EVALUASI MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DI DOMPET DHUAFA DALAM PEMBERDAYAAN UMMAT (Studi Pada Food Court Dompet Dhuafa Zambrud Bekasi)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : LUKMAN NUL HAKIM 1112046100064
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 1438 H/2016
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Lukman Nul Hakim
NIM
: 1112046100064
Jurusan
: Perbankan Syariah
Fakultas
: Syariah dan Hukum
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2.
Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, Februari 2016 Yang Menyatakan
Lukman Nul Hakim
iv
ABSTRAK
Lukman Nul Hakim, NIM 1112046100064. Evaluasi Manajemen Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H/2017M. Peneltian ini untuk mengevaluasi manajemen wakaf produktif dompet Dhuafa dalam pemberdayaan ummat, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen wakaf produktif yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, serta melakukan evaluasi terhadap manajemen wakaf produktif di Dompet Dhuafa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualiatif. Pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi terhadap manajemen wakaf produktif oleh Dompet Dhuafa. Adapun teknik pengelolaan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif yaitu, mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklarifikasinya serta mengevaluasi manajemen wakaf produktif di dompet dhuafa dalam pemberdayaan ummat. Hasil penelitian ini memperlihatkan manajemen wakaf produktif yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa terhadap salah satu aset wakaf produktifnya berupa food court. Untuk mengevaluasi manajemen wakaf produktif penulis melakukan observasi secara langsung ke tempat dimana aset wakaf itu berada. Hasilnya manajemen wakaf produktif di Dompet Dhuafa sangat jauh dari kata berhasil, sebab dari awal berdirinya food court sekitar tahun 2006 sampai saat ini hanya ada 1 pedagang saja yang menyewa dan memanfaatkannya. Seharusnya foodcourt tersebut mampu untuk menampung 5 pedagang bahkan lebih. Kata Kunci: Dompet Pemberdayaan Ummat.
Dhuafa,
Evaluasi,
Manajemen,
Pembimbing
: Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA.
Daftar pustaka
: Tahun 1990 s.d. Tahun 2015
v
Wakaf
Poduktif,
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Telah berakhir sudah perjuangan yang indah dan tak akan pernah peneliti lupakan di bangku kuliah ini. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik moril, kritik, saran, dorongan semangat, doa maupun pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. 2. Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen Pembimbing Akademik, A.M Hasan Ali, M.A. 3. Ketua Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adhitya Ginanjar, M.Si. 4. Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Abdurrauf, M.A. 5. Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fitri Damayanti, M.Si.
vi
6. Dosen pembimbing skripsi, Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA. yang tiada hentinya membimbing penulis dan berkenan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran demi terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih telah bersedia memberikan motivasi, tambahan ilmu, arahan dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. 7. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya. 8. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk melakukan studi kepustakaan. 9. Segenap jajaran direksi Dompet Dhuafa yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi disana. khususnya kepada Bapak Parmuji abbas selaku manajer operasional Dompet Dhuafa, mba mia , dan mba defit yang selalu memberikan informasi mengenai Dompet Dhuafa. 10. Kedua orang tua tercinta, Alm. Bapak Muhammad Sidiq dan ummi Asiyah yang senantiasa memberikan doa dan dorongan semangat tanpa henti kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, semoga karya ini dapat memberikan kebanggaan. Tidak lupa juga, kedua adik penulis, Muhammad Luthfi dan Ubaidillah, yang selalu menyemangati penulis agar mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Terima kasih kepada Khoirunnisa yang senantiasa memberikan dorongan semangat, memotivasi, mengingatkan penulis agar menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktu, bantuan, perhatian, hiburan dan doa yang diberikan kepada penulis hingga skripsi ini selesai. 12. Terimakasih kepada teman-teman One Vision Organize, peong, besek, wardoy, dadi, abang, eki, rois yang selalu memberi masukan dan dorongannya kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 13. Terimakasih kepada sahabat serta teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga persahabatan dan pertemanan kita tetap berlanjut sampai kita tua nanti.
vii
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal baik dan membalasnya lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, Februari 2017
Lukman Nul Hakim
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………………………. ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................ ii ABSTRAK ......................................................................................................................... v KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ................................................................................................ 6
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................................... 6
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
E.
Metode Penelitian ................................................................................................... 8
F.
Kerangka Teori dan Konseptual ........................................................................... 10
BAB II .............................................................................................................................. 17 TINJAUAN TEORITIS.................................................................................................. 17 A.
Evaluasi ................................................................................................................. 17 1.
Pengertian Evaluasi……………………………………………………………17
2.
Model-model evaluasi……………………… .................. …………………….18
3.
Tujuan Evaluasi…………………………………............................................. 20
B.
Pengertian Manajemen dan Aplikasinya di Dompet Dhuafa ................................ 20
C.
Konsep Wakaf ....................................................................................................... 24 1.
Pengertian Wakaf Secara Umum…………… .................................................. 24
2.
Pengertian Wakaf Produktif dan Aplikasinya di Dompet Dhuafa…………. ... 29
D.
Konsep pemberdayaan .......................................................................................... 38 1.
Pengertian pemberdayaan…………………… ................................................. 38
2.
Pola-pola Pemberdayaan dan Aplikasinya di Dompet Dhuafa………………. 39
4. Indikator Pemberdayaan dan Aplikasinya di Dompet Dhuafa…………………. . 44 E.
Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................................................... 45
BAB III WAKAF PRODUKTIF DI DOMPET DHUAFA ......................................... 47 A.
DOMPET DHUAFA ............................................................................................ 47 1.
Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya……… ................................................ 47
2.
Struktur Organisasi Kerja…………………...................................................... 54
ix
3.
Produk Wakaf di Dompet Dhuafa dan Perkembangannya……………............ 54
4.
Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa dan Perkembangannya…………. ........... 57
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................... 69 A. Pengelolaan Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa ................................................. 69 B. Strategi Dompet Dhuafa dalam Menghimpun Dana Wakaf Produktif..................... 71 C. Kendala dan Solusi Dompet Dhuafa dalam Pembedayaan Ummat melalui Wakaf Produktif ....................................................................................................................... 72 D. Evaluasi Manajemen Wakaf produktif di Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat (Studi Kasus pada Foodcourt Dompet Dhuafa Zambrud Kota Bekasi)........... 73 BAB V PENUTUP........................................................................................................... 73 A. Kesimpulan .............................................................................................................. 73 B. Saran ......................................................................................................................... 75 LAMPIRAN .................................................................................................................... 81
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memerankan peran yang sangat penting
dalam
mengembangkan
kegiatan-kegiatan
sosial,
ekonomi
dan
kebudayaan masyarakat Islam. Selain itu, keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pemerintah. Kenyataan menunjukkan, institusi wakaf telah menjalankan sebagian dari tugas-tugas pemerintah.1 Secara administrasi wakaf dikelola oleh nadzir atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya. Contoh yang paling klasik dari wakaf adalah tanah yang mana tanah itu tidak boleh dijual atau dialih tangankan selain untuk kepentingan umat, yang diamanahkan oleh waqif kepada nadzir wakaf.2 Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan perkembangan dakwah Islam di nusantara. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga memperkenalkan ajaran wakaf. Hal ini terbukti dari banyaknya mesjidmesjid dibangun di atas tanah wakaf. Ajaran wakaf ini terus berkembang di bumi nusantara, baik pada masa dakwah pra kolonial, masa kolonial, maupun pasca kolonial (Indonesia merdeka). Pada masa pemerintahan kolonial merupakan 1
Mustafa Edwin Nasution, Wakaf Tunai Inovasi Finansial Peluag dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat. (Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006), h.10. 2 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1998), h.91.
1
2
momentum kegiatan wakaf. Karena pada masa itu perkembangan organisasi keagamaan, sekolah, madrasah, pondok pesantren, mesjid , semuanya merupakan swadaya dan
berdiri di atas tanah wakaf. Namun perkembangan wakaf di
kemudian hari tak mengalami perubahan berarti. Kegiatan wakaf dilakukan terbatas pada kegiatan keagamaan seperti pembangunan mesjid madrasah, perkuburan, sehingga kegiatan wakaf di Indonesia kurang bermanfaat secara ekonomis bagi rakyat banyak.3 Dengan adanya perkembangan zaman, wakaf kini tidak lagi hanya diasosiasikan pada obyek wakaf berupa tanah, akan tetapi sudah merambah pada wakaf bentuk produktif yang salah satu instrumennya adalah uang. Wakaf telah banyak membantu perkembangan dalam berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya, biasanya hasil pengelolaan harta benda wakaf digunakan untuk membangun fasilitas-fasilitas publik di bidang keagamaan, pendidikan, pembangunan mesjid, rumah sakit, perpustakaan, dan gedung-gedung lainnya. Berdasarkan data pemerintah pada bulan Maret 2016, potensi tanah wakaf di Indonesia sebesar 3,7 miliar m2 dengan potensi ekonomi sebesar Rp370 triliun. Direktur Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama Suardi Abbas mengatakan menurut identifikasi Bank Indonesia, luas tanah wakaf di Indonesia adalah 4.359.443.170 m2 terdiri dari 435.768 lokasi dengan rincian 287.160 lokasi bersertifikat dan 148.608 lokasi belum bersertifikat. Lebih lanjut ia mencontohkan ada beberapa model pemberdayaan wakaf produktif yang mempunyai potensi 3
Hasan Tholhah, “Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia”, artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari http://www.bwi.or.id//.
3
besar seperti pendirian rumah sakit di Malang dengan aset Rp10,5 miliar. Ada pula peternakan sapi di Mamuju dan usaha lainnya. Begitu juga dengan potensi wakaf uang di Indonesia yang dapat mencapai Rp7,2 triliun per tahun jika disimulasikan 20 juta orang umat Islam mewakafkan uang seribu rupiah per hari atau Rp30 ribu per bulan. Jika empat juta Muslim berpenghasilan Rp5 juta per bulan mengeluarkan wakaf Rp60 ribu per bulan maka akan terkumpul potensi wakaf senilai Rp2,28 triliun per tahun. Beliau juga mengatakan jika saja tiga juta Muslim berpenghasilan Rp1 hingga Rp2 juta per bulan dan mewakafkan Rp10.000 per bulan akan terkumpul potensi zakat sebesar Rp360 miliar. Jadi potensi dan kekuatannya sangat besar dan akan menjadi kekuatan ummat.4 Uang tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat tukar, melainkan sebagai komoditas yang siap dijadikan alat produksi. Ini dapat diwujudkan dengan misalnya, memberlakukan sertifikat wakaf uang yang siap disebarkan ke masyarakat. Model ini memberikan keuntungan bahwa waqif dapat secara fleksibel mengalokasikan hartanya dalam bentuk wakaf, dan waqif tidak memerlukan jumlah uang yang besar untuk selanjutnya dibelikan barang produktif. M. A. Manan dengan formulasi sertifikat wakaf uang, telah memberikan rangsangan untuk keluar dari kebekuan pemikiran tentang wakaf. Sertifikat wakaf uang merupakan inovasi finansial di bidang perwakafan yang jika berhasil dijalankan dengan baik maka akan memberikan implikasi ekonomi yakni mampu meningkatkan kesejahteraan ummat. Namun sayang sekali potensi wakaf yang begitu banyak jumlahnya tersebut belum diberdayakan secara produktif 4
Agung Sasongko, “Besar Potensi Wakaf Indonesia”, Artikel diakses pada 29 desember 2016 dari http://khazanah.republika.co.id.
4
untuk memberdayakan ekonomi ummat. Sehingga wakaf belum berperan banyak dalam menanggulangi permasalahan ummat khususnya masalah ekonomi lemah dan lain-lain. Padahal jika dilihat dari segi sosial ekonomi harta wakaf tersebut memiliki potensi yang sangat tinggi dan dapat dikembangkan secara optimal.5 Oleh karena itu, agenda pemberdayaan wakaf produktif sekarang ini sedang diupayakan agar menjadi agenda kolektif ummat Islam dalam rangka menggerakkan ekonomi ummat. Apalagi di tengah upaya ummat Islam yang ingin bangkit dari ketertinggalan di semua aspek kehidupan. Wakaf terbukti telah menjadi instrumen jaminan sosial dalam rangka membantu kaum yang lemah untuk memenuhi hajat hidup, baik berupa kesehatan, biaya hari tua, kesejahteraan hidup, dan pendidikan. Wakaf akan bermanfaat jika di investasikan dan labanya di sedekahkan. Seperti yang dikatakan oleh Abdullah Al Anshari, dana wakaf uang diinvestasikan ke lembaga-lembaga keuangan dan perbankan syariah yang kini hadir menjamur di Indonesia, tentu skimnya bermacam-macam seperti, mudharabah, murabahah, musyarakah, dan ijarah.6 Sehubungan dengan itu maka kebijakan pemerintah dalam pembangunan dibidang ekonomi antara lain menetapkan hasil pembangunan harus mencakup pula
untuk
pengembangan
ekonomi
ummat.
Pembangunan
sosial
dan
pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi mendorongnya lebih cepat. Dan salah satu solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif.
5
Sumuran, Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Wakaf Di Indonesia, (Jakarta: Depag. RI, 2007), h.3. 6 Isbir Fadly, Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf, (Jakarta: Depag. RI, 2007), h.1.
