PERANAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT
NASKAH PUBLIKASI
Oleh: M. ISHAK NIM : 080569201057
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
PERANAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT M. ISHAK Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dan pelajar dapat dikatakan sulit di atasi, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama dari semua pihak yang bersangkutan. penyalahgunaan narkoba di Kota Tanjungpinang tetap ada walaupun tidak dalam jumlah yang banyak namun hal ini harus menjadi perhatian agar tidak menyebarluaskan penyalahan penggunaan narkoba khususnya untuk para Remaja. Dari 17 Kelurahan, Kelurahan Tanjungunggat memiliki 7 kasus narkoba yang saat ini sudah ditangani secara serius. Tujuan dalam penelitia ini yaitu untuk mengetahui Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Informan yang dipilih Orang tua dari orang yang terkena kasus narkoba dan Remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba di Tanjung Unggat. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat sudah berjalan dengan baik, sejak terjerumus dalam narkoba, orang tua lebih mengambil sikap untuk berprilaku jauh lebih baik dengan memanfaatkan waktu dengan anak, memberikan contoh, memberikan pemahaman terhadap norma, dan lain sebagainya. Peran orang tua dalam rangka membantu para remaja agar tidak terjerumus ke dalam kubang narkoba sangat dibutuhkan.
Kata Kunci : Peran, Orang Tua, Penyalahgunaan Narkoba
1
ABSTRACT
Rampant narcotics and illegal drugs has a lot of influence and mental education for students today. The future of this great nation depends entirely on the efforts of the liberation of the young people of the dangers of drugs. The problem of drug abuse among teenagers and students can be difficult in Barcelona, because the issue involves many factors and the cooperation of all parties concerned. drug abuse in the town of Tanjung Pinang remain although not in great numbers, however this should be a concern to not propagate blame drug use especially for teenagers. Of the 17 wards, Wards has 7 Tanjungunggat drug case that it's been dealt with seriously. The goal in this is to know the penelitia the role of Parents in the face of drug abuse in Teens In the village of Cape Unggat. The discussion in this thesis using a descriptive qualitative techniques. Informants selected parents of people affected by drug cases and teenagers who become victims of drug abuse in Cape Unggat. After the data is collected then data in this study were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the research results then can be drawn the conclusion that the role of Parents in the face of drug abuse in Teens In the village of Cape Unggat is already well underway, since lapsed in drugs, more parents are taking the attitude to behave much better by leveraging time with children, giving examples, providing an understanding of norms, etc. The role of parents in order to help the teens in order not to fall into drug kubang desperately needed.
Key Words: Role, Parents, Drug Abuse
2
I A.
PENDAHULUAN Latar Belakang Maraknya narkotika dan obatobatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Narkoba telah menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan kita semua. Teman dan saudara kita mulai terjerat oleh narkoba yang sering kali dapat mematikan. Sebagai makhluk Tuhan yang kian dewasa, seharusnya kita senantiasa berfikir jernih untuk menghadapi globalisasi teknologi dan globalisasi yang berdampak langsung pada keluarga dan remaja penerus bangsa khususnya. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anakanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. Masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dan pelajar dapat dikatakan sulit di atasi, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama dari semua pihak yang bersangkutan, seperti pemerintah, aparat, masyarakat, media massa, keluarga, remaja itu sendiri, dan pihakpihak lain. Dikatakan, penyalahgunaan narkoba terjadi karena korban kurang atau tidak memahami apa narkoba itu sehingga dapat dibohongi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (pengedar). Keluarga, orang tua tidak tahu atau kurang memahami hal-hal yang berhubungan dengan narkoba sehingga tidak dapat memberikan informasi atau pendidikan yang jelas kepada anak-anaknya akan bahaya narkoba. Kurangnya penyuluhan dan informasi di masyarakat mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba. Untuk itu penyuluhan dan tindakan edukatif harus direncanakan, diadakan dan dilaksanakan secara efektif dan intensif kepada masyarakat yang disampaikan dengan sarana atau media yang tepat untuk masyarakat. