PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)
A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus Theobroma, dengan nama latin Theobroma cacao. Dalam bahasa Yunani Theos berarti Dewa, sedangkan Broma berarti makanan atau santapan. Sehingga, Theobroma berarti makanan para dewa. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Andy Latif W (2010) dapat dikemukakan sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Famili
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan kakao di Indonesia sampai tahun 2011 sudah mencapai areal seluas 1.732.641 ha yang sebagian besar 94,5
%
dikelola
oleh
perkebunan
rakyat.
Areal
penyebaran
pengembangan kakao di wilayah Indonesia terbanyak di Sulawesi mencapai 55,3 %, Sumatra 24,7 %, Maluku & Papua 6,8 %, Jawa 6,0 %, NTT, NTB & Bali 4,6 % dan Kalimantan 2,6 %. Total produksi kakao nasional
baru
mencapai
712.231
ton.
Sehingga
rata–rata
produktifitasnya hanya 0,411 ton/ha (< dari 0,5 ton/ha). Padahal, kalau dilakukan teknik budidaya secara benar, produktifitasnya dapat mencapai
0,8-0,9
ton/ha.
Pengusahaan
kakao
tersebut
akan
menggerakkan perekonomian berbasis masyarakat pedesaan dengan beberapa keunggulan komparatif dibandingkan komoditas perkebunan
lainnya sehingga dinilai akan sangat strategis untuk meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya di kawasan yang tertinggal (Statistik Perkebunan Ditjen Perkebunan, 2013). Kebun induk/kebun sumber benih adalah kebun yang dibangun dengan kaidah – kaidah pembangunan kebun induk/kebun sumber benih dengan tujuan untuk menghasilkan benih. Persyaratan kebun sumber benih kakao sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 90/Permentan/OT.140/9/2013 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Persyaratan Kebun Sumber Benih Kakao No
Tolok Ukur
1.
Lokasi
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
pH tanah Kedalaman efektif Drainase Kelerengan Luas Ketinggian tempat Suhu Curah hujan Bahan tanaman Populasi Komposisi tanaman Isolasi/barier Naungan Populasi naungan Kemurnian klon
17.
Pemangkasan
18.
Pemupukan
19.
Persyaratan Letak terisoler dari pertanaman lain yang sejenis dan bukan daerah endemik organisme pengganggu (OPT) utama 5,6 – 7,5 100 – 150 cm Sedang 0 – 15 % Min 1,0 Ha 0 – 700 m dpl 18 – 33 0C 1250 – 3000 mm/th Klonal 1000 – 1250 pohon/Ha Poliklonal Minimal 50 m Ada dan berfungsi baik 250 – 600* 100 % Bentuk Min 1 kali setahun Pemeliharaan Min 4 kali setahun Dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan analisa tanah dan daun Min 1 kali setahun
Pengairan Penyiangan/pengen 20. dalian tanaman Min 2 tahun sekali pengganggu Pengendalian hama 21. Harus dilakukan sesuai obyek (OPT) penyakit Ket : *naungan menggunakan glirisidae/lamtoro tipe iklim A dan B populasi
250 – 300 pohon/Ha, tipe iklim C dan D populasi 500 – 600 pohon/Ha. Naungan menggunakan kelapa pada semua tipe iklim populasi 50 – 80 pohon/Ha.
Peranan sumber benih dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu hasil perkebunan tersebut sangat signifikan, karena sumber benih merupakan penghasil benih/bahan tanam yang dapat mempengaruhi hasil dari usaha perkebunannya. Sumber benih adalah tempat dimana suatu kelompok benih diproduksi. Untuk menjamin ketersediaan benih bermutu, kebun sumber benih kakao sebagai kebun yang memproduksi benih harus dilakukan pengelolaan yang baik dan benar sesuai teknik budidaya tanaman. Pengelolaan kebun sumber benih kakao meliputi teknik
pemangkasan,
pemupukan dan
pengendalian
gulma,
kegiatan
pengelolaan tanaman penaung.
sanitasi,
Dalam teknik
pemangkasan, ada empat komponen kunci dalam pemangkasan tanaman kakao, antara lain pemangkasan bentuk (pemangkasan pucuk dan bentuk tajuk), pemangkasan tunas air/vertikal, pemangkasan sanitasi dan pemangkasan struktural (ACIAR, 2009). Tulisan ini membahas tentang pengelolaan kebun sumber benih kakao khususnya teknik pemangkasan, sehingga dapat meningkatkan produksi kebun sumber benih kakao. Peningkatan produksi kebun sumber benih akan menjaga ketersediaan benih kakao yang bermutu dan berkualitas dalam jumlah yang mencukupi dan tepat waktu serta harga yang terjangkau oleh masyarakat.
