IMPLEMENTASI UNSUR-UNSUR DAN FUNGSI MANAJEMEN PADA PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
Oleh: MUHAMMAD RIDWAN NIM : 105053001826
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
IMPLEMENTASI UNSUR-UNSUR DAN FUNGSI MANAJEMEN PADA PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
Oleh: Muhammad Ridwan NIM : 105053001826
Pembimbing
Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA. NIP :196107252000031001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PERSEMBAHAN
Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad Saw. yang ma´sum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Swt. yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tentram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar. Lalu kenapa aku harus cermas dan takut dalam menjalani hidup ini yang dituntut dengan kesabaran. Karna hidup adalah lautan perjuangan yang tidak sedikit keringat, air mata, dan kesulitan yang harus dihadapi. Ridho Allah Swt. dan semangat dukungan dari keluarga serta sahabat dekat adalah salah satu perisai yang dibutuhkan untuk menentramkan hati yang sedih dan gelisah dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tuaku tercinta yaitu, Ayahanda H. Abdullah, Ibunda Hj. Manih dan teruntuk Kakakku yang tiada henti memotivasiku dan Adikku yang selalu setia menemani. Ribuan terima kasih aku ucapkan dari lubuk hati yang paling dalam atas semua Doa’nya, cintanya, kasih sayangnya, perhatiannya, dan juga pengorbanannya. Yang slama ini kurasa dan ta’kan kulupakan. Takkan terbayarkan pengorbananmu walau kukumpulkan seluruh emas yang ada di dunia ini untuk mengganti setiap tetesan air mata yang membasahi pipimu disaat kau berdoa di dalam shalat dhuhamu Wahai Ibuku...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil´alamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Gusti Allah Swt. atas segala nikmat dan ridha-Nya yang tak terhitung dan kesempatan yang telah dilimpahkan, serta izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ MANAJEMEN PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK”. Skripsi yang disusun ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini tak lepas dari dukungan, bimbingan, dan bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis Bapak H. Abdullah M. dan Hj. Anih yang telah mengasuh dan membimbing penulis sejak kecil, berkat do´a, cinta kasih dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus tercinta Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi 4. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Study Rizal LK, M.Ag selaku Pembantu Dekan tiga sekaligus Dosen Pembimbing
Akademik
yang
telah
memberi
motivasi
untuk
menyelesaikan skripsi ini. 7. Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, MA., selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar, penuh semangat dan perhatiannya dalam memberikan pengarahan, bimbingan, serta saran kepada penulis sehingga skripsi ini selesai. 8. Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa. 9. Bapak M. Timmi Fauzan selaku Kepala Bagian Humas Yayasan Islam AlHamidiyah yang telah sabar memberi bimbingan dan masukan serta informasi kepada saya. 10. Bapak. KH. Zainuddin Ma’shum Ali sebagai Pimpinan/Pengasuh Pesantren dan seluruh bagian yang terlibat dalam manajemen kerja pada Pesantren Al-Hamidiyah Sawangan Depok. 11. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan
Fakultas
Dakwah
dan
Komunikasi,
serta
Perpustakaan Nasional Salemba Jakarta. 12. Tim penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi kepada penulis, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
13. kakakku tercinta asuroh Susanti, dan adikku tersayang Shofa Sholihin, dukungan dan kasih sayang kalian adalah semangat bagi penulis untuk maju menggapai kesuksesan. 14. My best Friends Nunu, Wawan, Gopur, Ogif, Oji, Dian, Oma, Elda, Armet, Maul, Nur, Lifah, Nada, Veri, Nono, pepenk. Dan semua tementemen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Angkatan ’05 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, 16 Juni 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………..…………………………………………… i KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii DAFTAR ISI…………………………………………………………….. v BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah…………………………………………..... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………….... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………...... 6 D. Metode Penelitian………………………………………………...... 7 E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 8 F. Sistematika Penulisan……………………………………………… 11 BAB II : LANDASAN TEORITIS A. Manajemen………………………………………………………….13 1. Pengertian Manajemen………………………………………….13 2. Unsur-unsur Manajemen……………………….……………….16 3. Fungsi-fungsi Manajemen……………………….…………….. 18 B. Pesantren…………………………………………………………….21 1.
Pengertian
Pondok
Pesantren………………………………….
21 2.
Fungsi dan Tujuan Pondok Pesantren…………………………. 24
3.
Manajemen
Pondok
Pesantren…………………………………
27
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Hamidiyah………..
29
B. Status Pesantren Al-Hamidiyah……………………………...
33
C. Visi dan Misi Tujuan Pondok Pesantren…………………….
34
D. Sarana dan Prasarana………………………………………..
35
BAB IV : ANALISIS PENERAPAN UNSUR-UNSUR DAN FUNGSI MANAJEMEN PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK A. Unsur-Unsur Manajemen pada Pondok Pesantren Al-Hamidiyah.... 39 1.
Man (Manusia)
2.
Money (Uang)
3.
Material (Bahan)
4.
Machines (Mesin)
5.
Methods (Metode)
6.
Market (Pasar)
B. Fungsi-fungsi Manajemen pada Pondok Pesantren Al- Hamidiyah.. .40 1. Perencanaan (Planning)……..…………………..……………. 39 2. Organisasi (Organizing)…………………………….………… 53
3. Penggerakkan (Actuating)………………………………….…. 64 4. Pengawasan (Controling)………….………………………….. 68 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………
79
B. Saran…………………………………………………………
80
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 82
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam adalah agama berdasarkan ilmu dan sesuai dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat dikatakan bahwa agama Islam adalah agama ilmiah. Cabang-cabang ilmu agama Islam seperti ilmu Aqidah, Akhlak, Munahaqah, Muamalah, Jinayah, dan lain sebagainya merupakan cabang ilmu yang sesuai dengan akal manusia dan sesuai dengan perkembangan akal pikiran. Ilmu keIslaman adalah ilmu yang rasional. Oleh karena itu, maka hidupnya ajaran Islam harus dipelihara melalui menghidupkan ilmu serta memeliharanya. Karena sendi keimanan dalam Islam adalah ilmu. Sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah SWT. :
َِ َِ"ِ !َ!َْ ُا ََِْ اُ َُْ وَإِذَا#َ$ْ ا%ِ! َأَ َ ا ِ َ ءَاَُا إِذَا َِ َُْ &ََ ُا َ$ِ' َُْ دَرَﺝَتٍ وَا-ِ.ِْ اُ ا ِ َ ءَاَُا ُِْ وَا ِ َ أُو&ُا ا/َ!ْ0َ ُوا1ُ2ُوا !َﻥ1ُ2اﻥ ُ0ِ4َ5 َُن-َ$ْ.َ& Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58:11)
Berdasarkan Ayat Qur’an diatas, maka menuntut ilmu dan mengajarkannya adalah kewajiban bagi umat islam. Dan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan adalah melalui lembaga pendidikan, diantaranya adalah Pondok Pesantren. Dahulu ketika penjajah Belanda masih mengontrol sistem pendidikan di Nusantara. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional. Oleh karenanya, eksistensi pesantren tidak dipandang sebagai lembaga pendidikan. Pesantren bahkan cenderung dianggap sebagai bentuk perlawanan tak hanya dalam arti kultural tetapi juga fisik. Persepsi masyarakat terhadap Pesantren ternyata mengalami perubahan
justru
setelah
Indonesia
memasuki
era
modernisasi.
Transformasi Pesantren memang telah terjadi tidak saja dalam hal sarana tetapi juga dalam system pendidikan. Dari sistem salafi ke sistem madrasi dan bahkan digabung pula dengan pengembangan keterampilan tangan. Kendatipun demikian, Pesantren ternyata masih melestarikan tradisi utamanya yaitu pembinaan moral. Pesantren juga sangat berperan aktif dalam pengembangan pendidikan yang erat hubungannya dengan pengembangan masyarakat sekitarnya dalam bidang sosial, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Karena untuk mengimbangi tantangan zaman yang kian berkembang pesat. Maka Pondok Pesantren sangat diperlukan keterampilan metodelogis manajemen agar semua
rencana yang dibuat dapat terlaksana sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga akan menghasilkan kemajuan Pondok Pesantren yang diharapkan. Mempertimbangkan proses perubahan yang terjadi di pesantren tampak hingga dewasa kini bahwa keberadaan Pesantren sebagai lembaga pendidikan, baik yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisionalnya maupun yang sudah mengalami perubahan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang dari waktu ke waktu
mengalami
perkembangan
dalam
hal
kuantitas
maupun
kualitasnya.1 Dalam zaman pembangunan ini, terlebih lagi menghadapi era globalisasi yang semakin deras bukan mustahil para kyai dapat memberikan andil yang berharga. Kekuatan pemimpinan kyai berpengaruh dalam mempercepat proses pembangunan terutama di pedesaan. Pesanpesan
Pemerintah
sebagai
perancang
pelaksana
dan
pengawas
pembangunan sering kali efektif dipahami rakyat (masyarakat) bila pesan itu dibantu oleh para kyai secara logis dapat dipastikan bahwa pesan-pesan pembangunan itu yang telah ditularkan kepada masyarakat lewat (terutama) para pemimpin Pesantren, secara efektif.2 Karenanya fungsifungsi manajemen sangat dibutuhkan oleh para kyai beserta para staf pengajar untuk pengembangan pendidikan.
1 Drs.H.M Sulton Masyud, Drs Moh. Khusnurdilo, M. Pd, Manajemen Pondok Pesantren, ( Jakarta: Diva Pustaka, 2005), hal. 8. 2 Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991) hal.195.
Keberhasilan sistem pendidikan dalam suatu pondok pesantren tidak terlepas dari manajemen yang dipergunakan. Sistem manajemen sangat berperan aktif dalam kemajuan atau keberhasilan perkembangan sebuah Pondok Pesantren, oleh karenanya fungsi-fungsi manajemen sangat dibutuhkan untuk terwujudnya Pondok Pesantren yang terkoordinir dan dalam pelaksanaanya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Melihat potensi peran Pesantren yang besar dalam pengembangan pendidikan masyarakat. Pondok Pesantren Al-Hamidiyah dalam hal ini, merupakan Lembaga Pondok Pesantren yang berusaha memaksimalkan peran dan fungsinya. Berbagai aktivitas yang diterapkan di Pondok Pesantren ini juga memiliki nilai yang lebih menonjol dibanding lembaga lainnya yang mampu menjadikan santrinya sebagai santri yang teladan dalam sistem pendidikan. Pesantren adalah salah satu model pendidikan yang sudah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan Pesantren merupakan cikal bakal dari sistem pendidikan Islam yang ada di tanah air ini. Keberhasilan Pesantren dalam melaksanakan tugas pendidikan tidak diragukan lagi. Telah banyak bukti nyata akan partisipasi Pesantren dalam memajukan bangsa. Dengan alumni Pesantren yang banyak tampil ditengah-tengah masyarakat sebagai pembawa obor dan penggerak laju pembangunan, masyarakat semakin yakin akan pentingnya kehadiran sebuah Pesantren.
