PENGELOLAAN WAKAF TUNAI PADA TABUNG WAKAF INDONESIA UNTUK PEMBERDAYAAN BIDANG PENDIDIDKAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh : Holiah 107053002835
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 13 Juni 2011
Holiah
ABSTRAK Holiah Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia untuk Pemberdayaan Bidang Pendidikan
Wakaf Tunai adalah salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam karena pahala wakaf akan selalu mengalir meskipun sang wakif telah meninggal dunia. Seperti dalam sabda Rosulullah SAW, yang berbunyi:”Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR.Bukhari). Hal ini menjadi tanggung jawab TWI sebagai Nazhir untuk menjaga keberlangsungan asset wakaf dari para wakif. Menapaki jejak sejarah, keberadaan wakaf terbukti telah banyak membantu pengembangan dakwah Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam rangka pengembangan wakaf secara maksimal, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tunai diperlukan lembaga profesional pengelola wakaf. Sayangnya, tidak banyak lembaga yang mampu mengemban amanat besar ini. Namun, di tengah kerisauan itu, lahirlah sebuah lembaga nirlaba yang menfokuskan diri di bidang ini, yaitu Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai pengelolaan Wakaf Tunai oleh Tabung Wakaf Indonesia untuk Pemberdayaan Pendidikan yaitu SMART Ekselensia Indonesia. karena pendidikan memiliki posisi yang sangat strategis dalam mengatasi problem kemiskinan dan kebodohan yang menimpa masyarakat. Jika mencermati anggaran pendidikan yang disediakan dalam APBN masih kurang menggembirakan. Ini juga membuktikan kurangnya keseriusan pemerintah dalam menggarap sektor pendidikan. Sebagai akibatnya mutu pendidikan masyarakat kita dan sumber daya manusia yang dihasilkannya pun mempunyai daya saing yang rendah. Perumusan masalah dalam penelitian ini mengenai, bagaimana pengelolaan wakaf tunai pada tabung wakaf Indonesia untuk pemberdayaan bidang pendidikan, serta kontribusi apa saja yang di berikan tabung wakaf Indonesia untuk pendidikan yaitu sekolah SMART Ekselensia Indonesia. Metodologi dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan mengembankan teori-teori yang ada dan melakukan pengamatan langsung mengenai objek yang akan di teliti. Dalam penelitian ini penulis menemukan model pengembangan dalam pengelolaan wakaf tunai yang dilaksanakan oleh Tabung Wakaf Indonesia dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, khususnya untuk bidang pendidikan. Dalam penyaluran wakaf tunai, Tabung Wakaf Indonesia menyalurkan untuk program Sosial dan Produktif. Untuk program sosial seperti pendidikan pengelolaanya relatif berat karena akan terus menyerap biaya, untuk itu TWI mempadukan Wakaf sosial dengan wakaf produktif, yang mana hasil surplus dari wakaf
i
produktif tersebut untuk menopang wakaf sosial. sehingga wakaf tunai itu bisa dijamin kejariahannya. Dan kontribusi yang di berikan Tabung Wakaf Indonesia untuk pendidikan yaitu SMART Ekselensia awalnya berupa fisik, yaitu sebidang tanah dan bangunan, dan sekarang TWI menyalurkan surplus dari asset produktif untuk biaya oprasional pendidikan SMART Ekselensia.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa memberikan limpahan nikmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang mengantarkan kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan keimanan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Saya bersyukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari, skripsi yang saya tulis itu bukan merupakan suatu yang instant. Itu buah dari suatu proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan pikiran. Penulisan skripsi ini saya lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos I ) di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang pasti, tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan do’a – mustahil saya sanggup untuk menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik saya di UIN Syahid ini, selama 4 (empat) tahun lamanya. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
3. H. Mulkanasir, BA, SPd, MM. Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini 5. Drs. H. Moh. Aswad, MA Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam penyusunan skripsi. 6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta seluruh civitas akademika, yang telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan bimbingan selama penulis berada dalam perkuliahan 7. Pengurus TabungWakaf Indonesia, khususnya Bpk. Parmuji Abbas, Bpk. Hendra Jatmika, Maria Ulfah, dan Noviati Endang Mustaqimah yang telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 8. Ayahanda ( Alm ) H. M. Sayuti dan Ibunda Hj. Juju. Yang senantiasa memberikan kasih sayangnya, didikannya serta jerih payahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikannya sampai pada jenjang perguruan tinggi 9. Ayahanda Amsa dan Ibunda Halimah terimakasih atas do’a dan dukungannya 10. Kakak dan adik tercinta serta keponakan yang tak pernah bosan membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis 11. Suami tercinta, Suhendar, S.Si yang selalu menemani dan memberikan kasih dan cintanya serta dorongan dan motivasi kepada penulis 12. Semua teman-teman jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2007, yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, terimaksih atas motivasinya
iv
13. Semua temen-teman KAHFI Al-Karim, komunikasi Flas 3-08 yang selalu memberikan warna, terimaaksih atas bantuan dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini 14. Teman-teman kosan Al-Hamra, khususnya kamar 4, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya 15. Seluruh Staf PT. Qonita Wisata ( Travel Haji dan Umrah ) khususnya Ibu Hj. Nila Sari, SH dan Bpk. H. Mukhlis yang telah memberikan bantuannya baik moril maupun materiil dalam penyelesaian skripsi ini Akhir kata semoga Allah SWT yang maha mengetahui segala kebaikan membalasnya dengan pahala yang besar serta selalu mendapatkan apa yang selalu diusahakannya. Semoga skripsi dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca (amin).
Jakarta, 13 Juni 2011 Penulis,
Holiah
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa memberikan limpahan nikmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang mengantarkan kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan keimanan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Saya bersyukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari, skripsi yang saya tulis itu bukan merupakan suatu yang instant. Itu buah dari suatu proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan pikiran. Penulisan skripsi ini saya lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos I ) di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang pasti, tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan do’a – mustahil saya sanggup untuk menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik saya di UIN Syahid ini, selama 4 (empat) tahun lamanya. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
3. H. Mulkanasir, BA, S. Pd. MM. Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syahid 4. Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini 5. Drs. H. Moh. Aswad. Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam penyusunan skripsi 6. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku penguji I dan Drs. Sugiharto Masruri, MA selaku penguji II 7. Para dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta seluruh civitas akademika, yang telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan bimbingan selama penulis berada dalam perkuliahan 8. Pengurus TabungWakaf Indonesia, khususnya Bpk. Parmuji Abbas, Bpk. Hendra Jatmika, Maria Ulfah, dan Noviati Endang Mustaqimah yang telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 9. Kedua orang tua Ayahanda ( Alm ) H. M. Sayuti dan Ibunda Hj. Juju. Yang senantiasa memberikan kasih sayangnya, didikannya serta jerih payahnya sehingga penulis bias menyelesaikan pendidikannya sampai pada jenjang perguruan tinggi 10. Kedua orang tua Ayahanda Amsa dan Ibunda Halimah 11. Kakak dan adik tercinta serta keponakan yang tak pernah bosan membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis 12. Suami tercinta, Suhendar, S.Si yang selalu menemani dan memberikan kasih dan cintanya serta dorongan dan motivasi kepada penulis
iv
13. Semua teman-teman jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2007, yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu 14. Seluruh Staf PT. Qonita Wisata ( Travel Haji dan Umrah ) khususnya Ibu Hj. Nila Sari, SH dan Bpk. H. Mukhlis yang telah memberikan bantuannya baik moril maupun materiil dalam penyelesaian skripsi ini Akhir kata semoga Allah SWT yang maha mengetahui segala kebaikan membalasnya dengan paha yang besar serta selalu mendapatkan apa yang selalu diusahakannya. Semoga skripsi dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 13 Juni 2011 Penulis,
Kholiah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 4 1. Pembatasan Masalah ....................................................... 4 2. Perumusan Masalah ........................................................ 5 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................... 5 1. Tujuan Penelitian ........................................................... 5 2. Manfaat Penelitian ......................................................... 6 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6 1. Metode dan Penjelasan ................................................... 6 2. Subyek dan Obyek Penelitian ........................................ 7 3. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 7 4. Penentuan Lokasi dan Waktu ......................................... 8 5. Teknik Mengolah Data ................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
vi
BAB II :
TINJUAN
TEORITIS
TENTANG
PENGELOLAAN
WAKAF TUNAI DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN A. Pengelolaan ........................................................................... 12 1. Pengertian Pengelolaan .................................................. 12 a. Definisi Pengelolaan Menurut Para Ahli.................... 12 2. Bentuk Pengelolaan ........................................................ 13 a. Fundraising/Penghimpunan ...................................... 13 b. Pendayagunaan ......................................................... 15 B. Fiqh Wakaf Tunai ................................................................. 17 a. Pengertian Wakaf Tunai ........................................... 17 b. Dasar Hukum Wakaf Tunai ..................................... 19 c. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai ................................ 21 C. Pemberdayaan Pendidikan ................................................... 24 1. Pengertian Pemberdayaan ............................................... 24 2. Pengertian Pendidikan ..................................................... 25 3. Ruang Lingkup Pendidikan ............................................. 27 4. Faktor-faktor Pendidikan ................................................ 29 a. Faktor Internasl Siswa ................................................. 29 b. Faktor Eksternal Siswa ................................................ 30 5. Tujuan Pendidikan .......................................................... 31 a. Tujuan Umum ............................................................. 31 b. Tujuan Khusus .......................................................... 32 6. Sasaran Pendidikan .......................................................... 33 7. Fungsi Pendidikan ............................................................ 33
vii
BAB III :
GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA DAN SMART EKSELENSIA INDONESIA A. Tabung Wakaf Indonesia ...................................................... 34 1. Sejarah Berdirinya Tabung Wakaf Indonesia ................. 34 2. Visi, Misi dan Tujuan Didirikannya Tabung Wakaf Indonesia ......................................................................... 35 3. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia ................ 36 4. Program Tabung Wakaf Indonesia.................................. 39 a. Program Wakaf Sosial .............................................. 40 b. Program Wakaf Produktif ......................................... 42 B. SMART Ekselensia Indonesia .............................................. 44 1. Ringkasan Seputar SMART Ekselensia Indonesia ......... 44 2. Visi dan Misi SMART El................................................ 47 3. Program SMART El........................................................ 48
BAB IV :
PENGEOLAAN DANA WAKAF TUNAI PADA TWI UNTUK PEMBERDAYAAN BIDANG PENDIDIKAN A. Strategi Tabung Wakaf Indonesia dalam Pengelolaan Dana Wakaf Tunai .......................................................................... 50 1. Fundraising/Penghimpunan Dana .................................... 51 2. Pendistribusian Dana Wakaf Tunai Tabung Wakaf Indonesia .......................................................................... 56 B. Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Untuk Pemberdayaan Bidang Pendidikan ................................................................ 63
viii
C. Kontribusi Tabung Wakaf Indonesia Untuk Bidang Pendidikan (SMART Ekselensia Indonesia) ......................... 66
BAB V :
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 68 B. Saran-saran ............................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak awal, perbincangan tentang wakaf kerap diarahkan kepada wakaf benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya dan sumur untuk diambil airnya, sedangkan wakaf benda bergerak baru mengemuka belakangan. Diantara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash Waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik obyek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang (tunai). Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.1 Dalam catatan sejarah Islam, wakaf tunai ternyata sudah di praktekkan sejak awal abad kedua hijriyah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Imam Az-Zuhri (wafat 124 H) salah seorang terkemuka dan peletak tadwin al-hadits memfatwakan, dianjurkan wakaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial dan pendidikan umat islam. adapun caranya adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. Ada empat manfaat utama dari wakaf tunai. Pertama, wakaf tunai jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas 1
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. (Jakarta: 2005) cet. 2. h.1
1
2
sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf tunai, asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. ketiga, dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan islam yang Cash Flaow-nya terkadang kembang kempis dan menggaji civitas akademika ala kadarnya. Keempat, umat islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran pendidikan Negara yang memang semakin lama semakin terbatas.2 Kontribusi
Wakaf
dalam
bidang
pendidika
sesungguhnya
mempunyai peran yang sangat signifikan dalam menciptakan SDM yang berkualitas dan kompetetif ketika dikelola oleh nazir yang berbadan hukum dan professional. sebagai perbandingan antar Negara, Universitas Al-Azhar kairo, mesir, Universitas Zaituniyyah di Tunis dan ribuan madaris Imam Lisesi di Turki, sanggup memberi beasiswa dalam kurun yang amat panjang. Ada yang sudah ribuan tahun usia lembaganya dan yang di biayai adalah pelajar/mahasiswa dari berbagai penjuru dunia. Ini merupakan contoh yang sangat membanggakan umat islam di dunia, dimana lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga wakaf yang telah membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan internasional yang sangat populer dan berkualitas.3
2
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral BMI dan Penyelengaraan Haji. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai DI Indonesia. (Jakarta: 2005) h.18 3 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengara haji. Pedoman Pengelolan &Pengembangan Wakaf. (Jakarta: 2003) h. 56
3
Dari segi anggaran Negara, pendidikan kita masih jauh dari ideal. Jika di bandingkan dengan anggaran pendidikan Negara-negara maju yang mencapai 7 persen dari Gross Domestic Product(GDP), Negara-negara sangat terpaut jauh, yaitu 2,5 %. Yang lebih menyedihkan lagi untuk kasus indonesia hanya berkisar 1 % dari GDP Mencermati anggaran pendidikan yang disediakan oleh APBN sampai saat ini masih sangat memprihatinkan. hal ini membuktikan pemerintah belum serius dalam menggarap sektor pendidikan4
Dari keterbatasan tersebut, maka peluang pengembangan wakaf produktif dengan cash wakaf terbuka luas. Salah satu peruntukan cash wakaf yang perlu mendapat periorotas adalah membantu biaya sekolah (pendidikan) anak miskin. Gerakan ini perlu dikembangkan dan disosialisasikan secara massif dan terus-menerus mengingat bank-bank syari’ah yang mengelola dana dengan manajemen profesional telah berkembang pesat. Lembaga keuangan Islam telah menunjukkan kenerja terbaiknya, sehingga seringkali mendapat penghargaan internasional dalam berbagai bidang/aspek.
