PERBANDINGAN JUMLAH KARBON TEGAKAN POHON YANG RUSAK AKIBAT PENEBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RIL (Reduced Impact Logging) DAN CL (Conventional Logging) PADA IUPHHK PT. ARFAK INDRA KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT
RICARDO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERBANDINGAN JUMLAH KARBON TEGAKAN POHON YANG RUSAK AKIBAT PENEBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RIL (Reduced Impact Logging) DAN CL (Conventional Logging) PADA IUPHHK PT. ARFAK INDRA KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT
RICARDO E14104028
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan FakultasKehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
RINGKASAN Ricardo. E14104028. Perbandingan Jumlah Karbon Tegakan Pohon yang Rusak Akibat Penebangan Dengan Menggunakan Teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan CL (Conventional Logging) pada IUPHHK PT. Arfak Indra Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Dibimbing oleh Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp dan Ir. Hari priyadi, MSc. Metode pemanenan dengan teknik RIL (Reduced Impact Logging) sangat memperhatikan kondisi tegakan pohon tinggal dan keterbukaan areal akibat pembukaan jalan sarad, sehingga tidak terjadi kerusakan hutan yang lebih berat serta meminimalkan karbon yang hilang didalam hutan. Metode ini lebih baik dibandingkan teknik Conventional Logging (CL). Oleh karena itu diperlukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan kerusakan tegakan tinggal yang kemudian dikonversi dalam bentuk biomassa pohon dan membandingkan jumlah karbon kedua teknik pembalakan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 2008 di IUPHHK PT Arfak Indra kabupaten Fakfak provinsi Papua barat. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sample pohon yaitu jumlah pohon tebangan, tegakan pohon tinggal yang rusak akibat penebangan, pohon yang rusak akibat pembuatan jalan sarad, dan luas total jalan sarad yang diukur. Berdasarkan pada hasil penelitian diperoleh pohon tebangan sebanyak 196 pohon pada enam petak tebang. Sembilan puluh delapan (98) pohon dengan teknik RIL, volume yang didapat 573,54 m3 dan 98 pohon dengan cara CL, dengan volume 415,49 m3. Tegakan pohon yang rusak akibat pemanenan dengan cara CL sebanyak 368 pohon (diameter 20 cm up) dengan jumlah karbon yang hilang 33,40 tC/ha dan pemanenan dengan teknik RIL 358 pohon (diameter 20 cm up) dengan jumlah karbon yang hilang 27,94 tC/ha. Luas jalan sarad dengan teknik CL sebesar 7964 m2 dengan jumlah pohon yang terkena jalan sarad 790 pohon (diameter 20 cm up) dengan karbon yang hilang sebesar 74,78 tC/ha dan 5608 m2 pada luasan jalan sarad dengan cara RIL diperoleh jumlah pohon yang terkena jalan sarad 655 pohon (diameter 20 cm up)dengan jumlah karbon yang hilang 58,89 tC/ha. Pemanenan dengan teknik RIL terbukti mengurangi jumlah karbon yang hilang. Kerusakan pohon akibat pemanenan yang berdampak pada jumlah karbon yang hilang disebabkan oleh kurangnya perencanaan yang matang sebelum pemanenan serta pemahaman terhadap RIL. Pemanenan dengan teknik RIL sangat jarang dilakukan pada HPH oleh sebab itu perlunya dilakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap pekerja di lapangan.
Kata kunci : RIL (Reduced Impact Logging), CL (Conventional Logging), Karbon sisa
ABSTRAC Ricardo. E14104028. The comparison of a tree raising carbon which is broken by RIL technique (Reduced Impact logging) and CL technique (Conventional Logging) in IUPHHK Arfak Indra PT. Fakfak Residence West Papua Province. Superrised by Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp and Ir. Hari Priyadi, MSc. Harvesting method with RIL technique is very attentive to the condition of the remaining (unfelling) tree and the uncovering process of an area caused by the opening of skidtrail, that meant to minimize the destruction of forest and the lost carbon in the forest. This technique is better than CL technique. Therefore, it is necessary to do a research which is aimed to compare the destruction of remaining (unfelling) tree which is then converted in to tree biomass and to compare the number of carbon by the two technique RIL & CL. The study was held on august 2008 in IUPHHK, Arfak Indra PT, Fakfak Residence, West Papua province. The research was conducted by taking the sample of trees that were the number of felling trees, remaining (unfelling) trees which were broken by logging process, broken tree caused by the opening of skidtrail and the of wide of measured skidtrail. There were 196 sample of tree that were taken from six plot of logging which was divided into 98 trees with RIL technique and the rest 98 trees with CL technique. The number of wood volume derived from the calculation result is 573,54 m3 by RIL and 415,49 m3 by CL technique. There were 368 of unfelling tree (diameter 20 cm up) which were damage by harvesting with CL technique with the number of carbon 33,40 tC/ha, and with RIL technique there are 358 of unfelling tree (diameter 20 cm up) broken with the number of lost carbon 27,94 tC/ha. The wide of the opened skidtrail by CL technique with 790 of trees (diameter 20 cm up) is 7964 m2 and it can make the loosing of carbon about 74,78 ton of carbon/ha and the wide by RIL with 656 of trees (diameter 20 cm up) is 5608 m2 with the loosing of carbon about 58,89 tC/ha. The losing carbon by CL technique is bigger than RIL method. The destruction of unfelling tree which is caused by harvesting is because of the less planning before harvesting and less knowing about RIL. Harvesting with RIL technique is very rare in HPH, therefore it is very important to make a socialization and training to the labor in the field.
Key word : RIL (Reduced Impact Logging), CL (Conventional Logging), Remainding Carbon
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Jumlah Karbon Tegakan Pohon yang Rusak Akibat Penebangan Dengan Menggunakan Teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan CL (Conventional Logging) pada IUPHHK PT. Arfak Indra Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan dosen bimbingan dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2008
Ricardo NRP E14104028
Judul
: Perbandingan Jumlah Karbon Tegakan Pohon yang Rusak Akibat Penebangan dengan Menggunakan Teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan CL (Conventional Logging) pada IUPHHK PT. Arfak Indra Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat
Nama
: Ricardo
NRP
: E14104028
Departemen
: Manajemen Hutan
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Herry Purnomo, M. Comp NIP 131 795 793
Ir. Hari Priyadi, MSc CIFOR
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP 131 578 788
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan Institut Pertanian Bogor. Penulis mengambil penelitian dengan judul “Perbandingaan Jumlah Karbon Tegakan Pohon yang Rusak Akibat Penebangan dengan Menggunakan Teknik RIL (Reduced Impact logging) dan CL (Conventional Logging) pada IUPHHK PT Arfak Indra Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat”. Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi 2. Ir. Hari Priyadi, MSc selaku pembimbing skripsi dari CIFOR atas segala bimbingan dan pengarahannya selama pembuatan proposal sampai akhir skripsi. 3. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. wakil departemen Hasil Hutan dan Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA. wakil departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang bermanfaat. 4. Ir. Muhammad Ikhsan, M.Si. selaku Ditektur Utama PT Arfak Indra, Ir. Ghalibia
S. Alita selaku Manajer Perencanaan dan Perijinan, DjungDjun
Djunaedi, S.Hut selaku Kepala Perwakilan PT Arfak Indra. yang telah memberikan ijin, mendanai dan memfasilitasi penulis selama Penelitian di PT. Arfak Indra Kabupaten Fakfak Propinsi Papua Barat. 5. Pak Nelson, Pak Tatang, Mas Suroso, Pak Kamaludin Fuad, Pak arif, Mbak Hatimah, Kak Desitarani, S.Hut, Michael Rumagit, Florence Danoko, S.E., Netty, Rusmayasari S, Hut, adek Dita, Pondok dame’es (Landes, Debby,
i
Maryo, Pardi, Pinem) Atas bantuan dan dukungannya sebagai Bapak, Kakak, Adek, Teman, selama penulis melakukan penelitian. 6. Pak Masri Pido, Pak Lagam, (Alm) Om Lung, Pak KD, Pak Sawang, Pak Lazarus, Pak Ati, Pak Zio, Pak Janggut, Pak Andrinus, Kak Ani dan kakaknya, Devan, Aleka, Arfi, Ambo, atas bantuannya selama pengambilan data dilapangan. 7. Team LPI (Pak Dodo, Pak Dede, Pak Ilham dan Pak Nurdin) yang bersamasama mensurvei areal tebangan di PT Arfak Indra kabupaten Fakfak Propinsi Papua Barat dan pengarahan yang diberikan selama di lapangan. 8. Bapak dan mama serta seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberikan doa, perhatian dan dorongannya. 9. Bapak dan mama angkat di Fakfak yang telah memberikan perhatian, kasih dan sayang seperti anaknya sendiri. 10. Adek-adek ku, Jhonrianto Hutasoit, Fernando Hutasoit, dan Masrianto sihol marito parulian Hutasoit yang telah menjadi penyemangat selama penelitian 11. Abang, adek dan teman-teman di Rumah Bolon atas bantuan dan fasilitasnya. 12. Rekan-rekan MNH ’41 atas segala keceriaan dan kenangannya. 13. Seseorang yang selalu menyemangati 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan penelitian berikutnya. Akhirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Desember 2008
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 29 Mei 1986. Penulis adalah putra ke satu dari empat bersaudara pasangan T. Hutasoit dan S.R. Sitompul. Jenjang pendidikan formal dimulai pada tahun 1992 di SDN Pedurenan Timur I Bekasi Timur. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke SLTPN 18 Bekasi Timur. Kemudian penulis melanjutkan ke SMU St. Maria Monica Bekasi Timur dan lulus pada tahun 2004, Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan antara lain Asisten Mata Kuliah Agama Kristen Protestan, Asisten Praktikum Biometrika Hutan, Wakil Koordinator Pembinaan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada bidang Literatur, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) biro Kesejahteraan Sosial dan Lingkungan, Forest Manajemen Student Club (FMSC), Koordinator Lomba Olimpade Lingkungan Hidup, Koordinator Penanaman pada hari bumi, mengikuti Berbagai seminar-seminar pertanian dan
kehutanan di kampus, pendampingan
angkatan baru (thn’2006) dalam penanaman bibit. Pada tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Desa Getas (Jawa Timur), Baturaden dan Cilacap (Jawa Tengah). Pada tahun 2008 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK PT Arfak Indra. Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat, Membantu IUPHHK PT Arfak Indra dalam penilaian LPI selama 1 bln. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perbandingan Jumlah Karbon Tegakan Pohon yang Rusak Akibat Penebangan dengan Menggunakan Teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan CL (Conventional Logging) pada IUPHHK PT Arfak Indra Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat” dibawah bimbingan Dr.Ir. Herry Purnomo, M.Comp. dan Ir. Hari Priyadi, MSc.
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian................................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian..............................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbon ................................................................................................
3
2.2 Protokol Kyoto dan mekanisme Perdangaan Karbon.........................
7
2.3 RIL (Reduced Impact Logging) Vs Conventional Logging ...............
8
BAB III KONDISI UMUM 3.1 Letak
...............................................................................................
14
3.2 Kondisi Fisik dan Biologi...................................................................
16
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
17
4.2 Sasaran dan Alat .................................................................................
17
4.3 Jenis Data............................................................................................
17
4.4 Model Pengumpulan Data dan Metode Pengambilan Sampel ...........
18
4.5 Model Penduga dan pengukur nilai karbon .......................................
19
4.6 Pengolahan Data .................................................................................
20
iv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemanenan dan Alat yang Digunakan ...............................................
21
5.1.1 Chainsaw .................................................................................
21
5.1.2 Bulldozer .................................................................................
22
5.1.3 Loader......................................................................................
23
5.1.4 Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043 ..........................
24
5.1.5 Excavator Hitachi ZX 110 M ..................................................
25
5.2 Masyarakat Sekitar Hutan ...................................................................
26
5.3 Karbon .................................................................................................
28
5.4 Jumlah Volume yang Dimanfaatkan dari Penebangan RIL dan CL ..
29
5.5 Jumlah Karbon dari Vegetasi yang Rusak Akibat Penebangan ...........
33
5.6 Jumlah Karbon dari Vegetasi yang Rusak akibat Pembuatan Jalan Sarad ....................................................................................................
36
5.7 Jumlah Karbon Terhadap Panjang Total dan Lebar Total Pembukaan Areal Hutan ..........................................................................................
39
5.8 Perbandingan aktivitas antara CL & RIL di PT. Arfak Indra, Kabupaten fakfak ...............................................................................
40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ......................................................................................
42
6.2 Saran..................................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
44
LAMPIRAN .................................................................................................
