PERANCANGAN PUBLIKASI BUKU “KOMUNITAS HARDCORE JAKARTA” Novaro Wisnu Wardhana Komplek Merpati Nusantara Airlines Blok A no. 3. Jakarta Barat
[email protected] Pembimbing:
Julianto, S.Sn., M.Sn. Dina Martin, S.Sn., M.Ds. ABSTRAK Tujuan dari perancangan publikasi buku Komunitas Hardcore Jakarta ini adalah sebagai sarana pengetahuan masyarakat terhadap musik hardcore di Jakarta & merubah pandangan masyarakat terhadap musik hardcore. Dengan menggunakan metode studi pustaka, pengumpulan data. Dan hasil yang sudah penulis capai adalah buku publikasi yang memperkenalkan kepada para pembaca tentang sejarah hardcore hingga apa saja yang ada didalamnya yang dikemas secara menarik dengan rancangan strategi visual agar masyarakat tertarik lewat visual yang menarik dan dapat merubah pikiran negative masyarakat. (N) Kata Kunci: Musik, Komunitas, Hardcore, Jakarta. ABSTRACT The purpose of the design of the publication of Jakarta Hardcore Community book is a means of knowledge of the hardcore music community in Jakarta & change society's view of hardcore music. By using the method of literature review, data collection. And the results that have been achieved is the author of the publication of the book that introduces readers to the history of hardcore to whatever is in it is attractively packaged with visual design strategies so that the public interest through interesting visual and negative thoughts can change society. (N) Keyword: Music, Community, Hardcore, Jakarta.
PENDAHULUAN Di Indonesia sendiri musik Hardcore sudah eksis pada tahun akhir 1980-an. Dengan fenomena yang ada menyebabkan sebagian dari punker mulai melahirkan scene-scene hardcore punk. Sehingga musik hardcore di Indonesia sangat kental dengan warna punk. Saat mendengar kata musik Hardcore banyak pemaknaan negatif yang terlintas, seperti kasar, mengerikan, keras, tidak bermoral, dan lain-lain dikarenakan oleh dandanan dari para musisi dan penikmat musik hardcore yang memang tidak selayaknya masyarakat pada umumnya contohnya piercing, tattoo dibagian-bagian tubuhnya. Masyarakat awam yang melihat sosok dari dandanan para musisi dan penikmat musik hardcore yang menarik kesimpulan negatif bahwa mereka adalah orang yang berprilaku negatif juga ditambah lagi musik-musik hardcore yang cenderung keras dan liriknya biasanya sebuah perlawanan semakin membuat masyarakan mengganggap bahwa genre musik ini adalah suatu genre yang buruk. Padahal masyarakat hanya melihat genre ini dari sisi terluarnya saja.
Musik hardcore sebenarnya adalah musik mengenai perlawanan terhadap lingkungan sekitar kita yang mulai buruk, mulai dari politik hingga agama. Musik hardcore juga menciptakan suatu scene yang disebut straightedge yaitu sebuah gaya hidup, filosofi dan pergerakan anak muda yang menganut anti penggunaan narkoba, penggunaan minuman beralkohol, merokok dan hubungan sex bebas, walaupun pergerakan garis keras yang lebih dalam mereka menghidari penggunaan obat secara menyeluruh (termasuk penggunaan secara medis) dan mereka mempercayai bahwa sex tidak untuk berganti-ganti pasangan. Straight edge hanyalah sebuah motivasi hidup untuk tidak merusak diri sendiri dengan mengonsumsi zat-zat/ hal-hal yang dianggap berbahaya untuk diri sendiri dan penyikapannya kembali kepada kontrol individu. Gaya hidup straight edge mencoba untuk memberikan alternatif baru di scene hardcore yang sangat identik dengan kebiasaan mabuk dan kerusuhan. Banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya seorang penganut faham ini karena mereka ingin mengontrol kehidupan mereka, berontak dari budaya penggunaan narkoba,menghindari diri berhubungan dengan narkoba, mereka menyaksikan efek negatif dari penggunaan narkoba dalam keluarga atau teman-teman, atau bahkan bisa pula untuk membedakan diri. Filosofi utama yang dibawakan oleh penganut faham ini adalah penggunaan narkoba terhadap lingkungan sosial dan krisis moral yang bisa menyebabkan hancurnya rumah tangga, bisnis dan khususnya kehidupan anak-anak remaja. Dari dasar tersebut, penulis ingin membuat sebuah buku untung mengedukasi dan memberikan informasi tentang musik dan komunitas hardcore dari mulai sejarah hingga siapa saja yang terlibat dalam musik hardcore di Jakarta.