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang bukan untuk tujuan pengobatan, tetapi agar dapat menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur, berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan ganggunan kesehatan fisik, gangguan kesehatan jiwa, dan kehidupan sosialnya. Penyalahgunaan narkoba oleh remaja merupakan masalah yang serius, karena
penyalahgunaan narkoba dapat merusak masa depan remaja. Menurut laporan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dari penderita yang umumnya berusia 15-24 tahun, banyak yang masih aktif di SMP dan SMA, bahkan perguruan tinggi. Generasi muda merupakan sasaran strategis mafia perdagangan narkoba. Oleh karena itu, generasi muda sangat rawan terhadap masalah tersebut. (Lydia Herlina Martono dan Satya Joewana, 2008 : 26). Penanganan serius harus dilakukan terutama peran orang tua. Orang tua harus memberikan pemahaman dan penanaman nilai serta norma bagi anak-anaknya. Namun fenomena yang terjadi anak-anak yang terjerat dalam lingkaran narkoba adalah anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya, tidak hanya itu orang tua juga tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang narkoba sehingga tidak dapat memberikan pemahaman kepada anak-anaknya tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Upaya pemberantasan narkoba sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja dan dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada anakanak adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan narkoba. Pengalaman membuktikan bahwa kelompok orang tua, apabila digerakan dan diberikan pengetahuan, keterampilan, dukungan dan bantuan,
bisa menjadi mitra masyarakat yang paling aktif dalam pencegahan bahaya narkoba. Keluarga adalah unit masyarakat terkecil dalam sebuah masyarakat. Peran orang tua harus diperkuat dalam mengantisipasi bahaya narkoba. Menurut Penulis, ada empat hal yang perlu dilakukan untuk memperkuat peran orang tua. Pertama, memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Berikan pemahaman bahwa narkoba (khamr) termasuk haram dan berdosa jika mengonsumsinya. Kedua, berikan pembinaan sekaligus pengawas kepada anak-anak melalui komunikasi yang humanis dan persuasif. Orang tua diupayakan selalu bertanya ketika anakanak hendak pergi suatu tempat, berapa lama, pergi bersama siapa, dan berapa lama? Orang tua juga perlu mengingatkan kepada anak-anaknya agar hari-hati memilih teman karena salah satu rantai penyebaran narkoba juga berasal dari lingkungan teman bermain. (Sumber : Idris Apandi, 2016 dalam kompasiana.com diakses pada tanggal 26 April 2016). Badan Narkotika Nasional (BNN) telah memetakan 10 daerah dengan tingkat kerawanan narkotika tertinggi di Indonesia. Berikut data 10 kota yang tingkat kerawanannya tinggi : Tabel I.1 Daerah dengan tingkat kerawanan narkotika No Nama Kota Persentase 1 Jakarta 4,74 persen 2 Kalimantan 3,07 persen Timur 3 Sumatera Utara 3,06 persen 4 Kepulauan Riau 2,94 persen 5 Yogyakarta 2,73 persen 6 Jawa Barat 2,34 persen 7 Maluku 2,32 persen
4
8 9
Bali Sulawesi Utara
2,22 persen 2,19 persen
17
Tanjung Unggat 7 Jumlah 46 Sumber : Sat Narkoba Polresta Tanjungpinang, 2015
10
Sulawesi 2,11 persen Tenggara Sumber : BNN 2015 Jika dilihat dari tabel diatas DKI Jakarta masih merupakan daerah yang tingkat kerawanan narkobanya tertinggi di Indonesia. Dari data tersebut diketahui bahwa Provinsi Kepulauan Riau menduduki tempat teratas daerah rawan narkoba di Indonesia. Salah satu daerah di Kota Tanjungpinang yang juga tidak luput dari permasalahan Narkoba adalah Kota Tanjungpinang. Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tanjungpinang menjelaskan tingkat penguna Narkoba di Tanjungpinang rata-rata dibawah 5 persen. Lima persen itu berdasarkan dari data pihak polres Tanjungpinang, dan berdasarkan dari jumlah penduduk yang ada di Kota Tanjungpinang. Berikut data yang didapatkan dari pihak kepolisian : Tabel 1.1 Jumlah Kasus Narkoba di Kota Tanjungpinang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelurahan Air Raja Bukit Cermin Dompak Kemboja Kampung Baru Kampung Bugis Kampung Bulang Melayu Kota Piring Penyengat Pinang Kencana Sei Jang Senggarang Tanjung Ayun sakti Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Timur
