NILAI TEGAKAN BERBASIS PRODUKSI KAYU DAN PRODUKSI BENIH PADA TEGAKAN SUMBER BENIH BITTI (Vitex cofassus Reinw.) DI KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
STUMPAGE VALUE OF BITTI (Vitex cofassus Reinw.) SEED SOURCE BASED ON WOOD PRODUCTION AND SEED PRODUCTION AT BULUKUMBA REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE
Petrus Daru Darmojo1, Daud Malamassam2, Muh. Restu2 1
Program Studi Ilmu Kehutanan Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, 2Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Petrus Daru Darmojo Jl. Hertasning VIII/2A, Makassar HP. 0811112781 Email:
[email protected]
1
Abstrak Dalam program rehabilitasi hutan dan lahan saat ini sudah dituntut bahwa benih yang digunakan harus menggunakan benih berkualitas, namun demikian masih banyak yang belum menyadarinya sehingga sering diabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kuantitas dan nilai produksi benih pada tegakan Sumber Benih Bitti (V coffassus Reinw.), (2) kuantitas dan nilai produksi kayu pada tegakan Sumber Benih Bitti, (3) kuantitas dan nilai produksi benih pada tegakan Sumber Benih Bitti pada beberapa selang diameter tertentu, (4) kuantitas dan nilai produksi kayu pada tegakan Sumber Benih Bitti pada beberapa selang diameter tertentu dan (5) Nilai Tegakan Sumber Benih Bitti. Penelitian ini dilaksanakan di areal sumber benih Bitti Maleleng seluas 3 ha di Desa Maleleng, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi: studi literatur, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan hasil penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan pengukuran parameter dalam plot contoh sesuai dengan yang telah ditentukan. Data sekunder bersumber dari data dan Informasi dengan mengambilnya dari publikasi-publikasi yang diterbitkan di instansi-instansi yang berhubungan dengan lokasi penelitian. Metode análisis yang dipergunakan adalah análisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) produksi benih yang dihasilkan sebesar 305,43 kg dengan nilai produksi benih Rp 17.159.270,- (b) potensi kayu sebesar 152,82 m3 dengan nilai tegakan kayu Rp 305.640.000,- (c) nilai produksi benih terbesar pada pengelompokkan diameter berada pada selang diameter 15 < Ф ≤ 20 cm yaitu sebesar 23,93 kg dengan nilai Rp 1.344.382,-, , (d) nilai produksi kayu terbesar pada pengelompokkan diameter berada pada selang diameter 20 < Ф ≤ 25 cm yaitu sebesar 11,56 m3 dengan nilai Rp 23.120.000, dan (e) nilai tegakan (stumpage value) tegakan sumber benih Bitti adalah sebesar Rp 159.213.529,Kata Kunci: Kesadaran, Benih Berkualitas, Produksi Maksimal
Abstract In the implementation of Land and Forest Rehabilitation right now should be use quality seed, but in the other hand many people do not care regarding quality seed. The aim of this research is to (1) measure of the quantity and seed production value of bitti (V coffassus Reinw.) seed sources, (2) measure of the quantity and wood production value of biti seed sources, (3) measure the quantity and seed production value of bitti seed sources in some of range diameter, (4) measure of the quantity and wood production value of bitti seed sources in some of range diameter; and (5) measure Stumpage Value of bitti seed source. This research was carried out at the area of Bitti seed source (3 ha) at Malleleng, Bulukumba Regency, South Sulawesi Province. The research activities consist like study of literature, data collection, data analysis and preparation of research results. The data were collected in primary and secondary. The primary data obtained from interviews and measurements of parameters in sample plot. The secondary data were collected from publications, leaflet, and anothers information published by institution related to the research location. The research used the descriptive qualitative and quantitative analysis method. The results showed (a) The total production of seed from the total area of seed source is 305,43 kg with value is Rp 17.159.270,-; (b) the total production of wood is 152,82 m3 with value of Rp 305.640.000,-; (c) the biggest of production seed on the range of the diameter 15 < Ф ≤ 20 cm with 23,93 kg and the value is Rp. 1.344.382. (d) the biggest of production wood on the range of the diameter 20 < Ф ≤ 25 cm with 11,56 m3 and the value is Rp. 23.120.000,-. (e) The Stumpage value of the Seed Sources is Rp 159.213.529,Keywords: Raising awarnes, Seed Quality and Maximum Production
