PERANAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG BANTARGEBANG BEKASI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)
Oleh Siti Robi’atul Badriyah NIM:106051001756
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2010
PERANAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM AL BARKAH DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG BANTARGEBANG BEKASI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)
Oleh Siti Robi’atul Badriyah NIM:10605111756
Pembimbing,
Drs. Harun Asfar, MA. Nip :
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul
"Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah
dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi" telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada
Program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Jakarta, 23 Juni 2010 Panitia Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si. NIP : 19630515 199203 1 006
Umi Musyarofah, MA. NIP : 19710816 199703 2 002
Anggota Penguji I
Penguji II
Rini Laili Prihatini, M.Si. NIP : 19580910 198703 2 001
Dr. Elidar Husein, MA. NIP : 19451125 197106 2 001
Pembimbing
Drs. Harun Asfar, MA. NIP : 150 062 829
ABSTRAK Peranan Pengajian Majelis Tak’lim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi Majelis taklim dalam persoalan kehidupan masyarakat dan bangsa mempunyai fungsi yang sangat signifikan, terutama bagi Ukhuwah Wathaniyah. Adapun kedudukan majelis taklim secara sosiologis bukan hanya sekedar tempat berkumpulnya kaum bapak-bapak atau kaum ibu-ibu saja, melainkan mempunyai nilai teologis yang akan memberikan pengetahuan, penghayatan dan bimbingan perilaku untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Islam. Penelitian ini diangkat atas dasar pemikiran yang menyatakan bahwa adanya peranan Majelis Taklim Al-barkah, maka dapat mendorong membina pengamalan Ibadah pada pemulung dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada sisi inilah penulis mengkaji keberadaan peranan Majlis Taklim Al-Barkah di Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung, faktor penunjang dan penghambat, serta hasil-hasil yang dicapai oleh Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur, wawancara langsung, kemudian data-data yang terkumpul dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah benar-benar mempunyai peranan yang sangat besar, karena kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah mampu merubah tatanan hidup bermasyarakat kepada kehidupan yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengajian oleh Majlis Taklim Al-barkah ini bahwa dengan adanya pengajian ini disambut positif oleh masyarakat, khususnya pemulung yang mengikuti pengajian, dan hasilnya bisa dilihat dari perilaku mereka sehari-hari yang mengalami evolusi.
KATA PENGANTAR Assalaamualaikum Wr.Wb Alhamdulilahirabbil’alamin, Selayaknya penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat, dan barangsiapa yang diberi petunjuk-Nya maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkannya maka tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu junjungan kita dan sebagai suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung doa dan harapan akhirnya penulis dapat menyelesaikan program S-1 di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. Dengan melewati hari-hari bahagia namun terkadang juga penuh duka, setidaknya inilah awal untuk menelusuri jalan hidup ke arah yang lebih baik lagi. Berkenaan dengan terselesaikannya pembuatan skripsi ini, maka perkenakanlah penulis untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dan memberikan supportnya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Ucapan Terimakasih ini penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, para Pembantu Rektor dan Staf Rektorat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu akan tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis;
2. Bapak Dr. H. Murodi, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta; 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah membantu, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini; 4. Ibu Dra. Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan petunjuk, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini; 5. Drs. Harun Asfar, MA. pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan kontribusi, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulisan skripsi ini berjalan, yang dengan ikhlas dan ketulusannya untuk dapat meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi setiap tulisan-tulisan di dalam skripsi ini; 6. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu tersebut dapat bermanfaat dan berguna di dalam menjalani kehidupan penulis selanjutnya; 7. Bapak KH. Nasir Thabroni selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi, yang telah membantu memberikan informasi, baik berupa buku-buku maupun data lainnya; 8. Segenap staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini; 9. Orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Nasir Thabroni.dan Ibunda Hj Maryam Umroh yang selalu tidak henti-hentinya penulis mendoakan dan selalu
bergelimang air mataku ketika penulis dalam kuliah. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT menyayanginya dan memberikaan kemudahan dalam menjalani seluruh aktivitasnya sehari-hari. Amin. 10. Kepada Sahabatku teristimewa Assyiami Mustika Utami, Halimatusa’diyah, Fitria Ramdhani, Richa Mut’mainnah, Adila, dan Abdurahman, Wawan, tak lupa pula teman-teman KKS Cibatok 2, Ismail Marzuki, Ahmad Fauzi, Anne, Nuri, Haikal, Rifqi, Ade, Agan, Rifa’i, Adit, Basit, Dimas, dan Fahdi yang telah banyak membantu, membimbing dalam penulisan skripsi ini; 11. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan Aa-ku Sabarudin Bintang yang selalu menemani dan juga telah banyak memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis dan umumnya para pembaca, dan semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah dberikan kepada penulis dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan yang sempurna dan berlipat ganda hendaknya, baik di dunia maupun di akhirat. Amin.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
iii
ABSTRAK .................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
7
D. Metodolgi Penelitian ............................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ..........................................................
11
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peranan ................................................................................
13
1. Pengertian Peranan ........................................................
13
2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan ...........................
15
B. Majelis Taklim .....................................................................
16
1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya .....
16
2. Fungsi Majelis Taklim ..................................................
17
3. Tujuan Majelis Taklim ..................................................
18
4. Jenis Jenis Majelis Taklim ............................................
19
5. Peranan Majelis Taklim ................................................
21
6. Materi dan Metode Pengajaran Majelis Taklim ...........
22
C. Pengertian Dakwah ..............................................................
26
D. Unsur-unsur Dakwah ...........................................................
29
1. Subyek Dakwah ............................................................
29
2. Objek Dakwah ..............................................................
31
3. Tujuan Dakwah .............................................................
32
4. Metode Dakwah ............................................................
34
5. Materi Dakwah .............................................................
36
6. Media Dakwah ..............................................................
37
E. Pengamalan Ibadah ..............................................................
38
1.
Pengertian Pengamalan Ibadah .....................................
38
2.
Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah .............................
40
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ...............................
43
B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah .....................
44
C. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah ..................
45
D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang .......
49
E. Hambatan dan Upaya Mengatasinya ...................................
50
F. Profil Pemulung di Bantargebang Bekasi ............................
50
BAB IV ANALISA DATA A. Kegiatan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung di Bantargebang Bekasi .......................................................
56
B. Peranan Ibu-ibu Pengajian tentang Kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung .............................................
59
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan para Pemulung di Bantargebang Bekasi ...........
60
D. Harapan Pemulung tentang Kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Ibadah ...........
62
E. Kesesuaian antara Kegiatan Majelis Taklim dengan Harapan Pemulung ..................................................
63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
66
B. Saran ....................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua-sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 3 juni 2010
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-BARKAH
MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH Izin Depag No. : Kd.10.21./03/05/MT/25/08 No. Statistik : 10.21.03.05.25 Sekretariat : Jl. Pangkalan 1B No. 3 RT.003 RW.005 Bantargebang Bekasi, 17151 – Jawa Barat Telp. (021) 8250932-82650777
SURAT KETERANGAN Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama
: KH. Nasir Thabroni
Jabatan
: Ustadz sekaligus Ketua Majelis Taklim Al-Barkah
Menyatakan dengan sebenar-benarnya, Nama
: Siti Robi'atul Badriyah
NIM
: 106051001756
Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama tersebut di atas benar telah mengadakan wawancara di Majelis Taklim Al-Barkah untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi". Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bekasi, 4 April 2010 Ketua Majelis Taklim Al-Barkah
( KH. Nasir Thabroni )
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Orang bijak mengatakan “Janganlah kau memandang ke atas dalam hal kekayaan, tetapi pandanglah ke atas dalam hal ilmu”. Pepatah ini sangatlah benar adanya. Seseorang wajib memandang keilmuan orang lain yang lebih tinggi sehingga akan menjadikan motivasi untuk meningkatkan ilmu yang dimilikinya, karena menuntut ilmu itu tak terbatas pada waktu maupun tempat. Untuk memperoleh ilmu perlu ada usaha. Oleh karena itu Rasulullah pernah meminta umat Islam agar menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa berkarya, berprestasi dan menyempurnakan ibadah. Bisa disaksikan orang, banyak orang yang dapat menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu. Meningkatkan ilmu yang dimiliki, tidak cepat puas dalam memperoleh ilmu, itu adalah suatu keharusan. Ada pepatah mengatakan “Di atas langit masih ada langit” yang berarti bahwa suatu ketika seseorang merupakan orang yang paling pandai atau paling tinggi ilmunya, tetapi di masa yang akan datang mungkin justru dia yang paling rendah ilmunya. Umat Islam menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji, dan sebagainya, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar.
1
2
Ilmu dapat dipelajari secara berjenjang. Di Indonesia misalnya, pendidikan formal dibagi kepada beberapa tingkatan dasar yang terdiri dari SD/Ibtidaiyah dan SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah, dan perguruan tinggi yaitu Akademi/Institut/Universitas. Mengenai qoul (perkataan) Ulama, bahwa menuntut ilmu tidak mengenal batas usia :
(ﻰ اﻟﱠﻠﻬْ ِﺪ )ﻗﻮل اﻟﻌﻠﻤﺂء َ ﻦ اﻟْ َﻤﻬْ ِﺪ اِﻟ َ ﺐ اﻟْ ِﻌﻠْ َﻢ ِﻣ ُ ُأﻃُْﻠ Artinya : "Tuntutlah Ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat.” (Qoul Ulama) Oleh karena itu, di samping pendidikan formal ada pula pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang bisa dilakukan di mana saja. Seperti di perpustakaan, majlis taklim, melalui majalah, televisi, dan sebagainya. Pendidikan non formal ini membantu sekali, salah satunya bagi kalangan ibuibu sebagai seorang wanita yang telah memasuki rumah tangga. Tidak sedikit di antara ibu-ibu yang merasa enggan untuk menuntut ilmu atau meningkatkan ilmunya dengan aneka alasan. Seharusnya mereka sadar, justru pada masamasa itulah peningkatan ilmu sangat dibutuhkan, karena mereka akan mendidik dan mengajari anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Islam adalah agama yang mempunyai dua dimensi : yaitu keyakinan atau aqidah dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu sendiri. Islam adalah agama risalah untuk manusia. Umat Islam adalah pendukung amanah untuk melaksanakan risalah selaku perseorangan maupun kolektif. Di tempat
2
3
manapun ia berada, menurut kemampuan masing-masing. 1 Sebagaimana firman Allah SWT :
ﻦ ِ ﻋ َ ن َ ْف َو َﻳﻨْ َﻬ ﻮ ِ ن ِﺑ ﺎﻟْ َﻤﻌْﺮُو َ ﺨﻴْ ِﺮ َو َﻳ ﺄْ ُﻣﺮُو َ ْن ِإﻟَﻰ اﻟ َ َوﻟْ َﺘﻜُﻦ ﻣﱢﻨ ُﻜﻢْ ُأﻣﱠ ُﺔ َﻳﺪْﻋُﻮ َﻚ ُه ُﻢ اﻟْ ُﻤﻔْﻠِﺤُﻮن َ ﻻ ِﺋ َ ْاﻟْﻤُﻨ َﻜ ِﺮ َوُأو Artinya
: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung”(QS.3:104)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dakwah dalam arti yang luas adalah mengajak, baik diri sendiri maupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasulnya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup bermasyarakat. Ini adalah kewajiban bagi pembawaan fitrah manusia sebagai social being (mahluk sosial) dan kewajiban yang ditegakkan oleh risalah-risalah kitabullah dan sunnah Rasul. 2 Manusia pada dasarnya adalah mahkluk yang terbaik dibanding makhluk lain. Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikolgi Dakwah dijelaskan bahwa arti bahasan dakwah itu ialah yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan.
1 2
M. Natsir, Fiqhudh Dakwah, (Jakarta; Media Dakwah, 1983). Cet. Ke-4, h. 110. DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta; DEPAG, 1971), h. 93.
3
4
Dakwah Islamiah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW telah berhasil membentuk masyarakat Islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah yang menuju sebuah masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta memberikan kerangka dinamika dan perubahan Islam dalam proses perwujudan masyarakat adil dan makmur. 3 Melaksanakan tugas dakwah Islamiah merupakan aktifitas dakwah yang tak terpisahkan dari pembinaan dan peningkatan bagi ibadah ibu-ibu. Di tengah kesibukan ibu-ibu bekerja dan mengurus rumah tangga pasti ada waktu luangnya. Di waktu luang ibu-ibu, para da’i haruslah bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, misalnya mengumpulkan ibu-ibu dalam suatu wadah, lembaga atau tempat, misalnya majelis taklim, sehingga akan memudahkan para juru dakwah (ustadz atau ustadzah) untuk mempelajari ilmu ibadah, baik yang sudah tahu ajaran Islam maupun yang belum mengetahui dan memahami agama Islam. Suatu perkembangan yang sangat baik, karena pada saat ini telah banyak bermunculan majelis-majelis taklim, mulai majelis taklim anak-anak (TPA), remaja, dan juga bapak-bapak. Hal ini berkaitan dengan timbulnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat, sehingga dengan demikian tertarik dan cenderung untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai agama. 4 Majelis mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan bagi kaum ibu-ibu pada khususnya.
3
Amrullah Ahmad. (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta; PWP2M, 1985), h. 285. 4 KODI, Pola Pembinaan M.T. (Jakarta; KODI, 1982). Cet. Ke-2, h.2.
