PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO 2009 - 2011 Zaki Ismail Fahmi, SP. (Calon PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan – Surabaya I.
PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi 844.630 ton, dibawah negara Pantai Gading dengan produksi 1,38 juta ton. Volume ekspor kakao Indonesia tahun 2009 sebesar 535.240 ton dengan nilai Rp. 1.413.535.000 dan volume impor sebesar 46.356 ton senilai 119,32 ribu US$ (Ditjenbun1, 2010). Tanaman kakao yang ada saat ini berumur sekitar 30 tahun-an, sehingga produktivitasnya menurun. Hal tersebut disebabkan tanaman kakao sudah tua atau rusak, serta meluasnya serangan hama dan penyakit (Penggerek Buah Kakao / PBK dan Vascular Streak Dieback / VSD). Pada perkebunan rakyat penurunan produktivitas diindikasikan terjadi karena mutu benih yang digunakan rendah, banyak petani yang menggunakan benih tidak bersertifikat dan teknik budidaya tidak sesuai standar. Walaupun telah dilakukan upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut namun hasilnya belum optimal karena masih dilakukan secara parsial dan dalam skala kecil. Oleh karena itu Pemerintah melalui Kementerian Pertanian melakukan upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan secara optimal seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumber daya yang ada melalui kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (GERNAS) 2009 - 2011. Proporsi kepemilikan usaha perkebunan kakao terbesar di Indonesia adalah perkebunan rakyat seluas 1.555.596 ha (94 %) diikuti oleh perusahaan pemerintah seluas 54.443 ha ( 3 %) dan perusahaan swasta seluas 50.220 ha (3 %) (Ditjenbun2, 2009). Oleh karena itu program GERNAS kakao tepat sekali untuk dilaksanakan karena sangat membantu petani kecil yang merupakan pelaku utama usaha perkebunan kakao di Indonesia. Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
1
Sasaran kegiatan GERNAS meliputi perbaikan tanaman kakao rakyat seluas 450.000 ha terdiri dari program peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi. Pada awal pelaksanaan GERNAS kakao tahun 2009, dilakukan di 9 provinsi dan 40 kabupaten / kota yang merupakan sentra produksi kakao. Provinsi tersebut yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat dan Papua. Pada tahun 2011 berkembang menjadi 14 provinsi dengan bertambahnya provinsi Gorontalo, Bengkulu, Lampung, Banten dan Jawa Timur. Kegiatan GERNAS kakao membutuhkan benih kakao bermutu yang bersertifikat dan berlabel dalam jumlah yang besar. Pengadaan benih unggul berbasis klonal dibutuhkan dalam kegiatan peremajaan dan rehabilitasi melalui bibit kakao Somatic Embryogenesis dan teknik sambung samping yang memerlukan entres dari kakao unggul yang tahan hama dan penyakit utama tanaman kakao. Tulisan ini bertujuan menginformasikan beberapa teknik perbanyakan benih kakao bermutu dan teknik budidaya sesuai standar yang merupakan salah satu komponen penting dalam menyukseskan kegiatan “Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 2009 - 2011”. II.
