. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (……………….) NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I
: Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (……………….) NIP. 150 165 267
4. Pembimbing II
: Hendra Kholid, MA (……………….)
5. Penguji I
: Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA (……………….) NIP. 150 222 824
6. Penguji II
: Jaenal Aripin, M.Ag (……………….) NIP. 150 289 202
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Desember 2007
Fitra Mizan
PEGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) DALAM PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN WAKAF telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, Maret 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 7. Ketua
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (……………….) NIP.150 210 422
8. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (……………….) NIP. 150 318 308
9. Pembimbing I
: Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (……………….) NIP. 150 165 267
10. Pembimbing II
: Hendra Kholid, MA (……………….)
11. Penguji I
: Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA (……………….) NIP. 150 222 824
12. Penguji II
: Jaenal Aripin, M.Ag (……………….) NIP. 150 289 202
ا ا ا KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan inayahnya. Sehingga dengan kekuatan dan ridhonya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, dan selama penulis belajar di program studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof . Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan syariah yang selalu memberikan bimbingan, motivasi kepada penulis, sehingga penulis mampu merampungkan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA, dan Bapak Hendra Kholid, MA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini. Merupakan suatu kehormatan bagi penulis bisa berada di bawah bimbingan Ibu dan Bapak. 4. Bapak Herman Budianto selaku Direktur dan seluruh staf/ karyawan Tabung
Wakaf Indonesia (TWI) yang telah banyak membantu memberikan semua informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini. 5. Perpustakaan Pusat serta Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang juga telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi. 6. Bapak dan Ibu dosen yang penulis hormati, yang telah memberikan tenaga dan pikirannya untuk mendidik penulis agar kelak menjadi manusia yang berguna dunia dan akhirat semoga do’a dan didikannya dapat menuntun penulis untuk memasuki kehidupan baru yang lebih baik. 7. Para pegawai dan Staf Administrasi Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan tenaga dan pelayanan yang terbaik bagi penulis.. 8. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan untuk Ibunda tercinta Halifah dan Ayahanda A. DT. Rajo Nan Sati, yang selalu menjaga dan mendorong serta membimbing dengan tulus dan ikhlas mendoakan penulis setiap waktu. 9. Uda Arfan, Azmi, Alfi, Dayat, mamak, tek yul serta seluruh keluarga yang penulis cintai yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi belajar pada penulis. 10. Sahabat-sahabat RD (kak toni, kak un, kak romi, fuad, joko, pemil, erik, dan daril yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka, teman-teman kelas Perbankan Syariah D, teman-teman Nasyid MOZAIQ, FORDIKA, sahabat-sahabat Alumni MAKN Payakumbuh dan seluruh sahabat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua doanya.
Perjuangan kita masih panjang, jangan pernah menyerah dalam menggapai semua cita-cita kita. Akhirnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt dan mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat ridha Allah Swt, semoga skripsi ini bermanfaat. Amin. Jakarta :
13 Maret 2008 5 Rabiul Awal 1428 H
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .......................................
5
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ..............................................
5
D. Variabel Penelitian....................................................................
6
E. Indikator dan Operasional Variabel...........................................
7
F. Hipotesa ...................................................................................
8
G. Kajian Pustaka ..........................................................................
9
H. Kerangka Pemikiran ................................................................. 10 I. Metodologi Penelitian............................................................... 13 J. Sistematika Penulisan ............................................................... 17
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG EFEKTIVITAS DAN WAKAF
A. Efektivitas 1. Defenisi Efektivitas............................................................. 19 2. Tolak Ukur Efektivitas ........................................................ 21
B. Konsep Wakaf 1. Defenisi Wakaf. .................................................................. 23 2. Dasar Hukum Wakaf........................................................... 29 3. Syarat dan rukun wakaf....................................................... 33 4. Macam-macam Wakaf. ....................................................... 37 5. Pemanfaatan Wakaf Dalam Kehidupan. .............................. 38 C. Paradigma Wakaf Baru: Wakaf Tunai 1. Defenisi Wakaf Tunai. ........................................................ 40 2. Manfaat Wakaf Tunai. ........................................................ 43 3. Garis-garis Besar Operasional Wakaf Tunai. ....................... 45
BAB III : GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI)
A. Latar Belakang Berdirinya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)...... 47 B. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia (TWI).......................... 49 C. Tujuan, Sasaran, dan Target Tabung Wakaf Indonesia (TWI). . 49 D. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia (TWI)...... 51 E. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia (TWI)................. 52 F. Produk Tabung Wakaf Indonesia (TWI). .................................. 52
BAB IV : ANALISIS TERHADAP
EFEKTIVITAS
TABUNG
PENGHIMPUNAN
DAN
WAKAF
INDONESIA
PENDAYAGUNAAN
WAKAF.
A. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam Penghimpunan Dana Wakaf. ...................................................................................... 62
B. Analisa Data ............................................................................. 68 C. Pengujian Hipotesa ................................................................... 99 D. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam Pendayagunaan Dana Wakaf. ...................................................................................... 104
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 108 B. Saran. ....................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAT TABEL
Tabel 1.1
Efesiensi dan efektivitas dalam manajemen
Tabel 1.2
Tolak ukur efektivitas
Tabel 1.3
Aset wakaf tunai Tabung Wakaf Indonesia
Tabel 1.4
Mengoptimalkan potensi karyawan baik internal maupun eksternal
Tabel 1.5
Pengembangan organisasi yang didasari oleh system pengendalian internal yang baik melalui prinsip-prinsip yang diberlakukan.
Tabel 1.6
Regulasi perusahaan bersifat fleksibel terhadap karyawan.
Tabel 1.7
Program-program yang direncanakan oleh perusahaan berkesinambungan dan stabil.
Tabel 1.8
Karyawan melakukan aktivitas terus-menerus dengan berorientasikan pada tujuan perusahaan
Tabel 1.9
Penilaian kinerja pegawai dan unit kerja untuk periode triwulan atau tahunan.
Tabel 1.10 Penilaian kerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan, bukan didasarkan pada pendapat pribadi atasan. Tabel 1.11 Keadaan yang ada dilapangan sesuai dengan isi laporan hasil pemeriksaan SPI. Tabel 1.12 Jumlah unit-unit kerja yang telah diperiksa oleh bagian SPI telah sesuai dengan program kerja tahunan.
Tabel 1.13 Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan benar. Tabel 1.14 Penentuan bidang pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh setiap karyawan. Tabel 1.15 Kelengkapan fasilitas dapat mempermudah kinerja karyawan. Tabel 1.16 Lingkungan kerja yang nyaman mendukung kelancaran bekerja bagi karyawan. Tabel 1.17 Setiap karyawan konsisten terhadap tanggungjawab yang diberikan. Tabel 1.18 Pekerjaan sebanding dengan waktu yang disediakan. Tabel 1.19 Biaya yang digunakan dalam operasional sesuai dengan kebutuhan. Tabel 1.20 Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan program-program yang telah direncanakan. Tabel 1.21 Laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tabel 1.22 Tepat guna dalam menggunakan biaya. Tabel 1.23 Biaya yang dikeluarkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Tabel 1.24 Adanya penegakan disiplin kerja dan integritas karyawan. Tabel 1.25 Penerapan kode etik yang mengikat seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas. Tabel 1.26 Karyawan dapat bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan kerja. Tabel 1.27 Karyawan dapat menghasilkan kerja yang maksimal.
Tabel 1.28 Karyawan dapat mempertanggungjawabkan hasil dari setiap program yang telah dilaksanakan. Tabel 1.29 Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan tepat waktu. Tabel 1.30 Waktu penyelesaian pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tabel 1.31 Karyawan menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Tabel 1.32 Karyawan mampu menjalankan plening pada waktu yang telah ditentukan. Tabel 1.33 Karyawan mampu menyelesaikan tanggungjawab kerja dalam waktu singkat dan tepat. Tabel 1.34
Uji Signifikansi
Tabel 1.35
Uji dua sampel berpasangan Wilcoxon
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Wakaf merupakan ibadah yang sudah cukup dikenal di masyarakat Indonesia, seiring dengan berkembangnya dakwah Islam di Indonesia, maka ulama-ulama kita juga memperkenalkan ibadah wakaf ini. Hal ini terbukti dari banyaknya masjid-masjid yang bersejarah yang dibangun di atas tanah wakaf. 1 Seperti masjid Demak, masjid raya Semarang.2 Ibadah wakaf ini terus tersebar di bumi Indonesia baik pada masa dakwah pra penjajahan, masa penjajahan maupun pasca penjajahan. Beberapa aturan telah dibuat oleh pemerintah terkait dengan mekanisme ibadah ini, salah satu aturan yang dibuat adalah PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. PP ini memang hanya mengatur wakaf pertanahan, karena memang dari awal perkembangan Islam di Indonesia wakaf adalah selalu identik dengan tanah, dan tanah ini digunakan untuk kegiatan sosial keagamaan, seperti masjid, kuburan, madrasah dan lain-lain. Perwakafan di Indonesia memang cukup mengalami ketertinggalan di bandingkan dengan negara-negara muslim lainnya seperti Banglades, Arab Saudi yang telah melihatkan pengaruh wakaf terhadap ekonominya. Salah satu
1
Tim Redaksi, “ Masa Depan Wakaf Umat ”, artikel diakses pada 16 Februari 2007 dari http://www.tabungwakaf.com 2 Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007
penyebab ketertinggalan itu adalah karena terciptanya paradigma di masyarakat bahwa wakaf adalah selalu fix asset, yang keperuntukannya selalu untuk kegiatan sosial keagamaan. Kebekuan perkembangan wakaf mulai sedikit membaik ketika pada tahun 2001, Prof. M.A. Mannan, Ketua SIBL (Sosial Investment Bank Ltd) memberikan seminar di Indonesia mengenai Cash Waqf. SIBL ini mengusung paradigma baru ketengah masyarakat di Bangladesh tentang konsep baru pengelolaan wakaf tunai untuk meningkatkan kesejahteraan umat3. Ternyata konsep baru SIBL mampu memberikan pengaruh positif untuk menggerakkan ketertinggalan perkembangan wakaf di Indonesia. Dan MUI menyambut baik konsep ini dengan mengeluarkan fatwa bolehnya wakaf uang (Waqf al Nuqud) pada tahun 2002, dan pemerintah semakin memperkuat fatwa MUI ini dengan mengeluarkan UU No. 41/ 2004 tentang Wakaf. 4 Dan kemudian diperkuat dengan PP No. 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan UU No 41 tahun 2004. Menurut data Depag tahun 2003 dan diperkuat oleh data CSRC (Centre for the Study of Religion and Research) bahwa asset wakaf di seluruh Indonesia
adalah 362.471 lokasi dengan 1.475.198.586 M2,5 dan menurut data terakhir kekayaan tanah wakaf di Indonesia sebanyak 403.845 lokasi dengan luas 1.566.672.406 M2,6 sayangnya hampir semua asset wakaf tersebut masih cost centre sehingga masih memerlukan investor untuk memproduktifkannya. Salah 3
Tim Redaksi, ”Masa Depan Wakaf Umat”, h. 1 Ibid 5 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonsia, (Jakarta: Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 34 6 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 82 4
satu sumber dana investasi yang dapat dioptimalkan adalah dana cash waqf seperti yang dilakukan oleh Prof.M.A Mannan dengan SIBLnya. Menurut Dr. Mustofa Edwin, Ketua Pasca Sarjana Ekonomi Syariah UI, potensi wakaf uang di Indonesia adalah sekitar 3 trilyun/ tahun,7 memang jumlah ini masih jauh bila dibandingkan dengan potensi zakat yang sekitar 21 trilyun menurut data PIRAC. Tetapi perbedaan yang sangat signifikan bahwa dana wakaf pokoknya akan tetap utuh dan semakin terakumulasi dari tahun ke tahun. Berbeda dengan dana zakat yang akan langsung habis dalam satu tahun. Tetapi angka 3 trilyun tersebut masih merupakan data perkiraan karena realitanya penghimpunan dana wakaf uang di Indonesia masih sangat sedikit, sebagai contoh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang konsen dalam penghimpunan dan pengeloaan wakaf uang baru mampu mengumpulkan dana wakaf uang sekitar 2 milyar/ tahun. 8 Kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang tidak kunjung membaik sejak terkena dampak krisis moneter tahun 1998 lalu membuat kita harus berpikir keras bagaimana caranya untuk kembali bangkit dan bergerak. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengembalikan kondisi ekonomi negeri ini, namun belum memberikan dampak yang signifikan bagi kebangkitan ekonomi Indonesia. Sebagai agama yang mengusung konsep rahmatan lil’alamin, Islam sudah jauhjauh hari menawarkan konsep keuangan negara dan pondasi ekonomi umat melalui pendayagunaan sumber dana jizyah, zakat, sedekah dan wakaf. Berbagai kegemilangan prestasi telah diperlihatkan oleh para pemimpin Islam di masa lalu 7 8
Tim Redaksi, “ Masa Depan Wakaf Umat”, h.1 www.tabungwakaf.com
yang telah menerapkan pola pendayagunaan dana umat dengan baik. Umat Islam sebagai bagian bangsa ini, harus bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga dapat terwujud secara nyata ajaran Rasulullah bahwa sebaik-baiknya umat adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Sosialisasi kewajiban zakat dan pentingnya peran sedekah serta infak di masyarakat muslim Indonesia untuk membantu mengentaskan kemiskinan saat ini sudah mencapai tahap yang menggembirakan walaupun belum maksimal. Sementara wakaf masih dinomor duakan dalam sosialisasi dan pengelolaannya, paradigma wakaf di Indonesia yang hanya terbatas kepada tanah menjadikan wakaf terasa mahal dan tidak popular. Disamping itu, peruntukan wakaf bagi kuburan atau masjid menjadikan wakaf tidak dilirik sebagai salah satu solusi yang ditawarkan agama yang hanif ini bagi permasalahan umat di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi, ditambah lagi dari segi SDM pengelola harta wakaf (nazhir wakaf), kebanyakan harta wakaf diurus oleh tenaga bukan professional, sehingga pemanfaatan asset wakaf bagi kemaslahatan umat tidak optimal. Mewujudkan kesejahteraan bangsa merupakan tugas seluruh elemen umat ini, saling membantu, kuat menguatkan dan berbagi peran dalam masyarakat menjadi syarat mutlak bagi terwujudnya kesejahteraan itu, dan kini sudah saatnya memunculkan peran wakaf sebagai penegak dan penggerak ekonomi Umat.
