Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-0271
REHABILITASI LONGSORAN (SLIDE) PADA BADAN JALAN DI ATAS TIMBUNAN TINGGI PADA RUAS JALAN SIMPANG KALIANDA – BAKAUHENI PROVINSI LAMPUNG Ade Kurnia, Niken Silmi Surjandari, Solihin As’ad Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Program PASCASARJANA UNS
[email protected] Abstrak Latar Belakang: Kondisi topografi provinsi Lampung yang berbukit dan berlembah adalah salah satu masalah, karena banyak terbentuk jalan di atas timbunan tinggi, yang secara teknis mempunyai resiko terjadinya amblasan dan longsoran. Terjadi amblas badan jalan dan longsor pada ruas jalan nasional 020 (Simpang Kalianda – Bakauheni) tepatnya pada Km. 80+200 yang berada dalam wilayah kabupaten Lampung Selatan. Perlu dipilih teknik rehabilitasi penanganan kerusakan badan jalan akibat tersebut yang cepat waktu pelaksanaannya, kuat dalam kualitasnya dan ekonomis. Metode: Melakukan analisis perhitungan desain dalam teknik penanganan rehabilitasi longsoran. Tahapan analisis meliputi desain plat beton sebagai alas dasar timbunan baru dengan perkuatan cerucuk kayu gelam dengan tujuan menahan penurunan yang terjadi akibat adanya keruntuhan kembali pada tanah timbunan eksisting. Metode alternatif selanjutnya adalah dengan menggunakan geosintetic sebagai pemisah dan berfungsi untuk menambah kapasitas dukung tanah pada timbunan. Hasil: Menggunakan dimensi pondasi plat beton sebagai penahan sisa keruntuhan, yaitu panjang = 12 m, lebar = 7 m dan tebal = 30 cm. Kapasitas dukung tanah di bawah pondasi plat beton sebesar 58.062,25 kN masih mampu untuk memikul beban gross sebesar 11.355,52 kN di atasnya. Kapasitas ijin kelompok tiang cerucuk dengan jarak tiang 2d mempunyai keruntuhan blok. Beban kerja maksimum kelompok tiang adalah pada tiang diameter 15 cm dengan jarak antar tiang 3d, yaitu sebesar 13.288 kN. Desain kemiringan lereng mempengaruhi terhadap tinggi timbunan (H), penggelinciran, kapasitas dukung geosintetik dan tekanan tanah timbunan. Kedalaman tanah di bawah timbunan (h) mempengaruhi terhadap keruntuhan geser timbunan dan perasan lateral. Rehabilitasi longsor timbunan dipilih yang menggunakan plat beton dan tiang kayu (cerucuk) lebih ekonomis biayanya daripada penggunaan geosintetik dan penggantian gorong-gorong. Kata kunci: longsoran, kapasitas dukung, pondasi plat, tiang cerucuk, geotekstil.
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-0271
Latar Belakang Merupakan suatu keharusan untuk memelihara jalan secara rutin dan berkala agar kemantapan jalan tersebut tetap terjaga. Kondisi jalan dapat berfungsi optimal dalam melayani pergerakan transportasi, maka diperlukan adanya pemeliharaan konstruksi perkerasan jalan yang tepat. Kerusakan jalan dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya disebabkan oleh kondisi tanah dasar yang tidak stabil, amblas atau longsor. Kondisi topografi provinsi Lampung yang berbukit dan berlembah adalah salah satu masalah dalam jalan nasional. Masalah ini terjadi pada ruas jalan nasional provinsi Lampung yang menghubungkan antara kota Kalianda dengan pelabuhan dermaga penyeberangan Bakauheni yang memiliki kontur topografi berbukit dan berlembah, akibatnya sering terbentuk timbunan tinggi yang secara teknis mempunyai resiko terjadinya amblasan (subsidence) dan longsoran (slide) pada masa umur layan. Terjadi amblas badan jalan pada ruas jalan nasional 020 (Simpang Kalianda – Bakauheni) tepatnya pada Km. 80+200 yang berada dalam wilayah kabupaten Lampung Selatan. Pada ruas jalan ini setidaknya ada enam titik longsoran dan amblas pada badan jalannya. Kondisi terparah adalah pada Km. 80+200 dimana terbentuk lubang di tengah badan jalan dan semakin bertambah besar lubang tersebut dalam waktu relatif singkat. Gambar 1.1. merupakan dokumentasi ketika amblas terjadi pada badan jalan tersebut yang terjadi pada bulan Februari 2010.