Pesantren Al-Hamidiyah didirikan pada tanggal 17 Juli 1988 oleh K.H. Achmad Sjaichu. Untuk mewujudkan keinginannya yang besar dalam menangani pengembangan dan pelestarian kegiatan pendidikan dan dakwah. Menurutnya, para santri atau siswa perlu dipersiapkan sejak dini dengan seperangkat ilmu dan keterampilan yang cukup untuk menyertai perkembangan kehidupan modern yang kian kompleks. Pesantren Al-Hamidiyah tidak hanya membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan agama dan umum, tetapi juga mendidik mereka menjadi seorang muslim yang beriman, berakhlak karimah, berpola hidup sederhana, dan dibimbing untuk menempuh kehidupan secara mandiri dalam berbagai hal dengan mengedepankan semangat kebersamaan. Hingga saat ini Pesantren Al-Hamidiyah telah dikenal secara Nasional. Hal ini terbukti dari santri yang belajar tidak hanya berasal dari Jabodetabek, tetapi juga dari luar Jabodetabek. Seperti dari daerah Aceh, Padang, Palembang, Batam, Kepulauan Seribu, dan lainnya. Sebagai Pesantren yang sudah lama berdiri, Pesantren ini dalam perkembangannya selalu menciptakan generasi-generasi unggul dan berkualitas melalui penerapan manajemen pendidikan maupun dakwahnya. Dimana lembaga Pesantren ini dalam segala aktivitasnya mengajarkan dan mendidik para santrinya untuk bisa menjadi seorang mubaligh yang berkualitas dan siap menghadapi perkembangan zaman melalui bekal ilmu pengetahuan yang berbasis digital sehingga dalam menghadapi globalisasi yang semakin
modern ini, para santri telah meiliki bekal agama yang kuat serta ilmu pengetahuan teknologi. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis akan meneliti Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Sawangan Depok. Yang mana program manajemen Pondok Pesantren Al-Hamidiyah sudah dapat dikatakan berjalan sesuai dengan perkembangan di Negara Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, maka penulis memilih judul “PENERAPAM FUNGSIFUNGSI MANAJEMEN PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Agar Pembahasan dalam skripsi ini dapat terarah dan tidak meluas, untuk itu peneliti membatasi masalah pada Aplikasi dari Manajemen Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Sawangan Depok Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Penerapan fungsi-fungsi Manajemen Pondok Pesantren AlHamidiyah. 2. Apa saja yang faktor pendukung dan penghambat pada Pondok Pesantren Al-Hamidiyah.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen Pondok Pesantren AlHamidiyah diaplikasikan. 2. Untuk mendeskripsikan apa yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. Manfaat penelitian : 1. Dari segi akademis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah hazanah ilmu pengetahuan khususnya mahasiswa jurusan manajemen dakwah fakultas dakwah dan komunikasi. 2. Dari segi Praktisi : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada penulis tentang fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren dan dapat digunakan sebagai masukan bagi seluruh praktisi yang berkecimpung dalam Pondok Pesantren tersebut.
D. Metodologi Penelitian Metode yang akan digunakan penulis ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode deskriftif. Yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkansuatu keadaan sifat seperti apa adanya. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu dengan terjun langsung ke lapangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ialah : 1. Observasi Observasi merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian. Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematik
terhadap
fenomena-fenomena
yang
diselidiki.
Penulis
melakukan observasi langsung terhadap Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. Secara umum observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi akurat mengenai manajemen pondok pesantren Al-Hamidiyah 2. Wawancara (Interview) Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya (interviewer) atau pewawancara dengan penjawab (interviewee) atau responden.3 3. Dokumentasi Pengumpulan data dengan mengumpulkan data-data atau arsip, buku-buku, buku pedoman dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
E. Tinjauan Pustaka Pada kesempatan kali ini penulis mengambil judul “Manajemen Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Sawangan Depok”. Namun sebelum proses penulisan skripsi ini, penulis terilhami oleh beberapa skripsi dan buku-buku yang memang sama mengkaji masalah Pesantren. Akan tetapi membahasnya dalam ruang lingkup berbeda. Sepengetahuan penulis belum ada penelitian terhadap manajemen Al-Hamidiyah secara komprehensiff, namun ada penelitian lain tentang Pesantren Al-Hamidiyah.
3
Moch Nasir, Metodelogi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998), h. 234.
1. Skripsi dengan judul
“Manajemen Yayasan Pusaka Arafah dalam
Pembinaan Akhlak Yatim Piatu di wilayah Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur”. Dalam ruang lingkupnya menjelaskan penerapan fungsi manajemen
pada
yayasan
pusaka
arafah
pembinaan
akhlak,
pengorganisasian yang terdiri dari membagikan dan menggolongkan, kegiatan yang dilakukan guna mengembangkan yayasan tersebut.4 2. Skripsi dengan judul “Aplikasi Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren
Madinatunnajah
Ciputat”.
Adapun
ruang
lingkup
pembahasannya hanya mengkaji bagaimana Pesantren tersebut mengelola pendapatan dan pengeluaran keuangan yang digunakan untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran.5 4. Skrpsi dengan judul “Pondok Pesantren Sebagai Lembaga (studi kasus Pesantren Nurul Huda As Suriyah Depok)”. Dalam pembahasannya hanya menjelaskan kegiatan dakwah yang dilakukan pada Pesantren tersebut. Diantaranya dengan mengadakan kegiatan dakwah melalui majlis ta’lim dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.6 5. Skrpsi dengan judul “Manajemen Pondok Pesantren AT-Taibin Bogor dalam Membina Para Mantan Narapidana”. Pada pembahasannya mengkaji manajemen yang dilaksanakan di Pondok Pesantren tresebut
4
Hilaliyah, Menejemen Yayasan Pusaka Arafah dalam Pembinaan Akhlak Yatim Piatu di Kelurahan Duren Sawit Jakarta timur, (Jakarta : Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2007). 5 Muhibbah, Aplikasi Manajuemen Keuangan di Pondok Pesantren (studi Kasus Pesantren Madinatun Najah), (Jakarta : Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2008). 6 Zubaedah, Pondok Pesantren sebagai lembaga (Studi Kasus Pesantren Nurul Huda As-Suriyah S Sawangan Depok), (Jakarta : Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2008).
dalam metode pengembangan akhlak yang digunakan oleh pimpinan Pesantren terhadap mantan narapidana.7 Selain mengacu pada beberapa skripsi diatas. Penulis juga termotivasi oleh beberapa karangan buku yang juga mengangkat tema yang sama namun membahasnya dalam sudut yang berbeda, diantaranya adalah : Buku karangan Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M. Pd dan Drs. M. Khusnurdilo M. dengan judul “Manajemen Pondok Pesantren”. Dalam karyanya menjelaskan tentang fungsi Pondok Pesantren dan manajemen pengembangannya yang terdiri dari tujuan evaluasi pembelajaran, metode serta bentuk-bentuk pengembangan kurikulum Pesantren serta pengelolaan keuangan beserta prinsip-prinsipnya. Dalam buku ini memotivasi pimpinan pesantren untuk menggunakan manajemen yang tepat dalam pengembangan pesantren.8 Sedangkan dalam buku karangan K.H Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A, dengan judul “Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren”. Menjelaskan. pengertian Pesantren, visi dan misi pesantren gontor, serta manajemen pendidikan yang digunakan untuk pengembangan Pesantren tersebut. Pada karyanya penulis secara mendetail menjelaskan tujuan serta
7
Rudianto, Manajemen Pondok Pesantren At-Taibin Bogor dalam Membina para Mantan Narapidana, (Jakarta : Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2008). 8
Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M. Pd dan Drs. M. Khusnurdilo M. Pd, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka Jakarta, 2005).
manfaat pengembangan metode yang digunakan bagi pesantren.9 Setelah menganalisa beberapa skripsi dan buku tersebut, akhirnya penulis menemukan ruang kosong. Yaitu, bagaimana Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Sawangan Depok. F. Sistematika Penulisan Untuk
memberikan
gambaran
secara
sederhana
agar
mempermudah penulis melakukan penulisan skripsi, maka penulis membaginya kepada lima bab Yaitu : BAB I
: PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, pembatasan dam perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS Dalam
Hal ini akan dikemukakan tentang pengertian
manajemen,
unsur-unsur
manajemen,
fungsi-fungsi
manajemen, pengertian Pondok Pesantren, fungsi dan tujuan Pesantren, serta manajemen Pondok Pesantren. BAB III : GAMBARAN UMUN PONDOK PESANTREN ALHAMIDIYAH DEPOK. Memuat sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, visi, misi, dan tujuan, status Pesantren Al-Hamidiyah, sarana dan prasarana, serta struktur organisasi 9
K.H Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A, dengan judul Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005).
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PONDOK PESANTREN
AL-
HAMIDIYAH DEPOK. Memuat penerapan fungsi-fungsi manajemen pondok pesantren Al-Hamidiyah, yakni Perencanaan (Planning), Organisasi (Organizing),
Penggerakkan
(Actuating),
Pengawasan
(Controling). Dan faktor pendukung serta faktor penghambat pada Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir skripsi, yang berisikan kesimpulan, serta saran-saran yang sifatnya membangun bagi lembaga tersebut.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Kebutuhan manusia akan keteraturan dan ketertiban adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri. Untuk kepentingan itulah manusia banyak menciptakan peraturan dan ketentuan yang harus dipatuhi, mulai dari pengaturan, pengelolaan, dan manajemen. Karenanya dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan unsur yang sangat berpengaruh dan menunjang keberhasilan suatu Pondok Pesantren dalam kegiatan yang telah disepakati bersama. Pengertian manajemen dari kata bahasa inggris management dengan kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi. Dengan demikian manajer ialah orang yang memimpin atau pemimpin.1 Banyak
rumusan
yang
diberikan
oleh
para
ahli
dalam
mendefinisikan manajemen diantaranya : a. Dalam buku karangan George R. Terry dan Laslie W. Rue. Mendefinisikan manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja
1
Prof. Dr. A. M. Kadarman, SJ dan Drs. Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : Prenhallindo, 2001), hal. 6.
yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. .2 b. M. Manulang mendefinisikan manajemen pada 3 arti, yaitu : Pertama, manajemen sebagai proses. Kedua, manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga, manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu pengetahuan.3 c. Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk melalui kegiatan-kegiatan orang lain.4 d. J. Panglaykin dan Tanzil dalam karyanya Manajemen suatu Pengantar mengatakan bahwa manajemen adalah seni kemahiran untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh kemakmuran dan kebahagian yang setinggi-tingginya serta memberi serius pelayanan yang baik kepada khalayak ramai.5 e. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
2 George R. Terry dan Laslie W. Rue., Dasar-dasar manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. ke-9, hal. 1. 3 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), hal. 2. 4 Prof. DR. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi edisi Revisi (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-3. hal. 5. 5 Panglaykin dan Tanzil, Manajemen suatu Pengantar, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999), cet. ke-15, hal. 27.
tertentu.6 Sedangkan pengertian manajemen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.7 f. Menurut Josep L. Massie dalam arti umum, perkataan “manajemen” diartikan sebagai kelompok khusus orang-orang yang tugasnya mengarahkan daya-upaya dan aktivitas orang lain pada sasaran yang sama. Sedangkan pengertian manajemen adalah sebagai proses yang mengarahkan langkah-langkah kelompok manunggal menuju tujuan yang sama. Proses ini melibatkan teknik yang digunakan oleh sekelompok
orang-orang
terkemuka
untuk
mengkoordinasikan
aktivitas orang lain.8 g. Di dalam buku karangan Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen. George R. Terry (1977) menyatakan, manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.9 h. Menurut Ahmad Fadli Hs dalam bukunya oranisasi dan administrasi. Definisi manajemen dapat diartikan sebagai berikut :
6
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan., Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, (Jakarta : bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-10. hal. 1. 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1988), Cet. Ke-1. hal. 695. 8 Josep L. Massie, Dasar-Dasar manajemen edisi Ketiga, (Jakarta : Erlangga, 1985), hal. 5. 9 Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar manajemen, (Jakarta : PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2. hal. 3.
