1
STRATEGI DAKWAH DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH BAGI JAMAAH PENGAJIAN MASJID RAYA AL-KAUTSAR KENDARI TAOFIK HIDAYAT 12030102027
PENDAHULUAN Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat agar mau menerima sekaligus melaksanakan ajaran-ajarannya di segala aspek kehidupan, maka diperlukan strategi yang tepat. Karena tanpa strategi yang tepat, bukan hanya menimbulkan keengganan obyek dakwah untuk menerima ajaran Islam, namun juga sering mengakibatkan larinya obyek dakwah dari Islam. Untuk menghindari hal tersebut, maka subyek dakwah (muballigh) harus menggunakan strategi yang tepat dan dapat dimengerti oleh obyek dakwah. Dakwah menghadapi berbagai persoalan seiring persoalan yang dihadapi manusia. Disatu sisi, kemajuan–kemajuan yang dicapai dalam bidang kehidupan manusia dapat mendukung pelaksanaan dakwah, namun pada sisi lain, akibat kemajuan tersebut dapat memunculkan tantangan baru. Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW merupakan usaha untuk memperbaiki akhlak serta syariat Islam yang mempunyai tujuan kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia dan akhirat. Meskipun pada saat itu yang dihadapi Nabi Muhammad SAW adalah masyarakat majemuk dan plural, bahkan saat ini ummat Islam juga masih menghadapi masyarakat yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan dakwah secara multi kultural. Baik dilihat dari segi sosial, kultur maupun struktur. Sehingga untuk mencapai tujuan akhir dari dakwah tersebut, dibutuhkan wadah/ tempat yang mampu digunakan sebagai saluran untuk bertindak.1 Berbicara tentang dakwah tentu tempat yang paling baik untuk menyampaikannya adalah di masjid kaum muslimin, sebab di masjid itulah berkumpul orang-orang dari berbagai
1
Muhiddin, Asep, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), h. 1.
2
kalangan baik tua maupun muda dengan bermacam-macam profesi yang mereka miliki. Perkembangan umat Islam pada periode awal tidak lepas dari peran Masjid. Masjid merupakan pusat spiritual dan simbol integritas masa yang digunakan sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia (SDM). Muballigh adalah orang yang mengambil peran paling utama dalam mewujudkan keberhasilan dakwah terhadap jamaah yang ada di masjid. Pada umumnya setiap terdapat masjid di situ ada muballigh yang berperan utama sebagai pendakwah untuk para jamaah yang ada di masjid tersebut. Kota Kendari memiliki jumlah masjid yang cukup banyak dan terdapat satu masjid sebagai wadah sekaligus ikon ibu kota Provinsi. Awalnya masjid itu bernama masjid agung AlKautsar kota Kendari, setelah adanya peraturan mentri Agama tentang wajibnya setiap provinsi mempunyai satu masjid raya dan tiap kota berserta kabupaten harus memiliki masjid Agung. Sehingga bergantilah nama Masjid Agung Al-Kautsar kota Kendari menjadi masjid Raya AlKautsar. Kondisi fisik bangunan masjid Raya Al-Kautsar terdiri dari dua lantai dengan luas dalaman masjid stengah hektar di tambah dengan luas halamannya 1 hektar. Masjid itu terletak di tempat yang sangat strategis, sehingga jamaah yang datang beribadah di Mesjid jumlahnya banyak,yang mana masjid tersebut difungsikan sebagai ujung tombak dan tempat berdakwah muballigh di daerah kendari dan sekitarnya. Agar kemudian masyarakat kota Kendari sedikit demi sedikit terus belajar untuk mengikuti kaidah syariat agama Islam yang baik dan benar. Sehingga, setiap malam hari ba’da maghrib rutin di adakan pengajian di Masjid Agung AlKautsar dengan berbagai macam topik pengajian dan disiplin keilmuan. Jamaah yang mengikuti pengajian tersebut sebagian besar adalah jamaah tetap masjid Raya Al-Kautsar, dan ada pula bukan jamaah tetap (yang datang dari luar). Masjid Raya Al-Kautsar adalah
masjid yang sangat proporsional, dalam hal ini
