PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN (YKK) DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh: Ahmad Shobrian NIM : 102051025441 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN (YKK) DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh: Ahmad Shobrian NIM : 102051025441
Di Bawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150254959
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : AHMAD SHOBRIAN NIM: 102051025441
Di Bawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150276299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Maret 2009
Abstrak Ahmad Shobrian Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat Dakwah dalam Islam mempunyai peranan penting, sebagaimana juga ibadah mempunyai nilai yang mulia dalam Islam. Salah satu fungsi dakwah adalah mengajak orang lain untuk dapat mengamalkan ajaran Islam seperti ibadah, tidak terkecuali pada penyandang cacat tuna netra. Penyandang cacat tuna netra, memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang normal pada umumnya. Kekurangan fisik yang disandangnya, membuat tuna netra cenderung sulit untuk mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Dakwah dalam penyelenggaraannya, butuh perhatian khusus dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Dalam hal ini, permasalahan yang timbul diantaranya adalah, bagaimana dakwah dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya pada kelompok tuna netra? Dan bagaimana bentuk pengamalan ibadah yang dilaksanakan pada kelompok tuna netra? Penyelenggaraan dakwah, dapat dilakukan secara individu maupun kolektif dalam satu-kesatuan yang tertata rapih, sehingga penyelenggaraan dakwah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Yayasan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, peran yayasan dalam melaksanakan dakwah lebih mengajak seseorang pada tindakan yang nyata seperti. Melalui lembaga seperti yayasan tersebut aktivitas dakwah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan salah satu lembaga sosial kemasyarakan yang ikut berperan aktif dalam berdakwah. Peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam upayanya meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, membuat penulis tertarik untuk mengamati dan menelitinya. Adapun metodologi yang digunakan dalam pembahasan ini ialah metode kualitatif, yaitu prosedur penelititan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif, seperti misalnya penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar peran dan aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, mengingat ibadah mempunyai nilai utama dalam Islam.Serta bagaimana bentuk pengamalan ibadah yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan terhadap kelompok tuna netra. Dapat disimpulkan bahwa, YKK adalah lembaga sosial keagamaan yang mempunyai peran penting dalam mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, janda dan manula, serta kelompok tuna netra. YKK didirikan untuk menampung kaum dhu’afa, anak-anak yatim, kaum lemah tuna netra, untuk dibina dengan cara memberikan keterampilan, bimbingan keagamaan, dan sebagainya.
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb Segala puji serta syukur tak luput kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini dengan judul : “Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat“. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penunjuk jalan dan pencerah hidup. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki masih sangat terbatas. Oleh sebab itu penulis berharap adanya saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan semangat pada penulis. Skripsi ini dapat penulis selesaikan merupakan nikmat yang luar biasa dan tak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu dirahmati oleh Allah SWT. 1. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ibunda Desti Aminta Tasrif dan Ayahanda Ahmad Shobur H. Hamzah yang telah mencurahkan segenap rasa kasih sayang dan do’a yang tidak pernah dan tidak akan sedikitpun penulis lupakan karena sangat besar dan berarti bagi penulis. Ungkapan rasa terima kasih yang mendalam juga untuk kakak tercinta Supriyadi dan Siti Maysaroh serta k’Nina dan Mas Pram terima kasih atas dukungan
moril maupun materil. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Najmi, Hawa, Meylia, Icha, QQ. I love u All so much… 2. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Murodi, MA, Pembantu Dekan Bidang Akademik Bapak Drs. Arief Subhan, M.Ag , Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan Bapak Drs. H Mahmud Jalal, M.Ag, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak Drs. Study Rizal. L.K.,MA. 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, dan Ibu Umi Musyarafah, MA, selaku ketua dan sekretaris prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Yang telah banyak membantu penulis dalam berbagai hal dan memberikan nasehat yang sangat berharga. 4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku pembimbing skripsi yang telah membantu, membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmunya, semoga bermanfaat bagi penulis. 6. Pimpinan dan
seluruh
staf
karyawan
Perpustakaan
Utama
dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menyediakan fasilitas untuk penulis. 7. Bapak Drs. H. Najmuddin Siddiq, selaku ketua Yayasan Khazanah Kebajikan dan seluruh warga Yayasan Khazanah Kebajikan yang telah memberikan izin untuk penulis dalam melakukan penelitian. 8. Sahabat-sahabat KPI A 2002, Q’cul dengan gayanya yang khas, Dodoy dengan logatnya yang menggelitik, Ncek dengan kePDannya, Henden
dengan itung-itungannya, Japrenk dengan bahan spanduknya, Tami dengan Dakwah Institutenya, Leni, Ghina, Milda Oneng, Towil, Mudrik Hohe, Dian, Ade Gladak, Babeh, Lyly Aulia dan yang lain nya. Terima kasih atas do’a, dukungan, kebahagiaan dan kebersamaanya selama kita kuliah dalam menjalin persahabatan bahkan persaudaraan. I’ll miss u All so much… 9. Sahabat-sahabat cempaka, Kamil, Syibli, Ipank, Ujang, Jange, Qhitink, Gepenk dan yang lainnya. Sahabat-sahabat kertamukti, terima kasih kepada Erman yang sudah memberikan kesempatan untuk menggunakan komputernya, Ebho, Mpo’ Yani, Hanjonk, Gerink dan yang lainnya. Sahabat-sahabat sumedang dan yang lainnya dimana pun berada. 10. Special Thanks untuk Miranti, terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayangnya selama ini kepada kk’nya dengan selalu senantiasa mendo’akan dan memberikan motivasi. Terima Kasih… Mudah-mudahan atas apa yang telah diberikan
baik bantuan moril
maupun materil kepada penulis mendapatkan ridha Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan fikiran dan saran untuk perkembangan pendidikan. Penulis sangat menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang kostruktif agar lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Jakarta, Maret 2009 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................i KATA PENGANTAR......................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5 D. Metodologi Penelitian ................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan..................................................................... 9
BAB II
KERANGKA TEORITIS A. Pengertian Peran............................................................................11 B. Dakwah dan Ruang lingkupnya .....................................................13 1. Pengertian Dakwah ...................................................................13 2. Unsur-unsur Dakwah ................................................................15 C. Pengamalan Ibadah dan Ruang Lingkup Ibadah.............................28 1. Pengertian Pengamalan Ibadah..................................................28 2. Bentuk-bentuk Ibadah...............................................................29 D. Tuna Netra ....................................................................................31 1. Pengertian Tuna Netra ..............................................................31 a. Penyebab Ketuna Netraan.....................................................32 b. Karakteristik Tuna Netra ......................................................34 c. Masalah-masalah Yang Dihadapi Tuna Netra .......................35
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan .............37 B. Visi dan Misi Yayasan Khazanah Kebajikan..................................38 C. Struktur Kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan...................49 D. Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan ......................................................................................41 E.Sekilas Tentang Bimbingan Kelompok Tuna Netra Yayasan Khazanah Kebajikan......................................................................44
BAB IV PERAN
DAKWAH
YAYASAN
KHAZANAH
DALAM
MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA A. Aktivitas Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra.............46 B. Bentuk-bentuk Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra ............52 C. Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Tuna Netra....58 D. Kendala-kendala dan Solusi Untuk Mengatasinya..........................65
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................68 B. Saran .............................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
I
Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan.....................................................57
Tabel
II
Perasaan Responden Sebelum Mengikuti Aktivitas Di Yayasan ..58
Tabel
III
Perasaan Responden Setelah Mengikuti Aktivitas Di Yayasan ....58
Tabel
IV Tanggapan Responden Terhadap Sikap Pembimbing Dalam Memberikan Bimbingan .............................................................59
Tabel
V
Tanggapan Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah .60
Tabel
VI Tanggapan Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Membentuk Kepribadian Yang Baik...................................................................................61
Tabel
VII Sikap Responden Terhadap Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Menjalankan Ibadah........................................61
Tabel
VIII Kesadaran Responden Ketika Menjalankan Shalat Berjamaah.....61
Tabel
IX Tanggapan Responden Mengenai Dampak Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Ibadah .....................................................62
Tabel
X
Sikap Responden Ketika Menerima Sumbangan Atau Santunan..62
Tabel
XI Tanggapan Responden Terhadap Kajian Khusus Islam Dalam Meningkatkan Pengertian Dan Penghayatan Ajaran Islam...........63
Tabel
XII Tanggapan Responden Terhadap Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Membantu Memecahkan Masalah Yang Dihadapi ..........63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah yaitu agama
yang mengajak dan
memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. 1 Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat itu sendiri, merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap manusia muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad SAW, untuk menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah SWT, jalan keselamatan dunia akhirat, disamping fungsi hidup sebagai khalifah di muka bumi ini.2 Perintah dalam melaksanakan dakwah Islamiyah yang merupakan tugas sebagai manusia muslim tercantum dalam kitab suci al-Qur’an, surat ali- Imron ayat 104 :
!"#$% !&' ./0 ($ !*+&,$ $.689:"' 5 2!" 3☺$% 1 1 @AB <=3">?3☺$% * ; Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.3(ali-Imron:104)
1
Abd. Rosyad Shaleh, Managemen Dakwah Islam Abd. Rosyad Shaleh, , Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Hal. 1 2 H. Halimi AR, Problematika Dakwah Masa Kini dan Pemecahan nya, naskah makalah yang disampaikan dalam seminar pada tanggal 24 februari 2003, hal. 1 3 Al-Qur’andanterjemah, CV. Al-Waah, Semarang, 1993, Hal. 93
Dalam melaksanakan tugas untuk mengajak manusia ke jalan Allah, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, seringkali jalan yang ditempuh tidak mulus, dan selalu menemui hambatan dan rintangan. Untuk itu dalam melaksanakan dakwah Islamiyah, diperlukan adanya siasat cermat dan strategi dakwah yang jitu, diantaranya dengan memahami kondisi mad’u yang dihadapi, dengan begitu dakwah yang kita sampaikan akan mudah diterima oleh mad’u. Untuk menunjang keberhasilan dakwah, diperlukan usaha-usaha yang cepat dan konkrit, baik dalam bentuk metode atau alat yang akan dipakai untuk berdakwah. Demikian pula dakwah dalam menyebarluaskan agama Islam, juga perlu memperhatikan media yang digunakan dan tidak lupa juga situasi dan kondisi masyarakat. “Tidak sedikit orang-orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya baik dalam keluarga, sosial, ekonomi, menjadi putus asa, patah hati, bahkan apatis terhadap segala persoalan. Kecacatan pada diri seseorang merupakan hambatan dan gangguan dalam aktivitas bagi penyandangnya. Untuk menimbulkan kepercayaan diri pada penyandang cacat tidaklah mudah, apalagi harus menjadikannya mandiri ditengah-tengah masyarakat”.4 Dakwah pada dasarnya menyampaikan risalah para Nabi (Muhamad). Hakekat dari tujuan dakwah itu sendiri adalah usaha yang diarahkan pada masyarakat luas untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan dalam menciptakan situasi yang yang baik sesuai dengan ajaran Islam disemua bidang kehidupan.5 Dakwah dalam penyelenggaraannya, butuh perhatian khusus dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Permasalahan yang timbul diantaranya 4 5
Zakiah Darajat, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, cet ke-6 h 3 Amin Rais, Demi Kepentingan Bangsa, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997 ), hal. 12
adalah, bagaimana dakwah dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya pada kaum tuna netra. Penyelenggaraan dakwah, dapat dilakukan secara individu maupun
kolektif
dalam
satu-kesatuan
yang
tertata
rapih,
sehingga
penyelenggaraan dakwah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dakwah bagaikan urat nadi dalam Islam, karena dakwah merupakan aktualisasi nilai dan konsep teologis yang harus dimanifestasikan dalam suatu aktivitas manusia beriman dalam kehidupan masyarakat.6 Dakwah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dakwah secara langsung telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasul dalam menjalani aktivitas dakwahnya berinteraksi langsung melalui perkataan dan prilaku yang dapat dijadikan tauladan. Dakwah dapat pula dilaksanakan melalui media cetak, elektronik, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti yayasan. Yayasan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, peran yayasan dalam melaksanakan dakwah lebih mengajak seseorang pada tindakan yang nyata. Melalui lembaga seperti yayasan tersebut aktivitas dakwah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Aktivitas tersebut berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, seperti pendidikan formal hingga kegiatan sosial keagamaan. Yayasan Khazanah Kebajikan didirikan untuk menampung kaum dhu’afa, anak-anak yatim, kaum lemah tuna netra, untuk dibina dengan cara memberikan keterampilan, bimbingan keagamaan, dan sebagainya. Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan
6
M. Quraiy Shihab, Membumikan Al-Qur’an ( Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat ) Bandung Mizan 1998, cet. Ke. 17 hal. 193
mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, janda dan manula, serta kaum tuna netra. Secara khusus, Yayasan Khaanah Kebajikan nampak seperti sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Salah satu keistimewaan Yayasan Khazanah Kebajikan adalah ciri khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya shalat tahajjud yang dilaksanakan bersama kaum tuna netra dan anak-anak asuh, kajian al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah, pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah.7 Melalui pemaparan singkat diatas, dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi pembahasan seputar peran dakwah dan aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dalam meningkatkan pengamalan ibadah seperti budaya ibadah sholat tahajjud bagi kaum tuna netra. Adapun hal-hal lain mengenai yayasan tidak termasuk pembahasan dalam penulisan skripsi ini.