1. Keterlaksanaan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran tertentu. 2. Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. 3. Segenap
perbuatan
menggerakkan
sekelompok
orang
dan
menggerakkan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.10 Setelah meninjau beberapa pengertian arti dari berbagai para ahli dalam karya-karyanya, jelas sekali terdapat banyak definisi-definisi tentang manajemen. Menurut penulis kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai definisi-defini tersebut. Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang didalamnya terdapat suatu proses berbeda yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling sehingga bisa memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisiens.
2. Unsur-Unsur Manajemen Agar manajemen dapat berjalan dengan proses yang baik dan benar serta mencapai tujuan yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya unsur-unsur manajemen. Karenanya untuk mencapai tujuan para
10
Ahmad Fadli Hs, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi, (Jakarta : Man Halun Nasyi-in Press, 2002), Cet. Ke-3. hal.26.
manajer/pimpinan biasanya menggunakan dengan istilah 6 M yang terdiri dari unsur-unsur manajemen diantaranya adalah :11 a. Man (Manusia) Manusia memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan bebrapa aktifitas, karena manusialah yang menjalankan semua program yang direncanakan. Oleh karena itu tanpa adanya manusia, manajer tidak akan mungkin bisa mencapai tujuan yang di inginkan. Sedangkan manajer/pimpinan itu sendiri orang yang mencapai hasil atau tujuan melalui orang lain. b. Money (Uang) Uang digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai dengan baik dan tidak memerlukan uang yang begitu besar. Apabila dinilai dengan uang lebih besar yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. c. Material (Bahan) Material dalam manajemen dapat diartikan sebagai bahan atau data dan informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan digunakan sebagai pelaksana fungsi-fungsi dari manajemen serta dalam mengambil keputusan oleh pimpinan.
11
15. hal. 6.
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-
d. Machines (Mesin) Mesin adalah suatu jenis alat yang digunakan sebagai proses pelaksana kegiatan manajemen dengan menggunakan teknologi atau alat bantu berupa mesin. e. Methods (Metode) Metode atau cara bisa diartikan pula sebagai sarana atau alat manajemen, karena untuk mencapai tujuan harus menggunakan metode atau cara yang efektif dan efisien. Namun, metode-metode yang ada harus disesuaikan dengan perencanaan yang sudah dibuat, agar metode itu tepat sasaran. f. Market (Pasar) Pasar merupakan salah satu sarana manajemen penting lainnya, khusus bagi perusahaan-perusahaan atau badan yang bertujuan untuk mencari laba atau keuntungan. Karena pasar dipergunakan sebagai tempat pendistribusian barang-barang yang sudah dihasilkan.
3. Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Prof. Dr. Sondang. P. Siagian, M. P. A. Fungsi-fungsi manajemen mencakup : 1. Planning (Perencanaan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang
akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Organizing
(Pengorganisasian)
adalah
keseluruhan
proses
pengelompokan orang-orang, alat,-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta sutau organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. 3. Motivating (Penggerakkan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. 4. Controlling (Pengawasan) adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 5. Evaluation (Penilaian) adalah fungsi organik administrasi dan manajemen yang terakhir. Definisinya ialah proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.12 Adapun yang dimaksud dengan fungsi-fungsi manajemen menurut George R Terry dan Leslie W. Rue ada lima yaitu : 1. Planning menentukan tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. 12
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, (Jakarta : bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-10. hal. 3.
2. Organizing mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatankegiatan itu. 3. Staffing menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan, dan pengembangan tenaga kerja 4. Motivating mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia
kearah
tujuan-tujuan. 5. Controlling mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.13 Sedangkan menurut Joseph L. Massie. Ada 7 fungsi-fungsi manajemen diantaranya adalah : 1. Pengambilan keputusan (Decision Making) ialah proses pemilihan arah langkah yang harus diambil dan alternatif-alternatif yang ada untuk mencapai hasil yang diingkan. 2. Pengorganisasian (Organizing) proses penentuan struktur dan alokasi kerja. 3. Pengisian staf (staffing) proses yang dilakukan para manajer untuk menseleksi, melatih, mempromosikan, dan membebas tugaskan bawahan.
13
George R. Terry dan Laslie W. Rue. Dasar-dasar manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. ke-9, hal. 9.
4. Perencanaan (Planning) Proses antisipasi seorang manajer akan masa depan dan menemukan alternatif-alternatif arah langkah yang terbuka untuknya. 5. Pengawasan (Controlling) proses mengukur pelaksanaan yang berlaku sekarang dan memberikan panduan
kearah sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. 6. Komunikasi (Comunicating) ialah proses pengalihan ide-ide kepada orang
lain untuk keperluan mencapai hasil yang diinginkan.
7. Pengarahan (Directing) proses bimbingan pelaksanaan actual para bawahan menuju kesasaran bersama. Pengawasan (Supervising) merupakan satu aspek fungsi ini pada tingkat bawah yang memungkinkan pengawasan pekerjaan fisiknya.14 Dari berbagai penjelasan para
ahli
tentang
fungsi-fungsi
manajemen, penulis mengambil fungsi-fungsi manajemen yang lebih pokok/umum dikalangan masyarakat. Sehingga penulis lebih condong pada pandangan George R. Terry seorang ahli manajemen.
B. Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata Pondok dapat diartikan sebagai “tempat belajar agama Islam”. 6 Sedangkan kata Pesantren dapat
14
Josep L. Massie, Dasar-Dasar manajemen edisi Ketiga, (Jakarta : Erlangga, 1985), hal.
7. 6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 695.
didefinisikan sebagai “Asrama” tempat suci atau tempat murid-murid belajar mengaji.7 Keberadaan Pondok dalam sebuah Pesantren juga sangat besar manfaatnya. Dengan sistem Pondok santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan dengan model Pondok atau asrama juga sangat mendukung bagi pembentukkan kepribadian santri baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama santri lainnya.8 Ada yang khas dari ciri Pondok, yaitu adanya pemisahan antara tempat tinggal santri laki-laki dengan perempuan, sekat pemisah itu biasanya berupa rumah Kyai dan keluarga, masjid maupun ruang kelas madrasah. Di sinilah letak pentingnya Pondok, elemen penting yang turut menopang keberlangsungan tradisi Pesantren di Indonesia. Istilah Pesantren berasal dari bahasa sanskerta yang kemudian memiliki arti tersendiri dalam bahasa Indonesia. Pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan arti tempat, jadi berarti tempat santri. Kata Pesantren itu sendiri merupakan gabungan dua suku kata yaitu sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata Pesantren dapat berarti tempat pendidikan untuk membina manusia menjadi orang baik.9 Sementara itu, A.H. Jhons, sebagaimana dikutip oleh Zamakhsyari, berpendapat bahwa Pesantren memiliki kata dasar santri. Kata santri itu 7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ibid, h. 677. H. M. Amin Haedani, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta : IRD Press 2004), cet.1. h. 32. 9 Manfred Ziemek, Pesantren dalam perubahan sosial, (Jakarta : P3M, 1986), cet. ke-I, h. 99. 8
sendiri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan Berg, mengatakan bahwa kata santri berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku agama suci hindu, atau seorang sarjana yang ahli kitab suci agama hindu, kata shastri ini berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama tentang ilmu pengetahuan.10 Dari segi terminologi, Pesantren diberi pengertian oleh mastuhu adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pengertian ini dapat dikatakan lengkap apabila didalam Pesantren itu terdapat elemen-elemen seperti Pondok, Masjid, Kyai, dan pengajaran Kitab-kitab klasik. Dengan demikian, Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam sebagaimana dalam definisi mastuhu bila ia memiliki elemen-elemen tersebut.11 Adapun yang mengatakan bahwasanya pesantren dari India adalah Soegarda Poerbakawatja yang menjelaskan bahwa adanya persamaan dalam penyerahan tanah oleh negara bagi kepentingan agama yang terdapat pada tradisi Hindu. Adanya persamaan ditemukan sistem pendidikan Hindu dengan Pesantren, yaitu guru tidak mendapat gaji, letak Pesantren diluar kota dan seluruh pendidikan bersifat agama.12
10
Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 1982), h. 18. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS, 1994), h. 55. 12 Karel. A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta : LP3ES, 1986), cet. ke-1, 11
h. 21.
Setelah memaparkan berbagai pengertian tentang Pondok dan Pesantren, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa Pesantren pada umumnya disebut dengan pendidikan Islam tradisional dimana seluruh santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang Kyai. Asrama/Pondok para santri tersebut berada di lingkungan komplek Pesantren yang terdiri dari rumah kyai, masjid, ruang mengaji, belajar, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa Pesantren adalah lembaga dakwah, dilihat dari segi kegiatannya yang mengarah kepada peningkatan kualitas ibadah, amal, serta membina akhlakul karimah.