B. DAUR PERTANAMAN KAKAO Kakao (Theobroma cacao L) adalah tanaman bawah hutan yang berasal dari hutan hujan tropika Amerika Selatan. Pembungaan terpicu sebagai tanggapan terhadap perubahan musim. Umumnya, kakao hibrida mulai berbunga sekitar 30 bulan setelah tanam, sedangkan tanaman klonal hanya 15–24 bulan. Produksi puncak tercapai pada saat pohon mencapai umur 4–5 tahun, dan dapat bertahan selama 20 tahun atau lebih jika pengelolaannya baik. Pada akhir musim hujan (bulan Maret), tanaman memproduksi tunas daun baru (flush). Segera sesudahnya (bulan April-Juli), terbentuklah bunga. Jika terjadi penyerbukan, bunga-bunga tersebut
akan berkembang menjadi buah dewasa setelah 5–6 bulan. Oleh karena itu, panen utama terjadi selama bulan Oktober-Januari, dan 60% dari panen dalam setahun dihasilkan pada periode ini. Pertumbuhan flush kedua (daun diikuti oleh bunga) terjadi pada saat awal musim hujan (bulan November), dan hasil periode pertengahan ini dipanen dari bulan April sampai Juli.
C. TEKNIK PEMANGKASAN DALAM BUDIDAYA KAKAO Pemangkasan dalam budidaya tanaman kakao bertujuan untuk mencapai efisiensi pemanfaatan sinar matahari sebanyak-banyaknya (Gambar 1), sehingga tanaman mampu mencapai produktivitas yang tinggi,
yaitu
mendekati
potensi
yang
dimiliki
(Abdoellah
dan
Soedarsono, 1996) dalam Ika Wulan Ermayasari (2010). Pemangkasan ini baik dilakukan untuk tanaman pokok maupun naungan, bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup, membentuk tajuk sehingga akan meningkatkan pembungaan dan produksi benih. Di samping itu pemangkasan
juga
untuk
membersihkan
genotif
yang
tidak
diinginkan/off type.
Gambar 1. Tujuan & Teknik Pemangkasan Kakao.
I. Pemangkasan Tanaman Pokok (Kakao) Dalam teknik pemangkasan tanaman kakao, ada empat komponen kunci antara lain pemangkasan bentuk (pemangkasan pucuk
dan
bentuk
tajuk),
pemangkasan
tunas
air/vertikal,
pemangkasan sanitasi dan pemangkasan struktural (ACIAR, 2009). Berikut penjelasan teknik pemangkasan untuk tanaman kakao : 1. Pemangkasan bentuk, yaitu dilakukan melalui pemangkasan pucuk dan pemangkasan bentuk tajuk. Tujuan dari pemangkasan bentuk adalah membentuk tanaman dan tajuk kakao sehingga memacu perkembangan cabang sekunder yang menghasilkan banyak buah. Pemangkasan bentuk dilakukan melalui dua tahap yaitu ; a. Pemangkasan pucuk Dilakukan pada waktu 3 – 6 bulan setelah tanam, dengan metode sebagai berikut : - Potong ujung titik tumbuh yang dominan untuk memacu pertumbuhan cabang samping ke atas lebih banyak. - Pangkas cabang-cabang yang menggantung untuk memacu pertumbuhan cabang-cabang yang kuat pada umur-umur awal. b. Pemangkasan bentuk tajuk Dilakukan pada waktu 6 – 9 bulan setelah tanam, dengan metode sebagai berikut : - Potong cabang-cabang lateral 40 – 60 cm di atas tanah (cabang-cabang setinggi di bawah lutut) untuk merangsang cabang utama dengan jarak yang cukup. - Pangkas cabang yang merendah dan menggantung untuk membentuk tajuk yang melingkar/sirkuler. - Tinggalkan empat atau lima cabang utama dengan jarak yang sama dari jorket (titik tempat keluarnya cabang kipas pada batang utama) untuk memacu penutupan tajuk 2. Pemangkasan tunas air atau wiwilan Pada tanaman muda, pemangkasan tunas vertikal dilakukan untuk memperoleh kekuatan struktur dan menghindari cabang yang berlebihan. Pada tanaman dewasa, pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan cadangan nutrisi untuk
perkembangan buah dan memperbaiki penetrasi sinar serta aliran udara. Dilakukan tiap 3 bulan dengan metode sebagai berikut : - Pangkas semua tunas setinggi di bawah lutut pada batang (kurang dari 40–60 cm di atas permukaan tanah). - Pangkas sebagian besar tunas yang tumbuh kembali di dalam struktur yang terbentuk. - Biarkan tunas vertikal pada bagian paling bawah pohon yang roboh atau miring agar tumbuh guna mengganti pohon yang tua. Hilangkan tunas vertikal yang tidak tumbuh tegak. 3. Pemangkasan sanitasi Sanitasi atau kebersihan akan membantu meningkatkan masuknya sinar matahari atau aliran udara, dan mencegah serta mengurangi masalah hama, penyakit dan gulma. Hal ini akan memperbaiki kesehatan tanaman dan merangsang perkembangan buah. Pemangkasan sanitasi dilakukan pada waktu yang sama dengan
pangkasan
tanaman),
dan
jika
struktural
(untuk membentuk
cabang-cabang
sakit
kerangka
banyak
terlihat.
