PERANAN KH. MUHAMMAD DJUNAIDI DALAM MENANGANI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IEN SAWANGAN DEPOK
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Nama NIM
Oleh : : Rahmat Hafizulloh : 106052001970
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar strata I (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Mei 2010 Penulis
Rahmat Hafizulloh
ABSTRAK
Rahmat Hafizulloh Peranan KH.Muhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok
Dzikir merupakan suatu metode yang digunakan oleh KH. Muhammad Djunaidi dalam menangani korban penyalahgunaan Narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan dzikir bersama atau membantu orang-orang yang berdzikir dan adapun yang menyelenggarakan dzikir sendiri. Akan tetapi, metode dzikir yang digunakan oleh KH. Muhammad Djunaidi berbeda dengan dzikir-dzikir pada umumnya. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana Peranan KH. Muhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan subjek yang diteliti adalah Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien, pembimbing dan para santri. Dengan proses wawancara dan observasi, fokus penelitiannya adalah pada peranan KH.Muhammad Djunaidi dalam menangani korban penyalahgunaan Narkoba. Melalui analisis dan hasil penelitian yang memfokuskan pada kegiatan dzikir yang diberikan kepada korban penyalahgunaan narkoba dengan metode dzikir yang diterapkan oleh KH.Muhammad Djunaidi. Adapun metode dzikir yang digunakan KH. Muhammad Djunaidi adalah membaca Ratibul Al-Athas, ratibul hadad, shalawat, asmaul husna dan membaca istigfar sebanyak 1000 kali. Dengan dzikir hati santri menjadi tenang, santri mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah diperbuatnya dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
ii
KATA PENGANTAR Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Ilahi Robbi atas berbagai macam nikmat-Nya terutama nikmat sehat wal afiat dan umur panjang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi, pembahasan, maupun tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. namun penulisan skripsi ini diselesaikan adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu selayaknya penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra. Rini Prihatini, M.Si sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Sugiharto MA sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
5. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA sebagai Pembimbing Skripsi yang dengan sabar membimbing penulis dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi umumnya dan khusunya dosen dan staf pengajar pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam serta seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, wacana, wawasan, intelektualitas yang telah ditularkan kepada penulis selama berada dan mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak KH. Muhammad Djunaidi, sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yang telah memberikan izin, menerima dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di Pondok Pesantren ini. Dan Bapak Muhammad Suhadi selaku pembimbing yang senantiasa menemani penulis dalam melakukan penelitian, serta segenap para santri yang telah menerima keberadaan penulis di Pondok Pesantren ini. 8. Setinggi-tingginya penghargaan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada ayahanda H. Saeni Sachronih.S.Pd yang selalu memberikan dorongan motifasi kepada peneliti untuk maju dan melangkah sampai tujuan yang ingin dicapai, kepada mamah Hj. Hasanah, S.Pd.I yang selalu mendoakan peneliti, kepada abang Hadi Fatahuddin S.Kom dan Kakak Laela Hamdiyah, ST, yang terlebih dahulu menjadi sarjana dan menjadikan motivasi untuk peneliti agar bisa cepat menyusul menjadi sarjana, adik Khairul Fadhil Rifa’i yang juga mendoakan peneliti. Terima kasih atas semua kasih sayang dan kesabaran dan perhatiannya telah memberikan dorongan moril dan meteril, serta doa yang
iv
senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti. Semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan mereka dengan ganjaran yang berlinpah. Amin ya robbal’alamin. 9. Seluruh pembimbing dan para santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawangan Depok yang sudah membantu menjadi subjek penulis, terimakasih atas kerja samanya 10. Sahabat-sahabat, kawan satu perjuangan selama kuliah satu angkatan 2006, Abdul Somad, Dani, Qusairi, Khairunnisa, Zaura, Riskon Agung, Yuswandi, dan Seluruh LASKAR BPI 2006, Setyo, Hajami, Imran, Wiwin, Ulfatun’nikmah, Maria Ulfa, Nur Aini, Syarifah, Zahra, Nawal, Diah, Fita, Osin, Husnul, Feby, Sukma, Febrika, Harlia, Iklima, Pras, dan Puguh terima kasih atas kebersamaannya selama ini, semoga ini bukan akhir perjumpaan kita, tapi adalah awal dari ikatan persaudaraan kita. bergegaslah kawan, sambut masa depan, tetap berpegang tangan dan saling berpelukan. Demikianlah skripsi ini penulis buat dan penulis persembahkan, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam memajukan Bidang Bimbingan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 9 Juni 2011 Penulis
Rahmat Hafizulloh
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………..
i
ABSTRAK …………………………………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...
iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….......
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ……………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………………….
7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………...................
8
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………
9
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………………...
9
F. Metodologi Penelitian…………………………………………………
11
G. Sistematika Penulisan…………………………………………………
14
LANDASAN TEORI………………………………………………….
15
A. Peranan……………………………………………………………….
15
1. Pengertian Peranan………………………………………………...
15
2. Jenis-jenis peranan………………………………………………...
18
B. Remaja………………………………………………………………..
18
Pengertian Remaja……………………………………………………
18
viii
BAB III
C. Narkoba………………………………………………………………
20
1. Pengertian Narkoba………………………………………………..
20
2. Jenis-Jenis Narkoba………………………………………………..
22
D. Faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba……………….
27
1. Faktor Individu…………………………………………………….
28
2. Faktor Sosial……………………………………………………….
29
3. Faktor Lain………………………………………………………...
29
E. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba………………………..
30
1. Pencegahan Primer.………………………………………………..
30
2. Pencegahan Skunder……………………………………………….
31
3. Pencegahan Tertier…………………………………………………
31
PROFIL KH. MUHAMMAD DJUNAIDI DAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IEN SAWANGAN DEPOK
43
A. KH. Muhammad Djunaidi……………………………………………
43
1. Biografi KH. Muhammad Djunaidi……………………………….
43
2. Riwayat Pendidikan……………………………………………….
44
3. Pengalaman……………………………………………………......
45
4. Karya Tulis………………………………………………………...
46
5. Kiprah KH. Muhammad Djunaidi di Masyarakat………………….
46
viii
BAB IV
B. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien……………………………
47
1. Sejarah Berdiri…………………………………………………….
47
2. Visi Misi…………………………………………………………...
50
3. Program…………………………………………………………….
51
4. Sarana………………………………………………………………
59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA………………………….
60
A. Identifikasi Informan………………………………………………….
60
B. Langkah-langkah yang dilakukan KH. Muhammad Djunaidi Dalam menangani korban Penyalahgunaan Narkoba………………….
65
C. Analisis Peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam Menyadarkan Korban Penyalahgunaan Narkoba. …………………………………….
71
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanganan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. ……………………………………………………………
BAB V
75
PENUTUP………………………………………………………………
78
A. Kesimpulan……………………………………………………………
78
B. Saran…………………………………………………………………..
79
Daftar Pustaka Lampiran
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan fase dimana seseorang memiliki rasa penasaran dan keingin tahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba dan diakui eksistensinya di masyarakat. Sehingga mereka seringkali melakukan eksperimen dengan apa yang mereka rasakan itu penting bagi dirinya walaupun hal tersebut terkadang bertentangan dengan norma umum yang berlaku. Perubahan dan perkembangan itu sering menimbulkan kegoncangan dalam dirinya, dalam pergaulan sehari-hari ia tidak diterima dalam dunia anak-anak. Di saat demikian diperlukan bimbingan dan arahan yang bijaksana dari pada orang tua dan guru, agar para remaja tidak canggung tidak merasa ketakutan dan cemas untuk menjalani pengalaman baru dalam kehidupannya yang penuh dengan hal-hal yang masih asing baginya. Terutama kehidupan yang sifatnya merusak. Sebab remaja merupakan harapan masyarakat, agama dan Negara di masa depan sebagai generasi penerus perjuangan.1 Ajaran Islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala bidang kehidupan, maka untuk menjaga agar manusia jangan sampai mengalami penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul
1
Dadang Hawari, Psikiater, Terapi Detoksifikasi Rehabilitas Pasien Naza. (Jakarta : Jakarta Press 2004), h. 20
1
2
dapat digunakan oleh setiap orang, yang memahaminya dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli dibidangnya.2 Jika diperhatikan dengan seksama, manusia dalam kehidupan sehari-hari akan terlihat dengan bermacam prilaku. Maksudnya adalah ketika mempunyai masalah ada yang kelihatan tegar, acuh dan dibawa santai, ada pula yang gelisah, sering mengeluh, bersedih hati, tidak semangat dan terasa berat memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.3 Sebagai makhluk sosial sering kali didengar banyak orang yang mengatakan bahwa ia sedang menghadapi masalah. Adapun arti dari kata masalah ialah “sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan)”.4 Dalam setiap tahap perkembangan manusia akan menemui permasalahan. Mulai dari peristiwa kelahiran, pernikahan maupun pristiwa kematian, dampak psikologis kesemuanya berada dalam lingkungan kehidupan keluarga dan masyarakat. Remaja dan keluarga tidak dapat dipisahkan, karena keluarga adalah ruang lingkup terdekat bagi perkembangan remaja. Keluarga merupakan kumpulan dari individu-individu yang satu sama lain terkait oleh sistem kekeluargaan. Pilar utama keluarga adalah suami istri atau ayah dan ibu dimana dari sana berkembang sebuah keluarga besar, karena keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat. Ciri hidup keluarga adalah adanya ikatan
2 3
Zakiah Derajat, Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002), Cet. Ke- 1, h. 25. Zakiah Derajat. Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), Cet. Ke-23, h.
3 4
Pusat Bahasa Departemen Nasional, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 719.
3
emosional yang alami. Hal ini tercermin dalam dinamika hubungan solidaritas, dimana dalam keadaan normal terhadap rasa saling ketergantungan, saling membutuhkan serta saling membela. Oleh karena itu, dalam suatu masyarakat ada sifat-sifat kekeluargaan meskipun cakupannya lebih luas dibanding sifat-sifat kekeluargaan dalam sebuah keluarga. Bahkan sesungguhnya di dalam ikatan kebangsaan juga ada nilai-nilai kekeluargaan, yang oleh karena itu dalam membangun bangsa bisa diambil pelajaran dari nuansa-nuansa hidup di dalam keluarga. Bagi setiap keluarga yang sedang berada dalam situasi yang penuh konflik, kemampuan mengendalikan diri dari anggota keluarga dipertaruhkan pada saat itu. Sebuah keluarga diuji sampai seberapa jauh ikatan batin yang dimiliki oleh masingmasing anggota keluarga dalam menghadapi problem didalam kehidupan berkeluarga. Disini keluarga dituntut supaya mempunyai mental spiritual yang kuat agar tidak goyah dalam menghadapi cobaan dalam situasi dan kondisi seperti apapun. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155 :
Artinya : “Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan mereka berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. ( Al-Baqkarah : 155)
4
Ayat di atas memeberikan kesimpulan bahwa dalam membangun keluarga haruslah didasari dengan pondasi yang kuat yaitu agama. Dimana agama di dalam sejarah kehidupan manusia merupakan kebutuhan untuk membimbing kehidupan. Agama menurut pengertian yang terbatas di lingkungan pemeluk agama samawi terutama islam, adalah merupakan perwujudan dari petunjuk Allah yang tertuang dalam bentuk-bentuk kaidah perlindungan yang ditunjukkan kepada umat manusia agar mereka mampu berusaha di jalan yang benar dalam rangka memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.5 Mengenal Tuhan adalah membenarkan dengan qalbu, menyatakan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan. Iman akan kuat apabila selalu berzikir dan iman akan melemah sesuai dengan tingkat kelupaan dan kelalaian hati untuk berzikir. Ketika manusia berbuat maksiat, maka imannya berkurang dan bahkan keluar dari qalbunya. Apabila iman sudah keluar maka tertutuplah pintu kebenaran cahaya hidayah dan manusia akan terjerumus pada kekafiran, kemusyrikan, kefasikan dan kedurhakaan.6 Hal ini yang di alami oleh para korban penyalah gunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien, mereka terganggu jiwanya dan mentalnya disebabkan akal sehat dan keimanan mereka telah rusak oleh racun-racun minuman keras, narkotika dan obat-obatan terlarang.