2. Fungsi dan Tujuan Pondok Pesantren a. Fungsi Pondok Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang mengandung kekuatan terhadap dampak modernisasi, sebagaimana telah diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi kolonisme walaupun dengan cara Uzlah atau menutup diri.23 Menurut Azyumardi Azra adanya tiga fungsi pesantren, yaitu : Transmisi dan Transfer Ilmuilmu Islam, Pemeliharaan tradisi Islam, dan Reproduksi Ulama.24
23
M. Dawan Raharjo, Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif pesantren dalam Pergulatan Dunia Pesantren, (Jakarta : P3M, 1985), h. Vii 24 Sulthon Masyud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2003), cet. ke-1, h. 90
Dalam Perjalanannya hingga sekarang, sebagai lembaga sosial, Pesantren telah menyelanggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum maupun sekolah agama (madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi). Disamping itu, Pesantren juga menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madrasah diniyah yang mengajarkan bidang-bidang ilmu agama saja. Pesantren juga telah mengembangkan fungsinya sebagai lembaga solidaritasnya sosial dengan menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim dan memberi pelayanan yang sama kepada mereka, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Oleh karena itu, antara fungsi Pondok Pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya tidak bisa dipisahkan yakni untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena pendidikan di Negara kita diarahkan agar terciptanya manusia yang bertakwa, mental membangun dan memiliki keterampilan dan berilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan berbagai peran yang potensial diperankan oleh Pondok Pesantren, maka Pesantren memilki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat umum. b. Tujuan Tujuan institusional Pondok Pesantren menurut Direktorat Jendral
bimbingan masyarakat Islam Departemen Agama pada tahun
1978 adalah sebagai berikut :25
25
Musthofa Syarif, Administrasi Pesantren, (Jakarta :Paiyu Berkah, 1979), cet. ke-1.
1) Tujuan Umum. Membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran Islam, dengan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikan orang yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan Negara. 2) Tujuan Khusus a) Mendidik santri sebagai anggota masyarakat, untuk menjadikan muslim yang bertakwa kepada Allah, berahlaq mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan serta sehat lahir dan batin sebagai Warga Negara. b) Mendidik santri untuk menjadi manusia muslim serta kader kader Ulama dan Mubalig yang berjiwa ikhlas, tabah dan teguh dalam menjalankan syariat Islam secara utuh dan dinamis. c) Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusiamanusia yang dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan Bangsa dan Negara. d) Mendidik santri agar menjadi warga negara yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan. Khususnya pembangunan mental dan spriritual. e) Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka pembangunan masyarakat.
3. Manajemen Pondok Pesantren Pengertian manajemen dari kata bahasa inggris management dengan kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola.26 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata Pondok dapat diartikan sebagai “tempat belajar agama Islam”.27 Adapun Menurut Manfred Ziemek Pesantren merupakan gabungan dua suku kata yaitu sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata Pesantren dapat berarti tempat pendidikan untuk membina manusia menjadi orang baik.28 Melihat definisi manajemen dan pengertian Pondok Pesantren, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan penulis bahwa manajemen pondok pesantren adalah : a. Proses mencapai tujuan Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang diselenggarakan sesuai visi dan misi serta diawasi secara sistematik. b. Sekumpulan
orang
yang
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
Pesantren, yaitu pengasuh (Kyai), santri, pengelola (guru dan karyawan) untuk mencapai tujuan-tujuan pesantren yang ditentukan bersama. c. Seni atau Ilmu tentang pengaturan sumber daya Pesantren untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. 26 Prof. Dr. A. M. Kadarman, SJ dan Drs. Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : Prenhallindo, 2001), hal. 6 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 695 28 Manfred Ziemek, Pesantren dalam perubahan sosial, (Jakarta : P3M, 1986), cet. ke-I, h. 99
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PONDOK PESANTREN ALHAMIDIYAH SAWANGAN DEPOK
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Pesantren Al-Hamidiyah merupakan salah satu wujud dari harapan dan keinginan yang sudah lama dicita-citakan oleh KH. Achmad Sjaichu (Almarhum). Pesantren Al-Hamidiyah didirikan pada tanggal 17 Juli 1988 untuk mewujudkan keinginan yang besar dalam menangani pengembangan dan pelestarian kegiatan pendidikan dan dakwah.13 KH. Achmad Sjaichu mengharapkan dunia pesantren bisa menjadi penutup bagi perjalanan panjang kehidupannya, setelah ditinggalkan selama hampir 40 tahun terhitung sejak ia meninggalkan pesantren Al-Hidayah, Lasem. Dalam kurun waktu selama 40 tahun (1950-1980) KH Achmad Sjaichu terjun dalam dunia politik dan bergiat dalam Jam’iyah Nahdatul Ulama. Dalam bidang tersebut, KH Achmad Sjaichu berhasil membukukan berbagai prestasi. Di bidang politik, KH Achmad Sjaichu mencapai karir yang cukup terhormat, yaitu dengan menjadi ketua DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong), yang kini berubah menjadi DPR RI. Dengan basis keilmuan Pesantren yang diperkaya dengan berbagai pengalaman dan peristiwa yang menyertai perkembangan kehidupannya itulah, KH Achmad Sjaichu menemukan kembali dunia Pesantren yang pernah ditinggalkannya dalam konsep dan kesadaran yang lebih maju. Melalui
13
M. Timmi Fauzan, Kabag Humas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2009
Pesantren, KH Achmad Sjaichu ingin mengkader da’i dan ulama yang berwawasan luas dan memiliki kedalaman ilmu. Kesadaran baru itu muncul dari hasil pemahaman menyeluruh tentang makna kehadiran para juru dakwah dan ulama ditengah-tengah masyarakat yang bergerak maju dan cepat. KH Achmad Sjaichu merasakan keprihatinan yang mendalam atas kenyataan makin langkanya ulama dan juru dakwah, baik dari segi kuantitas karena banyaknya ulama yang wafat, maupun segi kualitas karena sistem pendidikan dan pengajaran dalam lembaga Pesantren yang masih harus lebih disempurnakan lagi. Menurutnya, para juru dakwah dan ulama perlu dipersiapkan sejak dini dengan seperangkat ilmu dan keterampilan yang cukup untuk menyertai perkembangan kehidupan modern yang kian kompleks. Namun KH Achmad Sjaichu tidak tenggelam dan hanyut dalam keprihatinan semata-mata. Ia optimis dapat mewujudkan keinginannya mendirikan pesantren sebagai jawaban atas keprihatinan dan kekhawatiran tersebut. Sebab Nasyrul Ilmi (pengembangan ilmu pengetahuan) bukan semata-mata menjadi keinginan manusia, tetapi juga mendapat jaminan dari Allah SWT. Motivasi yang besar untuk mendirikan sekaligus menjadi pengasuh Pesantren juga mendapat dorongan dari istrinya (almarhumah) Ny. Hj. Solchah Sjaichu. Sebelum wafatnya tanggal 24 Maret 1986, Ny. Hj. Solchah terus mendorong agar rencana mendirikan Pesantren itu segera diwujudkan. Atas dasar itu, bulatlah tekad untuk mendirikan Pesantren. Kebetulan pada
saat yang sama, ada sebidang tanah di daerah Depok di jual dengan harga relatif murah. Tanah yang berlokasi di daerah Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat itu, akhirnya dibeli pada tahun 1980. Di atas tanah inilah, pesantren yang menjadi idamannya dan idaman istrinya, didirikan. Karena beberapa kesibukan dan persiapan yang belum cukup, pembangunan pesantren itu tertunda. Baru pada tahun 1987, dengan disaksikan para ulama dan tokoh masyarakat, Menteri Agama H. Munawir Sjadzali meletakan batu pertama, mengawali pembangunan pesantren. Oleh KH Achmad Sjaichu pesantren itu diberi nama Al-Hamidiyah, dinisbatkan dengan nama ayahandanya,
H.
Abdul Hamid.
Pesantren
Al-Hamidiyah
kemudian
dimasukan dalam daftar unit kerja di lingkungan Yayasan Islam AlHamidiyah. Secara fisik, bangunan pesantren Al-Hamidiyah dirancang dan ditangani langsung pengawasannya oleh Ir. H. Mochamad Sutjahjo Sjaichu, putra ketiga KH Achmad Sjaichu. Bersamaan dengan itu dilakukan pula perencanaan berbagai program pendidikan di bawah koordinasi (Almarhum) DR. H. Fahmi D. Saifuddin, MPH, wakil ketua Yayasan Islam Al-Hamidiyah pada saat itu, yang juga menantu KH Achmad Sjaichu. Sementara pembangunan fisik berjalan, persiapan pembukaan Pesantren juga dilakukan. Rapat-rapat Yayasan kemudian menghasilkan keputusan perlunya segera dibentuk suatu badan pengelola. Maka dicarilah tenaga-tenaga yang siap untuk menjalankannya. Seperangkat kepengurusan
dipersiapkan, dan tepat tanggal 17 Juli 1988, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah dibuka. Pada saat itu, Pesantren menerima murid pertama 150 siswa untuk Madrasah Aliyah, dan 120 untuk Madrasah Tsanawiyah. Dari jumlah tersebut, 75 santri putra dan 40 santri putri bermukim di asrama, sedang lainnya pulang pergi. Menteri Agama RI H. Munawir Sadzali kembali menjadi saksi bagi pembukaan kegiatan perdana Pesantren Al-Hamidiyah. Dalam pidato sambutan peresmian pembukaan pesantren, menteri antara lain menyatakan rasa syukur dan penghargaan yang tinggi atas dibangunnya pesantren AlHamidiyah depok oleh KH Achmad Sjaichu. Pendirian Pondok Pesantren sejalan dengan usaha Menteri Agama yang saat itu mengadakan proyek percontohan pendidikan madrasah dengan materi pendidikan terdiri dari 70% substansi agama dan 25% substansi umum yang disebut MAPK (Madrasah Aliyah Program Khusus). Pada acara peresmian yang dihadiri Alim Ulama, Pemerintah, dan tokoh masyarakat itu, Menteri Agama lebih jauh menyatakan, program yang menekankan pengajaran bidang studi agama adalah jawaban atas kelangkaan Ulama yang sedang dirasaksn umat Islam dewasa ini, khususnya di Indonesia. Dan membangun Pondok Pesantren bukan sekedar membangun bangunan fisik belaka. Tapi lebih dari itu, adalah membangun manusia, mempersiapkan Ulama yang mampu menjawab tantangan zaman.14
14
Administrator Al-Hamidiyah, Sekilas Berdirinya Pesantren Al-Hamidiyah, Artikel diakses tanggal 20 April 2009 dari Website : www.al-hamidiyah.com
B. Status Pesantren Al-Hamidiyah Berdasarkan Akta Ikrar Wakaf No. K-26/BA.03.2/121/IV/1993, No.K26/BA.03.2/122/IV/1993,
No.
K.26/BA.03.2/119/IV/1993,
No.
K-
26/BA.03.2/118/IV/1993, dan No. K-26/BA.03.2/120/IV/1993, yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Kecamatan Pancoran Mas, Kotatif Depok, asset dan seluruh sarana serta fasilitas Pesantren Al-Hamidiyah sejak tahun 1993 telah berstatus wakaf. Dengan status wakaf, dan peruntukkan yang telah ditatapkan oleh pewakaf, segala hak dan pengelolaan atas Pesantren AlHamidiyah telah menjadi tanggung jawab pihak yang menerima wakaf. Pewakaf (wakif, orang yang mewakafkan) pesantren Al-Hamidiyah adalah AlMarhum
KH.
