2014
BBP2TP Surabaya
PENTINGNYA PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)
oleh Diana Kustantini, AMd (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya
A. Pendahuluan Tanaman kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan. Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Indonesia merupakan jajaran dudus kepulauan Nusantara yang terletak di sepanjang khatulistiwa, dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan 95 BT – 141 BT, secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi baik untuk pengembangan kakao ( Anonim4, 2010). Sejak era 1980-an, perkebunan kakao di tanah air berkembang pesat dengan luas lahan perkebunan kakao saat ini mencapai kurang lebih 1,1 juta ha dan jumlah produksi sekitar 730 ribu ton/tahun biji kakao. Luas perkebunan kakao yang dimiliki masyarakat sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009 yang mencapai 1.592.982 ha(Anonim2, 2010). Untuk memenuhi kebutuhan produksi kakao nasional memerlukan ketersediaan benih yang cukup sebagai langkah awal dalam budidaya tanaman. Penggunaan pupuk kimia yang terus menerus kurang diimbangi dengan penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida kimia yang
terus menerus tanpa memperhatikan
keamanan
lingkungan sekitar dan
kurangnya adopsi teknologi budidaya benih yang ramah lingkungan mengakibatkan tingkat keasaman tanah pada beberapa kebun sumber benih kakao banyak mengalami penurunan. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat produksi benih kakao karena penyerapan unsur hara dari tanah tidak maksimal. Salah satu upaya untuk mengamankan produksi benih kakao dilakukan upaya intensifikasi yaitu penggunaan pupuk organik pada proses budidaya benih kakao
1
2014
BBP2TP Surabaya
sebagai langkah untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pemupukan adalah salah satu cara untuk menambahkan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal baik dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan terus menerus tanpa diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dapat menurunkan pH tanah, meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah, struktur tanah menjadi rusak, menurunnya kadar bahan organik dalam tanah sehingga produktivitas lahan semakin menurun serta mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan (Isnaini, M. 2006). Menurut Sri Setyati Haryadi (1979), penyerapan unsur hara melalui akar dari larutan tanah adalah dalam bentuk ion baik kation dan anion. Setelah ion berada dalam xilem akar maka ion-ion tersebut akan diangkut ke atas melalui daerah gabungan xilem akar dan batang sampai ke mesofil daun. Proses pengangkutan ion tersebut ke atas mengikuti aliran transpirasi. Selain melalui xilem akar juga melalui phloem yang merupakan sumber penting bagi daerah yang laju transpirasinya tidak besar, misalnya primordia pada apikal meristem, buah dengan kutikula tebal dan organ-organ penyimpan cadangan makanan yang sedang aktif tumbuh. Proses penyerapan unsur hara oleh akar dari larutan tanah sangat dipengaruhi pH atau derajat keasaman tanah. Secara umum ketersediaan unsur hara dalam tanah adalah pada pH 6 sampai 7. Pada pH yang rendah ketersediaan unsur N, P, K, S, Ca, Mg dan Mo sangat rendah. Sedangkan pada pH yanag tinggi unsur P, K, S, B dan Mo tersedia cukup banyak . Unsur hara yang diserap tanaman dipergunakan untuk menyusun bagian- bagian tubuh tanaman. Bagian tubuh tanaman bila merupakan bagian yang dipanen dan tidak kembali ke tanah maka unsur hara yang ada di dalamnya merupakan unsur hara yang hilang dari tanah. Seperti halnya jerami yang digunakan untuk makanan ternak sapi. Karena itu sisa metabolisme dari ternak sapi yang berupa kotoran dan urin harus dikembalikan ke lahan untuk tetap menjaga ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah (Engelstad. 1997). Penggunaan pupuk organik pada produksi benih kakao akan dapat memperbaiki tanah sebagi tempat tumbuh dan penyerapan hara untuk tanaman dan memperbaiki ekosistem pada lingkungan sekitar tanaman karena dikuranginya penggunaan bahan kimia yang dapat membunuh jasad renik dalam tanah dan musuh alami yang seharusnya tetap lestari.(Isnaini M., 2006)
2
2014
BBP2TP Surabaya
