Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 1 - 8, Maret 2016 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 14 - 19, Maret 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : Cetak 2085-1049
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
PERILAKU MENONTON TELEVISI DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENURUT PERSEPSI IBU Vera Mardhani1, Poppy Fitriyani1 Departemen Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Email:
[email protected];
[email protected]
1
ABSTRAK Pendahuluan: Perilaku menonton televisi dapat mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan deskriptif korelatif yang menggunakan kuisioner dalam pengumpulan data dengan jumlah 81 responden dengan karakterisitik responden, yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan. Hasil: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut perepsi ibu, namun orang tua tetap harus waspada dan membimbing saat anak menonton televisi (ρ= 0,176; α = 0,05). Diskusi: Saran untuk pelayanan keperawatan komunitas, perlu memberikan lebih banyak edukasi kesehatan untuk orang tua mengenai perkembangan anak usia sekolah dan perilaku menonton televisi yang harus dikontrol. Pemberian edukasi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan mempengaruhi perilaku anak usia sekolah untuk mengontrol perilaku menonton televisi yang lebih efektif. Kata kunci: Menonton, perkembangan, perilaku, televisi.
ABSTRACT Introduction: Television viewing behavior can affect the development of school-age children. This study was carried out aiming to identify the relationship of behavior to watch television with the development of school-age children as perceived by the mother. Methods: This research is descriptive quantitative correlative with the use of questionnaires in the collection of data by the number of 81 respondents with the characteristics of the respondents, namely age, education and occupation. Results: There was no significant association between television viewing behavior with the development of school-age children according to mother’s perception, but parents should remain vigilant and guide when children watch television (ρ = 0.176; α = 0.05). Discussion: Suggestions for community nursing services, need to provide more health education for parents about child development and behavior of school age watch television to be controlled. The provision of health education to increase knowledge and influence the behavior of school-age children to control the television viewing behavior is more effective. Keywords: behavior, development, television, watch. PENDAHULUAN Masa usia sekolah merupakan salah satu masa pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui setiap anak menjelang masa remaja. Rentang umur anak usia sekolah adalah dari usia 6 tahun sampai 12 tahun (Wong, 2008, WHO, Depkes). Anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan suka meniru apa yang dilihat dan divisualisasikan (Wong, 2008). Rasa ingin tahu yang tinggi tersebut mempengaruhi pola perilaku dan pola pikir, anak dapat mencari informasi sendiri di era globalisasi seperti saat sekarang ini. Informasi yang didapat bisa langsung dari orang lain yang lebih tahu
ataupun media informasi seperti internet dan televisi. Televisi merupakan media yang paling mudah dijumpai dan mempunyai banyak jenis acara yang ditayangkan sehingga sangat menarik minat anak-anak untuk menonton (Surbakti, 2008). Menonton televisi banyak menyita waktu anak, baik dalam bermain dengan teman sebaya maupun bersosialisasi dengan lingkungan dan teman sebaya. Saat sekarang ini televisi berlomba-lomba menayangkan adegan kekerasan, mistis maupun seks, hal ini akan
1
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 14 - 19, Maret 2016
berdampak buruk bagi anak-anak terutama anak usia sekolah. Menonton televisi dapat berdampak positif dan negatif dalam masa perkembangan dan perilaku anak. Penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi dengan kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin rendah kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar diterima(Pitriawanti, 2010). Penelitian di Pensylvania (1992) tentang hubungan tontonan atau tayangan kekerasan dengan perilaku perkembangan anak usia sekolah pada 100 anak, didapatkan hasil sebagian besar anakanak menonton kartun yang mengandung kekerasan cenderung akan berperilaku kasar ketika bermain dibandingkan anak-anak yang menonton film kartun tanpa adegan kekerasan (Mahayoni & Lim, 2005). Frekuensi menonton yang dilakukan setelah pulang sekolah dan malam sebelum tidur, sekitar 5-7 jam perhari. Terkadang anak tidak didampingi orangtua ketika menonton