4
5
Secara bahasa (lughowi) majelis taklim berarti tempat belajar, akan tetapi bagi masyarakat Bekasi lebih dari itu, majelis taklim di samping sebagai tempat belajar agama non formal juga berarti penguyuban, orientasi dan kehidupan wawasan agama dan kemasyarakatan, bahkan majelis taklim juga termasuk lembaga orientasi, tradisi, pembentuk solidaritas dan rekreasi sehat mengisi waktu luang. Barangkali kedudukannya sebagai lembaga pendidikan non formal Islam itulah yang memungkinkan adanya peranan yang cukup variasi. Memang secara umum, fungsi lembaga majelis taklim barulah sekitar pemberian penyuluhan tetapi perlu dicermati bahwa majlis taklim bukan hanya semata-mata tempat bertemu dan bercanda, tetapi juga memiliki berbagai macam kegiatan di antaranya sebagai tempat pembinaan mempelajari agama dan meningkatkan keagamaan, membangun persaudaraan Islam, perubahan mutu sosial dan sebagainya. Majelis taklim juga harus mampu menciptakan bahwa dirinya bukan hanya sebagai himpunan orang dan arisan tetapi sebagai gerakan penyebar rahmat Allah SWT. Seperti halnya di Majelis Taklim Al-Barkah yaitu sebagai lembaga dakwah, yang mengemban tugas memberikan pendidikan ilmu agama non formal. Tampaknya pengajian tidak hanya berpusat di masjid saja, tetapi juga bagi mereka yang melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Berhubungan dengan itu penulis berusaha mengungkap permasalahan dengan judul “Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi” Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut :
5
6
1. Majlis taklim mempunyai peranan besar dalam membina pengalaman ibadah pemulung di masyarakat pada umumnya; 2. Setiap kaum muslimin (pemulung) mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pengamalan ibadah; 3. Majlis Taklim Al-Barkah mempunyai potensi yang besar dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung; 4. Di samping belum adanya penelitian yang membahas dengan judul di atas yang mengambil lokasi di Majlis Taklim Al-Barkah Kelurahan Bantargebang Bekasi tempat tinggal penulis, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga maupun biaya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Oleh karena permasalahan menyangkut majelis taklim pemulung sangat luas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam "Peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah Pemulung" pada kegiatan majelis taklim dengan pengamalan ibadah para pemulung . Melihat dari pembatasan di atas, maka penulis mengambil rumusanrumusan sebagai berikut : 1. Bagaimana kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi Pemulung? 2. Bagaimana peranan pemulung pengajian tentang kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah?
6
7
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan agama para pemulung di Bantargebang Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis mempunyai beberapa tujuan di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengajian Majlis Taklim AlBarkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung; 2. Untuk mengetahui bagaimana harapan pemulung tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam
pengamalan ibadah
pemulung; 3. Untuk mengetahui apakah ada kesesuain antara kegiatan pengajian Majelis Al-Barkah dengan harapan pemulung.
Selanjutnya dengan tercapainya tujuan diatas, diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Segi akademis Dengan Penelitian ini berharap dapat memperkaya dari hasil khasanah ilmiah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Segi praktis Mengembangkan karya ilmiah yang bermutu untuk menambah wawasan pengetahuan tentang peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah.
7
8
Setelah melakukan penelitian, ada beberapa manfaat yang di dapat oleh penulis yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
membantu
pemerintah
dalam
pengembangan ilmu dakwah Islam dibumi nusantara ini; 2. Menambah wawasan bagi para pembaca, tokoh dan praktisi dakwah dalam mengembangkan ilmu dakwah; 3. Masyarakat lebih memahami betapa besar
manfaatnya majelis taklim
dalam meningkatkan kualitas keagamaan bagi masyarakat pada umumnya dan pemulung khususnya di Bantargebang Bekasi.
D. Metodolgi Penelitian Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi. Penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur, wawancara langsung kemudian data-data yang terkumpul dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis. 1. Subjek dan objek penelitian Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mereka yang bertugas di Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang, yang terdiri dari 1 orang ketua sekaligus ustadz di Majelis Taklim Al-Barkah dan 10 orang jamaah pemulung pengajian Majelis Taklim Al-Barkah.
8
9
Sedangkan objek penelitian ini adalah Majelis Taklim Al-Barkah yang terletak di Jalan Pangkalan 1B RT.03 RW.05 Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi, Kode Pos 17151. 2. Waktu penelitian Adapun waktu yang digunakan peneliti dalam melakukan selama 3 bulan yang terhitung dari bulan Febuari-Mei 2010. Penelitian ini dilakukan pada saat acara rutinitas pengajian. Hal ini dipilih oleh peneliti karena dianggap lebih memfokuskan peneliti dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data sehingga peneliti diharapkan dapat seefisien mungkin dalam penggarapan peneliti 3. Teknik pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan mengunakan wawancara, yakni penulis melakukan wawancara dengan informan, ketua sekaligus ustadz dan 10 ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Al-Barkah. 4. Sumber data Adapun Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil penemuan penelitian survey serta hasil wawancara dengan ketua sekaligus ustadz MajelisTaklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literature lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
9
10
5. Teknik analisa data Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah proses analisis non
statistik,
yaitu
mengambil
keputusan
atau
kesimpulan-
penyerdehanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan.dalam penelitian ini penulis menggunakan kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan,penyusunan,penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian dengan berwujud kata-kata.data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Penulis menganalisa data dengan menggunakan kata-kata .data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara.Penulis menganalisa data dengan menggunakan kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.
E. Tinjauan Pustaka Dari sekian banyak skripsi yang membahas tentang peranan namun tidak satupun peneliti menemukan skripsi yang membahas "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi " Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang majelis taklim tetapi peneliti tidak menemui skripsi yang membahas tentang skripsi yang peneliti tidak menemui skripsi yang peneliti tulis. Skripsi itu antara lain "Peranan Majelis Taklim Darul Muttaqien dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Jama'ah Kaum Ibu di Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang" oleh Suhari (2006), "Peranan Majelis Taklim Ma'hadul Fittyah dalam Pembinaan Keagamaan Remaja" oleh Firmansyah
10
11
(2002), "Peranan Majelis Taklim Hidayatul Mustaqim dalam Meningkatkan Pengamalan Keagamaan Ibu-Ibu di Cinangka Sawangan Depok" oleh Sri Lestari (2004) Oleh karena itu, peneliti berusaha membandingkan karya tulis terdahulu dengan skripsi yang peneliti kerjakan ini, dalam hal ini tentang peranan majelis taklim.
F. Sistematika Penulisan Bab I
: Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teoritis. Dalam bab ini membahas tentang sekitar majelis taklim, yaitu berisi pengertian peranan majelis taklim, tujuan majelis taklim, peranan majelis taklim, materi dan metode pengajaran majelis taklim, dan pengertian pengamalan ibadah.
Bab III
: Gambaran Umum Majelis Taklim Al-Barkah, membahas tentang gambaran umum Majelis Taklim Al-Barkah, sejarah berdirinya , tujuan majelis taklim dan struktur organisasi, dan program jangka panjang dan pendek, profil pemulung Bantargebang Bekasi.
Bab IV
: Hasil penelitian, membahas tentang analisa hasil penelitian yang berisi tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung
11
12
di Bantargebang Bekasi, harapan pemulung tentang kegiatan pengajian
Majelis
Taklim
Al-Barkah
dalam
membina
pengamalan ibadah, dan kesesuaian antara kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dengan harapan pemulung di Bantargebang Bekasi. Bab V
: Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran.
12
13
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Peranan 1. Pengertian Peranan Berbicara mengenai peranan, tentu tidak bisa dilepaskan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya
berbeda, akan tetapi saling
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu dengan statusnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan 1 , bagian yang dimainkan seorang pemain dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 2 Sedangkan Grass Mascan dan A.w.Mc.Eachern sebagaimana dikutip oleh Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapanharapan yang di kenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peran itu di tentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1998), h.667 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1991),h.751
13
14 diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat didalam pekerjaan lainnya 3 Dengan pengertian dan penjelasan tersebut di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajibankewajiban dan keharusan keharusan yang di lakukan. Seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana ia berada. Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu 4 , dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan yaitu istilah-istilah yang menyangkut : a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut; b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut; c. Kedudukan orang-orang dalam prilaku; d. Kaitan antara orang dan prilaku. 5
Masih menurut Biddle dan Thomas, ada lima istilah tentang prilaku dalam kaitannya dengan peran yakni : a. Expectation (harapan); b. Norm (norma); c. Performance (wujud perilaku);
3
N. Grass, W.S. Massan and A.W.Mc. Eachern, Exploration Role Analisis, dalam David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet .Ke-1,h.99-100 4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social (Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada 2003), Cet ke -8 h.214 5 Ibid, h.215
14
15 d. Evaluation (penilaian); 6 e. Sanction (sanksi). 2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan Di atas telah disinggung bahwa ada hubungan yang erat sekali antara peranan dengan kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosial dikarenakan dengan ia mempunyai status akan kedudukan dalam lingkungan sosial (masyarakat). Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk atau manusia lainnya. Maka pada posisi semacam inilah peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peranannya, yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia tinggal. Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan oleh David Berry terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan terhadap masyarakat. 7 Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh
6 7
Ibid,h216. N.Grass, W.S.Massan and A.W.Mc.Eachern, Op.Cit.,h,99
15
16 masyarakat kepadanya, dalam hal ini, peranan dapat sebagai bagian dari struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat. Demikian pula halnya pada majelis taklim yang memiliki tugas untuk dapat memberikan kontribusinya yang berupa kegiatan-kegiatan kepada masyarakat, khususnya jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah, di situ ada suatu harapan besar masyarakat khususnya jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah, dengan berbagai macam kegiatan tersebut yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah, Bisa dipahami dan terealisasikan dalam pola kehidupan. Sehingga dapat meningkatkan pengamalan ibadah jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al Barkah.
B. Majelis Taklim 1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya Dalam Kamus Munjid yang dikutip oleh Luis Ma’luf bahwa kata Majelis berasal dari bahasa arab yang berarti ( )ﻣﺠﻠ ﺲtempat duduk, dari kata (ﻣﺠﻠ ﺲ-ﻳﺠﻠ ﺲ- )ﺟﻠ ﺲjadi kata Majelisun merupakan Isim Makan (kata keterangan tempat) dari kata Jalasa yang berarti tempat duduk yang di dalamnya berkumpul orang-orang. Zukairini mengomentari bahwa majelis yaitu tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan kegiatan, Tempat dapat berupa mesjid, rumah atau juga tempat khusus yang dibangun untuk suatu kegiatan. Sehingga dikenal sebagai Majelis Syuro atau Majelis Taklim dan sebagainya.
16
17 Bila diperhatikan Majelis Taklim berasal dari kata-kata majelis dan taklim. Ada beberapa arti kata majelis ini yaitu sebagai berikut : a. Dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa Majelis adalah suatu tempat yang didalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan; 10 b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majelis adalah pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.
Dan kata ( )ﺗﻌﻠﻴﻢberasal dari kata (ﻤ ﺎ ً ْ َﺗﻌِْﻠﻴ- ُﻳ َﻌﱢﻠ ُﻢ-ﻋﱠﻠ َﻢ َ ) yang berarti mengajarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Taklim adalah melatih manusia. Jadi dari beberapa pendapat tentang definisi taklim, maka ditarik garis besarnya bahwa taklim adalah suatu bentuk aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan memberikan atau mengajarkan ilmu kepada orang lain. Bila kata Majelis dan Taklim dirangkaikan menjadi satu, maka dapat diartikan dengan “Tempat Pengajaran atau tempat memberikan dan mengajarkan ilmu agama”. 2. Fungsi Majelis Taklim Fungsi majelis taklim menurut Prof. H. M. Arifin, M.Ed, majelis taklim berfungsi sebagai pengokoh landasan hidup manusia Indonesia, khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathiniyah, duniawi dan ukhrowi, secara simultan (bersamaan), sesuai tuntunan agama
10
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (ed) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve ,1994 ), h.121
17
18 Islam yaitu iman dan taqwa yang melandaskan kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Menurut Nurul Huda fungsi majelis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal adalah : a. Memberikan semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta; b. Memberikan inspirasi, motivasi, dan stimulasi agar potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifan secara maksimal dan optimal, dengan pembinaan pribadi, kerja produktif, untuk kesejahteraan bersama; c. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan kesatuan yang padat dan selaras. 3. Tujuan Majelis Taklim Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis taklim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Dra. Hj. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan Majelis Taklim dari segi fungsi, yaitu : pertama, berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman agama. kedua, berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya. 13
13
Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan,1997), Cet.ke-1 h.78
18
19 Sedangkan sebagaimana telah disebutkan didalam Ensiklopedi Islam, bahwa tujuan majelis taklim adalah : a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan masyarakat, khususnya bagi jamaah; b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat; c. Mempererat silatuhrahmi antar jamaah; d. Membina kader di kalangan umat Islam. 14
Senada dengan pendapat di atas, Manfred zimek mengatakan bahwa tujuan dari majelis taklim adalah “Menyampaikan pengetahuan nilai-nilai agama, maupun gambaran akhlak serta membentuk kepribadian dan memantapkan akhlak". 15 Merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun majelis taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. 4. Jenis Jenis Majelis Taklim Jenis-jenis majelis taklim dapat dibedakan atas beberapa kriteria, di antaranya dari segi kelompok sosial dan dasar pengikat peserta. Ditinjau dari kelompok sosial peserta atau jamaahnya majelis taklim terdiri atas : a. Majelis taklim kaum bapak, pesertanya khusus bapak-bapak; b. Majelis taklim kaum ibu-ibu, pesertanya khusus ibu-ibu;
14
Dewan Redaksi Enksiklpedia Islaam (e) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Haeve, 1994), h.122. 15 Manfred Zimek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1986) Cet. Ke-1. H.157
19
20 c. Majelis taklim remaja, pesertanya khusus para remaja baik
pria
maupun wanita; d. Majelis taklim campuran, pesertanya merupakan campuran muda-mudi dan pria wanita. Ditinjau dari dasar pengikat peserta majelis taklim terdiri atas : a. Majelis taklim yang diselanggarakan oleh masjid atau musholla tertentu. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang berada disekitar masjid atau mushola tersebut. Dengan demikian dasar pengikatnya adalah masjid atau mushala. b. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau Rukun Tetangga (RT) tertentu. Dengan demikian dasar pengikatnya adalah persamaan administrative. c. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh kantor atau instansi tertentu dengan peserta yang terdiri dari para pegawai atau karyawan beserta keluarganya dasar pengikatnya adalah persamaan kantor atau instansi yang bekerja d. Majelis
Taklim
yang
diselanggarakan
oleh
organisasi
atau
perkumpulan tertentu dengan peserta yang terdiri dari pada anggota atau simpatisan dari organisasi atau perkumpulan tersebut. Jadi dasar pengikatnya adalah keanggotaan atau rasa simpati peserta terhadap organisasi atau perkumpulan tertentu.