5
Namun untuk merealisasikan kebijakan pemerintah tersebut dibutuhkan lembaga-lembaga yang profesional untuk menjalankannya, karena tidak jarang wakaf dikelola oleh lembaga yang manajemennya kurang baik dan kurang amanah sehingga mengakibatkan wakaf tersebut terus berkurang atau bahkan menghilang. Padahal wakaf adalah harta Allah SWT yang seharusnya dijaga dan dikembangkan dengan baik oleh nadzir dan nantinya hasil dari wakaf tersebut dapat diberikan untuk mensejahterkan ummat Islam yang ada di Indonesia. Dompet Dhuafa adalah salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ummat dengan menggalang dan mengelola sumberdaya wakaf secara produktif, profesional dan amanah. Namun dalam pengelolaannya ternyata tidak sepenuhnya berjalan dengan baik, ada beberapa aset wakaf produktif yang ternyata kurang mendapatkan perhatian yang salah satunya adalah aset wakaf produktif Dompet Dhuafa berupa food court yang sejak awal berdiri hingga saat ini hanya ada 1 (satu) orang saja yang memanfaatkannya, padahal di food court tesebut terdapat 5 (lima) buah kios yang dapat digunakan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti dan mengkaji secara teoritis dan praktis mengenai model manajemen wakaf produktif yang dikelola oleh Dompet Dhuafa dan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “Evaluasi Manajemen Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat”
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
diuraikan
di
atas,
penulis
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud wakaf produktif? 2. Bagaimana konsep wakaf produktif dalam tinjauan syariah? 3. Bagaimana manajemen strategi penghimpunan wakaf produktif? 4. Bagaimana manajemen strategi pengelolaan wakaf? 5. Bagaimana prosedur waqif untuk memberikan wakaf produktif? 6. Apa potensi dan peluang dalam menghimpun dan mengelola wakaf produktif ini? 7. Bagaimana skema pemberdayaan wakaf produktif? 8. Bagaimana Skema Wakaf Produktif dalam Pemberdayaan Ummat? 9. Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi apa yang ditawarkan dalam Pemberdayaan Ummat melalui Wakaf Produktif. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diangkat tidak meluas, dan untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang hendak ditulis, maka perlu pembatasan atas objek yang akan dikaji. Adapun permasalahan penelitian ini dibatasi pada data yang diambil hanya sebatas
7
bagaimana proses pengelolaan wakaf produktif dalam pemberdayaan ummat yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa.
2.
Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis
membuat rumusan masalah dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengelolaan Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa? 2. Bagaimana Strategi Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat melalui Wakaf Produktif? 3. Apa kendala dan Solusi dalam Pemberdayaan Ummat melalui Wakaf Produktif oleh Dompet Dhuafa? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain: a. Untuk mengetahui cara Dompet Dhuafa Mengelola Wakaf Produktif. b. Untuk mengetahui strategi Dompet Dhuafa dalam meberdayakan ummat melalui Wakaf Produktif. c. Untuk mengetahui kendala dan Solusi dalam Pemberdayaan ummat melalui Wakaf Produktif oleh Dompet Dhuafa 2.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat teoritis-akademis untuk penelitian ini antara lain:
8
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap ilmu-ilmu mengenai pengelolaan wakaf Produktif. b. Menambah literatur perpustakaan tentang community development sehingga dapat bermanfaat untuk dunia akademisi, bagi kalangan pelajar dan mahasiswa serta dapat menambah wawasan intelektual dan bahan referensi. Juga untuk memperkaya koleksi dalam lingkup penelitian di bidang Ekonomi Islam. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif ataupun dapat dijadikan bahan evaluasi serta tolok ukur, sehingga Lembaga Keuangan Syariah ataupun Bank Syariah dapat mengikuti cara yang dilakukan Dompet Dhuafa dalam mengelola dana wakaf produktif guna menciptakan kesejahteraan ummat. Kemudian manfaat praktis-pragmatis dalam penelitian ini antara lain: a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak praktisi khususnya
bagi
bank-bank
syariah
untuk
ikut
andil
dalam
mengembangkan Wakaf Produktif. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai informasi dan referensi dalam hal Wakaf Produktif di Lembaga Keuangan Mikro Syariah ataupun lembaga-lembaga lainnya.
E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
9
Penelitian ini menggunakan pendekatan desktiptif dengan analisis kualitatif. Disini peneliti mencoba mencermati dan menjelaskan manajemen Wakaf Produktif yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, dan melakukan evaluasi terhadap manajemen Wakaf Produktif dan penyalurannya yang ada di Dompet Dhuafa.
2. Jenis Data/Sumber Data Dalam penelitian ini jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari para pengurus Dompet Dhuafa serta dari para penerima Wakaf Produktif yang diberikan oleh Dompet Dhuafa, sedangkan data sekunder yaitu berupa kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa dalam menghimpun dan menyalurkan Wakaf Produktif ini.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara kepada para pengurus Dompet Dhuafa, serta melakukan wawancara kepada para pihak yang menerima Wakaf Produktif guna mengetahui apakah terjadi kontribusi yang positif akibat pemberian Wakaf Produktif ini terhadap pemberdayaan ummat. Kemudian dengan teknik observasi, yaitu dengan melihat langsung proses pengelolaan Wakaf Produktif yang dilakukan Dompet Dhuafa. Dan terakhir dengan teknik dokumentasi
10
yaitu diperoleh dari arsip-arsip yang berkaitan dengan manajemen Wakaf Produktif yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa.
4. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.7 yaitu suatu teknik data dimana penulis lebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu diklarifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konseptual Evaluasi merupakan alat dari berbagai macam pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Teori evaluasi mengemukakan bagaimana memahami objek evaluasi, bagaimana memberikan nilai terhadap program yang dievaluasi dan kinerjanya, bagaimana mengembangkan ilmu pengetahuan dari hasil evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah penilaian. Dengan kata lain, mengevaluasi sistem untuk memastikan tingkat nilainya. Dalam lingkungan sebuah perusahaan mungkin kita ingin menilai mana yang lebih baik diantara dua sistem atau mencoba untuk menilai bagaimana tingkat kinerja suatu sistem yang diberikan itu dapat ditingkatkan. Dengan demikian cukup jelas bahwa evaluasi mengukur kinerja sistem yang diteliti terhadap beberapa jenis skala.8
7
8
Moch Nadzir, Metode Penelitian, (Bogor: Graha Indonesia, 2011), h.54.
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.30-31.
11
Menurut Firman B. Aji dan S Martin Sirait, evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya.9 Sedangkan menurut M. Manullanga, evaluasi adalah membandingkan hasil pekerjaan (actual research) dengan alat pengukur yang sudah ditentukan.10 Wakaf adalah al-habs, pengertian mengenai bahasa yang berasal dari kata kerja habasa-yahbisu-habsan adalah menjauhkan orang dari sesuatu atau memenjarakan yang kemudian berkembang menjadi habasa yang berarti mewakafkan harta karena Allah SWT. Kata wakaf sendiri berasal dari kata waqafa (fi‟il madi) yaqifu (fiil mudhari) waqfan (isim masdar), yang berarti berhenti atau berdiri, sedangkan wakaf menurut istilah syara’ adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya dan digunakan untuk kebaikan. 11 Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang kearah tujuan organisasional atau maksud-maksudnya yang nyata.12 Manajemen didefinisikan Mary Parker Follet yang dikutip Ernie Tisnawati Sule dan Kuriawan Saefullah, sebagai seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain, hal ini karena seringkali sesuatu yang harus dikerjakan sangat banyak dan komplek dan tidak bias diselesaikan oleh satu orang saja. Definisi yang sama juga dikemukakan ahli lain dengan
9
Firman B. Aji dan S. Martin Sirait, Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h.30. 10 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h.30. 11 Elsi Karika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. (Jakarta: Grasindo, 2006), h.54. 12 Terry, George R, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h.1.
12
definisi bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui serangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi.13 Wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Hal ini selaras dengan definisi wakaf yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 11 Mei tahun 2002 saat merilis fatwa tentang wakaf. Rukun dan syarat wakaf uang: a) Rukun Wakaf ada empat, yaitu:14 1. Waqif (orang yang mewakafkan hartanya) 2. Mauquf (harta yang diwakafkan) 3. Mauquf alaih (tujuan wakaf) 4. Sighat waqaf (pernyataan wakaf) b) Syarat Wakaf Masing-masing rukun wakaf mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu: 1. Syarat Waqif (orang yang mewakafkan) : a. Berakal
13
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Nazir Profesional dan Amanah, (Jakarta: Kemenag. RI, 2013), h.98. 14 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direkorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,2003), h.21.
13
b. Baligh (Dewasa) c. Tidak dalam tanggungan, karena boro dan bodoh d. Kemauan sendiri, bukan atas tekana atau paksaan orang lain e. Merdeka.15 2. Syarat Mauquf (Benda yang diwakafkan) Para fuqaha sepakat bahwa barang atau harta yang diwakafkan itu harus berupa barang yang kongkrit dan pasti, diketahui dan betul-betul milik penuh orang yang mewakafkannya. Adapun syarat sahnya suatu perwakafan benda atau harta seseorang, adalah sebagai berikut: a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi untuk selama-lamanya. b. Tujuannya, seperti disebutkan di atas, harus jelas, tanpa menyebutkan tujuannya seacara jelas maka wakaf menjadi tidak sah. c. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh waqif tanpa menggantungkan pelaksanaanya pada suatu peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. d. Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang dinyatakan oleh waqif berlaku seketika dan untuk selama-lamanya.16
15
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf (Jakarta: IIMA, 2003), h.219. Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1998), h.84-87. 16
14
Agar wakaf produktif memberikan manfaat yang riil terhadap masyarakat luas, seyogyanya lembaga pengelola wakaf uang menggunakan manajemen yang professional. Dengan demikian manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakan akan terasa adanya. Dalam melakukan pengelolaan wakaf produktif diperlukan sebuah lembaga pengelola wakaf yang professional dan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:17 1. Kemampuan akses kepada calon waqif 2. Kemampuan melakukan investasi dana wakaf 3. Kemampuan melakukan administrasi rekening beneficiary 4. Kemampuan melakukan distribusi hasil investasi dana wakaf 5. Mempunyai kredibilitas dimata masyarakat, dan harus dikontrol oleh hukum/regulasi yang ketat. Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata daya, yang berarti tenaga atau kekuatan, jadi pemberdayaan adalah upaya-upaya untuk membangun daya masyararat dengan mendorong, memotivasi dan mebangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.18
17
Tim Penyusun Buku Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Perkembangan Zakat dan Wakaf, 2012), h.151. 18 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h.263.
15
Pemberdayaan diarahkan guna meningkakan kemampuan ekonoi umat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.19
G. Sistematika Penulisan Untuk dapat lebih memahami proses dan alur pemikiran dalam penelitian ini, penulis perlu menjelaskan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Meliputi: Teori mengenai Evaluasi, Manajemen, Teori Wakaf , Pengertian Wakaf Produktif, Konsep Pemberdayaan, Tinjauan Kajian Terdahulu. BAB III WAKAF PRODUKTIF DI DOMPET DHUAFA Meliputi: Penjelasan Singkat tentang Dompet Dhuafa, Produk-produk Dompet Dhuafa, Struktur Organisasi Kerja Dompet Dhuafa, Wakaf di Dompet Dhuafa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Emawati Chotim dan Juni Tamrin, (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Financial Usaha Kecil di Indonesia, (Bandung: Yayasan Akatiga, 1997), h.238.
16
Meliputi: Pengelolaan Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa, Strategi Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat melalui Wakaf Produktif, Kendala dan Solusi, dan Evaluasi Manajemen Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat. BAB V PENUTUP Meliputi:
Kesimpulan
dan
Saran
dari
hasil
penelitian.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi 1.
Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan alat dari berbagai macam pengetahuan untuk menganalisis
dan menilai
fenomena ilmu
pengetahuan,
aplikasi
ilmu
pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Teori evaluasi mengemukakan bagaimana memahami objek evaluasi, bagaimana memberikan nilai terhadap program yang dievaluasi dan kinerjanya, bagaimana mengembangkan ilmu pengetahuan dari hasil evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah penilaian. Dengan kata lain, mengevaluasi sistem untuk memastikan tingkat nilainya. Dalam lingkungan sebuah perusahaan mungkin kita ingin menilai mana yang lebih baik diantara dua sistem atau mencoba untuk menilai bagaimana tingkat kinerja suatu sistem yang diberikan itu dapat ditingkatkan. Dengan demikian cukup jelas bahwa evaluasi mengukur kinerja sistem yang diteliti terhadap beberapa jenis skala.20 Menurut Firman B. Aji dan S Martin Sirait, evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakansebelumnya.21 Sedangkan menurut M. Manullanga, evaluasi
20
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.30-31. 21 Firman B. Aji dan S. Martin Sirait, Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h.30.
17
18
adalah membandingkan hasil pekerjaan (actual research) dengan alat pengukur yang sudah ditentukan.22
2.
Model-model evaluasi Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan desain atau konstelasi
evaluasi teretentu. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi dengan posisi yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat dan tujuan evaluasi dapat dicapai. Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan evaluasi tersebut.23 Beberapa model evaluasi yaitu sebagai berikut:24 a. Evaluasi konteks, yaitu menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan program dan prioritas tujuan. b. Evaluasi masukan, yaitu evaluasi yang menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. c. Evaluasi proses, yaitu menyediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program, termasuk didalamnya pengaruh sistem dan 22
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h.30. 23 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Prrofesi, (Jakarta: Rajawali press, 2012), h.147. 24 Djuju sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h.54-56.
19
c. Evaluasi proses, yaitu menyediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program, termasuk didalamnya pengaruh sistem dan keterlaksanaanya. d. Evaluasi produk yang mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama pelaksaan program dan pada akhir program. 3. Analisis SWOT dalam Evaluasi Analisis SWOT adalah bentuk analisis didalam manajemen organisasi atau di dalam kelompok organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana dan mengevaluasi agar tercapai suatu tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Komponen analisis SWOT ada 4 (empat), yaitu: a. Kekuatan (strength), yaitu karakteristik organisasi ataupun kelompok yang memberikan kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya. b. Kelemahan (weakness), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kelemahan pada organisasi ataupun kelompok dibandigkan dengan yang lainnya. c. Peluang (opportunity), yaitu peluang yang dimanfaatkan bagi organisasi ataupun kelompok dibandingkan dengan yang lainnya. d. Ancaman (threats), yaitu ancaman akan dihadapi oleh organisasi ataupun kelompok yang dapat menghambat perkembangannya.