PROGRAM GERNAS KAKAO
Berdasarkan Petunjuk Teknik Daerah GERNAS Kakao 2009 – 2011 (Ditjenbun3, 2009) kegiatan utama GERNAS Kakao meliputi : a. Kegiatan Peremajaan Tanaman Kegiatan peremajaan dilakukan pada lahan seluas 70.000 ha, kegiatan ini merupakan upaya penggantian tanaman yang tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru secara keseluruhan atau bertahap dan menerapkan inovasi teknologi. Persyaratan kebun yang akan diremajakan yaitu tanaman sudah tua (umur > 25 tahun), jumlah tegakan/populasi tanaman < 50 % dari jumlah standar (1.000 pohon/ha), produktivitas tanaman rendah (< 500 kg/ha/tahun), terserang OPT utama (PBK, Helopelthis, VSD dan busuk buah) dan lahan memenuhi persyaratan kesesuaian. Benih kakao yang digunakan untuk peremajaan merupakan benih kakao klon unggul yang tahan/toleran terhadap hama PBK dan penyakit VSD, Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
2
yang diperbanyak dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE), bersertifikat, siap tanam dan memenuhi kriteria standar mutu benih kakao SE siap salur. b. Kegiatan Rehabilitasi Tanaman Hasil indentifikasi tahun 2008 menunjukkan sekitar 235.000 ha kebun kakao di sentra produksi kakao kondisi tanamannya kurang produktif, terserang hama dan penyakit dengan taraf sedang, sehingga perlu dilakukan rehabilitasi. Sasaran kebun kakao yang akan direhabilitasi adalah kebun hamparan dengan kondisi tanaman masih produktif (umur < 15 tahun) dan secara teknik dapat dilakukan sambung samping, jumlah tegakan/populasi tanaman antara 70 – 90 % dari jumlah standar (1.000 pohon/ha), produktivitas tanaman rendah (< 500 kg/ha/tahun) tetapi masih bisa ditingkatkan, jumlah pohon pelindung > 70 % dari standar, terserang OPT utama, dan lahan memenuhi persyaratan kesesuaian. Teknologi yang digunakan adalah teknologi sambung samping dengan menggunakan entres yang berasal dari klon kakao unggul yang bebas dari infeksi penyakit (VSD dan Phytophthora palmivora). c. Kegiatan Intensifikasi Tanaman Hasil indentifikasi menunjukkan bahwa sekitar 145.000 ha kebun kakao di sentra produksi kakao, kondisi tanamannya tidak terawat atau kurang terpelihara, sehingga perlu dilakukan intensifikasi secara bertahap dengan menerapkan teknik budidaya sesuai standar. Kebun kakao yang mendapat perlakuan intensifikasi adalah kebun dengan kondisi tanaman masih muda (< 10 tahun) tetapi kurang terpelihara, jumlah tegakan/populasi tanaman > 70 % dari jumlah standar, produktivitas tanaman rendah dan masih mungkin ditingkatkan, pohon pelindung > 20 % dari standar, terserang OPT utama dan lahan memenuhi syarat. III.
TANAMAN KAKAO
a. Profil Tanaman Kakao Unggul Indonesia Kriteria tanaman kakao unggul yaitu memiliki daya hasil tinggi (> 2 ton /ha/tahun), jumlah biji per tongkol rata – rata > 30, berat per biji kering ≥ 1 g, rendemen (nisbah biji kering terhadap biji segar berlendir) > 30 %, kadar lemak > 50 %, kadar kulit ari < 12 %, untuk kakao mulia mempunyai sifat biji segar berwarna putih > 90 %. Tahan terhadap hama dan penyakit utama antara lain Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
3
hama penghisap tunas dan buah (Helopeltis spp.), hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit busuk buah (Phytophtora palmivora) (Puslitkoka1, 2008). Tabel 1. Klon-klon Tanaman Kakao Unggulan di Indonesia Generasi Pertama - Persilangan alami Java
Generasi Kedua - Dihasilkan tahun 1973 –
Criollo X Forestero dari Venezuela menghasilkan
Generasi Ketiga -
1998 - Klon DRC 16 (1.735
hybrid Trinatrio. - Dihasilkan sebelum tahun 1973. - Ada 24 seri klon DR (DR 1, DR 2, DR 38) - Produktivitas 1.500 kg/ha/tahun
Dihasilkan sesudah tahun 1998
-
Klon yang dihasilkan
kg/ha/tahun), GC 7 (2.035
yaitu ICCRI 01 (2.510
kg/ha/ tahun), ICS 13,
kg/ha/tahun), ICCRI 02
ICS 60, UIT 1, TSH 858,
(2.340 kg/ha/tahun),
Pa 300, NW 6267, NIC 7,
ICCRI 03 (2.090
GC 29 (GA 29), Pa 191,
kg./ha/tahun), ICCRI 04
Pa 4, Pa 310, RCC 70,
(2.060 kg/ha/tahun)
RCC 71, dan RCC 72. 1
Sumber : Anonim , 2010. b. Teknik Perbanyakan Tanaman Kakao Teknik perbanyakan tanaman kakao dilakukan menurut dua cara yaitu : 1. Perbanyakan Generatif Benih diperoleh dari produsen yang sudah mendapat SK Menteri Pertanian. Dikenal dengan benih hibrida F1, varietas yang digunakan merupakan varietas bina / benih unggul / unggul lokal / anjuran yang berasal dari kebun sumber benih bersertifikat. Menurut Prawoto (1999) dan Disbun Provinsi Jawa Timur (2008) tahapan pelaksanaan perbanyakan generatif sebagai berikut : -
Persemaian : benih segera dikecambahkan karena benih kakao tidak mempunyai masa dorman. Persemaian dilakukan dalam bedengan dengan lebar 1 – 1,25 m dengan panjang 10 m atau sesuai kondisi. Arah bedengan utara selatan. Naungan bedengan dibuat menggunakan daun kelapa atau daun rumbia dengan intensitas awal 25 – 50 % dikurangi sesuai umur bibit. Media perkecambahan ada dua macam yaitu media karung goni dan media pasir dalam bedengan (banyak dilakukan oleh perkebunan besar).