Dari pengamatan lembaga wakaf yang ada di Indonesia terlihat banyak lembaga wakaf yang kurang berhasil di dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini diperkirakan karena tingkat pendidikan yang relative rendah dari para pengelola lembaga wakaf tersebut. Mereka kurang dibekali dengan ilmu bagaimana cara mengelola suatu kegiatan dengan
4
Direktorat. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai DI Indonesia. (Jakarta: 2005) h. 73
4
baik. Akibatnya terjadi mis-management dalam pengelolaan lembaga wakaf .5 Dalam
rangka
pengembangan
wakaf
secara
maksimal,
sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, diperlukan lembaga profesional pengelola wakaf. Karena pengelolaan wakaf ini adalah keseluruhan kegiatan oprasional yang mencakup penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan. Oleh karena itu, bagaimana lembaga-lembaga wakaf dapat mengelola dana tersebut secara optimal guna meningkatkan kesejahteraan ummat Khususnya dalam bidang pendidikan. Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan menuangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul: “PENGELOLAAN WAKAF TUNAI PADA TABUNG WAKAF INDONESIA UNTUK PEMBERDAYAAN BIDANG PENDIDIKAN”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan penelitian observasi ini lebih terarah, maka batasan-batasan masalahnya hanya sekitar Pengelolaan Wakaf Tunai pada Tabung Wakaf Indonesia untuk pemberdayaan pendidikan dan kontribusi yang diberikan untuk pemberdayaan bidang pendidikan.
5
Mustafa EdwinNasution dan Dr.Uswatun Hasanah. Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam. (Jakart:2006)cet.2 h.38
5
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah pokok yang diangkat adalah mengenai: a. Bagaimana Pengelolaan Dana Wakaf Tunai yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam Penghimpunan Dana dan Pendistribusian? b. Bagaimana Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia untuk Pemberdayaan bidang Pendidikan? c. Kontribusi Apa saja yang diberikan Tabung Wakaf Indonesia Untuk Pendidikan yaitu Sekolah SMART Ekselensia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan melihat pembatasan dan mperumusan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka penulis memiliki tujuan penelitian sebagai berikut: a. Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai pengelolaan Dana Wakaf Tunai yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam Penghimpunan Dana dan Pendistribusiannya. b. Untuk mengetahui sejauh mana Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia Untuk Pemberdayaan bidang pendidikan. c. Untuk mengetahui kontribusi apa saja yang diberikan Tabung Wakaf Indonesia untuk bidang pendidikan yaitu Sekolah SMART Ekselensia.
6
2. Mafaat penelitian Dari hasil penelitian ini, maka penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi a. Untuk penulis meningkatkan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, kemampuan,
dan
pengalaman
dalam
bidang
pengelolaan wakaf tunai di lembaga Tabung Wakaf Indonesia untuk pemberdayaan pendidikan b. Untuk dunia akademik atau fakultas, dapat menambah dan memperkaya bahan kajian pustaka bagi peminat studi manajemen serta memberikan masukan pada mahasiswa/i tentang pengelolaan serta penyaluran dana wakaf tunai pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Serta dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. c. Untuk Tabung Wakaf Indonesia dapat menggambarkan manajemen suatu lembaga tentang pengelolaan Wakaf Tunai. dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Jakarta dalam menjalankan tugas-tugasnya. d. Bagi masyarakat dapat dijadikan bahan rujukan dalam perbandingan khususnya dalam hal Pengelolaan wakaf tunai.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode dan Penjelasan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. yaitu kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan mengembangkan
7
teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai objek yang akan di teliti. 2. Subyek dan Obyek Penelitian Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah lembaga Tabung Wakaf Indonesia, sedangkan objek penelitin ini adalah Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia Untuk Pemberdayaan Bidang pendidikan. 3. Tekhnik Pengumpulan Data Untuk memeperoleh data tersebut, penulis mengadakan penelitin dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah usaha memperoleh dan mengumpulkan dengan melakukan pengamtan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.6 dan dalam observasi ini kami mengadakan pengamatan langsung kepada objek penelitian melalui data, pencatatan, dan sebagainya. b. Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan yang dilkukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan tujuan tertentu dan dengan bertanya secara langsung kepada pihak yang bersangkutan. dan pada interview ini peneliti mengadakan komunikasi langsung
6
E.Kristi Poerwandari, pendekatan kualitatif dalam penelitian psikolog,(Jakarta: LPSP3 UI,1998), cet ke-1, h. 62
8
dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa pihak yang bersangkutan, yaitu : Bpk. Parmuji Abbas, dan Hendra Jatnika. c. Dokumentasi Dokumentasi berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang actual. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa profile-profile dan program-program Tabung Wakaf Indonesia.
4. Penentuan Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian ini dilakukan di Tabung Wakaf Indonesia pada hari Jumat Tgl, 25 Maret 2011, yang bertempat di Gedung Graha Tunas Kav.E Lt.4 Jl. Warung Jati Barat No.63 Jakarta Selatan. Tlp.0217947617 .Fax(021-7984887) email:
[email protected] 5. Tehnik Mengolah Data Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut: a. Data Primer: Data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau sasaran penelitian. b. Data Sekunder: Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari lembaga yang terkait. Tehnik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis terapkan adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis lakukan. tujuannya adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian skripsi sebelumnya. Disini ada dua judul skripsi yang hampir sama dengan yang akan penulis lakukan. Pertama, Skripsi berjudul “Efektifitas Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI)” yang ditulis oleh Idik Komarudin, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Nim 103044228110. Pada skripsi ini membahas tentang, pengelolaan dan pemberdayaan wakaf tunai pada tabung wakaf Indonesia dengan ketentuan yang diatur oleh undangundang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Kedua, Skripsi berjudul “Penerapan Sistem Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf Tunai Terhadap Pendistribusian Dana Wakaf Pada Baitulmaal Muamalat”. yang ditulis oleh Wawan, Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, Nim 105053001839. Pada skripsi ini membahas tentang, bagaimana sistem penghimpunan dan pengelolaan yang diterpakan oleh Baitulmaal Muamalat dalam mengelola Wakaf, serta pendistribusian dana Wakaf setelah dihimpun dan dikelola. Berbeda dengan karya ilmiah di atas, bahwa penelitian yang penulis lakukan dengan judul “Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf
10
Indonesia
(TWI)
Untuk
Pemberdayaan
Bidang
Pendidikan”.
Membahas tentang, Bagaimana bentuk Pengelolaan Wakaf Tunai yang diterapkan oleh Tabung Wakaf Indonesia Untuk di berdayakan dalam bidang pendidikan yaitu Smart Ekselensia.
F. Sistematika Penulisan Dalam rangka pembuatan karya ilmiah ini penulis akan menguraikan secara terperinci masalah demi masalah yang membahasnya. Untuk memudahkan dalam penulisan, skripsi ini dibuat dengan lima Bab selanjutnya terbagi beberapa sub-sub sebagai berikut: Bab Pertama berisi tentang Pendahuluan, Menerangkan secara singkat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistemtika penulisan. Bab kedua mengenai Tinjauan Teoritis Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai dan Pemberdayaan Pendidikan, Pada bab dua ini akan jelaskan pula tentang pengertian Pengelolaan, dan bentuk pengelolaan. Fiqh Wakaf Tunai yang meliputi (pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat wakaf tunai), Dan dalam bab ini penulis juga mencantumkan mengenai pemberdayaan pendidikan (pengertian, ruang lingkup pemberdayaan serta sasaran dan tujuan pendidikan). Bab ketiga, Pembahasan mengenai Gambaran Umum Obyek Penelitian yaitu Tabung Wakaf Indonesia dan Sekolah SMART Ekselensia, yang meliputi Sejarah Dan Perkembangan Tabung Wakaf
11
Indonesia dan Sekolah SMART Ekselensia, Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia dan Sekolah SMART Ekselensia, Serta Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia. Bab keempat, mengenai Pengelolaan Wakaf Tunai pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) untuk Pemberdayaan Bidang Pendidikan. yang meliputi Strategi Penghimpunan, dan pendistribusian Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia. serta kontribusi Tabung Wakaf Indonesia untuk SMART El. Bab kelima, Menguraikan tentang kesimpulan dan Saran-saran yang menjadi penutup pembahasan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGELOLAAN WAKAF TUNAI DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN
A. Pengelolaan 1. Pengertian Pengelolaan Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata “kelola” yaitu mengendalikan, menyelenggarakan, dan mengurus. Pengelolaan adalah diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.1 a. Definisi Pengelolaan Menurut Para Ahli Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan –perbedaan, hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda- beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun
jika
dipelajari
pada
prinsipnya
definisi-definisi
tersebut
mengandung pengertian dan tujuan yang sama. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo (1980:41) memberikan definisi sebagai berikut pengelolaan adalah
suatu
rangkai
kegiatan
yang
berintikan
perencanaan,
pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya . 1
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. Ke-9
h. 623
12
13
Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.2 Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,pengorganisasian,penggerakan
dan
pengawasan
yang
bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
2. Bentuk Pengelolaan a. Fundraising/Penghimpunan Penghimpunan dana dalam kamus Indonesia-Inggris adalah Fundraising, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut FandRaiser.3 Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan penghimpunan adalah Proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, pengerahan.4 Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional 2
ZulfikarPutra “Pengertian pengelolaan,” artikel diakses pada 28 Januari 2011 dari http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertianpengelolaan/#ixzz1I9KwZrTC 3 Peter Salim, Salim‟s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Erlangga), h.20 4 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. Ke-9 h. 612.
14
lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. Dan juga Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat.5 Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan teknik yang dapat dilakukan. Pada dasarnya ada dua jenis yang bisa digunakan, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (indirect). Metode langsung adalah metode yang menggunakan teknikteknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi wakif secara langsung. Yakni bentuk-bentuk fundraising di mana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon wakif bisa seketika (langsung) dilakukan.
Misalnya
melalui
direct
mail,
direct
advertising,
telefundraising dan presentasi langsung. Metode fundraising tidak langsung, merupakan suatu metode yang menggunakan teknik atau cara yang tidak melibatkan partisipasi wakif secara langsung. Metode ini dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Misalnya advertorial, image campaign dan penyelenggaraan suatu kegiatan melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi para tokoh.6
5
Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: 2006) Cet 1, Hal 11 Rozalinda “Pengelolaan Wakaf Uang Pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet Dhuafa Republika,” artikel diakses pada 04 Mei 2010 dari http://rozalinda.wordpress.com 6
15
b. Pendayagunaan Pendayagunaan berasal dari kata “Guna” yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia : 1) Pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat 2) Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik .7 Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaiman cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Menurut M.Daud Ali pemanfaatan/Pendayagunaan dana dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya dalam kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan seperti: zakat fitrah yang diberikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang di berikan kepada korban bencana alam. 2) Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain. 3) Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, alat-alat pertukangan, mesin jahit, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoonesia, h. 189
16
adalah untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir-miskin. 4) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini mewujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil.8 Aktivitas pendayagunaan harta, sebagaimana biasanya, akan menemui dua hal, yaitu keuntungan atau kerugian; dan mayoritas kegiatan pendayagunaan harta, baik yang dilakukan oleh Negara ataupun badan usaha milik Negara, jika tidak sampai rugi berat maka keadaannya tidak seperti yang diharapkan dan tidak pula mencapai keadaan istimewa; dan karena harta wakaf adalah temasuk harta ummat yang memiliki fungsi sosial umum. Oleh karena itu, seluruh Fuqaha mensyaratkan kegiatan pendayagunaan harta wakaf dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Memilih jenis usaha yang paling aman dan tingkat resikonya paling kecil, mencari yang ada system penjaminnya secara syariah. Sudah dikemukakan bahwa majma Al-Fiqhiy Al-Islami Internasional membolehkan adanya penjaminan dari pihak ketiga terhadap sahamsaham sektor bisnis. maka pengelola wakaf atau Nazhir harus mencari pihak-pihak seperti ini sebagai penjamin sebaik mungkin. jika tidak ada pihak penjamin, maka mengusahakan kepada pemerintah agar bertindak sebagai penjaminnya.
