Syarifah Fauzi’ah | 185
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI MAJELIS TAKLIM Oleh: Syarifah Fauzi’ah Dosen tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Abstrak: Majelis Taklim is an educational institution that is growing and growing community of Islamic society itself whose interests for the benefit of mankind. The growth of informal gatherings among people demonstrated needs and desires of community members will be religious education. On the needs and desires of the broader human in an effort to solve the problems towards a happier life. Increasing demands of pilgrims and the role of non-formal education, raises the awareness and initiative of the scholars and the public as well as to repair, improve and develop the quality and capabilities, as well as the existence and the role and function of Islamic study groups really going well. In this regard the strategic role of women to be active in it and also be a means of empowerment for women themselves, especially in assessing and understanding the true religious teachings and can to implementation in family life, community and nation. Since women are educators first and foremost in the family that determines the success of their children as well as themselves and her husband. Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat islam itu sendiri yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia. Pertumbuhan majelis ta’lim dikalangan masyarakat menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Pada kebutuhan dan hasrat manusia yang lebih luas yakni sebagai usaha memecahkan masalah-masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia. Meningkatkan tuntutan jamaah dan peranan pendidikan yang bersifat non formal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan beserta An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
186 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
masyarakat untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kemampuan, serta eksistensi dan peranan serta fungsi majelis ta’lim benar-benar berjalan dengan baik. Dalam kaitan inilah perempuan memegang peran stategis untuk aktif di dalamnya dan sekaligus menjadi sarana pemberdayaan bagi kaum perempuan itu sendiri khususnya dalam mengkaji dan memahami ajaran agama secara benar dan dapat mengimlementasikan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Mengingat perempuan adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga yang menentukan kesuksesan anak-anaknya maupun karier diri dan suaminya. Kata Kunci: Majelis taklim, pemberdayaan, perempuan, I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh sebab itu pada saat ini ada istilah pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw : yang artinya : Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat. Konsep pendidikan seumur hidup (life long education) mulai berkembang di masyarakat melalui Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN yang menetapkan antara lain dalam bab IV bagian pendidikan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Kemudian majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat islam itu sendiri yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia. Pertumbuhan majelis ta’lim dikalangan masyarakat menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Pada kebutuhan dan hasrat manusia yang lebih luas yakni sebagai usaha memecahkan masalah-masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia. Meningkatkan tuntutan jamaah dan peranan pendidikan yang bersifat non formal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan beserta masyarakat untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
Syarifah Fauzi’ah | 187
kemampuan, serta eksistensi dan peranan serta fungsi majelis ta’lim benar-benar berjalan dengan baik. Oleh karena itu, lembaga pendidikan yang bermunculan di masyarakat merupakan suatu hal yang sangat mutlak keberadaannya. Lembaga pendidikan Islam yang bermunculan di masyarakat seperti majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan Islam yang dapat mengantisipasi dalam menangkal berbagai hal yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh IPTEK yang semakin maju. Di era globalisasi ini, lembaga pendidikan Islam yang ada semakin mengalami kemajuan sangat pesat sesuai dengan perkembangan zaman. A. Pengertian Majelis Ta’lim Menurut bahasa, majelis ta’lim berasal dari kata bahasa arab yaitu dari kata majlis yang artinya tempat duduk, dan ta’lim yang artinya pengajaran. Jadi majelis ta’lim adalah tempat untuk mengadakan pengajaran dan