2
PENDAHULUAN Penggunaan benih berkualitas dalam program rehabilitasi hutan dan lahan saat ini sudah merupakan keharusan. Program rehabilitasi hutan dan lahan dengan menggunakan benih berkualitas tentunya akan memberikan hasil tanaman yang terbaik pula, Anonim (2010). Namun untuk melaksanakan penggunaan benih berkualitas dalam program rehabilitasi masih banyak kendala yang dihadapi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan jumlah benih berkualitas. Seperti diketahui bahwa jenis tanaman kehutanan merupakan jenisjenis yang mempunyai daur tanam sampai masak panen relatif panjang (lama) dibandingkan dengan tanaman-tanaman baik pertanian, perkebunan maupun holtikultura. Hal ini menyebabkan hasil-hasil pemuliaan tanaman kehutanan memang memerlukan waktu yang lama. Mengacu pada metode Wilan (1985) dan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Kementerian Kehutanan Anonimus (2010) maka penelitian ini dilaksanakan khususnya untuk menduga jumlah produksi benih pada tegakan sumber benih Bitti. Sedangkan untuk menghitung nilai tegakan kita mengacu pada hasilhasil penelitian yang telah dilakukan oleh Darusman dkk. (1982) mengenai Penelitian Nilai Tegakan Hutan Alam di Provinsi Sulawesi Selatan dan penelitian Bakhri (2000) tentang Penyusunan Model Simulasi dalam penetapan Nilai Tegakan Hutan Alam Produksi. Pemilihan sumber benih Bitti Whitmore et al. (1989) sebagai jenis yang digunakan dalam penelitian ini berlatar belakang bahwa jenis ini merupakan jenis endemik yang sumber benihnya semakin berkurang untuk didapatkan, selain dari pada itu kayu jenis Bitti merupakan kayu yang sangat banyak dimanfaatkan di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya dan khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan bagian selatan untuk digunakan sebagai bahan baku meubel, rumah, peralatan rumah tangga bahkan untuk bahan pembuat Kapal Phinisi yang merupakan ciri khas Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan memilih penganalisaan pada sumber benih Bitti diharapkan selain bisa menjawab persoalan-persoalan yang ada khususnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan benih Bitti berkualitas juga dapat pula memberi gambaran prospek pemanfaatan sumber benih Bitti maupun sumber benih lainnya ke depan.
3
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tegakan Sumber Benih Bitti, Salata (1990) di Kabupaten Bulukumba dimana sumber benihnya mempunyai kelas Tegakan Benih Terseleksi (menurut klasifikasi sumber benih yang dikeluarkan oleh Ditjen RLPS, 2003). Nama sumber benih Maleleng disesuaikan dengan lokasi penelitian yang berada di Desa Maleleng, Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Sumber benih Tanaman Bitti Maleleng memiliki luas 3 ha dan berlokasi di tanah adat yang dimiliki oleh Suku Kajang yang hidup dan bermasyarakat di sekitar lokasi tersebut. Sumber benih tersebut digunakan sebagai obyek penelitian dan digunakan sebagai lokasi pengukuran parameterparameter yang akan dipakai untuk menentukan Nilai Produksi Kayu maupun Nilai Produksi Benih. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, dari bulan Januari sampai Februari 2013. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara (interview),
pengukuran langsung (inventarisasi)
dan pengamatan (observasi). Data
penelitian diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi sumber benih kayu bitti Maleleng di Kabupaten Bulukumba. Sebelum dilakukan pengukuran parameter, sebelumnya dilakukan penentuan plot contoh sesuai dengan yang telah ditentukan. Lebih lanjut dilakukan pengambilan data beberapa parameter yang akan diukur meliputi : tinggi pohon, diameter pohon, lebar tajuk dan produksi benih yang dihasilkan pada plot-plot yang telah ditentukan sebagai sample untuk menduga populasi produksi benih secara keseluruhan. Data ini akan diolah sesuai metode atau formula yang telah ditetapkan yang nantinya akan dibahas dan akan disimpulkan hasilnya.