televisi sehingga anak tidak bisa membedakan makna atau pesan yang sesungguhnya dari tayangan televisi yang ditonton. Orang tua harus menyadari akan bahaya tayangan televisi. Menonton televisi >4 jam/hari termasuk dalam heavy viewer , anak yang termasuk dalam golongan ini mudah terpengaruh terutama dalam waktu belajar (Nurudin, 2007). Pada saat sekarang ini, peran orang tua, terutama ibu, dalam mengawasi tontonan anak sangatlah kurang, beberapa ibu menganggap dengan menonton televisi terutama film kartun akan menghibur anaknya sehingga anak tidak rewel dan mengganggu pekerjaan mereka. Seringkali ibu tidak mengetahui bahwa perubahan perilaku anak berasal dari informasi yang ditangkap dari tayangan televisi yang ditonton oleh anak. Oleh karena itu, dalam penelitian bertujuan untuk mencari hubungan menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
mempunyai anak usia sekolah dari umur 6-12 tahun, ibu yang mempunyai anak yang bersekolah di SDN 05 Pondok Cina, dapat berinteraksi, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani inform consent. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Isaac & Michael (Sukardi, 2004) dengan jumlah sampel 81 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini berupa kuisioner yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memuat data tentang demografi ibu dari siswa SDN 05 Pondok Cina, Kota Depok yang berisikan 5 pertanyaan mengenai nama, nomor yang bisa dihubungi, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Bagian kedua memuat data tentang variabel independen tentang perilaku menonton tayangan televisi pada anak usia sekolah yang berisikan 10 pernyataan. kuisioner yang dipakai merupakan kuisioner yang dikembangkan oleh Muthmainah (2012). Hasil uji validitas kuisioner kedua adalah r = 0,056-0,490 dan uji reliabilitas alpha Cronbach =0,6. Bagian ketiga memuat data tentang variabel dependen, perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu, yang berisikan 23 pernyataan. Hasil uji validitas kuisioner ketiga adalah r = 0,00-0,531 dan uji realibilitas alpha Cronbach = 0,641. Analisis data yang digunakan adalah analisis data univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan angka atau karakteristik responden, perilaku menonton televisi menurut persepsi ibu dan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu. Analisis bivariat menggunakan uji chi square tentang hubungan anatara perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu. Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden dan memperhitungkan manfaat yang ditimbulkan.
HASIL METODE Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif korelatif. Sampel pada penelitian ini adalah ibu dari siswa SDN 05 Pocin dengan kriteria inklusi: ibu yang
Adapun distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan perilaku anak yang menonton televise dapat dilihat pada tabel 3.
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 1 - 8, Maret 2016
Tabel 1 Karakteristik Responden Ibu dari Siswa SDN 05 Pondok Cina, Depok (n = 81) No
Variabel
1
Usia - 20-40 tahun - 40-65 tahun Total Pendidikan - SD - SMP - SMA - PT Total Pekerjaan - Ibu rumah tangga - PNS - Swasta - Pedagang - Lain-lain Total
2
3
Frek
Persentase (%)
55 26 81
67,9 32,1 100
13 16 41 11 81
16 19,8 50,6 13,6 100
61 2 6 6 6 81
75,3 2.5 7,4 7,4 7,4 100
Tabel 2 Perilaku Anak yang Menonton Televisi (n = 81) Perilaku Anak yang Menonton Televisi - Baik - Kurang baik Total
Frekuensi 41 40 81
Persentase (%) 50,6 49,4 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa anak memiliki perilaku menonton televisi yang baik dan tidak baik dengan hasil yang hampir seimbang. Anak yang memiliki perilaku yang baik dalam menonton televisi berjumlah 41 orang (50,6%). Tabel 3 Perkembangan Anak Usia Sekolah (n = 81) Persepsi Ibu Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah - Baik - Kurang baik Total
Frekuensi
Persentase (%)
48 33 81
59,3 40,7 100
Tabel 3 menjelaskan bahwa perkembangan anak usia sekolah mayoritas bernilai baik. Perkembangan anak usia sekolah yang baik berjumlah 48 orang (59,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku menonton televisi dan perkembangan anak usia sekolah yang baik lebih banyak
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
daripada perilak menonton televisi dan perkembangan anak usia sekolah yang kurang baik. Hal ini diperlihatkan dari persentase yang lebih tinggi yaitu sebanyak 51,2%. Nilai OR yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa hubungan perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu yang baik memiliki peluang 0,5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki persepsi yang kurang baik.