Salah satu usaha dalam mengoptimalkan dana wakaf saat ini adalah upaya yang ditempuh oleh Dompet Dhuafa Republika (DDR) dengan mendirikan Tabung Wakaf Indonesia ( TWI ) pada juli 2005. Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul : “Efektivitas Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf“ (studi kasus pada Lembaga
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) )
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Mengingat luasnya pembahasan tentang masalah ini, maka penulis membatasi penulisan skripsi ini hanya pada masalah “pendapatan, penghimpunan, dan pendayagunaan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)”. Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana penghimpunan dan pendayagunaan wakaf pada Tabung Wakaf Indonesia? 2. Bagaimana efektivitas penghimpunan dan pendayagunaan wakaf sebelum dan sesudah Tabung Wakaf Indonesia?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penghimpunan dan pendayagunaan dana wakaf yang dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
2. Untuk mengetahui efektivitas sebelum dan sesudah Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
Adapun kegunaan Penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis. Memberikan dan menambah pengetahuan serta pemahaman tentang perkembangan wakaf saat ini. 2. Bagi Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Di harapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam langkah selanjutnya kearah yang lebih baik. 3. Bagi fakultas syariah dan hukum. Diharapkan dapat menjadikan tambahan sumber referensi dan sarana pemikiran bagi kalangan akademisi dalam menunjang penulisan yang lain. 4. Bagi masyarakat. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman kepada masyarakat tentang perkembangan wakaf saat ini, sehingga dapat mengubah pola berpikir masyarakat yang selama ini menganggap bahwa wakaf hanya sebatas wakaf tanah.
D. Variabel Penelitian.
X Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
Y Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
X1
Y1
Pendapatan wakaf sebelum TWI
Pendapatan wakaf sesudah TWI
E. Indikator dan operasional variabel.
Untuk lebih jelas dan fokus variabel penelitian ini maka operasionalnya sebagai berikut: X : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), meliputi: •
Kegunaan
•
Ketepatan dan obyektifitas
•
Ruang lingkup
•
Efektivitas biaya
•
Akuntabilitas
•
Ketepatan waktu
Y : Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), meliputi: •
Kegunaan
•
Ketepatan dan obyektifitas
•
Ruang lingkup
•
Efektivitas biaya
•
Akuntabilitas
•
Ketepatan waktu
X1 : Pendapatan wakaf sebelum adanya Tabung Wakaf Indodesia (TWI) Y1 : Pendapatan wakaf sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
Untuk mengukur Efektivitas sebelum dan sesudah menggunakan Skala Likert dengan skor sebagai berikut : (4) Sangat efektif (3) Efektif (2) Tidak efektif (1) Sangat tidak efektif Kemudian untuk menganalisa pendapatan wakaf sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dengan mendeskripsikan variabel X1 (Pendapatan sebelum) dan Variabel Y1 (Pendapatan sesudah) yang diperoleh dari data-data yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia.
F. Hipotesa
Dugaan sementara (hipotesa) dari penelitian ini adalah sebagai berikut: X (Efektivitas sebelum)
Y (Efektivitas sesudah)
H0 : Efektivitas sebelum TWI = Efektivitas sesudah TWI H1 : Efektivitas sebelum TWI ≠ Efektivitas sesudah TWI
X1 (Pendapatan sebelum)
Y1 (Pendapatan Sesudah)
H0 : Pendapatan sebelum TWI= Pendapatan sesudah TWI H1 : Pendapatan Sebelum TWI ≠ Pendapatan sesudah TWI
G. Kajian Pustaka
Wakaf merupakan salah satu instrumen-instrumen ekonomi Islam selain zakat, infak, sedakah, dan instrumen lainnya yang dapat membawa kepada tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Instrumen wakaf uang yang berkembang saat sekarang ini merupakan sebuah inovasi instrument financial Islam. Wakaf uang membuka peluang-peluang unik bagi penciptaan investasi keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Instrumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Dr. M. A. Manan melalui lembaga SIBL (social invesment bank limited) dengan meluncurkan sebuah produknya berupa sertifikat
wakaf uang (cash waqf certificate). Secara garis besar wakaf uang dapat diartikan sebagai penyerahan hak milik berupa uang tunai kepada seseorang atau lembaga nazhir dengan ketentuan bahwa hasil dan manfaatnya digunakan untuk amal kebajikan sesuai dengan syariat Islam dengan tidak mengurangi atau menghilangkan pokoknya. Dalam konteks untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi di masyarakat khususnya, dan umumnya di tanah air Indonesia, banyak yang telah melakukan
penelitian tentang pengelolaan wakaf.
Diantaranya Nurhasanah (2003),
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pernah membahas tentang “wakaf uang sebagai alternatif dalam berwakaf’, pembahasan ini masih dalam ruang
lingkup teoritis. Rida Weni (2003) juga pernah melakukan penelitian tentang “peranan wakaf dalam menunjang perekonomian umat”. Sifat penelitiannya juga masih
cenderung kepada dasar-dasar perwakafan berdasarkan ajaran Islam. Kemudian pada tahun 2005, Muhammad Arroisy pernah melakukan penelitian tentang
“optimalisasi
wakaf
melalui
wakaf
investasi”,
dan
menyimpulkan bahwa wakaf investasi itu adalah suatu produk wakaf yang menggabungkan wakaf tunai dengan investasi reksadana syariah, dimana investor dapat menempatkan dana pada suatu reksadana syariah, dan mewakafkan sebagian atau seluruh dari investasinya sebagai harta wakaf. Adapun
Penelitian
tentang
efektivitas
lembaga
wakaf
dalam
mengumpulkan dan mengelola wakaf belum dilakukan. Karena itu, penulis memandang perlu dilakukan penelitian mengenai: “Efektivitas Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf”. Studi kasus
pada Lembaga Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
H. Kerangka Pemikiran
Wakaf dalam Islam telah dimulai bersamaan dengan dimulainya masa kenabian Muhammad saw di Madinah yang ditandai dengan Masjid Quba,
kemudian disusul dengan pembangunan Masjid Nabawi yang dibangun diatas tanah anak yatim dari bani Najjar. Dalam buku sirah nabawiyah diberitahukan bahwa sahabat Utsman Bin Affan ra telah mewakafkan sumur yang airnya dipergunakan untuk memberi minum kaum muslimin. Wakaf lain yang dilakukan pada zaman Rasulullah saw adalah wakaf tanah khaibar dari Umar bin Khathab ra.9 Wakaf dalam Islam banyak tumbuh dan terus berkembang di zaman sahabat seperti wakaf tanah dan perkebunan yang banyak tersebar di Madinah, Makkah, Khaibar, Syam, Iraq, Mesir dan negara Arab lainnya. Sejak saat itu wakaf berkembang sangat pesat dan mengapai puncaknya pada masa pemerintahan Abbasiah. Perkembangan ini terus berlanjut hingga masa-masa berikutnya dan mencapai puncaknya di berbagai negara-negara Islam seperti di Mesir, Syam, Turki, Andalusia, dan Maroko. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah wakaf yang mencapai sepertiga tanah pertanian yang ada di negara-negara tersebut.10 Kemudian di Barat sejak jatuhnya pemerintahan Romawi wakaf hanya ada dalam satu bentuk yaitu berupa gereja hingga awal abad ke-13. karena pada saat itu di Eropa Tengah, Jerman dan beberapa negara lainnya telah muncul sebagian bentuk wakaf sosial yang kemudian dikelola oleh sebuah badan wakaf yang disebut foundation yang bertujuan untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, baik berupa pelayanan kesehatan, pendidikan maupun 9
Dr Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifa, 2003), h. 6 Ibid., h. 17
10
bimbingan dan penyuluhan agama.11 Sedang di Amerika Utara, yayasan terbentuk dalam dua corak: pertama yayasan sosial (public foindation). Kedua yayasan pribadi (private foundation). Di Indonesia wakaf sebenarnya mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di bidang ekonomi. Tapi semua itu belum dapat dirasakan oleh masyarakat karena Peruntukan wakaf di Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan cenderung hanya untuk kepentingan-kepentingan ibadah khusus. Dapat dimaklumi, karena memang pada umumnya ada keterbatasan umat Islam tentang pemahaman
wakaf,
baik
mengenai
harta
yang
diwakafkan
maupun
peruntukannya. Pada umumnya, masyarakat memahami bahwa peruntukan wakaf hanya terbatas untuk kepentingan peribadatan khusus dan hal-hal yang lazim dilaksanakan di Indonesia seperti masjid, mushola, pondok pesantren, sekolah, makam, dan sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya kaum fakir miskin. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf yang dikelola secara produktif, maka kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang diharapkan dari lembaga wakaf tidak akan dapat terealisasi secara optimal. Agar wakaf di Indonesia dapat terealisasi secara optimal dan dapat memberikan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi masyarakat, maka perlu 11
Ibid., h. 11
adanya sebuah lembaga yang profesional untuk memberdayakan wakaf di Indonesia, baik wakaf benda bergerak maupun wakaf benda tidak bergerak agar dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan kerangka permikiran konseptual tersebut, maka arah dan mekanisme penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut : Mayoritas Masyarakat Indonesia Beragama Islam
Potensi Wakaf Cukup Besar
Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Diberbagai Bidang Sangat Tinggi
UU No. 41 Th. 2004, Tabung Wakaf Indonesia (TWI), Pengelolaan Asset Wakaf Tidak Tetap dan Uang, serta SDM Pengelola Tersedia
Manajemen Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Akan Lebih Efektif Dalam Pengelolaan Dana Wakaf
I. Metodologi Penelitian.
1. Pendekatan penelitian
Harapan: Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Meningkat, Kemiskinan Teratasi, Hidup Sejahtera Tercapai.
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan statistik diskriptif12 yang mana untuk menggambarkan atau menganalisa hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian tetap menggunakan sampel, tapi peneliti tidak bermaksud untuk membuat kesimpulan untuk populasi dari mana sampel diambil karena jumlah sampelnya tidak representatif. 2. Jenis penelitian. a. Field Research.
Dalam penelitian ini, penulis langsung meneliti pada obyek penelitian yaitu pada lembaga Tabung Wakaf Indonesia. b. Library Research
Dalam
metode
ini penulis
melakukan
penelitian
dengan
mempelajari buku-buku kepustakaan, literature, artikel, bahan-bahan kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan skripsi ini, terutama yang berkaitan langsung dengan wakaf. 3. Jenis data a. Data primer; yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut.13 b. Data sekunder; yaitu data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut.14
12
Ali Mauludi AC, MA, Statistika I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 3 Dr. Boediono dan Dr. Ir. Wayan Koster, M.M, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probalitas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 7 14 Ibid., h. 7 13
4. Teknis pengumpulan data. a. Wawancara b. Quisioner
5. Metode analisa. Dalam menganalisa data, metode yang digunakan adalah : a. Deskriptif yaitu sebuah analisa data yang menampilkan data dengan tabel frekuensi. b. Komparatif yaitu sebuah analisa dengan membandingkan antara Efektivitas sebelum adanya Tabung wakaf indonesia dan Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. 6. Sampel. Dalam penelitian ini menggunakan seluruh karyawan Tabung Wakaf Indonesia (TW) sebagai sampel yaitu sebanyak 6 orang karyawan. 7. Uji hipotesa dan signifikansi Sesuai dengan hipotesa yang telah dibuat, apakah hipotesa nol (H0) diterima atau ditolak, maka harus diuji signifikansi. Tujuan dari uji signifikansi adalah untuk menjeneralisasi populasi. Uji hipotesa dalam penelitian ini adalah menggunakan uji t yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ d=
n
d
Sd 2 =
n∑ d 2 ( ∑ d ) 2 n(n − 1)
S d = S d2
t=
d − uD Sd / n
Keterangan: t = t hitung d = Rata-rata selisih nilai dua kelompok u d = Selisih rata-rata sebelum dan sesudah pengamatan = 0 S d = Simpangan baku nilai-nilai d S d 2 = Variansi selisih Y-X15
n = Jumlah sampel µ D = 0, karena pada hipotesa nol (menerima H0) Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia = Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Uji signifikansi dalam penelitian ini adalah dengan memakai uji t tabel dengan taraf kesalahan 5%
Menolak H0 (ada perbedaan -)
15
Menerima H0 (tidak ada perbedaan)
Menolak H0 (ada perbedaan +)
Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probalitas, h. 459
t tabel negatif (-)
0
t tabel positif (+)
Keterangan: a. Apabila t hitung > t tabel positif (+) maka menolak H0, ada perbedaan Efektivitas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. b. Apabila t hitung < t tabel negatif (-) maka menolak H0, ada perbedaan Efektivitas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. c. Apabila t tabel negatif (-) < t hitung < t tabel positif (+) berarti menerima H0, tidak ada perbedaan Efektivitas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. 8. Teknis penulisan Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2007, dengan pengecualian kutipan terjemahan al-Quran dan al-Hadits ditulis satu spasi.
J. Sistematika Penulisan.
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membuat skripsi ini membagi menjadi beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
mamfaat/
kegunaan
penelitian, variabel penelitian, hipotesa, kajian pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II
: TINJAUAN UMUM TENTANG EFEKTIVITAS DAN WAKAF Bab ini menjelaskan tentang defenisi Efektivitas, tolak ukur Efektivitas, dan membahas tentang konsep wakaf serta membahas tentang paradigma wakaf baru di Indonesia.