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan
beberapa cara yaitu (a) menghimpun data dan Informasi dengan mengambilnya dari publikasi-publikasi yang diterbitkan di instansi-instansi yang berhubungan dengan lokasi penelitian seperti Bappeda, Dinas Perdagangan, Dinas Kehutanan, Kecamatan, Desa, ataupun industri-industri kayu
bitti yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten
Bulukumba atau kabupaten-kabupaten sekitar Bulukumba; (b) mewawancarai personalpersonal yang mengetahui tentang produksi kayu bitti, pemanfaatannya, sumber benihnya, produksi benihnya, serta sejarah terbentuknya tegakan bitti sampai menjadi sumber benih. Wawancara dilakukan dengan pemilik sumber benih, pengusaha kayu bitti, kepala-kepala instansi yang bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan seluk beluk kayu bitti.
4
Analisis Data Data yang diperoleh/dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif dilakukan dengan menggambarkan lokasi penelitian sebagai sumber benih bitti. Dari analisis ini juga diperoleh gambaran proses sertifikasi sumber benih. Selanjutnya analisis kuantitatif dilakukan terhadap data hasil pengukuran lapangan dalam bentuk tabulasi yang diperoleh melalui tahapan sebagai berikut : Petak Ukur (PU) ditentukan dengan metode inventarisasi berbentuk lingkaran dengan jari-jari plot sebesar 17,8 m (0,1 ha) dengan jumlah sampel 7 plot atau 0,7 ha dari total luas Sumber Benih Maleleng seluas 3 ha. Untuk dapat menggambarkan hasil yang didapat, plotplot contoh ditempatkan secara sistematis pada populasi tegakan bitti yang ada. Penghitungan peubah-peubah dilakukan di dalam setiap plot contoh yang nantinya akan diolah secara statistik untuk mendapatkan hasil akhir yang diharapkan. Parameter yang diukur dalam plot contoh adalah penghitungan terhadap setiap pohon yang berada di plot contoh dengan mengukur (1) Tinggi Pohon, dan (2) Diameter Pohon. Tinggi pohon (tp) dihitung menggunakan alat Haga Meter dengan menggunakan metode yang ada dalam manual alat tersebut. Tinggi yang diukur adalah tinggi pohon dari atas tanah sampai dengan pucuk. Satuan ukuran akhir dalam pengukuran tinggi pohon ini adalah meter (m). Diameter pohon (Фp) dihitung melalui angka DBH (diameter setinggi dada) dengan menggunakan pita ukur diameter. Satuan ukuran akhir dalam pengukuran diameter pohon ini adalah centimeter (cm). Pendugaan Potensi Produksi Benih per pohon Penduga titik bagi rata-rata produksi benih per pohon dengan menggunakan formula di bawah ini : n
u ' ( yi / pi) i 1
dimana : u’ = penduga rata-rata produksi benih per pohon (kg/pohon) yi = produksi benih pada plot contoh ke-i (kg) pi = banyaknya pohon pada plot contoh ke-i n = banyaknya plot contoh yang diamati Selang kepercayaan (100- α)% bagi rata-rata produksi benih per pohon. U ' u ' t ( v ( u ' ) )
dimana : U’ = rata-rata populasi bagi produksi benih per pohon (kg/pohon) u’ = penduga rata-rata produksi benih per pohon (kg/pohon) 5
t = nilai peubah acak sebaran t-student dengan derajat bebas (n-1) dimana P(|T|.t) = α v(u’) = ragam penduga rata-rata produksi benih per pohon s2 =
= ( s 2 / n)(1 n / N ) ,
n
2
( yi / pi) u ' / n 1 i 1
n
n
i 1
i 1
= n ( yi / pi )2 ( yi / pi) 2 / n(n 1) (1 n / N ) Pendugaan Potensi Produksi Benih per Hektar Penduga titik bagi rata-rata produksi benih per hektar dengan menggunakan formula di bawah ini : n u yi / n i 1 dimana : u = penduga rata-rata produksi benih per hektar (kg/ha). yi = produksi benih pada plot ke-i (kg/ha). n = banyakan plot contoh yang diamati. Selang kepercayaan (100- α)% bagi rata-rata produksi benih per hektar.
