GERAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN ISLAM: MUSLIMAT AL-WASHLIYAH DI SUMATERA TIMUR 1930-1945 Faisal Riza Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Email:
[email protected] Abstrak:This
article aims to unravel the history of the political movement Muslim women in East Sumatra in the early 20th century to show that the socio-religious identity of Muslim women have been forged through a number of socio-political, and show the different features of the relationship between Islam and women colonial period. This paper describes how the role Islam played in providing transformative power to fulfill the roles and develop the status of Muslim women in this area, is realized with the adoption of Islam such as hijab dress code, to provide education for them, organize themselves as an important means of political struggle of identity. Original argument in this study is that the new Islamic discourse is always born of a desire to challenge the conservative understanding of the role and status of women in different historical periods. Kata Kunci: Gerakan pemberdayaan, Perempuan Islam, Politik identitas
PENDAHULUAN Para
penting membentuk identitas perempuan,
sarjana
telah
dan sebagian besar penelitian yang baru-baru
mulai mempertimbangkan Islam sebagai
ini telah dimulai untuk mengatasinya. Selain
variabel yang mempengaruhi perempuan
itu, studi mengenai hal yang sama lebih
Indonesia.Susan Blackburn (2002) melihat ke
banyak difokuskan terhadap Islam dan
dalam wacana abad kedua puluh peran
perempuan
perempuan Muslim Indonesia dalam politik,
memungkinkan
dan kemudian lebih lanjut meneliti sejarah
pemahaman yang lebih melengkapi terhadap
perempuan Indonesia dalam Islam politik
Islam di Indonesia. Karena itu Makalah ini
(2008). KathrynRobinson (2009) menawarkan
ingin menjembatani kesenjangan tersebut
analisis terbaru terhadap kajian Islam dan
dengan menyediakan potret peran Islam
perempuan Indonesia setelah 1998, di mana
dalam pembentukan identitas perempuan
dia
Muslim di luar Jawa, dengan fokus pada
memberikan
belakanganini
beberapa
contoh
dari
di
Jawa
yang
penyediaan
tidak terhadap
adaptasi lokal seperti di Jawa dengan Islam
gerakan
di awal 1920-an. Semua studi di atas
Sumatera Timur dari seperempat pertama
mengonfirmasi
abad kedua puluh sampai era Kemerdekaan.
bahwa
ada
kesenjangan
antara situasi empiris perempuan Jawa dengan Islam, yang merupakan elemen
politik
Sejarah
perempuan
pergerakan
Islam
di
perempuan
Indonesia merupakan suatu gerakan yang 189
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
mempunyai proses panjang, hal itu terbentuk
Dengan
perbedaan
upah
yang
karena adanya peristiwa-peristiwa masa lalu
dibayar antara laki-laki dan perempuan,
dalam
merupakan salah satu dari sekian banyak
masyarakat
perubahan
yang
yang
menginginkan
kemudian
dinyatakan
hak-hak perempuan yang terabaikan. Hal ini
dalam suatu tindakan kolektif. Belanda telah
menimbulkan gerakan untuk membela hak-
memperoleh keuntungan yang melimpah-
hak mereka, sehingga kaum perempuan
ruah dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel)
dengan segala upaya melakukan perbaikan
yang telah dilakukan sejak tahun 1830,
dalam segala bidang di antaranya bidang
sementararakyat
pendidikan.
pribumi
menderita
Hal
ini
dilakukan
untuk
kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari data
memperoleh kesempatan yang sama dengan
yang diperoleh bahwa upah buruh yang
kaum laki-laki.
diterima oleh buruh perkebunan antara laki-
Dalam konteks pergerakan nasional
laki dan perempuan pada masa sebelum
pada 22 Desember 1928 diadakan kongres
penyerahan kedaulatan sudah menunjukkan
perempuan
perbedaan. Jumlah gaji yang telah ditetapkan
Yogyakarta.Kongres
bagi kuli-kuli kontrak di Sumatera Timur
organisasi
paling rendah 42 sen bagi buruh laki-laki dan
Indonesia.Pesertanya terdiri dari berbagai
30 sen bagi buruh perempuan. Pada tahun
perhimpunan di antaranya perhimpunan
1930 perkebunan tembakau di Jawa sudah
pelajar, keagamaan, sosial, dan organisasi
membayar 57.5 sen kepada buruh laki-laki
politik.2 Mereka bersatu untuk merumuskan
dan 44 sen bagi buruh perempuan, dan
suatu gagasan, membahas berbagai masalah,
pabrik-pabrik gula membayar 46 sen kepada
di antaranya mengenai pendidikan bagi
laki-laki
kaum
dan
37
sen
kepada
Indonesia
pertama
ini
diikuti
perempuan
dari
perempuan,
mengenai
30
seluruh
nasib
ibu
perempuan. Selain dari itu Anthony Reid
tunggal,
juga menulis bahwa pada tahun 1935-1937
perkawinan, anti poligami, dan mengenai
upah terendah di Sumatera Timur bagi
kawin paksa.
buruh laki-laki diberikan 30 sen sehari dan
Pada
reformasi
oleh
di
kongres
undang-undang
tersebut
bagi buruh perempuan diberikan 24 sen
gabungan
badan-badan
sehari.