Identifikasi Masalah Kurangnya faham masyarakat terhadap musik hardcore karena masyarakat sudah mempunyai pandangan negatif terhadap komunitas hardcore.
Rumusan Masalah Bagaimana merancang strategi komunikasi visual agar masyarakat tertarik dan merubah pikiran negatif masyarakat tentang musik hardcore.
Tujuan & Manfaat -
Sebagai sarana pengetahuan masyarakat terhadap musik hardcore di Jakarta. Merubah pandangan masyarakat terhadap musik hardcore. Menjadi buku koleksi yang bisa di miliki oleh fans, maupun pengamat musik.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan melakukan tinjauan pustaka melalui riset media buku, karya tulis, survey, artikel dan dirangkum dalam analisa SWOT.
Literatur Buku Menurut buku karangan Steven Blush, Hardcore punk (usually referred to simply as hardcore) is a punk rock music genre and subculture that originated in the late 1970s. Hardcore music is generally faster, heavier, and more abrasive than regular punk rock. The origin of the term "hardcore punk" is uncertain. The Vancouver-based band D.O.A. may have helped to popularize the term with the title of their 1981 album, Hardcore '81. Hardcore historian Steven Blush said that the term "hardcore" is also a reference to the sense of being "fed up" with the existing punk and new wave music. Blush also states that the term refers to "an extreme: the absolute most Punk." One definition of the genre is "a form of exceptionally harsh punk rock." Hardcore sprouted underground scenes across the United States in the early 1980s particularly in Washington, D.C., California, New York, New Jersey, and Boston—as well as in Australia, Canada and the United Kingdom. Hardcore has spawned the straight edge movement and its associated submovements, hardline and youth crew. Hardcore was heavily involved with the rise of the independent record labels in the 1980s, and with the DIY ethics in underground music scenes. It has influenced a number of music genres which have experienced mainstream success, such as alternative rock, grunge, alternative metal, metalcore, thrash metal, post-hardcore, and hip hop. While traditional hardcore has never experienced mainstream commercial success, some of
its early pioneers have garnered appreciation over time. Black Flag's Damaged, Minutemen's Double Nickels on the Dime and Hüsker Dü's New Day Rising were included in Rolling Stone's list of The 500 Greatest Albums of All Time in 2003 and Dead Kennedys have seen one of their albums reach gold status over a period of 25 years. Although the music started in English-speaking western countries, scenes have also existed in Italy, Brazil, Japan, Europe and the Middle East.
Artikel & Karya Tulis Hardcore punk atau biasa disebut hardcore adalah salah satu genre punk rock yang mulai muncul pada tahun 70an, beberapa orang menyebutkan bahwa hardcore muncul karena kebosanan orang-orang atas genre punk. Kemunculan hardcore juga melahirkan sebuah gerakan Straightedge (SXE) yaitu menolak untuk mengkonsumsi alkohol, segala yang berhubungan dengan tembakau dan obat-obatan terlarang. Setelah kemunculan straightedge muncul juga subkultur Hardline & Youth Crew. Gigs hardcore sangat kental sekali dengan unity-nya, saat gigs hardcore berlangsung crowd dan performer saling bersahut-sahutan dan melakukan moshing maupun stage diving. Kekeluargaan pada komunitas hardcore menjadi ciri khas dari komunitas ini. Musik hardcore sebenarnya adalah musik mengenai perlawanan terhadap lingkungan sekitar kita yang mulai buruk, mulai dari politik hingga agama. Musik hardcore juga menciptakan suatu scene yang disebut straightedge yaitu sebuah gaya hidup, filosofi dan pergerakan anak muda yang menganut anti penggunaan narkoba, penggunaan minuman beralkohol, merokok dan hubungan sex bebas walaupun pergerakan garis keras yang lebih dalam mereka menghidari penggunaan obat secara menyeluruh (termasuk penggunaan secara medis) dan mereka mempercayai bahwa sex tidak untuk berganti-ganti pasangan. Saat mendengar kata musik Hardcore banyak pemaknaan negatif yang terlintas, seperti