5
Sahilun A Nasir, Problem kehidupan dan pemecahan, suatu pendekatan Psikoreligius, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003),Cet. Ke-1. H. 25. 6 Arifin Ilham, Indonesia Berdzikir, (Jakarta : Intuisi Press, 2004), h. 14
5
Agama menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam upaya mengatasi atau menghindari permasalahan dalam keluarga, yaitu melalui dengan pendekatan diri kepada Allah SWT (psikoreligius) berupa dzikir dan do’a. Dzikir adalah ibadah yang biasa dilaksanakan setiap detik dan setiap saat agar manusia selalu ingat dan selalu bersyukur kepada Allah SWT.7 Dzikir bisa dilakukan dengan cara sendirian maupun secara bersama-sama atau berjama’ah, banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan dzikir bersamasama untuk membantu orang-orang yang ingin berdzikir. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yang beralamat di Jl Raya Pasir Putih Sawangan Depok. Keberadaan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien bertujuan untuk membantu proses penyembuhan gangguan kejiwaan terutama yang diakibatkan oleh penyalah gunaan narkotika. Dalam hal ini Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien menggunakan metode: Dzikir, shalawat wajib, ratib hadad, ratib Al-Athas, shalat sunnah, mandi taubat dan membaca asmaul husnah. Kegiatan yang dilakukan setiap harinya dimaksudkan untuk beribadah dengan konsepsi taqqarub (mendekatkan diri pada Allah) melalui dzikir dan memberikan pengalaman bathin atau mengisi jiwa dengan kalimat tauhid, agar dengan demikian hati selalu berisi dengan menyebut asma Allah dan mendapatkan ketenangan jiwa. Ketenangan inilah yang dapat mengalihkan korban narkoba yang dibimbning oleh
7
Ahmad Susanto, Samudra Dzikir. (Jakarta: Fikr, 2007), h. vii
6
KH. Muhammad Djunaidi dari kenikmatan narkoba beralih kepada kenikmatan illahiyat. Metode dzikir itu merujuk pada firman Allah dalam Al-Qur’an surat ArRa’du ayat 28:
Artinya: “Ingatlah hanya dengan dzikir dan mengingat Allah hati menjadi tenang”. Mereka yang dirawat dan dibimbing oleh KH. Muhammad Djunaidi di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien ini diperlakukan sebagai orang yang terkena penyakit hati yang sedang dalam berada dalam keresahan dan kesedihan. Karena hatinya tidak lagi mengingat kepada Allah sebagai pencipta dan yang memiliki
segalanya.
Yang
diakibatkan
oleh
racun-racun
narkoba
yang
menghancurkan jiwa mereka. Untuk membantu memulihkannya diperlukan suatu bimbingan kearah yang baik melalui dzikir. Peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam membantu proses penyembuhan santri. Menggunakan metode dzikir yang dilakukan mempunyai fungsi kataris yaitu pelepasan emosi yang terpendam dalam hati mereka. Proses kataris ini sangat penting bagi seseorang yang sedang menghadapi masalah emosional. Biasanya proses kataris ini terjadi ketika korban narkoba mendapatkan pelajaran dzikir (talqin) atau ketika melakukan dzikir itu sendiri. Pada waktu penerima talqin, sering kali korban merasa terbuka hatinya seakan memperoleh jalan
8
Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta, 1990. h. 373.
7
keluar. Kemudian mereka mencurahkan dan langsung mengungkapkan isi hatinya dengan ekspresi tangis dan memohon ampun kepada Allah. Dan Mursyid akan membiarkan mereka terus menangis karena tangisan dianggap sebagai salah satu cara atau bentuk pengobatan yang setelah itu korban merasa lega dan kemungkinan besar akan sembuh dalam waktu yang relative cukup singkat. Pendeskripsian fenomena di atas sangat menarik untuk diteliti lebih jauh yang mendalam, secara sistematis dimaksudkan untuk mengetahui proses penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba yang dibimbing langsung oleh KH. Muhammad Djunaidi melalui metode dzikir dan penelitian ini, peneliti mencoba menuangkannya dalam sebuah judul penelitian “Peranan KH. Muhammad Djunaidi Dalam menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: Penelitian ini merupakan penelitian pokok KH. Muhammad Djunaidi dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Pembimbing yang membantu KH. Muhammad Djunaidi dalam menangani santri penyalahgunaan narkoba. Serta Santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yang terdiri dari 6 orang
8
santri yang melakukan rehabilitas korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Dalam hal ini penulis juga membatasi waktu penelitian dari mulai terhitung tanggal 02 Februari 2011 sampai dengan tanggal 08 Juni 2011. Karena waktu yang amat singkat ini maka penulis tidak melakukan wawancara terhadap orang tua santri, dikarenakan tempat tinggalnya jauh dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok.
2. Perumusan Masalah a. Langkah-langkah
yang
dilakukan
KH.
Muhammad
Djunaidi
dalam
menangani korban penyalahgunaan narkoba. b. Faktor pendukung dan penghambat penanganan korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. c. Analisis peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam menyadarkan korban penyalahgunaan narkoba.
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana harapan KH. Muhammad Djunaidi dalam memberikan bimbingan terhadap korban penyalahgunaan narkoba.. 2. Untuk mengetahui bagaimana harapan pembimbing dalam penanganan korban penyalahgunaan narkoba. 3. Untuk
mengetahui
bagaimana
ketergantungan narkoba.
harapan
santri
agar
sembuh
dari
9
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta menambah pengetahuan bagi segenap aktivitas akademika khususnya jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam rangka memberikan stimulus atau rangsangan bagi peneliti-peneliti berikutnya dalam upaya mengkaji dan menyempurnakan peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. 2. Secara Praktis Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan praktisi Dakwah, serta dapat memberikan manfaat untuk syiar Islam dalam bimbingan melalui dzikir.yang dilakukan oleh KH. Muhammad Djunaidi dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Adapun Dzikir dan korban penyalahgunaan narkoba atau NAPZA
E. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut pengamatan Penulis dari hasil observasi yang dilakukan, sampai saat ini, penulis tidak menemukan skripsi yang membahas tentang “Peranan KH.
10
Muhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok”. Hanya saja, sebelumnya ada beberapa skripsi yang membahas mengenai penyalahgunaan narkoba yang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitiannya, di bawah ini diuraikan sebagai berikut : 1. Judul skripsi “Pelayanan Konseling pada Rehabilitasi Pasien NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur”, Penulis Amelia, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, tahun 1430 H / 2009 M. 2. Judul skripsi “Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa Terhadap Kesehatan Mental Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di Yayasan Nurus Syifa Kelapa Dua Jakarta Barat” Penulis Tini Aulawiyah Komba, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, tahun 1429 H / 2008 M. 3. Judul skripsi “Pelaksanaan Metode Meditasi dan Dzikir Sebagai Terapi Rehabilitasi Korban NAPZA di Pondokl Pesantren Al-Magfirah Bogor” Penulis Muklis, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, tahun 1425 H / 2004 M. Yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang telah disebutkan di atas adalah bahwa, penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah : Pertama, ingin mencari tahu bagaimana pelayanan konseling yang diterapkan di RSKO Cibubur Jakarta Timur. Kedua, adakah pengaruhnya dalam pelaksanaan dzikir syifa terhadap kesehatan mental serta para korban NAPZA di Yayasan Nurus Syifa. Ketiga, ingin mengetahui metode meditasi dan dzikir yang dilaksanakan sebagai terapi rehabilitasi NAPZA di Pondok Pesantren Al-Magfiroh Bogor.
11
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini penulis ingin mencari tahu “Peranan KH. Muhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba”. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk menelitinya dan apa yang penulis lakukan pada dasarnya tidak ada tulisan yang dijadikan pembanding terhadap skripsi ini, sehingga skripsi yang ada ini murni hasil karya penulis.
F. Metodelogi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam menentukan metode penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan mengambarkan apa adanya suatu pristiwa. Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Moleong, bahwa penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,mgambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, isi laporan peneliti akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.9 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Kyai dan pembimbing yang menangani santri korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda karya) Cet. Ke-22, h. 11.
12
Mubtadi’ien Sawangan Depok dan 6 orang santri korban penyalahgunaan narkoba. b. Objek Penelitian Objek Penelitian ini adalah Pelaksanaan rehabilitas korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. 3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini terhitung mulai tanggal 02 Februari 2011 sampai tanggal 08 Juni 2011.
4. Teknik Pengumpulan Data Untuk
memperoleh
data
yang
dibutuhkan
maka
peneliti
menggunakan teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut :
a. Observasi Penulis menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Adapun observasi itu adalah penulis melakukan proses penanggulangi
13
korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Dalam hal ini penulis akan mengobservasi Kyai, pembimbing dan santri korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok.
b. Wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan 1 orang kyai, 2 orang pembimbing dan 6 orang santri korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok.
c. Dokumentasi Data diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, literatur, majalah, koran dan arsip lain yang berhubungan dengan administrasi dan data-data Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok sebagai pendukung dari hasil wawancara.
5. Teknik Analisis Data Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan di interprestasikan. Data yang diperoleh dikumpulkan, dikelompokkan dan dibutuhkan analisis. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Yang diterbitkan oleh ceqda. Tahun 2007.
14
G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan penulisan skripsi ini pembahasan dibagi menjadi lima bab, adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN Meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Meliputi: Peranan, Pengertian Peranan, Jenis-jenis Peranan, Remaja, Pengertian Remaja, Narkoba, Pengertian Narkoba, Jenis-jenis Narkoba, Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan narkoba, Upaya Pencegahan.
BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD DJUNAIDI DAN PONDOK PESANTREN Meliputi: Biografi KH. Muhammad Djunaidi, Riwayat Pendidikan, Pengalaman, Karya Tulis, Kiprah KH. Muhammad Djunaidi, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien, Sejarah Berdiri, Sejarah Berdiri, Visi Misi, Program, Sarana. BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA Meliputi: Identifikasi Informan, Harapan KH. Muhammad Djunaidi, Harapan Pembimbing, Harapan Santri.
BAB V
PENUTUP. Meliputi Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peranan 1. Pengertian peranan Kata peranan berasal dari kata “peran” yang berarti bagian atau turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan oleh seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.1 Menurut Grass Massam dan A. W. Mc. Eachen yang dikutip oleh David Berry mendefinisikan “peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu”.2 Masih menurut David Berry, harapan-harapan merupakan hubungan dari norma-norma sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa “peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaanya”. Menurut Soerjono Soekanto, dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3
1
A. Arifin, Kamus Ilmiah Indonesia Populer, (Bandung : Rajawali Press, 2004), Cet. Ke-3, h.
99. 2
N. Grass W. S, Masson and A. W. Mc. Eachen, Exploration Role Analysis, di kutip oleh Davit Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-3, h. 99. 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) cet ke 1.
15
16
Di dalam buku Psikologi Sosial, Abu Ahmadi menerangkan bahwa, “peranan adalah suatu pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya”.4 Ini mengartikan bahwa setiap orang menginginkan seseorang menyesuaikan sikap dan tingkah laku sesuai dengan statusnya serta menjalankan hak dan kewajibannya . Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu.5 Di dalam teorinya, Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat bagian, yaitu menjalankan hak dan kewajibannya. a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial b. Prilaku yang jmuncul dalam interaksi tersebut c. Kedudukan orang-orang dalam prilaku d. Kaitan antara orang dan prilaku Masih menurut Biddle dan Thomas, ada lima istilah tentang prilaku dalam kaitannya dengan peran, yaitu:
4
Abu ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 114. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-8, h. 214. 5
17
a. Expectation (harapan) Harapan tentang peran adalah harapan-harapan yang lain (pada umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang seyogianya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. b. Norm (Norma) Orang sering mengacaukan istilah “harapan” dengan “norma”. Namun, menurut Secord dan Backman (1964) “norma” hanya salah satu bentuk “harapan”. c. Performance (Wujud Perilaku) Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Berbeda dari norma, wujud prilaku ini nyata, bukan sekedar harapan. d. Evaluation (Penilaian) Orang memberikan kesan positif atau negative terhadap suatu prilaku. Kesan negative atau positif inilah yang dinamakan penilaian peran. e. Sanction (Sanksi) Sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negative bias menjadi positif.
18
2. Jenis-jenis peranan Adapun jeni-jenis peranan sebagai berikut: a. Role Position ialah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan statkus atau kedudukan dan berhubungan dengan tiggi rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur sosial tertentu.
b. Rolle Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya. c. Role Perception ialah bagaimana seseorang memandang peranan sosialnya, serta bagaimana dia harus bertindak dan berbuat atas dasar pandangannya. d. Rolle Expectation ialah peranan seseorang terhadap peranan yang dimainkannya bagi sebagian besar warga masyarakat.6
B. REMAJA Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
6
A. Sutarmadi dan Al Tirmidzi, Peranan dan Pengembangan Hadits dan Fiqih, (Ciputat : Logoso Wacana Ilmu, 1998), h. 27.
19
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.
20
Erikson (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.7
C. NARKOBA 1.
Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari 'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'. Pengertian lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
7
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/27/pengertian-remaja.
21
a. NARKOTIKA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
b. PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
c. BAHAN ADIKTIF LAINNYA adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.
d. MINUMAN BERALKOHOL adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian ataupun secara sintetis yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.8
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah
8
. http:/www.jenis-jenis narkoba./makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/pengetahuandan-jenis-jenis-narkoba.html. Tanggal 04 April 2011.
22
psikotropika
yang
biasa
dipakai
untuk
membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar batas dosis.9
Bahan zat baik secara alamiah maupun sintetis yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif jika masuk kedalam tubuh manusia tidak melalui aturan kesehatan atau dokter berpengaruh terhadap otak pada susunan pusat dan bila disalahgunakan bertentangan dengan ketentuan hukum.10
2.
Jenis-jenis Narkoba
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain.
Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom.
Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut (solven).
9
http://www.scribd.com/doc/13163940/Pengertian Narkoba. Tanggal 25 Maret 2011 http://polreskotacimahi.com/index.php?option=com conten&view=article&id=525itemid=129. Tanggal 25 Maret 2011. 10
23
Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia 14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian
kedua
zat
tersebut
cenderung
menjadi
pintu
masuk
penyalahgunaan Narkoba lain yang lebih berbahaya (Putauw).11
a. OPIAT atau Opium (candu)
Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi).
b. MORFIN
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena).
c. HEROIN atau Putaw
Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak
11
http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba.
24
sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.
Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya.
d. GANJA atau kanabis
Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
e. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs
Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
25
f. KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
g. AMFETAMIN
Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertama kali disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara penggunaan dalam
26
bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena).
h. SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ)
Sedatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis mematikan/letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur sebagai efek utamanya, misalnya aprazolam/Xanax/Alviz.
i. ALKOHOL
Merupakan suatu zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi)
27
dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.
Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).
j. INHALANSIA atau SOLVEN
Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak.
D. Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Prof. DR. Dadang Hawari, penyebab penyalahgunaan narkoba ini biasanya berasal dari faktor individu, faktor sosial, budaya dan juga dari faktor
28
lainnya. Tapi yang paling utama terjadinya penyalahgunaan narkoba tentu karena banyak tersedia di mana-mana baik di pemukiman, di rumah, sekolah, kampus, di jalanan, diwarung-warung kecil dan lain sebagainya. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam penyalahgunaan narkoba sebagai berikut.12
1. Faktor Individu Dari faktor individu ini sangat dominan terjadi dari aspek kepribadian, yaitu yang menyangkut pada tingkah laku anti sosial seperti, kepribadian ingin melanggar, sifat memberontak, melawan apa saja yang berbau otoritas, menolak nilai-nilai yang teradisional, mudah kecewa dan sifat tidak sabar. Faktor individu (diri sendiri) merupakan faktor dimana seseorang mampu mengontrol apa yang dapat dilakukannya. Kecemasan dan depresi ini, banyak terjadi pada orang yang tidak dapat menyelesaikan kesulitan hidupnya sehingga timbul depresi dan akan berakibat pada penyalahgunaan narkoba. Pengetahuaan yang kurang tentang napza akan mengakibatkan orang berfikir negatif terhadap penggunaanya, sehingga akan mengakibatkan orang berfikir negatif terhadap penggunaannya, sehingga akan mengakibatkan penyalahgunaan narkoba.
12
17-57.
Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza, (Jakarta: UI Press, 2004), h.
29
Keterampilan berkomunikasi dengan teman sebaya sangat berpengaruh pada penyalahgunaan narkoba. Pada orang atau anak yang kurang trampil berkomunikasi juga akan menyebabkan tidak dapat menolak atau menghindar jika ada orang yang menawarkan untuk mencoba sesuatu (narkoba), sehingga akan mengakibatkan pada penyalahgunaan narkoba. 2. Faktor Sosial Adapun faktor sosial budaya antara lain berasal dari kondisi keluarga. Hubungan keluarga yang kurang harmonis sehingga akan menyebabkan kurang nyamannya kondisi dalam rumah. Ada pula dari pengaruh teman kelompok, sebaya yaitu keinginan untuk mencoba biasanya datang dari pengaruh teman, di samping rasa takut
sesorang atau anak untuk tidak diterima dalam
kelompoknya akan menyebabkan orang atau anak mencari kompensasi ke penyalahgunaan narkoba. Faktor sosial juga dapat dipengaruhi dari kondisi di sekolah, seperti kurang ketatnya peraturan sekolah tentang tata tertib penyalahgunaan narkoba dan kurang adanya seminar mengenai dampak negative dari penggunaan narkoba. Adapun sistem kontrol yang kurang ketat akan menyebabkan orang atau anak mencari kompensasi ke penyalahgunaan narkoba. 3. Faktor Lain Ada tahap penyalahgunaannya narkoba yaitu akan diawali dari tahap coba-coba, rekreasi, situasional dan akhirnya sampai pada tahap ketergantungan
30
dan dampak dari penyalahgunaan narkoba ini bukan hanya pad kondisi fisik dan kondisi psikologik saja tetap juga berdampak besar pada kondisi sosialekonomi. Dari faktor lain yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba yaitu berasal dari promosi iklan yang berlebihan atau kurang jelas tentang khasiat suatu obat, akan menyebabkan orang atau anak mencari kompensasi ke penyalahgunaan narkoba. E. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Upaya yang paling baik dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba tentunya yaitu melalui upaya pencegahan yang dilakukan kepada manusia sebagai calon pengguna dan pengadaan narkoba serta pemasarannya. Menurut Lydia Harlina Martono pencegahan yang dapat dilakukan antara lain melalui langkahlangkah di bawah ini :13 1. Pencegahan primer (Primary Prevention) Pencegahan ini dilakukan orang yang belum mengenal narkoba serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat mencegah penyalahgunaan narkoba. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antaralain: Penyuluhan tentang bahaya narkoba, penerangan melalui berbagai
13
Martono, Lydia Harlina, Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta : Balai Pustaka), h. 17.
31
media tentang bahaya narkoba, pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya. 2. Pencegahan Skunder (secondary Prevention) Pencegahan ini dilakukan “kepada orang-orang yang sedang cobacoba menyalahgunakan narkoba serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba”14 Kegiatankegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini adalah deteksidini anak yang menyalahgunakan narkoba, konseling bimbingan sosial melalui kunjungan rumah penrangan dab pendidikan pengembangan individu (life skills) antara lain tentang keterampilan berkomunikasi, keterampilan menolak tekanan orang lain dan keterampilan mengambil keputusan dengan baik. 3. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention) Pencegahan ini dilakukan “kepada orang yang sedang menggunakan narkoba danyang pernah atau mantan pengguna narkoba, serta komponen masyarakat yang berpotensidapat membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba dan membantu mantan pemakai narkoba untuk dapat menghindari”915. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok linggkungannya.
14 15
Ibid., h. 77-80. Ibid h. 81-83
32
Sehubungan dengan interaksi faktor narkoba, individu, dan lingkungan sebagai penyebab penyalahgunaan narkoba seperti yang telah diuraikan, ada empat
model
penanggulangan
yang
terdapat
di
dunia
dan
upaya
pencegahannya16. Setiap model mempunyai strategi atau cara pendekatan sesuai disiplin ilmu dari setiap model. a. Model Moral Legal Model ini menganut model tradisional atau konvensional yaitu “para penegak hukum, tokoh agama, dan kaum moralis”. Disini narkoba dianggap sebagai penyebab masalah. Obat atau zat digolongkan pada berbahaya dan tidak berbahaya. Obat berbahaya adalah obat yang membahayakan kehidupan manusia, berbahaya atau tidak aman, dan penggunaanya bertentangan secara sosial dan legal. Oleh karena itu, pengedar atau penjual dan penggunanya secara moral (sosial) dan legal adalah pelaku kejahatan yang harus dihukum dan dijauhan dari lingkungan sosialnya. Ahli farmakologi memandang penggunaan narkoba dari sudut ilmiah objektif, bebas dari pengaruh nilai dan subjektivitas, Artinya pengaruh pengguna narkoba terhadap tubuh ditentukan oleh faktor-faktor seperti dosis, cara pakai, frekwensi pemakaian, dan kondisi tubuh pemakai, terlepas dari hal-hal yang bersifat subjektif dan dari nilai baik buruknya. Di lain pihak, masyarakat lebih cenderung melihat penyalahgunaan narkoba dari perasaan
16
Ibid h. 57
33
sujektif dan nilai-nilai moral legal. Oleh karena itu, upaya yang sering diwarnai oleh hal-hal yang bersifat emosional dan subjektif. Tujuan utama penanggulangan adalah bagaimana menjauhkan narkoba dari penggunaannya oleh masyarakat narkoba adalah unsure aktif, sedangkan masyarakat adalah korban yang harus dilindungi dengan pengaturan moral, sosial, dan legal. Pencegahan dilakukan dengan pengawasan ketat peredaran narkoba, meningkatkan harga jual, ancaman hukuman berat dan peringatan keras tentang bahayanya. Diharapkan kepada masyarakat agar waspada terhadap bahayanya. Model ini dahulu menjadi bobot terbesar cara penanggulangan dibanyak Negara. Saat ini pun berlaku pada negara yang penegakan hukumnya menjadi tolak ukur, seperti Singapura dan Malaysia. Indonesia mengikuti upaya yang dilakukan Negara yang menerapkan model moeral legal tersebut, akan tetapi penegakan hukumnya masih sangat lemah. b. Model Medik dan Kesehatan Masyarakat Ahli kedokteran dan kesehatan mengganggap penyalahgunaan narkoba
merupakan
penyakit
menular
yang
berbahaya
sehingga
penanggulangannya pun harus mengikuti cara pemberantasan penyakit menular, seperti malaria. Model narkoba individu lingkungan tidak ubahnya model kesehatan masyarakat dalam memberantas penyakit menular seperti malaria, dengan model segitiga agent-hostenvironment.
34
Sama halnya dengan model pertama, model ini masih menganggap narkoba sebagai penyebab masalah. Namun, narkoba disini diartikan sebagai penyebab ketergantungan, bukan suatu hal yang berbahaya, seperti yang diartikan pada model yang pertama. Oleh karena itu, yang dimaksud narkoba adalah semua obat, bahan atau zat yang dapat menyebabkan pengaruh ketergantungan atau adiktif (zat adiktif), disebut NAPZA, termasuk alkohol, nikotin, dan kafein. Penanggulangannya tidak jauh berbeda dengan model pertama. Hanya disini narkoba tidak dilihat sebagai unsure yang berbahaya dan melanggar hukum, tetapi sebagai penyebab suatu penyakit. Individu pun digolongkan sebagai rawan atau tidak rawan. Indonesia pun menganut model ini, misalnya, penyalahguna ditolong hanya secara medik; pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran narkoba, dan informasi mengenai narkoba sebagai penyebab ketergantungan. Upaya pencegahan di tunjukan pada sekelompok masyarakat dari bahaya “ditularkan” oleh pecandu, indentifikasi dan pertolongan pada kelompok yang beresiko tinggi, serta penerangan. Informasi bahaya narkoba dilakukan seperti halnya kampanye anti narkoba. c. Model Psikososial Model psikososial menempatkan individu sebagai unsure yang aktif dalam rumus narkoba individu lingkungan. Penanggulangannya ditujukan
35
pada faktor prilaku individu. Disebut model psikososial, karena perilaku seseorang bergantung pada dinamika dengan lingkungannya, baik dari segi perkembangan dan pendidikannya maupun dalam berinteraksi dengan lingkungannya (dinamika kelompok). Model psikososial tidak melihat penyalahgunaan narkoba sebagai masalah
narkoba,
akan
tetapi
masalah
manusia,
sehingga
dapat
dikatagorikan sebagai salah satu pilaku adiktif yang lebih luas, seperti adiksi terhadap seks, uang, kekuasaan, belanja, pekerjaan dan lain-lain. Yang merupakan gaya hidup hedonitis (senang mencari kenikmatan) pada masyarakat modern. Perilaku ini disebut perilaku adiktif sebagai prilaku kompulsif. Jadi, sumber masalah adalah diri sendiri, bukan pada narkoba atau penggunaannya. Pencegahan pada model ini ditunjukkan pada perbaikan kondisi pendidikan atau lingkungan psikososialnya, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Pemberian informasi tentang narkoba dengan cara menakutnakuti sangat tidak dianjurkan. d. Model Sosial - Budaya Model ini menekankan pentingnya lingkungan dan konteks sosialbudaya. Contoh, merokok adalah prilaku norma yang dapat diterima oleh sebagian besar orang dewasa. Pemakaian ganja, pada beberapa daerah atau Negara dianggap wajar. Namun, penyalahgunaan narkoba lain dikatakan
36
sebagai prilaku yang menyimpang atau “tidak normal”.
