PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN KETERAMPILAN DI BEKASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Fikri Dzulkarnain 1110054000032
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
1
PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN
KETERAMPILAN DI BBKASI
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial lslam (S.Kom.I)
Oleh:
FIKRI DZULKARNAIN NIM. 1110054000032 Di bawahbimbingan,
NrP. 19710520 199903 2 002
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435Hl20l4l{
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DI{UAFA
DALAM PEMBERDAYAAN KA{.TM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN KETERAMPILAN DI BEKASI telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada kamis,
1B
september 2014 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu sarat memeperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam.
.
J
akarta,
2
I
September 201 4
Sidano Mrrnannsvah
M. Hr-rdri. MA
Nrpliffioo
19710s20 199903 2 002
lee8o3 1 003
Anggota
Penguji I
f;*Yt^l
Nurul Hldhvati. M.Pd NrP. 19690322199603 2 001
NrP.19671126 t99603 2 001
10520 199903 2042
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh ge;ar Sarjana Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 04 September 2014
Fikri Dzulkarnain
ABSTRAK
Fikri Dzulkarnain Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan Di Bekasi. Kaum dhuafa sebagai bagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang senantiasa untuk ditangani bersama dan harus dicari jalan keluarnya. Program pemerintah dicanangkan dengan mendirikan lembagalembaga, seperti rumah singgah dan lain-lain. Kesenjangan sosial menjadi faktor utama, oleh sebab itu pembangunan harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Dengan demikian kehadiran lembaga sosial menjadi penting sebagai penengah antara pemerintah dan masyarakat (kaum dhuafa). Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam berbagai upayanya untuk memberikan harapan-harapan kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Strategi pelaksanaan pemberdayaan melalui pendidikan dan keterampilaan. Tujuan lain untuk mengetahui metode pendidikan nonformal bagi kaum dhuafa yang berdampak pada kemandirian ekonomi, sosial, dan masyarakat. Selain itu, adalah untuk mengetahui tindakan atau sikap kaum dhuafa dalam menerima program pemberdayaan oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang telah berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati. Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan pengelola Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Sedangkan objeknya adalah tentang peran dari Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan melalui pendidikan adalah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa berperan sebagai mediator, fasilitator, pendidik, sekaligus sebagai perwakilan bagi kaum dhuafa yang mengupayakan dapat membangun hidup mereka secara mandiri. Dengan demikian, Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan adalah untuk mengupayakan kaum dhuafa memiliki kemandirian dalam membangun, mengembangkan, dan membina kehidupannya secara responsif (tanggung jawab) terhadap problem sosial apapun yang tengah mereka hadapi.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah member nikmat islam, iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun pasti ada kekurangan dan kelemahan baik dari isi atau teknik penyusunannya. Dengan demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan diri penulis sendiri sebagai bahan evaluasi dan intropeksi diri sekarang dan dimasa yang akan dating. Berkat keridhoan Allah SWT semata akhirnya penyusunan skripsi ini dapat selesai. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, arahan terhadap penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
ii
3. Bapak Muhammad Hudri, MA, selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. 4. Ibu Wati Nilamsari M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar membimbing penulis dan senantiasa menyediakan waktunya ditengah kesibukannya memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan. 6. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Abdul Aziz, S.Ag dan Ibunda Hj. Muslimah, S.Pdi, yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga sepanjang hayatku, serta selalu mendoakan dan memberikan semangat tanpa henti kepada penulis. 7. Kepada ketiga adikku, Husni Syahrizal (cus), Ahmad Bahraysi (brew), dan Afifuroihan (sipit) yang selalu menjadi penyemangatku. 8. Yang tersayang Lisa Farial S.Psi yang selalu mendampingi, membantu, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. 9. Kepada Kang Iing yang selalu mendoakan saya siang dan malam, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 10. Kepada sahabat yang paling setia Sri Rahmayani yang sudah mau meluangkan waktunya sehingga proses sidang penulis berjalan dengan lancer. 11. Sahabat dan temen-temen seperjuangn di Jurusan PMI angkatan 2010 yang selalu menemani, membantu, dan memberikan dukungan kepada penulis.
iii
12. kepada Bapak Tarjuni, Bapak Nasrullah, Bapak Pardinal, Bapak Dani, Dll selaku Pimpinan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Staf, dan Pendamping Anak-anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang tidak saya sebutkan satu persatu namanya. Terimakasih atas dukungan semangatnya dan berterima kasih sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengetahuan yang terkait dengan skripsi ini. 13. Kepada pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Akhir kata, karena keterbatasan wawasan pengetahuan, dan pengalaman maka kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amien.
Ciputat, 04 September 2014
Fikri Dzulkarnain ,
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... DAFTAR ISI ..........................................................................................................
ii v
BAB
1
I
PENDAHULUAN .......................................................................... A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah ............................................................ Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. Metodologi Penelitian ............................................................... Tinjauan Pustaka ....................................................................... Sistematika Penulisan ................................................................
1 5 5 7 15 16
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS ................................................................ A. Peran .......................................................................................... Pengertian Peran…. ................................................................... B. Pemberdayaan............................................................................ 1. Pengertian Pemberdayaan ................................................... 2. Tahapan-tahapan Pemberdayaan ......................................... 3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan ....................................... C. Dhu’afa ...................................................................................... 1. Pengertian Dhu’afa .............................................................. 2. Pengertian Fakir dan Miskin ............................................... D. Pendidikan ................................................................................. 1. Pengertian Pendidikan ......................................................... 2. Jenis-jenis Pendidikan ......................................................... E. Keterampilan ............................................................................. 1. Pengertian Keterampilan ..................................................... 2. Jenis-jenis Keterampilan .....................................................
18 18 18 19 20 25 27 28 28 31 35 35 37 38 38 40
BAB
III
GAMBARAN UMUM YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA ........................................................................................ A. Profil Yayasan GriyaYatim dan Dhuafa.................................... 1. Sejarah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa .......................... 2. Visi Misi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ....................... 3. Letak Geografis Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ............ 4. Program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ........................ B. Struktur Pengurus Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ...............
42 42 42 46 46 46 50
ANALISIS DAN TEMUAN ..........................................................
51
BAB
IV
A. Kewajiban-kewajiban/tugas utama Yayasan Griya Yatim dan
v
Dhuafa Dalam pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................................................. B. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan C. Harapan Kaum Dhuafa dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................. D. Kesesuaian Antara Kewajiban/Tugas dan Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................. BAB
V
PENUTUP ...................................................................................... A. Kesimpulan ................................................................................ B. Saran .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
51 56 61
64 66 66 67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bagian dari negara berkembang, Indonesia tidak pernah terlepas dari berbagai krisis yang ada. Sadar akan hal tersebut, Indonesia berupaya untuk berbenah diri mewujudkan perubahan nyata melalui suatu pembangunan. Pembangunan yang dimaksud adalah dengan membentuk suatu interaksi dari semua faktor yang ada di dalam masyarakat, baik faktor ekonomi maupun faktor manusia. Menurut pandangan para ahli tentang sumber daya manusia, masalah kualitas menjadi hal yang sangat diprioritaskan dibanding kuantitas. Membicarakan tingkat kualitas manusia, seyogyanya ada dua hal yang harus dibedakan satu dengan yang lainnya. Dua komponen kualitas manusia ini yang pertama, tingkat keterampilan atau keahlian, dalam hal ini kaitannya dengan pendidikan, training. Kedua, usaha kerja dan etika kerja/budaya kerja, dalam hal ini kaitannya dengan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.1 Untuk mendapatkan manusia yang berkualitas, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap manusiamanusia tersebut melalui pendidikan keterampilan. Dengan pendidikan keterampilan, masyarakat dibekali pengetahuan dan sikap yang diperlukan sehingga masyarakat dapat melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas
1
Didik J. Rachbini, Pembagunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. (PT. Grasindo, Anggota IKAPI, Jakarta, 2001), h. 114.
1
2
hidup dalam mewujudkan suatu pembangunan. Pemberdayaan
melalui
pendidikan
keterampilan
menekankan
pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa. Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agrarian tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis multidimensi yang melanda Negara dan bangsa Indonesia ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan. Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.2 Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan 2
Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 28.
3
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.3 Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara. Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agenagen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukan perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan peningkatan tentang pentingnya pendekatan alternatif berupa pendekatan pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.4 Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang.5 Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan baik para akademisi maupun para praktisi. Persoalan yang serius yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah perekonomian yang lemah.6 Kemiskinan bukan karena mereka tidak rasional, atau karena mereka memang mempunyai kebudayaan miskin, atau karena mereka memang mempunyai budaya miskin
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT. Refika Aditama, 2005), h. 60 4 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), h. 4. 5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 131 6 Adyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 86.
4
(the culture of poverty) atau karena mereka kurang motivasi berprestasi dan kewiraswastaan, atau bahkan karena etos kerja yang lemah.7 Masyarakat miskin atau yang biasa disebut kaum dhu‟afa yang ada di Indonesia, merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh dimarjinalkan. Berangkat dari permasalahan tersebut maka diperlukanlah suatu usaha sadar dari segolongan masyarakat yang peduli akan kesejahteraan mereka dengan membentuk suatu organisasi, atau biasa disebut yayasan. Yayasan merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab permasalahan di atas. Yayasan dapat mengadakan kegiatan yang mengarah pada berbagai bentuk bimbingan, termasuk didalamnya bimbingan pendidikan keterampilan. Hal ini sangat diperlukan, sehingga mereka bisa tetap mendapatkan
sesuatu
yang
memang
dibutuhkan
dalam
mencapai
kesejahteraan dikemudian hari. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial yang menjembatani kepedulian para dermawan kepada anak yatim dan kaum dhuafa untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pendidikan keterampilan. Sasaran yang dituju adalah para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil mereka. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa. Sebagai lembaga sosial Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki berbagai macam program diantaranya program pendidikan, program sosial, program pemberdayaan,
7
Azyurmardi Azra, Bederma Untuk Semua, (Jakarta: Teraju, 2003). h. 9.
5
program kemanusiaan, program wakaf, dan program aqiqah dan qurban. Untuk lebih mengetahui seberapa jauh peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam peningkatan pemberdayaan kaum dhu‟afa, maka penulis menuangkan bahasan ini dalam sebuah skripsi dengan judul: Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa melalui
pendidikan keterampilan Di Bekasi. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah pada pendidikan keterampilan yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa di Bekasi. Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi? 2. Bagaimana
harapan
Yayasan
Griya
Yatim
dan
Dhuafa
dalam
pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi? 3. Bagaimana harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi? 4. Bagaimana keterkaitan antara tugas utama dan harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini
6
adalah: a. Untuk mengetahui tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi. b. Untuk mengetahui harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi. c. Untuk mengetahui harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi. d.
Untuk mengetahui keterkaitan antara tugas utama dan harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi.
2. Manfaat Penelitian Terkait dengan tujuan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Akademis. 1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan memperoleh kesarjanaan (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya memperkaya tipe-tipe pengembangan masyarakat. b. Manfaat Praktis: Dengan penelitian ini diharapkan akan mampu membangun sebuah paradigma baru tentang disiplin pengembangan masyarakat.
7
D. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan penelitian Kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J Moleong adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.8 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.9 Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya. 2. Jenis Penelitian Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Dekriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan
8
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) Cet. Ke-30. h. 4. 9 Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003). Cet Ke-2. h. 39.
8
berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.10 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah menunjuk pada orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.11 Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan pengelola Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Sedangkan objeknya adalah tentang peran dari Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan. Artinya Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat menentukan bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 4. Sumber Data Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari Yayasan Griya
Yatim
dan
Dhuafa
yang
berkaitan
tentang
kegiatan
pemberdayaan kaum dhu‟afa. b. Sumber data sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari bukubuku, majalah, dokumen-dokumen maupun dari benda-benda tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini.
10
Ibid. h. 39 Sanapiah Fisal. Format-format Penelitian Sosial. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005). H. 109. 11
9
5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik penentuan subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti dalam sampling ini peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana peneliti mencari informasi.12 Peneliti memperoleh 4 (empat) orang yang akan diwawancarai, untuk memperoleh sampelnya berdasarkan susunan masing-masing tingkat jabatan. Adapun informasi yang diperoleh adalah mengenai Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan keterampilan. Untuk data pendukung, peneliti mewawancarai 2 (dua) orang anak binaan, untuk memperoleh 2 (dua) anak binaan, peneliti memperoleh sampelnya berdasarkan susunan tingkat usia dan pendidikan terakhir. Adapun informasi yang diperoleh menegenai proses resosialisasi dan harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan. Berdasarkan pada kontek tersebut, maka peneliti memilih subyeksubyek penelitian diantaranya: Tabel 1 Subyek Penelitian No
12
Subyek
Informasi yang Dicari
Jumlah
Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003). Cet Ke-1. h. 100.
10
1
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Gambaran yayasan griya Yatim
1
dan dhuafa, latar belakang sejarah beririnya Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, pelaksanaan pembelajaran, strategi pemberdayaan, faktor penghambat dan pendukung
2.
Pembina/Tutor
Pelaksanaan pemberdayaan, faktor
1
penghambat dan faktor pendukung, hasil yang dicapai, evaluasi pembelajaran 3.
Staf Yayasan
Gambaran yayasam, latar belakang
2
sejarah yayasan, strategi pemberdayaan, serta dokumentasi 4.
Kaum Dhuafa
Pelaksanaan pemberdayaan, faktor
Yayazan Griya
penghambat dan pendukug, hasil
Yatim dan Dhuafa
2
yang dicapai
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam melakukan sebuah penelitian. Ada beberapa hal yang peneliti lakukan dalam pencarian data, yaitu: a. Observasi. Adalah merupakan teknik untuk menambah kecermatan pengamatan atas beberapa fenomena yang terjadi terhadap subjek penelitian dilapangan. Menurut E.C Wragg menjelaskan bahwa observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya
11
menjadi jelas.13 Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi untuk mengamati semua hal yang berhubungan dengan subjek penelitian dilapangan. Yaitu masyarakat serta Yyasan Griya Yatim dan Dhuafa. b. Wawancara. Adalah merupakan suatu alat pengumpulam informasi langsung tentang beberapa jenis data.14 Selain itu wawancara juga sebagai salah satu bagian terpenting dalam setiap survai. 15 Dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai pembina yayasan, pengurus yayasan, staf yayasan dan beberapa peserta program guna memperoleh data dan informasi tentang Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap masalah yang diteliti. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang berkenaan dengan peran dan pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu‟afa melalui pendidikan keterampilan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dengan pihak-pihak yang terkait. c. Dokumentasi.
Yaitu
peneliti
mengumpulkan,
membaca
dan
mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah. Agenda kegiatan Yayasan, Rancangan Program (jangka panjang dan jangka pendek) Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Foto, Akta Notaris, dan lain-lain.
13
Nurul Hidayati S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1, h. 8. 14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49. 15 Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 207.
12
7. Analisis Data Analisis data adalah menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti secara langsung di lapangan. Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa ditafsirkan dan memberikan makna. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.16 8. Teknik Keabsahan Data Teknik Keabsahan Data, Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga keabsahan adalah sebagai berikut: a. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kemudian mempertunjukan derajat kepercayaan hasilhasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan. 1) Ketekunan pengamatan Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam 16
A. Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), Cet. Ke-1.