Bab III
: GAMBARAN
UMUM
LEMBAGA
TABUNG
WAKAF
INDONESIA ( TWI ) Bab ini menerangkan sejarah berdirinya, visi, misi, tujuan, sasaran, target, identitas, struktur organisasi dan produk-produk tabung wakaf Indonesia. Bab VI
: ANALISA DATA Membahas hasil yang telah diteliti
Bab V
: Penutup. Memuat tentang kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Efektivitas 1. Defenisi Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara lain: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruh, dan kesan), (2) manjur atau mujarrab, (3) membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku. Dari kata itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan keadaan, berpengaruh, hal terkesan, kemanjuran dan keberhasilan.16 Menurut Peter Drucker, efektifitas eret kaitannya dengan efesiensi, dimana efesiensi berarti
mengerjakan sesuatu dengan benar (doing thing right), sedangkan efektivitas adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things).17 Dalam bahasa yang sederhana lagi dapat kita artikan bahwa efisiensi adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Sebaliknya efektivitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara cepat.18
16
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 219 17 Amirullah dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), cet ke-2, h. 8 18 Ibid
Dari segi hasil, suatu usaha dapat dikatakan efisiensi kalau usaha tersebut memberikan hasil terbaik, baik dalam arti mutu maupun jumlah dari pada hasil yang dikehendaki. Dari segi usaha, suatu usaha dapat dikatakan efisien apabila usaha yang dijalankan dapat dicapai dengan usaha yang teringan, dalam artian pemakaian tenaga, jasmani, pikiran, waktu, dan uang. Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan
telah
memperhatikan
efektivitas
operasionalnya.
Dengan
demikian, dapat kita ambil kesimpulan bahwa antara efektivitas dan efesiensi saling terkait satu sama lain, suatu perusahaan tidak hanya dituntut untuk mengejar tujuan semata, akan tetapi bagaimana tujuan itu bisa dicapai dengan cara yang efektif dan efesien. Tabel 1.1
Efesiensi dan Efektivitas dalam manajemen Efesiensi (alat)
Efektivitas (hasil akhir)
Penggunaan Sumber Daya
Pencapaian Sasaran Pencapaian tinggi Pencapaian rendah
Limbah tinggi
Limbah rendah
Manajemen sukses : Efesiensi tinggi dan Efektifitas tinggi
Sumber: Stephen P. Robins dan Mary Coulter19 Banyak perusahaan maupun lembaga sosial masyarakat yang bekerja
secara efesien tapi belum tentu bisa efektif. Suatu perusahaan bisa saja melakukan tindakan-tindakan yang salah tapi dilakukan secara baik. Misalnya, perusahaan membatasi pengeluaran untuk biaya promosi dengan alasan efesiensi anggaran. Cara tersebut dianggab kurang tepat kalau disatu sisi perusahaan ingin meningkatkan penjualan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan perusahaan yang mencapai kesuksesan adalah perusahaan yang mampu menciptakan secara bersama-sama tingkat efesiensi dan efektivitas yang tinggi.
2. Tolak Ukur Efektivitas
Dengan melihat pengertian efektivitas di atas, maka untuk mencapai efektivitas rencana harus memenuhi syarat-syarat atau ukuran sebagai berikut:20 a. Kegunaan. Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana. b. Ketepatan dan obyektivitas.
19
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, edisi ke-6 (Jakarta: PT. Prenhallindo,
1999, h. 9 20
103-105
Dr. T. Hani Handoko, M. B. A, Manajemen, (Yogyakarta: DPFE-Yogyakarta, 2003), h.
Semua rencana harus di eveluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan akurat. c. Ruang lingkup. Ruang lingkup disini perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity), dan konsistensi. d. Efektivitas biaya. Dalam hal ini efektivitas biaya menyangkut waktu, usaha dan aliran emosional e. Akuntabilitas. Ada dua aspek akuntabilitas; pertama tanggung jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas implementasi. f. Ketepatan waktu. Perencanaan, perubahan-perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu. Tabel 1.2
Ketepatan waktu Efektivitas biaya
Kegunaan
EFEKTIF
Ketepatan dan Obyektivitas
Akuntabilitas Ruang lingkup
Sumber: Dr. T. Hani Handoko.
Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut:21 a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit. b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi lingkungan dan agamanya. c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam menjalankan aktifitasnya dalam menggunakan harta, waktu, dan tenaga tidak dipergunakan secara boros. Jika dilihat dari sudut ekonomi sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen.
21
Mochtar Efendy, Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam, h. 153-158
d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seseorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan adil dalam semua perbuatannya.
B. Konsep Wakaf 1. Defenisi wakaf
Banyaknya permasalahan sosial yang melanda bangsa Indonesia terutama tuntutan akan kesejahteraan ekonomi, keberadaan lembaga wakaf menjadi sangat strategis untuk dikembangkan. Disamping sebagai salah satu aspek ajaran agama Islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi. Karena itu perlu adanya pendefenisian ulang terhadap wakaf agar bisa disesuaikan dengan keadaan riil yang terjadi saat ini. Wakaf berasal dari kata waqofa-yaqifu-waqfan-wuquufan yang berarti berhenti, mencegah. 22 Adapun wakaf juga bisa diartikan dengan kata al-habs (menahan).23 Kata al-waqf adalah bentuk masdar dari ungkapan waqfu alsyai’, yang berarti menahan sesuatu. Imam Atarah, dalam syairnya berkata:
”Untaku tertahan disuatu tempat, seolah-olah dia tahu agar aku bisa berteduh di tempat itu. Dengan demikian, pengertian wakaf secara bahasa adalah menyerahkan tanah kepada orang-orang miskin untuk ditahan. Diartikan
22
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 505 23 Dr. Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: IIMaN Press, 2004), h. 37
demikian karena barang milik itu dipegang dan ditahan oleh orang lain, seperti menahan ternak, tanah dan segala sesuatu.24 Dalam peristilahan syara’ wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaanya dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud dengan wakaf adalah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.25 Definisi diatas adalah defenisi wakaf secara umum, kemudian para ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefenisikan wakaf secara terperinci lagi, sehingga mereka berbeda pendapat pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri, baik ditinjau dari aspek kontinyuitas waktu (ikrar), dzat yang diwakafkan (benda wakaf),
maupun pola pemberdayaan dan
pemanfaatan harta wakaf. Abu Hanifah berpendapat bahwa wakaf adalah menahan sesuatu benda yang
menurut
hukum Islam tetap
milik
si waqif
dalam rangka
mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.26 Dari definisi ini, maka pemilikan harta wakaf tidak terlepas dari si waqif, waqif di benarkan menariknya kembali bahkan waqif juga berhak untuk menjualnya. Apabila ia
24
Ibid., 37 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2003) h. 635 26 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimmas islam, 2006), h.2 25
wafat, maka harta wakaf tersebut di wariskan kepada ahli warisnya. Jadi menurut Abu Hanifah yang timbul dari wakaf itu hanyalah menyumbangkan manfaat. Lain dengan Imam Maliki, ia berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, namun wakaf tersebut mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif berkewajiban menyedekahkan manfaat serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. 27 Kemudian Imam Syafi’i dan Ahmad ibnu Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, setelah sempurna prosedur perwakafan.28 Dalam hal ini waqif tidak berhak melakukan apa saja di dalam barang yang diwakafkan, seperti menjual harta wakaf atau mengambil kembali barang yang telah diwakafkan. Jika waqif wafat, harta yang diwakafkan tidak menjadi milik ahli warisnya. Mazhab lain mempunyai pendapat yang sama dengan mazhab ke tiga, namun berbeda dari segi kepemilikan atas barang atau benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik maukuf ’alaihi (yang diberi wakaf), meskipun maukuf ’alaihi tidak berhak melakukan sesuatu tindakan atas benda wakaf tersebut,
baik menjual atau menghibahkannya. 29
27
Ibid., h. 2 Ibid., h. 3 29 Ibid., h. 3-4 28
Dari defenisi wakaf tersebut jelaslah bahwa wakaf mempunyai perbedaan dari ibadah sosial lainnya seperti zakat, infaq, sedekah dan hibah. Dimana zakat adalah kadar atau ukuran harta tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.30 Mahmud Syaltut, seorang ulama kontemporer dari Mesir, mendefenisikannya sebagai ibadah kebendaan yang diwajibkan oleh Allah swt agar orang yang kaya dapat meringankan beban orang yang miskin.31 Hal ini sejalan dengan pendapat Yusuf Qardhawi yang mengatakan bahwa zakat adalah ibadah maliyah yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pokok orang-orang yang membutuhkan (miskin). 32 Dengan demikian jelaslah bahwa antara zakat dan wakaf mempunyai perbedaan. Zakat merupakan bagian dari harta yang wajib dikeluarkan apabila telah cukup syaratnya dan ia termasuk dalam rukun Islam serta tidak disyaratkan kekalnya benda yang dikeluarkan. Sedangkan wakaf adalah pemberian harta yang disyaratkan barsifat kekal apabila diambil manfaatnya serta terlarang bertindak hukum atas harta wakaf tersebut.33 Kemudian antara sedekah dan wakaf juga mempunyai perbedaan dimana sedekah merupakan bentuk pemberian secara sukarela dan tidak disyaratkan kekal zatnya sebagaimana wakaf serta boleh bertasyarruf atasnya,
30
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: CV Sinar Baru Bandung, 1987), h. 184. Dr. A. Rahman Ritonga dan Dr. Zainuddin, M.A, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet. ke-2, h. 171. 32 Yusuf Qardawi, Al-‘Ibadah fi al-Islam, (mesir: Muassasah al-Risalah, 1979), h. 235. 33 Drs. H. Abdul Halim, MA, Hukum Perwakafan di Indonesia. (Jakarta, Ciputat Press, 2005). Cet. ke-1, h. 34. 31
sedangkan dalam wakaf disyaratkan bersifat kekal dan terlarang untuk bertasyarruf terhadap harta wakaf tersebut.34 Dari tata cara transaksinya, wakaf dapat dipandang sebagai salah satu bentuk amal yang mirip dengan sedekah. Yang membedakannya adalah dalam sedekah, baik substansi atau aset maupun hasil atau manfaat yang diperoleh dari pengelolaannya, seluruhnya ditransfer (dipindah tangankan kepada yang berhak menerimanya) sedangkan pada wakaf yang ditransfer hanyalah hasil atau manfaatnya, sedangkan substansi atau asetnya tetap dipertahankan. 35 Perbedaan infaq dengan wakaf adalah infaq merupakan suatu bentuk pemberian yang dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai rasa syukur atas rizki yang didapatkan dan sedikit-banyaknya harta yang dikeluarkan tidak ditentukan, begitu juga dengan bendanya tidak disyaratkan kekal. Sedangkan wakaf merupakan pemberian harta yang disyaratkan kekal zatnya untuk diambil manfaatnya serta terlarang untuk melakukan tasyarruf atas harta tersebut.36 Kemudian wakaf dan hibah jaga mempunyai perbedaan, dimana hibah adalah pemberian dari seseorang kepada orang lain atas pertimbangan hanya untuk mendapatkan ridha Allah swt dan keikhlasan semata yang didasari atas rasa kasih sayang. Sedangkan pembentukan pemberian harta wakaf itu berdasarkan nilai-nilai keagamaan dan semata-mata untuk mendekatkan diri 34
Ibid., h 34 Prof.Dr. M. Manan. Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inofasi Instrumen Keuangan Islam. (Depok, CIBER-PKTTI-UI, 2001), h. 30 36 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, h. 35 35
kepada Allah swt dan mempunyai kriteria tertentu.37 Kemudian dalam masalah hibah tidaklah disyaratkan kekalnya materi benda yang dihibahkan, sedangkan dalam wakaf sebagai syarat kekalnya benda yang diwakafkan. Dan terhadap harta hibah pihak penerima hibah boleh bertindak hukum dan mentransaksikannya, sedangkan dalam masalah harta wakaf tidak boleh bertindak hukum seperti hibah, karena harta benda wakaf itu bukan milik penerima wakaf (maukuf ’alaihi) melainkan milik Allah swt.38 Perbedaannya lain antara hibah dan wakaf adalah dalam hibah, substansi atau asetnya dapat dipindah tangankan dari seseorang kepada orang lain tanpa ada persyaratan, sedangkan pada wakaf ada persyaratan penggunaan yang telah ditentukan waqif. Tujuannya sama-sama dilandasi semangat keagamaan.39
2. Dasar Hukum Wakaf
a. Dasar Hukum Islam 1) Dalil-dalil dari al-Qur’an
(77 :22/وَاَُْا اََْْ ََُْ ُُِْنَ )ا Artinya:”Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” (QS: al-Hajj: 77)
37
Ibid., h. 36 Ibid., h. 38 39 Prof. Dr. M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, 38
h. 30
Dalam ayat ini sama sekali tidak terdapat kata-kata yang menegaskan perintah untuk berwakaf, akan tetapi kenapa para ulama menjadikan dalil ini sebagai dasar hukum dalam berwakaf. Pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang mendekatkan diri manusia kepada tuhannya. Karena itu manusia diperintahkan untuk berbuat kebajikan. Para faqih berpendapat bahwa infaq kepada kebajikan itulah yang membuat wakaf sebagai ibadah yang mendekatkan diri manusia kepada tuhannya. Di dalam ayat yang lain juga disebutkan:
ِْ ُ&ِْ*ُا ﻡ%َنَ وَﻡ,'ُِ % ُِا اْ'ِ َ)( ُ&ِْ*ُا ﻡ%َ&َ ْ (92 :3/ ان3 )ال.ٌَِ3 ِ2ِ َ2ِن ا1َ ٍْء/َ0 Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya" (QS: Āli ‘Imrān: 92) Ayat
inilah
yang
membuat
Abu
Thalhah
semangat