Achmad
Sjaichu,
yang
telah
merintis
berdiri
dan
berkembangnya pesantren tersebut. KH. Achmad Sjaichu mewakafkan pesantren Al-Hamidiyah kepada Yayasan Islam Al-Hamidiyah untuk tujuan Nasyrul Ilmi (pengembangan ilmu) dan pembinaan umat. Dengan demikian, yang bertanggung jawab atas kelangsungan dan pengembangan pesantren demi terwujudnya cita-cita almarhum adalah Yayasan Islam Al-Hamidiyah sebagai Syartul Wakif (syarat yang ditetapkan wakif, yakni Yayasan Islam Al-Hamidiyah sebagai Nazhir, penanggung jawab), dalam hal ini manajemen pesantren Al-Hamidiyah.15
15
hal. 11.
Pesantren Al_Hamidiyah 20 Tahun, (Jakarta : Yayasan Islam Al-Hamidiyah, 2008),
C. Visi, Misi, dan Tujuan Visi : "Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang unggul dalam ilmu pengetahuan agama dan luas dalam ilmu pengetahuan umum sehingga menghasilkan kader muslim yang intelektual, cerdas, terampil, percaya diri, berkepribadian
kuat,
mampu
mengembangkan
diri
dan
mampu
mengembangkan umat manusia seutuhnya serta bertanggungjawab terhadap masyarakat. Misi : 1.
Menyiapkan kader-kader muslim yang menguasai ilmu pengetahuan agama Islam dan ilmu pengetahuan umum yang luas dan mendalam serta memiliki pribadi muslim yang berakhlak mulia.
2.
Menyiapkan kader muslim yang memiliki sifat istiqomah terhadap ajaran yang diyakini dan mampu mengamalkan kepada masyarakat.
3.
Menyiapkan kader muslim yang luas wawasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan dilandasi nilai-nilai ajaran Islam yang kuat dan mampu menerapkan dalam kehidupan masyarakat.
4.
Mewujudkan Pesantren Al-Hamidiyah Depok menjadi Pesantren yang unggul dan berkualitas yang menjadi rujukan Pesantren lainnya.
5.
Meningkatkan Pengetahuan dan kemampuan profesional tenaga pendidik sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
Tujuan : 1. Mendidik santri yang memiliki iman yang kuat dan kepercayaan yang mantap terhadap kebenaran seluruh ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT., kepada nabi Muhammad SAW. 2. Beriman, berakhlak mulia, beramal shaleh, cakap, serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab atas kesejahteraan umat manusia dan masa depan negara Republik Indonesia. 3. Mendidik santri agar mampu berpikir rasional dilandasi dengan dasardasar ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan mampu menjabarkan pada agama Islam sehingga dapat mengembangkan prikehidupan masyarakat. 4. Mendidik santri agar memiliki kemampuan menuangkan buah pikirannya yang rasional, metodologi yang tepat dan mampu menuliskan sebagai karya tulis, laporan penelitian atau kajian telaah yang berguna bagi upaya peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu dakwahnya. 5. Tercapainya kehidupan baik di dalam maupun di luar Pesantren berciri khas Islam dan nilai-nilai kepesantrenan. 16
D. Sarana dan Prasarana Pesantren Al-Hamidiyah dibangun di atas tanah seluas + 15.000 m2 dengan total luas bangunan + 10.000 m2. Perlengkapan sarana dan fasilitas
16
hal. 13-14.
20 Tahun Pesantren Al_Hamidiyah, (Jakarta : Yayasan Islam Al-Hamidiyah, 2008),
yang dimiliki pesantren Al-Hamidiyah untuk menunjang pelaksanaan program-program kegiatan meliputi :17 1. Asrama Santri Putra 2. Asrama Santri Putri 3. Ruang Praktikum MIP 4. Lab. Komputer 5. Lab. Bahasa 6. Masjid 7 . Musholla 8. Perpustakaan 9. Lapangan Olahraga 10. Poliklinik 11. Wartel 12. Ruang Makan putra 13. Ruang Makan Putri 14. Lapangan Upacara 15. Koperasi (putra dan putri) 16. Lokal Kegiatan Belajar Mengajar 17. Jaringan Internet dan Hotspot
17
Administrator Al-Hamidiyah, Sekilas Berdirinya Pesantren Al-Hamidiyah, Artikel diakses tanggal 20 April 2009 dari Website : www.al-hamidiyah.com.
BAB IV ANALISIS PENERAPAN UNSUR-UNSUR DAN FUNGSI MANAJEMEN PADA PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH
A. Unsur-Unsur Manajemen Pondok Pesantren Al-Hamidiyah 1. Man (Manusia) Para pengelola atau Kepala Pengasuh Pesantren merupakan sarana penting atau sarana utama untuk mencapai tujuan yang telah di rencanakan. Tanpa adanya Pengelola atau Kepala Pengasuh Pesantren tidak akan mungkin tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai, karena para Pengelola dan Kepala Pengasuh Pesantren merupaka unsur dari manajemen Pesantren yang akan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam operasional Pesantren Al-Hamidiyah. 2. Money (Uang) Uang merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan segala kegiatan di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan dengan sebaik dan sehemat mungkin didalam pengelolaannya. Pondok Pesantren Al-Hamidiyah menggunakan atau mengelola keuangan dengan secermat mungkin demi tercapainya tujuan dengan efektif dan efisien. 3. Material (Bahan) Pondok Pesantren Al-Hamidiyah mempersiapkan perlengkapan apa-apa yang dibutuhkan baik merupakan kelengkapan alat dalam pendukung
pelaksanaan
manajemen
maupun
bahan-bahan
ajaran
pendidikan bagi santri demi terciptanya pelaksanaan atau pendidikan yang sesuai dengan apa yang diharapkan. 4. Machines (Mesin) Sebagai Pesantren yang tidak hanya mendidik santrinya dengan Ilmu agama tetapi juga dengan Ilmu teknolgi dan sains. Maka peran mesin dalam segala kegiatan pendidikan di Pesantren ini sangatlah penting. Mesin juga dapat membantu para Pengelola Pesantren dalam pekerjaan untuk mengefisienkan waktu bekerja sehingga dapat lebih cepat mencapai suesuatu yang diharapkan. 5. Methods (Metode) Cara Pengelolaan Pondok Pesantren atau metode yang tepat sangat menentukan
kelancaran manajemen pada
Pondok Pesantren
Al-
Hamidiyah. Cepat tanggap dalam penyelesaian masalah sekaligus penataan yang baik dalam lingkungan kerja serta pemberian kurikulum yang unggul dengan metode pengajaran yang aktif baik, maka akan menghasilkan siswa/santri yang berprestasi. 6. Market (Pasar) Pondok Pesantren Al-Hamidiyah merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam yang unggul dalam teknologi dan sains. Letak Pesantren ini sangat strategis tepat dipinggir jalan menuju Kota Depok. Untuk itu Pondok Pesantren Al-Hamidiyah memanfaatkan peluang ini dengan memasarkan untuk penerimaan murid/santri baru melalui website : www.al-hamidiyah.com, kalender yang diberikan hamper setiap masjid
yang ada di jabodetabek dengan terkoornidir, menyebarkan brosur setiap selesai shalat jum’at di masjid sekitar pada setiap bulan penerimaan murid/santri baru, dan kegiatan pengabdian masyarakat yang mana santri yang berkompetensi diterjunkan langsung ke masyarakat untuk berdakwah dan bersosialisasi agar masyarakat dapat menilai output (hasil) dari Pendidikan Pesantren Al-Hamidiyah.
B. Fungsi-Fungsi Manajemen Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Proses pelaksanaan manajemen di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Sawangan Depok adalah melakukan serangkaian kegiatan yang terbagi dalam empat fungsi, sesuai dengan pandangan George R. Terry tentang fungsi-fungsi manajemen
yang
pokok/umum
yang
banyak
digunakan
kalangan
masyarakat.18 1. Perencanaan (Planning). Setiap kegiatan apapun tujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula usaha dakwah Islam dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Al-Hamidiyah yang mencakup segi-segi yang sangat luas. Kegiatan akan berlangsung dengan efektif dan efisien bilamana sebelumnya sudah dilakukan tindakan dan persiapan serta perencanaan yang matang.
18
hal. 27.
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar manajemen (Jakarta : PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2.
Setiap organisasi non-profit adalah wadah yang menghimpun sejumlah manusia (dua orang atau lebih) karena memilki kepentingan yang sama dalam memenuhi kebutuhan sebagai manusia. Kepentingan yang sama itu dikristalisasikan menjadi tujuan bersama sebagai salah satu unsur organisasi, yang harus dicapai melalui kerjasama yang efektif dan efisien sebagai dinamika organisasi. Untuk mewujudkan kerjasama seperti itu, dalam mengimplementasikan kegiatan manajemen di lingkuangan Pesantren Al-Hamidiyah diawali dengan membuat perencanaan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan Tujuan Suatu organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas, dengan adanya tujuan dapat mengetahui apakah berhasil dalam pelaksanaan. Pondok Pesantren Al-hamidiyah tentunya mempunyai tujuan dan arah yang jelas. Yakni, untuk mengembangkan dan melestarikan kegiatan dakwah dengan mempersiapkan para santri/siswa dengan seperangkat ilmu dan keterampilan yang cukup untuk menyertai perkembangan kehidupan modern yang kian kompleks. b. Perkiraan dan Perhitungan Pondok
Pesantren
Al-Hamidiyah
dalam
melakukan
perencanaan langkah yang dilakukan diantaranya perkiraan-perkiraan dan perhitungan dengan target keberhasilan yang akan diraih. Pada lima tahun mendatang, keberhasilan yang diharapkan bagi :
1) Murid/Santri a) TK Memiliki kematangan emosi, sosial dan motorik serta memiliki kemampuan dasar berhitung dan membaca, sehingga siap untuk masuk SD. b) SD Memiliki kemampuan baca, tulis, hitung, sains dan penguasaan agama Islam sehingga lulus ujian 100% , serta dapat diterima di SMP yang ternama. c) Madrasah Tsanawiyah Memiliki kemampuan akademis dan pengetahuan agama, sehingga
lulus ujian 100%, diterima di adrasah Aliyah Al-
Hamidiyah atau
SMA/MA yang ternama.
