Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
PEMBELAJARAN QOWAID MELALUI STRATEGI CERITA Oleh :Masri`ah, M.A
Abstrak
الدافعية هي قوة نفسية دافعة تلعب دورا ابلغ األمهية أثناء عملية التعليم والتعلم لدرجة أن يصدق أن أي طالب أجنيب لن يستطيع أن يتعلم اللغة العربية ما مل تكن لديه ذلك ألن الدوافع هي اليت تدفعه إىل بذل ما لديه من،الدوافع أو الرغبة يف تعلمها .طاقة عقلية وجسمية من أجل إتقانه Kata Kunci: Bahasa Arab, Strategi, Qowaid, Cerita, A.
PENDAHULUAN Tata bahasa merupakan istilah lain dari gramatikal atau dalam bahasa
Arab disebut qawaid atau ilmu nahwu. Definisi yang diberikan para ahli bahasa tentang
gramatika atau qawaid antara laian sebagaimana
diungkapkan oleh Cook dan Suter (1980:1),bahwa grammar adalah “ a set of rules by which people speak and write “. Definisi tersebut memberi pengertian bahwa gramatka atau tata bahasa merupakan seperangkat aturan yang digunakan oleh manusia dalam berbicara atau menulis. Hocket (1958:147) memberikan definisi lain bahwa qawaid memuat sistem aturan atau pola- pola yang berlaku pada suatu bahasa.Sementara Brown (1987:341) berpendapat bahwa tata bahasa atau qawaid adalah suatu sistem aturanyang mempengaruhi susunan dan hubungan konvensional kata-kata dalam suatu kalimat.Pengertian ini secara implic menyatakan adanya unsure-unsur pembentuk kalimat yang menjadi kajian dalam tata bahasa yaitu tata kata dan tata kalimat. Qowaid atau ilmu nahwu merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan dalam penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi baik
61
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
aktif maupun fasif. Mempelajari qawaid meskipun bukan tujuan tetapi merupakan media untuk mengevaluasi kalam dan kitabah seseorang .Tanpa menggunaan qowaid, akan sulit tercipta sebuah komunikasi yang baik dan efektif (Rodliyah,dkk,2005:96). Menurut Aziz Fakhrurozi (2012:242), tujuan pembelajaran qawaid bukanlah agar siswa mampu menghapal sekumpulan kaidah semata. Akan tetapi agar mereka bisa memahami dengan baik dan bisa memberi pemahaman dengan tepat.Penguasaan stuktur kata dan sruktur kalimat bahasa Arab merupakan dasar bagi penguasaan semua jenis keterampilan berbahasa baik keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keberadaan qowaid atau ilmu nahwu dipandang sangat penting seperti pentingnya penggunaan kata-kata (mufradat) dalam rangkaian kalimat (Jumlah). Dengan demikian maka memahami qowaid merupakan keharusan bagi setiap orang yang mempelajari bahasa Arab. Dalam kurikulum bahasa Arab baik mulai tingkat MI, MTs, MA bahkan sampai Perguruan Tinggi selalu disertakan materi tentang qowaid baik sebagai penunjang maupun materi inti pembelajaran bahasa Arab. Dengan demikian posisi qowaid sebagai salah satu kompetensi kebahasaan yang harus dikuasai peserta didik. Akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran qawaid seringkali menemui kendala yang menyebabkan pelajaran qowaid kurang diminati siswa karena pembelajaran cenderung membosankan dan memberatkan. Mengapa banyak siswa yang belajar gramatika bahasa Arab atau nahwu merasa kesulitan menguasai materi tersebut?. Menurut Ibn Madhâ alQurthubî (w. 592 H.), ada empat faktor penyebab sulitnya materi nahwu: “pertama, teori ‘âmil; kedua, teori ‘illat tsawâni dan tsawâlits; ketiga, teori qiyâs, dan keempat, teori al-tamârîn al-muftaridhah.”
62
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
1.
Teori ‘Âmil.
