PERANCANGAN AREA PERSINGGAHAN DAN PENGINAPAN KM 184 COT BATEE GEULUNGKU Febri Shaumi Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
[email protected]
Abstract After the 2004 Tsunami disaster, Aceh continues to improve the rehabilitation and reconstruction that making Aceh has many interesting places to visit and become land for business for entrepreneurs. Trucks, containers, Buses, minibuses and private cars looking more visible on the Jalan Banda Aceh - Medan which would give effect to the increasing number of traffic accidents in the path of Sumatra caused by driver fatigue and drowsiness. Government Regulation No. 15 of 2005 about the road, it was mentioned that for every 50 (fifty) kilometers, there must be at least one rest area to rest. To facilitate the road users to rest before resuming the journey, designed a complex rest area of providing the facilities required by the road users. This rest area is located in Jalan Banda Aceh - Medan KM 184 Cot Batee Geulungku, Bireuen. This scheme aims to provide a facility that is able to provide comfort for road users to rest and also as a form of community effort in improving the economy of the surrounding area. Designing a rest area with recreative theme and modern style by Frank Llyod Wright that aims to harmonize the building with the theme and realized in the form of modern buildings and facades as well as the concept of building that mix with nature. It will provide comfort and interests of road users to visit the rest area to rest before resuming his journey. Keyword : Rest Area, Motel, Recreative, Cot Batee Geulungku, Bireuen
Abstrak Pasca terjadinya bencana Tsunami 2004, Provinsi Aceh terus berbenah dengan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi sehingga Aceh sudah menarik dikunjungi dan menjadi lahan untuk berbisnis bagi pengusaha. Truk-truk, container, Bus, minibus dan mobil pribadi semakin banyak terlihat di jalan lintas Banda Aceh – Medan yang tentunya memberikan pengaruh pada meningkatnya angka kecelakaan di jalur lintas sumatera yang disebabkan oleh pengemudi yang kelelahan dan mengantuk. Peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 mengenai jalan, disebutkan bahwa untuk setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer harus terdapat minimal satu tempat persinggahan untuk beristirahat. Untuk mewadahi pengguna jalan untuk beristirahat sebelum melanjutkan kembali perjalanan, dirancang sebuah area persinggahan yang kompleks dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh pengguna jalan. Perancangan area persinggahan dan penginapan ini berlokasi di Jalan Banda Aceh – Medan KM 184 Cot Batee Geulungku, Kabupaten Bireuen. Perancangan ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan untuk beristirahat dan juga sebagai bentuk usaha dalam peningkatan perekonomian masyarakat daerah sekitar. Perancangan area persinggahan dan penginapan ini mengambil tema rekreatif dengan style modern menurut Frank Llyod Wright yang bertujuan untuk menyelaraskan bangunan dengan tema dan diwujudkan dalam bentuk bangunan dan fasad yang modern serta konsep bangunan yang menyatu dengan alam. Hal tersebut akan memberikan kenyamanan dan ketertarikan pengguna jalan untuk mengunjungi area persinggahan untuk beristirahat sebelum melanjutkan kembali perjalanannya. Kata Kunci : Area Persinggahan, Penginapan, Rekreatif, Cot Batee Geulungku, Bireun
1. Pendahuluan Pasca bencana Tsunami tahun 2004, Provinsi Aceh terus melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi sehingga membuat Aceh semakin menarik untuk dikunjungi dan dijadikan lahan untuk berbisnis oleh para pengusaha. Hal ini membuat jalur transportasi darat sering dipadati oleh kendaraan umum hingga kendaraan pribadi. Kepadatan transportasi darat ini memberi pengaruh pada meningkatnya angka kecelakaan di jalur lintas sumatera. Kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian sopir yang disebabkan oleh mengantuk dan kelelahan selalu terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 mengenai jalan, yaitu pada pasal 7 poin ke (2) berbunyi : Pada jalan tol antarkota harus tersedia tempat istirahat dan