8
Muhamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI h.62-63
17
2) Mempercayakan kepada disiplin ilmu kontemporer dan metodemetode atau teknik-teknik terbaru serta berbagai hasil penelitian dan telaah para ahli dibidangnya secara matang, agar dikelola oleh orangorang yang ikhlas, kreadibel, dan professional dalam bidang usaha atau bisnis. 3) Melalui planning atau perencanaan, antisipasi, supervisi, dan kontrol atau audit internal terhadap kegiatan bisnis tersebut. 4) Memperhatikan fiqh Aulawiyat (Fiqh apa yang terpenting dan penting serta apa yang mesti didahulukan) dan fiqh tentang tingkatan-tingkatan resiko dalam kegiatan bisnis, serta Fiqh tentang bagaimana bermuamalah/bekerja sama dengan perbankan dan perusahaan bisnis, dimana pengelola wakaf tidak boleh bekerja sama kecuali dengan perbankan islami dan perusahaan bisnis yang memenuhi persyaratan keamanan, skuritas keuangan (liquid) dan penjaminan. Dari titik ini pengelola wakaf wajib untuk mengarahkan harta wakaf, jika ingin di dayagunakan, dalam kegiatan bisnis yang tetap lebih aman dan tingkat resiko kecil.9 B. Fiqh Wakaf Tunai (Pengertian, Dasar Hukum, Rukun dan Syarat) a. Pengertian Wakaf Tunai Wakaf (Arab: وقف, jamak: اوقاف, awqāf) adalah perbuatan yang dilakukan wakif (pihak yang melakukan wakaf) untuk menyerahkan sebagian atau untuk keseluruhan harta benda yang dimilikinya untuk
9
Helza “Fiqh Wakaf,” artikel ini akses pada tanggal 12 Maret 2008 dari http://lazissyuhada.wordpress.com/category/fiqh-zakat-infaq-sodaqoh-wakaf-fidyah/
18
kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat untuk selama-lamanya. Seorang wakif dapat orang-perorangan, organisasi, maupun badan hukum. Wakaf tunai merupakan terjemahan langsung dari istilah Cash Waqf yang populer di Bangladesh, tempat A. Mannan menggagas idenya. Dalam beberapa literatur lain, Cash Waqf juga dimaknai sebagai wakaf tunai. Hanya saja, makna tunai ini sering disalah artikan sebagai lawan kata dari kredit, sehingga pemaknaan cash waqf sebagai wakaf tunai menjadi kurang pas. Untuk itu, dalam tulisan ini, cash waqf akan diterjemahkan sebagai wakaf tunai, kecuali jika sudah termaktub dalam hukum positif dan penamaan produk, seperti Sertifikat Wakaf Tunai. Selanjutnya, wakaf tunai dalam definisi Departemen Agama adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang.10 Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) juga membolehkan wakaf tunai. Fatwa Komisi Fatwa MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11 mei 2002. Argumentasi didasarkan kepada hadis Ibnu Umar (seperti yang disebutkan di atas). pada saat itu, komisi Fatwa MUI juga merumuskan definisi (baru) tentang wakaf, yaitu:
“Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyapnya bendanya atau pokoknya, dengan cara melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada.11 10
Direktorat pemberdayaan wakaf. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. (Jakarta: 2006)
cet. 3. h.1 11
Ibid., (Jakarta: 2005) cet. 2 h.17
19
Dalam definisi di atas, wakaf tidak lagi terbatas pada benda yang tetap wujudnya, melainkan wakaf dapat berupa benda yang tetap nilainya atau pokoknya. Uang masuk dalam kategori benda yang tetap pokoknya. Dengan demikian, definisi MUI di atas memberikan legitimasi kebolehan wakaf tunai. juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham, cek dan yang lainnya.
b. Dasar Hukum Wakaf Tunai Wakaf tunai dibolehkan berdasarkan: firman Allah, Hadist Nabi dan pendapat Ulama, yaitu: Firman Allah:
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS: Ali Imron: 92)
Kemudian dikuatkan dengan ayat berikut, sebagai landasan hukum wakaf tunai:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[1] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
20
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. (QS: AlBaqarah: 261) [1] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Hadist Nabi:
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendo‟akan orang tuanya”.12
Pendapat Ulama: Dikemukan pula berbagai pendapat ulama yang menjadi rujukan komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia dalam menfatwakan wakaf uang tersebut, yaitu: 1) Pendapat Imam Al-Zuhri (wafat 124 H) bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai usaha, kemudian keuntungannya disalurkan kepada maukuf „alaih. 2) Mutaqoddimin dari ulama madzhab Imam Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bi Al„urfi, berdasarkan atas Abdullah bin mas‟ud ra., bahwa “ apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah adalah baik dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah pun buruk”.
12
Ibid., h.13
21
3) Pendapat sebagian ulama madzhab As-Syafi‟i, dimana abu tsyar meriwayatkan dari imam As-Sayafi‟i tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang).13 c. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai Rukun artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. tanpa rukun sesuatu tidak akan tegak berdiri. tanpa unsur itu, wakaf tidak dapat berdiri. oleh karena itu menurut jumhur, Mazhab Syafi‟i dan Maliki serta Hambali, rukun wakaf ada lima, yaitu: 1) Waqif (Orang yang berwakaf). Pada hakikatnya amalan wakaf adalah tabarru‟ (melepaskan hak milik tanpa imbalan), karena itu syarat seorang wakif adalah: a) Cakap melakukan tindakan hukum dalam hal ini adalah wakaf, artinya, sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam keadaan terpaksa/dipaksa, dan telah mencapai umur baligh; b) Benar-benar pemilik harta yang diwakafkan. 2) Mauquf bihi (Benda yang diwakafkan) Syarat-syarat benda yang diwakafkan: a) Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, tidak habis sekali pakai. Hal ini karena sifat wakaf lebih mementingkan manfaat
benda tersebut;
b) Benda wakaf dapat berupa milik seseorang atau kelompok atau badan hukum
13
7 h.162
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islam Wa A‟dilatuhu, (Damsyik : Daar al-Fikr,1985) juz
22
c) Hak milik wakif yang jelas batas-batas kepemilikannya. Selain itu benda
wakaf merupakan benda milik yang bebas dari segala
pembebanan, ikatan, sitaan dan sengketa; d) Benda
wakaf
tersebut
dapat
dimiliki
dan
dipindahkan
kepemilikannya; e) Benda wakaf dapat dialihkan hanya jika jelas-jelas untuk mashlahat yang lebih besar; f) Benda wakaf tidak dapat diperjualbelikan, dihibahkan, atau diwariskan. Dalam hal objek, umumnya yang diwakafkan adalah aset tidak bergerak, seperti tanah, bangunan dan sejenisnya, karena mereka mensyaratkan kekekalan objek tersebut, oleh sebab itu para ulama berbeda pendapat mengenai wakaf aset bergerak terutama uang yang dianggap akan habis. Ulama Hanafiyah mensyaratkan tiga hal untuk aset bergerak, pertama, aset tersebut merupakan ikutan pada aset tetap yang diwakafkan seperti alat-alat produksi yang mengikut pada wakaf pabrik misalnya. Kedua, ada nash yang membolehkannya seperti dalam riwayat yang menjelaskan bolehnya mewakafkan senjata dan kendaraan untuk jihad, sebagaimana yang dilakukan oleh Khalid Bin Walid. Ketiga, berlakunya kebiasaan wakaf pada objek tersebut seperti wakaf mushaf buku dan sejenisnya.
23
3) Mauquf ‘alaih (Tujuan/sasaran wakaf). Sebaiknya wakif menentukan tujuan ia mewakafkan harta benda miliknya. Apakah ia mewakafkan hartanya itu untuk menolong keluarganya sendiri, untuk fakir miskin, sabilillah, ibnu sabil, atau diwakafkan
untuk
kepentingan
umum.
Yang
utama,
wakaf
diperuntukkan pada kepentingan umum. Syarat dari tujuan wakaf adalah untuk
kebaikan, mencari keridhaan
Allah SWT dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu, tujuan wakaf tidak boleh digunakan untuk kepentingan maksiat, atau membantu, mendukung, dan atau yang memungkinkan diperuntukkan untuk tujuan maksiat. Dalam Ensiklopedi Fiqh, disebutkan, menyerahkan wakaf kepada seseorang yang tidak jelas identitasnya adalah tidak sah. 4) Shighat (Ikrar/akad wakaf). Shighat/ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya. Shighat atau pernyataan harus dinyatakan dengan tegas baik secara lisan atau tulisan, menggunakan kata “aku mewakafkan” atau “aku menahan” atau kalimat semakna lainnya. Dengan pernyataan wakif itu, maka gugurlah hak wakif. Selanjutnya, benda itu menjadi mutlak milik Allah yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf. 5) Nadzir (Pengelola) wakaf. Nadzir adalah orang atau sekelompok orang dan atau badan hukum yang diserahi tugas oleh waqif (orang yang berwakaf) untuk
24
mengelola wakaf. Untuk menjadi seorang nadzir, haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Mukallaf (memiliki kecakapan bertindak hukum) yaitu; muslim (beragama Islam), „aqil (berakal sehat), baligh (cukup umur); b) Memiliki kemampuan dan keahlian mengelola wakaf (profesional); c) Memiliki sifat amanah, jujur dan „adalah (bersikap adil).14
C. Pemberdayaan Pendidikan 1. Pengertian Pemberdayaan Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu Empowerment. Pemberdayaan (Empowerment) berasal dari kata dasar Power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan. Awalan em berasal dari bahasa yunani yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaikbaiknya dengan hasil yang memuaskan15 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memerluas horizon pilihan bagi masyarakat dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakt yang berdaya adalah yang dapat
14
Muhammad Khatib al-Sarbini, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut : Dar Ihya Al-Turas AlArabit,t.t). Juz II, h.376 15 Lili Bariadi et.al, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h.53
25
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihanpilihan.16 Pemberdayaan adalah suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri,
dengan
cara
memberikan
kepercayaan
dan
kewenangan sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab. Pemberdayaan pun sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.17 Jadi pemberdayaan ialah suatu tindakan yang positif untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri menuju kearah yang lebih baik dan berguna. 2. Pengertian Pendidikan Sedangkan Pendidikan, Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata "didik" yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir
16
Nnih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung, Rosda Karya,2001), cet ke-1, h.42 17 Dian, Prencanaan Sosial Negara Berkembang (Yogya: Gajah Mada University Press, 1991), h.15
26
Menurut bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik, dan berarti pula pengetahuan tenang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya.18 Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. dari segi bahasa, mendidik adalah kata kerja, pendidikan adalah kata benda. kalau kita mendidik, kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. kegiatan mendidik menunjukan adanya yang mendidik disatu pihak dan adanya yang dididik dilain pihak. Dengan kata lain, mendidik adalah suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang manusia atau lebih. Pendidikan menurut UU tentang Sisdiknas adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.19 Sedangkan pengertian pendidikan menurut istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-oarang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan tabi‟at sesuai cita-cita pendidikan. pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik personal maupun
18
W.J.S. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991),cet.2, h.250 19 Pusdiklat Pegawai Depdiknas 2005, Manajemen Sekolah, h. 303
27
kolektif. pendidikan juga merupakan suatu upaya manusia untuk memanusiakan dirinya dan membedakanya dengan makhluk lain. Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli pendidikan antara lain: a. S.A.Branata, dkk : Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembanganya mencapai kedewasaannya. b. Rousseau : Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkanya pada waktu dewasa.20 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebagai proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda, agar generasi muda dapat mampu hidup. Dalam batas tertentu, targetnya juga untuk mampu hidup lebih baik dari generasi tua. Generasi tua berperan sebagai pelaku atau hanya sebagai fasilitator. pengertian ini sangat umum dan meliputi pendidikan formal dan informal. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan adalah sebagai berikut :
20
Azmi Ulfa Farista, Peran Dan Fungsi Pendidikan Dalam Perkembangan Anak, artikel di akses pada 11 Desember 2008 04 :26 :07 dari http://albaiad.wordpress.com
28
a. Perbuatan mendidik itu sendiri, maksudnya adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi/mengasuh anak didik. b. Anak didik yaitu merupakan obyek terpenting dalam pendidikan c. Dasar dan tujuan pendidikan yaitu landasan yang menjadi fundament dan sumber dari segala kegiatan pendidikan yang dilakukan d. Pendidik, yaitu subyek yang melakukan pendidikan e. Materi pendidikan, yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu f. Metode pendidikan, yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan kepada anak didik g. Evaluasi pendidikan, yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik h. Alat-alat pendidikan, yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan agar tujuan pendidikan tersebut lebih berhasil i. Lingkungan sekitar, yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan.21
21
Strawaji, “Ruang Lingkup Pendidikan ,” artikel diakses pada 14 Juni 2009 dari http://starawaji.wordpress.com
29
4. Faktor-faktor Pendidikan a. Faktor internal siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni: Aspek psiologis (yang bersifat jasmaniah), Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah). 1) Aspek Psiologis Kodisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ-organ
khusus
siswa,
seperti
tingkat
kesehatan indera pendengar dan indra penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan didalam kelas. 2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: tingkat Kecerdasan/Intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
30
b. Faktor Eksternal Siswa Seperti faktor Internal siswa, faktor Eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: Faktor lingkungan sosial, dan faktor lingkungan non sosial. 1) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas itu dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. selanjutnya, termasuk lingkungan sosial siswa masyarakat , tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampung siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya dapat member dampak baik atau buruk terhadap kegiatan hasil belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2) Lingkungan Non Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan belajar dan waktu belajar yang digunakan siswa. faktor-faktor ini turut dipandang dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.22
22
h.43
Drs. Madya Ekosusilo, Dasar-dasar Pendidikan,(Semarang: Efhar Publishing, 1985),
31
5. Tujuan Pendidikan Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan
prinsip
prinsip
dasarnya.