46
v
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Pengaruh RIL dan conventional Logging pada tegakan tinggal (pinard et. al. 1995) ...................................................................................
12
2. Pengaruh RIL dan conventional Logging pada tegakan tinggal (Elias, 1997) ..............................................................................................
12
3. Luas dan Penyebaran Kelas Lereng di Areal IUPHHK PT Arfak Indra ................................................................................................
15
4. Luas areal IUPHHK PT. Arfak Indra Berdasarkan TGHK.......................
16
5. Jenis Bulldozer Caterpillar dan Bulldozer Komatsu IUPHHK PT. Arfak Indra ..........................................................................................
23
6. Jenis Wheel Loader IUPHHK PT. Arfak Indra .......................................
24
7. Jenis Logging Truck Nissan IUPHHK PT. Arfak Indra ..........................
25
8. Jenis Excavator Hitachi ZX IUPHHK PT. Arfak Indra ..........................
26
9. Volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik Conventional.........
30
10. Volume total tegakan pohon yang ditebang dengan teknik RIL .............. 32 11. Volume tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik CL .................................................................................................. 34 12. Volume tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL ................................................................................................
35
13. Volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik CL ................................................................................................. 37 14. Volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL ................................................................................................ 38 15. Perbandingan aktivitas antara CL & RIL di PT. Arfak Indra, kabupaten fakfak ......................................................................................
vi
41
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1. Grafik GHG emissions by sector in 1990 and 2004 (IPCC 2007) ............ 4 2. Bagan alir Pelaksanaan RIL dalam Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) ........................................................................................................
11
3. Penarikan contoh yang dilakukan dengan teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging pada luasan areal petak tebang (±100 ha) ............................................................................
19
4. (a) Ukuran chainsaw yang digunakan, (b) Bahan bakar dan oli yang digunakan, (c) Mengencangkan rantai, (d) Membuat spakbor pada mesin ..........................................................................................................
22
5. (a) Bulldozer untuk membuat jalan Hauling, (b) Bulldozer untuk membuat jalan sarad ..................................................................................
23
6. Wheel Loader Komatsu ............................................................................
24
7. Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043 ...........................................
25
8. (a) Excavator baru yang dibeli oleh perusahaan pada bulan Agustus 2008, (b) Kerangka keselamatan pada Excavator ....................................
26
9. Diagram perbandingan volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik RIL dan CL ....................................................................................
33
10. Diagram perbandingan karbon tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL dan CL .................................................
35
11. Diagram perbandingan karbon tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL dan CL ............................................................
38
12. Diagram batang luas total jalan sarad pada dua teknik pemanenan yaitu RIL dan CL .....................................................................................
vii
39
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Diagram batang volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik RIL ..........................................................................................
47
2. Total karbon tegakan pohon yang ditebang dengan teknik RIL ........
47
3. Diagram batang volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik CL ............................................................................................
48
4. Total karbon tegakan pohon yang ditebang dengan teknik CL ..........
48
5. Diagram batang Volume total tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL ..........................................................
49
6. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL ..........................................................................................
50
7. Diagram batang Volume total tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik CL ...........................................................
51
8. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik CL ............................................................................................
52
9. Diagram batang volume total tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL .....................................................................
53
10. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL .........................................................................................
54
11. Diagram batang volume total tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan cara CL dengan teknik CL .........................................
55
12. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan cara CL dengan teknik CL ........................................................................
56
13. Sampel perhitungan karbon pohon yang terkena tebangan dan Penyaradan ........................................................................................
57
14. Gambar (a) Penarikan kayu dari dalam hutan pada jalan sarad, (b) Penarikan kayu sampai ke TPn ....................................................
58
viii
15. Gambar kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai mutu kayu (a) Membagi batang untuk memudahkan penarikan log ke TPn, (b) menancapkan paku “s” untuk mencegah pecahnya/ terbelahnya kayu lebih besar lagi (c) serbuk kayu sebagai identifikasi kualitas kayu ...................................................................
58
16. Gambar keselamatan kerja dan penentuan arah rebah pada teknik RIL dan CL (Conventional Logging) : (a) Tidak menggunakan helm dan sarung tangan dalam melakukan penebangan pada teknik CL, (b) Menggunakan helm dan sarung tangan dalam melakukan penebangan pada teknik RIL, (c) Membuat takik rebah dengan sudut 450 (siku-siku) pada teknik RIL, (d) Membuat takik rebah kurang dari sudut 450 (siku-siku) pada cara CL .......................
59
17. Peta areal IUPHHK PT Arfak Indra Kabupaten Fakfak Propinsi Papua Barat ........................................................................................
60
ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang bernilai sosial ekonomi tinggi dan telah banyak dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Keberadaan sumberdaya hutan telah memberi berbagai manfaat bagi umat manusia, baik berupa manfaat tangible maupun manfaat intangible. Manfaat tangible yang dimaksud adalah manfaat yang berbentuk materi atau yang dapat diraba seperti rotan, kayu, getah dan lain-lain, sedangkan manfaat intangible adalah manfaat yang berbentuk inmaterial/jasa atau yang tidak dapat diraba seperti rekreasi, pendidikan, hidrologis, penyerapan karbon, dan lain-lain. Fungsi hutan pun salah satunya adalah menyerap karbon, (Chapman, S. B. 1976) dimana setiap biomassa pohon terdapat setengahnya adalah karbon. Karbon diperlukan untuk proses pembuatan zat makanan atau fotosintesis, sehingga pohon dapat menyerap karbon. Karbon dapat berdampak negatif bagi penipisan lapisan ozon. Perlunya menjaga karbon agar tidak hilang dari pohon yang berfungsi menyerap karbon dan menyimpannya. Salah satu hilangnya karbon dari pohon karena pembakaran, pelapukan (pembusukan/terdekomposisi) dan penebangan. Dalam penebangan sering sekali banyak
mementingkan keuntungan
material dan intensitas yang berlebihan dari penebangan, dan tidak melihat dari segi kerusakan yang diakibatkan dalam penebangan. Sehingga setiap penebangan yang salah akan menghasilkan penyediaan karbon yang diperoleh dari setiap pohonnya akan berkurang dan juga harga jual karbon yang telah disepakati oleh PBB atau negara maju sebagai penghasil karbon terbesar, akan berkurang pula pendapatan dari hasil jual karbon. Hal tersebut di karenakan adanya sisa penebangan yang tidak dimanfaatkan secara efisien. Oleh karena itu perlunya penebangan yang tepat, guna mendapatkan karbon dari setiap pohon yang mengandung biomassa, bahwa setengah dari biomassa adalah karbon. Reduced Impact Logging (RIL) adalah salah satu cara yang digunakan mendapatkan hasil dari penjualan karbon yang telah disepakati oleh PBB dan negara maju sebagai penghasil karbon, lebih tinggi dari harga penjualan karbon
1
dengan penebangan menggunakan cara Conventional Logging dibandingkan dengan RIL (Reduced Impact Logging). RIL (Reduced Impact Logging) sering juga disebut RITH (Reduced Impact Timber Harvesting) atau LIL (Low Impact Logging) adalah suatu teknik pemanenan kayu yang direncanakan secara intensif, dalam pelaksanaan operasinya menggunakan teknik dan peralatan yang tepat serta diawasi secara intensif untuk meminimalkan kerusakan terhadap tegakan tinggal dan tanah. RIL merupakan alat yang digunakan untuk mereformasikan bidang pemanenan kayu dihutan alam tropis. Para ahli pemanenan kayu menganggap selama ini pemanenan kayu yang dilakukan dihutan alam tropis sangat merusak hutan tropis, karena tidak mengindahkan perinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan dan tidak mengikuti prinsip pengelolaan hutan yang lestari berdasarkan kelestarian ekosistem, sebetulnya tidak seperti itu jika penanganannya dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik dan benar yaitu dengan pemanenan menggunakan cara RIL (Reduced Impact Logging).
1.2 Tujuan 1. Membandingkan kerusakan tegakan tinggal akibat pembalakan dengan teknik RIL dan Konvensional Logging yang dikonversi kedalam bentuk biomassa pohon. 2. Membandingkan jumlah karbon kedua teknik pembalakan 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, landasan, arah, bahan pertimbangan dan pendekatan bagi upaya penerapan RIL (Reduced Impact Logging) di hutan alam, sehingga lebih banyak lagi pohon yang dapat dimanfaatkan dari tegakan tinggal dan pembuatan jalan sarat maupun faktor keselamatan yang perlu dijaga bagi pekerja lapangan di IUPHHK.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbon Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomasa kayu. Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) persatuan unit areal pada suatu waktu. Menurut Whitten et.al., 1984, Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup. Baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi/komunitas yang dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). Biomassa
biasanya
dinyatakan
dalam
ukuran
berat
kering,
dalam
gram/karbon, dengan unit satuan biomassa adalah gram per m2 (gram/m2) atau kg per hektar (kg/ha) atau ton per tahun (ton/th).(Chapman, 1976, Brown, 1997) Pendugaan cadangan carbon dilakukan dengan menggunakan diameter dan tinggi pohon sebagai parameter pemberian hasil yang lebih baik dalam menduga potensi biomassa dan cadangan karbon. Bagian pohon hidup merupakan sumber cadangan karbon terbesar sekitar 90% dari total carbon diatas permukaan tanah pada tegakan hutan alam. Aktivitas kehutanan berpengaruh luas, baik sebagai sumber terjadinya GRK (Gas Rumah Kaca), khususnya CO2 atau sebaliknya, dalam kegiatan pengurangan emisi dan penambahan karbon. Secara mendasar ada tiga macam praktek pengelolaan hutan yang dapat dilakukan untuk memperkecil laju peningkatan karbon dioksida di atmosfer (Brown et. al. 1996), yaitu (1) pengelolaan untuk mengkonservasi karbon, (2) pengelolaan untuk mengambilan dan penyimpanan karbon dan (3) pengelolaan untuk mencari substitusi karbon. Studi dari proyek Alternatives to Slash-and-Burn (ASB) di Sumatra menemukan bahwa cadangan karbon pada hutan primer mencapai 300 Mg C ha-1 (Hairiah and Murdiyarso, in press). Hutan di Indonesia diperkirakan mempunyai cadangan karbon berkisar antara 161-300 Mg C ha-1 (Murdiyarso et al., 1995). Lasco (2002) telah mereview berbagai studi mengenai cadangan karbon di Asia Tenggara. Cadangan karbon di hutan tropic Asia berkisar antara 40-250 Mg C ha-1 untuk vegetasi dan 50-120 Mg C ha-1 untuk tanah. Pada studi invetarisasi gas
3
rumah kaca, IPCC merekomendasikan suatu nilai cadangan karbon 138 Mg C ha-1 (atau 250 Mg ha-1 dalam berat kering biomasa) untuk hutan-hutan basah di Asia (Lasco, 2002).( dalam Betha Lusiana, Meine van Noordwijk and Subekti Rahayu, 2005) Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O) yang lebih dikenal dengan gas rumah kaca (GRK). Saat 2 ini konsentrasi GRK sudah mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem (Kurniatun H dan Subekti R, 2007). Gas rumah kaca atau GHG yang terjadi pada tahun 1990 sampai dengan 2004, diantaranya penambahan energi yang menyebabkan adanya CO2 dan CH4, dimana lebih besar dihasilkan oleh penambahan energi adalah CO2 pada tahun 2004, transportasi, kediaman/ pemukiman dan gedung berkelas, industri, pertanian (CH4 lebih besar) bahkan dari kehutanan tidak menutup kemungkinan penyumbang karbon karena kebakaran hutan, terdekomposer (terurai kembali). Seperti terlihat pada gambar 1 Gt CO2-eq.
Gambar 1. Grafik Emisi Gas Rumah Kaca (GRC) oleh beberapa sector pada tahun 1990 dan 2004 (IPCC 2007)
4
Biomassa merupakan total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown, 1997). Menurut Whitten et.al., (1984) Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). sedangkan menurut Chapman (1976), biomassa adalah berat bahan organik atau organisme per satuan unit area pada suatu saat. Berat bahan organik umumnya dinyatakan dengan satuan berat kering (dry weight) atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu (ash free dry weight) Biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari elemen karbon, hydrogen dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman (White & Plaskett, 1981) Jumlah biomassa di dalam hutan adalah hasil dari perbedaan antara produksi melalui fotosintesis dengan konsumsi melalui respirasi dan proses penebangan (Whitten et. al., 1984) Umumnya karbon menyusun 45-50 % bahan kering dari tanaman. Hutan tropika mengandung biomassa dalam jumlah yang besar. Karbon tersimpan dalam material yang sudah mati sehingga serasah, batang, pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sehingga material yang sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore, 1985) Pendugaan nilai karbon diperoleh dari pendugaan dan pengukuran biomassa, yang mana setengah biomassa adalah karbon (Chapman, S. B. 1976) Pendugaan dan pengukuran biomassa B = 0,11*ρ*D2,62 Dimana: B = Biomassa (kg/phn)
ρ = Massa jenis pohon (kg/m3) D = Diameter setinggi dada (1,3m)
Menurut Brown (1997) ada 2 pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon yang pendekatan pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa (ton/ha),
5
sedangkan pendekatan kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa. Biomassa rata-rata tiap jenis pohon yang dominan pada tiap fase pengelolaan hutan.