Gambar 1.1. Kondisi badan jalan yang amblas. Kondisi lubang amblas semakin membesar dalam waktu yang cepat, diameter lubang 5 m dan dengan kedalaman rata-rata 5-7 m. Frekuensi curah hujan yang sering terjadi memperparah kondisi kerusakan badan jalan karena masa tanah menjadi lebih berat untuk terjadi longsor yang membentuk suatu aliran tanah yang disebut sebagai longsoran. Menurut Langgeng Mulyo (2010), “pada ruas tersebut terdapat konstruksi gorong-gorong jenis Aramco yang dibangun tahun 1978. Kondisi gorong-gorong tersebut saat ini sudah mengalami korosi sehingga aliran air dari inlet menuju outlet mengikis tanah timbunan secara gradual dan mengakibatkan runtuhnya badan jalan”. Kelongsoran yang disebabkan oleh gorong-gorong jenis Aramco ini berbahan besi baja yang terkorosi berat. Gorong-gorong Aramco yang mengalami korosi, merusak lapisan tanah yang ada di atasnya, sehingga tanah semakin tergerus lepas dan mengalami penurunan. Bersamaan dengan terbawanya material timbunan oleh air drainase goronggorong, sedikit demi sedikit tanah di atasnya.
Badan jalan 4m
Tubuh timbunan
7m
4m
Longsoran tubuh timbunan
28 m
Gorong-gorong Aramco Ø 1,5 m yang korosi Intlet
Outlet
Gambar 1.2. timbunan
Ilustrasi
keruntuhan
Jenis tanah timbunan eksisting adalah lempung berpasir yang berwarna coklat muda yang cenderung berwarna putih kekuningan seperti lapisan kapur berpasir yang sangat rentan terhadap permeabilitas air (Laporan Lab. Mektan, 2010). Penelitian ini untuk memilih metode teknik rehabilitasi penanganan kerusakan badan jalan akibat amblas dan longsoran yang terjadi pada timbunan tinggi yang cepat waktu pelaksanaannya, kuat dalam kualitasnya dan ekonomis. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis kuantitatif. Penelitian ini direncanakan akan menggunakan dua alternatif metode rehabilitasi kelongsoran, yaitu: a. Penggunaan plat beton (slab) di bawah timbunan baru yang ditopang oleh cerucuk kayu gelam yang berfungsi sebagai penambah kapasitas dukung tanah, juga untuk menahan geser dan memperbaiki susunan butiran tanah. b. Penggunaan geotekstil dalam timbunan sebagai pemberi kapasitas dukung tambahan pada tanah akibat tekanan timbunan baru di atasnya. Alternatif yang direncanakan ini juga memperhitungkan besaran biaya yang akan digunakan dalam konstruksi yang lebih efektif dan efisien memenuhi kriteria teknis dan
budget. Beberapa tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Pendahuluan Mendapatkan gambaran umum daerah gerakan tanah. Gambaran tersebut mencakup daerah yang terpengaruh kelongsoran, jenis gerakan tanah/ batuan, kedalaman bidang longsor, penyebab longsoran dan bila mungkin keaktifannya. Perlu pula dipelajari bila ada metode penanggulangan yang telah dilakukan. b. Pengumpulan data Meliputi kondisi yang ada di lokasi penelitian seperti dokumentasi lapangan, data sekunder propertis tanah, data ukur topografi, riwayat timbunan selama umur layan dan penangan apa yang sudah dilakukan sebelumnya serta gambaran data pendukung penyebab kerusakan jalan tersebut seperti adanya bangunan pelengkap yang rusak, konstruksi perkerasan jalan dan sebagainya. c. Observasi pada data laboraturium mekanika tanah. d. Evaluasi dan Pembahasan. Meliputi evaluasi terhadap teknik rehabilitasi timbunan tinggi yang telah dilakukan, kemungkinan masalah apa saja yang dapat terjadi, kemungkinan metode apa yang diambil untuk memperbarui metode yang ada.