kasar, mengerikan, keras, tidak bermoral, dan lain-lain dikarenakan oleh dandanan dari para musisi dan penikmat musik hardcore yang memang tidak selayaknya masyarakat pada umumnya contohnya piercing, tattoo dibagian-bagian tubuhnya. Masyarakat awam yang melihat sosok dari dandanan para musisi dan penikmat musik hardcore yang menarik kesimpulan negatif bahwa mereka adalah orang yang berprilaku negatif juga ditambah lagi musik-musik hardcore yang cenderung keras dan liriknya biasanya sebuah perlawanan semakin membuat masyarakan mengganggap bahwa genre musik ini adalah suatu genre yang buruk. Padahal masyarakat hanya melihat genre ini dari sisi terluarnya saja. Straight Edge adalah sebuah gaya hidup, filosofi dan pergerakan anak muda yang menganut anti penggunaan narkoba, penggunaan minuman beralkohol, merokok dan hubungan sex bebas (casual sex), walaupun pergerakan garis keras yang lebih dalam mereka menghidari penggunaan obat secara menyeluruh (termasuk penggunaan secara medis) dan mereka mempercayai bahwa sex tidak untuk berganti-ganti pasangan. Straight edge hanyalah sebuah motivasi hidup untuk tidak merusak diri sendiri dengan mengonsumsi zat-zat/ hal-hal yang dianggap berbahaya untuk diri sendiri dan penyikapannya kembali kepada kontrol individu. Gaya hidup straight edge mencoba untuk memberikan alternatif baru di scene hardcore yang sangat identik dengan kebiasaan mabuk dan kerusuhan. Ide tentang straight edge ini sebenarnya sudah ada di dalam lagu-lagu band protopunk tahun 70-an yakni The Modern Lovers. Namun istilah Straight Edge dicetuskan oleh band Minor Threat, band ini disebut sebagai dasar gaya hidup ini, dalam sebuah lagu mereka yang berjudul Straight Edge.
Survey Di Indonesia musik Hardcore sudah eksis pada tahun akhir 1980-an. Dengan fenomena yang ada menyebabkan sebagian dari punker mulai melahirkan scene-scene hardcore punk. Sehingga musik hardcore di Indonesia sangat kental dengan warna punk. Dikarenakan masih sangat sedikitnya scene hardcore maka scene terbagi menjadi dua kaum, yaitu kaum individu yang lebih suka menikmati musik hardcore dengan sosialisasi yang secukupnya dan kaum yang sangat suka bersosialisasi (membaur dengan komunitas punk). Hal ini terjadi sampai sekitar pertengahan tahun 1990-an. Tahun 90-an bisa dibilang tahun musik hardcore di Indonesia dan puncaknya pada akhir tahun 1990 ditandai dengan mulainya pertunjukan-pertunjukan di berbagai tempat menampilkan 100% band hardcore (yang sebelumnya selalu mencampur dengan band punk) dan kemudian musik hardcore mulai membaur dengan melodicore. Dengan semakin banyaknya band hardcore bersamaan pula munculnya records D.I.Y yang menyalurkan kreatifitas band seperti pinball records dan ffgrecords. Di Indonesia kota Jakarta adalah kota yang memilikibanyak band hardcore, untuk di kota lain umumnya hardcore dibawa dan
berkembang dari individu anak Jakarta yang kuliah di luar kota ataupun bekerja. Depok juga memiliki beberapa grup musik hardcore yang mayoritas mengusung oldschool hardcore punk serta di daerah Menteng Jakarta Pusat yang dikenal dengan Taman Suropati banyak band-band pengusung hardcore punk.
Analisa SWOT Strenght • Komunitas hardcore di Jakarta bisa dibilang lumayan besar dan solid dan buku publikasi tentang komunitas hardcore ini akan menjadi buku pertama tentang komunitas ini yang ada di Indonesia. • Sejarah mengenai musik hardcore pada buku American Hardcore: Tribal History sudah sangat lengkap. Weakness • Kurangnya visual pada buku American Hardcore: Tribal History • Tipografi pada buku American Hardcore: Tribal History tidak mempunyai hierarki • Kurangnya minat membaca dari masyarakat Indonesia. Opportunity • Belum ada buku yang membahas komunitas hardcore di Jakarta. • Belum ada buku tentang komunitas hardcore dengan visual yang menarik • Sebagai buku wajib koleksi pecinta musik hardcore. Threat • Buku ini akan menjadi yang pertama kalinya dibuat, oleh karena itu buku ini harus di buat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik untuk membacanya. • Berbagai padangan buruk masyarakat tentang komunitas hardcore.
