PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA
ARTIKEL E-JOURNAL
NURATMAN NIM 100388201104
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015
ABSTRAK Nuratman, 2015. Perbandingan Morfem Terikat Bahasa Indonesia dengan Morfem Terikat Bahasa Melayu Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga. Tanjungpinang. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I Dr. H. Abdul Malik, M.Pd. Pembimbing II Nancy Willian, S.Si., M.Si. Kata Kunci
: Perbandingan dan Morfem Terikat
Penelitian ini membahas tentang perbedaan dan persamaan morfem terikat. Hal tersebut dilatar belakangi bahwa perbedaan dan persamaan morfem terikat sangat penting dalam Subdialek Bahasa Melayu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara bebas, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Mengelompokkan data bahasa itu sesuai dengan klasifikasi pembatasan penelitian ini. 2. Mengolah data bahasa itu menurut acuan morfem terikat bahasa Indonesia. 3. Menemukan persamaan dan perbedaan morfem terikat bahasa Indonesia dan morfem terikat bahasa Melayu Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga terhadap pembentukan morfem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan dan persamaan morfem terikat bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga. Dalam morfem terikat terdiri dari prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (gabungan prefiks dan sufiks). Perbedaan morfem terikat bahasa Indonesia terdiri dari prefiks yaitu /ber/, /ter-/, /per-/. Sufiks yaitu /-kan/ dan /-nya/. Konfiks yaitu /ber-an/, /per-an/, dan /se-nya/. Prefiks bahasa Melayu Desa Duara yaitu /bǝ-/, /tǝ-/, dan /pǝ-/. Sufiks yaitu /-kǝn/ dan /-nyǝ/. Konfiks yaitu /bǝ-an/, /pǝ-an/, dan /sǝ-nya/. Persamaan morfem terikat bahasa Indonesia terdiri dari prefiks yaitu /meng-/, /di-/, /ke-/, /se/, /pen-/, dan /men-/. Infiks /-el-/, /-em-/, /-er-/. Sufiks yaitu /–i/ dan /-an/. Konfiks /ke-an/ dan /peng-an/. Prefiks bahasa Melayu Desa Duara yaitu /mǝng-/, /di-/, /kǝ/, /sǝ-/, /pǝn-/, dan /mǝn-/. Infiks yaitu /-ǝl-/, /-ǝm-/, dan /-ǝr-/. Sufiks yaitu /-i/ dan /-an/. Konfiks yaitu /kǝ-an/ dan /pǝng-an/.
1.
Pendahuluan Bahasa menunjukkan bangsa, begitulah pribahasa sampai sekarang dan akan selalu masih hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Melalui bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta diturunkan kepada generasi sekarang. Sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan bahasa negara, bahasa indonesia ini telah digunakan, namun hanya dalam kesempatan terbatas, yaitu sebagai alat komunikasi antar suku atau dalam situasi formal dalam kesempatan lain, sebagian besar bahasa indonesia masih menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Hanya sebagian kecil saja yang telah menggunakan bahasa Indonesia untuk komunikasi sehari-hari. Banyak masyarakat Indonesia memakai bahasa Indonesia, tetapi ucapannya dari daerah terbawa, misalnya pada imbuhan bahasa Batak, Sunda, Jawa, dan Melayu. Hal tersebut dikarnakan kebiasaan dari kecil mengajarkan bahasa Indonesia dengan campuran bahasa derahnya. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu memiliki berbagai macam variasi bahasa karena adanya perbedaan daerah atau kebudayaan. Walaupun kata-katanya sama tetapi pengucapannya berbeda. Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragamragam pula. Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahasa menimbulkan masalah, bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu didalam masyarakat.
2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam “Perbandingan Morfem Terikat Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga” adalah metode deskriptif kualitiatif. Metode penelitian deskriptif adalah teknik untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena saat melakukan penelitian. Teknik penelitian kualitiatif yang berupa data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara bebas, teknik rekam dan teknik catat. Dengan teknik wawancara bebas, penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap masyarakat yang akan dijadikan sampel. Teknik rekam, penelitian dengan menggunakan alat rekaman seperti tape recorder dan handphone. Teknik catat, penelitian sebagai alat pendukung data melalui rekaman sehingga hasilnya benar-benar sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
3.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Menurut Finoza (2009:80) “Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna”, contoh perbedaan morfem terikat dalam Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga adalah /bǝgulεŊ/ artinya dalam bahasa Indonesia yaitu berguling. Morfem /bǝgulεŊ/ termasuk morfem terikat, yang terdiri dari satu morfem bebas yaitu /gulεŊ/ dan satu morfem terikat yaitu /bǝ-/, morfem /bǝ-/ merupakan morfem terikat yang berupa prefiks. Sedangkan contoh persamaan morfem terikat dalam Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga adalah /mǝndǝŊa/ artinya dalam bahasa Indonesia yaitu mendengar. Morfem /mǝndǝŊa/ termasuk morfem terikat, yang terdiri dari satu morfem bebas yaitu /dǝŊa/ dan satu morfem terikat yaitu /mǝn-/, morfem /mǝn-/ merupakan morfem terikat yang berupa prefiks. 4.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap persamaan dan perbedaan morfem terikat dalam Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga. Dari hasil penelitian diperoleh perbedaan dan persamaan morfem terikat. Perbedaan morfem terikat bahasa Indonesia dengan morfem terikat bahasa Melayu Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga yaitu prefiks bahasa Indonesia terdiri dari /ber-/, /ter-/, /per-/. Sufiks bahasa Indonesia terdiri dari /-kan/, /-nya/. Konfiks bahasa Indonesia terdiri dari /ber-an/, /per-an/, /se-nya/. Prefiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /bǝ-/, /tǝ-/, /pǝ-/. Sufiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /-kǝn/, /-nyǝ/. Konfiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /bǝ-an/, pǝ-an/, dan /sǝ-nyǝ/. Sedangkan Persamaan morfem terikat bahasa Indonesia dengan morfem terikat bahasa Melayu Subdialek Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga yaitu prefiks bahasa Indonesia terdiri dari /meng-/, /di-/, /ke-/, /se-/, /pen-/, /men-/. Infiks bahasa Indonesia terdiri dari /-el-/, /-em-/, /-er-/. Sufiks bahasa Indonesia terdiri dari /-i/, /-an/. Konfiks bahasa Indonesia terdiri dari /ke-an/, /peng-an/. Prefiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /mǝng-/, /di-/, /kǝ-/, /sǝ-/, /pǝn-/, /mǝn-/. Infiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /-ǝl-/, /-ǝm-/, /-ǝr-/. Sufiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /-i/, /-an/. Konfiks bahasa Melayu Desa Duara terdiri dari /kǝ-an/, /pǝng-an/.
Daftar Pustaka Alwi, H, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ba’dulu, Abdul Muis, Herman. M.S. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer, A. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta Chaer, A. 2007.Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djajasudarman, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: PT Repika Aditama. Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Diksi Insan Mulia Keraf, Gorys. 1991. Linguistik Bandingan historis. Jakarta: PT. Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa. Masinambow, E.K.M. dan Haenen Paul. 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah: Jakarta. Yayasan Obar Indonesia. Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pateda, Mansoer. 1994. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa. Ramlan, M. 1997. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriftif. Yogyakarta : CV Karyono. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabate Tarigan, Hendri Guntur. 2009. Pengantar Pragmatik. Bandung: Bumi Aksara Yanti, Asbi. 2010. Perbandingan Morfem Bahasa Indonesia dengan Morfem Bahasa Melayu Desa Kampung Pinang Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/indo,asbianti.pdf