Struktur Cerita Rakyat... (Devi Ermayanti)
25
STRUKTUR CERITA RAKYAT oleh Devi Ermayanti* ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah struktur cerita rakyat Gayo yang meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Sumber data penelitian ini adalah cerita rakyat Gayo berupa mite, legenda, dan dongeng yang terdapat dalam buku 1) Pesona Tanoh Gayo, karya A.R. Hakim Aman Pinan, 2) Kekeberen, Kumpulan cerita Rakyat Gayo karya Abdul Kadir, dan 3) Hikayatologi Aceh karya Ahmad Jahi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tema cerita Putri Ijo adalah perkawinan sedarah. Tema Resam Berume adalah tata cara masyarakat Gayo menanam padi di sawah. Tema Atu Belah adalah istri yang melanggar perintah suami. Tema Putri Pukes adalah anak yang tidak mendengarkan perintah orang tua. Tema kekulit adalah paman yang ditipu oleh keponakannya karena tamak harta. Tema Simetun-metun adalah penderitaan anak tiri. (2) Keseluruhan cerita menggunakan alur maju. (3) Karakter tokoh cerita Putri Ijo, Resam Berume, dan Putri Pukes adalah protagonis. Cerita Atu Belah dan Kekulit adalah protagonis dan antagonis. Cerita Simetun-metun adalah protagonis, antagonis, dan tritagonis. (4) Keseluruhan cerita menggunakan latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. (5) Amanat cerita Putri Ijo adalah ketahuilah terlebih dahulu seluk-beluk keluarga yang akan dinikahi. Amanat cerita Resam Berume adalah seberat apa pun perbuatan, kalau dilakukan bersama-sama akan terasa ringan. Amanat cerita Atu Belah adalah janganlah melanggar amanah yang disampaikan suami. Amanat cerita Putri Pukes adalah patuhilah perintah orang tua. Amanat cerita Kekulit adalah orang yang serakah dengan harta akan dihancurkan oleh nafsunya sendiri. Amanat cerita Simetun-metun adalah seburuk apapun ibu kandung pasti ia lebih baik daripada ibu tiri.
Kata kunci : Cerita Rakyat Gayo, Tema, Alur, Tokoh dan Penokohan, latar dan Amanat.
* Penulis adalah Guru SMAN 2 Takengon, Aceh Tengah
26 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:25−35 ABSTRACT The problem of this research is how the structure of Gayo folklore that includes of theme, plot, characters, and figures, background and message. The source of this research data is Gayo folklore are myths, legends, and fables that are in the book 1) Pesona Tanoh Gayo, created by A.R Hakim Aman Pinana, 2) Kekeberen, Kumpulan cerita Gayo created by Abdul Kadir, and 3) Hikayatologi Aceh created by Ahmad Jahi. The data collection was done by library technic. The data analysis was used is qualitative analysis by structural approach. The result of this research shows that (1) Theme of Putri Ijo is incestuous marriage. Theme of Resam Berume is the way of Gayo society yo plant the paddy in the field. Theme of Atu Belah is a wife that disobey her husband. Theme of Putri Pukes is a child that disobey his parents. Theme of Kekulit is an uncle that cheated by his nephew because of greedy. Theme of Simetun-metun is suffering stepchild. (2) All stories are foreshadowing plot. (3) The characters of Putri Ijo, Resam Berume, and Putri Pukes are protagonist. The stoty of Atu Belah and Kekulit is protagonist and antagonist. The story of Simetun-metun is protagonist, antagonist, and tritagonist. (4) All stories used background of time, place, and athmosphere. (5) The message of Putri Ijo is to know first the background of the family that will be married.. The message of Resam Berume is how hard the job, if it is done together it will be easy. The message of Atu Belah is don’t disobey the husband’s message. The message of Putri Pukes is obey the parents. The message of Kekulit is the greedy man will be broken by his own passion. The message of Simetun-metun is as worst as my mother but she must be the best of a stepmother. Key Word: Gayo Folklore, Theme, Plot, Characters, and Figures, Background, and Message.