d) Madrasah Aliyah Lulus 100% dan minimal 80 – 90% diterima di Perguruan Tinggi Negeri serta memilki perilaku islami di masyarakat, mampu menjadi da’i. 2) Lembaga Pendidikan Menjadikan pusat keunggulan (centre of excellence) dan menjadi kiblat bagi madrasah di lingkungan Depok, Bogor dan Jawa Barat. 3) Yayasan
Amanah yang diberikan Al-Maghfurlah K.H. Achmad Sjaichu untuk menjaga,
melestarikan
dan
mengembangkan
Pesantren
Al-
Hamidiyah, Insya Allah dapat terwujud. 4) Masyarakat Masyarakat ummat Islam bangga memiliki lembaga pendidikan AlHamidiyah yang dapat dipergunakan sebagai kiblat pendidikan Islam. 5) Pemerintah Pengakuan atas partisipasi masyarakat dalam upaya mengangkat martabat pesantren di masyarakat.19 c. Kebijakan Kebijakan dapat diartikan sebagai sarana pedoman yang dibuat oleh suatu lembaga/pimpinan untuk melakukan kegiatan berulangberulang dan setiap pengambilan keputusan.. Pesantren Al-Hamidiyah sebagai lembaga pendidikan tentu mempunyai kebijakan dalam membina dan mendidik santri yaitu :20 1) ketersediaan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional dan bertaqwa 2) selalu menjaga dan meningkatkan keteladanan dan kekeluargaan di semua unit
19
Pesantren Al_Hamidiyah 20 Tahun, (Jakarta : Yayasan Islam Al-Hamidiyah, 2008),
hal. 46-54 20
KH. Zainuddin Ma’shum Ali, Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 Mei 2009
3) memberdayakan santri melalui program dan kegiatan Ikatan Santri Al-Hamidiyah (Ispah) 4) semua santri wajib tinggal di asrama dan wajib mentaati tata tertib, serta wajib menjalankan ibadah2 sunnah, penguasaan baca dan hafalan al-qur’an sebagai kriteria kenaikan kelas. d. Penyusunan Program Menyusun Program Kegiatan Tahunan sebagai langkah tindakan yang dapat dievaluasi setiap akhir tahun. Program tahunan ini penting, karena setiap kegiatan dapat dirinci dan dapat diukur hasilnya sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. 1) Program Pendidikan 2008 – 2009 2) Program Pendidikan 2009 – 2010 3) Program Pendidikan 2010 – 2011 4) Program Pendidikan 2011 – 2012 5) Program Pendidikan 2012 – 2013 e. Prosedur Prosedur adalah rencana yang menerapkan metode yang biasa dipakai
dalam
menangani
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan.
Perbedaan dengan program yaitu jika program menyatakan apa yang harus dikerjakan, berbicara prosedur yakni bagaimana melaksanakan pekerjaan tersebut. Selama pelaksanaan program, keberhasilan akan diperoleh Pesantren Al-Hamidyah, apabila melalui pendekatan :
1) Rasional, artinya menghindarkan kepentingan pribadi, keluarga atau golongan. 2) Spiritual, artinya dalam pelaksanaan program tidak terlepas dari tuntunan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al Hadits. 3) Humanistik,
artinya
dalam
pelaksanaan
program
selalu
menggunakan komunikasi efektif atau komunikasi empatik sehingga setiap individu merasa memiliki dan tanggung jawab. 4) Sosialisasi, artinya semua kebijakan harus disosialisasikan dengan efektif, agar dapat dipahami dengan benar oleh setiap pelaksana. f. Budget (Anggaran) Anggaran adalah suatu perkiraan atau taksiran yang harus dikeluarkan oleh Pesantren Al-Hamidiyah dan incame (pendapatan) yang diharapkan diperoleh pada masa datang. Dengan demikian budget dinyatakan oleh waktu, uang, serta unit-unit yang menjadi satuan pendidikan dalam melaksanakan pekerjaan guna memperoleh hasil yang diperoleh. Penyusunan anggaran Pesantren Al-Hamidiyah didasarkan pada DUAK (Daftar Usulan Anggaran Kegiatan) dan realisasi tahun lalu. 2. Pengorganisasian (Organizing) Dalam arti luar, pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian struktur organisasi dengan tujuan, sumber daya dan lingkungannya. Sedangkan definisi sederhana pengoraganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam pengorganisasian ini, Pondok Pesantren Al-
Hamidiyah mempunyai tahapan-tahapan, diantaranya adalah : a. Penentuan Kegiatan Pengasuh/pimpinan merumuskan,
dan
pondok
pesantren
menspesifikasikan
telah
megetahui,
kegiatan-kegiatan
yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pondok pesantren hal ini sesuai dengan rencana strategis pendidikan Al-Hamidiyah. Depok 2008-2013. b. Departementasi Departementasi merupakan tindakan pemilahan atau pemecahan fungsi-fungsi menjadi satuan-satuan orgaisasi dalam bentuk bagian, bidang, departemen, koordinator, atau penanggung jawab (penjab). Pada Pondok Pesantren Al-Hamidiyah mempunyai beberapa unit yang menjadi satuan pendidikan dan masuk dalam struktur organisasi diantaranya adalah yang masing-masing dipimpin/ dikepalai pada tiaptiap unit yang menjadi satuan pendidikan pesantren Al-Hamidiyah, yaitu : 1) Unit taman kanak-kanak : fungsi utama kepala bagian taman
kanak-kanak ialah membantu Kepala Bidang dan Pengajaran dalam pelaksanaan program kegiatan pendidikan dan pengajaran pada Unit Kelompok Bermain Taman Kanak-Kanak Islam, sebagai
edicator,
manajer,
administrator,
dan
supervisor,
serta
mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan langsung kepada Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran. 2) Unit Taman Pendidikan Al-quran : fungsi utama kepala bagian
taman pendidikan al-quran
ialah membantu Kepala Bidang
Pendidikan dan Pengajaran dalam pelaksanaan program kegiatan pendidkan dan pegajaran pada Unit Taman Pendidikan Al-Quran, sebagai educator, manager, administrator, supervisor, serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan langsung kepada Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran. 3) Unit Madrasah Tsanawiyah : fungsi utama kepala bagian Madrasah
Tsanawiyah ialah membantu Kepala Bidang Pendidikan dan Pegajaran dalam pelaksanaan program kegiatan bidang pendidkan dan pengajaran pada Unit Madrasah Tsanawiyah sebagai educator, manager,
administrator,
dan
supervisor,
serta
mempertanggungjawqabkan pelaksanaan kegiatan langsung kepada Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran. 4) Unit Madrasah Aliyah : fungsi utama kepala bagian Madrasah
Aliyah ialah membantu Kepala Bidang Pendidikan dan Pegajaran dalam pelaksanaan program kegiatan bidang pendidikan dan pengajaran pada Unit Madrasah Aliyah sebagai educator, manager, administrator, dan supervisor, serta mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kegiatan langsung kepada Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran. 5) Unit Kepala Kajian Islam : fungsi utama Kepala bagian Kajian
Islam
ialah membantu
mempertanggungjawabkan
Kepala Pengasuh Pesantren. pelaksanaannya
kepada
Serta Kepala
Pengasuh Pesantren dan membantu Kepala Bidang Pendidikan danPengajaran dalam pelaksaan program pembelajaran tutorial dibidang kajian Al-Quran, kita salaf, dan dakwah bagi santri, serta mempertanggung jawabkan pelakanaannya kepada Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran. 6) Unit
Koordinator
Asrama
Putra/Putri
:
Fungsi
utama
mengkoordinir pelaksanaan program pengasuhan santri di asrama putra/putri, serta mempertanggungjawabkan langsung kepada kepala pengasuh/pimpinan pesantren.21 c. Pendelegasian Wewenang Pendelegasian Wewenang artinya pimpinan harus menetapkan wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen atau kepala
bagian.
Dalam
pendelegasian
wewenang
ini,
pimpinan/pengasuh Pondok Pesantren menyerahkan kepada masingmasing kepala bagian unit-unit yang ada dalam Pondok Pesantren, dalam hal ini Kepala Madrasah Aliyah (MA), Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTS), Kepala Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ),
21
M. Timmi Fauzan, Kabag Humas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2009
Kepala Taman Kanak-Kanak (KB/TK), Kepala Kajian Islam (KKI), Koordinator Aspa/Aspi, untuk bertanggung jawab melaksanakan kegiatan-kegiatan pada masing-masing unit/bagian dan menjalankan tugas sesuai jabatan dan wewenang yang dimiliki. Dengan adanya keseimbangan antara wewenang dan tugas dari masing-masing unit/bagian-bagian yang telah di departementalisasi, maka kegiatankegiatan yang telah direncanakan dapat dijalankan pada masingmasing tempatnya. d. Bentuk Organisasi Bentuk organisasi pada pondok pesantren Al-Hamidiyah adalah organisasi bentuk line disebut juga organisasi “hierarki” pada bentuk ini kekuasaan dan tanggung jawab berjalan dari pimpinan sampai kebawah, yaitu kepada kepala bagian/unit sampai kepada masingmasing penanggung jawab. Organisasi ini sifatnya langsung, lalu lintas kekuasaan berlangsung vertical. Pada Pesantren Al-Hamidiyah Pimpinan/Kepala pengasuh mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab kepada bawahannya dalam pelaksanaan kegiatan.22
e. Struktur Organisasi Pesantren Al-Hamidiyah Depok merupakan salah satu unit kerja di bawah naungan Yayasan Islam Alhamidiyah (YIH).23 Sebelum mengambarkan tentang struktur organisasi Pesantren Al-Hamidiyah, 22
KH. Zainuddin Ma’shum Ali, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 Mei 2009 Drs. Eridian Patrio Putro, Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wawancara Pribadi, Jakarta, 21 Mei 2009. 23
maka terlebih dahulu perlu mengambarkan struktur organisasi Yayasan Islam Al-Hamidiyah.24
Susunan Pengurus Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIH) Badan Pembina
: Dra. Hj. Mariam Chairiah (Ketua) : H. Zainul Mujahidin Sjaichu (Anggota)
Badan Pengawas Bidang Sarana Prasarana
: Ir. H. Moch. Sutjahjo (Ketua)
Bidang Pendidikan & Sdm
: Hj. Karlina Nur Ambarjati, SE (Anggota)
Bidang Keuangan
: Dr. Hj. Farida (Anggota), : Hj. Aasye Mariah, S.Pd (Anggota)
Badan Pengurus Ketua
: Dr. H. Imam Susanto Sjaichu, Sp.BP
Ketua Bid.Pendidikan Dan Sdm
: Marti Alifa, S. Psi
Ketua Bid. Usaha Dan Pengembangan -Anggota
: Ir. H. RP Hadi Tjahjono, MM
Ketua Bid.Sarana Dan Prasarana -Anggota
24
: Hj. Megawati : H. Achmad Fauzi Sjaichu : Ir. Ivan Adichahya Rachmat Fajar Trianto, ST Mochamad Reza Fauzan, ST
Sekretaris
: H. Moch Tamim, BA
Wakil Sekretaris
: R. Muh. Nur A. Hadi, S.Kom
M. Timmi Fauzan, Kabag Humas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2009.
Bendahara
: Hj. Zubaidah Sjaichu, SE
Wakil Bendahara
: Abdoel Haris, S.Si Asih Anindya, SE
Tujuan Yayasan Islam Al-Hamidiyah adalah membina, menyebar luaskan dan mempertinggi mutu pendidikan Islam dan mengusahakan kesejahteraan bagi umat Islam. Prioritas utama program Pesantren adalah pengembangan pendidikan dan pengajaran melalui unit-unit kerja yang bersifat pembinaan dan koordinator. Pengurus Pesantren bertugas membina dan mengkoordinir seluruh unit yang ada dalam upaya mewujudkan kelancaran pendidikan dan pengajaran.