Perhitungan biomassa rata-rata pohon didekati dengan menggunakan rumus Allometrik yaitu : y = 0,11 ρD2+C..........................Ketterings (2001) Dimana: y = Biomassa berat kering pohon (kg) D = Diameter pohon setinggi dada (cm) ρ = Berat jenis kayu (g/cm3) C = Konstanta sebesar 0,62
Biomassa total pohon dalam tegakan perhektar Y = y x Na.................................(Brown et al.,1989) Dimana : Y = Biomassa pohon dalam tegakan hektar lahan (kg) Na = Kerapatan pohon (phn/ha)
Sebagai perbandingan digunakan dua rumus : •
Model alometrik (Brown, 1997): C = 0,45 (0,049. ρ. D2.H)
•
Perhitungan berdasarkan metode dalam (Vademicum Kehutanan, 1976): Volume pohon (V) = (п).(D/2)2.H.(0,75) Biomassa pohon (B) = (4/3).V. ρ Karbon (C) = 0,45.B
Dimana: C = Jumlah karbon (ton/ha) ρ = Berat jenis kayu (kg/m3) D = Diameter setinggi dada ( cm) H = Tinggi pohon (cm)
0,75 = Angka bentuk
6
2.2 Protokol kyoto dan mekanisme perdagangan karbon Protokol Kyoto merupakan perdagangan internasional yang ditandatangani oleh 159 negara pada saat COP 3 UNFCCC (Coference of the parties 3 United Nations Framework Convention on Climate Change) Desember 1997 yang mengatur pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Negara maju (38 Negara Annex B) setuju mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O, HFCS dan SF6). CDM (Clean Development Mechanism) merupakan salah satu mekanisme fleksibel yang bisa melibatkan negara berkembang (non-Annex B) yang tujuannya untuk membantu negara berkembang mencapai pembangunan lestari sambil membantu negara Annex B untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan target emisi (kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2001) Dengan tujuan guna mencapai sasaran ini dengan biaya serendah mungkin bagi negara-negara yang mempunyai komitmen pada reduksi ini, protokol menciptakan dua mekanisme, penjualan emisi gas rumah kaca dan CDM. CDM diciptakan sebagai suatu pengganti bagi ”Joint Implementation” (Jl). Jl terdiri dari suatu persetujuan dua pihak antara dua kelompok guna menyempurnakan suatu proyek pengurangan gas rumah kaca Investor berasal dari negara-negara maju yang harus mereduksi emisinya di bawah konvensi kerja (Annex B), dengan kata lain JI merupakan suatu bentuk ”pengurangan emisi”.
Kesepakatan Internasional untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) : semua negara berkewajiban mengurangi dampak negatif perubahan iklim atas dasar common but differentiated responsibilities
tidak ada target kuantitatif pengurangan
emisi, Kyoto Protocol : mengatur tentang kewajiban negara maju untuk mengurangi emisi sebesar rata-rata 5 % dari tingkat emisi tahun 1990 antara tahun
2008-2012 ada target kuantitatif,
7
Bali Action Plan (Keputusan COP-13)
belum eksplisit ada target
kuantitatif, tetapi semua negara baik negara maju maupun negara berkembang sepakat untuk meningkatkan upaya dalam mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
2.3 RIL (Reduced Impact Logging) Vs Conventional logging Elias, (2001) menyatakan bahwa Conventional Logging adalah praktek pemanenan kayu yang umum dilakukan di hutan alam tropika indonesia hingga saat ini, yang mempunyai ciri-ciri perencanaan yang kurang cukup/akurat, penerapan teknik pemanenen kayu yang kurang tepat dan kontrol/pengawasan yang kurang. Misalnya : •
Peta pohon tidak disertai dengan garis kontur
•
Jaringan jalan sarad dan arah rebah pohon yang akan ditebang tidak direncanakan di peta maupun di lapangan
•
Operasi penebangan dan penyaradan tidak menggunakan peta pemanenan kayu
•
Teknik penebangan pohon kurang baik dan membahayakan penebang. Tunggak pohon yang ditinggalkan masih sangat tinggi
•
Jaringan jalan sarad yang terjadi pada umumnya merupakan pola jaringan jalan sarad acak, tidak sistematis
•
Teknik penyaradan jarang menggunakan teknik winching. Traktor penyaradan langsung mendekati kayu yang akan disarad
•
Tidak ada koordinasi antara operator chainsaw/penebang dan operator traktor penyarad dalam rangka mempermudah dan memperlancar pekerjaan mereka serta meminimalkan kerusakan yang terjadi akibat kegiatan yang mereka lakukan
•
Tidak ada kegiatan perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu.
Reduced Impact Logging (RIL) adalah pemanenan kayu berdasarkan perspektif hutan dan survei hutan dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk mendesain lay out
petak-petak tebangan, unit-unit inventarisasi dan
merencanakan operasi pemanenan kayu.
8
Konsep RIL adalah menekan atau meminimalkan kerusakan akibat pemanenan kayu yang dilakukan mulai dari saat perencanaan, pada saat proses pelaksanaan dan sesudah proses pemanenan kayu selesai, dengan memanfaatkan teknik-teknik perencanaan, teknik-teknik pelaksanaan, teknologi/teknik baru pemanenan kayu dan penerapan prinsip-prinsip ilmiah keteknikan hutan yang dikombinasikan dengan pendidikan dan pelatihan. (Elias, 2001) Dalam penerapan konsep RIL ada 6 titik krusial perbaikan teknik dan teknologi pemanenan kayu, yaitu: •
Perencanaan sebelum pemanenan
•
Pembukaan wilayah hutan
•
Operasi penebangan
•
Operasi penyaradan
•
Operasi pengangkutan
•
Operasi perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu
Ciri–ciri adanya penerapan RIL dalam suatu FMU (Forest Management Unit), (Elias 2002) misalnya dapat dilihat dari adanya : •
Peta pohon dan garis kontur berskala besar, yang dipakai sebagai bahan/informasi dasar untuk mendesain rencana pemanenan kayu.
•
Peta rencana pemanenan kayu yang memuat informasi, sebagai berikut: Topografi/garis kontur Areal
yang
dilindungi
dan dikeluarkan dari
areal
tebangan/tidak boleh ditebang Lokasi/posisi pohon masak tebang, pohon inti, pohon lindung dan pohon induk Jaringan jalan angkutan, landing dan jaringan jalan sarad Rencana arah penyaradan dan arah rebah pohon yang akan ditebang
9
•
Penggunaan peta pemanenan kayu dalam operasi penebangan dan penyaradan.
•
Penebangan sesuai dengan arah rebah yang direncanakan dan menggunakan teknik yang tepat.
•
Pembuatan jalan sarad sesuai dengan rencana
•
Menggunakan teknik winching
•
Koordinasi operator chainsaw, operator traktor, mandor, supervisor dan inspektor blok secara teratur
•
Breefing rutin mengenai prosedur dan teknik
•
Menetapan tarif upaya yang adil dan transparan
10
Et-3 Penataan areal
Et-2 ITSP dan Pemotongan
Survei
Pembuatan Peta Kontur dan Peta
Et-1 Perencanaan pemanenan
Et-2 wilayah hutan Pembukaan Penandaan rencana jaringan jalan sarad, lokasi TPN dan arah rebah pohon di lapangan
Et-0 Pembukaan jalan sarad
Penebangan dan pemotongan Pembuatan jalan sarad dan
Pembagian batang dan penumpukan
Pengangkutan kayu
Pengaturan areal bekas tebangan untuk Inspeksi blok tebangan
Gambar 2. Bagan alir Pelaksanaan RIL dalam Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) (Elias, 2002)
11
Hasil penelitian RIL di negara-negara berkembang yang mempunyai hutan alam tropika luas dimulai sejak tahun 1980-an. Salah satu tampilan beberapa hasil penelitian dari Pinard et.al. (1995) pada tabel 1 dan Elias (1997)pada tabel 2.
Tabel 1. Pengaruh RIL dan Conventional Logging pada tegakan tinggal (Pinard et.al. 1995) Metode
Intensitas
Tanah
Kerapatan Kerusakan Kerapatan
Pemanenan
penebangan
terbuka
jalan
pohon
pancang
kayu
∑
∑
(%)
sarad
diameter
&
batang
Volume
(m/ha)
5-60 cm
sehat
(bt/ha)
(m3/ha)
(%)
(bt/ha)
Conventional 13.6
139
17
199
41
49
103
7
67
15
104
tiang
logging RIL
8.8
Tabel 2. Pengaruh RIL dan Conventional logging pada tegakan tinggal (Elias, 1997) Metode Pemanenan
Kerusakan tegakan tinggal (%) Anakan Pancang Tiang
kayu
dan
Rusak Rusak
Areal terbuka (%) Rusak Penebangan Penyaradan
ringan sedang berat
pohon Conventional 33.5
34.9
40.4
7.2
4.6
29.0
11.1
8.7
19.6
19.1
4.2
2.9
12.0
7.6
5.2
logging RIL
17.6
12
Teknik RIL merupakan teknik pelaksanaan tahapan kegiatan pemanenan yang diusahan sedemikian rupa, sehingga dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi. Teknik RIL terdiri dari : •
Penebangan terkontrol
•
Teknik penebangan
•
Penyaradan terkontrol
•
Teknik pembuatan jalan sarad
•
Teknik winching
•
Teknik sarad
Penebangan terkontrol bertujuan agar pohon rebah pada posisi yang memudahkan penyaradan dan proses melaksanakan kegiatan tersebut dikenal sebagai directional felling. Arah rebah harus pada posisi membentuk sudut 300 – 600 terhadap jalan sarad (pola sirip tulang ikan) Agar penebangan terkontrol dapat berhasil, maka harus menggunakan teknik penebangan yang tepat, yang terdiri dari : •
Teknik penebangan pohon normal
•
Teknik penebangan pohon miring/condong
•
Teknik penebangan pohon miring berbanir
Penyaradan terkontrol adalah menyaradan yang dilakukan di atas jaringan jalan sarad yang sudah direncanakan yang dibuat sebelum penebangan dan winching. Tujuannya adalah agar kegiatan penyaradan dilakukan secara sistematis, efisien dan dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi. Penyaradan terkontrol pada umumnya terdiri dari tahapan kegiatan perencanaan jaringan jalan sarad dan arah rebah pohon; pembukaan dan konstruksi jalan sarad; winching dan penyaradan.
13
BAB III KONDISI UMUM 3.1 Letak Kabupaten Fakfak terletak di Provinsi Papua Barat, secara geografis kabupaten ini
terletak pada 131º54’- 133º54’BT dan 02º39’- 03º12’LS.,
sedangkan secara administratif Kabupaten Fakfak berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Teluk Berau dan IUPHHK PT. Bintuni Utama Murni
Sebelah Selatan
: Teluk Wiortopin dan Teluk Suwerin
Sebelah Timur
: IUPHHK PT. Agoda Rimba
Sebelah Barat
: IUPHHK PT. Hanurata Coy. Ltd Unit II Fakfak
Areal Kerja PT. Arfak Indra merupakan hutan negara, Luas areal kerja hak pengusahaan hutan diberikan kepada PT. Arfak Indra berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no. 553/Kpts-II/1989 tanggal 25 Oktober 1989 dan Surat Perjanjian Pengusahaan Hutan (Forest Agreement) No.FA/001/1973 tanggal 23 Januari 1973. Luas areal yang diberikan adalah seluas 153.000 ha, yang terdiri dari 9 Distrik yaitu: Fakfak, Fakfak Barat, Fakfak Timur, Fakfak Tengah, Kokas, Karas, Bomberay, Kramomongga dan Teluk Patipi. Menurut batas daerah aliran sungai (DAS), areal IUPHHK PT. Arfak Indra terletak pada DAS Bomberay, Kayuni dan Budidi Distrik Kokas Kabupaten Fakfak dengan ketinggian tempat IUPHHK PT. Arfak Indra terletak antara 0 m s/d 1.100 m dari permukaan laut (dpl), dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut adalah ± 400 mdpl.