HASIL DAN BAHASAN Cover Jenis cover atau sampul yang digunakan untuk buku ini adalah hardcover untuk kesan yang kokoh dan kuat.
(Desain Cover) Sumber: Novaro Wisnu Wardhana
Sistem Grid Layout yang digunakan dalam buku ini adalah modular grid 6 kolom, 7 baris, dengan gutter 4mm dan margin seluruhnya ada 25mm.
(Sistem Grid) Sumber: Novaro Wisnu Wardhana
Layout
(Layout Divider Bab) Sumber: Novaro Wisnu Wardhana
Layout pada halaman ini menggunakan elemen garis yang tidak beraturan untuk memberi kesan rebel atau kebebasan.
(Layout Isi 1) Sumber: Novaro Wisnu Wardhana
(Layout Isi 2) Sumber: Novaro Wisnu Wardhana
Dalam buku ini kebanyakan menggunakan sistem spread agar memperkuat elemen fotografi dan para pembaca dapat dengan nyaman melihat elemen tersebut.
(Layout isi 3) Sumber: Novaro Wisnu Wardhana
Visual yang ada pada isi dari buku ini kebanyakan menggunakan elemen visual fotografi dan tipografi agar pembaca dapat langsung memvisualkan kegiatan atau kehidupan orang-orang yang ada dalam komunitas ini.
Font Futura Medium Font ini digunakkan untuk bodycopy, dengan fontsize 11pt.
Mumsies Font ini digunakkan untuk quotes, dengan fontsize 12-16pt.
TRASHED Font ini digunakkan untuk headline, dengan fontsize 40-90pt.
Got Heroin? Font ini digunakkan untuk headline, dengan fontsize 80-180pt.
SIMPULAN DAN SARAN Masyarakat awam yang melihat sosok dari dandanan para musisi dan penikmat musik hardcore yang menarik kesimpulan negatif bahwa mereka adalah orang yang berprilaku negatif juga ditambah lagi musik-musik hardcore yang cenderung keras dan liriknya biasanya sebuah perlawanan semakin membuat masyarakan mengganggap bahwa genre musik ini adalah suatu genre yang buruk. Padahal masyarakat hanya melihat genre ini dari sisi terluarnya saja. Visual, foto & desain dari buku ini harus memperlihatkan sisi positif dari komunitas dan musik hardcore ini sehinggal stigma dan pikiran negative orang-orang tentang mereka dapat berubah. Mulai berkembangnya musik hardcore di Indonesia terlebih lagi di Jakarta saya harap masyarakat bisa merubah pikiran negative mereka tentang musik ini dengan membaca buku publikasi Komunitas Hardcore Jakarta ini.
REFERENSI Blush, S. (2001). History of American Hardcore (Second Edition): A Tribal History. United States: Feral House. Haslam, A. (2006). Book Design. United States: Abrams Studio. Rustan, S. (2008). Layout: Dasar & Penerapannya. Indonesia: Gramedia Pustaka Utama. Tracy, W. (2003). Letters of Credit: A View of Type Design. Massachusetts: David R. Godine. Hurchalla, G. (2005). Going Underground: American Punk 1979–1992. United States: Zuo Press. Manley, F. (1993). Smash the State: A Discography of Canadian Punk, 1977–92. Chicago: No Exit. Goodman, A. (2001). The 7 Essentials of Graphic Design. United States: How Design Books. Rido Anehki. (2013) Sejarah Hardcore, diakses 10 April 2014 dari http://miftakhulpriyambodo.wordpress.com/2013/12/03/sejarah-hardcore/ Rovi. (2014) Hardcore Punk, diakses 10 April 2014 dari http://www.allmusic.com/style/hardcorepunk-ma0000002641 Wendra Ajistyatama. (2010) Fotografi Jurnalistik sebagai Media Komunikasi, diakses 30 Maret 2014 dari http://blog.isi-dps.ac.id/budiwijaya/fotografi-jurnalistik-sebagai-media-komunikasi
RIWAYAT PENULIS Novaro Wisnu Wardhana lahir di Jakarta pada 26 November 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual pada 2014.