PEMBAHASAN Karakterisitik responden pada hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden didominasi oleh ibu rumah tangga yaitu sebanyak 61 responden (75,3%). Persepsi individu tidak dipengaruhi oleh pekerjaan seseorang, namun dalam beberapa penelitian menyimpulkan terdapat deskripsi karakterisitik komunitas/pekerjaan yang menunjukkan gender sangat kuat mempengaruhi persepsi seseorang (Harper & Schoeman, 2003). Karakteristik usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang umur dari usia 28 tahun sampai dengan 50 tahun. Hal ini menunjukkan responden berada di usia dewasa awal dan dewasa tengah. Peneliti mengkategorikan usia berdasarkan DeLauner dan Ladner (2002) yang menyatakan bahwa usia dewasa awal merupakan usia 20-40 tahun dan dewasa tengah 40-65 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Woolf (2003) menyatakan bahwa usia yang lebih tua memiliki persepsi lebih negatif dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Usia responden yang berada pada umur dewasa awal (20-40 tahun) mendominasi jumlah responden, yaitu sebanyak 55 orang (67,9%). Jumlah responden yang mendominasi berada di kategori dewasa awal berkaitan dengan umur anak yang masih berada di jenjang sekolah dasar, rerata orang tua yang memiliki anak usia sekolah pada saat sekarang ini berada di usia dewasa awal. Karakterisitik pendidikan menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini disebabkan oleh pendidikan wajib 12 tahun atau sampai tingkat SMA. UU RI Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa usia pendidikan dimulai pada usia enam tahun, yang terdiri dari pendidikan dasar sembilan tahun dan masa sekolah menegah atas selama tiga tahun. Jadi,
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 14 - 19, Maret 2016
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
mayoritas responden hanya menjalani pendidikan wajib, yaitu sampai tingkat SMA. Pendidikan bisa mempengaruhi pengetahuan dan persepsi. Persepsi dapat terbentuk karena adanya sensasi otak (Gazzaniga & Todd, 2003). Persepsi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia, jenis kelamin, ras, etnis, sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyait, dan tanda-tanda untuk bertindak (Potter & Perry, 2005).
dari anak usia sekolah harus bisa memberikan contoh yang baik pada anaknya dalam menonton televisi, seperti memilih program tayangan yang sesuai umur dan mendidik anak untuk berpikir lebih kritis ketika menonton tayangan televisi. Pengadaan televisi di kamar anak harus dihindari dan tidak menggunakan televisi sebagai pengganti pengasuh (anak fokus menonton dan tidak mengganggu orang tua ketika bekerja).
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan, persepsi adalah proses identifikasi dan interpretasi awal individu terhadap stimulus yang didasarkan dari informasi yang diterima panca indera seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan sentuhan, dan penciuman (Stuart & Sundeen, 1998). Persepsi terhadap perilaku merupakan cara seseorang menginterpretasikan atau menilai suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu lainnya.
Perkembangan anak usia sekolah bisa dipengaruhi oleh media massa, salah satunya televisi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maccoby (1954), bahwa anak yang berada dalam keluarga dengan ekonomi menengah ke atas, anak yang memiliki stres yang tinggi terhadap kehidupannya di rumah menghabiskan banyak waktu dalam menonton televisi. Orang tua terutama ibu harus bisa memahami perkembangan anak setiap tahapnya. Anak akan mengalami stres yang tinggi ketika orang tua terlalu ketat dalam mendidik anak, maka anak akan mencari koping maladaptif seperti menonton televisi yang berlebihan atau bisa mencontoh tindakan buruk yang ada di acara televisi yang ditonton.