Hal
tersebut
disebabkan
pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia23 Adapun tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Langeveld terbagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan Umum Tujuan Umum ini sering disebut tujuan akhir, atau tujuan total atau tujuan lengkap. Tujuan umum berarti tujuan total atau tujuan lengkap yaitu tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadap anak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohani. Dengan demikian tujuan umum/akhir pendidikan ialah membentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa jasmani dan rohaninya baik aspek moral, intelektual, sosial, estetis, agama dan lain sebagainya. 23
Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, Yogyakarta: Infinite Press, 2004, hal. 32
32
b. Tujuan Khusus Tujuan ini merupakan pengkhususan daripada tujuan umum, karena untuk menuju kepada tujuan umum itu perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu misalnya disesuaikan dengan: 1) Cita-cita pembangunan suatu masyarakat/bangsa 2) Tugas suatu badan atau lembaga pendidikan 3) Bakat dan kemampuan anak didik 4) Kesanggupa-kesanggupan yang ada pada pendidik 5) Tingkat pendidikan dan sebagainya.24 Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya. Bila dilihat dari ayat-ayat al Qur‟an ataupun hadits yang mengisyaratkan tujuan hidup manusia yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan, terdapat beberapa macam tujuan, termasuk tujuan yang bersifat teleologik itu sebagai berbau mistik dan takhayul dapat dipahami karena mereka menganut konsep konsep ontologi positivistik yang mendasar kebenaran hanya kepada empiris sensual, yakni sesuatu yang teramati dan terukur25 Dengan demikian tujuan pendidikan itu tidak lain adalah target sasaran yang akan dicapai dalam setiap kegiatan pendidikan atau rumusan
24
Drs. H.M. Alisuf Sabari. Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya 1999), Cet. 1 h. 28 25 Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, h.32
33
bentuk manusia yang akan dicapai oleh kegitan/usaha pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik. 6. Sasaran Pendidikan Yang menjadi objek / sasaran pendidikan adalah anak/peserta didik. dan tugas pendidikan adalah mempengaruhi pembentukan pribadi peserta didik, maka berarti target sasaran yang akan dicapai dalam setiap kegiatan pendidikan adalah bentuk manusia yang diharapkan terjadi pada diri peserta didik dalam rangka pembentukan pribadinya. 7. Fungsi Pendidikan Adapun fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai berikut: 1) Pengembangan pribadi 2) Pengembangan warga Negara 3) Pengembangan kebudayaan 4) Pengembangan bangsa26
26
h.11
Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet.ke.3,
BAB III GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA DAN SEKOLAH SMART EKSELENSIA
A. Tabung Wakaf Indonesia 1. Sejarah Berdirinya Tabung Wakaf Indonesia Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta profesional. Keberadaan undang-undang wakaf membuktikan bahwa peran dan potensi umat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian pula dengan keberadaan lembaga wakaf. Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan Nazhir Wakaf (pengelola wakaf) yang amanah dan profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa tergerak untuk mengambil inisiatif membentuk unit baru yang bernama Tabung Wakaf Indonesia. berfungsi selaku pengelola wakaf (Nazir Wakaf) khususnya wakaf uaang tuai, sekaligus mengalokasikannya secara tepat dengan propesionalitas dan amanah, sebagai solusi atas permasalahan
wakaf.
diharapkanTabung
Wakaf
Indonesia
dapat
melakukan optimalisasi wakaf sehingga wakaf menjadi penggerak ekonomi umat, seperti efek bola salju, semakin lama semakin besar
34
35
membawa kemaslahatan untuk ummat, tentu dengan tuntunan Al-Quran dan hadis Rosulullah Saw, serta pertimbangan kebutuhan ummat pada umumnya. Sesuai dengan Undang-undangan Nomor 41/2004; Tabung Wakaf Indonesia (adalah Nazir Wakaf) berbentuk Badan Hukum. oleh karenanya, pengurus badan hokum Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi persyaratan sebagai Nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) Undang-undangan Wakaf Nomor 41/2004. badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan keagamaan islam. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom, dan dengan landasan Badan Hukum Dompet Dhuafa, Sebagai sebuah badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir Wakaf sebagaimana dimaksud undang-undang Wakaf tersebut.1
2. Visi, Misi dan Tujuan didirikanya Tabung Wakaf Indonesia Atas dasar yang kuat mendirikan lembaga untuk mengelola harta wakaf sekaligus beribadah serta melaksanakan pengabdian kepada agama yaitu dengan berdakwah melalui lembaga pengelola wakaf. Visi dapat diartikan sebagai “indra penglihatan, kemampuan untuk melihat sampai pada inti atau pokok dari suatu hal atau persoalan.2
1
Parmuji Abbas “Data Tabung Wakaf Indonesia” Jakarta: 25 Maret 2011. WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3” (Jakarta: Balai Pustaka,2005), h.1356 2
36
Adapun Visi dari Tabung Wakaf Indonesia adalah“ Menjadi lembaga unggul dalam membangkitkan peran wakaf sebagai donasi abadi dan pembangkit ekonomi umat” Misi adalah tugas yang dirasakan sebagai kewajiban yang harus dilakukan demi agama, idiologi, dan sebagainya.3 Adapun Misi Tabung Wakaf Indonesia adalah: a. Mendorong peran wakaf sebagai donasi yang memberikan manfaat mengalir abadi. b. Mendorong pertumbuhan ekonomi umat. c. Optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif. Sedangkan Tujuan Tabung Wakaf Indonesia adalah: Mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntunan kebutuhan masyarakat sekaligus ikut mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi.
3. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia Dalam suatu organisasi dikenal dengan adanya struktur organisasi. ini diatikan sebagai hubungan antara satu tingkatan atau divisi yang memiliki tugas masing-masing erat kaitannya dalam mencapai keberhasilan organisasi tersebut.
3
Peter Salim, et all. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer , (Jakarta : Modern Press, 1991), h.989
37
Berikut adalah Struktur Organisasi Tabung Wakaf indonesia:
Dewan Pembina
Presdir Dompet Dhuafa
Dewan Syariah
Direktur
TWI
Manajer Opersional
Manajer Pengembangan Asset
Manajer Pengembangan Investasi
Finance & Acc
Unit Realty
Unit Logam Mulia
HRD
Unit Properti
Unit Konstruksi
Unit Perkebunan & Pertanian
Unit Broker
GA Unit Surat Berharga
Dewan Syariah
: Prof. K.H. M. Amin Suma Bobby Herwibowo Izzudin Abdul Manaf, Lc.MA
Dewan Pembina
: Parni Hadi Eri Sudewo S. Sinansari Ecip Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Haidar Bagir
38
Houtman Z. Arifin Erry Riyana Hardjapamekas
Presiden Direktur Dompet Dhuafa
: Ismail A. Said
Direktur Tabung Wakaf Indonesia
: Veldy V. Armita
Manajer Oprasional
: Parmuji Abbas
Manajer Pengembangan Aset
: Yudie Lestari Sanjaya
Manajer Pengembangan Investasi
: Noviati Endang Mustaqimah
Finance Acc
: Mariana Ulfa
GA
: Ikhwan Maulana
Tugas dan Wewenang Pengurus Tabung Wakaf Indonesia 1. Direktur Tabung Wakaf Indonesia yaitu Bpk. Veldy V. Armita, beliau bertugas: memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan. 2. Manajer Oprasional Tabung Wakaf Indonesia yaitu Bpk. Parmuji Abbas, beliau bertugas: menjalankan/mensuport kegiatan sehari-hari Tabung Wakaf Indonesia. 3. Manajer Pengembangan Aset Tabung Wakaf Indonesia yaitu, Bpk. Yudie Lestari Sanjaya bertugas: merancang, merumuskan dan mengembangkan asset-aset perusahaan. 4. Manajer Pengembangan Investasi Tabung Wakaf Indonesia yaitu Noviati Endang Mustaqimah bertugas: mengadakan survey asset, menilai asset (di jual atau di investasikan)
39
5.
Finance
Acc Tabung Wakaf Indonesia yaitu Mariana Ulfa bertugas:
mengelola dan mengendalikan keuangan perdepartemen sesuai anggarananggaran yang disetujui. 6. GA Tabung Wakaf Indonesia yaitu Ikhwan Maulana Memelihara, menjaga dan memperbaiki asset Perusahaan (perlengkapan kantor, AC, facsimile, telephone, dll).4
4. Program Tabung Wakaf Indonesia Wakaf dapat dilihat dari segi subtansi ekonominya terbagi dalam dua bagian, Pertama, Wakaf lansung (Al-Waqf Al-Mubasyir) yaitu harta wakaf yang langsung memberikan pelayanan kepada ummat seperti masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan, WC umum, dan lain-lain. Jenis wakaf seperti ini memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai fasilitas umum yang bisa di akses oleh siapa saja, namun kadang harta wakaf langsung seperti ini khususnya harta wakaf yang memerlukan biaya biaya pengelolaan seperti sekolah dan rumah sakit misalnya, menjadi “beban” ummat karena pengelolaannya menyerap dana yang tidak sedikit. Nazhir dari harta wakaf seperti ini harus memiliki kemampuan manejerial yang tinggi, sehingga harta wakaf itu benar-benar dirasakan manfaatnya oleh ummat sebagai jaminan sosial mereka sebagai mana fungsi wakaf sebenarnya. Kedua, Wakaf Produktif (Al-Waqf Al-Istitsmar) yaitu harta wakaf yang digunakan untuk kepentingan produksi atau investasi baik dibidang
4
Wawancara Pribadi dengan Mariana Ulfa “Finance & Acc TWI” Jakarta: 09 Mei 2011
40
perdagangan, industri dan jasa yang pemanfaatannya bukan pada harta wakaf secara langsung tetapi dari hasil produksi tadi. Wakaf Produktif harus terus dikembangkan agar bisa menopang wakaf-wakaf yang konsumtif (sosial). masyarakat harus didorong agar mau berwakaf produktif agar wakaf tidak lagi menjadi “beban” ummat. Dalam pengelolaanya, wakaf langsung (sosial) relatif berat karena akan terus menyerap biaya, solusinya adalah wakaf-wakaf sosial harus dipadukan dengan harta wakaf prodktif. orang yang akan berwakaf jenis wakaf langsung sebaiknya juga memikirkan untuk memadukannya dengan wakaf produktif, sehingga harta wakaf langsung itu bisa dijamin kejariahannya.5 Program yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia ada dua macam yaitu:6 a. Program Wakaf Sosial 1) SMART Ekselensia Yaitu sekolah berasrama bebas biaya merupakan setingkat SMP-SMA yang khusus diperuntukan bagi generasi penerus bangsa diseluruh pelosok tanah air yang memilki potensi intelektual tinggi namun lemah dalam ekonomi keluarga. SMART El telah membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan berkualitas yang memihak pada kaum dhuafa. 2) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma)
5 6
Media Tabung Wakaf Indonesia “Tawadu” Edisi 02, tahun 1429, h.5 wawancara pribadi dengan “Mariana Ulfa” Finance & Acc TWI, Jakarta: 10 Mei 2011
41
Klinik gratis yang mendekati rumah sakit mini dibangun atas keprihatinan terhadap tidak terjangkaunya layanan kesehatan bagi kaum dhuafa. LKC diresmikan pada 06 November 2001 oleh wakil presiden yaitu Hamzah Haz. dulu LKC hanya punya satu gedung dikawasan ciputat, tak jauh dari lokasi gedung lembaga indukya, Dompet Dhuafa. kini LKC melebarkan sayap sampai ke bekasi, dengan gerai sehat bekasinya, dan LKC Sunda kelapa yang diresmikan penggunaanya pada september 2007. 3) Institut Kemandirian Komitmen Tabung Wakaf indonesia untuk berkontribusi dalam membangkitkan Kemandirian
kejayaan yang
hadir
ummat dalam
diwujudkan
dalam
Institute
metode
pelatihan
praktis
kewirausahaan dan ini, diharapkan Tabung Wakaf indonesia dapat berperan serta dalam mengentaskan permasalahan bangsa yang tak kunjung terselasaikan, yaitu permasalahan pengangguran. 4) Rumah Cahaya (Depok Waqf Junction) Rumah Cahaya (Rumah Baca dan Menghasilkan Karya) yang membuka perpustakan gratis dan program pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai dan keterampilan serta pendampingan bagi pengembangan bisnis para pengusaha kecil. dengan menjadi salah satu penyokong lembaga dikombinasikan dengan aset properti. Lantai pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan disewakan. Sedangkan lantai kedua diperuntukkan untuk ruang perpustakaan dan pelatihan menulis.
