PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 – Telp. (0335) 420517
PROBOLINGGO 67271
Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan
Pendahuluan Badan
Meteorologi
Klimatologi
dan
Geofisika
(BMKG)
baru
saja
mengeluarkan pernyataan bahwa musim kemarau tahun 2016 ini adalah kemarau basah. Artinya musim kemarau tahun ini akan lebih banyak hujan dibandingkan dengan pola musim kemarau normal. Pola angin menimbulkan gangguan cuaca pada musim kemarau ini diprediksi berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2016. Kondisi demikian dapat menyebabkan terjadinya hujan berintensitas tinggi dan menimbulkan banjir, longsor, memicu hama penyakit tanaman yang pada gilirannya menimbulkan gagal panen dan sebagainya. Diharapkan informasi yang akurat mengenai adanya kemarau basah di tahun 2016 ini dapat memberikan kewaspadaan bagi para petani tembakau yang saat ini merupakan musim tanam tembakau. Kewaspadaan adanya kemarau basah bagi para petani tembakau sangat penting terutama dalam hal pengolahan tanah, pembibitan, saat pindah tanam dan saat panen tembakau. Bila perkiraan itu benar, maka para petani harus menghadapi perubahan cuaca ekstrim yang tentunya akan berpengaruh terhadap aktivitas usaha tani tembakau. Para petani di daerah yang cenderung basah dan melimpah air, akan berhadapan dengan masalah banjir atau genangan air sehingga kondisi yang demikian akan memicu perkembangan hama penyakit pada tanaman tembakau.
Perkiraan Kemarau Basah Tahun 2016 Sering masyarakat lupa kalau kemarau itu bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Kemarau itu ada hujannya, tetapi di dalam ukuran tertentu jauh lebih rendah dari ambang batas yang kita tentukan sebagai musim hujan dan musim kemarau. Sedangkan kemarau basah adalah musim kemarau yang masih terjadi hujan sehingga kondisi kemarau yang semestinya kering menjadi basah. Fenomena yang satu ini bagi Indonesia akan membuat curah hujan lebih tinggi dibandingkan normalnya sehingga bisa membawa dampak buruk sekaligus baik. Sebanyak 75 persen El Nino / kemarau kuat biasanya diikuti dengan La Nina /penghujan berintensitas moderat atau kuat. La Nina diprediksi terjadi pada akhir tahun antara Oktober-Desember 2016. Pada periode tersebut bertepatan dengan periode awal musim hujan sehingga perlu diwaspadai peluang terjadinya curah hujan tinggi pada saat La Nina berlangsung. Menurut Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng, El Nino saat ini sudah semakin meluruh sehingga publik tidak perlu lagi mengkhawatirkan dampak El Nino. Hal yang harus diwaspadai saat ini adalah La Nina karena terkait dengan curah hujan berlebih. El Nino adalah fenomena menghangatnya suhu muka laut di Samudra Pasifik area khatuli stiwa yang memicu penurunan curah hujan di wilayah Indonesia, terutama di selatan khatulistiwa. Kondisi tersebut membuat kemarau panjang dan musim hujan terganggu. Sedangkan La Nina adalah fenomena mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik area khatulistiwa, yang mendorong bertambahnya suplai uap air bagi Indonesia. La Nina diprediksi muncul bulan Oktober-Desember 2016 dengan peluang 50 persen. Itu bertepatan dengan awal musim hujan di sejumlah daerah. Kemungkinan adanya La Nina dapat meningkatkan jumlah curah hujan pada akhir musim kemarau 2016 sehingga kemungkinan menimbulkan apa yang disebut sebagai musim kemarau basah. Wilayah-wilayah yang berpeluang mengalami kemarau basah yaitu yang berada di selatan khatulistiwa, terutama wilayah Indonesia bagian tenggara (Tety, 2016).