14
Tabel 3. Luas dan Penyebaran Kelas Lereng di Areal IUPHHK PT Arfak Indra No Kelas
Kemiringan
Luas
Bentuk Wilayah
Lereng Lereng (%) Ha
Persen (%)
1
A
0-8
Datar
95.128,28 62,18
2
B
9-15
Landai
41.366,61 27,04
3
C
16-25
Agak Curam
15.794,19 10,32
4
D
26-40
Curam
709,29
0,46
5
E
>40
Sangat Curam
-
-
153.000
100,00
Jumlah
Berdasarkan Luas dan Penyebaran kelas lereng pada areal kerja IUPHHK PT. Arfak Indra, maka bentuk wilayah sebagian besar merupakan areal berbukit sampai dengan areal datar maupun bergelombang di wilayah kerja goras dan Bomberay. Untuk daerah datar terdapat pada sungai Bomberay dari hulu sampai muara dengan kemiringaan 0-8 % dengan luasan 95.128.28 Ha. Untuk daerah landai dengan kemiringan 9-15% terletak di bagian barat, untuk daerah agak curam dengan kemiringaan 16-25% terletak disebelah utara Tanjung Tegin sampai kelompok hutan Goras, sedangkan daerah tergolong curam dengan kemiringan 26-40% terletak disebelah selatan, dan areal yang sangat curam dengan kemiringan > 40 terletak pada topografi berbukit. Berdasarkan TGHK areal IUPHHK PT. Arfak Indra berada dalam kawasan hutan produksi yaitu Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK), Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL). Untuk lebih jelasnya luas kawasan hutan menurut TGHK di areal IUPHHK PT. Arfak Indra disajikan pada tabel 4.
15
Tabel 4. Luas areal IUPHHK PT. Arfak Indra Berdasarkan TGHK No
Fungsi Hutan
Luas (Ha)
1
Hutan Produksi Terbatas
51.046,875
2
Hutan Produksi
37.421,875
3
Hutan Produksi Konversi
63.565,860
4
Hutan Lindung
965,390
Total
153.000
3.2 Kondisi fisik dan biologi Berdasarkan data iklim dari Badan Meteoroloi dan Geofisika Wilayah V Irian Jaya Stasiun Meteorologi Kelas III Fakfak, curah hujan rata-rata bulan terbesar di areal IUPHHK PT Arfak Indra terjadi pada bulan Juni dan terendah terjadi pada bulan November. Rata-rata curah hujan bulanan sebesar 292,1 mm dan tidak ada bulan kering sepanjang tahun. Untuk hari hujan rata-rata bulanan sebesar 19 hari/bulan. Tipe Iklim di wilayah Fakfak menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q sebesar 0%, sedangkan menurut klasifikasi Koppen termasuk tipe iklim Alfa. Nilai Q adalah berbanding antara Bulan Kering (BK) dengan Bulan Basah (BS). Dimana untuk bulan kering nilai curah hujan ≤ 60 mm, sedangkan pada bulan basah nilai curah hujan ≥ 100 mm. Kondisi topografi IUPHHK PT. Arfak Indra berupa areal berbukit dari kelompok Tanjung Tegin sampai kelompok hutan Goras dan beberapa daratan sampai berombak di Wilayah Budidi dan Bomberay. PT. Arfak Indra memiliki areal kerja seluas 153.000 hektar yang termasuk dalam tipe hutan hujan tropika yang terdiri dari hutan tanah kering seluas 86.138 hektar dan hutan rawa seluas 66.862 hektar. Kedua tipe hutan tersebut memiliki sebaran jenis yang hampir sama dimana untuk jenis komersil didominasi oleh Mersawa (Anisopthera sp.), Damar (Agathis sp.), Kenanga (Canarium odoratum), Merbau (Intsia sp.), Matoa (Pometia sp.), Bacu (Terogotaforbiselli sp.), Ketaran (Kordersiodendron pinatum), Melur (Podocarpus sp.), Nyatoh (Pallaquium sp.), Kenari (Canarium sp.), Resak (Vatica sp.), Pulai (Alstonia sp.), Binuang (Octomeles sumatrana), Bintangur (Callophylum sp.).
16
BAB IV METODOLOGI 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Arfak Indra, Kabupaten fakfak, Provinsi Papua Barat. Areal kerja IUPHHK PT Arfak Indra terletak di kelompok hutan Tanjung Tegin, Sungai Bomberay Kabupaten Fak-fak Propinsi Papua Barat. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan dari bulan Juni 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008.
4.2 Sasaran dan alat Sasaran penelitian ini adalah tegakan pohon yang siap tebang yaitu diameter lebih dari 50 dan tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging, pada hutan alam di IUPHHK-HA PT. Arfak Indra Kabupaten Fakfak, Propinsi Papua Barat. Alat yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah tally sheet, alat tulis, tabel volume tegakan pohon rimba dan campuran, kalkulator, peta kerja, haga meter mengukur tinggi pohon, pita ukur untuk mengukur diameter pohon dan kamera untuk dokumentasi.
4.3 Jenis data Ada 2 jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data pokok dan data penunjang. Data pokok yang dikumpulkan dari perhitungan biomassa yang terdapat pada pohon siap tebang yang berdiameter 50cm up dengan mengukur diameter siap tebang yaitu lebih dari 50 cm di hutan produksi, tinggi pohon yang siap tebang yaitu berdiameter lebih dari 50 cm, menghitung jumlah pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging dan mencatat pohon yang rusak dengan diameter 10cm up (Lihat hal 11; tabel 1 dan 2), panjang pohon setelah ditebang, dan diameter ratarata dari pohon yang telah ditebang. Data penunjang dalam penelitian ini adalah tabel volume tegakan pohon rimba dan campuran, peta kerja, peta kontur dan sistem penebangan yang dilakukan selama ini.
17
4.4 Metode pengumpulan data dan Metode pengambilan sampel Dalam penelitian ini digunakan teknik RIL (Reduced Impact Logging) & Conventional Logging dengan pengumpulan data yang didapat dari : 1. Menghitung jumlah pohon yang ditebang setiap TPn baik RIL & CNV dan menentukan volumenya 2. Menghitung lebar dan panjang jalan sarad, lalu hitung luasnya sehingga mendapatkan pembukaan areal akibat penebangan 3. Menghitung jumlah pohon yang rusak akibat penebangan RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging mulai dari 20 cm up (jenis, diameter, panjang pohon/tinggi pohon) 4. Hitung jumlah pohon yang rusak akibat penyaradan RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging mulai dari 20cm up (jenis, diameter, panjang pohon/tinggi pohon) Sample yang diambil berupa diameter dan tinggi pohon dari setiap tegakan yang ada pada tiap teknik penebangan conventional logging (CL) ataupun Reduced Impact Logging (RIL) dengan menggunakan haga hypsometer untuk mengukur tinggi pohon atau alat lainnya yang ada untuk mengukur tinggi pohon, untuk pengukuran tinggi dilakukan dengan tinggi bebas cabang yaitu dari pangkal pohon sampai batang pohon bebas cabang, pada diameter digunakan pita ukur dengan ketinggian pengukuran 1.3 meter (setinggi dada orang dewasa) dari pangkal pohon bebas banir.
18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemanenan dan Alat yang Digunakan 5.1.1 Chainsaw Jenis ini digunakan untuk menebang, membagi batang dan membersihkan dari bontos. Chainsaw yang digunakan beratnya sebesar 15 Kg ini sangat riskan sekali terhadap kerusakan yang disebakan oleh kurangnya oli sebagai pelicin mata rantai chainsaw saat menebang dan membagi batang, oleh sebab itu sangat diperhatikan sekali ketersediaan oli di dalam chainsaw. Sebelum digunakan, operator chainsaw memastikan alat tidak mati mesin saat penebangan berlangsung, kurang tajamnya mata rantai, dan pemasangan spakbor di mesin chainsaw pada bagian pembuangan serbuk kayu, agar mata tidak terkena serbuk kayu. Biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar alat tersebut yaitu 5 liter bensin dan oli kotor sebanyak 1.5 liter per harinya. Upah yang diberikan untuk operator chainsaw sebesar Rp 10.000,- per m3 pada kayu merbau dan untuk campuran atau non merbau sebesar Rp 8.000,- per m3 untuk kubikasi sebesar 0 – 700 m3. Jika kubikasi yang diperoleh lebih besar dari 700 m3 akan diberikan upah sebesar Rp 12.000,- per m3 pada jenis merbau dan untuk jenis non merbau atau campuran sebesar Rp 9.000,- per m3 nya.
21
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4. (a) Ukuran chainsaw yang digunakan, (b) Bahan bakar dan oli yang digunakan, (c) Mengencangkan rantai, (d) Membuat spakbor pada mesin 5.1.2 Bulldozer Jenis Bulldozer yang digunakan dalam penelitian ini adalah No 1,2,3,4,5,8,9, dan 10. Satu Bulldozer komatsu mendapatkan areal kerja 1(satu) petak tebangan dengan luasan 100 m2. Bulldoser sering disebut traktor karena bentuknya, jenis traktor tersebut digunakan untuk melakukan penarikan kayu dari dalam areal tebangan, dan pembuatan jalan utama atau jalan sarad. Upah yang diberikan oleh operator traktor sebesar Rp 8.000,- pada jenis merbau dan Rp 4.000,- pada jenis campuran (selain merbau), harga ini untuk kubikasi yang diperoleh 0-700 m3. Untuk penambahan upah diberikan jika hasil perolehan kayu diatas 700m3, penambahan sebesar Rp 2000,- untuk jenis merbau dan sebesar Rp 1000,- pada jenis campuran (selain merbau). Untuk bahan bakar traktor ini memakai 2 drum atau setara dengan 400 liter/hari.
22
Tabel 5. Jenis Bulldozer Caterpillar dan Bulldozer Komatsu IUPHHK PT. Arfak Indra
No
1
Tujuan
Tahun
Jenis, Merk, Type
Pembuatan
Bulldozer Catepillar D7G
1992
Penggunaan Alat skiding
2
Bulldozer Catepillar D7G
1992
skiding
3
Bulldozer Komatsu D60E
1994
skiding
4
Bulldozer Komatsu D60E
1993
skiding
5
Bulldozer Komatsu D60E
1993
skiding
6
Bulldozer Komatsu D60E
1994
skiding
7
Bulldozer Komatsu D60E
1994
skiding
8
Bulldozer Komatsu D60E
1994
skiding
9
Bulldozer Komatsu D6 DC
1990
skiding
10
Bulldozer Komatsu D6 DC
1989
skiding
(a)
(b)
Gambar 5. (a) Bulldozer untuk membuat jalan Hauling, (b) Bulldozer untuk membuat jalan sarad
5.1.3 Loader Loader digunakan untuk memindahkan kayu, baik mengangkat kayu berbentuk log kedalam logging truck di TPn (Tempat Penimbunan kayu) dan menurunkan kayu dari logging truck ke TPK (Tempat Pengumpulan Kayu). Loader dapat menghabiskan bahan bakar sebanyak 350 liter, dalam waktu 8 jam kerja. Dalam pengupahan Operator Loader selain setiap kubikasi yang diperoleh,
23
juga dibedakan berdasarkan letak operasinya. Jika di TPK upah yang diperoleh sebesar Rp 250,- untuk per m3 dan Rp 500,- untuk di daerah gunung atau terjal. Pengupahan ini tidak dibedakan berdasarkan jenis merbau dan non merbau seperti alat-alat lain, yang telah dipaparkan diatas.
Tabel 6. Jenis Wheel Loader IUPHHK PT. Arfak Indra
No
1
Jenis, Merk, Type
Wheel Loader Catepilar 966 C
Tahunn Pembuatan 1984
Tujuan Penggunaan Alat Hauling
2
Wheel Loader Komatsu D75
1988
Hauling
3
Wheel Loader Komatsu WA-500-1
1990
Hauling
Gambar 6. Wheel Loader Komatsu
5.1.4 Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043 Jenis Logging Truck Nissan ini yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis pada No 1 dan 2. jarak yang ditembuh adalah 25 km menuju TPK (Tempat Pengumpulan Kayu) dari Tpn (Tempat penimbunan kayu). Upah yang diperoleh bagi supir Logging Truck sebesar Rp 5.000,- per m3 untuk jenis kayu merbau dan Rp 4.000,- per m3 untuk jenis selain merbau atau sering disebut mixed (campuran).
