PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI GERAKAN PEREMPUAN ISLAM AISYIYAH PROVINSI LAMPUNG Oleh Dewi Ayu Hidayati Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung
ABSTRACT This study observes the phenomenon of existence of women movement Aisyiyah Lampung Province in empowering women. The discussion emphasizes on the implementation of Aisyiah’s programs in empowering women as well as the suporting and hampering factors of the empowering process. This research is descriptive which empolys qualitative approach in data analysis. Meanwhile the technique of collecting data are interview, observation and documentation. The result of the reseach shows that Aisyiyah Lampung province has successfully performed some efforts of empowering women in many sectors of life such as education, economy, social welfare, religion and environment. The supporting factors of this success are the existence of Memorandum of Understanding (MoU) between Aisyiah Lampung province and Aisyiyah head office Jakarta and also MoU between Aisyiyah Lampung and goverment’s institutions in Lampung. Other keys of success are the enthusiasm and full support of Aisyiyah members to the implementation of the programs. Whereas the hampering factors are the busy activities of its organizers, the minimum budget for the realization of activities, and the low-interconecting regions in Lampung. However in order to be more active in taking role of society empowerment, Aisyiyah insitution needs to improve the human resource quality of its members and organizers by conducting leadership training, developing its network, as well as applying good organization management so as to be the agent of social change. Key word: women movement, society (women) empowerment, human resource quality
PENDAHULUAN Pengertian ”Pemberdayaan Masyarakat” sebenarnya mengacu pada kata “Empowerment”, yaitu sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri. Lebih lanjut Midgley (1986), mengatakan bahwa:
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 87-95
87
“Empowerment seeks to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients”. Dalam hal ini pemberdayaan dipandang untuk menolong klien dengan membangkitkan tenaga dalam mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan sepanjang hidup, termasuk mengurangi efek atau akibat dari gejala- gejala pada masyarakat atau individu untuk melatih agar kekuatan itu tumbuh dengan meningkatkan kapasitas percaya diri, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Menurut Chambers (1994), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people-centered”, participatory, empowering, and sustainable. Konsep pemberdayaan lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau sekedar mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net). Dalam hubungannya dengan praktek pemberdayaan masyarakat, gerakan perempuan Islam Aisyiyah Provinsi Lampung dinilai sebagai salah satu organisasi yang berhasil melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya kaum perempuan di Provinsi Lampung. Organisasi ini memfokuskan kegiatannya pada pemberdayaan perempuan-perempuan untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan pendidikan, ekonomi, kesehatan, dakwah, sosial dan lingkungan hidup. Program pemberdayaan perempuan yang dilakukan organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan dan mampu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan sosial. Sementara itu, program pemberdayaan perempuan yang dilakukan Aisyiyah dimaksudkan untuk memperkuat kedudukan perempuan agar sederajat dengan laki-laki. Upaya-upaya pemberdayaan perempuan sebagaimana dilakukan oleh organisasi Aisyiyah Muhammadiyyah dalam konteks sekarang cukup signifikan untuk dilakukan. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan ini. Pertama, proses pembangunan Indonesia yang menekankan pertumbuhan ekonomi dan modernisasi sejauh ini belum berpihak terhadap kepentingan kaum perempuan. Pengalaman kita menerapkan kebijakan pembangunan berorientasi pertumbuhan dalam bidang pertanian yang ditandai dengan masuknya Revolusi Hijau pada satu sisi pernah meningkatkan posisi Indonesia dari negara pengimpor beras menjadi negara berswasembada pangan. Namun, keberhasilan itu harus mengorbankan perempuan. Lebih jauh Revolusi Hijau juga telah melanggengkan dominasi dan penindasan terhadap kaum perempuan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mekanisasi pertanian dalam Revolusi Hijau menggusur peran kaum perempuan di sektor pertanian. Kaum perempuan tidak hanya tergusur dari peran mereka di sawah, anggapan bahwa lelaki adalah pemimpin rumah tangga mengakibatkan banyak informasi tentang program ini tidak menyentuh kaum perempuan. Maka lahir kritik dari kaum perempuan tehadap Revolusi Hijau. Sebagai jawaban, mereka melontarkan apa yang dikenal dengan Women in Development (WID), namun program tersebut justru melahirkan regulasi ketimbang pembebasan kaum perempuan. Asumsi mereka bahwa kaum perempuan pedesaan mundur disebabkan tidak terlibat dalam pembangunan, padahal kaum perempuan justru digusur dari bidang produktif (http://sopan.blog.com).