pengajian agama islam. Majelis ta’lim adalah organisasi pendidikan luar sekolah (non formal) yang bercirikan keagamaan islam. Majelis ta’lim adalah sarana dakwah pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat islam sesuai tuntutan ajaran agama. Sedangkan yang dimaksud lembaga pendidikan islam itu sendiri adalah wadah atau sarana yang mengarahkan, membimbing, dan meningkatkan pendidikan peserta didik melalui sistem pendidikan yang bernuansa islam yang mengarah kepada manusia berilmu serta berakhlak dan berkepribadian yang beriman dan bertaqwa.1 Sejalan dengan sasaran dan tujuan pembangunan nasional itulah maka pendidikan nasional diarahkan kepada upaya meningkatkan kualitas manusia indonesia. Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, berkepribadan, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Dalam hubungan ini, majelis ta’lim sebagai lembaga pendidikan islam non formal yang jumlahnya puluhan ribu, tersebar di wilayah pedesaan dan perkotaan di seluruh indonesia. Majelis ta’lim
1
Nurleni Syahrudin, http://nurlenisyah.blogspot.com/2010/05/majelistaklim-sebagai lembaga.html. Diakses pada tanggal 14 November 2014. An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
188 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
merupakan salah satu sentral pembangunan mental keagamaan dilingkungan masyarakat yang berbeda stratifikasi sosiokulturnya.2 II. PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Majelis Ta’lim Di Indonesia Di masa Islam mekkah, Nabi Muhammad Saw menyiarkan agama islam secara sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain dan dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan di era madinah, islam mulai diajarkan secara terbuka dan diselenggarakan di masjid-masjid. Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw yaitu mendakwahkan ajaran-ajaran islam, baik di era mekkah ataupun madinah adalah cikal bakal berkembangnya majelis ta’lim yang kita kenal saat ini.3 Rasulullah sendiri juga menyelenggarakan sistem ta’lim secara periodik dirumah sahabat Arqam di Mekah dimana pesertanya tidak dibatasi oleh usia, lapisan sosial, ataupun ras. Di kalangan anak-anak pada zaman itu juga dikembangkan kelompok pengajian khusus yang disebut al-kuttab yang mengajarkan baca alqur’an.4 Di awal masuknya islam ke indonesia, majelis ta’lim merupakan sarana yang paling efektif untuk memperkenalkan sekaligus menyiarkan ajaran-ajaran islam ke masyarakat sekitar. Dengan berbagai kreasi dan metode, majelis ta’lim menjadi ajang berkumpulnya orang-orang yang berminat mendalami agama islam dan sarana berkomunikasi antar sesama umat. Bahkan, dari majelis ta’limlah kemudian muncul metode pengajaran yang lebih teratur, terencana dan berkesinambungan, seperti pondok pesantren dan madrasah.5 KH. Abdullah syafi’ie (1910-1985) orang pertama yang memperkenalkan istilah majelis ta’lim. Beliau mengembangkan pengajian di masjid-masjid Al-Barqah yang beliau sebut dengan
2
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Ed. Revisi., Cet. ; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 79. 3
http://penamasdramaga.blogspot.com/2010/09/majlis-taklim_24.html. Diakses pada tanggal 14 November 2014 4
.Muzayyin Arifin, loc. cit.
5
penamasdramaga. loc. cit.,
An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
Syarifah Fauzi’ah | 189
majelis ta’lim, baik untuk bapak-bapak maupun yang dikhususkan untuk ibu-ibu. Akhirnya istilah majelis ta’lim menjadi trade mark dari pengajian KH. Abdullah syafi’ie. Sebelum itu orang kalau mau menghadiri pengajian tidak pernah menyebutnya pergi ke majelis ta’lim, tetapi lebih suka menyebutnya mau pergi ke pengajian. Penamaan majelis ta’lim akhirnya melahirkan identitas tersendiri yang membedakan dengan pengajian umum biasa, yaitu sifatnya yang tetap dan berkesinambungan. Akhirnya terbukti bahwa kegiatan yang bersifat majelis ta’lim itu menjadi kebutuhan masyarakat islam, baik di kota-kota sibuk maupun di desa-desa yang terpencil.6 Eksistensi majelis ta’lim cukup kuat dengan tetap memelihara pola dan tradisi yang baik sehingga mampu bertahan di tengah kompetisi lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang bersifat formal. Bedanya, kalau dulu majelis ta’lim hanya sebatas tempat pengajian yang dikelola secara individual oleh seorang Kyai yang merangkap sebagai pengajar sekaligus, maka perkembangan kemudian majelis ta’lim telah menjelma menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama islam dan dikelola dengan cukup baik, oleh individu, kelompok perorangan maupun lembaga (organisasi).7 B. Fungsi Dan Peranan Majelis Ta’lim Fungsi dan peranan majelis ta’lim, tidak terlepas dari kedudukannya sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama. Usaha pembinaan masyarakat melalui majelis ta’lim ini, ditinjau dari pendekatannya, dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:8 1. Propaganda, yaitu yang lebih menitikberatkan kepada pembentukan opini publik, agar mereka mau bersikap dan berbuat sesuai dengan pesan-pesan moral islam. 2. Indoktrinasi, yaitu penanaman ajaran dengan konsepsi yang telah disusun secara tegas dan bulat oleh pihak pengajar untuk 6