Pendahuluan Cerita rakyat adalah kisahan atau cerita anonim (tidak ada nama pengarang atau penciptanya) yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, yang beredar secara lisan di tengah masyarakat. Cerita-cerita tersebut meliputi: cerita binatang, dongeng, legenda, mitos, dan sage (Isdriani, 2006:123) Dalam masyarakat yang sedang membangun khususnya Indonesia, berbagai bentuk cerita rakyat itu tidak mustahil akan terabaikan dan mungkin lama kelamaan akan hilang tanpa bekas. Hal itu disebabkan oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang tidak modern apalagi yang bersifat pribumi termasuk cerita rakyat kurang mendapat perhatian. Pada dasarnya awal berkembangnya cerita rakyat hanya dari mulut ke mulut. Selanjutnya, karena perkembangan zaman banyak cerita rakyat yang ditulis dan dibukukan. Namun karena banyaknya cerita rakyat yang terdapat diberbagai daerah di Indonesia, sehingga bisa saja ada kemungkinan masih ba-
nyak juga cerita rakyat yang belum dibukukan. Cerita rakyat merupakan salah salah satu bentuk sastra tradisional. Istilah tradisional menunjukkan bahwa cerita rakyat itu berasal dari cerita yang mentradisi, tidak tahu kapan dimulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun-temurun dalam bentuk lisan (Nurgiyantoro, 2005:22) Cerita rakyat juga ditemukan dalam masyarakat Gayo. Masyarakat Gayo kaya akan cerita rakyatnya, tetapi belum dianalisis secara maksimal. Kenyataan menunjukkan bahwa minat dan perhatian masyarakat Gayo semakin berkurang terhadap cerita rakyat Gayo. Selain itu, kenyataan menunjukkan pula bahwa yang masih dapat menceritakan hasil sastra lisan itu hanya sebagian kecil orang yang sudah tua usianya. Penelitian mengenai cerita rakyat Gayo sudah pernah dilakukan oleh: (1) M.J. Melalatoa. Judul buku Kekeberen, Cerita Atu Belah. (1987) hanya mengisahkan tentang cerita Atu Belah, (2) Ibrahim Kadir judul buku adalah
Struktur Cerita Rakyat... (Devi Ermayanti) Kekeberen, Kumpulan Cerita Rakyat Gayo. (1989) yang dalam buku tersebut hanya dikumpulkan tentang cerita-cerita rakyat Gayo yang berjudul: Simetun-metun, Berloken, Aman Lepok, Kekulit, Karang Dedebar, Atu Kude, Resam Berume, Manat ni Anan Ucak, Bedemu I Gayo, Melela Waktu Mujek, Perang Tange Besi, Anak Yatim. (3) Hakim Aman Pinan, dengan judul buku Pesona Tanoh Gayo (2003). Dalam buku tersebut hanya dikumpulkan tentang cerita rakyat Gayo. Adapun judul cerita rakyat yang terdapat dalam buku tersebut antara lain: Putri Pukes, Putri Ijo, Asal Mula Depik, Bujang Burgem Berama Imo, Bur Kelieten. Namun, penelitian yang dikemukakan itu belum ada yang secara khusus menganalisis struktur cerita rakyat Gayo. Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang struktur cerita rakyat Gayo. Oleh karena itu dirumuskanlah masalah penelitian sebagai berikut bagaimanakah struktur cerita rakyat Gayo, meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat? Penelitian terhadap cerita rakyat sangat penting dilakukan untuk mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Sastra sebagai salah satu bentuk kebudayaan adalah seni yang menggambarkan kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat banyak memberikan teladan bagi masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002:210) cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan. Cerita rakyat adalah salah satu bentuk sastra lisan yang diwarisi secara turun-menurun yang disampaikan dari mulut ke mulut dan tidak tahu kapan dimulainya dan tidak diketahui siapa penciptanya. Menurut Nurgiyantoro (2005:22), cerita rakyat merupakan salah satu bentuk cerita sastra tradisional (tradisional literature atau folk literature). Istilah tradisional menunjukkan bahwa cerita rakyat itu berasal dari cerita yang mentradisi, tidak tahu kapan dimulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara
27 turun-temurun dalam bentuk lisan. Cerita rakyat memiliki ciri-ciri: (1) bersifat lisan, (2) bersifat tradisional, (3) ada dalam versi yang berbeda, (4) biasanya berkecenderungan untuk mempunyai bentuk berumus, (5) biasanya tidak diketahui lagi nama penciptanya (anonim), (6) mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, (7) bersifat pralogis, (8) menjadi milik bersama, (9) bersifat polos atau spontan (Danandjaja, 1994:3-5) Nurgiyantoro (2005:22) membagi cerita rakyat dalam empat jenis, yaitu: a) mite, b) legenda, c) dongeng rakyat, dan d) cerita binatang (fabel). Sementara itu, William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1984:50) membagi jenis-jenis cerita rakyat dalam tiga golongan besar, yaitu (a) mite, (b) legenda, dan (c) dongeng. Menurut Bascom (dalam Danandjaja 1984:50) mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci dalam empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau mahluk setengah dewa. Menurut Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2005:172), mite atau mitos adalah sesuatu yang diyakini bangsa atau masyarakat tertentu yang intinya menghadirkan kekuatan-kekuatan supranatural. Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang benar-benar pernah terjadi, berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya belum begitu lampau dan bertempat seperti yang kita kenal sekarang. Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita, dan dongeng tidak terikat oleh tempat dan waktu, diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga cerita melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral atau sindiran (Danandjaja, 1997:83). Struktur cerita rakyat dibentuk oleh unsur-unsur karya sastra, meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita. Keberadaan tema memiliki posisi atau kedudukan yang penting dalam sebuah cerita (Rani dan Maryani, 2004:86). Tema dapat menyangkut segala per-
28 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:25−35 soalan baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Rani (2004:100) mengemukakan jenisjenis alur sebagai berikut. 1) Alur maju, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling awal sampai peristiwa yang paling akhir. 2) Alur mundur, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling akhir kemudian berbalik ke peristiwa yang paling awal. 3) Alur campuran, yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur dalam suatu cerita. Tokoh adalah para pelaku yang berperan dalam suatu cerita baik novel maupun cerpen. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut pandang dan tinjauan seseorang. Seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus. a.) Tokoh berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi 2 jenis tokoh, yaitu: (1) Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero dan tokoh yang memberikan norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan, harapanharapan pembaca atau penikmat. (2) Tokoh antagonis adalah tokoh yang bersifat jahat atau tokoh yang tidak sesuai dengan keinginan pembaca. Tokoh yang selalu menentang norma-norma dan nilai-nilai. Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. (Rani, 2004:87). Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. (Nurgiyantoro, 1994;227) 1) Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, seperti Yogyakarta, rumah, kamar, desa. 2) Latar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, seperti semasa kedudukan Jepang di tanah air. 3) Latar sosial, yaitu berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalamkarya fiksi, seperti kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, serta cara berpikir dan bersikap.