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
4
-
Pendederan : dilakukan selama 12 hari, setelah 4 hari benih sudah mulai berkecambah dan siap dipindahkan ke polibag. Pemindahan kemudian dilakukan setiap hari dengan kriteria benih yang dapat dipindahkan adalah panjang radikula 1 - 2 cm dan umur kurang dari 12 hari.
-
Pembibitan : syarat lokasi pembibitan yaitu dekat sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainase baik, aman dari gangguan hama, dapat sinar matahari langsung dan dekat dengan lokasi penanaman. Media pembibitan terdiri atas tanah lapisan atas (top soil), pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Media tersebut difumigasi terlebih dahulu dengan furadan dan fungisida untuk menghindari bibit terserang hama dan penyakit. Polibag yang digunakan ukuran 20 x 30 cm berwarna hitam, tebal 0,08 mm diberi lubang drainase sebanyak 18 lubang/kantong, dan diameter lubang 1 cm. Bedeng pembibitan diberi naungan buatan dengan intensitas 25 – 50 % untuk mencegah bibit terpapar langsung sinar matahari.
-
Pemeliharaan bibit tanaman : penyiraman sesuai dengan kebutuhan dan seminggu setelah penanaman dilakukan pemupukan 2 g ZA atau urea 1 g per polibag. Pupuk diberikan dalam alur melingkar berjarak ± 5 cm dari bibit, ditutup media kemudian disiram. Pemupukan diulang kembali setiap 2 minggu. Pengendalian gulma dilakukan secara manual, sedangkan hama dan penyakit dikendaliakan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida. Kriteria bibit kakao dianggap siap dipindah ke kebun apabila sudah berumur 4 - 6 bulan, tinggi tanaman minimal 49 cm, jumlah daun minimal 10 lembar, diameter batang minimal 8 mm, warna daun hijau segar, ukuran lebar daun minimal 10 cm dengan panjang daun minimal 30 cm dan daun sehat tanpa gejala sakit. Kakao lindak umumnya lebih awal dipindahkan sebab pertumbuhannya cepat dan kuat sehingga dapat dipindah umur 3 - 4 bulan, sedangkan bibit kakao mulia biasanya umur 6 bulan.
2. Vegetatif Perbanyakan vegetatif ada beberapa cara yaitu okulasi, setek, sambung pucuk, sambung samping dan Somatic Embryogenesis (SE).
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
5
Dalam tulisan ini akan dibahas secara rinci mengenai teknik sambung samping dan SE, berikut penjelasannya : a. Teknik Sambung Samping - Syarat – syarat Batang Atas (Entres) Cabang
plagiotrop
berasal
dari
pohon
yang
kuat,
perkembangannya normal, bebas dari hama dan penyakit, bentuk cabang lurus dan diameternya disesuaikan dengan batang bawah. - Persiapan Batang Atas Entres diambil dari pohon entres kebun produksi, mempunyai produksi stabil, tahan hama dan penyakit utama kakao. Klon anjuran untuk batang atas yaitu Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04, Scavina 6, ICS 60, ICS 13, TSH 858, UIT 1, GC 7, RCC 70, RCC 71, RCC 72, dan RCC 73. Entres berupa cabang plagiotrop berwarna hijau atau hijau kecoklatan dan semi hardwood, dengan ukuran diameter 0,75 – 1,50 cm. Panjang cabang ± 40 cm, entres yang telah diambil langsung disambung pada hari yang sama. Apabila lokasi jauh maka entres dikemas terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut : 1). potong entres sepanjang ± 40 cm, masukkan ke dalam dos ukuran 45 x 20 x 23 cm berisi media yang dilapisi plastik, 2). media terdiri dari serbuk gergaji sebanyak 1 kg, air 1,5 L dan alcosorb 3 g, 3). bahan entres diatur sedemikian rupa sehingga setiap bahan tertutupi oleh media. Setiap dos berisi 50 entres dan membutuhkan media 2 kg serbuk gergaji, 2 L air dan 6 g alcosorb. Entres sebaiknya segera digunakan, usahakan jangan lebih dari 5 hari setelah pengambilan dari pohon entres. Sebelum entres disambungkan terlebih dahulu dipotong - potong ± 20 cm atau 5 mata tunas selanjutnya pangkal entres disayat miring atau runcing ± 3 - 4 cm. - Syarat– Syarat Batang Bawah Batang bawah harus sehat, kulit batang masih muda ketika dibuka warna kambium putih bersih. Apabila batang bawah kurang sehat, sebelum penyambungan dilakukan pemupukan, pemangkasan, penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit.