(federasi)
diberi
Sementara
upah
terendah
yang
nama
bentuk
perhimpunan Perikatan
diterima oleh pekerja pabrik di Sumatera
Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI),
Timur masa itu 53.5 sen, sedangkan buruh
merupakan gabungan dari tujuh organisasi
yang tidak mempunyai kepakaran menerima
perempuan yaitu Wanito Utomo (Perempuan
upah 80 sen.1
Utama), Perempuan Taman Siswa, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond 190
marwah,Vol. XV No.2 Desember Th. 2016
Bagian Perempuan, Perempuan Katolik dan
pendapat
Jong Jawa Bagian Perempuan.3 Pada awal
hak perempuan dan kesetaraan.
penubuhannya PPPI pada 28 Oktober 1928 yang
diketuai
R.AY.Sukanto
untuk
menuntut
Gagasan kemajuan kaum bumi putera
dari
terpelajar berpengaruh terhadap pandangan
bertujuan
mereka tentang perempuan. Mereka tetap
mendirikan studi fonds bagi membantu anak-
melihat peran utama perempuan adalah
anak perempuan yang tidak berkemampuan
melahirkan
untuk
memajukan
kepedulian mereka terhadap perlunya satu
pendidikan pramuka perempuan. Selain itu
generasi baru dengan kualitas moral dan
mencegah perkawinan anak-anak di bawah
intelektual yang lebih baik membuat mereka
umur. Pada tahun 1929 PPPI namanya
berpikir tentang pentingnya pendidikan bagi
bertukar menjadi Perikatan Perkoempulan
kaum perempuan sebagai ibu. Sementara,
Isteri Indonesia (PPII).
kaum perempuan terdidik melihat bahwa
organisasi
oleh
nasionalisme
Wanito
Utomo,
bersekolah,
Beberapa
dan
organisasi
dan
merawat
anak,
tetapi
perempuan
sistem kolonialisme dan feodalisme sudah
mulai menunjukkan wacana politik dalam
menyebabkan kehidupan perempuan secara
kegiatannya, dan pada tahun 1930 muncul
umum terpuruk.Di tingkat elit, perempuan
organisasi Isteri Sedar di Bandung dipimpin
semata-mata
oleh Sudinah, yang bertujuan mengajak
tangga,
kaum perempuan untuk bekerjasama dengan
memiliki wawasan, dan menjadi korban
kaum laki-laki
memperjuangkan
poligami. Di tingkat bawah, kemiskinan
terwujudnya kemerdekaan Indonesia dari
mendorong perempuan menerima kawin
penjajahan Belanda. Meskipun Isteri Sedar
paksa sejak usia dini, yang bisa menggiring
merupakan organisasi yang bercorak politik
mereka pada perceraian tidak adil secara
namun kegiatannya terkait erat dengan
berulang,
kepentingan
perempuan,
Mereka
meningkatkan
keadaan
dalam
perempuan.Pada Perempuan
kaum
tahun
baru
yaitu
perempuan
Indonesia
tidak
perhiasan
rumah
berpengetahuan,
tidak
prostitusi
dan
berpendapat,
pergundikan.
dengan
bekal
buruh
pendidikan dan keterampilan, perempuan
Kongres
akan mampu mengusahakan hidup sendiri
menyerukan
dan tidak bergantung secara ekonomi pada
“Pergerakan
laki-laki.
1938
Indonesia
semboyan
terutama
dijadikan
pengetahuan
dari
kerumahtanggaan, kesehatan ibu dan anak,
pergerakan kebangsaan Indonesia”. Gerakan
gizi, kebersihan akan membuat perempuan
yang
tidak hanya
mampu merawat keluarga dengan lebih baik.
menghubungkan hak perempuan dengan
Semangat inilah yang mendorong
dilakukan
nasionalisme,
sebahagian
Sedangkan
masa itu
tetapi
juga
menggunakan
perempuan-perempuan terdidik di beberapa tempat menyelenggarakan sekolah-sekolah 191
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
bagi perempuan.Pada tanggal 16 Januari 1904
organisasi hampir sama seperti masalah
sekolah perempuan pertama Sekolah Istri
perempuan
didirikan oleh Dewi Sartika. Delapan tahun
soal pendidikan dan hak-hak yang harus
kemudian berubah nama menjadi Sekolah
mereka peroleh sebagai seorang perempuan.
Kautamaan
Istri
dan
meluas
biasa.
Roehana
Koeddoes
Di
Kotogadang,
mendirikan
Sekolah
puncak
ekonomi
Manado
keruntuhannya
Maramis
perkebunan
dan
Pemerintah Belanda di Sumatera Timur sekaligus
Walanda
seputar
Awal abad ke-20 merupakan kondisi
Kerajinan Amai Setia pada tahun 1911; dan di Maria
itu
Sosial Politik di Sumatera Timur
terbesar pada anak-anak perempuan dari rakyat
zaman
menjadi
sembilan sekolah yang memberi perhatian
kalangan
pada
menampakkan yang
gejala-gejala terkonfirmasi
mendirikan Sekolah PIKAT (Percintaan Ibu
belakangan di tahun 1945. Capaian hebat
Kepada
tersebut menimbulkan perubahan drastis
Anak
Temurunnya)
pada
1917.Sementara itu ide Kartini dilanjutkan
terhadap
oleh C. Th. Van Deventer beserta istrinya
khususnya
dengan mendirikan Sekolah Kartini pada
Kekuasaan kolonial Belanda dengan sistem
1913 di Semarang.
ekonomi perkebunannya telah meningkatkan
Di kalangan organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, Yogyakarta
pada
membentuk
menyelenggarakan
kaum
Sumatera aristokrat
Timur, Melayu.
kesejahteraan hampir semua raja-raja di
di
Sumatera Timur. Di antara raja-raja yang
yang
paling banyak mendapat keuntungan adalah
berkurikulum
Sultan Deli, Sultan Langkat, Sultan Serdang,
tahun
1917
Aisyiyah
sekolah
masyarakat
modern bagi anak-anak perempuan dengan
dan
tekanan pada pendidikan agama. Sedangkan
Kontrak dengan Pemerintah Belanda, masih
di luar pulau Jawa gerakan Rahma El
membolehkan
Joenoesia, pada tahun 1922, mendirikan
kekuasaan hukum adat mereka, antara lain
pesantren perempuan di Padang Panjang
yang
yang diberi nama Dinijah Poetri, dan di
honorarium dari perusahaan perkebunan
Sumatera Timur ada Puteri Alwashliyah.