13
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada subyek penelitian yaitu, pembina yayasan, pengurus yayasan, staf yayasan dan beberapa peserta program pemberdayaan. Sehingga data yang didapat benar-benar valid, objektif, dan saling mendukung
untuk
keperluan
pengecekan
atau
sebagai
pembanding terhadap data itu (triangulasi). 2) Triangulasi Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Salah satu teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan sumber akan digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan: a) membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan di lapangan, misalnya peneliti membandingkan hasil wawancara subyek penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. b) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti
14
membandingkan jawaban yang diberikan oleh Pembina, pengurus, staf yayasan dengan jawaban wawancara dari peserta program pemberdayaan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. c) membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.17 b. Kriterium Kepastian Mengutip pendapat Scriven, yang menyatakan bahwa masih ada unsur „kualitas‟ yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini dapat digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap subjek penelitian.18 9. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhitung mulai april 2014 sampai dengan September 2014. Adapun lokasi penelitiannya di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang beralamatkan di perum kranggan permai jl. Merak raya Blok AP 1/8 Rt 001/105 kelurahan jatisampurna Bekasi. Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) 17
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:UIN Press), h. 74 18 Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). h. 166.
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan I Tahun 2007. Lokasi penelitian itu sendiri akan dilakukan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa di Bekasi.
E. Tinjaun Pustaka Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun karya ilmiah yang relevan dengan topik penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis membandingkan isi skripsi nya dengan skripsi milik orang lain yang isinya hampir menyerupai. Adapun tinjaun pustaka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran Yayasan Kumala
Dalam
Pemberdayaan
Anak
Jalanan
Melalui
Pendidikan
Keterampilan Di Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara” 2010, yang disusun Ari Kurniawan. Skripsi yang membahas tentang pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan, yayasan kumala berperan sebagai mediator, fasilitator, pendidik, sekaligus sebagai perwakilan bagi anak jalanan yang mengupayakan anak jalanan dapat membangun hidup mereka secara mandiri. Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa. Skripsi kedua, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Dalam Peningkatan Kesejahteraan Warga Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di Kelurahan Koja Jakarta Utara Tahun Pelaksanaan 2011-2012” 2012, yang disusun Hidmatullah. Skripsi yang membahas tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program keluarga harapan (PKH) yang diadakan oleh pemerintah
16
dapat membantu masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan atau RTSM mendapatkan kehidupan yang lebih baik karena mereka dapat menyekolahkan anaknya dengan dana yang diberikan oleh pemerintah. Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa. Skripsi ketiga, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran Sekolah Alam Kandank Jurank Doank Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Di Kelurahan Jurang Mangu” yang disusun oleh Trijadi Risnanto. Skripsi ini membahas tentang Peran Sekolah Alam Kandang Jurank Doank dalam pengembangan kreativitas anak. Salah satu langkah menyelamatkan generasi penerus bangsa ini adalah dengan membekali mental anak-anak dengan pendidikan yang memiliki nilai tepat guna dan langsung pada sasaran. Yaitu dengan memberikan mereka keleluasaan untuk berkreativitas setinggi dan sebanyak mungkin tanpa mengekang mereka dengan peraturan yang kaku. Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa. F. Sistematika Penulisan Guna memudahkan pembahasan dan penulisan hasil penelitian ini, maka
penulis
berusaha
membuat
sistematika
khusus
dengan
jalan
mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan
yang
mencakup
latar
belakang
masalah,
17
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II
Tinjauan teoritis tentang peranan, dhua‟afa, pemberdayaan, terdiri dari beberapa sub, pengertian peranan, tinjauan sosiologis tentang peranan, pengertian dhu‟afa, ruang lingkup dhu‟afa. Sub berikutnya pengertian tentang pemeberdayaan. Langkah-langkah pemberdayaan kaum dhu‟afa.
BAB III
Gambaran umum tentang Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dengan uraian latar belakang berdirinya yayasan, struktur organisasi,
tujuan
berdirinya
yayasan
dan
program-
programYayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Sub berikutnya bentuk pemberdayaan kaum dhu‟afa yang di lakukan diYayasan Griya Yatim dan Dhuafa serta hambatan yang dihadapi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu‟afa. BAB IV
Peranan
Yayasan
Griya
Yatim
dan
Dhuafa
dalam
pemberdayaan kaum dhu‟afa yang terdiri dari beberapa sub. Apa saja kegiatan yang di lakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa,bagaimana kegiatan tersebut dapat di laksanakan, hambatan yang dihadapi yayasan, dan sejauh mana kegiatan pemberdayaan memberi manfaat bagi masyarakat. BAB V
Penutup, dalam hal ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Peran Pengertian Peran Peran (role) merupakan istilah sosiologi yang mengandung pengertian yang memiliki aspek dinamis (kedudukan dan status). Apabila seorang atau (lembaga) melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.1 Peranan mencakup 3 (tiga) hal: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.2 Pengertian peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.3 Dengan kata lain, seseorang dikatakan dapat memainkan peranannya apabila mempunyai status dalam masyarakat. Tidak sekedar memiliki status, namun seseorang tersebut harus dapat menjalankan harapan-harapan masyarakat. Seperti yang dikatakan Gross
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet. Ke-38, h. 243. 2 Ibid, h. 244. 3 Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4. Ed. Ke-3. h. 854.
18
19
Mason dan A.W Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Menurutnya pula bahwa harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial.4 Berdasarkan hal tersebut maka norma-norma sosial dan harapanharapan yang dimaksud ditentukan oleh masyrakat. Didalam peranannya terdapat dua macam harapan yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua, harapanharapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajibankewajibannya.5 Dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan berperan apabila telah memiliki status. Di dalam status tersebut terdapat tugas-tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan harapan-harapannya, namun harus sesuai dengan harapan masyarakat. B. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksananya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan 4
N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern, Exploration Role Analiysis dalam David Barry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet, Ke-3, h. 99. 5 Ibid, h. 104.
20
upaya membangkitkan partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan. Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Masyarakat sebagai kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan pendidikan dan keterampilan yang minim. Masyarakat
dalam
konteks
pemberdayaan
masyarakat
adalah
masyarakat atau community dalam bahasa inggris atau juga komunitas. Secara etimologis community berasal dari communitat yang berakar pada communete atau common.6 Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki rasa satu kesatuan satu sama lain dikarenakan adanya interaksi untuk saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya berada di dalam satu tempat yang sama. 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, serta perbuatan memberdayakan.7 Secara
konseptual,
pemberdayaan
atau
pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata Power (kekuasaan atau keberdayaan).
6
H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: ALQAPRINT, 2006), Cet. Ke-1, h. 4. 7 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 242.
21
Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan sering kali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah, dengan pemahaman seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna.8 Menurut Gunawan Sumodiningrat pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliki dhua’afa dengan mendorong, memberikan motivasi, serta berupaya untuk mengembangkannya.9 Selaras dengan pengertian di atas Shardlow melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahasa bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan
mereka
sendiri
dan mengusahakan untuk
memebentuk masa depan sesuai dengan keinginana mereka. Dalam kesimpulannya Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Blesek yang dikenal di bidang pendidikan ilmu kesejahteraan sosial dengan nama Self Determination, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya
8
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial (Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 57. 9 Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165.
22
mendorong klien untuk menentukan sendiri apayang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.10 Selanjutnya Kartasasmita dalam buku sosiologi pedesaan yang ditulis oleh Syamsir Salam menegaskan, bahwa pemberdayaan sebagai strategi pembangunan adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan masyarakat.11 Sesuai dengan pemberdayaan kaum dhu’afa pada tulisan ini pemberdayaan adalah usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum dhuafa untuk melepaskan diri dari ketidakberdayaan agar mempunyai kemampuan dan kemandirian untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi, sehingga mereka dapar hidup normal ditengah-tengah masyarakat. Menurut Ife Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah, kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas: 10
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2001), h. 33. 11 Syamsir salam, Sosiologi Pedsaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 234.
23
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup yaitu kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan. b.
Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
c. Ide atau gagasan yaitu kemampuan untuk mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan. d. Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi
pranata-pranata
masyarakat,
seperti
lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan. e. Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan. f. Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. g. Reproduksi yaitu kemampuan dalam kaitannya denga proses kelahiran, perawatan fisik, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. Pemberdayaan masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan dari pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi pendidikan massa (Mass Education) dan berbasis pada bidang pekerjaan sosial, serta memiliki kemiripan cakupan dengan pendidikan luar sekolah, namun pengembangan masyarakat berkembang menjadi disiplin ilmu mandiri.12 Menurut Suhartini pemberdayaan biasanya menggunakan strategi bottom up. Artinya, masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 59.
24
perencanaan sampai pada pelaksanaan, dengan demikian disamping menjadi objek, masyarakat juga menajdi subjek dan pelaku pembangunan yang merupakan bagian dari proses perubahan sosial.13 Menurut beberapa ahli dalam Edi Suharto pemberdayaan bertujuan untuk: a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. c. Pemberdayaan
menunjuk
pada
usaha
pengalokasian
kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas
diarahkan
agar
mampu
menguasai/berkuasa
atas
kehidupannya.14 Dari berbagai pengertian yang ada, maka penulis menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dilakukan untuk membuat masyarakat semakin berdaya dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek sehingga mereka mempunyai kekuatan dengan cara mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, yang dapat dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan agar mempunyai modal untuk hidup mandiri.
13
Rr. Suhartini, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 133. 14 Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 58.
25
2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat diantaranya adalah: a. Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (community worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antara anggota agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. b. Assesment. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah dan sumber daya yang dimiliki klien/masyarakat, assessment ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan, weaknes/kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan. c. Tahapan Perencanaan Program. Pada tahap ini agen perubahan mencoba melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang mereka hadapi dan berusaha mencari solusi terhadap masalah tersebut. d. Tahap Formulasi Aksi. Dalam tahap ini agen perubahan membantu kelompok masyarakat untuk menentukan program dan kegiatan yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan masyarakat. e. Tahap Pelaksanaan Program/kegiatan. Pada tahap ini agen perubahan membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang telah direncanakan. f. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubahan bersama peserta dari kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap programprogram yang sudah dilaksanakan dan mengawasinya. g. Tahap Terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi
26
pada program pemberdayaan dilakukan di akhir kegiatan berupa focus group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh kegiatan.15 Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas Suhartini membagi tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu: a. Membantu masyarakat dalam menemukan masalah. b. Melakukan analisis/kajian terhadap permasalahan tersebut secara mandiri/partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara curah pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan pertemuan warga secara periodik/terus menerus. c. Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. d. Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat. e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.16 Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep Usman Ismail dikutip dari bukunya Isbandi mengambarakan 5 tahapan utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua, mendiskusikan alasan mengapa
15
terjadi
pemberdayaan
dan
pentidakberdayaan.
Ketiga,
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 244. 16 Rr. Suhartini, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 135.
27
mengidentifikasikan suatu masalah atau projek pemberdayaan. Keempat, mengidentifikasikan basis daya yang bermakna bagi pemberdayaan. Kelima, mengembangkan
rencana-rencana
aksi
pemberdayaan
dan
mengimplementasikannya.17 3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau membangun masyarakat untuk memajukan diri kearah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat yang berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.18 Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).19 Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungan atau proses yang pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna 17
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.10. 18 Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h. 39. 19 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 60.
28
pemberdayaan. Kedua, atau kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Diantara kedua proses tersebut saling terkait. Agar kecenderungan primer dapat terwujud, seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.20
C. Pengertian Dhuafa, Fakir dan Miskin 1. Pengertian Dhuafa. Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu, dhu’fan atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks pembahasan ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah. Menurut Al-Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah yang berarti kuat. Kemudian menurut imam khalil, pakar ilmu nahwu, istilah dhu’fu biasanya dimaksudkan untuk menunjukkan lemah fisik, sedangkan dha’fu biasanya digunakan untuk menunjukkan lemah akal. Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib Al-Ashfahani didalam kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna dan maksud istilah dhi’af-an pada surat annisa ayat 9 sebagai berikut: 20
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 43.
29
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa pengertian: Pertama, dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memiliki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan yang bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus memperhatikan syarat halalan thayibba, yakni halal secara ilmu fikih dan berkualitas bagi kesehatan tubuh.21 Sejalan dengan ini Sajogyo menjelaskan seseorang belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi standar protein dan kalori tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan minimum untuk hidup di ukur dengan pengeluaran untuk makanan setara 2.100 kalori perkapita perhari.22 Kedua, dha’if fi al-aqly yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada potensi anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru, dan orang dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan potensi kecerdasan mereka. 21
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.19. 22 Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC, 1999), h. 10
30
Ketiga, dha’if al-hali lemah karena keadaan sosial ekonomi yang dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga ini adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik, keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan untuk mendapat informasi dan peluang pengembangan diri. (2) kelemahan itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial. Anak-anak yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas dan memiliki keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh kelemahan bemtuk ketiga. Seorang muslim selain diperintahkan agar senantiasa meningkatkan ketakwaannya kepada Allah, juga sangat ditekankan agar tidak membiarkan generasi yang lemah dilingkungan terdekatnya, terutama kaum dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak jalanan, dan anak-anak terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial. Dapat disimpulkan menurut al-ashfahani, pengertian dhu’afa yang berakar dari kata dha’afa
membentuk kata dhu’afa dengan segala
perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian lemah: lemah secara fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan ilmu/kurang pendidikan, lemah iman/keyakinan, dan lemah jiwa. Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur, lanjut usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan.23
23
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.18-19.
31
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orangorang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, 2. Pengertian Fakir dan Miskin Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya dalam bentuk jamak, masakin sebanyak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n. perkataan sakana mengandung arti diam, tetap, jumud, dan statis. Al-ashfahani mendefinisikan miskin adalah seorang yang tidak memiliki apapun. Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu tidak berhasil mengembangkan
potensi
dirinya
secara
optimal,
yakni
potensi
kecerdasan, mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan, memiliki dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki sesuatu apapununtuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin memiliki tenaga untuk bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan dirinya untuk menjadi pekerja yang terampil. Orang miskin juga memiliki
32
potensi untuk mengembangkan dirtinya tetapi tidak berhasil menjadi pekerja yang ulet. Mereka memilih pola hidup sakana yang berarti diam, jumud dan statis tidak mengembangkan skill atau keterampilan dan keahlian dalam hidupnya karena malas. Akibatnya miskin.24 Namun
menurut
Gunawan
Sumodiningrat
dalam
bukunya
kemiskinan teori, fakta dan kebijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan
karena
seseorang
diam,
apatis,
malas
dan
tidak
mengembangkan skillnya yang di istilahkan dengan kemiskinan cultural/culture of poverty, akan tetapi juga seseorang menjadi miskin karena lebih bersifat hambatan kelembagaan atau strukturnya memang bisa menghambat seseorang untuk meraih kesempatan-kesempatannya sehingga masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.25 Menurut Tadjuddin Noer Effendi kemiskinan ini meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunai sekitarnya, kekurangan perlindungan dari hukum dan pemerintah.26 Selanjutnya Sajogyo dalam Mustofa (2010) menggunakan satuan kilogram beras ekuivalen untuk menetukan criteria batas garis kemiskinan penduduk. a. Sangat Miskin Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240 kg beras 24
Ibid, h. 20. Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC, 1999), h. 16. 26 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 203. 25
33
ekuivalen setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di perdesaan, dan mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras untuk penduduk yang tinggal di perkotaan. b. Miskin. Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk penduduk yang tinggal di kota. c. Hampir Cukup. Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yng mempunyai penghasilan setara 480 kg beras sampai 720 kg beras pertahun untuk penduduk yang tinggal di kota. d. Cukup. Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap orang selama setahun di daerah perdesaan, dan mereka yang mempunyai penghasilan setara 720 kg beras setiap orang selama setahun untuk daerah perkotaan.27 Sementara itu, istilah di dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam bentuk jamak yang secara kebahasaan, menurut Al-Raghib Al-Ashfahani, 27
Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, (Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 30.