http://showbizzdunia.blogspot.com/2011/10/sejarah-asal-usul-namamajlis-talim.html. Diakses pada tanggal 14 November 2014 7
penamasdramaga. loc. cit.,
8
Muzayyin Arifin, 0p.cit h. 51. An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
190 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
disampaikan kepada masyarakat, melalui ceramah, kursus, training centre dan sebagainya. 3. Internalisasi, yaitu penanaman nilai-nilai islam yang diharapkan dapat menumbuh-kembangkan cipta, rasa dan karsa dalam tubuh jama’ah. Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis ta’lim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Adapun sebagai dasar landasannya adalah GBHN tahun 1998 bahwa pendidikan agama wajib dilaksanakan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Meskipun dalam pikiran kita mengatakan bahwa agama tidak seharusnya diajarkan pada lembaga pendidikan, namun pendidikan agama bisa dipelajari dimanapun saja, asalkan bisa memahami apa-apa yang ada disana. Dan juga agama merupakan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang beragama. Dengan demikian, masalah jenis pendidikan islam non formal di indonesia yang sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.9 Karena merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah dan tabligh yang islami coraknya, majelis ta’lim berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Peranan secara fungsional Majelis ta’lim adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khusunya dibidang mental spiritual keagamaan Islam.10 . C. Aspek-aspek Pendidikan Dalam Majelis Ta.lim Aspek menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah, .Segi pandangan, (sesuatu hal atau peristiwa dan sebagainya), pandangan terhadap bagaimana terjadinya sesuatu peristiwa dari permulaan sampai akhirnya.11 Aspek-aspek pendidikan dalam majelis ta.lim yang dimaksudkan penulis di sini adalah aspek
9
wajburni. loc. cit
10
Muzayyin Arifin, op. cit., h. 82
11W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia bagian 1
(Cet. IV; Jakarta; Balai Pustaka, 1966), h. 63. An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
Syarifah Fauzi’ah | 191
pendidikan agama yang lebih menekankan pada proses pendidikan agamanya, antara lain: 1. Pendidik Pendidik adalah orang yang sangat berjasa dan memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai pengemban amanah, seorang pendidik khususnya di bidang agama haruslah orang yang memiliki pribadi yang shaleh. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi anak shaleh. Al Ghazali berpedapat, .istilah pendidik dengan berbagai cara seperti: almu .allim (guru), al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik), dan al-walid (orang tua).12 Menurut al-Ghazali pula sebagaimana dikutip Mukhtar, .Seorang guru pendidik agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati muridmuridnya sehingga semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi ini semua ini tercermin melalui perannya dalam sebuah proses pembelajaran.13 Oleh karena peran pendidik sangat berarti dan memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, maka Islam sangat menghargai orang yang berilmu dan mengamalkannya serta mengajarkannya kepada orang lain. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama dalam keluarga. Peran orang tua sangat berarti bagi anak didik untuk membantu dan membimbingnya dalam mencapai tujuan hidupnya. Untuk mendidik anak, seseorang juga membutuhkan bantuan orang lain, seperti guru, kyai, dosen, dan lain-lain yang sejenisnya tersebut merupakan tenaga profesional yang ditujukan membantu orang tua dalam membimbing dan memberi bantuan kepada anak didik guna mencapai kedewasaannya. Dalam pendidikan agama, seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menanamkan keimanan dalam jiwa peserta didik, membimbingnya agar taat menjalankan agama dan budi pekerti yang mulia. Seorang pendidik agama Islam juga harus 12Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Cet. I;
Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 50 13 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( Cet. I; Jakarta: CV Misaka Galiza 2003), h. 93
An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
192 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
memiliki jiwa pendidik, menguasai ilmu pendidikan agama Islam. Selain itu guru agama harus bersifat ramah, sabar, ikhlas, tegas, adil dalam bertindak, dan sebagainya. Persyaratan tersebut tidak lain bertujuan agar para pendidik dalam memberikan pendidikan tidak merugikan peserta didik dan tidak merugikan agama. Secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan para pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap peserta didik dalam mewujudkan tujuan pendidikan terutama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam. 2. Peserta didik Al-Ghazali mempergunakan istilah anak didik dengan beberapa kata seperti, .Al-shobiy (kanak-kanak), almuta.allim (pelajar), tholibul ilmi (penuntut ilmu). Interaksi antara peserta didik dan pendidik merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Pengajaran yang baik akan mampu menarik minat si terdidik, keluarga mereka, dan apa yang hendak mereka lakukan di masyarakat. Peserta didik merupakan orang yang memerlukan bantuan dan bimbingan. Oleh karena itu peran serta pendidik sangat diperlukan terutama bagi peserta didik yang sedang dalam tahap perkembangan jasmani dan rohani. Zuhairini mengatakan Islam memandang bahwa seorang anak sejak lahir telah memiliki pembawaan untuk beragama yaitu fitrah. Fitrah itu akan berjalan ke arah jalan yang benar bilamana mendapat pendidikan yang baik dan mendapatkan pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya. Dalam mencari nilai-nilai hidup untuk mencapai tujuan hidupnya, peserta didik memerlukan bantuan dari pendidik, kerana manusia dilahirkan dalam keadaan lemah. Selain itu lingkungan peserta didik juga akan memberi warna terhadap nilai-nilai pendidikan Islam peserta didik. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Tetapi anak didik juga seorang manusia yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secar fisik maupun psikis. Untuk itu, pendidikan agama senantiasa memperhatikan manusia sebagai faktor pendidikan agama, di mana pendidikan agama tersebut diarahkan untuk mendidik manusia berakhlak mulia sebagaimana fitrahnya, sehingga dapat engetahui ajaran agama Islam dan pada akhirnya akan mampu menghindari diri dari kemerosotan akhlak. Oleh karena anak sejak lahir sudah memiliki potensi beragama, sehingga orang tua perlu mendapat penambahan ilmu pengetahuan An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
Syarifah Fauzi’ah | 193
agama yang bisa didapat di majelis ta.lim, agar orang tua khususnya kaum ibu dapat mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang diridhoi Allah SWT. 3. Alat Pendidikan Alat pendidikan merupakan suatu bagian yang integral dari suatu proses pendidikan atau pembelajaran. Secara harfiah .alat. berarti perantara atau penyalur pesan atau informasi belajar. Pengertian secara harfiah ini menunjukkan bahwa, Alat pendidikan agama Islam merupakan wadah dari pesan yang disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yaitu guru, kepada sasaran atau penerima pesan yaitu anak didik. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahan atau materi pendidikan agama Islam, sedangkan tujuan penggunaan alat pendidikan alat tersebut adalah agar proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berlangsung dengan baik. Adapun alat pendidikan dapat dibedakan sebagai beriku: a. Alat pendidikan yang bersifat rohaniah (normatif) Zuhairini berpendapat bahwa, .alat pendidikan yang bersifat normatif berfungsi preventif (pencegahan) dan refresif (reaksi setelah ada perbuatan). Keduanya dapat bersifat positif maupun negatif. Alat pendidikan yang normativ yang preventif dan positif, yaitu keteladanan, anjuran, ajakan, suruhan, pengarahan, dan pembiasaan. Alat pendidikan normativ yang preventif dan negatif, yaitu contoh untuk dijauhi, peraturan yang memberi larangan dan pengawasan. Selanjutnya alat pendidikan normativ yang represif dan positif, yaitu isyarat tanda setuju (anggukan), kata-kata setuju, puas, pujian, dan hadiah. Yang termasuk alat pendidikan normatif yang represif dan negatif, yaitu isyarat tanda tidak setuju, teguran, ancaman dan kecaman serta hukuman. b. Alat Pendidikan yang bersifat materi Dalam hal Alat pendidikan berupa materi Zuhairini berpendapat bahwa .Alat sebagai sarana pendidikan atau sarana belajar mengajar, ataupun alat pengajaran. Alat pendidikan yang bersifat kebendaan tersebut tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat konkret saja, tetapi juga berupa nasihat, tuntutan, bimbingan, contoh, hukuman, ancaman, dan sebagainya. Dalam pendidikan Islam, alat atau pendekatan pendidikan yang utama adalah teladan, nasihat dan peringatan, yang kesemuanya dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Jadi alat atau pendekatan pendidikan adalah hal yang sangat An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