memiliki sarana dan prasarana yang memadai, misalnya seperti adanya pondok pesantren, adanya taman pengajian Al-Qur’an, dan adanya taman kanak-kanak. Selain itu, adanya sekretariat BKPRMI. serta masih banyak lagi. Seiring waktu, Masjid Raya Al-Kautsar mengalami perkembangan pembangunan dan juga bertambahnya jumlah jamaah di masjid, sebagaimana tercatat dalam database jamaah tetap. Pada penelitian ini peneliti menganaisis mengenai
strategi dakwah dalam meningkat
pengamalan Ibadah bagi jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari, dampak penerimaan dakwah
3
bagi Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan strategi dakwah di masjid raya al-Kautsar Kendari. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara dengan jamaah masjid Raya Al-Kautsar Kendari, yang dianggap memahami informasi yang berkaitan dengan persoalan yang akan dikaji, imam masjid, pengurus masjid, muballigh
PEMBAHASAN A. Kajian Relevan Kajian relevan dalam penelitian ini yang pertama adalah Skripsi yang ditulis oleh saudara Abdur Rohman dengan judul “Strategi Pengembangan Dakwah Islam melalui Wisata Keagamaan (Studi Kasus Pengembangan Dakwah di Masjid Agung Demak)”. Hasil penelitiannya adalah pengembangan dakwah di Masjid Agung Demak itu sebagai sarana religi dan sarana dakwah. Untuk itu, perlu dilakukan beberapa langkah strategis, yaitu: meningkatkan sarana dan prasarana, mengembangkan obyek-obyek wisata yang telah ada serta menciptakan paket wisata baru yang tidak hanya terbatas pada segmen peziarah saja, namun pengunjung non muslim. Fungsi manajerial yang baik mutlak diperlukan dalam mencapai tujuan dakwah wisata. Kemudian Skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Lembaga Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Semarang Dalam Mengembangkan Islam di Kota Semarang”, disusun oleh Siti Nur Farida. Dari skripsi tersebut, dirumuskan bahwa proses dakwah Islam yang aktifitasnya meliputi segenap kehidupan akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila dalam penyelenggaraannya mempergunakan strategi dakwah, sehingga dapat menghasilkan tujuan yang cermat dan komperehensif.
B. Masjid Sebagai Kegiatan Dakwah Dalam Pembinaan Umat 1. Memantapkan Aqidah Secara etimologi aqidah berasal dari kata dasar ‘‘aqada’ yang bermaksud ‘simpulan’ atau materi yang merujuk kepada sesuatu yang teguh dan mantap. Sedangkan dari sudut istilah, aqidah ialah keyakinan yang sesungguhnya bahawa Allah s.w.t. adalah Tuhan segalanya, bahwa Allah saja yang berhak disembah dan hanya kepadanyalah kita beribadah.
4
Ibnu Taimiyyah (1263) mendefinisikan akidah sebagai perkara yang dibenarkan oleh jiwa, hati menjadi tenang karenanya, mendapat keyakinan di hati penganutnya dan tidak bercampur dengan sebarang keraguan.
2. Menyempurnakan Ibadah Ibadah di dalam Islam sangat luas yaitu meliputi setiap aktivitas kehidupan manusia, dengan arti kata lain. Setiap apa yang kita lakukan semuanya adalah ibadah. Ibnu Kasir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ibadah yang diterima oleh Allah harus memenuhi dua syarat: pertama, ikhlas karena Allah, kedua, sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Dengan demikian, jika amal itu sesuai dengan syariat nabi saw, tetapi ketika melakukannya tidak ikhlas, tertolak dan tidak diterima oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang menerangkan keadaan orang munafik: Terjemahnya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali.” (Q.S An-Nisaa’: 142).2 3. Perbaikan Hubungan Manusia dengan Manusia Perbaikan akhlak adalah misi utama kenabian. Rasulullah Muhammad SAW diutus sebagai rasul, misi utamanya memperbaiki akhlak bangsa Arab yang telah hancur. Ketika itu, tak ada lagi kemanusiaan dan peradaban. Manusia memangsa manusia lainnya. Perempuan tak
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang,PT.Karya toha putra, 1998), h. 188
5
bernilai. Perbudakan menjadi budaya dan bagian kesuksesan majikan. Pembunuhan dimanamana. Tak ada lagi martabat sebagai seorang manusia.
