PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON TELEVISI PUBLIK DAN SWASTA
NADIA MIRANDA I34060964
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT NADIA MIRANDA. MOTIVATION AND VIEWING BEHAVIOR COMPARISON OF PUBLIC AND PRIVATE TELEVISION. (Supervised by SARWITITI S. AGUNG)
The purpose of this study was to identify motivation, behavior, and to analyze the relationship between TVRI and private television viewers motivation and their behavior. Result of statistical test showed that there were motivation differences between viewers who watch TVRI and private television. TVRI’s viewers highly motivated to get information and motivation about collective identity, in which private television viewers highly motivated to get the entertainment. Motivation differences of watching television related to the differences in viewing behavior, mainly on program choosing, TVRI’s viewers were tend to choose news program for fulfilling information and collective identity motivation. On the other hand, private television viewers were tend to choose non news program which was appropriate with their viewing motivation to get entertainment. Study result showed that viewing motivation which are consist of motivation to get information, motivation to get entertainment, motivation of personal identity, motivation of social interaction and integration, motivation of collective identity not overall related to viewing behavior which are consist of duration, frequency, and program option both TVRI’s and private television viewers. The relation between viewing motivation and behavior can be seen from relation between viewing motivation and program option.
Key words: public television, TVRI, private television
RINGKASAN NADIA MIRANDA. PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON TELEVISI PUBLIK DAN SWASTA. (Di bawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG). Seiring berkembangnya zaman, media massa pun berkembang dengan pesat. Televisi adalah salah satu media massa yang berkembang pesat sebagai sarana yang menyalurkan informasi kepada masyarakat. Stasiun televisi di Indonesia ada sejak berdirinya TVRI pada 1962 silam, yang dalam perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selama 27 tahun, TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia, dan menjadi alat pemerintah. Namun pada akhir tahun 80-an, masyarakat makin berkembang ke arah modernisasi dan mulai jenuh dengan tayangan TVRI, maka berdirilah RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama dinilai berhasil menarik penonton dan akhirnya mulai bermunculan televisi swasta yang lain seperti SCTV, Indosiar, TPI, Trans TV, Trans 7, Metro TV, dan TV One. TVRI yang mulai ditinggalkan penontonnya berusaha mengembalikan citra baik TVRI di mata penontonnya dengan merubah status dari perseroan terbatas (PT) menjadi televisi publik. Perubahan menjadi televisi publik berdasarkan UU No. 32 Th 2002 tentang Penyiaran yang mengatur mengenai berdirinya TVRI sebagai televisi publik di Indonesia. Televisi publik yang merupakan bagian dari lembaga penyiaran publik memiliki fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, pelestari budaya bangsa yang berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Tenggelamnya TVRI diantara televisi swasta, yang ditunjukkan dengan penonton TVRI yang rendah menjadi alasan dilakukan penelitian ini. Perkembangan televisi swasta itu sendiri menyedot perhatian penontonnya dengan berbagai program hiburan dan sedikit mengesampingkan fungsi televisi yang lain sebagai sarana informasi dan edukasi. TVRI yang mengudara sedikit demi sedikit mulai tergeser dan kurang diminati oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah program siaran televisi publik yang sebagian besar berisi informasi dan pendidikan dirasa
kurang menarik bagi masyarakat dan sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan motivasi yang melatarbelakangi penonton untuk menonton televisi publik dengan televisi swasta dan bagaimana hubungannya dengan perilaku menonton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi penonton dalam menonton televisi pada penonton TVRI dan televisi swasta. Motivasi yang diidentifikasi adalah motivasi mendapatkan informasi, motivasi mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi akan identitas kolektif. Tujuan yang lain adalah mengidentifikasi perilaku menonton pada penonton TVRI dan televisi swasta yang terdiri dari durasi, frekuensi, dan pilihan program. Tujuan selanjutnya adalah untuk menganalisis hubungan motivasi dengan perilaku menonton pada penonton TVRI dan televisi swasta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara dengan kuesioner dan data sekunder berasal dari literatur buku panduan profil TVRI dan TVRI jawa Barat. Data yang diperoleh diuji menggunakan crosstabs-chi square untuk melihat hubungan antara motivasi dengan perilaku menonton. Hasil dari uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa memang ada perbedaan motivasi menonton antara penonton TVRI dan penonton televisi swasta. Penonton TVRI memiliki motivasi yang tinggi pada motivasi mendapatkan informasi dan motivasi akan identitas kolektif, sedangkan pada penonton televisi swasta memiliki motivasi yang tinggi pada motivasi mendapatkan hiburan. Perbedaan motivasi menonton ini memiliki hubungan dengan perbedaan perilaku menonton terutama pada pemilihan program. Penonton TVRI cenderung memilih program berita untuk memenuhi motivasi informasi dan identitas kolektif sedangkan penonton televisi swasta lebih memilih program non berita sesuai dengan motivasi menontonnya untuk mendapatkan hiburan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa motivasi menonton yang terdiri dari motivasi mendapatkan informasi, motivasi mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dan motivasi akan identitas kolektif ternyata tidak secara keseluruhan memiliki hubungan dengan perilaku
menonton yang terdiri dari durasi, frekuensi dan pilihan program baik pada penonton TVRI maupun penonton televisi swasta. Hubungan antara motivasi menonton dan perilaku menonton terlihat pada hubungan antara motivasi menonton dengan pilihan program. Saran yang dapat disampaikan melihat hasil dari penelitian ini adalah bahwa televisi publik dalam hal ini TVRI Jawa Barat dan Banten masih memiliki penonton yang setia dan menunggu tayangan-tayangan berkualitas yang disajikan oleh TVRI khususnya mengenai tayangan yang berisikan kebudayaan. Oleh karena itu, TVRI sudah semestinya meningkatkan tayangannya baik dalam hal teknis dan isi siaran agar lebih menarik. TVRI seharusnya melihat bagaimana televisi swasta dapat menarik penonton
dan mencontohnya. Hal yang perlu
dicontoh, bukan mengenai isi programnya, akan tetapi dari segi manajemen, produksi, dan promosi. Dengan begitu, TVRI dapat menyaingi televisi swasta, dengan kemasan menarik akan tetapi tetap mempertahankan visi dan misinya untuk menayangkan program berkualitas dan bertujuan mencerdaskan bangsa.
PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON TELEVISI PUBLIK DAN SWASTA
Oleh: Nadia Miranda I34060964
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Nadia Miranda NRP : I34060964 Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Perbandingan Motivasi dan Perilaku Menonton Televisi Publik dan Swasta Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS NIP. 19630904 199002 2 001 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERBANDINGAN
MOTIVASI
DAN
PERILAKU
MENONTON
TELEVISI PUBLIK DAN SWASTA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor,
Juli 2010
Nadia Miranda I34060964
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Ir. Indrayana LS dan Ir. Alda Djumeralda (Alm). Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SDN 08 Bengkulu. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTPI Al-Azhar 6 Jakapermai dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Labschool Rawamangun Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis menjadi anggota di Divisi Broadcasting Himasiera periode 2009-2010. Selain itu penulis juga menjadi asisten dosen mata kuliah Komunikasi Bisnis pada semester 7 dan 8.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandinganm Motivasi dan Perilaku Menonton Televisi Publik dan Swasta. Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang
telah
membantu
pembuatan
skripsi
ini.
Terima
kasih
kepada
Dr.Ir. Sarwititi S. Agung, MS sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, meluangkan waktu, dan berbagi ilmu sehingga penulis dapat lebih memahami topik bahasan dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak TVRI Jawa Barat dan Banten atas kerjasamanya dan penerimaan yang baik sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi pada penonton TVRI dan televisi swasta serta perbedaan pada perilaku penonton. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena makin tenggelamnya TVRI di kalangan penonton di antara berdirinya televisi swasta. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,
Juli 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai
pihak.
Pihak-pihak
tersebut
telah
membantu
penulis
dengan
menyumbangkan pemikiran, memberikan masukan, dan mendukung penulis baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Allah swt. karena diberikan kesehatan, berkah dan rahmatnya selama menyelesaikan skripsi. 2. Dr. Sarwititi S. Agung sebagai dosen pembimbing studi pustaka, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga studi pustaka ini dapat diselesaikan. 3. Ir. Hadiyanto, Msi sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsi ini. 4. Heru Purwandari, Msi sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsi ini. 5. Keluarga, Bapak, Nenek, Bi Santi, Bi Vita, serta adik yang mencurahkan perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar. 6. Hendra Purwana sebagai teman dekat yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, kasih sayang dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semangatnya dan dukunganya di setiap saat 7. Bapak Endang, kepala produksi TVRI, serta tim kreatif dan produksi TVRI, terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian serta bimbingan, bantuan, dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini. 8. Teman-teman seperjuangan (Riri, Arif, Ayu, Nadra, Uni, Bambel, Aji, Noval, Vio, Vani, Sitha,Ika, Indra, Mian, dll) yang telah memberikan semangat dan bersedia menjadi teman bertukar pikiran. 9. Sahabat-sahabat ressi, odi, abang ade, citra terima kasih atas perhatian, kasih sayang, dan semangat yang terus diberikan sampai saat ini. Terima kasih atas bantuan-bantuannya
12
10. De pukis Tia, Iren, Rio, Ucan, Dea, terima kasih banyak waktunya untuk memberikan semangat, menemani, dan membantu penulis secara moril dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Teman-teman KPM’ers 43 Angel, Bayu, Anin, Abdilah serta teman satu bimbingan Untung, Ajis, Gina dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. 12. Mbak Maria, Mbak Icha, dan Bu Susi yang sangat membantu penulis terkait masalah administrasi. 13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Bogor,
Juli 2010
Penulis
13
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….
iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..
1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………………..
5
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..
5
1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………………………….
5
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ………………………………………………………………...
6
2.1.1 Komunikasi Massa …………………………………………………………
6
2.1.2 Televisi dan Fungsi Televisi ……………………………………………….
7
2.1.3 Televisi Publik ……………………………………………………………..
11
2.1.4 Pendekatan Uses and Gratification ………………………………………...
16
2.1.5 Motivasi Menonton ………………………………………………………...
20
2.1.6 Perilaku Menonton …………………………………………………………
21
14
2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………………….
26
2.3 Hipotesa …………………………………………………………………………
29
2.4 Definisi Operasional …………………………………...………………………..
31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………………
34
3.2 Metode Penelitian ……………………………………………………………….
34
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………...
35
3.4 Teknik Analisis Data ……………………………………………………………
35
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum TVRI ………………………………………………………...
37
4.1.1 Sejarah TVRI ………………………………………………………………
37
4.1.2 TVRI Sebagai Televisi Publik ……………………………………………..
39
4.1.3 Profil TVRI Stasiun Jawa Barat dan Banten ……………………………….
41
4.1.4 Permasalahan TVRI Sebagai Televisi Publik ……………………………...
44
4.2 Gambaran Umum Penonton …………………………………………………….
46
4.2.1 Karakteristik Penonton ……………………………………………………..
46
4.3 Perilaku Penggunaan Media Massa ……………………………………………..
46
15
BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON 5.1 Hubungan Motivasi dengan Durasi Menonton ………………………………….
49
5.1.1 Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Durasi Menonton …..
51
5.1.2 Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Durasi Menonton …...
56
5.1.3 Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Durasi Menonton …….
60
5.1.4 Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Durasi Menonton …………………………………...................................................
64
5.1.5 Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Durasi Menonton …...
68
5.2 Hubungan Motivasi Menonton dengan Frekuensi Menonton …………………..
71
5.2.1 Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Frekuensi Menonton..
72
5.2.2 Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Frekuensi Menonton…
74
5.2.3 Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Frekuensi Menonton….
76
5.2.4 Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Frekuensi Menonton …………………………………...................................................
78
5.2.5 Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Frekuensi Menonton...
79
5.3 Hubungan Motivasi Menonton dengan Pilihan Program ……………………….
81
5.3.1 Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Pilihan Program ……
83
5.3.2 Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Pilihan Program ……..
84
5.3.3 Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Pilihan Program ……...
86
5.3.4 Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Pilihan Program …………………………………………………………………….
87
16
5.3.5 Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Pilihan Program……..
89
5.4 Resume Analisis Hasil Penelitian Hubungan Motivasi Menonton dengan Perilaku Menonton ………………………………………………………………
91
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………...
97
6.2 Saran …………………………………………………………………………….
98
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
100
17
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
Tabel 1
Persentase Karakteristik Penonton TVRI dan Televisi Swasta ………...
46
Tabel 2
Persentase Pilihan Media Massa yang Digunakan Penonton …………..
47
Tabel 3
Persentase Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi ………...
50
Tabel 4
Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi Mendapatkan Informasi pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta …………………..
Tabel 5
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ………………….
Tabel 6
60
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ………………….
Tabel 12
59
Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi Identitas Pribadi pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta …………………………………
Tabel 11
57
Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi Mendapatkan Hiburan pada Penonton TVRI ………………………………………….
Tabel 10
56
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ………………….
Tabel 9
55
Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi Mendapatkan Hiburan pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……………………………
Tabel 8
52
Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi Mendapatkan Informasi Penonton TVRI ……………………………………………...
Tabel 7
52
61
Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi akan Identitas Pribadi pada Penonton TVRI …………………………………………...
63
18
Tabel 13
Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……………
Tabel 14
Persentase Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta….
Tabel 15
67
Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi akan Identitas Kolektif pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……………………………..
Tabel 17
65
Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial Penonton TVRI …………………………………...
Tabel 16
65
69
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ………………….
70
Tabel 18
Persentase Jumlah Penonton Berdasarkan Frekuensi Menonton ……....
72
Tabel 19
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……...
Tabel 20
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……...
Tabel 21
77
Persentase Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta
Tabel 23
75
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……...
Tabel 22
73
78
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta………
80
Tabel 24
Persentase Jumlah Penonton Berdasarkan Pemilihan Program …….......
82
Tabel 25
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta …………..
83
19
Tabel 26
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta …………………...
Tabel 27
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta …………………..
Tabel 28
88
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta ……………………………………………...
Tabel 30
86
Persentase Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta……
Tabel 29
85
90
Tabel Perbedaan Motivasi dan Perilaku Menonton Berdasarkan Tipe Penonton ………………………………………………………………..
91
Tabel 31
Resume Analisis Hubungan Motivasi dengan Durasi Menonton……….
93
Tabel 32
Resume Analisis Hubungan Motivasi dengan Frekuensi Menonton…...
94
Tabel 33
Resume Analisis Hubungan Motivasi dengan Pilihan Program………...
95
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Gambar 1
Matriks Ciri-Ciri Media Penyiaran Publik ………………….....
Gambar 2
Pendekatan Uses and Gratification Menurut Rosengren (1974) dalam Irmawati (2007) …………………………………………
Gambar 3
Halaman 15
19
Bagan Hubungan Motivasi dengan Perilaku Menonton Televisi Publik dan Televisi Swasta ……………………………………...
29
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, media massa pun berkembang dengan
pesat. Salah satu media massa yang berkembang pesat adalah televisi. Televisi merupakan media audio visual yang memberikan informasi secara lengkap dan menarik sehingga masyarakat pun dapat dengan mudah mendapatkan informasi maupun hiburan. Stasiun televisi di Indonesia ada sejak berdirinya TVRI pada 1962 silam, dalam perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selama 27 tahun, TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia, dan menjadi alat pemerintah. Akhir tahun 80-an, masyarakat makin berkembang ke arah modernisasi dan mulai merasa jenuh dengan tayangan TVRI yang pada saat itu masih kental dengan dominasi pemerintah. Pemerintah melalui yayasan TVRI akhirnya mengizinkan RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia untuk memulai siaran dengan izin No 557/DIR/TV/1987. Setelah munculnya RCTI sebagai salah satu stasiun televisi swasta, maka stasiun televisi yang lain pun mulai bermunculan seperti SCTV, Indosiar, TPI, Trans TV, Trans 7, Metro TV, dan terakhir TV One. TVRI dari dulu hingga sekarang lebih menonjolkan tayangan pendidikan, informasi dan kebudayaan, sedangkan televisi swasta menayangkan program yang lebih beragam sesuai dengan keinginan masyarakat saat itu. TVRI yang mulai ditinggalkan penontonnya berusaha mengembalikan citra baik TVRI di mata penontonnya dengan merubah status dari perseroan
22
terbatas (PT) menjadi televisi publik. Perubahan menjadi televisi publik berdasarkan UU No. 32 Th 2002 tentang penyiaran yang mengatur mengenai berdirinya TVRI sebagai televisi publik di Indonesia. TVRI memang sudah ada sejak dahulu, akan tetapi dengan statusnya yang berubah menjadi televisi publik diharapkan dapat memberikan tayangan yang dibutuhkan masyarakat dan menuju bangsa yang cerdas dengan tayangan informatif dan edukatif yang tetap menghibur. Televisi publik yang merupakan bagian dari lembaga penyiaran publik memiliki fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, pelestari budaya bangsa yang berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat (PP No. 11 Th 2005). Berdasarkan fungsinya jelas televisi publik memiliki tujuan yang baik dalam mencerdaskan bangsa, akan tetapi kontroversi pun mulai bermunculan salah satunya adalah apakah televisi publik akan bertahan dengan programnya yang sekarang dengan penonton yang terbatas atau mengikuti tren dan meninggalkan
tujuan awal
pendirian televisi publik. Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi TVRI bagaimana dengan dana yang terbatas harus sedapat mungkin menarik penonton untuk tetap menonton program kebudayaan, informasi, di samping tayangantayangan hiburan yang ditayangkan oleh televisi swasta. Untuk menjalankan fungsinya TVRI memiliki banyak rintangan, salah satunya berasal dari penonton. Penonton yang menonton televisi bertujuan untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah lelah melakukan aktivitas sehari-hari. Dilihat dari kesuksesan televisi publik di negara lain, memang Indonesia masih harus banyak belajar dan berusaha untuk mewujudkan televisi publik yang seutuhnya. Saat ini, TVRI dengan kondisi yang tenggelam di antara televisi swasta yang lain masih terus
23
berusaha memperbaiki kualitas program dan isi program tanpa mengurangi isi dan tujuan utama untuk mencerdaskan bangsa Penelitian sebelumnya oleh Saraswati (2008) mengenai motif dan perilaku menonton menggambarkan mengenai hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan motivasi menonton, preferensi, dan kepuasan menonton film pada siswa sekolah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada umumnya siswa menonton film didasari oleh motivasi pendidikan dan hiburan. Preferensi pemilihan tempat dan jenis film dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara motivasi siswa dengan pilihan lokasi dan jenis film yang ditonton. Siswa yang memiliki motivasi menarik diri cenderung memilih rumah sebagai lokasi menonton film dan siswa yang mempunyai motivasi hiburan cenderung memilih jenis film komedi. Berdasarkan penelitian Asmar (2009) mengenai motivasi, pola dan kepuasan menonton televisi lokal menujukkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi di semua aspek motivasi baik motivasi mendapatkan informasi, mendapatkan hiburan, identitas pribadi, dan motivasi integrasi dan interaksi sosial, akan tetapi motivasi mendapatkan hiburan merupakan motivasi paling tinggi yang dimiliki oleh responden. Penelitian sebelumnya menggambarkan mengenai televisi secara umum, dan televisi lokal, maka pada penelitian kali ini menggambarkan mengenai televisi publik yang sudah mulai tenggelam dan kurang diperhatikan oleh masyarakat. Selain itu, penelitian ini menggambarkan perbedaan antara penonton televisi publik dan swasta pada motivasi dan perilaku menonton yang belum pernah diangkat pada penelitian sebelumnya.