20
4. Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi bermacam ragam, diantaranya adalah memberi masukan untuk perencanaan program, kelanjutan, perluasan, dan penghentian program, serta untuk modifikasi program. Kemudian untuk memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program. Memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola dan pelaksana program serta untuk memahami landasan keilmuan bagi evaluasi program. Menurut Feurstein, terdapat sepuluh alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan, antara lain : untuk melihat apa yang sudah dicapai, mengukur kemajuan, agar tercapai manajemen yang lebih baik, mengidentifikasi kekuran dan kelebihan,melihat apakah usaha telah dilakukan seca efektif, biaya dan manfaat, menumpulkan informasi, mengumpulkan iformasi, berbai pengalaman, meningkatkan keefektifan, dan memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik.25 B. Pengertian Manajemen dan Aplikasinya di Dompet Dhuafa Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang meliatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasial atau maksud yang nyata.26 Manajemen didefinisikan Mary Parker Follet yang dikutip Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, sebagai seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Hal ini karena seringkali sesuatu
25
Anita Zahara, “Evaluasi Program Yayasan Lima belas Juli (Yaliju) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, (Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h.15. 26 Terry, George R, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h.1.
21
yang harus dikerjakan, seperti dalam lembaga wakaf yang besar itu banyak sekali pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan oleh satu orang saja. Definisi yang sama dikemukakan ahli lain dengan definisi bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaiann kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi. Dalam ilmu manajemen yang dimaksud organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Nadzir wakaf perorangan, apalagi nadzir organisasi dan badan hukum juga termasuk kedalam kategori organisasi.27 Berdasarkan tahapan kegiatan yang harus dilakukan (fungsinya), manajemen apapun, termasuk di dalamnya wakaf, ada empat tahapan, yaitu: a. Perencanaan atau planning Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target atau tujuan organisasi. Perencanaan termasuk di dalamnya perencanaan pengembangan benda wakaf. Karenanya berguna sebagai pengaruh, meminimalisasi pemborosan sumber daya, dan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Dalam perencanaan yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan dan target kegiatan, merumuskan strategi untuk
27
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Nazir Profesional dan Amanah, (Jakarta: Kemenag. RI, 2013), h.98.
22
mencapai tujuan dan target kegiatan, menentukan sumber daya yang diperlukan, dan menerapkan standar atau indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan tergetnya.28 b. Pengorganisasian atau Organizing Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organissasi. Dalam fungsi atau tahapan pengorganisasian, yang harus dilakukan adalah mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas serta menetapkan prosedur yang diperlukan, menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab, kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga, dan kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.29 c. Pengimplementasian atau Directing Proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semuanya dapat menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Yang dimaksud produktifitas disini adalah ukuran sampai sejauh mana sebuah kegiatan 28
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Nazir Profesional dan Amanah,(Jakarta: Kemenag. RI, 2013), h.101-102. 29 Amirullah, Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h.13.
23
mampu mencapai target kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan. Dalam fungsi atau tahapan pengimplementasian yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja yang direkrut agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan, memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan, dan menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.30 d. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling Yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi. Dalam fungsi atau tahapan pengawasan yang harus dilakukan adalah mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target kegiatan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan, dan melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target kegiatan.31 Dompet Dhuafa yang merupakan salah satu lembaga yang bertugas sebagai nadzir wakaf juga telah melakukan manajemen terhadap kegiatan wakaf nya. Terlihat dari sistem organisasi pengelola wakaf yang terdapat di Dompet Dhuafa telah tersusun secara rapih dan tertata dengan baik yang terbagi menjadi beberapa 30
Hasibuan, Malayu, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h.37. 31 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Nazir Profesional dan Amana, (Jakarta: Kemenag RI, 2013), h.101-102.
24
bidang antara lain bidang pengelolaan aset wakaf, bidang pengelolaan dana wakaf dan bidang retail aset wakaf. Semua kegiatan baik yang akan dilakukan maupun yang telah dilakukan berdasarkan pada prosedur yang telah ditetapkan oleh Dompet Dhuafa, mulai dari manajer pengelolaan aset wakaf yang selalu mengawasi dan memantau aset wakafnya agar aset wakafnya tetap terjaga dan berjalan dengan baik, kemudian manajer pengelolaan dana wakaf yang selalu mencari dana agar dapat membantu kegiatan wakaf sehingga kegiatan wakaf yang terdapat di Dompet Dhuafa tidak tersendat karena kekurangan dana. Semua kegiatan
manajemen
yang
dilakukan
semata-mata
bertujuan
untuk
mengembangkan aset wakaf yang telah ada agar semakin berkembang dan bertambah manfaatnya bagi ummat.32 C. Konsep Wakaf 1.
Pengertian Wakaf Secara Umum Wakaf berasal dari bahasa Arab al-waqf bentuk masdar (kata benda) dari kata
kerja waqafa yang berarti menahan, mencegah, menghentikan dan berdiam diri di tempat.33 Kata al-waqf juga semakna dengan al-habs bentuk masdar dari kata kerja habasa, dan istilah wakaf pada awalnya menggunakan kata al-habs, hal tersebut diperkuat dengan adanya riwayat hadis yang menggunakan istilah al-habs untuk waqf, tetapi kemudian yang lebih berkembang adalah istilah waqf
32
Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas. Jakarta, 9 Desember 2016. A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002, Cet Ke-25), h. 1576. 33
25
ketimbang al-habs, kecuali orang-orang maroko yang masih menggunakan istilah al-habs sampai saat ini.34 Selain istilah di atas, ada beberapa pendapat dari para ulama dan cendikiawan mengenai wakaf, sebagai berikut: 1. Menurut Imam Hanafi: Memakan benda yang statusnnya tetap milik si waqif (orang yang mewakafkan) dan yang disedekahkan adalah manfaanya saja. Sedangkan Wahbah Adillatuh mengartikan wakaf adalah suatu harta benda tetap sebagai milik orang yang mewakaf, dan menyedekahkan manfaatnya untuk kebajikan. 2. Menurut Imam Syafi’i: Wakaf adalah suatu ibadah yang disyariatkan. Wakaf itu telah berlaku sah, ilaman orang yang berwakaf telah menyatakan dengan perkataan “saya telah mewakafkan, sekalipun tidak diputuskan oleh hakim”. Bila harta telah dijadikan harta wakaf, orang yang berwakaf tidak berhak lagi atas wakaf itu, walaupun harta itu tetap ditangannya, atau dengan perkataan lain walaupun harta itu tetap dimilikinya.35 3. Menurut Imam Abu Hanifah: Imam Abu Hanifah merumuskan wakaf adalah menahan harta milik dijalan Allah SWT untuk kepentingan fakir miskin dan ibnu sabil, yang diberikan 34
Taufik Ridho, Panduan Wakaf Praktis, (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, 2006, Cet
Ke-1), h.3. 35
Abdulrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik & Kedudukan Tanah Wakaf di Negara kita, (Bandung: Citra Karya Bakti, 1994), h.24.
26
kepada mereka manfaatnya, sedangkan barang atau harga itu tetap sebagai milik dari orang yang berwakaf. Dalam hal ini Imam Abu Hanifah memberikan pengecualian pada tiga hal, yakni wakaf mesjid, wakaf yang ditentukan oleh hakim dan wakaf wasiat. Selain tiga hal tersebut yang dilepaskan hanya manfaatnya saja bukan benda itu secara utuh.36 4. Dr. Mundzir Qahf Dr. Mundzir Qahf mendefinisikan wakaf dengan bahasa kontemporer, yaitu menahan harta baik Mu‟abbad (untuk selamanya) atau Mu‟aqqat (sementara), untuk dimanfaatkan baik harta tersebut maupun hasilnya secara berulang-ulang untuk suatu tujuan kemaslahatan umum dan khusus.37
5. Ensiklopedia Islam Indonesia: Dalam “Ensiklopedi Islam Indonesia” yang disusun oleh tim IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diketuai oleh H. Harun Nasution disebutkan bahwa wakaf berasal dari kata waqafa yang menurut bahasa berarti menahan, atau berhenti. Dalam hukum fiqh istilah tersebut berarti menyerahkan sesuatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) atau kepada suatu badan pengelola, dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan kepada hal-hal yang sesuai dengan ajaran syariat Islam. Dalam hal
36
Wahbah Al-Zuhaily, Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Mesir: Dar al-Fikri, 1986), h.153. Abdulrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik & Kedudukan Tanah Wakaf di Negara kita, (Bandung: Citra Karya Bakti, 1994), h.24. 37
27
tersebut benda yang diwakafkan bukan lagi hak milik tempat menyerahkan, tetapi ia menjadi hak Allah SWT.
6. Kompilasi Hukum Islam:38 Rumusan yang termuat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dimana disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melambangkannya untuk selama-lamanya guna kepentingan umum lainnya sesua dengan ajaran Islam Pasal 215 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI). 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf:39 Berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf menyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian dari harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pengertian wakaf sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, diperluas lagi berkaitan dengan harta benda wakaf (objek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan Harta Benda Wakaf meliputi :40
38
Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 40 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 39
28
c. Benda tidak bergerak; dan d. Benda bergerak. Selanjutnya yang dimaksud wakaf benda bergerak, salah satunya adalah uang/tunai. (Pasal 16 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf). Dari beberapa definisi di atas, mengidentifikasikan sifat abadi wakaf atau dengan ungkapan lain, istilah wakaf diterapkan untuk harta benda yang tidak musnah dan manfaatnya dapat diambil tanpa mengkonsumsi harta benda itu sendiri, oleh karenanya wakaf identik dengan tanah, kuburan, mesjid, mushola, meskipun ada pula wakaf buku-buku, mesin pertanian, binatang ternak, saham dan aset, serta uang tunai (cash waqf). Dengan demikian, secara garis bersar wakaf dapat dibagi dalam dua kategori; pertama, direct wakaf dimana aset yang ditahan atau di wakafkan dapat menghasilkan manfaat, jasa yang kemudian dapat digunakan oleh orang banyak seperti tanah ibadah, sekolah dan lain sebagainya. Kedua, adalah wakaf investasi (aset yang diwakafkan digunakan untuk investasi). Wakaf aset ini dikembangkan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dapat dijual untuk menghasilkan pendapatan, dimana pendapa tersebut kemudian digunakan untuk membangun fasilitas umum seperti mesjid dan atau pusat kegiatan Islam.41
41
Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag-RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005), h.1.
29
2.
Pengertian Wakaf Produktif Wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan
untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf. b. Macam-Macam Wakaf Produktif 1). Wakaf Uang Mengenai wakaf uang Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa ulama mazhab maliki memperbolehkan wakaf uang, mengingat manfaat uang masih dalam cakupan hadis nabi Muhammad SAW dan benda sejenis yang diwakafkan oleh para sahabat, seperti baju perang, binatang, dan harta lainnya serta harta tersebut mendapat pengakuan dari Rasulullah SAW. Secara qiyas, wakaf uang dianalogikan dengan baju perang dan binatang. Qiyas ini telah memenuhi syarat illah (sebab persamaan) terdapat dalam qiyas dan yang di qiyaskan. Sama-sama benda bergerak dan tidak kekal, yang mungkin rusak dalam waktu tertentu, bahkan wakaf uang jika dikelola secara profesional memungkinkan uang yang diwakafkan kekal selamanya.42 Dalam Al-Ins‟af fi Ahkam Al-Waqf, Al-Tharablis meyatakan, sebagian ulama klasik merasa aneh ketika mendengarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammad bin Abdullah Al-Anshori, murid dari Zuffar, sahabat Abu hanifah, tetang bolehnya berwakaf uang dalam bentuk wakaf uang kontan dinar atau dirham, dan dalam bentuk komoditas yang dapat ditimbang atau ditakar, seperti 42
Departemen Agama RI, Pedoman dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Direkorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,2003), h.46.
30
makanan gandum. Yang membuat mereka merasa aneh adalah karena tidak mungkin mempersewakan benda-benda seperti itu, oleh karena itu mereka mempertanyakan dan mempersoalkan apa yang dapat dilakukan dengan wakaf uang tunai. Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah Al-Anshori menjelaskan dengan mengatakan, “kita investasikan dana itu secara mudharabah dan lebihnya kita sedekahkan, kita jual benda-benda makanan itu, hasilnya kita putar dengan usaha mudharabah kemudian hasilnya kita sedekahkan.43 Terlihat diatas bahwa kegiatan wakaf produktif dilakukan dengan akad mudharabah yang berarti tidak ada riba di dalam kegiatan pengelolaan dana wakaf tersebut, karena riba sangat di larang oleh agama islam. Menurut Desmadi Saharuddin, larangan riba bertujuan untuk menjauhkan manusia dari tindakan mengambil harta atau hak milik orang lain dengan jalan yang tidak baik menurut hukum Islam.44 Diantara para ulama yang memperbolehkan wakaf uang diantaranya Imam Al-Zuhri, Mutaqadimin dari mazhab Hanafi, dan Imam syafi’i dengan menjadikan dinar atau dirham tersebut sebagai usaha dan keuntungannya dibagikan kepada para penerima wakaf (mauquf alaih) dimana pokoknya („ain) tetap kekal. Dengan melihat banyak para ulama yang membolehkan wakaf uang maka mewakafkan benda-benda
bergerak
seperti
uang
sangat
perlu
dikembagkan
dalam
memberdayakan wakaf potensial.
43
Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag-RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005), h.1. 44 Desmadi Saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, (Jakarta: Pranada Media Grup, 2015), h.65.