88
Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan Perempuan Islam Aisyiyah Provinsi Lampung
Banyak studi mengungkapkan bahwa kaum perempuan di pedesan menjadi korban Revolusi hijau. Di Jawa misalnya secara tradisional kaum peremuan telah memiliki peran penting dalam produksi, khususnya selama musim panen yang paling membutuhkan tenaga kerja. Kaum perempuan, kususnya dari keluarga miskin, menghidupi keluarga mereka dengan mendapatkan pekerjaan selama panen, dan hal itu menyumbangkan pemasukan yang berarti di rumah tanga mereka. Dalam pertanian perempuan sangatlah penting tidak saja lamanya mereka bekerja, tapi juga intensitas mereka. Tapi sejak Revolusi Hijau, tipe padi dan teknologi baru yang dikenalkan secara sistematik telah mengabaikan dan menggusur peran perempuan. Karena meskipuan total input tenaga diakui lebih tinggi perempuan dibanding lelaki, namun teknologi dikontrol oleh kaum lelaki. Ketimpangan seperti ini juga dapat disaksikan pada sektor industri batik. Price, sebagaimana dikutip oleh Moeljarto (1997), menyatakan masuknya teknologi cap dalam industri batik tradisional, telah menggeser pekerjaan yang memerlukan keterampilan yang biasanya dimiliki perempuan, karena beralih pada laki-laki. Perempuan `”dipaksa" untuk mengerjakan jenis pekerjaan yang sama (yang tidak membutuhkan keterampilan) dan diberi upah rendah (Moeljarto, 1997). Kedua, meski saat ini pengakuan secara normatif terhadap hak-hak perempuan semakin kuat, pengakuan pada tataran formalitas ternyata tidak secara otomatis diiringi dengan impelementasi secara sungguh-sungguh di lapangan. Hingga kini masih seringkali dijumpai maraknya praktek diskriminasi atau ketidak-adilan dalam memperlakukan kaum perempuan. Struktur sosial kita masih cenderung menempatkan laki-laki sebagai superior, sedangkan perempuan sebagai inferior dan kepentingannya disubordinasikan ke dalam lakilaki. Sebagai buktinya, pada sektor pekerjaan moderen masih ada praktek secara terselubung yang memarginalkan kaum perempuan dengan menempatkannya pada the second sex atau warga kelas dua yang keberadaannya secara umum masih kurang diperhitungkan. Ketiga, belum sterilnya kultur sehari-sehari kita dari stereotipe atau pelabelan terhadap kelompok perempuan yang cenderung memarginalkan perempuan. Gambaran stereoripe dari perempuan adalah seseorang yang lemah, emosional, sensisitif, tergantung, pasif, submisif, luwes, memerlukan perlindungan dan sebagainya. Sedangkan gambaran stereotip laki-laki adalah memiliki fisik yang kuat, agresif, lebih rasional, ingin memimpin, melindungi, aktif, kompetitif, kaku, keras dan sebagainya (Munandar, 1995). Melalui stereotipe ini seringkali digambarkan bahwa perempuan adalah orang yang berkiprah dalam sektor domestik, sedangkan laki-laki adalah orang yang berada di jajaran sektor publik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan memperhatikan fenomena kecenderungan semakin meningkatnya peran organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung di masyarakat khususnya dalam kegiatan pemberdayaan kaum perempuan maka masalah pemberdayaan perempuan ini sangat menarik untuk dikaji dalam sebuah penelitian ilmiah dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan perempuan di organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan – kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan di organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung?