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara (Anonim1, 2010). Penggunaan limbah peternakan yang berupa kotoran ternak merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga dan kelangkaan pupuk. Namun pada saat ini pemanfaatan kotoran ternak oleh petani belum optimal terutama dalam budidaya tanaman perkebuanan. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan petani (Ridwan. 2006). Pemanfaatan pupuk organik lebih baik daripada pupuk kimia karena sifatnya yang tidak mudah tercuci oleh air hujan dan erosi. Pupuk organik biasanya digunakan sebagai pupuk dasar yang diberikan sebelum tanam karena sifatnya lambat melepas unsur hara (Isnaini, M. 2006). Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi tetapi pupuk ini mempunyai keistemewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, meningkatkan pH dan kation tanah serta memperbaiki sifat biologi tanah (Tohari Yusuf. 2009). Setiap jenis hewan menghasilkan pupuk kandang yang berbeda-beda sifat dan kandungannya. Dalam semua pupuk kandang P selalu terdapat dalam kotoran padat, sedangkan sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran cair (urin). Kandungan K dalam urin adalah lima kali lebih banyak daripada kotoran padat, sedangkan kandungan N adalah dua sampai tiga kali lebih banyak (Buckman and Brady. 1982). Urin dan kotoran sapi adalah pupuk kandang yang bersifat cold manures (pupuk dingin) sehingga lebih mudah digunakan dilahan. Selain itu pupuk ini tersedia dalam jumlah banyak, mudah didapat dan mengadung unsur hara (Riyo Sumekto. 2008). Kandungan unsur hara pupuk organik tidak terlalu tinggi. Namun demikian pupuk ini mempunyai kelebihan lain dari pupuk anorganik yaitu semakin memperbanyak dan beragamnya bakteri positf tanah yang ada pada lahan. Bakteri tersebut sebagian adalah bakteri penambat N, P dan K sehingga secara tidak langsung bakteri tersebut akan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu pupuk organik juga mempunyai kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Engelstad. 1997). 3
2014
BBP2TP Surabaya
Pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik jika diberi pupuk organik. Pada musim hujan pupuk organik dapat ditaburkan di atas permukaan tanah, tetapi pada musim kemarau pupuk organik harus dibenamkan atau dicampur dengan tanah agar tidak menjadi kering (Buckman and Brady. 1982). Pupuk organik dapat diberikan lewat daun dan tanah. Pemupukan melalui daun dilakukan dengan konsentrasi seencer mungkin dan disemprotkan sesering mungkin. Pemupukan lewat daun bagi hara nitrogen hanya merupakan tambahan terhadap pemupukan lewat tanah (Riyo Sumekto, 2008). Menurut syarat tumbuhnya, tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao (Anonim, 2012). Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6 - 7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah. Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur (Anonim, 2012).
B. Beberapa Pupuk Organik Yang Digunakan Pada Produksi benih Kakao: 1. Pupuk kompos dari seresah daun gliricida dan kulit buah kakao Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai
4
2014
BBP2TP Surabaya
zat organik sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit(Anonim.,2012). Teknik pembuatan pupuk kompos: Serasah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao yang ada ditimbun pada tempat yang teduh kemudian dibuat berlapis dengan ketebalan 30 cm. Setiap lapisan seresah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao ditaburi pupuk kandang sapi atau kambing, dedak dan serbuk gergaji dan kemudian disemprot larutan EM-4 atau mol (mikroorganisme lokal) hingga rata kemudian ditutup dengan lapisan seresah berikutnya. Tahapan ini dilakukan hingga bahan seresah sisa pemangkasan dan kulit buah kakao habis. Setelah itu ditutup dengan terpal dan untuk memberikan sirkulasi udara pada proses dekomposisi 2-3 hari sekali penutup terpal dibuka. Pengkomposan dilakukan 1-2 minggu (Anonim, 2009) 2. Pupuk Kotoran Hewan a. Kotoran ayam Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang lain. b. Kotoran kambing Mengandung N dan K masing-masing dua kali lebih besar daripada kotoran sapi. c. Kotoran babi Mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi. d. Kotoran sapi Mengandung 0,29 N, 0,17 P2O5, 0,35 K2O (Buckman and Brady. 1982). Teknik pembuatan bokasi (bahan organik kaya nutrisi) dari kotoran hewan yaitu: Kotoran hewan yang ada diaduk hingga berbutir kecil kemudian ditimbun pada tempat yang teduh dan dibuat lapisan pertama kotoran hewan dengan ketebalan 30 cm kemudian disemprot dengan larutan EM-4 atau Mol (Mikroorganisme lokal) hingga rata dan kemudian ditutup dengan seresah daun atau jerami dengan ketebalan 5 cm untuk memberikan aerasi pada proses dekomposisi, selanjutnya dilanjutkan tahapan ini hingga kotoran hewan yang ada habis kemudian ditutup dengan terpal dan dibiarkan selama 1-2 minggu (Anonim, 2009).