Secara sederhana dapat didefinisikan, bahwa “ ‘âmil” adalah “sesuatu yang mempengaruhi syakal kata yang sesudahnya menjadi rafa’, nashab, jarr atau jazam. “Sesuatu yang mempengaruhi” dimaksud, dapat berupa fi’il, adwât al-nawâshib, jâzim atau jarr. Senada dengan definisi ini, Muhammad al-Tunjy dan Râji al-Asmar mengemukakan, “ ‘âmil” adalah: وأدوات النصب والجزم،هو الذي يؤثر فى ما بعده فى الرفع او النصب او الجر او الجزم كالفعل والجر Artinya: “Yang mempengaruhi baris kata yang disesudahnya, berupa baris rafa’, nasab, jar atau jazm seperti fi’il, dan hurf-hurf nasb, jazm dan jar.” Secara khusus, ‘âmil dibagi kepada dua: 1). ‘âmil lafzhî, yaitu ‘âmil yang berbentuk dan dilafalkan dalam kalimat; 2). ‘âmil ma’nawî, yaitu ‘âmil yang tidak terlihat secara jelas dan tidak terucapkan dalam struktur kalimat. Menurut mayoritas ulama nahwu, bahwa i’râb râfa’ terjadi karena ‘âmil lafzhi atau ‘âmil ma’nawi, sementara i’râb nâshib, jârr, dan jâzim terjadi karena ‘âmil lafzhi saja. Contoh, kalimat
“َ“كتب خالد ُ الرسالة, marfû’َ
nya kata “ )خالد“ (فاعلdisebabkan adanya kata “كتب” (فعل َ ), sementara manshûb-nya kata “َ( “الرسالةsebagai )مفعول بهdikarenakan oleh kata خالدdan kata كتب (fi’il dan fâ’il). َ Contoh i’râb nâshib dan jârr dapat dilihat dalam kalimat “ أرسلتُ الرسالةَ إلى ”المدرسة. Manshûb-nya kata “َ ”الرسالةsebagai مفعول بهkarena dibentuk oleh kata “ أرسلتُ ” (فعلdan )فاعل. Sementara majrûr-nya kata “”المدرسة dikarenakan oleh masuknya kata “( ”إلىsalah satu dari huruf-huruf jârr). Kata “ ُ ”أرسلتdan “ ”إلىkedua-duanya disebut sebagai ‘âmil lafzhi. Contoh lain, kalimat: “دستور للمسلمين ”القرآن, marfû’nya kata “)دستور” (خبر ٌ disebabkan oleh kata: “ ”القرآنyang berkedudukan sebagai “‘( ”مبتدأâmil lafzhi), sementara apa yang me-rafa’-kan “( ”القرآ ُنsebagai “? )”مبتدأ, oleh
63
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
mayoritas ulama Bashrah menjawab, di-rafa’-kan oleh “‘( ”ابتداءamil ma’nâwi) yang berlokasi sebelum kata “”القرآن. Menurut Ibn Madhâ, praktek analisis seperti ini sangat membingungkan siswa, khususnya untuk pemula. Karena setiap syakal (baris) kata dalam kalimat, menurutnya, bersifat arbitrer dan bergantung kepada kemauan orang yang mengucapkannya. Pendapat yang sama dikemukakan Ibn Jiniy “bahwa ‘âmil râfa’, nâshib, jârr dan jâzim terjadi oleh pembicara sendiri dan bukan karena ‘âmil yang ada pada kalimat yang bersangkutan” Maka, salah satu tuntutan Ibn Madhâ dalam memperbarui materi nahwu adalah membuang analisis i’râb tanpa teori ‘âmil. Menurut penulis, solusi yang ditawarkan oleh Ibn Madha di atas sesungguhnya tidak seluruhnya benar, sebab tidak ada satu bahasa pun yang tidak memiliki kaedah struktur kata. Sementara itu i’râb –seperti tersebut di atas- merupakan ciri khas struktur kalimat bahasa Arab yang sebagian besar di antaranya disusun berdasarkan Alquran dan Sunnah. Namun demikian, dalam upaya efisiensi pembelajaran materi nahwu khususnya untuk pemula - praktek i’râb yang terkesan filosofis dan berlapis itu hendaknya ditinggalkan. Praktek i’râb yang terkesan filosofis dimaksud adalah menganalisis kata sampai hal-hal yang kecil sekalipun. Seperti “ ”القرآنmubtada di-rafa’-kan dengan ibtidâ’ tanda rafa’-nya adalah dhammah karena bentuknya mufrad dan setiap yang mufrad tanda rafa’nya adalah dhammah. Untuk menformat materi nahwu yang sederhana, khususnya untuk pemula, agaknya cukup menyebutkan hal-hal yang penting saja, seperti “”القرآن jabatannya mubtadâ’ tanpa harus menyebutkan hal-hal kecil seperti disebutkan di atas. 2.
64
Teori ‘Illat Tsawâni dan Tsawâlits.