7
Yayasan Khazanah Kebajikan, Jendela Informasi, Ciputat, 1998, hlm 4
2. Perumusan Masalah Melalui identifikasi masalah diatas, penulis perlu merumuskan beberapa masalah yang akan menjadi pokok bahasan: 1. Aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra? 2. Bagaimana peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, serta peran Yayasan Khazanah Kebajikan dalam memberikan motivasi kepada kelompok tuna netra untuk tetap bekerja dan berkarya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang ada, penulisan skripsi ini bertujuan untuk memahami peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK). 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam khazanah ilmu pengetahuan dakwah, khususnya mengenai peran dakwah. Mengingat penulis merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk pengkajian dan penelitian
dalam pengembangan ilmu dakwah. Serta diharapkan penelitian ini dapat menjadi solusi untuk pengembangan dakwah pada Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) selaku objek yang diteliti.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun kuesioner dan tabulasi digunakan untuk memperkuat/melengkapi data. Metode penelitian kualitatif, metode yang sangat tegantung pada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi, (penggambaran) verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi.8 Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencari sumber informasi sebagai studi deskriptif yang menggambarkan objek apa adanya sesuai dengan kenyataan.
2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan. Subjek penelitian ini adalah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) seperti ketua, pengurus, pembimbing anak-anak asuh serta kelompok tuna netra Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) untuk sumber informasi dalam penelitian ini. Objek penelitian merinci fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi dari penelitian. Sedangkan objek dari
8
Imam Suryo Prayogo. Metode Penelitian Sosial Agama. 2001. h. 102-103
penelitian ini adalah aktivitas dakwah yang dilakukan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) sebagai data yang mendukung penelitian ini.
3. Tehnik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian ini adalah: a. Observasi Penulis melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik observasi yang peneliti lakukan bersifat mengamati secara langsung yaitu mengikuti jalannya proses aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK). Observasi yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat mengenai aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK). b. Interview Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Interview dilakukan dengan sumber yang berhubungan, baik itu secara langsung ataupun tidak dengan objek yang diteliti guna memperoleh data-data mengenai aktivitas dakwah yang berlangsung. Teknik interview yang digunakan bebas terbuka yaitu peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan seputar aktivitas dakwah tersebut yang
kemudian dikembangkan bersamaan dengan dijawabnya
pertanyaan yang diajukan peneliti. Dari hasil wawancara ini penulis mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung
penelitian ini. Adapun interview dilakukan kepada pengurus harian Yayasan Khazanah Kebajikan yang khusus membidangi kelompok tuna netra, jama’ah tuna netra itu sendiri dan beberapa warga Yayasan Khazanah Kebajikan sebagai sumber penulis dalam megumpulkan data. c. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak diperoleh dengan cara interview dan observasi. Yaitu dengan cara mencatat dan menganalisa data-data yang diperoleh penulis selama penelitian. baik melalui dokumen-dokumen seperti buku, artikel atau catatan-catatan lainnya. d. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data atau fakta yang telah didapatkan, penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Disiplin ilmu ini bekerja dengan mengungkapkan data dan fakta secara alamiah tanpa sedikitpun mempengaruhi subjek maupun objek penelitian. e. Kuesioner Adalah suatu daftar yang berisikan berbagai pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu bidang tertentu.9 Ini adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan lembaran angket yang berisi pertanyaan terbuka atau tertutup kepada warga masyarakat.
9
Koetjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983).
E. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang peran Yayasan Khazanah Kebajikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Antar lain, dengan judul “Peranan Bimbingan Mental Keagamaan Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Asuh Di Yayasan Khazanah Kebajikan ”, yang diajukan sebagai skripsi di jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1998. Penelitian ini bertujuan mengungkap proses bimbingan mental keagamaan yang dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Peneliti menguraikan proses aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan dalam membimbing mental keagamaan anak-anak asuhnya.
F.
Sistematika Penulisan Guna memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang
diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN : Bab ini meliputi latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORITIS : Dalam bab ini akan dibahas kerangka teori dengan uraian sebagai berikut : Pengertian Peran, Dakwah dan Ruang Lingkupnya. Meliputi : Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, Metode dan Tujuan Dakwah, Ibadah. Meliputi : Pengertian Pengamalan Ibadah, Bentukbentuk ibadah. Tuna Netra. Meliputi : Pengertian tuna netra, Karakteristik Tuna
Netra, Faktor Penyebab Ketunanetraan, Masalah-masalah yang dihadapi Tuna Netra BAB
III
GAMBARAN
UMUM
YAYASAN
KHAZANAH
KEBAJIKAN (YKK) : Gambaran Umum Tentang Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) yang meliputi tentang : Latar Belakang Berdiri, Visi, dan Misi, Struktur Kepengurusan, Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dan Sekilas Tentang Kelompok Tuna Netra Yayasan Khazanah Kebajikan BAB IV PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT : Pembahasan tentang hasil penelitian yaitu dari aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK), Bentuk Pengamalan Ibadah Yang Dilaksanakan Kelompok Tuna Netra, Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra, Kendala-kendala dan Solusi Mengatasinya. BAB V PENUTUP : Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peran Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.10 Grass Masson dan A. W. Mc. Eachern, sebagaimana dikutip oleh David Berry, mendefinisikan peran sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial 11 Makna peran, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu: 12 1. Penjelasan historis Menurut penjelasan historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani Kuno atau Romawi. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. 2. Pejelasan peran menurut ilmu sosial Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Pengertian peran dalam kelompok pertama di atas merupakan pengertian yang dikembangkan oleh paham strukturalis di mana lebih berkaitan antara peran10 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h. 667. 11 N. Grass, W. S. Masson, and A. W. Mc. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David berry, pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : Raya Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3, h. 29 12 Hendropuspito, D., OC., Sosiologi Sistematik., Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989 hlm. 105-107
peran sebagai unit kultural yang mengacu kepada hak dan kewajiban yang secara normatif telah dicanangkan oleh sistem budaya. Sedangkan pengertian peran dalam kelompok dua adalah paham interaksionis, karena lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih peran sosial. Menurut Robert Merton, peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang miliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Robert Merton dinamakan perangkat peran. 13 Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan, Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.14 Menurut penulis, yang dimaksud peran disini adalah perilaku kelompok swadaya masyarakat seperti yayasan dalam membawa perannya untuk mengembangkan anggota kelompoknya dalam pemberdayaan kaum dhu’afa.
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 13
Merton, Robert. 1968. Social Theory and Social Structure, 2nd ed.. (New York: Free Press), h. 41-45 14 Ahmadi, Abu. 1982. Psikologi Sosial, (Surabaya: Penerbit PT. Bina Ilmu), h. 50.
1. Pengertian Dakwah Secara semantik kata dakwah ( ) اةartinya: "do’a", "seruan ", “panggilan”, "ajakan", "undangan", "dorongan" dan "permintaan", berakar dari kata kerja. " “دyang berarti "berdo 'a", " memanggil, "'menyeru ", "mengundang", "mendorong", dan "mengadu".15 Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.16 Seperti yang tertera dalam surat yunus:
G%.H 5 E%F CD$% K L AI:>JJ$% #QR (S 5 MD$NOP 1YB TUVAJX Artinya : “Allah menyeru (manusia) ke Daarussalam (surga) dan memimpin orang yang menghendaki-Nya, kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus : 25)
Dakwah adalah menyeru, mengajak manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran islam sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW (sabilillah). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran dan An-Nahl:
!&' !"#$% ./0 ($ !*+&,$$.689:"' 5 2!" 3☺$% 1 1@AB <=3">?3☺$% *; Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS Ali- Imran : 104).17
.6-G 15
B[\].^
5
ZH
%$Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta, Widya Karsa Pratama, 1992), cet. Ke-5 h.1. Ali Azis, Moh, Dr. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004) h.4 17 Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ), hal. 93. 16
.☺ #$$E 0aJ#$% "` .☺$% eG ; cAUd$$I3/ :.b *; .6g-G 5 3aJf [a@ .☺QI> QI> *; E h %\].^ 1@YB ij k/3☺$$Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.An-Nahl/16.125) Makna lain kata dakwah secara bahasa adalah:18 a) An-Nida artinya memenaggil; da’a fulan ila fulanah, artinya sifulan mengundang si fulanah. b) Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu. c) Ad-da’wata ila qadiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik terhadap yang hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif. d) Suatu usaha berupa perktaan atau perbuatan untuk menarik manusia ke suatu aliran atau agama tertentu. e) Memohon dan meminta, ini yang disebut dengan istilah berdo’a. Abd Rasyad Saleh mengatakan bahwa dakwah merupakan: “Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsepsi Islam terhadap pandangan dan tujuan hidup menusia di dunia ini, yang meliputi amar makruf nahi mungkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan”. 19 Sedangkan definisi dakwah menurut para pakar antara lain: 18 19
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2005) h. 24-25 Abd. Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah. (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997) h. 8
a. Menurut Ki Moesa A. Machfoeld, dalam bukunya yang disunting oleh Nawawi Ismail, bahwa dakwah adalah: Dakwah berarti panggilan, tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT, upaya ini bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berada di jalanNya, sedangkan yang menjadi obyek panggilan adalah : Manusia yang berada diluar jalan Allah atau, yang meninggalkan jalan-Nya, atau mereka yang sudah berada dijalan-Nya namun baru masuk satu kaki yaitu mereka yang masuk dalam kategori abangan atau belum menjalankan agama dengan benar, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Hakikat dakwah adalah memanggil atau mengajak kembali manusia kepada agama. Hal ini karena pada hakikatnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan bertuhan atau beragama, manusia adalah makhluk religius.20 b. Sedangkan menurut Didin Hafiduddin, menyatakan bahwa dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT, secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islami.21 c. Toha Yahya Oemar, mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.22
2. Unsur-unsur Dakwah a. Subyek ( da’i ) dakwah Subyek dakwah atau da’i yang dimaksud disini adalah orang yang melaksanakan aktivitas dakwah baik secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan, baik sebagai individu, kelompok, atau berbentuk organisasi atau kelompok.23 Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa adanya da’i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. 20
Ki Moesa A. Machfoeld – Nawawi Ismail (peny), Filsafat Dakwah ilmu dakwah dan penerapannya (Jakarta: Bulan Bintang, 2004) h. 15-16 21 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 77 22 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Widjaya,1983) h. 41 23 Ali Azis, Moh, Dr. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004) h.60
“Biar bagaimanapun baiknya ideologi Islam yang harus disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak akan terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.”24
Berhasil tidaknya gerakan dakwah sangat ditentukan oleh kompetensi seorang da’i, yang dimaksud dengan kompetensi da’i adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, dan prilaku serta keterampilan yang harus dimiliki oleh para da’i, oleh karena itu para da’i harus memilikinya, baik kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis: 1. Kompetensi Substantif : a. Memahami agama Islam secara konverhensif, tepat dan benar. b. Memiliki al-akhlaq al- kariimah, seorang pribadi yang menyampaikan ajaran yang mulia, dan mengajak oang menuju kemuliaan, tentula seorang da’i memiliki akhlaq mulia yang terlihat dalam seluruh aspek kehidupannya, seorang da’i harus memiliki sifat shiddiq, amanah, sabar, tawaddhu’, adil, lemah lembut dan selalu ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, dan sifat-sifat mulia lainnya, lebih dari itu kunci utama keberhasilan da’i adalah satu kata dan perbuatan. Allah mengancam seorang da’i atau siapa saja yang perkatannya tidak sejalan dengan perbuatannya , atau hanya bisa berkata tapi tidak mau berbuat. Allah AWT berfirman:
ij ldD$% $L< '9: op $ <=`" m E%0% $R oq 1YB *>.*?" op $ E%`" rD$% . 12B <=*>.*?" Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu”. (Q.S. Ash-Shaf 61: 2-3 )25 24
Hamzah Ya’qub, Publistik Islam dan Teknik Dakwah, (Jakarta: Diponegoro, 1998) h. 37
c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang relatif luas, yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah cakupan ilmu pengetahuan yang paling tidak terkait dengan pelaksanaan dakwah, antara lain, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu sosiologi, psikologi dakwah, teknologi informasi baik cetak maupun elektronik, ilmu patologi sosial dan lain-lain. d. Memahami hakikat dakwah. Hakikat dakwah pada dasarnya adalah mengadakan prubahan sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, artinya perubahan yang bersifat normatif, sebagai contoh : Perubahan dari kebodohan kepada kepintaran, perubahan dari keimanan atau keyakinan yang betul kepada keyakinan yang benar, dari tidak faham agama Islam menjadi faham Islam, dari tidak mengamalkan Islam menjadi mengamalkan ajaran Islam, dan Allah tidak akan memberi petunjuk dan kemudahan kepada manusia untuk dapat berubah kecuali kalau manusia berjuang dengan keikhlasan, tekat yang kuat, ikhtiar yang maksimal. Allah berfirman :
Bix- w u:6Av.* sf" h f ?&>.m
f. rD$% 2! sf+y`⌧?"{ $ A! op dD$% |= E% A! 5c}U.f , "D%" L(~`?+ '- $ %☯F3^ , "- CD$% .H%G I3/" $ 5 sf" H! o⌧"& 1@@B [% h f + 3H Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. ar-Ra’d 13: 11) 26 25 26
Yayasan Penyelenggara Penerjemah, alQur’an; hal. 928. . Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, h. 370.