Jika dilihat dari tabel diatas maka dapat dianalisa bahwa penyalahgunaan narkoba di Kota Tanjungpinang tetap ada walaupun tidak dalam jumlah yang banyak namun hal ini harus menjadi perhatian agar tidak menyebarluaskan penyalahan penggunaan narkoba khususnya untuk para Remaja. Dari 17 Kelurahan, Kelurahan Tanjungunggat memiliki 7 kasus narkoba yang saat ini sudah ditangani secara serius. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut mulai dari lingkungan hingga internal pengguna tersebut, faktor yang berasal dari diri seseorang. Seperti frustasi, keluarga yang tidak harmonis dan kurang perhatian, kemudian di Kelurahan Tanjung Unggat ini tidak semua pemakai narkoba dari kalangan ekonomi atas. Seseorang yang ekonomi cukup mampu, tetapi kurang perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan yang salah lebih mudah terjerumus jadi pengguna narkoba. Kemudian kesulitan ekonomi juga membuat banyak remaja merasa frustasi karena tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan, walaupun harga narkoba terbilang mahal namun narkoba juga dapat diperoleh dari pengecer dengan harga yang lebih murah. Lingkungan masyarakat di Kelurahan Tanjung Unggat yang kurang terkontrol membuat remaja bisa dengan mudah menggunakan narkoba di lingkungannya sendiri. Jenis narkoba yang sering digunakan remaja adalah dibagi atas 4 kelompok, yaitu: narkotika, terutama opiat atau candu. halusinogenik, misalnya ganja atau
5 5 3 5 1 2 5 2 3 5 3
5
mariyuana, stimulan, misalnya ekstasi dan shabu-shabu dan depresan, misalnya obat penenang.
pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat b. Dapat dijadikan refrensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melihat tentang peranan orang tua dalam menghadapi penyalahgunaan narkoba pada remaja di Kelurahan Tanjung Unggat
Fenomena yang terjadi di Kelurahan Tanjung Unggat adalah masih ditemukan remaja yang terjerat dalam kasus narkoba, kasus tersebut bahkan ditemukan di lingkungannya sendiri. Para remaja tersebut menggunakan narkoba bahkan di rumahnya seperti di kamar tanpa sepengetahuan orang tua. Selama ini 7 dari kasus yang ada di kelurahan Tanjung Unggat 5 diantaranya di dapati di lingkungan rumahnya. Tidak hanya narkoba, mereka juga bebas meminum minuman beralkohol, kemudian berkumpul-kumpul di lingkungan sekitar rumahnya. Dari latar belakang permasalahan diatas maka penelitian ini mengambil sebuah judul penelitian yaitu Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat. B. Perumusan Masalah Dari identifikasi dalam latar belakang, maka diambil sebuah pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : Bagaimana Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi orang tua dalam menghadapi penyalahgunaan narkoba
D. Konsep Operasional 1. Peranan orang tua dalam penelitian ini adalah peran orang tua yang diperkuat dalam mengantisipasi bahaya narkoba salah satunya adalah memberikan sosialisasi kepada anak tentang bahaya narkoba. a. Peranan meliputi normanorma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturanperaturan yang membimbing anak agar tidak kembali terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu. Dalam penelitian ini adalah perihal yang dilakukan orang tua agar anak tidak kembali terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
6
penting sebagai struktur sosial masyarakat. Dalam penelitian ini adalah perilaku yang ditunjukan oleh orang tua agar anak tidak lagi terlibat dari penyalahgunaan narkoba. 2. Penyalahgunaan narkoba adalah Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zatzat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar 3. Remaja adalah Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Dalam penelitian ini diambil remaja pertengahan menurut Kartini Kartono (2007: 36) Masa remaja berlangsung antara umur 15 tahun sampai dengan 18 tahun.
tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Menurut Livinson dalam Soerjono Soekanto (2007:213) menyebutkan bahwa peranan mencakup tiga hal, yaitu: a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.
Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854) Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang
II. LANDASAN TEORI 1. Peran Secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok sosial di masyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai dengan kedudukan yang ia miliki. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Peran berarti perangkat tingkah atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah
7
ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.
proses. Kartono (1994:62-63) menyatakan bahwa Peranan adalah sebgai berikut: “Kemampuan dan keterampilan teknis serta sosial pemimpin dalam menerapkan teoriteori kepemimpinan pada paraktek kehidupan serta praktek organisasi, yaitu: melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari dan semua peralatan yang dipakai, dan yang termasuk dalam kategori teknik kepemimpinan ini antara lain: etika profesi, kebutuhan dan motivasi (manusia), dinamika kelompok, komunikasi, kemampuan pengambilan keputusan , keterampilan diskusi dan lainnya”.
2. Peran Keluarga Peran Keluarga merupakan agen utama dalam hubungan sosialisasi dan kontak pertama dari anak. Tiap-tiap keluarga seharusnya mengajarkan si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab, dan yang paling utama adalah melalui keluarga. disini anak belajar menerima norma-norma sosial, sikap-sikap, nilai-nilai serta pola tingkah lakunya menjadi dapat diperkirakan oleh anggota masyarakat lainnya. Bahasa, pola-pola seks, kenyakinan agama, sopan santun dan peletakan berbagai elemen-elemen kebudayaan juga ditangani lewat keluarga (Talcot Parson dalam Khairuddin, 2002: 126). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009:21). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008:52).
Menurut Setiadi (2008:50) setiap anggota keluarga mempunyai peran masingmasing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok osial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan
Soekanto (2009:243-244) mengatakan bahwa ”Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat meruapakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat, peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu
8
peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, d. Pendidik dalam segi-segi emosional
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Keluarga merupakan tempat terjadinya proses sosialisai yang pertama bagi setiap individu. Keluargalah yang pertamatama mengarahkan seseorang bertindak sesuai dengan kebiasaan masyarakatnya. Lewat sosialisasi yang terjadi dalam keluarga individu dapat menjalankan peran yang diharapkan darinya. Keluarga sekaligus juga menjadi lembaga pengontrol perilaku sosial. Tiap keluarga memberikan pengawasan terhadap perilaku anggotanya. Keluarga memiliki peran pelaku sosialisasi bagi anggota baru masyarakat untuk memperkenalkan aturan, norma maupun nilai sosial yang dianut sekitarnya. Keluarga disebut sebagai pelaku sosialisasi primer atau dasar. Keluarga merupakan suatu kesatuan hidup (sistem sosial), namun setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Pemaparan secara detail mengenai peran anggota keluarga adalah sebagai berikut: Peran Ibu dalam pendidikan anak-anaknya (Purwanto, 2011 : 82) adalah sebagai berikut :
Menurut Soerjono Soekanto (2009:85) fungsi pokok keluarga batih adalah: 1. Sebagai wadah berlangsungnya sosialisasi primer, yakni dimana anak-anak dididik untuk memahami dan mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 2. Sebagai unit untuk mengatur hubungan seksual yang semestinya. 3. Sebagai unit sosial ekonomi yang membentuk dasar kehidupan sosial ekonomi bagi anak-anaknya. 4. Sebagai tempat berlindung bagi anggotanya. Menurut Soerjono Soekanto lebih lanjut (2009:23), keluarga batih memiliki peran sebagai berikut: 1. Sebagai pelindung pribadipribadi anggota keluarga dimana ketentraman dan kertibaban diperoleh dalam wadah tersebut. 2. Merupakan unit sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. 3. Menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup. 4. Merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi
a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang, b. Pengasuh dan pemelihara,
9
kiadah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
