Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
KOMPETENSI BERBICARA DAN MENYIMAK MELALUI CERITA BERANTAI Oleh: Aziz Syafrudin Syafrawi, MA Abstrak
يتكون تعليم اللغة العربية من أربع مهارات وهي مهارة االستماع ومهارة الكالم ومهارة ركز واختار الكاتب على مهارة الكالم، ومن بني أربع مهارات.القراءة ومهارة الكتابة وبتعلم مهارة الكالم. ألهنما داعمتان إىل عملية اإلتصال لفظيا ومسعيا،واالستماع .فسيتعلم الطالب عملية اإلتصال وبتعلم مهارة اإلستماع فسيتعلموهنا أيضا Kata Kunci: Bahasa Arab, Cerita Berantai, Menyimak, Berbicara.
A. PENDAHULUAN Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar secara lisan dan tulis. Pembelajaran Bahasa Arab yang diberikan kepada para peserta didik meliputi empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keempat aspek tersebut, penulis hanya memfokuskan pada aspek berbicara dan menyimak. Aspek berbicara dan menyimak ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses berkomunikasi secara lisan dan mendengar. Dengan belajar berbicara peserta didik belajar berkomunikasi dan dengan belajar menyimak peserta didik dapat pula belajar berkomunikasi. Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana
118
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
cara berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula. Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan menangkap informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki keterampilan menangkap informasi secara efektif dan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehingga pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif. Berbicara memang bisa dianggap mudah ketika digunakan dalam situasi yang tidak resmi, namun dalam situasi yang resmi berbicara merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk diungkapkan. Dalam kenyataan keseharian kegiatan pembelajaran tidak semua peserta didik berani dan mau berbicara di depan kelas, sebab mereka umumnya kurang terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan berbicara. Karena itu, seorang guru bahasa harus merasa perlu melatih para peserta didiknya untuk berbicara, dan latihan pertama kali yang perlu dilakukan seorang guru ialah menumbuhkan keberanian peserta didik untuk berbicara. Berdasarkan pengalaman empiris di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara peserta didik dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui pada saat peserta didik menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh peserta didik tersebut kurang jelas dan berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula diantara peserta didik yang tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh peserta didik, umumnya mereka lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang peserta didik ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena
119
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para peserta didik belum menunjukkan keberanian. Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik. Hal ini mengingat pentingnya pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan berbahasa lisan, penulis menggunakan teknik pengajaran berbicara yaitu teknik cerita berantai. Dipilihnya teknik cerita berantai ini karena mampu mengajak peserta didik untuk berbicara. Dengan teknik ini, peserta didik termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Peserta didik dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu, diharapkan pula agar peserta didik mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.
B. PERMAINAN BAHASA Untuk dapat menguasai kompetensi berbicara dan kompetensi menyimak diperlukan adanya permainan bahasa yang dapat membuat para peserta didik merasa senang dalam pembelajarannya. Definisi permainan dalam kamus lengkap bahasa Indonesia terbaru adalah perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh.1 Namun pengertian permainan dalam dunia pendidikan bisa kita artikan sebagai situasi atau kondisi tertentu saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas atau kegiatan bermain. Permainan merupakan suatu aktivitas yang bertujuan memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan seseorang.
1
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, penerbit AMELIA Surabaya Cet: I, 2003, hlm: 270.
120
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
Berkaitan dengan permainan, Pellegrini dan Saracho dalam buku Fathul Mujib, menyatakan bahwa permainan memiliki beberapa sifat:2 1. Permainan dimotivasi secara personal karena memberi rasa kepuasan. 2. Pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) dari pada tujuan yang ingin dicapai. 3. Aktivitas permainan dapat bersifat non literal. 4. Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya. 5. Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemain. Permainan bahasa merupakan media baru yang dimanfaatkan dalam program pembelajaran bahasa Arab. Dan hasil dari aplikasi itu sangat berdampak positif dalam penguasaan keterampilan bahasa, karena pada dasarnya pada proses pembelajaran bahasa asing diperlukan situasi yang menyenangkan.3 Permainan bahasa adalah cara mempelajari bahasa melalui permainan. Permainan bahasa bukan merupakan aktivitas tambahan untuk bergembira semata, tetapi
permainan ini dapat digolongkan dalam pengajaran dan
pembelajaran yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan kemahiran bahasa yang telah dipelajari. Permainan bahasa merupakan aktivitas yang dirancang dalam pengajaran, dan
2 3
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab, Diva Press, Yogjakarta, 2011, hlm: 26. Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, UIN-Malang Press, Malang, 2009, hlm: 79.