Artinya,
menyimpang dari norma sosial-budaya yang berlaku, yang variabelnya ditentukan oleh kultur atau subkultur yang sangat komleks. Pandangan sosial-budaya melihat prilaku menyimpang tersebut sebagai produk yang kurang menguntungkan dari system sosial tertentu. Konformitas, kopetensi, prestasi dan produktivitas berpengaruh ganda terhadap seseorang karena dapat merugikan atau menguntungkan. Sasaran penanggulangan pada model ini akan perbaikan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat. Industrialisasi, urbanisasi, kurangnya kesempatan kerja dan sebagainya. Menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, lembaga-lembaga, terutama pendidikan, perlu dimodifikasi menjadi lebih manusiawi, pelayanan kesehatan dan sosial ditujukan bagi kepentingan klien atau pasien, pengembangan potensi masyarakat pada setiap kelompok umur, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya. e. Model Pendekatan Komprehenshif Setiap model memperlihatkan pandanagn yang berbeda dan menganjurkan saran yang berbeda pula untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Jika lebih menitikberatkan pada “bagaimana menghindarkan narkoba dari penggunaannya oleh masyarakat”17. Undangundang dan penegakan hukum memegang peran terbesar. Jika masalahnya
17
Ibid h. 90-91
37
lebih ditunjukkan kepada upaya “menghindarkan manusia dari penggunaan narkoba” maka profesi dibidang perbaikan prilaku memegang peranan utama. Jika masalahnya adalah bagaimana menciptakan lingkungan agar narkoba tidak disalah gunakan, masyarakat dan lembaga-lembaga terkait perlu dilibatkan. Penulis sadari bahwa masalah penyalahgunaan narkoba sangat kompleks. ssTidak mungkin masalah itu didekati hanya dari satu sisi saja. Oleh karena itu, agar upaya penanggulangannya efektif dan efisien, perlu dilakukan secara bersama-sama. Agar semua pihak mengambil bagian masing-masing sesuai dengan kompetensi dan bidang tugasnya. Di berbagai Negara maju, tampak ada kecenderungan pendekatan pada model psikososial dan sosial-budaya. Dengan pengalaman puluhan tahun dan biaya sangat besar, mereka melakukan upaya model tradisional, yaitu model moral legal, tetapi hasinya tidak memuaskan. “Negara-negara yang telah menghabiskan biaya besar setiap tahunnya untuk pemberantasan pengedaran gelap narkoba, ternyata hanya berhasil menekan tingkat peredarannya sebesar 4% saja”18. Oleh karena itu, sekarang banyak Negara beralih pada model-model lain dengan mengadakan riset mengenai programnya serta efmektifitas dan efesiensinya.
18
Dadang Hawari, Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Naza (Narkotika, Alkohol dan Zat adiktif), (Jakarta; UI Press, 2004) h. 17.
38
Pola pencegahan penyalahgunaan atau ketergantunan NAZA dapat dilihat dari dua aspek antara lain upaya supply reduction dan demand reduction, dengan pendekatan security approach dan welfare approach. Yang dimaksud dengan supply reduction adalah upaya- upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin pengadaan dan peredaran NAZA, dan kepada mereka yang terlibat dikenakan sanksi hukuman yang maksimal, bahkan kalau perlu sampai pada hukuman mati. Upaya supply reduction ini dilakukan kepada aparat penegak hukum dan instansi yang terkait dengan pendekatan security approach yaitu pendekatan keamanan. Yang dimaksud dengan demand reduction adalah upaya-upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin permintaan atau kebutuhan terhadap NAZA oleh para penyalahgunaan. Upaya demand reduction ini dilakukan oleh kalangan kedokteran dan kesehatan maupun masyarakat serta instansi yang terkait. Upaya ini dilaksanakan dengan pendekatan welfare approach yaitu pendekatan kesejahteraan, misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat, terapi dan rehabilitas terhadap para penyalahguna atau ketergantungan NAZA. Upaya pencegahan dapat dilakukan apabila diketahui pola penyebab dan penularan “penyakit NAZA”. Pencegahan atau prevensi terbagi dalam tiga bagian, yaitu :
39
1. Prevensi primer adalah pencegahan agar orang yang sehat tidak terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA. 2. Prevensi skunder adalah terapi (pengobatan) terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA (pasien) 3. Prevensi tersier adalah rehabilitas bagi penyalahguna atau ketergantungan NAZA setelah memperoleh terapi. Untuk dapat melakukan pencegahan, pemberantasan serta penanggulangan penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA secara terpadu. 1. Menurut Dadang hawari dalam penelitiannya menyatakan bahwa permasalahan penyalahgunbaan atau ketergantungan NAZA sudah sedemikian kompleks sehingga dapat merupakan ancaman dari sudut pandangan mikro (keluarga) maupun makro (masyarakat, bangsa dan negara) yang pada gilirannya membahayakan ketahanan nasional. Oleh karena itu rekomendasi berikut ini yang disampaikan Dadang Hawari perlu dapat perhatian pemerintah dan masyarakat secara sungguh-sungguh, yaitu : 2. UU Narkotika dan UU Psikotrapika yg sudah ada perlu direfisi, dan dilengkapi dengan PP-nya. UU dan PP tentang alkohol (minuman keras) belum ada, padahal RUU alkohol yang ada tidak relevan dan bertentangan dengan WHO. 3. Kasus-kasus internal affair yang terjadi dan melibatkan oknum aparat perlu ditindaklanjuti dan diselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal ini
40
berhubungan dengan national security. Ibaratnya kalau hedak menyapu lantai yang kotor tentunya memakai sapu yang bersih bukan yang kotor pula. 4. Perlunya dibentuk instisusi khusus dibidang penanggulangan atau pemberantasan NAZA yang berwibawa dan disegani langsung dibawah Presiden, semacam DEA (Drugs Enforcement Agency) di Amerika Serikat. 5. Bila ada Indonesian Corruption Watch, maka perlu ada Indonesian Druga and alcohol watch yang merupakan LSM yang dapat memberikan tekanan kepada pemerintah. 6. Anggaran oprasional dan kesejahteraan dari aparat kepolisian hendaknya ditingkatkan dan di sesuaikan. Hal ini dimaksut untuk memperkecil terjadinya “kolusi”. 7. Meningkatkan kesadaran aparat kejaksaan dan kehakiman untuk memberikan sanksi maksimal terhadap pidana NAZA, kalau perlu dengan hukuman mati. 8. Memberdayakan potensi masyarakat untuk secara swakarsa, swadaya, swasembada dan swadana
memerangi NAZA
dilingkungannya
masing-masing untuk
menciptakan lingkungan bebas NAZA. Mulai dari tingkay RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterusnya. Sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang sekarang ini perlu diperluas cakupannya antara lain mencegah atau menanggulangi peredaran NAZA dilingkungannya masing-masing.
41
9. Perlu pendidikan dan penyuluhan sejak dini mulai dari rumah, sekolah, tempat kerja dan dimasyarakat bahwa NAZA haram hukumnya baik dari segi agamamaupun Undang Undang. Ada tiga katagori penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA, yaitu: a. Sebagai pasien yang perlu mendapat terapi dan rehabilitas dan bukannya hukuman. b. Sebagai korban yang perlu mendapat terapi dan rehabilitas dan bukannya hukuman. c. sebagai pemakai sekaligus pengedar perlu mendapat terapi, rehabilitas dan dilanjutkan dengan proses hukum.19. Upaya pencegahan dalam arti prevensi primer dapat diupayakan dirumah, disekolah, ditempat kerja dan di lingkungan sosial atau masyarakat. Prevensi primer dalam bentuk penyuluhan bahaya penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA perlu secara itensif, berkesinambung dan konsisten dilaksanakan kepada mereka yang masih sehat (belum terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA). Dari pengamatan diketahui bahwa mereka yang semula sehat kemudian terlibat penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA itu disebabkan karena ketidak tahuannya terhadap bahaya NAZA dan kurangnya sosialisasi dibidang hukum dan perundang-undangan yang berkaitan dengan bahaya NAZA.
19
Dadang Hawari, Terapi Detoksifikasi Rehabilitas (pesantren) Mutakhir (system Terpadu) Pasien NAZA, (Jakarta, 2004), h. 15
42
Narkoba adalah merupakan bahan-bahan atau zat kimia yang apabila digunakan dapat mempengaruhi syaraf pusat. Zat kimia tersebut kimia mengubah atau
mempengaruhi
pikiran,
perasaan
dan
tingkah
laku
mereka
yang
menggunakannya. Zat tersebut seperti apoida (martin dan heroin), kokain, ganja, sedotin, atau hipnotika dan alcohol. Zat-zat ini mempunyai efek terutama dalam fungsi berfikir, dan apabila disalahgunakan dapat mengakibatkan ketergantungan.20
20
Shalihin Mukhtar, Terapi Supistik, Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Persepektif Tasawuf, Bandung: Setia 2004, h. 100
BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD DJUNAIDI DAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IEN SAWANGAN DEPOK
A. KH. Muhammad Djunaidi
1. Biografi KH. Muhammad Djunaidi Abu Hallah Al-Jundi adalah nama pena KH. Muhammad Djunaidi HMS, panggilan akrabnya adalah Buya Junet, beliau ialah salah seorang
kyai muda
kharismatik yang berada di kecamatan Sawangan kota Depok, beliau adalah salah seorang pimpinan Pondok Pesantren di wilayah kota Depok. KH. Muhammad Djunaidi di lahirkan di Jakarta 22 Maret 1974. Merupakan buah tercinta ibu Hj. Aminah dan dari seorang Ayah H. Muhammad Shaleh Bin Raisin, KH. Muhammad Djunaidi merupakan anak ke delapan dari enam belas bersaudara, beliau dilahirkan dari keluarga yang kental tradisi agama dan lingkungan santri. Hal ini terbukti dengan pendidikan yang ditempuhnya, lebih lama menempuh pendidikan non formal (pesantren) dari pada pendidikan formal (sekolah). KH. Muhammad Djunaidi kecil bersama teman sebaya dikampung pada masalah rajin mengaji di surau, menginjak usia remaja oleh orang tuanya dimukimkan ke berbagai pesantren.1
1
Wawancara pribadi, KH. Muhammad Djunaidi,Sawangan Depok, 12 April 2011
43
44
2. Riwayat Pendidikan Mengenai riwayat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh KH. Muhammad Djunaidi adalah Pendidikan dasar yang di tempuh di Madrasah Salafiyah Syafiiyah Pangkalan Jati Pondok labuh; Lalu dilanjutkan ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Adapun pendidikan non formal yg pernah di tempuh KH. Muhammad Djunaidi ialah Di Pondok Pesantren Hidayatuth Thullab di bawah asuhan Prof. Dr. KH A. Yasin Asmuni; dilanjutkan ke Pondok Pesantren Darul Hadits Malang di bawah asuhan Muhaddits, Prof. Dr. Alhabiib Abdullah bin Abdul Qodir bin Ahmad bin Faqih Al-Alawi, lalu dilanjutkan ke Buya Dimyati Banten, Muksid Thariqah Asy-Syajiliah.2 KH. Muhammad Djunaidi seseorang yang haus akan ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap ilmu membuatnya mengembara menemui satu guru keguru yang lain. Hampir seluruh pelosok Nusantara beliau jelajahi untuk memburu ilmu. KH. Muhammad Djunaidi Setiap pertemuannya denga seorang guru yang beliau pinta hanya satu, diangkat menjadi murid dunia akhirat. Sebelum mendapat pengakuan itu, beliau tidak akan meranjak walau berapa tahun lamanya. KH. Muhammad Djunaidi juga berguru kepada Habib Umar bin Ahmad bin Abdullah bin Hasan Al-Aththas dan para habaib lainnya. Kedekatan beliau dengan para habaib membuatnya dikunjungi oleh Habib Salim Asy-Syatiri dari Yaman.
2
Pertama
Abu Halla Al-Jundi, mengubah Takdir Dengan do,a. (Jakarta; Jausan, 2010) Cet
45
Selain kepada beliau, KH. Muhammad Djunaidi juga pernah berguru (tabarrukan) kepada Habib Zai bin Smit (di Rubath, Madinah) dan Syekh Muhammad Alawi AlMaliki. 3. Pengalaman Menjelaskan mengenai pengalaman dari KH. Muhammad Djunaidi tidak diragukan lagi, karena KH. Muhammad Djunaidi membantu korban penyalahgunaan narkoba melalui metode dzikir. KH. Muhammad Djunaidi berdakwah dengan cara mendirikan sebuah Pondok Pesantren khusus untuk membantu korban narkoba, santri yang melaksanakan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien tidak dipungut biaya. Selain mendirikan Pondok Pesantren untuk korban penyalahgunaan narkoba yang dibawah bendera Arjuna Managemen, KH. Muhammad Djunaidi juga sering dipanggil untuk berdakwah dengan menyampaikan ceramah-ceramah hampir seluruh Indonesia dan khususnya dilingkungan sekitar Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok, tidak hanya memimpin Pondok Pesantren akan tetapi KH. Muhammad djunaidi memimpin Majlis Dzikir yang bernama Asmaul Husna dan Jauzan Kubra. Dalam berorganisasi KH. Muhammad Djunaidi dari usia dini sudah mengikuti organisasi Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh Hadlratus Syeikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Dalam organisasi ini KH. Muhammad Djunaidi menjadi Pengurus PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) kisaran pada jaman KH. Abdurrahman
46
Wahid. Selain mengukuti organisasi islam, KH. Muhammad Djunaidi juga mengukuti organisasi pencaksilat yang bernama pagar nusa. 4. Karya Tulis Adapun karya tulis KH. Muhammad Djuanaidi berupa buku bacaan, yaitu : a. Renungan Santri Pinggiran, Jakarta Jausan Cetakan Pertama 2009 b. Mengubah Takdir Dengan Doa, Jakarta; Penerbit Jausan cetakan pertama 2010 c. Pesan Dari Langit, Jakarta Jausan Cetakan Pertama 2011 5. Kiprah KH. Muhammad Djunaidi di Masyarakat Kegiatan KH. Muhammad Djunaidi pada setiap harinya hanyalah membina sekaligus memberikan bimbingan terhadap korban penyalahgunaan narkoba melalui metode dzikir. Namun di samping memberikan bimbingan terhadap santri KH. Muhammad Djunaidi juga menerima para tamu yang datang dari luar daerah maupun luar negri untuk berobat atau hanya sekedar untuk bersilaturahmi. Selain itu untuk kegiatan kemasyarakatan KH. Muhammad Djunaidi di antaranya memberikan ceramah-ceramah di lingkungan sekitar pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien atas permintaan atau undangan dari masyarakat atau dari luar kota. KH. Muhammad Djunaidi juga sebagai wira usaha, banyak bidang usaha yang beliau tekuni dari mulai produk dalam negeri sampai produk luar negeri.