U u t v(u )
dimana: U = rata-rata populasi produksi benih per hektar (kg/ha) u = penduga rata-rata produksi benih per hektar (kg/ha) t = nilai peubah acak sebaran t-student dengan dengan derajat bebas (n-1) dimana p(|T|>t) = α. v(u) = ragam penduga rata-rata produksi benih per hektar (kg/ha). 2
= (s /n) (1-n/N),
2
s
n
=
2
yi u / n 1 i 1
n n = n yi 2 ( yi) 2 /n(n 1) (1-n/N) i 1 i 1
Pendugaan Potensi Produksi Benih dalam Sumber Benih Penduga bagi total produksi benih dalam populasi/sumber benih dengan menggunakan formula seperti di bawah ini :
Y ' Lxu
6
dimana : Y’ = penduga total produksi benih dalam populasi (kg) u
= penduga rata-rata produksi benih per hektar (kg/ha)
L = luas populasi/sumber benih (ha). Produksi Benih per Individu pohon (Pbi) dilakukan dengan menaksir benih yang diproduksi dari setiap pohon yang berada dalam plot contoh. Penghitungan dilakukan dengan salah satu metoda yang dilakukan oleh Bonner et al, 1994 yaitu dengan cara menaksir jumlah buah pada pohon yang berada dalam plot contoh di tegakan benih (sumber benih) Bitti yang telah ditentukan. Persiapan yang diperlukan sebelum melakukan penaksiran produksi benih adalah menyiapkan peralatan seperti: teropong binokuler yang mempunyai jangkauan penglihatan terhadap buah hingga mencapai pohon dengan tinggi maksimal 30 – 40 meter, hand counter, pisau untuk membelah atau membuka buah dan perlengkapan lainnya. Sebelum dilakukan penaksiran, akan lebih memudahkan apabila pelaksana di lapangan mengetahui : (1) bentuk arsitektur pohon dan (2) letak/posisi buah pada tangkai yang dapat diidentikkan dengan tata letak bunga pada tangkai. Kedua hal ini akan sangat membantu dalam melaksanakan pekerjaan penaksiran di lapangan. Penghitungan Nilai Tegakan Penghitungan Nilai Tegakan dalam penelitian ini dilakukan dengan Metoda Pendekatan Pasar dimana oleh Darusman, D dan Haeruman, H dkk (1982) metoda ini disarankan untuk digunakan menghitung nilai tegakan hutan yang informasi biaya produksinya agak sulit didapat. Penghitungan nilai tegakan kita hitung dengan formula sebagai berikut: SV = Sp – Pc – M
dimana M = Pr x Sp 1 + Pr Dimana : SV = Stumpage Value (Nilai Tegakan) Sp = Selling Price (Harga Jual Hasil Produksi) M = Margin for profit and risk (Batas Keuntungan dan Resiko) Pc = Production Cost (Biaya Produksi) Pr = Profit Rasio (Ratio Keuntungan)
Penghitungan Nilai tegakan dilakukan pada total seluruh areal sumber benih dan yang hasilnya akan digunakan untuk pembandingan. Menghitung Produksi Benih berdasarkan selang Diameter Hasil penghitungan Produksi Benih per Individu pohon dari semua plot digabungkan menjadi satu dalam daftar pohon yang diukur. Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan selang diameter, dimana selang diameter yang digunakan ada 4 kelompok yang didasarkan pada perkiraan diameter dimana pohon bitti tersebut sudah mulai berbuah, yaitu; (1) Pohon 7
yang berdiameter (ø ≤ 15 cm); (2) Pohon yang berdiameter (15 < ø ≤ 20 cm); (3) Pohon yang berdiameter (20 < ø ≤ 25 cm); (4) Pohon yang berdiameter (25 < ø ≤ 30 cm) dan Pohon yang berdiameter (ø > 30 cm). Setelah kita mengelompokkan daftar pohon-pohon ke dalam kelompok sesuai selang diameter yang telah ditentukan, maka kita bisa menghitung Nilai Produksi Benih maupun Nilai Produksi Kayu dalam komunitas pohon dalam selang diameter tertentu degan menjumlahkannya.
HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di Kecamatan Kajang menunjukkan tegakan bitti di Desa Maleleng yang telah ditetapkan sebagai Tegakan Benih Terseleksi (TBS) merupakan salah satu sumber benih masyarakat lokal dalam pemenuhan kebutuhan bibit. Selain itu, masyarakat (kelompok tani) telah memanfaatkan sumber benih tersebut menjadi sumber tambahan pendapatan dalam memenuhi permintaan benih bitti dari luar Kabupaten Bulukumba. Produksi Benih pada Tegakan Sumber Benih Bitti Hasil pengamatan lapangan serta penghitungan mendapatkan hasil bahwa Jumlah Produksi Benih dalam seluruh PU adalah sejumlah 70,25 kg yang dihasilkan dari penjumlahan Produksi Benih per PU dari sebanyak 7 PU yang diamati dan sejumlah 119 pohon yang diamati. Luas Sumber Benih Bitti di Maleleng Kabupaten Bulukumba adalah 3 ha, Intensitas Sampling yang digunakan adalah 23 % yang disetarakan dengan luas contoh seluas 0,7 ha (7 Petak Ukur @ 0,1 ha). Produksi Benih Total dalam seluruh contoh yang diamati adalah 70,25 kg. Dari parameter yang diketahui tersebut Produksi Benih Total dari seluruh sumber benih serta Produksi Benih per Ha dapat dihitung sebagai berikut : Produksi Benih Total pada Sumber Benih Bitti = 100/23 x 70,25 kg = 305,435 kg Produksi Benih per ha pada Sumber Benih Bitti = 10/7 x 70,25 kg = 100,36 kg Informasi harga benih di pasaran saat ini berkisar Rp. 50.000,- per liter. Berdasarkan data tersebut dapat digunakannya sebagai acuan konversi 1 liter = 0,89 kg, maka Nilai Produksi Benih Total pada Sumber Benih dapat diketahui, yaitu : Nilai Produksi Benih Total pada Sumber Benih = Rp. 50.000 x 305,435 kg x 1/0,89 kg = Rp. 17.159.270,-
8
Nilai Produksi Kayu Sumber Benih Bitti Hasil pengamatan lapangan serta penghitungan mendapatkan hasil bahwa jumlah Produksi Kayu dalam seluruh PU adalah sejumlah 35,15 m3 yang dihasilkan dari penjumlahan Produksi Kayu per PU dari sebanyak 7 PU yang diamati dan dari sejumlah 119 pohon yang diamati. Luas Sumber Benih Bitti di Malelleng Kabupaten Bulukumba adalah 3 ha, Intensitas Sampling yang digunakan adalah 23 % yang disetarakan dengan luas contoh seluas 0.7 ha (7 Petak Ukur @ 0.1 ha). Produksi Kayu Total dalam seluruh contoh yang diamati adalah 35.15 m3. Dari parameter yang diketahui tersebut Produksi Kayu Total dari seluruh sumber benih serta Produksi Kayu per Ha dapat dihitung sebagai berikut : Produksi kayu total pada sumber benih Bitti = 100/23 x 35.15 m3 = 152.82 m3 Produksi kayu per ha pada sumber benih Bitti = 10/7 x 35.15 m3 = 50.21 m3 Informasi harga
kayu per m3 di
pasaran
saat
ini adalah Rp. 2,000,000,- per m3.
