Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM 61+430 Menggunakan Tiang Bor
Anna Apriliana 091135017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan sebagai prasarana transportasi darat harus selalu dalam kondisi yang
baik, hal ini adalah untuk kelancaran lalu lintas yang berada diatasnya, namun
pada kenyataannya seringkali jalan tidak dapat berfungsi dengan baik yang diakibatkan oleh kerusakan jalan sehingga memberikan efek terhadap kegiatan distribusi barang dan jasa serta terganggunya kelancaran lalu lintas. Untuk
sebagian wilayah Indonesia khususnya daerah-daerah berbukit dengan curah hujan yang cukup tinggi, seringkali terjadi longsoran yang bisa berakibat pada terganggunya transportasi didaerah tersebut. Bencana alam tanah longsor merupakan peristiwa alam yang pada saat ini frekuensi kejadiannya semakin meningkat. Bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai lokasi di Indonesia, umumnya terjadi pada musim penghujan. Salah satunya berada di Pulau Jawa di daerah Sumedang. Ruas Jalan SumedangCijelag merupakan Jalan Arteri Primer yang menghubungkan antara BandungCirebon. Intensitas curah hujan yang tinggi, secara alami akan dapat memicu terjadinya bencana alam tanah longsor. Kekuatan tanah tergantung dari ikatan antara partikel penyusun tanah. Mengingat pentingnya fungsi jalan sebagai prasarana transportasi darat yang harus selalu dalam kondisi yang baik, maka diperlukan penanganan yang serius mengenai hal ini agar dapat mengurangi efek yang terjadi terhadap kegiatan-kegiatan yang berlangsung di daerah tersebut. 1.2. Lokasi dan Kondisi Eksisting 1.2.1. Lokasi Studi Lokasi pengamatan terletak di Kampung Cau Desa Sidareja Kabupaten Sumedang, Ruas Jalan Sumedang-Cijelag km 61+430 dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1-1
Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM 61+430 Menggunakan Tiang Bor
Anna Apriliana 091135017
Km 61+430
Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi
1.2.2. Kondisi Eksisting Kondisi geologi ruas jalan Sumedang-Cijelag berada pada deposit material lempung serpih yang merupakan bagian dari Formasi Subang dapat dilihat pada gambar 2. Deposit dari Formasi Subang ini mempunyai sifat mekanis yang buruk, karena mempunyai
slake
durability yang rendah, maka tidak mengherankan bila terjadi keruntuhan lereng disepanjang jalan ini. Sepanjang ruas jalan ini termasuk kedalam zona yang mempunyai tingkat kerawanan gerakan tanah paling tinggi (Sugalang&Sugianto,1994), lihat pada gambar 3.
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1-2
Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM 61+430 Menggunakan Tiang Bor
Anna Apriliana 091135017
Hasil Gunung Api Muda Tak Teruraikan : Breksi, Lava bersifat andesit dan basal, pasir tufa, lapili berasal dari G. Tampomas. Biasanya batuan ini membentuk dataran atau perbukitan rendah berwarna abu-abu, kuning kemerah-merahan, termasuk kala quarter Anggota Batu Lempung Formasi Subang : Batu lempung mengandung lapisan batu gamping, napalan abu-abu tua termasuk kala miosen Gambar 1.2 Peta Geologi Regional Sekitar Ruas Jalan Sumedang-Cijelag km 60–km 70 (Lembar Arjawinangun, Djuri, 1995)
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1-3
Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM 61+430 Menggunakan Tiang Bor
Anna Apriliana 091135017
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah : daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada umumnya daerah datar sampai landai bergelombang dengan sudut lereng alam kurang 15%. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah : Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk gerakan tanah. Pada zona ini umumnya jarang terjadi gerakan tanah kecuali bila mengalami gangguan pada lereng alamnya. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah : Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah dapat terjadi pada zona ini, terutama pada daerah yang berbatasan dengan sungai, gawir, tebing galian jalan dan pada lereng yang mengalami gangguan maupun dibeberapa tempat pada daerah sekitar kontak ketidak selarasan antara satua batuan Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi : Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah sering terjadi pada zona ini. Gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih ada dan aktif akibat dipicu curah hujan tinggi dan proses erosi yang kuat. Umumnya terjadi pada batu lempung Formasi Subang, batuan gunung api, serpih dan perselingan antara batu pasir, batu lempung dan serpih
Gambar 1.3 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah sekitar ruas jalan Sumedang-Cijelag km 60– km 70 (Sugalang dan Sugiyanto, 1994)
Dan berdasarkan hasil perhitungan stabilitas lereng dengan cara perhitungan software slope/w mendapatkan nilai faktor keamanan ≤ 1 (1.000) yang berarti lereng rawan longsor.
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1-4
Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM 61+430 Menggunakan Tiang Bor
Anna Apriliana 091135017
Gambar 1.4 Perhitungan Stabilitas lereng dengan Slope/W
1.3. Tujuan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah merancang desain perkuatan hasil dari alternatif terpilih pada Studi Kasus dengan menggunakan Tiang Bor untuk mengatasi permasalahan pada longsoran badan yang terjadi di ruas jalan Sumedang-Cijelag 1.4. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam Tugas Akhir ini kami hanya membahas desain perancangan penanganan alternatif terpilih yaitu dengan menggunakan tiang bor. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk dapat menganalisa dan merencanakan suatu penyelesaian pada permasalahan kelongsoran badan jalan, maka penulisan tugas akhir ini dibagi dalam beberapa tahapan dalam bentuk sistematika penulisan. Adapun tahapantahapan penulisan laporan tugas akhir ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian umum tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1-5
Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM 61+430 Menggunakan Tiang Bor
Anna Apriliana 091135017
Membahas mengenai uraian dasat teori, langkah-langkah perhitungan, rumus
rumus yang digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi dan pembahasan.
BAB III
METODOLOGI
Berisi tentang tahapan-tahapan dalam pelaksanaan tugas akhir dari awal sampai
dengan selesai..
BAB IV
ANALISA DAN PERANCANGAN
Membahas tentang perhitungan tekanan tanah, analisa daya dukung pondasi,
perhitungan penulangan dan rencana anggaran biaya perkiraan.
BAB V
PENUTUP
Berisi tentang uraian kesimpulan dan saran dari hasil perancangan yang telah dilakukan.
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1-6