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umumnya karya satra tersurat. (Sudjiman, 1983:4) Endraswara (2003:49) mengemukakan pendekatan struktural pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Selanjutnya menurut Semi (1993:67), pendekatan struktural, sering juga disebut pendekatan objektif, pendekatan formal atau pendekatan analitik. Bila hendak dikaji atau diteliti, maka yang harus dikaji atau diteliti adalah aspek yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antaraspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan. Sumber data penelitian ini adalah buku (1) Kekeberen, Kumpulan Cerita Rakyat Gayo karya Abdul Kadir, 1986. (2) Pesona Tanoh Gayo karya A.R Hakim Aman Pinan, 2003. Takengon: Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah, dan (3) Hikayatologi Aceh karya Ahmad Jahi, 2009. Banda Aceh: Aneuk Mulieng. Sumber data meliputi, (1) mite, (2) legenda, dan (3) dongeng, yang masing-masing terdiri atas
Struktur Cerita Rakyat... (Devi Ermayanti)
29
dua cerita yang judul-judulnya adalah: (1) mite gan jalinan cerita berawal dari Putri Ijo masih (a) Putri Ijo, dan (b) Resam Berume, (2) legenda kecil kemudian menikah dan berakhir menjadi (a) Atu Belah, dan (b) Putri Pukes, (3) dongeng seekor ular. (a) Kekulit, dan (b) Simetun-metun. Keseluruhan tokoh yang ditampilkan memiliki karakter protagonis. Hal ini disebabkan Hasil Penelitian dan Pembahasan karena dalam cerita Putri Ijo tidak ada satu toMite koh pun yang menjadi penentang dalam cerita 1) Putri Ijo tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh Cerita ini mengisahkan tentang Putri Ijo Nurgiyantoro (1994:176) penokohan terhadap yang bernama Ipak. Ipak tinggal bersama ibu tokoh Win menunjukkan ia tokoh yang baik dan dan abangnya, Win, dalam satu rumah. Saat Win jujur. Dalam cerita dikisahkan tokoh ini sangat dan Ipak masih kecil ayahnya meninggal dunia. disenangi rakyat karena sifatnya. Sifat yang baik Win meminta izin kepada ibunya untuk pergi dan jujur merupakan sifat yang disukai banyak merantau dan ibunya memberikan sebuah cincin orang. merah delima yang juga diberikan kepada Ipak, Tokoh Ipak adalah tokoh yang tabah. Ketak lama kemudian ibunya jatuh sakit dan me- tabahan menghadapi kenyataan bahwa ia harus ninggal dunia. Ipak tinggal bersama nenek dan berpisah dengan suaminya yang ternyata adalah kakek yang tidak mempunyai buah hati seorang abang kandungnya sendiri. Perempuan yang pun. Beberapa tahun berlalu Win kembali ke digambarkan memang cenderung perempuan kampung halamannya dan tinggal bersama ne- yang mengalami kepahitan hidup, seperti yang nek dan kakek, yang kebetulan anak-anaknya disebutkan oleh James Danandjaja (1984:66) semua sudah berumah tangga. Setiap sore Win bahwa “Di kalangan masyarakat Gayo ada banmengaji di menasah dekat Wunen (tempat pe- yak perempuan yang mengalami kesukaran, mandian). Di sanalah Win melihat Ipak dan ked- kekecewaan, dan kepahitan hidup.” Namun, uanya saling jatuh cinta sampai akhirnya meni- kesukaran dan kepahitan hidup yang dialami kah. Setelah pernikahan dilaksanakan mereka perempuan Gayo tersebut justru menunjukkan berdua pergi ke pinggir danau, dan Ipak terke- bahwa perempuan Gayo adalah perempuanjut melihat cincin yang dipakai oleh Win sama perempuan yang kuat dan tegar. seperti cincin yang ia miliki. Lalu ia meminta Tokoh ibu berkarakter penyayang. Gammaaf kepada Win. Ipak mengatakan perkawi- baran rasa sayangnya ia tampilkan dalam kenan ini tidak boleh dilanjutkan karna kita seibu hidupan sehari-hari agar selalu mengerjakan seayah. Ipak pun menyembah abangnya dan air shalat lima waktu, menghormati guru dan menmata membasahi pipinya. Batang tubuh sang jadi anak yang jujur. Peran ibu dalam cerita Putri putri yang jelita itu berubah menjelma menjadi Ijo adalah gambaran ibu pada umumnya, yakni seekor ular. Abangnya hanya diam melihat ke- ibu yang membesarkan anaknya dengan penuh pergian adiknya dengan badan gemetar. Ia ber- kasih sayang dan mendidiknya hingga berakhlak doa mohon ampun pada sang pencipta, semoga mulia. semua selamat yang pergi dan yang tinggal. Penggunaan latar tempat dalam cerita Tema dalam cerita Putri Ijo adalah Putri Ijo adalah Daerah Pase, Menasah, Wunperkawinan sedarah antara abang dan adik. en (tempat mandi), dan Danau. Selanjutnya Dalam