e. Mencintai objek dakwah (mad’u) dengan tulus, mencintai mad’u merupakan salah salah satu modal dasar bagi seorang da’i dalam berdakwah, rasa cinta dan kasih sayang terhadap mad’u akan membawa ketenangan dalam berdakwah, seorang da’i harus menyadari bahwa objek dakwah adalah saudara yang harus dicintai, diselamatkan dan disayangi dalam keadaan apapun, walaupun dalam keadaan objek dakwah menolak pesan yang disampaikan atau meremehkan bahkan membeci, kecintaan da’i terhadap mad’u tidak boleh berubah menjadi kebencian, hati da’i boleh prihatin dan dibalik keprihatinan tersebut seyogyanya da’i dengan ikhlas hati mendo’akan agar mad’u mendapat petunjuk dari Allah SWT karena demikian yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. f. Mengenal kondisi lingkungan dengan baik. Da’I harus memahami latar belakang kondisi social, ekonomi, pendidikan, budaya dan berbagai dimensi problematika objek dakwah, paling tidak mendapat gambaran selintas tentang kondisi mad’u secara umum, agar pesan dakwah komunikatif atau sesuai dengan kebutuhan mad’u. g. Memiliki kejujuran dan rasa ikhlas, karena keihklasan dan kejujuran merupkan factor yang sangat prinsip, dan menentukan diterimanya amal ibadah oleh Allah SWT, dan aktifitas dakwah yang dilaksanakan secara ikhlas akan selalu mendapat pertolongan dari Allah SWT. 2. Kompetensi Metodologis : a. Da’i atau muballigh harus mampu mengidentifikasi permasalah dakwah yang dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan menemukan kondisi objektif permasalah yang dihadapi oleh objek dakwah.
b. Muballigh harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciriciri objektif objek dakwah serta kondisi lingkungannya. c. Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua di atas seorang da’I akan mampu menyusun langkah-langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukannya. d. Berkemampuan
untuk
merealisasikan
perencanaan
tersebut
dalam
melaksanakan kegiatan dakwah. 27 Jadi secara umum yang berperan sebagai pelaku dakwah adalah: Setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa) – dimana bagi mereka berkewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “sampaikanlah walaupun satu ayat” dan secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.28
b. Obyek dakwah ( mad’u ) Obyek dakwah adalah sasaran dari kegiatan dakwah atau yang dikenal dengan sebutan mad’u, dalam ilmu komunikasi disebut komunikan, yakni manusia yang merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu. “Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan dalam keberhasilan suatu dakwah.”29 Guna pesan dakwah yang disampaikan dapat berbekas dan berpengaruh dalam kehidupan individu atau sosial masyarakat. 27 . Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh Jogjakarta 1987, h. 137 – 142. 28 Ali Aziz, Ibid, h, 89 29 Faizah, & H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 70
Menurut Wardi Bachtiar, “Obyek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan”.30
Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri ke dalam profesi, ekonomi, dan seterusnya. Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek kelompok masyarakat terbagi menjadi;31 1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah marginal, dan kota besar. 2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. 3. Sasaran kelompok msyarakat dilihat dari segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada masyarakat Jawa. 4. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 5. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin. 6. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri dan lain-lain 30 31
Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h.31 M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 47
Sedangkan Faizah dan Lalu Muchsin dalam bukunya Psikologi Dakwah, menjelaskan secara psikologis, manusia sebagai obyek dakwah dapat dibedakan oleh berbagai aspek, yakni: 1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat manusia yang penakut, pemarah, ramah, sombong, dan sebagainya 2. Intelegensi (intelegence) yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup kewaspadaan,
kemampuan
belajar,
kecepatan
berpikir,
kesanggupan
mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan. 3. Pengetahuan (knowledge) 4. Keterampilan (skill) 5. Nilai-nilai (values) 6. Peranan (roles)32 Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dalam menjelaskan materi dakwah, Al-Qur’an terlebih dahulu meletakan prinsip bahwa manusia yang dihadapinya (mad’u) adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga ia harus dipandang, dihadapi dan diperlakukan dengan keseluruhan unsurunsurnya secara serempak dan simultan, baik dari segi materi maupun waktu penyajiannya.33 Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik atau disebut dengan dakwah bil hal.34 Karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang konkret. Artinya, 32
Faizah, & H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 70, h. 72 33 M. Quraish Shihab, Ibid, h. 196 34 Dakwah bil hal adalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan yang nyata yang interaktif yang mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mepengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan.
pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap yang Islami sesuai dengan pesan kebajikan yang disampaikannya.35
c. Media dakwah Media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses, sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama. Media juga merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.36 Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan sebagai media dakwah, yaitu:37 1. Media visual,
yaitu alat komunikasi yan dapat digunakan dengan
memanfaatkan indera penglihatan dalam menagkap datanya. Media visual meliputi film slide, overhead proyektor, gambar peta dan computer. 2. Media aditif, yaitu alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih dalam bentuk hardware, media auditif dapat ditangkap melalui indera pendengaran. Alat-alat ini meliputi radio, tape recorder, dan telefon. 3. Media auditif visual, yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Yang termasuk media ini adalah film dan televisi video.
35
Dedy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya, komunikasi msyarakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), cet Ke-1, h. 55 36 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163 37 M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1, h. 33
d. Materi dakwah Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-Quran dan Al-Hadits, yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam. Materi dakwah tidak bisa terlepas dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam. Kedua, rakyu ulama (pendapat ulama), pemikiran dan penelitian ulama dapat pula dijadikan sumber materi dakwah asalkan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadits.38 Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan kepada mad’u, dalam hal ini adalah ajaran Islam itu sendiri.39 Sedangkan menurut Quraish Shihab, materi dakwah yang dikemukakan dalam alQur’an mencakup tiga masalah pokok yaitu, akidah, akhlak, dan hukum.40 Pada pokoknya, lebih lanjut dijelaskan materi-materi tersebut tercermin dalam tiga hal: a. Bagaimana ide-ide agama dipaparkan sehingga dapat mengembangkan gairah generasi muda untuk mengetahui hakikat-hakikatnya malalui partisi pasi positif mereka b. Sumbangan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang membangun, khususnya dibidang sosial, ekonomi, dan budaya c. Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang dapat menjadi landasan bersama demi mewujudkan kerjasama antar mengabaikan identitas masing-masing. 41
38
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 63-64 Moh. Ali Azis, Ibid, h. 94 40 Moh. Ali Aziz, Ibid, h. 193 41 Moh. Ali Aziz, Ibid, h. 200 39
pemeluk agama tanpa
Sedangkan materi dakwah menurut Abu Zahrah ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Aqidah Islamiyah, yaitu akidah wahdaniyah (mengesakan Allah) 2. Percaya kepada al-Qur’an bahwa al-Quran itu diturunkan dari Allah dan dapat melumpuhkan bangsa Arab untuk membuat yang serupa 3. Memiliki hadits-hadits yang dapat membangkitkan semangat taqwa ke dalam lubuk hati dan menyentuh jiwa, serta perjalanan hidup nabi Muhammad SAW 4. Mengesahkan perjalanan hidup nabi Muhammad SAW 5. Menjelaskan tujuan Islam begi individu dan masyarakat dengan prinsip menghormati manusia, keadilan hukum diantara manusia, keadilan dalam bermasyarakat dan bernegara, persamaan dan kemerdekaan, gotong royong dalam kebaikan dan taqwa, serta melarang gotong royong dalam berbuat dosa seperti mewujudkan diskriminasi dan saling kenal antara sesama manusia.42
e. Metode dakwah Metode dakwah
ialah
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
cara
berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya. Sumbersumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran, Hadits, Sirah (sejarah), salafus shalih dari hal sahabat, tabi’in dan Atbaat Tabi’in.43 Pada prinsipnya metode dakwah berpijak pada dua aktivitas yaitu aktivitas bahasa lisan atau tulisan dan aktivitas badan. Aktivitas lisan dalam men 42
Abu Zahrah, Ibid, h. 159 Said bin Ali Al-Kohtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), cet ke-1, h. 9 43
yampaikan pesan dapat berupa metode ceramah, diskusi, dialog, petuah, nasehat, wasiat, ta’lim, peringatan, dan lain-lain. Aktivitas tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media massa cetak (buku, majalah, koran, pamflet, dan lain-lain). Aktivitas badan dalam menyampaikan pesan dakwah dapat berupa berbagai aksi amal sholeh contohnya tolong-menolong melalui materi, lingkungan, penataan organisasi atau lembaga-lembaga keislaman. Quraiys Shihab menjelaskan tentang pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl 125 adalah sebagai berikut: 1. Metode hikmah Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil yang sifatnya
memperjelas
bagi
kebenaran
yang
disampaikan,
sehingga
menghilangkan keraguan mereka. Untuk itu diharapkan bahwa ucapan dihadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya piker mereka, yakni jelas, tepat, tegas, dan ringkas. 2. Metode mau’idzah hasanah Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan dismapaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka. Dihadapan mereka penyesuaian kata-kata harus logis dan mudah difahami. 3. Metode mujadalah Bentuk metode ini adalah golongan menengah. Sebaiknya mereka diajak dialog atau bertukar fikiran. Seorang da’i dituntut untuk menghargai pendapat
mereka, berdialog tersebut harus memberikan kepuasan terhadap lawan dialog.44 Dapat difahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah sesuia dengan pendengar(mad’u) yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena itu, seorang da’i diharapkan dapat mengetahui latar belakang mad’u sebelum menampaikan materinya.
f. Tujuan Dakwah Dakwah yang diinginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk mengamalkannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada: 1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana Rasul Allah, yang memulai dakwahnya dikalangan masyarakt jahiliyah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Allah SWT, menyampaikan wahyu-Nya kepada kaumnya dan memperingatkan mereka dari syirik. 2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat tersebut terhadap segenap kewajiban. 3. Memelihara kelangsungan dakwah dikalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan.45 Menurut Jamaluddin Kafie, yang dimaksud dengan hal tujuan dakwah adalah sebagai berikut: 44
Al-Wisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet ke-1, h.
45
Ali Aziz, Fiqh Dakwah, h. 29
73-75
1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlak seseorang, akhlak masyarakat, akhlak Negara dan akhlak manusia. 2. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal Tuhan dan mempercayaiNya sekaligus mengikuti jalan-Nya. 3. Tujuan
umum dari dakwah
adalah untuk menyeru
manusia
agar
mengindahkan seruan Allah serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan akhirat. 4. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh. 5. Tujuan urgen dari dakwah adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlak secara mulia dan dapat eksis dan tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi pikirannya. 6. Tujuan insidental dari dakwah adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup. 7. Tujuan final dari dakwah adalah amar makruf nahi mungkar.46 Pemahaman tentang tujuan dakwah dapat difahami sebagai usaha bagaimana membentuk masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera serta toleransi dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Sehingga memperoleh tatanan masyarakat sebagai prediket umat terbaik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu perjuangan yang berkesinambungan, karena Islam tidak akan membiarkan umatnya sendiri tidak peduli terhadap perjalanan dakwah di muka bumi ini.
46
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), h. 67
C.
Pengamalan Ibadah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pengamalan Ibadah Pengamalan kata dasar nya adalah “amal” yang berarti perbuatan yang
baik. Kata “amal” itu sendiri mendapatkan awalan “peng” dan akhiran “an” menjadi pengamalan
yang berarti hal,
cara,
hasil atau
proses kerja
mengamalkan.47 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengamalan adalah proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan, penerapan.48 Sedangkan ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut istilah (terminologi), ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan pada Dzat yang memiliki puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhhaan Allah SWT. Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain: a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
47 Js. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1994), cet ke-1, h. 40 48 Pusat Bahasa Depdiknas, “ Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi III hlm. 34
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. 49 Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah adalah proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT, yang disadari dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Bentuk-bentuk Ibadah Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana yang disyariatkan dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah. Allah SWT, menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita, pergaulan kita, percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah. Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran, perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan dan hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita kepada Allah SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek kehidupan kita baik yang lahir maupun yang batin. Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu: 50
49
H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah”, (Bandung; Mas Bandung, 1996), cet-ke1, hlm. 31
a. Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash al-Qur’an dan Hadist. Seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. b. Ibadah ‘Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya. Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad baqir, ibadah menurut bentuk dan pengamalannya terdiri dari: 51 a. Ibadah yang terdiri atas perbuatan yang atau ucapan lidah seperti berzikir, bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya. b. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatanya, seperti sholat, zakat, puasa dan haji. c. Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madras an atau yayasan, masjid, rumah sakit, dan sebagainya. d. Ibadah yang bentuk pelaksanaannya menahan diri seperti puasa, ihram dan i’tikaf. e. Ibadah yang bentuknya menggugurkan hak seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutang, memaafkan kesalahan dan sebagainya. Ibadah dalam Islam adalah bentuk perbuatan tertentu yang telah digariskan dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk
50 A. Rahman Ritonga, M.A, “Fiqh Ibadah” , (Jakarta: Gaya Media Pratama: 2002), cet ke-2 hlm. 62 51 Al-Habsy dan Muhammad Baqir, “Fiqh Praktis Menurut Al-qur’an, As-sunnah dan Pendapat Ulama”, (Bandung: Mizan, 1999) cet ke-4, hlm. 27
peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya, pelaksanaannya, dan tata caranya. Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut adalah sholat, zakat, puasa dan haji. Sebagaimana muslim pada umumnya, kelompok tuna netra juga mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Tidak ada perbedaan dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu peneliti dalam melakukan penelitian ini memfokuskan diri pada pengamalan ibadah dan aktivitas dakwah lainnya yang dilakukan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan.