24
Tenggelamnya TVRI diantara televisi swasta, yang ditunjukkan dengan penonton TVRI yang rendah menjadi alasan dilakukan penelitian ini. Perkembangan televisi swasta itu sendiri menyedot perhatian penontonnya dengan berbagai program hiburan dan sedikit mengesampingkan fungsi televisi yang lain sebagai sarana informasi dan edukasi. Survey Research Indonesia (SRI) AC Nielsen menunjukkan bahwa pada tahun 2005 TVRI memiliki penonton paling rendah dibandingkan dengan penonton stasiun televisi yang lain (Zaenal, 2005). TVRI yang mengudara sedikit demi sedikit mulai tergeser dan kurang diminati oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah program siaran televisi publik yang sebagian besar berisi informasi dan pendidikan dirasa kurang menarik bagi masyarakat dan sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan motivasi yang melatarbelakangi penonton untuk menonton televisi publik dengan televisi swasta dan bagaimana hubungannya dengan perilaku menonton. . Melihat permasalahan yang muncul pada televisi publik, maka penelitian ini akan mengangkat mengenai motivasi yang melatarbelakangi penonton yang masih setia untuk menonton televisi publik dan perilaku menonton penonton televisi publik. Di samping itu, penelitian ini juga melihat perbedaan motivasi pada penonton televisi publik dan televisi swasta dan bagaimana hubungan antara motivasi dan perilaku menonton baik penonton televisi publik maupun televisi swasta.
25
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dibuat
pertanyaan
penelitian, yaitu: Bagaimanakah perbedaan motivasi dan perilaku menonton pada penonton TVRI dan televisi swasta?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengidentifikasi motivasi penonton dalam menonton televisi pada penonton TVRI dan televisi swasta.
2.
Mengidentifikasi perilaku menonton televisi pada penonton TVRI dan televisi swasta.
3.
Menganalisis hubungan motivasi dengan perilaku menonton pada penonton TVRI dan televisi swasta.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca dan dapat
menjadi sarana memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai televisi publik, baik secara manajemen, program, dan kendala yang dihadapi oleh televisi publik itu sendiri serta bagaimana respon masyarakat mengenai kehadiran televisi publik di tengah maraknya televisi swasta. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi televisi publik bagaimana manajemen program mereka agar lebih menarik bagi penonton tanpa mengurangi tujuan utama untuk mencerdaskan bangasa.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bittner, dalam Rakhmat (2008) menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada masyarakat, sedangkan menurut Gebner pada Rakhmat (2008) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi pesan yang berlandaskan pada teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu dalam masyarakat. Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar. Dapat diambil garis besar dalam Rakhmat (2008) bahwa komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi interpersonal karena pesan yang disampaikan melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Komunikasi massa memiliki ciri pokok yang membedakan dengan komunikasi interpersonal menurut Elizabeth dalam Rakhmat (2008), yaitu: (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis, (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara komunikan, (3) bersifat terbuka,
27
artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim, (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Dalam Rakhmat (2008) dijelaskan mengenai penggunaan media dan efek terhadap khalayak, seperti : 1.
Perspektif
perbedaan
individu,
yaitu
adanya
perbedaan
individu
(karakteristik kepribadian) di antara khalayak akan menimbulkan efek yang bervariasi. Sikap individu akan menentukan stimuli media dan pemberian makna pada stimuli tersebut. 2.
Perpektif kategori sosial, yaitu adanya kelompok-kelompok dengan kategori sosial tertentu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota) atau agama mempunyai kecenderungan untuk menggunakan media massa yang sesuai dengan tujuan suatu kelompok dengan kategori sosial tertentu dan umumnya kelompok dengan kategori sosial tertentu tersebut mempunyai perilaku yang sama terhadap media massa.
3.
Perspektif hubungan sosial, yaitu adanya kelompok sosial (kategori sosial) dan hubungan sosial yang informal akan mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa.
2.1.2 Televisi dan Fungsi Televisi Dewasa ini media massa semakin berkembang baik cetak maupun elektronik. Salah satu media elektronik yang berkembang pesat adalah televisi. Seluruh lapisan masyarakat pun sudah bisa menikmati siaran televisi baik swasta maupun publik untuk sekedar mencari hiburan atau pun mencari informasi.
28
Menurut Setyobudi dalam Shanti (2008) televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang jauh. Karakteristik televisi menurut Postman dalam Asmar (2009) bahwa (1) pesan dapat sampai kepada pemirsanya tanpa memerlukan bimbingan atau petunjuk, (2) pesan sampai tanpa memerlukan pemikiran, dan (3) televisi tidak memberikan pemisahan bagi para pemirsanya, artinya siapa saja dapat menyaksikan siaran televisi. Menurut Shanti (2008) televisi sebagai media massa menunjukkan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk mendapatkan khalayak penonton serta mengharapkan adanya umpan baik secara langsung maupun tidak langsung. Media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) yaitu, pesan yang disampaikan hanya dapat diterima dan dilihat secara sekilas. Oleh karena itu pesan yang disampaikan harus singkat dan jelas, maksud singkat dan jelas adalah bahwa penyampaian kata harus jelas serta intonansi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. Hal tersebut perlu diperhatikan agar unsur isi pesan dapat dimengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari pemberitaan sebenarnya. Karena sifatnya yang transitory, maka televisi juga memiliki kelemahan sehingga isi pesannya tidak dapat diingat dalam jangka waktu yang lama oleh penonton. Selain itu media televisi terikat oleh waktu tontonan dan penonton tidak dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan secara langsung dan vulgar (Kuswandi, 1996) dalam Kurniasih (2006). Menurut Hofmann (1999) dalam Kurniasih (2006), televisi memiliki beberapa fungsi berdasarkan teori lima fungsi televisi, yaitu sebagai berikut:
29
1.
Fungsi informasi Fungsi informasi, televisi berfungsi
sebagai media yang mengamati
mengenai situasi masyarakat dan dunia. Televisi menginformasikan kejadian yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat disampaikan kepada dunia luar. Apabila fungsi ini dilaksanakan dengan baik, maka televisi dapat
menjadi
media komunikasi
yang demokratis dan
menggambarkan realita sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. 2.
Menghubungkan satu dengan yang lain Televisi dikatakan menyerupai mosaik yang dapat menghubungkan satu informasi yang satu dengan yang lain walaupun tidak dalam waktu yang sama. Pengamatan terhadap satu informasi dapat dikorelasikan dengan informasi yang lain dan lebih mudah mengamati informasi daripada sebuah dokumen tertulis.
3.
Menyalurkan kebudayaan Fungsi televisi ini dapat dikatakan juga sebagai fungsi pendidikan, karena televisi juga ikut dalam menyalurkan dan mengembangkan kebudayaan ke masyarakat luas.
4.
Hiburan Hiburan sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, oleh karena itu televisi menjadi salah satu sarana untuk mendapatkan hiburan. Siaran televisi pun sekarang sudah bervariasi untuk memenuhi kebutuhan hiburan.
30
5.
Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Sebagai sarana komunikasi, dalam hal ini televisi berfungsi sebagai pemberi motivasi dan kesadaran bagi masyarakat apabila terjadi keadaan darurat seperti wabah penyakit. Televisi juga memberikan pengaruh kepada penontonnya, yaitu dapat
meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan. Terkadang televisi memberikan pengetahuan yang belum tentu didapat dari sekolah atau lingkungan sekitar. Selain itu, Tubbs dan Moss (1996) dalam Kurniasih (2006) juga mengatakan bahwa sikap atau perilaku pada diri seseorang dapat diperoleh dari hasil peniruan atau imitasi dengan cara memperhatikan perilaku seseorang atau tokoh pada televisi. Peniruan atau proses imitasi
berlangsung
sepanjang
hidup
seseorang,
terutama
masa-masa
pembentukan pada anak-anak dan remaja. Menurut Schramm dan Porter (1982) dalam Kurniasih (2006) seorang anak atau remaja yang sedang menonton tayangan televisi secara tidak sengaja akan mempelajari atau menemukan hal-hal yang baru kemudian akan diingatnya dan kemudian ditiru. Televisi sebagai salah satu media informatif yang digunakan oleh masyarakat harus memiliki mutu yang baik sehingga fungsinya dapat dijalankan dengan baik. Mutu suatu tayangan televisi dapat dilihat melalui beberapa kriteria atau kebijakan yang telah dimiliki oleh masing-masing stasiun televisi itu sendiri. Kebijakan dan kriteria yang ditetapkan suatu stasiun televisi dilaksanakan untuk menciptakan suatu tayangan yang bermutu sesuai dengan standar masing-masing stasiun televisi. Untuk menciptakan suatu tayangan televisi yang bermutu dapat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti yang dikutip dari Silitonga (2009) yaitu:
31
(1) materi yang aktual, faktual, dan sesuai dengan kebutuhan khalayak, dan (2) kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak. Tidak hanya dari segi programnya saja yang dapat dinilai akan tetapi juga dari penyiar yang memandu suatu program sebaiknya berpenampilan menarik dan berwawasan luas, sehingga kemasan dari suatu program menjadi lebih sempurna. Menurut Masduki dalam Jubido (2007), bahwa presenter atau penyiar harus memiliki sikap, bahasa, dan memiliki wawasan professional. Menurut Jubido (2007), keunggulan sebuah penyiaran ditentukan oleh lima faktor, yaitu (1) materi yang sesuai dengan kebutuhan pendengar, (2) kemasan acara yang interaktif dan memikat, (3) pemanduan yang kreatif, (4) penempatan waktu penyiaran pada jam penyiaran utama, dan (5) interaksi/ partisipasi penonton.
2.1.3 Televisi Publik Televisi sebagai salah satu media informatif yang dikenal masyarakat Indonesia terdiri dari televisi swasta, nasional, komunitas dan publik (UU No 32 Th 2002). TVRI yang dulunya dikenal sebagai televisi nasional, mulai tahun 2005 sudah berubah status menjadi televisi publik. Televisi publik di Indonesia memang baru dikenalkan dan menjadi status baru bagi TVRI, akan tetapi televisi publik sudah sejak lama berhasil di dunia mulai tahun 1967. Penyiaran publik atau public broadcast di dunia, awalnya dikenal dengan penyiaran tidak komersial atau televisi edukasi sampai tahun 1967 di dunia. Sebagian besar program televisi adalah instruksional dan pendapat kritis untuk mengurangi kebodohan, berdasarkan rekomendasi dari komisi Carnegie, kongres telah memberi wewenang kepada Public Broadcast Act untuk mengatur uang
32
yang akan digunakan untuk membangun fasilitas yang baru dan mendirikan Corporation for Public Broadcast (CPB), merupakan organisasi yang mengawasi TV nonkomersial dan mendistribusikan dana untuk program TV. Pemerintah juga mendirikan Public Broadcasting System (PBS), organisasi yang bertugas agar performa TV nonkomersial menyerupai
jaringan TV komersial dalam hal
promosi dan distribusi program di antara anggota stasiun (Dominick, 2002). Penyiaran publik adalah penyiaran yang dimiliki publik, yakni negara, pemerintah, atau organisasi publik sebagai tandingan dari kepemilikan swasta. Penyiaran ini didalamnya mengandung 'layanan publik' berupa penyebarluasan program kepentingan dan minat publik, seperti pendidikan, budaya, atau informasi yang
membantu
masyarakat
dalam
kehidupan
sehari-hari
(Asia-Pacific
Broadcasting Union, 1999). Perkembangan penyiaran publik di Indonesia pun mulai berkembang dan menurut PP No. 11 Tahun 2005 pasal 1 yang mendefinisikan lembaga penyiaran publik sebagai lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Fungsi dari lembaga penyiaran publik (PP No. 11 Tahun 2005) adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, pelestari budaya bangsa yang berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Penyiaran publik dibangun berdasarkan partisipasi publik, maka fungsi dan nilai kegunaan penyiaran publik ditujukan untuk kepentingan dan menampung aspirasi publik.
Publik itu sendiri dapat diartikan sebagai khalayak (pemirsa atau
33
pendengar) dan sebagai partisipan yang aktif . Sedangkan menurut
Laswell
(1948) dalam Prakosa (2008) fungsi lembaga penyiaran sebagai : 1.
Pengawas sosial. Yaitu sebagai upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
2.
Korelasi sosial. Merujuk pada upaya pemberian interpretasi dan informasi yang menghubungkan satu krlompok sosial dengan kelompok sosial lainnya antara satu pandangan dengan pandangan lainnya dengan tujuan mencapai konsensus.
3.
Transmisi warisan budaya. Fungsi ini, merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Definisi mengenai media penyiaran publik dikemukan oleh Wuryata
(2006) bahwa media penyiaran publik dikatakan sebagai media yang: (1) tersedia secara general-geografis, (2) memiliki perhatian utama terhadap identitas dan kultur nasional, (3) bersifat independen, (4) memiliki imparsialitas program, (5) memiliki ragam varietas program, dan (6) pembiayaannya dibebankan kepada pengguna media. Media penyiaran publik dinilai sebagai media yang mengesampingkan sisi komersial dan dapat memenuhi aspirasi publik disamping bermunculannya media massa komersial yang mengesampingkan fungsi penyiaran sebagai edukasi yang berpihak pada publik. Dengan adanya penyiaran publik ini diharapkan dapat menampung aspirasi publik dan melayani kepentingan publik. Selain itu menurut Wuryata (2006) diharapkan penyiaran publik dapat
34
memfasilitasi berlangsungnya kegiatan kultural dalam berbagai aspek kehidupan fungsional. Dalam dunia media internasional, televisi publik
tidak seperti TV
komersial. Televisi publik mendapatkan sebagian besar dukungan dan dana dari pemerintah. Sekitar 30% pendapatan TV publik berasal dari pemerintah, pemerintah lokal menjadi langganan TV publik dengan membayar biaya tahunan kepada stasiun TV lokal di luar 30% pendapatan dari pemerintah. Dukungan untuk program dari rekening bisnis sekitar 23%, pemasukan ini berasal dari yayasan, universitas swasta, dan pelelangan yang diadakan beberapa stasiun TV (Dominick. 2002). Tidak jauh berbeda dengan televisi publik yang dikenal di dunia, konsep televisi publik di Indonesia juga hampir sama, yaitu bahwa TV publik menganggap warga negara punya hak dan kebutuhan program lebih bermanfaat, seperti: program pendidikan yang instruksional, program tentang kedalaman & keteguhan agama serta budi pekerti, program budaya & tradisi serta kearifan lokal, program yang membuka diskusi dengan argumen yang baik dan pencarian atau solusi untuk meningkatkan apresiasi terhadap kemajemukan. Isi siaran dari televisi publik mengandung 60% siaran dalam negeri, dan memberikan perlindungan kepada penonton tertentu seperti anak-anak dan remaja dari tayangan yang tidak seharusnya dikonsumsi. Berbeda dengan program yang ditayangkan televisi swasta yang hanya mementingkan keuntungan perusahaan tanpa memperhatikan kualitas program yang ditayangkan. Tujuan penyiaran di Indonesia adalah untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, me-
35
majukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri. Asas penyiaran televisi publik yaitu manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab. Asas dan tujuan ini tidak hanya berlaku untuk TV publik, namun berlaku juga untuk semua bentuk penyiaran termasuk TV swasta. Untuk lebih jelasnya, ciri-ciri media penyiaran publik yang membedakan dengan penyiaran komersial adalah sebagai berikut. Gambar 1.
Matriks Ciri-Ciri Media Penyiaran Publik
Ciri-ciri penyiaran publik
Stephen Ostertag (2002)
Dominick (2002)
Namsu Park (2007)
Sumber Dana
Pemerintah, donasi dari masyarakat
Pemerintah, akademisi, organisasi komunitas
Pemerintah dan iklan
Jenis Program
Dokumenter, edukasi, seni, budaya, dan ilmu pengetahuan
Nasionalisme dan pendidikan
Isu sosial, budaya, dokumenter
Sasaran Khalayak
Kaum minoritas
Semua umur
Semua forum grup sosial
Prioritas/ fokus
Aksesibilitas publik dan memenuhi keinginan publik
-
Melindungi komunikasi publik dan fungsi sosialbudaya media
Setelah melihat ciri-ciri penyiaran publik tersebut menurut beberapa sumber dapat dilihat berdasarkan sumber dana, jenis program, sasaran khalayak, dan prioritas/fokus. Menurut Ostertag (2002) sumber dana penyiaran publik itu berasal dari pemerintah dan donasi masyarakat. Dominick (2002) mengatakan bahwa sumber dana penyiaran publik berasal dari pemerintah, akademisi, dan
36
organisasi komunitas, sedangkan menurut Park (2007) sumber dana penyiaran publik berasal dari pemerintah dan iklan. Ciri-ciri penyiaran publik yang lain adalah berdasarkan jenis program, menurut Ostertag (2002) dan Park (2007) jenis program yang ditayangkan lembaga penyiaran publik meliputi dokumenter, isu sosial, budaya, edukasi dan ilmu pengetahuan. Jenis program penyiaran publik menurut Dominick (2002) adalah program nasionalisme dan pendidikan. Berdasarkan pendapat ketiga sumber, dapat dilihat kesamaan bahwa penyiaran publik mengedepankan jenis program pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya. Sasaran khalayak penyiaran publik digolongkan menjadi kaum minoritas
Ostertag (2002) semua umur
Dominick (2002), dan forum grup sosial Park (2007). Ciri penyiaran publik yang terakhir menurut Ostertag (2002) dan Dominick (2002) adalah berdasarkan prioritas/ fokus. Berdasarkan prioritas/fokus ciri-ciri penyiaran publik adalah aksesibilitas publik dan memenuhi keinginan publik, dan melindungi komunikasi publik dan fungsi sosial-budaya media. Secara umum, dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri televisi publik yang membedakan dengan televisi swasta, yaitu independen, mandiri, dan netral. Sedangkan penyiaran swasta dalam memiliki tiga aspek yang menjadi ciri pada masa penyiaran komersial, yaitu penurunan keberagaman budaya, peningkatan profesionalisme, dan penurunan lokalisme stasiun penyiaran.
2.1.4 Pendekatan Uses and Gratification Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologi dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber lain
37
yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan lain termasuk yang tidak kita inginkan. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa khalayak dianggap aktif, dan dalam proses komunikasi massa khalayak dapat memilih media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasaan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Masyarakat menggunakan media massa karena didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Misalnya ketika ingin mencari kesenangan media massa dapat memberi hiburan, dan ketika dalam kesepian media massa dapat berfungsi sebagai teman untuk menghilangkan kesepian. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial dan media massa sebagai salah satu alat yang dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Model-model uses and gratification dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau kelomopk-kelompok individu. Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori ini menurut Katz et al (1974) dalam Rakhmat (2008) adalah: 1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak menggunakan media massa karena memiliki tujuan tertentu. 2. Dalam proses komunikasi inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media tergantung pada kebutuhan 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari kebutuhan manusia yang luas. Bagaimana
38
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media sangat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Tujuan pemilihan media massa berdasarkan kepada kepentingan dan motif- motif tertentu dari khalayak. 5. Penilaian mengenai media massa dilakukan oleh masyarakat terlebih dahulu baru dilakukan oleh budaya organisasi media massa. Masyarakat menggunakan media massa karena didorong oleh beraneka ragam motif. Pada setiap individu, motif yang mendorong konsumsi media itu tidak sama. Misalnya seseorang menonton televisi dengan motif mencari informasi maka akan lebih memilih untuk menonton siaran berita, berbeda dengan orang lain yang menonton televisi karena motif mencari hiburan maka tidak akan melihat siaran berita melainkan lebih memilih untuk melihat siaran musik. Perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Menurut McQuail (2003) model pendekatan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan merupakan penggunaan media atau suatu proses interaksi, yaitu hubungan isi media, kebutuhan individu, persepsi, peranan nilai, dan konteks sosial di mana seseorang berada. Secara sederhana, pendekatan ini berusaha menjelaskan suatu cara di mana individu menggunakan komunikasi di antara berbagai sumber dalam lingkungan mereka untuk memuaskan kebutuhan mereka dan untuk mencapai tujuan mereka. Usaha ini didorong oleh adanya beberapa kebutuhan dalam dirinya yang dapat dipenuhi oleh media massa. Bila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, maka akan tercapai kepuasan yang disebut sebagai kepuasan media (media gratification).