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
6
Gambar 1. Teknik Sambung Samping Kakao
a
b
c
d
e
40-60 cm
f
Keterangan : a. Batang pokok yang masih utuh b. Kulit batang dikerat c. Kulit batang diiris vertikal
d. Kulit batang dibuka e. Pemasangan entres f. Pengikatan dan pengerudungan sambungan - Cara Melakukan Teknik Sambung Samping Penyambungan dilakukan sebaiknya pada pagi hari dan awal musim hujan, agar tanaman yang akan disambung masih dalam keadaan segar dan mudah terkelupas. Tahapan pelaksanaan sambung samping sebagai berikut : batang kakao dikerat pada ketinggian 40 - 60 cm dari permukaan tanah. Setelah itu batang disayat dengan pisau bersih selebar 1 cm dengan panjang 2 - 4 cm. Sayatan dibuka dengan hati-hati agar tidak merusak kambium. Kemudian entres dimasukkan ke dalam lubang sayatan sampai ke bagian dasar sayatan. Teknik sambung samping dilakukan pada kedua sisi batang bawah. Kulit batang bawah ditutup kembali sambil ditekan dengan ibu jari dan diikat. Setelah itu sambungan dikerodong dengan plastik penutup, selanjutannya dilakukan pengamatan tanpa membuka plastik penutup selama 2 - 3 minggu setelah penyambungan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan sambungan, bila kondisi entres masih segar berarti sambungan berhasil. Pembukaan plastik penutup dilakukan bila panjang tunas sudah mencapai 2 cm atau lebih kurang umur satu bulan sejak pelaksanan sambungan. - Pemeliharaan Tunas yang baru tumbuh dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Dalam pemeliharaan ini tidak hanya pada batang yang disambung samping tetapi meliputi berbagai aspek yaitu pendangiran, pengendalian hama
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
7
dan penyakit, pemupukan, pemangkasan, dan pengairan. Pemupukan dilakukan 2 kali, yaitu sebulan sebelum penyambungan dan sebulan setelah penyambungan. Jenis dan dosis pupuk sesuai dengan hasil analisa tanah dan daun. Setelah 3 bulan pelaksanaan sambung samping sebaiknya tajuk batang bawah dipangkas. Batang bawah dapat dipotong total bila batang atas telah tumbuh kuat dan berbuah. Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6 m x 6 m. - Panen Tanaman hasil teknik sambung samping lebih cepat waktu panennya yaitu pada umur 14 - 18 bulan setelah penyambungan, dan produksi dapat mencapai 1.500 kg – 2.500 kg/ha/thn (Prawoto, 1999; Anonim2, 2010; dan Anonim3, 2010). b. Somatic Embriyogenesis (SE) Teknik SE merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman kakao dikarenakan kelebihan yang dimiliki yaitu secara genetik bersifat klonal dan secara morfologi bersifat normal. Tanaman kakao asal SE memiliki tajuk sempurna lengkap dengan jorquette, memiliki sistem perakaran tunggang, pertumbuhan seragam, dan bersifat vigor, masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 4 bulan lebih cepat, relatif tahan kekeringan dan berproduksi tinggi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (Puslitkoka) merupakan satu-satunya
institusi
yang
mendapatkan
tugas
untuk
melakukan
perbanyakan kakao dengan metoda SE. Sehingga merupakan satusatunya sumber bahan tanaman SE di Indonesia. Adapun klon kakao yang digunakan dalam SE antara lain: 1). ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, dan ICCRI 04 (klon produktivitas tinggi), 2). DRC 15 (klon tahan VSD), 3). KW 215 (klon tahan hama PBK), 3). KW 514 (klon tahan hama PBK), dan direncanakan akan diperbanyak beberapa klon anjuran yang lain seperti ICS 13, ICS 60, UIT 1, TSH 858, RCC 70 dan RCC 71 (Anonim4 , 2009).