Perilaku menonton televisi menurut persepsi ibu yaitu cara menilai perilaku menonton televisi anak. Persepsi ini bisa bernilai baik dan kurang baik dalam penerapannya. Hasil menunjukkan bahwa perilaku anak yang menonton televisi bernilai baik dan tidak baik yang hampir seimbang. Perilaku anak yang menonton televisi yang baik berjumlah 41 orang (50,6%). Sebuah survei yang dilakukan Christian Science Monitor (CSM) tahun 1996 terhadap 1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2-17 tahun. Survei ini ingin membuktikan seberapa jauh kekerasan di televisi mempengaruhi anak, 56% responden menjawab bahwa televisi sangat mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi (Surbakti, 2008). Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang perilaku menonton dan perkembangan anak, maka pengaruh buruk televisi terhadap anak, seperti kekerasan, dapat dihindari dan dikurangi. Penelitian Barcedo Sanz (2001) menyebutkan bahwa anak yang berusia 6-9 tahun menonton televisi 12,5 jam/minggu, anak usia 10-13 tahun 14,6 jam/minggu. Hal ini dipengaruh oleh hampir 90% keluarga mempunyai tiga atau lebih televisi di setiap rumah. Perilaku menonton anak pada saat sekarang ini harus bisa dikendalikan, terutama oleh orang tua. Ibu
Menurut penelitian Hopkins dan Mullins (1985), seorang ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sering menonton televisi, anak yang melihat ini akan mencontoh perilaku yang dilakukan oleh ibunya. Hal ini akan berpengaruh terhadap interaksi dan komunikasi antara ibu dan anak yang akan berkurang. Sedangkan, tugas seorang ibu sebagai orang tua harus menjaga interkasi antar anggota keluarga supaya mengetahui perkembangan setiap anggota keluarga terutama anak pada usia sekolah. Ibu tetap harus waspada dengan setiap perilaku dan perkembangan anaknya. Beberapa ibu beranggapan bahwa anak berada dalam perkembangan yang baik jika menuruti perintah orang tua. Faktor-faktor dan stimulus yang sangat berpengaruh dalam penilaian dan anggpan terhadap perkembangan anak adalah lingkungan, pengetahuan dan sosiopsikologis dalam keluarga tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku menonton televisi dan perkembangan anak usia sekolah memiliki hasil yang baik. Persepsi ibu yang baik terhadap perilaku menonton televisi
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 1 - 8, Maret 2016
dan perkembangan anak menjelaskan bahwa ibu mengharapkan dengan menonton televisi perkembangan anak akan lebih baik. Perkembangan anak yang lebih baik ini dapat berupa bertambahnya pengetahuan, rajin belajar, patuh pada orang tua dan bertambahnya kosa kata anak. Stimulus dalam program tayangan televisi yang diberikan memberikan harapan akan pengetahuan dan ketenangan ketika mengasuh anak. Namun, persepsi ibu tentang televisi dijadikan “pengasuh” anak harus diubah karena jika anak tidak diberikan pendampingan ketika menonton televisi maka anak mendapatkan dampak buruk dari tayangan televisi yang ditonton. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki anak usia sekolah dengan perkembangan dan perilaku menonton yang baik. Edukasi kesehatan sangat dibutuhkan dalam membentuk perkembangan anak usia sekolah yang baik. Perilaku menonton televisi dapat berakibat baik maupun buruk terutama pada anak usia sekolah. Dampak buruk dapat diatasi dengan orang tua melakukan pendampingan ketika menonton televisi. Selain itu, pengetahuan seroang pedamping, seperti ibu, harus baik sehingga dapat memilih acara televisi yang sesuai dengan dan pantas dalam perkembangan anak (Sebire, 2013). Pembatasan waktu menonton juga akan mempengaruhi dampak pada perkembangan anak.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
pengetahuan dan persepsi orang tua terhadap perilaku menonton televisi pada anak dan perkembangan sesuai usia perkembangan anak usia sekolah. Implikasi dalam pengembangan profesi keperawatan, perawat dapat menjalin kemitraan dengan orang tua, keluarga dan sekolah supaya dapat memberikan edukasi kesehatan mengenai pentingnya pengetahuan dan kontrol orang tua terhadap perilaku menonton televisi pada anak agar proses perkembangan anak usia sekolah dapat berjalan sesuai dengan tahap pekembangan. Penelitian ini masih membutuhkan banyak penyempurnaan karena terdapat keterbatsan dalam penelitian ini, yaitu salah satu instrumen yang digunakan merupakan hasil pengembangan peneliti sendiri yang sesuai dengan teori. Uji coba dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesulitan responden dalam memahami maksud pernyataan dan bahasa yang digunakan pada pernyataan pada instrumen. Proses pengambilan data pada kuisioner tidak seluruhnya didampingi oleh peneliti, sehingga terdapat kuisioner dengan jawaban yang tidak lengkap. Penelitian dilakukan di satu tempat dengan sampel yang terbatas sehingga belum dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian yang dilakukan oleh Heilstein B.E (2006) bahwa anak yang menghabiskan banyak waktu hanya dengan menonton televisi mempunyai banyak masalah dalam kepuasan hidup, kesehatan, dan komunikasi dengan individu lainnya dibandingkan dengan anak yang sedikit menonton televisi. Selain itu, kepedulian tentang perkembangan anak secara keseluruhan merupakan kunci supaya bisa menggunakan televisi sebagai media yang positif untuk perkembangan anak.