Pemangkasan sanitasi dilakukan pada tiap 5 – 6 bulan dengan metode : - Pangkas cabang-cabang yang menggantung dan merunduk di bawah ketinggian 1,2 m. - Pangkas tunas vertikal dan ranting-ranting kecil yang tidak produktif. - Pangkas semua cabang yang sakit dan rusak. - Pangkas cabang-cabang yang tumpang tindih, tinggalkan jarak 20 – 40 cm antar cabang. - Pelihara
cabang-cabang
untuk
mempertahankan
tinggi
tanaman 3,5 m. - Pengirisan sentral: pangkas sedikit saja pada pusat tajuk - Pengirisan samping: pangkas sedikit cabang kecil pada samping tajuk untuk membentuk jarak - Buang semua buah yang mengering
4. Pemangkasan struktural Pemangkasan
struktural
bertujuan
untuk
memacu
perkembangan empat sampai lima cabang utama secara kontinyu sebagai
struktur/kerangka
primer.
Pemangkasan
ini
akan
merangsang penggantian cabang tua dan sakit pada tanaman dewasa dengan pertumbuhan baru. Hal ini akan mempertahankan bagian
produktif,
sedangkan
pembukaan
tajuk
dan
terselenggaranya ventilasi di dalam dan antar tanaman bertujuan untuk mempertahankan tajuk agar tetap baik dan membulat. Pemangkasan ini dilakukan pada tiap 5–6 bulan dengan metode : - Pemangkasan
dilakukan
untuk
mengendalikan/membatasi
ketinggian tanaman, yaitu dengan cara pangkas cabang pada ketinggian 3,5 m agar tinggi tanaman dapat terjangkau pada waktu panen. Lakukan hanya pada pohon yang tingginya lebih dari 3,5 m (setinggi 2 orang). - Pembersihan permukaan tanah, yaitu dengan cara pangkas cabang-cabang yang rendah dan merunduk agar bersih sampai ketinggian 1,2 m di atas permukaan tanah. - Kembangkan/bentuk tajuk-tengah, yaitu dengan cara pangkas dengan bentuk v kecil pada tengah-tengah tajuk pada arah timur-barat, dan kemudian utara-selatan.
II. Pemangkasan Tanaman Penaung Pada
budidaya
tanaman
kakao
diperlukan
tanaman
naungan, agar tanaman kakao dapat tumbuh berkembang dengan baik. Tanaman penaung harus dilakukan perawatan agar tidak menimbulkan masalah seperti adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas tanaman kakao. Pengelolaan penaung yang baik akan memacu pertumbuhan pohon kakao yang sehat dan memperbaiki hasilnya. Jumlah penaung yang terlalu sedikit akan berakibat pohon kakao tidak sehat dan munculnya masalah gulma. Jumlah penaung yang terlalu banyak akan
meningkatkan
masalah
hama
dan
penyakit.