31
2). Wakaf saham Saham sebagai baarang yang bergerak juga dipandang mampu menstimulasi hasilhasil yang dapat didedikasikan untuk ummat. Bahkan dengan modal yang besar, saham akan memberi kontribusi yang cukup besar dibandigkan jenis perdagangan yang lain. 1. Dasar Hukum Wakaf a. Al-Qur’an Dasar hukum wakaf terdapat pada:
1. Q.S Al-Baqarah (2): 261 ٍ ِ ِ ِم ثَل ا لَّذِ ين ي نْ فِ قُ و َن أَم وا ََل م ِِف س ب ِ ْ َيل ال لَّو َك َم ثَ ِل َح بَّة أَنْ بَت ُ َ َ ُْ َ ْ َت َس بْ عَ َس نَا ب ل ُ َ ِ ِِِف ُك ل س نْ ب لَةٍ ِم ائَةُ ح بَّةٍ ۗ وال لَّو ي ض اع ِ َ َف ل َم ْن ي ُ َُ ُ َ ٌش اءُ ۗ َوال لَّوُ َواس ع َ ُ ُ ِّ . ٌعَ لِيم “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui” (Q.S Al-Baqarah: 261)
32
2. Q.S Al-Baqarah (2): 267
ِم َن أَ ْن
َخ َر ْج نَا لَكُ ْم ْأ ِ ِب آخ ذِ يوِ إِ ََّل
ِ َّ ِ ِ ِ س بْ تُ ْم َوِِمَّا َ يَا أَيُّ َه ا ا ل ذ َ ين آمَ نُوا أَنْف قُ وا م ْن طَيِّبَات مَ ا َك ِ ْاْل َْر يث ِم نْ وُ تُ نْ فِ قُ و َن َولَ ْس تُ ْم َ ِض ۗ َوََل تَ يَ َّم ُم وا ا ْْلَب َّ تُ غْ ِم ضُ وا فِيوِ ۗ َواعْ لَ ُم وا أ . َن ال لَّوَ غَ ِِنٌّ ََحِ ي ٌد
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak ingin mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji” (Q.S Al-Baqarah: 267) b. Al-Hadis
ِ ِ ات اِبْن َ صلَّى اللَّو َعلَْيو َو َسلَّ َم " إِ َذا َم َ قَ َال َر ُسول اللَّو: َع ْن أَِِب ُىَريْ َرة َرض َي اللَّو َعْنوُ قَ َال ِ ِ صالِح يَ ْدعُو لَوُ أ َْو ِع ْلم يُْنتَ َفع بِِو ِم ْن بَ ْعده أ َْو َ َ َولَد: آدم انْ َقطَ َع َع َملو إََِّل م ْن ثَََلث
“.َص َدقَة َجا ِريَة
Dari abu hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “apabila anak adam meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara; shadaqah
33
jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”. (HR. Muslim)45 c. Undang-Undang 1. Peratuan Pemerintah RI Undang-Undang No.41/2004 Tentang Wakaf46 2. Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
No.42/2006
Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No.41/2004
3. Rukun dan Syarat Wakaf Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun dan syaarat wakaf ada 4 (empat), yaitu:47 1. Waqif (orang yang mewakafkan harta) 2. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan) 3. Mauquf alaih ( pihak yang diberi wakaf/peruntukan wakaf) 4. Shighat (pernyataan atau ikrar waqif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya) A. Syarat Waqif Orang yang mewakafkan (waqif) disyaratkan memiliki kecakapan hukum atau kamalul ahliah dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan bertindak disini meliputi empat (4) kriteria, yaitu: a. Merdeka 45
Sayyid Sabiq, Fiqh as-sunnah, (Beirut: Dar al-fikr, 1983, Cet. Ke-6), h.515. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 47 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direkorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,2003), h.21. 46
34
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya) tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang dimiliki adalah kepunyaan tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah mengatakan bahwa para fuqaha sepakat, budak itu boleh mewakafkan hartanya bila ada izin dari tuannya, karena ia sebagai waqif darinya. Bahkan AdzDzahiri menetapkan budak dapat memiliki sesuatu yan g diperoleh dengan jalan waris atau tabarru‟. Apabila ia dapat memiliki sesuatu berarti ia dapat pula membelanjakan miliknya itu. Oleh karena itu, ia boleh mewakafkan, walaupun hanya sebagai tabarru‟ saja.48 b. Berakal sehat Wakaf yang dilakukann oleh orang gila tidak sah hukumnya sebab ia tidak berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan akad serta tindakan lainnya. Demikian juga wakaf orang lemah mental (idiot), berubah akal karena factor usia, sakit atau kecelakaan, hukumnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.49 b. Dewasa (baligh)
48 49
Al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri, (Beirut: Dar al-Fikr, 1999), h.44. As-Sarbini, Mughni al-Muhtaj, (Kairo: Mushtafa halabi, 1999), h.377.
35
Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa (baligh), hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula menggugurkan hak miliknya.50 c. Tidak berada dibawah pengampunan (boros/lalai) Orang yang berada dibawah pengampunan dipandang tidak cakap untuk berbuat kebaikan, maka wakaf yang dilakukannya hukumnya tidak sah. Tetapi berdasarkan istihsan, wakaf orang yang berada di bawah pengampunan terhadap dirinnya sendiri selama hidupnya hukumnya sah. Karena tujuan dari pengampunan ialah untuk menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu yang tidak benar, dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban orang lain.51 A. Syarat-Syarat Mauquf Bih a. Barang yang diwakafkan itu haruslah barang yang berharga. b. Harta yang diwakafkan itu haruslah diketahui berapa kadarnya, jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya, maka pengalihan harta wakaf pada saat itu menjadi tidak sah. c. Harta yang diwakafkan itu haruslah harta milik orang yang berwakaf (waqif). d. Harta itu haruslah bediri sendiri, tidak melekat kepada harta yang lain atau disebut juga dengan istilah (ghaira sha‟i). 50
As-Sarbini, Mughni al-Muhtaj, (Kairo: Mushtafa halabi, 1999), h.377. Departemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Proyek Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005), h.32. 51
36
B. Syarat-Syarat mauquf alaih52 a. Mauquf Alaih di syaratkan harus hadir sewaktu penyerahan wakaf. b. Harus ahli untuk memiliki harta yang diwakafkan. c. Bukan merupakan orang yang durhaka terhadap Allah SWT d. Harus jelas dan tidak di ragui kebenarannya.
C. Syarat-Syarat Shighat Berkaitan dengan isi ucapan (shighat) perlu ada beberapa syarat: a. Ucapan itu haruslah mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya harta, tidak sah wakaf apabila ucapannya dengan batas waktu tertentu. b. Ucapan itu harus dapat direalisasikan segera, tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu. c. Ucapan itu bersifat pasti. d. Ucapan itu tidak diikuti dengan syarat membatalkan. Apabila semua persyaratan di atas dapat terpenuhi maka penguasaan atas harta wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu Karena telah berpindah kepada Allah SWT dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya namun ia bersifat ghairu tammah.53
52
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.18. M.Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1998), h.18. 53
37
D. Manfaat dan Tujuan Wakaf Produktif Dibandingkan wakaf tanah dan benda lainnya, kegunaan wakaf produktif jauh lebih fleksibilitas dan memiliki kemaslahatan yang lebih besar yang tidak dimiliki oleh wakaf benda lainnya. 1. Manfaat wakaf produktif memiliki empat keunggulan sekaligus diantaranya:54 a. Wakaf produktif jumlahnya bisa berfariasi, seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah atau kaya terlebih dahulu. b. Melalui wakaf produkktif, aset-aset wakaf berupa tanah-tanah kosong bias dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. c. Hasil dari wakaf produktif juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cash-flow-nya terkadang kembang-kempis dan menggaji civitas alakadarnya. d. Pada gilirannya, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan yanpa harus terlalu bergantung pada anggaran pendidikan Negara yang semakin lama semakin terbatas.
2. Adapun tujuan wakaf produktif antara lain:55
54
Ahmad Junaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: PT Mumtaz Publishing, 2007),
55
Ahmad Junaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: PT Mumtaz Publishing, 2007),
h.89. h.89.
38
a. Melengkapi lembaga wakaf dengan produk wakaf produktif yang berupa suatu sertifikat tertentu yang diberikan kepada waqif sebagai bukti keikutsertaan. b. Membantu penggalangan dana tabungan social melalui sertifikat wakaf uang yang dapat di atasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang sudah meinggal, sehingga memperkuat integrasi Okekeluargaan antara umat Islam c. Meninggalkan investasi sosisal dan mentransformasikan tabungan social menjadi modal social dan membantu penngembangan pasar modal social. d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jwab social mereka terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga keamanan dan kedamaian social dapat tercapai.
D. Konsep pemberdayaan 1. Pengertian pemberdayaan Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan berasa; dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti mempunyai arti didalamnya. Oleh karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Istilah pemberdayaan juga diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini
39
berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.56 Pemberdayaan juga merupakan suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dibangun berdasarkan potensi lokal. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau daya pihak-pihak yang tidak ataupun kurang berdaya.57 Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diartikan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.58 2. Pola-pola Pemberdayaan a. Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:59 1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. 2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.
56
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h.53. Hendi. “Ekonomi Pemberdayaan Umat”. Artikel diakses pada 10 oktober 2016 dari http//:hendi45.blogspot.com. 58 Edi Suharto, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Spektrum Pemikiran), (Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS, 1997), h.43. 59 Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h.54. 57
40
3. Aktivitas yang dilakukan terencana, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat. 4. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan. 5. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha. 6. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai. Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang harus dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.
b. Pola Pendekatan dalam Pemberdayaan Ummat Secara umum kegiatan Pemberdayaan wirausaha atau para pengusaha kecil dan mikro yang dilakukan oleh berbagai lembaga dan isntitusi dapat dibagi pada tiga pendekatan:60 1. Pendekatan yang memandang masyarakat yang menjadi sasaran proses diffuse sebagai objek semata.
60
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h.64.
41
2. Pendekatan yang dilakukan dengan memberikan rangsangan dan motivasi kepada masyarakat yang dijadikan sasaran diffuse untuk memikirkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua. Dimana pada pendekatan ini masyarakat dipandang sebagai kelompok manusia yang perlu dituntun kejalan yang tepat, serta diberikan kesempatan yang tepat, dan diberikan kesempatan untuk memikirkan dan merancang pengembangan potensi mereka sendiri. Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga yang sangat memperhatikan masyarakat kecil melakukan pola pendekatan yang ke-3 , dimana Dompet Dhuafa tidak hanya memberikan bantuan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha melainkan Dompet Dhuafa juga turun langsung ke masyarakat bersamasama melakukan kegiatan usaha, membantu dan mengontrol usaha yang dilakukan oleh masyarakat sehingga apabila masyarakat mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan usahanya maka Dompet Dhuafa akan selalu siap membantu demi kemajuan dan keberdayaan masyarakat kecil yang mereka berdayakan, sehingga apa yang telah diberikan Dompet Dhuafa kepada masyarakat dapat terlihat manfaatnya.61 c. Pola Pendekatan Islam dalam pemberdayaan ummat Pendekatan yang digunakan Islam dalam pemberdayaan masyarakat miskin secara garis besar ada tiga, yaitu:
61
Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas. Jakarta, 9 Desember 2016.
42
1.
Pendekatan parisal continue Yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan
secara langsung. Hal ini diberikan kepada orang yang tak sanggup untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia, orang buta, dan lain-lain.62 2.
Pendekatan struktural Yaitu pemberian pertolongan secara continue agar masyarakat dapat
mengatasi kelemahannya. Hal ini diberikan kepada mereka yang mempunyai komitmen kemitraan dan memiliki skill untuk dikembangkan.63
3.
Tahap partisipatoris Yaitu mengupayakan perubahan dan suntikan dana (Zakat, Infaq,
Shadaqah) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam mengembangkan usaha baik skala kecil maupun menengah.64 Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat menghantarkan pada tahap emansipatif yaitu menjadi Muslim yang berkualitas dan penyantun sesama.
3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan-tahapan, yaitu:
62
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h.62. Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h.62. 64 Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h.62. 63
43
a. Tahap pengenalan masyarakat terhadap ekonomi b. Tahap pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha c. Tahap penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha d. Tahap implementasi rencana kegiatan e. Tahap evaluasi implementasi rencana kegiatan f. Tahap perluasan pemberdayaan masyarakat Tahap pengenalan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik, adapun upaya pemberdayaan yang harus dilakukan agar masyarakat mampu dan memiliki kekuatan untuk memberdayakan dirinya kearah yang lebih baik adalah:65 a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan dalam arti bukan hanya kebebasan berpendapat melainkan juga bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan. b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan. c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
65
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005, Cet Ke. 1), h. 58.
44
4. Indikator Pemberdayaan Indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perusahaan social yaitu, masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti yang memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.66 Dalam panduan program Inpres Desa Tertinggal masyarakat miskin dianggap berdaya apabila telah mampu meningkatkan kesejahteraan sesialekonominya melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan kemampuan permodalan, pengembangan usaha, dan pengembangan kelembagaan usaha bersama dengan menerapkan prinsip gotong royong dan partisipasi.67 Hampir sama halnya dengan pola-pola pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa diatas, hanya saja pada Indikator pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa tidak lagi terlalu terlibat kepada kegiatan usaha masyarakat, disini Dompet Dhuafa hanya memantau kegiatan masyarakat, membiarkan usaha masyarakat berjalan sesuai dengan yang masyarakat lakukan dan melihat apakah sudah sesuai harapan dan tujuan dari pola-pola pemberdayaan yang telah 66
Ahmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, (Jakarta: Yayasan Bermula dari Kanan, 2004), h.40. 67 Indra Ismawan, Sukses di Era EKonomi Liberal bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil dan Menengah, (Jakarta: Gramedia, 2001), h.55.
45
dilakukan oleh Dompet Dhuafa atau belum. Jika ternyata kegiatan yang dilakukan sendiri oleh masyarakt berjalan dengan baik bahkan bisa lebih dari ekspektasi sebelumnya maka pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa terhadap masyarakat telah berhasil dan tidak perlu lagi adanya bimbingan, sehingga Dompet Dhuafa dapat melanjutkan tugasnya berupa pemberdayaan kepada masyarakat yang lainnya.68
E. Tinjauan Kajian Terdahulu Untuk menjaga nilai keaslian (orisinalitas) dalam penelitian kali ini, maka perlu penulis sajikan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang penulis ajukan. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dengan materi yang akan dibahas: 1.
Efektivitas Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitul Maal Muamalat (BMM)- (Skripsi Muhammad Apriadi, Mahasiswa FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010) Penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Muamalat, dalam penelitian ini
dijelaskan mekanisme penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang yang dilakukan oleh baitul maal muamalat, didalam skripsi ini dijelaskan bahwa penghimpunan dana wakaf uang yang dilakukan oleh baitul maal muamalat kurang efektif, karena kenaikan jumlah dana wakaf uang yang terhimpun tidak terjadi terus menurus bahkan menurun, yakni pada tahun 2008 dana wakaf uang terhimpun sebesar Rp 42.431.091,-, dan tahun 2009 dana wakaf yang terhimpun
68
Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas. Jakarta, 9 Desember 2016
46
sebesar Rp 13.129.595,-. Begitupula pengelolaan wakaf uang yang dilakukan oleh Baitul Maal Muamalat juga kurang efektif, karena penambahan hasil pengelolaan dana wakaf yang dikelola relatif masih kecil dan tidak terjadi kenaikan secara signifikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.