menyedekahkan atau mewakafkan perkebunannya untuk keluarga dan keturunannya atas nasehat dari Rasulullah saw. Diantara keluarga yang mendapat wakaf dari Abu Thalhah adalah Hassan bin Tsabit. Kemudian di dalam surat al-Baqarah juga disebutkan:
ْ َ)َ'ٍْ أَﻥB'َ ِ:َ;َ َِ آ2ِ ا:ِ'َ ﺱ/ِ ُْ>َُ ا=ِیَ یُ&ِْ*ُنَ أَﻡَْا:َ;َﻡ C َْ ِ ُHِ3%َIُُ ی2ٍ وَاB'َ ُBَG%ٍِ ﻡBَُ'ْ&ُ ﺱF:ُ آ/ِ َ:ِ %َ&ََ ﺱEْ'َﺱ (261 :2/ )ا'*ة. ٌَِ3 ٌEُِ وَاﺱ2ءُ وَا%َJَی Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS: al-Baqarah: 261)
Dalam ayat ini juga tidak terdapat lafadz yang memerintahkan untuk berwakaf tapi yang tertulis adalah lafadz yunfiquuna amwaalahum fi sabilillah. Dikatakan menafkahkan harta di jalan Allah
swt bukan sekedar memberikan harta kepada orang-orang miskin akan tetapi menafkahkan harta di jalan Allah swt dalam ayat ini meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. 2) Sunnah Rasulullah saw
: َل%َQ ََِ وَﺱ2ََْ3 ََ( اP ِ ْ هَُیَْةَ اَن رَﺱُْلَ ا/ِ ََْ ا3 ٍBَQَXَP, ٍث%ََ ﻡِْ ﺙTُِ ا2َُ َ3 َEَUَ*ْنَ اِﻥ%َِْﻥTْتَ ا%َاِذَا ﻡ [ُ )روا2َ ُْ3ْXٍَ یZِ%َP ٍXََِ اَوْ و2ِ ُEََ)ْ&ٍُِْ ی3 ْاَو, ٍBَرِی%َY 40 (ﻡ Artinya: ”Dari Abu Hurairah ra; seseungguhnya Rasulullah saw bersabda ” apabila anak Adam (meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya” (HR: Muslim) Adapun penafsiran sedekah jariyah dalam hadis di atas adalah:
Bری%^ اBQX]ء ا% ا2ﻥT HQ ب ا% / [ذآ 41 HQ%
40 41
Muslim, Shohih Muslim, (Libanon: Dar al-Fikr, 1993), Juz.2, h. 70 Depertemen Agama, fiqih wakaf, h. 7
Artinya: Hadits tersebut dikemukakan dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf (Imam Muhammad Ismail al Kahlani, tt, 87) Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda:
َ َِ وَﺱ2ََْ3 ُ َ(َ اP ْ/ِ'&ِ َُ ُ3 َل%َQ : َل%َQ ََ َ3 ِْ َِ ا3 ُ_ِ^ْ3ُ ا,aَQ ًT%َِ_ُ ﻡPُْ َِْ'ََ َ ْا/ِ /ِ)َ ﺱَ>ٍْ اBَG%ِ ن ا ِا : P /ِ'&لَ ا%َ*َ, %َ>ِ َقXَ]ََْ اَرَدْتُ اَنْ اXَQ %َ>ْ&ِاَِ( ﻡ 42 (((G%& )روا[ ا%َ>َْ ﺙَ َْﻥ:F'َ وَﺱ%َ>َْPَْ اdِ'َْا Artinya: ”Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Umar mengatakan kepada Nabi saw saya mempunya seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw mengatakan kepada Umar: tahanlah (jangan jual, hibahkan dan wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah ”. (HR : Al-Nasaiy) b. Dasar Hukum Pemerintah Republik Indonesia Di Indonesia ada beberapa peraturan yang mengatur masalah perwakafan, yaitu Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang diatur dalam pasal 5, pasal 14 ayat 91 dan pasal 49, PP No. 28 tahun 1997 tentang wakaf tanah milik, Undang-undang No. 41 tahun 2004, dan PP No. 42 tahun 2006. Adapun yang mengatur tentang wakaf tunai hanya terdapat dalam Undang-undang No. 41 tentang wakaf dan PP No. 42 tahun 2006. Dalam UU No. 41 tahun 2004 dikatakan bahwa: a) Pengaturan benda wakaf bergerak berupa uang dan sejenisnya (giro, saham, dan surat berharga lainnya), selain harta benda wakaf tidak bergerak (tanah dan bangunan). 42
Al-Nasaiy, Sunan Al-Nasaiy, (Libanon: Dar al-Fikr, 1995), h. 234
b) Wakaf benda bergerak berupa uang dapat dilakukan melalui lembaga keuangan Syariah. c) Dari hasil pengelolaan wakaf secara produktif tersebut, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan: 1) Sarana dan kegiatan ibadah. 2) Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan. 3) Bantuan pada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa. 4) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat. 5) Kemajuan kesejahteraan umum lainnya. d) Dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara produktif, nadzhir dapat bekerja sama dengan pihak ketiga IDB, investor, perbankan Syariah, LSM dan lain-lain. e) Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf, akan dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang bersifat independen dan dapat membentuk perwakilan di propinsi dan kabupaten jika dianggap perlu. Adapun PP No. 42 tahun 2006 adalah tentang pelaksanaan Undang-undang No. 41 tahun 2004. yang menarik dalam PP ini adalah bahwasanya nadzir ditentukan oleh BWI (Badan Wakaf Indonesia) yang sebelumnya belum diatur dalam Undang-undang No. 41 tahun 2004. 3. Syarat dan Rukun Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhinya rukun dan syaratnya. Adapun rukun43 dan syarat wakaf adalah: a. Redaksi wakaf/ shighat (pernyataan atau ikrar waqif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya). Shighat wakaf adalah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkannya.44 43
Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 640
Adapun lafadz shighat wakaf ada dua macam, yaitu: 1) Lafadz yang jelas (sharih). seperti menggunakan redaksi waqaftu45 atau habastu atau sabbaltu.46 Bila lafadz ini dipakai dalam ijab wakaf, maka sah lah wakaf tersebut, sebab lafadz tersebut tidak mengandung suatu pengertian lain kecuali kepada wakaf. 2) Lafadz kiasan (kinayah). Seperti shaddaqtu, harramtu, dan abbadtu.47 Kalau lafadz ini yang dipakai harus dibarengi dengan niat wakaf. Sebab lafadz shaddaqtu bisa berarti sedekah wajib dan bisa berarti sedekah sunnah. Lafadz harramtu bisa berarti dzihar, tapi juga berarti wakaf. Kemudian lafadz abbadtu bisa berarti semua pengeluaran harta benda untuk selamanya. Sehingga semua lafadz kiasan yang dipakai untuk mewakafkan sesuatu harus disertai dengan niat wakaf yang tegas. b. Orang yang mewakafkan(waqif). Orang yang mewakafkan (waqif) disyaratkan memiliki kecakapan hukum dalam membelanjakan hartanya. Ada empat kriteria yang harus terpenuhi: 1) Berakal sehat Para ulama sepakat bahwa waqif haruslah berakal dalam pelaksanaan akad wakaf, begitu pula dalam kelangsungan pengelolaannya. Untuk 44
Departemen Agama, Fiqih Wakaf, h. 55 Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 640 46 Departemen agama, Fiqih Wakaf, h. 56 47 Ibid., h. 56 45
itu, tidaklah sah jika wakaf diberikan oleh orang gila, karena dia tidak berakal, tidak pula dapat membedakan sesuatu dan dia tidak layak untuk melakukan kesepakatan (akad) dan aturan.48 2) Merdeka. Merdeka adalah salah satu syarat bagi seorang waqif salam mewakafkan hartanya. Syarat ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa budak atau hamba sahaya tidak memiliki apa pun, sekiranya dia mendapat izin untuk berdagang hal itu terbatas untuk berdagang saja, tidak mencakup izin untuk bersedekah. Jadi, wakaf dari budak tidaklah boleh, karena dia tidak punya hak atas hartanya. 49 3) Dewasa. Wakaf yang berasal dari anak-anak yang belum baligh hukumnya tidak sah. Sebab, jika ia belum dapat membedakan sesuatu, ia tidak layak umtuk bertindak sekehendaknya.50 4) Tidak berada dibawah pengampuan (boros/ lalai)51 Kaidah fiqih mengatakan bahwasanya wakaf dari orang yang boros dan bodoh, yang masih dalam tanggungan tidaklah sah. Sebab sedekah
48
Abid Abdullah, Hukum Wakaf, h. 219 Ibid., h. 229 50 Ibid., h 224 51 Departemen Agama, Fiqih Wakaf, h. 22 49
itu tidaklah sah kecuali dilakukan dengan kesadaran dan keinginan sendiri. 52 c. Mauquf ’alaih (pihak yang menerima wakaf). Yang dimaksud dengan mauquf ’alaih adalah tujuan wakaf (peruntukan wakaf).53 Disini ulama fiqih berbeda pendapat dalam mensyaratkan penerima wakaf, karena pada dasarnya wakaf adalah ibadah yang mendekatkan diri manusia pada tuhannya, karenanya penerima wakaf (mauquf ’alaih) haruslah pihak kebajikan. Mengenai ibadah disini, apakah ibadah menurut pandangan Islam ataukah menurut keyakinan waqif atau keduanya.
Mazhab Hanafi mensyaratkan agar mauquf ’alaih (yang diberi wakaf) ditujukan untuk ibadah menurut pandangan Islam dan menurut keyakinan wakaf.54 Mazhab Maliki mensyaratkan agar mauquf ’alaih (peruntukan wakaf) untuk ibadah menurut pandangan waqif.55 Mazhab Syafi’i dan Hambali mensyaratkan agar mauquf ’alaih (peruntukan wakaf) untuk ibadah menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang keyakinan waqif.56 d. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan).
52
Abid Abdullah, Hukum Wakaf, h. 227 Departemen Agama, Fiqih Wakaf, h. 46 54 Ibid., h. 46 55 Ibid., h. 47 56 Ibid., h. 47
53
Adapun syarat sahnya barang atau harta yang diwakafkan adalah sebagai berikut: 1) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya) Harta yang ada nilainya adalah harta yang dimiliki oleh orang dan dapat digunakan secara hukum (sah) dalam keadaan normal ataupun tertentu. Seperti uang, buku, dan harta lain yang tidak dapat berpindah.57 2) Harta wakaf itu jelas bentuknya Fuqaha mengharuskan syarat sahnya harta wakaf adalah harta itu harus diketahui secara pasti dan tidak mengandung sengketa. Oleh karena itu, meskipun waqif mengatakan: aku wakafkan sebagian dari hartaku, namun tidak ditunjukkan hartanya maka batal (tidak sah) wakafnya. 58 3) Harta wakaf merupakan hak milik dari waqif Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan fuqaha bahwa wakaf tidak sah, kecuali jika wakaf itu berasal dari harta milik sendiri. Sebab, wakaf adalah satu tindakan yang menyebabkan terbebasnya satu kepemilikan menjadi harta wakaf.59 4) Terpisah, bukan milik bersama (musya’)
57
Abid Abdullah, Hukum Wakaf, h. 248 Ibid., h. 249 59 Ibid., h. 251 58
Harta wakaf bisa saja berupa harta yang bercampur (milik umum) dan bisa juga harta yang terpisah dari harta lainnya. Namun, para ulama sepakat bahwa harta wakaf tidak boleh berupa harta yang bercampur. 60 4. Macam-macam wakaf
a. Wakaf ahli
Wakaf ahli yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga si waqif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf dzurri.61 Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfaatnya adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini (wakaf ahli/ dzurri) kadang-kadang juga disebut wakaf ’alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan
sosial dalam lingkungan keluarga (famili), lingkungan kerabat sendiri. 62 b. Wakaf khairi
Wakaf khairi adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).63 Seperti yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya.
60
Ibid., h. 277 Depertemen Agama, Fiqh Wakaf, h. 14 62 Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, (Lebanon: Dar al-‘Arabi, 1971), h. 378 63 Ibid., h. 378 61
Kalau kita lihat dalam tinjauan penggunaanya, wakaf jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena dalam wakaf khairi ini banyak pihak-pihak yang ingin mengambil manfaat, tidak dibatasi pada pihak keluarga dan karib kerabat semata. Dan jenis inilah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara umum. Dalam jenis wakaf ini juga, si waqif dapat mengambil manfaat dari harta yang di wakafkan itu seperti wakaf masjid maka si waqif boleh saja disana, atau mewakafkan sumur, maka si waqif boleh mengambil air dari sumur tersebut sebagaimana pernah di lakukan oleh Nabi dan sahabat Utsman ibnu Affan.
5. Pemanfaatan Harta Wakaf
Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memerankan peran yang sangat penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, budaya, ekonomi, dan masyarakat Islam. Selain itu, keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintahan. Kenyataan menunjukkan, institusi wakaf telah menjalankan sebagian dari tugas-tugas pemerintahan. Berbagai bukti menunjukkan, sumber-sumber wakaf tidak hanya digunakan untuk membangun perpustakaan, ruang-ruang belajar, tetapi
juga untuk membangun perumahan siswa, riset, jasa-jasa foto copy, pusat seni dan lain-lain. Manfaat wakaf dalam kehidupan dapat dilihat dari segi hikmahnya, setiap peraturan yang disyariatkan Allah kepada makhluknya baik berupa perintah atau larangan, pasti mempunyai hikmah dan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia khususnya bagi umat Islam. Diantara hikmah yang terkandung di dalam harta wakaf dan yang langsung dirasakan oleh manusia diantaranya: a. Harta benda yang di wakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin kelangsungannya. b. Pahala dan keuntungan bagi si waqif akan tetap mengalir walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda wakaf itu masih ada dan dapat dimanfaatkan, sepanjang itu pula pahala akan mengalir terus dalam dirinya. c. Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang sangat besar manfaatya dalam kehidupan agama dan umat.64 Dengan demikian wakaf mempunyai peranan yang sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi selain dari zakat, karena wakaf juga dapat membantu masyarakat yang miskin, baik miskin dalam artian ekonomi maupun tenaga, di lain pihak juga bertujuan untuk meningkatkan pembangunan keagamaan, disamping itu wakaf juga dapat membentuk jiwa 64
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, h.40-42
sosial ditengah-tengah masyarakat, dapat juga mendidik manusia agar manusia mempunyai tenggang rasa terhadap sesamanya. Hal ini sejalan dengan Ahmad Jarjawi yang mengatakan ”apabila orang-orang kaya itu mewakafkan hartanya kepada orang-orang fakir, maka akan diberi atas mereka pahala sedekah yang dapat menggembirakan pihak fakir miskin karena telah mengeluarkan dari belenggu kesulitan dan melepaskan mereka dari malapetaka yang menimpa mereka selama ini. Bagi si waqif akan menerima kemuliaan dari Allah Azza Wa Jalla”. 65 C. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia: Wakaf Tunai 1. Definisi Wakaf Tunai
Selama ini, perbincangan tentang wakaf
selalu diarahkan kepada
wakaf benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya dan sumur untuk diambil airnya. Sedangkan wakaf benda bergerak baru mengemuka belakangan. Diantara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan ini adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Di Indonesia cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun
kalau kita lihat obyek wakafnya adalah uang, lebih tepat rasanya kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang.