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 87-95
89
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (Sugiyono, 2007). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis, yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. (Sukmadinata, 2007). Berdasarkan pendekatan ini, penelitian ini bertujuan mengungkapkan fenomena sosial yang menyangkut dengan pemberdayaan masyarakat yang berbasis perempuan di organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan di organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung tahun 2010. Responden penelitian yaitu pengurus dan anggota organisasi Aisyiyah Lampung sebagai sumber data primer yang diambil secara terpilih (purposive) dan dokumen organisasi sebagai sumber data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisa data bersifat kualitatif melalui tiga tahap: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Miles & Hubermen, 1984). Dengan melalui tiga tahap kerja itu ingin mengungkapkan permasalahan pokok yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat yang berbasis gerakan perempuan di Organisasi Aisyiyah provinsi Lampung
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung Organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung merupakan perwakilan Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah untuk wilayah Lampung. Aisyiyah merupakan organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam serta bersumber pada Al Quran dan As-sunnah (www.aisyiyah.or.id). Berdasarkan SK Pimpinan Pusat Aisyiyah No 057/SK-PPA/A/III/2010 tentang Pengesahan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Lampung, dinyatakan bahwa dalam masa jabatan 2010-2015 PW Aisyiyah lampung dipimpin oleh Ibu Dra. Siti Munawaroh Harun sebagai ketua umum dan Dra. Elmiyati Junjungan sebagai sekretaris. Susunan pengurus tersebut dilengkapi dengan beberapa ketua, bendahara, dan para ketua majelis atau organisasi. PW Aisyiyah Lampung mempunyai jaringan ke bawah pada tingkat kota/kabupaten yang disebut Pengurus Daerah Aisyiyah (PDA) yang berjumlah 14 PDA. Perinciannya yaitu 2 PDA pada tingkat Kota Bandar Lampung dan Kota Metro serta 12 PDA pada tingkat kabupaten yaitu Lampung Selatan, Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Tulang Bawang, Lampung Barat, Way Kanan, Pesawaran, Pringsewu, Tulang Bawang Barat, dan Mesuji dan mempunyai 209 cabang yang tersebar di 14 PDA tersebut (Wawancara dengan Munawarah Harun, sebagai Ketua PWA pada tanggal 15 Februari 2013). Dalam rentang waktu lima tahun kepengurusan periode 2010-2015 PW Asyiyah Lampung telah melaksanakan kbijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan amanat Musyawarah (MUSYWIL) ke-23 Asyiyah Lampung sebagai berikut: 1. Pembangunan Gedung Dakwah Aisyiyah yang berlokasi di Jl. Tulang Bawang No 33 90
Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan Perempuan Islam Aisyiyah Provinsi Lampung
2.
3.
4.
5.
6. 7.
Enggal Bandar Lampung yang peletakan batu pertmanya telah bdlaksanakan pada tanggal 8 Maret 2009 oleh PP Aisyiyah Ibu Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Suratno. Pengalihan Pengelolaan TK Aisyiyah Bustanul Athfal I Tanjung Karang Pusat kepada PW Aisyiyah Majelis Dikdasmen untuk dijadikan TK percontohan tingkat wilayah. Program lingkungan hidup bekerja sama dengan dinas kehutanan Provinsi Lampung berkaitan dengan aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon dalam menyongsong pertemuan internasional tentang Perubahan Iklim Global (Global Climate Change) berupa penanaman Bibit tanaman pohon di lahan-lahan milik Aisyiyah/Muhammadiyah. Penyaluran Bantuan PP Aisyiyah untuk 5 musholla sehat dilaksanakan pada bulan Maret 2008 hingga sekarang dalam rangka mendukung progam keluarga sakinah ditinjau dari aspek kesehatan. Penandatanganan MoU dengan PP Aisyiyah untuk program penanggulangan penyakit TB dengan strategi DOTS yang didanai oleh GLOBAL FUND bekerja sama dengan PD Aisyiyah Kota Metro, Bandar Lampung, Tulang Bawang barat dan beberapa daerah lainnya. Terhitung dari tahun 2009 hingga sekarang Kerjasama dengan BKKBN dalam bentuk penyuluhan KB, penyuluhan keluarga sakinah, dan lain sebagainya Kerjasama dengan Dinas Pendidikan dalam pembinaan PAUD.