D. Tuna Netra 1. Pengertian Tuna Netra Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak, dan netra yang berarti mata atau penglihatan. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Sedangkan menurut istilah, dalam hal ini pemerintah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tuna netra adalah: seorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau mental. Yang oleh karenanya merupakan hambatan atau rintangan untuk melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. 52 a. Penyebab Ketunanetraaan Menurut Sidharta Ilyas, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketunanetraan yaitu: 53
52 Sekeretariat Negara RI peraturan pemerintah 36/1980 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi penderita cacat, Penjelasan pasal demi pasal, h 1 53 Sidharta Ilyas, Prof. Dr, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, (Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 1998), h. 50
1. Keturunan Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal. 2. Penyakit Ada beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang dapat mengalami kebutaan, antara lain: a. Xeropthalmia, yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A. b. Trachoma, yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis. c. Catarac, yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. d. Glaucoma, yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat. e. Diabetik Retinopathy, adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.
f. Macular Degeneration, adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan. g. Retinopathy of prematurity, biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan pertumbuhan
kadar
pembuluh
oksigen darah
yang
dapat
menyebabkan
menjadi
tidak
normal
dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total. 3. Pertumbuhan dalam masa kandungan Penyebab ketunanetraan yang disebabkan proses pertumbuhan dalam masa kandungan antara lain: a. Gangguan waktu ibu hamil. b. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan. c. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang. d. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
b. Karakteristik Tunanetra Karakteristik tunanetra secara garis besar dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1. Akademis Pada umumnya tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus seperti halnya orang awas, namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan. Tunanetra juga mendapatkan angka yang hampir sama dengan orang awas, dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman (comprehention) dan persamaan. Kosa kata tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif. 2. Pribadi dan sosial Ketunanetraan tidak secara langsung menyebabkan timbulnya masalah kepribadian. Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap negatif yang diterima tunanetra dari lingkungan sosialnya. tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan sosial, karena keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau contoh perilaku dan umpan balik melalui penglihatan. Beberapa karakteristik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya,
adalah curiga
terhadap
tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain.
orang
lain,
mudah
3. Mental dan intelektual Intelektual atau kecerdasan penderita tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan orang normal atau awas. Kecenderungan IQ penderita tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada orang yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya. 54
c. Masalah-masalah Yang Dihadapi Tuna Netra Berikut beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi penyandang cacat tunanetra antara lain: 1. Rasa rendah diri yang disebabkan bahwa
mereka tidak memiliki
kesempurnaan penglihatan sebagaimana orang lain pada umumnya. 2. Taraf kehidupan yang menyulitkan mereka untuk aktif dalam kehidupan kemasyarakatan. 3. Belum memiliki kesempatan yang cukup untuk mendapatkan pendidikan dan rehabilitasi yang tepat. 4. Tidak memiliki kontrol langsung dengan lingkungannya sehingga tidak dapat mengetahui apa yang ada disekelilingnya.
54
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi anak berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar. (Jakarta: 2002), h. 19
5. Tidak memiliki latar belakang penglihatan (visual background), inilah yang menyebabkan penyandang cacat netra berprilaku terlalu hati-hati penuh kecurigaan dan sebagainya. 6. Sulit untuk pergi atau berjalan sendiri, dalam hal ini tuna netra harus pandai menggunakan tongkat, juga harus mengerti tanda-tanda yang baku untuk menuju kesuatu tempat. 7. Merasa tidak lagi memiliki kebebasan pribadi, hidup selalu bergantung pada orang lain.55
55
Sodjadi SO, Pendidikan Bagi Anak-anak Cacat Netra Sebelum Sekolah, (Jakarta: Pustaka Dian,
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN
A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan dan Perkembangannya 1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, yatim, fakir miskin, janda dan manula. Secara khusus, Yayasan Khazanah Kebajikan nampak sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Ciri khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya shalat tahajjud, kajian al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah, pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah. Yayasan Khazanah Kebajikan berdiri pada tanggal 5 November 1992 di Pisangan Ciputat Tangerang Banten. Dewan pendirinya adalah Drs. H. Marzuki Usman, MA, Drs. H. Nadjmuddin Siddiq, Ir. H. Iskandar Ismail dan Hj. Aswarni Usman.YKK didirikan sebagai bentuk kepedulian sosial warga untuk membantu kaum dhuafa dan untuk membendung gerakan “misionaris” di sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir.56 Pengurus YKK pertama kali mengambil dan mengasuh 16 anak yatim dan fakir miskin dari warga sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir untuk dididik dan disantuni. Sentral kegiatannya pada waktu itu berada di Masjid Al-A’raaf Bukit Cirendeu. Dalam perkembangannya, YKK sekarang telah mengasuh 430 anak 56
Yayasan Khazanah Kebajikan, Jendela Informasi, Ciputat, 1998, hlm 4
yatim dan fakir miskin dari berbagai macam daerah di Indonesia. YKK juga telah membina 400 orang jama’ah lansia dan dhu’afa serta 52 orang tuna netra dhuafa. Di samping itu, Yayasan Khazanah Kebajikan samapai saat ini telah mendirikan 8 cabang. Selama ini biaya operasional yang terdiri dari biaya makan sehari-hari, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan keperluan lainnya, YKK mendapat bantuan dari masyarakat umum yang harus dijemput dan diusahakan, disamping ada sebagian kecil yang menjadi donatur tetap. Untuk menangani masalah kesehatan, pada bulan Juni 2005, YKK telah memiliki Balai Pengobatan Kesehatan (Klinik Khazanah Kebajikan) yang menangani biaya pengobatan secara gratis (tanpa dipungut biaya) bagi anak-anak asuh, jama’ah lansia dan dhuafa, serta masyarakat tak mampu lainnya. Kini Yayasan Khazanah Kebajikan telah berkembang dan dikenal masyarakat sebagai lembaga sosial keagamaan yang mengasuh anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lanjut usia hingga kaum tuna netra dan lembaga yang aktif dalam pengkajian, penghayatan dan pengamalan al-Qur’an serta lembaga yang yang menyebarluaskan infaq, shadaqah dan cinta kaum dhua’fa.57
B. Visi dan Misi Yayasan Khazanah Kebajikan 1. Visi Menjadi yayasan penggerak ibadah dan peningkatan ekonomi umat menuju masyarakat Islami yang adil, makmur dan sejahtera. 2. Misi a. Membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat (Budaya Qur’ani) b. Membudayakan gemar berderma (ZIS) dan shalat tahajjud 57
Yayasan Khazanah Kebajikan, Jendela Informasi, Ciputat, 1998, hlm 2
c. Mengangkat harkat derajat kaum lemah d. Mengembangkan sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan dan teknoloi tinggi e. Meningkatkan peran serta mesyarkat dalam membangun ekonomi ummat58 f. Mengajak ummat Islam agar melaksanan Al-Qur’an sesuai dengan ajaran-Nya dan mengikuti sunnah Rasulullah g. Melaksanakan kegiatan usaha dalam rangka memakmurkan masjid dan musholla h. Menyantuni anak yatim piatu, yatim dan fakir miskin i. Mengangkat harkat derajat kaum lemah j. Berperan aktif membantu Negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
C. Struktur Kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan Mengenai struktur kepengurusan Yayasan Khazanah Kebajikan terdiri dari: Dewan pendiri
: Drs. Marzuki Usman, MA Hj. Aswani Usman Drs. H. Najmuddin Siddik Ir. H. Iskandar Ismail Drs. H. Ahmad Djunaedi
Penasehat:
: Drs. Marzuki Usman. MA Drs. H. Ahmad Djunaedi Drs. H. Winarto
58
Pasal 4 tentang Visi dan Misi pada Akta Yayasan Khazanah Kebajikan.
Drs. H. Karnaen Purwata Ketua:
: Drs. Najmuddin Siddik
Wakil Ketua
: Ir. H. Iskandar Ismail Drs. H. Burhan Bustomi
Sekretaris
: Drs. H. Koeswardi Usman H. M. Fathoni Asyari S.Ag
Bendahara
: Hj. Ida Yufina Iskandar H. Ahmad Dahiri
Tim Evaluasi
: Seluruh badan pengurus dan ketua
Bidang Pendidikan
: Drs. Aminuddin
Bidang Dakwah
: Abdul Ghafur S.Ag
Bidang Rumah Tangga
: Jamsinah
Bidang Pembangunan dan Perawatan
: Sadiyo Hadi Sasetyo
Bidang Kebersihan dan Transportasi
: Adli Akhyar
Bidang Keamanan
: Sanusi Shiddiq
Bidang Lembaga Pendidikan Intensif
: Drs. Fairuz Fuadi
Bimbingan Intensif Ibadah dan Qiro’ah
: Abdul Basyir S.Ag
Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an
: Suratmi S.Ag
Lembaga Bina Bahasa Asing
: H. M. Fathoni Ashari
Bidang Forum Kajian Al-Qur’an
: Neng Zainab
Majlis Taklim
: H. Ahmad Dahiri
Minimarket
: Zulakrnaen
Penyewaan
: Zulakrnaen
D. Lembaga Intra dan Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan lembaga sosial yang tidak hanya bergerak pada bidang agama, namun bergerak juga dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Terbukti dengan adanya sebuah lembaga pendidikan dan badan usaha milik Yayasan Khazanah Kebajikan. Diantara lembaga intra Yayasan Khazanah Kebajikan adalah: a. Sekolah Dasar Islam (SDI) berdiri tahun 2000 b. Madarasah Tsanawiyah (MTs) berdiri tahun 1999 c. Madrasah Aliyah (MA) berdiri tahun 2005 d. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdiri 1998 e. Akademi Bahasa Asing (ABA) Diploma 3 Bahasa Inggris berdiri tahun 2000 f. Lembaga Pendidikan Intensif Khazanah Kebajikan (LIPKK) – Kursus Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Matematika berdiri tahun 1997 g. Bimbingan Intensif Al-Qur’an dan Ibadah (BIQI) – Baca Tulis Iqra dan Al-Qur’an serta Bimbingan Ibadah berdiri tahun 1994 h. Forum Kajian Al-Qur’an (FKA) berdiri tahun 1994 i.
Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) berdiri tahun 2004
j.
Balai Pengobatan Klinik Khazanah Kebajikan berdiri tahun 2005 Adapun program-program kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan adalah:
1. Program Pendidikan a. Membumikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan b. Mendidik anak untuk siap berkarya nyata dalam mesyarakat dengan mensinergikan pendidikan agama dan umum
c. Memberdayakan lembaga pendidikan intra YKK semaksimal mungkin agar berdaya guna dan berdimensi luas 2. Program Kesehatan a. Pelayanan kesehatan untuk santri, manula, tukang becak, tukang ojek dan masyarakat umum b. Medical chek up c. Khitanan massal d. Pemeriksaan dan pengobatan gratis e. Pelayanan kesehatah keliling f. Penyuluhan kesehatan 3. Program Sosial a. Santunan manula, becak dan ojek tiap hari jum’at, sabtu dan minggu b. Buka sahur bersama tiap ramadhan c. Zakat, infaq dan shadaqah d. Pulang bersama idul fitri 4. Program Dakwah a. Kajian al-Qur’an malam sabtu dan minggu b. Pengajian tukang becak dan ojek c. Pelatihan pidato tiga bahasa (Arab, Inggris, Indonesia) d. Pengajian manula dan tuna netra e. Dakwah keliling di masyarakat f. Peringatan hari-hari besar Islam g. Dialog keagamaan 5. Program Rumah Tangga a. Kegiatan Harian 1) Shalat Tahajjud
2) Shalat Subuh 3) Istirahat, mandi dan makan pagi 4) Belajar di sekolah 5) Shalat Dhuha 6) Shalat Dzuhur 7) Makan sian dan istirahat 8) Shalat ashar 9) Kursus Bahasa Inggris, Arab dan Matematika 10) Shalat maghrib 11) Mengaji al-Qur’an dan iqra 12) Shalat isya’ 13) Makan malam 14) Belajar 15) Istirahat. b. Kegiatan Mingguan 1) Santuan jum’at setelah shalat jum’at 2) Santunan sabtu setelah shalat subuh 3) Santunan minggu setelah shalat subuh 4) Kajian al-Qur’an malam minggu 5) Senam dan olah raga minggu pagi 6) Acara bebas. c. Kegiatan Bulanan 1) Acara hari besar Islam 2) Kajian al-Qur’an dan tahajjud di rumah hamba Allah 3) Check up bagi warga YKK 4) Pembagian alat mandi dan kesehatan.
d. Kegiatan Tahunan 1) Pulang kampung bersama 2) Pembagian pakaian 3) General check up santri baru 4) Perlombaan olah raga 5) Rekreasi 6) Rapat umum tahunan. e. Kegiatan Umum Acara keluarga donator dan simpatisan, warga YKK siap mengisi acara-acara khusus seperti: do’a bersama, shalat tahajjud, launching dan lain-lain. Warga Yayasan Khazanah Kebajikan juga menerima acara khusus di Yayasan Khazanah Kebajikan apabila donator dan simpatisan menghendakinya, semua kegiatan ini dapat diikuti oleh masyarakat untuk menciptakan ukhuwah Islamiyah yang kokoh dan berdimensi luas. Warga YKK selalu terbuka untuk bekerja memajukan masyarakat, bangsa dan negara.59
E. Sekilas Tentang Kelompok Tuna Netra Yayasan Khazanah Kebajikan Yayasan Khazanah Kebajikan dalam perkembangannya, mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar. Sesuai dengan visi dan misinya, Yayasan Khazanah Kebajikan ingin mengangkat harkat dan derajat kaum lemah seperti penyandang cacat tuna netra.