Wakaf tunai (wakaf uang) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.66 Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf tunai. Imam alBukhari mengungkapkan bahwa imam az-Zuhri berpendapat bahwa dinar dan 65
Ibid, h. 43 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjan Bimmas Islam, 2006), h. 1 66
dirham (keduanya adalah uang yang berlaku di timur tengah ) boleh diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan dinar dan dirham itu sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.67 Wahbah az-Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mazhab Hanafi membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan bil ’Urfi karena sudah banyak dilakukan masyarakat. Mazhab Hanafi memang barpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan nash (teks).68 Menurut mazhab Hanafi cara melakukan wakaf tunai (mewakafkan uang) adalah dengan menjadikannya modal usaha dengan cara mudharabah69 sedang keuntungannya disedekahkan kepada pihak wakaf.70 Ibnu Abidin mengemukakan bahwa wakaf tunai yang dikatakan merupakan kebiasaan yang berlaku dimasyarakat adalah kebiasaan yang berlaku di masyarakat Romawi, sedangkan di negeri lain wakaf tunai bukan merupakan kebiasaan. Karena itu Ibnu Abidin berpandangan bahwa wakaf tunai tidak boleh atau tidak sah. Mazhab Syafi’i juga berpandangan bahwa wakaf tunai tidak sah. Menurut Al-Bakri, mazhab Syafi’i tidak membolehkan wakaf tunai karena dirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada lagi wujudnya.71
67
Ibid., h. 2 Ibid., h.3 69 Berdasarkan prinsip mudharabah, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan penabung sebagai shohibul maal (penyandang dana), sedangkan dengan pengusaha bank akan bertindak sebagai shohibul maal dan pengusaha sebagai mudharip. Lihat: Muhammad syafi’I Antonio, Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 137 70 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h.3 71 Ibid., h. 3 68
Perbedaan pendapat di atas, bahwa alasan boleh dan tidak bolehnya wakaf tunai berkisar pada wujud uang. Apakah wujud uang itu setelah digunakan atau dibayarkan masih ada seperti semula, terpelihara, dan dapat menghasilkan keuntungan lagi pada waktu yang lama? atau wujud uang itu akan hilang begitu saja setelah diwakafkan. Namun kalau melihat perkembangan sistem perekonomian yang berkembang sekarang, sangat mungkin untuk melaksanakan wakaf tunai. Misalnya uang yang diwakafkan itu dijadikan modal usaha seperti yang dikatakan mazhab Hanafi atau diinvestasikan
dalam
wujud
saham
di
perusahaan-perusahaan
atau
didepositokan di perbankan Syariah, dan keuntungannya dapat disalurkan sebagai hasil wakaf. 72 Kalau kita lihat secara seksama, wakaf tunai atau wakaf uang yang diinvestasikan dalam wujud saham atau deposito, wujudnya akan lebih tetap terpelihara atau lebih tepatnya nilai uang akan tetap terpelihara, terjaga dan menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.
2. Manfaat Wakaf Tunai
Dalam sejarah Islam, wakaf telah di praktikkan baik dalam bentuk benda tidak bergerak maupun wakaf produktif berupa wakaf uang (cash waqf). Bahkan, ternyata wakaf uang (cash waqf) telah di praktikkan sejak
72
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf, h. 4
awal abad kedua hijriyah.73 Yaitu pada masa dinasti Ayyubiyah. Pada masa ini, wakaf tidak hanya sebatas pada benda tidak bergerak tapi juga benda bergerak seperti wakaf tunai. 74 Jika membaca sejarah universitas Al-Azhar yang menjadi pusat intelektual Islam terkemuka di dunia, maka kita akan temui bahwa motor pembangkit yayasan tersebut adalah harta wakaf. Yang pertama kali memberi wakaf adalah khalifah pada masa dinasti Fathimiyah yang kemudian diikuti oleh kaum dermawan muslim lainnya. 75 Imam Bukhari, menjelaskan bahwa Imam az Zuhri (W. 124 H) salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar kodifikasi hadits (Tadwid alHadits) mengeluarkan fatwa yang berisi anjuran melakukan wakaf dinar dan
dirham untuk pembangunan sarana da’wah, sosial, dan pendidikan umat muslim. 76 Imam Syafi’i juga menjelaskan paling tidak ada empat manfaat yang terdapat dalam wakaf tunai (wakaf uang), yaitu: a. Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas pun bisa memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi orang kaya (hartawan) terlebih dahulu.
73
Achmad Junaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Ummat, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), Cet Ke-3, h. 27 74 Departemen AgamaRI, Pedoman Pengelolaan Wakaf, h. 10 75 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 36. 76 Djunaidi dan Thobieb, Menuju Era Wakaf Produktif, h. 27.
b. Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. c. Dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cash flow-nya tidak stabil. d. Pada waktunya,
umat
Islam akan dapat
lebih
mandiri dalam
mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus bergantung pada anggaran pendidikan yang telah ditetapkan oleh negara yang memang semakin lama semakin terbatas.77 Begitu besarnya peranan wakaf dalam menata kehidupan ekonomi, sebab dengan adanya lahan atau modal yang dikelola secara produktif akan membantu masyarakat yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dari pengelolaan harta wakaf secara produktif tadi bisa juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan. Selain dari manfaat yang dikemukakan oleh Imam Syafi’i, Umar Thusun dalam sebuah surat khabar al-Arham No. 18730, tanggal 17 Januari 1937 juga mengatakan ada beberapa manfaat yang bisa kita ambil dari harta wakaf, diantaranya: a. Memelihara kekayaan negara dan menjaganya untuk tidak dijual atau digadaikan.
77
Ibid., h. 28.
b. Memelihara harta peninggalan nenek moyang dan menjaga keutuhan keluarga. c. Harta benda wakaf keluarga selalu baru dan dinamis sesuai dengan perkembangan waktu dan zaman. d. Wakaf yang dikelola dengan baik dan produktif manfaatnya akan kembali kepada keluarganya. e. Harta wakaf terus bertahan dan tidak akan bangkrut meskipun negara ditimpa krisis ekonomi, karena harta wakaf tetap dan akan terjaga selamanya.78
3. Garis-garis Besar Operasional Wakaf Tunai
Ada beberapa garis-garis besar pengaturan operasionalisasi wakaf tunai sebagaimana yang diterapkan SIBL, yaitu: a. Wakaf tunai harus diterima sebagai sumbangan sesuai dengan syariah. b. Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu dan rekeningnya dengan nama yang telah ditentukan waqif. c. Waqif
mempunyai
kebebasan
memilih
tujuan-tujuan
sebagaiman
tercantum dalam 32 sasaran pemanfaatan wakaf tunai yang telah ditentukan SIBL atau tujuan lain yang diperkenankan oleh syariah. d. Wakaf tunai selalu menerima pendapatan dengan tingkat (rate) tertinggi yang ditawarkan bank dari waktu ke waktu. 78
Ibid., h. 36-37
e. Kuantitas wakaf tetap utuh dan hanya keeuntungannya yang akan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan waqif. f. Waqif dapat meminta bank mempergunakan keseluruhan profit untuk tujuan-tujuan yang telah ia tentukan. g. Waqif dapat juga meminta bank untuk merealisasikan wakaf tunai pada jumlah tertentu untuk dipindahkan dari rekening waqif pada SIBL. h. Atas setiap setoran wakaf tunai harus diberikan tanda terima dan setelah jumlah wakaf tersebut mencapai jumlah yang ditentukan, barulah diterbitkan sertifikat. i.
Prinsip dan dasar-dasar peraturan syariah wakaf tunai dapat ditinjau kembali dan dapat berubah.79
79
M. A. Mannan, Serifikat Wakaf Tunai, h. 46-47
BAB III GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI)
A. Latar Belakang
Pada bulan Juli 1993 telah berdiri sebuah lembaga sosial kemanusiaan yang bernama Dompet Dhuafa Republika (DDR). Sebuah lembaga yang didirikan sebagai jawaban atas keprihatinan beberapa pimpinan harian republika atas kondisi umat Islam yang jauh dari kondisi ideal. Awal dari perjalanannya merupakan perjuangan yang sangat berat dan sangat melelahkan, dan sekarang perjuangan yang dirintis dari awal dengan banyak pengorbanan itu telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, salah satunya diresmikannya Dompet Dhuafa Republika (DDR) sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang pertama pada tahun 2001. Sepuluh tahun perjalanan DD melakukan gerakan membumikan zakat sudah mulai berbuah, masyarakat sudah mulai menyadari bahwa setiap kekayaan yang dimiliki terdapat hak orang lain didalamnya yang wajib dikeluarkan. Sebuah fenomena yang patut disyukuri karena masyarakat semakin sadar bahwa zakat merupakan sebuah pilar penting dalam penegakan perekonomian umat. Melihat perkembangan ekonomi yang cukup lamban timbullah keinginan yang kuat untuk mempercepat proses kebangkitan ekonomi umat, DDR terdorong untuk menggali potensi dana umat selain zakat yang masih idle ditangan para
aghniya. Pada bulan Ramadhan 1425 H, DDR membuat sebuah unit fundrasing baru yaitu menggali kembali wakaf sebagaimana yang telah dipraktikkan pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya sebagai jawaban dari pencairan pilar ekonomi umat Islam selain zakat. Pengelolaan wakaf yang belum optimal berbanding terbalik dengan potensi zakat yang sudah berjalan sebelumnya, hal ini menjadi tantangan baru bagi DD untuk lebih mengoptimalkan peran wakaf, karena pemanfaatan wakaf lebih fleksibel dibandingkan zakat yang sudah dibatasi dengan 8 asnaf. Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat mendorongnya lebih cepat. Dan salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta profesional. Agar perkembangan wakaf berkembang dengan baik dan lancar, secara pasti dibutuhkan peran Nazhir Wakaf (Pengelola Wakaf) yang amanah dan profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini, kebutuhan akan adanya nazhir wakaf masih belum mendapat perhatian utama dari umat. Berdasarkan kondisi di atas dan melihat potensi wakaf yang sangat besar maka pada Tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa melaunching unit baru yang bernama TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI), sebagai jawaban dan solusi
atas permasalahan wakaf. 80 Diharapkan TWI dapat melakukan optimalisasi wakaf sehingga wakaf dapat menjadi penggerak ekonomi umat. Seperti efek bola salju, semakin lama semakin besar membawa kemaslahatan untuk umat. Selaku pengelola wakaf (Nazhir Wakaf) khususnya wakaf uang tunai, diharapkan mampu untuk mengalokasikannya harta wakaf secara tepat dengan profesionalitas dan amanah, tentu dengan tuntunan al-Qur'an dan Hadits Rasulullah saw, serta pertimbangan kebutuhan umat pada umumnya.
B. Visi dan Misi
1. Visi “Membangkitkan peran wakaf sebagai penegak dan pembangkit ekonomi umat” 2. Misi “Mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif”
C. Tujuan, Sasaran, Target, dan Pemetik Manfaat
1. Tujuan Mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat sekaligus ikut mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi. 80
Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007.
2. Sasaran Seluruh lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan ber-wakaf dan masyarakat yang menjadi sasaran program pemberdayaan Tabung Wakaf Indonesia (TWI). 3. Target Adapun target yang akan di capai oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) adalah sebagai beikut: a. Tersedianya Sumber Daya Manusia Calon Pengelola Tabung Wakaf Indonesia di berbagai fungsi dan tingkatan manajemen, serta staf dengan kualifikasi profesional, amanah, dan kafa'ah. b. Tabung Wakaf Indonesia dapat menjadi pendorong perkembangan wakaf di Indonesia. c. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat, khususnya pengguna jasa Lembaga Keuangan Syariah dan masyarakat calon wakif lainnya yang ingin berwakaf secara mudah, dan tepat sasaran sesuai dengan niat wakifnya. d. Pemberdayaan dana wakaf untuk fasilitas sosial masyarakat dan investasi pada sektor ekonomi produktif yang berasaskan syariat. e. Menyalurkan benefit investasi untuk kemaslahatan umat. 4. Pemetik Manfaat a. Pemetik Manfaat Langsung: 1) Waqif (yang ber-wakaf), yaitu kemudahan untuk melaksanakan shodaqoh jariyyah wakaf.
2) Ma'uquf alaih (masyarakat penerima wakaf), yaitu pemanfaatan dana wakaf untuk meningkatkan daya dan kualitas hidup, khususnya bagi masyarakat kecil (dhuafa). b. Pemetik Manfaat Tidak Langsung: Adalah mitra usaha Nazhir Wakaf yang melakukan kerjasama dengan Nazhir Wakaf melalui Tabung Wakaf Indonesia.
D. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 41/ 2004. Tabung Wakaf Indonesia adalah Nazhir Wakaf berbentuk badan hukum, dan karenanya, persyaratan yang insya-Allah akan dipenuhi adalah : 1. Pengurus badan hukum Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi persyaratan sebagai Nazhir Perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9, ayat (1) Undang-undang Wakaf No. 41/ 2004. 2. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/ atau keagamaan Islam. 4. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom dan dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa Republika, sebagai sebuah badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir Wakaf sebagaimana dimaksud Undang-undang Wakaf tersebut.
E. Struktur Organisasi
Dewan Syariah
DIREKTUR
Divisi Investasi
Divisi
Divisi Support
Markom Sosial
CR
Produktif
Marketing
Adm & Acc HRD & GA
F. Produk Tabung Wakaf Indonesia
Dalam mensosialisasikan wakaf tunai kepada masyarakat, Tabung Wakaf Indonesia mengeluarkan beberapa produk-produk wakaf81, yaitu: 1. Wakaf Naungan Illahi Wakaf Naungan Illahi adalah wakaf yang diperuntukkan untuk lebih mendekatkan diri dan memiliki niatan khusus kepada Allah swt, diantaranya: mendapatkan ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan, terhindar dari musibah atau marabahaya yang mungkin akan terjadi, terhindar dari kerugian usaha, dll.
81
Wawancara pribadi dengan Destri Merriyana. Jakarta, 9 November 2007 dan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007.
ْ َِ وَﺱََ ﻡ2ََْ3 ُ2َ( اP ِ2لَ رَﺱُلُ ا%َQ : َل%َQ َ هَُیَْة/ِ ََْ أ3 ًِْ ﻡBَ ُُْ آ2ْ&َ3 ُ2َ اdَ ﻥ%َْﻥ,Xً ﻡِْ آَُبِ اBَ ُْْﻡٍِ آeَُْ ﻡ3 َdَﻥ /ِ ِ2ََْ3 ُ2ََ( ﻡٍُِْ یََ ا3 ََِ وَﻡَْ یBَﻡ%َِ*ْآَُبِ یَْمِ ا 82 (ﺥَِةِ )روا[ ﻡhْ وَا%َْﻥX, ا Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya, ”Barang siapa yang melapangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah swt akan melapangkan kesulitannya di akhirat nanti. Dan barang siapa yang memudahkan urusan seorang mukmin, maka Allah swt akan mempermudah segala urusannya di dunia akhirat”. (HR Muslim). Wakaf yang terkumpul akan disalurkan untuk beberapa program keumatan: a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan prasarana institusi pelayanan umat: 1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini khusus dhuafa. 2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan SMP-SMA. 3) IKI (Institut Kemandirian Indonesia) merupakan institut pencetak entrepreneur dari kalangan dhuafa. 4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung Wakaf Indonesia. b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan kegiatan ekonomi umat, diantaranya: 82
574
Brosur Tabung Wakaf Indonesia. Hadist ini terdapat dalam kitap Shohih Muslim Juz 2, h.
1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan
institusi pendamping
pengusaha kecil. 2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi peternak kambing. 3) Pengembangan
usaha
kecil
menengah
lainnya
yang
mampu
meningkatkan perekonomian umat. 2. Wakaf Rindu Illahi Wakaf
Rindu
Illahi
diperuntukkan
bagi
orang-orang
yang
menginginkan taqarrub illallah (mendekatkan diri kepada Allah), dan bertujuan demi kemaslahatan umat tanpa mengharapkan harapan lain kecuali cinta dan ridha Allah swt dengan segala kemuliaan-Nya di akhirat. Allah swt berfirman :
%َ>َُﻥiْ'َ ََِ ﻡَْ ءَاﻡ2ِ ا:ِ'ََْ ﺱ3 َون,Xُ]َ َِ ِب%َ)َِْ ا:ْأَه%َ ی: ْ ُQ َ َْ َُن% َ3 ٍ:ِ%َiِ ُ2 ا%ََاءُ وَﻡXَ>ُ0 ُْ)ْ وَأَﻥ%ًYَِ3 Artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?" Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (QS, ali Imbran: 92) Wakaf ini akan disalurkan untuk beberapa program keumatan: a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan prasarana institusi pelayanan umat:
1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini khusus dhuafa. 2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan SMP-SMA. 3) IKI (Institut Kemandirian Indonesia) adalah institut pencetak entrepreneur dari kalangan dhuafa. 4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung Wakaf Indonesia. b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan kegiatan ekonomi umat, diantaranya: 1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan institusi pendamping pengusaha kecil. 2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi peternak kambing. 3) Pengembangan
usaha
kecil
menengah
lainnya
yang
mampu
meningkatkan perekonomian umat. 3. Wakaf Untaian Kasih Wakaf Untaian Kasih adalah wakaf berupa uang tunai yang biasa di hadiahkan: a. Orang yang dicintai seperti: suami, istri, anak, orang tua, atau siapa saja orang-orang yang dicintai. b. Saudara, baik itu kerabat jauh/ dekat, teman, maupun relasi bisnis.
c. Memberikan penghargaan kepada staf yang berprestasi atau karyawan teladan.
َ %َQ F/ِﻥ%َِ اَُْاﺱ2ِ اXْ'َ3 ٍ ُِْ ﻡ/ِ َءِ ِْ أ%َUَ3 َْ3 jِ%ََْ ﻡ3 ل ا, %ََ دَوْا%َ>ََ و: ََِ وَﺱ2ََْ3 ُ2َ( اP ِ2لَ رَﺱُلُ ا%َQ 83 (j%م ﻡ%ﻡk lm)ﻡ Dari malik, dari ‘atho bin abi muslim ‘abdullah al-khurasani berkata: Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai”. ( HR: Malik) Wakaf ini akan disalurkan untuk beberapa program keumatan: a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan prasarana institusi pelayanan umat: 1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini khusus dhuafa. 2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan SMP-SMA. 3) IKI (Institusi Kemandirian Indonesia) merupakan institut pencetak entrepreneur dari kalangan dhuafa. 4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung Wakaf Indonesia. b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan kegiatan ekonomi umat, diantaranya:
83
397
Brosur Tabung Wakaf Indonesia. Hadist ini terdapat dalam kitab Muwattho Malik Juz 5, h.
1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan
institusi pendamping
pengusaha kecil. 2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi peternak kambing. 3) Pengembangan
usaha
kecil
menengah
lainnya
yang
mampu
meningkatkan perekonomian umat. 4. Wakaf Syukur Nikmat Wakaf Syukur Nikmat adalah wakaf tunai yang diperuntukkan sebagai ungkapan rasa syukur terdalam setelah mendapatkan karunia yang berlimpah, seperti: a. Mendapatkan bonus, b. Keuntungan besar dari sebuah bisnis, c. Mendapatkan kesembuhan dari penyakit, d. Mendapatkan jodoh, e. Mendapatkan keturunan, f. Mendapatkan peluang bisnis yang besar, dll. Dengan menunaikan Wakaf Syukur Nikmat, sehingga rizki yang melimpah semakin berlipat ganda manfaatnya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah swt surat Ibrahim ayat 7:
ِيXَJَ /ِ َ=َا3 ِْ آََُْْ إِنpَََﻥُْ وXَزِیlَ ََُْْ0 ِْpَ Artinya: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Wakaf ini akan disalurkan untuk beberapa program keumatan:
a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan prasarana institusi pelayanan umat: 1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini khusus dhuafa. 2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan SMP-SMA. 3) IKI (Institusi Kemandirian Indonesia) adalah institut pencetak entrepreneur dari kalangan dhuafa. 4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung Wakaf Indonesia. b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan kegiatan ekonomi umat, diantaranya: 1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan Institusi pendamping pengusaha kecil. 2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi peternak kambing. 3) Pengembangan
usaha
kecil
menengah
lainnya
yang
mampu
meningkatkan perekonomian umat. 5. Wakaf Pohon Produktif Banyaknya musibah yang selalu menimpa bangsa Indonesia dikarnakan perbuatan manusia
itu sendiri.
Banjir,
longsor,
gempa
bumi,kekeringan dan kelaparan merupakan rentetan musibah yang murni
disebabkan karena faktor lingkungan hidup. Penebangan liar, berkurangnya daerah resapan air, pembangunan gedung-gedung yang tidak mengindahkan saluran dan resapan air, membuang sampah sembarangan, adalah deretan kesalahan
manusia
yang
mengakibatkan kerusakan
lingkungan dan
kehancuran yang membawa korban nyawa manusia dan menghancurkan tata lingkungan dan tentunya penghasilan masyarakat. Milyaran rupiah sudah dikeluarkan oleh pemerintah dan masyarakat untuk membantu korban bencana, tetapi dana tersebut tidaklah cukup untuk dapat memulihkan semuanya seperti sediakala, belum lagi kalau dihitung kerugian secara psikologis, kesehatan, dan lain-lain. Melihat keadaan ini, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) menawarkan solusi secara dini kepada masyarakat untuk bersama-sama melakukan kegiatan penanggulangan bencana dengan secara dini melakukan penanaman pohon produktif di daerah yang menjadi resapan air, sehingga air dan tanah tidak menjadi musibah dan justru memberikan berkah bagi kehidupan umat. Adapun tujuan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) meluncurkan program ini adalah: a. Mensosialisasikan dan menggalang dana wakaf tunai b. Membuat program yang marketable dan mempunyai dampak multiplier effect
c. Mengoptimalkan peran wakaf dalam bidang konservasi lingkungan hidup
d. Merupakan program recovery terhadap daerah yang menjadi korban bencana alam e. Merupakan progam preventif terhadap daerah yang rawan bencana f. Meningkatkan kesejahteraan umat. Sasaran wakaf pohon produktif ini adalah Daerah korban bencana alam yang disebabkan kerusakan lingkungan, baik diperkotaan maupun dipedesaan/ pedalaman, dan daerah-daerah yang rawan bencana karena sudah terdapat tanda-tanda kerusakan alam. Adapun yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam program wakaf pohon produktif adalah: a. Menggalang dana wakaf tunai untuk kegiatan lingkungan berupa penanaman pohon di wilayah yang gundul korban bencana atau di daerah yang rawan bencana. Program dapat dilakukan di daerah perkotaan atau di daerah pedesaan/ pedalaman. b. Pohon yang dipilih adalah pohon produktif dengan kriteria merupakan pohon yang mempunyai usia lama, mempunyai struktur akar dan batang yang kokoh, mempunyai nilai jual tinggi pada buah/ batang dan lainnya. c. Penggunaan dana wakaf meliputi; pembelian pohon dan pemeliharaan sampai dengan pohon dapat menghasilkan. d. Keuntungan dari pohon yang sudah dapat menghasilkan dipergunakan untuk kemashlahatan umat.
e. Tanah untuk penanam pohon menggunakan tanah pemerintah yang dikhususkan untuk cagar alam, tanah adat masyarakat atau tanah wakaf. f. Apabila ada pohon yang mati maka dapat diganti dengan hasil dari wakaf pohon yang sudah produktif atau menghasilkan.
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam penghimpunan dana wakaf
Kegiatan utama Tabung Wakaf Indonesia adalah menghimpun harta benda wakaf baik berupa benda tidak bergerak, maupun benda bergerak dan melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang telah dihimpunnya untuk kepentingan umat.84 Kegiatan penghimpunan dan pengelolaan ini dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia dari para wakif yang mempercayakan harta bendanya untuk diwakafkan dengan menunjuk Tabung Wakaf Indonesia selaku Nazhirnya. Adapun harta benda wakaf yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Harta benda wakaf berupa barang tidak bergerak, meliputi : a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar. b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas sebagaimana dimaksud pada angka 1. c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah. d. Hak atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 84
Wawanara pribadi dengan Noviati Endang Mustaqimah. Jakarta, 9 November 2007
2. Harta benda wakaf berupa benda bergerak, meliputi : a. Uang. b. Logam mulia. c. Surat berharga. d. Kendaraan. e. Hak atas kekayaan intelektual. f. Hak sewa, dan g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Khusus untuk wakaf uang tunai, Tabung Wakaf Indonesia akan melakukan kegiatan penghimpunan yang dapat bekerja sama dengan lembagalembaga keuangan syariah, baik langsung maupun tidak ke dalam kegiatan operasional lembaga keuangan/ perbankan syariah dengan mengeluarkan produk bersama antara Tabung Wakaf Indonesia dan lembaga keuangan/ perbankan syariah tertentu dalam bentuk simpanan dana wakaf masyarakat pada lembaga/ perbankan syariah tersebut. Misalnya: Produk Wakaf Investasi Reksa Dana Syariah Dompet Dhuafa BTS Syariah, Baitul Mal wa Tamwil, dll. 85 Kemudian TWI juga mengoptimalkan strategi marketingnya lewat media cetak, pengajianpengajian kantor, pengajian perumahan, direct mail (surat ajakan berwakaf), membuka konter-konter wakaf di beberapa mall dan telemarketing. 86
85
Wawancara pribadi dengan Noviati Endang Mustaqimah dan Destri Merryana. Jakarta, 9 November 2007. 86 Wawancara pribadi dengan Destri Merriyana. Jakarta, 9 November 2007. dan Herman Budianto. Depok, 30 Desember, 2007.