Simpulan Didapatkannya karakteristik responden, yaitu ibu dari siswa sekolah dasar (SD), yang terdiri dari beberapa variabel, yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan. Frekuensi usia responden sebagian besar berumur 20-40 tahun yaitu sebesar 67,9%, yaitu sebanyak 55 responden. Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah setingkat SMA sederajat yaitu sebanyak 50,6% dan responden dalan penelitian ini mayoritas mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 75,3%.
Implikasi untuk pelayanan keperawatan dapat menjadi bahan tambahan dalam pelayanan keperawatan komunitas untuk lebih berperan dalam memberikan asuhan keperawatan dan edukasi kesehatan bagi masyarakat terutama orang tua tentang perilaku dan perkembangan anak usia sekolah. Asuhan keperawatan dapat diberikan dalam bentuk penyuluhan dan focus group discussion (fgd) untuk meningkatkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu terhadap perilaku anak yang menonton televisi memiliki persepsi baik dan tidak baik yang hampir seimbang. Persepsi ibu yang baik terhadap perilaku anak yang menonton televisi berjumlah 41 orang (50,6%). Sementara, mayoritas responden memiliki persepsi baik terhadap perkembangan anak usia sekolah berjumlah 48 orang (59,3%).
Jurnal Keperawatan Volume 8 No 1, Hal 14 - 19, Maret 2016
Saran Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian untuk menilai tingkat pengetahuan ibu terhadap perkembangan anak usia sekolah dan perilaku menonton televisi pada anak. Penelitian ini sebaiknya dilakukan tidak hanya di satu tempat saja dan memiliki lebih banyak responden supaya hasil penelitiannya lebih mengambarkan tingkat pengetahuan dan persepsi ibu terhadap perkembangan anak usia sekolah dengan perilaku menonton televisi.
DAFTAR PUSTAKA DeLaune, S., & Ladner, P. (2002). Fundamental of nursing: standart and practice. USA: Delmar Thomson Learning. Gazzaniga, M. S. & Todd, F.H. (2003). Psychological science: the mind, brain, and behavior. USA: W.W.Norton & Company, Inc. Harper, M & Wilhelm, J. Schoeman. (2003). Influence of gender as basic-level category in person perception on the gender belief system. www.indarticle.com/p/articles/mi_m2294 /is_9-10_49/ai_110813273. Maccoby, E.E. (1954). The public opinion quarterly Vol.18 No.3. Oxford University Press. Mahayoni,. & Lim, H. (2008). Anak versus media. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sebire, S.J. (2013). Parenting quality and television viewing among 10 year old children. USA: Academic Press Country of Publication. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1998). Princeple and practice of Psychiatric nursing 5th Ed. St.Louis: Mosby-Year Book . Sukardi. (2004). Metodologi penelitian pendidikan, kompetensi dan prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Surbakti, E. (2008). Awas tayangan televisi: tayangan misteri dan kekerasan mengancam anak anda. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wells, dkk. (2006). Factors affecting perception. www.ciadvertising.org/studies/student/97 _fall/theory/selective/facperce.htm. Woolf, L.M. (2003). Effect of age and gender on perceptions of younger and older adults. www.webster.edu/~woolflm/ageismwool f.html. Wong, D.L. (2002). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong (Edisi 6, Vol.1) (Agus Sutarna, Neti Jurniati, Kuncara., Penerjemah.). Jakarta: EGC. Wong, D.L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong (Edisi 6, Vol.1) (Agus Sutarna, Neti Jurniati, Kuncara., Penerjemah.). Jakarta: EGC.