20
21 5. Peranan Majelis Taklim Majelis taklim adalah lembaga Islam non formal. Dengan demikian majelis taklim bukan lembaga pendidikan formal seperti Madrasah, sekolah atau perguruan tinggi majelis taklim bukanlah merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Peranan majelis taklim antara lain : a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam
rangka membentuk masyarakat yang bertakwa
kepada Allah; b. Taman rekreasi rohaniyah, karena penyelenggaraannya bersifat santai; c. Wadah silaturahim yang menghidupkan syi’ar Islam; 16 d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat Islam. Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan pada kualitas pada hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Di samping itu guna menyadarkan umat Islam.Disamping itu guna menyadarkan umat Islam dalam rangka mengahayati dan mengamalkan ajaran agamanya yang konteksual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.
16
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, op.cit., h.120
21
22 Jadi peranan secara fungsional majelis taklim adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathaniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi, dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita. 17 6. Materi dan Metode Pengajaran Majelis Taklim a. Materi Materi atau bahan adalah apa yang hendak diajarkan dalam majelis taklim. Dengan sendirinya materi ini adalah ajaran Islam dengan segala keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya didunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan. Secara garis besar ada 2 kelompok pelajaran dalam majelis taklim,
yaitu
kelompok
pengetahuan
agama
dan
kelompok
pengetahuan umum.
17
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 1995) Cet. Ke-1, h.120
22
23 1) Kelompok Pengetahuan Agama Bidang pengajaran yang masuk kelompok ini antara lain, : a) Tauhid adalah, mengesahkan Allah dalam hal mencipta, menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya kepadanya; b) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong menolong, sabar dan sebagainya. Akhlak tercela meliputi sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud. c) Fiqih. Adapun isi materi fiqih meliputi tentang shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Di samping itu juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib, sunah, halal, haram, makruh dan mubah. Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut jamaah akan patuh dengan semua hukum yang diatur oleh ajaran Islam; d) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur'an berikut penjelasannya, makna dan hikmahnya; e) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan persetujuan Nabi Muhammad yang dijadikan ketetapan atau hukum dalam agama Islam. 2) Kelompok Pengetahuan Umum Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema yang disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan
23
24 agama artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaknya jangan dilupakan dalil-dalil agama, baik berupa ayatayat Al-Qur’an atau hadist-hadist maupun contoh dari kehidupan Rasullah SAW. 18 Menurut
Tuti
Alawiyah
bahwa
kategori
pengajian
itu
diklasifikasikan menjadi lima bagian : a) Majelis taklim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai tempat berkumpul, membaca shalawat, berjamaah dan sebulan sekali pengurus majelis taklim mengundang seorang guru untuk berceramah, itulah isi majelis taklim. b) Majelis
taklim
mengajarkan
ilmu
pengetahuan
dan
keterampilan dasar ajaran agama seperti belajar mengaji AlQur’an atau penerangan fiqih. c) Majelis taklim mengajarkan tentang fiqih, tauhid, atau akhlak yang diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang kadangkadang dilengkapi dengan tanya-jawab. d) Majelis taklim seperti butir ke-3 menggunakan kitab sebagai pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah. e) Majelis taklim dengan atau ceramah dengan pelajaran pokok yang diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan dengan situasi hangat berdasarkan ajaran Islam.19 Penambah dan pengembangan materi dapat dilakukan di Majelis Taklim seiring dengan semakin majunya zaman dan semakin 18
Nurul Huda, op.cit., h.29-33
24
25 kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar Majelis Taklim tidak terkesan kolot dan terbelakang. b. Metode Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta artinya melalui dan Hodos artinya jalan, maka pengertian metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. 20 Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahan pengajaran dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih, makin efektif pencapaian tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun bagi majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar dikelas yang tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar dikelas yang tidak dapat dipakai dalam majelis taklim Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi sekolah dengan majelis taklim. 21 Ada beberapa yang digunakan di Majelis Taklim, diantaranya: 1) Majelis taklim yang diselanggarakan dengan metode ceramah. Metode ini dilakukan ini dilaksanakan dengan dua cara : pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau ustadz bertindak aktif dengan memberi pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif,
2,h.10
20
H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), Cet. Ke-
21
Nurul Huda, Op Cit., h.10
25
26 yaitu hanya mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif. 2) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode halaqoh. Dalam hal ini pengajar atau ustadz memberikan pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. 3) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau diskusi mengenai suatu masalah pendapat atau diskusi mengenai masalah yang disepakatyang suatu masalah yang disepakati untuk dibahas. 4) Majelis taklim yang diselanggarakan dengan metode campuran artinya majelis taklim menyelanggarakan kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan satu macam metode saja , melainkan dengan berbagai metode secara berselang-seling. 22.
C. Pengertian Dakwah Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Dikatakan, orang yang adzan (mu’adzin) telah memanggil dan menyeru manusia untuk melaksanakan
26
27 shalat. Seorang nabi, disebut da’i, orang yang mengajak manusia untuk beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya (tauhid). 23 Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminology, mengandung beberapa arti yang beraneka ragam yang merupakan pendapat dari banyak ahli ilmu dakwah, mereka memberikan pengertian yang berbeda-beda seseuai dengan sudut pandang masing-masing di dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan, yaitu sebagai berikut : HSM. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah: "Setiap usaha aktivitas dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan garisgaris akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah". 24 Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah, "Mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat." Prof. Toha Yahya omar, mendefinisikan dakwah menurut Islam ialah : "Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat". 25 Dari definisi di atas, ada beberapa prinsip yang menjadi substansi, sebagai berikut :
23
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2006) Cet, ke-1. h,144 24 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta, Prenada Media, 2004). Cet,ke-1.h.5 25 Ibid . h.6
27
28 1. Dakwah merupakan proses penyelanggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. 2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa : a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau memeluk agama Islam; b. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat; c. Nahi munkar. 3. Proses usaha penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai oleh Allah SWT. Islam adalah agama dakwah, dan mempertahankan kebebasan berdakwah itu secara konsekwen. 26 Berdasarkan pengertian-pengertian diatas pula dapat ditegaskan bahwa pengertian dakwah ialah mengajak mad’u untuk melakukan kebaikan dan menjauhi larangan sesuai dengan ajaran Islam.
26
K.H.M. Isa Anshari. Mujahid Dakwah (Bandung: CV, Di ponegoro,1995), Cet, ke-V. hal.17
28
29 D. Unsur-unsur Dakwah 1. Subyek Dakwah Berdasarkan masalah dakwah, maka tidak dapat dipisahkan dari subjek dakwah dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan dari sudut prosesnya. Namun penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang subjek dakwah. Subjek dakwah dinamakan da’i, juru penerang, mubaligh, dan lain sebagainya. Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Adapun pengertian da’i adalah ”orang yang menyeru, memanggil, mengundang, atau mengajak”. 27 Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (Mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. 28 Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar, ia juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan
27
A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. (Surabaya: Usaha Nasional , 1983). Cet, ke-1. h. 33 28 A. Ilyas Ismail. Paradigma. H. 311
29
30 mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat. 29 Menyeru ke jalan Allah tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim di manapun mereka berada menurut kadar kemampuannya. Jadi, setiap muslim adalah da’i sebagaimana Allah berfirman :
ف ِ ْن ِﺑ ﺎﻟْ َﻤﻌْ ُﺮو َ ْﺾ َﻳ ﺄْ ُﻣ ُﺮو ٍ ْﻀ ُﻬﻢْ َاوِْﻟ َﻴ ﺂ ُء َﺑﻌ ُ ْت َﺑﻌ ِ ن وَاﻟْ ُﻤﺆْ ِﻣ َﻨ ﺎ َ ْوَاﻟْ ُﻤﺆْ ِﻣ ُﻨﻮ ﷲ َ نا َ ْﻄﻴْ ُﻌ ﻮ ِ ن اﻟ ﱠﺰآَﺎ َة َو ُﻳ َ ْﻼ َة َو ُﻳﺆْ ُﺗﻮ َﺼ ن اﻟ ﱠ َ ْﻦ اﻟْ ُﻤﻨْ َﻜ ِﺮ َو ُﻳ ِﻘﻴْ ُﻤﻮ ِﻋ َ ن َ َْو َﻳﻨْ َﻬﻮ ﺣ ِﻜﻴْ ٌﻢ َ ﻋ ِﺰﻳْ ٌﺰ َ ﷲ َ نا ﷲ ِا ﱠ ُ ﺣ ُﻤ ُﻬ ُﻢ ا َ ْﺳ َﻴﺮ َ ﻚ َ ﺳﻮَْﻟ ُﻪ اُوﻟ ِﺌ ُ َو َر Artinya : ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki atau perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”. (QS. AT Taubah 9:71) Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani manusia bukan hanya satu bidang, maka perlu pembagian tugas dan kewajiban sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya. Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-syarat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya. Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasullulah
29
Ibid
30
31 SAW. Karena ”Kehidupan Rasululoh SAW. Merupakan uswah bagi umatnya, maka tentunya hal ini pun berlaku dalam dakwah Islam. 30 Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus di miliki da’i yaitu : a. Kemampuan berkomunikasi; b. Kemampuan menguasai diri; c. Kemampuan pengetahuan psikologis; d. Kemampuan pengetahuan pendidikan; e. Kemampuan pengetahuan dibidang umum; f. Kemampuan dibidang Al-Qur’an; g. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih; h. Kemampuan pengetahuan di bidang hadist; i. Kemamampuan di bidang agama secara umum 31 . Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da’i sehingga dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat sasaran. 2. Objek Dakwah Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi usia, psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang mad’u yang sangat mempengaruhi dalam menangkap isi pesan yang disampaikan oleh da’i tersebut. Maka hendaklah seorang da’i harus mampu menguasai siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi 30
H. Nawawie Rambe. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta : Widjaya, 1985). Cet,
ke-3. h.10 31
Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-Prinsip Metodelogi Dakwah (Surabaya : Usaha Nasional, 1994) Cet. ke-1, h. 69-77
31
32 aspek kehidupannya secara utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sebagai makhluk lainnya. ”Sesungguhnya seorang da’i membutuhkan pemahaman yang benar terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikannya dan sungguh-sungguh dalam mentarbiyah para pengikutnya. Kegagalan salah satu dari ketiga hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi amal Islami secara keseluruhan”. Oleh karena itu, seorang da’i harus mendekati mad’u benar-benar dimulai dari titik taraf pemahaman mad’u, bukan dari titik pemahaman sang da’i. Kita melihat dewasa ini ada sebagian dari saudara kita yang muklisin, tetapi sering kali kurang memperhatikan prinsip ini, seluruh perhatiannya dicurahkan untuk meluruskan aqidah umat dengan cara yang membuat kebanyakan manusia lari dari padanya. Mereka berbicara kepada seseorang tanpa membedakan antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak sekolah dan lain sebagainya. 3. Tujuan Dakwah Pada
dasarnya
dakwah
dimaksudkan
untuk
mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka didunia maupun di akhirat kelak. Suatu kegiatan tidak akan bermakna apabila tidak ada arah tujuan yang jelas. Maka tujuan dari dakwah adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pola pikir dan pola sikap, Allah SWT berfirman :
ْل اِذْدَﻋَﺎ ُآﻢْ ِﻟﻤَﺎ ُﻳﺤْ ِﻴﻴْ ُﻜﻢ َ ْﺳﻮ ُ ﷲ وَاﻟ ﱠﺮ َ ﻦ ا َﻣ ُﻨﻮْا اﺳْﺘَﺠِﻴْ ُﺒﻮْا ا َ ْﻳَﺂَا ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟ ِﺬﻳ 32
33
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rosul, apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. (Q.S.Al Anfal : 24) Adapun
yang
dimaksud
dengan
tujuan
dakwah
adalah
sebagaimana yang dirumuskan oleh Abu A’la Maududi bahwa yang ingin dicapai melalui dakwah Islam adalah, "menghidupkan manusia baik daya observasinya, daya rasa, dan daya cipta, serta menghidupkan dhamir hati nurani dan basyirah". M. Syafa’at Habib merinci tujuan dakwah Islamiyah itu sebagai usaha untuk : a. Membentuk masyarakat yang konstruktif menurut ajaran Islam; b. Mengadakan koreksi terhadap situasi atau tindakan yang menyimpang dari ajaran agama; c. Menembus hati nurani seseorang sebagai sarana untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah; d. Menjadikan manusia dari segala bentuk frustasi, kejahilan dan kebekuan pikiran. 32 Berdasarkan pendapat di atas jelaslah yang menjadi tujuan dakwah dalam berbagai bentuknya tidaklah lain dari suatu usaha yang dilakukan menciptakan pribadi muslim yang mampu serta bertanggung jawab melaksanakan ajaran islam. Baik pribadi muslim itu telah mampu
32
Abu A’la Maududi, Petunjuk Untuk Juru Dakwah (Terj), Media Dakwah, (Jakarta 1982), h.4
33
34 melaksanakan ajaran Islam maka yang diharapkan adalah sejahtera lahir dan batin serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian tujuan dakwah Islam yang pada intinya adalah merubah sikap dan prilaku seseorang atau kelompok supaya kembali pada pola dasarnya, bahwa manusia pada dasarnya hidup di dunia ini agar mengabdi kepada Allah SWT. 4. Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu ”meta”(melalui) dan ”hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain mengatakan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodika artinya ajaran tentang metode. Arti secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 33 Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pedoman para da’i antara lain : Al-Qur’an, As-Sunnah, Sirah (sejarah), Salafusshaleh dari kalangan sahabat, tabi’in dan ahli ilmu serta iman.