39
Gambar 2.
Pendekatan Uses and Gratification Menurut Rosengren (1974) dalam Irmawati (2007) Struktur Sosial
Kebutuhan Dasar
Penerimaan Masalah
Motif
Penerimaan Solusi
Perilaku Media
Kepuasan atau Bukan Kepuasan
Perilaku Lain
Karakteristik Individu
Berdasarkan gambar di atas, menurut Rosengren, dalam Irmawati (2007) kebutuhan dasar individu menjadi titik awal dari semua persoalan. Kebutuhan dasar ini akan beriteraksi dengan karakteristik individu dan bersangkutan dengan keadaan struktur lingkungan sosial. Persoalan yang dimiliki individu akan menimbulkan motif tertentu dalam memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan. Dalam proses mendapatkan kepuasan setiap individu memiliki motif tertentu dan menghasilkan perilaku media dan perilaku lainnya. Dengan adanya kebutuhan, motif, yang berbeda antar individu maka menghasilkan perilaku yang berbeda pula. Sejumlah orang akan mencari sesuatu yang menghibur, atau ada yang ingin mencari informasi, dan sejumlah lainnya bahkan tidak menggunakan media sama sekali.
40
2.1.5 Motivasi Menonton Pengertian motif menurut M. Sherif dan C.W. Sherif (1996) dalam Irmawati (2007), adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang berasal dari fungsi-fungsi tersebut. Seseorang memiliki motif yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain dalam menggunakan media massa. Sama halnya dengan yang diungkapkan McGuire dalam Rakhmat (2008) yang mengelompokkan motif manusia dalam menggunakan media massa menjadi dua kelompok besar, yaitu: (1) motif kognitif, merupakan motif yang menekankan pada kebutuhan akan informasi, (2) motif afektif, merupakan motif dalam menggunakan media massa yang berhubungan dengan aspek perasaan emosional tertentu. McQuail (1987) menyatakan sejumlah motif penggunaan media massa sebagai berikut: 1
Informasi a)
mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia
b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah-masalah praktis, pendapat serta hal yang berkaitan dengan menentukan pilihan. c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum d) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan e) Belajar, pendidikan diri sendiri 2.
Identitas Pribadi a) Menentukan penunjang nilai-nilai pribadi
41
b) Menentukan model perilaku c) Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) d) Meningkatkan sebuah pemahaman tentang diri sendiri 3.
Integrasi dan interaksi sosial a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial b) Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki c) Menentukan bahan percakapan dan interaksi sosial d) Memungkinkan seseorang untuk menghubungi sanak keluarga, teman dan masyarakat
4
Hiburan a) Melepaskan diri atau terpisah dari masalah b) Bersantai c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d) Mengisi waktu e) Penyaluran emosi d) Membangkitkan gairah seks
Motif menonton masyarakat dapat dilihat berdasarkan teori uses and gratification yang
juga mendasari faktor yang mempengaruhi masyarakat
terhadap perilaku menonton televisi publik. Perilaku masyarakat untuk menonton televisi didasarkan kepada motif serta kegunaan dan kepuasaan masyarakat, hal ini dapat menunjukkan bagaimana reaksi masyarakat terhadap televisi publik daripada televisi swasta berdasarkan kegunaan dan kepuasaan masyarakat.
42
Motif penggunaan media massa secara umum adalah untuk memperoleh informasi, hiburan, karena identitas pribadi, interaksi dan integrasi sosial. Akan tetapi pada motif menonton televisi publik ada motif lain yang mempengaruhi perilaku menonton yaitu identitas kolektif. Identitas kolektif disini adalah alasan menonton televisi publik untuk menjalin hubungan kaum minoritas yang sama dan mencari isu sosial. Televisi publik juga menampilkan program yang mewadahi kaum minoritas, dan berbagai macam perspektif mengenai isu sosial. Survey AC Nielsen1 Pada tahun 2003, 63 persen penonton televisi tertarik pada berita. Hanya berselang dua tahun, pada tahun 2005 hanya 23 persen penonton televisi yang tertarik pada berita dan 63 persen tertarik pada hiburan dan kekerasan. Secara umum, survey AC Nielsen tahun 2005 juga menemukan bahwa dalam 12 bulan terakhir setiap hari orang Indonesia yang menonton televisi sebanyak 83 persen (http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2005/09/27/brk,2005092767125,id.html). Hal ini menunjukkan bahwa motif menonton masyarakat mulai bergeser, motif mencari hiburan lah yang menjadi motif utama masyarakat dalam menonton televisi. Tujuan dari program televisi publik dapat mewadahi motif
menonton
masyarakat. Akan tetapi masih ada kendala yaitu proses produksi dan penyajian program itu sendiri. Perilaku menonton masyarakat tidak dapat dipungkiri tidak hanya karena motif ingin mendapatkan informasi atau identitas kolektif akan tetapi masyarakn at juga membutuhkan hiburan. Hal tersebut menjadi salah satu kendala untuk televisi publik bersaing dengan televisi swasta dewasa ini. Kurangnya respon dari masyarakat terjadi karena faktor-faktor penghambat sehingga menjadikan televisi publik tidak dapat mengoptimalkan tayangannya dan
43
fasilitas programnnya. Faktor penghambat itu antara lain dana operasional, minimnya SDM profesional, dilemma penyiaran, dan kurangnya kesiapan televisi publik dalam menyiarkan program terutama program hiburan
2.1.6 Perilaku Menonton Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan, tidak hanya badan atau ucapan saja akan tetapi perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang. Rosengren (1974) dalam Cecilia (2007) melihat perilaku penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Lowery dan De Fleur (1993) dalam Cecilia (2007) menyebutkan tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur perilaku menonton yaitu total waktu menonton, frekuensi menonton, dan pilihan program acara yang ditonton. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku meliputi karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Perilaku seseorang juga didorong oleh motif-motif untuk memenuhi kebutuhan. Herlina (1999) mendefinisikan perilaku menonton televisi sebagai tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Terdapat tiga hal yang bisa menjadi alat ukur untuk mengidentifikasi perilaku anak-anak dan remaja dalam menonton televisi menurut Lowery dan DeFleur dalam Herlina (1999) yaitu total waktu yang digunakan
44
untuk menonton televisi, pilihan acara yang ditonton dalam sehari serta acara yang paling disukai dan frekuensi menonton acara televisi. Banyak variabel yang mempengaruhi
perilaku
menonton
seseorang,
DeFleur
(1982)
dalam
Herlina (1999) menjelaskan bahwa perilaku menonton televisi berjalan seiring dengan umur seseorang. Seseorang mulai tertarik untuk menonton televisi pada usia tiga tahun dan semakin bertambah umur maka waktu yang digunakan untuk menonton televisi semakin banyak sampai usia seseorang mencapai 12 tahun. Jenis kelamin juga merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku individu dalam menonton. Badriah (2003) menjelaskan bahwa wanita lebih tertarik pada acara hiburan, drama, komedi, dan kuis sedangkan laki-laki lebih banyak menonton acara yang bersifat informasi dan hiburan action. Kurniasih (2006) menjabarkan hasil-hasil penelitian mengenai perilaku menonton, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara motivasi remaja menonton acara televisi dengan lama menonton televisi pada remaja tingkat SLTP paling banyak tergolong penonton dengan motivasi afektif dan motivasi pelepasan ketegangan. Pada remaja tingkat SMU remaja dengan motivasi afektif mempunyai jumlah yang seimbang antara penonton ringan dan penonton berat. Terdapat hubungan antara motivasi menonton acara televisi dengan jenis acara yang ditonton. Pada tingkat SLTP, acara hiburan anak paling banyak ditonton dengan motivasi afektif sedangkan acara hiburan drama paling banyak ditonton dengan motivasi pelepasan ketegangan. Pengaruh siaran televisi terhadap emosi pada remaja SLTP dan SMU menunjukkan bahwa 75 persen memberikan reaksi sesuai dengan acara yang ditontonnya. Badriah (2003) yang melakukan penelitian mengenai motivasi, perilaku dan pemenuhan kebutuhan remaja dari acara hiburan
45
televisi mengatakan remaja di kota memiliki motivasi informasi dan motivasi integrasi serta interaksi yang lebih tinggi dibandingkan remaja di desa. Menurut penelitian Greenberg dalam Kurniasih (2006) menyatakan bahwa setiap individu membentuk pola tertentu dalam menggunakan media massa. Jika pola dan motif anak-anak dalam menggunakan media dapat diidentifikasikan, maka pola tersebut akan terus menjadi pola dasar dan penggunaan orientasi orang dewasa terhadap media massa. Pola dan motif ini penting diketahui sebagai dasar untuk mengidentifikasi potensi efek dan perubahan perilaku sosial yang mungkin terjadi akibat penggunaan suatu media. Hasil penelitian Budayatna dalam Cecilia (2007) mengenai perilaku menonton pada remaja menunjukkan bahwa dimensi-dimensi perilaku terdiri dari frekuensi, motif atau alasan seeorang berperilaku, jenis tontonan, dan hubungan antara individu dengan isi media. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara faktor-faktor atau alasan menonton dengan perilaku menonton dalam Testiandini (2006) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara alasan informasi dengan lama menonton televisi, frekuensi menonton televisi, dan pilihan sinetron religious dikarenakan remaja menonton tayangan sinetron religious hanya untuk mengisi waktu luang saja. Kemudian, tidak terdapat hubungan yang nyata juga antara alasan identitas pribadi dengan lama menonton televisi, frekuensi menonton, dan pilihan sinetron religious. Untuk alasan integrasi dan interaksi sosial juga ternyata tidak memiliki hubungan yang nyata dengan lama menonton televisi, frekuensi menonton, akan tetapi terdapat hubungan yang nyata antara interaksi dan integrasi sosial dengan pilihan sinetron. Adanya hubungan yang nyata antara alasan interaksi dan integrasi sosial dengan
46
pilihan sinetron dikarenakan dari hasil wawancara bahwa para remaja membicarakan mengenai sinetron religious misteri yang secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa remaja menonton tayangan sinetron religious agar dapat dijadikan bahan pembicaraan. Alasan hiburan juga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan lama menonton, frekuensi menononton, dan pilihan sinetron. Berdasarkan penelitian Asmar (2009) bahwa terdapat hubungan yang nyata antara motif menonton televisi dengan pilihan acara. Setiap individu akan memilih tayangan sesuai motif menonton. Responden yang memiliki motif informasi tinggi memilih jenis acara seperti program berita, talkshow, dialog, dan informasi olahraga. Responden dengan motif identitas pribadi yang tinggi akan memilih jenis acara pendidikan, sedangkan responden yang memiliki motif interaksi dan integrasi sosial tinggi akan memilih jenis acara informasi karena melalui acara ini responden dapat memenuhi motif berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Responden yang memiliki motif hiburan yang tinggi akan memilih jenis acara hiburan. Semakin tinggi motif seseorang menonton televisi maka akan semakin lama mereka menonton televisi, rata-rata di setiap motif menghabiskan waktu tiga sampai lima jam untuk menonton acara televisi yang dibutuhkan.
2.2
Kerangka Pemikiran Motif menjadi suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang
melakukan sesuatu, oleh karena itu masyarakat memiliki motif tersendiri untuk tetap menonton televisi publik di tengah marak bermunculannya televisi swasta. Motif masyarakat untuk menonton televisi umumnya yaitu: informasi, identitas
47
pribadi, integritas dan interaksi sosial, dan hiburan. Akan tetapi pada motif menonton televisi publik ada motif lain yang mempengaruhi perilaku menonton yaitu identitas kolektif. Identitas kolektif disini adalah mengenai kesamaan kebutuhan atau minat dalam menonton televisi. Identitas kolektif ini terbentuk karena adanya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan program informasi, edukasi, dan hiburan berkualitas dan sebagai alternatif program televisi swasta. Televisi publik juga menampilkan program yang mewadahi kaum minoritas, dan berbagai macam perspektif mengenai isu sosial. Identitas kolektif ini dapat diwadahi melalui jaringan sosial seperti Facebook , mereka yang merasa ingin memajukan TVRI membentuk suatu grup dalam Facebook yang diberi nama aku cinta TVRI. Motif menonton mempengaruhi perilaku menonton masyarakat, hal ini karena perilaku masyarakat dalam menonton televisi didasari oleh kebutuhan atau dorongan akan sesuatu. Perilaku menonton televisi meliputi pilihan program, durasi, dan frekuensi. Dalam hal ini, pilihan program adalah pilihan masyarakat terhadap suatu program baik pada televisi swasta maupun televisi publik. Frekuensi menonton dapat dilihat dari banyaknya masyarakat menonton suatu program dari televisi swasta maupun televisi publik. Sedangkan durasi merupakan lamanya masyarakat menonton suatu program yang berasal dari televisi swasta maupun televisi publik. Perilaku menonton masyarakat yang meliputi pilihan program, durasi dan frekuensi dapat mencerminkan persaingan antara televisi swasta dan televisi publik. Hal ini dapat dilihat dari semua aspek misalnya pilihan program, masyarakat memilih program hiburan, informasi, atau edukasi yang berasal dari
48
televisi swasta atau televisi publik. Perilaku menonton yang merupakan aktivitas yang dilakukan oleh penonton ketika saat menonton televisi dapat dipengaruhi oleh motivasi menonton televisi. Penelitian ini menggunakan tipe penonton sebagai variabel kontrol di luar variabel motivasi dan perilaku menonton karena dianggap sebagai variabel luar yang dapat mempengaruhi, seperti yang diungkapkan oleh Singarimbun (1987) bahwa variabel kontrol adalah variabel luar yang mempengaruhi hubungan dua variabel yang diteliti, tanpa mengganggu variabel lain. Menurut Rosenberg dalam Singarimbun (1987) seorang peneliti hanya perlu memperhatikan variabel kontrol dalam penelitiannya jika dari perhitungan statistik ternyata variabel tersebut mempunyai kaitan baik dengan variabel terpengaruh maupun variabel pengaruh. Tipe penonton yang dibagi menjadi penonton televisi publik (TVRI) dan penonton televisi swasta dapat mempengaruhi motivasi menonton yang kemudian juga berpengaruh terhadap perilaku menonton penonton. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan antara motivasi dan perilaku menonton televisi publik dengan televisi swasta. Diduga pada penonton televisi publik lebih memilih untuk menonton program yang bersifat informatif dan edukatif sedangkan untuk penonton televisi swasta lebih memilih untuk menonton program yang bersifat hiburan. Perilaku penonton televisi publik lebih dipengaruhi oleh motivasi mendapatkan informasi, dan identitas kolektif. Sedangkan penonton televisi swasta lebih dipengaruhi oleh motivasi untuk mendapatkan informasi. Adapun hubungan motivasi menonton dengan perilaku menonton penonton dapat dilihat melalui bagan berikut ini.
49
Gambar 3.
Bagan Hubungan Motivasi dan Perilaku Menonton Televisi Publik dan Televisi Swasta
Tipe Penonton
Motivasi Menonton Mendapatkan Informasi Identitas Pribadi Integrasi dan interaksi sosial Mendapatkan Hiburan Identitas kolektif
Perilaku Menonton Durasi menonton Frekuensi Menonton Pilihan Program
Keterangan: Hubungan Variabel Kontrol
2.3
Hipotesa Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan, maka dapat
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara tipe penonton dengan motivasi menonton dan perilaku menonton 2. Terdapat hubungan antara motivasi menonton dengan durasi menonton
50
a. Terdapat hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan durasi menonton. b. Terdapat hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton. c. Terdapat hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton. d. Terdapat hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton e. Terdapat hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton. 3. Terdapat hubungan antara motivasi menonton dengan frekuensi menonton. a. Terdapat hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan frekuensi menonton. b. Terdapat hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan frekuensi menonton. c. Terdapat hubungan antara motivasi akan interaksi dan integrasi sosial dengan frekuensi menonton. d. Terdapat hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan frekuensi menonton. e. Terdapat hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan frekuensi menonton. 4. Terdapat hubungan antara motivasi menonton dengan pilihan program.
51
a. Terdapat hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan pilihan program. b. Terdapat hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan pilihan program. c. Terdapat hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan pilihan program. d. Terdapat hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan pilihan program. e. Terdapat hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan pilihan program.
2.4
Definisi Operasional
1.
Motif menonton adalah faktor-faktor yang mendorong responden untuk menonton program acara di TVRI dibandingkan program dari stasiun televisi lain. Motif menonton televisi publik dibagi menjadi: a.
Motif informasi adalah alasan responden menonton televisi publik untuk mendapatkan informasi mengenai dunia luar, dan memuaskan rasa ingin tahu.
b.
Motif identitas pribadi adalah alasan responden menonton televisi publik untuk menguatkan identitas pribadi dan pemahaman mengenai diri sendiri.
c.
Motif integrasi dan interaksi sosial adalah alasan responden menonton televisi publik untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain,
52
mengetahui tentang keadaan orang lain, dan berinteraksi dengan orang lain. d.
Motif hiburan adalah alasan responden menonton televisi publik untuk melepaskan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan.
e.
Motif identitas kolektif adalah alasan responden menonton televisi publik untuk menjalin hubungan kaum minoritas yang sama dan mencari isu sosial.
Perhitungan skor untuk masing-masing motivasi dibagi menjadi dua, tahap pertama perhitungan skor diurutkan berdasarkan media massa yaitu televisi, radio, koran, majalah, dan
internet yang dianggap dapat
memenuhi motivasi menonton. Peringkat mulai dari 0 untuk media yang paling jarang digunakan dan peringkat 5 untuk media yang paling sering digunakan untuk memenuhi motivasi responden. Tahap kedua, karena ingin melihat motivasi menonton televisi maka motivasi menonton dibagi menjadi dua, yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah. motivasi tinggi adalah responden yang memilih televisi dengan urutan tertinggi diantara pilihan media yang lain.
Responden yang
memilih televisi menjadi peringkat media tertinggi diberi skor 2, dan responden yang memilih media massa lain dengan peringkat tertinggi diberi skor 1.
2.
: 2 – 40
a.
Motivasi tinggi
b.
Motivasi rendah : 1- 20
Perilaku menonton adalah tindakan responden dalam menonton televisi diukur dari frekuensi menonton, durasi menonton, dan pilihan program.