mengurus diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai peribadi. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih saying atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesagesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Fungsi sosialisasi atau pendidikan dalam peran keluarga dalam Narwoko dan Suyanto (2011:235) fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk kepribadiannya. Anak-anak harus memperoleh standar tentang nilainilai apa yang diperbolehkan, apa yang baik, apa yang indah, apa yang patut dan sebagainya. Dalam keluarga anakanak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya , tingkah pekertinya, sikapnya dan reaksi emosionalnya. Oleh karena itulah keluarga merupakan perantara diantara masyarakat yang luas dan individu.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kelurahan Tanjung Unggat terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kelurahan di wilayah Kota Tanjungpinang. Kelurahan Tanjung Unggat merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah kerja Kecamatan Bukit Bestari yang terdiri dari 9 (sembilan) Rukun Warga dan 43 (empat puluh tiga) Rukun Tetangga dengan luas wilayah mencapai 10.50 KM2. Kelurahan Tanjung Unggat memiliki luas wilayah 10.50 KM2 dengan batasbatas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bugis. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjungpinang Timur. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bulang. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kamboja. Kelurahan Tanjung Unggat memiliki fisiografis yang terdiri dari 83% dataran rendah dan 17% lautan. Dan dikarenakan letak geografis berada pada wilayah garis khatulistiwa, Kelurahan Tanjung Unggat memiliki 2 (dua) musim yakni musim kemarau (antara April s/d September) dan musim penghujan (antara Oktober s/d Maret) setiap
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem nasional), dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan. Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan janiahnya maupun kemampuan intelektual, sosisal, dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak-anak menurut Hasbullah (2009:89) adalah sebagai berikut: Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara
10
tahunnya. Kelurahan Tanjung Unggat melalui topografi merupakan dataran rendah dengan ketinggian lebih kurang 2 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 114 hari sebanyak 20003000 mm/tahun dengan suhu berkisar 30°C sampai 32°C. Tekanan udara terendah 1.0102 MBS dan tertinggi 1.01037 MBS serta kelembaban udara rata-rata antara 61.5°C sampai dengan 91.5°C.
Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa orang tua hingga kini masih banyak yang menganggap bahwa pendidikan tentang narkoba adalah pendidikan yang tidak terlalu penting. Sebagian lebih memilih untuk tetap diam dan berasumsi bahwa anak-anak Kontrol orang tua memang dilakukan belum cukup baik, dari hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa dalam memberikan pendidikan narkoba orang tua masih sangat kurang mendukung karena masih menganggap hal tersebut tidak pantas. Para remaja dapat memperoleh informasi mengenai narkoba dari berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media massa baik cetak ataupun eletronik termasuk di dalamnya iklan, buku ataupun situs di internet yang khusus. Remaja seringkali menolak standar yang ditetapkan orangtua dan lebih menerima penilaian teman kelompok dan teman sebayanya. Bila penilaian teman kelompok ini tidak berbeda jauh dengan penilaian dan standar keluarga, kemungkinan mengalami kebingungan/ krisis identitas semakin kecil. Pada kenyataannya, penilaian teman sebaya lebih sering bertentangan dengan penilaian dan standar dari keluarga yang menyebabkan konflik. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 1. Peranan meliputi norma-norma Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aturan atau norma yang dilakukan orang tua adalah meberlakukan aturan jam malam, biasanya untuk hari sekolah anak-anak tidak boleh keluar lebih dari jam 11 malam, jika itu terjadi orang tua akan menjemput dan di nasehati. Nasehat merupakan salah satu kontrol orang tua terhadap anaknya. Ada beberapa orang tua yang melarang anak-anaknya tidak dengan amarah, atau dengan kekerasan tetapi dengan nasehat-nasehat dengan bahasa yang baik dan mengharapkan anaknya lebih mendengarkan. Orang tua harus memahami pertumbuhan anaknya, tidak semua dapat diselesaikan dengan kekerasan karena dengan pemahaman biasanya anak akan lebih mudah untuk mencernanya. Namun tidak hanya dengan pemahaman, orang tua juga harus memberikan aksinya secara langsung seperti sekali-sekali ikut untuk melihat dengan siapa anaknya bermain dan apa yang dilakukannya agar tidak terjadi hal-hal yang menyimpang 2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa sejak terjerumus dalam narkoba, orang tua lebih mengambil sikap untuk berprilaku jauh lebih baik dengan memanfaatkan waktu dengan anak, memberikan contoh, memberikan pemahaman terhadap norma, dan lain sebagainya. Peran orang tua dalam rangka membantu para remaja agar tidak terjerumus ke dalam kubang narkoba
11