33
Said Bin Ali Al-Qohthani. Dakwah Islam Dakwah Bijak ( Jakarta : Gema Insani Press, 1994). Cet ke-1.h 101
34
35 Metode dakwah yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal berikut : a. Memeriksa dan mendiagnosis pasien (kalau da’i diumpamakan dokter) Seorang dokter ahli berpengalaman sebelum mengobati ia akan melakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakitnya terlebih dahulu. Setelah itu, melakukan pengobatannya berdasarkan penyakit tersebut. Seorang da’i adalah dokter rohani. Penyakit rohani antara lain kufur dan maksiat. Dalam hal ini, seorang dai harus memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang di derita pasien. Obat kufur adalah iman kepada Allah dan ajaran yang di bawa Rasullulah SAW, sedangkan obat maksiat adalah bertaubat kepada Allah dan memperbanyak taat. Bagi Allah setiap penyakit ada obatnya. b. Menghilangkan syubhat Tujuan dari menghilangkan syubhat ini adalah agar audiens tidak sempat sempat melihat penyakit apalagi merasakan. Tidak diragukan lagi bahwa syubhat bisa melahirkan keraguan (syak) pada kejujuran seorang da’i dan hakikat ajakannya. c. Memberikan semangat kepada audiens agar selalu menggunakan ”obat” dan menerima yang hak. d. Membimbing audiens dengan al qu’ran, as sunnah, dan sirah kaum salafus shaleh e. Menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak. Yakni melalui nasihat dan diskusi yang baik atau (kalau memang di perlukan) dengan
35
36 kekuatan. Namun cara terakhir ini khusus bagi mereka yang menentang Islam dan zhalim. 34 Adapun tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat, cara-cara ini dirumuskan dalam surat An- Nahl ayat 125 :
ﻲ َ ﺴ َﻨ ِﺔ َوﺟَﺎ ِدﻟْ ُﻬﻢْ ﺑِﺎﱠﻟ ِﺘﻲْ ِه َﺤ َ ْﻈ ِﺔ اﻟ َﻋ ِ ْﺤﻜْ َﻤ ِﺔ وَاﻟْ َﻤﻮ ِ ْﻚ ﺑِﺎاﻟ َ ﻞ َر ﱢﺑ ِ ْﺳ ِﺒﻴ َ ﻰ َ ع اِﻟ ُ ُْاد ﻦ َﺴ َ َْاﺣ Artinya :
"Serulah (ajaklah) manusia kepada jalan Allah dengan cara bijaksa dan nasehat yang baik, dan bertukar pikiranlah, (bantahlah) dengan cara yang lebih baik”. (Q.S. An-Nahl :125)
Dari ayat di atas dapat kita ringkas bahwa menurut ayat di atas metode dakwah itu meliputi tiga bagian yaitu : a. Hikmah (bijaksana); b. Mau’izhoh hasanah (nasihat yang baik); c. Mujadalah bilati hiya ahsan (bertukar pikiran). 5. Materi Dakwah Materi dakwah adalah hal-hal yang akan disampaikan kepada obyek dakwah Materi dakwah secara prinsipil berpangkat pada al qur’an dan Sunah Rasul.
35
Kedua materi itu dinamakan materi primer. Sedangkan
materi sekundernya adalah sebagaimana diungkapkan oleh A. H. Hasanudin sebagai berikut: ”materi dakwah kalau dianggap perlu bisa ditambah dengan hasil ijtihad para ulama, atau sarjana muslim yang
34 35
Ibid h.101-102 Ibid.h. 13
36
37 terpercaya dan kuat”.
36
Selain itu materi dakwah primer dan sekunder juga
bisa diambil dari berbagai sumber lain seperti, buku-buku agama atau umum, media informasi, pengalaman dan sebagainya. Materi dakwah menurut Muhammad Natsir dalam bukunya "Fiqhud Dakwah" dibagi dalam tiga pokok, yaitu : a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliqnya; b. Menyempurnakan hubungan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya; c. Mengadakan keseimbangan antara keduanya dan mengaktifkan keduaduanya sejalan dan berjalin. Sedangkan menurut Asmuni Syukir, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: a. Masalah keimanan (aqidah); b. Masalah keislaman (syari’ah); c. Masalah budi pekerti (akhlaquk karimah) 36 . 6. Media Dakwah Istilah Media dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin, yaitu”median”yang berarti perantara. Kata media merupakan jamak dari kata median itu sendiri. Dari arti semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. 37 . Dengan Demikian Media dakwah dapat di artikan dengan sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang 36
M..Natsir, Fiqhud Dakwah, ( Jakarta: Yayasan Cipta Selecta,2000) cet ke-
11, h. 36 36 37
Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam Ibid, h.163
37
38 ditentukan. Media dakwah tersebut dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya. Dalam Usaha menyampaikan ajaran islam media menjadi peran yang sangat penting, karena media menjadi urat nadi kegiatan dakwah. Selain itu, media juga dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Media lisan; b. Media tulisan; c. Media elektronik. Media atau sarana adalah hal yang mengantarkan manusia kepada sesuatu. Adapun sarana dakwah adalah yang membantu mubaligh untuk menyampaikan pesan ajaran Islam. Untuk itu mubaligh harus memilih media yang sesuai dengan kondisi dan situasi pelaksanaan dakwah.
E. Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Pengamalan Ibadah Pengamalan berasal dari kata "amal" yang berarti perbuatan yang baik. Kata "amal" itu sendiri mendapatkan awalan “Peng” dan akhiran “an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil, atau proses kerja mengamalkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan, mengamalkan, melaksanakan dan pelaksanaan, penerapan. 38 Sedangkan
Ibadah
secara
bahasa
(terminology)
berarti
merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut Istilah (terminology),
38
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), edisi 111 h.34
38
39 ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan pada Dzat yang memiliki puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT. Selain definisi di atas, Ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain : a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasul-Nya; b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi; c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza Wa Jalla, baik berupa ucapan atau pun perbuatan, yang dzahir maupun yang bathin. 39 Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah adalah proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT, yang disadari dengan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
39
H. Baihaqi A.K. Fiqih Ibadah ( Bandung : Mas Bandung, 1996),cet-ke1,h.31
39
40 2. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana yang di syariatkan dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Allah SWT, menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita, pergaulan kita, percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah. Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran, perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan dan hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita kepada Allah SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek kehidupan kita baik yang lahir maupun batin. Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya "Fiqih Ibadah", ditinjau dari segi bentuknya, Ibadah di bagi menjadi dua macam yaitu : 40 a. Ibadah "khashshah" adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan Hadist, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji. b. Ibadah "Ammah" adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karena Allah SWT. seperti makan dan minum,
40
A. Rahman Ritonga, M.A, Fiqh Ibadah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama: 2002), Cet ke2, h.62
40
41 amar ma’ruf-nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya. Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad Baqir, ibadah menurut bentuk dan pengamalannya terdiri dari : 41 c. Ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah seperti berdzikir, bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya; d. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa dan haji; e. Ibadah
yang ditentukan teknik pelaksanaannya seperti menolong
orang lain, berjihad membela diri, mendirikan madrasah atau yayasan, mesjid, rumah sakit dan sebagainya; f. Ibadah yang bentuk pelaksanaanya menahan diri seperti puasa, ihram dan I’tikaf; g. Ibadah yang bentuknya mengugurkan hak seperti menggugurkan hak seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutang, memaafkan kesalahan dan sebagainya. Ibadah dalam Islam adalah bentuk perbuatan tertentu yang telah digariskan dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya, pelaksanaannya, dan tata caranya. Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut adalah shalat, zakat, puasa dan haji. Sebagaimana muslim pada umumnya, pemulung juga mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut, tidak ada perbedaannya dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu 41
Al Habsy dan Muhammad Baqir, Fiqh Praktis Menurut Al-Qur’an, As sunnah dan Pendapat Ulama (Bandung: Mizan, 1999), Cet, ke 4, h.27
41
42 peneliti dalam melakukan penelitian ini memfokuskan diri pada pengamalan ibadah dan aktifitas dakwah lainnya yang dilakukan oleh Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi.
42
43
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk yang bernyawa maupun mahkluk yang tidak bernyawa, pasti mempunyai latar belakang atau sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya Majelis Taklim Al-Barkah ini yang mempunyai sejarah yang tidak kalah menarik dengan sejarah kelahiran yang lain. Majelis Taklim Al-Barkah tidak didirikan di atas keserba-adaan dan bukan bertahta di atas singgasana serba berkecukupan, melainkan ia lahir dan berkembang berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta adanya bimbingan dan dukungan sepenuhnya dari para dermawan yang tulus dan ikhlas mengorbankan sebagian hartanya dan menyumbangkan pikiran serta tenagannya dengan niat ibadah. Beberapa tahun yang silam, tepatnya pada tahun 1985 terdapatlah suatu kisah tentang masyarakat Bantargebang Bekasi, di mana masyarakat ini tingkat keagamaannya masih sangat rendah sekali. Mereka belum mengetahui bagaimana caranya shalat, bagaimana rukun-rukunnya puasa, bagaimana cara membaca Al-Qur’an dan lain-lain, khususnya kaum ibu rumah tangga, di mana hari-harinya banyak disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami, sehingga hampir tidak ada waktu untuk belajar agama dan seluk beluknya.
43
44
Menyadari akan kekurangan ini, maka akhirnya muncullah ide yang sangat bagus dari seorang
KH. Nasir Thabroni, untuk mendirikan suatu
lembaga pendidikan keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim dengan nama Majelis Taklim Al-Barkah. Majelis Taklim Al-Barkah ini berdiri pada tahun 1982-1985 dengan pendirinya Almarhum H. Thabroni 1 . Modal awalnya uang pribadi yang dibantu swadaya masyarakat Bantargebang dan sekitarnya. Majelis Taklim ini oleh warga Bantargebang Bekasi digunakan untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu dan tempat ini pula oleh para pemulung warga Bantargebang digunakan untuk menimba ilmu agama. 2
B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah Majelis Taklim Al Barkah didirikan dengan tujuan berbuat sesuatu demi orang lain yaitu : 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Allah SWT; 2. Masyarakat menjadi tahu tentang perkembangan agama Islam; 3. Terciptanya kerukunan antar warga 3 ; 4. Masyarakat dapat mencari ilmu pengetahuan di Majelis Taklim AlBarkah;
1
KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010. 2 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010. 3 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.
44
45
5. Membekali Pemulung dengan pengetahuan umum dan agama sehingga dapat diharapkan dan digunakan kepentingan dunia dan akhirat dalam hidup mereka menjadi serasi dan seimbang; 6. Mempererat silatuhrahmi.
Dengan terbentuknya rumusan tujuan-tujuan di atas, Majelis Taklim Al-Barkah berharap di dalam Perjalanannya (memberi pengajaran-pengajaran agama kepada masyarakat) menjadi yakin, mantap dan terarah. Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya : "Barangsiapa yang menghendaki dunia maka ia harus menguasai ilmunya, dan barangsiapa yang menghendaki akhirat maka ia harus menguasai ilmunya dan barangsiapa yang menghendaki keduanya, maka harus pula menguasai ilmuilmunya.”
C. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah Suatu Organisasi seperti Majelis Taklim Al-Barkah tidak akan berjalan dengan baik, tanpa adanya orang-orang yang mengurusi ataupun bertanggung jawab di majelis taklim tersebut, maka harus dibuat suatu struktur kepengurusan atau struktur organisasi. Soetmina mengatakan bahwa “Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut serta wewenang dan
45
46
tanggung jawab setiap anggota organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut.” 4 Berangkat dari tulisan di atas, maka dapat dipahami bahwa struktur organisasi dapat dilakukan sebagai kerangka kerjasama di mana orang-orang akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas serta menyusun bagian-bagian sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga dalam sistem organisasi terwujud apa yang dicita-citakan. Yang dimaksud dengan kerangka yaitu ruang lingkup, jalur koordinasi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Untuk mencapai misi yang diemban oleh pengurus Majelis Taklim Al-Barkah, seperti yang dituturkan oleh ketua pengajian yaitu Bapak KH. Nasir Thabroni, maka disusunlah sebuah struktur organisasi sebagai berikut : 1. Ketua Majelis Taklim Jabatan ini dipegang oleh KH. Nasir Thabroni. Pada umumnya tugas seorang ketua atau pemimpin sama halnya Majelis Taklim AlBarkah adalah mengusahakan agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerjasama yang produktif. Seorang Ketua Majelis Taklim harus bisa mengintegrasikan pandanganpandangan anggota kelompok majelis taklim, baik mengenai situasi di dalam maupun di luar kelompok yang bersangkutan. Selain itu, harus bisa mengawasi tingkah laku anggotanya berdasarkan rumusan bersama yang
4
Soetmina, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), Cet. Ke-I, h. 57.