59
h. 8
Proyek Proposal Yayasan Khazanah Kebajikan, Bangkit Bersama Dhuafa 2008, cet ke-1,
Dalam perkembangannya, YKK sekarang telah mengasuh 430 anak yatim dan fakir miskin dari berbagai macam daerah di Indonesia. Yayasan Khazanah Kebajikan juga telah membina 400 orang jama’ah lansia dan dhu’afa serta 52 orang tuna netra dhuafa. Semuanya berasal dari sekitar lingkungan Yayasan Khazanah Kebajikan yaitu Desa Pisangan Ciputat, dan ada juga beberapa orang yang berasal dari berbagai wilayah seperti jawa. Dalam aktivitasnya, kelompok tuna netra tidak hanya diberikan pengetahuan keagamaan. Akan tetapi kelompok tuna netra Yayasan Khazanah Kebajikan juga di berikan keterampilan-keterampilan yang menunjang mereka untuk dapat lebih berkarya di kemudian hari. Yayasan Khazanah Kebajikan berkembang dan dikenal masyarakat sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang mengasuh anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lanjut usia hingga kelompok tuna netra dan lembaga yang aktif dalam pengkajian, penghayatan dan pengamalan al-Qur’an serta lembaga yang yang menyebarluaskan infaq, shadaqah dan cinta kaum dhua’fa. Yayasan Khazanah Kebajikan juga secara rutin memberikan santunan kepada kelompok tuna netra, sebagai wujud kepedulian Yayasan Khazanah Kebajkan terhadap kaum lemah khususnya penyandang cacat tuna netra.
BAB IV PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH KELOMPOK TUNA NETRA DESA PISANGAN CIPUTAT
A. Aktivitas Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Pada dasarnya aktivitas dakwah yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan semuanya berorientasi pada peningkatan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT, juga pada upayanya untuk menambah cakrawala berfikir orang-orang yang dibinanya. Sehingga pada akhirnya mereka tersebut diharapkan memiliki kepribadian yang kokoh, yang didukung oleh landasan keimanan dan ketakwaan yang kukuh dan tidak pula tertinggal dari ilmu pengetahuan. Aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan, semuanya bersumber dan berpegang teguh pada pedoman al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan utama dalam dakwahnya. Adapun aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah : 1. Mengadakan Pengajaran dengan Metode Mauidzah (nasihat). a. Cara pelaksanaan Metode mauidzah (nasihat) Metode dakwah ini digunakan terhadap mad’u yang kapasitas intelektual dan pemikiran serta pengalaman spiritualnya tergolong kelompok awam. Sehingga dalam konteks ini, pengajar berperan sebagai pembimbing, teman dekat dan akrab, menyayangi dan memberikan segala yang bermanfaat serta membahagiakan jama’ahnya. Metode dengan
pendekatan mauidzah atau nasehat perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan dihati sanubari jama’ahnya, menghindari sikap sinis dan kasar, serta tidak menyebut-nyebut kesalahan atau sikap menghakimi orang yang diajak bicara. Metode
pengajaran
seperti
ini,
dirasakan
cukup
efektif
dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Metode mauidzah melakukan pendekatan secara persuasif kepada jama'ahya dengan memberikan nasehat-nasehat yang bersentuhan langsung dengan kondisi jamaahnya. Metode Mauidzah atau nasihat itu sendiri dilakukan ba'da shalat isya' berjama'ah, tepatnya pada pukul 20.00 yaitu setelah imam memimpin shalat isya berjama'ah, kemudian para jama’ah tidak langsung meninggalkan tempat. Akan tetapi mereka diwajibkan duduk pada posisi semula untuk mendengarkan nasihat. Imam kemudian memberikan mauidzah-mauidzah berupa ceramah agama yang temanya berkaitan dengan kondisi jama'ahnya. Adapun metode dalam mauidzah (menasihati), yang diterapkan di Yayasan Khazanah Kebajikan adalah sebagai berikut: 1. Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan, dengan tujuan agar lebih
meningkatkan
kualitas
ibadahnya,
dengan
mengabaikan
membicarakan keburukannya. 2. Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat untuk mengikuti jejak mereka.
3. Membangkitkan semangat dan kehormatan penyandang cacat tuna netra. 4. Sengaja menyampaikan nasehat di tengah mereka.60 b. Waktu dan tempat pelaksanaannya Dalam pelaksanaannya, waktu pelaksanaannya adalah setiap hari jum’at (jum’at malam) ba'da shalat isya' berjama'ah yang bertempat di Yayasan Khazanah Kebajikan. c. Materi-materi yang disampaikan Materi dakwah yang disampaikan, mulai dari aspek materi ‘ubudiyah atau ukhrawi ke materi dakwah yang bersifat sosial. Materi yang disampaikan adalah hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan adab dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara sholat, cara puasa, akhlaq dan dan lain-lain. d. Pemberi mauidzah dan pesertanya Pemberi materi mauidzah adalah tenaga pengajar, dan para pesertanya adalah kelompok tuna netra dan anak-anak asuh Yayasan Khazanah Kebajikan.
2. Mengadakan Pengajaran dengan Metode Keteladanan a. Cara pelaksanaan Metode Keteladanan Pada dasarnya dakwah Islam merupakan aktualisasi Iman yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan tertentu, yang dilakukan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan 60
1, h. 8
Program Kegiatan Yayasan Khazanah Kebajikan, Bangkit Bersama Dhuafa 2008, cet ke-
bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural, dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dan menggunakan cara tertentu. Dalam pengamatan penulis selama ini, perlu adanya suatu praktek langsung seperti tentang bagaimana caranya beradab yang baik, seperti bagaimana cara bersalaman dan bertegur sapa dengan teman seusia dan kepada orang tua dan bagaimana tata cara beraktifitas dalam keseharian seperti tatacara makan, minum dan semua hal yang menyangkut keseharian seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, melalui metode keteladanan merupakan salah satu tata cara bagi pembimbing atau tenaga pengajar memberi keteladanan yang baik kepada para tuna netra melalui ucapan yang santun dalam beberapa kegiatan seperti: 1. Mengajak mereka untuk berwudhu dan
mengajarkan mereka cara
berwudhu dengan baik, sehingga mereka terbiasa dengan cara berwudhu yang telah diajarkan oleh ustadz. 2. Mengajak para tuna netra agar membiasakan shalat sunnah setelah berwudhu, sebelum mereka melakukan shalat berjama'ah. 3. Mengajak para tuna netra agar membiasakan shalat berjama'ah. Mereka dibimbing
dan
diarahkan
supaya
meluruskan
barisan
dan
merapatkannya. 4. Menuntun para jama’ah berdo'a setelah selesai shalat, serta 5. Mengajak jama’ah agar fardhu.
membiasakan shalat sunah setelah shalat
b. Waktu dan tempat pelaksanaan Pada dasarnya metode keteladanan tidaklah dibatasi waktu dan tempat. Dimanapun dan kapanpun keteladanan harus ditunjukan dengan baik, yaitu dengan berakhlakul karimah. Namun, Yayasan Khazanah Kebajikan berusaha sebisa mungkin untuk melakukan sesuatu kegiatan yang di dalamnya anak asuh dan kelompok tuna netra dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Adapun waktu yang paling tepat untuk memberikan teladan yang baik adalah pada
waktu-waktu pengajian
dilaksanakan, dan metode keteladanan ini dilaksanakan pada waktu shalat maghrib dan isya'. c. Pokok materi yang disampaikan Mengajak anak asuh dan kelompok tuna netra membiasakan diri dalam kegiatan persiapan-persiapan menuju shalat, hingga selesai shalat. d. Penyampai materi dan para peserta Penyampai materi adalah para pengajar yang menjadi titik sentral percontohan dan anak asuh serta para tuna netra adalah para pesertanya.
3. Mengadakan Peringatan hari-hari besar Islam Yayasan Khazanah Kebajikan menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam, seperti tahun baru Islam, Isra Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW, halal bi halal. Acara PHBI ini biasa dihadiri oleh masyarakat sekitar yayasan dan juga para undangan seperti para tokoh masyarakat setempat.
a. Cara pelaksanaan peringatan Pelaksanaan hari-hari besar Islam dilakukan dengan susunan acara sebagai berikut: 1) Pembukaan. Pembukaan disampaikan oleh moderator, selain itu moderator juga yang memimpin jalannya suatu acara. 2) Pembacaan al-Qur'an. 3) Pembacaan tahlil dan dzikir. Pembacaan tahlil dan dzikir dipimpin salah satu guru yang mengajar di Yayasan Khazanah Kebajikan. 4) Penyampaian mauidzah hasanah. 5) Do'a. 6) Penutup dan akhiri dengan acara makan makan. b. Waktu dan tempat pelaksanaan. 1) Tahun baru Islam
: diperingati pada tanggal 1 muharram.
2) Maulid nabi
: diperingati pada tanggal 12 rabi'ul awal
3) Isra' mi'raj
: diperingati pada tanggal 27 Rajab.
Acara peringatan hari-hari besar tersebut dilaksanakan pada tanggaltanggal tersebut ba'da shalat maghrib hingga selesai. Adapun tempat pelaksanaannya dilakukan di Yayasan Khazanah Kebajikan. c. Materi yang disampaikan Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan peringatanperingata hari besar Islam, seperti : 1) Tahun baru Islam : Menerangkan tentang arti hijrah yang sebenarnya. 2) Maulid nabi
: Menerangkan tentang cara membuktikan rasa cinta terhadap rasul.
3) Isra' mi'raj
: Menerangkan tentang keutamaan-keutamaan
d. Penyampai materi dan para peserta Penyampai materi adalah para pengajar, dan para pesertanya adalah para santri, kelompok tuna netra dan masyarakat umum.
B. Bentuk Pengamalan Ibadah Kelompok Tuna Netra Adapun bentuk pengamalan ibadah kelompok tuna netra antara lain: 1. Sholat Fardhu Berjamaah Shalat wajib, rahasia dan maknanya setiap umat Islam wajib menjalankan shalat lima waktu jika ditinggalkan atau tidak dilakukan berdosa, dan kelima shalat itu harus dilaksanakan pada waktu yang ditentukan. Shalat itu tidak sah jika dilaksanakan di luar waktu yang ditentukan. Dan pelaksanaannya harus didahului dengan beberapa syarat, diantaranya wudhu, ada kalanya mandi besar seluruh tubuh, yang dilakukan sebelum shalat. Perintah Sholat fardhu ditegaskan dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat yang memerintahkan shalat kepada manusia mukallaf (yang telah mendekati kematangan pikiran dan tubuh, yaitu kurang lebih umur 15 tahun), diantaranya :
O5>$% E%3☺H l O5⌧wK$% E%*% 3^!$% E%*\ 1 B ⌧ !* `]9>.*" Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat .“ ( Surat An-Nur ayat 56 ) Dari ayat tersebut di atas jelas terlihat bahwa shalat itu adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam mukallaf. Makna shalat wajib, bagi kesehatan mental :
a. Shalat sebagai obat bagi gangguan jiwa dalam pandangan ahli jiwa, ampunan terhadap dosa dan kesalahan, merupakan obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu penyebab dari gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau berdosa. b. Sholat sebagai pencegah terhadap gangguan kejiwaan. Penulis membuat kesimpulan, bahwa shalat wajib yang lima waktu itu mempunyai fungsi pengobatan kejiwaan atau fungsi kuratif terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan. Sholat lima waktu dalam sehari merupakan aktivitas rutin yang wajib dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh orang termasuk kelompok tuna netra yang dibina oleh Yayasan Khazanah Kebajikan. Sholat yang dilaksanakan secara berjamaah merupakan anjuran bagi umat Islam dan dapat meningkatkan rasa kebersamaan, sholat secara berjamaah merupakan sarana edukatif bagi perkembangan jiwa dan keberagamaan orang yang melaksanakannya. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa sholat merupakan ibadah praktek nyata dalam kehidupan setiap muslim, disamping itu juga merupakan tolak ukur bagi tingkah tauladan perbuatan manusia. Shalat berjamaah mempunyai dampak sosial yang luas dan mulia, untuk itu Allah SWT menegaskan dalam surat al-Ankabut ayat 45 bahwa sholat memiliki dimensi “tanha anil fakhsya’ wal mungkar”.