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
8
- Tahapan Pembuatan Kakao SE Proses produksi bibit kakao SE melalui beberapa tahapan yaitu : Bahan Tanam Unggul
Pembentukan sel embriyonik/kalus
Planlet pasca aklimatisasi
Embrio Tanaman
Sertifikasi oleh BBP2TP
Eksplan kelopak bunga/pistil
Sertifikasi
Sertifikasi oleh UPTD
Domain Pengguna Planlet pra Aklimatisasi
Pembibitan
Aklimatisasi
Bibit Kakao Siap Tanam
Tanaman Kakao Asal SE
Gambar 2. Diagram Alur Proses Perbanyakan Bibit Kakao SE (Sumber : Deptan, 2009). - Tahapan kegiatan setelah aklimatisasi : 1. Planlet Pasca Aklimatisasi Merupakan bibit hasil pembesaran dari fase planlet sehingga ukuran sudah cukup besar dan kuat. Bibit kakao pasca aklimatisasi dikirimkan ke penangkar di berbagai daerah dalam bentuk cabutan. Bibit perlu pemulihan setelah dikirim dari Puslitkoka dengan diberi perlakuan khusus supaya persentase hidup tinggi. Pada tahap ini dilakukan sertifikasi dan pelabelan oleh BBP2TP untuk menjamin mutu bibit kakao SE pasca aklimatisasi. Kriteria standar mutu bibit kakao SE pasca aklimatisasi yaitu berumur 2 – 4 bulan, tinggi planlet minimal 5 – 15 cm, jumlah daun minimal 3 – 10 lembar, daun berwarna hijau – hijau muda, kotiledon tidak ada, batang tidak terdapat hypokotil (dari leher akar langsung tumbuh epikotil, batang berwarna hijau – hijau kecoklatan, akar tunggang 1 atau lebih, bibit sehat dan dikemas dalam kotak plastik kedap udara dan lembab, beretiket Puslitkoka dan berlabel BBP2TP (BBP2TP Surabaya1, 2008).
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
9
2. Persiapan Pembibitan Penangkar perlu menyiapkan lokasi, sarana pembibitan, bedengan, naungan, dan polibag yang sudah terisi media sebelum bibit pasca aklimatisasi sampai di lokasi pembibitan. Penanganan bibit kakao perlu dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mempertinggi persentase hidup bibit. Media tanam untuk polibag terdiri atas tanah lapisan atas (top soil), pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Media tersebut difumigasi terlebih dahulu dengan furadan dan fungisida untuk menghindari bibit terserang hama dan penyakit. Setelah polibag terisi media, kemudian disusun dalam bedengan yang sudah disiapkan. Kegiatan selanjutnya yaitu pemasangan kerangka sungkup plastik. Penyungkupan dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal dan mempercepat pemulihan bibit setelah pengiriman. 3. Penanaman Bibit Kegiatan penanaman dimulai dengan menyiram media dalam polibag secukupnya kemudian dilakukan pembuatan lubang tanam. Kedalaman lubang disesuaikan dengan panjang akar supaya tidak terjadi kerusakan akar. Penanaman dilakukan secara hati-hati, tanah disekitar bibit dipadatkan dengan jari kemudian dilakukan penyiraman dan penyemprotan fungisida. Setelah semua bibit ditanam kemudian dilakukan penyungkupan dengan rapat, kita pastikan bahwa tidak ada celah atau lubang sehingga udara tidak dapat keluar masuk ke dalam sungkup. Plastik sungkup perlu kita tutup atau segel dengan tanah pada bagian bibir plastik. Penyungkupan dilakukan selama ± 1 bulan. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan
pasca
penanaman
meliputi
penyiraman,
pengendalian hama dan penyakit, penyiangan gulma, melatih membuka sungkup, pemupukan, penjarangan / seleksi dan penjarangan naungan. Kegiatan yang khusus dilakukan dalam pembibitan yaitu penerangan atau hardening. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih bibit terhadap kondisi lingkungan di luar sungkup. Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
10