Mulai
Data Lapangan
Analisis Data Timbunan
Stabilitas Timbunan Baru Menggunakan Perkuatan Plat Beton/ Slab dan Kayu Cerucuk
Data Sekunder: -Data Tanah (Jenis tanah dan mineralogi tanah) -Data Ukur Topografi (Long section dan Cross section) -Data Uji Laboraturium (Propertis tanah hasil uji laboraturium) -Kondisi eksisting (Dokumentasi longsoran, dokumentasi visual, kontur lokasi) -RAB pelaksanaan konstruksi
StabilitasTimbunan Menggunakan Perkuatan Geosintetic
Faktor Keamanan
Tidak
Ya Pemilihan Desain Alternatif
Analisis Harga Konstruksi
Selesai
eksisting adalah merupakan jenis tanah timbunan yang banyak mengandung kapur dan pasir yang berwarna coklat kekuningan (siltyclay) sebesar 40,92%, yang mengandung pasir sebesar 56,08% dan sisanya gravel 3,00%. Test dan pengambilan sampel tanah dilakukan menggunakan hand bor di berberapa titik untuk mengambil nilai rata-rata propertis dari tanah tersebut dengan kedalaman bervariasi, yaitu 5-10 m pada kedalaman timbunan. Tabel 4.1. menunjukkan hasil pemeriksaan sampel tanah timbunan eksisting di laboraturium. Pemeriksaan diambil di beberapa titik yang kemudian dirata-ratakan, yaitu dengan melakukan pemeriksaan contoh tanah diambil pada kedalaman tanah timbunan 5 m dan 10 m. Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Test Tanah Timbunan Km. 80+200. No.
Gambar 3.3. Bagan Alir Analisis Setabilitas Timbunan
Hasil dan Pembahasan A. Data Tanah Jenis tanah yang dipakai sebagai timbunan eksisting adalah berjenis tanah yang lanau berpasir (silt-clay) berwarna coklat cenderung putih hampir menyerupai warna gamping kecoklatan. Jenis tanah ini rentan terhadap keruntuhan dan longsor akibat kurangnya kohesi pada tanah tersebut dan permeabilitas terhadap air. Kerusakan amblas badan jalan pada timbunan yang dilakukan penelitian adalah disebabkan oleh faktor internal, yaitu naiknya muka air yang mengikis stabilitas tanah timbunan di atasnya. Kenaikan tekanan air pori inilah yang menyebabkan pengurangan kekuatan geser tanah dan mereduksi tegangan efektif tanah timbunan tersebut. Hasil pemeriksaan dan penyelidikan tanah yang diperoleh, menggambarkan bahwa tanah
Hasil Test Kedalaman
Uaraian
5m
10 m
Undisturbed Sample: 1
Kadar Air Rata2
(%)
29,71
25,66
2
Berat Volume Rata2
grcm3
1,789
1,602
3
Berat Jenis (Gs)
2,365
2,316
4
Persen Lolos No. 200
(%)
62,08
40,92
5
Batas-batas Atterberg
Liquid Limit (LL)
(%)
57,70
-
Plastic Limit (PL)
(%)
36,33
(Pasir)
Plastic Index (PI)
(%)
21,37
-
6
Direct Shear Test Kohesi (c)
Kgcm2
0,306
0,218
Sudut geser (φ)
(o)
27,60
30,40
Apabila dilihat dari nilai indeks plastis (PI), tanah timbunan eksisting pada kedalaman 5 m memiliki PI yang tinggi > 17%, ini digolongkan tanah kohesif (kadar lempung yang tinggi), sedangkan pada kedalaman 10 m masuk dalam golongan tidak mengandung lempung (non kohesif). B. Perhitungan Pondasi Plat Beton Penggunaan plat beton (slab) yang dipasang di dalam timbunan atau dengan kata lain dipasang pada bekas lubang longsoran. Katagori
pondasi dangkal dengan persyaratan perbandingan antara kedalaman pondasi (Df) dengan lebar pondasi (B) adalah lebih kecil atau sama dengan satu ≤ 1 Penempatan letak pondasi plat beton juga memperhatikan kaidah bahwa pondasi dangkal harus memenuhi syarat kedalaman dasar pondasi. Kedalaman dasar pondasi (Df) adalah harus kurang atau sama dengan lebar pondasi (B), (Df ≤ B) atau merupakan perbandingan antara kedalaman dasar pondasi dengan lebarnya kurang dari 4, yaitu: < 4.
jalan, beban tanah overburden, beban pondasi plat beton sendiri, yaitu sebesar: qgross = 11.355,52 kN 2. Dimensi Lebar Pondasi Plat Tipe pondasi plat beton yang digunakan adalah pondasi plat beton polos dengan tebal plat beton berdasarkan syarat tebal minimum, yaitu 8 in ≈ 20,03 cm (Jack C. McCormac, 2002), Galian tanah overburden
Galian tanah overburden
Df
CL
Perkerasan jalan (aspal) Pondasi perkerasan jalan (agregat)
B
Garis rencana galian overburden z
Gambar
Timbunan eksisting
4.1.