24
Penambahan upah diberikan jika jarak tempuh bertambah, setiap per Km sebesar Rp 100,Tabel 7. Jenis Logging Truck Nissan IUPHHK PT. Arfak Indra
No
1
2
3
4
Jenis, Merk, Type
Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043 Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043 Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043 Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043
Tujuan
Tahunn Pembuatan
Penggunaan Alat
2004
Hauling
2004
Hauling
2004
Hauling
2004
Hauling
Gambar 7. Logging Truck Nissan Mercedes Benz 4043
5.1.5 Excavator Hitachi ZX 110 M Jenis excavator ini digunakan dalam pembuatan jalan, dimana medan IUPHHK PT Arfak Indra berbatu-batu, jenis batu dominan tersebut adalah batu kapur. Oleh karena itu pada musim panas akan keras sekali dan berbeda pada musim hujan maka tanah seperti lumpur yang licin. Excavator digunakan untuk “menggaruk” batuan yang bertebing agar bisa jalan dan batuan tersebut akan digunakan untuk memperkeras jalan. Upah diberikan berdasarkan panjang peletakan matrial (batu) disetiap jalan logging.
25
Tabel 8. Jenis Excavator Hitachi ZX IUPHHK PT. Arfak Indra No
Jenis, Merk, Type
Tujuan
Tahunn Pembuatan
Penggunaan Alat
1
Excavator Hitachi ZX 110 M
1998
Road Contsruction
2
Excavator Hitachi ZX 110 M
2007
Road Contsruction
3
Excavator Hitachi ZX 110 M
2007
Road Contsruction
4
Excavator Hitachi ZX 110 M
2006
Road Contsruction
(a)
(b)
Gambar 8. (a) Excavator baru yang dibeli oleh perusahaan pada bulan Agustus 2008, (b) Kerangka keselamatan pada Excavator.
5.2 Masyarakat Sekitar Hutan Masyarakat sekitar areal IUPHHK PT Arfak Indra terdiri dari beberapa marga yang memiliki hak atas tanahnya yang berada disekitar areal IUPHHK PT Arfak Indra. Oleh karena itu selain biaya operasional untuk produksi kayu, perusahaan juga harus membayar hak ulayat atas kayu yang diambil dari areal atau wilayah marga yang tersebut. Marga yang wilayahnya dilakukan penebangan adalah marga Patiran dan marga Wagab. Pembagian atas wilayah per marga dilakukan oleh nenek moyang mereka dahulu, sehingga tidak ada perselisihan antar marga karena batas wilayahnya. Batas yang dibuat oleh nenek monyak mereka dahulu merupa batas alam seperti sungai, bukit, pohon besar, dan lain-lain. Dalam Pengambilan keputusan orang yang dituakan atau sering disebut dengan nama “Teteh“ yang artinya Kakek, biasanya berusia sudah sangat tua dan
26
memiliki pengalaman yang sudah sangat luas baik itu tentang hutan sekitar maupun hal mistik yang sangat kuat. Teteh memiliki peranan yang sangat besar boleh atau tidaknya wilayah marganya yang berada di areal IUPHHK PT Arfak Indra diproduksi, karena Perusahaan tidak dapat berwenang atas hutan yang mereka produksi jika tidak melakukan ijin atau yang sering disebut adat ketuk pintu yang, acara adat ini harus dilakukan agar produksi yang dilakukan lancar dan tidak terjadi masalah kedepannya, menurut kepercayaan yang mereka miliki. Dalam pembayaran hak ulayat masyarakat didasarkan atas kubikasi yang diperoleh dari wilayah marga yang bersangkutan, per kubikasi yang diperoleh sebesar Rp 120.000,- per m3. Harga ini jauh lebih baik dari keputusan yang telah ditetapkan oleh bupati kabupaten fakfak atas harga kayu yang dibayar kepada hak ulayah marga bersangkutan yaitu sebesar Rp 100.000,- per m3 untuk jenis merbau dan Rp 40.000,untuk jenis non merbau atau campuran. Dari kejadian diatas dapat dikatakan bahwa hukum pemerintah tidak berlaku pada hutan fak-fak melaikan hukun adat yang berkuasa atas semua hukum yang ada di kabupaten fakfak. Pembayaran yang diperoleh dari Hak ulayat tersebut sebesar Rp 20.000,- per m3 pada jenis merbau, diberikan kepada pengurus adat yang melakukan transaksi pembayaran dan hal-hal lainnya yang bersangkutan terhadap pengurusan. Pengurus adat dibentuk untuk mempermudah pembagian atau disebut sebagai perantara antara perusahaan dengan masyarakat terlebih pada areal produksi yang dimiliki oleh 2(dua) marga. Pada areal penebangan tahun ini berada pada areal marga Patiran dan marga Wagab, batas marga ini dibatasi oleh batas alam berupa sungai. Selain membayar hak ulayat atas kayu yang peroleh dari areal marga yang bersangkutan, perusahaan juga memberikan bantuan kepada masyarakat yang berada di areal IUPHHK PT Arfak Indra berupa bantuan pembagunan sarana dan perasarana di daerah tersebut seperti pembangunan tempat ibadah, sekolah, mesin sagu, dan juga beasiswa kepada anak-anak sekolah yang meneruskan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi lagi. Beasiswa yang diberikan berupa pembayaran uang semester sampai selesai studinya. Perusahaan sangat menjaga hubungan baik terhadap masyarakat
27
yang berada di areal IUPHHK PT Arfak Indra sehingga kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar.
5.3 Karbon Jumlah karbon yang diperoleh berdasarkan biomassa dari volume pohon. Oleh sebab itu pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara menentukan diameter dan tinggi pohon dilapangan. Pengukuran yang dilakukan dengan mengukur panjang pohon setelah ditebang, dikarenakan tidak memungkinkan memakai alat, melihat kerapatan pohon dan medannya yang berbatuan. Untuk pengukur diameter dengan menentukan diameter pangkal dan ujung. Dari hasil penelitin ini dilakukan pengukuran karbon pada petak tebangan dengan membandingkan teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging. Pengukuran yang dilakukan pada jumlah pohon yang rusak akibat penebangan maupun terhadap pembuatan jalan sarad, dan luas totalnya jalan sarad untuk menentukan keterbukaan hutan akibat jalan sarad yang dibuat. Dalam perhitungan yang digunakan untuk menghitung karbon adalah Rumus perhitungan berdasarkan metode dalam Vademicum Kehutanan tahun 1976. Volume pohon diperoleh dari diameter dan tinggi pohon, dikonversi kedalam biomassa dengan menentukan massa jenis pohon tersebut, dari massa jenis dikonversi lagi menjadi karbon yang mana biomassa menurut Vademicum kehutanan karbon pohon dikalikan 0,45 dari biomassa. Hutan merupakan tempat menyimpan karbon yang sangat besar di dunia. Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi, dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak (Subekti Rahayu dan Kurniatun Hairiah, 2007). Sekitar 40% atau 330 Milyar ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya di atas permukaan tanah, sedangkan sisanya, yaitu sekitar 60% atau 500 Milyar ton, tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di dalam hutan (Gardner & Engelman 1999 dalam Endang Suhendang 2002). Kandungan karbon berdasarkan
28
hasil pendugaan volume tegakan pada hutan tropika di asia sebesar 90 ton/ha (Houghton 1993; Ramakrishna & Woodwell 1993 dalam Endang Suhendang, 2002).
5.4 Jumlah volume yang dimanfaatkan dari penebangan RIL dan CL Pembagian batang adalah kegiatan memotong batang kayu sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan kapasitas alat angkut. Pembagian batang ini dilakukan juga pada kayu-kayu yang cacat. Pembagian batang dilakukan seoptimal mungkin, hal ini dilakukan untuk memperhatikan kapasitas angkut. Pada umumnya panjang maksimum batang adalah 15 meter dan minimum 8 meter. Jika ada batang kayu yang panjangnya lebih dari panjang tersebut maka dilakukan pembagian batang menjadi 2(dua) bagian kemudian diberi kode huruf A untuk bagian pangkal dan huruf B untuk bagian ujung. Setelah itu dilakukan penomoran pada bontos kayu yang diberikan nomor petak tebangan, nomor pohon, kode jenis dan diameter dengan menggunakan kapur dan selanjutnya diperjelas dengan menggunakan cat. Pembagian batang juga dipengaruhi oleh pecahnya kayu akibat penebangan dan cacat kayu akibat busuknya kayu. Oleh sebab itu pembagian batang yang benar dengan menentukan seminimal mungkin meninggalkan limbah (waste). Pembagian batang untuk mengetahui di dalam kayu tersebut busuk atau tidak dapat dilakukan dengan memukul bagian batang, yang berbunyi kosong berarti bagian tersebut busuk begitu sebaliknya, tetapi jika tidak dapat dipastikan maka dapat dilakukan dengan melihat pada serbuk kayu pada saat dilakukannya pembelahan kayu. Bagian batang yang busuk, serbuk kayunya berwarna coklat tua kehitam-hitaman, sedangkan bagian batang yang tidak busuk dapat dilihat pada serbuk kayu yang berwarna coklat muda kekuning-kuningan. Pembagian batang tanpa perencanaan yang pasti akan meninggalkan limbah (waste) yang banyak dan mengukur batang dengan alat pengukur panjang tidak dilakukan sesuai dengan panjang yang diiginkan, tetapi hanya berdasarkan kira-kira dari operator chainsaw. Selain itu juga dilakukan pemasangan paku “S” pada bontos kayu yang terlihat pecah atau retak dengan tujuan untuk mencegah retakan atau
29
pecahan pada bontos kayu tidak bertambah, sehingga kualitas kayu dapat terjaga sampai kayu diangkut keluar Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Penebangan dengan menggunakan teknik conventional, dimana tanpa perencanaan, diperoleh jumlah volume total sebesar 415,49 m3. Penebangan dengan teknik conventional hanya diperoleh jenis merbau (Intsia spp). Volume terbesar diperoleh pada kelas diameter 60,0-69,9 cm, sebesar 163,89 m3, sedangkan volume terkecil pada diameter 90,0-99,9 cm, sebesar 8,47 m3 (pada tabel 5). Penebangan yang diamati pada saat penelitian dilakukan dengan cara conventional yaitu tidak melakukan perencanaan dalam penentukan arah rebah. Penebangan pohon tanpa takik rebah dilakukan untuk lebih cepat dan meminimalkan biaya bahan bakar bensin pada chainsaw ketika melakukan penebangan. Hal tersebut juga tidak melihat tegakan tinggal yang terkena akibat
penebangan. Kegiatan
penebangan pada IUPHHK PT. Arfak Indra, masing-masing petak dikerjakan oleh seorang operator chainsaw dan asistennya. Dalam melakukan penebangan dipengaruhi oleh pengalamannya artinya tidak mempunyai pengetahuan khusus secara teoritis tentang cara penebangan secara prosedural. Bahkan dalam mendapatkan kualitas kayu yang baik pada medan yang berbatuan dilakukan dengan menumbangkan pohon sebagai alas bagi pohon yang akan ditebang. Keselamatan kerja sangat diperlukan sekali dalam meningkatkan produksi kayu, hal tersebut sangat jarang dilakukan dalam melakukan pemanenan. Perlengkapan yang dipakai untuk melakukan penebangan seperti helm untuk mencegah ranting pohon yang jatuh ke kepala dan sarung tangan untuk mencegah getaran yang berlebihan yang ditimbulkan oleh mesin chainsaw.