5
2014
BBP2TP Surabaya
C. Dosis Dan Teknik Pemberian Pupuk Organik Pada Produksi Benih Kakao
Hasil penelitian pemberian kompos sampah kota, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton/ha setara dengan 6,2 kg/tan memberikan pengaruh yang baik bagi peningkatan pertumbuhan tanaman kakao. Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan agar dalam pembudidayaan tanaman kakao menggunakan pupuk kandang sapi, karena tersedia dalam jumlah yang banyak dan biaya pembuatannya lebih murah dibandingkan dengan perlakuan lainnya(Anonim3, 2010).
Pemupukan pupuk organik dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman kakao yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk organik secara merata dengan jarak 15 cm – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm – 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk organik dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dri batang utama. Penaburan pupuk organik dilakukan dalam alur sedalam 10 cm. Banyaknya pupuk yang dibutuhkan setiap tahun untuk lahan seluas 1 ha adalah 10 ton/ha (Anonim/bud.tan, 2012).
D. Penutup Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan – bahan organik baik dari tumbuhan atau kotoran hewan. Penggunaan pupuk organik pada produksi benih kakao sangat penting disamping untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah juga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga kesuburan tanah pada kebun sumber benih kembali meningkat yang sangat berpengaruh pada tingkat produksi benih kakao.
E. Daftar Pustaka Anonim. 2009. Materi Sekolah Lapang SRI. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut. Jawa Barat. Anonim1. 2010. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu hasil Kakao Nasonal. Puslitkoka Indonesia. Jember. Anonim2. 2010. Teknologi Sambung Samping Kakao. http://bercocok-tanamkakao.blogspot.com/2010/02/teknologi-sambung-saping-kakao.html. Akses pada tanggal 4 Desember 2011. 6
2014
BBP2TP Surabaya
Anonim3. 2010. PDF (Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Kompos Hasil Dekomposisi Trichoderma Harzianum Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao). http://repository.unand.ac.id/6108/25 November.2010. Akses pada tanggal 11 Maret 2013. Anonim4. 2010. Kakao. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat. http://www.disbun. Jabarprov.go.id/assets/data/arsip/budidaya. Akses tanggal 21 Maret 2013 Anonim. 2012. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao. http://www.ideelek.com/budidayatanaman/kakao/syarat-tumbuh-tanaman-kakao. Akses pada tanggal 11 Maret 2013. Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof.Dr. Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta Engelstat, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Terjemahan Dr.Ir. Didiek Hadjar Goenadi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Warna. Yogyakarta. Jermia Limbongan etc. 2010. Teknologi Sambung Samping(Side-Cleft Grafting) pada Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan. BPTP Prop. Sulsel. Riyo Sumekto. 2008. Pemupukan. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta Ridwan, MS. 2006. Kotoran Ternak Sebagai Pupuk dan Sumber Energi. Harian Independen Singgalang. Sumatera Barat Sri Setyati Haryadi. (1979). Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tohary Yusuf. 2009. Kandungan Hara Pupuk Kandang dalam Pertanian Blog: 23-25 Mei 2010. Jakarta.
7
2014
BBP2TP Surabaya
8