masyarakat Gayo perkawinan satu gecik latar waktu adalah sore, sedangkan latar sosial atau sekampung dalam bahasa Gayo disebut adalah sebuah keluarga yang hidup sederhana. sara Urang tidak dibolehkan. Jika perkawinan Masyarakat Gayo umumnya dianjurkan untuk itu terjadi tindakan masyarakat dilakukan hu- hidup sederhana. Tempat pemandian disebut kum adat. Akan tetapi, pada masyarakat di luar wunen yang dipakai untuk mandi laki-laki dan suku Gayo perkawinan itu boleh dilakukan. perempuan serta untuk mengambil air. Alur yang terdapat dalam cerita Putri Ijo Amanat yang dapat kita petik dari cerita menggunakan alur maju. Hal ini dibuktikan den- Putri Ijo adalah ketahuilah terlebih dahulu seluk
30 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:25−35 beluk keluarga yang akan kita nikahi, sebelum kita melakukan sebuah kesalahan dalam mengambil tindakan. Hal ini seperti anjuran dalam agama Islam dari Abu Hurairah bahwa nabi bersabda: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya.” 2) Resam Berume Cerita ini mengisahkan tentang tata cara masyarakat bersawah harus mengikuti aturanaturan yang diberikan oleh Kejurun Belang. Resam Berume dapat diartikan musim bersawah. Sebelum menanam padi, masyarakat harus mengikuti aturan-aturan yang disampaikan oleh Kejurun Belang yaitu orang yang dipercayakan sebagai pemuka adat dalam persawahan. Sebelum benih padi ditanam terlebih dahulu Kejurun Belang dan masyarakat mengadakan kenduri tolak bala dan memohon diturunkan-Nya hujan. Setelah selesai kenduri masyarakat mulai membersihkan parit (murerak) dan mencari kayu untuk pembibitan (tersik ken penyemen), lalu mereka menyangkul tempat pembibitan itu, kemudian menunggu perintah dari Kejurun Belang kapan bibit bisa ditabur. Setelah bibit ditabur (disemai) masyarakat menunggu selama beberapa hari baru menyangkul sawah (mujelbang) dan membersihkan pinggiran sawah. Masyarakat menunggu perintah dari Kejurun Belang kapan bibit padi bisa ditanam, setelah bibit padi ditanam (munomang) masyarakat mencabut rumput (mulamut) yang tumbuh di sawah. Setelah padi berbuah lalu masyarakat memasang orang-orangan sawah (tetakut) untuk menakuti burung yang memakan buah padi sampai dengan padi menguning dan siap untuk dipanen. Setelah itu padi dipotong (munuling) baru memisahkan padi dari batangnya (mujek). Cerita Resam Berume bertema tata cara masyarakat Gayo menanam padi di sawah. Setiap masyarakat yang bersawah harus mengikuti aturan-aturan yang diberikan oleh Kejurun Belang agar padi yang ditanam tumbuh dengan subur dan tidak terkena hama sampai dengan panen tiba. Kepercayaan menggunakan Kejurun Belang masih dilakukan di beberapa kecamatan
di daerah Gayo. Sebagian masyarakat Gayo menganggap bahwa upacara adatlah yang bisa menjaga keamanan dan kesejahteraan mereka. Kepercayaan ini sudah dilakukan dari jaman nenek moyang dulu. Alur yang terdapat dalam cerita Resam Berume adalah alur maju. Hal ini dibuktikan dari jalinan peristiwa berawal dari pertama menanam bibit padi sampai padi siap untuk dipanen. Keseluruhan tokoh cerita yang ditampilkan memiliki karakter protagonis. Hal ini karena dalam cerita Resam Berume tidak ada satu tokoh pun yang menjadi penentang. Penokohan terhadap tokoh masyarakat memiliki karakter yang baik, patuh dan percaya kepada aturan-aturan yang diberikan oleh Kejurun Belang. Kepercayaan menggunakan Kejurun Belang sebagai pemuka adat dalam urusan bersawah itu terbukti pada kampung Toweren, padi yang ditanam tidak terkena hama dan dimakan tikus. Akan tetapi, jika padi yang ditanam tanpa menggunakan aturan Kejurun Belang banyak padi yang terkena hama dan dimakan tikus ini terjadi pada masyarakat One-one. Penokohan terhadap tokoh Kejurun Belang sebagai pemuka adat yang dipercayakan sebagai pengatur urusan persawahan dikenal sangat baik. Sebagai salah satu tokoh yang dipercayakan untuk mengatur urusan persawahan, ia merasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat Gayo yang membutuhkannya. Latar tempat yang terdapat dalam cerita Resam Berume adalah Bebesen, Kebayakan, Negeri Gayo, Takengon Aceh Tengah, kebun, bukit kecil, lesung atau mesin, laut, dan hutan. Selanjutnya latar waktu adalah pagi hari, pagi dan sore, besok pagi, gelap, waktu mau pagi matahari akan terbit. Latar sosial yang terdapat dalam cerita Resam Berume adalah mata pencaharian mereka umumnya bersawah, masyarakat masih menggunakan kepercayaan mengkuti aturan-aturan yang diberikan Kejurun Belang dalam bersawah. Kepercayaan ini sudah mereka lakukan dari zaman nenek moyang mereka dulu. Amanat dalam cerita Resam Berume