34
memiliki empat pengertian. Pertama, perkataan fakir berarti orang yang membutuhkan Allah. Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang berkenaandengan eksistensi manusia, yakni bahwa setiap manusia secara universal membutuhkan allah sebagaiman dinyatakan di dalam ayat berikut: Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian bahwa setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan fisikbiologis lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketiga, perkataan faqir berarti tidak memiliki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan Sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni membutuhkan pertolongan dan bantuan dari yang memiliki kemampuan. Keempat, perkataan faqir berarti faqir al-nafs, yakni jiwa yang tidak memiliki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk pengayaan batin.28 Para ulama fikih seperti Imam Hanfi berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak ada yang memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’I berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar. Sementara itu, oarng miskin adalah orang yang memiliki 28
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.20-21.
35
pekerjaan
tetap
tetapi
penghasilannya
tidak
dapat
memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.29 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah fakir dan miskin pada dasarnya sama yakni seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya karena keterbatasan mereka. Namun antara fakir dan miskin ada derajat yang membedakan yakni istilah fakir lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan istilah miskin.
D. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Arti
pendidikan
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.30 Sementara itu, dalam Undang undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.31
29
Hasan Shadili, (ed), Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7, (Jakarta: PT ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977. 30 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 263. 31 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. Ke-1 h. 50.
36
Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan, sebagai berikut: a.
Menurut M. Arifin bahwa pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadiannya serta kemampuan dasar didik, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.32
b.
Menurut Zuhairini bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai
dengan nilai-nilai
di
dalam
masyarakat dan kebudayaan.33 c.
S.A. Branata, dkk pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembngannya mencapai kedewasaan.34 Defines pendidkan tersebut sejalan dengan GBHN (Garis-garis besar
Haluan Negara) dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973) dikatakan bahwa:
pendidikan
pada
hakikatnya
adalah
usaha
sadar
untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Menurut ketentuan umum, Bab 1 Pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, menjelaskan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. 32
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama, Lingkungan Sekolah dan Orang Tua Murid, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), h. 14. 33 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-11, h. 150. 34 M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2005), Cet. Ke-1, h. 6.
37
Dengan demikian dalam prakteknya usaha pendidikan atau usaha sadar untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik tersebut harus dilakukan melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan atau pembiasaan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik ke tingkat kedewasaan dan hal ini dilakukan di dalam atau di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.35 2. Jenis-jenis Pendidikan. Jenis pendidikan adalah kelompok
yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (pasal 1, ayat 9). Dan pada pasal 15 dijelaskan jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Berdasarkan penjelasan UU SISDIKNAS Nomor 20 tahun 2003, pengertian jenis-jenis pendidikan tersebut sebagai berikut: a. Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. b. Pendidikan
kejuruan
merupakan
pendidikan
menengah
yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. c. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu. 35
h. 7.
M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2005), Cet. Ke-1,
38
d. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah prigram sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memilih pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. e. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. f. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan atau menjadi ahli ilmu agama.36 g. Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. E. Keterampilan 1. Pengertian Keterampilan Menurut Kamus Besar Bahasa Imdonesia, Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kecakapan dalam menyelesaikan tugas.37 Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satuan kesatuan yang utuh.38 Dari pendapat Gulo dapat
36
Ibid, h. 98. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 1180. 38 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51. 37
39
diketahui bahwa suatu keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya kemauan, sikap dan pengetahuan yang dimiliki seseorang, sehingga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang. Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut: keterampilan adalah kegiatan mengusai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua asas, metode pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.39 Dengan memerhatikan konsep keterampilan menurut The Liang Gie di atas dapat dikemukakan bahwa keterampilan merupakan suatu pemahaman seseorang akan suatu metode, cara dan teknik, serta pengetahuan dan teori dan seseorang tersebut dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam organisasi atau lembaga tertentu yang dapat menunjukkan kalau seseorang itu mempunyai keterampilan. Menurut Littre di dalam buku Maurice Duvenger, bahwa pengertian keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatau kemahiran atau manufaktur khusus.40 Maksudnya keterampilan dengan berbagai penemuan yang direncanakan manusia dengan menggunakan alat-alat, mesin dan sebagainya yang memberikan peserta penguasaan terhadap materi yang diberikan.
39
Drs Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 70. 40 Maurice Duvenger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 79.
40
Menurut Syamsuar Mochtar, keterampilan adalah cara memandang siswa serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memerhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sabagai satu kesatuan baik berupa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya, yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.41 Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan peserta dapat belajar hidup mandiri dalam melaksanakan keterampilan. 2. Jenis-jenis Keterampilan. Mengenai keterampilan menurut Sardiman A.M dalam Ari Kurniawan ada dua jenis keterampilan umumnya meliputi: a. Keterampilan Jasmani, yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. b. Keterampilan
Rohani,
persoalan-persoalan
yaitu
ketereampilan
penghayatan,
yang
keterampilan
menyangkut
berfikir
serta
kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep.42
41 Drs. A. Samana, Mpd, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), h. 111. 42 Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 53.
41
Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa keterampilan (skill) adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu keterampilan dan keahlian berkembang secara terus-menerus dan mengalami pengulangan. Skill adalah kemampuan tentang bagaimana dan apa saja yang dikerjakan. Skill memerlukan perhatian yang sangat serius dari peserta didik, akan tetapi mengalami (melihat) sendiri secara langsung merupakan hal yang lebih penting. Guru terbaik adalah pengalaman sepanjang hidup, dan kesalahan yang segera diperbaiki merupakan perbaikan diri yang luar biasa. 43
43
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 29-30.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa 1. Sejarah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Berawal dari rasa galau beberapa founding father yayasan GYD melihat kondisi anak-anak yang terpaksa putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah kampung Dadap, pemukiman kumuh persis ditengah-tengah megahnya perumahan Bumi Serpong Damai. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan, dibentuklah lembaga sosial yang concern pada masalah sosial khususnya anak-anak. Dengan menempati sebuah rumah di Jl. Magnolia 1 sektor 1.2 BSD yang digunakan juga sebagai asrama yatim dan dhuafa terbentuklah organisasi sosial yang bernama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Pada awal berdirinya, GYD dengan 6 orang karyawan menampung 9 orang anak yang tinggal diasrama dan membina sekitar 15 anak yang semuanya berasal dari kampung Dadap. Karena dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa, santunan kesehatan, layanan donasi barang layak pakai dan lain-lain. Animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan ternyata cukup besar. Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas. Hanya berselang beberapa bulan, tepatnya bulan agustus 2009 asrama kedua di Jl. Elang Raya-Bintaro jaya
42
43
dibuka. Pada akhir tahun 2009 GYD telah membina lebih dari 100 anak. Pertumbuhan asrama meningkat. Kantor pelayanan dibuka didaerah bintaro. Ekspansi mulai melebar ke Jakarta dan Bekasi dengan dibukanya asrama ketiga di Cibubur Jakarta timur dan asrama keempat di Kranggan Bekasi. Dimulainya pembangunan sistem teknologi informasi untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Website Error! Hyperlink reference not valid. disempurnakan,
menggantikan
alamat
situs
sebelumnya
di
www.griyayatim.org. Menjelang akhir tahun 2010, renegarasi puncak pimpinan diestafetkan dari Adi Prabowo beralih ke Haryono. Babak sejarah baru dimulai, GYD melakukan serangkaian adaptasi dan perubahan terkait visi, misi, dan value yang menjadi budaya di GYD. Pembelajaran untuk menjadi organisasi yang amanah dan professional terus dilakukan, salah satunya dengan penguatan program-program peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan, training, seminar, dan lain-lain. Pada akhir tahun 2010 GYD membina lebih dari 800 binaan yang terdiri dari anak yatim dan dhuafa, janda tua dan lansia serta mengasuh ±50 anak yang tinggal diseluruh asrama yatim dan dhuafanya. Implementasi program GYD mulai difokuskan hingga mengerucut pada lima induk yaitu pendidikan, sosial, pemberdayaan, kemanusiaan dan lingkungan. Daerah yang ada disekitar asrama GYD difokuskan untuk penyaluran yang terintegrasi dibidang pendidikan, sosial, kesehatan, pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu.
44
Dengan bantuan koordinator mustahik sebagai pendamping. KBA (komunitas berbasis asrama) menjadi pusat penyaluran program sehingga lebih terukur dan terkontrol. Pada peringatan Milad kedua tanggal 9 juni 2011, Griya Yatim dan Dhuafa melaunching logo dan identitas barunya menggantikan logo sebelumnya. Atas inovasi yang dilakukan dalam pola mengasuh dan memberdayakan anak yatim dan dhuafa, GYD mendapat pengakuan dari museum rekor Indonesia (MURI) sebagai lembaga sosial pertama di dunia yang menggunakan kartu ATM dalam menyalurkan bantuan kepada penerima manfaatnya. Sebagai lembaga yang mengusung misi amanah dan professional, atas inisiatif sendiri GYD juga telah diaudit oleh institusi akuntan publik dan pada audit perdananya ini GYD berhasil memperoleh predikat “wajar tanpa pengecualian”. GYD bertekad agar di tahun ini dan seterusnya keberadaannya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia termasuk dengan pembukaan jaringan atau asrama dan kantor pelayanan di 10 propinsi. Dengan keyakinan kuat untuk bisa memberikan manfaat yang semakin besar, GYD berdaya upaya untuk menjadi organisasi dhuafa meraih masa depannya yang lebihbaik.1 Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa mempunyai maksud dan tujuan dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut yayasan menjalankan kegiatan sebagai berikut:
1
Buku Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa.
45
a.
Di bidang Sosial, diantaranya: 1) Menyediakan fasilitas pelayanan bagi panti asuhan, panti jompo, dan panti werda. 2) Mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan laboratorium. 3) Mengadakan studi banding.
b.
Di bidang Kemanusiaan, diantaranya: 1) Memberikan bantuan kepada anak-anak yatim piatu, fakir miskin, korban bencana alam, dan pengungsi. 2) Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah duka. 3) Menjalankan kegiatan dalam rangka perlindungan hak asasi manusia dan pelestarian lingkungan hidup. 4) Memberikan bantuan dalam bentuk pengobatan, perawatan, penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. 5) Memberikan bantuan kepada, penyuluhan, bimbingan serta kegiatan yang terkait untuk rehabilitasi narkoba. 6) Memberikan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan gelandangan. 7) Memberikan perlindungan kepada konsumen. 8) Melestariakan lingkungan hidup.
c.
Di bidang Keagamaan, diantaranya: 1) Menyelenggarakan kelompok bimbingan haji dan umroh. 2) Mendirikan saran ibadah. 3) Melaksanakan syiar keagamaan melalui buku-buku rohani, kaset,
46
majalah-majalah, buletin-buletin, dan bacaan-bacaan rohani yang tidak dapat diperjualbelikan. 4) Studi banding keagamaan. 2. Visi Misi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. a. Visi Menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa. b. Misi 1) Pemberdayaan potensi Yatim dan Dhuafa 2) Menjadi fasilitator yang memiliki integritas 3) Menjadi organisasi yang professional dan modern 4) Menjadi organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.2 3. Letak Geografis. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa berlokasi di perum kranggan permai jl. Merak raya Blok AP 1/8 Rt 001/105 kelurahan jatisampurna Bekasi Telepon 021-85532234, website www.griyayatim.com secara geografis lokasi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat strategis. Letaknya tidak jauh dari jalan raya, sehingga mudah diakses bagi seluruh karyawan dan para donatur. 4. Program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. a. Program Pendidikan 1) Gema (Generasi Mandiri Yatim Dhuafa) Merupakan program pembinaan yang dikhususkan kepada anak-anak yatim maupun dhuafa yang tinggal di asrama-asrama GYD. Pembinaan ini meliputi pembinaan di bidang agama, 2
AKTA NOTARIS Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa.
47
akademis maupun pelatihan life skill, tujuan dari pembinaan ini adalah agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. 2) Basis (Beasiswa Untuk Berprestasi) Merupakan program beasiswa yang diberikan kepada anak yatim dan dhuafa berprestasi baik yang tinggal di asrama (mukim) maupun yang tidak tinggal di asrama (non mukim). 3) Segar (Sekolah Gratis Bagi Anak Yatim dan Dhuafa) Merupakan program santunan pendidikan (penuh) yang diberikan kepada anak-anak asuh yatim maupun dhuafa dalam bentuk biaya sekolah maupun perlengkapan sekolah, saat ini program SEGAR baru diperuntukkan untuk anak usia sekolah dari jenjang SD sampai SMP. b. Program Sosial 1) Si Balap (Donasi Barang Layak Pakai) Merupakan program santunan berupa barang-barang layak pakai seperti komputer, perangkat elektronik, buku-buku, mainan anak-anak dan lain-lain. 2) Bendistore (Bekas Namun Trendi) Unit usaha sosial yang menerima dan memasarkan barangbarang bekas bernilai yang diperoleh dari donasi para donatur termasuk titipan dari para pemilik barang yang menitipkan barangnya untuk dipasarkan melalui gerai bendistore. Hasil penjualan barang-barang bekas akan disalurkan kepada yang kurang beruntung melalui program kemanusiaan, kesehatan, dan pendidikan.
48
3) Sempati (Santunan Peduli Anak Yatim Dhuafa non Panti) Merupakan program santunan regular tiap bulan yang diberikan kepada anak-anak yatim dan dhuafa yang tidak tinggal di asrama (non mukim). 4) Kasifa (Kotak Solidaritas Yatim dan Dhuafa) Merupakan program santunan melalui kotak amal yang ditempatkan di tempat-tempat umum seperti tempat perbelanjaan, toko, rumah makan, kantor, dan lain-lain. 5) Bina Lansia Merupakan program sosial Griya Yatim dalam pembinaan dan santunan kepada para Dhuafa lanjut usia. c. Program Pemberdayaan 1) Pekan (Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Yatim dan Dhuafa) Merupakan program pembinaan dalam bentuk pelatihan life skill seperti teknisi komputer, HP, sepeda motor, kursus menjahit, merangkai bunga, dan lain-lain. Program ini diperuntukkan bagi anak-anak yatim maupun dhuafa yang sudah remaja baik yang tinggal diasrama maupun tidak tinggal diasrama. 2) Si Mantap (Aksi Dhuafa Mandiri Bangkit dan Produktif) Merupakan program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dengan sasaran bunda yatim dan para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil mereka. Program ini berbentuk pemberian modal usaha dan pelatihan keterampilan kewirausahaan.
49
3) Smart Leadership Center Merupakan program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang sasarannya adalah remaja-remaja dhuafa dari umur 13 tahun. d. Program Kemanusiaan. 1) GDR (GriyaYatim Disaster Relief) Merupakan program kemanusiaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang dikhususkan untuk anak-anak yatim dan dhuafa di daerah bencana karena saat ini Indonesia masih menjadi salah satu Negara yang sangat rawan terhadap bencana. 2) GYD Sehat Merupakan program sosial Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang dikhususkan bagi keluarga dhuafa. Program ini berbentuk pemeriksaan kesehatan, pengobatan gratis, dan penyuluhan kesehatan bagi yang memerlukan. 3) GYD Hijau Merupakan program yang ditujukan kepada segenap karyawan dan anak-anak asuh yang tinggal diasrama sebagai bentuk komitmen GYD terhadap upaya pelestarian lingkungan. Program ini bukan saja diberlakukan dalam lingkungan GYD saja tetapi juga diberlakukan diluar lingkungan GYD. e. Program Wakaf Wakaf LEC (Life Skill dan Education Center)
50
Merupakan program wakaf untuk pembebasan dan pembangunan fasilitas life skill dan education center beserta asrama yatim dan dhuafa. Lokasi pembebasan Jl. Rawa buntu Blok Y No. 3 BSD sektor 1.2.