47
KH. Muhammad Djunaidi juga memimpin Majlis Dzikir Asmaul Husna dan Jauzan Kubra yang dilaksanakn seminggu sekali yang jatuh pada setiap malam Jum’at dan sebulan sekali jatuh pada setiap tanggal 22 malam, ada pengajian rutin yg diselenggarakan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Pengajian ini dibuka secara umum yang jama’ahnya dihadiri dari berbagai macam penjuru, bahkan ada yang dari luar negeri.
B. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in
1. Sejarah Berdiri Pesantren ini terletak di daerah yang dulu terkenal angker dan seram, yaitu di Jalan Raya Pasir Putih Rt. 05/03 No.18 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. Nama Pesantren ini diambil dari nama Pondok Pesantren tempat KH. Muhammad Djunaidi menuntut ilmu. Bahkan, Pondok Pesantren ini merupakan cabang resmi dari Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien di Lirboyo Kediri Jawa Timur. Perbedaanya adalah pada penambahan program rehabilitasi mental yang juga menjadi sasaran awal proses pendidikan pesantren tersebut. Pada awalnya, pondok pesantren ini belum memiliki bangunan permanen yang layak digunakan sebagai sebuah pondok. Pengajiannya pun diselenggarakan di kamar biasa. Karena semakin hari santri semakin bertambah, maka diupayakanlah bangunan permanen yang presentatif. Atas dukungan beberapa donatur dan dermawan, sekarang ada sebuah bangunan awal dua kamar santri, satu buah gubuk,
48
satu buah Masjid, satu rumah kyai dan tanah yang cukup luas, sehingga proses belajar santri dapat belajar sebagaimana mestinya. Meskipun bangunan sampai saatini belum terselesaikan. Bahkan menurut rencana pembangunan Pondok Pesantren ini akan ditambah dengan mendirikan fasilitas yang belum tersedia di komplek Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Semula berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien merupakan bentuk perhatian KH. Muhammad Djunaidi dengan nasib dan kondisi anak-anak muda yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya terutama pemuda-pemuda yang mengalami masalah, seperti pecandu narkoba dan para pemuda yang prustasi. Para pemuda ini kebanyakan tidak mendapat perhatian dari keluarganya, khususnya dari
kedua orang tuanya. Pesantren ini mencoba untuk menampung
mereka,
mendekati mereka, dan memberikan bimbingan kepada mereka melalui metode dzikir dengan bebas biaya. Alasan ini yang memotifasi proses awal pendirian Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Namun setelah berjalan beberapa waktu, ternyata masyarakat di lingkungan sekitarnya menuntut dibukanya suatu lembaga pendidikan, Majlis ta’lim, kajian kitab kuning seperti Tauhud, Fiqih dan lain-lain. Berangkat dari tuntunan masyarakat itulah, akhirnya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien dibuka untuk umum. Pondok Pesantren Hidayatul mubtadi’in berdiri di atas tanah pribadi milik KH. Muhammad Djunaidi. Yang luasnya Kurang lebih sekitar 1000 M2. Diatas
49
tanah ini berdiri bangunan-bangunan yang merupakan komponen dari sebuah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien, di antaranya adalah dua kamar santri, satu buah masjid sebagai sarana ibadah dan satu buah rumah KH. Muhammad Djunaidi. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berdiri di tengah-tengah masyarakat luas, di samping aktifitas Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien dihadiri oleh para santri, pondok pesantren ini membuka pengajian mingguan yang diikuti oleh ibu-ibu dan bapak-bapak yang berada di lingkungan pondok pesantren maupun di luar lingkungan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Berawal dari pembangunan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien pada tahun 2001 maka pimpinan KH. Muhammad Djunaidi sering mendapatkan titipan remaja dari orang tua yang menghendaki menjadi anak yang shaleh, tetapi sebagian titipan remaja itu termasuk remaja yang tingkat kenakalannya melebihi tingkat kenakalan para remaja pada umumnya, bahkan mereka sudah terlibat dengan penyalahgunaan narkoba dan zat-zat adiktif lainnya yang dapat merusak moral sehingga akan berperilaku menyimpang. Pada tahun 2001 KH. Muhammad Djunaidi mulai memeberikan bimbingan religius bagi yang memerlukan di komplek Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yaitu orang yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba dan masyarakat sekitar meyebut KH. Muhammad Djunaidi dengan sebutan “ahlu hikmah” dengan bertujuan kepada Allah dan beribadah kepada sesama manusia dalam arti tolong menolong terhadap orang yang moralnya menyimpang dari aturan agama.
50
Mengenai mashurnya panggilan tersebut karena beliau sering memberikan bimbingan-bimbingan keagamaan (religius) dengan cara memberikan wirid-wirid tertentu dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Para santri khususnya yang berada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien dan umumnya masyarakat luas yang datang kepada beliau. Dalam memberikan bimbingan KH. Muhammad Djunaidi tidak bertolak dari ayat Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
2. Visi dan Misi Visi Visi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien adalah Menjadikan Pondok Pesantren sebagai ladang Ilmu pengetahuan agama dan umum, serta bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan. Misi Misi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien adalah memberikan layanan religi kepada santri yang terkena penyalahgunaan narkoba dan meningkatkan kualitas mental, jasmani dan rohani santri agar perkembangannya mencapai taraf hidup yang lebih baik,
Mengaplikasikan nilai-nilai religius dalam kehidupan pergaulan sehari-
hari di lingkungan Pondok Pesantren, Mendisiplinkan diri santri untuk selalu hidup Jujur, sabar, mandiri dan bertanggung jawab.
51
3. Program Di
Pondok
Pesantren
Hidayatul
Mubtadi’ien
kegiatan
bimbingan
dilaksanakan setiap hari. Pada kegiatan bimbingan ini diikuti oleh seluruh santri yang mukim di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien tersebut dan hukumnya wajib untuk diikuti. Melalui hasil penelitian dan wawancara dengan para santri dan pembimbing di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Metode yang digunakan oleh KH. Muhammad Djunaidi dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba menggunakan metode dzikir. Agar pasien memiliki pandanagn bahwa hanya kepada Allah SWT kita memohon dan menyembah. Kegiatan Dzikir ini dilakukan setiap malam sehabis shalat mahgrib dan Isya yang dilakukan dengan wiridan dan disambung dengan membaca amalan-amalan yang sudah ditentukan oleh KH. Muhammad Djunaidi. Untuk lebih jelasnya penulis akan memampang program yang dilakukan santri di Pondok Pesantren Hidayatul mubtadi’ien. Adapun program kegiatan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien sebagai berikut:
52
HARI/WAKTU
KEGIATAN
KETERANGAN
03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-19.30
Shalat mahgrib dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
19.30-20.30
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
20.30-22.00
Nail Rooja
Ustadz
SENIN
53
SELASA 03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-19.30
Shalat mahgrib dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
19.30-20.30
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
20.30-22.00
FIQIH
Ustadz
54
RABU 03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-19.30
Shalat mahgrib dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
19.30-20.30
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
20.30-22.00
HADITS
Ustadz
55
KAMIS 03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-20.00
Shalat mahgrib, Yassin, Tahlil dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
20.00-22.00
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
22.00-23.00
BIDAYATULHIDAYAH
Ustadz
56
JUMAT 03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-19.30
Shalat mahgrib dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
19.30-20.30
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
20.30-21.00
Yassin dan Tahlil
Pembimbing
21.00-22.00
SHAROF / TASRIF
Ustadz
57
SABTU 03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-19.30
Shalat mahgrib dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
19.30-20.30
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
20.30-22.00
JURUMIYAH
Ustadz
58
MINGGU 03.00-05.00
Shalat Tahajud dan shalawat
Santri
05.00-06.00
Shalat Subuh dan Dzikir
Pembimbing
06.00-07.00
Persiapan dan sarapan
Santri
07.00-12.00
Sekolah (bagi yang sekolah)
Santri
12.00-15.00
Ishama
Santri
15.00-16.00
Shalat Ashar
Pembimbing
16.00-18.20
Persiapan shalat Mahgrib
Santri
18.20-19.30
Shalat mahgrib dan Ratib Al-Latas
Pembimbing
19.30-20.30
Shalat Isya dan Ratib Hadad
Pembimbing
20.30-22.00
ALQURAN
Ustadz
59
4. Sarana Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien meliputi terdiri dari satu buah Masjid, satu rumah Kyai, satu buah gubuk santai, dua kamar asrama santri, dapur umum, tiga kamar mandi dan sebidang tanah untuk pertanian. Kondisi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien memang tidak seperti pondok-pondok pesantren lainnya yang memiliki asrama besar. Dengan demikian, usaha KH. Muhammad Djunaidi dalam membangun pondok pesantren tidak kenal putus asa dan selalu berusaha semaksimal mungkin dari hasil keringatnya untuk membangun pondok pesantren yang ia pimpin agar lebih baik.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
A. Identifikasi Informan Identifikasi subyek (informan) di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok terdiri dari 3 (tiga) informen yang terlibat langsung dalam penelitian antara lain :
1. KH. Muhammad Djunaidi KH. Muhammad Djunaidi adalah seorang kyai muda kharismatik. Beliau sering di panggil dengan sebutan Ustadaz Junaidi atau Buya Junet. Beliau adalah pimpinan sekaligus pemilik Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Metode yang di gunakan Buya Junet adalah metode dzikir . Dimana metode dzikir dapat meluluhkan hati yang sudah keras, ketika hati itu sudah lentur dan dapat beraktifitas seperti orang-orang normal pada umumnya KH. Muhammad Djunaidi mengajak santrinya untuk mengukuti sunnah Rasul, yaitu dengan pendidikan wira usaha, beternak, bertani dan mengembangkan kemampuan bakat santri serta memberikan modal vinansial untuk bakal hidupnya dimasyarakat. Agar santri memiliki kegiatan di luar kegiatan yang sudah di tentukan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien.
60
61
Tujuan ini dilakukan KH. Muhammad Djunaidi terhadap santri agar ketika santrinya nanti sudah pulang dan berada ditengah-tengah masyarakat tidak diremehkan orang dan memiliki kemampuan.1
2. Pembimbing Dalam hal ini penulis akan memaparkan identitas pembimbing yang ada di Pondok Pesantrn Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Pembimbing yang menjadi subjek penelitian ini yaitu : a. Muhammad Suhadi, yang sering di pangil dengan santri Ustadz Suhadi. Beliau merupakan pembimbing sekaligus tangan kanan KH. Muhammad Djunaidi. Suhadi lahir tanggal 15 september 1981. Sudah lama mengikuti KH. Muhammad Djunaidi. Dalam memberikan pengajaran Ustadz Suhadi selalu berusaha untuk bias menjadi teman kepada santri korban penyalahgunaan narkoba sehingga santri merasa nyaman terhadap apa yang di ajarkan olehnya. Motifasi yang tidak pernah lepas Ustadz Suhadi sampaikan kepada santri korban penyalahgunaan narkoba agar santri berubah lebih baik, tidak mengulangi perbuatan yang dilarang agama, mengingat Allah dan bahwasanya Allah itu ada.2
1
. Wawancara KH. Muhammad Djunaidi di Kediamannya Desa Pasir Putih Sawangan Depok 12 April 2011 2
. Wawancara Pribadi,Ustadz Muhammad Suhadi, Pembimbing sekaligus tangan kanan KH. Muhammad Djunaidi, Pasir Putih Sawangan Depok 12 April 2011.
62
b. Ali bin Ahmad Al-Athas atau yang sering disapa oleh santri Habib Ali. Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1985. Beliau menempuh S1 di Al Azhar Kairo berhubung dengan usianya yang sangat muda dan dengan latar belakang santri Habib Ali mampu memberikan pengajaran kitabkitab kuning dengan cara yang berbeda. Humoris serta santai yang diterapkan oleh Habib Ali, sehingga santri yang diajarkannya tidak jenuh dan dapat difahami.3
3. Santri a. Panji Dwi Cahyo adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok, Panji Dwi Cahyo sering dipanggil di kalangan temantemannya adalah Cahyo. Cahyo tinggal di daerah Depok. Cahyo lahir di Depok pada tanggal 10 Oktober 1990, Cahyo berasal dari keluarga sederhana. Cahyo masuk Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien kurang lebih dua tahunan, dengan kesibukan kegiatan di Pondondok Cahyo bias melupakan masa lalu yang pernah dialami olehnya dan sama sekali tidak mengulangi pengalaman buruknya. 4
3
. Wawancara Pribadi, Habib Ali Bin Ahmad Al-athas, Pembimbing religius di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawanagn Depok, 12 April 2011. 4
. wawancara Pribadi, Panji Dwi Cahyo santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien sawangan Depok.