MAT
Ilustrasi
overburden timbunan
galian
Kapasitas dukung yang diijinkan dalam perhitungan untuk pondasi dangkal nantinya terdapat tiga definisi yang ditinjau, yaitu: a. Kapasitas dukung ijin gross b. Kapasitas dukung ijin netto, dan c. Kapasitas dukung ijin gross dengan memberikan angka keamanan terhadap pengaruh tegangan geser. 1. Beban Gross Beban-beban yang akan dihitung adalah beban perkerasan
Perkerasan jalan (aspal) Pondasi perkerasan jalan (agregat)
7,0 m 7,0 m
z ± 20 m
Kerusakan badan jalan (amblas) mencapai kedalaman ± 5 m dengan diameter lubang amblas ratarata 4,5 m. Pondasi plat direncanakan pada kedalaman (Df) = 7,0 m di bawah jalan dengan asumsi bahwa pada kedalaman tersebut sudah lebih baik stabilitas tanahnya.
CL
Pondasi plat beton terhitung Timbunan eksisting MAT
Gambar 4.3. Ilustrasi kedudukan pondasi
dimensi
Hasil perhitungan dapat disimpulkan dimensi pondasi plat beton, yaitu: panjang (P) = 12 m, lebar (B) = 7 m dan tebal (t) = 30 cm. 3. Kapasitas Dukung Ijin Gross Digunakan faktor keamanan (SF) = 2,5, karena dalam hal sesungguhnya bahwa tanah tidak homogen dan tidak isotropis, sehingga pada saat mengevaluasi parameter-parameter dasar dari kekuatan geser tanah ini kita menemukan banyak ketidakpastian. Beban gross yang diijinkan adalah: Qijin gross = 14.5200,84 kN 4. Kapasitas Dukung Ijin Netto Kapasitas dukung batas netto (net ultimate bearing capacity) (qun), adalah nilai intensitas beban pondasi saat tanah akan mengalami keruntuhan geser. Beban netto yang diijinkan adalah: Qijin net = 14.1032,41 kN Kapasitas Dukung Ijin Gross Terhadap Keruntuhan Geser Kapasitas dukung gross dapat dihitung dengan menggunakan 5.
,
dengan, cd =
, (c = kohesi yang
timbul). Sehingga beban gross yang diijinkan adalah: Qijin geser = 58.062,25 kN. Dari hasil ketiga perhitungan dalam mencari kapasitas dukung batas tanah di bawah pondasi plat beton, maka dapat disimpulkan dalam Tabel 4.7.: Tabel 4.7. Kesimpulan perhitungan kapasitas dukung batas Beban gross (qgross)
Kapasitas dukung ijin gross (Qijin gross)
Kapasitas dukung ijin neto (Qijin netto)
Kapasitas dukung ijin terhadap geser (Qijin geser)
11.355,52 kN
145.200,58 kN
141.032,41 kN
58.062,25 kN
Menurut tabel 4.7. kesimpulan yang diperoleh bahwa nilai Qijin geser < Qijin netto < Qijin gross, sehingga kapasitas dukung batas yang diijinkan dengan menggunakan angka keamanan (SF) = 2,5 yang dipilih adalah Qijin geser = 58.062,25 kN yang merupakan nilai terkecil. 6. Faktor Keamanan Terhadap Kapasitas Dukung Faktor keamanan: (SF) = = SF = 2,82 > 2,5 (terpenuhi). C. Perhitungan Tiang Kayu Cerucuk Tiang kayu menggunakan jenis cerucuk kayu gelam dengan memvariasikan diameternya yang terdiri dari Ø10 cm, Ø15 cm dan Ø20 cm, dengan panjang tiang 4 m. Jarak antar tiang cerucuk juga divariasikan, terdiri dari jarak tiang 2d, 3d, 4d, 5d dan 8d (d = diameter).