42
Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut surplus wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan program sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta program pendidikan untuk kaum dhuafa.7 b. Program Wakaf Produktif 1) Countrywood Waqf Junction Countrywood Waqf Junction ini Merupakan kawasan ekonomi terpadu yang akan didirikan di atas tanah wakaf dari Ibu Eni Nuraeni. CWJ terdiri dari area komersial dan area sosial. Area komersial yang didirikan berupa lapangan futsal, foodcourt, serta lahan parkir. Sedangkan area sosial berupa musholla, playground, serta lahan terbuka untuk berjualan para pedagang kaki lima. Surplus dari kegiatan produktif di CWJ ini, akan menjadi sedekah jariyah yang akan disalurkan untuk program pendidikan berkualitas untuk kaum Dhuafa, bekerja sama dengan SMART Ekselensia Indonesia. 2) Depok Waqf Junction Depok Waqf Juntion (DWJ) ini berdiri di Jl. Keadilan, Depok, di atas tanah wakaf dari Bapak Agus Murdianto. Awalnya Depok Waqf Junction adalah perpustakaan bertajuk Rumah Cahaya (Rumah Baca dan Menghasilkan Karya) yang membuka perpustakan gratis dan program pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai
7
Majalah Wakaf, Edisi Ramadhan 1431 H. h.8
43
dan dikombinasikan dengan aset properti. Lantai pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan disewakan.Sedangkan lantai kedua diperuntukkan untuk ruang perpustakaan dan pelatihan menulis. Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut surplus wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan program sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta program pendidikan untuk kaum dhuafa. 3) Gedung Wakaf Wardah Gedung Wakaf Wardah ini merupakan wakaf dari Almarhum Bapak Amir Batubara yang berlokasi di Jl. Zaitun Raya, Islamic Village, Karawaci. Gedung 2 lantai ini disewakan untuk pelatihan, workshop, dan seminar. Surplus dari hasil penyewaan gedung ini akan disalurkan untuk program sosial. 4) Foodcourt Zamrud Fodcourt Zamrud adalah sebuah area pusat jajanan yang berlokasi di pintu masuk perumahan Zamrud Bekasi Timur. Foodcourt Zamrud terdiri atas tujuh kios, dengan ukuran 3m x 3.5 m. Dengan program ini, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) ingin membuka ruang usaha bagi para pedagang kecil, sekaligus mendayagunakan harta wakaf. Jadi, ada dua manfaat yang didapat dari program ini. Pertama, para pedagang kecil memperoleh ruang usaha yang strategis dan baik. Kedua, harta wakaf yang diamanahkan oleh para wakif kepada TWI akan mendatangkan surplus. Surplus inilah
44
yang nantinya disalurkan untuk mereka yang membutuhkan. Dengan demikian aset wakaf ini akan menghasilkan manfaat yang lestari, dan pahala yang abadi 5) Wakaf Peternakan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yaitu menginvestasikan dana wakaf untuk peternakan yang bekerjasama dengan jejaring Dompet Dhuafa (DD), yakni kampoeng ternak. Lembaga ini telah sukses memberdayakan peternak dan memiliki mitra diberbagai kota di Indonesia.8 B. Smart Ekselensia Indonesia 1. Ringkasan Seputar SMART Ekselensia Satu orang yang tak terdidik, ditengah ribuan pelajar, ibarat bulir padi ditengah beras. selalu ada dorongan berat untuk membuangnya, padahal, ketidak terdidikan akibat keterbatasan akses, sepinya kepedulian, adalah gunung es persoalan besar dikemudian hari. tapi membuang mereka sama dengan menghimpun kekuatan destruksi nan tak terampunkan di kemudian hari. Dompet Dhuafa, lewat LPI, mencoba mengatasi hal itu dengan membangun Sekolah SMART Ekselensia. Gedung dan lahan SMART Ekselensia pada awalnya dibangun Dompet Dhuafa dengan dana zakat, infaq, dan sedekah. secara bertahap dana ZIS tersebut di alihkan menjadi wakaf yang di himpun oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI).9
8 9
Media Tabung Wakaf Indonesia Edisi 05, Tahun 1431 H, h.7 Majalah Wakaf, Edisi Ramadhan 1431 H. h.11
45
Lembaga Pengembangan Insan (LPI), adalah titik terkini dari segenap ikhtiar panjang sejak 1993. beban berat LPI membekali generasi, perlu disokong jika dana wakaf uang tunai anda lewat Tabng Wakaf Indonesia (TWI) LPI sejak beberapa tahun ini melayani dari sebatas menyantuni yang papa dengan biaya studi, sampai biaya bebas biaya. Ada 3 (Tiga) program utama LPI, yaitu SMART Ekselensia Indonesia, Beastudi Etos, serta Makmal Pendidikan. SMART Ekselensia Indonesia yang beralamat di Jl. Raya ParungBogor KM.42 Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Ini merupakan sekolah akselerasi bebas biaya tingkat SMP-SMA, sekolah ini merupakan sekolah unggulan (khusus laki-laki) yang siswanya merupakan hasil seleksi ketat dari seluruh Indonesia. Pendidikan sekolah menengah yang biasanya ditempuh selama 6 tahun disini diselesaikan hanya dalam 5 tahun. Sekolah ini diperuntukkan untuk anak-anak dengan prestasi akademik yang cemerlang namun memiliki keterbatasan dalam hal ekonomi, oleh karena itu selama menempuh pendidikan disini anak-anak tersebut tidak dipungut biaya sepeser pun, mulai dari asrama, makan, perlengkapan sekolah, dll. Sekolah ini berada di bawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa bertempat di Jampang, Bogor. Sekolah yang baru berdiri tahun 2004 ini kini sudah bersertifikat internasional dan berakreditasi 'A'. Berbagai prestasi dari mulai tingkat daerah, nasional, dan multinasional telah diraih. Semua alumninya kini
46
melanjutkan di beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia dan bahkan di luar negeri. Anak-anak yang berhasil melewati berbagai tahapan tes dan kemudian bersekolah disini merupakan anak-anak pilihan. Mereka berasal dari berbagai daerah di seluruh nusantara, dari Sumatera hingga Papua, bibit-bibit unggul dari berbagai provinsi, para calon pemimpin bangsa. Adapun tes untuk bisa bersekolah disini antara lain: seleksi nilai rapot dari kelas 4 sampai 6 SD, kemudian tes tulis, lalu wawancara, dan yang terakhir home visit (untuk memastikan bahwa yang diterima masuk sekolah ini adalah memang yang benar-benar membutuhkan). Penerima manfaat SMART adalah sebanyak 236 anak dari 27 provinsi. SMART EL sudah meluluskan dua angkatan, pada 2009 dan 2010. seratus persen alumninya lolos PTN terakreditasi di Indonesia. Alumni
angkatan
pertama,
M.Syukron
Ramdhani
berkesempatan
mengikuti pertukaran pelajar selama satu tahun ke Belgia melalui program AFS, Agustus 2009 hingga Juli 2010. Awal Agustus 2010, Ahmad Darmansyah siswa kelas 3 SMP SMART EL, berhasil meraih medali emas pada Olimpiade ains Nasional ke 1X untuk bidang biologi.10 Sistem pendidikan di SMART Ekselensia memiliki ciri khusus yakni penerapan kegiatan terpadu antara sistem pendidikan di sekolah dan pendidikan di asrama. Sistem pendidikan di sekolah terdiri atas kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Sedangkan di asrama meliputi program pengembangan diri (seperti public speaking, dll). Selain prestasi
10
Data SMART Ekselensia 2010. h.2
47
akademisnya yang terus digenjot, disini diberikan pula pendidikan agama yang baik (Bahasa Arab, Tahfidz Quran, dll). Yang jadi nilai lebih dari SMART adalah 3 M yang diterapkan cukup ketat di lingkungan sekolah, Yakni; Model, Monitoring dan Motivasi. konsep ini diterapkan untuk membangun generasi yang tidak saja cerdas, pintar, tetapi juga berakhlak mulia. maka contoh yang baik dari guru, staf dan individu yang terlibat didalam Smart sangat ditekankan.11
2. Visi dan Misi SMART Ekselensia a. Visi Menjadi lembaga terbaik dan terdepan dalam mengembangkan masyarakat marginal melalui model pendidikan berkualitas. b. Misi 1) Merancang dan meyelenggarakan model program pendidikan berkualitas 2) Membangun karakter dan mengoptimalkan potensi masyarakat marginal 3) Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat 4) Membangun dan mengoptimalkan jaringan 5) Mengawal implementasi kebijakan pemerintah terkait pndidikan berkualitas untuk masyarakat marginal.
11
Wawancara Pribadi dengan “Latifah Faray” Kepala sekolah SMART Ekselensia, Bogor, 04 April 2011
48
3. Program SMART Ekselensia SMART Ekselensia Indonesia ini dibawah naungan Lembaga Pengembangan insani (LPI), yang merupakan Jejaring Dompet Dhuafa (DD), yang berkhidmat di bidang pendidikan. dengan melalui lima Program utama, yaitu: a. Beastudi Etos Beastudi Etos adalah beasiswa investasi SDM yang mengelola biaya untuk pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta pendampingan mahasiswa. b. Makmal Pendidikan Makmal Pendidikan adalah sebuah laboratorium pendidikan yang berusaha menjawab kebutuhan peningkatan kualitas guru dan sekolah melalui pelatihan guru, pendampingan sekolah, dan forum Sahabat Guru Indonesia (SGI). c. SMART Ekselensia Indonesia SMART Ekselensia Indonesia (SMART El) adalah sekolah menengah berasrama, bebas biaya, akseleratif (5 tahun SMP-SMA), dan terakreditasi A. didedikasikan untuk anak-anak dhuafa berfrestasi dari seluruh Indonesia. d. School Social Responsibility (SSR) School Social Responsibility (SSR) adalah program kepedulian sosial yang berkesinambungan dari semua level sekolah (TK hingga SMA). Kontribusi yang diberikan dapat berupa dana, perlengkapan sekolah, kerelawanan, dan berbagi pengetahuan (sharing knowledge).