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
Sebelum dijelasakan problematika apa di balik teori ini, terlebih dahulu dijelaskan apa yang dimaksud dengan ‘Illat. Yaitu: ""الحكم الذى يعطى عن الكلمة فى بنائها واعرابها Artinya: “Hukum yang diberkan terhadap kalimat, baik bina’nya maupun i’rabnya.” Atau dengan kata lain, ‘illat adalah alasan-alasan yang diberikan dalam menganalisis kalimat dalam strukturnya. Seperti kalimat: “”الطالب يكتبون, kalau ditanya kenapa ada nûn pada akhir fi’il mudhâri’ (?)يكتبون, jawabannya, karena ia di-rafa’-kan dengan “tsubût nûn” seiring dengan tidak adanya ‘amil nâshib dan ‘amil jâzim. Jawaban tersebut belum cukup, ditambah dengan alasan “karena ia termasuk ”األفعال الخمسةdst. Contoh lain kalimat: الدرس المدرس كتب, kalau ditanya, kenapa kata “”المدرس ُ َ di-rafa’-kan?, jawabannya bisa bertingkat, yaitu: karena kata ““المدرس jabatannya sebagai فاعل, kemudian kenapa “ “فاعلdi-rafa’-kan?, sebab فاعل jumlahnya sedikit dan setiap yang sedikit diberi harakah yang berat yaitu dhammah. Sementara setiap yang banyak, seperti ““مفعول به, diberi harakah fathah agar ada keseimbangan, dst. Menurut Ibn Madhâ, ‘illat kedua dan atau ketiga, seperti contoh di atas, sangat menguras pikiran dan sebenarnya tidak diperlukan untuk kefasihan berbicara. Atas dasar pertimbangan efektifitas dan perioritas, setiap siswa pemula atau menengah yang sepantasnya mereka diajarkan kemampuan mendengar, memahami dan berucap serta menulis dan membaca dalam bentuk yang sederhana, paradigma nahwu yang ingin melepaskan diri dari praktek dan analisis seperti di atas perlu dipertimbangkan. Seiring dengan itu, yang diperlukan hanyalah ‘illat al-awwal, seperti cukup mengatakan bahwa kata “– ”المدرسpada contoh di atas- memiliki jabatan sebagai “”فاعل tanpa mengungkapkan labih jauh, jika ada pertanyaan lebih jauh, sebaiknya hanya dijawab dengan “demikian orang Arab menyebutnya.”
65
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
3.
Masri’ah
Teori Qiyâs.
Ternyata tidak hanya pada lapangan ilmu fikih yang ada qiyâs, dalam ilmu nahwu juga ditemukan qiyâs. Banyak defenisi yang dikemukakan oleh banyak pakar tentang qiyâs, di antaranya, Al-Jurjâni menyebutkan qiyâs adalah: هو عبارة عن رد الشيء إلى نظيره. Praktek-praktek qiyâs dalam ilmu nahwu, salah satunya dapat dilihat dalam analisis mayoritas ulama nahwu Bashrah yang mengatakan bahwa penyebab فعل مضارعdi i’râb karena dianalogikan (dikiaskan) kepada اسم. Oleh karena itu, إعرابbagi اسمadalah ashal, sementara bagi فعلadalah furu’. Analogi ini paling tidak didukung oleh dua persamaan: pertama, keuniversalan zaman فعل مضارعyaitu untuk ( للحال واالستقبالuntuk masa sekarang dan akan datang) dapat dibatasi dengan menambah kata س/sin/ atau سوف/saufa/ (menjadi khusus )لالستقبال, sebagaimana keuniversalan اسم )(اسم نكرةdapat dibatasi dengan cara menambah “ ”ال/alîf/ dan /lâm/. Kedua, فعل مضارعboleh dimasuki oleh lâm al-Ibtidâ’ sebagaimana halnya pada اسم. Menurut Ibn Madhâ, praktek analogi seperti ini akan sangat sulit dicerna siswa pemula, bahkan Ibn Madhâ sendiri ingin menghapuskan peraktek seperti itu dari materi nahwu pada semua jenjang pendidikan. Ibn Madhâ menawarkan rekonstruksi, bahwa untuk efisiensi materi tersebut lebih tepat kalau mengatakan bahwa فعل مضارعdi i’râb ketika tidak diiringi oleh نون النسوةdan نون التوكيد. Menurut penulis, problematika yang akan ditimbulkan dari praktek qiyas untuk pemula memang menjadi sebuah realita yang tidak bisa diingkari, namun usaha Ibn Madhâ untuk menghapuskan materi ini dari halaman-
66
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
halaman
materi
nahwu
untuk
semua
tingkatan
masih
perlu
“dipertimbangkan”, sebab analisis seperti ini bagi mereka yang mengambil spesialis di bidang nahwu sudah menjadi “konsumsi yang melezatkan.” Dengan demikian, paradigma membuang praktek qiyas untuk
tingkat
pemula
menjadi
sebuah
alternatif
yang
perlu
dipertimbangkan. 4.
