Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
MEMBANGUN BI’AH LUGHAWIYAH MELALUI KHAT IMLA’ Oleh: Muhsin Riyadi, MA
Abstrak
إحدى العناصر اهلامة يف تعليم اللغة العربية هي بيئة لغوية يعين البيئة اللغوية اليت تدعم استخدام تلك اللغة حىت متكن استخدامها وممارستها يف تلك البيئة وابلتايل .ميكن أن يصبح متعلم اللغة ماهرا ويتقن يف لغته ألنه يعتاد مبمارستها يف تلك البيئة على سبيل املثال عندما تدريس اخلط واإلمالء يتعلم بشكل مكثف مع االسرتاتيجيات املناسبة اليت متكن أن تصل إىل األهداف املرجوة مث يكون الطالب .قادرا على الكتابة بسرعة كما هو يتم تدريسها Kata Kunci: Bahasa Arab, Pesantren Al-Istiqomah, Khot Imla’. A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Arab dipandang sebagai sebuah proses yang besar yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling terkait saling dukung mendukung dan akhirnya menjadi sebuah sistem. Keberhasilan pembelajaran ini tak dipungkiri lagi adalah mrupakan wujud dari kesolidan unsur-unsur pendukung dalam menjalankan sistem ini. Bila unsur pendukunya kuat dan satu sama lain saling bahu membahu, maka pembelajaran bisa berhasil dan sukses, sebaliknya bila ada salah satu unsur yang tidak bekerja dengan baik, maka proses pembelajaran akan berjalan pincang, dan hasilnya tidak mampu mencetak pembelajar bahasa Arab yang mempunyai daya saing dan daya juang tinggi. Salah satu unsur penting dalam pembelajaran bahasa Arab adalah terciptanya bi’ah lughawiyah, yakni terciptanya lingkungan berbahasa yang mendukung penggunaan bahasa tersebut sehingga bahasa tersebut bisa dipakai dan dipraktikkan dalam lingkungan tersebut yang pada akhirnya bisa menjadikan para pembelajar bahasa mahir berbahasa karena sudah terbiasa mepraktikkan di lingkungan tersebut. Sebagai acuan dasar
116
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
bi’ah lughawiyah adalah seperti proses pembelajaran bahasa Inggris di Pare, dimana disana tercipta lingkungan berbahasa Inggris yang memungkinkan para pembelajara bahasa Inggris untuk mepraktikkan ilmunya, sehingga ketika lulus dari kursus di lingkungan ini mereka betulbetul siap untuk terjun dalam dunia profesi. Menengok sistem pembelajaran bahasa Arab di IAIN Cirebon khusunya, jelas di sini belum tercipta bi’ah lughawiyah yang memandai, dimana lingkungan berbahasanya memang terasa belum mapan. Mahasiswa ketika keluar dari kelas pembelajaran bahasa Arab akan langsung bertemu dengan lingkungan berbahasa yang bukan bahasa Arab, maka secara langsung ini kurang mendukung terciptanya pembelajar bahasa Arab yang mahir bahasa Arab. Salah satu contoh nyata adalah ketika mahasiswa menulis catatan kecil di buku masing-masing tentang pembelajaran bahasa Arab, misalnya pada mata kuliah Balaghah, Nahwu, Sahraf, dan sebagainya, ternyata kebanyakan dari mereka ini menulis catatan kecilnya dalam bahasa Indonesia meski materi yang dicatat adalah bahasa Arab. Tentu dengan demikian situasi ini tidak mendukung terciptanya kemampuan berbahasa Arab yang memandai, karena setiap saat mahasiswa masih terpaku dengan bahasa ibunya sendiri meski belajar materi bahasa Arab. Contoh lain adalah ketika ujian bahasa Arab di Pusat Bahasa dan Budaya IAIN sebagaimana data terlampir, bahw banyak yang sama sekali belum bisa menulis bahasa Arab dengan kaidah yang benar. Yang dilakukan mahasiswa ini adalah lebih disebabkan karena kelemahan dari sisi kitabah atau penulisan yang ada pada diri mahasiswa. Pembelajaran khat imla’ boleh jadi merupakan biang keladinya. Para mahasiswa mempunyai latar belakang pendidikan SMA yang berbedabeda, ada yang sudah mendapatkan pembekalan bahasa Arab yang memandai berikut pembelajaran imla, dan ada yang sama sekali belum mengenal pembelajran khat imla’. Implikasiya jelas ketika pembelajaran berlangsung mahasiswa tidak semuanya mampu melakukan pencatatan atas semua materi yang diserapnya dengan menggunakan metode khat imla’ bahasa Arab. Bisa dibayangkan misalnya bila khat imla’ sudah diajarkn
117
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
secara intensif dengan strategi tepat guna yang bisa menggapai sasaran, maka mahasiswa akan bisa menulis cepat seperti dalam khat atau kaligrafi yang diajarkan menulis cepat yaitu dengan misalnya khat Riq’ah atau dengan khat Nashi tetapi dengan kemampuan yang cepat. Menanggapi hal ini penulis tertarik untuk melakukan studi kelayakan mempelajari penerapan pembelajaran khat imla’ yang bisa membantu
menciptakan
bi’ah lughawiyah, khususnya
membantu