.6\" mc1 D$ [$% AI l A>:k($% < O5>$% |= E O5>
%$D$N"⌧?$% 1 5G"0" rD$% !w l"D 2!"03☺$% $ QI>* CD$% q 1B *O "
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu al-Qur’an dan dirikanlah sholat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mugkar” (al-Ankabut: 45)
Menyadari akan pentingnya shalat, Yayasan Kahzanah Kebajikan mewajibkan kepada seluruh orang-orang binaannya untuk melaksanakan shalat secara berjamaah, terkecuali bagi mereka yang mendapat halangan. 2. Shalat Tahajjud Berjamaah Shalat tahajjud mengantarkan seseorang ke tempat yang terpuji. Allah berfirman dalam surat Isro’ ayat 79 :
h f- ./"& B[\d$% m %ca .6d '"% &$+ $ $" .6X-G .6".* 6 1B % H3☺ Artinya : “Pada sebagian malam laksanakanlah shalat tahajjud, sebagai ibadah tambahan (sunnat) bagimu, agar tuhanmu mengangkatmu ke tempat terpuji.” (al-Isra’: 79) Shalat tahajjud adalah shalat sunnat yang dikerjakan di tengah malam buta. Dalam kesunyian yang demikian itu, Allah menjanjikan tempat terpuji, bagi yang bangun, memerangi kantuk mata yang amat sangat, bangun untuk memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan kehilafan yang telah dilakukannya. Yayasan Khazanah Kebajikan membudayakan shalat tahajjud berjamaah bagi para kelompok tuna netra dan anak-anak asuh nya yang dilaksanakan setiap malam. Hal ini ini telah menjadi aktivitas yang wajib dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan. Shalat tahajjud merupakan ibadah sunnah muakkadah yang dilaksanakan pada waktu sepertiga malam, aktivitas ibadah ini merupakan salah satu rutinitas yang dilaksanakan warga Yayasan Khazanah Kebajikan termasuk kelompok tuna netra. kelompok tuna netra umumnya berasal dari daerah yang
berdekatan dengan Yayasan Khazanah Kebajikan. Allah SWT berfiman dalam surat al-Muzammil:
eG ; B[\d$% ". d$+ ⌧\ l l $r G⌧d 1 B Artinya: “Sesungguhnya bangun di tengah malam lebih kuat pengaruhnya dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (al-Muzammil: 6) 3. Bimbingan Intensif Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan salah satu kitab suci umat Islam, sebagai mu'jizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. Pentingnya al-Qur’an membawa YKK untuk dapat memberikan bimbingan intensif al-Qur’an dengan tujuan agar kelompok tuna netra tersebut dapat memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an. Bimbingan ini dilakukan secara efektif dan efisien yang dilaksanakan setiap hari rabu (malam kamis) ba’da isya. Seperti halnya bimbingan ibadah yang lain, dengan harapan pada akhirnya nanti akan timbul kesadaran pada diri mereka akan pentingnya al-Qur’an. 4. Kajian Khusus Islam Masyarakat muslim membutuhkan bimbingan seorang ulama yang paham tentang ilmu agama. Untuk mendapatkan bimbingan tentang ilmu agama pihak Yayasan Khazanah Kebajikan sudah seyogyanya memprogramkan kajian rutin keagamaan untuk memberikan bekal kepada para Jama'ah tentang hukum Islam. Menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum, adalah kewajian bagi setiap muslim berdasarkan dalil-dalil Syar'i. Namun yang membedakan hanya muatan wajibnya, yakni antara Wajib 'ain (wajib individu) atau Wajib kifayah (wajib bagi sebagian orang Islam).
Maka, urgensi menuntut ilmu tidak bisa diragukan lagi karena wahyu pertama yang turun di gua hira menjelaskan tentang pentingnya membaca, "iqra bismi robbikalladzi khalaq. Khalaqal insana min 'alaq. iqra warbobbukal akrom. Alladzi 'allama bil qalam ". Mambaca adalah merupakan sarana utama untuk mendapatkan ilmu. Ilmu dalam Islam merupakan kunci untuk menjadi orang baik sebagaimana sabda Rasulullah, " Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi orang baik, indikatornya ialah ia diberikan kefahaman tentang agama ". itu dianggap sebagai seorang intelektual dalam terminologi Al-Qur'an.
$0$% < AI:.*+$% (bD% $D$% sf+R V%>* c.8"{ $.☺9+ < R⌧\⌧w H$] dD$% dD$% |= E%`"9:.☺>*$% 1YB G`?⌧ KX Artinya: " Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama ". (QS. Al-Faathir:28). Maka dari itu, Yayasan Khazanah Kebajikan juga mengadakan kajian khusus Islam yang membahas seputar pengetahuan ilmu agama maupun sosial. Pelaksanaaannya pada hari jum’at malam sabtu, kajian tersebut dilaksanakan pada malam hari tepatnya pukul 24.00 WIB. Kajian tersebut terbuka untuk umum, yang dihadiri dari berbagai kalangan seperti remaja, mahasiswa dan masyarakat sekitar. Materi yang dikaji meliputi tentang pengetahuan Islam, seperti pembahasan tentang pemikiran-pemikiran tokoh Islam, fiqh, tasawuf, teologi dan tafsir. Yang diharapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan, agar ke depannya Islam dapat menjadi agama yang modern yang lebih dinamis dengan tetap berpegang teguh pada al-Qur’an.
5. Ukhuwah Islamiyah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, kebersamaan antar individu dalam suatu komunitas tertentu dapat membentuk masyarakat yang mempunyai tujuan yang sama. Ukhuwah adalah kekuatan iman yang melahirkan perasaan mahabbah, kemuliaan, kasih sayang, dan rasa saling percaya sesama yang terikat dengan aqidah. Dari ukhuwah inilah lahir keutamaan dan keikhlasan untuk saling menolong, mengutamakan, kesetiaan, dan sikap utama lainnya. Lahirnya sikap ini adalah karunia Ilahi yang dituangkan Allah SWT ke dalam sanubari setiap mu'min yang ikhlas. Tidaklah akan lahir sikap ini dari hanya sekedar keadaan senasib, bahkan sikap seperti ini tidak akan bisa di beli dengan nilai materi berapapun banyaknya. Ukhuwah Islamiyah adalah satu perkataan yang sangat mudah diucapkan, akan tetapi teramat sulit untuk bisa terwujudkan. Kalimat tersebut seolah menjadi suatu slogan yang realisasinya tidak nampak terlihat. Yayasan Khazanah Kebajikan memberikan motivasi kepada seluruh warga yayasan, bahwa mereka saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Mereka yang mempunyai kekurangan fisik, sama dengan yang lainnya saling membantu dan bahu membahu. Faktor penunjang lahirnya persaudaraan adalah persamaan, semakin banyak persamaan, semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam suka dan cita merupakan hal dominan yang mendahului lahirnya persamaan hakiki yang pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita sesamanya. Hal ini jualah yang diterapkan Yayasan Khazanah Kebajikan dalam
membina baik anak asuhnya ataupun kelompok tuna netra, mereka berasal dari daerah yang berbeda, bahasa yang berbeda, namun mereka tetap dalam kesatuan yang berlandaskan aqidah Islam.
C. Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Ibadah Kelompok Tuna Tuna Netra Aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra seperti shalat tahajjud, shalat fardhu berjamaah dan yang lain-lainnya, ternyata mendapatkan respon yang positif terhadap kelompok tuna netra. Hal ini terbukti dari 50 orang responden yang menjadi sampel, 62% menyatakan bahwa aktivitas dakwah YKK sangat baik, 38% menyatakan baik. Dan tidak ada seorang pun yang menyatakan tidak baik (lihat tabel I). TABEL I TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP AKTIVITAS DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Sangat Baik Baik Tidak Baik Tidak Tahu Jumlah
% 62% 38% 100%
Frekuensi 31 19 50 orang
Berdasarkan data tersebut diatas, mengindikasikan bahwa aktivitas dakwah YKK dapat disimpulkan berhasil atau mempunyai peran yang besar terhadap meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra. Keberhasilan tersebut,
ternyata berkaitan dengan kondisi jiwa yang dialami kelompok tuna netra sebelum mengikuti aktivitas di YKK, sekitar 52% menyatakan rendah diri dan 48% menyatakan bimbang. Kemudian setelah mengikuti aktivitas di yayasan, 80% menyatakan tenang dan 20% menyatakan biasa saja (lihat tabel II dan III).
TABEL II PERASAAN RESPONDEN SEBELUM MENGIKUTI AKTIVITAS DI YAYASAN NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Rendah Diri Frustasi Bimbang Tidak Tahu Jumlah
% 52% 48% 100%
Frekuensi 26 24 50 orang
TABEL III PERASAAN RESPONDEN SETELAH MENGIKUTI AKTIVITAS DI YAYASAN NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Tenang dan Damai Cemas Gelisah Biasa Saja Jumlah
% 80% 20% 100%
Frekuensi 40 10 50 orang
Dengan data tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa keadaan kelompok tuna netra sebelum mengikuti aktivitas di yayasan berada dalam kondisi rendah diri dan bimbang. Hal tersebut dikarenakan keadaan fisik yang dalam keadaan tidak normal seperti orang lain pada umumnya. Keadaan jiwa kelompok tuna netra tersebut, ternyata dapat diubah secara positif setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan
Khazanah Kebajikan. Kesadaran kelompok tuna netra dalam meningkatkan pengamalan ibadah ditunjang pula dengan kebutuhan yang mereka dapatkan, seperti kebutuhan rohani maupun kebutuhan materi. Keadaan ini didukung pula dengan sikap pembina di yayasan ketika memberikan nasehat atau bimbingan kepada kelompok tuna netra, 80% menyatakan bahwa sikap para pembina ketika membimbing sangat baik dan menyenangkan dan hanya 20% saja yang menyatakan sikap mereka biasa saja serta tidak ada seorangpun yang menyatakan sombong dan membosankan (lihat tabel IV). TABEL IV TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP SIKAP PEMBIMBING DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Sangat baik Sombong Membosankan Biasa Saja Jumlah
% 80% 20% 100%
Frekuensi 40 10 50 orang
Menurut penulis sikap seperti inilah yang harus dimiliki pada setiap pembina dalam membimbing, terlebih menghadapi orang-orang yang secara fisik dan mental mempunyai kekurangan. Aktivitas dakwah yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan tersebut, ternyata mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan ibadah kelompok tuna netra pengaruh positif tersebut dapat dilihat pada. Dari data yang diperoleh penulis, peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra
mempunyai pengaruh yang positif. Hal tersebut dinyatakan dari 50 orang responden, 96% menyatakan berpengaruh sedangkan 4% menyatakan biasa saja dan tidak ada seorangpun yang menyatakan tidak berpengaruh dan tidak tahu(lihat tabel V).
TABEL V TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN AJARAN AGAMA NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Berpengaruh Tidak Berpengaruh Biasa saja Tidak Tahu Jumlah
% 96% 4% 100%
Frekuensi 48 2 50 orang
Selain berpengaruh pada pada peningkatan pengamalan ibadah, peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan juga berpengaruh pada pembentukan kepribadian yang baik. Hal tersebut dinyatakan bahwa, 94% dari responden mengatakan peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian yang baik sedangkan yang menjawab biasa saja hanya 6% (lihat tabel VI). TABEL VI TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP PERAN DAKWAH YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG BAIK NO Pernyataan Responden 1. Berpengaruh 2. Tidak Berpengaruh 3. Biasa saja
% 94% 6%
Frekuensi 47 3
4.
Tidak Tahu Jumlah
100%
50 orang
Kenyataan tersebut juga didukung pernyataan oleh kelompok tuna netra bahwa 94% dari mereka mengatakan aktivitas dakwah yang dilaksanakan Yayasan
Khazanah
Kebajikan
meningkatkan
kesadaran
mereka
dalam
menjalankan ibadah, 4% menyatakan tidak berpengaruh dan 2% menyatkan tidak tahu (lihat tabel VII). TABEL VII INTENSITAS KESADARAN RESPONDEN DALAM MENJALANKAN IBADAH NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Rajin Malas Biasa saja Tidak Tahu Jumlah
% 94% 4% 2% 100%
Frekuensi 47 2 1 50 orang
Menurut penulis, kesadaran kelompok tuna netra dalam menjalankan ibadah tidak timbul dengan sendirinya. Kesadaran tersebut timbul melalui aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan Yayasan Khazanah Kebajikan. Yayasan Khazanah Kebajikan telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan pengamalan ibadah kelompok tuna netra. Dari 50 orang yang menjadi sampel, 98% diantaranya menyatakan ada peningkatan setelah mengikuti semua aktivitas Yayasan Khazanah Kebajikan. Sedangkan yang menyatakan malas tidak ada, hanya 2% yang menyatakan biasa saja (lihat tabel VIII).