Teori Tamârîn Iftirâdhiyah.
Secara etimologi, “tamârîn” merupakan bentuk jama’ dari “tamrîn” sementara “tamrîn” adalah bentuk mashdar dari fi’il “marrana-yumarrinu” yang dalam banyak kamus diterjemahkan dengan “membiasakan atau latihan.” Sementara itu, “iftirâdhiyah” juga merupakan bentuk infinitive dari fi’il: “iftaradha-yaftaridhu” yang berarti “asumsi, perkirahan atau dibuat-buat.” Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut “Tamârîn Iftirâdhiyah” yang dimaksud di sini adalah: “Latihan-latihan analisis yang dibuat-buat.” Sebagai contoh, kata بيد/bayada/ bila ber-wazan فُعل/fi’ila/, kata ini bisa di baca: بُود/bûda/ dan asalnya adalah بُيد/buyida/ lalu huruf ي/ya/ diganti menjadi و/waw/ karena huruf sebelumnya ber-harakat ضمة/dummah/. Bisa juga dibaca بيد/bîda/ dan asalnya بُيد/buyida/, kemudian harakat ضمة /dummah/ pada ب/bâ/ diganti كسرة/kasrah/ untuk menyesuaikan dengan huruf ي/yâ/ yang ada di depannya. Lalu mana di antara keduanya yang paling benar?. Dalam bahasa lain analisis seperti ini disebut dengan i’lâl dan ibdâl. Ibn Madhâ mengatakan hal yang demikian tidak perlu, bahkan menurut penulis, perbedaan analisis dan pendapat seperti itu tidak hanya banyak menyita “energi” kita, tetapi juga diasumsikan hampir tak akan pernah berakhir, sementara persoalan itu sendiri tidak banyak memberikan
67
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
kontribusi terhadap kefasihan bicara. Oleh karena itu, menurut Ibn Madhâ, “Tentu lebih baik kalau teori seperti ini dibuang dari materi nahwu.” Di samping beberapa persoalan tersebut di atas, yang juga dianggap menjadi problem dalam materi nahwu adalah: 1). Banyaknya topik-topik pembahasan materi nahwu yang antara satu sama lain memiliki perbedaan yang sangat tipis, antara lain adalah: مفعول معه، مفعول ألجله، مفعول مطلقdll.; 2). Contoh-contoh yang dipakai dalam menjelaskan materi adalah contohcontoh yang tidak situasional dan jauh dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Prakter-praktek
analisis
seperti
tersebut,
kemudian
menggeser
penggunaan bahasa Arab dari bahasa aktif menjadi bahasa fasif. Hasan Syahâtah mengatakan, bahwa pergeseran ini merupakan salah satu penyebab mengapa materi nahwu terasa sulit dikuasai. Keluhan atas kesulitan mempelajari kaidah bahasa Arab ata nahwu telah lama terdengar, khususnya pada tingkat pemula. Bahkan problema kesulitan itu kian menggema. Diantara penyebab sulitnya mempelajari qawaid diantaranya disebabkan oleh minimnya metode dan srategi pembelajaran yang aktif,kreatif dan menyenangkan. Kamal Ibrahim Badawi
dalam Usūs Ta‘līm al-Lugah al-
’Ajnabiyyah dalam Mużākarāt ad-Daurāt at-Tarbawiyyah, (1407:3) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa Asing ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru. Menurutnya, paling tidak ada lima prinsip penting dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu: 1. Aulawiyyāt at-Taqdīm 2. ad-Diqqah 3. at-Tadarruj 4. Unsur at-Tasywīq
68
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
5. al-dalalah wa al-Matanah. Yang menarik dari prinsip-prinsip di atas adalah adanya unsur al-tasywīq,
permainan
yang
menarik,
menyenangkan,
dan
menyenangkan,
dan
menggembirakan. Unsur
permainan
yang
menarik,
menggembirakan ini sering kali dikesampingkan atau bahkan terlupakan dalam pembelajaran bahasa Arab selama ini, sehingga timbulnya rasa bosan, jemu, dan jenuh merupakan sesuatu yang tak terelakkan yang selalu menghantui para pembelajar bahasa Arab. Hal ini terjadi, bisa jadi karena persepsi yang keliru dari mahasiswa yang menganggap bahwa bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang sulit. Di sisi lain, bisa juga terjadi karena cara penyajian materi yang kering, monoton, dan tidak menggairahkan. Oleh karena itu, maka memvariasikan cara mengajar dan membumbuinya dengan unsur-unsur permainan yang menyenangkan merupakan obat ampuh untuk mengobati kondisi di atas. Pembelajaran yang tidak dibumbui dengan unsur itu akan terasa hambar dan susah untuk mendapatkan hasil yang optimal. Adanya unsur at-Tasywīq, permainan yang menyenangkan,dalam pembelajaran bahasa Arab bukan berarti bahwa dosen harus menyimpang dari kurikulum atau merubahnya dengan memilih yang menarik dan menyenangkan saja. at-Tasywīq berkaitan dengan teknik dan strategi yang dipakai guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, baik menyampaikan pelajaran baru, dalam latihan-latihan, penguasaan dan pengayaan, maupun sebagai re-inforcment terhadap materi yang sudah dipelajari.