121
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
berhubungan dengan kandungan isi pelajaran secara langsung atau tidak langsung.4
C. TUJUAN PERMAINAN BAHASA Penerapan
teknik
cerita
berantai
ini
dimaksudkan
untuk
membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat. Tujuan permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan dan untuk melatih keterampilan tertentu. Adapun manfaat yang dapat diambil dari permainan ini adalah: 5 1.
Memupuk jiwa persaingan yang sehat atau saling mengungguli satu sama lain.
2.
Mendorong peserta didik untuk menyaksikan dan ikut serta dalam berbagai permainan.
3.
Memotivasi diri untuk tampil dengan sebaik-baiknya.
4.
Belajar untuk bekerja sama dalam suatu pekerjaan, atau mencapai sebuah kemenangan.
Permainan bahasa bertujuan memperoleh kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, menulis dan sastra) serta unsur-unsur bahasa (kosakata dan
tata bahasa). Apabila suatu permainan
menimbulkan kesenangan, tetapi tidak memperoleh keterampilan berbahasa atau unsur tertentu, maka permainan tersebut bukan termasuk permainan bahasa. 6
4 5 6
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 32. Abdul Wahab Rosyidi, ibid, hlm: 81. Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 32
122
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
Tujuan utama permainan bahasa bukan semata-mata untuk memperoleh kesenangan, tetapi untuk belajar keterampilan berbahasa atau unsur bahasa tertentu. Menurut Dewey, interaksi antara permainan dengan pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang sangat penting bagi anakanak. 7 Permainan bahasa yang diintegrasikan dalam pengajaran seharusnya mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut: 1.
Merangsang Interaksi Verbal Peserta Didik Para peserta didik dituntut untuk dapat aktif terlibat dalam permainan ini. Diharapkan mereka bersedia berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat masing-masing dengan temannya. Dalam permainan kelompok diperlukan kerja sama yang baik, tidak boleh ada yang bersifat individualis atau menyendiri sendiri. Peserta didik harus bertekad dan berkeinginan untuk dapat berkomunikasi secara verbal dalam bentuk kerja sama.
2.
Menambah Kefasihan dan Kepercayaan Diri Peserta Didik. Permainan bahasa bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kefasihan berbahasa dan kepercayaan diri peserta didik. Bahasa yang digunakan dalam suatu permainan tidak diorientasikan pada struktur tertentu. Namun fungsi bahasa bisa juga melibatkan seluruh unsur dan keterampilan yang berbeda-beda. 8 Guru harus dapat menyesuaikan materinya. Dalam hal ini guru harus mengetahui kapasitas pengetahuan peserta didiknya. Soal permainan yang diberikan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu
7 8
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 33 Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 41-42.
123
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
mudah, disesuaikan dengan pengetahuan peserta didik atau sesuai materi yang telah disampaikan oleh guru. 3.
Menyediakan Konteks Pembelajaran. Permainan adalah interaksi antara pemain yang satu dengan yang lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Permainan dapat menjadi sumber belajar atau media belajar apabila permainan tersebut bertujuan mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran. 9 Permainan bahasa seharusnya dapat menjadikan peserta didik yang semula pemalu menjadi berani, yang semula pasif menjadi aktif dan yang semula bersifat individualis menjadi mau bekerja sama dengan temannya. Dalam permainan bahasa ini merupakan wadah bagi para peserta didik untuk dapat menunjukkan semangat mereka, melatih keberanian dan terlibat penuh dalam setiap permainan yang dilakukan.