Struktur Cerita Rakyat... (Devi Ermayanti)
31
adalah seberat apa pun perbuatan yang dilaku- karena dalam cerita terdapat tokoh baik dan kan, kalau dihadapi bersama-sama akan terasa tokoh penentang. Tokoh Aman Biner sebagai ringan. kepala rumah tangga, janganlah selalu berlaku kasar, dengarkan terlebih dahulu penjelasan Legenda yang disampaikan. Tokoh Inen Biner digam3) Atu Belah barkan sebagai sosok ibu pada umumnya. Dia Cerita ini mengisahkan tentang sebuah ke- selalu ingin melindungi anaknya walaupun haluarga yang tinggal di desa Penarun Isak. Cerita rus mengorbankan dirinya sendiri. Sebagai ibu berawal saat Aman Biner yang akan pergi ber- rumah tangga yang baik, Inen Biner sangat meburu dengan temannya Lenot. Lalu memberikan nyayangi anaknya. Tokoh Biner digambarkan amanah atau pesan kepada istrinya, Inen Biner, sebagai anak yang egois dan keras kepala. Sifat untuk tidak membuka lumbung tempat ia mena- yang digambarkan tokoh Biner tidak baik dan ruh belalang. Tiba-tiba Biner pulang ke rumah tidak perlu ditiru. Tokoh Lenot digambarkan meminta makan kepada ibunya, karena tidak dalam cerita ini sangat setia. Sifat seperti tokoh ada ikan, Biner minta kepada ibunya supaya Lenot sangat disukai dikalangan masyarakat. belalang yang ada di dalam lumbung itu saja Latar tempat yang terdapat dalam cerita untuk menjadi lauknya. Karena kasihan, ibunya Atu Belah adalah Kamar, Sungai, lumbung, dan membuka lumbung tersebut sehingga semua be- Batu Belah (Atu Belah). Latar waktu dalam lalang lepas dan Inen Biner panik. Ketika Aman cerita tersebut malam dan jam 02. Latar sosial Biner pulang dari berburu, dia mengetahui be- dalam cerita Atu Belah adalah kebiasaan menglalangnya lepas maka Aman Biner marah besar atasi kesulitan hidup dengan berburu, dan istri dan menghina Inen Biner. Tak tahan mendengar harus mengikuti amanah suami. cacian dan hinaan suaminya sambil menangis Amanat yang dapat diambil dari cerita Atu Inen Biner memotong sebelah payudaranya lalu Belah adalah janganlah melanggar amanah yang meninggalkan rumah dan pergi ke sebuah batu disampaikan suami. yang disebut Atu Belah. Di sana Inen Biner bernyanyi lagu Atu Belah, lalu batupun terbuka dan 4) Putri Pukes Inen Biner masuk ke dalam Atu Belah perla Cerita ini mengisahkan tentang seorang han-lahan tubuh Inen Biner ditelan batu tersebut anak Raja Nosar yang bernama Putri Pukes beryang tertinggal hanya rambut Inen Biner. temu dengan seorang laki-laki yang bernama Cerita Atu Belah bertema istri yang me- Mude Suara yang berasal dari kampung Samar langgar amanah suami. Di dalam rumah tangga, Kilang Pondok Baru. Keduanya saling jatuh perintah yang harus dilaksanakan istri adalah cinta untuk membuktikan cintanya Mude Suara perintah suami. Begitu juga larangan yang harus meminang Putri Pukes dan acara perkawinan dilaksanakan istri adalah larangan suaminya. Se- diadakan begitu meriah tujuh hari tujuh malam. bagaimana sabda rasullullah “Tidaklah seorang Tiba saatnya Putri Pukes akan diantar ke rumah perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga suaminya ayahnya berpesan bila telah sampai ia menunaikan hak suaminya”. (H.R Ahmad dan ke atas bukit sebelah jangan lagi melihat kebeIbnu Majah). Seorang istri mestilah menjadi istri lakang. Karena sedih meninggalkan ayah dan yang senantiasa taat dan patuh pada kehendak ibu serta kampung halamannya, Putri Pukes pun suami. melihat ke belakang. Ketika itu pula ia bersama Alur yang terdapat dalam cerita Atu Belah suaminya berubah menjadi batu karena melangadalah alur maju. Hal ini dibuktikan dari jalinan gar pesan ayahnya. peristiwa berawal dari kehidupan keluarga yang Cerita Putri Pukes bertema anak yang tidak bahagia hingga berakhir dengan kesedihan di- mendengarkan pesan orang tuanya. Pelanggaran tinggalkan ibu. pesan yang dilakukan Putri Pukes karena sedih Karakter tokoh yang ditampilkan me- meninggalkan ayah dan ibu serta kampung halamiliki tokoh protagonis dan antagonis. Hal ini mannya. Dalam adat Gayo wanita yang sudah