53
a. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden dalam menonton tayangan televisi publik dalam satu minggu. Tingkat keseringan menonton dapat diukur dan dikategorikan menjadi: a. Rendah
0 - 28 kali dalam seminggu
b. Tinggi
29 – 83 kali dalam seminggu
b. Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi publik perhari. Diukur berdasarkan rata-rata jumlah jam menonton dalam satu minggu dikategorikan menjadi:
c.
a. Rendah
0 – 14 jam dalam seminggu
b. Tinggi
14,5 – 41,5 jam dalam seminggu
Pilihan program adalah program acara yang dipilih oleh responden sesuai kebutuhan dari semua jenis tayangan yang disiarkan oleh televisi publik. a. Berita
: Program berita merupakan program yang ditayangkan televisi yang bertujuan untuk menyampaikan berita dan informasi
baik secara
formal (hard news) maupun soft news. b. Non Berita.
: Program non berita merupakan program yang ditayangkan televisi yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada penonton.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengenai televisi publik, dan televisi publik di Indonesia
adalah TVRI, maka televisi yang menjadi objek penelitian adalah TVRI. Lokasi penelitian yang dipilih adalah TVRI Jawa Barat dan Banten, hal ini karena TVRI Jawa Barat dan Banten lebih mudah dijangkau dan memiliki program lokal tersendiri. Penelitian ini dilakukan di Cibaduyut, tempat ini dipilih karena porposi siaran TVRI dengan televisi swasta sama dan karena dekat dengan lokasi stasiun TVRI Jawa Barat dan Banten sehingga sebagian besar masyarakat menonton televisi publik. Penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan kemudahan akses penelitian. Pengambilan data penelitian ini dimulai pada Februari – Maret 2009.
3.2
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
dipilih karena penelitian ini menggunakan uji hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton berdasarkan tipe penonton, yaitu penonton televisi publik dan penonton televisi swasta. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk mendukung hasil olahan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperkuat metode kuantitatif yang diambil dengan wawancara terhadap karyawan TVRI.
55
3.3
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maka data yang
dihasilkan adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data primer yang merupakan data kuantitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner kepada responden. Pengambilan sampling digunakan teknik sampling kuota, sampling kuota ini adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan (Kriyantono, 2008). Jumlah responden yaitu 50 responden yang dibagi menjadi dua kuota, yaitu 25 responden yang memenuhi kriteria penonton TVRI Jawa Barat dan Banten dan 25 responden penonton televisi swasta. Data sekunder berupa data-data yang berasal dari sumber literatur mengenai profil dan program yang disajikan oleh TVRI Jawa Barat dan Banten.
3.4
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari wawancara hasil kuesioner terhadap responden
dianalisis untuk mengetahui hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton dan menggunakan tabel, melalui tabulasi silang dan tabulasi frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk mengetahui frekuensi dari data penelitian (Kriyantono, 2008). Tabel frekuensi dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden seperti jenis kelamin, umur, dan pekerjaan, tabel motivasi untuk menonton televisi, perilaku menonton televisi, serta tabel pemilihan media. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan motivasi menonton dan perilaku menonton adalah analisis crosstabs- chi square. Analisis
56
Crosstab merupakan analisis dasar untuk hubungan antar variabel kategori (nominal atau ordinal). Analisis crosstabs-chi square, yang mengukur hubungan anatara data nominal. Hubungan yang diukur adalah motivasi menonton dengan perilaku antara penonton televisi publik (TVRI) dan penonton televisi swasta.
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum TVRI 4.1.1 Sejarah TVRI TVRI resmi berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962 dan beberapa kali mengalami perubahan status hukum institusinya sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi pemerintahan. Hal ini dikarenakan TVRI merupakan media massa elektronik yang sepenuhnya milik pemerintah. TVRI mengudara pertama kali pada saat pembukaan Asian Games IV yang dilakukan oleh Presiden Soekarno di Senayan. Pada saat itu, TVRI merupakan bagian dari biro radio dan televisi – Organic Comitte Asian Games IV yang artinya bahwa status hukum TVRI pada waktu itu berada pada naungan OC Asian Games IV dan buka di bawah Departemen Penerangan. Berakhirnya Asian Games IV tahun 1962 membuat TVRI mengalami stagnasi, akan tetapi setelah itu TVRI mengudara secara tetap dimulai tanggal 12 November 1962. TVRI untuk pertama kali menayangkan siaran iklan pada tanggal 1 Maret 1963, kemudian status hukum institusi pun ditetapkan melalui keputusan Presiden Republik Indonesia No. 215 th 1963 sebagai Yayasan Republik Indonesia. Sejak saat itu TVRI menyelenggarakan siarannya mengandalkan pembiayaan dari subsidi pemerintah, iuran wajib dari pemilik pesawat penerima televisi dan hasilhasil pendapatan dari kegiatan lain. Pendapatan dari iuran televisi dan dana siaran iklan ditetapkan dengan Keppres No.218 th 1963. Status hukum sebagai yayasan Republik Indonesia berlangsung sampai tahun 1975. TVRI sebagai yayasan Republik Indonesia bekerja berdasarkan prinsip-prinsip penyiaran yang bebas dan
58
mandiri, dalam hal ini TVRI menyelenggarakan siarannya secara netral dan mandiri karena tidak ada pihak yang mencampuri pengelolaan manajemen dan kebijakan siaran kecuali pimpinan umum dan direksi. Status TVRI mulai dirubah lagi melalui Menteri Penerangan, saat itu TVRI memiliki status hukum ganda yaitu sebagi yayasan dan Unit Pelaksana Teknis Departemen Penerangan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Penerangan No.55 th 1984. Periode 1975 sampai 1999, TVRI yang saat itu menyandang status ganda sulit berkembang menjadi media massa yang netral dan mandiri seperti azas sebuah media massa. TVRI cenderung memihak pada kepentingan penguasa daripada kepentingan publik. Monoloyalitas dan mentalitas budaya kerja pengelolanya selama periode tersebut diatur dalam pola kerja status ganda sehingga menyulitkan TVRI untuk berkembang wajar sebagai sebuah media massa. Selama kurun waktu itu pula TVRI diberikan anggaran dana yang telah diatur dari beberapa sumber mata anggaran yang dapat digunakan dengan leluasa. Dana yang digunakan dalam periode ini berasal dari anggaran APBN dan usaha jasa lainnya dapat dinikmati penuh oleh TVRI. Memasuki era reformasi Departemen Penerangan dilikuidasi dan bersamaan dengan itu terjadi pula kemandulan UU No.24 tahun 1997 yang mengatur mengenai Undang-Undang penyiaran. Hal ini juga berpengaruh terhadap status hukum TVRI, akibatnya satus hukum TVRI mengambang dan berpengaruh juga pada para pejabat dan pegawai serta unit pelaksana teknis TVRI. Titik terang mulai ada setelah keluar Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2000 tentang pendirian perusahaan jawatan TVRI. TVRI dengan PP ini memperoleh kejelasan status hukum yakni sebagai perusahaan jawatan yang
59
menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi publik, yaitu independen, netral, dan mandiri. Program siarannya senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan, dan menyelenggarakan kegiatan usaha jasa penyiaran publik dalam bidang informasi, pendidikan, dan hiburan serta usaha-usaha terkait lainya yang dilakukan dengan standar kualitas yang tinggi. Berdasarkan PP No. 9 th 2002 Perjan TVRI beralih menjadi PT, hal ini menguntungkan karena TVRI menjadi leluasa untuk mengembangkan kreativitasnya secara netral dan mandiri dalam bidang program siaran dan manajemen anggarannya. Perkembangan terbaru berdasarkan UU No.32 Th 2002 tentang penyiaran, status hukum TVRI menjadi lembaga penyiaran publik begitu pula RRI. TVRI menjadi lembaga penyiaran publik diharapkan dapat menyuarakan informasi dan hiburan yang dibutuhkan oleh pemirsa tidak hanya semata-mata yang diinginkan oleh pemirsa.
4.1.2 TVRI Sebagai Televisi Publik Setelah keluar UU No 32. Th 2002 tentang penyiaran, status TVRI pun sudah menjadi televisi publik. Sebagai televisi publik, visi dari TVRI adalah terwujudnya TVRI sebagai media pilihan Bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk
memperkuat
kesatuan
nasional.
Sedangkan misi dari TVRI antara lain adalah : 1.
Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.
60
2.
Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.
3.
Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan.
4.
Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra Bangsa dan Negara Indonesia di dunia internasional. Sebagai televisi publik TVRI memiliki nilai dasar dan identitas yang
membedakan dengan televisi lainnya. Nilai dasar yang dianut TVRI untuk menjalankan tugasnya sebagai televisi publik adalah: pengawal kepentingan publik, independen, netral, dan tidak komersial (lebih mengutamakan peningkatan pelayanan kepada masyarakat). Sedangkan identias TVRI sebagi televisi publik adalah sebagai saluran keberagaman dan pemersatu bangsa dan TVRI wajib mengembangkan kebhinekaan program siaran dan aneka pelayanan yang dapat dan mudah diakses oleh masyarakat. TVRI sebagai televisi publik memiliki muatan siaran yang mementingkan kebutuhan publik akan informasi dan hiburan. Muatan siaran TVRI antara lain: 1.
Isi siaran TVRI dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan, kebudayaan, dan kebangsaan.
2.
TVRI mendukung nilai-nilai publik, struktur sosial masyarakat demokratis serta hak asasi manusia.
3.
TVRI berperan sebagai kekuatan dalam mencitrakan keunggulan dan kekayaan Negara dan Bangsa Indonesia.
61
4.
TVRI berperan sebagai referensi bagi publik dalam mengantisipasi perubahan yang sangat cepat serta menjadi faktor perekat sosial dan integrasi individu, keluarga, dan masyarakat.
4.1.3 Profil TVRI Stasiun Jawa Barat dan Banten TVRI stasiun Jawa Barat dan Banten
mulai melakukan operasional
penyiaran secara resmi pada tanggal 11 Maret 1987. TVRI stasiun Jawa Barat dan Banten menjadi tumpuan keinginan masyarakat Jawa Barat sebagai media yang menyebarluaskan
seni
dan
budaya
Jawa
Barat
secara
lanjut
dan
berkesinambungan. Oleh karena itu, program acara dibuat agar dapat menampung keinginan masyarakat dan dapat menikmatinya dengan baik. TVRI stasiun Jawa Barat didukung oleh 17 satuan transmisi yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten, yaitu: 1.
Transmisi Bandung
10.
Transmisi Gn.Walat
2.
Transmisi Panyandakan
11.
Transmisi Kuningan
3.
Transmisi Gn. Nagrak
12.
Transmisi Ciamis
4.
Transmisi Gn. Malang
13.
Transmisi Puncak Surangga
5.
Transmisi Cikuray
14.
Transmisi Pasir Koja
6.
Transmisi Cirebon
15.
Transmisi Bayah
7.
Transmisi Bukit Nyampai
16.
Transmisi Gn Tela
8.
Transmisi Pasir Sumbul
17.
Transmisi Pandeglang
9.
Transmisi Pasir Pogor
62
Peralatan yang dimiliki oleh stasiun TVRI Jawa Barat dan Banten pun telah memenuhi standar penyiaran dengan studio penyiaran dan Out Broadcasting Van (OB Van). Produksi acara siaran TVRI Jawa Barat dan Banten terdiri dari program informasi, pendidikan, budaya, agama, dan hiburan. TVRI stasiun Jawa Barat menawarkan program yang melestarikan budaya dan kearifan lokal di sekitar Jawa Barat, bahkan untuk mendukung kearifan lokal pun TVRI Jawa Barat dan Banten menghadirkan program berita yang menggunakan bahasa sunda. Hal ini dilakukan TVRI untuk melestarikan budaya dan memotret keadaan lingkungan yang tidak terjamah oleh stasiun tv swasta nasional maupun lokal yang bagi mereka tidak memiliki daya jual yang tinggi. TVRI Jawa Barat dan Banten hadir sebagai stasiun televisi yang berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi maupun hiburan bukan semata-mata apa yang diinginkan masyarakat dan memiliki daya jual yang tinggi. TVRI Jawa Barat dan Banten sebagai Lembaga Penyiaran Publik mengutamakan siaran-siaran yang sifatnya “Pro-Publik”, artinya TVRI Jawa Barat dan Banten berkewajiban memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat dengan program siaran yang berorientasi pada kepentingan masyarakat/publik yang sejalan dengan kebijakan visi dan misi instansi, Departemen, dan lembaga yang ada di lingkungan pemerintahan Propinsi maupun Kabupaten Jawa Barat. TVRI Jawa Barat dan Banten menayangkan program acara yang menjangkau seluruh masyarakat Jawa Barat mulai dari laki-laki dan perempuan di segala usia. Tayangan-tayangan yang disajikan TVRI dapat dinikmati oleh segala
63
usia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Akan tetapi seiring dengan banyaknya televisi bermunculan peminat program yang ditayangkan TVRI Jawa Barat dan Banten lebih banyak berasal dari usia dewasa, kalangan aktivis, dan pecinta budaya. Program acara yang disajikan TVRI Jawa Barat dan Banten terbagi menjadi dua, yaitu news dan non-news dengan porsi yang sama yaitu 50% untuk kedua jenis acara tersebut. Untuk jenis program news dibagi lagi menjadi straight news dan current affair sedangkan untuk non news memiliki banyak bagian seperti drama, musik, dokumenter, dan lain-lain. Straight news dikemas sama seperti siaran berita lainnya, akan tetapi muatan informasi dalam jenis program current affair dapat dikemas lebih menarik, seperti talkshow dan dialog. Untuk program non-news TVRI Jawa Barat dan Banten mengedepankan mengenai program yang mengandung kearifan lokal sunda dan budaya-budaya sunda. Program yang mengedepankan budaya Sunda diharapkan dapat menjadi wadah bagi seniman Sunda mengeksperikan hasil budaya
sekaligus
melestarikan
budaya
Sunda
serta
mengenalkan
dan
mendekatkan budaya Sunda pada masyarakat Sunda. Selain itu TVRI Jawa Barat dan Banten tidak lupa menayangkan program agama terutama agama islam, hal ini karena mayoritas penduduk Jawa Barat beragama islam serta tayangan anakanak yang mendidik baik formal maupun moral yang dikemas dengan format yang dapat diterima dan diminati usia anak-anak. TVRI Jawa Barat dan Banten juga menayangkan mengenai informasi kebijakan Pemerintah Daerah sehingga masyarakat
mengetahui peraturan-peraturan daerah yang dinikmati oleh
masyarakat Jawa Barat, biasanya program ini dikemas menarik seperti tayangan talkshow.
Setiap harinya TVRI Jawa Barat dan Banten mulai menayangkan
64
programnya pukul 15.00WIB sampai pukul 19.00 WIB dan dalam waktu tertentu ditayangkan sampai pukul 21.00 WIB. Sedangkan TVRI nasional ditayangkan mulai pukul 04.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, kemudian dari pukul 15.00 WIB sampai selesai TVRI nasional memberikan waktu untuk TVRI daerah menayangkan program-program daerahnya masing-masing TVRI Jawa Barat dan Banten memiliki pola acara sebagai panduan program-program yang akan ditayangkan. Pola acara ini dibuat dua sampai tiga bulan sekali, dan program yang ditayangkan pun dapat berbeda-beda tergantung dari dana yang diberikan oleh pemerintah.
4.1.4 Permasalahan TVRI Sebagai Televisi Publik Sebagai televisi publik yang mengedepankan siaran informatif dan edukatif, masih ada permasalahan yang dihadapi oleh TVRI khususnya TVRI Jawa Barat dan Banten. TVRI Jawa Barat dan Banten mengalami masalah utama pada kendala dana. Dana TVRI hanya berasal dari Pemerintah, karena tidak diperbolehkan mengambil keuntungan dari iklan komersial. TVRI tidak boleh menampilkan iklan komersil untuk mendapatkan dana, mereka diberi kelonggaran untuk menampilkan iklan dan itu bersifat layanan masyarakat. Dana yang diberikan pemerintah tidak hanya digunakan untuk memproduksi program, akan tetapi untuk gaji karyawan, dan juga untuk dana operasional. Kendala yang dialami karena banyaknya karyawan yang ada di TVRI dan berstatus pegawai negri, jadi mereka digaji berdasarkan golongan pegawai negri mereka bukan berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan dan karena banyaknya karyawan, dana operasional untuk program pun menjadi berkurang. Dengan dana yang
65
minim, tim kreatif TVRI berusaha sedemikian mungkin agar hasil yang didapat maksimal, mengedepankan informasi, pendidikan, kebudayaan dan tetap menghibur. Permasalahan kepopuleran juga menjadi masalah yang diperhatikan, kepopuleran TVRI kalah dibandingkan televisi swasta karena dirasa kuno dan ketinggalan jaman. Meskipun begitu, mereka tetap optimis untuk menayangkan program yang berkualitas dan sebagai wadah generasi muda untuk menunagkan bakat baik di bidang seni budaya lokal maupun kontemporer. Hal ini dikarenakan TVRI berfungsi sebagai wadah untuk menampung mereka yang ingin mempertunjukan kebolehan seni baik seni Sunda maupun kontemporer yang tidak dapat dilakukan televisi swasta karena kegiatan ini tidak menghasilkan keuntungan. Televisi publik di negara lain seperti Malaysia dan Australia dapat berkembang karena mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat. Mereka dapat berhasil juga karena masalah penayangan stasiun televisi swasta, di Negara lain penayangan televisi swasta tidak disiarkan secara nasional akan tetapi per Negara bagian. Hal ini lah yang menjadi salah satu kendala penyiaran televisi publik di Indonesia. Penayangan televisi swasta di Indonesia disiarkan secara nasional sehingga peluang televisi publik mendapatkan perhatian penonton menjadi kecil. Masyarakat Indonesia masih menonton apa yang mereka inginkan tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Inilah gambaran umum permasalahan yang dihadapi dan dirasakan oleh karyawan TVRI yang dapat menghambat eksistensi televisi publik di dunia pertelevisian.
66
4.2 Gambaran Umum Penonton 4.2.1 Karakteristik Penonton Karakteristik responden yang akan dilihat pada penelitian kali ini adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan pilihan stasiun televisi.
Tabel
1
memperlihatkan
persentase
penonton
berdasarkan
karakteristiknya. Tabel 1. Persentase Karakteristik Penonton TVRI dan Televisi Swasta No
1
2.
3.