kelancaran pembelajaran bahasa Arab dari sisi istima’ (ketrerampilan mendengar) dan kitabah (keterampilan menulis). Yakni sebuah prototype pembelajaran khat imla’ yang mampu membuat para pembelajar bahasa Arab menulis dengan cepat dan tepat, sehingga pola pikir yang terbentuk ketika berada dalam pembelajaran bahasa Arab adalah pola pikir yang didasari bahasa Arab bukan sebaliknya pola pikir yang didasari gaya bahasa Indonesia. Hal ini berkenaan dengan fenomena bahasa Arab rasa Indonesia yang selam ini berkembang subur di lingkungan pembelajar bahasa Arab di Indonesia, dimana ketika bahasa ini hanya dimengerti dengan baik oleh sesama pengguna bahasa Arab yang orang Indonesia, dan kurang dimengerti orang Arab asli karena menggunakan bahasa Arab yang bukan Arab sebenarnya menurut pola pikir bangsa Arab. Al Istiqomah adalah sebuah podok pesantren di daerah Kanggraksan Cirebon yang menerapakan strategi pembelajaran khat imla’ ini disela-sela pembelajaran bahasa Arab. Para sntri dibina dan dibimbing untuk bisa belajar menulis Arab dengan kaidah khat yang benar, dan bahkan diwajibkan untuk mampu menulis bahasa Arab cepat. Hal ini dilakukan terutama untuk menulis materi dalam pembelajaran kitab kuning, dimana ketika menulis syarah atau penjelasan dari sebuah kitab, ditulis dengan tulisan Arab. Menulis cepat ini mutlak harus dilakukan agar tidak tertinggal oleh penjelasan ustaz yang mengajar di pondok tersebut. Faktanya semua santri mampu belajar menulis khat dengan rapi, benar, dan bisa menulis dengan cepat dan tepat.
118
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Menariknya sistem ini adalah bila dikembangakan secara luas dengan terus dianalisa kurang lebihnya untuk dikembangkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin sistem ini akan bisa diterpakan di semua level pendidikan. Sistem ini bisa mengentaskan permasalah pengajaran bahasa Arab yang selama ini terjadi khususnya pada wilayah kitabah dan istima’. Permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pembelajaran khat imla’ ini dilaksanakan di Pesantren Al-Istiqomah sehingga mampu mengembangkan bi’ah lughawiyah dalam rangka meningkatakan penguasaan bahasa Arab bagi para santrinya ini. Utamanya adalah bagaimana proses pelaksanaan strategi ini secara keseluruhan dalam mengentaskan problematika pembelajaran bahasa Arab yang selama ini terjadikhususnya dalam mentrasfer istima’ ke dalam kitabah, kemudian juga melakukan proses pembelajaran khat dengn cepat dan tepat sasaran sesuai target, serta terukur sesuai waktu yang direncanakan. B. Rumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran khat imla’ di Pesantren Al-Istiqomah dan perannya dalam mewujudkan bi’ah lughawiyah serta implikasinya terhadap Peningkatan Penguasaan Bahasa Arab pada para santri khususnya di bidang istima’ dan kitabah. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana pola pembelajaran khat imla’ di Pesantren AlIstiqomah Kanggraksan?
2.
Bagaimana mekanisme pembelajaran khat imla’ di Pesantren AlIstiqomah Kanggraksan sehingga bisa mendukung terciptanaya bi’ah lughawiyah untuk meningkatakan mutu pembelajaran bahasa Arab khususnya istima’ dan kitabah?
3.
Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan model pembelajaran ini?
119
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
C. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran Bahasa, dilihat dari aspek fungsionalnya, adalah alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan segala urusannya (Madkur, 1991:33). Berdasarkan fungsi bahasa tersebut, maka tujuan pembelajaran suatu bahasa bisa diartikan melatih kebiasaan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dari sisi pendengaran, pengucapan, pembacaan dan penulisan sehingga mengerti tentang apa yang didengar, diucapkan, ditulis dan dibaca dari bahasa yang dipelajari, dan bisa difahami dan sekaligus memahami orang lain sesama pengguna bahasa yang bersangkutan. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Arab bagi orang ‘ajam atau asing adalah sebagai berikut: (Rusydi Ahmad Thoimah 1985:29 1. Agar para siswa mampu mempraktekkan (menggunakan) bahasa Arab, seperti orang Arab, minimal mendekati atau mirip dengan cara orang Arab berbahasa Arab. Berkaitan dengan beberapa komponen keterampilan bahasa dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah: a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami bahasa Arab ketika mendengarnya. b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk melafalkan bahasa Arab debgan benar makhraj dan intonasinya. c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk membaca buku berbahasa Arab secara benar, lancar dan mengerti isi bahan bacaan. d. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis Arab dengan benar, jelas dan baik. 2. Agar para siswa mengenal karakteristik dan kelebihan-kelebihan bahasa Arab dari bahasa-bahasa lain baik dari segi pelafalan, kosakata, pola kalimat dan kosep-konsepnya. 3. Agar para siswa mengenal kebudayaan Arab dan kebudayaan Islam. Dalam melakukan pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Arab terutama di lingkungan kampus atau pesantren pasti
120
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