Tabung Wakaf Indonesia sebagai Nazhir wakaf berupaya agar harta wakaf berupa benda tak bergerak tidak boleh mati. Ini menjadi tanggungjawab Tabung Wakaf Indonesia sebagai nazhir untuk tidak membiarkan harta wakaf pasif atau menjadi lahan yang mati. TWI selaku nazhir harus bisa membangun tanah wakaf agar status wakaf tetap diakui selamanya dan sampai kapanpun. Ada empat kondisi yang harus diperhatikan oleh TWI sebagai Nazhir wakaf, yaitu: Pertama: Terdapatnya dana khusus yang harus disiapkan waqif untuk
pembangunan. Pada kondisi ini, nazhir wakaf hendaknya mempergunakan harta yang telah dipersiapkan oleh waqif untuk pembangunan dan renovasi, baik dana itu berasal dari harta miliknya maupun dari hasil wakaf itu sendiri. Karena apa yang disyaratkan waqif harus diikuti sebagaimana tindakan pemilik terhadap hartanya. Kedua: Barang wakaf siap untuk dimanfaatkan. Jika waqif saat
mewakafkan hartanya tidak memberikan dana khusus untuk pembangunan dan pengembangannya, namun barang wakaf tersebut siap untuk dimanfaatkan sesuai kondisinya, seperti rumah atau kios yang dapat disewakan, atau sawah ladang yang dapat ditanami, maka barang wakaf tersebut jika membutuhkan dana dalam perawatan dan pembangunanya, dapat diambil dari pemasukan yang didapat dari hasil pengolahannya, walaupun dengan demikian berdampak pada para mustahiq yang tidak bisa memperoleh bagian dari pemasukan tersebut. Hal itu karena tujuan dalam mewakafkan harta adalah untuk mengabadikan keberadaan dan
pemanfaatannya. Dan semua itu tidak dapat tercapai jika keuntungan diserahkan pada para mustahiq, karena tanah wakaf tersebut lebih membutuhkan dana dalam renovasi, agar fungsi wakaf berlanjut terus. Ketiga: Barang wakaf siap untuk dipergunakan. Umpamanya barang
wakaf berupa rumah yang dihuni oleh penerima wakaf, jika terdapat kerusakan pada rumah wakaf tersebut, maka dalam kondisi ini penghuni rumahlah yang harus merenovasi, bukan dari pendapatan rumah wakaf, karena mereka mendapatkan manfaat dari rumah itu dengan menempatinya. Berdasarkan kaidah fikih “(adanya) kerugian (denda/ tanggungan) karena keuntungan” atau al ghurmu bil ghunmi, terlebih jika mengikuti pendapat yang mengatakan “kepemilikan harta
wakaf berpindah ke tangan penerima wakaf” yang dianut oleh ulama Hambaliyyah dan Imamiyyah. Keempat: Wakaf itu diperuntukkan demi kepentingan umum, seperti
masjid sebagai sarana ibadah. Sarana kebaikan umum ini kadangkala memiliki sumber-sumber khusus dalam pendanaannya, seperti ada orang yang mewakafkan aula atau kebun, dengan tujuan untuk mendanai pembangunan masjid, dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan bagi nazhir untuk mempergunakan hasil dari harta wakaf untuk kepentingan pembangunan atau renovasi kerusakan pada mesjid. Berikut penghimpunan wakaf yang dilakukan oleh TWI terhitung dari Rajab 1426H-Ramadhan 1428H.
Tabel 1.3 ASET WAKAF TUNAI TABUNG WAKAF INDONESIA
Tahun 1426 H
Bulan
Pendapatan Perbulan
Rajab
24.000.000,00
Sya'ban
11.300.000,00
Ramadhan
202.885.000,00
Syawal
49.608.000,00
Dzulqo'dah
41.000.000,00
Dzulhijjah
344.600.000,00 Total
1427 H
Total Pendapatan
673.393.000,00
Muharram
33.000.000,00
Shaffar
21.325.000,00
Rabiul Awal
283.000.000,00
Rabiul Akhir
56.500.000,00
Jumadil awal
14.025.000,00
Jumadil Akhir
11.000.000,00
Rajab
40.520.000,00
Sya'ban
18.300.000,00
1428 H
Ramadhan
558.220.246,00
Syawal
61.750.000,00
Dzulqo'dah
83.615.000,00
Dzulhijjah Total
38.675.000,00
Muharram
57.850.000,00
Shaffar
114.649.000,00
Rabiul Awal
235.811.100,00
Rabiul Akhir
70.700.000,00
Jumadil awal
60.022.000,00
Jumadil Akhir
536.510.000,00
Rajab
45.515.000,00
Syaban
54.607.007,00
Ramadhan Total Total hingga Ramadhan 1428 H
607.953.000,00
1.219.930.246,00
Sumber: Laporan Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
1.783.617.107,00 3.676.940.353,00
Pada tabel diatas terlihat angka total pendapatan atau penghimpunan wakaf tahun 1426H (awal berdirinya TWI, pertengahan tahun 2005) sebesar Rp 673.393.000,00. Tahun 1427H/ 2006M total penghimpunan meningkat sebesar Rp 1.219.930.246,00. Dan pada tahun 1428H/ 2007M, total hingga bulan Ramadhan 1428 sebesar Rp 3.676.940.353,00. Dari hasil wawancara dengan direktur Tabung Wakaf Indoneia (TWI) bahwasanya sebelum adanya Tabung wakaf Indonesia (TWI), wakaf hanya bisa terkumpul ± Rp 600.000,00 an/ tahun.87 Dapat ditarik kesimpulan ada peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun terhadap penghimpunan wakaf setelah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
B. Analisa Data
Analisa yang dipakai adalah analisa deskriptif yaitu menjabarkan jawaban dari Lembaga Tabung Wakaf Indonesia dalam hal ini Herman Budianto selaku pimpinan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam bentuk minimum, maksimum, mean dan standar deviasi mengenai efektivitas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Data-data objektif berupa jawaban dari pernyataan-pernyataan yang telah penulis peroleh, diolah secara manual dan spss sebagai berikut:
87
Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007.
1. Kegunaan Tabel 1.4. Mengoptimalkan potensi karyawan baik internal maupun eksternal
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang mengoptimalkan potensi karyawan baik internal maupun eksternal sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel
sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan, pengoptimalan potensi karyawan baik internal maupun eksternal lebih efektif dibandingkan dengan sebelum adanya TWI.
Tabel 1.5. Pengembangan organisasi yang didasari oleh system pengendalian internal yang baik melalui prinsip-prinsip yang diberlakukan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
1
16,67 %
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang Pengembangan organisasi yang didasari oleh system pengendalian internal yang baik melalui prinsip-prinsip yang diberlakukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam
tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 5 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan yang lebih baik antara sebelum TWI dengan sesudah TWI. Tabel 1.6. Regulasi perusahaan bersifat fleksibel terhadap karyawan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
2
33,33 %
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
4
66,67 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang regulasi perusahaan bersifat fleksibel terhadap karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 4 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan mengenai regulasi perusahaan yang bersifat fleksibel terhadap karyawan lebih efektif dibandingkan dengan sebelum adanya TWI.
Tabel 1.7. Program-program yang direncanakan oleh perusahaan berkesinambungan dan stabil.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
4
66,67 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
2
33,33 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang program-program yang direncanakan oleh perusahaan berkesinambungan dan stabil sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 4 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 2 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan yang lebih baik antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
Tabel 1.8.
Karyawan melakukan aktivitas terus-menerus dengan berorientasikan pada tujuan perusahaan
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
4
66,67 %
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
2
33,33 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang regulasi perusahaan bersifat fleksibel terhadap karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6
orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 4 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 2 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan, pada point ini TWI lebih efektif dibantingkan dengan sebelum TWI.
2. Ketepatan dan obyektifitas Tabel 1.9. Penilaian kinerja pegawai dan unit kerja untuk periode triwulan atau tahunan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
3
50 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
3
50 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang penilaian kinerja pegawai dan unit kerja untuk periode triwulan atau tahunan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan pada point ini TWI lebih baik . Tabel 1.10. Penilaian kerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan, bukan didasarkan pada pendapat pribadi atasan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
3
50 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
3
50 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang penilaian kerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan, bukan didasarkan pada pendapat pribadi atasan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI. Tabel 1.11. Keadaan yang ada dilapangan sesuai dengan isi laporan hasil pemeriksaan SPI.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
1
16,67 %
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
2
33,33%
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
3
50 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang keadaan yang ada dilapangan sesuai dengan isi laporan hasil pemeriksaan SPI sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan keadaan lapangan dengan isi laporan pemeriksaan SPI masih kurang efektif. Tabel 1.12. Jumlah unit-unit kerja yang telah diperiksa oleh bagian SPI telah sesuai dengan program kerja tahunan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
2
33,33 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
4
66,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang jumlah unit-unit kerja yang telah diperiksa oleh bagian SPI telah sesuai dengan program kerja tahunan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 4 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan TWI kurang efektif dalam memeriksa unit-unit kerja yang sesuai dengan program kerja tahunan. Tabel 1.13.
Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan benar.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang semua karyawan dapat menyelesaikan job descrition dengan baik dan benar sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih
jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI menjadi efektif dibandingkan sebelum adanya TWI.
3. Ruang lingkup Tabel 1.14. Penentuan bidang pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh setiap karyawan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
3
50 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
3
50 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang penentuan bidang pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh setiap karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara
tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan TWI kurang efektif dalam hal ini. Tabel 1.15. Kelengkapan fasilitas dapat mempermudah kinerja karyawan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
1
16,67 %
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang kelengkapan fasilitas dapat mempermudah kinerja karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 5 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan mengenai kelengkapan fasilitas efektif setelah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Tabel 1.16. Lingkungan kerja yang nyaman mendukung kelancaran bekerja bagi karyawan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
3
50 %
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
3
50 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang lingkungan kerja yang nyaman mendukung kelancaran bekerja bagi karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI menjadi lebih efektif.
Tabel 1.1 7. Setiap karyawan konsisten terhadap tanggungjawab yang diberikan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
1
16,67 %
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang setiap karyawan konsisten terhadap tanggungjawab yang diberikan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 5 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan mengenai kekonsistenan karyawan terhadap tanggung jawab lebih efektif setelah adanya TWI.
Tabel 1.18. Pekerjaan sebanding dengan waktu yang disediakan.
Sebelum TWI Skor 4
Keterangan Sangat Efektif
Sesudah TWI F
0
Presentasi
Skor
0%
4
Keterangan Sangat Efektif
F 0
Presentasi 0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
1
16,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang pekerjaan sebanding dengan waktu yang disediakan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan mengenai point pekerjaan yang sebanding dengan waktu yang disediakan efektif setelah adanya TWI
4. Efektivitas biaya. Tabel 1.19.
Biaya yang digunakan dalam operasional sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
3
50 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
3
50 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang biaya yang digunakan dalam operasional sesuai dengan kebutuhan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan pada masalah penggunaa biaya dalam operasional yang sesuai dengan kebutuhan kurang efektif.
Tabel 1.20. Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan program-program yang telah direncanakan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang biaya yang dikeluarkan sesuai dengan program-program yang telah direncanakan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan tidak ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
Tabel 1.21. Laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban
yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI. Setelah adanya TWI laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan efektif.
Tabel 1.22. Tepat guna dalam menggunakan biaya.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
2
33,33 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
4
66,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang tepat guna dalam menggunakan biaya sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 4 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan TWI kurang efektif dalam menggunakan biaya-biaya yang dikeluarkan.
Tabel 1.23. Biaya yang dikeluarkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
1
16,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang biaya yang dikeluarkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan pada point ini TWI kurang efektif.
5. Akuntabilitas Tabel 1.24. Adanya penegakan disiplin kerja dan integritas karyawan.
Sebelum TWI Skor 4
Keterangan Sangat Efektif
Sesudah TWI F
0
Presentasi
Skor
0%
4
Keterangan Sangat Efektif
F 2
Presentasi 33,33 %
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
4
66,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang adanya penegakan disiplin kerja dan integritas karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 4 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif.
Tabel 1.25. Penerapan kode etik yang mengikat seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
1
16,67 %
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
2
33,33 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
3
50 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang adanya penerapan kode etik yang mengikat seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif.
Tabel 1.26. Karyawan dapat bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan kerja.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua
tabel
diatas
menggambarkan
tentang
karyawan
dapat
bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan kerja sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI
dengan sesudah TWI. Mengenai tanggungjawab dalam pelaksanaan kerja efektif setelah adanya TWI.
Tabel 1.27. Karyawan dapat menghasilkan kerja yang maksimal.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan dapat menghasilkan kerja yang maksimal sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI. Karyawan dapat bekerja secara maksimal efektif setelah adanya TWI.
Tabel 1.28. Karyawan dapat mempertanggungjawabkan hasil dari setiap program yang telah dilaksanakan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua
tabel
diatas
menggambarkan
tentang
karyawan
dapat
mempertanggungjawabkan hasil dari setiap program yang telah dilaksanakan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan tidak ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
6. Ketepatan waktu Tabel 1.29. Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan tepat waktu.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan tepat waktu sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan penyelesaian job description efektif setelah adanya TWI. Tabel 1.30. Waktu penyelesaian pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
0
0%
2
Tidak Efektif
1
16,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang waktu penyelesaian pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI. Tabel 1.31. Karyawan menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Sebelum TWI
Sesudah TWI
Skor
Keterangan
F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
5
83,33 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
1
16,67 %
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang waktu penyelesaian pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI penyelesaian pekerjaan sesuai dengan jadwal lebih efektif dibandingkan dengan sebelum TWI. Tabel 1.32.
Karyawan mampu menjalankan plening pada waktu yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan mampu menjalankan plening pada waktu yang telah ditentukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI dalam menjalankan plening tepat pada waktunya efektif dibandingkan sebelum adanya TWI.
Tabel 1.33. Karyawan mampu menyelesaikan tanggungjawab kerja dalam waktu singkat dan tepat.
Sebelum TWI Skor
Keterangan
Sesudah TWI F
Presentasi
Skor
Keterangan
F
Presentasi
4
Sangat Efektif
0
0%
4
Sangat Efektif
0
0%
3
Efektif
0
0%
3
Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
6
100 %
2
Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
1
Sangat Tidak Efektif
0
0%
Jumlah
6
100 %
Jumlah
6
100%
Dua
tabel
diatas
menggambarkan
tentang
karyawan
mampu
menyelesaikan tanggungjawab kerja dalam waktu singkat dan tepat sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada
tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan penyelesaian kerja dalam waktu singkat dan tepat lebih efektif setelah adanya TWI.
