DOKUMENTASI CERITA RAKYAT MALANG RAYA DAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENYIMAK Hersila Astari Pitaloka1) Wahyudi Siswanto2) Martutik2)
[email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini mendokumentasikan cerita rakyat Malang Raya dan mengembangkannya sebagai media pembelajaran menyimak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian cerita rakyat dan metode pengembangan. Hasil penelitian dokumentasi menghasilkan delapan cerita rakyat berasal dari Malang Raya dan dibukukan menjadi antologi cerita rakyat Malang Raya. Hasil pengembangan adalah media pembelajaran menyimak berbasis audio visual. Kata kunci: dokumentasi cerita rakyat, pembelajaran media, menyimak ABSTRACT: The purpose of research is documenting of Malang Raya folklore and developing for teaching medium. Method which used is folklore method and research of development. Result of research documentation is eight of Malang Raya folklore and made one become anthology of Malang Raya folklore. Result of development is teaching medium for listening with audio-visual basic. Key words: folklore documentation, medium teaching, listening
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan tersendiri. Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam cerita, ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak dapat dipisahkan, yaitu karangan, pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak (Majid, 2008:08). Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang menarik untuk dikaji. Cerita rakyat mencerminkan kekhasan masyarakat Indonesia. Cerita rakyat menduduki fungsi penting dalam masyarakat, karena mengandung nilainilai yang harus diteladani oleh masyarakat. Cerita rakyat masih senantiasa kalah dengan cerita-cerita populer masa kini. Berdasarkan observasi sederhana di beberapa toko buku, cerita-cerita populer seperti teenlit dan komik masih menjadi best seller dan bacaan favorit masyarakat dan siswa khususnya. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk melestarikan cerita rakyat misalnya membukukan cerita-cerita rakyat. Akan tetapi, cara tersebut belum cukup untuk membuat cerita rakyat diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk memasukan materi mendengarkan 1) Hersila Astari
Pitaloka adalah mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 2009 2) Wahyudi Siswanto dan Martutik adalah dosen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
cerita rakyat pada kompetensi dasar pada sekolah resmi yaitu pada kompetensi dasar SMA kelas X. Kompetensi dasar yang dirumuskan adalah menemukan halhal menarik tentang tokoh cerita rakyat yang dibacakan secara langsung dan atau melalui rekaman. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang bersifat auditif sangat mendominasi kehidupan manusia. Demikian pula dalam kegiatan pengajaran, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, penggunaan komunikasi audio banyak dipergunakan dibandingkan dengan kegiatan komunikasi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan keadaan tersebut (Sudjana dan Rivai, 2010:129). Akan tetapi, audio yang didukung oleh adanya visual akan menambah efektifitas pembelajaran. Dale dalam Arsyad (1997) mengemukakan bahwa bahan-bahan audiovisual dapat memberikan banyak manfaat. Menurut Arsyad (1997) menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki berbagai manfaat praktis, antara lain (1) media pembelajaran dapat memperjelas pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningatkan proses dan hasil belajar, (2) media pembelajaran dapat menungkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkugannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, dan (3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Media pembelajaran audio-visual ialah cara menyampaikan materi melalui mesin elektronik dengan menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Media audio visual ini jelas menggunakan teknologi misalnya LCD screen atau proyektor film. Jadi pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa (Arsyad, 1997:30-31). Menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menyimak memiliki hubungan erat dengan aspek berbahasa yang lain, yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara memiliki hubungan erat dua arah. Brooks dalam Tarigan (2008) mengungkapkan bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication. Akan tetapi, ada juga kegiatan menyimak dan berbicara yang dilakukan secara tidak langsung, contohnya mendengarkan radio. Penelitian pengembangan serupa telah dilakukan oleh Nikmatul Zuliana dengan judul Media Interaktif Berbasis Audio Visual untuk Pembelajaran Menyimak Bahasa Jawa Kelas VII SMP. Perbedaannya dengan penelitian ini, media pembelajaran tersebut bersifat interaktif dan digunakan untuk pembelajaran menyimak Bahasa Jawa yang diperuntukkan untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran menyimak cerita rakyat yang seharusnya masuk dalam aspek mendengarkan acapkali masuk dalam aspek membaca karena guru tidak mempunyai kemampuan untuk bercerita. Salah satu tujuan pengembangan media pembelajaran berbasis audio visual adalah untuk membantu guru-guru Bahasa Indonesia yang kurang memiliki kemampuan untuk bercerita. Kekurangan itu dapat berupa vokal kurang keras, artikulasi kurang jelas, intonasi tidak tepat.