pelayanan untuk kepentingan pengguna jalan tol; dan pada poin ke (3) berbunyi : Tempat istirahat dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disediakan paling sedikit satu untuk setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer pada setiap jurusan. Dalam Undang-undang No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan, ada ketentuan yang menyebutkan bahwa setiap mengemudikan kendaraan selama 4 (empat) jam harus istirahat selama sekurangkurangnya setengah jam, untuk melepaskan kelelahan, tidur sejenak, minum kopi, makan, ataupun ke kamar kecil/toilet. Selain itu, waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum paling lama 8 (delapan) jam sehari. Di provinsi Aceh, area persinggahan dengan fasilitas lengkap tidak tersedia. Area persinggahan yang
terdapat di wilayah Aceh hanya berupa warung-warung makanan dan kios-kios yang menjual beraneka buah tangan untuk pengunjung dan tidak tersedia penginapan pada area persinggahan. Hal ini membuat area persinggahan di Aceh kurang menarik untuk dikunjungi sehingga banyak kendaraan yang menggunakan badan jalan bagian pinggir untuk memarkirkan kendaraan saat beristirahat. Situasi ini tentu akan mengakibatkan terganggunya lalu lintas jalan Banda Aceh – Medan. Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi pada perancangan area persinggahan dan penginapan KM 184 Cot bate Geulungku adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana merancang suatu area persinggahan yang memiliki fasilitas yang lengkap dan memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan yang ingin beristirahat, 2. Belum adanya fasilitas area persinggahan di Aceh 3. Memanfaatkan potensi alam yang ada pada lokasi untuk menarik minat pengunjung untuk berkunjung ke area persinggahan. 4. Mengatur sirkulasi yang baik untuk segala jenis kendaraan yang melewati jalan Banda Aceh – Medan sesuai dengan ukuran kendaraannya. Adapun tujuan dari perancangan ini antara lain untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang timbul karena mengantuk dan kelelahan, memberi wadah bagi pengemudi dan pengguna jalan untuk beristirahat, menginap, hingga berekreasi, dan menyediakan suatu area yang kompleks dalam mengakomodir kebutuhan pengemudi dan pengguna jalan.
2. Metode perancangan Pendekatan yang dilakukan dalam studi ini dengan menggunakan bentuk Arsitektur yang akan menentukan gubahan massa bangunan, sirkulasi bangunan, pola lansekap dan lain-lain. Konsep arsitektur yang dipakai pada perancangan area persinggahan ini adalah dengan elemenelemen yang dapat mendukung konsep rekreatif dengan style modern. 3. KAJIAN OBJEK Menurut ketentuan manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan, Tempat istirahat atau dikenal secara lebih luas sebagai rest area adalah tempat beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam perjalanan jarak jauh. Tempat istirahat ini banyak ditemukan di jalan tol ataupun dijalan nasional di mana para pengemudi jarak jauh beristirahat. Dijalan arteri primer juga banyak ditemukan restoran yang berfungsi sebagai tempat istirahat. Restoranrestoran ini banyak digunakan oleh pengemudi truk jarak jauh ataupun bus antar kota untuk beristirahat. Area persinggahan ini pada awalnya hanya berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi pengemudi dan penumpang. Namun lama-kelamaan fungsi sebuah area persinggahan mengalami penambahan. Selain sebagai
tempat beristirahat, mengisi bahan bakar, dan memeriksa kendaraan, kebutuhan baru yang disediakan pada area persinggahan adalah tempat perbelanjaan. Tempat perbelanjaan ini meningkatkan aktifitas perekonomian pada area persinggahan yang menawarkan barang-barang yang khas dari kota sekitar sebagai oleh-oleh yang akan dibeli pengunjung.
4. Kajian tema Perancangan ini mengusung tema “Rekreatif” dengan style modern. Pemilihan tema rekreatif bertujuan untuk menyampaikan suatu karakter bangunan yang berfungsi sebagai sebuah area persinggahan untuk beristirahat dan wadah bersosialisasi masyarakat yang ingin berekreasi untuk melepas kepenatan. Tema ini diharapkan dapat mendukung fungsi sarana area persinggahan dalam memenuhi tujuan pengunjung untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran fisik kembali sebelum melanjutkan perjalanan sehingga terciptanya daya tarik tersendiri bagi pengunjung dan dapat memberikan suatu kesan yang berhubungan dengan karakter rekreatif.