4. Perbaikan Ekonomi Gagasan tentang perbaikan ekonomi masyarakat melalui masjid bukan merupakan hal baru. Ide ini sudah banyak dipaparkan oleh para pakar pemberdayaan dan keumatan. Hanya saja dalam tataran implementasinya sering tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini tidak lepas dari ketiadaan data pendukung tentang potensi keumatan yang komprehensif dan akurat sehingga proses perbaikan ekonomi masyarakat bisa tepat sasaran. Dalam kondisi demikian inilah urgensitas pemetaan kondisi umat sangat diperlukan. Menurut pandangan ulama kontemporer dalam rangka perbaikan ekonomi keumatan sudah saatnya kembali ke masjid. Sebab Masjid merupakan basis terkecil yang paling dekat dengan masyarakat Muslim. Dia menjelaskan bahwa pengurus masjid seharusnya memiliki data tentang kondisi masyarakat Muslim di sekitarnya, baik kondisi ekonomi maupun kondisi sosialnya. Pada umumnya, yang terjadi, masjid difungsikan hanya untuk kegiatan ibadah ritual sedangkan kegiatan ibadah sosial kemasyarakatan belum banyak diperbuat. Kedua, kesenjangan dalam organisasi kemasjidan. Organisasi yang menerima amanah tanggung jawab operasional kegiatan masjid, belum mampu berfungsi secara optimal dalam memperbaiki ekonomi umat dalam arti yang ideal. Ketiga, kesenjangan dalam beribadah di masjid. Pada umumnya dalam beribadah di masjid, jamaah lebih cenderung melaksanakan kegiatan ibadah ritual. Masjid sebagai pusat peradaban Islam umumnya masih menjadi cita-cita. Keempat, kesenjangan program masjid. Program kegiatan yang dilaksanakan di masjid bersifat rutin ibadah ritual, sedang aspek sosial seperti perbaikan ekonomi umat, pendidikan, kesehatan, kesenian, dan olah raga, yang merupakan tuntutan kebutuhan bagi kehidupan jamaah, belum mendapatkan perhatian yang memadai. C. Konsep Pengamalan Islam
1. Pentingnya Pengamalan Ajaran Islam Pengamalan adalah persoalan yang pokok yang harus dikaji secara serius demi membangun dan mengembangkan= ukhuwah Islamiyah. Pada dasarnya setiap persoalan tidak akan sempurna tanpa adanya pengamalan dalam beragama. Misalnya pengamalan terhadap
6
agama ini adalah merupakan sumber utama dalam meningkatkan kualitas keagamaan seorang jamaah.