4
4.3
Karakteristik Penonton
Persentase TVRI
Swasta
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
52.0 48.0
44.0 56.0
Usia : 1. 20 tahun - 30 tahun 2. 30 tahun - 40 tahun 3. > 40 tahun
20 .0 72 .0 8.0
60.0 16.0 24.0
Tingkat Pendidikan : 1. SMA 2. D3 3. S1
44.0 0.0 56.0
8.0 16.0 76.0
Status Pekerjaan: 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
88.0 22.0
40.0 60.0
Perilaku Penggunaan Media Massa Media massa baik cetak maupun elektronik dibutuhkan dan digunakan
oleh responden baik untuk mencari informasi maupun sekedar mencari hiburan melepas lelah dari kegiatan sehari-hari. Hampir semua responden memiliki media
67
elektronik seperti televisi dan menggunakan media cetak dalam kehidupan seharihari. . Sebanyak 100 % responden menggunakan media massa dalam kehidupan sehari-hari.Tidak hanya media elektornik seperti televisi yang mereka gunakan akan tetapi media cetak juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk mencari informasi maupun hiburan. Media elektronik seperti televisi merupakan media utama yang digunakan responden, akan tetapi tidak hanya televisi satu-satunya media yang digunakan oleh responden. Pilihan media massa yang digunakan responden dalam penelitian adalah televisi, internet, radio, koran., dan majalah. Pilihan media massa yang digunakan oleh responden dapat dilihat melalui Tabel 2. Tabel 2. Persentase Pilihan Media Massa yang Digunakan Penonton Media Massa yang Digunakan
Persentase (%)
Internet
2.0
Radio, majalah, internet
2.0
Televisi
28.0
Televisi, internet
12.0
Televisi, koran
22.0
Televisi, koran, internet
18.0
Televisi, majalah
2.0
Televisi, majalah, koran, internet
4.0
Televisi, radio, koran
4.0
Televisi, radio, koran, internet
2.0
Televisi, radio, majalah, internet
2.0
Televisi, radio, majalah, Koran
2.0
Total
100.0
68
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pilihan media massa yang paling banyak digunakan oleh responden adalah televisi. Sebanyak 28 % responden hanya menggunakan televisi saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu dapat dilihat pada tabel bahwa walupun responden menggunakan media massa lain selain televisi akan tetapi responden tetap menggunakan televisi sebagai kombinasi media massa lain. Televisi banyak dipilih karena hampir semua responden memiliki televisi dan merupakan media yang paling lengkap secara audio dan visual sehingga banyak diminati oleh responden. Terlepas dari televisi menjadi media massa yang paling banyak digunakan tidak menutup kemungkinan media massa lain yang digunakan oleh responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Banyak juga responden yang menggunakan koran di samping mereka juga menggunakan televisi dalam kebutuhan sehari-hari yaitu sebanyak 22 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih membutuhkan media massa lain selain televisi dalam kebutuhan sehari-hari.
BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON
Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Kurt Lewin
dalam Azwar (1998) merumuskan suatu
model perilaku yang
mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteritisk individu meliputi berbagai variabel seperti motivasi, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain. Penelitian kali ini ingin melihat hubungan motivasi dengan perilaku menonton televisi publik. Motivasi yang dilihat pada penelitian kali ini adalah motivasi mendapatkan informasi, motivasi mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi akan identitas kolektif. Perilaku yang dilihat pada penelitian kali ini adalah durasi menonton, frekuensi menonton, dan pilihan program. Masing-masing motivasi dipengaruhi oleh berbagai macam media tidak hanya televisi saja, melainkan internet, koran, radio, dan majalah . Responden dapat dengan bebas memilih media yang dapat memenuhi dari setiap motivasi.
5.1
Hubungan Motivasi dengan Durasi Menonton Motivasi yang merupakan dorongan atau alasan seseorang untuk
melakukan sesuatu dapat mempengaruhi perilaku. Motivasi menonton, yaitu mendapatkan informasi, mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dan motivasi identitas kolektif dapat mempengaruhi perilaku menonton yang mencakup durasi menonton, yaitu
70
lamanya seseorang menonton televisi, frekuensi menonton yang merupakan seberapa seringnya seseorang menonton televisi dan pilihan program. Durasi menonton adalah lamanya waktu yang dihabiskan penonton untuk menonton televisi. Durasi menonton responden dibagi menjadi dua yaitu untuk responden penonton TVRI dan responden penonton televisi swasta. Hasil persentase responden berdasarkan durasi menonton dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa durasi menonton penonton TVRI lebih besar dibandingkan penonton televisi swasta yaitu 60 % untuk penonton TVRI dengan durasi menonton tinggi dan 40 % untuk responden penonton televisi swasta yang memiliki durasi menonton yang tinggi. Kategori durasi menonton tinggi adalah responden dengan lama menonton 14, 5 jam sampai 41, 5 jam dalam seminggu, sedangkan untuk kategori rendah adalah responden dengan lama menonton kurang dari 14 jam dalam seminggu. Sebagian besar dari responden penonton TVRI adalah karyawan yang memiliki jam kerja sampai sore hari sehingga dapat menyaksikan TVRI Jawa Barat dan Banten yang mulai tayang pada pukul 15.00, sedangkan untuk penonton televisi swasta sebagian besar responden adalah mahasiswa
yang sibuk dengan tugas dan kegiatan kampus
sehingga waktu menonton mereka rendah. Tabel 3. Persentase Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Durasi Menonton
Penonton TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
60
40
Rendah
40
60
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
71
Uji hubungan antara motivasi menonton dengan durasi menonton dilakukan dengan tabulasi silang dan crosstabs-Chi Square. Hasil pengolahan data berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, dan jika Approx. Sig. lebih kecil dari α (0,05) berarti Ho ditolak.
5.1.1 Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Durasi Menonton Motivasi mendapatkan informasi pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan alasan penonton untuk menonton televisi adalah ingin memperoleh informasi terbaru, ingin mencari tahu mengenai peristiwa nasional dan internasional, dan ingin memenuhi rasa ingin tahu. Motivasi mendapatkan informasi dapat mempengaruhi lamanya penonton dalam menonton televisi, untuk melihat hubungannya maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Crosstabs –Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Sebelum melihat hubungan motivasi dengan durasi menonton, pada Tabel 4 disajikan persentase motivasi mendapatkan informasi menonton. Tabel 4 menggambarkan persentase motivasi mendapatkan informasi dalam menggunakan televisi baik untuk penonton TVRI maupun televisi swasta. Motivasi informasi timbul karena keinginan penonton untuk mengetahui mengenai berita terbaru baik nasional maupun internasional dan untuk memenuhi rasa ingin tahu responden mengenai berbagai hal.
72
Tabel 4. Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi Mendapatkan Informasi pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Penonton
Motivasi Mendapatkan Informasi
TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
96
64
Rendah
4
36
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
Pada Tabel 4 terlihat perbedaan mencolok penonton TVRI dengan televisi swasta dalam memenuhi kebutuhan akan informasi melalui menonton televisi. Hampir semua penonton TVRI menunjukkan bahwa motivasi untuk mendapatkan informasi mereka tinggi, hanya 4% yang menyatakan bahwa motivasi mendapatkan informasi mereka rendah. Sebaliknya, pada penonton televisi swasta memang motivasi mendapatkan informasinya termasuk tinggi, akan tetapi proporsinya tidak setinggi pada penonton TVRI. Motivasi mendapatkan informasi pada penonton televisi swasta bukan merupakan alasan utama mereka untuk menonton televisi, karena itu juga proporsi tinggi dan rendahnya motivasi tidak signifikan seperti pada penonton TVRI. Tabel 5. Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi Mendapatkan Informasi
Durasi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 62,50
TVRI Rendah (%) 37,50
Rendah
0
100
Total (%) 100 (24 orang)
Tinggi (%) 37,50
Swasta Rendah (%) 62,50
100 (1 orang)
44,40
55,50
Total (%) 100 (16 orang) 100 (9 orang)
73
Tabel 5 memperlihatkan hubungan motivasi mendapatkan informasi dengan durasi menonton, dalam tabel tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu penonton TVRI dan penonton televisi swasta. Hubungan antara motivasi dengan durasi menonton antara penonton TVRI dengan televisi swasta memiliki perbedaan yang dapat dilihat melalui persentase pada Tabel 5. Penonton TVRI yang memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi ternyata juga memiliki durasi menonton yang tinggi. Sedangkan penonton televisi swasta yang memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi ternyata memiliki durasi menonton yang rendah. Perbedaan yang terlihat dapat dikarenakan, memang penonton TVRI yang memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi juga menggunakan waktu menonton dalam seminggu yang tinggi juga untuk menonton tayangan yang dapat memenuhi motivasi mendapatkan informasi, misalnya tayangan berita. Sedangkan penonton televisi swasta yang memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi bisa saja menggunakan waktu menontonnya dalam seminggu tidak hanya untuk menonton program yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi. Hal ini bisa dikarenakan karena memang penonton TVRI lebih memilih untuk menonton TVRI karena tayangannya yang banyak berisi tayangan informatif dan edukatif yang dibutuhkan oleh penonton dan sulit didapat dari televisi swasta. Sehingga mereka menggunakan waktu menonton mereka untuk menonton tayangan yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi. Sedangkan pada televisi swasta, mereka cenderung memilih tayangan yang sedang marak disiarkan yang minim akan pesan informatif dan edukasi. Hal tersebut juga didukung oleh televisi swasta yang terus menyajikan tayangan yang diinginkan penonton, sehingga dapat
74
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh penonton. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menunjukkan bahwa nilai Approx. Sig untuk hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan durasi menonton untuk responden TVRI adalah 0,211. Approx. Sig lebih besar dari α (0.05) maka Ho diterima dan berarti bahwa tidak ada hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan durasi menonton pada responden TVRI. Jika dilihat dari hasil uji Crosstabs-Chi Square memang terlihat tidak ada hubungan, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Durasi menonton merupakan lama waktu yang digunakan untuk menonton televisi dalam satu minggu, oleh karena itu, responden yang memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi belum tentu mencurahkan sebagian besar waktunya untuk menonton televisi dalam satu minggu. Faktor yang mempengaruhinya antara lain responden yang bekerja, hampir setengah hari digunakan untuk bekerja sehingga menonton televisi dilakukan pada waktu sebelum kerja atau sesudah kerja. Faktor lain yang mempengaruhi adalah bisa saja durasi waktu yang digunakan untuk menonton untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Selain itu, televisi bukanlah satu-satunya media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan informasi. Tabel 6 memperlihatkan berbagai jenis media yang digunakan untuk memenuhi motivasi mendapatkan informasi.
75
Tabel 6. Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi Mendapatkan Informasi Penonton TVRI Pilihan Media
Jumlah Penonton
Persentase
Audio visual
7
28.0
Audio visual, audio, cetak
1
4.0
Audio visual, cetak, internet
1
4.0
Audio visual, internet
3
12.0
Cetak, audio visual
13
52.0
25
100.0
Total
Tabel 6 memperlihatkan bahwa tidak hanya media audio visual, yaitu televisi yang menjadi satu-satunya alternatif responden mendapatkan informasi. Internet dan media cetak (koran dan majalah) menjadi alternatif lain dalam memenuhi motivasi mendapatkan informasi. Hal ini tentunya mempengaruhi durasi menonton responden, karena waktu luang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi melalui televisi juga terbagi untuk mendapatkan informasi melalui media lain yaitu internet dan koran. Hasil uji Crosstabs-Chi Square pada responden televisi swasta menunjukkan nilai Approx. Sig adalah 0, 734 dan berarti Ho diterima. Sama halnya dengan responden TVRI pada responden televisi swasta motivasi mendapatkan informasi tidak memiliki hubungan yang nyata dengan durasi menonton. Kedua hasil uji statistik menunjukkan hasil yang sama, bahwa tidak ada hubungan nyata antara motivasi mendapatkan informasi dengan durasi menonton televisi.
76
5.1.2 Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Durasi Menonton Motivasi mendapatkan hiburan seringkali menjadi alasan utama seseorang menonton televisi baik televisi swasta maupun televisi publik. Motivasi mendapatkan hiburan pada penelitian kali ini diidentifikasi beradasarkan keinginan seseorang untuk mendapatkan hiburan, mengisi waktu luang, bersantai, dan melepas lelah dari kegiatan sehari-hari. Hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton dapat dilihat pada Tabel 8. Sebelum itu, pada Tabel 7 akan digambarkan persentase motivasi mendapatkan hiburan pada penonton TVRI dan televisi swasta. Motivasi untuk mendapatkan hiburan dengan menonton televisi timbul karena responden ingin menghabiskan waktu luang, bersantai, dan melepas lelah dari rutinitas sehari-hari. Motif untuk mendapatkan hiburan menurut Mc Quail (1987) adalah : a) Melepaskan diri atau terpisah dari masalah b) Bersantai c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d) Mengisi waktu e) Penyaluran emosi
Tabel 7. Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi Mendapatkan Hiburan pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi Mendapatkan Hiburan
Penonton TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
96
76
Rendah
4
24
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
77
Motivasi mendapatkan hiburan baik pada penonton televisi swasta maupun TVRI sama-sama tinggi. Perbedaannya adalah pada program hiburan yang ditonton oleh penonton masing-masing kategori televisi. Penonton TVRI cenderung melihat program hiburan yang ditayangkan oelh TVRI khususnya TVRI Jawa Barat dan Banten adalah program hiburan kesenian yang masih kental akan seni budaya, seperti drama wayang-wayang Sunda, lagu-lagu Sunda, dan berkaitan dengan seni budaya Sunda. Tayangan hiburan lain seperti drama dan musik memang ada, akan tetapi porsinya lebih sedikit dan kurang diminati. Sedangkan tayangan hiburan yang ditonton oleh penonton televisi swasta adalah tayangan yang sifatnya menghibur tanpa ada pesan informatif. Kebanyakan tayangan yang disiarkan oleh televisi swasta adalah acara musik, sinetron, dan infotainment gossip. Tabel 8.
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta
Motivasi Mendapatkan Hiburan
Durasi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 62,50
TVRI Rendah (%) 37,50
Rendah
0
100
Total (%) 100 (24 orang)
Tinggi (%) 36,80
Swasta Rendah (%) 63,20
100 (1 orang)
50
50
Total (%) 100 (19 orang) 100 (6 orang)
Dilihat dari Tabel 8 menunjukkan bahwa baik responden TVRI maupun responden televisi swasta menyatakan bahwa motivasi mendapatkan hiburan mereka adalah tinggi. Jika dilihat hubungannya dengan durasi menonton terdapat perbedaan antara penonton TVRI dan penonton televisi swasta. Penonton TVRI memiliki motivasi mendapatakan hiburan yang tinggi dengan durasi menonton
78
yang tinggi. Berbeda dengan penonton televisi swasta, mereka memang memiliki motivasi mendapatkan hiburan tinggi akan tetapi dengan durasi menonton yang rendah. Hal ini dapat disebabkan karena penonton televisi swasta yang memiliki motivasi mendapatkan hiburan tinggi tidak menghabiskan waktunya untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan hiburan dengan hanya menonton televisi. Seiring berkembangnya zaman, banyak media yang lebih praktis yang dapat digunakan untuk mengisi waktu luang seperti internet. Berbeda dengan penonton TVRI yang memiliki motivasi mendapatkan hiburan tinggi tetap memiliki waktu untuk menonton program yang dapat memenuhi kebutuhan mendapatkan hiburan. Tayangan hiburan yang ditayangkan oleh TVRI yang masih kental dengan seni budaya sulit didapatkan dari media lain, sehingga penonton menggunakan waktunya untuk menonton televisi. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji Crosstabs- Chi Square menunjukkan bahwa untuk penonton TVRI nilai Approx. Sig. adalah 0,211. Hal ini berarti bahwa Approx. Sig lebih besar dari α maka Ho diterima. Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara variabel motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton. Begitu juga hasil uji Crosstabs- Chi Square pada responden televisi swasta, nilai Approx. Sig adalah 0,556 yang berarti Ho diterima. Jadi, tidak ada hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton televisi pada responden televisi swasta. Tidak ada hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti responden yang masih berstatus mahasiswa sebagian besar dari mereka meluangkan waktunya untuk kegiatan kampus dan mengerjakan tugas. Selain itu, ada beberapa dari responden mahasiswa berasal dari luar daerah
79
dan di tempat kostan mereka tidak ada televisi sehingga waktu untuk menonton terbatas. Faktor lain yang mempengaruhi kecilnya hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton adalah karena berkembangnya teknologi media, responden lebih memilih menggunakan internet untuk mendapatkan hiburan dengan membuka situs pertemanan, atau bermain game online. Tabel 9 akan memperlihatkan pemilihan media untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan.
Tabel 9. Persentase Piilihan Media dalam Mendapatkan Hiburan Penonton TVRI Pilihan Media
Memenuhi
Motivasi
Jumlah Penonton
Persentase
Audio visual
19
76.0
Audio visual,audio
3
12.0
Audio visual,audio,cetak
2
8.0
Audio visual,internet
1
4.0
25
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa media audio visual, yaitu televisi sebagai media utama dan terbanyak dipilih oleh responden untuk mendapatkan hiburan. Media audio visual akan tetapi bukan satu-satunya media yang digunakan untuk memenuhi motivasi mendapatkan hiburan. Media lain seperti audio (radio), cetak (koran dan majalah), serta internet juga dapat digunakan sebagai alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan. Sehingga durasi menonton untuk memenuhi motivasi mendapatkan hiburan waktunya terbagi dengan penggunaan media lain untuk memenuhi motivasi tersebut. Jadi semakin tinggi motivasi
80
mendapatkan hiburan belum tentu durasi menontonnya tinggi, karena ada penggunaan durasi (waktu) untuk menggunakan media lainnya.
5.1.3 Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Durasi Menonton Motivasi akan identitas pribadi diidentifikasi berdasarkan keinginan responden untuk membandingkan perilakunya dengan perilaku tokoh panutan, dapat mengenal diri sendiri melalui media massa, ingin mengetahui tren gaya hidup dan mengetahui perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 11 memperlihatkan hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton. Motif identitas pribadi menjadi salah satu motivasi dalam penggunaan media massa. Mc Quail (1987) menjabarkan bahwa motif yang termasuk dalam motivasi identitas pribadi adalah
menentukan penunjang nilai-nilai pribadi,
menentukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan meningkatkan sebuah pemahaman tentang diri sendiri. Tabel 10 menjabarkan jumlah penonton menurut motivasi identitas pribadi pada penonton TVRI dan penonton televisi swasta. Tabel 10. Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi Identitas Pribadi pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Identitas Pribadi
Penonton TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
68
44
Rendah
32
56
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
81
Perbedaan motivasi akan identitas pribadi pada penonton TVRI dan televisi swasta terlihat jelas dari persentase yang menunjukkan bahwa motivasi akan identitas pribadi penonton TVRI tinggi sedangkan penonton televisi swasta rendah. Rendahnya motivasi akan identitas pribadi pada penonton televisi swasta bisa jadi disebabkan oleh mereka tidak merasa bahwa motivasi akan identitas diri ini penting dan dapat dipenuhi melalui televisi. Identitas diri yang biasanya mereka cari dari media seperti gaya hidup, tren fashion lebih dapat mereka dapatkan melalui media yang lain seperti majalah. Sedangkan penonton TVRI merasa bahwa televisi masih dapat memenuhi kebutuhan akan identitas pribadi seperti menayangkan tokoh-tokoh daerah yang dapat menjadi panutan dan dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 11. Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Identitas Pribadi
Durasi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 52,90
TVRI Rendah (%) 47,10
Rendah
75
25
Total (%) 100 (17 orang)
Tinggi (%) 36,40
100 (8 orang)
42,90
Swasta Rendah (%) 63,60 57,10
Total (%) 100 (11 orang) 100 ( 14 orang)
Tabel 11 menyajikan hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton pada penonton TVRI dan televisi swasta. Perbedaan jelas terlihat, karena motivasi akan identitas pribadi penonton TVRI tinggi sedangkan pada penonton televisi swasta adalah rendah. hal itu pula terjadi pada durasi menonton, pada penonton TVRI didominasi oleh motivasi akan identitas pribadi tinggi dengan durasi menonton tinggi. Sedangkan pada penonton televisi swasta
82
motivasi akan identitas pribadi rendah dengan durasi menonton rendah yang lebih dominan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh program tayangan televisi swasta yang tidak dapat memenuhi kebutuhan akan identitas pribadi, seperti tokoh panutan yang dapat dicontoh oleh penonton, nilai-nilai kepribadian yang baik seperti apa, sehingga penonton merasa menonton televisi tidak dapat memenuhi akan kebutuhan tersebut. Durasi menonton penonton televisi swasta juga rendah seiring dengan motivasi akan identitas pribadi yang rendah. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton pada responden TVRI. Pernyataan tersebut didasarkan hasil nilai Approx. Sig. lebih dari α yaitu 0,294. Hasil Approx sig. yang lebih dari α menunjukkan bahwa Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton pada responden TVRI. Hasil yang menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton dapat disebabkan oleh pilihan media yang digunakan. Beberapa responden lebih memilih menggunakan majalah atau internet untuk mengetahui tren terbaru baik untuk fashion, dekorasi, dan lainlain. Dapat juga disebabkan waktu responden untuk menonton televisi terbatas karena separuh waktu mereka digunakan untuk bekerja ataupun untuk kuliah. Hasil uji Crosstabs- Chi Square untuk responden televisi swasta juga menunjukkan hal yang sama, nilai Approx. Sig adalah 0,742 yang berarti bahwa Ho diterima. Jadi, tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton pada responden televisi swasta karena nilai Approx. Sig lebih dari α (0,05). Tabel 12 memperlihatkan pemilihan media untuk memenuhi
83
motivasi akan identitas pribadi yang menjadi salah satu faktor yang memepengaruhi hasil uji statistik. Tabel 12. Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi akan Identitas Pribadi pada Penonton TVRI Pilihan Media
Jumlah Penonton
Persentase
Audio visual
7
28.0
Audio visual,cetak
16
64.0
Audio visual,cetak,audio
2
8.0
25
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa media audio visual dan cetak merupakan pilihan media terbanyak yang digunakan oleh responden untuk memenuhi motivasi akan identitas pribadi. Media audio visual yaitu televisi, dan cetak yang terdiri dari koran dan majalah dipilih responden untuk memenuhi motivasi akan identitas pribadi. Hasil uji statistik yang menunjukkan tidak ada hubungan dapat disebabkan oleh faktor pemilihan media tersebut. Durasi menonton yang merupakan waktu yang digunakan untuk menonton televisi terbagi oleh penggunaan media lain seperti media cetak maupun audio (radio) sebagai alternatif lain selain televisi untuk memenuhi motivasi akan identitas pribadi. Oleh karena itu, hasil uji statistik yang menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi pada responden TVRI dengan durasi menonton bukan berarti benar-benar tidak ada hubungan, akan tetapi hubungan yang terjadi rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh responden TVRI yang menggunakan media cetak selain audio visual.