32 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:25−35 menikah wajib diantar untuk tinggal di rumah suaminya. Perempuan menjadi tanggung jawab suami. Alur yang terdapat dalam cerita Putri Pukes adalah alur maju. Hal ini dibuktikan dari jalinan peristiwa berawal dari Putri Pukes dilahirkan, tumbuh dewasa, kemudian menikah dan menjadi batu. Keseluruhan karakter yang ditampilkan memiliki karakter protagonis. Disebut protagonis karena tidak ada satu tokoh pun yang menjadi penentang dalam cerita tersebut. Tokoh Reje Nosar dalam cerita ini berperan sebagai pemimpin yang bijaksana dan baik hati. Dalam cerita dikisahkan tokoh ini sangat disenangi rakyat karena sifatnya itu. Sifat yang baik dan bijaksana merupakan sifat yang diidam-idamkan oleh rakyat untuk pemimpinnya. Mereka berharap sebagai pemimpin haruslah menjadi contoh teladan bagi rakyatnya. Tokoh Putri Pukes memiliki sifat yang baik dan tidak sombong, walaupun ia hidup dalam keluarga yang kaya. Tokoh Mude Suara memiliki karakter baik. Dikatakan baik karena dalam cerita digambarkan bahwa ia suka membantu masyarakat dalam hal bersawah. Masyarakat menyebutkan dengan ungkapan “ringan tangan” yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:957) adalah suka menolong (membantu). Sifat seperti ini sangat dianjurkan dalam agama Islam. Latar tempat yang terdapat dalam cerita Putri Pukes adalah Bur Kelieten, Danau Laut Tawar, Kampung Nosar, Samar Kilang, Deling Tua, Sawah,dan Gua. Selanjutnya latar sosial adalah adat istiadat dalam perkawinan masih sangat kuat Adat istiadat dalam perkawinankan dilaksanakan dengan cara juelen. Juelen artinya perkawinan yang mengikuti garis keturunan suami. Perempuan menjadi tanggung jawab suami. Amanat dalam cerita Putri Pukes adalah janganlah melanggar pesan yang disampaikan orang tua kepada kita. Dalam cerita dikisahkan bahwa Puteri Pukes yang sudah diberikan pesan oleh ayahnya bila sudah diantar jangan lagi melihat ke belakang. Tetapi, Putri Pukes melanggarnya hal ini karena ia sedih meninggalkan ibu dan ayah serta kampung halamannya.
Dongeng 5) Kekulit Cerita ini mengisahkan tentang paman yang bernama Loba mempunyai rumah, harta, dan hewan yang banyak, tetapi sangat kikir dengan harta tidak mau berbagi dan bersedekah kepada orang miskin. Keponakannya yang bernama Jenaka merasa tidak suka dengan kekikiran pamannya. Timbul akal jahat dari keponakannya untuk membohongi pamannya hingga habis semua harta, hewan, dan rumahnya. Cerita Kekulit bertema paman yang ditipu karena tamak dengan harta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1199) “Tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dsb).” Walaupun pada dasarnya menipu hukumnya haram, tetapi dalam keadaan tertentu Islam memberikan kelonggaran. Sebagaimana dalam hadits Al-Bazzar yang menyebutkan “Berbohong itu sudah dicatat (sebagai dosa) kecuali yang bermanfaat bagi orang islam atau bisa melindunginya.” Alur yang terdapat dalam cerita Kekulit adalah alur maju. Hal ini dibuktikan dari paman yang hidup kaya akan harta hingga menjadi orang yang miskin karena ditipu keponakannya. Tokoh dalam cerita ini memiliki watak protagonis dan antagonis. Hal ini disebabkan karena dalam cerita terdapat tokoh baik dan tokoh penentang. Tokoh Loba dalam cerita dikatakan antagonis karena ia memiliki watak yang kikir dengan harta. Dalam cerita dikisahkan bahwa tokoh ini benar-benar tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya. Bahkan lebih parah lagi, tokoh Loba tidak mau mengeluarkan sedikit pun hartanya untuk sedekah. Sifat seperti tokoh Loba ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Dalam masyarakat pun jika ada orang yang bersifat seperi ini akan dijauhi dalam pergaulan. Tokoh Jenaka suka menipu pamannya karena pamannya sangat kikir dengn harta. Tokoh Jenaka ini jelas bukan tokoh yang baik dan tidak perlu ditiru. Akan tetapi, merujuk pendapat Al-Bazzar jelas tindakan yang dilakukan oleh tokoh Jenaka tidak juga salah. Hal seperti ini disebabkan oleh tujuan yang dilakukannya adalah menyadarkan tokoh Loba pamannya itu. Latar tempat yang terdapat dalam cerita