menemukan kendala dari berbagai sisi diantaranya faktor akademis yang menjadi kendala tersebut meliputi: (1) waktu yang memadai, (2) lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan bahasa, (3) jumlah siswa yang cukup untuk pembinaan komunikasi bahasa, dan (4) tingkat kecakapan siswa. Sedangkan factor non akademis yang meliputi: (1) perlengkapan tempat belajar pada umumnya termasuk bangunan, (2) perlengkapan pengajaran, (3) alat peraga, (4) buku perpustakaan, (5) masalah keuangan, dan (6) transportasi. (Masri’ah, 2012:8) Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dari sekian banyak faktor di atas adalah tentang ketersediaan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan bahasa. Urgensi penciptaan lingkungan berbahasa atau bi’ah lughawiyah khususnya lingkungan berbahasa Arab yang dikenal dengan bi’ah Arabiyah adalah untuk mempercepat tingkat pemerolehan bahasa Arab yang kini dianggap sebagi problem mendasar yang kerap menghambat kemampuan berbahasa pada diri pelajar dilembaga pendidikan. Selain itu diharapkan dengan terciptanya lingkungan kebahasaan ini para pembelajar bahasa selalu hidup bersama antara satu dengan yang lain dapat memperlancar komunikasi berbahasa Arab baik pada kegiatan formal maupun nonformal. Sisi yang dikembangkan dalam bi’ah lughawiyah adalah pembiasaan dari empat sisi kemampuan berbahasa yakni kalam, istima’, kitabah dan qira’ah atau dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan kemampuan berbicara, mendengar, menulis dan membaca. Salah satu kemampuan yang paling diperhatikan di pesantren adalah kemampuan mendengar penjelasan kiyai dan kemampuan menulis yakni menulis penjelasan tersebut. Dalam mentransfer kemampuan mendengar ke dalam bentuk tulisan inilah diperlukan kemampuan penulisan yang memadai karena memang menulis bahasa Arab harus mengetahui segala macam seluk-beluk penulisan bahasa Arab yang terangkum dalam pembelajaran khat imla’. Pembelajaran khat imla’ merupakan bagian pembelajaran kitabah atau penulisan dalam bahasa Arab. Pembelajaran kitabah menurut M. Abdul Hamis (1998:49) terdiri dari dua kata yaitu
121
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
pembelajaran dan kitabah. Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan belajar (learning), pembelajaran sebagai suatu system yang bertujuan yang harus direncanakan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sedangkan menulis (kitabah) adalah salah satu sarana berkomunikasi dengan bahasa antara satu dengan orang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:296) menulis merupakan Aktifitas aktif produktif, aktifitas menghasilkan bahasa dan gagasan, menulis (kitabah) juga merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca. Abdul Hamid (2010:74-75) mengelompokkan ruang lingkup pembelajaran kitabah ini ke dalam dua aspek kemampuan untuk menulis bahasa Arab ada 2, yaitu : (1) kemampuan teknis yaitu kemampuan untuk menulis bahasa Arab dengan benar yang meliputi kebenaran imla’, qowa’id, penggunaan alat al-tarqim (tanda baca), dank khot. (2) Kemampuan Ibda’i (Produksi) adalah kemampuan mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan perasaan ke dalam sebuah tulisan berbahasa Arab dengan benar, logis dan sistematis. Dari ruang lingkup tersebut yang paling spesifik menjadi topik pengajaran di pesantren khususnya AlIstiqomah adalah pembelajaran khat imla’, karena dengan mendalami materi ini disinyalir santri mampu mempersiapkan diri dalam pembentukan bi’ah lughawiyyah khususnya menyiapkan santri untuk mahir menyimak dan kemudia menulis bahasa dengan cepat dan tepat materi yang disampaikan. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Dalam penelitian kualitataif ini data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara,catatan lapangan, Foto, dan dokumen pribadi. Metode ini digunakan untuk
122
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
melakukan penelitian kaitannya dengan strategi pembelajaran khat imla’ di Pesantren Al-Istiqomah Kanggraksan. 2. Sumber dan Teknik Pengumpoulan data Terdapat dua sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yatu: primer dan sekunder. Data primer didapat dari wawancara mendalam (deep interview), dan observasi. Sedang data sekunder didapat dari penelusuran terhadap datadata yang ada di lapangan, termasuk beberapa pemikiran atau tulisan dan catatan yang memiliki relevansi dan mendukung terhadap penelitian yang diangkat. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. Observasi Paretisipan Observasi, difokuskan pada situasi dan kondisi tempat penyelenggaraan program pengajaran khat imla’. Yakni dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dari observasi ini akan diperoleh informasi tentang kondisi real pragram Super Intensif ini, termasuk didalamnya faktor-faktor pendukung dan penghambat. B. Interview Interview dilakukan dengan mendalam terhadap para guru dan kalangan terkait yang mendukung penelitian, seperti pengelola pesantren dan para santri. C. Dokumentasi Studi Dokumentasi, berupa penelusuran dan penelaahan atas beberapa arsip atau catatan berupa bukubuku terkait, dokumentasi resmi, catatan kasus (case records), notulen rapat, hasil penelitian lain, buku harian, dan lainnya yang dianggap relevan.