69
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
Selanjutnya Badawi (1407:19) menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang mungkin dilakukan guru dalam mengimplementasikan unsur permainan dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu: 1. Menghindari sifat paksaan yang membuat siswa merasa tertekan dalam pemberian tugas. 2. Memberikan apresiasi terhadap siswa yang berprestasi. 3. Menumbuhkan rasa persaingan antara siswa. 4. Memasukan unsur permainan yang menyenangkan. 5. Membina hubungan baik antara guru dengan siswa, dan 6. Memvariasikan kegiatan, strategi dan teknik pembelajaran. Langkah-langkah di atas berkaitan dengan strategi penyampaian materi pembelajaran oleh guru. Pengajaran bahasa Arab terutama qawaid merupakan proses yang sangat kompleks, memerlukan kesungguhan, kreativitas, semangat dan motivasi yang tingi. ‘al-ab Lugawiyyah sangat berperan penting untuk meningkatkan konsentrasi dan motivasi belajar siswa, karena di dalam ‘al-ab Lugawiyyah siswa dituntut untuk menggunakan hampir seluruh inderanya; pendengaran, penglihatan, pengucapan, perasaan, kelincahan gerakan dan sebagainya (Shiny dkk., 1991) Untuk merubah pandangan bahwa pelajaran qowaid itu susah,melalui makalah ini penulis mencoba mencari solusi dengan menghadirkan teknik bercerita dalam pembelajaran qawaid.
B. PENGERTIAN CERITA Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun rekaan belaka (Armai arif,2002:160).
70
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
Metode cerita merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur dan terbaik, sebab kisah atau cerita mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam (Fadhil,1955:125). Kemasyhuran dan kebaikan metode ini dapat dilihat penggunaannya oleh para pujangga India, Persia dan Yunani sejak zaman dahulu ( Heri Hidayat,2003:44). Berdasarkan devinisi diatas, cerita mengandung unsur- unsur sebagai berikut: a. Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa dan kejadian. b. Karangan, yaitu upaya yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan lain-lain, baik kisah nyata maupun rekaan. c. Lakon yang mewujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandiwara, wayang dan lain-lain. d. Dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka.
Adapun tujuan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran qawaid adalah: a. Menumbuhkan rasa suka dan tertarik terhadap materi-materi pengajaran bahasa Arab, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan memberikan support energi bagi para peserta didik. b. Menghilangkan kejenuhan dan kejemuan dalam proses pembelajaran bahasa Arab. c. Memudahkan peserta didik memahami materi materi tentang qowaid, sehingga peserta didik mampu berkomunikasi dengan
71
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
bahasa Arab secara lisan dan tulisan sesuai dengan kaidah yang benar.