Hardening pertama mulai dilakukan 21 hari setelah tanam dengan cara membuka kedua sisi ujung sungkup yang disegel dengan tanah. Hardening berikutnya dilakukan dengan membuka sungkup sedikit demi sedikit sampai bibit kuat untuk tidak disungkup. Pemupukan dilakukan setelah proses hardening selesai dengan dosis dan jenis sesuai dengan tingkat kesuburan media. Jika menggunakan campuran pupuk kandang maka cukup diberi pupuk nitrogen yaitu urea (1 g per bibit) atau menggunakan pupuk ZA (2 g per bibit) dengan interval 2 minggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit di pembibitan dilakukan
2 tepat yaitu dosis dan jenis
pestisida yang digunakan. Penyiangan gulma perlu dilakukan secara manual. Pemeliharaan lain yaitu wiwilan tunas samping, usahakan bibit kakao mempunyai satu tunas agar pertumbuhan optimal. Sebelum bibit kakao siap disalurkan ke petani-petani terlebih dilakukan kembali sertifikasi oleh pengawas benih tanaman UPTD setempat (Sudarsianto dan Santoso, 2008). Tabel 2. Kriteria Standar Mutu Benih Kakao SE Siap Salur No. 1. 2.
Tolok Ukur Asal usul Materi genetik/genotype
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kemurnian Umur bibit Tinggi bibit Jumlah daun Diameter batang Ukuran polybag Komposisi daun
10. 11. 12. 13. 14. 15.
Warna daun Kotiledon/duduk kotiledon Batang Akar tunggang Kesehatan Sertifikasi
Standar Mutu Benih Planlet pasca aklimatisasi Puslitkoka Jember ICCRI 03, ICCRI 04, Sulawesi 1, Sulawesi 2 dan Sca 6. 100 % 3 – 6 bulan Minimal 25 cm Minimal 10 lembar Minimal 5 – 10 mm Minimal 12 x 20 cm, tebal 0,5 mm Dari bawah kecil (6 lembar) berangsur-angsur besar kemudian mengecil dibagian pucuk. Hijau segar Tidak ada Tidak ada hypokotil 1 / lebih Sehat, bebas hama dan penyakit Bersertifikat dari UPTD
Sumber : Ditjenbun3 (2009) dan BBP2TP Surabaya2 (2008) c. Teknik Budidaya Kakao Sesuai Standar Syarat lahan yang memenuhi persyaratan kesesuaian tanaman kakao yaitu curah hujan 1.500 – 2.500 mm (sangat sesuai) dan 1.250 – 1.500 mm Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
11
atau 2.500 – 3.000 mm (sesuai), kemiringan lereng 0 – 8 % (sangat sesuai) dan 8 – 15 % (sesuai). Tahapan teknik budidaya kakao sebagai berikut : A. Pra Tanam 1. Perkecambahan dan pembibitan (sudah dijelaskan pada halaman sebelumnya). 2. Persiapan lahan : dilakukan 1 tahun sebelum penanaman meliputi pembersihan lahan dari sisa tunggul-tunggul kayu dan sisa tanaman kemudian tanah diratakan. Langkah berikutnya yaitu pembuatan teras dan pembuatan saluran drainase. 3. Penanaman pohon pelindung : dilakukan setelah lahan dibersihkan. Penanaman pohon pelindung dilakukan beberapa bulan sebelum transplanting kakao. Pohon pelindung sementara yang dianjurkan adalah pisang, ditanam dengan jarak tanam 3 m x 6 m. Kemudian pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah gamal ditanam dengan jarak 6 m x 6 m dan kelapa dengan jarak tanam 12 m x 9 m. 4. Pembuatan ajir dan lubang tanam : dibuat setelah terlebih dahulu diberi ajir dengan jarak 3 m x 3 m. Lubang tanam digali dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang tanam jangan dibuat pada lubang bekas tanaman yang dibongkar. 5. Pemupukan : pupuk dasar diberikan 1 (satu) kali, yaitu pada saat tanam. Jenis dan dosis pupuk sesuai dengan hasil analisis tanah dan daun. B. Penanaman Kakao 1. Penanaman
Kakao : dilakukan pada awal musim hujan, bibit kakao
baru dipindah ke kebun apabila penaungnya sudah berfungsi dengan baik. Makin marginal suatu lahan dan makin kering tipe iklimnya maka intensitas penaungnya harus makin tinggi, jika tidak maka kakao akan tumbuh kerdil. Penaung dikatakan siap apabila intensitas cahaya yang diteruskan 50 – 60 %. Bibit selalu dibebaskan dari gulma, minimal dibagian piringannya. 2. Pemupukan : jenis dan dosis pupuk tergantung pada kondisi tanah, sesuai rekomendasi berdasarkan analisis tanah dan bagan warna daun. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dalam bentuk tablet atau briket dan diaplikasikan pada awal musim hujan. Pupuk Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