123
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
3. Tekninik dan Analisa Data Terhadap data-data yang terkumpul, peneliti melakukan proses dan analisa data. Pada tahap proses pengumpulan data, dilakukan dengan cara: mengorganisir, menyusun kategori dan tipologi, dan mengedit data-data yang terkumpul. Sedangkan analisa data menggunakan analisa “deskriptif kualitatif” terhadap data-data yang telah terkumpul. E. Kondisi Obyektif Pesantren Al-Istiqomah Pesantren ini terletak di daerah Kanggraksan Cirebon Kota. Terdiri dari dua tempat terpisah, pertama adalah rumah kediaman Kiyai yang berdampingan dengan tempat tinggal santriwati, dengan luas tanah mencapai 500 Meter Persegi, ke dua adalah areal tempat pembelajaran yang terdiri dari 2 kelas, 1 laboratorium komputer, ruang kantor, ruang tamu, tempat tinggal santri putra dan pengurus pondok, Masjid, bengkel paraktikum pesantren, dan lapangan olah raga. Lokasi ke dua ini luasnya kurang lebih 2000 Meter Persegi. Santri yang belajar di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa macam, pertama santri mukim, dan ke dua santri kalong. Santri mukim adalah mereka yang tinggal di pesantren ini dan menuntut ilmu. Adapun santri kalong adalah mereka yang menuntut ilmu di pesantren ini namun tidak menginap di pesantren ini. Santri mukim ini terdiri dari para mahasiswa dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan beberapa kampus lain di Cirebon, para siswa SLTP dan SLTA. Secara keseluruhan jumlah santri mukim di Pondok Pesantren AlIstiqomah ini adalah 74 santri. Adapun santri kalong, terdiri dari dua kelompok, pertama adalah santri sepuh yang belajar ilmu tarikat kepada Kiyai pondok. Mereka ini rata-rata berusia 35 tahun ke atas. Dalam seminggu para santri sepuh ini melaksanakan pertemuan dengan Kiyai Pondok sebanyak 5 kali dengan kurun waktu sekitar 2 jam setiap pertemuannya pada waktu malam dari jam 21.00-23.00. Kajian yang dilakukan adalah tentang seluk beluk pemantaban iman, seperti cara shalat khusuk, menghindarkan diri dari
124
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
sifat iri, dengki, riya’ dan sebagainya. Secara keseluruhan jumlah santri sepuh ini sebanyakn 25 orang. Santri kalong kelompok ke dua adalah dari golongan anak-anak usia Sekolah Dasar. Mereka belajar dasar-dasar Islam, membaca Al-Quran, menulis Arab, dan beberapa keterampilan dasar agama lainnya. Jumlah santri kalong dari kelompok anak-anak ini tak kurang dari 25 santri. Selain itu Pondok Pesantren Al-Istiqomah ini juga mempunya Sekolah Menengah Kejuruan yang baru berjalan 2 tahun, dan baru memiliki siswa sebanyak 30 siswa. Beberapa siswa menjadi santri mukim di pesantren ini. Pesantren ini dipimpin oleh seorang Kiyai bernama Fathulloh, dibantu oleh beberapa pengurus. Pengajarnya adalah Kiyai sendiri bersama Istri, ditambah beberapa santri baik santri sepuh maupun santri mukim yang sudah senior. F. Hasil Penelitian Dari pertanyaan penelitian yang peneliti sampaikan pada rumursan masalah, sementara ini setelah melakukan penelitian selama 2 bulan peneliti mendapatkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut: 1. Seperti apa strategi pembelajaran khat imla’ di Pesantren AlIstiqomah Kanggraksan? Model dan strategi pembelajaran Khat Imla’ pada umumnya menggunakan strategi demontrasi dan penugasan, yaki mendemontrasikan cara menulis Khat yang benar lalu diikuti para santri, dan selanjutnya diberi tugas untuk menulis tulisan Arab yang telah ditentukan pengajar. Di Al-Istiqamah ini strategi pembelajarannya sama dengan metode demontrasi dan penugasan, namun dengan taktik yang berbeda. Pengajar pertama mendemontrasikan cara penulisan Khat yang diikuti para peserta didik, kemudian usai pembelajaran peserta didik diberi tugas. Dalam memberikan tugas ini pengajar menggunakan taktik yang lebih militansi, dimana peserta didik diberikan kertas yang berisi tulisan Arab dengan Khat tertentu,
125
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
lalu peserta didik harus menulis ulang sampai persis mirip dengan tulisan contohnya. Peserta didik diberi keleluasaan menulis di mana saja sesuai keinginan peserta didik, yang penting bisa mengahasikan tulisan yang menyerupai contohnya. Secara umum trategi mengajar khat di Pondok Pesantren AlIstiqomah cukup menyenangkan , karena sistem pengajarannya sangat mudah untuk dipahami oleh para santriwan-santriwatinya serta penyampaian materinya sangat gamblang dan detail. Dalam pengajaran khat diPondok-Pesantren Al-Istiqomah ini selalu dikaitkan dengan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) mengapa demikian, karena mempunyai tujuan tersendiri dari piahak Pondok-Pesantren, tujuannya adalah semua sntriwan-santriwati yang telah lulus dari Pondok-Pesantren diharapkan dapat menulis Al-qur’an dan Hadits dengan baik dan benar serta dapat mengajarkan kepada masyarkat disekitarnya dengan benar. Adapun macam-macam jenis khat diantaranya adalah: Khat Naskhi, Khat Tsulust, Khat Muhaqqoq, Khat Diwani, Khat Farisi (Ta’ liq), Khat Riq’ah, Khat Khoufi, Khat Diwani Jali, Khat Ijazah (Raihani), Khat Taj, Khat Tughra. Darai sekian banyak jumlah jenis Khat namun yang diajarkan diPondok-Pesantren AlIstiqomqah hanyalah jenis Khat Naskhi, karena Khat Naskhi adalah Khat yang biasa digunkan untuk menulis Al-qur’an dan Hadits sehingga sudah tidak asing lagi bagi kita semua, selain itu Khat Naskhi juga sangat mudah untuk dipahami oleh khalayak umum serta bentuk huruf-hurufnya lebih jelas. Dalam pengajaran Khat Naskhi diPondok-Pesantren AlIstiqomah ini memiliki ciri tersendiri yaitu tidak ada perbedaan antara usia atau pendidikan formal dalam pengklasifikasian proses belajar Khat, walaupun pendidikan formal sudah sampai kejenjang perguruan tinggi namun belum pernah belajar Khat maka termasuk kelas Ibtidaiyah dan begitu sebaliknya walaupun usia atau jenjang pendidikan formalnya masih rendah namun sudah pernah belajar Khat maka termasuk kelas ‘uliya.