Pelaksanaan Program Kerja Organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung Secara garis besar program kerja Aisyiyah Lampung mengacu pada keputusan Muktamar sebagai musyawarah tertinggi dalam persyarikatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di Provinsi Lampung. Program tersebut telah dilaksanakan oleh masing-masing divisi yang disebut majelis/organisasi dalam kurun waktu 5 tahun dari 20102015: A. Majelis Tabligh : 1. Pengajian pengurus dan anggota dan diskusi dalam rangka peneguhan ideologi gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah. pendampingan dan bimbingan rohani di LP Way Hui yang dilaksanakan 1 x sebulan tiap selasa dan bentuk kegiatannya berupa: pendidikan keterampilan sulam menyulam, mengaji, ceramah dan lain-lain. 2. Pelatihan Muballighot se-Provinsi Lampung 3. Pelatihan Muballighot Tingkat Wilayah 4. Menghadiri seminar TV Sehat dan konsolidasi organisasi yang diadakan oleh PWA Lampung dan PP Aisyiyah. 5. Mengadiri pelatihan falakiyah dan Islamic software (Kutubu Turats) yang diadakan oleh PW Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Tabligh. 6. Menghadiri seminar dan workshop pengembangan model kerukunan antarumat beragama berbasis pendidikan multikultural yang diselenggarakan oleh Puslitbang Depag RI. (Wawancara dengan Dra. Hilda Suyuthi, Ketua bidang Tabligh pada tanggal18 Februari, 2013) B. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Menyelenggarakan jasa pendidikan pada jenjang dasar dan menengah. Jumlah unit (amal) usaha pendidikan di lingkup PW Aisyiyah lampung sebagai berikut: PAUD Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 87-95
91
yang terdiri dari 2 Tempat Penitipan Anak (TPA), 44 Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), dan 57 Kelompok Bermain (Play Group), dan 208 TK Aisyiyah Bustanul Atfhfal. 2. Pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk kalangan Kepala TK dan guru. 3. Sosialisasi tentang peningkatan kualitas dan model prasekolah/PAUD se-provinsi Lampung sebagai tindak lanjut MoU antara PP Aisyiyah Pusat dengan Direktorat Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung. 4. Sosialisasi tentang sekolah untuk kaum dhuafa, anak-anak miskin dan terlantar. 5. Pembentukan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada tiap daerah dan cabang di bulan Januari untuk penyelenggaraan program paket ABC program pelatihan life skill, dan program kesetaraan gender (Wawancara dengan Nurjanah Baharudin, Ketua bidang Pendidikan pada tanggal 20 Februari, 2013). C. Majelis Kesehatan dan Lingkunan Hidup 1. Mengadakan penyuluhan masyarakat terhadap penyakit TBC dalam acara TB Community Care dimulai Juni 2009 sampai sekarang sebagai tindak lanjut MoU PP Aisyiyah Pusat dengan Global Fund. 2. Seminar dan sosialisasi Kemitraan Penguatan Desa Siaga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan menuju desa Qoryah Toyyibah. 3. Pemberian 25 ribu bibit tanaman dalam rangka Gerakan Penanaman Sejuta Pohon di desa Sindang Sari Tanjung Bintang Kab. Lampung Selatan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 4. Pemberian bantuan Rp 15 juta untuk mushola-mushola anggota persyarikatan dalam program Mushola Sehat dan Sanitasi Lingkungan (Wawancara dengan Ir. Mudrika Budiarti, Ketua bidang kesehatan dan lingkungan hidup, 23 Februari 2013). D. Majelis Kesejahteraan Sosial 1. Santunan kepada korban musibah atau bencana alam baik lokal mapun nasional. 2. Santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa setipa Idul Fitri dan Idul Adha. 3. Mengkoordinir hewan kurban bagi pengurus/anggota Aisyiyah setiap tahun. 4. Membina kegiatan UKM ekonomi produktif bagi anggota Aisyiyah. 5. Memberikan beasiswa kepada anak tidak mampu yang berprestasi. 