4.
Alat Mengikis Rasa Bosan Peserta didik akan cepat bosan dan jenuh ketika harus menghadapi pelajaran yang berupa istima’, kalam dan sebagainya. Sehingga diperlukan suatu strategi atau cara agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan senang hati, bukan yang membosankan. Permainan bahasa bisik berantai adalah salah satu caranya. Permainan bahasa harus dirancang untuk mengubah situasi dan kondisi yang “tidak bersahabat” dengan aturan yang adil dan
9
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 42.
124
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
kompetisi yang merangsang peserta didik untuk bersaing secara sehat, membalas, memprotes, dan memberikan argumen. Dengan demikian, peserta didik dilatih berhadapan dengan interaksi kehidupan permainan yang telah didesain dengan baik. 10 5.
Sebagai Alat Pemulihan, Pengukuhan, dan Pengayaan. Dalam pengajaran bahasa, permainan dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya berdasarkan tujuan. Permainan sangat berguna bagi aktivitas pemulihan, pengukuhan, dan pengayaan dalam pembelajaran.
Selain itu kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan peserta didik masih lemah dalam menghadapi masalah komunikasi, menulis dan mendengar. Kelemahan ini dapat diatasi sedikit demi sedikit melalui aktivitas permainan yang dirancang dengan baik dan benar. 11 Melalui permainan bahasa ini dapat untuk mengatasi kelemahan peserta didik yang kesulitan dalam belajar bahasa: menyebut bunyi, huruf, suku kata, berbicara, menulis, mendengar, dan lain sebagainya. Selanjutnya guru tetap harus melakukan penguatan dengan memberikan latihan terus menerus walaupun mungkin peserta didik bosan, hal itu dapat disiasati dengan latihan tata bahasa yang diperkenalkan dalam berbagai bentuk aktivitas permainan. Sedangkan untuk aktivitas pengayaan guru dapat mencampur adukkan antara peserta didik yang cerdas dengan peserta didik yang kurang cerdas. Tujuannya agar dapat saling bekerja sama dan berbagi pengetahuan. Final dari tujuan pembelajaran bahasa yaitu agar peserta didik dapat mempergunakan
10 11
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 44. Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, ibid, hlm: 44-45.
125
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
bahasa sebagai alat komunikasi serta terampil dalam berbahasa, yakni terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
D. KOMPETENSI BERBICARA DAN MENYIMAK Kata kompetensi dalam bahasa Inggrisnya “competence” yang berarti kecakapan, kemampuan serta wewenang12. Adapun kompetensi dalam bahasa Arab adalah kafa’ah ()كفائة13. Jadi kata kompetensi dari kata kompeten yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau otoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut. Kompetensi merupakan perpaduan tiga domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam belajar bahasa ada empat aspek/keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik seperti yang sudah penulis sebutkan di atas. Keempat aspek/keterampilan tersebut haruslah mampu untuk dicapai semua peserta didik, karena keempat keterampilan (maharoh) itu saling keterkaitan. Namun dalam pembahasan ini penulis hanya mengedepankan keterampilan (maharoh) berbicara dan menyimak, karena hal tersebut merupakan interaksi antara si pembicara dan si pendengar. Jadi disini antara kemampuan berbicara dan menyimak merupakan keterkaitan yang tak terpisahkan, sehingga inti dari belajar bahasa adalah diharapkan peserta didik mampu untuk menyampaikan pesan atau informasi dan mampu untuk menyerap pesan atau informasi tersebut.
12 13
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Penerbit PT Gramedia Jakarta, Cet. XXVI, April 2005, hlm: 132. KH. Adib Bisri & KH. Munawwir A. Fatah, Kamus Al-Bisri (Indonesia-Arab, ArabIndoonesia), Penerbit Pustaka Progressif, Cet. I , 1999, hlm: 158.