Tabel 9. Volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik Conventional Volume pohon Nama Perdagangan Merbau
Nama Ilmiah Intsia spp Total/ha
Jumlah Pohon 98
∅40,049,9 cm 9,34 3,11
30
∅50,059,9 cm 136,57 45,52
∅60,069,9 cm 163,89 54,63
∅70,079,9 cm 83,20 27,73
∅80,089,9 cm 14,02 4,67
∅90,099,9 cm 8,47 2,82
Total Volume 3 (m ) 415,49 138,50
Jumlah volume yang diperoleh dari 98 pohon yang ditebang dengan teknik RIL sebesar 573,54 m3, yang dibedakan berdasarkan jenis pohon dan diameter pohon. Pada tebangan dengan teknik RIL terdapat 5 jenis pohon yaitu kagil (Anisoptera spp), matoa (Pometia spp), merbau (Intsia spp), mersawa (Anisoptera spp) dan nyatoh (Palaquium spp), yang terbagi kedalam 5 kelas kelompok diameter. Volume total terbesar terdapat pada diameter 70,0-79,9 cm, sebesar 155,96 m3, sedangkan volume total terkecil pada diameter 90,0-99,9 cm sebesar 84,45 m3. Jenis yang dominan ditebang adalah merbau, dengan volume terbanyak pada diameter 50,0-59,9 cm sebesar 115,46 m3 (pada tabel 6). Penebangan dengan teknik RIL sangat diperlukan sekali untuk meminimalkan kerusakan tegakan tinggal yang terjadi akibat penebangan serta tunggak diusahakan seminimal mungkin (maksimal 50 cm untuk pohon tidak berbanir dan 80 cm untuk pohon berbanir). Untuk pohon yang mempunyai banir lebih dari dua meter dilakukan dengan cara yang khusus yaitu dengan memotong banir tersebut lalu diikuti dengan takik balasnya. Setelah pohon ditebang dilakukan pemotongan pada bagian bebas cabang dan diatas pangkal banir, hal ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan penyaradan. Peralatan yang digunakan adalah parang, chain saw,sarung tangan dan sepatu lapangan. Sebelum melakukan penebangan terlebih dahulu dengan memotong liana atau tumbuhan tali yang menjalar di batang pohon yang akan ditebang, membersihkan dari semai dan pancang sekitar penebangan untuk memudahkan berlari saat pohon tumbang, menentukan arah rebah dengan melihat togorafi kelerengan medan, arah angin, kecondongan tajuk, kecondongan batang, dan meminimalkan kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan, dan keselamatan kerja. Sebagai peningkat produksi kayu sangat penting dilakukan dengan memakai helm (pelindung kepala) dan sarung tangan untuk pencegah getaran yang terjadi saat melakukan penebangan. Semenjak diberlakukannya RIL di dalam kehutanan tidak semua dapat menerima dan melakukannya. Hanya ada beberapa IUPHHK yang menerapkan RIL. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang RIL oleh operator chainsaw dan operator traktor beserta asisten, membuat pelaksanaan RIL dilapangan sangat sulit.
31
Dalam pelaksanaan dilapangan masih dilakukan pemanenan tanpa perencanaan arah rebah pohon sehingga banyak tegakan tinggal yang rusak.
Tabel 10. Volume total tegakan pohon yang ditebang dengan teknik RIL Volume pohon Nama Perdagangan Kagil Matoa Merbau Mersawa Nyatoh
Nama Ilmiah
Anisoptera spp Pometia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Total volume Total/ha
Jumlah Pohon 11 3 82 1 1 98
∅ 40,049,9 cm
0 0
∅ 50,059,9 cm 3,47 3,64 115,46
∅ 60,069,9 cm 5,37 104,02
∅ 70,079,9 cm 31,51 14,16 110,29
122,57 40,86
109,39 36,46
155,96 51,99
∅ 80,089,9 cm 17,61
∅ 90,099,9 cm
76,24
78,23 6,21
7,32 101,17 33,72
84,45 28,15
Pembekalan kepada orang lapang (operator chainsaw dan helpernya) sangat diperlukan sekali terutama dalam penerapan RIL didalam penebangan. Pembekalan yang diberikan seperti pelatihan penebangan yang baik dan benar maupun pembukaan areal hutan dalam pembuatan jalan sarad. Pelatihan ini berguna kedepannya dalam melestarikan hutan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Dari hasil penebangan 1(satu) petak yang dilakukan, diperoleh 98 pohon dengan cara Conventional Logging dan 98 pohon dengan cara RIL (Reduced Impact Logging), dengan 3 (tiga) TPn (Tempat Pengumpulan kayu) untuk RIL dan 3 TPn (Tempat Pengumpulan kayu) untuk conventional logging. Perbedaan ini menjadi bukti bahwa dengan menerapkan prinsip RIL di bidang pemanenan akan memperoleh hasil yang menguntungkan, dalam jumlah volume yang diperoleh (Gambar 4).
32
Total Volume 3 (m ) 57,96 17,80 484,25 6,21 7,32 573,54 191,18
250.00 191,18 m3/ha
Volume (m^3/ha)
200.00 138,50 m3/ha
150.00
100.00 50.00 0.00 RIL
CL
Gambar 9. Diagram perbandingan volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik RIL dan CL
5.5 Jumlah karbon dari vegetasi yang rusak akibat penebangan Tegakan yang rusak akibat penebangan dengan teknik conventional diperoleh sebanyak 368 pohon. Volume tegakan terbesar terdapat pada kelas diameter 30,0-39,9 cm, sebesar 122,56 m3. Volume tegakan terkecil terdapat pada kelas diameter 50,059,9 cm, sebesar 6,60 m3. Jenis paling banyak terkena tebangan adalah jenis kagil (Anisoptera spp), dengan total volume 41,02 m3 tegakan yang paling sedikit terkena tebangan adalah dahu (Dracontomelon spp), dengan total volume 1,71 m3. Dari total volume tegakan yang rusak akibat penebangan dengan teknik conventional logging diperoleh sebesar 297,64 m3. Dari total keseluruhan volume ini jika dikonversi kedalam bentuk karbon akan diperoleh sebesar 33,40 tC/ha.
33
Tabel 11. Volume tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik CL. Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Benuang Dahu Damar-damar Durian Gopasa Kagil Kayu Bugis kayu cina Ketapang Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Terap
Octomeles sumatrana Miq Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Dacrydium spp Terminalia spp Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Artocarpus spp Total Total/ha
9 2 11 10 4 54 5 14 17 48 41 12 51 31 4 47 7 368
Total Volume 3 (m )
Massa Jenis 3 (Kg/m )
Total Biomassa (ton)
Total Karbon (ton)
9,53 1,71 11,52 9,64 3,31 41,02 3,52 13,96 10,72 33,58 35,49 9,52 38,11 24,95 3,93 40,73 6,39 297,64 99,21
0,39 0,58 0,49 0,42 0,74 0,46 0,8 0,52 0,63 0,77 0,61 0,8 0,46 0,67 0,895 0,46 0,44
4,96 1,32 7,53 5,40 3,27 25,16 3,76 9,68 9,00 34,48 28,87 10,16 23,37 22,29 4,69 24,98 3,75 222,65 74,22
2,23 0,59 3,39 2,43 1,47 11,32 1,69 4,36 4,05 15,52 12,99 4,57 10,52 10,03 2,11 11,24 1,69 100,19 33,40
Tegakan yang rusak dengan teknik RIL paling besar terdapat pada kelas diameter 30,0-39,9 cm, sebesar 108,88 m3. Jenis yang dominan pada tegakan pohon yang terkena tebangan adalah mersawa (Anisoptera spp), dengan volume total 37,11 m3. Jenis tegakan pohon yang sedikit terkena tebangan adalah resak (Vatica spp), dengan volume total 0,34 m3. Jenis resak (Vatica spp) tidak banyak terdapat di areal tebangan, dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Volume tegakan yang rusak dengan teknik RIL sebesar 242,61 m3 dari tegakan pohon sebanyak 358 pohon. Dengan menggunakan rumus Vademikum kehutanan dapat diperoleh jumlah karbon dari volume pohon. Jumlah volume tegakan yang rusak dengan teknik RIL ini, diperoleh karbon sebesar 27,94 tC/ha. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan pemanenan menggunakan teknik CL. Dengan pemanenan menggunakan teknik RIL dapat meminimkan kerusakan tegakan tinggal dan meminimalkan karbon yang terbuang.
34
Tabel 12. Volume tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL. Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Benuang Bintangur Dahu Damar-damar Durian Eboni Gopasa Kagil Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Kayu kuku Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Resak Tanjung Terap
Octomeles sumatrana Miq Calophyllum spp Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Diospyros spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Terminalia spp Dacrydium spp Pericopsis mooniana Thw Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Vatica spp Mimusops elengi L. Artocarpus spp Total Total/ha
12 2 22 22 8 3 8 53 14 11 5 1 47 26 12 55 2 3 33 1 2 16 358
34.00
Total Volume 3 (m )
Massa Jenis 3 (Kg/m )
Total Biomassa (ton)
7,36 2,87 15,93 14,93 4,84 2,88 3,40 33,88 9,62 7,09 3,86 0,74 36,10 15,28 7,39 37,11 2,11 2,92 21,62 0,34 1,36 10,96 242,61 80,87
0,33 0,78 0,58 0,49 0,42 1,05 0,74 0,46 0,8 0,63 0,52 0,87 0,77 0,61 0,8 0,46 0,67 0,895 0,46 0,7 1 0,44
3,24 2,99 12,32 9,75 2,71 4,03 3,36 20,78 10,26 5,96 2,68 0,86 37,06 12,43 7,89 22,76 1,88 3,49 13,26 0,32 1,81 6,43 186,27 62,09
Total Karbon (ton) 1,46 1,34 5,54 4,39 1,22 1,82 1,51 9,35 4,62 2,68 1,20 0,39 16,68 5,59 3,55 10,24 0,85 1,57 5,97 0,14 0,81 2,89 83,82 27,94
33,40 tC/ha
33.00
Karbon (tC/ha)
32.00 31.00 30.00 29.00 28.00
27,94 tC/ha
27.00 26.00 25.00 RIL
CL
Gambar 10. Diagram perbandingan karbon tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL dan CL
35
5.6 Jumlah karbon dari vegetasi yang rusak akibat pembuatan jalan sarad Pada teknik conventional logging diperoleh jumlah volume pohon yang rusak akibatkan pembuatan jalan sarad sebesar 635,89 m3, dari 790 pohon yang terkena pembuatan jalan sarad oleh traktor. Dari hasil volume yang diperoleh dapat dikonversi kedalam jumlah karbon sebesar 74,78 tC/ha. Jenis yang dominan terkena, pada jenis mersawa (Anisoptera spp), dengan volume total sebesar 71,65 m3. Paling sedikit terkena pada jenis pasang (Quercus spp), dengan volume total sebesar 5,50 m3. Tegakan paling banyak terkena jalan sarad yang diakibatkan pembuatan jalan sarad pada kelas diameter 30,0-39,9 cm, sebesar 370,09 m3. Tegakan paling sedikit terkena pembukaan jalan sarad pada kelas diameter 40,0-49,9 cm, sebesar 80,89 m3 (pada tabel 9). Penyaradan adalah kegiatan penarikan kayu dari tempat penebangan menuju ke Tempat Pengumpulan kayu (TPn). Maksud kegiatan ini adalah untuk mempermudah dalam pengangkutan atau hauling ke logyard/logpond. Jenis traktor yang digunakan oleh PT. Arfak Indra adalah Buldozer Traktor D7G Caterpilar (pada lampiran) yang dilengkapi dengan tali baja (winch) yang digunakan untuk menarik kayu dari dalam hutan menuju TPn. Penyaradan dilakukan oleh operator traktor dibantu oleh asisten. Tugas asisten traktor adalah mengkaitkan dan melepaskan winch (tali baja pada traktor yang berfungsi menarik kayu) pada kayu log. Dalam pembuatan jalan sarad dengan teknik conventional tidak dilakukan perencanaan untuk membuat jalan sarad, dilihat dari medan yang berbatuan operator traktor membuat jalan sarad dengan menghindari sebanyak mungkin terkena batuan dan kelerengan yang sangat curam, sehingga memerlukan jalan berputar untuk menghindari batuan yang banyak. Hal tersebut membuat semakin banyak pohon yang terkena areal jalan sarad, dan juga dalam membuat jalan sarad tidak adanya perencanaan jalan dalam artian memperkecil kerusakan yang ada dari lebar pisau traktor (traktor blade).