Berdasarkan data ini maka nilai produksi kayu pada Sumber Benih dapat diketahui, yaitu : Nilai Tegakan Kayu pada Sumber Benih = Rp. 2,000,000/m3 x 152.82 m3 = Rp. 305,640,000,Nilai Produksi Benih Bitti dalam Selang Diameter Penghitungan Nilai Produksi Benih dan Nilai Rata-Rata Produksi Benih per pohon dalam selang diameter dilakukan dengan mengelompokkan seluruh pohon-pohon yang diamati pada seluruh PU di lapangan ke dalam 5 (lima) selang diameter pohon yaitu pada selang diameter I (Ф ≤ 15 cm), II (15 < Ф ≤ 20 cm), III (20 < Ф ≤ 25 cm), IV (25 < Ф ≤ 30 cm) dan V (Ф > 30 cm). Hasil pengelompokan diameter menghasilkan bahwa nilai produksi kayu selang diameter II (15 < Ф ≤ 20 cm) adalah tertinggi yaitu Rp. 1.344.382,- dan nilai rata-rata produksi kayu tertinggi adalah Selang Diameter V (Ф > 30 cm) yaitu Rp. 70.561,Nilai Produksi Kayu dalam selang Diameter Penghitungan Nilai Produksi Kayu dan Nilai Rata-Rata Produksi Kayu per pohon menunjukkan bahwasselang diameter III (20 < Ф ≤ 25 cm) mempunyai nilai produksi kayu tertinggi yaituRp. 23.120.000,- selang diameter V (Ф > 30 cm) mempunyai Nilai Rata-Rata Produksi Kayu per pohon tertinggi yaitu sebesar Rp. 2.400.000,- . Nilai Tegakan pada Tegakan Sumber Benih Bitti Penghitungan Nilai Tegakan Kayu Sumber Benih Bitti Desa Maleleng, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba dalam penelitian ini menggunakkan formula berikut (Darusman, D dan Haeruman, H, 1982) : SV = Sp – Pc – M
dimana M = Pr x Sp 1 + Pr 9
Dimana : SV = Stumpage Value (Nilai Tegakan) Sp = Selling Price (Harga Jual Hasil Produksi) M = Margin for profit and risk (Batas Keuntungan dan Resiko) Pc = Production Cost (Biaya Produksi) Pr = Profit Ratio (Rasio Keuntungan) Sehingga dari Rumus di atas dapat dihitung Nilai Tegakan Kayu dari Sumber Benih Bitti Desa Maleleng dengan mengasumsikan Batas Keuntungan dan Resiko sebesar 15 % adalah sebagai berikut: SV = Rp. 305.640.000 - Rp. 92.490.000 – (0,15 x 305.640.000/0,85) = Rp. 213.150.000 – Rp. 53.936.471 = Rp. 159.213.529,-
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi benih Tanaman Bitti yang berada di Sumber Benih Bitti Desa Maleleng, Kabupaten Bulukumba sebesar 305,43 kg apabila dibandingkan dengan hasil-hasil penghitungan produksi tahun 2010 yang sebesar 900 kg dan tahun 2011 sebesar 750 kg (Hasil Wawancara pemilik Sumber benih) dan Seran dkk. (1988 dan 1997) terjadi kecenderungan menurun, hal tersebut dimungkinkan tanaman Bitti tersebut sudah berumur 35 tahun kecenderungan untuk menghasilkan benih semakin menurun Wilan (1985). Pengelompokkan tegakan dalam selang diameter yang menunjukkan bahwa produksi benih tertinggi pada kelompok diameter 15 < Ф ≤ 20 cm yaitu sebesar Rp. 1.344.382,- dan produksi kayu tertinggi pada diameter 20 < Ф ≤ 25 cm yaitu sebesar Rp. 23.120.000,menunjukkan bahwa pada selang diameter tersebut sumber benih bitti sebaiknya disarankan untuk dibuat sehingga bias mendapatkan hasil benih dan kayu yang maksimal. Berdasarkan hasil perhitungan nilai produksi benih per tahun pada sumber benih Bitti adalah sebesar Rp 17.159.270,- dimana tanaman Bitti tersebut berumur sekitar 35 tahun (1978-2013). Apabila kita berasumsi tanaman Bitti mulai berbunga/berbuah pada umur 7 tahun maka tanaman tersebut sudah berbuah selama 28 tahun. Jika kita berasumsi faktorfaktor yang mempengaruhi pembuahan seperti umur (jumlah buah pada saat tanaman mulai berbuah dengan pada saat sudah matang akan berbeda) dan musim (apabila musim hujan yang terus menerus akan menyebabkan rontoknya bunga yang akan menjadi buah) kita tetapkan 30% maka nilai produksi benihnya selama kurun waktu 35 tahun diperkirakan 10