194 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
penting, yang dapat menunjang berhasil atau tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan agama. 4. Lingkungan atau Masyarakat Dalam hal lingkungan atau masyarakat Muchtar berpendapat, .Lingkungan mempunyai peranan penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan agama. Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam upaya membentuk dan membina akhlak serta kepribadian seseorang. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik, maka ia juga akan tumbuh menjadi individu yang baik. Sebaliknya, apabila orang tersebut tinggal dalam lingkungan yang rusak akhlaknya, maka tentu ia juga akan ikut terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik pula. Jadi lingkungan dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap perkembangan jiwa peserta anak didik dalam sikap akhlak dan perasaan agamanya. Untuk menghadapi pengaruh lingkungan yang negatif yang dapat membahayakan akhlak dan moral, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain: 1. Perlu diadakan seleksi terhadap kebudayaan yang masuk, agar unsur-unsur negatif dapat dihindarkan 2. Pendidikan agama Islam baik formal atau non formal perlu di intensifkan 3. Perlu diadakannya biro konsultasi (konsultan) pendidikan yang bersifat independen untuk membantu terwujudnya kualitas pendidikan yang diharapkan 4. Adanya Political Will dari pemerintah setempat yang mendukung misi pendidikan yang lebih moralitas Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam membuat karakter anak didik. Mengambil yang positif dan menolak segala bentuk kebudayaan yang negatif yang dapat merusak moral generasi penerus. Oleh sebab itu, lembaga Majlis Ta.lim sangant diperlukan untuk terlaksananya penyelenggaraan pendidikan Islam, guna membina mental dan moral masyarakatnya, yang diharapkan pada gilirannya nantiu masyarakat dapat menajadi masyarakat yang Islami atau paling tidak mengantisipasi dampak negative dari pengaruh lingkungan dan kemajuan teknologi. Sehingga walaupun lingkungan masyarakat kompleks dalam berbagai hal agamanya tetap eksis dalam kehidupan mereka sehari-hari. An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
Syarifah Fauzi’ah | 195
D. Majelis Ta’lim Sebagai wadah Pemberdayaan Perempuan Dalam prakteknya, majelis ta’lim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat waktu. Majelis ta’lim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan sosial ataupun ras. Waktu penyelenggaraannya tidak terikat bisa pagi, siang, sore maupun malam hari. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan di rumah, masjid, mushallah, gedung, aula, halaman (lapangan) dan sebagainya. Selain itu, majelis ta’lim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non formal.14 Fleksibilitas majelis ta’lim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat). Majelis ta’lim juga merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggota jamaah majelis ta’lim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.15 Dengan demikian majelis ta’lim menjadi lembaga pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu dan kesempatan menimba ilmu agama di jalur pendidikan formal. Inilah yang menjadikan majelis ta’lim memiliki nilai dan karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Majelis ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan islam yang bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia., meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya, serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhai oleh Allah Swt.16 Sementara itu, bila dilihat dari tujuan, majelis ta’lim termasuk lembaga atau sarana dakwah islamiah yang secara self standing dan self disciplined dapat mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatannya atas dasar prinsip-prinsip demokrasi atau musyawarah mufakat demi kelancaran pelaksanaan ta’lim sesuai dengan tuntutan pesertanya. Majelis ta’lim diselenggarakan 14
Ibid Ibid 16 Ibid 15
An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