B. Struktur Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki struktur kepengurusan agar program yang ada di yayasan bisa berjalan dengan baik. Struktur yayasan terdiri dari: Pembina, Dewan Syaraiah, Ketua Yayasan, Sekretaris, Bendahara, HRD, Funding, Humas, Operational, dan Wakaf. Gambar 1 Struktur Organisasi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Sumber: Buku Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa merupakan lembaga sosial yang ingin menjadi organisasi terbaik dalam pengasuhan dan pemberdayaan anak yatim dan kaum dhuafa, oleh karena itu Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa menjembatani kepedulian para dermawan kepada anak-anak yatim dan dhuafa melalui program pendidikan dan keterampilan untuk membantu mewujudkan harapan-harapan mereka. Program tersebut akan diuraikan dan dianalisa dari hasil observasi oleh penulis sebagai berikut.
A. Tugas Utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan. Tidak semua orang mempunyai nasib yang sama, ada di antara kita orang-orang yang memiliki nasib di bawah kemampuan untuk mencapai kelayakan hidup yaitu anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Yatim dan dhuafa merupakan masalah sosial yang harus kita selesaikan bersama. Salah satu solusinya adalah memberdayakan mereka sehingga mereka mampu untuk mandiri dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang dapat mereka manfaatkan sebagai bekal hidup di masa depan. Kaum dhuafa berhak untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah dan lingkungan sekitar sebab masalah ini membutuhkan solusi yang sangat efektif bagi pertumbuhan hidup mereka khususnya dalam hal bidang pendidikan, mental, dan keterampilan. Oleh sebab itu kami tidak hanya memberikan bantuan materi, kami juga memperhatikan hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh mereka anak-anak yatim dan dhuafa.
51
52
Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tarjuni: Dalam programprogram kami di antaranya yaitu sekolah gratis dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi, program GEMA (Generasi Mandiri Yatim Dhuafa) yang ada di lingkungan asrama saja, sedangkan untuk keterampilannya kami menyelenggarakan program PEKAN (Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Yatim dan Dhuafa), masih ada juga seperti pelatihan bengkel, dan tata boga.1
Apa yang dikatakan Bapak Tarjuni tentang program dan kegiatan yayasan sesuai dengan pengamatan penulis dilapangan yaitu adanya sekolah gratis, program beasiswa, program pelatihan keterampilan, serta pelatihan bengkel dan tata boga, sehingga data yang diperoleh benar-benar valid. Kaum dhuafa di masing-masing daerah memang merupakan masalah yang sangat butuh perhatian, kaum dhuafa ini mempunyai berbagai macam masalah yang berbeda-beda. Sebab pemicu ketidakmampuan mereka dalam hal materi bukan hanya berdasarkan atas pengangguran belaka, melainkan ada banyak faktor penyebab yang menjadikan mereka tidak mampu menopang kebutuhan hidup mereka. Tugas utama yang dilakukan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap anak-anak yatim dan kaum dhuafa diantaranya: 1. Pendidikan Formal Tugas ini merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku bagi anak-anak yatim yatim dan kaum dhuafa dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengejaran dan pelatihan. 2. Pendidikan Non Formal Tugas ini memberikan sebuah pelatihan keterampilan yang 1
Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20 Mei 2014 di kantor yayasan GYD
53
ada diyayasan seperti smart leadership, pelatihan handphone, serta pelatihan otomotif, sehingg anak-anak mempunyai keahlian dalam dirinya. 3. Melatih Bakat Tugas ini melatih kepada anak-anak agar bakat yang ada dalam dirinya bisa keluar untuk menjadi keahlian bagi dirinya, sehingga dapat mereka manfaatkan sebagai bekal hidup di masa depan. 4. Kesadaran Sosial Tugas ini mendidik
anak-anak untuk mempunyai jiwa
sosial atau saling membantu kepada sesama dengan cara menanamkan
nilai-nilai
kebersamaan,
yakni
saling
tolong
menolong, saling toleransi, serta saling menyayangi. Untuk menangani masalah sosial ini Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melakukan suatu studi yang cermat, melalui pengkajian yang mantap sehingga program yayasan dalam pemberdayaan anak-anak yatim dan dhuafa dapat memiliki efektifitas yang tepat, yaitu melalui tahap pendataan pedagangpedagang kecil melalui program warung binaan sehingga yayasan GYD dapat membina warung-warung kecil kemudian diberikan modal dengan tetap adanya kontrol dari yayasan. Di samping yayasan GYD melakukan pendataan para pedagang kecil untuk diberikaan binaan dan modal tambahan, yayasan pun melihat tingkatan umur anak yatim dan dhuafa. Apabila usia mereka adalah usia lingkup pendidikan, maka yayasan GYD akan memberdayakannya melalui pendidikan
54
dengan mengikutsertakan dalam pendidikan formal yang ada di lingkungan masyarakat, dan bagi mereka yang sudah mencapai usia dewasa, maka yayasan GYD memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan supaya mereka dapat menghasilkan income untuk memenuhi kehidupan mereka masing. Inilah pemberdayaan yang dilakukan yayasan GYD dalam membantu kaum anak yatim dan dhuafa, yang pada akhirnya mengarah kepada kemandirian. Tujuan yayasan GYD dalam pemberdayaan anak-anak yatim dan dhuafa ini mengarah kepada kemandirian, sebab pemberdayaan jika tidak sampai kepada tingkat kemandirian, maka tidak berhasil disebut sebagai pemberdayaan seperti yang dipaparkan oleh Wakil Ketua yayasan GYD, Bapak Tarjuni ; Pemberdayaan kaum dhuafa adalah memberikan pembekalan diri yang tujuan akhirnya adalah kemandirian, jadi pemberdayaan kalau tidak ada kemandirian bukan disebut dengan pemberdayaan, optimalisasinya adalah dengan cara membina, mendidik sampai menghasilkan kemandirian, jadi tujuan akhirnya adalah kemandirian.2 Pelaksanaan
pemberdayaan kaum dhuafa dalam pendidikan yang
dilakukan oleh yayasan GYD diantaranya adalah memberikan mereka keterampilan melalui pelatihan-pelatihan seperti pelatihan memasak bagi ibuibu agar kiranya mereka mampu untuk membuat kue yang hasilnya akan dijual sebagai sumber penghasilan, ada pula melalui pelatihan teknisi HP, pelatihan montir otomotif yang bekerja sama dengan AHAS di Solo selama 3 bulan, kemudian mereka yang telah mengikuti pelatihan keterampilan tersebut dapat diberdayakan sesuai keahlian yang telah mereka peroleh dari pelatihan tersebut. Hal ini dipaparkan oleh salah satu staff yayasan Griya Anak Yatim 2
Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20 mei 2014 di kantor yayasan GYD
55
dan Dhuafa, bapak Nasrullah. Beliau mengatakan : Dalam pemeberdayaan anak yatim dan dhuafa, kami mengadakan program PEKAN ( pelatihan Keterampilan untuk Anak Yatim dan Dhuafa) dalam proses pemberdayaan ini kita sudah banyak mengadakan pelatihan, kita pernah mengadakan pelatihan memasak bagi kaum ibu, latihan memasak ini bukan hanya untuk sekedar memasak konsumsi diri sendiri, namun memasak yang produktif yang dapat menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Kami juga mengadakan pelatihan teknisi HP bagi para remaja yang baru saja putus sekolah agar mereka mempunyai keterampilan. Dan yang pernah kami lakukan juga adalah pelatihan montir yang bekerja sama dengan AHAS di Solo selama 3 bulan. Anak-anak asuh kita berdayakan sebagai montir dengan rekomendasi dari AHAS sendiri.3 Apa yang dikatakan Bapak Nasrulloh yang menjadi faktor penghambat yaitu motivasi dari anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang minim ini sesuai dengan jawaban Yusron sebagai peserta program yang mengataka faktor penghambatnya yaitu datang dari diri sendiri yang terkadang malas. Kriteria anak asuh dan sasaran pemberdayaan yayasan GYD adalah mereka anak-anak yatim, kaum dhuafa, kaum lansia, dan bahkan ada juga bayi yang mereka rawat dengan baik. Namun yang diprioritaskan adalah para remaja demi menggali potensi mereka. Pemberdayaan yang dilakukan yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melalui pendidikan, pelatihan ketrampilan, dan pembinaan usaha sekaligus pemberian
modal
usaha
tambahan,
diharapkan
dapat
meningkatkan
kesejahteraan anak yatim dan kaum dhuafa menuju kemandirian ekonomi, sikap, dan kreatifitas. Dengan demikian apa yang dicita-citakan yayasan GYD sejak tahun 2008 untuk menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan anak yatim dan dhuafa dengan memberdayakan, memfasilitasi 3
Wawancara pribadi dengan Staff Operational ManajerYayasan GriyaYatim dan Dhuafa. Kamis, 22 Mei 2014 di kantorYayasan GYD.
56
yang memiliki integritas, menjadi organisasi yang profesional dan modern, dan peduli dengan lingkungan hidup dapat tercapai secara maksimal.
B. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, dalam perannya sebagai organisasi sosial untuk membangun masa depan anak yatim dan dhuafa menyadari betapa pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak untuk menggali potensi anak asuh yayasan melalui program pendidikan dan keterampilan. Dalam hal harapan pelaksanaan pemberdayaan anak yatim dan dhuafa yayasan griya yatim dan dhuafa melakukan upaya-upaya tertentu untuk membentuk karakter mereka agar memperoleh pemahaman dan kemampuan pengembangan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Anak yatim dan dhuafa yang semula dipandang lemah oleh masyarakat umum, apabila tidak ditangani secara efisien akan menjadi individu-individu yang tidak dihargai dan dipandang sebelah mata. Oleh sebab itu yayasan Griya yatim dan dhuafa melakukan pemberdayaan bagi mereka dengan mendorong serta memotivasi anak asuh agar memiliki kesadaran masa depan dan kesadaran diri terhadap potensi yang mereka miliki. Berdasarkan tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa mempunyai harapan kepada anak-anak yatim dan kaum dhuafa diantaranya: 1. Terbentuknya Karakter Dengan terbentuknya karakter mereka mampu memperoleh pemahaman dan kemampuan pengembangan diri dalam kehidupan
57
bermasyarakat sehingga tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. 2. Mempunyai Keterampilan. Dengan mempunyai keterampilan mereka mampu bersaing khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan tekhnologi, sehingga mereka bisa menjalankan kehidupannya dengan mandiri. 3. Mengembangkan Bakat. Dengan bakat yang sudah dimiliki dalam dirinya mereka bisa mengembangkan bakat yang lainya sehingga persaingan hidup yang begitu komplek bisa mereka hadapi dengan baik untuk kehidupannya. Dalam usahanya yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ingin membangun sekolah yang berbasisi Life Skill yang secara konsepnya berbeda karena sekolah ini diharapkan akan menciptakan alumni-alumni yang sudah siap untuk diberdayakan sesuai potensinya masing-masing sesuai dengan kurikulum international. Hal ini diungkapkan oleh bapak Nasrullah sebagai staff yayasan. Beliau mengatakan ; Strategi pemberdayaan griya yatim dan dhuafa saat ini adalah di bidang pendidikan dan keterampilan lebih kepada pelatihan-pelatihan untuk anak-anak kita yang memang pada saat ini kita sedang fokus, di awal 2013 kemarin, kita mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang cenderung konsepnya adalah memberikan pelatihan life skill kepada mereka. Sekolah itu memang betul-betul mengarahkan mereka kepada ketrempilan dan tidak otoriter, justru kita menggali potensi yang perlu digali dari mereka.4
4
Wawancara pribadi dengan Staff Operational Manajer Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Kamis, 22 mei 2014 di kantor yayasan GYD.
58
Yayasan griya yatim dan dhuafa dalam hal ini ingin membentuk anak yatim dan dhuafa sebagai anak binaan yang memiliki keterampilan dan potensi bagi kehidupan mereka di masa depan. Bahkan tidak hanya kepada anak yatim dan dhuafa saja, yayasan griya yatim dan dhuafa melakukan pendataan pedagang-pedagang kecil yang nantinya akan diberikan pelatihan dan tambahan modal usaha agar lebih maju dalam bidang perekonomiannya. Sebagai mana yang telah diungkapkan oleh Bapak Tarjuni selaku wakil ketua yayasan: Strategi pelaksanaan pemberdayaan awal mulanya kita mendata para pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga kita bisa membina warung-warung kecil kemudian kita berikan modal dengan adanya pengontrolan dari pihak kami.5 Selain dari pada itu strategi yang dilakukan griya anak yatim dan dhuafa adalah memberikan pendidikan mendasar tentang keagamaan, yang mana anak asuh diberikan kegiatan beribadah seperti adanya pengajian AlQur’an setiap subuh agar mereka mengenal kitab suci agama Islam sebagai pedoman dalam hidupnya, mereka diajak untuk bermuhasabah (Introsfeksi diri) agar terbangun sebuah kesadaran yang tinggi akan pentingnya hidup dan menjadi individu yang bermanfaat, sebab tumbuhnya rasa syukur yang mendalam dalam diri mereka, yayasan juga mempunyai program pelatihan khitobah (pelatihan Da’i) agar sekiranya ketika mereka hidup di masyarakat tidak hanya bergelut dengan ekonomi, namun setidaknya mereka mampu menjadi kader-kader Islam masa depan. Banyak strategi yang dilakukan yayasan griya anak yatim dan dhuafa
5
Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20 mei 2014 di kantor yayasan GYD.
59
ini sebagai bekal mereka baik dalam pembangunan mental maupun daya saing kehidupan modern yang luar biasa, yayasan GYD berharap dengan adanya pemberdayaan ini anak-anak asuh yayasan dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyrakat lingkungan sekitar. Dan hal ini sudah terbukti dengan adanya beberapa event kejuaraan yang telah diraih oleh anak asuh dari yayasan ini, diantaranya yaitu meraih kejuaraan MTQ seDKI Jakarta tingkat SD dan pernah meraih kejuaraan olimpiade matematika tingkat Nasional, dan juga pernah menjuarai perlombaan menggambar terfavorit di sekolah Jepang. Pendampingan merupakan salah satu diantara strategi pemberdayaan juga bagi yayasan griya yatim dan dhuafa. Dalam pendampingan yayasan setidaknya menyiapkan 3 tutor bagi setiap asrama yang terdiri dari internal GYD diantaranya ketua asrama, Ibu asrama, dan cutomer servis, dan yayasan juga mengadakan kerjasama dengan para mahasiswa khususnya yang ingin mengabdikan diri untuk berbagi ilmu kepada anak asuh di yayasan. Hal ini diceritakan oleh Bapak Tarjuni:
Kami mengadakan pendampingan bagi bagi anak yatim dan dhuafa yang tinggal di asrama dengan tutor minimal 3 orang setiap asrama, yang terdiri dari ketua asrama, ibu asrama, dan cutomer servis, selain dari pada itu kami juga bekerjasama dengan para mahasiswa yang ingin mengabdikan diri untuk mengajar dan berbagi ilmu kepada anak-anak asuh kami.6 Semua strategi yang dupayakan oleh yayasan GYD bertujuan kepada pendidikan, sosial, dan pemberdayaan, tujuan dari masing-masing program adalah memberikan spirit motivasi dan mencapai kemanfaatan sesuai dengan
6
Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20 mei 2014 di kantor yayasan GYD.