126
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Pengklasifikasian para santriwan-santriwati yang dilakukan oleh Kiyai dengan pengetesan terhadap para santrinya yakni melakukan evaluasi Baca Tulis Al-qur’an (BTQ) ataupun dalam evaluasi didalam mata-pelajaran lainnya yang masih berkaitan dengan penulisan serperti halnya mata-pelajaran sorof, ‘Ilal, ‘Irob, selama beberapa bulan dan setelah Kiyai mengetahui kemampuan parasantriwan-santriwatinya dalam hal penulisan Khat Naskhi maka Kiyai melakukan pengklasifikasian para santriwan-santrwatinya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Bagi santri yang memang belum pernah belajar Khat maka dikolompokan termasuk kelas Ibtidaiyah, dan yang sudah pernah belajar Khat tetapi masih belum begitu mahir maka dikelompokannya termasuk kelas wustho, sedangkan bagi santri yang sudah mahir dalam menulis Khat mungkin hanya pembenahan-pembenahan sedkit kesalahan-kesalhannya maka oleh Kiyai akan dijadikan sebagai pembimbing bagi santri yang masih tahap awal dalam belajar tentang Khat. Proses belajar Khat diPondok-Pesantren Al-Istiqomah ini sangatlah berbeda dengan Pondok-Pesantren yang lain, karena diPondok-Pesantren Al-Istiqomah sebelum diajarkan cara menulis menulis Khat, Kiyai menyampaikan cara melafalkan tentag suatu huruf dimulai dari Alif, Hamzah dan berlangsung kehuruf-huruf selanjutnya. 2. Bagaimana proses pembelajaran khat imla’ di Pesantren Al-Istiqomah Kanggraksan sehingga bisa mendukung terciptanaya bi’ah lughawiyah untuk meningkatakan mutu pembelajaran bahasa Arab khususnya istima’ dan kitabah? Pembelajaran Khat Imla’ di Pesantren Al-Istiqomah ini tujuan utamanya adalah agar para santri bisa menulis tulisan Arab untuk mencatat syarakh atau penjelasan Kiyai ketika belajar Kitab Kuning dengan metode “Sorogan”. Dengan metode ini, faktanya
127
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
memang santri bisa cepat menulis Arab dengan benar, yang selanjutnya mampu mencatat syarakh Kiyai. Selanjutnya kiyai sering menggunakan bahasa Arab dalam menerangkan syarakh kitab-kitab kuning tersebut. Degan demikian terciptalah Bi’ah Lughawiyah atau lingkungan berbahasa yakni bahasa Arab tercipta dengan sendirinya, utamanya dalam istima’ (mendengar : mendengarkan penjelasan Kiyai) dan kitabah (tulisan: menulis penjelasan Kiyai). Cara penyampaian materi tentang Khat Naskhi di PondokPesantren ini, setelah penyampaian cara melafalkan kemudian Kiyai memberikan Contoh-contoh cara menulis huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan Khat Naskhi, dimualai dari huruf Alif, Hamzah, dan berlanjut kehuruf-huruf berikutnya. Kiyai menyampaikan bahwasanya jika membuat salah-satu bentuk huruf hijaiayah dengan menggunakan Khat Naskhi misalnya membuat huruf Alif, itu dimulai dari atas kemudian ditarik agak ditekan setelah hampir 75% kebawah jangan terlalu ditekan agar mendapatkan hasil agak mengkerucuk dan mendapatkan hasil yang maksimal dengan menggunakan Pulpen atau Pensil Khat. Akan tetapi berbeda halnya jika membuat huruf yang lain seperti huruf Ba’Itu dimulai dari samping kanan kemudian ditarik kearah sebelah kiri namun dibentuk agak mendatar dan tidak terlalu cekung kemudian diberi tanda titik dibagian bawah tengah, cara membuat huruf Ba’ Ta’ dan Tsa’ itu hampir sama seperti huruf Ba’ namun perbedaanya hanya letak dan jumlah titik yang dimiliki oleh setiap hurufnya. Cara membuat huruf Jim, dimulai dari arah sebelah kiri kemudian alat tulis ditarik lurus kearah sebelah kanan setelah itu diatarik kearah kiri posisi agak kebawah sambil dicekungkan dan tidak terlalu tekan agar menghasilkan agak kerucuk pula, begitu hanya membuat huruf Kha’, Huruf Krho’, namun yang membedakan hanyalah letak titiknya saja.