5. Kajian lokasi Lokasi perancangan area persinggahan dan penginapan ini terletak di Jalan Banda Aceh – Medan KM 184 Cot Batee Geulungku, Gampong Blang Tambue, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireun. Dipilihnya lokasi ini sebagai tapak perancangan karena kawasan ini berada diwilayah berkontur datar, berkepadatan rendah, dan sudah sering dikunjungi oleh pengguna jalan untuk menikmati air tebu khas Batee Geulungku. Lokasi perancangan ini memiliki Peraturan Pemerintah setempat antara lain : 1. Peruntukan lahan = Fasilitas Umum 2. Luas Lahan = ± 33.000 m2 / 3,3 Ha 3. KDB Maksimum = 60 % 4. GSB minimal = 7m
Gambar 1 Lokasi Perancangan
6. Konsep program ruang Fasilitas pada Area Persinggahan dan Penginapan ini antara lain : 1. Kantor Pengelola 2. Penginapan 3. Toilet Umum 4. Minimarket 5. Apotek 6. Ruang Pijat Refleksi 7. Ruang Menyusui 8. Foodcourt 9. Coffee Shop 10. Fasilitas Retail 11. Mushalla 12. Bengkel 13. SPBU 14. Pos Keamanan 15. Gazebo Area Persinggahan dan penginapan ini diprogramkan untuk dapat mengidentifikasi fungsi dari masing-masing fasilitas, sehingga antara sistem kegiatan dengan fungsi-fungsi ruang terorganisasi dan berhubungan dengan baik.
menghadirkan kesan yang dinamis dan terarah. Untuk area parkir, parkir roda dua dan roda empat dipisahkan. Untuk kendaraan berat, area parkirnya terpisah dari zona parkir kendaraan lain agar tidak mengganggu sirkulasi dalam tapak. Parkir kendaraan roda dua akan menggunakan pola dengan sudut 90º dan parkir kendaraan roda empat akan menggunakan sudut 90º dan ada juga yang menggunakan sudut 45º.
7.3 Konsep ide bentuk Konsep bentuk area persinggahan dan penginapan ini mengambil pola segi empat yang kemudian dimodifikasi berdasarkan penerapan tema rekreatif dengan style modern. Konsep bentuk segi empat ini bertujuan untuk efisiensi lahan dan juga untuk menciptakan sirkulasi yang searah.
Gambar 3 Konsep ide bentuk
7. Konsep perancangan Konsep dasar yang akan diterapkan pada perancangan Area Persinggahan dan Penginapan KM 184 Cot Batee Geulungku ini mampu menghadirkan tema “rekreatif” dengan penerapan style modern yang membuat pengguna merasa nyaman dan tertarik untuk mengunjungi area persinggahan. Perancangan ini memfokuskan pada penataan dan penempatan ruang sesuai dengan pola kegiatan yang akan digabungkan kedalam beberapa massa yang nantinya akan memberikan kesinambungan dan kesatuan (unity) dalam suatu perancangan bangunan yang disesuaikan dengan tema “rekreatif”
7.4 Konsep Fasad Sesuai dengan penerapan tema rekreatif, fasad bangunan didesain dengan menampilkan warna yang beragam dengan modifikasi bentuk yang menarik perhatian pengunjung. Konsep fasad bangunan yang rekreatif ini diselaraskan dengan style modern dengan penggunaan material seperti kaca dan Alumunium Composite Panel (ACP).
7.1 Konsep zoning Pembagian zona ini dilakukan berdasarkan sifat dari fungsi dan kegiatan yang dilakukan didalamnya sesuai kepentingan dan penggunaan fasilitas serta jauh dari kebisingan jalan utama.
Gambar 4 Konsep Fasad
Gambar 2 Konsep Zonasi
7.2 Konsep sirkulasi Dalam konsep perancangan area persinggahan dan penginapan ini, jalur sirkulasi akan ditata dengan
7.5 Konsep tata hijau Untuk memaksimalkan fungsi sebuah area persinggahan sebagai tempat persinggahan dan beristirahat, penataan lansekap pada area persinggahan harus ditata dengan tepat agar memberikan kesan visual, keteduhan, keasrian, serta kenyamanan. Dengan penerapan konsep yang menyatukan ruang luar dengan ruang dalam bangunan, penataan vegetasi sangat penting.
8.
HASIL RANCANGAN
Gambar 6 Site plan Gambar 5 Konsep tata hijau
7.6 Konsep struktur 1.
2.