2. Sumber – Sumber Pengamalan Ajaran Islam a. Al-Qur’an Dalam memahami ajaran agama Islam dengan baik dan benar, maka sebagai seorang muslim haruslah menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman dalam hidupnya, menjadi sumber
utama dalam memahami ajaran Islam, termaktub seluruhnya di dalam Al-Qur’an . Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa Arab, yang terang guna menjelaskan jalan hidup, yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat b. As- Sunnah Para ulama menyatakan bahwa kedudukan sunnah terhadap Al-Qur’an
adalah sebagai
penjelas, sunnah memang berkedudukan sebagai penjelas bagi al-Qur’an. Namun, pengamalan ketaatan kepada Allah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, sering kali sulit terlaksana tanpa penjelasannya. Karenanya Allah memerintahkan kepada manusia untuk mentaati Rasul dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya para ulama memandang Sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Sunnah atau alhadist sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an. Dalam konteks dakwah di sebutkan ada beberapa hadist yang berbicara tentang kewajiban berdakwah, contohnya sebagai berikut : Artinya: “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari) D. Strategi Dakwah 1. Macam – Macam Strategi Dakwah Strategi dakwah menurut Miftakh Farid dibagi dalam 3 bagian adalah sebagai berikut :
7
a. Strategi dakwah yatluu’alaihim aayatih, adalah sebagai proses komunikasi. b. Strategi dakwah yuzak kiihim, adalah strategi dakwah yang dilakukan melalui proses pembersihan sikap dan perilaku. c. Strategi dakwah yu’alimuhummul kitaaba wal khikmah, adalah strategi yang dilakukan melalui proses pendidikan, yakni proses pembebasan manusia dari berbagai penjara kebodohan yang sering melilit kemerdekaan dan kreatifitas.3 2. Unsur-Unsur Dakwah a. Subyek Dakwah (Da’i) Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, baik dilakukan secara individual, dan kelompok atau organisasi. Nasrudin latief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim atau muslimat yang menjadikan dakwah sebagai amalan pokok bagi tugas ulama.da’i juga harus tahu menyampaikan dakwah tentang allah azza wajalla,alam semesta,dan kehidupan,serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap peroblema yang dihadapi manusia,juga metode-metode yang dihadirkan untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.
b. Objek Dakwah (Mad’u) Objek dakwah adalah sasaran, khalayak, jamaah, pendengar dakwah yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah. Adapun sasaran yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah di sini adalah perbuatan manusia dengan berbagai tipologinya, bukan bangsa jin atau lainnya. Menjadi obyek atau sasaran dakwah adalah manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Berdasarkan hal diatas maka, obyek dakwah dalah manusia yang merupakan anggota masyarakat yang masing-masing mempunyai kemauan, keinginan, pikiran dan pandangan yang berbeda-beda.
c. Materi Dakwah (Maudu’) Materi dakwah adalah pesan (message) yang dibawakan oleh obyek dakwah (muballig) untuk diberikan/disampaikan kepada obyek dakwah. Materi dakwah yang
3
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi dan Praktisi Dakwah sebagai Solusi Problematikan Kekinian (Cet. I; Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006), h. 184.
8
biasa disebut juga dengan ideologi dakwah, ialah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dimana Al-Qur’an
merupakan sumber utama dakwah, yang merupakan materi
pokok yang harus disampaikan melalui dakwah dengan bahasa yang dimengerti oleh jamaah (obyek dakwah). Al-Qur’an
merupakan wahyu Allah yang mutlak
kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suatu pedoman hidup yang harus ditaati dan dipatuhi sebagai ummat manusia dalam menuju keselamatan hidup dunia dan akhirat.
d. Tujuan Dakwah (al-Maqshad) Setiap usaha harus mempunyai tujuan (destination) yang jelas, agar tidak sia-sia dan sasaran yang hendak dicapai akan lebih terarah. Tujuan dakwah adalah nilai tertentu yang diharapkan dapat tercapai dan diperoleh melalui penyelenggaraan dakwah itu sendiri
e. Media Dakwah (Wasilah) Media dakwah merupakan
alat obyektif
yang menjadi saluran, yang
menghubungkan media dengan umat. Media dakwah merupakan urat nadi di dalam proses dakwah dan merupakan faktor yang dapat menentukan dan menetralisir proses dakwah.
3. Peranan Komunikator Dakwah Komunikator (Muballigh) adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan (billisan) maupun tulisan (billqalam) ataupun perbuatan (billhal) dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Kata da’i (Comunikator) ini secara umum sering disebut dengan sebutan muballigh/muballighah (orang yang menyampaikan ajaran Islam).4 Menurut Laswell Komunikator merupakan sumber informasi yang mempunyai tujuan dalam komunikasi. Tujuan-tujuan yang dilakukan komunikator sesuai apa yang diperlukan oleh komunikator, seperti dapat mengubah karakter orang lain atau pendapat orang lain. Sehingga
4
Nurul Badruttaman, Dakwah Kolaburatif Tarmizi Taher, cet. I, (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 101.