84
5.1.4 Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Durasi Menonton Salah satu motivasi dalam menggunakan media adalah motivasi akan integrasi dan interaksi sosial. Motivasi ini berhubungan dengan perilaku seseorang terhadap lingkungan sosialnya baik dengan manusia lain atau lingkungannya. Motivasi akan integrasi dan interaksi sosial responden diidentifikasi berdasarkan pernyataan bahwa responden ingin mengetahui mengenai kehidupan orang lain di sekitar lingkungan, mengetahui topik yang sedang ramai menjadi pembicaraan teman-temannya, dan keinginan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sub bab ini akan membahas mengenai hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton pada responden TVRI dan responden televisi swasta. Tabel 14 menunjukkan hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton. Tabel 13 mendeskripsikan mengenai jumlah penonton menurut motivasi akan integrasi dan interaksi sosial pada responden penonton TVRI dan televisi swasta. Mc Quail (1987) memaparkan mengenai motivasi menggunakan media, salah satunya adalah motivasi akan integrasi dan interaksi sosial. Motivasi akan integrasi dan interaksi sosial berhubungan dengan motif seseorang menggunakan media karena faktor lingkungan dan pergaulan. Menurut Mc Quail (1987) motifmotif akan integrasi dan interaksi sosial adalah: a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial b) Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki c) Menentukan bahan percakapan dan interaksi sosial
85
Tabel 13. Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial
Penonton TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
88
64
Rendah
12
36
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
Persentase motivasi akan integrasi dan interaksi sosial pada penonton TVRI dan televisi swasta menunjukkan bahwa motivasi mereka tinggi. Jika dilihat dari persentase, penonton TVRI memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan televisi swasta. Akan tetapi, pada motivasi akan integrasi dan interaksi sosial tidak terlihat perbedaan yang mencolok antara penonton televisi swasta dan TVRI. Kebutuhan akan berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain dirasa penting bagi kedua kategori penonton sehingga memiliki motivasi yang tinggi. Masing-masing televisi,baik TVRI maupun televisi swasta dapat memenuhi kebutuhan penontonnya akan kehidupan sosial mereka melalui tayangan televisi baik yang bersifat informatif, edukatif, maupun hiburan. Tabel 14. Persentase Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial
Durasi Menonton Tinggi (%)
TVRI Rendah (%)
Tinggi
63,60
Rendah
33,30
Total (%)
Tinggi (%)
Swasta Rendah (%)
36,40
100 (22 orang)
37,50
62,50
100 (16 orang)
66,60
100 (3 orang)
44,40
55,50
100 (9 orang)
Total (%)
86
Sesuai dengan Tabel 14 dapat dilihat hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton televisi baik TVRI maupun televisi swasta. Pada responden TVRI motivasi akan integrasi dan interaksi sosial yang tinggi dengan durasi menonton yang tinggi lebih dominan ,sedangkan pada responden televisi swasta yang lebih dominan adalah motivasi akan integrasi dan interaski sosial yang tinggi dengan durasi menonton yang rendah. Rendahnya durasi menonton pada penonton televisi swasta dapat disebabkan oleh waktu yang mereka gunakan untuk menonton televisi lebih sedikit dibandingkan penonton TVRI. Penonton televisi swasta tidak hanya menggunakan waktunya untuk menonton televisi dengan program yang dapat memenuhi kebutuhan akan integrasi dan interaksi sosial saja, masih banyak program lain yang dapat mereka tonton. Sebab lain juga bisa diakarenakan mereka menggunakan media lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hasil uji Crosstabs – Chi Square untuk penonton TVRI menunjukkan bahwa nilai Approx sig adalah 0, 315. Nilai Approx sig yang lebih besar dari α (0,05) menyatakan bahwa Ho diterima, dan hal ini berarti tidak ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton pada responden TVRI. Terdapat faktor yang mempengaruhi hasil uji Crosstabs – Chi Square yang menyatakan tidak ada hubungan, salah satunya adalah motivasi akan itegrasi dan interaksi sosial tinggi belum tentu didukung oleh durasi menonton yang tinggi dan sebaliknya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh responden tidak memiliki waktu yang banyak untuk menonton televisi untuk memenuhi motivasi tersebut begitu pula responden yang meluangkan waktu untuk menonton televisi tidak hanya karena motivasi akan integrasi dan interaksi sosial tapi bisa saja
87
dikarenakan alasan yang lain. Begitu juga pilihan media yang digunakan dapat mempengaruhi durasi menonton pada responden yang ditunjukkan pada Tabel 15. Persentase Pilihan Media dalam Memenuhi Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial Penonton TVRI
Tabel 15.
Pilihan Media
Jumlah Penonton
Persentase
Audio visual
11
44.0
Audio visual,audio
2
8.0
Audio visual,cetak
10
40.0
Audio,cetak
1
4.0
Tidak menggunakan media
1
4.0
25
100.0
Total
Tabel 15 memperlihatkan bahwa selain media audio visual atau televisi yang paling banyak digunakan oleh responden untuk memenuhi motivasi akan integrasi dan interaksi sosial yaitu sebesar 44 %, media audio visual dan media cetak menempati urutan kedua, yaitu sebesar 40 %. Hal ini berarti bahwa tidak hanya televisi yang digunakan untuk memenuhi motivasi akan integrasi dan interaksi sosial responden TVRI. Media cetak yang terdiri dari majalah dan koran juga banyak dipilih sebagai alternatif media lain yang digunakan untuk memenuhi motivasi tersebut. Alternatif media lain ini mempengaruhi hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton karena durasi (waktu) yang seharusnya digunakan untuk memenuhi motivasi akan integrasi dan interaksi sosial melalui televisi digunakan untuk menggunakan media lain seperti media cetak, yaitu koran dan majalah,audio yaitu radio, dan internet.
88
Berdasarkan hasil uji Crosstabs-Chi Square pada penonton televisi swasta menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton. Sesuai dengan nilai Approx sig yang lebih besar dari α (0,05) yaitu sebesar 0,734. Kedua responden baik TVRI maupun televisi swasta menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton.
5.1.5 Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Durasi Menonton Motivasi akan identitas kolektif sedikit berbeda dengan motivasi sebelumnya karena motivasi ini terlihat jelas pada penonton televisi publik dalam hal ini TVRI. Maka pada penelitian kali ini akan melihat hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton baik pada responden TVRI maupun televisi swasta. Identitas kolektif yang dimaksud identitas kolektif adalah pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelompok yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan solidaritas yang dibangun bersama (Larana dkk, 1994). Konteks identitas kolektif dalam penelitian mengenai televisi publik ini berarti terdapat ketertarikan dan kesamaan kebutuhan dalam penonton televisi publik atau TVRI Jawa Barat dan Banten yaitu ingin melestarikan kebudayaan lokal serta mempertahankan wadah aspirasi masyarakat lokal. Motivasi akan identitas kolektif diidentifikasi berdasarkan keinginan responden mencari informasi mengenai Budaya Sunda, mengetahui mengenai tokoh masyarakat sekitar, menimbulkan rasa nasionalisme, dan mengetahui informasi mengenai kebijakan pemerintah daerah.
89
Motivasi identitas kolektif didasari akan pandangan Verta Taylor dan Nancy Whittier dalam Larana dkk (1994) bahwa identitas kolektif adalah pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelompok yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan solidaritas yang dibangun bersama. Konteks identitas kolektif dalam penelitian mengenai televisi publik ini berarti terdapat ketertarikan dan kesamaan kebutuhan dalam penonton televisi publik atau TVRI Jawa Barat dan Banten yaitu ingin melestarikan kebudayaan lokal serta mempertahankan wadah aspirasi masyarakat lokal. Tabel 16. Persentase Jumlah Penonton Menurut Motivasi akan Identitas Kolektif pada Responden Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Identitas Kolektif
Penonton TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
100
44
Rendah
0
56
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
Tabel 16 menggambarkan persentase motivasi akan identitas kolektif pada penonton televisi swasta dan TVRI. Penonton TVRI 100 % menyatakan bahwa motivasi akan identitas kolektif mereka tinggi. Sesuai dengan tujuan TVRI Jawa Barat dan Banten yang mengedepankan sisi informatif, edukasi, dan budaya khususnya budaya lokal. Dengan adanya TVRI, penonton dapat memenuhi kebutuhan akan identitas kolektif mereka yang tertarik dengan seni budaya lokal khususnya Sunda yang jarang diperlihatkan di stasiun televisi yang lain. Berbeda dengan penonton televisi swasta yang menunjukkan bahwa motivasi akan identitas kolektif mereka rendah. Penonton televisi swasta tidak terlalu peduli,
90
atau perhatian akan identitas kolektif mereka, ditambah televisi swasta merupakan televisi nasional yang tidak menonjolkan identitas kolektif mereka. Hampir semua tayangan antara satu stasiun televisi swasta satu dengan yang lain sama, meerka menayangkan program yang sedang diinginkan oleh masyarakat tidak peduli apa dampak dari tayangan tersebut yang penting mendatangkan banyak keuntungan. Tabel 17. Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Durasi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Identitas Kolektif
Durasi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 60
TVRI Rendah (%) 40
Rendah
0
0
Total (%) 100 (25 orang)
Tinggi (%) 18,20
Swasta Rendah (%) 81,80
100 (0 orang)
57,1
42,90
Total (%) 100 (11 orang) 100 (14 orang)
Tabel 17 memperlihatkan hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton, dapat dilihat jelas bahwa responden TVRI memiliki motivasi akan identitas kolektif yang tinggi. Sebesar 100 % penonton TVRI menyatakan bahwa motivasi akan identitas kolektif mereka tinggi baik dengan durasi menonton tinggi ataupun rendah. sebaliknya, penonton televisi swasta menunjukkan bahwa motivasi akan identitas kolektif mereka rendah dengan durasi menonton yang juga rendah. Durasi menonton memiliki hubungan dengan motivasi identitas kolektif , maka jika motivasi akan identitas kolektif penonton swasta rendah maka durasi menonton pun juga rendah. Hasil uji statistik Crosstabs –Chi Square tidak dapat dilakukan untuk hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton penonton TVRI. Hal ini karena hasil tabulasi silang menunjukkan hasil yang konstan dan
91
hanya pada satu variabel sehingga tidak dapat dilakukan uji statistik. Sedangkan untuk hasil uji statistik responden televisi swasta, Approx sig menunjukkan angka 0,048 yang berarti Ho ditolak. Jadi ada hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton. Dapat dilihat pada tabael bahwa identitas kolektif pada responden televisi swasta adalah
rendah dan responden lebih
memilih menggunakan media massa lain. Dapat disimpulkan bahwa motivasi akan identitas kolektif penonton televisi swasta rendah dan durasi menontonnya pun juga rendah karena mereka tidak begitu peduli akan kebijakan daerah, maupun budaya khususnya budaya Sunda. Responden juga lebih memilih media lain jika ingin mengetahui mengenai budaya Sunda, itu pun bukan karena mereka loyal dengan budaya tapi karena alasan lain seperti tugas.
5.2
Hubungan Motivasi Menonton dengan Frekuensi Menonton Motivasi yang merupakan dorongan atau alasan seseorang untuk
melakukan sesuatu dapat mempengaruhi perilaku. Motivasi menonton, yaitu mendapatkan informasi, mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dan motivasi identitas kolektif dapat mempengaruhi perilaku menonton yang mencakup durasi menonton, yaitu lamanya seseorang menonton televisi, frekuensi menonton yang merupakan seberapa seringnya seseorang menonton televisi dan pilihan program. Frekuensi menonton televisi adalah seberapa sering responden menonton televisi dalam seminggu. Dilihat pada Tabel 20, frekuensi menonton televisi baik responden penonton TVRI maupun responden penonton televisi swasta cukup rendah. Sebanyak 60 % dari masing-masing kategori responden menyatakan
92
bahwa frekuensi menonton mereka rendah, yaitu kurang dari 28 kali dalam seminggu. Perhitungan frekuensi berdasarkan pada setiap program tayangan dan berdurasi 30 menit. Jadi, kategori tinggi adalah mereka yang memiliki frekuensi menonton 28 sampai 83 kali dalam seminggu. Frekuensi menonton yang rendah dapat diakibatkan karena penonton tidak selalu memiliki jadwal menonton atau pola menonton yang sama. Umumnya, responden menonton televisi ketika memiliki waktu senggang dan ingin untuk menonton televisi. Tabel 18.
Persentase Jumlah Penonton Berdasarkan Frekuensi Menonton
Frekuensi Menonton
Responden TVRI (%)
Swasta (%)
Tinggi
40
40
Rendah
60
60
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
Uji hubungan antara motivasi menonton dengan frekuensi menonton dilakukan dengan crosstabs-Chi Square. Hasil pengolahan data berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, dan jika Approx. Sig. lebih kecil dari α (0,05) berarti Ho ditolak. 5.2.1 Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Frekuensi Menonton Motivasi mendapatkan informasi adalah alasan penonton menonton televisi atau menggunakan media lain adalah untuk mendapatkan informasi, pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan alasan responden untuk menonton televisi adalah responden ingin memperoleh informasi terbaru, ingin mencari tahu mengenai peristiwa nasional dan internasional, dan ingin memenuhi rasa ingin
93
tahu. Motivasi mendapatkan informasi dapat mempengaruhi seringnya responden dalam menonton televisi dalam seminggu, untuk melihat hubungannya maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Crosstabs –Chi Square.
Tabel 19.
Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta
Motivasi Mendapatkan Informasi
Frekuensi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 43,70
TVRI Rendah (%) 56,30
Rendah
33,30
66,70
Tabel
19
memperlihatkan
Total (%) 100 (16 orang)
Tinggi (%) 37,50
Swasta Rendah (%) 62,50
100 (9 orang)
44,40
55,60
persentase
hubungan
antara
Total (%) 100 (16 orang) 100 (9 orang)
motivasi
mendapatkan informasi dengan frekuensi menonton. Penonton TVRI memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi dengan frekuensi menonton yang rendah lebih dominan, hal yang sama juga terjadi dengan penonton televisi swasta yang menunjukkan bahwa motivasi mendapatkan informasi tinggi dengan fekuensi menonton rendah yang lebih dominan. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh penonton TVRI masih menunjukkan motivasi dan perilaku yang sejalan, sedangkan penonton televisi swasta memiliki motivasi mendapatkan informasi yang rendah dan sejalan dengan frekuensi menonton yang rendah pula.
94
Berdasarkan hasil uji statistik Crosstabs-Chi Square , hasil Approx sig. dari hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan frekuensi menonton televisi pada responden TVRI adalah 0,610. Nilai Approx Sig yang lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan frekuensi menonton penonton TVRI. Nilai Approx sig. untuk uji statistik untuk responden televisi swasta adala 0, 734 maka Ho diterima. Hasil uji statistik Crosstabs-Chi Square yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan frekuensi menonton dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Frekuensi menonton memiliki arti berapa kali responden menonton televisi dalam satu minggu, maka tidak ada hubungan dapat dikarenakan responden tidak begitu sering menonton dalam satu minggu. Penonton yang bekerja tentu waktunya tersita untuk bekerja sehingga frekuensi menonton rendah dan ketika mereka menonton bukan karena alasan mendapatkan informasi tapi karena alasan yang lain. Selain itu dapat dikarenakan pemilihan media yang digunakan selain televisi seperti Koran atau internet..
5.2.2 Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Frekuensi Menonton Motivasi mendapatkan hiburan seringkali menjadi alasan utama seseorang menonton televisi baik televisi swasta maupun televisi publik. Motivasi mendapatkan hiburan pada penelitian kali ini diidentifikasi beradasarkan keinginan seseorang untuk mendapatkan hiburan, mengisi waktu luang, bersantai, dan melepas lelah dari kegiatan sehari-hari. Hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan frekuensi menonton dapat dilihat pada Tabel 20
95
Tabel 20. Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi Mendapatkan Hiburan
Frekuensi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 47,40
TVRI Rendah (%) 52,60
Rendah
16,70
83,30
Total (%) 100 ( 19 orang)
Tinggi (%) 36,80
Swasta Rendah (%) 63,20
100 (6 orang)
50
50
Total (%) 100 (19 orang) 100 (6 orang)
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa penonton TVRI memiliki motivasi mendapatkan hiburan tinggi dengan frekuensi menonton yang rendah. Penonton televisi swasta juga menunjukkan bahwa
motivasi mendapatkan
hiburan tinggi dengan frekuensi menonton yang rendah. Penonton TVRI maupun penonton televisi swasta memang memiliki motivasi mendapatkan hiburan yang tinggi akan tetapi, mereka tidak menghabiskan waktu dalam seminggu untuk menonton televisi saja. Frekuensi menonton yang rendah dapat dikarenakan penonton televisi swasta lebih memilih untuk menggunakan media lain untuk memenuhi kebutuhannya seperti internet. Sedangkan penonton TVRI tetap setia menonton TVRI untuk mendapatkan hiburan yang juga kental dengan seni budaya khususnya budaya Sunda, oleh karena itu frekuensi menonton mereka pun juga tinggi. Hasil uji statistik menggunakan Crosstabs-Chi Square memperlihatkan bahwa nilai Approx Sig adalah 0, 181 maka Ho diterima. Hasil uji statistik pada penonton televisi swasta dengan Crosstabs-Chi Square menunjukkan bahwa nilai Approx sig. adalah 0, 556 dan berarti Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara variabel motivasi mendapatkan hiburan dengan frekuensi
96
menonton penonton TVRI maupuan penonton televisi swasta . Tidak ada hubungan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kendala waktu luang bagi responden yang bekerja maupun yang kuliah. Selain itu, responden yang memiliki motivasi mendapatkan hiburan tinggi belum tentu frekuensi menontonnya tinggi karena waktu luang yang ada bisa saja digunakan responden untuk menonton acara yang lain, dapat juga motivasi hiburan yang tinggi mendorong responden untuk menggunakan media lain seperti internet atau majalah.