sangat dibutuhkan. Sebagai orang tua, harus menganggap bahwa korban penyalahguna narkoba adalah sedang menderita penyakit yang perlu kita tolong kesembuhannya. Untuk bisa menolong mereka menjadi sembuh dan normal kembali diperlukan pegetahuan dan teknik tersendiri. Kecenderungan anak menyalah-gunakan narkoba tidak dapat dilepaskan dari peran dan tanggung jawab orang tua. Sekalipun lingkungan seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar bagi anak, tetapi apabila orang tua dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, maka pengaruh lingkungan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam rangka penyalahgunaan narkoba pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut Orang tua sebagai panutan. Orang tua perlu memberikan contoh kepada anaknya baik dalam lingkup rumah ataupun luar rumah, harus sesuai apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
bahwa korban penyalahguna narkoba adalah sedang menderita penyakit yang perlu kita tolong kesembuhannya. Untuk bisa menolong mereka menjadi sembuh dan normal kembali diperlukan pegetahuan dan teknik tersendiri. Kecenderungan anak menyalahgunakan narkoba tidak dapat dilepaskan dari peran dan tanggung jawab orang tua. Sekalipun lingkungan seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar bagi anak, tetapi apabila orang tua dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, maka pengaruh lingkungan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Namun ada beberapa hal yang masih harus menjadi perhatian adalah sebagai berikut : Orang tua sudah membuat norma dan aturan sehingga anaknya tidak lagi terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba salah satunya dengan kontrol orang tua yang memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi remaja dalam kehidupan sehari-harinya. Namun kebanyakan orang tua tidak mengizinkannya bahkan ada beberapa yang keras memberikan sangsi terhadap hal tersebut. Hingga kini masih banyak yang menganggap bahwa pendidikan tentang narkoba adalah pendidikan yang tidak terlalu penting. Sebagian lebih memilih untuk tetap diam dan berasumsi bahwa anak-anak Kontrol orang tua memang dilakukan belum cukup baik, dari hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa dalam memberikan pendidikan narkoba orang tua masih sangat kurang mendukung karena masih menganggap hal tersebut tidak pantas. Para remaja dapat memperoleh informasi mengenai narkoba dari berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media massa baik cetak ataupun eletronik termasuk
V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Kelurahan Tanjung Unggat sudah berjalan dengan baik, sejak terjerumus dalam narkoba, orang tua lebih mengambil sikap untuk berprilaku jauh lebih baik dengan memanfaatkan waktu dengan anak, memberikan contoh, memberikan pemahaman terhadap norma, dan lain sebagainya. Peran orang tua dalam rangka membantu para remaja agar tidak terjerumus ke dalam kubang narkoba sangat dibutuhkan. Sebagai orang tua, harus menganggap
12
di dalamnya iklan, buku ataupun situs di internet yang khusus. Remaja seringkali menolak standar yang ditetapkan orangtua dan lebih menerima penilaian teman kelompok dan teman sebayanya.
Henslin, M James. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Hidayat, A.A., 2005. Pengatar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika. Kartono, Kartini. 1994. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Surabaya: CV. Mandar Maju ______________. 2007. Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga. Khairudin, H. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty. Martono, L., & Joewana, S. (2008). Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka. Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung Seto. Moh. Padil triyo supriyatno, sosiologi pendidikan cet.II. Malang:UIN-Maliki Press.
B. Saran Adapun saran yang dapat disampikan adalah sebagai berikut : 1. Sebaiknya orang tua melakukan pengawasan lebih ketat terhadap apa yang dilakukan anak di luar rumah seperti mengetahui kemana pergi, dan siapa temannya 2. Sebaiknya orang tua lebih menekankan aturan dan norma agar anak bisa memahami batasan dalam pergaulan. 3. Seharusnya orang tua juga memahami tentang narkoba sehingga bisa langsung memberikan pemahaman kepada anak-anaknya terutama di usia remaja tentang bahaya narkoba.
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung. Remaja Rosda Karya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group. Harahap, dkk. 2007. Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka Hasbullah. 2009. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja grafindo. Persada.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Pustaka Pelajar,. Yogyakarta Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Setiadi, 2008, Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta
13
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alpabeta. Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Soedjono Dirdjosisworo. 1994.Sinopsis Kriminologi Indonesia, Mandar Madju, Jakarta. Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta Yesmil & Adang. 2013. Kriminologi. PT Refika Aditama. Bandung. Andrisman,
14