9
peranan komunikator dakwah dalam proses penyampaian pesan-pesan dakwah kepada komunikan.
4. Atsar (Efek) Dakwah Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap aktivitas dakwah akan menuai reaksi baik positif maupun negatif. Artinya adalah setiap dakwah akan memiliki efek (atsar) pada objek dakwah. Kemampuan menganalisa efek dakwah sangat penting dalam menetukan langkahlangkah dan strategi dakwah selanjutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah kemungkinan kesalahan strategi dakwah yang bisa merugikan tujuan dakwag dapat terulang kembali.
5. Pemanfaatan Retorika Secara bahasa, retorika berasal dari kata “Rhetoric” (dalam bahasa Yunani) yang berarti seni berpidato atau seni berbicara. Sedang dalam bahasa latin dikenal istilah “the peach of art” lebih jelasnya dalam bahasa Encyclopedia Britaninica retorika didefinisikan sebagai seni dalam menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan terhadap pendengar dan pembicara. 5 Retorika
Gambaran Umum Masjid Al-Kautsar Kendari 1. Sejarah berdirinya Masjid Al-Kautsar Kendari Pembangunan Masjid Raya Al-Kautsar Kendari melalui proses yang tergolong lama. Inisiatif pertama kali berawal dari Gubernur ke-3 Brigjend H. Edy Sabara yang memerintah mulai 19 Oktober 1966 sampai dengan 1 April 1967sebagai karakter, kemudian 1 April 1967 sampai dengan 24 April 1967 menjadi pejabat gubernur, 24 April 1967 sampai dengan 29 Nopember 1972 sebagai gubernur, menjadi penjabat gubernur 19 Juni 1978 dan kemudian menjadi penjabat lagi pada 12 Oktober 1981 sampai dengan 23 September 1982. Beliau yang dikenal sebagai peletak dasar-dasar pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara menghendaki supaya Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki masjid yang megah. Ide beliau sejalan dengan aspirasi masyarakat yang menginginkan agar Sulawesi Tenggara memiliki sebuah masjid besar supaya dapat dijadikan sebagai kebanggaan seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara.
5
Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah, (Jakarta: Turisina, 1991), h. 57.
10
3.
Strategi Dakwah dalam Meningkatkan Pengamalan Islam di Mesjid Raya Al-Kautsar Kendari Masjid sebagai sarana kegiatan dakwah dalam pembinaan umat selayaknya menjadi tempat
memantapkan aqidah, menyempurnakan Ibadah perbaikan hubungan manusia dengan manusia, serta perbaikan ekonomi umat Islam. Semuanya itu berhubungan erat dengan konsep pengamalan ibadah. Perlu diketahui bahwa konsep pengamalan ibadah mesti adanya proses (perbuatan) melaksanakan dan proses ( perbuatan ) menunaikan kewajiban. Begitu pentingnya pengamalan ibadah dalam ajaran agama Islam, karena pengamalan adalah persoalan yang pokok yang harus dikaji secara serius demi membangun dan mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan kualitas keagamaan.
4.
Dampak Penerimaan Jamaah Terhadap Dakwah di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari Ketika seorang muballigh berdakwah di hadapan para jamaah, maka tentu yang diharapkan
adalah adanya sambutan dari para jamaah. Melihat keadaan yang nampak di Masjid Raya AlKautsar Kendari ada berbagai macam kalangan yang hadir mengikuti pengajian tersebut. Jamaah yang aktif rata-rata orang-orang tua yang sering sholat di mesjid. Adapula jamaah lain dari kalangan tabligh, salafi, dan lain-lain mereka hanya datang ke mesjid dan tidak bisa dimasukkan kedalam kategori jamaah tetap. Rata-rata jumlah jamaah sekitar 50 sampai 100 orang setiap malam. Tentunya dari waktu ke waktu dengan adanya kegiatan dakwah tersebut, ada dampak yang di timbulkan oleh dakwah tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Berikut penjelasannya amaan seorang jamaah.