6. Memberikan penyuluhan tentang narkoba dan HIV pada masarakat (Wawancara dengan Asmi Sistra, Ketua bidang kesejahteraan sosial pada tanggal 25 Februari, 2013). E. Majelis Ekonomi 1. Mengadakan pelatihan tata boga bekerja sama dengan Resto Balabos diikuti oleh Majelis ekonomi PWA Lampung. 2. Mengadakan pelatihan sulam usus kerja sama dengan IWAPI Provinsi Lampung diikutioleh PD dan PCA se-Bandar Lampung. 3. Mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik kerja sama dengan Salimah diikuti oleh PCA se-Bandar Lampung. 4. Mengadakan pelatihan keterampilan wanita membuat siomay santan kara dan sulaman diikuti oleh PDA se-Provinsi Lampung. 5. Mengadakan sosialisasi tentang koperasi menuju berbadan hukum bekerja sama dengan Kantor Koperasi dan UKM provinsi Lampung (Wawancara dengan Wahyuni Sabri, Ketua bidang ekonomi pada tanggal 26 Februari 2013).
92
Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan Perempuan Islam Aisyiyah Provinsi Lampung
F. Majelis Pembinaan Kader Majelis pembinaan kader dimaksudkan untuk membina calon dan angota Aisyiyah yang berkomitmen tinggi dalam meneruskan perjuangan dan cita-cita Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai kader organisasi/persyarikatan, kader umat dan kader bangsa. Program kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode 2005-2010 antara lain: 1. Rapat koordinasi Dengan Majelis Tabligh untuk mengadakan kegiatan bersamasama. 2. Mengikuti sosialisasi imunisasi campak dan Vitamin A 3. Mengadakan lomba sholat dan hafalan surat-suat pendek dengan peserta dari asrama putri 4. Mengadakan pelatihan instruktur Baitul Arqom. 5. Mengaikuti pelatihan/workshop pendidikan Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional. 6. Memberikan materi pengkaderan Aisyiyah kepada PCA Lampung Selatan. (Wawancara dengan Zuraida, Ketua Majelis Pembinaan Kader pada tanggal 5 Maret 2013) G. Lembaga Kebudayaan Lembaga kebudayaan membidangi hal yang terkait kreasi seni dan budaya yang sesuai dengan tuntunan Islam. Lembaga ini telah mengadakan lomba paduan suara se-Provinsi Lampung pada 20 Maret 2008 yang diikuti 14 Kabupaten/Kota. Pesertanya masingmasing terdiri dari siswi SMA, NA, Aisyiyah se-Provinsi Lampung. (Wawancara dengan Wulandari, Ketua Organisasi Kebudayaan pada tanggal 7 Maret 2013). H. Lembaga Hukum dan Advokasi Lembaga Hukum dan Advokasi memberikan pelayanan bantuan hukum dan advokasi dalam bidang perkara hukum khususnya yang menyangkut hak-hak kaum perempuan. Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh organisasi ini antara lain: 1. Mengikutsertakan beberapa pengurus Aisyiyah untuk duduk dalam Organisasi Wanita antara lain BMOIWI, BKOW, dan BMPS. 2. Menghadiri Temu Wicara Hukum di Mahkamah Konstitusi Repubik Indonesia yang diselenggarakan oleh PP Aisyiyah Pusat bekerja sama dengan Sekretariat Jenderal MK RI. (Wawancara dengan Dra Hilda Suyuthi pada tanggal 10 Maret 2013) Faktor – Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Pemberdayaan Perempuan di Organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung Faktor Pendukung 1. Dukungan dari pemerintah melalui MOU – MOU Pimpinan Pusat Aisyiyah yang diteruskan ke pimpinan wilayah dan instansi – instansi yang ada di Lampung. 2. Antusiame dan dukungan dari masyarakat terhadap pelaksanaan program – program Aisyiyah Provinsi Lampung.(Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Hilda Suyuthi, 15 Maret 2013) Faktor Penghambat 1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Organisasi Aisyiyah dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan. 2. Masalah waktu pelaksanaan kegiatan yang bersamaan dengan kesibukan para pengurus, sehingga tidak bisa aktif dan menghambat pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 87-95
93
3. Keterbatasan dana yang dimiliki organisasi Aisyiyah Provinsi Lampung. 4. Sulitnya hubungan antardaerah yang berjauhan (Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Hilda Suyuthi, 15 Maret 2013).