12
organik diberikan dengan dosis 20 kg/pohon diaplikasikan di dalam lubang (rorak) di sekitar tanaman. 3. Pemangkasan : kegiatan pemangkasan meliputi tiga tahap yaitu pemangkasan bentuk dilakukan 1 x pada saat TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), pemangkasan pemeliharaan dilakukan sebanyak 6 x setahun dan pemangkasan produksi dilakukan sebanyak 2 x setahun. 4. Pengelolaan penaung : intensitas penaung selalu dijaga pada tingkat 70 - 80 % dari penyinaran langsung dengan cara mengurangi populasi dan merompes cabang-cabangnya. 5. Pengairan : sesuai kebutuhan 6. Penyiangan / pengendalian gulma : minimal 2 x setahun. Pengendalian kimia dilakukan dengan herbisida berbahan aktif glifosat dan paraquat. 7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman : tajuk plagiotrop berpotensi lebih rimbun daripada tajuk ortotrop, sehingga peluang terserang penyakit lebih besar. Prinsip utama dalam pengendalian hama dan penyakit yaitu pengendalian hama secara terpadu (PHT) menggunakan biopestisida dan agens hayati. Hama Helopelthis spp dikendalikan secara biologis dengan semut hitam (Dolichoderus thoracious) dan biopestisida Beauveria bassiana (Darwis dan Mahrita, 2009). Penyakit busuk buah kakao dikendalikan secara preventif dengan sanitasi kebun dan memanen buah sakit dan membenamnya. Kulit buah hasil panen sebaiknya dibenamkan, tetapi yang sehat dapat disebar di kebun sebagai tempat berkembangbiaknya serangga penyerbuk bunga kakao. Jika tingkat serangan hama dan penyakit tinggi dapat menggunakan pestisida yang terdaftar dengan dosis sesuai anjuran. Hama Heliopeltis dikendalikan
dengan
insektisida
berbahan
aktif
deltametrin,
sipermetin (beta), sihalotrin (gamma, delta), BPMC, MIPC, metomil, esfenvalerat, fenitrotin, metidation, permetin, dan fenpropatrin. Penyakit VSD dicegah dengan fungisida berbahan aktif azoxystrobin dan fungisida lain yang telah diuji efikasinya. Penyakit kanker batang dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif tembaga dengan cara pengolesan setelah terlebih dahulu mengerok bagian yang sakit (Ditjenbun3, 2009). Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
13
C. Panen Menurut
Listiyanto
(2010)
proses
pemanenan
buah
kakao
harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Ciri dan umur panen : buah kakao/kakao dipenen apabila terdapat perubahan warna kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri buah siap panen adalah warna kuning pada alur buah dan punggung alur buah, warna kuning pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kakao masak pohon dicirikan dengan perubahan warna buah: a). warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah menjadi kuning, b). warna buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi setelah penyerbukan). Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang. 2. Cara panen : untuk memanen kakao digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan kakao hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat di batang / cabang yang ditumbuhi buah. 3. Periode panen : panen dilakukan 7 - 14 hari sekali. Selama panen jangan melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh lagi di tempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya. 4. Prakiraan produksi : tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5 - 13 tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering. IV.
PENUTUP
Teknologi pembibitan menggunakan teknik sambung samping dan Somatic Embriyogenesis diperlukan dalam mendukung penyediaan benih bermutu yang bersertifikat dan berlabel dalam kegiatan GERNAS kakao.