1.
Dampak Positif Setelah penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang jamaah pengajian di
Masjid Raya Al-Kautsar, terdapat berbagai dampak positif yang muncul dari para jamaah tersebut. Untuk itu, dibawah ini penulis menguraikan tentang dampak positif dari adanya strategi dakwah dalam peningkatan ibadah sholat di Masjid Raya Al-Kautsar : a. Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari cukup senang karena dengan adanya pengajian dalam keseharian sehingga mereka sering smendapatkan siraman rohani.
11
b. Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari jadi rajin datang sholat, walau jarak rumahnya agak jauh. Tetapi dengan adanya kajian mereka pun datang ke masjid. b. Dalam hal berbicara jama’ah menjadi lebih sopan santun. c. Jamaahnya yang dulu preman dan tidak terarah hidupnya, dengan adanya kajian itu mereka menjadi sedikit berubah. d. Apa yang disampaikan oleh penceramah, Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. e. Dalam hal infaq, shodaqoh, zakat,dan lain sebagainya, Jamaah Masjid Raya AlKautsar Kendari sangat aktif. Karena kebanyakan dari mereka merupakan orangorang sukses atau dari kalangan berada. 6 2.
Dampak Negatif Setelah penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang jamaah pengajian di
Masjid Raya Al-Kautsar, terdapat berbagai dampak negatif yang muncul dari para jamaah tersebut. Untuk itu, dibawah ini penulis menguraikan tentang dampak negatif dari adanya strategi dakwah dalam peningkatan ibadah sholat di Masjid Raya Al-Kautsar : a.
b. c. d. e. f.
3.
Terkadang ada provokator yang mendengarkan ceramahnya, lalu ketika ada sesi Tanya jawab, mereka kadang menyinggung topiknya serta menyinggung penceramahnya. Seolah-olah jamaah tersebut tidak sepakat dengan apa yang disampaikan oleh penceramah. Terkadang ketika ada jama’ah ada yang ditanyakan tidak sesuai dengan jawaban yang di inginkannya, jamaah tersebut langsung pergi ( Seolah-olah bercanda / main-main. Jamaah suka menggosipkan orang ketika ceramah sedang berlangsung. Ini gambaran belum teraplikasinya nilai-nilai akhlak dalam hidupnya. Ada Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari yang senang mendengarkan ceramah salah seorang muballigh, ada juga yang tidak senang mendengarkan ceramahnya tersebut. Jika jelek ceramah yang dibawakan oleh seorang muballigh, maka sebagian jamaah mengejek ceramah tersebut. Sesuatu yang sudah lumrah dari jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari. Yakni menganggap remeh penceramah jika tidak menguasai materi. 7 Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari Berbicara tentang strategi dakwah dalam meningkatkan pengamalan Islam di Masjid Raya
Al-Kautsar Kendari, pasti ada berbagai faktor yang mendukung dan juga tidak terlepas dari berbagai faktor hambatan. Hal itu biasa di temukan dalam perjalanan para muballigh. Seperti
6
Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari, Wawancara, 14 Oktober 2016. Jam 19:50,wita. Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar, Wawancara, Kendari, 04 Nopember2016, jam 12. 30 WITA.
7
12
halnya yang di alami oleh muballigh di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari, para muballigh mendapatkan berbagai dukungan dan juga mengalami berbagai hambatan.
1.
Faktor Pendukung
a.
Para muballigh yang selalu antusias memberikan pembinaan berupa nasihat-nasihat serta dukungan kepada seluruh jamaah agar tetap memprioritaskan belajar agama. Dalam hal ini dukungan yang diberikan para muballigh ketika ikut campur dalam pengajian yang sering diadakan hampir tiap hari, mereka memberikan masukan dan kritikan pula terhadap jamaah dan pengurus Masjid Raya Al-Kautsar Kendari. Dari situlah solusisolusi dari para muballigh sangat berarti.
b.