128
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Cara membuat huruf Dal, dari arah atas sebelah kiri kemudian ditarik kearah sebelah kanan sambil dicekungkan kemudian ditarik kearah sebelah kiri dan tidak terlalu ditekan, begitu juga cara membuat huruf Dzal, yang membedakan hanya titiknya saja. Cara membuat huruf Ra’, posisi alat tulis diatas kemudian ditarik kearah kiri kira-kira 45 derajat kearah kearah sebalah kanan kemudian samabil dicekungkan ditarik kebawah dan jangan terlalu ditekan agar menghasilkan bentuk agak kerucuk. Cara membuat huruf Zai hampir sama dengan huruf Ra’, namun pada bagian atasnya agak dicengkokkan bentuk hurufnya dan diberi titik pada bagian atasnya. Cara membuat bentuk huruf Sin, pertama kita membuat nibroh sebanyak 2 (dua) dan bentuk nibroh tersebut agak dicondongkan kearah sebelah kanan, kemudian alat tulis ditarik kearah bawah dan kita buat agak cekung dan untuk membentuk pada bagian ujungnya alat tulis tidak boleh terlalu ditekan agak menghasilkan bentuk yang mengkerucuk atau lancip. Cara membuat bentuk huruf Shin, cara membentuk huruf Shin ini hampir sama dengan huruf Sin yang membedakan hanyalah titik yang berada diposisi bagian atas huruf Shin, walaupun bentuk huruf hampir sama namun bunyi huruf tersebut sangalah berbeda, maka dari itu kita harus mengetahui bunyi dari setiap huruf hijaiyah. Demikian cara-cara menulis huruf-hirif lain dalam kaligrafi atau khat dijelaskan secara gambling ole Kiyai. 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan model pembelajaran ini? Faktor pendukung utama dalam pembelajaran Khat Imla’ ini adalah kemampuan luar biasa yang dimiliki Kiyai dalam menguasai Khat dan Imla’ dan kemampuan mengajarkannya. Hal ini didukung semangat militansi para santri yang belajar. Jumlah santri yang hanya 64 santri sangat memungkinkan Kiyai untuk
129
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
mengontrol perkembangan kemampuan menulis bahasa Arab santri, sehingga apabila ditemui kendala dalam menulis ini, Kiyai bisa cepat membantu menyelesaikannya. Yang ke dua adalah sikap militansi santr dalam belajar khat yang mendukung percepatan dalam penguasaan penulisan khat ini. Adapun faktor penghambatnya penulis membagi ke dalam 2 kategori, yakni kategori teknis dan ketegori materri. Dari kategori teknis yakni ketersediaan alat-alat pembelajaran. Di pondok pesantren ini hanya tersedia kapur tulis untuk mengajar Khat Imla’ sementara peserta didik atau santri hanya berbekal pensil dan bulpen saja. Biasanya di pesantren-pesantren besar tersedia white board berikut spedol, ditambah kanvas dan cat minyak untuk membuat kaligrafi dan membuat detail tulisan dengan spedol runcing. Namun di pesantren ini hanya ala kadarnya saja. Dari kategori materi adalah terdapat beberapa kendala menyangkut kurang telitinya santri dalam mengidentifikasi cengkokan huruf dalam bahasa Arab atau yang dikenal dengan Nibroh, misalnya huruf صmisalnya bila digabung dengan huruf lain terkadang nibrohnya kurang. G. Beberapa Temuan Penting Beberapa temuan menarik dalam penelitian ini pertama bahwa setelah mengikuti pelatihan khat ini, para santri hampir secara keseluruhan mampu menulis khat dengan baik, terlepas bahwa santri ini dikatakan pandai atau kurang pandai, baik santri yang dari SMA ataupun MA, dari umur SLTP hingga Mahasiswa. Ke dua, sistem penugasan yakni santri diharuskan menulis khat sesuai dengan contoh yang diberikan, ternyata membuat para santri justru asik mencoba-coba dan lebih militan berusaha membuat tulisan yang mirip atau bahkan sama dengan contoh. Para santri selalu membawa secarik kertas contoh pemberian Kiyai dan berusaha meniru tulisan tersebut di berbagai tempat, mulai dari waktu sambil istrirahat, hingga menjelang tidur. Dengan strategi ini para santri makin
130
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