Perkerasan jalan (aspal) Pondasi perkerasan jalan (agregat)
CL
Galian tanah overburden
Pondasi plat beton terhitung
7,0 m 7,0 m
Tiang pancang cerucuk kayu
4,0 m
z ± 20 m Timbunan eksisting
MAT
Gambar 4.6. Ilustrasi pondasi tiang pancang kayu cerucuk 2. Kelompok Tiang Uji kemungkinan terhadap keruntuhan blok akan terjadi bila < 2 (syarat).
s
s
s
menjadi : qu =
1. Kapasitas Ultimit Netto Tiang Tunggal Kapasitas tiang tunggal ultimit (Qu), adalah jumlah dari tahanan ujung (Qb) ditambah dengan tahanan gesek samping (Qs) lalu dikurangi dengan berat tiang kayu (Wp), yaitu: Qu = Qb + Qs - Wp
d s
angka keamanan (SF) pada kekuatan geser tanah, sehingga persamaannya berubah sebagai berikut: semula : qu= ,
s = 0,5 m d = 0,1 m Gambar 4.7. Rencana jarak tiang cerucuk untuk contoh perhitungan Tabel 4.14. Rangkuman kapasitas dukung tiang tunggal d (m) 0,1 0,15 0,2
Qb (kN) 10.81 36.50 83.81
Qs (kN) 50.85 95.34 135.59
Wp (kN) 0.31 0.69 1.23
Qu (kN) 61.35 131.15 218.17
Qa (kN) 20.34 38.14 54.24
Keterangan: d = diameter tiang Qb = tahanan ujung tiang Qs = Wp = berat tiang per satuan kapasitas ultimit tiang (Qb+Qs-Wp) Qu = Qa = kapasitas ijin tiang (Qu / SF) tahan gesek tiang
Perhitungan untuk kelompok tiang terjadi banyak perbedaan di setiap variasi diameter maupun jarak
tiang tidak sama halnya perhitungan tiang tunggal yang memiliki kesamaan nilai kapasitas tiang, karena prinsipnya kapasitas tiang tunggal hanya memperhitungkan kekuatan satu buah tiang saja tanpa dipengaruhi oleh jarak. Tabel 4.15. Rangkuman kapasitas dukung kelompok tiang Qa
d
s
n
(m)
(m)
(bh)
Qa
Qg
(tunggal) (kN)
(kN)
(kN)
(efisiensi) (kN) (h = c*d*g)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f = e/SF)
(g)
2d 3d 4d 5d 8d 2d 3d 4d 5d 8d 2d 3d 4d 5d 8d
2,100 920 540 336 135 920 432 240 144 60 540 240 135 84 32
20.34 20.34 20.34 20.34 20.34 38.14 38.14 38.14 38.14 38.14 54.24 54.24 54.24 54.24 54.24
33,353.16 32,209.91 32,820.45 31,259.82 30,071.48 32,559.68 33,219.99 31,776.42 28,838.39 27,758.32 33,525.26 32,122.67 30,748.19 28,567.05 23,957.77
13,341.26 12,883.96 13,128.18 12,503.93 12,028.59 13,023.87 13,288.00 12,710.57 11,535.36 11,103.33 13,410.10 12,849.07 12,299.28 11,426.82 9,583.11
0.42 0.60 0.70 0.76 0.86 0.43 0.61 0.71 0.77 0.86 0.44 0.62 0.72 0.78 0.87
= = = = = = = =
17,939.88 11,227.68 7,688.52 5,194.02 2,361.47 15,086.60 10,049.60 6,498.37 4,228.52 1,967.82 12,886.47 8,070.32 5,271.74 3,553.54 1,509.93
diameter tiang jarak antar tiang jumlah tiang kapasitas dukung ultimit kelompok tiang kapasitas dukung ijin tiang tunggal kapasitas dukung ijin kelompok tiang kapasitas dukung ijin kelompok tiang dengan efisiensi efisiensi
D. Perhitungan Geotekstil Geosintetik yang digunakan adalah geotekstil, yang berfungsi sebagai perkuatan sekaligus pemisah antara lapisan tanah yang memiliki stabilitas baik dengan yang tidak. Selain sebagai pemisah, juga berfungsi untuk menaikkan kapsitas dukung tanah dasar. 109.1071m 17.0082m
23.0325m
26.0799m
11.50 P4
23.70
13.50 P5
17.00 P6
25.00
9.20 P7
11.00 P8
9.50
157.240
158.261
160.904
166.302
178.657
183.260
182.646
169.176
160.545
159.578
Aramco
4.50 P9
Estimasi
Dimensi
Timbunan
B ra ta -ra ta B =14 m
B = 15 m
Ta na h timbunan
H= 7 m
Ta na h luna k
h= 3 m
B = 14 m
Geotekstil
Eksisting timbuna n
Qa
Eg
(kelompok) (kN)
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Keterangan: d s n Qg Qa (tunggal) Qa (kelompok) Qa (efisiensi) Eg
1.