49
hasil dari program ini adalah terwujudnya Sekolah Desa Produktif (SDP) dikawasan marginal sebagai pusat kegiatan pengembangan potensi dan revitalisasi desa. e. Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI) Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI), adalah sekolah guru non formal yang fokus pada peningkatan kapasitas SDM guru. SGEI ingin melahirkan guru-guru model yang memiliki karakter pemimpin. bestudi penuh lima bulan, dilengkpi program pembinaan karakter keguruan, kompetensi mendidik dan mengajar, serta kepemimpinan sosial. selanjutnya, para siswa SGEI akan ditempatkan selama satu tahun di sekolah-sekolah dampingan Makmal seluruh Indonesia.12
12
Data SMART El 2010
BAB IV PENGELOLAAN WAKAF TUNAI PADA TABUNG WAKAF INDONESIA UNTUK PEMBERDAYAAN BIDANG PENDIDIKAN
A. Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Tabung Wakaf Indonesia dalam Penghimpunan Dana dan Pendistribusian Ada
dua
unsur
dalam
pengelolaan
wakaf
tunai,
yaitu:
Fundraising/penghimpunan dana dan pendistribusian/pemberdayaan. Menurut Hendra Jatnika, Strategi yang dilakukan TWI dalam pemberdayaan dana wakaf yang dihimpun itu dialokasikan untuk kepentingan social seperti pembiayaan LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma), SMART El dan Wisma Mualaf dan lain-lain. Kemudian strategi yang digunakan dalam penghimpunan dana oleh TWI adalah dengan cara sosialisasi, ada 2 (dua) strategi yaitu tulisan dan diskusi. strategi melalui tulisan yaitu seperti Brosur, News letter, Wibesite, Iklan, Counter, dll. sedangkan yang melalui diskusi yaitu, Seminar, persentasi, pengajian, diskusi. dua inilah yang digunkan dalam penghimpunan wakaf uang tunai oleh TWI.1 Dalam penghimpunan dan pendistribusian Wakaf Uang Tunai pada awalnya Tabung Wakaf Indonesia masih menginduk kepada Dompet Dhuafa. kemudian seiring berjalanya waktu TWI memulai untuk bekerja sendiri dengan membuat program dan strategi baru, yaitu dengan wakaf produktif. 1
Wawancara pribadi “Mariana ulfa” Finance & Acc TWI, Jakarta: 07 April 2011
50
51
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan. donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. surplus wakaf produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan dan pelayanan kesehatan berkualitas. Berikut Skema Pengelolaan Dana Wakaf TWI
Donasi
Sekolah
Klinik Aset Sarana Property Sarana Produksi Sarana Perdagangan
Serplus
Dapur Umum
Masjid
1. Fundraising/Penghimpunan Dana Sebagai lembaga yang bergerak di bidang filantropi, TWI dipastikan turut serta dalam penggalangan dana. Untuk memudahkan penjaringan dana, TWI menawarkan berbagai produk antara lain Wakaf untaian kasih, wakaf rindu ilahi, wakaf naungan ilahi, dan wakaf syukur nikmat. Dalam hal ini, TWI tidak memberikan batasan minimal seseorang
52
untuk berwakaf. Hanya saja, jika jumlah wakaf kurang dari satu juta, maka wakif tidak berhak mendapatkan sertifikat wakaf tunai (SWT). Banyak yang digunakan oleh TWI dalam rangka menjaring dana dari para dermawan. Hasil wawancara dengan Hendra Jatnika, devisi fundrising TWI, mengungkap sejumlah cara yang pernah dilakukan TWI dalam menggalang dana, antara lain: a. Membangun citra positif (News Letter) Cara yang dilakukan adalah dengan membuat laporan keuangan yang baik. Agar donatur loyal, cara yang ditempuh TWI adalah membuat laporan periodik 3 bulan sekali dalam bentuk majalah ditambah lagi dengan laporan Dompet Dhuafa dan konsolidasi. Namun, tidak dipungkiri bahwa kepercayaan donatur menyalurkan dananya kepada TWI tidak lepas dari nama besar Dompet Dhuafa. b. Website Dalam dunia yang serba cepat dan instan, informasi yang akurat dan mudah diakses merupakan salah satu kebutuhan penting. Untuk itu, penyajian informasi di dunia maya menjadi pilar penunjang untuk membangun kepercayaan masyarakat. TWI juga telah melakukan hal tersebut. Melalui websitenya, TWI berusaha memberikan informasi seakurat mungkin tentang konsep wakaf, khususnya wakaf kontemporer, dan juga laporan dana yang masuk serta distribusinya. Dengan begitu, masyarakat akan mudah mengetahui perkembangan wakaf modern dan penggunaan dana yang mereka serahkan.
53
c. Silaturrahmi Program ini dinilai efektif karena dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara pengelola wakaf dan para donaturnya. Sayangnya, kegiatan ini tidak dilakukan untuk keseluruhan wakif. Hanya para donatur besar saja yang diprioritaskan dalam silaturrahmi. Hal ini disebabkan kurangnya waktu luang yang dimiliki para pengelola TWI yang memang jumlahnya masih terbatas. d. Media Republika Karena TWI merupakan satu bagian jejaring Dompet Dhuafa Republika, maka promosi melalui media massa Harian Republika menjadi hal yang wajar dan mudah. Pembaca Republika yang terdiri dari berbagai kalangan merupakan modal tersendiri bagi TWI untuk menawarkan berbagai programnya. Selain itu, TWI juga bekerja sama dengan Pertamina untuk memasang spanduk di beberapa pos pengisian bahan bakar. TWI juga menjalin komunikasi dengan masyarakat melalui media Majalah Tabung Wakaf yang telah terbit sebanyak lima edisi. Namun karena pertimbangan teknis, saat ini majalah tersebut tidak lagi terbit karena langsung menyatu dengan majalah Dompet Dhuafa yang bernama majalah Sakinah. e. Audit Baik internal maupun eksternal setiap tahun. Saat ini, audit eksternal dilakukan oleh Grand Tonton. Sebelumnya, auditor TWI (dan Dompet Dhuafa secara keseluruhan) adalah Amir Abadi Yusuf selama 10 tahun (2x5 tahun). Adapun audit internal dilakukan sendiri oleh
54
manajemen Dompet Dhuafa dan TWI. Audit yang transparan dan akuntabel diakui dapat memberikan pencitraan amanah bagi TWI. Sebagai efek positifnya, kepercayaan masyarakat, khususnya para donatur dan calon donatur, akan meningkat sebagaimana tercermin dalam jumlah dana filantropi yang diterima oleh TWI yang selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. f. Wakif Gathering dan Program Launching Wakif gathering adalah sebuah acara yang dirancang untuk media komunikasi antara TWI dan donatur, sekaligus sebagai wahana bertemunya para donatur. Acara ini juga diharapkan dapat mendekatkan emosi antara pengelola dan para dermawan. Acara ini kadang dikemas bersamaan dengan peluncuran produk baru TWI yang membutuhkan perhatian dan dukungan dana dari para donatur. Sayangnya, kegiatan ini tidak berjalan sesuai rencana karena para wakif tidak semuanya dapat hadir yang disebabkan oleh kesibukan mereka. g. Retail Maksudnya adalah pihak TWI mendatangi kantor-kantor untuk menawarkan sebuah acara yang dikemas dalam pengajian atau pelatihan. Tujuannya tidak lain adalah diseminasi wakaf dan penjaringan donatur baru. h. Pembukaan counter di mal Kegiatan ini biasanya dilakukan pada even-even tertentu, mislanya bulan
ramadhan.
Tujuannya
tidak
sepenuhnya
ditujukan
untuk
penggalangan dana, namun lebih ditekankan kepada upaya promosi TWI
55
kepada khalayak ramai secara langsung dengan membagikan brosur dan penyediaan meja informasi. i. Program Radio Trijaya FM Kegiatan ini dilakukan untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat melalui media radio. Kegiatan ini biasanya hanya dilakukan selama bulan ramadhan. j. Penyebaran brosur Kegiatan ini pernah dilakukan di bundaran HI oleh relawan gerakan wakaf. Mereka juga tidak segan menyebar brosur di bis ataupun kereta. k. Penjaringan dana Corporate Social Responsibility (CSR) Mengingat potensi CSR di setiap perusahaan cukup besar, TWI tidak ketinggalan mengajukan beberapa program untuk mendapat dana sosial perusahaan tersebut.2 Dalam penghimpunan dana wakaf uang menerapkan skema bank syari‟ah hanya sebagai kasir Tabung Wakaf Indonesia yang dihimpun pada rekening Dompet Dhuafa. Dana wakaf yang dihimpun dikelola langsung oleh Tabung Wakaf Indonesia. Dalam penghimpunan dana melaui lembaga keuangan ini setiap tahunnya mengalami peningkatan seperti dapat dilihat pada Tabel di bawah ini, dalam laporan Penghimpunan dana Wakaf Tahun 2005-2010. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan wakif/donator dalam menyalurkan dananya pada Tabung Wakaf Indonesia.3 2 3
Wawancara Pribadi “ Hendra Jatnika” Manager Fundraising, Jakarta: 26 April 2011 Sumber: Laporan Keuangan Dompet Dhuafa, 2005-2010
56
TAHUN
BII
BSM
BNI
DANAMON
TOTAL
2005
2.000.000
294.636.420
220.423.174
-
517.059.594
2006
-
708.166.191
82.809.000
245.618.500
1.036.593.691
2007
3.560.000
739.377.500
180.689.174
254.690.000
1.178.316.674
2008
8.340.000
1.384.465.445
291.514.032
339.970.959
2.024.290.436
2009
2.550.000
623.779.250
329.525.730
341.098.000
1.296.952.980
2010
16.450.000
3.750.424.806
1.104.961.110
1.181.377.459
6.053.213.375
2. Pendistribusian Dana Wakaf Tunai Tabung Wakaf Indonesia Tabung Wakaf Indonesia memiliki strategi pendayagunaan dalam mendistribusikan dan mendayagunakan dana wakaf yang berhasil dihimpun. pendayagunaan dan penyaluran hasil pengumpulan wakaf untuk dihimpun dan dilakukannya pemberdayaan serta pemanfaatan berdasarkan dengan undangundang No. 41/2004 Tentang Wakaf. Tujuan akhir dari program wakaf produktif yang TWI kelola adalah bagaimana surplus wakaf dapat dirasakan manfaatnya oleh para mauquf „alaih (penerima manfaat). berikut perolehan surplus wakaf dari beberapa asset yang dikelola Tabung Wakaf Indonesia pada tahun 2010, yang mana surplus dari asset tersebut di salurkan untuk para mauquf „alaih.4
4
Media Tabung Wakaf Indonesia, Edisi 05, tahun III 1431 H.
57
LAPORAN PEROLEHAN SURPLUS WAKAF TWI S/D APRIL 2010 NO
ASET WAKAF
JUMLAH SURPLUS
1
Wakaf Saham
Rp 1.300.000,-
2
Ternak Kambing
Rp 4.972.600,-
3
Wakaf Rumah Bapak Hirawan
Rp 4.000.000,-
4
Kopontren Nusya
Rp 9.781.689,-
5
Kebun Coklat & Kelapa
Rp 14.175.000,
6
Ruko Mekarsari
Rp 20.000.000,-
JUMLAH
Rp 54.229.289,-
Pengaliran surplus wakaf TWI kepada mauquf „alaih meliputi beberapa program, selain untuk pendidikan diantaranya untuk program kesehatan, dengan bekerjasama dengan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), dan untuk bidang sosial (Wisma Muallaf, Rumah Cahaya, dan Pembangunan Masjid dan lain sebagainya). a. Bidang Kesehatan Melihat tingginya kebutuhan kaum dhuafa akan layanan kesehatan yang brmutu dan memadai, TWI menyalurkan surplus wakaf untuk program kesehatan yang bekerja sama dengan Layanan Kesehatan CumaCuma (LKC)-Dompet Dhuafa Republika. Layanan kesehatan gratis ini didirikan tanggal 6 November 2001 bertempat di Ciputat Tanggerang Banten. Klinik kesehatan ini dibangun Dompet Dhuafa bertujuan untuk membantu kaum dhuafa di bidang layanan kesehatan tanpa memungut biaya sepersen pun. Tercatat pada periode 2007-2008, LKC telah melakukan layanan medis kepada 56.000 jiwa atau 11.000 kepala keluarga. Sejak berdiri tahun 2001, klinik
58
kesehatan yang dibeli dari wakaf uang ini sampai bulan Mei 2009 LKC sudah mempunyai peserta lebih dari 11.638 kepala keluarga yang memperoleh layanan kesehatan gratis. Setiap harinya, LKC melayani 70200 orang perhari. Sumber dana LKC ditanggung sepenuhnya oleh Dompet Dhuafa yang bersumber dari zakat, infak, dan sedekah serta wakaf uang menghabiskan biaya operasional sebesar 4,8 milyar rupiah untuk tahun 2007 dan 5,5 milyar rupiah untuk tahun 2008. Unit kesehatan gratis ini dibantu oleh 5 unit ambulan yang merupakan sumbangan dari beberapa perusahan, laboratorium, ruang rawat inap di gedung yang berlantai empat. Untuk dapat menjadi anggota di LKC adalah orang miskin yang dibuktikan dengan surat keterangan miskin dari RT dan Kantor Lurah. Kemudian LKC akan melakukan Survei ke lapangan membuktikan apakah calon anggota memenuhi standar dhuafa yang ditetapkan LKC. Lembaga ini sudah melayani pasien dari kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi bahkan dari Tasikmalaya. Dalam hal wakaf uang, LKC berperan sebagai objek wakaf uang, berapapun nilainya, dikelola untuk membantu kaum miskin di bidang kesehatan. Besarnya wakaf uang yang ditawarkan LKC terdiri dari dua jenis yaitu wakaf uang atas nama dengan nilai 5 juta rupiah, dan wakaf uang atas unjuk dengan nilai nominal 1 juta rupiah. Menurut Ayu Yudistira seperti yang dikutip Muhammad Rofiq, pejabat Hubungan Masyarakat LKC, wakaf uang berfungsi untuk menggerakkan dan mengembangkan LKC. Itu merupakan bantuan alternatif untuk fakir miskin.
59
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, LKC mempunyai program, yaitu Pertama, LKC bermitra dengan masjid untuk mendirikan Pos Sehat (PS). Saat ini sudah ada 14 buah masjid di Jabodetabek yang mempunyai layanan Pos Sehat. Bentuknya adalah pengobatan gratis untuk dhuafa di setiap masjid dengan pihak masjid sebagai penyelenggaranya. Selanjutnya, pemberdayaan Posyandu. Ada empat lokasi yang sudah terbentuk, yakni wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Bekasi, dan wilayah Jakarta Timur. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, LKC juga melakukan pembinaan RW Siaga. Bantuknya adalah pendampingan masyarakat, menumbuhkan kelembagaan lokal yang peduli kesehatan serta membentuk Nursing Center. Target program ini adalah menumbuhkan semangat kerelawanan di setiap jiwa masyarakat. Kedua, Kemitraan Korporat, LKC telah membentuk Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat (PKJM) dan Pusat Kesehatan Paru Masyarakat (PKPM) di Aceh Utara. Mitra yang terlibat adalah dinas Kesehatan dan Exxon Mobil Oil. Selain itu, LKC melakukan kapasitas building Puskesmas di Kabupaten Bojonegoro bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Mobil Cepu Ltd. Ketiga, Pembiayaan pasien penyakit berat, LKC mengajak lembaga-lembaga untuk menjadi donatur bagi pasien penyakit berat dan menerima sumbangan alat medis. Disamping itu, LKC juga bertindak sebagai fundraiser untuk biaya operasional dalam bentuk infak dan program-program lainnya sebagai dana cadangan dan kesejahteraan karyawan. Keempat, Bakti sosial masyarakat, bekerja sama dengan PT PPA, Tip-Top dalam kegiatan poli umum, gigi, gizi, spesialis anak, penyakit dalam, bedah, dan kebidanan.
