Peranan Neuroandragogi pada Pendidikan Orang Dewasa * Rudi Widyaiswara LPMP Sulsel
Abstrak Andragogi merupakan seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Neurosains merupakan bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron pada otak Manusia. Tulisan ini akan membahas kaitan antara Neurosains dan andragogi, atau dalam istilah Clive Wilson dikenal dengan Neuroandragogy, serta bagaimana menerapkannya dalam pendidikan orang dewasa. Tulisan ini merupakan gagasan ilmiah yang diharapkan bisa menjadi sumber bacaan dan literatur bagi fasilitator, instruktur dan pengambil kebijakan dalam merumuskan dan menetapkan sistem dan model pendidikan yang efektif bagi orang dewasa, khususnya pendidikan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Kata Kunci : Neurosains, Andragogi, Neuroandragogi Abstract Neuroscience is a field of science that studies the neuron system or a system of neurons in the human brain. While andragogy is the art and science of teaching adults. This paper will discuss the links between neuroscience and andragogy, or in terms Clive Wilson known as Neuroandragogy, and how to apply them in adult education. This paper This paper is a scientific idea and is expected to provide input to the facilitator, instructor and policy makers to formulate and define systems and models of effective education for adults, especially education for teachers, school headmaster and school supervisors. Keywords: Neuroscience, Andragogy, Neuroandragogy
Page | 1 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
PENDAHULUAN Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan mengatasi permasalahan hidup secara mandiri(Sudjarwo:2012). Keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam melakukan perubahan hidup kearah yang lebih baik. Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupannya. Melalui proses belajar orang dewasa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup, tidak hanya pada pencarian ijazah saja. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran orang dewasa memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan pembelajaran pada anak-anak. Andragogi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik khusus orang dewasa, khususnya dalam proses belajar. Andragogi merupakan istilah yang diperkenalkan oleh alexander Kapp seorang guru Jerman, dan dipopulerkan oleh Malcolm Knowles. Teori belajar mengenai orang dewasa yang telah digunakan selama ini perlu ditinjau kembali. Sebagian besar teori dikembangkan dari hasil penelitian pada anak-anak dan binatang, sementara kesimpulannya hampir tidak memisahkan antara pendidikan anak-anak dan dewasa. Andragogi yang digunakan di masa lalu belum mempertimbangkan otak sebagai pusat pengendali aktifitas belajar. Brookfield mengatakan masih belum jelas bagaimana orang dewasa belajar, dia menanggapi bahawa teori selama ini tidak membahas semua aspek mengenai pembelajaran orang dewasa. Fakta ilmiah menunjukkan bahwa Perubahan fisik dan neurologis yang terjadi seiring bertambahnya usia akan mempengaruhi bagaimana manusia belajar (Cercone, 2008). Manusia adalah makhluk yang dibekali kemampuan berpikir untuk mengolah informasi dan pengetahuan menjadi informasi baru dan pengetahuan baru. Proses ini terus berlangsung dan berkelanjutan sehingga lahirlah produk kreatifitas manusia. Hal inilah yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang berperadaban tinggi dibandingkan makhluk hidup yang lain. Proses kelahiran pemikiran kreatif manusia tidak bisa dipisahkan dengan organ tubuh paling unik dalam dirinya, yang dikenal dengan otak. Otak memiliki karakteristik unik, bukan hanya karena struktur dan fungsinya, tetapi karena kemampuan sel-sel saraf untuk mengubah diri tak terbatas. Ketakterbatasan kemampuan sel-sel saraf telah menjadi daya tarik dan Page | 2 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