36
Tabel 13. Volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik CL
Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Benuang Bintanggur Dahu Damar-damar Durian hutan Gofasa Kagil Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Terap
Octomeles sumatrana Miq Calophyllum spp Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Terminalia spp Dacrydium spp Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Artocarpus spp Total Total/ha
24 29 44 54 31 40 74 24 55 11 68 66 25 86 86 6 41 26 790
Total Volume 3 (m )
Massa Jenis 3 (Kg/m )
Total Biomassa (ton)
20,36 22,53 37,00 43,35 24,12 32,30 60,25 20,63 40,49 10,19 54,29 55,02 20,09 71,65 69,27 5,50 30,84 18,00 635,89 211,96
0,33 0,78 0,58 0,49 0,42 0,74 0,46 0,8 0,63 0,52 0,77 0,61 0,8 0,46 0,67 0,895 0,46 0,44
8,96 23,44 28,62 28,32 13,51 31,87 36,95 22,00 34,01 7,07 55,74 44,75 21,43 43,94 61,88 6,57 18,91 10,56 498,53 166,18
Dengan teknik RIL jumlah tegakan yang rusak karena jalan sarad sebanyak 656 pohon. Volume tegakan terbesar terkena jalan sarad pada kelas diameter 30,039,9 cm, sebesar 269,67 m3. Volume tegakan terkecil terkena jalan sarad pada kelas diameter 50,0-50,9 cm, sebesar 4,95 m3. Jenis paling banyak terkena pembuatan jalan sarad adalah jenis nyatoh (Palaquium spp), dengan total volume 54,09 m3. Jenis yang paling sedikit terkena pembuatan jalan sarad adalah pasang (Quercus spp), dengan total volume 4,95 m3. Jumlah volume yang diperoleh dari 656 pohon sebesar 510,54 m3. Jumlah karbon yang dikonversi dari volume sebesar 58,89 tC/ha (pada tabel 10). Penyaradan dengan teknik RIL sangat memperhatikan seminim mungkin kerusakan vegetasi yang diakibatkan oleh pembuatan jalan sarad, baik panjang maupun lebar jalan sarad. Dalam penarikan kayu dengan mengunakan winch diperlukan perencanaan yang baik, terutama dalam menentukan penarikan atau
37
Total Karbon (ton) 4,03 10,55 12,88 12,75 6,08 14,34 16,63 9,90 15,31 3,18 25,08 20,14 9,64 19,77 27,84 2,95 8,51 4,75 224,34 74,78
penyaradan dari tempat pohon tumbang ke TPn, hal tersebut
dilakukan dengan
penebangan pada arah rebah yang benar sehingga mempermudahkan dalam penyaradan.
Tabel 14. Volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Benuang Bintanggur Dahu Damar-damar Durian hutan Gopasa Kagil Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Terap
Octomeles sumatrana Miq Calophyllum spp Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Terminalia spp Dacrydium spp Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Artocarpus spp Total Total/ha
29 35 38 34 29 24 48 17 50 11 50 57 16 65 67 2 51 32 655
80.00
Total Volume 3 (m )
Massa Jenis 3 (Kg/m )
Total Biomassa (ton)
21,87 26,29 28,43 26,49 19,75 20,17 40,96 10,59 37,61 10,57 37,64 42,22 13,20 46,94 54,09 2,26 46,01 25,43 510,54 170,18
0,33 0,78 0,58 0,49 0,42 0,74 0,46 0,8 0,63 0,52 0,77 0,61 0,8 0,46 0,67 0,895 0,46 0,44
9,62 27,34 21,99 17,31 11,06 19,91 25,12 11,29 31,60 7,33 38,65 34,34 14,08 28,79 48,32 2,70 28,22 14,92 392,58 130,86
74,78 tC/ha
70.00
Karbon (tC/ha)
60.00
58,89 tC/ha
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 RIL
CL
Gambar 11. Diagram perbandingan karbon tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL dan CL
38
Total Karbon (ton) 4,33 12,30 9,89 7,79 4,98 8,96 11,30 5,08 14,22 3,30 17,39 15,45 6,34 12,96 21,75 1,21 12,70 6,71 176,66 58,89
5.7 Jumlah Karbon Terhadap panjang total dan lebar total pembukaan Areal Hutan Luasan jalan sarad yang diakibatkan oleh pembukaan jalan sarad, dilakukan dengan membandingkan dua teknik pembukaan jalan sarad. Pada teknik CL luas keterbukaan hutan akibat pembukaan jalan sarad sebesar 7964 m2, sedangkan dengan teknik RIL luasnya sebesar 5608 m2. Jenis yang dominan terkena jalan sarad adalah merbau (Intsia spp) dari keseluruhan luasan yang diperoleh, dengan menggunakan kedua teknik tersebut. Hanya beberapa jenis non merbau yang ditebang seperti kagil (Anisoptera spp), matoa (Pometia spp), mersawa (Anisoptera spp), nyatoh (Palaquium spp) yang berdiameter 50 cm up. Jenis ini ditebang jika permintaan akan kayu non merbau kurang dari persediaan di TPK Bomberay (salah satu dari dua TPK yang dimiliki IUPHHK PT Arfak Indra). Di areal TPK Bomberay lebih banyak ditebang jenis non merbau. Luas penyaradan yang diperoleh dari 6 (enam) TPn, terdiri dari 3 (tiga) TPn dengan teknik RIL dan 3 (tiga) TPn dengan cara CL. Yang masing-masing TPn memiliki jalur penyaradannya masing-masing. 7963,525 9000
7964 m2
8000 Luas total jalan sarad (m2)
m2
7000 6000
5608 m2
5000
RIL
4000
CL
3000 2000 1000 0 Jumlah pohon yang ditebang
Gambar 12. Diagram batang luas total jalan sarad pada dua teknik pemanenan yaitu RIL dan CL
39
5.8 Perbandingan aktivitas antara CL & RIL di PT. Arfak Indra, kabupaten fakfak Perencanaan dalam mempersiapkan kegiatan pemanenan sangat diperlukan sekali. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kerusakan yang berlebihan ketika dilakukan kegiatan pemanenan. Pada kegiatan pemanenan dengan menggunakan teknik conventional, tidak meminimalkan kerusakan tegakan tinggal maupun keterbukaan jalan sarat. Sangat perlukannya aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan sebelum melakukan pemanenan, seperti pada kegiatan pemanenan dengan menggunakan teknik RIL. Diantaranya yang diterapkan dalam perencanaan untuk mengurangi kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan keterbukaan areal pada pembuatan jalan sarad seperti : inventarisasi hutan, pembuatan peta, penebangan akar merambat, rencana jalan sarad, pembukaan jalan sarad sebelum penebangan, arah rebah pohon, pelatihan dan supervisi (pada tabel 15). Perbandingan aktivitas kedua teknik antara RIL dan conventional sangat berpengaruh terhadap jumlah karbon yang diperoleh dari kedua teknik pemanenan. Dengan teknik RIL jumlah karbon yang tersisa di hutan terbukti lebih banyak dibandingkan dengan teknik CL dalam bentuk tegakan sisa yang dipertahankan baik akibat penebangan maupun akibat penyaradan.
40
Tabel 15. Perbandingan aktivitas antara CL & RIL di PT. Arfak Indra, kabupaten fakfak No
Aktivitas
RIL
CL
1
Inventarisasi hutan
Dilakukan dengan pembuatan peta topografi dan peta pohon
Dilakukan tapi tidak ada peta topography
2
Peta
Ada peta pohon dan peta kontur
Tidak ada peta kontur
3
Penebangan akar merambat
Dilakukan
Tidak dilakukan
4
Rencana jalan sarad
Dilakukan dengan cara survei lapangan
Tidak dilakukan
5
Pembukaan jalan sarad sebelum penebangan
Dilakukan
Tidak dilakukan
6
Arah rebah pohon
Dilakukan
Tidak dilakukan
7
Pelatihan
Ya
Tidak
8
supervisi
Ya
Tidak
41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Jumlah volume yang diperoleh pada pemanenan dengan teknik CL (Conventional Logging) sebesar 138,50 m3/ha sedangkan pada pemanenan menggunakan teknik RIL (Reduced Impact Logging) sebanyak 191,18 m3/ha. Jumlah pohon yang ditebang masing-masing 98 pohon pada CL dan RIL. 2. Jumlah volume pada tegakan tinggal yang rusak akibat penebangan sebesar 297,64 m3 dari 368 pohon,dengan teknik CL. Dengan teknik RIL tegakan yang rusak diperoleh sebesar 242,61 m3 dari 358 pohon. 3. Jumlah volume pada tegakan pohon yang rusak akibat pembuatan jalan sarad dengan teknik CL sebesar 635,89 m3 dari 790 pohon. Dengan teknik RIL diperoleh jumlah volume 510,54 m3 dari 656 pohon yang rusak akibat pembuatan jalan sarad. 4. Areal hutan yang rusak/terbuka akibat pembuatan jalan sarad dengan teknik CL dari 790 pohon yang rusak seluas 7964 m2. Dengan teknik RIL diperoleh luasan hutan terbuka dari 656 pohon dengan keterbukaan areal sebesar 5608 m2. 5. Jumlah karbon yang hilang pada tegakan tinggal yang rusak akibat penebangan CL sebesar 33,40 tC/ha, sedangkan pada teknik RIL sebesar 27,94 tC/ha. Jumlah karbon hilang akibat pembuatan jalan sarad dengan teknik RIL sebesar 58,89 tC/ha, sedangkan pada teknik CL sebesar 74,78 tC/ha.
42
6.2 Saran •
Untuk meminimalkan kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan, perlu dilakukan penerapan dengan menggunakan teknik RIL pada setiap pemanenan di IUPHHK Papua tidak terkecuali di seluruh IUPHHK lainnya.
•
Perlu dilakukan penelitian yang sama pada hutan yang berbeda untuk membandingkan jumlah karbon dengan teknik RIL dan CL.
43
DAFTAR PUSTAKA Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A. Primer. FAO. Forestry Paper. USA. 134:10-13 Chapman, S. B. 1976. Methods In Plant Ecology.2nd ed.Blackwell Scienti. Direktorat Jenderal Kehutanan. 1976. Vademicum Kehutanan. Jakarta Elias. 1997. Conventional Versus Reduced Impact Wood Harvesting in Tropical Natural Forest in Indonesia. A paper submitted to XI World Forestry Congress, 13-22 October 1997 in Antalya, Turkey. 6p. Elias. 2002. Reduced Impact Logging. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. IPB, Press: Bogor. Gaspersz, Vincent. 2005. Ekonomi Manajerial Pembuat Keputusan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘karbon tersimpan’ di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p. Lusiana Betha, Noordwijk Meine van and Rahayu Subekti. 2005. Cadangan karbon di kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring secara spasial dan pemodelan. Laporan tim proyek pengelolaan sumber daya alam untuk penyimpanan karbon (FORMACS). Bogor. World Agroforestry Centre ICRAF, SEA Regional Office, Indonesia. 95p Maulana, Sandhi Imam. 2007. peranan penyerapan karbon dalam meningkatkan kelayakan usaha hutan tanaman jati di KPH Kendal, jawa tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Pinard, A.M., F.E. Putz., J. Tay and T.E. Sulivan. 1995. Creating Timber Harvest Guidelines for a Reduced Impact Logging Project in Malaysia. Peer Reviewed. Reprinted from the Journal of Forestry, Vol. 93, No. 10, October 1995. p:41-45. Priyadi, Hari dkk. Reduced-Impact Logging in Indonesia Borneo Some results confirming the need for new silvicultural prescriptions. Forest Ecology and Management. 7 october 2002,Hal 415-427.
44
Rizon, M. 2005. Profil Kandungan Karbon Pada Fase Pengelolaan Lahan Hutan oleh Masyarakat Menjadi Repong Damar. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. Robert, andreas. 2007. Model Penduga Karbon dihutan rakyat studi kasus di sulawesi. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor Rusolono, Teddy. 2006 Model Penduga Persediaan Karbon Tegakan Agroforestry untuk pengelolaan Hutan milik melalui skema perdagangan karbon. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Wartono, Kadri et al. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan: Jakarta. White PL, Plaskett GL.1981. Biomass as Fuel Scotland; Academic Press. Whitmore TC. 1988. Tropical Rain Forest of The Far East. oxford University Press. Whitten Aj. Anwar Dj, Hisyam N. 1984. The Ecologycal of Sumatra. Gajah Mada University Press.
45
Ket: = Arah rebah pohon = Jalan sarad Gambar 3. Penarikan contoh yang dilakukan dengan teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan Conventional Logging pada luas areal petak tebang (±100 ha)
4.5 Model Penduga dan pengukur nilai karbon Sebagai perbandingan digunakan dua rumus : •
Model alometrik (Brown, 1997): C = 0,45 (0,049. ρ. D2.H)
•
Perhitungan berdasarkan metode dalam (Vademicum Kehutanan, 1976): Volume pohon (V) = (п).(D/2)2.H.(0,75) Biomassa pohon (B) = (4/3).V. ρ Karbon (C) = 0,45.B
Dimana: C = Jumlah karbon (ton/ha)
ρ = Berat jenis kayu (kg/m3) D = Diameter setinggi dada ( cm) H = Tinggi pohon (cm)
0,75 = Angka bentuk
19
Dalam penelitian ini, perhitungan berdasarkan metode dalam Vademicum Kehutanan tahun 1976 lebih baik dikarenakan mudah diaplikasikan, bisa meminimalkan kesalahan pengukuran, serta cukup sederhana. Kelemahannya tidak dapat mengakomodasi jumlah karbon selain biomassa atas pohon seperti jumlah karbon pada akar, daun dan tanah. Luas areal penelitian yang diambil adalah 3 ha di conventional dan 3 ha di areal RIL, sehingga untuk memperoleh data jumlah karbon per hektar dalam penjelasan berikutnya dalam bab hasil dan pembahasan akan dibagi 3.