196 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
berbeda dengan lembaga pendidikan islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materi maupun tujuannya. Majelis ta’lim terdapat hal-hal yang dapat membedakannya dengan yang lain, yaitu:17 1. Majelis ta’lim adalah pendidikan non formal Islam. 2. Waktu belajarnya berkala tetapi teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya sekolah atau madrasah. 3. Pengikut atau pesertanya disebut jama’ah (orang banyak), bukan pelajar atau santri, hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis ta’lim bukan merupakan kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah. 4. Tujuannya memasyarakatkan ajaran islam. Sedangkan bila dilihat dari strategi pembinaan umat, maka dapat dikatakan bahwa majelis ta’lim merupakan wadah atau wahana islamiah yang murni institusional keagamaan. Sebagai institusi keagamaan islam, sehingga dengan demikian, sangat sulit untuk lepas dari institusi keagamaan dan sistem majelis ta’lim. Sebagai sebuah lembaga pendidikan non formal Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat islam itu sendiri yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia. Pertumbuhan majelis ta’lim dikalangan masyarakat menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Pada kebutuhan dan hasrat manusia yang lebih luas yakni sebagai usaha memecahkan masalah-masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia. Meningkatkan tuntutan jamaah dan peranan pendidikan yang bersifat non formal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan beserta masyarakat untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kemampuan, serta eksistensi dan peranan serta fungsi majelis ta’lim benar-benar berjalan dengan baik. Dalam kaitan inilah perempuan memegang peran stategis untuk aktif di dalamnya dan sekaligus menjadi sarana pemberdayaan bagi kaum perempuan itu sendiri khususnya dalam mengkaji dan memahami ajaran agama secara benar dan dapat mengimlementasikan dalam kehidupan keluarga, 17
http://wajburni.wordpress.com/2012/01/17/sistem-penyelenggaraanpendidikan-islam-non-formal-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 14 November 2014 An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
Syarifah Fauzi’ah | 197
bermasyarakat dan berbangsa. Mengingat perempuan adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga yang menentukan kesuksesan anak-anaknya maupun karier diri dan suaminya. III. PENUTUP Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Majelis ta’lim merupakan sarana yang paling efektif untuk memperkenalkan serta menyiarkan ajaran-ajaran Islam. Majelis Ta'lim menjadi lembaga pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu dan kesempatan menimba ilmu agama di jalur pendidikan formal. Inilah yang menjadikan Majelis Ta'lim memiliki nilai dan karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga pendidikan keagamaan Iainnya. Majelis ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan islam yang bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia., meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya, serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhai oleh Allah Swt. 2. Perempuan memegang peran stategis untuk aktif pada lembaga majelis taklim baik sebagai pengurus, anggota, maupun muballighah di dalamnya karena mejelis taklim dapat menjadi sarana pemberdayaan bagi kaum perempuan itu sendiri khususnya dalam mengkaji dan memahami ajaran agama secara benar dan dapat mengimlementasikan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Mengingat perempuan adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga yang menentukan kesuksesan anak-anaknya maupun karier diri dan suaminya.
An-Nisa’, Volume VIII Nomor 1 Juni 2015
198 | Pemberdayaan Perempuan Melalui Majelis Ta’lim
DAFTAR PUSTAKA Nurleni Syahrudin, http://nurlenisyah.blogspot.com/2010/ 05/majelis-taklim-sebagai-lembaga.html. Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Ed. Revisi., Cet. ; Jakarta: Bumi Aksara, 2009. http://penamasdramaga.blogspot.com/2010/09/majlistaklim_24.html. http://showbizzdunia.blogspot.com/2011/10/sejarah-asal-usulnama-majlis-html. http://wajburni.wordpress.com/2012/01/17/sistempenyelenggaraan-pendidikan-islam-non-formal-diindonesia/. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Cet. I; Jakarta: CV Misaka Galiza 2003. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia bagian 1 Cet. IV; Jakarta; Balai Pustaka, 1966. Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
An-Nisa’ Volume VIII Nomor 1 Juni 2015