menarik minat para ilmuwan dan peneliti untuk terus menyingkap fakta terkait organ tubuh paling urgen dalam berpikir ini. Konsep Neurosains yang dijelaskan oleh Harun dalam Resti (2010) merupakan suatu bidang kajian mengenai sistem saraf yang terdapat di dalam otak manusia yang berhubungan dengan kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Profesor Marian Diamond dalam Rakhmat (2005) lebih lanjut mengungkapkan bahwa otak dapat berubah secara positif jika dihadapkan pada lingkungan yang diberi rangsangan, dan otak akan dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan. Pemikiran inilah yang mendasari teori perkembangan otak, bahwa otak orang dewasa memiliki potensi untuk terus berkembang, tidak kaku, statis dan cenderung menutun seiring dengan pertambahan usia. Neurosains dan Andragogi selama beberapa dekade terakhir telah berkembang sebagai bidang kajian dan terapan yang berdiri sendiri. Clive Wilson adalah orang pertama yang mencoba mensintesis dua bidang kajian ini, dan selanjutnya dikenal dengan istilah Neuroandragogi. Neuroandragogi didasarkan pada konsep bahwa terdapat perbedaan cara kerja otak orang dewasa dan anakanak, hal ini menyebabkan perbedaan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Masalah yang dikaji dalam tulisan adalah (1) Bagaimana konsep Neurosains dan andragogi? (2) bagaimana Kinerja otak orang dewasa? (3) Bagaimana konsep neuroandragogi? (4) dan bagaimana penerapan neuroandragogi pada pendidikan orang dewasa? Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang diharapkan dalam tulisan ini, yaitu: (1) menjelaskan konsep neurosains dan andragogi, (2) menjelaskan kinerja otak orang dewasa, dan (3) menjelaskan konsep neuroandragogi, (4) menjelaskan penerapan neuroandragogi pada pendidikan orang dewasa.
PEMBAHASAN Konsep Andragogi dan Neurosains Sifat belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi harapan dapat tercapai. Andragogi lahir dari dasar pemikian bahwa orang dewasa memiliki karakteristik sendiri dalam belajar, sehingga teori-teori mengenai pembelajaran yang selama ini berlaku untuk anak-anak dan dewasa, tidak relevan untuk digunakakan khusus pada pendidikan orang dewasa. Page | 3 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
Menurut Knowles dalam Sudjarwo (2012), “ Andragogy is therefore, the art and science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak. Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kajian dan penelitian tentang Andragogy sebagaimana halnya neurosains telah menarik perhatian peneliti dan ilmuwan pendidikan. Alexander Kapp, seorang guru di Jerman adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah andragogy, Kapp mulai memperkenalkan istilah andragogy pada tahun 1833. Pada abad 18 sekitar tahun 1833: Alexander Kapp menggunakan istilah pendidikan orang dewasa unutk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti plato. Kapp menekankan pentingnya andragogy dalam pendidikan orang dewasa. Istilah ini telah digunakan selama lebih dari 85 tahun. Demikian halnya ahli pendidikan orang dewasa bangsa Belanda Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogy. Setelah era Kapp, pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberi sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”. Tiga tahun setelah Adam Smith tepatnya tahun 1921: Eugar Rosentock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Pada tahun 1926: The American For Adult Education mempublikasikan bahwa pendidikan orang dewasa mendapat sumbangan dari: 1) Aliran ilmiah seperti Edward L Thorndike. Dan 2) Aliran artistic seperti Edward C Lindeman. Edward Lendeman menerbitkan buku “Meaning of adult education” yang pada intinya buku tersebut berisi tentang : 1) Pendekatan pendidikan orangd ewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman belajar ia juga menyatakan ada 4 asumsi utama pendidikan orang dewasa, yaitu orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan, 2) orientasi orang dewasa belajara dalah berpusat pada kehidupan, 3) pengalaman adalah sumber belajar, 4) pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan bentuk, waktu, tempat dan lingkungan. Pada perkembangan selanjutnya Edward C. Lindeman menerbitkan Journal of adult Education. Pada tahun 1957 publikasi andragogi di Eropa diawali oleh seorang guru Jerman bernama Franz Poeggler yang menulis buku berjudul: Introduction to Andragogi-Basic Issues in Adult education. Pada tahun 1968 Malcolm Knowless mempublikasikan untuk pertama kalinya sebuah artikel yang sangat provokativ dengan judul ‘andragogi, not Page | 4 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