60
Pada tahap selanjutnya, TWI Dompet Dhuafa merancang program pendirian Rumah Sehat Terpadu (RST) sebagai model pelayanan kesehatan masyarakat dhuafa terpadu. Sehingga dalam jangka panjang, Dompet Dhuafa Republika berencana untuk terus memperluas layanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Indonesia. Investasi wakaf untuk pengadaan sarana layanan kesehatan yang dilakukan TWI ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh negaranegara Islam lainnya seperti di Mesir dan Arab Saudi, Yordan, dan Bangladesh, kementrian wakaf di negera-negara ini mendirikan sarana pendidikan, asrama mahasiswa, dan rumah sakit. Semua itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b. Bidang Sosial Surplus wakaf dari TWI juga disalurkan dalam bentuk program karitas/ bantuan sosial bagi mereka yang membutuhkan. Untuk pelayanan di bidang sosial, TWI menyalurkan wakaf uang untuk wisma mualaf, rumah cahaya, dan pembangunan masjid. 1) Wisma Mualaf Wisma Mualaf didirikan di Bintaro Utara, merupakan wakaf nontunai yang dipercayakan seorang wakif kepada TWI. Program ini bertujuan ini untuk membantu para mualaf, yang diresmikan tanggal 30 Agustus 2008 bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1429 H. Program ini merupakan kerja sama Dompet Dhuafa dengan TWI dan Yayasan Ariematea. Sejak diresmikan, wisma ini telah berfungsi sepenuhnya sebagai tempat tinggal sekaligus pembinaan bagi para
61
mualaf. Para mualaf yang tinggal ditanggung kebutuhan rohani dan jasmaninya oleh wisma. Sekeluar dari wisma diharapkan mereka menjadi diri dan da‟iyah yang mandiri, kokoh akidah, teguh menegakkan syari‟at, dan mulia dalam berakhlak. Menurut Dzulkifli Nur, Kepala Wisma Mualaf, wisma saat ini telah menampung enam mualaf. Selain kebutuhan dasar, para mualaf juga dibekali berbagai ketrampilan (ekstrakurikuler) seperti pelatihan computer, pijat refleksi, dan thibbun nabawi, ketrampilan lain seperti memasak dan menjahit juga diberikan kepada mereka. selain kebutuhan-kebutuha yang bersifat jasmani, para mualaf juga secara intensif dibekali ilmu akidah, akhlak dan syari‟at Islam. Saat ini, TWI telah menerima wakaf berupa dua buah sarana usaha yakni sebuah mesin obras dan mesin bordir, yang diserahkan tanggal 22 Januari 2009. Mesin ini disalurkan untuk memperlancar program pelatihan keterampilan usaha konveksi di wisma mualaf. 2) Rumah Cahaya Rumah Cahaya Depok (RCD) berdiri tahun 2004 atas kerja sama Dompet Dhuafa dengan Forum Lingkar Pena (FLP). RCD didedikasikan bagi masyarakat umum untuk mendapatkan sumber bacaan bermutu dan bermanfaat. Perpustakaan sekaligus pusat karya tulis. Anak-anak dan remaja kaum tak berpunya bisa menikmati bacaan berkualitas sekaligus mengasah kemampuan menulisnya. Sejauh ini, mayoritas pengunjungnya adalah anak-anak pelajar SD, SMP,
dan
SMU.
Awalnya,
untuk
biaya
operasional,
RCD
62
menyewakan lantai 2 gedung RCD ke FLP, yang memanfaatkannya sebagai Kantor Redaksi Penerbit Lingkar Pena Publishing House (LPPH). Dengan sewa Rp 500 ribu/bulan (2004), Rp 600 ribu/bulan (2006), dan Rp 750 ribu/bulan (2007). LPPH juga menanggung biaya listrik, air dan telepon. Di samping itu, RCD juga mendapat pemasukan dari program-program yang dibiayai oleh donatur atau sponsor. Namun, sejak LPPH keluar akhir tahun 2007, RCD mulai kesulitan dana. Zaim Saidi, Direktur TWI berpendapat, untuk mendapat dana rutin sebagian lahan dan gedung yang “tidur” dulu disewakan untuk LPPH dan toko buku yang juga tutup, dimaksimalkan untuk program produktif dengan sistem sewa. TWI menjadikan Rumah Cahaya sebagai salah satu program pengembangan wakaf terpadu. yakni program wakaf dengan memadukan aset sosial dan aset produktif. Aset sosial yakni Rumah Baca yang dikelola oleh FLP yang posisinya berada di lantai dua dan aset produktifnya adalah properti berupa ruko yang disewakan kepada pihak ketiga. Kemudian surplusnya digunakan untuk menyokong aset sosial yang ada di atasnya. 3) Pembangunan Masjid Program Wakaf untuk masjid di TWI dilakukan dengan menyalurkan dana wakaf yang diterima dari masyarakat yang meminta dana wakafnya disalurkan untuk rumah ibadah. Pada dasarnya, TWI tidak menghimpun dana wakaf secara khusus untuk wakaf masjid karena hal itu dapat dilakukan oleh masyarakat secara mudah. TWI
63
hanya menyalurkan dana wakaf kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan pembangunan masjid tetapi sangat kesulitan mencari sumber dana. Dana wakaf telah disalurkan TWI untuk pembangunan masjid adalah untuk bantuan pembangunan masjid di Maumere Nusa Tenggara Timur sebesar Rp 37.512.000,00 pada bulan Juli 2008, dan pembangunan Masjid al-Wafa di Yogyakarta, Rp454.767.200,00. Namun, penyaluran dana wakaf untuk pemberdayaan masjid yang sudah ada TWI sudah menyusun program berupa masjid mandiri dalam bentuk pembangunan unit usaha di masjid. Namun, program itu tidak mendapat persetujuan dari Dompet Dhuafa, sehingga program masjid mandiri tidak dapat dilaksankan. B. Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Untuk Pemberdayaan Pendidikan Untuk program pendidikan, TWI mengalirkan manfaat wakaf melalui SMART Ekselensia Indonesia (SMART EI). SMART EI merupakan sekolah akselerasi (percepatan) jenjang SMP dan SMA. Siswa yang bersekolah di sini adalah hasil seleksi dari seluruh Indonesia. Mereka yang lolos seleksi adalah anak-anak yang cerdas namun berasal dari keluarga dhuafa. SMART Ekselensia yang berdiri tahun 2003 merupakan bagian dari manajemen program Lembaga pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa Republika, mempunyai visi menyelenggarakan model pendidikan menengah lima tahun, bebas biaya, berasrama dan akseleratif. Smart Ekselensia Indonesia ini didesain dengan sistem pendidikan unggul dengan misi melahirkan manusia belajar yang berbudi mulia, mandiri, dan
64
berprestasi serta berjiwa sosial. Menurut ibu Lathifah faray, kepala sekolah Smart Ekselensia Indonesia, saat ini sekolah menampung 175 siswa dari 20 propinsi yang berasal dari keluarga tidak mampu. Program pendidikan gratis di sekolah smart ekselensia yang dibeli dari wakaf uang pada tahun 2003 ini, cenderung dikelola dalam bentuk wakaf sosial. Untuk itu bentuk pengelolaan wakaf seperti ini lebih tepat disebut sebagai wakaf sekolah melalui uang, bukan wakaf uang, karena wakaf uang pengelolaannya harus produktif, menghasilkan keuntungan yang akan disalurkan ke mauquf „alaih. oleh karena itu dalam pengelolaan wakaf sosial untuk pendidikan ini relatif berat, karena akan terus menyerap biaya. Untuk itu dalam pengelolaanya, Tabung Wakaf Indonesia mempadukan antara wakaf sosial dengan wakaf produktif. yang mana surplus dari wakaf produktif ini akan disalurkan untuk oprasional pendidikan.5 Aset wakaf yang saat ini akan dikembangkan untuk pendidikan adalah asset wakaf di sekitar komplek Countrywood, Ciputat, Tanggerang Selatan. Lapangan Futsal, kantin dan kawasan pertokoan insya Allah akan didirikan di atas lahan ini. Area ini akan bernama “Countrywood Waqf Junction.” Keputusan optimalisasi asset wakaf untuk lapangan futsal, kantin dan pertokoan ini tetap melalui analisis bisnis komprehensif. Analisis lokasi yang strategis (antara Ciputat dan Bintaro), radius di bawah 1 kilometer belum ada lapangan futsal, analisis pasar, ramai penduduk dan usia remaja, serta analisis keuangan yang diperkirakan dapat memberikan 5
Wawancara Pribadi dengan “Lathifah Faray” Kepala Sekolah SMART Ekselensia.Jakarta: 04 April 2011
65
profit sekitar 26 juta rupiah dalam 1 bulan dan rate keuntungan sekitar 20,5% per tahun atau sekitar 1,71% per bulan. Titik impas pun insya Allah akan dicapai dalam tempo 4 tahun 10 bulan. TWI sebagai lembaga yang harus menjaga nilai asset wakaf tidak turun dan dapat memberikan keuntungan dari setiap asetnya tentunya perlu ekstra hati-hati dalam mengoptimalkan asset wakaf dan dana wakaf yang dipercayakan masyarakat. Manfaat asset atau profit di atas tentunya tetap akan dibagi hasil dengan pihak pengelola futsal. Dalam hal ini TWI berupaya professional sebagai pemilik property, sedangkan konten bisnis dan usaha yang menggunakan property tersebut akan dijalankan oleh pihak luar yang professional. Manfaat wakaf atau profit yang didapat setiap bulan akan disalurkan untuk pendidikan bagi anak-anak dan siswa tidak mampu. Dalam hal ini TWI akan bekerja sama dengan sekolah SMART Ekselensia Indonesia, sekolah gratis berkualitas yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani. TWI memilih bekerja sama dengan SMART Ekselensia Indonesia karena telah teruji menjadi model sekolah berkualitas yang dapat memproses siswa dari kaum marjinal dari seluruh Indonesia menjadi siswa berprestasi dan percaya diri dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Artinya, sekolah ini tidak hanya menjadi sekedar sekolah gratis atau sekedar sekolah biasa saja, namun telah mampu memberikan harapan dan kesempatan bagi siswa tidak mampu untuk merubah nasib diri, keluarga dan lingkungan masyarakatnya kelak.6 6
Wawancara Pribadi dengan “Parmuji Abbas” Menejer Oprasional TWI. Jakarta :21 Maret 2011
66
C. Kontribusi Tabung Wakaf Indonesia untuk Bidang Pendidikan (SMART Ekselensia Indonesia) Kontribusi Tabung Wakaf Indonesia dalam memberdayakan bidang pendidikan melalui SMART Ekselensia awalnya berupa fisik yaitu berupa lahan dan gedung, tetapi saat ini Tabung Wakaf Indonesia sudah mulai memproduktifkan asset-aset yang ada untuk oprasional Pendidikan yaitu SMART Ekselensia. Pada awalnya gedung dan lahan SMART Ekselensia dibangun dengan dana zakat infak sedekah. Secara bertahap dengan sistem terhutang, dana zis dari holdingnya Dompet Dhuafa dikembalikan oleh Tabung Wakaf Indonesia. Selain itu, untuk operasional SMART, TWI Berencana Memproduktifkan asset wakaf di sebuah kawasan niaga sekitar ciputat. diatas asset wakaf tersebut akan dibangun Countrywood Waqf Junction (CWJ), surplus wakaf dari CWJ inilah yang dialokasikan untuk Oprasional SMART Ekselensia. Perolehan dari dana Wakaf yang telah dikumpulkan TWI, dalam penyaluran dan pendayagunaan dana tersebut untuk bidang pendidikan (SMART Ekselensia Indonesia), dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
.
NO Penerima wakaf untuk pendidikan
Jumlah
1.
Pembelian tanah dan bangunan SMART El
6.800.000,000
2.
Bea pajak, Sertifikat, dan balik nama
3.