Sedangkan
pengumpulan
data
menggunakan
metode
studi
dokumentasi, observasi, dan metode wawancara. Fokus
Metode
Pembahasan
Penelitian
Efektifitas
Kualitatif
Penghimpunan dan
Objek Penelitian
Baitul Muamalat
Perbedaan
Maal - Objek
yang
diteliti
dalam
Pengelolaan Wakaf
skripsi ini yaitu
Uang pada Baitul
baitul
Maal
muamalat
(BMM)
Muamalat
Maal
- Dalam skripsi ini tidak membahas pengaruh pemberian wakaf uang
terhadap
pemberdayaan UMKM.
47
2.
Pemanfaatan Wakaf Tunai untuk Kebutuhan Hidup Keluarga Miskin di Dompet Dhuafa Bandung- (Doddy Afandi Firdaus, Tesis Mahasiswa Magister Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2011) Penelitian ini dilakukan di Dompet Dhuafa Bandung, dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa prosedur dan pemanfaatan wakaf tunai di Dompet Dhuafa Bandung yang pertama kali pengadaan al-Quran Braille dan pengadaan rumah bersalin cuma-Cuma. Kemudian seleksi terhadap penerimaan wakaf tunai di dompet dhuafa Bandung yaitu keluarga miskin yang dapat berobat/bersalin di Rumah bersalin cuma-cuma dengan berbagai persyaratan, karena mereka yang dapat berobat/bersalin adalah yang berhak mendapat zakat, mengingat biaya operasionalnya berasal dari dana zakat, dan kriteria keluarga miskin yang ada di RBC sesuai dengan yang ada di BPS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.
Sedangkan
pengumpulan
data
menggunakan
metode
studi
dokumentasi, observasi, dan metode wawancara. Fokus
Metode
Objek
Pembahasan
Penelitian
Penelitian
Pemanfaatan
Kualitatif
Dompet
Wakaf
Tunai
Bandung
Perbedaan
Dhuafa - Objek yang diteliti dalam
tesis
ini
untuk Kebutuhan
yaitu
Hidup
Dhuafa Bandung
Keluarga
Miskin di Dompet
- Dalam
Dompet
tesis
ini
48
Dhuafa Bandung
hanya
membahas
pemanfaatan wakaf tunai
untuk
kebutuhan
hidup
keluarga
miskin,
dan
tidak
membahas pengaruhpemberia n
wakaf
terhadap pemberdayaan UMKM.
uang
BAB III WAKAF PRODUKTIF DI DOMPET DHUAFA
A. DOMPET DHUAFA 1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya
Dompet Dhuafa adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonsia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus bertemu dengan orang kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang berkepedulian kepada kaum dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar Bagir, S. Sinassari Ecip dan Eri Sudewo bergabung sebagai Dewan Pendiri Lembaga Independen Dompet Dhuafa.69 Awal kehadiran, sejak kelahiran umum REPUBLIKA awal 1993, wartawannya aktif mengumpulkan zakat 2,5% dari penghasilan. Dana tersebut disalurkan langsung kepada Dhuafa yang kerap dijumpai dalam tugas. Dengan manajemen dana yang dilakukan pada waktu sisa, tentu saja penghimpunan dan pendayagunaan dana tidak dapat maksimal. Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta, para wartawan menyaksikan aktifitas sosial kemanusiaan bagi kaum miskin yang di danai para mahasiswa. Aktifis sosial yang telah dilakukan
69
Muhammad Zend, dkk, Zakat & Kewirausahaan (Jakarta:CED,2005), h.111.
47
48
sambilan di lingkungan REPUBLIKA termotifasi untuk dikembangkan. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa tercatat dalam Departemen Sosial RI sebagai organiasai yang berbentuk yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan dihadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 september 1994.
Diumumkan
dalam
berita
negara
RI
NO.
163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia Mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA sebagai Lebaga Amil Zakat tingkat nasional. a. Legal Formal Dompet Dhuafa Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Dompet Dhuafa tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organiasai yang berbetuk yayasan. Pembentukan yayasan yang dilakukan dihadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September
1994.
Diumumkan
dalam
berita
egara
163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. b. Prinsip Dasar Dompet Dhuafa70 Dompet Dhuafa memiliki prinsip dasar yang khas meliputi:
70
Tabung Wakaf Indonesia, diakses pada tanggal 20 desember 2016 http;//tabungwakaf.com/news.
RI
NO.
49
1. Moral yang jujur, amanah, dan ikhsan 2. Kedudukan lembaga yang non-politik, netral-obektif, independen, non-rasial. 3. Manajemen yang transparan dan terbuka, dapat dipertanggung jawabkan, professional, berdayaguna, berhasilguna, berorientasi pada kebaikan terus menerus. 4. Pengembangan inofatif, kreatif, berorientasi pada sosial/entrepreneurship dan investasi sosial. 5. Fiqh yang bukan semata ibadah ritual, meraup sekaligus tiga unsur yaitu muzakki, amil, mustahik. c. Visi, Misi, dan Tujuan71 Visi: Bertumbuh kembangnya jiwa dan kemandirian masyarakat yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem ekonomi yang berkeadilan. Misi: a. Membangun diri menjadi lembaga yang berfungsi sebagai lokomotif gerakan pemberdayaan masyarakat. b. Menumbuh kembangkan jaringan lembaga pemberdayaan masyarakat. c. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat yang berbasis kekuatan sendiri. 71
Tabung Wakaf Indonesia, diakses pada tanggal 20 desember 2016. http;//tabungwakaf.com/news.
50
d. Menngadfokasi paradigma ekonomi berkeadilan. Tujuan: 1. Meningkatkan efektifitas kinerja lembaga. 2. Meningkatkan otonomi jaringan lembaga melalui defolusi, desentralisasi dan pelimpahan wewenang. 3. Meluasnya pemahaman, penerimaan, dan pelaksanaan dalam ekonomi berkeadilan. 4. Meningkatnya pendayagunaan aset masyarakat melalui pengelolaan dana ziswaf.
d. Jejaring Dompet Dhuafa72 1. Jejaring Pengelola Zakat (JPZ) JPZ merupakan difisi yang berfungsi mengkoordinir Lembaga Pengelola Zakat dalam Jejaring Pengelola Zakat. Lembaga Pengelola Zakat yang merupakan Jaringan Pengelola Zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan bekerjasama dengan Dompet Dhuafa, baik Dompet Dhuafa terlibat dalam pembentukan awal atau tidak. Yang termasuk Jejaring Pengelola Zakat adalah Dompet Dhuafa Bandung, Aceh Peduli, Peduli Ummat Waspada, Lampung Peduli, Solo peduli, Masyarakt Peduli Semarang, dan Komite Dompet Duafa – Bamuis BNI. 2. Jejaring Aset Sosial (JAS) 72
Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas, Jakarta 9 Desember 2016
51
JAS merupakan difisi yang berfungsi mengkoordinir Jejaring Aset Sosial dalam Jaringan Dompet Dhuafa. Jejaring Aset Sosial adalah lembaga yang melaksanakan salah satu atau lebih fungsi pemberdayaan Dompet Dhuafa dibidang karitas dan pengembangan insani dan menangani program atau bentuk akhir dari program pemerdayaan. Beberapa yang termasuk kedalam jejaring aset sosial adalah Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), Lembaga Pengetauan Insani (LPI), Lembaga Kajian Teknologi Tepat Guna (LKTG), Rumah Sehat Terpadu (RST), dan Zona Madina. 3. Jejaring Aset Reform (JAR) JAR merupakan difisi yang berfungsi mengkoordinir Jejaring Aset Reform Jaringan Dompet Dhuafa. Jejaring Aset Reform adalah lembaga yang melaksanakan salah satu atau lebih fungsi pemberdayaan Dompet Dhuafa di bidang pengembangan ekonomi.73 dan entitas manajemen yang mengelola aset bisnis yang kepemilikannya di definisikan kepada mustahik sasaran secara langsung atau tidak langsung. Beberapa yang termasuk ke dalam Jejaring Aset Reform adalah Ternak Domba Sehat, DEPO Swalan dan Depo, Industri Mandiri, Agri Bisnis, dan Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS). 4. Jejaring Komersial (JK) Jejaring Komersial adalah entitas yang mengembangkan unit bisnis strategis berorientasi pada dasar yang mendorong pemberdayaan pengelolaan layanan kepada masyarakat dan sebesar-besarnya diperuntukan untuk terciptanya
73
Muhammad Zen, dkk, Zakat & Kewirausahaan (Jakarta: CED,2005), h.120.
52
iklim profesionalosme bisnis berlandasakan koridor dan prinsip syariah. Jejaring Komersial terdiri dari; Tebar Hewan Kurban (THK), Community Development Circle (CDC), Institut Manajemen Zakat (IMZ), Rhauda Rahma Abadi, Kanal Subkanal Citra Selaras.74 e. Manajemen Penghimpunan dan Pendayagunaan Dompet Dhuafa75 Kinerja amil Dompet Dhuafa dilandaskan oleh nilai-nilai Islam. Seluruh organisasi berperan penting dalam menjaga amanah yang didedikasikan sepenuhnya untuk ummat. Keragaman yang ada diinsyafi sebagai rahmat. Dinamika yang ada dibwah control masyarakat adalah warna khas dari organisasi kerja tersebut. 1) Penghimpunan Menghimpun dana ZIS dari para muzakki dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak adalah tugas utama yang diperintahkan oleh Direktorat Penghimpunan Dompet Dhuafa. Direktorat ini melaksanakan manajemen sosialisasi ZIS, Konsultasi Zis, Layanan penerimaan dana, hingga layanan berkelanjutan bagi muzakki atau donatur. Pada setiap tahunnya mulai dari 2002 sampai sekarang penghimpunan berperan aktif dalam mensosialisasikan penggalangan dan pemanfaatan dana ZIS. Metode penghimpunan dana tidak semata dihimpun dan disandarkan pada sebuah kewajiban berzakat melainkan diipastikan ada program-program yang dibuat dan diperuntukan untuk para mustahik. Dari beberapa program yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa 74 75
Muhammad Zen, dkk, Zakat & Kewirausahaan (Jakarta: CED,2005), h.127. Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas, Jakarta 9 Desember 2016
53
diantaranya adalah Program pendidikan, ekonomi, relief, kesehatan, dan sosial kemandirian yang masing-masing memiliki peran penting dalam memberdayakan para mustahik76. 2) Pendayagunaan Direktorat ini mengemban tugas memanfaatkan dana yang terhimpun dengan efektif dan efisien bagi pemberdayaan dhuafa. Aktualisasinya adalah program-program yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat terutama
mmustahik
yang
hidup
dalam
ketertinggalan.
Manajemen
pendayagunaan dikonsentrasikan pada tiga bidang, yaitu pengembangan sumberdaya masyarakat (pengembangan insani), pengembangan ekonomi, dan layanan sosial bagi kebutuhan masyarakat dhuafa (Layanan dan Pengembangan Masyarakat). Manajemen pendayagunaan merupakan inti dari pemanfaatan dana ZIS yang diamanahkan muzakki kepada Dompet Dhuafa melalui serangkaian program yang bertumpu pada keandalan ide dan inovasi manajemen Dompet Dhuafa, untuk mengupayakan hal tersebut diperlukan alternative solusi bagi persoalan kemanusiaan dhuafa. Tiga pelayanan utama yang dilaksakan Dompet Dhuafa yaitu;
pengembangan
insani,
pengembangan
ekonomi,
dan
layanan
pengembangan masyarakat. Disamping itu Dompet Dhuafa juga memiliki manajemen
pendukung
yaitu;
keuangan
dan
administrasi,
pencatatan,
pendokumentasian dan pengarsipan transaksi dana ZIS, pengelolaan dana ZIS sesuai dengan ketentuan syariah dan prinsip akuntansi yang berlaku, penerbitan 76
Muhammad Zen, dkk, Zakat & Kewirausahaan (Jakarta: CED,2005), h.132.