Tujuan penelitian pengembangan ini yaitu (1) Mendokumentasikan cerita rakyat Malang Raya untuk menambah pengetahuan guru, siswa, dan masyarakat mengenai beberapa cerita rakyat yang ada di Malang dan (2) Menghasilkan media pembelajaran cerita rakyat berbasis audio-visual sebagai media pembelajaran menyimak SMA kelas X. Dokumentasi cerita rakyat dan pengembangan media berbasis audio visual disusun dan diperuntukkan bagi guru β guru Bahasa Indonesia di kota Malang dan sekitarnya agar mempermudah dalam membelajarkan cerita rakyat pada umumnya dan cerita rakyat Malang pada khususnya kepada siswa. Tujuan lain adalah diharapkan siswa di kota Malang dan sekitarnya dapat mengetahui cerita-cerita rakyat yang ada di daerahnya sendiri. METODE Dokumentasi cerita rakyat menggunakan metode penelitian cerita rakyat yang diadaptasi dari Endraswara (2009). Endraswara menyatakan ada lima tahap dalam melakukan penelitian cerita rakyat, yakni (1) penentuan wilayah garap, (2) penentuan informan, (3) cara pengambilan data, (4) analisis data, dan (5) keabsahan data. Penelitian pengembangan menggunakan metode penelitian dan pengembangan Sadiman. Sadiman (2010) menjelaskan, bahwa metode penelitian dan pengembangan ini terdiri dari tujuh tahap, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) merumuskan tujuan, (3) pengembangan materi pembelajaran, (4) pengembangan instrument atau alat evaluasi, (5) menulis naskah media, (6) produksi media, dan (7) uji coba media dan revisi media. Instrumen yang digunakan dalam penelitian cerita rakyat yaitu pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara terbuka kepada narasumber untuk mendapatkan informasi mengenai cerita rakyat di suatu daerah. Proses produksi buku antologi hasil dokumentasi diawali dengan mencari sumber-sumber cerita rakyat yang akan didokumentasikan. Adapun langkahlangkah yang dilakukan oleh peneliti, yakni (1) mencari narasumber, (2) wawancara, (3) triangulasi dengan sumber lain, (4) menulis cerita rakyat, (5) memberikan gambar ilustrasi, dan (6) penjilidan. Narasumber ditentukan setelah obyek cerita rakyat ditemukan. Narasumber adalah seorang yang mengetahui atau mendengar secara lisan dan turun temurun. Setelah menentukan narasumber, dilakukan wawancara secara lisan dan terbuka. Peneliti merekam hasil wawancara dengan recorder. Triangulasi dengan sumber lain dengan membandingkan hasil wawancara dengan sumber-sumber lain untuk memperkuat kebenaran dan keabsahan cerita yang didengar. Proses selanjutnya adalah menulis cerita rakyat dengan ragam bahasa yang disesuaikan dengan karakteristik pembaca. Cerita rakyat ditulis dan dikembangkan dengan tidak mengubah hasil wawancara dan triangulasi. Setelah menulis cerita, selanjutnya adalah memberikan gambar ilustrasi pada setiap cerita. Setiap judul cerita rakyat diberikan gambar ilustrasi untuk memperkuat latar suasana pada cerita. Proses produksi media diawali dengan membuat desain media pembelajaran audio visual. Adapun langkah-langkah pembuatan media pembelajaran,yaitu (1) perumusan spesifikasi produk media, (2) penulisan naskah media, dan (3) produksi media.