terus-menerus mengalir ke kantong pribadi
Pada saat yang hampir bersamaan pula,
para sultan dan datuk yang berkuasa di
didirikan organisasi-organisasi perempuan
Sumatera Timur. Pada tahun 1915, 39,2
Katolik dan Protestan. Walaupun masing-
persen penghasilan pajak di Deli, 37,9 persen
masing organisasi tersebut masih bersifat
di Langkat, dan 51,9 persen di Serdang
kedaerahan
besar
masuk ke kantong pribadi sultan dan datuk-
masalah-masalah yang mereka angkat dalam
datuknya. Keuntungan dari pajak itu masih
namun
secara
garis
Sultan
Asahan.
terpenting
Perjanjian
mereka
adalah
Politik
menjalankan
tanah.
Imbalan
192
marwah,Vol. XV No.2 Desember Th. 2016
ditambah
lagi
dengan
gaji
resmi
dan
honorarium.4
perkebunan, dan para pengusaha.Kedua, keluarga enam kesultanan Melayu, Langkat,
Kekayaan
ini
Deli, Serdang dan Asahan, Kota Pinang, dan
hidup
Siak. Ketiga adalah para raja Karo dan
sebagian sultan dan bangsawan Sumatera
Simalungun, kaum intelektual Indonesia
Timur, khususnya Melayu. Kaum bangsawan
berpendidikan
Melayu termasuk sultan-sultannya sebelum
pejabat, sipil kolonial senior), dan para
kedatangan Belanda berada dalam keadaan
pedagang kaya, Cina, India, dan Indonesia.”6
memunculkan
yang
melimpah perubahan
melarat.Setelah
ekonomi
gaya
hadirnya
perkebunan
mereka
barat
(dokter,
pengacara,
sistem
Sementara itu dampak perkembangan
mampu
ekonomi perkebunan juga telah mengubah
membangun istana yang megah, membeli
komposisi
mobil mewah, dan pesiar ke Eropa.Gaya
perusahaan perkebunan telah menciptakan
hidup mewah pada gilirannya mewarnai
perubahan besar dalam aspek kependudukan
kehidupan mereka sehari-hari,para Sultan
dan perkotaan di Sumatera Timur.Pada
Melayu kerap kali mengadakan pesta-pesta
pertengahan abad ke-19, jumlah penduduk
untuk
Sumatera Timur diperkirakan berjumlah
menyambut
tamu-tamu
penting
terutama orang-orang Eropa. Pengaruh
penting
demografi.Perkembangan
150.000 jiwa. Dalam tempo delapan puluh lainnya
dari
tahun terjadi peningkatan beberapa kali lipat
perkembangan ekonomi perkebunan adalah
yakni
terjadi disparitas sosial ekonomi yang lebar
semua ini adalah masuknya kuli-kuli dari
antara kaum elite Eropa dan kerajaan dengan
Jawa dan Cina dalam jumlah besar ke
orang, Jawa, India, Banjar5, Sunda, suku-suku
perkebunan-perkebunan di Sumatera Timur
migran
dan
yang
berlaku
sebagai
buruh
menjadi
adanya
1.693.200
migrasi
jiwa.Penyebab
orang-orang
dari
perkebunan. Begitu juga terhadap suku
Tapanuli, Aceh, dan Sumatera Barat.Dalam
Mandailing, Bawean, Batak, Gayo, Alas,
tahun 1929 diperkirakan terdapat 301.936
sebagai pendatang yang mengadu nasib di
orang kuli yang bekerja di perkebunan.
tanah yang disebut oleh Tan Malaka sebagai
Jumlah ini terdiri dari 275.233 kuli
Gould Land, tanah emas. Kompleksitas dari
dari Jawa dan 26.703 kuli asal Cina dan
susunan golongan di Sumatera Timur pada
penduduk
masa ini digambarkan oleh Lengenberg
Sumatera Timur.Dengan demikian, jumlah
menggambarkan sebagai berikut:
penduduk
“Pada lapisan atas terdapat kaum elite
separuhnya
penguasa kolonial yang terdiri dari beberapa
pendatang
yang
lapisan.Pertama, orang-orang Eropa, yaitu
Sumatera.
Adanya
pejabat-pejabat
yang demikian itu menjadi penting dilihat
kolonial,
administrator
dari
keseluruhan
Sumatera
Timur
adalah
para
bukan
penduduk
lebih
dari
penduduk berasal
komposisi
dari
penduduk
193
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
dari perbedaan kultur dan aspirasi politik di
berlaku
masa
Indonesia.
dimasukkan ke dalam pasal kerja kuli-kuli
Jumlah penduduk asli (Melayu, Karo dan
untuk menghukum kuli-kuli yang melanggar
Simalungun)
secara
pasal-pasal kontrak kerja mereka. Mereka
keseluruhan kurang dari empat puluh persen
yang melarikan diri dari perkebunan dapat
dari seluruh penduduk Sumatera Timur.
ditangkap dan dipaksa kembali oleh polisi
Dengan jumlah kerajaan-kerajaan seperti
untuk meneruskan kontrak kerja mereka di
Deli,
Asahan.Di
perkebunan atau dihukum dengan cara lain.
empat kesultanan Melayu itu penduduk
Ketiga, untuk mempertahankan sistem kuli
Jawa dan Cina menempati posisi mayoritas.
kontrak
Ini
perkumpulan para pengusaha perkebunan,
pergerakan
pada
Serdang,
terjadi
kebangsaan
tahun
1929
Langkat, dan
karena
adanya
pemusatan
kontrak.