Gambar 4.20. Ilustrasi rencana dimensi timbunan
tipikal
2. Kapasitas Dukung Tanah Lunak Berpasir Kapasitas dukung tanah ultimit (qu) di bawah timbunan: qu = cu . Nc = 192,04 kN/m2 Tekanan tanah timbunan rata-rata (qa) = H. = 122,85 kN/m2 Faktor keamanan (SF) untuk tinggi timbunan adalah: = = 1,56 > 1,5 SF = (memenuhi) 3. Kapasitas Geotekstil Geotekstil yang digunakan hanya satu lapis saja pada alas timbunan yang berfungsi sebagai pemisah (sparator) dan stabilisator tanah. a. Perasan Lateral Menurut Cheney dan Chassie (1993) dalam Hary C.H. (2008), perasan lateral akan terjadi bila H. > 3.cu, maka: H. γ > 3.cu = 105,3 > 64,14 (terjadi perasan lateral). Cek mengenai lateral perasan keluar Gambar 4.21. , maka tekanan tanah aktif total (Pa):
Gambar 4.19. Eksisting kepala timbunan yang akan direhabilitasi.
Pa
= ½ .γw.h2 + (½ .γ. h2 - 2cu.h) + qa1.h
Timbunan direncanakan mempunyai kemiringan 2H : 1V dan menggunakan nilai faktor keamanan (SF) = 1,5.
Pp
= ½ .γw.h2 + (½ .γ. h2 + 2cu.h) + qa2.h
= 355,1 kN/m Tekanan tanah pasif total (Pp) adalah: = 243,18 kN/m Cek terhadap adanya perasan keluar, yaitu dengan:
Pp + 2.cu.L > Pa 1440,78 > 355,1 (tidak terjadi perasan keluar. Faktor keamanan (SF) terhadap adanya perasan lateral SF = = 2,34 > 1,5 (memenuhi, aman terhadap perasan keluar). b. Penggelinciran Timbunan Terhadap Geotekstil Faktor aman penggelinciran lereng di atas geotekstil, yaitu: SF = = 5,65>1,5 (memenuhi) Faktor keamanan (SF) terhadap gelincir lateral di atas tanah pondasi akibat tulangan geotekstil putus, yaitu: SF = ; 4,76>1,5 (memenuhi, aman terhadap gelincir) Kuat tarik geotekstil ultimit (Tu) minimum yang dibutuhkan untuk kestabilan geser rotasional adalah T3 = Ta. Kuat tarik jangka panjang tulangan geosintetik adalah: Ta = + = 0,22 maka: Ta = 0,2x17,55x(7)2 = 171,99 kN/m Jadi, yang dipakai sebagai hitungan dari kuat tarik ijin geotekstil adalah: Ttotal = 757,89 > Ta = 171,99 kN/m. Guna mengantisipasi ketidaktentuan terhadap predikasi kuat tarik batas (Tlim) geosintetik: Tlim = Tu = 4.583,74 kN/m Jadi, dibutuhkan kuat tarik ultimit geotekstil minimum sebesar: Tu = 4.583,74 kN/m. E. Perhitungan Biaya Perhitungan biaya berdasarkan Spesifikasi Bina Marga 2010. Jenis pekerjaan yang dihitung hanya pada pekerjaan yang berkaitan
erat saja dengan penelitian ini, mobilisasi alat, pemeliharaan jalan darurat, pekerjaan pengembalian kondisi minor jalan, pengaturan rambu lalulintas dan sebagainya tidak dilakukan perhitungan. Tabel 4.19. Perbandingan biaya pekerjaan rehabilitasi timbunan Jenis Penanganan
Biaya Pekerjaan (Rp)
Plat beton dan Cerucuk
274.273.287,14
Geotekstil
318.327.332,77
Penggantian Gorong-gorong
6.456.478.524,73
A. Kesimpulan 1. Kapasitas dukung tanah di bawah pondasi plat beton sebesar 58.062,25 kN yang merupakan nilai kapasitas ijin geser (Qijin geser) dan masih mampu memikul beban gross sebesar 11.355,52 kN. 2. Kapasitas ijin kelompok tiang dengan jarak tiang (s) = 2d tidak direkomendasikan karena mempunyai keruntuhan blok. 3. Beban kerja maksimum kelompok tiang pada tiang diameter (d) = 15 cm dengan jarak antar tiang (s) = 3d, yaitu sebesar 13.288 kN. 4. Kapasitas kelompok tiang berasal dari jumlah tiang yang berperan dan jarak antar tiang yang ideal. 5. Desain kemiringan lereng mempengaruhi terhadap tinggi timbunan (H), penggelinciran, kapasitas dukung geosintetik dan tekanan tanah timbunan. 6. Kedalaman tanah di bawah timbunan (h) mempengaruhi terhadap keruntuhan geser timbunan, perassan lateral. 7. Rehabilitasi longsor timbunan dipilih menggunakan plat beton dan tiang kayu (cerucuk) lebih ekonomis biayanya daripada