Instrumen yang digunakan pada penelitian pengembangan adalah angket. Angket digunakan pada saat uji coba dilakukan, dengan tujuan sebagai penyempurnaan. Uji coba dilakukan kepada tiga penguji, yaitu ahli media, ahli materi, dan uji lapangan kepada siswa. Angket terdiri dari data verbal dan non verbal. Angket digunakan untuk mengetahui kelayakan dan keefektifan media pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dengan memaparkan hasil uji coba secara apa adanya. Data yang berupa kritik dan saran digunakan untuk menyempurnakan komponenkomponen dalam media pembelajaran dan sebagai bahan revisi komponenkomponen dalam media pembelajaran. Teknik analisis data pengembangan ini dilakukan dengan (1) Mentranskrip data verbal dari hasil wawancara langsung dengan ahli materi, ahli bahasa, dan siswa (2) Mengumpulkan data verbal tertulis yang diperoleh dari angket, dan (3) Menganalisis data dan merumuskan simpulan hasil analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap media pembelajaran. Data verbal (kritik, saran, dan komentar) pada angket ahli materi, bahasa dan siswa digunakan sebagai bahan acuan merevisi produk media pembelajaran. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan skala Likert, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata. Penentuan teknik analisis nilai rata-rata berdasarkan pendapat dari Arikunto (2006:242) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui peringkat terakhir untuk butir yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab angket tersebut. Dengan mengadaptasi pendapat tersebut, rumus perhitungan dari teknik analisis nilai rata-rata adalah sebagai berikut. a) rumus untuk menghitung data per item ππ =
π₯π₯ Γ 100% π₯π₯π₯π₯
ππ =
β π₯π₯ Γ 100% β π₯π₯π₯π₯
Sumber: (Arikunto, 2006:236) Keterangan: P= Persentase x = jawaban responden dalam satu item xi= nilai ideal dalam satu item b) rumus untuk mengolah data keseluruhan
Sumber: (Arikunto, 2006:236) Keterangan: P = Persentase βx = jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item βxi =jumlah keseluruhan skor ideal dalam per item 100% = konstanta Untuk memperoleh data hasil validasi, dikembangkan jenjang kualifikasi kriteria validitas. Adapun kriteria validitas dalam analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Kategori Persentase 1 85%-100% 2 74%-84% 3 55%-74% 4 <55% Sumber : Sugiyono (2008:417-421)
Kualifikasi Sangat layak Layak Cukup layak Kurang layak
Tindak lanjut Implementasi Implementasi Revisi Diganti
Uji coba media pembelajaran dilakukan kepada ahli media yaitu Moch. Syahri, S.Sos, M.Si dosen sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Ahli materi yaitu Dr. Roekhan, M.Pd dosen sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Uji lapangan dilakukan kepada siswa kelas X SMA Negeri 10 malang. Uji coba dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013. HASIL Dokumentasi Cerita Rakyat Dokumentasi cerita rakyat dilakukan di daerah Malang Raya. Berdasarkan hasil dokumentasi, didapatkan delapan cerita rakyat berasal dari Malang Raya, yaitu (1) Setya dan Setuhu, (2) Cerita Garudia, (3) Maling Aguna, (4) Eyang Jugo, (5) Mbah Gimbal, (6) Watu Ceper, (7) Mbah Mbatu, dan (8) Ki Ageng Gribig. Sebagian besar cerita rakyat yang didokumentasikan dalam peneltian ini berupa legenda atau asal-usul terjadinya suatu peristiwa. Cerita rakyat yang disusun hanya digunakan sebagai produk dokumentasi. Oleh karena itu, produk tidak diuji oleh ahli materi, media, maupun uji lapangan kepada siswa. Pengembangan Media Pembelajaran Kebutuhan dan Karakteristik Siswa Data analisis kebutuhan siswa diperoleh dari observasi di SMA Brawijaya Smart School pada tanggal 10 September 2012 dan SMA N 10 Malang pada tanggal 20 februari 2013. Tujuan analisis kebutuhan ini untuk mengetahui media pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru Bahasa Indonesia dalam mengajarkan cerita rakyat. Peneliti melakukan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia dan siswa untuk mengetahui media yang dibutuhkan pada pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa guru Bahasa Indonesia belum menggunakan media dalam membelajarkan kompetensi dasar mendengarkan cerita rakyat. Guru membacakan cerita rakyat yang dipilih. Bahkan, guru hanya memberikan cerita rakyat tersebut kepada siswa dalam bentuk teks, sehingga siswa membaca sendiri. Di sekolah SMA N 10 Malang memiliki LCD dan Speaker yang dapat menunjang digunakannya media pembelajaran berbasis audio visual. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan media pembelajaran berbasis audio visual untuk memudahkan guru dalam membelajarkan cerita rakyat dan dapat menarik perhatian siswa dalam memahami cerita rakyat yang diperdengarkan. Hasil Uji Coba
Hasil uji coba aspek audio dilakukan kepada ahli media dan ahli materi. Aspek audio dilihat dari (1) kejelasan suara media pembelajaran, (2) kesesuaian efek suara dengan cerita, (3) kesesuaian musik pengiring dengan narator, (4) kesesuaian pengucapan/artikulasi, dan (5) kesesuaian tempo narator dalam bercerita. Rata-rata persentase tingkat kelayakan aspek audio adalah 95%. Hasil uji coba aspek visual dilakukan kepada ahli media dan ahli materi. Aspek visual dilihat dari (1) kesesuaian gambar/visual dengan cerita dan (2) kemenarikan gambar/visual dengan cerita. Rata-rata persentase tingkat kelayakan aspek visual adalah 72,75%. Selain skor penilaian dalam bentuk non-verbal, terdapat data verbal berupa komentar dan saran perbaikan. Komentar dan saran perbaikan dari aspek visual yaitu menghilangkan gambar yang terkesan menunjukkan kekerasan, misalnya pada saat kepala lepas saat dipenggal. Hasil uji coba aspek tinjauan kompetensi dilakukan kepada ahli materi. Aspek tinjauan kompetensi dilihat dari (1) kesesuaian media dengan Standar Kompetensi (SK), (2) kesesuaian media dengan Kompetensi Dasar, dan (3) kesesuaian media dengan indikator pembelajaran. Rata-rata persentase kelayakan aspek tinjauan kompetensi adalah 91%. Hasil uji coba aspek penyajian materi dilakukan kepada ahli materi dan siswa. Aspek penyajian materi dilihat dari (1) kemudahan pemahaman menyimak, (2) kesesuaian materi dengan KD, dan (3) kesesuaian pilihan cerita dengan karakteristik siswa. Rata-rata persentase tingkat kelayakan aspek penyajian materi adalah 89,5%. Hasil uji coba aspek bahasa dilakukan kepada ahli materi dan siswa. Aspek bahasa dilihat dari (1) kemudahan memahami bahasa yang digunakan, (2) kelayakan bahasa yang digunakan, dan (3) kesesuaian bahasa dengan karakteristik siswa. Rata-rata persentase tingkat kelayakan aspek bahasa adalah 96,5%. Hasil uji coba aspek kemenarikan media dilakukan kepada siswa. Ratarata persentase tingkat kelayakan aspek kemenarikan media pembelajaran adalah 90%. Hasil uji coba aspek keefektifan media dilakukan kepada ahli media dan siswa. Rata-rata persentase tingkat kelayakan keefektifan media pembelajaran adalah 71,5%. Selain skor penilaian dalam bentuk nin-verbal, terdapat data verbal dalam bentuk verbal yaitu berupa komentar dan saran perbaikan. Komentar dan saran perbaikan aspek keefektifan media adalah (1) menyesuaikan media pembelajaran dengan Indikator pembelajaran dan (2) memberikan tujuan pembelajaran di awal tampilan media. PEMBAHASAN Deskripsi Produk Dokumentasi Achadiati dalam Pudentia (2008) menyatakan bahwa tulisan memiliki kekuatan social control. Sesuatu apabila telah ditulis, memperoleh suatu kepastian karena bahasa yang pada hakikatnya lisani, abstrak, dan segera berlalu, kemudian menjadi konkrit dan permanen. Bunanta dalam Pudentia (2008) menyatakan bahwa karena banyak sekali materi tradisi lisan yang belum dikumpulkan dan diarsipkan, akan lebih menguntungkan bila ketika seorang peneliti mendatangi sebuah daerah, maka materi atau genre folklore lain juga sekaligus dikumpulkan.