Pengaruh Kemarau Basah pada Tanaman Tembakau Tanaman tembakau rentan sekali dengan banyaknya air pada pembibitan dan awal tanam jika tidak ada saluran pembuangan yang baik. Perkiraan kemarau basah terjadi bulan Mei dan Juni 2016, artinya tanam tembakau bisa jadi mundur. Musim kemarau basah membuat kondisi lingkungan menjadi basah, kelembaban tinggi, suhu rendah serta dapat memacu perkembangan penyakit menjadi lebih cepat. Tembakau tidak cocok di tanam di musim penghujan, itu sama saja dengan buang biaya dan tenaga karena tanaman tembakau bisa dipastikan akan mati/rusak. Perlu diketahui bahwa bagaimana petani tembakau dari awal mendapatkan bibit tembakau yang sehat? Tak jarang petani memahami ini. Dalam menyemaikan benih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bibit yang siap di tanam di lahan terbebas dari penyakit. Benih disemaikan bisa dalam bentuk bedengan atau di tanam satu-satu pada tray. Tanah yang digunakan sebaiknya sudah mengandung jamur Trichoderma sp, Gliocladium sp gunanya untuk mencegah serangan layu jamur dan Pseudomonas flourencens (Pf) untuk mencegah serangan layu bakteri (lanas). Umumnya petani ada yang membuat persemaian sendiri ada juga yang membeli bibit tembakau. Bibit tembakau yang baik akan tampak seragam pertumbuhannya, tidak ada gejala serangan penyakit. Dipersemaian jika disebar benih
terlalu
rapat
menyebabkan
kelembaban
tinggi
sehingga
memicu
perkembangan penyakit yang umumnya dikenal dengan nama “londot” atau Phytium ultimum dengan ciri khas robohnya bibit secara berkelompok dan pada batang bibit nampak busuk coklat, berair, kemudian pembusukan meluas ke atas berkembang menjadi busuk lunak, kebasahan, daun tanaman layu/chlorotic dan menyebabkan bibit collapse/mati. Bibit yang bergejala seperti ini sebaiknya jangan digunakan sebagai bibit dan umumnya gejala penyakit di persemaian disekitarnya juga mengandung penyakit. Jika dipaksa ditanam akan menyebabkan tanaman tembakau rusak lebih dari 20%.
Gambar 1. Bibit tembakau yang terlalu rapat dan tidak seragam Sumber : Ratmawati, 2015 Untuk menghindari serangan penyakit sebaiknya penggunaan tanah jangan terlalu basah, bila perlu tanah disterilkan, benih yang disebar jangan terlalu rapat dan diatur vertilisasinya, hindari bibit yang berasal dari persemaian yang terinfeksi dan manfaatkan agensia hayati pengendali penyakit di persemaian. Penjarangan waktu pembibitan juga penting dilakukan saat kemarau basah. Adanya hujan biasanya membawa berkah, tapi tidak untuk tanaman tembakau yang baru pindah tanam bisa menyebabkan tanaman tembakau layu dan mati akibat genangan air. Awal pindah tanam, tembakau rentan sekali layu dan mati, apalagi dengan adanya kemarau basah. Pembuatan bedengan dan saluran pembuangan air penting dilakukan untuk antisipasi genangan air yang menyebabkan kelembaban tinggi dan mudahnya terserang penyakit layu jamur maupun layu bakteri. Aplikasi jamur Trichoderma sp, Gliocladium sp gunanya untuk mencegah serangan layu jamur dan Pseudomonas flourencens (Pf) untuk mencegah serangan layu bakteri (lanas) sebelum pindah bibit tembakau ke lahan salah satu upaya pencegahan terjadinya serangan penyakit. Pengaturan jarak tanam juga salah satu antisipasi mengurangi kelembaban tinggi akibat kemarau basah. Sering melakukan pendangiran atau membalik tanah agar bila kondisi tanah basah dan lembab juga merupakan antisipasi pencegahan munculnya penyakit tembakau. Apabila pada saat panen dan penjemuran sebaiknya ketebalan rajangan tembakau dikurangi atau lebih tipis agar cepat kering dan daun tembakau tidak menghitam. Jika terlalu tebal saat penjemuran rajangan tembakau dapat
mengakibatkan warna rajangan tembakau menjadi menghitam dan aromanya kurang sedap (tembelik).
Penutup Saat kemarau basah terjadi yang perlu dilakukan pada tanaman tembakau antara lain penjarangan waktu pembenihan, atur jarak tanam, aplikasi jamur Trichoderma sp, Gliocladium sp gunanya untuk mencegah serangan layu jamur dan Pseudomonas flourencens (Pf) untuk mencegah serangan layu bakteri (lanas), pembuatan saluran air, pendangiran dan mengurangi ketebalan penjemuran rajangan tembakau merupakan antisipasi agar tidak terjadi serangan OPT dan kerugian hasil yang tinggi.
Referensi Tety, 2016. BMKG prakirakan awal musim kemarau terjadi pada Mei dan Juni 2016. http://possore.com/2016/03/14/bmkg-prakirakan-awal-musim-kemarauterjadi-pada-mei-dan-juni-2016/ Diakses 13 Mei 2016