penggunaan geosintetik dan penggantian gorong-gorong. B. Saran 1. Penanganan rehabilitasi timbunan harus didukung dengan data penyelidikan tanah yang baik, terutama sekali pada timbunan tinggi karena untuk menentukan faktor keamanan suatu timbunan harus memiliki banyak parameter dan perhitungan yang baik. 2. Penggunaan geosintetik sebagai alternatif rehabilitasi harus lebih banyak variasi baik tipe geosintetik yang digunakan maupun jenis konstruksinya. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik rehabilitasi pada timbunan tinggi dengan orientasi cepat dalam pelaksanaan, aman dalam konstruksi dan ekonomis dalam biaya. Daftar Pustaka A. Gunther et al, 2009. Combine Rock Slope Stability and Shallow Landslide Susceptibility Assesment of the Jasmund Cliff Area Germany.
Nat. Hazards Earth Syst. Sci., 9, 687-698, 2009, Volume 9, p. 12.
Daniel Hartanto dkk, 2013. Pemodelan Pergerakan Tanah pada Lereng. Seri Kajian Ilmiah,
Volume 15, No. 1, Januari 2013, p. 10.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005.
Rekayasa Penanganan Keruntuhan Lereng Pada Tanah Residual dan Batuan. 2005 penyunt. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Diandong Ren et al, 2008. Landslide Risk Analysis using a New Constitutive Relationship for Granular Flow. Earth
Interaction Volume 12 (2008),
p. 16.
Direktorat Bina Teknik Dirjen Bina Marga, 1990. Buku Petunjuk
Teknis Kelongsoran.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. gambarteknik.blog.com, 2013. [Online] Available at: http://www.tentangkayu.com/2 008/01/wood-densitykekerasan-kayu.html [Diakses Rabu Agustus 2013]. Gouw Tjie Liong dkk, 2012. Analisa
Stabilitas Lereng Limit Equilibrium vs Finite Element Method. Jakarta, HATTI, p. 6.
A. Sodiek Imam Prasetyo dkk, 2011.
Studi Kasus Analisa Kestabilan Lereng Disposal di Daerah Karuh, Kec. Kintap, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Jakarta, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, p. 7.
Penanganan
Hary C.H., 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Faddly, 2010. Tijauan Longsoran pada Ruas Jalan Akses - Pelabuhan Gorontalo.
C.H., 2006. Struktur Box Sebagai Alternatif Untuk Mengatasi Problem Penurunan Yang Berlebihan Pada Tanah Lunak. Jurnal Teknik Sipil UGM, p. 5.
Adobsi SEI/ASCE 7-05, 2010. Beban
Hary C.H., 2008. Teknik Pondasi 2. Keempat penyunt. Yogyakarta: Beta Offset FT-UGM.
Achmad
Semarang, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. RSNI 3 penyunt. Jakarta: Standar Nasional Indonesia.
Hary
Herlin Wahyuni, 2012. Pengaruh Kekauatan Pile Terhadap Daya
Dukung pada Pemodelan Fisik Lereng Tanah Pasir. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 6 No. 3, p. 7. I
Nyoman Ramia, 2011. Analisa Perkuatan Lereng dengan Geotekstil. Matrix, Volume 1 No. 2, p. 5.