54
laporan keuangan berkala, termasuk diaudit oleh akuntan publik, pengelolaan dan pengembangan sumber daya insani amil, dan pengelolaan kesekretariatan tata graha lembaga. Setelah manajemen pendayagunaan dan pendukung Dompet Dhuafa juga memiliki kontrol yang fungsinya sebagai pengawas lembaga tersebut yaitu, Dewan Syariah dan Internal Auditor. 2. Struktur Organisasi Kerja77
Ahmad Shonhaji Direktur
Bobby P. Manulang
Rovi Octaviano Corporate FR
Retail FR Manajer
Parmuji Abbas Asset Dev. Manajer
Manajer
Defri Asset Ariandi
Narto Fundraising Spv
Mahmudin Staff FR
Maintanance
Yuan F. Staff FR
3. Produk Wakaf di Dompet Dhuafa78 a. Wakaf tunai Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Dimana wakaf tunai yang disalurkan oleh para donator akan digabungkan hingga terkumpul cukup modal untuk diinvestasikan pada sebuah aset produktif yang ditetapkan oleh pengelola. Surplus dari aset tersebut kemudian akan di dayagunakan untuk 77 78
Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas, Jakarta 9 Desember 2016 Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas, Jakarta 9 Desember 2016
55
program-program sosial sesuai peruntukan manfaatnya (pendidikan, kesehatan, pemberdayaan), wakaf tunai ini meliputi: 1. Uang 2. Emas dan perak batangan 3. Dinar dan dirham 4. Perhiasan emas dan perak
b. Wakaf tanah dan bangunan Wakaf tanah dan bangunan dapat dilakukan sebagai wujud sedekah terbaik, tanah dan bangunan yang diwakafkan tentunya haruslah dimiliki secara sah , penuh, dan telah memperoleh persetujuan dari ahli waris (jika ada). Jika dipandang berpotensi untuk diproduktifkan, maka aset akan dikembangkan dengan modal pengelola (yang bersumber dari wakaf tunai) ataupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga dengan prinsip saling menguntungkan. Namun jika dirasakan potensinya lemah atau bahkan berat, perlu pengelola mendapatkan izin agar tanah/bangunan tersebut dapat dijual dan digabungkan dengan aset yang lain agar memberikan manfaat yang lebih besar. Nilai wakaf yang dicatat adalah sebesar nilai harga jual tanah/bangunan tersebut. Bentuk-bentuk memproduksikan aset dapat berupa penyewaan, leasing (bangun-sewa), kerja sama pengelolaan bisnis di atas aset dengan pihak ketiga dan
56
membangun bisnis di atas aset. Surplus yang diperoleh kemudian dialirkan untuk program-program sosial sesuai dengan peruntukannya. Yang termasuk kepada donasi wakaf tanah dan bangunan antara lain: 1. Tanah 2. Rumah 3. Kios 4. Ruko 5. Apartemen 6. Bangunan komersil (perkantoran, hotel, mal, klinik, dll) Dengan pertimbangan khusus aset dapat juga diproduktifkan secara sosial untuk membantu meminimalkan biaya operasional program sosial yang dimiliki dompet dhuafa, misalnya untuk klinik/rumah sakit gratis untuk dhuafa atau sekolah gratis untuk dhuafa. c. Wakaf surat berharga dan saham Pengelolaan wakaf surat berharga yang berbentuk saham dan obligasi terbuka ditujukan untuk memaksimalkan perolehan deviden (bagi hasil), serta pengembangan portofolio untuk menghindari terjadinya aset yang default. Bagi hasil yang diperoleh menjadi surplus yang akan didayagunakan untuk programprogram sosial peruntukannya. Yang termasuk surat berhaga yang dapat diwakafkan antara lain:
57
1. Saham Perusahaan Syariah Terbuka 2. Goodwill Saham Perusahaan Syariah Tertutup 3. Sukuk (obligasi) Syariah 4. Sukuk (obligasi) Retail Syariah 5. Deposito Syariah 6. Reksadana Syariah 7. Wasiat Wakaf dalam Polis Asuransi 8. Wasiat Wakaf dala Surat Wasiat
d. Wakaf bisnis dan usaha 1). Usaha layanan publik seperti klinik, rumah sakit, sekolah, universitas, dan sarana olahraga. 2). Usaha komersial seperti minimarket, restoran, waralaba, pabrik, hotel dsb. 4. Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa79
a. Wakaf Pro Cendikia Wakaf Pro Cendikia merupakan wakaf Produktif dimana surplusnya akan ditunjukkan untuk pengembangan pendidikan berkualitas bagi siswa-siswi dhuafa. 79
Tabung Wakaf Indonesia, “Portofolio”, diakses pada 10 Desember 2016
58
Ada beberapa program yang merupakan bentuk penyaluran surplus wakaf produktif untuk program Wakaf Pro Cendikia salah satunya melalui program ini ialah beasiswa untuk mahasiswa yang disebut Beastudi Etos. Dalam program Beastudi Etos ini, para mahasiswa juga mendapatkan bimbingan dan mentoring pengembangan diri, akademik, keagaman dan sosial kemasyarakatan. Para mahasiswa penerima beasiswa ini disebut Etoser, disiapkan untuk menjadi manusia yang unggul dan mandiri. b. Wakaf Pro Sehati Wakaf Pro Sehati merupakan wakaf produktif yang surplusnya akan ditunjukkan untuk perkembangan layanan kesehatan berkualitas. Pemanfaatan surplus wakaf ini disalurkan melalui program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC). Layanan kesehatan merupakan masalah yang masih mengakar dikehidupan sosial masyarakat kita, terutama mereka yang status ekonominya menengah kebawah. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama, keutamaan itu yang selalu dijadikan materi komersial untuk mencari keuntungan. Sehingga, ada ungkapan “sehat itu mahal”. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ini menjadi solusi dari semakin mahalnya biaya pengobatan dan kurangnya kemampuan pemerintah kita mencover kebutuhan layanan gratis untuk dhuafa.
c. Wakaf Pro Hasanah
59
Wakaf Pro Hasanah merupakan program wakaf produktif yang surplusnya ditujukan untuk menunjang terlaksananya berbagai kegiatan seperti dakwah, bantuan sosial, pelatihan pengangguran dan pendampingan usaha kecil.80 d. DD Futsal (Penyewaan Lapangan Futsal) DD Futsal hadir sebagai lapangan futsal pertama yang dibangun dengan wakaf. Di atas lahan sebesar 840m dibilangan jalan menjangan ciputat, Dompet Dhuafa Futsal telah dibangun sejak awal februari 2012. Sebagai aset wakaf produktif, DD utsal akan disalurkan guna program pendidikan berkualitas bagi masyarakat dhuafa yang dijalankan oleh Dompet Dhuafa. Dengan demikian, seluruh pelanggan yang menyewa dan bermain di lapangan futsal ini otomatis telah bersedekah bagi kemajuan pendidikan mereka yang membutuhkan. Sehingga, bersama DD Futsal, pelanggan tidak hanya berkeringat dan sehat, tetapi juga berbagi untuk sesama. e. Rumah Sewa (Penyewaan Rumah/Kontrakan) Rumah sewa atau kontrakan ini dibangun mengingat harga tanah dan bangunan yang semakin mahal. Pembiayaan perbankan pun masih terbilang mencekik bagi mereka yang merasa berat dengan biaya cicilan dan lain sebagainya. Maka, rumah kontrakan pun menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan papan mereka. Di sisi lain, banyak lahan wakaf ternyata berada dikawasan pemukiman, sangatlah cocok jika memang dikembangkan sebagai
80
Tabung Wakaf Indonesia, “Program Beastudi Etos” (Wakaf Pro Cendikia), diakses pada tanggal 20 desember 2016. http;//tabungwakaf.com/news.
60
sarana pemukiman. Terlebih, properti adalah salah satu ragam investasi yang relatif aman dan menjanjikan pendapatan yang optimal. f. Rumah Toko (Penyewaan Rumah Toko) Ruko menjadi sarana niaga yang penting sebagai upaya memposisikan para pelaku usaha terlibat oleh para konsumennya. Banyak ruko dimiliki oleh pelaku usaha sendiri. Tapi, leih banyak lagi pelaku usaha yang hanya sanggup menyewa ruko, terutama pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Sehingga kemudian kelanggengan usaha mereka sangat bergantung atas kemampuan mebiayai sewa ruko tersebut maka Dompet Dhuafa menggagas ruko memanfaatkan dana wakaf yang ada utuk disewakan kepada para pengusaha yang membutuhkan. Biaya sewa ruko tersebut tidak akan pernah naik semena-mena demi keuntungan besar atau maksud mengusir penyewa. Pelaku usaha bisa leih nyaman mengingat ada kepastian kelanggengan lokasi usaha sekaligus perencanaan pengeluaran yang lebih baik. g. Perkebunan Sengon di Jonggol dan Sentul Bogor Perkebunan sengon merupakan aset wakaf produktif yang ditanam dengan investasi wakaf tunai. Perkebunan ini terletak di jonggol dan sentul Bogor. Perkebunan sengon di jonggol berada di atas tanah seluas 11.035 m2 degan nama waqif Hermiati binti Surisman, menjadi aset wakaf sebesar Rp. 331.050.000. sedangkan perkebunan sengon di Gunung Batu Sentul Bogor berada di atas tanah seluas 15.000 m2 dengan nama waqif Oediono Adiwisastro menjadi aset wakaf
61
sejak 1 febuari 2005. Kebun sengon ini memiliki estimasi aset sebesar Rp. 420.000.000. h. Perkebunan Jabon di daerah Nyalindung-Sukabumi Perkebunan Jabon ini merupakan wakaf yang berjangaka waktu selama 5 tahun yang ditanam sebagai investasi wakaf tunai. Wakaf kebun Jabon ini ada sejak tanggal 29 maret 2011 di atas tanah seluas 7800 m2 dengan estimasi nilai aset perkebunan wakaf ini sebesar Rp. 109.200.000. i. Gedung Serbaguna Wardah dan Jannah di Karawaci Gedung Wardah dan Jannah merupakan aset wakaf gedung serbaguna yang disewakan untuk berbagai kegiatan. Gedung tersebut terletak di Jl. Zaitun Raya Komplek Perum Villa Ilham Islamic Village Karawaci. Gedung tersebut menjadi aset wakaf sejak 15 April 2010 dengan nama waqif ibu Amir Rajab Batubara dan Yayasan Dompet Dhuafa. j. Foodcourt Zambrud di Bekasi Foodcourt Zambrud bekasi terletak di komplek perumahan Dukuh Zambrud, Bantar Gebang Bekasi, foodcourt ini berdiri di atas lahan Dompet Dhuafa seluas 252 m2. Status tanahnya adalah HGU (Hak Guna Bangunan). Dompet Dhuafa menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi usaha para pengusaha kecil. Usaha yang ada ditempat tersebut adalah usaha kuliner yang halal dan thoyib. Di atas lahan tersebut tersedia 5 kios ditambah dengan ruang untuk para pedagang gerobak. Masing-masing kios luasnya 3x3,5 m2. Foodcourt ini dilengkapi dengan
62
tempat parkir berkapasitas 4 sampai 5 mobil dan 15 sampai 20 motor. Juga disediakan musholla, dan toilet yang dijaga kebersihannya
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa
Layanan wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa terdiri dari: 1. Wakaf Tunai, yang meliputi: a. Uang b. Emas dan perak batangan c. Dinar dan dirham d. Perhiasan emas dan perak 2. Wakaf Tanah dan Bangunan, yang meliputi: a. Tanah b. Rumah c. Kios d. Ruko e. Apartemen f. Bangunan komersil (perkantoran, hotel, mal, klinik, dll) 3. Wakaf Surat Berharga dan Saham, yang meliputi: a. Saham Perusahaan Syariah Terbuka
69
70
b. Goodwill Saham Perusahaan Syariah Terrurup c. Sukuk (obligasi) Syariah d. Sukuk (obligasi) Retail Syariah e. Deposito Syariah f. Reksadana Syariah g. Wasiat Wakaf dalam Polis Asuransi h. Wasiat Wakaf dala Surat Wasiat
4. Wakaf Bisnis dan Usaha, yang meliputi: a. Usaha layanan publik seperti klinik, rumah sakit, sekolah, universitas, dan sarana olahraga. b. Usaha komersial seperti minimarket, restoran, waralaba, pabrik, hotel dsb.
Pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa yaitu dengan cara: 1. Bekerjasama dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha, dimana masyarakat mengelola usaha tersebut bersama dengan pihak Dompet Dhuafa. 2. Dana wakaf ini juga digunakan sebagai dana pinjaman yang diberikan oleh Dompet Dhuafa kepada pelaku usaha dengan sistem dana bergulir, dimana para pelaku usaha dipinjamkan sejumlah dana dan ketika pelaku usaha
71
tersebut telah mampu mengembalikan dana yang dipinjam maka dana tersebut disalurkan ke pelaku usaha lain dengan sistem yang sama. 3. Wakaf berbentuk bangunan dengan sistem disewa tiap periode tertentu. Jika penyewa dalam periode tertentu tidak dapat membayar uang sewa, maka pihak Dompet Dhuafa memberikan teguran terlebih dahulu kepada penyewa dan memberikan kesempatan terakhir untuk membayar sewa dalam jangka waktu tertentu, namun jika sampai jangka waktu yang telah ditentukan tetap tidak dapat membayar biaya sewa maka pihak Dompet Dhuafa terpaksa untuk memutuskan kontrak sewa kepada pihak penyewa. Dalam pembagian manfaat wakaf itu terbagi menjadi 3 bagian ; 60% diperuntukkan kepada mauquf alaih , 30% untuk maintenance & reinfestement Dompet Dhuafa karena setiap tahun pasti ada biaya-biaya yang dikeluarkan Dompet Dhuafa untuk menjaga dan merawat wakaf tersebut , dan sisanya 10% untuk biaya operasional Dompet Dhuafa dalam mengembangkan aset-aset yang ada.81 B. Strategi Dompet Dhuafa dalam Menghimpun Dana Wakaf Produktif Strategi pihak Dompet Dhuafa dalam menghimpun dana wakaf produktif dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: 1. Melakukan promosi wakaf produktif melalui media sosial, elektronik, maupun media cetak.
81
Wawancara pribadi dengan Parmudji Abbas. Jakarta, 9 Desember 2016.
72
2. Dengan sistem door to door, yaitu dengan menjemput dana wakaf satu persatu kepada orang-orang yang ingin berwakaf. Dapat dilakukan dengan individual maupun secara kelembagaan seperti perusahaan. C. Kendala dan Solusi Dompet Dhuafa dalam Pembedayaan Ummat melalui Wakaf Produktif
a) Kendala yang dihadapi oleh Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat melalui Wakaf Produktif diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. kendala yang pertama adalah dana, pihak Dompet Dhuafa menjelaskan bahwa pengelolaan
dana
wakaf
produktif
ini
adalah
pembiayaan
untuk
pengembangan aset yang dimiliki dengan cara funding (wakaf tunai), apabila dana yang didapat dari funding tersebut besar maka pihak Dompet Dhuafa akan lebih cepat dalam melakukan pembangunan, dan apabila dana wakaf yang diperoleh dari funding itu agak tersendat maka pembangunan wakaf pun akan tersendat. 2. Peran pemerintah yang belum mendukung penuh wakaf produktif. Contohnya dalam perizinan pembangunan berupa rumah sakit untuk kaum dhuafa, rumah murah untuk dhuafa dll. Perizinan tidak dibedakan dengan pembangunan lainnya, tidak adanya sistem khusus yang diberikan pemerintah kepada Dompet Dhuafa, padahal semua ini untuk masyarakat dhuafa. 3. Sumber Daya Manusia yang kurang memadai.