Pedagogi’. Pada tahun 1981, Mezirow mempublikasikan konsepnya tentang andragogy dalam sebuah artikel berjudul “Acritical Theory of Adult Learning and Education.” Neurosains merupakan bidang kajian sistem saraf otak manusia yang berhubungan dengan kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan pembelajaran. Penelitian dalam bidang Neurosains tentang bagaimana fungsi otak merupakan kajian yang menarik. Pengetahuan orang tentang otak, diperoleh dari proses pengkajian selama ratusan tahun. Penemuan penting tentang Neurosains dimulai ketika Cajal, ilmuwan Spanyol pemenang Nobel 1906 menemukan 4 doktrin neuron. Kemudian Charles Sherrigon menemukan bahwa neuron tidak hanya dapat bersifat aktif (mengirimkan sinyal 0), tapi juga ada yang menggunakan terminal. Selanjutnya Luigi Galvani ( 1971 ) dan kemudian Herman Von Helmhotz (1859) menemukan bahwa terdapat aktivitas listrik pada sel-sel otot binatang. Lazimnya, penelitian-penelitian tentang Neurosains dipakai dan hanya dipakai dikalangan terbatas dunia kedokteran untuk kepentingan farmakologi, ilmu saraf, ilmu kedokteran jiwa, atau ilmu bedah otak (Pasiak:2007). Pada tahun 1990an barulah pertama kalinya dilakukan penelitian yang menghubungkan antara Neurosains dan pendidikan. Hubungan ini tentang bagaimana fungsi sistem neuron pada anak-anak, dan dikenal dengan istilah “pendidikan berbasis otak” (Wilson:2006). Penelitian tentang Neurosains dalam bidang pendidikan menarik perhatian banyak orang, sehingga lahirlah penemuan-penemuan brilian yang cukup berpengaruh dalam dunia pendidikan. Penemuan-penemuan tersebut diantaranya Ned Hermann yang terkenal dengan konsep Hemispheric Dominance; Tony Buzan dengan Mind Mappping; Edward de Bono dengan berpikir lateral; Bobby de Porter dengan Quantum Learning; Geil Browning dengan Emergenetics; Daniel Golman dengan Emotional Intellegence; Danah Zohar dengan Spritual Intellegence; Pierce Howard dengan The Big Five-nya atau bahkan Howard Garner yang sangat terkenal dengan Multiple intellegencesnya (Pasiak:2007).
Kinerja Otak Orang Dewasa Hasil dari beberapa kajian dan penelitian telah menghasilkan teori belajar yang banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, banyak guru yang telah menerapkannya dalam ruang-ruang kelas. Dalam 20 tahun terakhir telah terjadi penemuan penting mengenai bagaimana proses belajar terjadi. Melalui penggunaan teknologi pencitraan otak, peneliti telah mampu melihat otak bekerja, sehingga memberikan informasi penting bagaimana otak manusia bekerja. Temuan ini adalah kemajuan berharga yang telah menghasilkan teori pembelajaran berbasis kemampuan otak, paradigma baru mengenai pembelajaran yang didasarkan pada bagaimana otak bekerja secara alamiah. Page | 5 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
Memahami cara otak belajar, maka terlebih dahulu harus dipahami anatomi dan fisiologi otak (Cercone:2006). Fokus utama pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah bagaimana otak belajar secara alamiah. Hal ini digerakkan secara biologis dan memungkinkan untuk mengalami perubahan. Otak bekerja dengan menggunakan prinsip sirkuit, bukan kerja sendiri. Sebuah fungsi dapat terjadi karena semua bagian otak bekerja dalam sebuah sirkuit canggih, setiap bagian menyumbang kelebihannya masing-masing dalam sirkuit itu. Sirkuit otak bekerja mengikuti prinsip respirokal, konvergen dan divergen, susunan serial atau paralel dan fungsi-fungsi spesifik (Pasiak:2007). Empat fakta terkait kinerja otak orang dewasa(Wilson:2012) adalah sebagai berikut: 1) Neurofisilogy dan otak orang