4.6 Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan program komputer yaitu microsoft excel, dimana data diameter dan tinggi pohon/panjang pohon dikelompokkan berdasarkan jenis pohon, lalu dicari volumenya setiap jenis pohon, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan volume total dari setiap jenis pohon, biomassa pohon diperoleh dari (4/3) x Volume setiap jenis x massa jenisnya, maka untuk memperoleh karbon diperoleh dari 0.75 x biomassa keseluruhan (metode dalam Vademicum Kehutanan, 1976) perolehan penyerapan karbon yang diserap oleh tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL dan Konvensional logging dapat diperbandingkan dengan metode yang lainnya, seperti metode diatas.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1 Volume tegakan Pohon yang ditebangan dengan teknik RIL
Volume (m^3)
180.00 160.00 140.00 120.00 100.00
Intsia spp
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 40.0-49.9
50.0-59.9
60.0-69.9
70.0-79.9
80.0-89.9
90.0-99.9
Diameter (cm)
Lampiran 2. Total karbon tegakan Pohon yang ditebangan dengan teknik RIL Nama Perdagangan Kagil Matoa Merbau Mersawa Nyatoh
Nama Ilmiah Anisoptera spp Pometia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Total
Jumlah Pohon
Total Volume 3 (m )
Massa Jenis 3 (Kg/m )
Total Biomassa (ton/ha)
11 3 82 1 1 98
57,96 17,80 484,25 6,21 7,32 573,54
0,46 0,77 0,8 0,46 0,67
35,55 18,27 516,53 3,81 6,54 580,70
47
Total Karbon (ton/ha) 16,00 8,22 232,44 1,72 2,94 261,32
Lampiran 3. Volume tegakan pohon yang ditebang dengan teknik CL 140
Volume (m^3)
120 Anisoptera spp
100
Pometia spp
80
Intsia spp
60
Anisoptera spp
40
Palaquium spp
20 0 40.0-49.9
50.0-59.9
60.0-69.9
70.0-79.9
80.0-89.9
90.0-99.9
Diameter (cm)
Lampiran 4. Total karbon tegakan pohon yang ditebang dengan teknik CL Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Total Volume 3 (m )
Massa Jenis 3 (Kg/m )
Total Biomassa (ton/ha)
Merbau
Intsia spp
98
415,49
0,8
443,19
48
Total Karbon (ton/ha) 199,44
Lampiran 5. Volume tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Benuang Bintangur Dahu Damar-damar Durian Eboni Gopasa Kagil Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Kayu kuku Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Resak Tanjung Terap
Octomeles sumatrana Miq Calophyllum spp Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Diospyros spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Terminalia spp Dacrydium spp Pericopsis mooniana Thw Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Vatica spp Mimusops elengi L. Artocarpus spp Total volume
12 2 22 22 8 3 8 53 14 11 5 1 47 26 12 55 2 3 33 1 2 16 358
∅ 50,0-59,9 cm
Total Volume 3 (m )
0
7,36 2,87 15,93 14,93 4,84 2,88 3,40 33,88 9,62 7,09 3,86 0,74 36,10 15,28 7,39 37,11 2,11 2.92 21,62 0,34 1,36 10,96 242,61
Volume pohon ∅ 20,0-29,9 cm
∅ 30,0-39,9 cm
4,00
3,36
4,47 4,37 1,51 0,29 3,40 13,59 2,34 4,09 0,72 11,79 7,87 2,53 12,78 0,34 0,44 9,91 0,34 0,44 6,15 91,39
49
6,36 6,44 3,33 0,96 16,17 7,28 1,62 1,95 0,74 14,82 7,41 4,86 23,04
∅ 40,0-49,9 cm 2,87 5,10 4,12 1,63 4,12 1,39 1,19 9,48
0,78 7,16
1,29 1,77 1,70 4,54
0,92 1,67 108,88
3,14 42,34
Lampiran 6. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik RIL Benuang
25.00
Bintangur Dahu Damar-damar
20.00
Durian Eboni
Volume (m^3)
Gopasa Kagil
15.00
Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Kayu kuku
10.00
Matoa Medang Merbau
5.00
Mersaw a Nyatoh Pasang Pulai
0.00 20-29.9
30.0-39.9
40.0-49.9
50.0-59.9
Resak Tanjung
Diameter (cm)
Terap
50
Lampiran 7. Volume tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik CL Nama Perdagangan Benuang Dahu Damar-damar Durian Gopasa Kagil Kayu Bugis kayu cina Ketapang Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Terap
Nama Ilmiah Octomeles sumatrana Miq Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Dacrydium spp Terminalia spp Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Artocarpus spp Total volume
Volume pohon
Jumlah Pohon
∅ 20,0-29,0 cm
∅ 30,0-39,9 cm
∅ 40.0-49.9 cm
9 2 11 10 4 54 5 14 17 48 41 12 51 31 4 47 7 368
1,88 0,52 1,64 1,81 0,92 15,87 1,36 1,87 4,77 12,93 8,81 2,50 10,67 6,67 0,54 9,78 0,94 83,48
1,19 1,19 3,02 3,50 1,11 11,45 0,82 4,71 4,66 13,20 12,93 5,67 25,82 11,91 1,93 15,55 3,89 122,56
6,46
51
6,86 4,33 1,29 11,46 1,35 7,38 1,29 7,45 11,52 1,35 1,62 4,23 1,45 15,40 1,56 85,00
∅ 50-59.9 cm
2,23
2,23
2,14
6,60
Total Volume 3 (m ) 9,53 1,71 11,52 9,64 3,31 41,02 3,52 13,96 10,72 33,58 35,49 9,52 38,11 24,95 3,93 40,73 6,39 297,64
Lampiran 8. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat penebangan dengan teknik CL Benuang
30.00
Dahu Damar-damar
25.00
Durian Gopasa
Volume (m ^3)
20.00
Kagil Kayu Bugis
15.00
kayu cina Ketapang Matoa
10.00
Medang Merbau
5.00
Mersaw a Nyatoh
0.00 20.0-29.0
30.0-39.9
40.0-49.9
50-59.9
Pasang Pulai
Diam eter (cm )
Terap
52
Lampiran 9. Volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL Nama Perdagangan
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Benuang Bintanggur Dahu Damar-damar Durian hutan Gopasa Kagil Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Terap
Octomeles sumatrana Miq Calophyllum spp Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Terminalia spp Dacrydium spp Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Artocarpus spp Total volume
29 35 38 34 29 24 49 17 50 11 50 57 16 65 67 2 51 32 656
Volume pohon ∅ 20,0-29,9 cm
∅ 30.0-39.9 cm
∅ 40.0-49.9 cm
6,51 10,15 10,79 8,06 9,83 4,54 11,88 5,63 15,19 3,25 13,14 15,70 2,84 14,67 16,42
13,91 9,36 13,54 14,85 5,55 12,79 22,01 3,58 17,83 2,14 21,59 18,09 10,36 26,47 33,48 2,26 26,27 15,57 269,67
1,45 6,78 1,45 3,58 4,37 2,84 7,07 1,39 4,59 5,18 2,91 8,43
8,13 6,88 163,60
53
∅ 50.0-59.9 cm
2.65
5,80 4,20 9,31 2,98 72,32
2.30 4,95
Total Volume 3 (m ) 21.87 26.29 28.43 26.49 19.75 20.17 40.96 10.59 37.61 10.57 37.64 42.22 13.20 46.94 54.09 2.26 46.01 25.43 510.54
Lampiran 10. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL Diagram batang volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan teknik RIL
Volume (m^3)
40.00
Benuang Bintanggur Dahu
35.00
Damar-damar
30.00
Gopasa
Durian hutan
Kagil
25.00
Kayu bugis
20.00
Ketapang Kayu Cina
15.00
Matoa Medang
10.00
Merbau
5.00
Mersaw a Nyatoh
0.00 20.0-29.9
30.0-39.9
40.0-49.9
50.0-59.9
Pasang Pulai
Diameter (cm)
Terap
54
Lampiran 11. Volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan cara CL Nama
Nama
Jumlah
Volume pohon
Perdagangan
Ilmiah
Pohon
∅ 20,0-29,9 cm
∅ 30,0-39,9 cm
∅ 40,0-49,9 cm
Benuang Bintanggur Dahu Damar-damar Durian hutan Gofasa Kagil Kayu bugis Ketapang Kayu Cina Matoa Medang Merbau Mersawa Nyatoh Pasang Pulai Terap
Octomeles sumatrana Miq Calophyllum spp Dracontomelon spp Araucaria spp Durio spp Vitex spp Anisoptera spp Koordersiodendron pinnatum Merr Terminalia spp Dacrydium spp Pometia spp Dehaasia spp Intsia spp Anisoptera spp Palaquium spp Quercus spp Alstonia spp Artocarpus spp Total volume
24 29 44 54 31 40 74 24 55 11 68 66 25 86 86 6 41 26 790
4,38 6,78 10,59 13,58 8,44 7,21 16,71 4,09 16,68 1,39 15,65 14,33 4,63 22,49 17,82 1,09 10,27 8,68 184,82
11,85 14,23 17,94 25,40 14,30 19,36 38,69 15,01 16,63 7,45 34,41 31,97 14,08 38,71 41,58 2,96 16,20 9,32 370,09
4,13 1,52 8,47 4,37 1,39 5,73 4,85 1,52 7,18 1,35 4,23 8,72 1,39 10,45 9,86 1,45 4,36
55
80,98
∅ 50,0-59,9 cm
Total Volume (m3) 20,36 22,53 37,00 43,35 24,12 32,30 60,25 20,63 40,49 10,19 54,29 55,02 20,09 71,65 69,27 5,50 30,84 18,00 635,89
Lampiran 12. Total karbon tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan cara CL Diagram Batang volume tegakan pohon yang rusak akibat jalan sarad dengan cara CL Benuang Bintanggur
45.00
V o lu m e (m ^3 )
Dahu
40.00
Damar-damar
35.00
Durian hutan Gofasa
30.00
Kagil
25.00
Kayu bugis Ketapang
20.00
Kayu Cina
15.00
Matoa Medang
10.00
Merbau
5.00
Mersaw a Nyatoh
0.00 20.0-29.9
30.0-39.9
40.0-49.9
50.0-59.9
Pasang Pulai
Diameter (cm)
Terap
56
Lampiran 13. Sampel perhitungan karbon pohon yang terkena tebangan dan penyaradan Jenis Diameter Diameter Tinggi Volume ρ Biomassa Pohon (cm) (m) (m) (m3) (Kg/m3) (ton) Benuang 26 0,26 11 0,44 0,33 0,19 Perhitungan berdasarkan metode dalam Vademicum Kehutanan tahun1976 : Volume pohon (V) = (п)*(D/2)2*H*(0,75) = (3,14)*(0,26/2)2*11*(0,75) = 0,44 m3 Biomassa pohon (B) = (4/3)*V*ρ = (4/3)*0,44*0,33 = 0,19 ton Karbon (C) = 0.45*B = 0,45*0,19 = 0,09 ton
57
Karbon (ton) 0,09
Gambar
(a)
(b)
Lampiran 14. (a) Penarikan kayu dari dalam hutan pada jalan sarad, (b) Penarikan kayu sampai ke TPn
(a)
(b)
(c)
Lampiran 15. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai mutu kayu (a) Membagi batang untuk memudahkan penarikan log ke TPn, (b) Menancapkan paku “s” untuk mencegah pecahnya/ terbelahnya kayu lebih besar lagi, (c) serbuk kayu sebagai identifikasi kualitas kayu.
58
CL
RIL
(a)
(b)
RIL
CL
(c)
(d)
Lampiran 16. Keselamatan kerja dan penentuan arah rebah pada teknik RIL dan conventional logging : (a) Tidak menggunakan Helm dan sarung tangan dalam melakukan penebangan pada cara conventional logging, (b) Menggunakan helm dan sarung tangan dalam melakukan penebangan pada teknik RIL, (c) Membuat takik Rebah dengan sudut 450 (siku-siku), pada teknik RIL, (d) membuat takik rebah kurang dari 450 pada teknik conventional logging.
59
Lampiran 17. Peta areal IUPHHK PT Arfak Indra Kabupaten Fakfak Propinsi Papua Barat
60