asik mencoba penulisan khat, terutama setelah mereka diberi materi beberapa model khat. Sistem reward dan punishment namapknya dterapkan kurang berimbang di pesantren ini, dimana santri kerap di beri punishment ketika melakukan kesalahan, tetapi jarang diberi reward atau penghargaan meski itu hanya sekedar berurpa sanjugan. H. Kesimpulan A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Pola pembelajaran Khat Imla’ di Pesantren Al-Istiqomah in menggunakan pola atau model Contextual Learning dengan pendekatan demontrasi dan penugasan. Pengajar pertama mendemontrasikan cara penulisan Khat yang diikuti para peserta didik, kemudian usai pembelajaran peserta didik diberi tugas. Dalam memberikan tugas ini pengajar menggunakan taktik yang lebih militansi, dimana peserta didik diberikan kertas yang berisi tulisan Arab dengan Khat tertentu, lalu peserta didik harus menulis ulang sampai persis mirip dengan tulisan contohnya. Peserta didik diberi keleluasaan menulis di mana saja sesuai keinginan peserta didik, yang penting bisa mengahasikan tulisan yang menyerupai contohnya. 2. Pembelajaran Khat Imla’ di Pesantren Al-Istiqomah ini tujuan utamanya adalah agar para santri bisa menulis tulisan Arab untuk mencatat syarakh atau penjelasan Kiyai ketika belajar Kitab Kuning dengan metode “Sorogan”. Dengan metode ini santri bisa cepat menulis Arab dengan benar, yang selanjutnya mampu mencatat syarakh Kiyai. Selanjutnya kiyai sering menggunakan bahasa Arab dalam menerangkan syarakh kitab-kitab kuning tersebut. Degan demikian terciptalah Bi’ah Lughawiyah atau lingkungan berbahasa yakni bahasa Arab tercipta dengan sendirinya, utamanya dalam istima’ (mendengar : mendengarkan
131
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
penjelasan Kiyai) dan kitabah (tulisan: menulis penjelasan Kiyai). 3. Pembelajaran khat Imla’ ini bis dikatakan sukses diri sisi bahwa memang mampu mencetak santri yang bisa menulis khat dengan baik dan benar. Baik itu santri yang sudah pernah belajar khat atau belum samaskali semua pada akhirnya bisa menulis khat dengan baik dan benar. Namun secara waktu, pembeljaran khat imla’ di pesantren ini tergolong memerlukan waktu yang culup lama. B. Saran Menurut hematpenulis berdasarkan hasil penelitian, penulis menyampaikan sebuah saran bahwa di pesantren ini hanya mengedepankan punishment dengan melupakan reward. Alangkah baiknya jika dua hal ini dilaksanakan secara serasi selaras dan seimbang, sehingga para santri merasi dihargai, bisa menerapkan disiplin dan lebih sembangat untuk berprestasi dalam berbagai bidang, khususnya dalam penulisan bahasa Arab ini. Demikian juga agar para saantri semakin terpacu untuk berprestasi dalam bidang khat imla’ ini hendaknya diikutkan berbagai perlombaan baik tingkat lokal ataupun nasional yang memang diselenggarakan. Hal ini jelas akan memupuk mental kompetitif bagi para santri untuk lebih berani dan percaya diri mengahadapi persaingan. I. Lampiran 1. Perbandingan kemampuan menulis Arab dengan Khat yang benar dan kurang benar Terlihat bahwa mahasiswa yang menjadi santri ketika menulis ujian imla’ belum menguasai sistem penulisan bahasa Arab yang benar.
132
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Sementara di bawah ini adalah mahasiswa yang pernah mengenyam pendidikan dasar-dasar khat imla’
133
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Muhsin R
’Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla
2. Jadwal Pembelajaran Khat
رمق .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7
رمق .1 .2 .3 .4
جدول ادلراسة معهدالاس تقامة الإساليم السلفي مادة ادلراسة مساء رمق مادة ادلراسة ليال التبليغ احد .1 احلج والعمرة احد الفقه اإثنني .2 التجويد اإثنني التوحيد ثالاثء .3 امالء القرءان ثالاثء اللغة العربية والإجنلزية أربعاء .4 حتفيظ القرءان أربعاء الاعراب مخيس .5 الإعـالل مخيس الخالق لطالب العمل مجعة .6 الربزجني مجعة الترصيف سبت .7 النحو سبت بعد لك صالة الصبح قراءة القرءان واحلديث الربعني النووي هذااجلدول منصوص ومنفاذ يوم الربعاء ليل امخليس التارخي 27نومفري 2013م مادام مثبتا
ليال احد اإثنني ثالاثء أربعاء
جدول ادلراسة معهدالاس تقامة الإساليم السلفي مساء رمق مادة ادلراسة احد .1 احلج والعمرة اإثنني .2 التجويد ثالاثء .3 امالء القرءان أربعاء .4 حتفيظ القرءان
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
مادة ادلراسة التبليغ الفقه التوحيد اللغة العربية والإجنلزية
134
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
الاعراب الخالق لطالب العمل الترصيف
مخيس .5 الإعـالل مخيس مجعة .6 الربزجني مجعة سبت .7 النحو سبت بعد لك صالة الصبح قراءة القرءان واحلديث الربعني النووي م مادام2013 نومفري27 هذااجلدول منصوص ومنفاذ يوم الربعاء ليل امخليس التارخي مثبتا 3. Sampel Sistem Evaluasi Tulis Arab MATERINYA : ______________________
_______________________________
Tulislah dengan huruf arab ta’awwuzd, basmalah dan materinya, pada lembar yang bergaris di bawah ini, sebelum dieval oleh pengajar.