46
47
telah ia rumuskan itu dan harus menyadari dan merasakan kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan dan cita-cita anggota serta mewakilinya ke dalam maupun ke luar anggotanya. 2. Wakil Ketua Jabatan Wakil Ketua ini dipegang oleh Ibu Hj. Maryam Umroh. Tugas seorang wakil ketua adalah bertanggung jawab membantu apa yang menjadi tugas dari ketua majelis taklim. Jabatan ini sama beratnya dengan jabatan ketua majlis taklim, karena di sini juga diperlukan tenaga ekstra dalam membantu apa yang diperintahkan oleh seorang ketua serta menjadi penyalur aspirasi dari anggota kepada ketuanya. 3. Sekretaris Jabatan Sekretaris ini dipegang oleh ibu Euis Fatimah. Sekretaris bertugas mencatat siapa saja yang menabung, mencatat siapa saja yang menyumbang untuk anak yatim dan sebagainya. Jabatan ini diperlukan suatu ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam pembukuannya dan catatannya. 4. Bendahara Jabatan Bendahara ini dipegang oleh Ibu Hj. Aswasih. Ia bertugas memegang keuangan yang ada di Majelis Taklim A-Barkah. Sifat yang sangat jujur diperlukan dalam tugas ini, karena banyak orang yang terjerat dosa karena korupsi dengan ekonomi. Di sinilah saatnya ia berusaha keras untuk mengamalkan apa yang diajarkan oleh ustadz tentang amanah dan kejujuran.
47
48
Selain jabatan-jabatan di atas, dalam tugasnya mereka juga dibantu oleh seksi-seksi di antaranya sebagai berikut : 1. Seksi Dakwah Jabatan Seksi Dakwah ini dipegang oleh Ibu Neneng Asti bertugas memimpin wiridan dan pembacaan Surah Yasin dan mencari guru pengajar atau ustadz/ustadzah dari luar. Maka dia juga harus membagi waktu antara ustadz/ustdzah yang akan mengajar agar tidak bentrok. Seorang Seksi Dakwah juga siap mengaji atau memimpin jalannya pengajian apabila sang Ustadz/Ustadzah tidak hadir. 2. Seksi Perlengkapan Jabatan Seksi Perlengkapan ini dipegang oleh Ibu Fitria Husni Thamrin. Dalam hal ini ia bertugas melayani atau melengkapi segala kebutuhan di majelis taklim. Adapun hal-hal yang dilakukannya selama ini adalah membeli Al-Qur’an untuk majelis taklim, menyediakan minum untuk ibu-ibu pengajian dan masih banyak lagi. 3. Seksi Informasi Jabatan Seksi Informasi ini dipegang oleh Ibu Neneng. Seksi informasi ini bertugas memberi informasi apapun tentang kegiatankegiatan yang akan dilakukan majelis taklim dan menyampaikan informasi dari luar, misalnya mengumumkan tentang adanya perayaan hari besar agama Islam, memberi informasi tentang undangan pengajian dari luar untuk para ibu-ibu pengajian dan lain-lain. 5
5
KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.
48
49
Jabatan–jabatan yang diberikan di atas bagi ibu-ibu bukan merupakan anugerah, akan tetapi jabatan tersebut merupakan beban tanggung jawab yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Mengenai tugas-tugasnya memang terasa berat, namun demi kelancaran jalannya majelis taklim dalam mengemban amanah amar ma’ruf nahi munkar, mereka harus tetap istiqomah dalam memegang amanah.
D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang Program adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan rencana kegiatan atau kebijakan (policies) dalam mencapai tujuan (objective). Suatu program menentukan kegiatan-kegiatan secara bertahap atau suatu rentetan kegiatan, yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Adapun program jangka pendek dan program jangka panjang Majelis Taklim Al-Barkah yaitu : 1. Mengadakan perayaan hari-hari besar Islam; 2. Mengadakan tabungan; 3. Mengadakan pengajian mingguan; 4. Menyelenggarakan manasik haji; 5. Pengelolaan zakat; 6. Mengadakan shalat sunnah tasbih; 7. Meningkatkan sarana dan prasarana; 8. Membuat taman bermain sederhana untuk para jama’ah yang membawa anak kecil.
49
50
E. Hambatan dan Upaya Mengatasinya Mulus, lancar dan sukses merupakan sesuatu yang sangat diharapkan setiap kali kita melakukan suatu kegiatan. Tetapi hambatan-hambatan dalam menggerakkan sesuatu itu tidak bisa dipungkiri. Artinya, setiap kegiatan yang dilakukan tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan, seperti peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung di Bantargebang Bekasi. Adapun yang menjadi faktor penghambat : 1. Adanya modernisasi dan perkembangan teknologi. Menonton televisi, mendengarkan radio ataupun pergi ke mall walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja, itu lebih menarik bagi sebagian pemulung daripada menghadiri pengajian di majelis taklim yang menurut mereka membosankan, mengantuk atau tidak asyik. Mereka lebih memilih sinetron-sinetron, kuis-kuis, acara musik ataupun gosip-gosip tentang artis daripada mendengarkan ceramah seorang ustadz ataupun berdzikir. 2. Adanya image bahwa pengajian itu kuno Selain modernisasi dan perkembangan teknologi sebagai salah satu hambatan dalam perkembangan Majelis Taklim Al-Barkah, ada pula hambatan lain yaitu adanya pendapat atau kesan bagi sebagian masyarakat bahwa menghadiri pengajian itu adalah aktivitas jaman dahulu alias kuno. Menurut mereka, Pengajian sudah tidak pantas lagi berada pada jaman modern ini. Mereka merasa enggan atau malu jika harus menghadiri pengajian, memakai kerudung, memakai pakaian tertutup atau harus
50
51
berkumpul dalam satu wadah dengan ibu-ibu yang usianya jauh lebih tua dari mereka atau lazim disebut nenek-nenek. 3. Kurangnya dukungan dari suami Ada sebagian suami yang tidak atau kurang mendukung istri mereka untuk mengikuti pengajian, karena mereka mengganggap istri ditakdirkan hanya untuk menjaga atau mengurus rumah dan anak-anak. Mereka tidak mengijinkan istrinya untuk beraktivitas di luar rumah karena tidak dapat lagi mengurus rumah dan anak-anak. 4. Perbedaan pendapat karena perbedaan usia. Seringkali dalam satu perencanaan kegiatan terdapat perbedaan pendapat
atau
keinginan
dikarenakan
perbedaan
usia.
Dalam
merencanakan suatu kegiatan, para ibu muda biasanya memiliki pembaharuan
dari
kegiatan-kegiatan
sebelumnya.
Mereka
ingin
melaksanakan kegiatan dengan menambah unsur modernisasi tanpa meninggalkan tradisi, sementara ibu-ibu yang usianya jauh lebih tua tidak mau mencampur modernisasi, mereka tetap berpegang pada tradisi saja. 5. Faktor mencari nafkah Tidak bisa menghadiri pengajian karena bersamaan waktunya dengan jam kerja sebagian pemulung yang terpaksa bekerja mencari nafkah untuk membantu suami ataupun karena sudah tidak memiliki suami sehingga pagi hari mereka harus berangkat bekerja dan tidak bisa menghadiri pengajian. Ada pula beberapa ibu yang memang berkarir sesuai profesinya masing-masing sesuai keinginan sendiri. Adapun upaya untuk mengatasinya yaitu :
51
52
1. Membuat program kegiatan dengan memadukan unsur modern dan tradisional yang mengubah image bahwa pengajian membuat mengantuk, membosankan dan tidak menarik; 2. Menyelanggarakan pengajian pada komposisi waktu yang tepat, yaitu memulai pengajian tidak terlalu pagi dan berakhir tidak terlalu siang, sehingga cukup waktu bagi ibu-ibu untuk mengurus dan merapihkan rumah tangga mereka; 3. Lebih
giat
lagi
berdakwah
dan
meyakinkan
masyarakat
untuk
menyeimbangkan kehidupan duniawi dengan ukhrowi dan tidak lebih mementingkan kepentingan duniawi daripada kepentingan ukhrowi.
F. Profil Pemulung Di Bantargebang Bekasi Kota Bekasi terkenal dengan kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan yang terjadi setiap hari, juga padatnya lahan perumahan dan pertokoan. Bantargebang yang bermasalah sebagai TPA Sampah warga DKI Jakarta, padahal Bantargebang bisa dibilang menjadi urat nadi perekonomian kota. Kota Bekasi menjadi kota yang supersibuk, karena selain harus melayani warga dari daerah sendiri, juga dari wilayah-wilayah yang mengelilinginya seperti DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Luas wilayah Kecamatan Bantargebang Bekasi adalah adalah 4.478.803 Ha yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.640.899 Ha, lahan sawah seluas 1.206.036 Ha, pertanian darat 1.336.735 Ha, dan penggunaan lain-lain seluas 295.131 Ha. Dari delapan desa yang ada di tiga
52
53
kecamatan diperuntukkan sebagai lokasi pemusnahan akhir sampah seluas 108 Ha, yaitu Desa Ciketingudik, Desa Cikiwul, dan Desa Sumurbatu. Berdasarkan fungsinya, Desa Bantargebang diperuntukkan untuk jalur industri ringan, Desa Padurenan, Desa Mustikajaya dan Desa Mustikasari diperuntukkan sebagai jalur perumahan dan Desa Sumurbatu untuk area holtikurtura. Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Bantargebang adalah lahan pemukiman mencapai 52,60%, sebanyak 30% lahan pertanian darat dan 11,60% lahan sawah telah dijadikan lahan perumahan untuk menampung para pendatang, karena Kota Bekasi merupakan daerah penyangga bagi Provinsi DKI Jakarta. Kecamatan Bantargebang merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kota Bekasi. Kecamatan ini berdiri pada tahun 1981 dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Setu. Kecamatan Bantargebang secara geografis terletak antara 107021'-107010 Bujur Timur dan 6017'-6027 Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan daerah Tambun; 2. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor; 3. Sebelah timur berbatasan dengan daerah Setu; 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Daerah Bantargebang dan sekitarnya dilalui oleh jalur utama Jalan Raya Bekasi-Bogor dan sekaligus daerah industri, permukiman, dan pertanian. Setiap harinya ada sekitar 700 truk yang membuang sampah sekitar 5.000 ton sampah DKI Jakarta dalam lima zona seluas 110 hektar di TPA yang sekarang berganti nama menjadi TPST. Ada sekitar lima ribu pemulung setiap hari dan
53
54
sekitar 80 pengepul di sekitar TPA. Bila kita ingin masuk ke dalam kawasan TPA dari Jalan Raya Bekasi, sepanjang jalan yang kita temukan rumah-rumah pengepul sampah saja dan tanah kosong yang tidak dipergunakan atau terbengkalai. Tetapi kalau kita melihat dari atas tumpukan sampah yang berada persis di depan pemberhentian truk-truk sampah yang akan ditimbang, maka kita dapat melihat ada sebuah pemukiman yang berada sangat dekat dengan TPA Bantargebang. Menurut pengelola TPA, itu adalah pemukiman para pemulung yang bermatapencaharian di tempat pengelolaan sampah tersebut. Kebanyakan mereka adalah warga pendatang yang mengadu nasib atau peruntungannya di dalam mencari nafkah untuk biaya hidup. Usia merekapun bervariasi dari mulai anak remaja sampai yang sudah lanjut Usia kebanyakan dari mereka berusia antara 30-40 tahun sebagaimana yang tercantum tabel berikut : Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
Jumlah
15-20 tahun
18
21-30 tahun 31-40 tahun 41-60 tahun 15-20 tahun
21 36 9 14
21-30 tahun
19
31-40 tahun 41-60 tahun
28 5
Jumlah
150
Latar belakang pendidikan merekapun
bermacam-macam sebagian
kecil yang duduk di bangku sekolah itu juga hanya sampai SLTP saja. Disamping itu juga ada dari mereka yang memang mengajarkan ilmu agama melalui Pengajian-pengajian walaupun Cuma sebagaian kecil padahal minat 54
55
anak-anak untuk belajar sangat tinggi. Tetapi karena perekonomin yang sulit para orang tua mereka pun tidak mampu menyekolahkan ini menjadi salah satu faktor penyebab latarbelakang pendidikan pemulung sangatlah rendah, karena penghasilan mereka hanya 15 ribu- 20 ribu perhari, kebanyakan dari mereka hidupnya terbelakang tapi ada sebagaian kecil pemulung yang bisa sukses seperti contohnya menjadi bos rongsokan dan omset jutaan perbulannya Letak pengelolaan sendiri memang kalau dilihat dari arah Jalan Raya Bekasi agak jauh dari pemukiman warga, akan tetapi kalau kita lihat dari dalam pengelolaannya sendiri masih banyak rumah-rumah penduduk yang bermukim di daerah sekitar pengelolaan sampah terpadu Bantargebang. Hal itu disebabkan semakin banyaknya kebutuhan akan lahan untuk pembuangan sampah dari wilayah Jakarta khususnya. Pada saat ini hanya ada sebuah fasilitas pengolahan kompos di TPA Bantargebang, namun nantinya, akan dibangun empat buah fasilitas lain yang akan melengkapi fasilitas yang terdapat di TPA Bantargebang Bekasi yaitu tempat pemilahan sampah, daur ulang, pengolahan sampah organik, dan pembangkit listrik tenaga sampah. Investasi seluruhnya sekitar 700 miliar dan ditargetkan dua tahun pelaksanaannya akan selesai bila tidak terjadi halangan ataupun masalah yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut.
55
56
BAB IV ANALISA DATA
A. Kegiatan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung di Bantargebang Bekasi Dari hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan data-data sebagai berikut tentang kegiatan yang ada di Majelis Taklim. Kegiatan tersebut dilakukan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari minggu pukul 06.00-08.00. Kegiatan ini berdurasi dua jam pertemuan. Pelaksanaan kegiatan ini bertempat di dalam dan di luar ruangan atau majelis taklim. Kegiatan ini yang dilaksanakan di dalam yaitu berupa bimbingan shalat, ceramah agama, peringatan hari-hari besar Islam dan sholat sunnat tasbih berjamaah. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan di luar ruangan yaitu manasik haji. Menurut KH. Nasir Thabroni, semua kegiatan sudah diprogramkan di Majelis Taklim Al Barkah ini, kecuali bimbingan latihan manasik haji, karena kegiatan ini termasuk kegiatan yang masih baru di kalangan jama’ah Majelis Taklim Al-Barkah. Dan menurut beliau juga, bahwasanya yang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut ialah para jama’ah Majelis Taklim Al-Barkah kecuali kegiatan perayaan hari-hari besar Islam. 1 1. Bimbingan Shalat Kegiatan bimbingan shalat ini hampir sama dengan kegiatankegiatan bimbingan shalat di majelis taklim lainnya, yang pada intinya
1
KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 4 April 2010.