60
slogan yayasan GYD yaitu Care and Integrity. Yang mana slogan yang mereka usung adalah masa depan mereka adalah tanggungjawab kami. Slogan ini mendorong kepada yayasan griya anak yatim dan dhuafa untuk melakukan pendidikan, pembinaan, dan pemberdayaan dengan sebenar-benarnya agar tercapai sebuah kemandirian dengan mental iman yang sangat kuat, menjadi individu yang disebutkan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang memberikan manfaat baik bagi orang lain, cerdas, maju, disiplin, dan mandiri. Pelaksanaan program pemberdayaan ini dilakukan dengan metode klasical yaitu pembelajaran materi di dalam kelas, dan yang terpenting setelah itu adalah praktek langsung terjun ke lapang untuk pemantapan penguasaan keterampilan. Hal ini juga disebutkan oleh Bapak Tarjuni: Pelaksanaan program ini ada beberapa metode, yang pertama dengan metode klasical artinya para anak asuh diberikan materi di dalam ruangan kelas, dan yang ke dua yaitu dengan metode praktek di lapangan.7 Pembelajaran, pelatihan, praktek, dan penggalian potensi yang dilakukan yayasan griya yatim dan dhuafa adalah wujud dari kepedulian sosial dan religi, sebab tidak hanya memberikan keterampilan semata, di yayasan griya anak yatim dan dhuafa ini, mereka sebagai anak asuh dibina ilmu agama agar bukan hanya menjadi orang yang bernilai secara duniawi, namun juga sebagai nilai ibdah mereka kepada Allah SWT dalam jangka panjang.
7
Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa 20 mei 2014 dikantor yayasan GYD.
61
C. Harapan Kaum Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan. Perkembangan berbagai aspek semakin maju, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan penduduk yang pesat dengan semakin bertambahnya angka Natalitas (Kelahiran) yang semakin tahun semakin bertambah sehingga populasi penduduk menjadi bertambah yang mengakibatkan kepada persaingan usaha, ekonomi, lahan pekerjaan dan sarana pendidikan yang semakin terlihat komersil yang mengakibatkan banyak diantara masyarakat yang lemah untuk mengikuti perkembangan tersebut. Dengan adanya hal yang terjadi saat ini yaitu jumlah anak yatim dan dhuafa yang putus sekolah, tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran), dan miskin, akibat tidak meratanya kesejahteraan ekonomi, mahalnya biaya pendidikan yang menyebabkan mereka tak berdaya di tengah-tengah kemajuan ekonomi dan teknologi. Adanya hal tersebut menjadi sebuah dorongan berdirinya yayasan griya anak yatim dan dhuafa yang menjadi harapan bagi kaum dhuafa serta ingin ikut berperan dalam mengatasi masalah tersebut dengan program pemberdayaan. Sebuah pemberdayaan tentu membutuhkan banyak perangkat untuk menopang berjalanannya berbagai program, wadah, dan sistem. Oleh sebab itu setiap elemen masyarakat dan lingkungan sekitar perlu menyadari akan pentingnya hal tersebut agar ikut serta dalam melaksanakan pemberdayaan bersama yayasan. Namun tidak terlepas dari itu yayasan adalah tempat di mana aspek-aspek urgen masuk di dalamnya dan siap untuk dikelola agar segala amanah dapat diemban dengan sebaik-baiknya terutama amanah para donatur yang telah berpartisipasi dalam pendanaan, penyediaan alat-alat dan sumbang saran kepada yayasan griya yatim dan dhuafa.
62
Peran Yayasan griya anak yatim dan dhuafa adalah sebagai jembatan atau fasilitator untuk menggali potensi dari mereka, memberikan pembekalan pendidikan formal dan agama, juga memberikan pelatihan keterampilan sebagai bekal kemandirian secara ekonomi. Yayasan griya anak yatim dan dhuafa juga sebagai wadah penyalur dana dari para donatur yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya bagi anak yatim dan dhuafa yang kemudian dikelola dengan sebaik-baiknya oleh yayasan dengan kadar yang sesuai dan tepat untuk pelaksanaan-pelaksanaan pendidikan, pelatihan-pelatihan, dan untuk pemberian modal tambahan bagi mereka pedagang-pedagang kecil yang telah mengikuti pembinaan. Paparan ini diungkapkan oleh bapak pardinal selaku staff yayasan griya yatim dan dhuafa, beliau mengatakan: Peran kami adalah sebagai jembatan untuk menyampaikan amanah dari para donatur sekaligus penyelenggara pendidikan dan pemberdayaan bagi anak yatim dan dhuafa dengan merancang program-program yang menunjang demi kemndirian mereka dalam kehidupan masa depan dan bermasyarakat.8 Dalam mendidik anak asuh yayasan griya yatim dan dhuafa senantiasa membina dengan pendekatan yang baik dan kekeluargaan, sehingga para pendidik di yayasan griya yatim dan dhuafa dapat berperan sebagai keluarga mereka yang yatim dan sebagai sahabat bagi mereka kaum-kaum dhuafa. Memelihara keakraban, selalu berusaha agar dapat menjadi tauladan, saling berbagi cerita kehidupan agar menjadi penggugah motivasi mereka dalam memandang masa depan yang lebih baik. Peranan yayasan tidak hanya sebagai fasilitator, namun juga sebagai mitra untuk membina akhlak yang baik, sehingga benar-benar adanya perubahan sikap pada anak asuh. Hal ini dilakukan dengan kedisiplinan 8
Wawancara pribadi dengan Staff Junior Manajer Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa 20 mei 2014 dikantor yayasan GYD.
63
ibadah, pengenalan agama, dan memperdalam isi kandungan Al-Qur’an. Agar mereka mempunyai pondasi iman yang kuat dan menghiasi dirinya dengan sikap-sikap sesuai norma agama dan sosial. Untuk mengetahui hasil dari upaya yayasan untuk mendidik dan memberdayakan yaitu diadakannya evaluasi dan pengkajian kasus dalam mengetahui tindakan dan perubahan pada setiap anak asuh dan peserta binaan. Hasil yang telah dicapai berkat peran yayasan diantaranya adanya perubahan yang signifikan pada sikap anak-anak asuh yang semakin menyadari akan pentingnya bekal ilmu dan keterampilan untuk hidup di masa depan, bahkan sudah ada yang dapat mengabdikan diri di yayasan sebagai IT yang membantu berjalannya manajemen yayasan dalam pengolahan data. Ada juga yang telah berprestasi dalam hal pendidikan seperti telah meraih kejuaraan pada berbagai perlombaan, yang mana ini akan menjadi fokus yayasan untuk mengembangkan potensi mereka khususnya dalam bidang pendidikan supaya nantinya mereka juga dapat mengabdi di yayasan untuk berbagi ilmu dan pengalamannya. Hal ini diceritakan oleh Bapak Tarjuni : Peran kami dalam mendidik, melatih, dan memberikan tambahan modal alhamdulilah menuai hasil yang baik. Ada beberapa anak asuh yang saat ini sudah membantu kami dalam bidang IT, pada tahun ini ada 3 anak asuh yang semuanya perempuan, mereka telah memberikan kebanggaan bagi kami dan mengabdikan diri di tempat mereka tumbuh dan dewasa.9 Semua itu merupakan proses dan hasil dari pemberdayaan yang
9
WawancarapribadidenganWakilKetuaYayasanGriyaYatimdanDhuafa.Selasa, 2014 dikantoryayasan GYD.
20
mei
64
dilakukan oleh yayasan griya yatim dan dhuafa sebagai fasilitator dan pendamping bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan dan mental mereka.
D. Kesesuaian Antara Kewajiban/Tugas dan Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan. Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, tugas yang dilakukan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa kepada kaum dhuafa dengan memberikan bantuan materi, serta memperhatikan hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh mereka anak yatim dan kaum dhuafa khususnya dalam hal bidang pendidikan, mental, dan keterampilan. Bidang tersebut sangat memberi harapan kepada anak yatim dan kaum dhuafa, dengan bekal pendidikan diharapkan agar mereka mempunyai masa depan yang lebih baik. Adapun harapan yayasan kepada kaum dhuafa agar mereka mempunyai karakter untuk memperoleh pemahaman
dan
kemampuan
pengembangan
diri
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Begitu juga kaum dhuafa terhadap yayasan griya yatim dan dhuafa dalam program pendidikan keterampilan, yaitu memberikan pendidikan yang berperan sebagai keluarga mereka yang yatim dan sebagai sahabat bagi mereka kaum-kaum dhuafa, memelihara keakraban dengan mereka, selalu berusaha agar dapat menjadi tauladan, saling berbagi cerita kehidupan agar menjadi penggugah motivasi mereka dalam memandang masa yang lebih baik. Dengan demikian keterkaitan antara tugas dan harapan yayasan serta harapan kaum dhuafa dalam program pendidikan keterampilan menunjukkan
65
bahwa yayasan griya yatim dan dhuafa telah menjalankan peranannya dengan baik, sehingga ada keterkaitan antara kewajiaban/tugas dan harapan yang dilakukan yayasan griya yatim dan dhuafa, serta harapan kaum dhuafa. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam menjalankan tugas dan kewajiban mengacu pada program yang telah dibuat, sehingga program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan para kaum dhuafa sebagai bekal mereka untuk hidup bermasyarakat dan menatap masa depan. Anak-anak yatim dan kaum dhuafa merasa senang dengan program yang diberikan yayasan, namun hal ini bahwa ketidaksesuaian antara yayasan dengan kaum dhuafa sangat kecil, karena apabila terjadi ketidaksesuaian yang menjadi penghambat dalam program yang dilakukan yayasan kepada kaum dhuafa, maka
yayasan cepat
mengambil
sikap dengan melakukan
pembicaraan dengan anak-anak yatim dan kaum dhuafa dan selanjutnya yayasan mengadakan rapat guna menyelesaikan masalah sacara bersamasama. Maka dari itu Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan menurut pengamatan penulis, telah melakukan tugas dan kewajiban sebagai lembaga sosial yang profesional, sehingga memberikan harapan penuh kepada anakanak yatim dan kaum dhuafa untuk masa depan mereka yang lebih baik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Keawjiban dan tugas yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam hal memberdayakan kaum dhuafa dengan menyediakan pendidikan formal maupun non formal, melatih bakat dan keterampilan kaum dhuafa, meningkatkan kesadaran sosial dan agama. Keterasingan kaum dhuafa dari hal-hal demikianlah yang melatarbelakangi yayasan griya yatim dan dhuafa untuk lebih memerankan tugas dan kewajiban sebagai media (fasilitator) dalam mengakomodasi kebutuhan bagi masa depan kaum dhuafa. 2. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap kaum dhuafa dalam pendidikan dan keterampilan di yayasan griya yatim dan dhuafa adalah merupakan program pendidikan alternative untuk pemberdayaan kaum dhuafa yang tidak mampu dalam hal ekonomi, pendidikan, dan sosial. Hal inilah yang membuat yayasan griya yatim dan dhuafa memberikan bimbingan
(pemberdayaan)
terhadap
kreatifitas
pendidikan
dan
keterampilan kaum dhuafa, dalam mengembangkan bakat, menyalurkan, dan meningkatkan kapasitas intelektualnya masing-masing. 3. Harapan kaum dhuafa terhadap Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam program pendidikan keterampilan adalah dalam mendidik senantiasa membina dengan pendekatan yang baik dan kekeluargaan, sehingga para
66
67
pendidik dapat berperan sebagai keluarga serta memelihara keakraban dan selalu berusaha menjadi tauladan serta saling berbagi cerita kehidupan agar menjadi penggugah motivasi dalam memandang masa depan yang lebih baik. 4. Menunjukkan bahwa yayasan griya yatim dan dhuafa telah menjalankan perannya dengan baik, sehingga terdapat kesesuaian antara peran yayasan dan harapan yayasan serta harapan kaum dhuafa dalam program pendidikan keterampilan. Program tersebut memang dibutuhkan oleh kaum dhuafa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dan menatap masa depan. Oleh karena itu kewajiban/tugas dan harapan yayasan tidak mengalami hambatan
yang begitu besar
yang berdampak pada
ketidaksesuaian, karena tugas dan kewajiban yang diberikan oleh yayasan sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak-anak yatim dan kaum dhuafa. B. Saran 1. Kepada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa lebih meningkatkan profesionalisme
tugas/kewajiban
dalam
memberikan
pendidikan
keterampilan kepada kaum dhuafa dalam pelatihan-pelatihan atau penataran-penataran yang bersifat mendidik atau keilmuan, sehingga yayasan yang professional dan berkualitas akan membantu menghasilkan output yang baik. 2. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap kaum dhuafa yaitu agar pendidikan keterampilan yang diberikan kepada kaum dhuafa dapat memberikan perubahan sikap dan mental, sehingga para kaum dhuafa setelah menjalani pendidikan keterampilan mampu bersaing dalam
68
kehidupan sehari-harinya. 3.
Hendaknya Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa selalu memperhatikan para kaum dhuafa dan juga fasilitas-fasilitas yang ada di yayasan dapat dibenahi dan ditambah serta agar program bisa berjalan dengan baik.
4. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa agar selalu menjaga dan memperhatikan tugas dan kewajiban dalam memberikan pendidikan, sehingga harapan yayasan dan harapan kaum dhuafa dapat tetap terjaga kebersamaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adam Kuper, Jessika Kuper. enslikopedia Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Ahmad Syafe’I, Agus. Manajemen Pengembangan Masyarakat Gerbang Masyarakat Baru. Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001. Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama, Lingkungan Sekolah dan Orang Tua Murid. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990. Azra, Azyurmardi. Bederma Untuk Semua. Jakarta: Teraju, 2003. Bungin. Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Center for Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta. Jakarta: CeQDA, 2007. Dault, Adiyaksa. Islam dan Nasionalisme. Jakarta: Yadaul, 2003. Duvenger, Maurice. Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Effendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo, 2002. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983. Hidayati. Nurul S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif, Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006. Hikmat, Hari. Strategi Pemberdayaan Masyaraka. Bandung: Humaniora Utama Press, 2010. Kurniawan, Ari. Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Makmur, Drs. Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2012.
Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010. N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern. Exploration Role Analiysis dalam David Barry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 Partanto, Pius A dan Al-Barry. Dahlan M. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994. Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Rachibi, Didik J. Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Grasindo. Anggota Ikapi, 2001. Roesmidi, H dan Risyanti, Riza. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: ALQAPRINT, 2006. Rukminto Adi, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. 2001. Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Dasar/Ajar Atas Biaya Dipa UIN Syarif Hidayatullah, 2005. Salam, Syamsir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Shadili, Hasan, (ed). Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7. Jakarta: PT ichtiar Baru Van Hoeve, 2001. Samana, Mpd, Drs. A. Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992. Singarimbun, Masri. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3S, 1989. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005. Suhartini, Rr, Halim, Imam Khambali, Abdul Basyid. Model-model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT . LKiS Pelangi Aksara. 2005. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Sumodiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.
dan
Pengembangan
...................., Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC, 1999. Soewadji. Jusuf Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003.
Tampubolon, Mangatas. Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001. Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Press, 2013. Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara,1998. Usman Ismail, Asep dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhuafa. Jakarta: Dakwah Press, 2008. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003. Yusuf Taybnafis. Farida. Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Sumber Lain Tim Penyusun. Majalah Jendela Info, Satukan Hati Lebih Peduli. Tanggerang: Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, 2014. Tim Penyusun. Profil, Care & integrity. Tanggerang: Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, 2009.
Instrumen Wawancara Dengan Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa Nama
:
Jabatan
:
Tgl/hari/tempat wawancara
:
1. Bagaimana sejarah berdirinya yayasan griya yatim dan dhu’afa? 2. Apa menjadi tujuan utama yayasan griya yatim dan dhu’afa? 3. Apa yang menjadi visi dan misi yayasan griya yatim dan dhu’afa? 4. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim? 5. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama? 6. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa? 7. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut? 8. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak? 9. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa ? 10. Apa
saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
pelaksanaan
program
pemberdayaan kaum dhu’afa? 11. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa? 12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa? 13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya? 14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhu’afa? 15. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhu’afa dalam aspek kognitif? 16. Apa perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik?
Instrumen Wawancara Dengan Staf Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa Nama
:
Jabatan
:
Tgl/hari/tempat wawancara
:
1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim? 2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak-anak yang tinggal disisni? 3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama? 4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa? 5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhu’afa? 6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak? 7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? 8. Apa
saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
pelaksanaan
program
pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? 9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? 10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? 11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? 12. Apa
hasil
yang
dicapai
anak-anak
selama
melaksanakan
program
pendidikan/pelatihan keterampilan? 13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhu’afa dalam aspek kognitif? 14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?