Oprasional
2.552.891.615
Jumlah
9.827.624.315
474.732.700
67
dapat kita lihat pada tabel di atas, bahwa tanah dan bangunan SMART Ekselensia di beli oleh dana wakaf tunai dengan senilai Rp. 6.800.000.000., untuk bea pajak, sertifikat dan balik nama senilai Rp. 474.732.700., dan untuk oprasionalnya Rp. 2.552.891.615., jumlah yang di keluarkan oleh Tabung Wakaf Indonesia untuk pendidikan yaitu SMART Ekselensia sebesar Rp. 9.827.624.315 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada TWI dapat disimpulkan, dalam melakukan penghimpunan dana Wakaf Tunai, TWI sudah melakukan
strategi
manajemen
fundraising
dengan
baik,
dengan
menggunakan media kampanye melalui media elektronik, media masa, dan dakwah secara langsung kepada masyarakat. Manajemen pengerahan dana wakaf seperti ini berpengaruh positif terhadap peningkatan penghimpunan dana wakaf Tunai. Dari
pernyataan
ini
dapat
dipahami
bahwa
TWI
berusaha
mengumpulkan dana wakaf tunai, berapapun jumlahnya (meskipun yang berhak menerima sertifikat wakaf tunai hanyalah wakif yang menyerahkan dana minimal 1 juta) yang kemudian digabungkan untuk membeli aset wakaf baru seperti yang saat ini sedang dilakukan TWI.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah pemaparan yang mendalam dan luas dalam beberapa bab sebelumnya, pada bagian ini akan ditarik beberapa kesimpulan penting antara lain sebagai berikut. 1. Pengelolaan Wakaf Tunai yang dilakukan TWI dalam penghimpunan dana yang digunakan adalah dengan cara sosialisasi, ada 2 (dua) strategi yaitu tulisan dan diskusi. strategi melalui tulisan yaitu seperti Brosur, News letter, Wibesite, Iklan, Counter, dan lain-lain. sedangkan yang melalui diskusi yaitu, Seminar, persentasi, pengajian, diskusi dan lain-lain. dan dalam pendistribusianya dialokasikan untuk kepentingan social seperti pembiayaan LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma), SMART El dan Wisma Mualaf dan lain-lain. 2. Dalam pengelolaan wakaf tunai untuk pendidikan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mempadukan antara Wakaf sosial yang terus menyerap biaya dengan wakaf produktif, yang mana hasil surplus dari wakaf produktif tersebut untuk menopang wakaf sosial. sehingga wakaf tunai itu bisa dijamin kejariahannya. 3. Kontribusi Tabung Wakaf Indonesia dalam memberdayakan bidang pendidikan melalui SMART Ekselensia awalnya berupa fisik yaitu berupa lahan dan bangunan, dan saat ini Tabung Wakaf Indonesia mulai merealisasikan pembangunan asset wakaf produktif berupa lapangan futsal
68
69
yang ada didaerah ciputat, yang mana surplus dari asset ini untuk oprasional pendidikan yaitu SMART Ekselensia. Memperhatikan metode yang TWI terapkan, nampaknya prinsipprinsip good governance telah dilaksanakan dengan baik, antara lain prinsip transparansi dengan menyajikan laporan keuangan tiap bulannya, baik melalui website
atau
media
cetak,
dan
sistem
informasi
terbuka
dengan
mempublikasikan laporan keuangan melalui berbagai media. Dari penerapan ini masyarakat merasa aman dan percaya bahwa dana yang mereka serahkan kepada TWI tidak akan disalahgunakan dan akan dikelola secara professional, sebagaimana yang mereka ketahui dari sumber-sumber informasi yang disediakan untuk para donatur. B. Saran-saran Keselarasan antara Manajemen yang rapi dan teratur
dalam
Pengelolaan dana Wakaf dapat dijadikan pekerjaan terorganisir dengan baik, sehingga tidak ada penyimpangan serta salah dalam pendistribusian atau dalam upaya mendayagunaan Wakaf untuk pendidikan tersebut sebaik mungkin di masyarakat. Adapun saran-saran dari penulis sebagai berikut: 1. TWI harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam menghimpun dan mengelola dana wakaf, serta mendistribusikannya, khususnya dalam bidang pendidikan. 2. Pandangan masyarakat muslim di tanah air tentang wakaf uang masih sebatas bahwa wakaf berbentuk tanah dan bangunan. Karena itu, TWI harus melebarkan sayapnya untuk sosialisasi yang berkesinambungan
70
kepada masyarakat bahwa wakaf bisa dalam bentuk uang dan surat berharga. Bahkan menyalurkannya pun bisa menggunakan kartu kredit. 3. Bagi masyarakat yang mampu, diharapkan kesadrannya tentang arti pentingnya berwakaf sebagai tanggung jawab sosial. Dan untuk masyarakat yang menerima bantuan dana wakaf, diharapka dapat memanfaatkan dana yang sudah di berikan tersebut dengan sebaik mungkin, sehingga untuk tahun kemudian tidak hanya menerima dana Wakaf, akan tetapi menjadi Wakif (pemberi wakaf). Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis utarakan, semoga saran ini menjadi sebuah kritik yang membangun guna meningkatkan masyarakat untuk berwakaf dan meningkatkan kinerja Tabung Wakaf Indonesia (TWI) kearah yang lebih baik. dan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf, H.M. Sobri. Ilmu Pendidikan, Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya 1999), Cet. 1 Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, Cet. Ke-9 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002 Bariadi, Lili et.al, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoonesia Dian, Prencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogya: Gajah Mada University Press, 1991, h.15 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengara haji. Pedoman Pengelolan &Pengembangan Wakaf. Jakarta: 2003 Direktorat pemberdayaan wakaf. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: 2006, cet. 3 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral BMI dan Penyelengaraan Haji. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia. Jakarta: 2005 Ekosusilo, Madya. Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Efhar Publishing, 1985 Fuad, Ihsan H. Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet.ke.3 Hitami, Munzir. Menggagas Kembali Pendidikan Islam, Yogyakarta: Infinite Press, 2004 Kabisi Al, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, Jakarta: IIMA,2003 Mahendrawati, Ninih dan Safei, Agus Ahmad, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung, Rosda Karya,2001, cet ke-1 Majalah Wakaf, Edisi 05, Tahun III 1431 H. Nasution ,Mustafa Edwin dan Hasanah, Uswatun. Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam. Jakart: 2006, cet.2 Poerwadinata, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991),cet.2
71
72
Pusdiklat Pegawai Depdiknas 2005, Manajemen Sekolah Rachmadi, Usma. SH, MH. Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: PT.Sinar Grafika,2009 Salim, Peter, Salim’s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Erlangga Sarbini Al, Muhammad Khatib, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut : Dar Ihya Al-Turas Al-Arabit,t.t). Juz.ll Strawaji, “Ruang Lingkup Pendidikan ,” artikel diakses pada 14 Juni 2009 dari http://starawaji.wordpress.com Su’ud, Muhammad Abu. Risalah fi Jaeazi Waqf al-Nuqud, (Beirut : Daar Ibn Hazm,1970) Sutisna Hendra, Fundraising Database, Depok: 2006, Cet 1 Ulfa, Farista Azmi. “Peran Dan Fungsi Pendidikan Dalam Perkembangan Anak,” artikel diakses pada 11 Desember 2008 dari http://albaiad.wordpress.com Wawancara Pribadi “Hendra Jatnika” Manager Fundraising Investasi TWI. Jakarta, 26 April 2011 Wawancara Pribadi “Mariana Ulfa” Manager Pengembangan Investasi TWI. Jakarta, 7 April 2011 Wawancara Pribadi dengan “Parmuji Abbas” Manager Oprasional TWI. Jakarta, 21 Maret 2011 Wawancara Pribadi dengan Hendra Jatnika. Manager Program dan Grant Management Tabung Wakaf Indonesia. Jakarta, 20 April 2011. Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqhu al-Islam Wa A’dilatuhu, Damsyik : Daar al-Fikr,1985, juz 7 ZulfikarPutra “Pengertian pengelolaan,” artikel diakses pada 28 Januari 2011 dari http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertianpengelolaan/#ixzz1I9KwZrTC
PANDUAN WAWANCARA Nama
: Mariana Ulfa
Jabatan
: Manajer Finance & Acc
Tempat
: Kantor Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
Tanggal : 07 April 2011 DAFTAR HASIL WAWANCARA 1. T: Kapan berdirinya Tabung Wakaf Indonesia? J: Berdiri pada tanggal 14 Juli 2005 dengan direktur pertama Pak Said, selanjutnya diteruskan oleh Pak Herman, Pak Zaim, dan sekarang Pak Veldy. 2. T: Apa Visi, Misi Dan tujuan didirikanya TWI? J: Visi dari Tabung Wakaf Indonesia adalah“ Menjadi lembaga unggul dalam membangkitkan peran wakaf sebagai donasi abadi dan pembangkit ekonomi umat” Adapun Misi Tabung Wakaf Indonesia adalah: a. Mendorong peran wakaf sebagai donasi yang memberikan manfaat mengalir abadi. b. Mendorong pertumbuhan ekonomi umat. c. Optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif. Sedangkan Tujuan Tabung Wakaf Indonesia adalah mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana
wakaf guna memenuhi tuntunan kebutuhan masyarakat sekaligus ikut mendorong pembangunan social dan pemberdayaan ekonomi. 3. T: Mengenai Pogram, program apa saja yang di tawarkan TWI ? J: TWI lebih menggedepankan wakaf produktif yg surplusnya nanti disalurkan untuk mauquf alaih exp: pendidikan, dan kesehatan dll. 4. T: Bagaimana system penghimpunan Wakaf Tunai di TWI? J: Dalam penghimpunan dana oleh TWI adalah dengan cara sosialisasi, ada 2 (dua) strategi yaitu tulisan dan diskusi. strategi melalui tulisan yaitu seperti Brosur, News letter, Wibesite, Iklan, Counter, dll. sedangkan yang melalui diskusi yaitu, Seminar, persentasi, pengajian, diskusi. dua inilah yang digunkan dalam penghimpunan wakaf uang tunai oleh TWI 5. T: Strategi apa yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam Pengelolaan Dana Wakaf Tunai? 1. J: Strategi yang dilakukan TWI dalam pemberdayaan dana wakaf tunai yang dihimpun itu dialokasikan untuk kepentingan social seperti pembiayaan LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma), SMART El dan Wisma Mualaf dan lain-lain. Kemudian strategi yang digunakan dalam penghimpunan dana oleh TWI adalah dengan cara sosialisasi, ada 2 (dua) strategi yaitu tulisan dan diskusi. strategi melalui tulisan yaitu seperti Brosur, News letter, Wibesite, Iklan, Counter, dll. sedangkan yang melalui diskusi yaitu, Seminar, persentasi, pengajian, diskusi. dua inilah yang digunkan dalam penghimpunan wakaf uang tunai oleh TWI
6.
T:Bagaimana
pengelolaan
pemberdayaan
dana
wakaf
tunai
khususnya
untuk
pendidikan?
J: Pengelolaan dana seluruhnya ada di bagian keuangan. Biasanya dana dari penerimaan wakaf tunai dikumpulkan hingga nantinya dapat digunakan untuk membangun/membeli aset yg produktif, yg surplusnya nanti disalurkan untuk mauquf alaih, salah satunya untuk bidang pendidikan. 7. T: Pola apa saja yang dilakukan TWI Dalam pendistribusian dana Wakaf Tunai tersebut? J: Setiap program surplusnya sudah di plot untuk kemana. Contohnya tanah di Ciputat yg selama ini disewa oleh tukang bambu, hasil sewa tersebut di peruntukan untuk pendidikan dengan perhitungan 50% mauquf alaih, 40% maintenance aset, dan 10% operasional kantor. Perhitungan ini berlaku untuk semua program. 8. T: Kontribusi apa saja yang di berikan TWI untuk SMART Ekselensia Indonesia? J: Pada awalnya gedung dan lahan SMART Ekselensia dibangun dengan dana zakat infak sedekah. Secara bertahap dengan sistem terhutang, dana zis dari holdingnya DD dikembalikan oleh Tabung Wakaf Indonesia. Selain itu, untuk operasional SMART, TWI Berencana Memproduktifkan asset wakaf di sebuah kawasan niaga sekitar ciputat. diatas asset wakaf tersebut akan dibangun Countrywood Waqf Junction
(CWJ), surplus wakaf dari CWJ inilah yang dialokasikan untuk Oprasional SMART Ekselensia. 9. T: Selain Wakaf Tunai, apa saja Jenis harta yang dihimpun di TWI? J: Selain Wakaf Tunai, Harta yg dihimpun TWI berupa uang tunai, emas (baik dalam bentuk perhiasan, emas batangan atau dinar), perak (dirham), juga ada yg berupa rumah & tanah 10. T: Apa faktor pendukung dan penghambat TWI dalam pengelolaan dana wakaf tunai tersebut? J: Faktor pendukung: wakaf tunai khususnya untuk wakaf produktif sangat berpotensi skali untuk membantu perkembangan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yg tidak mampu. Faktor penghambat: kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai wakaf produktif karena mereka selama ini lebih mengenal wakaf sosial (wakaf yg ditujukan untuk masjid, makam, dll)
Jakarta, 11 Maret 2011 Manager Finance & Acc,
Mariana Ulfa