Keduanya
mengakibatkan produksi kakao rendah. Sinar yang ideal untuk tanaman kakao sekitar 75% (untuk pohon kakao sebaiknya menerima sekitar 50%, sedangkan 25% lainnya sampai ke tanah). Jenis tanaman penaung dapat bermacam-macam, akan tetapi biasanya tanaman penaung yang digunakan adalah kelapa atau glirisidia (Gliricidia sepium). Termasuk di dalam pengelolaan penaung kelapa adalah menghilangkan daun-daun kelapa yang jatuh ke pohon kakao secara rutin. Pengelolaan tanaman penaung Glirisidia diuraikan pada bagian berikut (ACIAR, 2009). a. Waktu pelaksanaan pada bulan Juli dan Desember (5–6 bulan sesudah
pemangkasan
struktural)
dan
selama
putaran
pemangkasan sanitasi normal. b. Metode yang digunakan : - Pengurangan tajuk, dengan cara pangkas cabang-cabang tajuk besar untuk mengurangi bobot tajuk glirisidia. - Pembuangan kulit batang, yaitu buang kulit keliling batang pada ketinggian bahu dan potong jaringan penghubung permukaan pada tempat yang kulit batangnya diambil. - Pemangkasan
pertumbuhan
kembali,
tiga
bulan
setelah
pembuangan kulit batang, tumbuhkan dua atau tiga tunas dan buang sisanya. Enam bulan setelah pembuangan kulit batang, tinggalkan satu tunas pertama dan buang kulit pada tunas sisanya. Tinggalkan dua tunas baru dari cabang utama (pilih setelah 6 bulan) dan buang sisanya. - Ulangi sebagai satu daur.
D. AKIBAT TIDAK MELAKUKAN TEKNIK PEMANGKASAN Pertumbuhan tanaman kakao dipengaruhi oleh faktor genetis (bawaan tanamannya) dan lingkungannya. Lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan tumbuhnya hama dan penyakit (Gambar 2). Hama utama tanaman kakao terdiri dari penggerek buah kakao, PBK (
Conopormorpha cramerella snell), penghisap buah (Helopeltis spp), ulat kilan (Hyposidra talaca) dan ulat api (Darna trima). Sedangkan penyakit – penyakit utama yang sering menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah penyakit busuk buah (phytophtora palmivora), penyakit kanker batang (phytophtora palmivora), penyakit VSD (oncobasidium theobromae), penyakit Colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides),
penyakit
jamur
upas
(corticium
salmonicolor),
penyakit akar (JAC (Fomes lamaoensis), JAP (Fomes Lignosus)).
Gambar 2. Buah kakao terserang penyakit.
Gambar 3. Kebun kakao yang belum dipangkas.
Banyaknya buah yang terserang penyakit dikarenakan kondisi kebun yang kurang terawat (Gambar 3). Teknik pemangkasan tidak dilakukan dengan baik atau tidak sesuai dengan teknik budidaya yang benar, sehingga kebun lembab dan menjadi sarang tumbuhnya penyakit. Pemangkasan terhadap tanaman kakao yang berlebihan (terlalu berat) menyebabkan cabang-cabang lemah dan mati, serta meningkatkan kepekaan tanaman terhadap hama dan penyakit. Akan tetapi, pemangkasan yang kurang (terlalu ringan) menyebabkan iklim mikro tidak sehat sehingga dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit, serta jumlah yang dihasilkan sedikit (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) dalam Ika Wulan Ermayasari (2010). Kondisi tanaman penaung juga harus dilakukan perawatan agar tidak menimbulkan masalah seperti adanya serangan hama dan penyakit yang
dapat
menurunkan
produktivitas
tanaman
kakao
dalam
memproduksi benih kakao. Jumlah penaung yang terlalu sedikit akan berakibat pohon kakao tidak sehat dan munculnya masalah gulma. Sedangkan, jumlah penaung yang terlalu banyak akan meningkatkan masalah hama dan penyakit. Keduanya mengakibatkan produksi benih kakao rendah.
E. PENUTUP Kondisi kebun sumber benih mempengaruhi produktivitas benih. Kebun sumber benih yang terawat akan menghasilkan sumber benih yang bermutu dalam jumlah yang cukup. Untuk meningkatkan produktivitas kebun sumber benih kakao, maka perlu dilakukan pemangkasan baik untuk tanaman kakao dan tanaman penaung secara rutin. Ada empat komponen kunci dalam pemangkasan tanaman kakao, antara lain pemangkasan bentuk (pemangkasan pucuk dan bentuk tajuk), pemangkasan tunas air/vertikal, pemangkasan sanitasi dan pemangkasan struktural. Pemangkasan tanaman penaung dilakukan pada waktu dan menggunakan metode yang tepat.
F. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Kebijakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dalam Mendukung Hilirisasi dan Peningkatan Pendapatan Petani. Makalah disampaikan pada Lokakarya Kakao Indonesia 2013 tanggal 18 September 2013 di Jakarta. Ermayasari, Ika W. 2010. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Konam J., Namaliu Y., Daniel R. dan Guest D.I. 2009. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi Kakao Berkelanjutan; Panduan Pelatihan untuk Petani dan Penyuluh. Monograf ACIAR No. 131a, 36 hal. Permentan Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, Dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Wijaya, Andi A. 2010. Laporan Identifikasi Morfologis Tanaman Kakao. Universitas Jember. Jember