Instrumen Wawancara dengan Tutor/Pendamping Nama
:
Jabatan
:
Tgl/hari/tempat
:
1. Sudah berapa lama bapak/ibu di yayasan griya yatim dan dhu’afa? 2. Bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan? 3. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim? 4. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa? 5. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut? 6. Apa dan bagaimana pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak/ibu? 7. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak/ibu? 8. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa
melalui
pendidikan/pelatihan keterampilan ? 9. Apakah pendidikan/pelatihan keterampilan ini berpengaruh buat anak-anak? 10. Apa
saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
pelaksanaan
program
pemberdayaan kaum dhu’afa? 11. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa? 12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa? 13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya? 14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhu’afa melalui pendidikan/pelatihan keterampilan? 15. Bagaimana perkembangan mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik? 16. Apa harapan bapak/ibu terhadap anak-anak didik kedepannya dengan adanya pendidikan/pelatihan keterampilan?
Instrumen Wawancara dengan Anak Binaan Nama
:
Jabatan
:
Tgl/hari/tempat
:
1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? 2. Tau yayasan ini dari siapa? 3. Kamu asalnya dari mana? 4. Orang tua kamu masih ada? Dan tinggal dimana? 5. kamu sebelum tinggal di yayasan tinggalnya dimana? 6. Apa kegiatan kamu sebelum di yayasan? 7. Bagaiman menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini? 8. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah? 9. Bagaimana kegiatan pendidikan yang diberikan yayasan? 10. Menurut kamu bagaimana pelaksanaan kegiatan di yayasan? 11. Apa saja yang menjadi faktor penghamabat dalam pelaksanaan kegiatan? 12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan? 13. Selama kamu tinggal di yayasan ada kemajuan/perubahan tidak? 14. Apa hasil yang dicapai program tersebut? 15. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?
Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Nama
: Bpk Tarjuni
Jabatan
: Wakil Direksi
Tgl/hari/tempat
: 20 mei 2014, selasa, kantor yayasan
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya yayasan griya yatim dan dhuafa? Sejarah singkatnya bermula tahun 2008 itu dulunya itu bernama lembaga yayasan biasa lalu kita pisah di tahun 2009 dengan nama yayasan griya yatim dan dhuafa, awal mulanya di tahun 2008-2009 kita melihat keterbelakangan anak-anak yang ada dikampung dadap dibelakang BSD, banyak sekali yang putus sekolah, pertama kalinya 5 anak asuh kemudian berkembang jadi 15 anak, pada tahun 2009 kita buka di bintaro berganti nama dan berganti logo yang tadinya warna hijau gambar pelangi menjadi gambar rumah dan ada tulisan GYD nya. 2. Apa yang menjadi tujuan utama yayasan griya yatim dan dhuafa? Tujuan awalnya adalah sosial, kita ingin memberikan yang terbaik dan bermanfaat kepada masyarakat khususnya masyarakat sekitar, karena ditengah-tengah perumahan elit masih ada anak-anak yang putus sekolah karena keterbatasan mereka, lalu kita masukkan program-program salah satunya program pemberdayaan. 3. Apa yang menjadi visi dan misi yayasan griya yatim dan dhuafa? Yaitu dengan menjadi organisasi sosial terdepan untuk mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa, misinya ada 4 poin yang pertama pemberdayaan potensi yatim dan dhuafa, kedua menjadi fasilitator yang memiliki integritas, ketiga menjadi organisasi yang professional dan modern, keempat menjadi organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup. 4. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim?
Kalau untuk data yang sementara saya dapat ini sekitar 800 yang non mukim sedangkan 230 yang mukim. 5. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama? Kalau untuk tutor setiap asrama ± 3 yang dari internal GYD diantaranya ketua asrama. Ibu asrama, dan customer servis, disana kita juga mengadakan kerja sama kepada mahasiswa-mahasiswa khususnya yang memang mau mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak 6. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa? Kalau dipendidikan kita ada beberapa program diantaranya sekolah gratis kemudian basis memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi kemudian gema (generasi mandiri yatim dhuafa) yang ada dilingkungan asrama saja, sedangkan untuk keterampilannya kita ada program pekan (pelatihan keterampilan untuk anak yatim dan dhuafa), lalu ada program si mantap (aksi dhuafa mandiri bangkit dan produktif), masih ada lagi pelatihan yang lain seperti pelatihan bengkel, pelatihan tata boga, ini salah satu bentuk pelatihan yang sudah berjalan. 7. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut? Program besar kita ada pendidikan, sosial, pemberdayaan, kemanusiaan, dan kesehatan, tujuan masing-masing program itu dengan hadirnya GYD memberikan spirit dan manfaat kepada umat sesuai dengan slogan kita care and integrity, salah satu jargon kita adalah masa depan mereka adalah tanggung jawab kami, intinya kalau kita mengambil pepatah dari bahasa arab sebaik-baiknya manusia yang bisa memberikan manfaat kepada yang lainnya. 8. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak? Pemberdayaan kaum dhuafa adalah memberikan pembekalan diri yang tujuan akhirnya adalah kemandirian, jadi pemberdayaan kalau tidak ada kemandirian bukan disebut dengan pemberdayaan, optimalisasinya adalah dengan cara membina, mendidik sampai menghasilkan kemandirian, jadi tujuan akhirnya adalah kemandirian.
9. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa? Pelaksanaan program ada beberapa pelaksanaan yang pertama dengan metode klasikal artinya dengan pembelajaran dikelas, yang kedua dengan metode praktek artinya langsung terjun kelapangan. 10. Apa
saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
pelaksanaan
program
pemberdayaan kaum dhuafa? Salah satu faktor penghambat yaitu orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti orang-orang yang kita beri modal tidak dimanfaatkan dengan baik, disini lah penghambatnya oleh karena itu kita akan memperbaiki system pemberian modal, jadi sebelum kita memberikan pemberdayaan modal kepada mustahik adanya peraturan yang akan kita tentukan sehingga tidak terulang lagi kejadian seperti itu. 11. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa? Faktor pendukungnya dipemberdayaan ini adalah peran aktif masyarakat, dari masyarakat itu kan ada yang bagus dan ada yang tidak bagus, salah satu masyarakat yang bagus ini bisa jadi faktor pendukung kita terhadap program-program kita sehingga bisa memberikan yang terbaik, system kontroling juga tetap jalan ini juga bisa mendukung dari pemberdayaan itu sendiri, dengan kontroling yang bejalan baik para penerima modal yang baik bisa menghasilkan kebutuhan mereka sendiri. 12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa? Strategi pelaksanaan pemberdayaan awal mulanya kita mendata para pedagang-pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga kita bisa membina warung-warung kecil kemudian kita berikan modal dengan tetap mengontrol. 13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya? Sasaran pemberdayaan adalah kaum dhuafa sasaran umurnya sampai menikah sampai mempunyai usaha sendiri, untuk anak-anak yang bujangan
adanya pelatihan keterampilan pemberdayaan dengan cara melatih mereka untuk berwirausaha, untuk anak-anak yang diasramakan mulai usia SD sampai SMP kelas 1 itu baru masuk diasrama, adapun untuk biaya pendidikan sampai kuliah tetap kita biayai. 14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhuafa? Ada beberapa warung yang sudah bisa mandiri, bisa dilihat ada beberapa alfa mart dan indomart dikampung-kampung dia masih bisa eksis untuk tetap menjalankan usaha warungnya. 15. Bagaiman peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek kognitif? Peran yayasan sangat besar untuk pemberdayaan kaum dhuafa sampai hari ini masih ada program yang kita rencanakan 16. Apa perubahan yang bapak ketaahui dari anak-anak didik? Perubahan dari anak-anak didik itu Alhamdulillah signifikan karena kami tahu dari beberapa anak itu mulai masuk sampai sekarang yang bisa membantu kami diyayasan, sekarang dia menjadi IT di sini, tahun ini ada 3 perempuan semua, secara garis besar bisa memberikan kebanggaan untuk yayasan khususnya kami disini
Hasil Wawancara dengan Staff Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Nama
: Bpk Nasrulloh
Jabatan
: Operational Manager
Tgl/hari/tempat
: 22 mei 2014, kamis di kantor yayasan
1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim? Kalau penerima manfaat kita dari semenjak kita berdiri itu sudah lebih dari 20 ribu tapi kalau yang saat ini yang masih rutin yang mendapatkan pendidikan keasramaan maupun non asrama ± sekitar 1000 anak saat ini karena jumlah ini akan bertambah terus dengan seiring perkembangan kita maka seiring itu pula lah penerima manfaat kita akan terus bertambah 2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak-anak yang tinggal disini? Ada karena kita ada standarisasinya terutama khususnya anak asuh yang mukim, yang pertama kalau diasrama memang kita batasi kuantitinya jadi persentasinya 60% untuk anak yatim piatu sedangkan 40% dhuafa, yang kedua untuk anak asuh yang di mukimkan terutama penerimaannya maksimal SMP kelas 1 atau umur 13 tahun jadi anak yang masuk ke dalam asrama minimal umurnya di bawah 13 tahun artinya kalau di atas 13 tahun kita bisa terima berarti dia non mukim, karena usia dibawah 13 tahun karakteristik mereka masih bisa dibentuk dan lebih mudah untuk diarahkan dari pada anak SMP yang sudah di atas kelas 2 karena mereka sudah terlalu banyak terkontaminasi dengan lingkungan 3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama? Minimal untuk dicabang selalu kita siapkan untuk mereka 2 orang pendamping diantaranya ada kepala asrama dan ibu asrama, mereka yang kita percaya untuk betul-betul menjadi orang tua asuh pengganti yang cenderung mereka tidak punya orang tua baik bapak maupun ibu, mereka menggantikan posisi orang tua anak-anak di asrama, kalau tenaga pengajar
biasanya kita menggunakan tenaga pengajar dari eksternal artinya dari lingkungan setempat misalnya untuk anak-anak les kita menggunakan guruguru les dari lingkungan sekitar asrama untuk membantu kepala asrama atau ibu asrama 4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa? Kalau sarana dan prasarana sebetulnya kita cenderung ingin memenuhi semua kebutuhan yang memang dibutuhkan oleh anak-anak khususnya kebutuhan untuk pendidikan jadi kebutuhan apapun kita akan penuhi tapi kalau standarisasi biasanya kita untuk perkakas alat elektronik kita penuhi kebutuhannya. Anak-anak asuh kita yang di asrama semua kebutuhannya dari sandang,pangan dan papan kita penuhi tanpa ada pungutan biaya apapun 5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhuafa? Kalau tujuan program kita melihat dari visi misi adalah menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa artinya setiap apapun kegiatan yang kita kaitkan dengan masyarakat baik masyarakat yang mau mendonasikannya ataukah mereka yang menerima manfaat tujuannya adalah ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak binaan kita karena mereka yang tadinya menerima manfaat, justru nantinya akan memberikan manfaat untuk orang-orang lain, makanya kita selalu berkelanjutan programnya, artinya setelah menjalankan program-program yang ada atau anak-anak binaan sudah mencapai tingkat SMA dan seterusnya, kita ada program beasiswa ini semua diperuntukkan anak-anak baik yang mukim maupun non mukim, setelah anak binaan selesai kuliah ada yang namanya program SI MANTAP (aksi dhuafa mandiri bangkit dan produktif) untuk usaha atau kami sedang menyiapkan LEC (life skill & education center) untuk memberikan kemandirian untuk mereka. 6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak? Pemberdayaan menurut saya untuk kaum dhuafa adalah bagaimana kita sebagai organisasi sosial yang peduli terhadap kaum-kaum dhuafa dan khususnya anak-anak yatim, kita memberikan kemampuan untuk mereka atau
memberdayakan apa yang ada dalam diri mereka untuk betul-betul bisa bangkit potensinya dan bisa menjadi sesuatu yang bisa menanggung kehidupan mereka dan bisa menjadi sesuatu yang membanggakan buat mereka 7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kita ada yang namanay program PEKAN (pelatihan keterampilan untuk anak yatim dan dhuafa) dalam proses pemberdayaan ini kita sudah banyak pelatihan yang kita gulirkan, dulu pernah ada yang namanya pelatihan memasak buat kaum dhuafa khususnya dari orang-orang tua anak yang kita asuh mereka yang cenderung tidak mampu kita berikan pelatihan memasak, pelatihan memasak bukan saja hanya bisa memasak di dapur tetapi memasak yang produktif misalkan membuat kue, kemudian kita juga pernah melakukan pelatihan teknisi HP buat kaum dhuafa khususnya bagi mereka-mereka yang cenderung pengangguran atau mereka-mereka yang anak remaja yang baru putus sekolah yang statusnya memang membutuhkan, sehingga selesai pelatihan tersebut mereka sudah memiliki keahlian dan mereka bisa berusaha di teknisi HP, terakhir yang belum lama ini kita pelatihan montir bekerjasama dengan AHAS di solo itu selama 3 bulan jadi anak-anak asuh kita montirkan dan keluar mereka sudah siap menjadi montir-montir handal, itu dengan rekomendasi dari AHAS sendiri. 8. Apa
saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
pelaksanaan
program
pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau faktor penghambat sebetulnya yang paling menghambat adalah waktu, saat ini memang kita sudah punya rencana kedepan kita akan mendirikan LEC (life skill &education center) untuk menjadi pusat pelatihan karena kita akan memberikan pelatihan dengan konsen, kalau seandainya kita melakukan pelatihan teknisi handphone hanya waktu sebulan tentu akan berbeda dengan pelatihan yang kita berikan waktu selama 3 bulan otomatis matengnya akan
berbeda jadi artinya materi yang diberikan akan full dan bisa diterima dengan matang dari pada waktu yang hanya sedikit, selebihnya yang menjadi kendala adalah motivasi dari mereka yang membutuhkan keahlian, terkadang motivasi mereka sangat minim sekali sehingga kita betul-betul harus bekerja ekstra keras untuk memberikan motivasi, bukan hanya memberikan pelatihan kepada mereka jadi kita juga harus memberikan motivasi buat mereka untuk bisa berubah. 9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaa program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau faktor pendukung Alhamdulillah kita banyak, yang petama tentu dari para pendonor kita, mereka yang support kita untuk memberikan rizkinya kepada orang-orang yang membutuhkan, dan pendonor juga selalu membantu aktivitas kegiatan kita, Alhamdulillah kita juga banyak mitra-mitra GYD untuk melaksanakan kegiatan pelatihan sehingga kita bisa dengan perencanaan waktu yang singkat bisa melaksanakan pelatihan dengan baik. 10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Strategi pemberdayaan GYD saat ini dibidang pendidikan dan keterampilan lebih kepada memberikan pelatihan-pelatihan untuk anak-anak binaan kita yang memang saat ini kita sedang focus, diawal tauhun 2013 kemaren kita akhirnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang cenderung sekolah SMP yang konsepnya adalah lebih kepada memberikan pelatihan life skill kepada mereka, sekolah itu memang betul-betul mengarahkan mereka kepada life skill walau hanya SMP, strategi kita cenderung anak-anak SMP kita mempunyai potensi memang kadang-kadang potensi itu kurang digali dan kurang diarahkan, makanya salah satu strategi kita adalah membuat lembaga pendidikan sendiri yang konsen memberikan life skill kepada mereka, sekolah ini didirikan konsepnya memang berbeda karena khusus yatim dan dhuafa makanya sekolah ini yang kurikulumnya menganut kurikulum internasional
jadi disana sekolahnya bilingual kita tidak menerapkan monsep yang otoriter justru kita menggali potensi mereka. 11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau siapa saja yang menjadi batasan kita sebetulnya hampir semua lini kta ambil terutama dari usia SD tapi tidak menutup kemungkinan kalau pun ada bayi kita tetap terima dan kita rawat dengan sebaik-baiknya, kalau dari program pemberdayaan batasan umurnya mulai remaja karena untuk menggali potensi mereka, tapi kalau batasan sampai ketingkat lansia pun ada pemberdayaannya, semua sasaran kita untuk yatim dan dhuafa, karena mereka yang berhak menerima. 12. Apa
hasil
yang
dicapai
anak-anak
selama
melaksanakan
program
pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau saat ini banyak prestasi-prestasi yang sudah di capai oleh anak-anak kita, salah satunya kita pernah ada anak asuh kita menjadi juara MTQ se DKI tapi tingkat SD dan pernah juga ada anak asuh kita juara olimpiade matematika tingkat nasional, dan kita juga pernah menjadi juara menggambar terfavorit di sekolah jepang 13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek kognitif? Peran yayasan GYD hanya menjadi fasilitator yang menghubungkan antara mereka orang-orang yang dengan mereka yang cenderung membutuhkan, selebihnya potensi itu ada di diri mereka kita hanya memberikan fasilitas dan arahan 14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau perubahan pasti ada, sebetulnya perubahan itu mau ataupun tidak dia pasti akan berubah, perubahannya ada positif dan negatifnya, perubahannya variatif kalau anak baru cenderung yang tinggal di asrama mereka akan tidak betah karena kebiasaan mereka dirumah bebas ketika tinggal diasrama akan
di ajarkan disiplin, bagaiman menghargai, bagaimana mencintai, mencintai lingkungan atau mencintai sesama, jadwal mereka pun harus teratur, itu akan berbeda dengan menyalahi kebiasaan mereka maka cenderung akan tidak betah, tapi hal itu menjadi hal yang lumrah untuk belajar, cenderung ketika merka nanti sudah sekian waktu sebetulnya mereka sudah nyaman karena mereka sudah terbiasa dengan aktivitas yang rapi, aktivitas yang rutin, jadi perubahan itu pasti ada, kalau yang saya fahami cenderung semua rata-rata positif
Hasil Wawancara Dengan Staff Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Nama
: Bpk Pardinal
Jabatan
: Junior Manajer
Tgl/hari/tempat
: 20 mei 2014, selasa, kantor yayasan
1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim? Kalau untuk data yang sementara saya dapat ini sekitar 800 yang non mukim sedangkan 230 yang mukim. 2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak yang tinggal disini? Kalau untuk yang mukim yatim kriterianya ada surat keterangan, bahwasanya pihak sanak saudaranya, walinya, atau neneknya, bersedia untuk menitipkan anak tersebut untuk tinggal di GYD dan diberikan sepenuhnya untuk mengenai masalah pendidikan dan pengasuhannya kepada GYD. Sedangkan yang non mukim kita hanya menyediakan sebuah formulir, dari formulir tersebut menceritakan status anak yatim dan dhuafa jadi nanti ada lampiran keterangan dari almarhum atau kaum dhuafa itu memiliki sepreti surat keterangan yang menerangkan bahwa anak itu tidak mampu. 3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama? Kalau untuk tutor setiap asrama ± 3 yang dari internal GYD diantaranya ketua asrama. Ibu asrama, dan customer servis, disana kita juga mengadakan kerja sama kepada mahasiswa-mahasiswa khususnya yang memang mau mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak 4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa? Kalau untuk sarana ada tempat belajar, ruang belajar, ruang sholat, kamar tidur, dan kamar mandi sedangkan prasarananya mereka diberikan kelengkapan belajar dan fasilitas untuk menunjang kegiatan mereka. 5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhuafa?