Kedua,
adalah
melalui
peranan
Deli
serupa juga terjadi di tujuh kerajaan yang
dibentuk pada 1897. DPV dibentuk dengan
lebih
dan
tujuan untuk menyuarakan kepentingan para
Panai.Hanya di empat kerajaan yaitu Karo,
pengusaha perkebunan seperti mengatur
Lingga, Berusjahe, Suka dan Sarinembah,
pembagian kuli-kuli kebun.
yaitu
Suku
Siantar,
orang-orang Batak dan Melayu menjadi penduduk mayoritas.7 Kemewahan
Vereneging
Sanctie
perkebunan di daerah itu. Kondisi yang
kecil,
Planters
Ponalie
(DPV)
yang
Buruh-buruh yang kondisinya sangat miskin itu terus bertambah. Yakni dari 31.454
yang dinikmati
oleh
pada tahun 1883 menjadi 186.556 tahun 1912
kaum elit tersebut tidak sama sekali dialami
dan 336.000 tahun 1932.9 Mereka sebagian
oleh para buruh perkebunan yang pada
besar adalah para buruh Jawa. Mereka
dasarnya adalah sebagai ujung tombak hidup
adalah
matinya ekonomi perkebunan di Sumatera
terpisah secara sosial. Gambaran tentang
Timur.8
kehidupan
Buruh-buruh
perkebunan
itu
sekelompok
masyarakat
buruh-buruh
yang
perkebunan
itu
seringkali mendapat perlakuan buruk dari
dilukiskan dengan baik oleh Liddle sebagi
majikannya dan mereka kebanyakan tidak
berikut:
mengetahui
“… fasilitas kesehatan sangat minim dan
isi
kontrak
yang
mereka
tandatangani dengan pihak perkebunan. Sistem rekrutmen kuli kontrak itu
mereka tinggal berdesak-desakan di dalam pondok-pondok
yang
berfungsi
sebagai
didukung oleh tiga peraturan pemerintah.
tempat tinggal mereka. Dari tahun 1915
Pertama, Koeli Ordonantie yang diajukan pada
sampai 1919 menurut laporan Tideman,
tahun 1880, 1884, dan 1893. Peraturan itu
ribuan
memberikan kewenangan hukum kepada
meninggal terus meningkat dibandingkan
para menejer perkebunan selama masih
dengan seluruh penduduk Sumatera Timur.
buruh-buruh
perkebunan
yang
194
marwah,Vol. XV No.2 Desember Th. 2016
Selama periode ini rasio antara laki-laki dan
Setiap kelompok buruh perempuan
perempuan tinggi dan mereka sulit untuk
terdiri dari 12 orang dan diawasi ketua
membangun hubungan kekeluargaan yang
kelompok, dan beberapa kelompok diawasi
normal.
untuk
satu mandor perempuan. Jam kerja sudah
mengembangkan rasa memiliki terhadap
diatur dalam Koeli Ordonantie, yang jam kerja
komunitas di dalam pondok juga tidak
buruh perempuan dan laki-laki adalah 10 jam
berhasil karena pekerja-pekerja baru terus
setiap hari di maulai dari jam 05.30 sampai
didatangkan dan yang lain dipindahkan ke
17.30 dengan waktu istirahat pada pukul
tempat lain. 10
11.00 samai 12.00. Sistem pembayaran upah
Usaha-usaha
Lukitaningsih
(2003)
dan
Iyos
kerja buruh perempuan dan laki-laki di
(2012) mendapatkan
data
yang
perkebunan karet ditentukan oleh AVROS
kurang lebih sama ketika melakukan risetnya
(Algemene Vereeniging van Rubberplanters ter
masing-masing
tentang
perempuan
di
Sumatera
perempuan
yang
Rosidah
keadaan
buruh
Oostkust van Sumatra) serta DPV (Deli Planter
Timur.
Buruh
Vereniging) dengan tujuan keseragaman upah
diperkebunan
kerja.Pembayaran upah buruh perempuan
diikat dengan sistem kontrak kerja selama
terdiri atas uang tunai pada setiap tanggal 1
tiga tahun dengan biaya transportasi dan
awal bulan dan kupon kertas untuk ditukar
tempat tinggal ditanggung oleh pengusaha
dengan
perkebunan.Sistem kerja buruh perempuan
seminggu.Besarnya
dibedakan secara struktur berdasarkan ras
buruh perempuan antara 20-40 sen/hari dan
dan etnis untuk mempertahankan kontrol
pada perpanjangan kontrak antara 25-45
penguasa. Secara struktur pembagian kerja
sen/hari dan tunjangan beras sebanyak 9
dibedakan
liter setiap 14 hari.
dalam
bekerja
4
golongan:
pertama
beras
setiap
2
upah
kali yang
dalam diterima
administrator yaitu dari orang Eropa, kedua,
Dikarenakan upah yang diberikan
pegawai staf terdiri atas para assisten, dokter
jauh dari kesepakatan pengawas buruh dan
orang Eropa, ketiga, pegawai nonstaf terdiri
juga dengan perumahan, makanan, dan
atas pribumi, perawat pribumi, karyawan
kesehatan para buruh perempuan tidak
perkebunan, orang Cina atau dari etnis Jawa,
memenuhi kesehatan sehingga banyak yang
Keling,
terserang
dan
pembagian
Batak.
pekerjaan
Penempatan buruh
dan
perempuan
penyakit
malaria,
disentri,
cacingan. Banyaknya kekerasan, kematian,
ditentukan oleh pihak perkebunan, yang
hukuman
buruh
bagian
penyiksaan terhadap kemaluan perempuan.
pemeliharaan,
Buruh perempuan yang cantik dan muda
perempuan
pembibitan,
bertugas
penanaman,
menderes, dan di bagian pabrik.11
di
seperti
cambuk
rotan
dan
bekerja sebagai pembantu dari orang Eropa yang
pekerjaannya
merangkap
sebagai 195
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
pemuas
seks
pembantu
penting dan sekaligus menjadi jalur silang
perempuan tidak mau melayani tuannya
yang menghubungkan wilayah Tapanuli,
maka pembantu perempuan akan kena
Karo, Simalungun, dan dataran rendah
hukum dan jika mau melayani tuannya
Sumatera Timur.