5.2.3 Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Frekuensi Menonton Motivasi akan identitas pribadi pada penelitian kali ini dikategorikan menjadi dua yaitu mempengaruhi dan tidak mempengaruhi. Mempengaruhi berarti motivasi akan identitas pribadi mendorong responden untuk menonton televisi, sedangkan tidak mempengaruhi berarti motivasi akan identitas pribadi tidak mendorong responden untuk menonton televisi aka tetapi menggunakan media lainnya seperti radio, Koran, majalah, dan internet. Motivasi akan identitas pribadi diidentifikasi
berdasarkan
keinginan
responden
untuk
membandingkan
perilakunya dengan perilaku tokoh panutan, dapat mengenal diri sendiri melalui media massa, ingin mengetahui tren gaya hidup dan mengetahui perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 21 memperlihatkan hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan frekuensi menonton.
97
Tabel 21.
Motivasi akan Identitas Pribadi
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Frekuensi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 46,40
TVRI Rendah (%) 63,60
Rendah
42,90
57,10
Total (%) 100 (11 orang)
Tinggi (%) 36,36
Swasta Rendah (%) 63,64
100 (14 orang)
42,90
57,10
Total (%) 100 (11 orang) 100 (14 orang)
Penonton TVRI memiliki motivasi akan identitas pribadi yang rendah dengan frekuensi menonton yang rendah lebih dominan, begitu juga pada penonton televisi swasta menunjukkan bahwa
lebih dominan penonton yang
memeiliki motivasi akan identitas pribadi rendah dengan frekuensi menonton yang rendah juga. Hasil uji statistik menggunakan Crosstabs-Chi Square untuk penonton TVRI menunjukkan bahwa nilai Approx Sig adalah 0,742, karena nilai tersebut lebih besar dari α maka Ho diterima. Hasil uji statistik pada penonton televisi swasta dengan Crosstabs-Chi Square menunjukkan bahwa nilai Approx sig. adalah 0, 556 dan berarti Ho diterima. Jika Ho diterima maka tidak ada hubungan antara variabel motivasi akan identitas pribadi dengan frekuensi menonton. Motivasi akan identitas pribadi menyangkut dengan nilai-nilai diri dan model perilaku diri sendiri, tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan frekuensi menonton dapat disebabkan oleh responden lebih memilih media lain untuk
melihat tren terbaru. Hal tersebut juga dapat
disebabkan oleh frekuensi menonton televisi rendah karena alasan waktu atau responden lebih memilih untuk menonton tayangan yang lain.
98
5.2.4 Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi sosial dengan Frekuensi Menonton Salah satu motivasi dalam menggunakan media adalah motivasi akan integrasi dan interaksi sosial. Motivasi ini berhubungan dengan perilaku seseorang terhadap lingkungan sosialnya baik dengan manusia lain atau lingkungannya. Motivasi akan integrasi dan interaksi sosial responden diidentifikasi berdasarkan pernyataan bahwa responden ingin mengetahui mengenai kehidupan orang lain di sekitar lingkungan, mengetahui topik yang sedang ramai menjadi pembicaraan teman-temannya, dan keinginan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sub bab ini akan membahas mengenai hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton pada responden TVRI dan responden televisi swasta. Tabel 22 menunjukkan hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton. Tabel 22. Persentase Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial
Tinggi (%)
TVRI Rendah (%)
Tinggi
43,70
Rendah
33,30
Tabel
Frekuensi Menonton Swasta Rendah (%)
Total (%)
Tinggi (%)
Total (%)
56,30
100 (16 orang)
37,50
62,50
100 (16 orang)
66,70
100 (9 orang)
44,40
55,60
100 (9 orang)
22 memperlihatkan penonton TVRI memiliki motivasi akan
integrasi dan interaksi tinggi dengan frekuensi menonton rendah yang lebih dominan, begitu pula pada penonton televisi swasta terlihat bahwa motivasi akan integrasi dan interaksi sosial tinggi dengan frekuensi menonton yang rendah.
99
Hasil uji statistik menggunakan Crosstabs – Chi S quare pada responden TVRI menujukkan bahwa nilai Approx Sig adalah 0,610. Nilai Approx Sig lebih besar dari α maka Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan frekuensi menonton. Hasil uji statistik yang menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan frekuensi menonton dapat disebabkan responden yang memiliki motivasi akan integrasi dan interaksi sosial tinggi tidak mempunyai waktu menonton yang banyak untuk memenuhi motivasi tersebut. Hal tersebut juga menyebabkan frekuensi menonton rendah, yang berarti dalam seminggu responden tidak sering menonton untuk memenuhi motivasi akan integrasi dan interaksi sosial. Nilai Approx sig untuk responden televisi swasta pada uji Crosstabs – Chi Square menujukkan angka 0,734 maka Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan frekuensi menonton.
5.2.5 Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Frekuensi Menonton Motivasi akan identitas kolektif
sedikit berbeda dengan motivasi
sebelumnya karena motivasi ini terlihat jelas pada penonton televisi publik dalam hal ini TVRI. Maka pada penelitian kali ini akan melihat hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton baik pada responden TVRI maupun televisi swasta. Identitas kolektif yang dimaksud identitas kolektif adalah pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelompok yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan solidaritas yang dibangun bersama (Larana dkk,1994). Konteks identitas kolektif dalam penelitian mengenai televisi
100
publik ini berarti terdapat ketertarikan dan kesamaan kebutuhan dalam penonton televisi publik atau TVRI Jawa Barat dan Banten yaitu ingin melestarikan kebudayaan lokal serta mempertahankan wadah aspirasi masyarakat lokal. Motivasi akan identitas kolektif diidentifikasi berdasarkan keinginan responden mencari informasi mengenai Budaya Sunda, mengetahui mengenai tokoh masyarakat sekitar, menimbulkan rasa nasionalisme, dan mengetahui informasi mengenai kebijakan Pemerintah Daerah. Tabel 23 memperlihatkan hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan frekuensi menonton. Tabel 23. Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Frekuensi Menonton pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi akan Identitas Kolektif
Frekuensi Menonton
Tinggi
Tinggi (%) 45,50
TVRI Rendah (%) 34,50
Rendah
28,60
71,40
Berdasarkan
Total (%) 100 (11 orang)
Tinggi (%) 18,20
Swasta Rendah (%) 81,80
100 (14 orang)
44,40
55,60
Total (%) 100 (11 orang) 100 (14 orang)
Tabel 23 dapat dilihat bahwa penonton TVRI memiliki
motivasi akan identita skolektif rendah dengan frekuensi menonton yang rendah lebih dominan. Sebaliknya, pada penonton televisi swasta, terlihat bahwa motivasi identitas kolektif tinggi dengan frekuensi menonton yang rendah. Hasil uji statistik Crosstabs-Chi Square menunjukkan bahwa nilai Approx Sig untuk responden TVRI adalah 0,188. Nilai Approx Sig yang lebih besar dari α (0,05) memiliki arti bahwa Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan frekuensi menonton
101
TVRI. Hal tersebut dapat disebabkan responden yang memiliki motivasi akan identitas kolektif tinggi tidak mempunyai waktu banyak sehingga frekuensi menonton rendah, dapat juga disebabkan ketika mempunyai waktu luang responden lebih memilih untuk menonton acara yang lain. Hasil uji statistik pada responden televisi swasta menggunakan Crosstabs – Chi Square menunjukkan bahwa nilai Approx sig adalah 0,048 dan berarti Ho ditolak. Jadi ada hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan frekuensi menonton televisi pada responden televisi swasta. Hal ini berarti bahwa identitas kolektif responden televisi swasta rendah dan frekuensi menonton televisi juga rendah dapat dilihat pada Tabel 24. Motivasi akan identitas kolektif pada responden televisi swasta rendah disebabkan oleh responden tidak terlalu memperhatikan mengenai budaya lokal (Sunda) dan pada televisi swasta juga jarang menayangkan tayangan yang bersifat lokal sehingga frekuensi menonton pun rendah karena tidak ada program yang ditonton.
5.3
Hubungan Motivasi Menonton dengan Pilihan Program Motivasi yang merupakan dorongan atau alasan seseorang untuk
melakukan sesuatu dapat mempengaruhi perilaku. Motivasi menonton, yaitu mendapatkan informasi, mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dan motivasi identitas kolektif dapat mempengaruhi perilaku menonton yang mencakup durasi menonton, yaitu lamanya seseorang menonton televisi, frekuensi menonton yang merupakan seberapa seringnya seseorang menonton televisi dan pilihan program.
102
Perilaku menonton yang ketiga adalah pilihan program, pilihan program merupakan program yang dipilih oleh penonton ketika menonton televisi. Pilihan program dibagi menjadi dua kategori yaitu non berita dan berita. Non berita adalah program yang bersifat hiburan, drama, dan reality show sedangkan berita adalah program yang bersifat informatif dan edukatif seperti berita, dokumenter, kebudayaan, dan pendidikan. Tabel 24. Persentase Jumlah Penonton Berdasarkan Pemilihan Program Pemilihan Program
Penonton TVRI (%)
Swasta (%)
Non Berita
40
60
Berita
60
40
100 (25 orang)
100 (25 orang)
Total
Perbedaan minat pilihan program responden TVRI dan televisi swasta terlihat jelas pada Tabel 5, responden TVRI memiliki minat pada program berita yang informatif dan edukatif yaitu sebesar 60 % . Responden televisi swasta berminat pada program non berita yang bersifat menghibur yaitu sebesar 60 % dari total responden. Penonton TVRI menonton tayangan yang dikategorikan berita bukan berarti hanya menonton program berita hard news saja. Jenis acara kebudayaan dan mengenai pengetahuan kebijakan Pemerintahan Daerah juga termasuk dalam kategori program berita. Uji hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton dilakukan dengan tabulasi silang dan crosstabs-Chi Square. Hasil pengolahan data berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, dan jika Approx. Sig. lebih kecil dari α (0,05) berarti Ho ditolak.
103
5.3.1 Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Pilihan Program Motivasi mendapatkan informasi adalah alasan respopnden menonton televisi atau menggunakan media lain adalah untuk mendapatkan informasi, pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan alasan responden untuk menonton televisi adalah responden ingin memperoleh informasi terbaru, ingin mencari tahu mengenai peristiwa nasional dan internasional, dan ingin memenuhi rasa ingin tahu. Motivasi mendapatkan informasi dapat mempengaruhi responden dalam memilih program, untuk melihat hubungannya maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Crosstabs –Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 25. Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Informasi dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi Mendapatkan Informasi
Pilihan Program
Tinggi
56,30
TVRI Non Berita (%) 43,70
Rendah
33,30
66,70
Berita (%)
Total (%)
Berita (%)
100 (16 orang)
37,50
Swasta Non Berita (%) 42,50
100 (9 orang)
44,40
55,60
Total (%) 100 ( 16 orang) 100 (9 orang)
Tabel 25 memperlihatkan hubungan antara motivasi mendapatkan informasi dengan pilihan program. Dapat dilihat bahwa penonton TVRI menunjukkan bahwa motivasi mendapatkan informasi mereka tinggi dan memilih
104
program berita lebih dominan. Sedangkan pada responden televisi swasta memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi dengan pilihan program non berita. Hasil uji statistik memperlihatkan hasil bahwa nilai Approx sig. untuk responden TVRI adalah 0,045 dan berarti Ho ditolak. Jika Ho ditolak maka ada hubungan antara variabel motivasi mendapatkan informasi dengan pilihan program. Hasil uji statistik pada responden televisi swasta juga memperlihatkan bahwa nilai Approx sig. adalah 0,038 dan berarti bahwa Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel motivasi mendapatkan informasi dengan pilihan program pada responden televisi swasta. Hubungan yang terjadi adalah bahwa motivasi mendapatkan informasi mempengaruhi penonton untuk menonton televisi dan memilih program berita. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi mendapatkan informasi maka penonton akan memilih program berita.
5.3.2 Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Pilihan Program Motivasi mendapatkan hiburan seringkali menjadi alasan utama seseorang menonton televisi baik televisi swasta maupun televisi publik. Motivasi mendapatkan hiburan pada penelitian kali ini diidentifikasi beradasarkan keinginan seseorang untuk mendapatkan hiburan, mengisi waktu luang, bersantai, dan melepas lelah dari kegiatan sehari-hari. Hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan pilihan program dapat dilihat pada Tabel 26.
105
Tabel 26. Persentase Hubungan Motivasi Mendapatkan Hiburan dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Motivasi Mendapatkan Hiburan
Pilihan Program
Tinggi
56,30
TVRI Non Berita (%) 43,70
Rendah
66,70
33,30
Berita (%)
Total (%)
Berita (%)
100 (19 orang)
37,50
100 (6 orang)
50
Swasta Non Berita (%) 42,50 50
Total (%) 100 (19 orang) 100 (6 orang)
Penonton TVRI memiliki motivasi mendapatkan hiburan tinggi, dengan pilihan program berita, sedangkan pada penonton televisi swasta lebih dominan motivasi mendapatkan hiburan tinggi denagn pilihan program non berita. Motivasi untuk mendapatkan hiburan tinggi, maka biasanya program yang dipilih adalah program non berita seperti musik, drama, dan variety show. Akan tetapi terlihat sedikit perbedaan pada penonton televisi swasta yang tetap memiliki program berita lebih tinggi dibandingkan program non berita. Hal ini bisa terjadi dikarenakan penonton TVRI tetap merasa kebutuhan hiburannya terpenuhi dengan menonton program berita. Program berita yang disiarkan oleh TVRI tidak hanya bersifat hard news tapi juga bisa berupa dokumenter seni dan budaya yang juga dapat memenuhi kebutuhan akan hiburan pada penonton TVRI. Hasil uji statistik pada responden TVRI dengan menggunakan Crosstabs – Cho Square menunjukkan bahwa nilai Approx sig. adalah 0,032. Nilai Approx sig yang lebih kecil dari α (0,05) menyatakan bahwa Ho ditolak sehingga ada hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan pilihan program pada responden TVRI. Hasil uji statistik pada responden televisi swasta menunjukkan
106
bahwa nilai Approx sig. adalah 0,040 dan berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara motivasi mendapatkan hiburan dengan pilihan program. Adanya hubungan berarti jika motivasi mendapatkan hiburan tinggi maka pilihan program yang dipilih adalah program non berita.
5.3.3 Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Pilihan Program Motivasi akan identitas pribadi pada penelitian kali ini dikategorikan menjadi dua yaitu mempengaruhi dan tidak mempengaruhi. Mempengaruhi berarti motivasi akan identitas pribadi mendorong responden untuk menonton televisi, sedangkan tidak mempengaruhi berarti motivasi akan identitas pribadi tidak mendorong responden untuk menonton televisi aka tetapi menggunakan media lainnya seperti radio, Koran, majalah, dan internet. Motivasi akan identitas pribadi diidentifikasi
berdasarkan
keinginan
responden
untuk
membandingkan
perilakunya dengan perilaku tokoh panutan, dapat mengenal diri sendiri melalui media massa, ingin mengetahui tren gaya hidup dan mengetahui perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 27 memperlihatkan hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan pilihan program. Tabel 27. Motivasi Akan Identitas Pribadi
Persentase Hubungan Motivasi akan Identitas Pribadi dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Pilihan Program
Tinggi
45,50
TVRI Non Berita (%) 54,50
Rendah
71,40
28,60
Berita (%)
Total (%)
Berita (%)
100 (11 orang)
27,30
100 (14 orang)
50
Swasta Non Berita (%) 72,70 50
Total (%) 100 (11 orang) 100 (14 orang)
107
Penonton TVRI memiliki motivasi akan identitas pribadi tinggi dengan pilihan program non berita lebih dominan dibandingkan yang memilih program non berita. Penonton televisi swasta juga menunjukkan hasil yang sama, bahwa motivasi akan identitas pribadi tinggi dengan pilihan program non berita. Pilihan program non berita lebih dominan karena dirasa dapat memenuhi kebutuhan akan identitas pribadi sepeti acara talk show, variety show, gaya hidup dan musik. Program tersebut dapat memberikan suatu konsep diri bagi penontonya baik untuk menjadi panutan ataupun sekedar ingin mencari identitas diri yang cocok dengan mereka. Hasil uji statistik pada responden TVRI menggunakan Crosstabs – Chi Square menunjukkan bahwa nilai Approx sig adalah 0,188. Nilai tersebut lebih besar dari α (0,05) sehingga Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan pilihan program. Hasil uji statistik untuk responden televisi swasta menggunakan Crosstabs – Chi Square menunjukkan nilai Approx sig adalah 0,250 maka Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan pilihan program. Tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas pribadi dengan pilihan program dikarenakan responden memiliki alternatif lain untuk memenuhi motivasi tersebut yaitu dengan menggunakan media lain seperti majalah.
5.3.4 Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Pilihan Program Salah satu motivasi dalam menggunakan media adalah motivasi akan integrasi dan interaksi sosial. Motivasi ini berhubungan dengan perilaku seseorang
108
terhadap lingkungan sosialnya baik dengan manusia lain atau lingkungannya. Motivasi akan integrasi dan interaksi sosial responden diidentifikasi berdasarkan pernyataan bahwa responden ingin mengetahui mengenai kehidupan orang lain di sekitar lingkungan, mengetahui topik yang sedang ramai menjadi pembicaraan teman-temannya, dan keinginan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sub bab ini akan membahas mengenai hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton pada responden TVRI dan responden televisi swasta. Tabel 28 menunjukkan hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan pilihan program. Tabel 28.
Persentase Hubungan Motivasi akan Integrasi dan Interaksi Sosial dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta
Motivasi Akan Integrasi dan Interaksi Sosial
Pilihan Program Berita (%)
Tinggi
43,70
TVRI Non Berita (%) 56,30
Rendah
88,90
11,10
Total (%)
Berita (%)
100 (16 orang)
25
100 (9 orang)
66,70
Swasta Non Berita (%) 75 33,30
Total (%) 100 (16 orang) 100 (9 orang)
Dapat dilihat pada Tabel 28 bahwa pada penonton TVRI lebih dominan kepada yang memiliki motivasi akan integrasi dan interaksi tinggi dengan pilihan program non berita dan hal yang sama juga dapat dilihat pada penonton televisi swasta. Hasil uji statistik dengan Crosstabs – Chi Square pada responden TVRI menunjukkan bahwa nilai Approx sig. adalah 0,027. Nilai Approx sig lebih dari α berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan antara motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan pilihan program. Hasil uji statistik pada responden televisi
109
swasta menjukkan bahaw anilai Approx sig.
adalah 0,041. Analis ujinya
menyatakan bahwa Ho ditolak sehingga ada hubungan antara variabel motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan pilihan program. Dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi motivasi akan integrasi dan interaksi sosial maka responden akan memilih program berita.