Garis besarnya kita mempunyai program khususnya anak-anak untuk mendapatkan pendidikan untuk menunjang kehidupan mereka kedepannya agar menjadi lebih baik. 6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak? Kalau untuk pemberdayaan kita lihat level tingkatan umur, kalau untuk anakanak pemberdayaannya kita ikut sertakan mereka dalam pendidikan formal yang ada di masyarakat, sedangkan pemberdayaan yang kategorinya lansia mereka kita berdayakan untuk menjalankan program-program yang mampu untuk mengasah skill mereka sehingga dengan menjalankan program tersebut mereka bisa menghasilkan income bagi diri mereka sendiri. 7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau untuk dibidang pendidikan sementara ini kita masih banyak belajar khususnya dimanajemen karena memang jejaring asrama kita banyak berpencar sehingga kita tidak mungkin juga untuk merekrut mereka untuk sekolah di cordova Islamic school, alhamdulillah GYD sudah memiliki sekolah terbuka untuk yatim dan dhuafa, sebagian anak-anak kita yang tingkatan smp kita sekolahkan disana kita juga sudah memulai fokus untuk lebih meningkatkan taraf kehidupan mereka melalui pendidikan. 8. Apa
saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
pelaksanaan
program
pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibadang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau faktor penghambat biasanya ada saja kalau sudah masuk ke dalam hal teknis, mau itu dari tenaga pengajarnya, mau itu dari perlengkapan, legalitas, dari pengurusan izn-izin, anak-anak itu sendiri dalam pendaftarannya, harapanya kita bisa bersinergi dengan universitas ataupun sekolah-sekolah negeri atau pun guru-guru, untuk bisa bergabung di GYD, khususnya dibidang pendidikan.
9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Faktor pendukungnya kita sudah memiliki tempat yang sudah bisa kita pakai, tetapi sekarang ini statusnya masih sewa, karena kita punya program LEC (life skill & education center) dari beberapa bulan ini kita mengadakan rapat dari beberapa direksi untuk segera membangun sehingga kedepannya kita tidak usah lagi untuk sewa tempat 10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Untuk masalah strategi pemberdayaan kita tinggal lihat komunitas, misalnya satu wilayah itu kita bisa gali potensi dari diri mereka masing-masing masyarakat dalam keja tim dalam menjalankan pemberdayaan pengelolaan limbah sampah menjadi lebih bermanfaat sehingga biasa dijual seperti kerajinan tangan jadi kita tinggal lihat potensinya atau kita kasih modal untuk mereka berwirausaha 11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau untuk batasan umur kita ada ketentuan batasan umur mulai masuk jenjang 7 tahun keatas, maksimal tinkatan kelas 6 SD jadi kalau mereka terlalu kecil pun agak sulit, karena kepala asrama pun punya tugas untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada anak-anak yang ada diasrama, kalau dia sudah besar masuk asramanya agak sulit juga untuk mendidik karakternya. Sasaran pemberdayaannya kita ambil dari warga sekitar asrama atau dari tinkat kelurahan maupun tingkat kecamatan. 12. Apa
hasil
yang
dicapai
anak-anak
selama
melaksanakan
program
pendidikan/pelatihan keterampilan? Hasilnya kita bisa menetaskan anak-anak yang berkualitas yang nantinya mereka bisa kita libatkan untuk fokus kedepanya dalam bidang pendidikan, dengan kata lain bisa diajak kerja sama.
13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek kognitif? Kita sebagai jembatan untuk menyampaikan amanah donatur yang sifatnya fasilitator jadi kita buatkan programnya atau pun kita lihat dari potensinya sehingga kita bisa menjalankan program-program yang ada. 14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan? Pastinya ada, mudah-mudahan nanti mereka bisa timbul keahlian tapi kami tetap upayakan apa yang mereka sukai
Hasil Wawancara Dengan Tutor/Pendamping Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Nama
: Bpk Dani Milar Suryana
Jabatan
: Tutor/Pendamping
Tgl/hari/tempat
: 27 mei 2014, selasa di asrama
1. Sudah berapa lama bapak di yayasan Griya Yatim dan dhuafa? Saya di yayasan griya yatim dan dhuafa mulai dari tahun 2011 sampai sekarang, jadi sudah hampir 3 tahun. 2. Bagaimana metode pembelajaran yang di terapkan? Kalau untuk penerapan pembelajaran kita ada semacam SOP, untuk metodenya kita menggunakan semi boarding atau boarding intermodal, artinya setengah pembelajaran agama dan setengah lagi pembelajaran umum, untuk kesehariannya mulai sehabis sholat shubuh ada hafalan alqur’an surat-surat pendek dan tadarrus setelah itu mereka mempersiapkan diri untuk sekolah, setelah pulang sekolah mereka makan siang dan tidur siang sampai ashar, setelah sholat ashar berjamaah mereka setoran ayat yang sudah mereka hafalkan sampai menjelang magrib, lalu mereka mempersiapkan diri untuk sholat magrib berjamaah, setelah sholat maghrib mereka ada latihan pidato sampai isya, lalu mereka makan malam di lanjutkan belajar untuk pelajaran sekolah sampai jam 9, terkadang juga ada qiyamul lail tetapi waktunya tidak tentu, terkadang juga ada muhasabah. 3. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik yang mukim maupun non mukim? Seluruhnya ada 8 anak ini yang mukim, untuk yang non mukim disini banyak ada yang masuk dalam pemutihan, jadi setiap tahun kita ada pemutihan gunanya untuk memfilter mereka karena setiap tahun mereka naik ke jenjang berikutnya ini yang selalu kita control untuk non mukim, sekarang ini untuk yang non mukim ada sekitar 43 anak. 4. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa? Kalau untuk program keasramaan lumayan ada banyak karena GYD ini programnya berbasis keasramaan, jadi semua program yang ada dijalankannya di asrama, untuk mengontrol program berjalan dengan baik atau tidak itu dari pusat tetapi untuk realisasi lebih banyaknya di asrama, programnya itu ada pemberdayaan, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
5. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut? Tujuannya Cuma satu sesuai dengan visi dan misi yaitu mengembangkan potensi anak-anak. Jadi bakat anak-anak kita salurkan melalui program, kita tidak hanya memberikan kegiatan formal saja seperti sekolah. 6. Bagaimana pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak? Kalau menurut saya pemberdayaan di GYD ini cukup efektif, jadi kita memang focus di pendidikan mereka lalu bakat mereka dengan cara memberikan motivasi agar mereka bisa berprestasi di sekolah, selain itu juga kita selingi dengan pendidikan keterampilan, oleh karena itu kita di asrama ada program smart leadership ini mencakup latihan kepemimpinan, entrepreneur, jadi artinya ini kompetisi untuk anak-anak. 7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan/pelatihan keterampilan? Kalau untuk pendidikan keterampilan disini kita sering mengadakan program pekan, disini kita sertakan juga anak-anak asrama, misalnya waktu kita mengadakan pelatihan handphone, pelatihan otomotif, ini tujuannya untuk menciptakan anak-anak mempunyai keahlian dan menciptakan karakter seperti outbond. 8. Apakah pendidikan/pelatihan keterampilan ini berpengaruh buat anak-anak? Kalau berpengaruh pastinya berpengaruh, karena itu bisa kita lihat melalui prestasi mereka jadi ini sedikit banyak berpengaruh, lalu melalui keseharian mereka seperti sikapnya dan ibadahnya. 9. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa? Kalau faktor penghambatnya pastinya ada, Cuma secara garis besarnya untuk penghambat banyak sekali, tetapi kalau dilihat dari lembaga pendidikannya tidak ada karena lembaga selalu memotivasi dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan, justru dari anak-anaknya sendiri yang males, jadi selalu memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam belajarnya, mempunyai prestasi, dan mempunyai sikap serta karakter yang islami. 10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa? Kalau faktor pendukung terutama pendidikannya di GYD banyak, dari segi finansialnya, fasilitasnya, seperti buku-buku ilmu pengetahuan dari para donatur (ensiklopedia). 11. Bagaiman strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa? Kalau strategi untuk diasrama sebenarnya pintar-pintar kita aja melihat kondisinya, yang pertama memang kita bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif untuk diasrama dan diluar asrama, seperti keluarga jadi kita sama
anak-anak tidak ada pemisah dengan sebuah status anak-anak, terkadang anak-anak juga minder dengan keadaannya, setelah kondisinya sudah kondusif maka anak-anak mudah untuk kita arahkan. 12. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya? Untuk pemberdayaan sebetulnya kita tidak ada batasannya soalnya dari program-program yang ada yang sudah berjalan mulai dari SD sampai Lansia semua ada programnya, contoh untuk yang lansia ada namanya program bunda berdaya dengan bina lansia program ini memberikan keterampilan untuk para lansia agar mereka bisa menghasilkan sesuatu untuk mereka sendiri meskipun mereka tidak bisa bekerja, untuk batasan umur ruang lingkupnya yatim dan dhuafa dikhususkan untuk anak-anak. 13. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan/pelatihan keterampilan? Hasil yang dicapai dari anak-anak yang pertama mereka berprestasi disekolahnya, seperti bisa mendapatkan ranking satu, lalu ada yang membuat puisi dan dicetak dimedia lokal, ada yang juara taekwondo sekota madya, ada yang juara 2 lomba tahfidz, itulah hasil-hasil yang diraih selama ini. 14. Bagaiman perkembangan mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik? Perekembangannya selama ada diasrama bisa dikatakan naik turun namanya juga anak-anak, kadang semangat untuk belajar kadang juga males untuk belajar, disekolah pun prestasinya menurun, jadi perkembangannya tidak bisa diprediksi, tetapi kalau dari sisi agama perkembangannya meningkat karena mereka sehari-hari harus melakukan aktivitas keagamaan. 15. Apa harapan bapak terhadap anak-anak didik kedepannya dengan adanya pendidikan/pelatihan keterampilan? Harapannya anak-anak bisa menjadi anak yang sholeh, bermanfaat untuk bangsa dan agama, kalau sudah keluar dari sini mempunyai karakter yang islami, mempunyai keterampilan yang mumpuni.
Hasil Wawancara Dengan Anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Nama
: Yusron
Jabatan
: Anak Binaan
Tgl/hari/tempat
: 13 juli 2014, minggu di asrama
1. Sudah berapa kamu tinggal disini? 5 tahun 2. Sekarang kamu kelas berapa? Kelas 6 SD, ketika masuk yayasan ini kelas 1 SD 3. Tau yayasan ini dari siapa? Dari saudara 4. Kamu asalnya dari mana? Dari medan 5. Orang tua kamu masih ada? Dan tinggal dimana? Kalau bapak sudah tidak ada, tapi kalau ibu masih ada sekarang tinggal di depok. 6. Kamu sebelum tinggal di yayasan ini tinggal dimana? Tidak tau karena masih kecil,masih tinggal sama ibu. 7. Apa kegiatan kamu sebelum di yayasan? Hanya bermain seperti anak-anak pada umumnya. 8. Bagaimana menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini? Dengan adanya pemberdayaan di yayasan ini saya sangat terbantu untuk menunjang kehidupan saya yang lebih baik lagi. 9. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah? Kegiatan pramuka 10. Bagaimana kegiatan pendidikan yang di berikan yayasan? Selama saya mengikuti kegiatan pendidikan di yayasan saya merasa nyaman, banyak juga pendidikan agama yang diberikan oleh yayasan. 11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan? Faktor penghambatnya datang dari diri sendiri yang terkadang merasakan malas. 12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan? Dengan adanya buku-buku pengetahuan di asrama saya jadi bisa belajar, dan ada teman-teman juga sedang belajar jadi saya ikut belajar.
13. Selama kamu tinggal di yayasan ada kemajuan/perubahan tidak? Ada salah satunya saya bisa mandiri. 14. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini? Melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi, setelah itu baru membantu oarng tua.
Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Nama
: Reza
Jabatan
: Anak Binaan
Tgl/hari/tempat
: 13 juli 2014, minggu di asrama
1. Sudah berapa kamu tinggal disni? Saya tinggal disini sudah 4 tahun, dari kelas 5 SD sampai sekarang kelas 2 smp. 2. Tau yayasan ini dari siapa? Dari saudara 3. Kamu asalnya dari mana? Saya asalnya dari padang. 4. Orang tua kamu masih ada? Sudah tidak ada orang tua, karena meninggal. 5. Kamu sebelum tinggal di yayasan tinggalnya dimana? Tinggal bareng sama paman di kalibata. 6. Apa kegiatan kamu sebelum tinggal di yayasan? Cuma sekolah saja. 7. Bagaimana menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini? Baik serta mendidik dan sangat membantu untuk menggali keahlian saya. 8. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah? Kegiatan ekstrakulikuler seperti marawis, futsal, dan pencak silat. 9. Bagaimana kegiatan pendidikan yang diberikan yayasan? Pendidikan yang ada di yayasan berbeda dengan yang disekolah, di yayasan saya diberikan pendidikan keislaman serta contoh-contoh yang baik didalam islam 10. Menurut kamu bagaimana pelaksanaan kegiatan di yayasan? Dalam melaksanakan kegiatan saya merasa ikhlas karena dilaksanakan bersama-sama dengan teman-teman untuk lebih baik lagi buat kedepannya. 11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan? Faktor penghambatnya adalah ketika saya menginginkan sesuatu tidak ada, artinya ketika belajar ada yang belum faham tidak ada yang mengajari saya jadi merasa malas, serta kurangnya pendamping. 12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan? Kalau dari faktor pendukung saya merasa punya orang tua, dan untuk belajar pun banyak yang memberikan bantuan berupa buku-buku dari para donator.
13. Selama kamu tinggal diyayasan ada kemajuan/perubahan tidak? Pasti ada seperti bisa membaca al-qur’an, hafalannya juga bertambah, rajin sholat. 14. Apa hasil yang dicapai program tersebut? Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan saya mendapatkan peringkat 5 besar. 15. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini? Saya mau sukses serta menjadi anak yang sholeh karena semua kebaikan ada di anak sholeh, kalau orang sholeh pasti jujur, disipilin dan akhlaknya baik serta bisa dipercaya oleh masyarakat, saya ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Nornor Lampiran
Jakafta, 02 April2014.
: Istimewa : 1 Berkas : Pengajuan Judul Skripsi
Perihal
Nt ,
e
(e
(t*
t1|t
Kepada Yang Terhormat:
Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat
As
s
amu' al ai kuml{aw ahmatull ahiWab ar akatuh
Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak / lbu dalam lindungan allah SWT, sefta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, selanjutnya saya yang bertanda tanagn di bawah ini:
'.:
"''
Nama
Fikri Dzulkarnain
NIM
111
Semester
VIII (Delapan)
0054000032
Fakultas/Jurusan : Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi/Pengembangan Masyarakat Islam Bermaksud mengajukan .iudul skripsi dengan judul, Peran Yayasan
Griya Yatim proposal ini selanjutnya dan Dhuafa Melalaui Pendidikan Keterampilan di Bekasi diharapakan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S. Sos. I dalam .ienjang Strata I di UIN Syarif Hidayatullah lakarta. Dengan ini saya lampirkan:
1.
2. 3.
Outline Proposal Skripsi Daftar Pustaka Sementara
Demikianlah pemberitahuan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaVlbu saya ucapkan terima kasih. W as,s amu' al ai kumW arr ahmat ull ahiWab ar akatuh
Mengetahui,
PenasihatAkademik,
IsmetFirdausM.Si. NrP. 1s0411196
Pemohon,
I
1
1
0054000032
'. X
KEMEI{TEIi.IAI\ AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UN) SYARIF HIDAYATULI,AI.I JAKARTA
&EWWbr
www
w
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Teiepon/Fax : (021)
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2lndonesia
Nomor Lampiran Hal
7
432728 I 7 4t 03580
Website: rvru'.fdkuiqiakarta.ac.id, E-mail : datsyatt@k rU-qiakarta.ac.id
: Un.0 l/F5/Pp.00.e/ Zl4fnoru
J
akarta, !--f]lvIar et 20 I 4
:
'.
lzinPenelidian (Sliripsi)
Kepada Yth, Kepala yayasan Griya Yatim & Dhuafa Jl. Kasuari Raya Blok B 9 HD 8A-II Sektor 9 Bintaro Tangerang Selatan di Tempat As s al amu' al ai
kunt Lltr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Ilidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama
Fikri Dzulkarnain
Nomor Pokok
00s4000032 Bekasi, l0 Juni 1988 VIII (Delapan) Pengernbangan Masyarakat islam (PMI) Jl. Caman Raya RT 07101Jatibening Pondok Gede. 0838732526s3 111
Tempat/Tanggal Lahir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat Telp.
adalah benar mahasiswa Fakultas Ihntr Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul "Peran Yayasan Griya \Yatim dan Dhuafa di Bekasi dalam Pemberdayaan Kaum dhuafa di Bekasi".
sehu$ungan dengan
itu, dimohon kiranya
Bapak/lbu/sdr.
dapat
menerima/rnengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. '. Demikian, atas kerjasama dan bantuarnya kami mengucapkan terirna lcasih. l4/ssalamu'alaikum
Wr.Wb.
-.ri:::.r',^..
Subhan, MA r10 199303 1 004 Tembusan : 1. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ka/Sekprodi Pengembangan Masyarakat Islarn
KBMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NBGERI (UTN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 154 l2 lndonesia
Telepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580
Website: wwv. filkuiniakarla.ac. id
E*ail
Nomor
:
Jakarta, 10 April2014
Un.01/F5 lPP.00.91366012014
Lamp :1(satu)bundel
Hal : Bimbingan
Skripsi
I(epada Yth. Wati Nilamsario M.Si. Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakr-rltas Dakwah dan llmu Komurrikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Pokok Jurusan Semester Telp. Judul Skripsi
I(ami mohon
: Fikri Dzulkarnain
:
I 10054000032 Pengembangan Masyarakat Islam 1
VIII (Delapan) 083873252653 Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melalui Pendidikan I(eterampilan di Bekasi.
kesediaannya
untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam 6 bulan dari tanggal 06 Maret s.d. 06
penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama September 2014.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Wassalamu' alaikum Wr. Wb. an. Dekan, I Dekan Bidang Akademik
004
Tembusan: 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
E;-!0r",j.,,.,k_ KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) , SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA i .".'.^'.-.^...""--*} **:.11-'#lt,,.".
. _*.-,, *, ,.',w;"" vraWW.r.&*" I ! i fu Mffi&A \& '-
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
.ll. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Telepon/Fax : (021)
Website: rvrw,.filkrrin iakarta.ac.id
E-mail
Nomor Lampiran Hal
: Un.01iFSlPP 00 s/ 1/Vtzou : 1(satu) Berkas Skripsi : Ujian Skripsi
:
7 432728 I 7 17 0358A
[email protected]
Jakarta, i fSeptember 201 4
Kepada Yth. : 1. Wati Nilamsari, M.Si 2. M. Hudri, MA 3. Nurul Hidayati, M.Pd 4. Nasichah, MA
Ketua/Penguji Sekretaris Penguji Penguji Pembimbing
5. Wati lililamsari, M.Si di
Jakarta Assal a m u' al a i ku m Wr. Wh.
Dekan Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswali di Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi,
Nama Tempat Tanggal lahir NIM JUt ui)dl
I
Judul Skripsi
Fikri Dzulkarnain Bekasi, 10 Juni 1988 1 1 1 0054000032 Pengembangan Masyarakat lslam (PMl)
Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam emberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan
Keterampilan di Bekasi Ujian tersebut akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal Waktu Tempat
:
: Kamis, 1B September2014 : Pk. 10.00 s.d. 11.00 WIB : Ruang Munaqasah (Lantai 78)
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi yang akan diujikan, g u na dipelajari/d iteliti sebagaimana mestinya. Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapakllbu, kami ucapkan terima kasih Wassalam,
Drd. Ma NIP. I Tembusan 1. Dekan 2. Kasubbag. Umum Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Mr
ah Tasyrifatun 198703 2 001
SK.Men Huk & Ham. AHU-2494.AH.01.04Jh 2009
care & integritg...
STURKTUR YAYASAN GRIYA YATIM
& DHUAFA
ta,
lt
I7
2 ,1,
,
t7
"it
7 ,t
'"t
'r
I7
Z
DF,PARTEMEN HLIK{JM DAN HAK AIiAST MANUSIA RNPUBLIK INDONESiIA NIRAKTORAT JNNDERAT, ADMINISTRATiI HUKTJM I-]MLIM KIFLiTIJSAN MENTERI HUKUM T}AN HAK ASASI MANI,ISIA REPLJBI.,IK INI}ONNSIA NOMOR : AHt.r-2494.A l-1.0 1 .04.]'ahun.2{}09
,
PF:l']fi l.SA
I;r
'r. ,1
't
l"l
'1.
,r
2 ,r
Ahi YAYA SAN
MENTERI HTJKI.JM DAN HAK ASASI MANIISIN RF"FLIBI,IK IhIDONF,SIA.
:
\{ent-raca
t2
Surat permch*nan dari Notaris Nyonya Gerda Joice t.usia. Sf{ nr}mor I lSiSKNtlT'/Vlf/2009 tanggal 2l Juli 2009 perihal perrn*honan pengesahan vayasan .v-ang tliterima tanggal
CI4
Agustus 20{ig:
,4
/'t
:
\'lenirnbarlc
IL?
2 2 2,l
Ilahwa setelah dilakukan penelitian ferhadap Akta Pendirian yayirsa* yans di sampaikan kepada Departernert Hukum llan l{ak Asasi Manusia. akta tersehut tetah rnemenuhi syarat sebagaimatta diatur dalanr peraturan perundang-nndangan. seliingga dapat disahkan;
\lenuingat
:
i
.
,4
v, 2
:l, tl,
:-
2
2 u ft
Memberikan Pengesahan Akra pendirian
,t
7l
berkedudlrkan di Kota 1'artger*ng Selatan. sesuai clengan Akta Nornor 09 tanggal {,}4 Juni 2S09 yang dibuat oleh Notaris N3ranya fierd* Joice l_usia. SFI trerkeduclukan di Kabupaten ?'angerang.
:
Keputusan ini mulai trerlaku sejak tanggal ditetapkari.
2 2,r
2 ul7 2 a "1 1 2 ,, n
,l'1, 2
Ditetapkan di .lakarta pada tanggal 07 Agusfus 2009
A.n. MENTERI H{"JKLr DIREK
,1,
2 ,r 2
,l ,l
'il
i:,ltlWP : ? l. I 00.477.5-4 | t.000
KFD{JA
'rl
2 :
YAYASAN CRIYA YATIM DAN DtJA'T.'A
,1
2
,1
2 2 ,l
ft 2 ,, 2,r
a e a ,l
7 ,l
?.
ta
7 7 ,. ,/,
Peraturan Pernerintah Republik !ndonesia Nomor {ri J'ahun 200S fentang Pelaksanaan Undang-e.rnclang tentang Yavasan {Lembaran Negara Republik lndonesia Tahttn :i108 h/amor 134. Tambahan l,enrbaran Negara Repub{iti
:
:
'/
2 2 ,/,
MRMUTT]SKAN
PI,RI'AMA
2
lJndang-unclang Nonror tf, T'ahun 2001 tentanr Yavasan { [.embaran Negara R.epublik lndonesia 'l-ahun ?fl0l Nomor I I l. 'famtrahan L.embaran l.Jegarn Republik lndonesia Ncntor 4132) .iuncto linclang-undang Repuhlik lndonesia Nomcr 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas l.Jndang-undans Nomor 16 T'ahun 2001 tentanu Yayasan (l-crnbaran Negara Repirblik Indonssia T'ahun ?004 Nomor 'I'anrbahan I 15. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410):
7 ,r
2, ,r
'l
t,
2
lndonesia Nornor 4894):
\'lenetapkan
'l
,
2
l'llh{T'ANC
1 T 4
L 2 2 2
HAK ASASI MANTiSIA RTIPIIBLIK IND{)NESIA ADMINIS"I'RASI HI.]KI.JM TIM{ iM ANA t"{ARIAT,i
a a 2
,,l ,, ,1,
2 2 2 a, 2
'l,r ,t
u 'l,t ,,
2 ,l
ll. BARI .4/l:D" Sll. tq??f|:i
MH
I 2
DEPARTEIT{EN KEUANGAI{ R.I.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KAI\ITOR WILAYAH KANTOR PELAYAFIAN PAJAK
:KANW1L D]P SANTEN :PRATAMA SERPONG JL. RAYA SERPONG BLOK 4CI5 SEKTOR 8 NO.4 BSD STRPONG 15310
SUBAI KE'T EBA!-\|.GAN _T.F&DAETAB Nomor : PEM-ooogs2oER,/wPJ.08/Kp-o3o3,/2oo9 Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagatmana telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-1731PJ./20A4 dengan ini diterangkan bahwa:
1. Nama 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (ltPWP) 3. Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) 4. Alamat
5. Merk/Akronim 6. Status Modal 7. Status Usaha 8. Kewajiban Pajak
YAY GRIYA YAT]M DAN DUAFA
21.100.477.5-411.000 85310 - JASA KTGIATAN SOSIAL DI DALAM PAf{TI ]1. MAGNOLIA I BLOK A NO. 24 RT OO4 RW OO4 KELUR.AI-*AI'-I RAWA BUNTU KECAMATAN SERPONG TANGERANG BANTEilt SWASTA
Pusat
F
17 Pprr Pasal 4{2)
ff PPtr Pasal 29 ff ppn Pasal 21
ll
F
FT pptr Pasal 22
lF ppn Pasal 25
PPfr Pasal ].9
ppn Pasal 15
ppn Pasal 23
F'pptr
Pasal
telah terdaftar pada tata usaha kami. Dengan terbitnya surat ini, maka dalam rangka memenuhi hak dan kewajiban perpajakan, wajih mencantumkan NPWP sejak tanggal: 12 luni 2009
SERPONG, 12 luni 2009 A.n.Kepala Kantor Kepala Seksi PelaYanan
SIANA- TTCIUNA 5${A!48RA, 5E
NIP 060064402
Register : 170267998 KP.PDlP.4.2-O0
ql" ft\ b- -rf dFt t"#
**,.,.*
#s *L
ffi .q fryf {ffit tr# f,
!r,ir"
w
!*r #
ffir*
f* h qr
r
Frh lr*r
fW ,re
*
.t?ri*
d [l*
,c q J
Fr LJ *
A
4
ffi ffi. ffi
F-
8-
$qf hx
xf ,t+ h.
4
rf f
{}, ot
rn bd/
d*
€t ?itu n b: \ft."f, ndr s
c
x*
,*
r$J
fl#
*
fr €d {q&
rtb
-4f &-" LJ l-
#t'
,sF
dlmi
**
r.$
t
fl3 *p
#fq
ts{L
#o,
Ld
t".$
F
ry#
3*
{'ttr *
l*
tr*r
€
$
ffi*
#
3*
,*
c#ie
L*
tr3
flf
4#
a
fr3
ffi
ffi {p ffiI
tp\ \lg tlt .fr \* -rt
,d
cF*
ry$
#xs t*, qf
,{fl
df
.,&
i
**C
o?
[
,r lcr f sl
#7
Etr d"tp
#fi -f $#* hlntrr
$t$ ,n
drry
HH 4'{ tr *'*
*
NY. @ERDA J@ICE LlJSlA, SH. FI(}T'Att'IS SK. MENTERI KEHA.KIMAN RI No. C-230.HT.03.01. TH. 1998, Tgl 1 Oktober 1998
SALINAN
PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT
AKTA
YAYASAN GRIA
NOMOR TANGGAL
YAIII"I DAN DUATF'I
72.17 September 2012
KANTOR : Pamulang Permai I Blok SH
7
No.10