63
b. Freido adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok, Freido merupakan santri korban penyalahgunaan narkoba yang berasal dari Sumatra. Freido dilahirkan di Sumatra pada tanggal 29 Maret 1990. Freido ketergantungan obat selama 3 tahun. Setelah masuk Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien selama 3 tahun rasa kecanduannya itu hitang dengan sendirinya. Sekarang Freido berwirausaha.5
c. Jami adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Jami dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 1978. Kegiatan Jami sekarang sebagai Wirausaha dan Pertanian. Sebelum kegiatannya sekarang ini Jami memiliki kecenderungan mental karena ketergantungan obatobatan terlarang, setelah Jami masuk Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Kebiasaannya hilang dan sekarang menjadi normal dan pulih seperti biasa.6
d. Edo adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok, Edo merupakan santri korban penyalahgunaan narkoba yang berasal dari Jawa Timur. Edo dilahirkan di Surabaya pada tanggal 8 Juli 1990. Edo ketergantungan obat selama 3 tahun. Setelah masuk Pondok
5
. Wawancara Pribadi, Freido santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien sawangan
Depok. 6
. Wawancara Pribadi, Jami Santri Pondok Pesantren Hidayatul MUbtadi’ien sawangan depok. 12 April 20011
64
Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien selama 2 tahun rasa kecanduannya itu hilang dan Sekarang Edo sebagai petani di perkebunan Pondok PesantrenHidayatul Mubtadi’ien Sawangan Deok.7
e. Rian adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok yang tidak mukim. Hampir 6 tahun Rian sebagai pemakai Narkoba, Rian di lahirkan di Wonogiri pada tanggal 05 Februari 1986. Usia Rian saat ini 25 tahun. Rian adalah seorang pengusaha, sebelum memakai narkoba Rian sebagai pengusaha yang sukses, setelah mengenal dan memakai narkoba prestasi di bidang usahanya menurun secara dratis sehingga sekarang sebagai kariawan biasa. Setelah telah masuk di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok Rian berubah kebiasaannya sebagai pengguna narkoba. Sampai sekarang Rian bersih dari barang-barang yang diharamkan oleh agama.8
f. Achmad Sofian adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Achmad Sofian sering di panggil dengan kawankawanya dengan sebutan Achmad. Achmad dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 25 Mei 1975. Achamd sebagai pemakai narkoba selama 6 tahun
7
. Wawancara Pribadi, Edo santri Pondok Pesantren hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawangan Depok. 12 April 2011 8
. Wawancara Pribadi, Rian santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawangan Depok. 12 April 2011
65
dari tahun 1990 sampai tahun 1996 lalu masuk pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien dari tahun 1996 sampai 2011. Selama 2 tahun Achmad di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien rasa ingin memakai narkoba hilang, karena selalu mengingat Allah. Sekarang Achmad di angkat sebagai guru di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok oleh KH. Muhammmad Djunaidi. Usia: 38 tahun.9
B. Langkah-langkah yang Dilakukan KH. Muhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba
Islam adalah agama dakwah yang harus diketahui ajarannya oleh setiap umatnya, tidak memandang kepada keturunan, jabatan, suku, martabat, dan bangsa.bertitik tolak dari peryataan tersebut, dengan hasil penelitian maka penulis berhasil mewawancarai pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien KH. Muhammad Djunaidi dalam memberikan bimbingan kepada para santri korban penyalahgunaan narkoa dengan dua cara, yaitu dengan cara lisan dan tulisan.
9
. Wawancara Pribadi, Achmad Sofian santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir putih Sawangan Depok. 12 April 2011
66
1. Lisan Dengan cara Lisan KH. Muhammad Djunaidi dalam memberikan penerangan bimbingan Islam sasarannya,terhadap individu atau kelompok itu sendiri, yang didasari oleh firman Allah SWT surat Al Nahl ayat 125. ِضمَ عَنْ سَبِ ْيهِه َ ْعَهمُ بِمَن ْ َك ُهىَ أ َ َج ِد ْن ُهمْ بِانَتِى هِىَ أَحْسَنَ اِّنَ رَب َ َحكْمَ ِة وَانْ َمىْعِظَ ِة انْحَسَنَ ِة و ِ ُْادْعُ ِانَى سَبِ ْيمِ رَبِّكَ ِبه )١٢٥ : (اننّحم.َع َهمُ بِانْ ُمهْ َتدِيْن ْ ََو ُهىَأ Yang artinya: Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik (Mujadalah). Dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih maha mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Ia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”(Al-Nahl ; 125)
Adapun cara lisan yang digunakan oleh KH. Muhammad Djunaidi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Hikmah Menurut kamus bahasa Arab, al-Hikmah mempunyai banyak arti. Di antaranya, kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'anul karim. Al-Hikmah juga bermakna kumpulan keutamaan dan kemuliaan yang mampu membuat pemiliknya menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional). Al-Hikmah juga merupakan ungkapan dari perbuatan seseorang yang dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan pada kalian dua hal. Kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (al-Qur'an) dan sunnah nabi-Nya (al-Hadits)." (HR. Malik, no. 1395).
67
Ilmu Hikmah adalah ilmu panduan, yang membimbing kita kita mengenal ajaran-ajaran Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Dengan ilmu hikmah seperti itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Itulah sejatinya ilmu Hikmah.10 Dengan pengertian diatas jelas bahwa perkataan yang jelas dan tegas, yang menitik beratkan kepada sentuhan-sentuhan psikologis, disertai dengan dalil-dalil keagamaan yang didasari oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits disamping alasan-alasan secara rasio untuk menghilangkan keraguan individu atau kelompok yang menghalangi gangguan kejiwaan yang khususnya dialami oleh para santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. Dengan metode Dzikir KH. Muhammad Djunaidi melalui dasar Al-Qur’an dan Hadits
b. Mauidhzah Hasanah Secara etimologis mauidzah merupakan bentuk asal dari kata waadzayaidzu-iwa’dzan; yang memiliki arti menasehati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan. Selanjutnya Mauidzah menurut kebanyakan pendapat para ilmuan memiliki sinonim dengan nasehat. Dalam lintas sejarahnya, metode
10
. http://ruqyah-online.blogspot.com/pengertian.ilmu hikmah. yang-syari.html. dikutip pada tanggal 11 Juni 2011
68
ini menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan dakwah para Nabi terdahulu termasuk Nabi Besar Muhammad SAW. Bagi sebagian ulama mengharuskan ada tambahan kata sesudah kata Mauidzah, karena nasehat masih bersifat umum yang bisa dikatkan dengan nasehat kejahatan dan lainya yang berefek negatif. Maka dapat kita lihat diberbagai sumber, kata Mauidzah selalu memiliki terusan kata Hasanah untuk menunjukan kekhususan kata Mauidzah sebagai nasehat yang baik. Dalam sebuah sistem yang didasrkan pada Prinsif metode Mauidzah Hasanah ada hal yang penting yang mesti diperhatikan. Yaitu cara penyampaian nasehat dan isi nasehat itu sendiri. Dalam ilmu komunikasi ada beberapa cara agar dalam menyampaikan nasehat dapat menghasilkan respon yang kita inginkan, diataranya dengan cara menganalisi kepribadian orang yang akan dinasehati dan menganalisis bentuk masalah yang menjadi akibat datangnya sebuah nasehat. Sedangkan Mauidzah Hasanah atau Nasehat dipandang dari bentuknya merujuk pada bentuk dakwah yang dikembangkan oleh Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) di Universitas Negeri Islam. Kajian itu merujuk pada Irsyad yang berarti proses penyampaian ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, penyuluhan dan psikoterapi. Dan dalam konteksnya Irsyad
69
menggunkan prinsif dakwah Mauidzah atau nasehat dalam menyampaikan segala hasil analsisnya.11 Dengan tutur kata yang baik KH. Muhammad Djunaidi menggunakan metode Mauidhzah Hasanah sebagai suatu bimbingan, ajakan, pendekatan dan pengarahan yang dapat disampaikan dengan lemah lembut dalam hati dan sekaligus mendalami perasaan dengan halus tanpa kekerasan.
c. Mujadalah Mujadalah merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang terbaik. Seperti halnya pada metode Mauidzah, Kata Mujadalah dianggap harus memiliki kata tambahan sebagi prinsif dakwah. Maka para ulama menambahkan kata al-ahsan setelah kalimat mujadalah, untuk menuunjukan unsur positif pada prinsif mujadalah ini. Prinsif metode ini ditujukan kepada mad’u yang melakukan penolakan, tidak peduli atau mungkin membantah. Secara sistem, Metode Mujadalah dilakukan dengan alasan adanya pembantahan dan penolakan dalam proses dakwah. Dengan demikiian Mujadalah merupakan sesuatu yang amat penting dalam pelaksanaan dakwah, terutama di zaman seperti sekarang ini. Namun harus juga diperhatikan subtansi dan efek yang akan ditimbulkan jika dalam perdebatan
11
. http://ipehgilardino.multiply.com/journal/item/4/mengenal-metodologi-dakwa_ Dikutip Pada Tanggal 11 Juni 2011.
70
dengan pihak yang membantah kita justru terpojokan bukan karena Subtansi keislamannya tapi karena kekurangan kemampuan dalam metode ini. Para pelaku dakwah harus memiliki kekuatan pemikiran yang luas dan memiliki mental yang kuat pula saat menghadapi pembantahan yang mungkin akan memancing dan menguji mental seorang da’i.12 Dengan cara ini KH. Muhammad Djunaidi menerapkan kepadanya santri agar lebih tegas dan disiplin, bukan bermaksudkan untuk mengalahkan serta menentangnya,
akan tetapi hanya untuk memberi peringatan,
pengertian dan untuk menemukan titik kebenaran, agar santri korban penyalahgunaan narkoba yang sebelumnya menentang akan menerimanya dengan baik.
2. Tulisan Bimbingan yang dilakukan oleh KH. Muhammad Djunaidi dengan cara ini bukan dalam malalui terbitan buku-buku atau majalah-majalah, akan tetapi dengan menulis amalan-amalan (wirid-wirid) yang diambil dalam Al-Qur’an. Dan dibaca dalam waktu-waktu yang telah ditentukan oleh KH. Muhammad Djunaidi. Adapun amalan-amalan (wiridan) yang ditulis oleh santri dan dibaca setiap malamnya pada waktu shalat tahajud dan shalat taubat adalah Membaca Istigfar 1000 kali, Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’man nasir 100 kali,
12
. http://ipehgilardino.multiply.com/journal/item/4/mengenal-metodologi-dakwa_ Dikutip Pada Tanggal 11 Juni 2011.
71
asmaul husna dan shalawat sebanyak mungkin serta ber do’a meminta ampun kepada Allah agar diberi jalan yang lurus dan menjadi lebih baik lagi. Berhubung korban penyalahgunaan narkoba berada di lingkup Pondok Pesantren yang terkenal dengan kajian kitab-kitab kuningnya, maka dengan ini santri tidak lepas dari mengartikan kitab-kitab kuning tersebut atau yang biasa santri sebut dengan bahasa ngelogat. Dengan mengkaji kitab-kitab kuning seperti kitab Nail Roja, Fiqih, Hadits, Bidayatul Hidayah, Nahwu Sharaf dan kitab-kitab lainnya. Dengan metode seperti ini, harapah KH. Muhammad Djunaidi dan para Pembimbing di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien terapkan agar santri korban penyalahgunaan narkoba bisa berubah, dapat mencari jati dirinya yang sebenarnya, dapat mengingat Allah dan berubah menjadi orang-orang yang lebih baik dimasa yang akan datang.
C. Analisis Peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam Menyadarkan Pasien Penyalahgunaan Narkoba Penulis dalam melakukan penelitian ini dengan cara observasi langsung ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawangan Depok selam 4 (empat) Bulan, terhitung dari tanggal 02 Februari 2011 sampai dengan tanggal 08 Juni 2011. Jumlah santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien kurang lebih sejumlah 6 orang. Mayoritas santri yang mondok di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien adalah santri yang terkena gejala stress, defresi dan pengaruh obat-obatan terlarang yang kini semangkin meraja lela. Mereka yang nterkena pengaruh tersebut sangat perlu mendapat perhatian khusus dan bimbingan pendidikan rohani serta nilai-nilai keimanan agar mereka dapat menemukan jati dirinya.