pembantu
tuannya.
perempuan
Jika
akan
di
angkat
Bersamaan
dengan
perkembangan
menjadi nyai yang akan menjadi mediator.
kota-kota itu muncullah sebuah budaya baru
Bagi seorang buruh perempuan yang mau
di perkotaan. Para perantau dari daerah
membeli
kain
lainyang datang ke Sumatera Timur sebagian
karena
besar tinggal di daerah perkotaan. Mereka
panjang
perhiasan harus
dan
selembar
menabung
dulu
rendahnya upah yang diterima atau ada juga
bekerja
yang melacurkan diri kepada tuan kebun dan
pedagang kaki lima, pengrajin, dan pekerja
buruh laki-laki Cina yang dapat membayar
di sektor jasa. Jumlah mereka sangat cepat
dengan mahal.
berkembang dari tahun ke tahun. Di Medan
Ada
beberapa
sebagai
yaitu
faktor
meningkat dari 42,5 ribu pada tahun 1920
ekonomi, yaitu rendahnya upah yang di
menjadi 76,6 ribu pada tahun 1930. Secara
dapat buruh perempuan sehingga untuk
detail jumlah penduduk kota-kota Sumatera
memenuhi
Timur
sebagian
kebutuhan perempuan
menjalankan
hidupnya yang
ada
terpaksa
prostitusi.Kedua,
wabah
prostitusi memang sengaja diciptakan oleh
adalah
(76.584),
penduduk
sekolah,
yang
prostitusi
jumlah
guru
faktor
menyebabkan
misalnya
kerani,
sebagai
Pematang
kota
berikut; Siantar
ini
Medan (15.328),
Tebingtinggi (14.026), Binjai (9.176), Tanjung Balai (6.823).12
para tuan-tuan kebun, supaya buruh laki-laki Muslimat Alwashliyah
tidak pergi dari perkebunan. perkembangan
Di antara hiruk pikuk industrialisasi,
perkebunan, maka satu aspek lagi yang
pesatnya ekonomi Sumatera Timur, dan
menjadi prasarana pendukungnya adalah
wacana kuat nasionalisme, sejumlah pelajar
munculnya kota-kota di Sumatera Timur.
di Maktab Islamiyah Tapanuli di Medan
Medan
administrasi
bergelut pada isu-isu dan gerakan keislaman
perkebunan
dan kebangsaan.13 Pada 30 Nopember 1930
telah berkembang dengan cepat. Kota-kota
Para pelajar Maktab tersebut bersama para
besar lainnya dengan cepat berkembang di
ulamanya
seluruh Sumatera Timur dengan sebab-sebab
organisasi
yang sama. Siantar khususnya, menjadi
Alwashliyah,
sebuah pusat administrasi dan ekonomi yang
Gagasan
Dengan
pesatnya
sebagai
pemerintahan
dan
pusat ekonomi
kemudian mendirikan yang
disebut
Aljam‟iyatu
disebut
Alwashliyah.
berdirinya
Alwashliyah
atau
utama
sebuah
196
marwah,Vol. XV No.2 Desember Th. 2016
seputar
Islam,
Politik
Kebangsaan
mereka pada saat itu. Respon terhadap
Indonesia sebagai wacana anti penjajahan
kolonialisme yang membuat kalangan Islam
dan mendukung kemerdekaan Indonesia.14
terbelakang, bodoh, dan miskin, modernisme
Alwashliyah
telah
dan sekulerisme yang menjauhkan umat
memiliki 48 cabang di berbagai daerah
Islam dan perempuan Islam dari nilai ajaran
kawasan Sumatera Timur.15
Islam,
dalam
dan
satu
dekade
Dalam usaha-usaha memberdayakan kaum
perempuan
perkebunan
yang
mendorong perempuan-perempuan menjadi
Alwashliyah
buruh di mana keadaan itu dianggap belum
mendirikan Organisasi sayap yang menaungi
begitu lazim di kalangan Islam ortodoks
perempuan mereka pada 12 Nopember 1935
ketika itu.
dengan
nama
Afdeeling
Islam,
indutrialisasi
Aljam‟iyatul
Putri.16
Organisasi
Washliyah sayap
ini
Keprihatinan para ulama terhadap kondisi yang demikian diwujudkan dalam
muncul berkat inisiasi aktifis Alwashliyah
kerja
cabang
I Al
Alwashliyah dengan mendorong terbukanya
Washliyah yang diadakan pada tanggal 10-18
akses umat terhadap pendidikan modern. Di
Oktober 1936, para pendiri Al Washliyah
sini Alwashliyah menyediakan akses yang
sepakat mendirikan organisasi sayap untuk
sangat terbuka terhadap perempuan untuk
memberdayakan perempuan yaitu puteri Al
mendapatkan
Washliyah
masa awal gerakannya mereka melancarkan
Siantar.17
dengan
Dalam
nama
Kongres
Al
Jam‟iyatul
di
masa-masa
pelayanan
berdirinya
pendidikan.
proyek
Ke-III Al Washliyah yang diadakan pada
dimana kerja-kerja ini pasti mengalami
tanggal 9-15 Januari 1941 di Medan, sidang
tantangan dan hambatan berat di tengah
memutuskan pendirian Puteri Al Washliyah,
sekulerisasi dan kebudayaan Eropa yang
dan Afdeeling Puteri menjadi Keputrian
dianggap tidak sama sekali Islam. Salah satu
AlWashliyah.