56
57
membimbing pemulung dalam melaksanakan tuntunan shalat yang lebih baik lagi dalam bentuk teori atau praktek. Kegiatan ini dilaksanakan di dalam Majelis Taklim Al-Barkah, dengan diikuti oleh semua jamaah. Kegiatan bimbingan shalat ini dipimpin dan dibimbing langsung oleh KH. Nasir Thabroni. Adapun bentuk pelaksanaannya yaitu KH Nasir Thabroni membacakan bacaan-bacaan shalat dan juga mempraktekkan gerakangerakan shalat, kemudian menunjuk salah satu jamaah untuk maju ke depan dan mempraktekkan bacaan dan gerakan yang tadi telah di contohkan oleh Pak Kyai. karena keterbatasan waktu dan jumlah jamaah yang banyak, maka dalam satu kali pertemuan hanya beberapa jamaah saja yang maju ke depan. Kegiatan bimbingan shalat ini juga mempraktekkan tata cara ibadah shalat sunnah yang lain beserta bacaannya. 2. Ceramah Agama Kegiatan ini di dalam majelis taklim dengan diikuti oleh semua jamaah pemulung. Pelaksanaannya ketika pengajian berlangsung, dan yang memberikan ceramah agama ini biasanya KH. Nasir Thabroni dan sesekali waktu mengundang penceramah dari luar untuk mengisi ceramah agama ini. Materi yang disajikan bermacam-macam tergantung dari penceramah itu sendiri. Biasanya materi yang sering dibawakan berupa Tafsir, Aqidah atau Fiqh. Ceramah agama ini bersifat satu arah, yaitu jamaah hanya menjadi mustami’ atau pendengar saja, tanpa ada tanyajawab. Padahal, bentuk komunikasi yang paling baik yang terdapat pada ceramah agama yaitu bersifat dua arah, yaitu ada tanya jawabnya. Jadi ada
57
58
feed back-nya atau umpan balik yang diberikan oleh ustadz dan ditanggapi oleh jamaah. Sehingga tidak terkesan monoton dan membosankan. 3. Shalat Tasbih Berjamaah Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jamaah. Waktu pelaksanaannya hanya sebulan sekali, dan bertempat di dalam majelis taklim. Kegiatan ini juga diisi dengan dzikir dan doa bersama oleh KH. Nasir Thabroni sebagaimana shalat berjamaah lainnya. Hanya perbedaannya terdapat dalam jumlah raka’at dan bacaan- bacaan shalatnya. 4. Peringatan Hari- Hari Besar Islam Kegiatan ini dilakukan selain ajang silatuhrahmi, juga sebagai manifestasi umat kepada Islam itu sendiri. Hari-hari besar Islam itu terjadi dan berputar pada tiap tahun. Adapun hari-hari besar Islam yang pernah diperingati oleh para jamaah di Majelis Taklim Al Barkah diantaranya : Peringatan Hari Raya Idul Fitri, Peringatan Hari Raya yang jatuh pada tanggal 1 syawal, Peringatan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 12 Robiul Awal, Peringatan Isra Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 Rajab, Peringatan Hari Qurban yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah, Peringatan Hari Raya Anak Yatim (Idul Aitam) yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. 5. Manasik Haji Kegiatan ini merupakan kegiatan baru yang menjadi program dari kegiatan–kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah yang sudah ada. Bentuk kegiatan ini pun hampir sama dengan kegiatan manasik haji yang sudah ada di Taman Kanak-Kanak (TK), hanya saja dalam kegiatan yang
58
59
diadakan di Majelis Taklim Al-Barkah ini ada sedikit perbedaan. Diantaranya yaitu, semua peserta manasik haji ini diikuti oleh jamaah Majelis Taklim Al-Barkah. Sedangkan di TK, pesertanya adalah murid TK itu sendiri yang pastinya masih anak-.anak. Dalam pelaksanaannya, kegiatan manasik haji ini sangat banyak peminatnya. Hal ini dikarenakan selain kegiatan ini masih terbilang baru, juga banyak yang berharap kegiatan ini merupakan doa juga bagi yang belum menunaikannya dengan berharap semoga bisa dipanggil ke tanah suci. Tujuan lainnya ialah sebagai latihan bagi para jamaah (baik dari dalam maupun dari luar) sebelum berangkat ke tanah suci. Kegiatan manasik haji ini dibimbing oleh ustadz yang berasal dari luar daerah.
B. Peranan Ibu-ibu Pengajian tentang Kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Peranan ini begitu memberikan dampak positif dalam peningkatan pemahaman dan pengamalan ibadah para pemulung. Ibu-ibu pengajian adalah orang yang paling dekat interaksinya dengan para pemulung. Hal ini membuat semangat dan minat para pemulung semakin kuat untuk mempelajari ilmu agama, merasa nyaman dan tidak dianggap sebelah mata dalam berinteraksi dengan kaum ibu, karena status sosial menjadi sama, dan tidak dibedabedakan. Tali silatuhrahmi di antara merekapun menjadi kuat. Kaum ibu juga memiliki peranan penting dalam hal membantu menyediakan alat-alat media pendukung yang belum ada bagi para pemulung
59
60
yang memang kekurangan seperti halnya ibu-ibu pengajian menyediakan kitab-kitab, konsumsi, memberikan santunan dan sebagainya. Bagi para ibu pengajian yang memang lebih memahami dan menguasai ilmu agama, mereka dengan sukarela membagi ilmunya dengan para pemulung tanpa mengharapkan imbalan apapun kecuali ridho Allah SWT. Seperti halnya melatih para pemulung dalam berpidato secara baik dan berisi, membantu para pemulung dalam melakukan tata cara sholat yang baik dan benar. Kaum ibu pun selalu memberikan kesempatan bagi para pemulung untuk bisa mengeluarkan kemampuan mereka dalam hal berpidato dengan dijadikannya MC dalam suatu acara peringatan hari besar Islam. Ada juga yang menjadi qori atau qoriah bagi pemulung yang memang memiliki bakat tersebut. Peranan ibu-ibu pengajian dalam membina pengamalan dan memperluas pengetahuan para pemulung intinya mencakup dua faktor yaitu faktor keilmuan dan faktor sosial (interaksi dan meningkatkan minat pendukung).
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan para Pemulung di Bantargebang Bekasi. Dalam
membina
para
pemulung,
Majelis
Taklim
Al-Barkah
menemukan faktor, baik pendukung maupun penghambat seperti diutarakan sebagai berikut :
60
61
1. Faktor Psikologis a. Minat sebagian besar pemulung untuk mengikuti pengajian dan mendalami ilmu agama; b. Keseriusan sebagian besar pemulung dalam mengamalkan ilmu yang mereka dapat dari pengajian. Dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat dari cara tutur sapa dan cara berpakaian yang lebih sopan dari sebelumnya. 2. Faktor Media dan Sarana a. Kitab taklim yang dibagikan kepada setiap jamaah (pemulung) dalam pengajian; b. Musholla yang digunakan untuk mempraktekkan sholat baik sendiri ataupun berjamaah; c. Tempat wudhu yang memadai; d. Adanya papan tulis dan sekali-kali menggunakan video untuk memperjelas suatu materi agar lebih mudah dipahami. 3. Faktor sosial Ini terjadi karena beberapa hal : a. Interaksi antara para pemulung dan kaum ibu jamaah pengajian yang menguatkan tali silatuhrahmi; b. Saling bertukar pikiran (musyawarah) memberikan pengetahuan mereka yang belum begitu memahami antara para pemulung dengan ibu-ibu jamaah yang lebih memahami; c. Tidak adanya diskriminasi antara pemulung dengan ibu-ibu jamaah pengajian dalam hal status sosial.
61
62
D. Harapan Pemulung tentang Kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Ibadah Pada prakteknya, keberadaan dan kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah tentu harus memiliki makna dan harapan-harapan pemulung sesuai dengan program-program yang telah dibuat oleh Majelis Taklim Al-Barkah itu sendiri, karena hal itu merupakan salah satu tanda di dalam majelis taklim yang mana merupakan adanya sebuah demokrasi dan musyawarah yang sangat baik di dalamnya. Sepertinya halnya kegiatan Muhasabah, yang berisikan pemberian tausyiah, shalat tahajud berjamaah dan melakukan dzikir serta muhasabah bersama-sama. Harapan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah untuk mendekatkan diri lagi kepada Allah SWT. 2 Kemudian bimbingan shalat yang dilakukan di Majelis Taklim Al-Barkah dibimbing oleh KH. Nasir Thabroni, merupakan kegiatan yang sangat banyak memberikan harapan bagi para pemulung untuk meningkatkan pengamalan ibadahnya, terutama yang paling penting adalah shalat. Kegiatan bimbingan ini pun mendapat respon yang sangat baik dari pemulung, karena sangat penting dalam membantu pemulung yang belum mengerti dan memahami bagaimana pelaksanaan shalat yang baik. Berdasarkan hasil lapangan, didapatkan tigapuluh persen harapan pemulung adalah untuk mendapatkan pahala dan keridhoan dari Allah SWT., dimana mereka sudah tentu bergaya hidup sebagai seorang pemulung dengan etika dan nilai-nilai Islam yang akan mendorong kepada keluarga tersebut
2
Ibu Maya, Atem, Abdul (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
62
63
menjadi keluarga yang Islami. Harapan berikutnya yang didapatkan sebanyak tigapuluh persen pemulung berharap, bahwa pengajian di Majelis Taklim Al-Barkah untuk membina ketaqwaan kepada Allah SWT 3 , duapuluh persen untuk perbaikan beribadah dan duapuluh persen lagi untuk pemahaman dan pendalaman ilmu pengetahuan agama 4 . Jika semua harapan-harapan ini tercapai, maka terjadi korelasi positif, dimana dengan pengetahuan agama yang bertambah dan semakin mendalam akan mendorong muslimat tersebut lebih semangat dan lebih baik dalam beribadah 5 , mengamalkan perintah Allah dengan sungguh-sungguh, sehingga menjadikan muslimat bertaqwa dan mendapat ridha Allah SWT. Tabel 1 Harapan Responden Mengikuti Pengajian
N= 10
Pahala dan Keridhoan Allah SWT
Harapan Responden Meningkatkan Ketaqwaan Perbaikan Kepada Allah Beribadah SWT
Pemahaman dan Pendalaman Agama
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
3
30%
3
30%
2
20%
2
20%
E. Kesesuaian antara Kegiatan Majelis Taklim dengan Harapan Pemulung Kesesuaian suatu kegiatan majelis taklim sangat tergantung bagaimana korelasi antara program yang ditawarkan atau dikelola dengan pelaksanaannya jika terjadi kesesuaian antara dua faktor tersebut barulah terjadi bagaimana 3
Ibu Fitria, Bedah, Wahyuni, (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010 4 Ibu Sukaesih, Kiki (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010 5 Ibu Camhay, Titi (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
63
64
hubungannya dengan harapan pemulung 6 majelis taklim itu sendiri. Hasil lapangan 70% kegiatan majelis taklim sesuai dengan harapan pemulung, 30% menyatakan belum sepenuhnya sesuai 7 , dan 0% yang menyatakan tidak sesuai. Tabel 2 Kegiatan Majelis Taklim sesuai dengan Keinginan Responden Materi dan Kegiatan Majelis Taklim sesuai dengan Keinginan Responden Sesuai N= 10
Belum Sepenuhnya sesuai
Tidak Sesuai
∑
%
∑
%
∑
%
7
70%
3
30%
-
-
Kesesuaian antara kegiatan dan harapan pemulung dicerminkan juga dari bagaimana keberhasilan majelis taklim menarik jamaahnya. Kegiatan majelis taklim dapat dikatakan sesuai harapan juga dapat dilihat dari sisi jumlah jamaah yang mengikuti pengajian. Sementara di sisi lain kesesuaian juga dapat dilihat bagaimana pemulung mau menjalankan hasil bimbingan majelis taklim dalam pengamalan hidup sehari-hari dalam menjalankan ibadahnya. Berdasarkan hasil survey (tabel 2) pemulung menyatakan 100% kegiatan majelis taklim dalam membina pengamalan pemulung di Bantargebang Bekasi.
6
Ibu Ade, Midah, dkk (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010 7 Ibu Euis, Neng (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
64
65
Tabel 3 Tingkat Keberhasilan Majelis Taklim dalam rangka Membina Ibadah Pemulung Tingkat Keberhasilan Kurang Berhasil
Sesuai N= 10
Tidak Sesuai
∑
%
∑
%
∑
%
7
70%
3
30%
-
-
Berdasarkan hasil lapangan dapat dikatakan bahwa Majelis Taklim AlBarkah ini sudah berperan dalam membina pengamalan pemulung. Hal ini terlihat dari kesesuaian antara kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dengan harapan pemulung. Dari hasil penelitian di lapangan diketahui ada beberapa saran yang akan disampaikan oleh pemulung untuk memenuhi antara kesesuaian kegiatan majelis taklim dengan harapan pemulung sebanyak 60% meminta menambah materi dan kegiatan, terutama yang berhubungan dengan ibadah-ibadah utama, seperti bimbingan shalat yang lebih terpadu, tadarus Al-Qur'an dan kajiankajian Al-Qur’an 10% menyarankan perbaikan sistem dan pola kegiatan, 20% rotasi penceramah dengan cara menambah guru atau pembimbing atau memanggil ustadz dari luar. Sementara itu, 10 persen meminta menambah frekuensi waktu pengajian dari 2 minggu sekali menjadi 2 kali seminggu. Tabel 4 Tingkat Keberhasilan Majelis Taklim dalam rangka Membina Ibadah Pemulung Tingkat Keberhasilan Kurang Berhasil
Sesuai N= 10
Tidak Sesuai
∑
%
∑
%
∑
%
7
70%
3
30%
-
-
65
66
66
66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menulis skripsi dengan judul skripsi “Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi" penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan yang diadakan di Majelis Taklim Al-Barkah diantaranya berupa muhasabah, bimbingan shalat, ceramah agama, shalat sunnat tasbih, dan peringatan hari-hari besar Islam. 2. Peranan ibu–ibu pengajian dalam membina pengamalan dan pengetahuan para pemulung mencakup dua faktor yaitu faktor sosial (interaksi dan meningkatkan minat pemulung) 3. Faktor–faktor pendukung dan pembinaan agama para pemulung mencakup 3 faktor yaitu : a. Faktor Psikologis 1) Minat sebagian besar pemulung untuk mengikuti pengajian dan mendalami ilmu agama; 2) Keseriusan sebagian besar pemulung dalam mengamalkan ilmu yang mereka dapat dari pengajian. Dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat dari cara tutur sapa dan cara berpakaian yang lebih sopan dari sebelumnya.