KESIMPULAN Pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan di Organisasi Aisyiyah Lampung sudah cukup signifikan dirasakan bagi masyarakat secara umum dan bagi perempuan khususnya di Provinsi Lampung, hal ini terlihat pada : 1. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perempuan yang terorganisir dalam beberapa majelis dan organisasi yaitu: Pendidika Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Tabligh, Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Kesehatan dan Lingkungan Hidup, Kebudayaan, dan Hukum dan Advokasi yang kesemua kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya kaum perempuan. 2. Faktor – faktor Pendukung : - Dukungan pemerintah melalui beberapa MoU Pimpinan Pusat Aisyiyah dan instansi – instansi pemerintah di Provinsi Lampung. - Semangat dan antusiasme anggota muslimat dan masyarakat yang mendukung pelaksanaan kegiatan Aisyiyah Lampung. 3. Faktor – Faktor penghambat : Beberapa faktor penghambat pelaksanaan kegiatan antara lain: - Masalah finansial yaitu keterbatasan sumber dana untuk operasional kegiatan. - Masalah waktu dan kesibukan pengurus sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan. - Sulitnya hubungan antardaerah yang berjauhan.
SARAN (1) Pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan yang dilakukan oleh organisasi Aisyiyah sudah cukup efektif berjalan namun ada beberapa yang perlu diperhatikan : • Sumber Daya Insani (Human Resources). Dalam hal ini perlu ada peningkatan kualitas pengurus dan anggota dalam bentuk pelatihan – pelatihan, seminar – seminar dsb. • Kaderisasi Pimpinan. Untuk menghambat kevakuman kegiatan – kegiatan organisasi, maka perlu adanya upaya pengkaderan anggota –anggota Aisyiyah atau pimpinan atau pengurus bidang dengan berbagai ilmu termasuk ilmu manajemen atau ilmu kepemimpinan. • Pengembangan jaringan (Network) yang lebih luas dengan organisasi – organisasi perempuan yang ada di pusat kota Bandar Lampung ataupun luar kota untuk memperkuat kegiatan dan keuangan organisasi. • Pemberdayaan anggota sebagai subjek atau pelaku lebih ditekankan daripada sebagai obek dari suatu kegiatan. • Pengelolaan mekanisme kerja dan administrasi yang terencana, teratur dan sistematis.
94
Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan Perempuan Islam Aisyiyah Provinsi Lampung
DAFTAR PUSTAKA
Chambers, Robert. 1994. The origin and practice of PRA” dalam World Development Vol. 22. n.7. http://www.aisyiyah.or.id diakses tanggal 25 November 2010. http://sopan.blog.com/2010/01/07/revolusi-hijau-yang-tidak-memihak-rakyat/ diakses tanggal 25 November 2010. Midgley, James. 1986. Community participation, social development and the state. London: Methuen. Miles, MB dan Huberman, AM. 1984. Qualitative data analysis. Beverly Hills. Moeljarto, Vidhyandika dan Sonia Prabowo. Bidang pendidikan dan kesehatan dalam pembangunan sosial” dalam Analisis CSIS pemberdayaan masyarakat lapis bawah. Jakarta, CSIS, Tahun XXVI, No. 1 Januari-Februari 1997. Munandar, SC Utami. 1998. Kemitrasejajaran, perspektif psikologis dalam Bainar (ed.), Wacana perempuan dalam keindonesiaan dan kemodernan. Jakarta: Cides. Sugiyono. 2007. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode penelitian. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 87-95
95