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Kepala Pengasuh Pesantren
: KH. Zainuddin Ma’shum Ali
Kesekretariatan Pesantren
: Churzuddin
Kepala TPQ
: Dra. Syukriyah
Kepala KB/TK
: Siti Munawaroh
Kepala MTs
: Sinta Wahyuning
Kepala MA
: H. Ahmad Zarkasih
Kepala Kajian Islam
: H. Muslih Amin
Koord. Aspa
: Agus Kusnandar
Koord. Aspi
: Fatihatul Hasanah
Adapun fungsi yang diemban pesantren Al-Hamidiyah adalah selalu menjaga kondisi yang dinamis bagi terselenggaranya proses pendidikan dan pengajaran. Setiap unit kerja didorong untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada dan menumbuhkan inovasiinovasi positif yang berguna bagi peningkatan mutu pendidikan. Setelah
masing-masing
kepala
unit/bagian
mengetahui
wewenang dan penempatannya pada struktur organisasi. Maka masingmasing dari kepala/unit yang terlibat dalam manajemen harus bisa menjalankan tugasnya masing-masing. Adapun Job Description pada masing-masing pengurus sebagai berikut :25 1) Kepala Pengasuh Pesantren a) Menyusun dan melaksanakan program kerja tahunan pesantren b) Melaksanakan kegiatan rutin Pesantren c) Mengadakan komunikasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pesantren dengan bidang pendidikan dan pengajaran, bidang umum, dan bidang sumber daya manusia Yayasan Islam AlHamidiyah. d) Menjalin Hubungan kemasyarakatan. 2) Kesekretariatan Pesantren a) Menyusun Program ketatausahaan pesantren selama satu tahun b) Mengkoordinir pelaksanaan ketatausahaan di MA, MTs, Kajian Islam, TPQ, KB dan TK Islam Al-Hamidiyah. c) Mempersiapkan
rapat
yang
akan diselenggarakan
Pesantren. d) Melaksanakan kegiatan administrasi harian.
25
M. Timmi Fauzan, Kabag Humas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2009
oleh
e) Mencatat notulasi rapat-rapat yang diselenggarakan pesantren. f) Membantu memonitor kinerja tenaga tata usaha di MA< MTs, Kajian Islam, TPQ, dan KB/TK Islam Al-Hamidiyah. g) Mengadakan pertemuan secara periodik untuk berkoordinasi dengan tenaga tata usaha di lingkungan pesantren. 3) Kepala TPQ a) Membuat dan melaksanakan program kerja pendidikan dan pengajaran Unit Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). b) Memonitor kegiatan pengajaran guru. c) Memonitor kegiatan belajar siswa. d) Bertanggungjawab atas kegiatan harian dan rutin di TPQ 4) Kepala KB/Tk a) Membuat dan melaksanakan program kerja pendidikan dan pengajaran unit kelompok bermain (KB) dan taman kanakkanak Islam (TKI). b) Memonitor kegiatan pengajaran guru. c) Memonitor kegiatan belajar siswa. d) Bertanggungjawab atas kegiatan harian dan rutin di KB dan TKI. 5) Kepala MTs a) Membuat program-program kerja pendidikan dan pengajaran Unit Madrasah Tsanawiyah. b) Memonitor kegiatan pengajaran guru.
c) Memonitor kegiatan pembelajaran santri. d) Bertanggung jawab atas kegiatan harian ataupun rutin di Madrasah Tsanawiyah. 6) Kepala MA a) Membuat program kerja pendidikan dan pengajaran Unit Madrasah Aliyah. b) Memonitor kegiatan pengajaran guru. c) Memonitor kegiatan pembelajaran santri. d) Bertanggung jawab atas kegiatan harian ataupun di Madrasah aliyah 7) Kepala Kajian Islam a) Membantu Kepala Pengasuh Pesantren dalam kegiatan kepesantrenan. b) Membantu kepala bidang pendidikan dan pengajaran dalam pelaksanaan program pembelajaran tutorial kajian Islam. 8) Koordinator Aspa/Aspi a) Mengkoordinir pelaksanaan fungsi dan tugas Pembina Asrama untuk memberikan pelayanan dan bimbingan kehidupan asrama/pesantren kepada santri b) Memonitor dan mengevaluasi kinerja Pembina Asrama. c) Melaporkan dan mengusulkan setiap kerusakan ataupun penggantian saran/prasarana yang ada di asrama.
d) Mengumpulkan hasil penilaian kehidupan santri dari Pembina asrama untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan. Menurut
penulis
pengorganisasian
yang
dilakukan
oleh
pimpinan/pengasuh Pondok Pesantren adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
3. Penggerakkan (Actuating) Setelah perencanaan strategis disusun dan ditetapkan, begitu pula pembagian-pembagian kerja sudah diatur maka tindakan selanjutya adalah pengasuh/pengelola Pondok Pesantren menggerakan mereka untuk segera merealisasikan rencana strategis tersebut yang telah ditetapkan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari Pondok Pesantren Al-Hamidiyah dapat tercapai. Tindakan menggerakan para kepala bagian-bagian unit dan pengurus yang dilakukan oleh pimpinan/pengasuh Pesantren agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha hal itu dapat dikatakan sebagai penggerakan (actuating). Proses pengerakan mempunyai peranan yang sangat penting sebab diantara fngsi manajemen yang lain, fungsi penggerakan ini yang
berhubungan langsung dengan manusia atau pelaksana. Penggerakan adalah realisasi perencanaan yang telah ditetapkan Pondok Pesantren AlHamidiyah dalam mewujudkan proses penggerakan (actuating) tersebut menempuh beberapa tahap diantaranya :26 a. Pemberian motivasi Motivasi bertujuan agar pegawai merasa terdorong untuk melakukan kegiatan akan melaksanakan tugas mereka dengan senang hati, ikhlas dalam mengemban kewajiban dan bertangung jawab, berusaha untuk memperbaiki kinerja mereka dalam menjalankan masing-masing tugas yang diberikan agar mendapatkan hasil yang baik dan efektif. Adapun motivasi yang dilakukan oleh pimpinan yayasan dan pengasuh Pondok Pesantren adalah sebagai berikut : 1) Memberikan kenaikan jabatan sesuai kapasitas dan kredibilitasnya dalam menjalankan setiap tugasnya masing-masing dan hal ini melalui berbagai pertimbangan serta seberapa besar konstribusinya yang diberikan bagi pondok pesantren. 2) Adanya liburan bersama dengan melakukan tour wisata ke tempattempat rekreasi dengan waktu yang telah ditentukan oleh pimpinan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat tali silaturrahmi antar pengurus atau pengajar serta menjadi penyemangat untuk
26
M. Timmi Fauzan, Kabag Humas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2009
melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya Biasanya dilakukan pada saat liburan sekolah. b. Bimbingan atau Pelatihan Bimbingan atau pelatihan ditujukan agar para pelaksana masing-masing kegiatan yang mempunyai wewenang dan kewajiban sesuai dengan ketentuan dapat memahami terhadap tugas yang diberikan oleh Pesantren tersebut agar dengan mudah pelaksanaan program yang telah tersusun dengan rapih. Bimbingan atau pengarahan sering dilakukan oleh pimpinan/pengasuh pondok pesantren AlHamidiyah. Pembimbingan
yang
dilakukan
oleh
pimpina
adalah
memberikan perintah atau arahan dalam menentukan arah tindakan masing-masing kepala bagian/unit yang ada dalam Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. Selain itu adaya kesadaran serta keikhlasan dari pelaksana masing-masing kepala bagian/unit untuk menjalankan perintah tersebut. Atas dasar ini, maka usaha-usaha yang dilakukan akan berjalan dengan efektif dan efisien. Adapun pelatihan yang dilakukan oleh pondok pesantren AlHamidiyah diantaranya adalah :27 1) Pelatihan guru/pelatihan pengajaran, dimana para guru dikirim keluar untuk mendapatkan pelatihan atau
bimbingan dari
Universitas yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan guna
27
M. Timmi Fauzan, Kabag Humas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Mei 2009
memperoleh bimbingan atau Ilmu dalam pengajaran, sehingga dapat diterapkan metode pengajaran yang telah dipelajari dalam kegitatan belajar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. 2) Bimbingan atau pelatihan Pembina asrama, yaitu bimbingan atau pelatihan bagi para pembina asrama putra/putri untuk mengikuti bimbingan yang dilaksanaknan di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Hal ini dilakukan dalam rangka memaksimalisasikan potensi dan kredibilitas
dari
masing-masing
Pembina
asrama.
Agar
mendapatkan hasil yang lebih baik dalam melaksanakan kegiatan pengasuhan
santri
dalam
rangka
mengembangkan
potensi
mental/spiritual, intelektual, dan sosial santri melalui pelayanan serta pembimbingan kehidupan asrama berdasarkan alur kehidupan santri. c. Mengadakan jalinan hubungan Mengadakan jalinan hubungan diantara atasan dan bawahan serta pengajar. Kegiatan ini diadakan melalui silaturrahmi yang dilakukan oleh setiap pengurus dan guru, melalui rapat, diskusi, dan wisata baik rohani maupun jasmani. Dengan begitu, penjalinan antara bawahan dan atasan terhindar sekecil mungkin kesenjangan yang terjadi, sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis. d. Komunikasi Komunikasi dalam manajemen adalah salah satu tanggung jawab yang penting dari setiap pimpinan Pondok Pesantren seringkali
tampak
bahwa
efektivitas
pimpinan
Pesantren
terletak
pada
keahliannya dalam mengkomunikasikan gagasan. Komunikasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pimpinan Pesantren dalam menjabarkan pengertian antara pimpinan pondok pesantren dan orang lain. Komunikasi ini dilakukan bertujuan agar para bawahan memahami apa yang diinginkan oleh pimpinan dan tidak terjadi kesalahpahaman
dalam
menerima
perintah.
Adapun
bentuk
komunikasi yang yang telah dilakukan oleh pimpinban/pengelola antara lain adalah musyawarah (rapat kerja) yang dilaksanakan setiap setahun sekali (evaluasi) dan setiap hari selasa. Hal ini sudah menjadi kegiatan rutin Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. Komunikasi yang dilakukan sudah terbilang sangat berjalan dengan baik, itu terlihat dengan
seringnya
interaksi antara
pengurus/pimpinan
Pondok
Pesantren. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses manajemen, Perjalanan komunikasi sangatlah penting bagi efektifitas dan efisien dalam bekerja. karena dengan adanya perjalanan hubungan komunikasi yang baik, maka dapat diketahui sejauh mana kinerja yang dilakukan oleh para pengurus, pengajar, dan pembina asrama-asrama dalam menjalankan tugas-tugasnya.