3.
Struktur pondasi yang digunakan adalah pondasi tapak untuk bangunan yang lebih dari satu lantai dan pondasi batu gunung untuk bangunan satu lantai. Struktur utama menggunakan sistem rangka kaku yang berfungsi sebagai penyalur beban, baik beban vertikal maupun horizontal. Struktur atap menggunakan strukur rangka baja dan penggunaan struktur kabel sebagai elemen estetis pada SPBU. Terdapat juga struktur atap dak pada beberapa bagian bangunan.
Gambar 7 Layout plan
7.7 Konsep utilitas 1.
2.
3.
4.
Air bersih : Sumber air bersih berasal dari sumber air PDAM dan sumur bor sebagai alternatif pasokan air. Sistem penyaluran ke bangunan dengan sistem up feed dimana pasokan air ditampung terlebih dahulu di reservoir bawah kemudian menggunakan pompa disalurkan ke reservoir atas. Selanjutnya dari reservoir atas, air akan dialirkan ke setiap lantai bangunan dengan sistem downfeed. Selain itu, pemanfaatan air hujan yang ditampung dan dikumpulkan pada tanki dimanfaatkan untuk flushing toilet, keperluan servis, dan menyiram tanaman. Air Kotor : Sistem Air kotor disalurkan melalui shaft kemudian kesaluran area dalam gedung dan berkumpul di bak pengumpul kemudian diarahkan ke sumur resapan lalu setelah melalui proses resapan, air kotor yang tidak mencemarkan lingkungan dialirkan ke saluran pembuangan. Instalasi listrik : Sumber listrik utama berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sumber listrik cadangan menggunakan genset (generator set) bila terjadi pemadaman listrik dan ketika kondisi darurat. Listrik didistribusikan dari panel induk ke shaft-shaft panel yang terdapat pada setiap lantai bangunan kemudian disalurkan ke lampu dan peralatan elektronik. Sistem penghawaan alami mengunakan ventilasi alami, Sistem yang digunakan adalah sistem cross ventilation. Sedangkan sistem penghawaan buatan menggunakan Air Conditioner (AC) dengan jenis AC split dan AC Cassette
Gambar 8 Denah Lantai 1 Bangunan Utama
Gambar 9 Denah Lantai 2 Bangunan Utama
Gambar 10 Tampak Depan Bangunan Utama
Gambar 11 Tampak Samping Kiri Bangunan Utama
Gambar 12 Tampak Samping Kanan Bangunan Utama
Gambar 13 Tampak Belakang Bangunan Utama
9. Gambar 14 Potongan A-A Bangunan Utama
Gambar 15 Potongan B-B Bangunan Utama
Gambar 16 Potongan C-C Bangunan Utama
Gambar 17 Perspektif Eksterior 1
Gambar 18 Perspektif Eksterior 2
Gambar 19 Perspektif Eksterior 3
Gambar 20 Perspektif Eksterior 4
Penutup
Dengan adanya Area Persinggahan dan Penginapan ini akan menjadi sebuah tempat yang dapat mewadahi segala kebutuhan dan keperluan pengguna jalan Banda Aceh – Medan untuk beristirahat sejenak melepas lelah sebelum melanjutkan kembali perjalanan Selain itu, adanya area persinggahan ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung serta menjadi daya tarik pengunjung untuk mengunjungi area persinggahan ini sehingga keberadaan bangunan ini dapat memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Hasil perancangan ini masih dapat dikembangkan lebih jauh untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik, untuk itu penulis dengan terbuka menerima kritik, saransaran dan masukan dari pembaca.
10. Daftar pustaka Sumalyo, Yulianto. 2005. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hakim, Rustam dan Hardi Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. PT Bumi Aksara. Jakarta. Neufert, Eernst. 1996. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Erlangga. Jakarta Neufert, Eernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Erlangga. Jakarta Francis D.K. Ching, Hanoto Adjie, Paulus. 1999. Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya. Jakarta : Erlangga PDF_ Highway Design Manual Chapter 27, Highway Rest Areas and Roadside Parking Areas, September 1, 2010. Revision 58. PDF_ Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032. Road environtment safety update no. 23 februari 2004 (online) , (https://www.scribd.com/doc/233927046/roadenviron mentsafetyupdate-no23-feb2004)