Adapun faktor yang mempengaruhi anak-anak muda masa kini, yaitu faktor ekonomi, faktor keluarga dan faktor lingkungan. Yang menunjang adalah
72
faktor keluarga yang memang santri-santri yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba jauh dari sorotan orang tua, kurangnya pendidikan agama yang menjadi pondasi kehidupan dan pergaulan bebas yang awalnya coba-coba menjadi suatu kebiasaan yang lumrah dan ketagihan. Dari hasil analisis penulis dapat dikemukakan bahwa peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam menyadarkan santri korban penyalahgunaan narkoba sudah cukup baik dan melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan formal atau non formal dengan ketentuan yang sudah ditetapkan di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawangan Depok. Adapun metode yang dilakukan oleh KH. Muhammad Djunaidi dalam memberikan bimbingan terhadap korban penyalahgunaan narkoba adalah dengan pendekatan terhadap santri melalui bimbingan religius, yaitu dengan Dzikir. Dengan membaca Maulid nabi Simtud’durar, ratib Al-Athas, ratib hadad, asmaul husna dan istigfar sebanyak 1000 kali.Dari metode dzikr ini sangat terpengaruh bagi psikologi santri yang mengalami ketergantungan obat-obatan terlarang. Menurut KH. Muhammad Djunaidi, dzikir merupakan obat paling ampuh atau mujarab untuk mengobati orang-orang yang terkena gangguan kejiwaan atau kegelisahan hati, dzikir juga bisa meluluhkan dan melemahkan hati yang sudah keras, hal ini diterapkan oleh KH. Muhammad Djunaidi dan para pembimbing Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien dalam memberikan bimbingan kepada para santri dengan landasan sabda Rasulullah Saw yang berbunyi “Dzikir adalah
73
merupakan obat hati”. Dzikir adalah mengingat atau menyebut nama Allah melalui lisan atau dengan didalam hati, dzikir ini disebut dengan dzikir lahir (menyebut nama Allah dengan ucapan atau lisan) dan dzikir bathin (menyebut nama Allah dengan cara didalam hati secara terus menerus), yang bertujuan untuk melawan serangan syetan yang selalu menggoda manusia. Dzikir terbagi menjadi dua macam, yaitu dzikir jahar dan dzikir khafi. Dzikir jahar adalah dzikir yang dilakukan secara terang-terangan, sedangkan dzikir khafi adalah dzikir yang dilakukan dengan samar-samar atau dilakukan dengan cara didalam hati. Dzikir yang dilakukan dengan dzikir jahar dan dzikir khafi dimaksudkan untuk lebih memantapkan keyakinan para santri agar lebih khusyu dalam berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Swt serta menyakini bahwa Allah itu ada dan Allah itu maha penolong bagi umat-Nya yang benar-benar sungguhsungguh mau bertobat dan mengikuti perintah-Nya. Adapun tujuan dari metode ini adalah mengembalikan santri korban penyalahgunaan narkoba agar memiliki pandangan bahwa hanya kepada Allah SWT kita minta perlindungan, agar santri selalu berada di jalan yang benar yang diridhai oleh Allah SWT, agar santri mempunyai cita-cita tinggi dan tidak pesimis.13
13
2011.
. Wawancara Pribadi KH. Muhammad Djunaidi, Pasir Putih Sawangan Depok. 12 April
74
Kalimat dzikir dapat digunakan cukup banyak yang merupakan kalimat thayibah dan kalimat tauhid, pengucapannya baik secara suara keras maupn dengan suara yang didengar oleh orang yang berdzikir itu sendiri. Adapun dzikir yang biasa KH. Muhammad Djunaidi gunakan untuk membimbing santri Pondok Pesantren Hidayatul Mub’tadi’ien Sawangan Depok adalah membaca ratib alAthas, ratib hadad, Maulid nabi, shalawat, asmaul husna, istigfar, serta membaca kalimat ِن ْع َم انْ َم ْىنَى وَ ِن ْع َم اننَصِيز
هلل وَنِــعْـ َم انْــ َى كِيْــم ٌ ْ حَــسْــبُـنَـا اdan masihbanyak dzikir
yang lainnya. Dari keutamaan dzikir ada beberapa kelebihan dari ritual dzikir, salah satu keunikannya adalah tidak ada batasan dan tidak ada waktu tertentu untuk melaksanakan dzikir, beda halnya denggan shalat yang memang shalat merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan, akan tetapi shalat ada waktu dan ada batasannya. Dzikir bisa dilaksanakan dalam keadaan apapun, baik dengan cara berdiri, duduk, berbaring, sedang mengendarai maupun dengan cara berjalan kaki. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 191. ث َهذَا َ ْخهَق َ ت وَ ْاالَرْضِ رَبَناَمَا ِ َق انسَ َمى ِ ْخه َ اَنذِيْنَ َي ْذ كُ ُزوّْنَ اهلل قِياَم ًا وَ ُق ُعىْدًا وَعَهىَ جُ ُنىْ ِب ِه ْم وَيتَ َفكَ ُزوّْنَ فِي )١٩١: (ال عمزاّن.ِب انناَر َ عذَا َ َباَطِالًسُبْحَنَكَ فَقِنا Artinya: orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci Allah, maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (Al-Imran ayat 191).
75
Dzikir merupakan bentuk pengakuan hamba terhadap sang khaliq, karena sebagai hamba Allah kita harus mengingat-Nya. Dengan dzikir itu sendiri adalah merupakan manifestasi dari rasa cinta yang amat besar dari Allah yang melimpah pada hamba-Nya. Penerapan bimbingan yang dilakukan oleh KH. Muhammad Djunaidi melalui dzikir ini dapat menyadarkan santri yang terkena gangguan kejiwaan akibat dari penyalahgunaan narkoba memerlukan kesabaran dan ketabahan baik dari pihak pembimbing itu sendiri yang mengarahkan santri agar santi bisa lebih baik, bisa berubah dan normal seperti orang-orang pada umumnya serta dapat selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dari Proses yang Dilakukan KH. Muhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba Sudah menjadi kenyataan bahwa dalam setiap mengadakan kegiatan yang bersifat sosial selalu ada dua faktor yang mempengaruhinya yakni faktor penunjang dan penghambat, hal tersebut sangat berguna untuk mengevaluasi atas kegiatan yang dilaksanakan selama ini sehingga dapat dilihat dari berbagai kelebihan dan kekurangan dari kegiatan, baik sejak awalnya maupun sampai akhir kegiatan. Begitu pula aktifitas pembimbing Pondok Pesantren Hidayatul Mudtadi’ien yang memberikan bimbingan religius terhadap para korban penyalahgunaan obat-obatan terlarang tidak terlepas dari faktor penghambat dan penunjang.
76
1. Faktor Pendukung Adapun yang terjadi faktor dari proses bimbingan agama di Pondok Pesantren
Hidayatul
Mubtadi’ien,
yaitu
semangat
pembimbi
dalam
mengupayakan tercapainya mutu pelayanan yang baik, semua itu ditunjukan dengan melihat realitas para pasien yang berada dalam lingkungan Pondok Pesantren
menunjukkan adanya perkembangan menuju kearah perbaikan.
Pembimbingan agama walaupun harus mengorbankan waktu tenaga dan sebagian hartanya KH. Muhammad Djunaidi tidak mempersoalkannya menurutnya karena itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap insan untuk memberikan pertolongan pada setiap yang membutuhkan, apa lagi korban penyalahgunaan narkoba adalah putra bangsa yang memang perlu diselamatkan. Kalau bukan kita-kita yang peduli akan anak bangsa yang tercebur ke jurang kehitaman siapa lagi (Internal). Faktor pendukung dari luar (eskternal), yaitu adanya kerjasama antara masyarakat sekitar dengan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien dan dukungan dari para guru-guru serta sahabat KH. Muhammad Djunai sehingga aktifitas di Pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien bisa berjalan dengan baik.
77
2. Faktor Penghambat Faktor penghambat merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh KH. Muhammad Djunaidi dan pembimbing di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yaitu sulitnya menemui orang tua atau keluarga santri untuk diajak kerjasama dalam proses penyembuhan santri itu sendiri. dikarenakan ketidak tentuan orang tua santri yang datang menjenguk anak-anak mereka dan jauhnya tempat tinggal mereka dari Pondok Pesantren tempat anak-anak mereka di titipkan. Selain dari faktor keluarga, faktor pasilitas yang membuat penghambat bagi KH. Muhammad Djunaidi tidak tersedianya sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien yang dikira kurang cukup memadai meskipun dalam kenyataannya masih jauh dari harapan, dikarenakan bangunan yang belum selesai sempurna dan menunjang bagi terlaksananya kegiatan rutin harian bagi santri yaitu bimbingan religius.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Setelah peneliti mendeskripsikan dan menganalisis isi dari skripsi ini maka penulis dapat menyimpulkan : 1. Peranan KH. Muhammad Djunaidi dalam memberikan bimbingan terhadap santri korban penyalahgunaan narkobadengan cara hikmah, mauidzha hasanah dan mujadalah. Sehingga santri dapat mengikuti kegiatan religius dan santri menjadi tenang, sangat menyesali perbuatan mereka dan santri menjadi rajin beribadah. 2. Peranan Pembimbing dalam memberikan bimbingan kepada santri dengan menggunakan pendekatan-pendekatan secara emosional agar santri merasa nyaman dalam menjalani kegiatan yang sudah ditetapkan dan adanya fasilitas yang tersedia di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Sawangan Depok. 3. Metode yang diberikan oleh KH. Muhammad Djunaidi dalam memberikan bimbingan dan menyadarkan korban penyalahgunaan narkoba melalui bimbingan religius yaitu Dzikir. Dengan dzikir ini pembimbing berharap agar santri memiliki pandangan bahwa hanya kepada Allah SWT kita minta perlindungan, agar santri dapat merubahdirinya agar lebih baik serta berada di jalan yang lurus, memiliki cita-cita yang tinggi dan tidak psimis.
78
79
B. SARAN 1. Kepada pihak terkait agar fasilitas yang belum terselesaikan agar segera diselesaikan, sehingga santri dapat belajar dengan baik dan nyaman. 2. Peneliti berharap agar Peraturan yang ada di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien supaya lebih di galakkan agar santri tidak semena-mena. 3.
Kepada masyarakat untuk tidak mengucilkan korban penyalahgunaan narkoba. Karena pengguna obat-obatan terlarang adalah orang yang menjadi korban jadi harus diberi kesempatan untuk bertobat dan untuk berkreasi.
Demikian tiga poin ini yang dapat peneliti sampaikan sebagai intisati diri penelitian yang dilaksanakan, agar menjadi kontribusi fositif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fatah, Rohandi dan M. Tata Taufik, Manajemen Dakwah di era Global. Jakarta: CV. Fauzan Inti Kreasi, 2004 Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) Kitab suci Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: 1990 Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: 2007 Al-Jundi, Abu Halla. Mengubah Takdir Dengan do,a. Cet ke-1. Jakarta; Jausan, 2010.
A Nasir, Sahilun, Problem Khidupan dan Pemecahan, suatu pendekatan Psikoreligius, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003) Arifin, A. Kamus Ilmiah Indonesia Populer, (Bandung: Rajawali Press, 2004) Darajat, Zakiah, Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002) Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 2001) Hawari, Dadang, Psikiater, Terapi detoksifikasi Pasen Naza. (Jakarta: Press 2004) _____________. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza, (Jakarta: UI Press, 2004) _____________. Terapi Detoksifikasi Rehabilitas (pesantren) Mutakhir (system Terpadu) Pasien NAZA, (Jakarta, 2004) Ilham, Muhammad Arifin, Indonesia berdzikir, (Jakarta: Intuisi Press, 2004) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka 2002) Martono, Lydia Harlina, Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003) Meleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Rosda karya, 2007) N. Grass W. S, Masson and A. W. Mc. Eachen, Exploration Role Analysis, di kutip oleh Davit Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori psikologi sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003). Susanto, Ahmad, Samudra Dzikir. (Jakarta: Fikr 2007) Suherdiana, Dadan, “Komunikasi dan Penyiaran Islam,” dalam Aep Kusnawan, Ilmu Dakwah kajian berbagai aspek, (Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, 2004) Surya, Mohamad, Konsep-konsep Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, 2004 Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) Sutarmadi, A dan Al Tirmidzi, Peranan dan Pengembangan Hadits dan Fiqih, (Ciputat : Logoso Wacana Ilmu, 1998) Shalihin, Mukhtar, Terapi Supistik, Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Persepektif Tasawuf, Bandung: Setia, 2004.
Website : http:/www.jenis-jenisnarkoba./makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/ pengetahuan-dan-jenis-jenis-narkoba.html. Tanggal 04 April 2011. http://www.scribd.com/doc/13163940/Pengertian Narkoba. Tanggal 25 Maret 2011 http://polreskotacimahi.com/index.php?option=com.conten&view=article&id=52 5itemid=129. Tanggal 25 Maret 2011.
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HID AYATULLAH IAKARTA FAI{ULTAS ILMU DAI(WAIi DAN ILMU I(OMUNIKASI No.e5Gputat15412 [. Ir.FLfuand.a rnconesi.