C. PETUNJUK BERCERITA Dibawah ini adalah petunjuk untuk mempersiapkan sebuah cerita dengan baik, adalah sebagai berikut:( Imroatul Fatihah:2009:3) a. Pencerita hendaknya menguasai cerita dengan melakukan latihan terlebih dahulu. b. Pelajari karakter tokoh yang ada dalam cerita, kemudian mencari karakter intonasi suara masing-masing tokoh. c. Pelajari suasana cerita untuk menciptakan tempo dan irama bercerita. d. Tuturan harus sesuai dengan perkembangan bahasa yang dapat diterima mahasiswa (bahasa gaul) agar dapat memberikan konsentrasi dan pemahaman maksimal. e. Lakukan kontak mata dengan peserta didik saat bercerita f. Ciptakan suasana komunikatif dengan eksplorasi ekspresif yang menarik. Metode cerita dalam pembelajaran qowaid dapat dilakukan dengan tanpa alat peraga dan menggunakan alat peraga . a. Bercerita
tanpa
alat
peraga
adalah
bentuk
cerita
yang
mengandalkan kemampuan pencerita dengan menggunakan ekspresi muka, gerak tubuh dan vocal pencerita sehingga yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasia atau imajinasinya, b. Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk cerita dengan menggunakan alat bantu. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi peserta didik. Alat peraga
72
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
dalam pembelajaran qowaid ini berupa tulisan atau kata-kata (kalimat) langsung dipapan tulis atau dapat ditulis diatas potongan kertas dapat juga berupa puzel sesuai dengan tokoh yang diperankan, misalnya mengajarkan “ Mubtada” diilustrasikan sebagai sosok pemimpin yang merakyat, atau
“khobar”
diilustrasikan
Imroatul
sebagai
seorang
permaisuri.(
Fatihah,2009:4)
D. KISAH TOKOH -TOKOH DALAM QOWAID a. Raja yang Merakyat Cerita ini berguna untuk menjelaskan materi qowaid tentang mubtada. Karakteristik yang melekat pada mubtada merupakan cerminan karakter seorang pemimpin, sehingga pantas jika mubtada diibaratkan sebagai seorang raja. Adapun target pelajaran yang ingin dicapai adalah: 1. Mahasiswa memahami ta`rif, kedudukan, kondisi dan indikasi serta i`rab mubtada. 2. Mahasiswa mampu membedakan dan menjelaskan perbedaan i`rab mubtada dari isim mufrad, mutsanna ataupun jama` 3. Mahasiswa mampu membuat pola kalimat yang mengandung unsur mubtada 4. Mahasiswa mampu membedakan antara mubtada dan mubtada muakhar. Langkah-langkah pembelajaran: 1. Tuliskan beberapa contoh kalimat yang terdiri dari mubtada` dan khabar mufrad ,misalnya : al-masjidu kabiirun, al-madrosatu kabiirotun, Ahmad Ustadzun,Fatimah mudarrisatun dll. 2. Beri garis bawah pada kalimat pertama (mubtada`)
73
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Masri’ah
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
3. Jelaskan karakteristik yang dimiliki mubtada, antara lain: (1) pemberani, tangguh, dan cerdas karena ia berani tampil lebih dahulu (berada diawal kalimat). (2) jujur dan transparan artinya berani mempublikasikan identitas dirinya dengan menyebutkan nama jelas (ma`rifat) atau menggunakan tanda alif-lam (al). Pencerita berseru mewakili salah seorang rakyat negeri AlLughah seolah-olah ia berada dikerumunan masyarakat negeri itu. “ Hai saudara-saudaraku masyarakat negeri Al-Lugah ! Kita memliki seorang kestria pemberani dan jujur,kenapa..? “karena dalam kondisi apapun beliau selalu berada di paling depan , untuk itu sudah sepantasnya beliau kita angkat menjadi pemimpin bagi masyarakat negeri Al-Lughah yang kita cintai ini, dengan gelar Mubtada`,setuju
…?
(pencerita
memberi
isyarat
dengan
mengayunkan tangan kepada mahasiswa untuk menjawab dengan kata setuju…!) 4. Jelaskan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat Al-lugah kepada sang pemberani, yaitu penghargaan tertinggi berupa mahkota kerajaan (rofa`) “ sebagai tanda kebesaran seorang raja kepada penasehat kerajaan diperkenankan untuk memakaikan mahkota kerajaan tertinggi “ Rofa” 5. Jelaskan bahwa, selain pemberani ,cerdas, dan jujur ternyata ia juga seorang yang sakti mandraguna,kenapa..? karena ia selalu sendiri atau tunggal (mufrad) tetapi suatu saat ia dapat berubah menjadi dua (mutsanna) dan bahkan dapat menjadi lebih dari tiga (jama`) dengan tanda kebesaran (rofa`) yang berbeda pula. Disaat tunggal (mufrad) memakai mahkota dhommah,disaat dua memakai
74
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
mahkota alif dan nun
Masri’ah
dan saat berjumlah banyak (jama`) ia
memakai mahkota wawu dan nun “Hai seluruh masyarakat negeri Al- Lugah..! Perlu kalian ketahui, bahwa raja kita yang bergelar mubtada` adalah seorang yang sakti mandraguna, beliau laksana powerrenger yang bisa berubah wujud. Lihatlah ! saat ini beliau berbentuk tunggal dengan sebutan mufrad dan beliau memakai mahkota indah berupa dhomah (pencerita menunjukkan harokah dhomah). Tapi disaat lain beliau bisa berubah wujud
menjadi ganda atau disebut
mutsanna,bahkan dapat berubah menjadi banyak atau jama`……” Paduka yang budiman, tunjukkanlah kesaktianmu kepada rakyatmu”. Dengan bijak Raja Mubtada menuruti permintaan rakyatnya. Maka berubahlah beliau dari tunggal menjadi ganda. Rakyat negeri Al Lugahpun terkagum- kagum dan spontan berseru “waah..! Raja kita betul- betul hebat! Beliau berubah menjadi ganda, beliau berjumlah dua, lihat…beliau bernama mutsanna dan lihat mahkotanya juga berubah..! “wah…!beliau kini memakai mahkota berbentuk alif dan nun, indah sekali (pencerita menunjukkan alif dan nun sebagai tanda `i`rab mutsanna).Setelah itu raja mubtada` menunjukkan kembali kesaktiannya pada rakyat negeri Al-lugah, beliau berubah menjadi banyak (jama`) rakyat negeri Al-lugahpun ta`jub dan berseru histeris “ waaah ! raja kita betul- betul hebat. Beliau berubah menjadi banyak, wah.. beliau disebut jama` woow!.. lihat ! mahkotanya indah sekali ! mahkotanya bisa berubah. (pencerita membuat contoh kalimat mubtada yang terdiri dari jama`muzdakar salim, jama` muannast salim dan jama` taktsir.