Dokumentasi menghasilkan delapan cerita rakyat Malang Raya yang dibukukan. Buku ini menyajikan cerita rakyat dengan ragam bahasa populer dan mudah dipahami. Setiap cerita disertai gambar ilustrasi yang disesuaikan dengan salah satu adegan dalam cerita. Bagi peneliti sejarah sastra (anak-anak) cerita rakyat adalah bagian dari bidang sejarah sastra, karena cerita rakyat asalnya bukanlah hiburan untuk anak-anak, melainkan semacam βnenek moyangβ sastra naratif (Bunanta, 1998: 22). Selain itu cerita rakyat juga diyakini sebagai bentuk dasar dari sastra dan seni pada umumnya (Bunanta, 1998:22). Motif-motif cerita rakyat dapat dipinjam untuk menciptakan cerita baru daripadanya. Kalau pada wacana lisan suasana dialog selalu harus menghadirkan pembicara dengan pendengarnya atau pada siapa pembicara mengalamatkan ujarannya, maka situasi tersebut tidak lagi terjadi pada teks. Teks tidak lagi mempunyai pembaca yang jelas seperti halnya pada wacana lisan, karena pada prinsipnya teks terbuka bagi siapa saja yang dapat membaca (Kleden, 2008:128). Bunanta dalam Pudentia (2008) mengungkapkan bahwa selain untuk keperluan akademis, penelitian dan pengarsipan cerita rakyat dapat digunakan sebagai sumber keperluan praktis yang berguna bagi kegiatan seni dan berkreatifitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya pengarang, penerbit, guru, pendidik, pendongeng, animator, pemain teater, dan sebagainya. Buku ini berisi delapan judul cerita rakyat yaitu (1) Setya dan Setuhu, (2) Garudia, (3) Maling Aguna, (4) Mbah Gimbal, (5) Eyang Jugo, (6) Mbah Mbatu, (7) Batu Ajaib, dan (8) Ki Ageng Gribig. Keseluruhan cerita berasal dari narasumber secara lisan, tetapi didasarkan kepada sumber tertulis yang dimiliki. Buku antologi dicetak dalam ukuran A5. Fungsi utama tulisan sebenarnya adalah perpanjangan ingatan atau disebut juga fungsi mnemonik. Di masa lisani, ingatan merupakan satu-satunya sarana untuk menyimpan pengetahuan guna dapat di rujuk kembali kemudian. Daya mnemonik orang dari masyarakat lisani untuk menghafal benarbenar mencengangkan. Hal ini dapat kita saksikan pada orang tua yang dapat melantunkan silsilah yang amat panjang atau cerita yang berbait-bait panjangnya. Demikian pula orang yang hafal seluruh Al Quran dapat dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari zaman lisani (Achadiati, 2008:203). Deskripsi Produk Media Pembelajaran Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (1997), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Sebelum mengembangkan media pembelajaran, dilakukan hal-hal sebagai proses pra pengembangan, antara lain (1) analisis kebutuhan, (2) kajian kurikulum, dan (3) pemilihan materi pembelajaran. Kajian kurikulum bertujuan untuk menentukan kompetensi yang sesuai untuk media pembelajaran menyimak cerita rakyat berbasis audio visual. Aspek keterampilan yang dipilih adalah keterampilan mendengarkan dengan kempetensi dasar menemukan hal-hal menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman. Materi yang dalam media pembelajaran disusun berdasarkan pada analisis kurikulum yang telah dilakukan sebelumnya. Materi yang disajikan adalah materi
memahami cerita rakyat yang dituturkan. Pemilihan materi difokuskan pada kompetensi dasar menemukan hal-hal menarik tentang tokoh, dan penokohan dalam cerita rakyat yang dituturkan. Cerita rakyat dipilih dari salah satu hasil penelitian dokumentasi cerita rakyat. Materi cerita rakyat yang dikembangkan menjadi media pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Cerita yang dipilih berjudul Maling Aguna yaitu asal-usul Candi Jago. Pada cerita ini, terdapat tokoh-tokoh yang memiliki sifat-sifat menarik dan dapat diteladani. Oleh karena itu, cerita Maling Aguna dikembangkan menjadi media pembelajaran. Media pembelajaran menyimak cerita rakyat dikembangkan menggunakan program Adobe Premiere pro CS3. Media pembelajaran ini berbasis audio-visual dengan format AVI. Media pembelajaran disimpan dalam bentuk DVD. Media pembelajaran berisi audio dan visual. Audio berupa suara narator yang membacakan cerita rakyat Maling Aguna. Ditengah pembacaan cerita terdapat background suara yang mendukung suasana cerita. Background suara diisi