sebesar 28 x Rp. 17.159.270,- x 70% atau sekitar Rp. 336.321.692,-. Penghitungan nilai tegakan biasanya hanya berdasarkan tujuan dari jenis produksi hutan yang akan dihasilkan, biasanya dilakukan untuk menghitung nilai tegakan dengan basis tegakan kayu (produksi kayu). Dalam penelitian ini apabila nilai produksi benih kita masukan dalam nilai jual (selling price/Sp) dari nilai tegakan sumber benih sesuai dengan Darusman (1982) yang ada maka nilai tegakan sumber benih bitti yang telah dihitung sebesar Rp. 151.272.350,jumlahnya akan menjadi bertambah menjadi sebesar : SV = (Rp. 305.640.000 + Rp. 336.321.692) - Rp. 92.490.000 - (0,15 x 305.640.000/0,85) = Rp. 549.471.692 – Rp. 53.936.471 = Rp. 495.535.221,Dari nilai tegakan sumber benih Bitti yang hanya dihitung berdasarkan produksi kayu sebesar Rp. 159.213.529,- dengan menambah produksi benih sebagai komponen Hasil Jual Produksi (Selling Price/Sp) maka Nilai Tegakannya bisa menjadi bertambah sekitar Rp. 495.535.221 – Rp. 159.213.529 = Rp. 336.321.692,KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian di areal Sumber Benih Maleleng, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, dapat disimpulkan bahwa produksi benih Bitti adalah 305,43 kg dengan nilai Rp.17.159.270,- sedangkan produksi kayunya sebesar 152,82 m3 dengan nilai Rp. 305.640.000,-. Pengelompokan diameter mendapatkan bahwa produksi benih tertinggi pada kelompok diameter 15 < Ф ≤ 20 cm yaitu sebesar Rp. 1.344.382,- sedangkan produksi kayu tertinggi pada kelompok diameter 20 < Ф ≤ 25 cm yaitu sebesar Rp. 23.120.000,sedangkan nilai produksi benih dan kayu rata-rata bersifat linier dan semakin besar selang diameter semakin besar pula nilainya. Penghitungan nilai tegakan apabila memperhitungkan biaya produksi dengan batas keuntungan dan resiko sebesar 15 % akan diperoleh angka sebesar
Rp. 159.213.529,-.
Angka tersebut akan meningkat apabila nilai tegakan
memasukkan nilai penjualan benih, sehingga Nilai tegakan sumber benih Bitti akan menjadi sebesar Rp. 495.535.221,Penelitian produksi benih dalam suatu sumber benih baik jenis Bitti atau yang lainnya perlu dilakukan penelitian lanjutan yang menghitung keterkaitan antara tinggi dan diameter serta lebar/tebal tajuk terhadap jumlah benih yang dihasilkan. Diharapkan nantinya bisa didapat pola umum apabila nilai diameter, tinggi serta tebal tajuk tertentu berapa benih yang bias dihasilkan.
11
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga terselesaikan journal ini. Kami ucapkan terima kasih pula sebanyak-banyaknya kepada pembimbing dan penguji yang dengan sabar telah memberikan masukan kepada penulis. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010). Petunjuk Teknis Pengamatan Pembungaan dan Produksi Benih. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Kementerian Kehutanan. Jakarta Anonim, (2010). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. Kementerian Kehutanan. Jakarta Bakhri, Bakhrizal. (2000). Penyusunan Model Simulasi dalam Penetapan Nilai Tegakan Hutan Alam Produksi (Studi Kasus PT. Inhutani II Sub Unit Malinau Kaltim). Thesis Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. Darusman, D. dan Haeruman, H. dkk. (1982). Penelitian Nilai Tegakan Hutan Alam di Propinsi Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-Sumber Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Salata, MK. (1990). Beberapa Jenis Pohon Potensial di Sulawesi yang belum dibudidayakan. Rimba Sulawesi. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. Seran. D.(1988). Percobaan Penanaman Vitex cofassus Reinw. Pada Daerah Dataran Rendah Di Kompleks Hutan Andi Pangeran Pettarani (Alitta) Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan. Vol. (1). No.1. Balai PenelitianKehutanan, Ujung Pandang. Seran,D., Lempang,M., Misto dan Suhartati.(1997). Pedoman Teknis Budidaya Gofasa (Vitex cofassus Reinw.) Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. Makassar Seran D., Suharsinik Dan M. Lempang. 1988. Percobaan Perkecambangan Vitex cofassus Reinw. Jurnal Penelitian Kehutanan. Vol. (1). No. 2 Balai Penelitian Kehutanan. Ujung Pandang. Wilan, R.L. (1985). A Guide to Forest Seed Handling with special reference to the tropics. Danida Forest Seed Center (DFSC) and Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome Whitmore et al. (1989) . Tree Flora of Indonesia Check List for Sulawesi. Agency Foresty for Research and Development. Forest and Development Centre, Bogor
12