dewasa Pada otak orang dewasa, koneksi sinapstik berpotensi untuk berkembang dengan pesat dalam jangka waktu yang lama. Sebuah stimulasi memungkinkan terbentuknya jaringan syaraf yang mampu bertahan selama berjam-jam, berhari-hari atau minggu, bahkan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama. Penemuan ini membantah pendapat yang menyatakan bahwa otak kita akan menjadi kaku dan tidak berkembang seiring dengan perkembangan usia. 2) Neurodevelopment dan otak orang dewasa Ahli saraf menemukan bahwa otak memiliki sifat fleksibel, termasuk pada otak orang dewasa. Jaringan saraf baru akan tumbuh sebagai hasil dari stimulasi, hal ini terjadi sampai usia tua. Selain kemunculan jaringan/sirkuit baru, otak juga mengalami pemangkasan jaringan. Jaringan saraf akan bertahan jika sering digunakan, karena itu jaringan baru yang koneksinya lemah membutuhkan aktivitas untuk bisa bertahan. Jika tidak, maka gerakan akson akan melambat atau merosot dan menyebabkan neuron memulai denan pemula yng baru. Otak yang seirng digunakan akan memumgkinkan terjadinya sinapsis, dan yang jarang digunakan akan memungkinkan kehilangan sinapsis yang sudah ada (cercone, 2006). 3) Neurogenesis dan otak orang dewasa Hasil penelitian menunjukkan lingkungan yang diperkaya sangat mempengaruhi otak yang belajar. Hill dalam Wilson (2006) mengatakan selama hidup rentang otak terus berubah dan mereorganisasi dalam menanggapi rangsangan lingkungan. Kegiatan otak dikendalikan oleh genetika, pengembangan, pengalaman, budaya, lingkunan, dan emosi. Hal inilah yang terus merangsang otak untuk berubah. Page | 6 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
Sebuah penelitian pada tikus dewasa yang hidup pada lingkungan yang diperkaya menunjukkan bahwa pada tikus dewasa tersebut tumbuh neuron baru lebih 60 %, hal ini berpengaruh baik terhadap proses pembelajaran. Hasil yang sama juga diperoleh pada orang dewasa berusia lima puluh hingga tujuh puluh tahun. Pertumbuhan baru ini ditemukan pada hyppocampus dan daerah olfactory bulb, dua bidang utama untuk belajar dan memori (Wilson, 2006). Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan maksimum otak kita harus memiliki lingkungan yang diperkaya, penggunaan sinaptik ditentukan oleh lingkungan. 4) Neuroplasisitas dan otak orang dewasa Hebb (1949) seorang ahli terbaik dalam kajian Neuroplastisitas menemukan bahwa otak memiliki kemampuan untuk berubah karena terjadi perubahan pada tingkat sel saraf. Perkembangan otak terjadi melalui perubahan koneksi pada tingkat sinaps. Jika beberapa sel saraf menerima stimulus pada saat yang sama akan menghasilkan potensi aksi. Sel saraf itu kemudian menyebar dan menjadikan lebih banyak koneksi sinaptik. Cara lain untuk melihat neuroplatisitas menurut howard adalah “kemampuan otak untuk belajar, mengingat, menngorganisir ulang, dan memulihkan dari kerusakan”
Konsep Neuroandragogi Blomm dan kawan-kawan dalam wilson (2012) mengemukakan tentang tiga tahap perkembangan saraf , tahap pertama pada masa kanak-kanak, tahap kedua pada tahap remaja, dan tahap ketiga masa dewasa. Hasil kajian tentang otak orang dewasa dan fungsinya kognitifnya memungkinkan bagi kita untuk mengembangkan paradigma baru pendidikan orang dewasa. Hasil analisis beberapa praktisi berdasarkan fakta ilmiah dan penerapan di lapangan menunjukkan bahwa Neurosains dan andragogi bisa disintesiskan dalam satu konsep yang dikenal dengan neuroandragogi. Prinsip neuroandragogi adalah sebagai berikut: 1) Otak orang dewasa berpotensi untuk terus tumbuh dan berkembang. Di masa lalu banyak literatur mengungkapkan bahwa orang dewasa mengalami pelemahan fungsi otak seiring bertambahnya usia. Teori baru mengenai plastisitas otak memberi harapan kepada kita bahwa otak orang dewasa memiliki potensi untuk terus berkembang dan mengalami pertumbuhan. 2) Otak orang dewasa yang sering digunakan akan memungkinkan terbentuknya jaringan sel baru, sedangkan otak yang jarang digunakan maka sirkuit sel yang terbentuk perlahan mengabur dan perlahan hilang.