Jack
C.McCormac,
2002.
Desain
Beton Bertulang Jilid 2. Kelima penyunt. Jakarta: Erlangga.
Joseph E. Bowles, 1991. Analisis dan Keempat Desain Pondasi. penyunt. Jakarta: Erlangga. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010.
Kementerian Pekerjaan Umum.
[Online] Available at: http://www.pu.go.id/tanggapan /show/11 [Diakses Senin Agustus 2013]. M. Irsyam dkk, 2007. Slope Failure Of
Embankment On Clay Shale at 97+500 of The Cipularang Toll Road and The Selected Solution. Bangkok, Thailand,
s.n., p. 7.
M. Yusuf dkk, 2008. Pengaruh Variasi Jumlah Cerucuk pada Pondasi Plat Beton Bercerucuk. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, Volume 8 No. 1, p. 12. M. Yusuf dkk, 2011. Kajian Pengaruh Konfigurasi Kelompok Tiang Terhadap Daya Dukung Tanah untuk Perkuatan Pondasi Jalan di Tanah Gambut. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, Volume 11, p. 12. Martini, 2009. Analisis Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal dengan Beberapa Metode. Mektek, Volume Tahun XI No. 2, p. 13. Martini, 2009. Pengaruh Tingkat Kepadatan Tanah Terhadap Daya Dukung Tanah. Jurnal
SMARTek, Vol. 7, No. 2 Mei 2009 : 69-81, p. 13. Musta'in Arif dkk, 2008. Analisa Balik Kelongsoran (Studi Kasus di Jember). Media Komunikasi
Teknik Sipil Tahun 6, No. 2 Juni 2008, p. 10. 2012. Penanganan Longsoran Bahu Jalan Menggunakan Geotekstil di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Surakarta: UNS.
Noorhasani,
Nyoman Suaryana, 2008. Analisis Penurunan Timbunan Badan Jalan Pada Tanah Lempung Lunak. Jurnal Jalan - Jembatan,
Volume 25 No.2 Agustus 2008, p. 5.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi Badan Litbang KIMPRASWIL, 2002.
Tata Cara Identifikasi Awal di Daerah Longsoran Pt T-032002-B. Jakarta: Departemen Permukiman Wilayah.
dan
Prassarana
Qunik Wiqoyah dkk, 2016. Evaluasi Penanganan Kelongsoran pada Ruas Jalan Majenang - Wanareja (Cilacap) dan Penanganannya dengan Geotekstile. Dinamika Teknik Sipil UMS Surakarta, p. 6. Sekretariat Negara RI, 2004. Undang-
undang No.38/2004 tentang Jalan. 2004 penyunt. Jakarta:
Sekretariat Negara RI.
Soewignjo Agus Nugroho, 2011. Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal pada Tanah Gambut dengan Kombinasi Geotekstil dan Grid Bambu. Jurnal Teknik Sipil, Volume 18 No. 1, p. 10. Sriyati dkk, 2010. Perencanaan Dinding Penahan Tipe Grafitasi Pada Lokasi Bukit BTN Teluk Palu Permai. SMARTek Vol.8, No.1 Februari 2010, p. 16.
Suroso dkk, 2008. Alternatif Perkuatan Tanah Lempung Lunak (Soft Clay), Menggunakan Cerucuk dengan Variasi PAnjang dan Diameter Cerucuk. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 2, p. 15. Tjokorda Gde Suwarsa Putra dkk, 2010. Analisis Stabilitas Lereng pada Badan Jalan dan PErencanaan Perkuatan Dinding Penahan Tanah. Jurnal Ilmiah
Teknik Sipil Vol. 14, No. 1, Januari 2010, p. 7.
Vivi Bachtiar, 2008. Pengaruh Variasi Jumlah Cerucuk pada Pondasi Plat Beton Bercerucuk. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, Volume 8 No. 1, p. 12. Yuli Zaika dkk, Geotekstil Perbaikan Penurunan
2010. Penggunaan sebagai Alternatif Tanah Terhadap Pondasi Dangkal. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 4 No. 2, p. 8.
Evaluasi dkk, 2010. Perencanaan dan Desain Ulang Konstruksi Timbunan Tanah di Antara Dua Box-Tunnel Ruas Jalan MERR II-C. Surabaya: ITS.
Zhuraida