66
67
b. Faktor Media dan Sarana 1) Kitab taklim yang dibagikan kepada setiap jamaah (pemulung) dalam pengajian; 2) Musholla yang digunakan untuk mempraktekkan sholat baik sendiri ataupun berjamaah; 3) Tempat wudhu yang memadai; 4) Adanya papan tulis dan sekali-kali menggunakan video untuk memperjelas suatu materi agar lebih mudah dipahami. c. Faktor sosial Ini terjadi karena beberapa hal : 1) Interaksi antara para pemulung dan kaum ibu jamaah pengajian yang menguatkan tali silatuhrahmi; 2) Saling bertukar pikiran (musyawarah) memberikan pengetahuan mereka yang belum begitu memahami antara para pemulung dengan ibu-ibu jamaah yang lebih memahami; 3) Tidak adanya diskriminasi antara pemulung dengan ibu-ibu jamaah pengajian dalam hal status sosial. 4. Faktor penghambat dalam pembinaan agama para pemulung mencakup 2 faktor yaitu : faktor lokasi/tempat dan faktor kurangnya pengajar. 5. Harapan pemulung tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina ibadah pertama, untuk mendapatkan pahala dan keridoan dari Allah SWT, dan ketiga untuk perbaikan dalam beribadah.
67
68
B. Saran 1. Agar para pemulung tidak merasa jenuh dengan kegiatan yang diadakan selama ini, alangkah baiknya jika ditambah kegiatan, misalnya kegiatan keterampilan. 2. Kepada pengurus Majelis Taklim Al-Barkah maupun kepada anggotanya, tetaplah semngat dan selalu membina dan mengembangkan Membina dan mengembangkan majelis taklim agar terus maju. 3. Bagi pengurus Majelis Taklim Al-Barkah hendaknya terus meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan baik yang berupa pengajian maupun yang lainnya. 4. Harus berani mendatangkan mubaligh dari luar daerah, dalam upaya membangkitkan semangat jamaah pengajian, sehingga tidak jenuh dengan mubaligh yang itu-itu saja. 5. Menyediakan mobil jemputan khusus bagi para pemulung yang notabene kekurangan ekonomi. 6. Menyediakan guru pengembang bakat para pemulung dalam seni Islam seperti marawis dan sebagainya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Anksara,1993. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : Balai Pustaka, 1991
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Huda, Nurul. Pedoman Majelis Taklim. Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990 Ilyas, Anton dan Anwar Ilyas, Modern Dictionary. Darul Jail, 1982 Kalali, M. As’ad. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,1987 “ Majelis,” dalam Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ed. Ensiklopedi islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Haeve,1994. N. Grass, W.S. Massan and A.W.Mc. Eachern, Exploration Role Analisis, dalam David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet .Ke-1,h.99-100 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social. Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada 2003, Cet ke -8 h.214. Alawiyah Tutty, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim,(Bandung: Mizan,1997), Cet.ke-1 h.78. A,K, H. Baihaqi “ Fiqh Ibadah “ (Bandung : Mas Bandung ,1996),cet ke h,31 Dewan Redaksi Enksiklpedia Islam, ed, Majelis, Ensiklopedia Islam,.(Jakarta : Ichtiar Baru Van Haeve, 1994),h.122. Manfred Zimek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986) Cet. Ke-1. H.157. H. M. Arifin Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum) Jakarta : Bumi Aksara,1995)Cet, ke-1h.120. Ismail, A.Ilyas.Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. (Jakarta: Penamadani, 2006). Cet, ke-1. Kafie, Jamaludin.Psikologi Dakwah (Surabaya: Indah Surabaya,1993).Cet,ke 1.
Rambe, Nawawie. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta : Widjaya, 1985). Cet ke-3 Muhaemin Abda, Slamet. Prinsip-prinsip Metodelogi Dakwah (Surabaya: Usaha Nasional,1994).Cet,ke-1. Habib, M. Syafaat. Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1982). Syukir, Asumsi, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al Ikhlas, 1983). Cet ,ke-1
1
HASIL WAWANCARA Wawancara
: Pribadi
Hari/ Tanggal
: Minggu, 21 Maret 2010
Jabatan
: Ketua Majelis Taklim Al Barkah
Pertanyaan Jawaban
:
Bagaimana sejarah berdirinya Majelis Taklim Al Barkah ? :
Majelis
Taklim
H.Thabroni
Al
Barkah
Ini
tahun
1982
pada
Taklim Al Barkah ini, karena masyarakat
yang
keagamaannya
masih
didirikan .
oleh
Al
Marhum
Didirikannya
Majelis
pada
ada
waktu
didesa
bantargebang
mereka
bagaimana
caranya
shalat,
bagaimana rukun-rukun , puasa dan
cara
membaca
Qur’an
hari-hari
mereka
begitu
banyak
dan oleh
akhirnya
bpk
Thabroni
mewakafkan
yaitu
500
Mushalla oleh
Dimana
pekerjaan. H.Thabroni atau
Melihat
sekali
,
keadaan
ayahanda
yang
dari
memberikan
Al banyak
seperti KH.
sebidang
itu Nasir
tanahnya
meter. Diatas tanah tersebut dibangunlah sebuah
yang
warga
tahu
lain-lain.
disibukkan
rendah
tingkat
dimana
belum
sangat
itu
bernama
Mushola
Bantargebang
dan mencari ilmu.
Bekasi
AL
Barkah
digunakan
.
Mushola
untuk
ini
mengaji
2
Pertanyaan
:Apa yang menjadi tujuan utama didirikannya Majelis Taklim Al Barkah Ini ?
Jawaban
:Menumbuhkan
Keimanan
ketaqwaan
yang
sebelumnya
.
dimiliki
ketaqwaan
disini, bias
perkembangan
juga
sehingga
bertumbuh agama
kepada
masyarakat
masyarakat
pengetahuan masyarakat
dan
lebih
meningkat
dari
mencari
ilmu
pengetahuan
masyarakat
serta
agar
dapat
ilmu
dan
Allah,
jadi
tercipatanya
agama
tahu
tentang
kerukunan
antara
warga. Pertanyaan
: Bagaimana Struktur Kepengurusan Majelis Taklim Al Barkah ?
Jawaban
:Sebagaimana tidak
kita
terlepas
dimana
Barkah
dengan
struktur
Bendahara ini
dan
ketahui.bahwa
organisasi seterusnya.
yaitu
sendiri,
dalam
yang itu
namanya
adanya
Adapun wakil
suatu
ketua
struktur
ketua,
Ketua
Wakil,
Majelis
Hj
sekretaris Pertanyaan
: Apa program Jangka Panjang dan Jangka Pendek?
Jawaban
:Program jangka panjang dan jangka pendek di Majelis Taklim Al Barkah ini diantaranya adalah
lembaga
Maryam
itu
organisasi, Sekretaris, Taklim Umroh
Al ,
3
Pertama : Mengadakan perayaan hari-hari besar islam Kedua : Mengadakan tabungan sosial Ketiga : Mengadakan pengajian rutin mingguan Keempat : Membentuk Tim Qosidah Kelima : Meningkatkan sarana prasarana Keenam : Menyelanggarakan Manasik Haji. Ketujuh
:
Membuat
anak kecil.
Taman
Kanak-Kanak
Bagi
Ibu-Ibu
yang
membawa
4
HASIL WAWANCARA Hari / Tgl
: Jum’at 25,Maret 2010
Interview
: KH. Nasir Thabroni
Jabatan
: Ketua Majelis Taklim Al Barkah
Tempat
: Majelis Taklim Al Barkah Bantargebang Bekasi.
Pertanyaan
: Upaya apa saja yang dilakukan Majelis Taklim AL Barkah dalam rangka membina ibadah Jama’ah disini?
Jawaban
: Dalam rangka membina ibadah jama’ah pemulung kami mengadakan kegiatan-kegiatan.
Pertanyaan
: Kegiatan apa saja yang dilakukan di pengajian ini dalam membina ibadah jama’ah ?
Jawaban
: Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan di Majelis Taklim ini pertama Muhasabah, kedua mengadakan bimbingan shalatshalat , ketiga ceramah agama, keempat mengadakan shalat sunnat tasbih bersama, dan yang kelima yaitu memperingati hari-hari besar Islam .
5
Pertanyaan
: Adakah kegiatan-kegiatan selain pengajian rutin yang di adakan disini, sebagai upaya membina jama’ah ?
Jawaban
: Tentu ada , disini juga kita Menyelanggarakan bimbingan latihan manasik haji.
Pertanyaan
: Sudah berapa lama bimbingan latihan manasik haji ini di lakukan ?
Jawaban
: yaa…baru-baru ini aja.
Pertanyaan
: Mengapa bimbingan latihan manasik haji ini dilakukan?
Jawaban
: Bimbingan latihan manasik haji ini dilakukan agar para jama’ah yang nanti ada nasib pergi haji mereka sedikit mengetahui tata cara pelaksanaannya.
Pertanyaan
: Apakah itu karena keinginan mereka?
Jawaban
: Iya karena ada sebagian jama’ah mengusulkannya
Pertanyaan
: Selama ini apakah jama’ah antusias mengikutinya ?
Jawaban
: Apabila kita melihat dari jumlah banyaknya jama’ah yang mengikuti latihan manasik haji , saya rasa mereka berantusias sekali.
6
Pertanyaan
: Apa kendala atau hambatan selama kegiatan latihan manasik haji ini di lakukan ?
Jawaban
: Al hamdulilah selama kami melakukan latihan manasik haji Ini tidak kendala yang kami ketahui.
Pertanyaan
: Mengapa kegiatan- kegiatan tersebut dilakukan tujuannya Apa ?
Jawaban
: Dilakukannya kegiatan tersebut untuk membantu jama’ah Yang belum mengerti atau memahami tata cara pelaksanaan Ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuannya Yaitu untuk dapat meningkatkan keimanan serta ketaqwaan Jamaah dan mempercepat tali silaturrahmi.
Pertanyaan
: Apakah itu semua dilakukan atas keinginan jamaah atau Memang rencana dari ustadz sendiri.
Jawaban
: kegiatan yang ada di majelis taklim ini,memang sudah Direncanakan atau di programkan,terkecuali latihan Bimbingan manasik haji.
Pertanyaan
: Bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan?
7
Jawaban
: Dari lama kegiatan yang ada,masing-masing kegiatan Dilakukan setiap satu minggu sekali.
Pertanyaan
: Berapa lama pak kyai kegiatan tersebut dilakukan?
Jawaban
: Kegiatan tersebut dilakukan sekitar kurang lebih dua Jam dalam satu kali pertemuan
Pertanyaan
: Dimana dilakukannya kegiatan-kegiatan yang ada di Majelis Taklim Al Barkah ini Pak Kyai.
Jawaban
: Kita Mengadakan kegiatan-kegiatan ini di dalam dan di Luar yaitu seperti muhasabah , biasanya kita melakukan Itu di Mesjid-mesjid tertentu
Pertanyaan
: Siapakah yang mengikuti kegiatan tersebut ustadz dapat Bisa menilai ibadah jama’ah jadi meningkat?
Jawaban
: Apabila dilihat dari kerajinan atau kerutinan pemulung Dalam mengikuti pengajian dan kegiatan yang ada di Majelis Taklim ini, ibadah pemulung alhamdulilah sudah Lebih bagus dari yang sebelumnya.
8
Hari/ Tgl
: Minggu 4 April 2010
Interview
: Ibu Maya (45Thn)
Tempat TPST Bantargebang Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: lebih sedikit memahami Ilmu agama dari pada Sebelumnya
Pertanyaan
: Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian ini?
Jawaban
: Al Hamdulilah selama ini saya rutin mengikuti pengajian Saya selalu berusaha menyempatkan diri walau sesibuk Apapun dirumah
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: Ingin lebih mendekatkan diri pada allah SWT dan pengen Belajar Al Qur’an lebih baik lagi terus buat nambah Persaudaraan ama tetangga.
Pertanyaan
: Menurut Ibu apakah kegiatan Majelis Taklim Al Barkah Disini sesuai dengan keinginan ibu?
Jawaban
: Semoga Kegiatan di Majelis Taklim ini banyak
9
Mengundang kaum ibu-ibu lain agar ikut bergabung. Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil ?
Jawaban
: Al Hamdulialah selama saya ngikutin pengajian ini Di majelis Taklim Al Barkah ini ibadah saya jadi Meningkat dan yang ngaji juga yang dulu jumlahnya sedikit Sekarang sudah cukup banyak.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut keinginan ibu?
Jawaban
: iya,
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan ini di Majelis Taklim Al Barkah dalam membina Ibadah?
Jawaban
: Harapan saya tuh klo saya ngikutin pengajian ini saya bias Dapet nasehat dari guru-guru ngaji, shalat saya bisa bagus Lagi , ya….buat nambahin amal ibadah nanti di akhirat.
Pertanyaan
: Apa saran Ibu terhadap Kegiatan Ini?