Struktur Cerita Rakyat... (Devi Ermayanti) Kekulit adalah Kampung, Rumah, Biren, Jurang, Takengon dan Aceh. Selanjutnya latar waktu adalah waktu mau salat magrib, sore, dan gelap. Latar sosial yang terdapat dalam cerita tersebut adalah kehidupan yang tergolong kaya, tetapi tidak ada rasa toleransi antara satu keluarga dan keluarga yang lain. Amanat yang dapat diambil dari cerita Kekulit adalah janganlah terlalu bernafsu dengan harta orang lain. Harta itu hanya titipan sementara maka bersedekahlah kepada sesama. Orang yang menumpuk harta tidak mau bersedekah akan sengsara akhirnya. 6) Simetun-metun Cerita ini diawali dengan kisah Simetunmetun yang tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayahnya bernama Jamang dan ibunya bernama Titir. Suatu saat ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia, ayahnya menikah lagi dengan gadis yang bernama Beru Gener. Beru Gener menjadi ibu tiri yang sangat kejam selalu menyiksa Simetunmetun. Simetun-metun tak tahan dimarah dan disiksa oleh ibu tirinya, lalu dia memohon kepada Allah supaya mengubahnya menjadi seekor burung, dan permintaannya pun dikabulkan oleh Allah. Sepulangnya berburu, Jamang mengetahui bahwa anaknya sudah menjadi burung dan dia marah besar kepada Beru Gener dan membunuhnya. Lalu ayahnya mencoba menangkap Simetun-metun, tetapi tidak berhasil sampai akhirnya kelelahan dan meninggal dunia. Simetun- metun memohon agar bisa berubah menjadi manusia untuk bisa menguburkan ayahnya dan doanya dikabulkan. Selesai menguburkan ayahnya Simetun-metun berubah kembali menjadi seekor burung. Cerita Simetun-metun bertema penderitaan anak tiri. Hal ini karena ia selalu disiksa oleh ibu tirinya. Peran ibu tiri dalam cerita Simetunmetun adalah gambaran ibu tiri pada umumnya. Akan tetapi, tidak semua ibu tiri itu kejam ada juga ibu tiri yang baik, tetapi sebaik-baik ibu tiri pasti lebih baik ibu kandung. Alur dalam cerita Simetun-metun adalah alur maju. Hal ini dibuktikan dari Simetun-metun masih kecil hidup bersama ayah dan ibu kandungnya, kemudian ibu kandungnya meninggal
33 dan mendapat ibu tiri. Tokoh dalam cerita Simetun-metun adalah tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Hal ini karena dalam cerita terdapat tokoh baik, tokoh penetang, dan tokoh penengah. Tokoh Jamang dikenal sebagai ayah sangat jujur. Sosok ayah dalam cerita Simetun-metun adalah gambaran ayah pada umumnya. Sifat yang dimiliki tokoh Jamang tentu disukai oleh semua orang. Tokoh Titir dikenal sangat penyayang. Peran ibu dalam cerita Simetun-metun adalah gambaran ibu yang menyayangi anaknya dan selalu mendidik anaknya supaya menjadi anak yang berakhlak baik. Tokoh Simetun-metun digambarkan sebagai sosok anak yang baik hati, dan tidak sombong. Ia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Sifat seperti tokoh Simetun- metun ini jelas dibenarkan dalam agama Islam. Dalam masyarakat pun jika ada orang yang bersifat seperti ini akan disukai banyak orang. Tokoh Beru Gener memiliki sifat yang kurang baik, sangat kasar dalam berbicara. Dalam cerita dikisahkan bahwa tokoh ini suka berbicara kasar, bahkan lebih parah lagi, tokoh Beru Gener suka menyiksa Simetun-metun. Sifat seperti ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Dalam masyarakat pun jika ada orang yang bersifat seperi ini akan dijauhi dalam pergaulan. Tokoh Aman Repah mempunyai sifat suka menolong. Sifat seperti ini jelas di sukai dalam masyarakat. Suka membantu kesusahan yang dihadapi oleh orang lain. Latar tempat dalam cerita Simetun-metun adalah sawah, kolam, rumah, dapur, dan kuburan. Selanjutnya, latar waktu dalam cerita tersebut adalah pagi, tengah malam, gelap, dan terang. Latar sosial yang terdapat dalam cerita Simetun-metun adalah pekerjaan sehari-hari adalah berburu dan bersawah. Amanat yang dapat kita ambil dari cerita Simetun-metun adalah seburuk apa pun ibu kandung pasti lebih baik dari ibu tiri. Penutup Setelah menganalisis, diketahui bahwa struktur cerita rakyat Gayo terbagi dalam mite, legenda dan dongeng masing-masing terdiri atas dua cerita dengan melihat tema, alur, tokoh dan pe-