Page | 7 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
3) Pembelajaran orang dewasa dipengaruhi oleh pengalaman hidup, hal ini dapat dilakukan melalui melakukan kebiasaan baru, penyesuaian diri dengan kondisi baru, dan belajar cara-cara baru. Semakin tua otak, pengembangan mental juga semakin khas. Hal inilah yang Membuat kita memahami dan belajar hal-hal baru dengan cara berbeda. Orang Dewasa sering menunjukkan rasa frustasi terhadap pelajaran yang susah dipahami atau menunjukkan ketidaktertarikan karena pengalaman belajar yang diberikan tidak terhubung dengan pengalaman hidup mereka. 4) Otak orang dewasa akan berkembang jika tumbuh dalam lingkungan yang diperkaya dan bersifat menantang.
Penerapan Neuroandragogi pada proses pendidikan orang dewasa Peserta didik dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan umumnya adalah orang dewasa. Pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak di sekolah. Hasil pembelajaran yang baik memerlukan pengenalan terhadap kinerja otak orang dewasa sebagai pembelajar. Pembelajaran berbasis kemampuan otak, merupakan paradigma baru dalam pembelajaran. Menurut Jansen (2012) ada tujuh tahapan pembelajaran berbasis kemampuan otak yaitu (1) Pra-Pemaparan. Tahap ini memberi gambaran awal terhadap pembelajaran baru sebelum dikaji lebih jauh dan mendalam. Pra-pemaparan membantu otak membangun peta konseptual yang lebih baik, (2) Persiapan. Dalam tahap ini, Fasilitator menciptakan keingintahuan dan kesenangan, (3) Inisiasi dan akuisisi. Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron-neuron itu saling “berkomunikasi” satu sama lain, (4) Elaborasi. Tahap elaborasi memberikan kesempatan kepada otak untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji, dan memperdalam pembelajaran, (5) Inkubasi dan memasukkan memori. Tahap ini menekankan bahwa waktu istirahat dan waktu untuk mengulang kembali merupakan suatu hal yang penting , (6)Verifikasi dan pengecekan keyakinan. Dalam tahap ini, fasilitator mengecek apakah peserta sudah paham dengan materi yang telah dipelajari atau belum, (7) Perayaan dan integrasi. Tahap ini menanamkan semua arti penting dari kecintaan terhadap belajar. Strategi pembelajaran utama yang dapat dikembangkan dalam menerapkan neuroandragogi yaitu: (1) menciptakan sistem Pengembangan diri yang berkelanjutan. Otak yang sering digunakan akan memungkinkan terbentuknya jaringan sel baru. Berdasarkan hal tersebut seorang pembelajar dewasa harus terus mengkaji dan mengembangkan ilmunya, karena ilmu yang tidak dikaji dan dikembangkan perlahan akan berkurang dan bahkan hilang sama sekali. (2) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir. Beberapa peneliti menemukan bahwa aktifitas yang sifatnya menantang akan meningkatkan kesehatan otak, kemampuan intelektual dan cadangan otak, (3) menciptakan lingkungan pembelajaran yang diperkaya. Page | 8 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