;1ff"lffrfilHffi?3;fl"*"*rdx_dnia]arta-c.id
Nomor: Un.oIIFS/KM.O1.3/ $9\ tzoto
Lamp : I (Satu)bundel Hal : Penelitian/Wawancara
Jakarta,
Marer 2010
KepadaYth. PimpinanPondokPesanhen Al-Mubtadi'in Sawangan Depok
Assulamu'aiaik-umtYr. Wb. Denganhorrrratkarn: sampaika"rbeftwamahaslswaFakultasIimu Dakwah dan Iimrr Konr'nikasi UIN syarif HidayatullahJakartadi bawahini, Nama Nornor pokok Jurusan/semester Progrzun
: : : :
RahrnatHafizulloh fi6rt52}0970 Bimbingan dan penyuluhan Islarn i BpI ) / VIII Sl
bermaksudnrelaksanakan penelitian/walanca;auntuk bahanpenulisanskripsi yang bequdul Peranan KH. Djunidi eJaramMenangani Korban penyatihgunaan Narbba di Pondok pesantrenAl-Mubtadi'in sawanfui Depok. sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak kiranya berkenan menerima./mengizinkanmahasiswa kami tersebut dalarn pelaksanaan penelitian/ wawancaradimaksud. Atas perhatiandan perkenanBapak kami ucapkanterima kasih. Wassslqmy'alaikum Wr. Wh
,MA.b
Tembusan: l. Dekan 2. Ketua'Jurusan BPI FakultasIlmu Dakwahdan Ilmu Komunikasi
t9660n0199303 1004
PON DOKPESANTRE N SAIAFIYAH
HIDAYATUL-MUBTADI'IEN DESAPASIR PUTIH KEC.SAWANGAN KODYA DEPOK
Asssl amu'alailarmwr.wb Salamteriring do'a semogaBapaMbu senantiasadalarnlindungansertamagfiroh Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada jundungan alam Nabi MuhammadSAW. Selanjutnyayang bertandatangandibawahini : Nama Jabatan
KH.MuharnmadDjunaidi PimpinanPondokPesantrenHidayatul Mubtadi' ien
Menerangkanbahwa: Nama
NrN4 Fakultas Jurusan Lembaga Pendidikan
RahmatHafizulloh t06052001970 Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi BimbingandanPenyuluhanIslam UniversitasIslam Negeri Syarif HidayafirllatrJakarta
Telah selesai mengadakanpenelitian tentang cPeranan KllMuhammad Djunaidi Dalam Menangani Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Pondok Pesantren HidayatuI Mubtadi'ien Sawangan Depok' yang diselenggarakansejak tanggal 02 Februari- 08 Juni 2011. Wassalamu'alaihtm wr.wb
Depok,09 Juni 201I
STRUKTUR PENGURUS PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI’IEN SAWANGAN, DEPOK JAWA BARAT PELINDUNG KH. Idris Marzuki Dahlan KH. Abdul Aziz Manshur Al-Habib Abdul Qadir bin Faqih PENASEHAT Al-Habib Luthfi bin Ahmad Al-Attas Al-Habib Muhammad bin Abdullah bin Faqih KH. Ahmad Damanhuri. LC
KETUA KH. Muhammad Djunaidi HMS WAKIL KETUA H. Abdurrozaq HMS SEKRETARIS Drs. Otong Sugito WAKIL SEKRETARIS Agus Salim Rasyid. S.Ag BENDAHARA Nur Hidayat WAKIL BENDAHARA Muhammad Thony H.N SEKSI PEMBANGUNAN Al-Walid H.Muhammad Sholeh Ir. Hendra Ahmad Wijaya Asep Sungkawa. ST
SEKSI DANA Ust. Luthfi Rahman Sholeh Agus Salim, HMN Ust. Abdurrohim
SEKSI PERLENGKAPAN Junaidi Juna Imbar Bambang
SEKSI HUMAS Ust. Badruddin AK Ramenih Hasan
PEMBANTU UMUM Seluruh Jama’ah Majelis Dzikir Asma’ul Husna Himasal DKI Jaya
Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien
Nama: KH. Muhammad Djunaidi Tempat tanggal Lahir: 22 Maret 1974 Jabatan: Pimpinan / Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien
1. Bagaimana awal Kyai membuka Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : Awalnya santri dating, karena tempat yang tidak mencukupi, maka dibangunlah Pesantren dengan restu para guru. 2. Apa alasan kyai mendirikan rehabilitas narkoba di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawaban: Atas kepedulian dan keprihatinan terhadap nasib anak bangsa yang telah terjerumus kelembah hitam. 3. Bagaimana cara kyai menangani santri yang kecanduan narkoba? Jawaban: Familiar dan pendekatan maksimal denga penuh perhatian. 4. Menggunakan metode atau pendekatan apa kyai dalam menangani santri? Jawaban: Mendengar dan mengerti keluhan-keluhan mereka. 5. Menurut kyai berapa lama menetralisir santri yang mengalami kecanduan narkoba normal seperti semula? Jawaban: 3 (tiga) bulan netral, yangsulit itu menjaganya tidak kenal batas waktu.
6. Apakah ada tanda-tanda santri yang memamg sudah sembuh 100% dengan santrin yang sedang menjalani rehabilitas? Jawaban: Jelas beda dari segi bicara, kata dan aktifitas mereka. 7. Apakah kendala-kendala kyai dalam menghadapi santri? Jawaban: Tidak ada kerjasama antara pihak keluarga dengan Pondok Pesantren 8. Harapan-harapan apa saja yang kyai inginkan dari santri yang sudah sembuh dan santri yang masih dalam proses rehabilitas? Jawaban: Menjadi manusia yang mempunyai jati diri dan hidup sejahtera didalam masyarakat. 9. apa saja Faktor santri terjerumus dalam obat-batan terlarang? Jawaban: Pergaulan bebas dan kurangnya perhatian dari orang tua. 10. bagaimana cara menangani santri yang kambuh? Jawaban: Disumpah dengan penuh kesadaran hatinya 11. Langkah-langkah apa saja yang kyai lakukan dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba? Jawaban: Pendidikan Wirausaha dan mengembangkan kemampuan bakatnya serta memberikan modal vinansial untuk bekal hidupnya di Masyarakat kelak. 12. Analisis peranan atau harapan kyai dalam menyadarkan korban penyalahgunaan narkoba? Jawaban: Kerjasama maksimal dengan pemerintah dan para ulama serta orang tua.
Wawancara Pembimbing
Nama: Muhammad Suhadi Usia: 35 tahun Pendidikan: SMA Jabatan: Pembimbing/ pembantu KH. Muhammad Djunaidi
1. Bagaimana awal mula bapak masuk Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab: Memperdalam ilmi agama dan dimandatkan oleh KH. Muhammad Djunaidi untuk membantu santri dalam peroses penyembuhan 2. Sudah berapa tahun bapak menjadi pembimbing disini? Jawaban: Kurang tebih 5 (lima) Tahun 3. Bagaimana cara pendekatan bapak agar santri bias atau mau diajak berkomunikasi? Jawaban: Menganggap santri menjadi teman
4. Apakah ada tanda-tanda santri yang memamg sudah sembuh 100% dengan santrin yang sedang menjalani rehabilitas.? Jawaban: Santri yang sudah sembuh mampu untuk berkomunikasi dengan temantemannya dengan baik, tidak memakai lagi dan tidak mau terjerumus ke lobang yang sama. Sedangkan santri yang sedang menjalani rehabilitas sering kabur, dan sering murung. 5. Apakah kendala-kendala yang bapak alami dalam menghadapi santri.? Jawaban: Diberi motifasi dan dukungan agar tidak mengulangi hal-hal yang sudah dilakukan. 6. Harapan-harapan apa saja yang bapak inginkan dari santri yang sudah sembuh dan santri yang masih dalam proses rehabilitas.? Jawaban: Mendekatkan diri kepada Allah, tidak kembali ke jurang yang sama dan supaya santri menjadi orang-orang yang berguna di Masyarakat. 7. Selama bapak berada disini, apakah bapak mengetahui berapabanyak keluarga yang datang untuk menjenguk santri? Jawaban: Bisa terhitung, tapi kalau orang tuanya sedang datang beramai-ramai dengan seluruh keluarganya.
8. Bagaimana kesan bapak selama menjadi pembimbing disini? Jawaban: Adanya kebersamaan dan kekeluargaan antara pembimbing dan para santri, dukanya mengejar-ngejar santri yang kabur dan repot kalau ada santri yang kabur, sulit untuk mencarinya 9.Apakah pesan bapak untuk para santri ketergantungan narkoba? Jawaban: Memberi masukan dan motifasi agar tidak masuk ke lobang yang sama.
Pembimbing
Interviewer
Ust. Muhammad Suhadi
Rahmat Hafizulloh
Wawancara Santri
I. WAKTU DAN TEMPAT Hari dan Tanggal
: 12 April 2011
Waktu
: 20.00 Wib
Tempat
: Pasir Putih Sawangan Depok
II. Identitas dan Supjek Nama
: Panji Dwi Cahyo
Umur
: 21
Pendidikan
: STM
Jabatan
: Santri
1. Sudah berapa lama tinggal di pondon pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : 3 (tiga) Bulan 2. Apakah yang menyebabkan anda menggunakan Narkoba terlarang? Jawab : Coba-coba 3. Sudah berapa lama anda menggunakan narkoba terlarang? Jawab : 5 (Lima) Tahun 4. Apa yang anda harapkan dari menggunakan narkoba? Jawab : Agar Lebih PD
5. Apa yang anda rasakan setelah menggunakan narkoba? Jawab : Pusing (Ngeplay) 6. Dari siapa anda mengenal atau memakai narkoba? Jawab : Dari Pergaulan 7. Sejak kapan anda menggunakan narkoba? Jawaban : 3 (tiga) SMP 8. Apakah anda sering kambuh? Hal-hal apa saja yang anda lakukan ketika sedang kambuh? Jawab : Alhamdulillah Tidak 9. Perubahan apa yang terjadi sebelum dan sesudah kamu dibawa ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : Lebih Tenang 10. Apakah didalam keluarga kamu mendapat perhatian? Seperti apa perhatiannya? Jawab : Dapat di Nasehati 11. Apakah di dalam keluarga kamu bersikap akrab atau biasa saja dengan anggota keluarga yang lain? Jawab: Jauh 12. Apakah keluarga anda mengetahui jika anda memakai narkoba? Jawab : Ia
13. Harapan apa saja yang kamu inginkan apabila sembuh? Jawab : Ingin Membahagikan Orang Tua 14. Apa saja kesan kamu selama berada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : Seneng dan lebih tenang
Sawangan, Depok
Interviewer
Panji Dwi Cahyo
Rahmat Hafizullah
I. WAKTU DAN TEMPAT Hari dan Tanggal
: 12 April 2011
Waktu
: 20.00 Wib
Tempat
: Pasir Putih Sawangan Depok
II. Identitas dan Supjek Nama
: Freido
Umur
: 21
Pendidikan
: SMK
Jabatan
: Santri
1. Sudah berapa lama tinggal di pondon pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : 1 (Satu) Tahun 2. Apakah yang menyebabkan anda menggunakan Narkoba terlarang? Jawab : Pergaulan dan Coba-coba 3. Sudah berapa lama anda menggunakan narkoba terlarang? Jawab : 3 (Tiga) Tahun 4. Apa yang anda harapkan dari menggunakan narkoba? Jawab : Enjoy aja 5. Apa yang anda rasakan setelah menggunakan narkoba? Jawab : Rasanya enak dan Ngeplay
6. Dari siapa anda mengenal atau memakai narkoba? Jawab : Dari teman Mahasiswa 7. Sejak kapan anda menggunakan narkoba? Jawaban : 1 (Satu) SMk 8. Apakah anda sering kambuh? Hal-hal apa saja yang anda lakukan ketika sedang kambuh? Jawab : Alhamdulillah Tidak 9. Perubahan apa yang terjadi sebelum dan sesudah kamu dibawa ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : Sebelum ke Pondok sering make, dan setelah masuk pondok Alhamdulillah sembuh 100% 10. Apakah didalam keluarga kamu mendapat perhatian? Seperti apa perhatiannya? Jawab : Ada, dinasehati agar tidak memakai lagi. 11. Apakah di dalam keluarga kamu bersikap akrab atau biasa saja dengan anggota keluarga yang lain? Jawab: Jauh 12. Apakah keluarga anda mengetahui jika anda memakai narkoba? Jawab : Tau 13. Harapan apa saja yang kamu inginkan apabila sembuh? Jawab : Mendekatkan diri kepada Allah, mencari duit dan nikah
14. Apa saja kesan kamu selama berada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien? Jawab : Hati menjadi tenang dan bias bewirausaha
Sawangan, Depok
Interviewer
Freido
Rahmat Hafizullah
Lampiran II
Gambar 07 wawancara dengan pembimmbing
Gambar 0.8 Wawancara dengan Pimpinan
Gambar 0.9 Wawancara dengan Santri
Gambar 0.10 Wawancara dengan Pimpinan
Lampiran I
Gambar 0.1 KH. Muhammad Djunaidi bersama Murobbi
Gambar 0.3 Pengajian Bulanan
Gambar 0.5 Pengajian Bulanan
Gambar 0.2 Pengajian Mingguan
Gambar 0.4 Pengajian Bulanan
Gambar 0.6 Pengajian Bulanan