disahkan
Isu strategis yang dilancarkan oleh kalangan
berdirinya pertama kali afdeeling Puteri
ulama mereka adalah penggunaan Tudung
Alwashliyah cabang Medan. Atas desakan
Kepala (Jilbab) di ruang publik, dalam hal ini
kongres yang pertama bahwa bahagian
di sekolah baik sekolah Islam maupun
puteri Alwashliyah merupakan afdeeling
sekolah umum milik Belanda dan lainnya.20
maret
1937
ruang-ruang
Di
Washliyah Afdeeling Putri.18 Dalam Kongres
1
islamisasidi
awal
publik
dari satu-satu cabang dengan pengertian
Penggunaan Tudung merupakan salah
bahwa afdeeling puteri adalah termasuk
satu keputusan kongres pertama organisasi
urusan cabang setempat.19
ini
Kemunculan
organisasi
sayap
yang
masyarakat.
agak
berat
Dalam
dan
asing
bagi
perkembangannya
perempuan Islam ini merupakan respon
keputusan mengenai pemakaian Tudung
ulama terhadap perempuan dan keadaan
bagi puteri Alwashliyah yang sekolah di 197
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
perguruan umum baru bisa dilaksanakan
bersangkutan dengan ini, diserahkan atas
satu tahun kemudian pada 1937 dengan telah
kebijaksanaan
melakukan sosialisasi kepada guru-guru di
Washlijah.
Pengurus
Besar
Al
Dj.
sekolah Alwashliyah dan juga guru–guru di
Upaya-upaya yang dilakukan untuk
sekolah umum. Pengurus teras organisasi ini
melancarkan anjuran pakaian kudung itupun
mengeluarkan
dilakukan di antaranya; melakukan rapat
Maklumat
kepada
masyarakat.
dan “Ma‟alumat „umum”
sosialisasi
kepada
kepala-kepala
perguruan, sosialisasi dihadiri 2000 orang
Keputusan congress Al Dj. Washlijah
putera
jang dihadiri atas nama 5000 murid2
didakwahkan.21 Maksud dari keputusan ini
dan 2585 anggota dari hal,,urusan
adalah menjunjung tinggi perintah agama
kudung”.
Islam,
Dima‟limkan
(1)Bestuur2 Ranting
pada:
dan
puteri
dan
mengangkat
disiarkan
derajat
dan
kaum
Tjabang,
Afdeeling,
puteri.Tantangan yang dihadapi dari upaya
Dj.
Washlijah
pakaian kudung ini. Dianggap kolot oleh
Al
seumumnya, (2) Guru2 disegenap
sebagian
madrasah
Dj.
urusan publik. Ada insiden ketidakpuasan
Seluruhnja
dari guru sekolah umum di antaranya
persjerikatan2,
coenstraat jalan Gajah Mada dan Sei Kera
comite2, dan perguruan2 Islam serta
(sekarang). Dan karena itu pengurus besar
umum kaum muslim dan muslimat.
meminta klarifikasi dari pihak berwenang
(perguruan)
Washliyah,
dan
perhimpunan2,
(3)
Al
dan Bahwa: di congres ke I Oktober 1936
kalangan,
mendapatkan
sentiment
tanggapan
terhadap
sebagai
berikut:
dari Al Dj. Washlijah adalah satu hal jang
“No.2945/1
dikemukakan ialah darihal kudung jang
Doordruk
terutama
hoofdbestuur Dj. Washlijah te Medan
ditudjukan
pada
murid2
aangeboden
perempuan diseluruh perguruan2 agar kalau
Ter kennisgeving.
mereka
Medan, 9 agustus 1937
pergi
ke
perguruan
hendaklah
a/h
dengan memakai kudung (pakaian setjara puteri Islam Indonesia). Setelah usul ini
Dengan ini dichabarkan kepada tuan,
diperbincangkan
dengan
bahasa kami tidak berkeberatan bila
seksama, maka dengan kata semufakat usul
murid-murid perempuan memakai
ini
kudung dating sekolah.
dan
diterima.Untuk
ditimbang
mengichtiarkan
agar
melakukan keputusan ini dapat dengan tenteram,
maka
pekerdjaan
jang 198
marwah,Vol. XV No.2 Desember Th. 2016
Murid-murid jang memakai kudung
para aktifisnya dengan menyelenggarakan
tiada
pembelajaran di sekolah.Penyelenggaraan ini
boleh
sekali-kali
disuruh
pulang.
membuka jalan bagi anak-anak perempuan dari
keluarga
muslim
untuk
dapat
De wd. Plv. Inspecteur van het
menikmati sekolah modern sekaligus yang
Inlandsch Onderwijs in het
dianggap sesuai dengan ajaran yang mereka
1ste resort
pahami. Tahun 1938 tercatat bahwa sekolah Alwashliyah sudah menamatkan 58 murid
Wg. B. Lobstein.
Ibtidai terdiri dari laki dan perempuan di Medan.22
Upaya
pemberdayaan
perempuan
Islam melalui pendidikan dibuktikan oleh
Calcuttastraat Medan 35 orang Laki-laki
Pada
Jalan Puri Medan
7
orang laki-laki
Pematang Siantar
4
orang laki-laki
Serbelawan
7
orang laki-laki
Labuhan bilik
2
orang laki-laki
Petisah Medan
-
15 perempuan
Jumlah total
55 laki-laki
23 perempuan
Jumlah lulus ujian
38 laki
20 perempuan
kongres
3 Perempuan
Perempuan
lebar bagi perempuan muslim ketika itu
Alwashliyah sudah mendapat tempat dalam
dengan membangun madrasah khusus puteri
rapat-rapat
dalamnya.Dalam
di
kedua
tersebut
madrasah khusus puteri di Padangbulan dan
diadakan seminar tentang wacana-wacana
1940 atas inisiatif H.A. Rahman Sjihab dan
aktual. Di sana tercatat S. Salmah Dja-
Udin Samsudin didirikan madrasah yang
Alinuddin
tentang
sama di daerah Petisah Sinagar Medan.23
dan
Banyak tantangan yang dihadapi, sebab
umum
memeriahkan
“Riwayat
di
kongres
membawa Puteri
dalam
II
5 perempuan
makalah Islam”
S.