75
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
Lalu menjelaskan masing-masing berikut tanda i`rabnya dalam gaya cerita). 6. Pencerita menjelaskan tentang pengertian dan ketentuanketentuan mengenai mubtada muakhhar. Beri beberapa contoh yang terdiri dari jumlah fi`liyyah dan syibhu al-jumlah, lalu jelaskan dalam gaya cerita. Anggap saja sang raja mubtada` sedang tidak duduk di singgasananya. Beliau sedan berjalan melihat kondisi rakyatnya. Lalu siapa yang menempati singgasana raja mubtada`? oh,mereka adalah orang- orang yang beliau cintai (khabar muqoddam). Mereka adalah para pekerja keras (jumlah fi`liyyah serta rakyat yang teraniaya (jar majrur dan dhorof mazdruf) b.Permaisuri yang Sabar Cerita ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian, kedudukan dan indikasi khabar, baik khabar mufrad, khabar jumlah maupun khabar syibh- al jumlah.
Target Pembelajaran: 1. Mahasiswa memahami ta`rif, kedudukan, kondisi, indikasi dan i`rab khabar. 2. Mahasiswa memahami tentang bentuk-bentuk khabar, khabar mufrad, jumlah dan syibh al-jumlah. 3. Mahasiswa mampu membedakan dan menjelaskan perbedaan i`rab khabar dari isim mufrad, mutsanna, ataupun jama` 4. Mahasiswa mampu membuat contoh pola kalimat yang mengandung unsur khobar dengan berbagai bentuk. Langkah- langkah
76
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
1. Siapkan beberapa contoh kalimat yang mengandung unsur khabar, baik khabar mufrad, khabar jumlah ,maupun khabr syibh al-jumlah. 2. Jelaskan dan ilustrasikan: Jika mubtada adalah tamsil sosok raja yang cerdas, kesatria dan bijak maka khabar (khabar mufrad) adalah figur permaisuri yang sangat amat dicintai sang raja, raja tak dapat hidup tanpa sang permaisuri (keberadaan khabar mutlak hukumnya bagi mubtada) permaisuri adalah nafas sang
raja.
Dimana ada mubtada` pasti ada khabar, dimanapun tinggalnya. 3. Kesabaran khabar tercermin dari keikhlasannya saat paduka raja harus menerima orang lain menjadi pendampingnya (khabar jumlah dan syibh al jumlah) 4. Jelaskan bentuk-bentuk khobar selain khabar mufrad. Jelaskan pula ketentuan-ketentuannya.