34 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:25−35 nokohan, latar dan amanat. Cerita rakyat Gayo yang tergolong dalam mite adalah Putri Ijo dan Resam Berume masing-masing mengisahkan cerita yang berbeda. Cerita Putri Ijo dikisahkan tentang seorang Putri Ijo berubah menjadi seekor ular karena ia harus menerima cobaan bahwa orang yang dinikahinya itu adalah abang kandungnya sendiri. Sampai saat ini masyarakat masih percaya bahwa Putri Ijo itu masih ada. Cerita Resam Berume mengisahkan tata cara masyarakat Gayo menanam padi dengan menggunakan aturan-aturan yang harus diikuti agar padi tumbuh dengan baik. Aturan-aturan tersebut diatur oleh pemuka adat yang mengatur urusan persawahan yang dalam bahasa Gayo disebut dengan kejurun Belang. Aturan-aturan tersebut, misalnya, kapan padi boleh ditanam dan hari apa masyarakat boleh menanamnya semua ditentukan oleh Kejurun Belang. Kepercayaan dilakukan agar padi yang ditanam tidak diganggu oleh hama dan burung sampai panen tiba. Kepercayaan terhadap Kejurun Belang dalam bersawah masih ada di daerah Gayo. Kedua cerita tersebut mengandung sebuah kepercayaan yang sampai saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat Gayo. Berbeda dengan Mite di atas, legenda dalam masyarakat Gayo mengisahkan tempat yang sampai saat ini masih ada, yaitu Atu Belah dan Putri Pukes. Atu Belah menceritakan tentang seorang istri yang tidak mematuhi amanah suaminya. Merasa sakit hati dengan hinaan suami, istrinya masuk ke dalam batu yang dalam bahasa Gayo disebut dengan Atu Belah. Kesalahan yang dilakukannya semata-mata karena sayang kepada anaknya yang meminta makan ikan. Sementara ikan di rumah tidak ada, terpaksa ia melanggar perintah suaminya dengan membuka lumbung yang berisi belalang. Namun, suaminya tetap menganggap bahwa ia istri yang tidak mematuhi perintah suami. Cerita Putri Pukes karena telah melanggar perintah ayahnya, yaitu jika ia sudah diantar ke rumah suaminya maka jangan lagi menoleh ke belakang. Namun Putri Pukes tidak mematuhi perintah orang tuanya, dan melihat ke belakang untuk terakhir kalinya. Ketika itu pula ia bersama
suaminya Mude Suara berubah menjadi batu. Lain halnya dengan legenda di atas, dongeng dalam masyarakat Gayo diceritakan sebagai pengantar tidur orang tua untuk anaknya. Cerita yang tergolong dalam dongeng adalah Kekulit dan Simetun-metun. Cerita Kekulit menceritakan tentang seorang paman yang sangat pelit dengan harta, sementara ia orang yang kaya raya, tetapi tidak pernah memperdulikan orang-orang yang susah disekitarnya. Keponakannya tidak suka melihat kekikiran paman Loba berbagai cara dilakukannya untuk membohongi pamannya. Paman Loba jatuh miskin karena kebohongan keponakannya yang bernama Jenaka. Kisah tersebut mengajak kita agar jangan kikir terhadap harta karna harta itu hanya titipan sementara, maka bersedekahlah kepada sesama. Cerita Simetun-metun mengisahkan tentang penderitaan seorang anak yang disiksa oleh ibu tirinya. Karena tidak tahan dengan siksaan itu ia bermohon kepada Yang Mahakuasa agar mengubah dirinya menjadi seekor burung. Permohonannya dikabulkan. Ia pun berubah menjadi seekor burung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut. Pertama, peneliti berharap kepada penelitipeneliti selanjutnya agar dapat meneliti lagi struktur cerita rakyat dari daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh selain cerita rakyat kaya dengan berbagai nilai, juga diharapkan mampu mempopulerkan kembali khasanah sastra lama. Kedua, karya ilmiah ini diharapkan menjadi masukan bagi peneliti lain yang akan mengkaji atau meneliti struktur cerita rakyat dalam karya sastra. Ketiga, struktur yang ada dalam cerita rakyat dapat memberikan wawasan yang luas bagi pembaca sehingga bisa memahami dan menghayati sebagai pedoman hidup sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: Grafiti.
Struktur Cerita Rakyat... (Devi Ermayanti)
35
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. University Press. Pinan, Hakim Aman. 2003. Pesona Tanoh Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Gayo. Takengon: Pemerintah Kabupaten Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Aceh Tengah. Pressindo. Rani, Supratman Abdul dan Yani Maryani. Isdriani, Pudji. 2006. Seribu Pena, Bahasa 2004. Intisari Sastra Indonesia SLTP. Indonesia Untuk SMA kelas X. Jakarta: Bandung: Pustaka Setia. Erlangga. Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Jahi, Ahmad. 2009. Hikayatologi Aceh. Banda Aceh: Aneuk Mulieng. Sudjiman, Panuti. 1983. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Kadir, Ibrahim.1986. Kekeberen Kumpulan Cerita Rakyat Gayo. Takengon: Teeuw, A. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Depdikbud. Jakarta: Pustaka Jaya – Girimurti Pasaka.