beberapa
tempat.
belum
Tahun
1938
sepenuhnya
ada
Zuraidah Nuruddintentang “Pemandangan
masyarakat
terima
dalam Masyarakat kaum Ibu”, dan Aminah
pandangan perempuan bersekolah, apalagi
Nur tentang“Perguruan dan Keputerian”.
sekolah agama. Dari sini kemudian banyak
Setelah sukses mendirikan madrasah
perempuan Muslim mendapatkan pelayanan
rintisan, Alwashliyah membuka jalan lebih
pendidikan tidak hanya di jenjang Ibtidai 199
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
(sekolah
Dasar)
tetapi
juga
di
tingkat
menindas
perempuan.Alwashliyah
justru
Tsanawiyah (sekolah menengah pertama),
menentang gerakan anti poligami ini sebab
juga tingkat Qismul „ali („aliyah atau setara
mereka
Sekolah Menengah Atas).
bagian yang tidak dilarang dalam ajaran
menganggap
poligami
sebagai
Sebab semakin tingginya antusiasme
Islam, hal ini hanya merupakan upaya kaum
masyarakat dan semakin besarnya tantangan
nasionalis, sosialis, komunis menjauhkan
kerja
umat
yang
dihadapi
terutama
kaum
Islam
dari
ajarannya.Tegasnya,
perempuan di Sumatera Timur maka pada
Alwashliyah
Kongres III 1941 Alwashliyah memutuskan
diajukan oleh pemerintahan kolonial ini. Dan
untuk
hasilnya peraturan anti poligami ini batal
mengangkat
derajat
gerakan
menolak
organisasi sayap perempuannya untuk lebih
dilaksanakan.
setara besarnya dengan pengurus besar yaitu
Dalam
ordonansi
konteks
ini
yang
gerakan
mendirikan Madjelis Keputrian. Majelis ini
Alwashliyah dalam berupaya mengangkat
untuk memayungi secara khusus afdeeling
harkat martabat perempuan muslim berdiri
putri Alwashliyah yang sebelumnya berdiri
pada posisi yang terbatas, tidak seperti
berdasarkan cabang masing-masing.Dengan
feminis nasionalis yang lebih progresif dalam
demikian, cabang-cabang keputerian yang
gerakannya termasuk soal penyetaraan hak
sebelumnya bekerja secara lokal kemudian
laki-laki
memiliki ruang sosial politik lebih leluasa
keadaan
dan progresif dengan didirikannya Majelis
Alwashliyah
Keputrian Alwashliyah.
perempuannya menerima poligami sebagai
Selain
kebijakan
dan perempuan. Tetapi dalam khusus
seperti
dan
isu
poligami
organisasi
sayap
kolonialisme,
bagian dari ajaran Islam dan menolak gerak
tantangan berat bagi Kalangan Muslimat
anti poligami sebagai bagian dari agenda
Alwashliyah datang dari kalangan gerakan
sekulerisme untuk menjauhkan umat dari
perempuan poros Nasionalisme sekuler dan
ajaran Islam.
sosialis, komunis. Terutama dalam isu yang menyangkut kalangan
poligami.
tersebut
dalam
Sebagaimana
KESIMPULAN
perjuangannya
Merujuk
yang
dengan kaum laki-laki. Kalangan tersebut
pemberdayaan perempuan yang dilakukan
mengajukan draft hokum kepada pemerintah
oleh Alwashliyah dan organisasi sayap
kolonial
tentang
perempuan mereka berbasis pada nilai Islam
pelarangan poligami disebabkan poligami
yang sangat kuat dan memegang ortodoksi
merupakan kebiasaan yang tidak adil dan
Islam secara ketat. Meski begitu mereka tetap
klausul
bahwa
telah
diuraikan
antaranya
atas
apa
adalah mendapatkan hak-hak yang sama
di
di
pada
gerakan
200
marwah,Vol. XV No.2 Desember Th. 2016
bekerja
dalam
isu-isu
feminisme
yang
terbatas
di
antaranya
posisi
sosial
perempuan dan hak-hak mereka di ruang publik.Mereka
fokus
pada
4 5
kerja-kerja
pemberdayaan secara gradual yaitu melalui pendidikan dan upaya-upaya pencerahan
6
terhadap perempuan. Dengan melalui proses ini kesadaran perempuan dapat terbangun dan
perempuan
dapat
bergerak
7 8 9
memperjuangkan keadilan bagi diri mereka. Sebagaimana Islam telah menjadi basis
gerak
Alwashliyah
yang
paling
fundamental maka Islam telah memainkan peranan yang sangat berarti terutama sebagai semangat
dan
nasionalisme,
nilai anti
dasar
perjuangan
kolonialisme,
dan
meningkatkan derajat kehidupan perempuan Islam di Sumatera Timur. Dengan demikian gerakan
muslimat
Alwashliyah
dapat
dikatakan sebagaiagen yang signifikan dan terukur untuk menggerakkan perempuanperempuan
mereka
dengan
tetap
membedakan diri dari gerakan feminist sekuler
atau
feminis
nasionalis
10 11
pada
zamannya. Endnotes:
12 13
1
2
3
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra, (Jakarta: Sinar Harapan, 1987), h. 82. Darsiti Soeratman, Perempuan Indonesia: Lampau, Kini, Dan Mendatang, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1991), h. 11. Suratmin, dkk, Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama, (ed) Sri Sutjiatiningsih, Departemen P&K Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek
14