TABEL VIII INTENSITAS RESPONDEN DALAM MELAKSANAKAN IBADAH SHALAT BERJAMAAH NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Rajin Malas Biasa saja Tidak Tahu Jumlah
% 98% 2% 100%
Frekuensi 49 1 50 orang
Menurut penulis, adanya data-data diatas dapat menjadi bukti bahwa peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra cukup berhasil. Dari data selanjutnya, kelompok tuna netra yang dibina Yayasan Khazanah Kebajikan memahami dengan benar akan pentingnya ibadah shalat tahjjud. Shalat tahajjud sendiri menjadi budaya dalam Yayasan Khazanah Kebajiakan. Dari data yang ada 100% atau 50 orang yang dijadikan sampel, seluruhnya menyatakan bahwa shalat tahajjud sangat berdampak dalam meningkatkan pengamalan ibadah (lihat tabel IX). TABEL IX TANGGAPAN RESPONDEN MENGENAI DAMPAK SHALAT TAHAJJUD TERHADAP PENINGKATAN IBADAH NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Sangat Berdampak Tidak Berdampak Biasa Saja Tidak Tahu Jumlah
% 100% 100%
Frekuensi 50 50 orang
Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan tidak terbatas pada bimbingan rohani saja, namun peran dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan juga pada pemberdayaan umat. Selain bimbingan ibadah, Yayasan Khazanah Kebajikan
selalu memberikan sumbangan kepada kelompok tuna netra. Penulis mengamati respon kelompok tuna netra ketika mereka menerima sumbangan, 100% dari mereka menyatakan senang ketiak menerima sumbangan (lihat tabel X). TABEL X SIKAP RESPONDEN KETIKA MENERIMA SUMBANGAN ATAU SANTUNAN NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Senang Tidak Senang Biasa saja Tidak Tahu Jumlah
% 100% 100%
Frekuensi 50 50 orang
Dalam kajian khusus Islam, Yayasan Khazanah Kebajikan juga memberikan pengaruh yang positif terhadap pengertian dan penghayatan ajaran agama kelompok tuna netra. Tanggapan responden mengenai hal ini, 100% menyatakan baik dan tidak ada seorangpun yang menyatakan tidak baik atau tidak tahu (lihat tabel XI). TABEL XI TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP KAJIAN KHUSUS ISLAM DALAM MENINGKATKAN PENGERTIAN DAN PENGHAYATAN AJARAN ISLAM NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden Baik Tidak Baik Biasa saja Tidak Tahu Jumlah
% 100% 100%
Frekuensi 50 50 orang
Selanjutnya penulis mengamati tentang tanggapan responden terhadap peran Yayasan Khazanah Kebajikan dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi kelompok tuna netra, mengingat secara psikis penyandang cacat tuna
netra berbeda dengan keadaan jiwa orang normal. Sekitar 90% dari mereka menyatakan, bahwa YKK sangat membantu dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, 6% menyatakan tidak membantu dan 4% menyatakan biasa saja. TABEL XII TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN DALAM MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH YANG DIHADAPI NO 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Responden % Frekuensi Sangat Membantu 90% 45 Tidak Membantu 6% 3 Biasa Saja 4% 2 Tidak Tahu Jumlah 100% 50 orang Demikian analisa penulis tentang peran dakwah Yayasan Khazanah
Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra. Dari hasil pengamatan, penulis menyimpulkan bahwa peran Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra cukup berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari prosentase yang lebih besar menyatakan positif terhadap aktivitas-aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan.
D. Kendala-kendala dan Solusi Mengatasinya
Hasil penelitian penulis terhadap upaya Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra, menemui beberapa kendala yang dihadapi. Penulis membagi kendala-kendala tersebut dua bagian kemudian penulis tuliskan solusi yang dicapai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan: 1. Kendala Internal Kendala internal yang dihadapi Yayasan Khazanah Kebajikan:
a. Kekurangan tenaga pembimbing yang dapat dengan tekun membimbing para penyandang cacat tuna netra. b. Terbatasnya dana dalam pengembangan Yayasan Khazanah Kebajikan. c. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti belum ada nya al-Qur’an braile atau sarana yang lain yang dapat memudah bimbingan kepada kelompok tuna netra. Solusi yang diterapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut : a. Menambah jumlah tenaga pembimbing. b. Mengikut sertakan tenaga pembimbing untuk mengikuti penataranpenataran
maupun
kursus-kursus
dan
mendorong
tenaga
pembimbing sehingga mereka lebih ahli dan lebih disiplin. c. Mencari dana melalui donatur yang mau memberikan bantuan terhadap Yayasan Khazanah Kebajikan. d. Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan kelompok tuna netra. 2. Kendala Eksternal Kendala eksternal yang dihadapi oleh
Yayasan Khazanah Kebajikan
antara lain : a. Kurangnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap Yayasan Khazanah Kebajikan. b. Dari mulai didirikannya, banyak yang mengatakan bahwa Yayasan Khazanah Kebajikan merupakan aliran sesat yang berkedok lembaga
swadaya masyarakat. c. Latar belakang ekonomi menjadi alasan bagi mereka dalam mengikuti aktivitas di yayasan. d. Minim nya pengetahuan mereka terhadap pendidikan keagamaan. Solusi yang diterapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam menghadapi kendala tersebut adalah sebagai berikut : a. Terus menerus mengadakan kegiatan keagamaan baik yang bersifat ritual maupun sosial disamping sebagai salah satu bentuk syiar Islam juga bagian dari upaya menarik simpati masyarakat. b. Mengajak para tokoh masyarakat untuk berperan aktif pada setiap kegiatan yang diadakan Yayasan Khazanah Kebajikan. c. Yayasan Khazanah Kebajikan dengan para donatur terus menerus mengupayakan kesejahteraan kelompok tuna netra baik secara materi maupun rohani. d. Yayasan Khazanah Kebajikan selalu memberikan bimbingan keagamaan untuk meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Ibadah merupakan hasil dari umat Islam yang meyakini, mempelajari Alqur’an untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedudukan ibadah sangat penting sehingga pengenalan dan pemahaman serta aplikasinya harus dilaksanakan sedini mungkin. Setelah penulis berusaha mencoba untuk menguraikan beberapa persoalan mengenai Yayasan Khazanah Kebajikan, dari kegiatannya hingga keikut sertaannya dalam meningkatkan pengamalan ibadah kelompok tuna netra, ada beberapa permasalahan yang penulis mencoba untuk menyimpulkannya sebagai berikut: 1. Yayasan Khazanah Kebajikan dalam membina kelompok tuna netra adalah melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan aktivitas dakwah diantaranya adalah shalat fardhu secara berjamaah, shalat tahajjud berjamaah, bimbingan intensif ibadah dan al-Qur’an, kajian khusus Islam, yang kesemuanya adalah program yang wajib diikuti oleh seluruh warga Yayasan Khazanah Kebajikan. Upaya yang ditempuh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra
adalah
dengan meningkatkan kualitas SDM guru, sehingga para guru akan lebih ahli dan lebih disiplin. 2. Upaya yang ditempuh Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan ibadah kelompok tuna netra adalah dengan mewajibkan mereka untuk
melakukan shalat maghrib dan isya berjama'ah sehingga para kelompok tuna netra akan terbiasa melakukan shalat berjama'ah. 3. Sebagai salah satu lembaga sosial keagamaan, Yayasan Khazanah Kebajikan telah banyak memberikan sumbangsihnya terhadap kehidupan kaum dhu’afa. Yayasan Khazanah Kebajikan dengan visi dan misinya untuk dapat mengangkat harkat derajat kaum lemah dari segala macam ketertinggalan, baik melalui pendidikan ataupun kegiatan sosial. Dengan begitu kaum lemah tidak lagi menjadi kaum yang lemah, namun menjadi kaum yang kuat, berpendidikan dan kuat keyakinannya. Yayasan Khazanah Kebajikan dalam membina kelompok tuna netra tidak membekalinya dengan pengetahuan agama saja, namun juga keterampilan yang kelak akan berguna bagi mereka.
B. Saran-Saran Melihat realitas Yayasan Khazanah Kebajikan dalam meningkatkan ibadah kelompok tuana netra cukup berhasil, maka penulis merasa perlu untuk memberikan konstribusi berupa saran-saran kepada pengelola dan pelaksanaan Yayasan Khazanah Kebajikan. Saran-saran tersebut penulis aplikasikan dalam bentuk tulisan sebagai berikut : 1. Untuk pengelola dan pelaksana Yayasan Khazanah Kebajikan Hendaknya mempertahankan bahkan meningkatkan suasana bimbingan yang sudah cukup baik agar lebih baik lagi, dengan cara selalu memberikan pembinaan terhadap SDM yang ada.
2. Untuk Pembimbing Agar terus-menerus meningkatkan kemampuan diri baik dalam keilmuan maupun tentang metodologi penyampaian. 3. Untuk Kelompok Tuna Netra Agar lebih tekun dan lebih meningkatkan lagi ibadahnya serta bisa mengatur waktu dengan skala prioritas, karena masa mendatang tantangan hidup semakin kompleks dan harus memerlukan persiapan yang matang untuk memenangkan tantangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan terjemah, CV. Al-Waah, Semarang, 1993 Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya 1982 Al-Habsy dan Muhammad Baqir, “Fiqh Praktis Menurut Al-qur’an, As-sunnah dan Pendapat Ulama”, Bandung: Mizan, 1999 cet ke-4 Al-Munjiri, At-Targhib wat Tarhib minal Hadits al-Syarif, Mesir: bab al-Halbi, Juz-1 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah, Gema Insani Press, Jakarta 1995 -------, Strategi Dakwah, Jakarta: Kalam Mulia, 2002 Al-Wisral Imam Zaidallah Ali Al-Kohtani Said, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani Press, 1994 Aziz, Moh. Ali, Dr. MA.g, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004 Bachtiar, Wardi, DR., Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997 Badrutamam, Nurul, MA.g, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005 Bisri, Cik Hasan dan Eva Rufaidah, Model Penelitian Agma dan Dinamika Sosial – Himpunan Rencana penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi -Anak Berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar, Jakarta: 2002 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001 Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992 Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: 1980 ------- , Ensiklopedi Islam I, Jakarta: CV. Anda Utama, 1993 Fadhlullah, Muhammad Husain, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an Pegangan bagi Para Aktivis, Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1997 Faizah, MA., dkk., Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid II, Yogyakarta: 2002
------- , Metodology Reaserch, Andi Offset, Yogyakarta: tp, tt H. Halimi AR, Problematika Dakwah Masa Kini dan Pemecahan nya, naskah makalah yang disampaikan dalam seminar pada tanggal 24 februari 2003 H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah”, Bandung; Mas Bandung, 1996, cet-ke1 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989 Hasanudin, Drs., Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Imam Suryo Prayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, 2001 Ja’far. M, “Kekuatan Malam” , Jakarta: Ishlah, 1995 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, Solo: Era Intermedia, 2005 Kafie Jamaluddin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Indah, 1993 M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997 M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Machfudz, Anas S. Makalah-Makalah Metodologi Penelitian. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tt Machfoeld, Ki Moesa A., Filsafat Dakwah ilmu dakwah dan penerapannya, Jakarta: Bulan Bintang, 2004 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989 Mulyana Dedy, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik dan Budaya, komunikasi Masyarakat Kontemporer, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999, cet Ke-1 Merton, Robert.. Social Theory and Social Structure, 2nd ed.. New York: Free Press, 1968 Mulkan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim. Sipress, Yogyakarta N. Grass, W. S. Masson, and A. W. Mc. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David berry, pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, Jakarta : Raya Grafindo Persada, 1995, cet. Ke-3 Nasution, Mulia, Pengantar Manjemen, Jakarta: Djambatan, 1996 Natsir, M., Fiqhud Dakwah, Semarang: Romadhoni, 1993 Nazir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1983 Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh, Islam Dan Dakwah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh Jogjakarta 1987 Rahman Abd. Ritonga, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama, Jakarta 2002 Rosyad Abd. Shaleh, Managemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1987 Saefulloh, Aris, Gus Dur vs Amin Rais – dakwah kultural-struktural, Yogyakarta: Laelathinkers, 2003 Sekeretariat Negara RI peraturan pemerintah 36/1980 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi penderita cacat, Penjelasan pasal demi pasal Shihab Quraisy, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat) Bandung Mizan, 1998 Sidharta Ilyas, Prof. Dr, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 1998 Sodjadi SO, Pendidikan Bagi Anak-anak Cacat Netra Sebelum Sekolah, Jakarta: Pustaka Dian, 1996 Surachmad, Winarno, Dasar dan Teknik Research, Bandung: Tarsito, 1978 Supriyono, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Suparta, Munzier, H. dan Harjani Hefni, Metode Dakwah , Jakarta: Kencana – Rahmat Semesta, 2003 Sururi, Memed, Islam sebagai Aqidah dan Syariah dan Ibadah, Jakarta: Takmir Masjid Agung Al-Azhar, 2005 Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983 Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Baru Pertama, 1997 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997 Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya, [ Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ] Ya’qub, Hamzah, Publistik Islam dan Teknik Dakwah, Jakarta: Diponegoro, 1998 Yunus, Mahmud, Kamus Arab - Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990 Zahrah, Abu, Dakwah Islamiah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994 Zaidan, Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1983