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
14
Teknik
budidaya
kakao
sesuai
standar
sangat
diperlukan
untuk
memperoleh produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan. GERNAS kakao sangat dibutuhkan oleh petani dikarenakan kepemilikan terbesar kebun kakao terbesar adalah petani, sehingga akan lebih terasa manfaatnya. Peranan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya dalam kegiatan GERNAS Kakao Nasional yaitu memberikan kepastian mutu benih kakao melalui kegiatan sertifikasi dan pelabelan entres dan bibit kakao SE pasca aklimatisasi. Perlunya dukungan semua pihak demi suksesnya kegiatan GERNAS kakao sehingga Indonesia dapat menjadi produsen kakao terbesar di dunia. DAFTAR PUSTAKA Anonim1. 2010. Klon Kakao Unggul Generasi Ketiga. http://pengawas benih tanaman.blogspot.com/2010/02/klon-unggul-kakao-generasi-ketiga.html. Akses 29 Maret 2011. Anonim2. 2010. Meningkatkan Kakao dengan Sambung Samping. http://bercocoktanam-kakao.blogspot.com/2010/02/meningkatkan-kakao-dengansambung-samping.html. Akses 13 Maret 2011. Anonim3. 2010. Teknologi Sambung Samping Kakao.
http://bercocok-tanam-
kakao. blogspot.com/2010/02/teknologi-sambung-saping-kakao.html. Akses 13 Maret 2011. Anonim4. Teknologi SE Kakao Sistem Padat. http://pengawas benih tanaman. blogspot.com/2009/07/teknologi-se-kakao-sistem-padat.html. Akses 29 Maret 2011. BBP2TP Surabaya1. 2008. Standar Operasional (SOP) Pemeriksaan Kebun Pembibitan Kakao (Theobroma cacao) Pasca Aklimatisasi Asal Somatic Embriyogenesis
(SE).
Direktorat
Jenderal
Perkebunan,
Kementrian
Pertanian, Jakarta. 5 hal. BBP2TP Surabaya2. 2008. Standar Operasional (SOP) Pemeriksaan Kebun Pembibitan
Kakao
Embriyogenesis
(Theobroma
(SE).
Direktorat
cacao)
Siap
Jenderal
Salur
Asal
Perkebunan,
Somatic
Kementrian
Pertanian, Jakarta. 5 hal.
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
15
Darwis, M dan W. Mahrita. 2009. Cara pembuatan sarang semut untuk pengendalian hama kakao helopeltis. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 15 (3) : 18-20. Deptan.
2009. Mengenal Tenologi Somatic Embriogenesis
(SE) Kakao.
http://deptan.go.id. Akses 25 Maret 2011. Disbun Propinsi Jawa Timur. 2008. Persemaian dan Pembibitan Kopi, Kakao dan Cengkeh. (Materi Pelatihan). Ditjenbun1.
2010.
Volume
dan
Nilai
Ekspor,
Impor
Indonesia.
http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/exportimport/1Kakao. Akses 13 Maret 2011. Ditjenbun2. 2009. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.
http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php
/viewstat/komoditiutama/4-Kakao. Akses 13 Maret 2011. Ditjenbun3. 2009. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 2009 -2011.
http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/gernas-kakao/40-gernas-
kakao/73-gernas-kakao.html. Akses 13 Maret 2011. Listiyanto. 2010. Budidaya tanaman kakao (Theobroma cacao). Seri Perkebunan. 13 hal. PT Riset Perkebunan Nusantara. 2010. Lebih fokus dengan GERNAS kakao. Warta Penelitian dan Pengebangan Pertanian. Vol. 32 : (2) 10 - 12. Prawoto, A. A. 1999. Teknik pembuatan bahan tanam kakao dan penanaman di lapangan. Makalah ini disampaikan pada Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Kakao PT tulus Tri Tunggal, tanggal 8 – 13 Februari, Jember. Puslitkoka. 2008. Bahan tanam unggul kakao dan perbanyakannya. Seeds. Vol. 2 (6) : 18 - 19. Sudarsianto dan I. T. Santoso. 2008. Pembesaran bibit kakao asal somatic embryogenesis (SE). Seeds, Vol. 2, (6) : 5 - 8.
Penggunaan Benih Kakao Bermutu dan Teknik Budidaya-BBP2TP Surabaya
16