73
b) Solusi yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan wakaf produktif: 1. Untuk mengatasi kurang maksimalnya dana wakaf yang didapat oleh Dompet Dhuafa maka dibutuhkan kreatifitas dari tim fundrising Dompet Dhuafa untuk menndapatkan dana yang lebih banyak dengan cara menggencarkan promosi melalui door to door, iklan media social, cetak, maupun elektronik. 2. Untuk mengatasi kurangnya dukungan dari pemerintah maka Dompet Dhuafa harus melakukan pendekatan persuasif dengan pemerntah untuk memberikan kebijakan khusus kepada Dompet Dhuafa agar lebih mudah dalam melakukan pembangunan wakaf produktif dan tidak terlalu direpotkan dengan perizinan pendirian bangunan yang berbelit-belit. 3. Untuk mengatasi Sumber Daya Manusia yang kurang memadai maka Dompet Dhuafa wajib memaksimalkan Sumber Daya Manusia yang ada untuk dapat melakukan tugas-tugas yang ada di Dompet Dhuafa secara maksimal. D. Evaluasi Manajemen Wakaf produktif di Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Ummat (Studi Kasus pada Foodcourt Dompet Dhuafa Zambrud Kota Bekasi)
Setiap kegiatan atau program mempunyai hasil yang ingin dicapai, hasil tersebut bisa berdampak positif maupun negatif. Namun pada umumnya dampak yang diinginkan dari setiap kegiatan mempunyai dampak yang positif karena tujuan yang direncanakan berhasil atau berjalan sesuai rencana. Seperti halnya program pendayagunaan wakaf produktif berupa foodcourt zambrud bekasi yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa mempunyai dampak yang baik bagi peberdayan
74
ummat. Dalam hal ini penulis akan menguraikan hasil wawancara dengan pedagang penyewa foodcourt tentang apasaja keluhan dan kendala yang dirasakan oleh pedagang yang menyewa kemudian penulis akan mengevaluasi apa saja kekurangan dan kelemahan Dompet Dhuafa dalam mengelola wakaf produkif ini. Berikut kekurangan dan kelemahan yang penulis temui ketika melakukan observasi dan wawancara kepada pihak penyewa: Management yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa untuk foodcourt Zambrud Bekasi masih kurang baik, sebab sejak awal pembangunan foodcourt pada tahun 2006 hingga saat ini tidak terjadi perkembangan pada segi jumlah pedagang yang menyewa bangunan tersebut, yang terjadi adalah pedagang berpindah tempat dikarenakan dagangan yang mereka jual tidak laku dan hanya menyebabkan kerugian bagi para pedagang. Saat ini, hanya terdapat 1 orang pedagang yang masih bertahan menyewa tempat tersebut untuk berjualan. Menurut pedagang yang masih bertahan yaitu Bapak Dedi mengaku, bahwa tempat yang disediakan oleh Dompet Dhuafa ini sangat tidak strategis yang dimana posisi bangunan tidak terlihat dari jalan. Pihak dompet dhuafa sempat menawarkan kepada para pedagang yang ingin menyewa dengan biaya secara cuma-cuma untuk beberapa bulan, tetapi karena memang sepi pengunjung, pedagang tetap merasakan kerugian dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan proses sewanya. Seharusnya Dompet Dhuafa perlu melakukan pengembagan kembali terhadap foodcourt zambrud bekasi dengan melakukan promosi dan penawaran
75
kepada masyarakat untuk menyewa dan memanfaatkan foodcourt tersebut menjadi area bisnis mereka. Namun sebelum melakukan promosi dan penawaran, penulis menyarankan kepada pihak Dompet Dhuafa untuk terlebih dahulu merenovasi dan mengubah posisi bangunan foodcourt yang sebelumnya berada terlalu ke dalam menjadi sedikit ditarik keluar dan mengubah posisi yang sebelumya berada satu arah dengan jalan menjadi berlawanan arah agar masyarakat yang melintasi jalan dapat langsung melihat bahwa ada foodcourt disana. Karena penulis melihat foodcourt ini salah posisi dan terlalu kedalam sehingga masyarakat yang melintasi jalan tidak mengetahui bahwa ada foodcourt disana. Solusi yang ditawarkan manajemen dompet dhuafa berupa sewa gratis selama beberapa bulan dirasa tidak efektif. Dibuktikan pedagang tetap merasa rugi karena hasil penjualan yang didapat setiap hari tidak menutupi biaya operasional mereka. Keluhan para pedagang yaitu posisi foodcourt yang meskipun berada dipinggir jalan namun tidak terlihat karena salahnya posisi bangunan yang tidak menjadi strategis padahal tempatnya tepat berada di pinggir jalan. Jika hanya biaya sewa yang ditiadakan namun tidak ada konsumen yang berkunjung, sama saja tidak merubah apa-apa bagi para pedagang di foodcourt tersebut, karena para pedagang tidak mendapatkan income dari berjualan disana, maka meskipun biaya sewa digratiskan akan tetapi tidak ada income yang didapat percuma saja karena itu merugikan para pedagang. Apabila saran penulis sebelumnya berupa renovasi bentuk bangunan telah terealisasi maka cara selanjutnya adalah dengan mempromosikan foodcourt ini
76
kembali agar masyarakat yang ingin menyewa dan berdagang bisa kembali memenuhi kios foodcourt yang telah lama kosong. bisa dengan cara promosi berupa menurunkan harga sewa atau bahkan meniadakan harga sewa untuk beberapa waktu menjadi lebih bermanfaat jika semua kios foodcourt dapat terisi. Karena penulis menilai bahwa lahan foodcourt yang cukup luas tersebut dan mampu untuk digunakan oleh 5 pedagang namun kenyataannya hanya dimanfaatkan oleh 1 orang pedagang saja maka aset wakaf berupa foodcourt ini menjadi kurang produktif dan sangat disayangkan karena kios-kios yang tidak terpakai menjadi rusak dan terbengkalai. Kurangnya koordinasi dan controlling pihak Dompet Dhuafa dengan para pedagang di foodcourt tersebut. Bapak Dedi mengaku, jika pihak manajemen dompet dhuafa hanya melihat dan berkunjung ke bangunan foodcourt tersebut setahun sekali ketika jatuh tempo pembayaran sewanya. Bahkan, pihak dompet dhuafa tidak sama sekali menjalin komunikasi yang baik bagi para pedagang, bapak dedi mengaku pihak dompet dhuafa hanya datang untuk mengambil uang sewa lalu kemudian kembali pergi. Walau terkadang sesekali Dompet Dhuafa berkunjung namun hanya sebentar saja dan bisa dihitung jumlah kunjungan Dompet Dhuafa tidak lebih dari 3 kali setiap tahunnya. Ini yang membuat kurangnya komunikasi antara pihak penjual dan Dompet Dhuafa. Seharusnya dari pihak Dompet Dhuafa lebih sering untuk melihat dan memantau aset wakafnya, kemudian mendengar apa keluh kesah dari para pedagang yang menyewa. Karena apabila kurangnya komunikasi antara pihak pedagang dan Dompet Dhuafa bukan tidak mungkin pada akhirnya
77
nanti para pedagang yang menyewa foodcourt tersebut tidak melanjutkan masa sewanya yang berakibat aset wakaf Dompet Dhuafa tidak lagi menjadi produktif.
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut: Dompet Dhuafa merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat indonsia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf). Salah satu poinnya berupa wakaf disini tidak hanya berbentuk uang, tanah dan bangunan kosong saja melainkan lebih dikembangkan kembali menjadi bentuk wakaf yang lebih produktif salah satunya tanah wakaf yang berada di zambrud kota Bekasi. Tanah wakaf seluas 252 m2 dengan estimasi nilai aset sebesar 350.000.000 rupiah ini diproduktifkan oleh Dompet Dhuafa menjadi kios bangunan berupa foodcourt seluas 163 m2. Namun upaya Dompet Dhuafa untuk memproduktifkan aset ini rupanya menemui hambatan dikarenakan sejak awal berdirinya yaitu sekitar tahun 2006 sampai saat ini, dari 5 kios yang tersedia hanya ada 1 orang saja yang menyewa dan memanfaatkan kios tersebut untuk berdagang. Meskipun pada awalnya memang ada beberapa pedagang yang telah menyewa dan menggunakan foodcourt tersebut namun tidak berselang lama para pedagang itu tidak melanjutkan masa sewanya karena dirasa merugi akibat sepinya pengunjung atau konsumen. Sepinya konsumen ini tidak lepas dari posisi
73
74
bangunan foodcourt yang kurang strategis meskipun tepat berada di pinggir jalan namun posisi bangunan terlalu berada di dalam sehingga tidak terlihat oleh para pengguna jalan. Karena sepinya konsumen yang datang berkunjung ke foodcourt tersebut maka akhirnya Dompet Dhuafa melakukan inisiatif berupa penggratisan atau peniadaan biaya sewa selama beberapa bulan agar para pedagang tidak terlalu terbebani. Namun setelah berjalan beberapa bulan tanpa ada biaya sewa para pedagang tetap saja merugi, meskipun tidak ada biaya sewa yang di bebankan akan tetapi biaya operasional pedagang setiap hari tidak dapat menutupi kerugian dikarenakan sepinya konsumen. Hal inilah yang mengakibatkan para pedagang tidak lagi menempati foodcourt tersebut dan hanya tersisa 1 pedagang saja yang masih bertahan, itupun ia berdagang hanya malam hari saja yaitu berupa nasi goreng dan pecel lele. Kurangnya controlling dari pihak Dompet Dhuafa kepada para pedagang menjadi salah satu kekurangan dari manajemen wakaf produktif di Dompet Dhuafa. Terbukti dari pengakuan Bapak Dedi satu-satunya pedagang yang menyewa foodcourt tersebut mengatakan bahwa pihak Dompet Dhuafa jarang sekali berkunjung ke foodcourt tersebut untuk sekedar melihat dan memantau kondisi foodcourt. Menurut pengkuannya, pihak Dompet Dhuafa hanya datang beberapa kali saja dalam satu tahun untuk mengambil biaya sewa sebesar 14 juta rupiah kepada bapak dedi dan kemudian kembali pergi tanpa adanya komunikasi lebih dari pihak Dompet Dhuafa.
75
B. Saran Adapun beberapa saran yang penulis sampaikan terkait dengan penelitian wakaf produktif di Dompet Dhuafa ini antara lain: 1. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih banyak mengambil sample aset wakaf produktif di Dompet Dhuafa agar apabila ada kekurangan dan kelemahan
dari
setiap
asetnya
maka
Dompet
Dhuafa
dapat
segera
memperbaikinya. 2. Pemerintah seharusnya dapat lebih membantu lembaga pengelola zakat seperti Dompet Dhuafa ini dalam proses perizinan untuk melakukan kegiatan usaha,pengembangan aset wakaf, dan pelaksanaannya. karena banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat yang kurang didukung oleh pemerintah sehingga tidak jarang lembaga pengelola zakat yang kurang berkembang asetnya bahkan hilang begitu saja. 3. Pemerintah juga seharusnya membantu lembaga pengelola zakat untuk mensosialisasikan wakaf produktif kepada masyarakat karena masih banyak masyarakat yang belum begitu paham tentang manfaat wakaf produktif yang apabila dikelola dengan baik dapat sangat membantu mengentaskan kemiskinan yang ada.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Nadzir Profesional dan Amanah. Jakarta: Kemenag. RI, 2013. Aji, Firman B. dan S. Martin Sirait. Perencanaan dan Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara, 1990. Al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri. Beirut: Dar al-Fikri, 1999. Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah Hukum Wakaf. Jakarta: IIMA, 2003. Al-sarbini, Muhammad Khatib. Mughni Al-Muhtaj. Beirut: Dar Ihya Alturas Al-arabi. 1999. Al-Zuhaily, Wahbah. Al-Fiqih Al-Islam Wa Adillatahu. Beirut: Dar AlFikri, 1989. Bandung: Citra Karya Bakti, 1994. Bariadi, Lili dkk. Zakat dan Wirausaha. CED: Jakarta, 2005. Besar Potensi Wakaf Indonesia bagian berita dunia Islam. Artikel diakses pada 29 desember 2016 dari http://khazanah.republika.co.id. Chotim, Emawati dan Juni Tamrin, (ed). Pemberdayaan dan Refleksi Financial Usaha Kecil di Indonesia. Bandung: Yayasan Akatiga, 1997. Chowdhury, G.G. Introducing to Modern Information Retrieval. London: Library Association Publishing, 2007. Departemen Agama RI. Pedoman dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: Direkorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2003. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Nadzir Profesional dan Amanah. Jakarta: Kemenag. RI, 2013.
77
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Nadzir Profesional dan Amanah. Jakarta: Kemenag. RI, 2013. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Nadzir Profesional dan Amanah. Jakarta: Kemenag. RI, 2013. Fadly, Isbir. Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf. Jakarta: Depag. RI, 2007. Harahap, Sumuran dan Nasaruddin Umar. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Hendi.
Ekonomi Pemberdayaan Umat. http//:hendi45.blogspot.com.
diakses pada 10 oktober 2016. http://tabungwakaf.com/berwakaf/ diakses pada 30 desember 2016 Ikhtisar Undang-Undang NO.41/2004. Majalah Ekonomi Plus. Potensi Ekonomi Wakaf Produktif. Jakarta: Sharing, 2007. Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005. Masalah Perwakafan Tanah Milik & Kedudukan Tanah Wakaf di Negara kita. Maulana, M. “Memberdayakan Umat Lewat Wakaf”, Tabloid Jum’at No. 572, (4 April 2003). Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,hal, 84-87 Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE, 2000. Nawawi, Ar-Raudhah. Beirut: Dar al-Kutub al Ilmiah. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia, 2001:1-2, di akses dari web Dompet
Dhuafa
bagian
sejarah
pada
tanggal
20
desember
2016.
http://dompetdhuafa.or.id. Sabiq, Sayyid. Fiqh as-sunnah. Beirut: Dar al-fikr, 1983. Sari, Elsi Karika. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: Grasindo, 2006.