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta, 1991, h. 42. Anthony Reid,Perjuangan Rakyat…, h. 89 Faisal Riza, Politik Urang Banjar: Studi Terhadap Perilaku Politik Banjar Perantauan di Perbaungan Serdang BedagaiTahun 2004-2008, (Bandung: PT. Aksara Pustaka, 2010) Michael, Langenberg, Regional Dynamic of the Indonesian Revolution: Unity from Diversity. Honolulu, Hawaii, 1985, h. 115. Ibid., h. Hal. 93-99 Ibid., Para kuli perkebunan pada tahun 1926 hanya mendapat gaji sebesar f.19.50, sementara gaji terendah asisten perkebunan Eropa berjumlah dua puluh kali lebih besar dari gaji kuli orang Jawa dan Cina, yakni f.350 sampai f.540 dan gaji menajer perkebunan sebesar f.675. Suatu peristiwa penyiksaan terhadap kuli kebun dengan diberlakukannya poenale sanctie adalah peristiwa Pulau Mandi yang terjadi pada tahun 1926.Pada bulan Oktober tahun itu seorang asisten perkebunan bangsa Jepang bernama Kozo Oriuchu dinyatakan bersalah karena melakukan penganiayaan dan menyekap para kuli perkebunan Pulau Mandi. Para kuli yang jumlahnya tujuh orang dipukuli dan dikurung selama satu bulan dalam ruangan yang luasnya tidak kurang dari dua meter persegi dan dipaksa memakan kotoran manusia dan kuda. Kuli-kuli itu diancam akan dibunuh bila melaporkan kejadian yang dialaminya kepada orang lain. Langenberg, Regional…h. 106. Selengkapnya lihat dalam Lukitaningsih, Buruh Perempuan di Perkebunan Karet Sumatera Timur 1900-1940, Thesis Pascasarjana UGM, 2003. Lihat juga Iyos, Rosidah, Eksploitasi Pekerja Perempuan di Perkebunan Deli Sumatera Timur 1870-1930, Master Thesis, Program pascasarjana UNDIP, 2012. Anthony Reid. Perjuangan Rakyat…, h. 108-109. Maktab Islam Tapanuli Merupakan Sekolah formal modern pertama di awal abad 20 di Medan wilayah Sumatera Timur ketika itu, bersamaan dengan itu juga terdapat sekolah pribumi yang lain yang bersifat umum seperti sekolah DERMA, Sekolah Melayu dan lainnya. Selanjutnya lihat Muaz Tanjung, Maktab Islamiyah Tapanuli 1918-1942: Menelusuri Sejarah Pendidikan Islam Awal abad Ke-20 di Medan, (Medan: IAIN Press, 2012) Faisal Riza, Contesting the Space In Indonesia: a Case From Alwashliyah in North Sumatra, Journal Afkaruna, Vol. 10, No. 2. Pp. 149-162
201
Faisal Riza, Gerakan Pemberdayaan Perempuan islam......
15 16
17
18
19 20 21 22 23
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat…, h. 80 Susunan pengurus di masa pembentukannya tercatat beberapa nama sebagai berikut: Ketua I:H. Hamidah, Ketua II: Halimah. Penulis I: Syarifah Penulis II: Aidah. Bendahara: H. Syarifah, wan Asmah, H. Aisyah, Siti Mariyam, Asmah, Maredjen.Penasehat: H. Fatimah, Siti Rahmah, H. Zabedah. Lihat, Nukman Sulaiman, Alwashliyah Seperempat Abad, (Medan:Pengurus Besar Aljam‟iyatul Washliyah, 1956), h. 68 Kota Siantar berjarak kurang lebih 100 KM atau waktu tempuh sekira 4 jam dari Kota Medan. Ibid., Ibid., h. 78 Nukman Sulaiman, Alwashliyah…, h.74 Ibid, h. 82 Ibid, h. 89 Ibid, h.109
DAFTAR PUSTAKA Blackburn, Susan, 2001,Women and the Nation. In: Inside Indonesia 66, pp. 6-8. ----------------------, 2004,Women and the State in Modern Indonesia, Cambridge. ----------------------,2008, Indonesian Women and Political Islam. In: Journal of Southeast Asian Studies 39 (1), pp. 83-105. Darsiti,
Soeratman, 1991, Perempuan Indonesia: Lampau, Kini, Dan Mendatang, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Sumatera Timur 1870-1930, Thesis, Program pascasarjana UNDIP Reid,
Anthony, 1987, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra, Jakarta: Sinar Harapan
Riza, Faisal,2014, Contesting the Space In Indonesia: a Case From Alwashliyah in North Sumatra, Journal Afkaruna Vol.10, No. 2. Pp. 149-162 --------------, 2010,Politik Urang Banjar: Studi Terhadap Perilaku Politik Banjar Perantauan di Perbaungan Serdang BedagaiTahun 2004-2008, Jakarta: PT. Aksara Pustaka Robinson, Kathryn, 2009, Gender, Islam and Democracy in Indonesia, London Sulaiman, Nukman, 1956,Alwashliyah Seperempat Abad, Medan: Pengurus Besar Aljam‟iyatul Washliyah Suratmin, dkk, (ed) Sri Sutjiatiningsih, 1991, Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama, Departemen P&K Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta Tanjung, Muaz, 2012,Maktab Islamiyah Tapanuli 1918-1942: Menelusuri Sejarah Pendidikan Islam awal Abad ke 20 di Medan, Medan: IAIN Press
Langenberg, Michael,1985, Regional Dynamic of the Indonesian Revolution: Unity from Diversity. Honolulu, Hawaii Lukitaningsih, 2012,Buruh Perempuan di Perkebunan Karet Sumatera Timur 1900-1940, Thesis Pascasarjana UGM, 2003. Iyos, Rosidah, Eksploitasi Pekerja Perempuan di Perkebunan Deli 202