4. Pengawasan (Controlling) Dalam setiap pelaksanaan program dan kegiatan Pondok Pesantren Al-Hamidiyah perlu adanya pengawasan atau pengendalian yang merupakan elemen atau fungsi ke empat manajemen. Pengawasan atau pengendalian sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana dan standar yang ditetapkan. Untuk dapat mengetahui program-program telah berjalan atau tugas-tugas yang sudah dilaksanakan oleh para pelaksana, bagaimana tugas itu dilaksanakan, sejauh mana pelaksanaannya, apakah tata tertib santri telah dilaksanakan, dan apakah tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan lain. Maka dari itu pimpinan/pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah sangat perlu melakukan pengawasan atau pengendalian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah untuk mengadakan pengawasan adalah : a. Menetapkan standar Pondok Pesantren Al-Hamidiyah dalam perkembangannya untuk bisa dapat menjadi Pondok Pesantren yang berkualitas dengan manajemen mutu terpadu, tentunya harus bisa menetapkan standar dalam pencapaian tujuan. Standar merupakan suatu kriteria untuk mengukur hasil suatu pekerjaan yang sudah dilakukan. Bentuk standar dapat diklasifikasikan
menjadi 3 bagian, yaitu standar ukur kualitas, standar ukur kuantitas dan standar ukur waktu dan tempat. Dengan uraian sebagai berikut :28 1) Standar ukur kualitas meliputi kemampuan pengurus dan pengajar memahami serta melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Dalam standar kualitas ini Pondok Pesantren Al-Hamidiyah mempunyai kriteria pengurus dan program rekrutmen guru, agar tersedianya guru yang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang cukup tinggi. Adapun kriteria pengurus Pesantren disebutkan pada perencanaan. 2) Standar ukur kuantitas meliputi masyarakat disekitar ataupun masyarakat diluar daerah seperti sulawesi, aceh, batam, padang, palembang, kepulauan seribu, ciganjur, bandung, Kalimantan, ambon, papua, dan daerah lainnya, yang menjadikan Pondok Pesantren AlHamidiyah sebagai lembaga pendidikan yang memberikan ilmu pengetahuan umum, agama, teknologi, dan juga mendidik mereka menjadi seorang muslim yang beriman, berakhlak karimah, berpola hidup sederhana, dan dibimbing untuk menempuh kehidupan secara mandiri dalam berbagai hal dengan mengedepankan semangat kebersamaan. Hal inilah yang menjadi kepercayaan dari masyarakat dan sekaligus amanah bagi Pesantren. 3) Standar ukur waktu dan tempat meliputi berapa lama waktu untuk menjadikan
Pondok
Pesantren
Al-Hamidiyah
menjadi
lebih
berkembang dan menjawab tantangan zaman, yang sekarang ini 28
Drs. Eridian Patrio Putro, Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wawancara Pribadi, Jakarta, 21 Mei 2009
banyak pengaruh-pengaruh buruk yang diakibatkan kemajuan zaman dan teknologi. Untuk itu lembaga ini dapat menjadi harapan masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang dapat memberikan ilmu pengetahuan umum, agama, dan teknologi, serta menjadikan generasigenerasi Islam menjadi muslimin yang berakhlakul karimah dan bisa menghadapi globalisasi. Pondok Pesantren Al-Hamidiyah dalam menetapkan standar sudah sangat baik jika di lihat dari standar yang ada diantaranya, standar ukur kualitas, standar ukur kuantitas, dan standar ukur waktu dan tempat. Dengan begitu dapat diketahui berhasil tidaknya pelaksanaan dalam kegiatan sekaligus mengarahkan sesuai tujuan yang diharapkan. b. Membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan standar Langkah ini dilakukan umtuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan bisa mengetahui apakah ada penyimpangan yang terjadi jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Cara yang dilakukan
pengurus
Pondok
Pesantren
Al-Hamidiyah
dalam
membandingkan antara pelaksanaan nyata dengan standar langkah, langkah pertamanya adalah memonitoring kegiatan-kegiatan yang dilakukan apakah sesuai dengan standar, apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada penyimpanganpenyimpangan. Setelah itu, pengurus mengadakan Rapat Tahunan (evaluasi) atau rapat yang diadakan setiap hari selasa untuk membahas
masalah dan mencari solusinya. Hal ini merupakan rutinitas Pondok Pesantren Al-Hamidiyah dalam hal pengawasan agar pelaksanaan kegiatan atau program-program berjalan sesuai rencana dan standar yang ditentukan. c. Mengadakan tindakan perbaikan Mengadakan tindakan perbaiakan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan segala kegiatan, kebijakan serta hasil yang tidak sesuai dengan rencana atau standar yang telah ditetapkan. Maka hal ini juga perlu dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah. Upaya
tindak
lanjut
dari
evaluasi
yang
dilakukan
oleh
Pimpinan/Kepala Pengasuh Pondok Pesantren dalam rangka melakukan perbaikan diantaranya dengan cara meminta kepada kepala masing-masing bagian/
unit
yang
menjadi
satuan
pendidikan
Pesantren
untuk
menghimpun sejumlah rencana perbaikan dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Termasuk juga Pimpinan/Kepala Pengasuh Pondok Pesantren diminta bagaimana pemikiran-pemikirannya untuk melakukan perbaiakan. Di dalam rapat rutin, persoalan-persoalan akan dibahas dan dihadiri konsultan Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIH) yang akan memberikan arahan. Beberapa contoh permasalah yang dihadapi antara lain : pada aspek pendidikan dalam rangka mengadakan perbaikan dalam pengajaran, pada aspek sarana dan prasarana dalam rangka mengganti sarana dan prasarana yang rusak pada satuan pendidikan dan asrama Pesantren Al-
Hamidiyah, pada aspek pembinaan santri dalam hal mengatasi beberapa masalah yang terjadi dalam keseharian santri seperti kehilangan dan lainlain. Dari hasil evaluasi yang telah ditinjau dari berbagai masalah, maka solusi atau tindakan perbaikan yang dilakukan oleh Pesantren AlHamidiyah. Tindakan perbaikan yang dilakukan pada aspek pendidikan tentang perbaiakan pengajaran (MTs dan MA) adalah memberikan angket kepada siswa/santri untuk menilai dengan jujur dan benar tentang sikap guru, metode pengajaran, cara penggunaan alat bantu dalam kegiatan belajar, dan bahasan materi yang disampaikan sesuai atau tidak. Dengan begitu dapat mengetahui kekurangan dalam pengajaran dan bisa mengatasinya agar sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu guru yang profesionalisme dan berkompetensi. Selanjutnya tindakan perbaikan pada aspek sarana dan prasarana tentang penggantian adalah dengan hasil rapat untuk menggantinya dengan melaporkan kerusakannya kepada kepala bagian keuangan Yayasan Islam Al-Hamidiyah (kabag keuangan YIH) untuk mengeluarkan dana untuk penggantian sarana dan prasarana yang rusak. Pada aspek pembinaan santri dalam hal mengatasi beberapa masalah yang terjadi pada keseharian santri misalnya kehilangan handphone, tindakan perbaikannya adalah
mencari tahu bagaimana
handphone itu bisa hilang. Dan jika perlu pihak Pondok Pesantren AlHamidiyah akan mengganti handphone tersebut agar terciptanya
kenyaman pada santri-santri yang menetap sebagai service yang diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini tentunya dengan persetujuan dari kabag keuangan.
Penentuan
Kegiatan,
Departementasi,
Pendelegasian
Wewenang,
Bentuk
Organisasi, dan Struktur Organisasi, Penggerakan, yakni pemberian motivasi kepada para penanggung jawab dalam satuan pendidikan, bimbingan kepada para pengurus dan guru/ustadz, jalinan hubungan dan komonikasi yang baik, hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengawasan, yakni melakukan serangkaian kegiatan untuk mengawasi atau mengendalikan kegiatan agar sesuai yang direncanakan, menetapkan standar, membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan standar dan mengadakan tindakan perbaikan agar tidak menjadi penghambat dalam kegiatan yang dilaksanakan.
B. Saran-saran 1. Tingkatkan lagi kualitas dari sumber daya manusia yang ada pada pesantren Al-Hamidiyah dengan menerapkan unsur-unsut dan fungsi manajemen dengan lebih baik lagi agar siap bersaing dengan lembaga pendidikan umum. 2. Pesantren Al-Hamidiyah harus memanfaatkan peluang yang dimiliki dan menjaga kepercayaan yang telah diberikan masyarakat sebagai lembaga yang melahirkan akhlak mulia bagi generasi penerus. Harus bisa memperkecil ancaman yang dimiliki dengan memberikan sebuah solusi terhadap biaya pendidikan dan fasilitas yang ada pada Pesantren Al-Hamidiyah. Agar masyarakat dari kalangan menengah kebawah bisa merasakan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Munawar, Ahmad Warsan, Al-Munir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya:Pustaka Progresif, 1997.
B Robinson, Jhon Pearce II Richard, JR, Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, Jakarta: Salemba Empat, 2008
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Fadli, Ahmad, Organisasi dan Administrasi, Jakarta: Manhalun Nasyiin, 2002.
Hasibuan, Malayu, Drs., H., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Herujito, Yayat M, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Grasindo, 2004.
Haedani, Muhammad Amin, H., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: P3M, 1985.
Hilaliyah, Manajemen Yayasan Pustaka Arafah dalam Pembinaan Akhlak Yatim Piatu di Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur, Jakarta: Fak. Tarbiyah dan Keguruan, 2008.
Kadarman, Prof., Dr., AM., dan Udaya, Yusuf, Pengantar Ilmu Manajemen Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: prenhallindo, 2001.
Masyhud, Sulthon, Dr., H.M., dan Khusnudillo, Muhammad, Drs., M.Pd., Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2005.
Muhibbah, Aplikasi Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren ( Studi Kasus Pesantren Madinatun Najah, Jakarta:Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2008.
Manulang, Dasar- dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996.
Massie, Josep L, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1985.
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS,1994.
Nasir, Moch, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Panglaykin, dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.
Raharjo, M Dawam, Perkembangan Masyarakat Perspektif Pesantren dalam Pergulatan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985.
Rudianto, Manajemen Pondok Pesantren At Tabiin Bogor dalam Membina Mantan Narapidana, Jakarta: Fak.Dakwah dan Komunikasi, 2008.
Siagian, Sondang, Prof., Dr., M.P.A., Filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
-----------------,Manajemen Strategik, Jakarta : Bumi Aksara, 2004.
Steenbrink, Karel A, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: LP3ES, 1986.
Syarif, Musthofa, Administrasi Pesantern, Jakarta: Paiyu Berkah, 1979. Syukri Zarkasyi, Abdullah, K.H., M.A., Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Tafsir, Ahmad, Dr., Ilmu Pendidikan dlam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.
Terry, George R dan Rue, Laslie W, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1982.
Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986.
Zubaedah, Pondok Pesantren Sebagai Lembaga (Studi Kasus Pesantren Nurul Huda As-Suriyah Sawangan Depok, Jakarta: Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2008.