126
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
Berbicara dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru adalah sebagai pengungkapan pikiran atau pendapat.14 Jadi berbicara adalah merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara kedudukannya sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan. Berbicara
mengenai
kemampuan
menangkap
informasi
dari
pembicara, berarti kita berbicara pula mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan dengan kegiatan menyimak tepat guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu, para peserta didik perlu dilatih sejak dini mengenai upaya menyimak tepat guna dan efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula. Menyimak dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru adalah kegiatan mendengarkan/memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.15 Jadi kompetensi istima’ (mendengar/menyimak) yaitu memahami berbagai nuansa makna ragam teks lisan dengan ragam variasi tujuan komunikasi dan konteks. Kemampuan istima’ dapat dipakai untuk berbagai tujuan yaitu untuk mengulang-ulang materi, menghafal, mengambil ide pokok, dan memahami ide umum dari materi yang didengar. Untuk dapat menguasai kompetensi menyimak/istima’ dengan baik maka seseorang harus memiliki kompetensi sebagai berikut: 1. 14 15
Mengetahui bunyi bahasa Arab dan makhrajnya
Desy Anwar, ibid, hlm: 89. Desy Anwar, ibid, hlm: 442.
127
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
2.
Membedakan bunyi huruf yang berbeda
3.
Mampu mengenali perbedaan antara bunyi yang berbeda
4.
Menguasai kaidah bahasa untuk memecahkan tanda bunyi
5.
Mengetahui makna kata Arab
6.
Mampu memberikan perhatian dalam waktu yang lama
7.
Mengetahui perubahan makna akibat dari intonasi dan syllable yang berbeda
8.
Mampu menyusun bunyi dalam kelompok kata yang bermakna
9.
Memahami isi pesan yang didengar dengan baik tanpa menambah atau mengurang.
Kompetensi menyimak dalam pembahasan ini adalah menerima dan mencerna informasi kemudian mengungkapkannya kembali lewat lisan. Kompetensi menyimak ini juga penting dikuasai sehingga tidak akan terjadi error communication.
E. CERITA BERANTAI Teknik cerita berantai bisa dimulai dari peserta didik yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman yang lain lagi, begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu siswa mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
128
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
Ada dua teknik cerita berantai yang dapat diterapkan dalam kompetensi ini. a. Teknik yang pertama yaitu: 1. Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas. 2. Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa. 3. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua. 4. Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga. 5. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama. 6. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam. 7. Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis. 8. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita. Untuk menerapkan teknik cerita berantai di atas diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan pesan (kurang lebih satu atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa. 2. Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadiankejadian yang cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi belajar. 3. Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.
129
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
4.
Aziz S
Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja.
Kemudian siswa ketiga menceritakan isi cerita
kepada siswa pertama. 5.
Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dengan ketiga.
b. Teknik yang ke dua yaitu: Setiap pemain membisikkan sebuah kalimat kepada teman kelompoknya secara berurutan. Pemain pertama menerima bisikan dari gurunya atau bisa juga berupa tulisan dari gurunya kemudian menyampaikannya apa yang telah didengarnya kepada pemain kedua, pemain kedua menyampaikannya pula kepada pemain ketiga,
demikian
seterusnya.
Pemain
terakhir
kemudian
menyampaikannya kepada gurunya kembali untuk mendapatkan nilai. Besarnya nilai dari setiap kelompok didasarkan pada tingkat kesalahan yang dilakukan. Teknik ini oleh sebagian ahli bahasa dinamakan teknik bisik berantai yang pada dasarnya adalah sama dengan cerita berantai yaitu memahami sebuah informasi dan menyampaikan kembali informasi tersebut kepada orang lain. Langkah-langkah pembelajaran Bisik Berantai: 16
16
1.
Permainan bahasa ini terdiri atas dua kelompok.
2.
Masing-masing kelompok terdiri 6-7 peserta didik.
Abdul Wahab Rosyidi, ibid, hlm: 84.
130
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
3.
Aziz S
Guru membisikkan kosakata atau kalimat yang diperlihatkan kepada peserta didik yang paling depan pada masing-masing kelompok.
4.
Untuk selanjutnya dibisikkan peserta didik dibelakangnya demikian sampai peserta didik terakhir.