5.3.5 Hubungan Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Pilihan Program Motivasi akan identitas kolektif
sedikit berbeda dengan motivasi
sebelumnya karena motivasi ini terlihat jelas pada penonton televisi publik dalam hal ini TVRI. Maka pada penelitian kali ini akan melihat hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton baik pada responden TVRI maupun televisi swasta. Identitas kolektif yang dimaksud identitas kolektif adalah pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelompok yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan solidaritas yang dibangun bersama (Larana dkk,1994). Konteks identitas kolektif dalam penelitian mengenai televisi publik ini berarti terdapat ketertarikan dan kesamaan kebutuhan dalam penonton televisi publik atau TVRI Jawa Barat dan Banten yaitu ingin melestarikan kebudayaan lokal serta mempertahankan wadah aspirasi masyarakat lokal. Motivasi akan identitas kolektif diidentifikasi berdasarkan keinginan responden mencari informasi mengenai Budaya Sunda, mengetahui mengenai tokoh masyarakat sekitar, menimbulkan rasa nasionalisme, dan mengetahui informasi mengenai kebijakan Pemerintah Daerah. Tabel 29 memperlihatkan hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan pilihan program.
110
Tabel 29. Motivasi Akan Identitas Kolektif
Persentase Motivasi akan Identitas Kolektif dengan Pilihan Program pada Penonton TVRI dan Televisi Swasta Pilihan Program
Tinggi
72,70
TVRI Non Berita (%) 27,30
Rendah
50
50
Berita (%)
Total (%)
Berita (%)
100 (11 orang)
54,50
Swasta Non Berita (%) 45,50
100 (14 orang)
28,60
71,40
Total (%) 100 (11 orang) 100 (14 orang)
Tabel 29 menggambarkan bahwa penonton TVRI memiliki motivasi akan identitas kolektif tinggi dengan pilihan program berita, sedangkan pada penonton televisi swasta terlihat bahwa yang lebih dominan adalah motivasi akan identitas kolektif rendah dengan pilihan program non berita. Hasil menggunakan Crosstabs – Chi Square
uji
statistik
pada responden TVRI menunjukkan
bahwa nilai Approx sig. adalah 0,025. Nilai tersebut lebih besar dari α sehingga Ho ditolak dan berarti ada hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan pilihan program. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi akan identitas kolektif maka responden akan memilih program berita yang terdiri dari hard news, pendidikan, soft news, dokumenter dan kebudayaan. Hasil uji statistik untuk responden televisi swasta menunjukkan bahwa nilai Approx sig adalah 0,188 maka Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi akan identitas kolektif dengan pilihan program.
111
5.4
Resume Analisis Hasil Penelitian Hubungan Motivasi Menonton dengan Perilaku Menonton Berdasarkan hasil penelitian maka, dapat diambil kesimpulan bahwa ada
perbedaan pada perilaku dan motivasi menonton berdasarkan tipe penonton. Tabel 30 akan menggambarkan perbedaan yang ada berdasarkan tipe penonton.
Tabel 30. Tabel Perbedaan Motivasi dan Perilaku Menonton Berdasarkan Tipe Penonton Variabel
Tipe Penonton
Durasi Menonton
√
Frekuensi Menonton
-
Pilihan Program
√
Motivasi mendapatkan informasi
-
Motivasi mendapatkan hiburan
-
Motivasi akan identitas pribadi
√
Motivasi akan integrasi dan interaksi sosial
-
Motivasi akan identitas kolektif
√
Keterangan: √ ada perbedaan Tidak ada perbedaan Tabel 30 merupakan resume dari hasil tabel frekuensi motivasi menonton dan perilaku menonton berdasarkan tipe penonton. Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada durasi menonton, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan identitas kolektif, dan pilihan program. Perbedaan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 3,10, 18, dan 24. Perbedaan pada durasi menonton terlihat bahwa penonton TVRI lebih lama meluangkan waktunya untuk menonton televisi karena memang kebutuhan akan mendapatkan informasi dan kebutuhan akan identitas kolektifnya terutama pada seni kebudayaan Sunda. Sedangkan pada penonton televisi
112
swasta,waktu untuk menonton hanya digunakan untuk mengisi waktu luang setelah menghabiskan waktu untuk kegiatan rutin seperti bekerja atau kuliah. Penonton televisi swasta menggunakan waktu menonton untuk mencari hiburan setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Motivasi identitas pribadi pada penonton TVRI masih dapat dipenuhi melalui menonton televisi, seperti mencontoh tokoh panutan, dan mengenai gaya hidup mereka. Sedangkan pada penonton televisi swasta, mereka lebih dapat memenuhi motivasi akan identitas pribadi seperti gaya hidup dan fashion lebih didapat dari media lain seperti internet dan majalah. Perbedaan lain yang terlihat adalah pada motivasi akan identitas kolektif. Perbedaan ini terjadi karena penonton TVRI memang memiliki identitas kolektif, yang dalam hal ini kesamaan akan kebutuhan kolektif mereka yaitu kebudayaan Sunda. Penonton TVRI masih membutuhkan TVRI untuk memenuhi kebutuhan identias kolektif ini, khususnya untuk dapat menonton tayangan kebudayan Sunda yang ditayangkan di TVRI. Perbedaan pada pemilihan program dapat dilihat bahwa penonton TVRI cenderung memilih program berita, sedangkan penonton televisi swasta lebih memilih program non berita. Setelah menganalisis hubungan motivasi menonton dengan perilaku menonton, maka dapat ditarik kesimpulan hasil uji statistik yang dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 memperlihatkan hasil uji statistik hubungan motivasi dengan durasi menonton.
113
Tabel 31.
Resume Hasil Analisi Hubungan Motivasi dengan Durasi Menonton
Analisis Hubungan Motivasi dengan Durasi Menonton
TVRI
Televisi Swasta
Approx Sig
Keterangan
Approx Sig
Keterangan
Hubungan motivasi mendapatkan informasi dengan durasi menonton
0,211
Ho diterima
0,734
Ho diterima
Hubungan motivasi mendapatkan hiburan dengan durasi menonton
0,211
Ho diterima
0,556
Ho diterima
Hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan durasi menonton
0,294
Ho diterima
0,742
Ho diterima
Hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton
0,315
Ho diterima
0,734
Ho diterima
Hubungan motivasi akan identitas kolektif
-
-
0,048
Ho ditolak
Tabel 31 merupakan ringkasan analisis hubungan motivasi menonton dengan durasi menononton, termasuk di dalamnya motivasi mendapatkan informasi, mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial serta motivasi akan identitas kolektif. Hasil uji crosstabs-chi square pada semua hubungan motivasi dengan durasi menononton kecuali pada motivasi akan identitas kolektif menunjukkan hasil yang sama, yaitu Ho diterima dan berarti tidak ada hubungan antara motivasi dengan durasi menonton. Hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu yang digunakan tidak hanya untuk menonton televisi untuk memenuhi motivasi tertentu akan tetapi bisa saja digunakan menonton untuk kebutuhan yang lain. Selain itu, faktor pekerjaan juga mempengaruhi durasi menonton, karena hampir
114
sebagian waktu dalam sehari digunakan untuk bekerja dan sisanya digunakan untuk kegiatan lain termasuk menonton televisi. Faktor yang terakhir adalah pilihan media, pilihan media yang digunakan untuk memenuhi suatu motivasi tidak hanya media audio visual atau televisi. Terdapat alternatif media lain yang dapat digunakan, antara lain media cetak atau koran dan majalah, media audio atau radio, dan internet. Sehingga durasi atau waktu yang digunakan untuk memenuhi motivasi melalui televisi terbagi dengan alternatif pilihan media yang lain. Hasil uji statistik mengenai hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan durasi menonton pada penonton TVRI tidak dapat diukur karena hasilnya yang konstan jadi tidak ada perbandingan, sedangkan untuk penonton televisi swasta menunjukkan hasil yang positif. Tabel 32. Resume Analisis Hubungan Motivasi dengan Frekuensi Menonton Analisis Hubungan Motivasi dengan Frekuensi Menonton
TVRI
Televisi Swasta
Approx Sig
Keterangan
Approx Sig
Keterangan
Hubungan motivasi mendapatkan informasi dengan frekuensi menonton
0,610
Ho diterima
0,734
Ho diterima
Hubungan motivasi mendapatkan hiburan dengan frekuensi menonton
0,181
Ho diterima
0,556
Ho diterima
Hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan frekuensi menonton
0,742
Ho diterima
0,742
Ho diterima
Hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan frekuensi menonton
0,610
Ho diterima
0,734
Ho diterima
Hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan frekuensi menonton
0,188
Ho diterima
0,048
Ho ditolak
115
Tabel 32 menunjukkan ringkasan analisis hubungan motivasi dengan frekuensi menonton. Semua hubugan motivasi dengan frekuensi menonton menunjukkan hasil yang negatif, yang berarti tidak ada hubungan antara motivasi dengan frekuensi menonton kecuali pada hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan frekuensi menonton pada penonton televisi swasta.
Hasil yang
menunjukkan tidak ada hubungan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena frekuensi menonton yang tidak terus menerus. Waktu yang ada tidak hanya digunakan untuk menonton televisi akan tetapi untuk kegiatan yang lain. Tabel 33. Resume Analisis Hubungan Motivasi dengan Pilihan Program Analisis Motivasi Program
Hubungan dengan Pilihan
TVRI Approx Sig
Keterangan
Televisi Swasta Approx Sig
Keterangan
Hubungan motivasi mendapatkan informasi dengan pilihan program
0,045
Ho ditolak
0,038
Ho ditolak
Hubungan motivasi mendapatkan hiburan dengan pilihan program
0,032
Ho ditolak
0,040
Ho ditolak
Hubungan motivasi akan identitas pribadi dengan pilihan program
0,188
Ho diterima
0,250
Ho diterima
Hubungan motivasi akan integrasi dan interaksi sosial dengan pilihan program
0,027
Ho ditolak
0,041
Ho ditolak
Hubungan motivasi akan identitas kolektif dengan pilihan program
0,025
Ho ditolak
0,188
Ho diterima
Tabel 33 menunjukkan analisis hubungan motivasi dengan pilihan program pada responden. Hasil uji crosstabs-chi square menujukkan hasil yang
116
positif di hampir semua hubugan motivasi dengan pilihan program kecuali pada hubungan motivasi akan identitas pribadi, dan motivasi akan identitas kolektif pada responden televisi swasta. Hasil yang positi menujukkan bahwa pilihan program yang dipilih akan sesuai oleh motivasi. Misalnya saja responden yang memiliki motivasi mendapatkan informasi tinggi akan memilih program berita. Hasil yang negatif pada motivasi akan identitas pribadi dipengaruhi oleh pemilihan media, karena untuk memenuhi kebutuhan akan identitas pribadi lebih dapat dipenuhi melalui media cetak yaitu majalah dan koran.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Motivasi penonton untuk menonton televisi publik adalah tinggi, baik
untuk motivasi mendapatkan informasi, mendapatkan hiburan, motivasi akan identitas pribadi, motivasi akan integrasi dan interaksi sosial maupun motivasi akan identitas kolektif. Hal ini serupa dengan penonton televisi swasta yang juga menunjukkan bahwa motivasi menonton mereka tinggi kecuali pada motivasi akan identitas kolektif. Motivasi penonton untuk menonton televisi publik tertinggi adalah motivasi mendapatkan informasi dan motivasi akan identitas kolektif, sesuai dengan tayangan televisi publik yang mengutamakan tayangan yang merupakan kebutuhan penonton yang isinya berkualitas bukan apa yang diinginkan penonton. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai motivasi menonton dan perilaku menonton televisi publik, ternyata terdapat perbedaan mengenai motivasi dan perilaku dilihat dari tipe penonton. Perbedaan utama yang terlihat adalah bahwa penonton TVRI cenderung menonton televisi dikarenakan motivasi untuk mendapatkan informasi dan motivasi akan identitas kolektif. Pada penonton televisi swasta yang dominan adalah motivasi mendapatkan hiburan. Motivasi mendapatkan informasi dan identitas kolektif dapat dipenuhi melalui menonton TVRI sehingga penonton TVRI yang menonton karena memang TVRI dirasa dapat memenuhi kebutuhan mereka terutama dalam mendapatkan informasi dan identitas kolektif mereka. Berbeda dengan penonton televisi swasta, mereka menonton televisi di saat luang mereka setelah melakuakn kegiatan sehari-hari,
118
sehingga program yang dipilih pun adalah program yang ringan dan dapat menghibur . Hubungan motivasi dengan perilaku menonton televisi publik tidak menunjukkan hubungan yang erat pada frekuensi menonton dan durasi menonton, akan tetapi terlihat hubungan yang erat antara motivasi menonton dengan pilihan program. Hubungan motivasi menonton dengan frekuensi dan durasi menonton dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pilihan media. Pilihan media yang beragam
mempengaruhi frekuensi dan durasi menonton, karena
waktu luang yang digunakan untuk memenuhi motivasi penonton melalui televisi digunakan untuk memakai media lain sebagai alternatif, seperti internet dan koran. Hubungan yang erat antara motivasi menonton dengan pilihan program terjadi karena penonton memilih program sesuai kebutuhannya, misalnya untuk memenuhi motivasi mendapatkan informasi maka penonton memilih program berita dan jika ingin memenuhi motivasi mendapatkan hiburan, maka program yang dipilih adalah non berita.
6.2
Saran Televisi publik dalam hal ini TVRI Jawa Barat dan Banten masih memiliki
penonton yang setia dan menunggu tayangan-tayangan berkualitas yang disajikan oleh TVRI khususnya mengenai tayangan yang berisikan kebudayaan. Penonton TVRI masih membutuhkan tayangan yang berkualitas bukan hanya sekedar hiburan semata. Kebutuhan akan informasi menjadi alasan utama mereka tetap setia untuk menonton TVRI yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan akan informasi. Begitu pula dengan kebudayaan, TVRI dirasa sebagai wadah
119
masyarakat menuangkan apresiasi seni dan kebudayaan. TVRI masih mau menayangkan apresiasi seni masyarakat, seperti anak sekolah yang ingin menampilkan kreatifitas seni angklung dsb. Oleh karena itu, TVRI sudah semestinya meningkatkan tayangannya baik dalam hal teknis dan isi siaran agar lebih menarik. TVRI seharusnya melihat bagaimana televisi swasta dapat menarik penonton dan mencontohnya. Hal yang perlu dicontoh, bukan mengenai isi programnya, akan tetapi dari segi manajemen, produksi, dan promosi. Dengan begitu, TVRI dapat menyaingi televisi swasta, dengan kemasan menarik akan tetapi tetap mempertahankan visi dan misinya untuk menayangkan program berkualitas dan bertujuan mencerdaskan bangsa. Di samping perbaikan mutu dari stasiun televisi, penonton juga harus lebih selektif dalam menonton televisi. Hal ini karena, stasiun televisi khususnya televisi swasta akan menayangkan program yang diinginkan dan digemari oleh penonton. Jadi, maraknya tayangan infotainment, sinetron, dan tayangan yang serupa karena adanya penonton yang suka akan program tersebut. Stasiun televisi bukan berarti tidak boleh menayangkan program hiburan, akan tetapi sebaiknya diseimbangkan antara program informatif, edukatif, dan hiburan serta tidak hanya menayangkan program yang digemari penonton tapi juga yang dibutuhkan oleh penonton. Oleh karena itu, untuk perbaikan penayangan program televisi selanjutnya tidak hanya dilakukan oleh stasiun televisi yang menunjang program yang berkualitas aka tetapi diiringi oleh penonton yang harus mulai selektif memilih program tayangan. Jika stasiun televisi dan penonton sudah bekerja sama maka diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dunia penyiaran khususnya pertelevisian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Survey Penonton Televisi Publik. Diakses pada tanggal 10 Mei 2010 pukul
19.20
http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2005/09/27/brk,200509
WIB. 27-,id.html).
Asmar, Metri Novarinda. 2009. Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Kasus Pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Azwar, Saifudin. 1998. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badriah. 2003. Motivasi, Perilaku, dan Pemenuhan Kebutuhan R emaja
dari
Acara Hiburan Televisi (Perbandingan pada Siswa SLTPI Teluk Jambe dan SLTPN 6 Karawang). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Cecilia, Evita. 2007. Hubungan Antara Perilau Menonton Film Percintaan dengan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Pacaran. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Dominick, Joseph. 2002. The Dynamic Of Mass Communication. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. Herlina, Lia. 1999. Persepsi Remaja Terhadap Sinetron Di Televisi (Kasus Dusun Karangsari, Desa Karangnunggal, Kecamatan Karanunggal, Kabupaten DATI II, Tasikmalaya). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Irmawati. 2007. Motif Dan Perilaku Masyarakat Dalam Mendengarkan Radio Siaran ( Kasus Pendengar Warga RW 01, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
121
Jubido, Bayu Kamajaya. 2007. Persepsi Mahasiswa Terhadap Mutu Siaran Radio Agri FM Di Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kriyantono, Rachmat. 2008. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Kurniasih, Eko. 2006. Hubungan Antara Perilaku Menonton Tayangan Sinetron Religius Dengan Sikap Remaja Terhadap Agama Islam ( Kasus Siswa Sekolah Menegah Umum Negeri 22, Kelurahan Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Larana, Enrique, Hank J dan Joseph R. 1994. New Social Movement: From Ideology to Identity. Temple University Press: Philadelphia.
McQuail, Denis. 2003 .McQuails Reader In Mass Communication. London: SAGE Publications
. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Erlangga
Mutakin, Zaenal. Hari Begini Nonton TVRI?. Diakses pada tanggal 14 Juli 2010 pukul 09.15 WIB. www. Bernas.co.id.
Ostertag,Stephen.
We’re
Here
Because
of
You”:
Collective
Identity,
Programming, and Reformulating Hegemony through Public Television Productions. Diakses pada tanggal 25 April 2009 pukul 19:21 WIB. http://www.allacademic.com/meta/p19605_index.html
122
Park,Namsu. Challenge Of The Public Service Broadcasting To New Media Era: The Case Of Korean Broadcasting System.Diakses pada tanggal 25 April 2009
pukul
18:42
WIB.
http://www.allacademic.com/meta/p171359_index.html
Prakosa, Adi. 2008. Fungsi Komunikasi Massa. Diakses pada tanggal 28 Juli 2010 pukul 02.45 WIB. http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/fungsi-komunikasimassa-mt-komassa-2.html
Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Saraswati, Fritamia. 2008. Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan NoN Keagamaan ( Studi Pada Siswa SMAN 2 Dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor : Insititut Pertanian Bogor.
Shanti, Nadia Priona. 2008. Segmen dan Penilaian Khalayak Terhadap Program Komedi di Televisi (Studi Kasus Acara Ekstravaganza dan Komedi Betawi). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Silitonga, Ruth Elisabeth. 2009. Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa terhadap Program Jelajah di Trans TV ( Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Peserta Komunikasi Bisnis Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
123
Testiandini, Asti. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja (Kasus Sinetron Bertemakan Remaja di Televisi). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wuryata, Eka Wenats. 2006. Penyiaran Publik dan Public Sphere. Diakses pada tanggal 25 Mei 2009 pada pukul 01:25 WIB. www.google.com