135
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
.5 .6 .7
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Daftar Pustaka Abdul Hamid, M, Khat Imla, (TP, 1998:49) Ahmad Syatori dengan judul Strategi Kepala Pusat Bahasa dan Bdaya (PBB) dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN Sykh Nurjati Cirebon, tahun 2011, al-Fattâh, Nâzik Ibrâhim 'Abd, Musykilât al-Lughah wa al-Takhâthub fi Dlau' 'Ilm al-Lughah al-Nafsî, (Kairo: Dâr Quba'), 2002 al-Hajjâj, Abu al-Husain Muslim ibn, Mukhtashar Shahih al-Muslim, Tahqiq Muhammad Nâshir al-Dîn al-Bâni, (Beirut: al-Maktab alIslâmi), 2000, Cet. I, hadits No. 1803. Ali Ahmad Sya'ban, Usus Ta'allum al-Lughah wa Ta'lîmuha, (Beirut: Dar al-Nahdlah al-'Arabiyyah), 1994 Ahmad Thoimah Rusydi. 1985. Dalil 'Amal fi I'dad al-Mawad alTa'limiyah li Barnamaj Ta'lim al-Lughah al-Arabiyah, Jami'ah Umm al-Qurra' Ma'had al-Lughah al-Arabiyah. al Khuly, Muhammad Ali, Asalib Tadrisi al Lughah al ‘Arabiyah, (Riyadh: ), 1989 al-Khalifah, Hasan Ja'far, Fushû lfi Tadrîs al-Lughah al-'Arabiyyah, (Riyadh: Maktabah al-Rusyd), 2003, Cet. II al-Samirra'i, Ahmad ibn 'Abd al-Rahmân, Ajhijah al-'Ardh al-Hâithiyyah, dalam http://www. Tarbawi.com. Arcar, Jerome S. o, Pendidikan Berbasis Mutu, Prisip-prinsip dan Tata langkah Peneapan, Pustaka Pelajar: Yogakarta, 2005 Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Teknologi dan Kejuruan, ()CV. Rajawali: Jakarta, 1989) Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Teknologi dan Kejuruan, CV. Rajawali Jakarta:1989 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian , Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), edisi V Arsyad, Azhar, (Azhar Arsyad. 2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
136
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Baabaki, Munir, dkk, Kamus Al Maurid, (Halim aya, Surabay, 2006, hlm 160 Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina, Sosio Linguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004 Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta), 2003 Dek. Dik. Bud.,Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) D. Sirojuddin AR, Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi santri Pondok Pesantren, Jakarta: Departemen Agama RI, 2001. _____________, Membina Kaligrafi Gaya Lemka, Jakarta: Depbinkat Lemka, 1996.. _____________, Pembinaan Khat Naskhi di Lemka, Jakarta: Depbinkat Lemka, 1997. _____________, Seni Kaligrafi Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Douglas, Brown H., The Principles of Language Teaching, Terj. oleh 'Abduh al-Rajihi dan Efendi, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat), 2005 Effendy,Ahmad Fuad, "Pendekatan Komunikatif untuk Menciptakan Lingkungan BahasaArab (Bî'ah 'Arabiyyah) di Madrasah", Makalah disampaikan dalam Pelatihan Bahasa Arab Bagi Guru Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta, Oktober 2004. Hidayat D., "Intensitas dan efektivitas pengajaran bahasa Arab pada perguruan tinggi agama", disampaikan pada workshop pengajaran bahasa arab PTAISN Ditpertais Depag RI tgl.19-20 Des 2002 di Jakarta J.Moelong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2002 Kamal, Ibrahim Badawi, 1407, Usūs Ta‘līm al-Lugah al-’Ajnabiyyah dalam Mużākarāt ad-Daurāt at-Tarbawiyyah
137
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015
Membangun Bi’ah Lughawiyah Melalui Khat Imla’
Muhsin R
Krashen, S.D., Formal and Informal Linguistc Environments in Language Acquisition and Language Learning, TESOL Quartely (10) June, 1976. Ma’luf, Louis, Al-Munjid al-lughoh wal ‘alam, (beirut, Libanon, Dar ElMashreq Publishers, 1973), hlm 52. Malik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Mansur Suryanegara, Ahmad, Meneruskan Sejarah – Wacana Pergeraka Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996) Ma’rifatul Munjiah, Imla’ : Teori dan Terapan, (UIN Malang Press, 2009) Manshûr, Abdul Majîd Sayyid Ahmad, Ilm al-Lughah al Nafsi, (Riyadh: Imâdat al-Syu’ûn al Maktabah Jâmi’at al-Malik Saud), 1982 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada), 2005 M. Anthony, Edwar, Approach, Method, and technique, dalam Teaching English as a Second Language. (Harold B. Allen, Ed.), McGrawHill Book Company, New York, 1965 Nasif Yumayyin, Al-Mu’jam al-Mufasshal fi al-Imla’: Qawa’iduhu wa Nushushuhu (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992 ) Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang : Universitas Negeri Malang), 2004 Pranowo,Analisis Pengajaran Bahasa, untuk mahasiswa JurusanBahasa dan Guru Bahasa (Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press, t,th) Sadiman, Arif S. et.al, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Press), 1986 Sulaiman Muhammad, Umar, Al-Imla’ a-Wadhifi: lil Mustawa alMutawassith min Ghairi al-Nathiqina Biha (Saudi Arabiah: Jami’atu al-Malik Sa’ud, 1991) Thohir Husnain, Ahmad & Abdul Aziz Nabawi, Al-Asas fi al-Lughah alArabiyah, (Kairo: Wâfi, Abdul Wâhid, Al Lughah wa Al Mujtama’, (Kairo: Dar al-Nahdhat Mishr) 1971 TIM, Model-model Pembelajaran Paikem, yang diterbitkan oleh Depag, terbitan 2010
138
El-Ibtikar Volume 04, nomor 01, Juli 2015