5.
Peserta didik terakhir menuliskan hasilnya di sebuah kertas.
6.
Kelompok yang tercepat dan benar dialah yang menang. Dalam permainan ini peserta didik akan belajar kecepatan
dalam menangkap informasi dari orang lain dan sekaligus memperhatikan ketepatan dan keakuratan informasi tersebut. Informasi tersebut bisa berupa kata atau kalimat baik kalimat perintah, kalimat seru, kalimat berita, dan lain-lain.
F. HASIL BELAJAR Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.
17
Suatu proses belajar
diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil belajar itu dapat berupa ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diklasifikasikan ke dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan. 17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Roosda Karya, Bandung, hlm: 22.
131
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian di dalam hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru mengenai kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan proses belajar mengajar sampai sejauh mana kemajuan ilmu pengetahuan yang telah mereka kuasai. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Arra’d: 11.
.إن هللا ال يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. ArRa’d/13 : 11)18 Namun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, diantaranya yaitu:19 1) Faktor dari dalam diri peserta didik (internal) meliputi 3 aspek yaitu: Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) serta faktor kelelahan. Aspek fisiologis yaitu kondisi umum jasmani peserta didik. Yang termasuk dalam aspek jasmani yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Hal ini sangat mempengaruhi semangat peserta didik dalam mengikuti pelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Aspek
psikologis
yaitu
kondisi
umum
kejiwaan
atau
kerohaniahan, yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar peserta didik. Diantara faktor-faktor rohaniah peserta didik
18 19
Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemahnya, Penerbit Gema Risalah Press Bandung, 1992, hlm: 370. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm: 132.
132
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi peserta didik, perhatian, sikap, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan peserta didik. Faktor kelelahan ini meliputi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (psikis). 2) Faktor dari luar diri peserta didik (eksternal) Faktor dari luar diri peserta didik yakni lingkungan di sekitar peserta didik yaitu lingkungan sosial seperti keluarga, guru, para staf, administrasi dan teman-teman sekelas peserta didik. Dan juga lingkungan non esensial seperti rumah, sekolah, alat-alat belajar dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) Faktor ini merupakan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi-materi pelajaran.
G. PENUTUP Dalam permainan kelompok diperlukan kerja sama yang baik, tidak boleh ada yang bersifat individualis atau menyendiri sendiri. Peserta didik harus bertekad dan berkeinginan untuk dapat berkomunikasi secara verbal dalam bentuk kerja sama. Permainan bahasa bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kefasihan berbahasa dan kepercayaan diri peserta didik. Bahasa yang digunakan dalam suatu permainan tidak diorientasikan pada struktur tertentu. Namun fungsi bahasa bisa juga melibatkan seluruh unsur dan keterampilan yang berbeda-beda. Berbicara adalah sebagai pengungkapan pikiran atau pendapat. Jadi berbicara adalah merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau
133
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
gagasan dari pembicara kepada pendengar. Pembicara kedudukannya sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan. Berbicara
mengenai
kemampuan
menangkap
informasi
dari
pembicara, berarti kita berbicara pula mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan dengan kegiatan menyimak tepat guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu, para peserta didik perlu dilatih sejak dini mengenai upaya menyimak tepat guna dan efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.
134
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015
Kompetensi Berbicara Dan Menyimak Melalui Cerita Berantai
Aziz S
Daftar Pustaka
Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, UIN-Malang Press, Malang, 2009. Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemahnya, Penerbit Gema Risalah Press Bandung, 1992. Departemen Agama, Alqur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2008. Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, penerbit AMELIA Surabaya Cet: I, 2003. Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab, Diva Press, Yogjakarta, 2011. John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Penerbit PT Gramedia Jakarta, Cet. XXVI, April 2005. KH. Adib Bisri & KH. Munawwir A. Fatah, Kamus Al-Bisri (Indonesia-Arab, Arab-Indoonesia), Penerbit Pustaka Progressif, Cet. I , 1999. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Roosda Karya, Bandung.
135
El-Ibtikar Volume 04, nomor 02,Desember 2015