C. Pengujian hipotesa
1. Efektivitas penghimpunan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Formulasi hipotesanya : H0 :µ = 0 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (X) = Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (Y) H1 : µ ≠ 0 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (X) ≠ Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (Y) Uji signifikan dengan taraf nyata (α) 5 % : 0,05 ; kemudian dijadikan dua arah positif dan negatif yaitu 1,943 atau -1,943. Kriteria pengujiannya: H0 diterima apabila t hitung < 1,943 H1 ditolak apabila t hitung > 1,943 Nilai uji statistik yang dipakai adalah : t=
d − uD Sd / n
Tabel 1.34
No
X
Y
Y-X (d)
d2
1
72
93
21
441
2
60
78
18
324
3
72
89
17
289
4
84
82
-2
4
5
78
85
7
49
6
66
85
19
361
432 512
80
1468
Dimana: X = efektivitas sebelum Tabung Wakaf Indonesia Y = efektivitas sesudah Tabung Wakaf Indonesia Penyelesaian : Dari tabel diperoleh : Nilai rata-rata d =
Variasi = S d 2 =
∑
d
n
=
80 = 13,33 6
n∑ d 2 (∑ d ) 2 n(n − 1)
=
6(1468) − (80) 2 6(6 − 1)
=
8808 − 6400 30
=
2408 30
= 80,27 Simpangan baku Sd =
80,27 = 8,99
Maka nilai uji statistik uji t adalah :
t=
=
d − uD Sd / n
=
13,33 − 0 8,96 / 6
13,33 13,33 = 8,96 / 2,45 3,67
= 3,63
Menolak H0 (ada perbedaan -)
-3,63
Menerima H0 (tidak ada perbedaan)
-1,943
0
Menolak H0 (ada perbedaan +)
1,943
3,63
Setelah dihitung dengan cara manual dengan alat ukur yang dipakai, maka keputusan hasil t = 3,63 > t
(0,05; 6)
: 3,63. dan itu terletak didaerah H0
ditolak. Maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada perubahan efektivitas sesudah adanya Tabung wakaf indonesia, berarti efektivitas sebelum adanya tabung wakaf indonesia tidak sama dengan efektivitas sesudah adanya tabung wakaf indonesia. Dengan demikian adanya perbedaan antara efektivitas
sebelum dengan sesudah mempunyai arti Tabung Wakaf Indonesia efektif dalam penghimpunannya.
2. Uji dua sampel berpasangan Wilcoxon Uji ranking ini pada prinsipnya ingin menguji apakah dua sampel yang berpasangan satu dengan yang lain berasal dari populasi yang sama. Maksudnya adalah subyek yang diukur sama, namun diberi dua perlakuan H0 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia = Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. H1 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia ≠ Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Tabel 1.35
NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks N
Sesudah - SebelumNegative Ranks Positive Ranks Ties Total
Mean Rank Sum of Ranks 1.00 1.00 5b 4.00 20.00 0c 6 1a
a. Sesudah < Sebelum ujygjkgh a. Efektivitas sesudah TWI < Efektivitas sebelum TWI b. Efektivitas sesudah TWI > Efektivitas sebelum TWI c. Efektivitas sesudah TWI = Efektivitas sebelum TWI Test Statisticsb Sesudah Sebelum Z -1.992a Asymp. Sig. (2-tailed) .046 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari tabel diatas didapat negative ranks atau selisih antara ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang bernilai negatif, dalam artian angka ‘sesudah’ lebih kecil dari angka ‘sebelum’. Pada tabel tersebut ada 1 angka negatif. Kemudian sum of rank sebesar 1.00, angka ini didapat dari menjumlahkan semua ranking yang bertanda negatif. Sedangkan mean rank sebesar 1,00, angka ini didapat dari sum of rank dibagi jumlah sampel yang bertanda negatif (N). nilai positif ranks atau selisih antara ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ yang bernilai positif, yang mengandung arti bahwa nilai ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ lebih besar dari nilai ‘sebelum’. Dalam tabel diatas terdapat 5 angka positif, kemudian sum of ranks sebesar 20,00, angka ini didapat dari penjumlahan semua ranking yang bertanda positif. Sedangkan mean rank yang didapat sebesar 4,00. angka ini didapat dari angka sum of rank dibagi
jumlah sampel yang bertanda positif (N). sedangkan ties merupakan data ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ yang bernilai sama. Pada tabel terdapat 0 yang bernilai sama antara ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ ini berarti bernilai selisih 0. Pada tabel test statistik diperoleh nilai z sebesar -1,992. dengan memakai taraf nyata 5 % maka nilai z terletak didaerah menolak H0 yang berarti efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mengalami perubahan. Dengan demikian penghimpunan dan pengelolaan wakaf lebih efektif sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia(TWI).
D. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam Pendayagunaan Dana Wakaf
Dalam melaksanakan kewajibannya selaku Nazhir, Tabung Wakaf Indonesia bersama-sama dengan Dompet Dhuafa Republika(DDR) melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam, baik harta wakaf benda tak bergerak maupun harta wakaf benda bergerak 88. Dalam hal ini TWI melakukan pengelolaannya berdasarkan pada dua pendekatan, yaitu : Pertama: Pendekatan Produktif. Dimana Tabung Wakaf Indonesia akan
mengelola harta wakaf untuk hal-hal yang sifatnya produktif dan menghasilkan keuntungan. Lalu keuntungan ini akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan
88
Wawancara pribadi dengan Destry Merryana. Jakarta 9 November 2007
masyarakat banyak dengan tetap mempertahankan nilai pokok dari harta wakaf yang bersangkutan. Contoh: Tabung Wakaf Indonesia mengalokasikan dana wakaf nya untuk investasi pendirian rumah sakit yang komersial. Dari hasil rumah sakit tersebut, keuntungannya dapat digunakan untuk membiayai rumah sakit yang gratis. Ada beberapa program produktif yang dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia guna tercapainya kesejahteraan masyarakat. Yaitu:
1. Wakaf Micro-Finance. Program ini merupakan dukungan dana wakaf tunai untuk membangkitkan sektor usaha mikro, bermitra dengan BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) melalui pendampingan pengusaha mikro. BMT Beringharjo adalah mitra pertama TWI sejak tahun 2006 yang sekarang telah memiliki ribuan nasabah mikro komunitas pedagang pasar Beringharjo di Yogyakarta. 2. Wakaf Ternak. Tabung Wakaf Indonesia (TWI) menginvestasikan dana wakaf bekerjasama dengan kampung ternak (jejaring Dompet Dhuafa) yang sukses memberdayakan peternak yang memiliki mitra di berbagai kota di Indonesia dalam program pendistribusian hewan kurban, serta melakukan serangkaian riset, diklat dan pendampingan sektor peternakan. 3. Wakaf Tanah Untuk Pertanian.
Program ini merupakan penyediaan aset tanah produktif untuk pertanian, salah satunya TWI bermitra dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS) jejaring dompet dhuafa yang bergiat dalam pertanian sehat, menyiapkan sarana produksi pertanian dari bahan organic (non kimiawi) 4. Wakaf Untuk Perniagaan. Tabung Wakaf Indonesia (TWI) bermitra dengan usaha mikro dengan cara bagi hasil. Bagi hasil dari investasi ini didayagunakan untuk menopang program-program Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Salah satunya, sejak tahun 2006 Tabung Wakaf Indonesia (TWI) bermitra dengan Bakmie Langgara cabang RS Persahabatan Jakarta. 5. Wakaf Pohon. Program ini adalah salah satu bentuk konkrit Tabung Wakaf Indonesia bersama-sama masyarakat dalam penanggulangan bencana alam secara dini dengan melakukan penanaman pohon produktif di daerah resapan air, sehingga air dan tanah tidak menjadi musibah namun memberikan manfaat bagi kehidupan umat. Kedua: Pendekatan Non Produktif. Dimana Tabung Wakaf Indonesia
akan mengelola harta wakaf untuk hak-hal yang sifatnya tidak menghasilkan keuntungan (non produktif). Manfaat yang ditimbulkan dari harta benda wakaf yang bersangkutan adalah karena nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pemetik manfaat wakaf.
Contoh: Tabung Wakaf Indonesia mengalokasikan dana wakaf nya untuk investasi pendirian sebuah rumah sakit cuma-cuma. Ini berarti tidak ada pemasukan sama sekali dan dengan demikian biaya operasional rumah sakit cuma-cuma tersebut harus dicarikan dari sumber lainnya. Adapun program sosial yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) adalah: 1. LPI-Smart Ekselensia Indonesia 2. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) 3. Institut Kemandirian Indonesia (IKI) 4. Rumah Cahaya 5. Wakaf Masjid di Daerah Bencana 6. Wakaf Buku untuk Pendidikan 7. Wakaf untuk Masyarakat Pedalaman Baik dalam penyaluran maupun penghimpunan masih banyak kendalakendala yang dihadapi oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) salah satu diantaranya dari segi penyaluran, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) harus lebih hati-hati dalam memilih bisnis dan partner kerja yang tepat.89 Karena kalau penyaluran wakaf ini tidak tepat maka wakaf yang diberikan wakif tidak ada manfaat dan hal ini akan membuat kesan masyarakat menjadi buruk terhadap Tabung Wakaf Indonesia (TWI) selaku nazhir wakaf. Begitu juga dalam hal penghimpunan, salah satu kendala yang dihadapi adalah pemahaman masyarakat
89
Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007
yang masih minim terhadap wakaf uang.90 Sehingga potensi wakaf yang sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat belum dapat terwujud secara maksimal.
90
Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian yang telah penulis lakukan baik melalui pengujian secara manual maupun melalui spss didapat t hitung sebesar 3,63 dan angka ini terletak didaerah menolak H0. maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada perbedaan positif antara efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia dengan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan dengan hasil uji sampel berpasangan wicoxon, dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh z sebesar -1,992. dengan memakai taraf nyata 5 % maka nilai z berada didaerah menolak H0 dengan artian efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia berbeda dengan efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Dengan demikian karena adanya perbedaan yang positif antara sebelum dan sesudah maka Tabung Wakaf Indonesia efektif dalam penghimpunan wakaf. Dan dilihat dari laporan penghimpunan wakaf yang dikeluarkan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mengalami peningkatan tiap tahunnya. 2. Dalam pendayagunaan wakaf, ada dua pendekatan yang dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia. Pertama: Pendekatan produktif, meliputi; Wakaf Micro-Finance, Wakaf Ternak, Wakaf Tanah untuk Pertanian, Wakaf untuk Perniagaan, dan Wakaf Pohon. Kedua: Pendekatan Non Produktif (sosial), meliputi; LPI-Smart Ekselensia Indonesia, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC), Institut Kemandirian Indonesia (IKI), Rumah Cahaya, Wakaf Masjid di Daerah Bencana, Wakaf Buku untuk Pendidikan, Wakaf untuk Masyarakat Pedalaman. Dibandingkan dengan sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia pengelolaan dan penyaluran wakaf jauh lebih baik dan optimal.
B. Saran
1. Lembaga Tabung Wakaf Indonesia (TWI) selaku nazhir wakaf diharapkan dapat menghimpun, mengelola, dan mengalokasikan harta wakaf dengan baik sesuai dengan syariah Islam. Baik berupa wakaf benda bergerak ataupun wakaf benda tidak bergerak. 2. Harta wakaf yang dihimpun oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) diharapkan mampu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran dan permasalahan-permasalahan ekonomi lainnya sehingga tercapai kemakmuran dan kesejahteraan dalam masyarakat. 3. Diharapkan TWI dapat melakukan optimalisasi wakaf sehingga wakaf dapat menjadi penggerak ekonomi umat. Seperti efek bola salju, semakin lama semakin besar membawa kemaslahatan untuk umat. 4. Selaku pengelola wakaf (Nazhir Wakaf) khususnya wakaf uang tunai, diharapkan mampu untuk mengalokasikan harta wakaf secara tepat dengan profesionalitas dan amanah, tentu dengan tuntunan Al Qur'an dan Hadits Rasulullah SAW, serta pertimbangan kebutuhan umat pada umumnya. 5. Diharapkan Tabung Wakaf Indonesia dapat menjadi pendorong berdirinya lembaga-lembaga wakaf yang professional dalam mengelola harta wakaf.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Halim. Hukum Perwakafan Indonesia. Jakarta: Ciputat Press, 2005 Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf. Jakarta: IIMan Press, 2004 Amirullah dan Budiyono, Haris. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004 Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik. Jakarta: gema insani press, 2001 Boediono dan Koster, Wayan. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probalitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit Jamanatul Ali Art, 2005 Djunaidi, Achmad; Al-Azhar, thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006 Efendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta: PT Barata Karya Aksara, 1986 Gaspersz, Vincent. Statistik. Bandung: PT. Armico, 1989 Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: DPFE-Yogyakarta, 2003 Indonesia, Depag RI, Paradikma Baru Wakaf Di Indonesia, Jakarta: Dirjen Bimas Islam Depag RI, 2006 Indonesia, Depag RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta: Dirjen Bimas Islam Depag RI, 2006 Indonesia, Depag RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, Dirjen Bimas Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI. Fiqh Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimmas Islam Depag RI, 2006 Indonesia, Depag RI. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam Depag RI, 2006 Indonesia, Depag RI. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam Depag RI, 2006 Indonesia, Depag RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimas Islam Depag RI, 2006 Indonesia, Depag RI. Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia. Jakarta: Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004 Indonesia, Depag RI. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004 M.A.Mannan. Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inovasi Instrumen Islam. Depok: CIBER-PKTII-UI, 2001 Malik bin Anas. Al-Muwattho. ttp, Maktabah Syamilah Mauludi, Ali AC, MA. Statistika I. Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006 Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera, 2003 Muslim, Imam Abi Husaini Bin Hajjaj, Shahih Muslim, Libanon: Daar al-Fikr, 1995 Qohaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa, 2007 Rasjid, H.Sulaiman. Figh Islam. Bandung: CV. Sinar Baru, 1987 Ritonga, Rahman; Zainuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002 Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. Manajemen.Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999 S. Nasution. Metode Reseach. Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Sabiq, Sayyid. Fiqhu as-Sunnah. Lebanon: Dar al-’Arabi, 1971