Jawaban
: Supaya Majelis Taklim Ini lebih baik ditingkatkan
10
Bagi kegiatan yang belajar membaca al qur’an dan Menulis iqranya.
11
Hari/ Tgl
: Senin 5 April 2010
Interview
: Ibu Atem (30 Thn)
Tempat TPST Bantargebang Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: Tali Silatuhrahmi lebih erat, Karena setelah adanya Pengajian kami sering berkumpul bersama
Pertanyaan
: Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian ?
Jawaban
: iya karena disini pengajiannya seminggu sekali
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian disini?
Jawaban
: Saya ingin mencari tahu apa yang belum saya ketahui dan Memperdalam apa yang sudah sedikit saya ketahui.
Pertanyaan
: Menurut ibu apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
: iya, Majelis Taklim ini merupakan keinginan saya
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
12
Jawaban
: iya sudah ada kemajuan untuk kaum ibu yang dulu Tidak mengenal huruf iqra sekarang sudah cukup tau.
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis Taklim Dalam membina ibadah?
Jawaban
: iya karena semenjak di adakannya Majelis Taklim ini, Banyak ibu-ibu yang sekarang bisa membaca dan menulis Iqra
Pertanyaan
termasuk saya.
: Memang apa harapan ibu dengan adanya kegiatan Majelis Taklim yang membina ibadah
Jawaban
: Saya sih lebih menaruh harapan pada “ bimbingan shalat” Agar lebih mendetail lagi mulai dari persiapan-persiapan Sebelum shalat , pelaksanaan maupun hal-hal yang baik di Lakukan setelah melakukan shalat.
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap keinginan ibu?
Jawaban
: Kalau bisa Majelis Taklim Al Barkah Ini di renovasi Dan supaya tempatnya semakin luas, karena jama’ahnya Semakin hari semakin bertambah.
13
Hari/Tgl
: Selasa 6 April 2011
Interview
: Ibu abdul (46 Thn)
Tempat
: TPST Bantargebang
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
:Hidup kami lebih teratur setelah ikut mengaji
Pertanyaan
: Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian?
Jawaban
:Ya, Karena Majelis Taklim Al Barkah diadakannya setiap Hari minggu dari jam 06.00-08.00 pagi
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: Niat ingin pinter membaca al qur’an dan lebih Mengetahui cara-cara ibadah yang benar, klo kita Dah tau caranya ibadah yang kita jalanin setiap hari Bakal diterima Allah Swt.
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
: Menurut saya sangat sesuai dengan keinginan saya.
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis
14
Taklim dalam membina Ibadah? Jawaban
: Semoga ibu-ibu Majelis Taklim Al Barkah mendapatkan Ilmu yang bermanfaat dari hasil berkumpul dan mengaji Di Majelis Taklim ini
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: iya karena ditempat ini saya belajar agama, dan yang Paling utama untuk mencapai ibadahnya yang diterima Allah Swt kita harus benar-benar memperdalam ilmunya.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
: dikatakan berhasil atau tidaknya itu relatif, semua Tergantung penerapan jama’ahnya masing-masing Setelah mendapatkan bimbingan tersebut,kalau Saya pribadi alhamdulilah merasakan hal yang positif.
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: seperti yang sudah saya katakana tadi saya ingin Shalat tidak hanya pelaksanaan shalat saja tetapi
15
Juga persiapan-persiapan sebelum dan pelaksanaanya sesudahnya
16
Hari /Tgl
: Rabu 7 April 2010
Interview
: Ibu Fitria (35)
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: Kami tidak lagi minder karena setelah mengaji kami jadi Tau bahwa kedudukan manusia sama di mata Allah SWT.
Pertanyaan
: Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian?
Jawaban
: Ingin belajar mengaji
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
:Sebagian besar dari kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan saya
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
:iya sesuai
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis Taklim dalam membina Ibadah?
17
Jawaban
: saya sih lebih menaruh harapan pada “ bimbingan shalat” Agar lebih mendatail lagi mulai dari persiapan-persiapan Sebelum shalat , pelaksanaan maupun hal-hal yang baik Di lakukan setelah melakukan shalat.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: iya, rutin
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
:Berhasil
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: kegiatan –kegiatan di Majelis Taklim Al Barkah ini yang Dulu sempet tertunda semoga selanjutnya bisa di Kembangkan lagi.
18
Hari /Tgl
: Kamis 8 April 2010
Interview
: Ibu Bedah (32 Thn ) Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: Kami lebih menjaga kebersihan meskipun kami tinggal dilingkungan yang Kotor, karena agama menganjurkan untuk bersih.
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban
: iya rutin
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: Mengajarkan ngaji kepada kaum ibu
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
:iya sangat sesuai
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis Taklim dalam membina Ibadah?
Jawaban
:Supaya ibu-ibu Majelis Taklim AlBarkah Ini mendapatkan
19
Ilmu yang sesuai dengan ajaran agama islam Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: iya
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
: Alhamdulilah berhasil soalnya setelah adanya Majelis Taklim al Barkah ini kegiatan keagamaan jadi lebih hidup Misalnya dengan adanya shalat sunnat tasbih berjama’ah .
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: saran ibu kegiatan ini sudah cukup bagus hanya saja saran Perlu ditambah pembimbing atau guru lagi sehingga tidak Membuat jenuh.
20
Hari /Tgl
: Minggu 11April 2010
Interview
: Ibu Wahyuni ( 46 Tahun )Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: Setelah kami ikut mengaji saya jadi tau bagaimana mendidik Putra – Putri kami dengan baik.
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban Barkah
: Al Hamdulilah Ibu rutin mengikuti pengajian di Majelis Taklim Al Klo ibu lagi sakit atau berhalangan.
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: Tujuannya pengen belajar shalat supaya bisa tau hukum Dalam ibadah yang ibu lakukan, kadang-kadangkan orang Ngelaksanain ibadah enggak tau hukumnya, dengan Adanya ceramah agamakan kita jadi tau hukum-hukumnya.
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
: menurut ibu dah sesuai
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis
21
Taklim dalam membina Ibadah? Jawaban
: Harapan ibu cuma satu keridhaan Allah dan pahala Allah.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: semua keinginan di Majelis Taklim emang udah ditentuin Sama gurunya,karena kegiatan,e sesuai ya ibu ikutin karena Itu kan buat kebaikan semua.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
: Alhamdulilah menurut ibu cukup berhasil, dikarenakan Buat apa kita capek-capek datang nuntut ilmu klo kagak Diamalkan tar kita malah jadi dosa lagi.
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: Muda dan tua itu dipisah karenakan yang muda mah Mudah dan menangkap penjelasan guru sedangkan saya Yang udah tuakan agak lambat menagkap penjelasan guru, Saya juga pengen shalat sunnat tasbih itu dilaksanakan Seminggu sekali.
22
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: Setelah kami ikut mengaji saya jadi tau bagaimana mendidik Putra – Putri kami dengan baik.
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban Barkah
: Al Hamdulilah Ibu rutin mengikuti pengajian di Majelis Taklim Al Klo ibu lagi sakit atau berhalangan.
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: Tujuannya pengen belajar shalat supaya bisa tau hukum Dalam ibadah yang ibu lakukan, kadang-kadangkan orang Ngelaksanain ibadah enggak tau hukumnya, dengan Adanya ceramah agamakan kita jadi tau hukum-hukumnya.
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
: menurut ibu dah sesuai
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis Taklim dalam membina Ibadah?
Jawaban
: Harapan ibu cuma satu keridhaan Allah dan pahala Allah.
23
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: semua keinginan di Majelis Taklim emang udah ditentuin Sama gurunya,karena kegiatan,e sesuai ya ibu ikutin karena Itu kan buat kebaikan semua.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
: Alhamdulilah menurut ibu cukup berhasil, dikarenakan Buat apa kita capek-capek datang nuntut ilmu klo kagak Diamalkan tar kita malah jadi dosa lagi.
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: Muda dan tua itu dipisah karenakan yang muda mah Mudah dan menangkap penjelasan guru sedangkan saya Yang udah tuakan agak lambat menagkap penjelasan guru, Saya juga pengen shalat sunnat tasbih itu dilaksanakan Seminggu sekali.
24
Hari /Tgl
: Minggu 11April 2010
Interview
: Ibu Sukaesih (25Tahun )Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: Setelah kami ikut mengaji saya jadi tau bagaimana mendidik Putra – Putri kami dengan baik.
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban Barkah
: Al Hamdulilah Ibu rutin mengikuti pengajian di Majelis Taklim Al Klo ibu lagi sakit atau berhalangan.
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: Tujuannya pengen belajar shalat supaya bisa tau hukum Dalam ibadah yang ibu lakukan, kadang-kadangkan orang Ngelaksanain ibadah enggak tau hukumnya, dengan Adanya ceramah agamakan kita jadi tau hukum-hukumnya.
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
25
Jawaban
: menurut ibu dah sesuai
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis Taklim dalam membina Ibadah?
Jawaban
: Harapan ibu cuma satu keridhaan Allah dan pahala Allah.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: semua keinginan di Majelis Taklim emang udah ditentuin Sama gurunya,karena kegiatan,e sesuai ya ibu ikutin karena Itu kan buat kebaikan semua.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
: Alhamdulilah menurut ibu cukup berhasil, dikarenakan Buat apa kita capek-capek datang nuntut ilmu klo kagak Diamalkan tar kita malah jadi dosa lagi.
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: Muda dan tua itu dipisah karenakan yang muda mah Mudah dan menangkap penjelasan guru sedangkan saya Yang udah tuakan agak lambat menagkap penjelasan guru,
26
Saya juga pengen shalat sunnat tasbih itu dilaksanakan Seminggu sekali.
Hari /Tgl
: Selasa 13 April 2010
Interview
: Ibu kiki (28 Tahun )Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
: ketentraman hati kami dapatkan setelah mengikuti pengajian meskipun pun Hidup dilingkungan tebilang keras
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban
: ya
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
: kalo buat saya sendiri tujuan saya ngaji di Majelis Taklim Al Barkah ini pengen ibadah saya lebih baik lagi .
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
: iya. Kalo tidak sesuai saya ga bakalan ngaji di Majelis Taklim Al Barkah .
27
Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis Taklim dalam membina Ibadah?
Jawaban
: harapan saya ngikutin di Majelis Taklim Al Barkah ini Bisa dapet nasehat dari guru-guru ngaji saya bisa lebih Bagus buat nambah amal buat nanti di akhirat.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
: klo semua kegiatan di pengajian ini udah, emang rencana Ketua pengajian Majelis Taklim klo saya tinggal ikutin aja.
Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
: Al Hamdulilah selama saya ngikutin pengajian di Majelis Taklim Al Barkah ini ibadah saya meningkat
Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
: Saran saya pengen klo waktu pengajiannya di tambah jadi Seminggu dua kali.
28
Hari
: Rabu 13 April 2010
Interview
: Ibu Camhay (28 Thn)
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
:
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban : Alhamdulilah, selama tidak ada halangan saya rutin mengikuti pengajian disini.
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban
:
tujuannya
tidak
lain
untuk
menuntut
ilmu
dan
juga
menggugurkan kewajiban serta mengharap ridho allah Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban
:
melihat
dari
banyaknya
kegiatan-kegiatan
majelis taklim ini sangat sesuai. Pertanyaan
: Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan di Majelis
yang
ada
di
29
Taklim dalam membina Ibadah? Jawaban sangat
: berharap
dengan agar
adanya saya
kegiatan-kegiatandi
bisa
menjadi
orang
majelis yang
taklim
bertaqwa
ini
dan
saya
menjadi
lebih semangat lagi beribadah. Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
Jawaban
:
tidak
semua
keinginan
saya,karena
ada
beberapa
yang
sudah ada dan dilaksanakan sebelum mengaji disini Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban ibu-ibu
: jama’ah
menurut sangat
saya
pribadi
antusias
berhasi,
dalam
karena
mengikuti
saya
kegiatan
melihat ini.dan
para jumlah
jama’ahnya sangat banyak dari hari-kehari Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
:
jangan
sampai
saran ada
saya yang
kegiatan hilang
majelis
kalau
al qur’an atau mengkaji kitab-kitab gundul.
perlu
taklim
ini
ditambah
harus lagi,
dipertahankan
misalnya
tadarus
30
Hari /Tgl
: Minggu 11April 2010
Interview
: Ibu Titi( 46 Tahun )Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah
Tempat
: TPST Bantargebang Bekasi
Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya Pengajian? Jawaban
:
Pertanyaan : Apakah Ibu rutin mengikuti pengajian? Jawaban
: kadang-kadang
Pertanyaan
: Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?
Jawaban : untuk menambah pengetahuan agama dan mengisi waktu luang dengan mengikuti pengajian ini sehingga tidak terbuang sia-sia
Pertanyaan
: Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai Dengan keinginan ibu?
Jawaban :alhamdulilah sesuai Pertanyaan
: Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?
31
Jawaban
iya
kewajiban
karena
kita
kepada
bagaimanapun
allah
yang
juga
harus
ibadah
dijalankan
merupakan
sehingga
kita
perlu
memperdalam ilmunya. Pertanyaan
: Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup Berhasil?
Jawaban
:
bila
saya
lihat
jama’ahnya
yang
semakin
hari
semakin
banyak sih saya rasa cukup berhasil. Pertanyaan
: Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?
Jawaban
:
menurut
meningkatkan karena
melalui
bagaimana teorinya tidak
ibadah
tata perlu
hanya
bisa
sesuai syariat islam.
saya adalah
ceramah cara
ceramah,
agama
ibadahdan
diadakan teori
,kegiatan
para lain
bimbingan tetapi
juga
yang
perlu
agama
dan
jama’ah lain.
Kemudian
shalatnya mampu
diberi
dilakukan
untuk
bimbingan
shalat,
ilmu-ilmu setelah
sehingga
diberi
para
mempraktekkannya
mengenai teori-
jama’ahnya
dengan
benar