Masjidnya bagus, letaknya strategis, halamannya luas,dan Fasilitas masjid yang cukup lengkap sangat memabantu lancarnya kegiatan dakwah yang diadakan di Masjid Raya AlKautsar Kendari. 2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat strategi dakwah dalam meningkatkan pengamalan Islam di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari adalah sebagai berikut : a.
Antusias sebagian jamaah yang masih kurang dan mudah terbawa arus pergaulan khususnya dikalangan para pemuda ataupun remaja, sehingga sangat menghambat berjalannya penerapan strategi dakwah dalam meningkatkan pengamalan Islam di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari.
b.
Lingkungan yang bisa dikatakan pergaulannya sangat bebas, apalagi di perkotaan banyaknya kegiatan-kegiatan kemaksiatan yang sebenarnya tak layak untuk mereka ikuti seperti hanya sekedar kumpul-kumpul (Komunitas Punk) dan ujung-ujungnya terbawa arus lembah hitam
13
PENUTUP Strategi dakwah yang dilakukan oleh para muballigh di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari yaitu. dengan proses komunikasi yang baik. Membawakan ceramah sesuai dengan strateginya masing-masing. Setiap membawakan pengajian selalu menggunakan kitab (kitab kuning), menyampaikan sesuatu sesuai dengan apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat (Lebih Faktual), memberikan dalil dan dasarnya suatu permasalahan, lalu memberikan solusi jalan keluar, memilih topik terkini yang menarik untuk di bahas, menggunakan bahasa yang mudah dicerna masyarakat. tidak menyinggung oknum-oknum tertentu. pembahasannya bagus dan mudah dimengerti maka penceramah itu ditandai hari-harinya oleh para jamaah. Bercerita humoris dalam kegiatan dakwahnya, tegas, lugas dalam menyampaikan dakwah nya, serta senantiasa memotivasi Jamaah. Dampak dari penerimaan dakwah jamaah pengajian di Masjid Raya Al-Kautsar dengan adanya kegiatan dakwah tersebut, tentunya ada dampak yang di timbulkan oleh dakwah tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Berikut uraian dampak positifnya. Jamaah Masjid Raya Al-Kautsar Kendari cukup senang mengikuti pengajian, jamaah rajin datang sholat, jama’ah menjadi lebih akrab dan saling menghargai satu sama lain, hidupnya lebih terarah, ilmunya langsung diamalkan. Jamaah aktif dalam hal, infaq, shodaqoh,dan lain sebagainya. Sedangkan Dampak Negatifnya, yakni tidak sepakat dengan apa yang disampaikan oleh penceramah, Suka bercanda / main-main., Jamaah suka menggosipkan orang, Ada yang tidak senang mendengarkan ceramahnya tersebut. , jamaah mengejek ceramah dan menganggap remeh penceramah jika tidak menguasai materi. Faktor yang mempengaruhi dari strategi dakwah di dalam meningkatkan pengamalan Ibadah di Masjid Raya Al-Kautsar Kendari tentu karena adanya Faktor Pendukung sebagai berikut : muballigh yang selalu antusias, adanya dukungan dari berbagai pihak, terjalinnya kerjasama Pengurus Masjid dengan para muballigh dan juga pemerintah kota Kendari khususnya Departemen Agama, Respon Jamaah, Lokasi Masjid yang strategis, Keaktifan Pengurus Masjid dalam kepengurusannya serta Insentif
yang sangat mendukung. Sedangkan Faktor
Penghambatnya adalah Antusias dan respon yang kurang, lingkungan yang kurang baik. ketidak hadiran penceramah, serta jamaah terlalu selektif.
14
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi dan Praktisi Dakwah sebagai Solusi Problematikan Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah, (Jakarta: Turisina, 1991) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang,PT.Karya toha putra, 1998) Muhiddin, Asep, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 2002) Kekinian (Cet. I; Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006) Nurul Badruttaman, Dakwah Kolaburatif Tarmizi Taher, cet. I, (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005)