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997
Hasil Wawancara dengan H. A. Toyib Bachtiar, S.E (PengurusYayasan Khazanah Kebajikan) Jakarta, 18 Februari 2009 1. Dakwah a. Apa dan bagaimana dakwah yang dimaksud oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam semua amal usaha yang merupakan aspek kehidupan masyarakat baik ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain sebagainya dalam rangka mengajak ke jalan Allah SWT sehingga dakwah sebagai idealitas akan semakin dekat dengan realitas yang ada di masyarakat atau dengan kata lain dakwah merupakan alat untuk merekonstruksi tatanan sosial dengan tatanan Islam. b. Apa landasan dakwah yang digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Secara umum adalah Al-Qur’an dan al-Hadits, namun landasan normatif beranjak dari motifasi kewajiban beragama, sebagaimana hadits nabi yang menyatakan أ و- “sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Dan juga dalam al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:
ِ َْ ُ&ْْ ُوفِ وَ َ ْ'َْنَ َِ ا%َ&ِْ َُْ ُون#ََوََُْْ ِ ُْْ أٌُ َُْنَ إَِ اْ"َ!ْ ِ و (104 وَأُوَ(َِ'ُُ اْ&ُ*ْ ِ)ُ نَ) ال & ان “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104)
c. Apa istilah atau nama lain dari dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Nama yang dipakai untuk istilah dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan tetap menggunakan nama dakwah, memang sering menggunakan nama tabligh, namun sebutan untuk kegiatan penyiaran agama Islam adalah dakwah, sedangkan sebutan tabligh merupakan salah satu bagian dari kegiatan berdakwah. 2. Apa Tujuan dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Tujuan dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah menyeru kepada manusia untuk melakukan kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, sebagaimana yang tertera dalam landasan dakwah yang dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan yaitu al-Qur’an surat ali-Imran ayat: 104 di atas, dan juga penghapusan paradigma Takhayul Bid’ah dan Khurafat atau yang sering disebut dengan TBC. 3. Subjek Dakwah a. Siapa yang menjadi subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Yang menjadi subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah semua personil baik pengurus/anggota adalah sebagai subjek dakwah dan juga seluruh masyarakat dan amal usaha milik Yayasan Khazanah Kebajikan, yakni seluruh badan yang bergerak diberbagai bidang usaha yang mendatangkan keuntungan material atau aset bagi Yayasan Khazanah Kebajikan seperti pendidikan atau sekolah, klinik, dsb. b. Bagaimana kriteria subjek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Kriteria orang yang menjadi subjek dakwah (da’i) Yayasan Khazanah Kebajikan secara umum adalah semua orang Islam, sedangkan secara khusus adalah orang yang mempunyai keahlian dan memiliki kemampuan dibidang dakwah, menggunakan Al-Qur’an dan Hadits serta akal/rasio dalam melaksanakan tugas dakwahnya, seorang subjek dakwah juga dituntut untuk menjadi suri tauladan atau contoh yang baik bagi masyarakat, mentargetkan pendidikan yang tinggi dan meningkatkan perekonomian. Contohnya adalah keahlian dibidang kedokteran atau arsitek dan sebagainya maka berdakwah melalui keahlian sebagai dokter atau arsitek itu. c. Bagaimana figur ideal menurut Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Sedangkan figur orang yang menjadi objek dakwah (da’i) yang ideal menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah orang yang memahami agama Islam secara luas dan mendalam, tidak terjebak pada pandangan yang sempit serta menajdi tuntunan bagi kehidupan di sekitarnya. Namun demikian kriteria yang harus dimiliki oleh orang yang menjadi figur ideal seorang da’i menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah: Orang yang bertauhid dengan benar dan bersih dari syirik, takhayul bid’ah dan khurafat, Berangkat dari motifasi iman sebagaimana hadis nabi sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dalam hal ibadah harus menjadi contoh/suritauladan bagi masyarakat sebagaimana ibadah yang disunnahkah oleh Rasulullah SAW, berakhlakul karimah, mencontoh akhlak Rasul sebagai tauladan yang jauh dari akhal madzmumah. 4. Objek Dakwah a. Siapa yang menjadi objek dakwah menurut Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Objek dakwah/mad’u menurut Yayasan Khazanah Kebajikan terbagi menjadi dua kelompok yaitu: a). Kelompok yang belum beragama Islam, berdakwah terhadap mereka adalah dengan mengajak secara persuasif guna menerima Islam sebagai agamanya, b). Kelompok yang sudah beragama Islam, berdakwah terhadap kelompok ini yang ditekankan adalah penghayatan dan pendalaman serta mengimplementasikan ketaatan terhadap ke-Islaman, c). Kelompok dhu’afa atau kaum lemah seperti anakanak yatim, fakir miskin, manula, penyandang cacat dan lai-lain. b. Objek dakwah yang bagaimana yang hendak diciptakan Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Manusia yang mengetahui dan memahami ajaran agama Islam – ini ditujukan kepada masyarakat yang belum beragama Islam, Manusia yang mengamalkan syariat Islam sesuai dengan paham ke Islaman yang dianut Yayasan Khazanah Kebajikan – target ini ditujukan kepada masyarakat yang sudah beragama Islam. Seluruh bidang amal usaha milik Yayasan Khazanah Kebajikan dapat berperan secara maksimal dalam melaksanakan peran dakwah termasuk klinik, sekolah-sekolah, lembaga ekonomi, dan lembaga-lembaga amal usaha lainnya. Secara umum objek dakwah yang hendak diciptakan oleh dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah untuk memperbaiki kehidupan beragama, sebagai tuntunan dan tatanan kehidupan Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits, dengan nilaiilai Islam dan bentuk hukum Islam (syariat) yang merupakan tahapan dari rekonstruksi Islam, pengenalan – pemahaman – pengamalan atau dengan bahasa yang lain dari tatanan idealita menuju tatanan realita. c. Objek yang sukar dan mudah untuk dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Yang dirasakan sukar dihadapi dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah bila menghadapi objek dakwah khusus, yaitu: a). Menghadapi objek dakwah yang bukan beragama Islam, karena berbenturan dengan aturan negara tentang larangan penyebaran agama terhadap orang yang sudah beragama. b). Dakwah terhadap kepercayaan primitif (belum menganut satu agama resmi) karena sudah sangat kental dan rekat dengan adat budaya seperti di pedalaman jawa, dll. Juga misal terhadap orang-orang nara pidana yang berada di lembaga pemasyarakatan (LP), dll. Kesulitan ini dirasakan karena tingkat penyebarannya yang belum meluas, disebabkan kurangnya dana yang dimiliki Yayasan Khazanah Kebajikan, tenaga da’i yang memadai, dan kemampuan da’i dalam menguasai bahasa objek dakwah (mad’u), dan juga menghadapi misionaris kristiani. Untuk berdakwah terhadap kalangan yang dirasa sulit dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan diadakannya program tersendiri yakni dinamakan dengan dakwah khusus atau dakwah terhadap masyarakat terasing/termarginalkan. Adapun objek dakwah (mad’u) yang dirasakan mudah untuk dihadapi dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah kategori dakwah konvensional yakni dakwah yang sudah berjalan secara rutin seperti dakwah bil-lisan yang sering dilakukan melalui media mimbar, juga dakwah dengan tulisan (bil-kitabah). Dan relatif objek dakwahnya adalah masyarakat kalangan menengah atau perkotaan. Namun demikian, perlu dilakukan evaluasi guna perbaikan-perbaikan dimasa mendatang dan juga pelatihan-pelatihan guna mematangkan kreadibilitas dari seorang da’i. 5. Materi Dakwah a. Apa materei dakwah yang diberikan Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Materi dakwah atau pesan dakwah yang disampaikan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah syariat agama Islam yang dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak, serta mu’amalah. Kategori mu’amalah disini dijabarkan ke dalam materi-materi kemajuan
dibidang sosial, dan ekonomi melalui berbagai usaha yang terorganisir untuk kemajuan hidup umat dan bangsa di seluruh tanah air juga kemajuan kemanusiaan di muka bumi pada umumnya. b. Apa sumber materi yang menjadi rujukan Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Yang menjadi rujukan dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagai sumber utama dan juga hasil ijtihad para ulama yang merupakan hasil dari interpretasi tidak terikat pada satu mazhab. c. Materi apa yang paling penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan yang harus dimiliki oleh umat? Jawab: Materi dakwah yang paling penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan adalah masalah aqidah, yakni memurnikan aqidah yang jauh dari takhayul bid’ah dan khurafat atau yang sering dikenal dengan sebutan “TBC”. Namun demikian materi materi lain yang dianggap penting menurut Yayasan Khazanah Kebajikan juga adalah masalah ekonomi, karena masyarakat akan berdaya manakala ekonomi mereka (masyarakat) kuat, untuk itu maka pesan dakwah yang diprioritaskan dan dilancarkan secara gencar dalam misi dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah berorientasi pada perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat. 6. Metode Dakwah a. Apa metode dakwah yang dimiliki oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Metode dakwah yang dilakukan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. Metode dakwah dengan hikmah adalah dengan mempergunakan strategi yang tepat seperti menggunakan media penerbitan dsb, metode dakwah dengan mau’idzotil hasanah (perkataan yang baik) adalah diperuntukan pada objek dakwah konvensional yakni orang-orang yang membutuhkan tentang ajaran Islam, sedangkan mujadalah ahsan adalah dengan bentuk semacam diskusi, seminar, dsb, hal ini dipergunakan bagi kalangan masyarakat intelektual yang sekiranya pemikran-pemikirannya perlu dibenahi. b. Metode dakwah bagaimana yang sulit dihadapi oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Yang dirasa sulit untuk diterapkan dalam dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan adalah metode mujadalah, karena memerlukan parsitipatif dari mad’u dan diperlukan kesamaan program, kesejahteraan hidup, juga memerlukan kesabaran dalam berdialog, tidak lekas emosional sehingga mad’u dapat menerima pesan dakwah dengan lapang dada dan kesadaran yang penuh dalam memahami ajaran Islam. c. Metode dakwah apa yang paling sering dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan?
Jawab: Metode dakwah yang sering digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah metode mauidzah, yakni dengan ceramah.
7. Media Dakwah a. Apa media dakwah yang dimiliki oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Media dakwah yang dipergunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan secara umum adalah dengan menggunakan lembaga Yayasan Khazanah Kebajikan sebagai wadah atau organisasi. b. Media dakwah bagaiamana yang sulit diterapkan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Media dakwah yang dirasa sulit digunakan dan dirasa belum berhasil dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan memiliki media elektronik sebagai media dakwah milik pribadi Yayasan Khazanah Kebajikan juga penerbitan buku belum juga maksimal, karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga membutuhkan ahli dibidangnya. Hal ini belum terlaksana dimungkinkan karena fokus dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan lebih banyak pada masalah pendidikan. c. Media dakwah yang sering dipakai oleh Yayasan Khazanah Kebajikan? Jawab: Media dakwah yang sering digunakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah dengan menggunakan masjid-masjid, sekolah-sekolah karena fasilitasnya sudah ada dan tidak repot mempersiapkan karena memang sudah tinggal memanfaatkan saja.
I. Petunjuk Pengisian
1. Jawaban cukup dengan menyebutkan isi jawabannya 2. Kerahasiaan isi angket ini terjamin dan hanya akan dipergunakan bagi kepentingan ilmiah. 3. Terima kasih banyak atas segala partisipasi yang diberikan
II. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin
: ………………………….......
2. Usia
: ……………………………...
3. Pendidikan
: ……………………………...
4. Pekerjaan
: ……………………………...
III. Petanyaan 1. Bagaimana tanggapan anda tentang aktivitas dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan? a. Sangat baik b. Baik c. Tidak Baik d. Tidak Tahu 2. Bagaimana perasaan anda sebelum mengikuti aktivitas di Yayasan Khazanah Kebajikan? a. Rendah diri b. Frustasi c. Bimbang d. Tidak tahu 3. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti aktivitas di YKK ? a. Tenang dan damai b. Cemas c. Gelisah d. Biasa saja 4. Bagaimana tanggapan anda tentang sikap pembimbing di YKK ? a. Sangat baik b. Sombong c. Membosankan d. Biasa saja 5. Bagaimana tanggapan anda tentang pengaruh dakwah YKK dalam meningkatkan pengamalan ajaran agama? a. Berpengaruh b. Tidak Berpengaruh c. Biasa saja d. Tidak tahu 6. Bagaimana tanggapan anda tentang peran dakwah YKK dalam membentuk kepribadian yang baik? a. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh c. Biasa saja d. Tidak tahu
7. Bagaimana kesadaran anda dalam menjalankan ibadah? a. Rajin c. Biasa saja b. Malas d. Tidak tahu 8. Bagaimana sikap anda dalam menjalankan shalat berjamaah setelah mengikuti aktivitas di YKK? a. Rajin c. Biasa saja b. Malas d. Tidak tahu 9. Bagaimana menurut anda tentang dampak shalat tahajuud dalam meningkatkan peningkatan ibadah? a. Sangat berdampak c. Biasa saja b. Tidak berdampak d. Tidak tahu 10. Bagaimana sikap anda ketika menerima sumbangan atau santunan? a. Senang c. Biasa saja b. Tidak senang d. Tidak tahu 11. Bagaimana menurut anda tentang kajian khusus meningkatkan pengertian dan penghayatan ajaran Islam? a. Baik c. Biasa saja b. Tidak baik d. Tidak tahu
Islam
dalam
12. Bagaimana menurut anda tentang peran YKK dalam memecahkan masalah anda? a. Sangat membantu b. Tidak membantu c. Biasa saja d. Tidak tahu