lingkungan pembelajaran yang diperkaya termasuk penggunaan music, pengaturan tempat duduk yang bervariasi, penampilan dinding kelas yang bermakna, pemanfaatan ruang kelas yang lebih bervariasi (4) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi peserta (5) menerapkan strategi dan materi pembelajaran yang selalu terbarukan. Orang dewasa harus didorong untuk mengelola informasi baru yang diperoleh untuk menjaga pertumbuhan sel baru. Memori jangka panjang sangat bergantung pada kelangsungan hidup sel baru yang terbentuk. Sel baru yang terbentuk akan mati dalam hitungan minggu jika tidak digunakan. Menurut Hyland dalam wilson (2012) Orang dewasa membutuhkan kegiatan-kegiatan yang akan membuat sel-sel hidup, belajar bahasa baru atau musik merupakan contoh yang baik bagaimana kenangan baru disimpan atau hilang karena pemangkasan sel baru.
PENUTUP Hasil pengkajian dan penelitian mengenai bagaimana otak belajar telah melahirkan teori dan praktik dalam pendidikan. Neuroandragogi merupakan salah satu bentuk sintesis antara konsep neurosains dan andragogi. Neuroandragogi merupakan konsep pendidikan orang dewasa yang didasarkan pada bagaimana otak orang dewasa bekerja secara alami. Prinsip konsep neuroandragogi adalah (1) otak orang dewasa berpotensi untuk terus tumbuh dan berkembang (2) Otak orang dewasa yang sering digunakan akan memungkinkan terbentuknya jaringan sel baru, (3) Pembelajaran orang dewasa dipengaruhi oleh pengalaman hidup, (4) Otak orang dewasa akan berkembang jika tumbuh dalam lingkungan yang diperkaya dan bersifat menantang. Strategi pembelajaran utama yang dapat dikembangkan dalam menerapkan neuroandragogi pada pendidikan orang dewasa yaitu: (1) menciptakan sistem Pengembangan diri yang berkelanjutan, (2) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir, (3) menciptakan lingkungan pembelajaran yang diperkaya (4) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi peserta (5) menerapkan strategi dan materi pembelajaran yang selalu terbarukan.
Page | 9 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189
DAFTAR PUSTAKA Jensen, E. (2008). Brain- Based Learning, Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak. Cara baru dalam Pembelajaran dan Pelatihan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Cercone, K. (2008). Characteristics of adult learners with implications for online learning design. AAACE Journal. 16(2). 137-159. Cercone, K. (2006). Brain Based Learning. In E. K. Sorensen and D. O. Murchu, Enhancing Learning Through Technology. Idea Group, Inc. Mandar, S. D. Peranan Cognitive Neurosains dalam Dunia Pendidikan. 7 Januari 2015.http://www.slideshare.net/larasratih/cognitive-neuroscience-danimplementasinya-dalam-pembelajaran. Rakhmat, J. (2010). Belajar Cerdas, Kaifa Learning, Jakarta Resti, V. D. A. Kajian Neurosains dalam Pembelajaran Biologi Abad XXI. 7 Januari 2015. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/3155 Sujarwo. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa (Pendekatan Andragogi). 14 Januari 2015. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./ Makalah-Strategi%20Pembelajaran%20Orang%20dewasa%20(Repaired). pdf Pasiak, T. (2007). Belajar Memakai Otak: Sebuah Pengantar (Pengantar buku Brain Based Teaching), Kaifa Learning, Jakarta Wilson, C. A. (2006). Neuroandragogy: Making the case for a Link with Andragogy and Brain-Based Learning
Page | 10 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=350:peranan-neurooandragogi&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E‐Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355‐3189