c.Penjajah dan para sekutunya. Kisah ini merupakan media untuk menjelaskan materi “ kana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha, yang digambarkan sebagai sosok penjajah dengan sekutu masing-masing. Mubtada sebagai raja yang bijak dan perkasa, ternyata tidak berdaya dibawah serangan para penjajah dan sekutunya (kana wa akhwatuha dan inna waakhwatuha). Dengan berat hati mubtada` harus mengikuti semua aturan para penjajah, harga dirirnya terkoyak-koyak dan tragis permaisuri yang dicintainya pun harus mengalami hal yang sama (terjadi perubahan status, dari mubtada khobar menjadi isim dan khabar kana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha). Target Pembelajaran
77
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
1. Mahasiswa memahami ta`rif, fungsi, dan cara kerja amil kana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha. 2. Mahasiswa mampu membedakan fungsi, dan cara kerja amil kana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha. 3. Mahasiswa mampu membuat kalimat dengan mengugunakan pola kalimat yang mengandung kana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha 4. Mahasiswa mampu merubah pola kalimat mubtada` khabar kepada pola kalimat yang menggunakan amil kaana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha Langkah-langkah pembelajaran 1. Siapkan beberapa contoh kalimat yang berpola mubtada khabar. 2. Jelaskan tentang “Kaana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha secara terpisah. 3. Jelaskan kondisi mubtada sebelum datang para penjajah (ilustrasi tentang sebuah negeri yang aman, damai dan seterusnya). 4. Jelaskan kondisi mubtada pasca datangnya para penjajah ( kaana wa akhwatuha dan inna wa- akhwatuha) yaitu kedudukan dan i`rabnya berubah
d.Kisah para pekerja keras Cerita ini menjelaskan tentang materi “ fi`il –fa`il yang diilustrasikan sebagai sosok pekerja keras. Target pembelajarannya meliputi: 1. Mahasiswa memahami ta`rif dan macam-macam fi`il ( mudhori`.madhi dan amar secara bertahap).
78
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
2. Mahasiswa mampu membedakan fi`il mudhori` ,madhi` dan amar 3. Mahasiswa mampu membuat kalimat dengan menggunakan pola kalimat yang menggunakan fi`il mudhori, madhi` dan amar 4. Mahasiswa mampu merubah bentuk fi`il madhi ke fi`il mudhori` dan ke fi`il amar atau sebaliknya. Langkah pembelajaran: 1. Siapkan beberapa contoh kalimat yang menggunakan pola fi`ilfa`il atau jumlah fi`liyyah dengan subyek mufrad, mutsanna dan jama` 2. Jelaskan bahwa ternyata siapapun dapat melakukan aktifitas, baik secara individu (mufrad), berpasangan atau berdua (mutsanna) maupun secara gotong royong (jama`) 3. Jelaskan bahwa bekerja adalah perbuatan mulia, sehingga orang yang bekerja berhak mendapatkan penghargaan yang tinggi yaitu rafa`
E. PENUTUP Qowaid atau ilmu nahwu merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan dalam penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi baik aktif maupun fasif. Mempelajari qawaid meskipun bukan tujuan tetapi merupakan media untuk mengevaluasi kalam dan kitabah seseorang .Tanpa menggunaan qowaid, akan sulit tercipta sebuah komunikasi yang baik dan efektif . Tujuan pembelajaran qawaid
bukanlah agar siswa mampu
menghapal sekumpulan kaidah semata. Akan tetapi agar mereka bisa memahami dengan baik dan bisa memberi pemahaman dengan tepat.Penguasaan stuktur kata dan sruktur kalimat bahasa Arab merupakan dasar bagi penguasaan semua jenis keterampilan berbahasa baik
79
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Ada banyak cara untuk memudahkan pembelajar memahami materi gramatika bahaas Arab atau nahwu diantaranya dengan menggunakan metode cerita. Karena metode cerita merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur dan terbaik, sebab kisah atau cerita mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam. Kemasyhuran dan kebaikan metode ini sudah banyak digunakan oleh para pujangga India, Persia dan Yunani sejak zaman dahulu.
80
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014
Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita
Masri’ah
DAFTAR PUSTAKA Armai Arif, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,Jakarta:Ciputat Pers Badawi, Kamal Ibrahim. 1407.Usus Ta’lim al-Lugah al-Ajnabiyyah dalam Mudzakarat al-daurat al-tarbawiyyah. Al-Mamlakah al-Arabiyyah alSu’udiyyah, Jami’at al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, Ma’had al-Ulum al-Islamiyyah wa al-Arabiyyah bi Indunisia Hery Hidayat,2003,Aktifitas Mengajar Anak TK ,Bandung:Katarsis Imroatul Fatihah,2009, Makalah Meningkatkan Mutu Pembelajaran Qowaid Melalui Strategi Cerita, Workshop PPB STAIN Cirebon Muhaad Fadhil al-Jamal,1995, Filsafat Pendidikan dalam Al-Quran, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar Shiny dkk. 1991.Dalil Mu’allim Ila Istikhdam al-Shuwar wa al-Bithaqah fi Ta’lim al-Lugah. Riyadh: Maktabat al-Tarbiyyah al-Arabi Li Duwal al-Khalij Zaenuddin, Radliyyah, dkk. 2005. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogjakarta: Pustaka Rihlah Group.
81
El-Ibtikar Volume 03, nomor 02,Desember 2014