dengan musik bernuansa Jawa yang disesuaikan dengan tempat terjadinya peristiwa yaitu di Jawa Timur. Selain itu, terdapat efek-efek suara untuk memperkuat latar suasana dalam cerita, misalnya saat pagi hari disertai efek suara ayam berkokok dan anak ayam mencicit-cicit. Visual berupa gambar dinamis yang disesuaikan dengan pembacaan cerita oleh narator. Uji coba kelayakan media pembelajaran dilakukan dalam beberapa aspek yaitu (1) audio, (2) visual, (3) tinjauan kompetensi, (4) penyajian materi, (5) bahasa, (6) kemenarikan media, dan (7) keefektifan media. Aspek audio mencapai tingkat kelayakan 95%, berarti tergolong layak implementasi. Aspek visual mencapai tingkat kelayakan 72%, berarti harus direvisi sesuai dengan komentar dan saran perbaikan yang diberikan. Aspek tinjauan kompetensi mencapai tingkat kelayakan 91%, berarti tergolong layak implementasi. Aspek bahasa mencapai tingkat kelayakan 96,5%, berarti tergolong layak implementasi. Aspek kemenarikan media mencapai tingkat kelayakan 90%, berarti tergolong layak implementasi. Aspek keefektifan media mencapai tingkat kelayakan 71,5%, berarti harus direvisi berdasarkan komentar dan saran perbaikan yang diberikan. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, terdapat dua aspek yang harus direvisi yaitu aspek visual dan keefektifan media. Berikut tampilan media sebelum direvisi dan setelah direvisi berdasarkan komentar dan saran perbaikan yang diberikan. Revisi Keefektifan Media Pembelajaran Sebelum direvisi tampilan video tidak terdapat kompetensi dasar, tujuan, dan indikator pembelajaran. Setelah pembuka video langsung ditampilkan judul cerita rakyat tanpa ada pengantar.
Tampilan awal video setelah direvisi terdapat pengantar, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran.
Revisi Aspek Visual Media Pembelajaran Tampilan visual media pembelajaran sebelum direvisi terdapat gambar yang menunjukkan kekerasan.
Tampilan visual setelah direvisi tidak terdapat gambar yang menunjukkan kekerasan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dokumentasi cerita rakyat Malang Raya menghasilkan buku antologi cerita rakyat yang berisi delapan cerita rakyat berasal dari Malang raya. Pengembangan media menghasilkan media pembelajaran menyimak berbasis audio visual yang menarik dan layak dipergunakan untuk siswa. Saran Penelitian dokumentasi cerita rakyat dan pengembangan media ini menghasilkan produk berupa buku antologi cerita rakyat Malang Raya dan media pembelajaran menyimak berbasis audio-visual yang berjudul Maling Aguna. Hasil pengembangan produk berupa buku antologi dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dalam membelajarkan cerita rakyat kepada siswa. Hasil pengembangan media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dalam melakukan pembelajaran menyimak untuk siswa SMA kelas X. Hasil pengembangan berupa buku antologi dapat disebarluaskan melalui perpustakaan. Hasil pengembangan media audio-visual dapat disebarluaskan melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN Achadiati. 2008. Beraksara dalam Kelisanan. Dalam MPSS, Pudentia (Ed), Kajian Tradisi Lisan (hlm. 105-139). Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Bunanta, Murti. 1998. Problematika Penulisan Cerita Rakyat. Jakarta:Balai Pustaka. Bunanta, Murti. 2008. Memilah, Memilih, dan Memanfaatkan Penelitian Cerita Rakyat Anak dan Remaja. Dalam MPSS, Pudentia (Ed), Kajian Tradisi Lisan (hlm. 105-139). Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Folklor (konsep, teori, dan aplikasi). Yogyakarta:MedPress (Anggota IKAPI). Kleden, Ninuk. 2008. Pengalihan Wacana Lisan ke Tulisan dan Teks. Dalam MPSS, Pudentia (Ed), Kajian Tradisi Lisan (hlm. 105-139). Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. Majid, abdul aziz abdul. 2008. Mendidik dengan Cerita. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rivai, Ahmad, dan Sudjana, Nana. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sadiman, DKK. 2003. Media Pendidikan, Pengertian, pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta:PT. Raja Grafindo Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak (sebagai suatu keterampilan berbahasa). Bandung: Penerbit Angkasa.