78
Setiawan, Abdul Aziz. Peneliti pada SEBI Research Center. STEI SEBI Jakarta. www.hukumonline.com. Subianto, Ahmad. Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat. Jakarta: yayasan Bermula dari Kanan, 2004. Sudjana, Djuju. Evaluasi Pendidikan Luar Sekola. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006. Sudjana, Djuju. Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006. Suharto, Edi. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Spektrum Pemikiran). Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS, 1997. Sumuran. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Wakaf Di Indonesia. Jakarta: Depag. RI, 2007. Tabung Wakaf Indonesia. Program Beastudi Etos (Wakaf Pro Cendikia). diakses pada tanggal 20 desember 2016. http;//tabungwakaf.com/news. Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Tholhah, Hasan. Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia, Artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari http://www.bwi.or.id. Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag-RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005. Tim Penyusun
Buku Perkembangan
Perkembangan
Pengelolaan
Wakaf
Pengelolaan Wakaf di di
Indonesia.
Jakarta:
Indonesia. Direktorat
Perkembangan Zakat dan Wakaf, 2012. Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Prrofesi. Jakarta: Rajawali press, 2012. Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
79
Zahara,
Anita.
Evaluasi
Program
Yaliju
dalam
Meningkatkan
KEsejahteraan Masyarakt. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Zend, Muhammad dkk. Zakat & Kewirausahaan. Jakarta:CED, 2005.
80
81
LAMPIRAN
PANDUAN WAWANCARA
Nama
: Parmuji Abbas
Jabatan
: Manajer Pengelolaan Aset Wakaf
Tempat
: Kantor Dompet Dhuafa Warung Buncit Jakarta
Tanggal
: 9 Desember 2016
__________________________________________________________________
1. Ada berapa jenis produk wakaf di dompet dhuafa? Jawab: Ada beberapa jenis produk wakaf di dompet dhuafa, antara lain : Wakaf tidak bergerak ( tanah dan bangunan) , wakaf bergerak ( kendaraan), waka tunai, wakaf saham, wakaf bisnis dan usaha. 2. Dari mana saja harta benda wakaf tersebut berasal? Jawab: Tentunya dari waqif, yaitu para donatur yang telah mempercayai dompet dhuafa untuk mengelola wakafnya. di dapat dari tim fundrising melalui mediamedia baik media social maupun elektronik ataupun media cetak, dan menjemput wakaf satu persatu ke orang-orang yang ingin berwakaf , dan secara kelembagaan.
3. Apakah ada usaha lain dari dompet dhuafa untuk mencari sumber wakaf lain?
82
Jawab: Ada, kita pernah mencari dana wakaf ke dan melakukan presentasi beberapa perusahan dan kita mendapatkan wakaf sekolah yang diwakaflan oleh PT. Holcim di narogong, bekasi 4. Bagaimana struktur kepengurusan nadzir dompet dhuafa? Jawab: Diberikan berupa file 5. Bagaimana sistem pengelolaan wakaf produktif didompet dhuafa? Jawab: Sistem pengelolaan wakaf produktif di dompet dhuafa lebih kepada properti , wakaf yang diperoleh akan dikembangkan kearah property, contoh kita saat ini punya ruko, rumah sewa dan juga gedung yang kita gunakan saat ini adalah gedung wakaf. 6. Apakah semua cabang dompet dhuafa dapat melakukan kegiatan wakaf produktif? Jawab: Bisa , akan tetapi semua cabang dompet dhuafa yang ingin melakukan wakaf produktif harus tetap berkomunikasi dengan dompet dhuafa pusat, kemarin cabang dari Makassar dan riau menyerahkan calon aset yang ingin diproduktifkan dan kita melakukan survey terlebih dahulu ke aset tersebut, apabila dompet dhuafa pusat beranggapan bahwa aset tersebut dapat di produktifkan maka cabang dompet dhuafa dapat melakukan wakaf produktif. 7. Apakah dompet dhuafa pusat turun tangan apabila terjadi permasalahan di cabang dompet dhuafa dalam mengelola wakaf produktif?
83
Jawab: Tentu, karena keputusan tidak mutlak dari cabang namun dari usulan dompet dhuafa pusat, jadi apabila terjadi kenala dicabang maka dompet dhaufa pusat pasti turun tangan dan membantu cabangnya untuk menyeleesaikan masalah yang terjadi. 8. Apakah dompet dhuafa punya program tersendiri untuk mengelola dan mengembangkan wakaf produktif? Jawab: Iya, karena dalam setiap tahun dompet dhuafa selalu melakukan rapat kerja , dan dari setiap divisi dompet dhuafa termasuk divisi wakaf mengajukan apa saja yang harus dilakukan tahun depan , termasuk juga di tim fundrising juga mengajukan bagaimana cara tim tsb mencari dana wakaf di tahun selanjutnya agar lebih berkembang. 9. Apakah nadzir dalam hal ini dompet dhuafa mendapatkan upah dalam mengelola wakaf produktif? Jawab: Iya dapat, namun sebenarnya sebutannya bukan upah, jadi dalalm pembagian wakaf di dompet dhuafa itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: 60% untuk mauquf alaih, 30% maintenance dan reinfestasi dan 10% untuk biaya operasional dd dalam mengembangkan aset-aset tsb. 10. Apakah dompet dhuafa juga turun tangan ke masyarakat yang menerima wakaf produktif? Jawab: Iya, jadi dompet dhuafa sendiri yang mengelola dana wakaf tersebut dan bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan sebuah kegiatan usaha yang mana masyarakat mengelola usaha tersebut dan dompet duafa melakukan
84
pengawasan serta bimbingan agar usaha yang dikerjakan akan semakin berkembang. 11. Bagaimana sistem dan akad yang dilakukan dompet dhuafa dalam mengelola wakaf produktif kepada masyarakat yang ingin membuat membuat suatu usaha? Jawab: Sistem yang dilakukan dompet dhuafa dalam mengelola dan mengembangkan wakaf ini dengan cara memberikan bantuan dana wakaf produktif kepada umkm cengan cara melakukan sistem dana bergulir , dimana umkm dipinjamkan sejumlah dana oleh dompet dhuafa dan ketika umkm tersebut telah mampu menngembalikan dana maka selanjutnya dana tadi akan disalurkan ke umkm yang lain dengan sistem yang sama. Dan untuk wakaf berbentuk bangunan sistemnya di sewa dan dibayar sewa tiap periode tertentu , jika penyewa dalam periode tertentu tidak bisa membayar sewa maka kami akan memberikan teguran terlebih dahulu kepada peyewa dan memberikan kesempatan terahir untuk membayar sewa dalam jangka waktu tertentu , jika sampai jangka waktu yang telah ditentukan tetap tidak bisa membayar sewa maka terpaksa akan kami tindak tegas yaitu berupa pemberhentian hak sewa. 12. Apakah ada kriteria tersendiri bagi dompet duafa dalam memilih penerima wakaf produktif? Jawab: Iya tentu, kita punya kriteria tersendiri untuk para penerima wakaf, contohnya kita melihat kesungguhan seseorang atau keluarga yang sangat ingin mengubah taraf hidupnya, mempunyai niat namun tidak adanya modal. Maka
85
akan kami berikan modal untuk usahanya, dan untuk wakaf produktif dompet dhuafa yang lain berupa rumah sakit, sekolah gratis itu semua masyarakat dhuafa boleh berobat dan sekolah disana secara gratis. 13. Apakah ada upaya dari dompet dhuafa dalam mengembangkan harta benda wakaf yang telah ada? Jawab: Pasti ada, karena para waqif mengamanahkan hartanya kepada dompet dhuafa untuk diproduktifkan dalam artian dikembangkan jangan sampai wakaf yang telah diberikan oleh waqif hanya begitu-begitu saja dan tidak ada perkembangannya karena pasti nanti waqif akan bertanya mengenai harta wakafnya apakah telah diproduktifkan secara maksimal atau belum. 14. Apakah ada peran dari pemerintah dalam membantu mengelola wakaf produktif yang ada di dompet dhuafa? Jawab: Sampai saat ini masih belum, tapi sebelumnya pernah ada rencana bekerja sama dengan pemerintah namun gagal terlaksana karena aset wakaf yang kita miliki belum memenuhi kriteria dan persyaratan yang diinginkan oleh pemerintah. Waktu itu ingin dibangunkan rumah sederhana yang ingin disewakan kepada dhuafa namun karena aset yang kita punya kurag layak maka kegiatan tersebut gagal untuk direalisasikan. 15. Apa saja problematika dan kendala yang dihadapi oleh dumpet dhuafa dalam mengelola wakaf produktif? Jawab: Masalah yang utama adalah dana , karena yang kita lakukan saat ini adalah pembiayaan untuk pengembangan aset yang kita miliki denga cara funding (
86
wakaf tunai ) apabila dana yang didapat dari funding tersebut besar maka Dompet Dhuafa akan lebih cepat dalam pembangunan , dan apabila dana wakaf yang diperoleh dari funding itu agak tersendat maka pembangunan wakaf pun akan ikut tesendat. Selanjutnya yang kedua adalah peran pemerintah yang belum terlalu mendukung Dompet Dhuafa , contohnya dalam perizinan pembangunan bangunan berupa Rumah Sakit untuk kaum dhuafa , rumah murah untuk dhuafa yang cara perizinannya tidak dibedakan dengan pembangunan lainnya , tidak ada jalur khusus yang diberikan Pemerintah kepada Dompet Dhuafa padahal ini semua untuk masyarakat dhuafa. Selanjutnya adalah masalah sdm yang tidak banyak , sedangkan pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengembangkan wakaf produktif di Dompet Dhuafa itu sangat banyak maka dari itu proses pengembangannya pun agak sedikit terhambat. 16. Apa solusi yang dihadirkan oleh dompet dhuafa untuk mengatasi problematika dan kendala yang dihadapi? Jawab: Mengembangkan kreatifitas kita dalam hal fundrising untuk mendapatkan dana wakaf yang sebanyak banyaknya entah dengan cara promosi melalui door to door, iklan media social, cetak maupun elektronik. Selanjutnya kita juga harus melakukan pendekatan persuasif dengan pemerintah untuk memberikan kebijakan kepada kita agar lebih mudah dalam melakukan pembangunan dan tidak terlalu direpotkan dengan perizinan yang berbelit.
87
Yang ketiga kita harus memanfaatkan sdm yang ada dengan semaksimal mungkin untuk dapat melakukan pekerjaan yang ada di dompet dhuafa.
Jakarta, 9 Desember 2016
Parmuji Abbas
88
PANDUAN WAWANCARA Nama: Dedi Pekerjaan: Pedagang di Foodcourt Zambrud Kota Bekasi Tempat: foodcourt Zambrud Kota Bekasi Tanggal: 31 Januari 2017 __________________________________________________________________
1. Apa yang bapak jual di foodcourt ini? Jawab: Saya jualan nasi goreng sama pecel lele mas, kalo nasigoreng saya sendiri yang pegang, pecel lelenya saya pakai karyawan. 2. Sudah berapa lama bapak menyewa aset foodcourt dompet dhuafa ini? Jawab: Saya nyewa tempat itu dari awal aset itu dibangun mas, sekitar tahun 2006-2007 sampai sekarang 3. Apakah dompet dhuafa juga memberi modal awal bapak untuk berjualan disini? Jawab: Oh engga mas, semua modal awal dari saya pribadi kaya gerobak, meja, bangku itu modal sendiri. Yah alhamdulilah aja mas udah dikasih tempat juga syukur kan. 4. Berapa biaya sewa foodcourt setiap tahunnya? Jawab: Untuk biaya sewa pertahun 14 juta.
89
5. Dengan harga sewa sebesar 14 juta pertahun di lokasi tersebut murah atau mahal? Jawab: Murah mas, murah banget menurut saya apalagi saya langsung ambil 2 tempat kan. 6. Ada berapa pedagang yang menyewa foodcourt ini? Jawab: Awalnya ada banyak mas, seperti soto, es cendol, masakan china, dll. tapi karena kurang laku akhirnya mereka ga nyewa disitu lagi. Malah sempat waktu itu pimpinan dari dhompet dhuafa terjun langsung ke lokasi dan menyuruh kita para pedagang untuk menempati foodcourt tersebut tanpa harus membayar sewa sama sekali , hamper selama 3 bulan digratiskan namun tetap saja ya mas namanya penjual biarpun tempatnya gratis tapi kalo sepi ga ada pembeli kan jatohnya rugi juga. 7. Menurut bapak apa yang membuat foodcourt ini sepi? Jawab: Coba aja mas lihat itu foodcourt agak menjorok kedalam terus juga posisi foodcourtnya malah satu arah dengan jalan raya .akhirnya para pengguna jalan ga ada yang nyadar dan kurang tertarik untuk berhenti dan makan di foodcourt itu, awal foodcourt itu dibangun saya diberikan gambaran bagaimana foodcourt itu nantinya, bagaimana posisi foodcourt dan penenempatannya, saya rasa sudah cukup bagus melihat dari gambaran awal yang diperlihatkan kepada saya. Tapi pas foodcourtnya sudah jadi ko berbeda dengan apa yang ada digambar, posisi dan semuanya berubah total menjadikan foodcourt itu kurang bagus untuk ditempati.
90
benar saja mas dari awal pedagang-pedagang menyewa di foodcourt tersebut ga ada yang laku, semuanya bangkrut. 8. Kenapa bapak masih menempati foodcourt tersebut yang sudah jelas-jelas sepi? Jawab: Memang tempat itu sepi banget mas kalo siang hampir ga ada yang beli karena kan kalo siang orang-orang yang tinggal didaerah situ pada kerja semua, nah makannya saya jual nasi goreng sama pecel lele malam hari, terus juga saya ga nempatin tempat yang udah disediain mas soalnya tempatnya kurang keliatan kalo dari jalan raya. Saya akhirnya ngambil lahan parkir foodcourt yang letaknya pas pinggir jalan biar orang-orang bisa langsung lihat kalo disitu ada yang jualan. 9. Apakah ada saran dari bapak untuk dompet dhuafa? Jawab: Sampai saat ini ga ada saran sih mas alhamdillah aja saya sudah dikasih tempat untuk berjualan, sampai saya bisa sekolahin anak saya 3 semuanya sekolah. Bisa beli rumah, beli motor. Yah pokonya terimakasih aja saya sama Dompet Dhuafa.
Bekasi, 31 Januari 2017
Dedi
91
FOTO FOODCOURT
92
SURAT KETERANGAN RISET